Click here to load reader
Upload
rusida-liyani
View
14
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
A
Citation preview
PERITONIUM
PERITONIUM
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI PERITONIUM
Peritonium adalah merupakan membran tipis, halus dan lembab yang terdapat pada rongga abdomen dan menutupi organ-organ abdomen. Peritoneum parietal adalah bagian yang menutupi dinding abdomen; Peritonium viseral adalah bagian yang menutupi organ-organ.
Secara mendasar peritoneum merupakan kantung tempat organ-organ mempunyai dasar, memberikan organ-organ tersebut pembuluh darah, pembuluh limfe dean persarafan.
Gambaran yang penting adalah:
Peritoneum parietalis berlanjut dengan peritoneum viseralis
Mesenterika adalah lipatan ganda peritoneum yang melekatkan yeyenum dan ileum pada dinding abdomen posterior.
Omentum mayor adalah lipatan empat peritoneum menggantung ke bawah dari kurvatura mayor lambung dan menutupi organ-organ abdomen dengan arah anterior. Seperti apron; kolon transversum tertutup di dalam kedua lapisan posterior.
Omentum minor merupakan lipatan dua peritoneum menghubungkan kurvatura kecil lambung ke liver.
Sakus minor adalah bagian dari rongga peritoneal yang terletak di sebelah belakang lambung.
Kavitas peritoneum merupakan rongga potensialyaitu sesuatu yang terdesak mendatar oleh organ-organ abdomen sehingga peritoneum parietalis dan viseralis dapat teraba. Kavitas tersebut dapat terisi oleh cairan atau udara pada keadaan tertentu.
Pada wanita masing-masing uterus (tuba fallopii) mempunyai osteum kecil ujung yang bebas ke dalam kavitas peritoneal yang merupakan jalan masuk dari ovum. Pada laki-laki rongga peritoneal tertutup dengan sempurna.
Pada velvik, peritoneum lebih tebal dan merefleksikan organ-organ velvik. Recto uterine Pounch (Pounch of Douglas) tersebut oleh refleksi peritoneum dari uterus pada rectum.
Lebih banyak lemak disimpan di sebelah luar peritoneum, terutama di sekitar ginjal sebagai lemak perinefrik, dan di antara lapisan-lapisan, terutama pada omentum.
Struktur yang terletak keseluruhan atau sebagian besar belakang peritoneum adalah :
Aorta
Sisterna silia
Duodenum
Ginjal
Vena cava inferior
Pankreas
Kelenjar adrenal
Ureter
Fungsi peritoneum adalah
Tempat perlekatan organ-organ ke dinding abdomen posterior dan satu sama lainnya.
Mempermudah organ-organ untuk saling bergerak di atas yang lainnya.
Memungkinkan pembuluh-pembuluh dan persarafan untuk mencapai organ- organ tanpa harus dililit oleh lemak dan mengalami penekanan.
Menutupi area yang terinfeksi dengan omentum mayor.
B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Peritonitis adalah proses inflamasi atau proses peradangan peritoneum termasuk sebagian atau seluruh organ di dalam rongga peritoneum.
2. Klasifikasi Peritonitis
Peritonitis menurut etiologinya adalah:
a. Peritonitis Primer
b. Peritonitis Sekunder
c. Peritonitis karena adanya benda asing di rongga peritoneum
3. Etiologi
a. Peritonitis primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi di rongga peritoneum. Kuman masuk ke rongga peritoneum melalui aliran darah atau pada pasien wanita melalui saluran alat genital.
b. Peritonitis sekunder
Biasanya terdapat campuran jenis kuman yang menyebabkan peritonitis, sering kuman aerobic dan anaerobic. Peritonitis terjadi bila ada sumber infeksi peritoneal seperti:
Appendiksitis yang meradang dan perforasi
Tukak peptic ( lambung / duodenum )
Tukak typhoid
Tukak disentri amoeba / colitis
Tukak pada tumor
Juga berdasarkan alat tubuh yang meradang, yaitu:
Cholecystitis ( radang kandung empedu )
Divertikulitis
Infark usus
Salpingitis akut
Peritonitis dapat terjadi bila ada trauma yang dapat menyebabkan rupture pada saluran cerna atau perforasi.
c. Peritonitis karena adanya benda asing di rongga peritoneum
Peritonitis karena pemasangan benda asing ke dalam rongga peritoneum. Yang menimbulkan peritonitis adalah
1. Kateter ventrikulo-peritoneal yang dipasang pada pengobatan hidrosefalus.
2. Kateter peritoneo-jugular untuk mengurangi asites continuous ambulatory peritoneal dialysis.
C. PATOFISIOLOGI
Organ organ di dalam rongga peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami odem, udem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ organ tersebut meninggi. Juga terdapat sekuestrasi cairan ke dalam rongga peritoneal dan usus.
Pengumpulan cairan di dalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta udem seluruh organ intra peritoneal dan udem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan yang tidak adekuat, muntah serta diare, usus-usus mengalami paralysis sehingga terdapat tanda-tanda obstruksi usus paralitik. Abdomen membuncit tanpa terdengar adanya bunyi usus. Khusus pada neonatus lebih sering terdapat hipotermi.
Sementara proses-proses tersebut berlangsung, berlangsung pula invasi kuman ke seluruh jaringan intra peritoneal dan ke aliran darah, sepsis, DIC, syok dan akhirnya dapat meninggal.
D. TANDA DAN GEJALA
Lemas dan pasien terlihat sangat sakit.
Otot abdomen tegang.
Nyeri tekan pada abdomen.
Dehidrasi (muntah, diare).
Hipovolemia dan renjatan.
Hipotermi (neonatus) dan hipertermi (dewasa).
TD menurun (90/70 mmHg), nadi cepat dan kecil (120 x / m).
Nafas dangkal.
Berkeringat dingin.
Bising usus dan pekak hati menghilang.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan photo polos abdomen, dapat terlihat gambaran udara kabur dan tersebar rata. Penebalan dinding usus-usus. Perselubungan menyeluruh ataupun di bagian-bagian tertentu. Gambaran garis permukaan cairan dalam usus (air-fluid levels) atau dalam rongga peritoneal (intraperitoneal fluid levels). Jika terdapat perforasi akan terlihat udara bebas dibawah diafragma. Gambaran photo polos seperti tersebut di atas menggambarkan proses pengumpulan cairan intra abdomen.
2. Pemeriksaan laboratorium
Hemokonsentrasi karena adanya dehidrasi, terdapat lekositosis, cairan peritoneal bercampur darah jika terdapat perforasi; cairan keruh mengidentifikasikan infeksi dan kultur menunjukkan oraginisme penyebab.
Parasintesis dan dibuat pembiakan kuman-kuman dari cairan peritoneal.
Untuk pemberian antibiotic dengan spektrum luas dilakukan pembiakan kuman-kuman dari sedian darah.
F. THERAPI
Perawatan pra bedah
Tindakan suportif dengan segera untuk hipovoleminya yaitu infuse darah plasma dan albumin, larutan ringer, dextrose 5 %, NaCl fisiologis.
Antibiotik dengan spectrum luas sensitif, terdapat gram positif dan negative untuk kuman anaerobic dan aerobic. Contoh aminoglikosid, klindamisin dan metronidasol diberikan intravena sebelum pembedahan. Kortikosteroid dianjurkan oleh para ahli untuk mengatasi ranjatan dan perlu diberikan dengan dosis tinggi, misal Metilprednison 30 mg/kg BB/hari.
Pembedahan ditujukan untuk menghentikan sumber infeksi serta membersihkan rongga peritoneal dari cairan infeksius dengan pencucian menggunakan cairan NaCl steril, harus benar-benar sampai bersih. Ada yang menganjurkan pemberian antibiotic intraperitoneal setelah rongga peritoneum bersih, misal: 100 cc 200 cc Kanamisin 0,5 % dengan hasil yang baik.
Pasien dengan peritonitis umum biasanya terjadi ileus paralitik, maka perlu dipasang pipa nasogastrik untuk dekompresi.
Perawatan pasca bedah
Drain intraperitoneal tidak perlu dipasang bila telah diyakini rongga peritoneal telah bersih
Keseimbangan cairan perlu diperhatikan
Pengaturan suhu tubuh
Antibiotik diteruskan sesuai pesanan
Dekompresi lambung dan usus dipertahankan
G. PROGNOSIS
Mortalitas tetap tinggi, 10 % - 40 %, prognosis lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari 48 jam. Lebih cepat diambil tindakan, lebih baik prognosisnya.
ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN
PERITONITIS
A. Pengkajian Umum
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut sampai nyeri pada bahu dan tersedak, perut terasa tegang, mual dan muntah sampai diare, lemas dan sangat sakit dan peningkatan suhu.
3. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien mengalami keluhan, tindakan apa saja yang dilakukan untuk mengurangi atau mengobati gejala yang ada. Bagaimana kualitas dan kuantitas nyeri serta penyebarannya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan penyakit-penyakit yang pernah di alami, baik yang berhubungan dengan pencernaan atas maupun pencernaan bawah, ataupun yang tidak berhubungan dengan penyakit saluran cerna, misal radang saluran pernafasan bagian atas. Apakah pernah ada trauma pada perut.
5. Riwayat sosial
Bagaimana kehidupan sosial klien dengan lingkungannya.
6. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Takipnea
Pucat
Melindungi dengan lutut di tarik ke atas
Kekakuan perut seperti papan
Distensi abdomen
Palpasi
Nyeri tekan pada abdomen
Nyeri lepas
Kekakuan otot
Perkusi
Jika cairan bebas terdapat dalam rongga peritoneal, terdapat kepekakan yang dapat digerakkan
Pada perforasi gastric atau ulkus doudenalis, terdapat penurunan atau tidak adanya kepekakan hati.
Auskultasi
Pada awal: bising usus hiperaktif
Pada lanjut: bising usus tidak ada
Cardio vaskular: Takikardi
B. Dasar Data Pengkajian Pasien
1. Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan
Tanda: kesulitan ambulasi
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok)
Edema jaringan
3. Eliminasi
Gejala: Ketidakmampuan defekasi dan flatus
Diare (kadang-kadang)
Tanda: Cegukan; distensi abdomen; abdomen diam. Penurunan haluaran urine, warna gelap. Penurunan atau tidak ada bising usus (ileus), bunyi keras hilang timbul, bising usus kasar (obstruksi), kekakuan abdomen, nyeri tekan. Hiperesonan / timpani (ileus); hilang suara pekak di atas hati (udara bebas dalam abdomen).
4. Makanan / Cairan
Gejala : Anorexia, mual /muntah ;haus
Tanda : muntah proyektil.
membran mukosa kering, lidah bengkok, turgor kulit buruk.
5. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen tiba-tiba berat, umum atau lokal, menyebar kebahu, terus menerus oleh gerakan
Tanda distensi, kaku, nyeri tekan otot tegang (abdea); lutut fleksi, perilaku distraksi; gelisah; focus pada diri sendiri.
6. Pernafasan
Tanda : pernafasan dangkal, takipnea
7. keamanan
Gejala : riwayat inflamasi organ pelvik ( salpingitis) ; infeksi pasca melahirkan, abses retroperitoneal.
8. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat adanya trauma penetrasi abdomen, contoh luka tembak / tusuk atau trauma tumpul pada abdomen; perforasi kandung kemih /ruptur; penyakit saluran gastrointestinal contoh appendiksitis dengan perforasi, gangren /rupture kandung empedu, perforasi karsinoma gaster, perforasi gaster/ ulkus duodenal, obstruksi gangrenosa usus, perforasi divertikulum, ileitis regional, hernia strangulasi.
Pertimbangan Rencana
Pemulangan: bantuan dalam tugas / pemeliharaan rumah.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iritasi kimia peritoneum perifer (toksin), trauma jaringan, akumulasi cairan dalam rongga-rongga abdomen / peritoneal (distensi abdomen) ditandai dengan pernyataan nyeri, otot tegang, nyeri lepas, penampilan wajah menahan nyeri, focus pada diri sendiri. Perilaku distraksi serta respons otomatis / emosi (cemas).
Tujuan: nyeri hilang / berkurang dan terkontrol
Intervensi:
Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lama, intensitas (skala 0 10) dan karakteristiknya (dangkal, tajam, konstan)
Pertahankan posisi semi fowler sesuai indikasi
Berikan tindakan kenyamanan, contoh pijatan punggung, nafas dalam, latihan relaksasi / visualisasi
Berikan perawatan mulut dengan sering. Hilangkan rangsangan lingkungan yang tidak menyenangkan.
Kolaborasi: berikan obat sesuai indikasi dan pesanan
Analgesik, narkotik, Anti emetik, contoh Hidrokzin (vistaril)
Anti piretik, contoh asetaminofen (Tylenol)
Evaluasi: adanya laporan nyeri hilang / terkontrol menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi, metode lain untuk meningkatkan kenyamanan.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan usus dan atau area peritoneal, muntah, aspirasi nasogastrik / usus, demam ditandai dengan membrane mukosa kering, turgor kulit buruk, pengisian kapiler lambat, nadi perifer lemah, menurunnya haluaran urine, urine gelap / pekat, hipotensi, takikardi.
Tujuan : perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital stabil, membrane mukosa lembab, turgot kulit baik, dan pengisian kapiler meningkat, dan berat badan dalam rentang normal.
Intervensi:
Pantau tanda vital, catat adanya hipotensi (termasuk perubahan postural), takikardi, takipnea, demam, ukur CVP bila ada.
Pertahankan masukan dan haluaran yang akurat, timbang berat badan harian, pengukuran / perkiraan kehilangan cairan misal dari penghisapan gaster, drain, balutan, hemovac, keringat, lingkar abdomen.
Ukur berat jenis urine.
Observasi kulit / membrane mukosa untuk kekeringan, turgor, catat edema perifer / sacral.
Hilangkan tanda bahaya / bau dari lingkungan. Batasi pemasukan es batu.
Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering, dan pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan.
Kolaborasi: awasi pemeriksaan laboratorium, contoh Hb / Ht, elektrolit, protein, albumin, kreatinin, BUN.
Berikan plasma /darah, cairan, elektrolit, diuretic sesuai indikasi
Pertahankan puasa dengan aspirasi nasogastrik/ intestinal.
Evaluasi: menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital stabil, membrane mokusa lembab turgor kulit baik, dan pengisian kapiler meningkat dan berat badan dalam rentang normal.
3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual / muntah, disfungsi usus, abnormalitas metabolik, peningkatan kebutuhan metabolik, (tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual).
Tujuan: berat badan dapat normal, atau dipertahankan dan keseimbangan nitrogen positif.
Intervensi:
Awasi haluaran selang NG, catat adanya muntah / diare.
Auskultasi bising usus, catat bunyi tak ada / hiperaktif.
Ukur lingkar abdomen.
Timbang berat badan dengan teratur.
Kaji abdomen dengan sering untuk kembali ke bunyi yang lembut, penampilan bising usus normal, dan kelancaran flatus
Kolaborasi : awasi BUN, protein, albumin, glukosa, keseimbangan nitrogen sesuai indikasi
Tambahkan diet sesuai toleransi, contoh cairan jernih sampai lembut
Berikan hiperalimentasi sesuai indikasi
Evaluasi: pertahanan berat badan dan keseimbangan nitrogen dapat ditunjukkan
4. Infeksi, resiko tinggi terhadap (septikimia) berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan primer (kulit rusak, trauma jaringan, gangguan peristaltic), tidak adekuat pertahanan sekunder (penekanan imunologi), prosedur invasive. (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejala -gejala yang ada membuat diagnosa aktual)
Tujuan: meningkatkan penyembuhan pada waktunya; bebas drainase purulen, atau eritema; tidak demam
Intervensi:
Catat faktor resiko individu contoh trauma abdomen, appendiksitis akut, dialisa peritoneal
Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan tekanan nadi, takikardi, demam, takipnea.
Catat perubahan status mental (contoh bingung, pingsan).
Catat warna kulit, suhu, kelembaban.
Awasi haluaran urine
Pertahankan teknik aseptic ketat pada perawatan drain abdomen, luka insisi / terbuka, dan sisi invasif. Bersihkan dengan betadine atau larutan lain yang tepat.
Observasi drainase pada luka/ drain
Pertahankan teknik steril bila pasien dipasang kateter dan berikan perawatan kateter/ kebersihan parineal rutin
Awasi/ batasi pengunjung dan staf sesuai kebutuhan. Berikan perlindungan isolasi bila diindikasikan
Kolaborasi : ambil contoh/ awasi hasil pemeriksaan seri darah, urine, kultur luka
Bantu dalam aspirasi peritoneal, bila diindikasikan
Berikan antimicrobial, contoh Gentamicin (Garamycin); Amikasin (Amikin); Klindamisin (Cleocin); Lavase peritoneal / IV
Siapkan untuk intervensi bedah bila diindikasikan
Evaluasi: meningkatnya penyembuhan pada waktunya; bebas drainase purulen atau eritema; tidak demam
Menyatakan pemahaman penyebab individu / faktor resiko
5. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian / perubahan status kesehatan, faktor fisiologis, status hipermetabolik ditandai dengan peningkatan rasa tegang / tak ada harapan. Ketakutan, kuatir dan ragu-ragu , perasaan mau pingsan
Tujuan : adanya kesadaran terhadap perasaan dan cara yang sehat untuk menghadapi masalah
Ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani, ekspresi wajah rileks.
Intervensi :
Evaluasi tingkat ansietas, catat respon verbal dan nonverbal pasien. Dorong ekspresi bebas akan emosi.
Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
Jadwalkan istirahat adekuat dan periode penghentian tidur
Evaluasi : menyatakan kesadaran terhadap perasaan dan cara yang sehat untuk menghadapi masalah
Melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat ditangani, wajah tampak rileks.
6. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar ), tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi ditandai dengan pernyataan meminta informasi, pernyataan salah konsep, tidak akurat mengikuti instruksi
Tujuan: menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan, mengidentifikasi hubungan tanda/ gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab, melakukan dengan benar, prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi:
Kaji ulang proses penyakit dasar dan harapan untuk sembuh
Diskusikan program pengobatan, jadwal dan kemungkinan efek samping
Anjurkan melakukan aktivitas biasanya secara bertahap sesuai dengan toleransi, dan sediakan waktu untuk istirahat adekuat
Kaji ulang pembatasan aktivitas contoh hindari mengangkat berat, konstipasi
Lakukan penggantian balutan secara aseptic, perawatan luka
Identifikasi tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik contoh berulangnya nyeri / distensi abdomen atau adanya drainase purulen, bengkak / eritema pada insisi bedah (bila ada)
Evaluasi: menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan
Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala dengan faktor penyebab
Melakukan dengan benar, prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E. et al. Rencana Asuhan Keperawatan: Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed III. EGC, Jakarta. 1999
Himawan, Sutisna. Patologi. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 1973
MD, Jhon Gribson. Anatomi Fisiologi Modern Untuk Perawat. Ed II. EGC, Jakarta 1995
Soeparaman, et al. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. 1990
Taibot, A Laura Mary Meyerr Marhuardt. Pengkajian Keperawatan Kritis. EGC, Jakarta 1997
MT Drajat, AK.Achijat. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Khusus. Aksara Medisina.Salemba, Jakarta. 1987
PAGE