Upload
helnida
View
16
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BBBG
Citation preview
PERDARAHAN POSTPARTUM
1. RETENSIO PLASENTA
a. Pengertian
Ada beberapa pengertian retensio plasenta yaitu :
Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setangah jam
setelah janin lahir(Winkjosastro, 2010 ).
Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi
waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,
artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan
tindakan plasenta manual dengan segera. Bila retensio plasenta tidak
diikuti perdarahan maka perlu diperhatikan ada kemungkinan terjadi
plasenta adhesive, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta.
(Manuaba (2006:176).
b. Etiologi
1. Etiologi Retensio Plasenta
Menurut Wiknjosastro (2007) sebab retensio plasenta dibagi menjadi 2
golongan ialah sebab fungsional dan sebab patologi anatomik.
Sebab fungsional
1) His yang kurang kuat (sebab utama)
2) Tempat melekatnya yang kurang menguntungkan (contoh :di sudut
tuba)
3) Ukuran plasenta terlalu kecil
4) Lingkaran kontriksi pada bagian bawah perut
Sebab patologi anatomik (perlekatan plasenta yang
abnormal)Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat
dan tumbuh lebih dalam. Menurut tingkat perlekatannya :
1) Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua
endometrium lebih dalam.
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 1
2) Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus
desidua endometrium sampai ke miometrium.
3) Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium
sampai ke serosa.
4) Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim.
c. Presdisposisi
Paritas Ibu
Pada multipara akan terjadi kemunduran dan cacat pada
endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas
implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga
vaskularisasi menjadi berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dan janin, plasenta akan mengadakan perluasan implantasi
dan vili khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi
sehingga akan terjadi plasenta adhesiva sampai perkreta. Ashar
Kimen mendapatkan angka kejadian tertinggi retensio plasenta
pada multipara, sedangkan Puji Ichtiarti mendapatkan kejadian
retensio plasenta tertinggi pada paritas 4-5 (Cahyono, 2002).
Salah satu faktor predisposisi terjadinya retensio adalah
grandemultipara (Mochtar, 2002). Teori lain mengatakan bahwa
kejadian retensio lebih sering dijumpai pada ibu grandemultipara,
karena semakin tinggi paritas ibu maka semakin kurang baik fungsi
reproduksinya (Manuaba, 2008). Hal ini dikarenakan otot rahim
yang sudah melemah karena ibu sudah melahirkan > 4 kali
sehingga tidak baik untuk inplantasi plasenta.
Usia
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 2
Usia adalah usia individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur maka
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. (Soerjono 2006).
Makin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang
progresif dari endometrium sehingga untuk mencukupi
kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang
lebih luas.Kesehatan reproduksi wanita sangat penting
pengaruhnya dalam kehamilan. Usia ibu merupakan faktor
resiko terhadap terjadinya retensio. Menurut (Varney 2007)
bahwa usia ibu lebih dari 35 mempunyai resiko tinggi terjadi
komplikasi persalinan dikarenakan otot-otot rahim yang sudah
lemah sehingga persalinan akan berlangsung lama yang salah
satunya akan menyebabkan terjadinya retensio.
Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah keseluruhan pengalaman setiap orang
sepanjang hidupnya.Dalam hal ini tidak dikenal batas usia, tidak
dibatasi oleh tempat, lingkungan dan juga kegiatan.
Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh dalam
member respon terhadap sesuatu yang datang dari luar seperti
sikap dan penerimaan anjuran atau nasehat yang diberikan oleh
orang lain( naker). Klien yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka
yang berpendidikan lebih rendah sebab pendidikan seorang
menunjukkan tingkat kualitas dan kuantitas dalam dirinya
(Hartono 2009).
Pekerjaan
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 3
Salah satu program pemerintah dalam pembangunan adalah
memberikan pekerjaan untuk mengurangi penganguran, karena
pengangguran dapat menimbulkan dampak yang merugikan
ketahanan keluarga.Kemampuan untuk melaksanakan program
pemerintah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta sumber daya
manusia.
Pekerjaan adalah mata pencaharian yang meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan manusia.Hasil
symposium nasional mengatakan kecenderungan bertambahnya
waktu yang dipakai para wanita yang berpartisipasi dalam
program pemerintah adalah berbagai waktu dalam kegiatan
rumah tangga (Azwar 2001).
d. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
1. Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang
dilakukan.
2. Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps
sirkulasi dan penurunan perfusi organ.
3. Sepsis
4. Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk
memiliki anak selanjutnya
e. Patofisiologi
Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun
secara perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut
retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya
secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 4
pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-
otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila
serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya
dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses
retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang.
f. Penanganan
Penanganan Retensio Plasenta
Segera setelah bayi lahir, cek bayi kedua. Setelah dipastikan tidak
ada bayi kedua, suntikkan oksitosin 10 IU secara Intra Muskular di
1/3 paha atas lateral.
Lakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT). 15 menit setelah
bayi lahir, plasenta belum lahir juga, suntikkan kembali oksitosin
dosis kedua 10 IU secara I.M di 1/3 paha atas lateral sebelah
lainnya.
Kembali lakukan PTT ulang ketika ada his. 15 menit plasenta
belum lahir juga, periksa perdarahan. Jika terdapat perdarahan aktif
diagnosa kasus tersebut adalahretensio plasenta. Jika tidak terdapat
perdarahan aktif, maka diagnosa kasus tersebut adalah akreta
plasenta.
Pasang infus RL 500cc + oksitosin 10 IU drip, 40 TPM. Berikan
propenit supp untuk meredakan nyeri. Gunakan sarung tangan
ginekologi (sarung tangan panjang).
Regangkan tali pusat dengan tangan kiri, tangan kanan meyusuri
tali pusat secara obstetrik masuk kedalam vagina. Setelah tangan
kanan sampai di serviks, minta asisten untuk memegang tali pusat,
dan tangan kiri penolong berada di fundus.
Tangan kanan terus menyusuri tali pusat hingga bertemu dengan
pangkal tali pusat (insersi tali pusat). Buka tangan seperti orang
bersalaman dengan ibu jari menempel jari telunjuk.
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 5
Carilah bagian plasenta yang sudah terlepas. Lepaskan plasenta
dengan cara menyisir mulai dari bagian plasenta yang terlepas
dengan sisi ulna (sisi kelingking). Setelah semua plasenta terlepas,
bawa plasenta sedikit kedepan.
Tangan kanan kembali kebelakang untuk mengeksplorasi ulang
apakah plasenta sudah terlepas semua. Jika teraba licin, berarti
plasenta sudah terlepas semua.
Keluarkan plasenta dengan tangan kanan. Tangan kiri pindah diatas
supra simpisis untuk menahan agar tidak terjadi inversio uteri.
Setelah plasenta keluar dari uterus, tangan kiri mendorong uterus di
atas simpisis kearah dorso kranial untuk mengembalikan posisi
uterus ke tempat semula. Setelah plasenta keluar, segera lakukan
masase 15 kali searah jarum jam.
2. SISA PLASENTA
a. Pengertian
Rest plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membrannya
dlam cavum uteri (Saifuddin.A.B.2002).
Rest plasenta merupakanertinggalnya bagian plasenta dalam uterus
yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum primer atau
perdarahan postpartum sekunder (Alhamsyah,2008).
Retensio plasenta adalah suatu keadaan dimana sebagian kecil dari
plasenta dari plasenta tertinggal didalam rahim (obstetri fisiologi
Prof.Dr.Rustam Mochtar).
Suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal didalam
uterus (Sarwono Prawirohardjo, 2002;M:31).
b. Etiologi
Sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal dalam rongga
rahim dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan
postpartum lambat (biasanya terjadi 6-10 hari pasca peersalinan). Pada
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 6
perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta yang ditandai adanya
dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta sama dengan
subinvolusio uteri/rahim, yaitu perdarahan yang berulang atau langsung
terus dan berasal dari rongga rahim. Peerdarahan akibat sisa plasenta
jarang menimbulkan syok.
Penilaian klinis sulit untuk mematikan adanya sisa plasenta,
kecuali apabila penolong persalinan memeriksa kelengkapan plasenta
setelah plasenta lahir. Apabila kelahiran plasenta, maka untuk
memastikan adanya sisa plasenta ditentukan adanya eksplorasi dengan
tangan. Kuret atau alat bantu diagnostik yaitu usg. Pada umumnya
perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta yang tertinggal dalam
rongga rahim.
c. Presdisposisi
Menurut Manuaba 2008 : h.135 faktor presdisposisi perdarahan
postpartum
Dengan sisa plasenta adalah sebagai berikut :
i. Keadaan umum pasien yang mempunyai gizi rendah.
a. Hamil dengan anemia
b. Hamil dengan kekurangan gizi/malnnutrisi
ii. Kelemahan dan kelelahan otot rahim
a. Grande multipara
b. Jarak kehamilan dan persalinan kurang dari 2 tahun
c. Persalinan lama
d. Persalinan dengan tindakan
e. Kesalahan persalinan dengan tindakan
iii. Pertolongan persalinan dengan tindakan
iv. Overdistensi pada kehamilan
a. Hidramnion
b. Gemeli
c. Berat anak yang melebihi 4000 gram
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 7
d. Komplikasi
Komplikasi sisa plasenta adalah polip sisa plasenta artinya
plasenta masih tumbuh dan dapat menjadi besar. Perdarahan teerjadi
intermitten sehingga kurang mendapat perhatian, dan dapat terjadi
degenerasi ganas menuju korio korsinoma dengan manifestasi
klinisnya (Trias Acorta Sision’’HBS1”). Trias Acosta Sision adalah
terjadi degenerasi ganas yang berasal dari kehamilan, abortus, dan
mola hidatidosa(Manuaba, 2010.h.413).
Menurut Manuaba 2008; h.163 memudahkan terjadinya :
1. Anemia yang berkelanjutan
2. Infeksi puerperium
e. Patofisiologi
Tertinggalnya plasenta atau selaput janin yang menghalangi
kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap
terbuka(Saifudin.2002).
Suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka
uterus tidak dapat beerkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan ( Sajiyatini, 2011).
f. Penanganan
Menurut Achadiat, 2004 penatalaksanaan sisa plasenta yaitu
apabila hanya sisa plasenta (rest plasenta), pengluaran dilakukan
secara digital, manual, ataupun dengan menggunakan kuret besar dan
tajam secara hati-hati.
Menurut Obgyn 2009 penatalaksanaan retensi sisa plasenta yaitu
:
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 8
Memberikan antiibiotika kombinasi (Ampicilin 1 gr IV,
dilanjutkan dengan ampicilin 3x1 peroral) dan metrodinazol 1 gr
supositoria dilanjutkan dengan metrodinazol 3x500 peroral.
- Jika serviks terbuka : lakukan eksplorasi digital untuk
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan
- Jika serviks hanya dapat dilalui instrumen lakukan evakuasi
sisa pasenta dengan AVM / kuretase.
- Jika kadar HB lebih besar dari 8 gr% sulfaferosus 600
mg/hari peroral selama 10 hari.
3. ATONIA UTERI
a. Pengertian
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya otot/ tonus/ kontraksi
rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup pendarahan
terbuka dan tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Gejala yang selalu ada uterus tidak berkontraksi dan lembek,
pendarahan segera setelah anak lahir (perdarahan postpartum primer).
Gejala yang kadang-kadang timbul yaitu syok (tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah mual dan lain-
lain). Perlu dierhatikan bahwa pada saat atonia uteri didiagnosis, maka
pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah
keluar dan pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus
dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah.
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan rangsangan taktil (pemijatan fundus uteri tidak
terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga
berencana makin meningkat (manuaba dan APN).
b. Etiologi
1. Grandemultipara (paritas 5 atau lebih)
Kehamilan seorang ibu yang berulang kali, maka uterus
juga akan berulangkali teregang. Hal ini akan menurunkan
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 9
kemampuan berkontraksi dari uterus segera setelah plasenta
lahir.
2. Kehamilan dengan mioma uterus
Mioma yang paling sering menjadi penyebab perdarahan
postpartum adalah mioma intramuscular, dimana mioma berada
di dalam miometrium sehingga akan menghalagi uterus
berkontruksi.
3. Persalinan buatan (SC, forceps dan vakum ekstraksi)
Persalinan buatan mengakibatkan otot uterus dipaksa untuk
segera mengeluarkan buah kehamilan dengan segera sehingga
pada pasca salin menjadi lelah dan lemah unuk berkontraksi.
4. Persalinan lewat waktu
Peregangan yang berlebihan ada otot uterus karena
besarnya kehamilan, ataupun juga terlalu lama menahan beban
janin didalamnya menjadikan otot uterus dan lemah untuk
berkontraksi.
5. Infeksi intrapartum
Korioamnionitis adalah infeksi korion saat intrapartum
yang potensial akan menjalar pada otot uterus sehingga menjadi
infeksi dan menyebabkan gangguan untuk melakukan kontraksi.
6. Persalian yang cepat
Persalinan yang cepat mengakibatkan otot uterus dipaksa
untuk segera mengeluarkan buah kehamilan dengan segera
sehingga pada pasca salin menjadi lemah dan lelah untuk
berkontraksi.
7. Kelainan plasenta
Plasenta akreta, plasenta previa dan plasenta lepas
premature mengakibatkan gangguan uterus untuk berkontraksi.
Adanya benda asing menghalangi kontraksi yang baik untuk
mencegah terjadinya perdarahan.
8. Anastesi atau analgesic yang kuat
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 10
Obat anastesi atau analgesic dapat menyebabkan otot uterus
menjadi dalam kondisi relaksasi yang melebihi, sehingga saat
dibutuhkan untuk berkontraksi menjadi tertunda atau terganggu.
Demikian juga dengan magnesium sulfat yang digunakan untuk
mengendalikan kejang pada preeklamasi dan eklamasi yang
berfungsi sebagai sedative atau penenang.
9. Induksi/ augmentasi persalinan
Obat-obatan uterotonika yang digunakan untuk memaksa
uterus berkontraksi saat proses persalinan mengakibatkan otot
uterus menjadi lelah.
10. Penyakit sekunder material
Anemia, endometritis, kematian janin dan koagulasi
intravaskuler diseminata merupakan penyebab gangguan
pembekuan darah yang mengakibatkan tonus uterus terhambat
untuk berkontraksi.
c. Presdisposisi
Menurut Roestman (1988), faktor presdisposisi terjadinya atonia uteri
adalah:
1. Umur: umur yang terlalu muda dan tua.
2. Pantas: sering dijumpai pada multipara dan grandemulptipara.
3. Obstetri operatif dan narkosa.
4. Uterus terlalu diregang atau besar, pada gemeli, hidramnion, atau
janin besar.
5. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri
6. Faktor sosio ekonomi yaitu mal nutrisi
d. Komplikasi
Komplikasi pada atonia uteri yaitu perdarahan postpartum
primer yang dapat mengakibatkan syok. Bila terjadi syok yang berat
dan pasien selamat, maka dapat terjadi komplikasi lanjutan yaitu
anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan anemia
bisa langsung berat sampai repsis. Pada perdarahan yang disertai oleh
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 11
pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organ-
organ seperti gagal ginjal mendadak (Khain, 2011).
e. Patofisiologi
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan
retraksi serat-serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini
menyebabkan terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran
darah di tempat plasenta berhenti kegagalan mekanisme akibat
gangguan fungsi miometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini
menjadi penyebab utama perdarah postpartum. Sekalipun pada kasus
perdarahan postpartum, kadang-kadang sama sekali tidak disangka
atonia uteri sebagai penyebabnya, namun adanya faktor penyebab
dalam banyak hal harus menimbulkan kewaspadaan terhadap
kemungkinan gangguan tersebut.
f. Penanganan (Sarwono Prawirohardjo: 2005)
1. Kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri
2. Sementara dilakukan pemasangan infuse dan pemberian
uterotonika, lakukan kompresi bimanual.
3. Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian
plasenta masih tertinggal, lakukan evakuasi sisa plasenta) dan
tak ada laserasi jalan lahir.
4. Berikan transfuse darah bila sangat diperlukan.
5. Lakukan uji beku darah (lihat solusio plasenta) untuk konfirmasi
sistem pembekuan darah.
6. Bila semua tindakan diatas telah dilakukan tetapi masih terjadi
perdarahan lakukan tindakan spersifik (ihat bagian prosedur
klinik) sbb:
a. Kompresi Bimanual eksternal
Menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan
saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 12
melingkupi uterus. Pantau aliran darah yang keluar, bila
perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga
uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas
kesehatan rujukan. Bila belm berhasil, coba dengan kompresi
bimanual internal.
b. Kompresi Bimanual Internal
Uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding
abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit
pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti
mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi.
Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti,
tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan
tetap terjadi, cobakan aorta abdominalis.
c. Kompresi aorta abdominalis
Raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri,
pertahankan posisi tersebut, genggam tangan kanan kemudian
tekankan pada daerah umbilicus, tegak lurus dengan sumbu
badan, hingga mencapai koluma vertebralis, penekanan yang
tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri
femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan
perdarahan yang terjadi.
7. Pada rumah sadar rujukan
a. Ligasi arteri uterna dan ovarika
b. Histerektomi
4. PERLUKAAN JALAN LAHIR
a. Pengertian
Perlukaan jalan lahir merupakan perlukaan yang terjadi pada
jalan lahir saat atau setelah terjadinya persalinan yang biasanya
ditandai oleh perdarahan pada jalan lahir. Perlukaan jalan lahir
karena persalinan dapat mengenai vulva, vagina, dan uterus. Jenis
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 13
perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan
yang disertai perdarahan hebat (Prawirohardjo S., 2008: 409)
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap
dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikanbahwa perdarahan tersebu
berasal dari perlukaan jalan lahir. Perlukaan jalan lahir terdiri dari:
1. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi karena semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnyaa. Robekan
perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil
daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan
ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia suboksipito
bregmatika. Luka perineum adalah perlukaan yang terjdi akibat
persalinan pada bagian perineum dimana muka janin menghadap.
Luka perineum dibagi menjadi 4 tingkatan:
Tingkat I: robekan hanya pada saa selaput lender vagina
dengan atau tanpa mengenai kulit perineum.
Tingkat II: Robekan mengani selaput lender vagina dan otot
perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spinaler ani.
Tingkat III: Robekan mengani seluruh perineum dan otot
spinder ani.
Tingkat IV: Robekan sampai dengan mukosa rectum.
2. Robekn serviks
Robekan serviks paling sering terjadi pada jam 3 dan 9. Bibir
depan dan bibir belakang serviks dijepit dengan klem fenster
kemudian servik ditarik sedikit untuk menentukan letak robekan dan
ujung robekan. Selanjutnya robekan dijahit sedikit dengan catgut
kronik dimulai dari ujung untuk menghentikan perdarahan.
3. Rupture Uteri
Rupture uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim
akibat dilampauinya daya regang miometrium. Rupture uteri adalah
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 14
robeknya dinding uterus ada saat kehamilan atau dalam persalinan
dengan atau tanpa robeknya perineum visceral.
b. Etiologi
1. Robekan perineum
Robekan perineum disebabkan oleh kepala janin lahir
terlalu cepat, sudut arcus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin lebih ke belakang daripada biasa, kepala
janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih
bear daripada siskumferasia suboksipito bregmatika, atau anak
dilahirkan dengan pembedahan vaginal (Sorwono, 2005: 665)
2. Robekan serviks
Robekan semacam ini biasanya terjadi pada persalinan
buatan: ekstraksi dengan forceps, ekstraksi pada letak
sungsang, versi dan ekstraksi, dekapitasi, perforasi, dan
kroniklasi terutama kalau dilakukan pada pembukan yang
belum lengkap (UNPAD: 1984: 219)
Apabila serviks kaku dan his kuat, servik uteri mengalami
tekanan kuat oleh kepala janin, sedangkan pembukaan tidak
maju. Akibat tekanan kuat dan lama ialah pelepasan sebagian
serviks atau pelepasan serviks secara sirkuler (Sarwono, 2005:
668).
3. Rupture uteri
a. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus.
b. Indaksi dengan oksitosin yang sembarangan atau
persalinan.
c. Presdisposisi
Faktor maternal
1. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan atau tidak ditolong.
2. Pasien tidak mampu berhenti mengejan.
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 15
3. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan.
4. Edema dan kerapuhan pada perineum.
5. Varkositas vulva yang melemahkan jaringan perineum.
6. Arus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula
sehingga menekan kepada.
7. Perluasan episiotomi.
Faktor janin
1. Bayi yang besar
2. Posisi kepala yang abnormal, misalnya presentasi muka dan
ocuptoposterior
3. Kelahiran bokong
4. Ekstraksi forceps yang sukar
5. Dystosia bahu
6. Anomali congenital seperti hydrochepalus
d. Komplikasi
A. Komplikasi awal
1. Perdarahan
Perdarahan dapat terjadi jika pembuluh darah tidak diikat
dengan baik. Pencegahannya adalah dengan mengikat titik
perdarahan ketika sednag menjahit, pastikan bahwa perdarahan tidak
berasal dari uterus yang atonik.
2. Hematoma
Mengumpulnya darah pada dinding vagina yang biasanya terjadi
akibat komplikasi luka pada vagina. Hematoma terlihat adanya
pembengkakan vagina atau nyeri hebat dan retensi urin.
1. Retensi urin
Maternal harus sering dianjurkan untuk sering berkemih. Jika
ibu tidak mampu maka pasang kateter untuk menghindari
ketegangan kandung kemih.
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 16
2. Infeksi
Komplikasi paling umum dan dapat dihindari dengan
memberikan antibiotic piofilatik pada maternal dan gunakan teknik
aseptic saat menjahit robekan jika terjadi infeks. Jahitan harus segera
dilepas dan diganti dengan jahitan kedua kali, jika diperlukan hanya
setelah infeksi teratasi.
b. Komplikasi lanjut
1. Jaringan parut dan stenosis (penyempitan) vagina, dapat
menyebabkan nyeri selama bersenggama dan persalinan lama pada
kelahiran berikutnya, jika robekan hanya setelah tidak diperbaiki.
2. Vesiko vagina, vesiko serviks atau pistula dapat terjadi apabila
robekan vagina atau serviks meluas ke kandung kemih/ rectum.
e. Patofisiologi
1. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga dapat persalinan berikutnya. Robekan ini
dapat dihindarkan atau dikuarangi dengan menjaga jangan sampai
dasar panggu dilalui kepala janin dengan cepat, sebakiknya kepala
janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau kuat dan lama,
karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam
tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar
panggul karena direnggangkan terlalu lama.
2. Robekan serviks
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks
seorang multipara berbeda daripada yang belum pernah melahirkan
pervaginam. Robekan serviks yang luas mengakibatkan perdarahan
dan dapat menjalar kesegmen baawah uterus. Apabila terjadi
perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir
lengkap dan uterus berkontraksi baik. Perlu difikirkan perlukaan
jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 17
3. Ruptur uteri
a. Ruptur spontan
Terjadi spontan dan sebagian besar pada persalinan. Terjadi
gangguan mekanisme persalinan sehingga menimbulkan
ketegangan segmen bawah rahim yang berlebihan.
b. Ruptur uteri traumatik
Terjadi pada persalinan, timbulnya ruptur uteri karena tindakan
seperti ekstraksi forse, ekstraksi vakum dll.
c. Ruptur uteri pada bekas luka uterus
Terjadinya spontan atau bekas seksio cesaria dan bekas
operasi pada uterus.
f. Penanganan
Robekan perineum
Persiapan alat
*wadah DTT berisi: sarung tangan, pemegang jarum, jarum
jahit.
*cairan antiseptik (alkohol, betadin)
*anestesi lidokain 1%
Persiapan pasien
Ibu posisi lithotomi, pasang kain bersih dibawah bokong,
atur lampu kearah vulva atau perineum bersihkan dengan cairan
antiseptik
Persiapan petugas
Lepas perhiasan dan cuci tangan, pakai sarung tangan DTT
untuk memasukan lidokain 1% kedalam spuit kemudian pakai
sarung tangan lain.
Perawatan pasca persalinan
Apabila terjadi robekan tingkat IV berikan antibiotik profilaksis
dosis tunggal
Ampicilin 500 mg/oral
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 18
DHN metrodinazol 500 mg/oral
Observasi tanda-tanda infeksi
Jangan lakukan pemeeriksaan rektal atau enema 2 mg
Berikan pelembut feses selam 1 mg/oral
Teknik penjahitan robekan perineum
- tingkat 1
dapat dilakukan hanya menggunakan catgut yang
dijahitkan secara jelujur atau dengan cara angka delapan
- Tingkat II
jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau
bergerigi maka pinggir yang bergerigi harus
dirapikan lebih dulu.
Pinggir robekan kanan, kiri masing-masing diklem
kemudian digunting dan dilakuikan penjahitan
Mula-mula djahit cetgut, selaput lendir vagina
dijahit dengan catgut secara terputus atau jelujur.
Penjahitan selaput lendir vaguna dimulai deng
puncak robekan.
Terakhir kulit perineum dijahit dengan benang
sutera dengan terputus.
- Tingkat III
Dinding depan rektum yang robek dijahit dulu
Fasia perifektal dan fasia septm rekto vaginal dijahit
dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali
Ujung-ujung otot sfingter anio yang terpisah diklem
dengan klempen lurus kemudian dijahit dengan 2-3
jahitan catgut kromik
Robekan djahit lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat II
Robekan cerviks
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 19
a. Pertama-tama pinggir robekan sebelah kiri dan
kanan dijepit dengan klem sehingga perdarahan
menjadi berkurang atau berhenti
b. Kemudian serviks ditarik sedkit sehingga lebih jelas
kelihatan dari luar
c. Jika [pinggir ribekan bergerigi, sebaiknya sebelum
dijahit pinggir tersebut diratakan dulu dengan jalan
menggunting pinggir yang bergerigi tersebut
d. Setellah itu robekan dijahit dengan catgut cromik,
jahitan dimulai dari ujung robekan dengan cara
jahitan terputus-putus atau jahitan angka delapan
e. Pada robekan yang dalam jahitan harus dilakukan
lapis demi lapis. Ini dilanjutkan untuk menghindari
terjadinya hematoma dalam rongga bawah jahitan
Ruptur uteri
a. Mengatasi syok
b. Perbaiki KU penderita dengan pemberian infus dan
sebagainya
c. Kardiotonika, antibiotika dan sebagainya
d. Jika sudah mulai membaik lakukan laparotomi
dengan tindakan jenis operasi
Histerktomi (total dan subtotal)
Histerorafia (tepi luka dieksidir dijahit)
Konservatif (dengan temporade dan antibiotika
yang cukup)
5 INVERSIO UTERI
a. Pengertian
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk kedalam kavum uteri ( Rustam Muchtar
Prof.Dr.MPH.Sinopsis Obstetri, Jilid 1, edisi 2 : 1998)
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 20
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana sebagian atas uterus (fundus
uterus) memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sehingga adalah
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri (Prawirohardjo Sarwono,
Prof.Dr.Ilmu Kebidanan: Jakarta)
b. Etiologi
Penyebab inversio uteri dapat secara spontan atau karen atindakan.
Faktor yang ,memudahkan terjadinya adalah uterus yang lembek, lemah,
tipis dindingnya, adanya uteri dan adanya kekuatan yang menarik
fundus kebawah. Sedangkan yang spontan dapat terjadi pada
grandemultipara, atonnia uteri, kelemahan alat kandungan (tonus otot
rahim yang lemah, kanalis servikalis yang longgar) tekanan intra
abdominal yang tinggi (misalnya mengejan atau batuk)
Inversio karena tindakan dapat disebabkan karena perasat crede yang
berlebihan tarikan tali pusat dan pada manual plasenta yang dipaksakan,
apalagi bila ada perlekatan plasenta pada dinding rahim atau karena
tindakan atraksi pada tali pusat yang berlebihan yang belum lepas pada
dinding rahim. Inveersio uteri juga dapat terjadi waktu batuk, bersih atau
mengejan.
c. Presdisposisi
Tali pusat yang pendek
Traksi yang berlebihan pada tali pusat
Tekanan pada fundus yang berlebihan
Sisa plasenta dan abnormal perlekatan plasenta (inkreta,
perkreta, akreta)
Menarik terlalu keras pada tali pusat untuk mempercepat
pelepasan plasenta, terutama jika plasenta melekat pada uterus
Endometritis kronis
Kelahiran setelah sebelumnya sc
Cepat atau tenaga his yang panjang
Sebelumnya rahim inversi
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 21
Obat tertentu seperti magnesium sulfat
Unicornueta rahim
Kelainan bawaan atau kelemahan rahim
d. Komplikasi
- Keratinisasi mukosa vagian dan portio uteri
- Dekubitis
- Hipertropi serviks uteri dan elongasioma
- Gangguan miksi dan stres inkontenensia
- Infeksi saluran kencing
- Infertilitas
- Gangguan partus
- Tremoroid
- Inkerserasi usus
e. Patofisisologi
- Inversio akut
- Kontraksi cincin servix dan bagian bawah uterus disekeliling
bagian uterus yang dilingkari
- Eedema
- Pengurangan suplai darah
- Gangren dan nekrosis
- Pelepasan jaringan nekrotis
g. Penanganan
1. Tindakan pada inversio akut
Metode penegmbalian uterus yang diuraikan oleh johnson
merupakan metode yang efektif. Seluruh tangan operator yang
ditempatkan dalam vagina dengan ujung-ujungnya jari tangan
berada pada hubungan uterocrvical dan fundus uteri dalam tanda
tangan. Uterus kemudian diangkat keluar dari dalam rongga
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 22
pelvis dan dipertahankan dalam rongga abdomen diatas level
umbilikus. Tindakan ini mengakibatkan perganagan dan
ketegangan pada ligamentum uterina. Kalau ligamentum tersebut
tegang, tekanan pertama-tama melebarkan cincin cervikaldan
kedua menarik fundus lewat cincin itu. Dengan cara ini, uterus
akan kembali keposisinya yang normal. Agar tindakan ini
memberikan hasil yang tuntas, uterus perlu dipertahankan dalam
posisi ini selam 3 sampai 5 menit sampai fundus beringsut dari
telapak tangan.
2. Tindakan pada inversio subakut
Setelah cervix berkontraksi pengembalian segera uterus tidak lagi
mudah dikerjakan
a. Vagina ditampon dengan gulungan kasa 2 inci tanpa
mengembalikan uterus, sehingga mendorong servix kedalam
rongga abdomen. Sebuah kateter foley dipasang kedalam
vesica urinaria.
b. Pasien dirawat untuk mengatasi syok dan diberi transfusi
darah untuk menggantikan darah yang hilang
c. Dapat digunakan antibiotika
d. Selam 48 jam berikutnya diberikan infus cairan dan elektrolit
dalam upaya memulihkan pasien kepada kondisi yang sesuai
bagi pembedahan pada saat yang sama diharapkan terjadi
sebagian involusio uteri
e. Dilaksanakan laparotomi dan inversio dikoreksi dengan
operasi kombinasi abdominovaginal seperti pada inversio
kronis
3. Tindakan pada inversio kronis
Prosedur spinelli. Dengan menggunakan pendekatan
pervagianam, cincin cerviks diinsisi disebelah anterior sehingga
fundus uteri dapat didorong kembalinya
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 23
Prosedur Hauthon dilaksanakan laparotomi. Cincin cervix
diinsisi disebelah posterior dan fundus uteri ditarik keatas
Prosedur huntington. Pendekatannya melalui insisi
perabdominam. Permukaan uterus didalam lubang yang
berbentuk karena inversio dipegang dnegan forcep allis kira-kira
2 cm dibawah puncak inversio pada setiap sisinya dan dilakukan
tarikan keatas. Setelah uterus keluar lewat cincin cervix dibawah
forceps yang mula-mula dipasnag forceps tambahan dan lalu
dilakukan tarikan lebih lanjut. Prosedur ini diteruskan samapai
inversio benar-benar sudah membalik seluruhnya. Tekanan pada
fundus yang dilakukan serentak oleh asisten lewat vagina akan
memudahkan pelaksanaan prosedur tersebut.
6 KELAINAN PEMBEKUAN DARAH
a. Pengertian
Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adlah perdarahn
yang terjadi karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang
ibu. Sehingga darah tetap mengalir.
b. Etiologi
Pada periode postpartum awal, kelainan sistem koagulasi dan pate;et
biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini
bergantung pada kontraksi uterus untuk mencegah perdarahn. Deposit
ini fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjedalan darah
memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah
persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan perdarahn
postpartum sekunder persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat
menyebabkan perdarahan postpartum sekunder atau perdarahan eksbarsi
dari sebab lain terutama trauma.
Abnormalitas dapat muncul sebelum persalinan atau didapat saat
persalinan. Trombositopenia dapat berhubungan dengan penyakit
sebelumnya, seperti IIP atau Sindroma HELP sekinder, solusio plasenta,
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 24
DIC atau sepsis. Abnormalitas platelet dapat saja terjadi, tapi hal ini
jarang. Sebagian besar merupakan penyakit sebelumnya walaupun
sering tak terdiagnosis.
Abnormalitas sistem pembekuan darah yang muncul sebelum
persalinan yang berupa hipofirinogemia familial dapat saja terjadi, tetapi
abnormalitas yang didapat biasanya berhubungan hanya terjadi masalah.
Hal ini dpaat berupa DIC yang berhubungan dengan solusio plasenta,
sindroma help , IUFD , emboli air ketuban dan sepsis. Kadar fibrinogen
pada kisaran normal seperti pada wanita yangtidak hamil harus
mendapat perhatian. Selain ituu koagulopati dilusional dapat terjadi
setelah perdarahan postpartum masif yang mendapat resusitasi cairan
kristaloid dan transfusi PRC.
DIC yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya
disebabkan oleh hipo atau afibrigenemia atau pembekuan intravascular
merata.
DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukan fipoperfusi
jaringan yang menyebabkan kerusakan dan pelepasan tromboplastin
jaringan. Pada kasus ini terjadi peningkatan kadar D-inier dan
penurunan fibrinogen yang tajam, serta pemanjangan waktu trombin.
c. Presdisposisi
1. Solusio plasenta
2. Kematian janin dalam uterus
3. Eklampsia
4. Emboli air ketuban
d. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan denagn
DIC : sepsis oleh kuamn gram negatif, terutama yang menyertai dengan
abortus septic. Syok berat pemberian cairan hipertonik kedalam uterus.
(Schaward,2000)
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 25
e. Patofisiologi
Kelainan koagulasi generalista ini dianggap sebagai akibat dari lepasnya
substansi-substansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk
konsepsi kedalam sirkulasi darah ibu atau akibat aktivasi faktor XII oleh
endotoksin. Setelah itu mulailah serangkaian reaksi berantai yang
mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, pembentukan dan
pengendapan fibrin dan sebagai konsekuensinya, aktivasi sistem
fibrinolitik yang normalnya sebagai proteksi. Gangguan patofisiologi
yang kompleks ini menjadi suatu lingkaran setan yang muncul sebagai
diatheis perdarahan klinis denagn berubah-ubah hasilnya rangkaian tes
pembekuan darah sehingga membingungkan.
f. Penanganan
Jika tes koagulasi darah menunjukan hasil abnormal dari onset
teerjadinya perdarahn postpartum, seperti solusio plasenta, sindroma
Help, fatty liver pada kehamilan, IUFD, emboli air ketuban septikemia.
Ambil langkah spesifik untuk menangani penyebab yang mendasari dan
kelainan hemoststik.
Penanganan DIC identik dengan pasien mengalami koagulopati
dilusional. Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian
produk darah bersifat sangat esensial. Perlu saran dari ahli hematologi
pada kasus transfusi masif dan koagulopati. Konsentrat trombosit yang
diturunkan dari darah donor digunakan pada pasien dengan
trombositopenia kecuali bila ada terdapat penghancuran trombosit
dengan cepat. Satu unit trombosit biasanya menaikan hitung trombosit
sebesar 5.000-10.000/mm. Dosis biasa sebesar kemasan 10 unit
diberikan bila gejala-gejala perdarahan telah jelas atau bila dihitung
trombosit dibawah 20.000/mm3. Transfusi trombosit diindikasikan bila
dihitung trombosit 10.000-50.000/mm3, jika direncanakan suatu
tindakan operasi, perdarahan aktif diperkirakan diperlukan suatu
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 26
transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin dibutuhkan karena masa
paruh trombosit hanya 3-4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor
pembekuan V, VII, IX, X dan fibrinogen yang paling baik. Pemberian
plasma segar tidak diperlukan adanya kesesuaian donor tetapi antibodi
dalam plasma dapat bereaksi dengan sel-sel penerima. Bila ditemukan
koagulopati dan belum dapat pemeriksaan laboratorium, plasma segar
yang dibekukan harus secara empiris.
Krisopresitat, suatu sumber faktor-faktor pemebekuan VIII, XIII
dan fibrinogen dipakai dalam hemofilia A, hipofibrinogemia dan
penyakit von willbrand. Kuantitas faktor-faktor tidak dapat diprrediksi
untuk terjadinya suatu pembekuan, serta variasi menurut keadaan klinis.
DIC :
i. Uterotonika dosis kuat
ii. Tambahan fibrinogen langsung
iii. Analisa faktor bekuan darah
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 27
SUMBER :
Cuningham FG etc, Editor. Williams Obstetric 20th edition.Connectuit
Appleton Lange.1998
Febrianto H.N. Perdarahan Paasca Persalinan. Fakultas Kedokteran.
Universitas Sriwijaya, 2007
Heller, Iuz.Gawat Darurat Gynekologi dan Obstetric, Alih Bahasa
H.Mochammad Martoprawiro, Adji Dharma.Jakarta:EGC1997
James R.Scott,et.al Danforth Buku Saku Obstetric dan Gynekologi.Alih
Bahasa TMA Chalik, Jakarta:Widya Medika.2002
Mochtar Rustam.Sinopsis Obstetric, Ed.2.Jakarta:EGC,1998
Winkjosastro H,dkk.Editor Ilmu Kebidanan.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta 1994
Perdarahan Postpartum, Uki Rohmadhoni XVA | 28