Perhitungan Waktu Dan Biaya Pembangunan Gedung Dengan Menggunakan Steel Deck

Embed Size (px)

DESCRIPTION

test...test...

Citation preview

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Terdapat adanya teknologi baru yang dapat mempercepat

    penyelesaian pelaksanaan proyek secara tepat dalam penggunaan alat,

    material dan tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai dengan standart

    pelaksanaan proyek, dengan biaya digunakan seekonomis mungkin dan mutu

    yang dapat diandalkan. Salah satu teknologi baru tersebut adalah penggunaan

    steel deck sebagai bekisting permanen pada struktur pelat.

    Pada teknologi baru menggunakan steel deck ini diharapkan dapat

    membantu percepatan waktu dalam pelaksanaan pengecoran pelat. Dalam hal

    ini dapat menguntungkan para konstruktor dibandingkan memakai bekisting

    kayu biasa. Namun teknologi penggunaan steel deck ini tidak dimanfaatkan

    pada pembangunan gedung SMKN 6 Surabaya. Sehingga didapat waktu yang

    cukup panjang dalam pembangunan gedung tersebut. Padahal proses

    pembangunan gedung tersebut diminta waktu yang secepatnya, mengingat

    fungsi bangunan adalah sebagai tempat kegiatan belajar mengajar yang akan

    segera digunakan.

    Dengan mengacu pada permasalahan di atas, maka pada Proyek

    Pembangunan Gedung SMKN 6 Surabaya kami jadikan sebagai studi kasus

    untuk memperoleh alternatif-alternatif baru. Dengan menggunakan metode

  • 2steel deck sebagai bekisting permanen dan menggunakan bantuan alat berat,

    diharapkan dapat memperoleh alternatif pelaksanaan pekerjaan yang lebih

    efisien ditinjau dari segi waktu dan biaya.

    1.2. Perumusan Masalah

    Permasalahan pokok yang terkait dengan perhitungan waktu dan biaya

    pada proyek tersebut, antara lain adalah :

    1. Bagaimana dengan penggunaan steel deck pada pengecoran pelat sebagai

    alternatif pengganti bekisting kayu.

    2. Bagaimana dengan penggunaan steel deck tersebut membantu percepatan

    waktu dan biaya seminimal mungkin.

    1.3. Maksud dan Tujuan

    1. Dengan penggunaan steel deck pada pengecoran pelat sebagai alternatif

    pengganti bekisting kayu diharapkan dapat menguntungkan para

    konstruktor.

    2. Diharapkan dengan penggunaan steel deck tersebut membantu percepatan

    waktu dan biaya seminimal mungkin.

    1.4. Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam perhitungan ulang ini adalah :

    1. Pengecoran pelat lantai dan pelat atap menggunakan steel deck (papan

    baja)

    2. Pekerjaan struktur utama meliputi pekerjaan pondasi dan struktur atas

    dengan mengasumsikan struktur atap pelat beton.

  • 33. Harga dasar yang digunakan dalam perhitungan material dan upah pekerja

    sesuai dengan kontrak proyek tersebut.

    1.5. Manfaat

    Manfaat dari perhitungan ulang pada skripsi ini adalah sebagai bahan

    pertimbangan dalam metode pelaksanaan yang menggunakan steel deck

    sebagai bekisting permanen pada struktur pelat lantai.

  • 4BAB II

    TINJAUAN TEORI

    Perhitungan Waktu Dan Biaya Pembangunan Gedung SMKN 6 Surabaya

    Dengan Menggunakan Steel Deck Pada Struktur Pelat Lantai.

    2.1. Definisi :

    2.1.1. Waktu

    Waktu untuk merencanakan dan melukiskan secara grafis dari

    aktifitas pelaksanaan pekerjaan konstruksi dikenal beberapa metode

    antara lain :

    2.1.1.1. Diagram Balok (Bar Chart)

    Alat ukur ini diciptakan oleh Henry Gannt dan

    sering disebut dengan nama Gant Bar Chart. Sumbu x

    adalah skala waktu sedangka sumbu y adalah aktivitas-

    aktivitas yang direncanakan untuk diukur waktu

    pelaksanaannya yang digambarkan dengan garis tebal

    secara horizontal. Panjang batang tersebut menyatakan

    lamanya suatu aktivitas dengan waktu awal dan waktu

    selesai.

    Suatu proyek umumnya mempunyai suatu titik

    pendahuluan, batas waktu pelaksanaan dan terdiri dari

  • 5kumpulan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas yang telah

    dibuatkan batasannya secara baik dan akhirnya bila

    proyek telah selesai diberikan tanda batas akhirnya.

    Tabel 2.1 : Contoh Diagram Balok

    a. Keuntungan Diagram Balok

    Diagram balok mempunyai sejumlah manfaat

    dibandingkan dengan system penjadwalan lainya. Bentuk

    grafiknya sederhana dan mudah dimengerti oleh semua

    tingkatan manejemen oleh karena itu dapat diterima

    secara luas, Demikian juga penggunaannya didalam

    pelaksanaan. Juga merupakan alat perencanaan dan

    penjadwalan yang luas yang hanya memerlukan sedikit

    penyempurnaan dan pembaharuan dari pada system

    system yang lebih canggih.

    b. Kelemahan Diagram Balok

    Beberapa kelemahan diagram balok dapat antara lain

    adalah :

    - Hubungan antara masing-masing aktivitas tidak

  • 6dapat dilihat dengan jelas

    - Diagram balok sulit untuk dipergunakan dalam

    pekerjaan pengawasan.

    - Alternatif untuk memperbaiki jadwal pelaksanaan

    yang lain tak dapat dibaca pada diagram balok.

    - Bila satu atau beberapa aktivitas mengalami

    keterlambatan maka gambaran situasi keseluruhan

    proyek sulit untuk diketahui secara tepat.

    Masing-masing metode memiliki ciri-ciri sendiri dan

    dipakai secara kombinasi pada proyek-proyek konstruksi.

    Dasar pemilihan untuk metode-metode tersebut harus

    berorientasi pada maksud penggunaannya. Pada dasarnya

    suatu pekerjaan konstruksi dipecah-pecah menjadi

    seperangkat pekerjaan-pekerjaan kecil sehingga dapat

    dianggap sebagai satu unit pekerjaan yang dapat berdiri

    sendiri dan memiliki suatu perkiraan jadwal yang tertentu

    2.1.1.2. Precedence Diagram Methode (PDM)

    Diagram precedence merupakan penyempurnaan dari

    diagram panah, karena diagram panah pada prinsipnya

    hanya memakai satu jenis hubungan aktivitas yaitu

    hubungan akhir awal (End Start relationship) pada

    diagram precedence dapat digambarkan adanya empat

    hubungan awal awal (Start to Start). awal akhir (Start -

  • 7End), akhir awal (End to Start) dan akhir akhir (End

    End). Diagram precedence dapat dibuat dengan node diagram

    atau construction block diagram.

    Ciri ciri diagram precedence adalah sebagai berikut :

    - Aktivitas aktivitas tidak dinyatakan dengan panah

    melainkan dimasukkan node, Lingkaran atau kotak.

    - Anak panah/garis penghubung tidak mempunyai duration,

    sehingga pada diagram precedence tidak diperlukan

    aktivitas dummy lagi sehingga diagram menjadi lebih

    bersih.

    Presedence Diagram Methode adalah jaringan kerja

    yang termasuk klasifikasi AON. Disini kegiatan dituliskan di

    dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan

    anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara

    kegiatan-kegiatan bersangkutan. Dengan demikian dummy

    yang dalam CPM dan PERT merupakan tanda yang penting

    untuk menunjukkan hubungan ketergantungan, di dalam

    PDM tidak diperlukan. Precedence Diagram Methode dibagi

    berdasarkan :

    Kegiatan, Peristiwa, dan Atribut

    Ruangan dalam node dibagi menjadi kompartemen-

    kompartemen kecil yang berisi keterangan spesifik dari

    kegiatan dan peristiwa yang bersangkutan dan dinamakan

  • 8atribut. Pengaturan denah (lay out) kopartemen dan

    macam serta jumlah atribut yang hendak dicantumkan

    bervariasi sesuai keperluan dan keinginan pemakai.

    Beberapa atribut yang sering dicantumkan di antaranya

    adalah kurun waktu kegiatan (D), identitas kegiatan

    (nomor dan nama), mulai dan selesainya kegiatan (ES, LS,

    EF, LF, dan lain-lain). Kadang-kadang di dalamkotak

    node dibuat kolom kecil sebagai tempat mencantumkan

    tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan

    membantu mempermudah mengamati dan memonitor

    progres pelaksanaan kegiatan.

    Gambar 2.1 : Contoh Diagram Metode AOA/CPM

    Gambar 2.2 : Kegiatan-kegiatan dipecah menjadi 40% dan

    60% bagian.

    1Kegiatan A Kegiatan B Kegiatan C

    2 3 4

    1 2 3A 40% A 60%

    4 5 6B 40% B 60%

    6 7 8C 40% C 60%

  • 9Gambar 2.3 : Kegiatan disajikan dengan metode PDM

    Gambar 2.4 : Denah yang lazim pada node PDM

    Konstrain, Lead, dan Lag

    Telah disinggung bahwa pada PDM, anak panah

    hanya sebagai penghubung atau memberikan keterangan

    hubungan antar kegiatan, dan bukan menyatakan kurun

    waktu kegiatan seperti halnya pada CPM. Karena PDM

    tidak terbatas pada aturan dasar jaringan kerja CPM

    (kegiatan boleh mulai setelah kegiatan yang

    mendahuluinya selesai), maka hubungan antar kegiatan

    berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa

    konstrain. Konstrain menunjukkan hubungan antar

    Kegiatan A Kegiatan B Kegiatan C

    (A 40% selesai) (B 40% selesai)

    Nomor Urut

    NamaKegiatan

    Kurun Waktu(D)

    (tanggal)(tanggal)

    ES EF

    LFLS

    Nomor dan Nama Kegiatan

    Tgl. mulai : ES/LS

    Progres Penyelesaian (%)

    Tgl. selesai : ES/LS

    Kurun waktu : D

    Float total : F

    a. b.

  • 10

    kegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke node

    berikutnya.

    Satu konstrain hanya dapat menghubungkan dua

    node. Karena setiap node memiliki dua ujung yaitu ujung

    awal atau mulai = (S) dan ujung akhir = (F), maka ada 4

    macam konstrain yaituawal ke awal (SS), awal ke akhir

    (SF), akhir ke akhir (FF), akhir ke awal (FS). Pada garis

    konstrain dibubuhkan penjelasan mengenai waktu

    mendahului (lead) atau terlambat tertunda (lag).

    Bila kegiatan (i) mendahului (j) dan satuan waktu adalah

    hari, maka penjelasan labih lanjut adalah sebagai berikut :

    a) Konstrain Selesai ke Mulai (FS)

    Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan

    antara mulainya suatu kegiatan dengan selesainya

    kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FS(i-j) = a

    yang berarti kegiatan (j) mulai a hari, setelah kegiatan

    yang mendahuluinya (i) selesai.

    Gambar 2.5 : Contoh Konstrain FS

    b) Konstrain Mulai ke Mulai (SS)

    Kegiatan (i) Kegiatan (j)FS (i-j) = a

    Konstrain FS

  • 11

    Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan

    antara mulainya suatu kegiatan dengan mulainya

    kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SS(i-j) = b

    yang berarti suatu kegiatan (j) mulai setelah b hari

    kegiatan terdahulu (i) mulai.

    Gambar 2.6 : Contoh Konstrain SS

    c) Konstrain Selesai ke Selesai (FF)

    Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan

    antara selesainya suatu kegiatan dengan selesainya

    kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai FF(i-j) = c

    yang berarti suatu kegiatan (j) selesai setelah c hari

    kegiatan terdahulu (i) selesai.

    Gambar 2.7 : Contoh Konstrain FF

    Kegiatan (i)

    Kegiatan (j)SS (i-j) = b

    Konstrain SS

    Kegiatan (i)

    Kegiatan (j)

    FF (i-j) = c

    Konstrain FF

  • 12

    d) Konstrain Mulai ke Selesai (SF)

    Konstrain ini memberikan penjelasan hubungan

    antara selesainya suatu kegiatan dengan mulainya

    kegiatan terdahulu. Dirumuskan sebagai SF(i-j) = d

    yang berarti suatu kegiatan (j) selasai d hari kegiatan (i)

    terdahulu mulai.

    Gambar 2.8 : Contoh Konstrain SF

    2.1.2. Biaya

    Rencana anggaran biaya suatu bangunan atau proyek adalah

    perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah

    serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan

    bangunan atau proyek tersebut. Pada dasarnya anggaran biaya ini

    merupakan bagian terpenting dalam menyelenggarakan pembuatan

    bangunan itu. Membuat anggaran biaya berarti menaksir atau

    memperkirakan harga dari suatu barang, bangunan atau benda

    (Sumber: Ibrahim, 2001).

    Kegiatan (i)

    Kegiatan (j)

    SF (i-j) = d

    Konstrain SF

  • 13

    Dalam menyusun anggaran biaya dalam penelitian ini dilakukan

    dengan cara anggaran biaya teliti. Anggaran biaya teliti ialah

    bangunan atau proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat, sesuai

    dengan ketentuan dan syarat-syarat penyusunan anggaran biaya.

    Penyusunan anggaran biaya yang dihitung dengan teliti

    didasarkan/didukung oleh bestek, gambar bestek dan harga satuan

    pekerjaan

    2.1.2.1. Perhitungan Anggaran Biaya

    Terdiri Dari 5 Hal Pokok, Yaitu :

    a. Menghitung banyaknya bahan yang dipakai dan harganya

    (Sumber: Lock, 1990)

    b. Menghitung jam kerja buruh (jumlah dan harga) yang

    diperlukan (Sumber: Austen dan Neale, 1984)

    c. Menghitung jenis dan banyaknya peralatan (Sumber:

    Austen dan Neale, 1984)

    d. Menghitung biaya-biaya yang tidak terduga perlu diadakan

    (Sumber: Lock, 1990)

    e. Menghitung prosentase keuntungan, waktu, tempat dan

    jenis pekerjaan

    2.1.2.2. Tahap-Tahap Penyusunan RAB

    Dalam penyusunan RAB proyek terdiri dari beberapa

    tahapan, yaitu:

  • 14

    1. Bill of Quantity (BQ)

    2. Analisa biaya konstruksi (SNI)

    3. Harga Satuan Pekerjaan (HSP)

    4. Rencana Anggaran Biaya (RAB)

    5. Rekapitulasi

    2.1.2.3. Harga Satuan Pokok

    Pengertiannya adalah jumlah harga bahan dan upah,

    tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan

    didapatkan dari harga di pasaran dan dikumpulkan dalam

    suatu daftar yang disebut Daftar Harga Satuan Bahan. Untuk

    upah tenaga kerja didapatkan dilokasi dikumpulkan dan

    dicatat dalam satu daftar yang disebut Daftar Harga Satuan

    Upah.

    Sebelum menyusun dan menghitung harga satuan

    pekerjaan seseorang harus mampu menguasai cara pemakaian

    analisa BOW (Burgerlijke Openbare Werken) ialah suatu

    ketentuan yang ditetapkan Dir BOW tanggal 23 Pebruari

    1921 jaman pemerintahan Belanda. Analisa BOW digunakan

    untuk proyek padat karya dengan alat konvensional, karena

    sudah tidak relevan dengan kebutuhan pembangunan. Namun

    demikian masih dipergunakan sebagai pedoman dalam

    penyusunan anggaran biaya.

  • 15

    Harga Analisa = koef BOW x harga satuan upah/material

    (Rencana dan estimate real of cost,H. Bahtiar Ibrahim, hal 134)

    Untuk perhitungan rancangan anggaran biaya cara secara

    umum bisa disimpulkan sebagai berikut:

    RAB = ( Volume x Harga Satuan Pekerjaan )

    (Rencana dan estimate real of cost, H. Bahtiar Ibrahim, hal 165)

    Untuk mencari prosentase bobot pekerjaan dengan :

    PBP = Volume x Harga satuan x 100 %

    Harga Bangunan

    (Rencana dan estimate real of cost, H. Bahtiar Ibrahim, hal 169)

    2.1.3. Steel Deck

    Steel deck merupakan pengganti bekisting kayu yang dipasang

    secara permanen pada pelat. Serta metode pemasangannya dianggap

    lebih mudah daripada menggunakan bekisting kayu. Penggunaan steel

    deck ini diharapkan dapat mempercepat waktu pembuatan pelat lantai

    maupun atap secara konvensional.

    2.1.3.1. Cara Pemasangan

    Lembaran steel deck diletakan diatas balok-balok

    pemikul (beam), baik diatas kostruksi beton maupun pada

    konstruksi baja, kemudian segera dimatikan/dipakukan atau

  • 16

    di-las, jika perletakan di atas kostruksi baja. Hal tersebut

    untuk menghindari dari geseran perletakan lembaran steel

    deck pada kedudukannya.

    Cara perletakan steel deck pada umumnya minimum 5

    cm dari bibir balok pemikul.Untuk sambungan arah

    memanjang ,jarak perletakan steel deck satu dengan lainnya

    diusahakan seminimal mungkin. Usahakan perletakan

    lembaran Steel Deck bisa menutup dua atau tiga bentangan

    balok pemikul (continuous span), agar lebih praktis dan

    menghemat waktu baik dalam pemasangan maupun dalam

    pengangkutan.

    Lembaran Steel Deck pada waktu beton masih basah

    berfungsi sebagai bekisting dan merupakan lantai kerja paling

    aman bagi pekerja lainnya.Tapi hindarkan terjadinya

    pemusatan beban diatas lembaran steel deck yang belum

    berfungsi tersebut. Disarankan, gunakanlah papan balok kayu

    untuk lintasan jalan para pekerja.

  • 17

    Gambar 2.9 : Lembaran Steel Deck Dan Detail Potongan

    1. IMW STEEL DECK 1000 innovasi dari IMW yang

    merupakan penyempurnaan dari Floor Deck yang ada

    dipasaran,dengan kelebihan pemakaian beton material

    yang lebih ekonomis.

    2. IMW STEEL DECK 1000 lebih cepat dan lebih mudah

    dalam pemasangan, baik pada konstruksi beton ataupun

    pada konstruksi baja.

    3. IMW STEEL DECK 1000 lebih efisien dalam waktu

    pemasangan dengan material yang lebih lebar.

    Spesifikasi Bahan :

    Bahan Dasar : Baja High Tensile G550 Tegangan

    leleh minimum 5500kg/cm

    Lapis Lindung : Hot Dip Galvanized

    Tebal Coating : Z22 (220gr/m)

    Tebal Standart : 0.75 (TCT/m), (7 kg/m) 1.05

    (TCT), (10 kg/m)

    Standart Bahan : ASTM A 653 SNI 070132-95

    Tinggi Gelombang : 50mm

    Lebar Efektif : 1000 mm

  • 18

  • 19

    2.1.4. Pelat Konvensional (Bekisting Kayu)

    Pada pekerjaan proyek konstruksi terutama pekerjaan struktur

    beton bertulang, kayu diperlukan sebagai bahan utama pembuatan

    bekisting untuk membentuk dimensi beton. Bekisting ini akan

    membentuk dimensi elemen struktur kolom, balok, plat, dinding,

    listplank, dan lain-lain sesuai dengan dimensi rencana. Sejauh ini di

    Indonesia, material yang digunakan sebagai bekisting terutama adalah

    kayu. Kayu pada bekisting digunakan sebagai konstruksi penahan

    beban sementara dan sebagai pembentuk dimensi atau permukaan

    elemen struktur beton bertulang.

    Gambar 2.10 : Struktur Pelat Menggunakan Bekisting Kayu

    2.1.4.1. Syarat Bekisting Kayu

    - Kuat- Kokoh / stabil- Tidak bocor

  • 20

    - Mudah dibongkar- Ekonomis- Bersih

    2.1.4.2. Bagian-Bagian Konstruksi Bekisting Kayu

    Bagian acuan :

    a.Cetakan

    b. Gelagar balok

    c.Gelagar untuk cetakan lantai/pengaku cetakan balok.

    d. Papan penjepit cetakan.

    2.1.4.3. Bahan Yang Digunakan

    a. Kayu

    b. Multipleks

    c. Paku

    d. Benang.

    2.1.4.4. Bahan Pelepas Cetakan

    Berfungsi untuk mempermudah pelepasan atau mengurangi

    daya lekat antara cetakan dan beton.

    Bahan-bahan yang digunakan :

    a. Minyak Pelumas

    b. Meni

    c. Air

    d. Kapur

  • 21

    e. Plastik

    2.1.4.5. Pemakuan

    - Pemakuan yang berhubungan langsung dengan cetakanberfungsi sebagai pegangan agar tidak bergeser, shg

    pemakuan hanya sedikit saja dan panjang paku tidak

    terlalu panjang

    - Untuk pemakuan yang lain minimal dua buah paku dandibuat tidak segaris

    2.1.4.6. Pembongkaran

    - Pembongkaran dilakukan bila umur beton telah mencapaicukup umur ( 28 hari )

    - Pada cetakan samping pembongkaran bisa dilakukan lebihdahulu dari pada cetakan bawah.

    2.1.4.7. Type Pekerjaan Bekisting

    1. Sistem konvensional / tradisional

    - Banyak bahan terbuang- Tenaga kerja banyak- Waktu kerja lama- Pemakaian berulang terbatas

    2. Sistem penuh / pabrikan

    - Biaya investasi tinggi- Umur pemakaian lama

  • 22

    - Multiguna dan dilengkapi dengan gambar sistem

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1. Metode Penulisan Skripsi

    Berikut ini diagram alur penelitihan :

    LATAR BELAKANG

    MAKSUD DAN TUJUAN

    PENGUMPULAN DATADATA

    PERMASALAHAN

    METODE PENELITIAN

    ANALISA

    KESIMPULAN SARAN

    Data Skunder

    1. Tinjauan Teori2. Peraturan2 setempat

    Data Primer

    1. Obsevarsi (pengumpulan data)2. Dokumentasi (table)3. Wawancara

  • 23

    Gambar 3.1 : Diagram Penulisan Skripsi

    3.2. Tahap Persiapan

    Tahap persiapan dilakukan survei awal tentang apa dan bagaimana

    pelaksanaan konstruksi pembangunan gedung SMKN 6 Surabaya.

    3.3. Tahap Pengumpulan Data

    Tahap pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut :

    a. Data Primer

    Data primer yang di ambil dalam pengumpulan data sebagai berikut :

    1. Observasi : mengumpulkan data tentang steel deck dan bekisting

    konvensional (kayu) sebagai perbandingan.

    2. Dokumentasi

    3. Wawancara

    b. Data Sekunder

    1. SNI Beton

    2. Network Planning / Precedence Diagram Methode (PDM)

    3. Analisa BOW (Anggaran Biaya)

  • 24

    BAB IV

    ANALISA DAN PEMBAHASAN

    4.1. Analisa

    Pada pelaksanaan pelat konvensional, jenis item pekerjaan yang

    dilakukan yaitu pekerjaan cor beton ready mix K-225, pekerjaan

    pembesian wiremesh, pekerjaan pembesian balok, pekerjaan pasang dan

    bongkar bekisting pelat dan balok, serta pekerjaan pasang dan bongkar

    scaffolding balok dan pelat. Peralatan yang digunakan yaitu concrete pump

    dan scaffolding. Sebelum perhitungan biaya pelaksanaan pelat, dilakukan

    analisa harga satuan masing-masing item pekerjaan, sehingga didapat total

    biaya pengerjaan pelat konvensional lantai 1 (satu), 2 (dua) dan atap sebesar

    Rp.938.689.833. Perhitungan analisa biaya pekerjaan pelat konvensional

    selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

    Pada pelaksanaan pelat metal deck, jenis item pekerjaan yang

    dilakukan yaitu pekerjaan pelat smartdek dan end stop, pekerjaan cor beton

    read y mix K-225, pekerjaan pembesian wiremesh pelat lantai, pekerjaan

    pembesian balok, pekerjaan pasang dan bongkar bekisting balok,

    pekerjaan temporary support, serta pekerjaan pasang dan bongkar

    scaffolding balok.

    Peralatan yang digunakan yaitu concrete pump dan scaffolding.

  • 25

    Sebelum analisa biaya pelaksanaan pelat, dilakukan analisa harga satuan

    masing-masing item pekerjaan. Didapat total biaya pengerjaan pelat steel

    deck sebesar Rp.758.321.069. Perhitungan analisa biaya pekerjaan pelat metal

    deck dapat dilihat pada Tabel 4.4. Dari hasil analisa biaya diperoleh biaya

    pelaksanaan pelat lantai 1, 2 dan atap dengan metode konvensional pada

    proyek pembangunan gedung SMKN 6 Surabaya adalah Rp.938.689.833.

    Sedangkan biaya pelaksanaan pelat lantai 1, 2 dan atap menggunakan steel

    deck adalah Rp.758.321.069.

    4.2. Analisa Biaya

    Data harga satuan material dan upah beserta analisanya didasarkan pada

    kontrak proyek tersebut.

    Perbandingan perhitungan volume dan harga antara plat konvensional dan

    steel deck.

    Pekerjaan pembetonan plat lantai :

    No. UraianLuas Konvensional Bondek HargaSatuan Perbandingan Harga (Rp)

    (m2) t (m) V (m3) t (m) V (m3) Rp. Konv. Bondek

    1 Plat Lt.1 630 0.12 75.60 0.10 63.00 737.072 55.722.617 46.435.5142 Plat Lt. 2 630 0.12 75.60 0.10 63.00 737.072 55.722.617 46.435.5143 Plat t.Atap 650 0.10 65.00 0.10 65.00 737.072 47.909.657 47.909.657

    Total 216.20 191.00 159.354.891 140.780.685

    Tabel 4.1. : Analisa biaya pekerjaan pembetonan plat lantai

  • 26

    Pekerjaan bekisting plat lantai :

    No. UraianLuas

    Harga Satuan Perbandingan HargaKonv. Bondek Konv. Bondek

    (m2) Rp. Rp. Rp. Rp.

    1 Plat Lt. 1 630 124,690 295,370 78,554,732 186,082,8732 Plat Lt. 2 630 124,690 295,370 78,554,732 186,082,8733 Plat Lt. Atap 650 124,690 295,370 81,048,533 191,990,266

    Total 238,157,996 564,156,012

    Tabel 4.2. : Analisa biaya pekerjaan bekisting plat lantai

    Pekerjaan pembesian plat lantai :

    No. UraianLuas Konvensional Harga

    Satuan(Rp)

    Perbandingan Harga ( Rp)m2 Rasio V (m3) Konv. Bondex

    1 Konvensional 299,25 216,20 8.364 541.176.9472 Bondex 1.910,00 27.949,93 53.384.372

    Tabel 4.3. : Analisa biaya pekerjaan pembesian plat lantai

    Rekapitulasi

    No. UraianHarga (Rp)

    DeviasiKonvensional Bondex

    1 Beton 159.354.891 140.780.685 18.574.2062 Bekisting 238.157.996 564.156.012 -325.998.0173 Besi 541.176.947 53.384.372 487.792.575

    Total 938.689.833 758.321.069 180.368.764

    Tabel 4.4. : Analisa pebandingan biaya pekerjaan plat lantai steel deck

    dengan bekisting konvensional

  • 27

    4.3. Analisa Waktu

    Untuk menganalisa waktu pekerjaan pelat beton bekisting konvensional

    dan pelat beton menggunakan steel deck dilakukan kajian atau studi literature

    agar diperoleh waktu yang efisien diantara kedua metode pelaksanaan

    tersebut.

    4.3.1. Analisa Waktu Pelat Beton Bekisting Konvensional

    Luas area zona : 630 m2

    Tebal pelat : 12 cm

    Volume beton : 630 m2 x 0,12 m3/m2 = 75,60 m3

    Berat besi beton : 630 m2 x 13,76 kg/m2 = 8.668,80 kg

    Jumlah batang besi : 8.668,80 kg / 7,4 1 batang = 12 m x

    0,617 kg/m = 1.172 batang besi dia.10 mm

    Luas Bekisting : 630 m2 x 0,83 = 522,9 m2

    Pekerja yang dipekerjakan adalah :

    a. Tukang bekisting = 24 orang

    b. Tukang besi = 10 orang

    c. Tukang cor = 6 orang

    Waktu Yang Digunakan Untuk Melaksanakan Pelat Beton Adalah :

    a. Pekerjaan bekisting pelat.

    - Produktifitas tenaga kerja menyetel bekisting tiap 10 m2 = 5 jam(522,90 / 10) x 5 jam= 261,45 jam / 24 = 10,89 jam

    - Produktifitas tenaga kerja memasang bekisting tiap 10 m2 = 3 jam

  • 28

    (522,90 / 10) x 3 jam= 156,87 jam / 24 = 6,54 jam

    - Produktifitas tenaga kerja membuka dan membersihkan bekistingtiap 10 m2 = 3 jam

    (522,90 / 10) x 3 jam= 156,87 jam / 24 = 6,54 jam

    Waktu yang dibutuhkan untuk penyetelan, pemasangan,

    pembongkaran dan pembersihan bekisting pelat adalah :

    (10,89 jam + 6,54 jam + 6,54 jam) = 23,97 jam

    b. Fabrikasi dan pasang pembesian pelat lantai :

    - Produktifitas tenaga kerja membengkok besi dia.10 mm, 100bengkokan = 2 jam

    (1.172 / 100) x 2 jam = 23,44 jam / 10 = 2,34 jam

    - Produktifitas tenaga kerja membuat kait besi dia.10 mm, 100 kait= 3 jam

    (1.172 / 100) x 3 jam = 35,16 jam / 10 = 3,52 jam

    - Produktifitas tenaga kerja memasang besi dia.10 mm, 100 kait = 7jam

    (1.172 / 100) x 7 jam = 82,04 jam / 10 = 8,20 jam

    Waktu yang dibutuhkan untuk fabrikasi pemasangan pembesian

    pelat adalah :

    (2,34 jam + 3,52 jam + 8,20 jam) = 14,06 jam

    c. Pengecoran pelat lantai

  • 29

    - Produktifitas tenaga kerja memasang beton structural adalah 5,24jam

    (75,60 / 6,59) = 11,47 jam

    Waktu yang dibutuhkan untuk pengecoran pelat adalah 11,47

    jam

    Jadi Total waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan

    pelat lantai adala (23,97 jam + 14,06 jam + 11,47 jam) = 49,5 jam

    Tabel 4.5. : Bar Cart Pekerjaan Pelat Beton Bekisting Konvensional

    No. Uraian Pekerjaan Jam ke-5 10 15 20 25 30 35 40 45 501 Pekerjaan bekisting pelat2 Pekerjaan pembesian pelat

    3 Pekerjaan pengecoranpelat

    Sumber olah data masing masing pekerjaanPada proyek pembangunan gedung SMKN 6 Surabaya untuk 1 hari

    kerja = 8 jam, jadi untuk penyelesaian 49,5 jam = 6,18 ~ 7 hari

    4.3.2. Analisa Waktu Pelat Beton Steel Deck

    Luas area zona : 630 m2

    Tebal pelat : 10 cm

    Volume beton : 630 m2 x 0,10 m3/m2 = 63,00 m3

    Berat besi beton : 630 m2 x 2,01 kg/m2 = 1.266,30 kg

    Jumlah batang besi : 1.266,30 kg/7,41 batang = 12 m x

    0,617 kg/m = 172 batang besi dia.10 mm

  • 30

    Luas Bekisting : 630 m2 x 0,83 = 522,90 m2

    Luas Wiremesh M5 : 630 m2 x 1,00 m2 = 630,00 m2

    Pekerja yang dipekerjakan adalah :

    a. Tukang bekisting = 24 orang

    b. Tukang besi = 10 orang

    c. Tukang cor = 6 orang

    Tabel 4.6. : Upah tukang 1 hari = 5 jam kerja efektif

    No. UraianUpah / Hari

    Rp.

    1 Pekerja 40.0002 Tukang 50.0003 Kepala tukang 50.0004 Mandor 60.000

    Sumber dari harga kontrak proyek

    Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan pelat beton dengan

    bekisting steel deck adalah :

    a. Pekerjaan pasang pelat steel deck

    Untuk mendapatkan waktu penyelesaiannya akan diperhitungkan

    nilai manhournya dan produktifitasnya.

    Contoh : dari tabel 4.3.2. Indeks upah tukang untuk pekerjaan pelat

    steel deck didapat :

    - Pekerja 0,050 OH- Tukang 0,030 OH

  • 31

    - Mandor 0,010 OH1 hari = 5 jam kerja efektif

    Untuk 1 m2 pelat steel deck = (0,05 x (Rp.40.000/Rp.50.000)) +

    (0,03) + (0,01 x (Rp.60.000/Rp.50.000)) = 0,082 manday tukang

    = 0,082 x 5 jam = 0,41 manhour tukang

    1 / 0,082 = 12,19 m2 / manday atau 12,19 / 5 = 2,43 m2/jam

    Jadi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan pekerjaan pelat

    steel deck adalah :

    (522,90 m2 / 2,43 m2/jam) / 24 tukang = 8,96 jam

    b. Fabrikasi dan pasang pembesian dia.10 mm pelat lantai.

    - Produktifitas tenaga kerja membuat kait besi dia.10 mm, 100 kait= 1,2 jam.

    (172 batang / 100) x 1,2 = 2,064 jam / 10 = 0,21 jam

    - Produktifitas tenaga kerja memasang besi dia.10 mm, 100 batang= 3,5 jam.

    (172 batang / 100) x 3,5 = 6,02 jam / 10 = 0,60 jam

    Waktu yang dibutuhkan untuk fabrikasi dan pemasangan

    pembesian dia.10 mm pelat adalah (0,21 jam + 0,60 jam) = 1,1 jam

    c. Pasang wiremesh M5

    Untuk mendapatkan waktu untuk penyelesaiannya akan

    diperhitungkan nilai manhournya dan produktifitasnya.

  • 32

    Contoh : Dari table 4.3.2. Indeks upah tukang untuk 10 kg

    pekerjaan wiremesh didapat :

    - Pekerja = 0,025 OH- Tukang = 0,025 OH- Kepala tukang = 0,002 OH- Mandor = 0,001 OH1 hari = 5 jam kerja efektif

    1 m2 wiremesh M5 = 2,13 kg

    Untuk 1 kg wiremesh = (0,025 x (Rp.40.000/Rp.50.000)) + (0,025)

    + (0,002) + (0,001 x (Rp.60.000/Rp.50.000)) = 0,048 manday

    tukang

    = 0,048 x 5 jam = 0,24 manhour tukang

    = 10 / 0,048 = 208,33 kg/manday atau 208,33 kg / 5 = 41,67 kg/jam

    Jadi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan

    wiremesh adalah

    ((630,00 m2 x 2,13 kg) / 41,67 kg/jam) / 10 tukang = 3,22 jam

    d. Pengecoran pelat lantai

    - Produktifitas tenaga kerja pengecoran beton = 5,24 jam.(63,00 m3 / 5,24 m3/jam) = 12,03 jam / 6 = 2,01 jam

    Jadi Total waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian pekerjaan

    pelat beton steel deck adalah :

    (8,96 jam + 1,1 jam + 3,22 jam + 2,01 jam) = 15,28 jam / 8 jam

  • 33

    = 1,91 ~ 2 hari

    Tabel 4.7. : Bar Cart Pekerjaan Pelat Beton Bekisting Steel Deck

    No. Uraian Pekerjaan Jam ke-5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

    1 Pekerjaan pasang plat steeldeck

    2 Pekerjaan pembesian pelatdia.10 mm

    3 Pekerjaan pembesianwiremesh M5

    4 Pekerjaan pengecoranpelat

    Dari total waktu masing-masing metode pekerjaan tersebut didapat

    selisih waktu antara keduanya yaitu sebagai berikut:

    A. Waktu pelat beton konvensional : 6,18 hari

    B. Waktu pelat beton steel deck : 1,91 hari

    Selisih waktu pekerjaan 4,27 hari

    Selisih prosentase waktu pelat beton steel deck dengan pelat beton

    konvensional adalah :

    = x 100% = 69,09 %

    Jadi untuk waktu pelaksanaan pengerjaan pelat beton dengan

    menggunakan steel deck lebih cepat 69,09% daripada menggunakan

    metode bekisting konvensional.

  • 34

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Dalam pengerjaan proyek ini dianalisa perbandingan biaya dan waktu

    dari pekerjaan bekisting dengan menggunakan metode konvensional/kayu

    dan dengan metode hard slab yaitu steel deck. Dapat kita ketahui bahwa

    dengan menggunakan metode bekisting steel deck biayanya lebih murah

    sebesar Rp.758.321.069 daripada menggunakan metode bekisting

    konvensional yaitu sebesar Rp.938.683.833

    Untuk waktu pengerjaan pun dengan tenaga yang sama jumlahnya

    yaitu 24 orang tukang bekisting, 10 orang tukang besi dan 6 orang tukang cor

    maka durasi penyelesaian pekerjaan lebih cepat dengan menggunakan steel

    deck yaitu 2 hari daripada bekisting konvensional selama 7 hari.

    5.2 Saran

    Adapun saran yang dapat diberikan diantarannya yaitu :

    1. Untuk hasil yang ekonomis , penentuan dimensi ditentukan dari tegangan

    suatu dimensi profil yang mendekati tegangan ijin dan dinilai aman.

    2. Penentuan dimensi rencana untuk konstruksi harus memperhatikan

    ketentuan minimum yang boleh digunakan, karena berpengaruh pada

    faktor keamanan dalam penggunaan bangunan tersebut.

  • 35

    3. Dalam memilih metode bekisting, selain perhitungan dan analisa tersebut

    di atas, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti lokasi dan

    lingkungan. Sehingga dalam pemilihannya diharapkan kita diharapkan

    tepat.

  • 36

    DAFTAR PUSTAKA

    Hardi, Santoso Ir, Tabel Profil Konstruksi Baja.

    Departemen Pekerjaan Umum, Pedoman Perencanaan Bangunan Baja Untuk

    Gedung, Yayasan LPMB, Bandung, 1984

    Departemen Pekerjaan Umum, Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk

    Gedung, Ditjen Cipta Karya Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,

    Bandung, 1983.

    V. Sunggono, KH, Buku Teknik Sipil, Nove, Bandung, 1995

    Bustranan, Z.Lambri, Daftar Untuk Konstruksi Baja, Cetakan keenambelas,

    PT.Pradnya Paramita, Jakarta, 1992.

    Ibrahim H, Bachtiar, Rencana dan Estimate Real of Cost, Cetakan 3, Bumi

    aksara, 2001.

    Ervianto, Wulfram I, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Edisi I,

    Andi, Jogjakarta, 2004.

    Mukomoko J.A Ir, Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, Cetakan ke

    enambelas, Gaya Media Pratama, Jakarta, 2007.

  • 37

    Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk

    Bangunan Gedung/ SK SNI T-15-1991-03, Cetakan pertama, Yayasan Lembaga

    Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung, 1991.

    Kusuma Giodeon H. Ir. Vis W.C.Ir. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang,

    Jakarta Erlangga, 1993

    Soedrajat S, A, Ir, 1994. Analisa (cara modern) Anggaran Biaya Pelaksanaan

    lanjutan. Bandung : Nova.

    R Sutjipto, Nugraha Paulus dan Natan Ishak. 1985. Manajemen Proyek

    Konstruksi 1. Surabaya : Kartika Yudha.

    R Sutjipto, Nugraha Paulus dan Natan Ishak. 1985. Manajemen Proyek

    Konstruksi 2. Surabaya : Kartika Yudha.