111
PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU BADUY LUAR DAN DANGKA DENGAN PENDEKATAN BIOREGION DEASNY PRATAMI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA

SUKU BADUY LUAR DAN DANGKA

DENGAN PENDEKATAN BIOREGION

DEASNY PRATAMI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

ii

Page 3: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap

Konservasi Budaya Suku Baduy Luar dan Dangka dengan Pendekatan Bioregion

adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Deasny Pratami

NIM A44090055

Page 4: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

iv

ABSTRAK

DEASNY PRATAMI. Perencanaan Lanskap Konservasi Budaya Suku Baduy

Luar dan Dangka dengan Pendekatan Bioregion. Dibimbing oleh QODARIAN

PRAMUKANTO.

Suku Baduy merupakan kelompok masyarakat yang mempertahankan adat serta

tradisi, dan berpangkal pada ketentuan para leluhur mereka. Namun, Suku Baduy

mengalami pengaruh budaya dari luar, terutama pada masyarakat Baduy Dangka

dan Luar yang dijadikan sebagai area penyangga bagi kawasan Baduy Dalam.

Tujuan umum penelitian ini adalah merencanakan lanskap konservasi budaya

Suku Baduy Luar dan Dangka dengan pendekatan bioregion. Bioregional

merupakan suatu wilayah tanah dan air yang cakupannya tidak ditentukan oleh

batas administrasi atau politik, tetapi oleh batas geografis komunitas manusia dan

sistem ekologinya. Tahapan penelitian terdiri atas: persiapan, preliminary study,

analisis dan sintesis, dan perencanaan. Analisis dilakukan untuk menentukan unit

bioregion, unit lanskap, dan unit tempat. Kemudian dilakukan evaluasi untuk

menyepadankan kriteria karakteristik bioregion Baduy Dalam dengan

karakteristik bioregion Baduy Luar dan Dangka. Karakteristik bioregion Baduy

Dalam disusun berdasarkan studi literatur. Hasil penyepadanan akan digunakan

sebagai arahan konsep rencana lanskap yang akan dikembangkan. Konsep

perencanaan berbasis bioregional dalam penelitian ini memiliki tujuan

meningkatkan kualitas hidup yang selaras antara alam sebagai sumberdaya dan

aktivitas manusia melalui perbaikan dan optimalisasi lingkungan berkelanjutan

dari segi ekologis, sosial, ekonomi, dan budaya. Hasil akhir penelitian ini

dituangkan berupa gambar rencana lanskap konservasi budaya Suku Baduy Luar

dan Dangka.

Kata Kunci: bioregion, konservasi budaya, perencanaan lanskap, Suku Baduy

Luar dan Dangka.

ABSTRACT

DEASNY PRATAMI. Landscape Planning for Cultural Conservation of Baduy

Dangka Tribe with Bioregion Approach. Dibimbing oleh QODARIAN

PRAMUKANTO.

The Baduy Tribe is a community which preserves their culture, tradition, and hold true

to their ancesters believe. The Baduy Tribe has suffered some external influence

towards their culture, especially effecting the Outter Baduy and Dangka community

which functions as buffer area for the Inner Baduy region. The general purpose of this

research is to plan a cultural conservation landscape for the Outter Baduy and Dangka

Tribe using the bioregion approach. Bioregion constitues the geographical area, which

its delineation is not determine by administrative or political boundaries, instead its

limited by the culture domain and the nature boundaries. The research consists of:

preparation, preliminary study, analysis, synthesis, and planning. Analysis is done to

Page 5: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

v

determine the bioregion unit, landscape unit, and place unit. After that, evaluation in

matching the bioregion characteristic of Inner Baduy with bioregion characteristic of

Outter Baduy and Dangka. The matching is done in order to utilise the result of the

evaluation, as a concept guide in the landscape planning to be developed. The

bioregional based of planning concept in this particular research has a purpose to

escalate the quality of living combining nature as a resource and human activity,

through sustainable refirement and optimazing the environment in the facet of ecology,

social, economy, and culture. The final result of this research are arranged as

landscape planning for cultural landscape conservation of The Outter Baduy and

Dangka Tribe.

Keywords: bioregion, cultural conservation, landscape planning, The Outter Baduy

dan Dangka Tribe

Page 6: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

vi

Page 7: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

vii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA

SUKU BADUY LUAR DAN DANGKA

DENGAN PENDEKATAN BIOREGION

DEASNY PRATAMI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

viii

Page 9: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

ix

Judul : Perencanaan Lanskap Konservasi Budaya Suku Baduy Luar dan

Dangka dengan Pendekatan Bioregion

Nama : Deasny Pratami

NIM : A44090055

Disetujui Oleh

Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si

Dosen Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M. Agr

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Tanggal disetujui:

Page 10: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

x

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan

Karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Perencanaan Lanskap Konservasi

Budaya Suku Baduy Luar dan Dangka dengan Pendekatan Bioregion” dapat

diselesaikan.

Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap,

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini diharapkan

dapat memotivasi masyarakat baduy khususnya Baduy Luar dan Dangka agar

mengetahui potensi sumberdaya dan dampak dari tindakan yang dapat merusak

sumberdaya sehingga dapat menumbuhkan kepedulian dan kebanggan bagi

masyarakat untuk melestarikan wilayah yang ada di dalamnya.

Penyusunan skripsi ini dibantu dan didukung oleh berbagai pihak, oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua, Ibu, Alm. Ayah, Adik, dan seluruh keluarga besar atas

dukungan dan doanya selama ini.

2. Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing dan pembimbing

akademik yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik yang

bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Nurhayati H S Arifin, M.Sc dan Dr. Ir. Andi Gunawan, M.Agr atas

kritik dan saran selaku dosen penguji dalam ujian skripsi.

4. Jaro Dainah sebagai Kepala Desa Kanekes atas izin penelitiannya, Ayah

Mursid (Wakil Jaro Baduy Dalam, Cibeo), Sapri, dan Aldi yang telah

memberikan informasi dan data selama proses penelitian di lapangan.

5. Beasiswa BUMN, atas biaya penelitian yang telah diberikan.

6. Rival Herwindo, atas dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan skripsi

dan turun lapang.

7. Teman-teman yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada

penulis, Nurul Anisyah Desdyanza, Yolanda Agustine, Firdha Mahardi dan

teman-teman seperjuangan ARL 46.

8. Teman-teman Arsitektur Lanskap IPB angkatan 43, 44, 45 dan 47 atas

dukungan dan kenangan selama di departemen

9. Serta seluruh pihak yang telah banyak membantu selama proses penyusunan

skripsi ini.

Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membacanya.

Bogor, Februari 2014

Deasny Pratami

Page 11: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Konservasi 4

Budaya 4

Suku Baduy 5

Perencanaan Lanskap 7

Bioregion 7

METODOLOGI 10

Waktu dan Tempat Penelitian 10

Data dan Informasi 10

Alat 13

Metode dan Tahapan Penelitian 13

KONDISI UMUM 17

Profil Kampung Baduy Luar dan Dangka 17

Aksesibilitas 20

DATA DAN ANALISIS 21

Karakteristik Bioregion Baduy Luar dan Dangka 21

Aspek Budaya 21

a. Sejarah Kawasan 21

b. Adat Istiadat 21

c. Pola Pemukiman dan Arsitektur Rumah Adat 27

d. Kebudayaan Naratif 30

Page 12: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

xii

d. Produk Seni 31

Aspek Bio-Fisik 32

a. Topografi dan Kemiringan 32

b. Geologi dan Tanah 35

c. Iklim dan Curah Hujan 38

d. Hidrologi 39

e. Penggunaan dan Penutupan Lahan 39

f. Keanekaragaman Vegetasi 46

Karakteristik Bioregion Baduy Dalam 55

Analisis Bioregional 59

Unit Bioregion 59

Unit Lanskap 61

Unit Tempat 61

SINTESIS 65

KONSEP DAN PENGEMBANGAN 69

Konsep Perencanaan 69

Rencana Pengembangan Konsep 69

PERENCANAAN LANSKAP 75

Rencana Lanskap 75

Rencana Ruang 75

Rencana Sirkulasi 76

Rencana Vegetasi 76

SIMPULAN DAN SARAN 82

Simpulan 82

Saran 82

DAFTAR PUSTAKA 83

LAMPIRAN 85

RIWAYAT HIDUP 96

Page 13: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

xiii

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi Bioregion 8

2 Data dan Informasi 11

3 Nama Bulan serta Kegiatan Upacara Adat di Baduy 26

4 Luas Kelas Lereng Kampung Baduy Luar dan Dangka 35

5 Nilai Indeks dan Tingkat Pencemaran DAS Ciujung 39

6 Kriteria Interpretasi Citra Satelit untuk Kelas Penutupan Lahan 43

7 Luas Penutupan Lahan Kawasan Kampung Baduy Luar dan Dangka 44

8 Jenis Vegetasi, Manfaat, dan Habitat 50

9 Keanekaragaman Kelompok Manfaat Vegetasi 54

10 Keanekaragaman Pengambilan Vegetasi berdasarkan Habitat 55

11 Karakteristik Bioregion Baduy Dalam 56

12 Daftar DAS di Provinsi Banten 59

13Evaluasi Karakteristik Bioregion Baduy Luar dan Dangka dengan Arahan

perbaikan 65

14 Rencana Vegetasi Baduy Luar dan Dangka 77

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 3

2 Peta Lokasi Kampung Baduy Luar dan Dangka 10

3 Diagram Tahapan Penelitian 14

4 Kondisi Desa Kanekes 18

5 Peta Eksisting Kampung Baduy Luar dan Dangka 19

6 Aksesibilitas Lokasi Penelitian 20

7 Kegiatan Pertanian dan Kaitannya dengan Upacara Adat 21

8 Pola Tata Ruang Kampung Gajeboh, Baduy Dangka 22

9 Bentuk Rumah Panggung di Kampung Baduy Luar dan Dangka 23

10 Denah Rumah Baduy Luar dan Dangka 24

11 Kain Tenun dan alat tenun yang ada di Baduy 31

12 Pakaian adat Baduy Dalam (kiri); 32

Pakaian adat Baduy Luar dan Dangka (kanan)

13 Tas Koja hasil kerajinan tangan Masyarakat Baduy 32

14 Peta Topografi Kampung Baduy Luar dan Dangka 33

15 Peta Kemiringan Lahan Kampung Baduy Luar dan Dangka 34

16 Peta Geologi Kecamatan Leuwidamar 36

17 Peta Tanah Kampung Baduy Luar dan Dangka 37

18 Suhu Udara, Kelembaban Udara, Curah Hujan 2003/2012 38

19 Peta Daerah Aliran Sungai Provinsi Banten 40

20 Sub DAS Kampung Baduy Luar dan Dangka 41

21 Skema zona pemanfaatan lahan di Kampung Baduy Luar dan Dangka 42

22 Peta Penutupan Lahan Kampung Baduy Luar dan Dangka 43

23 Ilustrasi Struktur Vegetasi Leuweung lembur 46

24 Ilustrasi Struktur Vegetasi Huma 47

25 Ilustrasi Struktur Vegetasi Jami 48

26 Ilustrasi Struktur Vegetasi Reuma 49

Page 14: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

xiv

27 Ilustrasi Struktur Vegetasi Leuweung kolot 50

28 Unit Bioregion 60

29 Unit Lanskap 63

30 Unit Tempat 64

31 Block Plan 70

32 Konsep Ruang 69

33 Konsep Sirkulasi 71

34 Tipe Vegetasi Leuweung Lembur 72

35 Tipe Vegetasi Huma 72

36 Tipe Vegetasi Jami 73

37 Tipe Vegetasi Reuma 73

38 Tipe Vegetasi Leuweung Kolot 73

39 Rencana Lanskap Konservasi Budaya Suku Baduy Luar dan Dangka 81

DAFTAR LAMPIRAN

1 Keanekaragaman vegetasi leuweung kolot dan larangan di Baduy Dalam 85

2 Keanekaragaman vegetasi reuma di Baduy Dalam 90

3 Keanekaragaman vegetasi leuweung lembur di Baduy Dalam 93

Page 15: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Suku merupakan sekelompok orang tertentu yang memiliki latar belakang

budaya yang sama untuk menjunjung nilai-nilai adat yang berlaku dalam

wilayahnya. Suku Baduy merupakan salah satu suku budaya di Indonesia yang

masih memegang teguh adat tradisi yang diwariskan oleh leluhur mereka.

Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada

alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat sangat berhubungan

dengan kondisi alam. Masyarakat Baduy memanfaatkan alam sebagai sarana

untuk bercocok tanam, berladang, sumber bahan pangan, sandang, dan papan.

Secara umum masyarakat Baduy dibagi menjadi tiga bagian yaitu tangtu,

panamping, dangka. Tangtu dan panamping berada pada wilayah Desa Kanekes,

sedangkan dangka ada yang berada di dalam dan di luar Desa Kanekes. Dangka

menurut beberapa pendapat sebagai tempat pembuangan warga Baduy yang

melanggar adat. Walaupun dangka berada di luar wilayah Kanekes, namun masih

merupakan pendukung budaya dan keturunan Baduy (Permana 2006).

Sejalan dengan perkembangan zaman saat ini, Suku Baduy telah mengalami

pengaruh budaya dari luar, terutama pada Masyarakat Baduy Luar dan Dangka.

Perubahan ini dapat dilihat dari bentuk pemanfaatan alam seperti hutan dan sungai

di kampung ini mengalami perubahan. Penggunaan bahan-bahan kimia, seperti

deterjen menyebabkan pencemaran pada air sungai. Selain itu terjadi praktek

penebangan kayu di hutan, serta terjadi penyerobotan lahan oleh masyarakat di

luar Baduy. Hutan dan sungai yang seharusnya menjadi bagian dari kehidupan

budaya Suku Baduy mengalami perubahan. Adanya perubahan tata guna lahan

karena adanya pengaruh dari luar kawasan, lama kelamaan akan menjadi ancaman

bagi Masyarakat Baduy Dalam, sehingga fungsi dari Baduy Luar dan Dangka

yaitu sebagai area penyangga atas pengaruh budaya luar tidak lagi berfungsi.

Keadaan ini juga disebabkan karena kurang dipahaminya bentuk-bentuk

pemanfaatan ruang yang diterapkan pada masyarakat Baduy Luar dan Dangka.

Padahal Suku Baduy yang tinggal di atas Pegunungan Kendeng memandang alam

yang terdapat di sekitarnya sebagai suatu kesatuan dari hulu ke hilir yang

memiliki batas-batas ekologis, dimana kerusakan yang terjadi di hulu akan

mengakibatkan kerusakan sampai ke hilirnya. Dalam menerapkan prinsip tersebut,

maka pengelolaan sumberdaya alam perlu dilakukan secara langsung oleh

masyarakat yang mendiami kawasan tersebut. Oleh karena itu alam dapat menjadi

sumber kehidupan dan bagian dari kebudayaan masyarakat Baduy terutama

masyarakat Baduy Luar dan Dangka, dimana terdapat batas-batas budaya yang

perlu ditata secara terintegrasi.

Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan lanskap konservasi budaya

kawasan Baduy Luar dan Dangka yang dapat mengakomodasi kepentingan

masyarakatnya dengan batas perencanaan yang mengacu pada batas alami/ekologi

kawasan berdasarkan prinsip yang digunakan oleh masyarakat Baduy Dalam.

Salah satu pendekatan yang tepat yaitu melalui pendekatan bioregion, yaitu suatu

pengelolaan wilayah yang cakupannya tidak ditentukan oleh batas administrasi

atau politik, tetapi oleh batas geografis komunitas manusia dan sistem

Page 16: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

2

ekologisnya (Thayer 2003). Pendekatan ini menganjurkan agar wilayah lebih

didasarkan pada karakteristik alamiah daripada keputusan politis yang dibuat oleh

manusia. Selain itu pendekatan ini juga menempatkan peran masyarakat lokal

sebagai faktor utama pengelola sumberdaya alam.

Hasil perencanaan lanskap konservasi budaya kawasan Baduy Luar dan

Dangka dengan pendekatan bioregion, diharapkan dapat menjadi arahan dalam

mewujudkan tata ruang kawasan Baduy Luar dan Dangka yang berkelanjutan,

serta menjadi panduan dalam mengelola lingkungan yang menjadi tempat hidup

mereka.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik bio-fisik dan budaya Baduy Luar dan Dangka dapat

menghasilkan tata ruang bioregion Baduy Luar dan Dangka yang

berkelanjutan?

2. Apakah kriteria perencanaan yang digali berdasarkan karakteristik bioregion

Baduy Dalam dapat diterapkan dalam evaluasi tata ruang Baduy Luar dan

Dangka?

3. Apakah rencana lanskap konservasi budaya Baduy Luar dan Dangka dapat

disusun berdasarkan pendekatan bioregion?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu merencanakan lanskap

konservasi budaya kawasan Baduy Luar dan Dangka dengan berbasis pada

pendekatan bioregion. Sedangkan tujuan khusus perencanaan ini yaitu:

1. mengidentifikasi dan menganalisis karakter bioregion kawasan Baduy Dalam,

Luar, dan Dangka;

2. menyusun kriteria perencanaan berdasarkan karakteristik bioregion Baduy

Dalam untuk diterapkan ke dalam evaluasi tata ruang Baduy Luar dan Dangka;

3. menyusun rencana lanskap konservasi budaya Baduy Luar dan Dangka

berdasarkan pendekatan bioregion agar tercipta lingkungan yang berkelanjutan,

baik secara ekologi, sosial budaya, maupun ekonomi

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi masyarakat Baduy Luar

dan Dangka dalam mengembangkan wilayahnya untuk mencapai kesejahteraan

masyarakatnya. Serta dapat menjadi bahan referensi bagi Pemerintah Daerah

dalam perencanaan budaya daerahnya terutama berkaitan dengan rencana

pengembangan budaya berbasis alam.

Page 17: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

3

Kerangka Pikir Penelitian

Lanskap Baduy Luar dan Dangka merupakan salah satu bagian dari Lanskap

Suku Baduy. Lanskap Baduy Luar dan Dangka sendiri merupakan area penyangga

dari adanya pengaruh budaya luar yang dapat mempengaruhi budaya Baduy

Dalam. Lanskap Baduy Luar dan Dangka memiliki karakteristik biofisik dan

budaya pembentuk lanskap. Karakteristik tersebut akan membentuk sebuah unit

bioregion yang mengacu pada kriteria bioregion Baduy Dalam. Dari unit

bioregion tersebut dapat diajukan konsep perencanaan kawasan, dan selanjutnya

dilakukan perencanaan lanskap konservasi budaya berbasis bioregion. Kerangka

pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian

Page 18: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

4

TINJAUAN PUSTAKA

Konservasi

Konservasi menurut Oxford English Dictionary dalam Putra (2008)

diartikan sebagai kegiatan untuk melindungi, mengawetkan, memelihara/menjaga

dan mempertahankan keberadaannya dari berbagai pengaruh yang merusak serta

menghemat dalam memanfatkannya. Pengertian konservasi ini juga mengandung

makna, yaitu tindakan yang pasif dalam upaya pelestarian untuk melindungi suatu

lanskap sejarah dan budaya dari kehilangan atau pelanggaran dan pengaruh yang

tidak tepat. Tindakan ini bertujuan hanya untuk melestarikan apa yang ada saat ini,

mengendalikan tapak sedemikian rupa untuk mencegah penggunaan lahan yang

tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung serta mengarahkan

perkembangan di masa depan (Nurisjah dan Pramukanto 2001). Kegiatan

konservasi merupakan payung dari semua kegiatan pelestarian (Sidharta dan

Budihardjo 1989 dalam Muhammad 2005).

Konservasi diartikan sebagai segenap proses pengelolaan suatu tempat agar

makna kultural yang dikandungnya terpelihara dengan baik. Konservasi dapat

meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi

setempat. Menurut Koesmaryandi (2006) dalam Putra (2008) konservasi

merupakan suatu cara untuk mencapai pembangunan secara lestari. Konservasi

sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:

a. perlindungan sistem penyangga kehidupan, ditujukan bagi

terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan hidup

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan

manusia;

b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya;

c. pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

Budaya

Segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh adanya

kebudayaan yang dirniliki masyarakat yang bersangkutan (Herkovitas dan

Mahowski dalam Soekanto 1987). Bagaimanapun manusia begitu menyatu

dengan kebudayaanya, sehingga seringkali tidak menyadari, betapa dalamnya ia

berakar dan dibentuk di dalam kebudayaan. Konteks kebudayaan menyatu pada

penjelasan tentang bagaimana seseorang tertentu menyeleksi berbagai stimuli dari

luar dirinya, dengan mengaitkan konteks tertentu. Kebudayaan sangat menentukan

apa yang perlu diperhatikan, diabaikan, dan membantu manusia dalam

menentukan prioritas terhadap stimuli yang dihadapinya (Loisa 1996)

Banyak para pakar memberikan pengertian tentang kebudayaan. Seorang

antropolog Suparlan (1996) mendefinisikan kebudayaan berfokus pada ide, bahwa

kebudayaan merupakan pengetahuan, yang merupakan suatu kesatuan ide yang

ada dalam kepala manusia, antara lain terdiri dari serangkaian nilai-nilai, yang

pada gilirannya mengkondisikan seseorang untuk melakukan suatu tindakan

Page 19: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

5

dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam dan berisikan

konsep-konsep serta model-model pengetahuan, mengenai berbagai tindakan dan

tingkah laku yang seharusnya diwujudkan oleh pendukungnya dalam menghadapi

lingkungannya.

Kim dalam Lidiawati (1998) berpendapat, kebudayaan merupakan

kumpulan pola-pola kehidupan yang dipelajari manusia tertentu, dari generasi

sebelumnya dan diteruskan ke generasi sesudahnya. Sedangkan Sihabudin (1996)

mendefinisikan budaya sebagai suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki

bersama oleh sebuah kelompok orang, yang diwariskan dari generasi ke generasi

mencakup pola-pola perilaku yang normatif, yaitu meliputi cara berpikir,

merasakan, dan bertindak yang berarti. Hal yang sama juga diungkapkan oleh

Louis dalam Whyne (1998) yang menyatakan bahwa budaya dalam kelompok,

dapat digolongkan sebagai seperangkat pemahaman atau makna yang dimiliki

bersama oleh sekelompok orang. Adanya kebudayaan yang dimiliki oleh manusia,

menempatkan manusia pada kedudukan yang unik di alam. Sebagai anggota dari

suatu sistem ekologi, manusia di satu sudut dapat dipandang sebagai penyebab

timbulnya berbagai masalah lingkungan hidup, tetapi di sudut lain juga dapat

berlaku sebagai pengendali lingkungan (Soenarminto 1993).

Suku Baduy

Suku Baduy adalah suatu bentuk kelompok masyarakat, yang mengasingkan

diri dari lingkungan kelompok masyarakat sekitarnya, dan mempertahankan adat,

serta tradisi yang ketat, dan berpangkal pada ketentuan-ketentuan para leluhur

mereka (Iskandar 2012).

Masyarakat Baduy terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Baduy Dalam (Tangtu),

Baduy Luar (Panamping) dan Baduy Dangka. Tangtu dan Panamping berada pada

wilayah Desa Kanekes, sedangkan Dangka ada yang terdapat di dalam dan di luar

Desa Kanekes. Pembagian ini berdasarkan kesuciannya dan ketaatannya kepada

adat, Tangtu (Baduy Dalam) lebih tinggi dibanding Panamping (Baduy Luar) dan

Panamping lebih tinggi daripada Dangka. Daerah teritorial Baduy Dalam tersebut

adalah Cibeo (tangtu prahyang), Cikeusik (tangtu pada ageung), Cikertawana

(tangtu kadu kujang). Wilayah tangtu merupakan wilayah sentral dari seluruh

rangkaian wilayah Baduy lainnya. Selain wilayah tangtu, terdapat pula dua

wilayah lainnya yang secara berturut-turut menempati urutan stratifikasi sosial

pada masyarakat Baduy yaitu wilayah panamping dan wilayah Dangka. Istilah

bagian Baduy Dalam (kajaroan) dan Baduy Luar (panamping), serta Dangka

(kotor) adalah sebutan yang merupakan ketentuan adat tradisi mereka. Pada saat

ini wilayah Dangka di Baduy terbagi menjadi 9, yaitu Kampung Keduketug,

Cipondoh, Cihulu, Cibengkung, Gajeboh, Marengo, Balimbing, Nungkulan, dan

Panyaweuyan. Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone

atas pengaruh dari luar (Permana, 2006).

Wilayah panamping adalah wilayah pendamping, yang letaknya

mengelilingi wilayah tangtu. Pada masyarakat Panamping terdapat keturuanan

orang-orang tangtu, dan mereka merasa terikat oleh tangtu-tangtu dimana mereka

berasal. Sedangkan wilayah Dangka adalah wilayah permukiman masyarakat

Baduy yang berbatasan langsung dengan masyarakat luar Suku Baduy. Dangka

Page 20: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

6

dalam bahasa Sunda artinya kotor. Pada kenyataanya, masyarakat Baduy

menggunakan istilah tersebut, karena wilayah Dangka adalah wilayah tempat

pembuangan bagi masyarakat Baduy yang melanggar adat, serta ketentuan-

ketentuan yang berlaku (Pemda 1993 dalam Zahrotunni’mah 2002).

Kemajuan zaman yang semakin berkembang, hanya sedikit sekali mampu

merubah, serta mempengaruhi kehidupan masyarakat Baduy, terutama masyarakat

Baduy yang mendiami kepuunan, yakni wilayah utama masyarakat Baduy

wilayah Cibeo, Cikeusik, Cikertawana. Ciri masyarakat Baduy tetap dengan

tradisi lamanya, yang lebih menitik beratkan pada amal perbuatan selama hidup,

serta pedoman pada kesederhanaan, yang mereka lakukan mencakup di segala

bidang dan kehidupan, seperti perekonomian, adat istiadat, atau tatanan pelapisan

sosial dalam masyarakatnya. Masyarakat Baduy dalam melaksanakan tugas

sehari-hari, mampu berbuat, serta berperilaku sesuai dengan apa yang

diperintahkan oleh para sesepuh, serta pemimpin mereka yaitu Puun. Kesediaan

serta kepatuhan mereka, terhadap segala perintah yang diberikan. Menjadikan

masyarakat Baduy memiliki keunikan tersendiri dan menjadi ciri khas mereka

(Pemda 1993 dalam Zahrotunni’mah 2002).

Luas total daerah Baduy pada tahun 1980-an diperkirakan kurang lebih

5101,85 ha. Menurut Iskandar (2012) pada luasan tersebut, masyarakat Baduy

membagi tata guna lahan menjadi 4 macam, yaitu pemukiman, hutan kampung

(leuweung lembur), ladang (huma), dan hutan tua (leuwueng kolot/kolot).

Penentuan lahan tersebut dilakukan oleh masyarakat Baduy berdasarkan kriteria

yang sudah dipegang secara turun-temurun, sehingga dalam suatu kawasan

gunung atau bukit di Baduy biasa dibagi menjadi 3 zonasi. Zona pertama, bagian

lembah dekat sungai atau sumber air tanah yang memiliki lahan cepak (lahan

datar) dengan jenis tanah andosol, biasa ditempatkan pemukiman dan hutan

kampung. Zona kedua, bagian atas pemukiman yang memiliki lahan landai

dengan jenis tanah latosol, biasa digunakan untuk penggarapan ladang. Sementara

itu, zona ketiga pada bagian puncak-puncak bukit atau gunung yang memiliki

lahan curam dengan jenis tanah alluvial biasanya terdapat hutan tua, yang tidak

diperkenankan untuk dibuka sebagai ladang.

Masyarakat Baduy dalam melakukan penentuan lahan didasarkan juga pada

jenis vegetasi yang tumbuh di lahan, hal ini dikemukakan oleh Iskandar (2012).

Pada hutan kampung, jenis vegetasi yang biasa tumbuh yaitu kayu albasiah

(Albizia falcataria), durian (Durio zibethinus), duku (Lansium donesticum),

kiray/rumbia (Metroxylon sagu), aren (Arenga pinata), awi gombong

(Gigantochloa verticilata), dan kelapa (Cocos nucifera). Sementara itu, penentuan

ladang di daerah Baduy ditentukan dengan menemukan jenis vegetasi seperti

babakoan (Calotropis gigantea), bintinu, kiseureuh (Pifer aduncum), duku

(Lansium donesticum), durian (Durio zibethinus), peuteuy (Parkia speciosa),

pinang (Areca catechu). Jenis vegetasi tersebut dijadikan penanda karena vegetasi

ini ditanam oleh masyarakat Baduy sebelum meninggalkan lahan tersebut. Pada

hutan tua, jenis vegetasi yang biasa dijadikan penanda yaitu lolot, kareungay,

kikadu, kibuluh, haraghag, jirak, hantap, dan puspa.

Iskandar (2012) menyebutkan bahwa kehidupan masyarakat Baduy

berorientasi ke arah selatan, sehingga selatan dianggap daerah yang paling sakral.

Oleh karena itu, jika dilihat dari sistem tata ruang pemukiman Baduy maka daerah

selatan ditempati oleh rumah puun (jabatan tertinggi dalam wilayah tangtu).

Page 21: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

7

Sistem tersebut tidak hanya berlaku dalam tata ruang pemukiman, tapi juga

berlaku dalam sistem tata ruang kawasan masyarakat Baduy. Daerah selatan

dalam sistem tata ruang kawasan merupakan lokasi hutan larangan dan sasaka

domas yang tidak boleh di kunjungi oleh sembarangan orang.

Perencanaan Lanskap

Perencanaan merupakan suatu pendekatan ke masa depan terhadap lahan

dan perencanaan tersebut disertai dengan imajinasi dan kepekaan terhadap analisis

tapak (Laurie,1984). Perencanaan adalah proses pemikiran dari suatu ide ke arah

bentuk yang nyata. Proses perencanaan adalah suatu alat yang sistematis untuk

menentukan keadaan awal, keadaan yang diharapkan dan cara terbaik untuk

mencapai keadaan yang diharapkan tersebut (Simonds, 1983). Secara praktikal,

kegiatan merencanakan suatu lanskap merupakan suatu proses pemikiran dari

suatu ide, gagasan atau konsep kehidupan manusia/masyarakat ke arah suatu

bentuk lanskap atau bentuk alam yang nyata dan berkelanjutan (Nurisjah dan

Pramukanto 2009).

Nurisjah dan Pramukanto (2008) juga menyatakan bahwa perencanaan

lanskap berfungsi utama sebagai suatu panduan saling keterkaitan yang komplek

antara berbagai fungsi yang ada pada suatu lahan, bentang alam atau ekosistem.

Sebagai contoh dengan memisahkan fungsi-fungsi lahan yang tidak berkesesuaian,

menyatukan yang sesuai dan memilih yang kompetitif serta menghubungkan

setiap fungsi yang dikhususkan pada keseluruhan kawasan lanskap yang dilihat

sebagai suatu bentuk wadah kehidupan. Perencanaan lanskap merupakan suatu

penyesuaian antar lanskap dan program yang akan dikembangkan untuk menjaga

kelestarian ekosistem dan pemandangan lanskap sehingga tercapai penggunaan

terbaik (Mrass 1985). Proses perencanaan yang baik harus merupakan suatu

proses yang dinamis, saling terkait dan saling menunjang (Gold 1980).

Bioregion

Bioregion berasal dari kata bio (hidup) dan region (territorial/wilayah) yang

dapat diartikan sebagai tempat hidup (life place) yaitu suatu lingkungan yang

memiliki kekhasan dimana batas-batasnya ditentukan oleh tatanan alam yang

mampu mendukung keunikan aktivitas komunitas biotik di dalamnya (Thayer

2003). Bioregion didefinisikan bervariasi terdiri dari geografi Daerah Aliran

Sungai (DAS), ekosistem tumbuhan dan hewan, landform, serta budaya khas

manusia yang tumbuh dari potensi alam. Komponen utama yang penting dari

bioregion adalah budaya manusia yang dibangun di dalam dan terintegrasi dalam

area tanpa batas yang kaku dan dibedakan oleh bentukan alami seperti flora, fauna,

tanah, iklim, geologi, dan area drainase. Pendekatan ini membagi lanskap ke

dalam bagian-bagian atau unit lanskap berdasarkan kondisi geologi dan

hidrologinya bukan dengan metode politik.

Terdapat tiga komponen utama dalam pengelolaan bioregion, yaitu

komponen ekologi yang terdiri dari kawasan-kawasan ekosistem alam yang saling

berhubungan satu sama lain melalui koridor, baik habitat alami ataupun semi

Page 22: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

8

alami. Komponen ekonomi yang mendukung usaha pendayagunaan

keanekaragaman hayati secara berkelanjutan dalam matriks budi daya, dengan

pengembangan budi daya jenis-jenis unggulan setempat. Komponen sosial budaya

yang dapat memfasilitasi masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengambilan

keputusan mengenai pemanfaatan sumber daya alam serta memberikan peluang

bagi kebutuhan sosial budaya secara lintas generasi. Bioregion merupakan unit

perencanaan ruang dalam pengelolaan sumbar daya alam yang tidak ditentukan

oleh batasan politik dan administratif, tetapi dibatasi oleh batasan geografis,

komunitas manusia serta sistem ekologi, dalam suatu cakupan bioregion, secara

ekologis. Klasifikasi bioregion dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi Bioregion

Kelas Deskripsi

Bioregion

Mewakili wilayah pada hierarki teratas yang

didefinisikan berdasarkan karakteristik homogenitas

wilayah iklim, elevasi, distribusi vegetasi, dan batas

daerah aliran sungai utama, topografi, dan geologi.

Sub Region

Merepresentasikan subdivisi bioregion yang secara

komposit mencakup wilayah homogen secara kelas

hidrologi, elevasi, bentuk lahan, vegetasi, dan tanah.

Unit Lanskap

Representasi subdivisi Sub Region yang mencakup

wilayah homogen yang dicirikan melalui lereng,

penggunaan lahan, serta atribut sosial budaya komunitas

masyarakat seperti lifestyle dan etnis.

Unit Tempat

Hierarki terendah pada subdivisi ini dicirikan oleh

beberapa komponen antara lain penggunaan lahan, atribut

sosial budaya komunitas masyarakat yang meliputi etnis,

aspirasi masyarakat, the sense of place, the meaning of

place dan berbagai bentuk nilai-nilai lokal.

Sumber: Kim et al (2000) dalam Pramukanto (2004)

Perbedaan antara kelas yang satu dengan kelas yang lainnya yaitu terdapat

nilai intrinsik yang menjadikan daerah tersebut khas atau unik. Jones, Durrant,

Hardy, Atkinson dan Kim (1998) mengidentifikasi enam sumber nilai intrinsik

yang terdiri dari:

a. Pemandangan

Daerah yang memiliki nilai pemandangan yang unik, baik daerah alami

maupun buatan manusia yang memiliki keindahan dan keunikan, seperti

panorama laut, pedesaan, struktur yang indah, pantai, hutan hujan, sungai, dan

teluk.

Page 23: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

9

b. Sumberdaya Alam

Sumberdaya Alam merupakan keindahan visual dari lingkungan yang

berupa penampakan fisik dari daerah alami dan tidak terganggu oleh manusia,

seperti hutan, formasi geologi, lahan basah, tepi sungai, dan air terjun.

c. Sejarah

Daerah yang memiliki nilai sejarah, misalnya pemakaman, daerah bekas

perang, tata ruang kota, arsitektur tradisional, dan pola pemukiman.

d. Arkeologi

Daerah yang dapat menginterpretasikan aktivitas sejarah atau prasejarah di lokasi

tersebut membawa lebih dekat ke dalam kejadian sebenarnya, seperti rerentuhan,

artefak, dan struktur bangunan.

e. Budaya

Daerah yang memiliki nilai budaya misalnya kehidupan tradisional, upacara

adat atau keagamaan, ritual pertanian tradisional, tradisi lokal, industri lokal yang

unik, makanan, musik, tarian, bahasa, dan pasar.

f. Rekreasi

Daerah yang memiliki nilai rekreasi meliputi daerah yang mendukung

aktivitas ruang luar, pendakian, arung jeram, terbang layang, melihat burung, dan

fotografi.

Page 24: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

10

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di satu Kampung Baduy Luar yaitu Cempaka

Putih dan tiga Kampung Baduy Dangka yaitu Kampung Gajeboh, Marengo, dan

Balimbing yang terdapat di dalam Desa Kanekes Kecamatan Lewidamar,

Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Penelitian dilaksanakan selama lima bulan,

yang dimulai pada bulan Februari 2013. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada

(Gambar 2).

Gambar 2 Peta Lokasi Kampung Baduy Luar dan Dangka, Desa Kanekes,

Kecamatan Leuwidamar, Provinsi Banten

Data dan Informasi

Data dan informasi yang dikumpulkan berupa aspek bio-fisik dan budaya

Kampung Baduy Luar dan Dangka yang terkumpul dari berbagai sumber. Berikut

Page 25: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

11

ini merupakan tabel data dan informasi yang berisi jenis data yang dikumpulkan,

interpretasi data, serta sumber data (Tabel 2).

Tabel 2 Data dan Informasi

No. Aspek

Jenis Data

Interpretasi Sumber Baduy Luar

dan Dangka Baduy Dalam

S D S D

I Bio-Fisik

1. Topografi √ - √ Elevasi dan BIG

Kemiringan lahan

Wilayah tangkapan

air (DAS, Sub DAS)

Pola Drainase

2. Geologi (1:250000)

dan Tanah (1:50000)

√ √ - √ Jenis tanah Balitan,

BPDAS

Citarum-

Ciliwung

Tekstur tanah

Formasi batuan

3. Iklim √ - √ Tipe iklim BMKG

Curah Hujan

Temperatur

4. Hidrologi √ √ - - Batas DAS BPDAS

Citarum-

Ciliwung,

survey,

wawancara

Pemanfaatan Sungai

Tingkat Pencemaran

sungai

5. Penggunaan Lahan √ √ √ Penggunaan lahan Survey dan

Wawancara

6. Penutupan lahan √ √ - - Penutupan lahan Kementan

8. Vegetasi √ - √ Jenis, manfaat,

habitat

Survey dan

Wawancara

II Budaya

1. Sejarah

√ √ Sejarah kawasan Wawancara

dan Studi

Pustaka

2. Adat Istiadat

√ √ Adat Istiadat

Masyarakat Baduy

Wawancara

dan Studi

Pustaka

3. Pola Pemukiman

dan Arsitektur rumah

adat

√ √ Pola Tata Ruang,

Bentuk rumah adat

Baduy

Survey,

Wawancara

dan Studi

Pustaka

4. Naratif √ √ Pantun, puisi, cerita,

tembang

Wawancara

dan Studi

Pustaka

5. Produk seni √ √ Alat musik, kain

tenun, kerajinan

tangan

Wawancara

dan Studi

Pustaka

Page 26: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

12

Keterangan: S: Spasial; D: Deskriptif

Balitan: Balai Penelitian Tanah; Kementan: Kementerian Pertanian;

BMKG: Badan Meteorologi dan Geofisika; BPDAS Citarum-

Ciliwung: Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai; BIG: Badan

Informasi dan Geospasial

A. Aspek Bio-fisik

a. Topografi

Data Topografi digunakan sebagai peta dasar dalam membuat peta

pendahuluan (preliminary map). Peta topografi memuat informasi garis kontur

lahan pada tapak yang berfungsi untuk delineasi kelas kemiringan lahan (slope),

batas wilayah tangkapan air (water catchment) berupa DAS dan Sub DAS, serta

aliran drainase pada tapak.

b. Geologi dan Tanah

Data geologi dan tanah digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

kondisi geologi dan tanah pada lokasi penelitian. Data ini berguna untuk

mengetahui jenis pemanfaatan lahan yang sesuai berdasarkan jenis tanah yang

dihasilkan melalui proses mineralisasi dari bahan induk (batuannya). Berdasarkan

jenis tanah juga dapat diindikasikan kepekaan erosinya.

c. Iklim

Data yang dikumpulkan antara lain tipe iklim, curah hujan tahunan rata-rata,

temperatur udara rata-rata, serta kelembaban udara rata-rata. Data ini digunakan

untuk menginterpretasikan kondisi iklim wilayah yang dapat menentukan

kesesuaian lahan untuk kenyamanan berdasarkan temperatur dan kelembaban

pemanfaatan lahan tertentu.

d. Hidrologi

Data hidrologi yang digunakan berupa data sub-DAS Ciujung Hulu. Data ini

digunakan untuk mengetahui kondisi sungai, kualitas dan kuantitas aliran dan

pemanfaatan sungai yang dilakukan oleh masyarakat Baduy.

e. Penggunaan Lahan

Data mengenai pola peggunaan lahan diperoleh dengan metode studi

pustaka dan wawancara kepada masyarakat Baduy. Berdasarkan informasi yang

diberikan maka dapat diketahui lokasi pemukiman, hutan kampung (leuweung

lembur), ladang (huma), kebun campuran (jami), hutan sekunder tua (reuma),

hutan lindung (leuweung kolot) dan badan air (sungai). Data ini berguna dalam

membantu identifikasi peta penutupan lahan serta membantu dalam menganalisis

lokasi-lokasi yang mengandung nilai yang ada di kawasan tersebut.

Page 27: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

13

f. Penutupan Lahan

Data penutupan lahan didelineasi berdasarkan interpretasi visual dengan

mendigitasi citra ikonos 2012 yang diperoleh dengan membuat mosaik dari citra

yang diperoleh melalui Wikimapia setelah dilakukan registrasi (rectifikasi). Dari

citra tersebut dapat diklasifikasikan untuk penutupan lahan di Kampung Gajeboh.

Ada 7 (tujuh) kelas penutupan lahan, yaitu: pemukiman, leuweung lembur, huma,

jami, reuma, leuweung kolot, dan badan air. Delineasi peta penutupan lahan

berguna dalam mengidentifikasi unit tempat.

g. Vegetasi

Data vegetasi dikumpulkan untuk mengetahui jenis vegetasi yang digunakan

oleh masyarakat Baduy sebagai bahan pengobatan tradisional, bahan bangunan

rumah, sebagai perkakas rumah tangga dan pertanian, serta bahan untuk membuat

kerajianan tangan. Data vegetasi yang dikumpulkan terdiri dari spesies dan bagian

vegetasi yang dimanfaatkan, serta cara penggunaan, dan kegunaannya.

B. Aspek Budaya

Data budaya yang dikumpulkan adalah sejarah kawasan, adat istiadat,

arsitektur rumah, kebudayaan naratif, serta produk seni Baduy. Data tersebut akan

digunakan dalam mengidentifikasi nilai dan aktivitas yang ada dalam masyarakat,

terutama yang berkaitan dengan kebudayaan yang ada di daerah tersebut.

Alat

Survey menggunakan kamera digital, GPS dan alat tulis. Pengolahan data

dengan menggunakan software Geographic Information System (GIS) (ArcGIS

9.3 dan Global Mapper 13), hardware (komputer), Citra IKONOS, software

pemetaan (AutoCAD 2010), serta software grafis Adobe Photoshop CS 4.

Metode dan Tahapan Penelitian

Penelitian perencanaan ini dilakukan dengan metode survei lapang dan desk

study, yang meliputi lima tahap, yaitu tahap persiapan, preliminary study,

inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan (Gambar 3).

Persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan diantaranya penetapan tujuan

perencanaan, pengumpulan informasi awal, penyusunan proposal penelitian, dan

perizinan melakukan penelitian. Tahap ini merupakan tahapan sebelum

melakukan survey ke tapak.

Page 28: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

14

Gambar 3 Diagram Tahapan Penelitian

Preliminary Study

Pada tahap preliminary study dilakukan kegiatan desk study melalui studi

literatur terhadap penelitian yang pernah dilakukan, berupa skripsi, tesis, disertasi,

laporan penelitian, artikel, dan jurnal. Kegiatan ini dilakukan untuk menyusun

kriteria karakteristik bio-fisik dan budaya dari Baduy Dalam. Karakteristik

disusun berdasarkan kategori V dalam penentuan kawasan perlindungan menurut

Page 29: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

15

UNESCO (1972) dalam Phillips (1998) yaitu perlindungan lanskap/seascape.

Kategori V dalam kriteria nilai penting World Heritage Convention menjelaskan

mengenai 3 (tiga) jenis nilai-nilai alam, yaitu:

1. Sumber daya biologi (Biodiversitas), yang berkaitan dengan kompromi dalam

mempertahankan keragaman biologi alam dan pertanian.

2. Karakteristik pemanfaatan/penggunaan sumber daya alam oleh manusia,

seperti panggunaan lahan yang berkelanjutan.

3. Aspek keterkaitan hubungan manusia dengan alam dan kelekatan nilai-nilai

masyarakat dengan kualitas alam (lanskap).

Data tersebut akan digunakan pada tahap sintesis untuk mengevaluasi

karakteristik bioregion Baduy Luar dan Dangka.

Inventarisasi

Inventarisasi merupakan tahapan pengumpulan data primer dan sekunder

yang mencakup kondisi umum tapak, aspek bio-fisik dan budaya. Pengumpulan

data primer diperoleh dengan melakukan survei dan pengamatan langsung di

lapang. Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk memperoleh informasi

mengenai aspek bio-fisik, seperti topografi, kemiringan lahan, geologi dan tanah,

iklim, hidrologi, dan penutupan lahan dilakukan pada lembaga dan instansi terkait.

Pengamatan langsung di lapang dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai

penggunaan lahan, vegetasi, dan aspek budaya. Aspek budaya diperoleh dengan

melakukan wawancara terhadap masyarakat (key person) yang memiliki pengaruh

dalam komunitas Baduy, yaitu Ayah Mursid Wakil Jaro Tangtu (Cibeo) dan Jaro

Dainah (Jaro Pamarentah).

Analisis

Pada tahap analisis, dilakukan penyusunan data spasial dan atribut berupa

karakteristik bio-fisik dan budaya dari Baduy Luar dan Dangka. Data tersebut

berupa peta tematik hasil klasifikasi dan analisis berdasarkan kriteria bioregion

Baduy Dalam yang meliputi topografi, kemiringan lahan, hidrologi, drainase,

geologi dan tanah, vegetasi, iklim, dan budaya. Data spasial tersebut nantinya

akan menghasilkan informasi mengenai karakteristik lanskap Baduy Luar dan

Dangka. Data analisis karakteristik fisik dan budaya akan digunakan sebagai

landasan pada tahap analisis selanjutnya yaitu analisis bioregional.

Analisis bioregional diawali dengan melakukan penyusunan kelas

bioregion yang ada di Kampung Baduy Luar dan Dangka. Dalam penelitian ini

dilakukan modifikasi klasifikasi ke dalam tiga kelas yaitu unit bioregion, unit

lanskap, dan unit tempat.

Pada penelitian ini dilakukan modifikasi terhadap nilai intrinsik menurut

Jones et al (1998) yaitu berdasarkan aspek biofisik dan budaya yang secara

komposit mewakili unit tempat (batas DAS, Sub DAS, tanah, kemiringan dan

penutupan lahan).

Page 30: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

16

Sintesis

Berdasarkan karakteristik bioregion Baduy Luar dan Dangka yang telah

ditentukan, dilakukan evaluasi untuk menyepadankan kriteria karakteristik

bioregion Baduy Dalam dengan karakteristik bioregion Baduy Luar dan Dangka.

Evaluasi tersebut menghasilkan usulan perbaikan yang digunakan sebagai dasar

pada tahap perencanaan.

Perencanaan

Pada tahap awal perencanaan dilakukan pengajuan konsep perencanaan

lanskap konservasi budaya berdasarkan pola tata ruang tradisional Baduy.

Kemudian dilakukan pengembangan konsep perencanaan berupa konsep ruang,

konsep sirkulasi dan konsep vegetasi. Selanjutnya dibuat hasil akhir berupa

rencana lanskap yang dituangkan dalam bentuk rencana ruang, rencana sirkulasi

dan rencana vegetasi.

Page 31: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

17

KONDISI UMUM

Suku Baduy merupakan masyarakat adat yang tinggal di wilayah Desa

Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku

Baduy menurut kesuciannya dan ketaatan terhadap adat dibagi menjadi tiga

bagian, yaitu Baduy Dalam, Baduy Luar dan Baduy Dangka. Menurut prinsip tata

ruang wilayah yaitu prinsip nyulah-nyanda (utara-selatan). Wilayah Baduy Dalam

merupakan wilayah yang sakral dalam Desa Kanekes dan berada di wilayah

bagian selatan. Baduy Dalam terdiri dari tiga kampung, yaitu Kampung Cibeo,

Cikertawana, dan Cikeusik. Sedangkan bagian utara merupakan akses masuk

kawasan Desa Kanekes dan ditempati oleh Kampung Baduy Dangka yaitu

Kampung Kaduketug. Kondisi Desa Kanekes dan sebaran Kampung Baduy dapat

dilihat pada Gambar 4.

Profil Baduy Luar dan Dangka

Kampung Cempaka Putih merupakan salah satu Kampung Baduy Luar

sedangkan Kampung Gajeboh, Marengo dan Balimbing merupakan tiga kampung

Baduy Dangka yang terletak di wilayah tanah ulayat masyarakat Baduy. Keempat

kampung ini secara geografis terletak di 6°36ʹ6ʹʹ- 6°36ʹ53ʹʹ LS dan 106°12ʹ54ʹʹ- 106°13ʹ51ʹʹ BT, dan secara administratif Kampung Baduy Luar dan Dangka

terletak di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi

Banten. Kampung Baduy Luar dan Dangka secara administratif memiliki luas

127,33 ha yang berada di RT 02 RW 02. Lokasi Ketiga Kampung Baduy Dangka

ini berada di pinggir Sungai Ciujung, yang merupakan bagian dari DAS Ciujung.

Sedangkan lokasi Kampung Cempaka Putih berada di Sub DAS Ciujung. Batas

biofisik dan kondisi eksisting Kampung Baduy Luar dan Dangka dapat dilihat

pada (Gambar 5).

Menurut data penyebaran Penduduk Desa Kanekes (Baduy) tahun 2010,

jumlah kepala keluarga di ketiga Kampung Baduy Luar dan Dangka ini sebanyak

232 KK dengan jumlah penduduk 779 orang terdiri dari 372 laki-laki dan 407

perempuan.

Kelembagaan secara adat di Kampung Baduy Luar dan Dangka ini dipimpin

oleh Kokolot Lembur yang berada di bawah koordinasi Jaro Tanggungan

Duabelas dan Jaro Tujuh/Jaro Dangka. Jaro Tanggungan Duabelas merupakan

seseorang yang memiliki kedudukan dalam struktur lembaga Baduy yang bertugas

mengurus bidang keamanan dengan memberikan perlindungan dan tindakan

hukum kepada seluruh masyarakat Baduy atas segala bentuk tindakan pelanggaran

hukum adat baik di wilayah Baduy maupun di luar batas wilayah Baduy yang

dilakukan oleh warga Baduy atau warga di luar Baduy. Sedangkan Jaro

Tujuh/Jaro Dangka merupakan petugas adat yang diangkat dari warga Baduy

Luar dengan tugas utamanya lebih pada pelaksanaan keputusan hukum adat dan

sekaligus mengawasi pelaksanaan hukum adat pada masyarakat Baduy, termasuk

pelanggaran terhadap hukum adat.

Page 32: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

18

Page 33: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

19

Page 34: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

20

Aksesibilitas

Aksesibilitas untuk menuju Desa Kanekes (Baduy) dapat dicapai dengan

dua rute perjalanan (Gambar 6). Rute pertama dapat dicapai dari Jakarta melewati

Tangerang, Serang, Pandeglang, dan Rangkasbitung dengan menggunakan

kendaraan pribadi, angkutan umum, dan kereta api. Jalan yang dilalui pada rute

pertama yaitu jalan tol dengan jarak kurang lebih 131 km. Rute kedua dapat

dicapai dari Bogor melewati Jasinga, Cipanas, dan Rangkasbitung dengan

menggunakan kendaraan pribadi dan angkutan umum berupa bis. Rute kedua

memiliki jarak kurang lebih 80 km tanpa melewati jalan tol dengan kondisi jalan

yang kurang baik dibandingkan dengan rute pertama. Kedua rute tersebut akan

berakhir di Terminal Ciboleger, yaitu pintu masuk menuju Desa Kanekes.

Untuk mencapai Kampung Baduy Luar dan Dangka dapat dilakukan dengan

berjalan kaki ± 2 km selama 2 jam dari mulai Ciboleger kemudian melewati

bukit-bukit, daerah ladang (huma) dan hutan sekunder (reuma). Kondisi jalan

yang dilewati dari mulai Ciboleger menuju Kampung Balimbing, Marengo, dan

Gajeboh berupa jalan setapak dengan konstruksi batu kali yang dibuat oleh

masyarakat Baduy secara bergotong royong. Kampung pertama yang akan

dilewati yaitu Kampung Kaduketug dan dilanjutkan melewati Kampung Cipondok

hingga sampai di Kampung Balimbing, Marengo, dan Gajeboh.

Gambar 6 Aksesibilitas Lokasi Penelitian

Rangkasbitung Cipanas Jasinga Bogor

±131 km

Desa Kanekes

Jakarta Tangerang Serang Pandeglang Rangkasbitung

±80 km

Page 35: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

21

DATA DAN ANALISIS

Karakteristik Bioregion Baduy Luar dan Dangka

Karakteristik bioregion kawasan Baduy Luar dan Dangka yang terdiri dari

empat kampung yaitu Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan

Balimbing merupakan dasar dalam penyusunan klasifikasi unit-unit ruang

bioregional. Karakteristik tersebut terdiri atas karakteristik bio-fisik dan budaya.

Aspek Budaya

a. Sejarah Kawasan

Kampung Gajeboh, Marengo, dan Balimbing merupakan tiga Kampung

Baduy Dangka, sedangkan Kampung Cempaka Putih merupakan Kampung Baduy

Luar yang berada di dalam kawasan Baduy (Desa Kanekes). Sejarah kawasan

Baduy termasuk di dalamnya Kampung Baduy Luar dan Dangka berasal dari

sebuah nama sungai tempo dulu, yaitu sungai Cibaduy yang mengalir di sekitar

tempat tinggal mereka dan berdasarkan nama salah satu bukit yang berada di

kawasan tanah ulayat mereka yaitu Bukit Baduy (Kurnia dan Sihabudin 2013).

Letak Kampung Gajeboh, Marengo dan Balimbing yang berada di

perbatasan Desa Kanekes dengan Desa Kebocau membuat kampung ini

dikategorikan sebagai Kampung Dangka. Istilah dangka merupakan nama wilayah

atau batas wilayah yang dijadikan tempat pengawasan kegiatan masyarakat Baduy,

baik yang berada di wilayah Baduy atau masyarakat Baduy yang berada di luar

wilayah Baduy dalam melaksanakan amanat wiwitan. Sedangkan Kampung

Cempaka Putih merupakan Kampung Baduy Luar yang baru terbentuk dari

pemekaran Kampung Baduy Luar lain yaitu Kampung Kadujangkung.

b. Adat Istiadat

Masyarakat Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing

memiliki perilaku keseharian yang mengarah pada hidup sederhana dan hidup

berpedoman pada aturan (pikukuh) dan kaidah-kaidah yang ada dalam masyarakat.

Walaupun pada kehidupan sehari-harinya mereka diberikan kebijakan atau

kelonggaran dalam melaksanakan ketentuan hukum adat berbeda dengan

masyarakat yang tinggal di Baduy Dalam. Dalam kebijakan yang diberikan oleh

seorang pemimpin adat tertinggi Suku Baduy (Puun) kepada masyarakat

Kampung Baduy Dangka dan masyarakat kampung Baduy Luar lainnya, namun

ada batas-batas tertentu yang tetap mengikat mereka sebagai suatu komunitas adat

Suku Baduy.

Kehidupan masyarakat Baduy yang sederhana dapat tercermin dari berbagai

aspek yaitu keseragaman bentuk rumah dan pola tata ruang pemukiman serta

kawasan berorientasi pada arah utara-selatan (nyulah nyanda). Selain itu bentuk

dan warna pakaian khas masyarakat Baduy di Kampung Baduy Luar dan Dangka

berwarna hitam berkancing dengan sarung bermotif batik berwarna biru, namun

adanya kebijakan adat yang diberikan, banyak masyarakat Baduy di kampung ini

Page 36: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

22

sudah menggunakan celana, kemeja, dan kaos. Pakaian adat hanya digunakan saat

ada cara adat seperti, seba (tradisi mengunjungi pemerintah untuk memberikan

hasil bumi), upacara kawalu (berziarah ke sasaka domas yang menjadi kiblat bagi

masyarakat Baduy), upacara ngalaksa, khitanan dan pernikahan.

Aspek lainnya yaitu keseragaman dalam bercocok tanam. Masyarakat

Baduy bercocok tanam dengan berladang (ngahuma). Berladang merupakan mata

pencaharian utama dan sekaligus kewajiban agama mereka yaitu agama Sunda

Wiwitan (agama sunda asli). Penentuan waktu untuk menanam padi di ladang

dilihat dari kemunculan bintang kidang. Menurut pengetahuan masyarakat Baduy,

kemunculan bintang kidang jatuh pada saat matahari berada di belahan bumi utara.

Saat itu keadaan tanah sudah dingin, sehingga sudah siap untuk kegiatan

berladang. Aktivitas di ladang dilakukan mulai dari pagi hari jam 4 subuh hingga

sore hari jam 5. Hasil panen padi biasanya tidak diperjual belikan, melainkan

disimpan dalam lumbung padi (leuit). Selain dari berladang, mata pencaharian

masyarakat di keempat kampung ini yaitu berdagang pakaian, rokok, dan

kebutuhan pangan lainnya.

Menurut tradisi masyarakat Baduy terdapat lima macam ladang (huma)

yang dikelola di Kawasan Baduy. Lima macam huma tersebut yaitu huma serang,

huma puun, huma tangtu, huma tuladan, dan huma panamping. Kelima huma

tersebut memiliki pengelolaan yang berbeda. Huma yang dikelola oleh

masyarakat di keempat kampung ini yaitu huma serang, huma tuladan, dan huma

panamping.

1. Huma serang

Huma serang merupakan ladang adat kepunyaan bersama. Penggarapan

huma ini dikerjakan secara bersama-sama oleh masyarakat Baduy Dalam (tangtu),

Baduy Luar, dan Dangka yang dipimpin oleh Puun. Dari segi pengerjaannya,

huma serang dikerjakan paling awal mendahului pengerjaan huma lainnya. Lokasi

Huma serang berada di Baduy Dalam yaitu di Kampung Cibeo, Cikertawana, dan

Cikeusik. Lokasi huma serang dapat berpindah-pindah, jika lahan tersebut sudah

tidak subur lagi namun secara garis besar letaknya harus tetap berada di sebelah

timur kampung. Pencarian dan penetapan lahan untuk dijadikan huma serang

dilakukan oleh Puun, Jaro Tangtu, Girang Seurat, dan Kokolot Lembur. Dalam

kegiatan sehari-hari, huma serang menjadi tanggung jawab Girang Seurat. Hasil

panen dari huma serang digunakan untuk upacara adat bersama.

1. Huma tuladan

Huma tuladan merupakan huma untuk keperluan upacara adat yang berada

di wilayah Baduy Luar dan Dangka. Huma tuladan di Kampung Baduy Luar dan

Dangka dikelola oleh Kokolot Lembur. Biasanya masing-masing huma tuladan

memiliki luas sekitar satu hektar.

2. Huma panamping

Huma panamping merupakan huma untuk keperluan penduduk Baduy Luar

dan Dangka. Letak huma panamping ditentukan sendiri oleh kepala keluarga

bersama anak laki-lakinya yang sudah cukup dewasa. Setiap keluarga diberikan

Page 37: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

23

kebebasan mencari lahan dan menentukan luas lahan sesuai dengan kemauan dan

kemampuannya. Letak huma panamping biasanya terdapat dekat dengan kampung,

namun ada juga yang jauh dari kampung, bahkan berada di luar kawasan Baduy.

Rata-rata luas lahan huma panamping berkisar 0,5-1,5 ha dan jaraknya dari

kampung antara 0,5-5 km.

Di Kampung Baduy Luar dan Dangka termasuk Kampung Cempaka Putih,

Gajeboh, Marengo, dan Balimbing, kepemilikan lahan huma dimiliki oleh

individu, berbeda dengan kepemilikan lahan huma di Baduy Dalam yang dimiliki

secara bersama (lahan adat). Lahan huma di wilayah Kampung Baduy Luar dan

Dangka dapat diperjual belikan kepada sesama masyarakat Baduy. Masyarakat

baduy di keempat kampung ini juga sering mengerjakan huma di luar Desa

Kanekes atau di luar wilayah Baduy yang dibeli atau dikerjakan dengan sistem

bagi hasil, atau dengan membayar sewa berupa uang dan padi hasil panen. Hal ini

dilakukan sewaktu menunggu rotasi pemakaian lahan huma untuk menambah

pendapatan padi mereka.

Perladangan dimulai dengan melakukan kegiatan narawas. Kegiatan

narawas ini merupakan kegiatan mencari atau memilih lahan untuk dijadikan

huma pada bulan Sapar. Lahan yang biasa dijadikan huma baru itu berupa reuma

(hutan sekunder tua) yang telah diberakan cukup lama yaitu sekitar 3-5 tahun.

Menurut pengetahuan masyarakat Baduy, pemilihan lahan huma baru dilihat juga

berdasarkan jenis tanah, kandungan humus, jenis tanaman dan kemiringan lereng.

Jenis tanah yang dipilih yaitu taneuh bear dengan jenis tanaman yang ada

diatasnya yaitu babakoan, bintinu, dan kiseureuh. Dari segi kemiringan lereng,

lahan huma yang baik adalah lahan cepak (lahan di tempat yang datar), namun

karena bentuk permukaan lahan di wilayah Baduy jarang sekali ditemukan tanah

datar, umumnya huma ditemukan di lahan gedeng (lahan yang miring) dengan

dibuat penahan berupa potongan kayu untuk mencegah humus tanah tidak terbawa

air hujan.

Kegiatan selanjutnya yaitu nyacar. Nyacar merupakan kegiatan menebas

rumput dan semak belukar, menebang pohon-pohon kecil, memangkas dahan-

dahan pohon yang besar. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Sapar untuk di huma

serang, bulan Kalima di huma puun, dan bulan Kadalapan di huma tangtu,

tuladan, dan panamping.

Setelah kegiatan nyacar dilanjutkan dengan kegiatan nukuh. Nukuh

merupakan kegiatan mengeringkan dan menjadikan lahan menjadi kerontang

dengan menjemur hasil tebasan rumput, dahan, dan ranting menjadi beberapa

tumpukan untuk di bakar. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Kanem di huma

serang, bulan Kapitu di huma puun, dan bulan Kadalapan di huma tangtu,

tuladan, dan panamping.

Setelah kegiatan nukuh selesai, kegiatan selanjutnya yaitu ngaduruk.

Ngaduruk merupakan kegiatan membakar sampah yang telah dikumpulkan pada

kegiatan nukuh . kegiatan ini dilakukan pada bulan Kapitu di huma serang, bulan

Kadalapan di huma puun, dan bulan Kasalapan di huma tangtu, tuladan, dan

panamping.

Ketika bintang kidang memuncak pada waktu subuh. Pertanda tersebut

dijadikan acuan untuk memulai kegiatan ngaseuk. Ngaseuk merupakan membuat

lubang kecil dengan menggunakan aseukan untuk menanam benih padi.

Rangkaian kegiatan ngaseuk dimulai di huma serang pada bulan Kapitu, lalu

Page 38: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

24

huma puun pada bulan Kadalapan, dan terakhir huma tangtu, huma tuladan,

huma panamping pada bulan Kasalapan.

Pada saat benih padi mulai tumbuh, dilakukan kegiatan membersihkan dan

menyiangi rumput atau tumbuhan liar di sela-sela tanaman padi. Kegiatan ini

dinamakan ngored. Kegiatan ngored biasanya dilakukan pada bulan Kasalapan

di huma serang, Kasapuluh di huma puun, dan Hapit Lemah di huma tangtu,

huma tuladan, dan huma panamping.

Kegiatan lain yang biasanya bersamaan dengan kegiatan ngored yaitu

ngirab sawan. Ngirab sawan merupakan membuang atau membersihkan sampah

bekas ranting dan daun atau tanaman lain yang menggangu tanaman padi yang

sedang tumbuh. Kegiatan ini dilakukan di bulan Kasapuluh di huma serang, Hapit

Lemah di huma puun, dan Hapit Kayu di huma tangtu, tuladan, dan panamping.

Ketika bulir padi sudah penuh berisi dan siap di panen, maka dilakukan

kegiatan mipit. Mipit merupakan kegiatan memetik atau menuai padi pertama kali.

Rangkaian kegiatan mipit dilakukan pertama kali di huma serang pada bulan Kasa,

dilanjutkan di huma puun pada bulan Karo, dan akhirnya di huma tangtu, tuladan,

dan panamping pada bulan Katiga. Rangkaian kegiatan pertanian masyarakat

baduy dan kaitannya dengan upacara adat dapat dilihat pada Gambar 7.

Saat musim kopi dan cengkeh, masyarakat baduy di Kampung Cempaka

Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing biasanya mengambil biji kopi dan bunga

cengkeh di hutan sekunder tua (reuma) dan hutan lindung untuk diolah menjadi

kopi bubuk dan cengkeh untuk dijual ke pasar. Hal ini tidak dilakukan oleh

masyarakat Baduy Dalam, karena tanaman kopi dan cengkeh dilarang di wilayah

Baduy Dalam.

Masyarakat Baduy memiliki keunikan dalam sistem penanggalan. Jumlah

bulan dalam penanggalan masyarakat Baduy sama yaitu terdiri dari 12 bulan,

hanya perhitungan jumlah hari yang berbeda yaitu 360 hari. Penetapan

penanggalan diputuskan oleh lembaga adat Baduy. Nama-nama penanggalan

bulan secara adat di Baduy dimulai dari bulan Safar, Kalima, Kanem, Kapitu,

Kadalapan, Kasalapan, Kasapuluh, Hapit Lemah, Hapit Kayu, Kasa, Karo,

Katiga (Tabel 3). Diantara bulan tersebut, ada tiga bulan yang dianggal sakral

yaitu bulan Kawalu yang jatuh pada bulan Kasa, Karo, Katiga. Pada bulan ini

merupakan hari besar keagaman yang banyak diisi oleh kegiatan adat, yaitu

melaksanakan puasa satu hari pada bulan tersebut tanpa melakukan sahur dan

buka berkisar pada pukul 6 sore. Pada bulan Kasa dan Katiga juga terdapat

kegiatan adat yang disebut Ngalaksa yaitu upacara penghormatan terhadap leluhur

dengan membuat tepung padi dan hasil panen seluruh warga baduy sebagai

sasajen. Hal ini dilakukan untuk melaksanakan rukun agama Sunda Wiwitan

(Kurnia dan Sihabudin 2013).

Kegiatan lain yang dilakukan masyarakat Baduy adalah acara Seba yaitu

berkunjung untuk menjalin silaturahmi, menyampaikan aspirasi dan harapan

kepada pemerintah Banten pada bulan Safar. Kegiatan ini hukumnya wajib bagi

masyarakat Baduy, dan merupakan tradisi yang sudah turun temurun sejak

kesukuan mereka lahir, karena sebagai rasa syukur atas keberhasilan panen.

Page 39: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

25

Gambar 7 Kegiatan Pertanian dan Kaitannya dengan Upacara Adat

(Sumber: Hasil Wawancara)

Ada tiga macam seba yang dilaksanakan oleh masyarakat Baduy yaitu seba laksa,

seba gede, dan seba leutik. Perbedaan ketiga macam seba ini dilihat dari

persembahan masyarakat Baduy kepada pemerintah. Pada seba laksa

persembahan yang diberikan yaitu berupa laksa (tepung beras) disertai dengan

hasil bumi. Seba gede dilakukan oleh masyarakat Baduy jika hasil panen baik,

yaitu berupa hasil palawija dan beras. Sedangkan seba leutik dilakukan bila hasil

panen sedikit dan kurang baik, yaitu berupa umbi-umbian dan sayuran.

Page 40: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

26

Tabel 3 Nama Bulan serta Kegiatan Upacara Adat di Baduy

Bulan Nama Bulan Baduy Kegiatan Upacara Adat

1 Sapar/Kapat Seba

2 Kalima Muja (Puun Ziarah), acara geseran, kawinan, dan sunatan

3 Kanem Hajatan perkawinan dan selamatan

4 Kapitu Hajatan perkawinan

5 Kadalapan -

6 Kasalapan -

7 Kasapuluh -

8 Hapit Lemah -

9 Hapit Kayu -

10 Kasa Kawalu Tembeuy (awal), puasa tanggal 17 di Cikeusik dan

Cikertawana, puasa tanggal 18 di Cibeo

11 Karo Kawalu Tengah, puasa tanggal 18 di Cikeusik, tanggal 19 di

Cikertawana dan Cibeo

12 Katiga Kawalu Tutug (akhir), puasa tanggal 17 di Cikeusik dan

Cikertawana, tanggal 18 di Cibeo, acara ngalaksa tanggal

20-27

Sumber: Hasil Wawancara dengan Masyarakat Baduy

Proses pernikahan dalam masyarakat baduy merupakan kegiatan yang sakral

dan wajib dilakukan oleh setiap kaum laki-laki dan perempuan yang sudah cukup

umur. Kaum laki-laki yang wajib menikah adalah yang memiliki umur sekitar 20

tahun, sedangkan kaum perempuan wajib menikah saat umur mereka sekitar 17

tahun.

Tata cara pernikahan masyarakat Kampung Baduy Luar dan Dangka ada

dua cara pernikahan yaitu dijodohkan atau mencari jodoh sendiri. Pernikahan

dengan dijodohkan memiliki proses yang hampir sama dengan yang dilakukan

masyarakat Baduy Dalam. Pihak laki-laki meminta kepada kokolot lembur untuk

dicarikan jodoh. Sedangkan untuk tata cara kedua yaitu mencari jodoh sendiri.

pernikahan dengan tata cara kedua ini, pihak laki-laki boleh mencari jodoh sendiri

dengan bebas, baik dari satu kampung maupun beda kampung.

Waktu pelaksanaan upacara pernikahan memiliki aturan yang bersifat baku,

yaitu dilaksanakan pada bulan Kalima, Kanem, dan Kapitu. Namun untuk di

Kampung Baduy Luar dan Dangka, selain pada bulan tersebut masih bisa

dilaksanakan pada bulan lainnya yaitu bulan Kadalapan, Kasalapan, Hapit Lemah,

dan Hapit Kayu. Tetapi lima bulan ini jarang dipilih karena dianggap nilai

keberuntungannya kurang bila dibandingkan dengan ketiga bulan tadi serta sudah

disibukkan dengan acara ngahuma. Pada bulan Kasa, Karo, Katiga, dan Sapar

seluruh masyarakat Baduy termasuk Baduy Luar dan Dangka dilarang

melaksanakan upacara pernikahan karena merupakan bulan khusus kegiatan

upacara adat besar.

Upacara pernikahan dilakukan selama tiga hari. Hari pertama merupakan

hari persiapan untuk memulai acara dengan kegiatan ritual berdoa yang dipimpin

oleh pemuka adat (Kokolot Lembur). Hari kedua dikhususkan untuk kegiatan

Page 41: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

27

menerima kunjungan dari tetangga dan kerabat. Pada hari kedua ini dilaksanakan

acara akad nikah yang dilakukan khusus oleh penghulu beragama Islam dari luar

Baduy untuk membimbing calon pengantin membaca Sahadat Nabi Muhammad

yang menjadi salah satu syarat pernikahan di Baduy Luar dan Dangka. Hari ketiga

merupakan kegiatan puncak ritual acara pernikahan adat. Pada hari ketiga ini

dilakukan acara turun penganten, yaitu pasangan penganten didampingi oleh

Kokolot Lembur yang membawa bokor (sesajian) untuk keluar rumah menuju

tempat duduk pengantin.

Upacara adat lainnya yang dilakukan di Kampung Baduy Luar dan Dangka

yaitu Sunatan. Ritual sunatan dilaksanakan untuk anak-anak baduy berumur 5-10

tahun. Pelaksanaan ritual ini dilakukan selama 3 hari berturut-turut pada bulan

Kalima. Dalam pelaksanaannya, ritual ini dilakukan secara massal. Pelaksanaan

ritual sunatan secara massal dilakukan karena mempertimbangkan tokoh adat

khusus yang menangani ritual ini yaitu Bengkok dan Juru Aes jumlahnya terbatas.

c. Pola Pemukiman dan Arsitektur Rumah Adat

Pemukiman merupakan suatu unit tempat tinggal sekelompok masyarakat

dalam suatu lingkungan tertentu (Permana 2006). Dalam suatu pemukiman di

Kampung Baduy Luar dan Dangka biasanya terdiri atas sejumlah rumah (imah),

bangunan tempat menumbuk padi (saung lisung), bangunan tempat menyimpan

padi (leuit), dan lingkungan sekitarnya. Pola suatu pemukiman atau kampung

masyarakat Baduy pada dasarnya merupakan semacam miniatur dari penataan

yang lebih besar (Tata Ruang Kawasan). Pola tersebut yang nyata terlihat adalah

adanya daerah yang terbuka, orientasi dan penataan bangunan, dan akses masuk-

keluar kawasan.

Daerah terbuka pada penataan kawasan mengacu pada daerah tanpa

pemukiman dan hanya berupa tanah terbuka seperti huma. Dalam skala

pemukiman, lahan ini berupa daerah tanpa bangunan imah dan hanya berupa

tanah lapang atau semacam alun-alun yang terletak di tengah pemukiman. Di

Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing luas alun-alun

sudah semakin sempit, karena terdesak oleh pembangunan rumah. Penataan

rumah-rumah masyarakat Baduy dalam pemukiman lebih banyak terdapat pada

sisi barat alun-alun dan sisanya beberapa rumah menghadap sisi sebelah timur.

Menurut masyarakat Baduy, bangunan di sisi sebelah timur lebih sedikit karena

sisi tersebut merupakan arah terbit matahari, sehingga banyaknya bangunan akan

menghalangi sinar matahari. Akses masuk-keluar pemukiman adalah lewat sisi

utara, namun ada akses lain yaitu melalui sisi barat. Leuit merupakan komponen

penting dalam suatu pemukiman, letak leuit biasanya berada di sisi barat, selatan,

dan utara luar kampung, sedangkan saung lisung biasanya terletak di sisi utara

dalam pemukiman. Salah satu contoh pola tata letak Kampung Baduy Luar dan

Dangka dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 42: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

28

Gambar 8 Pola Tata Ruang Kampung Gajeboh, Baduy Dangka

(Sumber: Hasil Survey di Lapang dan Interpretasi Goggle Earth)

Rumah merupakan bangunan penting dalam suatu pemukiman sebagai

tempat bernaung dan melangsungkan kehidupan. Namun bagi masyarakat Baduy

rumah tidak hanya sekedar bangunan untuk bernaung, namun memiliki makna

yang luas. Rumah Adat di Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan

Balimbing memiliki bentuk yang seragam yaitu berupa rumah panggung

sederhana dari bahan kayu dan bambu yang diambil di hutan sekunder tua

(reuma) dan hutan kampung (leuweung lembur) dan menghadap ke arah utara-

selatan (nyulah nyanda). Contoh rumah panggung baduy di keempat kampung

dapat dilihat pada Gambar 9.

Rumah panggung ini mempunyai ukuran yang bervariasi tergantung

kemampuan pemilik dan ketersediaan lahan. Ruang rumah panggung terdiri atas

tepas, pendeng (kamar tidur), goah (gudang dan tempat menyimpan padi), tengah

imah, parako (dapur), dan golodog (bagian belakang) dapat dilihat pada Gambar

10. Paling depan rumah terdapat tepas yang bagian depannya tidak berdinding,

kemudian masuk ke dalam rumah melalui pintu menuju tengah imah yang

berfungsi sebagai tempat berkumpul keluarga dan makan. Ruang tidur berada di

sisi ruang tengah imah, biasanya berjumlah 2 atau 3 kamar. Di belakang tengah

imah terdapat dapur dan goah, kemudian dari ruang dapur terdapat pintu keluar

menuju golodog. Rumah di Kampung Baduy Luar dan Dangka memiliki pintu

lebih dari satu, berbeda dengan rumah di Baduy Dalam yang hanya memiliki satu

pintu yang menghadap utara atau selatan.

Page 43: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

29

Proses pendirian rumah diawali dengan melakukan perataan tanah sesuai

keinginan. Bahan-bahan bangunan untuk membuat rumah disiapkan oleh pemilik

yang akan membangun rumah, dan proses pembangunannya dilakukan secara

gotong royong oleh masyarakat kampung. Fondasi yang digunakan untuk rumah

adalah batu kali yang diambil dari sungai.

Gambar 9 Bentuk Rumah Panggung di Baduy Luar dan Dangka

Gambar 10 Denah Rumah Baduy Luar dan Dangka

(Sumber: Hasil Survey di Lapang)

Page 44: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

30

d. Kebudayaan Naratif

Masyarakat Baduy memiliki sikap patuh dan taat pada amanat leluhurnya.

Sikap tersebut merupakan bentuk kesungguhan yang ditanamankan secara kuat

dan terus menerus pada setiap anak cucu keturunan Baduy melalui proses

pendidikan. Proses pendidikan ini dimulai sejak usia anak kecil hingga dewasa

dengan penanaman ajaran serta keyakinan yang dilakukan oleh para tokoh adat

melalui bait-bait pepatah yang ringkas dan memiliki makna yang sangat dalam.

Pepatah Baduy menyerupai bait-bait pantun yang ditulis dengan

menggunakan Bahasa Sunda dan diperuntukkan untuk berbagai aspek kehidupan.

Isi dalam pepatah Baduy berisi arahan untuk mengingatkan, menasihati, gambaran,

ajakan, serta simbol-simbol kehidupan. Pepatah Baduy bukan merupakan perintah

atau larangan serta hukuman. Kata-kata dalam pepatah Baduy memiliki arti dan

mengandung makna yang dalam. Sehingga pepatah ini dijadikan sebagai penuntun

dan pedoman hidup masyarakat Baduy dalam perilaku sehari-hari sejak dulu

hingga sekarang.

Pepatah baduy juga mendeskripsikan tempat tertentu yang menurut

kepercayaan mereka, tempat tersebut memiliki nilai yang perlu dijaga

kelestariannya. Tempat tersebut yaitu pemukiman, leuweung lembur, leuweung

kolot, dan sungai. Berdasarkan hasil wawancara dan studi pustaka, pepatah yang

digunakan masyarakat Baduy antara lain:

Pepatah untuk Taat pada Hukum

Lojor teu beunang dipotong

Pondok teu beunang disambung

Gede teu beunang dicokot

Leutik teu beunang ditambah

Mipit kudu amit, ngala kudu menta

Ngagedig kudu bewara

Mun neukteuk kudu sateukna

Mun nilas kudu saclekna

Nu lain dilainkeun, nu enya dienyakeun

Ulah gorok ulah linyok

Pepatah untuk Memelihara Alam

Gunung teu beunang dilebur

Lebak teu beunang dirakrak

Buyut teu beunang dirobah

Larangan aya di darat di cai

Gunung aya maungan, lebak aya badakan

Lembur aya kokolotan, leuwi aya buayaan

Daratan imahan, legok balongan

Basisir jagaeun, walungan rawateun

Gunung kaian, gawir awian, pasir talunan

Sumber : Kurnia dan Sihabudin (2012) dan hasil wawancara

Page 45: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

31

e. Produk Seni

Produk seni yang ada di Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan

Balimbing sangat sederhana. Masyarakat baduy di keempat kampung ini

mencurahkan rasa seni pada motif kain tenun, hulu dan sarung kemudian golok,

alat musik, dan anyaman/rajutan.

Kain tenun dibuat oleh ibu-ibu baduy mengunakan alat tenun yang terbuat

dari awi dan kayu saat waktu senggang, sedangkan alat-alatnya dibuat oleh kaum

laki-laki (Gambar 11). Kain tenun, hulu dan sarung yang telah dibuat nantinya

akan ada yang dijual ke Baduy Dalam, dan sebagian ada yang dijual untuk

dijadikan cenderamata. Kain dan pakaian yang dikenakan oleh masyarakat Baduy

Dalam hanya berwarna putih dan hitam tanpa kancing, sedangkan masyarakat

Baduy Luar dan Dangka umumnya menggunakan warna hitam dengan motif batik

pada sarungnya dan boleh menggunakan kancing (Gambar 12).

Alat musik yang mereka kenal adalah angklung, kecapi, gamelan, suling

bambu, toleot (suling berukuran pendek), karinding, dan rendo. Namun alat musik

angklung tidak boleh dimainkan disembarang tempat dan waktu, biasanya hanya

boleh dimainkan pada saat upacara adat. Dalam pembuatan angklung juga tidak

sembarangan, hanya boleh dibuat oleh seorang mandor angklung Baduy dan

menggunakan bambu khusus yaitu awi temen. Berbeda dengan alat musik kecapi,

biasanya kecapi dimainkan pada malam sebelum upacara menanam padi dan saat

seorang laki-laki baduy mengunjungi rumah gadis baduy di malam hari untuk

mendengar lantunan petikan kecapi. Kecapi juga biasanya dimainkan diiringi

dengan dilantunkannya pantun saat ada sebuah acara pernikahan. Sedangkan alat

musik gamelan, suling bambu, toleot, karinding, dan rendo biasanya dimainkan

dalam upacara pernikahan.

Gambar 11 Kain Tenun dan alat tenun yang ada di Baduy

Page 46: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

32

Gambar 12 Pakaian adat Baduy Dalam (kiri);

Pakaian adat Baduy Luar dan Dangka (kanan)

Anyaman atau rajutan yang khas dibuat oleh masyarakat Baduy adalah tas

koja dan jarog. Koja merupakan sejenis tas yang terbuat dari anyaman kayu

teureup (Artocarpus elasticus) (Gambar 13). Pembuatan koja dilakukan oleh laki-

laki Baduy saat di rumah atau di saung ladang pada waktu luang.

Gambar 13 Tas Koja hasil kerajinan tangan Masyarakat Baduy

Aspek Bio-Fisik

a. Topografi dan Kemiringan Lahan

Topografi Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing

memiliki ketinggian 225 sampai 425 meter di atas permukaan laut. Peta topografi

Kampung Baduy Luar dan Dangka untuk keempat kampung ini dapat dilihat pada

Gambar 14. Berdasarkan Gambar 14 dapat dilihat keempat kampung ini memiliki

topografi berbukit, semakin ke timur memiliki kontur yang semakin tinggi.

Berdasarkan peta topografi dapat dibuat peta kemiringan lahan. Pada Tabel

4 dan Gambar 15 merupakan tabel kelas lereng dan peta kemiringan lahan.

Page 47: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

33

Page 48: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

34

Page 49: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

35

Kelas lereng ditentukan menjadi lima kelas berdasarkan kriteria penentuan

kawasan lindung (SK Mentan No. 837/Kpts/Um/II/1980) yaitu 0-8 % (datar), 8-

15 % (landai), 15-25 % (agak curam), 25-40 % (curam), dan >40 % (sangat

curam).

Tabel 4 Luas Kelas Lereng Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan

Balimbing

Kelas Lereng Klasifikasi Luas (ha) Persentasi Luas (%)

0-8 % Datar 23,409 18,38

8-15 % Landai 54,765 43,01

15-25 % Agak Curam 38,432 30,18

25-40 % Curam 9,866 7,75

>40 % Sangat Curam 0,858 0,67

Total 127,33 100,00

Presentasi luas dari tertinggi sampai terendah adalah lahan dengan lereng 8-

15 % yang merupakan kelas landai mendominasi dengan presentasi luasan

43,01 % dari total area, lereng 15-25 % merupakan kelas agak curam dengan

presentasi luas 30,18 %. Kelas kemiringan selanjutnya adalah lereng 0-8 % yang

merupakan lereng datar dengan persentasi luasan 18,38 %, kemudian lereng 25-

40% yang merupakan curam dengan persentasi luasan 7,75 %. Lereng >40 %

merupakan kelas lereng sangat curam memiliki persentase luasan terendah yaitu

0,67 %.

b. Geologi dan Tanah

Struktur geologi memberikan informasi tentang asal usul (genesis) dari

bentukan lahan. Bentuk lahan adalah bentang permukaan lahan yang mempunyai

relief khas sebagai akibat/pengaruh yang kuat dari struktur kulit bumi dan akibat

proses alam yang bekerja pada batuan di dalam ruang dan waktu tertentu.

Berdasarkan data BPDAS Citarum-Ciliwung (2010), secara garis besar bentuk

(fisiografi) lahan yang dapat dijumpai di wilayah Kecamatan Leuwidamar yaitu

zona Pegunungan Bayah. Bentuk lahan (fisiografi) di wilayah Kecamatan

Leuwidamar berasal dari endapan vulkanik kwarter dengan sebagian besar

dibentuk oleh jenis batuan sedimen formasi badui (Tmbl), batuan sedimen formasi

bojongmanik (Tmc), batuan endapan gunung api (Tms), batuan endapan gunung

api karang (Tmsl), batuan endapan permukaan aluvial (Qpv), batuan endapan

aluvial sungai (Qoa), batuan endapan permukaan aluvial pantai (Qa), dan batuan

terobosan (Tmd). Peta geologi Kecamatan Leuwidamar dapat dilihat pada

(Gambar 16). Berdasarkan (Gambar 16) menunjukkan bahwa Kampung Cempaka

Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing yang merupakan Kampung Baduy Luar

dan Dangka termasuk dalam bagian dari formasi batuan endapan permukaan

aluvial (Qpv). Jenis batuan ini terdiri dari pasir, lanau dan lumpur, dan sisa

tumbuhan. Endapan ini terbentuk pada dataran banjir atau berupa meander dan

gosong tengah sungai.

Page 50: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

36

Page 51: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

37

Page 52: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

38

Jenis tanah di Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing

berdasarkan data BPDAS Citarum Ciliwung (2010) merupakan jenis tanah latosol

coklat. Peta jenis tanah keempat kampung ini dapat dilihat pada Gambar 17.

Berdasarkan klasifikasi tanah menurut PPT (1983), karakteristik tanah latosol

coklat memiliki distribusi kadar liat tinggi (≥60 %), remah sampai gumpal,

gembur, dan warna secara homogen pada penampang tanah dalam (>150 cm)

dengan batas horizon terselubung, kejenuhan basa (NH₄Oac) kurang dari 30 %

sekurang-kurangnya pada beberapa bagian dari horizon B di dalam penampang

125 cm dari permukaan, tidak memperlihatkan gejala plintik di dalam penampang

125 cm dari permukaan, tidak mempunyai sifat-sifat vertik, dan pH berkisar 4,5-

6,5. Berdasarkan kriteria penentuan kawasan lindung (SK Mentan

No.837/Kpts/Um/II/1980) menurut kepekaannya terhadap erosi, tanah latosol masuk

dalam kriteria agak peka. Sehingga kemungkinan terjadinya erosi sangat kecil.

c. Iklim dan Curah Hujan

Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) di stasiun terdekat dengan lokasi Baduy yaitu stasiun Curug yang

terletak di 06° 14' LS dan 106° 39' BT pada elevasi 46 m, terhitung dari tahun

2003 hingga tahun 2012. Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan

Balimbing memiliki suhu rata-rata 26,5 °C dengan suhu minimum terjadi pada

bulan Ferbruari yaitu 26,1 °C dan suhu maksimum terjadi pada bulan Mei,

September, dan Oktober yaitu 26,8 °C (Gambar 18).

Gambar 18 Suhu Udara, Kelembaban Udara, dan Curah Hujan 2003-2012

Stasiun Curug

Sumber: BMKG Pusat 2013

Jika dilihat dari kelembaban udara, keempat kampung ini memiliki

kelembaban udara rata-rata 81%, dengan kelembaban terendah terjadi pada bulan

Page 53: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

39

Agustus dan September yaitu 76% dan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan

Februari yaitu 85% (Gambar 18). Curah hujan rata-rata bulanan di keempat

kampung ini yaitu 171,1 mm dan termasuk dalam kategori sedang, dengan curah

hujan tertinggi pada bulan Februari yaitu 281 mm. Sedangkan curah hujan

terendah pada bulan Juli yaitu 78,86 mm (Gambar 18).

d. Hidrologi

Berdasarkan laporan PPLH-IPB dan Bapedal Prov. Banten (2004) dalam

dokumen rencana pengelolaan DAS Terpadu DAS Ciujung (2010), pencemaran

air sungai pada DAS Ciujung dihitung menggunakan indeks STORET dan standar

baku mutu kelas II berdasarkan (PP No. 82/2001) dapat dilihat pada (Tabel 5).

Tabel 5 Nilai Indeks dan Tingkat Pencemaran DAS Ciujung

Wilayah DAS Nilai Indeks Tingkat Pencemaran

Sub-DAS Ciberang -20 sampai -22 Sedang

Sub-DAS Cisimeut -28 sampai -36 Sedang/Berat

Sub-DAS Ciujung Hulu -26 sampai -30 Sedang

Tengah Ciujung -20 sampai -37 Sedang/Berat

Hilir Ciujung -40 sampai -61 Berat

Sumber: PPLH-IPB dan Bapedal Prov. Banten (2004) dalam Dokumen BPDAS

Citarum Ciliwung (2010)

Berdasarkan nilai indeks pencemaran dapat dilihat bahwa pencemaran air

sungai pada Sub-DAS Ciujung Hulu berada dalam tingkat sedang (Tabel 5).

Sumber air bagi Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing

berasal dari sungai dan mata air. Air Sungai Ciujung dimafaatkan oleh masyarakat

kampung untuk kebutuhan rumah tangga seperti mandi, cuci, kakus (MCK).

Sumber air bersih yang berasal dari mata air digunakan masyarakat kampung

untuk memasak dan minum.

Berdasarkan sistem hidrologi, DAS yang berada di Provinsi Banten

(Gambar 19), Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing

termasuk dalam Sub-DAS Ciujung Hulu yang dilalui oleh aliran Sungai Ciujung

(Tabel 5). Sungai Ciujung merupakan sungai utama yang melewati tiga Kampung

Baduy Dangka yaitu Kampung Gajeboh, Marengo, dan Balimbing oleh sebab itu

kawasan ini merupakan daerah yang kaya dengan air. Aliran air Sungai Ciujung

mengalir dari Barat ke Timur pada tapak. Pada penelitian ini, keempat kampung

terbagi menjadi 20 daerah tangkapan air (Sub DAS). Penentuan Sub DAS

dilakukan dengan mendelineasi batas-batas punggung bukit (ridgelines) dari garis

kontur yang terdapat pada peta topografi (Gambar 20).

e. Penggunaan dan Penutupan Lahan

Pola penggunaan lahan di Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo,

dan Balimbing dapat dibagi menjadi 6 macam, yaitu pemukiman, hutan kampung

(leuweung lembur), ladang (huma), kebun campuran (jami), hutan sekunder tua

(reuma), dan hutan lindung (leuweung kolot).

Page 54: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

40

Page 55: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

41

Page 56: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

42

Kawasan pemukiman dapat dijumpai di sekitar sungai Ciujung. Pola

pemukiman keempat kampung ini berorientasi ke arah utara-selatan, dimana pada

bagian selatan terdapat rumah kepala kampung (kokolot lembur). Hutan kampung

(leuweung lembur) dapat ditemukan di daerah-daerah sekitar kampung. Hutan ini

dilindungi dan tidak pernah dibuka menjadi lahan ladang dan pemukiman. Hutan

kampung dapat berfungsi sebagai apotek hidup bagi masyarakat kampung.

Sementara itu, lahan yang digunakan untuk berladang (huma) adalah hutan non-

konservasi. Lahan hutan tersebut awalnya merupakan hutan sekunder tua (reuma)

yang telah diistirahatkan cukup lama sekitar 3-5 tahun, kemudian dibuka menjadi

ladang (huma) yang ditanami padi gogo. Suatu kawasan hutan tua yang dibuka

menjadi ladang (huma), setelah dimanfaatkan sebagai huma dalam periode satu

sampai dua tahun kawasan tersebut akan ditinggalkan dan diganti nama dengan

istilah reuma. Pada beberapa kasus lahan, sebelum lahan ladang (huma)

diistirahatkan menjadi reuma, lahan tersebut dapat ditanami ubi jalar, singkong,

jenis tanaman buah-buahan, dan kencur. Pemanfaatan lahan tersebut diberi istilah

sebagai kebun campuran (jami).

Hutan lindung di daerah Baduy dapat dibedakan menjadi 2 macam, ada

hutan yang disebut oleh masyarakat Baduy sebagai hutan larangan/titipan

(leuweung larangan/titipan) dan hutan tua (leuweung kolot). Leuweung

larangan/titipan hanya ada di daerah Baduy Dalam, dan merupakan hutan yang

dikeramatkan. Di daerah Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan

Balimbing tidak terdapat hutan larangan/titipan (leuweung larangan/titipan),

hanya ditemukan beberapa petak kawasan hutan lindung yang tidak luas berada di

puncak-puncak bukit seperti leuweung kolot. Skema zona pemanfaatan lahan di

Baduy Luar dan Dangka dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21 Skema zona pemanfaatan lahan di Baduy Luar dan Dangka

(Sumber: Hasil Survey dan Wawancara)

Page 57: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

43

Pada peta kemiringan lahan (Gambar 15), dapat dilihat bahwa pemukiman

dan hutan kampung (leuweung lembur) umumnya terletak pada lokasi yang

memiliki kemiringan relatif datar (0-8 %). Di sekitar pemukiman, lahan yang

mempunyai karakteristik sebagai hutan kampung ditanamani dengan pohon

seperti kayu albasiah (Albizia falcataria), durian (Durio zibethinus), duku

(Lansium domesticum), kiray/rumbia (Metroxylon sagu), aren (Arenga pinata),

awi gombong (Gigantochloa verticilata), hanjuang (Cordyline terminalis),

kacapiring (Gardenia augusta), bambu apus (Gigantochloa apus), awi mayan

(Gigantochloa robusta) dan kelapa (Cocos nucifera).

Hampir semua lahan yang ada di Kawasan Kampung Cempaka Putih,

Gajeboh, Marengo, dan Balimbing mempunyai kemiringan landai (8-15 %). Pada

lahan dengan kemiringan curam (25-40%) dan kemiringan sangat curam (>40 %)

dimanfaatkan secara maksimal untuk ladang (huma), kebun campuran (jami),

hutan sekunder tua (reuma), dan hutan lindung. Sedangkan, lahan yang memiliki

kemiringan landai (8-15 %) sampai curam (25-40 %) umumnya juga

dimanfaatkan sebagai ladang (huma), kebun campuran (jami), dan hutan

sekunder tua (reuma) sedangkan lahan yang memiliki kemiringan sangat curam

(>40 %) dimanfaatkan sebagai hutan lindung.

Penutupan lahan di keempat kampung ini di klasifikasikan berdasarkan hasil

interpretasi visual citra Ikonos yang berasal dari situs Wikimapia

(http://wikimapia.org/#lang=en&lat=6.608520&lon=106.223084&z=17&m=bh)

dan survey lapang. Interpretasi visual penutupan lahan dilakukan dengan

menggunakan kunci interpretasi yang dilihat dari tekstur, bentuk pola, warna, dan

bayangan (Tabel 6). Terdapat tujuh kelas penutupan lahan berdasarkan pola

penggunaan lahan yaitu pemukiman, huma, jami, reuma, leuweung kolot, dan

badan air (Tabel 7).

Tabel 6 Kriteria Interpretasi Citra Satelit untuk Kelas Penutupan Lahan

Penutupan

Lahan Tekstur Pola Warna

Intensitas

Bayangan

Deskripsi Pada

Citra Contoh

Pemukiman Halus-

Kasar Terkonsentrasi Coklat Sedang

Huma Halus-

Kasar Terkonsentrasi

Hijau

Muda

Kecoklatan

Rendah

Jami Halus-

Kasar Menyebar

Hijau

Muda

Kecoklatan

Rendah

Page 58: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

44

Tabel 6 Kriteria Interpretasi Citra Satelit untuk Kelas Penutupan Lahan (lanjutan)

Penutupan

Lahan Tekstur Pola Warna

Intensitas

Bayangan

Deskripsi Pada

Citra Contoh

Leuweung

Lembur

Kasar Menyebar

Hijau

Muda-

Hijau Tua

Tinggi

Reuma Kasar Menyebar Hijau Tua

Tinggi

Leuweung

kolot Kasar Menyebar Hijau Tua

Sangat

Tinggi

Badan air Kasar Organik Biru

Kecoklatan Rendah

Berdasarkan kelas penutupan lahan dapat dilihat bahwa penutupan lahan

reuma memiliki luas terbesar 84,146 ha (66,09 %). Berdasarkan mata pencaharian

utama Masyarakat Kampung Baduy Luar dan Dangka yaitu berladang, luas huma

yang terdapat dalam Kampung Baduy Dangka ini memiliki luas 5,572 ha. Luas

lahan pemukiman yang berada di wilayah Kampung Baduy Luar dan Dangka

yaitu 3,110 ha dengan pola pemukiman yang memusat pada wilayah tertentu dan

dekat dengan badan air. Penutupan lahan yang lain yaitu leuweung lembur, jami,

dan leuweung kolot dapat dilihat pada Gambar 22.

Tabel 7 Luas Penutupan Lahan Kawasan Kampung Cempaka Putih, Gajeboh,

Marengo, dan Balimbing

Penutupan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

Pemukiman 3,110 2,44

Leuweung lembur 14,054 11,04

Huma 5,572 4,38

Jami 7,837 6,15

Reuma 84,146 66,09

Leuweung kolot 9,402 7,38

Badan Air 3,211 2,52

Total 127,33 100,00

Page 59: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

45

Page 60: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

46

f. Keanekaragaman Vegetasi

Pada berbagai macam pemanfaatan lahan yang ada di Kampung Baduy Luar

dan Dangka, biasanya lahan tersebut akan ditumbuhi oleh beranekaragam vegetasi.

Menurut Iskandar (2012) pada umumnya tipe lahan di Baduy dapat dikategorikan

sebagai agroforestri tradisional, karena dari berbagai pemanfaatan lahan tersebut,

ditumbuhi oleh jenis-jenis campuran tanaman budidaya semusim dan tanaman

keras kayu-kayuan liar atau setengah liar. Berbagai pemanfaatan lahan di

Kampung Baduy Luar dan Dangka maupun masyarakat Baduy lainnya dapat

memberikan keuntungan sosial, ekonomi, dan budaya karena keberadaan jenis

vegetasi yang beranekaragam.

Pada umumnya lahan di kawasan Kampung Cempaka Putih, Gajeboh,

Marengo, dan Balimbing seperti hutan kampung (leuweung lembur) rimbun

ditanami jenis tumbuhan kayu-kayuan dan buah-buahan, karena itu struktur

vegetasi leuweung lembur sangat rimbun seperti hutan alami. Pada lahan

leuweung lembur yang rimbun tersebut, biasanya diletakkan lumbung-lumbung

padi (leuit) agar nyaman berada dibawah naungan vegetasi. Ilustrasi struktur

vegetasi leuweung lembur di keempat kampung ini dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23 Ilustrasi Struktur Vegetasi Leuweung Lembur

(Sumber: Hasil Survey di Lapang)

Page 61: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

47

Lahan huma di kawasan Baduy termasuk di Kampung Cempaka Putih,

Gajeboh, Marengo, dan Balimbing biasanya ditanami dengan padi gogo. Namun

tidak hanya padi gogo saja, jenis tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan juga

ditanam. Gambar 24 menunjukkan ilustrasi struktur vegetasi huma di keempat

kampung ini. Selain kaya tentang keanekaragaman jenis tanaman, pada setiap

jenis tanaman ladang tersebut juga memiliki aneka ragam varietas.

Gambar 24 Ilustrasi Struktur Vegetasi Huma

(Sumber: Hasil Survey di Lapang)

Menurut Iskandar (2012), hasil survey tentang padi lokal di kawasan Baduy

telah tercatat sekurangnya ada 89 varietas padi lokal di Baduy Luar dan Baduy

Dalam. Macam-macam varietas padi lokal tersebut oleh penduduk Baduy dapat

dibedakan berdasarkan bentuk morfologi biji padi, warna beras, sifat kuliner, dan

sifat ekologi tanaman padi. Berdasarkan sifat morfologinya biji padi, dikenal

berbagai varietas padi lokal, seperti berbulu, tidak berbulu, dan dilihat dari ukuran

biji gabah. Berdasarkan warna beras, dikenal aneka ragam varietas padi lokal

dengan beras berwarna putih, merah, dan hitam. Sedangkan berdasarkan sifat

kuliner nasi, dikenal dengan nasi ketan dan non-ketan. Sementara itu, berdasarkan

sifat ekologi tanaman padi, dikenal berbagai varietas padi berumur masa panen

Page 62: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

48

singkat, umur kurang dari 6 bulan, dan umur masa panen normal. Jika lahan huma

telah panen padi, maka lahan tersebut akan berubah pemanfaatannya menjadi jami

dan reuma.

Pada saat menjadi jami, lahan ditanami dengan tanaman penghasil bumbu

dapur seperti kunyit, jahe, lengkuas, cabai, dan tanaman buah-buahan. Ilustrasi

struktur vegetasi jami di keempat kampung ini dapat dilihat pada Gambar 25.

Pada saat lahan dimanfaatkan sebagai reuma, banyak juga ditemukan jenis

tanaman budidaya dan tumbuhan liar yang tumbuh bercampur. Tanaman tersebut

biasanya berupa tanaman buah-buahan, kayu-kayuan, sisa tanaman ladang dan

semak belukar yang sedang mengalami suksesi alami (Gambar 26). Pada kawasan

hutan lindung di Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing

ditumbuhi aneka ragam tumbuhan khas hutan yang termasuk dalam jenis

tumbuhan liar (Gambar 28).

Gambar 25 Ilustrasi Struktur Vegetasi Jami

(Sumber: Hasil Survey di Lapang)

Page 63: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

49

Gambar 26 Ilustrasi Struktur Vegetasi Reuma

(Sumber: Hasil Survey di Lapang)

Keanekaragaman jenis tumbuhan yang menyusun leuweung lembur, huma,

jami, reuma, dan leuweung kolo (dungus), jenis tanaman tersebut memiliki fungsi

konservasi dan sosial budaya yang sangat penting bagi masyarakat Baduy. Fungsi

konservasi yang bisa didapatkan yaitu konservasi jenis-jenis dan varietas

tumbuhan, habitat bagi satwa liar, konservasi tanah dan mengatur sistem hidrologi

air, mengatur iklim mikro sehingga memberi kenyamanan, dan sebagai penyerap

gas rumah kaca. Sementara itu, fungsi sosial ekonomi dan budaya yaitu dapat

dipungut macam-macam hasil hutan sebagai bahan kerajinan, upacara adat, obat-

obatan, dan hasil industri rumah tangga. Berbagai hasil tersebut dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat Baduy. Keberagaman jenis

vegetasi, manfaat, dan habitat tumbuhan di Kampung Baduy Luar dan Dangka

dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 64: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

50

Gambar 27 Ilustrasi Struktur Vegetasi Leuweung Kolot

(Sumber: Hasil Survey di Lapang)

Tabel 8 Jenis Vegetasi, Manfaat, dan Habitat

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Manfaat Bagian yang

dimanfaatkan

Penggunaan Lahan

1 2 3 4 5 6

1. Aren Arenga

pinnata

Tuak untuk membuat gula

aren, daun, dan kulit batang (ijuk) untuk atap

rumah dan sumber pangan

nira, daun, kulit

batang (ijuk), buah

√ √ √

2. Kelapa Cocos nucifera

Penanda batas kampung, Buah

untuk dimakan

buah √ √

3. Durian/kadu Durio

zibethinus

Buah dan biji dapat

dimakan, kayu

untuk bahan

membangun rumah, getah untuk obat

sakit gigi

buah, biji,

batang, getah

√ √

4. Awi gombong Gigantochloa verticilata

Batang untuk membangun rumah

batang

5. Cariang Homolaena odorata

Umbi untuk obat gatal, daun untuk

usir hama

Umbi, daun

√ √

Page 65: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

51

Tabel 8 Jenis Vegetasi, Manfaat, dan Habitat (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Manfaat Bagian yang

dimanfaatkan

Penggunaan Lahan

1 2 3 4 5 6

6. Pisitan Lansium

domesticum

buah dapat

dimakan, kulit batang untuk obat

pegel linu

buah, batang

√ √

7. Kiray Metroxylon sagu

daun untuk atap rumah, pati

Daun, batang

8. Rambutan Nephelium

lappaceum

buah untuk

dimakan

buah

√ √

9. Padi Oryza sativa biji untuk bahan

pangan, batang

untuk pupuk

biji, batang

10. Kacang hiris Cajanus cajan biji dapat dimakan biji

√ √

11. Pisang Musa

paradisiaca

buah dapat

dimakan, daun

untuk membungkus

makanan

buah, daun

√ √ √ √ √

12. Singkong Manihot esculenta

umbi untuk dimakan, daun

untuk bahan

pangan

umbi, daun

√ √

13. Ubi jalar Ipomea

batatas

umbi untuk

dimakan

umbi

√ √

14. Jagung Zea mays biji dapat dijadikan bahan pangan

biji

15. Talas Colocasia

esculenta

pelepah, pucuk

daun, umbi dapat dimakan

pelepah, pucuk

daun, umbi

16. Lengkuas Languas

galanga

akar untuk bumbu

dapur

akar

√ √

17. Mentimun Cucumis

sativus

buah untuk lalapan buah

√ √

18. Kunyit Curcuma domestica

akar untuk bumbu dapur, untuk obat

magh

akar

√ √

19. Cabe rawit Capsicum frutescens

Buah untuk bumbu dapur

buah

√ √

20. Jeungjing/

sengon

Paraserianthe

s sp.

kayu untuk bahan

membangun runah dan leuit

batang

21. Sempur Dillenea

aurea

buah untuk

dimakan, kayu untuk membangun

rumah dan leuit

buah, batang

22. Harendong Melastoma malabatricum

daun untuk obat sariawan dan sakit

gigi, pucuk daun

dan tuak untuk obat sakit perut

daun, pucuk, tuak

23. Kiseureuh Piper

aduncum

Tuak untuk obat

sakit mata

tuak

24. Kaso Saccharum

spontaneum

Kayu untuk bahan

membangun rumah

batang

25. Jengkol Pithecelobium jeringa

buah untuk lalapan, kayu untuk bahan

membangun rumah

buah, batang

26. Babadotan Ageratum conyzoides

daun untuk obat luka

daun

27. Angsana Pterocarpus

indicus

getah untuk obat

sakit gigi

getah

28. Kacapiring Gardenia

augusta

tanaman hias, daun

untuk obat panas

daun

29. Hanjuang Codyline terminalis

pohon untuk penanda makam

dan penanda batas

tanah

pohon √ √ √ √ √

Page 66: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

52

Tabel 8 Jenis Vegetasi, Manfaat, dan Habitat (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Manfaat Bagian yang

dimanfaatkan

Penggunaan Lahan

1 2 3 4 5 6

30. Jawer kotok Plectranthus scutellarides

daun untuk obat sakit panas

daun

31. Kumis kucing Orthosiphon

grandiflorus

daun untuk obat

demam

daun √ √

32. Mahkota dewa Phaleria

macrocarpa

buah untuk obat

darah tinggi

buah

33. Peuteuy Parkia

speciosa

buah dapat

dimakan, kayu

untuk kayu bakar

buah, batang

34. Mangga Mangifera

indica

buah untuk

dimakan

buah

35. Puring Codiaeum variegatum

tanaman hias, penanda tali pusar

bayi ditanam

pohon √ √

36. Kanyere Bridelia monoica

kulit batang untuk obat gatal, batang

untuk pegangan

golok dan cored

batang

37. Awi apus Gigantochloa

apus

batang untuk bahan

bangunan, tuak

untuk obat batuk

batang, tuak

38. Awi mayan Gigantochloa

robusta

batang untuk

membangun rumah

yaitu bilik

batang

39. Asem ranji Dialium indum buah dapat

dimakan dan dijual,

kayu untuk membangun rumah

buah, batang

√ √

40. Areuy cariu Entada

Phaseoloides

akar untuk pupuk,

buah untuk kerajinan tangan,

obat sakit perut

akar, buah

41. Areuy rinu Piper sulcatum buah untuk obat

masuk angin, daun

untuk obat gatal

buah, daun

42. Jaat Psopocarpus

tetragonolobus

biji dapat dijual,

buah dapat

dimakan

biji, buah

43. Cengkeh Syzygium

aromaticum

bunga untuk

aromatik, dijual

bunga

√ √

44. Picung Pangium edule buah dapat

dimakan dan untuk

minyak

buah

45. Sereh Andropogon

nardus

daun untuk bumbu

masak

daun

√ √

46. Pinang Pinanga coronata

daun untuk ritual adat

daun

47. Paku kapal Arcypteris

irregularis

daun untuk obat

luka dan patah tangan

daun

48. Kanas Ananas

comosus

buah untuk

dimakan

buah

49. Kapas Gossypium sp. bahan baku benang

untuk buat baju

buah

50. Saga Cayratia

japonica

banir untuk bahan

gelebeg

banir

51. Saka Schefflera longifolia

pohon untuk tempat menternakan lebah

semua bagian

52. Randu Ceiba

pentandra

akar dan daun

untuk obat meenurunkan

panas, buah/kapuk

untuk isi bantal

akar, daun, buah

Page 67: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

53

Tabel 8 Jenis Vegetasi, Manfaat, dan Habitat (lanjutan)

No. Nama

Lokal Nama Ilmiah Manfaat

Bagian yang

dimanfaatkan

Penggunaan Lahan

1 2 3 4 5 6

53. Kaweni Mangifera odorata Buah untuk dimakan, kayu

untuk

membangun rumah

buah, batang

54. Kopi Coffea arabica Biji untuk

membuat kopi

biji

√ √

55. Areuy

Geureung

Pericampylus

glaucus

Semua bagian

untuk ritual adat

nyacar dan panen padi

semua bagian

√ √

56. Haraghag Ananas sp. Daun untuk

membuat tas anyaman

daun

√ √

57. Ikih undientified Kayu untuk membangun

rumah, kulit kayu

untuk mencelup koja agar keras

dan berwarna

merah

batang, kulit kayu

√ √

58. Ki Bubur undientified Kayu untuk

membangun

rumah, kulit kayu untuk mencelup

koja agar keras

dan berwarna merah

batang, kulit

kayu

√ √

59. Manjeti undientified Kayu untuk bahan

membangun

rumah dan membuat lesung

batang

√ √

60. Ngenge Pinanga javanica Batang untuk

membuat alat

tenun dan alat

ngaseuk

batang

√ √

61. Salam leuweung

Syzygium operculata Kulit batang untuk mencelup

koja agar

berwarna hitam kemerahan

Kulit batang

√ √

62. Teureup Artocarpus elastica Daun untuk alas

leuit, kulit batang untuk anyaman

tas koja san

pengikat padi saat panen

daun, kulit

batang

√ √

63. Awi gede Gigantochloa

pseudoarundinaceae

Batang untuk

membangun rumah, iwung

untuk dimakan

batang, batang

muda

64. Tapos Elateriospermum tapos

Kayu untuk bahan membuat alat

tenun

batang

65. Jahe Zingiber officinale Akar untuk bumbu dapur

akar

√ √

Sumber: Hasil pengumpulan data di lapang dan wawancara

Keterangan:

3. Pemukiman, 2. Leuweung lembur, 3. Huma,

4. Jami, 5. Reuma, 6. Leuweung kolot

Page 68: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

54

Tabel 9 Keanekaragaman Kelompok Manfaat Vegetasi

No. Kelompok Manfaat Jumlah Spesies Persentase (%)

1. Sumber Pangan 25 28,74

2. Bahan Bangunan 16 18,39

3. Ritual Adat 2 2,30

4. Obat-obatan 17 19,54

5. Bumbu Masak 5 5,75

6. Bahan Kerajinan 7 8,05

7. Pupuk alami 2 2,30

8. Media Ternak Lebah 1 1,15

9. Penanda batas 3 3,45

10. Pewarna 3 3,45

11. Aromatik 1 1,15

12. Tanaman hias 3 3,45

13. Bahan baku benang 1 1,15

14. Bahan baku kapuk 1 1,15

Total 87 100,00

Berdasarkan (Tabel 8) dari hasil survey dan wawancara, spesies vegetasi

yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo,

dan Balimbing berjumlah 65 spesies. Jika dilihat dari (Tabel 9), kelompok

manfaat yang memiliki spesies vegetasi dalam jumlah besar adalah untuk sumber

pangan (28,74%), obat-obatan (19,54%), dan bahan bangunan (18,39%). Pada

(Tabel 9) juga menunjukkan bahwa jumlah total spesies yang dimanfaatkan

melebihi jumlah total spesies yang ditemukan. Hal ini karena satu spesies

tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk beberapa tujuan. Meski demikian,

masyarakat Baduy memiliki aturan adat agar pemanfaatan vegetasi tersebut tidak

menyebabkan kelangkaan. Vegetasi tidak dapat dimanfaatkan secara bebas karena

harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari kokolot lembur. Kokolot lembur tidak

akan memberikan izin jika jenis vegetasi tersebut ketersediannya sedikit dan

berada di lokasi terlarang (pinggir sungai, mata air, puncak bukit, dan tebing).

Kelompok vegetasi yang dapat memberikan manfaat pengobatan alami dianggap

memiliki peranan penting dalam melestarikan pengetahuan tradisional yang

mereka miliki. Menurut Pei et al. (2009) dalam Iman (2011) spesies tumbuhan

yang memiliki manfaat akan mendorong penggunanya untuk menjaga keberadaan

spesies tersebut agar tetap tersedia sehingga dapat terus dimanfaatkan.

Berdasarkan (Tabel 8) dapat ditunjukan bahwa masyarakat di keempat

kampung ini mengambil spesies vegetasi dari beberapa tempat penggunaan lahan.

sumber pengambilan spesies vegetasi ini dilakukan agar tekanan pada suatu

tempat berkurang. Pada (Tabel 10) jumlah pengambilan spesies vegetasi terbesar

yaitu pada reuma (30,48%), leuweung kolot (20,95%), dan leuweung lembur

(19,05%). Walaupun leuweung kolot memiliki jumlah pengambilan spesies

vegetasi yang cukup besar, namun kondisi ini tidak menimbulkan tekanan yang

besar. Hal ini dikarenakan adanya alternatif tempat lain yang dijadikan sumber

Page 69: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

55

pengambilan spesies vegetasi bermanfaat yang spesiesnya ditemukan di leuweung

kolot.

Tabel 10 Keanekaragaman Pengambilan Vegetasi berdasarkan Habitat

No. Tempat Pengambilan Jumlah

Spesies Persentase (%)

1. Pemukiman 3 2,86

2. Leuweung lembur 20 19,05

3. Huma 17 16,19

4. Jami 11 10,48

5. Reuma 32 30,48

6. Leuweung kolot 22 20,95

Total 105 100,00

Karakteristik Bioregion Baduy Dalam

Berdasarkan studi literatur dapat disusun karakteristik biofisik dan budaya

Baduy Dalam. Karakteristik disusun berdasarkan kategori V dalam penentuan

kawasan perlindungan menurut UNESCO (1972) dalam Phillips (1998) yaitu

perlindungan lanskap/seascape. Kategori V dalam kriteria nilai penting world

heritage convention ini menjelaskan mengenai 3 (tiga) jenis nilai-nilai alam, yaitu:

1. Sumber daya biologi (Biodiversitas), yang berkaitan dengan kompromi dalam

mempertahankan keragaman biologi alam dan pertanian.

2. Karakteristik pemanfaatan/penggunaan sumber daya alam oleh manusia,

seperti penggunaan lahan yang berkelanjutan.

3. Aspek keterkaitan hubungan manusia dengan alam dan kelekatan nilai-nilai

masyarakat dengan kualitas alam (lanskap).

Tabel 11 menguraikan karakteristik bioregion Baduy Dalam berdasarkan

tiga kriteria UNESCO (1972) untuk kategori V. Karakteristik bioregion Baduy

Dalam ini digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi karakteristik bioregion

Baduy Luar dan Dangka.

Tabel 11 Karakteristik Bioregion Baduy Dalam

Kriteria Nilai

Penting Karakteristik Bioregion Baduy Dalam

1. Biodiversitas - Keanekaragaman vegetasi leuweung kolot dan leuweung

larangan memiliki keanekaragaman tinggi yaitu sebanyak

234 spesies (Iman 2011) (Lampiran 1)

- Keanekaragaman vegetasi reuma memiliki

keanekaragaman sedang yaitu sebanyak 114 spesies (Iman

2011) (Lampiran 2)

Page 70: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

56

Tabel 11 Karakteristik Bioregion Baduy Dalam (lanjutan)

Kriteria Nilai

Penting Karakteristik Bioregion Baduy Dalam

- Keanekaragaman vegetasi leuweung lembur memiliki

keanekaragaman sedang yaitu sebanyak 137 spesies (Iman

2011) (Lampiran 3)

- Keanekaragaman vegetasi di lahan huma memiliki

keanekaragaman rendah yaitu sebanyak 15 spesies.

Namun pada lahan ini juga memiliki keanekaragaman

varietas padi lokal yaitu sebanyak 89 varietas (Iskandar

2012). Terdapat tiga varietas padi yang wajib ditanam di

huma yaitu pare koneng, pare siang, dan pare ketan

lenggasari (Permana 2010).

2. Tata Guna Lahan

Pemukiman Pemukiman berada di sekitar aliran sungai dengan lereng

datar, Pola pemukiman menerapkan prinsip nyulah nyanda

(utara-selatan) dan terbagi menjadi:

- Imah Puun (bagian paling sakral yaitu selatan)

- Bale adat (bagian utara)

- Alun-alun (diantara Imah Puun dan bale adat)

- Saung lisung (bagian utara dekat bale adat)

- Imah warga (tidak boleh menghalangi Imah Puun, imah di

sisi timur harus lebih sedikit dari sisi barat

- Leuit (bagian utara, barat, dan selatan khusus leuit Puun)

- Pancuran (bagian utara)

Leuweung Lembur - Leuweung lembur (hutan kampung) berada mengelilingi

pemukiman dan dibudidayakan vegetasi penghasil kayu,

buah, dan obat-obatan.

- Lahan ini berada pada lereng datar hingga landai dan

terdapat lumbung padi (leuit) dan area pemakaman.

Huma - Lahan ini berada di lereng landai, curam, dan agak curam.

- Huma (ladang) di Baduy Dalam menurut pengelolaannya

dibagi menjadi tiga macam yaitu Huma Puun, Huma

Tangtu, dan Huma Serang.

- Penanaman padi di ketiga huma dilakukan tidak serentak,

penanaman padi pertama dilakukan di Huma Puun,

kemudian Huma Serang dan terakhir Huma Tangtu.

- Dalam proses penanaman padi, padi ditanam mengikuti

garis kontur untuk mencegah erosi tanah.

Page 71: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

57

Tabel 11 Karakteristik Bioregion Baduy Dalam (lanjutan)

Kriteria Nilai

Penting Karakteristik Bioregion Baduy Dalam

Jami - Jami (kebun campuran) dibudidayakan jenis vegetasi

penghasil bumbu dapur, sayuran, dan buah-buahan yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga

warga Baduy.

- Lahan ini berada di lereng landai, curam, dan agak curam.

Reuma - Reuma (hutan sekunder tua) dibudidayakan jenis vegetasi

penghasil kayu, buah, dan obat-obatan. Vegetasi tersebut

sengaja dibudidayakan dan memiliki fungsi konservasi

keanekaragaman vegetasi dan satwa, sistem hidrologi dan

tanah, fungsi ekonomi, sosial dan budaya.

- Lahan ini berada di lereng landai, curam, dan agak curam.

Leuweung Kolot - Leuweung kolot (hutan lindung/hutan tua) berada di

puncak-puncak bukit dan dikhususkan memiliki fungsi

konservasi yang tinggi.

- Lahan ini berada di lereng curam hingga sangat curam.

- Pemanfaatan dapat dilakukan pada tanaman penghasil non

kayu.

Leuweung Larangan - Leuweung larangan (hutan larangan) merupakan kawasan

hutan yang tidak diperuntukan sebagai huma.

- Lahan hutan ini berada di lereng landai, agak curam,

curam, dan sangat curam.

- Hutan ini berada di bagian selatan Baduy dekat dengan

Kampung Baduy Dalam. Dalam hutan ini terdapat Sasaka

Domas, sehingga disebut sebagai hutan sakral dan hanya

orang tertentu saja yang boleh masuk ke dalam hutan ini

seperti Puun dan pejabat adat Baduy.

3. Nilai terkait adat

Hukum Adat - Ngahuma menjadi mata pencaharian wajib dengan

menggarap huma serang, puun, dan tangtu

- dilarang menggunakan alat elektronik

- dilarang menggunakan alas kaki

- dilarang menggunakan sabun mandi, odol, dan deterjen

- dilarang menggunakan kendaraan

- dilarang poligami

- dilarang memiliki perhiasan emas dan dilarang merokok

- dilarang membuka warung

Upacara Adat - Ngalaksa, Kawalu, dan Seba merupakan upacara adat

wajib bagi seluruh Masyarakat Baduy

- Hajatan pernikahan dalam sistem Baduy Dalam yaitu

dijodohkan oleh orangtua dan Puun

- Sunatan dilaksanakan secara massal

Page 72: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

58

Tabel 11 Karakteristik Bioregion Baduy Dalam (lanjutan)

Kriteria Nilai

Penting Karakteristik Bioregion Baduy Dalam

- Upacara adat berkaitan dengan kegiatan ngahuma yaitu

upacara ngaseuk, upacara narawas, upacara ngored,

upacara ngirab sawan, upacara panen

Pakaian Adat - Hanya dua warna yaitu hitam dan putih

- Pakaian dijahit dengan menggunakan jarum dan tidak

menggunakan kancing

- Ikat kepala (telekung) berwarna putih

- Wanita menggunakan kebaya dengan selendang seperti

samping

- Laki-laki menggunakan sarung yang dilipat

Arsitektur Rumah

Adat - Bentuk arsitektur rumah adat yaitu rumah panggung dan

memiliki ukuran yang sama

- Saat pembangunan rumah, kontur tanah tidak diubah

dibiarkan sesuai kontur aslinya

- Fondasi rumah terbuat dari batu kali

- Dalam proses pembangunan rumah tidak menggunakan

paku dan alat modern, hanya menggunakan pasak dan tali

dari bambu/rotan

- Hanya terdapat satu pintu yang menghadap utara/selatan

dan tidak memiliki jendela

- Bentuk bilik sederhana, tidak menggunakan corak

- Lantai rumah hanya menggunakan bambu

- Tata ruang rumah terdiri dari golodog di bagian depan,

sosoro, tepas, imah, dan parako

- Dilarang menambahkan variasi pada semua bagian rumah

- Posisi rumah tidak boleh menghalangi rumah Puun dan

bale adat

Naratif - Pantun di Baduy Dalam dijadikan sebagai pedoman hidup

dalam berperilaku sehari-hari, sebagai alat pengajar

orangtua Baduy kepada anak-anaknya.

- Pantun ini juga mendeskripsikan tempat tertentu yang

perlu dijaga kelestariannya yaitu pemukiman, leuweung

lembur, leuweung kolot/larangan, dan sungai

Produk Seni - Produk seni yang dihasilkan di Baduy Dalam yaitu kain

tenun, alat tenun, hulu, surung, telekung, angklung, kecapi,

karinding, kumbang, tarawelet, kolecer, golok, tas koja,

dan jarog. Produk dibuat dengan material lokal dengan

izin dari Puun

Sumber: Iman (2011), Iskandar (2012), Kurnia dan Sihabudin (2012), Permana

(2010)

Page 73: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

59

Analisis Bioregional

Unit Bioregion

Bioregional terdiri dari empat unit ruang yang tersusun secara hierarki

berjenjang atau bertingkat. Menurut Kim et al (2000) dalam Pramukanto (2004)

menyebutkan bahwa unit bioregion merupakan perwakilan wilayah pada hierarki

teratas yang didefinisikan berdasarkan karakteristik homogenitas wilayah iklim,

elevasi, distribusi vegetasi, batas daerah aliran sungai utama, topografi, dan

geologi. Pengklasifikasian unit bioregional dalam penelitian ini dilakukan

berdasarkan karakteristik alam yang membentuk Kampung Cempaka Putih,

Gajeboh, Marengo, dan Balimbing.

Klasifikasi unit bioregion Kampung Baduy Luar dan Dangka ini, diinisiasi

dengan melihat karakteristik topografi. Berdasarkan karakteristik topografi dapat

diketahui wilayah tangkapan air (DAS), pada setiap DAS memiliki kesamaan

karakteristik alam, namun berbeda antara satu DAS dengan DAS lainnya. Oleh

karena itu, pembagian ruang untuk unit bioregion pada tapak berdasarkan atas

daerah aliran sungai utama. Berdasarkan (Tabel 12) dan (Gambar 18) yang

terdapat pada aspek hidrologi, maka terdapat 11 DAS yang membagi wilayah

Banten ke dalam unit-unit wilayah bioregion secara merata.

Tabel 12 Daftar DAS di Provinsi Banten

No. Nama DAS Luas (ha)

1. DAS Ciujung 236546,37

2. DAS Cibanten 75343,89

3. DAS Cidananu 36352,09

4. DAS Cibungur 72141,91

5. DAS Ciliman 100354,56

6. DAS Cikeruh 43456,31

7. DAS Cibaliung 97117,11

8. DAS Cihara 26150,43

9. DAS Cisiih 18382,81

10. DAS Cimadur 33925,29

11. DAS Cibareno 53312,27

Pada (Gambar 28) menunjukkan bahwa Kampung Baduy Luar dan Dangka

yang terdiri dari Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing

termasuk dalam bagian dari unit bioregion DAS Ciujung. Pada tingkatan DAS

wilayah di dalamnya, Kampung Baduy Luar dan Dangka ini memiliki karakter

yang berbeda dan dapat dibedakan dengan wilayah bioregion lainnya.

Page 74: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

60

Page 75: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

61

Unit Lanskap

Unit Bioregion DAS Ciujung tersusun berdasarkan unit-unit lanskap yang

memiliki keunikan karakteristik yang dapat dibedakan berdasarkan batas Sub

DAS, jenis tanah, dan lereng. Menurut Kim et al (2000) dalam Pramukanto

(2004), unit lanskap di dalam bioregion merupakan representasi karakteristik Sub

DAS yang mencakup wilayah homogen dan dicirikan melalui lereng, penggunaan

lahan, serta atribut sosial budaya komunitas masyarakat, seperti lifestyle dan etnis.

Unit lanskap dalam penelitian ini dapat diketahui dengan melakukan

klasifikasi Sub DAS yang terdapat pada Kampung Cempaka Putih, Gajeboh,

Marengo, dan Balimbing. Sub DAS ditentukan dengan mendelineasi batas

punggung bukit (ridgelines) pada garis kontur yang terdapat pada peta topografi

(Gambar 15), sehingga dapat ditentukan punggung bukit sebagai pemisah yang

mengapit lembah. Dari hasil klasifikasi tersebut terdapat 20 Sub DAS yang dapat

dibedakan (Gambar 20). Kemudian pada 20 Sub DAS tersebut didelineasi kembali

berdasarkan perbedaan jenis tanah (Gambar 17). Dalam lokasi penelitian ini

formasi geologi dan jenis tanah yang ada hanya satu jenis, sehingga dari hasil

pengklasifikasian dengan jenis tanah didapatkan 20 Sub DAS, yang terbagi

menjadi 20 unit. Hal terakhir dalam menentukan unit lanskap dilakukan klasifikasi

kemiringan lahan pada 20 unit yang terdapat pada Kampung Baduy Luar dan

Dangka. Berdasarkan peta kemiringan lahan yang terdapat pada (Gambar 15)

maka 20 unit tersebut terbagi kembali menjadi 79 sub unit (Gambar 29). Unit

lanskap yang terbentuk menjadi 79 sub unit, masing-masing unit pada 79 sub unit

lanskap merupakan wilayah yang memiliki karakteristik homogen yang dapat

dibedakan dengan unit lanskap lainnya.

Unit Tempat

Unit tempat dalam bioregion menurut Kim et al (2000) dalam Pramukanto

(2004) merupakan hierarki terendah pada subdivisi bioregion yang dicirikan oleh

beberapa komponen yaitu penggunaan lahan, atribut sosial budaya dalam

komunitas masyarakat yang meliputi etnis, aspirasi masyarakat, the sense of place,

the meaning of place dan berbagai bentuk nilai-nilai lokal. Hal tersebut

menjelaskan bahwa unit tempat merupakan unit terkecil yang menyusun unit

bioregion.

Pada penelitian ini, unit tempat disusun atau dibedakan berdasarkan

penutupan lahan (landcover) yang ada dalam unit lanskap. Nilai intrinsik yang

terkandung dalam unit tempat ini merupakan ekspresi dari unsur fisik (Sub DAS,

Tanah, dan Lereng). Penutupan lahan dijadikan sebagai dasar dalam menentukan

unit tempat karena penutupan lahan (landcover) dapat menggambarkan suatu

aktivitas (budaya) pada Kampung Baduy Luar dan Dangka. Berdasarkan hasil

analisis, Kampung Baduy Luar dan Dangka terdeleniasi menjadi 237 unit tempat

(Gambar 30).

Hal mendasar yang membedakan antar kelas satu sama lainnya adalah

terdapatnya nilai intrinsik tertentu yang menjadikan daerah tersebut memiliki

kekhasan atau keunikan. Jones et al (1998) mengidentifikasi enam sumber nilai

intrinsik yang terdiri dari pemandangan, sumberdaya alami, sejarah, arkeologi,

budaya, dan rekreasi. Namun dalam penelitian ini dilakukan modifikasi terhadap

Page 76: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

62

nilai intrinsik berdasarkan Jones et al (1998). Nilai intrinsik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data penutupan lahan (landcover) yang berasal dari

interpretasi citra yang telah dilakukan sebelumnya. Nilai intrinsik tersebut

menggambarkan hasil interaksi antara faktor biofisik dan budaya yang

merepresentasikan unit tempat. Unit tempat tersebut meliputi pemukiman,

leuweung lembur, huma, jami, reuma, dan leuweung kolot.

Page 77: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

63

Page 78: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

64

64

Page 79: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

SINTESIS

Pada tahap sintesis dilakukan evaluasi untuk menyepadankan kriteria

karakteristik bioregion Baduy Dalam (Tabel 11) dengan karakteristik bioregion

Baduy Luar dan Dangka. Hasil evaluasi karakteristik bioregion Baduy Luar dan

Dangka dengan usulan perbaikannya dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 Evaluasi Karakteristik Bioregion Baduy Luar dan Dangka dengan

Usulan Perbaikan

Kriteria Nilai

Penting

Kondisi Baduy Luar dan Dangka saat ini

Usulan Perbaikan Aspek yang masih

diterapkan

Aspek yang mendapat

kelonggaran adat

1. Biodiversitas - Keanekaragaman vegetasi

leuweung kolot memiliki

keanekaragaman rendah

yaitu sebanyak 22 spesies

- Ada beberapa vegetasi

yang dapat

dimanfaatkan sebagai

bahan penghasil sabun,

bahan baku membuat

leuit, lisung, imah,

pupuk, alat musik

tradisional (angklung)

dan pestisida alami

yang tidak lagi

dibudidayakan oleh

masyarakat Baduy Luar

dan Dangka.

- Membudidayakan

kembali jenis vegetasi

yang dapat memberikan

manfaat ekologi, sosial,

ekonomi dan budaya

sehingga pengetahuan

masyarakat mengenai

vegetasi tersebut dapat

terkonservasi.

- Keanekaragaman vegetasi

reuma memiliki

keanekaragaman rendah

yaitu sebanyak 32 spesies

- Keanekaragaman vegetasi

leuweung lembur memiliki

keanekaragaman rendah

yaitu sebanyak 20 spesies

- Keanekaragaman vegetasi

huma memiliki

keanekaragaman rendah

yaitu sebanyak 17 spesies

Namun pada lahan ini juga

memiliki keanekaragaman

varietas padi lokal yaitu

sebanyak 89 varietas sama

seperti Baduy Dalam

(Iskandar 2012). Tiga

varietas padi lokal yaitu pare

koneng, pare siang, dan pare

ketan lenggasari masih

ditanam di Baduy Luar dan

Dangka

2. Tata Guna

Lahan

Pemukiman Pemukiman berada di sekitar

sungai dengan lereng datar

dan landai. Pola pemukiman di

Baduy Dangka masih

menerapkan prinsip nyulah

nyanda (utara-selatan) dan

terbagi menjadi:

- Imah Kokolot Lembur

(bagian selatan)

- terdapat alun-alun, namun

lokasinya tidak menentu dan

luasanya sudah semakin

sempit

- Saung lisung (bagian utara)

- Leuit (bagian utara, barat,

dan selatan)

- Pancuran (bagian timur)

- Alun-alun tidak lagi

berada diantara imah

kokolot lembur dan

saung lisung

- Imah warga letaknya

menghalangi imah

kokolot lembur, dan

tidak adanya penataan

imah di sebelah timur

yang harusnya lebih

sedikit dari imah di

sebelah barat.

- Perluasan terhadap alun-

alun agar kegiatan

upacara adat kampung

dapat tetap dilaksanakan

di lahan ini.

- Penataan posisi imah

warga agar tidak

menghalangi imah

kokolot lembur.

- Penataan posisi imah

warga di sebelah timur

lebih sedikit

dibandingkan barat.

Page 80: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

66

Tabel 13 Evaluasi Karakteristik Bioregion Baduy Luar dan Dangka dengan

Arahan Perbaikan (lanjutan)

Kriteria Nilai

Penting

Kondisi Baduy Luar dan Dangka saat ini

Usulan Perbaikan Aspek yang masih

diterapkan

Aspek yang mendapat

kelonggaran adat

Leuweung

Lembur

- Leuweung lembur (hutan

kampung) berada

mengelilingi pemukiman dan

dibudidayakan vegetasi

penghasil kayu, buah, dan

obat-obatan.

- Mempertahankan

kondisi yang ada serta

menambah budidaya

vegetasi yang dapat

memberikan manfaat

ekologi, ekonomi, sosial,

dan budaya

- Lahan ini berada di lereng

datar, landai, dan agak

curam dan terdapat lumbung

padi (leuit) dan area

pemakaman.

Huma - Lahan huma berada di lereng

landai, agak curam, dan

curam

- Tetap mempertahankan

kondisi yang ada saat ini

- Huma yang dikelola dibagi

menjadi tiga yaitu huma

serang, huma tuladan, dan

huma panamping

- Penanaman padi di ketiga

huma ini tidak dilakukan

secara serentak

- Penanaman padi mengikuti

garis kontur

Jami - Jami (kebun campuran)

ditumbuhi jenis vegetasi

penghasil bumbu dapur,

sayuran, dan buah-buahan

yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan rumah

tangga warga Baduy.

- Tetap mempertahankan

kondisi yang ada saat ini

- Lahan ini berada di lereng

landai, agak curam, dan

curam

Reuma - Reuma (hutan sekunder tua)

dibudidayakan jenis vegetasi

penghasil kayu, buah, dan

obat-obatan

- Tetap mempertahankan

kondisi yang ada saat ini

dan menambah budidaya

vegetasi yang dapat

memberikan manfaat

ekologi, ekonomi, sosial,

dan budaya

- Vegetasi tersebut sengaja

dibudidayakan untuk

memberikan manfaat

konservasi, ekonomi, sosial,

dan budaya

- Lahan ini berada di lereng

landai, agak curam, dan

curam

Leuweung Kolot - Leuweung kolot (hutan

tua/lindung) berada di

puncak puncak bukit dan

dikhususkan untuk fungsi

konservasi yang tinggi

- Tetap mempertahankan

dan menjaga kondisi

leuweung kolot sebagai

hutan lindung di Baduy

Luar dan Dangka

- Lahan ini berada pada lereng

curam hingga sangat curam

- Pemanfaatan dapat

dilakukan pada tanaman

penghasil non kayu

Page 81: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

67

Tabel 13 Evaluasi Karakteristik Bioregion Baduy Luar dan Dangka dengan

Arahan Perbaikan (lanjutan)

Kriteria Nilai

Penting

Kondisi Baduy Luar dan Dangka saat ini

Usulan Perbaikan Aspek yang masih

diterapkan

Aspek yang mendapat

kelonggaran adat

Leuweung

Larangan

- Leuweung larangan

tidak terdapat di Baduy

Luar dan Dangka

karena hanya terdapat

di kawasan Baduy

Dalam

3. Nilai terkait

adat

Hukum Adat - Ngahuma menjadi mata

pencaharian wajib dengan

menggarap huma serang,

huma tuladan, huma

panamping

- Dilarang poligami

- Mendapat kelonggaran

adat untuk menggarap

lahan di luar Baduy

- Menggunakan alat

elektronik

- Menggunakan sabun

mandi, odol, dan

deterjen

- Menggunakan

kendaraan

- Sudah menggunakan

perhiasan emas dan

dapat merokok

- Sudah mendirikan

warung

- Membudidayakan

vegetasi penghasil sabun

seperti Areuy leuksa dan

Ki caang sehingga

penggunaan sabun, odol,

dan deterjen dapat

dikurangi

Upacara Adat - Ngalaksa, Kawalu, dan Seba

merupakan upacara adat

wajib bagi seluruh

Masyarakat Baduy

- Namun di Baduy Luar

dan Dangka, pihak laki-

laki dapat mencari

calon pasangannya

sendiri

- Kelonggaran adat masih

diperbolehkan

- Hajatan pernikahan dalam

sistem Baduy Luar dan

Dangka sama seperti Baduy

Dalam yaitu dijodohkan oleh

orangtua dan Kokolot

lembur

- Sunatan dilaksanakan secara

massal

- Upacara adat berkaitan

kegiatan ngahuma masih

dilaksanakan

Pakaian Adat - Pakaian masih dijahit

menggunakan tangan

- Menggunakan warna

hitam/biru tua

- Membudidayakan jenis

vegetasi yang dapat

memberikan fungsi

sebagai pewarna alami

untuk pakaian.

- Ikat kepala (telekung)

berwarna biru tua

- Wanita menggunakan

kebaya hitam/biru tua

dengan selendang batik

- Laki-laki menggunakan

celana pendek

- Namun sudah banyak

juga yang

menggunakan pakaian

siap pakai

- Pewarna pakaian sudah

menggunakan pewarna

kimia seperti wantex

Page 82: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

68

Tabel 13 Evaluasi Karakteristik Bioregion Baduy Luar dan Dangka dengan

Arahan Perbaikan (lanjutan)

Kriteria Nilai

Penting

Kondisi Baduy Luar dan Dangka saat ini

Usulan Perbaikan Aspek yang masih

diterapkan

Aspek yang mendapat

kelonggaran adat

Arsitektur

Rumah Adat

- Bentuk arsitektur rumah adat

yaitu rumah panggung

- Saat pembangunan

rumah kontur tanah

diratakan sesuai

keinginan

- Membudidayakan jenis

vegetasi penghasil kayu

dan bambu yang

digunakan sebagai bahan

baku dalam pembuatan

rumah

- Penataan posisi imah

agar tidak menghalangi

imah kokolot lembur

- Penataan imah di sisi

timur lebih sedikit dari

bagian barat

- Fondasi rumah dari batu kali

- Lantai rumah menggunakan

bambu

- Setiap bagian rumah dibuat

dengan menggunakan

material lokal

- Dalam proses

pembangunan rumah

menggunakan paku dan

alat modern

- Terdapat lebih dari satu

pintu

- Bilik menggunakan

corak

- Tata ruang rumah

terdiri dari tepas,

pendeng, tengah imah,

goah, parako, dan

golodog di bagian utara

- Adanya variasi

tambahan untuk semua

bagian rumah

- Posisi imah bebas

namun sesuai dengan

arah utara-selatan

Naratif - Pantu masih dijadikan

pedoman hidup dalam

perilaku sehari-hari dan

sebagai alat pengajar

orangtua kepada anaknya

- Tetap mempertahankan

pantun sebagai alat

pengajar orangtua pada

anaknya agar nilai adat

dapat berkelanjutan.

- Pantun juga

mendeksripsikan tempat

tertentu yang perlu dijaga

kelestariannya yaitu

leuweung lembur, leuweung

kolot dan sungai

Produk Seni - Produk seni yang masih

dibuat dengan material lokal

yaitu kain tenun, alat tenun,

hulu, surung, angklung,

kecapi, suling, toleot (suling

kecil), golok, tas koja, dan

jarog.

- Bahan baku angklung

diambil dari leuweung

lembur yang ada di Baduy

Dalam

- Bahan baku kain tenun

ada yang didatangkan

dari luar Baduy

- Kain telekung di Baduy

Luar dan Dangka

didatangkan dari luar

Baduy

- Produk seni lain yang

dibuat dengan bahan

baku dari luar baduy

yaitu gamelan dan

rendo

- Membudidayakan jenis

vegetasi yang digunakan

sebagai bahan baku

produk seni, seperti Awi

temen yang dijadikan

sebagai bahan baku

membuat angklung

Page 83: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

69

KONSEP DAN PENGEMBANGAN

Konsep Perencanaan

Berdasarkan pendekatan bioregion, Kampung Cempaka Putih, Gajeboh,

Marengo, dan Balimbing yang terdiri atas 237 unit tempat selanjutnya

diklasifikasikan berdasarkan kesamaan kondisi bioregionnya, sehingga dihasilkan

block plan (Gambar 31) yang merepresentasikan sebaran 6 (enam) unit tempat

yaitu pemukiman, leuweung lembur (hutan kampung), huma (ladang), jami

(kebun campuran), reuma (hutan sekunder tua), dan leuweung kolot (hutan tua).

Masing-masing kategori bioregion memiliki perbedaan satu sama lainnya.

Kategori bioregion tersebut merupakan dasar pertimbangan dalam menentukan

bentuk konservasi budaya yang sesuai bagi Kampung Baduy Luar dan Dangka

dalam penelitian ini. Pada perencanaan ini, Kampung Baduy Luar dan Dangka

diharapkan menjadi salah satu kampung yang berkelanjutan baik secara ekologi,

sosial, ekonomi, dan budaya.

Konsep dasar perencanaan yang diterapkan di Kampung Baduy Luar dan

Dangka adalah membuat kawasan Baduy Luar dan Dangka sebagai kawasan yang

berkelanjutan baik secara ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya melalui tindakan

konservasi. Tindakan konservasi yang dilakukan untuk mewujudkan konsep

perencanaan ini yaitu dengan cara mengkonservasi lahan yang berkaitan dengan

aktivitas budaya masyarakat Baduy Luar dan Dangka pada enam bentuk lahan,

yaitu pemukiman, leuweung lembur (hutan kampung), huma (ladang), jami

(kebun campuran), reuma (hutan sekunder tua), dan leuweung kolot (hutan tua).

Rencana Pengembangan Konsep

Konsep Ruang

Konsep ruang yang dikembangkan di Baduy Luar dan Dangka didasarkan

pada prinsip ruang menurut adat istiadat yang digunakan masyarakat Baduy pada

umumnya. Pada Gambar 32 merupakan model tata ruang konservasi budaya

Kampung Baduy Luar dan Dangka.

Gambar 32 Konsep Ruang

Page 84: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

70

Page 85: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

71

Konsep Sirkulasi

Sirkulasi merupakan prasarana fisik yang paling penting dalam

memfasilitasi kegiatan dalam suatu ruang. Konsep sirkulasi yang dikembangkan

untuk Kampung Baduy Luar dan Dangka didasarkan pada prinsip yang berlaku

dalam adat istiadat mereka yaitu orientasi nyulah-nyanda (utara-selatan). Jalan

utama merupakan akses penghubung antar kampung berorientasi utara-selatan

berupa jalan setapak. Akses masuk kawasan berada di bagian utara sebagai

gerbang kawasan Baduy, kemudian masuk menuju arah selatan kawasan yaitu

kawasan Baduy Dalam. Untuk akses keluar kawasan menggunakan jalur yang

sama yaitu dari arah selatan menuju utara. Hierarki jalur berikutnya yaitu jalan

penghubung berupa jalan setapak untuk mengubungkan antar ruang yang ada

dalam kawasan Baduy Luar dan Dangka, yaitu jalan pemukiman yang

menghubungkan masing-masing rumah pada kampung. Pada Gambar 33

merupakan model sirkulasi di Kampung Baduy Luar dan Dangka.

Gambar 43 Konsep Sirkulasi

Konsep Vegetasi

Terdapat enam bentuk lahan yang penting dikonservasi karena terkait

budaya yang ada di atasnya. Kebudayaan yang penting dikonservasi ini sangat

terkait dengan vegetasi yang dimanfaatkan oleh masyarakat di lahan tersebut.

Karena setiap bentuk lahan memiliki kriteria vegetasi yang berbeda.

Pengembangan konsep vegetasi untuk setiap bentukan lahan yaitu:

a. Leuweung Lembur

Lahan leuweung lembur berada di sekitar pemukiman. Letak lahan yang

mengelilingi pemukiman ini sering dibudidayakan dengan vegetasi tahunan yang

terdiri dari semak dan pohon. Jenis vegetasi tahunan yang ditanam di lahan ini

yaitu tanaman penghasil kayu dan buah-buahan seperti durian, bambu, sengon,

mangga, rambutan, kelapa, aren, kiray, pisang, jengkol, dan angsana. Selain itu

tanaman sayuran dan tanaman obat juga ditanam di lahan ini seperti cabai,

babadotan, kacapiring, jawer kotok, dan kumis kucing. Tipe vegetasi pada

leuweung lembur dapat dilihat pada Gambar 34.

Page 86: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

72

Gambar 34 Tipe Vegetasi Leuweung Lembur

b. Huma

Huma yang terdapat di Kampung Baduy Luar dan Dangka umumnya berada

pada lahan subur dengan kemiringan landai, agak curam, hingga curam. Vegetasi

yang diprioritaskan untuk kegiatan perladangan yaitu tanaman pangan seperti padi

gogo dan jagung. Pada lahan ini dapat dilakukan penanaman tanaman penghasil

sayuran, buah dan bumbu dapur seperti mentimum, sereh, singkong, kacang hiris,

ubi jalar, cabai, talas, dan kunyit. Penanaman tanaman pada lahan ini dilakukan

dengan mengikuti kontur tanah. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya

erosi dan pencucian unsur hara tanah oleh air hujan. Selain itu di sekeliling

tanaman padi biasanya ditanam pohon aren yang diambil tuak dan daunnya untuk

pembuatan gula aren. Tipe vegetasi pada huma dapat dilihat pada Gambar 35.

Gambar 35 Tipe Vegetasi Huma

c. Jami

Jami merupakan lahan serupa dengan kebun campuran. Vegetasi yang

dibudidayakan di lahan ini yaitu tanaman penghasil sayuran, bumbu dapur, dan

buah-buahan yang terdiri dari jenis semak dan pohon seperti cabai, sereh, kunyit,

jahe, lengkuas, mentimun, ubi jalar, singkong durian, pisang, dan aren. Tipe

vegetasi pada jami dapat dilihat pada Gambar 36.

Page 87: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

73

Gambar 36 Tipe Vegetasi Jami

d. Reuma

Reuma merupakan hutan sekunder tua bekas lahan huma yang di

istirahatkan selama 3-5 tahun. Vegetasi yang dibudidayakan di lahan ini yaitu

vegetasi tahunan, terdiri dari pohon, semak, dan tanaman penutup tanah yang

dimanfaatkan untuk kepentingan bahan bangunan, bahan ritual adat, bahan obat-

obatan tradisional, industri rumah tangga, dan kerajinan rumah tangga. Tipe

vegetasi pada reuma dapat dilihat pada Gambar 37.

Gambar 37 Tipe Vegetasi Reuma

e. Leuweung Kolot

Pada Kampung Baduy Luar dan Dangka, tipe vegetasi untuk lahan

leuweung kolot dapat memberikan manfaat dari sisi konservasi tanah, hidrologi,

sosial, ekonomi dan budaya. Vegetasi yang ditanam pada lahan ini berupa

tanaman tahunan yang terdiri dari semak, pohon rendah, sedang, dan tinggi dan

difokuskan untuk fungsi konservasi tinggi. Sehingga dalam lahan ini pemanfaatan

terhadap jenis vegetasi penghasil kayu dan buah harus memenuhi aturan adat dan

izin dari Kokolot Lembur. Tipe vegetasi pada leuweung kolot dapat dilihat pada

Gambar 38.

Page 88: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

74

Gambar 38 Tipe Vegetasi Leuweung Kolot

Page 89: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

75

PERENCANAAN LANSKAP

Rencana Lanskap

Pada tahap perencanaan lanskap konservasi budaya dilakukan dengan

menuangkan hasil akhir berupa gambar rencana lanskap. Gambar rencana lanskap

dibuat berdasarkan block plan (Gambar 31). Kemudian setiap unit tempat yang

sama seperti pemukiman, leuweung lembur, huma, jami, reuma, dan leuweung

lembur dilakukan penataan berdasarkan usulan perbaikan yang dituangkan pada

Tabel 13. Rencana lanskap konservasi budaya Suku Baduy Luar dan Dangka

dapat dilihat pada Gambar 39. Berdasarkan bentuk lahan yang ada di Kampung

Baduy Luar dan Dangka, perencanaan lanskap konservasi budaya berbasis

bioregion diproyeksikan mampu membuat Suku Baduy Luar dan Dangka

berkelanjutan baik secara ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya.

Rencana Ruang

Rencana ruang dibuat berdasarkan tata guna lahan yang berlaku di Baduy

Luar dan Dangka. Terdapat enam ruang yaitu pemukiman, leuweung lembur,

huma, jami, reuma, dan leuweung kolot. Keenam ruang tersebut penting untuk

dikonservasi karena sangat terkait dengan budaya yang ada di atasnya.

1. Pemukiman

Pemukiman merupakan suatu unit tempat tinggal sekelompok masyarakat

dalam suatu lingkungan tertentu. Prinsip nyulah-nyanda (utara-selatan) diterapkan

sebagai orientasi pada pemukiman. Berdasarkan usulan perbaikan dari hasil

evaluasi karakteristik Baduy Luar dan Dangka (Tabel 13). Tata ruang pemukiman

di Kampung Baduy Luar dan Dangka terdiri dari imah Kokolot lembur pada

bagian selatan, rumah warga di bagian timur jumlahnya lebih sedikit dari barat

dan tidak menghalangi imah Kokolot lembur, bangunan tempat menumbuk padi

(saung lisung) di bagian utara, dan alun-alun yang berada diantara imah kokolot

lembur dan saung lisung. Alun-alun ini digunakan sebagai ruang terbuka yang ada

di kampung dan digunakan sebagai tempat berkumpul jika ada upacara adat

kampung.

2. Leuweung Lembur (Hutan Kampung)

Leuweung lembur merupakan istilah di Baduy untuk sebutan hutan

kampung. Lahan ini berada mengelilingi kawasan pemukiman dan terdapat tempat

menyimpan padi (leuit) yang berada dibagian utara, selatan, dan barat.

3. Huma

Huma merupakan istilah di Baduy untuk sebutan ladang. Lahan ini berada

di lereng landai, agak curam, dan curam. Huma tuladan berada di bagian timur

dari Kampung Baduy Luar dan Dangka. Huma tuladan ini memiliki luas 1-2 ha

dengan jarak dari kampung sekitar 0,5-2 km. Pengelolaan huma ini dilakukan oleh

Kokolot lembur kampung. Sedangkan huma panamping letaknya ada yang dekat

dengan kampung, namun ada yang jauh dari kampung. Luas huma ini sebesar 0,5-

1,5 ha dengan jarak dari kampung sekitar 0,5-5 km.

Page 90: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

76

4. Jami

Jami merupakan bekas lahan huma yang telah dipanen untuk dimanfaatkan

sebagai kebun campuran. Lahan ini berada pada karakter lereng yang sama

dengan huma yaitu lereng landai, agak curam, dan curam. Luas lahan ini sebesar

0,5-1,5 ha.

5. Reuma

Reuma merupakan lahan hutan sekunder bekas lahan huma dan jami yang

sedang diistirahatkan agar mengalami suksesi alami. Lahan ini diistirahatkan

selama 3-5 tahun dan kemudian lahan ini akan digunakan lagi sebagai huma.

Lahan ini berada pada karakter lereng landai, agak curam, dan curam. Lahan ini

berfungsi sebagai lahan konservasi keanekaragaman jenis vegetasi dan habitat

satwa, perlindungan tanah dan sistem hidrologi.

6. Leuweung Kolot

Leuweung kolot merupakan lahan hutan tua/lindung yang berada di puncak-

puncak bukit dengan karakter lereng curam hingga sangat curam. Lahan ini

berfungsi sebagai lahan yang memiliki fungsi konservasi yang tinggi untuk

keanekaragaman jenis vegetasi, habitat satwa, perlindungan tanah, dan sistem

hidrologi.

Rencana Sirkulasi

Rencana sirkulasi dikembangkan mengikuti pengembangan konsep sirkulasi

sebelumnya dengan membagi jalur sirkulasi menjadi dua, yaitu jalan utama dan

jalan penghubung.

a. Jalur utama merupakan jalur yang menghubungkan antar kampung berorientasi

utara-selatan. Jalur ini dilalui oleh pejalan kaki dengan lebar jalan sebesar 2-3

m. Pola jalan ini linear dengan akses masuk kawasan berada di bagian utara

kemudian masuk menuju arah selatan kawasan yaitu kawasan Baduy Dalam.

Untuk akses keluar kawasan menggunakan jalur yang sama yaitu dari arah

selatan menuju utara.

b. Jalur penghubung merupakan jalur yang menghubungkan antar ruang yang ada

dalam kawasan Baduy Luar dan Dangka. Jalur ini dilalui pejalan kaki dengan

lebar jalan sebesar 1-2 meter.

Rencana Vegetasi

Rencana vegetasi yang dikembangkan mengikuti pengembangan konsep

vegetasi sebelumnya. Berdasarkan usulan perbaikan dari hasil evaluasi

karakteristik Baduy Luar dan Dangka (Tabel 13), rencana vegetasi yang

dikembangkan untuk Baduy Luar dan Dangka dapat dilihat pada Tabel 14.

Rencana vegetasi ini diharapkan dapat membuat Baduy Luar dan Dangka dapat

berkelanjutan baik secara ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya.

Page 91: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Tabel 14 Rencana Vegetasi Baduy Luar dan Dangka

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Ruang Penanaman

LL H J R LK

1. Afrika Maeopsis eminii √ √ √

2. Alpuket Persea americana √ √ √

3. Anak nakal Duranta repens √ √ √

4. Andul Elaeocarpus obtusa √ √ √

5. Anggrek Dendrobium sp. √

6. Angsana Pterocarpus indicus √

7. Antanan Centella asiatica √ √ √

8. Antawali Tinospora crispa √ √ √

9. Areuy amis mata Ficus montana √ √ √

10. Areuy asahan Tetracera indica √ √ √

11. Areuy

bingbiringan

Begonia isoptera √ √

12. Areuy calincing Adenia cordifolia √ √

13. Areuy canar Smilax leucophylla √ √

14. Areuy cariu Entada phaseoloides √ √ √

15. Areuy carulang Spatholobus ferrugineus √ √

16. Areuy geureung Pericampylus glaucus √ √ √

17. Areuy hata Lygodium circinatum √ √

18. Areuy

kakandelan

Hoya cinnamomifolia √ √

19. Areuy kawawo Pongamia sericea √ √ √

20. Areuy langkodeh Stenoclaena palustris √ √

21. Areuy leuksa Pipturus repandus √ √ √

22. Areuy lolo Anodendron

microstachyum

√ √

23. Areuy ranji Dalbergia rostrata √ √

24. Areuy rinu Piper sulcatum √ √

25. Asam ranji Dialium indum √ √

26. Awi apus Gigantochloa apus √ √ √

27. Awi gede Gigantochloa

pseudoarundinacea √ √ √

28. Awi mayan Gigantochloa

robusta √

29. Awi temen - √ √

30. Babadotan Ageratum conyzoides √ √

31. Balimbing Averrhoa carambola √ √

32. Balimbing wuluh Averrhoa bilimbi √ √

33. Bangban Donax canniformis √ √

34. Bareubeuy Garcinia lateriflora √ √

35. Bayur Pterospermum

javanicum

√ √

36. Berenuk Crescentia cujete √ √

Page 92: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Tabel 14 Rencana Vegetasi Baduy Luar dan Dangka (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Ruang Penanaman

LL H J R LK

37. Beungang Neesia altissima √ √ √

38. Bingbin Pinanga coronata √ √ √

39. Binglu Mangifera caesia √ √ √

40. Binteunu Melochia umbellata √ √ √

41. Bubuay Plectocomia

elongata √ √ √

42. Bungbulang Premna tomentosa √ √ √

43. Bungur Lagerstroemia

speciosa √ √ √

44. Cabe Capsicum frutescens √ √ √ √

45. Calogor Nephelium

juglandifolium

√ √

46. Cangcaratan Nauclea obtusa √ √

47. Carewuh Homalomena

pendula

√ √

48. Cariang Homalomena alba √ √ √

49. Cariang asri Homalomena cordata √ √ √

50. Cengkeh Syzygium

aromaticum

√ √

51. Cikur Kaempferia galanga √ √

52. Coklat Theobroma cacao √ √ √

53. Dukuh Lansium domesticum √ √

54. Durian Durio zibethinus √ √ √ √

55. Eucit Baccaurea javanica √ √

56. Garu Gonystylus

macrophyllus

√ √

57. Putri Malu Mimosa pudica √ √ √

58. Gelam Melaleuca cajuputi √ √

59. Gintung Bischofia javanica √ √

60. Gompong Schefflera aromatica √ √

61. Hambirung Vernonia arborea √ √ √

62. Handam Gleichenia linearis √ √

63. Handarusa Justicia gendarussa √ √ √

64. Hanjuang Cordyline terminalis √ √ √ √

65. Haraghag Ananas sp. √ √

66. Harendong Melastoma

malabathricum √ √ √

67. Hareno Grewia acuminata √ √

68. Hawuan Elaeocarpus floribundus

69. Hoe cacing Calamus javensis √ √

70. Hoe dawuh Calamus blumei √ √

71. Ikih - √ √

72. Jaat Psopocarpus

tetragonolobus

√ √

78

Page 93: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Tabel 14 Rencana Vegetasi Baduy Luar dan Dangka (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Ruang Penanaman

LL H J R LK

73. Jahe Zingiber officinale √ √

74. Jambu aer Syzygium aquea √ √

75. Jambu batu Psidium guajava √ √

76. Jasah Aporosa frutescens √ √

77. Jatake Bouea macrophylla √ √ √

78. Jawer Kotok Plectranthus scutellarides √ √

79. Jengkol Pithecelobium lobatum √ √ √

80. Jeret Terminalia arborea √ √

81. Jeungjing/Sengon Paraserianthes falcataria √ √ √

82. Kacang panjang Vigna sinensis √ √

83. Kacang tanah Arachis hypogea √ √

84. Kacapi Sandoricum koetjape √ √

85. Kacapiring Gardenia augusta √ √

86. Kadaka Asplenium nidus √ √ √

87. Kadongdong Spondias pinnata √ √

88. Kelapa Cocos nucifera √

89. Kanas Ananas comosus √ √

90. Kaneungay - √

91. Kanyere Bridelia monoica √

92. Kapas Gossypium sp. √ √ √

93. Kaweni Mangifera odorata √ √ √

94. Kawung/Aren Arenga pinnata √ √ √ √

95. Kembang Asar Mirabilis jalapa √

96. Kembang Tai

Kotok

Tagetes erecta √

97. Ki bubur - √

98. Ki caang Pahudia javanica √

99. Ki Lilin Galearia sp. √

100. Kiray Metroxylon sagu √ √ √

101. Kunyit Curcuma domestica √ √

102. Laja Alpinia galanga √ √

103. Lampuyang Zingiber amaricans √ √

104. Mahoni Swietenia macrophylla √ √

105. Maja Aegle marmelos √

106. Mangga Mangifera indica √ √

107. Manjeti - √

108. Mantang Ipomoea batatas √ √

109. Menteng Baccaurea racemosa √ √

110. Nangka Artocarpus heterophyllus √ √

79

Page 94: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Tabel 14 Rencana Vegetasi Baduy Luar dan Dangka (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Ruang Penanaman

LL H J R LK

111. Ngenge Pinanga javana √

112. Pacar Impatiens balsamina √

113. Pacing Costus speciosus √ √ √

114. Paku Kapal Aspidium repandum √

115. Pandan Pandanus amaryllifolius √ √ √

116. Panglai Zingiber cassumunar √ √

117. Paria Momordica charantia √

118. Peuteuy Parkia speciosa √ √

119. Picung Pangium edule √ √

120. Pisang Musa paradisiaca √ √ √ √ √

121. Pisitan Dysoxylum allaceum √ √

122. Pongporang Oroxylum indicum √

123. Puring Codiaeum variegatum √ √

124. Randu Ceiba pentandra √

125. Saga Cayratia japonica √ √

126. Saka Schefflera longifolia √ √

127. Salak Zalacca edulis √

128. Saninten Castanopsis javanica √

129. Sempur Dillenia aurea √ √

130. Sereh Andropogon nardus √ √ √

131. Sri Rejeki Dracaena sanderiana √

132. Taleus Colocasia esculenta √ √ √ √

133. Tapos Elateriospermum tapos √

134. Terong Solanum melongena √ √

135. Teureup Artocarpus elastica √ √

136. Waru Hibiscus tiliaceus √ √

Keterangan: LL: Leuweung lembur; H: Huma; J: Jami; R: Reuma;

LK: Leuweung kolot

80

Page 95: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

81

Page 96: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Lanskap Baduy Luar dan Dangka khususnya di kawasan Kampung Cempaka

Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing memiliki karakteristik lanskap

berupa biofisik dan budaya yang membentuk unit-unit bioregion. Berdasarkan

hasil analisis terhadap kawasan, kampung tersebut termasuk dalam unit

bioregion dari DAS Ciujung yang dapat dibagi menjadi 237 unit tempat

berdasarkan nilai intrinsik fisik (sub DAS, jenis tanah, dan lereng) dan nilai

intrinsik sosial yaitu landcover yang menggambarkan interaksi biofisik dan

budaya pada Kampung Baduy Luar dan Dangka.

2. Kriteria perencanaan dapat disusun berdasarkan karakteristik bioregion Baduy

Dalam yang digunakan dalam evaluasi tata ruang Baduy Luar dan Dangka.

Kriteria perencanaan dibangun berdasarkan kategori V penentuan kawasan

perlindungan menurut World Heritage Convention (UNESCO 1972) yaitu

tentang perlindungan Lanskap/Seascape.

3. Berdasarkan evaluasi karakteristik bioregion Baduy Luar dan Dangka

(kawasan Kampung Cempaka Putih, Gajeboh, Marengo, dan Balimbing) yang

dipadankan dengan karakteristik bioregion Baduy Dalam dapat disusun

rencana lanskap konservasi Budaya. Rencana lanskap yang dituangkan berupa

rencana ruang, rencana sirkulasi, dan rencana vegetasi.

Saran

Perencanaan lanskap konservasi budaya Suku Baduy Luar dan Dangka

dengan pendekatan bioregion dapat menjadi jaminan bagi kelestarian budaya yang

berlangsung dalam kawasan tersebut. Kelestarian kawasan dapat didukung juga

dengan kerja sama yang baik antara pemerintah daerah dan masyarakat adatnya.

Page 97: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

[BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2013.

[BPDAS Citarum-Ciliwung] Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum

Ciliwung. 2010. Dokumen Rencana Pengelolaan DAS Terpadu DAS

Ciujung. Bogor (ID).

[Mentan] Menteri Pertanian. 1980. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor

837/Kpts/Um/II/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan

Lindung. Jakarta (ID).

Iman S N. 2011. Penggunaan Pengetahuan Etnobotani dalam Pengelolaan Hutan

Adat Baduy [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Iskandar J. 2012. Ekologi Perladangan Orang Baduy. Bandung (ID): P.T. Alumni.

Jones, G., I. Jones, S. Durrant, S.K. Lee, A.K. Hardy, M.S. Atkinson, dan K.G

Kim, 1998. Paju Ecopolis : Ecosystem Management Strategy for

Environmentally Sound and Sustainable Development in Northern

Kyunggi Province. Korea: UNDP.

Kurnia A, Sihabudin A. 2013. Saatnya Baduy Bicara. Serang (ID): Bumi Aksara.

Laurie M.1986. Pengantar Aritektur Pertamanan [Terjemahan]. Onggodiputo AK.

Judul Asli: An Introduction to Landscape Architecture. Bandung (ID).

Intermedia.

Lidiawati D. 1998. Pola Komunikasi Masyarakat Dayak Pendatang; Ditinjau dari

segi komunikasi sosial, sosial ekonomi, serta persepsi sosial [Thesis].

Jakarta (ID). Universitas Indonesia.

Loisa R. 1996. Konteks Kebudayaan dan Strategi Reduksi Ketidakpastian di

dalam Hubungan Pertemanan (Studi Komunikasi Antarpribadi di

Kalangan Wanita Batak dan Wanita Jawa yang Bekerja di Jakarta)

[Thesis]. Jakarta(ID). Universitas Indonesia.

Michrob H. 1975. Suku Baduy di Banten-Selatan, Buletin Kebudayaan Jawa Barat

No.5 II/II Proyek Penunjang Peningkatan Kebudayaan Nasional, Kanwil

DEPDIKBUD Jawa-Barat.

Nurisjah S, Pramukanto Q. 2001. Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian

Lanskap dan Taman Sejarah. Bogor (ID): Departemen Arsitektur Lanskap;

Fakultas Pertanian; Institut Pertanian Bogor.

Nurisjah S, Pramukanto Q. 2009. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap.

Bogor (ID): Departemen Arsitektur Lanskap; Fakultas Pertanian; Institut

Pertanian Bogor.

Permana RCE. 2006. Tata Ruang Masyarakat Baduy. Jakarta (ID): Wedatama

Widya Sastra.

Permana RCE. 2010. Kearifan Lokal Masyarakat Baduy dalam Mitigasi Bencana.

Jakarta (ID): Wedatama Widya Sastra.

Phillips A. 1998. The Nature of Cultural Landscape-a nature conservation

perspective. Landscape Research. 23(1):21-37.

Pramukanto Q. 2004. Pemberdayaan Ruang Publik: kesetangkupan Wilayah

Biofosik dan Domain Masyarakat. Makalah Semiloka “Pemberdayaan

Area Publik di dalam Kota, Area Publik sebagai Tempat Warga Kota

Mengekspresikan Diri”. Jakarta (ID): IAI.

Page 98: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Putra RI. 2008. Studi Penyusunan Rencana Pengembangan Agroedutourism

Berbasis Konservasi di Kampus IPB Darmaga [Skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Simonds JO. 1983. Landscape Architecture: A Manual of Side Planning and

Design. New York (US): The McGraw-Hill Companies, Inc.

Soekanto S. 1987. Sosiologi. Ed ke-3. Bogor (ID): CV. Rajawali.

Sunarminto T. 1993. Studi sosial budaya masyarakat dalam upaya konservasi

biodiversity. Media Konservasi. 2(2):113-116.

Thayer RL, Jr. 2003. Life Place, Bioregional Thought and Practice. Berkeley:

Universitas Of California Press.

Wikimapia. 2013. Kampung Baduy [terhubung berkala]. (http://wikimapia.org/#lang=en&lat=6.608520&lon=106.223084&z=17&

m=bh). [22 Juli 2013]

Zahrotunni’mah. 2002. Proses Komunikasi Inovasi Pada Suku Baduy Luar (Kasus

di Kampung Keduketug, Cicakal Muhara dan Cipaler, Kecamatan

Lewidamar, Propinsi Banten) [Thesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian

Bogor.

84

Page 99: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 1 Keanekaragaman Vegetasi Leuweung kolot dan Leuweung larangan di Baduy Dalam

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

1 Amis Mata Ficus montana

2 Areuy Calingcing Adenia cordifolia

3 Areuy Canar Smilax leucophylla

4 Areuy Canar Bokor Smilax macrocarpa

5 Areuy Cariu Entada phaseoloides

6 Areuy Carulang Spatholobus ferrugineus

7 Areuy Duduitan Drymoglossum heterophyllum

8 Areuy Garut Acacia rugata

9 Areuy Geureung Pericampylus glaucus

10 Areuy Hadangan Fissistigma latifolium

11 Areuy Kacembang Embelia ribes

12 Areuy Kakawatan Dalbergia sp.

13 Areuy Kasongket Gnetum cuspidatum

14 Areuy Kawawo Pongamia sericea

15 Areuy Ki Baok Ficus sagittata

16 Areuy Ki Barera Tetrastigma dichotomum

17 Areuy Ki Batuk Schefflera divaricata

18 Areuy Ki Koneng Arcangelisia flava

19 Areuy Ki Palupuh Hunteria eugeniaefolia

20 Areuy Kidang Merremia

21 Areuy Kuku Heulang Uncaria ferrea

22 Areuy Kuntrung-kuntrung Merremia vitifolia

23 Areuy Langkodeh Stenochlaena palustris

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

24 Areuy Leuksa Pipturus repandus

25 Areuy Lolo Anodendron microstachyum

26 Areuy Lolo Deuk Anodendron sp.

27 Areuy Melati Bauhinia fulva

28 Areuy Palungpung Merremia peltata

29 Areuy Peujit Kotok Tylophora cissioides

30 Areuy Ranji Dalbergia rostrata

31 Areuy Reuteun Merremia umbellata

32 Areuy Tanglam Freycineta angustifolia

33 Asahan -

34 Asam Ranji Dialium indum

35 Babadotan Ageratum conyzoides

36 Babakoan Tournefortia argentea

37 Bangban Donax canniformis

38 Barahulu Amomum maximum

39 Bareubeuy Garcinia lateriflora

40 Bayur Pterospermum javanicum

41 Beuka Globba marantina

42 Beungang Neesia altissima

43 Beunying Ficus fistulosa

44 Beunying Cai Ficus lepicarpa

45 Biksir Durio zibethinus

46 Bingbin Pinanga coronata

LAMPIRAN

Page 100: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 1 Keanekaragaman Vegetasi Leuweung kolot dan Leuweung larangan di Baduy Dalam (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

47 Bingbiringan

48 Bintatoet Canthium horridum

49 Bisoro Ficus hispida

50 Bolang Colocasia sp.

51 Bubuay Plectocomia elongata

52 Bulu Pueraria phaseoloides

53 Bungbulang Premna tomentosa

54 Calogor Nephelium juglandifolium

55 Cangcaratan Nauclea obtusa

56 Cangkuang Pandanus furcatus

57 Capetuheur Mikania scandens

58 Carewuh Homalomena pendula

59 Cariang Homalomena alba

60 Cengal Hopea sangal

61 Ceuri Garcinia dioica

62 Dahu Dracontomelon mangiferum

63 Eucit Baccaurea javanica

64 Gadung Dioscorea hispida

65 Garu Gonystylus macrophyllus

66 Gedebong Piper aduncum

67 Gompong Schefflera aromatica

68 Hambirung Vernonia arborea

69 Hampru Bumi Scindapsus hederaceus

70 Handarusa Justicia gendarussa

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

71 Hanjuang Kasintu Dracaena elliptica

72 Hantap Sterculia rubiginosa

73 Hantap Heulang Sterculia macrophylla

74 Hantap Manuk Sterculia sp.

75 Haraghag Ananas sp.

76 Haremeng Cratoxylon clandestinum

77 Harendong Melastoma malabathricum

78 Hareno Grewia acuminata

79 Hareundang Clidemia hirta

80 Hata Lygodium circinatum

81 Hawuan Elaeocarpus floribundus

82 Huru Hiris Litsea chrysocoma

83 Huru Madang Litsea angulata

84 Ilat Cyperus pilosus

85 Jalatong Cyathula prostrata

86 Jampang Pahit Paspalum conjugatum

87 Jasah Aporosa frutescens

88 Jatake Bouea macrophylla

89 Jeret Terminalia arborea

90 Jeungjeng Paraserianthes falcataria

91 Jeuray

92 Jirak Symplocos javanica

93 Jirak Hanak Lithocarpus sundaicus

94 Jukut Kutal Aneilema nudiflora

86

Page 101: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

95 Jukut Tali Sahid Commelia diffusa

96 Kacapi Sandoricum koetjape

97 Kadaka Asplenium nidus

98 Kadongdong Leuweung Spondias pinnata

99 Kakandelan Hoya cinnamomifolia

100 Kanyere Bridelia monoica

101 Kapinago Dysoxylum densiflorum

102 Karokot Vitis repens

103 Katulampa Elaeocarpus glabra

104 Kawoyang Prunus arborea

105 Keceprek Passiflora foetida

106 Kendung Helicia javanica

107 Ketepeng Cassia obtusifolia

108 Ki Ajag Ardisia fuliginosa

109 Ki Anjing Litsea elliptica

110 Ki Bangkong Turpinia pomifera

111 Ki Beo/Kalapa Ciung Horsfieldia glabra

112 Ki Beusi Rhodamnia cinerea

113 Ki Bima Dysoxylum arborescens

114 Ki Buluh Gironniera subaequalis

115 Ki Burahol Stelechocarpus burahol

116 Ki Buyur Memecylon olygoneurum

117 Ki Cantung Goniothalamus macrophyllus

118 Ki Caruluk Plectronia glabra

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

119 Ki Ceuhay Picrasma javanica

120 Ki Dego Sloanea javanica

121 Ki Hajere Syzygium sp.

122 Ki Hante Ficus vasculosa

123 Ki Harupat Gomphandra sp.

124 Ki Heulang Sterculia sp.

125 Ki Jahe Cleistanthus myrianthus

126 Ki Kacang Strombosia javanica

127 Ki Kadu Cryptocarya densiflora

128 Ki Kores Psychotria viridiflora

129 Ki Kuyaan Kibara coriacea

130 Ki Laki Gomphandra sp.

131 Ki Lauk Acalypha caturus

132 Ki Leho Saurauia pendula

133 Ki Leho Bentang Cyrtandra pendula

134 Ki Merak Eurya acuminata

135 Ki Mokla Knema intermedia

136 Ki Pahit Picrasma javanica

137 Ki Pancar Luvunga sarmentosa

138 Ki Pelah Lepisanthes montana

139 Ki Pinang Memecylon floribundum

140 Ki Rawai Acalypha sp.

141 Ki Reutu Ehretia acuminata

142 Ki Royak Dehhasia

Lampiran 1 Keanekaragaman Vegetasi Leuweung kolot dan Leuweung larangan di Baduy Dalam (lanjutan) 87

Page 102: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 1 Keanekaragaman Vegetasi Leuweung kolot dan Leuweung larangan di Baduy Dalam (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

143 Ki Sampang Euodia latifolia

144 Ki Sauheun Orophea hexandra

145 Ki Sineureut Polyalthia subcordata

146 Ki Sungsuam Macropanax dispermus

147 Ki Tajam Polygala glomerata

148 Ki Taleus Nothaphoebe umbelliflora

149 Ki Tamiang Celtis cinnamomea

150 Ki Teja Cinnamomum iners

151 Ki Tulang Chionanthus nitens

152 Ki Tulang Jame Ryparosa caesia

153 Ki Uncal Lansium humile

154 Kiara Peujeuh Ficus sp.

155 Kiara Seler Ficus sp.

156 Kokosan Lansium aqueum

157 Kokosan Monyet Dysoxylum caulostachyum

158 Kole Musa acuminata

159 Kopo Leuweung Syzygium densiflora

160 Kupa Syzygium polycephala

161 Laka Myristica iners

162 Lame Alstonia scholaris

163 Lame Hideung Alstonia angustiloba

164 Lampeni Ardisia humilis

165 Lampuyang Zingiber amaricans

166 Leungsir Pometia pinnata

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

167 Limus Mangifera foetida

168 Lumpuy Colocasia gigantea

169 Manggu Leuweung Garcinia lateriflora

170 Manjakalan Blumeodendron kurzii

171 Mara Asri Macaranga triloba

172 Menteng Baccaurea racemosa

173 Meuhmal Actinodaphne glomerata

174 Moris Spondias dulcis

175 Nangka Beurit Artocarpus champeden

176 Nangsi Villebrunea rubescens

177 Ngenge Pinanga javana

178 Oar Apostasia sp.

179 Pacing Costus speciosus

180 Paeu Gomphandra javanica

181 Paku -

182 Paku Bagedor -

183 Paku Harupat Nephrolepis falcata

184 Paku Kapal Aspidium repandum

185 Paku Mencek -

186 Parasi Curculigo latifolia

187 Pari Mangifera similis

188 Pasang Quercus sundaica

189 Patat Halopegia blumei

190 Peungku Dysoxylum ramiflorum

88

Page 103: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 1 Keanekaragaman Vegetasi Leuweung kolot dan Leuweung larangan di Baduy Dalam (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

191 Peusar Artocarpus rigida

192 Peutag Syzygium lineata

193 Peuteuy Parkia speciosa

194 Picung Pangium edule

195 Pisitan Dysoxylum allaceum

196 Pohpohan Pilea trinerva

197 Ponggang Trevesia sundaica

198 Pongporang Oroxylum indicum

199 Pulus Laportea stimulans

200 Purut Parartocarpus venenosa

201 Putat Planchonia valida

202 Rane Selaginella willdenowii

203 Rane Deuk Selaginella braunii

204 Reundeu Carat Staurogyne elongata

205 Reunghas Gluta renghas

206 Reunghas Manuk Buchanania arborescens

207 Reungrang Syzygium lineatum

208 Rinu Piper sulcatum

209 Rinu Badak Piper bacccatum

210 Rukem Flacourtia rukam

211 Salam Leuweung Syzygium operculata

212 Salempat Schismatoglottis calyptrata

213 Sangkara Badak Voacanga grandifolia

214 Sarai Caryota mitis

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

215 Seel Daemonorops melanochaetes

216 Sempur Cai Dillenia excelsa

217 Seueur Antidesma tetrandrum

218 Seueur Kapek Antidesma montanum

219 Seureuh Leuweung Piper betle

220 Sigeung Pentace polyantha

221 Silangkar Leea indica

222 Siloar Aglaia barbatula

223 Siwurungan

224 Taleus Colocasia esculenta

225 Taleus Hideung Colocasia sp.

226 Tapos Elateriospermum tapos

227 Teureup Artocarpus elastica

228 Tongtolok Sterculia campanulata

229 Tundun Nephelium lappaceum

Sumber: Iman (2011)

89

Page 104: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 2 Keanekaragaman Vegetasi Reuma di Baduy Dalam

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

1 Afrika Maesopsis eminii

2 Anggrek Dendrobium sp.

3 Antanan Centella asiatica

4 Areuy Asahan Tetracera indica

5 Areuy Bulu Pueraria phaseoloides

6 Areuy Canar Smilax leucophylla

7 Areuy Capetuheur Mikania scandens

8 Areuy Cariu Entada phaseoloides

9 Areuy Duduitan Drymoglossum heterophyllum

10 Areuy Geureung Pericampylus glaucus

11 Areuy Hata Lygodium circinatum

12 Areuy Kacembang Embelia ribes

13 Areuy Kawawo Pongamia sericea

14 Areuy Ki Barera Tetrastigma dichotomum

15 Areuy Kuntrung-kuntrung Merremia vitifolia

16 Areuy Leuksa Pipturus repandus

17 Areuy Reunteun Merremia umbellata

18 Areuy Rinu Piper sulcatum

19 Babadotan Ageratum conyzoides

20 Babakoan Tournefortia argentea

21 Beunying Ficus fistulosa

22 Bingbin Pinanga coronata

23 Calik Angin Mallotus paniculata

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

24 Cangkudu Morinda citrifolia

25 Capeu Ficus ribes

26 Cariang Homalomena alba

27 Cau Ambon Musa sp.

28 Cau Emas Musa sp.

29 Cau Ketan Musa sp.

30 Cau Nangka Musa sp.

31 Cau Raja Musa sp.

32 Cereme Phyllanthus acidus

33 Eurih Imperata cylindrica

34 Gamet Celosia argentea

35 Hambirung Vernonia arborea

36 Hampru Bumi Scindapsus hederaceus

37 Handam Gleichenia linearis

38 Hanggasa Amomum dealbatum

39 Hanyaro Panicum sarmentosum

40 Harendong Melastoma malabathricum

41 Hareundang Clidemia hirta

42 Ilat Asri Scleria purpurascens

43 Ilat Gobang Scleria sp.

44 Iles Amorphophallus variabilis

45 Jambe Areca catechu

46 Jambu Batu Psidium guajava

90

Page 105: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 2 Keanekaragaman Vegetasi Reuma di Baduy Dalam (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

47 Jampang Pahit Paspalum conjugatum

48 Jampang Panggung Panicum sp.

49 Jampang Piit Digitaria rhopalotricha

50 Jarong Stachytarpheta jamaicensis

51 Jengkol Pithecelobium lobatum

52 Jeungjeng Paraserianthes falcataria

53 Jukut Bau Hyptis suaveolens

54 Kacapi Sandoricum koetjape

55 Kadaka Asplenium nidus

56 Kadu Durio zibethinus

57 Kalapa Balida Cocos nucifera

58 Kalapa Beureum Cocos nucifera rubescens

59 Kalapa Hejo Cocos nucifera viridis

60 Kalapa Tawa Cocos nucifera

61 Kanas Ananas comosus

62 Kanyere Bridelia monoica

63 Kapuyangge Byttneria pilosa

64 Kaweni Mangifera odorata

65 Kawung Arenga pinnata

66 Kendung Helicia javanica

67 Ki Ceuhay Picrasma javanica

68 Ki Kores Psychotria viridiflora

69 Ki Langgir Chisocheton microcarpus

70 Ki Lauk Acalypha caturus

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

71 Ki Mendet Ficus hirta

72 Ki Reutu Ehretia acuminata

73 Ki Sebrang Peronema canescens

74 Ki Seureuh Piper sp.

75 Ki Taleus Nothaphoebe umbelliflora

76 Kokosan Lansium aqueum

77 Kupa Syzygium polycephala

78 Laban Vitex pubescens

79 Laja Alpinia galanga

80 Lame Alstonia scholaris

81 Lame Hideung Alstonia angustiloba

82 Lampuyang Zingiber amaricans

83 Mangandeuh Dendrophthoe pentandra

84 Mara Delan -

85 Mayasih Erechtites valerianifolia

86 Paku -

87 Paku Bagedor -

88 Paku Harupat Nephrolepis falcata

89 Paku Kapal Aspidium repandum

90 Paku Mencek -

91 Paku Rambat -

92 Parasi Curculigo latifolia

93 Peuteuy Parkia speciosa

94 Picung Pangium edule

91

Page 106: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 2 Keanekaragaman Vegetasi Reuma di Baduy Dalam (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

95 Pisitan Dysoxylum allaceum

96 Pungpurutan Urena lobata

97 Purut Parartocarpus venenosa

98 Putat Planchonia valida

99 Randu Ceiba pentandra

100 Rane Selaginella willdenowii

101 Rane Deuk Selaginella braunii

102 Reungrang Syzygium lineatum

103 Saka Schefflera longifolia

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

104 Salempat Schismatoglottis calyptrata

105 Sempur Dillenia aurea

106 Sempur Gunung Dillenia indica

107 Sereh Andropogon nardus

108 Seueur Antidesma tetrandrum

109 Tepus Amomum coccineum

110 Tisuk Hibiscus macrophyllus

111 Tumbu Eusi Phyllanthus niruri

112 Tundun Nephelium lappaceum

113 Waru Hibiscus tiliaceus

Sumber: Iman (2011)

92

Page 107: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 3 Keanekaragaman Vegetasi Leuweung lembur di Baduy Dalam

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

1 Alpuket Persea americana

2 Amis Mata Ficus montana

3 Anak Nakal Duranta repens

4 Anggrek Dendrobium sp.

5 Angsana Pterocarpus indicus

6 Antanan Centella asiatica

7 Areuy Geureung Pericampylus glaucus

8 Areuy Kawawo Pongamia sericea

9 Areuy Leuksa Pipturus repandus

10 Babadotan Ageratum conyzoides

11 Bakung Leuweung Crinum asiaticum

12 Berenuk Crescentia cujete

13 Beunying Ficus fistulosa

14 Binglu Mangifera caesia

15 Bisoro Ficus hispida

16 Bulu Pueraria phaseoloides

17 Buntiris Kalanchoe crenata

18 Cabe Capsicum frutescens

19 Cangkudu Morinda citrifolia

20 Capetuheur Mikania scandens

21 Capeu Ficus ribes

22 Carewuh Homalomena pendula

23 Cariang Homalomena alba

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

24 Cariang Asri Homalomena cordata

25 Cau Abu Musa sp.

26 Cau Galek Musa sp.

27 Cau Ketan Musa sp.

28 Cau Nangka Musa sp.

29 Cecendet Physalis angulata

30 Cengkeh Syzygium aromaticum

31 Coklat Theobroma cacao

32 Congkok Curculigo capitulata

33 Gamet Celosia argentea

34 Gedang Carica papaya

35 Hambirung Vernonia arborea

36 Handarusa Justicia gendarussa

37 Handeuleum Graptophyllum pictum

38 Hanjuang Cordyline fruticosa

39 Hantap Sterculia rubiginosa

40 Harendong Melastoma malabathricum

41 Harendong Leuweung Bellucia axinanthera

42 Hareundang Clidemia hirta

43 Hoe Cacing Calamus javensis

44 Hoe Dawuh Calamus blumei

45 Jalatong Cyathula prostrata

46 Jambe Areca catechu

93

Page 108: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 3 Keanekaragaman Vegetasi Leuweung lembur di Baduy Dalam (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

47 Jambu Aer Syzygium aquea

48 Jambu Batu Psidium guajava

49 Jatake Bouea macrophylla

50 Jawer Kotok Plectranthus scutellarides

51 Jengkol Pithecelobium lobatum

52 Jeruk Bali Citrus maxima

53 Jeruk Garut Citrus sp.

54 Jeungjeng Paraserianthes falcataria

55 Jirak Hanak Lithocarpus sundaicus

56 Jukut Bau Hyptis suaveolens

57 Kacang Panjang Vigna sinensis

58 Kacang Suuk Arachis hypogea

59 Kacapiring Gardenia augusta

60 Kadu Durio zibethinus

61 Kalapa Beureum Cocos nucifera rubescens

62 Kalapa Genjah Cocos nucifera

63 Kalapa Hejo Cocos nucifera viridis

64 Kaluas Crotalaria anagyroides

65 Kanas Ananas comosus

66 Kapas Gossypium sp.

67 Katomas Jacobinia sp.

68 Kaweni Mangifera odorata

69 Keceprek Passiflora foetida

70 Kembang Asar Mirabilis jalapa

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

71 Kembang Sarengenge Helianthus annuus

72 Kembang Tai Kotok Tagetes erecta

73 Kembang Wera Hibiscus rosasinensis

74 Ki Caang Pahudia javanica

75 Ki Calung Diospyros macrophylla

76 Ki Caruluk Plectronia glabra

77 Ki Kores Psychotria viridiflora

78 Ki Lauk Acalypha caturus

79 Ki Racun

80 Ki Sabrang Peronema canescens

81 Ki Seureuh Piper sp.

82 Kiara Ficus benjamina

83 Kiara Bunut Ficus glabella

84 Kiray Metroxylon sagu

85 Kokosan Lansium aqueum

86 Kole Musa acuminata

87 Kopi Coffea arabica

88 Kumis Kucing Orthosiphon grandiflorus

89 Kunyit Curcuma domestica

90 Kupa Syzygium polycephala

91 Laja Alpinia galanga

92 Laja Goah Alpinia malaccensis

93 Lame Hideung Alstonia angustiloba

94 Leunca Solanum nigrum

94

Page 109: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

Lampiran 3 Keanekaragaman Vegetasi Leuweung lembur di Baduy Dalam (lanjutan)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

95 Limus Mangifera foetida

96 Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa

97 Mangga Mangifera indica

98 Mayasih Erechtites valerianifolia

99 Menteng Baccaurea racemosa

100 Moris Spondias dulcis

101 Nangka Artocarpus heterophyllus

102 Nangka Beurit Artocarpus champeden

103 Nangka Walanda Annona muricata

104 Onyam Antidesma ghaesembilla

105 Pacar Impatiens balsamina

106 Pacing Costus speciosus

107 Paku -

108 Paku Bagedor -

109 Paku Harupat Nephrolepis falcata

110 Paku Kapal Aspidium repandum

111 Pandan Pandanus amaryllifolius

112 Panglai Zingiber cassumunar

113 Paria Momordica charantia

114 Penuh -

115 Peupek Eurycles amboinensis

Sumber: Iman (2011)

No. Nama Lokal Nama Ilmiah

116 Peusar Artocarpus rigida

117 Peutag Syzygium lineata

118 Peuteuy Parkia speciosa

119 Pisitan Dysoxylum allaceum

120 Pongporang Oroxylum indicum

121 Pungpurutan Urena lobata

122 Puring Codiaeum variegatum

123 Salak Salacca edulis

124 Salempat Schismatoglottis calyptrata

125 Sempur Cai Dillenia excelsa

126 Singungu Clerodendrum serratum

127 Siwurungan -

128 Sri Rejeki Dracaena sanderiana

129 Taleus Colocasia esculenta

130 Tangkil Gnetum gnemon

131 Terong Solanum melongena

132 Tewu Landu Artocarpus glauca

133 Tiwu Saccharum officinarum

134 Tumbu Eusi Phyllanthus niruri

135 Tundun Nephelium lappaceum

136 Tundun Aceh Nephelium lappaceum

137 Walang Cina Eryngium foetidum

95

Page 110: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 28 Desember 1990 dari pasangan

Bapak Asmaun dan Ibu Heny Muslinah. Penulis merupakan anak pertama dari

dua bersaudara. Riwayat pendidikan formal penulis dimulai dari jenjang

pendidikan TK Dharma Kartini yang dilanjutkan ke jenjang pendidikan sekolah

dasar (SD) yang diselesaikan di SD Negeri Bantarjati 6 Bogor pada tahun 2003.

Pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama diselesaikan di SMP Negeri 2 Bogor

pada tahun 2006, dan pada tahun 2006-2009 penulis melanjutkan pendidikan

sekolah menengah atas di SMA Negeri 7 Bogor. Pada tahun 2009, Penulis

diterima sebagai mahasiswa Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama di IPB penulis aktif dalam organisasi dan UKM (Unit Kegiatan

Mahasiswa di IPB, seperti HIMASKAP (Himpunan Mahasiswa Arsitektur

Lanskap) sebagai ketua divisi sosial lingkungan dan UKM Oryza Softball-

Baseball IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten pada mata kuliah rekayasa

tapak (ARL 214), pelestarian lanskap sejarah dan budaya (ARL 311), dan

perencanaan lanskap (ARL 410) tahun 2013. Penulis juga berkesempatan menulis

artikel ilmiah tentang konservasi alam yang diselenggarakan oleh Institut

Pertanian Bogor tahun 2011. Selain itu penulis juga pernah mengikuti kompetisi

desain ruang terbuka publik dalam “Pekan Arsitektur 2013’ yang diselenggarakan

oleh Ikatan Mahasiswa Arsitektur Borobudur Universitas Pancasila sebagai karya

terbaik.

Page 111: PERENCANAAN LANSKAP KONSERVASI BUDAYA SUKU … · Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang kehidupannya berorientasi pada alam, sehingga budaya yang berkembang dalam masyarakat