Upload
nguyenkiet
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBEDAAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
KONSEP FUNGI DENGAN MODEL KOOPERATIF THINK PAIR
SHARE (TPS) DAN GROUP INVESTIGATION (GI)
(Quasi Eksperimen pada Siswa di MAN 1 Bogor)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH:
FIRDHANI HAYANI
1112016100002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Firdhani Hayani (1112016100002), Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Pada Konsep Fungi Dengan Model Kooperatif Think Pair Share (TPS)
dan Group Investigation (GI). Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi,
Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan
pada aspek sosial dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,
dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Saat ini pada era
globalisasi, di dalam proses pembelajaran khususnya dalam memperoleh
informasi siswa tidak hanya melalui proses membaca akan tetapi diperlukannya
suatu proses berpikir kritis untuk menghadapi tantangan secara global dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Sehingga, diperlukannya suatu model
pembelajaran yang mampu membuat siswa dapat berpikir kritis. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara
siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dengan model Group Investigation (GI) pada konsep Fungi.
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Bogor. Metode penelitian bersifat
kuantitatif yaitu eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan desain two group
pretest posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
teknik random sampling. Jumlah sampel terdiri dari 43 siswa sebagai kelas
eksperimen I model TPS dan 42 siswa sebagai kelas eksperimen II model GI.
Instrumen yang digunakan berupa soal essay. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa yang diajarkan menggunakan
model TPS adalah 81.52, sedangkan pada model GI adalah 76.02. Pada hasil rata-
rata keterampilan berpikir kritis, berdasarkan hasil uji-t menunjukkan terdapat
perbedaan yang signifikan dimana thitung sebesar -3,01 yang berarti nilai thitung
jatuh di luar daerah penerimaan H0 (antara -1.989 dan 1.989) sehingga H0 ditolak
dan Ha diterima. Selain itu, pada kelas TPS mampu mengidentifikasi alasan yang
tidak dinyatakan dari suatu pernyataan, dapat memberikan alasan mengapa
demikian suatu kasus dapat dipecahkan, serta dapat memberikan suatu argumen
terhadap pemecahan masalah bagaimana cara yang tepat untuk dapat diterapkan.
Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara
model TPS dan GI pada konsep Fungi.
Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif, Model Think Pair Share (TPS),
Model Group Investigation, Keterampilan Berpikir Kritis,
Konsep Fungi.
vi
ABSTRACT
Firdhani Hayani (1112016100002): “The Differences Between the Critical
Thinking Skills of Students Who Learn Using Cooperative Learning Think Pair
Share (TPS) Model and Group Investigation (GI) Model on The Concept of
Fungi.”. Undergraduate Thesis, Biology Education Program, Science Education
Departement, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta, 2017.
Cooperative learning is a learning model that emphasized social aspects by
improving student performance in academic tasks, helping students understand
difficult concepts and helping students empowering the critical thinking skills. In
this globalization era, especially in the learning process, students are obtaining
the information not only through the reading but also through a critical thinking
process in order to face the global challenges such as solving a problem.
Therefore, it’s required a learning model that can make in improving students'
critical thinking skills. This research aimed to determine differences between the
critical thinking skills of students who learn using cooperative learning Think
Pair Share (TPS) model and Group Investigation (GI) model on the concept of
Fungi. This research conducted at MAN 1 Bogor. This research used quasi
experimental with two group pretest posttest design. Sample was took by random
sampling technique. The sample consisted of 43 students as experimental class I
that used TPS model and 42 students as experimental class II that used GI model.
The instrument was used essay questions. The results showed the average score of
critical thinking skills from students that used TPS model is 81.52, while the GI
model is 76.02. The t-test results showed there's significant difference, where the
t-count is -3,01, that means the number of t-count is outside the reception area H0
(between -1.989 and 1.989) it caused H0 rejected and Ha accepted. In addition,
the TPS class was able to identify the unmentioned reason of a statement, could
provide the reasons why the case can be solved, could provide the arguments to
solving a problem and how it solved in a proper way. It proved that there are
differences between the critical thinking skills of students with TPS model and GI
model on the concept of Fungi.
Keyword: Cooperative Learning, Think Pair Share (TPS), Group Investigation
(GI), Critical Thinking, Fungi Concept.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan ridho-Nya yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Konsep
Fungi Dengan Model Kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Group
Investigation (GI)” disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi. Shalawat beserta salam
semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW beserta
keluarga, para sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan
bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus ikhlas penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Meiry Fadilah Noor, M.Si, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu, saran, arahan, dan bimbingan serta motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Eny S. Rosyidatun, M.A, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis.
6. Seluruh dosen dan staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
7. Dr. H. Asep Ruhiat, M.Pd selaku sebagai kepala sekolah yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah
tersebut. Serta kepada Dra. Umi Salamah dan Dra. Tutik Suryani selaku
guru bidang studi biologi di MAN 1 Bogor yang telah memberikan arahan
dan saran yang bermanfaat bagi penulis.
8. Para guru dan staf MAN 1 Bogor, yang senantiasa memberikan dukungan
dan kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung.
9. Teristimewa kepada kedua orang tua yaitu Bapak Eddy Haryadi dan Ibu
Farida Rusly, serta saudara tersayang kakak Edithian Suryana dan adik
Fanisha Rahayani yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a, dan
semangat semoga selalu melimpah kasih sayang kepada mereka semua.
10. Achmad Nurafandi, yang tak kenal lelah untuk selalu memberikan
support dalam bentuk do’a, motivasi, dan saran-saran yang terbaik selama
perkuliahan dan dalam penyusunan skripsi.
11. Tim Fungi’s, kepada Hanna Chairunnisa dan Refika Nurul Afifa sebagai
sahabat-sahabat yang terbaik untuk saling bekerjasama dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Yogie Wibisono sebagai pemberi masukan bagi penulis selama
penyususnan skripsi dan beberapa teman-teman Jurusan Pendidikan
Biologi angkatan 2012 yang selalu memberikan motivasi, bantuan, dan
semangat penulis selama ini.
Semoga hasil penelitian yang termuat dalam bentuk skripsi ini, dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri, pembaca dan peneliti selanjutnya. Aamiin Yaa
Rabbal ‘Alamin.
Jakarta, 7 Juni 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................ iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 8
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis ...................................................................................... 10
1. Pengertian Pembelajaran ............................................................. 10
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) ..................... 11
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................ 11
b. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif .............. 14
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif.................. 14
d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif ............. 15
3. Beberapa Variasi Dalam Model Pembelajaran Kooperatif ......... 17
4. Pembelajaran Think Pair Share (TPS) ........................................ 19
x
a. Pengertian Model Kooperatif TPS ................................ 19
b. Langkah-langkah Pembelajaran TPS ............................ 21
c. Kelebihan dan Kekurangan TPS .................................. 23
5. Pembelajaran Group Investigation (GI) ...................................... 24
a. Pengertian Model Kooperatif GI................................... 24
b. Langkah-langkah Pembelajaran GI ............................... 26
c. Kelebihan dan Kekurangan Model GI .......................... 27
6. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis .................................... 28
a. Pengertian Berpikir ....................................................... 28
b. Keterampilan Berpikir Kritis ........................................ 28
c. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis ............................. 32
7. Tinjauan Konsep Fungi ............................................................... 37
B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 38
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 40
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 43
B. Metode dan Desain Penelitian .............................................................. 43
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 45
D. Prosedur Penelitian ............................................................................... 45
1. Tahap Pendahuluan ................................................................... 46
2. Tahap Pelaksanaan .................................................................... 47
3. Tahap Akhir .............................................................................. 48
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 49
F. Instrumen Penelitian ............................................................................. 50
1. Tes Tertulis Keterampilan Berpikir Kritis ................................ 50
2. Wawancara ................................................................................ 52
3. Observasi .................................................................................. 52
G. Kalibrasi Instrumen ............................................................................... 53
H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 56
xi
1. Uji Normalitas ........................................................................... 56
2. Uji Homogenitas ....................................................................... 57
3. Uji Hipotesis ............................................................................. 57
4. Uji N-Gain ................................................................................ 58
I. Hipotesis Statistik ................................................................................. 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 60
1. Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis .......... 60
2. Hasil N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis .............................. 61
3. Hasil Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis ..................... 62
a. Persentase Pretest dan Posttest Aspek
Keterampilan Berpikir Kritis ........................................ 62
b. Hasil Pretest dan Posttest Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis ............................................................... 63
4. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa ........................................ 65
B. Data Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran ........................................ 68
1. Keterlaksanaan Sintaks Model Think Pair Share dan Group
Investigation dalam Kegiatan Pembelajaran ............................. 68
a. Hasil Observasi Kegiatan Guru .................................... 68
b. Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik ....................... 69
1) Model Kooperatif Think Pair Share ................. 69
2) Model Kooperatif Group Investigation............. 71
C. Hasil Wawancara .................................................................................... 73
D. Pengujian Prasyarat Analisis .................................................................. 75
1. Uji Normalitas ........................................................................... 77
2. Uji Homogenitas ....................................................................... 76
E. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 77
1. Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ............................................. 77
2. Uji Hipotesis Posttest Indikator KBK ....................................... 78
F. Pembahasan ............................................................................................ 82
xii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 96
B. Saran ..................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98
LAMPIRAN ................................................................................................... 105
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan dalam
Pembelajaran Kooperatif ..................................................................... 18
2. Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis .................................... 34
3. Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 43
4. Tabel 3.2 Desain Penelitian ................................................................. 44
5. Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................... 49
6. Tabel 3.4 Keterkaitan Tahapan TPS dan GI Terhadap KBK ............. 49
7. Tabel 3.5 Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis .............................. 51
8. Tabel 3.6 Persentase Kategori Keterampilan Berpikir Kritis .............. 52
9. Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ............... 54
10. Tabel 3.8 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ................................. 55
11. Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ...................................... 55
12. Tabel 3.10 Interpretasi Taraf Kesukaran............................................... 55
13. Tabel 3.11 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal ..................... 56
14. Tabel 3.12 Kategorisasi Peolehan Nilai N-Gain ................................... 58
15. Tabel 4.1 Hasil Pretes dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis ....... 60
16. Tabel 4.2 Hasil N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis .......................... 61
17. Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis
Pretest dan Posttest ............................................................................... 62
18. Tabel 4.4 Hasil Pretest dan Posttest Indikator Keterampilan Berpikir
Kritis ..................................................................................................... 64
19. Tabel 4.5 Penilaian Lembar Kerja Siswa Kelas (LKS)
dan Lembar Investigasi Kelompok (LIK) ............................................ 66
20. Tabel 4.6 Persentase Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis
LKS dan LIK ......................................................................................... 67
21. Tabel 4.7 Rerata Persentase Ketercapaian Kegiatan Peserta Didik
TPS ........................................................................................................ 69
22. Tabel 4.8 Rerata Persentase Ketercapaian Kegiatan Peserta
xiv
Didik GI ................................................................................................ 71
23. Tabel 4.9 Data Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas
Eksperimen I dan Eksperimen II ........................................................... 75
24. Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest ....................... 76
25. Tabel 4.11 Hasil Uji-t Pretest dan Posttest ........................................... 77
26. Tabel 4.12 Uji Hipotesis Posttest Indikator
Keterampilan Berpikir Kritis ............................................................... 78
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................ 42
2. Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian .................................. 48
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Lampiran Halaman
1. Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes ...................................................... 105
2. Lampiran 2 Soal Uji Coba Instrumen Penelitian .................................... 130
3. Lampiran 3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Anates ............................... 136
4. Lampiran 4 Soal Pretest dan Posttest ..................................................... 137
5. Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen I .... 143
6. Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen II ... 168
7. Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa (LKS) TPS .......................................... 195
8. Lampiran 8 Lembar Investigasi Kelompok (LIK) GI .............................. 216
9. Lampiran 9 Lembar Rubrik Penilaian LKS TPS ..................................... 235
10. Lampiran 10 Lembar Penilaian LKS Kelas Eksperimen I ........................ 246
11. Lampiran 11 Lembar Ketercapaian KBK Pada LKS TPS ........................ 249
12. Lampiran 12 Lembar Rubrik Penilaian LIK Kelas GI ............................. 252
13. Lampiran 13 Lembar Penilaian LIK Kelas Eksperimen II ....................... 266
14. Lampiran 14 Lembar Ketercapaian KBK Pada LIK GI ........................... 269
15. Lampiran 15 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model TPS ........................... 272
16. Lampiran 16 Rekapitulasi Keterlaksanaan Model GI ............................... 276
17. Lampiran 17 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I ................... 317
18. Lampiran 18 Data Hasil KBK Kelas Eksperimen I .................................. 318
19. Lampiran 19 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen II .................. 323
20. Lampiran 20 Data Hasil KBK Kelas Eksperimen II ................................. 324
21. Lampiran 21 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen I ........................ 329
22. Lampiran 22 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen I ....................... 331
23. Lampiran 23 Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen II ....................... 333
24. Lampiran 24 Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen II ...................... 335
25. Lampiran 25 Uji Homogenitas Pretest ..................................................... 337
26. Lampiran 26 Uji Homogenitas Posttest .................................................... 338
27. Lampiran 27 Uji Hipotesis Pretest .......................................................... 339
28. Lampiran 28 Uji Hipotesis Posttest ......................................................... 340
xvii
29. Lampiran 29 Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Indikator Aspek KBK ... 341
30. Lampiran 30 Uji N-Gain Kelas Eksperimen I .......................................... 343
31. Lampiran 31 Uji N-Gain Kelas Eksperimen II ......................................... 345
32. Lampiran 32 Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa ......................... 347
33. Lampiran 33 Hasil Observasi dan Wawancara Guru Bidang
Studi Biologi MAN 1 Bogor ..................................................................... 356
34. Lampiran 34 Analisis Soal Essay UTS MAN 1 Bogor ............................. 360
35. Lampiran 35 Dokumentasi Kegiatan ........................................................ 364
36. Lampiran 36 Surat Bimbingan Skripsi ..................................................... 366
37. Lampiran 37 Surat Keterangan Riset Penelitian ....................................... 367
38. Lampiran 38 Lembar Uji Referensi .......................................................... 368
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada era globalisasi saat ini, pendidikan sebagai salah satu kunci utama
keberhasilan dalam pembangunan serta sistem yang ada di setiap negara. Namun
untuk bersaing dan berkompetisi secara sehat sumber daya manusia menjadi
faktor utama. Salah satu karakteristik utama dari manusia adalah kekuatan
pemikirannya. Saat ini umat manusia dihadapi oleh suatu tantangan bagaimana
dengan adanya perkembangan informasi yang sangat cepat dapat diolah dengan
baik untuk dapat menjawab berbagai tantangan secara global dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dengan berpikir tingkat tinggi salah satunya
berpikir kritis. Namun dalam proses pembelajaran siswa di sekolah menengah
sampai saat ini masih menekankan pada kemampuan berpikir dasar, belum
memaksimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Sehingga, dengan
adanya peningkatan mutu pendidikan yang menekankan pada pembelajaran
berorientasi pada suatu masalah siswa dapat dilatih cara berpikir tingkat tinggi
untuk dapat menjawab suatu tantangan.1
Pendidikan Indonesia saat ini mengalami penurunan kualitas sumber daya
manusia yakni menduduki peringkat ke 64 di bidang matematika, membaca, dan
sains hal ini dibuktikan pada hasil riset PISA (Programme for Internasional
Student Assesment) pada tahun 2012.2 Pada hasil riset tersebut menunjukkan perlu
diadakannya suatu perbaikan, pembaharuan serta perubahan dalam segala aspek
yang mempengaruhinya dalam sumber daya pendidikan. Aspek sumber daya
pendidikan tersebut meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana dan
1 Bartolomeus Kristi Brahmantia Putra, Joko Ariyanto dan Baskoro Adi Prayitno, Penerapan
Model Konstruktivis-Metakognitif pada Materi Sistem Koordinasi untuk Meningkatkan Berpikir
Kritis Siswa Kelas XI MIPA SMA”, Proceeding Biology Education Conference, Vol 13 (1) 2016,
h. 169, diakses dari https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/download/5686/5054, pada tanggal 16
Mei 2017 pukul 13.30 WIB. 2 OECD, PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds know and what they can do with
what they know, diakses dari https://www.oecd.org, pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 12.47 WIB.
2
prasarana.3
Saat ini sumber daya manusia khususnya untuk warga masyarakat, dunia
pendidikan memiliki suatu visi untuk memberdayakan semua warga negaranya
berkembang menjadi manusia yang berkualitas untuk mampu dan proaktif dalam
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Karena bahwasanya kualitas
SDM (Sumber Daya Manusia) bangsa secara umum dapat dilihat dari mutu
pendidikan bangsa tersebut.4 Oleh karenanya, selain mutu pendidikan yang
ditingkatkan faktor lain yang mempengaruhinya yaitu dari sumber daya manusia
itu sendiri dengan menggunakan proses berpikirnya untuk menjawab tantangan
pada era globalisasi ini.
Ilmu sains merupakan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip, proses dan produk. Pembelajaran sains di sekolah siswa
dilatih untuk menghubungkan pengetahuan awal yang dimilikinya dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga proses pembelajaran sains
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi dalam menjelajahi alam sekitar secara ilmiah dan juga dengan
menggunakan proses berpikirnya. Oleh karenanya, siswa dalam proses
pembelajaran dapat memutuskan suatu tindakan terhadap tantangan dalam
perkembangan informasi yang cepat seperti saat ini untuk dapat mengatasi
masalah-masalah yang muncul.
Berpikir merupakan sebagian dari proses kognitif siswa dalam mengasah
keterampilan untuk menentukan suatu keputusan dalam memperoleh jawaban. Hal
ini sejalan Vincent yang mengartikan berpikir sebagai segala aktivitas mental
yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan,
atau memenuhi keinginan untuk memahami, berpikir adalah sebuah pencarian
3 Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, diakses dari
http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%2022%20Tahun%202006.
pdf, h. 3, pada tanggal 3 Januari 2016 pukul 16.07 WIB. 4 Aryani Novianti, Meiry Fadilah Noor, dan Baiq Hana Susanti, “Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, EDUSAINS Volume
VI Nomor 01 Tahun 2014, h. 1, diakses dari
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains/article/view/1105/982, pada 12 Juli 2017 pukul
22.40 WIB.
3
jawaban, sebuah pencapaian makna.5
Keterampilan-keterampilan proses berpikir dalam pembelajaran sains meliputi
mengidentifikasi, memecahkan masalah, berdiskusi, serta menyimpulkan. Dengan
didukung oleh pencarian informasi yang berkembang saat ini siswa dapat dilatih
dengan cara berpikir kritis untuk menganalisa, menyaring dan mengevaluasi
informasi yang relevan. Sehingga hal tersebut selain tidak terbatas pada
pengukuran hasil belajar tetapi juga dapat mengasah keterampilan berpikir kritis
siswa terhadap informasi yang didapatkan. Hal-hal tersebut menjadi landasan
penting untuk proses berpikir kritis bagi siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Elaine yang menyatakan bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses
terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan
bahasa yang mendasari pernyataan orang lain.6
Definisi berpikir kritis menurut Ennis menyatakan bahwa pemahaman berpikir
kritis merupakan berpikir yang berfokus pada memutuskan apa yang harus
dipercaya dan dilakukan.7 Penggunaan kata “keterampilan berpikir”
mengisyaratkan bahwa terdapat situasi belajar dan mengajar yang dapat
mendorong proses-proses menghasilkan mental yang diinginkan dari suatu
kegiatan. Oleh karenanya, apabila dalam suatu proses pembelajaran siswa sudah
mampu dalam memfokuskan terhadap suatu masalah baik secara mandiri ataupun
berkelompok siswa tersebut sudah memiliki unsur utama dalam berpikir kritis
yaitu fokus. Fokus yang didapatkan siswa dalam proses pembelajaran yaitu dari
studi kasus yang diberikan oleh guru dalam proses belajar. Sehingga, dengan
diberikannya stimulus tersebut akan melatih siswa berpikir kritis dalam
memecahkan masalah.
Berbagai inovasi dalam pendidikan IPA telah dilakukan dalam kurun waktu
saat ini. Hal ini bertujuan untuk membelajarkan siswa sehingga dapat belajar
dengan optimal. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar, mengembangkan pemikiran, dan membuat
5 Elaine B. Johnson, CTL (Contextual Teaching & Learning): Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning, 2011), h. 187. 6 Ibid., h.185.
7 Robert H. Ennis, Critical Thinking, (New York: Prentice Hall, 1996), h. 4-5.
4
pembelajaran menjadi menyenangkan salah satunya model kooperatif.
Pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran aktif yang bisa memberikan ruang
untuk mendapatkan prestasi akademik yang lebih tinggi. Selain itu, bertujuan
untuk memikirkan masalah abstraksi dan berusaha dalam memecahkan masalah.8
Model pembelajaran ini dapat diterapkan untuk berbagai mata pelajaran seperti
matematika, membaca, menulis sampai pada ilmu pengetahuan ilmiah, dimulai
dari kemampuan dasar sampai pemecahan masalah-masalah yang kompleks.9
Sehingga dengan adanya kerjasama antar siswa untuk terlibat aktif dalam
memecahkan suatu permasalahan secara ilmiah siswa akan saling berpikir secara
bersama dalam menganalisa informasi dan menekankan pada hakikat sosial
menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif terdiri dari tiga jenis yaitu kelompok pembelajaran
kooperatif formal (formal cooperative learning), kelompok pembelajaran
kooperatif informal (informal cooperative learning), dan kelompok besar
kooperatif (cooperative base group). Beberapa contoh diantaranya yaitu Team
Game Tournament (TGT), Student Teams Achievment Divisions (STAD), metode-
metode spesialisasi tugas seperti Group Investigation (GI) dan Jigsaw, serta
metode-metode informal seperti diskusi kelompok spontan, menomori orang
bersama, hasil karya tim, mengulang pelajaran secara kooperatif, dan berpikir-
berpasangan-berbagi.10
Dengan adanya berbagai macam model pembelajaran
kooperatif dan berbagai karakteristik yang berbeda pembelajaran kooperatif
memiliki tujuan yang sama yaitu para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pelajaran.
Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan salah satu contoh
jenis kooperatif formal. Pembelajaran kooperatif formal terdiri siswa yang bekerja
8 Nazila Rikhtehgar Nezami, Mohammad Asgari, and Hassan Dinarvand, The Effect of
Cooperative Learning on the Critical Thinking of High School Students, Technical Journal of
Engineering and Applied Sciences, Vol 3 (19):2508-2514, 2013. h. 2, diakses dari
http://www.tjeas.com, pada tanggal 6 Agustus 2016 pukul 09.41 WIB. 9 Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media,
2010), h. 4. 10
Ibid., h. 11.
5
sebagai tim dalam waktu yang lama (bisa sampai beberapa minggu) untuk
menyelesaikan suatu proyek atau penugasan tertentu.11
Dasar pemikiran model
Group Investigation (GI) dari pembelajaran kelas yang diperoleh melalui premis
bahwa baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah
melibatkan nilai-nilai didukungnya.12
Menurut Fenny dkk dalam model
pembelajaran ini mahasiswa dilibatkan sejak perencanaan baik dalam menentukan
topik maupun mempelajari melalui investigasi.13
Oleh karenanya, model
pembelajaran ini menekankan pada partisipasi aktif dan aktivitas siswa untuk
mencari sendiri materi (informasi) pelajaran melalui berbagai sumber seperti buku
pelajaran, majalah, internet, dan sumber informasi lainnya. Siswa dilibatkan
secara penuh dalam kelompok dengan adanya perencanaan, baik dalam
menentukan topik ataupun dalam memilih topik yang akan dipelajarinya melalui
suatu investigasi. Tipe tersebut menuntut siswa untuk terampil dalam
berkomunikasi serta dalam keterampilan kelompok.
Berbeda dengan model Group Investigation (GI), berpikir-berpasangan-
berbagi merupakan suatu proses pembelajaran kooperatif informal. Kooperatif
informal dapat diterapkan pada sebagian atau dari suatu pertemuan kegiatan
pembelajaran dimana siswa menjadikan rekan satu kelompoknya sebagai
pasangan untuk memusatkan perhatian siswa pada materi yang akan diajarkan,
menciptakan suasana hati yang baik untuk belajar, dan memastikan siswa
memroses materi yang diajarkan secara kognitif. Selain itu, dalam pembelajaran
kooperatif informal ini terlebih dahulu guru memberikan pengajaran kemudian
11
David W. Johnson, Roger T. Johnson, and Karl A. Smith, Cooperative Learning: Improving
University Instruction by Basing Practice on Validated Theory Journal on Excellence in
University Teaching, 2013, p. 11, diakses dari http://personal.cege.umn.edu/~smith/docs/Johnson-
Johnson-Smith-Cooperative_Learning-JECT-pSmall_Group_Learning-draft.pdf, pada tanggal 19
Agustus 2016 pukul 22.09 WIB. 12
Robert, Op. Cit., h. 215. 13
Fenny Mustika Piliang, Hasruddin, dan Binari Manurung, “Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek dalam Tatanan Group Investigation pada Matakuliah Ekologi Hewan terhadap
Keterampilan Proses Sains Mahasiswa USI Permatangsiantar”, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED,
Vol. 12 No. 1, 2015, h. 13, diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=413362&val=5732&title=PENGARUH%20
MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS%20PROYEK%20DALAM%20TATANAN%20
GROUP%20INVESTIGATION%20PADA%20MATAKULIAH%20EKOLOGI%20HEWAN%20
TERHADAP%20KETERAMPILAN%20PROSES%20SAINS%20%20MAHASISWA%20USI%2
0PEMATANGSIANTAR, pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 14.07 WIB.
6
diikuti oleh diskusi siswa hingga jam pelajaran usai.14
Sehingga perbedaan antara
kooperatif formal dan informal terletak pada lamanya posisi siswa sebagai tim.
Pada strategi kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) kelompok yang
terbentuk hanya terdiri dari kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang
berbeda-beda. Sehingga, siswa dapat berinteraksi lebih aktif dalam anggota
kelompok yang jumlahnya sedikit karena interaksi dalam kelompok dipengaruhi
oleh jumlah anggota dalam kelompok. Model kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS) dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tersebut
menghendaki siswa saling bekerjasama dalam membantu dan lebih dicirikan
dengan penghargaan kelompok dari pada penghargaan individual serta memiliki
waktu yang lebih lama untuk membantu siswa dalam berpikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain.
Model pembelajaran kooperatif berpikir-berpasangan-berbagi dan Group
Investigation (GI) diharapkan dapat melatih siswa untuk mengembangkan
keterampilan berpikir secara mandiri dan kritis dalam menyelesaikan suatu
permasalahan secara berkelompok. Selain itu, pada tiap fase dari model
pembelajaran kooperatif tersebut memungkinkan dapat menghantarkan siswa
untuk berpikir kritis, sehingga dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat
terlihat keefektifan model pembelajaran manakah yang dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa dalam proses belajar.
Hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan di MAN 1 Bogor
menunjukkan dalam proses pembelajaran biologi sebelum diterapkannya
kurikulum 2013 masih menggunakan metode ceramah. Pada tahun 2016 Sekolah
tersebut secara bertahap sudah menerapkan kurikulum 2013. Sehingga, pada
proses pembelajaran biologi sudah menggunakan metode pembelajaran aktif
seperti eksperimen, inkuiri, dan pemecahan masalah. Selain itu evaluasi
pembelajaran yang dilakukan dengan pemberian soal tipe pilihan dan uraian.15
Evaluasi tersebut bertujuan untuk mengukur kemampuan kognitif dengan
14
David, Op. Cit., h. 12. 15
Lampiran 33, h. 356.
7
persentase 50% C1, 25% C3 dan C4.16
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam
evaluasi pembelajaran hanya sampai tingkatan kognitif C4 yaitu menganalisis
dalam proses pembelajaran. Namun dengan begitu, perlu diadakannya suatu
proses pembelajaran yang lebih baik untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis siswa.
Fungi sebagai salah satu konsep Biologi yang diajarkan pada kelas X yang
menuntut siswa untuk mengelompokkan jenis-jenis jamur berdasarkan ciri-ciri
dan peranannya bagi kehidupan melalui percobaan yang tertera pada KD 3.6
Tahun 2013 sehingga siswa mampu menggunakan proses berpikirnya untuk
berpikir kritis dalam memecahkan masalah tersebut.17
Fungi sebagai salah satu
makhluk hidup yang memiliki manfaat tidak hanya bagi manusia tetapi dapat
bersimbiosis dengan organisme yang lainnya. Salah satu contoh pemanfaatan
jamur dalam bidang pangan yaitu Volvariella volvacea (jamur merang) dan
Auricularia polytricha (jamur kuping) yang banyak mengandung gizi dan baik
untuk kesehatan manusia. Dengan adanya pemanfaatan sumber daya tersebut
diharapkan dapat menjadi solusi dalam menangani kasus malnutrisi di kalangan
masyarakat serta makanan alternatif yang menyehatkan tubuh. Karena
berdasarkan UU Ketahanan Pangan makanan bergizi adalah makanan yang terdiri
atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan komponen
lainnya yang bermanfaat bagi pertumuhan dan kesehatan manusia.18
Fungi selain dimanfaatkan oleh manusia dalam bidang pangan, terdapat pula
jenis fungi yang dapat merugikan makhluk hidup lainnya yang bersifat patogen
salah satunya adalah Malassezia furfur jamur penyebab panu pada kulit manusia.
Selain itu, struktur tubuh fungi tidak semuanya berbentuk seperti payung dan
berukuran makroskopik melainkan juga ada yang berukuran mikroskopik yang
16
Lampiran 34, h. 360. 17
Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013, h. 122, diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/drs-sudarmaji-mpd/03-kompetensi-dasar-sma-
2013.pdf, pada tanggal 9 Juni 2017 pukul 13.21 WIB. 18
Salinan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan
Pangan dan Gizi, h. 2, diakses dari
http://bkppp.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2015/04/PP_17_2015_ketahanan%20pangan_gi
zi.pdf, pada tanggal 20 April 2017 pukul 21.21 WIB.
8
dapat dibedakan berdasarkan divisinya. Oleh karena itu, berdasarkan konsep fungi
yang memiliki berbagai peranan menguntungkan dan merugikan bagi manusia
konsep tersebut dipilih agar dapat melatih siswa dalam berpikir kritis mengenai
permasalahan yang berkaitan dengan materi tersebut. Dalam memecahkan
berbagai isu atau permasalahan maka diterapkannya model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI) untuk
mengetahui perbedaan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Dimana siswa
dituntut untuk saling kooperatif menggali pengetahuannya bersama teman
kelompoknya dalam menganalisis suatu permasalahan dengan argumen yang akan
dikemukakan sebagai suatu proses berpikir kritisnya terkait dengan konsep fungi.
Latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep
Fungi dengan Model Kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation
(GI)”. Diharapkan dengan adanya penelitian tersebut dapat mengukur perbedaan
keterampilan berpikir kritis siswa pada model pembelajaran kooperatif TPS dan
GI.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
diidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Evaluasi pembelajaran masih mengukur pada kemampuan tingkat rendah.
2. Model pembelajaran yang dilakukan hanya sampai pada pemecahan masalah
dan belum secara maksimal mengukur secara kooperatif.
3. Belum terukurnya keefektifan kerja kelompok yang dilakukan karena
perbedaan karakteristik dari suatu model pembelajaran kooperatif.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan agar penelitian ini menjadi
fokus sebagai kajian penelitian maka dibatasi dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi suatu model pembelajaran kooperatif yakni menggunakan 2
jenis model tipe Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI).
9
2. Keterampilan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini yaitu aspek, sub-aspek,
dan beberapa indikator keterampilan berpikir kritis menurut Robert H. Ennis.
Aspek utama yang diukur yaitu memberikan penjelasan sederhana,
membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih
lanjut, serta strategi dan taktik.
3. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fungi pada siswa kelas X
semester genap tahun pelajaran 2016/2017 dimana konsep tersebut diajarkan
pada kelas dan waktu tersebut.
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah perbedaan
keterampilan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran model kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation pada konsep Fungi di kelas X
MIA MAN 1 Bogor?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan
berpikir kritis siswa pada model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS)
dan Group Investigation (GI).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Bagi guru dapat memberikan informasi mengenai suatu pembelajaran yang
aktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Bagi siswa untuk melatih kerjasama secara kelompok dalam memecahkan
suatu masalah dengan menggunakan dari proses berpikir kritisnya.
3. Peneliti lain, sebagai bahan rujukan dan memberikan informasi lain mengenai
model pembelajaran aktif yang dapat diterapkan di dalam kelas dengan baik.
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis
Pada bab ini akan membahas mengenai keterampilan berpikir kritis. Proses
keterampilan berpikir kritis diperlukan oleh warga masyarakat untuk dapat
bersaing di era globalisasi dalam menjawab suatu tantangan dalam dunia
pendidikan saat ini. Dalam kondisi tersebut kita dituntut dapat meningkatkan
kualitas SDM, dengan kata lain berarti kita dituntut untu meningkatkan mutu
pendidikan.1 Oleh karenanya, dengan adanya suatu model pembelajaran
kooperatif sebagai sarana untuk dapat menghantarkan siswa dalam terampil
berpikir kritis. Tujuannya yaitu, siswa dapat menjawab suatu tantangan
dengan memberikan suatu tindakan terhadap suatu masalah-masalah yang
muncul.
1. Pengertian Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran adalah suatu kesatuan yang tak terpisahkan
dalam kehidupan manusia. Karena dengan belajar manusia bisa mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya sejak lahir. Tanpa adanya proses belajar maka
manusia tidak mungkin dapat memenuhi segala kebutuhannya. Dengan belajar
manusia bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dimana saja misalnya di lingkungan
keluarga, sekolah, dan lingkungan sekitar. Proses belajar yang dialami manusia
khususnya di lembaga pendidikan memiliki tujuan tertentu yaitu membentuk
kepribadian yang baik serta dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
Pengertian pembelajaran menurut Surayya yang menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh
1 Aryani Novianti, Meiry Fadilah Noor, dan Baiq Hana Susanti, “Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa”, EDUSAINS Volume
VI Nomor 01 Tahun 2014, h. 1, diakses dari
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains/article/view/1105/982, pada 12 Juli 2017 pukul
22.40 WIB.
11
beberapa faktor antara lain guru, siswa, sarana, media, serta lingkungan.2 Maka
dengan adanya proses belajar dan pembelajaran di sekolah, akan mengasah
keterampilan ranah kognitif siswa dalam menerima ilmu pengetahuan secara utuh.
Pada ranah afektif siswa memiliki sikap yang baik dalam kegiatan belajar untuk
berpartisipasi secara aktif dan memiliki hubungan interaksi yang harmonis antar
sesama, serta pada ranah psikomotorik siswa memiliki keterampilan (skill) untuk
memutuskan suatu tindakan berdasarkan pengalaman belajar yang di dapatkan di
sekolah.
Proses pembelajaran tidak hanya mengutamakan dari ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik akan tetapi ada faktor-faktor pendukung lainnya untuk
keberhasilan suatu proses pembelajaran. Diantaranya keterampilan seorang guru
yang berperan sebagai fasilitator. Peran guru yaitu tidak hanya memberikan ilmu
pengetahuan saja tetapi memfasilitasi segala aktivitas pembelajaran di dalam
kegiatan proses belajar mengajar, sehingga siswa berpatisipasi aktif dan
pembelajaran menjadi bermakna. Hal ini di dukung oleh teori Gagne yang
menyatakan bahwa di dalam proses pembelajaran sebuah instruksi yang dilakukan
oleh seorang tenaga pendidik bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik dalam
belajar.3
Pembelajaran IPA khususnya, siswa memperoleh ilmu pengetahuannya
secara mandiri tidak hanya di dalam kelas saja, melainkan dengan adanya
interaksi dengan alam dan pengalaman langsung siswa menjadi lebih mudah
memahami dalam kegiatan pembelajaran. Karena ilmu sains merupakan suatu
ilmu yang memiliki cakupan yang luas, sehingga untuk dapat memahami lebih
mendalam konteks pembelajaran sains dengan adanya suatu aktivitas belajar
mengenal alam maka ilmu yang di dapatkan menjadi utuh. Misalnya, contoh teori
fotosintesis pada tumbuhan maka dengan adanya kegiatan pembelajaran langsung
2 L. Surayya, L, I W. Subagia dan I N. Tika, Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share
Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis Siswa, E-journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol 4 Tahun 2014, h. 2, diakses
dari pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/download/1105/853, pada tanggal
2 Januari 2016 pukul 09.45 WIB. 3 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), h.
27.
12
dengan mengamati daun siswa menjadi lebih mudah memahami proses
fotosintesis karena proses untuk mendapatkan ilmu tersebut menggunakan semua
panca indera dalam proses belajarnya. Oleh karenanya, dalam pembelajaran selain
faktor utama dari proses belajar siswa serta peran guru dalam mengajar, dengan
adanya suatu perencanaan pembelajaran maka proses kegiatan belajar mengajar di
kelas dapat diterapkan dengan baik.
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Sekitar tahun 1960-an, belajar kompetitif dan individualistis telah
mendominasi pendidikan di Amerika Serikat. Siswa biasanya datang ke sekolah
dengan harapan untuk berkompetisi dan tekanan dari orang tua untuk menjadi
yang terbaik.4 Tujuan pembelajaran kompetitif dan individualistis adalah agar
siswa saling bersaing secara tidak sehat dan akan terjadi diskriminasi terhadap
siswa yang memiliki kognitif rendah. Oleh karenanya, pembelajaran tersebut tidak
diterapkan dan telah berevolusi menjadi sebuah pembelajaran berbasis kerja sama
di dalam proses belajar.
Slavin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.5 Hal ini juga di dukung oleh
pernyataan Johnson & Johnson yang menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif
siswa belajar bersama sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan tugas-tugas
kelompok untuk mencapai tujuan bersama.6 Selain itu menurut Arends
menyatakan bahwa model pembelajaran dikembangkan untuk mencapai
setidaknya terdapat tiga aspek penting yaitu prestasi akademik, toleransi dan
4 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2012),
h. 55. 5 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013), h. 201. 6 David W. Johnson, Roger T. Johnson, and Karl A. Smith, Cooperative Learning: Improving
University Instruction by Basing Practice on Validated Theory Journal on Excellence in University
Teaching, 2013, p. 3, diakses dari http://personal.cege.umn.edu/~smith/docs/Johnson-Johnson-
Smith-Cooperative_Learning-JECT-pSmall_Group_Learning-draft.pdf, pada tanggal 19 Agustus
2016 pukul 22.09 WIB.
13
penerimaan keragaman serta pengembangan keterampilan sosial.7
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini memiliki berbagai macam
pembelajaran yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Pembelajaran kooperatif memiliki ciri khas dan berbeda dengan pembelajaran
yang lainnya yaitu berpusat pada keaktifan kerja sama siswa untuk saling
membantu di dalam menerima dan mengolah materi secara baik yang diberikan
oleh guru. Perbedaan kooperatif dibandingkan dengan pembelajaran dapat dilihat
dari output berupa evaluasi kelompok. Keberhasilan belajar dari kelompok
tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara
individual maupun secara berkelompok.8
Menurut Roger T. Johnson & David W. Johnson menyatakan bahwa
kooperatif merupakan bentuk kerja sama yang dilakukan untuk bersama-sama
dalam mencapai tujuan bersama. Di dalam kegiatan kooperatif bermanfaat bagi
individu maupun anggota kelompok lainnya.9 Sedangkan menurut John W.
Santrock bahwa pembelajaran kooperatif terjadi ketika siswa saling bekerja sama
dalam suatu kelompok-kelompok kecil yang bertujuan untuk saling membantu di
dalam proses belajar.10
Berdasarkan paparan dari beberapa ahli diatas bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang terdiri dari interaksi siswa yang
memiliki ketergantungan positif pada proses belajar. Di dalam belajar hakikat
sosial menjadi aspek utama di dalam kooperatif. Tujuan dibentuknya kelompok
yaitu untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara
aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selain itu, selama proses
pembelajaran siswa diajarkan untuk memiliki keterampilan-keterampilan di dalam
diskusi seperti menjadi menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan
7 Richard Arends, Learning to Teach, 2013, p. 361, diakses dari www.mhhe.com, pada tanggal
6 Januari 2017 pukul 23.15 WIB. 8 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2013), h. 62. 9 Roger T. Johnson and David W. Johnson, Methods for Developing Cooperative Learning on
the Web, 2001, p. 1, diakses dari http://courses.cs.vt.edu/~cs4624/s01/docs/cooplearning.pdf, pada
tanggal 9 Januari 2017 pukul 21.18 WIB. 10
John W. Santrock, Educational Psychology, 2011, p. 341, diakses dari
http://utab.ac.rw/books/1410447918.pdf, pada tanggal 7 Januari 2017 pukul 21.00 WIB.
14
yang baik kepada teman kelompok, berdiskusi, dan lain sebagainya.
b. Unsur-Unsur dalam Pembelajaran Kooperatif
Roger & David Johnson menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima
unsur model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan, yang meliputi:11
1) Saling ketergantungan positif, artinya bahwa keberhasilan suatu karya sangat
bergantung pada usaha setiap anggotanya, 2) tanggung jawab perseorangan,
artinya setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik, 3) tatap muka, maksudnya bahwa setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi, 4) komunikasi antar anggota,
artinya agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi,
5) evaluasi sebagai proses kelompok, pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus
bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama
siswa agar selanjutnya dapat bekerja sama lebih efektif.
Berdasarkan dari unsur-unsur kooperatif tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran kooperatif yaitu adanya interaksi positif antar siswa menjadi
hal utama dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Karena setiap anggota
kelompok memiliki tanggung jawab secara individu maupun kelompok untuk
memahami secara bersama materi yang telah diperoleh dari guru. Keberhasilan
kelompok dikarenakan adanya saling bekerja sama dengan baik antar siswa
sehingga memperoleh output yang baik di dalam proses belajar.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Penerapan pembelajaran kooperatif tidak hanya mengutamakan dari proses
interaksi sosial untuk mencapai tujuan pembelajaran. Akan tetapi, pembelajaran
kooperatif dapat berjalan secara sistematis sesuai dengan tipe pembelajaran,
materi, serta karakteristik siswa. Dalam kegiatan pembelajaran kooperatif terdapat
tiga kegiatan utama yang harus diperhatikan, yaitu: pengelolaan,
11
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-Model Pembelajaran
Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 58.
15
pengorganisasian, dan penyampaian informasi. Sehingga untuk penerapan
pembelajaran kooperatif diperlukan suatu langkah-langkah pembelajaran agar
berjalan dengan baik.
Slavin menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang mengajarkan siswa kerjasama dan kolaboratif serta dapat memahami konsep
yang dianggap sulit oleh siswa. Selanjutnya dikemukakan bahwa langkah-langkah
pembelajaran kooperatif meliputi:12
A) Persiapan (preparation) dengan
menyediakan informasi dengan cara yang paling efektif dan menyiapkan siswa
untuk ikut serta dalam kerja kelompok sehingga mereka dapat menguasai
informasi. B) Penyampaian (delivery) a) menentukan tujuan kelompok (set the
team goals), b) memberikan penugasan kelompok (give the teams the
assignment), c) memonitor kerja kelompok (monitor the teams), d) pemberian dan
penilaian quis pada siswa (quiz the student and score), e) pengumuman prestasi
(recognize team accomplishment), C) Penutup (closure), a) ingatkan siswa apa
yang telah dipelajari, b) informasi baru harus berkaitan dengan apa yang sudah
mereka pelajari atau apa yang akan dipelajari, c) sediakan kesempatan untuk
menerapkan menggunakan informasi yang mereka dapat.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dijadikan sebagai
pedoman utama bagi guru dalam menerapkannya agar tujuan dan kegiatan belajar
dan mengajar menjadi sistematis. Selain itu, pada tahap evaluasi dengan adanya
penghargaan (reward) yang diperoleh oleh kelompok menjadi motivasi belajar
bagi siswa.
d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Tujuan dari adanya perkembangan berbagai inovasi suatu pembelajaran
adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa, daya penalaran dalam berpikir,
12
Sujarwo, Implementasi Pembelajaran Kooperatif dalam Membantu Mengembangkan
Kecerdasan Emosional”, Majalah Ilmiah Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Vol 6 No. 2, 2010, h. 14,
diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Sujarwo,%20M.Pd./Implementasi%20Pembelajar
an%20Kooperatif%20dalam%20Membantu%20Mengembangkan%20Kecerdasan%20Emosional.p
df, pada tanggal 23 Oktober 2016 pukul 11.56 WIB.
16
aspek sosial yang baik terjalin di antara siswa, serta menjadi panduan bagi guru
untuk menerapkan pembelajaran di dalam kelas agar terciptanya suasana yang
aktif dan kondusif. Tentunya pembelajaran kooperatif juga memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Menurut Trianto para ahli telah menunjukkan bahwa
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit,
dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran
kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah
maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.13
Menurut Thampson model pembelajaran kooperatif mempunyai manfaat
sebagai berikut:14
a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, b)
meningkatkan rasa harga diri, c) memperbaiki sikap terhadap pembelajaran guru
dan sekolah, d) memperbaiki kehadiran, e) saling memahami adanya perbedaan
dan individu, f) mengurangi perilaku yang mengganggu, g) mengurangi konflik
antar pribadi, h) mengurangi sikap apatis, i) memperdalam pemahaman, j)
meningkatkan motivasi, k) meningkatkan hasil belajar, l) memperbesar retensi
atau penyimpanan lebih lama, m) meningkatkan kebaikan budi kepekaan dan
toleransi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas mengenai tujuan dan
manfaat pembelajaran kooperatif, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan interaksi
kepada guru dan juga dengan teman sejawat untuk saling membantu di alam
keberhasilan pembelajaran serta komunikasi yang terbentuk baik dan komunikatif.
13
Trianto, Op. Cit., h. 59. 14
Sarifah Nurhasanah, “Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia dalam Pelajaran IPS pada Siswa Kelas
V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010” Skripsi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, h. 17, diakses dari
http://eprints.uns.ac.id/2398/1/174800601201110171.pdf, pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 20.48.
WIB.
17
3. Beberapa Variasi Dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
meningkatkan prestasi siswa, adanya hubungan positif yang didapatkan dalam
kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang
akademik, serta meningkatnya rasa harga diri selama proses pembelajaran seperti
berpikir, menyelesaikan masalah, mengintegrasikan, dan mengaplikasikan
pengetahuan yang siswa dapatkan melalui pembelajaran kooperatif.15
Pembelajaran kooperatif terdiri dari tiga jenis yaitu kelompok pembelajaran
kooperatif formal (formal cooperative learning), kelompok pembelajaran
kooperatif informal (informal cooperative learning), dan kelompok besar
kooperatif (cooperative base group).16
Pembelajaran kooperatif formal terdiri siswa yang bekerja sebagai tim
dalam waktu yang lama (bisa sampai beberapa minggu) untuk menyelesaikan
suatu proyek atau penugasan tertentu.17
Sedangkan pembelajaran kooperatif
informal ini terlebih dahulu guru memberikan pengajaran kemudian diikuti oleh
diskusi siswa hingga jam pelajaran usai.18
Menurut Slavin terdapat lima prinsip pembelajaran tim siswa yang
diantaranya diadaptasi pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas
seperti Student Team-Achievement Division (STAD), Team Game Tournament
(TGT), dan Jigsaw II sedangkan terdapat pula dua yang lainnya yaitu kurikulum
komperehensif yang dirancang untuk digunakan dalam mata pelajaran khusus
pada tingkat kelas tertentu seperti Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) dan Team Accelerated Instruction (TAI) kelima metode ini
melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses
yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.19
Sedangkan menurut Kagan untuk
pembelajaran kooperatif informal, strukturnya sederhana seperti sesuatu yang
tidak tepat menjadi tepat sesuai dengan tujuan. Dalam tim presentasi yang formal,
menuju ke struktur yang lebih kompleks seperti presentasi kelompok dengan
15 Robert, Op. Cit., h. 4-5.
16 David, Op. Cit., p. 11-12.
17 Ibid., p. 11.
18 Ibid., h. 12.
19 Slavin, Op. Cit., h. 11.
18
nomor.20
Menurut Ibrahim dalam Trianto, setidaknya terdapat empat pendekatan
yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif. Yaitu Student Team-Achievement
Division (STAD), JIGSAW, Investigasi Kelompok, (Teams Games Tournaments
atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi Think Pair Share (TPS) dan
Number Head Together (NHT). Perbandingan empat pendekatan dalam
pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini: 21
Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif
Aspek STAD Jigsaw Investigasi
Kelompok
Pendekatan
Struktural
Tujuan
Kognitif
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik tingkat
tinggi &
keterampilan
inkuiri
Informasi
akademik
sederhana
Tujuan
Sosial
Kerja
kelompok dan
kerja sama
Kerja
kelompok dan
kerja sama
Kerja sama dalam
kelompok
kompleks
Keterampilan
kelompok &
keterampilan
sosial
Struktur
Tim
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 4-5
orang anggota
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 5-6
orang anggota
menggunakan
pola kelompok
‘asal’ &
kelompok ahli
Kelompok belajar
heterogen dengan
5-6 orang anggota
homogen
Bervariasi,
berdua,
bertiga,
kelompok
dengan 4-5
orang
anggota.
Pemilihan
Topik Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa
Biasanya
guru
20
Spencer Kagan and Miguel Kagan, Kagan Cooperative Learning, 2009, h. 6.20, diakses dari
https://www.kaganonline.com/free_articles/dr_spencer_kagan/ASK40.pdf, pada tanggal 11 Juli
2017 pukul 11.09 WIB. 21
Trianto, Op. Cit., h. 67-68.
19
Tugas
Utama
Siwa dapat
menggunakan
lembar
kegiatan &
saling
membantu
untuk
menuntaskan
materi
belajarnya
Siswa
mempelajari
materi dalam
kelompok
‘ahli’
kemudian
membantu
anggota
kelompok asal
mempelajari
materi itu
Siswa
menyelesaikan
inkuiri kompleks
Siswa
mengerjakan
tugas-tugas
yang
diberikan
secara sosial
dan kognitif
Penilaian Tes mingguan
Bervariasi
berupa tes
mingguan
Menyelesaikan
proyek dan
menulis laporan,
dapat
menggunakan tes
essay
Bervariasi
Pengakuan
Lembar
pengetahuan &
publikasi lain
Publikasi lain Lembar pengakuan
dan publikasi lain Bervariasi
4. Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
a. Pengertian Model Kooperatif Think Pair Share (TPS)
Pada hakikatnya pembelajaran IPA adalah suatu ilmu untuk mencari tahu,
memahami alam semesta secara sistematik dan mengembangkan pemahaman
mengenai gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip, dan hukum.
Dengan adanya berbagai macam model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
mengasah aspek kognitif dan keterampilan sosial. Berbagai macam model
kooperatif bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling
bekerjasama dalam memecahkan masalah. Salah satu contoh dari pembelajaran
kooperatif informal yaitu Think Pair Share (TPS). Strategi think pair share (TPS)
atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi think pair share ini
berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali
dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland yang
menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk
20
membuat variasi suasana pola diskusi kelas.22
Slavin menyatakan bahwa metode pembelajaran yang berbasis kerjasama
disebut sebagai “Learning Together” karena dalam kelompok kecil siswa
menyelesaikan tugas secara individual kemudian di diskusikan bersama temannya
dan pada tahapan akhir mendapatkan reward sebagai bentuk penghargaan. Metode
ini menekankan kepada siswa untuk menjadi kelompok yang terbaik dan
selanjutnya mengevaluasi kinerja para anggota kelompok.23
Pendapat lain
dinyatakan oleh John W. Santrock bahwa pendekatan ini memiliki empat
komponen yaitu: (1) interaksi tatap muka, (2) saling ketergantungan positif, (3)
akuntabilitas individual, (4) pengembangan keterampilan kelompok dan
individual.24
Lie menyatakan bahwa teknik bertukar pasangan ini memberi siswa
kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini biasa digunakan
pada mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.25
Tidak semua
penerapan proses pembelajaran kooperatif akan berjalan dengan lancar. Karena
dengan beragamnya karakteristik siswa, maka seorang guru harus memiliki
sebuah strategi untuk menangani perbedaan di antara individu. Karena ada
kalanya siswa merasa terdiskriminasi terhadap sesama temannya karena hanya
siswa yang komunikatif mendominasi dan mendapatkan perhatian dari banyak
orang. Sehingga dengan adanya tipe pembelajaran kooperatif Think Pair Share ini
bertujuan untuk siswa membentuk kelompok kecil dan berpasangan bekerja sama
dalam kelompok. Hal tersebut didukung oleh Arends yang menyatakan bahwa
strategi think-pair-share berkembang dari pembelajaran kooperatif yang
dipengaruhi oleh selang waktu. Hal tersebut menjadi suatu tantangan bahwa untuk
mengubah pola proses pembelajaran ataupun diskusi kelompok dengan prosedur
22
Kokom, Op. Cit., h. 64. 23
Robert Slavin, et al., Learning to Cooperate, Cooperating to Learn, (New York: Plenum
Press, 1985), p. 8. 24
Santrock, Op. Cit., p. 343. 25
Giyastutik, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun Pelajaran 2007/2008”,
Skripsi Prodi Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, 2009, h. 30, diakses dari http://eprints.uns.ac.id/9241/1/160672508201011431.pdf, pada
23 Oktober 2016 pukul 21.20 WIB.
21
memberikan siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, merespon, serta membantu
satu sama di dalam kelompok.26
Mayfield dan Vollmer menyatakan bahwa dengan diterapkannya think pair
share didalam belajar secara kooperatif akan memberikan konteks sosial agar
lebih aktif dalam belajar dan membuat hubungan lebih mendalam antara fakta-
fakta, konsep-konsep, dan ide-ide.27
Addam Barragato juga menyatakan bahwa
Think / Pair / Share (TPS) adalah teknik penilaian formatif sederhana namun
efektif yang dapat menyoroti bagian kekeliruan bagi siswa dan membiarkan
instruktur mengatasi kekeliruan secara tepat waktu dan berguna. Teknik
pembelajaran aktif ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan
rekan-rekan mereka untuk bisa membangun pembelajaran mereka. Bagian ini
akan membahas kapan dan bagaimana menggunakan TPS secara efektif dan akan
memberikan contoh yang spesifik.28
Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan oleh para ahli mengenai
pembelajaran Think Pair Share (TPS) bahwa pada tahapan think guru memberikan
beberapa waktu untuk siswa memikirkan sendiri jawaban yang telah diberikan
oleh guru terhadap suatu permasalahan. Pada tahapan pairing siswa akan saling
bertukar informasi yang didapatkan dari proses berpikir dengan temannya untuk
saling bertukar pendapat, kemudian pada tahapan share setiap kelompok diberikan
kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah di lakukan di depan
kelas. Tujuan adanya metode tersebut adalah untuk memperoleh proses
pembelajaran lebih bermakna dan juga mengasah keterampilan sosial antar
individual.
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share memiliki banyak
26
Arends, Op. Cit., p. 370. 27
Ojo Tolani Adekunmi, Effect of Think-Pair-Share Collaborative Inquiry as One of
Classroom Practices for Improving Students Reflective Thinking Skills in Basic Science. Journal
of Education and Policy Review, Volume 7, Number 1 Tahun 2015, p. 23, diakses dari
www.cenresinpub.org, pada tanggal 9 Agustus 2016 pukul 14.15 WIB. 28
Addam Barragato, “Think/Pair/Share and Variations: An Effective Implementation Guide
for Active Learning and Assessment”, Faculty Center for Innovative Teaching, Central Michigan
University, 2015, h. 2, diakses dari http://facit.cmich.edu, pada tanggal 23 Oktober 2016 pukul
23.01 WIB.
22
persepsi dari berbagai ahli, beberapa diantaranya adalah:
Menurut Arends langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share sebagai
berikut:29
Langkah 1 -Thinking : guru memunculkan suatu pertanyaan atau
masalah yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk memikirkan
sendiri jawaban. Siswa perlu diberitahu bahwa berbicara bukanlah bagian dari
waktu untuk berpikir. Langkah 2 -Pairing : selanjutnya, guru meminta siswa
untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh dari hasil
berpikir. Interaksi yang terjalin dapat pula berbagi jawaban jika pertanyaan atau
masalah yang telah diberikan teridentifikasi. Biasanya guru akan memberikan
waktu 4-5 menit waktu untuk berpasangan. Langkah 3 –Share : pada langkah
akhir, guru meminta pasangan untuk berbagi apa yang telah didiskusikan dan
berbicara di depan kelas.
Menurut Anita Lie: 30
1) guru menyampaikan inti materi dan kompetensi
yang ingin dicapai, 2) siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru, 3) siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing, 4) guru
memimpin pleno diskusi kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya,
5) berawal dari kegiatan tersebut guru mengarahkan pembicaraan pada pokok
permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa, 6) guru
memberi kesimpulan, 7) penutup.
Berdasarkan dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share sebagai berikut: 1) Guru
memberikan suatu pertanyaan atau masalah kepada siswa, 2) Pada langkah
berpikir (Think) siswa diberikan beberapa waktu untuk memikirkan jawaban
secara individual terhadap pertanyaan atau masalah yang diberikan oleh guru,
3) Pada langkah berpasangan (Pairing) siswa memilih sendiri teman untuk
berpasangan dalam mendiskusikan hasil yang telah diperoleh dari proses berpikir
29
Ibid., p. 370-371. 30
Ririn Parlina, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share (TPS) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Akuntansi Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK
Muhammadiyah Cawas Kabupaten Klaten”, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, h. 23, diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/12350337.pdf, pada tanggal 24 Oktober 2016 pukul 20.53 WIB.
23
(think), 4) Pada langkah berbagi (Share) pasangan yang telah dipilih ataupun
sebagai sukarela mempresentasikan hasil diskusi dan kesimpulan di depan kelas.
c. Kelebihan dan Kekurangan Think Pair Share (TPS)
Pembelajaran kooperatif think pair share terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan. Muslimin Ibrahim menyatakan kelebihan think pair share adalah:31
1) dapat menantang asumsi bahwa seluruh resitasi dan diskusi perlu dilakukan
dalam setting seluruh kelompok, 2) memiliki prosedur yang ditetapkan secara
eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan
saling bantu satu sama lain, 3) hasil belajar lebih mendalam tentang apa yang
telah dijelaskan atau dialami.
Anita Lie menyatakan bahwa kekurangan pendekatan ini adalah sangat
sulit diterapkan disekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah. Selain itu,
terbatasnya waktu yang tersedia dan banyaknya jumlah kelompok yang terbentuk
di tiap kelas menyebabkan pembelajaran kooperatif tipe think pair share ini tidak
efektif untuk diterapkan.32
Berdasarkan dari uraian mengenai pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) bahwa dengan adanya penerapan pembelajaran kooperatif antar
siswa atau pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) sebagai salah satu proses
pembelajaran yang efektif, dimana siswa akan saling membantu satu sama lainnya
di dalam memahami pembelajaran. Karena apabila pembelajaran berpusat pada
guru maka pembelajaran tersebut tidak akan efektif yang disebabkan beberapa
faktor seperti keterbatasan waktu belajar di dalam kelas, dan jumlah siswa yang
banyak sehingga guru tidak bisa secara keseluruhan memantau proses belajar
diantara individu. Sehingga, dengan belajar dengan rekan sebaya siswa dapat
lebih berinteraksi dengan temannya dan lingkungan belajar tidak selamanya
berada di dalam ruangan kelas.
31 Habibah Munawwaroh, “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think
Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SD Dharma Karya Universitas
Terbuka”, Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 25. 32
Ibid., h. 26.
24
5. Pembelajaran Group Investigation (GI)
a. Pengertian Model Kooperatif Group Investigation (GI)
Berkembangnya berbagai inovasi model pembelajaran di Kurikulum 2013
saat ini sebagai penyempurnaan dari kurikulum-kurikulum sebelumnya. Karena
kurikulum sebelumnya pembelajaran masih bersifat teacher centered. Adanya
inovasi model pembelajaran adalah untuk memotivasi belajar siswa dan
menghindari kemalasan belajar karena proses pembelajaran hanya menggunakan
metode ceramah dan siswa cenderung bosan dengan situasi tersebut. Model
kooperatif yang digunakan selain Think Pair Share yaitu tipe Group Investigation.
Tipe kooperatif tersebut meningkatkan kerjasama siswa dalam bentuk kelompok
besar untuk memecahkan suatu permasalahan yang kompleks. Sehingga antara
siswa akan saling menyelidiki suatu permasalahan yang diberikan oleh guru.
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael
Sharan di Univertsitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan
pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah
kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap
kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan)
yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan
kelompok.33
Pengembangan belajar kooperatif GI didasarkan atas suatu premis bahwa
proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan
intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua
domain tersebut.34
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran biologi adalah model Group Investigation merupakan model
pembelajaran yang membagi siswa dalam kelompok yang heterogen untuk
menyelidiki suatu topik. Penyelidikan dilakukan dengan merencanakan bersama
tugas, melakukan pengamatan dan mempresentasikan laporan.35
Hal tersebut juga
33
Rusman., Op. Cit., h. 220. 34
Tukiran., Op. Cit., h. 74. 35
Tri Lestari Handayani, “Efektivitas Group Investigation Ditunjang Penugasan Awetan
Bioplastik terhadap Hasil Belajar dan Minat Wirausaha Siswa pada Materi Keanekaragaman
Makhluk Hidup” Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang, 2013, h. 2, diakses dari http://lib.unnes.ac.id/18681/1/4401408007.pdf,
25
didukung oleh penyataan menurut Istikomah, dkk yang menyatakan bahwa
melalui Group Investigation (GI) siswa diberi kesempatan untuk bersikap ilmiah
dengan mengembangkan rasa ingin tahu, jujur, terbuka, tekun, dan teliti.36
Menurut Slavin, strategi belajar kooperatif sangatlah ideal diterapkan
dalam pembelajaran Biologi (IPA). Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan
desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode
ilmiah, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi
berdasarkan pengalaman sehari-harinya.37
Menurut John W. Santrock menyatakan
bahwa pendekatan ini melibatkan kombinasi belajar mandiri dan kerja kelompok
yang terdiri dari dua hingga enam anggota kelompok, serta mendapatkan
penghargaan kelompok. Biasanya guru memilih suatu permasalahan di dalam
belajar, akan tetapi pada pendekatan ini siswa sendiri yang memutuskan untuk
mengeksplor masalah yang telah dipilih.38
Model kooperatif tipe Group Investigation dipandang sebagai model
pembelajaran yang paling kompleks dan paling sulit dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif karena melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam
menentukan topik ataupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi, namun
baik dalam keterampilan berkomunikasi siswa dan keterampilan proses kelompok.
Menurut Arends menyatakan bahwa grup investigasi mungkin pembelajaran yang
paling kompleks dari pendekatan pembelajaran kooperatif dan paling sulit untuk
diterapkan. Berbeda dengan STAD dan Jigsaw, pendekatan GI melibatkan siswa
dalam perencanaan baik topik untuk suatu penyelidikan dan perencanaan dalam
mengaplikasikan dari proses penyelidikannya.39
Berdasarkan uraian-uraian dari beberapa ahli mengenai Group
pada tanggal 6 Januari 2016 pukul 14.00 WIB.
36 Rini Anggraini, “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Menggunakan
Local Material Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis, Motivasi
dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 1 MOJO Kediri”, Artikel Skripsi Program Studi
Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara Persatuan
Guru Republik Indonesia, 2015, h. 2, diakses dari
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2015/11.1.01.06.0073.pdf, pada tanggal 25
Oktober 2016 pukul 13.00 WIB. 37
Rusman, Op. Cit., h. 221. 38
Santrock, Loc. Cit., p. 343. 39
Arends, Op. Cit., p. 369.
26
Investigation yaitu merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak
perencanaan dalam penentuan topik ataupun strategi yang digunakan untuk
merencanakan proses investigasi. Guru mengaitkan pembelajaran dengan dunia
nyata sehingga siswa bersama kelompoknya mencari dan menginvestigasi suatu
kebenaran. Dengan adanya model pembelajaran GI tersebut maka selain
mengasah keterampilan berkomunikasi dan proses kerja dalam kelompok tetapi
juga memberi kebebasan bagi siswa untuk berpikir kritis siswa, kreatif, produktif
secara tekun dalam proses penerapannya.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation (GI)
Deskripsi mengenai langkah-langkah metode investigasi kelompok
Menurut Arends dapat dikemukakan sebagai berikut: 40
a. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah
umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasi menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok
heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerja sama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus,
tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik, dan subtopik yang
telah dipilih dari langkah a) diatas.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan
variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-
menerus mengikuti kemajuan kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan menyintesis berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu
penyajian yang menarik di depan kelas.
e. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai
topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan
mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut. Presentasi
40
Ibid., p. 369.
27
kelompok dikordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok atau keduanya.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Group Investigation (GI)
Menurut Aunurrahman kelebihan Group Investigation (GI) yaitu:41
a) melatih
peserta didik untuk mendesain suatu penemuan, b) melatih berpikir dan bertindak
kreatif, c) dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis,
d) mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, e) menafsirkan dan
mengevaluasi hasil pengamatan, f) merangsang perkembangan kemajuan berpikir
peserta didik untuk menghadap masalah yang dihadapi secara tepat.
Pendapat yang dikemukakan oleh Nurhayati mengenai kelebihan Group
Investigation menyatakan bahwa salah satu upaya perbaikan yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu meningkatkan
aktivitas siswa salah satunya dengan model Group Investigation (GI). Model
pembelajaran GI mempunyai beberapa kelebihan diantaranya memberi kebebasan
kepada pebelajar untuk berpikir secara analitis, kritis, kreatif, reflektif dan
produktif.42
Kelemahan Group Investigation yaitu sebagai berikut: 1) GI tidak ditunjang
oleh adanya hasil penelitian yang khusus, 2) proyek-proyek kelompok sering
melibatkan siswa-siswa yang mampu, 3) GI terkadang memerlukan pengaturan
situasi dan kondisi yang berbeda, jenis materi yang berbeda, dan gaya mengajar
yang berbeda pula, 4) keadaan kelas tidak selalu memberikan lingkungan fisik
baik bagi kelompok, 5) keberhasilan model GI bergantung pada kemampuan
41
Yunita Haffidianti, “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Kelas VIII MTs
Negeri 1 Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011” Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang, 2011, h. 15, diakses dari
http://digilib.walisongo.ac.id/files/disk1/131/jtptiain-gdl-yunitahaff-6512-1-fileskr-a.pdf, pada 14
Juni 2017 pukul 22.54 WIB. 42
Ratih Puspita Dewi, Retno Sri Iswari dan R. Susanti, “Penerapan Model Group
Investigation terhadap Hasil Belajar Materi Bahan Kimia di SMP” Unnes Science Educational
Journal, Vol 1 No 2, 2012, h. 70, diakses dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej, pada
tanggal 25 Oktober 2016 pukul 12.45 WIB.
28
siswa memimpin kelompok atau bekerja mandiri.
6. Pengertian Keterampilan Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir
Manusia sebagai insan mulia yang telah diberikan akal untuk mengolah
segala informasi yang didapatkannya dari panca indera untuk memutuskan suatu
tindakan ataupun aktivitas. Dengan adanya akal maka manusia dapat memahami
sesuatu persoalan yang dihadapi ataupun kejadian yang telah terjadi untuk
menemukan suatu solusi. Dalam berpikir, segala aktivitas mental digunakan
seperti membandingkan, menggolongkan, menganalisis, mengukur,
menghubungkan, dan lain sebagainya.
Menurut Fahruddin yang menyatakan bahwa berpikir merupakan ciri
utama yang membedakan manusia dari semua makhluk lain di muka bumi ini.
Proses berpikir merupakan suatu hal yang natural, alami, dan merupakan fitrah
manusia yang hidup.43
Berdasarkan dari pendapat di atas, berpikir adalah suatu
proses mental yang dialami setiap manusia dalam memecahkan suatu
permasalahan di kehidupannya. Di dalam proses belajar mengajar khususnya,
dengan berpikir siswa belajar untuk menghubungkan antar bagian pengetahuan
yang telah dimilikinya dengan suatu pengetahuan yang baru. Sehingga dengan
berpikir mengasah kecerdasan otak dalam memecahkan permasalahan yang
sederhana maupun kompleks. Dengan proses berpikir melatih daya penalaran
siswa dalam mengolah informasi secara relevan. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan yang menyebutkan bahwa sebagai suatu proses mental dalam
mengeksplorasi peta pengalaman yang merupakan suatu keterampilan bertindak
dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran.44
Berpikir adalah eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam
mencapai suatu tujuan. Tujuan itu mungkin berbentuk pemahaman, pengambilan
keputusan, perencanaan, pemecahan masalah, penilaian, tindakan, dan sebagainya.
43
Fahruddin Faiz, Thinking Skill: Pengantar Menuju Berpikir Kritis, (Yogyakarta: Suka
Press, 2012), h. 1. 44
Mohammad Surya, Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta,
2015), h. 117.
29
Dengan kegiatan berpikir, seseorang mempertimbangkan, merenungkan,
menganalisis, membuktikan sesuatu, mencari sebab-sebab atau menghubungkan
satu sama lain dan menarik kesimpulan. Meskipun berpikir merupakan suatu
proses mental, namun keterampilan berpikir dapat dilatih, seperti seorang atlit
yang harus berlatih terus-menerus untuk meningkatkan kemampuan dan
kapabilitasnya, sehingga mencapai prestasi yang lebih tinggi.
Secara umum berpikir merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang
individu yang memiliki suatu keterampilan dalam imajinasinya, menjelajah
kenyataan, menggunakan daya penalaran yang baik serta objektif untuk
memperoleh atas suatu jawaban yang berasal dari suatu pertanyaan tertentu.
Selain itu, berpikir memiliki fungsi untuk menghubungkan antarbagian
pengetahuan yang diperoleh manusia sehingga menghasilkan suatu keputusan
dalam mengendalikan tindakan atau tingkah laku dan mengembangkan aspek-
aspek kepribadian yang lainnya.
b. Keterampilan Berpikir Kritis
Definisi umum dari berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di
dalam diri seseorang. Proses perkembangan ide dan konsep tersebut berlangsung
melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang
tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. Berpikir
sebagai aktivitas mental yang dimiliki setiap individu. Dengan adanya
keterampilan berpikir kritis seseorang dikatakan memiliki kepandaian dalam
melakukan sesuatu dengan cepat dan benar yang meliputi tugas-tugas kecakapan
sikap dan nilai dengan dipertimbangkan sebagai sesuatu yang penting dalam
penyelesaian tugasnya.
Menurut Ennis pemahaman kritis merupakan berpikir reflektif yang
berfokus pada memutuskan apa yang harus dipercaya dan dilakukan.45
Menurut
Halpen berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif
dalam menentukan tujuan. Sedangkan menurut Duron menyatakan bahwa
45
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.
22.
30
peningkatan kemampuan berpikir kritis pada siswa dapat dilakukan melalui
pembelajaran yang melatihkan siswa menggunakan pemikiran secara kritis.46
Menurut Edward Glaser mendefinisikan berpikir kritis sebagai: (1) suatu
sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang
berada dalam jangkauan pengalaman seseorang; (2) pengetahuan tentang metode-
metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu
keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.47
Sedangkan menurut
Facione merumuskan enam komponen kecakapan berpikir kritis yaitu interpretasi,
analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri.48
Dari beberapa
pendapat tersebut, tampak adanya persamaan yang melibatkan penilaian terhadap
beberapa hal dalam pembelajaran seperti daya penalaran siswa terhadap suatu
pemecahan masalah, membuat interpretasi pertimbangan serta membuat suatu
kesimpulan berdasarkan informasi.
Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu bentuk dari
keterampilan tingkat tinggi (high order thinking). Karena di dalam proses
keterampilan berpikir kritis mencakup merumuskan masalah, memiliki motivasi
untuk mencari dan memecahkan masalah serta membuktikan kebenaran suatu ide
atau gagasan. Maka dari hal tersebut siswa seolah-olah menjadi seorang saintis
yang mengasah keterampilan berpikir kritisnya dalam membuktikan suatu teori
melalui pencarian sumber informasi yang relevan.
Pembelajaran ilmu sains, selain siswa harus memahami konten ataupun isi
dari materi pembelajaran siswa juga dituntut untuk memiliki keterampilan dalam
46
Bartolomeus Kristi Brahmantia Putra, Joko Ariyanto dan Baskoro Adi Prayitno, Penerapan
Model Konstruktivis-Metakognitif pada Materi Sistem Koordinasi untuk Meningkatkan Berpikir
Kritis Siswa Kelas XI MIPA SMA”, Proceeding Biology Education Conference, Vol 13 (1) 2016,
h. 170, diakses dari https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/download/5686/5054, pada tanggal 16
Mei 2017 pukul 13.30 WIB. 47
Dyah Ayu Wulandari, “Penerapan Desain Pembelajaran Kimia Berbasis Brain Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMA N 1
Tengaran” Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang, 2013, h. 10, diakses dari http://lib.unnes.ac.id/17197/1/4301409012.pdf, pada
tanggal 2 Januari 2016 pukul 20.48 WIB. 48
Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) pada Materi Pokok Ikatan Kimia untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa Kelas X SMA Widya Darma Surabaya”, UNESA Journal of Chemical Education, Vol 4, No
2, h. 157, 2015, diakses dari http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/15532/36/article.pdf, pada
tanggal 17 Mei 2017 pukul 21.32 WIB.
31
berpikir. Keterampilan berpikir berasal dari otak sebagai pusat dari semua
aktivitas. Di dalam proses belajar, keterampilan berpikir sebagai faktor utama
yang dimiliki seseorang dalam memutuskan suatu tindakan yang dilakukan. Hal
ini juga didukung oleh pernyataan Ruseffendi bahwa salah satu faktor internal
yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu proses belajar mengajar
adalah kecerdasan siswa.49
Keterampilan berpikir dapat dikembangkan di dalam proses pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Pada proses pembelajaran guru memberikan
kesempatan dalam kebebasan berpikir dan bertindak untuk memahami
pengetahuan dan memecahkan masalah. Dengan adanya kesempatan yang
diberikan kepada siswa, pengetahuan yang diperoleh dapat dilakukan dengan
mengkontruksi sendiri pengetahuan tanpa harus menunggu pemberian informasi
yang bersumber dari guru. Hal ini sejalan dengan Santrock yang menyatakan
bahwa untuk berpikir secara kritis dalam memecahkan setiap permasalahan atau
untuk mempelajari sejumlah pengetahuan baru, anak-anak harus mengambil peran
aktif di dalam belajar, dalam artian anak-anak harus berupaya mengembangkan
sejumlah proses berpikir aktif di antaranya:50
1) mendengarkan secara seksama,
b) mengidentifikasi atau merumuskan masalah pertanyaan-pertanyaan,
c) mengorganisasi pemikiran-pemikiran mereka, d) memperhatikan persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan, e) melakukan deduksi (penalaran dari
umum ke khusus), f) membedakan antara kesimpulan-kesimpulan yang valid dan
yang tidak valid secara logika, g) belajar bagaimana mengajukan pertanyaan-
pertanyaan klarifikasi, (seperti “Apa intinya?”, “Apa yang Anda maksud dengan
pertanyaan itu?”, dan “Mengapa”).
Oleh karenanya, saat ini dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya
menggunakan cara berpikir sederhana terhadap suatu permasalahan tetapi siswa
49
Alfadina Wisudawati dan Mita Anggaryani, “Penerapan Pembelajaran Fisika Berdasarkan
Strategi Brain Based Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada
Materi Elastisitas Kelas XI di SMA Negeri 1 Wonoayu Sidoarjo”, Jurnal Inovasi Pendidikan
Fisika (JIPF), Vol 3 No. 02 Tahun 2014, h. 2, diakses dari
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inovasi-pendidikan-fisika/article/view/7386, pada tanggal 19
Oktober 2016 pukul 18.49 WIB. 50
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2010), h. 156-157.
32
belajar untuk berpikir kritis dengan memahami hubungan-hubungan yang logis
pada suatu gagasan, memecahkan masalah secara sistematis, mengidentifikasi
dengan cara mengkontruksi, merefleksi kebenaran dan mengevaluasi argumen.
Sehingga kriteria-kriteria keterampilan berpikir kritis dapat tercapai dengan baik
dan dapat dikategorikan bahwa siswa sudah terampil dalam berpikir kritis. Siswa
yang berpikir kritis adalah siswa yang terampil dalam penalarannya dan
kecenderungan bertindak sesuai dengan penalarannya. Di dalam proses berpikir
kritis, siswa menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji
suatu kebenaran gagasan. Sehingga, bagi seorang individu berpikir kritis sebagai
aktivitas internal yang berjalan secara sistematis seperti menganalisis dan
mengevaluasi terhadap suatu pernyataan ataupun informasi yang diperoleh
melalui keyakinan yang dimiliki seseorang serta mampu mengemukakan argumen
ataupun pendapat dengan penuh percaya diri.
c. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis
Setiap orang memiliki tingkat keterampilan berpikir kritis yang berbeda-
beda. Disinilah perlunya sebuah acuan atau indikator sehingga kita dapat menilai
tingkat berpikir kritis seseorang. Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam
mengukur keterampilan berpikir kritis yaitu membandingkan, mencari hubungan
sebab akibat, memberi alasan, meringkas, menyimpulkan, berpendapat,
mengelompokkan, menciptakan, menerapkan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ennis menyatakan terdapat enam elemen dasar dalam berpikir kritis, yang
disingkat menjadi pendekatan FRISCO (Focus, Reason, Inference, Situation, and
Clarity).
1) Focus
Hal pertama yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tertentu
adalah mengidentifikasi situasi atau masalah dengan baik. Fokus merupakan hal
pertama yang dilakukan dalam berbagai situasi untuk melihat poin penting, isu,
pertanyaan atau masalah. Adapun caranya adalah dengan menanyakan pada diri
sendiri “apa yang sedang terjadi?” atau “hal apa yang sebenarnya terjadi?” “apa
yang orang coba buktikan?” Dan “apa yang harus saya lakukan untuk mencari
33
pembuktian?” Indikator focus yang dimaksudkan adalah peserta didik mampu
menentukan konsep yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.
2) Reason
Seseorang harus mengetahui alasan yang dikemukakan untuk mendukung
suatu kesimpulan dan menentukan apakah alasan dapat diterima sebelum Anda
membuat penilaian akhir dari suatu argumen. Ketika kita sedang mengemukakan
argumen, kita harus mampu memberikan alasan. Ketika Anda membuat suatu
keputusan, Anda harus melihat kembali alasan-alasan dan membuat keputusan
dengan pasti (alasan pro-kontra).
3) Inference
Mempertimbangkan kesimpulan berbeda dengan mempertimbangkan
alasan yang dapat diterima. Kita harus melakukan keduanya. Kita harus menilai
apakah alasan dapat diterima, apakah alasan cukup untuk membuat kesimpulan
jika alasan-alasan dapat diterima.
4) Situation
Ketika berpikir tentang fokus dalam keyakinan dan keputusan,
menempatkan beberapa situasi yang luas. Sangat signifikan dan memberikan
beberapa aturan. Dalam situasi termasuk didalamnya manusia, tujuan, sejarah,
kesetiaan, pengetahuan, emosi, prasangka, kelompok, dan ketertarikan. Termasuk
lingkungan fisik dan lingkungan social, dimana di dalamnya terdapat keluarga,
pemerintah, institusi, agama, jabatan, perkumpulan, dan tetangga. Hal ini sangat
relevan tidak hanya aktifitas berpikir yang signifikan karena ada beberapa aturan
yang menadu, selain itu artinya pemikir bekerja dan menilai.
5) Clarity
Ketika Anda menulis dan berbicara, sangat penting apa yang Anda katakan
itu harus jelas. Jika ada sesuatu yang tidak jelas sangat penting untuk
memperjelasnya. Buat Anda mengerti benar dengan apa yang dikatakan orang
lain.
6) Overview
Elemen dasar yang terakhir yaitu overview atau meninjau kembali.
Overview dilakukan untuk mengecek temuan, keputusan, pertimbangan,
34
pelajaran, dan kesimpulan.51
Robert. H. Ennis mengelompokkan lima aspek utama keterampilan
berpikir kritis dan dua belas sub aspek beserta indikatornya, selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut:52
Tabel 2.2 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Keterampilan
Berpikir Kritis Indikator
1. Memberikan
penjelasan
sederhana
(Elementary
clarification)
1. Memfokuskan
Pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria-kriteria
untuk mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
c. Memelihara kondisi dalam
keadaan berpikir
2. Menganalisis
Argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan
c. Mengidentifikasi alasan yang
tidak dinyatakan
d. Mencari persamaan dan
perbedaan
e. Mengidentifikasi kerelevanan
dan tidak relevan
f. Mencari struktur dari suatu
argumen
g. Membuat ringkasan
3. Bertanya dan
menjawab pertanyaan
tentang suatu
penjelasan atau
tantangan
a. Mengapa demikian?
b. Apa intinya
c. Apa artinya
d. Yang mana contohnya
e. Yang mana bukan contoh
f. Bagaimana menerapkannya
dalam kasus tersebut
g. Perbedaan yang
menyebabkannya
h. Apa faktanya?
i. Benarkah apa yang Anda
51
Robert H. Ennis, Critical Thinking, (New York: Prentice Hall, 1996), h. 4-8. 52
Robert H. Ennis, A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills, Educational
Leadership Journal, Vol 43 No. 2, 1985, h. 46, diakses dari http://www.ascd.org/, pada tanggal 6
Januari 2016 pukul 11.00 WIB.
35
katakan?
j. Akankah Anda menyatakan
lebih dari itu
2. Membangun
Keterampilan
Dasar
(Basic support)
4. Mempertimbangkan
kredibilitas suatu
sumber
a. Ahli
b. Tidak adanya conflict interest
c. Kesepakatan antar sumber
d. Reputasi
e. Menggunakan prosedur yang
ada
f. Mengetahui resiko terhadap
reputasi
g. Keterampilan memberikan
alasan
h. Kebiasaan hati-hati
5. Mengobservasi dan
mempertimbangkan
hasil observasi
a. Ikut terlibat dalam
menyimpulkan
b. Selang waktu yang singkat
antara observasi dan laporan
c. Dilaporkan oleh pengamat
sendiri
d. Mencatat hal-hal yang
diinginkan
e. Penguatan
f. Kemungkinan penguatan
g. Kondisi akses yang baik
h. Penggunaan teknologi yang
kompeten
i. Keputusan observer atas
kredibilitas sumber
3. Menyimpulkan
(Interference)
6. Membuat deduksi
dan
mempertimbangkan
deduksi
a. Kelompok logis
b. Kondisi yang logis
c. Interpretasi pernyataan
7. Membuat induksi
dan
mempertimbangkan
induksi
a. Membuat generalisasi
b. Membuat kesimpulan atau
hipotesis
8. Membuat keputusan
dan
mempertimbangkan
hasilnya
a. Latar belakang fakta
b. Konsekuensi
c. Penerapan prinsip-prinsip
d. Mempertimbangkan alternatif
e. Menyeimbangkan
f. Memutuskan.
4. Memberikan
penjelasan lebih
lanjut
9. Mengidentifikasi
istilah dan
mempertimbangkan
a. Bentuk: sinonim, klarifikasi,
rentang ekspresi yang sama,
operasional, contoh dan bukan
36
(Advance
clarification)
definisi contoh,
b. Strategi definisi (tindakan
mengidentifikasi)
c. Isi (content)
10. Mengidentifikasi
asumsi
a. Alasan yang tidak dinyatakan
(implisit)
b. Asumsi yang diperlukan,
rekontruksi argumen
5. Mengatur
strategi dan taktik
(Strategy and
tactics)
11. Memutuskan suatu
tindakan
a. Mendefinisikan masalah
b. Menyeleksi kriteria untuk
menilai solusi yang mungkin
c. Merumuskan solusi alternatif
d. Memutuskan hal-hal yang akan
dilakukan sementara
e. Melakukan peninjauan kembali
f. Memonitor impelementasi
12. Berinteraksi
dengan orang lain
a. Menyenangkan
b. Strategi logis
c. Strategi retorika
d. Mempresentasikan baik lisan
maupun tulisan
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan, berpikir kritis merupakan
bagian dari proses keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dilakukan oleh
seseorang untuk memroses, menganalisis, menelaah, dan mengkritik untuk
mencapai suatu kesimpulan berdasarkan dari olah pikirnya. Sehingga dalam
berpikir kritis manusia akan secara tidak langsung dapat menerima informasi
secara langsung akan tetapi dengan proses berpikir kritis tersebut dapat
mempertimbangkan suatu informasi yang didapatkan relevan atau tidak.
Berdasarkan indikator-indikator dari beberapa ahli yang telah dipaparkan,
dalam penelitian ini peneliti menggunakan indikator keterampilan berpikir kritis
yang dikemukakan oleh Ennis karena indikatornya sudah jelas dan spesifik. Dari
indikator-indikator yang digunakan, sesuai dengan dengan tahapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dan Think Pair Share
(TPS).
37
7. Tinjauan Konsep Fungi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Fungi yang disesuaikan
dengan struktur kurikulum 2013. Materi tersebut terdapat di kelas X SMA
semester genap. Standar Kompetensi yang akan dicapai yaitu “Menerapkan
prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara
reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis”.53
Dunia fungi (jamur) atau Mycota merupakan kelompok makhluk hidup
yang dapat mendatangkan keuntungan bagi manusia. Beberapa jenis anggotanya
dapat dimakan, sebagai sumber lemak dan glikogen. Beberapa jenis yang lain
dapat digunakan dalam industri makanan maupun minuman. Dalam lingkungan,
jamur merupakan pengurai sampah organik yang penting. Tanpa bantuan jamur,
kemungkinan besar permukaan bumi ini akan penuh sampah. Namun demikian,
tidak sedikit jamur yang mendatangkan bencana bagi manusia. Beberapa jenis
diantaranya parasit pada manusia, hewan, maupun tanaman budi daya. Beberapa
jenis lagi, mampu menghasilkan racun yang membahayakan kehidupan manusia.54
Slamet dan Sri memaparkan struktur tubuh jamur yaitu bersel banyak,
dinding selnya tersusun atas zat kitin, sel jamur tidak mempunyai pigmen
fotosintesis, sehingga bersifat heterotrof. Pada jamur tingkat tinggi terdapat badan
buahnya. Jamur belum mempunyai organ akar, batang, dan daun, sehingga disebut
talus. Talus tersusun atas benang-benang halus yang disebut hifa. Hifa bercabang-
cabang membentuk bangun seperti jaring-jaring disebut miselium.55
Riana dan Tintin menyebutkan bahwa terdapat beberapa jamur yang khas
diantaranya kapang, khamir, lichen, dan mikoriza. Keempat istilah tersebut
menunjukkan bentuk jamur dengan gaya hidup yang unik, terdapat pada
kelompok jamur zigot, jamur kantung, dan jamur gada.56
53
Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum SMA-MA, (Jakarta: Kemendikbud, 2013), h. 149, diakses dari
http://adpend.upi.edu/lopen/wp-
content/files/03_Permendikbud_Nomor_69_Tahun_2013_tentang_Kerangka_Dasar_dan_Struktur
_Kurikulum_SMA-MA_-_Biro_Hukor.pdf, pada tanggal 3 September 2016 pukul 12.54 WIB. 54
Slamet Prawihartono dan Sri Hidayati, Sains Biologi 1 untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), h. 102. 55
Ibid., h. 102. 56
Riana Yani, dkk, Biologi 1 Kelas X SMA/MA, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
38
Pembahasan pada konsep Fungi, maka tidak luput dari permasalahan yang
ada di kehidupan sehari-hari diantaranya peranan jamur yang menguntungkan
ataupun merugikan bagi kehidupan. Misalnya saja, cara mengatasi panu sebagai
jamur patogen yang merugikan bagi manusia. Sehingga diharapkan siswa dapat
memberikan solusi dan alternatif terhadap contoh-contoh permasalahan tersebut
yang telah dijabarkan di dalam LKS sebagai sarana untuk siswa secara bersama-
sama mendiskusikannya di dalam kelompok belajar.
Berdasarkan paparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, konsep
Fungi dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa. Selain itu, dilihat
dari kompetensi dasar Fungi yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa terdapat
sub-materi Fungi yang dimana siswa diminta untuk memaparkan bagaimana
peranan Fungi baik yang bersifat patogen ataupun menguntungkan terkait
masalah-masalah yang ada di kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, berbagai
persoalan yang membahas mengenai Fungi seperti struktur tubuh Fungi yang
tidak selamanya berbentuk makroskopik, habitat Fungi yang tidak semuanya di
pohon, dan perbedaan Fungi yang didasarkan pada divisinya. Maka di dalam
pembelajaran agar siswa terlatih dalam berpikir kritis digunakanlah indikator-
indikator berpikir kritis sebagai acuan dasar yang juga dihubungkan dengan model
pembelajaran koperatif yang diterapkan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang elah dilakukan terkait dengan Model
Kooperatif Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI) antara lain:
Hasil penelitian Ofi, Tri, dan Rini dapat disimpulkan bahwa Kemampuan
Berpikir Kritis (KBK) siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata gain 0,30
dan berkriteria rendah. Adapun rata-rata persentase aktivitas siswa yang meliputi
bekerja sama, menyajikan hasil akhir, bertanya, dan menanggapi secara
keseluruhan berkriteria cukup (59,49%). Meski demikian peningkatan KBK siswa
Pendidikan Nasional, 2009), h. 103, diakses dari http://www.slideshare.net/RianMaulana1/buku-
biologi-sma-kelas-x-bse-2009-riana-yani, pada tanggal 3 September 2016 pukul 16.23 WIB.
39
terjadi secara signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe GI berpengaruh signifikan dalam meningkatkan KBK siswa.57
Hasil penelitian oleh Sigit Wibowo dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil
belajar kedua kelas sangat signifikan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil
uji hipotesis dengan menggunakan uji t terhadap kedua nilai posstest. Hasilnya
adalah nilai thitung = 6,1439 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikan 1% adalah
2,650 dan taraf signifikan 5% adalah 2.000. Terlihat bahwa nilai thitung > ttabel baik
pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar Biologi siswa dengan menggunakan metode cooperative
learning tipe GI dan TPS.58
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Septian, Tri, dan Rini dapat disimpulkan
bahwa pada penerapan model pembelajaran TPS terdapat pengaruh yang
signifikan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, hal ini terlihat
pada nilai N-gain kelas eksperimen sebesar 47,8 dan nilai N-gain kelas kontrol
21,5. Selain itu, pada model TPS di setiap pertemuan mengalami peningkatan.59
Hasil penelitian oleh Hamidah, Soetarno, dan Sri dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Hal tersebut terlihat dari kemampuan
berpikir kritis siswa pada aspek memfokuskan masalah, aspek mempertimbangkan
sumber atau teori, aspek mengidentifikasi masalah, aspek memberikan alternatif
untuk pemecahan masalah, dan aspek membuat kesimpulan sederhana meningkat
57
Ofi Oktaviani, Tri Jalmo, dan Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation (GI) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik,
Vol. 2, No. 6, 2014, h. 1, diakses dari
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/4763, pada tanggal 6 Mei 2017 pukul
21.12 WIB. 58
Sigit Wibowo, Perbandingan Hasil Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Think Pair Share (TPS), Skripsi
Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2011, h. 1,
diakses dari
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/2584/1/SIGIT%20WIBOWO-FITK.pdf,
pada tanggal 8Agustus 2016 pukul 13.00 WIB. 59
Septian Nurrachman, Tri Jalmo, Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik, Vol. 1. No. 2, 2013, h. 1, diakses dari
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/504, pada tanggal 8 Mei 2017 pukul 19.40
WIB.
40
dari siklus I ke siklus II.60
Hasil penelitian oleh Hesti Setiyani dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kedua kelas signifikan.
Hasil tersebut didasarkan pada hasil uji t terhadap kedua nilai N-Gain. Pada hasil
tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan signifikan rata-rata kemampuan
berpikir kritis. Namun, hasil tersebut menunjukkan ada perbedaan yang signifikan
untuk hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan metode cooperative
learning tipe TPS dan GI. 61
Hasil penelitian oleh Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah, dapat disimpulkan
bahwa sebanyak 81% siswa memiliki keterampilan interpretasi sangat baik, 85%
siswa memiliki keterampilan analisis sangat baik, 81% siswa memiliki
keterampilan evaluasi sangat baik, 54% siswa memiliki keterampilan inferensi
sangat baik, dan 88% siswa memiliki keterampilan eksplanasi sangat baik.
Pembelajaran kooperatif tipe GI ini merupakan pembelajaran yang dapat
melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa hal ini dibuktikan nilai N-Gain score
untuk masing-masing keterampilan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi dan
eksplanasi sebesar 0,7; 0,9; 0,9; 0,9; dan 0,8 termasuk kategori tinggi.62
C. Kerangka Berpikir
Biologi sebagai cabang sains yang memiliki keterampilan sains yang
terdiri dari proses, sikap serta produk. Keterampilan tersebut terdiri dari
60
Hamidah Fajrin, Soetarno Joyoatmojo, dan Sri Wahyuni, “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran Konfirmasi Keputusan Pelanggan Kelas X Pemasaran SMK Batik
Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015” Artikel Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas
Sebelas Maret, 2015, h. 1, diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=375639&val=4088&title=Penerapan%20Mod
el%20Pembelajaran%20Kooperatif%20Tipe%20Think%20Pair%20Share%20untuk%20Meningka
tkan%20Kemampuan%20Berpikir%20Kritis%20dan%20Hasil%20Belajar%20Siswa%20Mata%2
0Pelajaran%20Konfirmasi%20Keputusan%20Pelanggan%20Kelas%20X%20Pemasaran%20SMK
%20Batik%201%20Surakarta%20Tahun%20Ajaran%202014/2015, pada tanggal 11 Juli 2017
pukul 12.08 WIB. 61
Hesti Setiyani, “Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa dengan
Menggunakan Metode Cooperative Learning Type Think Pair Share dan Group Investigation”
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, 2011, h. 1, diakses dari
http://digilib.unila.ac.id/15838/6/ABSTRAK.pdf, pada tanggal 25 Oktober 2016 Pukul 13.55 WIB. 62
Bahrul, Op. Cit., h. 156.
41
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mengumpulkan data, membuat hipotesis
dan menarik kesimpulan. Maka dengan adanya proses keterampilan sains tersebut
peserta didik mampu memecahkan masalah serta isu-isu ilmiah di dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, peran guru dalam proses pembelajaran
sebagai unsur yang utama dalam mempengaruhi keberhasilan peserta didik untuk
mendapatkan ilmunya secara utuh. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif
guru berperan sebagai fasilitator dan sebagai pembimbing serta mengawasi dalam
kegiatan pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif diharapkan
peserta didik dapat melakukan diskusi dengan teman sebaya dalam mendiskusikan
permasalahan di dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif Group
Investigation (GI) memberikan kesempatan bagi para peserta didik untuk
membuat kelompok yang beranggotakan 2-6 orang anggota dan saling
bekerjasama dalam memecahkan masalah serta menghubungkan antara materi
dengan penerapannya dalam kehidupan nyata. Sedangkan pada model kooperatif
Think Pair Share (TPS) memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk
menemukan ide pokok bahasannya dengan cara berpikir (think), berpasangan
(pair), dan berbagi (share) dengan teman kelompoknya. Sehingga proses
penerimaan ilmu pengetahuan menjadi merata. Selain itu keterampilan berpikir
kritis peserta didik dapat dilihat perbedaannya dari indikator-indikator berpikir
keterampilan berpikir kritis menurut Ennis yang sesuai dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tersebut. Berbagai penelitian yang sudah diutarakan
diatas menunjukkan bahwa model pembelajaran Group Investigation (GI) dan
Think Pair Share (TPS) memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Sehingga diharapkan
agar peserta didik mampu menerapkan dengan baik model pembelajaran
kooperatif yang dapat diindentifikasi dari perbedaan keterampilan berpikir kritis
peserta didik dalam mendapatkan ilmunya secara baik dan utuh.
42
Bagan kerangka berpikir :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diperoleh dari kajian teori dan kerangka berpikir
sebagai berikut:
Ho = Tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan
TPS dan GI pada konsep Fungi
Ha = Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan TPS
dan GI pada konsep Fungi
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan keterampilan berpikir
kritis siswa pada konsep Fungi dengan model kooperatif (Think Pair Share) TPS
dan (Group Investigation) GI”
Siswa pasif
Siswa Guru
Ada proses berpikir kritis
terhadap suatu masalah
Model Pembelajaran
Aktif
Cooperative Learning
Think Pair Share Group Investigation
Diskusi
berpasangan
Diskusi kelompok
(hasil investigasi)
Pembelajaran
Teacher centered
Siswa jenuh
Student centered
(Active learning)
Analisis Perbandingan
Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Bogor
Jalan Kayu Manis No. 30 Kelurahan Cirimekar, Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Bogor. Dipilihnya sekolah tersebut sebagai tempat penelitian karena untuk
mengukur keterampilan berpikir kritis dengan karakteristik siswa MAN yang
berada di daerah Kabupaten Bogor.
Waktu pelaksanaan penelitian yakni pada semester II bulan Februari
sampai Maret tahun pelajaran 2016-2017. Adapun rangkaian kegiatan persiapan,
uji coba, dan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
No. Waktu Tempat Kegiatan
1.
Bulan
September-
Desember
Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Penyusunan instrumen
penelitian (RPP, LKS, soal
keterampilan berpikir
kritis, dan rubrik penilaian)
2. Bulan Januari MAN 1 Bogor Pengujian instrumen soal
(validasi)
3. Bulan Februari-
Maret MAN 1 Bogor Penelitian
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Desain
eksperimental semu agak lebih baik dibandingkan dengan pra-eksperimental,
karena melakukan suatu cara untuk membandingkan kelompok.1 Penelitian ini
terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (variabel X) dan variabel terikat
(variabel Y). Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sebagai kelas eksperimen I
dan Group Investigation (GI) sebagai kelas eksperimen II, sedangkan variabel
1 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2013), h. 102.
44
terikat (dependent) yakni keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karenanya,
penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kausal komparatif.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Two Group
Pretest Posttest Design. Desain ini terdiri atas dua kelompok yaitu sebelum diberi
perlakuan pada kedua kelompok eksperimen tersebut, diberikan tes awal (pretest)
dan setelah diberi perlakuan, kedua kelompok diberikan tes akhir (posttest). Pre-
test adalah tes yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan,
tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan yang akan
diajarkan, yakni konsep Fungi. Sedangkan post-test adalah tes yang diberikan
setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan, tujuannya untuk mengetahui sejauh
mana siswa menguasai bahan yang telah diajarkan.2 Desain penelitian ini
disajikan pada Tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Keterangan :
: Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
: Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
: Perlakuan dengan Model TPS
: Perlakuan dengan Model GI
: Pemberian Pretest
: Pemberian Posttest
Pelaksanaan pretest dilakukan sebelum diterapkannya treatment untuk
mengukur kemampuan awal siswa. Sedangkan posttest dilakukan setelah
diberikan treatment. Perbedaan antara dan adalah sebagai hasil perbedaan dari
keterampilan berpikir kritis siswa setelah dilakukannya proses pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation
(GI).
2 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet. 1, h. 75.
45
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.3 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
MAN 1 Bogor pada semester genap tahun pelajaran 2016-2017. Adapun populasi
terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas X MAN 1 Bogor.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.4 Sampel pada bagian dari penelitian ini adalah siswa kelas X MIA.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik random
sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil dua kelas secara
acak sehinnga didapat kelas X MIA 2 berjumlah 43 orang siswa yang menerapkan
model pembelajaran Think Pair Share dan kelas X MIA 5 berjumlah 42 orang
siswa yang menerapkan model pembelajaran Group Investigation.
D. Prosedur Penelitian
Deskripsi pada prosedur penelitian tersebut terdiri dari tiga langkah yaitu :
Tahap Pendahuluan, Tahap Pelaksanaan, dan Tahap Akhir.
1. Tahap Pendahuluan
Pada tahap ini yaitu mengidentifikasi masalah berupa survey dengan
melakukan observasi dan mewawancarai guru bidang studi biologi untuk
mengidentifikasi masalah selama proses pembelajaran. Dalam penyusunan
instrumen dan pembuatan perangkat pembelajaran yaitu dengan menganalisis
indikator pembelajaran dan mengaitkannya dengan indikator keterampilan
berpikir kritis, memilih artikel yang sesuai dengan pembelajaran dan indikator
pembelajaran, membuat pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan indikator
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 117. 4 Ibid., h. 118.
46
keterampilan berpikir kritis dan indikator pembelajaran yang disertai dengan
jenjang kognitifnya (diawali dari C3 hingga C6), kemudian melakukan validasi
ahli dalam hal ini dosen pembimbing melihat kesesuaian konten atau konsep
dengan keterampilan berpikir kritis.
Instrumen penelitian yang digunakan berupa soal uraian yang terdiri dari 20
soal awal namun dengan beberapa kali revisi yang telah dilakukan hingga
akhirnya didapatkan jumlah soal sebanyak 16 soal keterampilan berpikir kritis
yang telah disesuaikan dengan indikator keterampilan berpikir kritis menurut
Robert H. Ennis untuk uji coba instrumen agar terlihat soal mana yang valid
sehingga dapat digunakan untuk pretest dan posttest, menyiapkan lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran untuk melihat apakah dari sintaks model
pembelajaran yang diterapkan telah sesuai atau tidak, serta membuat indikator
materi berdasarkan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk
merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Selain itu, Lembar Kerja
Siswa (LKS) digunakan sebagai data pendukung kognitif siswa yang disesuaikan
dengan tahapan model pembelajaran dan terdapat artikel masalah, sehingga siswa
secara bersama-sama dalam kelompoknya memecahkan masalah tersebut selama
proses pembelajaran. Setelah instrumen dan perangkat telah diselesaikan maka
selanjutnya dikoordinasikan dengan pihak sekolah dan dikonsultasikan dengan
dosen pembimbing.
Uji coba dilakukan pada kelas XII IPA 1 yang telah mempelajari konsep
Fungi. Waktu yang disediakan pada uji coba instrumen tersebut selama 90 menit
dengan jumlah 20 soal uraian yang dikerjakan. Hasil data yang didapatkan dari
uji coba instrumen selanjutnya di olah menggunakan program Anates versi 4.0.9.
Berdasarkan dari pengolahan data tersebut maka didapatkan hasil reliabilitas, daya
pembeda, tingkat kesukaran, serta validitas tes sebagai acuan untuk tahapan
berikutnya. Dari 16 soal yang telah diujikan, terdapat 10 soal yang valid. Oleh
karenanya soal tersebut direkontruksi ulang untuk memenuhi kebutuhan
pengukuran keterampilan berpikir kritis sehingga didapatkan 14 soal uraian
keterampilan berpikir kritis. Untuk soal yang valid maka akan digunakan sebagai
47
instrumen penelitian dan diberikan pada saat pretest dan posttest untuk kelas X
MIA sebagai sampel dari penelitian ini.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, dimulai dengan membagi dua kelas penelitian eksperimen
I dan eksperimen II. Setelah itu kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sedangkan
kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation (GI). Kemudian diberikan penjelasan awal mengenai
proses berjalannya model TPS dan GI di kelas masing-masing. Masing-masing
kelas eksperimen diberikan soal pretest kepada seluruh subjek penelitian dengan
menggunakan instrumen uraian keterampilan berpikir kritis. Pada saat
pelaksanaan pembelajaran, selanjutnya kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
II menerapkan sesuai model masing-masing. Selama pelaksanaan penelitian siswa
mengerjakan LKS yang telah disediakan sebelumnya dan siswa secara
berkelompok memecahkan masalah pada artikel yang tertera. Siswa diberi
kebebasan untuk mencari sendiri informasi yang diperlukan melalui berbagai
sumber informasi baik melalui buku ataupun internet dan sumber lainnya yang
mendukung dari hasil pencarian jawaban. Selain itu, selama proses pembelajaran
artikel masalah yang terdapat di dalam LKS, guru yang mengajar dan waktu atau
durasi pertemuan disamakan hal ini agar tidak terdapat variabel lainnya yang
dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Karena apabila guru yang mengajar
berbeda-beda pada setiap sampel penelitian akan mempengaruhi hasil akhir. Oleh
karenanya, fokus penelitian yang didapatkan yaitu hasil keterampilan berpikir
kritis siswa dengan latar belakang kemampuan kognitif awal yang dimiliki oleh
siswa dari semua sampel penelitian. Setelah proses pembelajaran selesai hingga
pertemuan akhir maka pada pertemuan selanjutnya siswa diberikan soal posttest
berupa soal uraian keterampilan berpikir kritis kepada seluruh sampel penelitian
dengan menggunakan instrumen tes yang sama pada saat pretest.
48
3. Tahap Akhir
Tahap akhir yang dilakukan yaitu menganalisis hasil data pretest dan
posttest akan diolah dalam bentuk nilai atau angka dengan menggunakan uji
statistik, mengolah data observasi kegiatan guru dan siswa sehingga dapat
menganalisis hasil penelitian yang tertuang dalam pembahasan dan dapat menarik
kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
Gambar 3.1 Tahapan dalam Prosedur Penelitian
TAHAP I
PENDAHULUAN
TAHAP II
PELAKSANAAN
1. Identifikasi Masalah dan Tujuan
Penelitian
2. Penyusunan Instrumen
3. Uji Coba Instrumen
4. Analisis Data Uji Coba Instrumen
5. Revisi Instrumen
Hasil Penelitian
Analisis dan Pembahasan
Menarik Kesimpulan
Penelitian
Prestest
Pembelajaran
dengan TPS
Posttest
Pembelajaran
dengan GI
TAHAP III
AKHIR
Eksperimen I Eksperimen II
49
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperoleh dari penelitian ini melalui tes
dan non tes. Tes berupa soal uraian dan non tes berupa wawancara berdasarkan
respon guru dan siswa terhadap pembelajaran serta lembar observasi guru dan
siswa keterkaitan antara penerapan langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif TPS dan GI dengan aspek keterampilan berpikir kritis. Teknik
pengumpulan data dapat disajikan pada Tabel 3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data
Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data
Respon siswa Siswa Wawancara
Respon guru Guru Wawancara
Keterlaksaan
pembelajaran kooperatif Guru dan siswa Observasi
Keterampilan berpikir
kritis Siswa Tes
Kognitif siswa Siswa (kelompok) LKS
Keterkaitan antara langkah model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dan Group Investigation (GI) dapat dilihat pula dari irisan langkah-langkahnya
dengan keterampilan berpikir kritis. Irisan tersebut dapat dilihat dari Tabel 3.4
sebagai berikut:
Tabel 3.4 Keterkaitan Tahapan TPS dan GI Terhadap KBK
(Keterampilan Berpikir Kritis)
No
Langkah-langkah Model Pembelajan
Kooperatif Berpikir Kritis
TPS
(Think Pair Share)
GI (Group
Investigation) Aspek KBK
Sub-aspek
KBK
1. a. Berpikir
(Thinking):.
a. Seleksi topik
b.Merencanakan
kerja sama
Memberikan
penjelasan
sederhana
- Memfokuskan
pertanyaan
- Menganalisis
argumen
- Bertanya dan
menjawab
pertanyaan
tentang suatu
penjelasan
informasi atau
tantangan
50
Membangun
Keterampilan
Dasar
- Mempertimba
ngkan
kredibilitas
suatu sumber
2.
3.
b.Berpasangan
(Pairing):
c. Berbagi
(Sharing):
c. Implementasi:
d. Analisis dan
sintesis
e. Penyajian
hasil akhir
f. Evaluasi
Menyimpulkan - Membuat
induksi dan
mempertimba
ngkan induksi
Memberikan
penjelasan
Lebih Lanjut
- Mengidentifi
kasi asumsi
Mengatur
Strategi dan
Taktik
- Memutuskan
suatu tindakan
- Berinteraksi
dengan orang
lain
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes
subjektif (keterampilan berpikir kritis). Instrumen yang dirancang dalam bentuk
uraian dalam bentuk pretest dan posttest. Selain itu, untuk menunjang kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh, digunakan instrumen pedoman wawancara
sebagai data pendukung.
1. Tes Tertulis Keterampilan Berpikir Kritis
Tes ini berupa uraian disesuaikan dengan indikator keterampilan berpikir
kritis menurut Robert H. Ennis yang terdiri dari 14 soal dengan menggunakan
rentang skor penilaian 0-4.5 Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang
menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan,
mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang
sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri.6 Keterampilan berpikir kritis yang diukur dalam penelitian ini
terdiri dari lima aspek utama dan delapan sub aspek dengan sepuluh indikator.
5 Lampiran 4, h. 137.
6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012), Cet. 17, h. 35.
51
Instrumen tes yang digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan berpikir
kritis siswa dalam menguasai konsep Fungi ini memerhatikan ranah kognitif dari
C3 sampai C6. Berikut instrumen penelitian keterampilan berpikir kritis dapat
dilihat pada Tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5 Instrumen Penelitian Keterampilan Berpikir Kritis7
No
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Pembelajaran*
3.6.1 3.6.2 3.6.3 3.6.4 3.6.5
1.
Memberikan
penjelasan
sederhana
Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan √
Mengidentifikasi/merumuskan
kriteria-kriteria untuk
mempertimbangkan jawaban yang
mungkin
√
Mengidentifikasi alasan yang tidak
dinyatakan √
Mengapa demikian? √
Bagaimana menerapkannya dalam
kasus tersebut √
2.
Membangun
keterampilan
dasar
Keterampilan memberikan alasan √ √
3. Menyimpulkan Membuat kesimpulan √
4.
Memberikan
penjelasan lebih
lanjut
Alasan yang tidak dinyatakan √
5. Strategi dan
Taktik Merumuskan solusi alternatif √
Keterangan *Indikator Pembelajaran
3.6.1 Mengidentifikasi struktur tubuh dan ciri-ciri jamur
3.6.2 Mengidentifikasi klasifikasi jamur berdasarkan divisinya
3.6.3 Menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada jamur
3.6.4 Menganalisis peranan jamur bagi kehidupan
3.6.5 Memberikan kesimpulan keterkaitan peranan jamur
Untuk mengetahui persentase ketercapaian keterampilan berpikir kritis
siswa dapat digunakan rumus sebagai berikut:8
7 Lampiran 1, h. 105.
52
NP =
x 100
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan tetap
Persentase keterampilan berpikir kritis siswa dikelompokkan dalam lima
kategori. Kategori keterampilan berpikir kritis dapat dilihat dalam Tabel 3.6
sebagai berikut:9
Tabel 3.6 Persentase Kategori Keterampilan Berpikir Kritis
Persentase Kategori
86 - 100 % Sangat baik
76 - 85 % Baik
60 - 75 % Cukup
55 - 59 % Kurang
≤ 54 % Kurang Sekali
2. Wawancara
Wawancara yang ditunjukan untuk memperoleh data dari individu
dilaksanakan secara individual.10
Wawancara tersebut berisikan pertanyaan yang
akan diajukan kepada siswa dan guru bidang studi biologi setelah melakukan
pembelajaran dengan menggunakan metode TPS dan GI. Selain itu untuk
menunjang data maka digunakan pula lembar observasi yang berdasarkan dari
keterkaitan langkah-langkah pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran dengan
aspek keterampilan berpikir kritis.
3. Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
8 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004) Cet. 12, h. 102. 9 Ibid., h. 103.
10 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 216.
53
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.11
Observasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan langkah-
langkah model pembelajaran kooperatif Think Pair Share dan Group
Investigation yang telah dilakukan oleh peneliti. Sedangkan observasi pada
aktivitas siswa mengaitkan antara tahapan pembelajaran yang diterapkan dengan
sub aspek keterampilan berpikir kritis. Dibutuhkan lembar observasi sebagai
pedoman bagi observer (pengamat) dalam melakukan observasi. Observer dalam
penelitian ini adalah guru bidang studi biologi serta teman sejawat peneliti.
G. Kalibrasi Instrumen
Uji coba akan dilakukan setelah perangkat tes telah disusun, maka terdapat
beberapa uji kalibrasi instrumen diantaranya uji reliabilitas, daya pembeda,
tingkat kesukaran, dan uji validitas. Untuk kalibrasi instrumen dalam penelitian
ini menggunakan program Anates Versi 4.0.9. (1) Reliabilitas (rely + ability =
reliability) bermakna: keterpecayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, atau
konsistensi, dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
dan konsisten. Secara umum, pengertian t = reliabilitas alat ukur dan reliabilitas
hasil ukur dianggap sama, sekalipun penggunaannya sedikit berbeda. Reliabilitas
alat ukur terkait dengan masalah kesalahan pengukuran (error of measurement),
sedangkan reliabilitas hasil ukur terkait dengan masalah kesalahan pengambilan
sampel (sampling error).12
Hasil reliabilitas tes yang didapatkan sebesar 0,88.13
(2) Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah).14
(3) Tingkat kesukaran soal adalah pengukuran
seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat
kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut
11
Nana Sudjana, Op.Cit., h. 84. 12
Ahmad Sofyan, Tonif Feronika, dan Burhanuddin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 105. 13
Lampiran 3, h. 136. 14
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),
h. 211.
54
baik. Suatu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.15
(4) Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya.16
Sebelum tes ini diberikan terlebih dahulu diujicobakan untuk diketahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Kisi-kisi instrumen
keterampilan berpikir kritis yang telah diuji menggunakan program Anates Versi
4.0.9. disajikan dalam Tabel 3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis
Aspek Keterampilan
Berpikir Kritis
Sub Keterampilan
Berpikir Kritis No. Soal
Memberikan
penjelasan sederhana
1. Memfokuskan
pertanyaan
2. Menganalisis argumen
3. Bertanya dan
menjawab
1,2,3,4*,8,9,10*,11
Membangun
keterampilan dasar
4. Mempertimbangkan
kredibilitas sumber 5*,12
Menyimpulkan
5.Membuat induksi dan
mempertimbangkan
induksi
6,13*
Memberikan
penjelasan lebih lanjut
6. Mengidentifikasi
asumsi 7*,14
Strategi dan taktik
7. Memutuskan suatu
tindakan
8. Berinteraksi dengan
orang lain
15,16*
Keterangan : * soal ≠ valid
Tabel 3.7 menunjukkan hasil validasi instrumen penelitian dengan
menggunakan program Anates Versi 4.0.9. Dari 16 soal yang diuji coba, terdapat
10 soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 6, 8, 9, 11, 12, 14, dan 15 sedangkan soal
yang tidak valid sebanyak 6 soal yaitu nomor 4, 5, 7, 10, 13, dan 16. Namun, soal
yang tidak valid direkonstruksi kembali untuk memenuhi ketercapaian indikator
keterampilan berpikir kritis. Soal rekonstruksi divalidasi oleh ahli sehingga total
15
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 266. 16
Ahmad Sofyan, Loc. Cit., h. 105.
55
soal yang digunakan dalam instrumen penelitian yaitu sebanyak 14 soal untuk
pretest dan posttest.
Klasifikasi interpretasi daya pembeda tersaji pada Tabel 3.8.17
Tabel 3.8 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Besarnya Angka Indeks
Diskriminasi Item (D) Interpretasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Sangat Baik
Berikut hasil perhitungan kriteria daya pembeda terhadap 16 soal
menggunakan Anates Versi 4.0.9 yang disajikan pada Tabel 3.9 sebagai berikut:
Tabel 3.9 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal
Kriteria No Soal
Jumlah Valid Tidak Valid
Jelek - 7 1
Cukup 1,2,4,5,8,9,10,11,14,16 13 11
Baik 3,6,12,15 - 4
Baik Sekali - - -
Jumlah 14 2 16
Tabel 3.9 menunjukkan hasil analisis daya pembeda menunjukkan 1 soal
memiliki daya pembeda yang jelek, 11 soal memiliki daya pembeda cukup, dan
sisanya 4 soal yang memiliki daya pembeda baik.
Klasifikasi interpretasi taraf kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan
dengan menggunakan kriteria sesuai Tabel 3.10 sebagai berikut:18
Tabel 3.10 Interpretasi Taraf Kesukaran
Indeks Kesukaran Kriteria
0,00 – 0,25 Sukar
0,26 – 0,75 Sedang
0,76 – 1,00 Mudah
17
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi, (Jakarta, Bumi
Aksara, 2005), Cet. 5, h. 218. 18
Ahmad Sofyan, Op. Cit., h. 103.
56
Hasil analisis tingkat kesukaran butir soal menggunakan program Anates
Versi 4.0.9 yang disajikan pada Tabel 3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Kriteria No Soal
Jumlah Valid Tidak Valid
Sukar - - -
Sedang 3,4,5,6,10,11,
12,14,15 7,13 11
Mudah 1,2,8,9,16 - 5
Jumlah 14 2 16
Tabel 3.11 menunjukkan analisis taraf kesukaran menggunakan program
Anates Versi 4.0.9. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesukaran butir
soal 1, 2, 8, 9, dan 16 termasuk dalam kriteria mudah. Butir soal nomor 3, 4, 5, 6,
7, 10, 11, 12, 13, 14, 15 termasuk dalam kriteria sedang.19
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Liliefors. Tahapan dalam menentukan nilai normalitas terdiri atas beberapa tahapan.
Pertama adalah data sampel diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar.
Selanjutnya, ditentukan nilai-nilai Zi dari tiap-tiap data berikut dengan rumus:20
zi =
Keterangan:
Zi : Skor baku
Xi : Skor data
X : Nilai rata-rata
S : Simpangan Baku
Langkah selanjutnya, untuk tiap bilangan baku tersebut digunakan
distribusi normal baku sehingga dapat dihitung peluang dengan ketentuan F(zi) =
P(z ≤ zi). Selanjutnya, dihitung proporsi z1, z2,….zn yang lebih kecil atau sama
19
Lampiran 3, h. 136. 20
Kadir, Statistika: untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dilengkapi dengan Output Program
SPSS, (Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010), h. 107.
57
dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka S(zi) =
. Kemudian, dihitung harga mutlak nilai F(zi) – S(zi).
Langkah terakhir adalah mengambil nilai terbesar dari harga-harga mutlak
tersebut. Nilai terbesar ini kemudian disebut dengan L0 atau Lhitung.
Nilai Lhitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai L kritis pada tabel
Liliefors untuk taraf nyata α yang dipilih, nilai kritis pada tabel disebut juga Ltabel.
Adapun dua kriteria dalam uji ini, yaitu apabila Lhitung < Ltabel maka hipotesis nol
(H0) diterima dan populasi berdistribusi normal. Sebaliknya jika Lhitung > Ltabel
maka hipotesis nol (H0) ditolak dan populasi berdistribusi tidak normal.
2. Uji Homogenitas
Homogenitas data mempunyai arti atau makna bahwa data memiliki
variasi atau keragaman nilai yang sama atau secara statistik sama. Jadi penekanan
dari homogenitas data adalah terdapat pada keragaman varians atau standar
deviasi dari data tersebut.21
Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher,
dengan rumus:
dimana
Keterangan:
F : Uji Fisher
: Varians terbesar
: Varians terkecil
Kriteria yang terdapat pada uji homogenitas ini yaitu, jika Fhitung < Ftabel maka
H0 diterima, yang artinya data bersifat homogen. Sebaliknya, jika Fhitung > Ftabel
maka H0 ditolak dan berarti data bersifat tidak homogen.
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan dua
parameter rata-rata variabel kriterium dua kelompok.22
Uji hipotesis pada
penelitian ini menggunakan analisis perbedaan dua rerata untuk sampel bebas.
21
Ibid., h. 117. 22
Kadir, Op. Cit, h. 195.
58
Pengertian sampel bebas dalam analisis ini adalah sampel yang keberadaannya
tidak saling mempengaruhi (independent).23
Berikut merupakan langkah-langkah
uji hipotesis yang dilakukan:
Merumuskan hipotesis: H0 = Tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir
kritis siswa antara model TPS dan GI. H1= Terdapat perbedaan keterampilan
berpikir kritis siswa antara model TPS dan GI. Menentukan t hitung dengan
rumus:
. Menentukan harga t tabel berdasarkan derajat
kebebasan tertentu (db), yaitu db = n1+n2-2. Membandingkan harga t hitung dan t
tabel dengan 2 kriteria: Jika t hitung ≤ t tabel maka hipotesis nihil (Ho) diterima,
Jika t hitung > t tabel maka hipotesis nihil (Ho) ditolak. Kesimpulan pengujian.
4. Uji N-Gain
Perhitungan N-Gain dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
perbedaan model kooperatif TPS dan GI terhadap keterampilan berpikir kritis
siswa yang telah digunakan dalam proses pembelajaran terhadap hasil belajar
siswa pada konsep Fungi. Rumusan perhitungan N-Gain adalah sebagai berikut:
Kriteria hasil perhitungan N-Gain diterjemahkan menurut kriteria Tabel 3.12.24
Tabel 3.12 Kategorisasi Perolehan Nilai N-Gain
Gain ternormalisasi Kriteria
G < 0,3 Rendah
0,3 ≤ G ≤ 0,7 Sedang
G > 0,7 Tinggi
I. Hipotesis Statistik
Mengingat penelitian tersebut yang digunakan adalah metode komparatif
yaitu perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada model pembelajaran
23
Ibid., h. 195. 24
Richard R. Hake, Analyzing Change/Gain Scores, 1999, h. 1, diakses dari
www.physics.indiana.com, pada tanggal 12 Januari 2016.
59
kooperatif tipe TPS dan tipe, maka hipotesis statistik yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Ho : A = B
Ha : A ≠ B
Keterangan :
Ho = Hipotesis nol diterima apabila tidak terdapat perbedaan keterampilan
berpikir kritis siswa dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS)
dan Group Investigation (GI).
Ha = Hipotesis alternatif diterima apabila terdapat perbedaan keterampilan
berpikir kritis siswa dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS)
dan Group Investigation (GI).
A = Rata-rata hasil test keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan
pembelajaran metode TPS.
B = Rata-rata hasil test keterampilan berpikir kritis siswa menggunakan
pembelajaran metode GI.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan data hasil penelitian, data hasil keterampilan
berpikir kritis, data hasil observasi kegiatan pembelajaran, analisis data, hasil
wawancara serta pembahasan. Data yang telah didapat diolah dengan perhitungan
statistik menggunakan bantuan Microsoft Excel. Hasil pengolahan data digunakan
untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada model kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS) sebagai kelas eksperimen I dan tipe Group Investigation
(GI) sebagai kelas eksperimen II pada konsep Fungi dan juga untuk mengetahui
keterkaitan antara sintaks model pembelajaran kooperatif yang diterapkan dengan
aspek keterampilan berpikir kritis.
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis
Sebelum dilakukan proses pembelajaran konsep Fungi maka terlebih dahulu
dilakukan pretest. Pretest bertujuan untuk mengukur keterampilan awal berpikir
kritis siswa pada pembelajaran sebelum diberi perlakuan. Setelah diterapkan
model kooperatif tipe Think Pair Share di kelas eksperimen I dan Group
Investigation di kelas eksperimen II, siswa diberikan posttest untuk mengukur
peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada pembelajaran setelah diberi
perlakuan. Hasil perhitungan data penelitian mengenai tes keterampilan berpikir
kritis kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II, dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pretest dan Posttest Keterampilan Berpikir Kritis
Data Pretest Posttest
TPS1 GI
2 TPS
3 GI
4
Nilai Tertinggi 71,43 76,79 92,86 87,50
Nilai Terendah 39,29 50,00 46,43 60,71
Rata-rata 59,71 58,38 81,52 76,02
1 Lampiran 21, h. 329.
2 Lampiran 23, h. 333.
3 Lampiran 22, h. 331.
4 Lampiran 24, h. 335.
61
Data Pretest Posttest
TPS GI TPS GI
Modus 58,93 57,14 73,21;
83,89 & 87,50 80,36
Median 60,71 57,14 83,93 78,58
SD 6,80 5,41 8,76 8,05
Jumlah Siswa 43 42 43 42
Tabel 4.1 menunjukkan perbandingan antara hasil pretest dan posttest dari
kedua kelas eksperimen. Untuk nilai rata-rata pretest kelas TPS lebih besar yaitu
59,71 dibandingkan dengan rata-rata kelas GI yaitu 58,38. Pada saat posttest kelas
TPS mengalami peningkatan rata-rata lebih besar 81,52 sedangkan kelas GI
sebesar 76,02. Adanya perbedaan ini dikarenakan dalam proses pembelajaran
kelas TPS lebih unggul dalam tahapan Think sehingga siswa lebih banyak
memanfaatkan waktu untuk berpikir sehingga pada saat posttest kelas TPS
memperoleh nilai rata-rata lebih besar daripada kelas GI.
2. Hasil N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis
Peningkatan keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini dapat dilihat dari
nilai N-Gain. Nilai N-Gain didapat dari hasil pretest dan posttest yang dilakukan
pada kedua kelas eksperimen I dan II. Pretest dan posttest diberikan kepada siswa
pada pembelajaran konsep Fungi di masing-masing kelas dengan menggunakan
14 butir soal uraian. Hasil perhitungan rata-rata N-Gain yang diperoleh disajikan
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis
Normal Gain Kelas TPS5 Kelas GI
6
Sampel (N) 43 42
Max 1,00 1,00
Min 0,059 0,286
Tinggi (%) 48,84 45,24
Sedang (%) 41,86 40,48
Rendah (%) 9,30 14,29
Rata-rata 0,66 0,63
5 Lampiran 30, h. 343-344.
6 Lampiran 31, h. 345-346.
62
Tabel 4.2 menunjukkan N-Gain pada kedua kelas eksperimen termasuk ke
dalam kategori sedang, namun untuk kelas TPS mendapatkan skor yang lebih
tinggi. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kedua kelas eksperimen mengalami
peningkatan dari hasil pretest ke posttest pada keterampilan berpikir kritis siswa.
Selain itu, hasil dari uji N-Gain tersebut dapat dibuktikan dengan uji-t serta
persentase keterlaksanaan sintaks dari masing-masing model pembelajaran
kooperatif TPS dan GI.
3. Hasil Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis
a. Persentase Pretest dan Posttest Aspek Keterampilan Berpikir Kritis
Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian aspek keterampilan
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II yang
disajikan dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Persentase Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis
Pretest dan Posttest
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Pretest Posttest
TPS7 GI
8 TPS
9 GI
10
Memberikan
penjelasan
sederhana
62,28 58,63 82,89 78,94
Membangun
keterampilan
dasar
50,00 52,98 73,32 72,02
Menyimpulkan 75,60 70,24 88,10 85,71
Memberikan
penjelasan
sederhana
62,28 58,63 82,89 78,94
Membangun
keterampilan
dasar
50,00 52,98 73,32 72,02
Menyimpulkan
75,60 70,24 88,10 85,71
7 Lampiran 18, h. 318-322.
8 Lampiran 20, h. 324-328.
9 Lampiran 18, h. 318-322.
10 Lampiran 20, h. 324-328.
63
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Pretest Posttest
TPS GI TPS GI
Membuat
penjelasan lebih
lanjut
26,79 32,14 75,00 50,00
Strategi dan
taktik 70,83 71,43 87,80 86,10
Rata-rata 57,10 57,08 81,22 74,54
Tabel 4.3 menunjukkan perbedaan skor rata-rata pretest dan posttest kelas
TPS dan GI. Pada pretest skor terendah yang didapatkan dari kedua kelas
eksperimen yaitu pada aspek membuat penjelasan lebih lanjut, sedangkan pada
skor tertinggi untuk kelas TPS diperoleh pada aspek menyimpulkan berbeda pada
kelas GI yang diperoleh pada aspek strategi dan taktik. Pada hasil posttest kedua
kelas mengalami peningkatan yang signifikan, namun pada aspek keempat kelas
GI tidak mengalami peningkatan yang signifikan hanya mencapai 50,00% dengan
kategori kurang hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran pada aspek
memberikan penjelasan lebih lanjut termasuk ke dalam tahapan implementasi dan
analisis dimana terdapat beberapa siswa yang kurang efektif pada diskusi
dikarenakan kelompok yang terbentuk lebih banyak berbeda pada kelas TPS yang
mengalami peningkatan sebesar 75,00% dengan kategori cukup karena pada aspek
ini siswa masuk ke dalam tahapan Pairing dimana siswa saling berdiskusi secara
berpasangan. Sehingga, model TPS pada tahapan pairing lebih unggul dari pada
kelas GI untuk tahapan implementasi, analisis dan sintesis.
b. Hasil Pretest dan Posttest Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Pengukuran yang telah dilakukan pada perolehan persentase kelima aspek
keterampilan berpikir kritis, dilakukan pula pengukuran pada indikatornya. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui secara signifikansi perbedaan yang didapatkan dari
hasil sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada kedua kelas eksperimen. Pada
aspek pertama terdiri dari lima indikator, aspek kedua, ketiga, dan keempat terdiri
64
dari satu indikator dan aspek kelima terdiri dari dua indikator yang disajikan pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Hasil Pretest dan Posttest Indikator Keterampilan Berpikir
Kritis11
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator
Pretest Posttest
TPS GI TPS GI
Memberikan
penjelasan
sederhana
Mengidentifikasi atau
merumuskan
pertanyaan
70,06 67,86 87,21 87,50
Mengidentifikasi/
merumuskan kriteria-
kriteria untuk
mempertimbang kan
jawaban yang mungkin
69,77 67,86 87,50 87,50
Mengidentifikasi alasan
yang tidak dinyatakan
37,50
29,17 66,28 58,63
Mengapa demikian? 70,35 66,07 93,02 79,17
Bagaimana
menerapkannya dalam
kasus tersebut
71,51 73,21 87,79 85,12
Membangun
keterampilan
dasar
Keterampilan
memberikan alasan 49,71 52,98 72,67 72,02
Menyimpulkan Membuat kesimpulan 75,58 70,24 88,37 85,71
Memberikan
penjelasan lebih
lanjut
Alasan yang tidak
dinyatakan 26,16 32,14 75,58 50,00
Strategi dan
Taktik
Merumuskan solusi
alternatif 69,77 76,62 91,28 83,93
Mempresentasikan
secara lisan atau tulisan 68,60 70,24 84,88 88,10
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari kelima aspek keterampilan berpikir kritis
dengan sepuluh indikator menunjukkan perbedaan yang signifikan pada hasil
posttest. Berdasarkan kelima aspek tersebut menunjukkan peningkatan yang baik
dalam pencapaian indikator keterampilan berpikir kritis. Namun, terdapat
11
Lampiran 29, h. 341.
65
beberapa indikator di yang tidak menunjukkan peningkatan signifikan diantaranya
pada aspek pertama indikator ketiga mengidentifikasi alasan yang tidak
dinyatakan kedua kelas eksperimen belum menunjukkan peningkatan yang
signifikan masih termasuk kedalam kategori cukup. Begitu pula pada indikator
keenam keterampilan memberikan alasan pada hasil pretest kedua kelas
memperoleh nilai yang rendah dengan kategori kurang dan setelah posttest kedua
kelas mengalami peningkatan namun masih termasuk ke dalam kategori cukup.
Begitu pula, pada aspek keempat dengan indikator alasan yang tidak dinyatakan
pada nilai pretest kelas TPS dan kelas GI memperoleh nilai yang rendah dengan
kategori kurang sekali namun setelah diberikan posttest hanya kelas TPS yang
mengalami peningkatan signifikan dengan kategori cukup sedangkan kelas GI
masih termasuk kategori kurang. Perbedaan ini dikarenakan pada kedua kelas
belum memiliki kemampuan awal dalam memberikan argumen berupa alasan
yang tidak dinyatakan karena siswa terbiasa menjawab suatu pertanyaan dengan
adanya pernyataan yang disediakan dalam proses evaluasi pembelajaran sehingga
pada hasil posttest jawaban siswa yang diberikan kurang memenuhi kriteria
jawaban yang diinginkan.
Faktor-faktor yang menyebabkan kelas TPS lebih unggul dikarenakan pada
saat proses pembelajaran tahapan pada model TPS lebih banyak menyediakan
waktu bagi siswa untuk proses berdiskusi secara berpasangan, karena dengan
berpasangan siswa akan lebih fokus dalam menyatukan suatu pemikiran untuk
membuat suatu kesimpulan. Berbeda dengan model GI kelompok yang terbentuk
lebih banyak sehingga pada saat proses diskusi terdapat beberapa siswa yang
kurang aktif dalam bekerjasama. Hal ini berarti, pada model TPS memberikan
peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan model GI.
4. Hasil Penilaian Lembar Kerja Siswa
Pada penelitian ini untuk menunjang siswa dalam kegiatan pembelajaran
maka digunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) diberikan pada kelas eksperimen I
yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.
Sedangkan LIK (Lembar Investigasi Kelompok) diberikan pada kelas eksperimen
66
II yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Kedua kelas eksperimen I dan II menggunakan sintaks dari Richard Arends.
Kedua lembar kerja tersebut telah disisipi dengan beberapa sub aspek
keterampilan berpikir kritis menurut Robert H. Ennis yang bertujuan untuk
mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa selama proses pembelajaran. Hasil
persentase rata-rata ketercapaian aspek keterampilan berpikir kritis dengan
menggunakan instrumen LKS dan LIK pertemuan pertama hingga pertemuan
ketiga pada kedua kelas eksperimen dapat disajikan dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Penilaian Lembar Kerja Siswa Kelas (LKS) Eksperimen I dan
Lembar Investigasi Kelompok (LIK) Kelas Eksperimen II
Data Kelas TPS
12 Kelas GI
13
Per. 1 Per. 2 Per.3 Per. 1 Per. 2 Per. 3
Max 93,75 93,75 93,75 92,86 85,71 92,86
Min 81,25 81,25 81,25 64,29 71,43 71,43
Rerata Pertemuan 86,65 86,93 87,78 79,29 82,14 82,86
Rerata LKS 87,12 81,43
Tabel 4.5 menunjukkan nilai LKS kelas TPS dan nilai LIK kelas GI. Pada
kelas TPS dan kelas GI mengalami peningkatan pada setiap pertemuan. Kelas
TPS memiliki nilai tertinggi di setiap pertemuannya sebesar 93,75 sedangkan
kelas GI nilai tertinggi didapatkan pada pertemuan pertama dan ketiga sebesar
92,86. Nilai terendah untuk kelas TPS juga didapatkan pada setiap pertemuan
dengan perolehan nilai yang sama sebesar 81,25 sedangkan kelas GI nilai
terendah didapatkan pada pertemuan pertama sebesar 64,29. Rata-rata nilai LKS
kelas TPS dan LIK kelas GI cukup jauh yaitu nilai kelas TPS lebih besar
dibandingkan dengan kelas GI. Perolehan nilai rata-rata kelas TPS sebesar 87,12
sedangkan kelas GI sebesar 81,43. Hal ini berarti keterlaksanaan yang terukur
dalam LKS dan LIK menunjukkan pencapaian yang maksimal pada kelas TPS
pada interval 80 sedangkan kelas GI pada interval 70-80.
12
Lampiran 10, h. 246-248. 13
Lampiran 13, h. 266-268.
67
Hasil perhitungan persentase rata-rata ketercapaian aspek keterampilan
berpikir kritis dengan instrumen LKS dan LIK dari kedua kelas eksperimen pada
setiap pertemuannya dapat disajikan dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Persentase Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis LKS dan
LIK
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Kelas TPS (LKS)14
Kelas GI (LIK)15
Pertemuan Pertemuan
1 2 3 1 2 3
Memberikan
penjelasan
sederhana
70,45 72,73 73,86 70,00 75,00 77,50
Membangun
keterampilan dasar 71,59 71,59 73,86 72,50 75,00 77,50
Menyimpulkan 72,73 73,86 75,00 70,00 75,00 77,50
Memberikan
penjelasan lebih
lanjut
63,64 64,77 65,91 52,50 60,00 62,50
Strategi dan taktik 76,14 77,27 77,27 77,50 77,50 80,00
Rata-rata 70,91 72,05 73,18 68,50 72,50 75,00
Tabel 4.6 menunjukkan persentase ketercapaian keterampilan berpikir
kritis siswa yang diukur menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa) untuk kelas
TPS dan LIK (Lembar Investigasi Kelompok) untuk kelas GI pada pertemuan
pertama hingga pertemuan ketiga. Hasil rata-rata keterampilan berpikir kritis
siswa pada pertemuan pertama kelas TPS sebesar 70,91% dengan kategori cukup.
Pada pertemuan kedua sebesar 72,05% dengan kategori cukup dan pada
pertemuan ketiga sebesar 73,18% dengan kategori cukup. Sedangkan pada kelas
GI juga menunjukkan nilai persentase ketercapaian keterampilan berpikir kritis
siswa melalui LIK. Pada pertemuan pertama memiliki persentase sebesar 68,50%
dengan kategori cukup. Pada pertemuan kedua sebesar 72,50% dengan kategori
cukup dan pada pertemuan ketiga sebesar 75,00% dengan kategori cukup. Dengan
demikian, berdasarkan dari perolehan persentase pada setiap pertemuan berbeda-
beda, namun untuk rata-rata tertinggi yang didapatkan pada kelas TPS pada
14
Lampiran 11, h. 249-251. 15
Lampiran 14, h. 269-271.
68
pertemuan pertama sedangkan kelas GI memperoleh persentase tertinggi pada
pertemuan ketiga karena siswa sudah mulai terbiasa dalam proses penyelidikan
terhadap permasalahan yang terdapat di dalam LIK dengan melibatkan
lingkungan sekitar dengan mengaitkan materi dalam artikel masalah yang
disediakan dalam LIK dalam memperoleh informasi.
B. Data Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran
Selain instrumen tes, dalam penelitian ini digunakan pula instrumen non tes
seperti lembar observasi dan wawancara untuk mendukung data hasil penelitian.
Adapun deskripsi data hasil observasi kegiatan pembelajaran Think Pair Share
dan Group Investigation, lembar observasi, serta hasil wawancara guru bidang
studi biologi dan siswa sebagai respon terhadap implementasi pembelajaran
kooperatif di dalam kelas.
1. Keterlaksanaan Sintaks Model Think Pair Share dan Group Investigation
dalam Kegiatan Pembelajaran
a. Hasil Observasi Kegiatan Guru
Observasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kegiatan pembelajaran
dengan langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan. Lembar observasi
untuk kelas eksperimen I dibuat berdasarkan langkah model Think Pair Share
(TPS) dan kelas eksperimen II dibuat berdasarkan langkah model Group
Investigation (GI). Hasil perhitungan rata-rata persentase ketercapaian kegiatan
guru pada proses pembelajaran untuk kelas kedua kelas eksperimen dibuat
berdasarkan hasil observasi kegiatan guru menunjukkan bahwa secara
keseluruhan sintaks pembelajaran Think Pair Share16
dan Group Investigation17
terlaksana dengan persentase 100% yaitu dengan kategori sangat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran peneliti konsisten menerapkan
model pembelajaran kooperatif.
16
Lampiran 15, h. 272. 17
Lampiran 16, h. 276.
69
b. Hasil Observasi Kegiatan Peserta Didik
1) Model Kooperatif Think Pair Share
Model pembelajaran Think Pair Share memiliki sintaks yang harus
dilaksanakan dalam proses pembelajaran, diantaranya 1) Thinking (Berpikir); 2)
Pairing (Berpasangan); dan 3) Share (Berbagi). Sintaks dalam model
pembelajaran ini harus diobservasi untuk mengetahui apakah sintaks model
tersebut terlaksana atau tidak dalam setiap pembelajaran, sehingga dapat dilihat
kemungkinan perbedaan terhadap hasil akhir keterampilan berpikir kritis siswa.
Berikut adalah data hasil observasi keterlaksanaan sintaks pembelajaran pada
peserta didik dengan model Think Pair Share yang disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Rerata Persentase Ketercapaian Kegiatan Peserta Didik TPS18
No Tahapan TPS Rata-rata
Sintaks
1.
Pada Fase thinking siswa merespon dengan
memikirkan jawaban dari pertanyaan mengenai
suatu permasalahan yang telah diberikan
oleh guru
88,83
2. Pada Fase pairing siswa membentuk kelompok
dengan temannya secara berpasangan 83,33
3.
Pada fase sharing siswa mengerjakan dengan
baik intruksi
yang telah diberikan dan melakukan presentasi 95,83
Tabel 4.7 menunjukkan rerata persentase keterlaksanaan sintaks pembelajaran
pada peserta didik di kelas eksperimen I dengan model kooperatif tipe Think Pair
Share. Pada tahap pertama pembelajaran yaitu Think di setiap pertemuannya
mengalami peningkatan dan rerata persentase pada sintaks pertama ini sebesar
88,83%. Pada tahap ini guru menampilkan gambar-gambar mengenai peranan
jamur terhadap kehidupan sehari-hari untuk menarik perhatian siswa agar fokus
terhadap pembelajaran. Hal ini cukup efektif karena sebagian besar siswa lebih
tertarik kepada gambar ataupun video yang disajikan oleh guru. Kemudian guru
memberikan beberapa pertanyaan ataupun memberikan kesempatan bagi siswa
untuk bertanya perihal materi yang akan diajarkan. Setelah itu, guru memberikan
18
Lampiran 15, h. 275.
70
beberapa waktu kepada siswa untuk menjawab pertanyaan mengenai
permasalahan yang terdapat di dalam LKS untuk dijawab secara individual. Hal
ini bertujuan untuk melatih siswa fokus terhadap suatu pertanyaan dan menjawab
suatu tantangan. Dimana dalam menjawab suatu pertanyaan termasuk kedalam
aspek utama dari berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana. Hal ini
akan memunculkan siswa dalam berpikir kritis terhadap suatu pertanyaan.
Tahap kedua yaitu Pairing mengalami peningkatan di setiap pertemuannya
dengan perolehan rerata sebesar 83,33%. Pada tahap ini guru memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berpasangan membentuk kelompok kecil. Di dalam
penerapannya siswa berpasangan dengan teman sebangku. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan suasana yang efektif dan efisiensi waktu dalam menentukan
pasangan. LKS yang telah diberikan sebelumnya pada tahap Thinking kemudian
siswa bersama pasangan saling bekerjasama untuk menyatukan pendapat
berdasarkan hasil pemikiran yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Maka
di dalam tahapan ini siswa akan mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber,
mempertimbangkan induksi, membuat keputusan dan mempertimbangkan
hasilnya berdasarkan sumber informasi yang kredibel dan relevan pada saat
berdiskusi.
Tahapan terakhir yaitu Share juga mengalami peningkatan di setiap
pertemuannya dengan perolehan nilai sebesar 95,83%. Pada tahapan ini terlihat
aspek terakhir dari berpikir kritis yaitu strategi dan taktik. Dimana siswa akan
diberikan kesempatan bagi beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi yang telah dilakukan. Pada saat diskusi terlihat proses interaksi yang
terjadi pada orang lain dalam hal ini adalah teman-teman lainnya yang
mendengarkan ataupun memberikan tanggapan dari hasil presentasi. Selain itu
pada (Tabel 4.7) menunjukkan pada setiap pertemuannya mengalami peningkatan
dikarenakan siswa sudah terbiasa dengan tahapan TPS yang sederhana hanya
dengan tiga tahapan sehingga alokasi waktu yang diberikan pun banyak untuk
siswa dapat melakukan aktivitas sesuai pada tiap tahapan sintaksnya.
71
2) Model Kooperatif Group Investigation
Model pembelajaran Group Investigation memiliki enam sintaks yang harus
dilakukan dalam proses pembelajaran, diantaranya 1) Seleksi topik,
2) Perencanaan kooperatif, 3) Implementasi (penerapan), 4) Analisis dan sintesis,
5) Penyajian Hasil Akhir (presentasi investigasi), 6) Evaluasi. Pada sintaks GI
memiliki persamaan pada sintaks model TPS dimana dalam proses pembelajaran
ini harus diobservasi untuk mengetahui apakah sintaks tersebut terlaksana atau
tidak dalam setiap pembelajaran, sehingga dapat dilihat kemungkinan pengaruh
terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Berikut adalah data hasil observasi
keterlaksanaan sintaks pembelajaran pada peserta didik dengan model Group
Investigation yang disajikan dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Rerata Persentase Ketercapaian Kegiatan Peserta Didik GI19
No Tahapan GI Rata-rata
Sintaks
1. Pada Fase seleksi topik siswa memilih topik
pembelajaran 79,16
2.
Pada Fase perencanaan kooperatif siswa
menjalankan prosedur sesuai dengan intruksi
yang diberikan oleh guru 91,66
3.
Pada Fase penerapan siswa mengerjakan
tugas atau LIK dengan tertib dan siswa
mengalami kesulitan 83,67
4.
Pada Fase analisis dan sintesis siswa
melakukan investigasi dan analisis tugas atau
LIK yang diberikan oleh guru.
80,55
5.
Pada Fase presentasi investigasi siswa
mempresentasikan hasil investigasinya pada
masing-masing kelompok. 79,16
6. Akhir Fase evaluasi siswa menerima masukan
dari guru dan merangkum akhir materi
Tabel 4.8 menunjukkan rerata persentase keterlaksanaan sintaks pembelajaran
kelas eksperimen II dengan model kooperatif tipe Group Investigation. Pada tiap
tahapan dari model pembelajaran tersebut mengalami peningkatan di setiap
pertemuannya. Sebelum dimulainya pembelajaran Group Investigation guru
menampilkan gambar-gambar serta contoh kasus yang berhubungan mengenai
19 Lampiran 16, h. 280.
72
jamur dan memberikan pertanyaan sederhana untuk memberikan kesempatan bagi
siswa menjawab. Hal ini bertujuan untuk dapat menarik perhatian siswa agar
fokus terhadap pembelajaran. Kemudian guru membagikan kelompok secara
heterogen dalam satu kelompok terdiri atas 4-5 orang. Pada tahap pertama yaitu
seleksi topik memperoleh rerata di setiap pertemuannya sebesar 79,16%. Pada
tahap ini sebelum siswa diberi kesempatan untuk memilih sub topik dari
pembelajaran, siswa diberikan suatu tantangan berupa membuat tiga pertanyaan
dan jawaban mengenai permasalahan yang terdapat di dalam LIK (Lembar
Investigasi Kelompok). Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui informasi dari
artikel tersebut sehingga siswa dapat menentukan sub topik yang akan dibahas
secara berkelompok. Setelah siswa membuat pertanyaan dan jawaban maka
langkah selanjutnya siswa memilih sub topik yang akan dibahas. Dalam hal ini
guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memilih sendiri sub topik yang
telah disediakan untuk proses penyelidikan.
Tahapan kedua yaitu perencanaan kooperatif memperoleh rerata di setiap
pertemuan sebesar 91,66%. Pada tahap ini siswa bersama kelompoknya
menentukan sendiri prosedur belajar dan sumber informasi yang akan digunakan
dalam proses penyelidikan. Hal ini penting agar di setiap masing-masing anggota
dapat saling berkontribusi. Pada tahap ketiga implementasi memperoleh rerata
sebesar 83,67%. Pada tahap ini siswa melaksanakan proses penyelidikan terhadap
subtopik yang telah ditentukan dan untuk mendapatkan suatu informasi siswa
saling bekerjasama menggunakan berbagai sumber informasi yang relevan baik
berupa buku, internet, dan lingkungan sekitar disekolah maupun diluar sekolah.
Tahap keempat yaitu analisis dan sintesis memperoleh rerata sebesar 80,55%.
Pada tahap ini setelah siswa mendapatkan informasi, maka tahap selanjutnya
adalah menghubungkan permasalahan yang terdapat di LIK dengan materi
pembelajaran. Selain itu, setiap kelompok juga diharuskan mencari solusi dari
permasalahan yang ada. Pada aspek terakhir yaitu penyajian hasil akhir guru
memberikan kesempatan bagi beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil
penyelidikan kelompok di depan kelas. Dalam hal ini sama seperti kelas
eksperimen I yang menerapkan model pembelajaran TPS yaitu mempresentasikan
73
hasil diskusi kelompok. Pada tahap akhir ini memperoleh rerata sebesar 79,16%.
Pada tahap ini terlihat keterkaitan antara sintaks model pembelajaran dengan
aspek kelima berpikir kritis yaitu strategi dan taktik. Siswa akan berinteraksi
dengan orang lain dan mempresentasikan hasil diskusi serta menawarkan suatu
solusi untuk memecahkan permasalahan serta mengajak kepada teman-temannya
melakukan solusi yang telah ditawarkan. Pada tahap evaluasi yaitu guru
mengevaluasi kinerja siswa setelah proses penyelidikan dan memberikan
kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Sehingga bila dibandingkan
dengan tahapan TPS tahapan GI ini lebih banyak dan siswa menjadi terbatas
untuk melakukan aktivitas pada setiap sintaksnya. Sehingga pencapaian kegiatan
peserta didik selama proses pembelajaran pada model TPS lebih unggul
dibandingkan dengan model GI.
C. Hasil Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti kepada enam orang siswa dan dua orang guru
bidang studi biologi, enam orang itu ialah tiga orang perwakilan dari kelas yang
menggunakan model Think Pair Share dan tiga orang perwakilan dari kelas yang
menggunakan model Group Investigation. Ketiga orang perwakilan dari masing-
masing kelas yang memiliki nilai pretest dan posttest yang heterogen. Hasil dari
wawancara tersebut berisikan pernyataan siswa yang menyatakan bahwa siswa
merasa senang mengikuti pembelajaran biologi dalam hal ini konsep Fungi dan
dapat mengukur keterampilan berpikir kritis siswa di kelas. Sebelum diberlakukan
model TPS dan GI, siswa belajar hanya memperhatikan guru dan menerima tugas
saja sehingga proses pembelajaran bersifat teacher center. Diakui oleh siswa
bahwa dengan model TPS lebih mudah dalam berdiskusi karena kelompok yang
terbentuk hanya dua orang anggota dan berpasangan dengan teman sebangku,
sehingga pada saat pembentukan kelompok suasana kelas menjadi kondusif.
Dengan model ini, selain membangun kerjasama oleh dua orang individu juga
meningkatkan kepercayaan diri, dan karena adanya artikel yang melibatkan kasus
74
yang terdapat di kehidupan sehari-hari dengan materi jamur mendapat
pengetahuan baru dan mengasah keterampilan berpikir kritis siswa.20
Model Group Investigation (GI) juga dinilai mudah diikuti dan dipelajari oleh
siswa yang melaksanakannya walaupun terdapat kendala yang dihadapi pada saat
pembelajaran kata-kata petunjuk yang digunakan pada tahapan GI sulit dimengerti
oleh beberapa siswa. Namun, setelah adanya penjelasan yang diberikan oleh guru
dapat membantu tiap kelompok dalam berdiskusi. Tahapan investigasi pada model
ini banyak disukai oleh siswa karena siswa lebih tertantang untuk bereksplorasi
dalam menyelesaikan masalah secara bersama-sama dan menemukan solusinya.
Dari hasil wawancara dengan 3 orang perwakilan siswa yang menjalankan model
GI dapat disimpulkan bahwa model GI memberikan kemudahan siswa dalam
memahami pembelajaran biologi pada konsep fungi. Selain itu, dengan artikel
yang terdapat di dalam LIK membuat siswa menjadi berpikir kritis untuk dapat
menyelesaikan permasalahan tersebut.21
Kedua model ini ditanggapi oleh kedua guru bidang studi biologi sebagai
pembaharuan dalam pembelajaran biologi di kelas yang diteliti oleh peneliti. Saat
mewawancarai guru bidang studi biologi di kelas MIA 2 yang diterapkannya
model TPS oleh peneliti menyatakan bahwa model tersebut cukup bagus dan
efektif, karena biasanya diskusi yang dilakukan dengan banyak anggota
kelompok. Dengan adanya diskusi secara berpasangan ini siswa menjadi lebih
teratur dalam pembentukan kelompok dan kondusif serta melatih kebersamaan
kelompok dalam berdiskusi. Serta mewawancarai guru bidang studi biologi
lainnya di kelas MIA 5 yang diterapkannya model GI oleh peneliti juga
menyatakan bahwa siswa menjadi lebih aktif dalam berdiskusi dengan proses
penyelidikan langsung. Sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam mendiskusikan
permasalahan yang diberikan selama proses pembelajaran dan mengasah
keterampilan berpikir kritis siswa.22
20
Lampiran 32, h. 347. 21
Ibid. 22
Ibid.
75
D. Pengujian Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian
prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah Uji Liliefors dengan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05). Kriteria
penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan,
Lhitung < Ltabel berarti data berdistribusi normal sedangkan jika Lhitung > Ltabel data
tidak berdistribusi normal. Uji normalitas pretest dan posttest dihitung
menggunakan Microsoft Excel, diperoleh data seperti pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Data Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I
dan Eksperimen II
Data Pretest Posttest
TPS23
GI24
TPS25
GI26
N 43 42 43 42
Rata-rata 59,71 58,38 81,52 76,02
SD 6,78 5,41 8,77 8,05
Lhitung 0,082 0,126 0,115 0,119
Ltabel 0,135 0,137 0,135 0,137
Kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa Lhitung yang diperoleh dari data kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II lebih kecil dibanding Ltabel, sehingga
keduanya memiliki data berdistribusi normal pada saat pretest maupun posstest.
Hal ini berarti kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memiliki komposisi
siswa dengan kemampuan yang sama dalam satu kelas.
23
Lampiran 21, h. 329. 24
Lampiran 22, h. 331. 25
Lampiran 23, h. 333. 26
Lampiran 24, h. 335.
76
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan setelah kedua sampel penelitian dinyatakan
berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya mencari nilai homogenitasnya.
Dalam penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan Uji Fisher dengan taraf
signifikansi 5% (α = 0,05). Kriteria pengujian yang digunakan yaitu kedua kelas
dinyatakan homogen jika Fhitung < Ftabel. Hasil uji homogenitas kedua kelompok
sampel penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Pretest27
dan Posttest28
Data Pretest Posttest
TPS GI TPS GI
Jumlah
sampel (N) 43 42 43 42
Taraf
signifikansi 0,05 0,05 0,05 0,05
Jumlah
sampel (N) 43 42 43 42
Taraf
signifikansi 0,05 0,05 0,05 0,05
Varians 46,203 29,326 76,816 64,888
Fhitung 1,58 1,18
Ftabel (0,05) 1,67 1,67
Kesimpulan Homogen Homogen
Hasil perhitungan yang terlihat pada Tabel 4.10 menunjukkan dengan
derajat kebebasan 0,05 menunjukkan bahwa kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II memiliki data homogen baik pada saat pretest dan posttest, karena
memenuhi kriteria yaitu Fhitung < Ftabel. Dengan demikian, data ini menunjukkan
bahwa pada proses pembelajaran siswa kelas TPS dan GI memiliki karakteristik
proses belajar yang sama dan berasal dari tingkat kelas yang sama. Selanjutnya
data dapat dilanjutkan pada Uji-t utuk membuktikan hipotesis statistik yang telah
dibuat.
27
Lampiran 25, h. 337. 28
Lampiran 26, h. 338.
77
E. Pengujian Hipotesis
1. Uji Hipotesis Pretest dan Posttest
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas data pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II memenuhi
syarat. Keduanya berdistribusi normal dan juga memiliki data yang homogen baik
pada pretest maupun posttest. Dengan demikian maka pengujian hipotesis
dilakukan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Hasil uji hipotesis pretest dan posttest
pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II dapat dilihat pada Tabel 4.11
sebagai berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji-t Pretest29
dan Posttest30
Data Pretest Posttest
TPS GI TPS GI
Jumlah sampel (N) 43 42 43 42
Taraf signifikansi 0,05 0,05 0,05 0,05
Sgab 6,15 8,42
thitung -1,00 -3,01
ttabel (2 arah) -1,989 < ttabel < 1,989
Kesimpulan H0 diterima, Ha ditolak H0 ditolak, Ha diterima
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa uji-t pada pretest dan posttest menggunakan
uji dua pihak atau uji dua arah, sehingga nilai ttabel yang dihasilkan diantara -1,989
dan 1,989 (-1,989 < ttabel < 1,989). Pada perhitungan uji-t pretest mendapatkan
nilai thitung sebesar -1,00 yang berarti nilai thitung pretest jatuh di daerah penerimaan
H0 (antara -1,989 dan 1,989), sehingga pada pretest H0 diterima (tidak terdapat
perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara model Think Pair Share dan
Group Investigation).
Perhitungan uji-t posttest mendapatkan nilai thitung -3,01 yang berarti nilai thitung
posttest jatuh di luar daerah penerimaan H0 (antara -1,989 dan 1,989), sehingga
pada posttest H0 ditolak dan Ha diterima (terdapat perbedaan keterampilan
29
Lampiran 27, h. 339. 30
Lampiran 28, h. 340.
78
berpikir kritis siswa antara model Think Pair Share (TPS) dan Group
Investigation (GI).
2. Uji Hipotesis Posttest Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Setelah dilakukan uji-t pretest dan posttest didapatkan hasil pretest dari kedua
kelas eksperimen tidak terdapat perbedaan dan setelah diberikan treatment pada
hasil posttest terdapat perbedaan dari keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II. Untuk itu pada uji-t posttest indikator ini
digunakan untuk mengetahui signifikansi perbedaan keterampilan berpikir kritis
siswa antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah proses
pembelajaran. Di dalam soal instrumen digunakan lima aspek utama dari
keterampilan berpikir kritis yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun
keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lebih lanjut serta
strategi dan taktik dengan menggunakan sepuluh indikator yang terdiri dari 14
soal dari instrumen keterampilan berpikir kritis dan telah disesuaikan dengan
materi pembelajaran yan disajikan dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Uji Hipotesis Posttest Indikator Keterampilan Berpikir Kritis31
No
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Kritis Statistik
Posttest
Eksp.
I Eksp. II
1.
Memberikan
penjelasan
sederhana
1. Mengidentifi
kasi atau
merumuskan
pertanyaan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 87,21 87,50
t hitung -0,123
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan
yang signifikan
2. Mengidentifi
kasi/ merumuskan
kriteria-kriteria
untuk
mempertimbangkan
jawaban yang
mungkin
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 87,50 87,50
t hitung 0,000
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
31
Lampiran 29, h. 341.
79
No
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Kritis Statistik
Posttest
Eksp.
I Eksp. II
3. Mengidentifikasi
alasan yang tidak
dinyatakan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 66,28 58,63
t hitung 2,986
t tabel 1,989
Kesimpulan
Terdapat
perbedaan yang
signifikan
4. Mengapa
demikian?
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 93,02 79,17
t hitung 6,116
t tabel 1,989
Kesimpulan
Terdapat
perbedaan yang
signifikan
5. Bagaimana
menerapkannya
dalam kasus
tersebut
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 87,79 85,12
t hitung 3,997
t tabel 1,989
Kesimpulan
Terdapat
perbedaan yang
signifikan
2.
Membangun
keterampilan
dasar
6. Keterampilan
memberikan alasan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 72,67 72,02
t hitung 0,225
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
3.
Menyimpulkan
7. Memberikan
kesimpulan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 88,37 85,71
t hitung 0,755
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
4.
Memberikan
penjelasan lebih
lanjut
8. Alasan yang
tidak dinyatakan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 75,58 50,00
t hitung 5,503
t tabel
Kesimpulan
Terdapat
perbedaan yang
signifikan
80
No
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Kritis Statistik
Posttest
Eksp.
I Eksp. II
5.
Strategi dan
taktik
9. Merumuskan
solusi alternatif
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 91,28 83,93
t hitung 1,832
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
10.
Mempresentasikan
secara lisan atau
tulisan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 84,88 88,10
t hitung -0,757
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji hipotesis posttest pada setiap indikator
keterampilan berpikir kritis. Pada aspek pertama yaitu memberikan penjelasan
sederhana, pada aspek ini terdiri dari lima indikator yang berjumlah 8 soal pada
instrumen essay. Indikator satu terdiri dari soal nomor 1 dan 7, pada indikator
kedua terdiri dari soal nomor 2 dan 7, indikator ketiga terdiri dari soal 3 dan 9,
indikator keempat terdiri dari soal nomor 4 dan pada indikator kelima terdiri dari
soal nomor 10. Pada aspek pertama hasil pengujian pretest indikator satu hingga
kelima tidak terdapat perbedaan. Setelah diberikan treatment pada hasil uji
hipotesis posttest terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator ketiga,
keempat, dan kelima. Hasil yang diperoleh dari ketiga indikator tersebut
menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini berarti pada aspek memberikan
penjelasan sederhana terdapat perbedaan yang signifikan pada indikator ketiga,
keempat, dan kelima.
Aspek kedua yaitu membangun keterampilan dasar dengan indikator keenam
keterampilan memberikan alasan yang terdiri dari soal nomor 5 dan 11 pada
instrumen essay. Pada pengujuan pretest tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada keterampilan berpikir kritis dengan perolehan ttabel > thitung. Setelah diberikan
81
treatment pada hasil posttest juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
kedua kelas eksperimen dengan perolehan ttabel > thitung. Hal ini berarti pada aspek
kedua membangun keterampilan dasar pada indikator keenam yaitu keterampilan
memberikan alasan tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa
antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
Aspek ketiga yaitu menyimpulkan dengan indikator memberikan kesimpulan
hanya terdiri dari satu indikator yaitu soal pada nomor 6 dari instrumen essay.
Pada pengujian hipotesis pretest tidak terdapat pengaruh pada keterampilan
berpikir kritis dengan perolehan ttabel > thitung. Setelah diberikan treatment pada
hasil posttest juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelas
eksperimen dengan perolehan ttabel > thitung. Hal ini berarti pada aspek ketiga
menyimpulkan pada indikator ketujuh yaitu keterampilan membuat kesimpulan
tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen
I dan kelas eksperimen II.
Aspek keempat yaitu memberikan penjelasan sederhana dengan indikator
alasan yang tidak dinyatakan hanya terdiri dari satu indikator yaitu soal pada
nomor 12 dari instrumen essay. Hasil pengujian pretest tidak terdapat perbedaan
pada keterampilan berpikir kritis dengan perolehan ttabel > thitung. Setelah diberikan
treatment pada hasil posttest terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelas
eksperimen dengan perolehan thitung > ttabel. Hal ini berarti pada aspek keempat
memberikan penjelasan lebih lanjut pada indikator kedelapan yaitu alasan yang
tidak dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan
berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II.
Aspek kelima yaitu strategi dan taktik yang terdiri dari dua indikator dengan
jumlah dua soal yaitu soal pada nomor 13 dan 14 yang terdapat pada instrumen
essay. Hasil pengujian pretest tidak terdapat perbedaan pada keterampilan berpikir
kritis dengan perolehan ttabel > thitung. Setelah diberikan treatment pada hasil
posttest juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua kelas
eksperimen dengan perolehan ttabel > thitung. Hal ini berarti pada aspek kelima
strategi dan taktik pada indikator kesembilan dan kesepuluh yaitu merumuskan
solusi alternatif dan mempresentasikan secara lisan atau tulisan tidak terdapat
82
perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II.
Dapat disimpulkan dari kelima aspek serta sepuluh indikator keterampilan
berpikir kritis, terdapat empat indikator yang menunjukkan perbedaan signifikan
antara kelas eksperimen I dengan kelas eksperimen II. Pada aspek pertama yaitu
indikator ketiga, keempat dan kelima. Sedangkan indikator lainnya yaitu indikator
kedelapan pada aspek keempat keterampilan berpikir kritis.
F. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Bogor dengan sampel kelas X MIA 2
sebagai kelas eksperimen I dan X MIA 5 sebagai kelas eksperimen II. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kritis
siswa dengan model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dan Group
Investigation (GI) yang memiliki karakteristik berbeda pada masing-masing
sintaks. Selain itu, intrumen yang digunakan yaitu berupa uraian dengan jenjang
kognitif C3 hingga C6. Sehingga, dengan adanya instrumen yang digunakan
tersebut akan melatih kemampuan kognitif siswa untuk berpikir kritis.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan proses evaluasi pembelajaran
yang dilakukan yaitu hanya sampai C4 sehingga perlu adanya suatu peningkatan
dalam kemampuan kognitif siswa dalam berpikir kritis terhadap permasalahan
yang diberikan pada proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang
memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling bekerjasama dengan teman
kelompoknya di dalam memecahkan suatu permasalahan. Dengan adanya
pembelajaran kooperatif ini bertujuan untuk melatih siswa secara mandiri dan
aktif untuk saling membantu di dalam menerima dan mengolah informasi yang
didapatkan secara bersama-sama. Selain itu, tidak hanya proses kerjasama yang
dilibatkan tetapi juga hasil belajar yang diharapkan maksimal. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Slavin yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
memberikan interaksi positif diantara anggota kelompok dan berinteraksi secara
83
aktif untuk mendiskusikan secara bersama-sama dalam memecahkan masalah.32
Pernyataan lain menurut Roger & David Johnson bahwa keberhasilan suatu
pembelajaran kooperatif dapat diterapkan bila terdapat unsur-unsur penting seperti
adanya saling ketergantungan yang positif terdiri dari bentuk usaha yang
dilakukan oleh setiap kelompok, tanggung jawab perseorangan terhadap tugas
yang diberikan untuk kepentingan bersama, adanya interaksi langsung karena
dengan proses diskusi akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk bertukar
pikiran dan pendapat, komunikasi antar anggota untuk mencapai tujuan bersama,
serta evaluasi kelompok sebagai tahapan akhir untuk menilai bagaimana
keefektifan kelompok tersebut pada saat berdiskusi.33
Berbagai macam pembelajaran kooperatif diterapkan yang bertujuan untuk
memberikan siswa secara mandiri dalam mendapatkan informasi. Diantara model
pembelajaran kooperatif yang diterapkan dalam penelitian yaitu Think Pair Share
dan Group Investigation. Perbedaan dari kedua model pembelajaran tersebut yaitu
pada model GI memiliki tujuan kognitif informasi akademik yang didapat tingkat
tinggi dan keterampilan inkuiri serta pada pemilihan topik siswa yang menentukan
sendiri sedangkan pada pembelajaran TPS informasi akademik yang didapat
sederhana dan dalam pemilihan topik sudah ditentukan oleh guru. Selain itu,
dalam proses menyelesaikan tugas pada model GI tugas yang diberikan melalui
proses inkuiri kompleks dengan melakukan penyelidikan sedangkan model TPS
mengerjakan tugas-tugas secara sosial dan kognitif.34
Pernyataan menurut Ibrahim
tersebut sesuai bahwa model TPS pada tahapan pertama Think memberikan
kontribusi yang kuat dalam kognitifnya bagi siswa untuk memikirkan secara
mandiri permasalahan yang diberikan oleh guru untuk memikirkan jawaban.
Sedangkan untuk model GI selama proses pembelajaran tugas-tugas yang
32
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 201. 33
Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-Model Pembelajaran
Inovatif dan Efektif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 58. 34
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2012),
h. 67-68.
84
diberikan melatih siswa untuk menyelidiki dari berbagai sumber informasi dan
kemudian diolah bersama teman kelompok. Dalam hal ini selain mengasah
kemampuan kognitif tetapi juga siswa bergerak aktif untuk mendapatkan
informasi tersebut selain di dalam ruang kelas.
Perbandingan diantara model pembelajaran kooperatif lainnya, pada model GI
menghasilkan output menyelesaikan proyek atau menulis laporan dari hasil
penyelidikan. Sedangkan model kooperatif lainnya output yang dihasilkan yaitu
bervariasi. Sehingga dari perbandingan diantara berbagai macam model
kooperatif, GI merupakan model pembelajaran yang memiliki proses
pembelajaran lebih rumit. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut John W.
Santrock yang menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran ini melibatkan
kombinasi belajar mandiri dan kelompok yang terdiri dari beberapa anggota
kelompok, serta mendapatkan penghargaan kelompok. Biasanya guru yang
memilih suatu permasalahan di dalam belajar, akan tetapi pada pendekatan ini
siswa sendiri yang memutuskan untuk mengeksplor masalah yang telah dipilih.35
Pada hasil pretest kelas TPS dan kelas GI tidak terdapat perbedaan hal ini
menunjukkan bahwa hasil pretest merupakan kemampuan awal siswa yang belum
terlatih dalam berpikir kritis. Setelah diberikan posttest terdapat perbedaan
signifikan di beberapa indikator pada aspek keterampilan berpikir kritis.
Perbedaan tersebut yakni pada aspek pertama memberikan penjelasan sederhana
yang terdiri dari lima indikator keterampilan berpikir kritis. Diantaranya yaitu
mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, mengidentifikasi atau
merumuskan kriteria-kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin,
mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan, mengapa demikian, dan
bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut. Pada aspek ini untuk kelas TPS
memperoleh persentase lebih besar dikarenakan pada aspek pertama ini di dalam
proses pembelajaran termasuk ke dalam tahapan Think. Dimana pada tahap ini
siswa dilatih pada kognitifnya secara mandiri terhadap permasalahan yang
diberikan sehingga siswa menjadi fokus terhadap artikel yang telah disediakan
35
John W. Santrock, Educational Psychology, 2011, p. 343, diakses dari
http://utab.ac.rw/books/1410447918.pdf, pada tanggal 7 Januari 2017.
85
dengan menggunakan berbagai sumber untuk memperoleh informasi yang
relevan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Hamidah Fajrin, dkk
bahwa peserta didik mampu memfokuskan masalah atau soal yang diberikan oleh
guru dengan menggunakan berbagai sumber atau teori untuk menjawab soal
tersebut.36
Kelas GI siswa tidak dibimbing untuk fokus dalam permasalahan menjawab
suatu tantangan atau pertanyaan tetapi fokus pada pemilihan subtopik yang akan
dipelajari pada tahap seleksi topik. Akan tetapi sebelum memilih subtopik siswa
membuat tiga pertanyaan dan tiga jawaban hal ini bertujuan agar siswa dapat
fokus dalam masalah yang terdapat di artikel. Karena pada model TPS dengan
adanya berpikir secara mandiri siswa dapat membaca dan menganalisis artikel
secara individu sedangkan karena jumlah anggota pada model GI yang terbentuk
banyak maka proses dari fokus permasalahan menjadi kurang terlatih.
Uji hipotesis posttest indikator keterampilan berpikir kritis menunjukkan dari
kelima indikator terdapat 3 indikator yang memiliki perbedaan keterampilan
berpikir kritis antara kelas TPS dengan GI. Indikator tersebut yaitu pada indikator
ketiga mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan, indikator keempat mengapa
demikian, dan bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut. Untuk uji-t
posttest indikator ketiga menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan perolehan nilai
2,986 > 1,989. Hal ini berarti proses pembelajaran yang diterapkan pada model
TPS dan GI terdapat perbedaan. Perbedaan yang mempengaruhi pada indikator
ketiga ini dikarenakan pada jenis soal yang terdapat pada soal nomor 3 membahas
reproduksi jamur bercahaya. Dimana pada kelas eksperimen I sebelumnya pada
36
Hamidah Fajrin, Soetarno Joyoatmojo, dan Sri Wahyuni, “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran Konfirmasi Keputusan Pelanggan Kelas X Pemasaran SMK Batik
Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015” Artikel Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas
Sebelas Maret, 2015, h. 14, diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=375639&val=4088&title=Penerapan%20Mod
el%20Pembelajaran%20Kooperatif%20Tipe%20Think%20Pair%20Share%20untuk%20Meningka
tkan%20Kemampuan%20Berpikir%20Kritis%20dan%20Hasil%20Belajar%20Siswa%20Mata%2
0Pelajaran%20Konfirmasi%20Keputusan%20Pelanggan%20Kelas%20X%20Pemasaran%20SMK
%20Batik%201%20Surakarta%20Tahun%20Ajaran%202014/2015, pada tanggal 11 Juli 2017
pukul 12.08 WIB.
86
tahap Think dan kelas eksperimen II pada tahap seleksi topik telah diberikan
beberapa waktu untuk dapat fokus terhadap permasalahan yang ada di artikel
dengan membaca dan menjawab suatu tantangan. Selain itu skor yang diperoleh
pada kedua kelas eksperimen memperoleh skor antara 3 hingga 4. Begitu pula,
pada soal nomor 9 mengenai jamur Candida albicans yang menyebabkan
penyakit pada ayam untuk kelas eksperimen I terdapat beberapa orang saja yang
memperoleh skor 3 hingga 4 tetapi untuk kelas eksperimen I dan II secara umum
masih memperoleh skor 2.
Hasil uji-t indikator keempat mengapa demikian juga menunjukkan bahwa
thitung > ttabel dengan perolehan nilai 6,116 > 1,989. Hal ini berarti terdapat
perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada model TPS dan GI. Pada
indikator keempat ini masih membahas mengenai jamur bercahaya. Dimana pada
soal sebelumnya pada indikator ketiga siswa memberikan alasan sendiri melalui
hasil berpikirnya dan pada soal tersebut tidak disediakan pernyataan di dalam
artikel, pada indikator keempat ini siswa melanjutkan memberikan alasan
mengapa demikian jamur bercahaya membutuhkan perantara serangga untuk
bereproduksi. Skor yang diperoleh pada kelas eksperimen I lebih banyak
mendapatkan skor 4 sedangkan kelas eksperimen II skor yang diperoleh secara
umum hanya 3 namun terdapat beberapa yang mendapatkan skor 4.
Hasil uji-t indikator kelima bagaimana menerapkannya dalam kasus tersebut
menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan perolehan nilai 3,997 > 1,989. Hal ini
berarti terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada model TPS dan
GI. Pada indikator ini terdiri dari soal nomor 10 yang membahas mengenai
peranan jamur tempe dalam mengatasi kasus malnutrisi. Siswa diminta untuk
memberikan gagasannya untuk dapat menjelaskan bagaimana jamur tempe dalam
mengatasi kasus malnutrisi. Pada perolehan skor yang diperoleh baik kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II sudah mencapai skor 3 hingga 4, artinya
siswa sudah dapat memberikan gagasannya sendiri mengenai peranan jamur
tempe. Hal ini siswa dapatkan pada saat pembelajaran guru menyediakan artikel
yang terdapat di dalam LKS dan LIK untuk siswa saling bekerjasama dalam
mengidentifikasi bagaimana cara mengatasi kasus obesitas pada anak-anak serta
87
penyakit kandidiasis dapat diatasi dengan penggunaan jamur tempe dan oncom.
Sehingga siswa telah terlatih dalam memecahkan masalah ketika proses
pembelajaran.
Disimpulkan pada aspek pertama terdapat perbedaan keterampilan berpikir
kritis siswa pada model TPS dan GI. Walaupun dari kelima indikator tersebut
terdapat satu indikator yang belum menunjukkan peningkatan signifikan pada
rata-rata posttest untuk model GI namun untuk secara keseluruhan pada model
TPS dan GI pada aspek pertama memberikan penjelasan sederhana sudah
menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan kategori baik.
Aspek kedua membangun keterampilan dasar terdiri dari indikator keenam
keterampilan memberikan alasan. Pada aspek ini masih termasuk ke dalam
tahapan Think dan seleksi topik karena selain siswa untuk fokus pada masalah,
pada aspek ini pula siswa dilatih untuk memberikan argumen sederhana sebagai
hasil dari proses fokus yang telah dilakukan. Hasil persentase pretest yang
diperoleh untuk kelas eksperimen I sebesar 50% sedangkan kelas eksperimen II
memperoleh sebesar 52,98%. Setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen I
mengalami peningkatan sebesar 73,32% begitupula dengan kelas eksperimen II
sebesar 72,02%. Pada hasil posttest dari kedua kelas eksperimen tersebut
menunjukkan bahwa selisih persentase yang diperoleh hanya 0,3% artinya
perbedaan keterampilan berpikir kritis dari kedua kelas eksperimen tersebut tidak
signifikan. Karena pada tahapan Think pada model TPS siswa masih secara
mandiri memikirkan terlebih dahulu jawaban secara mandiri sehingga siswa lebih
banyak menggunakan waktu untuk berpikir sedangkan model GI sudah masuk ke
dalam tahapan perencanaan penyelidikan dan waktu yang diberikan menjadi
terbatas untuk memikirkan jawaban lebih lama. Sehingga dalam proses ini
tahapan Think lebih unggul dibandingkan dengan tahap perencanaan pada model
GI karena dipengaruhi oleh waktu. Selain itu, pada jawaban posttest dari kelas
eksperimen I terdapat lebih banyak siswa memperoleh skor 3 dan terdapat
beberapa siswa yang memperoleh skor maksimal 4 pada soal nomor 5 mengenai
jamur bercahaya. Begitupula dengan soal pada nomor 11 mengenai jamur
88
penyebab panu pada manusia secara umum siswa mendapatkan skor 3 hingga 4
dan masih terdapat beberapa siswa yang memperoleh skor 2.
Kelas eksperimen II pada model GI skor yang diperoleh siswa lebih banyak 2
hingga 3 pada soal nomor 5 dan pada soal nomor 11 memperoleh skor 3 hingga 4
dan hanya terdapat beberapa anak yang memperoleh skor maksimal tersebut. Hal
ini dikarenakan menurut Ibrahim bahwa model TPS pada tujuan kognitif
informasi yang didapatkan sederhana, namun dengan soal instrumen essay yang
diberikan dapat mengasah keterampilan berpikir kritis, siswa akan lebih tertantang
di dalam menjawab suatu tantangan atau pertanyaan. Sehingga informasi yang
didapatkan tidak lagi sederhana melainkan siswa sudah mampu terampil dalam
berpikir kritis. Karena pada indikator keenam keterampilan memberikan alasan
jenis soal pada instrumen tersebut yaitu siswa dilatih untuk dapat memberikan
argumennya dari pernyataan-pernyataan sebelumnya berupa gambar serta artikel
mengenai jamur bercahaya dan jamur penyebab panu. Karena jika siswa sudah
mampu fokus maka siswa tersebut memiliki unsur utama dari keterampilan
berpikir kritis yaitu fokus. Fokus sebagai gambaran umum terhadap suatu isu,
pertanyaan, ataupun permasalahan dan juga sebagai informasi awal yang
didapatkan sebelum berpikir secara kritis. Hal ini sesuai menurut Ennis bahwa
fokus dapat dicapai dengan cara menanyakan pada diri sendiri apa yang terjadi
(inti dari permasalahan) dan apa yang orang coba buktikan (fakta-fakta).37
Sebelum siswa mampu menjawab ataupun memberikan argumennya pada
indikator keenam ini siswa diberikan beberapa pernyataan dan siswa dilatih untuk
memilih pernyataan tersebut untuk memilih menurut informasi yang relevan dan
kredibel dari pernyataan sebelumnya yang berkaitan dengan reproduksi pada
jamur bercahaya serta jamur penyebab panu. Sehingga pada uji hipotesis posttest
indikator keenam keterampilan berpikir kritis menunjukkan bahwa thitung < ttabel
dengan perolehan nilai 0,225 < 1,989. Hal ini berarti proses pembelajaran yang
diterapkan pada model TPS dan GI untuk aspek kedua tidak terdapat perbedaan
signifikan pada keterampilan berpikir kritis siswa. Karena siswa sudah mampu
memberikan argumen pada soal-soal sebelumnya.
37
Robert H Ennis, Critical Thinking. (New York:Prentice Hall, 1996), h. 4-5.
89
Proses yang dilakukan siswa pada siswa baik kelas TPS dan GI faktor utama
untuk memecahkan masalah yaitu dengan berpikir yang dilakukan secara mandiri
ataupun berkelompok dan fokus pada permasalahan untuk menentukan suatu
keputusan dalam memperoleh jawaban. Hal ini sejalan dengan Vincent bahwa
berpikir merupakan bentuk aktivitas mental yang dapat membantu siswa dalam
merumuskan atau memecahkan suatu masalah, membuat keputusan, sehingga dari
proses berpikir tersebut sebagai hasil dari proses pencarian makna, arti, ataupun
sebuah jawaban dari suatu permasalahan.38
Oleh karenanya, pada tahapan Think
untuk kelas TPS pada aspek pertama dan aspek kedua memberikan kontribusi
yang baik karena siswa mendapatkan kesempatan untuk berpikir secara mandiri
dengan rentang waktu yang lebih lama, sehingga dengan proses berpikir kritisnya
tersebut siswa menjadi lebih fokus berbeda dengan kelas GI yang hanya berfokus
pada tahap pemilihan seleksi topik.
Aspek ketiga menyimpulkan terdiri dari indikator ketujuh membuat
kesimpulan. Pada aspek ini termasuk ke dalam tahapan kedua dari TPS Pairing
(berpasangan) dan juga tahapan ketiga dan keempat dari model GI yaitu
implementasi serta analisis dan sintesis. Pada tahapan kedua kelas eksperimen I
yaitu Pairing (berpasangan), setelah siswa memikirkan jawaban secara mandiri
pada fase sebelumnya Think (berpikir) siswa akan akan membentuk kelompok
kecil dengan jumlah anggota dua orang siswa. Dalam hal ini, teman sebangku
menjadi anggota pasangannya. Karena bertujuan untuk memberikan suasana yang
kondusif dalam membentuk kelompok. Selain itu, berpasangan dengan teman
sebangku akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk berinteraksi secara
langsung tanpa dipengaruhi oleh keberagaman sifat dari peserta didik yang
mungkin tidak bisa secara langsung dapat beradaptasi dengan teman yang lain.
Pada tahap ini siswa akan berinteraksi secara langsung mendiskusikan dari hasil
jawaban masing-masing untuk disatukan dalam suatu bentuk kesimpulan. Dalam
tahapan ini pula, siswa akan terlihat berbagai variasi jawaban yang dihasilkan dari
proses berpikir dari setiap individu. Hal ini didukung oleh pernyataan oleh Anita
38
Elaine B. Johnson, CTL (Contextual Teaching & Learning): Menjadikan Kegiatan Belajar-
Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa Learning, 2011), h. 187.
90
Lie bahwa untuk membentuk suatu kelompok kecil pada tahapan Pairing
(berpasangan) dengan teman sebelahnya dan pada fase ini siswa akan
mengutarakan hasil dari pemikiran masing-masing pada tahapan sebelumnya.39
Terdapat perbedaan antara model TPS dengan GI pada saat pembentukan
kelompok. Pada model GI anggota kelompok yang telah ditentukan sebelum
dimulainya pembelajaran secara heterogen dengan jumlah 4 hingga 5 orang
anggota. Hal ini dilakukan agar pada saat proses penyelidikan semua anggota
kelompok dapat mengerjakan secara maksimal dan dapat bertanggung jawab
terhadap tugasnya masing-masing. Karena apabila dalam suatu kelompok terdapat
lebih dari 5 orang anggota kelompok, tidak akan berjalan efektif dan hanya
memanfaatkan situasi ataupun hanya sedikit anggota yang dapat berperan aktif di
dalam proses diskusi kelompok.
Hasil uji-t posttest indikator ketujuh keterampilan berpikir kritis
menunjukkan bahwa thitung < ttabel dengan perolehan nilai 0,755 < 1,989. Hal ini
berarti proses pembelajaran yang diterapkan pada model TPS dan GI untuk aspek
ketiga tidak terdapat perbedaan signifikan pada keterampilan berpikir kritis siswa.
Hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran siswa baik kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II sudah mampu memberikan kesimpulan dari gambar dan
artikel mengenai jamur bercahaya. Sehingga pada saat posttest skor yang
didapatkan untuk kelas eksperimen I dan eksperimen II memperoleh skor 3
hingga 4, yang artinya siswa sudah mampu memberikan kesimpulan secara
keseluruhan dari aspek sebelumnya. Oleh karenanya, proses pembelajaran yang
dilakukan untuk kedua kelas eksperimen dengan model TPS dan GI tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Aspek keempat memberikan penjelasan lebih lanjut terdiri dari indikator ke
delapan alasan yang tidak dinyatakan. Pada aspek ini sebelum diberi perlakuan
kedua kelas eksperimen memperoleh persentase terendah. Pada kelas eksperimen
39
Ririn Parlina, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share (TPS) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Akuntansi Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi
SMK Muhammadiyah Cawas Kabupaten Klaten”, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, h. 23, diakses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/12350337.pdf, pada tanggal 24 Oktober 2016 pukul 20.53 WIB.
91
I sebesar 29,79% dan kelas eksperimen II sebesar 32,14%. Namun setelah diberi
perlakuan persentase yang didapatkan kelas eksperimen mengalami peningkatan
menjadi 75% sedangkan kelas eksperimen II tidak mengalami peningkatan yang
signifikan sebesar 50%. Artinya, pada model GI tersebut tidak memberikan
pengaruh yang signifikan pada aspek keempat keterampilan berpikir kritis. Pada
aspek keempat ini termasuk ke dalam tahapan Pairing (berpasangan) untuk model
TPS sedangkan pada model GI termasuk ke dalam tahapan implementasi, analisis
dan sintesis. Pada tahapan Pairing siswa kelas eksperimen I saling bertatap muka
dengan pasangannya hal ini untuk mendiskusikan secara bersama-sama dari hasil
yang siswa dapatkan. Selain itu, siswa juga memberikan kesimpulan dari kedua
pendapat.
Kelas eksperimen II yang menerapkan model GI pada tahapan implementasi
menjadi kegiatan inti dari tahapan investigasi karena siswa bersama kelompoknya
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk menganalisis topik masalah
yang akan dibahas. Setelah semua informasi telah didapatkan maka siswa akan
saling berdiskusi dan bertukar pendapat. Persamaan dari kedua model TPS dan GI
ini adalah terbentuk ketergantungan positif dimana hal tersebut merupakan unsur
yang penting dalam pembelajaran kooperatif. Pada saat proses implementasi guru
menjadi fasilitator dan mengawasi kinerja siswa, apabila siswa mengalami
kesulitan maka guru akan siap membimbingnya dalam proses investigasi.
Sehingga proses pembelajaran yang terbentuk bersifat student center.
Perbedaan yang terdapat pada aspek keempat ini di dalam tahapan TPS dan GI
adalah siswa pada model TPS pada saat Pairing memperoleh informasi pada saat
diskusi dilakukan di dalam kelas saja dan lebih mengutamakan pada berpikirnya.
Sedangkan GI bebas mengeksplor informasi dari berbagai sumber sehingga
mengasah keterampilan dalam berpikir dan bergerak. Pada model GI ini pula,
aspek keempat memberikan penjelasan lebih lanjut pada tahapan analisis dan
sintesis siswa dilatih untuk mengaitkan antara kasus yang terdapat di artikel
dengan materi pembelajaran. Namun, pada saat proses pembelajaran terdapat
beberapa kelompok yang pada saat berdiskusi tidak bekerjasama dengan baik hal
ini dikarenakan pada saat pembagian kelompok secara heterogen dan berbeda
92
dengan TPS kelompok yang terbentuk hanya dengan teman sebangku. Sehingga
pada uji-t posttest indikator ke delapan ini hanya kelas TPS yang terdapat
peningkatan secara signifikan sedangkan kelas GI tidak dan nilai rata-rata yang
didapatkan hanya 50,00. Selain itu, pada jawaban posttest siswa pada soal nomor
12 mengenai jamur penyebab panu, siswa diminta untuk memberikan penjelasan
lebih lanjut setelah aspek menyimpulkan bagaimana jamur Malassezia furfur
dapat menginfeksi manusia dengan mengaitkan antara struktur dan ciri dari jamur
tersebut. pada kelas eksperimen I memperoleh skor 3 hingga 4 dan hanya sedikit
yang mendapatkan skor 1 hingga 2. Sedangkan kelas eksperimen II skor yang
diperoleh secara umum yaitu 2 dan pada skor 3 dan 4 hanya terdapat sedikit. Oleh
karenanya, dari perbedaan tersebut pada indikator kedelapan ini terdapat
perbedaan antara model TPS dengan GI berdasarkan pada hasil uji-t yang
menunjukkan bahwa thitung > ttabel dengan perolehan nilai 5,503 > 1,989.
Aspek ketiga dan keempat pada kelas TPS memiliki keunggulan pada tahap
Pairing dimana siswa terlibat aktif diskusi bersama terhadap permasalahan yang
diberikan oleh guru sehingga dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa
pada aspek menyimpulkan dan memberikan penjelasan lebih lanjut. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Septian Nurrachman, dkk bahwa peningkatan keterampilan
berpikir kritis siswa dikarenakan pada proses pembelajaran siswa dituntut untuk
menyelesaikan permasalahan dalam LKS yang diberikan oleh guru secara mandiri
terlebih dahulu untuk mengambil suatu keputusan, kemudian siswa berpasangan
untuk dapat mengambil kesimpulan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengambil suatu keputusan.40
Sedangkan aktivitas yang
dilakukan oleh siswa pada model GI yaitu implementasi serta analisis dan sintesis
yang dimana pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk mencari informasi dari
berbagai sumber yang relevan dan menganalisis permasalahan secara bersama-
sama. Hal ini sejalan dengan pernyataan Menurut Nur Muhammad bahwa model
pembelajaran GI merupakan suatu pembelajaran yang membentuk siswa agar
40
Septian Nurrachman, Tri Jalmo dan Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik, Vol. 1. No. 2, 2013, h. 5, diakses dari
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/504, pada tanggal 8 Mei 2017.
93
dapat memecahkan masalah bersama-sama sebagai tugas kelompok dengan
tanggung jawab secara individu, sehingga dapat memancing siswa kritis dan
kreatif dalam menggali pemahaman mengenai materi yang dipelajari.41
Aspek kelima strategi dan taktik. Pada aspek ini terdiri dari indikator
kesembilan merumuskan solusi alternatif dan indikator kesepuluh
mempresentasikan secara lisan atau tulisan. Pada aspek ini pula sudah termasuk
kedalam tahapan yang berbeda pada model TPS yaitu Share yaitu siswa
mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas pada tahap ini terlihat ada siswa
yang aktif dan juga pasif dalam mempresentasikan, namun dengan begitu pada
tahap ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahap-tahap sebelumnya.
Hal ini sesuai menurut pernyataan Septian Nurrachman, dkk bahwa terdapat aspek
aktivitas tertinggi yaitu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, setiap
anggota kelompok terlihat antusias dalam menjawab beberapa soal yang telah
didiskusikan dengan kelompok untuk di share dengan kelompok lain.42
Model GI yaitu tahap penyajian hasil akhir dan evaluasi. Pada tahap ini pula
terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahapan sebelumnya
karena siswa mempresentasikan hasil penyelidikan kelompok siswa antusias
dalam memberikan penyajian hasil diskusi. Hal ini sesuai menurut pernyataan Ofi
Oktaviani, dkk bahwa selama proses pembelajaran berlangsung, siswa terlibat
dalam berbagai aktivitas khususnya dalam kerja sama kelompok, menyajikan hasil
akhir, bertanya dan menanggapi, sehingga KBK siswa mengalami peningkatan.43
Persentase yang didapatkan dari aspek ini untuk kelas eksperimen I sebesar
87,80% sedangkan kelas eksperimen II 86,10%. Dalam proses pembelajaran pada
kelas eksperimen I setelah proses diskusi dilaksanakan pada tahap Pairing
41
Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) pada Materi Pokok Ikatan Kimia untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa Kelas X SMA Widya Darma Surabaya”, UNESA Journal of Chemical Education, Vol
4, No 2, h. 157, 2015, diakses dari http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/15532/36/article.pdf,
pada tanggal 17 Mei 2017. 42
Septian, dkk, Op. Cit., h. 5. 43
Ofi Oktaviani, Tri Jalmo, dan Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation (GI) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik,
Vol. 2, No. 6, 2014, h. 6, diakses dari
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/4763, pada tanggal 6 Mei 2017.
94
selanjutnya siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Dalam hal ini,
guru memberikan kebebasan bagi kelompok yang ingin maju dan
mempresentasikan hasilnya. Begitu pula dengan model GI sebagai kegiatan akhir
dari proses penyelidikan siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan
hasil diskusi yang didapat. Pada model TPS dan GI keduanya memberikan solusi
terhadap permasalahan yang ada. Perbedaannya terletak pada memberikan solusi.
Jika pada model TPS guru telah menyediakan pertanyaan di dalam LKS untuk
kemudian dijawab pada tahapan Think secara mandiri. Sedangkan pada kelas GI
setelah proses diskusi maka siswa memberikan solusi secara berkelompok pada
tahap analisis dan sintesis. Sehingga, perbedaan ini terlihat pada rata-rata nilai
posttest pada indikator merumuskan solusi alternatif kelas eksperimen I
memperoleh nilai lebih tinggi sebesar 91,28 sedangkan pada kelas eksperimen II
sebesar 83,93. Hal ini juga terlihat pada jawaban posttest siswa untuk nomor 13
siswa diminta untuk memberikan solusi apa saja untuk mencegah penyakit panu
pada kulit manusia kelas eksperimen I memperoleh skor 3 dan banyak yang
mencapai skor maksimal 4 sedangkan pada kelas eksperimen II secara umum
siswa mendapatkan skor 3 dan hanya terdapat beberapa orang saja yang mencapai
skor maksimal.
Pada indikator kesepuluh mempresentasikan secara lisan atau tulisan, kelas
eksperimen II memperoleh nilai rata-rata lebih tinggi sebesar 88,10 sedangkan
kelas eksperimen I sebesar 84,88. Hal ini dikarenakan pada saat proses
pembelajaran siswa pada model GI dilatih untuk bisa menawarkan solusi yang
siswa buat kepada teman-temannya pada saat presentasi dalam bentuk ajakan.
Sedangkan pada kelas eksperimen I hanya sampai merumuskan solusi tanpa
memberikan berupa ajakan untuk dapat melakukan solusi yang telah ditawarkan.
Sehingga pada hasil uji-t indikator kesepuluh ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel
dengan perolehan nilai -0,757 < 1,989. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan
secara signifikan pada model TPS dan GI. Karena berdasarkan pada jawaban
siswa hasil posttest baik kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II secara umum
memperoleh skor 3 hingga mencapai skor maksimal 4, dengan begitu siswa sudah
dapat memberikan solusi dari permasalahan yang telah diberikan.
95
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan keterampilan
berpikir kritis siswa diantara kedua kelas eksperimen. Hal ini terlihat dari
perolehan hasil pretest dan uji hipotesis posttest indikator keterampilan berpikir
kritis yang terdapat perbedaan signifikan. Pada indikator menyatakan alasan yang
tidak dinyatakan kedua kelas eksperimen memiliki kemampuan awal yang sama
yaitu belum dapat menyatakan alasan yang tidak dinyatakan hal ini berdasarkan
pada analisis soal uraian bahwa evaluasi yang dilakukan hanya sampai C4
sehingga pada saat diberikan perlakuan selama proses pembelajaran memberikan
peningkatan yang signifikan bagi siswa untuk dapat berpikir kritis dalam
menjawab soal posttest.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan keterampilan
berpikir kritis siswa antara siswa yang diajarkan menggunakan Think Pair Share
(TPS) dengan Group Investigation (GI). Hasil perbandingan nilai rata-rata posttest
siswa kelas TPS dan kelas GI menunjukkan hasil posttest sebesar 81,52 dan
76,02. Nilai keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua kelas eksperimen
menggunakan uji-t pada taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh thitung sebesar -3,01
yang berarti nilai thitung posttest jatuh di luar daerah penerimaan H0 (antara -1,989
dan 1,989), sehingga pada posttest H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat
perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II pada konsep Fungi.
Hasil uji hipotesis posttest indikator keterampilan berpikir kritis menunjukkan
bahwa kelas TPS mampu mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan dari
suatu pernyataan, dapat memberikan alasan mengapa demikian suatu kasus dapat
dipecahkan, serta dapat memberikan suatu argumen terhadap pemecahan masalah
bagaimana cara yang tepat untuk dapat diterapkan. Kesimpulan dari penelitian ini
bahwa terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran
model kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan Group Investigation (GI) pada
konsep Fungi.
B. Saran
Saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Guru perlu menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model Think
Pair Share (TPS) dengan Group Investigation (GI) pada konsep-konsep
yang lain.
2. Perlu adanya optimilisasi peran guru sebagai fasilitator dalam
menggunakan model Think Pair Share (TPS) dengan Group Investigation
97
(GI) sehingga dapat diketahui perbedaan diantara keduanya secara lebih
nyata
3. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan yang penelitian serupa atau
mengembangkannya dengan menggunakan instrumen tes lebih baik
sehingga dapat diterapkan di konsep lainnya untuk mengetahui
keterampilan berpikir kritis siswa.
98
DAFTAR PUSTAKA
Adekunmi, Ojo Tolani. Effect of Think-Pair-Share Collaborative Inquiry ss One
of Classroom Practices for Improving Students Reflective Thinking Skills
in Basic Science. Journal of Education and Policy Review, Volume 7,
Number 1 Tahun 2015, p. 23. www.cenresinpub.org. 9 Agustus 2016.
Anggraini, Rini. “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Menggunakan Local Material Berbasis Lesson Study untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis, Motivasi dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X
SMAN 1 MOJO Kediri”, Artikel Skripsi Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara
Persatuan Guru Republik Indonesia, 2015, h. 2.
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2015/11.1.01.06.0073.
pdf. 25 Oktober 2016.
Arends, Richard. Learning to Teach, 2012. www.mhhe.com. 6 Januari 2017.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2011.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
1999.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan: Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara, 2005.
Barragato, Addam. “Think/Pair/Share and Variations: An Effective
Implementation Guide for Active Learning and Assessment”, Faculty
Center for Innovative Teaching, Central Michigan University, 2015, h. 2.
http://facit.cmich.edu.23 Oktober 2016.
Bartolomeus, Kristi Brahmantia Putra, Joko Ariyanto, dan Baskoro Adi Prayitno,
Penerapan Model Konstruktivis-Metakognitif pada Materi Sistem
Koordinasi untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI MIPA
SMA”, Proceeding Biology Education Conference, Vol 13 (1) 2016, h.
169. https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/download/5686/5054. 16 Mei
2017.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010.
Dewi, Ratih Puspa, Retno Sri Iswari dan R. Susanti, “Penerapan Model Group
Investigation terhadap Hasil Belajar Materi Bahan Kimia di SMP” Unnes
99
Science Educational Journal, Vol 1 No 2, 70, 2012.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej. 25 Oktober 2016.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2013.
Ennis, Robert H. A Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills,
Educational Leadership Journal, Vol 43 No. 2, 46, 1985.
http://www.ascd.org/. 6 Januari 2016.
Ennis, Robert H. Critical Thinking. New York: Prentice Hall, 1996.
Faiz, Fahruddin. Thinking Skill: Pengantar Menuju Berpikir Kritis. Yogyakarta:
Suka Press, 2012.
Fajrin, Hamidah, Soetarno Joyoatmojo, dan Sri Wahyuni. “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
Konfirmasi Keputusan Pelanggan Kelas X Pemasaran SMK Batik
Surakarta Tahun Ajaran 2014/2015” Artikel Program Studi Pendidikan
Ekonomi Universitas Sebelas Maret, 2015.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=375639&val=4088&t
itle=Penerapan%20Model%20Pembelajaran%20Kooperatif%20Tipe%20T
hink%20Pair%20Share%20untuk%20Meningkatkan%20Kemampuan%20
Berpikir%20Kritis%20dan%20Hasil%20Belajar%20Siswa%20Mata%20P
elajaran%20Konfirmasi%20Keputusan%20Pelanggan%20Kelas%20X%2
0Pemasaran%20SMK%20Batik%201%20Surakarta%20Tahun%20Ajaran
%202014/2015. 11 Juli 2017.
Giyastutik, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3
Karanganyar Tahun Pelajaran 2007/2008”, Skripsi Prodi Biologi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta:
2009.
Haffidianti, Yunita. “Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi
Pokok Bangun Ruang Kelas VIII MTs Negeri 1 Semarang Tahun
Pelajaran 2010/2011” Skripsi Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang: 2011.
http://digilib.walisongo.ac.id/files/disk1/131/jtptiain-gdl-yunitahaff-6512-
1-fileskr-a.pdf. 14 Juni 2017.
Hake, Richard R. Analyzing Change/Gain Scores, 1, 1999.
www.physics.indiana.com. 12 Januari 2016.
100
Handayani, Tri Lestari. “Efektivitas Group Investigation Ditunjang Penugasan
Awetan Bioplastik terhadap Hasil Belajar dan Minat Wirausaha Siswa
pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup” Skripsi Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Malang: 2013.
Hermawati, Lia. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia”,
Skripsi Prodi Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010.
Johnson, David W, Roger T. Johnson, and Karl A. Smith, Cooperative Learning:
Improving University Instruction by Basing Practice on Validated Theory
Journal on Excellence in University Teaching, 2, 2013.
http://personal.cege.umn.edu/~smith/docs/Johnson-Johnson-Smith-
Cooperative_Learning-JECT-Small_Group_Learning-draft.pdf.
19 Agustus 2016.
Johnson, Elaine B. CTL (Contextual Teaching & Learning): Menjadikan Kegiatan
Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa
Learning, 2011.
Kadir. Statistika: untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dilengkapi dengan Output
Program SPSS. Jakarta: Rosemata Sampurna, 2010.
Kagan, Spencer and Miguel Kagan. Kagan Cooperative Learning, 6.20, 2009.
https://www.kaganonline.com/free_articles/dr_spencer_kagan/ASK40.pdf.
11 Juli 2017.
Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung:
PT Refika Aditama, 2013.
Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013, h. 122.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/drs-sudarmaji-mpd/03-
kompetensi-dasar-sma-2013.pdf 9 Juni 2017.
Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Munawwaroh, Habibah. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) terhadap Hasil Belajar Siswa di Kelas IV SD
Dharma Karya Universitas Terbuka”, Skripsi Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2015.
101
Nezami, Nazila Rikhtehgar, Mohammad Asgari, and Hassan Dinarvand. The
Effect of Cooperative Learning on the Critical Thinking of High School
Students, Technical Journal of Engineering and Applied Sciences, Vol 3
(19):2508-2514, 2013. h. 2. http://www.tjeas.com. 6 Agustus 2016.
Nurhasanah, Sarifah. “Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD
untuk Meningkatkan Pemahaman Peristiwa Proklamasi Indonesia dalam
Pelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Pereng Karanganyar
Tahun Pelajaran 2009/2010” Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, h. 17.
http://eprints.uns.ac.id/2398/1/174800601201110171.pdf. 14 Juni 2017.
Nurrachman, Septian, Tri Jalmo, dan Rini Rita T. Marpaung, “Pengaruh
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa”, Jurnal
Bioterdidik, Vol. 1. No. 2, h. 1, 2013 diakses dari
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/504. 8 Mei 2017.
Novianti, Aryani Meiry Fadilah Noor dan Baiq Hana Susanti, “Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa”, EDUSAINS Volume VI Nomor 01 Tahun 2014, h. 1, diakses dari
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains/article/view/1105/982.
12 Juli 2017.
OECD, PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds know and what they can
do with what they know. https://www.oecd.org. 14 Juni 2017.
Oktaviani, Ofi. Tri Jalmo, dan Rini Rita T. Marpaung. “Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa”, Jurnal Bioterdidik, Vol. 2, No. 6, 6, 2014.
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JBT/article/view/4763. 6 Mei 2017.
Parlina, Ririn. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share
(TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Penguasaan Materi Akuntansi
Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi SMK Muhammadiyah Cawas
Kabupaten Klaten”, Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
Peraturan Mendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, 4, 2003.
http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%20
22%20Tahun%202006.pdf. 3 Januari 2016.
Piliang, Fenny Mustika, Hasruddin, dan Binari Manurung, “Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Tatanan Group Investigation pada
Matakuliah Ekologi Hewan terhadap Keterampilan Proses Sains
Mahasiswa USI Permatangsiantar”, Jurnal Tabularasa PPS
102
UNIMED,Vol. 12 No. 1, 2015, h. 13.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=413362&val=5732&t
itle=PENGARUH%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS%
20PROYEK%20DALAM%20TATANAN%20GROUP%20INVESTIGA
TION%20PADA%20MATAKULIAH%20EKOLOGI%20HEWAN%20T
ERHADAP%20KETERAMPILAN%20PROSES%20SAINS%20%20MA
HASISWA%20USI%20PEMATANGSIANTAR, 14 Juni 2017.
Prawihartono, Slamet dan Sri Hidayati. Sains Biologi 1 untuk SMA/MA Kelas X.
Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Roger, T. Johnson, and David W. Johnson, Methods for Developing
Coopoerative Learning on the Web, 1. 2001.
http://courses.cs.vt.edu/~cs4624/s01/docs/cooplearning.pdf. 9 Januari
2017.
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013.
Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar
dan Struktur Kurikulum SMA-MA, (Jakarta: Kemendikbud, 149, 2013.
http://adpend.upi.edu/lopen/wp-
content/files/03_Permendikbud_Nomor_69_Tahun_2013_tentang_Kerang
ka_Dasar_dan_Struktur_Kurikulum_SMA-MA_-_Biro_Hukor.pdf.
3 September 2016.
Salinan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Ketahanan Pangan dan Gizi, h. 2.
http://bkppp.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2015/04/PP_17_2015_k
etahanan%20pangan_gizi.pdf. 2. 20 April 2017.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana,
2013.
Santrock, John W. Educational Psychology, 341, 2011.
http://utab.ac.rw/books/1410447918.pdf. 7 Januari 2017.
Setiyani, Hesti. “Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Siswa dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning Type Think
Pair Share dan Group Investigation” Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung: 2011.
103
Slavin, Robert E. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung:
Nusa Media, 2010.
Slavin, Robert, Shlomo Sharan, Spencer Kagan, Rachel Hertz Lazarowitz, Clark
Webb and Richard Schmuck, Learning to Cooperate, Cooperating to
Learn. New York: Plenum Press, 1985.
Sofyan, Ahmad. Tonih Feronika, Burhanuddin Milama, Evaluasi Pembelajaran
IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2006.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.
Sujarwo, Implementasi Pembelajaran Kooperatif dalam Membantu
Mengembangkan Kecerdasan Emosional”, Majalah Ilmiah Pembelajaran
Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta, Vol 6 No. 2, 2010, h. 14.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Sujarwo,%20M.Pd./Impl
ementasi%20Pembelajaran%20Kooperatif%20dalam%20Membantu%20
Mengembangkan%20Kecerdasan%20Emosional.pdf. 23 Oktober 2016.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
Surayya, L, I W. Subagia dan I N. Tika. Pengaruh Model Pembelajaran Think
Pair Share Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau dari Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa, E-journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi IPA, Vol 4, 1, 2014.
pasca.undiksha.ac.id/e-
journal/index.php/jurnal_ipa/article/download/1105/853. 2 Januari 2016.
Surya, Mohammad. Strategi Kognitif dalam Proses Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta, 2015.
Taniredja, Tukiran, Efi Miftah Faridli, dan Sri Harmianto, Model-Model
Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Bandung: Alfabeta, 2013.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
Jakarta: Kencana, 2009.
104
Ulum, Bahrul dan Rusly Hidayah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Group Investigation (GI) pada Materi Pokok Ikatan Kimia untuk
Melatihkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Widya
Darma Surabaya”, UNESA Journal of Chemical Education, Vol 4, No 2, h.
156, 2015. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/15532/36/article.pdf.
17 Mei 2017.
Undang-Undang Republika Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, 3. http://sindikker.dikti.go.id/dok/UU/UU20-2003-
Sisdiknas.pdf. 3 Januari 2016.
Wibowo, Sigit. Perbandingan Hasil Belajar Biologi dengan Menggunakan Metode
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation dan Think
Pair Share (TPS), Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta: 2011.
Widowati, Asri. “Diktat Pendidikan Sains”, 8, 2008.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/diktat%20Pendidikan%20Sains.pdf.
1 Januari 2016.
Wisudawati, Alfadina, dan Mita Anggaryani, “Penerapan Pembelajaran Fisika
Berdasarkan Strategi Brain Based Learning untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Elastisitas Kelas XI di
SMA Negeri 1 Wonoayu Sidoarjo”, Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika
(JIPF), Vol. 03 No. 02, 2, 2014.
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/inovasi-pendidikan-
fisika/article/view/7386. 19 Oktober 2016.
Wulandari, Dyah Ayu. “Penerapan Desain Pembelajaran Kimia Berbasis Brain
Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan
Hasil Belajar Siswa SMA N 1 Tengaran” Skripsi Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang:
2013.
Yani, Riana, Musafaroh, Tintin Atikah, dan Widi Purwianingsih. Biologi 1 Kelas
X SMA/MA. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
103, 2009. http://www.slideshare.net/RianMaulana1/buku-biologi-sma-
kelas-x-bse-2009-riana-yani. 3 September 2016.
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.
105
Lampiran 1
Kisi-Kisi Instrumen Tes
Satuan Pendidikan : SMA/MA
Mata Pelajaran : Biologi
Alokasi Waktu : 90 menit
Jumlah Soal : 14 Soal
Bentuk Soal : Uraian
Materi : Fungi (Jamur)
Kompetensi Dasar : 3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksi
melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6.1 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis.
Indikator Pembelajaran
3.6.1 Mengidentifikasi struktur tubuh dan ciri-ciri jamur
3.6.2 Mengidentifikasi klasifikasi jamur berdasarkan divisinya
106
3.6.3 Menjelaskan cara hidup dan reproduksi pada jamur
3.6.4 Menganalisis peranan jamur bagi kehidupan
3.6.5 Memberikan kesimpulan keterkaitan peranan jamur
Pengelompokkan Keterampilan Berpikir Kritis dengan Indikator Pembelajaran
Keterampilan
Berpikir
Kritis
Sub-aspek Indikator Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Pembelajaran No. Soal Jml
Soal 3.6.1 3.6.2 3.6.3 3.6.4 3.6.5 C3 C4 C5 C6
Memberikan
penjelasan
sederhana
Memfokuskan
pertanyaan
Mengidentifikasi atau
merumuskan pertanyaan √ 1,7
8
Mengidentifikasi/merumuskan
kriteria-kriteria untuk
mempertimbangkan jawaban
yang mungkin
√ 2,8
Menganalisis
argumen
Mengidentifikasi alasan yang
tidak dinyatakan √ 3 9
Bertanya dan
menjawab
Mengapa demikian? √ 4
Bagaimana menerapkannya
dalam kasus tersebut √ 10
Membangun
keterampilan
dasar
Mempertimbangkan
kredibilitas sumber
Keterampilan memberikan
alasan √ √ 11 5 2
107
Menyimpulkan
Membuat induksi
dan
mempertimbangkan
induksi
Membuat kesimpulan √ 6 1
Memberikan
penjelasan
lebih lanjut
Mengidentifikasi
asumsi Alasan yang tidak dinyatakan √ 12 1
Strategi dan
Taktik
Memutuskan suatu
tindakan Merumuskan solusi alternatif √ 13
2 Berinteraksi dengan
orang lain
Mempresentasikan secara
lisan atau tulisan √ 14
1 1 3 3 3 5 3 3 3 14
108
Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis
Sub-aspek
Berpikir
Kritis
Indikator Jenjang
Kognitif
No
Soal Bentuk Soal Kunci Jawaban Kriteria Jawaban
Memfokus
kan
pertanyaan
Mengidentifika
si atau
merumuskan
pertanyaan
C3 1 Perhatikanlah gambar berikut ini!
(gb. a) Jamur Neonothopanus gardneri yang
Pertanyaan yang mungkin
muncul :
1. Mengapa jamur
bisa mengeluarkan
cahaya?
2. Termasuk ke
dalam divisi
apakah jamur
bercahaya
tersebut?
3. Apakah tujuan
jamur bercahaya?
a. Membuat 3
pertanyaan yang
relevan dengan
gambar
(skor 4)
b. Membuat 2 yang
relevan dengan
gambar
(skor 3)
c. Membuat 1
pertanyaan yang
relevan dengan
gambar
(skor 2)
d. Membuat
pertanyaan yang
relevan dengan
gambar
109
difoto dengan bantuan cahaya
(gb. b) Jamur Neonothopanus gardneri yang difoto tanpa bantuan cahaya
Berdasarkan keterangan pada gambar di atas,
pikirkan dan buatlah 3 pertanyaan!
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0)
Mengidentifika
si/
merumuskan
kriteria-kriteria
untuk
mempertimban
gkan jawaban
yang mungkin
C3 2 Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang
telah kamu buat pada soal No. 1!
Jawaban yang mungkin
muncul
1. Jamur bercahaya
karena adanya reaksi
kimia yang disebut
bioluminesensi.
Bioluminesensi jamur
diatur oleh circadian
clock atau jam
biologis jamur, yang
menyebabkan jamur
akan bercahaya hanya
di saat-saat tertentu
saja.
2. Jamur yang
bercahaya termasuk
ke dalam divisi
a. Membuat 3 jawaban
yang relevan dengan
gambar
(skor 4)
b. Membuat 2 jawaban
yang relevan dengan
gambar
(skor 3)
c. Membuat 1 jawaban
yang relevan dengan
gambar
(skor 2)
d. Membuat jawaban
yang relevan dengan
gambar
(skor 1)
e. Tidak menjawab
110
Basidiomycota.
3. Untuk menarik
serangga-serangga
seperti lebah, lalat,
dan semut sebagai
penyebar spora yang
berperan penting
dalam proses
reproduksi jamur.
(skor 0)
Menganalis
is argumen
Mengidentifika
si alasan yang
tidak
dinyatakan
C4 3 Pada tahun 1840, seorang ahli botani Inggris
George Gardner melaporkan bahwa adanya
pemandangan yang aneh dari jalanan Villa de
Natividade di Brazil. Bahwa di sepanjang
jalan tersebut ditemukan spesies jamur yang
dapat bercahaya dalam kegelapan. Jamur
tersebut memancarkan cahaya berwarna hijau.
Cahaya hijau yang dipancarkan disebabkan
karena adanya reaksi kimia yang disebut
bioluminense. Adanya cahaya yang dihasilkan
oleh jamur membuat serangga tertarik dan
hinggap di jamur. Adapun jenis serangga
yang hinggap seperti nyamuk, lalat, lebah,
dan semut.
(https://www.sciencedaily.com/releases/2015/
03/150319123956.htm)
Karena jamur
mengeluarkan cahaya
yakni untuk membantu
proses reproduksi pada
jamur tersebut, dengan
adanya cahaya, serangga
akan tertarik dan hinggap
di jamur yang
mengeluarkan cahaya,
kemudian serangga
tersebut dapat
menyebarkan spora ke
jamur yang lainnya.
a. Membuat jawaban
sesuai serta relevan
dengan gambar dan
artikel
(skor 4)
b. Membuat jawaban
sesuai namun kurang
relevan dengan
gambar dan artikel
(skor 3)
c. Membuat jawaban
tidak sesuai dengan
gambar dan artikel
(skor 2)
d. Membuat jawaban
111
Mengapa jamur bercahaya dapat menarik
perhatian serangga dan hinggap di jamur
tersebut?
tidak sesuai dan tidak
relevan dengan
gambar dan artikel
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0)
Bertanya
dan
menjawab
pertanyaan
tentang
suatu
penjelasan
atau
tantangan
Mengapa
demikian?
C3 4 Berdasarkan pada gambar dan artikel
mengenai jamur bercahaya pada spesies
Neonothopanus gardneri yang terdapat di
suatu hutan di Brazil, adanya serangga yang
tertarik dan hinggap di jamur tersebut adalah
untuk kepentingan reproduksi dari jamur
bercahaya. Mengapa pada jamur tersebut
dalam reproduksinya membutuhkan perantara
serangga? Mengapa demikian?
Karena jamur tersebut
berada di hutan dengan
kondisi lingkungan
tertentu yang dapat
mempengaruhi untuk
jamur dapat bereproduksi
seperti banyaknya
pepohonan yang tinggi,
hutan di Brazil yang
termasuk ke dalam jenis
hutan hujan tropis dengan
kondisi lingkungan hutan
tersebut sedikit angin, dan
faktor lainnya sehingga
diperlukannya serangga
sebagai perantara dalam
membantu menyebarkan
spora ke jamur lainnya.
a. Membuat alasan
dengan benar dan
relevan dengan artikel
(skor 4)
b. Membuat alasan
benar namun tidak
relevan dengan artikel
(skor 3)
b. Membuat alasan
tidak benar namun
relevan dengan artikel
(skor 2)
d. Membuat alasan
tidak benar dan tidak
relevan dengan artikel
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0)
112
Mempertim
bangkan
kredibiltas
suatu
sumber
Keterampilan
memberikan
alasan
C5 5 Bacalah beberapa pernyataan mengenai
jamur bercahaya tersebut!
a. Cassius Stevani, peneliti dari Instituto
de Química-Universidade de Sao Paulo,
Brasil, berkata “Tampaknya jamur
mengeluarkan cahaya supaya serangga datang
dan membantu menyebarkan koloni jamur ke
tempat baru,”
(https://m.tempo.co/read/news/2016/02/04/06
1742368/misteri-jamur-bercahaya-ini-bikin-
filsuf-bingung)
b. Peneliti lain yakni Dunlap dan Stevani
mengatakan bahwa Neonothopanus gardneri,
salah satu jamur yang menyala paling terang
dan berukuran cenderung lebih besar daripada
jamur-jamur bercahaya lain, memiliki jam
biologis yang mengatur reaksi
bioluminesensinya dengan sensitivitas suhu,
sehingga N. gardneri tersebut dapat
menyimpan energi dengan baik yang
kemudian digunakan di saat malam hari
ketika suhu mulai turun, dengan begitu
Sumber informasi yang
kredibel berdasarkan
pernyataan tersebut ialah
pernyataan A, B, dan C.
secara berurutan tingkat
keakuratannya berada
pada pernyataan A
(tingkat pertama), B
(tingkat kedua) dan C
(tingkat ketiga) karena
pernyataan pada opsi A
sesuai dengan pada
pernyataan sebelumnya
mengenai reproduksi pada
jamur. Selain itu, adanya
jamur bercahaya supaya
serangga datang dan
membantu menyebarkan
koloni jamur ke tempat
baru. Selain itu, spesies N.
gardneri memiliki ukuran
yang lebih besar dari pada
jenis jamur bercahaya
lainnya, memiliki jam
a. Menjawab opsi A
mengenai jamur
bercahaya berdasarkan
ke-4 sumber dengan
tepat beserta alasannya
(skor 4)
b. Menjawab
mengenai jamur
bercahaya opsi B
berdasarkan ke-4
sumber dengan tepat
namun tidak
memberikan alasannya
(skor 3)
c. Menjawab
mengenai jamur
bercahaya opsi C
dengan tepat namun
memberikan alasannya
(skor 2)
d. Menjawab
mengenai jamur
bercahaya opsi D
dengan tepat dan juga
113
mereka mampu menghasilkan nyala yang
paling terang.
(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/0
3/jamur-yang-bercahaya)
c. Para peneliti menemukan bahwa cahaya
jamur itu dipengaruhi oleh kendali jam
sirkadian terkompensasi suhu. Mereka
berpendapat bahwa kontrol cahaya tersebut
mungkin membantu jamur menghemat energi
dengan menyalakan cahayanya hanya agar
mudah dilihat.
(http://www.mongabay.co.id/2015/03/28/pene
liti-berhasil-temukan-jawaban-kenapa-jamur-
bisa-bersinar/)
d. Menurut sebagian orang tujuan adanya
jamur bercahaya adalah untuk menakuti-
nakuti binatang agar tidak memakan jamur
tersebut.
(http://archive.kaskus.co.id/thread/11666376/
0/antik-ganinilah-jamur-lentera-yang-
bercahaya)
biologis yang mengatur
reaksi bioluminesensinya
dengan sensitivitas suhu,
sehingga N. gardneri
tersebut dapat menyimpan
energi dengan baik yang
kemudian digunakan di
saat malam hari ketika
suhu mulai turun, dengan
begitu mereka mampu
menghasilkan nyala yang
paling terang.
Oleh karenanya, pada
pernyataan D salah karena
tujuan jamur dapat
mengeluarkan cahaya
bukan untuk menakut-
nakuti binatang lain agar
tidak memakan jamur
tersebut, akan tetapi
bertujuan untuk kebutuhan
dalam reproduksi pada
jamur tersebut.
tidak memberikan
alasan
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0)
114
Menurutmu, sumber informasi manakah dari
keempat pernyataan tersebut yang sah dan
dipakai untuk dijadikan penjelasan alasan
yang benar dan dapat diterima mengenai
jamur bercahaya?
Mengapa Anda memilih pernyataan tersebut?
Membuat
induksi dan
mempertim
bangkan
induksi
Membuat
kesimpulan
C6 6 Berikanlah kesimpulanmu mengenai jamur
bercahaya N. gardneri berdasarkan gambar
serta artikel mengenai jamur bercahaya pada
soal-soal sebelumnya!
Jamur N. gardneri
merupakan salah satu
contoh spesies jamur dari
divisi Basidiomycota yang
dapat bercahaya. Jamur
tersebut dapat bercahaya di
kegelapan disebabkan dari
reaksi kimia yang disebut
bioluminesensi. Adanya
cahaya yang dihasilkan
oleh jamur membuat
serangga tertarik dan
hinggap di jamur. Adapun
jenis serangga yang
hinggap seperti nyamuk,
lalat, lebah dan semut.
Faktor yang mempengaruhi
pentingnya perantara
a. Memberikan
kesimpulan mengenai
jamur bercahaya
dengan lengkap dan
benar
(skor 4)
b. Memberikan
kesimpulan mengenai
jamur bercahaya
kurang lengkap
(skor 3)
c. Memberikan
kesimpulan secara
singkat
(skor 2)
d. Memberikan
kesimpulan mengenai
jamur bercahaya tidak
115
serangga ketika hinggap di
jamur bercahaya karena
untuk reproduksi jamur
yang membantu dalam
menyebarkan sporanya.
Selain itu, karena kondisi
lingkungan hutan di Brasil
adalah tropis dengan
intensitas angin yang
jarang, maka membutuhkan
perantara serangga untuk
menyebarkan spora jamur.
benar
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0).
Memfokus
kan
pertanyaan
Mengidentifika
si atau
merumuskan
pertanyaan
C3 7 Bacalah artikel berikut ini untuk soal No.
7-9!
Candida sp. dikenal sebagai fungi
dimorfik yang secara normal ada pada saluran
pencernaan, saluran pernapasan bagian atas
dan mukosa genital pada mamalia. Akan
tetapi apabila populasi meningkat dapat
menimbulkan masalah. Beberapa spesies
Candida yang dikenal banyak menimbulkan
penyakit baik pada manusia maupun hewan
adalah Candida albicans.
Candida albicans merupakan jamur
Pertanyaan yang mungkin
muncul :
1. Apakah jamur
Candida albicans
itu?
2. Mengapa jamur
Candida albicans
dikenal sebagai
jamur dimorfik?
3. Bagaimana gejala
yang mengindikasi
adanya
pertumbuhan
jamur tersebut
a. Membuat 3
pertanyaan yang
relevan dengan artikel
(skor 4)
b. Membuat 2
pertanyaan yang
relevan dengan artikel
(skor 3)
c. Membuat 1
pertanyaan yang
relevan dengan artikel
(skor 2)
116
penyebab penyakit pada hewan unggas,
terutama pada ayam. Jamur Candida albicans
muncul pada bagian tubuh ayam dan
umumnya bagian yang terinfeksi adalah
bagian tembolok sebagai dari sistem
pencernaannya. Penyakit ini dapat menular
melalui oral karena mengkonsumsi pakan atau
air minum dengan lingkungan yang tercemar
oleh jamur tersebut.
(http://wiki.isikhnas.com/images/b/b5/CAND
IDIASIS.pdf)
Berdasarkan informasi dari artikel tersebut,
pikirkan dan buatlah 3 pertanyaan!
pada tubuh ayam?
d. Membuat
pertanyaan yang
relevan dengan artikel
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0)
117
Menganalis
is argumen
Mengidentifika
si/
merumuskan
kriteria-kriteria
untuk
mempertimban
gkan jawaban
yang mungkin
C3 8 Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang
telah kamu buat pada soal No. 7!
Jawaban yang mungkin
muncul
1. Jamur Candida
albicans merupakan
jamur penyebab
penyakit pada hewan
unggas, terutama pada
ayam
2. Karena sebenarnya
jamur tersebut secara
normal terdapat pada
saluran pencernaan,
saluran pernafasan
bagian atas, dan
a. Membuat 3 jawaban
yang relevan dengan
artikel
(skor 4)
b. Membuat 2 jawaban
yang relevan dengan
artikel
(skor 3)
c. Membuat 1 jawaban
yang relevan dengan
artikel
(skor 2)
d. Membuat jawaban
yang relevan dengan
118
mukosa genital pada
mamalia dan apabila
jumlah populasinya
bertambah maka akan
menimbulkan
penyakit.
3. Jamur tersebut muncul
pada tubuh ayam dan
umumnya bagian yang
diserang adalah bagian
tembolok sebagai
bagian dari sistem
pencernaannya
artikel
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0)
Mengidentifika
si alasan yang
tidak
dinyatakan
C5 9 Berdasarkan artikel penyebab kandidiasis
pada ayam, bagaimana jamur tersebut dapat
tumbuh pada tubuh ayam?
Jamur Candida albicans
dapat tumbuh pada suhu
37 derajat Celsius dalam
kondisi aerob atau
anaerob. Pertumbuhan
jamur ini lebih cepat pada
kondisi lingkungan yang
asam (pH rendah)
dibandingkan dengan pH
normal atau alkali. Selain
itu jamur tersebut dapat
a. Mengidentifikasi
alasan secara tepat dan
relevan dengan artikel
(skor 4)
b. Mengidentifikasi
alasan kurang tepat
namun relevan dengan
artikel
(skor 3)
c. Mengidentifikasi
alasan kurang tepat
119
menimbulkan penyakit
apabila populasinya
meningkat. Sehingga
pertumbuhan jamur
tersebut dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan dari
tubuh ayam.
dengan artikel
(skor 2)
d. Mengidentifikasi
alasan tidak relevan
dengan artikel
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0)
Bertanya
dan
menjawab
suatu
pertanyaan
atau
tantangan
Bagaimana
menerapkan
nya dalam
kasus tersebut
C5 10 Bacalah artikel berikut ini untuk soal No.
10!
Malnutrisi merupakan salah satu
permasalahan utama dan serius dalam dunia
kesehatan. Malnutrisi memiliki pengaruh
besar terhadap angka kematian yang terjadi
pada anak-anak. Di negara berkembang masih
banyak ditemukan anak-anak yang
mengalami kasus ini. Malnutrisi sangat
berpengaruh besar terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan anak, karena
pada usia ini zat-zat gizi sangatlah diperlukan
untuk membangun tubuh yang sehat dan
mental yang kuat.
Tempe adalah makanan yang dibuat
dari fermentasi terhadap biji kedelai atau
Pada kasus malnutrisi
yang terjadi pada balita,
peranan jamur Rhizopus
yang dapat
memfermentasi biji
kedelai menjadi tempe.
Sehingga jamur Rhizopus
memiliki peranan
menguntungkan bagi
manusia dalam hal ini
bermanfaat dalam proses
pembuatan tempe. Tempe
a. Memberikan
pernyataan yang
sangat lengkap dan
relevan dengan artikel
dengan kasus yang
diangkat (malnutrisi)
(skor 4)
b. Memberikan
pernyataan kurang
lengkap namun
relevan dengan artikel
(skor 3)
c. Hanya memberikan
pernyataan sedikit
dengan artikel kasus
malnutrisi
120
beberapa bahan lain yang menggunakan
beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti
Rhizopus oligosporus, R. oryzae, R. stolonifer
(kapang roti), atau R. arrhizus. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe
lebih mudah dicerna, diserap, dan
dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan
yang ada dalam kedelai. Komposisi gizi
tempe baik kadar protein, lemak, dan
karbohidratnya tidak banyak berubah
dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena
adanya enzim pencernaan yang dihasilkan
oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan
karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah
dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang
terdapat dalam kedelai. Selain itu juga
terdapat berbagai jenis vitamin yang
terkandung dalam tempe antara lain adalah
vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3
(niasin), B6 (piridoksin), B12
(sianokobalamin), dan asam pantotenat.
Tempe memiliki berbagai macam
manfaat seperti pertumbuhan berat badan
penderita gizi buruk akan meningkat dan
merupakan makanan
alternatif yang dianjurkan
bagi penderita malnutisi
ditambah dengan
kandungan protein yang
cukup banyak sehingga
sangat dianjurkan baik
untuk penderita malnutrisi
pada anak-anak.
(skor 2)
d. Tidak memberikan
penyataan yang tepat
mengenai kasus
malnutrisi
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0).
121
diare menjadi sembuh dalam waktu singkat
karena mengandung zat antibakteri,
berpotensi untuk melawan radikal bebas
sehingga bisa menghambat proses penuaan.
Oleh karena itu, tempe sangat baik
untuk diberikan kepada segala kelompok
umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa
disebut sebagai makanan semua umur.
(http://www.kompasiana.com/sandiazyudhas
mara/ketika-tempe-menjadi-barang-
mewah_5512a948a33311c65eba7e11)
Berdasarkan informasi mengenai malnutrisi
yang terjadi pada anak-anak, menurutmu
bagaimana penggunaan jamur Rhizopus
dalam kasus tersebut? Jelaskan!
Mempertim
bangkan
kredibiltas
sumber
Keterampilan
memberikan
alasan
C4 11 Bacalah artikel berikut ini untuk No. 11-
14!
A. Sebuah studi penelitian yang dilakukan
oleh para santri di pesantren Al-Mubarok
Berdasarkan dari beberapa
pernyataan yang telah
dipaparkan, pernyataan
opsi A lebih valid dan
a. Menjawab
mengenai jamur
penyebab panu opsi A
berdasarkan sumber
dengan tepat beserta
122
Awipari di kota Tasikmalaya menyatakan
bahwa para santri mengalami penyakit panu.
Bagian-bagian tubuh yang terinfeksi
umumnya pada punggung, lengan atas, lengan
bawah, dada, dan leher. Ciri-ciri dari penyakit
tersebut yaitu adanya bercak kecil tipis yang
kemudian menjadi banyak dan menyebar
yang disertai dengan adanya sisik. Faktor-
faktor penyebab dari terinfeksinya penyakit
panu yaitu karena kebersihan diri. Pemicu
lainnya adalah seringnya menggunakan
aksesoris yang pas pada kulit, seperti jam
tangan, perhiasan, kaos kaki, dan sepatu.
Selain itu juga, apabila bergantian barang
pribadi seperti handuk juga sebagai pemicu
dari infeksinya penyakit panu tersebut. Oleh
karenanya, penting bagi para santri untuk
menjaga kebersihan dirinya setelah
beraktifitas seharian penuh dan dengan
kredibel. Karena
pernyataan tersebut
merupakan hasil studi
lapangan yang dilakukan
untuk meneliti kebersihan
kulit dari santri yang ada
di pesantren yang
menyatakan bahwa para
santri tersebut mengalami
penyakit panu karena
tidak menjaga kebersihan
diri yang diakibatkan dari
seringnya bergantian
barang pribadi seperti
penggunaak jam tangan,
perhiasan, kaos kaki, dan
sepatu. Selain itu dengan
bergantiannya handuk
juga sebagai pemicu
alasannya
(skor 4)
b. Menjawab
mengenai jamur
penyebab panu opsi B
berdasarkan sumber
dengan tepat namun
memberikan alasannya
(skor 3)
c. menjawab mengenai
jamur penyebab panu
opsi C dengan tepat
dan memberikan
alasannya
(skor 2)
d. menjawab
mengenai jamur
penyebab panu opsi D
dengan tepat dan juga
memberikan alasan
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0)
123
membersihkan diri adalah cara utama yang
paling baik untuk terhindar dari penyakit
tersebut.
(http://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.ph
p?file=preview_mahasiswa&id=956&cd=0b2
173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13
DA277055.pdf)
B. Penyakit panu menyebabkan timbulnya
bercak – bercak yang berbatas jelas dan
bewarna pada kulit. Bagian tubuh yang paling
sering terkena penyakit panu antara lain pada
bagian kepala, muka, leher, dada atas, perut,
ketiak, lengan, lipat paha, dan kaki, serta pada
daerah tubuh lainnya terutama daerah yang
lembab dan tertutup oleh pakaian.
(http://mediskus.com/penyakit/penyebab-
panu-dan-obatnya)
terinfeksinya panu.
Sedangkan pernyataan
kredibel yang kedua yaitu
opsi B bahwa penyakit
panu bisa menginfeksi di
antara beberapa bagian
tubuh seperti pada bagian
kepala, muka, leher, dada
atas, perut, ketiak, lengan,
lipat paha, dan kaki, serta
pada daerah tubuh lainnya
terutama daerah yang
lembab dan tertutup oleh
pakaian. Oleh karenanya
penting untuk menjaga
kebersihan anggota tubuh
agar terhindar dari jamur
penyebab panu tersebut.
Sumber yang kredibel
124
C. Pengobatan pitiriasis versicolor adalah
dengan obat-obat antijamur seperti selenium
sulfida, atau obat-obat derivat azole, seperti
mikonazol dan ketokonazol. Pada pitiriasis
versicolor yang mengenai sedikit area, dapat
digunakan krim secara topikal, langsung pada
area kulit yang terkena. Akan tetapi, jika
pitiriasis versicolor mengenai area yang luas,
dapat digunakan obat antijamur secara oral
atau obat minum.
(http://www.alodokter.com/komunitas/topic/c
ara-mengatasi-jamur-panu)
D. Terdapat salah satu informasi bahwa
langsung mandi setelah berkeringat bisa
menimbulkan panu. Kemudian salah satu
dokter menyebutkan "Ini hanya mitos. Panu
bisa malah timbul saat berkeringat dan baju
basah tidak diganti tapi dibiarkan berlama-
ketiga yaitu opsi C cara
pengobatan panu tidak
hanya dapat disembuhkan
dengan obat-obatan dokter
tetapi juga dapat diobati
dengan terapi herbal.
Kemudian sumber yang
kredibel keempat yaitu
opsi D karena memang
tidak benar bahwa apabila
langsung mandi ketika
tubuh berkeringat dapat
menyebabkan panu, tetapi
panu dapat menginfeksi
kulit manusia apabila
kebersihan barang pribadi
tidak diperhatikan secara
baik.
125
lama sehingga kering kembali di badan,"
terang dr Eddy Karta, SpKK, dokter spesialis
kulit dan kelamin di EDMO Clinic Jakarta.
(https://health.detik.com/read/2014/04/24/123
425/2564285/763/langsung-mandi-setelah-
berkeringat-bisa-timbulkan-panu-mitos-atau-
fakta)
Menurutmu, sumber informasi manakah dari
keempat pernyataan tersebut yang valid dan
kredibel mengenai penyakit panu oleh jamur
Malassezia furfur? Berikanlah alasanmu!
Mengidenti
fikasi
asumsi
Alasan yang
tidak
dinyatakan
C4 12 Mengapa bisa demikian jamur Malassezia
furfur dapat menyebabkan penyakit pada
manusia? Berikanlah jawabanmu dengan
mengaitkan antara struktur dan reproduksi
dari jamur tersebut sehingga dapat tumbuh
subur pada kulit manusia!
Berdasarkan cara
reproduksinya jamur ini
termasuk kedalam divisi
Deuteromycota karena
perkembangbiakan dan
cara reproduksinya belum
teridentifikasi serta butuh
inang yang hidup (bersifat
parasit) pada tubuh
manusia sehingga
kecenderungan untuk
a. Mengemukakan
jawaban dengan benar
dan disertai alasan
yang lengkap dari segi
hifa dan reproduksinya
(skor 4)
b. Mengemukakan
jawaban dengan benar,
disertai alasan dari
satu sisi saja (hifa atau
reproduksi)
126
divisi ini peranan
jamurnya lebih banyak
yang merugikan. Selain
itu struktur dari jamur
panu tersbeut yaitu seperti
bulat ragi, berdinding
tebal, dengan miselium
kasar, dan mudah dilihat.
Oleh karenanya dengan
stuktur tersebut jamur
penyebab panu dengan
mudah menyebar karena
bentuknya seperti spora.
(skor 3)
c. Mengemukakan
jawaban salah disertai
alasan yang kurang
lengkap dari segi hifa
dan reproduksinya
(skor 2)
d. Mengemukakan
jawaban yang salah
disertai alasan tidak
lengkap dari segi hifa
dan reproduksinya
(skor 1)
e. tidak menjawab
(skor 0)
Memutuska
n suatu
tindakan
Merumuskan
solusi alternatif
C6 13 Berdasarkan informasi mengenai jamur
Malassezia furfur, salah satu faktor penyebab
utama terinfeksinya kulit manusia adalah
karena kebersihan diri yang tidak
diperhatikan. Berikanlah solusimu bagaimana
cara untuk mencegah penyakit panu pada
kulit manusia!
Cara mencegah timbulnya
penyakit panu yaitu
1. Keringkan handuk
setelah dipakai dan
ganti sesering mungkin
2. Mandi rutin (minimal 2
kali sehari), memakai
sabun yang bersih
3. Simpan dan gantung
a. Memberikan solusi
pencegahan panu
dengan sangat lengkap
dan benar.
(skor 4)
b. Memberikan solusi
pencegahan panu
dengan lengkap dan
benar (skor 3)
127
pakaian di tempat
kering
4. Pola hidup sehat
5. Tidak meminjamkan
atau bergantian barang
pribadi dengan orang
lain.
6. Segera mengganti
pakaian bila sudah
lembab karena akan
menyebabkan panu
7. Apabila setelah
beraktivitas tinggi
hendaknya segera
mandi agar tubuh tidak
selalu lembab dan kotor
8. Tidak bertukar pakaian
dengan penderita panu
c. Kurang lengkap dan
benar dalam
memberikan solusi
pencegahan panu
(skor 2)
d. Tidak memberikan
solusi yang tepat
(skor 1)
e. Tidak menjawab
(skor 0).
Berinteraks
i dengan
orang lain
Mempresentasi
kan secara
lisan atau
tulisan
C6 14 Buatlah suatu tindakan yang dapat kamu
lakukan agar teman-temanmu mau melakukan
solusi yang kamu tawarkan pada soal No. 13!
Dengan cara membuat
poster persuasive (poster
berisi ajakan) mengenai
hidup bersih dan sehat
dengan memuat gambar
yang menggambarkan
a. Memberikan
tindakan yang relevan
dengan jawaban
disertai cara
meyakinkan teman
(skor 4)
128
cara pencegahan penyakit
panu dan mengajak
teman-teman untuk lebih
bisa menjaga kebersihan
diri agar terhindar dari
panu
b. Memberikan
tindakan yang kurang
relevan dengan
jawaban namun
disertai cara
meyakinkan teman
(skor 3)
c. Memberikan
tindakan yang tidak
relevan dengan
jawaban yang disertai
cara meyakinkan
teman
(skor 2)
c. Hanya memberikan
tindakan
(skor 1)
d. Tidak menjawab
(skor 0)
129
Persentase Nilai Rata-rata (NP) =
x 100
Keterangan:
NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = skor mentah yang diperoleh siswa
SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan tetap
130
Lampiran 2
SOAL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN
Perhatikanlah gambar berikut ini!
1. Berdasarkan keterangan pada gambar tersebut, pikirkan dan buatlah 3
pertanyaan!
2. Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat pada soal No.
1!
3. Pada tahun 1840, seorang ahli botani Inggris George Gardner melaporkan
bahwa adanya pemandangan yang aneh dari jalanan Villa de Natividade di
Brasil. Bahwa sepanjang dari jalan tersebut ditemukan spesies jamur yang
dapat bercahaya di kegelapan. Jamur tersebut memancarkan cahaya
berwarna hijau. Cahaya hijau yang dipancarkan disebabkan dari reaksi
kimia yang disebut bioluminense. Adanya cahaya yang dihasilkan oleh
Gb. A Jamur Neonothopanus
gardneri yang difoto dengan
cahaya
Gb. B Jamur Neonothopanus
gardneri yang difoto tanpa
cahaya
131
jamur membuat serangga tertarik dan hinggap di jamur. Adapun jenis
serangga yang hinggap seperti nyamuk, lalat, lebah dan semut.
(https://www.sciencedaily.com/releases/2015/03/150319123956.htm)
Mengapa jamur bercahaya dapat menarik perhatian serangga dan hinggap
di jamur tersebut?
4. Berdasarkan pada gambar dan artikel mengenai jamur bercahaya pada
spesies Neonothopanus gardneri yang terdapat di suatu hutan Brazil,
adanya serangga yang tertarik dan hinggap di jamur tersebut adalah untuk
kepentingan reproduksi dari jamur bercahaya. Mengapa pada jamur
tersebut dalam reproduksinya membutuhkan perantara serangga? Mengapa
demikian?
5. Bacalah beberapa pernyataan mengenai jamur bercahaya tersebut!
A. Cassius Stevani, peneliti dari Instituto de Química-Universidade de
Sao Paulo, Brasil berkata “Tampaknya jamur mengeluarkan cahaya
supaya serangga datang dan membantu menyebarkan koloni jamur ke
tempat baru,”
(https://m.tempo.co/read/news/2016/02/04/061742368/misteri-jamur-
bercahaya-ini-bikin-filsuf-bingung)
B. Peneliti lain yakni Dunlap dan Stevani mengatakan bahwa
Neonothopanus gardneri, salah satu jamur yang menyala paling terang dan
berukuran cenderung lebih besar daripada jamur-jamur bercahaya lain,
memiliki jam biologis yang mengatur reaksi bioluminesensinya dengan
sensitivitas suhu, sehingga N. gardneri tersebut dapat menyimpan energi
dengan baik yang kemudian digunakan di saat malam hari ketika suhu
mulai turun, dengan begitu mereka mampu menghasilkan nyala yang
paling terang.
(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/03/jamur-yang-bercahaya)
C. Para peneliti menemukan bahwa cahaya jamur itu dipengaruhi
oleh kendali jam sirkadian terkompensasi suhu. Mereka berpendapat
bahwa kontrol cahaya tersebut mungkin membantu jamur menghemat
energi dengan menyalakan cahayanya hanya agar mudah dilihat.
(http://www.mongabay.co.id/2015/03/28/peneliti-berhasil-temukan-
jawaban-kenapa-jamur-bisa-bersinar/)
D. Sebagian orang mengatakan jika tujuan adanya jamur bercahaya
adalah untuk menakuti-nakuti binatang agar tidak memakan jamur
tersebut.
(http://archive.kaskus.co.id/thread/11666376/0/antik-ganinilah-jamur-
lentera-yang-bercahaya)
132
Menurutmu, sumber manakah yang valid dan kredibel mengenai
jamur bercahaya? Mengapa?
6. Berikanlah kesimpulanmu mengenai jamur bercahaya N. gardneri
berdasarkan gambar serta artikel mengenai jamur bercahaya pada soal-soal
sebelumnya!
7. Berdasarkan informasi mengenai jamur bercahaya. Jamur terbagi atas
susunan hifa yang bersekat dan tak bersekat serta reproduksinya secara
generatif dan vegetatif. Berdasarkan tingkat kekerabatannya, divisi apa
yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan divisi Basidiomycota?
Jelaskan dan berikan alasanmu!
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/19680509
1994031-
KUSNADI/BUKU_SAKU_BIOLOGI_SMA,KUSNADI_dkk/Kelas_X/ba
b_jamur.pdf)
Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 8-10!
Candida sp dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada
saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas dan mukosa genital pada
mamalia. Akan tetapi apabila populasi meningkat dapat menimbulkan masalah.
Beberapa spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik pada
manusia maupun hewan adalah Candida albicans.
Candida albicans merupakan jamur penyebab penyakit pada hewan
unggas, terutama pada ayam. Jamur Candida albicans muncul pada bagian tubuh
ayam dan umumnya bagian yang terinfeksi adalah bagian tembolok sebagai dari
sistem pencernaannya. Penyakit ini dapat menular melalui oral karena
mengkonsumsi pakan atau air minum dengan lingkungan yang tercemar oleh
jamur tersebut. (http://wiki.isikhnas.com/images/b/b5/CANDIDIASIS.pdf)
8. Berdasarkan informasi dari artikel tersebut, pikirkan dan buatlah 3
pertanyaan!
9. Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat pada soal No.
8!
10. Berdasarkan artikel penyebab kandiasis pada ayam, bagaimana jamur
tersebut dapat tumbuh pada tubuh ayam ?
Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 11!
Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan utama dan serius dalam
dunia kesehatan. Malnutrisi memiliki pengaruh besar terhadap angka kematian
133
yang terjadi pada anak-anak. Di negara berkembang masih banyak ditemukan
anak-anak yang mengalami kasus ini. Malnutrisi sangat berpengaruh besar
terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada usia ini zat-
zat gizi sangatlah diperlukan untuk membangun tubuh yang sehat dan mental
yang kuat.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, R. oryzae, R. stolonifer (kapang roti), atau R.
arrhizus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah
dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam
kedelai. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya
tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan
karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh
dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Selain itu juga terdapat berbagai jenis
vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain adalah vitamin B1 (tiamin), B2
(riboflavin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), B12 (sianokobalamin), dan asam
pantotenat.
Tempe memiliki berbagai macam manfaat seperti pertumbuhan berat
badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam
waktu singkat karena mengandung zat antibakteri, berpotensi untuk melawan
radikal bebas sehingga bisa menghambat proses penuaan. Oleh karena itu, tempe
sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga
lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
(http://www.kompasiana.com/sandiazyudhasmara/ketika-tempe-menjadi-barang-
mewah_5512a948a33311c65eba7e11)
11. Berdasarkan informasi mengenai malnutrisi yang terjadi pada anak-anak,
menurutmu bagaimana penggunaan jamur Rhizopus dalam kasus tersebut?
Jelaskan!
Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 12-16!
A. Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh para santri di pesantren
Al-Mubarok Awipari di kota Tasikmalaya menyatakan bahwa para santri
mengalami penyakit panu. Bagian-bagian tubuh yang terinfeksi umumnya
pada punggung, lengan atas, lengan bawah, dada, dan leher. Ciri-ciri dari
penyakit tersebut yaitu adanya bercak kecil tipis yang kemudian menjadi
banyak dan menyebar yang disertai dengan adanya sisik. Faktor-faktor
penyebab dari terinfeksinya penyakit panu yaitu karena kebersihan diri.
134
Pemicu lainnya adalah seringnya menggunakan aksesoris yang pas pada kulit,
seperti jam tangan, perhiasan, kaos kaki, dan sepatu. Selain itu juga, apabila
bergantian barang pribadi seperti handuk juga sebagai pemicu dari infeksinya
penyakit panu tersebut. Oleh karenanya, penting bagi para santri untuk
menjaga kebersihan dirinya setelah beraktifitas seharian penuh dan dengan
membersihkan diri adalah cara utama yang paling baik untuk terhindar dari
penyakit tersebut.
(http://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.php?file=preview_mahasiswa&id=
956&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13DA277055.pdf)
B. Penyakit panu menyebabkan timbulnya bercak – bercak yang berbatas
jelas dan bewarna pada kulit. Bagian tubuh yang paling sering terkena
penyakit panu antara lain pada bagian kepala, muka, leher, dada atas, perut,
ketiak, lengan, lipat paha, dan kaki, serta pada daerah tubuh lainnya terutama
daerah yang lembab dan tertutup oleh pakaian.
(http://mediskus.com/penyakit/penyebab-panu-dan-obatnya)
C. Pengobatan pitiriasis versicolor adalah dengan obat-obat antijamur
seperti selenium sulfida, atau obat-obat derivat azole, seperti mikonazol dan
ketokonazol. Pada pitiriasis versicolor yang mengenai sedikit area, dapat
digunakan krim secara topikal, langsung pada area kulit yang terkena. Akan
tetapi, jika pitiriasis versicolor mengenai area yang luas, dapat digunakan obat
antijamur secara oral atau obat minum.
(http://www.alodokter.com/komunitas/topic/cara-mengatasi-jamur-panu)
D. Terdapat salah satu informasi bahwa langsung mandi setelah
berkeringat bisa menimbulkan panu. Kemudian salah satu dokter
menyebutkan "Ini hanya mitos. Panu bisa malah timbul saat berkeringat dan
baju basah tidak diganti tapi dibiarkan berlama-lama sehingga kering kembali
di badan," terang dr Eddy Karta, SpKK, dokter spesialis kulit dan kelamin di
EDMO Clinic Jakarta.
(https://health.detik.com/read/2014/04/24/123425/2564285/763/langsung-
mandi-setelah-berkeringat-bisa-timbulkan-panu-mitos-atau-fakta)
135
12. Menurutmu, sumber informasi manakah dari keempat pernyataan tersebut
yang valid dan kredibel mengenai penyakit panu oleh jamur Malassezia
furfur? Berikanlah alasanmu!
13. Berdasarkan informasi mengenai penyakit panu yang disebabkan oleh
jamur Malassezia furfur. Berikanlah kesimpulanmu!
14. Mengapa bisa demikian? Berikanlah jawabanmu dengan mengaitkan
antara struktur dan reproduksi dari jamur tersebut sehingga dapat tumbuh
subur!
15. Berdasarkan informasi mengenai jamur Malassezia furfur, salah satu
faktor penyebab utama terinfeksinya kulit manusia adalah karena
kebersihan diri yang tidak diperhatikan. Berikanlah solusimu bagaimana
cara untuk mencegah penyakit panu pada kulit manusia!
16. Buatlah suatu tindakan yang dapat kamu lakukan agar teman-temanmu
mau melakukan solusi yang kamu tawarkan pada soal No. 15!
136
Lampiran 3
Rekapitulasi Hasil Perhitungan Anates
Rata-rata : 40.69
Simpangan Baku : 6.24
Korelasi XY : 0.88
Reliabilitas Tes : 16
Butir Soal : 16
Jumlah Subyek : 32
Butir
Baru
Butir
Asli
Daya Pembeda
(%)
Tingkat
Kesukaran Korelasi Sign. Korelasi
1 1 33.33 Mudah 0.637 Sangat signifikan
2 2 33.33 Mudah 0.612 Sangat signifikan
3 3 41.67 Sedang 0.768 Sangat signifikan
4 4 33.33 Sedang 0.421 -
5 5 33.33 Sedang 0.279 -
6 6 50.00 Sedang 0.755 Sangat signifikan
7 7 -11.11 Sedang -0.145 -
8 8 33.33 Mudah 0.526 Sangat signifikan
9 9 33.33 Mudah 0.521 Sangat signifikan
10 10 22.22 Sedang 0.193 -
11 11 36.11 Sedang 0.593 Sangat signifikan
12 12 58.33 Sedang 0.850 Sangat signifikan
13 13 -33.33 Sedang -0.551 -
14 14 22.22 Sedang 0.521 Sangat signifikan
15 15 52.78 Sedang 0.812 Sangat signifikan
16 16 22.22 Mudah 0.327 -
137
Lampiran 4
Soal Pretest dan Posttest
Perhatikanlah gambar berikut ini!
1. Berdasarkan keterangan pada gambar tersebut, pikirkan dan buatlah 3
pertanyaan!
2. Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat pada soal No.
1!
3. Pada tahun 1840, seorang ahli botani Inggris George Gardner melaporkan
bahwa adanya pemandangan yang aneh dari jalanan Villa de Natividade di
Brasil. Bahwa sepanjang dari jalan tersebut ditemukan spesies jamur yang
dapat bercahaya di kegelapan. Jamur tersebut memancarkan cahaya
berwarna hijau. Cahaya hijau yang dipancarkan disebabkan dari reaksi
kimia yang disebut bioluminense. Adanya cahaya yang dihasilkan oleh
jamur membuat serangga tertarik dan hinggap di jamur. Adapun jenis
serangga yang hinggap seperti nyamuk, lalat, lebah dan semut.
(https://www.sciencedaily.com/releases/2015/03/150319123956.htm)
Gb. A Jamur Neonothopanus
gardneri yang difoto dengan
cahaya
Gb. B Jamur Neonothopanus
gardneri yang difoto tanpa
cahaya
138
Mengapa jamur bercahaya dapat menarik perhatian serangga dan hinggap
di jamur tersebut?
4. Berdasarkan pada gambar dan artikel mengenai jamur bercahaya pada
spesies Neonothopanus gardneri yang terdapat di suatu hutan Brazil,
adanya serangga yang tertarik dan hinggap di jamur tersebut adalah untuk
kepentingan reproduksi dari jamur bercahaya. Mengapa pada jamur
tersebut dalam reproduksinya membutuhkan perantara serangga? Mengapa
demikian?
5. Bacalah beberapa pernyataan mengenai jamur bercahaya tersebut!
A. Cassius Stevani, peneliti dari Instituto de Química-Universidade de
Sao Paulo, Brasil berkata “Tampaknya jamur mengeluarkan cahaya
supaya serangga datang dan membantu menyebarkan koloni jamur ke
tempat baru,”
(https://m.tempo.co/read/news/2016/02/04/061742368/misteri-jamur-
bercahaya-ini-bikin-filsuf-bingung)
B. Peneliti lain yakni Dunlap dan Stevani mengatakan bahwa ada tujuan
dibalik jamur yang mengeluarkan cahaya. Bioluminesensi pada jamur
menarik serangga-serangga seperti lebah, lalat, dan semut sebagai
penyebar spora, yang berperan penting dalam proses reproduksi jamur.
(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/03/jamur-yang-bercahaya)
C. Menurut sebagian orang jamur mengeluarkan cahaya Bioluminesensi
sehingga akan menarik serangga-serangga seperti lebah, semut dan
lalat yang akan membantu proses reproduksi jamur dengan cara
penyebaran spora, dengan Bioluminesensi jamur ini maka penyebaran
spora akan lebih efisien.
(http://www.plinplan.net/2016/08/jamur-bercahaya-di-sumatra-barat-
dan.html)
D. Sebagian orang mengatakan jika tujuan adanya jamur bercahaya
adalah untuk menakuti-nakuti binatang agar tidak memakan jamur
tersebut.
(http://archive.kaskus.co.id/thread/11666376/0/antik-ganinilah-jamur-
lentera-yang-bercahaya)
Menurutmu, sumber manakah yang sah dan dapat digunakan untuk
dijadikan alasan yang dapat diterima? Mengapa kamu memilih pernyataan
tersebut?
6. Berikanlah kesimpulanmu mengenai jamur bercahaya N. gardneri
berdasarkan gambar serta artikel mengenai jamur bercahaya pada soal-soal
sebelumnya!
139
Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 7-9!
Candida sp. dikenal sebagai fungi dimorfik yang secara normal ada pada
saluran pencernaan, saluran pernapasan bagian atas dan mukosa genital pada
mamalia. Akan tetapi apabila populasi meningkat dapat menimbulkan masalah.
Beberapa spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkan penyakit baik pada
manusia maupun hewan adalah Candida albicans.
Candida albicans merupakan jamur penyebab penyakit pada hewan
unggas, terutama pada ayam. Jamur Candida albicans muncul pada bagian tubuh
ayam dan umumnya bagian yang terinfeksi adalah bagian tembolok sebagai dari
sistem pencernaannya. Penyakit ini dapat menular melalui oral karena
mengkonsumsi pakan atau air minum dengan lingkungan yang tercemar oleh
jamur tersebut. (http://wiki.isikhnas.com/images/b/b5/CANDIDIASIS.pdf)
7. Berdasarkan informasi dari artikel tersebut, pikirkan dan buatlah 3
pertanyaan!
8. Tentukanlah jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat pada soal No.
7!
9. Berdasarkan dari artikel kandiasis pada ayam. Menurutmu, bagaimanakah
kondisi lingkungan seperti apa yang dapat disukai oleh jamur Candida
albicans sehingga dapat tumbuh pada tubuh ayam dan menyebabkan
penyakit?
Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 10!
Malnutrisi merupakan salah satu permasalahan utama dan serius dalam
dunia kesehatan. Malnutrisi memiliki pengaruh besar terhadap angka kematian
yang terjadi pada anak-anak. Di negara berkembang masih banyak ditemukan
anak-anak yang mengalami kasus ini. Malnutrisi sangat berpengaruh besar
terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada usia ini zat-
zat gizi sangatlah diperlukan untuk membangun tubuh yang sehat dan mental
yang kuat.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai
atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, R. oryzae, R. stolonifer (kapang roti), atau R.
arrhizus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah
dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam
kedelai. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya
tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan
140
karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh
dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Selain itu juga terdapat berbagai jenis
vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain adalah vitamin B1 (tiamin), B2
(riboflavin), B3 (niasin), B6 (piridoksin), B12 (sianokobalamin), dan asam
pantotenat.
Tempe memiliki berbagai macam manfaat seperti pertumbuhan berat
badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam
waktu singkat karena mengandung zat antibakteri, berpotensi untuk melawan
radikal bebas sehingga bisa menghambat proses penuaan. Oleh karena itu, tempe
sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga
lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
(http://www.kompasiana.com/sandiazyudhasmara/ketika-tempe-menjadi-barang-
mewah_5512a948a33311c65eba7e11)
10. Berdasarkan informasi mengenai malnutrisi yang terjadi pada anak-anak,
menurutmu bagaimana penggunaan jamur Rhizopus dalam kasus tersebut?
Jelaskan!
Bacalah artikel berikut ini untuk soal No. 11-14!
A. Sebuah studi penelitian yang dilakukan oleh para santri di pesantren Al-
Mubarok Awipari di kota Tasikmalaya menyatakan bahwa para santri
mengalami penyakit panu. Bagian-bagian tubuh yang terinfeksi umumnya
pada punggung, lengan atas, lengan bawah, dada, dan leher. Ciri-ciri dari
penyakit tersebut yaitu adanya bercak kecil tipis yang kemudian menjadi
banyak dan menyebar yang disertai dengan adanya sisik. Faktor-faktor
penyebab dari terinfeksinya penyakit panu yaitu karena kebersihan diri.
Pemicu lainnya adalah seringnya menggunakan aksesoris yang pas pada kulit,
seperti jam tangan, perhiasan, kaos kaki, dan sepatu. Selain itu juga, apabila
bergantian barang pribadi seperti handuk juga sebagai pemicu dari infeksinya
penyakit panu tersebut. Oleh karenanya, penting bagi para santri untuk
menjaga kebersihan dirinya setelah beraktifitas seharian penuh dan dengan
membersihkan diri adalah cara utama yang paling baik untuk terhindar dari
penyakit tersebut.
(http://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.php?file=preview_mahasiswa&id=
956&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13DA277055.pdf)
141
B. Penyakit panu menyebabkan timbulnya bercak – bercak yang berbatas jelas
dan bewarna pada kulit. Bagian tubuh yang paling sering terkena penyakit
panu antara lain pada bagian kepala, muka, leher, dada atas, perut, ketiak,
lengan, lipat paha, dan kaki, serta pada daerah tubuh lainnya terutama daerah
yang lembab dan tertutup oleh pakaian.
(http://mediskus.com/penyakit/penyebab-panu-dan-obatnya)
C. Pengobatan pitiriasis versicolor adalah dengan obat-obat antijamur seperti
selenium sulfida, atau obat-obat derivat azole, seperti mikonazol dan
ketokonazol. Pada pitiriasis versicolor yang mengenai sedikit area, dapat
digunakan krim secara topikal, langsung pada area kulit yang terkena. Akan
tetapi, jika pitiriasis versicolor mengenai area yang luas, dapat digunakan obat
antijamur secara oral atau obat minum.
(http://www.alodokter.com/komunitas/topic/cara-mengatasi-jamur-panu)
D. Terdapat salah satu informasi bahwa langsung mandi setelah berkeringat
bisa menimbulkan panu. Kemudian salah satu dokter menyebutkan "Ini hanya
mitos. Panu bisa malah timbul saat berkeringat dan baju basah tidak diganti
tapi dibiarkan berlama-lama sehingga kering kembali di badan," terang dr
Eddy Karta, SpKK, dokter spesialis kulit dan kelamin di EDMO Clinic
Jakarta.
(https://health.detik.com/read/2014/04/24/123425/2564285/763/langsung-
mandi-setelah-berkeringat-bisa-timbulkan-panu-mitos-atau-fakta)
11. Menurutmu, sumber informasi manakah dari keempat pernyataan tersebut
yang valid dan kredibel mengenai penyakit panu oleh jamur Malassezia
furfur? Berikanlah alasanmu!
12. Mengapa bisa demikian jamur Malassezia furfur dapat menyebabkan
penyakit pada manusia? Berikanlah jawabanmu dengan mengaitkan antara
struktur dan reproduksi dari jamur tersebut sehingga dapat tumbuh subur
pada kulit manusia!
13. Berdasarkan informasi mengenai jamur Malassezia furfur, salah satu
faktor penyebab utama terinfeksinya kulit manusia adalah karena
kebersihan diri yang tidak diperhatikan. Berikanlah solusimu bagaimana
cara untuk mencegah penyakit panu pada kulit manusia!
142
14. Buatlah suatu tindakan yang dapat kamu lakukan agar teman-temanmu
mau melakukan solusi yang kamu tawarkan pada soal No. 13!
143
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PERTEMUAN I
(Dengan Metode Think Pair Share)
Sekolah : MAN 1 Bogor
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X / Genap
Materi Pokok : Fungi (Jamur)
Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
144
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
No Kompetensi Dasar Indikator
1 1.1
Mengagumi keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan,
organ penyusun sistem dan
bioproses yang terjadi pada mahluk
hidup.
1.1.1
Mengagumi penciptaan Tuhan yang
begitu rumit dan indah mengenai
struktur sel, jaringan, dan sistem
organ pada tumbuhan.
2
2.1
Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,
jujur sesuai data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam
observasi dan eksperimen, berani
dan santun dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi,
peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai,
berpendapat secara ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif dalam dalam
setiap tindakan dan dalam
melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar
kelas/laboratorium.
2.1.1
Berperilaku ilmiah yang mencakup
teliti, tekun, jujur sesuai data dan
fakta, disiplin, bertanggung, peduli
dan dapat bekerjasama serta saling
menghargai.
3
3.6
Menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri dan cara
reproduksi melalui pengamatan
secara teliti dan sistematis
3.6.1
Mengidentifikasi struktur tubuh dan
ciri-ciri jamur.
3.6.2
Mengidentifikasi klasifikasi jamur
145
berdasarkan divisinya.
3.6.3
Menjelaskan cara hidup dan
reproduksi pada jamur.
3.6.4
Menganalisis peranan jamur bagi
kehidupan.
3.6.5
Memberikan kesimpulan
keterkaitan peranan jamur.
4 4.6
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis
4.6.1
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis.
C. Materi Pembelajaran
1. Ciri –ciri dan struktur tubuh jamur
2. Cara hidup dan reproduksi jamur
3. Peranan jamur Zygomycotina dan Ascomycotina
146
PETA KONSEP
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Think Pair Share
Model : Kooperatif
E. Media Pembelajaran
Media Pembelajaran:
Buku paket biologi kelas X
Gambar/video mengenai macam-macam jamur dari berbagai divisi
Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota
147
F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal (20 menit)
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Pembukaan Membimbing siswa
untuk memberi salam
dan membaca doa
Mengisi daftar hadir
siswa (absensi)
Mengecek kesiapan
belajar siswa.
Guru menyampaikan
indikator pembelajaran
Memberi salam dan
membaca doa
Menunggu giliran
diabsen oleh guru
Mengeluarkan buku
pelajaran Biologi kelas
X SMA/MA
Mendengarkan guru
secara seksama
5 menit
Motivasi
o Guru memberi motivasi
kepada siswa dengan
menampilkan
gambar/video berbagai
spesies jamur dari 4 divisi
Zygomycota,
Ascomycota,
Basidiomycota, dan
Deuteoromycota
Memperhatikan
gambar/video yang
disajikan oleh guru
5 menit
Apersepsi
o Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa :
“apakah yang kalian
ketahui mengenai jamur?
Guru merespon jawaban
siswa dan guru
memberikan pertanyaan
Siswa menjawab
pertanyaan dari guru dari
pengetahuan yang
dimilikinya
Salah satu siswa
menjawab pertanyaan dari
guru
10 menit
148
kembali “apakah jamur
itu hanya berupa bentuk
seperti payung saja? Dan
apakah jamur juga hanya
bersifat patogen?
“Tidak bu, jamur memiliki
banyak bentuk dan ukuran
selain itu juga memiliki
banyak peranan”
b. Kegiatan Inti (100 menit)
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Waktu Guru Peserta didik
(fase-1)
Thinking (guru
menyampaikan
pertanyaan
secara
individual)
Guru memberikan suatu
permasalahan mengenai
cara mengatasi kasus
obesitas pada anak-anak,
dan kasus penyakit
kandidiasis pada mulut
bayi.
Kemudian guru
memberikan instruksi
kepada para siswa untuk
memikirkan terlebih
dahulu jawaban masing-
masing di LKS yang telah
disediakan.
Siswa berpikir (Think)
secara mandiri melalui
pengetahuan yang
dimilikinya dibantu
dengan berbagai sumber
baik dari buku ataupun
internet sebagai media
pembelajaran untuk
memperoleh jawaban.
35 menit
(fase-2)
Pairing (setiap
siswa
mendiskusikan
hasil
pemikiran
masing-masing
o Setelah memikirkan
jawaban secara mandiri
selanjutnya guru
memberikan instruksi
untuk saling berpasangan
secara kooperatif
o Guru memberikan
Siswa melaksanakan
tahap berpasangan
(Pairing) dengan
teman sebangkunya
untuk mendiskusikan
secara bersama-sama
permasalahan atas
35 menit
149
dengan
pasangan)
instruksi untuk jawaban
yang telah di dapatkan
dari hasil Think secara
mandiri selanjutnya di
diskusikan bersama
teman kelompoknya
untuk saling berdiskusi
secara bersama atas
permasalahan yang telah
diberikan oleh guru.
jawaban yang telah
diperoleh
Siswa di masing-masing
kelompok mencatat data,
menganalisis
permasalahan secara
bekerja sama.
(fase-3)
Sharing (siswa
berbagi
jawaban
dengan seluruh
kelas)
Guru meminta beberapa
kelompok untuk maju di
depan kelas dan
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok.
Guru memilih secara acak
kelompok yang maju untuk
presentasi.
Kelompok yang terpilih
maju dan
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di
depan kelas.
30 menit
c. Kegiatan Akhir (15 menit)
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Evaluasi
Guru dan siswa
mengevaluasi kinerja tiap
kelompok
Guru mempersilahkan
siswa untuk bertanya
ataupun menanggapi dari
hasil presentasi
kelompok lain.
Perwakilan kelompok
memberikan kesimpulan
hasil diskusi kelompok.
Siswa dipersilahkan
bertanya ataupun
menanggapi hasil
presentasi kelompok lain.
5 menit
150
Penutup Guru memberikan
penjelasan akhir sebagai
penyempurnaan materi
dari pembelajaran hari
ini.
Guru memberikan reward
kepada kelompok yang
telah bekerja dengan baik
Guru menutup
pembelajaran dan
mengucapkan salam
Siswa memperhatikan
penjelasan akhir yang
disampaikan oleh guru
Kelompok yang terpilih
menerima reward
sebagai penghargaan
dari kerja kelompok
yang baik
Siswa menjawab salam
10 menit
G. Penilaian
Penilaian LKS (Lembar Kerja Siswa)
Bogor, 21 Februari 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti
(Dra. Tutik Suryani) Firdhani Hayani
NIP. 19690315 199403 2 001 NIM. 1112016100002
151
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PERTEMUAN II
(Dengan Metode Think Pair Share)
Sekolah : MAN 1 Bogor
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X / Genap
Materi Pokok : Fungi (Jamur)
Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
152
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
No Kompetensi Dasar Indikator
1 1.1
Mengagumi keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan,
organ penyusun sistem dan
bioproses yang terjadi pada mahluk
hidup.
1.1.1
Mengagumi penciptaan Tuhan yang
begitu rumit dan indah mengenai
struktur sel, jaringan, dan sistem
organ pada tumbuhan.
2 2.1
Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,
jujur sesuai data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam
observasi dan eksperimen, berani
dan santun dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi,
peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai,
berpendapat secara ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif dalam dalam
setiap tindakan dan dalam
melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar
kelas/laboratorium.
2.1.1
Berperilaku ilmiah yang mencakup
teliti, tekun, jujur sesuai data dan
fakta, disiplin, bertanggung, peduli
dan dapat bekerjasama serta saling
menghargai.
3
3.6
Menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri dan cara
reproduksi melalui pengamatan
secara teliti dan sistematis
3.6.1
Mengidentifikasi struktur tubuh dan
ciri-ciri jamur.
3.6.2
Mengidentifikasi klasifikasi jamur
153
berdasarkan divisinya.
3.6.3
Menjelaskan cara hidup dan
reproduksi pada jamur.
3.6.4
Menganalisis peranan jamur bagi
kehidupan.
3.6.5
Memberikan kesimpulan
keterkaitan peranan jamur.
4 4.6
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis
4.6.1
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis.
C. Materi Pembelajaran
1. Ciri –ciri dan struktur tubuh jamur
2. Cara hidup dan reproduksi jamur
3. Peranan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota
154
PETA KONSEP
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Think Pair Share
Model : Kooperatif
E. Media Pembelajaran
Media Pembelajaran:
Buku paket biologi kelas X
Gambar/video mengenai macam-macam jamur dari divisi
Basidiomycota dan Deuteromycota
155
F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama (3 x 45 menit)
a. Kegiatan Awal (20 menit)
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Pembukaan Membimbing siswa
untuk memberi salam
dan membaca doa
Mengisi daftar hadir
siswa (absensi)
Mengecek kesiapan
belajar siswa.
Guru menyampaikan
indikator pembelajaran
Memberi salam dan
membaca doa
Menunggu giliran
diabsen oleh guru
Mengeluarkan buku
pelajaran Biologi kelas
X SMA/MA
Mendengarkan guru
secara seksama
5 menit
Motivasi
o Guru memberi motivasi
kepada siswa dengan
menampilkan
gambar/video berbagai
spesies jamur dari 2 divisi
Basidiomycota, dan
Deuteoromycota yang
memiliki peranan
menguntungkan maupun
merugikan
Memperhatikan
gambar/video yang
disajikan oleh guru
5 menit
Apersepsi
o Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa :
“Menurut kalian jamur
apa saja yang dapat
dijadikan bahan
Siswa menjawab
pertanyaan dari guru dari
pengetahuan yang
dimilikinya
Salah satu siswa
10 menit
156
makanan?”
o “Apakah contoh jamur
yang menyebabkan
penyakit pada manusia?”
Guru merespon jawaban
siswa dan guru
memberikan pertanyaan
kembali “Apakah semua
jenis jamur itu
menguntungkan bagi
manusia?”
menjawab pertanyaan dari
guru
“Tidak bu, jamur juga
memiliki peranan yang
merugikan bagi manusia
salah satu contohnya
jamur penyebab panu”
b. Kegiatan Inti (100 menit)
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Waktu Guru Peserta didik
(fase-1)
Thinking (guru
menyampaikan
pertanyaan
secara
individual)
Guru memberikan suatu
permasalahan penyakit
stroke dapat disembuhkan
dengan jamur dan penyakit
kulit yang disebabkan oleh
pakaian bekas.
Kemudian guru
memberikan instruksi
kepada para siswa untuk
memikirkan terlebih
dahulu jawaban masing-
masing di LKS yang telah
disediakan.
Siswa berpikir (Think)
secara mandiri melalui
pengetahuan yang
dimilikinya dibantu
dengan berbagai sumber
baik dari buku ataupun
internet sebagai media
pembelajaran untuk
memperoleh jawaban.
35 menit
157
(fase-2)
Pairing (setiap
siswa
mendiskusikan
hasil
pemikiran
masing-masing
dengan
pasangan)
o Setelah memikirkan
jawaban secara mandiri
selanjutnya guru
memberikan instruksi
untuk saling berpasangan
secara kooperatif
o Guru memberikan
instruksi untuk jawaban
yang telah di dapatkan
dari hasil Think secara
mandiri selanjutnya di
diskusikan bersama
teman kelompoknya
untuk saling berdiskusi
secara bersama atas
permasalahan yang telah
diberikan oleh guru.
Siswa melaksanakan
tahap berpasangan
(Pairing) dengan
teman sebangkunya
untuk mendiskusikan
secara bersama-sama
permasalahan atas
jawaban yang telah
diperoleh
Siswa di masing-masing
kelompok mencatat data,
menganalisis
permasalahan secara
bekerja sama.
35 menit
(fase-3)
Sharing (siswa
berbagi
jawaban
dengan seluruh
kelas)
Guru meminta beberapa
kelompok untuk maju di
depan kelas dan
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok.
Guru memilih secara acak
kelompok yang maju untuk
presentasi.
Kelompok yang terpilih
maju dan
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di
depan kelas.
30 menit
158
c. Kegiatan Akhir (15 menit)
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Evaluasi
Guru dan siswa
mengevaluasi kinerja tiap
kelompok
Guru mempersilahkan
siswa untuk bertanya
ataupun menanggapi dari
hasil presentasi
kelompok lain.
Perwakilan kelompok
memberikan kesimpulan
hasil diskusi kelompok.
Siswa dipersilahkan
bertanya ataupun
menanggapi hasil
presentasi kelompok lain.
5 menit
Penutup Guru memberikan
penjelasan akhir sebagai
penyempurnaan materi
dari pembelajaran hari
ini.
Guru memberikan
penghargaan kepada
kelompok berdasarkan
hasil kinerja bekerjasama
dengan baik dan
presentasi yang menarik
Guru menutup
pembelajaran dan
mengucapkan salam
Siswa memperhatikan
penjelasan akhir yang
disampaikan oleh guru
Kelompok yang terpilih
mendapatkan
penghargaan dari guru
Siswa menjawab salam
10 menit
159
G. Penilaian
Penilaian LKS (Lembar Kerja Siswa)
Bogor, 28 Februari 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti
(Dra. Tutik Suryani) Firdhani Hayani
NIP. 19690315 199403 2 001 NIM. 1112016100002
160
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PERTEMUAN III
(Dengan Metode Think Pair Share)
Sekolah : MAN 1 Bogor
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X / Genap
Materi Pokok : Fungi (Jamur)
Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
161
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
No Kompetensi Dasar Indikator
1 1.1
Mengagumi keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan,
organ penyusun sistem dan
bioproses yang terjadi pada mahluk
hidup.
1.1.1
Mengagumi penciptaan Tuhan yang
begitu rumit dan indah mengenai
struktur sel, jaringan, dan sistem
organ pada tumbuhan.
2 2.1
Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,
jujur sesuai data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam
observasi dan eksperimen, berani
dan santun dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi,
peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai,
berpendapat secara ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif dalam dalam
setiap tindakan dan dalam
melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar
kelas/laboratorium.
2.1.1
Berperilaku ilmiah yang mencakup
teliti, tekun, jujur sesuai data dan
fakta, disiplin, bertanggung, peduli
dan dapat bekerjasama serta saling
menghargai.
3
3.6
Menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri dan cara
reproduksi melalui pengamatan
secara teliti dan sistematis
3.6.1
Mengidentifikasi struktur tubuh dan
ciri-ciri jamur.
3.6.2
Mengidentifikasi klasifikasi jamur
162
berdasarkan divisinya.
3.6.3
Menjelaskan cara hidup dan
reproduksi pada jamur.
3.6.4
Menganalisis peranan jamur bagi
kehidupan.
3.6.5
Memberikan kesimpulan
keterkaitan peranan jamur.
4 4.6
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis
4.6.1
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis.
C. Materi Pembelajaran
1. Ciri –ciri dan struktur tubuh liken dan mikoriza
2. Cara hidup dan reproduksi liken dan mikoriza
3. Simbiosis liken dan mikoriza serta manfaatnya bagi lingkungan
163
PETA KONSEP
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Think Pair Share
Model : Kooperatif
E. Media Pembelajaran
Media Pembelajaran:
Buku paket biologi kelas X
Gambar/video mengenai liken dan mikoriza
164
F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama (3 x 45 menit)
a. Kegiatan Awal (20 menit)
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Pembukaan Membimbing siswa
untuk memberi salam
dan membaca doa
Mengisi daftar hadir
siswa (absensi)
Mengecek kesiapan
belajar siswa.
Guru menyampaikan
indikator pembelajaran
Memberi salam dan
membaca doa
Menunggu giliran
diabsen oleh guru
Mengeluarkan buku
pelajaran Biologi kelas
X SMA/MA
Mendengarkan guru
secara seksama
5 menit
Motivasi
o Guru memberi motivasi
kepada siswa dengan
menampilkan
gambar/video mengenai
liken dan mikoriza
Memperhatikan
gambar/video yang
disajikan oleh guru
5 menit
Apersepsi
o Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa :
“Apakah kalian pernah
melihat liken ataupun
mikoriza disekitarmu?
Seperti apakah itu
bentuknya? Apakah liken
dan mikoriza termasuk ke
dalam jenis-jenis jamur?”
Guru merespon jawaban
Siswa menjawab
pertanyaan dari guru dari
pengetahuan yang
dimilikinya
Salah satu siswa
menjawab pertanyaan dari
guru
“Liken berfungsi sebagai
10 menit
165
siswa dan guru
memberikan pertanyaan
kembali “Lalu, apakah
manfaat liken ataupun
mikoriza bagi lingkungan
sekitar?”
indikator pencemaran
udara sedangkan mikoriza
berfungsi untuk menyerap
unsur hara di dalam tanah
karena jamur di akar
tumbuhan”.
b. Kegiatan Inti (100 menit)
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
Waktu Guru Peserta didik
(fase-1)
Thinking (guru
menyampaikan
pertanyaan
secara
individual)
Guru memberikan suatu
permasalahan mengenai
kebakaran hutan dan kasus
kekeringan yang dialami
tanaman pada musim
kemarau
Kemudian guru
memberikan instruksi
kepada para siswa untuk
memikirkan terlebih
dahulu jawaban masing-
masing di LKS yang telah
disediakan.
Siswa berpikir (Think)
secara mandiri melalui
pengetahuan yang
dimilikinya dibantu
dengan berbagai sumber
baik dari buku ataupun
internet sebagai media
pembelajaran untuk
memperoleh jawaban.
35 menit
(fase-2)
Pairing (setiap
siswa
mendiskusikan
hasil
pemikiran
masing-masing
o Setelah memikirkan
jawaban secara mandiri
selanjutnya guru
memberikan instruksi
untuk saling berpasangan
secara kooperatif
o Guru memberikan
Siswa melaksanakan
tahap berpasangan
(Pairing) dengan
teman sebangkunya
untuk mendiskusikan
secara bersama-sama
permasalahan atas
35 menit
166
dengan
pasangan)
instruksi untuk jawaban
yang telah di dapatkan
dari hasil Think secara
mandiri selanjutnya di
diskusikan bersama
teman kelompoknya
untuk saling berdiskusi
secara bersama atas
permasalahan yang telah
diberikan oleh guru.
jawaban yang telah
diperoleh
Siswa di masing-masing
kelompok mencatat data,
menganalisis
permasalahan secara
bekerja sama.
(fase-3)
Sharing (siswa
berbagi
jawaban
dengan seluruh
kelas)
Guru meminta beberapa
kelompok untuk maju di
depan kelas dan
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok.
Guru memilih secara acak
kelompok yang maju untuk
presentasi.
Kelompok yang terpilih
maju dan
mempresentasikan hasil
diskusi kelompok di
depan kelas.
30 menit
c. Kegiatan Akhir (15 menit)
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Penutup
Guru dan siswa
mengevaluasi kinerja tiap
kelompok
Guru mempersilahkan
siswa untuk bertanya
ataupun menanggapi dari
hasil presentasi
kelompok lain.
Perwakilan kelompok
memberikan kesimpulan
hasil diskusi kelompok.
Siswa dipersilahkan
bertanya ataupun
menanggapi hasil
presentasi kelompok lain.
5 menit
167
Penutup Guru memberikan
penjelasan akhir sebagai
penyempurnaan materi
dari pembelajaran hari
ini.
Guru memberikan
penghargaan kepada
kelompok berdasarkan
hasil kinerja bekerjasama
dengan baik dan
presentasi yang menarik
Guru menutup
pembelajaran dan
mengucapkan salam
Siswa memperhatikan
penjelasan akhir yang
disampaikan oleh guru
Kelompok yang terpilih
mendapatkan
penghargaan dari guru
Siswa menjawab salam
10 menit
G. Penilaian
Penilaian LKS (Lembar Kerja Siswa)
Bogor, 7 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti
(Dra. Tutik Suryani) Firdhani Hayani
NIP. 19690315 199403 2 001 NIM. 1112016100002
168
Lampiran 6
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PERTEMUAN I
(Dengan Metode Group Investigation)
Sekolah : MAN 1 Bogor
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X / Genap
Materi Pokok : Fungi (Jamur)
Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
169
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
No Kompetensi Dasar Indikator
1 1.1
Mengagumi keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan,
organ penyusun sistem dan
bioproses yang terjadi pada mahluk
hidup.
1.1.1
Mengagumi penciptaan Tuhan yang
begitu rumit dan indah mengenai
struktur sel, jaringan, dan sistem
organ pada tumbuhan.
2 2.1
Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,
jujur sesuai data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam
observasi dan eksperimen, berani
dan santun dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi,
peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai,
berpendapat secara ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif dalam dalam
setiap tindakan dan dalam
melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar
kelas/laboratorium.
2.1.1
Berperilaku ilmiah yang mencakup
teliti, tekun, jujur sesuai data dan
fakta, disiplin, bertanggung, peduli
dan dapat bekerjasama serta saling
menghargai.
3
3.6
Menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri dan cara
reproduksi melalui pengamatan
secara teliti dan sistematis
3.6.1
Mengidentifikasi struktur tubuh dan
ciri-ciri jamur.
3.6.2
Mengidentifikasi klasifikasi jamur
berdasarkan divisinya.
170
3.6.3
Menjelaskan cara hidup dan
reproduksi pada jamur.
3.6.4
Menganalisis peranan jamur bagi
kehidupan.
3.6.5
Memberikan kesimpulan
keterkaitan peranan jamur.
4 4.6
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis
4.6.1
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis.
C. Materi Pembelajaran
1. Ciri –ciri dan struktur tubuh jamur
2. Cara hidup dan reproduksi jamur
3. Peranan jamur Zygomycotina dan Ascomycotina
171
PETA KONSEP
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Group Investigation
Model : Kooperatif
E. Media Pembelajaran
Media Pembelajaran:
Buku paket biologi kelas X
Gambar/video mengenai macam-macam jamur dari berbagai divisi
Zygomycota, Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota
172
F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama (3 x 45 menit)
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Pembukaan Membimbing siswa
untuk memberi salam
dan membaca doa
Mengisi daftar hadir
siswa (absensi)
Mengecek kesiapan
belajar siswa.
Guru menyampaikan
indikator pembelajaran
Memberi salam dan
membaca doa
Menunggu giliran
diabsen oleh guru
Mengeluarkan buku
pelajaran Biologi kelas
X SMA/MA
Mendengarkan guru
secara seksama
3 menit
Motivasi
o Guru memberi motivasi
kepada siswa dengan
menampilkan
gambar/video berbagai
spesies jamur dari 4 divisi
Zygomycota,
Ascomycota,
Basidiomycota, dan
Deuteoromycota untuk
siswa lebih mengenal
berbagai divisi jamur
Memperhatikan
gambar/video yang
disajikan oleh guru
2 menit
Apersepsi
o Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa :
“apakah yang kalian
ketahui mengenai jamur?
Siswa menjawab
pertanyaan dari guru dari
pengetahuan yang
dimilikinya
5 menit
173
Guru merespon jawaban
siswa dan guru
memberikan pertanyaan
kembali “apakah jamur
itu hanya berupa bentuk
seperti payung saja? Dan
apakah jamur juga hanya
bersifat patogen?
Salah satu siswa
menjawab pertanyaan dari
guru
“Tidak bu, jamur memiliki
banyak bentuk dan ukuran
selain itu juga memiliki
banyak peranan”
b. Kegiatan Inti (110 menit)
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
(Langkah 1)
Seleksi topik
Guru mengkoordinasi
siswa membentuk
kelompok-kelompok yang
masing-masing berisi 4-5
siswa.
Guru membagikan LIK
kepada masing-masing
kelompok.
Guru meminta kepada
seluruh kelompok untuk
memperhatikan gambar dan
artikel yang terdapat di
dalam LIK dan memberikan
instruksi kepada setiap
kelompok untuk memilih
sub topik dari yang telah
disediakan.
Siswa dibagi menjadi 8
kelompok yang masing-
masing
beranggotakan 4-5 orang
yang heterogen
Siswa menerima LIK
yang diberikan oleh guru
Siswa memperhatikan
dan membaca wacana
yang terdapat di dalam
LIK kemudian
menentukan topik yang
akan dipilih
10 menit
174
(Langkah 2)
Perencanaan
investigasi
Guru meminta kepada
seluruh kelompok untuk
saling membantu dan
berkontribusi di dalam
kelompok untuk
melaksanakan perencanaan
investigasi dari topik yang
dipilih.
Siswa di dalam
kelompok saling
berkontribusi untuk
merencanakan prosedur
belajar apa yang akan
dilakukan untuk proses
penyelidikan kelompok
10 menit
(Langkah 3)
Implementasi
(melaksana-
kan
investigaasi)
Guru membimbing siswa
dalam mempersiapkan
prosedur belajar yang telah
dipilih dan melaksanakan
proses penyelidikan
Guru mengawasi kinerja
siswa di dalam melakukan
kegiatan penyelidikan
kelompok
Siswa mempersiapkan
prosedur belajar yang
telah dipilih dalam
mendapatkan informasi
dari proses penyelidikan
kelompok
Siswa melakukan
penyelidikan informasi
dengan prosedur belajar
khusus terhadap topik
yang telah dipilih
40 menit
(Langkah 4)
Analisis dan
Sintesis
Guru membimbing siswa
dalam proses investigasi
dan memberikan bantuan
jika diperlukan
Para siswa bersama
kelompoknya
mensintesis topik dari
yang telah ditentukan
dan merencanakan untuk
penampilan presentasi
yang menarik di depan
kelas
25 menit
175
(Langkah 5)
Penyajian
Hasil Akhir
(Komunikasi)
Guru meminta setiap
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
investigasi
Masing-masing kempok
maju dan
mempresentasikan hasil
investigasi kelompok
15 menit
(Langkah 6)
Evaluasi
Guru dan siswa
mengevaluasi kinerja tiap
kelompok
Guru mempersilahkan
siswa untuk bertanya
ataupun menanggapi dari
hasil presentasi kelompok
lain.
Memberikan kesimpulan
hasil diskusi kelompok.
Siswa dipersilahkan
bertanya ataupun
menanggapi hasil
presentasi kelompok lain.
10 menit
c. Kegiatan Akhir (15 menit)
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Penutup Guru memberikan
penjelasan akhir sebagai
penyempurnaan materi
dari pembelajaran hari ini.
Guru memberikan intruksi
untuk investigasi pada
pertemuan selanjutnya
yaitu mencari sampel
jamur dari divisi
Basidiomycota yang dapat
dimanfaatkan sebagai
bahan makanan dan
sampel jamur apa saja
yang dibawa dari
Siswa memperhatikan
penjelasan akhir yang
disampaikan oleh guru
Siswa mendengarkan
dengan seksama intruksi
dari guru untuk mencari
jenis jamur dari divisi
Basidiomycota yang
dapat dimanfaatkan
sebagai bahan makanan
dan membawa sampel
jamur untuk pertemuan
selanjutnya dan
15 menit
176
lingkungan sekitar untuk
dibawa sampel tersebut ke
dalam kelas sedangkan
dari divisi Deuteromycota
guru memberikan intruksi
untuk mencari informasi
apa saja contoh-contoh
penyakit yang disebabkan
oleh jamur untuk proses
investigasi lanjutan.
Guru menutup
pembelajaran dan
mengucapkan salam
informasi mengenai
berbagai jenis penyakit
yang disebabkan oleh
jamur dari divisi
Deuteromycota
Siswa menjawab salam
G. Penilaian
Penilaian LIK (Lembar Investigasi Kelompok)
Bogor, 23 Februari 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti
(Dra. Umi Salamah) Firdhani Hayani
NIP. 19640701 199403 2 001 NIM. 1112016100002
177
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PERTEMUAN II
(Dengan Metode Group Investigation)
Sekolah : MAN 1 Bogor
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X / Genap
Materi Pokok : Fungi (Jamur)
Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
178
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
No Kompetensi Dasar Indikator
1 1.1
Mengagumi keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan,
organ penyusun sistem dan
bioproses yang terjadi pada mahluk
hidup.
1.1.1
Mengagumi penciptaan Tuhan yang
begitu rumit dan indah mengenai
struktur sel, jaringan, dan sistem
organ pada tumbuhan.
2 2.1
Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,
jujur sesuai data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam
observasi dan eksperimen, berani
dan santun dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi,
peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai,
berpendapat secara ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif dalam dalam
setiap tindakan dan dalam
melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar
kelas/laboratorium.
2.1.1
Berperilaku ilmiah yang mencakup
teliti, tekun, jujur sesuai data dan
fakta, disiplin, bertanggung, peduli
dan dapat bekerjasama serta saling
menghargai.
3
3.6
Menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri dan cara
reproduksi melalui pengamatan
secara teliti dan sistematis
3.6.1
Mengidentifikasi struktur tubuh dan
ciri-ciri jamur.
3.6.2
Mengidentifikasi klasifikasi jamur
berdasarkan divisinya.
179
3.6.3
Menjelaskan cara hidup dan
reproduksi pada jamur.
3.6.4
Menganalisis peranan jamur bagi
kehidupan.
3.6.5
Memberikan kesimpulan
keterkaitan peranan jamur.
4 4.6
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis
4.6.1
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis.
C. Materi Pembelajaran
1. Ciri –ciri dan struktur tubuh jamur
2. Cara hidup dan reproduksi jamur
3. Peranan jamur Basidiomycota dan Deuteromycota
180
PETA KONSEP
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Group Investigation
Model : Kooperatif
E. Media Pembelajaran
Media Pembelajaran:
Buku paket biologi kelas X
Gambar/video mengenai jamur dari divisi Basidiomycota dan
Deuteormycota
181
F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Kedua (3 x 45 menit)
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Pembukaan Membimbing siswa
untuk memberi salam
dan membaca doa
Mengisi daftar hadir
siswa (absensi)
Mengecek kesiapan
belajar siswa.
Guru menyampaikan
indikator pembelajaran
Memberi salam dan
membaca doa
Menunggu giliran
diabsen oleh guru
Mengeluarkan buku
pelajaran Biologi kelas
X SMA/MA
Mendengarkan guru
secara seksama
3 menit
Motivasi
o Guru memberi motivasi
kepada siswa dengan
menampilkan
gambar/video berbagai
spesies jamur dari divisi
Basidiomycota dan
Deuteromycota
Memperhatikan
gambar/video yang
disajikan oleh guru
2 menit
Apersepsi
o Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa :
“Menurut kalian jamur
apa saja yang dapat
dijadikan bahan
makanan?”
o “Apakah contoh jamur
yang menyebabkan
Siswa menjawab
pertanyaan dari guru dari
pengetahuan yang
dimilikinya
Salah satu siswa
menjawab pertanyaan dari
5 menit
182
penyakit pada manusia?”
Guru merespon jawaban
siswa dan guru
memberikan pertanyaan
kembali “apakah semua
jenis jamur itu
menguntungkan bagi
manusia?”
guru
“Tidak bu, jamur juga
memiliki peranan yang
merugikan bagi manusia
salah satu contohnya
jamur penyebab panu”
b. Kegiatan Inti (110 menit)
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
(Langkah 1)
Seleksi topik
Guru mengkoordinasi
siswa membentuk
kelompok-kelompok yang
masing-masing berisi 4-5
siswa.
Guru membagikan LIK
kepada masing-masing
kelompok.
Guru meminta kepada
seluruh kelompok untuk
menunjukkan sampel jamur
dari divisi Basidiomycota
yang dapat dijadikan bahan
makanan dan sampel jamur
yang ditemui dari
lingkungan sekitar yang
telah di instruksikan pada
pertemuan sebelumnya di
Siswa dibagi menjadi 8
kelompok yang masing-
masing
beranggotakan 4-5
orang yang heterogen
Siswa menerima LIK
yang diberikan oleh
guru
Seluruh kelompok
meletakkan sampel
jamur di atas meja
masing-masing dan
membaca wacana yang
terdapat di dalam LIK
kemudian menentukan
topik yang akan dipilih
untuk proses investigasi.
10 menit
183
meja masing-masing
kemudian guru memberikan
instruksi kepada siswa untuk
membaca wacana yang
terdapat di dalam LIK.
(Langkah 2)
Perencanaan
investigasi
Guru meminta kepada
seluruh kelompok untuk
saling membantu dan
berkontribusi di dalam
kelompok untuk
melaksanakan perencanaan
investigasi dari topik yang
dipilih.
Siswa di dalam
kelompok saling
berkontribusi untuk
merencanakan prosedur
belajar apa yang akan
dilakukan untuk proses
penyelidikan kelompok
10 menit
(Langkah 3)
Implementasi
(melaksana-
kan
investigaasi)
Guru membimbing siswa
dalam mempersiapkan
prosedur belajar yang telah
dipilih dan melaksanakan
proses penyelidikan
Guru mengawasi kinerja
siswa di dalam melakukan
kegiatan penyelidikan
kelompok
Siswa mempersiapkan
prosedur belajar yang
telah dipilih dalam
mendapatkan informasi
dari proses penyelidikan
kelompok
Siswa melakukan
penyelidikan informasi
dengan prosedur belajar
khusus terhadap topik
yang telah dipilih
40 menit
184
(Langkah 4)
Analisis dan
Sintesis
Guru membimbing siswa
dalam proses investigasi
dan memberikan bantuan
jika diperlukan
Para siswa bersama
kelompoknya
mensintesis topik dari
yang telah ditentukan
dan merencanakan untuk
penampilan presentasi
yang menarik di depan
kelas
25 menit
(Langkah 5)
Penyajian
Hasil Akhir
(Komunikasi)
Guru meminta setiap
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
investigasi
Masing-masing kempok
maju dan
mempresentasikan hasil
investigasi kelompok
15 menit
(Langkah 6)
Evaluasi
Guru dan siswa
mengevaluasi kinerja tiap
kelompok
Guru mempersilahkan
siswa untuk bertanya
ataupun menanggapi dari
hasil presentasi kelompok
lain.
Memberikan kesimpulan
hasil diskusi kelompok.
Siswa dipersilahkan
bertanya ataupun
menanggapi hasil
presentasi kelompok lain.
10 menit
c. Kegiatan Akhir (15 menit)
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Penutup Guru memberikan
penjelasan akhir sebagai
penyempurnaan materi
dari pembelajaran hari ini.
Guru memberikan
Siswa memperhatikan
penjelasan akhir akhir
yang disampaikan oleh
guru
Siswa menyimak
15 menit
185
instruksi investigasi pada
pertemuan selanjutnya
yaitu mencari informasi
mengenai liken dan
mikoriza melalui internet.
Kemudian menganalisis
informasi tersebut serta
diberi instruksi untuk
membawa sampel
mikoriza dan liken di
lingkungan sekitar (jika
ada) untuk proses
investigasi pada
pertemuan selanjutnya.
Guru menutup
pembelajaran dan
mengucapkan salam.
dengan baik instruksi
yang telah diberikan
oleh guru.
Siswa menjawab salam
G. Penilaian
Penilaian LIK (Lembar Investigasi Kelompok)
Bogor, 2 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti
(Dra. Umi Salamah) Firdhani Hayani
NIP. 19640701 199403 2 001 NIM. 1112016100002
186
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PERTEMUAN III
(Dengan Metode Group Investigation)
Sekolah : MAN 1 Bogor
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas/Semester : X / Genap
Materi Pokok : Fungi (Jamur)
Alokasi waktu : 1 Pertemuan (135 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif
dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
187
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
No Kompetensi Dasar Indikator
1 1.1
Mengagumi keteraturan dan
kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan,
organ penyusun sistem dan
bioproses yang terjadi pada mahluk
hidup.
1.1.1
Mengagumi penciptaan Tuhan yang
begitu rumit dan indah mengenai
struktur sel, jaringan, dan sistem
organ pada tumbuhan.
2 2.1
Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,
jujur sesuai data dan fakta, disiplin,
tanggung jawab, dan peduli dalam
observasi dan eksperimen, berani
dan santun dalam mengajukan
pertanyaan dan berargumentasi,
peduli lingkungan, gotong royong,
bekerjasama, cinta damai,
berpendapat secara ilmiah dan kritis,
responsif dan proaktif dalam dalam
setiap tindakan dan dalam
melakukan pengamatan dan
percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar
kelas/laboratorium.
2.1.1
Berperilaku ilmiah yang mencakup
teliti, tekun, jujur sesuai data dan
fakta, disiplin, bertanggung, peduli
dan dapat bekerjasama serta saling
menghargai.
3
3.6
Menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan jamur
berdasarkan ciri-ciri dan cara
reproduksi melalui pengamatan
secara teliti dan sistematis
3.6.1
Mengidentifikasi struktur tubuh dan
ciri-ciri jamur.
3.6.2
Mengidentifikasi klasifikasi jamur
berdasarkan divisinya.
188
3.6.3
Menjelaskan cara hidup dan
reproduksi pada jamur.
3.6.4
Menganalisis peranan jamur bagi
kehidupan.
3.6.5
Memberikan kesimpulan
keterkaitan peranan jamur.
4 4.6
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis
4.6.1
Menyajikan data hasil pengamatan
ciri-ciri dan peran jamur dalam
kehidupan dan lingkungan dalam
bentuk laporan tertulis.
C. Materi Pembelajaran
1. Ciri –ciri dan struktur tubuh liken dan mikoriza
2. Cara hidup dan reproduksi liken dan mikoriza
3. Simbiosis liken dan mikoriza serta manfaatnya bagi lingkungan
189
PETA KONSEP
D. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Group Investigation
Model : Kooperatif
E. Media Pembelajaran
Media Pembelajaran:
Buku paket biologi kelas X
Video mengenai liken dan mikoriza
190
F. Langkah- langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Ketiga (3 x 45 menit)
a. Kegiatan Awal (10 menit)
Kegiatan Aktivitas Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Pembukaan Membimbing siswa
untuk memberi salam
dan membaca doa
Mengisi daftar hadir
siswa (absensi)
Mengecek kesiapan
belajar siswa.
Guru menyampaikan
indikator pembelajaran
Memberi salam dan
membaca doa
Menunggu giliran
diabsen oleh guru
Mengeluarkan buku
pelajaran Biologi kelas
X SMA/MA
Mendengarkan guru
secara seksama
3 menit
Motivasi
o Guru memberi motivasi
kepada siswa dengan
menampilkan
gambar/video spesies
liken dan mikoriza
Memperhatikan
gambar/video yang
disajikan oleh guru
2 menit
Apersepsi
o Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa :
“Apakah kalian pernah
melihat liken ataupun
mikoriza disekitarmu?
Seperti apakah itu
bentuknya? Apakah liken
dan mikoriza termasuk ke
dalam jenis-jenis jamur?”
Guru merespon jawaban
Siswa menjawab
pertanyaan dari guru dari
pengetahuan yang
dimilikinya
Salah satu siswa
menjawab pertanyaan dari
guru
“Liken berfungsi sebagai
5 menit
191
siswa dan guru
memberikan pertanyaan
kembali “Lalu, apakah
manfaat liken ataupun
mikoriza bagi lingkungan
sekitar?”
indikator pencemaran
udara sedangkan mikoriza
berfungsi untuk menyerap
unsur hara di dalam tanah
karena adanya jamur di
akar tumbuhan”.
b. Kegiatan Inti (110 menit)
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
(Langkah 1)
Seleksi topik
Guru mengkoordinasi
siswa membentuk
kelompok-kelompok
yang masing-masing
berisi 4-5 siswa.
Guru membagikan LIK
kepada masing-masing
kelompok.
Guru meminta kepada
seluruh kelompok untuk
menunjukkan hasil
pencarian informasi
mengenai liken dan
mikoriza yang telah di
intruksikan pada pertemuan
sebelumnya serta sampel
liken dan mikoriza jika
siswa menemukannya.
Memberikan instruksi
kepada siswa untuk
Siswa dibagi menjadi 8
kelompok yang masing-
masing
beranggotakan 4-5
orang yang heterogen
Siswa menerima LIK
yang diberikan oleh
guru
Seluruh kelompok
meletakkan sampel liken
dan mikoriza (jika ada)
di atas meja masing-
masing dan informasi
yang diperoleh dari hasil
pencarian mengenai
liken dan mikoriza serta
membaca wacana yang
terdapat di dalam LIK
kemudian menentukan
topik yang akan dipilih
10 menit
192
membaca wacana yang
terdapat di dalam LIK.
untuk proses investigasi.
(Langkah 2)
Perencanaan
investigasi
Guru meminta kepada
seluruh kelompok untuk
saling membantu dan
berkontribusi di dalam
kelompok untuk
melaksanakan perencanaan
investigasi dari topik yang
dipilih.
Siswa di dalam
kelompok saling
berkontribusi untuk
merencanakan prosedur
belajar apa yang akan
dilakukan untuk proses
penyelidikan kelompok
10 menit
(Langkah 3)
Implementasi
(melaksana-
kan
investigaasi)
Guru membimbing siswa
dalam mempersiapkan
prosedur belajar yang telah
dipilih dan melaksanakan
proses penyelidikan
Guru mengawasi kinerja
siswa di dalam melakukan
kegiatan penyelidikan
kelompok
Siswa mempersiapkan
prosedur belajar yang
telah dipilih dalam
mendapatkan informasi
dari proses penyelidikan
kelompok
Siswa melakukan
penyelidikan informasi
dengan prosedur belajar
khusus terhadap topik
yang telah dipilih
40 menit
193
(Langkah 4)
Analisis dan
Sintesis
Guru membimbing siswa
dalam proses investigasi
dan memberikan bantuan
jika diperlukan
Para siswa bersama
kelompoknya
mensintesis topik dari
yang telah ditentukan
dan merencanakan untuk
penampilan presentasi
yang menarik di depan
kelas
25 menit
(Langkah 5)
Penyajian
Hasil Akhir
(Komunikasi)
Guru meminta setiap
kelompok untuk
mempresentasikan hasil
investigasi
Masing-masing kempok
maju dan
mempresentasikan hasil
investigasi kelompok
15 menit
(Langkah 6)
Evaluasi
Guru dan siswa
mengevaluasi kinerja tiap
kelompok
Guru mempersilahkan
siswa untuk bertanya
ataupun menanggapi dari
hasil presentasi
kelompok lain.
Memberikan kesimpulan
hasil diskusi kelompok.
Siswa dipersilahkan
bertanya ataupun
menanggapi hasil
presentasi kelompok lain.
10 menit
c. Kegiatan Akhir (15 menit)
Kegiatan Aktivitas pembelajaran Alokasi
waktu Guru Peserta didik
Penutup Guru memberikan
penjelasan akhir sebagai
penyempurnaan materi
Siswa memperhatikan
penjelasan akhir akhir
yang disampaikan oleh
10 menit
194
dari pembelajaran hari ini.
Guru memberikan
penghargaan kepada
kelompok berdasarkan
hasil kinerja bekerjasama
dengan baik dan
presentasi yang menarik
Guru menutup
pembelajaran dan
mengucapkan salam.
guru
Kelompok yang terpilih
mendapatkan
penghargaan dari guru
Siswa menjawab salam
G. Penilaian
Penilaian LIK (Lembar Investigasi Kelompok)
Bogor, 9 Maret 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Biologi Mahasiswa Peneliti
(Dra. Umi Salamah) Firdhani Hayani
NIP. 19640701 199403 2 001 NIM. 1112016100002
195
Lampiran 7
LEMBAR KERJA SISWA
Bagian I
Bacalah artikel di bawah ini dengan seksama dan ikutilah fase-fase dalam
pembelajaran ini!
Kasus Obesitas Pada Anak-anak
Sosok Arya Permana sedang mendunia. Bocah berusia 10 tahun asal Desa
Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang itu disebut media-
media asing sebagai "The Biggest kid in the world". Arya memang mengalami
obesitas ekstrem. Idealnya anak seusia Arya memiliki berat badan kurang lebih 50
kg, Tetapi berat Arya saat malah mencapai 192 kg. Kasus Arya adalah gambaran
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan:
1. Menganalisis contoh dari peranan jamur yang termasuk ke dalam divisi Zygomycota
dan Ascomycota
2. Menganalisis suatu permasalahan mengenai struktur tubuh dan ciri, reproduksi, cara
hidup dan peranan pada jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota
1
196
obesitas terjadi akut pada anak-anak Indonesia. Berdasarkan data dari World
Health Organization (WHO) pada 2013, persentase obesitas anak di Indonesia
merupakan yang tertinggi di ASEAN. Hampir 12 persen anak Indonesia
mengalami obesitas. Jika dirinci lagi, dari 17 juta anak yang mengalami obesitas
di ASEAN, hampir 7 jutanya berasal dari Indonesia. Angka ini hanya mencakup
balita. Jika ditambah lagi dengan kisaran anak-anak berumur 5-10 tahun,
angkanya mungkin semakin bertambah.
Sumber: https://tirto.id/obesitas-mengancam-anak-indonesia-bsWA
Kasus Kandidiasis Pada Mulut Bayi “Oral Thrush”
Oral thrush atau disebut juga dengan kandidiasis adalah suatu kondisi di
mana jamur tertentu terakumulasi pada lapisan mulut. Jamur ini menyebabkan lesi
putih krem, Biasanya di lidah atau pipi bagian dalam. Lesi dapat bersifat
menyakitkan dan menimbulkan sedikit darah ketika disentuh. Kadang jamur dapat
menyebar ke langit-langit mulut, gusi, amandel, atau bagian belakang
tenggorokan. Meskipun oral thrush dapat menyerang siapa saja, hal ini lebih
mungkin terjadi pada bayi, orang-orang yang memakai gigi palsu, pengguna
kortikosteroid inhalasi, atau orang yang pernah memiliki gangguan pada
kekebalan tubuh. Selain lesi mulut berwarna putih, bayi mungkin akan memiliki
kesulitan makan atau menjadi rewel dan mudah marah. Mereka dapat menularkan
2
197
penyakit mereka kepada ibu mereka selama masa menyusui. Infeksi kemudian
dapat bolak-balik antara payudara ibu dan mulut bayi.
Pada umumnya kandidiasis disebabkan oleh jamur yang ditularkan melalui
vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi
melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak
benar. kandidiasis pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur tersebut
bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna
antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat
menimbulkan infeksi berupa kandidiasis dan diare. Sehingga apabila penggunaan
antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau
kandiasis yang menetap.
Sumber: http://www.dokterdigital.com/id/penyakit/191_oral-thrush.html
Oleh karenanya, untuk mengatasi permasalahan dari kedua kasus tersebut
diperlukannya suatu solusi untuk mencegah ataupun mengobati penyakit tersebut.
Telah diketahui bahwa salah satu solusinya adalah dengan makanan alternatif
yang mengandung jamur seperti pada tempe dan oncom sebagai alternatif diet
enzim. Sumber: http://smartdetoxid.com/diet-keajaiban-enzim/
Fase 1 : Thinking (Berpikir)
Jawablah pertanyaan dibawah ini yang berhubungan dengan jamur, dan pikirkanlah
terlebih dahulu jawabanmu secara individu!
Pertanyaan :
1. Apakah yang menyebabkan dari kasus obesitas pada anak-anak?
2. Bagaimanakah cara mengatasi obesitas tersebut?
3. Berikanlah solusimu mengenai obesitas bagi anak-anak!
4. Apakah penyakit kandidiasis itu? Apakah faktor penyebabnya?
5. Bagaimanakah cara mengobati penyakit tersebut?
6. Berikanlah solusimu mengenai penyakit kandidiasis tersebut!
7. Apakah diet enzim itu?
8. Apakah benar dengan adanya diet enzim dapat mengatasi kedua kasus tersebut? Jelaskanlah!
9. Mengapa pada artikel menyebutkan bahwa tempe dan oncom dapat dijadikan solusi sebagai diet
enzim? Berikanlah alasanmu!
10. Bagaimanakah kesimpulan yang dapat kamu berikan dari kedua kasus tersebut?
198
Jawaban Sendiri :
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
199
Jawaban Pasangan (Teman Sebangku):
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
200
Fase 2 : Pairing (Berpasangan)
1. Setelah memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan, maka
berpasanganlah dengan teman sebangkumu!
2. Diskusikanlah secara bersama mengenai permasalahan yang telah diberikan dan
buatlah kesimpulan berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan secara berpasangan!
Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya
yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (divisi Zygomycota dan Ascomycota)?
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
201
Daftar Pustaka:
……………………………………………………………………………………
Fase 3 : Share (Berbagi)
Buatlah laporan dari hasil proses diskusi kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian
pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!
1
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
202
LEMBAR KERJA SISWA
Bagian 2
Bacalah artikel di bawah ini dengan seksama dan ikutilah fase-fase dalam
pembelajaran ini!
Kasus Pakaian Bekas Penyebab Panu (Artikel Masalah)
Kementerian Perdagangan melarang penjualan pakaian bekas impor
karena berdasarkan uji laboratorium, pakaian itu mengandung banyak bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan. Kementerian Perdagangan mengaku menemukan
216.000 koloni bakteri per gram dalam celana impor bekas. Temuan itu
berdasarkan uji laboratorium terhadap celana impor yang diduga terkena bekas
menstruasi. Hasil uji tersebut diketahui dengan mengambil sampel 25 baju dan
celana bekas impor dari Pasar Senen, Jakarta. Pakaian bekas yang tidak dicuci
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan:
1. Menganalisis suatu permasalahan dan memecahkan dengan solusi mengenai struktur
tubuh dan ciri, reproduksi, cara hidup dan cara mendapatkan, dan peranan pada
jamur dari divisi Basidiomycota dan Deuteromycota
1
203
bersih pun diketahui berisiko membahayakan kesehatan kulit. Dokter spesialis
kulit Ratna Komala mengatakan, yang paling mudah menular pada kulit adalah
jamur. Infeksi jamur ini umumnya membuat kulit seseorang terasa gatal-gatal, dan
bisa juga munculnya bercak-bercak putih pada bagian tubuh. Jamur tersebut bisa
saja menular ketika mencoba-coba pakaian bekas yang langsung menyentuh kulit.
Jamur pun tetap bisa menular jika pakaian bekas tidak dicuci dengan
bersih. Jika dibiarkan, penyakit jamur juga bisa menular ke anggota keluarga yang
berada dalam satu rumah. Tak hanya itu, pakaian juga bisa menularkan penyakit
herpes, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini berupa
gelembung cair seperti cacar pada kulit. Jika pakaian terkena gelembung cair yang
pecah, maka dapat menularkan kepada orang lain yang juga akan memakai
pakaian tersebut.
Sumber:http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/02/pakaian-bekas-bisa-
sebabkan-penyakit-kulit-berikut-ini
Manfaat Jamur Ganoderma (Lingzhi) bagi Kesehatan (Artikel Solusi)
Selama ini banyak orang yang enggan mengkonsumsi jamur sebagai
asupan gizi mereka, karena banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu
seberapa besar manfaat jamur untuk kesehatan, selain itu banyak orang yang
masih takut makan jamur karena belum bisa membedakan secara detail mana
yang beracun dan yang tidak beracun, sehingga jika salah, dan yang beracun kita
konsumsi akan berakibat fatal hingga menyebabkan kematian. Karena sebuah
penelitian mengungkapkan, jamur memiliki manfaat antara lain antiradang,
antivirus, antibakteri, dan mengandung nutrisi yang dapat mendukung imunitas
2
204
atau daya tahan tubuh. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian lainnya
menunjukkan dengan konsumsi jamur yang dikembangkan secara alami dapat
menekan risiko obesitas, diabetes, sakit jantung, penyakit kulit dan juga
bermanfaat untuk sumber energi, meningkatkan stamina tubuh, kesehatan rambut,
sekaligus menjaga berat badan. Sumber:http://www.alodokter.com/kandungan-
nutrisi-dan-manfaat-jamur-untuk-mencegah-penyakit
Lalu apakah kita sebagai seorang konsumen masih ragu untuk
mengkonsumsi jamur tersebut? Apakah benar bahwa jamur Ganoderma (Linghzi)
dapat menyembuhkan penyakit kulit?
Fase 1 : Thinking (Berpikir)
Jawablah pertanyaan dibawah ini yang berhubungan dengan jamur, dan pikirkanlah
terlebih dahulu jawabanmu secara individu!
Pertanyaan :
1. Apakah penyakit panu itu? Termasuk ke dalam divisi apakah jamur tersebut?
2. Pada bagian mana sajakah biasanya jamur panu menginfeksi manusia? Mengapa?
3. Mengapa bisa demikian jamur penyebab panu tersebut menginfeksi manusia?
4. Berikanlah solusimu untuk mengatasi penyakit panu bagi kulit manusia!
5. Apakah jamur Ganoderma itu? Termasuk ke dalam divisi apakah jamur tersebut?
6. Menga pada pada jamur Ganoderma disebut sebagai “raja obat”?
7. Apakah peranan jamur Ganoderma bagi kesehatan manusia?
8. Apakah benar dengan mengkonsumsi jamur Ganoderma dapat mengobati penyakit kulit pada
manusia? Jelaskanlah!
9. Apakah ada jamur lain yang bermanfaat bagi kesehatan manusia selain jamur Ganoderma?
Jelaskanlah!
10. Bagaimanakah kesimpulan yang dapat kamu berikan dari kasus jamur penyebab panu dan
manfaat dari jamur Ganoderma?
205
Jawaban Sendiri :
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
206
Jawaban Pasangan (Teman Sebangku):
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
207
Fase 2 : Pairing (Berpasangan)
1. Setelah memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan, maka
berpasanganlah dengan teman sebangkumu!
2. Diskusikanlah secara bersama mengenai permasalahan yang telah diberikan dan
buatlah kesimpulan berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan secara berpasangan!
Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya
yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (divisi Basidiomycota dan
Deuteromycota)?
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
208
Daftar Pustaka:
………………………………………………………………………………………
Fase 3 : Share (Berbagi)
Buatlah laporan dari hasil proses diskusi kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian
pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!
1
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
209
LEMBAR KERJA SISWA
Bagian 3
Bacalah artikel di bawah ini dengan seksama dan ikutilah fase-fase dalam
pembelajaran ini!
“Lichen (Lumut Kerak) Si Perintis Kehidupan”
Apa yang Anda lihat pada lahan yang baru saja terbakar habis? Selain sisa-
sisa kebakaran yang berupa abu dan arang, tentu tidak ada lagi yang dapat Anda
temukan. Jika lahan tersebut dibiarkan begitu saja, kira-kira apa yang bakal
terjadi? Jika telah datang hujan, dalam waktu yang tidak lama akan dapat Anda
temukan beberapa tumbuhan liar, seperti rumput dan herba yang mulai tumbuh.
Tumbuhan-tumbuhan tersebut akan membentuk suatu komunitas dan
mendominasi lahan tersebut pada masa-masa awal pasca kebakaran. Lama-
kelamaan, beberapa jenis semak mulai terlihat dan akan mengalahkan sebagian
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan:
1. Mengidentifikasi struktur, morfologi, serta simbiosis pada mikoriza dan liken
2. Menganalisis peranan liken dan mikoriza bagi lingkungan sekitar
1
210
komunitas yang telah ada, bahkan dapat menggantikan rumput dan herba yang
lebih dahulu tumbuh di lahan tersebut. Dalam waktu yang lebih lama lagi, akan
mulai terlihat beberapa jenis pohon sehingga terbentuk suatu komunitas yang
berbeda komposisi anggotanya dari komunitas yang terbentuk sebelumnya. Dari
waktu ke waktu, tumbuhan yang tumbuh dan bertahan hidup pada lahan tersebut
akan berubah sampai terbentuk suatu ekosistem yang stabil.
Mikoriza “Si Organisme Penolong Tanaman Di Saat Musim Kemarau”
Dalam proses tumbuh dan berkembang,tumbuhan berinteraksi dengan
lingkungan biotik dan abiotik. Salah satu contoh interaksi tumbuhan dengan
lingkungan biotik adalah dengan jamur. Hubungan tersebut dapat saling
merugikan atau saling menguntungkan.
Salah satu hubungan mutualisme antara tanaman dengan jamur adalah
mikoriza. Penyebaran mikoriza di berbagai areal pertanaman di Indonesia sangat
merata,mulai dari daerah pantai hingga pegunungan. Namun mikoriza
berkembang cukup baikdi daerah dengan salinitas tinggi seperti di daerah pantai.
Penyebaran mikoriza yang sangat luas merupakan salah satu sumber daya alam
yang perlu dimanfaatkan karena seiring semakin luasnya lahan kritis akibat
jenuhnya penggunaan pupuk dan cekaman kekeringan sehingga perlu upaya
pengembangan mikoriza untuk mempertahankan kondisi tanah agar lahan kritis
tidak semakin luas.
Cekaman kekeringan yang berdampak merugikan bagi pertumbuhan
tanaman merupakan ancaman dalam budidaya tanaman terutama dalam musim
kemarau yang berkepanjangan. Perlu investasi tinggi untuk membuat sistem
irigasi teknis dalam upaya mempertahankan ketersediaan air di lahan pertanian.
2
211
Oleh karena itu aplikasi mikoriza merupakan suatu alternatif yang dapat
dikembangkan untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan air.
Sumber:https://sungaipakning.wordpress.com/2009/09/11/mikoriza-penolong-
tanaman-di-lahan-kering-sekaligus-penyelamat-hutan/
Fase 1 : Thinking (Berpikir)
Jawablah pertanyaan dibawah ini yang berhubungan dengan jamur, dan pikirkanlah
terlebih dahulu jawabanmu secara individu!
Pertanyaan :
1. Apakah liken itu? Bersimbiosis dengan jamur apakah liken tersebut?
2. Apakah mikoriza itu? Bersimbiosis dengan jamur apakah mikoriza tersebut?
3. Bagaimanakah ciri-ciri liken?
4. Bagaimanakah ciri-ciri mikoriza?
5. Bagaimanakah cara hidup dan reproduksi pada liken?
6. Bagaimanakah cara hidup dan reproduksi pada mikoriza?
7. Mengapa pada liken dikatakan sebagai organisme perintis?
8. Apakah pada mikoriza hanya dapat bersimbiosis dengan akar pohon yang besar?
9. Berdasarkan kasus pada artikel tersebut bagaimanakah peranan Lichen dan Mikoriza terhadap
organisme lain dalam berbagai kondisi yang ekstrem?
10. Berikanlah kesimpulanmu mengenai liken dan mikoriza!
212
Jawaban Sendiri :
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
213
Jawaban Pasangan (Teman Sebangku):
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
214
Fase 2 : Pairing (Berpasangan)
3. Setelah memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan,
maka berpasanganlah dengan teman sebangkumu!
3. Diskusikanlah secara bersama mengenai permasalahan yang telah diberikan dan
buatlah kesimpulan berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan secara berpasangan!
Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya
yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (Lichen dan Mikoriza)?
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
215
Daftar Pustaka:
………………………………………………………………………………………
Fase 3 : Share (Berbagi)
Buatlah laporan dari hasil proses diskusi kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian
pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!
1
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
…………………..………………………………………………………………………
216
Lampiran 8
LEMBAR INVESTIGASI KELOMPOK
Bagian I
Perhatikanlah gambar dan artikel di bawah ini!
1. Kasus obesitas pada anak-anak
Sosok Arya Permana sedang mendunia. Bocah berusia 10 tahun asal Desa
Cipurwasari Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Karawang itu disebut media-
media asing sebagai "The Biggest kid in the world". Arya memang mengalami
obesitas ekstrem. Idealnya anak seusia Arya memiliki berat badan kurang lebih 50
kg, Tetapi berat Arya saat malah mencapai 192 kg. Kasus Arya adalah gambaran
obesitas terjadi akut pada anak-anak Indonesia. Berdasarkan data dari World
Health Organization (WHO) pada 2013, persentase obesitas anak di Indonesia
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan:
1. Merancang prosedur belajar khusus dalam berbagai bentuk bersama kelompok untuk
mendapatkan informasi mengenai jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota
2. Menyelidiki informasi mengenai jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota
3. Menganalisis informasi mengenai jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota
4. Menyimpulkan mengenai peranan jamur dari divisi Zygomycota dan Ascomycota
217
merupakan yang tertinggi di ASEAN. Hampir 12 persen anak Indonesia
mengalami obesitas. Jika dirinci lagi, dari 17 juta anak yang mengalami obesitas
di ASEAN, hampir 7 jutanya berasal dari Indonesia. Angka ini hanya mencakup
balita. Jika ditambah lagi dengan kisaran anak-anak berumur 5-10 tahun,
angkanya mungkin semakin bertambah. Sumber: https://tirto.id/obesitas-
mengancam-anak-indonesia-bsWA
2. Kasus kandidiasis pada mulut bayi “Oral Thrush”
Oral thrush atau disebut juga dengan kandidiasis adalah suatu kondisi di
mana jamur tertentu terakumulasi pada lapisan mulut. Jamur ini menyebabkan lesi
putih krem, Biasanya di lidah atau pipi bagian dalam. Lesi dapat bersifat
menyakitkan dan menimbulkan sedikit darah ketika disentuh. Kadang jamur dapat
menyebar ke langit-langit mulut, gusi, amandel, atau bagian belakang
tenggorokan. Meskipun oral thrush dapat menyerang siapa saja, hal ini lebih
mungkin terjadi pada bayi, orang-orang yang memakai gigi palsu, pengguna
kortikosteroid inhalasi, atau orang yang pernah memiliki gangguan pada
kekebalan tubuh. Selain lesi mulut berwarna putih, bayi mungkin akan memiliki
kesulitan makan atau menjadi rewel dan mudah marah. Mereka dapat menularkan
penyakit mereka kepada ibu mereka selama masa menyusui. Infeksi kemudian
dapat bolak-balik antara payudara ibu dan mulut bayi.
218
Pada umumnya kandidiasis disebabkan oleh jamur yang ditularkan melalui
vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi
melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak
benar. Kandidiasis pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur tersebut
bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna
antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat
menimbulkan infeksi berupa kandidiasis dan diare. Sehingga apabila penggunaan
antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau
kandiasis yang menetap. Sumber:
http://www.dokterdigital.com/id/penyakit/191_oral-thrush.html
Oleh karenanya, untuk mengatasi permasalahan dari kedua kasus tersebut
diperlukannya suatu solusi untuk mencegah ataupun mengobati penyakit tersebut.
Telah diketahui bahwa salah satu solusinya adalah dengan makanan alternatif
yang mengandung jamur seperti pada tempe dan oncom sebagai alternatif diet
enzim.
Buatlah 3 pertanyaan mengenai kasus yang terdapat di dalam artikel tersebut!
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Tentukan jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat!
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………….
219
Langkah 1 : Seleksi Topik
Topik Pembelajaran : “Peranan Jamur Tempe dan Oncom untuk Mengatasi
Permasalahan Obesitas dan Kandidiasis Pada Manusia”
Tentukanlah sub topik di bawah ini yang ingin kalian bahas bersama kelompokmu!
Sub Topik :
a. Ciri-ciri
b. Habitat
c. Reproduksi
d. Peranan
Langkah 3 : Implementasi
Tuliskanlah informasi dari sub topik yang telah kalian tentukan di bawah ini!
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Langkah 2 : Merencanakan Investigasi
a. Sub topik penelitian kami :
b. Permasalahan yang di selidiki :
c. Sumber informasi yang digunakan :
d. Tujuan penyelidikan topik :
e. Bagaimana cara pembagian tugas :
Ketua :
Moderator :
Penyaji informasi :
Notulis :
220
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Langkah 4 : Analisis dan Sintesis
Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya
yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (divisi Zygomycota dan Ascomycota)?
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
221
Daftar Pustaka:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Langkah 5 : Penyajian Hasil Akhir
Buatlah laporan dari hasil proses penyelidikan kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian
pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!
1
222
LEMBAR INVESTIGASI KELOMPOK
Bagian 2
Perhatikanlah gambar dan artikel di bawah ini!
1. Kasus Pakaian Bekas Penyebab Panu (Artikel Masalah)
Kementerian Perdagangan melarang penjualan pakaian bekas impor
karena berdasarkan uji laboratorium, pakaian itu mengandung banyak bakteri
yang berbahaya bagi kesehatan. Kementerian Perdagangan mengaku menemukan
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan:
1. Merancang prosedur belajar khusus dalam berbagai bentuk bersama kelompok
untuk mendapatkan informasi mengenai jamur dari divisi Basidiomycota dan
Deuteromycota
2. Menyelidiki informasi mengenai jamur dari divisi Basidiomycota dan
Deuteromycota
3. Menganalisis informasi mengenai jamur dari divisi Basidiomycota dan
Deuteromycota
4. Menyimpulkan mengenai peranan jamur dari divisi Basidiomycota dan
Deuteromycota
223
216.000 koloni bakteri per gram dalam celana impor bekas. Temuan itu
berdasarkan uji laboratorium terhadap celana impor yang diduga terkena bekas
menstruasi. Hasil uji tersebut diketahui dengan mengambil sampel 25 baju dan
celana bekas impor dari Pasar Senen, Jakarta.
Pakaian bekas yang tidak dicuci bersih pun diketahui berisiko
membahayakan kesehatan kulit. Dokter spesialis kulit Ratna Komala mengatakan,
yang paling mudah menular pada kulit adalah jamur. Infeksi jamur ini umumnya
membuat kulit seseorang terasa gatal-gatal, dan bisa juga munculnya bercak-
bercak putih pada bagian tubuh. Jamur tersebut bisa saja menular ketika mencoba-
coba pakaian bekas yang langsung menyentuh kulit.
Jamur pun tetap bisa menular jika pakaian bekas tidak dicuci dengan
bersih. Jika dibiarkan, penyakit jamur juga bisa menular ke anggota keluarga yang
berada dalam satu rumah. Tak hanya itu, pakaian juga bisa menularkan penyakit
herpes, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini berupa
gelembung cair seperti cacar pada kulit. Jika pakaian terkena gelembung cair yang
pecah, maka dapat menularkan kepada orang lain yang juga akan memakai
pakaian tersebut.
Sumber:http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/02/pakaian-bekas-bisa-
sebabkan-penyakit-kulit-berikut-ini
2. Manfaat Jamur Ganoderma (Lingzhi) bagi Kesehatan (Artikel Solusi)
224
Selama ini banyak orang yang enggan mengkonsumsi jamur sebagai asupan gizi
mereka, karena banyak masyarakat Indonesia yang belum tahu seberapa besar
manfaat jamur untuk kesehatan, selain itu banyak orang yang masih takut makan
jamur karena belum bisa membedakan secara detail mana yang beracun dan yang
tidak beracun, sehingga jika salah, dan yang beracun kita konsumsi akan berakibat
fatal hingga menyebabkan kematian. Karena sebuah penelitian mengungkapkan,
jamur memiliki manfaat antara lain antiradang, antivirus, antibakteri, dan
mengandung nutrisi yang dapat mendukung imunitas atau daya tahan tubuh.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian lainnya menunjukkan dengan konsumsi
jamur yang dikembangkan secara alami dapat menekan risiko obesitas, diabetes,
sakit jantung, penyakit kulit dan juga bermanfaat untuk sumber energi,
meningkatkan stamina tubuh, kesehatan rambut, sekaligus menjaga berat badan.
Sumber:http://www.alodokter.com/kandungan-nutrisi-dan-manfaat-jamur-untuk-
mencegah-penyakit. Lalu apakah kita sebagai seorang konsumen masih ragu
untuk mengkonsumsi jamur tersebut? Apakah benar bahwa jamur Ganoderma
(Linghzi) dapat menyembuhkan penyakit kulit?
Buatlah 3 pertanyaan mengenai kasus yang terdapat di dalam artikel tersebut!
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Tentukan jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat!
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………….
225
Langkah 1 : Seleksi Topik
Topik Pembelajaran : “Peranan Jamur Ganoderma (Lingzhi) Bagi Kesehatan Manusia”
Tentukanlah sub topik di bawah ini yang ingin kalian bahas bersama kelompokmu!
Sub Topik :
a. Ciri-ciri
b. Habitat
c. Reproduksi
d. Peranan
Langkah 2 : Merencanakan Investigasi
a. Sub topik penelitian kami :
b. Permasalahan yang di selidiki :
c. Sumber informasi yang digunakan :
d. Tujuan penyelidikan topik :
e. Bagaimana cara pembagian tugas :
Ketua :
Moderator :
Penyaji informasi :
Notulis :
226
Tuliskanlah informasi dari sub topik yang telah kalian tentukan di bawah ini!
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Langkah 3 : Implementasi
227
Langkah 4 : Analisis dan Sintesis
Bagaimana hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya yang
berhubungan dengan materi pelajaran jamur (divisi Basidiomycota dan Deuteromycota)?
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
228
Daftar Pustaka:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Langkah 5 : Penyajian Hasil Akhir
Buatlah laporan dari hasil proses penyelidikan kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian
pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!
1
229
LEMBAR INVESTIGASI KELOMPOK
Bagian 3
1. “Lichen (Lumut Kerak) Si Perintis Kehidupan”
Apa yang Anda lihat pada lahan yang baru saja terbakar habis? Selain sisa-
sisa kebakaran yang berupa abu dan arang, tentu tidak ada lagi yang dapat Anda
temukan. Jika lahan tersebut dibiarkan begitu saja, kira-kira apa yang bakal
terjadi? Jika telah datang hujan, dalam waktu yang tidak lama akan dapat Anda
temukan beberapa tumbuhan liar, seperti rumput dan herba yang mulai tumbuh.
Tumbuhan-tumbuhan tersebut akan membentuk suatu komunitas dan
mendominasi lahan tersebut pada masa-masa awal pasca kebakaran. Lama-
kelamaan, beberapa jenis semak mulai terlihat dan akan mengalahkan sebagian
Kompetensi Dasar:
3.6 Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri
dan cara reproduksi melalui pengamatan secara teliti dan sistematis.
4.6 Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan
lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.
Tujuan:
1. Merancang prosedur belajar khusus dalam berbagai bentuk bersama kelompok untuk
mendapatkan informasi mengenai Liken dan Mikoriza
2. Menyelidiki informasi mengenai Liken dan Mikoriza
3. Menganalisis informasi mengenai Liken dan Mikoriza
4. Menyimpulkan mengenai Liken dan Mikoriza
230
komunitas yang telah ada, bahkan dapat menggantikan rumput dan herba yang
lebih dahulu tumbuh di lahan tersebut. Dalam waktu yang lebih lama lagi, akan
mulai terlihat beberapa jenis pohon sehingga terbentuk suatu komunitas yang
berbeda komposisi anggotanya dari komunitas yang terbentuk sebelumnya. Dari
waktu ke waktu, tumbuhan yang tumbuh dan bertahan hidup pada lahan tersebut
akan berubah sampai terbentuk suatu ekosistem yang stabil.
Sumber : http://sainsbiologi.com/suksesi/
2. Mikoriza “Si Penolong Tanaman Di Saat Musim Kemarau”
Dalam proses tumbuh dan berkembang,tumbuhan berinteraksi dengan
lingkungan biotik dan abiotik. Salah satu contoh interaksi tumbuhan dengan
lingkungan biotik adalah dengan jamur. Hubungan tersebut dapat saling
merugikan atau saling menguntungkan. Salah satu hubungan mutualisme antara
tanaman dengan jamur adalah mikoriza. Penyebaran mikoriza di berbagai areal
pertanaman di Indonesia sangat merata,mulai dari daerah pantai hingga
pegunungan. Namun mikoriza berkembang cukup baikdi daerah dengan salinitas
tinggi seperti di daerah pantai. Penyebaran mikoriza yang sangat luas merupakan
salah satu sumber daya alam yang perlu dimanfaatkan karena seiring semakin
luasnya lahan kritis akibat jenuhnya penggunaan pupuk dan cekaman kekeringan
sehingga perlu upaya pengembangan mikoriza untuk mempertahankan kondisi
tanah agar lahan kritis tidak semakin luas.
Cekaman kekeringan yang berdampak merugikan bagi pertumbuhan
tanaman merupakan ancaman dalam budidaya tanaman terutama dalam musim
kemarau yang berkepanjangan. Perlu investasi tinggi untuk membuat sistem
231
irigasi teknis dalam upaya mempertahankan ketersediaan air di lahan pertanian.
Oleh karena itu aplikasi mikoriza merupakan suatu alternatif yang dapat
dikembangkan untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan air.
Sumber:https://sungaipakning.wordpress.com/2009/09/11/mikoriza-penolong-
tanaman-di-lahan-kering-sekaligus-penyelamat-hutan/
Langkah 1 : Seleksi Topik
Topik Pembelajaran : “Peranan Lichen dan Mikoriza Terhadap Organisme Lain Dalam
Kondisi yang Ekstrem”
Tentukanlah sub topik di bawah ini yang ingin kalian bahas bersama kelompokmu!
Sub Topik :
a. Pengertian
b. Ciri-ciri
c. Habitat
d. Peranan
Buatlah 3 pertanyaan mengenai kasus yang terdapat di dalam artikel tersebut!
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Tentukan jawaban dari pertanyaan yang telah kamu buat!
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………….
232
Langkah 3 : Implementasi
Tuliskanlah informasi dari sub topik yang telah kalian tentukan di bawah ini!
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
Langkah 2 : Merencanakan Investigasi
a. Sub topik penelitian kami :
b. Permasalahan yang di selidiki :
c. Sumber informasi yang digunakan :
d. Tujuan penyelidikan topik :
e. Bagaimana cara pembagian tugas :
Ketua :
Moderator :
Penyaji informasi :
Notulis :
233
Langkah 4 : Analisis dan Sintesis
Bagaimanakah hasil yang telah kalian dapatkan dari permasalahan sekaligus penjelasannya
yang berhubungan dengan materi pelajaran jamur (Liken dan Mikoriza)?
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………….
234
Daftar Pustaka:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Langkah 5 : Penyajian Hasil Akhir
Buatlah laporan dari hasil proses penyelidikan kalian dari gambar dan artikel yang telah kalian
pahami dan presentasikanlah hasil diskusimu di depan kelas!
1
235
Lampiran 9
RUBRIK PENILAIAN
KETERCAPAIAN TAHAPAN THINK PAIR SHARE
pada LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
A. PERTEMUAN 1
Tahapan TPS
(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor Jawaban yang di harapkan
1. Thinking
(Berpikir)
(a. memberikan
penjelasan
sederhana)
(b. membangun
keterampilan
dasar)
(Kolom jawaban
sendiri)
Tidak ada
jawaban
Menjawab 1
soal
Menjawab 2
soal
Menjawab 3
soal
Menjawab 4
soal
Menjawab 5
soal
0
1
2
3
4
5
1. Penyebabnya yaitu karena malas
berolahraga, pola makan yang tidak sehat
seperti junk food dan makanan yang
banyak mengandung berminyak, dll
2. Yaitu dengan olahraga yang teratur,
menjaga pola makan dengan menu yang
sehat, mengurangi makan makanan yang
tidak sehat, dan memakan makanan
alternatif yang juga memiliki kandungan
gizi yang tinggi seperti tempe dan oncom
yang mengandung jamur dan dengan
proses fermentasi makanan tersebut
menjadi lebih banyak kandungan gizinya
dan baik untu terapi diet bagi penderita
obesitas
3. Penyakit kandiasis adalah suatu
penyakit yang menyerang manusia dan
hewan. Umumnya penyakit tersebut
menginfeksi sistem pernapasa, sistem
pencernaan dan sistem reproduksi.
Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur
Candida albicans yang umumnya tidak
menyebabkan penyakit apabila jumlahnya
normal. Namun akan menjadi penyebab
penyakit bila jamur tersbeut populasinya
meningkat.
4. Seperti tidak menjaga kebersihan diri,
pola makan dan hidup yang tidak sehat,
serta jamur penyebabnya yaitu Candida
albicans. Penyakit kandisasis pada mulut
bayi umumnya terinfeksi dari lingkungan
luar seperti dari kebersihan ibunya baik
(Kolom jawaban
pasangan)
Tidak ada
jawaban
Menjawab 1
soal
Menjawab 2
soal
Menjawab 3
soal
Menjawab 4
soal
Menjawab 5
soal
0
1
2
3
4
5
236
dari kesehatan tubuh ataupun pakaiannya.
Karena apabila keadaan sang ibu tidak
bersih maka akan menyebabkan penyakit
bagi si bayi pada saat memberikan ASI.
5. benar, karena diet enzim merupakan
salah satu diet yang dilakukan tidak hanya
bagi penderita obesitas tetapi juga bisa
untuk penyakit kandiasis. Karena menu
makanan sehari-hari untuk diet terapi
enzim menggunakan makanan yang
berasal dari kaya enzim seperti sayur-
sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian.
Selain itu, jumlah perbandingan
makanannya sebanyak 85% untuk
makanan nabati dan 15% makanan
hewani. Oleh karenanya tempe dan oncom
merupakan contoh produk makanan nabati
yang cocok dan baik untuk terapi diet
enzim.
Skor maksimal 10
2. Pairing
(Berpasangan)
(c.menyimpulkan)
(d. memberikan
penjelasan lebih
lanjut)
Tidak ada
jawaban
Menjawab
dengan
jawaban tidak
relevan
Menjawab
dengan
jawaban
kurang lengkap
dan namun
relevan
Menjawab
jawaban
dengan
lengkap dan
relevan
0
1
2
3
Dalam mengatasi permasalahan
obesitas dan kandiasis dapat di atasi
oleh makanan alternatif yang berasal
dari jamur contohnya oncom dan
tempe. Karena makanan olahan dari
kacang kedelai ini merupakan salah
satu menu untuk diet bagi penderita
obesitas. Karena pada jamur tempe
dan oncom menghasilkan enzim
amylase, lipase, dan protease yang
berperan penting dalam proses
fermentasi, yakni untuk menguraikan
zat pati menjadi gula, menguraikan
bahan-bahan, lemak, dan protein.
Selain itu, kedua makanan ini dapat
menguraikan struktur kimia dari
bahan-bahan pembuatannya menjadi
senyawa yang lebih sederhana,
sehingga akan lebih mudah dicerna
dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Persamaan antara penyakit obesitas
dan kandiasis pada mulut bayi yaitu
keduanya termasuk kelainan yang
menyerang pada sistem pencernaan.
Oleh karenanya, banyaknya racun
237
yang menumpuk dan memenuhi usus
dan oran tubuh membuat metabolisme
tubuh menjadi menurun. Selain itu,
pada penyakit kandiasis juga
diakibatkan dari metabolisme yang
melemah.
Oleh karenanya, kedua permasalahan
tersebut dapat diatasi dengan tempe
dan oncom sebagai diet enzim untuk
menormalkan kembali metabolisme
tubuh agar bekerja dengan baik. Dan
juga dengan diberi tambahan obat luar
bagi penderita kandiasis.
Dalam mengatasi permasalahan
obesitas dan kandiasis dapat di atasi
oleh makanan alternatif yang berasal
dari jamur contohnya oncom dan
tempe. Karena makanan olahan dari
kacang kedelai ini merupakan salah
satu menu untuk diet bagi penderita
obesitas. Karena pada jamur tempe dan
oncom menghasilkan enzim amylase,
lipase, dan protease yang berperan
penting dalam proses fermentasi, yakni
untuk menguraikan zat pati menjadi
gula, menguraikan bahan-bahan,
lemak, dan protein. Selain itu, kedua
makanan ini dapat menguraikan
struktur kimia dari bahan-bahan
pembuatannya menjadi senyawa yang
lebih sederhana, sehingga akan lebih
mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh
tubuh.
Persamaan antara penyakit obesitas
dan kandiasis pada mulut bayi yaitu
keduanya termasuk kelainan yang
menyerang pada sistem pencernaan.
Oleh karenanya, banyaknya racun
yang menumpuk dan memenuhi usus
dan oran tubuh membuat metabolisme
tubuh menjadi menurun. Selain itu,
pada penyakit kandiasis juga
diakibatkan dari metabolisme yang
melemah.
Oleh karenanya, kedua permasalahan
238
tersebut dapat diatasi dengan tempe
dan oncom sebagai diet enzim untuk
menormalkan kembali metabolisme
tubuh agar bekerja dengan baik. Dan
juga dengan diberi tambahan obat luar
bagi penderita kandiasis.
Skor maksimal 3
3. Share
(Berbagi)
(e. strategi dan
taktik)
Tidak ada
jawaban
Membuat
rangkuman
hasil diskusi
untuk
persentasi tidak
lengkap
Membuat
rangkuman
hasil diskusi
untuk
persentasi
kurang lengkap
Membuat
rangkuman
hasil diskusi
untuk
persentasi
lengkap
0
1
2
3
Jawaban dibebaskan
Skor maksimal 3
Skor maksimal = 16
Nilai =
X 100%
239
B. PERTEMUAN 2
Tahapan TPS
(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor Jawaban yang di harapkan
1. Thinking
(Berpikir)
(a. memberikan
penjelasan
sederhana)
(b. membangun
keterampilan
dasar)
(Kolom jawaban
sendiri)
Tidak ada
jawaban
Menjawab 1
soal
Menjawab 2
soal
Menjawab 3
soal
Menjawab 4
soal
Menjawab 5
soal
0
1
2
3
4
5
1. Penyebabnya yaitu karena kurangnya
kesadaran diri dalam menjaga kesehatan,
sering bergantian barang pribadi atau
meminjamkannya kepada orang lain,
karena tubuh yang lembab akibat dari
aktivitas yang tinggi, berkeringat, dll.
Penyakit panu disebabkan oleh jamur
Malassezia furfur yang termasuk ke dalam
divisi Deuteromycota yang umunya
bersifat parasit bagi makhluk hidup.
2. Yaitu dengan rutin mandi 2x sehari,
menjaga kebersihan pakaian, tidak
bergantian atau meminjamkan barang
pribadi secara sembarangan kepada orang
lain, pola hidup sehat.
3. Jamur Ganoderma yaitu jenis jamur
yang termasuk ke dalam divisi
Basidiomycota yang dikenal sebagai raja
obat oleh masyarakat china dahulu kala
dan dijadikan obat tradisional yang
memiliki khasiat yang bermanfaat bagi
kesehatan tubuh manusia.
4. Peranan jamur linghzhi yaitu dapat
mengobati, dan berdampak positif
terhadap penyembuhan organ lain yang
sakit. Selain itu dari berbagai penelitian
yang telah dilakukan bahwa khasiat jamur
tersebut dapat dijadikan sebagai herbal
anti-diabetes, anti-hipertensi, anti-alergi,
antioksidan, sebagai sistem imunitas bagi
kesehatan tubuh manusia dari berbagai
penyakit.
5. Ya benar. Karena jamur ganoderma
memiliki banyak kandungan gizi dan
berbagai macam vitamin dan mineral.
Kandungan utama yang terdapat di dalam
jamur tersebut seperti polisakarida,
adenosine, peptidoglukan, fiber, protein,
(Kolom jawaban
pasangan)
Tidak ada
jawaban
Menjawab 1
soal
Menjawab 2
soal
Menjawab 3
soal
Menjawab 4
soal
Menjawab 5
soal
0
1
2
3
4
5
240
dan senyawa kompleks lainnya yang dapat
mencegah sel kanker, merangsang
pertumbuhan sel T dan dapat
menghancurkan sel yang terinfeksi. Jmaur
tersebut juga dapat menyembuhkan
berbagai jenis penyakit salah satunya
penyakit kulit pada manusia.
Skor maksimal 10
2. Pairing
(Berpasangan)
(c.menyimpulkan)
(d. memberikan
penjelasan lebih
lanjut)
Tidak ada
jawaban
Menjawab
dengan
jawaban tidak
relevan
Menjawab
dengan
jawaban
kurang lengkap
dan namun
relevan
Menjawab
jawaban
dengan
lengkap dan
relevan
0
1
2
3
Ganoderma merupakan jamur yang
termasuk ke dalam divisi
Basidiomycota. Jamur ini merupakan
jamur yang paling terkenal serta banyak
dikonsumsi dan dibudidayakan karena
mengandung banyak manfaat yaitu
menurunkan berat badan,
menyembuhkan penyakit jantung, liver,
diabetes, dan banyak lagi terutama
untuk permasalahan pada peredaran
darah. Ganoderma ini memiliki bentuk
yang mirip dengan bentuk piring.
Permukaannya mempunyai warna dari
merah dan cokelat kemerahan. Pada
saat muda, lapisan luar berwarna putih
kewarna kuning dan batangnya
mempunyai warna yang sama.
Manfaat jamur ganoderma yaitu sangat
baik bagi kesehatan. Seperti dapat
menangkal radikal bebas dan sebagai
antioksidan bagi kesehatan kulit.
Oleh karenanya selain pengobatan luar
pada jamur panu, dengan
mengkonsumsi jamur ganoderma ini
dapat menjaga kesehatan kulit sehingga
dengan tingginya kadar oksidan dalam
tubuh dapat mencegah ataupun
mengobati berbagai penyakit kulit.
Skor maksimal 3
3. Share
(Berbagi)
Tidak ada
jawaban
0
Jawaban dibebaskan
241
(e. strategi dan
taktik)
Membuat
rangkuman
hasil diskusi
untuk
persentasi tidak
lengkap
Membuat
rangkuman
hasil diskusi
untuk
persentasi
kurang lengkap
Membuat
rangkuman
hasil diskusi
untuk
persentasi
lengkap
1
2
3
Skor maksimal 3
Skor maksimal = 16
Nilai =
X 100%
242
C. PERTEMUAN 3
Tahapan TPS
(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor Jawaban yang di harapkan
1. Thinking
(Berpikir)
(a. memberikan
penjelasan
sederhana)
(b. membangun
keterampilan
dasar)
(Kolom jawaban
sendiri)
Tidak ada
jawaban
Menjawab 1
soal
Menjawab 2
soal
Menjawab 3
soal
Menjawab 4
soal
Menjawab 5
soal
0
1
2
3
4
5
1. Lichenes juga disebut dengan lumut
kerak. Lichenes merupakan simbiosis
mutualisme antara Algae dengan Fungi.
Fungi yang bersimbiosis biasanya dari
golongan Ascomycotina,
Basidiomycotina. Sedangkan mikoriza
jamur yang bersimbiosis dengan akar
tumbuh-tumbuhan. Simbiosis tersebut
bersifat saling menguntungkan, yaitu
jamur memperoleh zat organik dan akar
tumbuh-tumbuhan memperoleh air dan
unsur hara. Beberapa jamur
Zygomycotina, Ascomycotina, dan
Basidiomycotina dapat bersimbiosis
dengan akar tumbuhan pinus atau belinjo.
2. Ciri-ciri liken yaitu terdiri dari dua
organisme bersimbiosis, yaitu
Ascomycotina dan Basidiomycotina
dengan alga biru atau alga hijau, habitat
lumut kerak biasanya pda pohon, batu
karang, dan sebagai pelopor kehidupan
liken tumbuh pada substrat tempat
tumbuhan lain yang tidak dapat hidup.
Bentuk tubuh berupa talus yang tipis.
Ciri-ciri pada mikoriza yaitu simbiosis
antara jamur dengan akar tanaman. Fungsi
adanya hifa (mantel) sebagai pelindung
masuknya patogen bagi tumbuhan, dapat
membantu tanaman dalam penyerapan
unsur hara,dan reproduksi secara seksual
dan aseksual.
3. Cara hidup liken dan mikoriza yaitu
sama-sama bersimbiosis mutualisme
dengan jamur. Karena apabila tidak
bersimbiosis maka akar tanaman, alga
ataupun jamur tidak mendapatkan
keuntungan yang bisa didapatkan dari
hasil simbiosis tersebut.
4. karena kemampuan bertahan hidupnya
sangat kuat. Liken sendiri bisa tinggal di
(Kolom jawaban
pasangan)
Tidak ada
jawaban
Menjawab 1
soal
Menjawab 2
soal
Menjawab 3
soal
Menjawab 4
soal
Menjawab 5
soal
0
1
2
3
4
5
243
dalam sebiah lingkunan dengan kondisi
yang sangat ekstrim. Selain itu, liken juga
bisa membantu proses pelapukan batuan
dan juga pembentukan tanah dari batu-
batu sehingga, liken sendiri dikenal
sebagai salah satu tanaman yang berguna
bagi kehidupan.
5. Peranan liken dalam kondisi hutan yang
terbakar berdasarkan artikel yaitu liken
mampu menjadi makhluk hidup yang
memiliki kemampuan hidup yang kuat.
Karena di dalam keadaan yang ekstrem
tersebut hutan yang terbakar tidak ada
tumbuhan yang mampu hidup. Oleh
karenanya dengan kemampuan liken yang
dapat membantu pelapukan bebatuan dan
juga pembentukan tanah liken disebut
sebagai perintis kehidupan.
Sedangkan peranan mikoriza yaitu pada
saat keadaan lahan kering, tumbuhan sulit
menemukan sumber air di dalam tanah,
oleh karenanya dengan adanya simbiosis
yang terbentuk antara jamur dengan akar,
dapat membantu akar untuk perluasan
wilayah mencari sumber air.
Skor maksimal 10
244
2. Pairing
(Berpasangan)
(c.menyimpulkan)
(d. memberikan
penjelasan lebih
lanjut)
Tidak ada
jawaban
Menjawab
dengan
jawaban tidak
relevan
Menjawab
dengan
jawaban
kurang lengkap
dan namun
relevan
Menjawab
jawaban
dengan
lengkap dan
relevan
0
1
2
3
Lichen dikenal sebagai tanaman
perintis karena kemampuan bertahan
hidupnya yang sangat kuat. Lichen
sendiri bisa tinggal di dalam sebuah
lingkungan dengan kondisi yang sangat
ekstrim. Yang lebih hebat lagi, lichen
sendiri bisa membantu proses
pelapukan batuan dan juga
pembentukan tanah dari batu-batuan
sehingga, lichen sendiri dikenal sebagai
salah satu tanaman yang sangat berguna
bagi kehidupan. Oleh karenanya, di saat
hutan yang terbakar, yang mampu
bertahan hidup dalam kondisi ekstrem
hanyalah lichen yang membantu proses
terjadinya kembali pertumbuhan
tanaman di hutan yang telah terbakar
Pada mikoriza, dengan adanya
simbiosis antara akar tanaman dan
jamur akan mempermudah akar mencari
sumber air lebih jauh lagi ataupun lebih
dalam memasuki tanah. Sehingga
tanaman tersebut tidak mati ataupun
kekurangan air yang diakibatkan dari
musim kemarau.
Skor maksimal 3
3. Share
(Berbagi)
(e. strategi dan
taktik)
Tidak ada
jawaban
Membuat
rangkuman
hasil diskusi
untuk
persentasi tidak
lengkap
Membuat
rangkuman
hasil diskusi
untuk
persentasi
kurang lengkap
Membuat
rangkuman
0
1
2
3
Jawaban dibebaskan
245
hasil diskusi
untuk
persentasi
lengkap
Skor maksimal 3
Skor maksimal = 16
Nilai =
X 100%
246
Lampiran 10
Lembar Penilaian LKS Kelas Eksperimen I
A. Pertemuan 1
Kelompok
Tahapan TPS
Nilai
1 2 3
Thinking
Pairing Sharing Jawaban
sendiri
Jawaban
pasangan
1 5 5 2 2 87.5
2 5 5 2 2 87.5
3 5 4 3 2 87.5
4 5 5 2 2 87.5
5 5 5 2 2 87.5
6 5 4 2 2 81.25
7 5 5 3 2 93.75
8 5 5 2 2 87.5
9 4 5 2 2 87.5
10 5 5 3 2 93.75
11 5 5 2 2 87.5
12 5 4 2 2 81.25
13 5 5 2 2 87.5
14 5 5 2 2 87.5
15 4 5 2 2 81.25
16 5 5 2 2 87.5
17 5 5 2 2 87.5
18 5 4 3 2 87.5
19 5 5 2 2 87.5
20 5 5 2 2 87.5
21 5 4 2 2 81.25
22 5 5 2 2 87.5
Rata-rata 86.65
Kategori Sangat baik
MAX 93.75
MIN 81.25
RATA-RATA 86.65
247
B. PERTEMUAN 2
Kelompok
Tahapan TPS
Nilai
1 2 3
Thinking
Pairing Sharing Jawaban
sendiri
Jawaban
pasangan
1 5 5 2 2 87.5
2 5 5 2 2 87.5
3 5 4 3 2 87.5
4 5 5 2 2 87.5
5 5 5 2 2 87.5
6 5 4 2 2 81.25
7 5 5 3 2 93.75
8 5 5 2 2 87.5
9 5 5 2 2 81.25
10 5 5 3 2 93.75
11 5 5 2 2 87.5
12 4 5 2 2 81.25
13 5 5 2 2 87.5
14 5 5 2 2 87.5
15 4 5 2 2 81.25
16 5 5 2 2 87.5
17 5 5 2 2 87.5
18 5 4 3 2 87.5
19 5 5 2 2 87.5
20 5 5 2 2 87.5
21 5 4 2 2 81.25
22 5 5 2 2 87.5
Rata-rata 86.93
Kategori Sangat baik
MAX 93.75
MIN 81.25
RATA-RATA 86.93
248
C. PERTEMUAN 3
Kelompok
Tahapan TPS
Nilai
1 2 3
Thinking
Pairing Sharing Jawaban
sendiri
Jawaban
pasangan
1 5 5 2 2 87.5
2 5 5 2 2 87.5
3 5 4 3 2 87.5
4 5 5 2 2 87.5
5 5 5 2 2 87.5
6 5 4 2 2 81.25
7 5 5 3 2 93.75
8 5 5 2 2 87.5
9 5 5 2 2 87.5
10 5 5 3 2 93.75
11 5 5 2 2 87.5
12 5 5 2 3 93.75
13 5 5 2 2 87.5
14 5 5 2 2 87.5
15 4 5 2 2 81.25
16 5 5 2 2 87.5
17 5 5 2 3 93.75
18 5 4 3 2 87.5
19 5 5 2 2 87.5
20 5 5 2 2 87.5
21 5 4 2 2 81.25
22 5 5 2 2 87.5
Rata-rata 87.78
Kategori Sangat baik
MAX 93.75
MIN 81.25
RATA-RATA 87.78
249
Lampiran 11
Lembar Ketercapaian KBK Pada LKS TPS
A. Pertemuan I
Kelompok
Tahapan KBK
1 2 3 4 5
Memberikan
penjelasan
sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyimpul
kan
Memberi
kan
penjelasa
n lebih
lanjut
Strategi
dan
taktik
1 3 3 3 1 3
2 2 3 3 3 3
3 2 2 3 2 4
4 3 3 3 2 3
5 2 2 2 2 3
6 2 2 2 1 3
7 2 2 3 2 3
8 3 3 3 3 3
9 3 3 3 2 3
10 3 3 3 3 3
11 3 3 3 3 3
12 2 2 3 3 4
13 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 3
15 3 3 3 3 3
16 3 3 3 3 3
17 3 3 3 2 3
18 4 2 3 3 3
19 3 3 3 3 3
20 3 3 3 3 3
21 3 3 3 3 2
22 4 4 3 3 3
Jumlah 62 63 64 57 67
Rata-rata 70,45% 71,59% 72,73% 63,64% 76,14% 70,91%
Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup
250
B. Pertemuan 2
Kelompok
Tahapan KBK
1 2 3 4 5
Memberikan
penjelasan
sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyimpul
kan
Memberi
kan
penjelasan
lebih
lanjut
Strategi
dan
taktik
1 3 3 3 2 3
2 3 3 3 3 3
3 3 3 3 2 3
4 3 3 3 2 3
5 2 2 2 2 3
6 3 3 2 2 3
7 3 3 3 2 3
8 3 3 3 3 3
9 3 3 3 2 3
10 3 3 2 3 3
11 3 3 3 3 3
12 2 2 3 3 4
13 3 3 3 2 3
14 3 3 3 2 3
15 3 3 3 3 3
16 3 3 4 3 3
17 3 3 3 3 3
18 3 3 3 3 4
19 3 3 3 3 3
20 3 2 4 3 3
21 3 3 3 3 3
22 3 3 3 3 3
Jumlah 64 64 65 59 68
Rata-rata 72,73% 71,59% 73,86% 64,77% 77,27% 72,05%
Kategori baik Baik Cukup Cukup baik Cukup
251
C. Pertemuan 3
Kelompok
Tahapan KBK
1 2 3 4 5
Memberikan
penjelasan
sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyimpul
kan
Memberikan
penjelasan
lebih lanjut
Strategi
dan
taktik
1 3 3 3 2 3
2 3 3 3 3 3
3 3 3 3 2 3
4 3 3 3 2 3
5 2 2 2 2 3
6 3 3 2 2 3
7 3 3 3 2 3
8 3 3 3 3 3
9 3 3 3 2 3
10 3 3 2 3 3
11 3 3 3 3 3
12 2 2 3 2 4
13 3 3 3 3 3
14 3 3 3 3 3
15 3 3 3 3 3
16 3 3 4 3 3
17 4 4 4 3 3
18 3 3 3 3 4
19 3 3 3 3 3
20 3 3 4 3 3
21 3 3 3 3 3
22 3 3 3 3 3
Jumlah 65 65 66 58 68
Rata-rata 73,86% 73,86% 75,00% 65,91% 77,27% 73,18%
Kategori baik baik Cukup Cukup baik Cukup
252
Lampiran 12
RUBRIK PENILAIAN
KETERCAPAIAN TAHAPAN GROUP INVESTIGATION
pada LEMBAR KERJA KELOMPOK (LIK)
A. PERTEMUAN 1
Tahapan GI
(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor Jawaban yang di harapkan
1. Seleksi
Topik
2.Merencana
kan Investigasi
(a. memberi
kan penjelasan
sederhana)
(b. memban
gun
keterampilan
dasar)
Tidak ada
jawaban
Memilih 1
subtopik
Memilih 2
subtopik
Memilih 4
subtopik
0
1
2
3
Jawaban dibebaskan
Tidak ada
jawaban
Menulis
perencanaan
investigasi
dengan kurang
lengkap
Menulis
perencanaan
investigasi
dengan
lengkap
0
1
2
Jawaban dibebaskan
3.
implementasi
(c. menyimpul
kan)
(d.
memberikan
penjelasan
lebih lanjut)
Tidak ada
jawaban
Menjawab
dengan
jawaban tidak
relevan
Menjawab
dengan
jawaban
kurang
lengkap dan
namun relevan
Menjawab
jawaban
0
1
2
3
A. Jamur Tempe :
• Tubuh multiseluler.
• Habitat umumnya di darat
sebagai saprofit.
• Hifa tidak bersekat.
• Reproduksi:
- Vegetatif: dengan spora.
- Generatif: dengan konjugasi hifa
(+) dengan hlifa (-) akan
menghasilkan zigospora yang
nantinya akan tumbuh menjadi
individu baru.
• Mempunyal membran Intl
(eukariot), tetapi dapat membuat
253
dengan
lengkap dan
relevan
makanan sendiri kanena
mengandung kiorofil. Jamur
memperoleh makanan dari
lingkungan di sekitarnya.
• Jamur bersel banyak
(multiseluler) terdiri atas benang-
benang halus yang disebut hifa.
• Cabang dan hifa disebut dengan
miselium yang berfungsi menyerap
makanan dan substratnya.
• Bersifat saprofit dan parasit.
• Berkembang biak secara aseksual
dan seksual.
• Perkembangbiakan secara
aseksual dilakukan oleh jamur
yang bersel tunggal (uniseluler),
yaitu dengan pertunasan dan
pemutusan hifa (fragmentasi).
• Perkembangbiakan secara seksual
dilakukan dengan membentuk
askus spora.
Hifanya bercabang banyak tidak
bersekat saat masih muda dan
bersekat setelah menjadi tua
Reproduksi vegetatif dengan cara
membentuk spora tak berflagel
(aplanospora) dan generatif dengan
cara gametangiogami dari dua hifa
yang kompatibel/konjugasi dengan
menghasilkan zigospora. Jamur
tempe atau yang juga disebut
dengan kapang tempe, memegang
peranan yang sangat penting
dalam pembentukan butir kedelai
menjadi tempe yang padat. Jamur
yang biasa digunakan untuk tempe
ini merupakan kelompok
Zygomycota yang memang terdiri
dari benang-benang hifa yang
bersekat
B. Jamur Oncom
Oncom adalah makanan asal In
donesia yang terutama populer di
Jawa Barat. Makanan ini adalah
254
produk fermentasi yang dilakukan
oleh beberapa jenis kapang, mirip
dengan pengolahan
terhadap tempe. Perbedaaannya
adalah bahwa pada oncom hasil
olahan dinyatakan siap
diperdagangkan setelah kapang
menghasilkan spora, sementara
pada tempe hasil olahan
diperdagangkan sebelum kapang
menghasilkan spora (baru dalam
tahap hifa).
Ada dua jenis utama
oncom: oncom merah dan oncom
hitam. Oncom merah didegradasi
oleh kapang oncom Neurospora
sitophila atau N.
intermedia sedangkan oncom
hitam didegradasi oleh kapang
tempe Rhizopus
oligosporus dan/atau jenis-
jenis Mucor. Oncom adalah satu-
satunya bahan makanan manusia
yang diolah dengan melibatkan
jenis Neurospora.
Neurospora crassa merupakan
salah satu spesies yang masuk ke
dalam Genus Neurospora.
Pertumbuhan jamur ini yang sangat
pesat, warna jingganya yang khas,
serta bentuk spora (konidia) yang
berbentuk seperti tepung
merupakan ciri-ciri khas kapang ini
Neurospora crassa memiliki
spora berbentuk seperti urat saraf
berloreng-loreng, sering terdapat
pada produk-produk bakeri dan
menyebabkan kerusakan sehingga
biasanya disebut bakery mold atau
red bread-mold. Neurospora
crassa juga dikenal sebagai jamur
oncom. Dalam proses fermentasi
jamur ini berkembang biak dan
menjadikan makanan berwarna
kuning-kemerahan.
Reproduksi aseksual terjadi
255
dengan pembentukan spora
aseksual yang disebut konidia pada
ujung konidiofor. Jika konidia
jatuh pada tempat yang sesuai,
maka konidia tersebut akan
tumbuh menjadi miselium.
Reproduksi seksual terjadi
peleburan antara hifa diploid (n),
yaitu hifa (+) dan hifa (-). Dari hifa
(+) terbentuk anteridium dan dari
hifa (-) terbentuk askogonium.
Kedua hifa ini akan saling
mendekat dan setelah itu terjadi
plasmogami, yaitu bersatunya
plasma anteridium dan
askogonium. Pada saat penyatuan,
akan terbentuk hifa dikariotik
(berinti 2). Kemudian terjadi
kariogami, yaitu bersatunya inti-
inti yang haploid tadi, sehingga
terjadi fertilisasi antara 2 inti
tersebut dan terbentuk sel diploid.
Lalu, sel diploid mengadakan
pembelahan meiosis sehingga
terbentuk 4 sel anak yang haploid.
Masing-masing sel anak haploid
mengadakan pembelahan mitosis
dan terbentuk 8 sel askospora yang
haploid. Saat askospora jatuh pada
tempat yang sesuai, maka akan
tumbuh menjadi miselium
Skor maksimal ` 8
4. Analisis dan
sintesis
(c.menyimpul
kan)
(d. memberi
kan penjelasan
lebih lanjut)
Tidak ada
jawaban
Menjawab
dengan
jawaban tidak
relevan
Menjawab
dengan
jawaban
kurang
lengkap dan
namun relevan
Menjawab
jawaban
0
1
2
Dalam mengatasi permasalahan
obesitas dan kandiasis dapat di
atasi oleh makanan alternatif
yang berasal dari jamur
contohnya oncom dan tempe.
Karena makanan olahan dari
kacang kedelai ini merupakan
salah satu menu untuk diet bagi
penderita obesitas. Karena pada
jamur tempe dan oncom
menghasilkan enzim amylase,
lipase, dan protease yang
berperan penting dalam proses
fermentasi, yakni untuk
256
dengan
lengkap dan
relevan
3 menguraikan zat pati menjadi
gula, menguraikan bahan-
bahan, lemak, dan protein.
Selain itu, kedua makanan ini
dapat menguraikan struktur
kimia dari bahan-bahan
pembuatannya menjadi
senyawa yang lebih sederhana,
sehingga akan lebih mudah
dicerna dan dimanfaatkan oleh
tubuh.
Persamaan antara penyakit
obesitas dan kandiasis pada
mulut bayi yaitu keduanya
termasuk kelainan yang
menyerang pada sistem
pencernaan. Oleh karenanya,
banyaknya racun yang
menumpuk dan memenuhi usus
dan oran tubuh membuat
metabolisme tubuh menjadi
menurun. Selain itu, pada
penyakit kandiasis juga
diakibatkan dari metabolisme
yang melemah.
Oleh karenanya, kedua
permasalahan tersebut dapat
diatasi dengan tempe dan
oncom sebagai diet enzim
untuk menormalkan kembali
metabolisme tubuh agar
bekerja dengan baik. Dan juga
dengan diberi tambahan obat
luar bagi penderita kandiasis.
Skor maksimal 3
5. Penyajian
hasil akhir
(e. strategi dan
taktik)
Tidak ada
jawaban
Menyajikan
laporan
tidak
relevan
Menyajikan
laporan
kurang
lengkap dan
relevan
0
1
2
Jawaban dibebaskan
257
Menyajikan
laporan
lengkap dan
relevan
3
Skor maksimal 3
Skor maksimal = 14
Nilai =
X 100%
258
B. PERTEMUAN 2
Tahapan GI
(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor
Jawaban yang di
harapkan
1. Seleksi Topik
2.Merencanakan
Investigasi
(a. memberikan
penjelasan
sederhana)
(b. membangun
keterampilan
dasar)
Tidak ada
jawaban
Memilih 1
subtopik
Memilih 2
subtopik
Memilih 4
subtopik
0
1
2
3
Jawaban dibebaskan
Tidak ada
jawaban
Menulis
perencanaan
investigasi
dengan kurang
lengkap
Menulis
perencanaan
investigasi
dengan lengkap
0
1
2 Jawaban dibebaskan
3. Implementasi
(c.
menyimpulkan)
(d. memberikan
penjelasan lebih
lanjut)
Tidak ada
jawaban
Menjawab
dengan jawaban
tidak relevan
Menjawab
dengan jawaban
kurang lengkap
dan namun
relevan
Menjawab
jawaban dengan
lengkap dan
relevan
0
1
2
3
A. Jamur
Basidiomycota
1. Ciri-ciri jamur dari
divisi Basidiomycota:
a. Hifanya bersekat,
mengandung inti haploid.
b. Mempunyai tubuh
buah yang bentuknya
seperti payung yang
terdiri dari bagian batang
dan tudung. Pada bagian
bawah tudung tampak
adanya lembaran-
lembaran (bilah) yang
merupakan tempat
terbentuknya basidium.
Tubuh buah disebut
basidiokarp.
2. Reproduksi secara
seksual dan aseksual
d. Miselium ada 3
macam, yaitu:
259
1) Miselium primer,
yaitu miselium yang sel-
selnya berinti satu hasil
pertumbuhan
basidiospora.
2) Miselium sekunder,
yaitu miselium yang sel-
selnya berinti dua.
3) Miselium tersier, yaitu
miselium yang terdiri
atas miselium sekunder
yang terhimpun
membentuk jaringan
yang teratur pada
pembentukan
basidiokarp dan
basidiofor yang
menghasilkan
basidiospora.
3. Habitat jamur
Basidiomycota
umumnya hidup
sebagai saprofit pada
sisa-sisa makhluk
hidup
4. Peranan jamur
Basidiomycota terbagi
menjadi 2 yaitu :
menguntungkan (dapat
dijadikan bahan
makanan dan sebagai
obat-obatan) contoh :
jamur merang, jamur
tiram, jamur kancing,
jamur kuping, jamur
lingzhi.
Sedangkan peran
merugikan yaitu dapat
menyebabkan
keracunan bagi
manusia contoh :
Amanita sp.
B. Jamur
Deuteromycota
1. Ciri-ciri : multiseluler
260
hifanya yang bersekat,
berukuran mikroskopis
2. Reproduksi vegetatif
dengan konidiospora.
3. Habitat : bersifat
saprofit atau parasit.
Hidup didaratan dan
tempat lembab
4. Peranan: umumnya
merugikan bagi
makhluk hidup seperti
jamur penyebab panu
yang disebabkan oleh
jamur Malassezia
furfur
Skor maksimal 8
4. Analisis dan
sintesis
(c.menyimpulkan)
(d. memberikan
penjelasan lebih
lanjut)
Tidak ada
jawaban
Menjawab
dengan jawaban
tidak relevan
Menjawab
dengan jawaban
kurang lengkap
dan namun
relevan
Menjawab
jawaban dengan
lengkap dan
relevan
0
1
2
3
Ganoderma
merupakan jamur yang
termasuk ke dalam
divisi Basidiomycota.
Jamur ini merupakan
jamur yang paling
terkenal serta banyak
dikonsumsi dan
dibudidayakan karena
mengandung banyak
manfaat yaitu
menurunkan berat
badan,
menyembuhkan
penyakit jantung,
liver, diabetes, dan
banyak lagi terutama
untuk permasalahan
pada peredaran darah.
Ganoderma ini
memiliki bentuk yang
mirip dengan bentuk
piring. Permukaannya
mempunyai warna dari
merah dan cokelat
kemerahan. Pada saat
muda, lapisan luar
berwarna putih
kewarna kuning dan
batangnya mempunyai
261
warna yang sama.
Manfaat jamur
ganoderma yaitu
sangat baik bagi
kesehatan. Seperti
dapat menangkal
radikal bebas dan
sebagai antioksidan
bagi kesehatan kulit.
Oleh karenanya selain
pengobatan luar pada
jamur panu, dengan
mengkonsumsi jamur
ganoderma ini dapat
menjaga kesehatan
kulit sehingga dengan
tingginya kadar
oksidan dalam tubuh
dapat mencegah
ataupun mengobati
berbagai penyakit
kulit.
Skor maksimal 3
5. Penyajian hasil
akhir
(e. strategi dan
taktik)
Tidak ada
jawaban
Menyajikan
laporan tidak
relevan
Menyajikan
laporan kurang
lengkap dan
relevan
Menyajikan
laporan lengkap
dan relevan
0
1
2
3
Jawaban dibebaskan
Skor maksimal 3
Skor maksimal = 14
Nilai =
X 100%
262
C. PERTEMUAN 3
Tahapan GI
(Aspek KBK) Kriteria Penilaian Skor
Jawaban yang di
harapkan
1. Seleksi Topik
2.Merencanakan
Investigasi
(a. memberikan
penjelasan
sederhana)
(b. membangun
keterampilan
dasar)
Tidak ada
jawaban
Memilih 1
subtopik
Memilih 2
subtopik
Memilih 4
subtopik
0
1
2
3
Jawaban dibebaskan
Tidak ada
jawaban
Menulis
perencanaan
investigasi
dengan kurang
lengkap
Menulis
perencanaan
investigasi
dengan lengkap
0
1
2 Jawaban dibebaskan
3. Implementasi
(c.
menyimpulkan)
(d. memberikan
penjelasan lebih
lanjut)
Tidak ada
jawaban
Menjawab
dengan jawaban
tidak relevan
Menjawab
dengan jawaban
kurang lengkap
dan namun
relevan
Menjawab
jawaban dengan
lengkap dan
relevan
0
1
2
3
Liken dan mikoriza
merupakan simbiosis
yang terjadi antara
organisme satu dengan
yang lainnya yang
bertujuan untuk
memperoleh keuntungan
bagi organisme tersebut.
pada liken sebagai
simbiosis antara alga
dengan jamur sedangkan
pada mikoriza merupakan
simbiosis antara jamur
dengan akar tanaman.
A. Liken
Umumnya liken
berbentuk talus yang
tipis. Pada irisan
melintang talus tampak
bagian luarnya berupa
miselium yang kompak
dan di sebelah dalamnya
263
terdapat hifa yang
susunannya tidak
kompak. Di antara
struktur luar dan dalam
tersebut terdapat sel-sel
atau koloni ganggang.
Selain itu juga disebut
sebagai organisme
perintis karena jika
terjadi perubahan cuaca
dan kelembapan, maka
liken akan melepaskan
fragmen halus dan zat
kimianya sehingga daapt
melapukkan permukaan
batuan. Selain itu,
manfaat liken membantu
dalam proses pelapukan
batuan, di bidang indsutri
sebagai bahan kosmetik,
bahan pewarna dan dapat
menyerap sulfur dioksida
yang merupakan
komponen pencemaran
udara, sehingga liken
dapat dijadikan petunjuk
adanya polusi udara
B. Mikoriza
Ciri-cirinya yaitu
Adanya struktur berupa
vesikel dan arbuskul.
Vesikel merupakan
penggelembungan hifa
yang berbentuk bulat dan
berfungsi sebagai tempat
penyimpanan cadangan
makanan
Arbuskul merupakan
sistem percabangan hifa
yang kompleks
bentuknya seperti akar
yang halus dan berfungsi
sebagai tempat
pertukaran nutrisi antara
jamur dan tanaman.
264
Keuntungan
mikoriza: meningkatkan
pertumbuhan tanaman,
meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap
serangan penyakit air,
penyakit tanah dan
serangan nematode,
meningkatkan
penyerapan unsur hara
oleh akar yang dibantu
oleh miselium, dan dapat
meningkatkan aerasi
dalam tanah
Skor maksimal 8
4. Analisis dan
sintesis
(c.menyimpulkan)
(d. memberikan
penjelasan lebih
lanjut)
Tidak ada
jawaban
Menjawab
dengan jawaban
tidak relevan
Menjawab
dengan jawaban
kurang lengkap
dan namun
relevan
Menjawab
jawaban dengan
lengkap dan
relevan
0
1
2
3
Lichen dikenal
sebagai tanaman
perintis karena
kemampuan bertahan
hidupnya yang sangat
kuat. Lichen sendiri
bisa tinggal di dalam
sebuah lingkungan
dengan kondisi yang
sangat ekstrim. Yang
lebih hebat lagi, lichen
sendiri bisa membantu
proses pelapukan
batuan dan juga
pembentukan tanah
dari batu-batuan
sehingga, lichen
sendiri dikenal sebagai
salah satu tanaman
yang sangat berguna
bagi kehidupan. Oleh
karenanya, di saat
hutan yang terbakar,
yang mampu bertahan
hidup dalam kondisi
ekstrem hanyalah
lichen yang membantu
proses terjadinya
kembali pertumbuhan
tanaman di hutan yang
telah terbakar
265
Pada mikoriza,
dengan adanya
simbiosis antara akar
tanaman dan jamur
akan mempermudah
akar mencari sumber
air lebih jauh lagi
ataupun lebih dalam
memasuki tanah.
Sehingga tanaman
tersebut tidak mati
ataupun kekurangan air
yang diakibatkan dari
musim kemarau.
Skor maksimal 3
5. Penyajian hasil
akhir
(e. strategi dan
taktik)
Tidak ada
jawaban
Menyajikan
laporan tidak
relevan
Menyajikan
laporan kurang
lengkap dan
relevan
Menyajikan
laporan lengkap
dan relevan
0
1
2
3
Jawaban dibebaskan
Skor maksimal 3
Skor maksimal = 14
Nilai =
X 100%
266
Lampiran 13
Lembar Penilaian LIK Kelas Eksperimen II
A. Pertemuan 1
Kelompok
Tahapan GI
Nilai 1 2 3 4 5
Seleksi topik
Perencanaan
investigasi Implementasi
Analisis
dan
sintesis
Penyajian
hasil akhir
1 1 2 2 2 3 71.43
2 2 2 3 2 3 85.71
3 1 1 2 3 3 71.43
4 2 2 2 2 3 78.57
5 1 1 2 2 3 64.29
6 1 1 2 3 3 71.43
7 1 2 3 3 3 85.71
8 1 2 3 3 3 85.71
9 2 2 3 3 3 92.86
10 1 2 3 3 3 85.71
Rata-rata 79.29
Kategori Baik
MAX 92.86
MIN 64.29
RATA-RATA 79.29
267
B. Pertemuan 2
Kelompok
Tahapan GI
Nilai 1 2 3 4 5
Seleksi topik
Perencanaan
investigasi Implementasi
Analisis
dan
sintesis
Penyajian
hasil akhir
1 1 2 2 2 3 71.43
2 1 2 3 2 3 78.57
3 1 2 3 2 3 78.57
4 1 2 3 3 3 85.71
5 1 2 3 3 3 85.71
6 1 2 3 3 3 85.71
7 2 2 3 2 3 85.71
8 1 2 3 3 3 85.71
9 1 2 3 3 3 85.71
10 2 2 2 2 3 78.57
Rata-rata 82.14
Kategori Baik
MAX 85.71
MIN 71.43
RATA-RATA 82.14
268
C. Pertemuan 3
Kelompok
Tahapan GI
Nilai 1 2 3 4 5
Seleksi
topik
Perencanaan
investigasi Implementasi
Analisis
dan
sintesis
Penyajian
hasil akhir
1 1 2 2 2 3 71.43
2 1 2 3 2 3 78.57
3 1 2 3 2 3 78.57
4 2 2 3 3 3 92.86
5 1 2 3 3 3 85.71
6 1 2 3 3 3 85.71
7 2 2 3 2 3 85.71
8 1 2 3 3 3 85.71
9 1 2 3 3 3 85.71
10 2 2 2 2 3 78.57
Rata-rata 82.86
Kategori Baik
MAX 92.86
MIN 71.43
RATA-RATA 82.86
269
Lampiran 14
Lembar Ketercapaian KBK pada LIK Kelas Eksperimen II
A. Pertemuan I
Kelompok
Tahapan KBK
1 2 3 4 5
Memberikan
penjelasan
sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyimpul
kan
Memberikan
penjelasan
lebih lanjut
Strategi dan
taktik
1 3 3 3 1 3
2 3 3 3 3 3
3 3 3 3 2 3
4 3 3 3 2 3
5 2 3 2 2 3
6 2 2 2 1 3
7 3 3 3 2 3
8 3 3 3 3 3
9 3 3 3 2 3
10 3 3 3 3 4
Jumlah 27 28 28 21 32
Rata-rata 70,00% 72,50% 70,00% 52,50% 77,50% 68,50%
Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup
270
B. Pertemuan 2
Kelompok
Tahapan KBK
1 2 3 4 5
Memberikan
penjelasan
sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyimpul
kan
Memberikan
penjelasan
lebih lanjut
Strategi
dan taktik
1 3 3 3 2 3
2 3 3 3 3 4
3 3 3 3 2 3
4 3 3 3 1 3
5 3 3 3 2 3
6 3 3 3 2 3
7 3 3 3 3 3
8 3 3 3 3 3
9 3 3 3 3 3
10 3 3 3 3 3
Jumlah 30 30 30 24 31
Rata-rata 75,00% 75,00% 75,00% 60,00% 77,50% 72,50%
Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Baik Cukup
271
C. PERTEMUAN 3
Kelompok
Tahapan KBK
1 2 3 4 5
Memberikan
penjelasan
sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyimpul
kan
Memberikan
penjelasan
lebih lanjut
Strategi
dan taktik
1 3 3 3 2 3
2 3 3 3 3 4
3 3 3 3 2 3
4 3 3 3 2 3
5 3 3 3 2 3
6 3 3 3 2 3
7 4 4 4 3 4
8 3 3 3 3 3
9 3 3 3 3 3
10 3 3 3 3 3
Jumlah 31 31 31 25 32
Rata-rata 77,50% 77,50% 77,50% 62,50% 80% 75%
Kategori Cukup Cukup Cukup cukup Baik Cukup
272
Lampiran 15
Rekapitulasi Keterlaksanaan Model Think Pair Share
A. Lembar Observasi Aktivitas Guru
No Tahapan Aktivitas Guru Dilaksanakan
Skala Penilaian
Jumlah
Persentase
Pert.
I
Pert.
II
Pert.
III
1.
Thinking (guru
menyampai
kan
pertanyaan
secara
individual)
Menyebutkan dan
menjelaskan
tujuan
pembelajaran
Ya 4 4 4 12 100%
Memberitahukan
aktivitas-aktivitas
yang dilakukan
Memotivasi
peserta didik untuk
terlibat secara aktif
dalam
pembelajaran
Menggali
kemampuan awal
peserta didik
dengan
menanyakan suatu
kasus yang
berkaitan dengan
materi jamur
Memberikan
instruksi kepada
siswa untuk
memikirkan
terlebih dahulu
jawaban masing-
masing
2.
Pairing
(setiap
siswa
mendiskusi
kan hasil
pemikiran
masing-
Mengkoordinasi
siswa untuk
membentuk
kelompok secara
berpasangan siswa
pada masing-
masing kelompok
dan membagikan
LKS
Ya
4
4
4
12
100%
273
masing
dengan
pasangan)
Memberikan
instruksi untuk
jawaban yang telah
di dapatkan dari
hasil Think secara
mandiri
selanjutnya di
diskusikan
bersama teman
kelompoknya
untuk saling
berdiskusi secara
bersama atas
permasalahan yang
telah diberikan
Mengatur
penggunaan waktu
untuk diskusi kelas
dengan tepat
3.
Sharing
(siswa
berbagi
jawaban
dengan
seluruh
kelas)
Membimbing dan
memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan
informasi
yang sesuai
dengan
permasalahan yang
telah diberikan
Ya
4
4
4
12
100%
Mengarahkan
perhatian peserta
didik pada materi
yang dihadapi
pada masing-
masing kelompok
Melakukan cek
pada tiap
kelompok untuk
memantau
kegiatan peserta
didik dalam
kelompok
Mengusahakan
agar setiap peserta
didik dalam
kelompok terlibat
aktif dalam
274
berdiskusi
Meminta peserta
didik untuk
menyiapkan hasil
diskusi yang akan
dipresentasikan
Memilih secara
acak kelompok
yang maju untuk
presentasi
kelompok
Rata-Rata 100%
275
B. Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik
No Tahapan TPS Sub-aspek Keterampilan
Berpikir Kritis
Keterlaksanaan (%) Kategori
Per. 1 Per. 2 Per. 3
1.
Pada Fase thinking
siswa merespon
dengan memikirkan
jawaban dari
pertanyaan mengenai
suatu permasalahan
yang telah diberikan
oleh guru
Memfokuskan pertanyaan
√ √ √
Menganalisis argumen
Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan atau tantangan
Persentase 88,33% Baik
2.
Pada Fase pairing
siswa membentuk
kelompok dengan
temannya secara
berpasangan
Mempertimbangkan
kredibilitas suatu sumber
√ √ √
Membuat induksi dan
mempertimbangkan induksi
Membuat keputusan dan
mempertimbangkan
hasilnya
Mengidentifikasi asumsi
Persentase 88,33% Baik
3.
Pada fase sharing
siswa mengerjakan
dengan baik intruksi
yang telah diberikan
dan melakukan
presentasi
Memutuskan suatu tindakan
√ √ √
Berinteraksi dengan orang
lain
Persentase 95,83% Baik
Rata-rata Nilai Pertemuan 89,49% Baik
276
Lampiran 16
Rekapitulasi Keterlaksanaan Group Investigation
A. Lembar Observasi Aktivitas Guru
No Tahapan Aktivitas Guru Dilaksanakan
Skala Penilaian
Jumlah
Persentase
Pert.
I
Pert.
II
Pert.
III
1.
Seleksi topik
Menyebutkan
dan menjelaskan
tujuan
pembelajaran
Ya 4 4 4 12 100%
Memberitahukan
aktivitas-aktivitas
yang dilakukan
Memotivasi
peserta didik
untuk terlibat
secara aktif
dalam
pembelajaran
Menggali
kemampuan awal
peserta didik
dengan
menanyakan
suatu kasus yang
berkaitan dengan
materi jamur
Mengkoordinasi
siswa untuk
membentuk
kelompok secara
heterogen yang
berisi 4-5 siswa
pada masing-
masing kelompok
dan membagikan
LIK
277
Memberikan
instruksi kepada
siswa untuk
membaca wacana
yang terdapat di
dalam LIK.
2.
Perencanaan
Investigasi
Meminta siswa
untuk
merencanakan
proses investigasi
dari topik yang
dipilih.
Ya
4
4
4
12
100%
Mengatur
penggunaan
waktu untuk
diskusi kelas
dengan tepat
3.
Implementas
i
(membimbin
g
pelaksanaan
investigasi)
Membimbing
siswa dalam
mempersiapkan
prosedur belajar
yang telah dipilih
dalam
melaksanakan
proses
penyelidikan
Ya
4
4
4
4
100%
Membimbing dan
memotivasi
peserta didik
untuk
mengumpulkan
informasi
yang sesuai
dengan
permasalahan
dan topik yang
dipilih
278
Mengawasi
kinerja siswa di
dalam melakukan
kegiatan
penyelidikan
kelompok
Melakukan cek
pada tiap
kelompok untuk
memantau
kegiatan peserta
didik dalam
kelompok
Mengusahakan
agar setiap
peserta didik
dalam kelompok
terlibat aktif
dalam investigasi
Merangsang
interaksi antar
peserta didik
pada saat diskusi
kelas
berlangsung
4.
Analisis dan
Sintesis
Memberikan
umpan balik
terhadap
kesalahan peserta
didik pada saat
diskusi
Ya
4
4
4
12
100%
Membimbing
siswa dalam
proses investigasi
dan memberikan
bantuan jika
diperlukan
279
Meminta peserta
didik
untuk
mengaitkan
antara
permasalahan
dalam wacana
dengan materi
5.
Penyajian
Hasil Akhir
Meminta setiap
kelompok untuk
mempresentasi
kan hasil
investigasi
Ya
4
4
4
4
100%
6.
Evaluasi
Mengevaluasi
kinerja tiap
kelompok
Ya
4
4
4
4
100%
Mempersilahkan
siswa untuk
bertanya ataupun
menanggapi dari
hasil presentasi
kelompok lain.
Rata-Rata 100%
280
B. Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik
No Tahapan GI Sub-aspek Keterampilan
Berpikir Kritis Keterlaksanan (%)
Kategori Per. 1 Per. 2 Per. 3
1.
Pada Fase seleksi
topik siswa memilih
topik pembelajaran
Memfokuskan pertanyaan √ √ √
Menganalisis argumen
Persentase 79,16% Baik
2.
Pada Fase
perencanaan kooperatif siswa
menjalankan
prosedur sesuai
dengan intruksi yang
diberikan oleh guru
Bertanya dan menjawab
pertanyaan tentang suatu
penjelasan atau tantangan √ √ √
Persentase 91,66% Sangat baik
3.
Pada Fase
penerapan siswa
mengerjakan tugas
atau LIK dengan
tertib dan siswa
mengalami kesulitan
Mempertimbangkan
kredibilitas suatu sumber
Mengobservasi dan
mempertimbangkan hasil
observasi
Persentase 83,67% Baik
4.
Pada Fase analisis
dan sintesis siswa
melakukan
investigasi dan
analisis tugas atau
LIK yang diberikan
oleh guru.
Membuat induksi dan
mempertimbangkan
induksi
√ √ √ Membuat keputusan dan
mempertimbangkan
hasilnya
Mengidentifikasi asumsi
Persentase 80,55% Baik
5.
Pada Fase presentasi
investigasi siswa
mempresentasikan
hasil investigasinya
pada masing-masing
kelompok.
Memutuskan suatu
tindakan
Berinteraksi dengan orang
lain
√ √ √
6.
Akhir Fase evaluasi
siswa menerima
masukan dari guru
dan merangkum
akhir materi
Persentase 79,16% Baik
Rata-rata Nilai Pertemuan 82,26% Baik
281
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Firdhani Hayani
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Selasa, 21 Februari 2017
Sekolah/Kelas : MIA 2
Pertemuan ke- : 1
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS
(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)
pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Thinking (guru
menyampaikan
pertanyaan secara
individual)
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik untuk
terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
282
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk memikirkan
terlebih dahulu jawaban
masing-masing
√
2.
Pairing (setiap
siswa
mendiskusikan
hasil pemikiran
masing-masing
dengan pasangan)
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara
berpasangan siswa pada
masing-masing kelompok dan
membagikan LKS
√
Memberikan instruksi untuk
jawaban yang telah di dapatkan
dari hasil Think secara mandiri
selanjutnya di diskusikan
bersama teman kelompoknya
untuk saling berdiskusi secara
bersama atas permasalahan
yang telah diberikan
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Sharing (siswa
berbagi jawaban
dengan seluruh
kelas)
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan yang telah
diberikan
√
Mengarahkan perhatian peserta
didik pada materi yang dihadapi
pada masing-masing kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam berdiskusi
√
Meminta peserta didik untuk
menyiapkan hasil diskusi yang √
283
akan dipresentasikan
Memilih secara acak kelompok
yang maju untuk presentasi
kelompok √
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 21 Februari 2017
Observer
(Firdhani Hayani)
284
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Refika Nurul Afifa
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Selasa, 21 Februari 2017
Sekolah/Kelas : MIA 2
Pertemuan ke- : 1
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS
(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)
pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Thinking (guru
menyampaikan
pertanyaan secara
individual)
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik untuk
terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
285
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk memikirkan
terlebih dahulu jawaban
masing-masing
√
2.
Pairing (setiap
siswa
mendiskusikan
hasil pemikiran
masing-masing
dengan pasangan)
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara
berpasangan siswa pada
masing-masing kelompok dan
membagikan LKS
√
Memberikan instruksi untuk
jawaban yang telah di dapatkan
dari hasil Think secara mandiri
selanjutnya di diskusikan
bersama teman kelompoknya
untuk saling berdiskusi secara
bersama atas permasalahan
yang telah diberikan
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Sharing (siswa
berbagi jawaban
dengan seluruh
kelas)
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan yang telah
diberikan
√
Mengarahkan perhatian peserta
didik pada materi yang dihadapi
pada masing-masing kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam berdiskusi
√
Meminta peserta didik untuk
menyiapkan hasil diskusi yang √
286
akan dipresentasikan
Memilih secara acak kelompok
yang maju untuk presentasi
kelompok √
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 21 Februari 2017
Observer
(Refika Nurul Afifa)
287
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Firdhani Hayani
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017
Sekolah/Kelas : MIA 2
Pertemuan ke- : 2
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS
(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)
pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Thinking (guru
menyampaikan
pertanyaan secara
individual)
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik untuk
terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
288
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk memikirkan
terlebih dahulu jawaban
masing-masing
√
2.
Pairing (setiap
siswa
mendiskusikan
hasil pemikiran
masing-masing
dengan pasangan)
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara
berpasangan siswa pada
masing-masing kelompok dan
membagikan LKS
√
Memberikan instruksi untuk
jawaban yang telah di dapatkan
dari hasil Think secara mandiri
selanjutnya di diskusikan
bersama teman kelompoknya
untuk saling berdiskusi secara
bersama atas permasalahan
yang telah diberikan
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Sharing (siswa
berbagi jawaban
dengan seluruh
kelas)
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan yang telah
diberikan
√
Mengarahkan perhatian peserta
didik pada materi yang dihadapi
pada masing-masing kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam berdiskusi
√
Meminta peserta didik untuk
menyiapkan hasil diskusi yang √
289
akan dipresentasikan
Memilih secara acak kelompok
yang maju untuk presentasi
kelompok √
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 28 Februari 2017
Observer
(Firdhani Hayani)
290
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Refika Nurul Afifa
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Selasa, 28 Februari 2017
Sekolah/Kelas : MIA 2
Pertemuan ke- : 2
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS
(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)
pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Thinking (guru
menyampaikan
pertanyaan secara
individual)
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik untuk
terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
291
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk memikirkan
terlebih dahulu jawaban
masing-masing
√
2.
Pairing (setiap
siswa
mendiskusikan
hasil pemikiran
masing-masing
dengan pasangan)
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara
berpasangan siswa pada
masing-masing kelompok dan
membagikan LKS
√
Memberikan instruksi untuk
jawaban yang telah di dapatkan
dari hasil Think secara mandiri
selanjutnya di diskusikan
bersama teman kelompoknya
untuk saling berdiskusi secara
bersama atas permasalahan
yang telah diberikan
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Sharing (siswa
berbagi jawaban
dengan seluruh
kelas)
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan yang telah
diberikan
√
Mengarahkan perhatian peserta
didik pada materi yang dihadapi
pada masing-masing kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam berdiskusi
√
Meminta peserta didik untuk
menyiapkan hasil diskusi yang √
292
akan dipresentasikan
Memilih secara acak kelompok
yang maju untuk presentasi
kelompok √
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 28 Februari 2017
Observer
(Refika Nurul Afifa)
293
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Firdhani Hayani
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Maret 2017
Sekolah/Kelas : MIA 2
Pertemuan ke- : 3
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS
(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)
pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Thinking (guru
menyampaikan
pertanyaan secara
individual)
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik untuk
terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
294
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk memikirkan
terlebih dahulu jawaban
masing-masing
√
2.
Pairing (setiap
siswa
mendiskusikan
hasil pemikiran
masing-masing
dengan pasangan)
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara
berpasangan siswa pada
masing-masing kelompok dan
membagikan LKS
√
Memberikan instruksi untuk
jawaban yang telah di dapatkan
dari hasil Think secara mandiri
selanjutnya di diskusikan
bersama teman kelompoknya
untuk saling berdiskusi secara
bersama atas permasalahan
yang telah diberikan
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Sharing (siswa
berbagi jawaban
dengan seluruh
kelas)
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan yang telah
diberikan
√
Mengarahkan perhatian peserta
didik pada materi yang dihadapi
pada masing-masing kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam berdiskusi
√
Meminta peserta didik untuk
menyiapkan hasil diskusi yang √
295
akan dipresentasikan
Memilih secara acak kelompok
yang maju untuk presentasi
kelompok √
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 7 Maret 2017
Observer
(Firdhani Hayani)
296
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Refika Nurul Afifa
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Selasa, 7 Maret 2017
Sekolah/Kelas : MIA 2
Pertemuan ke- : 3
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model TPS
(Think Pair Share) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis (√)
pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Thinking (guru
menyampaikan
pertanyaan secara
individual)
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik untuk
terlibat secara aktif dalam
pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
297
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk memikirkan
terlebih dahulu jawaban
masing-masing
√
2.
Pairing (setiap
siswa
mendiskusikan
hasil pemikiran
masing-masing
dengan pasangan)
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara
berpasangan siswa pada
masing-masing kelompok dan
membagikan LKS
√
Memberikan instruksi untuk
jawaban yang telah di dapatkan
dari hasil Think secara mandiri
selanjutnya di diskusikan
bersama teman kelompoknya
untuk saling berdiskusi secara
bersama atas permasalahan
yang telah diberikan
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Sharing (siswa
berbagi jawaban
dengan seluruh
kelas)
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan yang telah
diberikan
√
Mengarahkan perhatian peserta
didik pada materi yang dihadapi
pada masing-masing kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam berdiskusi
√
Meminta peserta didik untuk
menyiapkan hasil diskusi yang √
298
akan dipresentasikan
Memilih secara acak kelompok
yang maju untuk presentasi
kelompok √
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 7 Maret 2017
Observer
(Refika Nurul Afifa)
299
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Firdhani Hayani
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Februari 2017
Sekolah/Kelas : MIA 5
Pertemuan ke- : 1
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI
(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis
(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Seleksi Topik
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik
untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara √
300
heterogen yang berisi 4-5
siswa pada masing-masing
kelompok dan membagikan
LIK
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk membaca wacana
yang terdapat di dalam LIK. √
2.
Perencanaan
Investigasi
Meminta siswa untuk
merencanakan proses
investigasi dari topik yang
dipilih.
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Implementasi
(membimbing
pelaksanaan
investigasi)
Membimbing siswa dalam
mempersiapkan prosedur
belajar yang telah dipilih
dalam melaksanakan proses
penyelidikan
√
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan dan topik yang
dipilih
√
Mengawasi kinerja siswa di
dalam melakukan kegiatan
penyelidikan kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam investigasi
√
Merangsang interaksi antar
peserta didik pada saat diskusi
kelas berlangsung √
4. Analisis dan Memberikan umpan balik √
301
Sintesis
terhadap kesalahan peserta
didik pada saat diskusi
Membimbing siswa dalam
proses investigasi dan
memberikan bantuan jika
diperlukan
√
Meminta peserta didik
untuk mengaitkan antara
permasalahan dalam wacana
dengan materi √
5. Penyajian
Hasil Akhir
Meminta setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil
investigasi √
6.
Evaluasi
Mengevaluasi kinerja tiap
kelompok √
Mempersilahkan siswa untuk
bertanya ataupun menanggapi
dari hasil presentasi kelompok
lain.
√
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 23 Februari 2017
Guru Mata Pelajaran Biologi
(Firdhani Hayani)
302
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Refika Nurul Afifa
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Februari 2017
Sekolah/Kelas : MIA 5
Pertemuan ke- : 1
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI
(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis
(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Seleksi Topik
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik
untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara √
303
heterogen yang berisi 4-5
siswa pada masing-masing
kelompok dan membagikan
LIK
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk membaca wacana
yang terdapat di dalam LIK. √
2.
Perencanaan
Investigasi
Meminta siswa untuk
merencanakan proses
investigasi dari topik yang
dipilih.
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Implementasi
(membimbing
pelaksanaan
investigasi)
Membimbing siswa dalam
mempersiapkan prosedur
belajar yang telah dipilih
dalam melaksanakan proses
penyelidikan
√
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan dan topik yang
dipilih
√
Mengawasi kinerja siswa di
dalam melakukan kegiatan
penyelidikan kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam investigasi
√
Merangsang interaksi antar
peserta didik pada saat diskusi
kelas berlangsung √
4. Analisis dan Memberikan umpan balik √
304
Sintesis
terhadap kesalahan peserta
didik pada saat diskusi
Membimbing siswa dalam
proses investigasi dan
memberikan bantuan jika
diperlukan
√
Meminta peserta didik
untuk mengaitkan antara
permasalahan dalam wacana
dengan materi √
5. Penyajian
Hasil Akhir
Meminta setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil
investigasi √
6.
Evaluasi
Mengevaluasi kinerja tiap
kelompok √
Mempersilahkan siswa untuk
bertanya ataupun menanggapi
dari hasil presentasi kelompok
lain.
√
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 23 Februari 2017
Observer
(Refika Nurul Afifa)
305
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Firdhani Hayani
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Kamis, 2 Maret 2017
Sekolah/Kelas : MIA 5
Pertemuan ke- : 2
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI
(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis
(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Seleksi Topik
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik
untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara √
306
heterogen yang berisi 4-5
siswa pada masing-masing
kelompok dan membagikan
LIK
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk membaca wacana
yang terdapat di dalam LIK. √
2.
Perencanaan
Investigasi
Meminta siswa untuk
merencanakan proses
investigasi dari topik yang
dipilih.
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Implementasi
(membimbing
pelaksanaan
investigasi)
Membimbing siswa dalam
mempersiapkan prosedur
belajar yang telah dipilih
dalam melaksanakan proses
penyelidikan
√
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan dan topik yang
dipilih
√
Mengawasi kinerja siswa di
dalam melakukan kegiatan
penyelidikan kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam investigasi
√
Merangsang interaksi antar
peserta didik pada saat diskusi
kelas berlangsung √
4. Analisis dan Memberikan umpan balik √
307
Sintesis
terhadap kesalahan peserta
didik pada saat diskusi
Membimbing siswa dalam
proses investigasi dan
memberikan bantuan jika
diperlukan
√
Meminta peserta didik
untuk mengaitkan antara
permasalahan dalam wacana
dengan materi √
5. Penyajian
Hasil Akhir
Meminta setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil
investigasi √
6.
Evaluasi
Mengevaluasi kinerja tiap
kelompok √
Mempersilahkan siswa untuk
bertanya ataupun menanggapi
dari hasil presentasi kelompok
lain.
√
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 2 Maret 2017
Guru Mata Pelajaran Biologi
(Firdhani Hayani)
308
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Refika Nurul Afifa
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Kamis, 23 Februari 2017
Sekolah/Kelas : MIA 5
Pertemuan ke- : 2
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI
(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis
(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Seleksi Topik
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik
untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara √
309
heterogen yang berisi 4-5
siswa pada masing-masing
kelompok dan membagikan
LIK
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk membaca wacana
yang terdapat di dalam LIK. √
2.
Perencanaan
Investigasi
Meminta siswa untuk
merencanakan proses
investigasi dari topik yang
dipilih.
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Implementasi
(membimbing
pelaksanaan
investigasi)
Membimbing siswa dalam
mempersiapkan prosedur
belajar yang telah dipilih
dalam melaksanakan proses
penyelidikan
√
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan dan topik yang
dipilih
√
Mengawasi kinerja siswa di
dalam melakukan kegiatan
penyelidikan kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam investigasi
√
Merangsang interaksi antar
peserta didik pada saat diskusi
kelas berlangsung √
4. Analisis dan Memberikan umpan balik √
310
Sintesis
terhadap kesalahan peserta
didik pada saat diskusi
Membimbing siswa dalam
proses investigasi dan
memberikan bantuan jika
diperlukan
√
Meminta peserta didik
untuk mengaitkan antara
permasalahan dalam wacana
dengan materi √
5. Penyajian
Hasil Akhir
Meminta setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil
investigasi √
6.
Evaluasi
Mengevaluasi kinerja tiap
kelompok √
Mempersilahkan siswa untuk
bertanya ataupun menanggapi
dari hasil presentasi kelompok
lain.
√
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 2 Maret 2017
Observer
(Refika Nurul Afifa)
311
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Firdhani Hayani
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Maret 2017
Sekolah/Kelas : MIA 5
Pertemuan ke- : 3
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI
(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis
(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Seleksi Topik
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik
untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara √
312
heterogen yang berisi 4-5
siswa pada masing-masing
kelompok dan membagikan
LIK
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk membaca wacana
yang terdapat di dalam LIK. √
2.
Perencanaan
Investigasi
Meminta siswa untuk
merencanakan proses
investigasi dari topik yang
dipilih.
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Implementasi
(membimbing
pelaksanaan
investigasi)
Membimbing siswa dalam
mempersiapkan prosedur
belajar yang telah dipilih
dalam melaksanakan proses
penyelidikan
√
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan dan topik yang
dipilih
√
Mengawasi kinerja siswa di
dalam melakukan kegiatan
penyelidikan kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam investigasi
√
Merangsang interaksi antar
peserta didik pada saat diskusi
kelas berlangsung √
4. Analisis dan Memberikan umpan balik √
313
Sintesis
terhadap kesalahan peserta
didik pada saat diskusi
Membimbing siswa dalam
proses investigasi dan
memberikan bantuan jika
diperlukan
√
Meminta peserta didik
untuk mengaitkan antara
permasalahan dalam wacana
dengan materi √
5. Penyajian
Hasil Akhir
Meminta setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil
investigasi √
6.
Evaluasi
Mengevaluasi kinerja tiap
kelompok √
Mempersilahkan siswa untuk
bertanya ataupun menanggapi
dari hasil presentasi kelompok
lain.
√
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 9 Maret 2017
Guru Mata Pelajaran Biologi
(Firdhani Hayani)
314
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Nama Observer : Refika Nurul Afifa
Materi : Jamur
Hari/Tanggal : Kamis, 9 Maret 2017
Sekolah/Kelas : MIA 5
Pertemuan ke- : 3
Petunjuk Pengisian
Berikut ini daftar pengelolaan kegiatan pembelajaran dengan model GI
(Group Investigation) yang dilakukan guru di dalam kelas. Berikan tanda ceklis
(√) pada tahapan aktivitas guru yang dilakukan
Keterangan :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
KS : Kurang Sesuai
TS : Tidak Sesuai
No Tahapan Aktivitas Guru
Skala
Keterangan 4
(SS)
3
(S)
2
(KS)
1
(TS)
1.
Seleksi Topik
Menyebutkan dan menjelaskan
tujuan pembelajaran √
Memberitahukan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan √
Memotivasi peserta didik
untuk terlibat secara aktif
dalam pembelajaran
√
Menggali kemampuan awal
peserta didik dengan
menanyakan suatu kasus yang
berkaitan dengan materi jamur
√
Mengkoordinasi siswa untuk
membentuk kelompok secara √
315
heterogen yang berisi 4-5
siswa pada masing-masing
kelompok dan membagikan
LIK
Memberikan instruksi kepada
siswa untuk membaca wacana
yang terdapat di dalam LIK. √
2.
Perencanaan
Investigasi
Meminta siswa untuk
merencanakan proses
investigasi dari topik yang
dipilih.
√
Mengatur penggunaan waktu
untuk diskusi kelas dengan
tepat
√
3.
Implementasi
(membimbing
pelaksanaan
investigasi)
Membimbing siswa dalam
mempersiapkan prosedur
belajar yang telah dipilih
dalam melaksanakan proses
penyelidikan
√
Membimbing dan memotivasi
peserta didik untuk
mengumpulkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan dan topik yang
dipilih
√
Mengawasi kinerja siswa di
dalam melakukan kegiatan
penyelidikan kelompok
√
Melakukan cek pada tiap
kelompok untuk memantau
kegiatan peserta didik dalam
kelompok
√
Mengusahakan agar setiap
peserta didik dalam kelompok
terlibat aktif dalam investigasi
√
Merangsang interaksi antar
peserta didik pada saat diskusi
kelas berlangsung √
4. Analisis dan Memberikan umpan balik √
316
Sintesis
terhadap kesalahan peserta
didik pada saat diskusi
Membimbing siswa dalam
proses investigasi dan
memberikan bantuan jika
diperlukan
√
Meminta peserta didik
untuk mengaitkan antara
permasalahan dalam wacana
dengan materi √
5. Penyajian
Hasil Akhir
Meminta setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil
investigasi √
6.
Evaluasi
Mengevaluasi kinerja tiap
kelompok √
Mempersilahkan siswa untuk
bertanya ataupun menanggapi
dari hasil presentasi kelompok
lain.
√
Persentase Nilai Rata-rata (NR) =
x 100%
Kriteria taraf keberhasilan perlakuan:
90% ≤ NR ≤ 100% : Sangat Baik
80% ≤ NR ≤ 90% : Baik
70% ≤ NR ≤ 80% : Cukup Baik
60% ≤ NR ≤ 70% : Kurang
0% ≤ NR ≤ 60% : Sangat Kurang
Bogor, 9 Maret 2017
Observer
(Refika Nurul Afifa)
317
Lampiran 17
Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen I
No. Siswa Pretest Posttest
1 41,07 87,50
2 39,29 46,43
3 53,57 73,21
4 57,14 89,29
5 64,29 83,93
6 62,50 87,50
7 58,93 89,29
8 66,07 73,21
9 55,36 67,86
10 69,64 91,07
11 55,36 91,07
12 42,86 73,21
13 64,29 85,71
14 57,14 76,79
15 60,71 75
16 64,29 85,71
17 58,93 80,36
18 67,86 82,14
19 66,07 85,71
20 62,50 85,71
21 58,93 82,14
22 64,29 73,21
23 62,50 78,57
24 62,50 73,21
25 60,71 78,57
26 60,71 83,93
27 60,71 87,50
28 57,14 89,29
29 58,93 76,79
30 58,93 91,07
31 60,71 89,29
32 66,07 82,14
33 55,36 91,07
34 60,71 87,50
35 62,50 64,29
36 51,79 83,93
37 55,36 76,79
38 66,07 80,36
39 58,93 83,93
40 57,14 76,79
41 71,43 92,86
42 67,86 87,50
43 64,29 83,93
Rata-rata 59,71 81,52
318
Lampiran 18
Data Hasil KBK Kelas Eksperimen I
Tabel Keterampilan Berpikir Kritis Pretest pada Kelas TPS (Think Pair Share)
No
Siswa
Nomor Butir Soal
Total Nilai Memberikan penjelasan sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyim
pulkan
Membuat
penjelasan
lebih
lanjut
Strategi
dan
taktik
1 2 3 4 7 8 9 10 5 11 6 12 13 14
1 2 2 0 3 3 3 1 3 2 1 3 0 0 0 23 41,07
2 3 3 1 3 3 3 1 0 2 0 3 0 0 0 22 39,29
3 2 2 2 1 3 3 1 3 1 2 3 1 3 3 30 53,57
4 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 3 1 2 2 32 57,14
5 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 36 64,29
6 2 2 2 3 3 3 1 3 1 4 3 1 3 3 35 62,50
7 2 2 2 2 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 33 58,93
8 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 37 66,07
9 2 2 2 2 3 3 1 3 1 1 3 1 3 3 30 53,57
10 4 4 4 4 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 39 69,64
11 2 2 1 3 3 3 2 3 2 1 3 1 3 3 31 55,36
12 0 0 1 3 2 2 1 3 1 2 3 1 3 2 24 42,86
13 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 36 64,29
14 2 2 1 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 32 57,14
15 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 34 60,71
319
16 3 3 2 3 3 3 2 3 2 1 3 2 3 3 36 64,29
17 2 2 2 2 3 3 1 2 2 4 4 1 3 3 33 58,93
18 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 38 67,86
19 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 4 37 66,07
20 3 3 2 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 35 62,50
21 3 3 1 3 3 3 1 3 3 1 3 1 2 3 33 58,93
22 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 36 64,29
23 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 35 62,50
24 2 2 1 3 3 3 1 3 2 3 2 1 3 3 32 57,14
25 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 35 62,50
26 3 3 3 3 3 3 1 3 2 1 3 1 2 3 34 60,71
27 3 2 3 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 34 60,71
28 2 2 3 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 2 32 57,14
29 2 2 2 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 33 58,93
30 2 2 3 3 3 3 1 3 2 2 3 1 3 2 33 58,93
31 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 34 60,71
32 2 2 3 3 3 3 1 3 2 4 4 1 3 3 37 66,07
33 3 3 2 0 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 31 55,36
34 3 3 2 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 34 60,71
35 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50
36 2 2 2 2 3 3 1 3 1 1 3 1 3 3 29 51,79
37 2 2 2 3 3 3 1 2 2 1 3 1 3 3 31 55,36
38 3 3 3 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 37 66,07
39 3 3 1 3 3 3 1 2 1 3 3 1 3 3 33 58,93
40 2 2 1 2 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 32 57,14
41 4 4 2 4 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 40 71,43
42 4 4 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 38 67,86
320
43 3 3 3 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 4 36 64,29
Jumlah 111 110 84 118 125 125 44 120 77 91 127 45 120 118
Rata-rata 62,28% 50% 75,60% 26,79% 70,83% 57,10%
Kategori Cukup Kurang
sekali Cukup
Kurang
sekali Cukup Kurang
321
Tabel Keterampilan Berpikir Kritis Posttest pada Kelas TPS (Think Pair Share)
No
Siswa
Nomor Butir Soal
Memberikan penjelasan sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyim
pulkan
Membuat
penjelasan
lebih
lanjut
Strategi
dan
taktik Total Nilai
1 2 3 4 7 8 9 10 5 11 6 12 13 14
1 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 49 87,50
2 4 4 2 3 4 4 2 0 3 0 0 0 0 0 43 46,43
3 2 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 41 73,21
4 4 4 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 4 4 50 89,29
5 4 4 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 4 4 47 83,93
6 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 3 49 87,50
7 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 50 89,29
8 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 2 41 73,21
9 2 2 2 3 4 4 2 2 2 2 3 2 4 4 38 67,85
10 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 51 91,07
11 4 4 4 3 4 4 1 4 3 4 4 3 4 4 51 91,07
12 2 2 2 4 4 4 2 4 2 4 3 2 3 3 41 73,21
13 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4 3 48 85,71
14 2 2 3 4 4 4 2 4 3 1 4 4 4 3 43 76,79
15 2 2 2 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 42 75,00
16 2 2 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 4 4 48 8571
17 2 2 3 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 45 80,36
18 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 3 3 46 82,14
19 3 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 48 85,71
20 3 3 2 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 48 85,71
322
21 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 46 82,14
22 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 1 4 4 41 73,21
23 2 2 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 3 3 44 78,57
24 3 3 3 3 4 4 2 3 2 3 2 2 4 3 41 73,21
25 2 2 3 4 4 4 2 3 2 4 3 4 4 3 44 78,57
26 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 4 47 83,93
27 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 3 49 87,50
28 4 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 3 50 89,29
29 2 2 3 4 4 4 2 4 2 3 4 3 3 3 43 76,79
30 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 51 91,07
31 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 50 89,29
32 2 2 2 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 46 82,14
33 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 51 91,07
34 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 4 49 87,50
35 4 4 4 4 4 4 2 3 3 0 4 0 0 0 36 64,29
36 3 3 2 4 4 4 2 4 2 4 3 4 4 4 47 83,93
37 2 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 43 76,79
38 2 2 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 45 80,36
39 3 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 3 4 3 47 83,93
40 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 2 4 4 43 76,79
41 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 4 4 4 4 52 92,86
42 4 4 3 4 4 4 2 2 3 3 4 4 4 4 49 87,50
43 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 47 83,93
Jumlah 129 129 134 157 164 165 89 147 118 125 148 126 153 142
Rata-rata 82,89% 73,32% 88,10% 75% 87,80% 81,22%
Kategori Baik Cukup Sangat
baik Cukup
Sangat
baik Baik
323
Lampiran 19
Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen II
No. Siswa Pretest Posttest
1 57,14 82,14
2 58,93 75
3 60,71 85,71
4 62,5 83,93
5 62,5 82,14
6 53,57 67,86
7 50 67,86
8 57,14 78,57
9 57,14 76,79
10 62,5 76,79
11 57,14 80,36
12 57,14 69,64
13 62,50 69,64
14 53,57 67,86
15 57,14 87,5
16 58,93 69,64
17 66,07 80,36
18 67,86 85,71
19 53,57 80,36
20 50 60,71
21 53,57 64,29
22 58,93 80,36
23 62,50 83,93
24 58,93 80,36
25 58,93 83,93
26 50 60,71
27 58,93 82,14
28 64,29 78,57
29 60,71 80,36
30 55,36 69,64
31 57,14 75
32 57,14 67,86
33 53,57 64,29
34 76,79 85,71
35 60,71 78,57
36 57,14 78,57
37 55,36 75
38 66,07 87,50
39 57,14 80,36
40 50 60,71
41 50 62,50
42 62,5 83,93
Rata-rata 58,38 76,02
324
Lampiran 20
Data Hasil KBK Kelas Eksperimen II
Tabel Keterampilan Berpikir Kritis Pretest pada Kelas GI (Group Investigation)
No Siswa
Nomor Butir Soal
Total Nilai Memberikan penjelasan sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyim
pulkan
Membuat
penjelasan
lebih
lanjut
Strategi
dan taktik
1 2 3 4 7 8 9 10 5 11 6 12 13 14
1 2 2 2 3 3 3 1 3 2 3 3 1 2 3 32 57,14
2 2 2 1 3 3 3 1 2 2 3 3 2 3 3 33 58,93
3 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 4 34 60,71
4 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50
5 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50
6 3 3 1 3 3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 30 53,57
7 3 3 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 3 2 28 50,00
8 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 32 57,14
9 3 3 1 2 3 3 1 3 2 2 2 1 2 2 32 57,14
10 2 2 1 3 3 3 1 4 2 4 2 2 3 3 35 62,50
11 2 2 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 2 32 57,14
12 2 2 1 3 3 3 1 3 2 1 3 2 3 3 32 57,14
13 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50
14 2 2 1 3 3 3 1 3 2 2 2 1 3 2 30 53,57
15 2 2 1 3 3 3 1 3 2 2 3 1 3 3 32 57,14
16 2 2 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 33 58,93
325
17 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 37 66,07
18 3 3 2 3 3 3 1 3 2 3 4 2 3 3 38 67,86
19 2 2 1 3 3 3 1 3 1 1 3 1 3 3 30 53,57
20 2 2 1 2 3 3 2 3 2 1 2 0 3 2 28 50,00
21 2 2 1 3 3 3 1 3 2 1 2 1 3 3 30 53,57
22 2 2 1 3 3 3 1 4 2 1 3 2 3 3 33 58,93
23 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50
24 3 3 2 2 3 3 1 3 2 2 3 1 2 3 45 58,93
25 3 3 1 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 33 58,93
26 2 2 1 1 2 2 1 2 3 3 3 1 2 3 28 50,00
27 2 2 1 3 4 4 1 3 2 1 3 1 3 3 33 58,93
28 3 3 2 3 3 3 1 3 3 3 3 2 4 0 36 64,29
29 3 3 1 3 3 3 1 2 2 3 3 1 3 3 34 60,71
30 2 2 1 3 3 3 1 3 2 1 3 1 3 3 31 55,36
31 2 2 1 3 3 3 1 3 2 2 3 1 3 3 32 57,14
32 2 2 1 3 3 3 1 3 0 3 3 2 3 3 32 57,14
33 2 2 1 1 3 3 1 3 1 3 3 2 2 3 30 53,57
34 3 3 2 3 3 3 2 3 2 4 3 4 4 4 43 76,79
35 2 2 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 4 34 60,71
36 2 2 1 2 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 32 57,14
37 2 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 1 1 3 31 55,36
38 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 37 66,07
39 3 3 1 1 3 3 1 3 2 2 3 1 3 3 32 57,14
40 3 3 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 4 3 28 50,00
41 2 2 3 2 2 2 1 3 1 1 2 1 3 3 28 50,00
42 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 35 62,50
Jumlah 104 104 53 111 124 124 45 123 80 98 118 54 122 118
326
Rata-rata 58,63% 52,98% 70,24% 32,14% 71,43% 57,08%
Kategori Kurang Kurang
sekali Cukup
Kurang
sekali Cukup Kurang
327
Tabel Keterampilan Berpikir Kritis Posttest pada Kelas GI (Group Investigation)
No
Siswa
Nomor Butir Soal
Memberikan penjelasan sederhana
Membangun
keterampilan
dasar
Menyim
pulkan
Membuat
penjelasan
lebih
lanjut
Strategi
dan taktik Total Nilai
1 2 3 4 7 8 9 10 5 11 6 12 13 14
1 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 2 3 4 46 82,14
2 3 3 3 3 4 4 2 2 2 4 3 2 4 3 42 75,00
3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 4 4 48 85,71
4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4 47 83,93
5 4 4 2 3 4 4 2 2 3 3 4 2 3 4 46 82,14
6 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 38 67,86
7 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 38 67,86
8 3 3 2 3 4 4 2 4 2 3 4 2 4 4 44 78,57
9 3 3 3 3 4 4 2 3 3 2 3 2 4 4 43 76,79
10 3 3 2 3 4 4 2 3 2 4 3 2 4 4 43 76,79
11 3 3 3 3 4 4 2 4 2 4 3 2 4 4 45 80,36
12 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 39 69,64
13 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 39 69,64
14 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 38 67,86
15 4 4 3 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 49 87,50
16 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 3 4 36 69,64
17 3 3 3 3 4 4 2 4 2 4 4 2 3 4 45 80,36
18 4 4 3 4 4 4 2 3 2 4 4 3 4 3 48 85,71
19 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 4 4 45 80,36
20 3 3 3 4 4 4 2 4 3 4 4 2 3 4 47 60,71
328
21 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 36 64,29
22 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 3 2 3 4 45 80,36
23 4 4 2 3 4 4 2 3 4 4 4 2 3 4 47 83,93
24 4 4 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 3 4 45 80,36
25 4 4 3 4 4 4 3 4 2 1 4 2 4 4 47 83,93
26 2 2 1 3 3 3 1 2 2 3 3 2 3 3 33 60,71
27 4 4 3 4 4 4 2 3 4 3 4 2 4 4 46 82,14
28 4 4 2 3 4 4 0 4 3 4 3 2 4 3 44 78,57
29 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 2 3 4 45 80,36
30 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 39 69,64
31 3 3 3 3 4 4 2 4 3 0 3 4 3 3 42 75,00
32 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 1 2 2 38 67,86
33 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 3 4 36 64,29
34 4 4 3 4 4 4 0 4 2 4 4 4 4 4 48 85,71
35 3 3 3 3 4 4 2 3 3 4 4 2 4 4 44 78,57
36 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 3 2 3 3 44 78,57
37 3 3 3 3 4 4 2 4 3 2 3 2 3 3 42 75,00
38 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 3 3 3 49 87,50
39 3 3 3 3 4 4 2 4 3 3 4 2 4 3 45 80,36
40 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4 1 3 4 34 60,71
41 4 4 3 3 4 4 2 4 3 3 3 1 3 3 35 62,50
42 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 2 4 4 47 83,93
Jumlah 138 138 115 133 156 154 84 143 112 130 144 84 141 148
Rata-rata 78,94% 72,02% 85,71% 50% 86,01% 74,54%
Kategori Baik Cukup Sangat
baik
Kurang
sekali
Sangat
baik Cukup
329
Lampiran 21
UJI NORMALITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN I
No x z f (z) s (z) |f(z) - s(z)|
1 39.29 -3.01 0.00 0.02 0.02
2 41.07 -2.74 0.00 0.05 0.04
3 42.86 -2.48 0.01 0.07 0.06
4 51.79 -1.17 0.12 0.09 0.03
5 53.57 -0.90 0.18 0.12 0.07
6 55.36 -0.64 0.26 0.21 0.05
7 55.36 -0.64 0.26 0.21 0.05
8 55.36 -0.64 0.26 0.21 0.05
9 55.36 -0.64 0.26 0.21 0.05
10 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03
11 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03
12 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03
13 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03
14 57.14 -0.38 0.35 0.33 0.03
15 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01
16 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01
17 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01
18 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01
19 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01
20 58.93 -0.12 0.45 0.47 0.01
21 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02
22 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02
23 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02
24 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02
25 60.71 0.15 0.56 0.58 0.02
26 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04
27 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04
28 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04
29 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04
30 62.5 0.41 0.66 0.70 0.04
31 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06
32 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06
33 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06
34 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06
35 64.29 0.67 0.75 0.81 0.06
330
36 66.07 0.93 0.82 0.91 0.08
37 66.07 0.93 0.82 0.91 0.08
38 66.07 0.93 0.82 0.91 0.08
39 66.07 0.93 0.82 0.91 0.08
40 67.86 1.20 0.88 0.95 0.07
41 67.86 1.20 0.88 0.95 0.07
42 69.64 1.46 0.93 0.98 0.05
43 71.43 1.72 0.96 1.00 0.04
Rata-rata 59.718
StDev 6.797
L tabel 0.135
L hitung 0.082
Kesimpulan L tabel > L hitung (berdistribusi normal)
MAX 71.43
MIN 39.29
MODUS 58.93
MEDIAN 60.71
331
Lampiran 22
UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN I
No x z f (z) s (z) |f(z) - s(z)|
1 46.43 -4.00 0.00 0.02 0.02
2 64.29 -1.97 0.02 0.05 0.02
3 67.86 -1.56 0.06 0.07 0.01
4 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01
5 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01
6 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01
7 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01
8 73.21 -0.95 0.17 0.19 0.01
9 75 -0.74 0.23 0.21 0.02
10 76.79 -0.54 0.29 0.30 0.01
11 76.79 -0.54 0.29 0.30 0.01
12 76.79 -0.54 0.29 0.30 0.01
13 76.79 -0.54 0.29 0.30 0.01
14 78.57 -0.34 0.37 0.35 0.02
15 78.57 -0.34 0.37 0.35 0.02
16 80.36 -0.13 0.45 0.40 0.05
17 80.36 -0.13 0.45 0.40 0.05
18 82.14 0.07 0.53 0.47 0.06
19 82.14 0.07 0.53 0.47 0.06
20 82.14 0.07 0.53 0.47 0.06
21 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03
22 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03
23 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03
24 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03
25 83.93 0.27 0.61 0.58 0.03
26 85.71 0.48 0.68 0.67 0.01
27 85.71 0.48 0.68 0.67 0.01
28 85.71 0.48 0.68 0.67 0.01
29 85.71 0.48 0.68 0.67 0.01
30 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04
31 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04
32 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04
33 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04
34 87.5 0.68 0.75 0.79 0.04
35 89.29 0.89 0.81 0.88 0.07
332
36 89.29 0.89 0.81 0.88 0.07
37 89.29 0.89 0.81 0.88 0.07
38 89.29 0.89 0.81 0.88 0.07
39 91.07 1.09 0.86 0.98 0.11
40 91.07 1.09 0.86 0.98 0.11
41 91.07 1.09 0.86 0.98 0.11
42 91.07 1.09 0.86 0.98 0.11
43 92.86 1.29 0.90 1.00 0.10
Rata-rata 81.520
StDev 8.764
L tabel 0.135
L hitung 0.115
Kesimpulan L tabel > L hitung (berdistribusi normal)
MAX 92.86
MIN 46.43
MODUS 73.21 83.93 87.5
MEDIAN 83.93
333
Lampiran 23
UJI NORMALITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN II
No x z f (z) s (z) |f(z) - s(z)|
1 50 -1.55 0.06 0.12 0.06
2 50 -1.55 0.06 0.12 0.06
3 50 -1.55 0.06 0.12 0.06
4 50 -1.55 0.06 0.12 0.06
5 50 -1.55 0.06 0.12 0.06
6 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05
7 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05
8 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05
9 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05
10 53.57 -0.89 0.19 0.24 0.05
11 55.36 -0.56 0.29 0.29 0.00
12 55.36 -0.56 0.29 0.29 0.00
13 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
14 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
15 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
16 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
17 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
18 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
19 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
20 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
21 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
22 57.14 -0.23 0.41 0.52 0.11
23 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13
24 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13
25 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13
26 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13
27 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13
28 58.93 0.10 0.54 0.67 0.13
29 60.71 0.43 0.67 0.74 0.07
30 60.71 0.43 0.67 0.74 0.07
31 60.71 0.43 0.67 0.74 0.07
32 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10
33 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10
34 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10
35 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10
334
36 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10
37 62.5 0.76 0.78 0.88 0.10
38 64.29 1.09 0.86 0.90 0.04
39 66.07 1.42 0.92 0.95 0.03
40 66.07 1.42 0.92 0.95 0.03
41 67.86 1.75 0.96 0.98 0.02
42 76.79 3.40 1.00 1.00 0.00
Rata-rata 58.375
StDev 5.415
L tabel 0.137
L hitung 0.126
Kesimpulan L tabel > L hitung (berdistribusi normal)
MAX 76.79
MIN 50
MODUS 57.14
MEDIAN 57.14
335
Lampiran 24
UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN II
No x z f (z) s (z) |f(z) - s(z)|
1 60.71 -1.90 0.03 0.07 0.04
2 60.71 -1.90 0.03 0.07 0.04
3 60.71 -1.90 0.03 0.07 0.04
4 62.5 -1.68 0.05 0.10 0.05
5 64.29 -1.46 0.07 0.14 0.07
6 64.29 -1.46 0.07 0.14 0.07
7 67.86 -1.01 0.16 0.24 0.08
8 67.86 -1.01 0.16 0.24 0.08
9 67.86 -1.01 0.16 0.24 0.08
10 67.86 -1.01 0.16 0.24 0.08
11 69.64 -0.79 0.21 0.33 0.12
12 69.64 -0.79 0.21 0.33 0.12
13 69.64 -0.79 0.21 0.33 0.12
14 69.64 -0.79 0.21 0.33 0.12
15 75 -0.13 0.45 0.40 0.04
16 75 -0.13 0.45 0.40 0.04
17 75 -0.13 0.45 0.40 0.04
18 76.79 0.10 0.54 0.45 0.09
19 76.79 0.10 0.54 0.45 0.09
20 78.57 0.32 0.62 0.55 0.08
21 78.57 0.32 0.62 0.55 0.08
22 78.57 0.32 0.62 0.55 0.08
23 78.57 0.32 0.62 0.55 0.08
24 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01
25 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01
26 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01
27 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01
28 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01
29 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01
30 80.36 0.54 0.70 0.71 0.01
31 82.14 0.76 0.78 0.79 0.01
32 82.14 0.76 0.78 0.79 0.01
33 82.14 0.76 0.78 0.79 0.01
34 83.93 0.98 0.84 0.88 0.04
35 83.93 0.98 0.84 0.88 0.04
336
36 83.93 0.98 0.84 0.88 0.04
37 83.93 0.98 0.84 0.88 0.04
38 85.71 1.20 0.89 0.95 0.07
39 85.71 1.20 0.89 0.95 0.07
40 85.71 1.20 0.89 0.95 0.07
41 87.5 1.43 0.92 1.00 0.08
42 87.5 1.43 0.92 1.00 0.08
Rata-rata 76.020
StDev 8.055
L tabel 0.137
L hitung 0.119
Kesimpulan L tabel > L hitung (berdistribusi normal)
MAX 87.5
MIN 60.71
MODUS 80.36
MEDIAN 78.57
337
Lampiran 25
UJI HOMOGENITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN I DAN KELAS
EKSPERIMEN II
Pretest
Mean Kelas Eksperimen I 59,718
Mean Kelas Eksperimen II 58,375
Beda Mean 1,343
N Kelas Eksperimen I 43
N Kelas Eksperimen II 42
SD Kelas Eksperimen I 6,797
SD Kelas Eksperimen II 5,415
Varians Terbesar 46,203
Varians Terkecil 29,326
F =
F =
F = 1,576
Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan uji fisher didapatkan
hasil Fhitung 1,567. Pada taraf signifikansi 0,05 dengan df untuk pembilang (Ni = n-
1) yaitu (43-1= 42) dan df penyebut (N2= n-1) yaitu (42-1), maka didapat Ftabel
sebesar 1,675. Dengan demikian Fhitung < Ftabel (1,576 < 1,675) maka Ho diterima,
yang berarti data homogen.
338
Lampiran 26
UJI HOMOGENITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN I DAN KELAS
EKSPERIMEN II
Posttest
Mean Kelas Eksperimen I 81,520
Mean Kelas Eksperimen II 76,020
Beda Mean 5,5
N Kelas Eksperimen I 43
N Kelas Eksperimen II 42
SD Kelas Eksperimen I 8,764
SD Kelas Eksperimen II 8,055
Varians Terbesar 76,816
Varians Terkecil 64,888
F =
F =
F = 1,184
Hasil perhitungan uji homogenitas menggunakan uji fisher didapatkan
hasil Fhitung 1,184. Pada taraf signifikansi 0,05 dengan df untuk pembilang (Ni = n-
1) yaitu (43-1= 42) dan df penyebut (N2= n-1) yaitu (42-1), maka didapat Ftabel
sebesar 1,675. Dengan demikian Fhitung < Ftabel (1,184 < 1,675) maka Ho diterima,
yang berarti data homogen.
339
Lampiran 27
Uji Hipotesis Statistik (Uji-t) Pretest
t =
dengan Sg =
Sg =
=
=
=
= 37,866
s = 6,153
t =
=
thitung = -1,00
Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji t didapatkan nilai
thitung sebesar -1,00 yang berarti nilai thitung pretest jatuh di daerah penerimaan H0
(masih diantara -1,989 dan 1,989), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat
pretest tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara model
Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI).
340
Lampiran 28
Uji Hipotesis Statistik (Uji-t) Posttest
t =
dengan Sg =
Sg =
=
=
=
= 70,293
s = 8,422
t =
=
thitung = -3,010
Hasil perhitungan uji hipotesis statistik menggunakan uji t didapatkan nilai
thitung sebesar -3,01 yang berarti nilai thitung posttest jatuh di luar daerah penerimaan
H0 (sudah diluar dari -1,989 dan 1,989), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
saat posttest terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara model
Think Pair Share (TPS) dan Group Investigation (GI).
341
Lampiran 29
UJI HIPOTESIS PRETEST DAN POSTTEST INDIKATOR
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS
No
Aspek
Keterampilan
Berpikir Kritis
Indikator Kritis Statistik
Pretest Posttest
Eksp.
I
Eksp.
II
Eksp.
I
Eksp.
II
1.
Memberikan
penjelasan
sederhana
1. Mengidentifi
kasi atau
merumuskan
pertanyaan
Sampel (n) 43 42 43 42
X rata-rata 70,06 67,86 87,21 87,50
t hitung 1,133 -0,123
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan
yang signifikan
Tidak terdapat
perbedaan
yang signifikan
2. Mengidentifi
kasi/ merumuskan
kriteria-kriteria
untuk
mempertimbangkan
jawaban yang
mungkin
Sampel (n) 43 42 43 42
X rata-rata 69,77 67,86 87,50 87,50
t hitung 0,982 0,000
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
3. Mengidentifikasi
alasan yang tidak
dinyatakan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 37,50 29,17
t hitung 0,383 2,986
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
Terdapat
perbedaan yang
signifikan
4. Mengapa
demikian?
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 70,35 66,07
t hitung 1,163 6,116
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
Terdapat
perbedaan yang
signifikan
5. Bagaimana
menerapkannya
dalam kasus
tersebut
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 71,51 73,21
t hitung -0,976 3,997
t tabel 1,989
Kesimpulan Tidak terdapat
perbedaan yang
Terdapat
perbedaan yang
342
signifikan signifikan
2.
Membangun
keterampilan
dasar
6. Keterampilan
memberikan alasan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 49,71 52,98
t hitung -1,044 0,225
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
3.
Menyimpulkan
7. Memberikan
kesimpulan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 75,58 70,24
t hitung 0,407 0,755
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
4.
Memberikan
penjelasan lebih
lanjut
8. Alasan yang
tidak dinyatakan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 26,16 32,14
t hitung -1,180 5,503
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
Terdapat
perbedaan yang
signifikan
5.
Strategi dan
taktik
9. Merumuskan
solusi alternatif
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 69,77 76,62
t hitung -0,864 1,832
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
10.
Mempresentasikan
secara lisan atau
tulisan
Sampel (n) 43 42
X rata-rata 68,60 70,24
t hitung -0,411 -0,757
t tabel 1,989
Kesimpulan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan
343
Lampiran 30 Uji N-Gain Kelas Eksperimen I
No. Siswa Pretest Posttest N-Gain Kriteria
1 41.07 87.50 0.897 Tinggi
2 39.29 46.43 0.133 Rendah
3 53.57 73.21 0.500 Sedang
4 57.14 89.29 0.900 Tinggi
5 64.29 83.93 0.687 Sedang
6 62.50 87.50 0.823 Tinggi
7 58.93 89.29 0.895 Tinggi
8 66.07 73.21 0.267 Rendah
9 55.36 67.86 0.333 Sedang
10 69.64 91.07 0.923 Tinggi
11 55.36 91.07 0.952 Tinggi
12 42.86 73.21 0.607 Sedang
13 64.29 85.71 0.750 Tinggi
14 57.14 76.79 0.550 Sedang
15 60.71 75 0.444 Sedang
16 64.29 85.71 0.750 Tinggi
17 58.93 80.36 0.632 Sedang
18 67.86 82.14 0.571 Sedang
19 66.07 85.71 0.733 Tinggi
20 62.50 85.71 0.764 Tinggi
21 58.93 82.14 0.684 Sedang
22 64.29 73.21 0.312 Rendah
23 62.50 78.57 0.529 Sedang
24 62.50 73.21 0.353 Sedang
25 60.71 78.57 0.556 Sedang
26 60.71 83.93 0.722 Tinggi
27 60.71 87.50 0.833 Tinggi
28 57.14 89.29 0.900 Tinggi
29 58.93 76.79 0.526 Sedang
30 58.93 91.07 0.947 Tinggi
31 58.93 89.29 0.889 Tinggi
32 66.07 82.14 0.600 Sedang
33 55.36 91.07 0.952 Tinggi
34 60.71 87.50 0.833 Tinggi
35 62.50 64.29 0.059 Rendah
36 51.79 83.93 0.783 Tinggi
37 55.36 76.79 0.571 Sedang
38 66.07 80.36 0.533 Sedang
39 58.93 83.93 0.737 Tinggi
40 57.14 76.79 0.550 Sedang
41 71.43 92.86 1.000 Tinggi
344
42 67.86 87.50 0.786 Tinggi
43 64.29 83.93 0.687 Sedang
Rata-rata 59.718 81.520 0.66 Sedang
Tertinggi 71.43 92.86
Terendah 39.29 46.43
Kategori Jumlah Persentase
Tinggi 21 48.84
Sedang 18 41.86
Rendah 4 9.30
345
Lampiran 31 Uji N-Gain Kelas Eksperimen II
No. Siswa Pretest Posttest N-Gain Kriteria
1 57.14 82.14 0.823 Tinggi
2 58.93 75 0.562 Sedang
3 60.71 85.71 0.933 Tinggi
4 62.50 83.93 0.857 Tinggi
5 62.50 82.14 0.786 Tinggi
6 53.57 67.86 0.421 Sedang
7 50 67.86 0.476 Sedang
8 57.14 78.57 0.706 Tinggi
9 57.14 76.69 0.647 Sedang
10 62.50 76.79 0.572 Sedang
11 57.14 80.36 0.765 Tinggi
12 57.14 69.64 0.412 Sedang
13 62.50 69.64 0.286 Rendah
14 53.57 67.86 0.421 Sedang
15 57.14 87.50 1.000 Tinggi
16 58.93 69.64 0.375 Rendah
17 66.07 80.36 0.667 Sedang
18 67.86 85.71 0.909 Tinggi
19 53.57 80.36 0.790 Tinggi
20 50 60.71 0.286 Rendah
21 53.57 64.29 0.316 Sedang
22 58.93 80.36 0.750 Tinggi
23 62.50 83.93 0.857 Tinggi
24 58.93 80.36 0.750 Tinggi
25 58.93 83.93 0.875 Tinggi
26 50 60.71 0.286 Rendah
27 58.93 82.14 0.812 Tinggi
28 64.29 78.57 0.615 Sedang
29 60.71 80.36 0.733 Tinggi
30 55.36 69.64 0.444 Sedang
31 57.14 75 0.588 Sedang
32 57.14 67.86 0.353 Sedang
33 53.57 64.29 0.316 Sedang
34 76.79 85.71 0.833 Tinggi
35 60.71 78.57 0.667 Sedang
36 57.14 78.57 0.706 Tinggi
37 55.36 75 0.611 Sedang
38 66.07 87.50 1.000 Tinggi
39 57.14 80.36 0.765 Tinggi
40 50 60.71 0.286 Rendah
41 50 62.50 0.333 Sedang
346
42 62.50 83.93 0.857 Tinggi
Rata-rata 58.375 76.020 0.63 Sedang
Tertinggi 76.79 87.50
Terendah 50 60.71
Kategori Jumlah Persentase
Tinggi 19 45.24
Sedang 17 40.48
Rendah 6 14.29
347
Lampiran 32 Hasil Wawancara Dengan Guru dan Siswa di Man 1 Bogor
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU SELAKU GURU BIDANG
STUDI BIOLOGI KELAS MIA 5 SELAKU OBSERVER PENELITIAN
1. Apakah metode GI pernah diterapkan dalam pembelajaran Biologi dikelas ibu?
Jawab:
Pada dasarnya berbagai metode pembelajaran kooperatif yaitu sama-sama
berdiskusi kelompok. Namun saya melihat ada yang berbeda dari metode ini
yaitu dengan adanya penyelidikan siswa menjadi lebih aktif di dalam
mencari informasi yang berkaitan secara langsung dengan alam.
2. Bagaimanakah keefektifan metode GI tersebut diterapkan di dalam kelas?
Jawab:
Cukup efektif namun pada saat diskusi terdapat beberapa anggota kelompok
yang gaduh dan tidak fokus dalam membantu temannya. Sebaiknya siswa
yang membuat gaduh tersebut di tegur atau diberi peringatan agar proses
belajar tetap berjalan denga prosedur dan sesuai.
3. Apakah dengan metode GI dapat mengasah keterampilan berpikir kritis siswa
dikelas?
Jawab:
Setelah saya amati, siswa saling berdiskusi kelompok dengan teman-
temannya untuk memecahkan masalah bersama-sama. Menurut saya juga,
karena dari kasus yang diberikan pada artikel cukup bagus sehingga siswa
tertantang untuk saling berdiskusi dengan temannya dalam memahami serta
mencari solusi dari permasalahan tersebut.
4. Apakah keaktifan siswa meningkat setelah digunakannya metode GI di dalam kelas?
Jawab:
Cukup meningkat, karena biasanya siswa saat belajar cenderung merasa
bosan dengan hanya mendengarkan materi saja, namun dengan
diberikannnya LIK dengan terdapat kasus-kasus yang cukup kompleks di
setiap pertemuannya membuat siswa menjadi lebih aktif dalam berdiskusi
kelompok dan mengasah keterampilan berpikir kritis siswa.
348
5. Apa saran yang ibu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran biologi?
Jawab:
Sarannya, semoga di setiap penerapan berbagai macam metode
pembelajaran apapun dapat meningkatkan hasil belajar dan juga mengasah
keterampilan berpikir kreatf dan kritis siswa dalam belajar dikelas.
349
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA YANG MENGGUNAKAN
METODE GI
1. Bagaimanakah menurutmu pembelajaran Biologi dengan menggunakan metode GI?
Jawab:
A. Khoirunnisa :“baik dan mudah karena tidak terlalu banyak materi yang
dihapalkan dan dapat juga menambah pengetahuan siswa
dan membuat siswa menjadi kreatif dan berpikir kritis
dalam menjawab soal-soal”
B. Mutiara :“metode GI sangat asik dalam pembelajaran, karena
dengan diskusi jadi lebih mudah memahami dan saling
bertukar informasi dengan teman sekelompok”
C. Fitriyah :”dengan adanya metode diskusi sangat diperlukan karena
untuk memecahkan masalah, belajar menghargai pendapat
orang lain dan terbentuknya kerjasama untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan“
2. Apakah dengan metode GI dapat membantumu dalam memahami pembelajaran
Biologi?
Jawab:
A. Khoirunnisa :“bisa memahami pembelajaran biologi walaupun tidak
sepenuhnya tetapi membantu, namun metode GI agak sulit
karena banyak bahasa yang sulit dimengerti dan karena
kurang dari penjelasan gurunya menjadi kurang paham”
B. Mutiara : “membantu saya dala belajara biologi karena kita dapat
bertukar informasi dan mengetahui akar masalah tersebut
dan bagaimana cara mendapatkan solusinya
C. Fitriyah : “membantu siswa-siswi untuk memahami pelajaran
biologi karena dengan adanya metode tersebut dapat
memudahkan tugas-tugas yang ingin diselesaikan.
3. Apakah yang kamu rasakan setelah belajar Biologi dengan menggunakan metode GI?
Jawab:
A. Khoirunnisa :“membuat saya menjadi berpikir kritis dan kreatif ”
350
B. Mutiara :“jadi lebih banyak mengetahui informasi dari berbagai
sumber dan lebih mudah memahami materi biologi dengan
mudah. Serta kasus yang dibahas dangat bermanfaat buat
kita sendiri”
C. Fitriyah :“menyenangkan, mendapatkan suasana belajar yang baru
dan dapat mempermuda, serta mempersingkat waktu
untuk mengerjakan tugas yang diberikan”
4. Apakah kamu kesulitan dalam menjalankan tahapan-tahapan dalam metode GI?
Jawab:
A. Khoirunnisa :“awalnya memang agak sulit karena ada beberapa bahasa
yang terlalu tinggi tapi bisa diatasi setelah dijelaskan oleh
guru dikelas”
B. Mutiara : “kesulitannya hanya ada pada teman yang tidak mau
bekerja dan tidak mau membantu. Selebihnya tidak ada
kesulitan”
C. Fitriyah : “tidak, justru kita diberikan kemudahan untuk
memahami dan lancar dalam menjalankan tahapan-
tahapan dari metode yang diberikan”
5. Dalam penggunaannya, tahapan-tahapan manakah yang menurutmu paling berkesan
dalam GI? Mengapa?
Jawab:
A. Khoirunnisa :“pada saat presentasi karena saya dan teman-teman saya
bisa mengetahui berbagai jenis hasil diskusi dari kelompok
lain ”
B. Mutiara : “ketika berdiskusi karena dapat saling berbagi informasi
dengan teman”
C. Fitriyah : “pada saat proses diskusi, karena tidak hanya membahas
secara teori saja materi tersebut tetapi juga mengasah
kemampuan kami untuk memecahkan masalah yang ada di
artikel”
6. Saran apa yang kamu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran Biologi dikelas?
Jawab:
A. Khoirunnisa :“tetap semangat dalam mengajarnya dan kalau bisa lebih
diperbanyak lagi penjelasannya jadi siswa tidak hanya
mendapatkan informasi dari artikel saja dan selebihnya
sudah baik di dalam penerapannya”
351
B. Mutiara :“karena biologi terlalu banyak bacaan guru yang
menyampaikan materi lebih meringkas lagi materi agar
lebih mudah dipahami”
C. Fitriyah :“semoga siswa-siswi mudah untuk memahami materi-
materi yang telah diberikan. Karena dengan adanya
metode diskusi sama saja seperti merangkum secara
jelasnya materi yang sebelumnya dan dikaitkan dengan
permasalahan yang ada di kehidupan”
352
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU SELAKU GURU BIDANG
STUDI BIOLOGI MIA 2 SELAKU OBSERVER PENELITIAN
1. Apakah metode TPS pernah diterapkan dalam pembelajaran Biologi dikelas ibu?
Jawab:
Selama saya mengajar di MAN 1 Bogor hanya menggunakan metode
konvensional, jadi menurut saya dengan adanya metode TPS ini sebagai
contoh variasi pembelajaran yang bagus untuk meningkatkan diskusi siswa
di kelas
2. Bagaimanakah keefektifan metode TPS tersebut diterapkan di dalam kelas?
Jawab:
Cukup bagus dan efektif, karena biasanya siswa lebih sering berdiskusi
dengan banyak anggota kelompok. Namun dengan adanya metode TPS ini
dengan membentuk diskusi secara berpasangan membuat siswa menjadi
tidak gaduh dalam berdiskusi dan menjadi fokus dalam pembelajaran di
kelas. Selain itu juga terlihat kekompakan di setiap masing-masing
kelompok dalam memecahkan masalah yang ada di pembelajaran
3. Apakah dengan metode TPS dapat mengasah keterampilan berpikir kritis siswa
dikelas?
Jawab:
Saya rasa cukup mengasah keterampilan berpikir kritis siswa karena artikel
atau wacana yang terdapat di dalam LKS terkait dengan kehidupan sehari-
hari, sehingga siswa bertambah pengetahuannya dan juga siswa menjadi
lebih kritis dalam menemukan solusi dalam memecahkan masalah tersebut
di dalam kelas.
4. Apakah keaktifan siswa meningkat setelah digunakannya metode TPS di dalam kelas?
Jawab:
Menurut saya siswa menjadi lebih aktif, walaupun ada beberapa kelompok
yang memang terlihat tidak semangat dalam berdiskusi dikarenakan siswa
tersebut sama-sama malas dalam mengerjakan tugas, tetapi secara
keseluruhan saya rasa metode ini cukup efektif diterapkan di dalam
pembelajaran biologi.
353
5. Apa saran yang ibu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran biologi?
Jawab:
Semoga dengan adanya berbagai macam variasi metode pembelajaran yang
baru saat ini dapat meningkatkan minat serta semangat belajar siswa di
kelas terutama pembelajaran biologi yang lebih banyak dengan hapalan
tetapi dapat dikemas materi tersebut dengan cara yang lebih menarik lagi.
354
HASIL WAWANCARA DENGAN SISWA YANG MENGGUNAKAN
METODE TPS
1. Bagaimanakah menurutmu pembelajaran Biologi dengan menggunakan metode TPS?
Jawab:
A. Denisa :“menyenangkan, dan menarik pada saat belajar materi
jamur dikelas. Saya menyukai metode tersebut karena
pada saat diskusi dikelas, suasanya tidak gaduh”
B. Zahra :“saya suka dengan metode ini, karena saya bisa langsung
berdiskusi secara langsung dengan teman sebangku dan
kami menjadi aktif”
C. Zaid :“menyenangan, karena kooperatif dan tidak terlalu
banyak anggota kelompok jadi kamis bisa fokus
berdiskusi”
2. Apakah dengan metode TPS dapat membantumu dalam memahami pembelajaran
Biologi?
Jawab:
A. Denisa : “iya membantu saya dalam memahami materi jamur
dikelas”
B. Zahra : “ya membantu, dengan metode TPS saya bisa lebih fokus
berdiskusi dengan tidak banyak anggota kelompok”
C. Zaid : “ iya membantu saya dalam belajar biologi di kelas”
3. Apakah yang kamu rasakan setelah belajar Biologi dengan menggunakan metode
TPS?
Jawab:
A. Denisa : “saya dan teman saya menjadi lebih aktif dalam
berdiskusi. Selain itu juga dengan adanya artikel yang
melibatkan kasus di kehidupan sehari-hari dengan materi
saya mendapat pengetahuan baru dan mengasah
kemampuan berpikir kritis siswa dikelas”
B. Zahra :“saya dan teman sebangku saya jadi bisa bertukar pikiran
untuk saling melengkapi pendapat kami dalam
memecahkan masalah secara bersama-sama”
C. Zaid :“meningkatkan kerjasama kelompok, karena yang bekerja
hanya kami berdua saja tidak ada anggota lainnya ”
355
4. Apakah kamu kesulitan dalam menjalankan tahapan-tahapan dalam metode TPS?
Jawab:
A. Denisa : “tidak, saya senang karena selain bisa sharing dengan
pasangan tetapi juga kami bisa menunjukkan hasil diskusi
kami berdua dan dipresentasikan di depan kelas”
B. Zahra : “tidak, karena tahapan-tahapan yang dijelaskan sudah
jelas”
C. Zaid : “ tidak sulit selama belajar biologi dengan metode
tersebut. karena kami hanya diminta berdiskusi seara
berpasangan saja sehingga pada saat pembentukan
kelompok dengan cepat memilih sendiri pasangan diskusi
yaitu teman sebangku”
5. Dalam penggunaannya, tahapan-tahapan manakah yang menurutmu paling berkesan
dalam TPS? Mengapa?
Jawab:
A. Denisa :“saat fase berpasangan, disitu saya dan teman saya bisa
lebih menghargai pendapat satu sama lainnya dengan
memberikan menyatukan pendapat kami berdua”
B. Zahra :“saat tahapan sharing karena saya dan teman sebangku
bisa lebih percaya diri dalam mempresentasikan hasil
diskusi kami”
C. Zaid : “tahap sharing, karena saya jadi lebih tahu berbagai
macam hasil diskusi dari kelompok yang berbeda-beda”
6. Saran apa yang kamu sampaikan untuk kemajuan pembelajaran Biologi dikelas?
Jawab:
A. Denisa :“semoga metode TPS ini bisa diterapkan juga di pelajaran
lainnya dan juga menjadi metode yang bagus untuk proses
diskusi kelompok.”
B. Zahra :“pada saat siswa yang sedang presentasi, kelompok lain
juga harus lebih memperhatikan”
C. Zaid :“semoga dengan diterapkannya metode ini bisa melatih
kekompakan kelompok dalam bekerjasama. Selain itu,
pada saat presentasi alangkah baiknya lebih diperhatikan
lagi jika ada siswa-siswa yang tidak memperhatikan
temannya saat berdiskusi dikelas agar dengan seksama
mendengarkan dan kelompok yang sedang berdiskusi.