242
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT Nama Mahasiswa : Retno Palupi NRP : 31 10 100 130 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Konsultasi : Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka DEA. Ir. Heppy Kristijanto, MS Abstrak Gedung Syariah Tower Universitas Airlangga setinggi 20 lantai (± 85,00 m) terletak di zona gempa sedang. Ditinjau berdasarkan konfigurasi gedung, gedung ini termasuk gedung yang tidak beraturan sehingga harus didesain dengan analisa respon dinamik.. Sistem yang digunakan dalam perencanaan gedung ini adalah Sistem Ganda yang mana beban gravitasi dipikul oleh Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dan gaya lateral dipikul oleh Sistem Dinding Struktur Biasa (SDSB) beton tanpa detailing khusus. Keseluruhan struktur direncanakan menggunakan beton bertulang. Struktur beton bertulang dipilih karena dianggap kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran, maupun beban angin (Asroni, 2010). Diatas pintu masuk (entrance) terdapat balok dengan bentang 16,00 m. Balok tersebut didesain menggunakan balok baja komposit berselubung beton. Struktur komposit ini dipilih karena memiliki kemampuan untuk menopang panjang bentang yang lebih besar (Salmon,1991).

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER …repository.its.ac.id/82046/1/3110100130-Undergraduate... · 2020. 9. 25. · PPIUG 1983, and SNI 03-1729-2002. Key word : Dual System,

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH

    TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA

    MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN

    BAJA-BETON KOMPOSIT

    Nama Mahasiswa : Retno Palupi

    NRP : 31 10 100 130

    Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS

    Dosen Konsultasi : Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Raka DEA.

    Ir. Heppy Kristijanto, MS Abstrak

    Gedung Syariah Tower Universitas Airlangga setinggi 20

    lantai (± 85,00 m) terletak di zona gempa sedang. Ditinjau

    berdasarkan konfigurasi gedung, gedung ini termasuk gedung

    yang tidak beraturan sehingga harus didesain dengan analisa

    respon dinamik..

    Sistem yang digunakan dalam perencanaan gedung ini

    adalah Sistem Ganda yang mana beban gravitasi dipikul oleh

    Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) dan gaya

    lateral dipikul oleh Sistem Dinding Struktur Biasa (SDSB) beton

    tanpa detailing khusus. Keseluruhan struktur direncanakan

    menggunakan beton bertulang. Struktur beton bertulang dipilih karena dianggap kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi,

    getaran, maupun beban angin (Asroni, 2010).

    Diatas pintu masuk (entrance) terdapat balok dengan

    bentang 16,00 m. Balok tersebut didesain menggunakan balok

    baja komposit berselubung beton. Struktur komposit ini dipilih

    karena memiliki kemampuan untuk menopang panjang bentang

    yang lebih besar (Salmon,1991).

  • Pedoman yang digunakan adalah SNI 03-2847-2013

    tentang Tata Cara Perhitungan Beton untuk Bangunan Gedung,

    SNI 03-1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan

    Gempa untuk Bangunan Gedung, PPIUG 1983 mengenai

    Peraturan Pembebanan, dan SNI 03-1729-2002 tentang Tata

    Cara Perhitungan Baja.

    Kata kunci : Beton bertulang, Baja komposit berselubung

    beton, Sistem Ganda

  • Design of Airlangga University’s Building, Syariah Tower, Using Reinforcement Concrete

    and Composite Beam

    Student Name : Retno Palupi NRP : 3110100130 Department : Civil Engineering ITS Academic Supervisor :Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu

    Raka, DEA. Ir. Heppy Kristijanto, MS Abstract

    Design of Airlangga University’s building, Syariah Towes, was as high as 20 stories (±85,00 m) located on medium earthquake zone. Based on its building configuration, this building was included into a uniform structure so that it must be designed using dinamic respons analysis.

    The system that was used on this design was Dual System where the gravitation load was accepted by Intermediate Moment Frame Bearer System and the lateral load was accepted by Ordinary Structure Wall System concrete without any spesific detailing. All of structures were designed with common reinforcement concrete. Reinforcement concrete was chosen because it was strong to arrest the earthquake load, vibration, or wind load (Asroni, 2010).

    There are beams on the entrance with 16 m of length. The beams were designed with compoite beam. The composite structure that were chosen was enchased beam composite. The composite structure was used because of its capability to sopport longer beam (Salmon,1991).

  • The design of bulding with Intermediate Moment Frame Bearer System with eartquake zone of Surabaya, zone 3 (three), was designed with the earthquake resistant building rules, such as SNI 03-2847-2013, SNI 03-1729-2012, SNI 03-1726-2002, PPIUG 1983, and SNI 03-1729-2002.

    Key word : Dual System, Enchased Beam, Reinforcement Concrete

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Umum

    Perencanaan Gedung Syariah Tower ini menggunakan

    perhitungan Sistem Ganda SRPMM dan Dinding Struktur.

    Penggunaan SRPMM karena lokasinya terletak pada zona gempa

    sedang. Perhitungan beban gempa menggunakan analisa respons

    dinamik karena bentuk gedungnya yang tidak simetri dengan

    tinggi gedung +85 meter (20 lantai) dari muka tanah. Keseluruhan

    struktur gedung menggunakan struktur beton bertulang dengan

    struktur baja-beton komposit pada balok diatas entrance. Pondasi

    gedung ini menggunakan pondasi grup tiang pancang. Bab ini

    membahas tentang teori dari beberapa literatur yang akan

    digunakan untuk mengerjakan tugas akhir.

    2.2 Peraturan Perancangan

    Peraturan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini antara

    lain :

    1. SNI 03-2847-2013 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

    2. SNI 1726-2012 Struktur Gedung Tahan Gempa. 3. Pedoman Perancangan Pembebanan Indonesia untuk Rumah

    dan Gedung (PPIUG) 1983.

    4. SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Baja.

    2.3 Pembebanan

    Jenis beban yang diperhitungkan dalam perancangan ini

    adalah sebagai berikut

    1. Beban Mati Beban mati terdiri dari berat struktur sendiri, dinding, pelat,

    dan berat finishing arsitektur (PPIUG 1983) yang tertera

    pada Tabel 3.1.

  • 6

    2. Beban Hidup Beban hidup untuk struktur ini adalah 250 kg/m

    2 untuk

    beban hidup pada lantai ruang kuliah dan 100 kg/m2

    untuk

    beban hidup pada atap (PPIUG 1983).

    3. Beban Gempa Sesuai dengan standar SNI-03-1726-2012, peluang

    dilampauinya beban dalam kurun waktu umur bangunan 50

    tahun adalah 2 persen dan gempa yang menyebabkan kondisi

    tersebut disebut Gempa Rencana (dengan periode ulang 2500

    tahun). Nilai faktor modifikasi respons struktur dapat

    ditetapkan sesuai dengan perencanaan. Untuk eksentrisitas

    sesungguhnya dalam mm diukur dari denah antara titik

    massa struktur di atas pemisahan isolasi dan titik pusat

    kekauan sistem isolasi, ditambah dengan eksentrisitas tak

    terduga dalam mm, diambil sesbesar 5 persen dari ukuran

    maksimumbangunan tegak lurus dengan arah gaya yang

    ditinjau.

    Koefisien respons seismik, Cs, harus ditentukan sesuai

    dengan persamaan berikut :

    Cs =

    (

    ) (SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1)

    Nilai Cs yang dihitung tidak perlu melebihi berikut ini :

    Cs =

    (

    ) (SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.3)

    Cs harus tidak kurang dari :

    Cs 0,044SDSIe ≥ 0,01 (SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.4)

    Geser dasar seismik, V, dalam arah yang ditetapkan harus

    ditentukan sesuai dengan persamaan berikut :

    V= Cs x W (SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1)

  • 7

    dimana :

    Cs = koefisien respons seismik yang ditentukan sesuai

    denganSNI 03-1726-2012 pasal 7.8.1.1.

    W = berat seismik efektif menurut SNI 03-1726-2012

    pasal 7.7.2.

    Jika kombinasi respons untuk gaya dasar ragam (Vt)

    lebih kecil 85 persen dari gaya geser dasar (V) menggunakan

    prosedur gaya lateral ekivalen, maka gaya harus dikalikan

    0,85V/Vt (SNI 03-1726-2012 pasal 7.9.4.1 )

    Kombinasi pembebanan yang digunakan sesuai dengan

    SNI 03-2847-2013 Pasal 9.2.1 yang terdiri dari tujuh jenis

    kombinasi berikut ini :

    1. U = 1.4 D 2. U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 ( Lr atau R ) 3. U = 1,2 D + 1,6(Lr atau R) + (1,0L atau 0,5W) 4. U = 1,2 D + 1,0 W + 1,0L + 0,5 (Lr atau R) 5. U = 1,2 D + 1,0 E +1,0 L 6. U = 0,9 D + 1,0 W 7. U = 0,9D + 1,0E

    Dimana :

    U = Beban Ultimate

    D = Beban mati

    L = Beban hidup

    E = Beban Gempa

    A = Beban Atap

    R = Beban hujan

    W = Beban angin

    2.4 Sistem Struktur

    2.4.1 Bentuk struktur gedung Berdasarkan SNI 03-1726-2012, terdapat beberapa

    penggolongan keteraturan gedung. Adapun penggolongannya

    sebagai berikut :

  • 8

    Struktur Gedung Beraturan Struktur gedung beraturan harus memenuhi ketentuan SNI 03-

    1726-2002 pasal 7.3.2. Pengaruh gempa rencana struktur gedung

    ini ditinjau sebagai pengaruh beban gempa statik ekuivalen.

    Struktur Gedung Tidak Beraturan Struktur gedung tidak beraturan diatur menggunakan pembebanan

    gempa dinamik. Sehingga menggunkan analisa respons dinamik.

    Struktur gedung dalam Tugas Akhir ini merupakan

    struktur gedung yang tidak beraturan karena tidak memenuhi

    persyaratan SNI 03-1726-2002 pasal 7.3.2 tentang struktur

    gedung tidak beraturan, sehingga perlu analisa respons dinamik.

    2.4.2 Sistem struktur gedung Sistem struktur yang digunakan harus memperhatikan

    faktor daya tahan terhadap gempa sesuai dengan SNI 03-1726-

    2012. Terdapat 3 jenis Sistem Rangka Pemikul Momen (SRPM)

    sesuai dengan wilayah gempa. Pembagian SRPM tersebut adalah

    sebagai berikut (Purnowo, 2003):

    1. Wilayah gempa 1 dan 2 (Resiko Gempa Rendah). Desain menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa

    (SRPMB) dan dinding struktur dengan beton biasa.

    2. Wilayah gempa 3 dan 4 (Resiko Gempa Sedang). Desain menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen

    Menengah (SRPMM) dan Sistem Dinding Struktur Biasa

    (SDSB) dengan beton tanpa detailing khusus.

    3. Wilayah gempa 5 dan 6 (Resiko Gempa Tinggi). Desain menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus

    (SRPMK) dan Sistem Dinding Struktur Khusus (SDSK)

    dengan beton khusus.

    Gedung Syariah Tower berlokasi di Surabaya yang

    merupakan wilayah dengan Resiko Gempa sedang, sehingga

    analisanya menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen

    Menengah (SRPMM) dengan Sistem Dinding Struktur Biasa

    (SDSB) dengan beton tanpa detailing khusus.

  • 9

    2.5 Perhitungan Struktur 2.5.1 Pelat 2.5.1.1 Perhitungan tulangan lentur pelat Tahapan – tahapan perhitungan tulangan lentur pelat

    adalah sebagai berikut :

    1. Menentukan data – data perencanaan serta momen ultimate. Kriteria perencanaan lentur adalah Mn ≥ Mu mengikuti

    persyaratan SNI-03-2847-2013 pasal 9.3.1. Untuk

    menghitung momen pada pelat, maka digunakan tabel PBI

    1971, Mu = 0.001 . qu . Lx2 . X, dimana X = Ly/Lx

    2. Menentukan batasan harga perbandingan tulangan berdasarkan SNI-03-2847- 2013 pasal 7.6.5

    Rasio tulangan minimum dibatasi sebesar :

    = 0,018

    Rasio tulangan maksimum dibatasi sebesar :

    = 0,75 b

    Rasio tulangan berimbang

    b = y

    c

    f

    xfx 1'85,0 x

    yf600

    600

    dimana :

    b = rasio tulangan berimbang '

    cf = Kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa)

    yf = tegangan leleh baja (MPa)

    3. Menghitung rasio tulangan yang dibutuhkan menggunakan rumus berikut:

    m = '85,0 c

    y

    fx

    f

    Rn = 2.db

    Mn

    min

    maks

  • 10

    Maka didapatkan :

    perlu =

    yf

    Rnxm

    m

    211

    1

    Syarat < perlu <

    4. Menghitung luas tulangan yang dibutuhkan menggunakan rumus:

    As = perlu x b x d

    Dengan spasi antar tulangan :

    tulangan utama harus berjarak ≤ 3 x tebal pelat

    atau ≤ 450 mm

    2.5.1.2 Kontrol retak pelat

    Untuk menghindari retak-retak beton di sekitar baja

    tulangan, maka penggunaan tulangan lentur dengan kuat leleh

    melebihi 300 MPa perlu dilakukan kontrol terhadap retak sesuai SNI

    03-2847-2013 Pasal 10.6.4.

    Z = fs 3 cd A

    dengan :

    Z ≤ 30.000 N/mm untuk penampang dalam ruangan,

    Z ≤ 25.000 N/mm untuk di luar ruangan,

    fs = tegangan dalam tulangan yang dihitung pada kondisi beban

    kerja, boleh diambil sebesar 0,60 fy (MPa)

    dc = tebal selimut beton diukur dari serat tarik terluar ke pusat

    batang tulanganatau kawat yang terdekat (mm),

    n

    bdA c

    2

    A = luas efektif beton tarik di sekitar tulangan lentur tarik dibagi

    dengan jumlah n batang tulangan atau kawat (mm2)

    min maks

  • 11

    2.5.2 Balok 2.5.2.1 Perhitungan tulangan lentur balok

    Langkah – langkah perhitungan tulan lentur balok adalah

    sebagai berikut :

    1. Menentukan batasan harga perbandingan tulangan sesuai SNI 03-2847-2013 pasal 10.3.3.

    Rasio tulangan minimum dibatasi sebesar :

    = yf

    4,1 dan

    y

    c

    f

    f

    4

    '

    Rasio tulangan maksimum dibatasi sebesar :

    = 0,75 b

    Rasio tulangan berimbang

    b = y

    c

    f

    xfx 1'85,0 x

    yf600

    600

    dimana :

    b = rasio tulangan berimbang

    1 = 0,85 untuk f’c17 - 28 Mpa

    1 = 0,85 – 0,08 ( f’c – 30 ) untuk f’c > 28 Mpa

    Nilainya berkurang 0,05 untuk setiap kenaikan 7 MPa

    dari fc’>28 MPa (SNI 03-2847-2013 pasal 10.2.7.3) '

    cf = Kuat tekan beton yang disyaratkan, Mpa

    (Purwono, Rahmat,Perencanaan Struktur

    Beton Bertulang Tahan Gempa)

    yf = tegangan leleh baja, Mpa

    min

    maks

  • 12

    2. Menghitung rasio tulangan yang dibutuhkan

    m = '85,0 c

    y

    fx

    fRn =

    2.db

    Mn

    Maka didapatkan :

    perlu =

    yf

    Rnxm

    m

    211

    1

    Syarat < perlu <

    3. Menghitung luas tulangan yang dibutuhkan sesuai SNI 03-2847-2013 pasal 7.6.5

    As = perlu

    x b x d

    dengan spasi antar tulangan :

    tulangan utama harus berjarak ≤ 3 x tebal pelat

    atau ≤ 450 mm

    2.5.2.2 Perhitungan tulangan geser dan torsi balok

    Penulangan geser Perencanaan penampang geser harus didasarkan sesuai

    SNI 03-2847-2013 pasal 11.1.1 persamaan 11-1 yaitu harus

    memenuhi ФVn ≥ Vu, dimana :

    Vn = kuat geser nominal penampang

    V u = kuat geser terfaktor pada penampang

    Ф = reduksi kekuatan untuk geser = 0,75

    (SNI 03-2847-2013 pasal 9.3)

    Kebutuhan terhadap tulangan geser mengikuti beberapa

    kriteria yang di jabarkan dalam tabel tabel kriteria kebutuhan

    tulangan geser dibawah ini :

    min maks

  • 13

    Tabel 2.1 Kriteria kebutuhan tulangan geser

    (SNI 03-2847-2013 pasal 11)

    Kuat geser nominal dari penampang merupakan sumbangan kuat

    geser beton (Vc) dan tulangan (Vs)

    Vn =VC+VS (SNI 03-2847-2013 pasal 11.1.1 persamaan 11-2)

    dbfVc wc ..'17.0

    (SNI 03-2847-2013 pasal 11.2.1.1 persamaan 11-3)

    Perencanaan penampang terhadap geser harus didasarkan pada :

    un VV (SNI 03-2847-2002 pasal 11.1)

  • 14

    Vn = Vc +Vs

    dimana :

    Vu = geser terfaktor pada penampang yang ditinjau

    Vn = kuat geser nominal

    Vc = kuat geser beton

    Vs = kuat geser nominal tulangan geser

    Perencanaan penampang terhadap torsi :

    uT nT

    (SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.3.5 pers.11-20)

    Tulangan sengkang untuk puntir :

    `cot

    ...2

    s

    fAAT

    yto

    n

    (SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.3.6 pers.11-21)

    dimana :

    Tu = momen torsi terfaktor

    Tn = kuat momen torsi

    Tc = kuat torsi nominal yang disumbang oleh beton

    Ts = kuat momen torsi nominal tulangan geser

    A0= luas bruto yg dibatasi oleh lintasan aliran geser, mm2

    Penulangan torsi Pengaruh torsi harus diperhitungkan apabila

    cp

    cpc

    up

    AfT

    2

    12

    '

    (SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.1)

    Untuk struktur statis tak tentu, harga Tu boleh diambil sebesar :

  • 15

    cp

    cpc

    up

    AfT

    2

    3

    '

    (SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2.2)

    Kontrol penampang Penampang menurut SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.3.1,

    dikatakan cukup bila :

    3

    '2

    7,1

    .2

    2

    2

    c

    w

    c

    oh

    hu

    w

    uf

    dxb

    Vx

    Ax

    pT

    dxb

    V

    Tulangan sengkang torsi

    cot2 xtfxAx

    T

    s

    A

    yo

    ut

    (SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.3.6)

    dimana : = 45o dan cot = tan

    1

    Sehingga sengkang untuk menahan geser dan torsi

    adalah sebagai berikut:

    s

    xA

    s

    A tv 2

    Sedangkan tulangan sengkang minimum :

    yv

    w

    yv

    wtv

    fx

    b

    fx

    bxfc

    s

    Ax

    s

    A

    31200

    '752

    (SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.5.2)

  • 16

    Tulangan torsi longitudinal Luas tulangan Longitudinal tambahan berdasarkan SNI 03-2847-2013

    pasal 11.5.3.7

    2cotxf

    fxpx

    s

    AA

    yl

    yv

    h

    l

    l

    (SNI 03-2847-2013 pasal 11.5.3.7)

    Minimum tulangan torsi memanjang :

    yl

    yv

    h

    yl

    cp

    lf

    fxpx

    s

    At

    fx

    AxfcA

    12

    '5(min)

    (SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.5.3)

    dengan yv

    wt

    fx

    b

    s

    A

    6

    2.5.3 Kolom 2.5.3.1 Pembesaran momen Untuk Pembesaran Momen, Portal bergoyang atau

    dianggap tidak bergoyang dapat ditentukan dari nilai indeks

    Stabilitas menurut SNI 03-2847-2013 pasal 10.10.5.

    05,0

    cu

    ou

    lxV

    xPQ portaltidak bergoyang

    (SNI 03-2847-2013 pasal 10.10.5.2 Persamaan 10-10)

    Pada kolom tidak bergoyang, pengaruhkelangsingan boleh

    diabaikan bila :

    402

    11234

    M

    M

    r

    xk u

    (SNI 03-2847-2013 pasal 10.10.1.b)

    dimana :

  • 17

    untuk portal tidak bergoyang k = 1

    M1 dan M2 adalah momen terfaktor pada ujung - ujung

    kolom dan harga r sebesar 0,3x h

    2.5.3.2 Penulangan lentur dan tekan Momen biaksial dirubah menjadi momen uniaksial

    ekivalen :

    Untuk uyM > uxM , maka :

    1

    b

    hMMM uxuyoy dengan menaksir = 0,65

    2.5.3.3 Penulangan geser kolom Kuat geser beton bersamaan dengan adanya aksial tekan

    berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 11.2.1.2. Kuat geser beton

    bersamaan dengan adanya aksial tekan adalah :

    dbfcAg

    NuVc w'

    14117,0

    (SNI 03-2847-2013 pasal 11.2.1.2)

    Spasi maksimum sengkang untuk kolom menurut SNI 03-

    2847-2013 pasal 7.10.5.2 adalah :

    Smax

    = 16 x dlentur

    Smax

    = 48 x d sengkang

    Smax

    = b

    Spasi sengkang minimum berdasarkan SNI 03-2847-2013

    pasal 11.4.6.3 :

    bila uV < 0,5 cV , maka dipasang sengkang minimum :

    yf

    SbwAv

    3

    .min

    2.5.4 Perencanaan struktur dinding geser 2.5.4.1 Kuat aksial rencana Dihitung berdasarkan SNI 03-2847-2013 pasal 14.5.2

  • 18

    2

    .32

    .1.'..55,0

    h

    lkAfP cgcnw

    2.5.4.2 Pemeriksaan tebal dinding Tebal dinding dianggap cukup bila dihitung memenuhi

    SNI 03-2847-2013 pasal 11.9.3.

    VudxhxfxxxVn c '6

    5

    dimana :

    d = 0,8 lw

    2.6 Struktur Komposit

    Aksi komposit terjadi bila dua batang struktural penumpu

    beban seperti sistem lantai beton dan balok baja penyangga

    (Gambar 2.3(a)) dihubungkan secara menyeluruh dan mengalami

    defleksi sebagai satu kesatuan seperti Gambar 2.3(b) (Salmon,

    1991).

    (a) Balok non komposit yang

    mengalami defleksi

    (b) Balok komposit yang

    mengalami defleksi

    Gambar 2.1 Perbandingan antara balok yang mengalami defleksi

    dengan dan tanpa aksi komposit

  • 19

    2.6.1 Kekuatan lentur balok komposit 2.6.1.1 Transformasi daerah tekan beton menjadi baja

    Gambar 2.2 Transformasi daerah tekan beton menjadi

    baja

    Dimana:

    b = lebar balok (mm)

    btr = lebar balok transformasi (mm)

    Es = modulus elastisitas baja, MPa

    Ec = modulus elastisitas beton, MPa

    √ (SNI 03-1729-2002 pasal 12.3.2)

    W = berat jenis beton, kg/m3

    fc’ = kuat tekan beton, MPa

  • 20

    2.6.1.2 Menentukan garis netral hasil transformasi

    ( ) √( )

    Dimana:

    Yna = garis netral (mm)

    = Luas profil baja + tulangan beton (mm2)

    = Luas profil baja (mm2)

    = Luas tulangan beton (mm2)

    2.6.1.3 Momen inersia penampang hasil transformasi

    (

    )

    Dimana:

    Itr = momen inersia hasil transformasi, mm4

    Ix = momen inersia profil baja, mm4

    2.6.1.4 Modulus penampang hasil transformasi

    Dimana:

    Strc = modulus penampang beton

    Strt = modulus penampang baja

  • 21

    2.6.1.5 Kuat lentur nominal

    2.7 Pondasi

    Pondasi direncanakan menggunakan tiang pancang

    dengan perhitungan daya dukung pondasi berdasarkan Standart

    Penetration Test (SPT).

    Persamaan Luciano Decourt (1982)

    (2.61)

    Dimana: QL = daya dukung tanah maximum pada pondasi

    QP = resistance ultime di dasar pondasi

    QS = resistance ultime akibat lekatan lateral

    ( )

    (2.62)

    (

    )

    (2.63)

    Keterangan :

    NP = harga rata-rata SPT disekitar 4B diatas hingga

    4B dibawah dasar tiang pondasi

    = ∑

    B = diameter dasar pondasi

    K = koefisien karakteristik tanah :

    12 t/m2 = 117.7 kPa (lempung)

    20 t/m2 = 196 kPa (lanau berlempung)

    25 t/m2 = 245 kPa (lanau berpasir)

    40 t/m2 = 392 kPa (pasir)

    AP = luas penampang dasar tiang

    qP = tegangan diujung tiang

  • 22

    NS = harga rata-rata SPT sepanjang tiang yang

    tertanam, dengan batasan 3≤NS≤50

    AS = luas selimut tiang

    qS = tegangan akibat lekatan lateral t/m2

    α dan β = koefisien berdasarkan tipe pondasi dn jenis tanah

    2.7.1. Daya dukung grup tiang pancang

    Di saat sebuah tiang merupakan bagian dalam grup tiang

    pancang, daya dukungnya mengalami modifikasi, karena

    pengaruh dari grup tiang tersebut. Untuk kasus daya dukung

    pondasi, kita harus memperhitungkan sebuah faktor koreksi, yang

    menjadi efisiensi dari grup tiang pancang tersebut (Wahyudi,

    1999).

    QL(grup) = QL(1 tiang) x n x Ce

    Dimana:

    QL = daya dukung tiang pancang

    n = jumlah tiang dalam grup

    Ce = efisiensi grup tiang pancang

    2.7.2 Perumusan efisiensi grup tiang pancang

    1. Conversi – Labarre

    (

    )

    (

    )

    Dimana :

    m = Jumlah baris tiang dalam grup

    n = Jumlah kolom tiang dalam grup

    d = Diameter sebuah tiang pondasi

    s = Jarak as ke as tiang dalam grup

    2. Los Angeles

    ( ( ) ( )

    √ ( )( )

  • 23

    Dimana :

    B = Lebar grup tiang

    L = Panjag grup tiang

    3. Di sisi lain Terzaghi telah memberikan perumusan untuk menghitung daya dukung grup untuk lempung

    ( )

    Dimana :

    D = Kedalaman tiang pondasi

    s = Jarak as ke as tiang dalam grup

    Cu = Kohesi Undrained

    n = Jumlah tiang dalam grup

    d = Diameter tiang

    Untuk grup tiang pancang pada tanah tanpa kohesi, pemakaian

    praktis harga koefisien efisiensi Ce adalah sebagai berikut :

    Pasir lepas : Untuk tiang-tiang pendek

    Ce = 1.5 (untuk s = 2d ) hingga 1 (untuk s = 4d)

    Untuk tiang-tiang panjang

    Ce = 2 (untuk s = 2d ) hingga 1 (untuk s = 6d)

    Pasir padat : Ce =0.7 (untuk s = 3d ) hingga 1 (untuk s = ± 8d)

    2.7.3 Perencanaan pile cap pondasi grup tiang pancang

    Poer atau pile cap berfungsi untuk menerima beban dari

    kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang.

    Pada perencanaan poer perlu kontrol kuat geser pons untuk

    memastikan kuat geser nominal beton harus lebih besar dari geser

    pons yang terjadi. Kuat geser yang disumbangkan beton diambil

  • 24

    yang terkecil berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.12.2.1

    dengan rumus :

    a. (

    )

    (2.70)

    b. (

    )

    (2.71)

    c.

    √ (2.72)

    Keterangan :

    βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari

    daerah beban terpusat

    bo = keliling dari penampang kritis poer

    = 2(bk+d) + 2(hk+d)

    Dengan : bk = lebar penampang kolom

    hk = tinggi penampang kolom

    d = lebar efektif poer

    αs = 40 untuk kolom dalam

    = 30 untuk kolom tepi

    = 20 untuk kolom sudut

    Ketebalan dan ukuran poer harus memenuhi persyaratan :

    (2.73) Dalam perancangan pile cap pada ini penulis meninjau

    gaya geser pons pada penampang kritis dan penulangan akibat

    momen lentur.

    2.7.3.1 Kontrol geser pons

    Pile cap harus mampu menyebarkan beban dar kolom ke

    pondasi, sehingga perlu dilakukan kontrol kekuatan geser ponds

    untuk memastikan bahwa kekuatan geser nominal beton harus

    lebih besar dari geser pons yang terjadi. Perencanaan geser pons

    pada pile cap sesuai ketentuan SNI 2002 Pasal 13.12.2.1. Dalam

    perencanaan tebal pile cap, syarat bahwa kekuatan geser nominal

    beton harus lebih besar dari geser pons yang terjadi.

    (

    )(

    )

  • 25

    Dimana :

    = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek beton dari daerah beban terpusat

    bo = keliling dari penampang kritis pada pile cap

    bo = 2 (bk + d) + 2 (hk + d)

    dengan :

    bk = lebar penampang kolom

    hk = tinggi penampang kolom

    d = tebal efektif pile cap

    2.7.3.2 Penulangan pile cap

    Untuk penulangan lentur, pile cap dianalisa sebagai pelat

    penuh (full plate) menggunakan program bantu analisa struktur.

  • 26

    “Halaman ini sengaja dikosongkan”

  • 27

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Umum

    Sebelum mengerjakan tugas akhir, terlebih dahulu perlu

    dijelaskan mengenai langkah-langkah dalam penyelesaian tugas

    akhir ini. Dimulai dari pengumpulan data, studi literatur,

    preliminary desain, perencanaan struktur sekunder, pembebanan

    struktur utama, analisa dan perencanaan struktur utama, hubungan

    balok kolom, perencanaan sambungan, perencanaan pondasi,

    sampai dengan penggambaran hasil perencanaan.

    3.2 Bagan alir penyelesaian tugas akhir

    Kontrol

    Desain

    Pelat

    Balok Anak

    Balok Leuvel

    Tangga

    Balok Lift

    Balok Induk

    Kolom

    Shear Wall

    MULAI

    Pengumpulan Data

    Studi Literatur

    Preliminary Desain

    Perencanaan Struktur Sekunder

    Pembebanan Struktur Utama

    Analisis dan Perencanaan Struktur Utama

    A

    OK

    Not OK

  • 28

    Gambar 3.1 Bagan Alir Penyelesaian Tugas Akhir

    3.3 Pengumpulan data

    Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data yang

    diperlukan berupa :

    3.3.1 Data umum proyek Nama bangunan : Gedung Syariah Tower Universitas

    Airlangga

    Fungsi bangunan : Gedung perkuliahan

    Tinggi bangunan : ± 112.419 m (dari muka tanah)

    Jumlah lantai : 20 lantai

    Zona gempa : 3

    Perencanaa struktur : Beton bertulang

    3.3.2 Data modifikasi Nama bangunan : Gedung Syariah Tower Universitas

    Airlangga

    Fungsi bangunan : Gedung perkuliahan

    Tinggi bangunan : ± 85 m (dari muka tanah)

    Hubungan Balok Kolom

    A

    Penghitungan Beban

    Daya Dukung Tanah

    Efisiensi Grup Tiang

    Pancang

    Kontrol

    Desain

    Perencanaan Pondasi

    Perencanaan Pile Cap

    Penggambaran Hasil Perencanaan

    SELESAI

    OK Not OK

  • 29

    Jumlah lantai : 20 lantai

    Zona gempa : 3

    Perencanaan struktur :

    Beton bertulang

    Baja-Beton komposit

    3.3.3 Mutu bahan Pada Tugas Akhir ini direncanakan mutu bahan yang

    digunakan adalah sebagai berikut:

    Beton : f’c = 30 MPa

    Baja tulangan : fy = 400 MPa

    Baja profil : BJ 41 (fu = 410 MPa ; fy = 250 MPa)

    3.3.4 Data tanah Data tanah yang digunakan merupakan hasil pengujian

    terhadap daya dukung tanah di wilayah Kampus ITS Sukolilo

    Surabaya oleh Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik

    Sipil ITS.

    3.4. Studi literatur

    Pada tahap ini dilakukan studi guna mencari referensi

    yang berhubungan dengan tugas akhir ini dari beberapa buku

    pustaka, peraturan, dan penelitian terdahulu yang berkaitan

    dengan perencanaan struktur beton bertulang dengan struktur

    baja-beton komposit, diantaranya:

    1. SNI 03-2847-2013 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

    2. SNI 1726-2012 Struktur Gedung Tahan Gempa. 3. Pedoman Perancangan Pembebanan Indonesia untuk Rumah

    dan Gedung (PPIUG) 1983.

    4. SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Baja. 5. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. (Agus

    Setiawan, 2008).

    6. Perancangan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa (Rahmat Purnowo, 2003).

  • 30

    7. Daya Dukung Pondasi Dalam (Herman Wahyudi, 1999).

    3.5 Perencanaan struktur sekunder Perencanaan struktur sekunder dipisah dari struktur utama

    karena struktur sekunder hanya meneruskan beban yang ada ke

    struktur utama. Perencanaan struktur sekunder berdasarkan SNI

    03-2847-2013, antara lain meliputi :

    1. Perencanaan Pelat 2. Perencanaan Tangga 3. Perencanaan Balok Lift 4. Perencanaan Balok Anak

    3.6 Preliminary desain Preliminary desain ini dilakukan dengan memperkirakan

    dimensi awal dari struktur sesuai dengan ketentuan SNI 03-2847-

    2002, yang berupa :

    1. Preliminary desain balok 2. Preliminary desain kolom 3. Preliminary desain struktur balok beton-baja komposit

    3.7 Pembebanan struktur utama Perencanaan pembebanan akibat gravitasi struktur

    menggunakan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung

    (PPIUG) 1983. Sementara untuk beban gempa menggunakan

    analisis struktur gedung tidak beraturan atau beban gempa

    dinamik sesuai dengan SNI 1726-2012.

    1. Beban Mati Beban mati terdiri dari berat struktur sendiri,

    dinding, pelat, dan berat finishing arsitektur (PPIUG

    1983).

    2. Beban Hidup Beban hidup untuk struktur ini adalah 250 kg/m

    2

    untuk beban hidup pada lantai ruang kuliah dan 100

    kg/m2

    untuk beban hidup pada atap (PPIUG 1983).

    3. Beban Gempa

  • 31

    Beban gempa yang digunakan sesuai SNI 03-176-

    2012, dimana terbagi menurut wilayah gempa

    rendah (1 dan 2), wilayah gempa sedang (3 dan 4),

    dan wilayah gempa tinggi (5 dan 6). Pada struktur ini

    menggunakan wilayah gempa sedang.

    3.8 Analisa dan perencanaan struktur utama

    Analisa struktur dilakukan dengan program bantu analisis

    struktur, yaitu SAP 2000. Setelah memperoleh analisa gaya dalam

    menggunakan SAP 2000 dilakukan kontrol desain. Pada bagian

    ini akan dibahas kontrol desain pada beton bertulang biasa

    menggunakan Sistem Ganda. Selain itu juga dilakukan

    penulangan struktur utama sesuai dengan aturan yang ada di SNI

    03-2847-2013. Perencanaan struktur utama meliputi balok dan

    kolom beton bertulang, shear wall, dan balok komposit baja.

    3.9 Kontrol Desain Kontrol desain dilakukan dengan tujuan mengetahui

    kemampuan dari struktur apakah struktur tersebut telah

    memenuhi persyaratan atau tidak. Bila struktur yang

    direncanakan telah memenuhi persyaratan maka proses dapat

    diteruskan pada tahap berikutnya, namun bila belum memenuhi

    persyaratan maka perlu ditinjau ulang perencanaan awal struktur

    atau tahap preliminari desain. Kontrol desain meliputi kontrol

    geser, retak, serta lendutan.

    3.10 Perencanaan Pondasi Setelah menghitung beban struktur atas secara keseluruhan,

    maka selanjutnya beban tersebut diteruskan ke struktur bawah

    (pondasi). Langkah-langkah yang dikerjakan dalam perencanaan

    struktur tersebut adalah :

    1. Menghitung beban total dari struktur atas 2. Menentukan jenis pondasi yang akan digunakan (dalam

    Tugas Akhir ini digunakan pondasi grup tiang pancang)

    3. Mencari daya dukung tanah

  • 32

    4. Menentukan efisiensi dari pondasi grup tiang pancang serta jumlah tiang pondasi.

    5. Kontrol kekuatan pondasi 6. Merencanakan pile cap

    3.11 Penggambaran hasil perencanaan Penggambaran hasil perencanaan merupakan proses akhir

    dari serangkaian proses penyelesaian Tugas Akhir dengan output

    berupa gambar teknik. Gambar teknik yang dihasilkan berupa

    gambar denah setelah modifikasi, detail struktur, dan pondasi.

  • 33

    BAB IV

    PRELIMINARY DESAIN

    4.1 Data Perencanaan

    Perencanaan Gedung Syariah Tower menggunakan beton

    bertulang pada keseluruhan struktur gedung. Berikut ini adalah data-

    data perencanaan struktur gedung.

    Fungsi Bangunan : Gedung Perkuliahan

    Lokasi : Surabaya

    Zona Gempa : 3

    Ketinggian Lantai : lower ground = 3,00 m lantai 1 = 8,00 m

    lantai 2 – 18 = 4,00 m

    lift room = 6,00 m

    Luas Bangunan : 1152,40 m2

    Tinggi Total Bangunan : ± 85,00 m

    Mutu Beton (f`c) : 30 Mpa

    Mutu Baja (fy) : 400 Mpa

    4.1.1 Pembebanan 1. Beban Gravitasi

    Beban Mati (PPIUG 1983) o Berat sendiri beton bertulang : 2400 kg/m3 o Adukan finishing : 21 kg/m2 o Keramik : 24 kg/m2 o Dinding setengah bata : 250 kg/m2 o Plafond : 11 kg/m2 o Penggantung : 7 kg/m2 o Plumbing +sanitasi : 25 kg/m2

    Beban Hidup o Lantai atap : 100 kg/m2 o Lantai : 250 kg/m2 o Pelat tangga : 300 kg/m2

  • 34

    2. Beban Angin o Dekat dari pantai : 40 kg/m2

    3. Beban Gempa Perencanaan dan perhitungan struktur terhadap gempa

    dilakukan menurut SNI 03-1726-2012 dengan zona gempa 3.

    4.2 Perencanaan Balok Penentuan tinggi balok ditentukan berdasarkan SNI 03-2847-

    2013 Pasal 9.5. Bila persyaratan ini telah dipenuhi maka tidak perlu

    dilakukan kontrol lendutan pada balok.

    4.2.1 Perencanaan balok induk

    Perencanaan dimensi balok induk untuk mutu beton 30 MPa

    dan mutu baja 400 MPa direncanakan sebagai balok pada dua

    tumpuan sederhana, sehingga digunakan perumusan :

    hmin =

    SNI 03-2847-2013 Pasal 9.5

    b =

    Dimana :

    L = panjang balok (cm)

    h = tinggi balok (cm)

    b = lebar balok (cm)

    Gedung yang direncanakan memiliki panjang balok induk

    800 cm dan 700 cm, baik arah memanjang maupun melintang.

    Sehingga diperoleh perencanaan dimensi balok induk seperti berikut

    Tabel 4.1 Preliminary Desain Balok Induk

    Bentang

    L (cm)

    h min

    (cm)

    b min

    (cm)

    Digunakan

    h (cm)

    Digunakan

    b (cm)

    Dimensi

    (cm)

    800 50 33,33 70 40 40/70

    700 43,75 29,16 70 40 40/70

  • 35

    1063 66,44 44,29 80 50 50/80

    4.2.2 Perencanaan balok anak

    Perencanaan dimensi balok anak untuk mutu beton 30 MPa

    dan mutu baja 400 MPa direncanakan sebagai balok pada dua

    tumpuan menerus, sehingga digunakan perumusan :

    hmin =

    SNI 03-2847-2013 Pasal 9.5.

    b =

    Dimana :

    L = panjang balok (cm)

    h = tinggi balok (cm)

    b = lebar balok (cm)

    Dimensi balok anak dengan panjang yang sama dengan

    balok induk diperoleh sebagai berikut:

    Tabel 4.2 Preliminary Desain Balok Anak

    Bentang

    L (cm)

    h min

    (cm)

    b min

    (cm)

    Digunakan

    h (cm)

    Digunakan

    b (cm)

    Dimensi

    (cm)

    800 38,10 25,40 50 30 30/50

    700 33,33 22,22 50 30 30/50

    4.2.3 Perencanaan balok leuvel

    Perencanaan dimensi balok leuvel untuk mutu beton 30 MPa

    dan mutu baja 400 MPa direncanakan sebagai balok pada dua

    tumpuan menerus, sehingga digunakan perumusan :

    hmin =

    SNI 03-2847-2013 Pasal 9.5.

  • 36

    b =

    Dimana :

    L = panjang balok (cm)

    h = tinggi balok (cm)

    b = lebar balok (cm)

    Dimensi balok leuvel dengan panjang yang sama dengan

    balok induk diperoleh sebagai berikut:

    Tabel 4.3 Preliminary Desain Balok Leuvel

    Bentang

    L (cm)

    h min

    (cm)

    b min

    (cm)

    Digunakan

    h (cm)

    Digunakan

    b (cm)

    Dimensi

    (cm)

    800 38,10 25,40 50 30 30/50

    4.2.4 Perencanaan balok komposit

    Dimensi balok baja-beton komposit pada dua tumpuan

    sederhana direncanakan sebagai berikut:

    hmin =

    SNI 03-2847-2013 Pasal 9.5.

    b =

    Dimana :

    L = panjang balok (cm)

    h = tinggi balok (cm)

    b = lebar balok (cm)

    Balok baja-beton komposit yang direncanakan memiliki L = 1600

    cm, sehingga diperoleh perencanaan

    hmin =

  • 37

    b =

    Sehingga direncanakan balok baja-beton komposit dengan dimensi

    80/100.

    4.3 Perencanaan Tebal Pelat

    4.3.1 Peraturan perencanaan pelat Perencanaan ini menggunakan perhitungan yang dibagi

    dalam dua jenis yaitu:

    1. Pelat satu arah adalah pelat yang rasio panjang dan lebarnya lebih dari atau sama dengan 2. Pembebanan yang diterima

    akan diteruskan pada balok-balok (pemikul bagian yang

    lebih panjang) dan hanya sebagian kecil saja yang akan

    diteruskan pada gelagar pemikul bagian yang lebih pendek.

    2. Pelat dua arah adalah pelat yang rasio panjang dan lebarnya kurang dari 2, sehingga besar pembebanan yang diterima

    diteruskan pada keseluruhan pemikul di sekeliling panel

    pelat tersebut.

    4.3.2 Data perencanaan tebal pelat lantai Pelat yang direncanakan berupa pelat lantai dengan

    spesifikasi sebagai berikut:

    Mutu beton : 30 MPa

    Mutu baja : 400 MPa

    Rencana tebal pelat : 12 cm

    Ukuran pelat yang terdapat pada struktur Gedung

    Syariah Tower bervariasi. Dalam perhitungan tebal pelat ini

    akan ditinjau pelat dengan luasan 350x400 cm.

  • 38

    Untuk pelat tipe 350 x 400, maka nilai Ly dan Lx

    yaitu:

    Lx = (

    ) 315 cm

    Ly= (

    ) 365 cm

    β =

    =

    = 1,16 ˂ 2 (Pelat Satu Arah)

    4.3.3 Perhitungan lebar efektif pelat Perhitungan yang disertakan sebagai contoh adalah pelat

    350 x 400 seperti pada gambar 4.1. Dimensi Balok induk melintang

    40/60, balok induk memanjang 40/70, balok anak 30/50, dan tebal

    pelat 12 cm.

    Gambar 4.1 Pelat Lantai (Sumber: Penulis)

    Balok yang ditinjau pada contoh perhitungan lebar efektif

    balok be adalah balok induk 50/70 dengan L= 350 cm, berikut adalah

    perhitungannya:

    be1 = L4

    1

    be2 = bw + 8t

  • 39

    h

    t

    bw

    be

    h

    t

    bw

    be

    h

    t

    h

    t

    h

    t

    bw

    be

    k

    11

    14641

    32

    be1 =

    = 87,50 cm

    be2 = 50 + 8.12 = 146 cm

    Dari kedua perumusan di atas diperoleh nilai terkecil lebar

    efektif balok be adalah 87,50 cm.

    4.3.4 Perhitungan inersia balok penumpu pelat

    Perhitungan yang disertakan sebagai contoh adalah balok

    40/70.

    Gambar 4.2 Penampang Balok Interior (Sumber: Penulis)

    k =

    354,1

    70

    12x1

    40

    87,501

    3

    70

    12x1

    40

    87,502

    70

    124

    70

    1264x

    70

    12x1

    40

    87,501

    Ibalok =

    x bw x x k

    =

    x 40 x x 1,354

    = 1548073,33

  • 40

    Ipelat =

    x bs x

    =

    x 350 x

    = 50400

    α =

    , Karena Ebalok = Eplat, maka:

    α =

    =

    = 30,715

    Tabel 4.4 Perbandingan Inersia Balok-Pelat

    Jenis Balok L

    (cm)

    Letak

    Pelat

    Ibalok (cm

    4)

    Ipelat (cm

    4)

    α

    Induk

    Melintang

    40/70

    350 Tengah 1548073,33 50400 30,715

    Induk

    Memanjang

    40/70

    400 Tengah 1632680 57600 28,345

    Anak

    Melintang

    30/50

    350 Tengah 491250 50400 9,750

    Anak

    Memanjang

    30/50

    400 Tengah 516875 57600 8,974

    αm =

    = 19,45 > 2

    4.3.5 Perhitungan tebal pelat lantai

    Berdasarkan SNI 03-2847-2002 dengan nilai αm > 2,

    diambil ketebalan sesuai perumusan 2.21 dan tidak boleh kurang

    dari 90 mm.

    936

    15008.0

    fyL

    hn

  • 41

    Sehingga perencanaan tebal pelat lantai 12 cm memenuhi

    persyaratan tebal minimum. (OK.)

    4.3.6 Perencanaan pelat atap

    Pelat atap yang direncanakan memiliki ukuran yang sama

    dengan pelat lantai. Ketebalan pelat atap direncanakan sama dengan

    pelat lantai yaitu 12 cm.

    4.4 Perencanaan Kolom Terdapat dua tipe kolom yang digunakan, yaitu kolom bulat

    (K 1) dan kolom persegi (K 2), yang mana dimensinya dibedakan

    untuk setiap beberapa lantai.

    Berikut adalah contoh perhitungan preliminary kolom pada

    lantai 1. Beban beban yang bekerja pada kolom berdasarkan PPIUG

    1983.

    4.4.1 Kolom tipe 1 (K 1)

    1. Beban Mati Pelat : 7 x 8 x 0,12 x 2400 kg/m

    3x 18 = 290304 kg

    Penggantung : 7 x 8 x 7 kg/m2 x 18 = 7056 kg

    Plafond : 7 x 8 x 11 kg/m2 x 18 = 11088 kg

    Balok Induk : (7+8) x 0,4 x 0,7 x 2400 x 18 = 181440 kg

    Balok Anak : (7+8) x 0,3 x 0,5 x 2400 x 18 = 97200 kg

    Kolom Lt. 2-18 : (¼ x π x 1,32) x 2400 x 4 x 17 =216509,28 kg

    Kolom Lt. 1 : (¼ x π x 1,32) x 2400 x 8 x 1 =433018,56 kg

    Dinding Lt. 2-18 : (7+8) x 4 x 250 kg/m2

    x17 = 255000 kg

    Dinding Lt. 1 : (7+8) x 8 x 250 x 1 = 30000 kg

    Keramik (1cm) : 7 x 8 x 24 kg/m2 x 1 x 18 = 24192 kg

    16,1936

    1500

    4008.03600

    h

    mmh 69,82

  • 42

    Spesi (2 cm) : 7 x 8 x 21 kg/m2 x 2 x18 = 42336 kg

    Aspal (1 cm) : 7 x 8 x 14 kg/m2 x 1 = 784 kg

    Plumbing : 7 x 8 x 10 kg/m2 x18 = 10080 kg

    Sanitasi : 7 x 8 x 15 kg/m2 x18 = 15120 kg

    Berat Mati Total (DL) =1504127,84kg

    2. Beban Hidup Atap : 7 x 8 x 100 kg/m

    2 x1 = 5600 kg

    Lantai : 7 x 8 x 250 kg/m2 x18 = 252000 kg

    Berat Hidup Total (LL) = 257600 kg

    Berat total yang dipikul oleh kolom:

    W = DL + LL

    = 1504127,84 + 257600 = 1761727,84 kg

    A =

    13212,95 cm2

    Penampang kolom tipe 1 direncanakan berbentuk lingkaran,

    berdasarkan rumus luas lingkaran A = ¼ x π x D2, dengan nilai A

    yang sudah didapat sebelumnya 9907,599 cm2, maka diperoleh nilai

    D = 129,7 cm. Diameter yang digunakan adalah 130 cm.

    4.4.2 Kolom tipe 2 (K 2)

    1. Beban Mati Pelat : 6 x 8 x 0,12 x 2400 kg/m

    3x 13 = 179712 kg

    Penggantung : 6 x 8 x 7 kg/m2 x 13 = 4368 kg

    Plafond : 6 x 8 x 11 kg/m2 x 13 = 6864 kg

    Balok Induk : (6+8) x 0,4 x 0,7 x 2400 x 13 = 122304 kg

  • 43

    Balok Anak : (6+8) x 0,3 x 0,5 x 2400 x 13 = 65520 kg

    Kolom Lt. 2-18 : 0,95 x 0,95 x 2400 x 4 x 12 = 93312 kg

    Kolom Lt. 1 : 0,95 x 0,95 x 2400 x 4 x 1 = 15552 kg

    Dinding Lt. 2-18 : (6+8) x 4 x 250 kg/m2

    x12 = 168000 kg

    Dinding Lt. 1 : (6+8) x 8 x 250 x 1 = 28000 kg

    Keramik (1cm) : 6 x 8 x 24 kg/m2 x 1 x 13 = 14976 kg

    Spesi (2 cm) : 6 x 8 x 21 kg/m2 x 2 x13 = 26208 kg

    Plumbing : 6 x 8 x 10 kg/m2 x13 = 6240 kg

    Sanitasi : 6 x 8 x 15 kg/m2 x13 = 9360 kg

    Berat Mati Total (DL) = 740416 kg

    2. Beban Hidup Lantai : 6 x 8 x 250 kg/m

    2 x13 = 156000 kg

    Berat Hidup Total (LL) = 156000 kg

    Berat total yang dipikul oleh kolom:

    W = DL + LL

    = 740416 + 156000 = 896416 kg

    A =

    6723,12 cm2

    Penampang kolom tipe 2 direncanakan berbentuk persegi,

    berdasarkan rumus luas lingkaran A = b x h, dengan nilai A yang

    sudah didapat sebelumnya 6723,12 cm2, maka diperoleh nilai b = h =

    81,99 cm. Dimensi kolom yang dugunakan adalah 95 x 95 cm.

    Berdasarkan contoh perhitungan diatas, maka dimensi kolom

    setiap lantai dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

  • 44

    Tabel 4.5 Dimensi Kolom per Lantai

    Lantai ke- Dimensi Kolom (cm)

    Kolom 1 Kolom 2

    Lower Gr. 130 95 x 95

    1 130 95 x 95

    2 130 95 x 95

    3 130 95 x 95

    4 120 90 x 90

    5 120 90 x 90

    6 120 90 x 90

    7 120 90 x 90

    8 120 90 x 90

    9 110 85 x85

    10 110 85 x 85

    11 110 85 x85

    12 110 85 x 85

    13 110 85 x85

    14 100 80 x 80

    15 100 80 x 80

    16 100 80 x 80

    17 100 80 x 80

    18 100 80 x 80

    Lift Motor

    Room 100 80 x 80

  • 45

    BAB V

    PERENCANAAN STRUKTUR SEKUNDER

    5.1 Umum

    Elemen struktur yang akan dihitung pada bab ini meliputi

    pelat, balok anak, balok leuvel, tangga, dan balok lift.

    5.2 Perencanaan Pelat Pelat yang direncanakan adalah pelat atap dan pelat lantai

    yang keduanya mempunyai ketebalan yang sama, yaitu 12 cm.

    5.2.1 Data perencanaan Data penulangan pelat yang digunakan sebagai berikut :

    Mutu beton: 30 MPa

    Mutu baja: 400 MPa

    Tebal pelat atap: 12 cm

    Tebal pelat lantai: 12 cm

    Tebal selimut beton: 2 cm

    Diameter tulangan rencana: 10 mm

    5.2.2 Pembebanan pelat Pembebanan pada pelat dibagi menjadi dua yaitu

    pembebanan pada pelat atap dan pembebanan pada pelat lantai.

    Hal ini dikarenakan beban yang bekerja pada pelat atap berbeda

    dari pelat lantai. Oleh karena itu perhitungan pembebanan dan

    penulangan dibedakan

    5.2.2.1 Pembebanan pelat atap Beban yang bekerja pada pelat atap terdiri dari 2 jenis

    beban, yaitu beban mati (qD) dan beban hidup (qL).

    a. Beban Mati Pelat pelat = 0,12 x 2400 = 288 kg/m

    2

    Penggantung = 7 kg/m2

    Plafond = 11 kg/m2

  • 46

    Spesi (t = 2 cm) = 2 x 21 = 42 kg/m2

    Aspal (t = 1 cm) = 14 kg/m2

    Pipa & Ducting = 15 kg/m2

    Plumbing = 10 kg/m2

    qDT = 387 kg/m2

    b. Beban Hidup qLT = 100 kg/m

    2

    c. Kombinasi = 1,2 . qDT + 1,6 . qLT = (1,2 x 387 kg/m

    2 )+( 1,6 x 100 kg/m

    2)

    = 624,4 kg/m2

    5.2.2.2 Pembebanan pelat lantai Beban yang bekerja pada pelat lantai juga terdiri dari 2

    jenis beban, yaitu beban mati (qD) dan beban hidup (qL).

    a. Beban Mati Pelat pelat = 0,12 x 2400 = 288 kg/m

    2

    Penggantung = 7 kg/m2

    Plafond = 11 kg/m2

    Keramik (t = 1 cm) = 24 kg/m2

    Pipa & Ducting = 15 kg/m2

    Plumbing = 10 kg/m2

    qDT = 397 kg/m2

    b. Beban Hidup qLT = 250 kg/m

    2

    c. Kombinasi = 1,2 . qDT + 1,6 . qLT = (1,2 x 397 kg/m

    2 )+( 1,6 x 250 kg/m

    2)

    = 876,4 kg/m2

    5.2.3 Penulangan pelat Penulangan pelat ditentukan oleh besarnya momen yang

    terjadi pada pelat di daerah lapangan maupun daerah tumpuan.

    Pelat berukuran 350x400 dengan nilai Ly = 365 cm dan Lx =

  • 47

    315 cm. Parameter yang digunakan dalam perhitungan

    penulangan pelat sebagai berikut:

    f’c = 30 Mpa

    fy = 400 Mpa

    = 8 mm

    0018,0min pelat

    fyfy

    cf,ρb

    600

    600'850

    400600

    600

    400

    30850850

    ,,ρb = 0,0325

    ρ max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0325 = 0,0244

    686,153085.0

    400

    '85.0

    xfc

    fym

    5.2.3.1 Penulangan pelat lantai Ada tiga type pelat lantai yang dihitung dalam

    perencanaan ini, yaitu pelat type A, B, dan C. Dimensi balok

    induk 40/70 dan dimensi balok anak 30/50 dengan letak seperti

    pada gambar berikut

    Gambar 5.1 Denah Pelat Lantai

  • 48

    Ukuran masing-masing pelat sebagai berikut:

    Pelat Type A

    Ly= (

    ) 365 cm

    Lx= (

    ) 315 cm

    Pelat Type B

    Ly= (

    ) 465 cm

    Lx= (

    ) 365 cm

    Pelat Type C

    Ly= (

    ) 615 cm

    Lx= (

    ) 465 cm

    Pelat lantai type A Untuk perhitungan momen yang terjadi pada pelat lantai

    dihitung berdasarkan PBI 1971 tabel 13.3.2 dengan perletakan

    pelat diasumsikan sebagai jepit elastis yang memerlukan sebuah

    nilai koefisien tertentu sesuai nilai dimana nilai adalah

    sebagai berikut.

    β =

    =

    = 1,16 ˂ 2 (Pelat dua arah)

    Dengan nilai = 1,16, maka dengan melihat tabel

    penentuan momen pelat pada PBI 1971 13.3.2, diperoleh nilai

    momen yang menentukan sebagai berikut :

    X = 46

    Y = 38

    Mly = 0,001 x Q x Lx2 x Y

    = 0,001 x 876,4 x 3,152 x 38

    = 330,45 kgm

    Mtx = 0,001 x Q x Lx2 x X

    = 0,001 x 876,4 x 3,152 x 46

    = 400,02 kgm

    Mty = 0,001 x Q x Lx2 x Y

    = 0,001 x 876,4 x 3,152 x 38

  • 49

    = 330,45 kgm

    Dimana :

    Mly : Momen lapangan arah y

    Mtx : Momen tumpuan arah x

    Mty : Momen tumpuan arah y

    Q : beban ultimate pelat atap

    Lx : bentang bersih terpendek pelat

    X dan Y : koefisien dari tabel PBI 1971.

    Mencari tinggi efektif pelat :

    dx = h – c – 0,5. b

    dy = h – c – a – 0,5. a

    Dimana :

    h : tebal pelat

    c : tebal selimut beton

    a : diameter tulangan atas

    b : diameter tulangan bawah

    dx = 120 – 20 – 0,5 . 10 = 95 mm

    dy = 120 – 20 – 10 – 0,5.10 = 85 mm

    a. Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah x Mtx = 400,02 kgm = 4000200 Nmm

    554,09510008,0

    400020022

    db

    MuRn

    0014,0400

    686,15554,0211

    686,15

    1

    ρ < ρmin, digunakan ρmin

    Asperlu = ρ b d

    = 0,0018 x 1000 x 95 = 171 mm2

    Smaks = 2.h = 2.120 = 240 mm

    Digunakan tulangan lentur 10 - 200 (Aspakai= 392,5 mm2 )

  • 50

    b. Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah y Asy = 0,2 Asx

    = 0,2 . 171 = 34,2 mm2

    Smaks = 2.h = 2.120 = 240 mm

    Digunakan tulangan lentur 10 - 200 (Aspakai= 392,5 mm2 )

    Pelat lantai type B Untuk perhitungan momen yang terjadi pada pelat lantai

    dihitung berdasarkan PBI 1971 tabel 13.3.2 dengan perletakan

    pelat diasumsikan sebagai jepit elastis yang memerlukan sebuah

    nilai koefisien tertentu sesuai nilai dimana nilai adalah

    sebagai berikut.

    β =

    =

    = 1,27 ˂ 2 (Pelat dau arah)

    Dengan nilai = 1,27, maka dengan melihat tabel

    penentuan momen pelat pada PBI 1971 13.3.2, diperoleh nilai

    momen yang menentukan sebagai berikut :

    X = 50

    Y = 38

    Mly = 0,001 x Q x Lx2 x Y

    = 0,001 x 876,4 x 3,652 x 38

    = 443,68 kgm

    Mtx = 0,001 x Q x Lx2 x X

    = 0,001 x 876,4 x 3,652 x 50

    = 583,79 kgm

    Mty = 0,001 x Q x Lx2 x Y

    = 0,001 x 876,4 x 3,652 x 38

    = 443,68 kgm

    Dimana :

    Mly : Momen lapangan arah y

    Mtx : Momen tumpuan arah x

    Mty : Momen tumpuan arah y

    Q : beban ultimate pelat atap

    Lx : bentang bersih terpendek pelat

    X dan Y : koefisien dari tabel PBI 1971.

  • 51

    Mencari tinggi efektif pelat :

    dx = h – c – 0,5. b

    dy = h – c – a – 0,5. a

    Dimana :

    h : tebal pelat

    c : tebal selimut beton

    a : diameter tulangan atas

    b : diameter tulangan bawah

    dx = 120 – 20 – 0,5 . 10 = 95 mm

    dy = 120 – 20 – 10 – 0,5.10 = 85 mm

    a. Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah x Mtx = 583,79 kgm = 5837900 Nmm

    809,09510008,0

    583790022

    db

    MuRn

    00205,0400

    686,15809,0211

    686,15

    1

    ρ > ρmin, digunakan ρ

    Asperlu = ρ b d

    = 0,00205 x 1000 x 95 = 194,75 mm2

    Smaks = 2.h = 2.120 = 240 mm

    Digunakan tulangan lentur 10 - 200 (Aspakai= 392,5 mm2 )

    b. Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah y Asy = 0,2 Asx

    = 0,2 . 194,75 = 38,95 mm2

    Smaks = 2.h = 2.120 = 240 mm

    Digunakan tulangan lentur 10 - 200 (Aspakai= 392,5 mm2 )

    Pelat lantai type C Untuk perhitungan momen yang terjadi pada pelat lantai

    dihitung berdasarkan PBI 1971 tabel 13.3.2 dengan perletakan

  • 52

    pelat diasumsikan sebagai jepit elastis yang memerlukan sebuah

    nilai koefisien tertentu sesuai nilai dimana nilai adalah

    sebagai berikut.

    β =

    =

    = 1,32 ˂ 2 (Pelat dua arah)

    Dengan nilai = 1,32, maka dengan melihat tabel

    penentuan momen pelat pada PBI 1971 13.3.2, diperoleh nilai

    momen yang menentukan sebagai berikut :

    X = 53

    Y = 38

    Mly = 0,001 x Q x Lx2 x Y

    = 0,001 x 876,4 x 4,652 x 38

    = 720,098 kgm

    Mtx = 0,001 x Q x Lx2 x X

    = 0,001 x 876,4 x 4,652 x 53

    = 1004,35 kgm

    Mty = 0,001 x Q x Lx2 x Y

    = 0,001 x 876,4 x 4,652 x 38

    = 720,098 kgm

    Dimana :

    Mly : Momen lapangan arah y

    Mtx : Momen tumpuan arah x

    Mty : Momen tumpuan arah y

    Q : beban ultimate pelat atap

    Lx : bentang bersih terpendek pelat

    X dan Y : koefisien dari tabel PBI 1971.

    Mencari tinggi efektif pelat :

    dx = h – c – 0,5. b

    dy = h – c – a – 0,5. a

    Dimana :

    h : tebal pelat

    c : tebal selimut beton

    a : diameter tulangan atas

  • 53

    b : diameter tulangan bawah

    dx = 120 – 20 – 0,5 . 10 = 95 mm

    dy = 120 – 20 – 10 – 0,5.10 = 85 mm

    a. Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah x Mtx = 1004,35 kgm = 10043500 Nmm

    39,19510008,0

    1004350022

    db

    MuRn

    0036,0400

    686,1539,1211

    686,15

    1

    ρ > ρmin, digunakan ρ

    Asperlu = ρ b d

    = 0,0036 x 1000 x 95 = 342 mm2

    Smaks = 2.h = 2.120 = 240 mm

    Digunakan tulangan lentur 10 - 200 (Aspakai= 392,5 mm2 )

    b. Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah y Asy = 0,2 Asx

    = 0,2 . 342 = 68,4 mm2

    Smaks = 2.h = 2.120 = 240 mm

    Digunakan tulangan lentur 10 - 200 (Aspakai= 392,5 mm2 )

    5.2.3.2 Pelat pelat atap Pelat atap yang dihitung memiliki ukuran 330x300.

    Dimensi balok induk 40/70 dan dimensi balok anak 30/50

    dengan letak seperti pada gambar berikut

    Gambar 5.2 Denah Pelat Atap

  • 54

    Untuk perhitungan momen yang terjadi pada pelat

    dihitung berdasarkan PBI 1971 tabel 13.3.2 dengan perletakan

    pelat diasumsikan sebagai jepit elastis yang memerlukan sebuah

    nilai koefisien tertentu sesuai nilai dimana nilai adalah

    sebagai berikut.

    β =

    =

    = 1,03 ˂ 2 (Pelat dua arah)

    Dengan nilai = 1,03, maka dengan melihat tabel

    penentuan momen pelat pada PBI 1971 13.3.2, diperoleh nilai

    momen yang menentukan sebagai berikut :

    X = 42

    Y = 37

    Mly = 0,001 x Q x Lx2 x Y

    = 0,001 x 624,4 x 3,002 x 37

    = 207,93 kgm

    Mtx = 0,001 x Q x Lx2 x X

    = 0,001 x 624,4 x 3,002 x 42

    = 236,03 kgm

    Mty = 0,001 x Q x Lx2 x Y

    = 0,001 x 624,4 x 3,002 x 37

    = 207,93 kgm

    Dimana :

    Mly : Momen lapangan arah y

    Mtx : Momen tumpuan arah x

    Mty : Momen tumpuan arah y

    Q : beban ultimate pelat atap

    Lx : bentang bersih terpendek pelat

    X dan Y : koefisien dari tabel PBI 1971.

    Mencari tinggi efektif pelat :

    dx = h – c – 0,5. b

    dy = h – c – a – 0,5. a

    Dimana :

    h : tebal pelat

    c : tebal selimut beton

  • 55

    a : diameter tulangan atas

    b : diameter tulangan bawah

    dx = 120 – 20 – 0,5 . 10 = 95 mm

    dy = 120 – 20 – 10 – 0,5.10 = 85 mm

    a. Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah x Mtx = 236,03 kgm = 236,03 Nmm

    288,09510008,0

    236,0322

    db

    MuRn

    00072,0400

    686,15288,0211

    686,15

    1

    ρ ˂ ρmin, digunakan ρmin

    Asperlu = ρ b d

    = 0,0018 x 1000 x 95 = 171 mm2

    Smaks = 2.h = 2.120 = 240 mm

    Digunakan tulangan lentur 10 - 200 (Aspakai= 314 mm2 )

    b. Perhitungan tulangan tumpuan dan lapangan arah y Asy = 0,2 Asx

    = 0,2 . 171 = 34,2 mm2

    Smaks = 2.h = 2.120 = 240 mm

    Digunakan tulangan lentur 10 - 200 (Aspakai= 392,5 mm2 )

    5.3 Perencanaan Balok Anak Berdasarkan preliminary desain diperoleh dimensi balok

    anak 30/50 untuk bentang 800 cm.

    5.3.1 Perencanaan balok anak lantai

    5.3.1.1 Pembebanan balok anak lantai Pembebanan plat lantai

    qd = 397 kg/m2

  • 56

    ql = 250 kg/m2

    Gambar 5.3 Distribusi Beban Pelat pada Balok Anak

    (Sumber: Penulis)

    Beban Ekivalen Dua Segitiga

    Gambar 5.4 Beban Dua Segitiga (Sumber: Penulis)

    P1 =

    (

    =

    .q.Ly

    2

    R = P1 =

    .q.Ly

    2

    Mmax = R.Ly - P1.

    =

    .q.Ly

    3 -

    .q.Ly

    3

    =

    .q.Ly

    3

    Mmax eq =

    . qeq .(2Ly)

    2

  • 57

    Mmax eq = Mmax

    . qeq .(2Ly)

    2 =

    .q.Ly

    3

    qeq =

    .q.Ly

    Beban Ekivalen Dua Trapesium

    Gambar 5.5 Beban Dua Trapesium (Sumber: Penulis)

    P1 = P3 =

    (

    ) (

    ) =

    .q.Ly

    2

    P2 = (

    ).(Lx – Ly) = q.

    - q .

    R = P1 + P2 + P3 =

    .q.Ly

    2 + q.

    - q .

    +

    .q.Ly

    2

    = -

    .q.Ly

    2 +

    Mmax = R.Lx – P1. (Lx -

    .

    ) – P2.(

    P1. (

    .

    )

    = -

    .q.Ly

    2.Lx +

    .q.Lx

    2.Ly -

    .q.Ly

    2.Lx -

    .q.Lx

    2.Ly +

    .q.Ly

    2.Lx

    =

    .q.Lx

    2.Ly -

    .q.Ly

    2.Lx

    =

    .(2Lx – Ly)

    Mmax eq =

    . qeq .(2Lx)

    2

    Mmax eq = Mmax

    . qeq .(2Lx)

    2 =

    .(2Lx – Ly)

  • 58

    qeq .(2Lx)2 = (q.Lx.Ly).(2Lx – Ly)

    4 qeq .Lx = q.Ly.(2Lx – Ly)

    qeq =

    Pembebanan balok anak lantai

    Beban mati (qd) :

    Berat sendiri balok = 0,30 x 0,50 x 2400

    = 360 kg/m

    Beban mati plat:

    qd = (

    – )

    =

    – )

    = 710,93 kg/m

    qd = 710,93 + 360 = 1070,93 kg/m

    Beban Hidup ( ql ):

    ql = (

    – )

    ql =

    = 447,69 kg/m

    Beban berfaktor

    qu = 1,2 qd +1,6 ql

    = 1,2 x 1070,93 + 1,6 x 447,69

    = 2001,42 kg/m

    Gaya-gaya dalam yang terjadi

    Koefisien momen dan gaya lintang

    Mu tumpuan ujung = - 1/24 x qu x L2

    = -1/24 x 2001,42 x 7,62 = 4816,75 kgm

    Mu lapangan ujung = +1/12 x qu x L2

    = +1/12 x 2001,42 x 7,62

  • 59

    = 9633,50 kgm

    Mu tumpuan kedua = - 1/12 x qu x L2

    = -1/12 x 2001,42 x7,62

    = 9633,50 kgm

    Mu lapangan berikutnya = +1/14 x qu x L2

    = +1/14 x 2001,42 x 7,62

    = 8257,87 kgm

    5.3.1.2 Penulangan balok anak lantai Data Perencanaan :

    fc’ = 30 MPa

    fy = 400 Mpa

    Tul. Balok Diameter (D16 ) = 16 mm

    Tul. Sengkang Diameter (Ø8) = 8 mm

    b = 30 cm

    h = 50 cm

    d’= h` + Øsengkang + ½.Øtul. utama

    = 40 + 8 + 0,5 x 16 = 56 mm

    d = 500 – 56 = 444 mm

    0035,0400

    4,14,1min

    fy

    β1 = 0,85

    fyfy

    fcb

    600

    600'85,0 1

    0325,0400600

    600

    400

    3085,085,0

    xxb

    b 75,0max 0244,00325,075,0max x

    686,153085,0

    400

    '85,0

    xfc

    fym

  • 60

    1. Perhitungan Tulangan Lentur

    Lapangan

    Mu lapangan ujung = +1/12 x qu x L2

    = +1/12 x 2001,42 x 7,62

    = 9633,50 kgm

    036,24443008,0

    9633500022

    db

    MuRn

    00531,0400

    686,15036,2211

    686,15

    1

    perlu > min , pakai min

    pakai = 0,00531

    Aspakai = b d

    = 0,00531 300 444

    = 707,51 mm2

    Maka dipasang tulangan 5 D 16 ( 1004,8 mm2 )

    Spasi bersih antar tulangan

    mmmm

    mmn

    ndeckingbwS

    utamatulsengkang

    253115

    )16).(5()40).(2()8).(2(300

    251

    ..22 .

    Tumpuan

    Mu tumpuan kedua = - 1/12 x qu x L2

    = -1/12 x 2001,42 x7,62

    = 9633,50 kgm

    036,24443008,0

    9633500022

    db

    MuRn

  • 61

    00531,0400

    686,15036,2211

    686,15

    1

    perlu > min , pakai min

    pakai = 0,00531

    Aspakai = b d

    = 0,00531 300 444

    = 707,51 mm2

    Maka dipasang tulangan 5 D 16 ( 1004,8 mm2 )

    Spasi bersih antar tulangan

    mmmm

    mmn

    ndeckingbwS

    utamatulsengkang

    253115

    )16).(5()40).(2()8).(2(300

    251

    ..22 .

    2. Perhitungan Tulangan Geser Langkah-langkah perhitungan :

    1. Hitung Vu pada titik berjarak d dari ujung perletakan

    2. Cek dbwfcVcVu ..'32 (Bila tidak memenuhi maka perbesaran penampang)

    3. Kriteria kebutuhan tulangan geser :

    a. Vu 0,5 Vc Tidak perlu penguatan geser (5.1)

    b. 0,5 Vc < Vu < Vc perlu tulangan geser minimum

    Vs perlu = Vs min = ⅓ bw d (5.2 dan 3)

    S ≤ d/2

    c. Vc < Vu < (Vc + Vs min) perlu tulangan geser

    Vs perlu = Vs min = ⅓ bw d (5.4 dan 5)

    S ≤ d/2

  • 62

    d. (Vc+VS min) < Vu .bw.d)fc'φ(Vc 31 perlu

    tulangan geser. (5.6)

    Vs perlu = Vu - Vc

    S max = d/2

    e. .bw.d)fc'φ(Vc3

    1 < Vu .bw.d)fc'φ(Vc 32

    perlu tulangan geser. (5.7)

    Vc = .bw.dfc'61 (5.8)

    S max = d/4

    dimana :

    Vc = d.bw'fc61 (5.9)

    Vs = dbwcf

    .3

    ' (5.10)

    Mencari gaya lintang pada balok anak lantai

    Vu = 1/2 qu L

    = 1/2 2001,42 7,6

    = 7605,396 kg

    = 76053,96 N

    Vc = 1/6 f`c bw d

    = 1/6 30 300 444 = 121594,41 N

    Vc = 0,6 . 121594,41

    = 72956,64 N

    0,5 Vc = 36478,32 N

    Vs min = 0,6 . 1/3 . 300 . 444

    = 26640 N

    Vc + Vs min = 99596,64 N

    Vc + 1/3 f`c bw d = 245509,93 N

  • 63

    Penulangan geser masuk persyaratan Rumus 5.2 yaitu

    Vc < Vu < (Vc + Vs min) perlu tulangan geser minimum

    Syarat:

    smax < d/2 = 444/2 = 222 mm, dan

    smax < 600 mm

    Av = 2 x 4

    1x .8

    2 = 100,53 mm

    2

    Pasang 8 – 150 mm

    Kontrol Vs

    Vs =

    =

    = 119027,52 N > Vu

    Sehingga untuk perencanaan penulangan balok anak

    lantai digunakan tulangan lentur dengan perincian sebagai

    berikut:

    Tulangan lentur : Lapangan = 5 D 16

    Tumpuan = 5 D 16

    Tulangan geser : 8 – 150

    5.4 Perencanaan Balok Leuvel

    Berdasarkan preliminary desain diperoleh dimensi balok

    leuvel 30/50 untuk bentang 800 cm.

    Gambar 5.6 Distribusi Balok Leuvel(Sumber: Penulis)

  • 64

    Ly = 200 - (

    ) = 165 cm

    Lx = 400 - (

    ) = 365 cm

    Beban Ekivalen Dua Trapesium

    Gambar 5.7 Beban Dua Trapesium (Sumber: Penulis)

    P1 = P3 =

    (

    ) (

    ) =

    .q.Ly

    2

    P2 = (

    ).(Lx – Ly) = q.

    - q .

    R = P1 + P2 + P3 =

    .q.Ly

    2 + q.

    - q .

    +

    .q.Ly

    2

    = -

    .q.Ly

    2 +

    Mmax = R.Lx – P1. (Lx -

    .

    ) – P2.(

    P1. (

    .

    )

    = -

    .q.Ly

    2.Lx +

    .q.Lx

    2.Ly -

    .q.Ly

    2.Lx -

    .q.Lx

    2.Ly +

    .q.Ly

    2.Lx

    =

    .q.Lx

    2.Ly -

    .q.Ly

    2.Lx

    =

    .(2Lx – Ly)

    Mmax eq =

    . qeq .(2Lx)

    2

    Mmax eq = Mmax

    . qeq .(2Lx)

    2 =

    .(2Lx – Ly)

  • 65

    qeq .(2Lx)2 = (q.Lx.Ly).(2Lx – Ly)

    4 qeq .Lx = q.Ly.(2Lx – Ly)

    qeq =

    5.4.1 Pembebanan balok leuvel Pembebanan plat lantai

    qd = 397 kg/m2

    ql = 250 kg/m2

    Pembebanan balok leuvel

    Beban mati (qd) :

    Berat sendiri balok = 0,30 x 0,50 x 2400

    = 360 kg/m

    Beban mati plat:

    qd = (

    – )

    =

    – )

    = 253,50 kg/m

    qd = 253,50 + 360 = 613,50 kg/m

    Beban Hidup ( ql ):

    ql = (

    – )

    ql =

    = 159,63 kg/m

    Beban berfaktor

    qu = 1,2 qd +1,6 ql

    = 1,2 x 613,50 + 1,6 x 159,65

    = 991,64 kg/m

    Gaya-gaya dalam yang terjadi

    Koefisien momen dan gaya lintang

    Mu tumpuan ujung = - 1/24 x qu x L2

  • 66

    = -1/24 x 991,64 x 7,62 = 2386,55 kgm

    Mu lapangan ujung = +1/12 x qu x L2

    = +1/12 x 991,64 x 7,62

    = 4773,10 kgm

    Mu tumpuan kedua = - 1/12 x qu x L2

    = -1/12 x 991,64 x7,62

    = 4773,10 kgm

    Mu lapangan berikutnya = +1/14 x qu x L2

    = +1/14 x 991,64 x 7,62

    = 4091,22 kgm

    5.4.2 Penulangan balok leuvel Data Perencanaan :

    fc’ = 30 MPa

    fy = 400 Mpa

    Tul. Balok Diameter (D16 ) = 16 mm

    Tul. Sengkang Diameter (Ø8) = 8 mm

    b = 30 cm

    h = 50 cm

    d’= h` + Øsengkang + ½.Øtul. utama

    = 40 + 8 + 0,5 x 16 = 56 mm

    d = 500 – 56 = 444 mm

    0035,0400

    4,14,1min

    fy

    β1 = 0,85

    fyfy

    fcb

    600

    600'85,0 1

    0325,0400600

    600

    400

    3085,085,0

    xxb

    b 75,0max

  • 67

    0244,00325,075,0max x

    686,153085,0

    400

    '85,0

    xfc

    fym

    1. Perhitungan Tulangan Lentur

    Lapangan

    Mu lapangan ujung = +1/12 x qu x L2

    = +1/12 x 991,64 x 7,62

    = 4773,10 kgm

    009,14443008,0

    4773100022

    db

    MuRn

    0026,0400

    686,15009,1211

    686,15

    1

    perlu < min , pakai min

    pakai = 0,0035

    Aspakai = b d

    = 0,0035 300 444

    = 420 mm2

    Maka dipasang tulangan 4 D 16 ( 803,84 mm2 )

    Spasi bersih antar tulangan

    mmmm

    mmn

    ndeckingbwS

    utamatulsengkang

    255214

    )16).(4()40).(2()8).(2(300

    251

    ..22 .

    Tumpuan

    Mu tumpuan kedua = - 1/12 x qu x L2

  • 68

    = -1/12 x 991,64 x7,62

    = 4773,10 kgm

    009,14443008,0

    4773100022

    db

    MuRn

    0026,0400

    686,15009,1211

    686,15

    1

    perlu < min , pakai min

    pakai = 0,0035

    Aspakai = b d

    = 0,0035 300 444

    = 420 mm2

    Maka dipasang tulangan 4 D 16 ( 803,84 mm2 )

    Spasi bersih antar tulangan

    mmmm

    mmn

    ndeckingbwS

    utamatulsengkang

    253115

    )16).(5()40).(2()8).(2(300

    251

    ..22 .

    2. Perhitungan tulangan geser Langkah-langkah perhitungan :

    1. Hitung Vu pada titik berjarak d dari ujung perletakan

    2. Cek dbwfcVcVu ..'32 (Bila tidak memenuhi maka perbesaran penampang)

    3. Kriteria kebutuhan tulangan geser :

    a. Vu 0,5 Vc Tidak perlu penguatan geser (5.1)

    b. 0,5 Vc < Vu < Vc perlu tulangan geser minimum

    Vs perlu = Vs min = ⅓ bw d (5.2 dan 3)

  • 69

    S ≤ d/2

    c. Vc < Vu < (Vc + Vs min) perlu tulangan geser

    Vs perlu = Vs min = ⅓ bw d (5.4 dan 5)

    S ≤ d/2

    d. (Vc+VS min) < Vu .bw.d)fc'φ(Vc 31 perlu

    tulangan geser. (5.6)

    Vs perlu = Vu - Vc

    S max = d/2

    e. .bw.d)fc'φ(Vc3

    1 < Vu .bw.d)fc'φ(Vc 32

    perlu tulangan geser. (5.7)

    Vc = .bw.dfc'61 (5.8)

    S max = d/4

    dimana :

    Vc = d.bw'fc61 (5.9)

    Vs = dbwcf

    .3

    ' (5.10)

    Mencari gaya lintang pada balok anak lantai

    Vu = 1/2 qu L

    = 1/2 991,64 7,6

    = 3768,23 kg

    = 37682,3 N

    - Vc = 1/6 f`c bw d

    = 1/6 30 300 444 = 121594,41 N

    - Vc = 0,6 . 121594,41

    = 72956,64 N

    0,5 Vc = 36478,32 N

    Vs min = 0,6 . 1/3 . 300 . 444

  • 70

    = 26640 N

    Vc + Vs min = 99596,64 N

    Vc + 1/3 f`c bw d = 245509,93 N

    Penulangan geser masuk persyaratan Rumus 5.1 yaitu

    Vu < Vc tidak perlu tulangan geser.

    Sehingga untuk perencanaan penulangan balok anak

    lantai digunakan tulangan lentur dengan perincian sebagai

    berikut:

    Tulangan lentur : Lapangan = 4 D 16

    Tumpuan = 4 D 16

    5.5 Perencanaan Tangga Tipe 1

    5.5.1 Data-data perencanaan tangga Tinggi antar lantai = 400 cm

    Tinggi bordes = 200 cm

    Panjang anak tangga = 110 cm

    Panjang bordes = 130 cm

    Lebar bordes = 260 cm

    Tebal bordes = 12 cm

    Lebar injakan trap tangga = 30 cm

    Tinggi injakan trap tangga = 20 cm

    Tebal pelat trap tangga = 12 cm

    Dacking tulangan = 2 cm

    Mutu beton (f`c) = 30 MPa = 300 kg/cm2

    Mutu baja (fy) = 400 MPa

    = 4000 kg/cm2

  • 71

    Gambar 5.8 Denah Tangga 1 (Sumber: Univ. Airlangga)

    5.5.2 Perencanaan pelat anak tangga

    Tinggi injakan (t) = 20 cm

    Jumlah tanjakan =

    = 10 buah

    Jumlah injakan (n) = 10 – 1 = 9 buah

    = arctg (

    ) = 36,529o, memenuhi persyaratan

    4025 (OK)

    Tebal rata-rata anak tangga =

    x sin 36,529

    o = 5,95 cm

    Tebal rata-rata pelat = 12 + 5,95 = 17,95 cm ≈ 18 cm

  • 72

    5.5.3 Pembebanan tangga dan bordes

    a. Pembebanan tangga Beban Mati

    Pelat tangga =

    = 537,611 kg/m2

    Spesi (t = 2 cm) = 2 x 21 = 42 kg/m2

    Keramik (t = 1 cm) = 1 x 24 = 24 kg/m2

    Berat pegangan = 30 kg/m2

    qDT = 633,611 kg/m2

    Beban Hidup

    qLT = 300 kg/m2

    Kombinasi = 1,2 . qDT + 1,6 . qLT

    = (1,2 x 633,611 kg/m2 )+( 1,6 x 300 kg/m

    2)

    = 1240,333 kg/m2

    b. Pembebanan Bordes Beban Mati

    Pelat bordes = 0,12 m x 2400 kg/m3 = 288 kg/m

    2

    Spesi (t = 2 cm) = 2 x 21 = 42 kg/m2

    Keramik (t = 1 cm) = 1 x 24 = 24 kg/m2

    qDB = 354 kg/m2

    Beban Hidup

    qLB = 300 kg/m2

    Kombinasi = 1,2 . qDB + 1,6 . qLB

    = (1,2 x 354 kg/m2 )+( 1,6 x 300 kg/m

    2)

    = 904,8 kg/m2

  • 73

    5.5.4 Perhitungan gaya pada tangga Perhitungan menggunakan mekanika teknik statis dengan

    permisalan sendi-rol, dengan pembebanan tangga dan output

    seperti pada Gambar 5.2.

    Gambar 5.9 Pemodelan Struktur Tangga 1 (Sumber: Penulis)

    a. Perhitungan reaksi pada tangga ΣMC = 0

    RA x 4,0 - {(904,8 x 1,3) ((0,5 x 1,3) + 2,7)} - {(1240,333 x 2,7)

    (0,5 x 2,7)} = 0

    RA =

    RA = 2115,354 kg ( )

    ΣMA = 0

  • 74

    RC x 4,0 - {(1240,333 x 2,7) ((0,5 x 2,7) + 1,3)} - {(904,8 x 1,3)

    (0,5 x 1,3)} = 0

    RC =

    RC = 2409,785 kg ( )

    Kontrol

    ΣV = 0

    2115,354 + 2409,785- (904,8 x 1,3) - (1240,333 x 2,7) = -0,0001

    Hasil perhitungan mendekati 0 (OK)

    b. Perhitungan gada dalam pada tangga

    Gaya Normal A-B

    NAB = 0

    B-C

    NB = -RB ∙ sin α + HB ∙ cos α

    = -2409,785 sin 36,529o + 0 cos 36,529

    o = -1434,375 kg

    NC = NB + qT ∙ sin α ∙ 3.3

    = -1434,375 + 1240,333 ∙ sin 36,529o ∙ 2,7

    = 558,989 kg

    Gaya Lintang A-B

    Dx1 = RA - qB.x1

    Untuk x1 = 0 m DA = RA

    = 2115,354 kg x1 = 1,3 m DB = 2115,354 - (904,8 .1,3)

    = 939,114 kg

    C-B

    Dx2 = - RC + qT.x2 = - 2409,785 + (1240,333. x2 )

    Untuk x2 = 0 m DC = - 2409,785 kg

    x2 = 2,7 m DB = - 2409,785 + (1240,333. 2,7)

    = 939,114 kg

  • 75

    Perhitungan Momen A-B

    Mx1 = RA. x1 - ½.qB.x12

    Untuk x1 = 0 m MA = 0

    x1 = 1,3 m MB = 2115,354 .1,3 - ½ .904,8. 1,32

    = 1985,404 kgm

    C-B

    Mx2 = RC . x2 - ½.qT.x22

    Untuk x2 = 0 m MC = 0

    x2 = 2,7 m MB = 2409,785 .2,7 - ½ .1240,3. 2,72

    = 1985,404 kgm

    Pada tangga momen maksimum terjadi pada saat :

    2409,785.x2 - ½ .1240,333. x22

    Dx2 = 0 2409,785 - 1240,333.x2 = 0

    x2 = 1240,333

    2409,785 = 1,943 m

    Mmax = 2409,785.x2 - ½ .1240,333. x22

    = 2409,785.1,943 - ½ .1240,333. 1,9432

    = 2340,93 kgm

    Gambar 5.10 Bidang N (Sumber: Penulis)

  • 76

    Gambar 5.11 Bidang D (Sumber: Penulis)

    Gambar 5.12 Bidang M (Sumber: Penulis)

    5.5.5 Perhitungan tulangan tangga

    a. Data perencanaan penulangan tangga Untuk Anak Tangga

    f`c : 30 MPa

    fy : 400 MPa

    tul : 14 mm

    dx = 120 - 20 - (14/2) = 93 mm

    0018,0min pelat

    b = 400600

    600

    400

    3085,085,0

    = 0,0325

    max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0325 = 0,0244

  • 77

    686,153085.0

    400

    '85.0

    xfc

    fym

    Untuk Bordes

    fc’ : 30 MPa

    fy : 400 MPa

    tul : 14 mm

    dx = 120 - 20 - (14/2) = 93 mm

    0035,0400

    4,1min balok

    b = 400600

    600

    400

    3085,085,0

    = 0,0325

    max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0325 = 0,0244

    686,153085.0

    400

    '85.0

    xfc

    fym

    b. Perhitungan penulangan Penulangan Pelat Tangga

    Mu = 2340,93 kgm = 23409300 Nmm

    383,39310008,0

    2340930022

    db

    MuRn

    0091,0400

    686,15457,3211

    686,15

    1

    ρmin > ρ > ρmax, gunakan ρ

    Asperlu = ρ b d

    = 0,0091 x 1000 x 93 = 846,3 mm2

    Digunakan tulangan lentur 14 - 125 (Aspakai= 1077,02 mm2 )

    As tulangan bagi = 20% AS = 0,2 x 846,3 = 169,26 mm2

    Digunakan tulangan 8 - 200 (Aspakai = 251,2 mm2 )

    Penulangan Pelat Bordes

    Mu = 1985,404 kgm = 19844040 Nmm

  • 78

    868,29310008,0

    1984404022

    db

    MuRn

    00763,0400

    686,15868,2211

    686,15

    1

    ρmin > ρ > ρmax, gunakan ρ

    Asperlu = ρ b d

    = 0,00763 x 1000 x 93 = 709,59 mm2

    Digunakan tulangan lentur 14 - 150 (Aspakai= 923,16 mm2 )

    As tulangan bagi = 20% AS = 0,2 x 709,59 = 141,92 mm2

    Digunakan tulangan 8 - 250 (Aspakai = 200,96 mm2 )

    Penulangan Balok Bordes

    Gunakan dimensi balok anak 25/35.

    Beban Mati

    Pelat bordes = 240 kg/m2 x 1,3 m = 312 kg/m

    Berat balok = 0,25 x 0,35 x 2400 = 210 kg/m

    qDT = 522 kg/m

    Beban Hidup

    qLT = 300 kg/m2 x 1,3 m

    qLT = 390 kg/m

    Kombinasi = 1,2 . qDT + 1,6 . qLT

    = (1,2 x 522 kg/m ) + ( 1,6 x 390 kg/m)

    = 1250,4 kg/m

    Mu = -1/10 x Qu x l2

    = -1/10 x 1250,4 x 2,602

    = 845,27 kgm

    d = 350 - 40 - 0,5.14 - 8 = 295 mm

  • 79

    Mn =

    Mu=

    8,0

    8452700= 10565875 Nmm

    22 295250

    10565875

    xbxd

    MnRn = 0,486 N/mm2

    400

    4,14,1min

    fy = 0,0035

    00123,0400

    686,15486,0211

    686,15

    1

    ρ ˂ ρmin, gunakan ρmin

    pakai = 0,0035

    Asperlu = x b x d = 0,0035 x 250 x 295 = 258,13 mm2

    Pasang 2D14 (As = 308 mm2)

    Dipakai tulangan tekan praktis 2D14 (As = 308 mm2)

    Jarak sengkang S :

    S = 1

    .cov.2.2 .

    n

    nerb utamatulsengkangw ≥ 25 mm

    = 12

    14.240216250

    x= 126 mm ≥ 25 mm

    5.6 Perencanaan Tangga Tipe 2

    5.6.1 Data-data perencanaan tangga Tinggi antar lantai = 400 cm

    Tinggi bordes = 200 cm

    Panjang anak tangga = 155 cm

    Panjang bordes = 165 cm

    Lebar bordes = 350 cm

    Tebal bordes = 12 cm

    Lebar injakan trap tangga = 30 cm

  • 80

    Tinggi injakan trap tangga = 20 cm

    Tebal pelat trap tangga = 12 cm

    Dacking tulangan = 2 cm

    Mutu beton (f`c) = 30 MPa = 300 kg/cm2

    Mutu baja (fy) = 400 MPa

    = 4000 kg/cm2

    Gambar 5.13 Denah Tangga 2 (Sumber: Univ. Airlangga)

    5.6.2 Perencanaan pelat anak tangga

    Tinggi injakan (t) = 20 cm

    Jumlah tanjakan =

    = 10 buah

    Jumlah injakan (n) = 10 – 1 = 9 buah

    = arctg (

    ) = 36,529o, memenuhi persyaratan

    4025 (OK)

  • 81

    Tebal rata-rata anak tangga =

    x sin 36,529

    o = 5,95 cm

    Tebal rata-rata pelat = 12 + 5,95 = 17,95 cm ≈ 18 cm

    5.6.3 Pembebanan tangga dan bordes

    a. Pembebanan tangga Beban Mati

    Pelat tangga =

    = 537,611 kg/m2

    Spesi (t = 2 cm) = 2 x 21 = 42 kg/m2

    Keramik (t = 1 cm) = 1 x 24 = 24 kg/m2

    Berat pegangan = 30 kg/m2

    qDT = 633,611 kg/m2

    Beban Hidup

    qLT = 300 kg/m2

    Kombinasi = 1,2 . qDT + 1,6 . qLT

    = (1,2 x 633,611 kg/m2 )+( 1,6 x 300 kg/m

    2)

    = 1240,333 kg/m2

    b. Pembebanan bordes Beban Mati

    Pelat bordes = 0,12 m x 2400 kg/m3 = 288 kg/m

    2

    Spesi (t = 2 cm) = 2 x 21 = 42 kg/m2

    Keramik (t = 1 cm) = 1 x 24 = 24 kg/m2

    qDB = 354 kg/m2

    Beban Hidup

    qLB = 300 kg/m2

    Kombinasi = 1,2 . qDB + 1,6 . qLB

    = (1,2 x 354 kg/m2 )+( 1,6 x 300 kg/m

    2)

    = 904,8 kg/m2

  • 82

    5.6.4 Perhitungan gaya pada tangga Perhitungan menggunakan mekanika teknik statis dengan

    permisalan sendi-rol, dengan pembebanan tangga dan output

    seperti pada Gambar 5.4.

    Gambar 5.14 Pemodelan Struktur Tangga 2(Sumber: Penulis)

    a. Perhitungan reaksi pada tangga ΣMC = 0

    RA x 4,35 - {(904,8 x 1,65) ((0,5 x 1,65) + 2,7)} - {(1240,333 x

    2,7) (0,5 x 2,7)} = 0

    RA =

    RA = 2249,09 kg ( )

    ΣMA = 0

    RC x 4,35 - {(1240,333 x 2,7) ((0,5 x 2,7) + 1,65)} - {(904,8 x

    1,65) (0,5 x 1,65)} = 0

  • 83

    RC =

    RC = 2592,73 kg ( )

    Kontrol

    ΣV = 0

    2249,09+ 2592,73- (904,8 x 1,65) - (1240,333 x 2,7) = 0,009

    Hasil perhitungan mendekati 0 (OK)

    b. Perhitungan gada dalam pada tangga

    Gaya Normal A-B

    NAB = 0

    B-C

    NB = -RB ∙ sin α + HB ∙ cos α

    = -2592,73 sin 36,529o + 0 cos 36,529

    o = -1543,27 kg

    NC = NB + qT ∙ sin α ∙ 2,7

    = -1543,27 + 1240,333 ∙ sin 36,529o ∙ 2,7

    = 450,09 kg

    Gaya Lintang A-B

    Dx1 = RA - qB.x1

    Untuk x1 = 0 m DA = RA

    = 2249,09 kg x1 = 1,65 m DB = 2249,09 - (904,8 .1,65)

    = 756,17 kg

    C-B

    Dx2 = - RC + qT.x2 = - 2592,73 + (1240,333. x2 )

    Untuk x2 = 0 m DC = -2592,73 kg

    x2 = 2,7 m DB = -2592,73 + (1240,333. 2,7)

    = 756,17 kg

    Perhitungan Momen A-B

    Mx1 = RA. x1 - ½.qB.x12

  • 84

    Untuk x1 = 0 m MA = 0

    x1 = 1,65 m MB = 2249,09.1,65 - ½ .904,8. 1,652

    = 2479,41 kgm

    C-B

    Mx2 = RC . x2 - ½.qT.x22

    Untuk x2 = 0 m MC = 0

    x2 = 2,7 m MB = 2592,73.2,7 - ½ .1240,3. 2,72

    = 2479,41 kgm

    Gambar 5.15 Bidang N (Sumber: Penulis)

    Gambar 5.16 Bidang D (Sumber: Penulis)

  • 85

    Gambar 5.17 Bidang M (Sumber: Penulis)

    Pada tangga momen maksimum terjadi pada saat :

    2592,73.x2 - ½ .1240,333. x22

    Dx2 = 0 2592,73- 1240,333.x2 = 0

    x2 = 1240,333

    2592,73 = 2,09 m

    Mmax = 2592,73.x2 - ½ .1240,333. x22

    = 2592,73.2,09 - ½ .1240,333. 2,092

    = 2709,86 kgm

    5.6.5 Perhitungan tulangan tangga

    a. Data perencanaan penulangan tangga Untuk Anak Tangga

    f`c : 30 MPa

    fy : 400 MPa

    tul : 14 mm

    dx = 120 - 20 - (14/2) = 93 mm

    0035,0400

    4,1min balok

    0018,0min pelat

    b = 400600

    600

    400

    3085,085,0

    = 0,0325

    max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0325 = 0,0244

  • 86

    686,153085.0

    400

    '85.0

    xfc

    fym

    Untuk Bordes

    fc’ : 30 MPa

    fy : 400 MPa

    tul : 14 mm

    dx = 120 - 20 - (14/2) = 93 mm

    0035,0400

    4,1min balok

    0018,0min pelat

    b = 400600

    600

    400

    3085,085,0

    = 0,0325

    max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0325 = 0,0244

    686,153085.0

    400

    '85.0

    xfc

    fym

    b. Perhitungan penulangan Penulangan Pelat Tangga

    Mu = 2709,86 kgm = 27098600 Nmm

    916,39310008,0

    2709860022

    db

    MuRn

    0107,0400

    686,15916,3211

    686,15

    1

    ρmin > ρ > ρmax, gunakan ρ

    Asperlu = ρ b d

    = 0,0107 x 1000 x 93 = 995,1 mm2

    Digunakan tulangan lentur 14 - 125 (Aspakai= 1077,02 mm2 )

    As tulangan bagi = 20% AS = 0,2 x 995,1 = 199,02 mm2

    Digunakan tulangan 8 - 200 (Aspakai = 251,2 mm2 )

  • 87

    Penulangan Pelat Bordes

    Mu = 2479,41 kgm = 24794100 Nmm

    583,39310008,0

    2479410022

    db

    MuRn

    0097,0400

    686,15583,3211

    686,15

    1

    ρmin > ρ > ρmax, gunakan ρ

    Asperlu = ρ b d

    = 0,0097 x 1000 x 93 = 902,1 mm2

    Digunakan tulangan lentur 14 - 125 (Aspakai= 1077,02 mm2 )

    As tulangan bagi = 20% AS = 0,2 x 902,1 = 180,42 mm2

    Digunakan tulangan 8 - 200 (Aspakai = 251,2 mm2 )

    Penulangan Balok Bordes

    Gunakan dimensi balok anak 25/35.

    Beban Mati

    Pelat bordes = 240 kg/m2 x 1,65 m = 396 kg/m

    Berat balok = 0,25 x 0,35 x 2400 = 210 kg/m

    qDT = 606 kg/m

    Beban Hidup

    qLT = 300 kg/m2 x 1,3 m

    qLT = 390 kg/m

    Kombinasi = 1,2 . qDT + 1,6 . qLT

    = (1,2 x 606 kg/m ) + ( 1,6 x 390 kg/m)

    = 1351,2 kg/m

    Mu = -1/10 x Qu x l2

    = -1/10 x 1351,2 x 3,502

  • 88

    = 1655,22 kgm

    d = 350 - 40 - 0,5.14 - 8 = 295 mm

    Mn =

    Mu=

    8,0

    16552200= 20690250 Nmm

    22 295250

    20690250

    xbxd

    MnRn = 0,951 N/mm2

    400

    4,14,1min

    fy = 0,0035

    00242,0400

    686,15951,0211

    686,15

    1

    ρ ˂ ρmin, gunakan ρmin

    pakai = 0,0035

    Asperlu = x b x d = 0,0035 x 250 x 295 = 258,125 mm2

    Pasang 2D14 (As = 308 mm2)

    Dipakai tulangan tekan praktis 2D14 (As = 308 mm2)

    Jarak sengkang S :

    S = 1

    .cov.2.2 .

    n

    nerb utamatulsengkangw ≥ 25 mm

    = 12

    14.240216250

    x= 126 mm ≥ 25 mm

    5.7 Perencanaan Balok Lift

    5.7.1 Spesifikasi lift Perencanaan balok lift meliputi balok yang ada di

    sekeliling ruang lift maupun mesin lift yang meliputi balok

    penggantung lift dan balok penumpu lift. Lift yang digunakan

    dalam perencanaan Tugas Akhir ini memiliki spesifikasi sebagai

    berikut :

  • 89

    Merk : Mitsubishi

    Kecepatan : 1,75 m/s

    Kapasitas : 750 kg

    Lebar pintu (opening width) : 1200 mm

    Dimensi sangkar (car size) : outside : 1650 x 2150 mm

    2

    inside : 1500 x 2000 mm2

    Dimensi ruang luncur : 3500 x 3800 mm2

    Beban reaksi ruang mesin : R1 = 2750 kg (Berat mesin penggerak + beban kere