25
JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER NAMA : Lala Indriyanti NIM : 2013 05 1 00010 FAKULTAS/PRODI : Ilmu Administrasi Publik (Pagi) MATA KULIAH : Perencanaan Pembangunan SIFAT : Take Home 1. Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia A. Orde Lama Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967, pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan sedikitnya tiga ketetapan yang menjadi dasar perencanaan nasional: TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969, Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan. Dengan dasar perencanaan tersebut membuka peluang dalam melakukan pembangunan Indonesia yang diawali dengan babak baru dalam mencipatakan iklim Indonesia yang lebih kondusip, damai, dan sejahtera. Proses mengrehablitasi dan merekontruksi yang di amanatkan oleh MPRS ini diutamakan dalam melakukan perubahan perekonomian untuk mendorong 1

PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Perencanaan Pembangunan Indonesia

Citation preview

Page 1: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA : Lala Indriyanti

NIM : 2013 05 1 00010

FAKULTAS/PRODI : Ilmu Administrasi Publik (Pagi)

MATA KULIAH : Perencanaan Pembangunan

SIFAT : Take Home

1. Sejarah Perencanaan Pembangunan Indonesia

A. Orde Lama

Pada era Orde Lama, masa pemerintahan presiden Soekarno antara tahun 1959-1967,

pembangunan dicanangkan oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan sedikitnya

tiga ketetapan yang menjadi dasar perencanaan nasional:

TAP MPRS No.I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik republik Indonesia sebagai

Garis-Garis Besar Haluan Negara

TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan

Nasional Semesta Berencana 1961-1969,

Ketetapan MPRS No.IV/MPRS/1963 tentang Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Garis-

Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan.

Dengan dasar perencanaan tersebut membuka peluang dalam melakukan pembangunan

Indonesia yang diawali dengan babak baru dalam mencipatakan iklim Indonesia yang

lebih kondusip, damai, dan sejahtera. Proses mengrehablitasi dan merekontruksi yang

di amanatkan oleh MPRS ini diutamakan dalam melakukan perubahan perekonomian

untuk mendorong pembangunan nasional yang telah didera oleh kemiskinan dan

kerugian pasca penjajahan Belanda.

Pada tahun 1947 Perencanaan pembangunan di Indonesia diawali dengan lahirnya

“Panitia Pemikir Siasat Ekonomi”. Perencanaan pembangunan 1947 ini masih

mengutamakan bidang ekonomi mengingat urgensi yang ada pada waktu itu (meskipun

di dalamnya tidak mengabaikan sama sekali masalah-masalah nonekonomi khususnya

masalah sosial-ekonomi, masalah perburuhan, aset Hindia Belanda, prasarana dan lain

lain yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial). Tanpa perencanaan semacam itu

maka cita-cita utama untuk “merubah ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional”

tidak akan dengan sendirinya dapat terwujud. Apalagi jika tidak diperkuat oleh

Undang-Undang yang baku pada masa itu.

1

Page 2: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Sekitar tahun 1960 sampai 1965  proses sistem perencanaan pembangunan mulai

tersndat-sendat dengan kondisi politik yang masih sangat labil telah menyebabkan tidak

cukupnya perhatian diberikan pada upaya pembangunan untuk memperbaiki

kesejahtraan rakyat.

Pada masa ini perekonomian Indonesia berada pada titik yang paling suram. Persediaan

beras menipis sementara pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mengimpor

beras serta memenuhi kebutuhan pokok lainnya. Harga barang membubung tinggi,

yang tercermin dari laju inflasi yang samapai 650 persen ditahun 1966. keadaan plitik

tidak menentu dan terus menerus bergejolak sehingga proses pembangunan Indonesia

kembali terabaikan sampai akhirnya muncul gerakan pemberontak G-30-S/PKI, dan

berakir dengan tumbangnya kekuasaan presiden Soekarno.

B. Orde Baru

Peristiwa yang lazim disebut Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia

(G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada tanggal 1

Maret 1966 Presiden Soekarno dituntut untuk menandatangani sebuah surat yang

memerintahkan pada Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu

untuk keselamatan negara dan melindungi Soekarno sebagai Presiden.  Surat yang

kemudian dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) itu

diartikan sebagai media pemberian wewenang kepada Soeharto secara penuh.

Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional dalam

program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali

dengan apa yang disebut dengan konsensus nasional.

Pada era Orde Baru ini, pemerintahan Soeharto menegaskan bahwa kerdaulatan dalam

politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang sosial

budaya. Tekad ini tidak akan bisa terwujud tanpa melakukan upaya-upaya

restrukturisasi di bidang politik (menegakkan kedaulatan rakyat, menghapus

feodalisme, menjaga keutuhan teritorial Indonesia serta melaksanakan politik bebas

aktif), restrukturisasi di bidang ekonomi (menghilangkan ketimpangan ekonomi

peninggalan sistem ekonomi kolonial, menghindarkan neokapitalisme dan

neokolonialisme dalam wujudnya yang canggih, menegakkan sistem ekonomi berdikari

tanpa mengingkari interdependensi global) dan restrukturisasi sosial budaya (nation

and character building, berdasar Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila serta

menghapuskan budaya inlander).

2

Page 3: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pada masa ini juga proses pembangunan nasional terus digarap untuk dapat

meningkatkan kapasitas masyarakat dan menciptakan lapangan kerja. Pendapatan

perkapita juga meningkata dibandingkan dengan masa orde lama.

Kesemuanya ini dicapai dalam blueprint nasional atau rencana pembangunan nasional.

Itulah sebabnya di jaman orde lama kita memiliki rencana-rencana pembangunan lima

tahun (Depernas) dan kemudian memiliki pula Pembangunan Nasional Semesta

Berencana Delapan-Tahun (Bappenas). Di jaman orde baru kita mempunyai Rencana

Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I, Repelita II, Repelita III, Repelita IV, Repelita

V,dan Repelita VII (Bappenas).

Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun

1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan

krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin

merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan

sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul

demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran

adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di

Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-

ninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti. Keempat mahasiswa yang gugur

tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”.

Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle

Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan

membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU

Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU

Antikorupsi. Dalam perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena

14 menteri menolak untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan

tersebut menyebabkan Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.

C. Reformasi

Setelah terjadi berbagai goncangan ditanah air dan berbagai tekanan rakyat kepada

presiden Soeharto, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto

mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya

kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan

Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi.

Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan,

pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya

3

Page 4: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

Selain itu pada masa ini juga memberi  kebebasan dalam menyampaikan pendapat,

partisipasi masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-

partai politik dari berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan

kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan

pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan

dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).

Dengan hadirnya reformasi pembangunan dapat di kontrol langsung oleh rakyat, dan

kebijakan pembangunanpun didasari demokrasi yang bebunyi dari, oleh dan untuk

rakyat, sehingga dengan dasar ini partisipasi rakyat tidak terkekang seperti pada masa

orde baru,kehidupan perekonomian Indonesia dapat didorong oleh siap saja.

Selain pemabangunan nasional pada masa ini juga ditekankan kepada hak daerah dan

masyarakatnya dalam menentukan daerahnya masing-masing, sehingga pembangunan

daerah sangat diutamakan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang no

32/2004,Undang-Undang 33/2004, Undang-Undang 18/2001 Untuk pemerintahan

Aceh, Undang-Undang 21/2001 Untuk Papua. Keempat undang-undang ini

mencerminkan keseriusan pusat dalam melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah

dan rakyat di daerah agar daerah dapat menentukan pembangunan yang sesuai

ratyatnya inginkan.

Dokumen Penting Perencanaan Pembangunan

Ada lima dokumen perencanaan yang dibuat oleh pemerintah daerah.

a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang selanjutnya disingkat RPJP adalah

dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun.

b) Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang selanjutnya disingkat RPJM adalah

dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

c) Rencana Kerja Pembangunan yang selanjutnya disingkat RKP adalah dokumen

perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun.

d) Rencana Strategis yang selanjutnya disingkat dengan Renstra adalah dokumen

perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.

e) Rencana kerja atau disebut Renja adalah dokumen perencanaan untuk periode 1

(satu) tahun.

4

Page 5: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lembaga Perencanaan Pembangunan

Lembaga-lembaga yang berperan dan terkait dalam penyusunan rencana pembangunan

nasional

a) Presiden menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas Perencanaan

Pembangunan Nasional.

b) Dalam menyelenggarakan Perencanaan Pembangunan Nasional, Presiden dibantu

oleh Menteri.

c) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyelenggarakan perencanaan pembangunan

sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

d) Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat mengkoordinasikan pelaksanaan

perencanaan tugas-tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

Lembaga-lembaga yang berperan dan terkait dalam penyusunan rencana pembangunan

nasional

a) Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas perencanaan

pembangunan Daerah didaerahnya.

b) Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan Daerah, Kepala Daerah

dibantu oleh Kepala Bappeda.

c) Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyelenggarakan perencanaan

pembangunan Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

d) Gubernur menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan sinergi

perencanaan pembangunan antarkabupaten/kota.

Fungsi-fungsi

a) Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya

pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditu-jukan kepada pencapaian

tujuan pembangunan.

b) Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-

prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa

yang akan datang.

c) Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.

d) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya

tujuan.

e) Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan

pengawasan evaluasi

5

Page 6: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Wewenang Pemerintah Pusat dan Daerah

Pembagian urusan dan kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan pusat dengan

pemerintah daerah diatur dalam BAB III Pasal 10 UU Nomor 32 Tahun 2004.

Kewenangan pemerintah pusat diatur dalam Ayat 3 Pasal 10, UU Nomor 32 Tahun

2004. Kewenangan tersebut meliputi :

Kewenangan pemerintah pusat

a. Politik Luar Negeri; Politik Luar Negeri adalah politik yang berhubungan dengan

luar negeri bukan dari dalam negara sendiri, oleh sebab itu pemerintah pusatlah yang

memiliki kewewenangan untuk menjalankannya. Apabila diserahkan kepada

pemerintah daerah dikhawatirkan adanya perbedaan perlakuan politik luar negeri

dari masing-masing daerah, maka dari itu diserahkanlah urusan politik Luar Negeri

kepada pemerintah pusat yang dianggap sebagai kristalisasi pemerintahan dari setiap

daerah di Indonesia. Pemerintah pusat diberi wewenang untuk menjalankannya

namun bukan berarti pemerintah daerah tidak bisa ikut berpartisipasi, pemerintahan

daerah dapat memberikan masukan-masukan kepada pemerintah pusat, hal ini

disebut dengan desentralisasi

b. Pertahanan; Misalnya mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata, menyatakan

damai dan perang, menyatakan negara atau sebagian wilayah negara dalam keadaan

bahaya, membangun dan mengembangkan sistem pertahanan negara dan

persenjataan, menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara bagi setiap

warga negara dan sebagainya;

c. Keamanan; Misalnya mendirikan dan membentuk kepolisian negara, menindak

kelompok atau organisasi yang kegiatannya mengganggu keamanan negara, dan

sebagainya; 4. Yustisi; Misalnya mendirikan lembaga peradilan, mengangkat

hakim dan jaksa, mendirikan lembaga pemasyarakatan, menetapkan kebijakan

kehakiman keimigrasian, memberikan grasi, amnesti, abolisi, membentuk undang-

undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah, dan

peraturan lain yang berskala nasional, dan lain sebagainya;

d. Moneter dan Fiskal Nasional; Misalnya mencetak uang dan menentukan nilai mata

uang, menetapkan kebijakan moneter, mengendalikan peredaran uang, dan

sebagainya; 6. Agama. Misalnya menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku

secara nasional, memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu agama,

menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan kehidupan keagamaan dan

sebagainya; dan bagian tertentu urusan pemerintah lainnya yang berskala nasional,

6

Page 7: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

tidak diserahkan kepada daerah.

Kewenangan pemerintah Daerah

Sedangkan kewenangan Pemerintah Daerah diatur dalam pasal 13 (untuk Pemerintahan

Provinsi) dan pasal 14 (untuk pemerintahan Kabupaten/Kota) yang intinya adalah:

Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan

yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Pemerintahan

daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk

melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Susunan dan tata cara penyelenggaraan

pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

Pasal 13 UU Nomor 32 Tahun 2004, ayat 1:

(1) Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah provinsi merupakan

urusan dalam skala provinsi yang meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan;

b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;

d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. penanganan bidang kesehatan;

f. penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial;

g. penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;

h. pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas

kabupaten/kota;

j. pengendalian lingkungan hidup;

k. pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;

l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

m. pelayanan administrasi umum pemerintahan;

n. pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota;

o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh

kabupaten/kota.

2. Tahapan penyusunan rencana pembangunan di indonesia tingkat pusat

Dalam UU No.25 Tahun 2004, BAB IV Pasal 8

Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional, meliputi:

a) Penyusunan rencana;

Penyusunan RPJP dilakukan melalui urutan:

7

Page 8: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

- penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;

- musyawarah perencanaan pembangunan; dan

- penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

Penyusunan RPJM Nasional/Daerah dan RKP/RKPD dilakukan melalui urutan

kegiatan:

- penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;

- penyiapan rancangan rencana kerja;

- musyawarah perencanaan pembangunan; dan

- penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

b) Penetapan rencana;

RPJP Nasional ditetapkan dengan UU

RPJM ditetapkan dengan Peraturan Presiden

RKP dengan Peraturan Presiden

c) Pengendalian pelaksanaan rencana;

adalah wewenang dan tanggung-jawab pimpinan kementerian/lembaga/satuan

kerja perangkat daerah.

d) Evaluasi pelaksanaan rencana.

pelaksanaan rencana pembangunan perioda sebelumnya. Tujuannya adalah untuk

mendapatkan informasi tentang kapasitas lembaga pelaksana, kualitas rencana

sebelumnya, serta untuk memperkirakan kapasitas pencapaian kinerja di masa

yang akan datang.

Lembaga-lembaga yang berperan dan terkait dalam penyusunan rencana pembangunan

nasional

a) Presiden menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas Perencanaan

Pembangunan Nasional.

b) Dalam menyelenggarakan Perencanaan Pembangunan Nasional, Presiden dibantu

oleh Menteri.

c) Pimpinan Kementerian/Lembaga menyelenggarakan perencanaan pembangunan

sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

d) Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat mengkoordinasikan pelaksanaan

perencanaan tugas-tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.

3. A. Konsep pembangunan yang berorientasi pertumbuhan, model kesejahteraan, dan

model pembangunan sumber daya manusia.

Konsep Pembangunan yang Berorientasi Pertumbuhan

8

Page 9: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Dalam teori ekonomi tradisional, pembangunan bertujuan untuk membangun kapasitas

ekonomi nasional. peningkatannya diawali dengan perubahan kondisi sosial ekonomi

yang kemudian akan mempengaruhi pendapatan nasional bruto atau gross national

product (tadaro, 1983 :18).

Didalam literatur, ekonomi pembangunan diartikan sebagai suatu proses yang

berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil perkapitan melalui peningkatan

jumlah dan produktivitas sumber daya. dari pandangan itu lahir konsep-konsep

mengenai pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi ( kartasasmita, 1997).

Dalam pandangan masyarakat awam, pembangunan diartikan sebagai usaha yang

dilakukan oleh pemerintah untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya.

seringkali kemajuan dimaksud terutama adalah kemajuan material, karena

pembangunan selalu diartikan sebagai kemajuan yang dicapai masyarakat dibidang

ekonomi.

Konsep pembangunan yang berorientasi pertumbuhan mempunyai sisi negatif, yaitu

tidak begitu diperhatikannya masalah keadilan. mengenai dominasi konsep

pembangunan yang menekankan pertumbuhan juga dijelaskan oleh korten (1993 : 65 :

66), mengatakan bahwa : “ pemikiran dan tindakan pembangunan di banyak negara

utara dan selatan selama beberapa dekade dikuasai oleh visi pembangunan berpusat

pertumbuhan”. lebih lanjut ia mengatakan dalam bentuknya yang murni, visi

konvensional mendefinisikan pembangunan hampir seluruhnya menurut pertumbuhan

nilai ekonomi semua yang bisa dihasilkan system produksi masyarakat, tanpa

menghiraukan dampaknya terhadap cadangan sumber daya atau lingkungan hidup, atau

bahkan sumbangan apa yang sesungguhnya bagi kesejahteraan umat manusia. Hipotesis

strategi ini adalah bahwa pembangunan dikendalikan oleh permintaan eksternal dan

tekanan inovasi, dan bahwa pembangunan yang dilakukan sebagian kecil sector atau

wilayah akan secara spontan mengucurkan hasilnya kebawah atau sistem-sistem

lainnya (trikle down effect), walaupun pada mulanya menurut kuznet (dalam todaro,

1983 : 208) pertumbuhan ekonomi, kemerataan cenderung rusak kemudian dalam

tingkat selanjutnya akan lebih baik. strategi ini dalam prakteknya cenderung berpusat

pada kota dan sektor industri padat modal, didominasi oleh teknologi tinggi dan

berfokus pada proyek-proyek rekayasa.

Konsep Pembangunan yang Berorientasi Pertumbuhan merupakan konsep

pembangunan yang menitik beratkan pada pertumbuhan ekonomi. Semua bentuk usaha

pembangunan yang dilakukan ditujukan untuk pertumbuhan ekonomi.

9

Page 10: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan dan pemenuhan kebutuhan

dasar dalam perkembangannya telah mengalami kegagalan . pembangunan yang

berorientasi pada pertumbuhan menimbulkan ketidakadilan, gagal meningkatkan

kesejahteraan rakyat, hal ini menyebabkan jurang yang lebar antara kemajuan bidang

ekonomi dengan bidang-bidang lainnya terutama bidang sosial. memang terjadi

peningkatan ekonomi secara makro yang sangat berarti, ditandai dengan peningkatan

GNP namun ternyata peningkatan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan penghasilan

dikalangan masyarakat bawah (grassroots). akibatnya ditengah kemakmuran yang

dicapai terdapat begitu banyak kemiskinan dan pengangguran serta kesenjangan sosial

yang cukup tajam. sesuai pendapat midgley (1995 : 4) menyebut gejala ini sebagai

gejala pembangunan yang terdistrosi (distorted development) di mana pembangunan

ekonomi tidak diikuti oleh pembangunan sosial yang setaraf. jadi masalah nya bukan

tidak ada pembangunan ekonomi, melainkan lebih pada gejala-gejala menyelaraskan

tujuan-tujuan pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial dan kegagalan kita

untuk memberikan jaminan bahwa hasil-hasil kemajuan pembangunan ekonomi dapat

disebar secara merata dimasyarakat.

Konsep Pembangunan Model Kesejahteraan

Pendekatan pembangunan sosial untuk kesejahteraan sosial dalam mengatasi

permasalahan sosial memiliki delapan karakteristik.

Proses pembangunan sosial terkait dengan pembangunan ekonomi.

Memiliki fokus yang interdisiplin, di mana ia menggambarkan sudut pandang dari

beragam ilmu sosial.

Menunjukkan sebagai proses.

Proses perubahannya bergerak maju secara alami.

Proses pembangunan sosial bersifat intervensionis.

Memiliki strategi yang beragam.

Menekankan pada populasi sebagai suatu kesatuan (cakupannya bersifat universal

atau inklusif).

Bertujuan mempromosikan atau mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial.

Menurut Midgley, pembangunan sosial memiliki tiga strategi besar yaitu:

a) Pembangunan sosial oleh individu, dikenal juga sebagai pendekatan individualis

atau perusahaan. Akar ideologinya adalah liberal atau individualis, di mana ideologi

tersebut menekankan pada pentingnya kebebasan individu dalam memilih.

Pendekatan individualis atau perusahaan memang saat ini tidak populer dalam

10

Page 11: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

pembangunan sosial. Pendekatan ini dipromosikan melalui peningkatan fungsi sosial

individu dan hubungan antarpribadi. Dalam strategi ini, individu-individu dalam

masyarakat secara swadaya membentuk usaha pelayanan guna memberdayakan

masyarakat.

b) Pembangunan sosial oleh komunitas dikenal juga sebagai pendekatan komunitarian.

Pendekatan komunitarian sendiri dipengaruhi kuat oleh ideologi populis. Strategi ini

percaya bahwa antara masyarakat dan komunitas memiliki kemampuan yang saling

terkait untuk memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi, masalah sosial mereka

teratasi, dan kesempatan untuk maju tersedia. Untuk mencapai hal tersebut,

masyarakat dan komunitas perlu saling bekerja sama melalui pengembangan

komunitas lokalnya.

c) Pembangunan sosial oleh pemerintah dikenal pula sebagai pendekatan statis.

Pendekatan statis didasari oleh ideologi kolektivis atau sosialis di mana ia

menekankan pada pentingnya kolektivitas. Kumpulan ini dibangun dari asosiasi

masyarakat yang memiliki sumber daya secara kolektif dan membagi wewenang

untuk membuat keputusan. Melalui strategi tersebut, pembangunan sosial dilakukan

oleh lembaga-lembaga atau organisasi dalam pemerintahan. Di samping adanya

partisipasi individu dan masyarakat, pemerintah juga memiliki tanggung jawab

untuk memastikan apakah kebijakan pembangunan sosial diimplementasikan dan

apakah kebijakan sosial dan ekonomi diselaraskan.

Konsep Pembangunan Model Kesejahteraan merupakan konsep pembangunan yang

menggunakan model kesejahteraan, yang dimaksud adalah konsep pembangunan

tersebut ditujukan untuk mencapai tingkat kesejahteraan bagi masyarakat.

Konsep Pembangunan Model Pembangunan Sumber Daya Manusia

Strategi peembangunan pada negara berkembang mulai bergeser dari strategi

pemerataan pertumbuhan ekonomi menjadi strategi pemerataan pembangunan yang

menuju pembangunan manusia. Strategi ini merupakan adanya pemikiran yang lebih

diorentasikan pada investasi sumber daya manusia (SDM) dan pembangunan sosial

dalam proses pembangunan.

Konsep Pembangunan Model Pembangunan Sumber Daya Manusia merupakan konsep

pembangunan yang dilakukan guna meningkatkan taraf Sumber Daya Manusia agar

dapat semakin baik dari sebelumnya.

B. Konsep EMPOWERING (PEMBERDAYAAN)

11

Page 12: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan. dalam perspektif

pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya

meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan

nonmaterial. sebagai suatu strategi pembangunan, pemberdayaan dapat diartikan

sebagai kegiatan membantu klien untuk memperoleh daya guna mengambil keputusan

dan menentukan tindakan yang akan dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk

mengurangi hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan melalui

peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki

dengan mentransfer daya dari lingkungannya (payne, 1997: 266 dalam buku “modern

social work theory”).

Sementara itu ife (1995: 182 dalam buku “community development: creating

community alternatives-vision, analysis and practice”) memberikan batasan

pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan,

pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan

masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi kehidupan

komunitas mereka.

Sementara itu, sutrisno (2000:185) menjelaskan, dalam perspektif

pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana

pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain, disamping

mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan, dan

pelaksanaan pembangunan. perbedaannya dengan pembangunan partisipatif adalah

keterlibatan kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan, dan

pelaksanaan program, sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah.

Meskipun rumusan konsep pemberdayaan berbeda-beda antara ahli yang satu dengan

yang lainnya, tetapi pada intinya dapat dinyatakan bahwa pemberdayaan adalah sebagai

upaya berencana yang dirancang untuk merubah atau melakukan pembaruan pada suatu

komunitas atau masyarakat dari kondisi ketidakberdayaan menjadi berdaya dengan

menitikberatkan pada pembinaan potensi dan kemandirian masyarakat. dengan

demikian mereka diharapkan mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam

menentukan masa depan mereka, dimana provider dari pemerintah dan lembaga non

government organization/ngo hanya mengambil posisi partisipan, stimulan, dan

motivator.

12

Page 13: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nilai-nilai sosial. konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan,

yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable.

Tiga langkah upaya pemberdayaan

Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan masyarakat untuk

berkembang.

Kedua, Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat.

Ketiga, melindungi sehingga proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi

semakin lemah oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat.

5 Strategi Pemberdayaan

- Pemungkinan

- Penguatan

- Perlindungan

- Penyokongan

- Pemeliharaan

Jadi, konsep pemberdayaan menurut pendapat saya secara ringkas adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang

tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, dengan

menggunakan beberapa strategi pemberdayaan.

C. Keterkaitan erat antara empowerment dengan civil society.

Secara substansial, civil society bermuara pada perlunya penguatan masyarakat (warga)

dalam sebuah komunitas negara untuk mengimbangi dan mampu mengontrol kebijakan

negara (policy of state) yang cenderung memposisikan warga negara sebagai subyek

lemah. Lalu bagaimana mensinergikan antara pemerintah (administrasi publik) dengan

nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat yang pluralism.

Sedangkan konsep pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan

diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, dengan menggunakan beberapa

strategi pemberdayaan.

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang

merangkum nilai-nilai sosial. konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan,

yakni yang bersifat “people-centered, participatory, empowering, and sustainable.

Maka, saya setuju dengan pernyataan bahwa adanya keterkaitan yang erat antara

empowerment dengan civil society.

13

Page 14: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Letak keterkaitannya yaitu pada diperlukannya penguatan untuk masyarakat dalam

suatu komunitas negara. Sebab masing-masing melihat bahwa masyarakat dalam suatu

negara masih banyak yang berada pada posisi yang lemah.

4. A. Tahapan Penyusunan rencana pembangunan di Indonesia di tingkat daerah dengan

menguraikan keterkaitan visi, misi, RTRW, RPJPD, RPJMD, RKPD, Renstra SKPD,

dan Renja SKPD

Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen

perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana

pembangunan tahunan daerah yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,

program prioritas pembangunan daerah dan rencana kerja, pendanaan dan perkiraan

maju.Penyusunan Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah tahun 2015dilakukan

dengan beberapa pendekatan perencanaan pembangunan yang meliputi pendekatan

teknokratis, partisipatif, politis, top down dan bottom-up.

Pendekatan teknokratis dilaksanakan dengan metoda dan kerangka berpikir yanga

merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis terkait

perencanaan pembangunan berdasarkan bukti fisis, data dan informasi yang akurat,

serta dapat dipertanggung jawabkan yang dilaksanakan oleh SKPD. Pendekatan

partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan

(stakeholders) melalui musrenbang, Pendekatan politis adalah pendekatan perencanan

pembangunan yangberupa kebijakan-kebijakan kepala daerah.

Pendekatan perencanaan pembangunan daerah bawah-atas (bottom-up) dan atas-bawah

(top-down), hasilnya akan diselaraskan sehingga tercipta sinkronisasi dan sinergi

pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan

daerah.Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) tahun 2015 yang

sedang disusun merupakan Periode akhir (Tahun Kelima Pelaksanaan RPJMD 2011-

2015) bertujuan untuk menyelesaikan target pembangunan 5 (lima) tahun

dalammewujudkan program pembangunan yang selaras dengan Visi dan Misi Kepala

Daerah.Sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RPJMD disusun mengacu

kepada berbagai dokumen perencanaan terkait, baik yang dihasilkan oleh komponen

vertikal maupun horisontal. Dari komponen vertikal dapat digunakan sebagai acuan

adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional/Provinsi,

RencanaPembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional/Provinsi, Rencana Tata

RuangWilayah (RTRW) Nasional/Provinsi, dan dokumen perencanaan lainnya yang

disusun secara sektoral. Dari sisi horisontal, RPJMD Kabupaten mengacu kepada

14

Page 15: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

RPJPD Kabupaten, RTRW Kabupaten, dan dokumen perencanaan lainnya.

Dalam pelaksanaannya, RPJMD dijabarkan ke dalam Rencana Strategis

(Renstra)Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Renstra SKPD memuat kebijakan,

program dan kegiatan, baik yang dilaksanakan secara langsung oleh SKPD yang

bersangkutan maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam

kurun waktu lima tahun (2011 – 2015).

Dalam pelaksanaannya, RPJMD dijabarkan ke dalam Rencana Strategis

(Renstra)Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Renstra SKPD memuat kebijakan,

programdan kegiatan, baik yang dilaksanakan secara langsung oleh SKPD yang

bersangkutan maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dalam

kurun waktulima tahun (2011 – 2015).

HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN PERENCANAAN (UU 25/2004)

15

Page 16: PERENCANAAN PEMBANGUNAN

B. Indikator Kinerja Pembangunan

Indikator perencanaan pembangunan dapat dibedakan menjadi indikator makro daerah

dan indikator mikro. Indikator makro berisi tentang variabel variabel sosial ekonomi

nasional maupun regional (propinsi) yang menjadi acuan dalam penyusunan dokumen

perencanaan. Indikator ini juga menjadi asumsi alokasi anggaran pemerintah dari setiap

kegiatan.

C. Hubungan indikator capaian RPJMD dengan Renstra SKPD

Indikator capaian kinerja RPJMD harus memiliki hubungan langsung dengan Renstra

SKPD. Renstra SKPD disusun berdasarkan indikator yang telah ditetapkan dalam

RPJMD, sehingga terjadi sikronisasi antar program pmerintah daerah dengan masing

masing SKPD.

- Indikator target capaian kinerja program RPJMD menjadi tanggungjawab SKPD

untuk mencapainya setiap tahun, mulai tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5

RPJMD;

- SKPD penangung gjawab menjabarkan pencapaian target kinerja program dalam

RPJMD ke dalam program dan kegiatan dalam dokumen Renstra SKPD masing-

masing;

- Setiap target capaian kinerja program dalam RPJMD dapat dicapai dengan satu atau

beberapa kegiatan dalam Renstra SKPD;

- Bappeda melakukan verifikasi Renstra SKPD untuk menjamin pencapaian target

RPJMD dijabarkan dalam Renstra SKPD.

16