4
Kata pengantar : Peritonitis adalah suatu kedaruratan bedah yang mengancam kehidupan yang mana membutuhkan perhatian yang cepat dan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor2 yang berbeda yang mmempengaruhi hasilakhir dari pasien. Bahan dan metode : Sebuah penelitian retrospektif dari pada catatan rumah sakit yang dilakuakan pada 60 pasien yang menjalani laparotomi sebagai pengobatan peritonitis pada bukan januari dan februari 2012 di RS pemerintah dan perguruan tinggi kedokteran B.J. Hasil : Dari 60, 16 pasien meninggal ( 26.7 %). Etiologi yang paling umum adalah peptic perforasi (50%), yang paliang mematikan juga peptic perforasi (8/16, 50%). Faktor2 penyebab untuk hasil akhir yang buruk adalah usia pasien yang terlalu tua, terlambat dalam penyerahan ke RS, takikardi dan hipotensi yang ekstrim dalam jumlah total (septikemia) dan perubahan fungsi ginjal. Kesimpulan : Angka kematian (26.7%) dari pada peritonitis cukup tinggi. Penanganan yang terlambat ke RS penyebab yang sangat penting pada hasil akhir yang buruk pada pasien, mengakibatkan pasien2 memburuk. Takikardi, hipotensi, gagal ginjal, dan septikemia adalah faktor2 yang memprediksi kematian (masing2 1%). Jadi, bila pasien yang memilikikeluhan seperti yang disebutkan sebelumnya terdeteksi lebih dini, dan penanganan yang tepat dapat dilakukan, maka dapat mengurangi angka kematian. Kata kunci : Peritonitis, Perforasi Lambung, Takikardi, Hipotensi PENDAHULUAN Peritonitis adalah inflamasi pada peritoneum yang pada sebagian besar terjadi akibat infeksi lokal maupun infeksi yang mengalami perluasan. Peritonitis dapat terjadi primer maupun sekunder. Peritonitis primer jarang sekali membutuhkan penanganan pembedahan, sedangkan peritonitis sekunder dapat disebabkan dari perforasi usus yang berakibat pada kontaminasi dari kavum peritoneum beserta isinya dan kolonisasi bakteri tergantung dari lokasi perforasi. Hal ini berakibat pada hilangnya cairan tubuh secara cepat ke 3rd space dan sepsis. Tubuh merespon dengan memunculkan radang, yang tampak sbg leukositosis shift to the left, pelepasan sitokin dan mediator2 lainnya. Semua faktor2 diatas bila luput dari perhatian, dapat membuat pasien jatuh dalam kondisi syok septik. Keadaan ini merupakan kedaruratan pembedahan di India. Meskipun terapi pembedahan modern, terapi antimikroba, dan perawatan intensif, penanganan peritonitis menjadi sangat kasus yang sangat menantang, yang membutuhkan pengetahuan yang cukup, pengalaman, perawatan berkelanjutan, dan pengawasan ketat. Penyebab perforasi di india berbeda dibandingkan penanganan di negara barat, dimana secara umum peritonitis sering terjadi akibat perforasi lower

Peritonitis Dr Bao

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas peritonitis dr bao

Citation preview

Kata pengantar : Peritonitis adalah suatu kedaruratan bedah yang mengancam kehidupan yang mana membutuhkan perhatian yang cepat dan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor2 yang berbeda yang mmempengaruhi hasilakhir dari pasien.Bahan dan metode : Sebuah penelitian retrospektif dari pada catatan rumah sakit yang dilakuakan pada 60 pasien yang menjalani laparotomi sebagai pengobatan peritonitis pada bukan januari dan februari 2012 di RS pemerintah dan perguruan tinggi kedokteran B.J.Hasil : Dari 60, 16 pasien meninggal ( 26.7 %). Etiologi yang paling umum adalah peptic perforasi (50%), yang paliang mematikan juga peptic perforasi (8/16, 50%). Faktor2 penyebab untuk hasil akhir yang buruk adalah usia pasien yang terlalu tua, terlambat dalam penyerahan ke RS, takikardi dan hipotensi yang ekstrim dalam jumlah total (septikemia) dan perubahan fungsi ginjal.Kesimpulan : Angka kematian (26.7%) dari pada peritonitis cukup tinggi. Penanganan yang terlambat ke RS penyebab yang sangat penting pada hasil akhir yang buruk pada pasien, mengakibatkan pasien2 memburuk. Takikardi, hipotensi, gagal ginjal, dan septikemia adalah faktor2 yang memprediksi kematian (masing2 1%). Jadi, bila pasien yang memilikikeluhan seperti yang disebutkan sebelumnya terdeteksi lebih dini, dan penanganan yang tepat dapat dilakukan, maka dapat mengurangi angka kematian.Kata kunci : Peritonitis, Perforasi Lambung, Takikardi, Hipotensi

PENDAHULUANPeritonitis adalah inflamasi pada peritoneum yang pada sebagian besar terjadi akibat infeksi lokal maupun infeksi yang mengalami perluasan. Peritonitis dapat terjadi primer maupun sekunder. Peritonitis primer jarang sekali membutuhkan penanganan pembedahan, sedangkan peritonitis sekunder dapat disebabkan dari perforasi usus yang berakibat pada kontaminasi dari kavum peritoneum beserta isinya dan kolonisasi bakteri tergantung dari lokasi perforasi. Hal ini berakibat pada hilangnya cairan tubuh secara cepat ke 3rd space dan sepsis. Tubuh merespon dengan memunculkan radang, yang tampak sbg leukositosis shift to the left, pelepasan sitokin dan mediator2 lainnya. Semua faktor2 diatas bila luput dari perhatian, dapat membuat pasien jatuh dalam kondisi syok septik. Keadaan ini merupakan kedaruratan pembedahan di India. Meskipun terapi pembedahan modern, terapi antimikroba, dan perawatan intensif, penanganan peritonitis menjadi sangat kasus yang sangat menantang, yang membutuhkan pengetahuan yang cukup, pengalaman, perawatan berkelanjutan, dan pengawasan ketat. Penyebab perforasi di india berbeda dibandingkan penanganan di negara barat, dimana secara umum peritonitis sering terjadi akibat perforasi lower GI, seperti divertikulitis,, sebaliknya di negara barat lebih sering disebabkan dari upper GI, seperti perforasi lambung.Tingginya angka kecacatan dan kematian diakibatkan dari keterlambatan datang ke RS, yang sebenarnya dapat diatasi dengan peningkatan kewaspadaan dan kemampuan yang baik untuk mengenali dan menangani peritonitis. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeteksi etiologi, pemeriksaan klinis dan temuan laboratori dan menentukan korelasinya dengan peritonitis tsb.

METODEStudy setting : penelitian ini diadakan di RSU B.J Medical College, Ahmedabad setelah mendapat persetujuan dari Institusi Komite Etik. Yang laine iki mboh dilss,, lelahh mikirnyaa pucing pala balbieee,,,kayakee ga pntg jugaaa....hahahahaaaPengumpulan data : yang diambil adalah pasien yang berobat ke RSU, Ahmedabad, yang menjalani operasi sebagai penanganan peritonitis selama bulan Januari-Feb 2012, setelah inform consent dilakukan. Peritonitis didefinisikan sebagai guarding? (entahlah dilss) (lokal maupun generalized), kaku, maupun rebound tenderness. Peneliti melacak pasien secara retrospektif dengan cara melihat data dari logbook operasi di ruang operasi dan rekam medis pasien yang didapat dari ruang rekam medis. Variable sperti jenis kelamin, usia, durasi gejala,tanggal MRS, KRS atau meninggal, prosedur pembedahan dan diagnosis operasi, vital signs (nadi, td sistole, rr, presence of guarding? ), data dan hasil saat dilakukan DL pertama kali dan ultrasound abdomen (bila dilakukan) juga dipertimbangkan.Analisis data : peneliti menghitung statistik deskriptif untuk variable kami, seperti dx operasi, keseluruhan dan angka kematian dengan diagnosis spesifik, usia, waktu onset muncul gejala (hari), hasil operasi, vital sign;termasuk td sistole (120), RR (