62
PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAH (Analisis Komparatif Putusan Pengadilan Agama Bogor Perkara Nomor 49/Pdt.G/2010/PA.BGR. dan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara Nomor 378/Pdt.G/2009/PA.JP) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : YAOMIL AGUS MUHARRAM NIM. 106044101445 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1431 H./2010 M.

PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAH

(Analisis Komparatif Putusan Pengadilan Agama Bogor Perkara Nomor 49/Pdt.G/2010/PA.BGR. dan Putusan

Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara Nomor 378/Pdt.G/2009/PA.JP)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

YAOMIL AGUS MUHARRAMNIM. 106044101445

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1431 H./2010 M.

Page 2: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul “Perceraian Akibat Suami Riddah (Analisis Komparatif Putusan Pengadilan Agama

Bogor Perkara Nomor 49/Pdt.G/2010/PA.BGR Dan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara Nomor

378/Pdt.G/2009/PA.JP) ”, telah diujikan dalam munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Senin tanggal 23 September 2010, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Jurusan Peradilan Agama.

Jakarta, 23 September 2010Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, M.A, MMNip: 195505051982031012

PANITIA UJIAN1. Ketua : Drs H. A. Basiq Djalil, SH, MH

Nip. 195003061976031001

(.........................)

2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag, MH

Nip. 197202241998031003

(.........................)

3. Pembimbing I : Dr. H. A. Juaini Syukri, Lcs, MA

Nip. 195507061992031001

(.........................)

4. Pembimbing II :

Dr. JM Muslimin, MA

Nip. 150295489

(.........................)

5. Penguji I :

6. Penguji II :

Kamarusdiana, S.Ag, MH

Nip. 197202241998031003

Hotnidah Nasution, S.Ag, MA

Nip. 197106301997032002

(.........................)

(.........................)

Page 3: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

iv

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا هللا مسب

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT., karena rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Sebagai kelengkapan tugas dan memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Hukum

Islam pada Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, terutama disebabkan karena

keterbatasan penulis sebagai manusia biasa. Tanpa adanya dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak tidaklah

mungkin skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA, Ketua Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Kamarusdiana, S.Ag, MH, Sekretaris Konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Dr. H. A. Juaini Syukri, Lcs, MA dan Dr. Phil. JM. Muslimin, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu dan perhatiannya dalam membimbing, serta memberikan motivasi yang tak pernah

henti-hentinya.

5. Dr.H.Yayan Sopyan M.Ag selaku dosen Penasehat Akademik.

6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis,

semoga ilmu yang diberikan bermanfaat.

7. Orang tua tercinta Bapak Fahyumi dan Ibu Asmawati yang telah merawat dan membesarkan penulis, yang selalu

memotivasi dengan penuh keikhlasan membantu penulis baik moril maupun materiil, dan adik-adikku tercinta Nur

Oktavianti Lestari, Yunia Rahmawati Fahmi dan Hilma Nayluzukka

8. Keluarga Besar Yayasan Pondok Pesantren Maj’maul Bahrain

Page 4: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

iv

9. Sahabat-sahabat penulis Siti Khadijah, M.Taqiyuddin al-Qisty, Tubagus Chaerullaily, AlAzhar Yusuf, yang selalu

membantu dan memberikan motivasi.

10. Teman-teman Peradilan Agama angkatan 2006 khususnya kelas B, dan juga anak-anak Kos Cantik penulis

senang berteman dengan kalian.

Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para

pembaca dan semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT. Amin.

Jakarta, 01 September 2010 22 Ramadhan 1431

Penulis

Page 5: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. …….. i

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... ......... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ......... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ......... v

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ........ vii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian. ...................................................... 11

D. Studi Review ….............................................................................. 12

E. Metode Penelitian…........................................................................ 14

F. Kerangka Teori……………………………………………………. 18

G. Sistematika Penulisan ……………………………………………. 20

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian Perceraian………………….......................................... 22

B. Dasar Hukum Perceraian................................................................. 25

C. Macam-macam Perceraian.............................................................. 27

D. Sebab-sebab Terjadinya Perceraian…………................................ 36

E. Akibat Hukum Dari Perceraian....................................................... 39

BAB III : TINJAUAN PUSTAKA TENTANG RIDDAH

A. Pengertian Riddah……………………........................................ 41

B. Dasar Hukum Riddah……………………................................... 45

C. Macam-macam Riddah…………................................................. 47

D. Sebab-sebab Terjadinya Riddah……........................................... 49

E. Status Hukum Apabila Salah Satu Pasangan Riddah................... 54

BAB IV : DATA PENELITIAN DAN ANALISA

A. Perkara Putusan Pengadilan Agama Bogor Perkara No

49/Pdt.G/2010/PA.BGR

Page 6: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

vi

1. Duduk Perkara......................................................................... 58

2. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim..................................... 59

3. Penetapan Putusan Perkara...................................................... 60

B. Perkara Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara No

378/Pdt.G/2009/PA.JP

1. Duduk Perkara........................................................................ 60

2. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim.................................... 61

3. Penetapan Putusan Perkara..................................................... 63

C. Analisis Penulis

1. Analisis Dengan Pendekatan Fiqh……...…………...…........ 63

2. Analisis Dengan Pendekatan Ushuliyyah.................….......... 68

3. Analisis Dengan Pendekatan Perundang-undangan ……….. 70

4. Analisis Dengan Pendekatan Perbandingan Hukum……….. 73

5. Analisis Dengan Pendekatan Hadhanah……………………. 75

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 78

B. Saran …………………............................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 82

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ 86

LAMPIRAN

Lampiran 1. Putusan Pengadilan Agama Bogor Perkara Nomor 49/Pdt.G/2010/PA.BGR

Lampiran 2. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara Nomor

378/Pdt.G/2009/PA.JP

Lampiran 3. Surat Pernyataan Bahwa sudah melakukan Observasi dan Wawancara

Lampiran 4. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Lampiran 5. Surat Permohonan Observasi ke Pengadilan

Page 7: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

vi

Page 8: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama. Kehidupan

manusia yang ingin hidup bersama, melakukan kontak dengan manusia lainnya tidak dapat dibatasi karena

sudah menjadi kodratnya, sebagai makhluk sosial. Bertitik tolak dari berbagai keinginan untuk tetap selalu

bersama, tidak jarang terjadi suatu ikatan lahir batin yang cukup kuat diantara manusia yakni, dengan suatu

jalan perkawinan. Karena dengan suatu perkawinan dimaksudkan untuk menciptakan kehidupan suami isteri

yang harmonis dalam rangka membentuk dan membina keluarga yang sejahtera dan bahagia sepanjang masa.

Aris Toteles seorang filosofi Yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa manusia

adalah Zoon Politicon yaitu selalu mencari manusia yang lainnya untuk hidup bersama kemudian

berorganisasi. Hidup bersama merupakan suatu gejala yang biasa bagi seorang manusia dan

hanya manusia-manusia yang memiliki sifat- sifat tertentu sajalah yang mampu hidup

mengasingkan diri dari orang lain di sekitarnya. Dengan bentuknya yang kecil hidup bersama itu

dimulai dengan adanya suatu keluarga.1

Suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak merupakan bagian terkecil dari

masyarakat yang di dalam hidupnya pasti mempunyai sengketa baik di lingkungan keluarga

maupun sengketa di lingkungan masyarakat. Karena di Indonesia terdapat beberapa Badan

Peradilan, maka sengketa itu dapatlah untuk diselesaikan. Salah satunya adalah Pengadilan

Agama, yang fungsi dari pengadilan tersebut adalah sebagaimana tercantum didalam ketentuan

Undang-Undang No 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Pasal 2 yang berbunyi ”Peradilan

Agama merupakan salah satu pelaksana Kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan

bagi yang beragama islam mengenai perkara tertentu yang diatur dalam Undang-Undang ini“.

Selain itu dalam Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang No 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama

1 Lilik Rasyidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, (Bandung: Alumni, 1982), Hal 1

Page 9: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

jo Pasal 49 Undang-Undang No 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No 7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama disebutkan bahwa Pengadilan Agama bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara

orang-orang yang bergama islam dibidang Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat,

Infak, Shodaqoh, dan Ekonomi syari’ah.

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai

suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia kekal berdasarkan

ketuhanan Yang Maha Esa2

. Masalah perkawinan sangat terkait juga dengan akad, dimana akad perkawinan dalam

hukum islam bukanlah perkara perdata semata, melainkan disana terhadap ikatan suci yang

terkait dengan keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT3

. Perkawinan mempunyai tujuan antara lain membentuk keluarga (rumah tangga) yang

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4

Tujuan yang kedua adalah untuk menciptakan wadah yang bersih sebagai tempat

lahirnya generasi yang berdiri diatas landasan yang kokoh dan teratur tata sosialnya.5

Pada dasarnya perkawinan merupakan perwujudan dari rasa ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha

Esa dan sangat erat hubungannya dengan agama. Dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

Pasal l disebutkan bahwa Pernikahan adalah ikatan lahir bathin antara seorang Pria dengan seorang Wanita

sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal berdasarkan “Ketuhanan

Yang Maha Esa”.6

2 Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-undangan No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Jakarta : Akademika Presindo, 1986), cet I,64 3 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta : Kencana, 2007),cet II, h.40-41 4 Undang-undang Perkawinan Indonesia, Undang-ndang No.1, LN No.1 Tahun 1974, TLN No.3019. Pasal.1 5 Abuttawad Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW, Poligami dalam Islam vs Poligami Barat, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993),cet 1, h. 8-96 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Page 10: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

Oleh karena itu setiap perkawinan dicatat sebagai perbuatan keagamaan yang mengandung

nilai-nilai ibadah dan moral untuk mewujudkan ketenteraman hidup baik lahir maupun batin. Selain daripada

itu, perkawinan juga dicatat sebagai suatu perbuatan hukum karena menyangkut hubungan hukum antara dua

belah pihak yang bersangkutan.

Untuk mengatur perkawinan sebagai perbuatan hukum, maka negara menetapkan peraturan yang

akan menjadi dasar atau acuan bagi masyarakat yang akan melaksanakan perkawinan.

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 yang telah disahkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 02

Januari 1974, merupakan pedoman bagi pemeluk agama Islam yang berisi tentang tata cara perkawinan. Pada

pasal 1 Undang-undang tersebut menyatakan bahwa : “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Sedangkan pada pasal 2 ayat 1 yang menyebutkan tentang keabsahan perkawinan yang berbunyi :

“Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya

itu.”

Berdasarkan dari bunyi pasal tersebut diatas telah jelas bahwa ikatan lahir batin yang dilakukan

antara seorang pria dengan seorang wanita, bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal

yang dilakukan berdasarkan ketentuan hukum masing-masing agama dan kepercayaan yang bersangkutan.

Sesuai dengan penjelasan pasal tersebut, kita dapat mengartikan adanya prinsip kebebasan

beragama bagi setiap warga Negara. Hal ini sejalan dengan pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yang menjamin tentang

kebebasan dalam memeluk agama dan kepercayaan masing-masing yang mana hal tersebut dilihat dari

keabsahan perkawinan, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing.

Dengan adanya Undang-Undang No 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama Jo

Undang-Undang No 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Undang No 7 Tahun 1989 Tentang

Pengadilan Agama maka, Pengadilan Agama mempunyai wewenang untuk memeriksa sengketa

perkawinan bagi mereka yang beragama islam dan keputusannya telah berkekuatan hukum.7

7 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat dan Agama, Bandung : Mandar Maju,1990,Hal. 204.

Page 11: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

Adapun wewenang tersebut sebagaimana terdapat dalam penjelasan Undang-undang

No 7 Tahun 1989 jo Undang-undang No 3 Tahun 2006 pasal 49 adalah sebagai berikut :

1. Ijin beristeri lebih dari seorang.

2. Ijin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun,

dalam hal orang tua wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat.

3. Dispensasi kawin.

4. Pencegahan perkawinan.

5. Penolakan perkawinan oleh pegawai pencatat nikah.

6. Pembatalan perkawinan.

7. Gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan isteri.

8. Perceraian karena talaq.

9. Gugatan perceraian.

10. Penyelesaian harta bersama.

11. Penguasaan anak-anak.

12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang

seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya.

13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas isteri atau

penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri.

14. Putusan tentang syah tidaknya seorang anak.

15. Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua.

16. Pencabutan kekuasaan wali.

17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali

dicabut.

18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 (delapan

belas) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya.

Page 12: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

19. Pembebanan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak dibawah harta

kekuasaannya.

20. Penetapan asal-usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan

hukum islam.

21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan

campuran.

22. Pernyataan tentang syahnya perkawinan yang terjadi sebelum Undang-undang No 1

Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan lain.

Perbuatan pindah agama (riddah) menurut syara’ adalah keluar dari agama Islam, baik menjadi

kafir atau tidak beragama sama sekali. Dalam ikatan perkawinan, murtadnya (orang yang melakukan pindah

agama) salah satu pihak, baik atas kemauan sendiri maupun karena bujukan dari orang lain akan dapat

mengakibatkan putusnya ikatan perkawinan dengan sendirinya, yang mana hal tersebut didasarkan atas

pertimbangan keselamatan agama dari wanita yang beragama Islam, dan dikhawatirkan anak-anaknya akan

mengikuti agama bapaknya yang bukan Islam. Ada beberapa alasan atau sebab seseorang untuk pindah agama

yaitu :

1. Karena mengikuti kehendak atau bujuk rayu dari suami atau isteri

2. Karena adanya tekanan atau ancaman yang memaksanya untuk pindah agama

3. Karena tertarik dengan ajaran agama lain

4. Karena belum mengetahui atau mengerti akibat dari perbuataannya, bahwa murtadnya itu akan

berpengaruh dalam kehidupan rumah tangganya.

Demikian juga dalam kitab-kitab fiqh diantaranya fiqh as-sunnah karangan sayyid sabiq, status

perkawinan bagi salah satu pihak yang keluar dari agama Islam atau riddah, dijelaskan sebagai berikut :

Artinya : “Apabila suami murtad, maka putuslah hubungan perkawinan karena riddahnya salah satu dari

suami isteri itu adalah hal mewajibkan pisahnya mereka”.8

8 Sayyid Sabiq, Fikih as-Sunnah, (Beirut : Daar El Fikr, 1983), juz 8, Jilid II, h.389.

Page 13: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

Pada hakekatnya mentalaq seorang istri memang menjadi hak dari suami tetapi istri

juga dapat mengajukan gugatan perceraian kepada suami. Salah satu alasan yang dapat

digunakan adalah apabila suami murtad (riddah). Dari faktor tersebut antara suami istri sering

terus menerus terjadi pertengkaran dan percekcokan dan tidak ada harapan untuk hidup rukun

lagi dalam rumah tangganya. Didalam agama islam apabila salah seorang dari suami atau istri

keluar dari agama islam atau murtad (riddah), maka putuslah perkawinan mereka dan suatu

perkawinan itu putus ketika Hakim Pengadilan Agama telah memfasakhkan perkawinan tersebut

artinya telah diputuskannya hubungan perkawinan atas permintaan salah satu pihak karena

faktor-faktor tertentu. Allah juga melarang terjadinya perkawinan yang berbeda agama.9

Menurut Wahbah az-Zuhaili, riddah adalah “Kembali dari agama Islam menuju kepada

kekafiran, baik hal itu dilakukan dengan sebatas niat dengan perbuatan yang akibatnya pelaku

dianggap telah kafir maupun dengan ucapan baik, baik ucapannya itu sebagai penghinaan,

penentang maupun sebagai keyakinan”.10

Dari beberapa uraian diatas, sepengetahuan penulis penelitian ini belum pernah diteliti

oleh orang lain. Kiranya atas dasar itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini yang

akan dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “PERCERAIAN AKIBAT SUAMI

RIDDAH” ( Analisis Komparatif Putusan Pengadilan Agama Bogor Perkara Nomor :

49/Pdt.G/2010/PA.BGR dan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara Nomor :

378/Pdt.G/2009/PA.JP

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

9 Sutiono Usman Adji, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, Yogyakarta : Liberty, 1989, Hal 37.10 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa-Adillatuh, cet.4, (Beirut : Dar el Fikr Al-Ma’asir, 1997), h.5576

Page 14: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

Dimulai dari rasa keingintahuan dan didukung pertimbangan bahwasannya pengaruh masalah

agama dalam sebuah perkawinan sangat perlu mendapat perhatian dari setiap pasangan sebelum

melakukan pernikahan. Agar tidak terjadi adanya pembahasan yang meluas dan tidak terbatas sehingga

pembahasannya tidak terarah dan sulit untuk dimengerti maka penulis membatasi pembahasan dalam

skripsi ini dengan hanya membahas seputar permasalahan yang berkaitan dengan judul skripsi ini yaitu

tentang permasalahan riddah yang mencakup putusan-putusan dan wawancara dengan para Hakim di

Pengadilan Agama Bogor dan Pengadilan Agama Jakarta Pusat saja.

2. Rumusan Masalah

Menurut Fiqh (Islam) bahwasannya apabila dalam perkawinan pasangan suami isteri salah satunya

murtad maka dengan sendirinya batal perkawinannya.11

Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada pasal 116 bahwa riddah menjadi salah satu alasan

dapat terjadinya perceraian.12

Mengacu pada pokok permasalahan yang dikemukakan di atas bahwa masalah Riddah yang terjadi

dalam kehidupan berumah tangga sangatlah komplek dan beragam sekali sehingga membawa pengaruh

dan dampak yang tidak kecil terhadap keutuhan dan kebahagiaan sebuah keluarga. Pada awalnya jelas

agamanya, namun selama mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga salah satu dari pasangan suami

isteri melakukan riddah, kenapa perkawinan mereka tetap dilanjutkan hingga pada akhirnya perceraian

terjadi sehingga penulis perlu mencoba merinci rumusan masalah ini dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut :

a) Bagaimana status hukum perkawinan bagi pasangan suami isteri yang tetap ingin melanjutkan

perkawinan setelah murtad salah satu pihak?

b) Bagaimana tinjauan fiqh tentang alasan murtad sebagai penyebab perceraian?

c) Apakah dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam memeriksa dan memutuskan permasalahan tentang

cerai gugat karena suami riddah?

11 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh Islam wa Adillatuh, Juz. VII, h. 62112 Kompilasi Hukum Islam, Departemen Agama RI 1995

Page 15: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar penulis mendapatkan jawaban yang konkrit dan pasti dari

permasalahan yang selama ini mengganjal dalam hati penulis, disamping itu penulis juga ingin menambah

pengetahuan dan mendapatkan ilmu baru dari permasalahan riddah dalam perkawinan. Penulis berharap

skripsi ini dapat dijadikan rujukan dalam permasalahan riddah apabila terjadi di lingkungan sekitar kita,

serta secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1) Mendeskripsikan status hukum perkawinan bilamana pihak suami/isteri yang melakukan perbuatan

murtad, namun mereka tetap melanjutkan tali perkawinan walaupun pada akhirnya bercerai.

2) Mendeskripsikan bagaimana pandangan fiqh tentang permasalahan riddah dalam perkawinan

3) Mendeskripsikan alasan atau pertimbangan apa saja yang dijadikan pijakan bagi Majelis Hakim

Pengadilan Agama Bogor dalam mengambil keputusan

2. Manfaat Penelitian

Skripsi ini diharapkan memiliki dua manfaat yaitu :

1) Manfaat Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya khazanah keilmuan di bidang hukum,

di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Fakultas Syari’ah dan Hukum.

2) Manfaat Praktis

Dengan tersusunnya skripsi ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka

pembinaan, pembangunan dan pembaharuan hukum Islam di Indonesia, khususnya permasalahan riddah

dalam kasus cerai gugat.

D. Study Review

Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis perlu

melengkapi ataupun menyempurnakan penelitian ini dengan melakukan study review karena disana ada

Page 16: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

sumber yang dapat dijadikan tambahan untuk penyelesaian penelitian penulis ini.

Adapun kajian kepustakaan yang digunakan penulis adalah :

N

O

JUDUL DAN PENULIS ISI PERBEDAAN

1. “Riddah dalam status

Perkawinan dan

Implikasinya, Análisis

terhadap Kompilasi Hukum

Islam”

Fatima/SAS/2009

Skripsinya berisi uraian

tentang Pengertian Riddah,

Faktor penyebab terjadinya

riddah, akibat hukum

terjadinya riddah dalam status

perkawinan dan dalam ruang

lingkup kewarisan. Mencakup

juga menurut KHI.

Skripsi ini

mengangkat

permasalahan riddah

dalam status

perkawinan dan

implikasinya

menurut paparan

KHI, sedangkan

yang penulis angkat

adalah menganalisis

putusan Hakim yang

dimana

permasalahan

perceraian akibat

suami riddah dalam

análisis putusan

Pengadilan Agama

Bogor.

2. “Penetapan Hakim Agama

atas Hak Asuh Anak Akibat

Perceraian Terhadap Isteri

yang Murtad, studi analisa

putusan perkara

Skripsi ini menguraikan

masalah Riddah dimana

Hakim memutuskan hak

hadhanah jatuh pada suami

karena isteri yang Murtad

Skripsi ini

mengangkat

permasalahan

penetapan Hakim

Agama tentang

Page 17: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

No.60/Pdt.G?2006/PA.JS”

Dewi Sapyuni/SAS/2007

hadhanah yang

mana pihak isteri

yang Murtadnya,

sedangkan yang

penulis angkat

adalah perceraian

akibat suami yang

murtad dan tidak

mempermasalahkan

hak asuh anak.

E. Metode Penelitian

Untuk mencapai sasaran yang tepat bagi penelitian, maka penulis memakai metode penelitian

sebagai berikut :

a) Metode Pendekatan

a. Secara Normatif

Yaitu hukum doktriner yang dilakukan dalam penelitian untuk mendapatkan dasar pemikiran,

perumusan dan operasional konsep yaitu dengan cara mengumpulkan data-data yang bersumber dari

buku, artikel-artikel di internet yang khusus membahas tentang riddah dalam permasalahan perceraian

karena suami riddah.

b. Secara kualitatif

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah penulis melakukan pendekatan kualitatif. Kualitatif

berasal dari konsep kualitas “mutu” atau bersifat mutu. Pendekatan kualitatif upaya menemukan

kebenaran dalam wilayah-wilayah konsep mutu.13

Yaitu dengan melakukan analisa isi, menganalisanya dengan cara menguraikan, dan mendeskripsikan

13 Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), cet I, h,37.

Page 18: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

isi dari putusan penulis dapatkan tersebut. Kemudian menghubungkannya dengan masalah yang

diajukan, sehingga ditemukan kesimpulan yang objektif, logis, konsisten dan sistematis sesuai dengan

tujuan yang diinginkan penulis dalam penelitian ini.

b) Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk pada penelitian yang diskriptif yakni suatu penelitian yang

dimaksudkan untuk memberikan suatu data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, dan

gejala-gejala lainnya, maksudnya yaitu dengan mempertegas hipotesa-hipotesa lama atau

baru dalam rangka menyusun teori baru.14

Alasan menggunakan penelitian diskriptif ini adalah untuk memberikan gambaran dan

segala sesuatu yang berhubungan dengan putusan cerai gugat karena suami murtad.

c) Sumber Data

1. Data Primer

Yaitu data yang penulis langsung dapatkan dari petugas atau sumber pertamanya.15

Data didapatkan dari Pengadilan Agama Bogor berupa putusan cerai gugat mengenai perceraian

akibat riddah yang terjadi di Pengadilan Agama Bogor dan Pengadilan Agama Jakarta Pusat dengan

cara wawancara dengan Hakim, kemudian data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dengan

menghubungkan dengan masalah yang dikaji.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan tujuan mengadakan studi review atas

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan, dokumen-dokumen yang

dimaksud adalah Al-Qur’an, Al-Hadits, buku-buku ilmiah, undang-undang, Kompilasi Hukum Islam

(KHI), skripsi yang terdahulu serta hal-hal lain yang ada kaitannya dengan masalah yang diajukan.

d) Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua macam teknis pengumpulan data

14 Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indo Press, 1986, Hal.10.15 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.37.

Page 19: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

yaitu melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research).16

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian Kepustakaan, yaitu dimana peneliti melakukan penelusuran literatur atau buku rujukan

yang relevan dengan pembahasan skripsi ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Interview atau wawancara adalah percakapan dengan tujuan atau pembicaraan yang memiliki

tujuan.17

Interview yang sering disebut wawancara lisan adalah sebuah dialog atau pewawancaraan.18

Dalam hal ini penulis melakukan dialog langsung dengan Hakim Pengadilan Agama.

e) Analisis Data

Analisis data adalah sebuah proses percakapan dan pengaturan secara sistematik transkip

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan yang lain dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman

terhadap bahan-bahan tersebut. Agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain.19

Studi yang merupakan penelitian kepustakaan ini lebih bersifat deskriptif analisis.20 Analisa data dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisa kualitatif, yaitu menganalisis dengan cara

menguraikan dan mendeskripsikan putusan riddah, kemudian dihubungkan dengan hasil interview dari

pihak yang menyelesaikan perkara ini, dalam hal ini yaitu Hakim Pengadilan Agama Kota Bogor. Sehingga

didapatkan suatu kesimpulan yang objektif, logis, sistematis, konsisten sesuai dengan tujuan yang

dilakukan penulis.

F. Kerangka Teori

Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

16 Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2004), hal.6117 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang : Kalimasahada, Press, 1994) cet I, h. 36.18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1996), cet X, h.144.19 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu social dan Keagamaan, h.7720 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktik, Sinar Grafika Jakarta, 2008 h.9

Page 20: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

kepercayaannya itu. Sedangkan pernikahan dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan yaitu akad yang sangat

kuat atau mitsaqon gholidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

Seiringnya waktu berjalan dalam pernikahan pasti akan banyak timbul permasalahan, yang apabila

tidak bisa diselesaikan maka tidak jarang perceraian yang akan terjadi. Dalam perceraian haruslah ada

alasan-alasan yang dapat diberikan apabila perceraian tersebut ingin terjadi, karena hal ini sesuai yang diatur

dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan pasal 39, PP No. 9 tahun 1975 tentang

Pelaksanaan Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 39 ayat 2, dan Kompilasi Hukum

Islam pasal 116.

Dalam tinjauan hukum Islam dan Undang-undang Perkawinan, salah satu yang menyebabkan

putusnya perkawinan adalah murtad. Persoalan kemurtadan seseorang dianggap sebagai suatu hal khusus dan

penting jika dikaitkan dengan perkawinan. Ada pendapat yang menyatakan bahwa perkawinan antara wanita

muslimah dengan seorang laki-laki yang bukan Islam adalah tidak sah.

Murtad mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan seseorang, terutama dalam

hubungannya dengan masyarakat seperti perkawinan, hak waris dan hak-hak lainnya.

Di dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terdapat larangan perkawinan

yang mengakibatkan adanya pencegahan dan pembatalan perkawinan. Larangan perkawinan itu dijelaskan

antara lain pada pasal 8 butir f yaitu perkawinan dilarang antara dua orang yang mempunyai hubungan yang

oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin.

Kompilasi Hukum Islam juga menuangkan hal tersebut pada pasal 40 yakni dilarang

melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita karena keadaan tertentu :

a. Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain

b. Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain

c. Seorang wanita yang tidak beragama Islam

Untuk kasus riddah, banyak yang belum menyadari akan akibat yang ditimbulkan. Seperti yang

sering terjadi, ikatan perkawinan beda agama (murtad salah satunya) masih terus dipertahankan, bahkan tidak

sedikit yang terang-terangan mengakui bahwa perbuatannya itu tidak apa-apa.

Page 21: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

21

G. Sistematika Penulisan

Sistematika ini disusun dalam lima bab, dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab.

Sistematika penulisan merupakan uraian secara garis besar mengenai hal-hal pokok yang dibahas, guna

mempermudah dalam memahami dan melihat hubungan suatu bab dengan yang lainnya. Adapun uraian pada

setiap bab adalah sebagai berikut :

Bab Pertama : Berisikan pendahuluan dengan uraian mengungkapkan latar belakang masalah kajian skripsi

ini, merumuskan identifikasi permasalahan, menunjukkan maksud dan tujuan penelitian, Studi

Review, metode penelitian, yang dipergunakan sebagai kerangka menuju uraian yang

sistematis, kerangka teori konseptual dan yang terakhir sistematika penulisan.

Bab Kedua : Berisikan Tinjauan umum tentang Perceraian, dimana Tinjauan umum tentang perceraian

menguraikan pengertian perceraian, dasar hukum perceraian, macam-macam perceraian,

sebab-sebab terjadinya perceraian, akibat hukum dari perceraian.

Bab Ketiga : Berisikan Tinjauan umum tentang murtad menguraikan pengertian Murtad dasar hukum

murtad, sebab-sebab terjadinya murtad dan status hukumnya apabila salah satu pasangan

riddah menurut fiqh Islam dan Kompilasi Hukum Islam.

Bab Empat : Berisikan tentang perkara cerai gugat akibat suami riddah dalam putusan Pengadilan Agama

Bogor dan Jakarta Pusat, duduk perkara, pemeriksaan perkara dalam sidang, pertimbangan

hukum majelis hakim, serta penetapan putusan perkara. Dan Analisa penulis (analisis

komparatif perkara),

Bab Kelima : Berisikan uraian tentang penutup, yang berisi kesimpulan dan implikasi dari seluruh

pembahasan yang telah diteliti, dan saran yang dapat mendukung kesempurnaan skripsi, serta

akan dilengkapi dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap penting.

Page 22: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PERCERAIAN

A. Pengertian Perceraian

Perceraian diambil dari kata “cerai” dan dalam bahasa Arab sering disebut dengan “thalaq” (قلط)

. Thalaq secara etimologis adalah sebagaimana tertera di dalam kitab Lisan al ‘Arab karangan Ibnu Manzur yang

mempunyai arti “لاسرإللاو لحلا” , artinya “melepaskan atau meninggalkan”.1 Perceraian adalah

merupakan akibat dari suatu hubungan yang disebabkan oleh adanya hubungan perkawinan. Keduanya (antara

perkawinan dan perceraian) saling berhubungan, dimana perceraian hanya dapat terjadi karena adanya sebuah

ikatan perkawinan. Hal ini terdapat dalam hadis yang berbunyi :

انثدح ريثك نبا ديبع يصمحلا انثدح دمحم نبا دلاخ نع ديبع هللا نبا ديلولا يفاصولا نع براحم نبا راثد نع دبع هيلع هللا ىلص هللا لوسر لاق : امهنع هللا يضر رمع نبا هللا2(هجام نبا هاور) قالطلا هللا ىلا لالحلا ضغبا : ملسو

Artinya : “Telah Menceritakan kepada kami Katsir bin Ubaid al-Himsyi, telah menceritakan kepada kamiMuhammad bin Khalid dari Ubaidillah bin Walid Al- Dzashofi dari Muharib bin itsar dari Abdullahbin Umar R.A. : telah bersabda Rasulullah SAW : sesuatu perbuatan halal yang paling dibenci Allahadalah thalaq atau perceraian.” (H.R. Ibnu Majah).

Sedangkan Dr. Wahbah Zuhaily dalam kitabnya “Al Fiqh Al-Islami Wa Adilatuhu” memberikan

definisi thalaq sebagai berikut :

3.هوحنو قالطلا ظفلب حاكنلا دقع لح وأ حاكنلا ديق لح

Thalaq ialah “melepaskan ikatan pernikahan atau melepaskan tali akad nikah dengan lafaz At-Thalaq dan

semisalnya.”

Menurut Abdurrahman Al Jaziry dalam kitabnya “Al Fiqh ‘Ala Mazahib Al Arba’ah” thalaq

1 Imam Al ‘Allamah ibn Manzur, Lisan al ‘Arab (Kairo: Dar Al Hadis, 2003), h.630

2 Abi Abdullah bin Yazid Al-Qazwainiy, Sunan Ibnu Majah, (Beirut, Lebanon: Daar el-Fikr, 1994), h. 6333 Wahbah Zuhailiy, AlFiqh Al Islamiy Wa Adillatuhu, Juz IX (Damaskus: Dar Al Fikr, 2007), h.6873

Page 23: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

didefinisikan sebagai berikut:

4.صوصخم ظفلب هلح ناصقن وأ حاكنلا ةلازإ قالطلا

Thalaq ialah “menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi pelepasan ikatannya dengan menggunakan

kata-kata tertentu.”

Perceraian dapat terjadi, bila suami dan isteri sekiranya sudah tidak dapat mempertahankan mahligai

rumah tangganya. Agama Islam memang membolehkan perceraian tersebut, dengan catatan bahwa dalam

pernikahan tersebut sudah tidak ada manfaatnya, justru yang terlihat lebih banyak adalah mudharatnya. Barulah

pintu perceraian dapat terbuka.

Kata thalaq menurut istilah (Terminologi) terdapat beberapa pendapat para ahli hukum :

1. Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali mendefinisikannya sebagai pelepasan ikatan perkawinan secara langsung

atau pelepasan ikatan perkawinan dimasa yang akan datang.

2. Mazhab Syafi’i mendefinisikan thalaq sebagai pelepasan akad nikah dengan lafal talak atau yang semakna

dengan lafal itu.

3. Mazhab Maliki mendefinisikan thalaq sebagai suatu sifat hukum yang menyebabkan gugurnya kehalalan

hubungan suami isteri.5

4.

5. Prof. Subekti S.H mengatakan bahwa perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau

tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.6

6.

7. Sayid Sabiq dalam kitabnya al-Fiqhu Sunnah memberi definisi thalaq :

7 ةيجوزلا ةقالعل ءاهباو جاوزلا ةطبار لح...

Artinya : “…Talak adalah melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri”.

4 Abdurrahman Al Jaziri, AlFiqh ‘Ala MazahibAl Arba’ah (Mesir: Dar Al Haisam, t.th), h.9645 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Nikah, Ensiklopedia Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-2, jilid 4, h. 536 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT Intermasa, 1995), cet. ke-27, h. 427 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, (Beirut : Daar El Fattah, 1983), cet. Ke-2, juz 9, Jilid II, h. 278.

Page 24: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

8. Dalam istilah Agama thalaq adalah melepaskan ikatan perkawinan dengan mengucapkan secara sukarela

ucapan thalaq kepada isteri, dengan kata-kata yang jelas (Sarih) atau dengan kata-kata sindiran (kinayah).8

9.

10. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam pasal 117 thalaq adalah ikrar suami dihadapan sidang

Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.9

11.

B. Dasar Hukum Perceraian

Dalam sumber hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis, penulis akan mencantumkan beberapa ayat

Al-Qur’an serta Hadis yang menjadi dasar hukum perceraian, antara lain :

1.Firman Allah SWT :

(230-229 : ةرقبلا)

Artinya : “Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf ataumenceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yangtelah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankanhukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankanhukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggarhukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang dzalim (229). Kemudian jika si suamimenthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua) maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga diakawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak adadosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapatakan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepadakaum yang (mau) mengetahui. ” (Q.S. Al-Baqarah : 229-230)

8 Salahuddin Khairi Sadiq, Kamus Istilah Agama, (Jakarta : CV. Sient Taraha, 1983), h. 3589 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2007) h.227

Page 25: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

2.Firman Allah SWT :

) 232 : ةرقبلا)

Artinya : “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka jangan lah kamu (para wali)menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan diantaramereka dengan cara yang ma’ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang berimandiantara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan lebih suci. Allahmengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah : 232)

3.Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Hakim, berbunyi :

هيلع هللا ىلص يبنلا نع :لاق هنع هللا يضر رمع نبا نعنباو دوادوبا هاور) قالطلا هللا ىلا لالحلا ضغبا:لاق ملسو10(هلاسرا متاحوبا حجرو مكاحلا هححصو هجام

Artinya : “Dari Ibnu Umar R.A. berkata: Dari Nabi SAW bersabda: perbuatan halal yang dibenci Allah adalah

thalaq.” (H.R. Abu Daud dan Hakim, dan disahkan olehnya)

C. Macam-macam Perceraian

Dalam Kompilasi Hukum Islam, perceraian atau putusnya hubungan perkawinan dapat terjadi karena :

thalaq, khulu’, syiqaq, fasakh, ta’lik thalaq, ila’, li’an, tafwid, dan riddah.

1. Thalaq

Pengertian thalaq menurut bahasa Arab adalah melepaskan ikatan, yang dimaksud disini adalah

melepaskan ikatan perkawinan. Didalam pasal 117 KHI, thalaq adalah ikrar suami dihadapan sidang

Pengadilan Agama yang menjadi salah satu putusan perkawinan, dengan cara sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal 129, 130, dan 131 KHI.

Adapun jenis-jenis thalaq adalah :

10 Abu Daud, Sunan Abu Daud (Bab Thalaq), (Beirut: Dar Ibn Hazm) h. 334

Page 26: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

a. Thalaq Raj’i (psl 118 KHI) adalah thalaq kesatu atau kedua, dimana suami berhak untuk rujuk dengan

isteri selama masa iddah,

b. Thalaq Ba’in, Thalaq Ba’in ada 2 macam yaitu : Thalaq Ba’in Sughra (psl 119 KHI) adalah thalaq yang

tidak boleh rujuk tetapi boleh akad baru dengan bekas suaminya meskipun dalam masa iddah.

Sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah : thalaq yang terjadi qabla al-dukhul, thalaq dengan tebusan

atau khulu’, thalaq yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama. Thalaq Ba’in Kubra (psl 120 KHI) adalah

thalaq yang terjadi untuk ketiga kalinya. Thalaq ini tidak boleh dirujuk dan tidak boleh dinikahi kembali,

kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas isteri menikahi orang lain dan kemudian terjadilah

perceraian ba’da al-dukhul dan habis masa iddahnya.

c. Thalaq Sunni (psl 121 KHI) adalah thalaq yang dibolehkan, yaitu thalaq yang dijatuhkan terhadap isteri

yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu sucinya tersebut.

d. Thalaq Bid’i (psl 122 KHI) adalah thalaq yang dilarang, yaitu thalaq yang dijatuhkan kepada isteri pada

waktu isteri dalam keadaan haid atau isteri dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci

tersebut.

2. Khulu’

Khulu’berasal dari kata علخي علخ yang berarti melepaskan atau meninggalkan.11

Khulu’ juga dapat berarti “Fidaaun” atau tebusan. Karena dalam hal ini, isteri meminta cerai kepada

suaminya dengan membayar sejumlah uang tebusan atau imbalan.12

Dasar pembolehan thalaq khulu’ terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 229 :

(229 : ةرقبلا) . . .

Artinya : “Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka,kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu

11 A. Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 36112 A. Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998), h. 95

Page 27: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hokum-hukum Allah, maka tidakada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya.” (Q.S.Al-Baqarah : 229)

Khulu’ dapat dijatuhkan sewaktu-waktu baik isteri dalam keadaan suci ataupun tidak. Hal ini

disebabkan khulu’ terjadi atas kehendak isteri.

3. Syiqaq

Syiqaq berarti perselisihan atau menurut istilah fiqh berarti perselisihan suami dan isteri yang

diselesaikan oleh dua orang hakam (penengah), satu orang dari pihak keluarga suami dan satu orang dari pihak

keluarga isteri dengan cara mendamaikan suami isteri yang berselisih. Tetapi apabila keadaan sangat terpaksa

dan hakam sudah sekuat tenaga berusaha untuk mendamaikan suami isteri namun tidak berhasil maka hakam

boleh mengambil keputusan untuk menceraikan suami isteri tersebut.13

Adapun pengangkatan hakam apabila terjadi syiqaq, berdasarkan surat An-Nisa ayat 35 :

(35 : ءاسنلا)

Artinya : “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakamdari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itubermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah member taufik kepada suami isteri itu.Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (Q.S. An-Nisa/4: 35)

4. Fasakh

Fasakh berasal dari bahasa Arab dari akar kata fa-sa-kha yang secara etimologi berarti rusak dan

membatalkan دسف) 14.(هضقنو Kalau dikaitkan kata ini dengan akad nikah maka berarti

membatalkannya dan melepaskan ikatan pertalian antara suami isteri.15

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia secara istilah pengertian fasakh ialah pembatalan ikatan

pernikahan oleh Pengadilan Agama berdasarkan tuntutan isteri atau suami yang dapat dibenarkan Pengadilan

Agama atau karena pernikahan yang telah terlanjur menyalahi hukum pernikahan.16

13 Muhammad Leter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang: Aksara Raya, 1985), h. 23514 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia (Yogyakarta: Krapyak, 1984), h. 1133 15 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Juz 2, h. 26816 Tim redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (PT Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka, 2005), h.314

Page 28: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

Tuntutan pemutusan perkawinan ini disebabkan salah satu pihak mendapatkan cela pihak lain atau merasa

tertipu atas hal-hal yang belum diketahui sebelum dilangsungkan perkawinan. Isteri yang diceraikan

pengadilan dengan fasakh tidak dapat dirujuk suaminya sebelum melalui perkawinan baru yaitu melaksanakan

akad nikah baru.17

5. Ta’lik Thalaq

Arti ta’lik adalah menggantungkan, jadi pengertian ta’lik thalaq ini ialah suatu thalaq yang

digantungkan pada suatu hal yang mungkin terjadi yang telah disebutkan dalam perjanjian yang telah

diperjanjikan terlebih dahulu. Ta’lik thalaq ini diadakan untuk melindungi kepentingan isteri agar tidak

teraniaya oleh suami.18

Ketentuan diperbolehkannya ta’lik talak ini tercantum dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 128 :

ءاسنلا) : 128)

Artinya : “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidakmengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itulebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergauldengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), makasesungguhnya Allah adalah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. An-Nisa : 128)

6. Zhihar, Ila’ dan Li’an

Tiga macam perbuatan hukum (zhihar, ila’, dan Li’an), adalah perbuatan berupa kata atau sumpah yang

tidak secara langsung berisi ungkapan yang menyatakan putusan ikatan perkawinan, tetapi oleh hukum

dinyatakan berdampak memutuskannya.

a) Zhihar merupakan kebiasaan orang jahiliyyah yang tidak lagi memfungsikan isterinya sebagai isteri

walaupun masih tetap diikat, seperti pernyataan “kamu seperti penggung ibuku” sambil memulai tidak

menggaulinya lagi. Ketika Islam dating, Islam menyelamatkan kaum perempuan dari kezhaliman, zhihar

17 Muhammad Leter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, h. 23518 Jamil Latif, Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 64

Page 29: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

adalah perkataan yang munkar karena bukan berada pada tempatnya. Sesungguhnya isteri bukanlah ibu

sehingga isteri menjadi haram seperti kedudukan ibu (haram dinikahi), Islam membatalkan hukum ini dan

menjadikan zhihar haram bagi perempuan sehingga suami yang mengucapkannya terkena kifarat.19

Firman Allah SWT :

((2 : ةل داجملا

Artinya : “Orang-orang yang menzhihar isterinya diantara kamu, (menganggap isterinya sebagai ibunya,padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanitayang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatuperkataan munkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah maha pemaaf lagi maha pengampun.”(Q.S. Al-Mujadalah : 2)

b) Ila’ juga merupakan kebiasaan orang jahiliyyah, pihak laki-laki bersumpah pada isterinya sendiri bahwa ia

tidak akan menggaulinya lagi dengan menyebut nama Allah atau menyebut sifat-sifatnya selamanya atau

tanpa waktu, lebih dari empat bulan. Ila’ berisi pelajaran bagi isteri yang bermaksiat dan durhaka kepada

suami. Ila’ boleh dilakukan sesuai dengan kebutuhan yakni empat bulan atau kurang, bila melebihi waktu

tersebut hukumnya haram dan merupakan kezhaliman karena ila’ berisi sumpah meninggalkan kewajiban

atasnya.20

c)

Firman Allah SWT :

(226 : ةرقبلا)

Artinya : “Kepada orang-orang yang meng-ila’ isterinya diberi tangguh empat bulan (lamanya).Kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya), maka sesungguhnya Allah mahapengampun lagi maha penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah : 226)

d) Li’an ialah laknat, yaitu sumpah yang didalamnya terdapat pernyataan bersedia menerima laknat Allah,

apabila yang mengucapkan sumpah itu berdusta. Dalam hukum perkawinan, li’an merupakan perceraian

yang terjadi akibat sumpah suami bahwa isterinya telah melakukan zina. Sumpah li’an ini dapat

19 Kasmuri Slamet, Pedoman Mengayuh Rumah Tangga (Panduan Perkawinan), (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet. I, h. 2420 Muhammad bin Abdullah At-Tawaijiri dan Ahmad Amir bin Jaber, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Darus Sunnah, 2007), cet. I, h. 1835

Page 30: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

mengakibatkan putusnya perkawinan antara suami dan isteri untuk selama-selamanya.21

e)

Firman Allah SWT :

: رونلا) 6)

Artinya : “Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyaisaksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpahdengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar.” (Q.S.An-Nur : 6)

7. Tafwidh

Seorang suami memberikan hak kepada isterinya, yaitu berupa hak thalaq. Syarat-syaratnya ditentukan

oleh keduanya secara sukarela, jadi bukan hak thalaq yang bersifat mutlak. Apabila syarat-syarat yang telah

ditentukan secara sukarela tersebut telah terpenuhi, maka isterinya mempunyai hak untuk menjatuhkan thalaq

kepada suaminya, maka terjadilah thalaq.22

Firman Allah SWT :

(28 : بازحآلا)

Artinya : “Hai nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: Jika kamu sekalian menginginkan kehidupan duniadan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan Aku ceraikan kamudengan cara yang baik.” (Q.S. Al-Ahzab : 28)

8. Riddah

Secara etimologi kata ةدر berasal dari kata kerja در دري اةدر yang artinya adalah

yaituهفرص mengalihkan dan yaituهعجرأ mengembalikan. Riddah merupakan masdar dari kata

21 Muhammad Leter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, h. 24522 Jamil Latif, Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia, h. 56

Page 31: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

yang secara harfiah berarti “kembali”, “dikembalikan”, “berpaling”, “dipalingkan”.23 دادترإ

Sedangkan dari segi istilah adalah keluar dari agama Islam menjadi kafir, baik dengan niat, perkataan maupun

perbuatan yang menyebabkan orang yang bersangkutan dikategorikan kufur.24

Jadi riddah atau murtad ialah keluar dari agama Islam, baik pada agama lain ataupun tidak beragama. Di

Indonesia, putusnya perkawinan karena murtadnya salah seorang dari suami isteri termasuk fasid atau batal

demi hukum, dalam pemutusannya dilakukan didepan sidang Pengadilan Agama. Oleh karenanya, riddahnya

seorang yang dinyatakan bukan didepan sidang Pengadilan Agama dianggap tidak sah.25

D. Sebab-sebab Terjadinya Perceraian

Didalam menjalankan kehidupan, perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah,

mawadah dan rohmah. Namun terkadang dalam perjalanannya sebuah perkawinan ada yang tidak mencapai tujuan

tersebut, maka terjadi putusnya perkawinan yakni melalui jalan perceraian. Dalam sebuah perceraian harus ada

alasan kuat yang melatar belakangi terjadinya perceraian ini.26

Dalam Hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh beberapa alasan:27

1. Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suasana rumah tangga, tidak ada lagi rasa kasih sayang

yang merupakan tujuan dan hikmah dari perkawinan.

2. Karena salah satu pihak berpindah agama.

3. Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama.

4. Isteri meminta cerai kepada suami dengan alasan suami tidak berapologi dengan alasan yang dicari-cari dan

menyusahkan isteri.

5. Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak isteri.

23 Ibnu Manzur Al-Ansari, Lisan al-Arab, Vol.II (Mesir: al-Dar al-Mishriyyat li al-Ta’lif wa al-Nasr, t.t.), h. 21824 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam di Indonesia Peluang Prospek dan Tantangan, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), h. 6325 Jamil Latif, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, h. 72 26 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), cet. II, h. 26927 Muhammad Hamidy, Perkawinan dan Permasalahannya, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980), h. 89

Page 32: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

6. Suami melanggar janji yang pernah diucapkan sewaktu akad pernikahan (ta’lik thalaq)

Menurut Sayyid Sabiq dalam buku Fiqh Sunnah, sebab-sebab perceraian itu adalah :28

1. Suami tidak mampu member nafkah

2. Suami berbuat aniaya

3. Suami menjauh

4. Suami dihukum penjara

Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), sebab-sebab terjadinya perceraian yaitu :29

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar

disembuhkan.

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa

alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan

berlangsung.

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.

5. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya

sebagai suami/isteri.

6. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran, dan tidak ada harapan akan hidup

rukun lagi dalam rumah tangga.

7. Suami melanggar ta’lik thalaq

8. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

E. Akibat Hukum dari Perceraian

Dengan adanya putusan perceraian yang dikeluarkan oleh Pengadilan Agama, bukan berarti masalah

perceraian ini selesai, akan tetapi masih ada akibat-akibat hukum lainnya yang ditimbulkan dari perceraian

tersebut, yakni :

28 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, hal.206 29 Kompilasi Hukum Islam, Departemen Agama RI, 1996, h. 149

Page 33: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

39

1. Salah satu akibat hukum dari perkawinan adalah halalnya persetubuhan antara suami isteri. Karena itu, akibat

hukum dari thalaq adalah menghilangkan kehalalan itu, dalam arti keduanya tidak boleh lagi hidup bersama,

tidak boleh saling memandang, apalagi melakukan hubungan layaknya suami isteri.

2. Apabila thalaq yang dijatuhkan itu thalaq ba’in, maka tidak diperbolehkan untuk rujuk, tetapi boleh kawin lagi

dengan akad nikah yang baru dan mahar yang baru pula. Sedangkan bila thalaqnya dijatuhkan lebih dari dua

thalaq atau thalaq ketiga, maka tidak boleh kawin lagi kecuali bekas isterinya telah kawin secara sah dengan

suami lain dan telah dicampuri oleh suaminya itu, dan telah bercerai pula, serta habis pula masa iddahnya.

3. Apabila suami atau isteri meninggal dunia dalam jangka waktu iddah pada thalaq raj’i, maka baik suami

maupun isteri berhak mendapatkan warisan dari harta peninggalan pewaris, tapi apabila suami atau isteri

meninggal dunia dalam jangka waktu iddah pada thalaq ba’in, maka tidak seorangpun daripada keduanya

mempunyai hak waris dari yang lain.

4. Melunasi hutang yang wajib dibayarnya, baik dalam bentuk mahar maupun nafaqah, yang menurut sebagian

ulama wajib hukumnya. Bila pada waktunya itu dia tidak dapat membayarnya. Begitu pula dengan mahar yang

belum dibayar atau dilunasinya, maka harus dilunasi setelah bercerai.

5. Masalah hadhanah, dalam hal ini Undang-undang No.1 Tahun 1974 telah mengatur masalah ini yang terdapat

dalam pasal 41 :

a) Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan

kepentingan anak. Bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak, maka pengadilan yang member

keputusannya.

b) Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu,

bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan

bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c) Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau

menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.30

d)

6. Adanya ketentuan masa iddah bagi isteri yang telah dicerai baik itu cerai hidup maupun cerai mati. 31

30 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Hadhanah31 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2006),h.301

Page 34: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA TENTANG RIDDAH

A. Pengertian Riddah

Secara etimologi kata ةدر berasal dari kata kerja, اةدر دري در yang artinya adalah

yaitu mengembalikan.1 هعجرأ yaitu mengalihkan dan هفرص

Riddah merupakan masdar dari kata دادترإ yang secara harfiah berarti “kembali”, “dikembalikan”,

“berpaling”, “dipalingkan”.2 Yakni lari dari sesuatu menuju sesuatu yang lain, arti tersebut antara lain terdapat

dalam firman Allah SWT :

(21 : ةدءاملا)

Artinya :”Hai kaumku, masuklah ke tanah Suci (Palestina) yang Telah ditentukan Allah bagimu, dan

janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), Maka kamu menjadi

orang-orang yang merugi. (Q.S. Al-Maidah/5:21)

Kata riddah juga mempunyai arti leksikal :

3 هريغ ىلا ءيشلا نع عوجرلا

“Kembali dari suatu kondisi kepada kondisi lain”.

Pengertian ini mencakup keluar dari iman dan kembali kepada kekafiran.

Sedangkan secara terminologi, riddah dikemukakan oleh beberapa pakar ulama fiqh antara lain sebagai

berikut :

1. Menurut Wahbah az-Zuhaili, yang dimaksud riddah adalah :

1 Ibnu Manzur Al-Ansari, Lisan al-Arab, Vol.II (Mesir: al-Dar al-Mishriyyat li al-Ta’lif wa al-Nasr, t.t.), h. 2182 Soleh A. Mahdi, Hukum Bagi Orang Murtad dan Kafir,, cet.II, (Jakarta: PT. Arista Brahmatysa, 1994), h. 93 Mansyur Yunus Idris Al-Bahuti, Kasyf al-Qanna’a’an-Matn Al-IQna’, jilid VI, (Beirut: Daar al-Fikr, 1982), h. 167-168

Page 35: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

عوجرلا نع نيد مالسإلا ىلا رفكلا ءاوس ةينلااب وأ اداقتعا وأ ءازهتسا هلاق ءاوسو لوقلاب وأ رفكملا لعفلاب4

“kembali dari agama Islam menuju kekafiran, baik hal itu dilakukan dengan sebatas niat dengan perbuatan

yang akibatnya pelaku dianggap telah kafir maupun dengan ucapan baik ucapannya itu sebagai penghinaan,

penentang maupun sebagai keyakinan.”

2. Menurut Abdul Qadir Audah, yang dimaksud riddah adalah :

عوجرلا نع نيد مالسإلا عطقوأ مالسإلا الكو نيريبعتلا 5 دحاو ىنعمب

“Kembali dari agama Islam atau memutuskan diri dari Islam, baik kembali meninggalkan Islam maupun

memutus keduanya bermakna satu.”

3. Menurut Imam An-Nawawi dalam kitab Minhaj at-Talibin, yang dimaksud dengan riddah adalah :

عطق مالسإلا ةينب لوقوا رفك لعفو ءاوس هلاق ءازهتسا الوسر بدكوا لوسرل وا عناصلا ىفن نمف اداقتعا وا دانعواعمجم بوجو ىفن وا هسكع و ىنزلااك عمجلاب امرحم للح واهيلع وا هسكع وأ مزع ىلع رفكلا ادغ وا ددرت هيف رفك هل ادوحجوا نيدلا احيرص ءازهتسا هدمعتام رفكملا لعفلاو6 سمش وا منصل دوجسو ةرود اقب فحصم ءاقلااك

“memutus keislaman yang disertai dengan niat atau ucapan dan perbuatan kufur, baik ucapan atau perbuatanitu dimaksudkan untuk menghina, menentang atau memang secara yakin. Orang yang tidak mengakui Allahsebagai pencipta, tidak mengakui para utusan Allah, mendustakan salah seorang utusan Allah, menghalalkansesuatu yang secra ijma’ telah dinyatakan haram seperti berzina atau sebaliknya (mengakui sesuatu yangsecara ijma’ tidak dianggap wajib) sebagai suatu kewajiban, seseorang berniat akan melakukan kekufuranbesok, atau seseorang maju mundur (ragu) dalam kekufurannya, maka semua itu bias menjadikannya kafir,perbuatan yang bisa berakibat pelakunya dianggap kafir adalah apa yang diniatkan dalam rangka menghinaagama secara terang-terangan atau secara tegas menolak agama tersebut, seperti melemparkan mushafAl-Qur’an ketempat yang kotor (menjijikkan) dan seperti sujud kepada berhala atau matahari."

4 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa-Adillatuh, cet.4, (Beirut : Daar El Fikr Al-Ma’asir, 1997), h.55765 Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-jina’I al-Islami Muqaranan bi al-qanun al-wad’, cet. XI, Jilid II, (Beirut: Muassah ar-Risalah, 1992), h.7066 Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahali, kannz ar-Raghibin Syarh Minhaj at-Thalibin, cet. 1, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2001), h.535.

Page 36: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

4. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud riddah adalah :

عوجر ملسملا لقاعلا غلابلا نع مالسإلا ىلإ رفكلا 7 ثانألاو روكذلا كلاذ ىف ءاوس دحأ نم هاركإ نود هرايتخام

“Riddah adalah kembalinya orang yang telah beragama Islam yang berakal dan dewasa kepada kekafiran

karena kehendaknya sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, baik yang kembali itu dilakukan oleh laki-laki

maupun perempuan.”

5. Menurut Ash-Shawi dari mazhab Maliki, yang dimaksud riddah adalah “kafirnya seorang muslim dengan

perkataan yang terang-terangan, atau perkataan yang menuntut kekafirannya, atau perbuatan yang

mengandung kekafiran.”

6. Menurut Al-Kasani dari mazhab Hanafi, yang dimaksud riddah adalah “keluarnya perkataan kafir dari lisan

yang sebelumnya beriman, sebab riddah adalah rujuk (berpaling) dari keimanan”.

7. Menurut As-Sarbini dari mazhab syafi’i, yang dimaksud riddah adalah “putus dari Islam dengan niat atau

perbuatan, baik mengatakan tentangnya dalam rangka menghina, membangkang ataupun meyakini.

8. Menurut Al-Bahuti dari mazhab Hanbali, yang dimaksud riddah adalah “orang yang kafir setelah

keislamannya, baik melalui perkataan, keyakinan, keraguan maupun perbuatan”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa murtad adalah berbalik kebelakang, berbalik

kafir, membuang iman, berganti menjadi ingkar.8

Tidak jauh berbeda dengan rumusan diatas, didalam Ensiklopedia Hukum Islam dinyatakan bahwa murtad adalah

keluar dari agama Islam dalam bentuk niat, perkataan dan perbuatan yang menyebabkan seseorang menjadi kafir

atau tidak beragama sama sekali.9

Ringkasnya, Riddah adalah berpaling dari Islam, baik dengan keyakinan, perkataan ataupun perbuatan.

Artinya, definisi ini sesuai dengan definisi iman, yaitu keyakinan dengan hati, perkataan dengan lisan dan

perbuatan dengan anggota badan. Orang yang melakukan perbuatan riddah disebut murtad. Ad Dimyati.

Jadi secara garis besar perbedaan antara murtad dan riddah adalah, kalau murtad adalah pelakunya (

dalam bahasa arab istilahnya yaitu لعاف ) yang melakukan peralihan agama, sedangkan riddah adalah nama

7 As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, cet.IV, Jilid.II, (Beirut: Dar el-Fikr, 1983), h. 381.8 Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h.6759 Tim penyusun, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), jilid 3, h.304

Page 37: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

sifat dari pelaku yang melakukan pindah agama.

B. Dasar Hukum Riddah

1. Firman Allah SWT :

(217 : ةرقبلا)

Artinya : ”Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalambulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah,(menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya)di sisi Allah. dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidakhenti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepadakekafiran), seandainya mereka sanggup. barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, laludia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, danmereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Q.S.Al-Baqarah : 217)

2. Firman Allah SWT :

((109 : ةرقبلا

Artinya : “Sebahagian besar ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepadakekafiran setelah kamu beriman, Karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri,setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampaiAllah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.(Q.S. Al-Baqarah : 109)

Page 38: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

C. Macam-macam Riddah

Sesungguhnya Riddah yang secara lantang diteriakkan para Zindiq zaman ini, seperti Salman Rusydi,

Nisrina (Murtaddah Bangladesh), Nashr Abu Zaid (Murtad Mesir) dan orang-orang semisal mereka, jauh lebih keji

dari Riddah yang telah dilakukan para pendahulu mereka seperti al-Hallaj dan al-Haitsi. Riddah yang dilakukan

para Zindiq, dulu dan sekarang, bukan hanya sekedar Riddah saja, tetapi juga telah menggabungkannya dengan

sikap memerangi Allah subhanahu wata'aala dan Rasul-Nya, berlebihan dalam memusuhi dan mencela agama

Allah subhanahu wata'aala. Riddah ada 3 macam yaitu:

1. Riddah dengan ucapan

a. Seperti mencaci Allah SWT atau Rasulullah SAW atau malaikat-malaikat-Nya atau salah seorang dari

rasul-Nya

b. Menyatakan bahwa Allah SWT adalah makhluk dan Allah tidak mempunyai kekuasaan terhadap alam

jagat ini

c. Menyatakan bahwa syariat yang diturunkan Allah SWT adalah bukan untuk mengatur hubungan antara

manusia, masyarakat dan Negara

d. Mengaku mengetahui ilmu ghaib atau mengaku nabi atau membenarkan orang yang mengaku sebagai nabi

e. Menyatakan hukum Islam tidak wajib dilaksanakan pada waktu sekarang, karena tidak sesuai digunakan

pada kehidupan masyarakat hari ini

f. Berdo’a kepada selain Allah atau memohon pertolongan kepada-Nya

2. Riddah dengan perbuatan

a. Seperti sujud kepada patung, pohon, batu, kuburan dan memberikan sembelihan untuknya

b. Membuang mushaf Al-Qur’an ditempat-tempat yang kotor

c. Melakukan sihir, mempelajari dan mengajarkannya

d. Memutuskan hukum dengan selain apa yang diturunkan Allah dan meyakini kebolehannya

3. Riddah dengan I’tiqad (kepercayaan)

Seperti kepercayaan adanya sekutu bagi Allah atau kepercayaan bahwa zina, khamr dan riba adalah

halal atau hal semisalnya yang telah disepakati kehalalan, keharaman atau wajibnya secara ijma’ (konsensus)

yang pasti, yang tidak seorangpun tidak mengetahuinya. Macam-macamnya seperti:

Page 39: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

1) Tidak mengakui bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang wajib disembah

2) Tidak mengakui bahwa nabi Muhammad itu adalah utusan Allah SWT

3) Tidak mengakui Al-Qur’an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat

Jibril

4) Tidak mengakui adanya malaikat-malaikat dan segala urusan yang diserahkan oleh Allah SWT kepada para

Malaikat tersebut

5) Tidak mempercayai qadha dan qadar, yaitu ketentuan baik dan buruk itu semuanya datang dari Allah SWT

D. Sebab-sebab Terjadinya Riddah

Secara umum dapat dicatat dalam kajian ini bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya

murtad itu dapat dilihat dari berbagai aspek. Kemunculan itu dapat diakibatkan dari dalam diri masing-masing

manusia, ada juga yang muncul dari luar diri individu. Semua bentuk yang menjadi faktor penyebab munculnya

murtad diterangkan dalam uraian sebagai berikut :

1. Kepicikan dan Kebodohan

Manusia mengingkari Tuhan dapat disebabkan karena ia tidak mengetahui adanya Tuhan.

Ketidaktahuan itu bisa terjadi karena ketidaksengajaan atau ketidaksadaran dan bisa pula sebaliknya.

Ketidaksengajaan atau ketidaksadaran ini merupakan faktor yang memungkinkan seseorang tidak mengenal

Tuhan. Misalnya, karena hidup dalam masyarakat terpencil dan masih sangat bersahaja sehingga dakwah tidak

menyentuh mereka. Al-Tabatabai mengatakan bahwa orang yang tidak kesampaian dakwah termasuk dalam

katagori orang-orang yang mendapat kemuliaan Tuhan. Merka dianggap al-Mustadh’afun (orang-orang yang

lemah). Nasibnya diserahkan kepada Allah SWT.10

Sedangkan menurut Mu’tazilah bahwa setiap manusia yang sudah baligh dan berakal wajib mengenal

Tuhan dan mengimani Tuhan. Bagi Mu’tazilah, akal secara mandiri mampu mengenal Tuhan, mampu

mengetahui kewajiban mengenal Tuhan, mampu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, dan

kewajiban mengerjakan yang baik meninggalkan yang buruk. Oleh karena itu apabila sesorang tidak mengenal

10 Muhammad husein al-Tabatabai, Al-Mizan fi al-Tafsir al-Qur’an, (Taheran: Muassasat dar al-kutub al-islamiyyat, 1936), Juz XX, h.212.

Page 40: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

Tuhan dan sebagainya, maka orang tersebut akan disiksa oleh Tuhan.11

2. Kesombongan dan Keangkuhan

Kesombongan dan keangkuhan adalah suatu sifat yang membuat seseorang bersikap esklusif karena

merasa bangga dengan dirinya dan memandang dirinya lebih hebat dari yang lain. Bahwa keangkuhan dan

kesombongan menjadi salah satu penyebab kemurtadan, karena dengan sifat ini manusia menjadi egois,

berpandangan sempit, sehingga sukar menerima dan mengakui realitas diluar dirinya. Rasyid Ridha

mengatakan bahwa kesombongan dan keangkuhan akan menhalangi seseorang untuk berpikir secara jernih

guna memperoleh kebenaran dan hidayah.12

Sikap kesombongan dan keangkuhan dapat mengalahkan naluri keimanan yang ada dalam hati

seseorang. Sehingga dengan sikap itu dapat menjadi apriori terhadap kebenaran-kebenaran yang ditawarkan.

Sebagaimana firman Allah SWT :

(7 : حون)

Artinya: “Dan Sesungguhnya setiap kali Aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampunimereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya(kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. (Q.S.Nuh :7)

Berkaitan dengan kesombongan dan keangkuhan sebagai faktor penyebab munculnya murtad itu dapat

dilihat dari kasus yang terjadi dengan Iblis ketika Allah SWT memerintahkannya untuk sujud kepada Nabi

Adam. Semua malaikat mematuhi perintah itu akan tetapi Iblis dengan keangkuhan dan kesombongannya tidak

mau mematuhi perintah itu bahkan mengatakan ia tidak pantas sujud kepada Adam karena menganggap Adam

lebih rendah darinya, dia lebih baik dan hebat daripada Adam. Sehingga kemudian ia pun dilaknat oleh Allah

SWT.

3. Keputusasaan dalam hidup

11 Abu al-Fath Muhammad Abdul Karim ibn Abi Bakar Ahmad al-Sahrasani, Al-Milal waal Nihal, (Beirut: daar al-Fikr, t.t.), h.5212 Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Mannar, (Kairo: Dar al-Mannar, 1973), juz X, h.96

Page 41: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

Sudah menjadi watak manusia yang sangat menonjol yaitu selalu ingin bersenang-senang didunia

semata. Apabila ia memperoleh kenikmatan hidup berupa rezeki yang melimpah atau sukses dalam cita-cita, ia

dapat larut dalam kegembiraan dan suka ria, akan tetapi sebaliknya, jika kesenangan itu dicabut darinya atau

gagal dalam meraih cita-citanya, maka secepat itu pula ia putus asa. Watak manusia semacam ini sebagaimana

terdapat dalam firman Allah SWT :

(49 : تالصفلا)

Artinya : “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi

putus asa lagi putus harapan”. (Q.S.Fussilat : 49)

4. Kesuksesan dan Kesenangan Dunia

Kesuksesan dan kesenangan dunia yang telah diraih seseorang dalam hidupnya bagaikanpisau bermata

dua. Dari satu sisi, kesuksesan itu dapat menjadi sarana baginya untuk mensyukuri nikmat Allah dan lebih

mendekatkan diri kepada-Nya.akan tetapi sebaliknya dari sisi lain kesuksesan dan kesenangan itu dapat pula

membuat manusia itu menjadi lupa daratan sehingga ia lalai dari mengingat tuhan. Kelalaian mensyukuri

nikmat Allah SWT yang diperoleh dalam hidup ini justru salah satu jenis kufr yang terdapat dalam firman

Allah SWT :

(36 : مورلا )

Artinya : ”Dan apabila kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira denganrahmat itu. dan apabila mereka ditimpa suatu musibah (bahaya) disebabkan kesalahan yang Telahdikerjakan oleh tangan mereka sendiri, tiba-tiba mereka itu berputus asa. (Q.S. Ar-Ruum : 36)

Dalam ayat diatas, al-farh diperlawankan dengan al-qunut. jika manusia diberi rahmat, mereka larut

dalam suka ria. Sebaliknya jika musibah datang menimpa, merekapun berputus asa. Dengan demikian baik

al-farh maupun al-qunut keduanya sama negatifnya karena keduanya dapat menjadikan manusia lupa diri dan

melupakan tuhan sebagai sumber segala nikmat.13

13 Harifuddin Cawidu, Konsep Kurf dalam Al-Qur’an : suatu kajian teologis dengan pendekatan tafsir tematik, (Jakarta: Bulan Bintang , 1997), h.99

Page 42: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

5. Lingkungan Manusia

Tidak dapat disangkal bahwa factor lingkungan sangat besar, bahkan dominan pengaruhnya dalam

menentukan corak aqidah seseorang. Dalam hal ini Al-Qur’an menginformasikan bahwa alas an orang-orang

kafir menolak seruan beriman dari para rasul. Antara lain adalah karena mereka tetap teguh pendirian pada

tradisi dan kepercayaan nenek moyang mereka. Firman Allah SWT :

(170 : ةرقبلا ) Artinya : “Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah," mereka

menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan)nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itutidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?".(Q.S. Al-Baqarah : 170)

Menurut Runes, seorang yang dilahirkan dari rahim ibu yang mukmin kemudian tumbuh dalam

keluarga mukmin pula, justru merupakan hidayah tersendiri yang berada diluar ikhtiar atau usaha manusia.14

E. Status Hukum Apabila Salah Satu Pasangan Riddah

Menurut pandangan para ahli hukum fiqh Islam, bahwa apabila dalam suatu perkawinan, salah satu

pihak dari suami atau isteri berpindah agama/murtad, yaitu keluar dari agama Islam kepada agama selain agama

Islam, maka perkawinannya menjadi fasakh (batal) dan keduanya harus segera dipisahkan. Perpindahan

agama/murtadnya salah satu pihak dari suami isteri merupakan kejadian yang dapat mengakibatkan batal/putusnya

ikatan perkawinan demi hukum yaitu hukum Islam. Karena suatu perkawinan dapat menjadi fasakh karena

disebabkan oleh dua hal :

1) Apabila salah seorang dari suami isteri murtad dari Islam dan tidak mau kembali sama sekali, maka akadnya

fasakh/batal, disebabkan kemurtadan yang terjadi belakangan ini.

2) Apabila suami yang tadinya kafir masuk Islam, tetapi isteri tetap dalam kekafirannya, maka akadnya fasakh.15

14 Degobert D.Runes, (ed), Dictionary of Philosophy, (New Jersey: Littlefield, Adam & Co, 1997), h.7915 Sayid Sabiq, Fiqhu as-Sunnah, h.133

Page 43: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

3)

Pengadilan pada dasarnya bersifat pasif terhadap status perkawinan yang dijalankan oleh pasangan

suami isteri terkecuali karna suatu alasan yang sah salah satu pasangan suami isteri itu mengajukan gugatan atau

permohonan kepengadilan, barulah pengadilan bersifat aktif untuk menentukan status perkawinan mereka. Apabila

beralasan maka tuntutannya dikabulkan, kalau tidak beralasan ditolak. Lalu timbul pertanyaan, bagaimana kalau

isteri yg suaminya murtad lalu mengajukan gugatan kepengadilan? Kalau kemurtadannya terbukti maka

dikabulkan gugatannya, sedangkan kalau tidak terbukti maka ditolak. Dengan catatan sudah barang tentu cerai

gugatannya diajukan kepengadilan tersebut karna kemurtadannya mengakibatkan ketidaknyamanan atau ketidak

rukunan suami isteri, sebab kalau dia dalam keadaan rukun atau nyaman dalam menjalani perkawinannya yang

berbeda agama tersebut sudah barang tentu tidak akan mengajukan gugatan cerai kepengadilan, Lihat pasal 116 hrf

h.16

Akan tetapi Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan tidak mengatur

bentuk-bentuk dan tata cara perceraian yang dikarenakan perpindahan agama dalam suatu perkawinan. Dalam

Undang-undang perkawinan pasal 38 hanya menggolongkan secara umum mengenai putusnya perkawinan kepada

3 golongan yaitu karena kematian, karena perceraian, dan karena putusan pengadilan.

Dan dalam pasal 39 ayat 1 dan 2 Undang-undang Perkawinan No.1 tahun 1974 yang berbunyi :

1) Perceraian hanya dapat dilakukan didepan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha

dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak

2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup

rukun sebagai suami isteri.

Adapun perceraian dapat terjadi karena alasan-alasan sebagai berikut :

a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar

disembuhkan

b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa

alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya

c) Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan

16 Bahruddin, Wawancara Pribadi tentang Riddah, Hakim Pengadilan Agama Bogor

Page 44: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

56

berlangsung

d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain

e) Salah satu pihak cacat badan atau penyakit yang berakibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai

suami isteri

f) Antara suami dan isteri terus menerus menjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan

rukun lagi dalam rumah tangga.

Berdasarkan pasal 38 dan 39 Undang-undang No. 1 tahun 1974, suatu perkawinan baru dapat putus,

apabila pengadilan telah memutuskan melalui sidang pengadilan dengan disertai alasan-alasan yang diatur dalam

pasal 19 PP No. 9 tahun 1975. Kecuali putusnya perkawinan karena kematian, karena tanpa diputuskan oleh

pengadilan, perkawinan itu telah putus dengan sendiri akibat adanya kematian tersebut. Jadi apabila salah seorang

dari suami isteri keluar dari agama Islam (murtad), dan kemurtadan itu belum atau tidak diajukan kepengadilan,

dan pengadilan belum memutuskannya, maka perkawinan mereka masih dianggap sah dan berlaku. Berbeda

halnya menurut hukum, maka perkawinan mereka tetap dianggap tidak sah.

Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa apabila dalam rumah tangga mereka tidak ada pertengkaran

ataupun perselisihan yang disebabkan karena peralihan agama yang terjadi oleh salah satu pihak, maka perkawinan

mereka tetap fasakh dan harus segera diputuskan.

Page 45: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA

A. Putusan Pengadilan Agama Bogor Perkara Nomor : 49/Pdt.G/2010/PA.BGR

1. Duduk Perkara

Telah berlangsung pernikahan antara Penggugat dan Tergugat pada tanggal 29 Juli 1971, di Kantor

Urusan Agama (KUA), kecamatan Bogor kaler Kota Bogor. Sejak menikah sampai dengan desember 1986

kehidupan rumah tangga penggugat dan tergugat masih rukun sebagaimana layaknya sebuah keluarga yang

bahagia, meskipun pernah timbul perselisihan namun masih bisa diatasi. Pada waktu hidup rukun penggugat

dan tergugat berkediaman di Bogor.

Dari pernikahan tersebut telah dikaruniai 3 (tiga) orang anak. Seiring perjalanan waktunya rumah

tangga antara penggugat dan tergugat, pada tahun 1987 Tergugat kembali memeluk agama semula yakni

agama Hindu dan secara terang-terangan melakukan sembahyang secara rutin dengan cara Hindu, suasana

rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai kurang harmonis karena sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran.

Selama perselisihan dan pertengkaran berlangsung terus menerus, Penggugat telah berupaya mengatasi

masalah tersebut dengan jalan musyawarah, namun upaya tersebut tidak menemukan titik terang. Tergugat

juga pernah melakukan jalan musyawarah tapi tidak berhasil menemukan jalan keluar. Penggugat merasa

rumah tangganya sudah tidak dapat dipertahankan lagi dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

berumah tangga.

2. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim

Adapun pertimbangan hukumnya, bahwa maksud dan tujuan perkawinan tidak terwujud, Majelis

Hakim melalui mediator, telah mengadakan mediasi terhadap Penggugat, tetapi tidak berhasil karena

Penggugat tetap pada pendiriannya mohon untuk diceraikan dari Tergugat.

Pisahnya tempat tinggal antara Penggugat dan Tergugat merupakan indikasi bahwa antara Penggugat

dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus dan tidak ada harapan lagi untuk

hidup kembali rukun dalam rumah tangganya.

Page 46: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

Berdasarkan fakta tersebut, maka terciptanya keluarga sakinah mawaddah warahmah antara Penggugat

dan Tergugat sudah tidak dapat terwujud, hal ini membuktikan bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat

betul-betul telah pecah.

Untuk mempertahankan ikatan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat dalam suasana seperti

yang ada sekarang lebih banyak mendatangkan madharat, Majelis Hakim melalui mediator tidak berhasil

merukunkan Penggugat dan Tergugat, oleh karena itu Hakim dapat menjatuhkan fasakh terhadap

pernikahannya.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka gugatan Penggugat terbukti cukup

beralasan, karena telah memenuhi pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo pasal 19 huruf (f)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu

terdapat alasan bagi Penggugat untuk diputuskan perkawinannya dengan Tergugat.

3. Penetapan Putusan Perkara

Majelis Hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan Penggugat dengan menetapkan fasakh

pernikahannya antara Penggugat dan Tergugat. Dimana putusan tersebut sudah sesuai dengan khazanah fiqh

dan Undang-undang. Dan putusan ini dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Bogor pada hari

Kamis tanggal 04 Februari 2010 M, bertepatan dengan tanggal 21 Shafar 1431 H.

B. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Perkara Nomor : 378/Pdt.G/2009/PA.JP

1. Duduk Perkara

Telah berlangsung pernikahan antara Penggugat dan Tergugat pada tanggal 05 Juni 1999, di Kantor

Urusan Agama (KUA), Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Sejak menikah kehidupan rumah tangga

penggugat dan tergugat masih rukun sebagaimana layaknya sebuah keluarga yang bahagia, meskipun pernah

timbul perselisihan namun masih bisa diatasi. Pada waktu hidup rukun penggugat dan tergugat berkediaman di

rumah kediaman bersama dirumah orangtua Penggugat.

Dari pernikahan tersebut telah dikaruniai 1 (satu) orang anak. Seiring perjalanan waktunya rumah

tangga antara Penggugat dan Tergugat, pada tahun 2001 Tergugat kembali memeluk agama semula yakni

agama Kristen Katholik dan secara terang-terangan pergi ke gereja dan membaca al-kitab, suasana rumah

Page 47: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

tangga Penggugat dengan Tergugat mulai kurang harmonis karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran.

Selama perselisihan dan pertengkaran berlangsung terus menerus, Penggugat telah berupaya mengatasi

masalah tersebut dengan jalan musyawarah, namun upaya tersebut tidak menemukan titik terang. Tergugat

juga pernah melakukan jalan musyawarah tapi tidak berhasil menemukan jalan keluar. Penggugat merasa

rumah tangganya sudah tidak dapat dipertahankan lagi dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

berumah tangga.

2. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim

Adapun pertimbangan hukumnya, bahwa maksud dan tujuan perkawinan tidak terwujud, Majelis

Hakim melalui mediator, telah mengadakan mediasi terhadap Penggugat, tetapi tidak berhasil karena

Penggugat tetap pada pendiriannya mohon untuk diceraikan dari Tergugat.

Pisahnya tempat tinggal antara Penggugat dan Tergugat yang sekurang-kurangnya telah berjalan selama

4 tahun, merupakan indikasi bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertengkaran

yang terus menerus dan tidak ada harapan lagi untuk hidup kembali rukun dalam rumah tangganya.

Berdasarkan fakta tersebut, maka terciptanya keluarga sakinah mawaddah warahmah antara Penggugat

dan Tergugat sudah tidak dapat terwujud, hal ini membuktikan bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat

betul-betul telah pecah.

Untuk mempertahankan ikatan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat dalam suasana seperti

yang ada sekarang lebih banyak mendatangkan madharat, Majelis Hakim melalui mediator tidak berhasil

merukunkan Penggugat dan Tergugat, oleh karena itu Hakim dapat menjatuhkan thalaq ba’in sughra Tergugat

terhadap Penggugat.

Selama dalam perkawinan telah dikaruniai seorang anak berumur 10 tahun, karena anak tersebut masih

dibawah umur, maka berdasarkan ketentuan pasal 105 KHI huruf (a), Penggugatlah yang berhak memelihara

anak tersebut.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka gugatan Penggugat terbukti cukup

beralasan, karena telah memenuhi pasal 39 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo pasal 19 huruf (f)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu

Page 48: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

terdapat alasan bagi Penggugat untuk diputuskan perkawinannya dengan Tergugat.

3. Penetapan Putusan Perkara

Majelis Hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan Penggugat dengan menetapkan Thalaq Ba’in

Sughra pernikahannya antara Penggugat dan Tergugat. Dimana putusan tersebut kurang sesuai dengan

khazanah fiqh dan Undang-undang. Dan putusan ini dijatuhkan oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Pusat.

C. Analisis Penulis

1. Analisis dengan Pendekatan Fiqh

Menurut jumhur ulama (Imam Hanafi, Imam Syafi’i dan Imam Hambali) yang menyatakan bahwa

riddahnya salah satu pasangan suami isteri menyebabkan putusnya ikatan perkawinan dengan fasakh.

sebagaimana menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya al-Fiqhus Sunnah :

رخألا اب امهنم لك ةقالع تعطقنا ةجوزلاوا جوزلا دترا ذا

ةقرفلا هذهو ،امهنيب ةقرفلل ةبجوم امهنم دحاو يا ةدر نأل

1 اخسف ربتعت

Artinya : “Apabila suami atau isteri murtad, maka putuslah hubungan perkawinan keduanya, karena

riddahnya salah seorang dari suami isteri itu adalah hal yang mewajibkan pisahnya mereka, hal itu

dinamakan fasakh.”

Kemudian dalam penjelasan lainnya yaitu :

قالط ريغب امهنيب ةقرفلا تعقو

Artinya : “Apabila salah satu pasangan suami isteri keluar dari agama Islam (riddah), maka putuslah ikatan

perkawinan mereka karena difasakh bukan dengan thalaq”

Sedangkan Imam Maliki berpendapat bahwa putusnya perkawinan karena murtad termasuk dalam

katagori thalaq, dikarenakan yang menjadi alasan putusnya perkawinan itu datangnya setelah akad nikah yang

1 Sayyid Sabiq, Al-Fiqhus Sunnah, Jilid.II hal. 389

Page 49: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

berlangsung dengan sah. Disamping itu karena murtad tidak menyebabkan perkawinan putus untuk selamanya,

namun bisa utuh lagi dengan kembalinya ia pada agama Islam. 2

Para ulama fiqh juga berbeda pendapat dalam hal waktu, kapan ikatan perkawinan harus diputus sebab

suami atau isteri riddah. Ada tiga pendapat yaitu :

1) Madzhab Hanafiyah, Malikiyah dan salah satu riwayat yang ada dari Ahmad, akad nikah menjadi batal

seketika itu juga, baik sebelum atau sesudah bersetubuh. Pendapat ini diriwayatkan dari Al-Hasan

Al-Basri, Umar bin Abdul Azis. Abu Nur dan Ibnu Al-Mundjir. Adapun dalil yang digunakan dalam

argumen ini adalah bahwa orang yang murtad diqiyaskan kepada orang mati, karena murtad merupakan

sebab buruk yang ada pada dirinya, sedangkan orang mati bukanlah obyek yang bisa untuk dinikahi. Oleh

karena itu tidak boleh menikah dengan orang yang murtad.

2) Syafi’iyah dan Hanabilah dalam riwayat yang masyhur dari mereka, apabila murtadnya sebelum melakukan

hubungan suami isteri, maka pernikahan itu batal seketika, namun apabila murtadnya setelah melakukan

suami isteri, maka pembatalan nikahnya ditangguhkan hingga masa iddahnya habis. Jika suaminya kembali

masuk Islam sebelum masa iddahnya habis, maka ia tetap pada status pernikahannya.

3) Syaihul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim. Apabila dari salah satu pasangan suami-isteri murtad maka

pernikahannya harus dibekukan, apabila masuk lagi ke Islam maka pernikahan sah lagi, baik sesudah

ataupun sebelum masa iddahnya habis.

Dari beberapa penjelasan diatas, maka menurut penulis bahwa putusan Pengadilan Agama di Indonesia

khususnya Pengadilan Agama Bogor dan Pengadilan Agama Jakarta Pusat mengenai masalah riddah termasuk

dalam katagori thalaq, dalam hal ini lebih mengadopsi pendapat Imam Malik. Sehingga sikap Pengadilan

Agama di Indonesia bersifat pasif, maksudnya jika hal tersebut menjadi masalah atau sengketa bagi kedua

pasangan suami isteri dan salah satunya mengajukan gugatan, maka Pengadilan Agama baru boleh memeriksa

dan menyelesaikannya3, namun jika tidak dipermasalahkan maka Pengadilan Agama tidak mempunyai

wewenang untuk memutuskan perkawinan tersebut dengan rusak atau fasakh, sehingga status perkawinan

setelah salah satu murtad masih dianggap sah.

Dalam perkara ini Majelis Hakim sudah berada pada posisi yang benar dengan memutuskan ikatan

2 Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh Islam wa Adillatuh, (Beirut: Dar al-Fikr al-Ma’asir, 1997) Juz. VII, h. 6213 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. IV, hal. 20.

Page 50: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

perkawinan antara Penggugat dan Tergugat yang sudah tidak bisa didamaikan lagi karena perselisihan dan

pertengkaran disebabkan peralihan agama.

Dari keterangan di atas, dapat dipahami bahwa putusan Majelis Hakim Pengadilan Agama Bogor yang

memutus dengan fasakh perkawinan antara suami isteri tersebut dalam mengabulkan gugatan Penggugat di

atas adalah tepat, karena sudah sesuai dengan kajian fiqh. Dan ketika fasakh, seketika itu juga batal demi

hukum. Dengan demikian pasangan suami isteri itu telah resmi bercerai.

Adapun perkara Pengadilan Agama Jakarta Pusat yaitu cerai gugat yang diajukan Penggugat terhadap

Tergugat dikarenakan riddah (kembali ke agamanya semula yaitu Kristen katholik), menyebabkan maksud dan

tujuan dari perkawinan sudah tidak dapat terwujud dan Penggugat tetap pada pendiriannya mohon untuk

diceraikan dari Tergugat.

Dalam perkara cerai gugat ini, pihak Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat telah berupaya

untuk mengambil langkah-langkah positif, seperti upaya perdamaian demi keberlangsungan hubungan suami

isteri itu. Seperti telah disinggung dalam duduk perkara diatas, bahwa pasangan ini mempunyai satu orang

anak mereka yang tentunya semakin memberi warna dalam kehidupan rumah tangga mereka. Anak ini tentu

akan kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, bila kelak orang tuanya bercerai.

Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Pusat mengabulkan gugatan

Penggugat terhadap Tergugat. Dimana Hakim memutus dengan thalaq ba’in sughra. Dikarenakan apabila

jatuhnya thalaq ba’in sughra, maka bisa kembali rujuk dengan catatan sang suami kembali memeluk agama

Islam. Putusan hakim tersebut mengadopsi pendapat Imam Malik yang menjatuhkan thalaq apabila salah satu

pasangan dari suami isteri melakukan riddah.

Dari beberapa pendapat diatas menurut hemat penulis bahwa Pengadilan Agama Jakarta Pusat

berkenaan dengan masalah cerai gugat akibat riddah yang memutus dengan thalaq ba’in sughra kurang tepat,

tidak sesuai dengan jumhur ulama. Dalam hal ini lebih mengadopsi pendapat Imam Malik yang menjatuhkan

thalaq dalam masalah pernikahan yang salah satunya melakukan riddah. Sehingga sikap PA di Indonesia

bersifat pasif yakni jika hal tersebut menjadi masalah atau sengketa bagi kedua pasangan suami isteri dan salah

satunya mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama, maka Pengadilan baru boleh memeriksa dan

Page 51: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

meyelesaikannya.4 Namun jika tidak dipermasalahkan maka Pengadilan tidak berwenang untuk merusak atau

fasakh perkawinan tersebut, sehingga status perkawinan setelah riddah salah satu dari pasangan suami atau

isteri masih dianggap sah.

2. Analisis dengan Pendekatan Ushuliyyah

Ulama Ushul fiqh mengatakan :

ذإ تتبث لوصألا ىف بولقلا تقطن نسلألا

عورفلاب

“Apabila telah ditetapkan ilmu ushul fiqh dalam hati maka akan

Didalam agama Islam apabila salah seorang dari suami atau isteri keluar dari agama Islam atau murtad

(riddah), maka putuslah perkawinan mereka dan suatu perkawinan itu putus ketika hakim Pengadilan Agama

telah memfasakhkan perkawinan tersebut yang artinya telah diputuskannya hubungan perkawinan atas

permintaan salah satu pihak karena faktor-faktor tertentu.

Melihat permasalahan dalam perkara Pengadilan Agama Bogor di atas, ada beberapa hal yang menarik

perhatian untuk penulis pelajari. Perkara tersebut adalah gugatan Penggugat, yaitu isteri yang menggugat cerai

suaminya disebabkan suaminya riddah (kembali ke agamanya semula yaitu agama Hindu).

Dalam perkara cerai gugat ini, pihak Majelis Hakim Pengadilan Agama Bogor telah berupaya untuk

mengambil langkah-langkah positif, seperti upaya perdamaian demi keberlangsungan hubungan suami isteri

itu. Seperti telah disinggung dalam duduk perkara diatas, bahwa pasangan ini mempunyai tiga buah hati

mereka yang tentunya semakin memberi warna dalam kehidupan rumah tangga mereka. Anak-anak ini tentu

akan kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, bila kelak orang tuanya bercerai.

Menurut penulis bila dilihat dari sudut pandang ushul fiqh, yang pertama yaituظفح نيدلا

(memelihara agama), dikarenakan antara penggugat dan tergugat sudah berbeda keyakinan dan secara otomatis

sudah keluar dari jalur memelihara agama. Dan yang kedua yaitu بسنلا ظفح(memelihara keturunan)

dikhawatirkan bila pernikahan ini terus dilanjutkan dapat mempengaruhi keimanan anak-anaknya kelak bila

4 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, cet. IV, h. 20.

Page 52: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

pernikahan ini terus dipertahankan, bukan hal yang mustahil anak-anaknya kelak bisa mengikuti ajakan

ayahnya selaku Tergugat untuk mengikuti agama selain agama Islam.

3. Analisis dengan Pendekatan Perundang-undangan

Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak diatur secara tegas tentang

pindah agama atau riddah dapat digolongkan sebagai alasan perceraian. Tetapi hal ini didasarkan pada pasal 2

ayat (1) yaitu “Perkawinan adalah sah apabila menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya

itu”. Dan juga didasarkan pada pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 yaitu antara

suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi

dalam rumah tangga. Perselisihan tersebut terjadi salah satunya karena faktor perbedaan agama yang

menyebabkan tujuan perkawinan sebagaimana pasal 1 dari Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan tidak dapat tercapai.

Menurut Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa salah satu alasan yang menyebabkan perceraian

adalah riddah sebagaimana terdapat pada pasal 116 huruf (h) Kompilasi Hukum Islam yaitu “peralihan agama

atau murtad yang menimbulkan perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga” ketentuan tersebut

merupakan langkah maju kalau dibandingkan dengan alasan perceraian menurut pasal 19 Peraturan Pemerintah

No. 9 Tahun 1975. Namun pada dasarnya muatan pasal 116 huruf (h) KHI terkesan ambigu, karena adanya isi

pasal yaitu “yang menimbulkan perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga.” Teks tersebut

menunjukkan bahwa riddah, tidak dengan sendirinya menjadi alasan perceraian, kecuali kalau dengan

murtadnya salah satu pihak timbul perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga. Secara implisit dapat

dikatakan bahwa jika tidak timbul perselisihan dan pertengkaran akibat riddahnya salah satu pihak, maka

murtad tidak dapat menjadi alasan perceraian.

Untuk itu penulis berpendapat bahwa mengaitkan riddah dengan perselisihan dan pertengkaran sebagai

alasan perceraian kurang tepat, dikarenakan perselisihan dan pertengkaran merupakan alasan tersendiri

sebagaimana terdapat dalam pasal 116 huruf (f) KHI jo pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun

1975. Tanpa merinci apakah perselisihan dan pertengkaran itu disebabkan perbedaan bakat, watak, karakter,

kepribadian ataupun agama. Yang terpenting perselisihan dan pertengkaran tersebut sedemikian rupa

bentuknya sehingga tidak ada harapan akan dapat hidup rukun dalam rumah tangga. Ini menunjukkan bahwa

Page 53: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

pasal 116 huruf (h) KHI dengan pasal 116 huruf (f) KHI jo pasal 19 huruf (f) PP No. 9 Tahun 1975 saling

berkaitan. Untuk itu penulis telah melakukan wawancara dengan para ahli hukum Islam yang berpendapat

bahwa pada isi dari pasal 116 huruf (h) KHI harus dipertegas sehingga tidak menimbulkan multi tafsir dengan

menghilangkan kata “yang menyebabkan ketidakrukunan dalam rumah tangga”, Sebagaimana terdapat dalam

pasal 103 huruf (h) RUU HMPA.

Dari penjelasan di atas, maka penulis simpulkan bahwa gugatan Penggugat yang dikabulkan oleh

Majelis Hakim Pengadilan Agama Bogor dan Pengadilan Jakarta Pusat adalah tepat walaupun dalam

putusannya berbeda, hal tersebut sudah sesuai dengan konsep riddah yang ada dalam fiqh dan

perundang-undangan di Indonesia. Yang mana mengatur bahwa riddah adalah menjadi salah satu sebab bisa

terjadinya perceraian. Dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan tidak diatur secara

tegas, tetapi hal ini dadasarkan pada Pasal 2 ayat (1) yaitu, perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut

hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Dan juga didasarkan pada Pasal 19 huruf (f)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran. Perselisihan tersebut terjadi salah satunya karena faktor perbedaan agama. Yang hal tersebut

menyebabkan tujuan perkawinan sebagaimana Pasal 1 dari Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan tidak dapat tercapai. Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam didasarkan Pada Pasal 116

huruf (h), Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

Dengan demikian menurut hemat penulis, Undang-undang maupun Kompilasi Hukum Islam telah

sepakat melarang pernikahan beda agama, hal ini sudah menjadi sebuah keharusan karena melihat kondisi

masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim yang tidak pernah ingin terjadi pernikahan rusak disebabkan

riddah.

4. Analisis dengan Pendekatan Perbandingan Hukum

Dalam Hukum Islam Agama merupakan salah satu dari dharuriyat yang lima, harus dipertahankan dan

dibela secara optimal. Untuk pembelaan tersebut dibolehkan melakukan hal-hal yang dilarang dalam keadaan

normal. Cukup beralasan apabila al-Qur'an banyak bicara tentang murtad dengan segala implikasinya.

Dan menurut fiqh riddah atau murtadnya salah satu pihak antara suami isteri menyebabkan putusnya

ikatan perkawinan sebab perkawinannya menjadi terfasakh. Pengadilan Agama berwenang memutus masalah

Page 54: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

perceraian dengan alasan salah satu pihak pindah agama. Hal tersebut didasarkan pada asas personalitas

keislaman yaitu perkara yang dapat tunduk dan ditundukkan pada Pengadilan Agama. Mengenai dasar hukum

Kewenangan Pengadilan Agama dalam menangani masalah perceraian dengan alasan pindah agama dapat

diketahui dari beberapa peraturan, yaitu mulai dari peraturan tertinggi yaitu UUD 1945 pasal 29,

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang

pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

Dalam putusan Pengadilan Agama Bogor dimana Penggugat mengajukan gugatannya terhadap

Tergugat dengan alasan karena Tergugat melakukan riddah (kembali ke agama semula yaitu agama Hindu)

yang menyebabkan perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga. Dan Majelis Hakim menetapkan

mengabulkan gugatan Penggugat dengan dijatuhkan sebagai fasakh. Jika dilihat dari khazanah fiqh bahwa

seseorang yang dalam ikatan perkawinan apabila salah satunya riddah (peralihan agama), maka jatuh fasakh

pernikahannya. Sebagaimana Hal tersebut berdasarkan dalil yang telah dipaparkan diatas. Maka jika dilihat

dari hukum tersebut, menurut penulis putusan Pengadilan Agama Bogor ini yang menetapkan jatuh fasakh

adalah tepat karena sesuai dengan kajian fiqh.

Sedangkan putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang dimana Penggugat mengajukan gugatannya

dengan alasan karena Tergugat melakukan riddah (kembali ke agama semula yaitu agama Kristen katholik)

yang menyebabkan perselisihan dan pertengkaran serta ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Dan Majelis

Hakim menetapkan mengabulkan gugatan Penggugat dengan dijatuhkan sebagai thalaq ba’in sughra. Maka

jika dilihat dari hukum tersebut, menurut penulis putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang menetapkan

jatuh thalaq ba’in sughra adalah kurang sesuai dengan kajian fiqh Islam. Karena menurut jumhur Ulama

apabila salah satu pasangan suami isteri melakukan riddah maka seharusnya jatuhnya adalah fasakh seketika

itu juga (batal demi hukum) bukan thalaq.

Maka berdasarkan Perundang-undangan di Indonesia, penetapan putusan Pengadilan Agama Bogor

yang mengabulkan gugatan Penggugat itu menurut penulis tepat karena jatuhnya fasakh, sedangkan penetapan

putusan Pengadilan Agama Jakarta Pusat yang mengabulkan gugatan Penggugat itu menurut penulis tidak

tepat karena jatuhnya thalaq ba’in sughra.

5. Analisis Dengan Pendekatan Hadhanah

Page 55: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

Perpindahan agama/riddah akan dapat mempengaruhi keabsahan suatu perkawinan, demikian pula anak

yang dilahirkannya akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat, maka dalam pembahasan ini status anak itu

dapat dibedakan menjadi 3 golongan :

1. Menurut para fuqaha, anak yang dilahirkan sewaktu Islam, anak ini adalah anak muslim.

2. Anak yang dikandung sewaktu Islam dan dilahirkan setelah murtad, maka hukumnya adalah sama dengan

anak yang dilahirkan sewaktu Islam, karena dia telah dibuahi sewaktu Islam.

3. Anak yang dikandung dan dilahirkannya setelah murtad, maka anak itu hukumnya adalah kafir, karena dia

dilahirkan diantara kedua orang tuanya yang kafir, dan tidak ada pendapat lain dalam masalah ini.5

Oleh karena itu, apabila salah satu pihak yang beragama Islam tetap mengikuti pihak lain yang telah

murtad dan hidup sebagai suami isteri, maka perkawinan (rumah tangga) mereka sudah tidak sah lagi dan

haram menurut hukum Islam dan hubungan badan mereka adalah perzinahan.

Dan dijelaskan dalam pasal 99 KHI, masalah kedudukan anak yang berbunyi :

a. Anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah

b. Hasil perbuatan suami isteri yang sah diluar rahim dan dilahirkan oleh isteri tersebut.

Berdasarkan bunyi pasal diatas tersebut diatas, maka sah atau tidaknya anak itu sangat ditentukan oleh

keabsahan perkawinan dari kedua ibu bapaknya. Hal ini mengandung arti bahwa apabila seorang anak yang

dilahirkan dari suatu perkawinan yang didalamnya terdapat hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma

yang berlaku, maka menurut Undang-undang, anak tersebut hanya mempunyai nasab dengan ibunya saja.

Perpindahan agama adalah suatu faktor yang dapat mempengaruhi nasab dari seorang anak, apabila

kedua suami isteri itu tetap melakukan hubungan badan layaknya suami isteri setelah adanya peralihan agama

dari salah satu pihak tanpa mengindahkan ketentuan hukum perkawinan yang melarang ikatan perkawinan

mereka.

Hal ini dijelaskan dalam KHI pasal 100 yang berbunyi : “Anak yang lahir di luar perkawinan hanya

mempunyai nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya”.

Sedangkan dalam pasal 99 KHI menegaskan bahwa : “anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dari

perkawinan yang sah pula”. Maka apabila perkawinan (rumah tangga) yang didalamnya telah terjadi peralihan

5 Teungku Muhammad Hasbi, Hukum Antar Golongan, (Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2001, cet. 1), h. 80

Page 56: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

59

agama (murtad) pada salah satu pihak baik suami atau isteri, maka menurut pasal 40 huruf c dan pasal 44 yang

melarang adanya perkawinan antar agama, perkawinan tersebut harus difasakhkan oleh hakim di Pengadilan

Agama.

Oleh karena itu, dari penjelasan-penjelasan di atas dapat disimpulkan karena perkawinan tersebut tidak

sah atau telah difasakhkan menurut ketentuan hukum Islam, maka anak-anak yang dlahirkan dari hasil

perkawinan tersebut adalah haram (tidak sah), sehingga berakibat sebagai berikut :

1. Anak tersebut hanya bernasab kepada ibunya saja

2. Anak hanya mewarisi dari ibunya saja

3. Bila anak itu perempuan, maka bapak tidak berhak menjadi wali dalam perkawinannya

Page 57: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menganalisis putusan Pengadilan Agama Bogor perkara nomor 49/Pdt.G/2010/PA.BGR dan putusan

Pengadilan Agama Jakarta Pusat perkara nomor 378/Pdt.G/2009/PA.JP. baik analisinya dari sudut perspektif fiqh maupun

Undang-undang yang berlaku di Indonesia. Penulis memberi kesimpulan yaitu :

1) Status hukum bagi pasangan suami isteri yang tetap melanjutkan perkawinan setelah salah satu pihak

melakukan riddah menurut perundang-undangan di Indonesia pernikahan tersebut masih dalam katagori sah,

selama pasangan tidak mempermasalahkannya ke Pengadilan Agama. Jadi Pengadilan Agama bersifat pasif

dan tidak serta merta dapat merusak perkawinan. Akan tetapi dalam tinjauan fiqh sesuai dengan pendapat

jumhur ulama yang menyatakan bahwa suatu pernikahan apabila salah satu pasangannya melakukan riddah,

maka pernikahannya fasakh (batal demi hukum) tanpa harus melalui proses persidangan. Adapun dalil yang

digunakan dalam argumen ini adalah orang murtad diqiyaskan kepada orang mati, yaitu orang mati bukan

obyek yang dapat dinikahi.

2) Dalam kajian fiqh yaitu menurut jumhur ulama (Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali) telah sepakat

apabila salah satu pasangan suami isteri melakukan riddah maka akan mengakibatkan perkawinan tersebut

fasakh seketika itu juga, tanpa adanya putusan dari hakim. Sedangkan Imam Malik mengatakan murtadnya

seseorang tidak otomatis pernikahan menjadi fasakh akan tetapi terjadi thalaq dalam artian tidak putus

selamanya, akan tetapi bisa rujuk kembali jika pasangan kembali keagama Islam.

3) Dalam perkara ini Majelis Hakim mendasarkan pertimbangan perkara berdasarkan ketentuan pasal 19 huruf f

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam yaitu perselisihan

dan pertengkaran terus menerus dimana sudah tidak ada harapan lagi untuk bisa hidup bahagia dalam rumah

tangga, kemudian didukung dengan keterangan 2 orang saksi yang menerangkan dalil yang sama dengan

gugatan Penggugat. Dengan demikian Majelis Hakim menilai gugatan telah memenuhi ketentuan pasal 39 ayat

2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974, oleh karena itu gugatan Penggugat dikabulkan.

Page 58: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

80

B. Saran

Berdasarkan informasi dan data yang penulis dapatkan serta analisis penulisan skripsi ini, maka ada

beberapa hal yang ingin disarankan penulis, diantaranya adalah :

1) Kepada seluruh masyarakat, khususnya bagi para Tokoh Agama hendaknya lebih meningkatkan volume

sensitifitas dalam menyikapi kasus murtad (keluar dari agama Islam), jangan sampai perbuatan murtad ini

menjadi budaya yang dilakukan masyarakat. Na’udzubillahimindzalik

2) Untuk para pembaca semampu mungkin hindari dan jauhi kesempatan-kesempatan yang dapat mendorong

terjadinya murtad. Jangan pernah main-main dengan yang namanya agama, sebab apabila kita salah langkah

menyikapinya maka bukan saja didunia kita merugi menjadi seorang kafir melainkan diakhiratpun kita akan

menerima dampaknya yaitu masuk neraka selama-lamanya.

3) Putusan majelis hakim memang sudah sesuai dengan aturan undang-undang yang berlaku, namun alangkah

baiknya para majelis hakim memutuskan perkara tentang murtad supaya menggunakan

pertimbangan-pertimbangan sebagaimana telah ada ketentuan dalam Kompilasi Hukum Islam yang berkaitan

dengan murtad. Jika hal ini dilakukan, maka eksistensi Pengadilan Agama akan semakin terlihat.

4) Menurut penulis Undang-undang No. 1 Tahun 1974 perlu mengatur bentuk-bentuk dan tatacara perceraian

yang dikarenakan perpindahan agama/murtad dalam suatu perkawinan, karena dalam Undang-undang ini

hanya menggolongkan secara umum mengenai putusnya perkawinan kepada 3 golongan, yaitu karena

kematian, karena perceraian, dan karena putusan Pengadilan.

5) Kepada pemerintah supaya segera merancang dan mengatur Undang-undang tentang permasalahan riddah,

Page 59: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

80

permasalahan ini bersifat kompleks. Karena dengan Undang-undang yang ada belum secara tegas dan fokus

mengatur permasalahan riddah yang bisa merusak tatanan pernikahan di Indonesia.

Page 60: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

82

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Depag RI.

Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-undangan No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Jakarta :Akademika Presindo, 1986), cet I.

Abdurrahman Al Jaziri, AlFiqh ‘Ala MazahibAl Arba’ah (Mesir: Dar Al Haisam, t.th).

Abdul Qadir Audah, At-Tasyri’ al-jina’I al-Islami Muqaranan bi al-qanun al-wad’, cet. XI, Jilid II, (Beirut: Muassahar-Risalah, 1992).

Abi Abdullah bin Yazid Al-Qazwainiy, Sunan Ibnu Majah, (Beirut, Lebanon: Daar el-Fikr, 1994).

Abu al-Fath Muhammad Abdul Karim ibn Abi Bakar Ahmad al-Sahrasani, Al-Milal waal Nihal, (Beirut: daar al-Fikr,t.t.).

Abuttawad Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah SAW, Poligami dalam Islam vs Poligami Barat, (Jakarta : CV.Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet 1.

Abu Daud, Sunan Abu Daud (Bab Thalaq), (Dar Ibn Hazm)

Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1997), cet. II.

Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia (Yogyakarta: Krapyak, 1984).

A. Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998).

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan,(Jakarta : Kencana, 2007), cet II.

Al-Zuhaili Wahbah., Al-Fiqh Al-Islam Wa Addillatuhu, Damaskus, Daar al-Fikr, 1989, Jilid VI. cet. Ke-3.

As-Sayyid Sabiq, Fikih as-Sunnah, (Beirut : Daar El Fikr, 1983), juz 8, Jilid II.

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007).

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktik, Sinar Grafika Jakarta, 2008

Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2004).

Degobert D.Runes, (ed), Dictionary of Philosophy, (New Jersey: Littlefield, Adam & Co, 1997).

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Nikah, Ensiklopedia Islam (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet.Ke-2, jilid 4.

Harifuddin Cawidu, Konsep Kurf dalam Al-Qur’an : suatu kajian teologis dengan pendekatan tafsir tematik, (Jakarta:Bulan Bintang , 1997).

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat dan Agama,Bandung : Mandar Maju,1990.

Ibnu Manzur Al-Ansari, Lisan al-Arab, Vol.II (Mesir: al-Dar al-Mishriyyat li al-Ta’lif wa al-Nasr, t.t.).

Page 61: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

82

Imam Al ‘Allamah ibn Manzur, Lisan al ‘Arab (Kairo: Dar Al Hadis, 2003).

Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan, (Malang : Kalimasahada, Press,1994) cet I.

Ipah Farihah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2006), cet I.

Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahali, kannz ar-Raghibin Syarh Minhaj at-Thalibin, cet. 1, (Beirut: Daral-Kutub al-Ilmiyyah, 2001)

Jamil Latif, Aneka Hukum Perceraian Di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985).

Kasmuri Slamet, Pedoman Mengayuh Rumah Tangga (Panduan Perkawinan), (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), Cet. I.

Kompilasi Hukum Islam, Departemen Agama RI 1996

Lilik Rasyidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia, (Bandung: Alumni, 1982).

Mansyur Yunus Idris Al-Bahuti, Kasyf al_Qanna’a’an-Matn Al-IQna’, jilid VI, (Beirut: Daar al-Fikr, 1982).

Muhammad Amin Suma, Pidana Islam di Indonesia Peluang Prospek dan Tantangan, (Jakarta: Pustaka Firdaus,2001).

Muhammad husein al-Tabatabai, Al-Mizan fi al-Tafsir al-Qur’an, (Taheran: Muassasat dar al-kutub al-islamiyyat,1936), Juz XX.

Muhammad Hamidy, Perkawinan dan Permasalahannya, (Surabaya: Bina Ilmu, 1980).

Muhammad Leter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, (Padang: Aksara Raya, 1985).

Muhammad bin Abdullah At-Tawaijiri dan Ahmad Amir bin Jaber, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Darus Sunnah,2007), cet. I.

Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Mannar, (Kairo: Dar al-Mannar, 1973).

Salahuddin Khairi Sadiq, Kamus Istilah Agama, (Jakarta : CV. Sient Taraha, 1983).

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indo Press, 1986.

Soleh A. Mahdi, Hukum Bagi Orang Murtad dan Kafir,, cet.II, (Jakarta: PT. Arista Brahmatysa, 1994).

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT Intermasa, 1995), cet. ke-27.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1996), cet X

Sutiono Usman Adji, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, Yogyakarta : Liberty, 1989.

Tim redaksi KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (PT Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka, 2005).

Tim penyusun, Ensiklopedia Hukum Islam, (Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), jilid 3.

Tim penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997).

Undang-undang Perkawinan Indonesia, Undang-ndang No.1, LN No.1 Tahun 1974, TLN No.3019. Pasal.1

Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa-Adillatuh, cet.4, (Beirut : Daar El Fikr Al-Ma’asir, 1997).

Page 62: PERCERAIAN AKIBAT SUAMI RIDDAHrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Akhirnya penulis hanya bisa berdoa dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

82

DAFTAR LAMPIRAN