Upload
wulandari
View
133
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lklkk
Citation preview
BUDAYA ORGANISASI
MAKALAH
Makalah ini disajikan sebagai salah satu tugas mata kuliah Perilaku Keorganisasian
Disusun oleh :
Kelompok 13
Yeni Karlina 120110110024
Wulandari 120110110018
Marissa naysila 120110110030
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disajikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perilaku
Keorganisasian, adapun tujuan lainnya ialah agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
Budaya Organisasi, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini di sajikan oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Budaya Organisasi” yang penting untuk dipahami oleh kita
sebagai makhluk individu serta makhluk sosial atau makhluk berkelompok baik dalam organisasi
formal maupun non formal. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki
detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Perilaku
Keorganisasian yang telah membimbing penulis agar dapat mengerti tentang bagaimana cara
kami menulis makalah.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih
Bandung, 16 September 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........……………………………………………i
DAFTAR ISI ……….………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN..……………………………………………1
1.1 Latar belakang………………………………………………….1-21.2 Tujuan Penulisan……………………………………………….2-31.3 Rumusan Masalah……………………………………………......31.4 Metode Penulisan………………………………………………...3
BAB II LANDASAN TEORI....…………………………………...….4
2.1 Landasan Teori………………………………………………....4-8
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………..9
3.1 Cara-cara Membentuk Budaya Organisasi…………………...9-11
3.2 Elemen-elemen penting suatu Budaya Organisasi…………11-12
3.3 Pengaruh Budaya Organisasi………………………………...12-13
3.4 Ciri-Ciri Budaya Organisasi ………………………………....13-14
3.5 Fungsi- fungsi Budaya…………………………………………...14
3.6 Tipe-tipe Budaya Organisasi…………………………………14-15
3.7 Mekanisme Perubahan Budaya Organisasi………………….15-16
3.8 Studi Kasus…………………………………………………...17-19
BAB IV PENUTUP……………………………………………………..20
4.1 Simpulan…………………………………………………………20
4.2 Saran……………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………...21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya organisasi merupakan muara dari semua disiplin ilmu pengetahuan, seni dan
tekhnologi yang semakin merupakan gaya hidup ( life style ) organisasi perusahaan modern.
Budaya mengandung seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi sebagai pedoman tingkah laku anggota-anggotanya untuk
mengatasi masalah dalam melakukan adaptasi eksternal dan integrasi internal.
Kultur atau budaya sebagai mental-internal manusia dalam berinteraksi dengan
sesamanya, sesungguhnya telah sejak lama mendapat perhatian dalam studi organisasi.
Ketika para ahli organisasi menerapkan sistem pembagian kerja dengan division of labor,
target produktivitas yang ketat, dan berbagai mekanisme control, ditemukan bahwa aspek
manusia (human) tidak jarang telah ditelantarkan untuk pencapaian tujuan-tujuan organisasi.
Lebih jauh disadari pula bahwa efisiens dan efektivitas tidak semata-mata bergantung pada
apa yang terwujud (tangible asset), melainkan aspek-aspek lunak yang tidak terwujud
(intangible asset); dimana sebagian besar intangible assets bermuara pada diri manusia,
sebagai aktor yang menggerakan organisasi. Produktivitas belakangan pula disadari adalah
suatu proses penciptaan nilai (value creations), sebagai alasan mendasar keberadaan suatu
organisasi. Organisasi modern pada dasarnya diciptakan bukan untuk mrnghasilkan produk
atau jasa, melainkan mencipta nilai bagus bagi pelanggan, pengguna, masyarakat, serta
pemangku kepentingan (stakeholder) pada umumnya.
Diperlukannya sudut-pandang kultural dalam membahas organisasi, tampaknya tidak
lepas dari lingkungan yang dihadapi organisasi dewasa ini. Dulu, cara pandang yang sangat
menekankan kepada efisiensi dan efektivitas-dimana manusia lebih dipandang sebagai “alat”
organisasi atau “faktor produksi” ketimbang pelaku yang otonom-masih menemukan
pembenaran yang kuat pada lingkungan abad ke-19 hingga pertengahan abad ke-20, dimana
pengaruh faktor-faktor eksternal cenderung bisa diprediksi dan “stabil”. Akan tetapi, satu
hal yang pasti, dewasa ini intensitas perubahan-perubahan dalam lngkungan organisasi
terjadi demikian cepat dan tidak jarang diluar prediksi kita, sehingga asumsi-asumsi dasar
yang digunakan para penyusun organisasi klasik pada umumnya tidak memadai lagi untuk
menjawab tantangan tersebut.
Dalam situasi tersebut, mau tidak mau, cara pandang tentang organsasi dan makna
manusia berorganisasi mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Pada gilirannya
melahirkan paradigma-paradigma baru dalam memandang organisasi, yang mencoba mencari
faktor-faktor penjelas yang lebih memuaskan. Kultur atau budaya dipercaya dalah salah
satunya. Budaya dilihat sebagai salah satu faktor penjelas bagi perilaku manusia didalam
organisasi., dengan mengasumsikan bahwa organisasi adalah kelompok yang cenderung
berinteraksi secara regular dan berulang-ulang, sehingga memunculkan pola-pola
keteraturan. Jalinan interaksi manusia didalam organsasi, dari sudut pandang ini, tidak
bedanya dengan kelompok-kelompok masyarakat pada umumnya, dimana mitos, simbol,
norma-norma tidak tertulis, ritual/upacara, dan pahlawan memiliki peran yang tidak jarang
lebih kuat dan dipercaya ketimbang aturan-aturan formal yang disusun organsasi. Lebih jauh
lagi, nilai-nilai itu sendiri, yang memengaruhi apa dan bagaimana suatu organisasi dikelola.
Pemikiran inilah yang pada sekitar tahun 1980-an telah memapankan suatu cabang tersendri
dalam teori organisasi, yang disebut studi kultur organisasi.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusan makalah ini antara lain :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Perilaku Keorganisasian
2. Ingin mengetahui manfaat yang diperoleh dalam mempelajari Perilaku organisasi dari
aspek Budaya.
3. Ingin mengetahui cara-cara membentuk budaya organisasi.
4. Ingin mengetahui elemen-elemen penting suatu budaya organisasi
5. Ingin mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan dan dampaknya
terhadap kinerja.
6. Ingin mengetahui ciri-ciri budaya organisasi
7. Ingin mengetahui fungsi utama Budaya Organisasi dalam masyarakat atau kelompok
organisasi formal maupun non formal.
8. Ingin mengetahui tipe-tipe budaya organsasi.
9. Ingin mengetahui mekanisme perubahan budaya organisasi
1.3 Rumusan Masalah
Mengetahui apa itu budaya organisasi? bagaimana membentuk budaya organisasi,apa
saja tipe budaya organsasi,Bagaimana manfaat dan fungsinya, berikut pegaruh terhadap
kepuasan dan dampaknya terhadap kinerja,dan cara bagaimana cara untuk mempertahankan
budaya organisasi.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penyelesaian penyusunan makalah ini penulis menggunakan studi kepustakaan,
yaitu penulis mempelajari buku-buku dan bacaan lainnya yang berhubungan dengan Perilaku
Keorganisasian dan Budaya Organisasi lalu dianalisis untuk dijadikan sebuah makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Filosofis Budaya Organisasi
2.1.1 Pengertian Budaya
Pengertian Budaya Secara Etimologis
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta
Bodhya yang berarti akal budi, sinonimnya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris
Culture atau Cultuur dalam Bahasa Belanda. Kata Culture sendiri berasal dari bahasa Latin
Colere (dengan akar kata “Calo” yang berarti mengerjakan tanah, mengolah tanah atau
memelihara ladang dan memelihara hewan ternak.
Pengertian Budaya Secara Terminologis
Budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya, karsa, pikiran dan
adat istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku
yang beradab.
Beberapa tokoh-tokoh menjelaskan pengertian budaya sebagai berikut :
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Edward Burnett Tylor
kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Andrew Pettigrew (1979 : 574 )
Budaya adalah suatu sistem makna yang secara kolektif dan terbuka (publicy)
disepakati untuk berlaku pada suatu kelompok pada waktu tertentu. Sistem ini terdiri atas
istilah-istilah, bentuk-bentuk, kategor-kategori, dan citra-citra yang memberikan penafsiran
terhadap situasi yang dihadapi seseorang.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
2.1.2 Pengertian Organisasi
Pengertian Organisasi Secara Etimologis
organisasi secara etimologis berasal dari bahasa latin organizare, kmudian
(inggris) organize yang berarti membentuk suatu kebulatan dari bagian-bagian yang
berkaitan satu sama lainnya Tubuh atau alat tubuh, aturan, susunan, perkumpulan dari
kelompok tertentu dengan dasar ideologi yang sama.
Pengertian Organisasi Secara Terminoligis
Secara terminologi organisasi bisa diartikan :
1. Susunan yang teratur dan berdisiplin
2. Persatuan sesuatu atau keadaan dipersatukan sehingga orang bisa bekerja sama.
3. Caranya bagian- bagian dari suatu keseluruhan disusun
4. Kelompok manusia yang bersatu untuk melakukan pekerjaan tertentu
5. Perpaduan secara sistematis dari bagian- bagian yang saling ketergantungan atau keterkaitan untuk membantu suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan
6. Aktivitas- aktivitas menyusun dan membentuk hubungan sehingga terwujudlah kesatuan- kesatuan usaha dalam mencapai maksud dan tujuan
7. Suatu sistem kerjasama yang dilaksanakan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sama
8. Berhimpunnya sejumlah orang untuk melakukan kerjasama dengan seorang sebagai pimpinan, lainnya sebagai anggota dan terikat oleh aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu
9. Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama dan secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan mana terdapat orang/ beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang disebut bawahan
Beberapa tokoh-tokoh menjelaskan pengertian organisasi sebagai berikut :
Stephen p.robbin (2001:2)
pengertian dari organisasi adalah salah satu unit sosial yang dikoordinasikan
secara sengaja terdiri daridua orang atau lebih yan berfungsi dan berwenang untuk
mengerjakan usaha mancapai tujuan yang yang telah ditentukan.
gibson (1985:7)
mendefinisikan organisasi sebagai kesatuan yang memungkinkan masyarakat
untuk mencapai tujuan tertentu yang tida dapat dicapai individu secara perorangan.
chester bernad dalam miftah toha (2002:99)
mendefinisikan organisasi sebagai sistem kegiatan yang terkoordinir secara sadar
atau kekuatan dari dua manusia atau lebih.
2.1.3 Pengertian Budaya Organisasi
Menurut Stephen P. Robbins (2000) Budaya Organisasi merujuk kepada suatu
sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi,yang
membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya.
Dalam buku Handbook of Human Resource Management Practice oleh Michael
Armstrong pada tahun 2009, budaya organisasi atau budaya perusahaan adalah nilai,
norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang merupakan bentuk bagaimana orang-orang
dalam organisasi berperilaku dan melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan. Nilai
adalah apa yang diyakini bagi orang-orang dalam berperilaku dalam organisasi. Norma
adalah aturan yang tidak tertulis dalam mengatur perilaku seseorang.
Pengertian di atas menekankan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan aspek
subjektif dari seseorang dalam memahami apa yang terjadi dalam organisasi. Hal ini
dapat memberikan pengaruh dalam nilai-nilai dan norma-norma yang meliputi semua
kegiatan bisnis, yang mungkin terjadi tanpa disadari. Namun, kebudayaan dapat menjadi
pengaruh yang signifikan pada perilaku seseorang. Berikut adalah beberapa pengertian
dari budaya organisasi:
• Budaya organisasi mengacu pada hubungan yang unik dari norma-norma, nilai-
nilai, kepercayaan dan cara berperilaku yang menjadi ciri bagaimana kelompok
dan individu dalam menyelesaikan sesuatu .
•Budaya merupakan sistem aturan informal yang menjelaskan bagaimana
seseorang berperilaku dalam sebagian besar waktunya.
•Budaya Organisasi adalah sebuah pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan
atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan dalam
berperilaku dalam organisasi. Dimana akan diturunkan kepada anggota baru
sebagai cara bagaimana melihat, berpikir, dan merasa dalam organisasi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Cara-cara Membentuk Budaya Organisasi
Membentuk Budaya Organisasi melalui partisipasi dan komitmen (shaping culture
through participation and commitment)
Membentuk Budaya Organisasi melalui partisipasi dan komitmen adalah meletakkan
dasar yang kuat bagi konsensus nilai didalam organisasi. Hal ini dilakukan dengan
memperhatikan tiga langkah berikut.
1. Menghargai kebebasan individu berarti komitmen terhadap organisasi tidak dapat
dipaksakan kepada para anggota, melainkan harus dibentuk melalui kesukarelaan dan
pilihan bebas individu itu sendiri.
2. Menununjukkan hal-hal yang nyata berarti menunjukkan kepada para anggota hal-hal
konkret yang dilakukan organisasi untuk membuktikan kesungguhan mewujudkan
komitmen tersebut.
3. Menciptakan rencana yang pasti berarti komitmen tersebut bukan hl yang bisa dibatalkan
begitu saja setelah dipastikan dengan sebuah rencana.
Membentuk Budaya Organisasi melalui tindakan-tindakan simbolik (shaping
culture through symbolic actions)
Hal ini penting untuk disadari oleh para manajer karena para pemimpin dan manajer
didalam setiap organisasi selalu memiliki kekuatan simbolik dimata para anggota. Penting
sekali untuk menjadi apa yang oleh Hatch disebut “manajer yang sadar simbol” (symbolically
aware managers) (1997: 366). Berikut hal-hal yang harus dilakukan.
1. Mengelola perilaku sehari-hari, yaitu memperhatikan hal-hal kecil yang dapat
menyampaikan pesan tertentu kepada anggota, atau dengan peribahasa bahwa “sebuah
tindakan tidak dapat berbicara lebih kuat daripada seribu kata-kata”. Hal itu perlu
dicermati agar hal-hal kecil yang dilakukan manajer tidak memberikan pesan yang
berlawanan dengan nilai-nilai dari budaya yang hendak dibangun.
2. Mengelola bahasa dan tindakan-tindakan simbolik, yaitu menciptakan bahasa dan
tindakan-tindakan simbolik yang koheren dengan budaya yang hendak dibentuk.
Membentuk Kultur melalui hadiah dan pengakuan (shaping culture through reward
and recognition)
Hadiah dan pengakuan, organisasi perlu menciptakan suatu sistem pemberian hadiah dan
pengakuan (misalnya, dengan sebuah acara yang dihadiri semua anggota) terhadap perlaku
yang mendukung terbentuknya nilai-nilai baru yang diinginkan. Hal ini akan memperkuat
tertanamnya nilai-nilai tersebut dalam budaya organisasi.
Membangun kontrol sosial (building comperehensive system for social control)
kontrol sosial, diperlukan untuk semakin memperkuat penanaman nilai-nilai dalam
perilaku sehari-hari para anggota organisasi. Tanpa membangun sistem control sosial yang
komprehensif, sulit untuk diharapakan bahwa nilai-nilai yang diinginkan dapat tertanam
sebagai bagian inheren dan tidak terpisahkan dari budaya organisasi.
dalam konteks yang lebih kurang sama, Baker (1980: 11-12) membagi dua cara dimana
manajemen dapat memengaruhi budaya, yaitu cara langsung (direct approach) dan cara
tidak langsung (indirect approach) .
1. Cara langsung : role modeling, positive reinforcement, dan komunikasi. Cara ini
menuntut manajer untuk mengomunikasikan nilai-nilai yang diinginkan organisasi secara
aktif, dan memberikan teladan dengan perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai yang
diinginkan (tidak ada gunanya phak manajemen berbicara terus-menerus tentang inovasi jika
dalam perilaku sehari-hari terlihat jelas bahwa nilai-nilai yang mereka pentingkan bukan
inovasi. Hal ini diperkuat dengan memberi pengakuan dan hadiah kepada anggota-anggota
yang berperilaku sesuai dengan yang diharapkan.
2. Cara tidak langsung : pola rekrutment, promosi dan mutasi jabatan, desain organisasi, tata
letak bangunan. Rekrutmen, promosi, dan mutasi jabatan perlu disesuaikan sedemikian rupa
agar diperoleh orang-orang yang kapabel dan sesuai dengan nilai-nilai kultur organisasi. hal
ini biasanya didukung dengan pelatihan dan pendidikan yang tepat untuk menyosialisasikan
nilai-nilai tersebut kepada mereka. Desain organisasi meliputi struktur, kebijakan, sistem
imbalan, dan sebagainya yang merupakan perangkat keras dalam organisasi. hal ini perlu
ditata sesuai dengan nilai-nilai organisasi. demikian pula, tata letak fsik seyogianya diatur
jangan sampai menghalangi antar pegawai atau antara pegawai dengan pelanggan.
Manajemen kultur dengan cara-cara tersebut memperlihatkan sebuah fakta bahwa kultur
organisasi pada dasarnya terbentuk melalui sikap dan tindakan para pemimpin atau manajer
yang mengelola organisasi tersebut. Sebagaimana dikatakan oleh Hatch (1997: 235), para
manajer memliki kekuatan simbolik yang timbul karena mereka merupakan salah satu acuan
makna yang penting bag para anggota organisasi, dsamping simbol-simbol lainnya didalam
organsasi.
3.2 Elemen-elemen penting suatu Budaya Organisasi
1. Inovasi dan pengambilan resiko
2. Perhatian terhadap detail
3. Orientasi terhadap hasil
4. Orientasi terhadap individu
5. Orientasi terhadap tim
6. Agresivitas
7. Stabilitas
Semuanya yang di atas berada dalam satu kesatuan,yang masing – masing saling
berhubungan satu sama lain,dari tingkat yang rendah sampai tingkat yang tinggi.
menurut Robbins ada tujuh karakteristik primer yang secara bersama-sama
menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu: (1) Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh
mana para karyawan didorong untuk inovatif dan berani mengambil resiko. (2) Perhatian
ke hal yang rinci. Sejauh mana para karyawan diharapkan mau memperlihatkan
kecermatan, anaisis dan perhatian kepada rincian. (3) Orientasi hasil. Sejauh mana
manajemen fokus pada hasil, bukan pada teknik dan proses yang digunakan untuk
mendapatkan hasil itu. (4) Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen
memperhitungkan efek hasil dari orang-orang di dalam organisasi itu. (5) Orientasi tim.
Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan dalam tim-tim kerja, bukannya individu-
individu. (6) Keagresifan. Sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif, bukan
bersantai. (7) Kemantapan. Sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankanya status quo sebagai lawan dari pertumbuhan atau inovasi.
3.3 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan dan Dampaknya Terhadap Kinerja.
Budaya organisasi dapat membantu kinerja karyawan, karena menciptakan suatu
tingkat motivasi yang luar biasa bagi karyawan untuk memberikan kemampuan
terbaiknya dalam memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh organisasinya.
Selanjutnya Rao (1996) menambahkan bahwa ada beberapa hal yang mampu membuat
karyawan mau lebih beprestasi dalam bekerja, yaitu: (1) Karyawan akan bekerja keras
apabila merasa dibutuhkan oleh organisasi. (2) Karyawan akan bekerja lebih baik apabila
mereka mengerti dengan jelas apa yang diharapkan dari mereka dan apabila sekali
mereka berwenang mengubah harapan-harapan itu. (3) Karyawan akan bekerja lebih
apabila mereka untuk dihargai dan diberi ganjaran. (4) Karyawan akan bekerja lenih baik
apabila mereka mengetahui mempergunakan kemampuan mereka, dan (5) Karyawan
akan bekerja lebih baik apabila mereka dipercaya karena dipengaruhi budaya organisasi
yang baik dan berdampak terhadap kepuasan kerja itu sendiri yang pada akhirnya akan
mempengaruhi kinerja mereka.Dari uraian tersebut secara teoritis dan empiris budaza
organisasi mempengaruhi kerja dan berdampak terhadap kinerja karyawan.
3.4 Ciri-Ciri Budaya Organisasi
Ciri-Ciri Budaya Organisasi Lemah menurut Deal dan Kennedy
a. Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.
b. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.
c. Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi
untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.
Memperkuat Budaya Organisasi
1. Memantapkan nilai-nilai dasar budaya organisasi
2. Melakukan pembinaan terhadap anggota organisasi
3. Memberikan contoh atau teladan
4. Membuat acara-acara rutin yang menjadi rutinitas
5. Memberikan penilaian dan penghargaan
6. Tanggap terhadap masalah eksternal dan internal
7. Koordinasi dan kontrol
mengintegrasikan pekerja dengan organisasi, alat perekat diantara anggota
organisasi dan alat untuk membangun komitmen dalam rangka menunjukkan identitas diri
organisasi sehingga jika ada perubahan budaya organisasi lebih disebabkan karena adanya
tuntutan internal dan agar terjadinya integrasi internal yang semakin kokoh.
Suatu budaya yang kuat adalah keluar masuknya pekerja yang rendah. Suatu
budaya yang kuat akan memperlihatkan kesepakatan yang tinggi mengenai tujuan organisasi
dianatara anggota- anggotanya. Kebulatan setiap individu terhadap tujuan organisasi akan
membentuk keterikatan,kesetiaan, dan komitmen oraganisasi.
3.5 Fungsi- fungsi Budaya
Beberapa fungsi budaya dalam organisasi menurut Stephen P. Robbins :
1. Memiliki suatu peran batas- batas penentu.
2. Menyampaikan rasa identitas kepada anggota organisasi.
3. Mempermudah penerusan komitmen.
4. Pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian
3.6 Tipe-tipe Budaya Organisasi
Pada tahun 1982 Deal dan Kennedy membagi budaya organisasi berdasarkan tingkat
risiko yang dihadapi organisasi dan kecepatan umpan balik dalam lingkungan. Berdasarkan
dua dimensi pembeda ini, mereka mereka membagi budaya organisasi menjadi empat tipe
“kesukaan”, yaitu budaya Tough-Guy/Macho, Work Hard/Play Hard, Bet-Your-
Company, dan kultur Process Organization.
Budaya organisasi Tough-Guy/Macho dimliki oleh organisasi-organisasi yang memiliki
lingkungan yang berisiko tinggi dan memberi umpan balik yang cepat dan berani.
“semboyan” mereka adalah “find a mountain and climb it”. Contoh organisasi yang memiliki
tipe budaya seperti ini adalah industri periklanan, hiburan, dan kontruksi. Pada organisasi-
organisasi ini, modal yang dipertaruhkan biasanya besar dan hasilnya bisa segera diketahui
sehingga dibutuhkan keberanian.
Organisasi yang memiliki budaya Work Hard/Play Hard beroprasi dalam lingkungan
yang berisiko rendah, tetapi member umpan balik cepat, sehingga yang diperlukan adalah
menemukan satu peluang dan mengisi peluang itu. Contohnya adalah ndustri ritel dan sales.
Biasanya, tidak dibutuhkan modal besar untuk membayar seorang salesman untuk
memperoleh sebuah order penjualan dan hasilnya relative dapat segera diketahui.
Bet-Your-Company adalah organisasi-organisasi yang beroperasi dalam lingkungan
berisiko tinggi dan umpan balik lambat, dimana organisasi mengambil setiap langkah harus
dengan hat-hati. Contoh organisasi yang memiliki tipe budaya tersebut adalah industri
perminyakan, obat-obatan, penerbangan dan fasilitas umum. Industry-industri tersebut
biasanya membutuhkan investasi modal yang besar, tetapi hasil dari investasi tersebut
biasanya baru diketahui dalam waktu yang relative lama.
Organisasi yang memiliki budaya Process beroprasi dalam suatu lingkungan berisiko
rendah dan umpan balik lambat, dimana organisasi memiliki peluang untuk melakukan
segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. Semboyan mereka be perfect. Contohnya adalah
industry perbankan, asuransi, dan badan-badan pemerintah.
3.7 Mekanisme Perubahan Budaya Organisasi
Ada 4 (empat) mekanisme perubahan yang bisa digunakan yaitu :
1. Perubahan evolutif yang bersifat natural; Perubahan budaya yang bersifat natural tanpa
adanya rekayasa perencanaan sebelumnya dan lebih berorientasi internal dalam kerangka
memperkokoh nilai-nilai yang sudah ada.
2. Perubahan evolutif yang dipandu dari dalam organisasi (self guided) dengan
menggunakan terapi organisasi; Perubahan budaya karena adanya kesadaran akan
pentingnya memantau terus kondisi internal organisasi, melakukan penilaian dan evaluasi
sehingga mengetahui kelemahan dan kelebihan organisasi. Perubahan ini terkadang
membutuhkan keterlibatan orang luar dengan tujuan memberikan jaminan secara
psikologis kepada orang-orang dalam organisasi bahwa perubahan tidak perlu ditakutkan.
3. Perubahan evolutif dengan hybrids; Perubahan budaya dengan membiarkan budaya lama
tetap eksis namun pada saat yang bersamaan mulai diperkenalkan budaya baru sampai
pada saatnya nanti budaya baru benar-benar bisa menggantikan budaya yang lama. Untuk
perubahan ini diperlukan bantuan orang dalam yang sudah lama bergabung dengan
perusahan, sehingga keberadaannya dapat diterima semua pihak.
4. Perubahan revolutif terkendali dengan bantuan pihak luar organisasi; Perubahan ini bisa
dikatakan revolusioner karena perubahanya melibatkan orang luar meski perubahannya
masih dalam batas kendali organisasi (para pendiri).
3.9 Studi Kasus
Perbedaan budaya Rumah sakit A dan Rumah sakit B
Persamaan :
Rumah sakit besar (kapasitas lebih dari 500 tempat tidur)
Berlokasi dipusat kota
Melakukan implementasi TQM (Total Quality Management)
Melakukan perombakan besar-besaran diantaranya : pengurangan pegawai,
pengkombinasian unit prakelahiran dan pascakelahiran menjadi unit “ibu dan anak”
Perbedaan budaya organisasi
Rumah sakit A
Budaya yang lebih menekankan pada sudut-pandang internal (internal process),dan
tujuan (goal oriented)
Pengelolaannya mengutamakan kontrol (control oriented)
Lemahnya kepemimpinan, dan rendahnya kepercayaan dikalangan pegawai
Rumah sakit B
Budaya yang lebih menekankan pada pegawai dan human relation
perfectionis
Menghalangi para pegawai untuk berani mengambil risiko,bereksperimen dan learning.
Perubahan berlangsung lebih lambat karena management lebih memperhatikan sekali
setiap masukan dan saran dari perawat dalam proses implementasi TQM
Dari perbedaan tersebut :
rumah sakit A melaporkan keberhasilan dalam penerapan TQM dibuktikan melalui
ukuran produktivitas dan survei kepuasaan pasien meningkat.
Setelah 4 tahun :
Situasi berbalik, Rumah sakit A mengalami banyak masalah dengan perawatnya, dimana
tingkat komitmen terhadap organisasi tetap rendah.
Rumah sakit B, konsisten mengalami kemajuan dan menerima banyak penghargaan
nasional,khususnya untuk kepemimpinan rumah sakit dibidang quality improvement.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Budaya dilihat sebagai salah satu faktor penjelas bagi perilaku manusia di dalam
organisasi,dengan mengasumsikan bahwa oraganisasi adalah kelompok yang cenderung
berinteraksi secara reguler dan berulang-ulang sehingga memunculkan pola-pola keteraturan.
Setiap individu dalam organisasi harus dapat menjaga kokohnya budaya organisasi yang ada
dalam lingkungan baik eksternal maupun internal dengan budaya organisasi yang berlaku,sebab
Budaya Organisasi merujuk kepada suatu sistem pengertian bersama yang dipegang oleh
anggota-anggota suatu organisasi,yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya.
4.2 Saran
Budaya Organisasi sangat berkaitan erat dengan motivasi kerja dan kepuasan
kerjaanggota organisasi. Sebaiknya dalam suatu organisasi diberikan adanya jadwal yang
fleksibel bagi para pekerja lalu diberikan kontrol mengenai pekerjaan mereka sehari-hari.
DanMembuat pekerjaan yang menyenangkan karena pekerjaan yang mereka senangi maka
akanmembuat mereka merasa puas dan bekerja tanpa beban. Mempertemukan orang
dengan pekerjaan yang cocok dengan minatnya karena semakin banyak orang menemukan
bahwamereka dapat memenuhi kepentingannya di tempat kerja, semakin puas mereka
dengan pekerjaannya. Dan menghindari kebosanan dan pekerjaan beruang-ulang karena
kebanyakanorang cendrung mendapatkan sedikit kepuasan dalam melakukan pekerjaan yang
sangat membosankan dan berulang.
Saran saya bagi perusahaan yang masih merasa kurang dalam pelayanan baik kepada
konsumen ataupun kepada karyawan dapat mengambil hal-hal yang positif dari Lion Air.
Bahkan mungkin lebih baik dari Lion Air.
DAFTAR PUSTAKA
Kusdi.2011.Budaya Organisasi.Jakarta:Salemba Empat.
Robbins,Stephen P.2002.Perlaku Organisasi.Jakarta:Erlangga.
Sopiah.2008.Perilaku Organisasional.Yogyakarta:Andi Offset.
http://weblogask.blogspot.com/2012/06/pengertian-budaya-organisasi.html#ixzz25z3FV5Pw