57
PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG ( Skripsi) Oleh CHRISTA SELINA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2019

PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

  • Upload
    others

  • View
    32

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

PERBEDAAN TINGKAT EMPATI

ANTAR MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

( Skripsi)

Oleh

CHRISTA SELINA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2019

Page 2: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

ii

ABSTRACT

EMPATHY DIFFERENCE AMONG CLERKSHIP MEDICAL STUDENT IN

MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY

By

CHRISTA SELINA

Background: Empathy is one of the professionalism characteristics in the doctor

patient relationship. During medical course, the level of empathy can change. One

of the factors that influence this change is medical education level. The purpose of

this study was to find out whether there were differences in the level of empathy

among clerkship students at the Medical Faculty of Lampung University.

Method: This research is a quantitative study with a cross sectional approach. The

sampling technique used is probability sampling with a sample population of 113

clerkship students at the Medical Faculty of Lampung University. The instrument

used for this research was The Jefferson's Scale of Physician Empathy- Student

Version which consisted of 20 statements. The analysis test used is an unpaired t-

test.

Results: In this study, it was obtained that the early yearclerkship students had a

lowermean empathy score (94.25 ± 15.01) than thefinal year clerkship students

(102.82 ± 11.86).The results of unpaired t-test between the level of empathy and the

study level of clerkship student were obtained p-value 0.001 (p <0.05).

Conclusion: There is a statistically significant differencein the level of empathy

amongclerkship students of the Medical Faculty of Lampung University.

Keywords: Clerkship students, empathy,level of empathy, medical education level.

Page 3: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

iii

ABSTRAK

PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR MAHASISWA

KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

LAMPUNG

Oleh

CHRISTA SELINA

Latar belakang: Empati merupakan salah satu ciri profesionalisme dalam

hubungan dokter pasien. Selama menjalankan pendidikan kedokteran, tingkat

empati tersebut dapat berubah. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

empati adalah tingkatan studi mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat empati antar mahasiswa

kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross

sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah probability

sampling dengan populasi sampel sebesar 113 mahasiswa kepaniteraan klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Instrumen penelitian yang digunakan

adalah The Jefferson’s Scale of Physician Empathy- Student Versionyang terdiri

dari 20 pernyataan. Uji analisis yang digunakan adalah t-test tidak berpasangan.

Hasil Penelitian: Pada penelitian ini, didapatkan bahwa mahasiswa kepaniteraan

klinik awal memiliki rata-rata skor empati yang lebih rendah (94,25±15,01)

dibandingkan mahasiswa kepaniteraan klinik akhir (102,82±11,86). Hasil uji t

tidak berpasangan antara tingkat empatidengan tingkatan studi mahasiswa

kepaniteran klinikdidapatkan p-value 0,001 (p<0,05).

Simpulan: Terdapat perbedaan tingkat empati yang bermakna secara statistik antar

mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universias Lampung.

Kata kunci: Empati, mahasiswa kepaniteraan klinik, tingkat empati, tingkatan

studi.

Page 4: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

iv

PERBEDAAN TINGKAT EMPATI

ANTAR MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

CHRISTA SELINA

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

v

Judul Penelitian : Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa

Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

Nama Mahasiswa : Christa Selina

Nomor Pokok Mahasiswa : 1518011094

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Kedokteran

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

dr. Merry Indah Sari, S.Ked., M.Med.Ed dr. Oktafany, S.Ked., M.Pd.Ked

NIP 198305242008122002 NIP 197610162005011003

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Dyah Wulan S. R. Wardani, SKM., M.Kes

NIP 197206281997022001

Page 6: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

vi

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : dr. Merry Indah Sari, S.Ked., M.Med.Ed

aaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Sekretaris : dr. Oktafany, S.Ked., M.Pd.Ked

aaaaaaaaaaaaaaaaaaa

Penguji

Bukan Pembimbing: dr. Dwita Oktaria,S.Ked., M.Pd.Ked

aaaaaaaaaaaaaaaaaaa

2. Dekan Fakultas Kedokteran

Dr. Dyah Wulan S. R. Wardani, SKM., M.Kes

NIP 197206281997022001

Tanggal lulus ujian skripsi:10 April 2019

Page 7: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

vii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa,

1. Skripsi dengan judul “PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR

MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS

KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG” adalah benar hasil karya

penulis, dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas hasil karya

penulis lain.

2. Hak intelektualitas atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada

Universitas Lampung.

Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya

ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan

kepada saya.

Bandar Lampung, 10 April 2019

Penulis

Christa Selina

NPM 1518011094

Page 8: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta pada 12 Desember 1997 sebagai anak pertama dari dua

bersaudara, dari Bapak dr. Willy Gunawan, Sp.A dan Ibu Hertaty Tjendra, SE(ak).

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) diselesaikan di TK Fransiskus

Tanjungkarang tahun 2003, lalu Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Fransiskus

Tanjungkarang, tahun 2009. Pada tahun 2012, pendidikan Sekolah Menengah

Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Fransiskus dan pada tahun 2015, pendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA) ditamatkan di SMA Xaverius Pahoman.

Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada organisasi

Lampung University Medical Research (LUNAR) dan pernah menjabat sebagai

ketua divisi Business and Sponsorship pada tahun 2017-2018.

Page 9: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

ix

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-

pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab

Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu

dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia

akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat

menanggungnya”

1 Korintus 10:13

Page 10: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

x

SANWACANA

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karunia yang telah

diberikan kepada Penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan

Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung” diselesaikan sebagai salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran di Universitas Lampung.

Selama penyusunan skripsi, Penulis mendapatkan berbagai dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak, dan berkat bantuan mereka, skripsi ini pada akhirnya dapat

diselesaikan. Oleh sebab itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan berkat kesehatan, kekuatan,

dan perlindungan;

2. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung;

3. Dr. Dyah Wulan S.R. Wardani, SKM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung;

4. dr. Merry Indah Sari, S.Ked., M.Med.Ed, selaku Pembimbing Utama atas

segala ilmu, waktu, tenaga, dan kebaikan yang telah diberikan selama proses

selama proses penyusunan skripsi;

Page 11: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

xi

5. dr. Oktafany, S.Ked., M.Pd.Ked, selaku Pembimbing Pendamping atas waktu

dan kesediannya dalam membimbing Penulis selama proses penyusunan

skripsi;

6. dr. Dwita Oktaria, S.Ked.,M.Pd.Ked, selaku Penguji Utama atas waktu, ilmu,

saran, dan kritik yang membangun selama proses penyusunan skripsi;

7. dr. Novita Carolia, S.Ked., M.Sc, selaku Pembimbing Akademik atas waktu

dan motivasi yang selalu diberikan kepada Penulis sejak awal perkuliahan di

Fakultas Kedokteran;

8. Ibu Ratih Arruum Listiyandini, M.Psi., dan Shira Carol yang selalu membantu

dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait instrumen penelitian yang

digunakan;

9. Papa dan Mama atas segala kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah

putus, sehingga Penulis dapat melewati seluruh proses pembelajaran dan

penyusunan skripsi ini;

10. Maria Felicia, my one and only sibling, terima kasih untuk segala bantuan,

dukungan, dan doa yang diberikan kepada Penulis;

11. Seluruh dosen, staff, dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

atas pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dan bantuan yang senantiasa

diberikan kepada Penulis;

12. Direktur Utama Rumah Sakit Abdoel Moeloek yang bersedia memberikan izin

penelitian sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

13. Kakak-kakak Ketua Chief dokter muda di Rumah Sakit Abdoel Moeloek atas

kerja sama dan motivasi yang diberikan;

Page 12: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

xii

14. Sahabat-sahabat terkasih, Nadhia Khairunnisa, Nurul Fitri Insani, Larasati A.

Basica, Zihan Zetira, Ayu Ningsih, dan Ni Putu Nita Pranita yang selalu

menjadi pelipur lara, memberikan motivasi, dan menemani selama proses

perkuliahan;

15. Teman-teman Permako Medis terkhusus Dea, Lidya, Celine, Hendro, Josi dan

Niko atas segala kebersamaan dan suka duka selama proses perkuliahan;

16. Teman-teman bimbingan, Zhafran, Devi, Mufid, Kak Norman, dan Habibi atas

motivasi yang selalu diberikan kepada satu sama lain;

17. Teman-teman seperjuangan ENDOM15IUM yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, terima kasih atas segala suka duka, motivasi, dan kebersaaan selama

proses perkuliahan;

Terima kasih untuk semua pihak yang terlibat dalam proses penyusunan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh

sebab itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar hadapan

Penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 10 April 2019

Penulis

Christa Selina

Page 13: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................ 5

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti ................................................................................ 5

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi ................................................................................ 5

1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran ........................................ 6

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 7 2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 7

2.1.1 Definisi Empati .......................................................................................... 7

2.1.2 Perubahan Empati Mahasiswa Kedokteran ............................................. 11

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Empati ............................................. 13

2.1.4 Alat Ukur Empati ..................................................................................... 16

2.1.5 Domain JSPE ........................................................................................... 19

2.2 Kerangka Teori ............................................................................................... 23

2.3 Kerangka Konsep ........................................................................................... 24

2.4 Hipotesis ......................................................................................................... 24

2.4.1 Hipotesis Null (H0) .................................................................................. 24

2.4.2 Hipotesis Alternatif (Ha) ......................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 25 3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................................... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................... 25

3.3 Subjek Penelitian ............................................................................................ 25

3.3.1 Populasi Penelitian ................................................................................... 25

3.3.2 Sampel Penelitian .................................................................................... 26

Page 14: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

xiv

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................................... 28

3.4.1 Variabel Independen ................................................................................ 28

3.4.2 Variabel Dependen .................................................................................. 28

3.5 Definisi Operasional ....................................................................................... 28

3.6 Metode Pengambilan Data ............................................................................. 29

3.7 Instrumen Penelitian ....................................................................................... 29

3.7.1 Instrumen Penilaian ................................................................................. 29

3.7.2 Validasi Instrumen ................................................................................... 30

3.8 Alur Penelitian ................................................................................................ 30

3.8.1 Tahap Persiapan ....................................................................................... 31

3.8.2 Tahap Pelaksanaan ................................................................................... 31

3.8.3 Tahap Akhir ............................................................................................. 32

3.9 Analisis Data .................................................................................................. 32

3.10 Etika Penelitian ............................................................................................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 34 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................... 34

4.1.1 Hasil Analisis Univariat ........................................................................... 35

4.1.2 Hasil Analisis Bivariat ............................................................................. 38

4.2 Pembahasan .................................................................................................... 39

4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 49 5.1 Simpulan ......................................................................................................... 49

5.2 Saran ............................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 51

LAMPIRAN ............................................................................................................ 56

Page 15: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Blueprint kuesioner JSPE (The Jefferson’s Scale of Physician Empathy) ........... 22

2. Penghitungan Jumlah Sampel .............................................................................. 27

3. Definisi Operasional Variabel. ............................................................................. 28

4. Instrumen JSPE .................................................................................................... 29

5.Distribusi tingkatan studi ...................................................................................... 35

6. Gambaran umum tingkat empati .......................................................................... 35

7. Distribusi tingkat empati mahasiswa kepaniteraan klinik .................................... 36

8. Distribusi skor empati berdasarkan tingkatan studi ............................................. 36

9. Rata-rata skor JSPE berdasarkan domain empati................................................. 36

10. Rata-rata skor domain JSPE berdasarkan tingkatan studi .................................. 37

11. Selisih rata-rata skor domain JSPE berdasarkan tingkatan ................................ 37

12. Hasil uji t tidak berpasangan antara tingkatan studi dengan tingkat empati ...... 38

Page 16: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan

Klinik. ...................................................................................................................... 23

2. Kerangka Konsep Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan

Klinik. ...................................................................................................................... 24

3. Alur Penelitian. .................................................................................................... 31

Page 17: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Etik Penelitian

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Lembar Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner

Lampiran 5. Uji Validitas Kuesioner JSPE- SV

Lampiran 6. Tingkat Empati dan Tingkatan Studi Mahasiswa

Lampiran 7. Hasil Uji t Tidak Berpasangan

Lampiran 8. Dokumentasi

Page 18: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Empati adalah motivator psikologikal potensial dalam menolong orang lain

yang sedang dalam kesulitan (McDonald & Messinger, 2011). Empati dapat

diartikan sebagai atribut kognitif dominan (bukan emosional) yang

melibatkan pemahaman (bukan perasaan), pengalaman, keprihatinan dan

perspektif pasien, dikombinasikan dengan kapasitas untuk

mengkomunikasikan pemahaman ini. Secara singkat, empati didefinisikan

sebagai kemampuan untuk ikut merasakan atau membayangkan perasaan

orang lain(Hojat, 2007b).

Pendidikan kedokteran bukan hanya harus berfokuspada aspek biomedis

penyakit, tetapi juga faktor psikososial penyakit (Hojat et al., 2011). Salah

satu capaian penting pendidikan kedokteran adalah meningkatkan keterlibatan

empati dalam perawatan pasien sebagai salah satu komponen dalam

membangun hubungan dokter-pasien yang baik (Hojat, 2007a; Hojat et al.,

2011).Empati merupakan sikap hidup dan keterampilan yang dapat dipelajari

sehingga dapat digunakan untuk membina hubungan dengan orang lain,

berkomunikasi dan mengerti pengalaman maupun perasaan orang lain

Page 19: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

2

(Halpern, 2003). Empati menjadi ciri profesionalisme dalam komunikasi

dokter-pasien sebagai upaya untuk mencapai hasil pengobatan yang lebih

baik (Pembroke, 2007). Seorang dokter yang mampu membangun hubungan

yang baik dengan pasien akan dapat meningkatkan kepatuhan dan kepuasan

pasienterhadap pelayanan yangdiberikan, dan pada akhirnya memberikan

hasil klinis yang lebih baik(Glaser, Markham, Adler, McManus, & Hojat,

2007).Hal ini merupakan salah satu alasan penting bagi penyedia kurikulum

pendidikan kedokteran untuk mengevaluasi tingkat empatipara mahasiswa

agar dapat memberikan pendidikan yang sesuai (Gönüllü & Öztuna, 2012).

Pendidikan dokter adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk

menghasilkan dokter yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan

pelayanan kesehatan primer dan merupakan pendidikan kedokteran dasar

sebagai pendidikan universitas. Tujuan pendidikan kedokteran adalah untuk

menghasilkan dokter yang kompeten. Pada praktiknya, seorang dokter

dituntut untuk senantiasa memenuhi kompetensinya sebagaimana yang

tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Salah satu

kompetensi yang harus dimiliki lulusan pendidikan kedokteran adalah mampu

berempati secara verbal dan nonverbal agar tercipta hubungan dokter-pasien

yang baik (Konsil Kedokteran Indonesia, 2012).

Penelitian yang dilakukan Hojat (2004) mengungkapkan bahwa tingkat

empati mahasiswa kedokteran dapat berubah selama mengenyam pendidikan.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa perubahan tersebut dipengaruhi oleh

Page 20: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

3

berbagai faktor (Hojat et al., 2004). Beberapa diantaranya adalah tingkatan

studi, usia, jenis kelamin dan preferensi spesialisasi (Hojat, 2007b).

Tingkat empati mahasiswa kedokteran dapat diukur melalui The Jefferson

Scale of Physician Empathy. Kuesioner ini merupakan pengukuran self-

assesed empathyyang dianggap paling valid dan reliabel dibandingkan

dengan kuesioner pengukuran empati lainnya (Neumann et al., 2011).

Beberapa penelitian terdahulu tentang empati yang menggunakan kuesioner

tersebut, mengungkapkan bahwa empati mahasiswa kedokteran pada setiap

negara memiliki skor yang berbeda-beda. Di dalam penelitian-penelitian

tersebut, juga diuraikan tingkat empati sesuai dengan tingkatan studi

mahasiswa. Pada sebagian penelitian, ditemukan adanya penurunan rata-rata

skor empati selama menjalani masa kepaniteraan klinik, yaitu pada

mahasiswa kedokteran di Bangladesh, Itali, dan Amerika(Hojat et al., 2009;

Lillo, Cicchetti, Scalzo, Taroni, & Hojat, 2009; Mostafa, Hoque, Mostafa,

Rana, & Mostafa, 2014). Sedangkan pada penelitian yang dilakukan di

Jepang dan Korea, ditemukan adanya peningkatan rata-rata skor empati

selama menjalani kepaniteraan klinik(Kataoka, Koide, Ochi, Hojat, &

Gonnella, 2009; Roh, Hahm, Lee, & Suh, 2010). Di Indonesia sendiri,

berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Listiyandini (2017), tidak

didapatkan adanya perubahan tingkat empati seiring bertambahnya masa

studi(Listiyandini, Sulaeman, & Priatini, 2017).

Page 21: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

4

Pada Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, terdapat dua tahap

pendidikan dokter, yaitu tahap program sarjana dan tahap program profesi

dokter. Tahap program profesi dokter dilaksanakan minimal 3 semester aktif,

dengan masa studi maksimum 6 semester. Pada tahap ini, mahasiswa

mahasiswa sarjana kedokteran akan menjalani kepaniteraan klinik sebagai

program tahap profesi dokter, dimana dalam proses pembelajarannya, akan

dibimbing oleh dokter-dokter sebagai supervisor di rumah sakit pendidikan.

Setelah selesai menempuh dan memenuhi persyaratan yang ditentukan pada

tahap ini, mahasiswa berhak mendapat gelar dokter (Universitas Lampung,

2015). Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui tingkat empati pada

mahasiswa kepaniteraan klinik sebagai bahan evaluasi kurikulum selama

mengenyam pendidikan kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil

adalah “apakah terdapat perbedaan tingkat empati antar mahasiswa

kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung”?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi dua tujuan yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus yang diuraikan sebagai berikut:

Page 22: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

5

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahuiperbedaan tingkat empati antar mahasiswa

kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui rata-rata skor empati pada mahasiswa

kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tingkat

awal.

2. Untuk mengetahui rata-rata skor empati pada mahasiswa

kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tingkat

akhir.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang bermakna antara

tingkatan studi dengan tingkat empati mahasiswa kepaniteraan klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Dapat mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peneliti di bidang

penelitian dan menambah pengetahuan peneliti tentangempati pada

mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi

Sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan untuk meningkatkan

pengintegrasian pendidikan empati pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.

Page 23: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

6

1.4.3 Manfaat Bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Menambah pengetahuan tentang empatiserta menumbuhkan motivasi

untuk melatih rasa empatipada berbagai aspek kehidupan.

1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Sebagai acuan kepustakaan untuk penelitian selanjutnya khususnya

mengenai empati pada mahasiswa kepaniteraan klinik.

Page 24: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi Empati

Empati berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu “empatheia” yang

berarti “dalam penderitaan” atau “dalam gairah”.Empati sangat penting

bagi orang yang dalam pekerjaannya bersinggungan dengan orang lain

seperti pekerja sosial, terapis, guru, termasuk dokter (Vrečer,

2015).Gianakos pada tahun 1996 mendeskripsikan empati sebagai

kemampuan dokter untuk membayangkan bahwa mereka adalah pasien

yang datang untuk mencari pertolongan(Gianakos, 1996). Menurut

Morse et al (1992), definisi empati mencakup satu atau beberapa

dimensi berikut:

a. Emotif: kemampuan untuk membayangkan perasaan atau sudut

pandang pasien. Respon empati terjadi ketika seseorang merasakan

tekanan emosional dalam diri orang lain. Identifikasi terhadap

perasaan orang lain membangkitkan perasaan tertentu dalam diri

seseorang. Rangsangan inilah yang memotivasi dokter dalam

membuat keputusan untuk menciptakan hubungan empati atau

untuk memberikan jarak antara dirinya dengan orang lain.

Page 25: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

8

b. Moral: motivasi internal dokter untuk berempati. Dimensi moral

empati dapat terjadi karena adanya dorongan spontan untuk

berempati. Hasilnya adalah keputusan secara sadar untuk

berpartisipasi dalam memahami kesulitan orang lain sehingga

pemahaman ini diikuti dengan aspek kognitif dan perilaku empati

atau menolak memahami kesulitan orang lain sehingga tidak terjadi

komunikasi empatik. Berdasarkan penjelasan ini, dapat diartikan

bahwa dimensi kognitif dan perilaku dapat digunakan untuk

mendorong proses empatik, namun tanpa adanya dimensi moral,

dokter tidak dapat benar-benar berempati.

c. Kognitif: kemampuan intelektual untuk mengidentifikasi dan

memahami perasaan atau sudut pandang pasien, dan

memperkirakan apa yang dipikirkan orang tersebut. Empati

kognitif mencakup kekuatan pemahaman, penalaran, analisis, dan

pemikiran kritis tentang perilaku individu lain, pengalaman masa

lalu, dan keadaan saat ini dalam lingkup pengetahuan ilmiah yang

lebih luas.

d. Perilaku: kemampuan untuk menyampaikan kembali pemahaman

terhadap emosi dan sudut pandang pasien. Dibutuhkan komunikasi

verbal dan non-verbal untuk dapat mengerti dimensi perilaku

empati. Kedalaman dan akurasi empati bervariasi antara satu orang

dengan yang lainnya karena adanya perbedaan pengamatan dan

evaluasi seseorang terhadap perilaku empati yang diberikan

kepadanya (Morse et al., 1992; Stepien & Baernstein, 2006).

Page 26: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

9

Empati, dalam konteks hubungan dokter-pasien, dapat dideskripsikan

sebagai atribut kognitif atau sikap yang melibatkan pemahaman tentang

minat, pengalaman, perhatian, dan perspektif pasien, dikombinasikan

dengan kemampuan untuk berkomunikasi dalam pemahaman dan niat

untuk membantu pasien (Hojat & LaNoue, 2014).Empati sendiri

memiliki tiga komponen dalam konteks hubungan dokter-pasien yaitu

kognisi, pemahaman, dan komunikasi. Kognisi merupakan komponen

yang membedakan empati dari simpati. Ketika berempati, seseorang

dapat memisahkan perasaannya dengan perasaan orang lain, namun

ketika bersimpati, seseorang kesulitan memisahkan kedua perasaan ini.

Selanjutnya, pemahaman mengenai perasaan orang lain

menggambarkan kemampuan dokter untuk memahami kondisi orang

lain tanpa kehilangan sudut pandang pribadi dan tanggung jawab

profesinya. Terakhir adalah komunikasi. Komponen ini melibatkan

pemahaman tentang kekhawatiran pasien dan keluarganya dan bersama-

sama, ingin membantu pasien mengatasi masalahnya. Komunikasi

menuntut adanya pengertian satu sama lain antara dokter dengan pasien

agar tercipta hubungan yang baik (Hojat, 2007b; Lillo et al., 2009).

Seorang dokter membutuhkan empati agar dapat benar-benar menolong

pasien. Empati memungkinkan dokter menggali pengertian yang

mendalam terhadap pasiennya. Dokter harus berempati untuk

memahami dan menghargai sudut pandang dan nilai-nilai pasien yang

diekspresikan dalam percakapan. Melalui empati, dokter mencoba

Page 27: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

10

untuk mengombinasikan keyakinannya tentang pertolongan terbaik

untuk pasiennya dengan keyakinan pasien tentang pertolongan yang

terbaik untuk dirinya. Selain itu, empati melahirkan perasaan kasih

sayang dan perhatian terharap pasien, sehingga mendorong tindakan

kepedulian dan kelembutan yang nantinya membantu perbaikan kondisi

pasien. Memperlakukan pasien dengan perhatian dan kelembutan dapat

menyembuhkan penderitaan emosional pasien sehingga memberikan

hasil perawatan yang lebih baik. Terakhir, pemahaman akan empati

merupakan “kompas” bagi seorang dokter. Empati membantu

mengarahkan kata-kata, sikap, dan perilaku seseorang. Kesadaran

bahwa suatu saat dokter juga mungkin jatuh sakit dan menjadi pasien,

dapat menstimulasi dokter tersebut untuk memperlakukan pasiennya

sebagaimana dirinya ingin diperlakukan (Gianakos, 1996).

Empati adalah faktor utama dalam perawatan pasien, pendidikan

kedokteran, dan orientasi profesional, terutama pada beberapa disiplin

medis seperti bedah dan onkologi; dan seharusnya dibina pada semua

konteks akademis dan budaya. Akan tetapi, belum ada kesepakatan

baku tentang bagaimana mendefinisikan empati. Terdapat beberapa

perdebatan mengenai empati seperti apakah empati merupakan aspek

emosional atau kognitif, subjektif atau objektif, dan apakah empati

mencakup mengkomunikasikan pemahaman yang dihasilkan atau

bertindak sesuai berdasarkan pemahaman ini(Pantovic-Stefanovic et al.,

2015; Pedersen, 2009).

Page 28: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

11

2.1.2 Perubahan Empati Mahasiswa Kedokteran

Sebuah penelitian kualitatif dilakukan oleh Winseman et al (2009)

untuk memeriksa pendapat mahasiswa tentang hal-hal yang

mempengaruhi perkembangan empati selama pendidikan kedokteran.

Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa faktor personal dan

edukasional memiliki peran penting dalam membentuk empati selama

pendidikan kedokteran. Faktor-faktor seperti mentoring, role model,

pengalaman klinis, kesehatan pribadi dan koneksi dengan orang lain,

sikap negatif terhadap pasien, dan terhambatnya pengalaman kerja

dianggap sebagai hal-hal yang terus mempengaruhi empati sejak awal

pendidikan kedokteran (Winseman, Malik, Morison, & Balkoski,

2009).

Beberapa penelitian melaporkan bahwa perubahan karakter mahasiswa

pendidikan kedokteran terjadi secara drastis selama masa pendidikan.

Pada awal perjalanannya, sebagian besar mahasiswa merasa antusias,

penuh dengan idealisme, dan niat tulus untuk melayani mereka yang

membutuhkan bantuan. Akan tetapi, seiring perjalanannya, sinisme

berkembang secara progresif sehingga menyebabkan adanya perubahan

empati. Perubahan ini diseskripsikan sebagai ”traumatic de-

idealization” dan “dehumanization” (Hojat et al., 2009). Mahasiswa

menyadari bahwa mereka menjadi kurang sensitif terhadap penderitaan

pasiennya dan lebih berfokus pada penyakit pasien. Hal ini dapat

menurunkan empati yang dirasakan pasien. Selain itu, seiring dengan

Page 29: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

12

berjalannya waktu, mahasiswa menyadari terjadi penurunan

kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang pasien yang

mengarah kepada menurunnya sensitivitas dan hilangnya empati.

Mahasiswa lainnya menyatakan bahwa sepanjang proses pendidikan,

mereka menjadi terlatih untuk memberikan respon rutin terhadap

berbagai situasi emosional, contohnya ketika menerima kabar duka dari

anggota keluarga. Mahasiswa menjadi kurang sensitif dan tidak dapat

memberikan respon empati sebagaimana yang seharusnya diberikan

ketika mendengar kabar duka dari keluarga. Selanjutnya, mahasiswa

juga menyatakan bahwa mereka memiliki waktu yang sangat terbatas

untuk memproses perasaan mereka karena masih banyak hal lainnya

yang harus dikerjakan, seperti belajar (Sheikh, Carpenter, & Wee,

2013).

Walaupun demikian, tidak semua mahasiswa kedokteran merasakan

hilangnya empati selama proses pendidikan. Di penelitian yang sama,

Sheikh et al (2013) juga menemukan beberapa alasan meningkatnya

empati pada mahasiswa kedokteran. Melalui pendidikan kedokteran,

mahasiswa menjadi terpapar dengan pasien secara regular. Hal ini

memungkinkan mereka untuk meningkatkan kemampuan dalam

membaca perasaan dan mendengarkan pasien, serta mempertahankan

umpan balik positif terhadap pasiennya. Sebagai tambahan,

mempelajari tentang dampak psikososial suatu penyakit akan

meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang pengalaman pasien,

Page 30: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

13

sehingga meningkatkan kemampuan mereka untuk menempatkan diri

pada posisi pasien dan melihat penyakit tersebut dari sudut pandang

pasien. Terakhir, adanya role model yang positif dapat menjadi

pengingat bagi mahasiswa bahwa dokter yang berempati memiliki

dampak positif dalam kesembuhan pasien (Sheikh et al., 2013).

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Empati

Berdasarkan jurnal yang dipublikasi oleh Quince et al (2016), terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pemeliharaan

empati pada mahasiswa pendidikan kedokteran. Secara garis besar,

faktor-faktor tersebut antara lain meliputi usia, jenis kelamin,

kebudayaan dan kesehatan mental. Aspek-aspek lainnya pada

pendidikan sarjana kedokteran juga harus diperhatikan, seperti

pengalaman klinis, pelajaran tentang empati yang kurang eksplisit,

pelatihan kemampuan komunikasi, dan intervensi edukasional lainnya

yang mungkin memiliki peran yang besar. Walaupun demikian, faktor-

faktor ini belum menjadi fokus utama dalam penelitian tenang empati

mahasiswa kedokteran sampai sekarang(Quince, Thiemann, Benson, &

Hyde, 2016). Berdasarkan penelitian-penelitian tentang empati yang

sudah pernah dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang

paling sering dikaitkan dengan tingkat empati mahasiswa kedokteran

yaitu tingkatan studi, usia, jenis kelamin, dan preferensi spesialisasi

(Hojat et al., 2018;Hojat, 2007b).

Page 31: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

14

2.1.3.1 Tingkatan Studi

Terdapat pengaruh yang bermakna antara tingkatan studi dan

empati. Semakin tinggi tingkatan studi, maka semakin tinggi

pula skor empati yang dimiliki seorang mahasiswa kedokteran.

Hal ini telah dibuktikan melalui beberapa studi yang dilakukan

di negara-negara yang berbeda, yaitu Korea, Jepang, dan

Portugal (Duarte, Raposo, Rodrigues, & Branco, 2016; Kataoka

et al., 2009; Roh et al., 2010). Selain itu, semakin tinggi

tingkatan studi mahasiswa kedokteran, tentu semakin meningkat

pula kompetensi klinisnya. Sesuai dengan yang diungkapkan

dalam penelitian oleh Colliver (1998) dalam Hojat (2003)

menyatakan bahwa empati, sebagaimana dinilai oleh pasien

standar, ditemukan dapat diterapkan lebih baik dalam

pengambilan riwayat dan pemeriksaan fisik oleh mahasiswa

yang memiliki tingkatan studi yang lebih tinggi (Hojat,

Gonnella, Mangione, Nasca, & Magee, 2003). Oleh sebab itu,

tingkatan studi akan menjadi fokus utama dalam penelitian yang

akan dilakukan.

2.1.3.2 Usia

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia dan empati

berkorelasi secara positif. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Schwenck et al (2014), ditemukan bahwa usia

dapat mempengaruhi variasi hasil pengukuran empati kognitif

sebesar 33,5% hingga 39,1%(Schwenck et al., 2014; Ze, Thoma,

& Suchan, 2014). Pertambahan usia merefleksikan proses

Page 32: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

15

maturasi, baik secara biologis maupun psikologis. Walaupun

empati telah terbentuk pada usia remaja, namun proses maturasi

akan menyebabkan perubahan ciri kepribadian remaja menjadi

ciri kepribadian orang dewasa, seperti meningkatnya

agreeableness (keramahan) dan conscientiousness (ketelitian).

Keramahan dianggap sebagai penentu utama sosialitas, dimana

seseorang yang lebih ramah dianggap lebih peduli terhadap

orang lain dan lebih empati. Selanjutnya, conscientiousness

mengatur respon perilaku dan kognitif terkait empati karena

conscientiousness membantu menghambat perilaku antisosial

dan meningkatkan perilaku yang lebih teratur dan

bertanggungjawab (Caspi, Roberts, & Shiner, 2005).

2.1.3.3 Jenis Kelamin

Salah satu faktor yang juga berperan dalam perbedaan empati

adalah jenis kelamin. Beberapa penelitian pada mahasiswa

kedokteran di berbagai negara menemukan bahwa wanita

memiliki tingkat empati yang lebih tinggi daripada pria

(Kataoka et al., 2009; Lillo et al., 2009; Magalhaes, Salgueira,

Costa, & Costa, 2011). Penelitian lain juga mengungkapkan

bahwa terdapat hubungan antara tingkatan studi mahasiswa

kedokteran dengan jenis kelamin dalam kaitannya dengan

empati (Duarte et al., 2016; Roh et al., 2010).

Page 33: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

16

2.1.3.4 Preferensi Spesialisasi

Seseorang yang memiliki tingkat empati lebih tinggi

diperkirakan cenderung memilih spesialisasi yang membutuhkan

pertemuan terus menerus dan berkepanjangan dengan pasien.

Spesialisasi ini disebut dengan istilah “people-oriented” seperti

dokter penyakit dalam, dokter keluarga, dokter anak, dan

psikiater. Sementara itu, dapat diperkirakan bahwa seseorang

yang memiliki tingkat empati lebih rendah akan lebih tertarik

pada spesialisasi yang membutuhkan lebih sedikit interaksi

dengan pasien dan lebih banyak melibatkan prosedur diagnostik

atau terapeutik. Spesialisasi ini digambarkan sebagai

“technology/procedure-oriented”seperti dokter patologi,

radiologi, anastesi, urlogi, dan bedah(Hojat et al., 2018).

Hipotesis ini dapat dikonfirmasi melalui beberapa penelitian

sebelumnya yang memberikan hasil serupa (Chen, Lew,

Hershman, & Orlander, 2007; Hamed, Alahwal, Basri, &

Bukhari, 2015; Hojat et al., 2009; Kataoka et al., 2009).

2.1.4Alat Ukur Empati

Terdapat berbagai instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan

pengukuran empati, namun beberapa instrumen yang paling sering

digunakan adalah Hogan’s Empathy Scale, Mehrabian and Epstein’s

Emotional Empathy Scale, David’s Interpersonal Reactivity Index dan

The Jefferson’s Scale of Physician Empathy( Hojat, 2007b). Berikut

Page 34: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

17

akan dipaparkan penjelasan singkat mengenai masing-masing

instrumen.

a. Hogan’s Empathy Scale

Skala ini dipublikasikan oleh Robert Hogan (1969) berdasarkan

disertasi doktoralnya di University of California di Barkeley.

Terdapat 64 pertanyaan benar-salah yang diadopsi dari California

Psychological Inventory (CPI), Minnesota Multiphasic Perconality

Inventory (MMPI), dan tes-tes lainnya yang digukanan di Institute of

Personality Assesment and Research. Skala ini dikembangkan

dalam kerangka teori perkembangan moral. Bukti yang mendukung

keabsahan skala ini diberikan dengan menunjukkan bahwa pencetak

skor tinggi lebih mungkin adalah orang yang secara sosial akur dan

peka terhadap nuansa dalam hubungan interpersonal, dan pencetak

skor rendah lebih cenderung menunjukkan sikap bermusuhan,

dingin, dan tidak sensitif terhadap perasaan lainnya. Selain itu,

dalam kelompok mahasiswa kedokteran, Hogan menemukan korelasi

positif dan signifikan antara skor pada skala ini dan ukuran kriteria

sosiabilitas pada CPI (r = 0,58) dan korelasi negatif yang signifikan

dengan introversi sosial pada MMPI (r = -0,65) (Hojat, 2007b).

b. Mehrabian and Epstein’s Emotional Empathy Scale

Skala yang dikembangkan oleh Albert Mehrabian dan Norman

Epstein (1972) ini mencakup 33 pernyataan yang digunakan untuk

Page 35: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

18

mengukur empati emosional. Setiap pernyataan dinilai dengan skala

Likert 9 poin dimana +4 menyatakan sangat amat setuju dan -4

menyatakan sangat amat tidak setuju. Berdasarkan pandangan

subyektif mereka, Mehrabian dan Epstein melaporkan bahwa skala

tersebut mencakup komponen berikut dan mengidentifikasi item

yang mengukur masing-masing komponen ini: responsivitas

emosional yang ekstrem, apresiasi terhadap perasaan orang asing dan

orang lain, kecenderungan untuk digerakkan oleh pengalaman

emosional orang lain, dan kecendrungan bersimpati(Hojat, 2007b).

c. David’s Interpersonal Reactivity Index

Sebagai bagian disertasi doktoralnya di University of Texas di

Austin, Mark Davis mengembangkan Interpersonal Reactivity Index

(IRI) pada tahun 1983. Skala ini dibuat untuk mengukur perbedaan

empati setiap individu yang mencakup 28 pertanyaan yang terbagi

atas empat komponen pada domain kognitif dan emosional. Empat

komponen ini direfleksikan dalam empat subkelas yaitu pengambilan

sudut pandang, perhatian terhadap empati, fantasi dan, kecemasan

pribadi. Setiap subkelas terdiri dari tujuh pernyataan yang

dinyatakan dengan skala Likert 5 poin, dari 0 (tidak mendeskripsikan

saya dengan baik) sampai 4 (mendeskripsikan saya dengan sangat

baik). Komponen-komponen ini mulanya ditetapkan sebagai

penilaian subjektif tanpa dukungan statistik (Hojat, 2007b).

Page 36: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

19

d. The Jefferson’s Scale of Physician Empathy

TheJefferson Scale of Physician Empathy (JSPE) dipatenkan pada

2001 dan dikembangkan sebagai skala laporan mandiri oleh peneliti

di Jefferson Medical Collage di Amerika Serikat khusus untuk

mahasiswa kedokteran, dokter atau penyedia layanan kesehatan

lainnya. Skala ini dapat digunakan pada 74 negara dan telah

diterjemahkan ke 55 bahasa, salah satunya Bahasa Indonesia.

Terdapat tiga versi JSPE yaitu untuk mahasiswa kedokteran,

professional kesehatan, dan mahasiswa professional kesehatan.

JSPE terdiri dari 20 butir pernyataan yang telah divalidasi secara

psikometri dimana separuhnya merupakan pernyataan negatif.

Melalui skala ini, responden dapat menunjukkan tingkat kesepakatan

mereka terhadap setiap pernyataan yang ada menggunakan skala

Likert tujuh poin sehingga nilainya akan berkisar antara 20 sampai

140. Tingkat empati responden nantinya akan berbanding lurus

dengan nilai yang didapat (Hojat, 2007b). Skala ini merupakan salah

satu skala yang paling valid dan reliabel untuk melakukan penilaian

mandiri empati, dan paling sering digunakan dalam berbagai

penelitian (Hemmerdinger, Stoddart, & Lilford, 2007; Pedersen,

2009).

2.1.5 Domain JSPE

Terdapat tiga faktor dasar yang dapat diukur dengan JSPE yaitu

“perspective taking”, “compassionate care”, dan “ability to stand in

Page 37: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

20

patient’s shoes” (Hojat, 2007b). Berikut akan diberikan penjelasan

mengenai masing-masing faktor dasar pada JSPE.

a. Perspective taking

Faktor utama dalam JSPE adalah perspective taking, dimana

faktor ini dianggap sebagai komponen esensial dalam empati

(Hojat et al., 2009). Faktor ini mencerminkan komponen kognitif

dalam empati, sebagaimana yang diterangkan oleh Davis (1983).

Dalam penelitiannya, Davis (1983) menyebutkan bahwa

seseorang yang memiliki skor perspective taking yang tinggi akan

memiliki kemampuan sosial yang lebih baik. Faktor ini

memungkinkan seseorang untuk mengantisipasi perilaku dan

kebiasaan orang lain, sehingga memungkinkan terciptanya

hubungan interpersonal yang lebih baik (Davis, 1983). Faktor

perspective taking dirumuskan kedalam sepuluh pernyataan yang

terdapat dalam JSPE. Kesepuluh pernyataan ini merupakan

kalimat positif. Salah satu contohnya yaitu “Pasien menghargai

dokter yang dapat memahami mereka, karena hal tersebut bersifat

terapeutik terhadap diri pasien” (Hojat, 2007b).

b. Compassionate care

Faktor compassionate care dalam JSPE merefleksikan komponen

afektif dalam empati (Petek & Selič, 2015). Faktor ini merupakan

dimensi esensial dalam hubungan dokter-pasien (Hojat et al.,

2009). Berdasarkan serangkaian laporan yang dipublikasikan

Page 38: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

21

oleh Association of American Medical Collages (AAMC) tentang

Medical School Objective Projects, ditekankan bahwa “dokter

harus memiliki belas kasih dan empati dalam merawat pasien”

(AAMC, 1998). Dalam studi lebih lanjut, diterangkan bahwa

terdapat beberapa kualitas yang ditetapkan sebagai tujuan dari

pelajaran berkomunikasi di dunia kedokteran, yaitu “memahami

sudut pandang pasien, mengekspresikan kepedulian, perhatian,

dan empati” (AAMC, 1999). Kepedulian terhadap pasien bukan

hanya sebatas mengobati patofisiologi penyakit, namun juga

melibatkan empati kedalamnya. Pasien yang menerima empati

dari dokter akan memberikan hasil pengobatan yang lebik baik

dalam hal kesehatan fisik, mental, dan sosial (Glaser et al., 2007;

Hojat, 2007b).Faktor kedua ini tercantum dalam delapan

pernyataan pada JSPE. Kalimat yang digunakan berupa

pernyataan negatif sehingga skornya akan dinilai secara terbalik.

Contoh pernyataan yang digunakan adalah “Saat pengambilan

riwayat pasien, tidak penting untuk memperhatikan emosi pasien”

(Hojat et al., 2009).

c. Standing in patient’s shoes

Faktor ketiga ini juga merupakan bagian dari komponen kognitif

empati yang erat kaitannya dalam hubungan dokter-pasien (Hojat

et al., 2002; Šter & Selič, 2015). Faktor ini terdiri dari dua

pernyataan, dimana keduanya adalah pernyataan negatif.

Page 39: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

22

Pernyataan yang mencerminkan standing in patient’s shoes dalam

JSPE adalah “Setiap orang berbeda, oleh sebab itu sulit untuk

melihat segala sesuatu dari perspektif pasien” (Hojat, 2007b).

Tabel 1.Blueprint kuesioner JSPE (The Jefferson’s Scale of Physician Empathy)

(Hojat, 2007b) Domain Jumlah Pernyataan

Perspective taking 10 item

Compassionate care 8 item

Standing in patient’s shoes 2 item

Page 40: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

23

2.2 Kerangka Teori

Keterangan: : Faktor yang tidak diteliti

: Faktor yang diteliti

(Hojat, 2007b; Sheikh et al., 2013; Stepien & Baernstein, 2006)

Gambar 1. Kerangka TeoriPerbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan

Klinik.

Alat Ukur

Kognitif

Moral

Emotif

Perilaku

Positif Dimensi

Negatif

Tingkat empati

Faktor-faktor

Perubahan

Domain

Perspective taking

Compassionate care

Ability to stand in patient’s

shoes

The Jefferson’s Scale

of Physician Empathy

Tingkatan studi

Preferensi

spesialisasi

Jenis

kelamin

Usia

Page 41: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

24

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan

Klinik.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka didapatkan

hipotesis berupa hipotesis null dan hipotesis alternatif.

2.4.1 Hipotesis Null (H0)

Tidak terdapat perbedaan tingkat empati antar mahasiswa kepaniteraan

klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

2.4.2 Hipotesis Alternatif (Ha)

Terdapat perbedaan tingkat empati antar mahasiswa kepaniteraan klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Variabel bebas Variabel terikat

Tingkat empati Tingkatan studi

Page 42: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode pada penelitian ini adalah studi observasi dengan pendekatan analitik

cross sectional. Pengukuran data yang dilakukan adalah untuk mencari

perbedaan tingkat empati antar mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas

Kedokteran Universias Lampung. Rancangan penelitian cross sectional

memungkinkan subjek penelitian dan variabelnya diukur dalam satu waktu

saja sehingga studi ini tidak memerlukan pemeriksaan ulangan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Abdul Moeloek dan berlangsung

pada bulan November 2018-Februari 2019.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik di

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

a. Kriteria inklusi pada penelitian ini diantaranya adalah

- Mahasiswa kepaniteraan klinik aktif Fakultas Kedokeran

Universitas Lampung.

Page 43: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

26

b. Kriteria ekslusi pada penelitian ini diantaranya adalah

- Menolak menjadi sampel penelitian dengan tidak menandatangani

lembar informed consent.

- Tidak menjawab paling sedikit empat pertanyaan dari kuesioner.

3.3.2 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability

sampling yaitu proportionate stratified random sampling. Probability

sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan

peluang yang setara bagi setiap anggota populasi tersebut untuk dipilih

menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2007).

Besarnya sampel minimal yang harus diambil didapatkan dari

perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

dimana:

= kesalahan tipe I yang dapat diterima, pada penelitian ini =0,05

sehingga Z =1,96.

= kesalahan tipe II yang dapat diterima, pada penelitian ini =0,1

sehingga Z =1,282.

S = Simpang baku yang diperoleh dari kepustakaan, pada penelitian

ini digunakan simpang baku tingkat empati

S=11,072(Listiyandini et al., 2017).

x1-x2= perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna.

Page 44: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

27

Populasi yang terdapat dalam penelitian berjumlah 214 orang dan tingkat

signifikansi 5% atau 0,05, maka besarnya sampel minimal pada

penelitian ini adalah:

n= 103

Untuk mengantisipasi adanya responden yang drop out, maka jumlah

sampel ditambah 10% sehingga menjadi

n = 103 + (10% 103)

n = 113,3

Jadi, jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak

113 orang.

Pada teknik pengambilan sampel proportionate stratified random

sampling, anggota setiap populasi tidak homogen sehingga untuk

menentukan besarnya sampel pada tiap kelas dilakukan alokasi

proporsional dengan cara:

Jumlah sampel tiap kelas =

Tabel 2. Penghitungan Jumlah Sampel

Tingkatan studi Perhitungan Jumlah Sampel

Awal

36

Akhir

77

Jumlah 113

Page 45: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

28

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari dua jenis, yaitu:

3.4.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkatan studi

mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

3.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat empati

mahasiswakepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

3.5Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional Variabel. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Tingkatan Studi Periode perkuliahan yang

dibedakan setiap tahun

-Awal: mahasiswa

kepaniteraan klinik yang

sudah menjalani masa

kepaniteraan < 1 tahun

-Akhir: mahasiswa

kepaniteraan klinik yang

sudah menjalani masa

kepaniteraan 1 tahun

Data identitas

pada kuesioner

Awal

Akhir

Nominal

Empati Atribut kognitif atau sikap

yang melibatkan

pemahaman tentang

minat, pengalaman,

perhatian, dan perspektif

pasien, dikombinasikan

dengan kemampuan untuk

berkomunikasi dalam

pemahaman dan niat

untuk membantu pasien

(Hojat & LaNoue, 2014).

The Jefferson’s

Scale of

Physician

Empathy-

Student

Version(JSPE-

SV)

Skor antara

20-140

Interval

Page 46: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

29

3.6 Metode Pengambilan Data

Pengambilan data variabel menggunakan data primer. Data primer merupakan

data yang diperoleh langsung dari responden. Peneliti akan membagikan

kuesiner yang akan diisi oleh responden pada saat tertentu itu saja. Kemudian

data tersebut akan digunakan untuk mencari perbedaan tingkat empati antar

mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

3.7 Instrumen Penelitian

3.7.1 Instrumen Penilaian

Instrumen yang digunakan untuk untuk menilai tingkat empati adalah

The Jefferson’s Scale of Physician Empathy- Student Version (JSPE-

SV)yang merupakan kuesioner yang terdiri dari dua puluh pernyataan.

Terdapat tiga domain empati yang dapat diukur melalui kuesioner ini,

yaitu perspective taking, compassionate care, dan standing in patient’s

shoes.

Tabel 4. Instrumen JSPE Domain Nomor Soal Keterangan

Perspective taking 2, 4, 5, 9, 10, 13, 15, 16, 17, dan

20

Positive score

Compassionate care 1, 7, 8, 11, 12, 14, 18, dan 19 Reversed score

Standing in patient’s

shoes

3 dan 6 Reversed score

Responden akan menilai setiap pernyataan yang ada menggunakan

skala Likert tujuh poin, dimana skor 1 menyatakan sangat tidak setuju

terhadap pernyataan tersebut dan skala 7 menyatakan sangat setuju.

Akan tetapi, untuk pernyataan-pernyataan negatif, skor 1 menyatakan

sangat setuju dan skor 7 menyatakan sangat tidak setuju. Setiap skor

dalam pernyataan-pernyataan tersebut akan dijumlahkan sehingga akan

diperoleh hasil akhir berupa skor antara 20 sampai 140.

Page 47: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

30

3.7.2 Validasi Instrumen

Instrumen yang digunakandalam penelitian ini merupakan instrumen

penilaian empati dibuat oleh Jefferson Medical Collage di Amerika

Serikat yang telah digunakan oleh 74 negara dan telah diterjemahkan ke

55 bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Listiyandini et al. (2017), diketahui bahwa kuesioner JSPE-

SV yang telah diadaptasi ke Bahasa Indonesia memiliki nilai

Cronbach’s Alpha 0,766 sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner ini

reliabel (Listiyandini et al., 2017). Akan tetapi, kuesioner ini belum

pernah diuji validitasnya di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Berdasarkan uji yang dilakukan terhadap 30 orang mahasiswa

kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang

bukan merupakan populasi sampel, ditemukan bahwa semua pernyataan

yang terdapat dalam kuesioner adalah valid yang ditunjukkan dengan

nilai r hitung > r tabel, dengan signifikansi 5% dan n=30, sehingga

digunakan nilai r tabel 0,361. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa

kuesioner valid dan reliabel.

3.8 Alur Penelitian

Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap

pelaksanaan dan (3) tahap pengolahan dan analisis data. Secara garis besar,

langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian dapat dilihat pada bagan

berikut:

Page 48: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

31

3.8.1 Tahap Persiapan

Gambar 3. Alur Penelitian.

3.8.2 Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan dilakukan apabila sampel telah mengisi lembar

informed consent dan bersedia menjadi peserta dalam penelitian.

Sampel diambil dari mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung.Setelah data diperoleh dari sampel,

maka dilanjutkan dengan tahap akhir.

Studi pendahuluan

Studi literatur, identifikasi

masalah, penentuan konsep

penelitian

Pembimbingan Seminar proposal (1)

dan revisi

Persiapan instrumen

dan penelitian

Persiapan mahasiswa sampel,

informed consent, dan penjelasan

pada mahasiswa sampel tentang

mekanisme penelitian yang akan

dilakukan

Pengajuan ethical clereance ke

komisi etik FK Unila

Persiapan instrumen penelitian

Page 49: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

32

3.8.3 Tahap Akhir

Tahapan akhir penelitian berupa menginput data dan melakukan analisis

data (uji hipotesis).

3.9 Analisis Data

Terdapat beberapa uji yang dilakukan untuk menganalisis data berupa:

3.9.1Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data yang dimiliki

memiliki sebaran yang normal atau tidak. Pada penelitian ini,

digunakan uji Kolmogorov Smirnov.

3.9.2 Analisis Univariat

Tujuan dilakukannya analisis univariat adalah untuk mendefinisikan

karakteristik responden penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi (n)

dan persentase (%). Dalam penelitian ini, analisis univariat digunakan

untuk mengetahui karakteristiktingkat empati pada mahasiswa

kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang

menjadi responden penelitian.

3.9.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mencari perbedaan rata-rata antara

kedua variabel, yaitu tingkatan studi dan tingkat empati mahasiswa

kepaniteraan klinik. Pada penelitian ini dilakukan uji bivariat t-test

tidak berpasangan.

3.10 Etika Penelitian

Penelitian ini diakukan pada mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung dengan memperhatikan aspek etika dalam

Page 50: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

33

penelitian. Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat

360/UN26.18/PP.05.02.00/2019.

Page 51: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

49

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata skor empati mahasiswa kepaniteraan klinik awal Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung adalah 94,25.

2. Rata-rata skor empati mahasiswa kepaniteraan klinik awal Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung adalah 102,28.

3. Terdapat perbedaan tingkat empati yang bermakna secara statistik antar

mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Universias Lampung.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka

terdapat beberapa saran diantaranya:

1. Bagi mahasiswa, diharapkan untuk lebih termotivasi dalam

mempertahankan empati terhadap pasien guna mencegah turunnya

kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan.

2. Bagi institusi, dapat dilakukan peningkatan peran role model positif,

peningkatkan paparan awal dalam komunitas bagi mahasiswa pendidikan

sarjana kedokteran, maupunpelatihan komunikasi atau pelatihan empati

Page 52: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

50

secara spesifik sebagai upaya untuk meningkatkan dan mencegah

penurunan empati pada mahasiswa kepaniteraan klinik.

3. Bagi penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk

mengeksplorasi faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi tingkat empati

pada mahasiswa kepaniteraan klinik yang belum diteliti dalam penelitian

ini, selain itu dapat juga dilakukan penelitian di tempat lain agar

didapatkan data tingkat empati secara nasional.

Page 53: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

51

DAFTAR PUSTAKA

AAMC. 1998. Learning objectives for medical student education-Report I.

Academic Medicine, 74(1): 13–8.

AAMC. 1999. Contemporary issues in medicine: Quality of Care Medical School

Objectives Project: 1–29.

Caspi A, Roberts BW, Shiner RL. 2005. Personality development: stability and

change. Annual Review of Psychology, 56(1): 453–84.

Chen D, Lew R, Hershman W, Orlander J. 2007. A cross-sectional measurement

of medical student empathy. Journal of General Internal Medicine, 22(10):

1434–8.

Davis MH. 1983. Measuring individual differences in empathy: Evidence for a

multidimensional approach. Journal of Personality and Social Psychology,

44(1): 113–26.

Duarte MIF, Raposo MLB, Rodrigues PJF, Branco MC. 2016. Measuring

empathy in medical students, gender differences and level of medical

education: An identification of a taxonomy of students. Investigación En

Educación Médica, 5(20): 253–60.

Gianakos. 1996. Empathy revisited. Arch Intern Med, 158(1): 135–6.

Glaser KM, Markham FW, Adler HM, McManus PR, Hojat M. 2007.

Relationships between scores on the jefferson scale of physician empathy,

patient perceptions of physician empathy, and humanistic approaches to

patient care: A Validity Study. Medical Science Monitor, 13(7): CR291-4.

Gönüllü İ, Öztuna D. 2012. A Turkish adaptation of the student version of the

jefferson scale of physician empathy. Marmara Medical Journal, 25: 87–92.

Halpern J. 2003. What is clinical empathy? Journal of General Internal Medicine,

18(8): 670–4.

Page 54: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

52

Hamed OAE, Alahwal AMS, Basri AH, Bukhari BM. 2015. Personal ,cultural and

academic factors affecting empathy score in third year medical student, 3(3):

727–40.

Hemmerdinger JM, Stoddart SDR, Lilford RJ. 2007. A systematic review of tests

of empathy in medicine. BMC Medical Education, 7: 1–8.

Hojat M. 2007a. A definition and key features of empathy in patient care.

empathy in patient care: 77–85.

Hojat M. 2007b. Empathy in patient care: Antecedents, development.

measurement, and outcomes. Pennsylvania: Springer

Science+BusinessMedia.

Hojat M, Axelrod D, Spandorfer J, Mangione S. 2013. Enhancing and sustaining

empathy in medical students, 35: 996–1001.

Hojat M, DeSantis J, Shannon SC, Mortensen LH, Speicher MR, Bragan L, et al.

2018. The jefferson scale of empathy: a nationwide study of measurement

properties, underlying components, latent variable structure, and national

norms in medical students. Advances in Health Sciences Education.

Hojat M, Gonnella JS, Mangione S, Nasca TJ, Magee M. 2003. Physician

empathy in medical education and practice: Experience with the jefferson

scale of physician empathy. Seminars in Integrative Medicine, 1(1): 25–41.

Hojat M, Gonnella JS, Nasca TJ, Mangione S, Vergare M, Magee M. 2002.

Physician empathy: Definition, components, measurement, and relationship

to gender and specialty. American Journal of Psychiatry, 159(9): 1563–9.

Hojat M, LaNoue M. 2014. Exploration and confirmation of the latent variable

structure of the jefferson scale of empathy. International Journal of Medical

Education, 5: 73–81.

Hojat M, Louis DZ, Markham FW, Wender R, Rabinowitz C, Gonnella JS. 2011.

Physiciansʼ empathy and clinical outcomes for diabetic patients. Academic

Medicine, 86(3): 359–64.

Hojat M, Mangione S, Nasca TJ, Rattner S, Erdmann JB, Gonnella JS, Magee M.

2004. An empirical study of decline in empathy in medical school. Medical

Education, 38(9): 934–41.

Hojat M, Vergare MJ, Maxwell K, Brainard G, Herrine SK, Isenberg GA, et al.

2009. The devil is in the third year: A longitudinal study of erosion of

empathy in medical school. Academic Medicine, 84(9): 1182–91.

Page 55: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

53

Kataoka H, Iwase T, Ogawa H, Mahmood S, Sato M, DeSantis J, et al. 2018. Can

communication skills training improve empathy? A six-year longitudinal

study of medical students in Japan. Medical Teacher: 1–6.

Kataoka HU, Koide N, Ochi K, Hojat M, Gonnella JS. 2009. Measurement of

empathy among Japanese medical students: Psychometrics and score

differences by gender and level of medical education. Academic Medicine,

84(9): 1192–7.

Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar kompetensi dokter Indonesia

(Kedua). Jakarta Pusat, Indonesia: Konsil Kedokteran Indonesia.

Lillo MDi, Cicchetti A, Scalzo ALo, Taroni F, Hojat M. 2009. The jefferson scale

of physician empathy: Preliminary psychometrics and group comparisons in

Italian physicians. Academic Medicine, 84(9): 1198–202.

Listiyandini RA, Sulaeman D, Priatini MR. 2017. Empathy among Indonesian

medical students: A cross sectional study. In Konferensi Nasional III

Psikologi Kesehatan. Jakarta Pusat, Indonesia.

Littlewood S, Ypinazar V, Margolis SA, Scherpbier A, Spencer J, Dornan T.

2005. Early practical experience and the social responsiveness of clinical

education: systematic review. BMJ, 331: 387–91.

Magalhaes E, Salgueira AP, Costa P, Costa MJ. 2011. Empathy in senior year and

first year medical students: A Cross-sectional Study. BMC Med Educ,

11(52): 1–7.

McDonald NM, Messinger DS. 2011. The development of empathy: How, when,

and why. In A. Acerbi, J.A. Lombo, & J.J. Sanguienti (Eds), Free will,

Emotions. Moral Actions: Philosophy and Neuroscience in Dialogue (pp. 1–

36). Florida: IF-Press.

Morse JM, Anderson G, Bottorff JL, Yonge O, O’Brien B, Solberg SM, McIlveen

KH. 1992. Exploring empathy: A conceptual fit for nursing practice: The

Journal of Nursing Scholarship, 24(4): 273–80.

Mostafa A, Hoque R, Mostafa M, Rana M M, Mostafa F. 2014. Empathy in

undergraduate medical students of Bangladesh: Psychometric analysis and

differences by gender, academic year, and specialty preferences. ISRN

Psychiatry, 2014: 1–7.

Neumann M, Edelhäuser F, Tauschel D, Fischer MR, Wirtz M, Woopen C, et al.

2011. Empathy decline and its reasons: A systematic review of studies with

medical students and residents. Academic Medicine, 86(8): 996–1009.

Page 56: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

54

Pantovic-Stefanovic M, Dunjic-Kostic B, Gligoric M, Lackovic M, Damjanovic

A, Ivkovic M. 2015. Empathy predicting career choice in future physicians.

Engrami, 37(1): 37–48.

Pedersen R. 2009. Empirical research on empathy in medicine-A critical review.

Patient Education and Counseling, 76(3): 307–22.

Pembroke NF. 2007. Empathy, emotion, and ekstasis in the patient-physician

relationship. Journal of Religion and Health, 46(2): 287–98.

Peng J, Clarkin C, Doja A. 2018. Uncovering cynicism in medical training: a

qualitative analysis of medical online discussion forums. BMJ Open, 8: 1–8.

Petek ŠM, Selič P. 2015. Assessing empathic attitudes in medical students: The

re-validation of the jefferson scale of empathystudent version report.

Zdravstveno Varstvo, 54(4): 282–92.

Quince T, Thiemann P, Benson J, Hyde S. 2016. Undergraduate medical students’

empathy: current perspectives. Advances in Medical Education and Practice,

7(7513): 443–55.

Roh MS, Hahm BJ, Lee DH, Suh DH. 2010. Evaluation of empathy among

Korean medical students: A cross-sectional study using the Korean version

of the jefferson scale of physician empathy. Teaching and Learning in

Medicine, 22(3): 167–71.

Schwenck C, Göhle B, Hauf J, Warnke A, Freitag CM, Schneider W. 2014.

Cognitive and emotional empathy in typically developing children: The

influence of age, gender, and intelligence. European Journal of

Developmental Psychology, 11(1): 63–76.

Sheikh H, Carpenter J, Wee J. 2013. Medical student reporting of factors affecting

pre-clerkship changes in empathy: A Qualitative Study. Canadian Medical

Education Journal, 4(1): 26–34.

Stepien KA, Baernstein A. 2006. Educating for empathy: A review. Journal of

General Internal Medicine, 21(5): 524–30.

Sugiyono. 2007. Statistik untuk penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Univesitas Lampung. 2015. Panduan penyelenggaraan program pendidikan dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

van der Cingel M. 2015. Compassion in care: A qualitative study of older people

with a chronic disease and nurses. Nursing Ethic, 18(5): 672–85.

Vrečer N. 2015. Empathy in adult education. Andragoška Spoznanja, 21(3): 65–

73.

Page 57: PERBEDAAN TINGKAT EMPATI ANTAR …digilib.unila.ac.id/56380/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfSkripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Empati Antar Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

55

Wear D, Zarconi J. 2008. Can compassion be taught? Let’s ask our students. J

Gen Intern Med, 23(7): 948–53.

Winseman J, Malik A, Morison J, Balkoski V. 2009. Students’ views on factors

affecting empathy. PsycINFOAcademic Psychiatry, 33(6).

Wündrich M, Schwartz C, Feige B, Lemper D, Nissen C, Voderholzer U, et al.

2017. Empathy training in medical students–a randomized controlled trial.

Medical Teacher: 1–3.

Ze O, Thoma P, Suchan B. 2014. Cognitive and affective empathy in younger and

older individuals. Aging & Mental Health, 18(7): 929–35.