372
PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP FUNGI DENGAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR SHARE (TPS) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) (Quasi Eksperimen pada Siswa di MAN 1 Bogor) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) OLEH: FIRDHANI HAYANI 1112016100002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA

KONSEP FUNGI DENGAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR

SHARE (TPS) DAN GROUP INVESTIGATION (GI)

(Quasi Eksperimen pada Siswa di MAN 1 Bogor)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

OLEH:

FIRDHANI HAYANI

1112016100002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

ii

Page 3: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

iii

Page 4: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

iv

Page 5: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

v

ABSTRAK

Firdhani Hayani (1112016100002), Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa Pada Konsep Fungi Dengan Model Kooperatif Think Pair Share (TPS)

dan Group Investigation (GI). Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi,

Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2017.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan

pada aspek sosial dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,

dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Saat ini pada era

globalisasi, di dalam proses pembelajaran khususnya dalam memperoleh

informasi siswa tidak hanya melalui proses membaca akan tetapi diperlukannya

suatu proses berpikir kritis untuk menghadapi tantangan secara global dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Sehingga, diperlukannya suatu model

pembelajaran yang mampu membuat siswa dapat berpikir kritis. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara

siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share (TPS) dengan model Group Investigation (GI) pada konsep Fungi.

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Bogor. Metode penelitian bersifat

kuantitatif yaitu eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain two group

pretest posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

teknik random sampling. Jumlah sampel terdiri dari 43 siswa sebagai kelas

eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen II model GI.

Instrumen yang digunakan berupa soal essay. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa yang diajarkan menggunakan

model TPS adalah 81.52, sedangkan pada model GI adalah 76.02. Pada hasil rata-

rata keterampilan berpikir kritis, berdasarkan hasil uji-t menunjukkan terdapat

perbedaan yang signifikan dimana thitung sebesar -3,01 yang berarti nilai thitung

jatuh di luar daerah penerimaan H0 (antara -1.989 dan 1.989) sehingga H0 ditolak

dan Ha diterima. Selain itu, pada kelas TPS mampu mengidentifikasi alasan yang

tidak dinyatakan dari suatu pernyataan, dapat memberikan alasan mengapa

demikian suatu kasus dapat dipecahkan, serta dapat memberikan suatu argumen

terhadap pemecahan masalah bagaimana cara yang tepat untuk dapat diterapkan.

Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara

model TPS dan GI pada konsep Fungi.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, Model Think Pair Share (TPS),

Model Group Investigation, Keterampilan Berpikir Kritis,

Konsep Fungi.

Page 6: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

vi

ABSTRACT

Firdhani Hayani (1112016100002): “The Differences Between the Critical

Thinking Skills of Students Who Learn Using Cooperative Learning Think Pair

Share (TPS) Model and Group Investigation (GI) Model on The Concept of

Fungi.”. Undergraduate Thesis, Biology Education Program, Science Education

Departement, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta, 2017.

Cooperative learning is a learning model that emphasized social aspects by

improving student performance in academic tasks, helping students understand

difficult concepts and helping students empowering the critical thinking skills. In

this globalization era, especially in the learning process, students are obtaining

the information not only through the reading but also through a critical thinking

process in order to face the global challenges such as solving a problem.

Therefore, it’s required a learning model that can make in improving students'

critical thinking skills. This research aimed to determine differences between the

critical thinking skills of students who learn using cooperative learning Think

Pair Share (TPS) model and Group Investigation (GI) model on the concept of

Fungi. This research conducted at MAN 1 Bogor. This research used quasi

experimental with two group pretest posttest design. Sample was took by random

sampling technique. The sample consisted of 43 students as experimental class I

that used TPS model and 42 students as experimental class II that used GI model.

The instrument was used essay questions. The results showed the average score of

critical thinking skills from students that used TPS model is 81.52, while the GI

model is 76.02. The t-test results showed there's significant difference, where the

t-count is -3,01, that means the number of t-count is outside the reception area H0

(between -1.989 and 1.989) it caused H0 rejected and Ha accepted. In addition,

the TPS class was able to identify the unmentioned reason of a statement, could

provide the reasons why the case can be solved, could provide the arguments to

solving a problem and how it solved in a proper way. It proved that there are

differences between the critical thinking skills of students with TPS model and GI

model on the concept of Fungi.

Keyword: Cooperative Learning, Think Pair Share (TPS), Group Investigation

(GI), Critical Thinking, Fungi Concept.

Page 7: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat

dan ridho-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep

Fungi Dengan Model Kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Group

Investigation (GI)” disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi. Shalawat beserta salam

semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta

keluarga, para sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan

bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus ikhlas penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Meiry Fadilah Noor, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu, saran, arahan, dan bimbingan serta motivasi kepada

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Eny S. Rosyidatun, M.A, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis.

6. Seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

viii

7. Dr. H. Asep Ruhiat, M.Pd selaku sebagai kepala sekolah yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah

tersebut. Serta kepada Dra. Umi Salamah dan Dra. Tutik Suryani selaku

guru bidang studi biologi di MAN 1 Bogor yang telah memberikan arahan

dan saran yang bermanfaat bagi penulis.

8. Para guru dan staf MAN 1 Bogor, yang senantiasa memberikan dukungan

dan kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung.

9. Teristimewa kepada kedua orang tua yaitu Bapak Eddy Haryadi dan Ibu

Farida Rusly, serta saudara tersayang kakak Edithian Suryana dan adik

Fanisha Rahayani yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a, dan

semangat semoga selalu melimpah kasih sayang kepada mereka semua.

10. Achmad Nurafandi, yang tak kenal lelah untuk selalu memberikan

support dalam bentuk do’a, motivasi, dan saran-saran yang terbaik selama

perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi.

11. Tim Fungi’s, kepada Hanna Chairunnisa dan Refika Nurul Afifa sebagai

sahabat-sahabat yang terbaik untuk saling bekerjasama dalam

menyelesaikan skripsi ini.

12. Yogie Wibisono sebagai pemberi masukan bagi penulis selama

penyususnan skripsi dan beberapa teman-teman Jurusan Pendidikan

Biologi angkatan 2012 yang selalu memberikan motivasi, bantuan, dan

semangat penulis selama ini.

Semoga hasil penelitian yang termuat dalam bentuk skripsi ini, dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca dan peneliti selanjutnya. Aamiin Yaa

Rabbal ‘Alamin.

Jakarta, 7 Juni 2017

Penulis

Page 9: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

ix

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8

C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 8

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 9

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis ...................................................................................... 10

1. Pengertian Pembelajaran ............................................................. 10

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ..................... 11

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................ 11

b. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif .............. 14

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif.................. 14

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif ............. 15

3. Beberapa Variasi Dalam Model Pembelajaran Kooperatif ......... 17

4. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) ........................................ 19

Page 10: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

x

a. Pengertian Model Kooperatif TPS ................................ 19

b. Langkah-langkah Pembelajaran TPS ............................ 21

c. Kelebihan dan Kekurangan TPS .................................. 23

5. Pembelajaran Group Investigation (GI) ...................................... 24

a. Pengertian Model Kooperatif GI................................... 24

b. Langkah-langkah Pembelajaran GI ............................... 26

c. Kelebihan dan Kekurangan Model GI .......................... 27

6. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis .................................... 28

a. Pengertian Berpikir ....................................................... 28

b. Keterampilan Berpikir Kritis ........................................ 28

c. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis ............................. 32

7. Tinjauan Konsep Fungi ............................................................... 37

B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 38

C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 40

D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 43

B. Metode dan Desain Penelitian .............................................................. 43

C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 45

D. Prosedur Penelitian ............................................................................... 45

1. Tahap Pendahuluan ................................................................... 46

2. Tahap Pelaksanaan .................................................................... 47

3. Tahap Akhir .............................................................................. 48

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 49

F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 50

1. Tes Tertulis Keterampilan Berpikir Kritis ................................ 50

2. Wawancara ................................................................................ 52

3. Observasi .................................................................................. 52

G. Kalibrasi Instrumen ............................................................................... 53

H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 56

Page 11: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

xi

1. Uji Normalitas ........................................................................... 56

2. Uji Homogenitas ....................................................................... 57

3. Uji Hipotesis ............................................................................. 57

4. Uji N-Gain ................................................................................ 58

I. Hipotesis Statistik ................................................................................. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 60

1. Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis .......... 60

2. Hasil N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis .............................. 61

3. Hasil Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis ..................... 62

a. Persentase Pretest dan Posttest Aspek

Keterampilan Berpikir Kritis ........................................ 62

b. Hasil Pretest dan Posttest Indikator Keterampilan

Berpikir Kritis ............................................................... 63

4. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa ........................................ 65

B. Data Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran ........................................ 68

1. Keterlaksanaan Sintaks Model Think Pair Share dan Group

Investigation dalam Kegiatan Pembelajaran ............................. 68

a. Hasil Observasi Kegiatan Guru .................................... 68

b. Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik ....................... 69

1) Model Kooperatif Think Pair Share ................. 69

2) Model Kooperatif Group Investigation............. 71

C. Hasil Wawancara .................................................................................... 73

D. Pengujian Prasyarat Analisis .................................................................. 75

1. Uji Normalitas ........................................................................... 77

2. Uji Homogenitas ....................................................................... 76

E. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 77

1. Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ............................................. 77

2. Uji Hipotesis Posttest Indikator KBK ....................................... 78

F. Pembahasan ............................................................................................ 82

Page 12: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 96

B. Saran ..................................................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98

LAMPIRAN ................................................................................................... 105

Page 13: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan dalam

Pembelajaran Kooperatif ..................................................................... 18

2. Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis .................................... 34

3. Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 43

4. Tabel 3.2 Desain Penelitian ................................................................. 44

5. Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 49

6. Tabel 3.4 Keterkaitan Tahapan TPS dan GI Terhadap KBK ............. 49

7. Tabel 3.5 Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis .............................. 51

8. Tabel 3.6 Persentase Kategori Keterampilan Berpikir Kritis .............. 52

9. Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ............... 54

10. Tabel 3.8 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ................................. 55

11. Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ...................................... 55

12. Tabel 3.10 Interpretasi Taraf Kesukaran............................................... 55

13. Tabel 3.11 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ..................... 56

14. Tabel 3.12 Kategorisasi Peolehan Nilai N-Gain ................................... 58

15. Tabel 4.1 Hasil Pretes dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis ....... 60

16. Tabel 4.2 Hasil N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis .......................... 61

17. Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis

Pretest dan Posttest ............................................................................... 62

18. Tabel 4.4 Hasil Pretest dan Posttest Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis ..................................................................................................... 64

19. Tabel 4.5 Penilaian Lembar Kerja Siswa Kelas (LKS)

dan Lembar Investigasi Kelompok (LIK) ............................................ 66

20. Tabel 4.6 Persentase Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis

LKS dan LIK ......................................................................................... 67

21. Tabel 4.7 Rerata Persentase Ketercapaian Kegiatan Peserta Didik

TPS ........................................................................................................ 69

22. Tabel 4.8 Rerata Persentase Ketercapaian Kegiatan Peserta

Page 14: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

xiv

Didik GI ................................................................................................ 71

23. Tabel 4.9 Data Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen I dan Eksperimen II ........................................................... 75

24. Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ....................... 76

25. Tabel 4.11 Hasil Uji-t Pretest dan Posttest ........................................... 77

26. Tabel 4.12 Uji Hipotesis Posttest Indikator

Keterampilan Berpikir Kritis ............................................................... 78

Page 15: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................ 42

2. Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian .................................. 48

Page 16: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Judul Lampiran Halaman

1. Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes ...................................................... 105

2. Lampiran 2 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian .................................... 130

3. Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Anates ............................... 136

4. Lampiran 4 Soal Pretest dan Posttest ..................................................... 137

5. Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I .... 143

6. Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II ... 168

7. Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) TPS .......................................... 195

8. Lampiran 8 Lembar Investigasi Kelompok (LIK) GI .............................. 216

9. Lampiran 9 Lembar Rubrik Penilaian LKS TPS ..................................... 235

10. Lampiran 10 Lembar Penilaian LKS Kelas Eksperimen I ........................ 246

11. Lampiran 11 Lembar Ketercapaian KBK Pada LKS TPS ........................ 249

12. Lampiran 12 Lembar Rubrik Penilaian LIK Kelas GI ............................. 252

13. Lampiran 13 Lembar Penilaian LIK Kelas Eksperimen II ....................... 266

14. Lampiran 14 Lembar Ketercapaian KBK Pada LIK GI ........................... 269

15. Lampiran 15 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model TPS ........................... 272

16. Lampiran 16 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model GI ............................... 276

17. Lampiran 17 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I ................... 317

18. Lampiran 18 Data Hasil KBK Kelas Eksperimen I .................................. 318

19. Lampiran 19 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen II .................. 323

20. Lampiran 20 Data Hasil KBK Kelas Eksperimen II ................................. 324

21. Lampiran 21 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen I ........................ 329

22. Lampiran 22 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen I ....................... 331

23. Lampiran 23 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen II ....................... 333

24. Lampiran 24 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen II ...................... 335

25. Lampiran 25 Uji Homogenitas Pretest ..................................................... 337

26. Lampiran 26 Uji Homogenitas Posttest .................................................... 338

27. Lampiran 27 Uji Hipotesis Pretest .......................................................... 339

28. Lampiran 28 Uji Hipotesis Posttest ......................................................... 340

Page 17: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

xvii

29. Lampiran 29 Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Indikator Aspek KBK ... 341

30. Lampiran 30 Uji N-Gain Kelas Eksperimen I .......................................... 343

31. Lampiran 31 Uji N-Gain Kelas Eksperimen II ......................................... 345

32. Lampiran 32 Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa ......................... 347

33. Lampiran 33 Hasil Observasi dan Wawancara Guru Bidang

Studi Biologi MAN 1 Bogor ..................................................................... 356

34. Lampiran 34 Analisis Soal Essay UTS MAN 1 Bogor ............................. 360

35. Lampiran 35 Dokumentasi Kegiatan ........................................................ 364

36. Lampiran 36 Surat Bimbingan Skripsi ..................................................... 366

37. Lampiran 37 Surat Keterangan Riset Penelitian ....................................... 367

38. Lampiran 38 Lembar Uji Referensi .......................................................... 368

Page 18: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi saat ini, pendidikan sebagai salah satu kunci utama

keberhasilan dalam pembangunan serta sistem yang ada di setiap negara. Namun

untuk bersaing dan berkompetisi secara sehat sumber daya manusia menjadi

faktor utama. Salah satu karakteristik utama dari manusia adalah kekuatan

pemikirannya. Saat ini umat manusia dihadapi oleh suatu tantangan bagaimana

dengan adanya perkembangan informasi yang sangat cepat dapat diolah dengan

baik untuk dapat menjawab berbagai tantangan secara global dalam

menyelesaikan suatu permasalahan dengan berpikir tingkat tinggi salah satunya

berpikir kritis. Namun dalam proses pembelajaran siswa di sekolah menengah

sampai saat ini masih menekankan pada kemampuan berpikir dasar, belum

memaksimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Sehingga, dengan

adanya peningkatan mutu pendidikan yang menekankan pada pembelajaran

berorientasi pada suatu masalah siswa dapat dilatih cara berpikir tingkat tinggi

untuk dapat menjawab suatu tantangan.1

Pendidikan Indonesia saat ini mengalami penurunan kualitas sumber daya

manusia yakni menduduki peringkat ke 64 di bidang matematika, membaca, dan

sains hal ini dibuktikan pada hasil riset PISA (Programme for Internasional

Student Assesment) pada tahun 2012.2 Pada hasil riset tersebut menunjukkan perlu

diadakannya suatu perbaikan, pembaharuan serta perubahan dalam segala aspek

yang mempengaruhinya dalam sumber daya pendidikan. Aspek sumber daya

pendidikan tersebut meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana dan

1 Bartolomeus Kristi Brahmantia Putra, Joko Ariyanto dan Baskoro Adi Prayitno, Penerapan

Model Konstruktivis-Metakognitif pada Materi Sistem Koordinasi untuk Meningkatkan Berpikir

Kritis Siswa Kelas XI MIPA SMA”, Proceeding Biology Education Conference, Vol 13 (1) 2016,

h. 169, diakses dari https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/download/5686/5054, pada tanggal 16

Mei 2017 pukul 13.30 WIB. 2 OECD, PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds know and what they can do with

what they know, diakses dari https://www.oecd.org, pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 12.47 WIB.

Page 19: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

2

prasarana.3

Saat ini sumber daya manusia khususnya untuk warga masyarakat, dunia

pendidikan memiliki suatu visi untuk memberdayakan semua warga negaranya

berkembang menjadi manusia yang berkualitas untuk mampu dan proaktif dalam

menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Karena bahwasanya kualitas

SDM (Sumber Daya Manusia) bangsa secara umum dapat dilihat dari mutu

pendidikan bangsa tersebut.4 Oleh karenanya, selain mutu pendidikan yang

ditingkatkan faktor lain yang mempengaruhinya yaitu dari sumber daya manusia

itu sendiri dengan menggunakan proses berpikirnya untuk menjawab tantangan

pada era globalisasi ini.

Ilmu sains merupakan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

atau prinsip-prinsip, proses dan produk. Pembelajaran sains di sekolah siswa

dilatih untuk menghubungkan pengetahuan awal yang dimilikinya dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga proses pembelajaran sains

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi dalam menjelajahi alam sekitar secara ilmiah dan juga dengan

menggunakan proses berpikirnya. Oleh karenanya, siswa dalam proses

pembelajaran dapat memutuskan suatu tindakan terhadap tantangan dalam

perkembangan informasi yang cepat seperti saat ini untuk dapat mengatasi

masalah-masalah yang muncul.

Berpikir merupakan sebagian dari proses kognitif siswa dalam mengasah

keterampilan untuk menentukan suatu keputusan dalam memperoleh jawaban. Hal

ini sejalan Vincent yang mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental

yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan,

atau memenuhi keinginan untuk memahami, berpikir adalah sebuah pencarian

3 Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, diakses dari

http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%2022%20Tahun%202006.

pdf, h. 3, pada tanggal 3 Januari 2016 pukul 16.07 WIB. 4 Aryani Novianti, Meiry Fadilah Noor, dan Baiq Hana Susanti, “Pengaruh Model

Pembelajaran Learning Cycle terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, EDUSAINS Volume

VI Nomor 01 Tahun 2014, h. 1, diakses dari

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains/article/view/1105/982, pada 12 Juli 2017 pukul

22.40 WIB.

Page 20: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

3

jawaban, sebuah pencapaian makna.5

Keterampilan-keterampilan proses berpikir dalam pembelajaran sains meliputi

mengidentifikasi, memecahkan masalah, berdiskusi, serta menyimpulkan. Dengan

didukung oleh pencarian informasi yang berkembang saat ini siswa dapat dilatih

dengan cara berpikir kritis untuk menganalisa, menyaring dan mengevaluasi

informasi yang relevan. Sehingga hal tersebut selain tidak terbatas pada

pengukuran hasil belajar tetapi juga dapat mengasah keterampilan berpikir kritis

siswa terhadap informasi yang didapatkan. Hal-hal tersebut menjadi landasan

penting untuk proses berpikir kritis bagi siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Elaine yang menyatakan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses

terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan

bahasa yang mendasari pernyataan orang lain.6

Definisi berpikir kritis menurut Ennis menyatakan bahwa pemahaman berpikir

kritis merupakan berpikir yang berfokus pada memutuskan apa yang harus

dipercaya dan dilakukan.7 Penggunaan kata “keterampilan berpikir”

mengisyaratkan bahwa terdapat situasi belajar dan mengajar yang dapat

mendorong proses-proses menghasilkan mental yang diinginkan dari suatu

kegiatan. Oleh karenanya, apabila dalam suatu proses pembelajaran siswa sudah

mampu dalam memfokuskan terhadap suatu masalah baik secara mandiri ataupun

berkelompok siswa tersebut sudah memiliki unsur utama dalam berpikir kritis

yaitu fokus. Fokus yang didapatkan siswa dalam proses pembelajaran yaitu dari

studi kasus yang diberikan oleh guru dalam proses belajar. Sehingga, dengan

diberikannya stimulus tersebut akan melatih siswa berpikir kritis dalam

memecahkan masalah.

Berbagai inovasi dalam pendidikan IPA telah dilakukan dalam kurun waktu

saat ini. Hal ini bertujuan untuk membelajarkan siswa sehingga dapat belajar

dengan optimal. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan untuk

meningkatkan hasil belajar, mengembangkan pemikiran, dan membuat

5 Elaine B. Johnson, CTL (Contextual Teaching & Learning): Menjadikan Kegiatan Belajar-

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning, 2011), h. 187. 6 Ibid., h.185.

7 Robert H. Ennis, Critical Thinking, (New York: Prentice Hall, 1996), h. 4-5.

Page 21: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

4

pembelajaran menjadi menyenangkan salah satunya model kooperatif.

Pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran aktif yang bisa memberikan ruang

untuk mendapatkan prestasi akademik yang lebih tinggi. Selain itu, bertujuan

untuk memikirkan masalah abstraksi dan berusaha dalam memecahkan masalah.8

Model pembelajaran ini dapat diterapkan untuk berbagai mata pelajaran seperti

matematika, membaca, menulis sampai pada ilmu pengetahuan ilmiah, dimulai

dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah-masalah yang kompleks.9

Sehingga dengan adanya kerjasama antar siswa untuk terlibat aktif dalam

memecahkan suatu permasalahan secara ilmiah siswa akan saling berpikir secara

bersama dalam menganalisa informasi dan menekankan pada hakikat sosial

menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif terdiri dari tiga jenis yaitu kelompok pembelajaran

kooperatif formal (formal cooperative learning), kelompok pembelajaran

kooperatif informal (informal cooperative learning), dan kelompok besar

kooperatif (cooperative base group). Beberapa contoh diantaranya yaitu Team

Game Tournament (TGT), Student Teams Achievment Divisions (STAD), metode-

metode spesialisasi tugas seperti Group Investigation (GI) dan Jigsaw, serta

metode-metode informal seperti diskusi kelompok spontan, menomori orang

bersama, hasil karya tim, mengulang pelajaran secara kooperatif, dan berpikir-

berpasangan-berbagi.10

Dengan adanya berbagai macam model pembelajaran

kooperatif dan berbagai karakteristik yang berbeda pembelajaran kooperatif

memiliki tujuan yang sama yaitu para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pelajaran.

Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan salah satu contoh

jenis kooperatif formal. Pembelajaran kooperatif formal terdiri siswa yang bekerja

8 Nazila Rikhtehgar Nezami, Mohammad Asgari, and Hassan Dinarvand, The Effect of

Cooperative Learning on the Critical Thinking of High School Students, Technical Journal of

Engineering and Applied Sciences, Vol 3 (19):2508-2514, 2013. h. 2, diakses dari

http://www.tjeas.com, pada tanggal 6 Agustus 2016 pukul 09.41 WIB. 9 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media,

2010), h. 4. 10

Ibid., h. 11.

Page 22: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

5

sebagai tim dalam waktu yang lama (bisa sampai beberapa minggu) untuk

menyelesaikan suatu proyek atau penugasan tertentu.11

Dasar pemikiran model

Group Investigation (GI) dari pembelajaran kelas yang diperoleh melalui premis

bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah

melibatkan nilai-nilai didukungnya.12

Menurut Fenny dkk dalam model

pembelajaran ini mahasiswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan

topik maupun mempelajari melalui investigasi.13

Oleh karenanya, model

pembelajaran ini menekankan pada partisipasi aktif dan aktivitas siswa untuk

mencari sendiri materi (informasi) pelajaran melalui berbagai sumber seperti buku

pelajaran, majalah, internet, dan sumber informasi lainnya. Siswa dilibatkan

secara penuh dalam kelompok dengan adanya perencanaan, baik dalam

menentukan topik ataupun dalam memilih topik yang akan dipelajarinya melalui

suatu investigasi. Tipe tersebut menuntut siswa untuk terampil dalam

berkomunikasi serta dalam keterampilan kelompok.

Berbeda dengan model Group Investigation (GI), berpikir-berpasangan-

berbagi merupakan suatu proses pembelajaran kooperatif informal. Kooperatif

informal dapat diterapkan pada sebagian atau dari suatu pertemuan kegiatan

pembelajaran dimana siswa menjadikan rekan satu kelompoknya sebagai

pasangan untuk memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan diajarkan,

menciptakan suasana hati yang baik untuk belajar, dan memastikan siswa

memroses materi yang diajarkan secara kognitif. Selain itu, dalam pembelajaran

kooperatif informal ini terlebih dahulu guru memberikan pengajaran kemudian

11

David W. Johnson, Roger T. Johnson, and Karl A. Smith, Cooperative Learning: Improving

University Instruction by Basing Practice on Validated Theory Journal on Excellence in

University Teaching, 2013, p. 11, diakses dari http://personal.cege.umn.edu/~smith/docs/Johnson-

Johnson-Smith-Cooperative_Learning-JECT-pSmall_Group_Learning-draft.pdf, pada tanggal 19

Agustus 2016 pukul 22.09 WIB. 12

Robert, Op. Cit., h. 215. 13

Fenny Mustika Piliang, Hasruddin, dan Binari Manurung, “Pengaruh Model Pembelajaran

Berbasis Proyek dalam Tatanan Group Investigation pada Matakuliah Ekologi Hewan terhadap

Keterampilan Proses Sains Mahasiswa USI Permatangsiantar”, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED,

Vol. 12 No. 1, 2015, h. 13, diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=413362&val=5732&title=PENGARUH%20

MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS%20PROYEK%20DALAM%20TATANAN%20

GROUP%20INVESTIGATION%20PADA%20MATAKULIAH%20EKOLOGI%20HEWAN%20

TERHADAP%20KETERAMPILAN%20PROSES%20SAINS%20%20MAHASISWA%20USI%2

0PEMATANGSIANTAR, pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 14.07 WIB.

Page 23: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

6

diikuti oleh diskusi siswa hingga jam pelajaran usai.14

Sehingga perbedaan antara

kooperatif formal dan informal terletak pada lamanya posisi siswa sebagai tim.

Pada strategi kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kelompok yang

terbentuk hanya terdiri dari kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang

berbeda-beda. Sehingga, siswa dapat berinteraksi lebih aktif dalam anggota

kelompok yang jumlahnya sedikit karena interaksi dalam kelompok dipengaruhi

oleh jumlah anggota dalam kelompok. Model kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tersebut

menghendaki siswa saling bekerjasama dalam membantu dan lebih dicirikan

dengan penghargaan kelompok dari pada penghargaan individual serta memiliki

waktu yang lebih lama untuk membantu siswa dalam berpikir, menjawab, dan

saling membantu satu sama lain.

Model pembelajaran kooperatif berpikir-berpasangan-berbagi dan Group

Investigation (GI) diharapkan dapat melatih siswa untuk mengembangkan

keterampilan berpikir secara mandiri dan kritis dalam menyelesaikan suatu

permasalahan secara berkelompok. Selain itu, pada tiap fase dari model

pembelajaran kooperatif tersebut memungkinkan dapat menghantarkan siswa

untuk berpikir kritis, sehingga dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat

terlihat keefektifan model pembelajaran manakah yang dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses belajar.

Hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di MAN 1 Bogor

menunjukkan dalam proses pembelajaran biologi sebelum diterapkannya

kurikulum 2013 masih menggunakan metode ceramah. Pada tahun 2016 Sekolah

tersebut secara bertahap sudah menerapkan kurikulum 2013. Sehingga, pada

proses pembelajaran biologi sudah menggunakan metode pembelajaran aktif

seperti eksperimen, inkuiri, dan pemecahan masalah. Selain itu evaluasi

pembelajaran yang dilakukan dengan pemberian soal tipe pilihan dan uraian.15

Evaluasi tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan kognitif dengan

14

David, Op. Cit., h. 12. 15

Lampiran 33, h. 356.

Page 24: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

7

persentase 50% C1, 25% C3 dan C4.16

Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam

evaluasi pembelajaran hanya sampai tingkatan kognitif C4 yaitu menganalisis

dalam proses pembelajaran. Namun dengan begitu, perlu diadakannya suatu

proses pembelajaran yang lebih baik untuk meningkatkan keterampilan berpikir

kritis siswa.

Fungi sebagai salah satu konsep Biologi yang diajarkan pada kelas X yang

menuntut siswa untuk mengelompokkan jenis-jenis jamur berdasarkan ciri-ciri

dan peranannya bagi kehidupan melalui percobaan yang tertera pada KD 3.6

Tahun 2013 sehingga siswa mampu menggunakan proses berpikirnya untuk

berpikir kritis dalam memecahkan masalah tersebut.17

Fungi sebagai salah satu

makhluk hidup yang memiliki manfaat tidak hanya bagi manusia tetapi dapat

bersimbiosis dengan organisme yang lainnya. Salah satu contoh pemanfaatan

jamur dalam bidang pangan yaitu Volvariella volvacea (jamur merang) dan

Auricularia polytricha (jamur kuping) yang banyak mengandung gizi dan baik

untuk kesehatan manusia. Dengan adanya pemanfaatan sumber daya tersebut

diharapkan dapat menjadi solusi dalam menangani kasus malnutrisi di kalangan

masyarakat serta makanan alternatif yang menyehatkan tubuh. Karena

berdasarkan UU Ketahanan Pangan makanan bergizi adalah makanan yang terdiri

atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan komponen

lainnya yang bermanfaat bagi pertumuhan dan kesehatan manusia.18

Fungi selain dimanfaatkan oleh manusia dalam bidang pangan, terdapat pula

jenis fungi yang dapat merugikan makhluk hidup lainnya yang bersifat patogen

salah satunya adalah Malassezia furfur jamur penyebab panu pada kulit manusia.

Selain itu, struktur tubuh fungi tidak semuanya berbentuk seperti payung dan

berukuran makroskopik melainkan juga ada yang berukuran mikroskopik yang

16

Lampiran 34, h. 360. 17

Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013, h. 122, diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/drs-sudarmaji-mpd/03-kompetensi-dasar-sma-

2013.pdf, pada tanggal 9 Juni 2017 pukul 13.21 WIB. 18

Salinan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan

Pangan dan Gizi, h. 2, diakses dari

http://bkppp.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2015/04/PP_17_2015_ketahanan%20pangan_gi

zi.pdf, pada tanggal 20 April 2017 pukul 21.21 WIB.

Page 25: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

8

dapat dibedakan berdasarkan divisinya. Oleh karena itu, berdasarkan konsep fungi

yang memiliki berbagai peranan menguntungkan dan merugikan bagi manusia

konsep tersebut dipilih agar dapat melatih siswa dalam berpikir kritis mengenai

permasalahan yang berkaitan dengan materi tersebut. Dalam memecahkan

berbagai isu atau permasalahan maka diterapkannya model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI) untuk

mengetahui perbedaan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Dimana siswa

dituntut untuk saling kooperatif menggali pengetahuannya bersama teman

kelompoknya dalam menganalisis suatu permasalahan dengan argumen yang akan

dikemukakan sebagai suatu proses berpikir kritisnya terkait dengan konsep fungi.

Latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep

Fungi dengan Model Kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation

(GI)”. Diharapkan dengan adanya penelitian tersebut dapat mengukur perbedaan

keterampilan berpikir kritis siswa pada model pembelajaran kooperatif TPS dan

GI.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

diidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Evaluasi pembelajaran masih mengukur pada kemampuan tingkat rendah.

2. Model pembelajaran yang dilakukan hanya sampai pada pemecahan masalah

dan belum secara maksimal mengukur secara kooperatif.

3. Belum terukurnya keefektifan kerja kelompok yang dilakukan karena

perbedaan karakteristik dari suatu model pembelajaran kooperatif.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan agar penelitian ini menjadi

fokus sebagai kajian penelitian maka dibatasi dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi suatu model pembelajaran kooperatif yakni menggunakan 2

jenis model tipe Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI).

Page 26: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

9

2. Keterampilan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini yaitu aspek, sub-aspek,

dan beberapa indikator keterampilan berpikir kritis menurut Robert H. Ennis.

Aspek utama yang diukur yaitu memberikan penjelasan sederhana,

membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih

lanjut, serta strategi dan taktik.

3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fungi pada siswa kelas X

semester genap tahun pelajaran 2016/2017 dimana konsep tersebut diajarkan

pada kelas dan waktu tersebut.

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah perbedaan

keterampilan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran model kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation pada konsep Fungi di kelas X

MIA MAN 1 Bogor?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan

berpikir kritis siswa pada model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)

dan Group Investigation (GI).

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu sebagai

berikut:

1. Bagi guru dapat memberikan informasi mengenai suatu pembelajaran yang

aktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Bagi siswa untuk melatih kerjasama secara kelompok dalam memecahkan

suatu masalah dengan menggunakan dari proses berpikir kritisnya.

3. Peneliti lain, sebagai bahan rujukan dan memberikan informasi lain mengenai

model pembelajaran aktif yang dapat diterapkan di dalam kelas dengan baik.

Page 27: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

10

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoritis

Pada bab ini akan membahas mengenai keterampilan berpikir kritis. Proses

keterampilan berpikir kritis diperlukan oleh warga masyarakat untuk dapat

bersaing di era globalisasi dalam menjawab suatu tantangan dalam dunia

pendidikan saat ini. Dalam kondisi tersebut kita dituntut dapat meningkatkan

kualitas SDM, dengan kata lain berarti kita dituntut untu meningkatkan mutu

pendidikan.1 Oleh karenanya, dengan adanya suatu model pembelajaran

kooperatif sebagai sarana untuk dapat menghantarkan siswa dalam terampil

berpikir kritis. Tujuannya yaitu, siswa dapat menjawab suatu tantangan

dengan memberikan suatu tindakan terhadap suatu masalah-masalah yang

muncul.

1. Pengertian Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kesatuan yang tak terpisahkan

dalam kehidupan manusia. Karena dengan belajar manusia bisa mengembangkan

potensi-potensi yang dimilikinya sejak lahir. Tanpa adanya proses belajar maka

manusia tidak mungkin dapat memenuhi segala kebutuhannya. Dengan belajar

manusia bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dimana saja misalnya di lingkungan

keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar. Proses belajar yang dialami manusia

khususnya di lembaga pendidikan memiliki tujuan tertentu yaitu membentuk

kepribadian yang baik serta dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.

Pengertian pembelajaran menurut Surayya yang menyatakan bahwa

pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh

1 Aryani Novianti, Meiry Fadilah Noor, dan Baiq Hana Susanti, “Pengaruh Model

Pembelajaran Learning Cycle terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, EDUSAINS Volume

VI Nomor 01 Tahun 2014, h. 1, diakses dari

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains/article/view/1105/982, pada 12 Juli 2017 pukul

22.40 WIB.

Page 28: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

11

beberapa faktor antara lain guru, siswa, sarana, media, serta lingkungan.2 Maka

dengan adanya proses belajar dan pembelajaran di sekolah, akan mengasah

keterampilan ranah kognitif siswa dalam menerima ilmu pengetahuan secara utuh.

Pada ranah afektif siswa memiliki sikap yang baik dalam kegiatan belajar untuk

berpartisipasi secara aktif dan memiliki hubungan interaksi yang harmonis antar

sesama, serta pada ranah psikomotorik siswa memiliki keterampilan (skill) untuk

memutuskan suatu tindakan berdasarkan pengalaman belajar yang di dapatkan di

sekolah.

Proses pembelajaran tidak hanya mengutamakan dari ranah kognitif,

afektif dan psikomotorik akan tetapi ada faktor-faktor pendukung lainnya untuk

keberhasilan suatu proses pembelajaran. Diantaranya keterampilan seorang guru

yang berperan sebagai fasilitator. Peran guru yaitu tidak hanya memberikan ilmu

pengetahuan saja tetapi memfasilitasi segala aktivitas pembelajaran di dalam

kegiatan proses belajar mengajar, sehingga siswa berpatisipasi aktif dan

pembelajaran menjadi bermakna. Hal ini di dukung oleh teori Gagne yang

menyatakan bahwa di dalam proses pembelajaran sebuah instruksi yang dilakukan

oleh seorang tenaga pendidik bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam

belajar.3

Pembelajaran IPA khususnya, siswa memperoleh ilmu pengetahuannya

secara mandiri tidak hanya di dalam kelas saja, melainkan dengan adanya

interaksi dengan alam dan pengalaman langsung siswa menjadi lebih mudah

memahami dalam kegiatan pembelajaran. Karena ilmu sains merupakan suatu

ilmu yang memiliki cakupan yang luas, sehingga untuk dapat memahami lebih

mendalam konteks pembelajaran sains dengan adanya suatu aktivitas belajar

mengenal alam maka ilmu yang di dapatkan menjadi utuh. Misalnya, contoh teori

fotosintesis pada tumbuhan maka dengan adanya kegiatan pembelajaran langsung

2 L. Surayya, L, I W. Subagia dan I N. Tika, Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share

Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa, E-journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol 4 Tahun 2014, h. 2, diakses

dari pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/download/1105/853, pada tanggal

2 Januari 2016 pukul 09.45 WIB. 3 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), h.

27.

Page 29: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

12

dengan mengamati daun siswa menjadi lebih mudah memahami proses

fotosintesis karena proses untuk mendapatkan ilmu tersebut menggunakan semua

panca indera dalam proses belajarnya. Oleh karenanya, dalam pembelajaran selain

faktor utama dari proses belajar siswa serta peran guru dalam mengajar, dengan

adanya suatu perencanaan pembelajaran maka proses kegiatan belajar mengajar di

kelas dapat diterapkan dengan baik.

2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Sekitar tahun 1960-an, belajar kompetitif dan individualistis telah

mendominasi pendidikan di Amerika Serikat. Siswa biasanya datang ke sekolah

dengan harapan untuk berkompetisi dan tekanan dari orang tua untuk menjadi

yang terbaik.4 Tujuan pembelajaran kompetitif dan individualistis adalah agar

siswa saling bersaing secara tidak sehat dan akan terjadi diskriminasi terhadap

siswa yang memiliki kognitif rendah. Oleh karenanya, pembelajaran tersebut tidak

diterapkan dan telah berevolusi menjadi sebuah pembelajaran berbasis kerja sama

di dalam proses belajar.

Slavin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa

berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.5 Hal ini juga di dukung oleh

pernyataan Johnson & Johnson yang menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif

siswa belajar bersama sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan tugas-tugas

kelompok untuk mencapai tujuan bersama.6 Selain itu menurut Arends

menyatakan bahwa model pembelajaran dikembangkan untuk mencapai

setidaknya terdapat tiga aspek penting yaitu prestasi akademik, toleransi dan

4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2012),

h. 55. 5 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2013), h. 201. 6 David W. Johnson, Roger T. Johnson, and Karl A. Smith, Cooperative Learning: Improving

University Instruction by Basing Practice on Validated Theory Journal on Excellence in University

Teaching, 2013, p. 3, diakses dari http://personal.cege.umn.edu/~smith/docs/Johnson-Johnson-

Smith-Cooperative_Learning-JECT-pSmall_Group_Learning-draft.pdf, pada tanggal 19 Agustus

2016 pukul 22.09 WIB.

Page 30: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

13

penerimaan keragaman serta pengembangan keterampilan sosial.7

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini memiliki berbagai macam

pembelajaran yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Pembelajaran kooperatif memiliki ciri khas dan berbeda dengan pembelajaran

yang lainnya yaitu berpusat pada keaktifan kerja sama siswa untuk saling

membantu di dalam menerima dan mengolah materi secara baik yang diberikan

oleh guru. Perbedaan kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran dapat dilihat

dari output berupa evaluasi kelompok. Keberhasilan belajar dari kelompok

tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara

individual maupun secara berkelompok.8

Menurut Roger T. Johnson & David W. Johnson menyatakan bahwa

kooperatif merupakan bentuk kerja sama yang dilakukan untuk bersama-sama

dalam mencapai tujuan bersama. Di dalam kegiatan kooperatif bermanfaat bagi

individu maupun anggota kelompok lainnya.9 Sedangkan menurut John W.

Santrock bahwa pembelajaran kooperatif terjadi ketika siswa saling bekerja sama

dalam suatu kelompok-kelompok kecil yang bertujuan untuk saling membantu di

dalam proses belajar.10

Berdasarkan paparan dari beberapa ahli diatas bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang terdiri dari interaksi siswa yang

memiliki ketergantungan positif pada proses belajar. Di dalam belajar hakikat

sosial menjadi aspek utama di dalam kooperatif. Tujuan dibentuknya kelompok

yaitu untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara

aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selain itu, selama proses

pembelajaran siswa diajarkan untuk memiliki keterampilan-keterampilan di dalam

diskusi seperti menjadi menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan

7 Richard Arends, Learning to Teach, 2013, p. 361, diakses dari www.mhhe.com, pada tanggal

6 Januari 2017 pukul 23.15 WIB. 8 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika

Aditama, 2013), h. 62. 9 Roger T. Johnson and David W. Johnson, Methods for Developing Cooperative Learning on

the Web, 2001, p. 1, diakses dari http://courses.cs.vt.edu/~cs4624/s01/docs/cooplearning.pdf, pada

tanggal 9 Januari 2017 pukul 21.18 WIB. 10

John W. Santrock, Educational Psychology, 2011, p. 341, diakses dari

http://utab.ac.rw/books/1410447918.pdf, pada tanggal 7 Januari 2017 pukul 21.00 WIB.

Page 31: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

14

yang baik kepada teman kelompok, berdiskusi, dan lain sebagainya.

b. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif

Roger & David Johnson menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok

bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima

unsur model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan, yang meliputi:11

1) Saling ketergantungan positif, artinya bahwa keberhasilan suatu karya sangat

bergantung pada usaha setiap anggotanya, 2) tanggung jawab perseorangan,

artinya setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik, 3) tatap muka, maksudnya bahwa setiap kelompok harus diberikan

kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi, 4) komunikasi antar anggota,

artinya agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi,

5) evaluasi sebagai proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus

bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

siswa agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.

Berdasarkan dari unsur-unsur kooperatif tersebut, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif yaitu adanya interaksi positif antar siswa menjadi

hal utama dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Karena setiap anggota

kelompok memiliki tanggung jawab secara individu maupun kelompok untuk

memahami secara bersama materi yang telah diperoleh dari guru. Keberhasilan

kelompok dikarenakan adanya saling bekerja sama dengan baik antar siswa

sehingga memperoleh output yang baik di dalam proses belajar.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Penerapan pembelajaran kooperatif tidak hanya mengutamakan dari proses

interaksi sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran. Akan tetapi, pembelajaran

kooperatif dapat berjalan secara sistematis sesuai dengan tipe pembelajaran,

materi, serta karakteristik siswa. Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif terdapat

tiga kegiatan utama yang harus diperhatikan, yaitu: pengelolaan,

11

Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-Model Pembelajaran

Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 58.

Page 32: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

15

pengorganisasian, dan penyampaian informasi. Sehingga untuk penerapan

pembelajaran kooperatif diperlukan suatu langkah-langkah pembelajaran agar

berjalan dengan baik.

Slavin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

yang mengajarkan siswa kerjasama dan kolaboratif serta dapat memahami konsep

yang dianggap sulit oleh siswa. Selanjutnya dikemukakan bahwa langkah-langkah

pembelajaran kooperatif meliputi:12

A) Persiapan (preparation) dengan

menyediakan informasi dengan cara yang paling efektif dan menyiapkan siswa

untuk ikut serta dalam kerja kelompok sehingga mereka dapat menguasai

informasi. B) Penyampaian (delivery) a) menentukan tujuan kelompok (set the

team goals), b) memberikan penugasan kelompok (give the teams the

assignment), c) memonitor kerja kelompok (monitor the teams), d) pemberian dan

penilaian quis pada siswa (quiz the student and score), e) pengumuman prestasi

(recognize team accomplishment), C) Penutup (closure), a) ingatkan siswa apa

yang telah dipelajari, b) informasi baru harus berkaitan dengan apa yang sudah

mereka pelajari atau apa yang akan dipelajari, c) sediakan kesempatan untuk

menerapkan menggunakan informasi yang mereka dapat.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dijadikan sebagai

pedoman utama bagi guru dalam menerapkannya agar tujuan dan kegiatan belajar

dan mengajar menjadi sistematis. Selain itu, pada tahap evaluasi dengan adanya

penghargaan (reward) yang diperoleh oleh kelompok menjadi motivasi belajar

bagi siswa.

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Tujuan dari adanya perkembangan berbagai inovasi suatu pembelajaran

adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa, daya penalaran dalam berpikir,

12

Sujarwo, Implementasi Pembelajaran Kooperatif dalam Membantu Mengembangkan

Kecerdasan Emosional”, Majalah Ilmiah Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan Teknologi

Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Vol 6 No. 2, 2010, h. 14,

diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Sujarwo,%20M.Pd./Implementasi%20Pembelajar

an%20Kooperatif%20dalam%20Membantu%20Mengembangkan%20Kecerdasan%20Emosional.p

df, pada tanggal 23 Oktober 2016 pukul 11.56 WIB.

Page 33: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

16

aspek sosial yang baik terjalin di antara siswa, serta menjadi panduan bagi guru

untuk menerapkan pembelajaran di dalam kelas agar terciptanya suasana yang

aktif dan kondusif. Tentunya pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa

kelebihan dan kekurangan. Menurut Trianto para ahli telah menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,

dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran

kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah

maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik.13

Menurut Thampson model pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat

sebagai berikut:14

a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, b)

meningkatkan rasa harga diri, c) memperbaiki sikap terhadap pembelajaran guru

dan sekolah, d) memperbaiki kehadiran, e) saling memahami adanya perbedaan

dan individu, f) mengurangi perilaku yang mengganggu, g) mengurangi konflik

antar pribadi, h) mengurangi sikap apatis, i) memperdalam pemahaman, j)

meningkatkan motivasi, k) meningkatkan hasil belajar, l) memperbesar retensi

atau penyimpanan lebih lama, m) meningkatkan kebaikan budi kepekaan dan

toleransi.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas mengenai tujuan dan

manfaat pembelajaran kooperatif, maka dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan interaksi

kepada guru dan juga dengan teman sejawat untuk saling membantu di alam

keberhasilan pembelajaran serta komunikasi yang terbentuk baik dan komunikatif.

13

Trianto, Op. Cit., h. 59. 14

Sarifah Nurhasanah, “Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD untuk

Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia dalam Pelajaran IPS pada Siswa Kelas

V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010” Skripsi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, h. 17, diakses dari

http://eprints.uns.ac.id/2398/1/174800601201110171.pdf, pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 20.48.

WIB.

Page 34: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

17

3. Beberapa Variasi Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

meningkatkan prestasi siswa, adanya hubungan positif yang didapatkan dalam

kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang

akademik, serta meningkatnya rasa harga diri selama proses pembelajaran seperti

berpikir, menyelesaikan masalah, mengintegrasikan, dan mengaplikasikan

pengetahuan yang siswa dapatkan melalui pembelajaran kooperatif.15

Pembelajaran kooperatif terdiri dari tiga jenis yaitu kelompok pembelajaran

kooperatif formal (formal cooperative learning), kelompok pembelajaran

kooperatif informal (informal cooperative learning), dan kelompok besar

kooperatif (cooperative base group).16

Pembelajaran kooperatif formal terdiri siswa yang bekerja sebagai tim

dalam waktu yang lama (bisa sampai beberapa minggu) untuk menyelesaikan

suatu proyek atau penugasan tertentu.17

Sedangkan pembelajaran kooperatif

informal ini terlebih dahulu guru memberikan pengajaran kemudian diikuti oleh

diskusi siswa hingga jam pelajaran usai.18

Menurut Slavin terdapat lima prinsip pembelajaran tim siswa yang

diantaranya diadaptasi pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas

seperti Student Team-Achievement Division (STAD), Team Game Tournament

(TGT), dan Jigsaw II sedangkan terdapat pula dua yang lainnya yaitu kurikulum

komperehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus

pada tingkat kelas tertentu seperti Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) dan Team Accelerated Instruction (TAI) kelima metode ini

melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses

yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.19

Sedangkan menurut Kagan untuk

pembelajaran kooperatif informal, strukturnya sederhana seperti sesuatu yang

tidak tepat menjadi tepat sesuai dengan tujuan. Dalam tim presentasi yang formal,

menuju ke struktur yang lebih kompleks seperti presentasi kelompok dengan

15 Robert, Op. Cit., h. 4-5.

16 David, Op. Cit., p. 11-12.

17 Ibid., p. 11.

18 Ibid., h. 12.

19 Slavin, Op. Cit., h. 11.

Page 35: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

18

nomor.20

Menurut Ibrahim dalam Trianto, setidaknya terdapat empat pendekatan

yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu Student Team-Achievement

Division (STAD), JIGSAW, Investigasi Kelompok, (Teams Games Tournaments

atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan

Number Head Together (NHT). Perbandingan empat pendekatan dalam

pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini: 21

Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Aspek STAD Jigsaw Investigasi

Kelompok

Pendekatan

Struktural

Tujuan

Kognitif

Informasi

akademik

sederhana

Informasi

akademik

sederhana

Informasi

akademik tingkat

tinggi &

keterampilan

inkuiri

Informasi

akademik

sederhana

Tujuan

Sosial

Kerja

kelompok dan

kerja sama

Kerja

kelompok dan

kerja sama

Kerja sama dalam

kelompok

kompleks

Keterampilan

kelompok &

keterampilan

sosial

Struktur

Tim

Kelompok

belajar

heterogen

dengan 4-5

orang anggota

Kelompok

belajar

heterogen

dengan 5-6

orang anggota

menggunakan

pola kelompok

‘asal’ &

kelompok ahli

Kelompok belajar

heterogen dengan

5-6 orang anggota

homogen

Bervariasi,

berdua,

bertiga,

kelompok

dengan 4-5

orang

anggota.

Pemilihan

Topik Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa

Biasanya

guru

20

Spencer Kagan and Miguel Kagan, Kagan Cooperative Learning, 2009, h. 6.20, diakses dari

https://www.kaganonline.com/free_articles/dr_spencer_kagan/ASK40.pdf, pada tanggal 11 Juli

2017 pukul 11.09 WIB. 21

Trianto, Op. Cit., h. 67-68.

Page 36: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

19

Tugas

Utama

Siwa dapat

menggunakan

lembar

kegiatan &

saling

membantu

untuk

menuntaskan

materi

belajarnya

Siswa

mempelajari

materi dalam

kelompok

‘ahli’

kemudian

membantu

anggota

kelompok asal

mempelajari

materi itu

Siswa

menyelesaikan

inkuiri kompleks

Siswa

mengerjakan

tugas-tugas

yang

diberikan

secara sosial

dan kognitif

Penilaian Tes mingguan

Bervariasi

berupa tes

mingguan

Menyelesaikan

proyek dan

menulis laporan,

dapat

menggunakan tes

essay

Bervariasi

Pengakuan

Lembar

pengetahuan &

publikasi lain

Publikasi lain Lembar pengakuan

dan publikasi lain Bervariasi

4. Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

a. Pengertian Model Kooperatif Think Pair Share (TPS)

Pada hakikatnya pembelajaran IPA adalah suatu ilmu untuk mencari tahu,

memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman

mengenai gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum.

Dengan adanya berbagai macam model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk

mengasah aspek kognitif dan keterampilan sosial. Berbagai macam model

kooperatif bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling

bekerjasama dalam memecahkan masalah. Salah satu contoh dari pembelajaran

kooperatif informal yaitu Think Pair Share (TPS). Strategi think pair share (TPS)

atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi think pair share ini

berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali

dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland yang

menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk

Page 37: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

20

membuat variasi suasana pola diskusi kelas.22

Slavin menyatakan bahwa metode pembelajaran yang berbasis kerjasama

disebut sebagai “Learning Together” karena dalam kelompok kecil siswa

menyelesaikan tugas secara individual kemudian di diskusikan bersama temannya

dan pada tahapan akhir mendapatkan reward sebagai bentuk penghargaan. Metode

ini menekankan kepada siswa untuk menjadi kelompok yang terbaik dan

selanjutnya mengevaluasi kinerja para anggota kelompok.23

Pendapat lain

dinyatakan oleh John W. Santrock bahwa pendekatan ini memiliki empat

komponen yaitu: (1) interaksi tatap muka, (2) saling ketergantungan positif, (3)

akuntabilitas individual, (4) pengembangan keterampilan kelompok dan

individual.24

Lie menyatakan bahwa teknik bertukar pasangan ini memberi siswa

kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini biasa digunakan

pada mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.25

Tidak semua

penerapan proses pembelajaran kooperatif akan berjalan dengan lancar. Karena

dengan beragamnya karakteristik siswa, maka seorang guru harus memiliki

sebuah strategi untuk menangani perbedaan di antara individu. Karena ada

kalanya siswa merasa terdiskriminasi terhadap sesama temannya karena hanya

siswa yang komunikatif mendominasi dan mendapatkan perhatian dari banyak

orang. Sehingga dengan adanya tipe pembelajaran kooperatif Think Pair Share ini

bertujuan untuk siswa membentuk kelompok kecil dan berpasangan bekerja sama

dalam kelompok. Hal tersebut didukung oleh Arends yang menyatakan bahwa

strategi think-pair-share berkembang dari pembelajaran kooperatif yang

dipengaruhi oleh selang waktu. Hal tersebut menjadi suatu tantangan bahwa untuk

mengubah pola proses pembelajaran ataupun diskusi kelompok dengan prosedur

22

Kokom, Op. Cit., h. 64. 23

Robert Slavin, et al., Learning to Cooperate, Cooperating to Learn, (New York: Plenum

Press, 1985), p. 8. 24

Santrock, Op. Cit., p. 343. 25

Giyastutik, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun Pelajaran 2007/2008”,

Skripsi Prodi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta, 2009, h. 30, diakses dari http://eprints.uns.ac.id/9241/1/160672508201011431.pdf, pada

23 Oktober 2016 pukul 21.20 WIB.

Page 38: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

21

memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, merespon, serta membantu

satu sama di dalam kelompok.26

Mayfield dan Vollmer menyatakan bahwa dengan diterapkannya think pair

share didalam belajar secara kooperatif akan memberikan konteks sosial agar

lebih aktif dalam belajar dan membuat hubungan lebih mendalam antara fakta-

fakta, konsep-konsep, dan ide-ide.27

Addam Barragato juga menyatakan bahwa

Think / Pair / Share (TPS) adalah teknik penilaian formatif sederhana namun

efektif yang dapat menyoroti bagian kekeliruan bagi siswa dan membiarkan

instruktur mengatasi kekeliruan secara tepat waktu dan berguna. Teknik

pembelajaran aktif ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan

rekan-rekan mereka untuk bisa membangun pembelajaran mereka. Bagian ini

akan membahas kapan dan bagaimana menggunakan TPS secara efektif dan akan

memberikan contoh yang spesifik.28

Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan oleh para ahli mengenai

pembelajaran Think Pair Share (TPS) bahwa pada tahapan think guru memberikan

beberapa waktu untuk siswa memikirkan sendiri jawaban yang telah diberikan

oleh guru terhadap suatu permasalahan. Pada tahapan pairing siswa akan saling

bertukar informasi yang didapatkan dari proses berpikir dengan temannya untuk

saling bertukar pendapat, kemudian pada tahapan share setiap kelompok diberikan

kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah di lakukan di depan

kelas. Tujuan adanya metode tersebut adalah untuk memperoleh proses

pembelajaran lebih bermakna dan juga mengasah keterampilan sosial antar

individual.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

Langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share memiliki banyak

26

Arends, Op. Cit., p. 370. 27

Ojo Tolani Adekunmi, Effect of Think-Pair-Share Collaborative Inquiry as One of

Classroom Practices for Improving Students Reflective Thinking Skills in Basic Science. Journal

of Education and Policy Review, Volume 7, Number 1 Tahun 2015, p. 23, diakses dari

www.cenresinpub.org, pada tanggal 9 Agustus 2016 pukul 14.15 WIB. 28

Addam Barragato, “Think/Pair/Share and Variations: An Effective Implementation Guide

for Active Learning and Assessment”, Faculty Center for Innovative Teaching, Central Michigan

University, 2015, h. 2, diakses dari http://facit.cmich.edu, pada tanggal 23 Oktober 2016 pukul

23.01 WIB.

Page 39: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

22

persepsi dari berbagai ahli, beberapa diantaranya adalah:

Menurut Arends langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share sebagai

berikut:29

Langkah 1 -Thinking : guru memunculkan suatu pertanyaan atau

masalah yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk memikirkan

sendiri jawaban. Siswa perlu diberitahu bahwa berbicara bukanlah bagian dari

waktu untuk berpikir. Langkah 2 -Pairing : selanjutnya, guru meminta siswa

untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh dari hasil

berpikir. Interaksi yang terjalin dapat pula berbagi jawaban jika pertanyaan atau

masalah yang telah diberikan teridentifikasi. Biasanya guru akan memberikan

waktu 4-5 menit waktu untuk berpasangan. Langkah 3 –Share : pada langkah

akhir, guru meminta pasangan untuk berbagi apa yang telah didiskusikan dan

berbicara di depan kelas.

Menurut Anita Lie: 30

1) guru menyampaikan inti materi dan kompetensi

yang ingin dicapai, 2) siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan

yang disampaikan guru, 3) siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya

(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, 4) guru

memimpin pleno diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya,

5) berawal dari kegiatan tersebut guru mengarahkan pembicaraan pada pokok

permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa, 6) guru

memberi kesimpulan, 7) penutup.

Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share sebagai berikut: 1) Guru

memberikan suatu pertanyaan atau masalah kepada siswa, 2) Pada langkah

berpikir (Think) siswa diberikan beberapa waktu untuk memikirkan jawaban

secara individual terhadap pertanyaan atau masalah yang diberikan oleh guru,

3) Pada langkah berpasangan (Pairing) siswa memilih sendiri teman untuk

berpasangan dalam mendiskusikan hasil yang telah diperoleh dari proses berpikir

29

Ibid., p. 370-371. 30

Ririn Parlina, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share (TPS) untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Akuntansi Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK

Muhammadiyah Cawas Kabupaten Klaten”, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, h. 23, diakses dari

https://core.ac.uk/download/pdf/12350337.pdf, pada tanggal 24 Oktober 2016 pukul 20.53 WIB.

Page 40: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

23

(think), 4) Pada langkah berbagi (Share) pasangan yang telah dipilih ataupun

sebagai sukarela mempresentasikan hasil diskusi dan kesimpulan di depan kelas.

c. Kelebihan dan Kekurangan Think Pair Share (TPS)

Pembelajaran kooperatif think pair share terdapat beberapa kelebihan dan

kekurangan. Muslimin Ibrahim menyatakan kelebihan think pair share adalah:31

1) dapat menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan

dalam setting seluruh kelompok, 2) memiliki prosedur yang ditetapkan secara

eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan

saling bantu satu sama lain, 3) hasil belajar lebih mendalam tentang apa yang

telah dijelaskan atau dialami.

Anita Lie menyatakan bahwa kekurangan pendekatan ini adalah sangat

sulit diterapkan disekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah. Selain itu,

terbatasnya waktu yang tersedia dan banyaknya jumlah kelompok yang terbentuk

di tiap kelas menyebabkan pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini tidak

efektif untuk diterapkan.32

Berdasarkan dari uraian mengenai pembelajaran kooperatif Think Pair

Share (TPS) bahwa dengan adanya penerapan pembelajaran kooperatif antar

siswa atau pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) sebagai salah satu proses

pembelajaran yang efektif, dimana siswa akan saling membantu satu sama lainnya

di dalam memahami pembelajaran. Karena apabila pembelajaran berpusat pada

guru maka pembelajaran tersebut tidak akan efektif yang disebabkan beberapa

faktor seperti keterbatasan waktu belajar di dalam kelas, dan jumlah siswa yang

banyak sehingga guru tidak bisa secara keseluruhan memantau proses belajar

diantara individu. Sehingga, dengan belajar dengan rekan sebaya siswa dapat

lebih berinteraksi dengan temannya dan lingkungan belajar tidak selamanya

berada di dalam ruangan kelas.

31 Habibah Munawwaroh, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SD Dharma Karya Universitas

Terbuka”, Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 25. 32

Ibid., h. 26.

Page 41: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

24

5. Pembelajaran Group Investigation (GI)

a. Pengertian Model Kooperatif Group Investigation (GI)

Berkembangnya berbagai inovasi model pembelajaran di Kurikulum 2013

saat ini sebagai penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Karena

kurikulum sebelumnya pembelajaran masih bersifat teacher centered. Adanya

inovasi model pembelajaran adalah untuk memotivasi belajar siswa dan

menghindari kemalasan belajar karena proses pembelajaran hanya menggunakan

metode ceramah dan siswa cenderung bosan dengan situasi tersebut. Model

kooperatif yang digunakan selain Think Pair Share yaitu tipe Group Investigation.

Tipe kooperatif tersebut meningkatkan kerjasama siswa dalam bentuk kelompok

besar untuk memecahkan suatu permasalahan yang kompleks. Sehingga antara

siswa akan saling menyelidiki suatu permasalahan yang diberikan oleh guru.

Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael

Sharan di Univertsitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan

pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah

kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap

kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan)

yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan

kelompok.33

Pengembangan belajar kooperatif GI didasarkan atas suatu premis bahwa

proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan

intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua

domain tersebut.34

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran biologi adalah model Group Investigation merupakan model

pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok yang heterogen untuk

menyelidiki suatu topik. Penyelidikan dilakukan dengan merencanakan bersama

tugas, melakukan pengamatan dan mempresentasikan laporan.35

Hal tersebut juga

33

Rusman., Op. Cit., h. 220. 34

Tukiran., Op. Cit., h. 74. 35

Tri Lestari Handayani, “Efektivitas Group Investigation Ditunjang Penugasan Awetan

Bioplastik terhadap Hasil Belajar dan Minat Wirausaha Siswa pada Materi Keanekaragaman

Makhluk Hidup” Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Malang, 2013, h. 2, diakses dari http://lib.unnes.ac.id/18681/1/4401408007.pdf,

Page 42: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

25

didukung oleh penyataan menurut Istikomah, dkk yang menyatakan bahwa

melalui Group Investigation (GI) siswa diberi kesempatan untuk bersikap ilmiah

dengan mengembangkan rasa ingin tahu, jujur, terbuka, tekun, dan teliti.36

Menurut Slavin, strategi belajar kooperatif sangatlah ideal diterapkan

dalam pembelajaran Biologi (IPA). Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan

desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode

ilmiah, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi

berdasarkan pengalaman sehari-harinya.37

Menurut John W. Santrock menyatakan

bahwa pendekatan ini melibatkan kombinasi belajar mandiri dan kerja kelompok

yang terdiri dari dua hingga enam anggota kelompok, serta mendapatkan

penghargaan kelompok. Biasanya guru memilih suatu permasalahan di dalam

belajar, akan tetapi pada pendekatan ini siswa sendiri yang memutuskan untuk

mengeksplor masalah yang telah dipilih.38

Model kooperatif tipe Group Investigation dipandang sebagai model

pembelajaran yang paling kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam

pembelajaran kooperatif karena melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam

menentukan topik ataupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi, namun

baik dalam keterampilan berkomunikasi siswa dan keterampilan proses kelompok.

Menurut Arends menyatakan bahwa grup investigasi mungkin pembelajaran yang

paling kompleks dari pendekatan pembelajaran kooperatif dan paling sulit untuk

diterapkan. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, pendekatan GI melibatkan siswa

dalam perencanaan baik topik untuk suatu penyelidikan dan perencanaan dalam

mengaplikasikan dari proses penyelidikannya.39

Berdasarkan uraian-uraian dari beberapa ahli mengenai Group

pada tanggal 6 Januari 2016 pukul 14.00 WIB.

36 Rini Anggraini, “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Menggunakan

Local Material Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis, Motivasi

dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 1 MOJO Kediri”, Artikel Skripsi Program Studi

Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara Persatuan

Guru Republik Indonesia, 2015, h. 2, diakses dari

http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2015/11.1.01.06.0073.pdf, pada tanggal 25

Oktober 2016 pukul 13.00 WIB. 37

Rusman, Op. Cit., h. 221. 38

Santrock, Loc. Cit., p. 343. 39

Arends, Op. Cit., p. 369.

Page 43: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

26

Investigation yaitu merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak

perencanaan dalam penentuan topik ataupun strategi yang digunakan untuk

merencanakan proses investigasi. Guru mengaitkan pembelajaran dengan dunia

nyata sehingga siswa bersama kelompoknya mencari dan menginvestigasi suatu

kebenaran. Dengan adanya model pembelajaran GI tersebut maka selain

mengasah keterampilan berkomunikasi dan proses kerja dalam kelompok tetapi

juga memberi kebebasan bagi siswa untuk berpikir kritis siswa, kreatif, produktif

secara tekun dalam proses penerapannya.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation (GI)

Deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok

Menurut Arends dapat dikemukakan sebagai berikut: 40

a. Seleksi topik

Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah

umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya

diorganisasi menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task

oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok

heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

b. Merencanakan kerja sama

Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,

tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik, dan subtopik yang

telah dipilih dari langkah a) diatas.

c. Implementasi

Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).

Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan

variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai

sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-

menerus mengikuti kemajuan kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

d. Analisis dan sintesis

Para siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang

diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu

penyajian yang menarik di depan kelas.

e. Penyajian hasil akhir

Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai

topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan

mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi

40

Ibid., p. 369.

Page 44: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

27

kelompok dikordinir oleh guru.

f. Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap

kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat

mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok atau keduanya.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Group Investigation (GI)

Menurut Aunurrahman kelebihan Group Investigation (GI) yaitu:41

a) melatih

peserta didik untuk mendesain suatu penemuan, b) melatih berpikir dan bertindak

kreatif, c) dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis,

d) mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, e) menafsirkan dan

mengevaluasi hasil pengamatan, f) merangsang perkembangan kemajuan berpikir

peserta didik untuk menghadap masalah yang dihadapi secara tepat.

Pendapat yang dikemukakan oleh Nurhayati mengenai kelebihan Group

Investigation menyatakan bahwa salah satu upaya perbaikan yang dapat dilakukan

adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu meningkatkan

aktivitas siswa salah satunya dengan model Group Investigation (GI). Model

pembelajaran GI mempunyai beberapa kelebihan diantaranya memberi kebebasan

kepada pebelajar untuk berpikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan

produktif.42

Kelemahan Group Investigation yaitu sebagai berikut: 1) GI tidak ditunjang

oleh adanya hasil penelitian yang khusus, 2) proyek-proyek kelompok sering

melibatkan siswa-siswa yang mampu, 3) GI terkadang memerlukan pengaturan

situasi dan kondisi yang berbeda, jenis materi yang berbeda, dan gaya mengajar

yang berbeda pula, 4) keadaan kelas tidak selalu memberikan lingkungan fisik

baik bagi kelompok, 5) keberhasilan model GI bergantung pada kemampuan

41

Yunita Haffidianti, “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dalam Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Kelas VIII MTs

Negeri 1 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011” Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang, 2011, h. 15, diakses dari

http://digilib.walisongo.ac.id/files/disk1/131/jtptiain-gdl-yunitahaff-6512-1-fileskr-a.pdf, pada 14

Juni 2017 pukul 22.54 WIB. 42

Ratih Puspita Dewi, Retno Sri Iswari dan R. Susanti, “Penerapan Model Group

Investigation terhadap Hasil Belajar Materi Bahan Kimia di SMP” Unnes Science Educational

Journal, Vol 1 No 2, 2012, h. 70, diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej, pada

tanggal 25 Oktober 2016 pukul 12.45 WIB.

Page 45: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

28

siswa memimpin kelompok atau bekerja mandiri.

6. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis

a. Pengertian Berpikir

Manusia sebagai insan mulia yang telah diberikan akal untuk mengolah

segala informasi yang didapatkannya dari panca indera untuk memutuskan suatu

tindakan ataupun aktivitas. Dengan adanya akal maka manusia dapat memahami

sesuatu persoalan yang dihadapi ataupun kejadian yang telah terjadi untuk

menemukan suatu solusi. Dalam berpikir, segala aktivitas mental digunakan

seperti membandingkan, menggolongkan, menganalisis, mengukur,

menghubungkan, dan lain sebagainya.

Menurut Fahruddin yang menyatakan bahwa berpikir merupakan ciri

utama yang membedakan manusia dari semua makhluk lain di muka bumi ini.

Proses berpikir merupakan suatu hal yang natural, alami, dan merupakan fitrah

manusia yang hidup.43

Berdasarkan dari pendapat di atas, berpikir adalah suatu

proses mental yang dialami setiap manusia dalam memecahkan suatu

permasalahan di kehidupannya. Di dalam proses belajar mengajar khususnya,

dengan berpikir siswa belajar untuk menghubungkan antar bagian pengetahuan

yang telah dimilikinya dengan suatu pengetahuan yang baru. Sehingga dengan

berpikir mengasah kecerdasan otak dalam memecahkan permasalahan yang

sederhana maupun kompleks. Dengan proses berpikir melatih daya penalaran

siswa dalam mengolah informasi secara relevan. Hal ini juga didukung oleh

pernyataan yang menyebutkan bahwa sebagai suatu proses mental dalam

mengeksplorasi peta pengalaman yang merupakan suatu keterampilan bertindak

dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran.44

Berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam

mencapai suatu tujuan. Tujuan itu mungkin berbentuk pemahaman, pengambilan

keputusan, perencanaan, pemecahan masalah, penilaian, tindakan, dan sebagainya.

43

Fahruddin Faiz, Thinking Skill: Pengantar Menuju Berpikir Kritis, (Yogyakarta: Suka

Press, 2012), h. 1. 44

Mohammad Surya, Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,

2015), h. 117.

Page 46: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

29

Dengan kegiatan berpikir, seseorang mempertimbangkan, merenungkan,

menganalisis, membuktikan sesuatu, mencari sebab-sebab atau menghubungkan

satu sama lain dan menarik kesimpulan. Meskipun berpikir merupakan suatu

proses mental, namun keterampilan berpikir dapat dilatih, seperti seorang atlit

yang harus berlatih terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan dan

kapabilitasnya, sehingga mencapai prestasi yang lebih tinggi.

Secara umum berpikir merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang

individu yang memiliki suatu keterampilan dalam imajinasinya, menjelajah

kenyataan, menggunakan daya penalaran yang baik serta objektif untuk

memperoleh atas suatu jawaban yang berasal dari suatu pertanyaan tertentu.

Selain itu, berpikir memiliki fungsi untuk menghubungkan antarbagian

pengetahuan yang diperoleh manusia sehingga menghasilkan suatu keputusan

dalam mengendalikan tindakan atau tingkah laku dan mengembangkan aspek-

aspek kepribadian yang lainnya.

b. Keterampilan Berpikir Kritis

Definisi umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di

dalam diri seseorang. Proses perkembangan ide dan konsep tersebut berlangsung

melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang

tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Berpikir

sebagai aktivitas mental yang dimiliki setiap individu. Dengan adanya

keterampilan berpikir kritis seseorang dikatakan memiliki kepandaian dalam

melakukan sesuatu dengan cepat dan benar yang meliputi tugas-tugas kecakapan

sikap dan nilai dengan dipertimbangkan sebagai sesuatu yang penting dalam

penyelesaian tugasnya.

Menurut Ennis pemahaman kritis merupakan berpikir reflektif yang

berfokus pada memutuskan apa yang harus dipercaya dan dilakukan.45

Menurut

Halpen berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif

dalam menentukan tujuan. Sedangkan menurut Duron menyatakan bahwa

45

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.

22.

Page 47: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

30

peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa dapat dilakukan melalui

pembelajaran yang melatihkan siswa menggunakan pemikiran secara kritis.46

Menurut Edward Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1) suatu

sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang

berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-

metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu

keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.47

Sedangkan menurut

Facione merumuskan enam komponen kecakapan berpikir kritis yaitu interpretasi,

analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.48

Dari beberapa

pendapat tersebut, tampak adanya persamaan yang melibatkan penilaian terhadap

beberapa hal dalam pembelajaran seperti daya penalaran siswa terhadap suatu

pemecahan masalah, membuat interpretasi pertimbangan serta membuat suatu

kesimpulan berdasarkan informasi.

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu bentuk dari

keterampilan tingkat tinggi (high order thinking). Karena di dalam proses

keterampilan berpikir kritis mencakup merumuskan masalah, memiliki motivasi

untuk mencari dan memecahkan masalah serta membuktikan kebenaran suatu ide

atau gagasan. Maka dari hal tersebut siswa seolah-olah menjadi seorang saintis

yang mengasah keterampilan berpikir kritisnya dalam membuktikan suatu teori

melalui pencarian sumber informasi yang relevan.

Pembelajaran ilmu sains, selain siswa harus memahami konten ataupun isi

dari materi pembelajaran siswa juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam

46

Bartolomeus Kristi Brahmantia Putra, Joko Ariyanto dan Baskoro Adi Prayitno, Penerapan

Model Konstruktivis-Metakognitif pada Materi Sistem Koordinasi untuk Meningkatkan Berpikir

Kritis Siswa Kelas XI MIPA SMA”, Proceeding Biology Education Conference, Vol 13 (1) 2016,

h. 170, diakses dari https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/download/5686/5054, pada tanggal 16

Mei 2017 pukul 13.30 WIB. 47

Dyah Ayu Wulandari, “Penerapan Desain Pembelajaran Kimia Berbasis Brain Based

Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA N 1

Tengaran” Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Semarang, 2013, h. 10, diakses dari http://lib.unnes.ac.id/17197/1/4301409012.pdf, pada

tanggal 2 Januari 2016 pukul 20.48 WIB. 48

Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI) pada Materi Pokok Ikatan Kimia untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa Kelas X SMA Widya Darma Surabaya”, UNESA Journal of Chemical Education, Vol 4, No

2, h. 157, 2015, diakses dari http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/15532/36/article.pdf, pada

tanggal 17 Mei 2017 pukul 21.32 WIB.

Page 48: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

31

berpikir. Keterampilan berpikir berasal dari otak sebagai pusat dari semua

aktivitas. Di dalam proses belajar, keterampilan berpikir sebagai faktor utama

yang dimiliki seseorang dalam memutuskan suatu tindakan yang dilakukan. Hal

ini juga didukung oleh pernyataan Ruseffendi bahwa salah satu faktor internal

yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar

adalah kecerdasan siswa.49

Keterampilan berpikir dapat dikembangkan di dalam proses pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Pada proses pembelajaran guru memberikan

kesempatan dalam kebebasan berpikir dan bertindak untuk memahami

pengetahuan dan memecahkan masalah. Dengan adanya kesempatan yang

diberikan kepada siswa, pengetahuan yang diperoleh dapat dilakukan dengan

mengkontruksi sendiri pengetahuan tanpa harus menunggu pemberian informasi

yang bersumber dari guru. Hal ini sejalan dengan Santrock yang menyatakan

bahwa untuk berpikir secara kritis dalam memecahkan setiap permasalahan atau

untuk mempelajari sejumlah pengetahuan baru, anak-anak harus mengambil peran

aktif di dalam belajar, dalam artian anak-anak harus berupaya mengembangkan

sejumlah proses berpikir aktif di antaranya:50

1) mendengarkan secara seksama,

b) mengidentifikasi atau merumuskan masalah pertanyaan-pertanyaan,

c) mengorganisasi pemikiran-pemikiran mereka, d) memperhatikan persamaan-

persamaan dan perbedaan-perbedaan, e) melakukan deduksi (penalaran dari

umum ke khusus), f) membedakan antara kesimpulan-kesimpulan yang valid dan

yang tidak valid secara logika, g) belajar bagaimana mengajukan pertanyaan-

pertanyaan klarifikasi, (seperti “Apa intinya?”, “Apa yang Anda maksud dengan

pertanyaan itu?”, dan “Mengapa”).

Oleh karenanya, saat ini dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya

menggunakan cara berpikir sederhana terhadap suatu permasalahan tetapi siswa

49

Alfadina Wisudawati dan Mita Anggaryani, “Penerapan Pembelajaran Fisika Berdasarkan

Strategi Brain Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada

Materi Elastisitas Kelas XI di SMA Negeri 1 Wonoayu Sidoarjo”, Jurnal Inovasi Pendidikan

Fisika (JIPF), Vol 3 No. 02 Tahun 2014, h. 2, diakses dari

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inovasi-pendidikan-fisika/article/view/7386, pada tanggal 19

Oktober 2016 pukul 18.49 WIB. 50

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010), h. 156-157.

Page 49: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

32

belajar untuk berpikir kritis dengan memahami hubungan-hubungan yang logis

pada suatu gagasan, memecahkan masalah secara sistematis, mengidentifikasi

dengan cara mengkontruksi, merefleksi kebenaran dan mengevaluasi argumen.

Sehingga kriteria-kriteria keterampilan berpikir kritis dapat tercapai dengan baik

dan dapat dikategorikan bahwa siswa sudah terampil dalam berpikir kritis. Siswa

yang berpikir kritis adalah siswa yang terampil dalam penalarannya dan

kecenderungan bertindak sesuai dengan penalarannya. Di dalam proses berpikir

kritis, siswa menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji

suatu kebenaran gagasan. Sehingga, bagi seorang individu berpikir kritis sebagai

aktivitas internal yang berjalan secara sistematis seperti menganalisis dan

mengevaluasi terhadap suatu pernyataan ataupun informasi yang diperoleh

melalui keyakinan yang dimiliki seseorang serta mampu mengemukakan argumen

ataupun pendapat dengan penuh percaya diri.

c. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis

Setiap orang memiliki tingkat keterampilan berpikir kritis yang berbeda-

beda. Disinilah perlunya sebuah acuan atau indikator sehingga kita dapat menilai

tingkat berpikir kritis seseorang. Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam

mengukur keterampilan berpikir kritis yaitu membandingkan, mencari hubungan

sebab akibat, memberi alasan, meringkas, menyimpulkan, berpendapat,

mengelompokkan, menciptakan, menerapkan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Ennis menyatakan terdapat enam elemen dasar dalam berpikir kritis, yang

disingkat menjadi pendekatan FRISCO (Focus, Reason, Inference, Situation, and

Clarity).

1) Focus

Hal pertama yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tertentu

adalah mengidentifikasi situasi atau masalah dengan baik. Fokus merupakan hal

pertama yang dilakukan dalam berbagai situasi untuk melihat poin penting, isu,

pertanyaan atau masalah. Adapun caranya adalah dengan menanyakan pada diri

sendiri “apa yang sedang terjadi?” atau “hal apa yang sebenarnya terjadi?” “apa

yang orang coba buktikan?” Dan “apa yang harus saya lakukan untuk mencari

Page 50: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

33

pembuktian?” Indikator focus yang dimaksudkan adalah peserta didik mampu

menentukan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.

2) Reason

Seseorang harus mengetahui alasan yang dikemukakan untuk mendukung

suatu kesimpulan dan menentukan apakah alasan dapat diterima sebelum Anda

membuat penilaian akhir dari suatu argumen. Ketika kita sedang mengemukakan

argumen, kita harus mampu memberikan alasan. Ketika Anda membuat suatu

keputusan, Anda harus melihat kembali alasan-alasan dan membuat keputusan

dengan pasti (alasan pro-kontra).

3) Inference

Mempertimbangkan kesimpulan berbeda dengan mempertimbangkan

alasan yang dapat diterima. Kita harus melakukan keduanya. Kita harus menilai

apakah alasan dapat diterima, apakah alasan cukup untuk membuat kesimpulan

jika alasan-alasan dapat diterima.

4) Situation

Ketika berpikir tentang fokus dalam keyakinan dan keputusan,

menempatkan beberapa situasi yang luas. Sangat signifikan dan memberikan

beberapa aturan. Dalam situasi termasuk didalamnya manusia, tujuan, sejarah,

kesetiaan, pengetahuan, emosi, prasangka, kelompok, dan ketertarikan. Termasuk

lingkungan fisik dan lingkungan social, dimana di dalamnya terdapat keluarga,

pemerintah, institusi, agama, jabatan, perkumpulan, dan tetangga. Hal ini sangat

relevan tidak hanya aktifitas berpikir yang signifikan karena ada beberapa aturan

yang menadu, selain itu artinya pemikir bekerja dan menilai.

5) Clarity

Ketika Anda menulis dan berbicara, sangat penting apa yang Anda katakan

itu harus jelas. Jika ada sesuatu yang tidak jelas sangat penting untuk

memperjelasnya. Buat Anda mengerti benar dengan apa yang dikatakan orang

lain.

6) Overview

Elemen dasar yang terakhir yaitu overview atau meninjau kembali.

Overview dilakukan untuk mengecek temuan, keputusan, pertimbangan,

Page 51: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

34

pelajaran, dan kesimpulan.51

Robert. H. Ennis mengelompokkan lima aspek utama keterampilan

berpikir kritis dan dua belas sub aspek beserta indikatornya, selengkapnya dapat

dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:52

Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis Indikator

1. Memberikan

penjelasan

sederhana

(Elementary

clarification)

1. Memfokuskan

Pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan

b. Mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria-kriteria

untuk mempertimbangkan

jawaban yang mungkin

c. Memelihara kondisi dalam

keadaan berpikir

2. Menganalisis

Argumen

a. Mengidentifikasi kesimpulan

b. Mengidentifikasi alasan yang

dinyatakan

c. Mengidentifikasi alasan yang

tidak dinyatakan

d. Mencari persamaan dan

perbedaan

e. Mengidentifikasi kerelevanan

dan tidak relevan

f. Mencari struktur dari suatu

argumen

g. Membuat ringkasan

3. Bertanya dan

menjawab pertanyaan

tentang suatu

penjelasan atau

tantangan

a. Mengapa demikian?

b. Apa intinya

c. Apa artinya

d. Yang mana contohnya

e. Yang mana bukan contoh

f. Bagaimana menerapkannya

dalam kasus tersebut

g. Perbedaan yang

menyebabkannya

h. Apa faktanya?

i. Benarkah apa yang Anda

51

Robert H. Ennis, Critical Thinking, (New York: Prentice Hall, 1996), h. 4-8. 52

Robert H. Ennis, A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills, Educational

Leadership Journal, Vol 43 No. 2, 1985, h. 46, diakses dari http://www.ascd.org/, pada tanggal 6

Januari 2016 pukul 11.00 WIB.

Page 52: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

35

katakan?

j. Akankah Anda menyatakan

lebih dari itu

2. Membangun

Keterampilan

Dasar

(Basic support)

4. Mempertimbangkan

kredibilitas suatu

sumber

a. Ahli

b. Tidak adanya conflict interest

c. Kesepakatan antar sumber

d. Reputasi

e. Menggunakan prosedur yang

ada

f. Mengetahui resiko terhadap

reputasi

g. Keterampilan memberikan

alasan

h. Kebiasaan hati-hati

5. Mengobservasi dan

mempertimbangkan

hasil observasi

a. Ikut terlibat dalam

menyimpulkan

b. Selang waktu yang singkat

antara observasi dan laporan

c. Dilaporkan oleh pengamat

sendiri

d. Mencatat hal-hal yang

diinginkan

e. Penguatan

f. Kemungkinan penguatan

g. Kondisi akses yang baik

h. Penggunaan teknologi yang

kompeten

i. Keputusan observer atas

kredibilitas sumber

3. Menyimpulkan

(Interference)

6. Membuat deduksi

dan

mempertimbangkan

deduksi

a. Kelompok logis

b. Kondisi yang logis

c. Interpretasi pernyataan

7. Membuat induksi

dan

mempertimbangkan

induksi

a. Membuat generalisasi

b. Membuat kesimpulan atau

hipotesis

8. Membuat keputusan

dan

mempertimbangkan

hasilnya

a. Latar belakang fakta

b. Konsekuensi

c. Penerapan prinsip-prinsip

d. Mempertimbangkan alternatif

e. Menyeimbangkan

f. Memutuskan.

4. Memberikan

penjelasan lebih

lanjut

9. Mengidentifikasi

istilah dan

mempertimbangkan

a. Bentuk: sinonim, klarifikasi,

rentang ekspresi yang sama,

operasional, contoh dan bukan

Page 53: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

36

(Advance

clarification)

definisi contoh,

b. Strategi definisi (tindakan

mengidentifikasi)

c. Isi (content)

10. Mengidentifikasi

asumsi

a. Alasan yang tidak dinyatakan

(implisit)

b. Asumsi yang diperlukan,

rekontruksi argumen

5. Mengatur

strategi dan taktik

(Strategy and

tactics)

11. Memutuskan suatu

tindakan

a. Mendefinisikan masalah

b. Menyeleksi kriteria untuk

menilai solusi yang mungkin

c. Merumuskan solusi alternatif

d. Memutuskan hal-hal yang akan

dilakukan sementara

e. Melakukan peninjauan kembali

f. Memonitor impelementasi

12. Berinteraksi

dengan orang lain

a. Menyenangkan

b. Strategi logis

c. Strategi retorika

d. Mempresentasikan baik lisan

maupun tulisan

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan, berpikir kritis merupakan

bagian dari proses keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dilakukan oleh

seseorang untuk memroses, menganalisis, menelaah, dan mengkritik untuk

mencapai suatu kesimpulan berdasarkan dari olah pikirnya. Sehingga dalam

berpikir kritis manusia akan secara tidak langsung dapat menerima informasi

secara langsung akan tetapi dengan proses berpikir kritis tersebut dapat

mempertimbangkan suatu informasi yang didapatkan relevan atau tidak.

Berdasarkan indikator-indikator dari beberapa ahli yang telah dipaparkan,

dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator keterampilan berpikir kritis

yang dikemukakan oleh Ennis karena indikatornya sudah jelas dan spesifik. Dari

indikator-indikator yang digunakan, sesuai dengan dengan tahapan model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan Think Pair Share

(TPS).

Page 54: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

37

7. Tinjauan Konsep Fungi

Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Fungi yang disesuaikan

dengan struktur kurikulum 2013. Materi tersebut terdapat di kelas X SMA

semester genap. Standar Kompetensi yang akan dicapai yaitu “Menerapkan

prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara

reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis”.53

Dunia fungi (jamur) atau Mycota merupakan kelompok makhluk hidup

yang dapat mendatangkan keuntungan bagi manusia. Beberapa jenis anggotanya

dapat dimakan, sebagai sumber lemak dan glikogen. Beberapa jenis yang lain

dapat digunakan dalam industri makanan maupun minuman. Dalam lingkungan,

jamur merupakan pengurai sampah organik yang penting. Tanpa bantuan jamur,

kemungkinan besar permukaan bumi ini akan penuh sampah. Namun demikian,

tidak sedikit jamur yang mendatangkan bencana bagi manusia. Beberapa jenis

diantaranya parasit pada manusia, hewan, maupun tanaman budi daya. Beberapa

jenis lagi, mampu menghasilkan racun yang membahayakan kehidupan manusia.54

Slamet dan Sri memaparkan struktur tubuh jamur yaitu bersel banyak,

dinding selnya tersusun atas zat kitin, sel jamur tidak mempunyai pigmen

fotosintesis, sehingga bersifat heterotrof. Pada jamur tingkat tinggi terdapat badan

buahnya. Jamur belum mempunyai organ akar, batang, dan daun, sehingga disebut

talus. Talus tersusun atas benang-benang halus yang disebut hifa. Hifa bercabang-

cabang membentuk bangun seperti jaring-jaring disebut miselium.55

Riana dan Tintin menyebutkan bahwa terdapat beberapa jamur yang khas

diantaranya kapang, khamir, lichen, dan mikoriza. Keempat istilah tersebut

menunjukkan bentuk jamur dengan gaya hidup yang unik, terdapat pada

kelompok jamur zigot, jamur kantung, dan jamur gada.56

53

Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum SMA-MA, (Jakarta: Kemendikbud, 2013), h. 149, diakses dari

http://adpend.upi.edu/lopen/wp-

content/files/03_Permendikbud_Nomor_69_Tahun_2013_tentang_Kerangka_Dasar_dan_Struktur

_Kurikulum_SMA-MA_-_Biro_Hukor.pdf, pada tanggal 3 September 2016 pukul 12.54 WIB. 54

Slamet Prawihartono dan Sri Hidayati, Sains Biologi 1 untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2007), h. 102. 55

Ibid., h. 102. 56

Riana Yani, dkk, Biologi 1 Kelas X SMA/MA, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen

Page 55: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

38

Pembahasan pada konsep Fungi, maka tidak luput dari permasalahan yang

ada di kehidupan sehari-hari diantaranya peranan jamur yang menguntungkan

ataupun merugikan bagi kehidupan. Misalnya saja, cara mengatasi panu sebagai

jamur patogen yang merugikan bagi manusia. Sehingga diharapkan siswa dapat

memberikan solusi dan alternatif terhadap contoh-contoh permasalahan tersebut

yang telah dijabarkan di dalam LKS sebagai sarana untuk siswa secara bersama-

sama mendiskusikannya di dalam kelompok belajar.

Berdasarkan paparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, konsep

Fungi dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa. Selain itu, dilihat

dari kompetensi dasar Fungi yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa terdapat

sub-materi Fungi yang dimana siswa diminta untuk memaparkan bagaimana

peranan Fungi baik yang bersifat patogen ataupun menguntungkan terkait

masalah-masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, berbagai

persoalan yang membahas mengenai Fungi seperti struktur tubuh Fungi yang

tidak selamanya berbentuk makroskopik, habitat Fungi yang tidak semuanya di

pohon, dan perbedaan Fungi yang didasarkan pada divisinya. Maka di dalam

pembelajaran agar siswa terlatih dalam berpikir kritis digunakanlah indikator-

indikator berpikir kritis sebagai acuan dasar yang juga dihubungkan dengan model

pembelajaran koperatif yang diterapkan selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang elah dilakukan terkait dengan Model

Kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI) antara lain:

Hasil penelitian Ofi, Tri, dan Rini dapat disimpulkan bahwa Kemampuan

Berpikir Kritis (KBK) siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata gain 0,30

dan berkriteria rendah. Adapun rata-rata persentase aktivitas siswa yang meliputi

bekerja sama, menyajikan hasil akhir, bertanya, dan menanggapi secara

keseluruhan berkriteria cukup (59,49%). Meski demikian peningkatan KBK siswa

Pendidikan Nasional, 2009), h. 103, diakses dari http://www.slideshare.net/RianMaulana1/buku-

biologi-sma-kelas-x-bse-2009-riana-yani, pada tanggal 3 September 2016 pukul 16.23 WIB.

Page 56: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

39

terjadi secara signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe GI berpengaruh signifikan dalam meningkatkan KBK siswa.57

Hasil penelitian oleh Sigit Wibowo dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil

belajar kedua kelas sangat signifikan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil

uji hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai posstest. Hasilnya

adalah nilai thitung = 6,1439 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikan 1% adalah

2,650 dan taraf signifikan 5% adalah 2.000. Terlihat bahwa nilai thitung > ttabel baik

pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar Biologi siswa dengan menggunakan metode cooperative

learning tipe GI dan TPS.58

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Septian, Tri, dan Rini dapat disimpulkan

bahwa pada penerapan model pembelajaran TPS terdapat pengaruh yang

signifikan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, hal ini terlihat

pada nilai N-gain kelas eksperimen sebesar 47,8 dan nilai N-gain kelas kontrol

21,5. Selain itu, pada model TPS di setiap pertemuan mengalami peningkatan.59

Hasil penelitian oleh Hamidah, Soetarno, dan Sri dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Hal tersebut terlihat dari kemampuan

berpikir kritis siswa pada aspek memfokuskan masalah, aspek mempertimbangkan

sumber atau teori, aspek mengidentifikasi masalah, aspek memberikan alternatif

untuk pemecahan masalah, dan aspek membuat kesimpulan sederhana meningkat

57

Ofi Oktaviani, Tri Jalmo, dan Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif

Tipe Group Investigation (GI) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik,

Vol. 2, No. 6, 2014, h. 1, diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/4763, pada tanggal 6 Mei 2017 pukul

21.12 WIB. 58

Sigit Wibowo, Perbandingan Hasil Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode

Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Think Pair Share (TPS), Skripsi

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2011, h. 1,

diakses dari

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2584/1/SIGIT%20WIBOWO-FITK.pdf,

pada tanggal 8Agustus 2016 pukul 13.00 WIB. 59

Septian Nurrachman, Tri Jalmo, Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik, Vol. 1. No. 2, 2013, h. 1, diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/504, pada tanggal 8 Mei 2017 pukul 19.40

WIB.

Page 57: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

40

dari siklus I ke siklus II.60

Hasil penelitian oleh Hesti Setiyani dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kedua kelas signifikan.

Hasil tersebut didasarkan pada hasil uji t terhadap kedua nilai N-Gain. Pada hasil

tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata kemampuan

berpikir kritis. Namun, hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan yang signifikan

untuk hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan metode cooperative

learning tipe TPS dan GI. 61

Hasil penelitian oleh Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah, dapat disimpulkan

bahwa sebanyak 81% siswa memiliki keterampilan interpretasi sangat baik, 85%

siswa memiliki keterampilan analisis sangat baik, 81% siswa memiliki

keterampilan evaluasi sangat baik, 54% siswa memiliki keterampilan inferensi

sangat baik, dan 88% siswa memiliki keterampilan eksplanasi sangat baik.

Pembelajaran kooperatif tipe GI ini merupakan pembelajaran yang dapat

melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa hal ini dibuktikan nilai N-Gain score

untuk masing-masing keterampilan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi dan

eksplanasi sebesar 0,7; 0,9; 0,9; 0,9; dan 0,8 termasuk kategori tinggi.62

C. Kerangka Berpikir

Biologi sebagai cabang sains yang memiliki keterampilan sains yang

terdiri dari proses, sikap serta produk. Keterampilan tersebut terdiri dari

60

Hamidah Fajrin, Soetarno Joyoatmojo, dan Sri Wahyuni, “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil

Belajar Siswa Mata Pelajaran Konfirmasi Keputusan Pelanggan Kelas X Pemasaran SMK Batik

Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015” Artikel Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas

Sebelas Maret, 2015, h. 1, diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=375639&val=4088&title=Penerapan%20Mod

el%20Pembelajaran%20Kooperatif%20Tipe%20Think%20Pair%20Share%20untuk%20Meningka

tkan%20Kemampuan%20Berpikir%20Kritis%20dan%20Hasil%20Belajar%20Siswa%20Mata%2

0Pelajaran%20Konfirmasi%20Keputusan%20Pelanggan%20Kelas%20X%20Pemasaran%20SMK

%20Batik%201%20Surakarta%20Tahun%20Ajaran%202014/2015, pada tanggal 11 Juli 2017

pukul 12.08 WIB. 61

Hesti Setiyani, “Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa dengan

Menggunakan Metode Cooperative Learning Type Think Pair Share dan Group Investigation”

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2011, h. 1, diakses dari

http://digilib.unila.ac.id/15838/6/ABSTRAK.pdf, pada tanggal 25 Oktober 2016 Pukul 13.55 WIB. 62

Bahrul, Op. Cit., h. 156.

Page 58: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

41

mengidentifikasi, merumuskan masalah, mengumpulkan data, membuat hipotesis

dan menarik kesimpulan. Maka dengan adanya proses keterampilan sains tersebut

peserta didik mampu memecahkan masalah serta isu-isu ilmiah di dalam

kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, peran guru dalam proses pembelajaran

sebagai unsur yang utama dalam mempengaruhi keberhasilan peserta didik untuk

mendapatkan ilmunya secara utuh. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif

guru berperan sebagai fasilitator dan sebagai pembimbing serta mengawasi dalam

kegiatan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif diharapkan

peserta didik dapat melakukan diskusi dengan teman sebaya dalam mendiskusikan

permasalahan di dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) memberikan kesempatan bagi para peserta didik untuk

membuat kelompok yang beranggotakan 2-6 orang anggota dan saling

bekerjasama dalam memecahkan masalah serta menghubungkan antara materi

dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Sedangkan pada model kooperatif

Think Pair Share (TPS) memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk

menemukan ide pokok bahasannya dengan cara berpikir (think), berpasangan

(pair), dan berbagi (share) dengan teman kelompoknya. Sehingga proses

penerimaan ilmu pengetahuan menjadi merata. Selain itu keterampilan berpikir

kritis peserta didik dapat dilihat perbedaannya dari indikator-indikator berpikir

keterampilan berpikir kritis menurut Ennis yang sesuai dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tersebut. Berbagai penelitian yang sudah diutarakan

diatas menunjukkan bahwa model pembelajaran Group Investigation (GI) dan

Think Pair Share (TPS) memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing

dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Sehingga diharapkan

agar peserta didik mampu menerapkan dengan baik model pembelajaran

kooperatif yang dapat diindentifikasi dari perbedaan keterampilan berpikir kritis

peserta didik dalam mendapatkan ilmunya secara baik dan utuh.

Page 59: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

42

Bagan kerangka berpikir :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang diperoleh dari kajian teori dan kerangka berpikir

sebagai berikut:

Ho = Tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan

TPS dan GI pada konsep Fungi

Ha = Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan TPS

dan GI pada konsep Fungi

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan keterampilan berpikir

kritis siswa pada konsep Fungi dengan model kooperatif (Think Pair Share) TPS

dan (Group Investigation) GI”

Siswa pasif

Siswa Guru

Ada proses berpikir kritis

terhadap suatu masalah

Model Pembelajaran

Aktif

Cooperative Learning

Think Pair Share Group Investigation

Diskusi

berpasangan

Diskusi kelompok

(hasil investigasi)

Pembelajaran

Teacher centered

Siswa jenuh

Student centered

(Active learning)

Analisis Perbandingan

Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa

Page 60: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bogor

Jalan Kayu Manis No. 30 Kelurahan Cirimekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten

Bogor. Dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian karena untuk

mengukur keterampilan berpikir kritis dengan karakteristik siswa MAN yang

berada di daerah Kabupaten Bogor.

Waktu pelaksanaan penelitian yakni pada semester II bulan Februari

sampai Maret tahun pelajaran 2016-2017. Adapun rangkaian kegiatan persiapan,

uji coba, dan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

No. Waktu Tempat Kegiatan

1.

Bulan

September-

Desember

Kampus UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Penyusunan instrumen

penelitian (RPP, LKS, soal

keterampilan berpikir

kritis, dan rubrik penilaian)

2. Bulan Januari MAN 1 Bogor Pengujian instrumen soal

(validasi)

3. Bulan Februari-

Maret MAN 1 Bogor Penelitian

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Desain

eksperimental semu agak lebih baik dibandingkan dengan pra-eksperimental,

karena melakukan suatu cara untuk membandingkan kelompok.1 Penelitian ini

terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (variabel X) dan variabel terikat

(variabel Y). Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sebagai kelas eksperimen I

dan Group Investigation (GI) sebagai kelas eksperimen II, sedangkan variabel

1 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2013), h. 102.

Page 61: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

44

terikat (dependent) yakni keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karenanya,

penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kausal komparatif.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Two Group

Pretest Posttest Design. Desain ini terdiri atas dua kelompok yaitu sebelum diberi

perlakuan pada kedua kelompok eksperimen tersebut, diberikan tes awal (pretest)

dan setelah diberi perlakuan, kedua kelompok diberikan tes akhir (posttest). Pre-

test adalah tes yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan,

tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan yang akan

diajarkan, yakni konsep Fungi. Sedangkan post-test adalah tes yang diberikan

setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan, tujuannya untuk mengetahui sejauh

mana siswa menguasai bahan yang telah diajarkan.2 Desain penelitian ini

disajikan pada Tabel 3.2 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Keterangan :

: Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)

: Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

: Perlakuan dengan Model TPS

: Perlakuan dengan Model GI

: Pemberian Pretest

: Pemberian Posttest

Pelaksanaan pretest dilakukan sebelum diterapkannya treatment untuk

mengukur kemampuan awal siswa. Sedangkan posttest dilakukan setelah

diberikan treatment. Perbedaan antara dan adalah sebagai hasil perbedaan dari

keterampilan berpikir kritis siswa setelah dilakukannya proses pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation

(GI).

2 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 75.

Page 62: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

45

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.3 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

MAN 1 Bogor pada semester genap tahun pelajaran 2016-2017. Adapun populasi

terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas X MAN 1 Bogor.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.4 Sampel pada bagian dari penelitian ini adalah siswa kelas X MIA.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random

sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil dua kelas secara

acak sehinnga didapat kelas X MIA 2 berjumlah 43 orang siswa yang menerapkan

model pembelajaran Think Pair Share dan kelas X MIA 5 berjumlah 42 orang

siswa yang menerapkan model pembelajaran Group Investigation.

D. Prosedur Penelitian

Deskripsi pada prosedur penelitian tersebut terdiri dari tiga langkah yaitu :

Tahap Pendahuluan, Tahap Pelaksanaan, dan Tahap Akhir.

1. Tahap Pendahuluan

Pada tahap ini yaitu mengidentifikasi masalah berupa survey dengan

melakukan observasi dan mewawancarai guru bidang studi biologi untuk

mengidentifikasi masalah selama proses pembelajaran. Dalam penyusunan

instrumen dan pembuatan perangkat pembelajaran yaitu dengan menganalisis

indikator pembelajaran dan mengaitkannya dengan indikator keterampilan

berpikir kritis, memilih artikel yang sesuai dengan pembelajaran dan indikator

pembelajaran, membuat pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan indikator

3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D

(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 117. 4 Ibid., h. 118.

Page 63: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

46

keterampilan berpikir kritis dan indikator pembelajaran yang disertai dengan

jenjang kognitifnya (diawali dari C3 hingga C6), kemudian melakukan validasi

ahli dalam hal ini dosen pembimbing melihat kesesuaian konten atau konsep

dengan keterampilan berpikir kritis.

Instrumen penelitian yang digunakan berupa soal uraian yang terdiri dari 20

soal awal namun dengan beberapa kali revisi yang telah dilakukan hingga

akhirnya didapatkan jumlah soal sebanyak 16 soal keterampilan berpikir kritis

yang telah disesuaikan dengan indikator keterampilan berpikir kritis menurut

Robert H. Ennis untuk uji coba instrumen agar terlihat soal mana yang valid

sehingga dapat digunakan untuk pretest dan posttest, menyiapkan lembar

observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk melihat apakah dari sintaks model

pembelajaran yang diterapkan telah sesuai atau tidak, serta membuat indikator

materi berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk

merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu, Lembar Kerja

Siswa (LKS) digunakan sebagai data pendukung kognitif siswa yang disesuaikan

dengan tahapan model pembelajaran dan terdapat artikel masalah, sehingga siswa

secara bersama-sama dalam kelompoknya memecahkan masalah tersebut selama

proses pembelajaran. Setelah instrumen dan perangkat telah diselesaikan maka

selanjutnya dikoordinasikan dengan pihak sekolah dan dikonsultasikan dengan

dosen pembimbing.

Uji coba dilakukan pada kelas XII IPA 1 yang telah mempelajari konsep

Fungi. Waktu yang disediakan pada uji coba instrumen tersebut selama 90 menit

dengan jumlah 20 soal uraian yang dikerjakan. Hasil data yang didapatkan dari

uji coba instrumen selanjutnya di olah menggunakan program Anates versi 4.0.9.

Berdasarkan dari pengolahan data tersebut maka didapatkan hasil reliabilitas, daya

pembeda, tingkat kesukaran, serta validitas tes sebagai acuan untuk tahapan

berikutnya. Dari 16 soal yang telah diujikan, terdapat 10 soal yang valid. Oleh

karenanya soal tersebut direkontruksi ulang untuk memenuhi kebutuhan

pengukuran keterampilan berpikir kritis sehingga didapatkan 14 soal uraian

keterampilan berpikir kritis. Untuk soal yang valid maka akan digunakan sebagai

Page 64: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

47

instrumen penelitian dan diberikan pada saat pretest dan posttest untuk kelas X

MIA sebagai sampel dari penelitian ini.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini, dimulai dengan membagi dua kelas penelitian eksperimen

I dan eksperimen II. Setelah itu kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sedangkan

kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation (GI). Kemudian diberikan penjelasan awal mengenai

proses berjalannya model TPS dan GI di kelas masing-masing. Masing-masing

kelas eksperimen diberikan soal pretest kepada seluruh subjek penelitian dengan

menggunakan instrumen uraian keterampilan berpikir kritis. Pada saat

pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya kelas eksperimen I dan kelas eksperimen

II menerapkan sesuai model masing-masing. Selama pelaksanaan penelitian siswa

mengerjakan LKS yang telah disediakan sebelumnya dan siswa secara

berkelompok memecahkan masalah pada artikel yang tertera. Siswa diberi

kebebasan untuk mencari sendiri informasi yang diperlukan melalui berbagai

sumber informasi baik melalui buku ataupun internet dan sumber lainnya yang

mendukung dari hasil pencarian jawaban. Selain itu, selama proses pembelajaran

artikel masalah yang terdapat di dalam LKS, guru yang mengajar dan waktu atau

durasi pertemuan disamakan hal ini agar tidak terdapat variabel lainnya yang

dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Karena apabila guru yang mengajar

berbeda-beda pada setiap sampel penelitian akan mempengaruhi hasil akhir. Oleh

karenanya, fokus penelitian yang didapatkan yaitu hasil keterampilan berpikir

kritis siswa dengan latar belakang kemampuan kognitif awal yang dimiliki oleh

siswa dari semua sampel penelitian. Setelah proses pembelajaran selesai hingga

pertemuan akhir maka pada pertemuan selanjutnya siswa diberikan soal posttest

berupa soal uraian keterampilan berpikir kritis kepada seluruh sampel penelitian

dengan menggunakan instrumen tes yang sama pada saat pretest.

Page 65: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

48

3. Tahap Akhir

Tahap akhir yang dilakukan yaitu menganalisis hasil data pretest dan

posttest akan diolah dalam bentuk nilai atau angka dengan menggunakan uji

statistik, mengolah data observasi kegiatan guru dan siswa sehingga dapat

menganalisis hasil penelitian yang tertuang dalam pembahasan dan dapat menarik

kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian

TAHAP I

PENDAHULUAN

TAHAP II

PELAKSANAAN

1. Identifikasi Masalah dan Tujuan

Penelitian

2. Penyusunan Instrumen

3. Uji Coba Instrumen

4. Analisis Data Uji Coba Instrumen

5. Revisi Instrumen

Hasil Penelitian

Analisis dan Pembahasan

Menarik Kesimpulan

Penelitian

Prestest

Pembelajaran

dengan TPS

Posttest

Pembelajaran

dengan GI

TAHAP III

AKHIR

Eksperimen I Eksperimen II

Page 66: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

49

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari penelitian ini melalui tes

dan non tes. Tes berupa soal uraian dan non tes berupa wawancara berdasarkan

respon guru dan siswa terhadap pembelajaran serta lembar observasi guru dan

siswa keterkaitan antara penerapan langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif TPS dan GI dengan aspek keterampilan berpikir kritis. Teknik

pengumpulan data dapat disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data

Respon siswa Siswa Wawancara

Respon guru Guru Wawancara

Keterlaksaan

pembelajaran kooperatif Guru dan siswa Observasi

Keterampilan berpikir

kritis Siswa Tes

Kognitif siswa Siswa (kelompok) LKS

Keterkaitan antara langkah model pembelajaran Think Pair Share (TPS)

dan Group Investigation (GI) dapat dilihat pula dari irisan langkah-langkahnya

dengan keterampilan berpikir kritis. Irisan tersebut dapat dilihat dari Tabel 3.4

sebagai berikut:

Tabel 3.4 Keterkaitan Tahapan TPS dan GI Terhadap KBK

(Keterampilan Berpikir Kritis)

No

Langkah-langkah Model Pembelajan

Kooperatif Berpikir Kritis

TPS

(Think Pair Share)

GI (Group

Investigation) Aspek KBK

Sub-aspek

KBK

1. a. Berpikir

(Thinking):.

a. Seleksi topik

b.Merencanakan

kerja sama

Memberikan

penjelasan

sederhana

- Memfokuskan

pertanyaan

- Menganalisis

argumen

- Bertanya dan

menjawab

pertanyaan

tentang suatu

penjelasan

informasi atau

tantangan

Page 67: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

50

Membangun

Keterampilan

Dasar

- Mempertimba

ngkan

kredibilitas

suatu sumber

2.

3.

b.Berpasangan

(Pairing):

c. Berbagi

(Sharing):

c. Implementasi:

d. Analisis dan

sintesis

e. Penyajian

hasil akhir

f. Evaluasi

Menyimpulkan - Membuat

induksi dan

mempertimba

ngkan induksi

Memberikan

penjelasan

Lebih Lanjut

- Mengidentifi

kasi asumsi

Mengatur

Strategi dan

Taktik

- Memutuskan

suatu tindakan

- Berinteraksi

dengan orang

lain

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes

subjektif (keterampilan berpikir kritis). Instrumen yang dirancang dalam bentuk

uraian dalam bentuk pretest dan posttest. Selain itu, untuk menunjang kesimpulan

berdasarkan data yang diperoleh, digunakan instrumen pedoman wawancara

sebagai data pendukung.

1. Tes Tertulis Keterampilan Berpikir Kritis

Tes ini berupa uraian disesuaikan dengan indikator keterampilan berpikir

kritis menurut Robert H. Ennis yang terdiri dari 14 soal dengan menggunakan

rentang skor penilaian 0-4.5 Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang

menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,

mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang

sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan

bahasa sendiri.6 Keterampilan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini

terdiri dari lima aspek utama dan delapan sub aspek dengan sepuluh indikator.

5 Lampiran 4, h. 137.

6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2012), Cet. 17, h. 35.

Page 68: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

51

Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan berpikir

kritis siswa dalam menguasai konsep Fungi ini memerhatikan ranah kognitif dari

C3 sampai C6. Berikut instrumen penelitian keterampilan berpikir kritis dapat

dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut:

Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Keterampilan Berpikir Kritis7

No

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pembelajaran*

3.6.1 3.6.2 3.6.3 3.6.4 3.6.5

1.

Memberikan

penjelasan

sederhana

Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan √

Mengidentifikasi/merumuskan

kriteria-kriteria untuk

mempertimbangkan jawaban yang

mungkin

Mengidentifikasi alasan yang tidak

dinyatakan √

Mengapa demikian? √

Bagaimana menerapkannya dalam

kasus tersebut √

2.

Membangun

keterampilan

dasar

Keterampilan memberikan alasan √ √

3. Menyimpulkan Membuat kesimpulan √

4.

Memberikan

penjelasan lebih

lanjut

Alasan yang tidak dinyatakan √

5. Strategi dan

Taktik Merumuskan solusi alternatif √

Keterangan *Indikator Pembelajaran

3.6.1 Mengidentifikasi struktur tubuh dan ciri-ciri jamur

3.6.2 Mengidentifikasi klasifikasi jamur berdasarkan divisinya

3.6.3 Menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada jamur

3.6.4 Menganalisis peranan jamur bagi kehidupan

3.6.5 Memberikan kesimpulan keterkaitan peranan jamur

Untuk mengetahui persentase ketercapaian keterampilan berpikir kritis

siswa dapat digunakan rumus sebagai berikut:8

7 Lampiran 1, h. 105.

Page 69: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

52

NP =

x 100

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = bilangan tetap

Persentase keterampilan berpikir kritis siswa dikelompokkan dalam lima

kategori. Kategori keterampilan berpikir kritis dapat dilihat dalam Tabel 3.6

sebagai berikut:9

Tabel 3.6 Persentase Kategori Keterampilan Berpikir Kritis

Persentase Kategori

86 - 100 % Sangat baik

76 - 85 % Baik

60 - 75 % Cukup

55 - 59 % Kurang

≤ 54 % Kurang Sekali

2. Wawancara

Wawancara yang ditunjukan untuk memperoleh data dari individu

dilaksanakan secara individual.10

Wawancara tersebut berisikan pertanyaan yang

akan diajukan kepada siswa dan guru bidang studi biologi setelah melakukan

pembelajaran dengan menggunakan metode TPS dan GI. Selain itu untuk

menunjang data maka digunakan pula lembar observasi yang berdasarkan dari

keterkaitan langkah-langkah pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dengan

aspek keterampilan berpikir kritis.

3. Observasi

Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk

mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang

8 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2004) Cet. 12, h. 102. 9 Ibid., h. 103.

10 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2013), h. 216.

Page 70: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

53

dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.11

Observasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan langkah-

langkah model pembelajaran kooperatif Think Pair Share dan Group

Investigation yang telah dilakukan oleh peneliti. Sedangkan observasi pada

aktivitas siswa mengaitkan antara tahapan pembelajaran yang diterapkan dengan

sub aspek keterampilan berpikir kritis. Dibutuhkan lembar observasi sebagai

pedoman bagi observer (pengamat) dalam melakukan observasi. Observer dalam

penelitian ini adalah guru bidang studi biologi serta teman sejawat peneliti.

G. Kalibrasi Instrumen

Uji coba akan dilakukan setelah perangkat tes telah disusun, maka terdapat

beberapa uji kalibrasi instrumen diantaranya uji reliabilitas, daya pembeda,

tingkat kesukaran, dan uji validitas. Untuk kalibrasi instrumen dalam penelitian

ini menggunakan program Anates Versi 4.0.9. (1) Reliabilitas (rely + ability =

reliability) bermakna: keterpecayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, atau

konsistensi, dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya

dan konsisten. Secara umum, pengertian t = reliabilitas alat ukur dan reliabilitas

hasil ukur dianggap sama, sekalipun penggunaannya sedikit berbeda. Reliabilitas

alat ukur terkait dengan masalah kesalahan pengukuran (error of measurement),

sedangkan reliabilitas hasil ukur terkait dengan masalah kesalahan pengambilan

sampel (sampling error).12

Hasil reliabilitas tes yang didapatkan sebesar 0,88.13

(2) Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah).14

(3) Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran

seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat

kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut

11

Nana Sudjana, Op.Cit., h. 84. 12

Ahmad Sofyan, Tonif Feronika, dan Burhanuddin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA

Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 105. 13

Lampiran 3, h. 136. 14

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),

h. 211.

Page 71: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

54

baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.15

(4) Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni

sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi

ukurnya.16

Sebelum tes ini diberikan terlebih dahulu diujicobakan untuk diketahui

validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Kisi-kisi instrumen

keterampilan berpikir kritis yang telah diuji menggunakan program Anates Versi

4.0.9. disajikan dalam Tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis

Aspek Keterampilan

Berpikir Kritis

Sub Keterampilan

Berpikir Kritis No. Soal

Memberikan

penjelasan sederhana

1. Memfokuskan

pertanyaan

2. Menganalisis argumen

3. Bertanya dan

menjawab

1,2,3,4*,8,9,10*,11

Membangun

keterampilan dasar

4. Mempertimbangkan

kredibilitas sumber 5*,12

Menyimpulkan

5.Membuat induksi dan

mempertimbangkan

induksi

6,13*

Memberikan

penjelasan lebih lanjut

6. Mengidentifikasi

asumsi 7*,14

Strategi dan taktik

7. Memutuskan suatu

tindakan

8. Berinteraksi dengan

orang lain

15,16*

Keterangan : * soal ≠ valid

Tabel 3.7 menunjukkan hasil validasi instrumen penelitian dengan

menggunakan program Anates Versi 4.0.9. Dari 16 soal yang diuji coba, terdapat

10 soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 6, 8, 9, 11, 12, 14, dan 15 sedangkan soal

yang tidak valid sebanyak 6 soal yaitu nomor 4, 5, 7, 10, 13, dan 16. Namun, soal

yang tidak valid direkonstruksi kembali untuk memenuhi ketercapaian indikator

keterampilan berpikir kritis. Soal rekonstruksi divalidasi oleh ahli sehingga total

15

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2011), h. 266. 16

Ahmad Sofyan, Loc. Cit., h. 105.

Page 72: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

55

soal yang digunakan dalam instrumen penelitian yaitu sebanyak 14 soal untuk

pretest dan posttest.

Klasifikasi interpretasi daya pembeda tersaji pada Tabel 3.8.17

Tabel 3.8 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Besarnya Angka Indeks

Diskriminasi Item (D) Interpretasi

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Sangat Baik

Berikut hasil perhitungan kriteria daya pembeda terhadap 16 soal

menggunakan Anates Versi 4.0.9 yang disajikan pada Tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal

Kriteria No Soal

Jumlah Valid Tidak Valid

Jelek - 7 1

Cukup 1,2,4,5,8,9,10,11,14,16 13 11

Baik 3,6,12,15 - 4

Baik Sekali - - -

Jumlah 14 2 16

Tabel 3.9 menunjukkan hasil analisis daya pembeda menunjukkan 1 soal

memiliki daya pembeda yang jelek, 11 soal memiliki daya pembeda cukup, dan

sisanya 4 soal yang memiliki daya pembeda baik.

Klasifikasi interpretasi taraf kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan

dengan menggunakan kriteria sesuai Tabel 3.10 sebagai berikut:18

Tabel 3.10 Interpretasi Taraf Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria

0,00 – 0,25 Sukar

0,26 – 0,75 Sedang

0,76 – 1,00 Mudah

17

Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi, (Jakarta, Bumi

Aksara, 2005), Cet. 5, h. 218. 18

Ahmad Sofyan, Op. Cit., h. 103.

Page 73: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

56

Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal menggunakan program Anates

Versi 4.0.9 yang disajikan pada Tabel 3.11 sebagai berikut:

Tabel 3.11 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal

Kriteria No Soal

Jumlah Valid Tidak Valid

Sukar - - -

Sedang 3,4,5,6,10,11,

12,14,15 7,13 11

Mudah 1,2,8,9,16 - 5

Jumlah 14 2 16

Tabel 3.11 menunjukkan analisis taraf kesukaran menggunakan program

Anates Versi 4.0.9. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesukaran butir

soal 1, 2, 8, 9, dan 16 termasuk dalam kriteria mudah. Butir soal nomor 3, 4, 5, 6,

7, 10, 11, 12, 13, 14, 15 termasuk dalam kriteria sedang.19

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Liliefors. Tahapan dalam menentukan nilai normalitas terdiri atas beberapa tahapan.

Pertama adalah data sampel diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar.

Selanjutnya, ditentukan nilai-nilai Zi dari tiap-tiap data berikut dengan rumus:20

zi =

Keterangan:

Zi : Skor baku

Xi : Skor data

X : Nilai rata-rata

S : Simpangan Baku

Langkah selanjutnya, untuk tiap bilangan baku tersebut digunakan

distribusi normal baku sehingga dapat dihitung peluang dengan ketentuan F(zi) =

P(z ≤ zi). Selanjutnya, dihitung proporsi z1, z2,….zn yang lebih kecil atau sama

19

Lampiran 3, h. 136. 20

Kadir, Statistika: untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dilengkapi dengan Output Program

SPSS, (Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010), h. 107.

Page 74: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

57

dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka S(zi) =

. Kemudian, dihitung harga mutlak nilai F(zi) – S(zi).

Langkah terakhir adalah mengambil nilai terbesar dari harga-harga mutlak

tersebut. Nilai terbesar ini kemudian disebut dengan L0 atau Lhitung.

Nilai Lhitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai L kritis pada tabel

Liliefors untuk taraf nyata α yang dipilih, nilai kritis pada tabel disebut juga Ltabel.

Adapun dua kriteria dalam uji ini, yaitu apabila Lhitung < Ltabel maka hipotesis nol

(H0) diterima dan populasi berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lhitung > Ltabel

maka hipotesis nol (H0) ditolak dan populasi berdistribusi tidak normal.

2. Uji Homogenitas

Homogenitas data mempunyai arti atau makna bahwa data memiliki

variasi atau keragaman nilai yang sama atau secara statistik sama. Jadi penekanan

dari homogenitas data adalah terdapat pada keragaman varians atau standar

deviasi dari data tersebut.21

Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher,

dengan rumus:

dimana

Keterangan:

F : Uji Fisher

: Varians terbesar

: Varians terkecil

Kriteria yang terdapat pada uji homogenitas ini yaitu, jika Fhitung < Ftabel maka

H0 diterima, yang artinya data bersifat homogen. Sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel

maka H0 ditolak dan berarti data bersifat tidak homogen.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan dua

parameter rata-rata variabel kriterium dua kelompok.22

Uji hipotesis pada

penelitian ini menggunakan analisis perbedaan dua rerata untuk sampel bebas.

21

Ibid., h. 117. 22

Kadir, Op. Cit, h. 195.

Page 75: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

58

Pengertian sampel bebas dalam analisis ini adalah sampel yang keberadaannya

tidak saling mempengaruhi (independent).23

Berikut merupakan langkah-langkah

uji hipotesis yang dilakukan:

Merumuskan hipotesis: H0 = Tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir

kritis siswa antara model TPS dan GI. H1= Terdapat perbedaan keterampilan

berpikir kritis siswa antara model TPS dan GI. Menentukan t hitung dengan

rumus:

. Menentukan harga t tabel berdasarkan derajat

kebebasan tertentu (db), yaitu db = n1+n2-2. Membandingkan harga t hitung dan t

tabel dengan 2 kriteria: Jika t hitung ≤ t tabel maka hipotesis nihil (Ho) diterima,

Jika t hitung > t tabel maka hipotesis nihil (Ho) ditolak. Kesimpulan pengujian.

4. Uji N-Gain

Perhitungan N-Gain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

perbedaan model kooperatif TPS dan GI terhadap keterampilan berpikir kritis

siswa yang telah digunakan dalam proses pembelajaran terhadap hasil belajar

siswa pada konsep Fungi. Rumusan perhitungan N-Gain adalah sebagai berikut:

Kriteria hasil perhitungan N-Gain diterjemahkan menurut kriteria Tabel 3.12.24

Tabel 3.12 Kategorisasi Perolehan Nilai N-Gain

Gain ternormalisasi Kriteria

G < 0,3 Rendah

0,3 ≤ G ≤ 0,7 Sedang

G > 0,7 Tinggi

I. Hipotesis Statistik

Mengingat penelitian tersebut yang digunakan adalah metode komparatif

yaitu perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada model pembelajaran

23

Ibid., h. 195. 24

Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, 1999, h. 1, diakses dari

www.physics.indiana.com, pada tanggal 12 Januari 2016.

Page 76: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

59

kooperatif tipe TPS dan tipe, maka hipotesis statistik yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Ho : A = B

Ha : A ≠ B

Keterangan :

Ho = Hipotesis nol diterima apabila tidak terdapat perbedaan keterampilan

berpikir kritis siswa dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS)

dan Group Investigation (GI).

Ha = Hipotesis alternatif diterima apabila terdapat perbedaan keterampilan

berpikir kritis siswa dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS)

dan Group Investigation (GI).

A = Rata-rata hasil test keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan

pembelajaran metode TPS.

B = Rata-rata hasil test keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan

pembelajaran metode GI.

Page 77: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan data hasil penelitian, data hasil keterampilan

berpikir kritis, data hasil observasi kegiatan pembelajaran, analisis data, hasil

wawancara serta pembahasan. Data yang telah didapat diolah dengan perhitungan

statistik menggunakan bantuan Microsoft Excel. Hasil pengolahan data digunakan

untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada model kooperatif

tipe Think Pair Share (TPS) sebagai kelas eksperimen I dan tipe Group Investigation

(GI) sebagai kelas eksperimen II pada konsep Fungi dan juga untuk mengetahui

keterkaitan antara sintaks model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dengan

aspek keterampilan berpikir kritis.

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis

Sebelum dilakukan proses pembelajaran konsep Fungi maka terlebih dahulu

dilakukan pretest. Pretest bertujuan untuk mengukur keterampilan awal berpikir

kritis siswa pada pembelajaran sebelum diberi perlakuan. Setelah diterapkan

model kooperatif tipe Think Pair Share di kelas eksperimen I dan Group

Investigation di kelas eksperimen II, siswa diberikan posttest untuk mengukur

peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran setelah diberi

perlakuan. Hasil perhitungan data penelitian mengenai tes keterampilan berpikir

kritis kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis

Data Pretest Posttest

TPS1 GI

2 TPS

3 GI

4

Nilai Tertinggi 71,43 76,79 92,86 87,50

Nilai Terendah 39,29 50,00 46,43 60,71

Rata-rata 59,71 58,38 81,52 76,02

1 Lampiran 21, h. 329.

2 Lampiran 23, h. 333.

3 Lampiran 22, h. 331.

4 Lampiran 24, h. 335.

Page 78: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

61

Data Pretest Posttest

TPS GI TPS GI

Modus 58,93 57,14 73,21;

83,89 & 87,50 80,36

Median 60,71 57,14 83,93 78,58

SD 6,80 5,41 8,76 8,05

Jumlah Siswa 43 42 43 42

Tabel 4.1 menunjukkan perbandingan antara hasil pretest dan posttest dari

kedua kelas eksperimen. Untuk nilai rata-rata pretest kelas TPS lebih besar yaitu

59,71 dibandingkan dengan rata-rata kelas GI yaitu 58,38. Pada saat posttest kelas

TPS mengalami peningkatan rata-rata lebih besar 81,52 sedangkan kelas GI

sebesar 76,02. Adanya perbedaan ini dikarenakan dalam proses pembelajaran

kelas TPS lebih unggul dalam tahapan Think sehingga siswa lebih banyak

memanfaatkan waktu untuk berpikir sehingga pada saat posttest kelas TPS

memperoleh nilai rata-rata lebih besar daripada kelas GI.

2. Hasil N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis

Peningkatan keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini dapat dilihat dari

nilai N-Gain. Nilai N-Gain didapat dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan

pada kedua kelas eksperimen I dan II. Pretest dan posttest diberikan kepada siswa

pada pembelajaran konsep Fungi di masing-masing kelas dengan menggunakan

14 butir soal uraian. Hasil perhitungan rata-rata N-Gain yang diperoleh disajikan

pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis

Normal Gain Kelas TPS5 Kelas GI

6

Sampel (N) 43 42

Max 1,00 1,00

Min 0,059 0,286

Tinggi (%) 48,84 45,24

Sedang (%) 41,86 40,48

Rendah (%) 9,30 14,29

Rata-rata 0,66 0,63

5 Lampiran 30, h. 343-344.

6 Lampiran 31, h. 345-346.

Page 79: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

62

Tabel 4.2 menunjukkan N-Gain pada kedua kelas eksperimen termasuk ke

dalam kategori sedang, namun untuk kelas TPS mendapatkan skor yang lebih

tinggi. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kedua kelas eksperimen mengalami

peningkatan dari hasil pretest ke posttest pada keterampilan berpikir kritis siswa.

Selain itu, hasil dari uji N-Gain tersebut dapat dibuktikan dengan uji-t serta

persentase keterlaksanaan sintaks dari masing-masing model pembelajaran

kooperatif TPS dan GI.

3. Hasil Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis

a. Persentase Pretest dan Posttest Aspek Keterampilan Berpikir Kritis

Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian aspek keterampilan

berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang

disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis

Pretest dan Posttest

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Pretest Posttest

TPS7 GI

8 TPS

9 GI

10

Memberikan

penjelasan

sederhana

62,28 58,63 82,89 78,94

Membangun

keterampilan

dasar

50,00 52,98 73,32 72,02

Menyimpulkan 75,60 70,24 88,10 85,71

Memberikan

penjelasan

sederhana

62,28 58,63 82,89 78,94

Membangun

keterampilan

dasar

50,00 52,98 73,32 72,02

Menyimpulkan

75,60 70,24 88,10 85,71

7 Lampiran 18, h. 318-322.

8 Lampiran 20, h. 324-328.

9 Lampiran 18, h. 318-322.

10 Lampiran 20, h. 324-328.

Page 80: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

63

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Pretest Posttest

TPS GI TPS GI

Membuat

penjelasan lebih

lanjut

26,79 32,14 75,00 50,00

Strategi dan

taktik 70,83 71,43 87,80 86,10

Rata-rata 57,10 57,08 81,22 74,54

Tabel 4.3 menunjukkan perbedaan skor rata-rata pretest dan posttest kelas

TPS dan GI. Pada pretest skor terendah yang didapatkan dari kedua kelas

eksperimen yaitu pada aspek membuat penjelasan lebih lanjut, sedangkan pada

skor tertinggi untuk kelas TPS diperoleh pada aspek menyimpulkan berbeda pada

kelas GI yang diperoleh pada aspek strategi dan taktik. Pada hasil posttest kedua

kelas mengalami peningkatan yang signifikan, namun pada aspek keempat kelas

GI tidak mengalami peningkatan yang signifikan hanya mencapai 50,00% dengan

kategori kurang hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran pada aspek

memberikan penjelasan lebih lanjut termasuk ke dalam tahapan implementasi dan

analisis dimana terdapat beberapa siswa yang kurang efektif pada diskusi

dikarenakan kelompok yang terbentuk lebih banyak berbeda pada kelas TPS yang

mengalami peningkatan sebesar 75,00% dengan kategori cukup karena pada aspek

ini siswa masuk ke dalam tahapan Pairing dimana siswa saling berdiskusi secara

berpasangan. Sehingga, model TPS pada tahapan pairing lebih unggul dari pada

kelas GI untuk tahapan implementasi, analisis dan sintesis.

b. Hasil Pretest dan Posttest Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Pengukuran yang telah dilakukan pada perolehan persentase kelima aspek

keterampilan berpikir kritis, dilakukan pula pengukuran pada indikatornya. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui secara signifikansi perbedaan yang didapatkan dari

hasil sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada kedua kelas eksperimen. Pada

aspek pertama terdiri dari lima indikator, aspek kedua, ketiga, dan keempat terdiri

Page 81: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

64

dari satu indikator dan aspek kelima terdiri dari dua indikator yang disajikan pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Pretest dan Posttest Indikator Keterampilan Berpikir

Kritis11

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator

Pretest Posttest

TPS GI TPS GI

Memberikan

penjelasan

sederhana

Mengidentifikasi atau

merumuskan

pertanyaan

70,06 67,86 87,21 87,50

Mengidentifikasi/

merumuskan kriteria-

kriteria untuk

mempertimbang kan

jawaban yang mungkin

69,77 67,86 87,50 87,50

Mengidentifikasi alasan

yang tidak dinyatakan

37,50

29,17 66,28 58,63

Mengapa demikian? 70,35 66,07 93,02 79,17

Bagaimana

menerapkannya dalam

kasus tersebut

71,51 73,21 87,79 85,12

Membangun

keterampilan

dasar

Keterampilan

memberikan alasan 49,71 52,98 72,67 72,02

Menyimpulkan Membuat kesimpulan 75,58 70,24 88,37 85,71

Memberikan

penjelasan lebih

lanjut

Alasan yang tidak

dinyatakan 26,16 32,14 75,58 50,00

Strategi dan

Taktik

Merumuskan solusi

alternatif 69,77 76,62 91,28 83,93

Mempresentasikan

secara lisan atau tulisan 68,60 70,24 84,88 88,10

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari kelima aspek keterampilan berpikir kritis

dengan sepuluh indikator menunjukkan perbedaan yang signifikan pada hasil

posttest. Berdasarkan kelima aspek tersebut menunjukkan peningkatan yang baik

dalam pencapaian indikator keterampilan berpikir kritis. Namun, terdapat

11

Lampiran 29, h. 341.

Page 82: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

65

beberapa indikator di yang tidak menunjukkan peningkatan signifikan diantaranya

pada aspek pertama indikator ketiga mengidentifikasi alasan yang tidak

dinyatakan kedua kelas eksperimen belum menunjukkan peningkatan yang

signifikan masih termasuk kedalam kategori cukup. Begitu pula pada indikator

keenam keterampilan memberikan alasan pada hasil pretest kedua kelas

memperoleh nilai yang rendah dengan kategori kurang dan setelah posttest kedua

kelas mengalami peningkatan namun masih termasuk ke dalam kategori cukup.

Begitu pula, pada aspek keempat dengan indikator alasan yang tidak dinyatakan

pada nilai pretest kelas TPS dan kelas GI memperoleh nilai yang rendah dengan

kategori kurang sekali namun setelah diberikan posttest hanya kelas TPS yang

mengalami peningkatan signifikan dengan kategori cukup sedangkan kelas GI

masih termasuk kategori kurang. Perbedaan ini dikarenakan pada kedua kelas

belum memiliki kemampuan awal dalam memberikan argumen berupa alasan

yang tidak dinyatakan karena siswa terbiasa menjawab suatu pertanyaan dengan

adanya pernyataan yang disediakan dalam proses evaluasi pembelajaran sehingga

pada hasil posttest jawaban siswa yang diberikan kurang memenuhi kriteria

jawaban yang diinginkan.

Faktor-faktor yang menyebabkan kelas TPS lebih unggul dikarenakan pada

saat proses pembelajaran tahapan pada model TPS lebih banyak menyediakan

waktu bagi siswa untuk proses berdiskusi secara berpasangan, karena dengan

berpasangan siswa akan lebih fokus dalam menyatukan suatu pemikiran untuk

membuat suatu kesimpulan. Berbeda dengan model GI kelompok yang terbentuk

lebih banyak sehingga pada saat proses diskusi terdapat beberapa siswa yang

kurang aktif dalam bekerjasama. Hal ini berarti, pada model TPS memberikan

peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan model GI.

4. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa

Pada penelitian ini untuk menunjang siswa dalam kegiatan pembelajaran

maka digunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) diberikan pada kelas eksperimen I

yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Sedangkan LIK (Lembar Investigasi Kelompok) diberikan pada kelas eksperimen

Page 83: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

66

II yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Kedua kelas eksperimen I dan II menggunakan sintaks dari Richard Arends.

Kedua lembar kerja tersebut telah disisipi dengan beberapa sub aspek

keterampilan berpikir kritis menurut Robert H. Ennis yang bertujuan untuk

mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran. Hasil

persentase rata-rata ketercapaian aspek keterampilan berpikir kritis dengan

menggunakan instrumen LKS dan LIK pertemuan pertama hingga pertemuan

ketiga pada kedua kelas eksperimen dapat disajikan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Penilaian Lembar Kerja Siswa Kelas (LKS) Eksperimen I dan

Lembar Investigasi Kelompok (LIK) Kelas Eksperimen II

Data Kelas TPS

12 Kelas GI

13

Per. 1 Per. 2 Per.3 Per. 1 Per. 2 Per. 3

Max 93,75 93,75 93,75 92,86 85,71 92,86

Min 81,25 81,25 81,25 64,29 71,43 71,43

Rerata Pertemuan 86,65 86,93 87,78 79,29 82,14 82,86

Rerata LKS 87,12 81,43

Tabel 4.5 menunjukkan nilai LKS kelas TPS dan nilai LIK kelas GI. Pada

kelas TPS dan kelas GI mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Kelas

TPS memiliki nilai tertinggi di setiap pertemuannya sebesar 93,75 sedangkan

kelas GI nilai tertinggi didapatkan pada pertemuan pertama dan ketiga sebesar

92,86. Nilai terendah untuk kelas TPS juga didapatkan pada setiap pertemuan

dengan perolehan nilai yang sama sebesar 81,25 sedangkan kelas GI nilai

terendah didapatkan pada pertemuan pertama sebesar 64,29. Rata-rata nilai LKS

kelas TPS dan LIK kelas GI cukup jauh yaitu nilai kelas TPS lebih besar

dibandingkan dengan kelas GI. Perolehan nilai rata-rata kelas TPS sebesar 87,12

sedangkan kelas GI sebesar 81,43. Hal ini berarti keterlaksanaan yang terukur

dalam LKS dan LIK menunjukkan pencapaian yang maksimal pada kelas TPS

pada interval 80 sedangkan kelas GI pada interval 70-80.

12

Lampiran 10, h. 246-248. 13

Lampiran 13, h. 266-268.

Page 84: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

67

Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian aspek keterampilan

berpikir kritis dengan instrumen LKS dan LIK dari kedua kelas eksperimen pada

setiap pertemuannya dapat disajikan dalam Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Persentase Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis LKS dan

LIK

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Kelas TPS (LKS)14

Kelas GI (LIK)15

Pertemuan Pertemuan

1 2 3 1 2 3

Memberikan

penjelasan

sederhana

70,45 72,73 73,86 70,00 75,00 77,50

Membangun

keterampilan dasar 71,59 71,59 73,86 72,50 75,00 77,50

Menyimpulkan 72,73 73,86 75,00 70,00 75,00 77,50

Memberikan

penjelasan lebih

lanjut

63,64 64,77 65,91 52,50 60,00 62,50

Strategi dan taktik 76,14 77,27 77,27 77,50 77,50 80,00

Rata-rata 70,91 72,05 73,18 68,50 72,50 75,00

Tabel 4.6 menunjukkan persentase ketercapaian keterampilan berpikir

kritis siswa yang diukur menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk kelas

TPS dan LIK (Lembar Investigasi Kelompok) untuk kelas GI pada pertemuan

pertama hingga pertemuan ketiga. Hasil rata-rata keterampilan berpikir kritis

siswa pada pertemuan pertama kelas TPS sebesar 70,91% dengan kategori cukup.

Pada pertemuan kedua sebesar 72,05% dengan kategori cukup dan pada

pertemuan ketiga sebesar 73,18% dengan kategori cukup. Sedangkan pada kelas

GI juga menunjukkan nilai persentase ketercapaian keterampilan berpikir kritis

siswa melalui LIK. Pada pertemuan pertama memiliki persentase sebesar 68,50%

dengan kategori cukup. Pada pertemuan kedua sebesar 72,50% dengan kategori

cukup dan pada pertemuan ketiga sebesar 75,00% dengan kategori cukup. Dengan

demikian, berdasarkan dari perolehan persentase pada setiap pertemuan berbeda-

beda, namun untuk rata-rata tertinggi yang didapatkan pada kelas TPS pada

14

Lampiran 11, h. 249-251. 15

Lampiran 14, h. 269-271.

Page 85: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

68

pertemuan pertama sedangkan kelas GI memperoleh persentase tertinggi pada

pertemuan ketiga karena siswa sudah mulai terbiasa dalam proses penyelidikan

terhadap permasalahan yang terdapat di dalam LIK dengan melibatkan

lingkungan sekitar dengan mengaitkan materi dalam artikel masalah yang

disediakan dalam LIK dalam memperoleh informasi.

B. Data Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran

Selain instrumen tes, dalam penelitian ini digunakan pula instrumen non tes

seperti lembar observasi dan wawancara untuk mendukung data hasil penelitian.

Adapun deskripsi data hasil observasi kegiatan pembelajaran Think Pair Share

dan Group Investigation, lembar observasi, serta hasil wawancara guru bidang

studi biologi dan siswa sebagai respon terhadap implementasi pembelajaran

kooperatif di dalam kelas.

1. Keterlaksanaan Sintaks Model Think Pair Share dan Group Investigation

dalam Kegiatan Pembelajaran

a. Hasil Observasi Kegiatan Guru

Observasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kegiatan pembelajaran

dengan langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan. Lembar observasi

untuk kelas eksperimen I dibuat berdasarkan langkah model Think Pair Share

(TPS) dan kelas eksperimen II dibuat berdasarkan langkah model Group

Investigation (GI). Hasil perhitungan rata-rata persentase ketercapaian kegiatan

guru pada proses pembelajaran untuk kelas kedua kelas eksperimen dibuat

berdasarkan hasil observasi kegiatan guru menunjukkan bahwa secara

keseluruhan sintaks pembelajaran Think Pair Share16

dan Group Investigation17

terlaksana dengan persentase 100% yaitu dengan kategori sangat baik. Hal ini

menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran peneliti konsisten menerapkan

model pembelajaran kooperatif.

16

Lampiran 15, h. 272. 17

Lampiran 16, h. 276.

Page 86: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

69

b. Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik

1) Model Kooperatif Think Pair Share

Model pembelajaran Think Pair Share memiliki sintaks yang harus

dilaksanakan dalam proses pembelajaran, diantaranya 1) Thinking (Berpikir); 2)

Pairing (Berpasangan); dan 3) Share (Berbagi). Sintaks dalam model

pembelajaran ini harus diobservasi untuk mengetahui apakah sintaks model

tersebut terlaksana atau tidak dalam setiap pembelajaran, sehingga dapat dilihat

kemungkinan perbedaan terhadap hasil akhir keterampilan berpikir kritis siswa.

Berikut adalah data hasil observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran pada

peserta didik dengan model Think Pair Share yang disajikan dalam Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Rerata Persentase Ketercapaian Kegiatan Peserta Didik TPS18

No Tahapan TPS Rata-rata

Sintaks

1.

Pada Fase thinking siswa merespon dengan

memikirkan jawaban dari pertanyaan mengenai

suatu permasalahan yang telah diberikan

oleh guru

88,83

2. Pada Fase pairing siswa membentuk kelompok

dengan temannya secara berpasangan 83,33

3.

Pada fase sharing siswa mengerjakan dengan

baik intruksi

yang telah diberikan dan melakukan presentasi 95,83

Tabel 4.7 menunjukkan rerata persentase keterlaksanaan sintaks pembelajaran

pada peserta didik di kelas eksperimen I dengan model kooperatif tipe Think Pair

Share. Pada tahap pertama pembelajaran yaitu Think di setiap pertemuannya

mengalami peningkatan dan rerata persentase pada sintaks pertama ini sebesar

88,83%. Pada tahap ini guru menampilkan gambar-gambar mengenai peranan

jamur terhadap kehidupan sehari-hari untuk menarik perhatian siswa agar fokus

terhadap pembelajaran. Hal ini cukup efektif karena sebagian besar siswa lebih

tertarik kepada gambar ataupun video yang disajikan oleh guru. Kemudian guru

memberikan beberapa pertanyaan ataupun memberikan kesempatan bagi siswa

untuk bertanya perihal materi yang akan diajarkan. Setelah itu, guru memberikan

18

Lampiran 15, h. 275.

Page 87: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

70

beberapa waktu kepada siswa untuk menjawab pertanyaan mengenai

permasalahan yang terdapat di dalam LKS untuk dijawab secara individual. Hal

ini bertujuan untuk melatih siswa fokus terhadap suatu pertanyaan dan menjawab

suatu tantangan. Dimana dalam menjawab suatu pertanyaan termasuk kedalam

aspek utama dari berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana. Hal ini

akan memunculkan siswa dalam berpikir kritis terhadap suatu pertanyaan.

Tahap kedua yaitu Pairing mengalami peningkatan di setiap pertemuannya

dengan perolehan rerata sebesar 83,33%. Pada tahap ini guru memberikan

kesempatan bagi siswa untuk berpasangan membentuk kelompok kecil. Di dalam

penerapannya siswa berpasangan dengan teman sebangku. Hal ini bertujuan untuk

menciptakan suasana yang efektif dan efisiensi waktu dalam menentukan

pasangan. LKS yang telah diberikan sebelumnya pada tahap Thinking kemudian

siswa bersama pasangan saling bekerjasama untuk menyatukan pendapat

berdasarkan hasil pemikiran yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Maka

di dalam tahapan ini siswa akan mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber,

mempertimbangkan induksi, membuat keputusan dan mempertimbangkan

hasilnya berdasarkan sumber informasi yang kredibel dan relevan pada saat

berdiskusi.

Tahapan terakhir yaitu Share juga mengalami peningkatan di setiap

pertemuannya dengan perolehan nilai sebesar 95,83%. Pada tahapan ini terlihat

aspek terakhir dari berpikir kritis yaitu strategi dan taktik. Dimana siswa akan

diberikan kesempatan bagi beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi yang telah dilakukan. Pada saat diskusi terlihat proses interaksi yang

terjadi pada orang lain dalam hal ini adalah teman-teman lainnya yang

mendengarkan ataupun memberikan tanggapan dari hasil presentasi. Selain itu

pada (Tabel 4.7) menunjukkan pada setiap pertemuannya mengalami peningkatan

dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan tahapan TPS yang sederhana hanya

dengan tiga tahapan sehingga alokasi waktu yang diberikan pun banyak untuk

siswa dapat melakukan aktivitas sesuai pada tiap tahapan sintaksnya.

Page 88: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

71

2) Model Kooperatif Group Investigation

Model pembelajaran Group Investigation memiliki enam sintaks yang harus

dilakukan dalam proses pembelajaran, diantaranya 1) Seleksi topik,

2) Perencanaan kooperatif, 3) Implementasi (penerapan), 4) Analisis dan sintesis,

5) Penyajian Hasil Akhir (presentasi investigasi), 6) Evaluasi. Pada sintaks GI

memiliki persamaan pada sintaks model TPS dimana dalam proses pembelajaran

ini harus diobservasi untuk mengetahui apakah sintaks tersebut terlaksana atau

tidak dalam setiap pembelajaran, sehingga dapat dilihat kemungkinan pengaruh

terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Berikut adalah data hasil observasi

keterlaksanaan sintaks pembelajaran pada peserta didik dengan model Group

Investigation yang disajikan dalam Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Rerata Persentase Ketercapaian Kegiatan Peserta Didik GI19

No Tahapan GI Rata-rata

Sintaks

1. Pada Fase seleksi topik siswa memilih topik

pembelajaran 79,16

2.

Pada Fase perencanaan kooperatif siswa

menjalankan prosedur sesuai dengan intruksi

yang diberikan oleh guru 91,66

3.

Pada Fase penerapan siswa mengerjakan

tugas atau LIK dengan tertib dan siswa

mengalami kesulitan 83,67

4.

Pada Fase analisis dan sintesis siswa

melakukan investigasi dan analisis tugas atau

LIK yang diberikan oleh guru.

80,55

5.

Pada Fase presentasi investigasi siswa

mempresentasikan hasil investigasinya pada

masing-masing kelompok. 79,16

6. Akhir Fase evaluasi siswa menerima masukan

dari guru dan merangkum akhir materi

Tabel 4.8 menunjukkan rerata persentase keterlaksanaan sintaks pembelajaran

kelas eksperimen II dengan model kooperatif tipe Group Investigation. Pada tiap

tahapan dari model pembelajaran tersebut mengalami peningkatan di setiap

pertemuannya. Sebelum dimulainya pembelajaran Group Investigation guru

menampilkan gambar-gambar serta contoh kasus yang berhubungan mengenai

19 Lampiran 16, h. 280.

Page 89: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

72

jamur dan memberikan pertanyaan sederhana untuk memberikan kesempatan bagi

siswa menjawab. Hal ini bertujuan untuk dapat menarik perhatian siswa agar

fokus terhadap pembelajaran. Kemudian guru membagikan kelompok secara

heterogen dalam satu kelompok terdiri atas 4-5 orang. Pada tahap pertama yaitu

seleksi topik memperoleh rerata di setiap pertemuannya sebesar 79,16%. Pada

tahap ini sebelum siswa diberi kesempatan untuk memilih sub topik dari

pembelajaran, siswa diberikan suatu tantangan berupa membuat tiga pertanyaan

dan jawaban mengenai permasalahan yang terdapat di dalam LIK (Lembar

Investigasi Kelompok). Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui informasi dari

artikel tersebut sehingga siswa dapat menentukan sub topik yang akan dibahas

secara berkelompok. Setelah siswa membuat pertanyaan dan jawaban maka

langkah selanjutnya siswa memilih sub topik yang akan dibahas. Dalam hal ini

guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memilih sendiri sub topik yang

telah disediakan untuk proses penyelidikan.

Tahapan kedua yaitu perencanaan kooperatif memperoleh rerata di setiap

pertemuan sebesar 91,66%. Pada tahap ini siswa bersama kelompoknya

menentukan sendiri prosedur belajar dan sumber informasi yang akan digunakan

dalam proses penyelidikan. Hal ini penting agar di setiap masing-masing anggota

dapat saling berkontribusi. Pada tahap ketiga implementasi memperoleh rerata

sebesar 83,67%. Pada tahap ini siswa melaksanakan proses penyelidikan terhadap

subtopik yang telah ditentukan dan untuk mendapatkan suatu informasi siswa

saling bekerjasama menggunakan berbagai sumber informasi yang relevan baik

berupa buku, internet, dan lingkungan sekitar disekolah maupun diluar sekolah.

Tahap keempat yaitu analisis dan sintesis memperoleh rerata sebesar 80,55%.

Pada tahap ini setelah siswa mendapatkan informasi, maka tahap selanjutnya

adalah menghubungkan permasalahan yang terdapat di LIK dengan materi

pembelajaran. Selain itu, setiap kelompok juga diharuskan mencari solusi dari

permasalahan yang ada. Pada aspek terakhir yaitu penyajian hasil akhir guru

memberikan kesempatan bagi beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil

penyelidikan kelompok di depan kelas. Dalam hal ini sama seperti kelas

eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran TPS yaitu mempresentasikan

Page 90: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

73

hasil diskusi kelompok. Pada tahap akhir ini memperoleh rerata sebesar 79,16%.

Pada tahap ini terlihat keterkaitan antara sintaks model pembelajaran dengan

aspek kelima berpikir kritis yaitu strategi dan taktik. Siswa akan berinteraksi

dengan orang lain dan mempresentasikan hasil diskusi serta menawarkan suatu

solusi untuk memecahkan permasalahan serta mengajak kepada teman-temannya

melakukan solusi yang telah ditawarkan. Pada tahap evaluasi yaitu guru

mengevaluasi kinerja siswa setelah proses penyelidikan dan memberikan

kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Sehingga bila dibandingkan

dengan tahapan TPS tahapan GI ini lebih banyak dan siswa menjadi terbatas

untuk melakukan aktivitas pada setiap sintaksnya. Sehingga pencapaian kegiatan

peserta didik selama proses pembelajaran pada model TPS lebih unggul

dibandingkan dengan model GI.

C. Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan peneliti kepada enam orang siswa dan dua orang guru

bidang studi biologi, enam orang itu ialah tiga orang perwakilan dari kelas yang

menggunakan model Think Pair Share dan tiga orang perwakilan dari kelas yang

menggunakan model Group Investigation. Ketiga orang perwakilan dari masing-

masing kelas yang memiliki nilai pretest dan posttest yang heterogen. Hasil dari

wawancara tersebut berisikan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa siswa

merasa senang mengikuti pembelajaran biologi dalam hal ini konsep Fungi dan

dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa di kelas. Sebelum diberlakukan

model TPS dan GI, siswa belajar hanya memperhatikan guru dan menerima tugas

saja sehingga proses pembelajaran bersifat teacher center. Diakui oleh siswa

bahwa dengan model TPS lebih mudah dalam berdiskusi karena kelompok yang

terbentuk hanya dua orang anggota dan berpasangan dengan teman sebangku,

sehingga pada saat pembentukan kelompok suasana kelas menjadi kondusif.

Dengan model ini, selain membangun kerjasama oleh dua orang individu juga

meningkatkan kepercayaan diri, dan karena adanya artikel yang melibatkan kasus

Page 91: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

74

yang terdapat di kehidupan sehari-hari dengan materi jamur mendapat

pengetahuan baru dan mengasah keterampilan berpikir kritis siswa.20

Model Group Investigation (GI) juga dinilai mudah diikuti dan dipelajari oleh

siswa yang melaksanakannya walaupun terdapat kendala yang dihadapi pada saat

pembelajaran kata-kata petunjuk yang digunakan pada tahapan GI sulit dimengerti

oleh beberapa siswa. Namun, setelah adanya penjelasan yang diberikan oleh guru

dapat membantu tiap kelompok dalam berdiskusi. Tahapan investigasi pada model

ini banyak disukai oleh siswa karena siswa lebih tertantang untuk bereksplorasi

dalam menyelesaikan masalah secara bersama-sama dan menemukan solusinya.

Dari hasil wawancara dengan 3 orang perwakilan siswa yang menjalankan model

GI dapat disimpulkan bahwa model GI memberikan kemudahan siswa dalam

memahami pembelajaran biologi pada konsep fungi. Selain itu, dengan artikel

yang terdapat di dalam LIK membuat siswa menjadi berpikir kritis untuk dapat

menyelesaikan permasalahan tersebut.21

Kedua model ini ditanggapi oleh kedua guru bidang studi biologi sebagai

pembaharuan dalam pembelajaran biologi di kelas yang diteliti oleh peneliti. Saat

mewawancarai guru bidang studi biologi di kelas MIA 2 yang diterapkannya

model TPS oleh peneliti menyatakan bahwa model tersebut cukup bagus dan

efektif, karena biasanya diskusi yang dilakukan dengan banyak anggota

kelompok. Dengan adanya diskusi secara berpasangan ini siswa menjadi lebih

teratur dalam pembentukan kelompok dan kondusif serta melatih kebersamaan

kelompok dalam berdiskusi. Serta mewawancarai guru bidang studi biologi

lainnya di kelas MIA 5 yang diterapkannya model GI oleh peneliti juga

menyatakan bahwa siswa menjadi lebih aktif dalam berdiskusi dengan proses

penyelidikan langsung. Sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mendiskusikan

permasalahan yang diberikan selama proses pembelajaran dan mengasah

keterampilan berpikir kritis siswa.22

20

Lampiran 32, h. 347. 21

Ibid. 22

Ibid.

Page 92: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

75

D. Pengujian Prasyarat Analisis

Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian

prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang

digunakan adalah Uji Liliefors dengan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05). Kriteria

penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan,

Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal sedangkan jika Lhitung > Ltabel data

tidak berdistribusi normal. Uji normalitas pretest dan posttest dihitung

menggunakan Microsoft Excel, diperoleh data seperti pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Data Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I

dan Eksperimen II

Data Pretest Posttest

TPS23

GI24

TPS25

GI26

N 43 42 43 42

Rata-rata 59,71 58,38 81,52 76,02

SD 6,78 5,41 8,77 8,05

Lhitung 0,082 0,126 0,115 0,119

Ltabel 0,135 0,137 0,135 0,137

Kesimpulan Normal Normal Normal Normal

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa Lhitung yang diperoleh dari data kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II lebih kecil dibanding Ltabel, sehingga

keduanya memiliki data berdistribusi normal pada saat pretest maupun posstest.

Hal ini berarti kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memiliki komposisi

siswa dengan kemampuan yang sama dalam satu kelas.

23

Lampiran 21, h. 329. 24

Lampiran 22, h. 331. 25

Lampiran 23, h. 333. 26

Lampiran 24, h. 335.

Page 93: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

76

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan setelah kedua sampel penelitian dinyatakan

berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya mencari nilai homogenitasnya.

Dalam penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan Uji Fisher dengan taraf

signifikansi 5% (α = 0,05). Kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelas

dinyatakan homogen jika Fhitung < Ftabel. Hasil uji homogenitas kedua kelompok

sampel penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pretest27

dan Posttest28

Data Pretest Posttest

TPS GI TPS GI

Jumlah

sampel (N) 43 42 43 42

Taraf

signifikansi 0,05 0,05 0,05 0,05

Jumlah

sampel (N) 43 42 43 42

Taraf

signifikansi 0,05 0,05 0,05 0,05

Varians 46,203 29,326 76,816 64,888

Fhitung 1,58 1,18

Ftabel (0,05) 1,67 1,67

Kesimpulan Homogen Homogen

Hasil perhitungan yang terlihat pada Tabel 4.10 menunjukkan dengan

derajat kebebasan 0,05 menunjukkan bahwa kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II memiliki data homogen baik pada saat pretest dan posttest, karena

memenuhi kriteria yaitu Fhitung < Ftabel. Dengan demikian, data ini menunjukkan

bahwa pada proses pembelajaran siswa kelas TPS dan GI memiliki karakteristik

proses belajar yang sama dan berasal dari tingkat kelas yang sama. Selanjutnya

data dapat dilanjutkan pada Uji-t utuk membuktikan hipotesis statistik yang telah

dibuat.

27

Lampiran 25, h. 337. 28

Lampiran 26, h. 338.

Page 94: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

77

E. Pengujian Hipotesis

1. Uji Hipotesis Pretest dan Posttest

Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas data pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memenuhi

syarat. Keduanya berdistribusi normal dan juga memiliki data yang homogen baik

pada pretest maupun posttest. Dengan demikian maka pengujian hipotesis

dilakukan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara

kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Hasil uji hipotesis pretest dan posttest

pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 4.11

sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Uji-t Pretest29

dan Posttest30

Data Pretest Posttest

TPS GI TPS GI

Jumlah sampel (N) 43 42 43 42

Taraf signifikansi 0,05 0,05 0,05 0,05

Sgab 6,15 8,42

thitung -1,00 -3,01

ttabel (2 arah) -1,989 < ttabel < 1,989

Kesimpulan H0 diterima, Ha ditolak H0 ditolak, Ha diterima

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa uji-t pada pretest dan posttest menggunakan

uji dua pihak atau uji dua arah, sehingga nilai ttabel yang dihasilkan diantara -1,989

dan 1,989 (-1,989 < ttabel < 1,989). Pada perhitungan uji-t pretest mendapatkan

nilai thitung sebesar -1,00 yang berarti nilai thitung pretest jatuh di daerah penerimaan

H0 (antara -1,989 dan 1,989), sehingga pada pretest H0 diterima (tidak terdapat

perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara model Think Pair Share dan

Group Investigation).

Perhitungan uji-t posttest mendapatkan nilai thitung -3,01 yang berarti nilai thitung

posttest jatuh di luar daerah penerimaan H0 (antara -1,989 dan 1,989), sehingga

pada posttest H0 ditolak dan Ha diterima (terdapat perbedaan keterampilan

29

Lampiran 27, h. 339. 30

Lampiran 28, h. 340.

Page 95: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

78

berpikir kritis siswa antara model Think Pair Share (TPS) dan Group

Investigation (GI).

2. Uji Hipotesis Posttest Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

Setelah dilakukan uji-t pretest dan posttest didapatkan hasil pretest dari kedua

kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan dan setelah diberikan treatment pada

hasil posttest terdapat perbedaan dari keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II. Untuk itu pada uji-t posttest indikator ini

digunakan untuk mengetahui signifikansi perbedaan keterampilan berpikir kritis

siswa antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah proses

pembelajaran. Di dalam soal instrumen digunakan lima aspek utama dari

keterampilan berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun

keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lebih lanjut serta

strategi dan taktik dengan menggunakan sepuluh indikator yang terdiri dari 14

soal dari instrumen keterampilan berpikir kritis dan telah disesuaikan dengan

materi pembelajaran yan disajikan dalam Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Uji Hipotesis Posttest Indikator Keterampilan Berpikir Kritis31

No

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Kritis Statistik

Posttest

Eksp.

I Eksp. II

1.

Memberikan

penjelasan

sederhana

1. Mengidentifi

kasi atau

merumuskan

pertanyaan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 87,21 87,50

t hitung -0,123

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan

yang signifikan

2. Mengidentifi

kasi/ merumuskan

kriteria-kriteria

untuk

mempertimbangkan

jawaban yang

mungkin

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 87,50 87,50

t hitung 0,000

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

31

Lampiran 29, h. 341.

Page 96: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

79

No

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Kritis Statistik

Posttest

Eksp.

I Eksp. II

3. Mengidentifikasi

alasan yang tidak

dinyatakan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 66,28 58,63

t hitung 2,986

t tabel 1,989

Kesimpulan

Terdapat

perbedaan yang

signifikan

4. Mengapa

demikian?

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 93,02 79,17

t hitung 6,116

t tabel 1,989

Kesimpulan

Terdapat

perbedaan yang

signifikan

5. Bagaimana

menerapkannya

dalam kasus

tersebut

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 87,79 85,12

t hitung 3,997

t tabel 1,989

Kesimpulan

Terdapat

perbedaan yang

signifikan

2.

Membangun

keterampilan

dasar

6. Keterampilan

memberikan alasan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 72,67 72,02

t hitung 0,225

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

3.

Menyimpulkan

7. Memberikan

kesimpulan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 88,37 85,71

t hitung 0,755

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

4.

Memberikan

penjelasan lebih

lanjut

8. Alasan yang

tidak dinyatakan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 75,58 50,00

t hitung 5,503

t tabel

Kesimpulan

Terdapat

perbedaan yang

signifikan

Page 97: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

80

No

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Kritis Statistik

Posttest

Eksp.

I Eksp. II

5.

Strategi dan

taktik

9. Merumuskan

solusi alternatif

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 91,28 83,93

t hitung 1,832

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

10.

Mempresentasikan

secara lisan atau

tulisan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 84,88 88,10

t hitung -0,757

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji hipotesis posttest pada setiap indikator

keterampilan berpikir kritis. Pada aspek pertama yaitu memberikan penjelasan

sederhana, pada aspek ini terdiri dari lima indikator yang berjumlah 8 soal pada

instrumen essay. Indikator satu terdiri dari soal nomor 1 dan 7, pada indikator

kedua terdiri dari soal nomor 2 dan 7, indikator ketiga terdiri dari soal 3 dan 9,

indikator keempat terdiri dari soal nomor 4 dan pada indikator kelima terdiri dari

soal nomor 10. Pada aspek pertama hasil pengujian pretest indikator satu hingga

kelima tidak terdapat perbedaan. Setelah diberikan treatment pada hasil uji

hipotesis posttest terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator ketiga,

keempat, dan kelima. Hasil yang diperoleh dari ketiga indikator tersebut

menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti pada aspek memberikan

penjelasan sederhana terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator ketiga,

keempat, dan kelima.

Aspek kedua yaitu membangun keterampilan dasar dengan indikator keenam

keterampilan memberikan alasan yang terdiri dari soal nomor 5 dan 11 pada

instrumen essay. Pada pengujuan pretest tidak terdapat perbedaan yang signifikan

pada keterampilan berpikir kritis dengan perolehan ttabel > thitung. Setelah diberikan

Page 98: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

81

treatment pada hasil posttest juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada

kedua kelas eksperimen dengan perolehan ttabel > thitung. Hal ini berarti pada aspek

kedua membangun keterampilan dasar pada indikator keenam yaitu keterampilan

memberikan alasan tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa

antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

Aspek ketiga yaitu menyimpulkan dengan indikator memberikan kesimpulan

hanya terdiri dari satu indikator yaitu soal pada nomor 6 dari instrumen essay.

Pada pengujian hipotesis pretest tidak terdapat pengaruh pada keterampilan

berpikir kritis dengan perolehan ttabel > thitung. Setelah diberikan treatment pada

hasil posttest juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelas

eksperimen dengan perolehan ttabel > thitung. Hal ini berarti pada aspek ketiga

menyimpulkan pada indikator ketujuh yaitu keterampilan membuat kesimpulan

tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen

I dan kelas eksperimen II.

Aspek keempat yaitu memberikan penjelasan sederhana dengan indikator

alasan yang tidak dinyatakan hanya terdiri dari satu indikator yaitu soal pada

nomor 12 dari instrumen essay. Hasil pengujian pretest tidak terdapat perbedaan

pada keterampilan berpikir kritis dengan perolehan ttabel > thitung. Setelah diberikan

treatment pada hasil posttest terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelas

eksperimen dengan perolehan thitung > ttabel. Hal ini berarti pada aspek keempat

memberikan penjelasan lebih lanjut pada indikator kedelapan yaitu alasan yang

tidak dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan

berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.

Aspek kelima yaitu strategi dan taktik yang terdiri dari dua indikator dengan

jumlah dua soal yaitu soal pada nomor 13 dan 14 yang terdapat pada instrumen

essay. Hasil pengujian pretest tidak terdapat perbedaan pada keterampilan berpikir

kritis dengan perolehan ttabel > thitung. Setelah diberikan treatment pada hasil

posttest juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelas

eksperimen dengan perolehan ttabel > thitung. Hal ini berarti pada aspek kelima

strategi dan taktik pada indikator kesembilan dan kesepuluh yaitu merumuskan

solusi alternatif dan mempresentasikan secara lisan atau tulisan tidak terdapat

Page 99: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

82

perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II.

Dapat disimpulkan dari kelima aspek serta sepuluh indikator keterampilan

berpikir kritis, terdapat empat indikator yang menunjukkan perbedaan signifikan

antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II. Pada aspek pertama yaitu

indikator ketiga, keempat dan kelima. Sedangkan indikator lainnya yaitu indikator

kedelapan pada aspek keempat keterampilan berpikir kritis.

F. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Bogor dengan sampel kelas X MIA 2

sebagai kelas eksperimen I dan X MIA 5 sebagai kelas eksperimen II. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis

siswa dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Group

Investigation (GI) yang memiliki karakteristik berbeda pada masing-masing

sintaks. Selain itu, intrumen yang digunakan yaitu berupa uraian dengan jenjang

kognitif C3 hingga C6. Sehingga, dengan adanya instrumen yang digunakan

tersebut akan melatih kemampuan kognitif siswa untuk berpikir kritis.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan proses evaluasi pembelajaran

yang dilakukan yaitu hanya sampai C4 sehingga perlu adanya suatu peningkatan

dalam kemampuan kognitif siswa dalam berpikir kritis terhadap permasalahan

yang diberikan pada proses pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang

memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling bekerjasama dengan teman

kelompoknya di dalam memecahkan suatu permasalahan. Dengan adanya

pembelajaran kooperatif ini bertujuan untuk melatih siswa secara mandiri dan

aktif untuk saling membantu di dalam menerima dan mengolah informasi yang

didapatkan secara bersama-sama. Selain itu, tidak hanya proses kerjasama yang

dilibatkan tetapi juga hasil belajar yang diharapkan maksimal. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Slavin yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

memberikan interaksi positif diantara anggota kelompok dan berinteraksi secara

Page 100: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

83

aktif untuk mendiskusikan secara bersama-sama dalam memecahkan masalah.32

Pernyataan lain menurut Roger & David Johnson bahwa keberhasilan suatu

pembelajaran kooperatif dapat diterapkan bila terdapat unsur-unsur penting seperti

adanya saling ketergantungan yang positif terdiri dari bentuk usaha yang

dilakukan oleh setiap kelompok, tanggung jawab perseorangan terhadap tugas

yang diberikan untuk kepentingan bersama, adanya interaksi langsung karena

dengan proses diskusi akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk bertukar

pikiran dan pendapat, komunikasi antar anggota untuk mencapai tujuan bersama,

serta evaluasi kelompok sebagai tahapan akhir untuk menilai bagaimana

keefektifan kelompok tersebut pada saat berdiskusi.33

Berbagai macam pembelajaran kooperatif diterapkan yang bertujuan untuk

memberikan siswa secara mandiri dalam mendapatkan informasi. Diantara model

pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian yaitu Think Pair Share

dan Group Investigation. Perbedaan dari kedua model pembelajaran tersebut yaitu

pada model GI memiliki tujuan kognitif informasi akademik yang didapat tingkat

tinggi dan keterampilan inkuiri serta pada pemilihan topik siswa yang menentukan

sendiri sedangkan pada pembelajaran TPS informasi akademik yang didapat

sederhana dan dalam pemilihan topik sudah ditentukan oleh guru. Selain itu,

dalam proses menyelesaikan tugas pada model GI tugas yang diberikan melalui

proses inkuiri kompleks dengan melakukan penyelidikan sedangkan model TPS

mengerjakan tugas-tugas secara sosial dan kognitif.34

Pernyataan menurut Ibrahim

tersebut sesuai bahwa model TPS pada tahapan pertama Think memberikan

kontribusi yang kuat dalam kognitifnya bagi siswa untuk memikirkan secara

mandiri permasalahan yang diberikan oleh guru untuk memikirkan jawaban.

Sedangkan untuk model GI selama proses pembelajaran tugas-tugas yang

32

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 201. 33

Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-Model Pembelajaran

Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 58. 34

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan

Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2012),

h. 67-68.

Page 101: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

84

diberikan melatih siswa untuk menyelidiki dari berbagai sumber informasi dan

kemudian diolah bersama teman kelompok. Dalam hal ini selain mengasah

kemampuan kognitif tetapi juga siswa bergerak aktif untuk mendapatkan

informasi tersebut selain di dalam ruang kelas.

Perbandingan diantara model pembelajaran kooperatif lainnya, pada model GI

menghasilkan output menyelesaikan proyek atau menulis laporan dari hasil

penyelidikan. Sedangkan model kooperatif lainnya output yang dihasilkan yaitu

bervariasi. Sehingga dari perbandingan diantara berbagai macam model

kooperatif, GI merupakan model pembelajaran yang memiliki proses

pembelajaran lebih rumit. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut John W.

Santrock yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran ini melibatkan

kombinasi belajar mandiri dan kelompok yang terdiri dari beberapa anggota

kelompok, serta mendapatkan penghargaan kelompok. Biasanya guru yang

memilih suatu permasalahan di dalam belajar, akan tetapi pada pendekatan ini

siswa sendiri yang memutuskan untuk mengeksplor masalah yang telah dipilih.35

Pada hasil pretest kelas TPS dan kelas GI tidak terdapat perbedaan hal ini

menunjukkan bahwa hasil pretest merupakan kemampuan awal siswa yang belum

terlatih dalam berpikir kritis. Setelah diberikan posttest terdapat perbedaan

signifikan di beberapa indikator pada aspek keterampilan berpikir kritis.

Perbedaan tersebut yakni pada aspek pertama memberikan penjelasan sederhana

yang terdiri dari lima indikator keterampilan berpikir kritis. Diantaranya yaitu

mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, mengidentifikasi atau

merumuskan kriteria-kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin,

mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan, mengapa demikian, dan

bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut. Pada aspek ini untuk kelas TPS

memperoleh persentase lebih besar dikarenakan pada aspek pertama ini di dalam

proses pembelajaran termasuk ke dalam tahapan Think. Dimana pada tahap ini

siswa dilatih pada kognitifnya secara mandiri terhadap permasalahan yang

diberikan sehingga siswa menjadi fokus terhadap artikel yang telah disediakan

35

John W. Santrock, Educational Psychology, 2011, p. 343, diakses dari

http://utab.ac.rw/books/1410447918.pdf, pada tanggal 7 Januari 2017.

Page 102: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

85

dengan menggunakan berbagai sumber untuk memperoleh informasi yang

relevan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Hamidah Fajrin, dkk

bahwa peserta didik mampu memfokuskan masalah atau soal yang diberikan oleh

guru dengan menggunakan berbagai sumber atau teori untuk menjawab soal

tersebut.36

Kelas GI siswa tidak dibimbing untuk fokus dalam permasalahan menjawab

suatu tantangan atau pertanyaan tetapi fokus pada pemilihan subtopik yang akan

dipelajari pada tahap seleksi topik. Akan tetapi sebelum memilih subtopik siswa

membuat tiga pertanyaan dan tiga jawaban hal ini bertujuan agar siswa dapat

fokus dalam masalah yang terdapat di artikel. Karena pada model TPS dengan

adanya berpikir secara mandiri siswa dapat membaca dan menganalisis artikel

secara individu sedangkan karena jumlah anggota pada model GI yang terbentuk

banyak maka proses dari fokus permasalahan menjadi kurang terlatih.

Uji hipotesis posttest indikator keterampilan berpikir kritis menunjukkan dari

kelima indikator terdapat 3 indikator yang memiliki perbedaan keterampilan

berpikir kritis antara kelas TPS dengan GI. Indikator tersebut yaitu pada indikator

ketiga mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan, indikator keempat mengapa

demikian, dan bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut. Untuk uji-t

posttest indikator ketiga menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan perolehan nilai

2,986 > 1,989. Hal ini berarti proses pembelajaran yang diterapkan pada model

TPS dan GI terdapat perbedaan. Perbedaan yang mempengaruhi pada indikator

ketiga ini dikarenakan pada jenis soal yang terdapat pada soal nomor 3 membahas

reproduksi jamur bercahaya. Dimana pada kelas eksperimen I sebelumnya pada

36

Hamidah Fajrin, Soetarno Joyoatmojo, dan Sri Wahyuni, “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil

Belajar Siswa Mata Pelajaran Konfirmasi Keputusan Pelanggan Kelas X Pemasaran SMK Batik

Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015” Artikel Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas

Sebelas Maret, 2015, h. 14, diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=375639&val=4088&title=Penerapan%20Mod

el%20Pembelajaran%20Kooperatif%20Tipe%20Think%20Pair%20Share%20untuk%20Meningka

tkan%20Kemampuan%20Berpikir%20Kritis%20dan%20Hasil%20Belajar%20Siswa%20Mata%2

0Pelajaran%20Konfirmasi%20Keputusan%20Pelanggan%20Kelas%20X%20Pemasaran%20SMK

%20Batik%201%20Surakarta%20Tahun%20Ajaran%202014/2015, pada tanggal 11 Juli 2017

pukul 12.08 WIB.

Page 103: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

86

tahap Think dan kelas eksperimen II pada tahap seleksi topik telah diberikan

beberapa waktu untuk dapat fokus terhadap permasalahan yang ada di artikel

dengan membaca dan menjawab suatu tantangan. Selain itu skor yang diperoleh

pada kedua kelas eksperimen memperoleh skor antara 3 hingga 4. Begitu pula,

pada soal nomor 9 mengenai jamur Candida albicans yang menyebabkan

penyakit pada ayam untuk kelas eksperimen I terdapat beberapa orang saja yang

memperoleh skor 3 hingga 4 tetapi untuk kelas eksperimen I dan II secara umum

masih memperoleh skor 2.

Hasil uji-t indikator keempat mengapa demikian juga menunjukkan bahwa

thitung > ttabel dengan perolehan nilai 6,116 > 1,989. Hal ini berarti terdapat

perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada model TPS dan GI. Pada

indikator keempat ini masih membahas mengenai jamur bercahaya. Dimana pada

soal sebelumnya pada indikator ketiga siswa memberikan alasan sendiri melalui

hasil berpikirnya dan pada soal tersebut tidak disediakan pernyataan di dalam

artikel, pada indikator keempat ini siswa melanjutkan memberikan alasan

mengapa demikian jamur bercahaya membutuhkan perantara serangga untuk

bereproduksi. Skor yang diperoleh pada kelas eksperimen I lebih banyak

mendapatkan skor 4 sedangkan kelas eksperimen II skor yang diperoleh secara

umum hanya 3 namun terdapat beberapa yang mendapatkan skor 4.

Hasil uji-t indikator kelima bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut

menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan perolehan nilai 3,997 > 1,989. Hal ini

berarti terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada model TPS dan

GI. Pada indikator ini terdiri dari soal nomor 10 yang membahas mengenai

peranan jamur tempe dalam mengatasi kasus malnutrisi. Siswa diminta untuk

memberikan gagasannya untuk dapat menjelaskan bagaimana jamur tempe dalam

mengatasi kasus malnutrisi. Pada perolehan skor yang diperoleh baik kelas

eksperimen I dan kelas eksperimen II sudah mencapai skor 3 hingga 4, artinya

siswa sudah dapat memberikan gagasannya sendiri mengenai peranan jamur

tempe. Hal ini siswa dapatkan pada saat pembelajaran guru menyediakan artikel

yang terdapat di dalam LKS dan LIK untuk siswa saling bekerjasama dalam

mengidentifikasi bagaimana cara mengatasi kasus obesitas pada anak-anak serta

Page 104: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

87

penyakit kandidiasis dapat diatasi dengan penggunaan jamur tempe dan oncom.

Sehingga siswa telah terlatih dalam memecahkan masalah ketika proses

pembelajaran.

Disimpulkan pada aspek pertama terdapat perbedaan keterampilan berpikir

kritis siswa pada model TPS dan GI. Walaupun dari kelima indikator tersebut

terdapat satu indikator yang belum menunjukkan peningkatan signifikan pada

rata-rata posttest untuk model GI namun untuk secara keseluruhan pada model

TPS dan GI pada aspek pertama memberikan penjelasan sederhana sudah

menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan kategori baik.

Aspek kedua membangun keterampilan dasar terdiri dari indikator keenam

keterampilan memberikan alasan. Pada aspek ini masih termasuk ke dalam

tahapan Think dan seleksi topik karena selain siswa untuk fokus pada masalah,

pada aspek ini pula siswa dilatih untuk memberikan argumen sederhana sebagai

hasil dari proses fokus yang telah dilakukan. Hasil persentase pretest yang

diperoleh untuk kelas eksperimen I sebesar 50% sedangkan kelas eksperimen II

memperoleh sebesar 52,98%. Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen I

mengalami peningkatan sebesar 73,32% begitupula dengan kelas eksperimen II

sebesar 72,02%. Pada hasil posttest dari kedua kelas eksperimen tersebut

menunjukkan bahwa selisih persentase yang diperoleh hanya 0,3% artinya

perbedaan keterampilan berpikir kritis dari kedua kelas eksperimen tersebut tidak

signifikan. Karena pada tahapan Think pada model TPS siswa masih secara

mandiri memikirkan terlebih dahulu jawaban secara mandiri sehingga siswa lebih

banyak menggunakan waktu untuk berpikir sedangkan model GI sudah masuk ke

dalam tahapan perencanaan penyelidikan dan waktu yang diberikan menjadi

terbatas untuk memikirkan jawaban lebih lama. Sehingga dalam proses ini

tahapan Think lebih unggul dibandingkan dengan tahap perencanaan pada model

GI karena dipengaruhi oleh waktu. Selain itu, pada jawaban posttest dari kelas

eksperimen I terdapat lebih banyak siswa memperoleh skor 3 dan terdapat

beberapa siswa yang memperoleh skor maksimal 4 pada soal nomor 5 mengenai

jamur bercahaya. Begitupula dengan soal pada nomor 11 mengenai jamur

Page 105: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

88

penyebab panu pada manusia secara umum siswa mendapatkan skor 3 hingga 4

dan masih terdapat beberapa siswa yang memperoleh skor 2.

Kelas eksperimen II pada model GI skor yang diperoleh siswa lebih banyak 2

hingga 3 pada soal nomor 5 dan pada soal nomor 11 memperoleh skor 3 hingga 4

dan hanya terdapat beberapa anak yang memperoleh skor maksimal tersebut. Hal

ini dikarenakan menurut Ibrahim bahwa model TPS pada tujuan kognitif

informasi yang didapatkan sederhana, namun dengan soal instrumen essay yang

diberikan dapat mengasah keterampilan berpikir kritis, siswa akan lebih tertantang

di dalam menjawab suatu tantangan atau pertanyaan. Sehingga informasi yang

didapatkan tidak lagi sederhana melainkan siswa sudah mampu terampil dalam

berpikir kritis. Karena pada indikator keenam keterampilan memberikan alasan

jenis soal pada instrumen tersebut yaitu siswa dilatih untuk dapat memberikan

argumennya dari pernyataan-pernyataan sebelumnya berupa gambar serta artikel

mengenai jamur bercahaya dan jamur penyebab panu. Karena jika siswa sudah

mampu fokus maka siswa tersebut memiliki unsur utama dari keterampilan

berpikir kritis yaitu fokus. Fokus sebagai gambaran umum terhadap suatu isu,

pertanyaan, ataupun permasalahan dan juga sebagai informasi awal yang

didapatkan sebelum berpikir secara kritis. Hal ini sesuai menurut Ennis bahwa

fokus dapat dicapai dengan cara menanyakan pada diri sendiri apa yang terjadi

(inti dari permasalahan) dan apa yang orang coba buktikan (fakta-fakta).37

Sebelum siswa mampu menjawab ataupun memberikan argumennya pada

indikator keenam ini siswa diberikan beberapa pernyataan dan siswa dilatih untuk

memilih pernyataan tersebut untuk memilih menurut informasi yang relevan dan

kredibel dari pernyataan sebelumnya yang berkaitan dengan reproduksi pada

jamur bercahaya serta jamur penyebab panu. Sehingga pada uji hipotesis posttest

indikator keenam keterampilan berpikir kritis menunjukkan bahwa thitung < ttabel

dengan perolehan nilai 0,225 < 1,989. Hal ini berarti proses pembelajaran yang

diterapkan pada model TPS dan GI untuk aspek kedua tidak terdapat perbedaan

signifikan pada keterampilan berpikir kritis siswa. Karena siswa sudah mampu

memberikan argumen pada soal-soal sebelumnya.

37

Robert H Ennis, Critical Thinking. (New York:Prentice Hall, 1996), h. 4-5.

Page 106: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

89

Proses yang dilakukan siswa pada siswa baik kelas TPS dan GI faktor utama

untuk memecahkan masalah yaitu dengan berpikir yang dilakukan secara mandiri

ataupun berkelompok dan fokus pada permasalahan untuk menentukan suatu

keputusan dalam memperoleh jawaban. Hal ini sejalan dengan Vincent bahwa

berpikir merupakan bentuk aktivitas mental yang dapat membantu siswa dalam

merumuskan atau memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, sehingga dari

proses berpikir tersebut sebagai hasil dari proses pencarian makna, arti, ataupun

sebuah jawaban dari suatu permasalahan.38

Oleh karenanya, pada tahapan Think

untuk kelas TPS pada aspek pertama dan aspek kedua memberikan kontribusi

yang baik karena siswa mendapatkan kesempatan untuk berpikir secara mandiri

dengan rentang waktu yang lebih lama, sehingga dengan proses berpikir kritisnya

tersebut siswa menjadi lebih fokus berbeda dengan kelas GI yang hanya berfokus

pada tahap pemilihan seleksi topik.

Aspek ketiga menyimpulkan terdiri dari indikator ketujuh membuat

kesimpulan. Pada aspek ini termasuk ke dalam tahapan kedua dari TPS Pairing

(berpasangan) dan juga tahapan ketiga dan keempat dari model GI yaitu

implementasi serta analisis dan sintesis. Pada tahapan kedua kelas eksperimen I

yaitu Pairing (berpasangan), setelah siswa memikirkan jawaban secara mandiri

pada fase sebelumnya Think (berpikir) siswa akan akan membentuk kelompok

kecil dengan jumlah anggota dua orang siswa. Dalam hal ini, teman sebangku

menjadi anggota pasangannya. Karena bertujuan untuk memberikan suasana yang

kondusif dalam membentuk kelompok. Selain itu, berpasangan dengan teman

sebangku akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi secara

langsung tanpa dipengaruhi oleh keberagaman sifat dari peserta didik yang

mungkin tidak bisa secara langsung dapat beradaptasi dengan teman yang lain.

Pada tahap ini siswa akan berinteraksi secara langsung mendiskusikan dari hasil

jawaban masing-masing untuk disatukan dalam suatu bentuk kesimpulan. Dalam

tahapan ini pula, siswa akan terlihat berbagai variasi jawaban yang dihasilkan dari

proses berpikir dari setiap individu. Hal ini didukung oleh pernyataan oleh Anita

38

Elaine B. Johnson, CTL (Contextual Teaching & Learning): Menjadikan Kegiatan Belajar-

Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning, 2011), h. 187.

Page 107: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

90

Lie bahwa untuk membentuk suatu kelompok kecil pada tahapan Pairing

(berpasangan) dengan teman sebelahnya dan pada fase ini siswa akan

mengutarakan hasil dari pemikiran masing-masing pada tahapan sebelumnya.39

Terdapat perbedaan antara model TPS dengan GI pada saat pembentukan

kelompok. Pada model GI anggota kelompok yang telah ditentukan sebelum

dimulainya pembelajaran secara heterogen dengan jumlah 4 hingga 5 orang

anggota. Hal ini dilakukan agar pada saat proses penyelidikan semua anggota

kelompok dapat mengerjakan secara maksimal dan dapat bertanggung jawab

terhadap tugasnya masing-masing. Karena apabila dalam suatu kelompok terdapat

lebih dari 5 orang anggota kelompok, tidak akan berjalan efektif dan hanya

memanfaatkan situasi ataupun hanya sedikit anggota yang dapat berperan aktif di

dalam proses diskusi kelompok.

Hasil uji-t posttest indikator ketujuh keterampilan berpikir kritis

menunjukkan bahwa thitung < ttabel dengan perolehan nilai 0,755 < 1,989. Hal ini

berarti proses pembelajaran yang diterapkan pada model TPS dan GI untuk aspek

ketiga tidak terdapat perbedaan signifikan pada keterampilan berpikir kritis siswa.

Hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran siswa baik kelas eksperimen I

dan kelas eksperimen II sudah mampu memberikan kesimpulan dari gambar dan

artikel mengenai jamur bercahaya. Sehingga pada saat posttest skor yang

didapatkan untuk kelas eksperimen I dan eksperimen II memperoleh skor 3

hingga 4, yang artinya siswa sudah mampu memberikan kesimpulan secara

keseluruhan dari aspek sebelumnya. Oleh karenanya, proses pembelajaran yang

dilakukan untuk kedua kelas eksperimen dengan model TPS dan GI tidak

menunjukkan perbedaan yang signifikan.

Aspek keempat memberikan penjelasan lebih lanjut terdiri dari indikator ke

delapan alasan yang tidak dinyatakan. Pada aspek ini sebelum diberi perlakuan

kedua kelas eksperimen memperoleh persentase terendah. Pada kelas eksperimen

39

Ririn Parlina, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share (TPS) untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Akuntansi Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi

SMK Muhammadiyah Cawas Kabupaten Klaten”, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, h. 23, diakses dari

https://core.ac.uk/download/pdf/12350337.pdf, pada tanggal 24 Oktober 2016 pukul 20.53 WIB.

Page 108: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

91

I sebesar 29,79% dan kelas eksperimen II sebesar 32,14%. Namun setelah diberi

perlakuan persentase yang didapatkan kelas eksperimen mengalami peningkatan

menjadi 75% sedangkan kelas eksperimen II tidak mengalami peningkatan yang

signifikan sebesar 50%. Artinya, pada model GI tersebut tidak memberikan

pengaruh yang signifikan pada aspek keempat keterampilan berpikir kritis. Pada

aspek keempat ini termasuk ke dalam tahapan Pairing (berpasangan) untuk model

TPS sedangkan pada model GI termasuk ke dalam tahapan implementasi, analisis

dan sintesis. Pada tahapan Pairing siswa kelas eksperimen I saling bertatap muka

dengan pasangannya hal ini untuk mendiskusikan secara bersama-sama dari hasil

yang siswa dapatkan. Selain itu, siswa juga memberikan kesimpulan dari kedua

pendapat.

Kelas eksperimen II yang menerapkan model GI pada tahapan implementasi

menjadi kegiatan inti dari tahapan investigasi karena siswa bersama kelompoknya

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk menganalisis topik masalah

yang akan dibahas. Setelah semua informasi telah didapatkan maka siswa akan

saling berdiskusi dan bertukar pendapat. Persamaan dari kedua model TPS dan GI

ini adalah terbentuk ketergantungan positif dimana hal tersebut merupakan unsur

yang penting dalam pembelajaran kooperatif. Pada saat proses implementasi guru

menjadi fasilitator dan mengawasi kinerja siswa, apabila siswa mengalami

kesulitan maka guru akan siap membimbingnya dalam proses investigasi.

Sehingga proses pembelajaran yang terbentuk bersifat student center.

Perbedaan yang terdapat pada aspek keempat ini di dalam tahapan TPS dan GI

adalah siswa pada model TPS pada saat Pairing memperoleh informasi pada saat

diskusi dilakukan di dalam kelas saja dan lebih mengutamakan pada berpikirnya.

Sedangkan GI bebas mengeksplor informasi dari berbagai sumber sehingga

mengasah keterampilan dalam berpikir dan bergerak. Pada model GI ini pula,

aspek keempat memberikan penjelasan lebih lanjut pada tahapan analisis dan

sintesis siswa dilatih untuk mengaitkan antara kasus yang terdapat di artikel

dengan materi pembelajaran. Namun, pada saat proses pembelajaran terdapat

beberapa kelompok yang pada saat berdiskusi tidak bekerjasama dengan baik hal

ini dikarenakan pada saat pembagian kelompok secara heterogen dan berbeda

Page 109: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

92

dengan TPS kelompok yang terbentuk hanya dengan teman sebangku. Sehingga

pada uji-t posttest indikator ke delapan ini hanya kelas TPS yang terdapat

peningkatan secara signifikan sedangkan kelas GI tidak dan nilai rata-rata yang

didapatkan hanya 50,00. Selain itu, pada jawaban posttest siswa pada soal nomor

12 mengenai jamur penyebab panu, siswa diminta untuk memberikan penjelasan

lebih lanjut setelah aspek menyimpulkan bagaimana jamur Malassezia furfur

dapat menginfeksi manusia dengan mengaitkan antara struktur dan ciri dari jamur

tersebut. pada kelas eksperimen I memperoleh skor 3 hingga 4 dan hanya sedikit

yang mendapatkan skor 1 hingga 2. Sedangkan kelas eksperimen II skor yang

diperoleh secara umum yaitu 2 dan pada skor 3 dan 4 hanya terdapat sedikit. Oleh

karenanya, dari perbedaan tersebut pada indikator kedelapan ini terdapat

perbedaan antara model TPS dengan GI berdasarkan pada hasil uji-t yang

menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan perolehan nilai 5,503 > 1,989.

Aspek ketiga dan keempat pada kelas TPS memiliki keunggulan pada tahap

Pairing dimana siswa terlibat aktif diskusi bersama terhadap permasalahan yang

diberikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa

pada aspek menyimpulkan dan memberikan penjelasan lebih lanjut. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Septian Nurrachman, dkk bahwa peningkatan keterampilan

berpikir kritis siswa dikarenakan pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk

menyelesaikan permasalahan dalam LKS yang diberikan oleh guru secara mandiri

terlebih dahulu untuk mengambil suatu keputusan, kemudian siswa berpasangan

untuk dapat mengambil kesimpulan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam mengambil suatu keputusan.40

Sedangkan aktivitas yang

dilakukan oleh siswa pada model GI yaitu implementasi serta analisis dan sintesis

yang dimana pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk mencari informasi dari

berbagai sumber yang relevan dan menganalisis permasalahan secara bersama-

sama. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menurut Nur Muhammad bahwa model

pembelajaran GI merupakan suatu pembelajaran yang membentuk siswa agar

40

Septian Nurrachman, Tri Jalmo dan Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh Penggunaan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Peningkatan Kemampuan

Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik, Vol. 1. No. 2, 2013, h. 5, diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/504, pada tanggal 8 Mei 2017.

Page 110: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

93

dapat memecahkan masalah bersama-sama sebagai tugas kelompok dengan

tanggung jawab secara individu, sehingga dapat memancing siswa kritis dan

kreatif dalam menggali pemahaman mengenai materi yang dipelajari.41

Aspek kelima strategi dan taktik. Pada aspek ini terdiri dari indikator

kesembilan merumuskan solusi alternatif dan indikator kesepuluh

mempresentasikan secara lisan atau tulisan. Pada aspek ini pula sudah termasuk

kedalam tahapan yang berbeda pada model TPS yaitu Share yaitu siswa

mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas pada tahap ini terlihat ada siswa

yang aktif dan juga pasif dalam mempresentasikan, namun dengan begitu pada

tahap ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahap-tahap sebelumnya.

Hal ini sesuai menurut pernyataan Septian Nurrachman, dkk bahwa terdapat aspek

aktivitas tertinggi yaitu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, setiap

anggota kelompok terlihat antusias dalam menjawab beberapa soal yang telah

didiskusikan dengan kelompok untuk di share dengan kelompok lain.42

Model GI yaitu tahap penyajian hasil akhir dan evaluasi. Pada tahap ini pula

terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahapan sebelumnya

karena siswa mempresentasikan hasil penyelidikan kelompok siswa antusias

dalam memberikan penyajian hasil diskusi. Hal ini sesuai menurut pernyataan Ofi

Oktaviani, dkk bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlibat

dalam berbagai aktivitas khususnya dalam kerja sama kelompok, menyajikan hasil

akhir, bertanya dan menanggapi, sehingga KBK siswa mengalami peningkatan.43

Persentase yang didapatkan dari aspek ini untuk kelas eksperimen I sebesar

87,80% sedangkan kelas eksperimen II 86,10%. Dalam proses pembelajaran pada

kelas eksperimen I setelah proses diskusi dilaksanakan pada tahap Pairing

41

Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation (GI) pada Materi Pokok Ikatan Kimia untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir

Kritis Siswa Kelas X SMA Widya Darma Surabaya”, UNESA Journal of Chemical Education, Vol

4, No 2, h. 157, 2015, diakses dari http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/15532/36/article.pdf,

pada tanggal 17 Mei 2017. 42

Septian, dkk, Op. Cit., h. 5. 43

Ofi Oktaviani, Tri Jalmo, dan Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif

Tipe Group Investigation (GI) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik,

Vol. 2, No. 6, 2014, h. 6, diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/4763, pada tanggal 6 Mei 2017.

Page 111: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

94

selanjutnya siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Dalam hal ini,

guru memberikan kebebasan bagi kelompok yang ingin maju dan

mempresentasikan hasilnya. Begitu pula dengan model GI sebagai kegiatan akhir

dari proses penyelidikan siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan

hasil diskusi yang didapat. Pada model TPS dan GI keduanya memberikan solusi

terhadap permasalahan yang ada. Perbedaannya terletak pada memberikan solusi.

Jika pada model TPS guru telah menyediakan pertanyaan di dalam LKS untuk

kemudian dijawab pada tahapan Think secara mandiri. Sedangkan pada kelas GI

setelah proses diskusi maka siswa memberikan solusi secara berkelompok pada

tahap analisis dan sintesis. Sehingga, perbedaan ini terlihat pada rata-rata nilai

posttest pada indikator merumuskan solusi alternatif kelas eksperimen I

memperoleh nilai lebih tinggi sebesar 91,28 sedangkan pada kelas eksperimen II

sebesar 83,93. Hal ini juga terlihat pada jawaban posttest siswa untuk nomor 13

siswa diminta untuk memberikan solusi apa saja untuk mencegah penyakit panu

pada kulit manusia kelas eksperimen I memperoleh skor 3 dan banyak yang

mencapai skor maksimal 4 sedangkan pada kelas eksperimen II secara umum

siswa mendapatkan skor 3 dan hanya terdapat beberapa orang saja yang mencapai

skor maksimal.

Pada indikator kesepuluh mempresentasikan secara lisan atau tulisan, kelas

eksperimen II memperoleh nilai rata-rata lebih tinggi sebesar 88,10 sedangkan

kelas eksperimen I sebesar 84,88. Hal ini dikarenakan pada saat proses

pembelajaran siswa pada model GI dilatih untuk bisa menawarkan solusi yang

siswa buat kepada teman-temannya pada saat presentasi dalam bentuk ajakan.

Sedangkan pada kelas eksperimen I hanya sampai merumuskan solusi tanpa

memberikan berupa ajakan untuk dapat melakukan solusi yang telah ditawarkan.

Sehingga pada hasil uji-t indikator kesepuluh ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel

dengan perolehan nilai -0,757 < 1,989. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan

secara signifikan pada model TPS dan GI. Karena berdasarkan pada jawaban

siswa hasil posttest baik kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II secara umum

memperoleh skor 3 hingga mencapai skor maksimal 4, dengan begitu siswa sudah

dapat memberikan solusi dari permasalahan yang telah diberikan.

Page 112: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

95

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan

berpikir kritis siswa diantara kedua kelas eksperimen. Hal ini terlihat dari

perolehan hasil pretest dan uji hipotesis posttest indikator keterampilan berpikir

kritis yang terdapat perbedaan signifikan. Pada indikator menyatakan alasan yang

tidak dinyatakan kedua kelas eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama

yaitu belum dapat menyatakan alasan yang tidak dinyatakan hal ini berdasarkan

pada analisis soal uraian bahwa evaluasi yang dilakukan hanya sampai C4

sehingga pada saat diberikan perlakuan selama proses pembelajaran memberikan

peningkatan yang signifikan bagi siswa untuk dapat berpikir kritis dalam

menjawab soal posttest.

Page 113: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan keterampilan

berpikir kritis siswa antara siswa yang diajarkan menggunakan Think Pair Share

(TPS) dengan Group Investigation (GI). Hasil perbandingan nilai rata-rata posttest

siswa kelas TPS dan kelas GI menunjukkan hasil posttest sebesar 81,52 dan

76,02. Nilai keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua kelas eksperimen

menggunakan uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh thitung sebesar -3,01

yang berarti nilai thitung posttest jatuh di luar daerah penerimaan H0 (antara -1,989

dan 1,989), sehingga pada posttest H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat

perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen II pada konsep Fungi.

Hasil uji hipotesis posttest indikator keterampilan berpikir kritis menunjukkan

bahwa kelas TPS mampu mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan dari

suatu pernyataan, dapat memberikan alasan mengapa demikian suatu kasus dapat

dipecahkan, serta dapat memberikan suatu argumen terhadap pemecahan masalah

bagaimana cara yang tepat untuk dapat diterapkan. Kesimpulan dari penelitian ini

bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran

model kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan Group Investigation (GI) pada

konsep Fungi.

B. Saran

Saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Guru perlu menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model Think

Pair Share (TPS) dengan Group Investigation (GI) pada konsep-konsep

yang lain.

2. Perlu adanya optimilisasi peran guru sebagai fasilitator dalam

menggunakan model Think Pair Share (TPS) dengan Group Investigation

Page 114: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

97

(GI) sehingga dapat diketahui perbedaan diantara keduanya secara lebih

nyata

3. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan yang penelitian serupa atau

mengembangkannya dengan menggunakan instrumen tes lebih baik

sehingga dapat diterapkan di konsep lainnya untuk mengetahui

keterampilan berpikir kritis siswa.

Page 115: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

98

DAFTAR PUSTAKA

Adekunmi, Ojo Tolani. Effect of Think-Pair-Share Collaborative Inquiry ss One

of Classroom Practices for Improving Students Reflective Thinking Skills

in Basic Science. Journal of Education and Policy Review, Volume 7,

Number 1 Tahun 2015, p. 23. www.cenresinpub.org. 9 Agustus 2016.

Anggraini, Rini. “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

Menggunakan Local Material Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis, Motivasi dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X

SMAN 1 MOJO Kediri”, Artikel Skripsi Program Studi Pendidikan

Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara

Persatuan Guru Republik Indonesia, 2015, h. 2.

http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2015/11.1.01.06.0073.

pdf. 25 Oktober 2016.

Arends, Richard. Learning to Teach, 2012. www.mhhe.com. 6 Januari 2017.

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya. 2011.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,

1999.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi. Jakarta:

Bumi Aksara, 2005.

Barragato, Addam. “Think/Pair/Share and Variations: An Effective

Implementation Guide for Active Learning and Assessment”, Faculty

Center for Innovative Teaching, Central Michigan University, 2015, h. 2.

http://facit.cmich.edu.23 Oktober 2016.

Bartolomeus, Kristi Brahmantia Putra, Joko Ariyanto, dan Baskoro Adi Prayitno,

Penerapan Model Konstruktivis-Metakognitif pada Materi Sistem

Koordinasi untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI MIPA

SMA”, Proceeding Biology Education Conference, Vol 13 (1) 2016, h.

169. https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/download/5686/5054. 16 Mei

2017.

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2010.

Dewi, Ratih Puspa, Retno Sri Iswari dan R. Susanti, “Penerapan Model Group

Investigation terhadap Hasil Belajar Materi Bahan Kimia di SMP” Unnes

Page 116: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

99

Science Educational Journal, Vol 1 No 2, 70, 2012.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej. 25 Oktober 2016.

Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2013.

Ennis, Robert H. A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills,

Educational Leadership Journal, Vol 43 No. 2, 46, 1985.

http://www.ascd.org/. 6 Januari 2016.

Ennis, Robert H. Critical Thinking. New York: Prentice Hall, 1996.

Faiz, Fahruddin. Thinking Skill: Pengantar Menuju Berpikir Kritis. Yogyakarta:

Suka Press, 2012.

Fajrin, Hamidah, Soetarno Joyoatmojo, dan Sri Wahyuni. “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran

Konfirmasi Keputusan Pelanggan Kelas X Pemasaran SMK Batik

Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015” Artikel Program Studi Pendidikan

Ekonomi Universitas Sebelas Maret, 2015.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=375639&val=4088&t

itle=Penerapan%20Model%20Pembelajaran%20Kooperatif%20Tipe%20T

hink%20Pair%20Share%20untuk%20Meningkatkan%20Kemampuan%20

Berpikir%20Kritis%20dan%20Hasil%20Belajar%20Siswa%20Mata%20P

elajaran%20Konfirmasi%20Keputusan%20Pelanggan%20Kelas%20X%2

0Pemasaran%20SMK%20Batik%201%20Surakarta%20Tahun%20Ajaran

%202014/2015. 11 Juli 2017.

Giyastutik, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3

Karanganyar Tahun Pelajaran 2007/2008”, Skripsi Prodi Biologi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta:

2009.

Haffidianti, Yunita. “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)

dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi

Pokok Bangun Ruang Kelas VIII MTs Negeri 1 Semarang Tahun

Pelajaran 2010/2011” Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Walisongo Semarang: 2011.

http://digilib.walisongo.ac.id/files/disk1/131/jtptiain-gdl-yunitahaff-6512-

1-fileskr-a.pdf. 14 Juni 2017.

Hake, Richard R. Analyzing Change/Gain Scores, 1, 1999.

www.physics.indiana.com. 12 Januari 2016.

Page 117: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

100

Handayani, Tri Lestari. “Efektivitas Group Investigation Ditunjang Penugasan

Awetan Bioplastik terhadap Hasil Belajar dan Minat Wirausaha Siswa

pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup” Skripsi Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Malang: 2013.

Hermawati, Lia. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share

Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia”,

Skripsi Prodi Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010.

Johnson, David W, Roger T. Johnson, and Karl A. Smith, Cooperative Learning:

Improving University Instruction by Basing Practice on Validated Theory

Journal on Excellence in University Teaching, 2, 2013.

http://personal.cege.umn.edu/~smith/docs/Johnson-Johnson-Smith-

Cooperative_Learning-JECT-Small_Group_Learning-draft.pdf.

19 Agustus 2016.

Johnson, Elaine B. CTL (Contextual Teaching & Learning): Menjadikan Kegiatan

Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa

Learning, 2011.

Kadir. Statistika: untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dilengkapi dengan Output

Program SPSS. Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010.

Kagan, Spencer and Miguel Kagan. Kagan Cooperative Learning, 6.20, 2009.

https://www.kaganonline.com/free_articles/dr_spencer_kagan/ASK40.pdf.

11 Juli 2017.

Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung:

PT Refika Aditama, 2013.

Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013, h. 122.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/drs-sudarmaji-mpd/03-

kompetensi-dasar-sma-2013.pdf 9 Juni 2017.

Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2011.

Munawwaroh, Habibah. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SD

Dharma Karya Universitas Terbuka”, Skripsi Program Studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2015.

Page 118: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

101

Nezami, Nazila Rikhtehgar, Mohammad Asgari, and Hassan Dinarvand. The

Effect of Cooperative Learning on the Critical Thinking of High School

Students, Technical Journal of Engineering and Applied Sciences, Vol 3

(19):2508-2514, 2013. h. 2. http://www.tjeas.com. 6 Agustus 2016.

Nurhasanah, Sarifah. “Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD

untuk Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia dalam

Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar

Tahun Pelajaran 2009/2010” Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, h. 17.

http://eprints.uns.ac.id/2398/1/174800601201110171.pdf. 14 Juni 2017.

Nurrachman, Septian, Tri Jalmo, dan Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal

Bioterdidik, Vol. 1. No. 2, h. 1, 2013 diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/504. 8 Mei 2017.

Novianti, Aryani Meiry Fadilah Noor dan Baiq Hana Susanti, “Pengaruh Model

Pembelajaran Learning Cycle terhadap Keterampilan Berpikir Kritis

Siswa”, EDUSAINS Volume VI Nomor 01 Tahun 2014, h. 1, diakses dari

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains/article/view/1105/982.

12 Juli 2017.

OECD, PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds know and what they can

do with what they know. https://www.oecd.org. 14 Juni 2017.

Oktaviani, Ofi. Tri Jalmo, dan Rini Rita T. Marpaung. “Pengaruh Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) terhadap Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik, Vol. 2, No. 6, 6, 2014.

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/4763. 6 Mei 2017.

Parlina, Ririn. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share

(TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Akuntansi

Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Muhammadiyah Cawas

Kabupaten Klaten”, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.

Peraturan Mendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, 4, 2003.

http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%20

22%20Tahun%202006.pdf. 3 Januari 2016.

Piliang, Fenny Mustika, Hasruddin, dan Binari Manurung, “Pengaruh Model

Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Tatanan Group Investigation pada

Matakuliah Ekologi Hewan terhadap Keterampilan Proses Sains

Mahasiswa USI Permatangsiantar”, Jurnal Tabularasa PPS

Page 119: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

102

UNIMED,Vol. 12 No. 1, 2015, h. 13.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=413362&val=5732&t

itle=PENGARUH%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS%

20PROYEK%20DALAM%20TATANAN%20GROUP%20INVESTIGA

TION%20PADA%20MATAKULIAH%20EKOLOGI%20HEWAN%20T

ERHADAP%20KETERAMPILAN%20PROSES%20SAINS%20%20MA

HASISWA%20USI%20PEMATANGSIANTAR, 14 Juni 2017.

Prawihartono, Slamet dan Sri Hidayati. Sains Biologi 1 untuk SMA/MA Kelas X.

Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya, 2004.

Roger, T. Johnson, and David W. Johnson, Methods for Developing

Coopoerative Learning on the Web, 1. 2001.

http://courses.cs.vt.edu/~cs4624/s01/docs/cooplearning.pdf. 9 Januari

2017.

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.

Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar

dan Struktur Kurikulum SMA-MA, (Jakarta: Kemendikbud, 149, 2013.

http://adpend.upi.edu/lopen/wp-

content/files/03_Permendikbud_Nomor_69_Tahun_2013_tentang_Kerang

ka_Dasar_dan_Struktur_Kurikulum_SMA-MA_-_Biro_Hukor.pdf.

3 September 2016.

Salinan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang

Ketahanan Pangan dan Gizi, h. 2.

http://bkppp.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2015/04/PP_17_2015_k

etahanan%20pangan_gizi.pdf. 2. 20 April 2017.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana,

2013.

Santrock, John W. Educational Psychology, 341, 2011.

http://utab.ac.rw/books/1410447918.pdf. 7 Januari 2017.

Setiyani, Hesti. “Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar

Siswa dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Type Think

Pair Share dan Group Investigation” Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung: 2011.

Page 120: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

103

Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung:

Nusa Media, 2010.

Slavin, Robert, Shlomo Sharan, Spencer Kagan, Rachel Hertz Lazarowitz, Clark

Webb and Richard Schmuck, Learning to Cooperate, Cooperating to

Learn. New York: Plenum Press, 1985.

Sofyan, Ahmad. Tonih Feronika, Burhanuddin Milama, Evaluasi Pembelajaran

IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,

2006.

Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.

Sujarwo, Implementasi Pembelajaran Kooperatif dalam Membantu

Mengembangkan Kecerdasan Emosional”, Majalah Ilmiah Pembelajaran

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta, Vol 6 No. 2, 2010, h. 14.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Sujarwo,%20M.Pd./Impl

ementasi%20Pembelajaran%20Kooperatif%20dalam%20Membantu%20

Mengembangkan%20Kecerdasan%20Emosional.pdf. 23 Oktober 2016.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2013.

Surayya, L, I W. Subagia dan I N. Tika. Pengaruh Model Pembelajaran Think

Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa, E-journal Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol 4, 1, 2014.

pasca.undiksha.ac.id/e-

journal/index.php/jurnal_ipa/article/download/1105/853. 2 Januari 2016.

Surya, Mohammad. Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran. Bandung:

Alfabeta, 2015.

Taniredja, Tukiran, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-Model

Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta, 2013.

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,

dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

Jakarta: Kencana, 2009.

Page 121: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

104

Ulum, Bahrul dan Rusly Hidayah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Group Investigation (GI) pada Materi Pokok Ikatan Kimia untuk

Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Widya

Darma Surabaya”, UNESA Journal of Chemical Education, Vol 4, No 2, h.

156, 2015. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/15532/36/article.pdf.

17 Mei 2017.

Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, 3. http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-

Sisdiknas.pdf. 3 Januari 2016.

Wibowo, Sigit. Perbandingan Hasil Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode

Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Think

Pair Share (TPS), Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta: 2011.

Widowati, Asri. “Diktat Pendidikan Sains”, 8, 2008.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/diktat%20Pendidikan%20Sains.pdf.

1 Januari 2016.

Wisudawati, Alfadina, dan Mita Anggaryani, “Penerapan Pembelajaran Fisika

Berdasarkan Strategi Brain Based Learning untuk Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Elastisitas Kelas XI di

SMA Negeri 1 Wonoayu Sidoarjo”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika

(JIPF), Vol. 03 No. 02, 2, 2014.

http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inovasi-pendidikan-

fisika/article/view/7386. 19 Oktober 2016.

Wulandari, Dyah Ayu. “Penerapan Desain Pembelajaran Kimia Berbasis Brain

Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Hasil Belajar Siswa SMA N 1 Tengaran” Skripsi Jurusan Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang:

2013.

Yani, Riana, Musafaroh, Tintin Atikah, dan Widi Purwianingsih. Biologi 1 Kelas

X SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,

103, 2009. http://www.slideshare.net/RianMaulana1/buku-biologi-sma-

kelas-x-bse-2009-riana-yani. 3 September 2016.

Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains.

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.

Page 122: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

105

Lampiran 1

Kisi-Kisi Instrumen Tes

Satuan Pendidikan : SMA/MA

Mata Pelajaran : Biologi

Alokasi Waktu : 90 menit

Jumlah Soal : 14 Soal

Bentuk Soal : Uraian

Materi : Fungi (Jamur)

Kompetensi Dasar : 3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksi

melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.

4.6.1 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis.

Indikator Pembelajaran

3.6.1 Mengidentifikasi struktur tubuh dan ciri-ciri jamur

3.6.2 Mengidentifikasi klasifikasi jamur berdasarkan divisinya

Page 123: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

106

3.6.3 Menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada jamur

3.6.4 Menganalisis peranan jamur bagi kehidupan

3.6.5 Memberikan kesimpulan keterkaitan peranan jamur

Pengelompokkan Keterampilan Berpikir Kritis dengan Indikator Pembelajaran

Keterampilan

Berpikir

Kritis

Sub-aspek Indikator Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Pembelajaran No. Soal Jml

Soal 3.6.1 3.6.2 3.6.3 3.6.4 3.6.5 C3 C4 C5 C6

Memberikan

penjelasan

sederhana

Memfokuskan

pertanyaan

Mengidentifikasi atau

merumuskan pertanyaan √ 1,7

8

Mengidentifikasi/merumuskan

kriteria-kriteria untuk

mempertimbangkan jawaban

yang mungkin

√ 2,8

Menganalisis

argumen

Mengidentifikasi alasan yang

tidak dinyatakan √ 3 9

Bertanya dan

menjawab

Mengapa demikian? √ 4

Bagaimana menerapkannya

dalam kasus tersebut √ 10

Membangun

keterampilan

dasar

Mempertimbangkan

kredibilitas sumber

Keterampilan memberikan

alasan √ √ 11 5 2

Page 124: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

107

Menyimpulkan

Membuat induksi

dan

mempertimbangkan

induksi

Membuat kesimpulan √ 6 1

Memberikan

penjelasan

lebih lanjut

Mengidentifikasi

asumsi Alasan yang tidak dinyatakan √ 12 1

Strategi dan

Taktik

Memutuskan suatu

tindakan Merumuskan solusi alternatif √ 13

2 Berinteraksi dengan

orang lain

Mempresentasikan secara

lisan atau tulisan √ 14

1 1 3 3 3 5 3 3 3 14

Page 125: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

108

Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis

Sub-aspek

Berpikir

Kritis

Indikator Jenjang

Kognitif

No

Soal Bentuk Soal Kunci Jawaban Kriteria Jawaban

Memfokus

kan

pertanyaan

Mengidentifika

si atau

merumuskan

pertanyaan

C3 1 Perhatikanlah gambar berikut ini!

(gb. a) Jamur Neonothopanus gardneri yang

Pertanyaan yang mungkin

muncul :

1. Mengapa jamur

bisa mengeluarkan

cahaya?

2. Termasuk ke

dalam divisi

apakah jamur

bercahaya

tersebut?

3. Apakah tujuan

jamur bercahaya?

a. Membuat 3

pertanyaan yang

relevan dengan

gambar

(skor 4)

b. Membuat 2 yang

relevan dengan

gambar

(skor 3)

c. Membuat 1

pertanyaan yang

relevan dengan

gambar

(skor 2)

d. Membuat

pertanyaan yang

relevan dengan

gambar

Page 126: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

109

difoto dengan bantuan cahaya

(gb. b) Jamur Neonothopanus gardneri yang difoto tanpa bantuan cahaya

Berdasarkan keterangan pada gambar di atas,

pikirkan dan buatlah 3 pertanyaan!

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0)

Mengidentifika

si/

merumuskan

kriteria-kriteria

untuk

mempertimban

gkan jawaban

yang mungkin

C3 2 Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang

telah kamu buat pada soal No. 1!

Jawaban yang mungkin

muncul

1. Jamur bercahaya

karena adanya reaksi

kimia yang disebut

bioluminesensi.

Bioluminesensi jamur

diatur oleh circadian

clock atau jam

biologis jamur, yang

menyebabkan jamur

akan bercahaya hanya

di saat-saat tertentu

saja.

2. Jamur yang

bercahaya termasuk

ke dalam divisi

a. Membuat 3 jawaban

yang relevan dengan

gambar

(skor 4)

b. Membuat 2 jawaban

yang relevan dengan

gambar

(skor 3)

c. Membuat 1 jawaban

yang relevan dengan

gambar

(skor 2)

d. Membuat jawaban

yang relevan dengan

gambar

(skor 1)

e. Tidak menjawab

Page 127: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

110

Basidiomycota.

3. Untuk menarik

serangga-serangga

seperti lebah, lalat,

dan semut sebagai

penyebar spora yang

berperan penting

dalam proses

reproduksi jamur.

(skor 0)

Menganalis

is argumen

Mengidentifika

si alasan yang

tidak

dinyatakan

C4 3 Pada tahun 1840, seorang ahli botani Inggris

George Gardner melaporkan bahwa adanya

pemandangan yang aneh dari jalanan Villa de

Natividade di Brazil. Bahwa di sepanjang

jalan tersebut ditemukan spesies jamur yang

dapat bercahaya dalam kegelapan. Jamur

tersebut memancarkan cahaya berwarna hijau.

Cahaya hijau yang dipancarkan disebabkan

karena adanya reaksi kimia yang disebut

bioluminense. Adanya cahaya yang dihasilkan

oleh jamur membuat serangga tertarik dan

hinggap di jamur. Adapun jenis serangga

yang hinggap seperti nyamuk, lalat, lebah,

dan semut.

(https://www.sciencedaily.com/releases/2015/

03/150319123956.htm)

Karena jamur

mengeluarkan cahaya

yakni untuk membantu

proses reproduksi pada

jamur tersebut, dengan

adanya cahaya, serangga

akan tertarik dan hinggap

di jamur yang

mengeluarkan cahaya,

kemudian serangga

tersebut dapat

menyebarkan spora ke

jamur yang lainnya.

a. Membuat jawaban

sesuai serta relevan

dengan gambar dan

artikel

(skor 4)

b. Membuat jawaban

sesuai namun kurang

relevan dengan

gambar dan artikel

(skor 3)

c. Membuat jawaban

tidak sesuai dengan

gambar dan artikel

(skor 2)

d. Membuat jawaban

Page 128: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

111

Mengapa jamur bercahaya dapat menarik

perhatian serangga dan hinggap di jamur

tersebut?

tidak sesuai dan tidak

relevan dengan

gambar dan artikel

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0)

Bertanya

dan

menjawab

pertanyaan

tentang

suatu

penjelasan

atau

tantangan

Mengapa

demikian?

C3 4 Berdasarkan pada gambar dan artikel

mengenai jamur bercahaya pada spesies

Neonothopanus gardneri yang terdapat di

suatu hutan di Brazil, adanya serangga yang

tertarik dan hinggap di jamur tersebut adalah

untuk kepentingan reproduksi dari jamur

bercahaya. Mengapa pada jamur tersebut

dalam reproduksinya membutuhkan perantara

serangga? Mengapa demikian?

Karena jamur tersebut

berada di hutan dengan

kondisi lingkungan

tertentu yang dapat

mempengaruhi untuk

jamur dapat bereproduksi

seperti banyaknya

pepohonan yang tinggi,

hutan di Brazil yang

termasuk ke dalam jenis

hutan hujan tropis dengan

kondisi lingkungan hutan

tersebut sedikit angin, dan

faktor lainnya sehingga

diperlukannya serangga

sebagai perantara dalam

membantu menyebarkan

spora ke jamur lainnya.

a. Membuat alasan

dengan benar dan

relevan dengan artikel

(skor 4)

b. Membuat alasan

benar namun tidak

relevan dengan artikel

(skor 3)

b. Membuat alasan

tidak benar namun

relevan dengan artikel

(skor 2)

d. Membuat alasan

tidak benar dan tidak

relevan dengan artikel

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0)

Page 129: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

112

Mempertim

bangkan

kredibiltas

suatu

sumber

Keterampilan

memberikan

alasan

C5 5 Bacalah beberapa pernyataan mengenai

jamur bercahaya tersebut!

a. Cassius Stevani, peneliti dari Instituto

de Química-Universidade de Sao Paulo,

Brasil, berkata “Tampaknya jamur

mengeluarkan cahaya supaya serangga datang

dan membantu menyebarkan koloni jamur ke

tempat baru,”

(https://m.tempo.co/read/news/2016/02/04/06

1742368/misteri-jamur-bercahaya-ini-bikin-

filsuf-bingung)

b. Peneliti lain yakni Dunlap dan Stevani

mengatakan bahwa Neonothopanus gardneri,

salah satu jamur yang menyala paling terang

dan berukuran cenderung lebih besar daripada

jamur-jamur bercahaya lain, memiliki jam

biologis yang mengatur reaksi

bioluminesensinya dengan sensitivitas suhu,

sehingga N. gardneri tersebut dapat

menyimpan energi dengan baik yang

kemudian digunakan di saat malam hari

ketika suhu mulai turun, dengan begitu

Sumber informasi yang

kredibel berdasarkan

pernyataan tersebut ialah

pernyataan A, B, dan C.

secara berurutan tingkat

keakuratannya berada

pada pernyataan A

(tingkat pertama), B

(tingkat kedua) dan C

(tingkat ketiga) karena

pernyataan pada opsi A

sesuai dengan pada

pernyataan sebelumnya

mengenai reproduksi pada

jamur. Selain itu, adanya

jamur bercahaya supaya

serangga datang dan

membantu menyebarkan

koloni jamur ke tempat

baru. Selain itu, spesies N.

gardneri memiliki ukuran

yang lebih besar dari pada

jenis jamur bercahaya

lainnya, memiliki jam

a. Menjawab opsi A

mengenai jamur

bercahaya berdasarkan

ke-4 sumber dengan

tepat beserta alasannya

(skor 4)

b. Menjawab

mengenai jamur

bercahaya opsi B

berdasarkan ke-4

sumber dengan tepat

namun tidak

memberikan alasannya

(skor 3)

c. Menjawab

mengenai jamur

bercahaya opsi C

dengan tepat namun

memberikan alasannya

(skor 2)

d. Menjawab

mengenai jamur

bercahaya opsi D

dengan tepat dan juga

Page 130: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

113

mereka mampu menghasilkan nyala yang

paling terang.

(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/0

3/jamur-yang-bercahaya)

c. Para peneliti menemukan bahwa cahaya

jamur itu dipengaruhi oleh kendali jam

sirkadian terkompensasi suhu. Mereka

berpendapat bahwa kontrol cahaya tersebut

mungkin membantu jamur menghemat energi

dengan menyalakan cahayanya hanya agar

mudah dilihat.

(http://www.mongabay.co.id/2015/03/28/pene

liti-berhasil-temukan-jawaban-kenapa-jamur-

bisa-bersinar/)

d. Menurut sebagian orang tujuan adanya

jamur bercahaya adalah untuk menakuti-

nakuti binatang agar tidak memakan jamur

tersebut.

(http://archive.kaskus.co.id/thread/11666376/

0/antik-ganinilah-jamur-lentera-yang-

bercahaya)

biologis yang mengatur

reaksi bioluminesensinya

dengan sensitivitas suhu,

sehingga N. gardneri

tersebut dapat menyimpan

energi dengan baik yang

kemudian digunakan di

saat malam hari ketika

suhu mulai turun, dengan

begitu mereka mampu

menghasilkan nyala yang

paling terang.

Oleh karenanya, pada

pernyataan D salah karena

tujuan jamur dapat

mengeluarkan cahaya

bukan untuk menakut-

nakuti binatang lain agar

tidak memakan jamur

tersebut, akan tetapi

bertujuan untuk kebutuhan

dalam reproduksi pada

jamur tersebut.

tidak memberikan

alasan

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0)

Page 131: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

114

Menurutmu, sumber informasi manakah dari

keempat pernyataan tersebut yang sah dan

dipakai untuk dijadikan penjelasan alasan

yang benar dan dapat diterima mengenai

jamur bercahaya?

Mengapa Anda memilih pernyataan tersebut?

Membuat

induksi dan

mempertim

bangkan

induksi

Membuat

kesimpulan

C6 6 Berikanlah kesimpulanmu mengenai jamur

bercahaya N. gardneri berdasarkan gambar

serta artikel mengenai jamur bercahaya pada

soal-soal sebelumnya!

Jamur N. gardneri

merupakan salah satu

contoh spesies jamur dari

divisi Basidiomycota yang

dapat bercahaya. Jamur

tersebut dapat bercahaya di

kegelapan disebabkan dari

reaksi kimia yang disebut

bioluminesensi. Adanya

cahaya yang dihasilkan

oleh jamur membuat

serangga tertarik dan

hinggap di jamur. Adapun

jenis serangga yang

hinggap seperti nyamuk,

lalat, lebah dan semut.

Faktor yang mempengaruhi

pentingnya perantara

a. Memberikan

kesimpulan mengenai

jamur bercahaya

dengan lengkap dan

benar

(skor 4)

b. Memberikan

kesimpulan mengenai

jamur bercahaya

kurang lengkap

(skor 3)

c. Memberikan

kesimpulan secara

singkat

(skor 2)

d. Memberikan

kesimpulan mengenai

jamur bercahaya tidak

Page 132: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

115

serangga ketika hinggap di

jamur bercahaya karena

untuk reproduksi jamur

yang membantu dalam

menyebarkan sporanya.

Selain itu, karena kondisi

lingkungan hutan di Brasil

adalah tropis dengan

intensitas angin yang

jarang, maka membutuhkan

perantara serangga untuk

menyebarkan spora jamur.

benar

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0).

Memfokus

kan

pertanyaan

Mengidentifika

si atau

merumuskan

pertanyaan

C3 7 Bacalah artikel berikut ini untuk soal No.

7-9!

Candida sp. dikenal sebagai fungi

dimorfik yang secara normal ada pada saluran

pencernaan, saluran pernapasan bagian atas

dan mukosa genital pada mamalia. Akan

tetapi apabila populasi meningkat dapat

menimbulkan masalah. Beberapa spesies

Candida yang dikenal banyak menimbulkan

penyakit baik pada manusia maupun hewan

adalah Candida albicans.

Candida albicans merupakan jamur

Pertanyaan yang mungkin

muncul :

1. Apakah jamur

Candida albicans

itu?

2. Mengapa jamur

Candida albicans

dikenal sebagai

jamur dimorfik?

3. Bagaimana gejala

yang mengindikasi

adanya

pertumbuhan

jamur tersebut

a. Membuat 3

pertanyaan yang

relevan dengan artikel

(skor 4)

b. Membuat 2

pertanyaan yang

relevan dengan artikel

(skor 3)

c. Membuat 1

pertanyaan yang

relevan dengan artikel

(skor 2)

Page 133: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

116

penyebab penyakit pada hewan unggas,

terutama pada ayam. Jamur Candida albicans

muncul pada bagian tubuh ayam dan

umumnya bagian yang terinfeksi adalah

bagian tembolok sebagai dari sistem

pencernaannya. Penyakit ini dapat menular

melalui oral karena mengkonsumsi pakan atau

air minum dengan lingkungan yang tercemar

oleh jamur tersebut.

(http://wiki.isikhnas.com/images/b/b5/CAND

IDIASIS.pdf)

Berdasarkan informasi dari artikel tersebut,

pikirkan dan buatlah 3 pertanyaan!

pada tubuh ayam?

d. Membuat

pertanyaan yang

relevan dengan artikel

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0)

Page 134: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

117

Menganalis

is argumen

Mengidentifika

si/

merumuskan

kriteria-kriteria

untuk

mempertimban

gkan jawaban

yang mungkin

C3 8 Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang

telah kamu buat pada soal No. 7!

Jawaban yang mungkin

muncul

1. Jamur Candida

albicans merupakan

jamur penyebab

penyakit pada hewan

unggas, terutama pada

ayam

2. Karena sebenarnya

jamur tersebut secara

normal terdapat pada

saluran pencernaan,

saluran pernafasan

bagian atas, dan

a. Membuat 3 jawaban

yang relevan dengan

artikel

(skor 4)

b. Membuat 2 jawaban

yang relevan dengan

artikel

(skor 3)

c. Membuat 1 jawaban

yang relevan dengan

artikel

(skor 2)

d. Membuat jawaban

yang relevan dengan

Page 135: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

118

mukosa genital pada

mamalia dan apabila

jumlah populasinya

bertambah maka akan

menimbulkan

penyakit.

3. Jamur tersebut muncul

pada tubuh ayam dan

umumnya bagian yang

diserang adalah bagian

tembolok sebagai

bagian dari sistem

pencernaannya

artikel

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0)

Mengidentifika

si alasan yang

tidak

dinyatakan

C5 9 Berdasarkan artikel penyebab kandidiasis

pada ayam, bagaimana jamur tersebut dapat

tumbuh pada tubuh ayam?

Jamur Candida albicans

dapat tumbuh pada suhu

37 derajat Celsius dalam

kondisi aerob atau

anaerob. Pertumbuhan

jamur ini lebih cepat pada

kondisi lingkungan yang

asam (pH rendah)

dibandingkan dengan pH

normal atau alkali. Selain

itu jamur tersebut dapat

a. Mengidentifikasi

alasan secara tepat dan

relevan dengan artikel

(skor 4)

b. Mengidentifikasi

alasan kurang tepat

namun relevan dengan

artikel

(skor 3)

c. Mengidentifikasi

alasan kurang tepat

Page 136: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

119

menimbulkan penyakit

apabila populasinya

meningkat. Sehingga

pertumbuhan jamur

tersebut dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan dari

tubuh ayam.

dengan artikel

(skor 2)

d. Mengidentifikasi

alasan tidak relevan

dengan artikel

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0)

Bertanya

dan

menjawab

suatu

pertanyaan

atau

tantangan

Bagaimana

menerapkan

nya dalam

kasus tersebut

C5 10 Bacalah artikel berikut ini untuk soal No.

10!

Malnutrisi merupakan salah satu

permasalahan utama dan serius dalam dunia

kesehatan. Malnutrisi memiliki pengaruh

besar terhadap angka kematian yang terjadi

pada anak-anak. Di negara berkembang masih

banyak ditemukan anak-anak yang

mengalami kasus ini. Malnutrisi sangat

berpengaruh besar terhadap proses

pertumbuhan dan perkembangan anak, karena

pada usia ini zat-zat gizi sangatlah diperlukan

untuk membangun tubuh yang sehat dan

mental yang kuat.

Tempe adalah makanan yang dibuat

dari fermentasi terhadap biji kedelai atau

Pada kasus malnutrisi

yang terjadi pada balita,

peranan jamur Rhizopus

yang dapat

memfermentasi biji

kedelai menjadi tempe.

Sehingga jamur Rhizopus

memiliki peranan

menguntungkan bagi

manusia dalam hal ini

bermanfaat dalam proses

pembuatan tempe. Tempe

a. Memberikan

pernyataan yang

sangat lengkap dan

relevan dengan artikel

dengan kasus yang

diangkat (malnutrisi)

(skor 4)

b. Memberikan

pernyataan kurang

lengkap namun

relevan dengan artikel

(skor 3)

c. Hanya memberikan

pernyataan sedikit

dengan artikel kasus

malnutrisi

Page 137: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

120

beberapa bahan lain yang menggunakan

beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti

Rhizopus oligosporus, R. oryzae, R. stolonifer

(kapang roti), atau R. arrhizus. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe

lebih mudah dicerna, diserap, dan

dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan

yang ada dalam kedelai. Komposisi gizi

tempe baik kadar protein, lemak, dan

karbohidratnya tidak banyak berubah

dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena

adanya enzim pencernaan yang dihasilkan

oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan

karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah

dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang

terdapat dalam kedelai. Selain itu juga

terdapat berbagai jenis vitamin yang

terkandung dalam tempe antara lain adalah

vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3

(niasin), B6 (piridoksin), B12

(sianokobalamin), dan asam pantotenat.

Tempe memiliki berbagai macam

manfaat seperti pertumbuhan berat badan

penderita gizi buruk akan meningkat dan

merupakan makanan

alternatif yang dianjurkan

bagi penderita malnutisi

ditambah dengan

kandungan protein yang

cukup banyak sehingga

sangat dianjurkan baik

untuk penderita malnutrisi

pada anak-anak.

(skor 2)

d. Tidak memberikan

penyataan yang tepat

mengenai kasus

malnutrisi

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0).

Page 138: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

121

diare menjadi sembuh dalam waktu singkat

karena mengandung zat antibakteri,

berpotensi untuk melawan radikal bebas

sehingga bisa menghambat proses penuaan.

Oleh karena itu, tempe sangat baik

untuk diberikan kepada segala kelompok

umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa

disebut sebagai makanan semua umur.

(http://www.kompasiana.com/sandiazyudhas

mara/ketika-tempe-menjadi-barang-

mewah_5512a948a33311c65eba7e11)

Berdasarkan informasi mengenai malnutrisi

yang terjadi pada anak-anak, menurutmu

bagaimana penggunaan jamur Rhizopus

dalam kasus tersebut? Jelaskan!

Mempertim

bangkan

kredibiltas

sumber

Keterampilan

memberikan

alasan

C4 11 Bacalah artikel berikut ini untuk No. 11-

14!

A. Sebuah studi penelitian yang dilakukan

oleh para santri di pesantren Al-Mubarok

Berdasarkan dari beberapa

pernyataan yang telah

dipaparkan, pernyataan

opsi A lebih valid dan

a. Menjawab

mengenai jamur

penyebab panu opsi A

berdasarkan sumber

dengan tepat beserta

Page 139: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

122

Awipari di kota Tasikmalaya menyatakan

bahwa para santri mengalami penyakit panu.

Bagian-bagian tubuh yang terinfeksi

umumnya pada punggung, lengan atas, lengan

bawah, dada, dan leher. Ciri-ciri dari penyakit

tersebut yaitu adanya bercak kecil tipis yang

kemudian menjadi banyak dan menyebar

yang disertai dengan adanya sisik. Faktor-

faktor penyebab dari terinfeksinya penyakit

panu yaitu karena kebersihan diri. Pemicu

lainnya adalah seringnya menggunakan

aksesoris yang pas pada kulit, seperti jam

tangan, perhiasan, kaos kaki, dan sepatu.

Selain itu juga, apabila bergantian barang

pribadi seperti handuk juga sebagai pemicu

dari infeksinya penyakit panu tersebut. Oleh

karenanya, penting bagi para santri untuk

menjaga kebersihan dirinya setelah

beraktifitas seharian penuh dan dengan

kredibel. Karena

pernyataan tersebut

merupakan hasil studi

lapangan yang dilakukan

untuk meneliti kebersihan

kulit dari santri yang ada

di pesantren yang

menyatakan bahwa para

santri tersebut mengalami

penyakit panu karena

tidak menjaga kebersihan

diri yang diakibatkan dari

seringnya bergantian

barang pribadi seperti

penggunaak jam tangan,

perhiasan, kaos kaki, dan

sepatu. Selain itu dengan

bergantiannya handuk

juga sebagai pemicu

alasannya

(skor 4)

b. Menjawab

mengenai jamur

penyebab panu opsi B

berdasarkan sumber

dengan tepat namun

memberikan alasannya

(skor 3)

c. menjawab mengenai

jamur penyebab panu

opsi C dengan tepat

dan memberikan

alasannya

(skor 2)

d. menjawab

mengenai jamur

penyebab panu opsi D

dengan tepat dan juga

memberikan alasan

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0)

Page 140: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

123

membersihkan diri adalah cara utama yang

paling baik untuk terhindar dari penyakit

tersebut.

(http://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.ph

p?file=preview_mahasiswa&id=956&cd=0b2

173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13

DA277055.pdf)

B. Penyakit panu menyebabkan timbulnya

bercak – bercak yang berbatas jelas dan

bewarna pada kulit. Bagian tubuh yang paling

sering terkena penyakit panu antara lain pada

bagian kepala, muka, leher, dada atas, perut,

ketiak, lengan, lipat paha, dan kaki, serta pada

daerah tubuh lainnya terutama daerah yang

lembab dan tertutup oleh pakaian.

(http://mediskus.com/penyakit/penyebab-

panu-dan-obatnya)

terinfeksinya panu.

Sedangkan pernyataan

kredibel yang kedua yaitu

opsi B bahwa penyakit

panu bisa menginfeksi di

antara beberapa bagian

tubuh seperti pada bagian

kepala, muka, leher, dada

atas, perut, ketiak, lengan,

lipat paha, dan kaki, serta

pada daerah tubuh lainnya

terutama daerah yang

lembab dan tertutup oleh

pakaian. Oleh karenanya

penting untuk menjaga

kebersihan anggota tubuh

agar terhindar dari jamur

penyebab panu tersebut.

Sumber yang kredibel

Page 141: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

124

C. Pengobatan pitiriasis versicolor adalah

dengan obat-obat antijamur seperti selenium

sulfida, atau obat-obat derivat azole, seperti

mikonazol dan ketokonazol. Pada pitiriasis

versicolor yang mengenai sedikit area, dapat

digunakan krim secara topikal, langsung pada

area kulit yang terkena. Akan tetapi, jika

pitiriasis versicolor mengenai area yang luas,

dapat digunakan obat antijamur secara oral

atau obat minum.

(http://www.alodokter.com/komunitas/topic/c

ara-mengatasi-jamur-panu)

D. Terdapat salah satu informasi bahwa

langsung mandi setelah berkeringat bisa

menimbulkan panu. Kemudian salah satu

dokter menyebutkan "Ini hanya mitos. Panu

bisa malah timbul saat berkeringat dan baju

basah tidak diganti tapi dibiarkan berlama-

ketiga yaitu opsi C cara

pengobatan panu tidak

hanya dapat disembuhkan

dengan obat-obatan dokter

tetapi juga dapat diobati

dengan terapi herbal.

Kemudian sumber yang

kredibel keempat yaitu

opsi D karena memang

tidak benar bahwa apabila

langsung mandi ketika

tubuh berkeringat dapat

menyebabkan panu, tetapi

panu dapat menginfeksi

kulit manusia apabila

kebersihan barang pribadi

tidak diperhatikan secara

baik.

Page 142: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

125

lama sehingga kering kembali di badan,"

terang dr Eddy Karta, SpKK, dokter spesialis

kulit dan kelamin di EDMO Clinic Jakarta.

(https://health.detik.com/read/2014/04/24/123

425/2564285/763/langsung-mandi-setelah-

berkeringat-bisa-timbulkan-panu-mitos-atau-

fakta)

Menurutmu, sumber informasi manakah dari

keempat pernyataan tersebut yang valid dan

kredibel mengenai penyakit panu oleh jamur

Malassezia furfur? Berikanlah alasanmu!

Mengidenti

fikasi

asumsi

Alasan yang

tidak

dinyatakan

C4 12 Mengapa bisa demikian jamur Malassezia

furfur dapat menyebabkan penyakit pada

manusia? Berikanlah jawabanmu dengan

mengaitkan antara struktur dan reproduksi

dari jamur tersebut sehingga dapat tumbuh

subur pada kulit manusia!

Berdasarkan cara

reproduksinya jamur ini

termasuk kedalam divisi

Deuteromycota karena

perkembangbiakan dan

cara reproduksinya belum

teridentifikasi serta butuh

inang yang hidup (bersifat

parasit) pada tubuh

manusia sehingga

kecenderungan untuk

a. Mengemukakan

jawaban dengan benar

dan disertai alasan

yang lengkap dari segi

hifa dan reproduksinya

(skor 4)

b. Mengemukakan

jawaban dengan benar,

disertai alasan dari

satu sisi saja (hifa atau

reproduksi)

Page 143: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

126

divisi ini peranan

jamurnya lebih banyak

yang merugikan. Selain

itu struktur dari jamur

panu tersbeut yaitu seperti

bulat ragi, berdinding

tebal, dengan miselium

kasar, dan mudah dilihat.

Oleh karenanya dengan

stuktur tersebut jamur

penyebab panu dengan

mudah menyebar karena

bentuknya seperti spora.

(skor 3)

c. Mengemukakan

jawaban salah disertai

alasan yang kurang

lengkap dari segi hifa

dan reproduksinya

(skor 2)

d. Mengemukakan

jawaban yang salah

disertai alasan tidak

lengkap dari segi hifa

dan reproduksinya

(skor 1)

e. tidak menjawab

(skor 0)

Memutuska

n suatu

tindakan

Merumuskan

solusi alternatif

C6 13 Berdasarkan informasi mengenai jamur

Malassezia furfur, salah satu faktor penyebab

utama terinfeksinya kulit manusia adalah

karena kebersihan diri yang tidak

diperhatikan. Berikanlah solusimu bagaimana

cara untuk mencegah penyakit panu pada

kulit manusia!

Cara mencegah timbulnya

penyakit panu yaitu

1. Keringkan handuk

setelah dipakai dan

ganti sesering mungkin

2. Mandi rutin (minimal 2

kali sehari), memakai

sabun yang bersih

3. Simpan dan gantung

a. Memberikan solusi

pencegahan panu

dengan sangat lengkap

dan benar.

(skor 4)

b. Memberikan solusi

pencegahan panu

dengan lengkap dan

benar (skor 3)

Page 144: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

127

pakaian di tempat

kering

4. Pola hidup sehat

5. Tidak meminjamkan

atau bergantian barang

pribadi dengan orang

lain.

6. Segera mengganti

pakaian bila sudah

lembab karena akan

menyebabkan panu

7. Apabila setelah

beraktivitas tinggi

hendaknya segera

mandi agar tubuh tidak

selalu lembab dan kotor

8. Tidak bertukar pakaian

dengan penderita panu

c. Kurang lengkap dan

benar dalam

memberikan solusi

pencegahan panu

(skor 2)

d. Tidak memberikan

solusi yang tepat

(skor 1)

e. Tidak menjawab

(skor 0).

Berinteraks

i dengan

orang lain

Mempresentasi

kan secara

lisan atau

tulisan

C6 14 Buatlah suatu tindakan yang dapat kamu

lakukan agar teman-temanmu mau melakukan

solusi yang kamu tawarkan pada soal No. 13!

Dengan cara membuat

poster persuasive (poster

berisi ajakan) mengenai

hidup bersih dan sehat

dengan memuat gambar

yang menggambarkan

a. Memberikan

tindakan yang relevan

dengan jawaban

disertai cara

meyakinkan teman

(skor 4)

Page 145: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

128

cara pencegahan penyakit

panu dan mengajak

teman-teman untuk lebih

bisa menjaga kebersihan

diri agar terhindar dari

panu

b. Memberikan

tindakan yang kurang

relevan dengan

jawaban namun

disertai cara

meyakinkan teman

(skor 3)

c. Memberikan

tindakan yang tidak

relevan dengan

jawaban yang disertai

cara meyakinkan

teman

(skor 2)

c. Hanya memberikan

tindakan

(skor 1)

d. Tidak menjawab

(skor 0)

Page 146: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

129

Persentase Nilai Rata-rata (NP) =

x 100

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = bilangan tetap

Page 147: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

130

Lampiran 2

SOAL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN

Perhatikanlah gambar berikut ini!

1. Berdasarkan keterangan pada gambar tersebut, pikirkan dan buatlah 3

pertanyaan!

2. Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat pada soal No.

1!

3. Pada tahun 1840, seorang ahli botani Inggris George Gardner melaporkan

bahwa adanya pemandangan yang aneh dari jalanan Villa de Natividade di

Brasil. Bahwa sepanjang dari jalan tersebut ditemukan spesies jamur yang

dapat bercahaya di kegelapan. Jamur tersebut memancarkan cahaya

berwarna hijau. Cahaya hijau yang dipancarkan disebabkan dari reaksi

kimia yang disebut bioluminense. Adanya cahaya yang dihasilkan oleh

Gb. A Jamur Neonothopanus

gardneri yang difoto dengan

cahaya

Gb. B Jamur Neonothopanus

gardneri yang difoto tanpa

cahaya

Page 148: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

131

jamur membuat serangga tertarik dan hinggap di jamur. Adapun jenis

serangga yang hinggap seperti nyamuk, lalat, lebah dan semut.

(https://www.sciencedaily.com/releases/2015/03/150319123956.htm)

Mengapa jamur bercahaya dapat menarik perhatian serangga dan hinggap

di jamur tersebut?

4. Berdasarkan pada gambar dan artikel mengenai jamur bercahaya pada

spesies Neonothopanus gardneri yang terdapat di suatu hutan Brazil,

adanya serangga yang tertarik dan hinggap di jamur tersebut adalah untuk

kepentingan reproduksi dari jamur bercahaya. Mengapa pada jamur

tersebut dalam reproduksinya membutuhkan perantara serangga? Mengapa

demikian?

5. Bacalah beberapa pernyataan mengenai jamur bercahaya tersebut!

A. Cassius Stevani, peneliti dari Instituto de Química-Universidade de

Sao Paulo, Brasil berkata “Tampaknya jamur mengeluarkan cahaya

supaya serangga datang dan membantu menyebarkan koloni jamur ke

tempat baru,”

(https://m.tempo.co/read/news/2016/02/04/061742368/misteri-jamur-

bercahaya-ini-bikin-filsuf-bingung)

B. Peneliti lain yakni Dunlap dan Stevani mengatakan bahwa

Neonothopanus gardneri, salah satu jamur yang menyala paling terang dan

berukuran cenderung lebih besar daripada jamur-jamur bercahaya lain,

memiliki jam biologis yang mengatur reaksi bioluminesensinya dengan

sensitivitas suhu, sehingga N. gardneri tersebut dapat menyimpan energi

dengan baik yang kemudian digunakan di saat malam hari ketika suhu

mulai turun, dengan begitu mereka mampu menghasilkan nyala yang

paling terang.

(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/03/jamur-yang-bercahaya)

C. Para peneliti menemukan bahwa cahaya jamur itu dipengaruhi

oleh kendali jam sirkadian terkompensasi suhu. Mereka berpendapat

bahwa kontrol cahaya tersebut mungkin membantu jamur menghemat

energi dengan menyalakan cahayanya hanya agar mudah dilihat.

(http://www.mongabay.co.id/2015/03/28/peneliti-berhasil-temukan-

jawaban-kenapa-jamur-bisa-bersinar/)

D. Sebagian orang mengatakan jika tujuan adanya jamur bercahaya

adalah untuk menakuti-nakuti binatang agar tidak memakan jamur

tersebut.

(http://archive.kaskus.co.id/thread/11666376/0/antik-ganinilah-jamur-

lentera-yang-bercahaya)

Page 149: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

132

Menurutmu, sumber manakah yang valid dan kredibel mengenai

jamur bercahaya? Mengapa?

6. Berikanlah kesimpulanmu mengenai jamur bercahaya N. gardneri

berdasarkan gambar serta artikel mengenai jamur bercahaya pada soal-soal

sebelumnya!

7. Berdasarkan informasi mengenai jamur bercahaya. Jamur terbagi atas

susunan hifa yang bersekat dan tak bersekat serta reproduksinya secara

generatif dan vegetatif. Berdasarkan tingkat kekerabatannya, divisi apa

yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan divisi Basidiomycota?

Jelaskan dan berikan alasanmu!

(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19680509

1994031-

KUSNADI/BUKU_SAKU_BIOLOGI_SMA,KUSNADI_dkk/Kelas_X/ba

b_jamur.pdf)

Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 8-10!

Candida sp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada

saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas dan mukosa genital pada

mamalia. Akan tetapi apabila populasi meningkat dapat menimbulkan masalah.

Beberapa spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik pada

manusia maupun hewan adalah Candida albicans.

Candida albicans merupakan jamur penyebab penyakit pada hewan

unggas, terutama pada ayam. Jamur Candida albicans muncul pada bagian tubuh

ayam dan umumnya bagian yang terinfeksi adalah bagian tembolok sebagai dari

sistem pencernaannya. Penyakit ini dapat menular melalui oral karena

mengkonsumsi pakan atau air minum dengan lingkungan yang tercemar oleh

jamur tersebut. (http://wiki.isikhnas.com/images/b/b5/CANDIDIASIS.pdf)

8. Berdasarkan informasi dari artikel tersebut, pikirkan dan buatlah 3

pertanyaan!

9. Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat pada soal No.

8!

10. Berdasarkan artikel penyebab kandiasis pada ayam, bagaimana jamur

tersebut dapat tumbuh pada tubuh ayam ?

Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 11!

Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan utama dan serius dalam

dunia kesehatan. Malnutrisi memiliki pengaruh besar terhadap angka kematian

Page 150: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

133

yang terjadi pada anak-anak. Di negara berkembang masih banyak ditemukan

anak-anak yang mengalami kasus ini. Malnutrisi sangat berpengaruh besar

terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada usia ini zat-

zat gizi sangatlah diperlukan untuk membangun tubuh yang sehat dan mental

yang kuat.

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai

atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,

seperti Rhizopus oligosporus, R. oryzae, R. stolonifer (kapang roti), atau R.

arrhizus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah

dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam

kedelai. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya

tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim

pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan

karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh

dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Selain itu juga terdapat berbagai jenis

vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain adalah vitamin B1 (tiamin), B2

(riboflavin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), B12 (sianokobalamin), dan asam

pantotenat.

Tempe memiliki berbagai macam manfaat seperti pertumbuhan berat

badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam

waktu singkat karena mengandung zat antibakteri, berpotensi untuk melawan

radikal bebas sehingga bisa menghambat proses penuaan. Oleh karena itu, tempe

sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga

lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.

(http://www.kompasiana.com/sandiazyudhasmara/ketika-tempe-menjadi-barang-

mewah_5512a948a33311c65eba7e11)

11. Berdasarkan informasi mengenai malnutrisi yang terjadi pada anak-anak,

menurutmu bagaimana penggunaan jamur Rhizopus dalam kasus tersebut?

Jelaskan!

Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 12-16!

A. Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh para santri di pesantren

Al-Mubarok Awipari di kota Tasikmalaya menyatakan bahwa para santri

mengalami penyakit panu. Bagian-bagian tubuh yang terinfeksi umumnya

pada punggung, lengan atas, lengan bawah, dada, dan leher. Ciri-ciri dari

penyakit tersebut yaitu adanya bercak kecil tipis yang kemudian menjadi

banyak dan menyebar yang disertai dengan adanya sisik. Faktor-faktor

penyebab dari terinfeksinya penyakit panu yaitu karena kebersihan diri.

Page 151: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

134

Pemicu lainnya adalah seringnya menggunakan aksesoris yang pas pada kulit,

seperti jam tangan, perhiasan, kaos kaki, dan sepatu. Selain itu juga, apabila

bergantian barang pribadi seperti handuk juga sebagai pemicu dari infeksinya

penyakit panu tersebut. Oleh karenanya, penting bagi para santri untuk

menjaga kebersihan dirinya setelah beraktifitas seharian penuh dan dengan

membersihkan diri adalah cara utama yang paling baik untuk terhindar dari

penyakit tersebut.

(http://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.php?file=preview_mahasiswa&id=

956&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13DA277055.pdf)

B. Penyakit panu menyebabkan timbulnya bercak – bercak yang berbatas

jelas dan bewarna pada kulit. Bagian tubuh yang paling sering terkena

penyakit panu antara lain pada bagian kepala, muka, leher, dada atas, perut,

ketiak, lengan, lipat paha, dan kaki, serta pada daerah tubuh lainnya terutama

daerah yang lembab dan tertutup oleh pakaian.

(http://mediskus.com/penyakit/penyebab-panu-dan-obatnya)

C. Pengobatan pitiriasis versicolor adalah dengan obat-obat antijamur

seperti selenium sulfida, atau obat-obat derivat azole, seperti mikonazol dan

ketokonazol. Pada pitiriasis versicolor yang mengenai sedikit area, dapat

digunakan krim secara topikal, langsung pada area kulit yang terkena. Akan

tetapi, jika pitiriasis versicolor mengenai area yang luas, dapat digunakan obat

antijamur secara oral atau obat minum.

(http://www.alodokter.com/komunitas/topic/cara-mengatasi-jamur-panu)

D. Terdapat salah satu informasi bahwa langsung mandi setelah

berkeringat bisa menimbulkan panu. Kemudian salah satu dokter

menyebutkan "Ini hanya mitos. Panu bisa malah timbul saat berkeringat dan

baju basah tidak diganti tapi dibiarkan berlama-lama sehingga kering kembali

di badan," terang dr Eddy Karta, SpKK, dokter spesialis kulit dan kelamin di

EDMO Clinic Jakarta.

(https://health.detik.com/read/2014/04/24/123425/2564285/763/langsung-

mandi-setelah-berkeringat-bisa-timbulkan-panu-mitos-atau-fakta)

Page 152: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

135

12. Menurutmu, sumber informasi manakah dari keempat pernyataan tersebut

yang valid dan kredibel mengenai penyakit panu oleh jamur Malassezia

furfur? Berikanlah alasanmu!

13. Berdasarkan informasi mengenai penyakit panu yang disebabkan oleh

jamur Malassezia furfur. Berikanlah kesimpulanmu!

14. Mengapa bisa demikian? Berikanlah jawabanmu dengan mengaitkan

antara struktur dan reproduksi dari jamur tersebut sehingga dapat tumbuh

subur!

15. Berdasarkan informasi mengenai jamur Malassezia furfur, salah satu

faktor penyebab utama terinfeksinya kulit manusia adalah karena

kebersihan diri yang tidak diperhatikan. Berikanlah solusimu bagaimana

cara untuk mencegah penyakit panu pada kulit manusia!

16. Buatlah suatu tindakan yang dapat kamu lakukan agar teman-temanmu

mau melakukan solusi yang kamu tawarkan pada soal No. 15!

Page 153: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

136

Lampiran 3

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Anates

Rata-rata : 40.69

Simpangan Baku : 6.24

Korelasi XY : 0.88

Reliabilitas Tes : 16

Butir Soal : 16

Jumlah Subyek : 32

Butir

Baru

Butir

Asli

Daya Pembeda

(%)

Tingkat

Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi

1 1 33.33 Mudah 0.637 Sangat signifikan

2 2 33.33 Mudah 0.612 Sangat signifikan

3 3 41.67 Sedang 0.768 Sangat signifikan

4 4 33.33 Sedang 0.421 -

5 5 33.33 Sedang 0.279 -

6 6 50.00 Sedang 0.755 Sangat signifikan

7 7 -11.11 Sedang -0.145 -

8 8 33.33 Mudah 0.526 Sangat signifikan

9 9 33.33 Mudah 0.521 Sangat signifikan

10 10 22.22 Sedang 0.193 -

11 11 36.11 Sedang 0.593 Sangat signifikan

12 12 58.33 Sedang 0.850 Sangat signifikan

13 13 -33.33 Sedang -0.551 -

14 14 22.22 Sedang 0.521 Sangat signifikan

15 15 52.78 Sedang 0.812 Sangat signifikan

16 16 22.22 Mudah 0.327 -

Page 154: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

137

Lampiran 4

Soal Pretest dan Posttest

Perhatikanlah gambar berikut ini!

1. Berdasarkan keterangan pada gambar tersebut, pikirkan dan buatlah 3

pertanyaan!

2. Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat pada soal No.

1!

3. Pada tahun 1840, seorang ahli botani Inggris George Gardner melaporkan

bahwa adanya pemandangan yang aneh dari jalanan Villa de Natividade di

Brasil. Bahwa sepanjang dari jalan tersebut ditemukan spesies jamur yang

dapat bercahaya di kegelapan. Jamur tersebut memancarkan cahaya

berwarna hijau. Cahaya hijau yang dipancarkan disebabkan dari reaksi

kimia yang disebut bioluminense. Adanya cahaya yang dihasilkan oleh

jamur membuat serangga tertarik dan hinggap di jamur. Adapun jenis

serangga yang hinggap seperti nyamuk, lalat, lebah dan semut.

(https://www.sciencedaily.com/releases/2015/03/150319123956.htm)

Gb. A Jamur Neonothopanus

gardneri yang difoto dengan

cahaya

Gb. B Jamur Neonothopanus

gardneri yang difoto tanpa

cahaya

Page 155: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

138

Mengapa jamur bercahaya dapat menarik perhatian serangga dan hinggap

di jamur tersebut?

4. Berdasarkan pada gambar dan artikel mengenai jamur bercahaya pada

spesies Neonothopanus gardneri yang terdapat di suatu hutan Brazil,

adanya serangga yang tertarik dan hinggap di jamur tersebut adalah untuk

kepentingan reproduksi dari jamur bercahaya. Mengapa pada jamur

tersebut dalam reproduksinya membutuhkan perantara serangga? Mengapa

demikian?

5. Bacalah beberapa pernyataan mengenai jamur bercahaya tersebut!

A. Cassius Stevani, peneliti dari Instituto de Química-Universidade de

Sao Paulo, Brasil berkata “Tampaknya jamur mengeluarkan cahaya

supaya serangga datang dan membantu menyebarkan koloni jamur ke

tempat baru,”

(https://m.tempo.co/read/news/2016/02/04/061742368/misteri-jamur-

bercahaya-ini-bikin-filsuf-bingung)

B. Peneliti lain yakni Dunlap dan Stevani mengatakan bahwa ada tujuan

dibalik jamur yang mengeluarkan cahaya. Bioluminesensi pada jamur

menarik serangga-serangga seperti lebah, lalat, dan semut sebagai

penyebar spora, yang berperan penting dalam proses reproduksi jamur.

(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/03/jamur-yang-bercahaya)

C. Menurut sebagian orang jamur mengeluarkan cahaya Bioluminesensi

sehingga akan menarik serangga-serangga seperti lebah, semut dan

lalat yang akan membantu proses reproduksi jamur dengan cara

penyebaran spora, dengan Bioluminesensi jamur ini maka penyebaran

spora akan lebih efisien.

(http://www.plinplan.net/2016/08/jamur-bercahaya-di-sumatra-barat-

dan.html)

D. Sebagian orang mengatakan jika tujuan adanya jamur bercahaya

adalah untuk menakuti-nakuti binatang agar tidak memakan jamur

tersebut.

(http://archive.kaskus.co.id/thread/11666376/0/antik-ganinilah-jamur-

lentera-yang-bercahaya)

Menurutmu, sumber manakah yang sah dan dapat digunakan untuk

dijadikan alasan yang dapat diterima? Mengapa kamu memilih pernyataan

tersebut?

6. Berikanlah kesimpulanmu mengenai jamur bercahaya N. gardneri

berdasarkan gambar serta artikel mengenai jamur bercahaya pada soal-soal

sebelumnya!

Page 156: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

139

Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 7-9!

Candida sp. dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada

saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas dan mukosa genital pada

mamalia. Akan tetapi apabila populasi meningkat dapat menimbulkan masalah.

Beberapa spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik pada

manusia maupun hewan adalah Candida albicans.

Candida albicans merupakan jamur penyebab penyakit pada hewan

unggas, terutama pada ayam. Jamur Candida albicans muncul pada bagian tubuh

ayam dan umumnya bagian yang terinfeksi adalah bagian tembolok sebagai dari

sistem pencernaannya. Penyakit ini dapat menular melalui oral karena

mengkonsumsi pakan atau air minum dengan lingkungan yang tercemar oleh

jamur tersebut. (http://wiki.isikhnas.com/images/b/b5/CANDIDIASIS.pdf)

7. Berdasarkan informasi dari artikel tersebut, pikirkan dan buatlah 3

pertanyaan!

8. Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat pada soal No.

7!

9. Berdasarkan dari artikel kandiasis pada ayam. Menurutmu, bagaimanakah

kondisi lingkungan seperti apa yang dapat disukai oleh jamur Candida

albicans sehingga dapat tumbuh pada tubuh ayam dan menyebabkan

penyakit?

Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 10!

Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan utama dan serius dalam

dunia kesehatan. Malnutrisi memiliki pengaruh besar terhadap angka kematian

yang terjadi pada anak-anak. Di negara berkembang masih banyak ditemukan

anak-anak yang mengalami kasus ini. Malnutrisi sangat berpengaruh besar

terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada usia ini zat-

zat gizi sangatlah diperlukan untuk membangun tubuh yang sehat dan mental

yang kuat.

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai

atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,

seperti Rhizopus oligosporus, R. oryzae, R. stolonifer (kapang roti), atau R.

arrhizus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah

dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam

kedelai. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya

tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim

pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan

Page 157: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

140

karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh

dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Selain itu juga terdapat berbagai jenis

vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain adalah vitamin B1 (tiamin), B2

(riboflavin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), B12 (sianokobalamin), dan asam

pantotenat.

Tempe memiliki berbagai macam manfaat seperti pertumbuhan berat

badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam

waktu singkat karena mengandung zat antibakteri, berpotensi untuk melawan

radikal bebas sehingga bisa menghambat proses penuaan. Oleh karena itu, tempe

sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga

lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.

(http://www.kompasiana.com/sandiazyudhasmara/ketika-tempe-menjadi-barang-

mewah_5512a948a33311c65eba7e11)

10. Berdasarkan informasi mengenai malnutrisi yang terjadi pada anak-anak,

menurutmu bagaimana penggunaan jamur Rhizopus dalam kasus tersebut?

Jelaskan!

Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 11-14!

A. Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh para santri di pesantren Al-

Mubarok Awipari di kota Tasikmalaya menyatakan bahwa para santri

mengalami penyakit panu. Bagian-bagian tubuh yang terinfeksi umumnya

pada punggung, lengan atas, lengan bawah, dada, dan leher. Ciri-ciri dari

penyakit tersebut yaitu adanya bercak kecil tipis yang kemudian menjadi

banyak dan menyebar yang disertai dengan adanya sisik. Faktor-faktor

penyebab dari terinfeksinya penyakit panu yaitu karena kebersihan diri.

Pemicu lainnya adalah seringnya menggunakan aksesoris yang pas pada kulit,

seperti jam tangan, perhiasan, kaos kaki, dan sepatu. Selain itu juga, apabila

bergantian barang pribadi seperti handuk juga sebagai pemicu dari infeksinya

penyakit panu tersebut. Oleh karenanya, penting bagi para santri untuk

menjaga kebersihan dirinya setelah beraktifitas seharian penuh dan dengan

membersihkan diri adalah cara utama yang paling baik untuk terhindar dari

penyakit tersebut.

(http://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.php?file=preview_mahasiswa&id=

956&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13DA277055.pdf)

Page 158: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

141

B. Penyakit panu menyebabkan timbulnya bercak – bercak yang berbatas jelas

dan bewarna pada kulit. Bagian tubuh yang paling sering terkena penyakit

panu antara lain pada bagian kepala, muka, leher, dada atas, perut, ketiak,

lengan, lipat paha, dan kaki, serta pada daerah tubuh lainnya terutama daerah

yang lembab dan tertutup oleh pakaian.

(http://mediskus.com/penyakit/penyebab-panu-dan-obatnya)

C. Pengobatan pitiriasis versicolor adalah dengan obat-obat antijamur seperti

selenium sulfida, atau obat-obat derivat azole, seperti mikonazol dan

ketokonazol. Pada pitiriasis versicolor yang mengenai sedikit area, dapat

digunakan krim secara topikal, langsung pada area kulit yang terkena. Akan

tetapi, jika pitiriasis versicolor mengenai area yang luas, dapat digunakan obat

antijamur secara oral atau obat minum.

(http://www.alodokter.com/komunitas/topic/cara-mengatasi-jamur-panu)

D. Terdapat salah satu informasi bahwa langsung mandi setelah berkeringat

bisa menimbulkan panu. Kemudian salah satu dokter menyebutkan "Ini hanya

mitos. Panu bisa malah timbul saat berkeringat dan baju basah tidak diganti

tapi dibiarkan berlama-lama sehingga kering kembali di badan," terang dr

Eddy Karta, SpKK, dokter spesialis kulit dan kelamin di EDMO Clinic

Jakarta.

(https://health.detik.com/read/2014/04/24/123425/2564285/763/langsung-

mandi-setelah-berkeringat-bisa-timbulkan-panu-mitos-atau-fakta)

11. Menurutmu, sumber informasi manakah dari keempat pernyataan tersebut

yang valid dan kredibel mengenai penyakit panu oleh jamur Malassezia

furfur? Berikanlah alasanmu!

12. Mengapa bisa demikian jamur Malassezia furfur dapat menyebabkan

penyakit pada manusia? Berikanlah jawabanmu dengan mengaitkan antara

struktur dan reproduksi dari jamur tersebut sehingga dapat tumbuh subur

pada kulit manusia!

13. Berdasarkan informasi mengenai jamur Malassezia furfur, salah satu

faktor penyebab utama terinfeksinya kulit manusia adalah karena

kebersihan diri yang tidak diperhatikan. Berikanlah solusimu bagaimana

cara untuk mencegah penyakit panu pada kulit manusia!

Page 159: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

142

14. Buatlah suatu tindakan yang dapat kamu lakukan agar teman-temanmu

mau melakukan solusi yang kamu tawarkan pada soal No. 13!

Page 160: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

143

Lampiran 5

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PERTEMUAN I

(Dengan Metode Think Pair Share)

Sekolah : MAN 1 Bogor

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X / Genap

Materi Pokok : Fungi (Jamur)

Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif

dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

Page 161: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

144

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

No Kompetensi Dasar Indikator

1 1.1

Mengagumi keteraturan dan

kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

struktur dan fungsi sel, jaringan,

organ penyusun sistem dan

bioproses yang terjadi pada mahluk

hidup.

1.1.1

Mengagumi penciptaan Tuhan yang

begitu rumit dan indah mengenai

struktur sel, jaringan, dan sistem

organ pada tumbuhan.

2

2.1

Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,

jujur sesuai data dan fakta, disiplin,

tanggung jawab, dan peduli dalam

observasi dan eksperimen, berani

dan santun dalam mengajukan

pertanyaan dan berargumentasi,

peduli lingkungan, gotong royong,

bekerjasama, cinta damai,

berpendapat secara ilmiah dan kritis,

responsif dan proaktif dalam dalam

setiap tindakan dan dalam

melakukan pengamatan dan

percobaan di dalam

kelas/laboratorium maupun di luar

kelas/laboratorium.

2.1.1

Berperilaku ilmiah yang mencakup

teliti, tekun, jujur sesuai data dan

fakta, disiplin, bertanggung, peduli

dan dapat bekerjasama serta saling

menghargai.

3

3.6

Menerapkan prinsip klasifikasi

untuk menggolongkan jamur

berdasarkan ciri-ciri dan cara

reproduksi melalui pengamatan

secara teliti dan sistematis

3.6.1

Mengidentifikasi struktur tubuh dan

ciri-ciri jamur.

3.6.2

Mengidentifikasi klasifikasi jamur

Page 162: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

145

berdasarkan divisinya.

3.6.3

Menjelaskan cara hidup dan

reproduksi pada jamur.

3.6.4

Menganalisis peranan jamur bagi

kehidupan.

3.6.5

Memberikan kesimpulan

keterkaitan peranan jamur.

4 4.6

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis

4.6.1

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis.

C. Materi Pembelajaran

1. Ciri –ciri dan struktur tubuh jamur

2. Cara hidup dan reproduksi jamur

3. Peranan jamur Zygomycotina dan Ascomycotina

Page 163: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

146

PETA KONSEP

D. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Saintifik

Metode : Think Pair Share

Model : Kooperatif

E. Media Pembelajaran

Media Pembelajaran:

Buku paket biologi kelas X

Gambar/video mengenai macam-macam jamur dari berbagai divisi

Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota

Page 164: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

147

F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran

a. Kegiatan Awal (20 menit)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Pembukaan Membimbing siswa

untuk memberi salam

dan membaca doa

Mengisi daftar hadir

siswa (absensi)

Mengecek kesiapan

belajar siswa.

Guru menyampaikan

indikator pembelajaran

Memberi salam dan

membaca doa

Menunggu giliran

diabsen oleh guru

Mengeluarkan buku

pelajaran Biologi kelas

X SMA/MA

Mendengarkan guru

secara seksama

5 menit

Motivasi

o Guru memberi motivasi

kepada siswa dengan

menampilkan

gambar/video berbagai

spesies jamur dari 4 divisi

Zygomycota,

Ascomycota,

Basidiomycota, dan

Deuteoromycota

Memperhatikan

gambar/video yang

disajikan oleh guru

5 menit

Apersepsi

o Guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa :

“apakah yang kalian

ketahui mengenai jamur?

Guru merespon jawaban

siswa dan guru

memberikan pertanyaan

Siswa menjawab

pertanyaan dari guru dari

pengetahuan yang

dimilikinya

Salah satu siswa

menjawab pertanyaan dari

guru

10 menit

Page 165: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

148

kembali “apakah jamur

itu hanya berupa bentuk

seperti payung saja? Dan

apakah jamur juga hanya

bersifat patogen?

“Tidak bu, jamur memiliki

banyak bentuk dan ukuran

selain itu juga memiliki

banyak peranan”

b. Kegiatan Inti (100 menit)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi

Waktu Guru Peserta didik

(fase-1)

Thinking (guru

menyampaikan

pertanyaan

secara

individual)

Guru memberikan suatu

permasalahan mengenai

cara mengatasi kasus

obesitas pada anak-anak,

dan kasus penyakit

kandidiasis pada mulut

bayi.

Kemudian guru

memberikan instruksi

kepada para siswa untuk

memikirkan terlebih

dahulu jawaban masing-

masing di LKS yang telah

disediakan.

Siswa berpikir (Think)

secara mandiri melalui

pengetahuan yang

dimilikinya dibantu

dengan berbagai sumber

baik dari buku ataupun

internet sebagai media

pembelajaran untuk

memperoleh jawaban.

35 menit

(fase-2)

Pairing (setiap

siswa

mendiskusikan

hasil

pemikiran

masing-masing

o Setelah memikirkan

jawaban secara mandiri

selanjutnya guru

memberikan instruksi

untuk saling berpasangan

secara kooperatif

o Guru memberikan

Siswa melaksanakan

tahap berpasangan

(Pairing) dengan

teman sebangkunya

untuk mendiskusikan

secara bersama-sama

permasalahan atas

35 menit

Page 166: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

149

dengan

pasangan)

instruksi untuk jawaban

yang telah di dapatkan

dari hasil Think secara

mandiri selanjutnya di

diskusikan bersama

teman kelompoknya

untuk saling berdiskusi

secara bersama atas

permasalahan yang telah

diberikan oleh guru.

jawaban yang telah

diperoleh

Siswa di masing-masing

kelompok mencatat data,

menganalisis

permasalahan secara

bekerja sama.

(fase-3)

Sharing (siswa

berbagi

jawaban

dengan seluruh

kelas)

Guru meminta beberapa

kelompok untuk maju di

depan kelas dan

mempresentasikan hasil

diskusi kelompok.

Guru memilih secara acak

kelompok yang maju untuk

presentasi.

Kelompok yang terpilih

maju dan

mempresentasikan hasil

diskusi kelompok di

depan kelas.

30 menit

c. Kegiatan Akhir (15 menit)

Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Evaluasi

Guru dan siswa

mengevaluasi kinerja tiap

kelompok

Guru mempersilahkan

siswa untuk bertanya

ataupun menanggapi dari

hasil presentasi

kelompok lain.

Perwakilan kelompok

memberikan kesimpulan

hasil diskusi kelompok.

Siswa dipersilahkan

bertanya ataupun

menanggapi hasil

presentasi kelompok lain.

5 menit

Page 167: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

150

Penutup Guru memberikan

penjelasan akhir sebagai

penyempurnaan materi

dari pembelajaran hari

ini.

Guru memberikan reward

kepada kelompok yang

telah bekerja dengan baik

Guru menutup

pembelajaran dan

mengucapkan salam

Siswa memperhatikan

penjelasan akhir yang

disampaikan oleh guru

Kelompok yang terpilih

menerima reward

sebagai penghargaan

dari kerja kelompok

yang baik

Siswa menjawab salam

10 menit

G. Penilaian

Penilaian LKS (Lembar Kerja Siswa)

Bogor, 21 Februari 2017

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti

(Dra. Tutik Suryani) Firdhani Hayani

NIP. 19690315 199403 2 001 NIM. 1112016100002

Page 168: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

151

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PERTEMUAN II

(Dengan Metode Think Pair Share)

Sekolah : MAN 1 Bogor

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X / Genap

Materi Pokok : Fungi (Jamur)

Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif

dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

Page 169: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

152

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

No Kompetensi Dasar Indikator

1 1.1

Mengagumi keteraturan dan

kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

struktur dan fungsi sel, jaringan,

organ penyusun sistem dan

bioproses yang terjadi pada mahluk

hidup.

1.1.1

Mengagumi penciptaan Tuhan yang

begitu rumit dan indah mengenai

struktur sel, jaringan, dan sistem

organ pada tumbuhan.

2 2.1

Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,

jujur sesuai data dan fakta, disiplin,

tanggung jawab, dan peduli dalam

observasi dan eksperimen, berani

dan santun dalam mengajukan

pertanyaan dan berargumentasi,

peduli lingkungan, gotong royong,

bekerjasama, cinta damai,

berpendapat secara ilmiah dan kritis,

responsif dan proaktif dalam dalam

setiap tindakan dan dalam

melakukan pengamatan dan

percobaan di dalam

kelas/laboratorium maupun di luar

kelas/laboratorium.

2.1.1

Berperilaku ilmiah yang mencakup

teliti, tekun, jujur sesuai data dan

fakta, disiplin, bertanggung, peduli

dan dapat bekerjasama serta saling

menghargai.

3

3.6

Menerapkan prinsip klasifikasi

untuk menggolongkan jamur

berdasarkan ciri-ciri dan cara

reproduksi melalui pengamatan

secara teliti dan sistematis

3.6.1

Mengidentifikasi struktur tubuh dan

ciri-ciri jamur.

3.6.2

Mengidentifikasi klasifikasi jamur

Page 170: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

153

berdasarkan divisinya.

3.6.3

Menjelaskan cara hidup dan

reproduksi pada jamur.

3.6.4

Menganalisis peranan jamur bagi

kehidupan.

3.6.5

Memberikan kesimpulan

keterkaitan peranan jamur.

4 4.6

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis

4.6.1

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis.

C. Materi Pembelajaran

1. Ciri –ciri dan struktur tubuh jamur

2. Cara hidup dan reproduksi jamur

3. Peranan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota

Page 171: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

154

PETA KONSEP

D. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Saintifik

Metode : Think Pair Share

Model : Kooperatif

E. Media Pembelajaran

Media Pembelajaran:

Buku paket biologi kelas X

Gambar/video mengenai macam-macam jamur dari divisi

Basidiomycota dan Deuteromycota

Page 172: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

155

F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama (3 x 45 menit)

a. Kegiatan Awal (20 menit)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Pembukaan Membimbing siswa

untuk memberi salam

dan membaca doa

Mengisi daftar hadir

siswa (absensi)

Mengecek kesiapan

belajar siswa.

Guru menyampaikan

indikator pembelajaran

Memberi salam dan

membaca doa

Menunggu giliran

diabsen oleh guru

Mengeluarkan buku

pelajaran Biologi kelas

X SMA/MA

Mendengarkan guru

secara seksama

5 menit

Motivasi

o Guru memberi motivasi

kepada siswa dengan

menampilkan

gambar/video berbagai

spesies jamur dari 2 divisi

Basidiomycota, dan

Deuteoromycota yang

memiliki peranan

menguntungkan maupun

merugikan

Memperhatikan

gambar/video yang

disajikan oleh guru

5 menit

Apersepsi

o Guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa :

“Menurut kalian jamur

apa saja yang dapat

dijadikan bahan

Siswa menjawab

pertanyaan dari guru dari

pengetahuan yang

dimilikinya

Salah satu siswa

10 menit

Page 173: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

156

makanan?”

o “Apakah contoh jamur

yang menyebabkan

penyakit pada manusia?”

Guru merespon jawaban

siswa dan guru

memberikan pertanyaan

kembali “Apakah semua

jenis jamur itu

menguntungkan bagi

manusia?”

menjawab pertanyaan dari

guru

“Tidak bu, jamur juga

memiliki peranan yang

merugikan bagi manusia

salah satu contohnya

jamur penyebab panu”

b. Kegiatan Inti (100 menit)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi

Waktu Guru Peserta didik

(fase-1)

Thinking (guru

menyampaikan

pertanyaan

secara

individual)

Guru memberikan suatu

permasalahan penyakit

stroke dapat disembuhkan

dengan jamur dan penyakit

kulit yang disebabkan oleh

pakaian bekas.

Kemudian guru

memberikan instruksi

kepada para siswa untuk

memikirkan terlebih

dahulu jawaban masing-

masing di LKS yang telah

disediakan.

Siswa berpikir (Think)

secara mandiri melalui

pengetahuan yang

dimilikinya dibantu

dengan berbagai sumber

baik dari buku ataupun

internet sebagai media

pembelajaran untuk

memperoleh jawaban.

35 menit

Page 174: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

157

(fase-2)

Pairing (setiap

siswa

mendiskusikan

hasil

pemikiran

masing-masing

dengan

pasangan)

o Setelah memikirkan

jawaban secara mandiri

selanjutnya guru

memberikan instruksi

untuk saling berpasangan

secara kooperatif

o Guru memberikan

instruksi untuk jawaban

yang telah di dapatkan

dari hasil Think secara

mandiri selanjutnya di

diskusikan bersama

teman kelompoknya

untuk saling berdiskusi

secara bersama atas

permasalahan yang telah

diberikan oleh guru.

Siswa melaksanakan

tahap berpasangan

(Pairing) dengan

teman sebangkunya

untuk mendiskusikan

secara bersama-sama

permasalahan atas

jawaban yang telah

diperoleh

Siswa di masing-masing

kelompok mencatat data,

menganalisis

permasalahan secara

bekerja sama.

35 menit

(fase-3)

Sharing (siswa

berbagi

jawaban

dengan seluruh

kelas)

Guru meminta beberapa

kelompok untuk maju di

depan kelas dan

mempresentasikan hasil

diskusi kelompok.

Guru memilih secara acak

kelompok yang maju untuk

presentasi.

Kelompok yang terpilih

maju dan

mempresentasikan hasil

diskusi kelompok di

depan kelas.

30 menit

Page 175: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

158

c. Kegiatan Akhir (15 menit)

Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Evaluasi

Guru dan siswa

mengevaluasi kinerja tiap

kelompok

Guru mempersilahkan

siswa untuk bertanya

ataupun menanggapi dari

hasil presentasi

kelompok lain.

Perwakilan kelompok

memberikan kesimpulan

hasil diskusi kelompok.

Siswa dipersilahkan

bertanya ataupun

menanggapi hasil

presentasi kelompok lain.

5 menit

Penutup Guru memberikan

penjelasan akhir sebagai

penyempurnaan materi

dari pembelajaran hari

ini.

Guru memberikan

penghargaan kepada

kelompok berdasarkan

hasil kinerja bekerjasama

dengan baik dan

presentasi yang menarik

Guru menutup

pembelajaran dan

mengucapkan salam

Siswa memperhatikan

penjelasan akhir yang

disampaikan oleh guru

Kelompok yang terpilih

mendapatkan

penghargaan dari guru

Siswa menjawab salam

10 menit

Page 176: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

159

G. Penilaian

Penilaian LKS (Lembar Kerja Siswa)

Bogor, 28 Februari 2017

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti

(Dra. Tutik Suryani) Firdhani Hayani

NIP. 19690315 199403 2 001 NIM. 1112016100002

Page 177: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

160

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PERTEMUAN III

(Dengan Metode Think Pair Share)

Sekolah : MAN 1 Bogor

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X / Genap

Materi Pokok : Fungi (Jamur)

Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif

dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

Page 178: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

161

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

No Kompetensi Dasar Indikator

1 1.1

Mengagumi keteraturan dan

kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

struktur dan fungsi sel, jaringan,

organ penyusun sistem dan

bioproses yang terjadi pada mahluk

hidup.

1.1.1

Mengagumi penciptaan Tuhan yang

begitu rumit dan indah mengenai

struktur sel, jaringan, dan sistem

organ pada tumbuhan.

2 2.1

Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,

jujur sesuai data dan fakta, disiplin,

tanggung jawab, dan peduli dalam

observasi dan eksperimen, berani

dan santun dalam mengajukan

pertanyaan dan berargumentasi,

peduli lingkungan, gotong royong,

bekerjasama, cinta damai,

berpendapat secara ilmiah dan kritis,

responsif dan proaktif dalam dalam

setiap tindakan dan dalam

melakukan pengamatan dan

percobaan di dalam

kelas/laboratorium maupun di luar

kelas/laboratorium.

2.1.1

Berperilaku ilmiah yang mencakup

teliti, tekun, jujur sesuai data dan

fakta, disiplin, bertanggung, peduli

dan dapat bekerjasama serta saling

menghargai.

3

3.6

Menerapkan prinsip klasifikasi

untuk menggolongkan jamur

berdasarkan ciri-ciri dan cara

reproduksi melalui pengamatan

secara teliti dan sistematis

3.6.1

Mengidentifikasi struktur tubuh dan

ciri-ciri jamur.

3.6.2

Mengidentifikasi klasifikasi jamur

Page 179: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

162

berdasarkan divisinya.

3.6.3

Menjelaskan cara hidup dan

reproduksi pada jamur.

3.6.4

Menganalisis peranan jamur bagi

kehidupan.

3.6.5

Memberikan kesimpulan

keterkaitan peranan jamur.

4 4.6

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis

4.6.1

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis.

C. Materi Pembelajaran

1. Ciri –ciri dan struktur tubuh liken dan mikoriza

2. Cara hidup dan reproduksi liken dan mikoriza

3. Simbiosis liken dan mikoriza serta manfaatnya bagi lingkungan

Page 180: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

163

PETA KONSEP

D. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Saintifik

Metode : Think Pair Share

Model : Kooperatif

E. Media Pembelajaran

Media Pembelajaran:

Buku paket biologi kelas X

Gambar/video mengenai liken dan mikoriza

Page 181: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

164

F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama (3 x 45 menit)

a. Kegiatan Awal (20 menit)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Pembukaan Membimbing siswa

untuk memberi salam

dan membaca doa

Mengisi daftar hadir

siswa (absensi)

Mengecek kesiapan

belajar siswa.

Guru menyampaikan

indikator pembelajaran

Memberi salam dan

membaca doa

Menunggu giliran

diabsen oleh guru

Mengeluarkan buku

pelajaran Biologi kelas

X SMA/MA

Mendengarkan guru

secara seksama

5 menit

Motivasi

o Guru memberi motivasi

kepada siswa dengan

menampilkan

gambar/video mengenai

liken dan mikoriza

Memperhatikan

gambar/video yang

disajikan oleh guru

5 menit

Apersepsi

o Guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa :

“Apakah kalian pernah

melihat liken ataupun

mikoriza disekitarmu?

Seperti apakah itu

bentuknya? Apakah liken

dan mikoriza termasuk ke

dalam jenis-jenis jamur?”

Guru merespon jawaban

Siswa menjawab

pertanyaan dari guru dari

pengetahuan yang

dimilikinya

Salah satu siswa

menjawab pertanyaan dari

guru

“Liken berfungsi sebagai

10 menit

Page 182: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

165

siswa dan guru

memberikan pertanyaan

kembali “Lalu, apakah

manfaat liken ataupun

mikoriza bagi lingkungan

sekitar?”

indikator pencemaran

udara sedangkan mikoriza

berfungsi untuk menyerap

unsur hara di dalam tanah

karena jamur di akar

tumbuhan”.

b. Kegiatan Inti (100 menit)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi

Waktu Guru Peserta didik

(fase-1)

Thinking (guru

menyampaikan

pertanyaan

secara

individual)

Guru memberikan suatu

permasalahan mengenai

kebakaran hutan dan kasus

kekeringan yang dialami

tanaman pada musim

kemarau

Kemudian guru

memberikan instruksi

kepada para siswa untuk

memikirkan terlebih

dahulu jawaban masing-

masing di LKS yang telah

disediakan.

Siswa berpikir (Think)

secara mandiri melalui

pengetahuan yang

dimilikinya dibantu

dengan berbagai sumber

baik dari buku ataupun

internet sebagai media

pembelajaran untuk

memperoleh jawaban.

35 menit

(fase-2)

Pairing (setiap

siswa

mendiskusikan

hasil

pemikiran

masing-masing

o Setelah memikirkan

jawaban secara mandiri

selanjutnya guru

memberikan instruksi

untuk saling berpasangan

secara kooperatif

o Guru memberikan

Siswa melaksanakan

tahap berpasangan

(Pairing) dengan

teman sebangkunya

untuk mendiskusikan

secara bersama-sama

permasalahan atas

35 menit

Page 183: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

166

dengan

pasangan)

instruksi untuk jawaban

yang telah di dapatkan

dari hasil Think secara

mandiri selanjutnya di

diskusikan bersama

teman kelompoknya

untuk saling berdiskusi

secara bersama atas

permasalahan yang telah

diberikan oleh guru.

jawaban yang telah

diperoleh

Siswa di masing-masing

kelompok mencatat data,

menganalisis

permasalahan secara

bekerja sama.

(fase-3)

Sharing (siswa

berbagi

jawaban

dengan seluruh

kelas)

Guru meminta beberapa

kelompok untuk maju di

depan kelas dan

mempresentasikan hasil

diskusi kelompok.

Guru memilih secara acak

kelompok yang maju untuk

presentasi.

Kelompok yang terpilih

maju dan

mempresentasikan hasil

diskusi kelompok di

depan kelas.

30 menit

c. Kegiatan Akhir (15 menit)

Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Penutup

Guru dan siswa

mengevaluasi kinerja tiap

kelompok

Guru mempersilahkan

siswa untuk bertanya

ataupun menanggapi dari

hasil presentasi

kelompok lain.

Perwakilan kelompok

memberikan kesimpulan

hasil diskusi kelompok.

Siswa dipersilahkan

bertanya ataupun

menanggapi hasil

presentasi kelompok lain.

5 menit

Page 184: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

167

Penutup Guru memberikan

penjelasan akhir sebagai

penyempurnaan materi

dari pembelajaran hari

ini.

Guru memberikan

penghargaan kepada

kelompok berdasarkan

hasil kinerja bekerjasama

dengan baik dan

presentasi yang menarik

Guru menutup

pembelajaran dan

mengucapkan salam

Siswa memperhatikan

penjelasan akhir yang

disampaikan oleh guru

Kelompok yang terpilih

mendapatkan

penghargaan dari guru

Siswa menjawab salam

10 menit

G. Penilaian

Penilaian LKS (Lembar Kerja Siswa)

Bogor, 7 Maret 2017

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti

(Dra. Tutik Suryani) Firdhani Hayani

NIP. 19690315 199403 2 001 NIM. 1112016100002

Page 185: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

168

Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PERTEMUAN I

(Dengan Metode Group Investigation)

Sekolah : MAN 1 Bogor

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X / Genap

Materi Pokok : Fungi (Jamur)

Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif

dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

Page 186: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

169

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

No Kompetensi Dasar Indikator

1 1.1

Mengagumi keteraturan dan

kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

struktur dan fungsi sel, jaringan,

organ penyusun sistem dan

bioproses yang terjadi pada mahluk

hidup.

1.1.1

Mengagumi penciptaan Tuhan yang

begitu rumit dan indah mengenai

struktur sel, jaringan, dan sistem

organ pada tumbuhan.

2 2.1

Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,

jujur sesuai data dan fakta, disiplin,

tanggung jawab, dan peduli dalam

observasi dan eksperimen, berani

dan santun dalam mengajukan

pertanyaan dan berargumentasi,

peduli lingkungan, gotong royong,

bekerjasama, cinta damai,

berpendapat secara ilmiah dan kritis,

responsif dan proaktif dalam dalam

setiap tindakan dan dalam

melakukan pengamatan dan

percobaan di dalam

kelas/laboratorium maupun di luar

kelas/laboratorium.

2.1.1

Berperilaku ilmiah yang mencakup

teliti, tekun, jujur sesuai data dan

fakta, disiplin, bertanggung, peduli

dan dapat bekerjasama serta saling

menghargai.

3

3.6

Menerapkan prinsip klasifikasi

untuk menggolongkan jamur

berdasarkan ciri-ciri dan cara

reproduksi melalui pengamatan

secara teliti dan sistematis

3.6.1

Mengidentifikasi struktur tubuh dan

ciri-ciri jamur.

3.6.2

Mengidentifikasi klasifikasi jamur

berdasarkan divisinya.

Page 187: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

170

3.6.3

Menjelaskan cara hidup dan

reproduksi pada jamur.

3.6.4

Menganalisis peranan jamur bagi

kehidupan.

3.6.5

Memberikan kesimpulan

keterkaitan peranan jamur.

4 4.6

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis

4.6.1

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis.

C. Materi Pembelajaran

1. Ciri –ciri dan struktur tubuh jamur

2. Cara hidup dan reproduksi jamur

3. Peranan jamur Zygomycotina dan Ascomycotina

Page 188: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

171

PETA KONSEP

D. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Saintifik

Metode : Group Investigation

Model : Kooperatif

E. Media Pembelajaran

Media Pembelajaran:

Buku paket biologi kelas X

Gambar/video mengenai macam-macam jamur dari berbagai divisi

Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota

Page 189: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

172

F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama (3 x 45 menit)

a. Kegiatan Awal (10 menit)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Pembukaan Membimbing siswa

untuk memberi salam

dan membaca doa

Mengisi daftar hadir

siswa (absensi)

Mengecek kesiapan

belajar siswa.

Guru menyampaikan

indikator pembelajaran

Memberi salam dan

membaca doa

Menunggu giliran

diabsen oleh guru

Mengeluarkan buku

pelajaran Biologi kelas

X SMA/MA

Mendengarkan guru

secara seksama

3 menit

Motivasi

o Guru memberi motivasi

kepada siswa dengan

menampilkan

gambar/video berbagai

spesies jamur dari 4 divisi

Zygomycota,

Ascomycota,

Basidiomycota, dan

Deuteoromycota untuk

siswa lebih mengenal

berbagai divisi jamur

Memperhatikan

gambar/video yang

disajikan oleh guru

2 menit

Apersepsi

o Guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa :

“apakah yang kalian

ketahui mengenai jamur?

Siswa menjawab

pertanyaan dari guru dari

pengetahuan yang

dimilikinya

5 menit

Page 190: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

173

Guru merespon jawaban

siswa dan guru

memberikan pertanyaan

kembali “apakah jamur

itu hanya berupa bentuk

seperti payung saja? Dan

apakah jamur juga hanya

bersifat patogen?

Salah satu siswa

menjawab pertanyaan dari

guru

“Tidak bu, jamur memiliki

banyak bentuk dan ukuran

selain itu juga memiliki

banyak peranan”

b. Kegiatan Inti (110 menit)

Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

(Langkah 1)

Seleksi topik

Guru mengkoordinasi

siswa membentuk

kelompok-kelompok yang

masing-masing berisi 4-5

siswa.

Guru membagikan LIK

kepada masing-masing

kelompok.

Guru meminta kepada

seluruh kelompok untuk

memperhatikan gambar dan

artikel yang terdapat di

dalam LIK dan memberikan

instruksi kepada setiap

kelompok untuk memilih

sub topik dari yang telah

disediakan.

Siswa dibagi menjadi 8

kelompok yang masing-

masing

beranggotakan 4-5 orang

yang heterogen

Siswa menerima LIK

yang diberikan oleh guru

Siswa memperhatikan

dan membaca wacana

yang terdapat di dalam

LIK kemudian

menentukan topik yang

akan dipilih

10 menit

Page 191: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

174

(Langkah 2)

Perencanaan

investigasi

Guru meminta kepada

seluruh kelompok untuk

saling membantu dan

berkontribusi di dalam

kelompok untuk

melaksanakan perencanaan

investigasi dari topik yang

dipilih.

Siswa di dalam

kelompok saling

berkontribusi untuk

merencanakan prosedur

belajar apa yang akan

dilakukan untuk proses

penyelidikan kelompok

10 menit

(Langkah 3)

Implementasi

(melaksana-

kan

investigaasi)

Guru membimbing siswa

dalam mempersiapkan

prosedur belajar yang telah

dipilih dan melaksanakan

proses penyelidikan

Guru mengawasi kinerja

siswa di dalam melakukan

kegiatan penyelidikan

kelompok

Siswa mempersiapkan

prosedur belajar yang

telah dipilih dalam

mendapatkan informasi

dari proses penyelidikan

kelompok

Siswa melakukan

penyelidikan informasi

dengan prosedur belajar

khusus terhadap topik

yang telah dipilih

40 menit

(Langkah 4)

Analisis dan

Sintesis

Guru membimbing siswa

dalam proses investigasi

dan memberikan bantuan

jika diperlukan

Para siswa bersama

kelompoknya

mensintesis topik dari

yang telah ditentukan

dan merencanakan untuk

penampilan presentasi

yang menarik di depan

kelas

25 menit

Page 192: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

175

(Langkah 5)

Penyajian

Hasil Akhir

(Komunikasi)

Guru meminta setiap

kelompok untuk

mempresentasikan hasil

investigasi

Masing-masing kempok

maju dan

mempresentasikan hasil

investigasi kelompok

15 menit

(Langkah 6)

Evaluasi

Guru dan siswa

mengevaluasi kinerja tiap

kelompok

Guru mempersilahkan

siswa untuk bertanya

ataupun menanggapi dari

hasil presentasi kelompok

lain.

Memberikan kesimpulan

hasil diskusi kelompok.

Siswa dipersilahkan

bertanya ataupun

menanggapi hasil

presentasi kelompok lain.

10 menit

c. Kegiatan Akhir (15 menit)

Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Penutup Guru memberikan

penjelasan akhir sebagai

penyempurnaan materi

dari pembelajaran hari ini.

Guru memberikan intruksi

untuk investigasi pada

pertemuan selanjutnya

yaitu mencari sampel

jamur dari divisi

Basidiomycota yang dapat

dimanfaatkan sebagai

bahan makanan dan

sampel jamur apa saja

yang dibawa dari

Siswa memperhatikan

penjelasan akhir yang

disampaikan oleh guru

Siswa mendengarkan

dengan seksama intruksi

dari guru untuk mencari

jenis jamur dari divisi

Basidiomycota yang

dapat dimanfaatkan

sebagai bahan makanan

dan membawa sampel

jamur untuk pertemuan

selanjutnya dan

15 menit

Page 193: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

176

lingkungan sekitar untuk

dibawa sampel tersebut ke

dalam kelas sedangkan

dari divisi Deuteromycota

guru memberikan intruksi

untuk mencari informasi

apa saja contoh-contoh

penyakit yang disebabkan

oleh jamur untuk proses

investigasi lanjutan.

Guru menutup

pembelajaran dan

mengucapkan salam

informasi mengenai

berbagai jenis penyakit

yang disebabkan oleh

jamur dari divisi

Deuteromycota

Siswa menjawab salam

G. Penilaian

Penilaian LIK (Lembar Investigasi Kelompok)

Bogor, 23 Februari 2017

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti

(Dra. Umi Salamah) Firdhani Hayani

NIP. 19640701 199403 2 001 NIM. 1112016100002

Page 194: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

177

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PERTEMUAN II

(Dengan Metode Group Investigation)

Sekolah : MAN 1 Bogor

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X / Genap

Materi Pokok : Fungi (Jamur)

Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif

dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

Page 195: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

178

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

No Kompetensi Dasar Indikator

1 1.1

Mengagumi keteraturan dan

kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

struktur dan fungsi sel, jaringan,

organ penyusun sistem dan

bioproses yang terjadi pada mahluk

hidup.

1.1.1

Mengagumi penciptaan Tuhan yang

begitu rumit dan indah mengenai

struktur sel, jaringan, dan sistem

organ pada tumbuhan.

2 2.1

Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,

jujur sesuai data dan fakta, disiplin,

tanggung jawab, dan peduli dalam

observasi dan eksperimen, berani

dan santun dalam mengajukan

pertanyaan dan berargumentasi,

peduli lingkungan, gotong royong,

bekerjasama, cinta damai,

berpendapat secara ilmiah dan kritis,

responsif dan proaktif dalam dalam

setiap tindakan dan dalam

melakukan pengamatan dan

percobaan di dalam

kelas/laboratorium maupun di luar

kelas/laboratorium.

2.1.1

Berperilaku ilmiah yang mencakup

teliti, tekun, jujur sesuai data dan

fakta, disiplin, bertanggung, peduli

dan dapat bekerjasama serta saling

menghargai.

3

3.6

Menerapkan prinsip klasifikasi

untuk menggolongkan jamur

berdasarkan ciri-ciri dan cara

reproduksi melalui pengamatan

secara teliti dan sistematis

3.6.1

Mengidentifikasi struktur tubuh dan

ciri-ciri jamur.

3.6.2

Mengidentifikasi klasifikasi jamur

berdasarkan divisinya.

Page 196: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

179

3.6.3

Menjelaskan cara hidup dan

reproduksi pada jamur.

3.6.4

Menganalisis peranan jamur bagi

kehidupan.

3.6.5

Memberikan kesimpulan

keterkaitan peranan jamur.

4 4.6

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis

4.6.1

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis.

C. Materi Pembelajaran

1. Ciri –ciri dan struktur tubuh jamur

2. Cara hidup dan reproduksi jamur

3. Peranan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota

Page 197: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

180

PETA KONSEP

D. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Saintifik

Metode : Group Investigation

Model : Kooperatif

E. Media Pembelajaran

Media Pembelajaran:

Buku paket biologi kelas X

Gambar/video mengenai jamur dari divisi Basidiomycota dan

Deuteormycota

Page 198: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

181

F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Kedua (3 x 45 menit)

a. Kegiatan Awal (10 menit)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Pembukaan Membimbing siswa

untuk memberi salam

dan membaca doa

Mengisi daftar hadir

siswa (absensi)

Mengecek kesiapan

belajar siswa.

Guru menyampaikan

indikator pembelajaran

Memberi salam dan

membaca doa

Menunggu giliran

diabsen oleh guru

Mengeluarkan buku

pelajaran Biologi kelas

X SMA/MA

Mendengarkan guru

secara seksama

3 menit

Motivasi

o Guru memberi motivasi

kepada siswa dengan

menampilkan

gambar/video berbagai

spesies jamur dari divisi

Basidiomycota dan

Deuteromycota

Memperhatikan

gambar/video yang

disajikan oleh guru

2 menit

Apersepsi

o Guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa :

“Menurut kalian jamur

apa saja yang dapat

dijadikan bahan

makanan?”

o “Apakah contoh jamur

yang menyebabkan

Siswa menjawab

pertanyaan dari guru dari

pengetahuan yang

dimilikinya

Salah satu siswa

menjawab pertanyaan dari

5 menit

Page 199: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

182

penyakit pada manusia?”

Guru merespon jawaban

siswa dan guru

memberikan pertanyaan

kembali “apakah semua

jenis jamur itu

menguntungkan bagi

manusia?”

guru

“Tidak bu, jamur juga

memiliki peranan yang

merugikan bagi manusia

salah satu contohnya

jamur penyebab panu”

b. Kegiatan Inti (110 menit)

Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

(Langkah 1)

Seleksi topik

Guru mengkoordinasi

siswa membentuk

kelompok-kelompok yang

masing-masing berisi 4-5

siswa.

Guru membagikan LIK

kepada masing-masing

kelompok.

Guru meminta kepada

seluruh kelompok untuk

menunjukkan sampel jamur

dari divisi Basidiomycota

yang dapat dijadikan bahan

makanan dan sampel jamur

yang ditemui dari

lingkungan sekitar yang

telah di instruksikan pada

pertemuan sebelumnya di

Siswa dibagi menjadi 8

kelompok yang masing-

masing

beranggotakan 4-5

orang yang heterogen

Siswa menerima LIK

yang diberikan oleh

guru

Seluruh kelompok

meletakkan sampel

jamur di atas meja

masing-masing dan

membaca wacana yang

terdapat di dalam LIK

kemudian menentukan

topik yang akan dipilih

untuk proses investigasi.

10 menit

Page 200: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

183

meja masing-masing

kemudian guru memberikan

instruksi kepada siswa untuk

membaca wacana yang

terdapat di dalam LIK.

(Langkah 2)

Perencanaan

investigasi

Guru meminta kepada

seluruh kelompok untuk

saling membantu dan

berkontribusi di dalam

kelompok untuk

melaksanakan perencanaan

investigasi dari topik yang

dipilih.

Siswa di dalam

kelompok saling

berkontribusi untuk

merencanakan prosedur

belajar apa yang akan

dilakukan untuk proses

penyelidikan kelompok

10 menit

(Langkah 3)

Implementasi

(melaksana-

kan

investigaasi)

Guru membimbing siswa

dalam mempersiapkan

prosedur belajar yang telah

dipilih dan melaksanakan

proses penyelidikan

Guru mengawasi kinerja

siswa di dalam melakukan

kegiatan penyelidikan

kelompok

Siswa mempersiapkan

prosedur belajar yang

telah dipilih dalam

mendapatkan informasi

dari proses penyelidikan

kelompok

Siswa melakukan

penyelidikan informasi

dengan prosedur belajar

khusus terhadap topik

yang telah dipilih

40 menit

Page 201: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

184

(Langkah 4)

Analisis dan

Sintesis

Guru membimbing siswa

dalam proses investigasi

dan memberikan bantuan

jika diperlukan

Para siswa bersama

kelompoknya

mensintesis topik dari

yang telah ditentukan

dan merencanakan untuk

penampilan presentasi

yang menarik di depan

kelas

25 menit

(Langkah 5)

Penyajian

Hasil Akhir

(Komunikasi)

Guru meminta setiap

kelompok untuk

mempresentasikan hasil

investigasi

Masing-masing kempok

maju dan

mempresentasikan hasil

investigasi kelompok

15 menit

(Langkah 6)

Evaluasi

Guru dan siswa

mengevaluasi kinerja tiap

kelompok

Guru mempersilahkan

siswa untuk bertanya

ataupun menanggapi dari

hasil presentasi kelompok

lain.

Memberikan kesimpulan

hasil diskusi kelompok.

Siswa dipersilahkan

bertanya ataupun

menanggapi hasil

presentasi kelompok lain.

10 menit

c. Kegiatan Akhir (15 menit)

Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Penutup Guru memberikan

penjelasan akhir sebagai

penyempurnaan materi

dari pembelajaran hari ini.

Guru memberikan

Siswa memperhatikan

penjelasan akhir akhir

yang disampaikan oleh

guru

Siswa menyimak

15 menit

Page 202: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

185

instruksi investigasi pada

pertemuan selanjutnya

yaitu mencari informasi

mengenai liken dan

mikoriza melalui internet.

Kemudian menganalisis

informasi tersebut serta

diberi instruksi untuk

membawa sampel

mikoriza dan liken di

lingkungan sekitar (jika

ada) untuk proses

investigasi pada

pertemuan selanjutnya.

Guru menutup

pembelajaran dan

mengucapkan salam.

dengan baik instruksi

yang telah diberikan

oleh guru.

Siswa menjawab salam

G. Penilaian

Penilaian LIK (Lembar Investigasi Kelompok)

Bogor, 2 Maret 2017

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti

(Dra. Umi Salamah) Firdhani Hayani

NIP. 19640701 199403 2 001 NIM. 1112016100002

Page 203: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

186

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PERTEMUAN III

(Dengan Metode Group Investigation)

Sekolah : MAN 1 Bogor

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X / Genap

Materi Pokok : Fungi (Jamur)

Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)

A. Kompetensi Inti (KI)

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,

peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif

dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas

berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak

(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang/teori.

Page 204: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

187

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

No Kompetensi Dasar Indikator

1 1.1

Mengagumi keteraturan dan

kompleksitas ciptaan Tuhan tentang

struktur dan fungsi sel, jaringan,

organ penyusun sistem dan

bioproses yang terjadi pada mahluk

hidup.

1.1.1

Mengagumi penciptaan Tuhan yang

begitu rumit dan indah mengenai

struktur sel, jaringan, dan sistem

organ pada tumbuhan.

2 2.1

Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,

jujur sesuai data dan fakta, disiplin,

tanggung jawab, dan peduli dalam

observasi dan eksperimen, berani

dan santun dalam mengajukan

pertanyaan dan berargumentasi,

peduli lingkungan, gotong royong,

bekerjasama, cinta damai,

berpendapat secara ilmiah dan kritis,

responsif dan proaktif dalam dalam

setiap tindakan dan dalam

melakukan pengamatan dan

percobaan di dalam

kelas/laboratorium maupun di luar

kelas/laboratorium.

2.1.1

Berperilaku ilmiah yang mencakup

teliti, tekun, jujur sesuai data dan

fakta, disiplin, bertanggung, peduli

dan dapat bekerjasama serta saling

menghargai.

3

3.6

Menerapkan prinsip klasifikasi

untuk menggolongkan jamur

berdasarkan ciri-ciri dan cara

reproduksi melalui pengamatan

secara teliti dan sistematis

3.6.1

Mengidentifikasi struktur tubuh dan

ciri-ciri jamur.

3.6.2

Mengidentifikasi klasifikasi jamur

berdasarkan divisinya.

Page 205: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

188

3.6.3

Menjelaskan cara hidup dan

reproduksi pada jamur.

3.6.4

Menganalisis peranan jamur bagi

kehidupan.

3.6.5

Memberikan kesimpulan

keterkaitan peranan jamur.

4 4.6

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis

4.6.1

Menyajikan data hasil pengamatan

ciri-ciri dan peran jamur dalam

kehidupan dan lingkungan dalam

bentuk laporan tertulis.

C. Materi Pembelajaran

1. Ciri –ciri dan struktur tubuh liken dan mikoriza

2. Cara hidup dan reproduksi liken dan mikoriza

3. Simbiosis liken dan mikoriza serta manfaatnya bagi lingkungan

Page 206: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

189

PETA KONSEP

D. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Saintifik

Metode : Group Investigation

Model : Kooperatif

E. Media Pembelajaran

Media Pembelajaran:

Buku paket biologi kelas X

Video mengenai liken dan mikoriza

Page 207: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

190

F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Ketiga (3 x 45 menit)

a. Kegiatan Awal (10 menit)

Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Pembukaan Membimbing siswa

untuk memberi salam

dan membaca doa

Mengisi daftar hadir

siswa (absensi)

Mengecek kesiapan

belajar siswa.

Guru menyampaikan

indikator pembelajaran

Memberi salam dan

membaca doa

Menunggu giliran

diabsen oleh guru

Mengeluarkan buku

pelajaran Biologi kelas

X SMA/MA

Mendengarkan guru

secara seksama

3 menit

Motivasi

o Guru memberi motivasi

kepada siswa dengan

menampilkan

gambar/video spesies

liken dan mikoriza

Memperhatikan

gambar/video yang

disajikan oleh guru

2 menit

Apersepsi

o Guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa :

“Apakah kalian pernah

melihat liken ataupun

mikoriza disekitarmu?

Seperti apakah itu

bentuknya? Apakah liken

dan mikoriza termasuk ke

dalam jenis-jenis jamur?”

Guru merespon jawaban

Siswa menjawab

pertanyaan dari guru dari

pengetahuan yang

dimilikinya

Salah satu siswa

menjawab pertanyaan dari

guru

“Liken berfungsi sebagai

5 menit

Page 208: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

191

siswa dan guru

memberikan pertanyaan

kembali “Lalu, apakah

manfaat liken ataupun

mikoriza bagi lingkungan

sekitar?”

indikator pencemaran

udara sedangkan mikoriza

berfungsi untuk menyerap

unsur hara di dalam tanah

karena adanya jamur di

akar tumbuhan”.

b. Kegiatan Inti (110 menit)

Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

(Langkah 1)

Seleksi topik

Guru mengkoordinasi

siswa membentuk

kelompok-kelompok

yang masing-masing

berisi 4-5 siswa.

Guru membagikan LIK

kepada masing-masing

kelompok.

Guru meminta kepada

seluruh kelompok untuk

menunjukkan hasil

pencarian informasi

mengenai liken dan

mikoriza yang telah di

intruksikan pada pertemuan

sebelumnya serta sampel

liken dan mikoriza jika

siswa menemukannya.

Memberikan instruksi

kepada siswa untuk

Siswa dibagi menjadi 8

kelompok yang masing-

masing

beranggotakan 4-5

orang yang heterogen

Siswa menerima LIK

yang diberikan oleh

guru

Seluruh kelompok

meletakkan sampel liken

dan mikoriza (jika ada)

di atas meja masing-

masing dan informasi

yang diperoleh dari hasil

pencarian mengenai

liken dan mikoriza serta

membaca wacana yang

terdapat di dalam LIK

kemudian menentukan

topik yang akan dipilih

10 menit

Page 209: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

192

membaca wacana yang

terdapat di dalam LIK.

untuk proses investigasi.

(Langkah 2)

Perencanaan

investigasi

Guru meminta kepada

seluruh kelompok untuk

saling membantu dan

berkontribusi di dalam

kelompok untuk

melaksanakan perencanaan

investigasi dari topik yang

dipilih.

Siswa di dalam

kelompok saling

berkontribusi untuk

merencanakan prosedur

belajar apa yang akan

dilakukan untuk proses

penyelidikan kelompok

10 menit

(Langkah 3)

Implementasi

(melaksana-

kan

investigaasi)

Guru membimbing siswa

dalam mempersiapkan

prosedur belajar yang telah

dipilih dan melaksanakan

proses penyelidikan

Guru mengawasi kinerja

siswa di dalam melakukan

kegiatan penyelidikan

kelompok

Siswa mempersiapkan

prosedur belajar yang

telah dipilih dalam

mendapatkan informasi

dari proses penyelidikan

kelompok

Siswa melakukan

penyelidikan informasi

dengan prosedur belajar

khusus terhadap topik

yang telah dipilih

40 menit

Page 210: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

193

(Langkah 4)

Analisis dan

Sintesis

Guru membimbing siswa

dalam proses investigasi

dan memberikan bantuan

jika diperlukan

Para siswa bersama

kelompoknya

mensintesis topik dari

yang telah ditentukan

dan merencanakan untuk

penampilan presentasi

yang menarik di depan

kelas

25 menit

(Langkah 5)

Penyajian

Hasil Akhir

(Komunikasi)

Guru meminta setiap

kelompok untuk

mempresentasikan hasil

investigasi

Masing-masing kempok

maju dan

mempresentasikan hasil

investigasi kelompok

15 menit

(Langkah 6)

Evaluasi

Guru dan siswa

mengevaluasi kinerja tiap

kelompok

Guru mempersilahkan

siswa untuk bertanya

ataupun menanggapi dari

hasil presentasi

kelompok lain.

Memberikan kesimpulan

hasil diskusi kelompok.

Siswa dipersilahkan

bertanya ataupun

menanggapi hasil

presentasi kelompok lain.

10 menit

c. Kegiatan Akhir (15 menit)

Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi

waktu Guru Peserta didik

Penutup Guru memberikan

penjelasan akhir sebagai

penyempurnaan materi

Siswa memperhatikan

penjelasan akhir akhir

yang disampaikan oleh

10 menit

Page 211: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

194

dari pembelajaran hari ini.

Guru memberikan

penghargaan kepada

kelompok berdasarkan

hasil kinerja bekerjasama

dengan baik dan

presentasi yang menarik

Guru menutup

pembelajaran dan

mengucapkan salam.

guru

Kelompok yang terpilih

mendapatkan

penghargaan dari guru

Siswa menjawab salam

G. Penilaian

Penilaian LIK (Lembar Investigasi Kelompok)

Bogor, 9 Maret 2017

Mengetahui,

Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti

(Dra. Umi Salamah) Firdhani Hayani

NIP. 19640701 199403 2 001 NIM. 1112016100002

Page 212: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

195

Lampiran 7

LEMBAR KERJA SISWA

Bagian I

Bacalah artikel di bawah ini dengan seksama dan ikutilah fase-fase dalam

pembelajaran ini!

Kasus Obesitas Pada Anak-anak

Sosok Arya Permana sedang mendunia. Bocah berusia 10 tahun asal Desa

Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang itu disebut media-

media asing sebagai "The Biggest kid in the world". Arya memang mengalami

obesitas ekstrem. Idealnya anak seusia Arya memiliki berat badan kurang lebih 50

kg, Tetapi berat Arya saat malah mencapai 192 kg. Kasus Arya adalah gambaran

Kompetensi Dasar:

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri

dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Tujuan:

1. Menganalisis contoh dari peranan jamur yang termasuk ke dalam divisi Zygomycota

dan Ascomycota

2. Menganalisis suatu permasalahan mengenai struktur tubuh dan ciri, reproduksi, cara

hidup dan peranan pada jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota

1

Page 213: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

196

obesitas terjadi akut pada anak-anak Indonesia. Berdasarkan data dari World

Health Organization (WHO) pada 2013, persentase obesitas anak di Indonesia

merupakan yang tertinggi di ASEAN. Hampir 12 persen anak Indonesia

mengalami obesitas. Jika dirinci lagi, dari 17 juta anak yang mengalami obesitas

di ASEAN, hampir 7 jutanya berasal dari Indonesia. Angka ini hanya mencakup

balita. Jika ditambah lagi dengan kisaran anak-anak berumur 5-10 tahun,

angkanya mungkin semakin bertambah.

Sumber: https://tirto.id/obesitas-mengancam-anak-indonesia-bsWA

Kasus Kandidiasis Pada Mulut Bayi “Oral Thrush”

Oral thrush atau disebut juga dengan kandidiasis adalah suatu kondisi di

mana jamur tertentu terakumulasi pada lapisan mulut. Jamur ini menyebabkan lesi

putih krem, Biasanya di lidah atau pipi bagian dalam. Lesi dapat bersifat

menyakitkan dan menimbulkan sedikit darah ketika disentuh. Kadang jamur dapat

menyebar ke langit-langit mulut, gusi, amandel, atau bagian belakang

tenggorokan. Meskipun oral thrush dapat menyerang siapa saja, hal ini lebih

mungkin terjadi pada bayi, orang-orang yang memakai gigi palsu, pengguna

kortikosteroid inhalasi, atau orang yang pernah memiliki gangguan pada

kekebalan tubuh. Selain lesi mulut berwarna putih, bayi mungkin akan memiliki

kesulitan makan atau menjadi rewel dan mudah marah. Mereka dapat menularkan

2

Page 214: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

197

penyakit mereka kepada ibu mereka selama masa menyusui. Infeksi kemudian

dapat bolak-balik antara payudara ibu dan mulut bayi.

Pada umumnya kandidiasis disebabkan oleh jamur yang ditularkan melalui

vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi

melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak

benar. kandidiasis pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur tersebut

bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna

antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat

menimbulkan infeksi berupa kandidiasis dan diare. Sehingga apabila penggunaan

antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau

kandiasis yang menetap.

Sumber: http://www.dokterdigital.com/id/penyakit/191_oral-thrush.html

Oleh karenanya, untuk mengatasi permasalahan dari kedua kasus tersebut

diperlukannya suatu solusi untuk mencegah ataupun mengobati penyakit tersebut.

Telah diketahui bahwa salah satu solusinya adalah dengan makanan alternatif

yang mengandung jamur seperti pada tempe dan oncom sebagai alternatif diet

enzim. Sumber: http://smartdetoxid.com/diet-keajaiban-enzim/

Fase 1 : Thinking (Berpikir)

Jawablah pertanyaan dibawah ini yang berhubungan dengan jamur, dan pikirkanlah

terlebih dahulu jawabanmu secara individu!

Pertanyaan :

1. Apakah yang menyebabkan dari kasus obesitas pada anak-anak?

2. Bagaimanakah cara mengatasi obesitas tersebut?

3. Berikanlah solusimu mengenai obesitas bagi anak-anak!

4. Apakah penyakit kandidiasis itu? Apakah faktor penyebabnya?

5. Bagaimanakah cara mengobati penyakit tersebut?

6. Berikanlah solusimu mengenai penyakit kandidiasis tersebut!

7. Apakah diet enzim itu?

8. Apakah benar dengan adanya diet enzim dapat mengatasi kedua kasus tersebut? Jelaskanlah!

9. Mengapa pada artikel menyebutkan bahwa tempe dan oncom dapat dijadikan solusi sebagai diet

enzim? Berikanlah alasanmu!

10. Bagaimanakah kesimpulan yang dapat kamu berikan dari kedua kasus tersebut?

Page 215: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

198

Jawaban Sendiri :

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Page 216: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

199

Jawaban Pasangan (Teman Sebangku):

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Page 217: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

200

Fase 2 : Pairing (Berpasangan)

1. Setelah memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan, maka

berpasanganlah dengan teman sebangkumu!

2. Diskusikanlah secara bersama mengenai permasalahan yang telah diberikan dan

buatlah kesimpulan berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan secara berpasangan!

Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya

yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (divisi Zygomycota dan Ascomycota)?

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

Page 218: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

201

Daftar Pustaka:

……………………………………………………………………………………

Fase 3 : Share (Berbagi)

Buatlah laporan dari hasil proses diskusi kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian

pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!

1

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

Page 219: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

202

LEMBAR KERJA SISWA

Bagian 2

Bacalah artikel di bawah ini dengan seksama dan ikutilah fase-fase dalam

pembelajaran ini!

Kasus Pakaian Bekas Penyebab Panu (Artikel Masalah)

Kementerian Perdagangan melarang penjualan pakaian bekas impor

karena berdasarkan uji laboratorium, pakaian itu mengandung banyak bakteri

yang berbahaya bagi kesehatan. Kementerian Perdagangan mengaku menemukan

216.000 koloni bakteri per gram dalam celana impor bekas. Temuan itu

berdasarkan uji laboratorium terhadap celana impor yang diduga terkena bekas

menstruasi. Hasil uji tersebut diketahui dengan mengambil sampel 25 baju dan

celana bekas impor dari Pasar Senen, Jakarta. Pakaian bekas yang tidak dicuci

Kompetensi Dasar:

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri

dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Tujuan:

1. Menganalisis suatu permasalahan dan memecahkan dengan solusi mengenai struktur

tubuh dan ciri, reproduksi, cara hidup dan cara mendapatkan, dan peranan pada

jamur dari divisi Basidiomycota dan Deuteromycota

1

Page 220: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

203

bersih pun diketahui berisiko membahayakan kesehatan kulit. Dokter spesialis

kulit Ratna Komala mengatakan, yang paling mudah menular pada kulit adalah

jamur. Infeksi jamur ini umumnya membuat kulit seseorang terasa gatal-gatal, dan

bisa juga munculnya bercak-bercak putih pada bagian tubuh. Jamur tersebut bisa

saja menular ketika mencoba-coba pakaian bekas yang langsung menyentuh kulit.

Jamur pun tetap bisa menular jika pakaian bekas tidak dicuci dengan

bersih. Jika dibiarkan, penyakit jamur juga bisa menular ke anggota keluarga yang

berada dalam satu rumah. Tak hanya itu, pakaian juga bisa menularkan penyakit

herpes, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini berupa

gelembung cair seperti cacar pada kulit. Jika pakaian terkena gelembung cair yang

pecah, maka dapat menularkan kepada orang lain yang juga akan memakai

pakaian tersebut.

Sumber:http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/02/pakaian-bekas-bisa-

sebabkan-penyakit-kulit-berikut-ini

Manfaat Jamur Ganoderma (Lingzhi) bagi Kesehatan (Artikel Solusi)

Selama ini banyak orang yang enggan mengkonsumsi jamur sebagai

asupan gizi mereka, karena banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu

seberapa besar manfaat jamur untuk kesehatan, selain itu banyak orang yang

masih takut makan jamur karena belum bisa membedakan secara detail mana

yang beracun dan yang tidak beracun, sehingga jika salah, dan yang beracun kita

konsumsi akan berakibat fatal hingga menyebabkan kematian. Karena sebuah

penelitian mengungkapkan, jamur memiliki manfaat antara lain antiradang,

antivirus, antibakteri, dan mengandung nutrisi yang dapat mendukung imunitas

2

Page 221: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

204

atau daya tahan tubuh. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian lainnya

menunjukkan dengan konsumsi jamur yang dikembangkan secara alami dapat

menekan risiko obesitas, diabetes, sakit jantung, penyakit kulit dan juga

bermanfaat untuk sumber energi, meningkatkan stamina tubuh, kesehatan rambut,

sekaligus menjaga berat badan. Sumber:http://www.alodokter.com/kandungan-

nutrisi-dan-manfaat-jamur-untuk-mencegah-penyakit

Lalu apakah kita sebagai seorang konsumen masih ragu untuk

mengkonsumsi jamur tersebut? Apakah benar bahwa jamur Ganoderma (Linghzi)

dapat menyembuhkan penyakit kulit?

Fase 1 : Thinking (Berpikir)

Jawablah pertanyaan dibawah ini yang berhubungan dengan jamur, dan pikirkanlah

terlebih dahulu jawabanmu secara individu!

Pertanyaan :

1. Apakah penyakit panu itu? Termasuk ke dalam divisi apakah jamur tersebut?

2. Pada bagian mana sajakah biasanya jamur panu menginfeksi manusia? Mengapa?

3. Mengapa bisa demikian jamur penyebab panu tersebut menginfeksi manusia?

4. Berikanlah solusimu untuk mengatasi penyakit panu bagi kulit manusia!

5. Apakah jamur Ganoderma itu? Termasuk ke dalam divisi apakah jamur tersebut?

6. Menga pada pada jamur Ganoderma disebut sebagai “raja obat”?

7. Apakah peranan jamur Ganoderma bagi kesehatan manusia?

8. Apakah benar dengan mengkonsumsi jamur Ganoderma dapat mengobati penyakit kulit pada

manusia? Jelaskanlah!

9. Apakah ada jamur lain yang bermanfaat bagi kesehatan manusia selain jamur Ganoderma?

Jelaskanlah!

10. Bagaimanakah kesimpulan yang dapat kamu berikan dari kasus jamur penyebab panu dan

manfaat dari jamur Ganoderma?

Page 222: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

205

Jawaban Sendiri :

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Page 223: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

206

Jawaban Pasangan (Teman Sebangku):

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Page 224: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

207

Fase 2 : Pairing (Berpasangan)

1. Setelah memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan, maka

berpasanganlah dengan teman sebangkumu!

2. Diskusikanlah secara bersama mengenai permasalahan yang telah diberikan dan

buatlah kesimpulan berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan secara berpasangan!

Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya

yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (divisi Basidiomycota dan

Deuteromycota)?

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

Page 225: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

208

Daftar Pustaka:

………………………………………………………………………………………

Fase 3 : Share (Berbagi)

Buatlah laporan dari hasil proses diskusi kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian

pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!

1

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

Page 226: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

209

LEMBAR KERJA SISWA

Bagian 3

Bacalah artikel di bawah ini dengan seksama dan ikutilah fase-fase dalam

pembelajaran ini!

“Lichen (Lumut Kerak) Si Perintis Kehidupan”

Apa yang Anda lihat pada lahan yang baru saja terbakar habis? Selain sisa-

sisa kebakaran yang berupa abu dan arang, tentu tidak ada lagi yang dapat Anda

temukan. Jika lahan tersebut dibiarkan begitu saja, kira-kira apa yang bakal

terjadi? Jika telah datang hujan, dalam waktu yang tidak lama akan dapat Anda

temukan beberapa tumbuhan liar, seperti rumput dan herba yang mulai tumbuh.

Tumbuhan-tumbuhan tersebut akan membentuk suatu komunitas dan

mendominasi lahan tersebut pada masa-masa awal pasca kebakaran. Lama-

kelamaan, beberapa jenis semak mulai terlihat dan akan mengalahkan sebagian

Kompetensi Dasar:

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri

dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Tujuan:

1. Mengidentifikasi struktur, morfologi, serta simbiosis pada mikoriza dan liken

2. Menganalisis peranan liken dan mikoriza bagi lingkungan sekitar

1

Page 227: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

210

komunitas yang telah ada, bahkan dapat menggantikan rumput dan herba yang

lebih dahulu tumbuh di lahan tersebut. Dalam waktu yang lebih lama lagi, akan

mulai terlihat beberapa jenis pohon sehingga terbentuk suatu komunitas yang

berbeda komposisi anggotanya dari komunitas yang terbentuk sebelumnya. Dari

waktu ke waktu, tumbuhan yang tumbuh dan bertahan hidup pada lahan tersebut

akan berubah sampai terbentuk suatu ekosistem yang stabil.

Mikoriza “Si Organisme Penolong Tanaman Di Saat Musim Kemarau”

Dalam proses tumbuh dan berkembang,tumbuhan berinteraksi dengan

lingkungan biotik dan abiotik. Salah satu contoh interaksi tumbuhan dengan

lingkungan biotik adalah dengan jamur. Hubungan tersebut dapat saling

merugikan atau saling menguntungkan.

Salah satu hubungan mutualisme antara tanaman dengan jamur adalah

mikoriza. Penyebaran mikoriza di berbagai areal pertanaman di Indonesia sangat

merata,mulai dari daerah pantai hingga pegunungan. Namun mikoriza

berkembang cukup baikdi daerah dengan salinitas tinggi seperti di daerah pantai.

Penyebaran mikoriza yang sangat luas merupakan salah satu sumber daya alam

yang perlu dimanfaatkan karena seiring semakin luasnya lahan kritis akibat

jenuhnya penggunaan pupuk dan cekaman kekeringan sehingga perlu upaya

pengembangan mikoriza untuk mempertahankan kondisi tanah agar lahan kritis

tidak semakin luas.

Cekaman kekeringan yang berdampak merugikan bagi pertumbuhan

tanaman merupakan ancaman dalam budidaya tanaman terutama dalam musim

kemarau yang berkepanjangan. Perlu investasi tinggi untuk membuat sistem

irigasi teknis dalam upaya mempertahankan ketersediaan air di lahan pertanian.

2

Page 228: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

211

Oleh karena itu aplikasi mikoriza merupakan suatu alternatif yang dapat

dikembangkan untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan air.

Sumber:https://sungaipakning.wordpress.com/2009/09/11/mikoriza-penolong-

tanaman-di-lahan-kering-sekaligus-penyelamat-hutan/

Fase 1 : Thinking (Berpikir)

Jawablah pertanyaan dibawah ini yang berhubungan dengan jamur, dan pikirkanlah

terlebih dahulu jawabanmu secara individu!

Pertanyaan :

1. Apakah liken itu? Bersimbiosis dengan jamur apakah liken tersebut?

2. Apakah mikoriza itu? Bersimbiosis dengan jamur apakah mikoriza tersebut?

3. Bagaimanakah ciri-ciri liken?

4. Bagaimanakah ciri-ciri mikoriza?

5. Bagaimanakah cara hidup dan reproduksi pada liken?

6. Bagaimanakah cara hidup dan reproduksi pada mikoriza?

7. Mengapa pada liken dikatakan sebagai organisme perintis?

8. Apakah pada mikoriza hanya dapat bersimbiosis dengan akar pohon yang besar?

9. Berdasarkan kasus pada artikel tersebut bagaimanakah peranan Lichen dan Mikoriza terhadap

organisme lain dalam berbagai kondisi yang ekstrem?

10. Berikanlah kesimpulanmu mengenai liken dan mikoriza!

Page 229: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

212

Jawaban Sendiri :

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Page 230: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

213

Jawaban Pasangan (Teman Sebangku):

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………………

Page 231: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

214

Fase 2 : Pairing (Berpasangan)

3. Setelah memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan,

maka berpasanganlah dengan teman sebangkumu!

3. Diskusikanlah secara bersama mengenai permasalahan yang telah diberikan dan

buatlah kesimpulan berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan secara berpasangan!

Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya

yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (Lichen dan Mikoriza)?

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

Page 232: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

215

Daftar Pustaka:

………………………………………………………………………………………

Fase 3 : Share (Berbagi)

Buatlah laporan dari hasil proses diskusi kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian

pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!

1

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

…………………..………………………………………………………………………

Page 233: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

216

Lampiran 8

LEMBAR INVESTIGASI KELOMPOK

Bagian I

Perhatikanlah gambar dan artikel di bawah ini!

1. Kasus obesitas pada anak-anak

Sosok Arya Permana sedang mendunia. Bocah berusia 10 tahun asal Desa

Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang itu disebut media-

media asing sebagai "The Biggest kid in the world". Arya memang mengalami

obesitas ekstrem. Idealnya anak seusia Arya memiliki berat badan kurang lebih 50

kg, Tetapi berat Arya saat malah mencapai 192 kg. Kasus Arya adalah gambaran

obesitas terjadi akut pada anak-anak Indonesia. Berdasarkan data dari World

Health Organization (WHO) pada 2013, persentase obesitas anak di Indonesia

Kompetensi Dasar:

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri

dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Tujuan:

1. Merancang prosedur belajar khusus dalam berbagai bentuk bersama kelompok untuk

mendapatkan informasi mengenai jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota

2. Menyelidiki informasi mengenai jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota

3. Menganalisis informasi mengenai jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota

4. Menyimpulkan mengenai peranan jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota

Page 234: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

217

merupakan yang tertinggi di ASEAN. Hampir 12 persen anak Indonesia

mengalami obesitas. Jika dirinci lagi, dari 17 juta anak yang mengalami obesitas

di ASEAN, hampir 7 jutanya berasal dari Indonesia. Angka ini hanya mencakup

balita. Jika ditambah lagi dengan kisaran anak-anak berumur 5-10 tahun,

angkanya mungkin semakin bertambah. Sumber: https://tirto.id/obesitas-

mengancam-anak-indonesia-bsWA

2. Kasus kandidiasis pada mulut bayi “Oral Thrush”

Oral thrush atau disebut juga dengan kandidiasis adalah suatu kondisi di

mana jamur tertentu terakumulasi pada lapisan mulut. Jamur ini menyebabkan lesi

putih krem, Biasanya di lidah atau pipi bagian dalam. Lesi dapat bersifat

menyakitkan dan menimbulkan sedikit darah ketika disentuh. Kadang jamur dapat

menyebar ke langit-langit mulut, gusi, amandel, atau bagian belakang

tenggorokan. Meskipun oral thrush dapat menyerang siapa saja, hal ini lebih

mungkin terjadi pada bayi, orang-orang yang memakai gigi palsu, pengguna

kortikosteroid inhalasi, atau orang yang pernah memiliki gangguan pada

kekebalan tubuh. Selain lesi mulut berwarna putih, bayi mungkin akan memiliki

kesulitan makan atau menjadi rewel dan mudah marah. Mereka dapat menularkan

penyakit mereka kepada ibu mereka selama masa menyusui. Infeksi kemudian

dapat bolak-balik antara payudara ibu dan mulut bayi.

Page 235: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

218

Pada umumnya kandidiasis disebabkan oleh jamur yang ditularkan melalui

vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi

melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak

benar. Kandidiasis pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur tersebut

bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna

antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat

menimbulkan infeksi berupa kandidiasis dan diare. Sehingga apabila penggunaan

antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau

kandiasis yang menetap. Sumber:

http://www.dokterdigital.com/id/penyakit/191_oral-thrush.html

Oleh karenanya, untuk mengatasi permasalahan dari kedua kasus tersebut

diperlukannya suatu solusi untuk mencegah ataupun mengobati penyakit tersebut.

Telah diketahui bahwa salah satu solusinya adalah dengan makanan alternatif

yang mengandung jamur seperti pada tempe dan oncom sebagai alternatif diet

enzim.

Buatlah 3 pertanyaan mengenai kasus yang terdapat di dalam artikel tersebut!

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Tentukan jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat!

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………….

Page 236: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

219

Langkah 1 : Seleksi Topik

Topik Pembelajaran : “Peranan Jamur Tempe dan Oncom untuk Mengatasi

Permasalahan Obesitas dan Kandidiasis Pada Manusia”

Tentukanlah sub topik di bawah ini yang ingin kalian bahas bersama kelompokmu!

Sub Topik :

a. Ciri-ciri

b. Habitat

c. Reproduksi

d. Peranan

Langkah 3 : Implementasi

Tuliskanlah informasi dari sub topik yang telah kalian tentukan di bawah ini!

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Langkah 2 : Merencanakan Investigasi

a. Sub topik penelitian kami :

b. Permasalahan yang di selidiki :

c. Sumber informasi yang digunakan :

d. Tujuan penyelidikan topik :

e. Bagaimana cara pembagian tugas :

Ketua :

Moderator :

Penyaji informasi :

Notulis :

Page 237: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

220

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Langkah 4 : Analisis dan Sintesis

Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya

yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (divisi Zygomycota dan Ascomycota)?

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Page 238: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

221

Daftar Pustaka:

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Langkah 5 : Penyajian Hasil Akhir

Buatlah laporan dari hasil proses penyelidikan kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian

pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!

1

Page 239: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

222

LEMBAR INVESTIGASI KELOMPOK

Bagian 2

Perhatikanlah gambar dan artikel di bawah ini!

1. Kasus Pakaian Bekas Penyebab Panu (Artikel Masalah)

Kementerian Perdagangan melarang penjualan pakaian bekas impor

karena berdasarkan uji laboratorium, pakaian itu mengandung banyak bakteri

yang berbahaya bagi kesehatan. Kementerian Perdagangan mengaku menemukan

Kompetensi Dasar:

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri

dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Tujuan:

1. Merancang prosedur belajar khusus dalam berbagai bentuk bersama kelompok

untuk mendapatkan informasi mengenai jamur dari divisi Basidiomycota dan

Deuteromycota

2. Menyelidiki informasi mengenai jamur dari divisi Basidiomycota dan

Deuteromycota

3. Menganalisis informasi mengenai jamur dari divisi Basidiomycota dan

Deuteromycota

4. Menyimpulkan mengenai peranan jamur dari divisi Basidiomycota dan

Deuteromycota

Page 240: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

223

216.000 koloni bakteri per gram dalam celana impor bekas. Temuan itu

berdasarkan uji laboratorium terhadap celana impor yang diduga terkena bekas

menstruasi. Hasil uji tersebut diketahui dengan mengambil sampel 25 baju dan

celana bekas impor dari Pasar Senen, Jakarta.

Pakaian bekas yang tidak dicuci bersih pun diketahui berisiko

membahayakan kesehatan kulit. Dokter spesialis kulit Ratna Komala mengatakan,

yang paling mudah menular pada kulit adalah jamur. Infeksi jamur ini umumnya

membuat kulit seseorang terasa gatal-gatal, dan bisa juga munculnya bercak-

bercak putih pada bagian tubuh. Jamur tersebut bisa saja menular ketika mencoba-

coba pakaian bekas yang langsung menyentuh kulit.

Jamur pun tetap bisa menular jika pakaian bekas tidak dicuci dengan

bersih. Jika dibiarkan, penyakit jamur juga bisa menular ke anggota keluarga yang

berada dalam satu rumah. Tak hanya itu, pakaian juga bisa menularkan penyakit

herpes, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini berupa

gelembung cair seperti cacar pada kulit. Jika pakaian terkena gelembung cair yang

pecah, maka dapat menularkan kepada orang lain yang juga akan memakai

pakaian tersebut.

Sumber:http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/02/pakaian-bekas-bisa-

sebabkan-penyakit-kulit-berikut-ini

2. Manfaat Jamur Ganoderma (Lingzhi) bagi Kesehatan (Artikel Solusi)

Page 241: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

224

Selama ini banyak orang yang enggan mengkonsumsi jamur sebagai asupan gizi

mereka, karena banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu seberapa besar

manfaat jamur untuk kesehatan, selain itu banyak orang yang masih takut makan

jamur karena belum bisa membedakan secara detail mana yang beracun dan yang

tidak beracun, sehingga jika salah, dan yang beracun kita konsumsi akan berakibat

fatal hingga menyebabkan kematian. Karena sebuah penelitian mengungkapkan,

jamur memiliki manfaat antara lain antiradang, antivirus, antibakteri, dan

mengandung nutrisi yang dapat mendukung imunitas atau daya tahan tubuh.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian lainnya menunjukkan dengan konsumsi

jamur yang dikembangkan secara alami dapat menekan risiko obesitas, diabetes,

sakit jantung, penyakit kulit dan juga bermanfaat untuk sumber energi,

meningkatkan stamina tubuh, kesehatan rambut, sekaligus menjaga berat badan.

Sumber:http://www.alodokter.com/kandungan-nutrisi-dan-manfaat-jamur-untuk-

mencegah-penyakit. Lalu apakah kita sebagai seorang konsumen masih ragu

untuk mengkonsumsi jamur tersebut? Apakah benar bahwa jamur Ganoderma

(Linghzi) dapat menyembuhkan penyakit kulit?

Buatlah 3 pertanyaan mengenai kasus yang terdapat di dalam artikel tersebut!

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Tentukan jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat!

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………….

Page 242: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

225

Langkah 1 : Seleksi Topik

Topik Pembelajaran : “Peranan Jamur Ganoderma (Lingzhi) Bagi Kesehatan Manusia”

Tentukanlah sub topik di bawah ini yang ingin kalian bahas bersama kelompokmu!

Sub Topik :

a. Ciri-ciri

b. Habitat

c. Reproduksi

d. Peranan

Langkah 2 : Merencanakan Investigasi

a. Sub topik penelitian kami :

b. Permasalahan yang di selidiki :

c. Sumber informasi yang digunakan :

d. Tujuan penyelidikan topik :

e. Bagaimana cara pembagian tugas :

Ketua :

Moderator :

Penyaji informasi :

Notulis :

Page 243: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

226

Tuliskanlah informasi dari sub topik yang telah kalian tentukan di bawah ini!

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Langkah 3 : Implementasi

Page 244: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

227

Langkah 4 : Analisis dan Sintesis

Bagaimana hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya yang

berhubungan dengan materi pelajaran jamur (divisi Basidiomycota dan Deuteromycota)?

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Page 245: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

228

Daftar Pustaka:

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Langkah 5 : Penyajian Hasil Akhir

Buatlah laporan dari hasil proses penyelidikan kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian

pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!

1

Page 246: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

229

LEMBAR INVESTIGASI KELOMPOK

Bagian 3

1. “Lichen (Lumut Kerak) Si Perintis Kehidupan”

Apa yang Anda lihat pada lahan yang baru saja terbakar habis? Selain sisa-

sisa kebakaran yang berupa abu dan arang, tentu tidak ada lagi yang dapat Anda

temukan. Jika lahan tersebut dibiarkan begitu saja, kira-kira apa yang bakal

terjadi? Jika telah datang hujan, dalam waktu yang tidak lama akan dapat Anda

temukan beberapa tumbuhan liar, seperti rumput dan herba yang mulai tumbuh.

Tumbuhan-tumbuhan tersebut akan membentuk suatu komunitas dan

mendominasi lahan tersebut pada masa-masa awal pasca kebakaran. Lama-

kelamaan, beberapa jenis semak mulai terlihat dan akan mengalahkan sebagian

Kompetensi Dasar:

3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri

dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.

4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan

lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Tujuan:

1. Merancang prosedur belajar khusus dalam berbagai bentuk bersama kelompok untuk

mendapatkan informasi mengenai Liken dan Mikoriza

2. Menyelidiki informasi mengenai Liken dan Mikoriza

3. Menganalisis informasi mengenai Liken dan Mikoriza

4. Menyimpulkan mengenai Liken dan Mikoriza

Page 247: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

230

komunitas yang telah ada, bahkan dapat menggantikan rumput dan herba yang

lebih dahulu tumbuh di lahan tersebut. Dalam waktu yang lebih lama lagi, akan

mulai terlihat beberapa jenis pohon sehingga terbentuk suatu komunitas yang

berbeda komposisi anggotanya dari komunitas yang terbentuk sebelumnya. Dari

waktu ke waktu, tumbuhan yang tumbuh dan bertahan hidup pada lahan tersebut

akan berubah sampai terbentuk suatu ekosistem yang stabil.

Sumber : http://sainsbiologi.com/suksesi/

2. Mikoriza “Si Penolong Tanaman Di Saat Musim Kemarau”

Dalam proses tumbuh dan berkembang,tumbuhan berinteraksi dengan

lingkungan biotik dan abiotik. Salah satu contoh interaksi tumbuhan dengan

lingkungan biotik adalah dengan jamur. Hubungan tersebut dapat saling

merugikan atau saling menguntungkan. Salah satu hubungan mutualisme antara

tanaman dengan jamur adalah mikoriza. Penyebaran mikoriza di berbagai areal

pertanaman di Indonesia sangat merata,mulai dari daerah pantai hingga

pegunungan. Namun mikoriza berkembang cukup baikdi daerah dengan salinitas

tinggi seperti di daerah pantai. Penyebaran mikoriza yang sangat luas merupakan

salah satu sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan karena seiring semakin

luasnya lahan kritis akibat jenuhnya penggunaan pupuk dan cekaman kekeringan

sehingga perlu upaya pengembangan mikoriza untuk mempertahankan kondisi

tanah agar lahan kritis tidak semakin luas.

Cekaman kekeringan yang berdampak merugikan bagi pertumbuhan

tanaman merupakan ancaman dalam budidaya tanaman terutama dalam musim

kemarau yang berkepanjangan. Perlu investasi tinggi untuk membuat sistem

Page 248: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

231

irigasi teknis dalam upaya mempertahankan ketersediaan air di lahan pertanian.

Oleh karena itu aplikasi mikoriza merupakan suatu alternatif yang dapat

dikembangkan untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan air.

Sumber:https://sungaipakning.wordpress.com/2009/09/11/mikoriza-penolong-

tanaman-di-lahan-kering-sekaligus-penyelamat-hutan/

Langkah 1 : Seleksi Topik

Topik Pembelajaran : “Peranan Lichen dan Mikoriza Terhadap Organisme Lain Dalam

Kondisi yang Ekstrem”

Tentukanlah sub topik di bawah ini yang ingin kalian bahas bersama kelompokmu!

Sub Topik :

a. Pengertian

b. Ciri-ciri

c. Habitat

d. Peranan

Buatlah 3 pertanyaan mengenai kasus yang terdapat di dalam artikel tersebut!

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Tentukan jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat!

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

……………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………….

Page 249: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

232

Langkah 3 : Implementasi

Tuliskanlah informasi dari sub topik yang telah kalian tentukan di bawah ini!

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Langkah 2 : Merencanakan Investigasi

a. Sub topik penelitian kami :

b. Permasalahan yang di selidiki :

c. Sumber informasi yang digunakan :

d. Tujuan penyelidikan topik :

e. Bagaimana cara pembagian tugas :

Ketua :

Moderator :

Penyaji informasi :

Notulis :

Page 250: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

233

Langkah 4 : Analisis dan Sintesis

Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya

yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (Liken dan Mikoriza)?

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………………………………….

Page 251: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

234

Daftar Pustaka:

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………

Langkah 5 : Penyajian Hasil Akhir

Buatlah laporan dari hasil proses penyelidikan kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian

pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!

1

Page 252: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

235

Lampiran 9

RUBRIK PENILAIAN

KETERCAPAIAN TAHAPAN THINK PAIR SHARE

pada LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

A. PERTEMUAN 1

Tahapan TPS

(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor Jawaban yang di harapkan

1. Thinking

(Berpikir)

(a. memberikan

penjelasan

sederhana)

(b. membangun

keterampilan

dasar)

(Kolom jawaban

sendiri)

Tidak ada

jawaban

Menjawab 1

soal

Menjawab 2

soal

Menjawab 3

soal

Menjawab 4

soal

Menjawab 5

soal

0

1

2

3

4

5

1. Penyebabnya yaitu karena malas

berolahraga, pola makan yang tidak sehat

seperti junk food dan makanan yang

banyak mengandung berminyak, dll

2. Yaitu dengan olahraga yang teratur,

menjaga pola makan dengan menu yang

sehat, mengurangi makan makanan yang

tidak sehat, dan memakan makanan

alternatif yang juga memiliki kandungan

gizi yang tinggi seperti tempe dan oncom

yang mengandung jamur dan dengan

proses fermentasi makanan tersebut

menjadi lebih banyak kandungan gizinya

dan baik untu terapi diet bagi penderita

obesitas

3. Penyakit kandiasis adalah suatu

penyakit yang menyerang manusia dan

hewan. Umumnya penyakit tersebut

menginfeksi sistem pernapasa, sistem

pencernaan dan sistem reproduksi.

Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur

Candida albicans yang umumnya tidak

menyebabkan penyakit apabila jumlahnya

normal. Namun akan menjadi penyebab

penyakit bila jamur tersbeut populasinya

meningkat.

4. Seperti tidak menjaga kebersihan diri,

pola makan dan hidup yang tidak sehat,

serta jamur penyebabnya yaitu Candida

albicans. Penyakit kandisasis pada mulut

bayi umumnya terinfeksi dari lingkungan

luar seperti dari kebersihan ibunya baik

(Kolom jawaban

pasangan)

Tidak ada

jawaban

Menjawab 1

soal

Menjawab 2

soal

Menjawab 3

soal

Menjawab 4

soal

Menjawab 5

soal

0

1

2

3

4

5

Page 253: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

236

dari kesehatan tubuh ataupun pakaiannya.

Karena apabila keadaan sang ibu tidak

bersih maka akan menyebabkan penyakit

bagi si bayi pada saat memberikan ASI.

5. benar, karena diet enzim merupakan

salah satu diet yang dilakukan tidak hanya

bagi penderita obesitas tetapi juga bisa

untuk penyakit kandiasis. Karena menu

makanan sehari-hari untuk diet terapi

enzim menggunakan makanan yang

berasal dari kaya enzim seperti sayur-

sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.

Selain itu, jumlah perbandingan

makanannya sebanyak 85% untuk

makanan nabati dan 15% makanan

hewani. Oleh karenanya tempe dan oncom

merupakan contoh produk makanan nabati

yang cocok dan baik untuk terapi diet

enzim.

Skor maksimal 10

2. Pairing

(Berpasangan)

(c.menyimpulkan)

(d. memberikan

penjelasan lebih

lanjut)

Tidak ada

jawaban

Menjawab

dengan

jawaban tidak

relevan

Menjawab

dengan

jawaban

kurang lengkap

dan namun

relevan

Menjawab

jawaban

dengan

lengkap dan

relevan

0

1

2

3

Dalam mengatasi permasalahan

obesitas dan kandiasis dapat di atasi

oleh makanan alternatif yang berasal

dari jamur contohnya oncom dan

tempe. Karena makanan olahan dari

kacang kedelai ini merupakan salah

satu menu untuk diet bagi penderita

obesitas. Karena pada jamur tempe

dan oncom menghasilkan enzim

amylase, lipase, dan protease yang

berperan penting dalam proses

fermentasi, yakni untuk menguraikan

zat pati menjadi gula, menguraikan

bahan-bahan, lemak, dan protein.

Selain itu, kedua makanan ini dapat

menguraikan struktur kimia dari

bahan-bahan pembuatannya menjadi

senyawa yang lebih sederhana,

sehingga akan lebih mudah dicerna

dan dimanfaatkan oleh tubuh.

Persamaan antara penyakit obesitas

dan kandiasis pada mulut bayi yaitu

keduanya termasuk kelainan yang

menyerang pada sistem pencernaan.

Oleh karenanya, banyaknya racun

Page 254: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

237

yang menumpuk dan memenuhi usus

dan oran tubuh membuat metabolisme

tubuh menjadi menurun. Selain itu,

pada penyakit kandiasis juga

diakibatkan dari metabolisme yang

melemah.

Oleh karenanya, kedua permasalahan

tersebut dapat diatasi dengan tempe

dan oncom sebagai diet enzim untuk

menormalkan kembali metabolisme

tubuh agar bekerja dengan baik. Dan

juga dengan diberi tambahan obat luar

bagi penderita kandiasis.

Dalam mengatasi permasalahan

obesitas dan kandiasis dapat di atasi

oleh makanan alternatif yang berasal

dari jamur contohnya oncom dan

tempe. Karena makanan olahan dari

kacang kedelai ini merupakan salah

satu menu untuk diet bagi penderita

obesitas. Karena pada jamur tempe dan

oncom menghasilkan enzim amylase,

lipase, dan protease yang berperan

penting dalam proses fermentasi, yakni

untuk menguraikan zat pati menjadi

gula, menguraikan bahan-bahan,

lemak, dan protein. Selain itu, kedua

makanan ini dapat menguraikan

struktur kimia dari bahan-bahan

pembuatannya menjadi senyawa yang

lebih sederhana, sehingga akan lebih

mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh

tubuh.

Persamaan antara penyakit obesitas

dan kandiasis pada mulut bayi yaitu

keduanya termasuk kelainan yang

menyerang pada sistem pencernaan.

Oleh karenanya, banyaknya racun

yang menumpuk dan memenuhi usus

dan oran tubuh membuat metabolisme

tubuh menjadi menurun. Selain itu,

pada penyakit kandiasis juga

diakibatkan dari metabolisme yang

melemah.

Oleh karenanya, kedua permasalahan

Page 255: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

238

tersebut dapat diatasi dengan tempe

dan oncom sebagai diet enzim untuk

menormalkan kembali metabolisme

tubuh agar bekerja dengan baik. Dan

juga dengan diberi tambahan obat luar

bagi penderita kandiasis.

Skor maksimal 3

3. Share

(Berbagi)

(e. strategi dan

taktik)

Tidak ada

jawaban

Membuat

rangkuman

hasil diskusi

untuk

persentasi tidak

lengkap

Membuat

rangkuman

hasil diskusi

untuk

persentasi

kurang lengkap

Membuat

rangkuman

hasil diskusi

untuk

persentasi

lengkap

0

1

2

3

Jawaban dibebaskan

Skor maksimal 3

Skor maksimal = 16

Nilai =

X 100%

Page 256: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

239

B. PERTEMUAN 2

Tahapan TPS

(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor Jawaban yang di harapkan

1. Thinking

(Berpikir)

(a. memberikan

penjelasan

sederhana)

(b. membangun

keterampilan

dasar)

(Kolom jawaban

sendiri)

Tidak ada

jawaban

Menjawab 1

soal

Menjawab 2

soal

Menjawab 3

soal

Menjawab 4

soal

Menjawab 5

soal

0

1

2

3

4

5

1. Penyebabnya yaitu karena kurangnya

kesadaran diri dalam menjaga kesehatan,

sering bergantian barang pribadi atau

meminjamkannya kepada orang lain,

karena tubuh yang lembab akibat dari

aktivitas yang tinggi, berkeringat, dll.

Penyakit panu disebabkan oleh jamur

Malassezia furfur yang termasuk ke dalam

divisi Deuteromycota yang umunya

bersifat parasit bagi makhluk hidup.

2. Yaitu dengan rutin mandi 2x sehari,

menjaga kebersihan pakaian, tidak

bergantian atau meminjamkan barang

pribadi secara sembarangan kepada orang

lain, pola hidup sehat.

3. Jamur Ganoderma yaitu jenis jamur

yang termasuk ke dalam divisi

Basidiomycota yang dikenal sebagai raja

obat oleh masyarakat china dahulu kala

dan dijadikan obat tradisional yang

memiliki khasiat yang bermanfaat bagi

kesehatan tubuh manusia.

4. Peranan jamur linghzhi yaitu dapat

mengobati, dan berdampak positif

terhadap penyembuhan organ lain yang

sakit. Selain itu dari berbagai penelitian

yang telah dilakukan bahwa khasiat jamur

tersebut dapat dijadikan sebagai herbal

anti-diabetes, anti-hipertensi, anti-alergi,

antioksidan, sebagai sistem imunitas bagi

kesehatan tubuh manusia dari berbagai

penyakit.

5. Ya benar. Karena jamur ganoderma

memiliki banyak kandungan gizi dan

berbagai macam vitamin dan mineral.

Kandungan utama yang terdapat di dalam

jamur tersebut seperti polisakarida,

adenosine, peptidoglukan, fiber, protein,

(Kolom jawaban

pasangan)

Tidak ada

jawaban

Menjawab 1

soal

Menjawab 2

soal

Menjawab 3

soal

Menjawab 4

soal

Menjawab 5

soal

0

1

2

3

4

5

Page 257: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

240

dan senyawa kompleks lainnya yang dapat

mencegah sel kanker, merangsang

pertumbuhan sel T dan dapat

menghancurkan sel yang terinfeksi. Jmaur

tersebut juga dapat menyembuhkan

berbagai jenis penyakit salah satunya

penyakit kulit pada manusia.

Skor maksimal 10

2. Pairing

(Berpasangan)

(c.menyimpulkan)

(d. memberikan

penjelasan lebih

lanjut)

Tidak ada

jawaban

Menjawab

dengan

jawaban tidak

relevan

Menjawab

dengan

jawaban

kurang lengkap

dan namun

relevan

Menjawab

jawaban

dengan

lengkap dan

relevan

0

1

2

3

Ganoderma merupakan jamur yang

termasuk ke dalam divisi

Basidiomycota. Jamur ini merupakan

jamur yang paling terkenal serta banyak

dikonsumsi dan dibudidayakan karena

mengandung banyak manfaat yaitu

menurunkan berat badan,

menyembuhkan penyakit jantung, liver,

diabetes, dan banyak lagi terutama

untuk permasalahan pada peredaran

darah. Ganoderma ini memiliki bentuk

yang mirip dengan bentuk piring.

Permukaannya mempunyai warna dari

merah dan cokelat kemerahan. Pada

saat muda, lapisan luar berwarna putih

kewarna kuning dan batangnya

mempunyai warna yang sama.

Manfaat jamur ganoderma yaitu sangat

baik bagi kesehatan. Seperti dapat

menangkal radikal bebas dan sebagai

antioksidan bagi kesehatan kulit.

Oleh karenanya selain pengobatan luar

pada jamur panu, dengan

mengkonsumsi jamur ganoderma ini

dapat menjaga kesehatan kulit sehingga

dengan tingginya kadar oksidan dalam

tubuh dapat mencegah ataupun

mengobati berbagai penyakit kulit.

Skor maksimal 3

3. Share

(Berbagi)

Tidak ada

jawaban

0

Jawaban dibebaskan

Page 258: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

241

(e. strategi dan

taktik)

Membuat

rangkuman

hasil diskusi

untuk

persentasi tidak

lengkap

Membuat

rangkuman

hasil diskusi

untuk

persentasi

kurang lengkap

Membuat

rangkuman

hasil diskusi

untuk

persentasi

lengkap

1

2

3

Skor maksimal 3

Skor maksimal = 16

Nilai =

X 100%

Page 259: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

242

C. PERTEMUAN 3

Tahapan TPS

(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor Jawaban yang di harapkan

1. Thinking

(Berpikir)

(a. memberikan

penjelasan

sederhana)

(b. membangun

keterampilan

dasar)

(Kolom jawaban

sendiri)

Tidak ada

jawaban

Menjawab 1

soal

Menjawab 2

soal

Menjawab 3

soal

Menjawab 4

soal

Menjawab 5

soal

0

1

2

3

4

5

1. Lichenes juga disebut dengan lumut

kerak. Lichenes merupakan simbiosis

mutualisme antara Algae dengan Fungi.

Fungi yang bersimbiosis biasanya dari

golongan Ascomycotina,

Basidiomycotina. Sedangkan mikoriza

jamur yang bersimbiosis dengan akar

tumbuh-tumbuhan. Simbiosis tersebut

bersifat saling menguntungkan, yaitu

jamur memperoleh zat organik dan akar

tumbuh-tumbuhan memperoleh air dan

unsur hara. Beberapa jamur

Zygomycotina, Ascomycotina, dan

Basidiomycotina dapat bersimbiosis

dengan akar tumbuhan pinus atau belinjo.

2. Ciri-ciri liken yaitu terdiri dari dua

organisme bersimbiosis, yaitu

Ascomycotina dan Basidiomycotina

dengan alga biru atau alga hijau, habitat

lumut kerak biasanya pda pohon, batu

karang, dan sebagai pelopor kehidupan

liken tumbuh pada substrat tempat

tumbuhan lain yang tidak dapat hidup.

Bentuk tubuh berupa talus yang tipis.

Ciri-ciri pada mikoriza yaitu simbiosis

antara jamur dengan akar tanaman. Fungsi

adanya hifa (mantel) sebagai pelindung

masuknya patogen bagi tumbuhan, dapat

membantu tanaman dalam penyerapan

unsur hara,dan reproduksi secara seksual

dan aseksual.

3. Cara hidup liken dan mikoriza yaitu

sama-sama bersimbiosis mutualisme

dengan jamur. Karena apabila tidak

bersimbiosis maka akar tanaman, alga

ataupun jamur tidak mendapatkan

keuntungan yang bisa didapatkan dari

hasil simbiosis tersebut.

4. karena kemampuan bertahan hidupnya

sangat kuat. Liken sendiri bisa tinggal di

(Kolom jawaban

pasangan)

Tidak ada

jawaban

Menjawab 1

soal

Menjawab 2

soal

Menjawab 3

soal

Menjawab 4

soal

Menjawab 5

soal

0

1

2

3

4

5

Page 260: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

243

dalam sebiah lingkunan dengan kondisi

yang sangat ekstrim. Selain itu, liken juga

bisa membantu proses pelapukan batuan

dan juga pembentukan tanah dari batu-

batu sehingga, liken sendiri dikenal

sebagai salah satu tanaman yang berguna

bagi kehidupan.

5. Peranan liken dalam kondisi hutan yang

terbakar berdasarkan artikel yaitu liken

mampu menjadi makhluk hidup yang

memiliki kemampuan hidup yang kuat.

Karena di dalam keadaan yang ekstrem

tersebut hutan yang terbakar tidak ada

tumbuhan yang mampu hidup. Oleh

karenanya dengan kemampuan liken yang

dapat membantu pelapukan bebatuan dan

juga pembentukan tanah liken disebut

sebagai perintis kehidupan.

Sedangkan peranan mikoriza yaitu pada

saat keadaan lahan kering, tumbuhan sulit

menemukan sumber air di dalam tanah,

oleh karenanya dengan adanya simbiosis

yang terbentuk antara jamur dengan akar,

dapat membantu akar untuk perluasan

wilayah mencari sumber air.

Skor maksimal 10

Page 261: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

244

2. Pairing

(Berpasangan)

(c.menyimpulkan)

(d. memberikan

penjelasan lebih

lanjut)

Tidak ada

jawaban

Menjawab

dengan

jawaban tidak

relevan

Menjawab

dengan

jawaban

kurang lengkap

dan namun

relevan

Menjawab

jawaban

dengan

lengkap dan

relevan

0

1

2

3

Lichen dikenal sebagai tanaman

perintis karena kemampuan bertahan

hidupnya yang sangat kuat. Lichen

sendiri bisa tinggal di dalam sebuah

lingkungan dengan kondisi yang sangat

ekstrim. Yang lebih hebat lagi, lichen

sendiri bisa membantu proses

pelapukan batuan dan juga

pembentukan tanah dari batu-batuan

sehingga, lichen sendiri dikenal sebagai

salah satu tanaman yang sangat berguna

bagi kehidupan. Oleh karenanya, di saat

hutan yang terbakar, yang mampu

bertahan hidup dalam kondisi ekstrem

hanyalah lichen yang membantu proses

terjadinya kembali pertumbuhan

tanaman di hutan yang telah terbakar

Pada mikoriza, dengan adanya

simbiosis antara akar tanaman dan

jamur akan mempermudah akar mencari

sumber air lebih jauh lagi ataupun lebih

dalam memasuki tanah. Sehingga

tanaman tersebut tidak mati ataupun

kekurangan air yang diakibatkan dari

musim kemarau.

Skor maksimal 3

3. Share

(Berbagi)

(e. strategi dan

taktik)

Tidak ada

jawaban

Membuat

rangkuman

hasil diskusi

untuk

persentasi tidak

lengkap

Membuat

rangkuman

hasil diskusi

untuk

persentasi

kurang lengkap

Membuat

rangkuman

0

1

2

3

Jawaban dibebaskan

Page 262: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

245

hasil diskusi

untuk

persentasi

lengkap

Skor maksimal 3

Skor maksimal = 16

Nilai =

X 100%

Page 263: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

246

Lampiran 10

Lembar Penilaian LKS Kelas Eksperimen I

A. Pertemuan 1

Kelompok

Tahapan TPS

Nilai

1 2 3

Thinking

Pairing Sharing Jawaban

sendiri

Jawaban

pasangan

1 5 5 2 2 87.5

2 5 5 2 2 87.5

3 5 4 3 2 87.5

4 5 5 2 2 87.5

5 5 5 2 2 87.5

6 5 4 2 2 81.25

7 5 5 3 2 93.75

8 5 5 2 2 87.5

9 4 5 2 2 87.5

10 5 5 3 2 93.75

11 5 5 2 2 87.5

12 5 4 2 2 81.25

13 5 5 2 2 87.5

14 5 5 2 2 87.5

15 4 5 2 2 81.25

16 5 5 2 2 87.5

17 5 5 2 2 87.5

18 5 4 3 2 87.5

19 5 5 2 2 87.5

20 5 5 2 2 87.5

21 5 4 2 2 81.25

22 5 5 2 2 87.5

Rata-rata 86.65

Kategori Sangat baik

MAX 93.75

MIN 81.25

RATA-RATA 86.65

Page 264: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

247

B. PERTEMUAN 2

Kelompok

Tahapan TPS

Nilai

1 2 3

Thinking

Pairing Sharing Jawaban

sendiri

Jawaban

pasangan

1 5 5 2 2 87.5

2 5 5 2 2 87.5

3 5 4 3 2 87.5

4 5 5 2 2 87.5

5 5 5 2 2 87.5

6 5 4 2 2 81.25

7 5 5 3 2 93.75

8 5 5 2 2 87.5

9 5 5 2 2 81.25

10 5 5 3 2 93.75

11 5 5 2 2 87.5

12 4 5 2 2 81.25

13 5 5 2 2 87.5

14 5 5 2 2 87.5

15 4 5 2 2 81.25

16 5 5 2 2 87.5

17 5 5 2 2 87.5

18 5 4 3 2 87.5

19 5 5 2 2 87.5

20 5 5 2 2 87.5

21 5 4 2 2 81.25

22 5 5 2 2 87.5

Rata-rata 86.93

Kategori Sangat baik

MAX 93.75

MIN 81.25

RATA-RATA 86.93

Page 265: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

248

C. PERTEMUAN 3

Kelompok

Tahapan TPS

Nilai

1 2 3

Thinking

Pairing Sharing Jawaban

sendiri

Jawaban

pasangan

1 5 5 2 2 87.5

2 5 5 2 2 87.5

3 5 4 3 2 87.5

4 5 5 2 2 87.5

5 5 5 2 2 87.5

6 5 4 2 2 81.25

7 5 5 3 2 93.75

8 5 5 2 2 87.5

9 5 5 2 2 87.5

10 5 5 3 2 93.75

11 5 5 2 2 87.5

12 5 5 2 3 93.75

13 5 5 2 2 87.5

14 5 5 2 2 87.5

15 4 5 2 2 81.25

16 5 5 2 2 87.5

17 5 5 2 3 93.75

18 5 4 3 2 87.5

19 5 5 2 2 87.5

20 5 5 2 2 87.5

21 5 4 2 2 81.25

22 5 5 2 2 87.5

Rata-rata 87.78

Kategori Sangat baik

MAX 93.75

MIN 81.25

RATA-RATA 87.78

Page 266: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

249

Lampiran 11

Lembar Ketercapaian KBK Pada LKS TPS

A. Pertemuan I

Kelompok

Tahapan KBK

1 2 3 4 5

Memberikan

penjelasan

sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyimpul

kan

Memberi

kan

penjelasa

n lebih

lanjut

Strategi

dan

taktik

1 3 3 3 1 3

2 2 3 3 3 3

3 2 2 3 2 4

4 3 3 3 2 3

5 2 2 2 2 3

6 2 2 2 1 3

7 2 2 3 2 3

8 3 3 3 3 3

9 3 3 3 2 3

10 3 3 3 3 3

11 3 3 3 3 3

12 2 2 3 3 4

13 3 3 3 3 3

14 3 3 3 3 3

15 3 3 3 3 3

16 3 3 3 3 3

17 3 3 3 2 3

18 4 2 3 3 3

19 3 3 3 3 3

20 3 3 3 3 3

21 3 3 3 3 2

22 4 4 3 3 3

Jumlah 62 63 64 57 67

Rata-rata 70,45% 71,59% 72,73% 63,64% 76,14% 70,91%

Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup

Page 267: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

250

B. Pertemuan 2

Kelompok

Tahapan KBK

1 2 3 4 5

Memberikan

penjelasan

sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyimpul

kan

Memberi

kan

penjelasan

lebih

lanjut

Strategi

dan

taktik

1 3 3 3 2 3

2 3 3 3 3 3

3 3 3 3 2 3

4 3 3 3 2 3

5 2 2 2 2 3

6 3 3 2 2 3

7 3 3 3 2 3

8 3 3 3 3 3

9 3 3 3 2 3

10 3 3 2 3 3

11 3 3 3 3 3

12 2 2 3 3 4

13 3 3 3 2 3

14 3 3 3 2 3

15 3 3 3 3 3

16 3 3 4 3 3

17 3 3 3 3 3

18 3 3 3 3 4

19 3 3 3 3 3

20 3 2 4 3 3

21 3 3 3 3 3

22 3 3 3 3 3

Jumlah 64 64 65 59 68

Rata-rata 72,73% 71,59% 73,86% 64,77% 77,27% 72,05%

Kategori baik Baik Cukup Cukup baik Cukup

Page 268: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

251

C. Pertemuan 3

Kelompok

Tahapan KBK

1 2 3 4 5

Memberikan

penjelasan

sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyimpul

kan

Memberikan

penjelasan

lebih lanjut

Strategi

dan

taktik

1 3 3 3 2 3

2 3 3 3 3 3

3 3 3 3 2 3

4 3 3 3 2 3

5 2 2 2 2 3

6 3 3 2 2 3

7 3 3 3 2 3

8 3 3 3 3 3

9 3 3 3 2 3

10 3 3 2 3 3

11 3 3 3 3 3

12 2 2 3 2 4

13 3 3 3 3 3

14 3 3 3 3 3

15 3 3 3 3 3

16 3 3 4 3 3

17 4 4 4 3 3

18 3 3 3 3 4

19 3 3 3 3 3

20 3 3 4 3 3

21 3 3 3 3 3

22 3 3 3 3 3

Jumlah 65 65 66 58 68

Rata-rata 73,86% 73,86% 75,00% 65,91% 77,27% 73,18%

Kategori baik baik Cukup Cukup baik Cukup

Page 269: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

252

Lampiran 12

RUBRIK PENILAIAN

KETERCAPAIAN TAHAPAN GROUP INVESTIGATION

pada LEMBAR KERJA KELOMPOK (LIK)

A. PERTEMUAN 1

Tahapan GI

(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor Jawaban yang di harapkan

1. Seleksi

Topik

2.Merencana

kan Investigasi

(a. memberi

kan penjelasan

sederhana)

(b. memban

gun

keterampilan

dasar)

Tidak ada

jawaban

Memilih 1

subtopik

Memilih 2

subtopik

Memilih 4

subtopik

0

1

2

3

Jawaban dibebaskan

Tidak ada

jawaban

Menulis

perencanaan

investigasi

dengan kurang

lengkap

Menulis

perencanaan

investigasi

dengan

lengkap

0

1

2

Jawaban dibebaskan

3.

implementasi

(c. menyimpul

kan)

(d.

memberikan

penjelasan

lebih lanjut)

Tidak ada

jawaban

Menjawab

dengan

jawaban tidak

relevan

Menjawab

dengan

jawaban

kurang

lengkap dan

namun relevan

Menjawab

jawaban

0

1

2

3

A. Jamur Tempe :

• Tubuh multiseluler.

• Habitat umumnya di darat

sebagai saprofit.

• Hifa tidak bersekat.

• Reproduksi:

- Vegetatif: dengan spora.

- Generatif: dengan konjugasi hifa

(+) dengan hlifa (-) akan

menghasilkan zigospora yang

nantinya akan tumbuh menjadi

individu baru.

• Mempunyal membran Intl

(eukariot), tetapi dapat membuat

Page 270: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

253

dengan

lengkap dan

relevan

makanan sendiri kanena

mengandung kiorofil. Jamur

memperoleh makanan dari

lingkungan di sekitarnya.

• Jamur bersel banyak

(multiseluler) terdiri atas benang-

benang halus yang disebut hifa.

• Cabang dan hifa disebut dengan

miselium yang berfungsi menyerap

makanan dan substratnya.

• Bersifat saprofit dan parasit.

• Berkembang biak secara aseksual

dan seksual.

• Perkembangbiakan secara

aseksual dilakukan oleh jamur

yang bersel tunggal (uniseluler),

yaitu dengan pertunasan dan

pemutusan hifa (fragmentasi).

• Perkembangbiakan secara seksual

dilakukan dengan membentuk

askus spora.

Hifanya bercabang banyak tidak

bersekat saat masih muda dan

bersekat setelah menjadi tua

Reproduksi vegetatif dengan cara

membentuk spora tak berflagel

(aplanospora) dan generatif dengan

cara gametangiogami dari dua hifa

yang kompatibel/konjugasi dengan

menghasilkan zigospora. Jamur

tempe atau yang juga disebut

dengan kapang tempe, memegang

peranan yang sangat penting

dalam pembentukan butir kedelai

menjadi tempe yang padat. Jamur

yang biasa digunakan untuk tempe

ini merupakan kelompok

Zygomycota yang memang terdiri

dari benang-benang hifa yang

bersekat

B. Jamur Oncom

Oncom adalah makanan asal In

donesia yang terutama populer di

Jawa Barat. Makanan ini adalah

Page 271: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

254

produk fermentasi yang dilakukan

oleh beberapa jenis kapang, mirip

dengan pengolahan

terhadap tempe. Perbedaaannya

adalah bahwa pada oncom hasil

olahan dinyatakan siap

diperdagangkan setelah kapang

menghasilkan spora, sementara

pada tempe hasil olahan

diperdagangkan sebelum kapang

menghasilkan spora (baru dalam

tahap hifa).

Ada dua jenis utama

oncom: oncom merah dan oncom

hitam. Oncom merah didegradasi

oleh kapang oncom Neurospora

sitophila atau N.

intermedia sedangkan oncom

hitam didegradasi oleh kapang

tempe Rhizopus

oligosporus dan/atau jenis-

jenis Mucor. Oncom adalah satu-

satunya bahan makanan manusia

yang diolah dengan melibatkan

jenis Neurospora.

Neurospora crassa merupakan

salah satu spesies yang masuk ke

dalam Genus Neurospora.

Pertumbuhan jamur ini yang sangat

pesat, warna jingganya yang khas,

serta bentuk spora (konidia) yang

berbentuk seperti tepung

merupakan ciri-ciri khas kapang ini

Neurospora crassa memiliki

spora berbentuk seperti urat saraf

berloreng-loreng, sering terdapat

pada produk-produk bakeri dan

menyebabkan kerusakan sehingga

biasanya disebut bakery mold atau

red bread-mold. Neurospora

crassa juga dikenal sebagai jamur

oncom. Dalam proses fermentasi

jamur ini berkembang biak dan

menjadikan makanan berwarna

kuning-kemerahan.

Reproduksi aseksual terjadi

Page 272: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

255

dengan pembentukan spora

aseksual yang disebut konidia pada

ujung konidiofor. Jika konidia

jatuh pada tempat yang sesuai,

maka konidia tersebut akan

tumbuh menjadi miselium.

Reproduksi seksual terjadi

peleburan antara hifa diploid (n),

yaitu hifa (+) dan hifa (-). Dari hifa

(+) terbentuk anteridium dan dari

hifa (-) terbentuk askogonium.

Kedua hifa ini akan saling

mendekat dan setelah itu terjadi

plasmogami, yaitu bersatunya

plasma anteridium dan

askogonium. Pada saat penyatuan,

akan terbentuk hifa dikariotik

(berinti 2). Kemudian terjadi

kariogami, yaitu bersatunya inti-

inti yang haploid tadi, sehingga

terjadi fertilisasi antara 2 inti

tersebut dan terbentuk sel diploid.

Lalu, sel diploid mengadakan

pembelahan meiosis sehingga

terbentuk 4 sel anak yang haploid.

Masing-masing sel anak haploid

mengadakan pembelahan mitosis

dan terbentuk 8 sel askospora yang

haploid. Saat askospora jatuh pada

tempat yang sesuai, maka akan

tumbuh menjadi miselium

Skor maksimal ` 8

4. Analisis dan

sintesis

(c.menyimpul

kan)

(d. memberi

kan penjelasan

lebih lanjut)

Tidak ada

jawaban

Menjawab

dengan

jawaban tidak

relevan

Menjawab

dengan

jawaban

kurang

lengkap dan

namun relevan

Menjawab

jawaban

0

1

2

Dalam mengatasi permasalahan

obesitas dan kandiasis dapat di

atasi oleh makanan alternatif

yang berasal dari jamur

contohnya oncom dan tempe.

Karena makanan olahan dari

kacang kedelai ini merupakan

salah satu menu untuk diet bagi

penderita obesitas. Karena pada

jamur tempe dan oncom

menghasilkan enzim amylase,

lipase, dan protease yang

berperan penting dalam proses

fermentasi, yakni untuk

Page 273: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

256

dengan

lengkap dan

relevan

3 menguraikan zat pati menjadi

gula, menguraikan bahan-

bahan, lemak, dan protein.

Selain itu, kedua makanan ini

dapat menguraikan struktur

kimia dari bahan-bahan

pembuatannya menjadi

senyawa yang lebih sederhana,

sehingga akan lebih mudah

dicerna dan dimanfaatkan oleh

tubuh.

Persamaan antara penyakit

obesitas dan kandiasis pada

mulut bayi yaitu keduanya

termasuk kelainan yang

menyerang pada sistem

pencernaan. Oleh karenanya,

banyaknya racun yang

menumpuk dan memenuhi usus

dan oran tubuh membuat

metabolisme tubuh menjadi

menurun. Selain itu, pada

penyakit kandiasis juga

diakibatkan dari metabolisme

yang melemah.

Oleh karenanya, kedua

permasalahan tersebut dapat

diatasi dengan tempe dan

oncom sebagai diet enzim

untuk menormalkan kembali

metabolisme tubuh agar

bekerja dengan baik. Dan juga

dengan diberi tambahan obat

luar bagi penderita kandiasis.

Skor maksimal 3

5. Penyajian

hasil akhir

(e. strategi dan

taktik)

Tidak ada

jawaban

Menyajikan

laporan

tidak

relevan

Menyajikan

laporan

kurang

lengkap dan

relevan

0

1

2

Jawaban dibebaskan

Page 274: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

257

Menyajikan

laporan

lengkap dan

relevan

3

Skor maksimal 3

Skor maksimal = 14

Nilai =

X 100%

Page 275: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

258

B. PERTEMUAN 2

Tahapan GI

(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor

Jawaban yang di

harapkan

1. Seleksi Topik

2.Merencanakan

Investigasi

(a. memberikan

penjelasan

sederhana)

(b. membangun

keterampilan

dasar)

Tidak ada

jawaban

Memilih 1

subtopik

Memilih 2

subtopik

Memilih 4

subtopik

0

1

2

3

Jawaban dibebaskan

Tidak ada

jawaban

Menulis

perencanaan

investigasi

dengan kurang

lengkap

Menulis

perencanaan

investigasi

dengan lengkap

0

1

2 Jawaban dibebaskan

3. Implementasi

(c.

menyimpulkan)

(d. memberikan

penjelasan lebih

lanjut)

Tidak ada

jawaban

Menjawab

dengan jawaban

tidak relevan

Menjawab

dengan jawaban

kurang lengkap

dan namun

relevan

Menjawab

jawaban dengan

lengkap dan

relevan

0

1

2

3

A. Jamur

Basidiomycota

1. Ciri-ciri jamur dari

divisi Basidiomycota:

a. Hifanya bersekat,

mengandung inti haploid.

b. Mempunyai tubuh

buah yang bentuknya

seperti payung yang

terdiri dari bagian batang

dan tudung. Pada bagian

bawah tudung tampak

adanya lembaran-

lembaran (bilah) yang

merupakan tempat

terbentuknya basidium.

Tubuh buah disebut

basidiokarp.

2. Reproduksi secara

seksual dan aseksual

d. Miselium ada 3

macam, yaitu:

Page 276: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

259

1) Miselium primer,

yaitu miselium yang sel-

selnya berinti satu hasil

pertumbuhan

basidiospora.

2) Miselium sekunder,

yaitu miselium yang sel-

selnya berinti dua.

3) Miselium tersier, yaitu

miselium yang terdiri

atas miselium sekunder

yang terhimpun

membentuk jaringan

yang teratur pada

pembentukan

basidiokarp dan

basidiofor yang

menghasilkan

basidiospora.

3. Habitat jamur

Basidiomycota

umumnya hidup

sebagai saprofit pada

sisa-sisa makhluk

hidup

4. Peranan jamur

Basidiomycota terbagi

menjadi 2 yaitu :

menguntungkan (dapat

dijadikan bahan

makanan dan sebagai

obat-obatan) contoh :

jamur merang, jamur

tiram, jamur kancing,

jamur kuping, jamur

lingzhi.

Sedangkan peran

merugikan yaitu dapat

menyebabkan

keracunan bagi

manusia contoh :

Amanita sp.

B. Jamur

Deuteromycota

1. Ciri-ciri : multiseluler

Page 277: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

260

hifanya yang bersekat,

berukuran mikroskopis

2. Reproduksi vegetatif

dengan konidiospora.

3. Habitat : bersifat

saprofit atau parasit.

Hidup didaratan dan

tempat lembab

4. Peranan: umumnya

merugikan bagi

makhluk hidup seperti

jamur penyebab panu

yang disebabkan oleh

jamur Malassezia

furfur

Skor maksimal 8

4. Analisis dan

sintesis

(c.menyimpulkan)

(d. memberikan

penjelasan lebih

lanjut)

Tidak ada

jawaban

Menjawab

dengan jawaban

tidak relevan

Menjawab

dengan jawaban

kurang lengkap

dan namun

relevan

Menjawab

jawaban dengan

lengkap dan

relevan

0

1

2

3

Ganoderma

merupakan jamur yang

termasuk ke dalam

divisi Basidiomycota.

Jamur ini merupakan

jamur yang paling

terkenal serta banyak

dikonsumsi dan

dibudidayakan karena

mengandung banyak

manfaat yaitu

menurunkan berat

badan,

menyembuhkan

penyakit jantung,

liver, diabetes, dan

banyak lagi terutama

untuk permasalahan

pada peredaran darah.

Ganoderma ini

memiliki bentuk yang

mirip dengan bentuk

piring. Permukaannya

mempunyai warna dari

merah dan cokelat

kemerahan. Pada saat

muda, lapisan luar

berwarna putih

kewarna kuning dan

batangnya mempunyai

Page 278: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

261

warna yang sama.

Manfaat jamur

ganoderma yaitu

sangat baik bagi

kesehatan. Seperti

dapat menangkal

radikal bebas dan

sebagai antioksidan

bagi kesehatan kulit.

Oleh karenanya selain

pengobatan luar pada

jamur panu, dengan

mengkonsumsi jamur

ganoderma ini dapat

menjaga kesehatan

kulit sehingga dengan

tingginya kadar

oksidan dalam tubuh

dapat mencegah

ataupun mengobati

berbagai penyakit

kulit.

Skor maksimal 3

5. Penyajian hasil

akhir

(e. strategi dan

taktik)

Tidak ada

jawaban

Menyajikan

laporan tidak

relevan

Menyajikan

laporan kurang

lengkap dan

relevan

Menyajikan

laporan lengkap

dan relevan

0

1

2

3

Jawaban dibebaskan

Skor maksimal 3

Skor maksimal = 14

Nilai =

X 100%

Page 279: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

262

C. PERTEMUAN 3

Tahapan GI

(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor

Jawaban yang di

harapkan

1. Seleksi Topik

2.Merencanakan

Investigasi

(a. memberikan

penjelasan

sederhana)

(b. membangun

keterampilan

dasar)

Tidak ada

jawaban

Memilih 1

subtopik

Memilih 2

subtopik

Memilih 4

subtopik

0

1

2

3

Jawaban dibebaskan

Tidak ada

jawaban

Menulis

perencanaan

investigasi

dengan kurang

lengkap

Menulis

perencanaan

investigasi

dengan lengkap

0

1

2 Jawaban dibebaskan

3. Implementasi

(c.

menyimpulkan)

(d. memberikan

penjelasan lebih

lanjut)

Tidak ada

jawaban

Menjawab

dengan jawaban

tidak relevan

Menjawab

dengan jawaban

kurang lengkap

dan namun

relevan

Menjawab

jawaban dengan

lengkap dan

relevan

0

1

2

3

Liken dan mikoriza

merupakan simbiosis

yang terjadi antara

organisme satu dengan

yang lainnya yang

bertujuan untuk

memperoleh keuntungan

bagi organisme tersebut.

pada liken sebagai

simbiosis antara alga

dengan jamur sedangkan

pada mikoriza merupakan

simbiosis antara jamur

dengan akar tanaman.

A. Liken

Umumnya liken

berbentuk talus yang

tipis. Pada irisan

melintang talus tampak

bagian luarnya berupa

miselium yang kompak

dan di sebelah dalamnya

Page 280: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

263

terdapat hifa yang

susunannya tidak

kompak. Di antara

struktur luar dan dalam

tersebut terdapat sel-sel

atau koloni ganggang.

Selain itu juga disebut

sebagai organisme

perintis karena jika

terjadi perubahan cuaca

dan kelembapan, maka

liken akan melepaskan

fragmen halus dan zat

kimianya sehingga daapt

melapukkan permukaan

batuan. Selain itu,

manfaat liken membantu

dalam proses pelapukan

batuan, di bidang indsutri

sebagai bahan kosmetik,

bahan pewarna dan dapat

menyerap sulfur dioksida

yang merupakan

komponen pencemaran

udara, sehingga liken

dapat dijadikan petunjuk

adanya polusi udara

B. Mikoriza

Ciri-cirinya yaitu

Adanya struktur berupa

vesikel dan arbuskul.

Vesikel merupakan

penggelembungan hifa

yang berbentuk bulat dan

berfungsi sebagai tempat

penyimpanan cadangan

makanan

Arbuskul merupakan

sistem percabangan hifa

yang kompleks

bentuknya seperti akar

yang halus dan berfungsi

sebagai tempat

pertukaran nutrisi antara

jamur dan tanaman.

Page 281: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

264

Keuntungan

mikoriza: meningkatkan

pertumbuhan tanaman,

meningkatkan ketahanan

tanaman terhadap

serangan penyakit air,

penyakit tanah dan

serangan nematode,

meningkatkan

penyerapan unsur hara

oleh akar yang dibantu

oleh miselium, dan dapat

meningkatkan aerasi

dalam tanah

Skor maksimal 8

4. Analisis dan

sintesis

(c.menyimpulkan)

(d. memberikan

penjelasan lebih

lanjut)

Tidak ada

jawaban

Menjawab

dengan jawaban

tidak relevan

Menjawab

dengan jawaban

kurang lengkap

dan namun

relevan

Menjawab

jawaban dengan

lengkap dan

relevan

0

1

2

3

Lichen dikenal

sebagai tanaman

perintis karena

kemampuan bertahan

hidupnya yang sangat

kuat. Lichen sendiri

bisa tinggal di dalam

sebuah lingkungan

dengan kondisi yang

sangat ekstrim. Yang

lebih hebat lagi, lichen

sendiri bisa membantu

proses pelapukan

batuan dan juga

pembentukan tanah

dari batu-batuan

sehingga, lichen

sendiri dikenal sebagai

salah satu tanaman

yang sangat berguna

bagi kehidupan. Oleh

karenanya, di saat

hutan yang terbakar,

yang mampu bertahan

hidup dalam kondisi

ekstrem hanyalah

lichen yang membantu

proses terjadinya

kembali pertumbuhan

tanaman di hutan yang

telah terbakar

Page 282: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

265

Pada mikoriza,

dengan adanya

simbiosis antara akar

tanaman dan jamur

akan mempermudah

akar mencari sumber

air lebih jauh lagi

ataupun lebih dalam

memasuki tanah.

Sehingga tanaman

tersebut tidak mati

ataupun kekurangan air

yang diakibatkan dari

musim kemarau.

Skor maksimal 3

5. Penyajian hasil

akhir

(e. strategi dan

taktik)

Tidak ada

jawaban

Menyajikan

laporan tidak

relevan

Menyajikan

laporan kurang

lengkap dan

relevan

Menyajikan

laporan lengkap

dan relevan

0

1

2

3

Jawaban dibebaskan

Skor maksimal 3

Skor maksimal = 14

Nilai =

X 100%

Page 283: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

266

Lampiran 13

Lembar Penilaian LIK Kelas Eksperimen II

A. Pertemuan 1

Kelompok

Tahapan GI

Nilai 1 2 3 4 5

Seleksi topik

Perencanaan

investigasi Implementasi

Analisis

dan

sintesis

Penyajian

hasil akhir

1 1 2 2 2 3 71.43

2 2 2 3 2 3 85.71

3 1 1 2 3 3 71.43

4 2 2 2 2 3 78.57

5 1 1 2 2 3 64.29

6 1 1 2 3 3 71.43

7 1 2 3 3 3 85.71

8 1 2 3 3 3 85.71

9 2 2 3 3 3 92.86

10 1 2 3 3 3 85.71

Rata-rata 79.29

Kategori Baik

MAX 92.86

MIN 64.29

RATA-RATA 79.29

Page 284: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

267

B. Pertemuan 2

Kelompok

Tahapan GI

Nilai 1 2 3 4 5

Seleksi topik

Perencanaan

investigasi Implementasi

Analisis

dan

sintesis

Penyajian

hasil akhir

1 1 2 2 2 3 71.43

2 1 2 3 2 3 78.57

3 1 2 3 2 3 78.57

4 1 2 3 3 3 85.71

5 1 2 3 3 3 85.71

6 1 2 3 3 3 85.71

7 2 2 3 2 3 85.71

8 1 2 3 3 3 85.71

9 1 2 3 3 3 85.71

10 2 2 2 2 3 78.57

Rata-rata 82.14

Kategori Baik

MAX 85.71

MIN 71.43

RATA-RATA 82.14

Page 285: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

268

C. Pertemuan 3

Kelompok

Tahapan GI

Nilai 1 2 3 4 5

Seleksi

topik

Perencanaan

investigasi Implementasi

Analisis

dan

sintesis

Penyajian

hasil akhir

1 1 2 2 2 3 71.43

2 1 2 3 2 3 78.57

3 1 2 3 2 3 78.57

4 2 2 3 3 3 92.86

5 1 2 3 3 3 85.71

6 1 2 3 3 3 85.71

7 2 2 3 2 3 85.71

8 1 2 3 3 3 85.71

9 1 2 3 3 3 85.71

10 2 2 2 2 3 78.57

Rata-rata 82.86

Kategori Baik

MAX 92.86

MIN 71.43

RATA-RATA 82.86

Page 286: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

269

Lampiran 14

Lembar Ketercapaian KBK pada LIK Kelas Eksperimen II

A. Pertemuan I

Kelompok

Tahapan KBK

1 2 3 4 5

Memberikan

penjelasan

sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyimpul

kan

Memberikan

penjelasan

lebih lanjut

Strategi dan

taktik

1 3 3 3 1 3

2 3 3 3 3 3

3 3 3 3 2 3

4 3 3 3 2 3

5 2 3 2 2 3

6 2 2 2 1 3

7 3 3 3 2 3

8 3 3 3 3 3

9 3 3 3 2 3

10 3 3 3 3 4

Jumlah 27 28 28 21 32

Rata-rata 70,00% 72,50% 70,00% 52,50% 77,50% 68,50%

Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup

Page 287: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

270

B. Pertemuan 2

Kelompok

Tahapan KBK

1 2 3 4 5

Memberikan

penjelasan

sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyimpul

kan

Memberikan

penjelasan

lebih lanjut

Strategi

dan taktik

1 3 3 3 2 3

2 3 3 3 3 4

3 3 3 3 2 3

4 3 3 3 1 3

5 3 3 3 2 3

6 3 3 3 2 3

7 3 3 3 3 3

8 3 3 3 3 3

9 3 3 3 3 3

10 3 3 3 3 3

Jumlah 30 30 30 24 31

Rata-rata 75,00% 75,00% 75,00% 60,00% 77,50% 72,50%

Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup

Page 288: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

271

C. PERTEMUAN 3

Kelompok

Tahapan KBK

1 2 3 4 5

Memberikan

penjelasan

sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyimpul

kan

Memberikan

penjelasan

lebih lanjut

Strategi

dan taktik

1 3 3 3 2 3

2 3 3 3 3 4

3 3 3 3 2 3

4 3 3 3 2 3

5 3 3 3 2 3

6 3 3 3 2 3

7 4 4 4 3 4

8 3 3 3 3 3

9 3 3 3 3 3

10 3 3 3 3 3

Jumlah 31 31 31 25 32

Rata-rata 77,50% 77,50% 77,50% 62,50% 80% 75%

Kategori Cukup Cukup Cukup cukup Baik Cukup

Page 289: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

272

Lampiran 15

Rekapitulasi Keterlaksanaan Model Think Pair Share

A. Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Tahapan Aktivitas Guru Dilaksanakan

Skala Penilaian

Jumlah

Persentase

Pert.

I

Pert.

II

Pert.

III

1.

Thinking (guru

menyampai

kan

pertanyaan

secara

individual)

Menyebutkan dan

menjelaskan

tujuan

pembelajaran

Ya 4 4 4 12 100%

Memberitahukan

aktivitas-aktivitas

yang dilakukan

Memotivasi

peserta didik untuk

terlibat secara aktif

dalam

pembelajaran

Menggali

kemampuan awal

peserta didik

dengan

menanyakan suatu

kasus yang

berkaitan dengan

materi jamur

Memberikan

instruksi kepada

siswa untuk

memikirkan

terlebih dahulu

jawaban masing-

masing

2.

Pairing

(setiap

siswa

mendiskusi

kan hasil

pemikiran

masing-

Mengkoordinasi

siswa untuk

membentuk

kelompok secara

berpasangan siswa

pada masing-

masing kelompok

dan membagikan

LKS

Ya

4

4

4

12

100%

Page 290: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

273

masing

dengan

pasangan)

Memberikan

instruksi untuk

jawaban yang telah

di dapatkan dari

hasil Think secara

mandiri

selanjutnya di

diskusikan

bersama teman

kelompoknya

untuk saling

berdiskusi secara

bersama atas

permasalahan yang

telah diberikan

Mengatur

penggunaan waktu

untuk diskusi kelas

dengan tepat

3.

Sharing

(siswa

berbagi

jawaban

dengan

seluruh

kelas)

Membimbing dan

memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan

informasi

yang sesuai

dengan

permasalahan yang

telah diberikan

Ya

4

4

4

12

100%

Mengarahkan

perhatian peserta

didik pada materi

yang dihadapi

pada masing-

masing kelompok

Melakukan cek

pada tiap

kelompok untuk

memantau

kegiatan peserta

didik dalam

kelompok

Mengusahakan

agar setiap peserta

didik dalam

kelompok terlibat

aktif dalam

Page 291: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

274

berdiskusi

Meminta peserta

didik untuk

menyiapkan hasil

diskusi yang akan

dipresentasikan

Memilih secara

acak kelompok

yang maju untuk

presentasi

kelompok

Rata-Rata 100%

Page 292: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

275

B. Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik

No Tahapan TPS Sub-aspek Keterampilan

Berpikir Kritis

Keterlaksanaan (%) Kategori

Per. 1 Per. 2 Per. 3

1.

Pada Fase thinking

siswa merespon

dengan memikirkan

jawaban dari

pertanyaan mengenai

suatu permasalahan

yang telah diberikan

oleh guru

Memfokuskan pertanyaan

√ √ √

Menganalisis argumen

Bertanya dan menjawab

pertanyaan tentang suatu

penjelasan atau tantangan

Persentase 88,33% Baik

2.

Pada Fase pairing

siswa membentuk

kelompok dengan

temannya secara

berpasangan

Mempertimbangkan

kredibilitas suatu sumber

√ √ √

Membuat induksi dan

mempertimbangkan induksi

Membuat keputusan dan

mempertimbangkan

hasilnya

Mengidentifikasi asumsi

Persentase 88,33% Baik

3.

Pada fase sharing

siswa mengerjakan

dengan baik intruksi

yang telah diberikan

dan melakukan

presentasi

Memutuskan suatu tindakan

√ √ √

Berinteraksi dengan orang

lain

Persentase 95,83% Baik

Rata-rata Nilai Pertemuan 89,49% Baik

Page 293: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

276

Lampiran 16

Rekapitulasi Keterlaksanaan Group Investigation

A. Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Tahapan Aktivitas Guru Dilaksanakan

Skala Penilaian

Jumlah

Persentase

Pert.

I

Pert.

II

Pert.

III

1.

Seleksi topik

Menyebutkan

dan menjelaskan

tujuan

pembelajaran

Ya 4 4 4 12 100%

Memberitahukan

aktivitas-aktivitas

yang dilakukan

Memotivasi

peserta didik

untuk terlibat

secara aktif

dalam

pembelajaran

Menggali

kemampuan awal

peserta didik

dengan

menanyakan

suatu kasus yang

berkaitan dengan

materi jamur

Mengkoordinasi

siswa untuk

membentuk

kelompok secara

heterogen yang

berisi 4-5 siswa

pada masing-

masing kelompok

dan membagikan

LIK

Page 294: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

277

Memberikan

instruksi kepada

siswa untuk

membaca wacana

yang terdapat di

dalam LIK.

2.

Perencanaan

Investigasi

Meminta siswa

untuk

merencanakan

proses investigasi

dari topik yang

dipilih.

Ya

4

4

4

12

100%

Mengatur

penggunaan

waktu untuk

diskusi kelas

dengan tepat

3.

Implementas

i

(membimbin

g

pelaksanaan

investigasi)

Membimbing

siswa dalam

mempersiapkan

prosedur belajar

yang telah dipilih

dalam

melaksanakan

proses

penyelidikan

Ya

4

4

4

4

100%

Membimbing dan

memotivasi

peserta didik

untuk

mengumpulkan

informasi

yang sesuai

dengan

permasalahan

dan topik yang

dipilih

Page 295: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

278

Mengawasi

kinerja siswa di

dalam melakukan

kegiatan

penyelidikan

kelompok

Melakukan cek

pada tiap

kelompok untuk

memantau

kegiatan peserta

didik dalam

kelompok

Mengusahakan

agar setiap

peserta didik

dalam kelompok

terlibat aktif

dalam investigasi

Merangsang

interaksi antar

peserta didik

pada saat diskusi

kelas

berlangsung

4.

Analisis dan

Sintesis

Memberikan

umpan balik

terhadap

kesalahan peserta

didik pada saat

diskusi

Ya

4

4

4

12

100%

Membimbing

siswa dalam

proses investigasi

dan memberikan

bantuan jika

diperlukan

Page 296: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

279

Meminta peserta

didik

untuk

mengaitkan

antara

permasalahan

dalam wacana

dengan materi

5.

Penyajian

Hasil Akhir

Meminta setiap

kelompok untuk

mempresentasi

kan hasil

investigasi

Ya

4

4

4

4

100%

6.

Evaluasi

Mengevaluasi

kinerja tiap

kelompok

Ya

4

4

4

4

100%

Mempersilahkan

siswa untuk

bertanya ataupun

menanggapi dari

hasil presentasi

kelompok lain.

Rata-Rata 100%

Page 297: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

280

B. Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik

No Tahapan GI Sub-aspek Keterampilan

Berpikir Kritis Keterlaksanan (%)

Kategori Per. 1 Per. 2 Per. 3

1.

Pada Fase seleksi

topik siswa memilih

topik pembelajaran

Memfokuskan pertanyaan √ √ √

Menganalisis argumen

Persentase 79,16% Baik

2.

Pada Fase

perencanaan kooperatif siswa

menjalankan

prosedur sesuai

dengan intruksi yang

diberikan oleh guru

Bertanya dan menjawab

pertanyaan tentang suatu

penjelasan atau tantangan √ √ √

Persentase 91,66% Sangat baik

3.

Pada Fase

penerapan siswa

mengerjakan tugas

atau LIK dengan

tertib dan siswa

mengalami kesulitan

Mempertimbangkan

kredibilitas suatu sumber

Mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil

observasi

Persentase 83,67% Baik

4.

Pada Fase analisis

dan sintesis siswa

melakukan

investigasi dan

analisis tugas atau

LIK yang diberikan

oleh guru.

Membuat induksi dan

mempertimbangkan

induksi

√ √ √ Membuat keputusan dan

mempertimbangkan

hasilnya

Mengidentifikasi asumsi

Persentase 80,55% Baik

5.

Pada Fase presentasi

investigasi siswa

mempresentasikan

hasil investigasinya

pada masing-masing

kelompok.

Memutuskan suatu

tindakan

Berinteraksi dengan orang

lain

√ √ √

6.

Akhir Fase evaluasi

siswa menerima

masukan dari guru

dan merangkum

akhir materi

Persentase 79,16% Baik

Rata-rata Nilai Pertemuan 82,26% Baik

Page 298: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

281

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Firdhani Hayani

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Februari 2017

Sekolah/Kelas : MIA 2

Pertemuan ke- : 1

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS

(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)

pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Thinking (guru

menyampaikan

pertanyaan secara

individual)

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik untuk

terlibat secara aktif dalam

pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Page 299: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

282

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk memikirkan

terlebih dahulu jawaban

masing-masing

2.

Pairing (setiap

siswa

mendiskusikan

hasil pemikiran

masing-masing

dengan pasangan)

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara

berpasangan siswa pada

masing-masing kelompok dan

membagikan LKS

Memberikan instruksi untuk

jawaban yang telah di dapatkan

dari hasil Think secara mandiri

selanjutnya di diskusikan

bersama teman kelompoknya

untuk saling berdiskusi secara

bersama atas permasalahan

yang telah diberikan

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Sharing (siswa

berbagi jawaban

dengan seluruh

kelas)

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan yang telah

diberikan

Mengarahkan perhatian peserta

didik pada materi yang dihadapi

pada masing-masing kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam berdiskusi

Meminta peserta didik untuk

menyiapkan hasil diskusi yang √

Page 300: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

283

akan dipresentasikan

Memilih secara acak kelompok

yang maju untuk presentasi

kelompok √

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 21 Februari 2017

Observer

(Firdhani Hayani)

Page 301: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

284

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Refika Nurul Afifa

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Februari 2017

Sekolah/Kelas : MIA 2

Pertemuan ke- : 1

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS

(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)

pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Thinking (guru

menyampaikan

pertanyaan secara

individual)

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik untuk

terlibat secara aktif dalam

pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Page 302: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

285

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk memikirkan

terlebih dahulu jawaban

masing-masing

2.

Pairing (setiap

siswa

mendiskusikan

hasil pemikiran

masing-masing

dengan pasangan)

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara

berpasangan siswa pada

masing-masing kelompok dan

membagikan LKS

Memberikan instruksi untuk

jawaban yang telah di dapatkan

dari hasil Think secara mandiri

selanjutnya di diskusikan

bersama teman kelompoknya

untuk saling berdiskusi secara

bersama atas permasalahan

yang telah diberikan

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Sharing (siswa

berbagi jawaban

dengan seluruh

kelas)

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan yang telah

diberikan

Mengarahkan perhatian peserta

didik pada materi yang dihadapi

pada masing-masing kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam berdiskusi

Meminta peserta didik untuk

menyiapkan hasil diskusi yang √

Page 303: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

286

akan dipresentasikan

Memilih secara acak kelompok

yang maju untuk presentasi

kelompok √

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 21 Februari 2017

Observer

(Refika Nurul Afifa)

Page 304: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

287

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Firdhani Hayani

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017

Sekolah/Kelas : MIA 2

Pertemuan ke- : 2

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS

(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)

pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Thinking (guru

menyampaikan

pertanyaan secara

individual)

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik untuk

terlibat secara aktif dalam

pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Page 305: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

288

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk memikirkan

terlebih dahulu jawaban

masing-masing

2.

Pairing (setiap

siswa

mendiskusikan

hasil pemikiran

masing-masing

dengan pasangan)

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara

berpasangan siswa pada

masing-masing kelompok dan

membagikan LKS

Memberikan instruksi untuk

jawaban yang telah di dapatkan

dari hasil Think secara mandiri

selanjutnya di diskusikan

bersama teman kelompoknya

untuk saling berdiskusi secara

bersama atas permasalahan

yang telah diberikan

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Sharing (siswa

berbagi jawaban

dengan seluruh

kelas)

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan yang telah

diberikan

Mengarahkan perhatian peserta

didik pada materi yang dihadapi

pada masing-masing kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam berdiskusi

Meminta peserta didik untuk

menyiapkan hasil diskusi yang √

Page 306: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

289

akan dipresentasikan

Memilih secara acak kelompok

yang maju untuk presentasi

kelompok √

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 28 Februari 2017

Observer

(Firdhani Hayani)

Page 307: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

290

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Refika Nurul Afifa

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017

Sekolah/Kelas : MIA 2

Pertemuan ke- : 2

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS

(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)

pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Thinking (guru

menyampaikan

pertanyaan secara

individual)

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik untuk

terlibat secara aktif dalam

pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Page 308: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

291

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk memikirkan

terlebih dahulu jawaban

masing-masing

2.

Pairing (setiap

siswa

mendiskusikan

hasil pemikiran

masing-masing

dengan pasangan)

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara

berpasangan siswa pada

masing-masing kelompok dan

membagikan LKS

Memberikan instruksi untuk

jawaban yang telah di dapatkan

dari hasil Think secara mandiri

selanjutnya di diskusikan

bersama teman kelompoknya

untuk saling berdiskusi secara

bersama atas permasalahan

yang telah diberikan

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Sharing (siswa

berbagi jawaban

dengan seluruh

kelas)

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan yang telah

diberikan

Mengarahkan perhatian peserta

didik pada materi yang dihadapi

pada masing-masing kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam berdiskusi

Meminta peserta didik untuk

menyiapkan hasil diskusi yang √

Page 309: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

292

akan dipresentasikan

Memilih secara acak kelompok

yang maju untuk presentasi

kelompok √

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 28 Februari 2017

Observer

(Refika Nurul Afifa)

Page 310: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

293

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Firdhani Hayani

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Selasa, 7 Maret 2017

Sekolah/Kelas : MIA 2

Pertemuan ke- : 3

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS

(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)

pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Thinking (guru

menyampaikan

pertanyaan secara

individual)

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik untuk

terlibat secara aktif dalam

pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Page 311: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

294

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk memikirkan

terlebih dahulu jawaban

masing-masing

2.

Pairing (setiap

siswa

mendiskusikan

hasil pemikiran

masing-masing

dengan pasangan)

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara

berpasangan siswa pada

masing-masing kelompok dan

membagikan LKS

Memberikan instruksi untuk

jawaban yang telah di dapatkan

dari hasil Think secara mandiri

selanjutnya di diskusikan

bersama teman kelompoknya

untuk saling berdiskusi secara

bersama atas permasalahan

yang telah diberikan

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Sharing (siswa

berbagi jawaban

dengan seluruh

kelas)

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan yang telah

diberikan

Mengarahkan perhatian peserta

didik pada materi yang dihadapi

pada masing-masing kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam berdiskusi

Meminta peserta didik untuk

menyiapkan hasil diskusi yang √

Page 312: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

295

akan dipresentasikan

Memilih secara acak kelompok

yang maju untuk presentasi

kelompok √

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 7 Maret 2017

Observer

(Firdhani Hayani)

Page 313: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

296

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Refika Nurul Afifa

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Selasa, 7 Maret 2017

Sekolah/Kelas : MIA 2

Pertemuan ke- : 3

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS

(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)

pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Thinking (guru

menyampaikan

pertanyaan secara

individual)

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik untuk

terlibat secara aktif dalam

pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Page 314: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

297

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk memikirkan

terlebih dahulu jawaban

masing-masing

2.

Pairing (setiap

siswa

mendiskusikan

hasil pemikiran

masing-masing

dengan pasangan)

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara

berpasangan siswa pada

masing-masing kelompok dan

membagikan LKS

Memberikan instruksi untuk

jawaban yang telah di dapatkan

dari hasil Think secara mandiri

selanjutnya di diskusikan

bersama teman kelompoknya

untuk saling berdiskusi secara

bersama atas permasalahan

yang telah diberikan

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Sharing (siswa

berbagi jawaban

dengan seluruh

kelas)

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan yang telah

diberikan

Mengarahkan perhatian peserta

didik pada materi yang dihadapi

pada masing-masing kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam berdiskusi

Meminta peserta didik untuk

menyiapkan hasil diskusi yang √

Page 315: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

298

akan dipresentasikan

Memilih secara acak kelompok

yang maju untuk presentasi

kelompok √

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 7 Maret 2017

Observer

(Refika Nurul Afifa)

Page 316: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

299

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Firdhani Hayani

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Kamis, 23 Februari 2017

Sekolah/Kelas : MIA 5

Pertemuan ke- : 1

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI

(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis

(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Seleksi Topik

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik

untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara √

Page 317: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

300

heterogen yang berisi 4-5

siswa pada masing-masing

kelompok dan membagikan

LIK

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk membaca wacana

yang terdapat di dalam LIK. √

2.

Perencanaan

Investigasi

Meminta siswa untuk

merencanakan proses

investigasi dari topik yang

dipilih.

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Implementasi

(membimbing

pelaksanaan

investigasi)

Membimbing siswa dalam

mempersiapkan prosedur

belajar yang telah dipilih

dalam melaksanakan proses

penyelidikan

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan dan topik yang

dipilih

Mengawasi kinerja siswa di

dalam melakukan kegiatan

penyelidikan kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam investigasi

Merangsang interaksi antar

peserta didik pada saat diskusi

kelas berlangsung √

4. Analisis dan Memberikan umpan balik √

Page 318: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

301

Sintesis

terhadap kesalahan peserta

didik pada saat diskusi

Membimbing siswa dalam

proses investigasi dan

memberikan bantuan jika

diperlukan

Meminta peserta didik

untuk mengaitkan antara

permasalahan dalam wacana

dengan materi √

5. Penyajian

Hasil Akhir

Meminta setiap kelompok

untuk mempresentasikan hasil

investigasi √

6.

Evaluasi

Mengevaluasi kinerja tiap

kelompok √

Mempersilahkan siswa untuk

bertanya ataupun menanggapi

dari hasil presentasi kelompok

lain.

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 23 Februari 2017

Guru Mata Pelajaran Biologi

(Firdhani Hayani)

Page 319: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

302

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Refika Nurul Afifa

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Kamis, 23 Februari 2017

Sekolah/Kelas : MIA 5

Pertemuan ke- : 1

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI

(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis

(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Seleksi Topik

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik

untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara √

Page 320: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

303

heterogen yang berisi 4-5

siswa pada masing-masing

kelompok dan membagikan

LIK

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk membaca wacana

yang terdapat di dalam LIK. √

2.

Perencanaan

Investigasi

Meminta siswa untuk

merencanakan proses

investigasi dari topik yang

dipilih.

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Implementasi

(membimbing

pelaksanaan

investigasi)

Membimbing siswa dalam

mempersiapkan prosedur

belajar yang telah dipilih

dalam melaksanakan proses

penyelidikan

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan dan topik yang

dipilih

Mengawasi kinerja siswa di

dalam melakukan kegiatan

penyelidikan kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam investigasi

Merangsang interaksi antar

peserta didik pada saat diskusi

kelas berlangsung √

4. Analisis dan Memberikan umpan balik √

Page 321: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

304

Sintesis

terhadap kesalahan peserta

didik pada saat diskusi

Membimbing siswa dalam

proses investigasi dan

memberikan bantuan jika

diperlukan

Meminta peserta didik

untuk mengaitkan antara

permasalahan dalam wacana

dengan materi √

5. Penyajian

Hasil Akhir

Meminta setiap kelompok

untuk mempresentasikan hasil

investigasi √

6.

Evaluasi

Mengevaluasi kinerja tiap

kelompok √

Mempersilahkan siswa untuk

bertanya ataupun menanggapi

dari hasil presentasi kelompok

lain.

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 23 Februari 2017

Observer

(Refika Nurul Afifa)

Page 322: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

305

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Firdhani Hayani

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Kamis, 2 Maret 2017

Sekolah/Kelas : MIA 5

Pertemuan ke- : 2

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI

(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis

(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Seleksi Topik

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik

untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara √

Page 323: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

306

heterogen yang berisi 4-5

siswa pada masing-masing

kelompok dan membagikan

LIK

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk membaca wacana

yang terdapat di dalam LIK. √

2.

Perencanaan

Investigasi

Meminta siswa untuk

merencanakan proses

investigasi dari topik yang

dipilih.

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Implementasi

(membimbing

pelaksanaan

investigasi)

Membimbing siswa dalam

mempersiapkan prosedur

belajar yang telah dipilih

dalam melaksanakan proses

penyelidikan

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan dan topik yang

dipilih

Mengawasi kinerja siswa di

dalam melakukan kegiatan

penyelidikan kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam investigasi

Merangsang interaksi antar

peserta didik pada saat diskusi

kelas berlangsung √

4. Analisis dan Memberikan umpan balik √

Page 324: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

307

Sintesis

terhadap kesalahan peserta

didik pada saat diskusi

Membimbing siswa dalam

proses investigasi dan

memberikan bantuan jika

diperlukan

Meminta peserta didik

untuk mengaitkan antara

permasalahan dalam wacana

dengan materi √

5. Penyajian

Hasil Akhir

Meminta setiap kelompok

untuk mempresentasikan hasil

investigasi √

6.

Evaluasi

Mengevaluasi kinerja tiap

kelompok √

Mempersilahkan siswa untuk

bertanya ataupun menanggapi

dari hasil presentasi kelompok

lain.

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 2 Maret 2017

Guru Mata Pelajaran Biologi

(Firdhani Hayani)

Page 325: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

308

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Refika Nurul Afifa

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Kamis, 23 Februari 2017

Sekolah/Kelas : MIA 5

Pertemuan ke- : 2

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI

(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis

(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Seleksi Topik

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik

untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara √

Page 326: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

309

heterogen yang berisi 4-5

siswa pada masing-masing

kelompok dan membagikan

LIK

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk membaca wacana

yang terdapat di dalam LIK. √

2.

Perencanaan

Investigasi

Meminta siswa untuk

merencanakan proses

investigasi dari topik yang

dipilih.

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Implementasi

(membimbing

pelaksanaan

investigasi)

Membimbing siswa dalam

mempersiapkan prosedur

belajar yang telah dipilih

dalam melaksanakan proses

penyelidikan

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan dan topik yang

dipilih

Mengawasi kinerja siswa di

dalam melakukan kegiatan

penyelidikan kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam investigasi

Merangsang interaksi antar

peserta didik pada saat diskusi

kelas berlangsung √

4. Analisis dan Memberikan umpan balik √

Page 327: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

310

Sintesis

terhadap kesalahan peserta

didik pada saat diskusi

Membimbing siswa dalam

proses investigasi dan

memberikan bantuan jika

diperlukan

Meminta peserta didik

untuk mengaitkan antara

permasalahan dalam wacana

dengan materi √

5. Penyajian

Hasil Akhir

Meminta setiap kelompok

untuk mempresentasikan hasil

investigasi √

6.

Evaluasi

Mengevaluasi kinerja tiap

kelompok √

Mempersilahkan siswa untuk

bertanya ataupun menanggapi

dari hasil presentasi kelompok

lain.

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 2 Maret 2017

Observer

(Refika Nurul Afifa)

Page 328: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

311

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Firdhani Hayani

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Kamis, 9 Maret 2017

Sekolah/Kelas : MIA 5

Pertemuan ke- : 3

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI

(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis

(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Seleksi Topik

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik

untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara √

Page 329: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

312

heterogen yang berisi 4-5

siswa pada masing-masing

kelompok dan membagikan

LIK

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk membaca wacana

yang terdapat di dalam LIK. √

2.

Perencanaan

Investigasi

Meminta siswa untuk

merencanakan proses

investigasi dari topik yang

dipilih.

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Implementasi

(membimbing

pelaksanaan

investigasi)

Membimbing siswa dalam

mempersiapkan prosedur

belajar yang telah dipilih

dalam melaksanakan proses

penyelidikan

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan dan topik yang

dipilih

Mengawasi kinerja siswa di

dalam melakukan kegiatan

penyelidikan kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam investigasi

Merangsang interaksi antar

peserta didik pada saat diskusi

kelas berlangsung √

4. Analisis dan Memberikan umpan balik √

Page 330: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

313

Sintesis

terhadap kesalahan peserta

didik pada saat diskusi

Membimbing siswa dalam

proses investigasi dan

memberikan bantuan jika

diperlukan

Meminta peserta didik

untuk mengaitkan antara

permasalahan dalam wacana

dengan materi √

5. Penyajian

Hasil Akhir

Meminta setiap kelompok

untuk mempresentasikan hasil

investigasi √

6.

Evaluasi

Mengevaluasi kinerja tiap

kelompok √

Mempersilahkan siswa untuk

bertanya ataupun menanggapi

dari hasil presentasi kelompok

lain.

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 9 Maret 2017

Guru Mata Pelajaran Biologi

(Firdhani Hayani)

Page 331: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

314

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Observer : Refika Nurul Afifa

Materi : Jamur

Hari/Tanggal : Kamis, 9 Maret 2017

Sekolah/Kelas : MIA 5

Pertemuan ke- : 3

Petunjuk Pengisian

Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI

(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis

(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan

Keterangan :

SS : Sangat Sesuai

S : Sesuai

KS : Kurang Sesuai

TS : Tidak Sesuai

No Tahapan Aktivitas Guru

Skala

Keterangan 4

(SS)

3

(S)

2

(KS)

1

(TS)

1.

Seleksi Topik

Menyebutkan dan menjelaskan

tujuan pembelajaran √

Memberitahukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan √

Memotivasi peserta didik

untuk terlibat secara aktif

dalam pembelajaran

Menggali kemampuan awal

peserta didik dengan

menanyakan suatu kasus yang

berkaitan dengan materi jamur

Mengkoordinasi siswa untuk

membentuk kelompok secara √

Page 332: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

315

heterogen yang berisi 4-5

siswa pada masing-masing

kelompok dan membagikan

LIK

Memberikan instruksi kepada

siswa untuk membaca wacana

yang terdapat di dalam LIK. √

2.

Perencanaan

Investigasi

Meminta siswa untuk

merencanakan proses

investigasi dari topik yang

dipilih.

Mengatur penggunaan waktu

untuk diskusi kelas dengan

tepat

3.

Implementasi

(membimbing

pelaksanaan

investigasi)

Membimbing siswa dalam

mempersiapkan prosedur

belajar yang telah dipilih

dalam melaksanakan proses

penyelidikan

Membimbing dan memotivasi

peserta didik untuk

mengumpulkan informasi

yang sesuai dengan

permasalahan dan topik yang

dipilih

Mengawasi kinerja siswa di

dalam melakukan kegiatan

penyelidikan kelompok

Melakukan cek pada tiap

kelompok untuk memantau

kegiatan peserta didik dalam

kelompok

Mengusahakan agar setiap

peserta didik dalam kelompok

terlibat aktif dalam investigasi

Merangsang interaksi antar

peserta didik pada saat diskusi

kelas berlangsung √

4. Analisis dan Memberikan umpan balik √

Page 333: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

316

Sintesis

terhadap kesalahan peserta

didik pada saat diskusi

Membimbing siswa dalam

proses investigasi dan

memberikan bantuan jika

diperlukan

Meminta peserta didik

untuk mengaitkan antara

permasalahan dalam wacana

dengan materi √

5. Penyajian

Hasil Akhir

Meminta setiap kelompok

untuk mempresentasikan hasil

investigasi √

6.

Evaluasi

Mengevaluasi kinerja tiap

kelompok √

Mempersilahkan siswa untuk

bertanya ataupun menanggapi

dari hasil presentasi kelompok

lain.

Persentase Nilai Rata-rata (NR) =

x 100%

Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:

90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik

80% ≤ NR ≤ 90% : Baik

70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik

60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang

0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang

Bogor, 9 Maret 2017

Observer

(Refika Nurul Afifa)

Page 334: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

317

Lampiran 17

Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I

No. Siswa Pretest Posttest

1 41,07 87,50

2 39,29 46,43

3 53,57 73,21

4 57,14 89,29

5 64,29 83,93

6 62,50 87,50

7 58,93 89,29

8 66,07 73,21

9 55,36 67,86

10 69,64 91,07

11 55,36 91,07

12 42,86 73,21

13 64,29 85,71

14 57,14 76,79

15 60,71 75

16 64,29 85,71

17 58,93 80,36

18 67,86 82,14

19 66,07 85,71

20 62,50 85,71

21 58,93 82,14

22 64,29 73,21

23 62,50 78,57

24 62,50 73,21

25 60,71 78,57

26 60,71 83,93

27 60,71 87,50

28 57,14 89,29

29 58,93 76,79

30 58,93 91,07

31 60,71 89,29

32 66,07 82,14

33 55,36 91,07

34 60,71 87,50

35 62,50 64,29

36 51,79 83,93

37 55,36 76,79

38 66,07 80,36

39 58,93 83,93

40 57,14 76,79

41 71,43 92,86

42 67,86 87,50

43 64,29 83,93

Rata-rata 59,71 81,52

Page 335: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

318

Lampiran 18

Data Hasil KBK Kelas Eksperimen I

Tabel Keterampilan Berpikir Kritis Pretest pada Kelas TPS (Think Pair Share)

No

Siswa

Nomor Butir Soal

Total Nilai Memberikan penjelasan sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyim

pulkan

Membuat

penjelasan

lebih

lanjut

Strategi

dan

taktik

1 2 3 4 7 8 9 10 5 11 6 12 13 14

1 2 2 0 3 3 3 1 3 2 1 3 0 0 0 23 41,07

2 3 3 1 3 3 3 1 0 2 0 3 0 0 0 22 39,29

3 2 2 2 1 3 3 1 3 1 2 3 1 3 3 30 53,57

4 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 3 1 2 2 32 57,14

5 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 36 64,29

6 2 2 2 3 3 3 1 3 1 4 3 1 3 3 35 62,50

7 2 2 2 2 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 33 58,93

8 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 37 66,07

9 2 2 2 2 3 3 1 3 1 1 3 1 3 3 30 53,57

10 4 4 4 4 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 39 69,64

11 2 2 1 3 3 3 2 3 2 1 3 1 3 3 31 55,36

12 0 0 1 3 2 2 1 3 1 2 3 1 3 2 24 42,86

13 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 36 64,29

14 2 2 1 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 32 57,14

15 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 34 60,71

Page 336: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

319

16 3 3 2 3 3 3 2 3 2 1 3 2 3 3 36 64,29

17 2 2 2 2 3 3 1 2 2 4 4 1 3 3 33 58,93

18 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 38 67,86

19 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 4 37 66,07

20 3 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 35 62,50

21 3 3 1 3 3 3 1 3 3 1 3 1 2 3 33 58,93

22 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 36 64,29

23 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 35 62,50

24 2 2 1 3 3 3 1 3 2 3 2 1 3 3 32 57,14

25 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 35 62,50

26 3 3 3 3 3 3 1 3 2 1 3 1 2 3 34 60,71

27 3 2 3 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 34 60,71

28 2 2 3 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 2 32 57,14

29 2 2 2 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 33 58,93

30 2 2 3 3 3 3 1 3 2 2 3 1 3 2 33 58,93

31 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 34 60,71

32 2 2 3 3 3 3 1 3 2 4 4 1 3 3 37 66,07

33 3 3 2 0 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 31 55,36

34 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 34 60,71

35 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50

36 2 2 2 2 3 3 1 3 1 1 3 1 3 3 29 51,79

37 2 2 2 3 3 3 1 2 2 1 3 1 3 3 31 55,36

38 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 37 66,07

39 3 3 1 3 3 3 1 2 1 3 3 1 3 3 33 58,93

40 2 2 1 2 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 32 57,14

41 4 4 2 4 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 40 71,43

42 4 4 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 38 67,86

Page 337: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

320

43 3 3 3 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 4 36 64,29

Jumlah 111 110 84 118 125 125 44 120 77 91 127 45 120 118

Rata-rata 62,28% 50% 75,60% 26,79% 70,83% 57,10%

Kategori Cukup Kurang

sekali Cukup

Kurang

sekali Cukup Kurang

Page 338: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

321

Tabel Keterampilan Berpikir Kritis Posttest pada Kelas TPS (Think Pair Share)

No

Siswa

Nomor Butir Soal

Memberikan penjelasan sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyim

pulkan

Membuat

penjelasan

lebih

lanjut

Strategi

dan

taktik Total Nilai

1 2 3 4 7 8 9 10 5 11 6 12 13 14

1 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 49 87,50

2 4 4 2 3 4 4 2 0 3 0 0 0 0 0 43 46,43

3 2 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 41 73,21

4 4 4 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 50 89,29

5 4 4 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 4 4 47 83,93

6 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 3 49 87,50

7 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 50 89,29

8 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 2 41 73,21

9 2 2 2 3 4 4 2 2 2 2 3 2 4 4 38 67,85

10 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 51 91,07

11 4 4 4 3 4 4 1 4 3 4 4 3 4 4 51 91,07

12 2 2 2 4 4 4 2 4 2 4 3 2 3 3 41 73,21

13 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4 3 48 85,71

14 2 2 3 4 4 4 2 4 3 1 4 4 4 3 43 76,79

15 2 2 2 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 42 75,00

16 2 2 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 48 8571

17 2 2 3 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 45 80,36

18 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 3 3 46 82,14

19 3 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 48 85,71

20 3 3 2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 48 85,71

Page 339: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

322

21 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 46 82,14

22 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 1 4 4 41 73,21

23 2 2 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 3 3 44 78,57

24 3 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 2 4 3 41 73,21

25 2 2 3 4 4 4 2 3 2 4 3 4 4 3 44 78,57

26 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 4 47 83,93

27 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3 49 87,50

28 4 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 3 50 89,29

29 2 2 3 4 4 4 2 4 2 3 4 3 3 3 43 76,79

30 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 51 91,07

31 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 50 89,29

32 2 2 2 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 46 82,14

33 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 51 91,07

34 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 49 87,50

35 4 4 4 4 4 4 2 3 3 0 4 0 0 0 36 64,29

36 3 3 2 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 47 83,93

37 2 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 43 76,79

38 2 2 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 45 80,36

39 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 47 83,93

40 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 2 4 4 43 76,79

41 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 52 92,86

42 4 4 3 4 4 4 2 2 3 3 4 4 4 4 49 87,50

43 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 47 83,93

Jumlah 129 129 134 157 164 165 89 147 118 125 148 126 153 142

Rata-rata 82,89% 73,32% 88,10% 75% 87,80% 81,22%

Kategori Baik Cukup Sangat

baik Cukup

Sangat

baik Baik

Page 340: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

323

Lampiran 19

Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen II

No. Siswa Pretest Posttest

1 57,14 82,14

2 58,93 75

3 60,71 85,71

4 62,5 83,93

5 62,5 82,14

6 53,57 67,86

7 50 67,86

8 57,14 78,57

9 57,14 76,79

10 62,5 76,79

11 57,14 80,36

12 57,14 69,64

13 62,50 69,64

14 53,57 67,86

15 57,14 87,5

16 58,93 69,64

17 66,07 80,36

18 67,86 85,71

19 53,57 80,36

20 50 60,71

21 53,57 64,29

22 58,93 80,36

23 62,50 83,93

24 58,93 80,36

25 58,93 83,93

26 50 60,71

27 58,93 82,14

28 64,29 78,57

29 60,71 80,36

30 55,36 69,64

31 57,14 75

32 57,14 67,86

33 53,57 64,29

34 76,79 85,71

35 60,71 78,57

36 57,14 78,57

37 55,36 75

38 66,07 87,50

39 57,14 80,36

40 50 60,71

41 50 62,50

42 62,5 83,93

Rata-rata 58,38 76,02

Page 341: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

324

Lampiran 20

Data Hasil KBK Kelas Eksperimen II

Tabel Keterampilan Berpikir Kritis Pretest pada Kelas GI (Group Investigation)

No Siswa

Nomor Butir Soal

Total Nilai Memberikan penjelasan sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyim

pulkan

Membuat

penjelasan

lebih

lanjut

Strategi

dan taktik

1 2 3 4 7 8 9 10 5 11 6 12 13 14

1 2 2 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 2 3 32 57,14

2 2 2 1 3 3 3 1 2 2 3 3 2 3 3 33 58,93

3 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 4 34 60,71

4 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50

5 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50

6 3 3 1 3 3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 30 53,57

7 3 3 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 3 2 28 50,00

8 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 32 57,14

9 3 3 1 2 3 3 1 3 2 2 2 1 2 2 32 57,14

10 2 2 1 3 3 3 1 4 2 4 2 2 3 3 35 62,50

11 2 2 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 32 57,14

12 2 2 1 3 3 3 1 3 2 1 3 2 3 3 32 57,14

13 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50

14 2 2 1 3 3 3 1 3 2 2 2 1 3 2 30 53,57

15 2 2 1 3 3 3 1 3 2 2 3 1 3 3 32 57,14

16 2 2 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 33 58,93

Page 342: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

325

17 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 37 66,07

18 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 4 2 3 3 38 67,86

19 2 2 1 3 3 3 1 3 1 1 3 1 3 3 30 53,57

20 2 2 1 2 3 3 2 3 2 1 2 0 3 2 28 50,00

21 2 2 1 3 3 3 1 3 2 1 2 1 3 3 30 53,57

22 2 2 1 3 3 3 1 4 2 1 3 2 3 3 33 58,93

23 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50

24 3 3 2 2 3 3 1 3 2 2 3 1 2 3 45 58,93

25 3 3 1 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 33 58,93

26 2 2 1 1 2 2 1 2 3 3 3 1 2 3 28 50,00

27 2 2 1 3 4 4 1 3 2 1 3 1 3 3 33 58,93

28 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 4 0 36 64,29

29 3 3 1 3 3 3 1 2 2 3 3 1 3 3 34 60,71

30 2 2 1 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 31 55,36

31 2 2 1 3 3 3 1 3 2 2 3 1 3 3 32 57,14

32 2 2 1 3 3 3 1 3 0 3 3 2 3 3 32 57,14

33 2 2 1 1 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 30 53,57

34 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 3 4 4 4 43 76,79

35 2 2 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 4 34 60,71

36 2 2 1 2 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 32 57,14

37 2 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 1 1 3 31 55,36

38 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 37 66,07

39 3 3 1 1 3 3 1 3 2 2 3 1 3 3 32 57,14

40 3 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 4 3 28 50,00

41 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 1 3 3 28 50,00

42 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50

Jumlah 104 104 53 111 124 124 45 123 80 98 118 54 122 118

Page 343: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

326

Rata-rata 58,63% 52,98% 70,24% 32,14% 71,43% 57,08%

Kategori Kurang Kurang

sekali Cukup

Kurang

sekali Cukup Kurang

Page 344: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

327

Tabel Keterampilan Berpikir Kritis Posttest pada Kelas GI (Group Investigation)

No

Siswa

Nomor Butir Soal

Memberikan penjelasan sederhana

Membangun

keterampilan

dasar

Menyim

pulkan

Membuat

penjelasan

lebih

lanjut

Strategi

dan taktik Total Nilai

1 2 3 4 7 8 9 10 5 11 6 12 13 14

1 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 2 3 4 46 82,14

2 3 3 3 3 4 4 2 2 2 4 3 2 4 3 42 75,00

3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 4 4 48 85,71

4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4 47 83,93

5 4 4 2 3 4 4 2 2 3 3 4 2 3 4 46 82,14

6 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 38 67,86

7 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 38 67,86

8 3 3 2 3 4 4 2 4 2 3 4 2 4 4 44 78,57

9 3 3 3 3 4 4 2 3 3 2 3 2 4 4 43 76,79

10 3 3 2 3 4 4 2 3 2 4 3 2 4 4 43 76,79

11 3 3 3 3 4 4 2 4 2 4 3 2 4 4 45 80,36

12 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 39 69,64

13 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 39 69,64

14 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 38 67,86

15 4 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 49 87,50

16 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 4 36 69,64

17 3 3 3 3 4 4 2 4 2 4 4 2 3 4 45 80,36

18 4 4 3 4 4 4 2 3 2 4 4 3 4 3 48 85,71

19 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 4 45 80,36

20 3 3 3 4 4 4 2 4 3 4 4 2 3 4 47 60,71

Page 345: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

328

21 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 36 64,29

22 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4 45 80,36

23 4 4 2 3 4 4 2 3 4 4 4 2 3 4 47 83,93

24 4 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 3 4 45 80,36

25 4 4 3 4 4 4 3 4 2 1 4 2 4 4 47 83,93

26 2 2 1 3 3 3 1 2 2 3 3 2 3 3 33 60,71

27 4 4 3 4 4 4 2 3 4 3 4 2 4 4 46 82,14

28 4 4 2 3 4 4 0 4 3 4 3 2 4 3 44 78,57

29 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 2 3 4 45 80,36

30 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 39 69,64

31 3 3 3 3 4 4 2 4 3 0 3 4 3 3 42 75,00

32 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 2 2 38 67,86

33 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 4 36 64,29

34 4 4 3 4 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 48 85,71

35 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 2 4 4 44 78,57

36 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 3 2 3 3 44 78,57

37 3 3 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 3 3 42 75,00

38 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 3 49 87,50

39 3 3 3 3 4 4 2 4 3 3 4 2 4 3 45 80,36

40 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4 1 3 4 34 60,71

41 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 3 1 3 3 35 62,50

42 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 2 4 4 47 83,93

Jumlah 138 138 115 133 156 154 84 143 112 130 144 84 141 148

Rata-rata 78,94% 72,02% 85,71% 50% 86,01% 74,54%

Kategori Baik Cukup Sangat

baik

Kurang

sekali

Sangat

baik Cukup

Page 346: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

329

Lampiran 21

UJI NORMALITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN I

No x z f (z) s (z) |f(z) - s(z)|

1 39.29 -3.01 0.00 0.02 0.02

2 41.07 -2.74 0.00 0.05 0.04

3 42.86 -2.48 0.01 0.07 0.06

4 51.79 -1.17 0.12 0.09 0.03

5 53.57 -0.90 0.18 0.12 0.07

6 55.36 -0.64 0.26 0.21 0.05

7 55.36 -0.64 0.26 0.21 0.05

8 55.36 -0.64 0.26 0.21 0.05

9 55.36 -0.64 0.26 0.21 0.05

10 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03

11 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03

12 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03

13 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03

14 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03

15 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01

16 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01

17 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01

18 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01

19 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01

20 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01

21 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02

22 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02

23 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02

24 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02

25 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02

26 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04

27 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04

28 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04

29 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04

30 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04

31 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06

32 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06

33 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06

34 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06

35 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06

Page 347: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

330

36 66.07 0.93 0.82 0.91 0.08

37 66.07 0.93 0.82 0.91 0.08

38 66.07 0.93 0.82 0.91 0.08

39 66.07 0.93 0.82 0.91 0.08

40 67.86 1.20 0.88 0.95 0.07

41 67.86 1.20 0.88 0.95 0.07

42 69.64 1.46 0.93 0.98 0.05

43 71.43 1.72 0.96 1.00 0.04

Rata-rata 59.718

StDev 6.797

L tabel 0.135

L hitung 0.082

Kesimpulan L tabel > L hitung (berdistribusi normal)

MAX 71.43

MIN 39.29

MODUS 58.93

MEDIAN 60.71

Page 348: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

331

Lampiran 22

UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN I

No x z f (z) s (z) |f(z) - s(z)|

1 46.43 -4.00 0.00 0.02 0.02

2 64.29 -1.97 0.02 0.05 0.02

3 67.86 -1.56 0.06 0.07 0.01

4 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01

5 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01

6 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01

7 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01

8 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01

9 75 -0.74 0.23 0.21 0.02

10 76.79 -0.54 0.29 0.30 0.01

11 76.79 -0.54 0.29 0.30 0.01

12 76.79 -0.54 0.29 0.30 0.01

13 76.79 -0.54 0.29 0.30 0.01

14 78.57 -0.34 0.37 0.35 0.02

15 78.57 -0.34 0.37 0.35 0.02

16 80.36 -0.13 0.45 0.40 0.05

17 80.36 -0.13 0.45 0.40 0.05

18 82.14 0.07 0.53 0.47 0.06

19 82.14 0.07 0.53 0.47 0.06

20 82.14 0.07 0.53 0.47 0.06

21 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03

22 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03

23 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03

24 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03

25 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03

26 85.71 0.48 0.68 0.67 0.01

27 85.71 0.48 0.68 0.67 0.01

28 85.71 0.48 0.68 0.67 0.01

29 85.71 0.48 0.68 0.67 0.01

30 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04

31 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04

32 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04

33 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04

34 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04

35 89.29 0.89 0.81 0.88 0.07

Page 349: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

332

36 89.29 0.89 0.81 0.88 0.07

37 89.29 0.89 0.81 0.88 0.07

38 89.29 0.89 0.81 0.88 0.07

39 91.07 1.09 0.86 0.98 0.11

40 91.07 1.09 0.86 0.98 0.11

41 91.07 1.09 0.86 0.98 0.11

42 91.07 1.09 0.86 0.98 0.11

43 92.86 1.29 0.90 1.00 0.10

Rata-rata 81.520

StDev 8.764

L tabel 0.135

L hitung 0.115

Kesimpulan L tabel > L hitung (berdistribusi normal)

MAX 92.86

MIN 46.43

MODUS 73.21 83.93 87.5

MEDIAN 83.93

Page 350: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

333

Lampiran 23

UJI NORMALITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN II

No x z f (z) s (z) |f(z) - s(z)|

1 50 -1.55 0.06 0.12 0.06

2 50 -1.55 0.06 0.12 0.06

3 50 -1.55 0.06 0.12 0.06

4 50 -1.55 0.06 0.12 0.06

5 50 -1.55 0.06 0.12 0.06

6 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05

7 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05

8 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05

9 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05

10 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05

11 55.36 -0.56 0.29 0.29 0.00

12 55.36 -0.56 0.29 0.29 0.00

13 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

14 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

15 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

16 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

17 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

18 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

19 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

20 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

21 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

22 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11

23 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13

24 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13

25 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13

26 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13

27 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13

28 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13

29 60.71 0.43 0.67 0.74 0.07

30 60.71 0.43 0.67 0.74 0.07

31 60.71 0.43 0.67 0.74 0.07

32 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10

33 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10

34 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10

35 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10

Page 351: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

334

36 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10

37 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10

38 64.29 1.09 0.86 0.90 0.04

39 66.07 1.42 0.92 0.95 0.03

40 66.07 1.42 0.92 0.95 0.03

41 67.86 1.75 0.96 0.98 0.02

42 76.79 3.40 1.00 1.00 0.00

Rata-rata 58.375

StDev 5.415

L tabel 0.137

L hitung 0.126

Kesimpulan L tabel > L hitung (berdistribusi normal)

MAX 76.79

MIN 50

MODUS 57.14

MEDIAN 57.14

Page 352: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

335

Lampiran 24

UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN II

No x z f (z) s (z) |f(z) - s(z)|

1 60.71 -1.90 0.03 0.07 0.04

2 60.71 -1.90 0.03 0.07 0.04

3 60.71 -1.90 0.03 0.07 0.04

4 62.5 -1.68 0.05 0.10 0.05

5 64.29 -1.46 0.07 0.14 0.07

6 64.29 -1.46 0.07 0.14 0.07

7 67.86 -1.01 0.16 0.24 0.08

8 67.86 -1.01 0.16 0.24 0.08

9 67.86 -1.01 0.16 0.24 0.08

10 67.86 -1.01 0.16 0.24 0.08

11 69.64 -0.79 0.21 0.33 0.12

12 69.64 -0.79 0.21 0.33 0.12

13 69.64 -0.79 0.21 0.33 0.12

14 69.64 -0.79 0.21 0.33 0.12

15 75 -0.13 0.45 0.40 0.04

16 75 -0.13 0.45 0.40 0.04

17 75 -0.13 0.45 0.40 0.04

18 76.79 0.10 0.54 0.45 0.09

19 76.79 0.10 0.54 0.45 0.09

20 78.57 0.32 0.62 0.55 0.08

21 78.57 0.32 0.62 0.55 0.08

22 78.57 0.32 0.62 0.55 0.08

23 78.57 0.32 0.62 0.55 0.08

24 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01

25 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01

26 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01

27 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01

28 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01

29 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01

30 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01

31 82.14 0.76 0.78 0.79 0.01

32 82.14 0.76 0.78 0.79 0.01

33 82.14 0.76 0.78 0.79 0.01

34 83.93 0.98 0.84 0.88 0.04

35 83.93 0.98 0.84 0.88 0.04

Page 353: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

336

36 83.93 0.98 0.84 0.88 0.04

37 83.93 0.98 0.84 0.88 0.04

38 85.71 1.20 0.89 0.95 0.07

39 85.71 1.20 0.89 0.95 0.07

40 85.71 1.20 0.89 0.95 0.07

41 87.5 1.43 0.92 1.00 0.08

42 87.5 1.43 0.92 1.00 0.08

Rata-rata 76.020

StDev 8.055

L tabel 0.137

L hitung 0.119

Kesimpulan L tabel > L hitung (berdistribusi normal)

MAX 87.5

MIN 60.71

MODUS 80.36

MEDIAN 78.57

Page 354: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

337

Lampiran 25

UJI HOMOGENITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN I DAN KELAS

EKSPERIMEN II

Pretest

Mean Kelas Eksperimen I 59,718

Mean Kelas Eksperimen II 58,375

Beda Mean 1,343

N Kelas Eksperimen I 43

N Kelas Eksperimen II 42

SD Kelas Eksperimen I 6,797

SD Kelas Eksperimen II 5,415

Varians Terbesar 46,203

Varians Terkecil 29,326

F =

F =

F = 1,576

Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan uji fisher didapatkan

hasil Fhitung 1,567. Pada taraf signifikansi 0,05 dengan df untuk pembilang (Ni = n-

1) yaitu (43-1= 42) dan df penyebut (N2= n-1) yaitu (42-1), maka didapat Ftabel

sebesar 1,675. Dengan demikian Fhitung < Ftabel (1,576 < 1,675) maka Ho diterima,

yang berarti data homogen.

Page 355: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

338

Lampiran 26

UJI HOMOGENITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN I DAN KELAS

EKSPERIMEN II

Posttest

Mean Kelas Eksperimen I 81,520

Mean Kelas Eksperimen II 76,020

Beda Mean 5,5

N Kelas Eksperimen I 43

N Kelas Eksperimen II 42

SD Kelas Eksperimen I 8,764

SD Kelas Eksperimen II 8,055

Varians Terbesar 76,816

Varians Terkecil 64,888

F =

F =

F = 1,184

Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan uji fisher didapatkan

hasil Fhitung 1,184. Pada taraf signifikansi 0,05 dengan df untuk pembilang (Ni = n-

1) yaitu (43-1= 42) dan df penyebut (N2= n-1) yaitu (42-1), maka didapat Ftabel

sebesar 1,675. Dengan demikian Fhitung < Ftabel (1,184 < 1,675) maka Ho diterima,

yang berarti data homogen.

Page 356: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

339

Lampiran 27

Uji Hipotesis Statistik (Uji-t) Pretest

t =

dengan Sg =

Sg =

=

=

=

= 37,866

s = 6,153

t =

=

thitung = -1,00

Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji t didapatkan nilai

thitung sebesar -1,00 yang berarti nilai thitung pretest jatuh di daerah penerimaan H0

(masih diantara -1,989 dan 1,989), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat

pretest tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara model

Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI).

Page 357: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

340

Lampiran 28

Uji Hipotesis Statistik (Uji-t) Posttest

t =

dengan Sg =

Sg =

=

=

=

= 70,293

s = 8,422

t =

=

thitung = -3,010

Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji t didapatkan nilai

thitung sebesar -3,01 yang berarti nilai thitung posttest jatuh di luar daerah penerimaan

H0 (sudah diluar dari -1,989 dan 1,989), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada

saat posttest terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara model

Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI).

Page 358: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

341

Lampiran 29

UJI HIPOTESIS PRETEST DAN POSTTEST INDIKATOR

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

No

Aspek

Keterampilan

Berpikir Kritis

Indikator Kritis Statistik

Pretest Posttest

Eksp.

I

Eksp.

II

Eksp.

I

Eksp.

II

1.

Memberikan

penjelasan

sederhana

1. Mengidentifi

kasi atau

merumuskan

pertanyaan

Sampel (n) 43 42 43 42

X rata-rata 70,06 67,86 87,21 87,50

t hitung 1,133 -0,123

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan

yang signifikan

Tidak terdapat

perbedaan

yang signifikan

2. Mengidentifi

kasi/ merumuskan

kriteria-kriteria

untuk

mempertimbangkan

jawaban yang

mungkin

Sampel (n) 43 42 43 42

X rata-rata 69,77 67,86 87,50 87,50

t hitung 0,982 0,000

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

3. Mengidentifikasi

alasan yang tidak

dinyatakan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 37,50 29,17

t hitung 0,383 2,986

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Terdapat

perbedaan yang

signifikan

4. Mengapa

demikian?

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 70,35 66,07

t hitung 1,163 6,116

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Terdapat

perbedaan yang

signifikan

5. Bagaimana

menerapkannya

dalam kasus

tersebut

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 71,51 73,21

t hitung -0,976 3,997

t tabel 1,989

Kesimpulan Tidak terdapat

perbedaan yang

Terdapat

perbedaan yang

Page 359: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

342

signifikan signifikan

2.

Membangun

keterampilan

dasar

6. Keterampilan

memberikan alasan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 49,71 52,98

t hitung -1,044 0,225

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

3.

Menyimpulkan

7. Memberikan

kesimpulan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 75,58 70,24

t hitung 0,407 0,755

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

4.

Memberikan

penjelasan lebih

lanjut

8. Alasan yang

tidak dinyatakan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 26,16 32,14

t hitung -1,180 5,503

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Terdapat

perbedaan yang

signifikan

5.

Strategi dan

taktik

9. Merumuskan

solusi alternatif

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 69,77 76,62

t hitung -0,864 1,832

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

10.

Mempresentasikan

secara lisan atau

tulisan

Sampel (n) 43 42

X rata-rata 68,60 70,24

t hitung -0,411 -0,757

t tabel 1,989

Kesimpulan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Tidak terdapat

perbedaan yang

signifikan

Page 360: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

343

Lampiran 30 Uji N-Gain Kelas Eksperimen I

No. Siswa Pretest Posttest N-Gain Kriteria

1 41.07 87.50 0.897 Tinggi

2 39.29 46.43 0.133 Rendah

3 53.57 73.21 0.500 Sedang

4 57.14 89.29 0.900 Tinggi

5 64.29 83.93 0.687 Sedang

6 62.50 87.50 0.823 Tinggi

7 58.93 89.29 0.895 Tinggi

8 66.07 73.21 0.267 Rendah

9 55.36 67.86 0.333 Sedang

10 69.64 91.07 0.923 Tinggi

11 55.36 91.07 0.952 Tinggi

12 42.86 73.21 0.607 Sedang

13 64.29 85.71 0.750 Tinggi

14 57.14 76.79 0.550 Sedang

15 60.71 75 0.444 Sedang

16 64.29 85.71 0.750 Tinggi

17 58.93 80.36 0.632 Sedang

18 67.86 82.14 0.571 Sedang

19 66.07 85.71 0.733 Tinggi

20 62.50 85.71 0.764 Tinggi

21 58.93 82.14 0.684 Sedang

22 64.29 73.21 0.312 Rendah

23 62.50 78.57 0.529 Sedang

24 62.50 73.21 0.353 Sedang

25 60.71 78.57 0.556 Sedang

26 60.71 83.93 0.722 Tinggi

27 60.71 87.50 0.833 Tinggi

28 57.14 89.29 0.900 Tinggi

29 58.93 76.79 0.526 Sedang

30 58.93 91.07 0.947 Tinggi

31 58.93 89.29 0.889 Tinggi

32 66.07 82.14 0.600 Sedang

33 55.36 91.07 0.952 Tinggi

34 60.71 87.50 0.833 Tinggi

35 62.50 64.29 0.059 Rendah

36 51.79 83.93 0.783 Tinggi

37 55.36 76.79 0.571 Sedang

38 66.07 80.36 0.533 Sedang

39 58.93 83.93 0.737 Tinggi

40 57.14 76.79 0.550 Sedang

41 71.43 92.86 1.000 Tinggi

Page 361: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

344

42 67.86 87.50 0.786 Tinggi

43 64.29 83.93 0.687 Sedang

Rata-rata 59.718 81.520 0.66 Sedang

Tertinggi 71.43 92.86

Terendah 39.29 46.43

Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 21 48.84

Sedang 18 41.86

Rendah 4 9.30

Page 362: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

345

Lampiran 31 Uji N-Gain Kelas Eksperimen II

No. Siswa Pretest Posttest N-Gain Kriteria

1 57.14 82.14 0.823 Tinggi

2 58.93 75 0.562 Sedang

3 60.71 85.71 0.933 Tinggi

4 62.50 83.93 0.857 Tinggi

5 62.50 82.14 0.786 Tinggi

6 53.57 67.86 0.421 Sedang

7 50 67.86 0.476 Sedang

8 57.14 78.57 0.706 Tinggi

9 57.14 76.69 0.647 Sedang

10 62.50 76.79 0.572 Sedang

11 57.14 80.36 0.765 Tinggi

12 57.14 69.64 0.412 Sedang

13 62.50 69.64 0.286 Rendah

14 53.57 67.86 0.421 Sedang

15 57.14 87.50 1.000 Tinggi

16 58.93 69.64 0.375 Rendah

17 66.07 80.36 0.667 Sedang

18 67.86 85.71 0.909 Tinggi

19 53.57 80.36 0.790 Tinggi

20 50 60.71 0.286 Rendah

21 53.57 64.29 0.316 Sedang

22 58.93 80.36 0.750 Tinggi

23 62.50 83.93 0.857 Tinggi

24 58.93 80.36 0.750 Tinggi

25 58.93 83.93 0.875 Tinggi

26 50 60.71 0.286 Rendah

27 58.93 82.14 0.812 Tinggi

28 64.29 78.57 0.615 Sedang

29 60.71 80.36 0.733 Tinggi

30 55.36 69.64 0.444 Sedang

31 57.14 75 0.588 Sedang

32 57.14 67.86 0.353 Sedang

33 53.57 64.29 0.316 Sedang

34 76.79 85.71 0.833 Tinggi

35 60.71 78.57 0.667 Sedang

36 57.14 78.57 0.706 Tinggi

37 55.36 75 0.611 Sedang

38 66.07 87.50 1.000 Tinggi

39 57.14 80.36 0.765 Tinggi

40 50 60.71 0.286 Rendah

41 50 62.50 0.333 Sedang

Page 363: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

346

42 62.50 83.93 0.857 Tinggi

Rata-rata 58.375 76.020 0.63 Sedang

Tertinggi 76.79 87.50

Terendah 50 60.71

Kategori Jumlah Persentase

Tinggi 19 45.24

Sedang 17 40.48

Rendah 6 14.29

Page 364: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

347

Lampiran 32 Hasil Wawancara Dengan Guru dan Siswa di Man 1 Bogor

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU SELAKU GURU BIDANG

STUDI BIOLOGI KELAS MIA 5 SELAKU OBSERVER PENELITIAN

1. Apakah metode GI pernah diterapkan dalam pembelajaran Biologi dikelas ibu?

Jawab:

Pada dasarnya berbagai metode pembelajaran kooperatif yaitu sama-sama

berdiskusi kelompok. Namun saya melihat ada yang berbeda dari metode ini

yaitu dengan adanya penyelidikan siswa menjadi lebih aktif di dalam

mencari informasi yang berkaitan secara langsung dengan alam.

2. Bagaimanakah keefektifan metode GI tersebut diterapkan di dalam kelas?

Jawab:

Cukup efektif namun pada saat diskusi terdapat beberapa anggota kelompok

yang gaduh dan tidak fokus dalam membantu temannya. Sebaiknya siswa

yang membuat gaduh tersebut di tegur atau diberi peringatan agar proses

belajar tetap berjalan denga prosedur dan sesuai.

3. Apakah dengan metode GI dapat mengasah keterampilan berpikir kritis siswa

dikelas?

Jawab:

Setelah saya amati, siswa saling berdiskusi kelompok dengan teman-

temannya untuk memecahkan masalah bersama-sama. Menurut saya juga,

karena dari kasus yang diberikan pada artikel cukup bagus sehingga siswa

tertantang untuk saling berdiskusi dengan temannya dalam memahami serta

mencari solusi dari permasalahan tersebut.

4. Apakah keaktifan siswa meningkat setelah digunakannya metode GI di dalam kelas?

Jawab:

Cukup meningkat, karena biasanya siswa saat belajar cenderung merasa

bosan dengan hanya mendengarkan materi saja, namun dengan

diberikannnya LIK dengan terdapat kasus-kasus yang cukup kompleks di

setiap pertemuannya membuat siswa menjadi lebih aktif dalam berdiskusi

kelompok dan mengasah keterampilan berpikir kritis siswa.

Page 365: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

348

5. Apa saran yang ibu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran biologi?

Jawab:

Sarannya, semoga di setiap penerapan berbagai macam metode

pembelajaran apapun dapat meningkatkan hasil belajar dan juga mengasah

keterampilan berpikir kreatf dan kritis siswa dalam belajar dikelas.

Page 366: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

349

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA YANG MENGGUNAKAN

METODE GI

1. Bagaimanakah menurutmu pembelajaran Biologi dengan menggunakan metode GI?

Jawab:

A. Khoirunnisa :“baik dan mudah karena tidak terlalu banyak materi yang

dihapalkan dan dapat juga menambah pengetahuan siswa

dan membuat siswa menjadi kreatif dan berpikir kritis

dalam menjawab soal-soal”

B. Mutiara :“metode GI sangat asik dalam pembelajaran, karena

dengan diskusi jadi lebih mudah memahami dan saling

bertukar informasi dengan teman sekelompok”

C. Fitriyah :”dengan adanya metode diskusi sangat diperlukan karena

untuk memecahkan masalah, belajar menghargai pendapat

orang lain dan terbentuknya kerjasama untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan“

2. Apakah dengan metode GI dapat membantumu dalam memahami pembelajaran

Biologi?

Jawab:

A. Khoirunnisa :“bisa memahami pembelajaran biologi walaupun tidak

sepenuhnya tetapi membantu, namun metode GI agak sulit

karena banyak bahasa yang sulit dimengerti dan karena

kurang dari penjelasan gurunya menjadi kurang paham”

B. Mutiara : “membantu saya dala belajara biologi karena kita dapat

bertukar informasi dan mengetahui akar masalah tersebut

dan bagaimana cara mendapatkan solusinya

C. Fitriyah : “membantu siswa-siswi untuk memahami pelajaran

biologi karena dengan adanya metode tersebut dapat

memudahkan tugas-tugas yang ingin diselesaikan.

3. Apakah yang kamu rasakan setelah belajar Biologi dengan menggunakan metode GI?

Jawab:

A. Khoirunnisa :“membuat saya menjadi berpikir kritis dan kreatif ”

Page 367: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

350

B. Mutiara :“jadi lebih banyak mengetahui informasi dari berbagai

sumber dan lebih mudah memahami materi biologi dengan

mudah. Serta kasus yang dibahas dangat bermanfaat buat

kita sendiri”

C. Fitriyah :“menyenangkan, mendapatkan suasana belajar yang baru

dan dapat mempermuda, serta mempersingkat waktu

untuk mengerjakan tugas yang diberikan”

4. Apakah kamu kesulitan dalam menjalankan tahapan-tahapan dalam metode GI?

Jawab:

A. Khoirunnisa :“awalnya memang agak sulit karena ada beberapa bahasa

yang terlalu tinggi tapi bisa diatasi setelah dijelaskan oleh

guru dikelas”

B. Mutiara : “kesulitannya hanya ada pada teman yang tidak mau

bekerja dan tidak mau membantu. Selebihnya tidak ada

kesulitan”

C. Fitriyah : “tidak, justru kita diberikan kemudahan untuk

memahami dan lancar dalam menjalankan tahapan-

tahapan dari metode yang diberikan”

5. Dalam penggunaannya, tahapan-tahapan manakah yang menurutmu paling berkesan

dalam GI? Mengapa?

Jawab:

A. Khoirunnisa :“pada saat presentasi karena saya dan teman-teman saya

bisa mengetahui berbagai jenis hasil diskusi dari kelompok

lain ”

B. Mutiara : “ketika berdiskusi karena dapat saling berbagi informasi

dengan teman”

C. Fitriyah : “pada saat proses diskusi, karena tidak hanya membahas

secara teori saja materi tersebut tetapi juga mengasah

kemampuan kami untuk memecahkan masalah yang ada di

artikel”

6. Saran apa yang kamu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran Biologi dikelas?

Jawab:

A. Khoirunnisa :“tetap semangat dalam mengajarnya dan kalau bisa lebih

diperbanyak lagi penjelasannya jadi siswa tidak hanya

mendapatkan informasi dari artikel saja dan selebihnya

sudah baik di dalam penerapannya”

Page 368: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

351

B. Mutiara :“karena biologi terlalu banyak bacaan guru yang

menyampaikan materi lebih meringkas lagi materi agar

lebih mudah dipahami”

C. Fitriyah :“semoga siswa-siswi mudah untuk memahami materi-

materi yang telah diberikan. Karena dengan adanya

metode diskusi sama saja seperti merangkum secara

jelasnya materi yang sebelumnya dan dikaitkan dengan

permasalahan yang ada di kehidupan”

Page 369: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

352

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU SELAKU GURU BIDANG

STUDI BIOLOGI MIA 2 SELAKU OBSERVER PENELITIAN

1. Apakah metode TPS pernah diterapkan dalam pembelajaran Biologi dikelas ibu?

Jawab:

Selama saya mengajar di MAN 1 Bogor hanya menggunakan metode

konvensional, jadi menurut saya dengan adanya metode TPS ini sebagai

contoh variasi pembelajaran yang bagus untuk meningkatkan diskusi siswa

di kelas

2. Bagaimanakah keefektifan metode TPS tersebut diterapkan di dalam kelas?

Jawab:

Cukup bagus dan efektif, karena biasanya siswa lebih sering berdiskusi

dengan banyak anggota kelompok. Namun dengan adanya metode TPS ini

dengan membentuk diskusi secara berpasangan membuat siswa menjadi

tidak gaduh dalam berdiskusi dan menjadi fokus dalam pembelajaran di

kelas. Selain itu juga terlihat kekompakan di setiap masing-masing

kelompok dalam memecahkan masalah yang ada di pembelajaran

3. Apakah dengan metode TPS dapat mengasah keterampilan berpikir kritis siswa

dikelas?

Jawab:

Saya rasa cukup mengasah keterampilan berpikir kritis siswa karena artikel

atau wacana yang terdapat di dalam LKS terkait dengan kehidupan sehari-

hari, sehingga siswa bertambah pengetahuannya dan juga siswa menjadi

lebih kritis dalam menemukan solusi dalam memecahkan masalah tersebut

di dalam kelas.

4. Apakah keaktifan siswa meningkat setelah digunakannya metode TPS di dalam kelas?

Jawab:

Menurut saya siswa menjadi lebih aktif, walaupun ada beberapa kelompok

yang memang terlihat tidak semangat dalam berdiskusi dikarenakan siswa

tersebut sama-sama malas dalam mengerjakan tugas, tetapi secara

keseluruhan saya rasa metode ini cukup efektif diterapkan di dalam

pembelajaran biologi.

Page 370: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

353

5. Apa saran yang ibu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran biologi?

Jawab:

Semoga dengan adanya berbagai macam variasi metode pembelajaran yang

baru saat ini dapat meningkatkan minat serta semangat belajar siswa di

kelas terutama pembelajaran biologi yang lebih banyak dengan hapalan

tetapi dapat dikemas materi tersebut dengan cara yang lebih menarik lagi.

Page 371: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

354

HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA YANG MENGGUNAKAN

METODE TPS

1. Bagaimanakah menurutmu pembelajaran Biologi dengan menggunakan metode TPS?

Jawab:

A. Denisa :“menyenangkan, dan menarik pada saat belajar materi

jamur dikelas. Saya menyukai metode tersebut karena

pada saat diskusi dikelas, suasanya tidak gaduh”

B. Zahra :“saya suka dengan metode ini, karena saya bisa langsung

berdiskusi secara langsung dengan teman sebangku dan

kami menjadi aktif”

C. Zaid :“menyenangan, karena kooperatif dan tidak terlalu

banyak anggota kelompok jadi kamis bisa fokus

berdiskusi”

2. Apakah dengan metode TPS dapat membantumu dalam memahami pembelajaran

Biologi?

Jawab:

A. Denisa : “iya membantu saya dalam memahami materi jamur

dikelas”

B. Zahra : “ya membantu, dengan metode TPS saya bisa lebih fokus

berdiskusi dengan tidak banyak anggota kelompok”

C. Zaid : “ iya membantu saya dalam belajar biologi di kelas”

3. Apakah yang kamu rasakan setelah belajar Biologi dengan menggunakan metode

TPS?

Jawab:

A. Denisa : “saya dan teman saya menjadi lebih aktif dalam

berdiskusi. Selain itu juga dengan adanya artikel yang

melibatkan kasus di kehidupan sehari-hari dengan materi

saya mendapat pengetahuan baru dan mengasah

kemampuan berpikir kritis siswa dikelas”

B. Zahra :“saya dan teman sebangku saya jadi bisa bertukar pikiran

untuk saling melengkapi pendapat kami dalam

memecahkan masalah secara bersama-sama”

C. Zaid :“meningkatkan kerjasama kelompok, karena yang bekerja

hanya kami berdua saja tidak ada anggota lainnya ”

Page 372: PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35918/2/FIRDHANI... · eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen

355

4. Apakah kamu kesulitan dalam menjalankan tahapan-tahapan dalam metode TPS?

Jawab:

A. Denisa : “tidak, saya senang karena selain bisa sharing dengan

pasangan tetapi juga kami bisa menunjukkan hasil diskusi

kami berdua dan dipresentasikan di depan kelas”

B. Zahra : “tidak, karena tahapan-tahapan yang dijelaskan sudah

jelas”

C. Zaid : “ tidak sulit selama belajar biologi dengan metode

tersebut. karena kami hanya diminta berdiskusi seara

berpasangan saja sehingga pada saat pembentukan

kelompok dengan cepat memilih sendiri pasangan diskusi

yaitu teman sebangku”

5. Dalam penggunaannya, tahapan-tahapan manakah yang menurutmu paling berkesan

dalam TPS? Mengapa?

Jawab:

A. Denisa :“saat fase berpasangan, disitu saya dan teman saya bisa

lebih menghargai pendapat satu sama lainnya dengan

memberikan menyatukan pendapat kami berdua”

B. Zahra :“saat tahapan sharing karena saya dan teman sebangku

bisa lebih percaya diri dalam mempresentasikan hasil

diskusi kami”

C. Zaid : “tahap sharing, karena saya jadi lebih tahu berbagai

macam hasil diskusi dari kelompok yang berbeda-beda”

6. Saran apa yang kamu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran Biologi dikelas?

Jawab:

A. Denisa :“semoga metode TPS ini bisa diterapkan juga di pelajaran

lainnya dan juga menjadi metode yang bagus untuk proses

diskusi kelompok.”

B. Zahra :“pada saat siswa yang sedang presentasi, kelompok lain

juga harus lebih memperhatikan”

C. Zaid :“semoga dengan diterapkannya metode ini bisa melatih

kekompakan kelompok dalam bekerjasama. Selain itu,

pada saat presentasi alangkah baiknya lebih diperhatikan

lagi jika ada siswa-siswa yang tidak memperhatikan

temannya saat berdiskusi dikelas agar dengan seksama

mendengarkan dan kelompok yang sedang berdiskusi.