If you can't read please download the document
Upload
truongtram
View
278
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
PERIODISASI PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN
ISLAM DI JAWA DALAM PETA TEMATIK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
IPAN SUNARYA
NIM. 1110015000019
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
PERIOI}ISASI PERLUASAN WILAYAE KERAJAAN ISLI\TT DI JAWA
DALAM PETA TTMATIK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegr.rnran unttrk Memenuhi
Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Pembimbingl Pembimbing II
Dr.Iwan Purwanto. M.Pd
NIP. 1 9730 42420080t1012
PEIYDIDIKAI\I ILMU PENGETAHUAT{ SOSIAL :X'AKT'LTAS ILMU TARBIYAII DAI\I KEGURUAIY
T'NNTERSITAS ISLAIVI I\EGERI SYARIF IIIDAYATT]LLNI
JAKAR'TA
2015
LENTBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: Periodisasi Perluasan Wilayah Kerajaan Islarn di Jarva dalarn Peta Ter-r-ratik.
disusun oleh Ipan Sunarya, NIM: 1l10015000019 diajukan kepada Fakultas IImu Tarbiy,ah
dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidavatullah Jakarla, telah clinl,atakan lulus dalan-i Ujian
Nlunaqasah pada tanggal 17 Maret 201-; di hadapan cleu,an pengr-rji. Karena itu. penu)is
berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd) dalarn bidar-rg Pendiclikair Ih.nu Pengetahuan
Sosial.
Jakarta. 17 Maret 2015
Panitia Ujian Munaqasah
Ketua Sidang (Ketua Jurusan Pendidikan IPS) Tanggal Tanda
Dr. Iwan Punvanto. M. PdNiP. 1 9t 3042420080 1 1 01 2
Sekretaris Sidang
Drs. Syaripulloh. M. SiNrP. 1 9670909200701 1033
Penguji I
Dr. Nluhamad Arif, M.PdNrP. 1 97006061997 021 002
Penguji II
Drs. Syaripulloh. M. SiNIP. 1 967 0909200701 l 033
_.MengetahuiDekan F Ilrnu Tarbiyah dan Keguruan
Tangan
I{IP. 195
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Angkatan Tahun
Alarnat
Nama Pembimbing I
NIP
Nama Pembimbing II
NIP
Jurusan/Program Studi
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Periodisasi Perluasan Wilayah Kerajaan Islam Di
Jawa dalam Peta Tematik adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan
dosen:
: Ipan Sunarya: 1 1 1001500001.9: Pendidikan IPS: 2010: Kp. Kalibata RT 001/008, Kel. Srengseng Sawah, Kec.
Jagakarsa. Jakarla Selatan 12640
: Dr. Iwan Purwanto, M.Pd: 19730424200801 1 012: Sodikin, M.Si
: Pendidikan IPS
Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siapmenerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi saya bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta,25 Februai 2015
Ipan Sunarya1110015000019
i
ABSTRAK
Ipan Sunarya. NIM: 1110015000019 Periodisasi Perluasan Wilayah
Kerajaan Islam Di Jawa dalam Peta Tematik. SKRIPSI. Jakarta: Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara historis mengenai
periodisasi perluasan wilayah kerajaan Islam di pulau Jawa dimulai dari periode
kerajaan Demak, Pajang sampai kerajaan Mataram Islam. Hasil dari perluasan
wilayah tersebut kemudian dianalisis berdasarkan kajian pustaka mengenai
wilayah kekuasaan pada setiap periode kerajaan dengan Sistem Informasi
Geografi yang menghasilkan peta tematik.
Penelitian ini menggunakan studi kepustakaan, yaitu dengan menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang sedang diteliti. Dengan
mengumpulkan sumber-sumber tertulis dari buku, baik primer maupun sekunder
yang tentunya berkaitan dengan judul skiripsi yang dibuat.
Hasil dari penelitian ini bahwa ada lima periode kerajaan Islam besar yang
pernah berkuasa di tanah Jawa. Kerajaan tersebut antara lain: kerajaan Demak,
Cirebon, Banten, Pajang dan Mataram Islam. Bahkan wilayah kekuasaaanya
sampai ke luar pulau Jawa. Periodisasi perluasan wilayah kerajaan Islam di Jawa
tergambar dalam suatu hasil berupa peta tematik yang menggambarkan perluasan
wilayah pada setiap periodenya. Namun dari setiap periode kerajaan tersebut
pernah mengalami pasang-surut akibat konflik dan pemberontakan yang
berdampak pada kemunduran dalam perluasan wilayah, bahkan berujung pada
keruntuhan.
Kata kunci: Periodisasi, Perluasan Wilayah, Kerajaan Islam di Jawa, dan Peta
Tematik.
ii
ABSTRACT
Ipan Sunarya. NIM: 1110015000019 Expansion Periodization Territory
Islamic Kingdom in Java in Thematic Maps. THESIS. Jakarta: Jakarta:
Social Science Education Faculty of Tarbiyah and Teaching Science State
Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
This research aims to determine the historically about periodization
expansionist Islamic kingdom in Java beginning of the period of the kingdom of
Demak, Pajang until the Islamic Mataram kingdom. The results of the extension
area is then analyzed based on literature review regarding the territory in each
period kingdom with Geographic Information System which produce thematic
maps.
This research uses literature study method, which is collaborating related
information based on the topic. The book used are primary and secondary sources
from the topic of the research.
The results of the library research that there are five major periods of the
Islamic empire that once ruled the land of Java. The kingdom is the kingdom of
Demak, Cirebon, Banten, Pajang and Islamic Mataram. Even his territory to the
outer island of Java. Periodization expansionist Islamic kingdom in Java reflected
in an outcome in the form of thematic maps that describe the expansion of the
area in each period. But form every period of the kingdom ever experienced ups
and downs as a result of conflict and rebellion that impact the regression in the
expansion of the area even lead to collapse.
Keyword: Periodization, Expansion Areas, Islamic Java Kingdom, and the
Thematic Map.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Periodisasi Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa dalam
Peta Tematik ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan
atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan cahaya dalam hidup
penulis berupa cahaya Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Walaupun waktu, tenaga dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan,
dukungan dan cinta. Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang menjadikan
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA.
3. Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Dr. Iwan Purwanto, M.Pd sekaligus sebagai
Pembimbing Akademik dan dosen pembimbing yang telah tulus ikhlas
memberikan bimbingan, bantuan serta motivasi untuk menyelesaikan skripsi
ini.
4. Bapak Sodikin, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan
banyak ilmunya dalam pembuatan peta yang baik dan benar sesuai dengan
kaidah ilmu kartografi.
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan pengarahan dan kemudahan dalam penyusunan
skripsi ini.
iv
6. Seluruh staf karyawan perpustakaan Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta, penulis ucapkan terimakasih atas pelayanan saat penulis
mencari data-data.
7. Kedua orangtua yang sangat penulis cintai, Bapak Liman Manoto dan Ibu
Imas Masriah yang senantiasa tidak henti-hentinya memberikan doa, motivasi
dan dukungan baik moril dan materi kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi.
8. Kepada Keluarga tercinta. Kakak-kakakku Riyanto, Nurhidayat, dan Pian
Apriansyah, serta adikku Rismala Putri Handayani. Terimakasih atas
dukungan dan motivasi yang telah kalian berikan kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPS angkatan 2010. Teman
sepersaudaraan ATK Fams: Arib Jaudi, Aldian Kurnia Putra, Ardi Wahyudi,
Arif Putranto, Ardi Muhamad Arsyad, Afin Rizal Fahlevi, Aidil Jufrie, Bani
Rochman, Choerul Imam, M. Faisal Ramdan, Farid Iqbal, Febrianto,
Lukmanul Hakim, Reza, Teguh Praitno, Ibnu Mustaqim, dan Udin.
Terimakasih atas bantuan kalian, sangat berharga bisa berada diantara kalian.
10. Teman-teman remaja Karang Taruna RT 001/08 Srengseng Sawah, dan
teman-teman yang tergabung dalam Futsal Batoe 54.
11. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
terimakasih atas doa dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis, semoga
skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang
membacanya.
Jakarta, 25 Februari 2015
Ipan Sunarya
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 6
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Acuan Teori .. 8
B. Penelitian Relevan .. 22
C. Kerangka Berfikir 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian ... 26
B. Metode Penelitian 27
C. Fokus Penelitian .. 29
D. Objek Penelitian ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Periode Kerajaan Demak .................................. 31
B. Periode Kerajaan Cirebon .... 38
C. Periode Kerajaan Banten . 44
D. Periode Kerajaan Pajang .. 52
E. Periode Kerajaan Mataram Islam .... 56
vi
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..... 69
B. Saran 69
DAFTAR PUSTAKA .. 70
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode Kerajaan
Demak ..... 38
Gambar 4.2 Peta Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode
Kerajaan Cirebon ........ 43
Gambar 4.3 Peta Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode
Kerajaan Banten ...... 51
Gambar 4.4 Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa, Periode Kerajaan
Pajang .. 56
Gambar 4.5 Peta Perluasan Wilayah Kekuasaan Kerajaan Islam Di Jawa, Periode
Kerajaan Mataram Islam ..... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika kita membahas tentang sejarah, tentunya tidak terlepas pada
tiga aspek yang ada pada sejarah tersebut. Aspek yang menjadi pembahasan
itu tentunya manusia itu sendiri yang dapat berperan menjadi objek sejarah
maupun subjek sejarah itu sendiri, lalu kapan peristiwa sejarah itu terjadi, dan
terakhir adalah masalah tempat kejadian sejarah tersebut. Misalnya saja
ketika kita membahas tentang sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia kita
akan membahas orang-rang yang terlibat dalam proklamasi Indonesia,
kemudian kapan waktu terjadinya proklamasi Indonesia, dan dimana tempat
berlangsungnya proklamasi Indonesia. Contoh lain, mengenai keadatangan
Islam di nusantara, terdapat diskusi dan perdebatan yang panjang di antara
ahli sejarah, mengenai tiga masalah pokok, yakni tempat kedatangan Islam,
para pembawanya, dan waktu kedatangannya.1
Setiap kajian sejarah didahului dengan suatu pengantar, terutama
untuk studi wilayah. Dalam pengantar harus diberikan alasan pembenar
mengapa wilayah itu perlu diberikan, periodisasi, satuan-satuan kajian,
kekuatan sejarah yang menggerakkan, arus utama kontemporer. Kajian ini
memang mementingkan aspek waktu, dengan maksud supaya membiasakan
diri berpikir secara diakronis.2 Yang dimaksud diakronis disini adalah yang
berkaitan dengan penggunaan tata bahasa dengan melihat perkembangan
sepanjang waktu yang berifat historis. Runutan waktu sejarah membawa
kepada pemahaman cerita sejarah. Akan tetapi, terkadang masyarakat ataupun
pelajar bingung dalam memahami alur cerita sejarah. Ditambah lagi pelajaran
Sejarah untuk sebagian pelajar dapat dikatakan sebagai salah satu pelajaran
1 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pusaka Setia, 2008), Cet. X, hlm
188. 2 Kuntowijiyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995), Cet. I,
h. 77.
2
yang membosankan yang bersifat hafalan. Pemahaman dalam periodisasi
sejarah sangat membantu masyarakat terutama pelajar dalam memahami
peristiwa sejarah itu sendiri. Dengan pembagian urutan sejarah yang tepat
akan berdampak kepada pembaca tergiring ke alur cerita sejarah tersebut.
Terkait dengan aspek wilayah pada peristiwa sejarah, ilmu Geografi
juga berperan masuk didalam sejarah tersebut. Misalnya saja pulau Jawa
merupakan salah satu dari dari lima pulau besar yang ada di bumi nusantara
(Indonesia). Secara geografis pulau Jawa dipandang sebagai suatu kesatuan.
Konsep kesatuan tersebut diperkuat oleh proses sejarah, yang menempatkan
pulau Jawa sebagai sentrum suatu jaringan lalu lintas transportasi maritim
sejak masa prasejarah.3 Selain itu pulau Jawa dianugrahi banyak kekayaan
alam dengan kondisi tanah yang baik untuk bercocok tanam. Hal ini
dikarenakan di pulau Jawa banyak sekali gunung berapi aktif hingga sekarang
ini.
Sejak abad ke-5 Jawa sudah mengenal pemerintahan. Pemerintahan
yang dipakai adalah kerajaan. Tercatat ada beberapa kerajaan yang pernah
menjadi penguasa di bumi Jawa dari kerajaan Hindu-Budha di antaranya:
Tarumanegara, Syailendra, Mataram Hindu, Singosari, Padjadjaran,
Majapahit. Kemudian muncul berbagai kerajaan-kerajaan Islam seperti
Demak, Pajang, Mataram Islam, Cirebon, Banten, dan kerajaan-kerajaan kecil
lainya. Khususnya untuk kerajaan Islam di pulau Jawa tidak terlepas dengan
peran besar Wali Songo yang sangat berkontribusi besar diberbagai kerajaan-
kerajaan Islam di pulau Jawa. Selain bagaimana peran walisongo dalam
penyebarluasan ajaran Islam, akan tetapi bagaimana mereka berkontribusi
dalam sistem pemerintahan kerajaan Islam yang pernah ada di pulau Jawa.
Pada masa kerajaan Islam di pulau Jawa, peran walisongo bahkan sudah
masuk ke ranah politik. Misalnya saja di Cirebon dan Banten, Sunan Gunung
3 Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian I: Batas-batas Pembaratan. (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2005) h. 14.
3
Jati selain memainkan perannya sebagai juru dakwah penyebaran ajaran Islam
di pulau Jawa, beliau juga sebagai pemimpin kerajaan Cirebon dan Banten.
Pada zaman Rasulullah juga pernah terjadi perluasan wilayah ke luar
Arab. yang merupakan kelanjutan dari firman Allah yang memerintahkan
untuk berdakwah secara terang-terangan. Firman Allah tersebut yaitu:
Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala
apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-
orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada
(kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),(QS.
Hijr[15] : 94-95).4
Maksud dari ayat tersebut adalah Rasulullah SAW. Diperintahkan
untuk menyebar luaskan Islam beserta ajarannya keberbagai wilayah guna
menegakkan ketauhidan. Dengan meluaskan daerah kekuasaan, maka ajaran
Islam akan selalu terjaga eksistensinya seiring dengan orang-orang non-
muslim yang ingin menjatuhkan Islam. Dengan itu merupakan tonggak awal
Rasulullah SAW untuk meluaskan ajaran Islam dengan di awalinya
Rasulullah untuk hijrah ke Madinah. Perluasan wilayah selanjutnya
dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin sampai Islam menguasai seluruh daerah
Jazirah Arab.
Begitupun kerajaan-kerajaan Islam yang yang berada di pulau Jawa
juga melakukan hal tersebut. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa tidak terlepas
dari perluasan wilayah guna eksistensinnya terhadap kerajaan lainnya. Pada
masa kerajaan Demak terjadi perluasan wilayah ketika di pimpin oleh sultan
Trenggono. Wilayah-wilayah yang menjadi kekuasaannya hampir seluruh
pulau Jawa seperti Sunda Kelapa, Madiun, Blora, Surabaya, Pasuruan,
4 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2004), h. 286.
4
Lamongan, Blitar, Wirasaba, dan Kediri.5 Kemudian pada zaman kerajaan
Mataram Islam pada saat masa kejayaan Sultan Agung yang sangat terkenal
dengan keprajuritannya. Kerajaan Mataram berhasil melakukan perluasan
wilayah dari rentang tahun 1615-1639. Wilayah-wilayah taklukannya antara
lain Wirasaha, Lasem, Pasuruhan, Tuban, Madura, Surabaya, Giri
Blambangan6. Serta berbagai kerajaan Islam lainnya juga melakukan ekspansi
ke berbagai wilayah demi menguatkan eksistensi kerajaannya. Dalam proses
perluasan wilayah dari kerajaan yang berlandaskan Islam tentunya tidak lepas
dari penyebaran ajaran Islam itu pula. Wilayah yang akan dan telah menjadi
taklukkannya akan dijadikan wilayah yang rakyatnya memeluk ajaran Islam.
Pada setiap pemimpin mempunyai cara dan media dalam menyebarkan ajaran
Islam di daerah yang akan dijadikan wilayah taklukkannya demi
mempermudah dalam proses perluasan wilayah kerajaan dan perluasan ajaran
Islam di tanah Jawa.
Ketika kerajaan-kerajan Islam di Jawa melakukan perluasan wilayah
ke berbagai daerah berjalan dinamis. Sebagaimana roda berputar, perluasan
wilayah mengalami pasang-surut. Pada setiap perluasan wilayah kekuasaan
Islam di Jawa memerlukan penggambaran mengenai perluasan wilayahnya
atau dalam hal ini adalah peta daerah kekuasaan kerajaan tersebut. Namun
suatu sejarah kerajaan dalam bentuk tulisan ataupun buku hanya
menampilkan gambar (peta) yang masih minim informasi yang menceritakan
penggambaran perluasan wilayah yang dikaji dalam ilmu Geografi
menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Padahal data-data mengenai
kewilayahan dalam Geografi menjadi data-data spasial yang berkaitan dengan
menentukan posisi atau lokasi suatu wilayah.7 Sebuah peta sejarah yang
dibuat menggunakan SIG akan mampu menjelaskan lokasi, persebaran,
5 Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (Malang: UIN-Malang
Press, 2008), h.62 6M. Yahya Harun, Kerajaan Islam Nusantara Abad XVI dan XVII, (Yogyakarta: Karunia
Kalam Sejahtera, 1995), h. 26 7 Hadwi Soedjojo dan Akhmad Riqqi, Kartografi, (Bandung: ITB, 2012), h. 19
5
pergerakan, keluasan, bata-batas, dan hubungan dari unsur-unsur tersebut
serta perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.8
Ketika telah terjadi perluasan wilayah pada zaman Kerajaan Islam di
pulau Jawa sebuah peta sangat diperlukan guna sebagai bukti masa puncak
kejayaan dan bukti bahwa kerajaan Islam telah ada selain bukti-bukti
peninggalan sejarah seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gersik Jawa
Timur, menara Kudus, masjid Demak dan masjid Agung Kesepuhan di
Cirebon dan lain-lain.9 Sebuah peta dapat memberikan informasi tentang
cangkupan wilayah-wilayah yang pernah menjadi wilayah kekuasaan dari
kerajaan yang pernah ada di pulau Jawa. Selain itu, peta juga dapat menarik
pembaca, dikarenakan peta dapat menyajikan informasi secara ringkas dari
sebuah runutan sejarah kerajaan Islam hanya dengan beberapa peta saja.
Disisi lain peta sejarah dapat menjadi media visual dalam proses
pembelajaran. Sudah banyak penelitian tentang tindakan kelas yang
membuktikan bahwa media visual dapat menarik minat dan meningkatkan
prestasi belajar siswa.
Namun peta sejarah yang berkaitan tentang periodisasi perluasan
wilayah kerajaan Islam di pulau Jawa masih sangat minim data dan informasi
terutama yang sesuai dengan kajian kewilayahan Geografi. Atas dasar inilah
peneliti tertarik dilakukannya penelitian tentang: PERIODISASI
PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN ISLAM DI JAWA DALAM
PETA TEMATIK.
B. Identifikasi Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan berbagai
masalah sebagai berikut :
1. Masih sulitnya dalam memahami kronologi sejarah kerajaan secara umum.
8 Gatot Ghautama, dkk, Pedoman Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Sejarah,
(Jakarta: Departtemen Kebudayaan dan Priwisata, 2006), h. 1. 9Marwati Djoenoed Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan
Perkembangan KerajaanKerajaan Islam di Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), Cet. II,
h.51- 61.
6
2. Kontribusi Wali Songo dalam pemerintahan di kerajaan-kerajaan Islam di
Pulau Jawa.
3. Media yang digunakan dalam proses penyebaran ajaran Islam di tanah
Jawa guna penyokong perluasan wilayah dari kerajaan Islam.
4. Masih kurangnya suatu kajian peristiwa sejarah kerajaan yang berkaitan
dengan kewilayahan yang dikaji dalam ilmu geografi.
5. Masih kurangnya peta tematik sejarah yang dikaji dalam ilmu geografi
yang berkaitan tentang sejarah perluasan wilayah kerajaan Islam di Pulau
Jawa.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas diperoleh
gambaran permasalah yang begitu luas. Namun penulis menyadari adanya
keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis memandang perlu memberi
batasan masalah secara jelas dan terfokus. Selanjutnya masalah yang menjadi
obyek penelitian dibatasi pada studi literatur tentang kajian sejarah kerajaan
Islam di pulau Jawa. Hal yang dikaji dalam studi literatur tentang kerajaan
Islam di pulau Jawa yaitu periodisasi dari kerajaan Islam di pulau Jawa dan
perluasan wilayah kerajaan Islam di pulau Jawa pada setiap periode berserta
media/sarana yang digunakan oleh berbagai kerajaan Islam di Jawa dalam
perluasan wilayahnya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi tersebut, rumusan
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah periodisasi perluasan wilayah kerajaan Islam di Jawa?
2. Bagaimana pemetaan perluasan wilayah kerajaan Islam di Jawa dalam
peta tematik?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
7
1. Untuk mengetahui bagaimana perluasan wilayah dari kerajaan-kerajaan
Islam di Jawa pada setiap periodenya.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemetaan perluasan wilayah kerajaan
Islam di Jawa dalam peta tematik.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti, memberikan wawasan tentang periodisasi kerajaan
Islam di pulau Jawa dan peluasan wilayahnya dalam peta tematik.
b. Bagi pembaca secara umum, penelitian ini memberikan informasi
tentang periodisasi kerajaan Islam di pulau Jawa dan peluasan
wilayahnya dalam peta tematik dan memberikan sumbangan berupa
peta tematik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, akan menambah wawasan dan dapat menjadi media belajar
dalam kegiatan belajar mengajar. Peta sangat berperan sebagai alat
peraga dalam kegiatan mengajar di kelas, terutama untuk topik
pelajaran yang berkaitan dengan wilayah, areal atau ruang (spasial)
tertentu.
b. Bagi pelajar dan mahasiswa, akan mempermudah dalam memahami
dan mempelajari mata pelajaran Sejarah dan Geografi karena
penelitian ini merupakan kajian sejarah yang berkaitan dengan
geografi dalam hal lebih spesifik pada materi peta.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Acuan Teori
1. Periodisasi
a. Pengertian Periodisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Periodisasi
adalah pembagian menurut zamannya; penzamanan; pembabakan.1
Periodisasi atau sebutan lainnya pembabakan waktu adalah salah satu
proses strukturisasi waktu dalam sejarah dengan pembagian atas beberapa
babak, zaman atau periode. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang begitu
banyak dibagi-bagi dan dikelompokkan menurut sifat, unit, atau bentuk
sehingga membentuk satu kesatuan waktu tertentu. Pembagian babakan
waktu merupakan bagian dari inti cerita sejarah. Pembabakan atau
periodisasi waktu adalah pembagian atas dasar pengelompokan, babakan
zaman dan waktu tertentu di dalam cerita sejarah.2 Adapun tujuan dari
periodisasi dalam suatu peristiwa sejarah antara lain:
1) Memudahkan pengertian peristiwa sejarah
2) Melakukan penyederhanaan
3) Mengetahui peristiwa sejarah secara kronologis
4) Untuk memenuhi persyaratan sistematika ilmu pengetahuan
5) Memudahkan klasifikasi dalam ilmu sejarah.3
Terdapat beberapa faktor yang menjadi keriteria dalam menyusun
konsep babakan waktu atau periodisasi, antara lain:
1) Babakan waktu berdasarkan satuan waktu kronologis, artinya
dalam penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 1162. 2Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat, dan
IPTEK (Cet. I, Jakarta, PT. RinekaCipta : 2002), h. 21 3 Ibid., h. 22-23
9
secara kronologis.
2) Babakan waktu berdasarkan pergantian generasi, artinya dalam
penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan pada
pergantian dari generasi ke generasi selanjutnya.
3) Babakan waktu berdasarkan Dinasti (Wangsa), yaitu dalam
penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan pada
waktu Dinasti tersebut berkuasa.
4) Babakan waktu berdasarkan perjuangan, yaitu dalam
penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan pada
hasil perjuangan manusia.
5) Babakan waktu berdasarkan evolusionisme, yaitu dalam
penyusunan babakan waktu atau periodisasi berdasarkan pada
perubahan hidup manusia.
6) Babakan waktu berdasarkan proses integrasi, yaitu babakan
waktu atau periodisasi berdasarkan kepada pembauran hingga
menjadi satu-kesatuan.4
Periodisasi sejarah dapat menjadikan keteraturan dalam meyajikan
peristiwa sejarah. Dalam sejarah terdapat keteraturan karena sejarah tidak
disusun secara acak dan juga terulang sebagaimana diungkapkan oleh
Suhartono Lhistorie se reperese bahwa sejarah tersebut selalu berulang-
ulang polanya dalam waktu yang berbeda-beda.5 Periodisasi merupakan
proses pembagian berdasarkan periode waktu tertentu yang membentuk
pola agar lebih memudahkan dalam pemahaman suatu peristiwa sejarah.
Selain itu dengan periodisasi atau pembabakan waktu yang disusun secara
periode dapat terlihat urutan sejarah yang tersusun periodik.
b. Konsep Susunan Periodisasi Sejarah Indonesia Menurut Para Tokoh
1) Prof. Dr. Soekanto
4 Ibid., h. 23-26
5 Isa Ansari, Kekuasaan Jawa Dalam Struktur Kerajaan Islam dan Pewayangan: Sebuah
Analisis Strukturlarisme Levi-Stauss, Jurnal Penelitian Seni Budaya, Vol. 2, 2010, h.47.
10
Prof Soekanto mempunyai konsep periodisasi sejarah
Indonesia dengan susunan periodisasi sebagai berikut:
a) Masa pangkal sejarah (dari rentang waktu tahun sebelum
masehi sampai 0 tahun masehi)
b) Masa Kutai-Kertanegara (dari rentang waktu 0 masehi
sampai 600 M)
c) Masa Sriwijaya-Medang-Singosari (dari rentang waktu 600
M sampai 1300 M)
d) Masa Majapahit
e) Masa Kerajaan Islam
f) Masa Aceh, Mataram, Makasar
g) Masa pemerintahan asing, pada zaman ini terbagi kedalam
lima rentang periode, antara lain:
Zaman Kompeni (1800 M-1808 M)
Zaman Deandles (1808 M-1811 M)
Zaman British Government (1811 M-1816 M)
Zaman Nederlands-India (1816 M- 1942 M)
Zaman Nippon (1942 M-1945 M)
h) Masa Republik Indonesia (1945 M- sekarang)6
2) Konsep periodisasi Indonesia menurut Prof. Dr. Sartono
Kartodirdjo sebagai berikut :
a) Prasejarah
b) Zaman Kuno
Masa kerajaan tertua
Masa Sriwijaya (dari abad VII-XIII atau XIV)
Masa Majapahit (dari abad XIV sampai XV)
c) Zaman Baru
6 M. Dien Madjid dan N. Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, (Jakarta: Kencana,
2014), h. 54-55.
11
Masa Aceh dan Mataram, Makasar/Ternate/Tidore (sejak
abad XVI)
Masa perlawanan terhadap Imperialisme Barat (abad XIX)
Masa Pergerakan Nasional (abad XX)
d) Masa Republik Indonesia7
Dalam konsep periodisasi sejarah yang ditulis di atas menurut
tokoh adalah konsep yang dikemukakan berdasarkan pandangan masing-
masih tokoh peneliti sejarah. Walaupun dari sudut pandang subjektif
pada masing-masing tokoh, namun tetap mengikuti kaedah dan dasar-
dasar dari konsep periodisasi yang ada.
2. Perluasan Wilayah
Perluasan tidak terlepas dari kaitannya dengan wilayah atau tempat
yang diluaskan. Karena kata perluasan merupakan suatu usaha
memperluas wilayah kekuasan. Hal ini didasarkan pendapat Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan yang mengartikan perluasan yaitu:
a. Perihal meluaskan atau memperluas, kota; daerah kekuasaan
b. Penambahan; aktiva tetap kepada yang sudah dimiliki oleh
perusahaan.8
Dalam Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.9
Sedangkan menurut Rustiadi, dkk (2006), wilayah dapat didefinisikan
sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana
komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi
secara fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik
7 Ibid., h. 55.
8 Sobri, Sri Kertanagara Dalam Usaha Mewujudkan Wawasan Dwipantara Tahun 1275-
1292, Skripsi pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar
Lampung, Lampung, 2013, h. 11, tidak dipublikasikan. 9 Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 ayat 17
12
dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis.10
Wilayah menjadi kajian
geografi yang mendeskripsikan tempat dan mempunyai batasan-batasan
yang jelas walaupun tidak secara fisik serta wilayah mempunyai sifat
dinamis. Dinamis disini bisa jadi karena adanya interaksi alam dan
manusia (antar) yang menyebabkan perubahan suatu wilayah ataupun
luasan wilayah.
Konsep wilayah klasik (Hagget, Cliff dan Frey, 1977 dalam
Rustiadi dkk., 2006) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan
konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu:
a) wilayah homogeny (uniform/homogenous region);
b) wilayah nodal (nodal region); dan
c) wilayah perencanaan (planning region atau programming region).11
Seperti dibahas di atas bahwa perluasan berkaitan dengan wilayah.
Istilah lain dari perluasan wilayah yaitu ekspansi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia ekspansi adalah perluasan wilayah suatu negara dengan
menduduki (sebagian atau seluruhnya) wilayah negara lain; perluasan
daerah.12
Jadi, perluasan wilayah atau ekspansi berarti melakukan
kegiatan memperluas daerah atau suatu wilayah baik yang dilakukan
manusia secara individu ataupun kelompok dengan mengambil atau
mencaplok wilayah lain.
3. Kerajaan Islam di Jawa
a. Kerajaan Islam
Kerajaan adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh seorang
raja biasanya berdasarkan garis keturunan. Istilah untuk pemerintahan
yang beberntuk kerajaan disebur dengan monarki. Sistem kerajaan yang
ada di dunia antara lain:
10 Sulistiono, Model Pengembangan Wilayah Dengan Pendekatan Agropolitan (Studi Kasus
Kabupaten Banyumas ), Tesis pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Bogor, Bogor
2008, h. 14, tidak dipublikasikan. 11
Ibid. 12
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit.,
13
1) Sistem Pemerintahan Monarki Absolut
Sistem pemerintahan monarki absolute merupakan monarki
yang bersifat autokrat, raja berkuasa dengan kekuatan
sepenuhnya terhadap negara dan pemerintahan.
2) Sistem Pemerintahan Monarki Konstitusional
Monarki jenis ini merupakan sistem yang mengijinkan adanya
perdana menteri dalam suatu negara. Pada pemerintahan ini,
Raja berperan sebagai kepala Negara. Kemudian Perdana
Menteri bersama dengan legislatif yang ada seperti parlemen
mengurus negara atau sebagai kepala pemerintahan.13
3) Sistem Pemerintahan Monarki Hereditary
Monarki keturunan merupakan jenis monarki yang dimana raja
atau pemegang kekuasaan tertinggi dialihkan berdasarkan aliran
keturunan atau sering disebut sebagai aliran darah.
4) Sistem Pemerintahan Monarki Pemilihan/Demokrasi
Sistem ini merupakan monarki yang paling jarang ada di muka
Bumi. Monarki pemilihan dulunya terjadi pada Kerajaan
Romawi, Pada Polish-Lithuanian Commonwealth.14
Sedangkan Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang ajarannya bersifat fleksibel dan
universal (rahmatan lil alamin).15
Secara etimologi kata Islam berarti
penyerahan diri kepada Allah SWT dan dalam pengertian syara Islam
diartikan dengan tunduk dan patuh kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW.16
Abdul al-Haqq berkata, kata Islam itu mempunyai
implikasi penyerahan diri sepenuhnya terhadap kehendak Allah SWT.17
13 Apa Pengertian Para Ahli, Sistem Pemerintahan Monarki dan Bentuk Pemerintahan
Monarki, (http://www.apapengertianahli.com/2014/09/sistem-pemerintahan-monarki-dan-bentuk-
pemerintahan-monarki.html), diakses pada 30 Maret 2015 14
Ibid. 15
Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Kalil: Jakarta, 2014), h. 158. 16
Abdul Fatah, dkk., Ensiklopedi Islam, (Departemen Agama: Jakarta, 1993), h. 477. 17
Ibid.
http://www.apapengertianahli.com/2014/09/sistem-pemerintahan-monarki-dan-bentuk-pemerintahan-monarki.htmlhttp://www.apapengertianahli.com/2014/09/sistem-pemerintahan-monarki-dan-bentuk-pemerintahan-monarki.html
14
Menurut Yusuf Qardawi agama Islam mempunyai beberapa ciri
khusus antara lain: 1) Rabaniyyah, yaitu agama yang tujuan akhirnya
berhubungan baik dengan Allah. Tujuan dan mengharapkan ridho-Nya. 2)
Insaniyyah, yaitu agama yang sesuai dengan jiwa manusia. Semua perintah
dan manfaatnya untuk dirinya sendiri. 3) Syumuliyyah, yaitu agama yang
berlaku secara universal. Artinya agama yang berlaku bagi semua zaman,
semua kehidupan dan semua tempat. 4) Wasatiyyah, yaitu agama yang
mengajarkan pada pemelukknya agar tidak condong pada kehidupan
materi saja akan tetapi dapat memperhatikan keseimbangan kehidupan
dunia dan akhirat.18
Dengan kata lain Islam sebagai agama yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar manusia dengan
ajarannya yang berlaku universal, selain itu Islam sebagai penyelaras
antara kehidupan dunia dan akhirat dengan tujuan akhir mengaharapkan
keridhoan Allah SWT sebagai pencipta.
Dalam kerajaan Islam yang pernah ada, muncul berbagai pemimpin
yang amanah dikarenakan para ulama berperan dalam kelangsungan
kerajaan pada setiap periodenya. Tuntunan dan tuntutan agar pemerintahan
yang baik terdapat di dalam Al-Quran. Allah berfirman dalam surat An-
Nisa ayat 58 sebagai berkut:
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
18 Rifni Nurdien, Makalah Konsep Islam, (www.kompas.com), diakses pada 19 Maret 2015.
http://www.kompas.com/
15
adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S.An-Nisa [4]:
58).19
Tuntutan membentuk kerajaan yang adil yang mengikut landasan
al-Quran dan Sunnah adalah tuntutan yang wajib. Disinilah pemimpin
Negara (kerajaan) dan sekaligus pemimpin agama memainkan perannya
dalam menjalakan isi ayat dari surat An-Nisa ayat 58. Kerajaan yang
berlandaskan ajaran Islam berperan dengan pemimpin yang menjalankan
syariat Islam agar menjadi pemerintahan yang adil. Maka terbentuklah
kerajaan Islam dengan konstitusi dasarnya berdasarkan Al-Quran dan
Hadits.
Jadi, kerajaan Islam adalah bentuk pemerintahan berdasarkan asas
dan hukum Islam yang dipimpin oleh seorang raja sebagai penguasa
tertinggi bukan hanya sebagai pemimpin dalam aspek pemerintahan,
namun ia juga sebagai pemimpin agama dan menjalankan segala macam
jenis roda pemerintahan berdasarkan syariat Islam.
b. Jawa
Jawa adalah pulau salah satu pulau utama di Indonesia yang
berpenduduk paling padat dan menjadi pusat politik dan ekonomi
Nusantara sejak abad ke-13.20
Dengan penduduk lebih dari 136 juta,21
pulau ini berpenduduk terbanyak di dunia dan merupakan salah satu
tempat terpadat di dunia. Meskipun hanya menempati urutan terluas ke-5,
Pulau Jawa dihuni oleh 54,7 persen penduduk Indonesia.22
Melihat dari segi sejarah mengenai penghuni dan nama dari pulau
Jawa seperti yang diceritakan dari sumber surat kuno yang tidak beredar,
yaitu Serat Asal Keraton Malang yang berasal dari daerah Turki, tetapi ada
19 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV
Penerbit J-ART, 2004), h. 88. 20
Robet Cribb dan Audrey Kahin, Kamus Sejarah Indonesia, (Komunitas Bambu: Jakarta,
2012), h. 204. 21
Badan Pusat Statistik, Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000
dan 2010, (http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267), diakses pada 18 Maret 2015. 22
Armada Alisjahbana, Sebanyak 54,7 Persen Penduduk Terpusat di Jawa, 2014,
(www.tempo.com).
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_pulau_menurut_jumlah_pendudukhttp://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267
16
yang menyebut dari daerah Dekhan (India). Pada tahun 350 SM, Raja Rum
pemimpin dari wilayah tersebut mengirim perpindahan penduduk
sebanyak 20.000 laki-laki dan 20.000 perempuan yang dipimpin oleh Aji
Keler. Jawa yang saat itu bernama Nusa Kendang ditemukan sebagai pulau
yang ditutupi hutan dan dihuni tanaman yang dinamakan Jawi. Karena
seluruh daratan pulau ini dipenuhi tanaman tersebut, maka ia memberi
pulau ini dengan nama Jawi.23
Banyak sejarah Indonesia berlangsung di
pulau ini. Dahulu, Jawa adalah pusat beberapa kerajaan Hindu-Buddha,
kerajaan Islam, pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, serta pusat
pergerakan kemerdekaan Indonesia. Pulau ini berdampak besar terhadap
kehidupan sosial, politik, dan ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia.
4. Peta Tematik
Secara umum peta merupakan gambaran konvensional dari
sebagian permukaan bumi (fenomena geografikal) yang diperkecil seperti
kenampakannya jika dilihat dari atas dengan tambahan tulisan-tulisan
sebagai tanda pengenal.24
Menurut ICA (International Cartography
Association), Peta adalah gambaran konvensional yang dibuat dengan
menggambarkan elemen-elemen yang ada dipermukaan bumi dan gejala
yang ada hubungannya dengan elemen-elemen tersebut.25
Peta mengandung arti komunikasi, maksudnya suatu proses
memindahkan buah pikiran, pengetahuan, (knowlage) atau informasi dari
seseorang kepada orang lain.26
Jadi, dalam suatu saluran antara pengirim
pesan yaitu orang yang membuat peta (kartografer) dengan penerima
pesan (pembaca peta). Dengan demikian peta digunakan untuk mengirim
pesan yang berupa informasi tentang realita yang berwujud berupa
gambar. Agar pesan (gambar) tersebut dapat dimengerti maka harus ada
23 Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (Malang: UIN-Malang
Press, 2008), Cet. I, h. 38-39. 24
Suhardjo, Kartografi Dasar (Jakarta: Unversitas Negeri Jakarta, 2007), h. 4. 25
K. Endro Saryono dan Muhammad Nursaban, Kartografi Dasar, (Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, 2010), h. 2. 26
Hadwi Soedjojo dan Akhmad Riqqi, Kartografi, (Bandung: ITB, 2012), h. 34.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hinduhttp://id.wikipedia.org/wiki/Buddhahttp://id.wikipedia.org/wiki/Islamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hindia-Belandahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_%281945-1949%29
17
bahasan yang sama antara pembuat peta dan pembaca peta. Kartografer
disini harus memahami apa yang hendak disampaikan pembuat peta
kepada pembaca peta dengan menerjemahkannya dalam bahasa simbol
agar pembaca dapat mengerti.
Dalam dunia pendidikan peta sangat bermanfaat sebagai media
pembelajaran. Dikutip dari hasil jurnal penelitian Nina Sundari dari UPI
tentang penelitian tindakan kelas mendapatkan hasil temuan:
Pemanfaatan media peta dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial,
sangat efektif diterapkan di sekolah dasar. Pembelajaran lebih
bermakna, karena siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran. Media peta sebagai alat pembelajaran yang dapat
membatu guru dan siswa memudahkan pembelajaran yang abstrak
menjadi konkret.27
Dari hasil tersebut dapat kita sadari pemanfaatan peta bukan hanya
untuk kalangan umum dan orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
kartografi, dari sekolah dasar pun peta dapat digunakan sebagai media
pembelajaran sudah sangat dibutuhkan guna menunjang pembelajaran
yang berkaitan dengan ilmu bumi.
a. Pembagian peta
1) Peta yang berdasarkan sumber datanya antara lain:
a) Peta induk, yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung ke
lapangan dan dilakukan secara sistematis. Peta induk dapat
digunakan sebagai peta dasar untuk pemetaan topografi.
b) Peta turunan, yaitu peta yang dibuat berdasarkan acuan yang
sudah ada. Jadi, tidak diperlukan survey lapangan.28
2) Peta berdasarkan skalanya peta dibagi menjadi empat jenis,
yaitu:
a) Peta Kadaster/Peta Teknik yaitu peta dengan skala 1 : 100
sampai dengan 1 : 5000
27 Nina Sundari, Pemanfaatan Media Peta dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Dasar, Nomor 10, 2008, h. 3. 28
Suhardjo, op. cit., h. 8.
18
b) Peta Berskala Besar yaitu peta dengan skala 1 : 5000 sampai
dengan 1 : 250.000
c) Peta Berskala Sedang yaitu peta dengan skala 1 : 250.000
sampai dengan 1 : 500.000
d) Peta Berskala Kecil yaitu peta dengan skala 1 : 500.000
sampai dengan lebih kecil.29
3) Peta berdasarkan dengan data yang disajikan
a) Peta Rupabumi
Peta rupabumi atau dahulu disebut peta topografi, yaitu peta
yang menggambarkan bentang alam secara umum di permukaan
bumi, dengan menggunakan skala tertentu. Peta-peta yang
bersifat umum masuk dalam kelompok ini seperti peta dunia,
atlas, dan peta geografi lainnya yang berisi informasi umum.30
b) Peta Tematik
Peta tematik adalah peta yang memuat tema-tema khusus untuk
kepentingan tertentu, yang bermanfaat dalam penelitian, ilmu
pengetahuan, perencanaan, pariwisata, peta kemampuan lahan,
peta kesesuaian lahan, peta daerah rawan longsor, dan
sebagainya.31
4) Peta Berdasarkan Objeknya
a) Peta Stasioner, yaitu menggambarkan keadaan permukaan
bumi yang datanya bersifat tetap.
b) Peta Dinamis, yaitu peta yang menggambarkan keadaan
permukaan bumi yang datanya selalu berubah (dinamis).
Peta sejarah dapat termasuk kedalam peta dinamis
29 Sariyono, op. cit., h.7.
30 Dedy Miswadi, Kartografi Tematik (Buku Ajar), (Lampung: Universitas Lampung, 2013),
h.23. 31
Ibid., h. 23-24.
19
dikarenakan baik ruang maupun waktu digambar, kita bias
melihat pergerakan, proses, dan pembangunan.32
b. Peta Tematik
Peta tematik merupakan salah dari macam-macam jenis peta
beradasarkan jenis data yang disajikan, dan kartografi adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana cara kita dalam membuat peta. Kemudian pada
zaman sekarang ini pembuatan peta dapat diolah atau dibuat dengan
aplikasi seperti ArcView 3.3 ataupun ArcGis 10.2. Dengan menggunakan
aplikasi tersebut kita dapat membuat peta tematik secara digital.
Peta tematik itu sendiri adalah suatu bentuk peta yang menyajikan
unsur-unsur tertentu dari permukaan bumi sesuai dengan topik atau tema
dari peta yang bersangkutan.33
Peta tematik juga bisa disebut dengan peta
khusus karena peta tematik hanya menyajikan data-data informasi dari
suatu tema/konsep tertentu saja baik itu berupa data kualitatif maupun data
kuantitatif. Peta tematik tercermin pada simbol-simbol yang tergambar
pada peta tersebut.34
Jadi, ketika kita ingin membuat peta tematik kita
sesuaikan tema peta yang akan dibuat dengan simbol-simbol yang nanti
akan disajikan dalam bentuk peta
Karakteristik peta tematik tercermin dari simbol-simbol yang
tergambar dari peta tersebut. Pada tema peta tematik, simbol-simbol
digambar secara jelas dan menonjol agar tema peta dengan mudah dapat
dibaca. Agar simbol dapat terlihat jelas dan menonjol kadang-kadang
digambar lebih menonjol atau diberi warna-warni agar terlihat menarik.
Pemberian nama pada peta tematik disesuaikan dengan simbol yang
ditonjolkan pada peta. Peta tematik yang menonjolkan simbol-simbol
iklim disebut peta iklim. Sedangkan peta tematik yang menonjolkan
32 Ferjan Ormeling, Kartografi Tematik: Aspek Sosial dan Ekonomi, Terj. Agus Dwi Martono,
(Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 31. 33
Hadwi Soedjojo dan Akhmad Riqqi, Kartografi, (Bandung: ITB, 2012), h. 24. 34
Suhardjo, op. cit., h. 9.
20
penggambaran unsur penduduk disebut peta penduduk.35
. Peta tematik
memerlukan peta rupabumi sebagai peta dasar yang memuat detil-detil
topografi seperti batas administrasi, jalan, sungai, dan informasi penting
lainnya yang sesuai dengan tema peta yang dibuat. Namun kita dapat
menghilangkan unsur-unsur tersebut dengan disesuaikannya pada tema
yang kita inginkan dibuat peta.
Untuk jenis peta tematik itu sendiri dapat dibagi menjadi dua dari
segi cara pembuatannya, yaitu peta tematik manual dan peta tematik
digital.
1) Peta Tematik Manual
Peta Tematik Manual adalah peta yang dibuat dengan tangan
langsung yang disalin dari peta dasar kemudian di tumpangsusun
(overlay) menurut simbol-simbol yang akan ditonjolkan sesuai
dengan tema yang diinginkan. Dengan kata lain peta tematik manual
merupakan peta yang dibuat tanpa bantuan teknologi komputer, hasil
tangan sendiri sama seperti halnya kita menggambar, akan tetapi
tetap menggunakan teknik-teknik tertentuk yang sesuai dengan
kaidah kartografi.
2) Peta Tematik Digital
Peta tematik digital dibuat melalui Sistem Informasi Geografi (SIG).
SIG merupakan salah satu produk ilmu komputer yang paling
mutakhir saat ini. Pengertian tentang SIG sangat beragam. Hal ini
sejalan dengan perkembangan SIG itu sendiri sejak pertama kali SIG
dikembangkan oleh Tomlinson tahun 1967.
Mural (1999) mengartikan SIG adalah sistem informasi yang
digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil
kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data
bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan
35 Ibid., h. 91.
21
penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi,
fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.36
Contoh-contoh dari peta tematik antara lain:
1) Peta Penduduk
Peta penduduk adalah peta yang didalamnya dijelaskan data tentang
penduduk baik secara kualitatif seperti peta tentang kepadatan
penduduk dan kuantitatif seperti peta persebaran penduduk.37
2) Peta Ekonomi
Peta ekonomi adalah peta yang menggambarkan berbagai bentuk
daya ekonomi yang meliputi: produksi, distribusi, dan konsumsi
barang-barang suatu daerah.
3) Peta Iklim
Peta iklim adalah peta yang menggambarkan keadaan iklim pada
suatu daerah tertentu. Peta tematik tentang iklim ini bisaanya
dilengkapi dengan grafik curah hujan, grafik temperatur udara
bulanan, dan grafik tekanan udara.
4) Peta Sejarah
Peta sejarah adalah peta yang menggambarkan wilayah suatu negara
pada waktu tertentu atau pada pemerintahan tertentu. Berdasarkan
peta sejarah kita dapat mengetahui wilayah pada suatu negara pada
priode tertentu sesuai dengan tema yang disajikan oleh pembuat peta
tersebut. Peta sejarah dapat menyajikan sebagai dasar untuk
penelitian sejarah dan dapat sebagai alat pengiriman pengetahuan
tetang masa lampau.38
Kelebihan dari peta tematik terletak pada pembuatan peta tematik
aturan-aturan baku seperti pada peta rupabumi tidak diterapkan. Peta
tematik lebih bersifat sederhana dan simpel, dan faktor subjektivitas dari
36Muhamad Jafar Elly, Sistem informasi Geografi : Menggunakan Aplikasi Arcview 3.2 dan
ERMapper 6.4 (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), Cet. I, h. 3. 37
Suhardjo, op. cit., h. 96. 38
Ormeling, loc. cit.
22
pembuat peta sangat menentukan. Ide desain dan faktor seni dari pembuat
peta sangat mempengaruhi hasil peta tematik yang dibuat. Kerapihan,
ketelitian, dan seni dari pembuat peta menentukan peta tematik yang
dihasilkan.39
Disamping kelebihan terebut terkadang bisa jadi kekurangan
jika informasi yang disampaikan atau yang terdapat dalam peta tematik
tersebut membuat para pembaca kebingungan dengan informasi yang ada,
terutama masyarakat awam. Dikarenakan judul atau simbol-simbol yang
menjadi tema kurang dimengerti oleh pembaca.
B. Penelitian yang Relevan
1. Maulana Kastari, Kesultanan Islam Pajang; Studi Tentang Pekembangan
Kesultanan Pajang Masa Sultan Hadiwijaya.40
Skripsi ini membahas tentang historis latar belakang berdirinya
Kesultanan Islam Pajang serta perkembangannya, dan juga mengenai
asal-usul Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang menjadi Sultan Pajang.
Disamping itu juga, untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi
di wilayah pedaleman Jawa Tengah, setelah Sultan Hadiwijaya
mengalihkan kekuasaanya dari Demak ke Pajang. Penulisan Skripsi ini,
menggunakan penelitian studi kepustakaan, yaitu, dengan menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang penulis sedang
teliti. Dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis dari buku, baik
primer maupun sekunder yang tentunya, berkaitan dengan judul skiripsi
yang penulis buat.
Hasil dari penelitian studi pustaka tersebut, bahwa latar belakang
berdirinya Kesultanan Islam Pajang dikarenakan adanya relasi politik,
konflik, serta hak politik, yang menjadikan Pajang bermula hanya sebuah
kadipaten menjadi sebuah Kesultanan, dan mengalihkan pusat
kekuasaannya dari Demak (pesisisr) ke Pajang (pedaleman), sehingga
39 Dedy Miswadi, Kartografi Tematik (Buku Ajar), (Lampung: Universitas Lampung, 2013), h.
30. 40
Maulana Kastari, Kesultanan Islam Pajang; Studi Tentang Pekembangan Kesultanan Pajang
Masa Sultan Hadiwijaya, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
23
mempengaruhi perkembangan Islam di pulau Jawa, khususnya di
pedaleman. Peralihan itu juga, mempengaruhi terhadap keagamaan,
kesenian, ekonomi serta politik pada masa itu.
2. Eni Mufidatul Izza, Sejarah Keprajuritan Kesultanan Mataram.41
Skripsi ini membahas tentang sejarah keprajuritan pada masa
Kesultanan Mataram. Dalam sejarah, tercatat bahwa Kesultanan Mataram
diakui sebagai kerajaan Islam pertama yang berpusat di pedalaman.
Meski sebenarnya Pajang telah memulainya terlebih dahulu. Penulisan
Skripsi ini, menggunakan penelitian studi kepustakaan, yaitu, dengan
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang
penulis sedang teliti. Dengan mengumpulkan sumber-sumber tertulis dari
buku, baik primer maupun sekunder yang berkaitan dengan judul skiripsi
yang penulis buat.
Hasil dari penelitian studi pustaka tersebut, bahwa kehebatan dari
prajurit Mataram berawal dari sistem perekrutan prajurit,
mengklasifikasikan prajurit, sistem logistik dalam peperangan, dan
strategi yang baik dengan dipimping oleh pemimpin yang handal dalam
strategi peperangan.
3. Edi Iskandar, Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Daerah Rawan
Gempa Tektonik dan Jalur Evakuasi Di Yogyakarta, STMIK El Rahma,
2012 http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/bppki-yogyakarta.42
Jenis jurnal penelitian yang dilakukan adalah merekayasa sistem
informasi geografis diawali dari pengumpulan data yaitu mengumpulkan
data daerah rawan gempa tektonik khususnya di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang dibagi dalam tiga zona (zona merah, zona kuning dan
zona hijau), data jalur evakuasi bagi korban gempa kemudian melakukan
41 Eni Mufidatul Izza, Sejarah Keprajuritan Kesultanan Mataram, Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005. 42
Edi Iskandar, Sistem Informasi Geografi Untuk Pemetaan Daerah Rawan Gempa Tektonik
dan Jalur Evakuasi Di Yogyakarta, Jurnal Penelitian IPTEK-KOM, Vol. 14, 2012.
24
digitasi peta ke dalam layerlayer yang dibutuhkan untuk pemetaan
daerah rawan gempa dan jalur evakuasi bagi korban gempa. Tahap
selanjutnya membuat perancangan sistem, meliputi rancangan data
spasial dan non spasial, rancangan database dan sistem alur data,
rancangan user interface dan rancangan pencarian rute terpendek,
tahapan berikutnya melakukan penulisan program dimana hasil
rancangan dituangkan ke dalam instruksiinstruksi yang dikenali oleh
komputer melalui bahasa pemrograman dan terakhir adalah tahap
pengujian.
Hasil temuan:
Sistem Informasi Geografis Pemetaan Daerah Rawan Gempa
Tektonik di Daerah Istimewa Yogyakarta serta jalur evakuasi
korban gempa mampu menyajikan peta daerahrawan gempa (sesuai
zona), jugamampu mengupadate status zona dan menambahkan
kriteria zona sesuai dengan kejadian gempa terakhir.
Sistem Informasi Geografis Pemetaan Daerah Rawan Gempa
Tektonik di Daerah Istimewa Yogyakarta serta Jalur Evakuasi
Korban Gempa memiliki kemampuan mencarikan rute terpendek
dari jalur yang akan dilalui, sehingga dapat membantu mengambil
keputusan untuk penentuan jalur evakuasi korban gempa dengan
menggunakan algoritma Dijkstra.
Sistem Informasi Geografis Daerah Rawan Gempa Tektonik
memiliki kelemahan yaitu pada analisis rute terpendek, pada sistem
ini belum mampu mempertimbangkan faktor kemacetan suatu
jalan, faktor kecepatan kendaraan dan belum mampu mendeteksi
GPS dan BTS Seluler untuk menentukan posisi lokasi akses.
C. Kerangka Berfikir
Periodisasi digunakan dalam suatu peristiwa sejarah, tidak terkecuali
sejarah kerajaan Islam di Jawa. Karena sejarah kerajaan pastinya mengalami
berbagai periode. Pada setiap periode muncul kerajaan baru yang merupakan
kelanjutan dari periode sebelumnya. Periode-periode tersebut harus dicermati
25
lebih mendalam Gunanya agar kronologi suatu sejarah dapat dipahami oleh
masyarakat banyak.
Dari sejarah Kerajaan Islam di pulau Jawa didapat berbagai fase
(periodisasi) yang menceritakan berbagai hal yang terdapat dalam perjalanan
kerajaan-kerajaan yang terdapat di pulau Jawa. Peluasan wilayah kekuasaan
adalah suatu target dalam mencapai kejayaan pada masa silam. Dengan
luasnya wilayah, dapat juga dikatakan adalah puncak kejayaan pada kerajaan-
kerajaan tersebut, begitupun sebaliknya. Aspek perluasan wilayah dapat
menjadi simbol kemajuan pada masa itu. Dengan peta perluasan wilayah
dapat menjadi bukti sejarah dari kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa telah
berjaya dan berjasa dalam penyebarluasan dari ajaran Islam di nusantara.
Maka demi menunjukan bahwa kerajaan Islam di pulau Jawa telah berjaya
dan berjasa dalam penyebarluasan ajaran Islam sampai sekarang maka
diperlukan suatu bukti yaitu berupa peta tematik yang terkait perluasan
wilayah pada masa Kerajaan Islam di Pulau Jawa.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian kali ini berdasarkan kepada peristiwa sejarah
kerajaan Islam yang pernah berkuasa di pulau Jawa yang terkait dengan
perluasan wilayahnya serta berbagai media/sarana yang digunakan dalam
perluasan ke berbagai daerah. Ditambah lagi dengan analisis wilayah dari
perluasan wilayah tersebut yang nantinya akan dipetakan kedalam peta
tematik untuk setiap periode perluasannya.
2. Waktu Penelitian
Adapun jadwal penyusunan skripsi dengan alokasi waktu tertera
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Alokasi Penyusunan Skripsi
No. Jenis Kegiatan
(Proposal Skripsi)
Bulan Minggu ke-
November 14 Desember 14
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Penyusunan proposal
2. Pengumpulan proposal
3. Seminar Proposal
4. Revisi Proposal
5. Pengumpulan Revisi Proposal
No. Jenis Kegiatan
(Skripsi)
Bulan Minggu ke-
Januari 15 Februari 15
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. BAB I
Latar Belakang dan;
Perumusan Masalah
2. BAB II
Menyusun Kajian Teori
Mencari Penelitian Relevan
3. BAB III
Merancang Metodologi Penelitian
4. BAB IV
27
Mencari Sumber Sejarah (Buku)
Kritik Terhadap Sumber Sejarah
Interpretasi Sumber Sejarah
Historiografi penelitian Sejarah
5. BAB V
Menarik Kesimpulan dan Saran Penelitian
B. Metode Penelitian
Penelitian skripsi pada kali ini merupakan kajian sejarah, sehingga
pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan sejarah dan metode
yang digunakan adalah deksriptif-analisis. Maksudnya poin-poin penting
yang akan dipaparkan sesuai dengan bentuk, kejadian, suasana dan masanya
pada saat peristiwa tersebut terjadi. Adapun analisa pada perluasan wilayah
kerajaan Islam yang ada di Jawa pada setiap periodenya. Kemudian hasil data
spasialnya dianalisis berdasarkan cakupan wilayah kekuasaannya, lalu
menjadi data atribut dan diimplementasikan pada peta tematik sebagai
gambaran peta berupa hasil cetakan (hard copy) dan juga dalam bentuk
digital (soft copy).
Adapun jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian berdasarkan
pada sumber tulisan utama, seperti buku, dokumen, jurnal, dan makalah yang
merekam dan memberi informasi tentang objek yang akan diteliti.
1. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau sumber informasi yang terkait dengan
objek penelitian, sebagai langkah awal, dilakukan dengan mencari data-
data dibeberapa perpustakaan di daerah Jakarta seperti perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia,
Perpustakaan Nasional, dan lain-lain.
Setelah berbagai data sumber diperoleh dan dihimpun rapih,
selanjutnya peneliti melakukan klasifikasi data berdasarkan topik dan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian dan penulisan ini,
sebelumnnya penulis juga harus menguji terlebih dahulu kevalidan dan
28
keotentikkan data dan sumber informasi yang diperoleh dengan
melakukan kritik, serta memilih dan memilah data yang sesuai dengan
objek penelitian.
Akumulasi dari data-data tersebut kemudian dianalisa. Setelah
pengujian dan analisa dilakukan, maka selanjutnya penulis
mensintesiskan fakta-fakta yang ada. Setelah itu, baru dilakukan
penulisan sejarah (historiografi) secara kronoligis, yaitu penulisan sejarah
yang dipaparkan sesuai dengan periodisasi periodisasi peristiwa sejarah
yang sesuai dengan kaedah penulisan karya ilmiah. Adapun sumber
pedoman yang digunakan dalam penulisan hasil penelitian ini adalah
buku pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
dengan harapan bahwa penulisan ini tidak hanya baik dalam segi isi,
tetapi juga baik dalam metode penulisan.
2. Analisis Data
Analisis dalam penelitian kali ini adalah analisis terhadap buku-
buku yang berkaitan dengan tema penelitian kali ini tentang bagaimana
periodisasi kerajaan Islam di Jawa menggunakan analisis sejarah dan
analisis pemetaan. Analisis pada library research yaitu menguraikan
sumber-sumber sejarah untuk memperoleh fakta sejarah. Analisis
ditempuh untuk memperoleh penjelasan ataupun bukti tentang perluasan
wilayah berdasarkan kajian pustaka dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
a. Tahap mencari sumber, yaitu tahap menemukan dan menghimpun
sumber-sumber yang diperlukan mengenai sejarah kerajaan Islam di
Jawa. Khususnya pada periodisasi perluasan wilayah kerajaan Islam
di Jawa beserta media yang digunakannya. Penulis juga
mendasarkan diri pada penelitian kepustakaan yang mayoritas terdiri
atas karya-karya yang ditulis oleh para ilmuwan yang memberi
perhatian pada sejarah Kerajaan Islam di Jawa
b. Tahap kritik sejarah, yaitu tahap menganalisis, mengkritisi, dan
mensintesiskan berbagai sumber sejarah yang telah didapat.
29
c. Tahap interpretasi, yaitu tahap pemberian pandangan terhadap
sumber sejarah
d. Tahap penyajian, yaitu tahap penulisan (historiografi) sejarah.
Pemahaman yang diperoleh setelah melalui beberapa tahap ditransfer
dalam bentuk tulisan dengan metode deduktif.1
Setelah melakukan dianalisis kesejarahannya, kemudian
dilanjutkan dengan analisis pemetaannya. Analisis pemetaan yaitu
pemetaan dengan menganalisis perluasan wilayahnya sesuai dengan
posisi atau lokasi wilayah yang pernah menjadi daerah kekuasaan pada
masing-masing kerajaan Islam di Jawa pada setiap periodenya.
C. Fokus Penelitian
Pada penelitian kali berdasarkan studi pustaka (library research) ini di
fokuskan kepada sejarah perluasan wilayah kerajaan Islam di Jawa pada
setiap periodenya beserta media yang digunakan dalam perluasan wilayah
tersebut. Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap perluasan wilayah tersebut
di dalam peta tematik.
D. Prosedur Penelitian
Pada penelitian kali ini ada prosedur-prosedur yang dilaksanakan dari
mulai dari menentukan latar belakang penelitian sampai dengan penarikan
kesimpulan dari penelitian ini. Prosedur pada penelitian kali ini sebagai
berikut:
1. Menentukan dan membuat latar belakang hingga perumusan masalah
penelitian
2. Mencari penelitian yang relevan
3. Merancang metodologi penelitian
4. Mencari sumber/buku-buku relevan dengan penelitian
5. Kritik terhadap sumber sejarah
6. Pemeberian pandangan terhadap sumber sejarah penelitian
1 Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah, (Cet. I : Yogyakarta, Graha Ilmu, 2009), h. 147-151
30
7. Historiografi penelitian
8. Menarik kesimpulan atas penelitian yang dilakukan
Skema Penelitian
Data Atribut Data Spasial
Mencari buku-buku
yang relevan
Analisis dan kritik buku
(library research)
Data (library research)
digunakan sebagai data atribut
Pemetaan
Pemetaan Periodisasi
Hasil: Peta Tematik
31
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Periode Kerajaan Demak
Secara geografis Demak terletak di tepi selat diantara Pegunungan
Muria dan Jawa dengan lingkungan alamnya yang subur yang semula
kampung, babad lokal yang disebut Gelagahwangi.1 Letak wilayahnya sangat
menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Mengenai nama
Demak, menurut Prof. Dr. R. Ng. Poebatjaraka, Demak berasal dari bahasa
Jawa delemak atau damelak yang artinya adalah tanah lumpur.2 Tempat
tersebut konon dijadikan permukiman muslim oleh Raden Patah atas petunjuk
salah satu wali songo yaitu Sunan Ampel. Islam mulai berkembang seiring
dengan melemahnya posisi kerajaan Majapahit yang memberikan peluang
kepada penguasa-penguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat
kekuatan yang independen.3
1. Raja-raja Demak yang Pernah Berkuasa
a. Raden Patah
Raden Patah adalah putra raja Majapahit yang terakhir (dari
zaman sebelum Islam), yang dalam lagenda-lagenda bernama Prabu
Brawijaya. Ibu Raden Patah konon seorang putri Cina dari keraton raja
Majapahit. Waktu hamil putri itu dihadiahkan kepada seorang anak
emasnya yang menjadi gubernur di Palembang. Di kota itulah Raden
Patah dilahirkan.4 Raden Patah bergelar Senapati Jimbun Ningrat
1 Marwati Djoened Poesponegoro, dan Nugroho Notosusanto (eds.), Sejarah Nasional
Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2008), Cet.II, h. 50. 2 Chusnul Hayati, dkk., Peran Ratu Kalinyamat Di Jepara Pada Abad XVI, (Jakarta: CV. Putra
Prima, 200), hal. 4. 3 Ahmad Khalil, Islam Jawa, Sufisme dalam Etika dan Tradisi Jawa, (Malang: UIN-Malang
Press, 2008), h. 61 4 H.J De Graaf dan Th. Pigeaud, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik
Abad XV dan XVI, Terj. dari De Eerste Moeslimse Vorstendommen op Java, Studien over de
Staatkundige Geschiedenis van de 15 de en 16 Eeuvv, oleh Pusaka Utama Grafiti dan KITLV,
(Jakarta: PT Pusaka Utama Grafiti, 1989), Cet. III, h. 41.
32
Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama.5 Di
bawah pimpinan sunan Ampel, para ulama sebagai pemimpin spiritual
dan sosial bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama
Demak. Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad
15 sampai awal abad ke 16, atau tepatnya dari tahun 1481 sampai dengan
1507.6
b. Pati Unus
Pati Unus menjadi raja Demak selanjutnya. Ia adalah anak dari
Raden Patah. Pati Unus memerintah Demak ketika umurnya baru 17
tahun. Dia dikenal dengan julukan Pangeran Sebrang Lor (sebrang
artinya menyeberang, dan Lor artinya utara). Nama tersebut dikenal
dikarenakan dalam usahanya mengusir Portugis dengan mengirim
armada Demak ke Malaka pada tanggal 1 Januari 1513.7
c. Sultan Trenggana
Sultan Trenggana adalah anak dari Raden Patah yang berasal dari
istri pertama, putri dari Sunan Ampel. Pada awal menjadi sultan, terjadi
perebutan antara Pangeran Trenggana dengan Pangeran Sekar. Namun,
Pangeran Sekar akhirnya dibunuh oleh Pangeran Prawata dengan motif
nantinya dapat menjadi raja Demak kelak menggantikan ayahnya.8
Walaupun diawali dengan intrik politik, Sultan Trenggana akhirnya naik
tahta menjadi raja Demak yang ketiga setelah dilantik oleh Sunan
Gunung Jati, dan mendapatkan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.9
Kerajaan Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Sultan Trenggana dimulai ketika ia naik tahta tahu 1521
sampai pada kematiannya pada tahun 1546.10
Pada masanya Islam
meluas ke seluruh Jawa, namun nahas dalam usahanya untuk
5 Agus Sunyoto, Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, (Jakarta: Transpustaka,
2011), h. 208. 6 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RaJawali Press, 2008), h. 211
7 Hayati, op. cit., hal. 8.
8 Ibid., h. 13.
9 Khalil, op.cit., h. 62.
10 Hasanu Simon, Misteri Syekh Sti Jenar: Peran Wali Songo Dalam Mengislamkan Tanah
Jawa, (Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 2007) Cet. IV, h. 436.
33
memasukkan kota pelabuhan yang belum memeluk agama Islam masuk
ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Sultan Trenggana
terbunuh pada tahun 1546 pada saat ekspedisi ke Panarukan di ujung
timur Jawa tersebut.11
d. Sunan Prawoto
Penerus kepemimpinan Demak selanjutnya dilanjutkan oleh
Sunan Prawoto yang terkenal dengan seseorang yang ahli dalam bidang
agama. Dia juga merupakan anak dari Sultan Trenggana yang berperan
dalam pengangkatan ayahnya menjadi raja Demak yang ketiga. Pada
awalnya dia mempunyai ambisi melanjutkan usaha ayahnya dalam
menaklukan pulau Jawa. Namun ambisinya tidak dapat terlaksana. Masa
pemerintahan Sunan Prawoto tidak berlangsung lama, dari tahun 1546
sampai dengan 1549.12
2. Perluasan Wilayah Kerajaan Demak
Raden Patah adalah pemimpin pertama yang berkuasa di kerajaan
Demak. Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan
kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu (Gresik),
Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Disamping itu,
kerajaan Demak juga memiliki pelabuhanpelabuhan penting di pesisir
utara Jawa yang berkembang menjadi pelabuhan penghubung. Islam
kemudian berkembang menjadi agama resmi untuk kerajaan, dan mulai
menyebar ke beberapa wilayah di Jawa dan sekitarnya.13
Pemerintahan Demak dilanjutkan oleh anaknya yang bernama
Pati Unus alias Sebrang Lor. Ketika pada masa pemerintahan Pati Unus,
Kerajaan Demak melanjutkan ingin menguasai Malaka yang sudah
diduduki oleh Portugis, namun ia gagal. Tidak lama setelah menyerbuan
ke Malaka, ia meninggal dikarenakan sakit paru-paru.14
Pemerintahan
11
De Graaf, op.cit., h. 46 12
Hayati, dkk., op. cit., h. 12. 13
Soedjipto Abimanyu, Babad Tanah Jawi, (Jogjakarta: Laksana, 2014), Cet. I, h. 296. 14
Thomas Stamford Rafles, The History of Java, Terj. Eko Prasetya Ningrum, Nurhayati
Agustin, dan Idda Qoryati Mahbubah, (Yogyakarya: Penerbit Narasi, 2008), Cet. I, h. 489.
34
selanjutnya diteruskan oleh adiknya sendiri yaitu Sultan Trenggana.
Walaupun mendapatkan masalah ketika naik tahta, Sultan Trenggana lah
yang berhasil menghantarkan Kerajaan Demak kedalam masa jayanya.
Pada masa Sultan Trenggana, daerah kekuasaan Demak meliputi hampir
seluruh Jawa serta sebagian besar pulau-pulau lainnya.15
Aksi-aksi militer yang dilakukan oleh Sultan Trenggana berhasil
memperkuat dan memperluas kekuasaan Demak. Di tahun 1527, tentara
Demak menguasai Tuban, setahun kemudian menduduki Wirasari
(Purwodadi, Jawa Tengah), dan tahun 1529 menguasai Gagelang
(Madiun sekarang). Daerah taklukan selanjutnya adalah Medangkungan
(Blora) pada tahun 1530, Surabaya (1531), dan Pasuruan (1535). Pada
tahun 1541 dan 1542 Demak sudah berkuasa di Lamongan, Blitar, dan
Wirasaba, wilayah Gunung Penanggungan (1543), dan tahun 1544
Mamenang (Kediri).16
Sedangkan untuk wilayah Jawa Tengah bagian
pedalaman hingga ke selatan (Pajang, Pengging, dan Mataram) perluasan
tidak dilakukan dengan cara kekerasan.17
Perluasan di wilayah bagian barat pulau Jawa, kekuatan militer
Demak juga merajalela. Pada tahun 1527, Demak berhasil merebut Sunda
Kelapa dari Pajajaran (kerajaan Hindu di Jawa Barat) dengan panglima
perang andalan Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai
(Sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana. Serta
menghalau tentara tentara Portugis yang akan mendarat di sana.18
Dengan jatuhnya Pajajaran, Demak dapat mengendalikan Selat Sunda.
Melangkah lebih jauh, Lampung sebagai sumber lada di seberang selat
tersebut juga dikuasai dan diislamkan. Ekspansi wilayah kemudian
dilanjutkan ke daerah Jawa Barat dari rentang tahun 1522-1527. Dengan
15
Abimanyu, op.cit., h. 315. 16
H.J De Graaf dan Th. Pigeaud, op.cit., h. 65-66 17
Ibid., h. 69. 18
Hayati, op.cit., h. 11.
35
rentang tahun tersebut Banten dan Cirebon berhasil menjadi wilayah
kekuasaan Demak.19
Namun nahas, Sultan Trenggana terbunuh ketika melakukan
ekspedisi ke Panarukan, Jawa Timur.20
Meninggalnya Sultan Demak,
Tranggana, secara mendadak dalam ekspedisi melawan Pasuruan
(Panarukan) diujung timur Jawa pada tahun 1546, telah mengakibatkan
timbulnya kekacauan dan pertempuran antara para calon pengganti raja.21
Akhirnya Demak dipimpin oleh Sunan Prawoto sebagai raja keempat,
anak dari Sultan Trenggana. Namun pada masa ini Demak hanya sibuk
dalam urusan internal kerajaan. Terjadi perebutan kekuasaan yang
merupakan buntut dari masalah sebelumnya ketika awal kenaikan tahta
Sultan Trenggana.22
Jadi kerajaan Demak tidak sempat melakukan
perluasan wilayah, bahkan ada beberapa kerajaan yang membangkang
dan lepas dari kerajaan Demak. Pergolakan di internal pemerintahan
terus terjadi sampai terbunuhnya Sunan Prawoto oleh Aria Panangsang.23
3. Media Perluasan Islam
Berbagai cara dilakukan dalam perluasan wilayah dan pengaruh
ajaran Islam selain dengan cara kekerasan atau peperangan. Berikut cara
atau media lain selain peperangan yang digunakan kerajaan Demak
dalam memperluas wilayah dan pengaruh Islam:
a. Perkawinan
Hubungan kekerabatan juga berpengaruh pada masa kerajaan
Demak guna memperkuat diplomasi yang dilakukan kerajaan Demak.
Untuk kerajaan Cirebon, kerajaan Demak Demak mempunyai hubungan
kekerabatan yang diikat dengan perkawinan. Seperti Pangeran
Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ayu Kirana, putri
19
Ibid. 20
Abimanyu, op.cit., h. 320. 21
De Graaf., op. cit., h. 85. 22
Hayati, op.cit., h.12. 23
Ibid., h. 14.
36
Raden Patah, dan Ratu Ayu, putri Sunan Gunung Jati dengan Pangeran
Sebrang Lor, putra Raden Patah.24
b. Perdagangan
Kerajaan Demak mempunyai lokasi yang strategis dalam
menjadikan kerajaan yang berorientasi kemaritiman. Pada masa Demak
dibangun pelabuhan-pelabuhan seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan,
dan Gresik sebagai jalur penghubung dan tempat transit bagi para
pedagang guna menyaingi Malaka yang telah dikuasai oleh Portugis.25
c. Pendidikan
Pada masa Demak dimulai pendirian pesantren-pesantren,
tepatnya didiran oleh Sunan Ampel di Ampel Denda Surabaya, dan
Sunan Giri di Gresik. Pesantren sebagai tempat menimba ilmu agama dan
hasil dari didikan pesantren mempunyai kewajiban melanjutkan apa yang
diperjuangkan guru-gurunya.26
d. Seni dan budaya
Guna memperkuat ketauhidan umat Islam kala itu, Raden Patah
bersama Wali Sanga merancang dan mendirikan masjid Agung Demak
yang karismatik. Pada masjid Agung Demak diberi gambar serupa bulus
yang mencerminkan tanggal didirikannya Masjid tersebut pada 1401
saka. Pada atap masjidnya terdapat tiga bagian yang melambangkan
iman, islam, dan ihsan.27
Selain itu pada kesenian, wayang juga
berkembang sebagai media dakwah dengan berbagai perubahan
(akulturasi), sehingga apapun didalam kesenian wayang sudah
bernafaskan Islam.28
Gamelan digunakan sebagai penarik masyarakat
agar pergi ke masjid Agung Demak yang dibunyikan siang (Dzuhur) dan
malam (Isya sampai tengah malam).29
24
Adeng, dkk, Kota Dagang Cirebon Sebagai Bandar Jalur Sutra, (Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1996), h. 31. 25
Abimanyu, op.cit., h. 296. 26
Khalil, op.cit., h. 77. 27
Abimanyu, op.cit., h. 28
Sunyoto, op.cit., h. 216. 29
Ibid., h. 218.
37
e. Politik
Pada masa Sultan Trenggana pengaruh Demak juga sampai ke
Kesultanan Banjar di Banjarmasin, Kalimantan. Calon pengganti Raja
Banjar pernah meminta agar sultan Demak mengirimkan tentara, guna
menengahi masalah pergantian raja Banjar. Calon pewaris mahkota yang
didukung oleh rakyat Jawa pun masuk Islam, dan oleh seorang ulama
dari Arab, sang pewaris tahta diberi nama Islam. Selama masa kesultanan
Demak, setiap tahun raja Banjar mengirimkan upeti kepada Sultan
Demak.30
Berikut adalah hasil pemetaan perluasan wilayah ketika kerajaan
Demak yang tergambar dalam peta tematik dibawah ini:
Gambar 4.1
Peta Perluasan Wilayah Kerajaan Islam di Jawa Periode Kerajaan Demak
Gambar peta tematik di atas adalah hasil pemetaan perluasan wilayah
pada masa kerajaan Demak. Pada peta tematik ini dibagi dengan tiga tipe
simbol yaitu simbol titik, simbol garis dan simbol area. Untuk simbol titik
30
De Graaf., op. cit., h. 68.
38
terbagi menjadi dua kategori, yaitu simbol titik berwarna ungu menandakan
daerah-daerah penting atau pusat kerajaan kecil yang menjadi wilayah
kekuasaan dan taklukan pada periode kerajaan Demak. Sedangkan untuk
simbol titik segilima menandakan pusat pemerintahan kerajaan Demak.
Untuk simbol yang kedua yaitu simbol garis berupa anak panah merah
menandakan arah perluasan wilayah (ekspansi) yang dilakukan selama
pemerintahan Demak. Arah anak panah ini diurutkan sesuai dengan kronologi
penaklukannya. Sedangkan untuk simbol yang ketiga adalah simbol area
berwarna hijau menandakan cakupan wilayah yang pernah dikuasai oleh
kerajaan Demak membentang dari wilayah Jawa bagian barat, tengah, dan
timur. baik wilayah yang ditaklukan dengan cara peperangan ataupun tunduk
secara damai. Namun, terlihat di ujung Jawa bagian timur wilayah
Blambangan dan sekitarnya masih berwarna putih. Seperti dibahas
sebelumnya, daerah tersebut belum dikuasai oleh Demak dikarenakan Sultan
Trenggana tewas dalam ekspedisi Panarukan.
B. Periode Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama yang berada di Jawa
Barat. Cirebon yang semula masuk daerah kekuasaan Sunda Pajajaran. Ketika
itu Cirebon dipimpin oleh Pangeran Cakrabuana dan pada tahun 1479 M,
Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaannya kepada keponakannya
sendiri yaitu Sunan Gunung Jati. Sekitar tahun 1513, Cirebon sudah termasuk
dibawah kekuasaan kerajaan Demak.31
1. Raja-raja yang Pernah Memimpin Cirebon
a. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), nama lainnya dari
Sunan Gunug Jati yaitu Said Kamil (nama pemberian Nabi Muhammad)
dan Syekh Maulana Jati (nama sebagai guru agama).32
Sunan Gunung
Jati adalah salah satu dari kelompok ulama besar di Jawa bernama
31
Poesponegoro, op.cit., h. 59. 32
Adeng, dkk, op.cit., h. 24.
39
walisongo. Sunan Gunung Jati merupakan satu-satunya Walisongo yang
menyebarkan Islam di Jawa Barat. Beliau sebagai pendiri kerajaan Islam
di Ceribon. Sebelum berdirinya kerajaan Cirebon yang dipimpin oleh
Sunan Gunung Jati, wilayah Cirebon terbagi atau dua daerah. Untuk
derah pesisir disebut dengan Cirebon Larang, sedangkan untuk daerah
pedalaman disebut dengan nama Cirebon Girang.33
Menurut naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Ayah dari
Sunan Gunung Jati adalah Sultan Mahmud alias Syarif Abdullah dari
Bani Hasyim keturunan Bani Ismail.34
Ibunya adalah Larasantang
seorang putri Sunda Pajajaran yang bergelar Sarifah Mudaim. Gelar
tersebut didapat setelah Ibu Sunan Gunung Jati mengandungnya pada
usia kandungan sembilan bulan. Ibu dari Sunan Gunung Jati merupakan
adik dari Pangeran Walangsungsang yang bergelar Cakrabuwana/
Cakrabumi. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah lahir sekitar
tahun 1450 M.35
Pangeran Cakrabuana yang pada saat itu sebagai penguasa
Cirebon menyerahkan kekuasaannya kepada Sunan Gunung Jati.36
Pengangkatan Sunan Gunung Jati didukung oleh para Wali Allah di
pulau Jawa yang dipimpin oleh Sunan Ampel.37
Sunan Gunung Jati
memiliki umur yang panjang sekitar 120 tahun. Beliau wafat pada tahun
1568.38
b. Fatahillah
Fatahillah dilahirkan di Pasai dari keturunan rakyat biasa. Selama
2 tahun memperdalam ilmu agama di Mekkah dan kembali ke pasai
tahun 1521, kota tersebut sudah dikuasai oleh Portugis.39
Fatahillah
33
M. Sanggupri Bochori, dkk., Sejarah Kerajaan Tradisional Cirebon, (Jakarta: Proyek
Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan
Nasional, 2001), h. 6. 34
Sunyoto, op. cit., hal. 155. 35
Adeng, op. cit., h. 24. 36
Ibid., h. 25. 37
Ibid. 38
Poesponegoro, op.cit., h. 60. 39
Adeng, dkk., op.cit., h. 22.
40
menjadi panglima perang pada masa Demak dan menguasai Sunda
Kelapa yang diubah namanya menjadi Jayakarta dan menjadi bupati
disana. Ketika Sunan Gunung Jati wafat, ia mengantikan kedudukan
Sunan Gunung Jati di Cirebon. Namun baru dua tahun memimpin ia
meninggal pada 1570 M.40
c. Panembahan Ratu I
Pada tahun 1570 Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Cirebon
telah diganti oleh seorang cicitnya, yang hanya terkenal dengan gelar
Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu.41
Pada masa peralihan, Cirebon
dipimpin oleh Fatahillah selama dua tahun. Panembahan Ratu I
dianugrahi umur yang panjang, semenjak menjadi Raja Cirebon pada
1570 ia baru meninggal pada tahun 1650.42
Berarti ia menjabat menjadi
raja Cirebon sekitar 80 tahun. Sebagai pengganti yang meneruskan
kerajaan Cirebon adalah Pangeran Girilaya. Ia merupakan cucu dari
Panembahan Ratu I.
d. Panembahan Girilaya
Setelah Panembahan Ratu I meninggal, Kesultanan Cirebon
dilanjutkan oleh cucunya yang bernama Pangeran Rasmi atau Pangeran
Karim (lahir tahun 1601, anak dari Pangeran Seda ing Gayam, yang telah
meninggal lebih dahulu). Pangeran Rasmi kemudian menggunakan nama
gelar ayahnya yaitu Panembahan Ratu II.43
Panembahan Ratu II
mempunyai hubungan erat dengan Mataram, karena ia adalah menantu
dari Mangkurat I, namun hubungan merenggang ketika Mataram
mencurigai Cirebon yang sedang merintis kekuatan dengan Banten untuk
mengadakan pemberontakan. Akhirnya diatur siasat berupa undangan
kekeluargaan oleh Mangkurat I, yang berujung kepada penahanan
40
Ibid., h. 22. 41
De Graaf, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa, op. cit., h. 144. 42
Ibid., h. 145 43
West Java Kingdom, loc. cit.,
41
Panembahan Ratu II. Ia ditahan sampai meninggalnya dan dimakamkan
di Imogiri 1667.44
2. Perluasan Wilayah Kerajaan Cirebon
Sekitar abad ke-15 hingga abad ke-16, sebuah kerajaan di Jawa
bagian barat telah berdiri. Kerajaan tersebut adalah kerajaan Cirebon.
Kerajaan Cirebon terletak di pantai utara pulau Jawa. Lokasinya di
perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah menjadi jembatan
antara kebudayaan Jawa dengan kebudayaan Sunda. Pada saat kerajaan
Mataram berkuasa di Jawa, kerajaan Cirebon dijadikan sebagai
pangkalan penting untuk angkatan bersenjata dan sebagai kerajaan
kegamaan saja. Selain itu Cirebon dianggap sebagai vassal (daerah
taklukan) dari kerajaan Mataram.45
Kerajaan Cirebon mulai melakukan perluasan wilayah kerajaannya
ketika dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Perluasan di Luragung
(Kuningan) berjalan secara damai dengan i