Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENDAHULUAN
Salah satu hasil perkembangan teknologi komunikasi adalah perangkat
komunikasi smartphone. Smartphone merupakan telepon yang menyatukan
kemampuan-kemampuan terdepan; seperti bentuk kemampuan dari Wireless
Mobile Device (WMD) yang dapat berfungsi seperti sebuah komputer dengan
menawarkan fitur-fitur seperti personal digital assistant (PDA), akses internet,
email, dan Global Positioning System (GPS). Smartphone juga memiliki fungsi-
fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players, sama seperti telepon biasa.
Dengan kata lain, smartphone dapat dikategorikan sebagai mini-komputer yang
memiliki banyak fungsi dan penggunanya dapat menggunakannya kapanpun dan
dimanapun (Barakati, 2013).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs (http : // swa.co.id/
technology/ tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat) (23 Januari 2014)
pengguna smartphone di dominasi oleh kalangan muda termasuk mahasiswa.
Alasan mahasiswa menggunakan smartphone karena banyaknya fasilitas yang
dapat mempermudah mahasiswa dalam menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa
untuk belajar maupun digunakan sebagai media sosial untuk berinteraksi serta
sebagai hiburan (Parmuarip, Muslim, &Mulyani, 2013).
Mahasiswa yang pada umumnya berusia 18-22 tahun merupakan peserta
didik di perguruan tinggi yang dituntut untuk lebih mandiri dan bertanggung
jawab dalam belajarnya (Amelia, 2011). Namun berbeda kenyataannya
mahasiswa kadang tidak bertanggung jawab dalam belajarnya. Misalnya ketika
mahasiswa yang menggunakan smartphone untuk berinteraksi di media sosial
http://swa.co.id/technology/tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat)(23http://swa.co.id/technology/tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat)(23
2
dengan jangka waktu yang lama dapat mengganggu waktu belajar seperti hasil
wawancara penulis dengan salah satu narasumber yang mengatakan bahwa ketika
menggunakan smartphone berjam-jam untuk berinteraksi di media sosial,
narasumber kehilangan semangat untuk belajar (26 Januari 2014). Penggunaan
smartphone yang berlebihan jelas dapat mengganggu waktu belajar seorang
peserta didik termasuk mahasiswa. Seperti yang dialami oleh salah satu
mahasiswi di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, ketika ia menggunakan
smartphone untuk mengakses jejaring sosial yang ada dalam smartphone ia
merasa konsentrasinya terganggu saat belajar bahkan lupa akan kewajibannya
sebagai mahasiswa untuk belajar dan kadang-kadang menghambatnya
mengerjakan tugas kuliah karena tidak bisa fokus (Putranama, 2011).
Smartphone ini juga memiliki dampak positif dan negative bagi
penggunanya misalnya kepada mahasiswa. Seperti hasil penelitian Parmuarip,
Muslim & Mulyani (2013) mengenai Alasan Penggunaan Smartphone di
Kalangan Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung yang menyimpulkan bahwa
alasan pengguna smartphone dikalangan mahasiswa Politeknik Bandung salah
satunya adalah pemanfaatan multimedia smartphone sebagai sarana mencari
informasi dan belajar. Dampak negative dari penggunaan smartphone yaitu bisa
menimbulkan kecanduan/ketergantungan pengguna terhadap hasil perkembangan
teknologi komunikasi ini bisa menyebabkan Digital Dementia (kepikunan digital
yang melanda kaum muda yang kecanduan berat pada gadget) atau penurunan
kemampuan kognitif yaitu kesulitan untuk mengingat
(http://health.kompas.com/read/2013/06/24/1717056/Makin.Banyak.Orang.Sakit.
3
Pikun.Digital). Mahasiswa yang kecanduan smartphone ini akan mengganggu Self
Regulation Learning karena mengalami penurunan kognitif dimana Self
Regulation Learning berhubungan erat dengan kognisi. Seperti yang dikatakan
Zimmerman (dalam Daulay & Rola, 2009) bahwa Self Regulated Learning
merupakan sebuah proses dimana seorang peserta didik harus mengaktifkan dan
mendorong kognisi. Selain itu juga dampak negatif yang ditimbulkan dari
smartphone yaitu kepraktisan dan keefektifitasan smartphone dapat digunakan di
mana saja dan kapan saja termasuk untuk menyontek pada saat ujian, tidak
memperhatikan dalam kelas dan membuat para mahasiswa kecanduan.
Kebanyakan juga mahasiswa berpendapat bahwa smartphone membuat mereka
menjadi malas untuk mencari informasi atau belajar dengan cara yang manual.
Mereka lebih menyukai belajar dengan praktis dan instan (Barakati, 2013).
Fenomena mahasiswa menggunakan smartphone jelas terjadi dan dapat
dilihat di Universitas Kristen Satya Wacana khususnya fakultas Psikologi.Dari
hasil wawancara (26 Januari 2014) kepada mahasiswi Psikologi pengguna
smartphonemengenai penggunaan smartphone diketahui bahwa hilangnya salah
satu aspek Self Regulation Learning yaitu motivasi. Narasumber mengatakan
bahwa ketika narasumber terlalu asyik menggunakan smartphone untuk
mengunduh lagu dan video, bergosip melalui media sosial, dan bermain game
narasumber kehilangan semangat (motivasi) dan menjadi malas untuk
mengerjakan tugas ataupun belajar materi kuliah yang ada. Selanjutnya perilaku
menggunakan smartphone untuk keperluan kuliah dan untuk media pembelajaran
merupakan salah satu aspek Self Regulation Learning karena perilaku tersebut
4
merupakan upaya mahasiswa untuk mendukung aktivitas belajarnya (Hasil
wawancara 26 Januari 2014).
Menurut Martin dan Obsorne (dalam Daulay & Rola, 2009) mahasiswa
yang memiliki kemampuan mengatur waktu yang baik dan memiliki batas waktu
untuk setiap pengerjaan tugasnya adalah salah satu mahasiswa yang berhasil.
Dalam perkuliahan agar sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu
yang diperolehnya, mahasiswa harus menggunakan seluruh potensi yang
dimilikinya serta mengatur strategi belajar yang jitu (Sukadji 2001, dalam Daulay
& Rola, 2009). Salah satu keterampilan belajar yang mempunyai peranan penting
dalam menentukan kesuksesan di perguruan tinggi adalah kemampuan meregulasi
diri dalam belajar atau disebut juga dengan Self Regulated Learning (Spitzer 2000
dalam Daulay & Rola, 2009). Salah satu manfaat Self Regulation Learning pada
mahasiswa yaitu supaya dapat mencapai keberhasilan dalam kuliah.
Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Daulay & Rola, 2009) menyatakan
bahwa Self Regulated Learning adalah konsep bagaimana seorang peserta didik
menjadi pengatur bagi pengalamannya sendiri. Zimmerman (dalam Daulay &
Rola, 2009) menambahkan bahwa Self Regulated Learning merupakan sebuah
proses dimana seorang peserta didik mengaktifkan dan mendorong kognisi
(cognition), perilaku (behaviour), dan perasaannya (affect). Ada tiga aspek dalam
Self Regulated Learning yaitu metakognisi, motivasi, perilaku (Mujidin, 2008).
Ketika mahasiswa menggunakan smartphone untuk media pembelajaran ada
aspek Self Regulation Learning yang muncul yaitu motivasi. Seperti hasil
penelitian Barakati (2013) yang menemukan bahwa smartphone memiliki dampak
5
motivasi bagi mahasiswa karena smartphone bisa memotivasi mahasiswa untuk
belajar karena kepraktisan smartphone yang bisa digunakan untuk belajar di mana
saja dan kapan saja.
Ada tiga faktor yang memengaruhi seseorang sehingga melakukan Self
Regulated Learning salah satunya adalah perilaku (Mujidin, 2008). Perilaku
mahasiswa menggunakan smartphone sebagai merupakan upaya yang dilakukan
individu dalam mengatur proses belajar misalnya membuat agenda atau jadwal
belajar dan pembagian waktu untuk membuat tugas-tugas kuliah. Hal ini senada
dengan salah satu alasan mahasiswa di Korea Selatan menggunakan smartphone
yaitu jadwal mereka tetap terjaga atau tetap ada ketika menggunakan smartphone
(http://azonerskaryamedia. blogspot.com/ 2011/ 12/ survei - 84 - mahasiswa – di –
korea -selatan.html). Perilaku tersebut merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi Self Regulation Learning. Perilaku terlalu sering menggunakan
smartphone dapat juga memengaruhi Self Regulation Learning yang
menyebabkan terganggunya Self Regulation Learning seorang peserta didik
misalnya sulit untuk belajar dan sulit untuk mengerjakan pekerjaan rumah
(Pramiyas,2011), lupa untuk belajar, konsentrasi terganggu saat belajar bahkan
menghambat mengerjakan tugas kuliah karena tidak bisa fokus (Putranama,
2011), karena ketika mahasiswa terlalu sering menggunakan smartphone mereka
tidak mampu lagi mengatur aktivitas belajar mereka.
Mahasiswa yang terlalu sering menggunakan smartphone dapat
menggangu Self Regulation Learningnya sebab mahasiswa tidak mampu lagi
mengatur aktivitas belajarnya untuk mencapai hasil yang maksimal seperti hasil-
6
hasil penelitian sebelumnya ada mahasiswa yang menggunakan media sosial
melalui smartphone nya sampai menyebabkan mahasiswa tersebut lupa untuk
belajar, konsentrasinya terganggu saat belajar bahkan menghambat mengerjakan
tugas kuliah karena tidak bisa fokus (Putranama, 2011). Mahasiswa yang sering
menggunakan smartphone juga dapat mengalami kecanduan yang dapat
mengakibatkan Digital Dementia (kepikunan digital yang melanda kaum muda
yang kecanduan berat pada gadget) atau penurunan kemampuan kognitif yaitu
kesulitan untuk mengingat (http : //health.kompas.com / read/2013/ 06/ 24/
1717056/ Makin. Banyak. Orang. Sakit. Pikun. Digital). Mahasiswa yang
kecanduan smartphone jelas akan menggangu Self Regulation Learning karena
mengalami penurunan kognitif, karena menurut Zimmerman (dalam Daulay &
Rola, 2009) Self Regulated Learning merupakan sebuah proses dimana seorang
peserta didik harus mengaktifkan dan mendorong kognisi, perilaku dan perasaan.
Jelas bahwa Self Regulation Learning berhubungan dengan kognisi.
Dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan smartphone, mahasiswa
yang menggunakan handphone biasa (bukan smartphone) memiliki banyak waktu
untuk belajar karena penggunaan handphone bagi mereka hanya sebatas untuk
berkomunikasi seperti hasil penelitian sebelumnya ditemukan bahwa mahasiswa
di Turki lebih mungkin menggunakan telepon genggam hanya untuk mengirimkan
pesan singkat dan bertukar suara/menelpon (Hostut, 2010 ). Hal ini juga didukung
hasil wawancara penulis dengan narasumber yang hanya menggunakan
handphone biasa (bukan smatphone) yang mengatakan bahwa narasumber hanya
7
menggunakan handphone hanya sebatas untuk berkomunikasi entah dengan
keluarga, sahabat, ataupun teman dekat.
Disisi lain tidak dapat disimpulkan pengguna smartphone memiliki Self
Regulation Learning rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Barakati (2013) menyimpulkan bahwa sebagian
besar mahasiswa berpendapat bahwa smartphone dapat meningkatkan
kemampuan mereka dalam pembelajaran bahasa Inggris karena smartphone
memiliki dampak motivasi bagi mahasiswa karena smartphone bisa memotivasi
mereka untuk belajar. Hasil penelitian oleh Barakati (2013) menghasilkan salah
satu aspek Self Regulation Learning yaitu dampak motivasi bagi mahasiswa
pengguna smartphone.Namun demikian ada penelitian di Korea (Chung, 2011)
menemukan bahwa gadis remaja di Korea kecanduan menggunakan telepon
selular untuk mengirim Short Message Selular dengan teman mereka yang mereka
dilakukan di sekolah, dan hal itu dalam rangka memelihara solidaritas bukan
sebagai media pembelajaran maka dari itu tidak dapat disimpulkan bahwa
pengguna handphone (bukan smartphone) memiliki Self Regulation Learning
yang baik sebab bisa juga seorang pengguna handphone biasa (bukan
smartphone) dapat terganggu Self Regulation Learningnya.
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk meneliti perbedaan Self
Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang
tidak menggunakan smartphone di fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW). Hasil yang prokontra ini juga memperkuat penulis untuk
meneliti terhadap pengguna smartphone dan yang tidak. Penulis mengambil
8
subjek mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW karena subjek ini banyak yang
menggunakan smartphone serta sesuai dengan fenomena bahwa pengguna
smartphone di Indonesia diminati kalangan muda khususnya mahasiswa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah, “Apakah ada perbedaan yang signifikan Self Regulation Learning antara
mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan
smartphone di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)?”
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya perbedaan yang
signifikan Self Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan
Smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone di Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
TINJAUAN PUSTAKA
Self Regulation Learning
Menurut Purwanto (2000) Self Regulated Learning secara harfiah disusun
dari dua komponen yaitu Self Regulated yang berarti terkelola diri dan Learning
berarti belajar. Self Regulated Learning sendiri secara keseluruhan dapat diartikan
sebagai belajar secara terkelola diri atau dengan kata lain belajaryang bertumpu
pada pengelolaan diri.Menurut Winne (1997) Self Regulated Learning adalah
kemampuan seseorang untuk mengelola secara efektif pengalaman belajarnya
sendiri di dalam berbagai cara sehingga mencapai hasil belajar yang
optimal.Zimmerman (dalam Daulay & Rola, 2009) menambahkan bahwa Self
9
Regulated Learning merupakan sebuah proses dimana seorang peserta didik
mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviour), dan
perasaannya (affect).
Jadi dapat disimpulkan bahwa Self Regulation Learning adalah pengaturan
diri belajar seorang peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal
dengan mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition), perilaku (behaviour),
dan perasaannya (affect).
Aspek-aspek Self Regulation Learning menurut Schunk dan Zimmerman
(dalam Mujidin, 2008) mencakup tiga aspek yaitu:
a. Metakognisi
Metakognisi menurut Schunk & Zimmerman adalah kemampuan individu
dalam merencanakan, mengorganisasikan atau mengatur, menginstruksikan
diri, memonitor dan melakukan evaluasi dalam aktivitas belajar.
b. Motivasi
Zimmerman dan Schunk mengatakan bahwa motivasi dalam Self
Regulated Learning ini merupakan pendorong (drive) yang ada pada diri
individu yang mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi otonomi
yang dimiliki dalam aktivitas belajar.Motivasi merupakan fungsi dari
kebutuhan dasar untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan
kompetensi yang dimiliki setiap individu.
c. Perilaku
Perilaku menurut Zimmerman dan Schunk merupakan upaya individu
untuk mengatur diri, menyeleksi, dan memanfaatkan lingkungan maupun
menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitas belajar.
10
Faktor faktor yang mempengaruhi Self Regulation Learning
Zimmerman (1989) berpendapat bahwa menurut teori social kognitif terdapat
3 hal yang mempengaruhi seseorang sehingga melakukan Self Regulated
Learning:
a. Individu
Individu merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang
dapat mempengaruhi Self Regulation Learning. Individu, yang termasuk
dalam faktor individu antara lain;
1) Pengetahuan individu semakin banyak dan beragam sehingga membantu
individu melakukan Self Regulated Learning.
2) Tingkat kemampuan metakognisiindividu semakin tinggi sehingga dapat
membantu individu melakukan Self Regulated Learning
3) Tujuan yang ingin dicapai, artinya semakin tinggi dan kompleks tujuan
yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan untuk melakukan Self
Regulated Learning.
4) Keyakinan efikasi diri, dimana pembelajar yang memiliki taraf self efficacy
yang tinggi cenderung akan bekerja lebih keras dan tekun pada tugas
akademik ditengah kesulitan, dan lebih baik dalam memantau dirinya dan
menggunakan strategi belajar.
b. Perilaku
Perilaku merupakan salah satu faktor Self Regulation Learning dimana
perilaku yang dilakukan seseorang bisa membantu dalam proses belajar.
Fungsi perilaku adalah membantu individu menggunakan segala kemampuan
11
yang dimiliki lebih besar dan optimal upaya yang dilakukan individu dalam
mengatur proses belajar, akan meningkatkan Self Regulated Learning pada
diri individu. Ada 3 tahap perilaku berkaitan dengan Self Regulated Learning
yaitu self observation, self judgement, self reaction. Apabila dikaitkan dengan
Self Regulated Learning dapat dibedakan menjadi 3 :
1) Behavior self reaction yaitu siswa berusaha seoptimal mungkin dalam
belajar
2) Personal self reaction ialah siswa berusaha meningkatkan proses yang ada
dalam dirinya pada saat belajar
3) Environmental self reaction yakni siswa berusaha merubah dan
menyesuaikan langkah belajar sesuai dengan kebutuhan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan keadaan di luar diri individu yang dapat
mempengaruhi Self Regulation Learning seseorang. Lingkungan dapat
mendukung atau menghambat siswa dalam melakukan aktivitas
belajar.Adapun pengaruh lingkungan bersumber dari luar diri pembelajar,
dan ini bermacam-macam wujudnya. Pengaruh lingkungan ini berupa social
and enactive experience, dukungan sosial seperti dari guru, teman , orangtua
maupun berbagai bentuk informasi literature dan simbolik lainnya, serta
struktur konteks belajar, seperti karakteristik tugas dan situasi akademik.
Kepemilikan Smartphone
Kepemilikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
perihal pemilikan atau kepunyaan, hak terhadap sesuatu. Menurut Wikipedia
12
Indonesia kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk
memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan
menggunakannya untuk tujuan pribadi.
Backer (2010), menyatakan bahwa smartphone adalah telepon yang
menyatukan kemampuan-kemampuan terdepan; ini merupakan bentuk
kemampuan dari Wireless Mobile Device (WMD) yang dapat berfungsi seperti
sebuah komputer dengan menawarkan fitur-fitur seperti personal digital assistant
(PDA), akses internet, email, dan Global Positioning System (GPS). Smartphone
juga memiliki fungsi-fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players, sama
seperti telepon biasa. Kelebihan yang dimiliki smartphone adalah sistem canggih
yang berfungsi untuk download dan install aplikasi dengan waktu singkat.
Aplikasi ini seperti program yang ada di desktop komputer, namun tidak rumit
dan dapat dibawa kemana-mana.Smartphone memiliki prosesor cepat dan memori
internal yang besar, tampilan layar besar (sekitar 2” - 3,5 ") dan OS (Operating
Sisyem/Sistem Operasi) yang sangat user friendly memberikan pengalaman yang
sangat menyenangkan untuk para pengguna smartphone ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan smartphone adalah hak milik,
kekuasaan dan cara pengelolaan dari seseorang seperti yang memilikitelepon
berkemampuan canggih seperti Wireless Mobile Device (WMD) yang dapat
berfungsi seperti sebuah komputer dengan menawarkan fitur-fitur seperti personal
digital assistant (PDA), akses internet, email, dan Global Positioning System
(GPS) serta memiliki fungsi-fungsi lainnya seperti kamera, video, MP3 players
13
yang dapat digunakan kapanpun dan dimanapun yang tampilan layar berukuran
sekitar 2” - 3,5 ".
Pengertian kepemilikan smartphone dalam penelitian ini harus mencakup
tiga hal yaitu hak milik smartphone merupakan hak milik seseorang (bukan hak
milik orang lain), pemanfaatan fitur dan aplikasi dalam smartphone serta
pengaktifan pulsa kuota internet bagi pemilik smartphone, sehingga dalam
penelitian ini kepemilikan smartphone terdiri atas dua yaitu:
a. Individu yang memiliki Smartphone
Dalam penelitian ini pengertian individu yang memiliki
smartphone adalah seseorang yang memiliki smartphone sebagaihak
miliknya sendiri (bukan hak milik orang lain) untuk pemanfaatan fitur
dan aplikasi dalam smartphone serta pengaktifan pulsa kuota internet
bagi pemilik smartphone tersebut.
b. Individu yang tidak memiliki Smartphone
Dalam penelitian ini pengertian individu yang tidak memiliki
smartphone adalah seseorang yang tidak memiliki smartphone
sebagaihak miliknya sendiri (bukan hak milik orang lain) dan tidak
memanfaatkan fitur dan aplikasi dalam smartphone serta tidak
mengaktifkan pulsa kuota internet bagi pemilik smartphone tersebut.
Jenis-jenis Smartphone sebagai berikut :
a. Jenis Smartphone Symbian
Jenis smartphone yang dikeluarkan oleh brand terkemuka Nokia
ini merupakan awal mula munculnya smartphone. Banyaknya handphone
Nokia berbasis symbian ini membuat OS ini melekat pada brand Nokia.
14
b. Jenis Smartphone Android
Android merupakan OS yang dipublikasikan oleh Google,sebuah
perusahaan search engine dan raja internet. Kebanyakan android dinaungi
oleh Samsung dan sekarang digunakan oleh Leenovo, Oppo dan
Smartfren.
c. Jenis Smartphone Windows phone
Windows Phone adalah Sistem Operasi perangkat mobile yang
dikembangkan oleh pihak Microsoft dan menjadi sistem operasi pertama
untuk Platform Windows Mobile pada saat ini. Nokia lumia menjadi
pengusung windows mobile pertama di Indonesia.
d. Jenis Smartphone IOS
IOS atau yang dulu dikenal sebagai iPhone OS adalah sistem
operasi buatan Apple untuk perangkat mobile buatan Apple.Perangkat
mobile buatan Apple yang menggunakan iOS sebagai sistem operasi
adalah iPhone, iPad, iPod touch dan Apple TV.
e. Jenis Smartphone Blackberry
Jenis smartphone yang masih menjadi primadonan di Indonesia ini
merupakan keluaran RIM dengan nama produk yang sama yaitu
blackberry.BlackBerry adalah perangkat selular yang memiliki
kemampuan layanan push e-mail,telepon, sms, menjelajah internet,
messenger (Blackberry Messenger/BBM), dan berbagai kemampuan
nirkabel lainnya.
Jenis smartphone yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
smartphone Symbian, Android, Windows phone, IOS, Blackberry.
http://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_genggamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Push_e-mailhttp://id.wikipedia.org/wiki/Telepon_selularhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sms
15
Menurut Parmuarip, Muslim dan Mulyani (2013) perbedaan smartphone dan
handphone adalah sebagai berikut;
a. OperatingSystem
Seperti layaknya komputer, smartphone selalu bekerja
berdasarkan operating system yang berfungsi untuk menjalankan aplikasi
di dalamnya.Operating system (OS) smartphone mengintegrasikan
software dan hardware yang ada pada smartphone. Setiap smartphone
memiliki sistem operasi yang berbeda-beda.
b. Processor
Kecepatan data menjadi pertimbangan khusus untuk aktivitas
yang sering mengambil data di internet maupun berkirim data via email.
Beberapa smartphone menawarkan kecepatan data 3G hingga High Speed
Downlink Package Access (HSDPA) atau 3.5G yang kecepatannya
mencapai 7 kali kecepatan 3G.
c. Software
Jika saat ini hampir semua ponsel memiliki software terinstall di
dalamnya, seperti address book dan contact manager, maka smartphone
memiliki software yang bisa melalukan lebih dari apa yang dilakukan
sebuah ponsel. Smartphone memungkinkan Anda untuk edit dokumen
Microsoft Office, misalnya. Atau paling tidak, Anda bisa membuka dan
membaca dokumen Microsoft Word di smartphone. Smartphone juga
memungkinkan Anda untuk bisa download aplikasi, edit foto,
16
mendapatkan arah jalan yang benar melalui GPS juga membuat daftar
lagu-lagu favorit secara digital.
d. Web Access (Kecepatan )
Semua smartphone memiliki fitur untuk akses ke internet. Bahkan
saat ini sudah dilengkapi dengan fasilitas WiFi sehingga memudahkan
user untuk mengakses internet. Smartphone terbaru bahkan memiliki
speed tinggi sehingga akses ke internet bisa dilakukan dengan cepat. Salah
satu faktornya adalah adanya teknologi 3G yang sangat pesat dan kini
mulai berkembang menjadi 4G, yang pastinya lebih cepat dari 3G.
e. Keypad QWERTY
Umumnya, sebuah smartphone menggunakan Qwerty keypad,
yaitu keypad yang susunan hurufnya mirip dengan susunan huruf di
keyboard komputer atau laptop. Fasilitas ini mempermudah pengguna
untuk mengetik pada smartphone dibanding memakai keypad numerik
atau angka.
f. Messaging
Baik ponsel maupun smartphone memiliki fitur SMS. Yang
membedakan adalah kemampuan smartphone untuk mengirim dan
menerima email, yang tidak dijumpai di ponsel. Sebuah smartphone bisa
menghandle akun email Anda sehingga kapanpun ada email masuk, maka
Anda kan diberi notifikasi seperti layaknya menerima SMS. Sejumlah
smartphone juga bisa handle lebih dari satu akun email. Bukan hanya
email, tapi smartphone juga bisa untuk membuka layanan instant
17
messaging seperti AOL Instant Messenger (AIM), Yahoo Messenger
(YM) juga Google Talk (GTalk).
g. Memori
Biasanya kapasitas internal memori yang terdapat pada smartphone
jauh lebih besar dibandingkan dengan handphone biasa. Selain terdapat
memori internal kita juga dapat menambahkan tambahan memori supaya
dapat menampung data-data yang lebih banyak.
Aplikasi dalam Smartphone
Beberapa aplikasi memfasilitasi para mahasiswa untuk belajar bahasa
Inggris, seperti Kamus, Idiom bahasa Inggris, Tata-bahasa Inggris, dll. Tidak
hanya aplikasinya, tetapi fitur-fitur smartphone juga dapat membantu mahasiswa
dalam proses belajar, sebagai contoh wi-fi dapat membantu mahasiswa
membuat tugas-tugas, MP3 player dapat membantu meningkatkan kemampuan
mendengar mereka dan sebagainya (Barakati, 2013).
Menurut Tempelhof (2009) dalam Yanti (2011), sebuah penelitian
menyebutkan 70% mahasiswa keperawatan telah menggunakan PDA dan sejenis
alat PDA dalam proses belajar. Aplikasi smartphone dapat digunakan sebagai
proses belajar keperawatan, misalnya instruksional video dalam pemasangan
nasogastric tube pada manikin.
Kebanyakan mahasiswa sekarang ini juga menggunakan smartphone
sebagai alat komunikasi mereka sehingga mereka mendownload beberapa fitur
media sosial seperti facebook, twitter, blackberry messenger, path, instagram ke
dalam smartphone. Melalui aplikasi media sosial yang ada di smartphone
18
mahasiswa dapat mengetahui segala informasi tentang kampus dan dapat saling
berbagi informas tentang perkuliahan melalui media sosial yang ada dalam
smartphone dengan teman-teman (dalam Barakati, 2013).
Di Korea Selatan salah satu alasan mahasiswa menggunakan smartphone
agar mereka bisa membuat agenda atau jadwal belajar sehingga bisa membagi
waktu untuk membuat tugas-tugas kuliah. Agenda merupakan salah satu fitur
yang ada dalam smartphone yang dapat membantu mahasiswa dalam mengatur
proses belajarnya (http://azonerskaryamedia.blogspot.com/ 2011/ 12/ survei – 84
– mahasiswa – di – korea - selatan.html).
Mahasiswa
Mahasiswa adalah kelompok pelajar yang sudah menyelesaikan
pendidikannya di sekolah menengah (umum/kejuruan) kemudian mendaftar dan
diterima di Universitas (Sarwonodalam Amelia 2011). Pada usia sekitar 18 tahun,
seseorang mulai memasuki dunia mahasiswa. Mahasiswa adalah individu yang
berusia 18 tahun atau lebih yang menempuh pendidikan didalam lingkungan
universitas atau perguruan tinggi (Papalia & Oldsdalam Amelia 2011).
Perbedaan Self Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan
smartphone dan tidak menggunakan smartphone
Perilaku mahasiswa yang menggunakan smartphone untuk media
pembelajaran merupakan salah satu aspek Self Regulation Learning dimana
dengan menggunakan smartphone dapat membantu mahasiswa dalam proses
belajar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh Tempelhof
(dalam Yanti 2011) bahwa 70% mahasiswa keperawatan menggunakan aplikasi
http://azonerskaryamedia.blogspot.com/%202011/%2012/%20survei%20–%2084%20–%20mahasiswa%20–%20di%20–%20korea%20-%20selatan.htmlhttp://azonerskaryamedia.blogspot.com/%202011/%2012/%20survei%20–%2084%20–%20mahasiswa%20–%20di%20–%20korea%20-%20selatan.html
19
smartphone dalam proses belajar. Di sisi lain tidak dapat disimpulkan bahwa
peserta didik seperti mahasiswa yang menggunakan smartphone dapat membantu
Self Regulation Learningnya. Sebab ada beberapa penelitian yang menemukan
bahwa smartphone dapat mengganggu Self Regulation Learning seorang peserta
didik. Hal ini di dukung oleh hasil penelitian oleh Prastowo (2014) di salah satu
SMA di Yogyakarta yang disebutkan oleh salah satu guru di SMA tersebut bahwa
tingginya angka pelajar menggunakan smartphone ini sangat miris, karena pelajar
menggunakannya tidak kenal waktu. Di sekolah saja sudah ada beberapa pelajar
yang selalu menggunakan smartphone pada saat jam mata pelajaran berlangsung.
Hal senada juga terjadi di Surabaya menurut hasil penelitian Pramiyas (2011)
ditemukan bahwa ketika seorang ibu memberikan smartphone BlackBerry kepada
anaknya, anak mereka sulit untuk disuruh belajar ataupun mengerjakan pekerjaan
rumah.Hal itu disebabkan seringnya anak mereka menggunakan smartphone. Dari
hasil penelitian tersebut jelas tergambar bahwa smartphone dapat menganggu Self
Regulation Learning seorang peserta didik. Hal tersebut juga tidak dapat
dipungkiri dapat terjadi pada peserta didik seperti mahasiswa.
Dibandingkan dengan mahasiswa yang menggunakan smartphone terlalu
sering, mahasiswa yang menggunakan handphone biasa (bukan smartphone)
memiliki banyak waktu untuk belajar karena penggunaan handphone bagi mereka
hanya sebatas untuk berkomunikasi seperti hasil penelitian sebelumnya ditemukan
bahwa mahasiswa di Turki lebih mungkin menggunakan telepon genggam hanya
untuk mengirimkan pesan singkat dan bertukar suara/menelpon (Hostut, 2010 ).
Dengan minimnya waktu yang dihabiskan mahasiswa pengguna handphone untuk
20
handphonenya, maka mahasiswa pengguna handphone biasa memiliki banyak
waktu untuk mengatur proses belajarnya sehingga mereka cenderung memiliki
Self Regulation Learning yang lebih baik dari mahasiswa pengguna smartphone.
Dari hasil-hasil penelitian di atas, penulis berasumsi bahwa ada perbedaan
Self Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan
yang tidak menggunakan smartphone (handphone biasa).
Hipotesis Penelitian
Mengacu pada masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan Self
Regulation Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang
tidak menggunakan smartphone.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian ini
adalah mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dengan
jumlah populasi yang tidak diketahui. Sampel dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan Kerlinger dan Lee (dalam Wardhani, 2009) yang mengatakan bahwa
jumlah minimal sampel dalam penelitian kuantitatif adalah 30 sampel. Dalam
penelitian ini sampel yang digunakanberjumlah 116 sampel yang diambil
berdasarkan kriteria-kriteria populasi yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan
karena dalam penelitian kuantitatif dianggap akan menghasilkan perhitungan
statistik yang lebih akurat daripada sampel dalam jumlah kecil (Kumar dalam
Wardhani, 2009). Teknik pengambilan sampel menggunakan metode
21
Nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Teknik yang digunakan adalah teknik Snowball. Snowball
sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau
dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap
data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu
dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu
seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak yaitu ≥ 30 (Sugiyono, 2010).
Untuk mengukur variabel Self Regulation Learning peneliti menggunakan
Skala Self Regulation Learning yang disajikan dalam bentuk angket. Skala ini
merupakan modifikasi dari dari skala Motivational Strategies for Learning
Questionnaire (MSLQ) oleh Artino yang diadaptasi dari Pintrich et al (1991) yang
berdasarkan tiga aspek Self Regulation Learning menurut Schunk dan
Zimmerman (dalam Mujidin, 2008) yaitu metakognisi, motivasi, dan perilaku.
Item dalam skala tersebut dikelompokkan dalam pernyataan favorable dan
unfavorable dengan menggunakan angka 1 hingga 7.Angka 1 (pilihan untuk item
yang tidak dialami oleh subjek), angka 7 (pilihan untuk item yang dialami oleh
subjek) dan antara angka 1 hingga 7 (pilihan untuk item yang kurang lebih
dialami subjek).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai atau uji coba
terpakai yaitu subjek yang digunakan untuk uji cobajuga digunakan sebagai data
penelitian guna menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Sebelum pengambilan
22
sampel dilakukan, peneliti melakukan uji coba bahasa kepada 6 responden yaitu 3
responden pengguna smartphone dan 3 responden pengguna handphone yang
memiliki kriteria yang sama pada subjek penelitian ini. Setelah dilakukan uji coba
bahasa, peneliti memperbaiki beberapa kalimat pada item pernyataan skala
psikologi yang akan digunakan sesuai dengan saran dari responden dan
pembimbing.
Berdasarkan pengujian yang dilakukan sebanyak dua kali, didapatkan
koefisien seleksi item yaitu yang bergerak antara 0,296 sampai dengan 0,773.
Dalam penelitian ini ada 7 item yang tidak valid, dan tersisa 39 item valid.
Dari hasil uji reliabilitas setelah 7 item yang gugur dihilangkan, diperoleh
hasil koefisien α = 0,750. Bila koefisien reliabilitas semakin tinggi mendekati
angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliabel, begitupun sebaliknya (Azwar,
2012), maka dapat disimpulkan bahwa skala Self Regulation Learning yang
digunakan dalam penelitian ini reliabel.
HASIL PENELITIAN
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel Self
Regulation Learning digunakan 5 kategori, yaitu dengan mengurangi jumlah skor
tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya dengan jumlah kategori
(Hadi, 2000). Berdasarkan perhitungan data penelitian yang telah
dilakukan,didapatkan hasil analisis deskriptif Self Regulation Learning dengan
nilai minimum yakni sebesar 39 dan nilai maksimum 273. Mean atau rata-rata
yang diperoleh adalah 176.0172 dan standar deviasi sebesar 41,30838 seperti yang
terlihat dapat Tabel 1.
23
TABEL 1
Kategori Skor Self Regulation Learning
No. Interval Kategori Frekue
nsi % Mean
Standar
Deviasi
1. 226,2 ≤ x < 273 Sangat Tinggi 7 6,03
176,0172
41,30838
2. 179,4 ≤ x < 226,2 Tinggi 60 51,72
3. 132,6 ≤ x < 179,4 Sedang 34 29,31
4. 85,8 ≤ x < 132,6 Rendah 10 8,62
5. 39 ≤ x < 85,8 Sangat
Rendah
5 4,31
Hasil analisis perbedaan kategori Self Regulation Learning antara
mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan
smartphone (handphone) di Fakultas Psikologi UKSW menunjukkan data pada
Tabel 2 sebagai berikut:
TABEL 2
Kategori Skor Self Regulation Learning pengguna Smartphone dan
pengguna handphone
No. Interval Kategori Smart
phone % Handphone %
1. 226,2 ≤ x < 273 Sangat
Tinggi
4 6,45 3 5,55
2. 179,4 ≤ x < 226,2 Tinggi 32 51,6 28 51,8
3. 132,6 ≤ x < 179,4 Sedang 18 29,03 16 29,62
4. 85,8 ≤ x < 132,6 Rendah 6 9,67 4 7,4
5. 39 ≤ x < 85,8 Sangat
Rendah
2 3,22 3 5,5
Tahap selanjutnya adalah melakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas yang
bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data penelitian pada
masing-masing variabel. Data dari variabel penelitian diuji normalitasnya
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov Test. Data dapat dikatakan
berdistribusi normal apabila nilai p > 0,05.
24
TABEL 3
Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Smartphone Handphone
N 62 54
Normal Parametersa Mean 175.39 176.74
Std. Deviation 40.797 42.260
Most Extreme Differences Absolute .125 .160
Positive .081 .076
Negative -.125 -.160
Kolmogorov-Smirnov Z .983 1.177
Asymp. Sig. (2-tailed) .288 .125
a. Test distribution is Normal.
Hasil uji normalitas pada Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel Self
Regulation Learning pada masing-masing kelompok sampel memiliki koefisien
Kolmogorov-Smirnov Test sebesar 0,983 dan 1,177 dengan probabilitas (p) atau
signifikansi sebesar 0,288 dan 0,125 pada masing-masing kelompok sampel
dengan demikian variabel Self Regulation Learning memiliki distribusi data yang
normal karena p>0,05.
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah sampel-sampel dalam
penelitian berasal dari populasi yang sama. Data dapat dikatakan homogen apabila
nilai probabilitas p > 0,05.
TABEL 4
Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances
Self RegulationLearning
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.206 1 114 .651
Dari hasil uji homogenitas pada tabel 4 menunjukan bahwa nilai koefisien
Levene Test sebesar 0,206 dengan signifikansi sebesar 0,651. Oleh karena nilai
25
signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut
homogen.
Setelah dilakukan analisis data mengenai perbedaanSelf Regulation
Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak
menggunakan smartphone di fakultas Psikologi UKSW, maka diperoleh hasil
sebagai berikut :
TABEL 5
Hasil Uji-T
Group Statistics
HP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
SRL 1 62 175.39 40.797 5.181
2 54 176.74 42.260 5.751
TABEL 5.1 Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Diffe-rence
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
SRL Equal variances assumed
.223 .637 -.175 114 .861 -1.354 7.722 -16.650 13.943
Equal variances not assumed
-.175 110.630 .861 -1.354 7.741 -16.693 13.985
Hasil perhitungan Independent Sample Test pada Tabel 5.1 menunjukkan
bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan antara pengguna smartphone dan bukan
pengguna smartphone (equal variances not assumed) memiliki nilai t-test sebesar
-.175 dengan signifikansi 0.861 atau p > 0,05 yang berarti tidak terdapat
26
perbedaan Self Regulation Learningantara mahasiswa yang menggunakan
smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone di fakultas Psikologi
UKSW.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan Self Regulation
Learningantara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak
menggunakan smartphone di fakultas Psikologi UKSW, didapatkan hasil
perhitungan Independent Sample Test sebesar -.175 dengan signifikansi 0,861 (p
> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak
ada perbedaan Self Regulation Learningantara mahasiswa yang menggunakan
smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone di fakultas Psikologi
UKSW.
Menurut Widhiarso (2011) ada beberapa penyebab mengapa hasil uji
statistik tidak signifikan, seperti adanya outliers, model tidak sesuai, ukuran
sampel kecil, pengaruh variabel intervening, prasyarat analisis yang tidak
dipatuhi, perbedaan konteks, alat ukur yang kurang valid dan reliabel, dan
penyebab lainnya seperti masalah data, sampel, desain penelitian dan lain-lain.
Peneliti mencoba menjelaskan secara teori kemungkinan adanya penyebab
lain mengapa hasil uji statistik penelitian ini tidak terbukti. Ini bisa disebabkan
karena mahasiswa yang merupakan usia remaja ingin memenuhi tugas
perkembangan sebagai seorang remaja yaitu mencapai tingkah laku yang
bertanggungjawab terhadap tujuannya yaitu kuliah (Havigrust, 2014). Maka dari
itu untuk bertanggung jawab terhadap tujuannya maka mahasiswa harus fokus dan
27
mampu mengendalikan diri dari perilaku-perilaku negatif seperti penggunaan
smartphone dan handphone yang berlebihan, karena menurut Papalia, Olds &
Feldman (2004) dalam bidang pendidikan di perguruan tiinggi, mahasiswa
dituntut untuk bertanggung jawab dalam belajarnya.
Meskipun tidak ada perbedaan Self Regulation Learning antara mahasiswa
yang menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone namun
dalam kategorisasi skor Self Regulation Learning mahasiswa yang menggunakan
smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone masuk pada kategorisasi
skor Self Regulation Learning yang tinggi dengan presentase 51,72% dan dari 62
mahasiswa yang menggunakan smartphone yang Self Regulation Learningnya
tergolong tinggi ada 51,6% dan dari 54 mahasiswa yang tidak menggunakan
smartphone (menggunakan handphone) yang Self Regulation Learningnya
tergolong tinggi ada 51,8%. Artinya meskipun smartphone dan handphone tidak
berpengaruh dalam melakukan Self Regulated Learning namun mahasiwa fakultas
psikologi memiliki nilai skor Self Regulation Learning yang tinggi, yang
kemungkinan mahasiswa psikologi UKSW melakukan Self Regulation Learning
secara manual tanpa bantuan media elektronik seperti smartphone dan handphone.
Dalam hal metodologi, hipotesis dalam penelitian ini ditolak bisa saja disebabkan
karena peneliti kurang mespesifikasikan aplikasi-aplikasi yang digunakan oleh
mahasiswa dalam membantu Self Regulation Learning mereka. Misalnya aplikasi
agenda atau note dalam smartphone yang dapat membantu mahasiswa dalam
membuat jadwal kuliah atau jadwal membuat tugas kuliah, kemudian aplikasi
alarm yang dapat mengingatkan mahasiswa untuk membuat tugas-tugas kuliah.
28
Berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa pengguna smartphone
ditemukan bahwa mereka jarang menggunakan smartphone mereka untuk
membuat agenda kuliah atau agenda membuat tugas dalam smartphone
merekadan mereka juga hanya kadang-kadang menggunakan smartphone untuk
browsing-browsing tugas. Begitu pula hasil wawancara dengan pengguna
handphone biasa ditemukan bahwa mereka hanya menggunakan handphonehanya
sebatas untuk menelpon, sehingga dalam hal ini tidak terdapat perbedaan yang
mencolok antara smartphone dan handphone biasa.
Di Indonesia handphone biasa dapat mengakses aplikasi yang sama
dengan aplikasi yang ada di smartphone seperti aplikasi media sosial sehingga
perbedaan antara smartphone dan handphone kurang begitu nampak. Di Indonesia
sekarang ini juga, memungkinkan pengguna handphone biasa untuk
menggunakan akses internet yang ditawarkan oleh provider-provider dengan
layanan yang menarik.
Dalam hal teori juga, tidak adanya perbedaan Self Regulation Learning
antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan
smartphone di fakultas Psikologi UKSW mungkin disebabkan karena ada faktor
lain yang memengaruhi Self Regulation Learning. Zimmerman (1989)
menjelaskan selain perilaku yang memengaruhi Self Regulation Learning, ada
faktor individu dan lingkungan yang memengaruhi Self Regulation Learning.
Misalnya pada faktor lingkungan, orangtua dapat memengaruhi Self Regulation
Learning karena orangtua orang tua dapat membantu anak menjadi pelajar dengan
pengaturan diri (Boekaerts, Schunk, dan Zimmerman dalam Santrock, 2007).
29
Keterlibatan orang tua juga dapat meningkatkan Self Regulated Learning anak
sehingga prestasi akademiknya meningkat (Pons dalam Woolfolk 2006).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan Self Regulation
Learning antara mahasiswa yang menggunakan smartphone dan yang tidak
menggunakan smartphone diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tidak ada perbedaan Self Regulation Learning antara mahasiswa yang
menggunakan smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone di
fakultas Psikologi UKSW.
2. Sebagian besar mahasiswa fakultas Psikologi UKSW yang menggunakan
smartphone dan yang tidak menggunakan smartphone (menggunakan
handphone) tergolong dalam kategori Self Regulation Learning tinggi
dengan presentase 51,72%. Dari 62 mahasiswa yang menggunakan
smartphone yang Self Regulation Learningnya tergolong tinggi ada
51,6% dan dari 54 mahasiswa yang tidak menggunakan smartphone
(menggunakan handphone) yang Self Regulation Learningnya tergolong
tinggi ada 51,8%.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih
banyaknyaketerbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa
saran sebagai berikut :
30
a. Saran bagi mahasiswa
Penggunaan smartphone dan handphone dapat membantu mahasiswa
dalam melakukan Self Regulation Learning, maka dari itu disarankan
mahasiswa dapat menggunakan aplikasi-aplikasi yang ada dalam smartphone
maupun handphone yang dapat membantu dalam proses Self Regulation
Learning.
b. Saran bagi peneliti selanjutnya
Melihat masih banyaknya keterbatasan dalam penelitian ini maka peneliti
selajutnya disarankan untuk :
1) Peneliti selanjutnya dapat meneliti faktorlain yang memengaruhi Self
Regulation Learning seperti individu dan lingkungan.
2) Dalam penelitian ini memakai subjek mahasiswa Fakultas Psikologi, yang
memungkinkan subjek sudah mengetahui maksud dari penelitian ini
sehingga cenderung memberikan jawaban yang terbaik. Sehingga peneliti
menyarankan agar penelitian selanjutnya memakai subjek lain diluar
Fakultas Psikologi.
3) Peneliti lain diharapkan dapat menspesifikasikan aplikasi dalam
smartphone dan handphone yang dapat membantu subjek dalam Self
Regulation Learning
DAFTAR PUSTAKA
Amelia. (2011). Hubungan Self Regulation dengan Prestasi Belajar pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana. Skripsi.
Salatiga: UKSW.
31
Azwar Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Barakati. (2013). Dampak Penggunaan Smartphone dalam Pembelajaran Bahasa
Inggris (Persepsi Mahasiswa). Jurnal Sastra. Manado: Fakultas Sastra
Universitas Sam Ratulangi.
Daulay & Rola. (2009). Perbedaan Self Regulated Learning antara Mahasiswa
yang bekerja dan yang tidak bekerja. Jurnal Psikologi. Sumatera Utara:
Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Hadi, S. (2000).Statistik jilid 2. Jogjakarta: Andi.
Havigrust. (2014). Tugas-tugas perkembangan remaja.Diperoleh dari
Saifulq.blogspot.com/2013/04/tugas-tugas-perkembangan-remaja.html
(diakses tanggal 9 Agustus 2014).
Hostut. (2010). Uses and Gratifications of Mobile Phone Use Among Students in
Turkey.GMJ: Mediterranean Edition 5(1/2) Spring/Fall 2010.
Latipah. (2010). Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian
Meta Analisis.
Mujidin. (2008). Perbedaan Self Regulated Learning antara Siswa
UNDERACHIEVERS dan Siswa OVERACHIEVERS pada Kelas 3 SMP
NEGERI 6 YOGYAKARTA. Jurnal Psikologi. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.
Namho Chung. (2011). Journal Korean Adolescent Girl’s Addictive Use of
Mobile Phones to Maintain Interpersonal Solidarity. Korea: Vol 39.
No.p1349-1358, 10p
Parmuarip, Muslim, Mulyani. (2013). Alasan Penggunaan Smartphone di
Kalangan Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung. Jurnal Politeknik.
Bandung: Jurusan Teknik Komputer dan Informatika Politeknik Negeri
Bandung.
Pramiyas Riestifa. (2011). Jurnal Tindakan Sosial Ibu Terhadap Anak Pengguna
BlackBerry. Surabaya: FISIP Universitas Airlangga.
32
Prastowo.(2014). Pengaruh Teknologi Bersmartphone Terhadap
Remaja.Diperoleh dari http://pengaruh-teknologi-ber-smartphone-
terhadap-remaja.html (diakses pada bulan Januari 2014).
Putranama,( 2011). Jurnal Airlangga Pentingnya BlackBerry Bagi
Pengguna.Diperoleh dari
http://Jurnal%20Airlangga%20%20Pentingnya%20Blackberry%20Bagi%
20Pengguna.html(diakses pada bulan Januari 2014).
Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2010). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta
Bandung.
Wardhani, P.W. (2009). Hubungan Nilai Budaya Uncertainty Avoidance dengan
ingkah aku novatif. iunduh pada 16 uni 2014, dari
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126429-155.8%20PUT.
Widhiarso, W. (2011). Diskusi psikometri dan statistika: beberapa penyebab
mengapa hasil uji statistik tidaksignifikan.Diperolehdarihttp://belajar-
psikometri.blogspot.com/2011/06/beberapa-penyebab-mengapahasil-
uji.html (diakses pada 16 Januari 2014, 22.00).
Woolfolk. (2006). Educational Psychology.Amazone.
Yanti. (2011). Pemanfaatan Smartphone dalam Pendidikan Keperawatan. Artikel
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
http://swa.co.id/technology/tahun-ini-pengguna-smartphone-naik-3-kali-lipat.
http://blogging.co.id/jenis-jenis-smartphone.
http://anas-shady.blogspot.com/2012/12/symbian.html.
http://health.kompas.com/read/2013/06/24/1717056/Makin.Banyak.Orang.Sakit.P
ikun.Digital.
http://azonerskaryamedia.blogspot.com/2011/12/survei-84-mahasiswa-di-korea-
selatan.html.
http://pengaruh-teknologi-ber-smartphone-terhadap-remaja.html/http://pengaruh-teknologi-ber-smartphone-terhadap-remaja.html/http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126429-155.8%20PUThttp://blogging.co.id/jenis-jenis-smartphonehttp://anas-shady.blogspot.com/2012/12/symbian.htmlhttp://health.kompas.com/read/2013/06/24/1717056/Makin.Banyak.Orang.Sakit.Pikun.Digitalhttp://health.kompas.com/read/2013/06/24/1717056/Makin.Banyak.Orang.Sakit.Pikun.Digitalhttp://azonerskaryamedia.blogspot.com/2011/12/survei-84-mahasiswa-di-korea-selatan.htmlhttp://azonerskaryamedia.blogspot.com/2011/12/survei-84-mahasiswa-di-korea-selatan.html