Upload
puhawang
View
3.313
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mengembangkan dan memperkaya khasanah Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat merupakan salah satu
tujuan perguruan tinggi. Untuk itu kegiatan penumbuhan dan pengembangan
kreativitas dan inovasi mahasiswa menjadi kata kunci untuk mengantarkan
tercapainya tujuan tersebut. Dalam menumbuhkan dan mengembangkan
kreativitas dan inovasi tidaklah cukup hanya dengan teoritis, akan tetapi harus
dilatih untuk mengimplementasikan ide/gagasan dalam wacana teoritis tersebut ke
dalam bentuk hasil karya.
Mahasiswa sebagai inti pembaharu, yang memiliki ide-ide kreatif menjadi
tumpuan dan kebanggaan bangsa dan negara, dituntut untuk selalu
mengembangkan pola pikirnya dalam menghadapi kemajuan serta persaingan di
kehidupan nyata maupun maya. Kemampuan untuk berkreasi dan berkarya, serta
menciptakan suatu karya, senantiasa dipupuk oleh para akademisi dan simpatisan
ilmu dan teknologi. Hal ini ditempuh untuk menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas, menguasai teknologi, demi kebanggaan serta kemajuan bangsa
dan negara.
Selaras dengan perkembangan teknologi modern dewasa ini, khususnya
dalam dunia teknologi otomotif mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Banyak negara produsen kendaraan bermotor (Amerika, Jerman, Inggris, dan
Jepang) berlomba-lomba untuk menciptakan penemuan-penemuan baru di bidang
1
otomotif untuk menambah kenyaman dan keamanan berkendara misalnya dengan
adanya teknologi EFI, ABS, VTI dan lain sebagainya. Penambahan perangkat
yang lebih canggih pada kendaraan tentu saja dibarengi dengan biaya yang lebih
tinggi dengan perawatan yang khusus pula.
Salah satu adanya penambahan pada sistem keamanan berkendara pada
mobil pribadi adalah dengan adanya sensor jarak yang akan mendeteksi
keberadaan kendaraan lain yang ada di depan dan belakang kita ketika dalam
antrian sehingga terhindar dari tabrakan dan benturan yang tidak diinginkan. Alat
ini akan bekerja bila di depan atau di belakang mobil kita terdapat kendaraan lain
dengan jarak mulai 3 cm sampai 30 cm. Alat ini dilengkapi dengan LCD yang
akan memberi informasi jarak kendaraan kita dengan kendaraan lain di depan dan
belakang kita, dan sistem alarm yang akan berbunyi ketika jarak kendaraan kita
semakin dekat dengan kendaraan lain.
Perencanaan modul sensor jarak ultrasonik ini menggunakan
mikrokontroler ATmega16 dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran sebagai
wacana baru pengembangan ilmu dan teknologi pada tingkat Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang, serta dapat digunakan untuk
mengajar sehingga mahasiswa lebih tertarik untuk memperdalam tentang dunia
teknologi khususnya di bidang otomotif.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul sebagai
berikut: “PERENCANAAN SENSOR JARAK DAN INDIKATORNYA
SEBAGAI USAHA PREVENTIF MENGHINDARI TABRAKAN PADA SAAT
ANTRIAN”.
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan mengacu pada penelaah studi
penelitian, secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pembuatan sensor jarak dan indikatornya sebagai usaha
preventif saat kendaraan dalam antirian?
2. Bagaimana cara kerja sensor jarak dan indikatornya sebagai usaha
preventif menghindari tabrakan saat antrian?
3. Bagaimana perhitungan komponen-komponen sensor jarak dan
indikatornya sebagai usaha preventif menghindari tabrakan saat antrian?
1.3. Tujuan Perencanaan
Dari rumusan masalah di atas, maka penyusunan tugas akhir ini memiliki
tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pembuatan sensor jarak dan indikatornya sebagai usaha
preventif saat kendaraan dalam antirian?
2. Mengetahui cara kerja sensor jarak dan indikatornya sebagai usaha
preventif menghindari tabrakan saat antrian?
3. Mengetahui perhitungan komponen-komponen sensor jarak dan
indikatornya sebagai usaha preventif menghindari tabrakan saat antrian?
1.4. Manfaat Perencanaan
1. Manfaat bagi Mahasiswa
Perencanaan sensor jarak dan indikatornya sebagai adalah untuk
menumbuh kembangkan dan memantapkan kreativitas dibidang teknologi
khususnya dunia otomotif, serta dapat meningkatkan dan memperluas
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat saat
ini.
3
2. Manfaat bagi Jurusan Teknik Mesin
Perencanaan sensor jarak dan indikatornya dalam bidang otomotif
ini merupakan keberhasilan Jurusan Teknik Mesin dalam menerapkan
sistem pembelajaran yang ada.
Selain itu modul ini dapat digunakan sebagai modul ajar dalam
bidang otomotif maupun dalam bidang yang lainnya dengan tujuan lebih
memudahkan dalam hal pemahaman tentang teknologi perotomotifan.
1.5. Ruang Lingkup Perencanaan
Adapun ruang lingkup permasalahan dalam perencanaan ini terbatas
pada pembuatan dan perhitungan rangkaian keseluruhan sistem kontrol, desain
PCB, pemilihan bahan dan estimasi dana yang di keluarkan untuk pembuatan
alat.
1.6. Data Perencanaan
1. Baterai kendaraan 12 volt.
2. Kendaraan dengan kondisi kelistrikan masih baik.
4
Skema sistem sensor jarak
Gambar 1. Skema sistem sensor jarak
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Resistor
Resistor merupakan komponen pesif elektronika yang berfungsi untuk
membatasi arus listrik yang mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi
menjadi dua yaitu Fixed resistor dan Variable Resistor. Resistor pada umumnya
terbuat dari carbon film atau metal film, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
dibuat dari material yang lain.
Gambar 2. Simbol resistor
2.1.1. Fixed Resistor
Fixed Resistor merupakan resistor yang mempunyai nilai tetap. Ciri
fisik dari resistor ini adalah bahan pembuat resistor terdapat ditengah-tengah
dan pada pinggirnya terdapat dua conduction metal, biasanya kemasan
seperti ini disebut dengan axial. Ukuran fisik Fixed Resistor bermacam-
macam, tergantung pada daya resistor yang dimilikinya. Misalnya fixed
resistor dengan daya 5 watt pasti mempunyai bentuk fisik yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan fixed resistor yang mempunyai daya ¼ watt.
Seiring dengan perkembangan teknologi pada saat ini, diciptakanlah
sebuah teknologi baru yang disebut dengan SMT (Surface Mount
Technology). Dengan menggunakan teknologi ini bentuk dari fixed resistor
menjadi lebih kecil lagi, sehingga kita dapat membuat suatu sistem yang
6
mempunyai ukuran sekecil mungkin. Ada beberapa macam kemasan
standard yang sudah ditentukan oleh Industri elektronika antara lain:
- 1206 ukuran = 3.0 mm x 1.5 mm, 2 terminal
- 0805 ukuran = 2.0 mm x 1.3 mm, 2 terminal
- 0603 ukuran = 1.5 mm x 0.8 mm, 2 terminal
Selain kemasan axial terdapat pula kemasan lain yang disebut SIP
(Single-In-Line). Didalam kemasan ini terdapat lebih dari satu resistor yang
biasanya disusun parallel dan mempunyai satu pusat yang disebut common.
Gambar 3. Resistor Single-In-Line
Gambar 4. Bentuk Fisik Resistor
Pada gambar 4 ditunjukan beberapa contoh bentuk fisik dari fixed
resistor. Dari yang paling atas dapat dilihat bentuk fisik dari resistor dengan
daya 1/8, ¼, 1, 2, dan 5 watt. Pada gambar 3 sebelah kanan ditunjukan
beberapa contoh bentuk fisik dari fixed resistor dengan toknologi SMT
(Surface Mount Technology). Sedangkan pada gambar 2 ditunjukan contoh
bentuk fisik dari resistor dengan kemasan yang disebut SIP (Single-In-Line).
2.1.2. Variable Resistor
7
Untuk jenis resistor ini memiliki dua tipe. Untuk tipe pertama
dinamakan Variable Resistor dan nilainya dapat diubah sesuai keinginan
dengan mudah dan sering digunakan untuk pengaturan volume, bass,
balance, dll. Sedangkan yang kedua adalah semi-fixed resistor. Nilai dari
resistor ini biasanya hanya diubah pada kondisi tertentu saja. Contoh
penggunaan dari semi-fixed resistor adalah tegangan referensi yang
digunakan untuk ADC, fine tune circuit, dll. Ada beberapa model
pengaturan nilai Variable resistor, yang sering digunakan adalah dengan cara
memutar. Pengubahan dengan cara memutar biasanya terbatas sampai 300
derajad putaran. Ada beberapa model variable resistor yang harus diputar
berkali - kali untuk mendapatkan semua nilai resistor. Model ini dinamakan
“Potentiometers” atau “Trimmer Potentiometers”.
Gambar 5. Bentuk Fisik Variable Resistor
Pada gambar 5 ditunjukan beberapa contoh bentuk fisik dari variable
resistor. Gambar bentuk yang pertama sering disebut dengan “Trimmer
Potentiometers”. Gambar bentuk yang kedua merupakan contoh gambar dari
semi-fixed resistor yang biasanya dipasang pada PCB (Printed Circuit
Board). Sedang gambar bentuk yang ketiga merupakan contoh dari
“Potentiometers” yang biasanya digunakan sebagai volume control.
2.2. Kapasitor
8
Kapasitor adalah sebuah piranti elektrik yang dapat menyimpan energi
dalam bentuk medan listrik di antara sepasang plat konduktor. Kapasitor terdiri
dari dua buah elektrode yang dipisahkan oleh sebuah insulator atau dielectric.
Kapasitansi dari sebuah pelat sejajar dinyatakan dengan rumus:
Kapasitansi dari kapasitor (C) menyatakan besarnya muatan (Q) yang disimpan
akibat adanya beda potensial (V) yang diberikan di antara kedua pelat, dinyatakan
dalam rumus berikut:
Gambar 6. Simbol Kapasitor
Berikut adalah beberapa contoh bentuk fisik dari kapasitor:
a. Kapasitor Non-Polar
- Kapasitor Tantalum
- Kapasitor Polyester Film
- Kapasitor Polypropylene
- Kapasitor Mylar
9
- Kapasitor Keramik
b. Kapasitor Polar
- Kapasitor Elektrolit
c. Kapasitor Variable
- Kapasitor Trimmer
- Kapasitor Tuning
Gambar 7. bentuk fisik kapasitor
2.3. Transistor
Transistor dalam rangkaian elektronika selain berfungsi sebagai penguat,
dapat juga berfungsi sebagai saklar. Transistor adalah suatu komponen aktif yang
terbuat dari bahan semi konduktor dan dibentuk dari dua hubungan PN. Dari dua
hubungan tersebut terdapat dua kemungkinan hubungan yang dapat dibentuk yaitu
PNP dan NPN seperti dalam Gambar 8. Transistor ini digunakan sebagai
switching untuk membunyikan alarm.
Gambar 8. Transistor NPN dan PNP
(Sumber: Malvino, 1981:103)
10
P N PEmiter
Basis
Kolektor
PEmiter
Basis
Kolektor
N N
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan transistor adalah
sebagai berikut:
1. Arus emitor merupakan penjumlahan dari arus kolektor dan arus basis
IE = IB+IC
2. Arus kolektor hampir sama dengan arus emitor
IC + IE
3. Arus basis jauh lebih kecil dari arus kolektor dan emitor
IB << IC
IB << IE
Hubungan antara arus basis dan arus kolektor dinyatakan sebagai penguatan arus
seperti dalam persamaan berikut:
ß= hFE = IC/IB
Jika Vin bertambah, lebih banyak arus basis yang mengalir, menimbulkan lebih
banyak arus kolektor. Vin yang cukup besar akan menjenuhkan transistor. Jika
transistor jenuh, kolektornya secara ideal ditanahkan. Tegangan pada resistor 1kΩ
sama dengan tegangan catu dikurangi tegangan pada LED, karena itu:
Gambar 9. Penggunaan Transistor NPN
(Sumber: Malvino, 1981:128)
11
Rc = VCC - VLED / ILED (Malvino, 1981:128)
2.3.1. Daerah Kerja Transistor
Transistor bekerja pada tiga daerah kerja seperti ditunjukkan dalam
Gambar 10.
Gambar 10. Garis beban DC
(Sumber: Malvino, 1981:122)
Daerah Kerja Jenuh (Saturasi)
Perpotongan dari garis beban dan kurva IB=IB(sat) disebut penjenuhan
(saturation). Pada daerah ini arus basis sama dengan IB(sat) dan arus
kolektor adalah maksimum.
Pada penjenuhan, dioda kolektor kehilangan reverse bias dan kerja
transistor yang normal terhenti. Perhitungan arus kolektor pada saat
saturasi adalah:
dan perhitungan untuk arus basis adalah:
12
Tegangan kolektor-emiter pada penjenuhan adalah:
V CE = VCC (sat)
Jika arus basis lebih besar daripada IB(sat), arus kolektor tak dapat
bertambah karena dioda kolektor tidak lagi dibias reverse. Dengan kata
lain, perpotongan dari garis beban dan kurva basis yang lebih tinggi masih
menghasilkan titik penjenuhan yang sama.
Daerah kerja sumbat (cut off).
Titik dimana garis beban memotong kurva IB=0 disebut titik sumbat (cut
off). Pada titik ini arus basis adalah nol dan arus kolektor kecil sehingga
dapat diabaikan (hanya arus bocoran ICEO yang ada). Pada titik sumbat,
dioda emitor kehilangan forward bias, dan kerja transistor yang normal
terhenti. Untuk perkiraan aproksimasi tegangan kolektor-emitor adalah:
ICE (cut off) = ICC
Daerah kerja aktif.
Semua titik operasi antara titik sumbat dan penjenuhan adalah daerah aktif
dari transistor. Dalam daerah aktif, dioda emitor dibias forward dan dioda
kolektor dibias reverse. Titik Q (Quiescent) adalah titik perpotongan dari
arus basis dan garis beban.
2.4. Dioda
Dioda merupakan suatu komponen elektronik yang dapat melewatkan arus
pada satu arah saja yang terbuat dari bahan semikonduktor. Jika dioda kita beri
tegangan panjar mundur maka bandgap antara pita konduksi dengan pita valensi
akan semakin besar sehingga menyebabkan tidak adanya elektron yang berpindah
13
dari pita konduksi ke pita valensi. Sedangkan jika kita beri tegangan panjar maju
maka bandgap antara pita konduksi dan pita valensi menjadi kecil yang
menyebabkan elektron dapat berpindah dari pita konduksi ke pita valensi sehingga
menyebabkan adanya arus yang mengalir. Kita dapat menyelidiki karakteristik
statik dioda, dengan cara memasang dioda seri dengan sebuah catu daya DC dan
sebuah resistor (Depari, 1992).
Dioda memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu
arah saja. Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N.
Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah
tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P
menuju sisi N.
Gambar 11. Simbol dan struktur dioda
Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi
kecil yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat
keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak
terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak
terdapat elektron-elektron yang siap untuk bebas merdeka. Lalu jika diberi bias
positif, dengan arti kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N,
maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan tergerak untuk mengisi hole di
14
sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada
sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau
mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi
P ke sisi N.
Gambar 12. Dioda dengan bias maju
Sebalikya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan
memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas
tegangan lebih besar dari sisi P.
Gambar 13. Dioda dengan bias negatif
Tentu jawabanya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran
hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-
masing tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion
layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus.
15
Demikianlah sekelumit bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus satu
arah saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi
konduktor. Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt
diatas nol baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding
deplesi (deplesion layer). Untuk dioda yang terbuat dari bahan Silikon tegangan
konduksi adalah diatas 0.7 volt. Kira-kira 0.2 volt batas minimum untuk dioda
yang terbuat dari bahan Germanium.
Gambar 14. Grafik arus dioda
Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun
memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi
breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk
di lapisan deplesi.
2.5. Optocoupler
Optocoupler berfungsi sebagai pengisolasi atau penyekat antara dua blok
rangkaian elektronik supaya kedua bagian tersebut secara listrik tidak saling
berhubungan. Macam-macam Optocoupler yaitu antara lain :
16
1. Optotriac : adalah rangkaian switch yang menggunakan LED sebagai
pemancar dan phototriac sebagai penerimanya, digunakan
untuk menswitch tegangan AC.
2. Optodiac : adalah rangkaian switch yang menggunakan LED sebagai
pemancar dan photodiac sebagai penerimanya, digunakan
untuk menswitch tegangan AC.
3. Optotransistor : adalah rangkaian switch yang menggunakan LED sebagai
pemancar dan phototransistor sebagai penerimanya, digunakan
untuk menswitch tegangan DC.
4. OptoSCR : adalah rangkaian switch yang menggunakan LED sebagai
pemancar dan photoSCR sebagai penerimanya, digunakan
untuk menswitch baik tegangan AC maupun DC.
Gambar 15. Optocoupler (a) Optotriac, (b) Optodiac,
(c) Optotransistor, (d) OptoSCR.
Selain contoh diatas, sebenarnya masih banyak rangkaian optocoupler yang
menggunakan bahan semiconductor yang lain. Pada pembuatan proyek akhir ini
rangkaian optocoupler yang digunakan adalah optotransistor yang terdapat pada
IC 4N25.
Pada Optotransistor terdiri dari LED IR (Infrared) sebagai pemancar dan
Optotransistor sebagai emiter atau penerimanya. Optotransistor adalah transistor
yang mempunyai kemampuan mendeteksi cahaya dan juga memberikan
penguatan arus. Bila cahaya mengenai sambungan kolektor-basis maka akan
17
mengalir arus bocor balik dalam Optotransistor. Arus emitor-basis yang kecil
digunakan untuk mengendalikan arus emitor-kolektor yang jauh lebih besar pada
susunan rangkaian biasa. Efek tersebut digunakan untuk memperoleh kondisi
ON/OFF atau mengatur dan menguatkan arus yang sebanding dengan jumlah
cahaya yang mengenai sambungan kolektor-basis.
Gambar 16. Optotransistor
(sumber: Fairchild Semiconductor Corporation ; 2002)
Makin tinggi sensitivitas Optotransistor, tegangan untuk respon cahaya
infrared makin rendah. Optotransistor lebih sensitif dari photodiode, tetapi
optotransistor tidak dapat hidup dan mati dengan cepat dalam orde s (Malvino,
1999:136). Simbol optotransistor ditunjukkan pada Gambar 16.
2.6. Mikrokontroler
Sistem pusat kontrol sensor yang digunakan pada perancangan ini adalah
mikrokontroler. Mikrokontroler yaitu salah satu bagian dasar dari suatu sistem
komputer yang jauh lebih kecil namun dibangun dari elemen-elemen dasar yang
sama. Secara sederhana, mikrokontroler adalah alat yang mengerjakan instruksi-
instruksi yang diberikan kepadanya. Artinya, bagian terpenting dan utama dari
suatu sistem terkomputerisasi adalah program itu sendiri yang dibuat oleh seorang
18
programmer.Untuk pusat sistem kontrol sensor ultrasonik dalam perancangan ini
digunakan Mikrokontroler keluarga AVR.
Mikrokontroler yang digunakan adalah Mikrokontroler tipe ATmega16
yang kompatibel dengan keluarga AVR. Adapun PIN yang dimiliki ATmega16
ditunjukan pada Gambar 17 berikut:
Gambar 17. Mikrokontroler ATmega16
Tahap awal dalam pembuatan software adalah inisialisasi dari
mikrokontroler. Seperti pin yang digunakan untuk input atau output. Mode-mode
interupt seperti serial, timer/counter. Dengan software code vision AVR dan
dengan fasilitas code wizard maka memudahkan penulis dalam pembuatan
program terutama bagian inisialisasinya. Frekuensi clock atau crystal yang
digunakan adalah 11.05920 Mhz.
Mikrokontroler ATmega16 ini dipilih karena memiliki kapasitas
menampung program cukup besar dibanding dengan mikrokontroler dengan tipe
MCS51. Disamping itu dalam pemrogramannya juga lebih mudah. Dalam
pemrogramannya modul ajar ini menggunakan bahasa pemrograman C, dengan
compailer Code Vision AVR.
19
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT
3.1. Sensor
Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi suatu benda dan
berfungsi untuk mengukur magnetude suatu benda/alat. Sensor adalah jenis
tranducer yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis panas,
sinar, dan kimia menjadi tegangan atau arus listrik. Sensor biasanya dikategorikan
melalui pengukuran dan memegang peranan penting dalam pengendalian proses
pabrikasi modern.
Bentuk dan macam dari sensor sangatlah banyak dan biasanya disesuaikan
dengan tujuan dan penggunaannya. Adapun sensor yang digunakan pada modul
ini adalah sebagai berikut.
3.1.1. Sensor ultrasonik
Sensor ultrasonik, berfungsi sebagai pendeteksi jarak yang pada
aplikasinya untuk mendeteksi jarak kendaraan dengan benda di depannya. Sensor
ini mampu mendeteksi jarak dengan range 3 cm sampai 3 meter. Prinsip kerjanya
yaitu pemancar ultrasonik mengeluarkan frekuensi 40 Khz yang dihasilkan oleh
mikrokontroler, kemudian diterima oleh pemancar ultrasonik. Dengan
menghitung selang waktu antara pengiriman sinyal sampai dapat diterima oleh
penerima, dapat diketahui nilai jarak dari kendaraan dan kendaraan sekitarnya.
Sensor ultrasonik yang di gunakan merupakan modul jadi dari PARALLAX
20
dengan tipe SRF04. Spesifikasi Teknis Devantech SRF04 Ultrasonic Range
Finder:
Tegangan Input : 5 VDC
Konsumsi Arus:
30 mA (rata-rata), 50 mA (max)
Frekuensi Suara:
40 kHz
Jangkauan:
3 cm - 3 m
Sensitivitas:
Mampu mendeteksi gagang sapu berdiameter 3 cm
dalam jarak > 2 m
Input Trigger:
10 mS min. Pulsa Level TTL
Pulsa Echo:
Sinyal level TTL Positif, Lebar berbanding
proporsional dengan jarak yang dideteksi
Output dari sensor ini berupa data PWM sehingga duty cycle dari sinyal
output berbanding lurus dengan data jarak. Semakin jauh objek maka semakin
besar duty cycle. Untuk mengaktifkan sensor maka modul diberi triger pulsa maka
sensor akan mengeluarkan sinyal pwm dan duty cycle tersebut sebagai jarak objek
dengan sensor. Sensor diberi triger, kemudian dihitung lebar duty cyclenya. Jika
sensor ultrasonik yang digunakan pada satu sistem lebih dari satu maka data yang
dikirim secara berganian. Data yang dikirim adalah data 8-bit dengan nilai 5-255,
dimana nilai 0 digunakan sebagai tanda akhir data.
21
Gambar 18. Modul dan Koneksi sensor ultrasonik
3.2. Power Supply
Pada setiap rangkaian pasti membutuhkan sebuah power supply untuk
dapat menjalankan sistem yang ada didalamnya. Rangkaian ini memang sangat
simpel dan jarang diperhatikan, namun dalam dunia elektronika, power suplay
sangatlah penting dan harus diperhatikan karena ini sangat menentukan kerja dari
sistem yang dibuat.
Seperti pada umumnya power suplay yang di gunakan pada alat ini
menggunakan kiprok 1 ampere kemudian keluaran positif dari kiprok
disambungkan pada kaki inputan ic regulator 7805 karena hasil keluaran dari ic
regulator 7805 ini merupakan tegangan positif 5 volt sehingga suplay yang
dibutuhkan minimum system dapat terpenuhi. Kemudian diberi penguat dengan
menggunakan transistor 3055 dan diberi kapasitor penyetabil. Dioda digunakan
sebagai pengaman dari arus balik sehingga ic regulator tidak mudah rusak.
Adapun rangkaian power suplay yang digunakan adalah sebagai berikut.
22
Gambar 19. Rangkaian power suplay
3.2.1. Perhitungan Rangkaian power supply
Diketahui: Vmin regulator = 4,8 Volt
Vmax regulator = 5,2Volt
VBE = 0,7 (transistor terbuat dari silikon)
Z dioda = 0,85
Dicari: Nilai Vout.....?
Vout min = ( Vmin regulator – VBE ) + Z dioda
Vout min = ( 4,8 – 0,7 ) + 0,85
Vout min = 4,1 + 0,85
Vout min = 4,95 Volt
Vout max = ( Vmax regulator – VBE ) + Z dioda
Vout max = ( 5,2 – 0,7 ) + 0,85
Vout max = 4,5 + 0,85
Vout max = 5,35 Volt
23
Range tegangan yang dibutuhkan mikrokontroler Atmega16 untuk dapat
aktif bekerja adalah sebesar minimal 4,5 Volt sampai dengan maksimal 5,5 Volt.
Dari hasil perhitungan dihasilkan bahwa range tegangan tersebut sudah cukup
untuk mengaktifkan kerja dari mikrokontroler Atmega16 yang digunakan pada
sistem.
3.3. Downloader
Pada umumnya pembuatan sebuah alat yang berbasis elektronik dan
menggunakan mikrokontroler sebagai chipnya memerlukan sebuah rangkaian
downloader yang berfungsi sebagai interfacing antara komputer dan
mikrokontroler. Rangkaian ini digunakan sebagai perantara masuknya program
yang telah dibuat di komputer ke dalam mikrokontroler. Adapun rangkaian
downloader yang digunakan adalah sebagai berikut
Gambar 20. Rangkaian downloader
24
Pada rangkaian downloader ini menggunakan port parallel dari komputer
dan konektor DB25 male sebagai interfacenya. Kemudian di koneksikan ke ic
74HCT541 sebelum masuk ke mikrokontroler, gunanya adalah sebagai buffer dari
program yang di download dari komputer. Jangan lupa short pin 2 dan pin 12
pada konektor DB25. Adapun gambar konektor DB25 yang digunakan dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 21. Konektor DB25 male
Adapun daftar komponen yang digunakan pada rangkaian downloader ini
adalah sebagai berikut.
Tabel 1. komponen rangkaian downloader
3.4. Minimum System
25
Adapun rangkaian minimum system dari ATmega16 ditunjukan pada gambar
berikut ini:
Gambar 22. Minimum system ATmega16
Pada rangkaian minimum system ini menggunakan frequensi clock atau
crystal 11.05920 MHz. Pin 10, pin 30 dan pin 32 disambungkan pada vcc +5 volt,
pin 11 dan pin 31 disambungkan dengan ground rangkaian. Pin 9 adalah reset
yang pada sistem ini adalah aktif low dalam artian aktif jika diberi logika low atau
“0”, pin disambungkan dengan resistor 10 K Ohm dengan vcc +5 volt dan
kapasitor elektrolit sebesar 1 μF yang terhubung dengan ground. Tambahkan push
button yang digunakan untuk mereset mikrokontroler apabila dalam menjalankan
program yang telah dibuat terjadi error, caranya adalah dengan memasang secara
paralel dengan kapasitor 1 μF.
3.5. Alarm
Transistor dalam rangkaian ini berfungsi sebagai saklar. Untuk merancang
transistor sebagai saklar, yang harus diperhatikan adalah besarnya daerah saturasi
26
transistor tersebut (besarnya arus basis untuk mengaktifkan transistor). Apabila
beban yang digunakan adalah beban induktif (alarm), maka perlu dipasang diode
yang disejajarkan dengan beban. Diode ini berfungsi untuk menghubung singkat
tegangan induksi yang terjadi pada saat saklar akan mati (Wasito, 1995). Untuk
mengaktifkan alarm, diperlukan pengaturan trigger pada terminal basis, arus
trigger pada basis dapat dicari dengan rumus:
I relay jenuh = VCC / hambatan alarm
IB = I C / HFE
HFE = IC / IB
RB = (VB - VBE) / IB
IB = Arus basis (ampere)
IC = Arus kolektor (ampere)
HFE = Forward current transfer ratio atau penguatan transistor
VBE = Tegangan antara basis dan emitor (volt)
VB = Tegangan yang dimasukkan ke basis (volt)
RB = Hambatan pada basis (ohm)
Gambar 23. menunjukkan rangkaian transistor yang digunakan untuk
mengaktifkan alarm.
27
+12 v
+12 v
-12 v
10 K
Gambar 23. Transistor Sebagai Saklar dengan Beban Induktif (alarm)
(Sumber: Wasito, 1995)
Prinsip kerja dari rangkaian transistor sebagai saklar sebagaimana terlihat
dalam Gambar 23, yaitu apabila Vin high (1), maka tegangan input pada rangkaian
ini akan sama dengan Vcc. Tegangan ini akan mencatu transistor untuk on, sebagai
akibatnya alarm yang di hubungkan dengan output akan on. Sedangkan apabila
Vin low, maka tegangan input kurang dari VCC, sebagai akibatnya alarm yang
dihubungkan dengan output akan off.
3.5.1. Perhitungan Rangkaian Alarm
Diketahui : IC = 30mA = 0,03A
HFE = 30
VB = 12 Volt
VBE = 0,7 (silikon)
Dicari : RB...?
IB = IC / HFE
IB = 0,03 / 30
IB = 0,001 Ampere
RB = (VB – VBE) / IB
RB = (12 – 0,7) / 0,001
RB = (11.3) / 0,001
RB = 11.300 Ω
28
Namun besar resistor yang ada dipasaran tidak ada yang sebesar 11.300 Ω
sehingga pada rangkaian dipasang resistor yang besarnya mendekati nilai resistor
hasil perhitungan, yaitu sebesar 10.000 Ω atau 10K Ω. Dengan perhitungan IB =
VB / RB maka IB = 12 / 10 = 1.2 A, sedangkan arus basis maksimal yang
diperbolehkan dalam data sheet transistor TIP41 adalah 2 A. Jadi resistor 10 K Ω
dapat dipakai dalam sistem alarm ini.
3.6. L C D
LCD Display Module M1632 buatan Seiko Instrument Inc. terdiri dari dua
bagian, yang pertama merupakan panel LCD sebagai media penampil informasi
dalam bentuk huruf/angka dua baris, masing-masing baris bisa menampung 16
huruf/angka.
Bagian kedua merupakan sebuah sistem yang dibentuk dengan
mikrokontroler yang ditempelkan dibalik panel LCD, berfungsi mengatur
tampilan informasi serta berfungsi mengatur komunikasi M1632 dengan
mikrokontroler yang memakai tampilan LCD itu. Dengan demikian pemakaian
M1632 menjadi sederhana, sistem lain yang menggunakan M1632 cukup
mengirimkan kode-kode ASCII dari informasi yang ditampilkan seperti layaknya
memakai sebuah printer.
29
Gambar 24. LCD Modul Seiko M1632
Sumber : Seiko Instruments GmbH. Liquid Crystal Display Modules Datasheet Seiko M1632
Untuk berhubungan dengan mikrokontroler pemakai, M1632 dilengkapi
dengan 8 jalur data ( DB0...DB7 ) yang dipakai untuk menyalurkan kode ASCII
maupun perintah pengatur kerjanya M1632. Selain itu dilengkapi pula dengan E,
R/W dan RS seperti layaknya komponen yang kompatibel dengan mikroprosesor.
Kombinasi sinyal E dan R/W merupakan sinyal standard pada komponen buatan
Motorola. Sebaliknya sinyal-sinyal dari kontroller merupakan sinyal khas Intel
dengan kombinasi sinyal WR dan RD.
RS, singkatan dari Register Select, dipakai untuk membedakan jenis data
yang dikirim ke M1632, kalau RS=0 data yang dikirim adalah perintah untuk
mengatur kerja M1632, sebaliknya kalau RS=1 data yang dikirim adalah kode
ASCII yang ditampilkan.
Demikian pula saat pengambilan data, saat RS=0 data yang diambil dari
M1632 merupakan data status yang mewakili aktivitas M1632, dan saat RS=1
maka data yang diambil merupakan kode ASCII dari data yang ditampilkan.
3.7. Blog Diagram
Adapun blog diagram alat yang akan dirancang adalah sebagai berikut:
30
Gambar 25. Blog diagram
Penggunaan personal komputer (PC) pada alat ini hanya digunakan pada
saat memasukkan program yang telah dibuat kedalam mikrokontroler pada alat.
31
BAB IV
HASIL PERENCANAAN
4.1. Gambaran Umum Alat
Alat ini di desain untuk digunakan pada mobil, yang fungsinya untuk
menghindari terjadinya benturan antara mobil yang dikendarai dengan mobil atau
kendaraan yang lainnya. Sensor yang digunakan adalah sensor ultrasonik yang
dipasang pada bagian depan dan belakang mobil.
Alat ini dilengkapi dengan tampilan LCD sebagai penampil informasi
sensor mana yang sedang aktif, selain itu alat ini juga dilengkapi dengan sistem
alarm yang fungsinya sebagai tanda peringatan kepada pengemudi. Meskipun
salah satu sensor yang aktif, sistem alarm akan tetap berbunyi.
4.2. Perakitan
4.2.1. Pemasangan sensor pada kendaraan
Pemasangan sensor ultrasonik pada bagian depan kendaraan adalah
diantara lampu kepala kendaraan, tepat ditengah-tengahnya. Adapun gambar
penempatan sensor ultrasonik pada bagian depan kendaraan dapat dilihat pada
gambar 26.
Gambar 26. Penempatan sensor depan
32
Sensor Ultrasonik
Sedangkan pemasangan sensor ultrasonik pada bagian belakang kendaraan
adalah dipasang diantara lampu rem atau lampu parkir kendaraan, tepat ditengah-
tengahnya. Adapun gambar penempatan sensor ultrasonik pada bagian belakang
kendaraan dapat dilihat pada gambar 27.
Gambar 27. Penempatan sensor belakang
4.2.1. Penempatan rangkaian kontrol
Penempatan rangkaian kontrol terletak pada dashboard kendaraan tepat
didepan pengemudi tanpa menghalangi pandangan dalam berkendara. LCD
terletak pada bagian atas box rangkaian sehingga pengemudi dapat melihat
tampilan informasi dari sensor ultrasonik.
Gambar 28. Penempatan box rangkaian
33
Sensor Ultrasonik
Box RangkaianLCD
Sedangkan alarm terletak didalam box rangkaian, sehingga pengemudi
dapat mendengar dengan jelas peringatan yang diberikan.
Gambar 29. Box Rangkaian
4.3. Hasil Perencanaan
4.3.1. Gambar Keseluruhan Sistem
Supply tegangan yang dibutuhkan pada rangkaian kontrol sistem ini
adalah sebesar 5 volt. Sedangkan suplai tegangan yang ada pada accu mobil
adalah sebesar 24 volt. Namun, rangkaian kontrol sistem ini dilengkapi dengan
dioda penyearah tegangan dan regulator 7805 sehingga besarnya suplai tegangan
dari accu mobil tidak mempengaruhi sistem dikarenakan tegangan keluaran dari
regulator 7805 tetap sebesar 5 volt. Dioda penyearah tegangan dan regulator 7805
dipasang sebelum memasuki rangkaian kontrol.
Alat ini dirancang menggunakan mikrokontroler tipe Atmega16 dan
diprogram menggunakan bahasa pemrograman C. Sistem alarm akan mulai
berbunyi ketika sensor ultrasonik depan maupun belakang mendeteksi jarak 1
meter dari kendaraan lain. Semakin dekat sensor dengan kendaraan lain, maka
alarm akan berbunyi semakin keras. Sehingga pengemudi dapat mengendalikan
jarak kendaraan yang dikendarainya dengan kendaraan lain.
34
Gambar 30. Rangkaian keseluruhan sistem kontrol
35
4.3.2. Ganbar Layout PCB
Adapun gambar layout PCB dari rangkaian kontrol sistem dapat dilihat
pada gambar 31 berikut ini.
Gambar 31. Layout PCB double layer
4.4. Cara Kerja Sistem
Sistem ini digunakan dan akan aktif jika suplai tegangan rangkaian sistem
dihidupkan dan tombol start di tekan sehingga sistem akan aktif bekerja. Jika
tidak maka sistem tidak akan bekerja. Setelah suplai tegangan di aktifkan dan
tombol start ditekan maka sistem akan bekerja secara otomatis, sesuai dengan
perintah yang telah diberikan lewat program yang telah dibuat.
Sensor ultrasonik yang digunakan ada dua buah, yaitu pada depan mobil
dan belakang mobil, jika salah satu sensor aktif atau mendeteksi range jarak yang
36
telah ditentukan maka alarm akan aktif dan lcd akan menampilkan sensor mana
yang aktif dan menampilkan jarak yang terukur.
Sistem alarm akan mulai berbunyi ketika salah satu sensor atau kedua
sensor ultrasonik tersebut mendeteksi jarak 30 cm. Semakin dekat jarak sensor
dengan obyek maka di LCD akan tampil angka yang ditunjukkan dengan satuan
centimenter, sehingga pengemudi dapat mulai berhati-hati ketika alarm mulai
berbunyi.
37
38
Tekan tombol Start
Apakah tombol
Start sudah ditekan?
Mikrokontoler mengirim pulsa positif ke sensor
Sensor mengirimkan sinyal ultrasonik 40 KH
Sensor menerima sinyal pantul
Apakah sensor
mendapat sinyal pantul?
Sensor mengirim data ke mikrokontroler
Data jarak ditampilkan di LCD
Jarak < 30cm
Apakah jarak sensor < 30cm?
Sound aktif
SELESAI
ya
ya
ya
tidak
tidak
Sound tidak aktif
tidak
MULAI
Gambar 32. Diagram alir sensor ultrasonik
Berikut script program pada software code vision AVR yang dipakai untuk
perencanaan:
/*****************************************************This program was produced by theCodeWizardAVR V1.24.8d ProfessionalAutomatic Program Generator© Copyright 1998-2006 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l.http://www.hpinfotech.com
Project : Perencanaan Mesin OtomotifVersion : 1.0 Date : 09/08/2009Author : Puhawang Company : Mesin Comments: semangattttttt!!!!!
Chip type : ATmega16Program type : ApplicationClock frequency : 11,059200 MHzMemory model : SmallExternal SRAM size : 0Data Stack size : 256*****************************************************/
#include <mega16.h>#include <lcd.h>#include <stdio.h>#include <delay.h>
#define tombol_start PINB.0#define sound PORTC.0#define ultra_rx PINC.1 #define ultra_tx PORTC.2
// Alphanumeric LCD Module functions#asm .equ __lcd_port=0x12 ;PORTD#endasm
// Declare your global variables herechar buffer_LCD[16],data_ultra,pwm_sound,jarak;float data_jarak;
void suara() { jarak=30; delay_ms(50); }
void baca_ultra() {
ultra_tx=1; //kirim triger ke ultra 1delay_us(10);ultra_tx=0;
39
while (ultra_rx==0); //tunggu ampe terima pulsa echo transisi low ke highTCNT0=0;while (ultra_rx==1); //tunggu ampe terima pulsa echo transisi high ke low data_ultra=TCNT0; //data sensor ultrasonik
delay_ms(15); }
void konfersi_data_ultra(){
data_jarak=-0.614+0.100*data_ultra;}
void tampilan_pembuka(char flash *text_in, char row,unsigned int time){char i;for (i=0;i<16;i++) { lcd_gotoxy(i,row); lcd_putchar(text_in[i]); delay_ms(time); }}
void main(void){// Declare your local variables here
// Input/Output Ports initialization// Port A initialization// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTA=0x00;DDRA=0x00;
// Port B initialization// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=P PORTB=0x01;DDRB=0x00;
// Port C initialization// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=Out Func1=In Func0=Out // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=0 State1=T State0=0 PORTC=0x00;DDRC=0x05;
// Port D initialization// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In // State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T PORTD=0x00;DDRD=0x00;
// Timer/Counter 0 initialization// Clock source: System Clock// Clock value: 10,800 kHz// Mode: Normal top=FFh// OC0 output: Disconnected
40
TCCR0=0x05;TCNT0=0x00;OCR0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization// Clock source: System Clock// Clock value: Timer 1 Stopped// Mode: Normal top=FFFFh// OC1A output: Discon.// OC1B output: Discon.// Noise Canceler: Off// Input Capture on Falling Edge// Timer 1 Overflow Interrupt: Off// Input Capture Interrupt: Off// Compare A Match Interrupt: Off// Compare B Match Interrupt: OffTCCR1A=0x00;TCCR1B=0x00;TCNT1H=0x00;TCNT1L=0x00;ICR1H=0x00;ICR1L=0x00;OCR1AH=0x00;OCR1AL=0x00;OCR1BH=0x00;OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization// Clock source: System Clock// Clock value: Timer 2 Stopped// Mode: Normal top=FFh// OC2 output: DisconnectedASSR=0x00;TCCR2=0x00;TCNT2=0x00;OCR2=0x00;
// External Interrupt(s) initialization// INT0: Off// INT1: Off// INT2: OffMCUCR=0x00;MCUCSR=0x00;
// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initializationTIMSK=0x00;
// Analog Comparator initialization// Analog Comparator: Off// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: OffACSR=0x80;SFIOR=0x00;
// LCD module initializationlcd_init(16);
tampilan_pembuka("Assalamu'alaikum",0,50); tampilan_pembuka("----PUHAWANG----",1,50);
41
while (tombol_start==1); while (1) { // Place your code here konfersi_data_ultra(); lcd_clear(); sprintf(buffer_LCD,"Jarak: %3.2f Cm",data_jarak); lcd_puts(buffer_LCD); if (data_jarak<jarak) sound=1; else pwm_sound=0; if (sound==1) { sprintf(buffer_LCD,"Sound: aktif"); lcd_gotoxy(0,1); lcd_puts(buffer_LCD); } else { sprintf(buffer_LCD,"Sound : diam"); lcd_gotoxy(0,1); lcd_puts(buffer_LCD); } };}
42
4.5. Estimasi Dana
Setelah melakukan survei harga dari beberapa toko elektronik di kota
Malang, maka berikut ini adalah kisaran harga per ítem untuk membuat sebuah
unit sensor jarak yang digunakan pada mobil sebagai usaha preventif menghindari
tabrakan saat antrian.
Tabel 2. Estimasi DanaNo Uraian Vol Satuan Harga /Unit Jumlah
1 Resistor ¼ watt 20 Buah Rp. 100,- Rp. 2.000,-
2 Kapasitor 5 Buah Rp. 600,- Rp. 3.000,-
3 Dioda 3 Buah Rp. 500,- Rp. 1.500,-
4 Transistor tip41 1 Buah Rp. 3.000,- Rp. 3.000,-
5 Kiprok 1 Buah Rp. 1.500,- Rp. 1.500,-
6 Regulator 7805 1 Buah Rp. 2.500,- Rp. 2.500,-
7 Transistor 3055 1 Buah Rp. 9.000,- Rp. 9.000,-
8 74HCT541 1 Buah Rp. 6.000,- Rp. 6.000,-
9 Soket IC 20 Pin 1 Buah Rp. 800,- Rp. 800,-
10 X-tal 1 Buah Rp. 2.000,- Rp. 2.000,-
11 Push button 2 Buah Rp. 500,- Rp. 1.000,-
12 AT mega 16 1 Buah Rp. 64.000,- Rp. 64.000,-
13 Soket IC 40 Pin 1 Buah Rp. 1.000,- Rp. 1.000,-
14 Optocoupler 4n25 1 Buah Rp. 3.000,- Rp. 3.000,-
15 Soket IC 6 Pin 1 Buah Rp. 500,- Rp. 500,-
16 L C D 1 Buah Rp. 70.000,- Rp . 70.000,-
17 Dip plug 10 pin 1 Buah Rp. 1.200,- Rp. 1.200,-
18 Dip plug 6 pin 2 Buah Rp. 1.000,- Rp. 2.000,-
19 Dip plug 4 pin 4 Buah Rp. 800,- Rp. 3.200,-
20 Dip plug 2 pin 2 Buah Rp. 500,- Rp. 1.000,-
21 Kabel 6 pin 10 Meter Rp. 2.000,- Rp. 20.000,-
22 Sensor Ultrasonik 2 Buah Rp. 350.000,- Rp. 700.000,-
23 PCB 7x10 cm 1 Buah Rp . 30.000,- Rp. 30.000,-
43
24 Speaker 1 Buah Rp. 50.000,- Rp . 50.000,-
25 DB25 konektor 1 Buah Rp. 5.000,- Rp . 5.000,-
26 Led indikator 5 Buah Rp. 500,- Rp. 2.500,-
27 Jek konektor 2 Buah Rp. 1.000,- Rp. 2.000,-
28 Timah solder 1 Rol Rp. 20.000,- Rp. 20.000,-
Jumlah Rp . 1.006.700,-
Jadi untuk dapat membuat alat ini, total dana yang dikeluarkan sebesar Rp.
1.006.700,-
44
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Alat ini dirancang menggunakan mikrokontroler tipe Atmega16 karena
banyak tersedia di pasaran dan diprogram menggunakan bahasa pemrograman C.
Sistem alarm akan mulai berbunyi ketika sensor ultrasonik depan maupun
belakang mendeteksi jarak 1 meter dari kendaraan lain. Semakin dekat sensor
dengan kendaraan lain, maka alarm akan berbunyi semakin keras. Sehingga
pengemudi dapat mengendalikan jarak kendaraan yang dikendarainya dengan
kendaraan lain.
Pemasangan sensor ultrasonik pada bagian depan kendaraan adalah
diantara lampu kepala kendaraan. Sedangkan pemasangan sensor ultrasonik pada
bagian belakang kendaraan adalah dipasang diantara lampu rem atau lampu parkir
kendaraan.
Penempatan rangkaian kontrol terletak pada dashboard kendaraan tepat di
depan pengemudi tanpa menghalangi pandangan dalam berkendara. LCD terletak
pada bagian atas box rangkaian sehingga pengemudi dapat melihat tampilan
informasi dari sensor ultrasonik. Sedangkan alarm terletak didalam box rangkaian,
sehingga pengemudi dapat mendengar dengan jelas peringatan yang diberikan.
Untuk dapat membuat alat ini, total dana yang dikeluarkan sebesar Rp.
1.006.700,-
45
5.2. Saran
Kepada teman-teman yang akan membuat sensor jarak dan indikatornya
sebagai usaha preventif menghindari tabrakan saat antrian, pemilihan bahan
setidaknya melihat dari perencanaan yang penulis buat dikarenakan bahan-bahan
yang direncanakan di atas adalah bahan yang banyak ditemukan di pasaran dan
bahan-bahan sudah dihitung menurut perhitungan elektronika sehingga kesalahan
sangatlah minim. Dalam perawatan sensor jarak ini harap diperhatikan sistem
kelistrikannya dan jika terdapat error maka dapat di program ulang menggunakan
komputer (PC) melalui port downloader.
46
DAFTAR PUSTAKA
Seiko Instruments GmbH. Liquid Crystal Display Modules Datasheet Seiko
M1632
Sendari, Siti. 2001. Sensor dan Transduser. Malang: Departemen Pendidikan
qqqNasional Universitas Negeri Malang Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro.
Sigit, Riyanto. 2007. Robotika, Sensor dan Aktuator. Yogyakarta: Graha Ilmu
Williams, Jon.2002. Using the Devantech SRF04 Ultrasonic Range Finder,
(http://www.robotstorehk.com/srf04tech.pdf) diakses 20 Januari 2009.
(http://www.datasheetcatalog.com) diakses 20 Januari 2009.
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77