Upload
fitria-hadri-yani
View
4.508
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penulisan
Dalam rangka percepatan pengentasan dan penghapusan kemiskinan, Harus
diakui dewasa ini, segala bentuk perjanjian internasional seakan-akan memberikan
landasan dan harapan baru bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang diarahkan
terutama bagi negara berkembang dan miskin, termasuk salah satu adalah bangsa
Indonesia. Fenomena ini tentulah sangat menarik untuk kita coba telaah lebih dalam,
terutama dengan maraknya perjanjian mengenai perdagangan bebas (free trade) yang
telah disepakati oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu bentuk kebijakan yang telah
diambil, dimana mungkin penulis mencoba untuk melemparkan suatu pertanyaan
sederhana dalam tulisan ini, apakah benar perjanjian-perjanjian yang telah dibuat itu
memang diarahkan dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat
mempercepat pengentasan kemiskinan yang telah lama menyelimuti bangsa ini atau
jangan-jangan itu hanyalah sekedar pemanis belaka untuk memperkuat proses
neokolonialisme dan imprealisme suatu negara terhadap negara lain?
Kalau dilihat kembali mengenai isi perjanjian perdagangan bebas yang telah
dibuat dan disepakati, pada dasarnya juga menegaskan akan pentingnya suatu
produktifitas diiringi dengan asas persamaan, keadilan, perlindungan hak-hak asasi
manusia dan lingkungan hidup, tetapi lagi-lagi kalau berbica mengenai realita, mungkin
ada baiknya meninjau ulang mengenai kebenaran ditetapkannya asas-asas tersebut. James
Petras dengan cukup kritis pernah mengatakan bahwa wacana-wacana yang selama ini
biasa kita anggap wajar harus dicermati ulang secara kritis. Modus Perdagangan bebas ini
tidak lebih hanya akan menjadi mekanisme penguasaan negara maju terhadap negara
berkembang. Neoliberalisme dan propaganda atas keniscayaan integrasi pasar ekonomi
tidak lebih hanyalah mitos dan klaim yang selalu dibangun untuk kepentingan relasi
imperialis.
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
Pada prinsipnya perdagangan bebas atau free trade adalah suatu bentuk
penjabaran ekonomi suatu negara yang mekanisme kebijakan perekonomiannya
diserahkan kepada kebijakan pasar dengan meminimalkan seminim mungkin peran
negara bahkan diharapkan sama sekali tidak ada intervensi/campur tangan dari negara.
Selain itu, perdagangangan bebas juga menyakini akan menciptakan kemakmuran
bersama semua bangsa yang disebabkan setidaknya oleh tiga hal yaitu pertama,
perdagangan akan menyebabkan Negara-negara melakukan spesialisai dalam produksi
setiap item dimana mereka secara relative lebih efesien.
Suatu upaya yang secara keseluruhan ditujukan untuk
menyerahkan perekonomian kepada mekanisme pasar bebas, contohnya saja bisa kita
lihat semenjak disepakatinya kesepakatan berbagai perjanjian perdagangan bebas /FTA,
mulai dari IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement), C-AFTA(China-
Asean FTA), K-AFTA (Korea-Asean FTA), dan J-AFTA (Japan-Asean FTA) yang jelas-
jelas tidak memihak pada kesejahteraan masyarakat secara mayoritas. Banyak para
pengamat ekonom yang menyimpulkan bahwa pada dasarnya Free Trade
Agreement (FTA) hanyalah ditujukan dalam rangka memperluas pasar dan agenda-
agenda neoliberal semata, dimana dalam rangka mempermudah misinya, semua negara
yang terlibat dalam perjanjian tersebutpun harus secara perlahan-lahan menghapuskan
semua bentuk hambatan ataskelancaran perdagangan dengan pemberian insentif dan
kemudaan bea masuk dengan pajak 0 % serta kemudahan di bidang pertanahan dan
keimigrasian yang diberikan dalam rangka menarik investasi dan perdagangan asing
untuk masuk ke kawasan tersebut.
Selain itu adanya perspektif kritis yang lebih melihat hubungan asimetris pada
politik internasional, memandang perdagangan bebas tidak lebih sebagai bentuk baru
penjajahan atau imperialisme gaya baru Negara maju kepada Negara berkembang atau
miskin, di mana para pemodal dalam skala internasional dengan alih-alih akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara lain justru tengah mempraktekkan upaya
penghisapan keringat buruh yang lebih murah di negara lain. Motivasi ini selalu dikemas
dengan konsep strategi diplomasi yang seolah-oleh akan menguntungkan semua negara
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
dalam tiap negosiasi padahal justru yang terjadi adalah perpecahan dalam negeri akibat
dari ketidakadilan ekonomi dan lingkaran kemiskinan yang semakin meningkat.
1.2. Tujuan Penulisan
1.3. Manfaat Penulisan
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERDAGANGAN BEBAS
1. Pengertian Perdagangan Bebas dan Perdagangan Internasional
Perdagangan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada
Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari
World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. penjualan produk antar
negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Perdagangan
bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang
diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-
perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk
yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan
tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial,
dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun
turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran
perusahaan multinasional.
Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pajak negara, biaya
tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor, dan juga regulasi non tarif pada
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
barang impor. Secara teori, semuha hambatan-hambatan inilah yang ditolak oleh
perdagangan bebas. Namun dalam kenyataannya, perjanjian-perjanjian perdagangan yang
didukung oleh penganut perdagangan bebas ini justru sebenarnya menciptakan hambatan
baru kepada terciptanya pasar bebas. Perjanjian-perjanjian tersebut sering dikritik karena
melindungi kepentingan perusahaan-perusahaan besar.
2. Teori Perdagangan Internasional
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di
dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan
tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang
dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang
impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa,
mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
a) Model Ricardian
Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan
konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model
Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik
produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi dimana
negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi
bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan
faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara.
b) Model Heckscher-Ohlin
Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar
kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model
ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik
pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai
mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional.
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh
perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan
mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan
dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara
intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang
dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika
Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki
kecukupan modal.
c) Faktor Spesifik
Dalam model ini, mobilitas buruh antara industri satu dan yang lain sangatlah mungkin
ketika modal tidak bergerak antar industri pada satu masa pendek. Faktor spesifik
merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari produksi, seperti
modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri. Teori mensugestikan jika ada
peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor produksi spesifik ke barang
tersebut akan untuk pada term sebenarnya. Sebagai tambahan, pemilik dari faktor
produksi spesifik berlawanan (seperti buruh dan modal) cenderung memiliki agenda
bertolak belakang ketika melobi untuk pengednalian atas imigrasi buruh. Hubungan
sebaliknya, kedua pemilik keuntungan bagi pemodal dan buruh dalam kenyataan
membentuk sebuah peningkatan dalam pemenuhan modal. Model ini ideal untuk industri
tertentu. Model ini cocok untuk memahami distribusi pendapatan tetapi tidak untuk
menentukan pola pedagangan.
d) Model Gravitasi
Model gravitasi perdagangan menyajikan sebuah analisa yang lebih empiris dari pola
perdagangan dibanding model yang lebih teoritis diatas. Model gravitasi, pada bentuk
dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara
dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum gravitasi Newton yang juga
memperhitungkan jarak dan ukuran fisik diantara dua benda. Model ini telah terbukti
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
menjadi kuat secara empiris oleh analisa ekonometri. Faktor lain seperti tingkat
pendapatan, hubungan diplomatik, dan kebijakan perdagangan juga dimasukkan dalam
versi lebih besar dari model ini.
3. Sejarah Perdagangan/Pasar Bebas
Sejarah dari perdagangan bebas internasional adalah sejarah perdagangan
internasional memfokuskan dalam pengembangan dari pasar terbuka. Diketahui bahwa
bermacam kebudayaan yang makmur sepanjang sejarah yang bertransaksi dalam
perdagangan. Berdasarkan hal ini, secara teoritis rasionalisasi sebagai kebijakan dari
perdagangan bebas akan menjadi menguntungkan ke negara berkembang sepanjang
waktu. Teori ini berkembang dalam rasa moderennya dari kebudayaan komersil di
Inggris, dan lebih luas lagi Eropa, sepanjang lima abad yang lalu. Sebelum kemunculan
perdagangan bebas, dan keberlanjutan hal tersebut hari ini, kebijakan dari merkantilisme
telah berkembang di Eropa di tahun 1500. Ekonom awal yang menolak merkantilisme
adalah David Ricardo dan Adam Smith.
Ekonom yang menganjurkan perdagangan bebas percaya kalau itu merupakan
alasan kenapa beberapa kebudayaan secara ekonomis makmur. Adam Smith, contohnya,
menunjukkan kepada peningkatan perdagangan sebagai alasan berkembangnya kultur
tidak hanya di Mediterania seperti Mesir, Yunani, dan Roma, tapi juga Bengal dan
Tiongkok. Kemakmuran besar dari Belanda setelah menjatuhkan kekaisaran Spanyol, dan
mendeklarasikan perdagangan bebas dan kebebasan berpikir, membuat pertentangan
merkantilis/perdagangan bebas menjadi pertanyaan paling penting dalam ekonomi untuk
beberapa abad. Kebijakan perdagangan bebas telah berjibaku dengan merkantilisme,
proteksionisme, isolasionisme, komunisme dan kebijakan lainnya sepanjang abad.
4. Pro Dan Kontra Perdagangan Bebas
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
Banyak ekonom yang berpendapat bahwa perdagangan bebas meningkatkan
standar hidup melalui teori keuntungan komparatif dan ekonomi skala besar. Sebagian
lain berpendapat bahwa perdagangan bebas memungkinkan negara maju untuk
mengeksploitasi negara berkembang dan merusak industri lokal, dan juga membatasi
standar kerja dan standar sosial. Sebaliknya pula, perdagangan bebas juga dianggap
merugikan negara maju karena ia menyebabkan pekerjaan dari negara maju berpindah ke
negara lain dan juga menimbulkan perlombaan serendah mungkin yang menyebabkan
standar hidup dan keamanan yang lebih rendah. Perdagangan bebas dianggap mendorong
negara-negara untuk bergantung satu sama lain, yang berarti memperkecil kemungkinan
perang.
5. Menggugat Mitos-mitos Neoliberalisme tentang Pasar Bebas
Neoliberalisme sebagai perwujudan baru paham liberalisme saat ini dapat
dikatakan telah menguasai sistem perekonomian dunia. Paham liberalisme dipelopori
oleh ekonom asal Inggris Adam Smith dalam karyanya The Wealth of Nations (1776).
Sistem ini sempat menjadi dasar bagi ekonomi negara-negara maju seperti Amerika
Serikat dari periode 1800-an hingga masa kejatuhannya pada periode krisis besar (Great
Depression) di tahun 1930. Sistem ekonomi yang menekankan pada penghapusan
intervensi pemerintah ini mengalami kegagalan untuk mengatasi krisis ekonomi besar-
besaran yang terjadi saat itu.
Selanjutnya sistem liberal digantikan oleh gagasan-gagasan dari John Maynard
Keynes yang digunakan oleh Presiden Roosevelt dalam kebijakan New Deal. Kebijakan
itu ternyata terbukti sukses karena mampu membawa negara selamat dari bencana krisis
ekonomi. Inti dari gagasannya menyebutkan tentang penggunaan full employment yang
dijabarkan sebagai besarnya peranan buruh dalam pengembangan kapitalisme dan
pentingnya peran serta pemerintah dan bank sentral dalam menciptakan lapangan kerja.
Kebijakan ini mampu menggeser paham liberalisme untuk beberapa saat sampai
munculnya kembali krisis kapitalisme yang berakibat semakin berkurangnya tingkat
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
profit dan menguatnya perusahaan-perusahaan transnasional atau Trans Nasional
Corporation/Multi Nasional Corporation (TNC/MNC).
Menguatnya kekuatan modal dan politik perusahaan-perusahaan transnasional
(TNC/MNC) yang banyak muncul di negara-negara maju makin meningkatkan tekanan
untuk mengurangi berbagai bentuk intervensi pemerintah dalam perekonomian karena hal
itu akan berpengaruh pada berkurangnya keuntungan yang mereka terima. Melalui
kebijakan politik negara-negara maju dan institusi moneter seperti IMF, Bank Dunia dan
WTO, mereka mampu memaksakan penggunaan kembali paham liberalisme gaya baru
atau yang lebih dikenal dengan sebutan paham neo-liberalisme.
a. Paham Neoloberalisme
Secara garis besar Mansour Fakih (2003) menjelaskan pendirian paham neoliberalisme:
1. biarkan pasar bekerja tanpa distorsi (unregulated market is the best way to
increase economic growth), keyakinan ini berakibat bahwa perusahaan swasta
harus bebas dari intervensi pemerintah, apapun akibat sosial yang dihasilkan.
2. kurangi pemborosan dengan memangkas semua anggaran negara yang tidak perlu
seperti subsidi untuk pelayanan sosial seperti anggaran pendidikan, kesehatan dan
jaminan sosial lainnya.
3. perlu diterapkan deregulasi ekonomi, mereka percaya bahwa regulasi selalu
mengurangi keuntungan, termasuk regulasi mengenai AMDAL, keselamatan
kerja dan sebagainya.
4. privatisasikan semua badan usaha negara. Privatisasi ini termasuk juga
perusahaan-perusahaan strategis yang melayaani kepentignan rakyat banyak
seperti PLN, Sekolah dan Rumah Sakit. Hal ini akan mengakibatkan konsentrasi
kapital di tangan sedikit orang dan memaksa rakyat kecil membayar lebih mahal
atas kebutuhan dasar mereka.
5. masukkan gagasan seperti “barang-barang publik”, “gotong-royong” serta
berbagai keyakinan solidaritas sosial yang hidup di masyarakat ke dalam peti es
dan selanjutnya digantikan dengan gagasan “tanggung jawab individual”. Masing-
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
masing orang akan bertanggung jawab terhadap kebutuhan mereka sendiri-
sendiri. Golongan paling miskin di masyarakat akan menjadi korban gagasan ini
karena merekalah yang paling kesulitan untuk memenuhi kebutuhan mereka
sendiri.
b. Mitos
Dalam rangka memantapkan kebijakan neo-liberalisme, para pendukungnya
secara gencar mengampanyekan mitos-mitos berkaitan dengan neo-liberalisme dan lebih
lanjut tentang pasar bebas. Lebih lanjut dijelaskan oleh Mansour Fakih (2003) bahwa
mitos-mitos itu diantaranya adalah :
1. perdagangan bebas akan menjamin pangan murah dan kelaparan tidak akan
terjadi. Kenyataan yang terjadi bahwa perdagangan bebas justru meningkatkan
harga pangan.
2. WTO dan TNC akan memproduksi pangan yang aman. Kenyataannya dengan
penggunaan pestisida secara berlebih dan pangan hasil rekayasa genetik justru
membahayakan kesehatan manusia dan juga keseimbangan ekologis.
3. kaum permpuan akan diuntungkan dengan pasar bebas pangan. Kenyataannya,
perempuan petani semakin tersingkir baik sebagai produsen maupun konsumen.
4. bahwa paten dan hak kekayaan intelektual akan melindungi inovasi dan
pengetahuan. Kenyataannya, paten justru memperlambat alih teknologi dan
membuat teknologi menjadi mahal.
5. perdagangan bebas di bidang pangan akan menguntungkan konsumen karena
harga murah dan banyak pilihan. Kenyataannya justru hal itu mengancam
ketahanan pangan di negara-negara dunia ketiga.
Akibat dari gagasan-gagasan yang selanjutnya diterapkan menjadi kebijakan ini
dapat kita perhatikan pada kehidupan di negeri ini. Bagaimana rakyat menjerit akibat
kenaikan harga-harga seiring dengan ketetapan pemerintah mencabut subsidi BBM. PHK
massal mewabah karena efisiensi perusahaan akibat meningkatnya beban biaya produksi.
Mahalnya harga obat karena paten dan hak cipta yang membuat rakyat makin sulit
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
mendapatkannya. Mahalnya biaya perawatan rumah sakit karena swastanisasi. Makin
tercekiknya kesejahteraan petani akibat kebijakan impor beras dan diperburuk dengan
mahalnya harga pupuk dan obat-obatan pembasmi hama. Masih banyak contoh yang
dapat kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita.
Akibat dalam skala lebih luas menurut Yanuar Nugroho (2005) ternyata
perekonomian dunia saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup 800 juta dari 6.5
miliar manusia. Itupun ia sudah mengonsumsi 80 persen dari semua sumber daya bumi
yang tersedia. Jika cara ini diteruskan, sumber daya bumi ini akan segera terkuras habis
6. Manfaat perdagangan bebas internasional
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut.
Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di setiap
negara. Faktor-faktor tersebut diantaranya : Kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan internasional, setiap
negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak diproduksi sendiri.
Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat
memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang diproduksi oleh
negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara tersebut mengimpor barang
tersebut dari luar negeri.
Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya)
dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
mengakibatkan turunnya harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan
internasional, pengusaha dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal,
dan menjual kelebihan produk tersebut keluar negeri.
Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari teknik
produksi yang lebih efesien dan cara-cara manajemen yang lebih modern
7. Faktor pendorong perdagangan bebas Internasional
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di
antaranya sebagai berikut :
a. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
b. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
c. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengolah sumber daya ekonomi
d. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut.
e. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
f. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
g. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
h. Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup
sendiri.
8. Kebaikan dan Keburukan Perdagangan Internacional
a. Kebaikan Perdagangan Internasional
Produksi global dapat ditingkatkan
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
Pandangan ini sesuai dengan teori ‘Keuntungan Komparatif’ dari David Ricardo.
Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat
digunakan dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan
memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk
pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan
dan tabungan.
Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara
Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara
mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen
mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat
menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara
memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik
Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-
negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta
tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara
berkembang.
Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja
dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang
dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali
memerlukan modal dari bank atau pasar saham. dana dari luar negeri terutama
dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam
negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
b. Keburukan Perdagangan Internasional
Menghambat pertumbuhan sektor industri
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar
negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara
berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan
proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan
demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan
kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih
cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki
perusahaan multinasional semakin meningkat.
Memperburuk neraca pembayaran
Perdagangan bebas cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya,
apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang.
Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari
globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan
faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang
bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan)
investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat
berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari perdaganagn bebas adalah pengaliran investasi
(modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi
dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini
akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan
bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun,
dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung
menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan
di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan
ekonomi secara keseluruhan.
Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dalam
jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan
ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat
pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah
semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk
kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi
pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat
semakin bertambah buruk.
9. Peraturan/Regulasi Perdagangan Internasional
Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilatera antara dua
negara. Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan
negara memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional.
pada abad ke 19, terutama di Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi
yang terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran diantaranegara barat untuk
beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa mereka ke kemunduran besar
Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial
seperti GATT dab WTO memberikan usaha untuk membuat regulasi lobal dalam
perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan tersebut terkadang berujung pada
protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak
menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara
yang berekonomi kuat, walaupun mereka terkadang melakukan proteksi selektif untuk
industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh
Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh
perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat,
Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak
negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas
karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian,
dan fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan
perdagangan pertemuan dan prosedur cukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas
dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa
tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat,
Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada
perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur
dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya. Selama reses ada seringkali tekanan
domestik untuk meningkatkan arif dalam rangka memproteksi industri dalam negri. Ini
terjadi di seluruh dunia selama Depresi Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia
yang dipercaya memperdalam depresi tersebut.
Regulasi dari perdagangan internasional diselesaikan melalui World Trade
Organization pada level global, dan melalui beberapa kesepakatan regional seperti
MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko,
dan Uni Eropa anatara 27 negara mandiri. Pertemuan Buenos Aires tahun 2005
membicarakan pembuatan dari Free Trade Area of America (FTAA) gagal total karena
penolakan dari populasi negara-negara Amerika Latin. Kesepakatan serupa seperti MAI
(Multilateral Agreement on Invesment) juga gagal pada tahun-tahun belakangan ini.
B. PROTEKSI DAN PEMBATASAN PERDAGANGAN
1. Pengertian Proteksi
Proteksi merupakan perlindungan dalam perdagangan atau industri. Tujuannya
untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan barang impor. Hal ini, misalnya
dapat dijalankan dengan tarif, Quota, Subsidi dan sebagainya.
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
Kebijakan ini menghendaki perdagangan internasional berlangsung tanpa adanya
hambatan apapun dari pemerintah, baik hambatan tariff maupun hambatan kuota
2. Faktor Pendorong Proteksi
Ada dua alasan kuat yang mendorong lahirnya kebijakan proteksionisme, yaitu
melindungi perekonomian domestik dari tindakan negara atau perusahaan asing yang
tidak adil, dan melindungi industri-industri domestik yang baru berdiri (infant industry).
Industri-industri domestik yang baru berdiri biasanya memiliki struktur biaya yang masih
tinggi, sehingga sulit bersaing dengan industri asing yang memiliki struktur biaya rendah
(karena sudah memiliki skala ekonomi yang besar). Proteksi bertujuan untuk melindungi
industri domestik yang sedang berada dalam tahap perkembangan. Proteksi ini memberi
kesempatan kepada industri domestik untuk belajar lebih efisien dan memberi
kesempatan kepada tenaga kerjanya utnuk memperoleh keterampilan. Kebijakan proteksi
biasanya bersifat sementara. Jika suatu saat industri domestik dirasakan sudah cukup
besar dan mampu bersaing dengan industri asing, maka proteksi akan dicabut
Dalam perdagangan luar negeri konsep proteksi berarti usaha-usaha pemerintah
yang mematasi atau mengurangi jumlah barang yang diimpor dari Negara-negara lain
denga tujuan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu yang penting artinya dalam
pembangunan Negara dan kemakmuran perekonomian Negara.
Ada beberapa tujuan penting dari proteksi:
a. Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran.
b. Mendorong perkembangan industri baru
c. Mendiversifikasikan perekonomian
d. Menghindari kemerosotan industri-industri tertentu
e. Memperbaiki neraca pembayaran
f. Menghindari neraca pembayaran
g. Menghindari dumping
h. Menambah pendapatan pemerintah
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
3. Alat Pemabatasan Perdagangan
Proteksi dan pembatasan perdagangan adalah kebijakan. Kebijakan pemerintah
dalam membatasi atau mengurangi barang-barang yang di impor. Halangan perdagangan
dapat dibedakan kepada empat jenis: tarif dan pajak impor, kuota pembatasan impor.
Hambatan perdagangan bukan tarif dan pembatasan penggunaan valauta asing.
4. Intrument kebijakan Proteksi
Ada banyak hambatan yang digunakan sebagai instrument kebijakan proteksionis.
Hambata itu bertujuan utnuk melindungi industri dalam negeri terhadap persaingan luar
negeri. Bentuk hambatan proteksionis dalam perdagangan luar negeri tersebut, yaitu:
1. Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan. Efek
kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Tarif yang paling umum
adalah tarif atas barang-barang impor atau yang biasa disebut bea impor. Tujuan dari
bea impor adalah membatasi permintaan konsumen terhadap produk-produk impor
dan mendorong konsumen menggunakan produk domestik. Semakin tinggi tingkat
proteksi suatu negara terhadap produk domestiknya, semakin tinggi pula tarif pajak
yang dikenakan. Perbedaan utama antara tarif dan proteksi lainnya adalah bahwa tarif
memberikan pemasuka kepada pemerintah sedangkan kuota tidak.
2. Kuota
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdagangkan. Ada tiga
macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor
adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi adalah
pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor adalah
pembatasan jumlah barang yang diekspor. Tindakan untuk membatasi atau
mengurangi jumlah barang impor ada yang diakukan secara sukarela yang disebut
sebagai pembatasan ekspor sukarela (Voluntary Export Restriction = VER). VER
adalah kesepakatan antara negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang yang
dijualnya ke negara pengimpor.
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara pengekspor, agar dapat
memperoleh harga yang lebih tinggi. Kuota produksi bertujuan untuk mengurangi
jumlah ekspor. Dengan demikian, diharapkan harga di pasaran dunia dapat
ditingkatkan.
Tujuan utama pelaksanaan kuota adalah untuk melindungi produksi dalam negeri dari
serbuan-serbuan luar negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara importir.
Harga barang melambung tinggi,
Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi berkurang,
Meningktanya produksi di dalam negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara eksportir.
Harga barang turun,
Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi bertambah,
Produksi di dalam negeri berkurang.
3. Dumping dan Diskriminasi harga
Praktik diskriminasi harga secara internasional disebut dumping, yaitu menjual
barang di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan
di bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume
perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan
konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri yang
sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah negara
pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor yang lebih
tinggi), atau sering disebut counterveiling duties. Hal ini dilakukan untuk menetralisir
dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain.
Kebijakan ini hanya berlaku sementara, haraga produk akan dinaikkan sesuai dengan
harga pasar setelah berhasil merebut dan menguasai pasar internasional. Predatory
Email : [email protected]
Twitter : @fitrihadriyani
dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar negeri. Setelah
persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan untuk
menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.
4. Subsidi
Kebijakan subsidi biasanya diberika untuk menurunkan biaya produksi barang
domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan bersaing di
pasar internasional. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong jumlah
ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Harga jual dapat
diturunkan sebesar subsidi tadi. Namun tindakan ini dianggap sebagai persaingan
yang tidak jujur dan dapat menjurus kea rah perang subsidi. Hal ini karena semua
negara ingin mendorong ekspornya dengan cara memberikan subsidi.
5. Larangan impor
Kebijakan ini dimaksudkan untuk melarang masuknya produk-produk asing ke dalam
pasar domestik. Kebijakan ini biasanya dilakukan karena alasan politik dan ekonomi.