Upload
nihesku
View
233
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
laporan
Citation preview
I. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Protein dengan Metode BiuretII. Tanggal Percobaan:III. Tujuan Percobaan : menentukan kadar protein yang ada pada sampel
dengan menggunakan cara BiuretIV. Dasar Teori
Protein adalah komponen utama pada sel makhluk hidup. Protein memiliki
fungsi sebagai pembentuk struktur sel makhluk hidup yang menghasilkan
hormon, enzim, dll. Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila
keperluan energi tubuh tidak dapat terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak.
Protein juga berperan dalam pengaturan proses dalam tubuh ( secara langsung
maupun tidak langsung ). Dengan cara mengatur zat-zat pengatur proses dalam
tubuh, protein dapat mengatur keseimbangan cairan dalam jarngan dan
pembuluh darah, yaitu dengan cara menimbulkan tekanan osmotik koloid.
Tekanan osmotic tersebut dapat menarik cairan jaringan kedalam pembuluh
darah. Selain itu, sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam dan
basa, dapat mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh.
Protein juga dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa polimer dari asam-
asam amino dengan berat molekul yang tinggi (104 sampai dengan 106). Asam
amino yang kita kenal di alam atau yang disebut dengan asam amino essential
berjumlah 20 jenis. Unsur yang menyusun protein terdiri dari unsur-unsur
C,H,O, dan N. Beberapa dari protein mengandung belerang, fosfor, dan
beberapa unsur logam seperti seng, besi, dan tembaga.
Pada umumnya protein memiliki sifat sebagi senyawa amorf, tidak
berwarna, mempunyai titik leleh dan titik didih yang tidak tetap, tak larut
dalam pelarut organik, dan apabila dilarutkan dalam air membentuk suatu
larutan koloid. Protein ini dapat rusak karena pengaruh panas, penambahan
logam, dan pengaruh asam basa.
Protein dapat mengalami perubahan- perubahan yang disebabkan oleh
beberapa hal sebagai berikut:
1. Dapat terdenaturasi yang disebabkan oleh perlakuan pemanasan.
Pada umumnya protein akan terdenaturasi karena adanya kondisi ekstrim.
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 1
2. Dapat terkoagulasi atau membentuk endapan yang disebabkan oleh
adanya perlakuan pengasaman.
3. Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim- enzim
proteolitik.
4. Dapat bereaksi dengan gula reduksi. Reaksi tersebut akan
menimbulkan terbentuknya warna cokelat.
Untuk menguji protein di dalam suatu sampel dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Salah satu contoh
metode pengujian kuantitatif yaitu uji reaksi Biuret. Uji reaksi Biuret ini
digunakan untuk menentukan kadar protein pada suatu sampel. Reaksi biuret
merupakan reaksi warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan
protein. Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna ungu karena
terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+ dan N dari molekul ikatan peptida.
Banyaknya asam amino yang terikat pada ikatan peptida mempengaruhi warna
reaksi ini. Senyawa dengan molekul dipeptida akan memberikan warna biru,
tripeptida ungu, dan tetrapeptida serta peptida komplek akan memberikan
warna merah.
Pada dasarnya suatu peptida adalah asil-asam amino, karena gugus –
COOH dan –NH2 membentuk ikatan peptida. Peptida didapatkan dari hidrolisis
protein yang tidak sempurna. Apabila peptida yang dihasilkan dihidrolisis lebih
lanjut akan dihasilkan asam-asam amino. (Anna Poedjiadi, 1994).
Sifat peptida ditentukan oleh gugus –COOH, –NH2 dan gugus R. Sifat
asam dan basa pada peptida ditentukan oleh gugus –COOH dan –NH2 , namun
pada rantai panjang gugus –COOH dan –NH2 yang terletak diujung rantai
tidak lagi berpengaruh. Suatu peptida juga mempunyai titik isolistrik seperti
pada asam amino. Reaksi biuret merupakan reaksi warna untuk peptida dan
protein. (Anna Poedjiadi, 1994).
Selain dengan uji biuret, pengujian juga dilakukan dengan metode
spektrofotometri. Teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak
biasa disebut spektroskopi UV-Via, dari spektrum absorbsi dapat diketahui
panjang gelombang dengan absorbans maksimum dari suatu unsur atau senyawa.
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 2
Spektrofotometer merupakan alat ukur yang prinsip kerjanya didasarkan
pada interaksi cahaya/ sinar monokromatis dengan materi, yaitu pada saat
sejumlah cahaya/ sinar monokromatis dilewatkan pada sebuah larutan, ada
seebagian sinar yang diserap, dihamburkan, dipantulkan dan sebagian lagi
diteruskan. Namun karena jumlah sinar yang dihamburkan dan dipantulkan sangat
kecil, maka dianggap tidak ada. Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan
melalui larutan berwarna, maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan
diserap (absopsi) secara selektif dan radiasi lainnya akan diteruskan (transmisi).
Absorpsi maksimum dari larutan berwarna terjadi pada daerah warna yang
berlawanan, mislanya larutan warna merah akan menyerap rasiasi maksimum
pada daerah warna hijau. Dengan perkataan lain warna yang diserrap adalah
warna komplementer dari warna yang diamati.
Semua senyawa organik mampu mengabsorbsi/menyerap radiasi sinar,
sebab senyawa organik mengandung elektron valensi yang dapat dieksitasi dari
energi rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Pengabsorbsian sinar ultra violet
dan sinar tampak yang panjang gelombangnya lebih besar, terbatas pada sejumlah
gugus fungsional (chromophore) yang mengandung elektron valensi dengan
energi eksitasi rendah. Untuk protein rentang panjang gelombang yang dapat
digunakan adalah 520nm-580nm, panjang gelombang maksimum yang dapat
digunakan untuk menguji protein dengan spektronik adalah 540nm.
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, absorbansi dari suatu sampel akan
sebanding dengan ketebalan, konsentrasi sampel dan absorbtivitas molar. Bila
ketebalan benda (b) atau konsentrasi materi (c) yang dilewati bertambah, maka
cahaya yang diserap akan lebih banyak. Jadi absorbansi berbanding lurus dengan
ketebalan dan konsentrasi. Selain itu, faktor yang juga berpengaruh terhadapa
besar kecilnya absorbansi adalah absortivitas molar (Ɛ) dari larutan itu sendiri.
Sehingga persamaan di atas dapat dirumuskan sebagai berikut:
A = Ɛ b c
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 3
Hukum Dasar Spektroskopi Adsorbsi
Jika suatu berkas sinar melewati suatu medium homogen, sebagian dari
cahaya datang (Po) diadsorbsi sebanyak (Pa), sebagian dapat diabaikan
dipantulkan (Pr), sedangkan sisanya ditransmisikan (Pt) dengan efek intensitas
murnisebesar :
Po = Pa + Pt + Pr,
Dimana : Po = intensitas radiasi yang masuk,
Pa = intensitas cahaya yang diadsorbsi
Pr = intensitas bagian cahaya yang dipantulkan
Pt = intensitas cahaya yang ditransmisikan.
Dalam hal ini berlaku hubungan Hukum Beer-Lambert :
T =
PtPo
=10−abc
b = jarak tempuh optik, c = konsentrasi
log (T) = log ( Pt
Po )=−abc
a = tetapan absortivitas, T = transmitansi
log ( 1
T )= log( PoPt )=abc=A
A = adsorbansi
- log (T) i.e. A = abc
( 1T )=T−1
opasitas (tidak tembus cahaya)
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 4
A = abc
A = absorpsivitas (yakni tetap)
Hukum di atas dapat ditinjau sebagai berikut :
1. Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium
pengadsorbsi pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecilnya
akan menurunkan intensitas berkas.
2. Jika suatu cahaya monokromatis mengenai suatu medium yang transparan,
laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium sebanding dengan
intensitas cahaya.
3. Intensitas berkas sinar monokromatis berkurang secara eksponensial bila
Konsentarsi zat pengadsorbsi bertambah.
Hal di atas, adalah persamaan yang mendasar untuk spektroskopi adsorbsi,
dikenal dengan hukum Beer’s Lambert atau Hukum Beer Bougar.
Karena : A = abc, Aα c bila ab konstan
A α b bila ac konstan
Aα bc bila a konstan.
Sampel yang digunakan sebagai sumber protein
Ikan Lele termasuk dalam jenis ikan air tawar dengan ciri – ciri tubuh
yang memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak memiliki sisik, mulut besar,
warna kelabu sampai hitam. Di sekitar mulut terdapat bagian nasal, maksila,
mandibula luar dan mandibula dalam, masing-masing terdapat sepasang kumis.
Hanya kumis bagian mandibula yang dapat digerakkan untuk meraba
makanannya. Kulit lele dumbo berlendir tidak bersisik, berwarna hitam pada
bagian punggung (dorsal) dan bagian samping (lateral). Sirip punggung, sirip
ekor, dan sirip dubur merupakan sirip tunggal, sedangkan sirip perut dan sirip
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 5
dada merupakan sirip ganda. Pada sirip dada terdapat duri yang keras dan
runcing yang disebut patil. Patil lele dumbo tidak beracun (Suyanto 2007).
Klasifikasi ikan lele
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Ikan lele memiliki kandungan protein yang cukup banyak yaitu sekitar
17,77% jika dibadingkan dengan kandugan gizi lainnya. Berikut merupakan
kandungan protein pada ikan lele :
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 6
V. Alat dan BahanAlat :- Tabung reaksi 10buah- Mortar dan alu 1set- Gelas ukur 10mL 1buah- Kertas saring secukupnya- Corong 1buah- Labu ukur 1buah- Pipet tetes secukupnya- Spektronik 20 1set
Bahan :
- Sampel protein- Larutan standar protein- Reagen biuret- Aquades- Etil eter
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 7
VI. Alur Kerja1. Persiapan sampel
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 8
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5
- Ditambah larutan protein- Ditambah air sampai volume total 1mL- Disentrifuge pada 300 rpm selama 10
menit
Endapan
- Didekantasi
Endapan Supernatant
+ 2mL etil eter dan disentrifuge
Endapan
- Dibiarkan pada suhu kamar - Ditambah 6mL pereaksi biuret
Endapan
Tabung 5
+ 1mL larutan larutan protein standar 5 mg+ 4mL reagen biuret-dikocok-diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit
Warna ungu stabil
-diukur absorbansi pada penjang gel. 540nm dengan alat spektronik 20
absorbansi
Tabung 4
+ 1mL larutan protein standar 4mg+ 4mL reagen Biuret-dikocok-diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit
Warna ungu stabil
-diukur absorbansi pada penjang gel. 540nm dengan alat spektronik 20
absorbansi
Tabung 3
+ 1mL larutan protein standar 3mg+ 4mL reagen Biuret-dikocok-diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit
Warna ungu stabil
-diukur absorbansi pada penjang gel. 540nm dengan alat spektronik 20
absorbansi
Tabung 2
+1mL larutan protein standar 2mg+4mLreagen biuret-dikocok-diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit
Warna ungu stabil
-diukur absorbansi pada penjang gel. 540nm dengan alat spektronik 20
absorbansi
Tabung 1
+ 1mL larutan protein standar 1mg+4mL reagen Biuret-dikocok-diinkubasi pada suhu 370C selama 10 menit
Warna ungu stabil
-diukur absorbansi pada penjang gel. 540nm dengan alat spektronik 20
absorbansi
2. Pembuatan Larutan Standar
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 9
1mL aquades
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi+4mL reagen BiuretDikocokDiinkubasi pada suhu 370 selama 10 menitDiukur absorbansi pada panjang gelombang 540nm dengan alat spektronik 20
Absorbansi
1mL sampel
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi +4mL reagen Biuret DikocokDiinkubasi pada suhu 370C selama 10 menitDiukur absorbansi pada panjang gelombang 540nm dengan alat spektronik 20
Absorbansi
3. Penetapan absorbansi larutan blanko
4. Penetapan Absorbansi larutan sampel
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 10
Padatan sampelPadatan sampel
Dimaukkan ke dalam waring blenderDitambahkan airDisaring Dimaukkan ke dalam waring blenderDitambahkan airDisaring
FiltratFiltrat ResiduResidu
Soluble proteinSoluble protein
DisentrifugeDidekantasi DisentrifugeDidekantasi
VII. Hasil Pengamatan
No. Prosedur Percobaan Hasil pengamatan Dugaan/reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
1. Persiapan sampel -sampel=padatan putih pucat-air= jernih tak berwarna
-filtrat=larutan putih keruh-residu=padatan putih pucat-soluble protein=larutan putih keruh
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 11
2. Pembuatan larutan standart -protein standar= jernih tak berwarna-reagen biuret= larutan berwarna biru (++)
-larutan standar+ biuret=lrutan berwarna biru (+)-absorbansi=
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 12
-larutan protein standar= jernih tak berwarna-reagen biuret= larutan berwarna biru (++)
-larutan protein standar+ larutan biuret = larutan berwarna biru (++)-absorbansi=
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 13
-larutan protein standar= jernih tak berwarna-reagen biuret= larutan berwarna biru (++)
-larutan protein standar+ larutan biuret = larutan berwarna biru (++)-absorbansi=
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 14
-larutan protein standar= jernih tak berwarna-reagen biuret= larutan berwarna biru (++)
-larutan protein standar+ larutan biuret = larutan berwarna biru (++)-absorbansi=
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 15
-larutan protein standar= jernih tak berwarna-reagen biuret= larutan berwarna biru (++)
-larutan protein standar+ larutan biuret = larutan berwarna biru (++)-absorbansi=
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 16
3. Penetapan absorbansi larutan blanko -aquades= jernih tak berwarna-reagen biuret= larutan berwarna biru(++)
-aquades+ larutan biuret= larutan berwarna biru(+)-absorbansi=
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 17
4. Penetapan absorbansi larutan sampel -sampel=keruh larutan putih-reagen biuret= larutan berwarna biru(++)
-sampel+ larutan biuret= larutan berwarna biru(+)-absorbansi=
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 18
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 19
VIII. Analisis Data
Penentuan Kadar Protein Dengan Menggunakan Metode Biuret 20