Upload
puk-spsi-yamaha-indonesia
View
363
Download
31
Embed Size (px)
Citation preview
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA
NOMOR 82 TAHUN 2006
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN DIRI
DAN KEMATIAN DALAM HUBUNGAN KERJA UNTUK DI LUAR JAM KERJA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA,
Menimbang :
a. bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Nomor 2 Tahun 1990, telah ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Program Asuransi
Kecelakaan Diri di Luar Jam Kerja dan Hubungan Kerja bagi Pekerja pada
Perusahaan-perusahaan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
b. bahwa dengan telah diberlakukannya Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2004 tentang Ketenagakerjaan, maka Keputusan
Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a sudah tidak sesuai lagi, sehingga perlu
disempurnakan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, serta
dalam rangka memberikan perlindungan dan peningkatan kesejahteraan pekerja/buruh
bersama keluarganya, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Petunjuk
Pelaksanaan Program Jaminan Kecelakaan Diri dan Kematian dalam Hubungan Kerja
Untuk Di Luar Jam Kerja Bagi Pekerja/Buruh Pada Perusahaan.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian;
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
3. Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat;
5. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta;
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
8. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial;
9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan;
10. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2005;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;
14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 05/MEN/Tahun 1993 tentang Petunjuk
Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan
Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;
15. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001
tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
16. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 2004
tentang Ketenagakerjaan;
17. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2002
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta;
18. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 63 Tahun 2003
tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja pada Sektor
Jasa Konstruksi di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN GUBERNUR TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM
JAMINAN KECELAKAAN DIRI DAN KEMATIAN DALAM HUBUNGAN KERJA
UNTUK DI LUAR JAM KERJA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
3. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
4. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Provinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta.
5. Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah selanjutnya disingkat KPKD adalah Kantor
Perbendaharaandan Kas Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
6. Bank adalah Bank DKI.
7. Perusahaan adalah :
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,
milikpersekutuan, atau milik badan hukum atau milik swasta maupun milik
negara, yangmemperkerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain;
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan
mempekerjakanorang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
8. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
9. Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
10. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan yang dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau,
peraturan perundang-undangn termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dengan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah dan yang akandilakukan.
11. Program Jaminan Kecelakaan Diri dan Kematian dalam Hubungan Kerja untuk di
Luar Jam Kerja yang selanjutnya disebut Program JKDK adalah Asuransi
perlindungan bagi pekerja/buruh atas risiko kecelakaan diri dan kematian untuk di
Luar Jam Kerja bagi pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan.
12. Perjanjian Kerja Sama adalah Perjanjian pelaksanaan program JKDK antara
Pemerintah Daerah dengan Perusahaan Asuransi penyelenggara Program.
13. Penyelenggara Program adalah Perusahaan Asuransi yang melaksanakan Program
JKDK dan telah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah berdasarkan perjanjian
kerja sama.
14. Peserta Program adalah perusahaan yang mempertanggungkan seluruh pekerja/buruh
baik pekerja/ buruh tetap maupun pekerja/buruh tidak tetap dan terdaftar sebagai
peserta dalam program JKDK.
15. Iuran Asuransi yang selanjutnya disebut iuran peserta program jaminan kecelakaan
diri dan kematian dalam hubungan kerja untuk di luar jam kerja.
16. Tertanggung adalah pekerja/buruh yang oleh perusahaan tempat ia bekerja
dipertanggungkan dalam program JKDK.
17. Tim Pembina adalah Tim Pembina pelaksana program JKDK bagi pekerja/buruh pada
perusahaan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
18. Kecelakaan Diri adalah peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba, tidak terduga
sebelumya datang dari luar diri tertanggung, bersifat kekerasan, tidak dikehendaki dan
tidak ada unsur-unsur kesengajaan dalam peristiwa tersebut.
19. Jaminan Kecelakaan Diri adalah jaminan atas peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba,
tidak terduga sebelumnya datang dari luar diri tertanggung, bersifat kekerasan, tidak
dikehendaki dan tidak ada unsur-unsur kesengajaan dalam peristiwa tersebut, serta
terjadi dalam hubunga kerja untuk di luar jam kerja.
20. Kematian adalah meninggalnya seseorang bukan karena akibat kecelakaan diri dan
dapat dibuktikan secara medis.
21.
Jaminan Kematian adalah santunan yang diberikan kepada pekerja/buruh yang
meninggal bukan akibat kecelakaan diri dan berlaku selama pekerja/buruh menjadi
tertanggung berupa uang duka.
22. Nilai kontrak adalah pembayaran yang diberikan oleh pemberi kerja kepada
perusahaan atas jasa yang
diberikan perusahaan untuk melaksanakan pekerjaan tidak termasuk didalamnya
keuntungan dan pajak-pajak yang tercantum dalam kontrak.
23. Kegiatan/aktifitas fisik adalah setiap kegiatan pembangunan fisik yang dibiayai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, APBN dan Sumber Dana Pemerintah
Lainnya serta Swasta/Perorangan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
BAB II
PROGRAM JKDK
Bagian Kesatu
Pasal 2
(1) Setiap pekerja/buruh berhak atas program JKDK.
(2) Setiap perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh, wajib mengikutsertakan
pekerja/buruh dalamprogram JKDK.
(3) Setiap perizinan, pengesahan maupun pendaftaran yang dikeluarkan oleh Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, harus mempersyaratkan adanya bukti kepesertaan
program JKDK.
Pasal 3
(1) Program JKDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), adalah diperuntukkan
bagi :
a. pekerja/buruh dalam hubungan kerja waktu tidak tertentu dan waktu tertentu.
b. pekerja/buruh harian lepas dan borongan. (2) Program JKDK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan cara
mempertanggungkan pekerja/buruh pada Perusahaan Asuransi.
Bagian Kedua
Pertanggungan
Pasal 4
(1) Bentuk pertanggungan jaminan kecelakaan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
terdiri atas :
a. tunjangan sementara tidak mampu bekerja;
b. tunjangan cacat tetap;
c. tunjangan kematian;
d. biaya pengobatan;
e. penggantian alat bantu;
f. penggantian gigi palsu dan atau kaca mata;
g. pengangkutan. (2) Bentuk jaminan kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, diberikan dalam
bentuk santunan uang duka bagi pekerja/buruh yang meninggal dunia bukan akibat
kecelakaan diri.
Pasal 5
Perhitungan besaran pembayaran premi jaminan kecelakaan diri dan jaminan kematian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, berdasarkan upah bulan terakhir yang terdaftar
atau yang dilaporkan oleh perusahaan.
Bagian Ketiga
Tunjangan Sementara Tidak Mampu Bekerja
Pasal 6
(1) Tunjangan sementara tidak mampu bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf a, diberikan selama tertanggung tidak mampu bekerja sebagai akibat
mengalami kecelakaan diri sampai yang bersangkutan dinyatakan sembuh atau
menderita cacat permanen yang ditetapkan oleh dokter;
(2) Tunjangan sementara tidak mampu bekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diberikan untuk :
a. empat bulan pertama sebesar 100% dari upah;
b. empat bulan kedua sebesar 75% dari upah;
c. bulan seterusnya sebesar 50% dari upah, sampai dinyatakan sembuh atau cacat
permanen yang ditetapkan oleh dokter.
Bagian Keempat
Tunjangan Cacat Tetap
Pasal 7
(1) Tunjangan cacat tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b,
diberikan setelahtertanggung dinyatakan cacat permanen secara total atau cacat
permanen sebagian atau berkurangnyafungsi organ tubuh yang ditetapkan oleh dokter
sebagai akibat mengalami kecelakaan diri.
(2) Tunjangan cacat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dengan persentase
tertentu palingtinggi 70% X 60 bulan penuh.
(3) Persentase tunjangan cacat tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
sebagaimana tercantum pada lampiran I Peraturan Gubernur ini.
Bagian Kelima
Tunjangan Kematian
Pasal 8
(1) Tunjangan kematian akibat kecelakaan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf c,
diberikan kepada ahli waris setelah tertanggung dinyatakan meninggal dunia yang
dibuktikan secara
medis oleh dokter.
(2) Tunjangan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan paling tinggi
60% X 60 bulan
upah yang dilaporkan ditambah biaya penguburan.
(3) Rincian tunjangan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), meliputi :
a. 30% X 60 bulan upah bagi janda/duda dari suami/istri sah tertanggung;
b.
15% X 60 bulan upah bagi anak yang belum mencapai umur 21 tahun, belum
pernah menikah,dan belum bekerja dengan menerima upah, diberikan paling
banyak kepada 2 anak kandungsah atau anak angkat yang disahkan;
c. paling tinggi 30% X 60 bulan upah bagi bapak/ibu tertanggung, apabila belum atau
tidak punyaistri/suami atau anak.
Bagian Keenam
Biaya Pengobatan
Pasal 9
(1) Biaya pengobatan akibat kecelakaan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(1) huruf d, adalahbiaya pengobatan dan perawatan yang diberikan untuk satu kali
peristiwa paling tinggi Rp 8.000.000,00(delapan juta rupiah).
(2) Biaya pengobatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan berdasarkan bukti-
bukti pembayaran asli yang telah dikeluarkan oleh tertanggung untuk pengobatan
dimaksud
Bagian Ketujuh
Penggantian Alat Bantu
Pasal 10
Penggantian alat bantu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, diberikan
kepada tertanggungyang mengalami kehilangan fungsi anggota badan sesuai standar
harga satuan alat bantu yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah ditambah paling tinggi
40% dari harga alat bantu dimaksud.
Bagian Kedelapan
Penggantian Gigi Palsu dan/atau Kaca Mata
Pasal 11
Penggantian gigi palsu dan/atau kaca mata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf f diberikankepada tertanggung sesuai standar harga gigi palsu dan/atau kaca mata
yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
Bagian Kesembilan
Biaya Pengangkutan
Pasal 12
(1) Biaya pengangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g diberikan
dengan perhitungan besaran dari tempat terjadinya kecelakaan ke rumah sakit atau ke
rumah tertanggung bagi pekerja/buruh yang mendapat kecelakaan diri.
(2) Besarnya biaya pengangkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi berdasarkan ketentuan besaran tarif
sesuai standar yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.
Bagian Kesepuluh
Santunan Uang Duka
Pasal 13
(1) Bagi pekerja/buruh yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan diri dalam
hubungan kerja untukdiluar Jam Kerja, diberikan santunan uang duka kepada ahli
waris/keluarganya untuk penggantianbiaya pemakaman.
(2) Santunan uang duka sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan setelah
tertanggung dinyatakanmeninggal dunia oleh instansi yang berwenang.
(3) Besarnya santunan uang duka sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh
Kepala DinasTenaga Kerja dan Transmigrasi, berdasarkan tarif biaya pemakaman
sesuai standar PemerintahDaerah.
BAB III
PENDAFTARAN
Pasal 14
(1) Pendaftaran kepersetaan program JKDK bagi pekerja/buruh dalam hubungan kerja
waktu tidak tertentu dan waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
huruf a; disampaikan perusahaan kepada perusahaan asuransi paling lambat 30 hari
sejak diterimanya pendaftaran kepesertaan yang disertai daftar nama pekerja/buruh
yang akan dipertanggungjawabkan dengan menggunakan formulir F1 dan formulir
F2.
(2) Apabila terdapat perubahan pekerjaan/buruh yang dipertanggungkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), perusahaan wajib menyampaikan pemberitahuan kepada
perusahaan asuransi dengan menggunakan formulir F3.
(3) Bentuk formulir F1, formulir F2 dan Formulir F3 sebagaimana tercantum pada
lampiran II Peraturan Gubernur ini.
Pasal 15
(1) Pendaftaran kepesertaan program JKDK bagi pekerja/buruh harian lepas dan
borongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b disampaikan
perusahaan bersangkutan kepada perusahaan asuransi paling lambat 2 hari kerja
sebelum pekerjaan dimulai, dengan menggunakan formulir F10, disertai daftar nama
pekerja/buruh dengan menggunakan formulir F2 serta melampirkan fotokopi
kontrak/surat perjanjian kerja.
(2) Apabila terjadi perubahan kontrak/surat perintah kerja dan/atau perpanjangan waktu
pelaksanaan yang terdapat dalam addendum kontrak, perusahaan diwajibkan
melaporkan perubahan tersebut dengan menggunakan formulir F3 disertai foto kopi
addendum kontrak/surat perintah kerja.
(3) Bentuk formulir F2, formulir F3 dan Formulir F10 sebagaimana tercantum pada
lampiran II Peraturan Gubernur ini.
BAB IV
IURAN JKDK
Bagian Kesatu
UMUM
Pasal 16
(1) Perusahaan yang telah terdaftar sebagai peserta program JKDK wajib menunjang dan
membayar iuran JKDK.
(2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayarkan oleh perusahaan paling
lambat setiap tanggal 5 bulan berikutnya.
Bagian Kedua
Besarnya Iuran
Pasal 17
Besarnya iuran program JKDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, bagi
pekerja/buruh dalam hubungan kerja waktu tidak tertentu dan waktu tertentu adalah
sebesar 0,24% dari upah per bulan pekerja yang bersangkutan.
Pasal 18
(1) Besarnya iuran program JKDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, bagi
pekerja/buruh harian lepas dan borongan adalah sebesar 0,24% dari upah perbulan.
(2) Apabila upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak diatur atau tidak
dicantumkan dalam kontrak, maka besarnya iuran adalah sebesar 0,12% dari nilai
kontrak.
Pasal 19
(1) Pelaksanaan pembayaran iuran peserta program JKDK untuk kegiatan yang dananya
bersumber dari APBD, dilakukan dengan cara pembayaran tunai dari nilai kontrak
setelah menerima pembayaran dari KPKD.
(2) Pelaksanaan pembayaran iuran peserta program JKDK untuk kegiatan yang dananya
bersumber dari APBN, dan/atau sumber dana lain yang dikelola Pemerintah,
dilakukan dengan cara pembayaran tunai setelah menerima pembayaran dari nilai
kontrak dari bendahara dan/atau kantor perbendaharaan negara.
(3) Pelaksanaan pembayaran iuran peserta program JKDK untuk kegiatan yang dananya
bukan berasal dari APBD, APBN, sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2), dilakukan
dengan cara pembayaran tunai dari nilai kontrak dan dibayarkan setelah pembayaran
retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
(4) Iuran peserta program JKDK sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3), dibayar langsung oleh perusahaan kepada perusahaan asuransi yang telah
ditetapkan melalui Bank DKI paling lambat 3 hari kerja setelah menerima
pembayaran.
BAB V
PROSEDUR PENETAPAN DAN PEMBAYARAN JAMINAN
Pasal 20
(1) Apabila terjadi kecelakaan diri menimpa pekerja/buruh peserta program JKDK,
perusahaan wajib melaporkan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi paling
lambat 3 hari kerja setelah terjadi kecelakaan dengan mengisi formulir F4 dan
tembusannya disampaikan kepada perusahaan asuransi.
(2) Bentuk Formulir F4 sebagaimana tercantum pada lampiran II Peraturan Gubernur
ini.
Pasal 21
(1) Setelah terjadi kecelakaan diri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) yang
menyebabkan pekerja/buruh peserta program JKDK dinyatakan sembuh, cacat atau
meninggal dunia, perusahaan wajib melaporkan kepada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi paling lambat 7 hari kerja dengan menggunakan formulir F5, disertai
surat keterangan dokter, dan tembusannya disampaikan kepada Perusahaan Asuransi.
(2) Bentuk formulir F5 tercantum pada Lampiran II Peraturan Gubernur.
Pasal 22
(1) Apabila pekerja/buruh peserta program JKDK meninggal dunia bukan karena
kecelakaan diri, perusahaan wajib melaporkan kepada Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi paling lambat 7 hari kerja dengan menggunakan formulir F6, dan
tembusannya disampaikan kepada perusahaan asuransi.
(2) Bentuk formulir F6 sebagaimana tercantum pada lampiran II Peraturan Gubernur ini.
Pasal 23
(1) Apabila peserta program JKDK tidak melaporkan kecelakaan diri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22, maka Kepala Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi menetapkan adanya kecelakaan diri dimaksud sebagai dasar
jaminan pembayaran oleh Perusahaan Asuransi.
(2) Penetapan Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikeluarkan berdasarkan laporan tertulis dari pekerja/buruh peserta program
JKDK dan/atau pegawaipengawas ketenagakerjaan.
Pasal 24
(1) Penetapan besarnya jaminan kecelakaan diri program JKDK dikeluarkan Perusahaan
Asuransi palinglambat 3 hari kerja dengan menggunakan formulir F8, dan
menggunakan formulir F9 untuk kematian.
(2) Penetapan besarnya jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan setelah
perusahaan asuransi menerima dokumen klaim secara lengkap dan sah dari peserta
program JKDK.
(3) Bentuk formulir F8 dan Formulir F9 sebagaimana tercantum pada lampiran II
Peraturan Gubernur ini.
Pasal 25
Pembayaran besarnya jaminan program JKDK oleh Perusahaan Asuransi kepada peserta
program JKDK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilaksanakan paling lambat dalam
14 hari kerja.
BAB VI
PENYELENGGARA
Pasal 26
(1) Program JKDK diselenggarakan oleh perusahaan Asuransi.
(2)
Perusahaan asuransi yang akan menyelenggarakan program JKDK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur yang dilakukan setelah melalui
proses penelitian dengan mekanismesesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(3) Dalam melakukan proses penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus
memperhatikan ketentuan sebagai berikut :
a. menjaga kepentingan umum;
b. melakukan persaingan usaha yang sehat;
c. mewujudkan iklim usaha yang kondusif;
d. terciptanya efektivitas dan efisiensi.
Pasal 27
Untuk dapat mengikuti proses penelitian sebagai calon peserta program JKDK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), Perusahaan Asuransi yang bersangkutan
harus mengajukan permohonan tertulis kepada Gubernur melalui Kepala Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi dengan melampirkan proposal.
Pasal 28
(1) Terhadap permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, selanjutnya dilakukan
penelitian oleh Tim Pembina yang ditetapkan oleh Gubernur.
(2) Hasil penelitian Tim Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1), apabila telah
memenuhi persyaratan, akan disampaikan kepada Gubernur melalui Kepala Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk ditetapkan.
Pasal 29
(1) Apabila Perusahaan Asuransi yang akan menyelenggarakan program JKDK telah
ditetapkan olehGubernur, untuk pelaksanaan lebih lanjut, dibuatkan perjanjian kerja
sama antara Pemerintah Daerahdengan perusahaan asuransi yang bersangkutan
dalam rangka penyelenggaraan program JKDK.
(2) Jangka waktu perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
selama 5 tahun.
Pasal 30
(1) Terhadap Perusahaan Asuransi yang telah berakhir jangka waktu perjanjian kerja
sama dan tidakditetapkan kembali sebagai penyelenggara program JKDK sesuai
peraturan perundang-undangan yangberlaku, wajib menyerahkan kembali dokumen
kepesertaan program JKDK kepada Gubernur melaluiKepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi.
(2) Perusahaan Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selanjutnya dilarang
melakukan pungutankepesertaan program JKDK.
(3) Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi dapat melanjutkan program JKDK
kepada perusahaanasuransi yang telah ditetapkan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku, dengan menyerahkan dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
Pasal 31
(1) Perusahaan Asuransi yang telah melakukan kerja sama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29, wajibmelaporkan data kepesertaan program JKDK kepada Kepala Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
(2) Data kepesertaan yang dilaporkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. peserta program;
b. jumlah pekerja/buruh tertanggung;
c. jumlah iuran dan klaim program JKDK.
BAB VII
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 32
(1) Pengendalian terhadap pelaksanaan Peraturan Gubernur ini dilakukan oleh Kepala
Dinas TenagaKerja dan transmigrasi.
(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Gubernur ini dilakukan oleh aparat
pengawasanfungsional.
BAB VIII
EVALUASI DAN PELAPORAN
Pasal 33
(1) Evaluasi terhadap pelaksanaan program JKDK dilakukan oleh Tim Pembina.
(2) Hasil Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Gubernur
melalui Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
BAB IX
SANKSI
Pasal 34
(1) Setiap perusahaan dan penyelenggara program yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 2 ayat (2), Pasal 16, Pasal 30 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 31
dikenakan sanksi Administrasi.
(2) Pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
berupa :
a. Teguran;
b. Peringatan tertulis;
c. Pemutusan Hubungan Kerjasama; (3) Terhadap pemberian sanksi berupa peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b,didahului dengan teguran tertulis dari Kepala Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi dan dilanjut kandengan peringatan tertulis paling banyak 3 (tiga) kali
berturut-turut dengan tenggang waktu sebagai berikut :
a. Peringatan pertama 14 hari;
b. Peringatan kedua 7 hari;
c. Peringatan ketiga 3 hari; atau (4) Apabila peringatan pertama, kedua, dan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak diindahkan oleh penyelenggara program, maka dikenakan sanksi pemutusan
perjanjian kerja sama sesuai denganperaturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Apabila peringatan pertama, kedua dan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak diindahkan oleh Perusahaan maka dikenakan sanksi sesuai Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992.
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35
Terhadap perjanjian kerja sama yang telah dilakukan sebelum berlakunya Peraturan
Gubernur ini, masih tetap berlaku sampai berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja sama
dimaksud.
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 36
Ketentuan lebih lanjut yang bersifat teknis dari Peraturan Gubernur ini akan ditetapkan
oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Pada saat mulai berlakunya Peraturan Gubernur ini, maka Keputusan Gubernur Kepala
Daerah Khusus IbukotaJakarta Nomor 2 Tahun 1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Program Asuransi Kecelakaan Diri Di Luar JamKerja dan Hubungan Kerja Bagi Pekerja
pada Perusahaan-Perusahaan di wilayah Daerah Khusus IbukotaJakarta, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 38
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Agustus 2006
GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA,
ttd.
SUTIYOSO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 September 2006
SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA,
ttd.
RITOLA TASMAYA
NIP. 140091657
BERITA DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2006 NOMOR 85