Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

  • Upload
    freya4u

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    1/73

    1

    BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

    PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

    NOMOR 9 TAHUN 2011

    TENTANG

    POKOKPOKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS,

    Menimbang : a bahwa untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yangbaik, diperlukan pengaturan keuangan daerah yang tertib,efektif, efisien, akuntabel, transparan dengan memperhatikanasas keadilan dan kepatutan, serta sesuai dengan PeraturanPerundang-undangan yang berlaku;

    b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 151 PeraturanPemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang PengelolaanKeuangan Daerah;

    c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan PeraturanDaerah tentang Pokok-Pokok Pengelolaan KeuanganDaerah;

    Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945;

    2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentangPenyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dariKorupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3851);

    3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4286);

    4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentangPerbendaharaan Negara (Lembaran Negara RepublikIndonesia tahun 2004 Nomor 5, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4355);

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    2/73

    2

    5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentangPemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab KeuanganNegara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4400);

    6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran NegaraRepublik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

    7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-UndangNomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atasUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4844);

    8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentangPerimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat danDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4438);

    9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2008 tentangPembentukan Kabupaten Kepulauan Anambas di ProvinsiKepulauan Riau (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 106, Tambahan Lembaran RepublikIndonesia Nomor 4879);

    10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang PajakDaerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan LembaranRepublik Indonesia Nomor 5049);

    11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang-undangan (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor5234);

    12. Peraturan Pemerintah 20 Tahun 2001 tentang Pembinaandan Pengawasan atas Penyelenggaraan PemerintahDaerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Nomor 4090);

    13. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 72,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 4502);

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    3/73

    3

    14. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentangStandar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor4503);

    15. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentangPerubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun2004 tentang Kedudukan Protokoler dan KeuanganPimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 4540);

    16. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentangPinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 34, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4574);

    17. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang DanaPerimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 4575);

    18. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentangSistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576);

    19. Peraturan Pemerintan Nomor 57 Tahun 2005 tentang HibahKepada Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4577);

    20. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor140, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4578);

    21. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentangPedoman Pembinaan dan Pengawasan PenyelenggaraanPemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 152, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4593);

    22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentangPengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

    Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan AtasPeraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentangPengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (LembaranNegara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 78,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4855);

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    4/73

    4

    23. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentangPelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor25, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4614);

    24. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentangPerubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan KeuanganPimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2005 Nomor 4712);

    25. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentangPengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

    26. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang TataCara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

    27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengeloaan Keuangan Daerahsebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir denganPeraturan Menteri Dalam Negeri Nomo 21 Tahun 2011tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang PedomanPengelolaan Keuangan Daerah;

    28. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Kabupaten Kepulauan

    Anambas (Lembaran Daerah Kabupaten KepulauanAnambas Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan LembaranDaerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 4);

    29. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 3Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah KabupatenKepulauan Anambas (Lembaran Daerah KabupatenKepulauan Anambas Tahun 2011 Nomor 3, TambahanLembaran Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor

    5);

    30. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 5Tahun 2011 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadiKewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kepulauan

    Anambas (Lembaran Daerah Kabupaten KepulauanAnambas Tahun 2011 Nomor 5, Tambahan LembaranDaerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 7);

    31. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 6Tahun 2011 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja

    Perangkat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas(Lembaran Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Tahun2011 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah KabupatenKepulauan Anambas Nomor 8);

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    5/73

    5

    Dengan Persetujuan Bersama

    DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAHKABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

    dan

    BUPATI KEPULAUAN ANAMBAS

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG POKOK-POKOKPENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH.

    BAB 1

    KETENTUAN UMUM

    Pasal 1

    Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

    1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas.

    2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan olehpemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurutasas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnyadalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesiasebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negera RepublikIndonesia Tahun 1945.

    3. Kepala Daerah adalah Bupati Kepulauan Anambas.

    4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalahLembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambassebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

    5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten KepulauanAnambas.

    6. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan olehPemerintah kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus urusanpemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    7. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangkapenyelenggaraan Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uangtermasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan denganpelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

    8. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumenyang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta

    asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 ( satu ) tahun.

    9. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPASmerupakan prograrioritas dan patokan batas maksimal anggaran yangdiberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalampenyusunan RKA-SKPD sebelum disepakati dengan DPRD.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    6/73

    6

    10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD,adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yangdibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

    11. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah Pendekatan

    penganggaran berdasarkan kebijakan dengan pengambilan keputusanterhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahunanggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusanyang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraanmaju.

    12. Prakiraan Maju (forward estimate)adalah perhitungan kebutuhan dana untuktahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikankesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadidasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.

    13. Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagaipenambah nilai kekayaan bersih.

    14. Belanja adalah kewajiban Pemerintah Daerah yang diakui sebagaipengurang nilai kekayaan bersih.

    15. Pendapatan Asli Daerah selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan yangdiperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuaidengan Peraturan Perundangan-Undangan.

    16. Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari AnggaranPendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada Daerah untukmendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.

    17. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ataupengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yangbersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

    18. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya yangselanjutnya disingkat SiLPA adalah selisih lebih realisasi penerimaan danpengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

    19. Dana Bagi Hasil selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumberdari Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah berdasarkanangka persentase untuk menandai kebutuhan Daerah dalam rangkapelaksanaan desentralisasi.

    20. Dana Alokasi Umum selanjutnya disingkat DAU adalah dana yangbersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuanpemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk mendanaikebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

    21. Dana Alokasi Khusus selanjutnya disingkat DAK adalah dana yangbersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan pada daerah tertentu

    dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakanurusan Daerah dan sesuai dengan perioritas nasional.

    22. Hibah adalah Penerimaan Daerah yang berasal dari Pemerintah NegaraAsing, Badan/Lembaga Asing, Badan/Lembaga Internasional , PemerintahPusat, Badan/Lembaga Dalam Negeri atau Perorangan, baik dalam bentuk

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    7/73

    7

    devisa, rupiah atau dalam bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenagaahli, pelatihan yang tidak perlu dibayar kembali.

    23. Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN yang di alokasikankepada Daerah yang mengalami bencana Nasional dan / atau peristiwa luarbiasa dan/atau krisis solvabilitas.

    24. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerahmenerima dari pihak lain sejumlah uang, barang, atau menerima manfaatyang bernilai uang sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untukmembayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadidalam perdagangan.

    25. Rencana kerja dan Anggaran Satuan kerja Perangkat Daerah selanjutnyadisingkat RKA-SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaranyang berisi program dan kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah yangmerupakan penjabaran dari Rencana Kerja Perangkat Daerah dan RencanaStrategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan dalam 1 (satu)tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

    26. Dokumen pelaksanaan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah disingkatdengan DPA-SKPD adalah dokumen yang dijadikan dasar pelaksanaananggaran satuan kerja Perangkat Daerah berdasarkan alokasi anggaranyang ditetapkan oleh pengguna anggaran.

    27. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah KepalaDaerah yang karena jabatannya mempunyai kewenanganmenyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

    28. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKDadalah Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan

    Anambas.

    29. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disebut SKPD adalahPerangkat Daerah pada Pemerintah Daerah yang bertanggungjawab kepadaKepala Daerah dan membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraanpemerintahan yang terdiri atas Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, DinasDaerah, Badan, Kantor, Lembaga Teknis Daerah dan Unit Satuan Kerja.

    30. Pengguna Anggaran selanjutnya disingkat dengan PA adalah pejabatpemegang kewenangan pengelola anggaran untuk melaksanakan tugaspokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

    31. Pengguna Barang/Jasa adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yangbertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalamlingkungan unit kerja.

    32. Kuasa Pengguna Anggaran adalah Pejabat yang diberi kuasa untukmelaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalammelaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.

    33. Unit Kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapaprogram.

    34. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalahpejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapakegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    8/73

    8

    35. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yangberisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yangdisediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD;

    36. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebihunit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada

    suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya baik yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modaltermasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atauke semua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untukmenghasilkan keluaran (output )dalam bentuk barang / jasa.

    37. Bendahara Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BUD adalah PPKDyang bertindak dalam kapasitas sebagai Bendahara Umum Daerah.

    38. Bendahara Penerima adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untukmenerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, danmempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangkapelaksanaan APBD pada PPKD dan SKPD.

    39. Bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggung

    jawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaanAPBD pada SKPD;

    40. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yangditentukan oleh Kepala Daerah untuk menampung seluruh penerimaandaerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah.

    41. Surat Penyedian Dana yang selanjutnya disingkat SPD adalah dokumenyang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagaidasar penerbitan SPP.

    42. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalahdokumen yang diterbitkan oleh pejabat yang bertanggungjawab ataspelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk pengajuan permintaanpembayaran.

    43. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disingkat SP2D adalahdokumen yang digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkanoleh BUD berdasarkan SPM.

    44. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumenyang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran untuk penerbitan SP2Datas beban pengeluaran DPA-SKPD.

    45. Perusahaan Daerah adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagianmodalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

    46. Kegiatan Tahun Jamak adalah kegiatan yang dianggarkan dan dilaksanakanuntuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang pekerjannya dilakukan

    melalui kontrak tahun jamak.

    47. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada PemerintahDaerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai dengan uangsebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturanperundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    9/73

    9

    48. Sistem Akuntansi Keungan Daerah yang selanjutnya disingkat SAKD adalahsistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan,penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporankeuangannya dalam rangka pelaksanaan APBD sesuai dengan standarakuntansi pemerintahan.

    49. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yangnyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baiksengaja maupun lalai.

    50. Pengawasan Fungsional adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan olehBadan/Unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan danmelalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan penilaian.

    51. Pengawasan Legislatif adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan olehDPRD terhadap Pemerintah Daerah sesuai tugas, wewenang dan haknya.

    52. Pemeriksaan adalah salah satu bentuk kegiatan pengawasan fungsionalyang dilakukan dengan cara membandingkan antara peraturan/rencana/program dengan kondisi dan/atau kenyataan yang ada.

    53. Bantuan Operasional Sekolah, yang selanjutnya disingkat BOS adalahmerupakan dana yang digunakan terutama untuk biaya non personalia bagisatuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan program wajib belajar, sesuaidengan Peraturan Perundang-Undangan.

    54. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalahSKPD/unit kerja pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentukuntuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaanbarang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan,dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi danproduktivitas.

    BAB II

    RUANG LINGKUP KEUANGAN DAERAH

    Pasal 2

    Ruang lingkup Keuangan daerah meliputi :a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta

    melakukan pinjaman;b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah

    dan membayar tagihan pihak ketiga;c. penerimaan daerah;d. pengeluaran daerah;e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,

    surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilaidengan uang, termasuk kekayaan yang dipsahkan pada perusahaandaerah; dan

    f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangkapenyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    10/73

    10

    BAB III

    PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

    Bagian KesatuAsas Umum

    Pasal 3

    (1) Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputiperencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung

    jawaban dan pengawasan keuangan daerah.

    (2) Keuangan daerah dikelola dengan tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggungjawabdengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan, dan manfaat untukmasyarakat.

    (3) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yangterintegrasi, diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan denganperaturan daerah.

    (4) Pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan Standar AkuntansiPemerintah (SAP) yang berlaku.

    Pasal 4

    Hak dan kewajiban daerah diwujudkan dalam bentuk Rencana Kerja PemerintahDaerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja dan pembiayaandaerah yang dikelola dalam sistem Pengelolaan Keuangan Daerah.

    Bagian KeduaTugas dan Fungsi

    Pasal 5

    (1) Penyelenggaraan tugas Pemerintahan Daerah dalam rangka pelaksanaandesentralisasi didanai dari APBD.

    (2) APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dankemampuan pendapatan daerah.

    (3) APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, alokasi, distribusi,stabilisasi dan pengawasan.

    (4) Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadikewajiban daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harusdimasukan dalam APBD.

    Pasal 6

    (1) APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan Daerah dalam masa 1(satu) tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai 31 Desember .

    (2) APBD, Perubahan APBD, dan pertanggung jawaban pelaksanaan APBDsetiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan merupakandokumen Daerah.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    11/73

    11

    (3) Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerahuntuk melakukan Penerimaan dan Pengeluaran Daerah;

    (4) Satuan uang dalam penyusunan, penetapan dan pertanggungjawabanAPBD adalah mata uang Rupiah.

    Pasal 7

    (1) Jumlah Pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraanyang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap kelompokpendapatan.

    (2) Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkanpada ketentuan peraturan perundang-undangan.

    (3) Seluruh Pendapatan Daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerahdianggarkan secara bruto dalam APBD.

    Pasal 8

    (1) Dalam Penyusunan APBD, penganggaran pengeluaran harus didukungdengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yangcukup.

    (2) Penganggaran untuk setiap pengeluaran APBD harus didukung dengandasar hukum yang melandasinya.

    (3) Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggiuntuk setiap jenis belanja.

    Pasal 9

    Semua transaksi keuangan daerah baik Penerimaan Daerah maupunPengeluaran Daerah dilaksanakan melalui Rekening Kas Umum Daerah, kecualiuntuk Badan Layanan umum.

    BAB IV

    KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

    Bagian KesatuPemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

    Pasal 10

    (1) Kepala Daerah adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan KeuanganDaerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaandaerah yang dipisahkan.

    (2) Selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, sebagaimanadimaksud pada ayat (1) mempunyai kewenangan :a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

    b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;c. menetapkan kuasa pengguna anggaran / barang;d. menetapkan bendahara penerima dan / atau bendahara pengeluaran;e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan

    daerah;f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan

    piutang daerah;

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    12/73

    12

    g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milikdaerah; dan

    h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihandan memerintahkan pembayaran.

    (3) Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah

    melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan kepada :a. Kepala Bagian Keuangan Sekretariat Daerah selaku PPKD; danb. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

    (4) Pelimpahan kekuasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkandengan keputusan Kepala Daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan, berdsarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yangmemerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang.

    Bagian KeduaKoordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

    Pasal 11

    (1) Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerahberkaitan dengan peran dan fungsinya dalam membantu kepala daerahmenyusun kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusanpemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.

    (2) Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai tugas koordinasi dibidang :a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;d. penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggung

    jawaban pelaksanaan APBD;e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas

    keuangan daerah ; danf. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggung-

    jawaban pelaksanaan APBD.

    (3) Selain tugas-tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) koordinatorpengelolaan keuangan daerah juga mempunyai tugas:a. memimpin tim anggaran pemerintah daerah ;b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;d. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; dane. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah

    lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah.

    (4) Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggungjawab ataspelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)kepada Kepala Daerah.

    Bagian KetigaPejabat Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD)

    Pasal 12

    (1) PPKD mempunyai tugas sebagai berikut:a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    13/73

    13

    b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan

    dengan peraturan Daerah;d. melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah;e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

    pelaksanaan APBD; dan

    f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan olehKepala Daerah.

    (2) PPKD selaku BUD berwenang:a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan system penerimaan dan

    pengeluaran kas daerah;e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;f. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank

    dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk;g. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam

    pelaksanaan APBD;h. menyimpan uang daerah;i. menetapkan SPD;

    j. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan investasi;

    k. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat penggunaanggaran atas beban rekening kas umum daerah;

    l. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas namapemerintah daerah;

    m. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;n. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;o. melakukan penagihan piutang daerah;p. melaksanakan system akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;q. menyajikan informasi keuangan daerah;r. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta

    penghapusan barang milik daerah.

    Pasal 13

    (1) PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja pengelolakeuangan daerah selaku kuasa BUD.

    (2) Penunjukan kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkandengan keputusan Kepala Daerah.

    (3) Kuasa BUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mempunyai tugas:a. menyiapkan anggaran kas;b. menyiapkan SPD;c. menerbitkan SP2D;d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh Bank

    dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;

    f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaAPBD;

    g. menyimpan uang daerah;h. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/

    menatausahakan investasi daerah;i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna

    anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    14/73

    14

    j. melakukan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;l. melakukan penagihan piutang daerah.

    (4) Kuasa BUD bertanggungjawab kepada PPKD selaku BUD.

    Bagian KeempatKepala Satuan Kerja Perangkat Daerah

    Pasal 14

    (1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah pengguna anggaran/pengguna barang bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah yang dipimpinnya.

    (2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam melaksanakan tugasnyaselaku pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang satuan kerjaperangkat Daerah yang dipimpinnya berwenang:a. menyusun RKA-SKPD;b. menyusun DPA/DPPA-SKPD;c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

    anggaran belanja;d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinya;e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;f. melaksanakan Pemungutan Penerimaan bukan Pajak;g. mengadakan ikatan/Perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas

    anggaran yang telah ditetapkan;h. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang

    dipimpinya;i. mengelola barang milik daerah / kekayaan daerah yang menjadi

    tanggung jawab SKPD yang dipimpinya;j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang

    dipimpinya;k. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinya;l. melaksanakan tugas- tugas pengguna anggaran / pengguna barang

    lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah;m. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah

    melalui Sekretaris Daerah;n. menandatangani SPM.

    Bagian KelimaPejabat Kuasa Pengguna Anggaran

    Pasal 15

    (1) Pejabat pengguna anggaran dalam melaksanakan tugas-tugasnya dapatmelimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit unit kerja padaSKPD selaku kuasa pengguna anggaran.

    (2) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaranjumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/ataurentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

    (3) Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan oleh Kepala Daerah atas usulan kepala SKPD.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    15/73

    15

    (4) Kuasa pengguna anggaran barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna anggaran.

    Bagian KeenamPejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

    Pasal 16

    (1) PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu ataubeberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

    (2) Penunjukan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkanpertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi,dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

    (3) PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnyakepada pengguna anggaran.

    (4) PPTK yang ditunjuk oleh kuasa pengguna anggaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnyakepada kuasa pengguna anggaran.

    (5) PPTK mempunyai tugas yang mencakup :a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; danc. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan

    kegiatan.

    (6) Dokumen anggaran sebgaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c mencakupdokumen administrasi yang terkait dengan persyaratan pembayaran yangditetapkan sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan.

    Bagian KedelapanPejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

    Pasal 17

    (1) Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA/DPPA-SKPD,kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usahakeuangan pada SKPD sebagai PPK-SKPD.

    (2) PPK-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang

    disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/disetujui olehPPTK;

    b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dantunjangan PNS serta penghasilan lain yang ditetapkan sesuai denganketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendaharapengeluaran;

    c. melakukan verifikasi SPP;

    d. menyiapkan SPM;e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;f. melakukan akuntansi SKPD; dang. menyiapkan laporan SKPD.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    16/73

    16

    (3) PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugasmelakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atauPPTK.

    Bagian KesembilanBendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

    Pasal 18

    (1) Kepala Daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan danbendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalamrangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.

    (2) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran sebagaimanadimaksud pada ayat (1) adalah pejabat fungsional.

    (3) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran baik secara langsungmaupun tidak langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan,pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagaipenjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giropos atau menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuanganlainnya atas nama pribadi.

    (4) Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalammelaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaanpembantu dan/atau bendahara pengeluaran pembantu.

    (5) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsionalbertanggungjawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku BUD.

    BAB V

    SUMBER PENERIMAAN DAERAH

    Bagian KesatuSumber Penerimaan

    Pasal 19

    (1) Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atasPendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan Daerah.

    (2) Pendapatan Daerah sebagaimana pada ayat (1) bersumber dari :a. Pendapatan Asli Daerah;b. Dana Perimbangan; danc. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

    (3) Penerimaan Pembiayaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)bersumber dari :a. Sisa lebih perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA);b. Penerimaan Pinjaman Daerah;

    c. Pencairan Dana Cadangan;d. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;e. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; danf. Penerimaan Piutang Daerah.g. Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    17/73

    17

    Bagian KeduaPendapatan Asli Daerah

    Pasal 20

    Pendapatan Asli Daerah bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah

    Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi Daerah sesuai dengan potensidaerah sebagai perwujudan desentralisasi.

    Pasal 21

    (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibagi menurut jenis pendapatan yangterdiri atas :a. Pajak daerah;b. Retribusi daerah;c. Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dand. Lain-lain PAD yang sah.

    (2) Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,meliputi:a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkanb. Jasa Giro;c. Pendapatan Bunga;d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;e. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;f. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

    dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah;g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;h. Pendapatan denda pajak;i. Pendapatan denda restribusi;

    j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;k. Pendapatan dari pengembalian;l. Fasiltias sosial dan fasilitas umum;m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dann. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan; dano. Lain-lain PAD yang sah lainnya menurut Peraturan Perundang-

    undangan.

    Bagian KetigaDana Perimbangan

    Pasal 22

    (1) Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf(b) terdiri atas :a. Dana Bagi Hasil;b. Dana Alokasi Umum (DAU) ; danc. Dana Alokasi Khusus (DAK).

    (2) Jumlah Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

    ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBN.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    18/73

    18

    Bagian KeempatDana Bagi Hasil

    Pasal 23

    (1) Dana Bagi Hasil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf (a)

    bersumber dari pajak dan sumber daya alam.

    (2) Dana Bagi Hasil yang bersumber dari Pajak sebagaimana dimaksud padaayat (1) terdiri atas:a. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sampai tanggal 31

    Desember 2013 ; danb. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang

    Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21.

    (3) Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berasal dari :a. Kehutanan;b. Pertambangan Umum;c. Perikanan;d. Pertambangan Minyak Bumi;e. Pertambangan Gas Bumi;f. Pertambangan Panas Bumi;dang. Kelautan.

    Bagian KelimaDana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus

    Pasal 24

    (1) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari PendapatanAPBN yang dialokasikan untuk mendanai Kebutuhan Daerah dalam rangkapelaksanaan Desentralisasi.

    (2) Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari PendapatanAPBN dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yangmerupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas Nasional.

    Bagian KeenamLain-lain Pendapatan

    Pasal 25

    (1) Lain-lain Pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)huruf (o) bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperolehpendapatan lain menurut peraturan perundang-undangan dan ditetapkandengan Keputusan Kepala Daerah.

    (2) Lain-lain Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas

    a. pendapatan hibah,b. dana darurat,c. pajak bagi hasil dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lain,d. dana penyesuaiane. dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah,f. dan bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    19/73

    19

    Pasal 26

    (1) Pendapatan Hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf amerupakan bantuan berupa uang, barang, dan/atau jasa yang berasal daripemerintah, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar negerimaupun badan/lembaga asing.

    (2) Hibah kepada Daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan melaluiPemerintah Pusat.

    (3) Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara penerima Hibahdan Pemberi hibah.

    (4) Hibah digunakan sesuai dengan naskah perjanjian sebagaimana dimaksudpada ayat (3).

    Pasal 27

    (1) Dana Darurat sebagai dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) berasal dari APBNuntuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana dan/atauperistiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah denganmenggunakan sumber APBD.

    (2) Dana Darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga diberikanapabila pada daerah dinyatakan mengalami krisis solvabilitas berdasarkanevaluasi Pemerintah Pusat sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

    Bagian KetujuhPinjaman daerah

    Pasal 28

    (1) Pinjaman Daerah bertujuan memperoleh sumber pembiayaan dalam rangkapenyelenggaraan pemerintahan daerah.

    (2) Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri.

    Pasal 29

    (1) Pinjaman Daerah bersumber dari:a. Pemerintah Pusat;b. Pemerintah daerah lain;c. Lembaga Keuangan Bank;d. Lembaga Keuangan bukan Bank;dane. Masyarakat.

    (2) Pinjaman Daerah yang bersumber dari Pemerintah Pusat sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf ( a) berasal dari Menteri Keuangan.

    (3) Pinjaman Daerah yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf (e) berupa obligasi daerah yang diterbitkan melaluipasar modal.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    20/73

    20

    Pasal 30

    (1) Jenis pinjaman terdiri atas:a. Pinjaman Jangka Pendek;b. Pinjaman Jangka Menengah; danc. Pinjaman Jangka Panjang.

    (2) Pinjaman Jangka Pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a)merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu kurang atau sama dengansatu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yangmeliputi pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain seluruhnya harus dilunasidalam tahun anggaran yang bersangkutan.

    (3) Pinjaman Jangka Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (b)merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahunanggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputipokok pinjaman, bunga dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktuyang tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah.

    (4) Pinjaman Jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (c)merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari satu tahunanggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputipokok pinjaman, bunga dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahunanggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yangbersangkutan.

    Pasal 31

    (1) Pinjaman jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1)huruf a dipergunakan hanya untuk menutup kekurangan arus kas selamatahun anggaran.

    (2) Pinjaman Jangka menengah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat(1) huruf b dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan umum yangtidak menghasilkan penerimaan.

    (3) Pinjaman Jangka Panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1)huruf c dipergunakan untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkanpenerimaan.

    (4) Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dan (3) wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

    Pasal 32

    Dalam melakukan pinjaman, Daerah wajib memenuhi persyaratan:a. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik

    tidak melebihi 75 % (tujuh puluh lima per seratus) dari jumlah penerimaanumum APBD tahun sebelumnya;

    b. Memenuhi Rasio penyeleksi kemampuan keuangan daerah untukmengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat paling

    sedikit 2,5 (dua koma lima);c. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal

    dari Pemerintah Pusat;d. Mendapatkan persetujuan DPRD.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    21/73

    21

    Pasal 33

    (1) Daerah tidak dapat memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain.

    (2) Pendapatan Daerah dan/atau barang milik daerah tidak boleh dijadikanjaminan daerah.

    (3) Proyek yang dibiayai dari Obligasi Daerah, beserta barang milik daerahyang melekat dalam proyek tersebut dapat dijadikan jaminan ObligasiDaerah.

    Pasal 34

    (1) Daerah dapat menerbitkan Obligasi Daerah dalam mata uang Rupiah dipasar modal domestik.

    (3) Nilai Obligasi Daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai nominalObligasi Daerah pada saat diterbitkan.

    (3) Penerbitan Obligasi Daerah wajib memenuhi ketentuan PeraturanPerundang-undangan di bidang pasar modal.

    (4) Hasil penjualan Obligasi Daerah digunakan untuk membiayai investasisektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaatbagi masyarakat.

    (5) Penerimaan/Pendapatan dari investasi sektor publik sebagaimanadimaksud pada ayat (4) digunakan untuk membiayai kewajiban bunga danpokok Obligasi Daerah terkait.

    Pasal 35

    (1) Dalam hal Pemerintah Daerah Menerbitkan Obligasi Daerah, terlebihdahulu mendapatkan persetujuan DPRD dan disampaikan kepada MenteriKeuangan.

    (2) Penerbitan Obligasi Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

    (3) Persetujuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diberikan atas nilaibersih maksimal Obligasi Daerah yang akan diterbitkan pada saatpenetapan APBD.

    Pasal 36

    (1) Persetujuan DPRD mengenai penerbitan Obligasi Daerah sebagaimanadimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) meliputi pembayaran semua kewajibanbunga dan pokok yang timbul sebagai akibat penerbitan Obligasi Daerahdimaksud.

    (2) Pemerintah Daerah wajib membayar bunga dan pokok setiap ObligasiDaerah pada saat jatuh tempo.

    (3) Dana untuk membayar bunga dan pokok sebagaimana dimaksud pada ayat(2) disediakan dalam APBD setiap tahun sampai dengan berakhirnyakewajiban tersebut.

    (4) Dalam hal pembayaran bunga dimaksud melebihi perkiraan danasebagaimana dimaksud pada ayat (3), kepala Daerah melakukan

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    22/73

    22

    pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran tersebut kepadaDPRD dalam pembahasan perubahan APBD.

    Pasal 37

    Pengelolaan Obligasi Daerah diselenggarakan oleh Kepala Daerah yang diatur

    dengan Peraturan Kepala Daerah.Bagian KedelapanDana Cadangan

    Pasal 38

    (1) Daerah dapat membentuk Dana Cadangan guna mendanai kebutuhan yangtidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran yang ditetapkan denganPeraturan Daerah.

    (2) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumberdari penyisihan atas penerimaan APBD kecuali dari DAK, Pinjaman Daerah,dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluarantertentu.

    (3) Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat tujuan, jumlah,sumber, periode, jenis pengeluaran, penggunaan dan penempatan dana.

    (4) Dana cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan dalamrekening tersendiri dalam Rekening Kas Umum Daerah dan ditetapkanbersamaan dengan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang

    APBD .

    Pasal 39

    (1) Pembentukan dana cadangan dalam APBD diperlukan sebagaipengeluaran pembiayaan, sedang pada saat dana cadangan digunakandiperlukan sebagai penerimaan pembiayaan.

    (2) Dalam hal Dana cadangan belum digunakan sesuai dengan peruntukannya,dana tersebut dapat ditempatkan dalam portofolio yang memberikan hasiltetap dengan resiko rendah.

    (3) Penerimaan hasil bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatandalam portofolio dicatumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaandalam daftar dana cadangan pada lampian rancangan Peraturan Daerahtentang APBD.

    (4) Pembentukan dan cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaandalam tahun anggaran berkenaan.

    Pasal 40

    (1) Pencairan dana cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 ayat(2) digunakan untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari

    rekening dana cadangan kerekening kas umum daearah dalam tahunanggaran berkenaan.

    (2) Jumlah yang dianggarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitusesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentangpembentukan dana cadangan berkenaan.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    23/73

    23

    (3) Penerimaan hasil bunga/deviden dana cadangan dianggarkan pada lain-lain pendapatan asli daerah yang sah pada tahun berkenaan.

    Bagian KesembilanKerjasama

    Pasal 41

    (1) Pemerintah Daerah dapat mencari sumber-sumber pembiayaan lain melaluikerjasama dengan pihak lain dengan prinsip saling menguntungkan.

    (2) Anggaran yang timbul akibat dari kerjasama sebagaimana dimaksud padaayat (1) dicantumkan dalam APBD.

    Bagian KesepuluhPemberian Pinjaman dan Penerimaan Kembali Penerimaan Pinjaman

    Pasal 42

    (1) Pemberian pinjaman sebagaimana dimaksuda. Pembentukan Dana Cadangan;b. Penyertaan Modal ( Investasi) Pemerintah Daerah;c. Pembayaran Pokok Utang; dand. Pemberian Pinjaman Daerah.

    (2) Pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf ddigunakaan untuk menganggarkan pinjaman yang diberikan kepadapemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya, termasuk untukpemberian pinjaman dalam bentuk dan bergulir kepada perorangan atauindividu atau kelompok masyarakat yang berpenghasilan rendah, dandapat ditarik kembali dalam jangka waktu tertentu tanpa atau dengan nilaitambah yang ditujukan untuk penguatan modal usaha.

    (3) Pemberian pinjaman daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan dengan keputusan Kepala Daerah setelah mendapatpersetujuan DPRD.

    Bagian KesepuluhInvestasi Pemerintah Daerah

    Pasal 43

    Investasi pemerintah daerah sebagaiman dimaksud dalam pasal 42 ayat (1)huruf b digunakan untuk mengelola kekayaan pemerintah daerah yangdiinvestasikan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

    Pasal 44

    a. Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segeradiperjualbelikan/dicairkan, ditunjukan dalam rangka manajemen kas danberesiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12 (dua belas) bulan.

    b. Investasi jangka pendek sebagaiman dimaksud pada ayat (1) mencakupdeposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (dua belas)bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis, pembelian surat utangNegara (SUN), sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan SuratPembendaharaan Negara (SPN).

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    24/73

    24

    c. Investasi jangka panjang digunakan untuk menampung penganggaraninvestasi yang dimaksud untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulanyang terdiri dari investasi permanen dan non permanen.

    d. Investasi jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) antara lainsurat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka

    mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berhargauntuk menambah kepemilikan modal pada suatu badan usaha, suratberharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubunganbaik dalam dan luar negeri, surat berharga yang tidak dimaksud untukdicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.

    e. Investasi permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuan untukdimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atautidak ditarik kembali, seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalambentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset daerah, penyertaan modaldaerah pada BUMD dan/atau badan usaha lainnya dan investasipermanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkanpendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

    f. Investasi non permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertujuanuntuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untukdiperjualbelikan atau ditarik kembali, seperti pembelian obligasi atau suratutang jangka panjang yang dimaksud untuk dimiliki sampai dengantanggal jatuh tempo.

    g. Investasi jangka panjang pemerintah daerah dapat dianggarkan apabilajumlah yang disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkandalam peraturan daerah tentang penyertaan modal dengan berpedomanpada ketentuan peraturan perundang-undangnnya.

    BAB VI

    ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH

    Bagian KesatuStruktur APBD

    Pasal 45

    (1) APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan anggaranpembiayaan.

    (2) Selisih antara Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah dapatmengakibatkan terjadinya surplus atau defisit anggaran.

    (3) Surplus Anggaran terjadi apabila Anggaran Pendapatan Daerah lebih besardari Anggaran Belanja Daerah.

    (4) Defisit anggaran terjadi apabila Anggaran Pendapatan Daerah lebih kecildari Anggaran Belanja Daerah.

    Pasal 46

    (1) Dalam hal APBD diperkirakan surplus sebagaimana dimaksud dalam Pasal45 ayat (3), dapat digunakan untuk:a. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo;b. penyertaan modal (investasi daerah);c. Transfer ke rekening Dana Cadangan;

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    25/73

    25

    (2) Dalam hal APBD diperkirakan defisit sebagaimana dimaksud dalam Pasal45 ayat (4), dapat didanai dari pembiayaan daerah yang bersumber dari:a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu;b. Transfer dari Dana Cadangan;c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan; dand. Pinjaman daerah.

    Pasal 47

    (1) Pendapatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat (1) berasal daripendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain-lain PendapatanDaerah yang sah.

    (2) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci menurutkelompok pendapatan dan jenis pendapatan.

    Pasal 48

    (1) Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusanpemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusanwajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan-ketentuanperundang-undangan.

    (2) Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupanmasyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkandalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan,fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem

    jaminan sosial.

    (3) Penyelenggaraan urusan yang bersifat pilihan sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi urusan Pemerintahan yang secara nyata ada danberpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengankondisi, kekhasan, dan potensi keunggulan daerah.

    (4) Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana dimaksud padaayat (2) diwujudkan melalui prestasi kerja dalam pencapaian standarpelayanan minimal berdasarkan urusan wajib pemerintahan daerah sesuaidengan Peraturan Perundang-undangan.

    Pasal 49

    (1) Belanja daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1)dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahyang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib, urusanpilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentuyang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintahdaerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuanperundang-undangan.

    (2) Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintahan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 44 ayat (1) terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja urusan

    pilihan.

    (3) klasifikasi belanja menurut urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat(2) mencakup :a. Pendidikan;b. Kesehatan;c. Pekerjaan Umum;

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    26/73

    26

    d. Perumahan Rakyat;e. Penataan Ruangan;f. Perencanaan Pembangunan;g. Perhubungan;h. Lingkungan Hidup;i. Pertanahan;

    j. Kependudukan dan Catatan Sipil;k. Pemberdayaan Perempuan;l. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera;m. Sosial;n. Tenaga Kerja;o. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah;p. Penanaman Modal;q. Kebudayaan;r. Pemuda dan Olah Raga;s. Kesatuan Bangsa dan politik Dalam Negeri;t. Pemerintahan Umum;u. Kepegawaian;v. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa;w. Statistik;x. Arsip; dany. Komunikasi dan Informatika.

    (4) Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan sebagaiman dimaksud pada ayat(2) mencakup :a. Pertanian;b. Kehutanan;c. Energi dan Sumber Daya Mineral;d. Pariwisata;e. Kelautan dan Perikanan; danf. Perdagangan;g. Perindustrian; danh. Transmigrasi.

    (5) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan denganurusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah.

    (6) Klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari :a. belanja pegawai ;b. belanja barang dan jasa;c. belanja modal;d. bunga;e. subsidi;f. hibah;g. bantuan sosial;h. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dani. belanja tidak terduga.

    Pasal 50

    Belanja pegawai sebagaimana dimaksud Pasal 49 ayat (6) huruf a

    merupakan belanja konpensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan sertapenghasilan lainnya yang diberikan kepada PNS yang disesuaikan denganperaturan perundang-undangan.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    27/73

    27

    Pasal 51

    (1) Belanja barang dan jasa sebagaimana dimaksud pasal 49 ayat (6) huruf bdigunakan untuk pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnyakurang dari 12 bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakankegiatan Pemerintahan.

    (2) Pembelian/pengadaan barang dan/atau pemakaian jasa dimaksud padaayat (1) mencakup belanja barang pakai habis, bahan/matrial, jasakantor,premi asuransi, perawatan kendaraan bermotor, cetak/penggadaan,sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas, sewa alat berat,sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman pakaiandinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian Khusus dan hari-hari tertentu,perjalanan dinas, perjalana dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai.

    (3) Pembelian/pengadaan barang pakai habis sebagaimana dimaksud padaayat (2) dianggarkan sesuai dengan kebutuhan nyata denganmemperhitungkan sisa persediaan barang tahun sebelumnya sesuaidengan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, dengan memperhitungkan

    jumlah pegawai dan volume pekerjaan.

    Pasal 52

    (1) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada Pasal 46 ayat (6) huruf cmerupakan pengeluaran yang dilakukan dalam rangkapembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yangmempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalamkegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah,peralatan dan mesin,gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan dan aset tetap lainnya.

    (2) Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujudsebagaimana dimaksud ayat (1) yang dianggarkan dalam belanja modalhanya sebesar harga beli dari bangunan aset

    (3) Belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasipembelian/pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkanpada belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dianggarkanpada belanja pegawai dan / atau belanja barang dan jasa.

    (4) Belanja barang modal yang akan diserahkan kepemilikannya kepada pihakketiga atau masyarakat pada tahun anggaran berkenaan dialokasikan padabelanja barang dan jasa.

    Pasal 53

    Belanja bunga sebagaiman dimaksud dalam pasal 49 ayat (6) huruf ddigunakan untuk menganggarkan pembyaran bunga utang yang dihitungatas kewajiban pokok hutang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian

    jangka pendek,jangka menengah dan jangka panjang.

    Pasal 54

    (1) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud pada pasal 49 ayat (6) huruf eadalah alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan atau lembagatertentu yang bertujuan untuk membantu biaya produksi agar harga jual

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    28/73

    28

    produksi atau jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakatbanyak.

    (2) Perusahaan atau lembaga tertentu sebagaiman dimaksud pada ayat (1)adalah perusahaan atau lembaga yang menghasilkan produk atau jasapelayanan umum masyarakat

    (3) Perusahaan atau lembaga penerima belanja subsidi sebagaimanadimaksud pada ayat (1) harus terlebih dahulu dilakukan audit sesuaidengan ketentuan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawabkeuangan Negara.

    (4) Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, penerima subsidisebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyampaikan laporanpertanggungjawaban penggunaan dana subsidi kepada Kepala Daerah.

    (5) Belanja subsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan sesuaidengan keperluan perusahaan/lembaga penerima subsidi dalam peraturandaerah tentang APBD yang peraturan pelaksanaannya lebih lanjutdituangkan dalam peraturan Kepala Daerah.

    Pasal 55

    (1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 huruf f digunakanuntuk meanggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang/barang atau jasakepada pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat,organisasi kemasyarakatan dan badan kerjasama yang secara spesifiktelah ditetapkan peruntukannya.

    (2) Belanja hibah diberikan secara selektif dengan mempertimbangkankemapuan keuangan daerah, rasionalitas dan ditetapkan denganKeputusan Kepala Daerah.

    (3) Pemberian hibah dalam bentuk uang atau dalam bentuk barang atau jasadapat diberikan kepada pemerintah daerah tertentu sepanjang ditetapkandalam peraturan perundang-undangan.

    Pasal 56

    (1) Hibah kepada pemerintah bertujuan untuk menunjang peningkatanpenyelenggaraan fungsi pemerintah daerah.

    (2) Hibah kepada perusahaan daerah bertujuan untuk menunjang peningkatanpelayanan kepada masyarakat.

    (3) Hibah kepada pemerintah daerah lainnya bertujuan untuk menunjangpeningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan layanan dasarumum.

    (4) Hibah kepada masyarakat dan organisasi kemayarakatan bertujuan untukmeningkatkan partisipasi penyelengaraan pembangunan daerah atausecara fungsional terkait dengan dukungan penyelengaraan pemerintahdaerah.

    (5) Hibah kepada badan kerjasama dalam rangka penyelenggaraanpembanguna yang melibatkan beberapa daerah untuk meningkatkanpelayanan kepada masyarakat secara lebih efektif dan efisien.

    (6) Belanja hibah kepada pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilporkan kepada menteri dalam negeri dan menteri keunagan setiap akhirtahun anggaran.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    29/73

    29

    Pasal 57

    (1) Belanja hibah sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 bersifat umum yangtidak mengikat/tidak secara terus-menerus dan tidak wajib serta harusdigunakan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam naskahperjanjian hibah daerah.

    (2) Hibah yang diberikan secara tidak mengikat/tidak secara terus-menerusdiartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada batas akhirnya tergantungpada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebutdalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah.

    (3) Naskah perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat identitas penerima hibah, tujuan pemberian hibah,

    jumlah uang yang dihibahkan.

    Pasal 58

    Ketentuan lebih lanjut mengenai hibah sebagaimana dimaksud dalam pasal 55,pasal 56, dan pasal 57 diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

    Pasal 59

    (1) Belanja bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada pasal 49 ayat (6)huruf g digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan yang bersifatsosial kemasyarakatan dalam bentuk uang/atau barang kepadakelompok/atau anggota masyarakat dan partai politik.

    (2) Bantuan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terkecuali partaipolitik diberikan secara selektif, tidak terus menerus dan tidak mengikatserta memiliki kejelasan peruntukan penggunaannya denganmempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dan ditetapkan dengankeputusan Kepala Daerah.

    (3) Bantuan social yang diberikan secara tidak terus-menerus/tidak mengikatdiartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan tidak harusdiberikan setiap tahun anggaran.

    (4) Khusus kepada partai politik, bantuan diberikan setiap tahunnya sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Pasal 60

    Belanja bagi hasil sebagaimana dimaksud pada pasal 49 ayat (6) huruf h yangbersumber dari pendapatan pemerintah daerah provinsi merupakan bagi hasilatas pendapatan daerah provinsi sesuai dengan peraturan peundang-undanganyang berlaku.

    Pasal 61

    (1) Bantuan keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 49 ayat (6) huruf hdigunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang bersifat umumatau khusus, dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnyadalam rangka pemerataan dan /atau peningkatan kemampuan keuangan.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    30/73

    30

    (2) Bantuan keuangan yang bersifat umum sebagaimana dimaksud pada ayat(1) peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepadapemerintah daerah penerima bantuan.

    (3) Bantuan keungan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat

    (1) peruntukan dan pengelolaannya diserahkan sepenuhnya kepadapemerintah daerah pemberi bantuan.

    (4) Dalam hal pemberi bantuan bersifat khusus sebagaimana dimaksud padaayat (3) pemerintah daerah dapat mensyaratkan penyediaan danapendamping dalam APBD penerima bantuan.

    Pasal 62

    (1) Belanja tidak terduga sebagaimana dimaksud pada pasal 49 ayat (6) huruf Iadalah belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidakdiharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencanasosial yang tidak diperkirakan sebelumnya termasuk pengembalian ataspendapatan daerah tahun-tahun sebelumnya.

    (2) Kegiatan yang bersifat tidak biasa sebagaiman dimaksud pada ayat (1)yaitu untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadapstabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanyakeamanan,ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah.

    (3) Pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnyayang telah ditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukungdengan bukti-bukti yang sah.

    (4) Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkandalam APBD untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencanaalam dan/atau bencana sosial, termasuk pengembalian atas kelebihanpenerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkandengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD palinglama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan,besaran dan mekanisme pengeluaran belanja tidak terduga tersebut diaturlebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah,dengan memeperhatikanperaturan perundang-undangan.

    Pasal 63

    Belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan social,belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terdugasebagaiamana dimaksud dalam pasal 49 ayat (6) huruf b,huruf c,huruf d,huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, dan huruf I hanya dapat dianggarkan padabelanja SKPKD

    Pasal 64

    (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada

    penyelenggara Pemerintah Daerah seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS)dengan memperhatikan kemampuan keuangan Daerah, dan memenuhi

    Asas Kepatutan, Kewajaran dan Keadilan serta memperoleh persetujuanDPRD sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

    (2) Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikandalam rangka peningkatan kesejahtraan pegawai berdasarkan beban kerja,

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    31/73

    31

    tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/ataupertimbangan objektif lainnya, besaran tambahan penghasilan dimaksuddiatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.

    Pasal 65

    (1) Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidakbiasa atau tidak diharapkan tidak berulang seperti penanggulanganbencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahunsebelumnya yang telah ditutup.

    (2) Kegiatan yang bersifat tidak biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)yaitu untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan terhadapstabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan,ketentraman dan ketertiban masyarakat didaerah.

    (3) Pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnyayang telah ditutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukungdengan bukti-bukti yang sah.

    (4) Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkandalam APBD untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencanaalam dan/atau bencana sosial, termasuk pengembalian atas kelebihanpenerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkandengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD palinglama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan,besaran dan mekanisme pengeluaran belanja tidak terduga tersebut diaturlebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.

    Pasal 66

    (1) Pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepadapenyelenggara Pemerintah Daerah seperti Pegawai Negeri Sipil (PNS)dengan memperhatikan kemampuan keuangan Daerah, dan memenuhi

    Asas Kepatutan, Kewajaran dan Keadilan serta memperoleh persetujuanDPRD sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

    (2) Tambahan Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikandalam rangka peningkatan kesejahtraan pegawai berdasarkan beban kerja,tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi, prestasi kerja, dan/ataupertimbangan objektif lainnya, besaran tambahan penghasilan dimaksuddiatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.

    Bagian KeduaRencana Kerja Pemerintah Daerah

    Pasal 67

    (1) Dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan pembangunan nasional,pemerintah daerah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang

    disebut dengan RKPD yang berpedoman kepada RPJMD, dan merupakandasar penyusunan rancangan APBD.

    (2) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat rancangan kerangkaekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencanakerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    32/73

    32

    oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasimasyarakat.

    (3) RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun untuk menjaminketerkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,pelaksanaan, dan pengawasan.

    Bagian KetigaKebijakan Umum APBD

    Pasal 68

    (1) Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaranberikutnya sejalan dengan RKPD kepada DPRD selambat-lambatnya bulanJuni tahun berjalan.

    (2) DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan PemerintahDaerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaranberikutnya.

    (3) Rancangan kebijakan umum APBD yang telah dibahas kepala Daerahbersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD sebagaimanadimaksud pada ayat (2), selanjutnya disepakati menjadi Kebijakan Umum

    APBD.

    Bagian KeempatPrioritas dan Plafon Anggaran Sementara

    Pasal 69

    (1) Berdasarkan kebijakan Umum APBD yang telah disepakati, PemerintahDaerah dan DPRD membahas rancangan prioritas dan plafon anggaransementara yang disampaikan oleh Kepala Daerah.

    (2) Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara sebagaimanadimaksud pada ayat (1), dilakukan paling lambat minggu kedua bulan julitahun anggaran berjalan.

    (3) Pembahasan prioritas dan plafon anggaran sementara sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagaiberikut:a. menentukan skala prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan;b. menentukan urutan program dalam masing masing urusan;c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing masing program;

    (4) Kebijakan Umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara yangtelah dibahas dan disepakati bersama kepala daerah dan DPRD dituangkandalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh Kepala Daerahdan Pimpinan DPRD.

    Pasal 70

    (1) Kepala Daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPASbedasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkanmenteri dalam negeri setiap tahun

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    33/73

    33

    (2) Pedoman penyusunan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)memuat antara lain :

    a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintahdengan pemerintah daerah;

    b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan;c. teknis penyusunan APBD; dan

    d. hal-hal khusus lainnya.

    Pasal 71

    (1) Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur darisetiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksipendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaanpembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya.

    (2) Asumsi yang mendasari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaknimempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan perubahanpokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah.

    Pasal 72

    (1) Dalam penyusunan rancangan KUA sebagaimana dimaksud pada Pasal71 ayat (1), Kepala Daerah dibantu oleh TAPD yang dipimpin olehsekretaris daerah.

    (2) Rancangan KUA yang telah disusun sebagaimana dimaksud pada ayat(1), disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelolakeuangan daerah kepada Kepala Daerah, paling lambat pada awal bulanJuni.

    Pasal 73

    (1) Rancangan KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (2)disampaikan Kepala Daerah kepada DPRD paling lambat pertengahanbuan Juli tahun anggaran berjalan untuk dibahas dalam pembicaraanpendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

    (2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh timanggaran pemerintah daerah bersama panitia anggaran DPRD.

    (3) Rancangan KUA yang telah dibahas sebagaiman dimaksud pada ayat (2)selanjutnya disepakati menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulanJuli tahun anggaran berjalan.

    Pasal 74

    (1) Berdasarkan KUA yang telah disepakati sebagaiman dalam Pasal 68 ayat(3), pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS.

    (2) Rancangan PPAS sebagaiman dimaksud pada ayat (1) disusun dengan

    tahapan sebagai berikut :a. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;b. menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; danc. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-mweing program.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    34/73

    34

    (3) Kepala Daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusunsebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada DPRD untuk dibahas palinglambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan.

    (4) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh timanggaran pemerintah daerah bersama panitia anggaran DPRD.

    (5) Rancangan PPAS yang telah dibahas sebagaimana dimaksud pada ayat(4) selanjutnya disepakati menjadi prioritas dan plafon anggaran palinglambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan.

    Pasal 75

    (1) KUA serta PPAS yang telah disepakati dituangkan ke dalam notakesepakatan yang ditandatangani bersama antara Kepala Daerah denganpimpinan DPRD.

    (2) Dalam hal Kepala Daerah berhalangan, yang bersangkutan dapatmenunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani notakesepakatan KUA dan PPA.

    (3) Dalam hal Kepala Daerah berhalangan tetap, penandatanganaan notakesepakatan KUA dan PPA dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk olehpejabat yang berwenang.

    Bagian KelimaPenyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

    Pasal 76

    (1) Berdasarkan nota kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75ayat (1), tim anggaran pemerintah daerah menyiapkan rancangan suratedaran Kepala Daerah tentng pedoman penyusunan RKA-SKPD sebagaiacuan kepala SKPD dalam menyusun RKA-SKPD.

    (2) Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja sebagaimanadimaksud pada ayat (1) berdasarkan pada indikator kinerja, capaian atautarget kinerja, analisis standar belanja, standar stuan harga, dan standarpelayanan minimal.

    (3) Rancangan surat edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusunanRKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup :a. Prioritas pembangunan daerah dan program/kegiatan yang terkaitb. Alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap program/kegiatan

    SKPDc. Batas penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD dand. Dokumen sebagai lampiran surat edaran meliputi KUA, PPAS, analisis

    standar belanja dan standar satuan harga.

    (4) Berdasarkan pedoman penyusunan sebagaimana dimaksud pada ayat(1), kepala SKPD penyusun RKA-SKPD dan kepala SKPKD selaku PPKD

    menyusun RKA-PPKD.

    (5) RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangkapengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu danpenganggaran berdasarkan prestasi kerja.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    35/73

    35

    (6) RKA-SKPD sebagamana dimaksud pada ayat (1) memuat perencanaanpendapatan, rencana belanja untuk masing-masing program dankegiatan, untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincianobyek pendapatan, belanja dan prakiraan maju untuk tahun berikutnya.

    Bagian Kelima

    Penyusunan APBD

    Pasal 77

    (1) Berdasarkan prioritas dan plafon anggaran yang telah disepakati bersamasebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) Kepala satuan KerjaPerangkat Daerah menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan kerjaPerangkat daerah (RKA-SKPD) dengan pendekatan berdasarkan prestasikerja yang akan dicapai.

    (2) Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan prestasi kerja dilakukandengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran danhasil yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi dalampencapaian keluaran dan hasil tersebut.

    (3) Penyusunan anggaran berdasarkan prestasi kerja sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan berdasarkan capaian kinerja, indikator kerja,analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayananminimal.

    Pasal 78

    (5) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) memuatrencana pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan kegiatanmenurut fungsi untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai denganrincian objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta prakiraan majuuntuk tahun berikutnya.

    (2) Penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan kerangka pengeluaran jangkamenengah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju yang berisiperkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan yangdirencanakan dalam tahun anggaran berikutnya dari tahun anggaran yangdirencanakan dan merupakan implikasi kebutuhan dana untuk pelaksanaanprogram dan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.

    Pasal 79

    (1) RKA-SKPD yang telah disusun oleh kepala SKPD sebagaimana dimaksuddalam Pasal 78 ayat (1) disampaikan kepada PPKD.

    (2) RKA-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya dibahas olehtim anggaran pemerintah daerah.

    (3) Pembahasan oleh tim anggaran pemerintah daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (2) dilakukan untuk menelaah kesesuaian antara RKA-SKPD

    dengan kebijakan umum APBD, prioritas dan plafon anggaran sementara,prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya, dandokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja,analisis standar belanja, standar satuan harga, dan standar pelayananminimal.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    36/73

    36

    (4) PPKD menyusun rancangan peraturan daerah tentang APBD berikutdokumen pendukung berdasarkan RKA-SKPD yang telah ditelaah oleh timanggaran Pemerintah Daerah.

    (5) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas notakeuangan, dan rancangan APBD.

    BAB VI

    PENETAPAN APBD

    Bagian KesatuPenyampaian dan Pembahasan

    Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

    Pasal 80

    (1) Kepala Daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBDkepada DPRD disertai penjelasan dan dokumen pendukungnya padaminggu pertama bulan Oktober untuk dibahas dalam rangka memperolehpersetujuan bersama.

    (2) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud padaayat (1) disertai dengan nota keuangan.

    (3) Dalam hal Kepala Daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjukdan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku Kepala Daerah yangmenandatangani rancangan peraturan daerah tentang APBD dan notakeuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).

    Pasal 81

    (1) DPRD menetapkan agenda pembahasan rancangan peraturan daerahtentang APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dan (2)

    (2) Tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBDdilakukan sesuai dengan peraturan tata tertib DPRD mengacu padaPeraturan Perundang-undangan.

    (3) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menitikberatkan padakesesuaian antara kebijakan umum APBD serta prioritas dan plafonanggaran sementara dengan program dan kegiatan yang diusulkan dalamrancangan peraturan daerah tentang APBD.

    (4) Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)dituangkan dalam dokumen persetujuan bersama antara Kepala Daerahdengan DPRD.

    Bagian KeduaPersetujuan Rancangan Peraturan Daerah Tentang APBD

    Pasal 82

    (1) Persetujuan bersama antara Kepala Daerah dan DPRD terhadap rancanganperaturan daerah tentang APBD ditandatangani oleh Kepala Daerah dan

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    37/73

    37

    pimpinan DPRD paling lama 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaranberakhir.

    (2) Dalam hal Kepala Daerah dan atau pimpinan DPRD berhalangan tetap,maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenangselaku penjabat/pelaksana tugas Kepala Daerah dan atau selaku pimpinan

    sementara DPRD yang menandatangani persetujuan bersama.

    (3) Atas dasar persetujuan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1),Kepala Daerah menyiapkan rancangan peraturan Kepala Daerah tentangpenjabaran APBD.

    Bagian KetigaEvaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang APBD dan

    Rancangan Peraturan Kepala Daerah Tentang Penjabaran APBD

    Pasal 83

    (1) Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disetujui bersamaDPR dan rancangan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBDsebelum ditetapkan oleh Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) hari kerjadisampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi.

    (2) Penyampaian rancangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertaidengan:a.Persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD terhadap

    rancangan peraturan daerah tentang APBD;b.KUA dan PPAS yang disepakati antara Kepala Daerah dan pimpinan DPRD;c. Risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan

    derah tentang APBD; dand.Nota keuangan dan pidato Kepala Daerah perihal penyampaia pengantar

    nota keuangan pada sidang DPRD.

    (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk tercapainyakeserasian antara kebijakan daerah dan kebijakan nasional, keserasianantara kepentingan publik dan kepentingan aparatur serta untuk menelitisejauh mana APBD tidak bertentangan dengan kepentingan umum,

    peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang

    ditetapkan oleh daearah yang bersangkutan.

    (4) Untuk efektifitas pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1)Gubernur dapat mengundang pejabat pemerintah daerah yang terkait.

    (5) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalamkeputusan gubernur dan disampaikan kepada Kepala Daerah paling lama 15(lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud.

    (6) Apabila Gubernur menetapkan hasil evaluasi rancangan Perda Daerahtentang APBD dan rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran

    APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Kepala Daerah menetapkan rancangandimaksud menjadi pertauran daerah dan peraturan kepala daerah.

    (7) Dalam hal Gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda Daerahtentang APBD dan rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran

    APBD tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    38/73

    38

    undangan yang lebih tinggi, Kepala Daerah bersama DPRD melakukanpenyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterima kasievaluasi.

    (8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Daerah dan DPRD,dan Kepala Daerah tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang

    APBD dan ancangan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBDmenjadi peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah, gubernurmembatalkan peraturan daerah dan peraturan Kepala Daerah dimaksudsekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

    (9) Pembatalan pertauran daerah dan peraturan kepala daerah dan pernyataanberlakunya pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimana dimaksud padaayat (8) ditetapkan peraturan gubernur.

    Pasal 84

    (1) Penyempurnaan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pasal 83 ayat (7)dilakukan Kepala Daerah bersama dengan Panitia Anggaran DPRD.

    (2) Hasil penyempurnaan sebagaimana tersebut pada ayat (1) ditetapkan olehkeputusan pimpinan DPRD.

    (3) Keputusan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijadikandasar penetapan peraturan daerah tentang APBD dan dilaporkan padasidang paripurna berikutnya.

    (4) Keputusan Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

    disampaikan kepada Gubernur paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelahkeputusan tersebut ditetapkan.

    (5) Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan tetap, maka pejabat yang ditunjukdan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku pimpinan sementaraDPRD yang menandatangani keputusan pimpinan DPRD.

    Pasal 85

    (1) Apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud PASAL 83 ayat (7) tidakditindaklanjuti oleh dan DPRD, dan Kepala Daerah tetap menetapkan

    rancangan Peaturan Kepala Daerah tentang APBD dan rancanganPeraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD menjadi PeraturanDaerah dan Peraturan Kepala Daerah, Gubernur membatalkan PeraturanDaerah dan Peraturan Kepala Daerah dimaksud sekaligus menyatakanberlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

    (2) Pembatalan Peraturan Daerah dan peraturan Kepala Daerah sertapernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimanadimaksud pada pasal 83 ayat (8) ditetapkan dengan peraturan gubernur.

    (3) Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1), Kepala Daerah harus memberhentikan pelaksanaanperaturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama Kepala Daerah mencabutperaturan daerah dimaksud.

    (4) Pencabutan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)dilakukan dengan peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerahtentang APBD.

  • 7/25/2019 Perda No 9 Tahun 2011 Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan

    39/73

    39

    (5) Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya sebagaimanaayat (1) ditetapkan dengan peraturan Kepala Daerah sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.

    Pasal 86

    Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD dijadikan dasar penetapandokumen pelaksanaan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah.

    Pasal 87

    Untuk memenuhi asas transparansi, Kepala Daerah wajib menginformasikansubstansi peraturan daerah tentang APBD kepada masyarakat yang telahdiundangkan dalam lembaran daerah.

    Bagian Keempat

    Keterlambatan Persetujuan Bersama APBD

    Pasal 88

    (1) Dalam hal penetapan peraturan daerah tent