75

PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id
Page 2: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

Isfenti Sadalia Novi Andrani Butar-Butar

Pustaka Bangsa press

Page 3: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Isfenti Sadalia Perilaku Keuangan: Teori dan Implementasi/ Isfenti Sadalia [dan] Novi Andrani Butar-Butar,-Medan: Pustaka Bangsa Press

ISBN 978-602-1183-32-8 I. Judul.

Hlm. 68 Uk. 15,5 x 24 cm

© Hak cipta dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apapun, termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy tanpa izin dari penulis

Hak penerbitan pada Penerbit Pustaka Bangsa Press Anggota IKAPI

ISI DI LUAR TANGGUNG JAWAB PENERBIT

Page 4: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

iii

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, atas

berkah dan rahmat Nya, sehingga buku Perilaku Keuangan: Teori

dan Implementasi ini dapat diselesaikan. Berawal dari sebuah

keinginan untuk dapat memberikan kemanfaatan lebih untuk

khalayak, kami mencoba untuk berbagi ilmu pengetahuan yang

telah dititipkan-Nya melalui media buku.

Sebagian besar mahasiswa sulit untuk memperoleh buku

terkait dengan Perilaku Keuangan: Teori dan Implementasi, oleh

karena itu diharapkan buku ini mampu menjawab segala

persoalan dan kebutuhan terkait dengan pemahaman teori

tentang aplikasi analisis manajemen keuangan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-

rekan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

Utara. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang turut memberi kontribusi dalam proses penyelesaian buku

ini. Akhir kata, dengan kerendahan hati, penulis juga

mengharapkan saran dan masukan yang konstruktif dari para

pembaca. Semoga buku ini bermanfaat.

Medan, Nopember 2016

Penulis

Page 5: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

iv

DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................... iii Kata Sambutan Ketua Lembaga Penelitian USU ..................................................................... iv Daftar Isi .............................................................. v BAB I. Perilaku Keuangan ............................... 1

A. Sejarah Perkembangan Perilaku Keuangan .................................................... 2

B. Pengertian Behaviour Finance ................... 5 C. Homo Economicus...................................... 7 D. Kontribusi Para Ahli ................................... 7 E. Penyimpangan ............................................ 8

BAB II. Anchoring Dan MentalAccounting ..... 10

A. Anchoring ................................................ 10 B. Mental Accounting (Akuntansi

Mental) ..................................................... 11

BAB III. Bias Dan Gambler’s Fallacy ............... 14 A. Confirmation and Hindsight Bias ........... 14 B. Gambler’s Fallacy ..................................... 15 C. Herd Behavior ........................................... 17

BAB IV. Over Confidence Dan Ketersediaan

Bias ................................................... 19 A. Terlalu Percaya (Over Confidence) .......... 19 B. Over Reaction dan Ketersediaan Bias ..... 20

BAB V. Theory Prospect................................. 21 BAB VI. Perilaku Penggunaan Uang ............... 26 BAB VII. Perilaku Pengelolahan Uang ............. 28

Page 6: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

v

BAB VIII. Financial Behavior and Financial Performance on Small and Medium Enterprise in Medan Coastal ............................................. 30

BAB IX. Financial Management Behavior

and Financial Distress on Small Medium Enterprice in Seabord of Medan .............................................. 42

BAB X. Financial Literacy dan Financial

BehaviorMahasiswa Universitas Sumatera Utara ................................. 54

BAB XI. Kesimpulan .......................................63 Daftra Pustaka ..................................................... 65

Page 7: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id
Page 8: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

1

BAB I

PERILAKU KEUANGAN

Menurut Teori Keuangan Konvensional memaksimumkan

kekayaan merupakan hal yang rasional bagi seluruh dunia. Jika

kita menggunakan teori keuangan ‘konvensional’ atau ‘modern’

untuk menggambarkan keuangan, kita akan berbicara mengenai

jenis pembiayaan yang didasarkan pada teori-teori yang rasional

dan logis, seperti Capital Aset Pricing Model (CAPM) dan

Efficient Market Hypothesis (EHM). Teori ini berasumsi bahwa

sebagian besar orang berperilaku secara rasional dan terduga.

Namun, ada saatnya dimana ketika emosi dan psikologi

seseorang mempengaruhinya dalam mengambil keputusan

menyebabkan individu berperilaku tidak rasional. Para ahli

dibidang keuangan dan ekonomi mulai menemukan adanya

penyimpangan dan perilaku yang tidak dapat dijelaskan dengan

teori yang telah ada pada saat itu. Peristiwa keuangan tersebut

antara lain berupa anomali keuangan dalam bentuk volatilitas

saham secara eksesif di pasar modal seprti kasus January Effect,

Day of the week effect, returns over trading dan non-trading

periods, stock return volatility dan the internet phenomenon.

Pada saat itu pasar terbukti berperilaku dengan tidak terduga

atau tidak rasional, sementara teori konvensional atau modern

yang ada pada saat itu hanya bisa menjelaskan tentang keadaan

yang ideal atau terduga saja. Oleh karena itu, muncullah teori

yang disebut dengan teori perilaku keuangan yang membahas

tentang perilaku yang tidak terduga.

Hal tersebutlah yang tidak termasuk kedalam teori

keuangan konvensional. Karena adanya faktor psikologi yang

dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusannya

sedangkan teori pada saat itu tidak dapat menjelaskannya, maka

dikenallah ilmu keuangan yang disebut dengan tingkah laku atau

perilaku keuangan (behavior finance).

Perilaku keuangan merupakan bidang ilmu yang relatif

baru yang bertujuan untuk menggabungkan teori psikologi

perilaku dan kognitif dengan ekonomi konvensional dan

Page 9: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

2

keuangan untuk memberikan penjelasan mengapa orang

mengambil keputusan keungan yang tidak rasional. Perilaku

keuangan berhubungan dengan tanggung jawab keuangan

seseorang terkait dengan cara pengelolaan keuangannya.

Tanggung jawab keuangan adalahbagaimana proses pengelolaan

uang dan aset yang dilakukan secara produktif.

Studi ini berpendapat bahwa masyarakat nyaris bersikap

tidak rasional sebagaimana telah dibuat dalam teori keuangan

tradisional. Ide bahwa psikologi mendorong pergerakan pasar

saham mengusik teori-toeri yang ada yang menyatakan bahwa

pasar adalah efisien.Penganut teori perilaku menjelaskan bahwa

perilaku irasional adalah persoalan yang umum, bukan sebuah

anomali (penyimpangan).

Dalam buku ini akan dibahas tentang sejarah singkat

perilaku keuangan, penyimpangan yang terjadi di dunia

keuangan, teori prospek dan contoh penelitian yang membahas

tentang perilaku keuangan.

A. Sejarah Perkembangan Perilaku Keuangan

Pada awalnya kemunculan perilaku keuangan dimulai

karena adanya penolakan terhadap teori pasar efisien. Robert J.

Shiller seorang profesor dari Universitas Yale adalah orang yang

mempunyai peran yang besar dalam perilaku keuangan karena

dia mengungkapkan bahwa pasar tidak sepenuhnya efisien. Pada

tahun 1981, dengan penelitian yang berjudul “Do Stock Price

Move too much to be Justified by Subsequent Changes in

Dividends’ yang dipublikasikan di The American Economic

Review, Robert menunjukkan telah terjadi excess volatility

antara harga saham dengan fundamental yang mendasarinya.

Penelitian ini akhirnya menimbulkan perdebatan yang luar biasa

di kalangan para akademisi. Karena pada saat itu Shiller tidak

mengetahui faktor apa yang menyebabkan pasar menjadi tidak

efisien.

Dalam membuktikan volatilitas itu, Shiller mendapatkan

bantuan dari istrinya.Istri dari Shiller yang merupakan seorang

mahasiswa doktoral bidang psikologi di Universitas Daleware

mencoba membantu Shiller dengan menjelaskan ketidakefisienan

pasar dengan pendekatan ilmu sosial dan pada makalah yang

diberi judul “Stock Price and Social Dynamics’ pada pertemuan

di Brooking Institute. Namun dia malah mendapat , ejekan tidak

Page 10: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

3

hanya datang secara lisan pasa saat konferensi. Ejekan secara

tertulis pun ada, G. William Schwert seorang pendukung teori

pasar efisien menjuluki Shiller dengan sebutan ‘sosiolog

amatiran’. Hasil konferensi tersebut menyatakan bahwa setiap

pergerakan pasar saham haruslah mempunyai landasan yang

rasional. Namun Shiller memiliki pendapat lain mengenai hasil

konferensi tersebut, Ia mengatakan bahawa kesimpulan itu

merupakan sebuah kesalahan ‘satu dari kesalahan terbesar

terbesar sejarah pemikiran ekonomi’.

Orang yang berperan besar lainnya dalam perilaku

keuangan adalah Richard H. Thaler, seorang profesor ekonomi

dan ilmu keperilakuan dari Universitas Chicago. Thaler menulis

disertasi doktoralnya berdasarkan paradigma pasar efisien, tetapi

pada akhirnya ia berbalik arah dengan mengembangkan perilaku

keuangan. Akhirnya Thaler menjadi sebuah anomali di

universitasnya karena menyimpang dari pemikiran ekonomi

neoklasik yang dikembangkan dari sekolah pemikir ekonomi

(economic schools of thought).

Dengan dukungan dana dari Russell Sage Foundation,

sejak tahun 1991 Thaller bersama Shiller mengkoordinasikan

sebuah workshop pada National Biro Economic Research

(NBER). Sejak saat itulah penelitian dengan tema perilaku

keuangan menjadi semakin berkembang pesat. Perkembangan ini

ditandai dengan semakin bertambahnya working paper yang

bertema perilaku keuangan. Jurnal ilmiah utama ilmu keuangan

sudah menjadi media publikasi hasil penelitian tentang perilaku

keuangan, seperti The Journal of Finance dan Journal of

Financial Economics. Perkembangan perilaku keuangan ini

menjadi cara berpikir yang baru dalam memahami fenomena

ekonomi keuangan dan hal ini menunjukkan bahwa kalangan

akademisi keuangan telah menerima keberadaan teori perilaku

keuangan.

Daniel Kahneman, akibat dari pengintegrasian ilmu

psikologi kedalam ilmu ekonomi keuangan membuat ia diberi

hadiah nobel ekonomi pada tahun 2002. Hal inidikarenakan ia

memodelkan perilaku manusia mengambil resiko dari ilmu

psikologi kedalam ilmu ekonomi yang dikenal dengan nama teori

prospek.

Teori perilaku keuangan masih dianggap berusia muda,

jika dibandingkan dengan ilmu keuangan pada periode

Page 11: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

4

sebelumnya. Namun, saat ini perilaku keuangan tidak hanya

sebatas konsep tetapi sudah menjadi metode operasional untuk

menganalisis dan menjelaskan tentang keberadaan dari

mispricing harga saham, menjelaskan mengapa individu tidak

melakukan diversifikasi dan bagaimana noise trader

menciptakan pasar yang tidak efisien.

Saat ini dalam melakukan kegiatan investasi, investor

tidak hanya menggunakan estimasi atas prospek instrumen

investasi saja tetapi juga sudah memasukkan faktor psikologi.

Bahkan, banyak pihak yang sudah menyatakan bahwa faktor

psikologi investor memiliki peran yang paling besar dalam

menentukan investor untuk berinvestasi. Contoh yang cukup

menarik dalam berinvestasi adalah adanya rasio terikat (bounded

rationality). Di lain sisi juga terjadi, investor menjual saham

dengan cepat pada saat harga saham tinggi (memberikan untung)

dan bisa menahan saham dalam jangka waktu yang lama ketika

harga saham tersebut turun (rugi). Faktor psikologi tersebut

memberikan pengaruh dalam berinvestasi dan juga

mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu, analisis

berinvestasi yang menggunakan teori psikologi dan teori

keuangan dikenal dengan perilaku keuangan (behavioural

finance).

Ciri-ciri manusia yang paling umum adalah takut, marah,

serakah, mementingkan diri sendiri dalam menempatkan

keputusan tentang uang. Perilaku manusia biasanya tidak bersifat

proaktif, melainkan lebih bersifat reaktif. Perilaku keuangan

relatif lebih mudah untuk menjelaskan mengapa individu

membuat sebuah keputusan, tetapi malah mengalami kesulitan

dalam mengukur apa akibat dari keputusan tersebut kepada

dirinya. Perilaku keuangan mempelajari pengaruh dari faktor

sosial, kognitif dan emosional pada keputusan ekonomi individu.

Adapun perkembangan perilaku keuangan yang

memasukkan faktor kekuatan emosi dan psikologi investor di

pasar keuangan adalah:

1. Mackay (1841) menyajikan kronologis tentang kepanikan

yang terjadi di pasar keuangan sebagai cerminan dari adanya

aspek psikologis investor.

2. Bon (1895) mengajukan gagasan tentang prean ‘crowds’ yang

dapat diartikan sebagai investor di pasar, dan perilaku dari

Page 12: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

5

perilaku kelompok yang mencoba kemampuan di bidang

keuangan, psikologi, sosial, sosiologi dan sejarah.

3. Selden (1912) menerapkan perilaku keuangan dalam konteks

psikologi di pasar modal.

B. Pengertian Behaviour Finance

Banyak ahli yang telah mendefinisikan perilaku keuangan,

berikut adalah beberapa definisi perilaku keuangan :

1) Shefrin (2000), perilaku keuangan adalah studi yang

mempelajari bagaimana fenomena psikologi mempengaruhi

tingkah laku keuangannya. Tingkah laku dari para para

pemain saham tersebut disebut tingkah laku para praktisi.

2) Nofsinger (2001), perilaku keuangan yaitu mempelajari

bagaimana manusia secara actual berperilaku dalam sebuah

penentuan keuangan (a financial setting).

3) Litner (1998), perilaku keuangan merupakan suatu ilmu yang

mempelajari bagaimana manusia menyikapi dan bereaksi

atas informasi yang ada dalam upaya untuk mengambil

keputusan yang dapat mengoptimalkan tingkat

pengembalian dengan memperhatikan risiko yang melekat di

dalamnya (unsur sikpa dan tindakan merupakan faktor

penentu dalam berinvestasi).

4) Fuller (2000) mendefinisikan perilaku keuangan kedalam

tiga poin cara, yaitu:

a. Perilaku keuangan adalah penggabungan antara ekonomi

klasik dan keuangan dengan psikologi dan ilmu

pengambilan keputusan, dan perlu diketahui bahwa ilmu

pengambilan keputusan juga berkembang mengikuti

perkembangan zaman, sehingga penerapan teori

ekonomi klasik yang relatif bersifat baku, berbeda-beda

seiring dengan perkembangan zaman.

b. Perilaku keuangan adalah suatu percobaan untuk

menjelaskan apa penyebab beberapa anomali-anomali

keuangan yang sudah terlihat dandibukukan dalam

literasi keuangan. Banyaknya studi kasus dan observasi

dari kejadian sebelumnya diharapkan dapat menjadi

dasar pengembangan teori perilaku keuangan dimasa

depan. Diharapkan anomali-anomali keuangan tersebut

dapat dijelaskan melalui teori-teori baru.

Page 13: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

6

c. Perilaku keuangan adalah suatu bidang studi yang

menjelaskan bagaimana investor secara sistematis

membuat judgement yang salah atau ‘mental mistakes’

Shefrin (2000) menyatakan ada tiga tema yang dibahas

dalam perilaku keuangan, dimana tema tersebut dibuat dalam

bentuk pertanyaan, yaitu:

1. Apakah praktisis keuangan mengakui adanya kesalahan

karena selalu berpatokan kepada aturan yang telah

ditentukan (rules of thumb). Bagi penganut perilaku

keuangan mengakuinya sementara keuangan tradisional

tidak mengakuinya. Penggunaan rules of thumb ini disebut

dengan Heuristics to Process Data. Penganut keuangan

tradisional selalu menggunakan alat statistik secara tepat dan

benar untuk memperoleh data. Sementara penganut perilaku

keuangan melaksanakan rules of thumb seperti ‘back-ofothe-

envelope calculation’ dimana ini secara umum tidak

sempurna. Akibatnya, praktisi memegang ‘biased beliefs’

yang mempengaruhi memenuhi janji terhadap kesalahan

tersebut. Tema ini dikenal dengan Heuristics-driven bias.

2. Apkah bentuk termsuk inti persoalan (subtance)

mempengaruhi praktisi? Penganut perilaku keuangan

menyatakan bahwa persepsi praktisi terhadap risiko dan

tingkat pengembalian sangat dipengaruhi oleh bagaimana

‘decision problem’ dikerangkanya (framed). Sementara

penganut keuangan tradisional memandang semua

keputusan berdasarkan transparan dan objektif. Tema ini

dikenal dengan frame dependence.

3. Apakah kesalahan dan kerangka mengambil keputusan

mempengaruhi harga yang dibangun pada pasar? Penganut

perilaku keuangan menyatakan ‘heuristics-driven bias’ dan

pengaruh framing menyebabkan harga jauh dari nilai

fundamentalnya sehingga pasar tidak efisien. Sementara

pengantu keuangan tradisional mengasumsikan pasar efisien

seperti yang diuraikan Fama (1970). Tema ini dikenal dengan

pasar tidak efisien (inefficient market).

Page 14: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

7

C. Homo Economicus

Salah satu asumsi paling dasar adalah bahwa ekonomi

konvensional dan keuangan dibuat untuk orang-orang yang

rasional yang berusaha sendiri untuk meningkatkan

kesejahteraan mereka. Menurut ekonomi konvensional, emosi

dan faktor-faktor eksternal lainnya tidak mempengaruhi orang-

orang ketika mengambil keputusan ekonomi mereka.

Dalam kebanyakan kasus, asumsi ini tidak mencerminkan

bagaimana orang berperilaku didunia nyata. Faktanya adalah

individu sering berpikir tidak rasional. Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya orang yang membeli tiket lotre dengan harapan

memenangkan jackpot yang besar. Dari sudut pandang yang

logis, hal ini tentu sangat tidak masuk akal. Membeli tiket lotre

dengan peluang menang yang kecil dan harus bersaing dengan

pemegang tiket yang lain (seperi 1 berbanding 100juta).

Walaupun begitu, jutaan orang tetap menghabiskan uang mereka

untuk kegiatan ini.

Penyimpangan tersebut membuat para ahli untuk melihat

kepada psikologi kognitif tentang perilaku yang tidak rasional

dan tidak logis. Bahwa sebenarnya keuangan modern telah gagal

untuk menjelaskan keadaan yang terjadi di pasar. Perilaku

keuangan berusaha untuk menjelaskan tindakan, sedangkan

keuangan modern berusaha untuk menjelaskan tindakan

“manusia ekonomi”.

D. Kontribusi Para Ahli

Psikolog kognitif Daniel Kahneman dan Amos Tvesky

dianggap sebagai ayah dari perilaku ekonomi atau keuangan.

Kahneman dan Tvesky menyampaikan penilaian pada kondisi

ketidakpastian yang bisa menghasilkan heuristik atau bias.

Kahneman dan Tvesky pada tahun 1979 dengan teori prospek dan

dilanjutkan dengan pada tahun 1992 tentang teori prospek

lanjutan. Kahneman sebagia salah satu promotor teori ini

mendapatkan hadiah Nobel pada tahun 2002 yang memberikan

alternatif analisis dalam bidang ekonomi dan keuangan.

Kahneman dan Tvesky memperkenalkan teori prospek. Teori ini

dimulai dengan mengkritik teori utilitas yang paling banyak

dipergunakan dalam menganalisis investasi terutama dalam

kondisi berisiko. Manusia dalam mengambil keputusan

berperilaku menurut ilmu psikologi.

Page 15: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

8

Richard Thaler merupakan pengembang bidang perilaku

keuangan, selama studinya Thaler menjadi lebih sadar akan

kekurangan teori-teori ekonomi konvensional yang berkaitan

dengan perilaku masyarakat. Thaler menyadari bahwa tidak

seperti ekonomi konvensional, teori psikologi dapat menjelaskan

ketidakrasionalan dalam berperilaku.

Meskipun perilaku keuangan telah mendapat dukungan,

namun hal ini tidak lepas dari adanya kritik. Kritikus yang paling

menonjol dari perilaku keuangan adalah Eugene Fama, pendiri

teori efisiensi pasar. Profesor Fama menunukkan bahwa

meskipun ada beberapa penyimpangan yang tidak bisa dijelaskan

dengan teori keuangan modern, efisiensi pasar tidak harus benar-

benar ditinggalkan demi perilaku keuangan. Ia mencatat bahwa

banyak penyimpangan yang ditemukan dalam teori konvensional

bisa dianggap peristiwa kesempatan jangka pendek yang pada

akhirnya diperbaiki dari waktu ke waktu. Fama berpendapat

bahwa banyak dari temuan dibidang perilaku keuangan

tampaknya bertentangan antara satu dengan yang lain, dan

bahwa semua perilaku keuangan ini sendiri tamoaknya menjadi

koleksi penyimapangan yang dapat dijelaskan oleh efisiensi

pasar.

E. Penyimpangan

Adanya penyimpangan yang terjadi dalam ekonomi

konvensional menjadi kontribusi besar untuk pembentukan

perilaku keuangan. Berikut ini beberapa penyimpangan yang

ditemukan dalam literatur keuangan:

1. Efek Januari

Efek bulan Januari adalah sebuah fenomena

dimana harga dari sebagian saham yang diperdagangkan

akan cenderung bergerak naik pada minggu-minggu

awal bulan tersebut. Hal ini bertentangan dengan hipotesis

pasar yang efisien yang mempredikasi bahwa saham harus

bergerak pada “random walk”. Salah satu penjelasannya

adalah bahwa lonjakan return Januari adalah hasil dari

investor yang menjual saham yang turun pada Bulan

Desember untuk menghindari kerugian pajak,

mengakibatkan return bangkit kembali pada Bulan Januari

ketika investor memiliki lebih sedikit intensif untuk menjual.

2. Kutukan Sang Pemenang

Page 16: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

9

The Winner Curse atau Kutukan Sang Pemenang adalah

sebuah istilah yang sering digunakan dalam dunia politik dan

ekonomi. Wikipedia mengartikan sebagai: kejadian seakan-

akan kemenangan telah diraih namun sebenarnya pihak yang

dianggap kalah telah berada dalam keadaan untung, hal ini

terjadi karena kurangnya informasi“. Menurut Thaler (1988)

tentang kutukan sang pemenang, ada dua faktor utama yang

melemahkan proses penawaran rasional yaitu jumlah

penawaran dan agresivitas penawar. Sebagai contoh,

banyaknya penawar yang terlibat dalam sebuah proses

penawaran mengartikan bahwa Anda harus melakukan

penawaran yang lebih agresif untuk mencegah orang lain

mendapatkan barang yang ditawar itu. Sayangnya,

meningkatkan agresivitas Anda juga akan meningkatkan

kemungkinan bahwa tawaran yang Anda menangkan akan

melebihi nilai yang seharusnya.

3. Equity Premium Puzzle

Selama periode 70 tahun, saham menghasilkan return yang

melebihi return obligasi pemerintah. Atau dengan kata lain

return yang dihasilkan saham lebih besar daripada return

obligasi pemerintah. Jawaban perilaku keuangan untuk

equity premium puzzle adalah kecenderungan orang untuk

memiliki “myopic loss aversion”, sebuah situasi dimana

investor terlalu disibukkan oleh dampak negatif dari

kerugian dibandingkan jumlah keuntungan yang didapat,

dengan kata lain memandang investasi dalam jangka pendek.

Page 17: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

10

BAB II

ANCHORING DAN MENTAL

ACCOUNTING

A. Anchoring

Anchor adalah suatu hal yang jika terjadi akan memicu

suatu perasaan atau emosi tertentu. Dalam istilah psikologi

klasik, anchor adalah suatu stimulus yang memicu reaksi

khusus. Anchor dapat terjadi dengan sendirinya (alami), dapat

pula di ciptakan secara sengaja. Ide-ide dan pendapat kita harus

berdasarkan fakta yang relevan dan benar agar dapat dianggap

sah. Namun hal ini tidak selamanya berlaku. Konsep anchoring

mengacu kepada kecenderungan untuk melampirkan atau

‘penahan’ pikiran kita ke titik referensi. Anchor adalah sesuatu

yang bisa mengingatkan kita tentang kejadian-kejadian yang

pernah kita alami sebelumnya.

Salah satu contoh anchor alami adalah phobia. Phobia

adalah reaksi takut yang berlebihan (tidak masuk akal) pada

suatu stimulus (anchor) tertentu. Misalnya ketika melihat kecoa,

langsung memicu takut dan tidak berani berjalan mendekatinya.

Anchor yang diciptakan dengan sengaja misalnya adalah

lampu merah lalu lintas. Karena melihat asosiasi berkali-kali

antara warna merah dan berhenti, maka mata kita mejadi

terlatih. Begitu melihat warna merah lampu lalu lintas, maka

secara otomatis kita akan berhenti. Disiplin psikologi sudah

meletakkan dasar-dasar teknik anchor dengan sangat baik.

a) Diamond Anchor

Kebijakan konvensional menyatakan bahwa cincing

berlian untuk pertunangan berharga gaji selama daua bulan.

Percaya atau tidak, standar ini merupakan contoh paling logis

dari anchoring. Sementara untuk menghabiskan gaji dua bulan

berfungsi sebagai patokan. Banyak pria yang tidak mampu

memberikan gaji dua bulannya untuk sebuah cincin karena dia

Page 18: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

11

masih memiliki beban biaya hidup. Akibatnya, banyak yang

berhutang untuk memenuhi ‘standar’ tersebut.

b) Investment Anchoring

Anchoring juga dapat menjadi sumber frustasi dalam

dunia keuangan, karena investor mendasarkan keputusan

mereka pada angka yang tidak relevan dan statistik. Sebagai

contoh, anggaplah saham ABC memiliki pendapatan yang sangat

kuat tahun lalu, menyebabkan harga saham menanjak naik dari

$25 sampai $80. Sayangnya, salah satu pelanggan utama

perusahaan yang berkontribusi 50% dari pendapatan ABC telah

memutuskan untuk tidak memperpanjang perjanjian pembelian

dengan ABC. Perubahan peristiwa ini menyebabkan penurunan

harga saham ABC dari $80 menjadi $40. Dengan penahanan di

ketinggian $80 dan harga saat ini sebesar $40, investor keliru

bahwa ABC berada pada under value. Perlu diingat bahwa ABC

tidak dijual pada harga diskon, melainkan penurunan harga

saham tersebut diberikan pada perubahan fundamental ABC

(kehilangan pendapatan dari pelanggan besar).

c) Menghindari Anchor

Investor yang sukses tidak mendasarkan keputusan

mereka hanya pada satu atau dua tolak ukur, mereka

mengevaluasi setiap perusahaan dari berbagai perspektif dalam

rangka untuk memperoleh gambaran sesungguhnya dari lahan

investasi.

B. Mental Accounting (Akuntansi Mental)

Akuntansi mental mengacu kepada kecenderungan orang

untuk memisahkan uang mereka ke dalam rekening yang terpisah

(berbeda) berdasarkan kriteria subjektif, seperti sumber uang dan

niat untuk setiap akun. Menurut teori, individu menetapkan

fungsi yang berbeda untuk masing-masing kelompok aset, yang

sering memiliki efek yang tidak rasional dan merugikan pada

keputusan mereka. Meskipun banyak orang yang menggunakan

akuntansi mental, mereka mungkin tidak menyadari betapa

betapa tidak logis pemikiran ini. Misalnya, orang sering memiliki

‘celengan’ atau dana yang disisihkan untuk liburan atau membeli

rumah, namun mereka masih membaawa kartu kredit.

Page 19: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

12

Dalam hal ini, daripada menabung untuk liburan,

tindakan yang paling logis adalah dengan menggunakan dana

yang berada dicelengan (uang yang kemungkinan ada) untuk

melunasi hutang daripada menggunakan kartu kredit. Hal ini

tampak cukup sederhana tapi kenapa orang tidak berpikir seperti

itu? Jawabannya terdapat pada nilai pribadi orang yang memiliki

aset tersebut.

a) Dilema Acount yang Berbeda

Untuk menggambarkan pentingnya account yang berbeda

yang berkaitan dengan akuntansi mental, perhatikan contoh

berikut ini. Anda akan membeli sandwich seharga $6 untuk

makan siang. Ketika anda sedang menunggu dalam antrian salah

satu hal ini terjadi: (1) Anda menemukan bahwa saku anda

bolong dan Anda kehilangan uang $6 anda; atau (2) anda telah

membeli sandwich, namun ketika Anda sedang memakannya,

Anda tersandung dan menjatuhkan sandwich tersebut ke lantai.

Dalam kedua kasus ini (dengan asumsi Anda masih

memiliki uang yang cukup), akankah Anda membeli sandwich

lain? Secara logis, jawaban Anda untuk kedua skenario tersebut

memiliki nilai yang sama; dilemanya adalah apakah Anda harus

menghabiskan $6 untuk sandwich. Namun, karena bias

akuntansi mentak hal ini tidak terjadi. Karena bias akuntansi

mental, kebanyakan orang di skenario pertama tidak akan

mempertimbangkan uang yang hilang untuk membeli makan

siang mereka karena uang tersebut belum terhaiskan atau

dialokasikan untuk hal tersebut. Akibatnya, mereka akan

cenderung membeli sandwich lagi, sedangkan pada skenario

kedua uang yang mereka miliki telah digunakan untuk membeli.

b) Berbeda Sumber, Berbeda Tujuan

Aspek lain dari akuntansi mental adalah bahwa orang-

orang juga memperlakukan uang secara berbeda tergantung

kepada sumbernya. Misalnya, orang akan cenderung

menghabiskan lebih banyak uang yang ‘ditemukan’, seperti

bonus kerja dan hadiah, dibandingkan dengan sejumlah uang

yang biasanya diharapkan seperti gaji mereka. Ini merupakan

contoh lain bagaimana akuntansi mental dapat menyebabkan

penggunaan tidak logis terhadap uang.

Page 20: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

13

Secara logis, uang harus dipergunakan, terlepas dari

manapun asal-usulnya. Memperlakukan uang secara berbeda

karena berasal dari sumber yang berbeda merupakan

pelanggaran terhadap premi logis. Dari mana uang itu berasal

seharusnya menjadi faktor dalam berapa banyak Anda

menghabiskannya. Bagaimanapu menghabiskan uang tersebut

akan menurunkan kekayaan Anda secara keseluruhan.

c) Akuntansi Mental dalam Investasi

Bias akuntansi mental juga masuk kedalam investasi.

Sebagai contoh, beberapa investor membagi membagi investasi

mereka menjadi portofolio investasi yang aman dan

portofoliospekulatif untuk mencegah return yang negatif yang

dimiliki oleh portofolio spekulatif yang mungkin akan

berpengaruh terhadap seluruh portofolio. Masalahnya dalam

praktek ini adalah bahwa meskipun semua pekerjaan dan

semua uang yang investor habiskan untuk memisahkan

portofolionya, kekayan bersihnya tidak akan berbeda jika

dibandingkan dengan ia telah menggabungkan semuanya

menjadi portofolio yang besar.

d) Menghindari Akuntansi Mental

Kunci penting yang perlu dipertimbangkan untuk

akuntansi mental adalah bahwa uang itu sepadan, terlepas dari

mana asal-usulnya atau penggunaan yang dimaksudkan, semua

uang itu sama. Anda dapat mengurangi pengeluaran yang

sembarangan, dengan menyadari bahwa menemukan uang tidak

ada bedanya dengan menghasilkannya dari bekerja.

Sebagai perpanjangan dari persepsi uang itu sama,

individu menyadari bahwa menabung dengan bunga yang

rendah atau tanpa bunga akan sia-sia jika Anda memiliki hutang

(dalam hal ini kartu kredit). Dalam banyak kasus, bunga atas

hutang Anda akan mengikis keuntungan yang dapat Anda

peroleh dari rekening tabungan. Walaupun memiliki tabungan

itu penting, tapi adakalanya lebih masuk akal untuk menarik

tabungan Anda untuk melunasi hutang.

Page 21: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

14

BAB III

BIAS DAN GAMBLER’S FALLACY

A. Confirmation and Hindsight Bias

Sering dikatakan bahwa “apa yang dilihat itulah yang

dipercaya”. Sementara ini sering terjadi, dalam situasi tertentu

apa yang Anda anggap benar belum tentu benar berdasarkan

representasi dari realitas. Ini bukan untuk mengatakan bahwa

ada sesuatu yang salah dengan indra Anda, melainkan bahwa

perkiraan kita memiliki kecenderungan untuk memperkenalkan

bias dalam pengolahan jenis informasi tertentu.

a) Konfirmasi Bias

Dalam berinvestasi, bias konfirmasi menunjukkan bahwa

investor akan lebih mungkin untuk mencari informasi yang

mendukung idenya yang asli tentang investasi dan bukan mencari

informasi yang bertentangan dengan hal itu. Akibatnya bias ini

sering mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah karena

satu sisi informasi cenderung condong membingkai investor

untuk referensi, meninggalkan mereka dengan gambaran yang

tidak lengkap.

Misalnya, seorang investor yang mendengar tentang

saham panas dari sumber yang tidak jelas dan tertarik dengan

potensi keuntungannya. Investor tersebut mungkin memilih

untuk meneliti saham untuk ‘membuktikan’ potensi disebut-

sebut adalah nyata.

Apa yang akhirnya terjadi adalah bahwa investor

menemukan segala macam bendera hijau tentang investasi,

sambil mengulas bendera merah terhadap bencana finansial,

seperti kehilangan pelanggan yang kritis atau pasar yang

berkurang.

b) Hindsight Bias

Persepsi umum lain tentang bias adalah ‘hindsight bias’,

yang cenderung terjadi dalam situasi dimana seseorang percaya

Page 22: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

15

bahwa timbulnya beberapa peristiwa masa lalu sudah bisa

ditebak dan benar-benar terjadi, padahal nyatanya tidak mungkin

cukup untuk diprediksi.

Banyak kejadian yang tampak jelas di hindsight. Psikolog

atribut bias meninjau balik dengan kebutuhan bawaan kita untuk

menemukan ketertiban di dunia dengan menciptakan penjelasan

yang memungkinkan kita untuk percaya bahwa peristiwa-

peristiwa dapat diprediksi. Sementara rasa ingin tahun berguna

dalam banyak kasus untuk menemukan hubungan yang salah

antara sebab dan akibat dari suatu peristiwa dapat

mengakibatkan penyederhanaan yang salah.

Misalnya, banyak orang sekarang mengklaim bahwa

tanda-tanda gelembung teknologi dari akhir tahun 1990-an dan

awal 2000-an yang sangat jelas. Ini adalah contoh yang jelas dari

hindsight bias: Jika pembentukan gelembung telah jelas pada

waktu itu, kemungkinan tidak akan terjadi peningkatan dan

akhirnya meledak.

Untuk investor dan yang liannya di dunia keuangan,

hindsight merupakan salah satu penyebab yang paling berpotensi

membahayakan pola pikir bahwa investor atau trader dapat

memiliki: kelebihan percayadiri. Dalam hal ini, terlalu percaya

mengacu pada investor dan trader ‘keyakinan tidak berdasar

bahwa mereka memiliki kemampuan saham’.

c) Menghindari Konfirmasi Bias

Konfirmasi bias merupakan kecenderungan bagi kita

untuk fokus pada informasi yang menegaskan beberapa

pemikiran yang sudah ada. Bagian dari masalah dengan bias

konfirmasi adalah bahwa menyadari itu tidak cukup baik untuk

mencegah Anda melakukan hal itu. Salah satu solusi untuk

mengatasi bias ini akan menemjukan seseorang untuk bertindak

sebagai ‘pengatur alasan’. Dengan cara itu Anda akan dihadapkan

dengan sudut pandang yang bertentangan untuk memeriksa.

B. Gambler’s Fallacy

Ketika hal ini menyangkut tentang masalah profitalitas,

kurangnya pemahaman dapat menyebabkan asumsi yang salah

dan prediksi terjadinya sebuah peristiwa. Salah satu asumsi yang

salah disebut dengan kesalahan penjudi. Disebut kekeliruan

(fallacy), tapi ini lebih merupakan sebuah gangguan dalam

Page 23: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

16

pikiran kita. Kita cenderung menumpukan berat yang luar biasa

pada peristiwa-peristiwa yang telah lalu, dengan mempercayai

bahwa peristiwa-peristiwa tersebut suatu saat nanti akan

mempunyai pengaruh terhadap penghasilan kita di masa depan.

Faktanya hal itu belum tentu terjadi, karena prediksi terjadinya

kejadian dimasa depan belum tentu 100%.

Contoh klasik adalah coin-tossing (mengundi dengan

koin). Kalau yang muncul selalu bagian kepala, misalkan, lima

kali berturut-turut, maka kita cenderung memprediksi akan

ada peningkatan peluang berikutnya pada ekor—peluang sisanya

tentu adalah kepala. Namun realitasnya, peluangnya masih tetap

50/50. Seperti yang dikatakan ahli statistik, hasil yang muncul

pada toss yang berbeda adalah independen secara statistik dan

kemungkinan hasil yang akan muncul tetap 50%.

a) Gambler’s Fallacy In Investing

Tidak sulit membayangkan bahwa dalam keadaan tertentu

investor atau trader dapat dengan mudah menjadi mangsa

gambler’s fallacy. Investor bertendensi berkeyakinan akan

terjadi koreksi secara alami dalam suatu perjudian yang adil

(negative recency effect). Lanjut bahwa bias ini mengakibatkan

investor berkeyakinan bahwa harga saham yang sedang menurun

atau trend menurun pada waktu tertentu akan kembali berbalik

arah alias meningkat lagi. Dan hal ini menyebabkan investor

terus menahan sahamnya sambil berharap bahwa saham yang

dipegang akan meningkat lagi harganya. Alhasil, investor pun

tidak memperhatikan kondisi perusahaan, karena mungkin

sajaperusahaan tersebut memang sedang menghadapi masalah

serius. Lainnya yaitu bias ini mengakibatkan perilaku investor

untuk terus-menerus melakukan hal yang sama di masa

mendatang.

b) Menghindari Gambler’s Fallacy

Cara untuk menghindari gambler’s fallacy adalah

investor harus mendasarkan keputusan investasi mereka

berdasarkan analisis fundamental dan/atau analisis teknis

sebelum menentukan apa yang akan terjadi. Bukan hanya

sekedar melihat pada peristiwa yang telah terjadi dan berasumsi

bahwa peristiwa itu juga yang terjadi di masa depan.

Page 24: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

17

C. Herd Behavior

Salah satu peristiwa keuangan yang paling terkenal adalah

perilaku kawanan (herd behavior). Perilaku kawanan merupakan

kecenderungan individu untuk meniru tindakan (rasional atau

tidak rasional) dari kelompok yang besar. Perilaku kawanan

menggambarkan bagaimana individu dalam kelompok dapat

bertindak secara kolektif tanpa arah terpusat.

Ada beberapa alasan mengapa perilaku kawanan terjadi,

yang pertama adalah tekanan sosial. Semua orang mungkin tahu

dari pengalaman mereka bahwa ini bisa menjadi kekuatan yang

besar. Hal ini karena kebanyakan orang memiliki keinginan

untuk diterima di dalam kelompok daripada dicap sebagai orang

buangan. Oleh karena itu, mereka mengikuti perilaku kelompok

yang merupakan cara yang ideal untuk menjadi anggota atau

bagian dari kelompok tersebut. Alasan kedua adalah bahwa tidak

mungkin sebuah kelompok yang besar bisa salah. hal ini bisa

terjadi kepada individu yang memiliki sedikit pengalaman.

a) The Cost of Being Led Astray

Investor yang menggunakan strategi perilaku kawanan

terus menjual dan membeli aset investasi mereka dalam

mengejar tren investasi terbaru dan terpanas. Contohnya, jika

seorang investor-kawanan mendengar bahwa saham A adalah

investasi terbaik saat ini, ia akan mencairkan modal investasinya

dan kemudian menanamkannya kepada saham A. jika saham B

menjadi tren di beberapa saat kemudian, maka kemungkinan ia

akan memindahkan dananya kesaham B.

Perlu diingat bahwa setiap transaksi yang dilakukan

menimbulkan sejumlah biaya transaksi, yang bisa mengikis

keuntungan. Selain itu, sangat sulit untuk mengukur waktu

perdagangan dengan benar, untuk memastikan bahwa Anda telah

memasuki posisi yang tepat saat tren tersebut dimulai. Pada saat

investor kawanan tahu tentang tren terbaru, sebagian besar

investor lainnya telah mengalami keuntungan dari berita ini, dan

potensi kekayaan memaksimalkan strategi ini sudah mencapai

puncaknya. Ini berarti bahwa kawanan-investor-berikutnya

mungkin akan masuk kedalam permainan dengan terlambat dan

kecenderungan kehilangan uang, sedangkan kawanan yang

didepan telah bergerak ke strategi yang lain.

Page 25: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

18

b) Menghindari Herd Mentality

Cara untuk menghindari perilaku kawanan ini adalah

investor umumnya lebih baik untuk bebas dari kawanan. Hanya

karena semua orang melompat ‘ikut-ikutan’ investasi pada

sesuatu tertentu belum berarti bahwa strategi itu benar. Oleh

karena itu, saran yang bisa diberikan adalah selalu pelajari hal-

hal yang belum Anda ketahui sebelum Anda memutuskan untuk

memilih hal itu.

Page 26: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

19

BAB IV

OVER CONFIDENCE DAN

KETERSEDIAAN BIAS

A. Terlalu Percaya (Over Confidence)

Terlalu percaya bukanlah sifat yang hanya berlaku untuk

mendasari manajer. Mempertimbangkan jumlah waktu yang

telah Anda berikan dalam sebuah kompetisi dengan sikap Anda

merupakan apa yang diperlukan untuk menang, terlepas dari

jumlah pesaing atau fakta bahwa hanya ada satu pemenang.

Perlu diingat bahwa ada garis tipis antara percaya diri dan

terlalu percaya diri. Percaya diri menyiratkan realitis percaya

pada kemampuan seseorang, sedangkan terlalu percaya diri

biasanya menyiratkan penilaian terlalu optimis terhadap

pengetahuan atau kontrol seseorang terhadap situasi.

a) Investasi yang Terlalu Percaya

Dalam dunia investasi, terlalu percaya dapat merusak

kemampuan saham (investasi saham dalam jangka panjang).

Seorang peneliti bernamaTerrence Odean menyatakan bahwa

investor yang memiliki percaya diri umumnya melakukan lebih

banyak perdagangan daripada merkea yang kurang percaya diri.

Odean menemukan bahwa investor yang percaya diri percaya

bahwa mereka lebih baik daripada yang lain dalam hal memilih

saham terbaik dan waktu terbaik untuk masuk/keluar dari

posisinya. Sayangnya, Odean juga menemukan bahwa investor

yang melakukan perdagangan yang lebih sering tersebut rata-rata

menerima return yang lebih rendah dari pasar.

b) Menghindari Terlalu Percaya

Manajer dana tahu bahwa setiap hari investasi

menyajikan tantangan baru dan bahwa teknik investasi secara

terus-menerus perlu pemurnian. Hampir kebanyakan investor

yang terlalu percaya diri mendapatkan hasil yang rendah.

Page 27: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

20

Investor cukup percaya namun tidak terlalu percaya diri dan

selalu berhati-hari dalam berinvestasi.

B. Over Reaction dan Ketersediaan Bias

Salah satu konsekuensi memiliki emosi di pasar saham

adalah reaksi berlebihan terhadap informasi baru. Menurut teori

efisiensi pasar, informasi baru harus kurang lebih tercermin

dalam keamanan harga. Contohnya, kabar baik harus

meningkatkan bisnis. Namun kenyataannya cenderung

bertentangan dengan teori ini. Sering kali investor dipasar saham

diperkirakan bereaksi berlebihan terhadap informasi baru,

menciptakan efek yang lebih besar dari yang sesuai pada harga

aman. Selain itu, lonjakan harga bukan merupakan tren

permanen – meskipun perubahan harga biasanya mendadak dan

cukup besar.

a) Winners and Losers

Dalam kasus saham loser, investor beraksi terlalu

berlebihan terhadap berita buruk, sehingga mendorong harga

saham ‘turun secara tidak proporsional’. Setelah beberapa waktu

investor menyadari bahwa pesimisme mereka tidak sepenuhnya

benar, dan saham yang kalah ini mulai bangkit kembali karena

investor sampai pada kesimpulan bahwa saham itu underpriced.

Yang sebaliknya berlaku pada saham portofolio pemenang,

investor akhirnya menyadari bahwa kegembiraan mereka tidak

benar-benar nyata.

Menurut ketersediaan bias, orang cenderung

memberatkan keputusan mereka terhadap informasi yang lebih

baru, membuat setiap opini baru yang condong ke berita terbaru.

b) Menghindari Ketersediaan Bias

Mungkin pelajaran yang paling penting yang harus

dipelajari disini adalah untuk mempertahankan rasa perspektif.

Meskipun mudah untuk terjebak pada berita baru, namun

pendekatan jangka pendek biasanya tidak menghasilkan hasil

investasi terbaik. Jika Anda mempelajari secara menyeluruh

tentang investasi Anda, maka Anda akan memahami makna

sebenarnya dari berita terbaru dan akan dapat bertindak sesuai

dengan berita tersebut. Ingatlah untuk fokus pada investasi

jangka panjang.

Page 28: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

21

BAB V

THEORY PROSPECT

Diyakini bahwa efek bersih dari keuntungan dan kerugian

yang terlibat dengan masing-masing pilihan digabungakn untuk

menyajikan evaluasi keseluruhan terhadap pilihan yang

diinginkan. Para ahli cenderung menggunakan ‘utilitas’ untuk

menggambarkan kenikmatan dan berpendapat bahwa kita lebih

suka contoh yang memaksimalkan utilitas kita.

Namun, penelitian telah menemukan bahwa kita tidak

benar-benar memproses informasi dalam cara yang rasional.

Kahneman dan Tversky (1979) mengemukakan teori prospek.

Teori prospek berangkat dari analisis mengenai perilaku

seseorang dalam pengambilan keputusan ekonomi di antara dua

pilihan. Tidak seperti kebanyakan teori psikologi lainnya, karena

dikembangkan bersama teori ekonomi, teori prospek memiliki

dasar matematika yang kuat. Teori proskpek berfokus pada

bagaimana keputusana nyata diambil.

Teori prospek memiliki spesifikasi yaitu ekonomi berbasis

perilaku yang menyatakan bahwa pelaku ekonomi tidaklah

selamanya rasional. Dengan kata lain, dalam memandang pelaku

ekonomi tidak hanya dilakukan pada sisi rasional atau tidak

rasional saja melainkan pada aspek-aspek yang lebih luas.

Ekonomi berbasis perilaku menekankan perilaku apa adanya dari

pelaku ekonomi. Kahneman dan Tversky memulai penelitian

terhadap perilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif

dalam mengambil suatu keputusan dengan memberikan pilihan

yang sama kepada dua subyek penelitian, dan kemudian dua

subyek tersebut menunjukkan perilaku yang berbeda. Hal itu

disebut Kahneman dan Tversky sebagai risk-aversion dan risk-

seeking behavior.

Teori prospek menjelaskan bagaimana seseorang

(investor) membuat keputusan dibawah kondisi resiko tertentu

atau memilih diantara dua pilihan resiko dalam kondisi

Page 29: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

22

ketidakpastian. Ada beberapa aspek perilaku investor dalam

memandang resiko yang dijelaskan dalam teori prospek, yaitu:

1) Loss aversionmerupakan salah satu preferensi yang paling

penting dalam teori keuangan keperilakuan. Aspek

keperilakuan ini merupakan aspek yang membedakan

dengan hipotesis pasar efisien. loss aversion menunjukkan

keengganan investor untuk menderita kerugian. Seorang

investor menunjukkan keengganan investor untuk menderita

kerugian. Seorang investor cenderung menghindari kerugian

dari pada memperoleh keuntungan.

2) Mental Accounting adalah kecenderungan orang untuk

memisahkan uangnya ke dalam rekening berbeda

berdasarkan berbagai kriteria subjektif, seperti berdasarkan

sumber uang dan maksud dari setiap rekening. Menurut teori

ini, individu menetapkan fungsi yang berbeda untuk setiap

kelompok aset, yang sering memiliki pengaruh tidak rasional

dan merugikan pada keputusan konsumsi dan perilaku

lainnya.

3) Self-controlmenjelaskan sejauh mana investor dapat

mengendalikan dirinya. Aspek perilaku ini digunakan untuk

menjelaskan mengapa investor terus menjadi orang yang

mengalami kerugian. Aspek perilaku ini juga dapat diartikan

bahawa investor suka berinvestasi pada efek dimana mereka

memiliki kemampuan untuk mengontrol investasinya.

Dengan alasan ini investor lebih memilih saham yang

memberikan dividen dibandingkan capital gain.

4) Regret aversion adalah kecenderungan investor untuk

menghindari beberapa perilaku yang mungkin menjadikan

dirinya tidak nyaman sesudahnya, meskipun dia percaya

bahwa perilaku tersebut adalah yang terbaik. Hal ini karena

ketika investor membuat keputusan yang salah, mereka akan

merasa sakit dan menyesal atas keputusan tersebut. Semakin

keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang tidak

konvensional, akan semakin besar penyesalannya.

Dasar lain dari teori prospek adalah fungsi nilai. Fungsi

nilai berbeda dari fungsi utilitas diharapkan teori utilitas karena

titik referensi, yang ditentukan oleh kesan subjektif individu.

Menurut teori utilitas yang diharapkan konvensional, fungsi

utilitas cekung kebawah untuk semua tingkat kekayaan.

Page 30: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

23

sebaliknya, menurut fungsi nilai kemiringan fungsi utilitas miring

ke atas untuk tingkat kekayaan di bawah titik referensi dan

miring ke bawah untuk tingkat kekayaan setelah titik acuan. titik

referensi ditentukan oleh masing-masing individu sebagai titik

perbandingan, misalnya ukuran dari tingkat target kekayaan.

untuk tingkat kekayaan di bawah referensi ini investor titik

adalah pencari risiko, yaitu mereka siap untuk membuat taruhan

berisiko agar tetap di atas target yang mereka sukai kekayaan.

sedangkan, untuk tingkat kekayaan di atas titik acuan ini, fungsi

nilai adalah miring ke bawah, sejalan dengan teori konvensional,

dan investor di sini adalah menghindari resiko. Kahneman &

Tversky (1974) menegaskan bahwa orang-orang pencari risiko

kerugian.

Gambar 1

Kahnemann & Tvesky Fungsi Nilai

Teori prospek mengajukan beberapa prinsip dalam

penerapannya. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1) Fungsi Nilai (Value Function)

Teori prospek mendefinisikan nilai dalam kerangka kerja

bipolar diantara perolehan (gains)dan kehilangan (losses).

Page 31: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

24

Keduanya bergerak dari titik tengah yang merupakan

referensi netral. Fungsi nilai bagi suatu perolehan

(mendapatkan sesuatu) akan berbeda dengan kehilangan

sesuatu. Value bagi suatu kehilangan dibobot lebih tinggi,

sedangkan value bagi suatu perolehan dibobot lebih rendah.

Contoh: pada uang satu juta rupiah. Kehilangan uang satu

juta rupiah dirasakan lebih tinggi nilai kerugian bila

dibandingkan dengan keuntungan ang dirasakan seseorang

ketik memperoleh uang satu juta. Dengan kata lain, lebih

tinggi kualitas kesedihan yang dirasakan seorang ketika

kehilangan uang satu juta rupiah, dibandingkan kualitas

kegembiraan yang dirasakan ketika mendapatkan uang satu

juta. Jadi, antara keuntungan dan kerugian merupakan dua

hal yang tidak simetris.

2) Pembingkaian (framing)

Teori prospek memprediksi bahwa prefensi (kecenderungan

memilih) akan tergantung pada bagaimana suatu persoalan

dibingkai atau di formulasikan.

3) Perhitungan psikologis (psychological accounting)

Psychological accounting atau perhitungan mental atau

psikologis adalah orang yang membuat keputusan tidak

hanya membingkai pilihan-pilihan yang ditawarkan, tetapi

juga membingkai hasil serta akibat dari pilihan-pilihan itu.

4) Probabilitas (Probability)

Teori prospek perbandingan kecenderungan orang dalam

membuat keputusan merupakan fungsi dari bobot keputusan

(decision weight). Bobot keputusan ini tidak selalu

dihubungkan denganbesar kecilnya peluang atau frekuensi

kejadian.fenomena ini berlaku pada kejadian yang

menimbulkan kerugian berskala besar. Seperti bencana alam,

wabah penyakit, kelaparan dan bom nuklir.

5) Efek kepastian (certainty effect)

Teori prospek memprediksi bahwa pilihan yang dipastikan

tanpa risiko sama sekali akan lebih disukai daripada pilihan

yang masih mengandung risiko meski kemungkinannya

sangat kecil. Sebab, orang-orang cenderung menghiangkan

sama sekali adanya resiko (eliminate) dari pada hanya

mengurangi (reduce)

Page 32: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

25

Tentunya setalah mempelajari suatu hal kita akan

mendapatkan manfaat atas pelajaran tersebut. Begitu pula

dengan perilaku keuangan apabila memahaminya secara benar.

Terdapat manfaat yang dapat diperoleh dari memahami perilaku

keuangan.

1) Untuk dunia akademik atau perkembangan dari ilmu

ekonomi, kehadiran ekonomi berbasis perilaku serta

perkembangan merupakan suatu terobosan penting.

Dikatakan merupakan suatu terobosan penting karena

didalamnya terdapat ‘petunjuk’ bahwa selama ini ilmu

ekonomi terkesan menyepelekan faktor-faktor psikologi.

Selain itu, dengan memasukkan faktor-faktor yang lebih luas

cakupannya akan sangat membantu dalam memahami

perilaku pelaku ekonomi yang menyimpang. Yang mana hal

ini membuka peluang untuk semakin banyaknya ditemukan

pengetahuan baru yang kemudian akan memperkaya ilmu

ekonomi.

2) Bagi pelaku ekonomi dalam melakukan kegiatan

ekonominya. Kehadiran ekonomi berbasis perilaku dinilai

dapat amat membantu untuk bagaimana pelaku ekonomi

memahami perilakunya sendiri. Bagaimana pelaku ekonomi

dapat memahami faktor-faktor seperti aspek kepribadian

yang mencakup emosional, mood, suasana hati dan lainnya

turut memberikan pengaruh terhadap perilaku yang

menyimpang dari yang diharapkan. Alhasil, setiap orang

terbantukan dalam mengendalikan diri asalkan ada niat yang

kokoh untuk mereduksi penyimpangan perilaku tersebut.

Page 33: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

26

BAB VI

PERILAKU PENGGUNAAN UANG

Pengelompokkan perilaku penggunaan uang berdasarkan

penelitian Lim dan Teo (1997)

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Foster

(2001) dalam Handi dan Mahastanti (2012), perilaku terhadap

penggunaan uang sering diartikan sebagai motivasi terhadap

uang yang dimilikinya. Uang yang berada di tangan seseorang

akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan

bahwa perilaku terhadap penggunaan uang berarti akan

dipergunakan untuk apakah uang yang dimiliki.

Lim dan Teo (1997) mengelompokkan indikator-indikator

perilaku penggunaan uang yang meliputi Obsession, Power,

Budget, Achievement, Evaluation, Anxiety, Retention, dan Non

Generous.Handi dan Mahastanti (2012) menjelaskan indikator-

indikator tersebut sebagai berikut:

1. Indikator Obsession, seseorang yang tergolong kedalam

indikator ini beranggapan bahwa uang adalah tujuan utama

dari hidup ini, biasanya ia akan melakukan apapun yang

dianggap boleh dilakukan atau legal demi mendapatkan uang

yang ia inginkan.

2. Indikator Power, seseorang yang tergolong kedalam

indikator ini beranggapan bahwa uang adalah sumber

kekuatan untuk dapat membantu atau mempengaruhi orang

lain.

3. Indikator Budget, ia lebih menyukai menyimpan uang yang

dimilikinya daripada membelanjakannya. Seseorang yang

tergolong dalam ini akan benar-benar memilih barang mana

yang ia perlukan dan akan menawarnya dnegan harga yang

terbaik yang ia inginkan.

4. Indikator Achievement, seseorang yang berada didalam

indikator ini menganggap bahwa uang adalah simbol

kesuksesan, dan menganggap bahwa gaji dan pendapatan

yang ia terima mencerminkan kemampuan yang ia miliki.

Page 34: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

27

5. Indikator Evaluation, di dalam indikator ini seseorang akan

menganggap uang sebagai alat standar untuk

membandingkan dan mengevaluasi segala sesuatu.

6. Indikator Anxiety, seseorang yang tergolong kedalam

indikator ini selalu merasa khawatir dan cemas ketika

ditanya mengenai keuangan mereka miliki, selain itu

seseorang yang tergolong kedalam indikator ini selalu

merasa rendah diri ketika ada seseorang dengan uang lebih

berada disekitar mereka.

7. Indikator Retention, seseorang yang termasuk kedalam

indikator ini akan cenderung sulit untuk mengambil

keputusan apakah ia akan menyimpan uangnya atau tidak.

Selain itu, ia juga akan merasa ketakutan ketika

mengeluarkan uang.

8. Indikator Non Generous, seseorang yang termasuk didalam

indikator ini tidak senang untuk berbagi atau memberi

terhadap sesama selain itu ia juga tidak senang memberi

bantuan kepada orang lain.

Page 35: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

28

BAB VII

PERILAKU PENGELOLAHAN

KEUANGAN

Hankinson (2000) dalam penelitiannya disebutkan bahwa

salah satu kunci sukses strategi bisnis yang dijalankan suatu

usaha kecil guna meningkatkan kinerjanya adalah dalam

hubungannya dengan bank yang berkaitan dengan faktor

permodalan (fasilitas kredit). Aspek permodalan dari perbankan

kepada pengusaha kecil UKM yang merupakan salah satu kunci

sukses pengembangan UKM menunjukkan pola hubungan yang

saling menguntungkan antara pengusaha selaku debitur dengan

bank selaku kreditur.

Pierre Bourdieu (1990), seorang intelektual dan sosiolog

dari Perancis (1930-2000), berusaha membangun sebuah

general theory of practice. Menurutnya, praktek sosial (practise,

perilaku) bisa didefinisikan sebagai berikut:

PRACTICE = (Habitus x Capital) + Field

Formula tersebut menyiratkan bahwa, perilaku sosial

seseorang ditentukan oleh Habitusnya, yang kemudian diperkuat

oleh modal (capital) yang dia miliki, sesuai medan (field) yang

ditempati. Menurutnya, habitus seseorang dibentuk oleh

personalhistory orang tersebut dan pengalaman-pengalaman

atau kejadian (struktur) dalam hidunya yang mempengaruhi

bagaimana dia bertindak dan menempatkan diri. Medan (field)

yang dimaksud Bourdieu, bukanlah medan yang statis dan tanpa

perjuangan, melainkan sebuah medan yang dinamis. Medan atau

ranah yang memiliki ‘perjuangan’ didalamnya, perjuangan untuk

‘menang’ dan menempati sebuah posisi, mendapatkan sebuah

pengakuan.

Bourdieu mendefinisikan capital ke dalam 4 kategori: (1)

material/ekonomi, (2) cultural (3) social, dan (4) symbolic

(Purboyo et. al., 2012). Modal material adalah modal berupa

uang, atau aset lain yang dapat ditukar dengan uang, karenanya

Page 36: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

29

disebut modal ekonomi. Modal cultural adalah modal yang

bersifat pengalaman dan pengetahuan, baik yang diperoleh

secara tactic maupun eksplisit. Modal social adalah modal yang

dimiliki dalam bentuk jaringan atau hubungan-hubungan kerja,

persahabatan yang telah terbina dan diperoleh pelaku sesama

hidupnya. Modal yang terakhir yakni modal simbolik adalah

modal berupa nama baik atau reputasi, yaitu kepercayaan dari

orang lain yang telah diperoleh pelaku selama proses pekerjaan

atau usahanya.

Menurut Bourdieu, modal-modal ini bisa saling ditukar.

Dari keempat jenis modal ini, modal simbolik menempati posisi

tertinggi, paling berpengaruh dan diakui. Oleh karenanya, setiap

partisipant akan mencaristrategi dan berusaha berperilaku,

untuk menambah akumulasi modal sebanyak-banyaknya,

terutama modal simbolik (Purboyo et al., 2012)

Page 37: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

30

BAB VIII

FINANCIAL BEHAVIOR

AND FINANCIAL PERFORMANCE

ON SMALL AND MEDIUM

ENTERPRISE IN MEDAN

COASTAL

Abstract. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kinerja

keuangan dari UKM in Belawan. Penelitian ini menggunakan 60

responden untuk melihat pengaruh dari perilaku keuangan yang

terdiri dari habits, field dan capital terhadap kinerja keuangan.

Penelitian ini menggunakan variabel dummy yaitu jenis kelamin

untuk menemukan level dari kinerja keuangan antara laki-laki

dan perempuan. Uji yang digunakan adalah deskriptif dan regresi

analisis sebagai metode analisis dan SPSS sebagai alat uji. Hasil

menunjukkan bahwa secara simultan habits, field, capital dan

jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

keuangan. Sedangkan secara parsial, habitsberpengaruh

signifikan positif terhadap kinerja keuangan. Field dan capital

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

keuangan. Dan variabel dummy menjelaskan bahwa laki-laki

memiliki kinerja keuangan yang lebih kecil dibandingkan dengan

perempuan. Implikasi dari penelitian ini menjelaskan bahwa

pemilik UKM dapat mengatur kinerja keuangan mereka

berdasarkan habits, field dan capital.

Keyword: habits, field, capital, gender, financial behaviour,

financial performance.

1. Pendahuluan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan

salah satu aspek yang sangat diperhatikan saat ini. Apabila

Page 38: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

31

UMKM dikelolah dan diarahkan dengan baik maka tidak

menutup kemungkinan akan meningkatkan pendapatan mereka

dan menarik tenaga kerja yang lebih banyak sehingga akan

mengurangi pengangguran dan pada akhirnya meningkatkan

perekonomian negara. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian

penting pemerintah saat ini. Khususnya pada UMKM daerah

pesisir dimana kebanyakan UMKM masih membutuhkan

pembinaan yang lebih lanjut.

Daerah pesisir merupakan salah satu daerah berpotensi

tinggi saat ini. Dimana sudah semakin banyak aktivitas ekonomi

yang bergerak disana. Mulai dari perdagangan, pergudangan,

bertani, nelayan, hingga pelabuhan. Setiap aktivitas ini akan

menghasilkan pundi-pundi uang yang dapat meningkatkan

perekonomian. Daerah pesisir Belawan, merupakan salah

satunya. Pesisir ini adalah daerah pinggir Kota Medan yang

memiliki aktivitas ekonomi yang cukup padat. Daerah ini

merupakan pelabuhan besar di daerah Sumatera Utara, hampir

semua industri mendistribusikan barang dari pelabuhan ini.

Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh masyarakat

mengindikasikan bahwa kinerja mereka meningkat. Namun

pendapatan ini hendaknya lebih besar dibandingkan pengeluaran

mereka. Sehingga mereka memperoleh profit/ keuntungan.

Profitabilitas merupakan indikator terbaik untuk

mengidentifikasi apakah perusahaan tersebut telah melakukan

sesuatu dengan benar[13].

Kinerja keuangan yang baik tentu saja dipengaruhi oleh

faktor-faktor tertentu. Dalam hal ini peneliti mengambil Teori

Bourdieu mengenai perilaku pengelola keuangan. Bourdieu

menyebutkan habits, fields dan capital sebagai faktor perilaku

pengelola keuangan. Menurutnya, habitus seseorang dibentuk

oleh personalhistory orang tersebut dan pengalaman-

pengalaman atau kejadian (struktur) dalam hidunya yang

mempengaruhi bagaimana dia bertindak dan menempatkan diri.

Medan (field) yang dimaksud Bourdieu, bukanlah medan yang

statis dan tanpa perjuangan, melainkan sebuah medan yang

dinamis. Medan atau ranah yang memiliki ‘perjuangan’

didalamnya, perjuangan untuk ‘menang’ dan menempati sebuah

posisi, mendapatkan sebuah pengakuan. Bourdieu

mendefinisikan capital ke dalam 4 kategori: (1)

material/ekonomi, (2) cultural (3) social, dan (4) symbolic [14].

Page 39: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

32

Kinerja keuangan berbeda pula antara laki-laki dan

perempuan. Laki-laki dan perempuan secara sexual memang

berbeda. Begitu pula secara perilaku dan mentalitas. Namun

perannya di masyarakat dapat disejajarkan dengan batasan-

batasan tertentu. Women more likely to report the use of sound

financial practices [6], but they also tended to score lower on

measures of financial knowledge[5].

Berdasarkan uraian diatas peneliti memutuskan untuk

meneliti pengaruh habits, fields dan capital terhadap kinerja

keuangan UMKM daerah pesisir Belawan Kota Medan. Dan

melihat perbedaan tingkat kinerja keuangan antara laki-laki dan

perempuan.

2. Tinjauan Pustaka

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Di Australia, UKM didefinisikan sebagai perusahaan

dengan pekerja yang kurang dari 200 orang. Seperti Welsh dan

White tulis di artikel terkenal mereka “A small business is not a

little big business” perusahaan besar cenderung untuk beroperasi

di lingkungan hidup yang relatif ramah dimana tingkat

pertumbuhan kecil dan sebuah “perkiraan yang seimbang” ada

dimana “arus kas sama dengan laba bersih ditambah depresiasi

dan amortisasi”[20]. Kesuksesan dan kegagalan dari UKM

tergantung dari kelangsungan keuanagn mereka dan datu

masalah yang paling umum adalah kemampuan mereka untuk

mengamankan arus kas yang cukup dan modal kerja tetap

menguntungkan[11].

Manajemen keuangan pada UKM biasanya berbeda

dengan yang ditemukan pada perusahaan besar karena bersifat

lebih dinamis dari siklus arus kas mereka, kurang umum dengan

modal kerja, dan kemampuan mereka untuk meningkatkan

keuanagn melalui utang dan ekuitas[14].

UMKM dituntut untuk menghasilkan produk yang

memiliki daya saing yang tinggi antara lain dengan kriteria: (1)

produk tersedia secara teratur dan sinambung, (2) produk harus

memiliki mutu yang baik dan seragam, (3) produk dapat

disediakan secara masal[18].

Page 40: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

33

Perilaku Pengelolaan Keuangan

Salah satu kunci sukses strategi bisnis yang dijalankan

suatu usaha kecil guna meningkatkan kinerjanya adalah dalam

hubungannya dengan bank yang berkaitan dengan faktor

permodalan (fasilitas kredit)[7]. Secara spesifik perilaku

keuangan mencoba menjelaskan tentang what, why and how

keuangan dan investasi dari sudut pandangan manusia

[15].Perilaku Keuangan adalah paradigma di mana pasar

keuangan yang mempelajari dengan menggunakan model yang

berbeda dari Von Neumann-Morgenstern yaitu teori utilitas yang

diharapkan dan asumsi arbitrase. Secara khusus, perilaku

keuangan memiliki dua sudut pandang: kognitif psikologi dan

batas-batas arbitrase. Kognitif mengacu pada bagaimana orang

[16]. Perilaku manajemen keuanagn seorang individu terkait

dengan pengetahuan keuangan[9].

Perilaku manajemen keuangan terdiri dari satu kunci

konsep yaitu kedisiplinan keuangan, banyak definisi yang

diberikan sehubungan dengan konsep ini. Maksud dari perilaku

manajemen keuangan seberti determinasi, akuisisi dan

pemanfaatan sumber daya keuangan, biasanya dengan seluruh

tujuan di pikiran[19]. Menggambarkan perilaku manajemen

keuangan sebagai sebuah area dari membuat keputusan

keuangan, harmonisasi motif individu dan tujuan

perusahaan[21].

Pierre Bourdieu, seorang intelektual dan sosiolog dari

Perancis (1930-2000), berusaha membangun sebuah general

theory of practice. Menurutnya, praktek sosial (practise,

perilaku) bisa didefinisikan sebagai berikut:

PRACTICE = (Habitus x Capital) + Field

Formula tersebut menyiratkan bahwa, perilaku sosial

seseorang ditentukan oleh Habitusnya, yang kemudian diperkuat

oleh modal (capital) yang dia miliki, sesuai medan (field) yang

ditempati. Menurutnya, habitus seseorang dibentuk oleh

personalhistory orang tersebut dan pengalaman-pengalaman

atau kejadian (struktur) dalam hidunya yang mempengaruhi

bagaimana dia bertindak dan menempatkan diri.

Habitus bagi Bourdieu mengacu kepada sistem dari

disposisi diwujudkan dari menghasilkan praktik sesuai dengan

Page 41: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

34

prinsip-prinsip struktural dari dunia sosial[13]. Medan (field)

yang dimaksud Bourdieu, bukanlah medan yang statis dan tanpa

perjuangan, melainkan sebuah medan yang dinamis. Medan atau

ranah yang memiliki ‘perjuangan’ didalamnya, perjuangan untuk

‘menang’ dan menempati sebuah posisi, mendapatkan sebuah

pengakuan. Bourdieu mendefinisikan capital ke dalam 4

kategori: (1) material/ekonomi, (2) cultural (3) social, dan (4)

symbolic [14].

Gender

Pengertian gender didefinisikan sebagai aturan atau normal

perilaku yang berhubungan dengan jenis kelamin dalam suatu

sistem masyarakat. Karena itu gender sering kali di identikan

dengan jenis kelamin atau sex. Meski sebenarnya kedua jenis kata

ini yaitu Sex dan gender memiliki konsep yang berbeda [12].

Gender adalah fenomena sosial, sebuah dikotomi (pembagian

dua) yang ada di semua masyarkata. Sebagai sebuah dimensi

sosial yang mempengaruhi perilaku komsumsi, gender tidak

diajarkan dan kadang disalahpahami[10]. Literatur terdahulu

menunjukkan bahwa kebanyakan perempuan menderita yang

disebut sebagai mania memberli[6]. Perempuan memiliki kurang

percaya diri dan sedikit ketertarikan untuk belajar topik

keuangan personal jika dibandingkan dengan pria[5].

Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan menunjukkan ukuran prestasi yang diperoleh

oleh suatu perusahaan setelah perusahaan tersebut melakukan

berbagai aktivitas perusahan secara menyeluruh. Dari berbagai

telaah pustaka tentang kinerja perusahaan dapat diketahui bahwa

pembahasan tentang kinerja perusahaan pada umumnya

menekankan pada profitabilitas dan pertumbuhan pelanggan.

Profitabilitas merupakan indikator terbaik untuk

mengidentifikasi apakah perusahaan tersebut telah melakukan

sesuatu dengan benar[13].

Hipotesis

Habitus seseorang dibentuk oleh personal history orang tersebut

dan pengalaman-pengalaman atau kejadian (struktur) dalam

hidupnya yang mempengaruhi bagaimana dia bertindak dan

menempatkan diri. Semakin banyak pengalam hidupnya maka

Page 42: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

35

akan semakin tinggi kemampuannya dalam menghasilkan kinerja

keuangan. Medan (field) yang memiliki perjuangan didalamnya,

perjuangan untuk menang dan menempati sebuah posisi,

mendapatkan pengakuan. Semakin besar medan yang dihadapai

individu maka akan mempengaruhi kinerja keuangnnya. Modal

(capital) merupakan hal penting dalam berbisnis, semakin besar

modal yang dimiliki seseorang kemungkinan besar akan

mengingkatkan kinerja keuangnnya. Perilaku seorang laki – laki

dapat berbeda dibandingkan dengan perilaku wanita termasuk

didalam hal pandangan terhadap uang yang dimilikinya.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Habits, Field, Capital dan

gender berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan.”

3. Metodologi Penelitian

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksplanatori untuk

menguji hipotesis penelitian menganai bagaimana pengaruh

Habits, Field dan Capital terhadap Kinerja Keuangan. Penelitian

ini dilakukan untuk memperoleh jawaban hipotesis dari

persoalan penelitian yang ada, sehingga masalah yang diteliti

menjadi jelas penyebab dan bagaimana cara menyelesaikan

permasalahan yang terjadi.

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini peneliti menyebar 200 kuisioner kepada

populasi yaitu masyarakat yang tinggal di daerah pesisir Belawan

Kota Medan, namun yang kembali hanya berjumlah sebanyak 60

kuisioner. Sehingga pada akhirnya 60 responden inilah yang

menjadi sampel penelitian.

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang telah didapatkan dianalisis

menggunakan analisis deskriptif dan regresi linier. Analisis

deskriptif digunakan untuk menyajikan deskripsi menganai suatu

fenomena yang diamati. Analisis regresi digunakan untuk

mengetahui pengaruh satu variabel independen terhadap variabel

dependen. Untuk menganalisis data digunakan aplikasi SPSS.

Page 43: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

36

4. Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Responden

Dari penyebaran kuisioner yang dilakukan sebanyak 200

kuisioner kepada 200 orang responden. Namun kuisioner yang

kembali hanya sebanyak 60 kuisioner yang mewakili 60

responden. Ke 60 responden tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Karakteristik demografi dari responden disimpulkan pada Tabel

1. Yaitu mengenai 61,7% reesponden terdiri dari laki-laki dan

38,3% sisanya adalah perempuan. Rata-rata usia responden

adalah 41 tahun. Mayoritas responden memeluk agama Islam

(71,7%), Katolik/Protestan (20%) dan Budha (8,3%). Mayoritas

responden memiliki pendapatan dibawah Rp5.000.000 sebanyak

51,7% dan sisanya memiliki pendapatan diatas Rp5.000.000

sebanyak (48,3%).

Tabel 1.

Karakteristik Responden

No. Karakteristik Persentase

1. Gender

- Laki-Laki

- Perempuan

Total

61,7%

38,3%

100%

2. Age

- Rata-rata

- Std. Deviasi

40,9 tahun

11,215

3. Agama

- Islam

- Katolik/Protestan

- Budha

71,7%

20%

8,3%

4. Pendapatan

- Rp0 – Rp5.000.000

- > Rp5.000.000

Total

51,7%

48,3%

100%

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Pengaruh Variabel Independen terhadap Kinerja

Keuangan

Dari hasil pengujian yang dilakukan di dapatkan hasil

bahwa secara simultan variabel independen yaitu habits, field,

Page 44: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

37

capital dan gender memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kinerja keuangan.

Sedangkan secara parsial habits berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja keuangan. Artinya, semakin tinggi

habits semakin tinggi pula kinerja keuangannya. Habitus

seseorang dibentuk oleh personal history orang tersebut dan

pengalaman-pengalaman atau kejadian (struktur) dalam

hidupnya yang mempengaruhi bagaimana dia bertindak dan

menempatkan diri. Dalam penelitian ini habits diukur

berdasarkan usia, cara berpikir/ bergaul, kebiasaan menabung

dan lain-lain. Hasil ini dapat menjelaskan usia seseorang yang

semakin dewasa akan menggambarkan kedewasaannya dalam

berbisnis di UMKM, sehingga akan berdampak positif terhadap

kinerjanya. Semakin sering seseorang menabung tentu akan

meningkatkan kinerja keuangannya, karena dalam hal ini dia

tergolong melakukan penghematan dan bermakna positif

terhadap pengelolaan bisnis yang makin efisien. Sehingga

disimpulkan habitus yang baik akan menghasilkan kinerja

keuangan yang baik pula pada akhirnya. Hasil ini bertolak

belakang dengan penelitian Purboyo et al., yang menyatakan

bahwa Habits berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan.

Dengan alasan bahwa, pengelola UKM tersebut tidak dapat

fleksibel dalam menghadapi

Field berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

kinerja keuangan. Artinya, semakin besar field (medan) yang

dihadapi responden akan semakin kecil kinerja keuangannya.

Dalam penelitian ini field dilihat dari lama bekerja, pendidikan

dan lain-lain. Lamanya bekerja dan tingginya pendidikan

individu belum tentu menghasilkan kinerja keuangan yang baik.

Mungkin saja pengetahuan mereka tentang bagaimana mengelola

keuangan masih minim sehingga kinerja keuangan yang

dihasilkan belum optimal. Namun hal ini belum tentu pasti

dikarenakan tingkat signifikan yang tinggi menggambarkan

bahwa field tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan.

Capital berpengaruh positif tidak signifikan terhadap

kinerja keuangan. Hal ini dapat dijelaskan secara logis bahwa

semakin besar modal (capital) yang dimiliki

seseorang/perusahaan akan menghasilkan kinerja keuangan yang

tinggi pula. Modal yang besar tentunya akan mempermudah

Page 45: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

38

perusahaan dalam mengembangkan usahanya, sehingga

usahanya akan semakin besar. Semakin besar usaha yang

dimilikinya tentunya diharapkan profit yang semakin besar.

Profitabilitas yang dihasilkan perusahaannya tentunya

menggambarkan kinerja perusahaan yang baik. Hasil ini

mendukung hasil penelitian Purboyo et al.

Dari variabel gender (jenis kelamin) dapat dilihat bahwa

perempuan memiliki kinerja keuangan yang lebih tinggi

dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa saja terjadi karena biasanya

perempuan lebih bisa mengatur keuangan dibandingkan laki-laki.

Penjelasan diatas dirangkum dalam Tabel 2 dibawah ini

dimana merupakan hasil pengujian data menggunakan aplikasi

SPSS yang telah diolah terlebih dahulu oleh peneliti.

Tabel 2.

Hasil Regresi Variabel Independen terhadap Kinerja

Keuangan

Model Coefficient Signifikan

(Constanta) 2.949 .000

Habits .116 .011

Field -.033 .257

Capital .047 .374

Gender -.124 .127

Sumber: Hasil Pengujian, 2016 (data diolah)

5. Kesimpulan

Dari hasil penelitian diatas didapatkan kesimpulan bahwa.

Secara simultan perilaku pengelolaan uang (habits, field dan

capital) serta gender berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan. Sedangkan secara parsial habits berpengaruh positif

signifikan terhadap kinerja keuangan. Field berpengaruh negatif

tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Capital berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Dan

variabeldummy menjelaskan bahwa laki-laki memiliki kinerja

keuangan yang lebih kecil dari perempuan.

Saran yang dapat peneliti berikan adalah hendaknya

masyarakat pesisir Belawan lebih dapat memperhatikan habits,

memahami field dan memanfaatkan capital-nya dengan baik.

Sehingga akan menghasilkan kinerja keuangan yang baik

nantinya. Modal yang banyak bila diimbangi dengan kebiasaan

Page 46: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

39

pengaturan keuangan yang baik akan menghasilkan kinerja yang

optimal. Oleh karena itu, dibutuhkan perhatian lebih pemerintah

untuk membimbing dan membina para UMKM.

Kepada peneliti selanjutnya hendaknya dapat

menggunakan indikator yang lebih banyak lagi untuk melihat

kinerja keuangan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir yang

memang membutuhkan perhatian lebih demi meningkatkan

kualitas hidup mereka.

Acknowledgments

The authors gratefully acknowledge that the present

research is supported by Ministry of Research and Technology

and Higher Education Republic of Indonesia. The support is

under the research grant BP-PTN of Year 2016.

Daftar Pustaka

[1] ABS. (2002). Small Business in Australia 2001. Canbera,

Australian Bureau of Statistics, Cat.131.0, Commonwealth

of Australia.

[2] Achmed, Hashim., Safee Irham dan Norjalil. (2001).

Determining The Moderating Effect of Environment on

The Business Strategy Performance Relationship in

Malaysia SMES. Journal of Small Business Management.

[3] Ann Woodyard dan Cliff Robb. (2012). Financial Knowledge

and The Gender Gap. Journal of Financial Theray. Vol. 3

Issue 1. pp, 1-16.

[4] Bourdieu, Pierre. (1990). The Logic of Practice. California:

Atanford University Press.

[5] Chen, H. Dan Volpe R.P (2002). Gender differences in

personal financial literacy and college students. Financial

services review, 11. 289-107.

[6] Faber, R. (1992). Compulsive Buying. American Behavioral

Scientist. Vol.35, pp. 802-819.

[7] Hankinson, Alan. (2000). “The Key Factors in The Profiles

of Small Firm Owner Managers That Influence Business

Performance. The South Coast Small Firms Survey, 1997-

2000”. Industial and Commercial Training Vol.32 No.3.

[8] Hayhoe, C. R., Leach, L. J., Turner, P.R., Bruin, M.J., dan

Lawrence, F. C. (2000) Differences in spending habits and

Page 47: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

40

credit use of collage students. Journal of Consumer Affair,

34 (1), 113-133.

[9] Hilgert, M.A., Hogarth, J.M. dan Beverly, S.G.(2003).

Household Financial Management: The Connection

between Knowledge and Behavior. Federal Reserve Bulletin.

Vol.8, NO.7, pp. 309-322.

[10] Hira, Tahira K. dan Olive Mugenda. (2000). Gender

Differences in Financial Perspections, Behaviors and

Satisfaction. FPA Journal. pp 1-7.

[11] Mazzarol, Tim., Sophie Reboud dan Delwyn Clark. (2015).

The Financial Management Practices of Small to Medium

Enterprises. 28th Annual Seaanz Conference Proceeding.

[12] Meysha, Gender: Pengertian dan Definisi. melalui website

http://www.kamusq.com/2012/11/gender-pengertian-dan-

definisi.html

[13] Nash, Roy. (1990). Bourdieu on Education and Social and

Cultural Reproduction. British Journal of Sociology of

Education. Vol. 11, No.4. pp, 431-447.

[14] Purboyo, Arthur., Inge Barlian dan Elizabeth T. Manurung.

(2012). Pengaruh faktor-faktor kebiasaan (habitus), modal

(capital) dan perubahan (changes) sebagai model perilaku

keuangan untuk meningkatkan performa keuangan

perempuan pelaku UMKM (suatu studi di UMKM binaan

FE-UNPAR-Bandung dan Jakarta. Bandung: Universitas

Katolik Parahyangan.

[15] Ricciardi, V. dan Simon, H.K. (2000). What is Behavioral

Finance Business Education and Technology Journal. Vol.2,

No.2, pp,1-9.

[16] Ritter, J.R. (2003). Behaviour Finance. Pacific-Basin

Finance Journal. Vol.11, No.4. pp, 429-437.

[17] Susanti, Nita Budhi. (2011). Analisis Pengaruh Lingkungan

Bisnis, Hubungan Dengan Bank Dan Orientasi

Kewirausahaan Terhadap Kinerja Umkm (Studi Kasus Pada

Umkm Sektor Perikanan Di Kota Ternate).

[18] Taufik, M. (2008). Strategi Pengembangan UKM pada Era

Otonomi Daerah dan Perdagangan Bebas. Departemen

Koperasi dan UKM, RI. Jakarta.

[19] Van Horne J. C. dan Wachowicz J. M., (2002).

Fundamental Of Financial Management (11th ed). Upper

Saddles River York, NJ: Prentice Hall.

Page 48: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

41

[20] Welsh, J.A. dan White J.F. (1981). A Small Business is Not

A Little Big Business. Harvard Business Review. Vol.59,

No.4. pp,18-32.

[21] Weston J. F, dan Brigham E.F. (1981) Management Finance

(7th ed). Holt-Saunders.

Page 49: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

42

BAB IX

FINANCIAL MANAGEMENT

BEHAVIOR AND FINANCIAL

DISTRESS ON SMALL

MEDIUM ENTERPRICE

IN SEABORD OF MEDAN

Abstrak

Penelitian ini menggunakan indikator-indikator penggunaan

uang. Indikator yang diambil adalah evaluation, anxiety dan non-

generous. Ketiga indikator inilah yang digunakan untuk

mengukur financial distress masyarakat pesisir Kota Medan.

Penelitian ini menggunakan 60 responden dengan menggunakan

kuisioner untuk mendapatkan data. Dengan menggunakan

aplikasi SPSS sebagai alat uji. Hasil penelitian ini menyebutkan

bahwa, secara parsial dijelaskan bahwa evaluation berpengaruh

positif tidak signifikan terhadap financial distress. Anxiety

berpengaruh positif signifikan terhadap financial distress. Dan

non-generous berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

financial distress. Sedangkan variabel dummy yaitu jenis kelamin

menjelaskan bahwa laki-laki lebih sedikit yang mengalami

kesulitan keuangan dibandingkan dengan perempuan. Secara

parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

financial distress.

Keyword: financial management, evaluation, anxiety, non-

generous, financial distress.

1. Pendahuluan

Masyarakat pesisir biasanya hidup dengan cara mencari

ikan, bertani dan berdagang. Namun saat ini setelah adanya

pelabuhan menyebabkan aktivitas pesisir menjadi bertambah.

Page 50: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

43

Hal ini memberikan dampak baik bagi perekonomian masyarakat

pesisir, karena bagi mereka yang tidak bekerja menjadi memiliki

pekerjaan. Begitu juga yang dialami masyarakat pesisir Kota

Medan. Daerah pesisir Kota Medan yaitu daerah Belawan

merupakan daerah pesisir yang terletak di pinggiran Kota Medan.

Dimana aktivitas pelabuhan, nelayan, bertani dan berdagang

menjadi mata pencaharian penduduk setempat.

Uang merupakan alat tukar yang digunakan untuk

membeli barang yang diinginkan. Uang merupakan hal penting

yang dicari individu untuk memenuhi kebutuhannya. Saat ingin

memenuhi kebutuhannya dan uang yang dimiliki tidak

mencukupi, hal inilah yang disebut kesulitan keuangan. Hampir

setiap individu pernah atau sedang mengalami kesulitan

keuangan. Begitu pula dengan masyarakat pesisir Kota Medan

yang tinggal di daerah Belawan. Banyaknya masyarakat yang

belum mengetahui bagaimana cara mengelola keuangannya

mengakibatkan mereka mengalami kesulitan keuangan.

Pentingnya pengetahuan mengenai keuangan sedikit banyak akan

membantu mereka untuk mengelola keuanganya sehingga akan

memperkecil kemungkinan kesulitan keuangan yang akan

dihadapi.

Berdasarkan hasil penelitian Lim dan Teo (1997)

menunjukkan bahwa diantara pria dan wanita terdapat

perbedaan didalam cara pandang mereka terhadap uang. Laki-

laki dengan perempuan pasti memiliki cara yang berbeda dalam

menggunakan uangnya. Koonce et al. (2008) meneliti bahwa

faktor perbedaan jenis kelamin yang melekat didalam diri

seseorang akan menimbulkan perilaku yang berbeda didalam

perilaku penggunaan uang antara satu dengan yang lain. Koonce

juga menemukan bahwa seorang perempuan lebih menyukai

menyimpan uang sebagai aset bila dibandingkan dengan laki-laki.

Lim dan Teo juga menunjukkan indikator-indikator yang

memiliki pengaruh terhadap kesulitan keuangan yaitu obsession,

power, budget, achievement, evaluation, anxiety, retention dan

non-generous. Namun dalam penelitian ini hanya digunakan tiga

indikator saja yaitu Evaluation, Anxiety dan Non-Generous untuk

melihat pengaruhnya terhadap financial distress yang dialami

masyarakat pesisir Kota Medan daerah Belawan.

Page 51: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

44

Evaluation, This dimension comprises items which reflect

the extent to which one uses money as a standard of evaluation or

comparison with others. Such comparison can often bring about

feelings of envy of those who can afford to buy things at their

whim and fancy. Anxiety, reflect the extent to which individuals

think and worry about money. Non-Gener- ous. This dimension

reflects the extent to which one is non-generous in terms of

contribution to charity, giving money to beggars, and lending

money to others (Lim dan Teo, 1997).

Berdasarkan uraian diatas peneliti memutuskan untuk

melihat pengaruh indikator evaluation, anxiety dan non-generous

terhadap financial distress. Dan menambahkan variabel dummy

gender untuk meilhat perbedaan financial distress yang dialami

perempuan dan laki-laki.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Usaha Kecil dan Menengah

Ada tiga sumber dasar atas keuangan dari UKM, yaitu;

ekuitas, utang dan laba yang ditahan (OECD, 2004). Pertama tipe

ini bersumber dari kepemilikan manajer yang menginvestasi

simpanan pribadi mereka kedalam perusahaan untuk pembukaan

itu dan/atau meninggalkan sedikit akumulasi laba di bisnis untuk

menolong pertumbuhan dana di masa depan daripada

menyebarkannya keluar sebagai dividen. Ekuitas dari pihak

ketiga dapat diambil dari investor yang tidak formal(seperti;

keluarga, teman), semi-formal investor seperti malaikat bisnis,

atau venture resmi pengelola dana modal (ABS, 2010; OECD,

2006). Yang kedua adalah terdiri dari pinjamann (baik terjamin

dan tidak terjamin) yang biasanya disediakan oleh bank-bank

atau perusaha pelayanan keuangan lainnya. Utang ini bisa

menjadi pendek (seperti; kartu kredit, akun yang perlu dibayar),

atau jangka panjang (seperti; gadai) di alam (OECD, 2012). Bank

adalah penyediaumum utang keuangan bagi UKM, walaupun ini

biasanya memerlukan manajer pemilik untuk menawarkan

jaminan seperti rumah keluarga yang mereka gunakan atau utang

jangka pendek akan menjadi lebih sulit dan mahal di periode

berikutnya krisis keuangan global pada tahun 2008/2009 ketika

berbanding dengan perusahaan besar (OECD, 2012) .

Page 52: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

45

2.2 Gender

Gender adalah fenomena sosial, sebuah dikotomi

(pembagian dua) yang ada di semua masyarkata. Sebagai sebuah

dimensi sosial yang mempengaruhi perilaku komsumsi, gender

tidak diajarkan dan kadang disalahpahami. Literatur terdahulu

menunjukkan bahwa kebanyakan perempuan yang mengalami

apa yang disebut dengan mania memberli (Faber, 1992). Bukti

yang ada mengindikasikan bahwa perempuan memiliki

pengetahuan lebih rendah daripada laki-laki di dalam area

keuangan personal, dan penemuan ini memegang kebenaran

untuk berbagai populasi (Borden et al., 2009).

Perbedan gender pada perilaku keuangan terlah

terindikasi pada penelitian sebelumnya. Perempuan lebih

mungkin untuk melaporkan penggunaan praktik keuangan yang

sehat (Hayhoe et al., 2000), tetapi mereka juga cenderung

memiliki nilai yang rendah di ukuran pengetahuan keuangan

(Chen & Volpe, 2002).

2.3 Financial Behavior

Uang adalah faktor penting dalam kehidupan kita semua

(Wernimont and Fitzpatrick, 1972). Tema dominan yang sering

didiskusikan di medan industri dan psikologi organisasi yang

berpengaruh pada imbalan moneter pada perilaku manusia.

Persepsi orang terhadap tugas kerja yang terkait, sistem

penghargaan, pola motivasi ekstrinsik dan intrinsik mereka pada

tugas mungkin dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap uang

(Furnham et al., 1994).

Di dalam penelitian ini digunakan indikator-indikator

untuk mengelompokkan perilaku penggunaan uang yang

dikembangkan oleh Lim dan Teo (1997). Hal tersebut

dikarenakan didalam penelitian yang dilakukan Lim dan Teo

telah mencakup indikator pengukuran perilaku penggunaan uang

yang berdasarkan jenis kelamin dan kesulitan keuangan.

Indikator pengukuran perilaku penggunaan uang yang

dikembangkan oleh Lim dan Teo meliputi: Obsession, Power,

Budget, Achivement, Evaluation, Anxiety, Retention dan Non-

Generous (Handi dan Mahastanti, 2012). Namun, indikator yang

digunakan dalam penelitian in hanya Evaluation, Anxiety dan

Page 53: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

46

Non-Generous untuk melihat pengaruhnya terhadap kesulitan

keuangan.

Evaluation, this dimension comprises items which reflect

the extent to which one uses money as a standard of evaluation or

comparison with others. Such comparison can often bring about

feelings of envy of those who can afford to buy things at their

whim and fancy. Anxiety, which reflect the extent to which

individuals think and worry about money. Individuals who score

high on this dimension tend to feel anxious or defensive when

asked about personal finances, and they often feel inferior to

those who have more money than them. And then, Non-

Generous. This dimension reflects the extent to which one is non-

generous in terms of contribution to charity, giving money to

beggars, and lending money to others (Lim and Teo, 1997).

2.4 Financial Distress

Kesulitan keuangan merupakan sebuah keadaan dimana

seseorang tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya.

Seseorang yang pernah mengalami keadaan kesulitan keuangan

akan lebih berhati-hati didalam menggunakan uangnya karena ha

tersebut berkaitan dengan pengalaman kesulitan yang pernah

dihadapi dan perasaan emosionalnya, sehingga seseorang yang

pernah mengalami kesulitan keuangan akan sebaik mungkin

mengatur keuangan yang mereka miliki agar tidak megalami

kesulitan keuangan kembali (Joe dan Grable dalam Dowling dan

Corney, 2009). Walker (1996) menggunakan sampel hanya

seratus responden pada study faktor kunci yang mempengaruhi

individu’ persepsi terhadap situasi keuangan mengikuti

kehidupan yang signifikan dengan implikasi keuangan kelahiran

bayi yang baru. Dia mewawancarai ibu baru di United Kingdom

dan membangun sebuah ukuran dari ‘mengatasi keuangan’

menggunakan respon terhadap pertanyaan tentang apakah atau

ketidak percayaan responden bahwa mereka memiliki cukup

uang untuk menghadapi kehidupan (sebelum dan setelah

kelahiran bayi). Dia menemukan bahwa preferensi waktu, tingkat

kesulitan keuangan, setelah mengatur dari demografi dan

pendapatan (Yvonne McCarthy, 2011).

Page 54: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

47

2.5 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dengan adanya pengalaman kesulitan keuangan

menjadikan seseorang untuk berhati-hati dan mengkoreksi hal-

hal apa saja yang telah dilakukan yang berkaitan dengan

keuangan yang dimiliki.

H1 : Evaluation berpengaruh terhadap financial distress.

Pengalaman kesulitan keuangan membuat seseorang lebih

cermat didalam mengambil keputusan terhadap keuangan yang

mereka miliki. Pengalaman kesulitan keuangan juga dapat

membuat seseorang menjadi takut ketika akan melakukan suatu

pekerjaan atau hal-hal tertentu yang berkaitan dengan keuangan

yang mereka miliki. Kesulitan keuangan juga membuat seseorang

cenderung lebih tertutup dengan informasi keuangan yang

mereka miliki.

H2 : Axiety berpengaruh terhadap financial distress

Seseorang yang telah mengalami atau sedang mengalami

kesulitan keuangan akan lebih sukar untuk memberi bantuan

terhadap orang lain dibandingkan seseorang yang tidak

mengalami kesulitan keuangan. Sebab seseorang tentunya tidak

ingin mengalami kesulitan keuangan akibat dari memberi

bantuan atau meminjamkan uang kepada orang lain.

H3 : Non-Generous berpengaruh terhadap financial distress.

Setiap individu pasti memiliki tingkat kesulitan keuangan

yang berbeda. Dalam hal ini individu dikelompokkan kedalam

faktor demografi yaitu jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan

pasti memiliki cara yang berbeda dalam menggunakan uang.

Koonce (2008) menemukan bahwa seorang perempuan lebih

menyukai menyimpan uang sebagai asset bila dibandingkan

dengan laki-laki. Seorang laki-laki cenderung menggunakan uang

yang mereka miliki sebagai kekuatan untuk mempengaruhi

sesamanya.

H4 : laki-laki memiliki tingkat financial distress lebih kecil

dibandingkan perempuan.

Page 55: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

48

3. Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksplanatori untuk

menguji hipotesis penelitian mengenai bagaimana pengaruh

perilaku penggunaan uang untuk setiap jenis kelamin yang

berbeda dan kesulitan keuangan yang pernah dialami. Penelitian

ini dilakukan untuk memperoleh jawaban hipotesis dari

persoalan penelitian yang ada, sehingga masalah yang diteliti

menjadi jelas penyebab dan bagaimana cara menyelesaikan

permasalahan yang terjadi.

3.2 Sampel

Dalam penelitian ini, data menggunakan sampel sebanyak 60

responden yang terkumpul dari populasi yaitu UKM yang berada

di pesisir Kota Medan. Pengumpulan data digunakan dengan

cara menyebarkan kuisioner.

3.3 Analisis Data

Dalam penelitian ini, data yang didapatkan dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif dan regresi linier. Untuk

menganalisis data digunakan aplikasi SPSS.

4. Data Analysis and Results

4.1 Respondents Characteristics

Karakteristik demografi dari responden dapat dilihat pada

Tabel 1. Sekitar 61,7% responden adalah laki-laki dan sisanya

38,3% adalah perempuan. Rata-rata usia dari responden berusia

41 tahun. Dari sisi suku, mayoritas responden adalah bersuku

Jawa (28,3%), Suku Batak (18,3%), Suku Melayu (15%), Suku

Tionghoa (11,7%), Suku Padang (8,3%), Suku Aceh (5%), Suku

Karo (5%), Suku Mandailing (5%), Suku Banjar (1,7%) dan Suku

Nias (1,7%).8,3% responden telah tinggal disana selama kurang

dari 1 tahun atau satu tahun. 20% responden telah tinggal disana

selama lebih dari 1 tahun sampai dengan 5 tahun dan 71,7%

responden telah tinggal di daerah Belawan selama lebih dari 5

tahun.

Page 56: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

49

Tabel 1

Characteristics Respondents

1. Gender

- Male

- Female

61,7%

38,3%

2. Age

- Mean

- Std Deviation

40,9 years

11,2 years

3. Etnisitas

- Jawa

- Batak

- Melayu

- Tionghoa

- Padang

- Aceh

- Karo

- Mandailing

- Banjar

- Nias

28,3%

18,3%

15%

11,7%

8,3%

5%

5%

5%

1,7%

1,7%

4. Lama Tinggal

< 1 tahun – 1 tahun

> 1 tahun – 5 tahun

> 5 tahun

8,3%

20%

71,7% Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

4.2 Hasil dari Hubungan Antarvariabel

Dari penelitian di dapatkan hasil bahwa secara simultan

indikator financial behavior berpengaruh signifikan terhadap

financial distress. Yang artinya, bahwa semua variabel

independen berpengaruh secara serempak terhadap financial

distress.

Sedangkan secara parsial, tanpa melihat variabel

independen financial distress bernilai 2.042. Hal ini menjelaskan

bahwa di daerah pesisir Kota Medan tingkat financial distressnya

tinggi. Banyak individu yang merasa bahwa mereka pernah

mengalami atau sedang mengalami masalah keuangan.

Indikator Evaluation berpengaruh positif tidak signifikan

terhadap financial ditress. Artinya, semakin banyak individu yang

berpikir bahwa uang adalah standar untuk membandingkan

suatu hal, maka akan semakin tinggi financial distress yang

Page 57: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

50

dialaminya. Hal ini bisa terjadi karena individu akan berpikir

bahwa uang yang dimilikinya masih kurang jika dibandingkan

dengan milik orang lain. Karena rasa kekurangan ini akhirnya

individu akan merasa bahwa dia sedang mengalami kesulitan

keuangan. Hasil ini memiliki nilai signifikan yang berbeda

dengan penelitian sebelumnya. Dimana penelitian Handi dan

Mahastanti (2012) menyebutkan bahwa Evaluation berpengaruh

positif signifikan terhadap kesulitan keuangan. Lim dan Teo

(1997) menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami kesulitan

keuangan tidak ingin mengalami kesulitan keuangan kembali

sehingga ia akan mengevaluasi tindakan keuangan yang telah ia

lakukan.

Indikator Anxiety berpengaruh positif dan signifikan

terhadap financial distress. Hal ini dapat diartikan bahwa

semakin tinggi kekhawatiran yang dimiliki individu ketika

ditanya mengenai kondisi keuangannya maka akan semakin

tinggi financial distress yang dialaminya. Kekhawatiran yang

dialami individu ketika ditanya tentang keuangannya akan

mengakibatkan individu merasa rendah diri melihat seseorang

yang memiliki uang yang lebih dari dia. Sama hal nya dengan

Evaluation, kondisi ini akan mengakibatkan individu berpikir

bahwa uang yang dimilikinya tidak lebih banyak dari orang lain.

Sehingga pada akhirnya dia mengatakan bahwa dia memiliki

kesulitan keuangan. Hasil ini memiliki nilai signifikan yang

berbeda dengan penelitian sebelumnya Handi dan Mahastanti

(2012) yang menyebutkan bahwa Anxiety berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap kesulitan keuangan.

Indikator Non-Generous berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap financial distress. Dalam hal ini dapat

diartikan bahwa semakin banyak individu tidak memberi uang

kepada sesamanya, maka akan semakin rendah kesulitan

keuangannya. Tentu saja hal ini bisa terjadi, karena individu yang

tidak membagi atau memberi uangnya kepada orang lain pasti

memiliki uang yang lebih banyak. Bisa saja individu tidak

membagi uangnya dikarena mereka memilih untuk memenuhi

kebutuhan mereka atau menabungnya demi kebutuhan dimasa

mendatang. Sehingga mereka tidak akan mengalami kesulitan

keuangan.

Variabel dummy dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin,

memberikan penjelasan bahwa laki-laki memiliki tingkat

Page 58: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

51

financial distress yang lebih rendah dibandingkan perempuan.

Hal ini terjadi karena perempuan biasanya lebih sering berpikir

mengenai keuangan dibandingkan laki-laki. Koonce (2008) yang

menemukan bahwa seorang perempuan lebih menyukai

menyimpan uang sebagai aset bila dibandingkan dengan laki-laki.

Seorang perempuan yang telah memiliki keluarga cenderung

kurang leluasa menggunakan uang yang dimilikinya

dibandingkan dengan laki-laki sebab seorang perempuan

haruslah memikirkan pengeluaran keluarga, pendidikan anak,

tagihan-tagihan dan rencana masa depan keluarga. Sehingga

tidak heran jika perempuan lebih banyak yang merasa mengalami

kesulitan keuanagn dibandingkan laki-laki.

Tabel 2

Pengaruh Financial Behaviorterhadap

FinancialDistress

Model Coefficients Significant

(Constanta) 2.042 .000

Evaluation .087 .356

Anxiety .508 .000

Non-Generous -.430 .000

Gender -.126 .308

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan

bahwa tingkat financial distress di daerah pesisir Kota Medan

tinggi. Secara simultan Evaluation, Anxiety, Non-Generous dan

Gender berpengaruh signifikan terhadap Financial Distress.

Sedangkan secara parsial Evaluation berpengaruh positif

tidak signifikan terhadap financial distress. Anxiety berpengaruh

positif signifikan terhadap financial distress. Dan non-generous

berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress.

Sedangkan dari variabel dummy gender dapat dijelaskan bahwa

laki-laki lebih sedikit yang mengalami masalah keuangan

dibandingkan dengan perempuan.

Peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan indikator

yang lebih banyak dibandingkan penelitian ini. Sehingga hasil

penelitiannya akan lebih variatif dan akan menambah

Page 59: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

52

pengetahuan mengenai indikator yang mempengaruhi financial

distress.

Daftar Pustaka

Borden, L. M., Lee, S. A., Serido, J. & Collins, D. (2008).

Changing college students’ financial knowledge, attitudes

and beahvior through seminat participation. Journal Of

Family and Economic Issues. Vol.25(1), pp. 23-40.

Chen, H. & Volpe, R. P. (2002) Gender differences in personal

financial literacy among college students. Financial services

review. Vol.11, pp.287-307.

Faber, R. (1992). Compulsive Buying. American Behavioral

Scientist. Vol.35, pp.802-819.

Furnham. A., Kirkcaldy. B.D. Lynn, R. (1994) National attitudes

to competitiveness, money and work among young people:

First, second and third world differences. Human Relations.

Vol.47, pp.119-132.

Handi, Andhika Kusuma dan Linda Ariany Mahastanti. (2012).

Perilaku penggunaan uang: apakah berbeda untuk jenis

kelamin dan kesulitan keuangan. Universitas Kristen Satya

Wacana.

Koonce, Joan C., Yoko Mimura, Teresa Mauldin, Michael

Rupured, Jenny Jordan. (2008). Finacial Information: Is It

Real to Savings and Investing Knowledge and Financial

Behavior of Teenagers. Journal of Financial Counseling and

Planning. Vol .9, No 2.

Lim, Vivien K. G. & Thompson S.H. Teo. (1997). Sex, Money and

Financial Hardship: An empirical study of attitudes towards

money among undergraduates in Singapore. Journal of

Economic Psycology Vol.18, pp. 369-386.

OECD (2004). Financing Innovative SMEs in a Global Econoy,

Instanbul Turkey 3-5 June, Organisaton for Economic

Cooperation and Development.

OECD (2006) The SME Financing Gap: Theory and Evidence

Volume 1. Organisation for Economic Co-operation and

Development.

OECD (2012) Financing SMEs and Entrepreneurs 2012: An

OECD Scoreboard, Paris, Organisation for Economic Co-

operation and Development (OECD) Publishing.

Page 60: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

53

Purboyo, Arthur., Inge Barlian dan Elizabeth T. Manurung.

(2012). Pengaruh Faktor-faktor Kebiasaan (Habitus),

Modal (Capital) dan Perubahan (Changes) sebagai Model

Perilaku Keuangan untuk Meningkatkan Performa

Keuangan Perempuan Pelaku UMKM (Suatu Studi di

UMKM Binaan FE UNPAR-Bandung dan Jakarta).

Universitas Katolik Parahyangan: Lembaga Penelitian dan

Pengabdian Masyarakat.

Wernimont, P.F & Fitzpatrick S. (1972). The meaning of money.

Journal of Applied Psychology. Vol.56, pp.218-226.

Yvonne McCarthy. (2011). Behavioural Characteristics and

Financial Distress. Conference on Household Finance and

Consumption. Working Paper Series. No.1303.

Page 61: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

54

BAB X

FINANCIAL LITERACY DAN

FINANCIAL BEHAVIOR

MAHASISWA UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

financial literacy terhadap financial behavior mahasiswa

Universitas Sumatera Utara dan menganalisis perbedaan

financial behavior mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara

Tahun 2016 berdasarkan tingkat financial literacy yang

dimilikinya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan

komparatif dengan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian

ini adalah mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun

2016. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode accidental

sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang

diperoleh dari survei terhadap 97 orang responden. Metode

analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan

Kruskall-Wallis test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara

keseluruhan, responden bisa menjawab lebih dari setengah

pertanyaan dengan benar dengan rata-rata 74,85% sehingga

dapat disimpulkan bahwa tingkat financial literacy mahasiswa

baru Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 masuk dalam

kategori sedang. Namun, tidak terdapat perbedaan financial

behavior mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun

2016 berdasarkan tingkat financial literacy yang dimilikinya.

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat korelasi

antara financial literacy dan financial behavior.

Kata Kunci : Financial Literacy, Financial Behavior, Faktor

Sosiodemografi

Page 62: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

55

1. Pendahuluan

Salah satu pengetahuan dan keterampilan yang harus

dimiliki oleh sumber daya manusia yang berkualitas dalam

menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah

mulai diberlakukan sejak 1 Januari 2016 adalah literasi keuangan

(financial literacy). Peran literasi keuangan menjadi sangat

penting karena perkembangan industri jasa keuangan menjadi

semakin meningkat dan semakin kompleks sehingga mengubah

kondisi pasar keuangan yang menuntut masyarakat Indonesia

untuk memiliki pengetahuan dasar keuangan yang semakin baik,

minimal pengelolaan keuangan pribadi untuk keamanan finansial

di hari tua.

Menurut Laily (2013), literasi keuangan merupakan

kecerdasan atau kemampuan seseorang dalam mengelola

keuangannya. Literasi keuangan mencakup pengetahuan yang

terkait dengan masalah keuangan, seperti pengenalan mengenai

lembaga jasa keuangan, apa saja produk dan jasa keuangan, fitur-

fitur yang melekat pada produk dan jasa keuangan, manfaat dan

risiko dari produk dan jasa keuangan, serta hak dan kewajiban

sebagai konsumen pengguna jasa keuangan. Literasi keuangan

erat kaitannya dengan fungsi manajemen yang meliputi aktivitas

perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian dimana semakin

tinggi tingkat literasi keuangan individu maka semakin baik

pula manajemen keuangan individu tersebut. Perilaku keuangan

yang sehat ditunjukkan oleh aktivitas perencanaan,

pengelolaan serta pengendalian keuangan yang baik.

Survei Nasional Keuangan yang dilakukan oleh Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) pada 2013 menunjukkan bahwa tingkat

literasi keuangan Indonesia terbilang sangat rendah, yaitu hanya

21,84 persen yang berarti bahwa hanya 21,84 persen penduduk

Indonesia yang memahami hak, kewajiban, biaya risiko, serta

manfaat produk dan layanan jasa keuangan. Berdasarkan data

World Bank yang diperoleh dari riset terhadap 150 ribu orang

yang tersebar di 140 negara, Indonesia memperoleh score sebesar

32% untuk tingkat melek finansial (financial literacy). Nilai ini

lebih kecil sedikit dari score rata-rata seluruh negara, yaitu 33%.

Secara keseluruhan, peringkat Indonesia termasuk cukup tinggi

dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, namun tingkat

melek finansial Indonesia masih tergolong rendah dengan

Page 63: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

56

hanya 1 dari 3 orang saja yang melek finansial dan kalah jauh

dari negara tetangga, yaitu Singapura (59%) dan Malaysia (36%).

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan keuangan

dengan perilaku keuangan (Ida dan Dwinta, 2010) yang didukung

oleh penelitian Scheresberg (2013) Andrew dan Linawati (2014).

Namun, penelitian Wijayanthi (2015) menunjukkan bahwa

perilaku keuangan tidak selalu konsisten dengan tingkat

pemahaman informasi keuangan yang dimiliki, melainkan faktor

psikologi, demografi, dan rasionalitas turut mempengaruhi

perilaku keuangan individu. Penelitian oleh Rita (2014) juga

menunjukkan bahwa spending habits dapat berdampak buruk

pada pengelolaan keuangan individu.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik

untuk melihat bagaimana financial literacy dan financial

behavior mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

2. Tinjauan Pustaka

a. Financial Literacy

Financial literacy merupakan pengetahuan dan

kemampuan untuk mengelola keuangan guna meningkatkan

kesejahteraan yang mencakup kemampuan untuk membedakan

pilihan keuangan, mendiskusikan masalah keuangan, rencana

masa depan, dan kompetensi menanggapi peristiwa kehidupan

yang mempengaruhi keputusan keuangan sehari-hari maupun

peristiwa dalam perekonomian secara umum (Rohmah, 2014).

Chen dan Volpe (1998) menyebutkan dimensi financial literacy

meliputi pengetahuan umum keuangan, tabungan dan pinjaman,

asuransi, serta investasi. Mereka mengkategorikan tingkat

financial literacy menjadi tiga kelompok yaitu, rendah (<60%),

sedang (60%<80%), dan tinggi (≥80%). Pengkategorian ini

didasarkan pada persentase rata-rata jawaban responden yang

benar.

b. Financial Behavior

Perilaku keuangan diartikan sebagai suatu teori yang

didasarkan atas ilmu psikologi yang berusaha memahami

bagaimana emosi dan penyimpangan kognitif mempengaruhi

perilaku investor (Tilson 2005:1 dalam Lubis, et al., 2013:16).

Perilaku keuangan menjadi gambaran cara individu berperilaku

Page 64: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

57

ketika dihadapkan dengan keputusan keuangan yang harus

dibuat. Chinen dan Endo (2012) mengatakan bahwa individu

yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang

benar tentang keuangan tidak akan memiliki masalah

keuangan di masa depan dan menunjukkan perilaku keuangan

yang sehat serta mampu menentukan prioritas kebutuhan bukan

keinginan. Menurut Brant A. Marsh (2006, dalam Zahroh, 2014),

financial behavior mencakup tiga dimensi keuangan yang harus

dikuasai, yaitu perilaku mengorganisasi, perilaku pengeluaran,

dan perilaku menabung.

c. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Dengan adanya pengetahuan dan kemampuan mengenai konsep-

konsep keuangan menjadikan seseorang mampu mengelola

keuangannya dengan lebih bijak.

H1 : Financial literacy berpengaruh terhadap financial

behavior.

Perbedaan tingkat pengetahuan keuangan yang dimiliki

seseorang menjadikan perilaku keuangan setiap individu

berbeda-beda.

H2 : Terdapat perbedaan financial behavior berdasarkan

financial literacy.

3. Metodologi

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksplanatori untuk

menguji hipotesis penelitian mengenai bagaimana pengaruh

financial literacy terhadap financial behavior dan bagaimana

perbedaan financial behavior berdasarkan tingkat financial

literacy yang dimiliki responden. Penelitian ini dilakukan untuk

memperoleh jawaban hipotesis dari persoalan penelitian yang

ada, sehingga masalah yang diteliti menjadi jelas penyebab dan

bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang terjadi.

b. Sampel

Dalam penelitian ini, data diperoleh dari 97 orang

mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 yang

lulus melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN).

Page 65: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

58

c. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, data yang didapatkan dianalisis

dengan menggunakan analisis deskriptif dan Kruskal-Wallis

Test. Untuk menganalisis data digunakan aplikasi SPSS.

4. Analisis Data dan Hasil

a. Karakteristik Responden

Karakteristik sosiodemografi responden dapat dilihat pada

Tabel 4.1 Sebanyak 40,2% responden pria dan 59,8% responden

wanita. 54,6% responden berasal dari jurusan IPA dan 45,4%

berasal dari jurusan IPS. 60,8% responden dengan pendapatan

orangtua dibawah Rp5 juta, 27,8% responden dengan pendapatan

orangtua antara Rp5 hingga Rp10 juta, dan 11,4% responden

dengan pendapatan orangtua diatas Rp10 juta.

Tabel 1. Karakteristik Responden

5. Gender

- Pria

- Wanita

40,2%

59,8%

6. Jurusan

- IPA

- IPS

54,6%

45,4%

7. Pendapatan Orangtua

- Dibawah Rp5juta

- Rp5juta s.d. Rp10juta

- Diatas Rp10juta

60,8%

27,8%

11,4%

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

b. Hasil dan Hubungan Diantara Faktor

Dari penelitian didapatkan hasil bahwa rata-rata

responden mampu menjawab lebih dari setengah pertanyaan

dengan benar dari lima belas pertanyaan yang diajukan dengan

rata-rata sebesar 74,85% dan median data 73,33%. Hal ini berarti

tingkat financialliteracy mahasiswa baru Universitas Sumatera

Utara Tahun 2016 secara keseluruhan masuk dalamkategori

sedang (60%<80%). Hal ini dikarenakan mahasiswa baru belum

mempelajari financial literacy di universitas dan cenderung

masih bergantung kepada orangtua dalam hal keuangan sehingga

belum sering berinteraksi dengan masalah keuangan yang lebih

kompleks.

Page 66: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

59

Kecenderungan responden mempraktekkan perilaku

keuangan (financial behavior) yang diharapkan tidak meningkat

secara konsisten seiring dengan tingkatan financial literacy.

Rata-rata financial behavior responden adalah 37,13% dan hasil

penelitian menunjukkan bahwa financial literacy tidak memiliki

hubungan yang signifikan terhadap financial behavior dengan

nilai probabilitas 0,197 (>0,05). Hal tersebut

bisadikarenakanperilaku seseorang tidak hanyadipengaruhi oleh

tingkat pengetahuannya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain yang cukup sulit diprediksi seperti lingkungan,

pergaulan dan cara bersosialiasi, faktor kebiasaan, stress

(Zahroh, 2014), kontrol dari orang tua, ras, agama, budaya, dan

locus ofcontrol (Andrew dan Linawati, 2014), serta faktor-faktor

psikologis lainyang sulit diukur dan tidak dimasukkan dalam

penelitian ini.

Tabel 2. Korelasi Antara Financial Literacy dan Financial

Behavior

Variabel Koefisien Signifikansi

(Konstanta) 3,709 ,000

Financial Literacy -,135 ,188

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Tabel diatas menunjukkan hasil analisis hubungan

financial literacy dan financial behavior di mana diperoleh nilai

probabilitas 0,188 (>0,05) yang berarti bahwa tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara financial literacy dan financial

behavior.

Tabel 3. Kruskal-Wallis Test Financial Behavior Berdasarkan

Financial Literacy

Financial Behavior

Chi-Square ,497

Derajat Bebas 2

Signifikansi ,780

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa tidak terdapat

perbedaan signifikan financial behavior mahasiswa baru

Page 67: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

60

Universitas Sumatera Utara Tahun 2016 berdasarkan tingkat

financial literacy yang dimilikinya. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai probabilitas Kruskal-Wallis Test 0,78 (>0,05). Namun, jika

dilihat dari rata-rata nilai financial literacy terhadap financial

behavior seperti yang terlihat pada Tabel 4.4, perilaku keuangan

responden dengan tingkat literasi tinggi lebih baik daripada

perilaku keuangan responden dengan tingkat literasi rendah.

Tabel 4. Mean RankFinancial Literacy terhadap Financial

Behavior

Financial Literacy N Mean Rank

Financial Behavior

Rendah 8 45,44

Sedang 42 47,44

Tinggi 47 51,00

Total 97

Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan

bahwa tingkat financialliteracy mahasiswa baru Universitas

Sumatera Utara Tahun 2016 secara keseluruhan masuk

dalamkategori sedang (60%<80%).Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa financial literacy tidak memiliki hubungan

yang signifikan terhadap financial behavior dengan nilai

probabilitas 0,197 (>0,05). Selain itu, dari uji beda yang

dilakukan didapati bahwa tidak terdapat perbedaan financial

behavior mahasiswa baru Universitas Sumatera Utara Tahun

2016 berdasarkan tingkat financial literacy yang dimilikinya. Hal

ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas Kruskal-Wallis Test

0,78 (>0,05). Hal ini dikarenakan perilaku seseorang tidak

selaludipengaruhi tingkat pengetahuan yang dimilikinya, tetapi

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti lingkungan,

pergaulan, kebiasaan, locus ofcontrol, dan faktor lainnya.

Peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan indikator

yang lain yang mempengaruhi perilaku keuangan individu seperti

ras, nilai budaya, locus of control, faktor psikologi, dan faktor

lainnya. Sehingga hasil penelitiannya akan lebih variatif dan akan

menambah pengetahuan mengenai indikator yang

Page 68: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

61

mempengaruhi financial behavior. Selain itu, dalam mendesain

kuesioner disarankan untuk menggunakan lebih banyak

pertanyaan untuk mengukur tingkat financial literacy sehingga

dapat memberikan gambaran yang lebih akurat serta

menggunakan metode survei lain yang lebih efisien seperti

metode survei online.

Daftar Pustaka

Andrew, Vincentius dan Nanik Linawati, 2014. “Hubungan

Faktor Demografi dan Pengetahuan Keuangan dengan

Perilaku Keuangan Karyawan Swasta di Surabaya”,

FINESTA. Vol.02, No.02, pp:35-39.

Brigham E.F dan Houston, Joel F, 2010. Dasar – Dasar

Manajemen Keuangan: Fundamental Of Financial

Management, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta.

Chen, H. dan Volpe, R, 1998. “An Analysis of Personal Financial

Literacy Among College Students”, Financial Services

Review. Vol.07, No.02, pp:107-128.

Chinen, Kenichiro dan Hideki Endo, 2012. “Effect of Attitude and

Background on Personal Finance Ability: A Student Survey

in the United State”, International Journal of

Management. Vol.29, No.01, pp:33-45.

Garman, E. Thomas dan Forgue, Raymond E., 2010. Personal

Finance International Edition, South Western Cengage

Learning, Canada.

Kappor, Jack R., Dlabay, Les R., & Hughes, Robert J., 2004.

Personal Finance, 7th Edition, The McGraw-Hill Company,

New York.

Keown, L.A, 2011. “The Financial Knowledge of Canadian”,

Component of Statistic Canada Cataloge. Vol.11, No.08,

pp:30-39.

Laily, Nujmatul, 2013. “Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap

Perilaku Mahasiswa dalam Mengelola Keuangan”, Jurnal

Pendidikan Akuntansi. Vol.01, No.04, pp:1-15.

Lubis, Arlina Nurbaity, Isfenti Sadalia, Khaira Amalia Fachrudin,

dan Juli Meliza, 2013. Perilaku Investor Keuangan, USU

Press, Medan.

Lusardi, Annamaria, Olivia S.Mitchell, dan Vilsa Curto, 2010.

“Financial Literacy Among The Young”, Journal of

Consumer Affairs. Vol.44, No.02, pp:358-380.

Page 69: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

62

Mandell, Lewis dan Linda Schmeid Klein, 2007. “Motivation and

Financial Literacy”, Financial Services Review. Vol.16,

No.02, pp:105-116.

Mehr, Robert I. dan Cammack, Emerson, 1980. Principles of

Insurance, Richard D Irwin lnc, Michigan.

Nidar, S R dan Sandi Bestari, 2012. “Personal Financial Literacy

Among University Students (Case Study at Padjajaran

University Students, Bandung, Indonesia)”, World Journal

of Social Sciences. Vol.02, No.04, pp:162-171.

Rita, Maria Rio. 2014. Pengaruh Faktor Demografi dan

Overconfidence Terhadap Spending Habits. Skripsi.

Universitas Kristen Satya Wacana.

Rohmah, Anik Nur, 2014. “Perbedaan Financial Literacy

Mahasiswa Pelaku Usaha di Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Yogyakarta Berdasarkan Gender dan Kemampuan

Kognitif”, Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Scheresberg, Carlo de Bassa, 2013. “Financial Literacy and

Financial Behavior among Young Adults: Evidence and

Implications”, Scholar Commons University of South

Florida. Vol.06, No.05, pp:1-21.

Wagland, S P dan Taylor S, 2009. “When It Comes to Financial

Literacy, Is Gender Really an Issue?”, The Australasian

Accounting Business and Finance Journal. Vol.03, No.01,

pp:12-25.

Wijayanthi, Isnawatie Mahwadha. 2015. Studi Deskriptif:

Perilaku Investor Saham di Surabaya Berdasarkan Aspek

Psikologis, Demografis, dan Rasionalitas. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.4 No.2, pp. 1-17.

Zahroh, Fatimatus, 2014. “Menguji Tingkat Pengetahuan

Keuangan, Sikap Keuangan Pribadi, dan Perilaku Keuangan

Pribadi Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomika dan Bisnis Semester 3 dan Semester 7,” Skripsi.

Universitas Diponegoro Semarang.

Page 70: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

63

BAB IX

KESIMPULAN

Keuangan konvensional didasarkan pada teori-teori yang

menggambarkan orang-orang untuk sebagian besar berperilaku

secara logis dan rasional. Orang-orang mulai mempertanyakan

sudut pandang ini karena telah ada anomali (penyimpangan),

yang merupakan peristiwa keuangan konvensional yang memiliki

waktu yang sulit untuk menjelaskan.

Tiga kontributor terbesar dalam psikolog adalah Daniel

Kahneman dan Amos Tversky, dan ekonom Richard Thaler.

Konsep anchoring mengacu pada kecenderungan orang

untuk melampirkan atau ‘anchor’ pikiran ketitik acuan meskipun

faktanya bahwa hal itu mungkin tidak memiliki relevansi yang

logis untuk mengambil keputusan.

Akuntansi mental mengacu pada kecenderungan orang

untuk membagi uang mereka kedalam rekening yang terpisah

berdasarkan kriteria seperti sumber dana dan niat untuk apa

uang itu digunakan nantinya. Selanjutnya, pentingnya dana di

rekening masing-masing tersebut juga bervariasi tergantung pada

sumber uang dan niatnya.

Konfirmasi bias mengacu kepada bagaimana ornag

cenderung lebih penuh perhatian terhadap informasi baru yang

menegaskan pilihan terbentuk sebelumnya tentang suatu subjek.

Hindsight Bias mewakili bagaimana orang-orang percaya bahwa

setelah fakta, terjadi suatu peristiwa yang benar-benar jelas.

Gambler’s Fallacy mengacu kepada interprestasi yang

salah dari statistik dimana seseorang percaya bahwa terjadinya

peristiwa independen acak entah bagaimana akan menyebabakan

acara independen acak lain kurang mungkin untuk terjadi.

Perilaku kawanan mewakili preferensi bagi individu untuk

meniru perilaku atau tindakan dari kelompok ukuran yang lebih

besar. Terlalu percaya mengacu kepada kecenderungan investor

untuk melebih-lebihkan kemampuannya dalam melakukan

beberapa tindakan. Berlebihan terjadi ketika salah satu bereaksi

Page 71: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

64

terhadap sebuah berita dengan cara yang lebih besar dari dampak

sebenarnya berita tersebut.

Teori prospek mengacu kepada ide yang dibuat oleh

Kahneman dan Tversky yang intinya menetapkan bahwa orang

tidak menyandingkan tingkat yang sama kesenangan dan

kesulitan untuk efek yang sama. Individu rata-rata cenderung

lebih sensitif terhadap loss. Dalam arti bahwa ia akan merasa

lebih sakit ketika ia menerima kerugian dibandingkan dengan

jumlah kesenangan yang diterimanya dengan jumlah yang sama

dengan kesulitan tersebut.

Penganut teori perilaku telah memasuki model yang lebih

compleks yang dapat memprediksikan masa depan daripada

hanya menjelaskan dengan memanfaatkan masa lalu tentang apa

yang dilakukan pasar di masa lalu. Pelajaran terpenting adalah

bahwa teori ini tidak menjelaskan bagaimana orang lain

bertransaksi di pasar melainkan teori ini mengatakan bahwa

psikologi menyebabkan penyimpangan harga pasar dan nilai

fundamental.

Teori perilaku keuangan tidak menawarkan keajaiban

dalam investasi, tetapi dapat membantu para investor dalam

melatih diri untuk mewaspadai perilaku mereka sendiri. Yang

pada akhirnya akan dapat menghindari kesalahan yang dapat

mengakibatkan mereka mengurangi kekayaan mereka.

Page 72: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

65

DAFTAR PUSTAKA

Ackert, L. F. & Deaves, R. (2010). Behavioural Finance-

Psychology, Decision-Making and Markets. South-

Western CENGAGE Learning.

Baker, H. Kent and John R. Nofsinger (2010); Behavioral

Finance: Investors, Corporations and Markets; John Wiley

& Sons.

Barberis, N. and R. H. Thaler (2003); A Survey of Behavioral

Finance; in G. M. Constantinides,

Barberis, N., Huang, M. & Santos, T. (2000). Prospect Theory and

Aset Prices. Quarterly Journal of Economics 116 (1), 1-53.

Barradale, N. J. (2009). Social Incentives and Human Evolution.

University of California, Berkeley, 1-39.

Bourdieu, Pierre. (1990). The Logic of Practice. California:

Atanford University Press.

Elvin, Mike (2004); Financial Risk Taking: Introduction to the

Psychology of Trading and Behavioural Finance; John

Wiley & Sons.

Forbes, William (2009); Behavioural Finance; John Wiley & Sons

Inc.

Godoi, C. K; Marcon, R. and Anielson B. Da Silva (2005); Loss

Aversion: A Qualitative Study in Behavioural Finance;

Managerial Finance, Vol. 31, No. 4; pp. 46 –56.

Goldberg, Joachim and Rudiger Von Nitzsch (2001); Behavioral

Finance; John Wiley & Sons

Hankinson, Alan. (2000). “The Key Factors in The Profiles of

Small Firm Owner Managers That Influence Business

Performance. The South Coast Small Firms Survey, 1997-

2000”. Industial and Commercial Training Vol.32 No.3.

http://nfaridaputri-fisip13.web.unair.ac.id/artikel_detail-119326

Prinsip%20Prinsip%20Ilmu%20Ekonomi%20(EKT205)-

Teori%20Prospek:%20Keterkaitan%20Ekonomi%20dan

%20Psikologi.html

http://novenrique.blogspot.co.id/2013/01/12-bias-kognitif-yang-

membuat-anda.html

http://www.kompasiana.com/sina/gambler-fallacy-pada-

investor_550eae61a33311b12dba8339

https://en.wikipedia.org/wiki/Herd_behavior

Page 73: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

66

https://gigihuzaman.wordpress.com/2011/07/23/definisi-the-

winner%E2%80%99s-curse-kutukan-sang-pemenang/

https://www.sirusindo.com/index.php/8-utama/investasi/28-

efek-januari-the-january-effect

Kahneman, Daniel and Amos Tversky (1979); Prospect Theory:

An Analysis of Decision Under Risk; Econometrica, Vol.

47, No. 2; pp. 263 – 292.

Kahneman, Daniel and Amos Tversky (2000); Choices, Values

and Frames; Cambrige UniversityPress.

Kahneman, Daniel; Slovic, Paul and Amos Tversky (1982);

Judgment Under Uncertainty: Heuristics and Biases;

Cambrige University Press.

Lim, Vivien K. G. & Thompson S.H. Teo. (1997). Sex, Money and

Financial Hardship: An empirical study of attitudes

towards money among undergraduates

M. Harris and R. Stulz; Handbook of the Economic of Finance;

Elsevier

Odean, T. (1999); Do Investors Trade Too Much? American

Economic Review, Vol. 89, No. 5, pp. 1279-1298.

Olsen, Robert A. (1998); Behavioral Finance and Its Implications

for Stock-Price Volatility; Financial Analyst Journal, Vol.

54, No. 2; pp. 10 – 18

Perry, Vanessa G. and Marlene D. Morris (2005); Who is Control

? The Role of Self Perception, Knowledg, and Income in

Explaining Consumer Financial Behaviour; Journal of

Consumer Affairs; Vol. 29, No. 2; pp. 299 – 313.

Pompian, Michael M. (2006); Behavioral Finance and Wealth

Management: How to Build Optimal Portofolios that

Account for Investor Biases; John Wiley & Sons.

Pompian, Michael M. (2012); Behavioral Finance and Investor

Types: Managing Behavior to Make Better Investment

Decisions; John Wiley & Sons.

Purboyo, Arthur., Inge Barlian dan Elizabeth T. Manurung.

(2012). Pengaruh faktor-faktor kebiasaan (habitus),

modal (capital) dan perubahan (changes) sebagai

model perilaku keuangan untuk meningkatkan

performa keuangan perempuan pelaku UMKM (suatu

studi di UMKM binaan FE-UNPAR-Bandung dan

Jakarta. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan:

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

Page 74: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

67

Schindler, Mark (2007); Rumors in Financial Markets: Insights

into Behavioral Finance; John Wiley & Sons.

Shefrin, H. and M. Statman (1994); Behavioral Capital Asset

Pricing Theory; Journal of Financial and Quantitative

Analysis, Vol. 29, No. 3; pp. 323 –349.

Shefrin, Hersh (2005); A behavioral Approach to Asset Pricing;

Elsevier Academic Press.

Shiller, R. (2005); Irrational Exuberance; Princenton University

Press.

Statman, M.; Thorley, S. and K. Vorkink (2003); Investor

Overconfidence and Trading Volume; Working Paper

SSRN.

Statman, Meir (1995); Behavioral Finance versus Standard

Finance; in Behavioral Finance and Decision Theory in

Investment Management; ICFA Continuing Education,

Association Investment Management and Research.

Thaler, R. H. and H. M. Shefrin (1981); A Economic Theory of Self

Control; Journal of Political Economy, Vol. 89, No. 1; pp.

392 – 406.

Thaler, Richard H. (1992); The Winner’s Curse Paradoxes and

Anomalies of Economic Life; Princenton University Press.

Thaler, Richard H. (1993); Advances in Behavioral Finance;

Russell Sage Foundation

Thaler, Richard H. (2008); Mental Accounting and Consumer

Choice; Marketing Science, Vol. 27, No. 1; pp. 15 -25.

Tvede, Lars (1999); The Psychology of Finance; John Wiley &

Sons.

Tversky, A and Daniel Kahneman (1974); Judgment Under

Uncertainty: Heuristics and Biases; Science, Vol. 185, No.

4157; pp. 1124 – 1131.

Tversky, A and Daniel Kahneman (1981); The Framing of

Decisions and the Psychology of Choice; Science, Vol. 211,

No. 4481; pp. 453 – 458.

Tversky, A and Daniel Kahneman (1986); Rational Choice and

Framing Decisions; Jounal of Business, Vol. 59, No. 4; pp.

251 – 278.

Tversky, A and Daniel Kahneman (1992); Advances in Prospect

Theory: Cumulative Presentation of Uncertainty; Journal

of Risk and Uncertainty, Vol. 5; pp. 297 –323.

Page 75: PERILAKU KEUANGAN - repository.usu.ac.id

PERILAKU KEUANGAN: Teori dan Implementasi

68

Ware, Jim (2001); The Psychology of Money: An Investment

Manager’s Guide to Beating the Market; John Wiley &

Sons

Warneryd, Karl-Erik (2001); Stock-Market Psychology: How

People Value and Trade Stocks; Edward Elgar.

Wernimont, P.F & Fitzpatrick S. (1972). The meaning of money.

Journal of Applied Psychology. Vol.56, pp.218-226.

Zweig, Jason (2007); Your Money & Your Brain: How the New

Science of Neuroeconomics can Help Make Your Rich;

Simon & Schuster Paperback.