Upload
junaidi-selamanya
View
35
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
1/17
PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
MAKALAH
Oleh :
JUNAIDI
130820201001
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU EKONOMI
JURUSAN ILMU EKONOMI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
2/17
BAB V
PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH
5.1. Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah bisa dianggap sebagai
perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya public
yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sector swasta
dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung
jawab.
Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang
perencanaan yang teliti mengenai penggunaan sumberdaya public dan sector
swasta (petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, organisasi-organisasi
social) harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan
pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai
suatu unit ekonomi (economic entity) yang di dalamnya terdapat berbagai unsur
yang berinteraksi satu sama lain.
5.2. Perlunya Perencanaan Pembangunan Daerah
Perencanaan pembangunan sejak masa orde lama hingga saat ini terasa
kurang begitu maksimal dalam pelaksanaannya, sehingga terasa perlunya campur
tangan Pemerintah dalam menciptakan pembangunan yang cepat terutama di
Negara Sedang Berkembang (NSB). Pentingnya campur tangan Pemerintah,
terutama dalam pembangunan daerah, dimaksudkan untuk mencegah akibat-
akibat buruk dari mekanisme pasar terhadap pembangunan daerah serta menjaga
agar pembangunan dan hasil-hasilnya dapat dinikmati berbagai daerah yang ada.
Myrdal (1957) berpendapat bahwa perpindahan modal cenderung
menambah ketidak merataan, di daerah-daerah yang sedang berkembang,
permintaan barang/jasa akan mendorong naiknya investasi, yang pada gilirannya
akan meningkatkan pendapatan. Sebaliknya di daerah-daerah yang kurang
berkembang, permintaan akan investasi rendah karena pendapatan masyarakat
yang rendah. Semua perubahan untuk daerah-daerah yang dirugikan yang timbul
karena adanya ekspansi ekonomi dari suatu daerah disebut backwash effects.
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
3/17
Disamping adanya pengaruh yang kurang menguntungkan bagi daerah lain
sebagai akibat dari adanya ekspansi ekonomi pada daerah tertentu, ada juga
keuntungan bagi daerah-daerah di sekitar di mana ekspansi ekonomi terjadi,
misalnya terjualnya hasil produksi darah, adanya kesempatan kerja baru, dan
sebagainya. Pengaruh yang menuntungkan karena adanya ekspansi ekonomi suatu
daerah ke daerah sekitarnya dinamankan spread effects.
Sesuai dengan pendapat Myrdal di atas, Hirschman (1958) juga
mengemukakan bahwa jika suatu daerah mengalami perkembangan, maka
perkembangan itu akan membawa pengaruh atau imbah ke daerah lain. Menurut
Hirschman, daerah di suatu Negara dapat dibedakan menjadi daerah kaya dan
miskin. Jika perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin menyempit berarti
terjadinya imbas yang baik (trickling down effects). Sedangkan jika perbedaan
antara kedua daerah tersebut semakin jauh berarti terjadi proses pengkutuban
(polarization effects).
Pro dan kontra terhadap adanya campur tangan Pemerintah sebagai
berikut:
Pihak Pro :
1. Mekanisme pasar menghambat pertumbuhan ekonomi daerah terbelakag.
2. Dalam mekanisme pasar, keputusan didasarkan pada metode trial & error
3.
Dibutuhkan oleh daerah yang baru berkembang
4. Menghemat pengeluaran pemerintah untuk pembangunan daerah
5. Ekspansi ekonomi yang hanya terpusat ke beberapa daerah tertentu hanya
akan membawa masalah baru
Pihak Kontra :
1. Mekanisme pasar mampu menciptakan harmonisasi antar daerah
2.
Campur tangan pemerintah akan mempengaruhi efisiensi ekonomi
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
4/17
3.
Campur tangan pemerintah dianggap membantu yang gagal, menghukum
yang sukses
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa campur
tangan pemerintah (perencanaan) untuk pembangunan daerah-daerah mempunyai
manfaat yang sangat tinggi, disamping mencegah jurang kemakmuran antar
daerah, melestarikan kebudayaan setempat, dapat juga menghindarkan perasaan
tidak puas masyarakat. Kalau masyarakat sudah tenteram, dapat membantu
terciptanya kestabilan dalam masyarakat terutama kestabilan politik, padahal
kestabilan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak jika suatu Negara hendak
mengadakan pembangunan Negara secara mantap.
5.3. Implikasi Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Ada 3 implikasi pokok dari perencanaa pembangunan ekonomi daerah :
1.
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistic memerlukan
pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional
di mana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secaramendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.
2. Sesuatu yang tampaknya bik secara nasional belum tentu baik untuk
daerah, dan sebaliknya yang baik bagi darah belum tentu baik secara
nasioanal.
3. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah
misalnya, administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas-
biayasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada
tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda
pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu, perencanaan daerah yang
efektif harus bisa membedakan apa yang segoyanya dilakukan dan apa
yang dapat dilakukan, dengan menggunakan sumberdaya-sumberdayanya
pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai, dan
mengambil manfaat dari informasi yang lengkap yang tersedia pada
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
5/17
tingkat daerah karena kedekatan para perencananya dengan objek
perencanaan.
5.4. Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan Daerah
Menurut Blakely (1989) ada 6 tahap dalam proses perencanaan
pembangunan ekonomi daerah seperti yang disajikan pada bagan dibawah ini.
Tabel. 1.
Tahapan dan Kegiatan dalam Prses Perencanaan Pembangunan Daerah
Tahap Kegiatan
I
Pengumpulan dan Analisis Data
1. Penentuan Basis Ekonomi
2. Analisis Struktural Tenaga Kerja
3. Evaluasi Kebutuhan Tenaga Kerja
4. Analisis Peluang dan Kendala Pembangunan
5. Analisis kapasitas kelembagaan
II
Pemilihan Strategi Pembangunan Daerah
1. Penentuan Tujuan dan kriteria
2.
Penentuan Kemungkinan-kemungkinan Tindakan
3.
Penyusunan Strategi
III
Pemilihan Proyek-proyek Pembangunan
1.
Identifikasi Proyek
2. Penilaian Viabilitas Proyek
IV
Pembuatan Rencana Tindakan
1. Prapenilaian hasil proyek
2. Pengembangan input proyek
3. Penentuan alternative sumber pembiayaan
4. Identifikasi struktur proyek
V
Penentuan Rincian Proyek
1. Pelaksanaan studi kelayakan secara rinci
2. Penyiapan rencana usaha
3. Pengmbangan, Monitoring, dan Pengevaluasian Program
VI
Persiapan Perencanaan Secara Keseluruhan dan Implementasi
1.
Penyiapan Skedul Implementasi Rencana Proyek
2. Penyusunan Program Pembangunan Secara Keseluruhan
3.
Targeting dan Marketing Aset-aset Masyarakat
4. Pemasaran kebutuhan keuangan
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
6/17
Gambar 1
Skema Perencanaan Model Ideal
Perbandingan Penjelasan antara Blakely dan Bendavid-val
1. Pengumpulan dan analisis data bukan merupakan suatu tahap dalam proses
perencanaan secara keseluruhan, namun secara terus-menerus berfungsi
mendukung dan menyediakan informasi pada setiap tahap perencanaan.
2. Semua tahap dalam proses perencanaan merupakan bagian dari siklus di mana
tujuan-tujuan secara periodik perlu ditinjau kembali, sarana-sarana juga perlu
dirumuskan kembali, dan seterusnya.
3. Suatu rencana yang disosialisasikan bukanlah merupakan akhir dari suatu
proses, namun sesuatu yang di hasilkan dari waktu kewaktu untuk kepentingan-
kepentingan praktis.
5.5. Sumberdaya Perencanaan untuk Pembangunan Daerah
Hampir semua orang mengetahui bahwa hasil dari suatu pertumbuhan
ekonomi (pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik, peningkatan kekayaan dan
pendapatan, dsb) akan memperbaiki tingkat kehidupan masyarakat. Namun
demikian, bahwa pembangunan ekonomi adalah suatu proses, suatu proses di
mana suatu masyarakat menciptakan suatu lingkungan (fisik/peraturan-
peraturan/attitudinal) yang mempengaruhi hasil-hasil pembangunan ekonomi
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
7/17
seperti kenaikan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Dalam
menciptakan lingkungan yang sehat, pemerintah daerah menggunakan
sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang utama.
1. Lingkungan Fisik sebagai Sumberdaya Perencanaan
Pemerintah daerah biasanya memperlihatkan masalah lingkungan fisik
(infrastruktur fisik) yang tentu saja penting bagi dunia usaha dan industry.
Sector swasta biasanya memiliki keinginan-keinginan, baik yang bersifat
khusus maupun umum dan persyaratan-persyaratan tertentu untuk lingkungan
fisik. Kebutuhan khusus biasanya mencakup jasa angkutan khusus atau jasa
pembungan limbah. Dalam banyak hal, bentuk-bentuk lingkungan fisik ini bisa
dibuat seragam. Dengan kata lain, pemerintah daerah bisa menyediakan jasa
atau fasilitas khusus untuk memenuhi keinginan dunia usaha atau industry.
Salah satu factor yang mempengaruhi keputusan lokasi dari investasi
sector swasta adalah daya tarik (attraction) atau amenity daru suatu daerah atau
suatu kota. Bentuk dari daya tarik atau amenity ini sering disebut kualitas
hidup. Dunia industry atau bisnis menganggap livability sebagai suatu factorlokasional yang penting dan pemerintah daerah berada pada posisi yang terbaik
untuk memperbaiki kualitas hidup daerahnya.
2. Lingkungan Regulasi sebagai Sumberdaya Perencanaan
Kita semua memahami bahwa insentif dan kebihakan-kebijakan
keuangan merupakan input penting bagi proses pembangunan ekonomi.
Banyak pemerintah daerah sekarang yang dengan sungguh-sungguh mengkaji
ulang system regulasinya untuk menunjukkan bahwa biaya untuk melakukan
kegiatan usaha di daerah mereka mencerminkan keinginan mereka untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan kata lain, untuk menarik
dan mengembangkan dunia usaha di daerahnya perlu penyederhanaan system
regulasi. Misalnya, beberapa kota di negera mau belakangan ini telah
menciptakan pusat pelayanan bisnis terpadu.
3.
Lingkungan Attitudinal sebagai Sumberdaya Perencanaan
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
8/17
Kepututsan yang diambil sector swasta mengenai ekpansi investasi
atau relokasi tidak hanya didasarkan pada data kasar. Dalam kenyataannya,
keputusan akhir akan sangat dipengaruhi juga oleh semacam feeling atau
judgement investor mengenai reaksi masyarakat daerah calon lokasi
investasi. Dunia usaha sering kali tidak akan memilih suatu daerah tertentu
karena penduduknya dikenal, misalnya bersikap anti bisnis.
5.6. Informasi yang Dibutuhkan dalam Perencanaan Pembangunan Eonomi
Daerah
1. Data Kependudukan
Data kependudukan yang dipergunakan dalam perencanaan
pembangunan daerah adalah struktur penduduk (hierarchy of age grouping)
yang dikaitkan dengan tingkat pengerjaan (employment), umur, pendapatan,
dan distribusi penduduk menurut pekerjaan selama kurang lebih 10 tahun yang
terakhir, dan burden of dependency ratio.
Tujuan analisis kependudukan ini adalah untuk menentukan
karakteristik penduduk pada suatu daerah karena karakteristik penduduk
tersebut berkaitan dengan vitalitas masyarakat dan untuk menaksir target
penduduk untuk kegiatan ekonomi yang diinginkan.
2. Kondisi pasar Tenaga kerja
Data yang berkenaan dengan kondisi pasar tenaga kerja antara lain :
informasi tentang distribusi pengerjaan menurut jenis kelamin pada setiap
industry, informasi tentang pengangguran dan setengah pengangguran setiap
sector industry paling selama 5 tahun terakhir. Pola pengerjaan dalam suatu
masyarakat akan menunjukkan apakah sumberdaya manusia tersedia atau
dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi dan beberapa jumlah angkatan kerja
yang membutuhkan.
3. Karakteristik Ekonomi
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
9/17
Data ekonomi yang diperlukan antara lain: basis ekonomi suatu
daerah, perubahannya, dan responsnya terhadap perubahan keadaan ekonomi
baru, selain kondisi ekonomi masa lalu dan sekarang, factor-faktor yang
mempengaruhi vitalitas ekonomi juga perlu untuk dikaji. Pemahaman yang
baik terhadap struktur ekonomi merupakan tahap yang esensial dalam
merancang program pembangunan ekonomi yangka panjang.
4. Kondisi Fisik / Lokasional
Data yang diperlukan untuk kondisi fisik ini meliputi kajian tentang
kondisi dan bentuk fisik dari suatu daerah yang berhubungan dengan basis
ekonominya, termasuk penilaian tentang sumberdaya fiscal (pertanian,
pertambangan, dan sebagainya_, ketersediaan lahan untuk kawasan undustri,
jaringan transportasi dan komunikasi, persediaan perumahan, dan juga asset
yang dapat digunakan untuk daerah tujuan wisata. Pendokumentasian terhadap
asset-aset lokasional (dan liabilities) membantu kita dalam mengidentifikasi
keunggulan ekonomi daerah (dan kelemahannya).
5. Layanan Jasa Bagi Masyarakat.
Data tentang jasa-jasa pelayanan social, pendidikan, rekreasi, dan
budaya yang tersedia bagi masyarakat juga diperlukan. Jasa-jasa pelayanan
tersebut akan menambah daya tarik daerah sebagai tempat hidup dan bekerja.
5.7. Ukuran-ukuran Pertumbuhan Ekonomi dan Keterkaitan
Ukuran-ukuran keterkaitan ekonomi (economic linkage) pada dasarnyamenggambarkan hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan
sekitarnya. Berikut ini dijelaskan singkat beberapa teknik yang dapat digunakan
untuk memperbandingkan perekonomian daerah.
5.7.1. Analisis Shift Share
Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan
perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
10/17
kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan
membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau
nasional). Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian
dalam 3 bidang yang berhibungan satu sama lain yaitu :
1) Pertumbuhan ekonomi
Daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan
agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sector yang
sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
2) Pergeseran proporsional
Mengukur perubahan relative, pertumbuhan atau penurunan, pada
daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang
dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui
apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industry-industri yang
tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan.
3)
Pergeseran diferensial
Membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industry
daerah (lokasi) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena
itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industry adalah positif, maka
industry tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industry yang
sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Analisis shift share dapat disajikan sebagai berikut :
Keterangan :
Pertumbuhan ekonomi = pertumbuhan employment secara nasional
Perubahan employmentpada industry daerah = pertumbuhan
ekonomi+ peregeseran proporsi+ pergeseran diferensial
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
11/17
Pergeseran proporsional = rasio pertumbuhan employment sector
tertentu rasio pertumbuhan employment nasional. Jika hasilnya positif
berarti sector tersebut tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian
nasional, demikian sebaliknya.
Pergeseran dif erensial = rasio pertumbuhan employment daerah
rasio pertumbuhan employment sector tertentu. Jika hasilnya positif berarti
daerah mempunyai daya saing yang kuat.
5.7.2. Location Quotients
Location quotient ini merupakan suatu teknik yang digunakan untukmemperluas analisis shift share. Teknik ini membantu kita untuk menentukan
kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self-sufficiency suatu sector.
Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
1. Kegiatan industry yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di
luar daerah yang bersangkutan. Industry seperti ini dinamakan industry
basic.
2. Kegiatan ekonomi atau industry yang melayani pasar di daerah tersebut,
jenis ini dinamakan industry non basic atau industry local.
Dasar pemikiran teknik ini adalah teori economic base yang artinya adalah
karena industry basic menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah
maupun di luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan
menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari
luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di
daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan
menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya
menaikkna permintaan terhadap industry basic, tetapi juga menaikkan permintaan
akan industy non basic (lokasi). Kenaikan permintaan ini akan mendorong
kenaikan investai pada industry yang bersangkutan sehingga investasi dalam
sector industry local merupakan investasi yang didorong (induced) sebagai akibat
dari kenaikan industry basic.
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
12/17
Tugas pertama yang harus kita lakukan adalah mennggolongkan setiap
industi apakah termasuk industry basic atau non basic. Untuk keperluan ini
dipakai Locaton Quotient (LQ) yaitu : usaha mengukur konsentrasi dari suatu
kegiatan (industry) dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya
dalam pereonomian daerah itu dengan peranan kegiatan atau industry sejenis
dalam perekonomian regional atau nasional.
Kriteria penggolongan dapat bermacam-macam sesuai dengna keperluan,
misalnya dapat dilihat dari aspek kesempatan kerja, maka ukuran dasar yang
dipakai adalah jumlah tenaga kerja yang diserap. Jika dilihat dari usaha
menaikkan pendapatan daerah, maka ukuran dasar yang dipakai adalah besaranya
kenaikan yang diciptakan didaerah.
Location Quotient (LQ) dapat juga dihitung dengan cara lain yaitu dengan
membandingkan pendapatan yang berasal dari industry tekstil di darah dengan
pendapatan dari seluruh industry tekstil yang ada dalam suatu Negara.
Keterangan :
viadalah pendapatan dari indutri di suatu daerah
vtadalah pendapatan total daerah tersebut
Viadalah pendapatan dari industry sejenis secara regional/nasional
Vtadalah pendapatan regional/nasional
Asumsi teknik ini adalah :
1.
Semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama
dengan pola permintaan pada tingkat nasional (pola pengeluaran secara
geografis sama),
2.
produktivitas tenaga kerja sama, dan
3.
setiap industry menghasilkan barang yang homogeny pada setiap sector.
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
13/17
Penggunaan LQ sangat sederhana, serta dapat dipakai untuk menganalisis
tentang ekspor-impor (perdagangan) suatu daerah, sedangkan teknik ini juga
memiliki kelemahan, yaitu :
1. selera atau pola konsumsi dari anggota masyarakat adalah berlainan baik
antar daerah maupun dalam suatu daerah
2.
tingkat konsumsi rata-rata untuk suatu jenis barang, untuk setiap darah
berbeda, artinya konsumsi rata-rata bahan pakaian darah A lebih besar dari
1 (satu) tetapi darah A mengimpor bahan pakaian, sedang darah B yang
LQ industry bahan pakaian lebih kecil dari 1 (satu) namun dapat
mengekspor bahan pakaian.
3. Bahan keperluan industry berbeda antar daerah. Artinya daerah A
memakai benang tenun dari kapas, sedang daerah B lebih banyak memakai
bahan tenun sintesis. Walaupun industry pemintalan kapas darah A
mempunyai LQ lebih besar dari 1 (satu), daerah itu mungkin harus meng-
impor bahan tenun dari daerah B yang mungkin industry tekstil di darah B
mempunyai LQ kurang dari 1 (satu).
5.7.3. Angka Pengganda Pendapatan
Angka pengganda pendapatan (k) adalah suatu perkiraan tentang potensi
kenaikan pendapatan dari suatu kegiatan ekonomi yang baru di dalam masyarakat.
Rumus :
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
14/17
5.7.4. Analisis Input Output
Input-output (I-O) adalah suatu teknik pengukuran ekonomi darah
(regional). Teknik ini, yang dinalkan oleh wassily Leontief, biasanya digunakan
untuk melihat keterkaitan (linkages) antara industry dalam upaya untuk
memahami kompleksitas perekonomian serta kondisi yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan, teknik ini
sering juga dikenal sebagai analisis antar industry (interindustry analisis).
Penggunaan analisis I-O ini sering kali harus menggunakan computer
secara luas. Apalagi jika derajat sesagregasi perekonomian daerah sangat
kompleks (banyak). I-O mampu mengidentifikasi interaksi atau aliran (flow)
rupiah antara berbagai segmen dalam perekonomian darah. I-O menunjukkan
potret perekonomian suatu darah yang menyajikan transaksi imbal-balik antara
berbagai sector dalam perekonomian.
Sektor Penggolongan
Output A B C D PermintaanAkhir
TotalOutput
Input
Sector A
Sektor B
Sektor C
Sektor D
202
32
47
86
182
68
35
59
10
2
991
565
12
6
334
561
335
339
137
1762
741
467
2779
3033
Input Primer 374 123 1211 2100 3181 6989Total Input 741 467 2779 3033
Sumber : Arsyad, L. 1999:320
Transformasi matematis sederhana bisa dilakukan pada matriks aliran-
aliran di atas untuk mendapat angka pengganda (multiplier) untuk setiap sector.
Dengan menggunakan angka-angka pengganda tersebut kita dapat memperkirakan
output dari kesempatan kerja, pendapatan rumah tangga, didasarkan dengan
beberapa asumsi.
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
15/17
5.7.5. Rasio Penduduk Pengerjaan (RPP)
Salah satu cara yang terbaik umengetahui kemampuan setiap sector dalam
perekonomian dalam menangkap peluang kesempatan kerja adalah dengan cara
menentukan proporsi lapangan kerja yang dihasilkan untuk penduduk suatu
daerah per sector. Analisis ini sering disebut dengan rasio penduduk-pengerjaan
(population-employment).
Rumus untuk menghitung rasio tersebut adalah sebagai berikut :
5.8. Identifikasi Daerah Tertekan
Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan
struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada
dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan
ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata
pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita
sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibedakan menjadi empat
klasifikasi,yaitu:
1. Kuadran I yaitu daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh (high growth
and high income) atau disebut juga sebagai daerah maju dan tumbuh cepat
(rapid growth region), merupakan daerah yang memiliki tingkat
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi
dibanding rata-rata.
2. Kuadran II yaitu daerah yang berkembang cepat (high growth but low
income) atau juga disebut sebagai daerah maju tetapi tertekan (retarded
region), merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi tetapi pendapatan perkapitanya lebih rendah dibanding rata-rata.
3. Kuadran III yaitu daerah maju tetapi tertekan (low growth but high
income) atau juga disebut sebagai daerah berkembang cepat (growing
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
16/17
region), merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih
rendah tetapi pendapatan perkapita lebih tinggi dibanding rata-rata.
4. Kuadran IV yaitu daerah relatif tertinggal (low growth and low income)
atau juga disebut sebagai daerah relatif tertinggal (relatively backward
region), merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun
pendapatan perkapitanya lebih rendah dibanding rata-rata.
Dengan berlandaskan dua karakteristik dasar yang dimiliki setiap
daerah yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita maka daerah-daerah
tersebut dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok sehingga tiap
kelompok memiliki pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda.
Klasifikasi daerah menurut analisis Klassen Tipologi
y
ryi > y yi < y
ri> rDaerah Pertumbuhan
CepatDaerah Sedang Tumbuh
ri< r Daerah TertekanDaerah Relatif
Tertinggal
Keterangan:
ri: Laju pertumbuhan ekonomi wilayah i
yi: PDRB perkapita wilayah i
r : Laju pertumbuhan ekonomi wilayah referensi
y : PDRB perkapita wilayah referensi
5/21/2018 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
17/17
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN.