22
http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/06/peritonitis-pedih-dan- sulit-diobati.html skip to main | skip to sidebar Selamat Datang di NurSing RiZa MOGA AJA BLOG INI ADA MAMFAATNYA BUAT REKAN - REKAN SEJAWAT DAN BAGI YANG LAINNYA.NGAK ADA YANG SEMPURNA JADI JANGAN MARAH KALO ADA YANG NGAK BERKENAN....... Saturday, June 23, 2007 Peritonitis, pedih dan sulit diobati RACIKAN UTAMA - Edisi Maret 2007 (Vol.6 No.8), oleh andra ---------------------------------------------------------------------- ---------- Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik Apa rasanya saat mendapat bisul di ketiak, bokong, dada, atau di dahi? Nyeri, panas, perih, dan malu bercampur aduk rasanya. Makan tak enak, tidur tak nyaman, aktivitas pun tak pelak terganggu. Bayangkan bisul tersebut muncul secara bergerombol di ‘kulit dalam’ perut, yakni peritoneum. Tidak terlalu terlihat dari luar, tapi sungguh sakitnya luar biasa melebihi sekedar bisul kulit biasa, terus-menerus tergesek, nyeri, pedih, dan serba salah, kepala terasa mau pecah. “Itulah peritonitis, penyebab utama akut abdomen yang memerlukan tindakan bedah akibat proses dari abdomen maupun luar abdomen,” tutur Ari Fahrial Syam dari Subbagian Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta. Proses dari luar abdomen misalnya karena suatu trauma, sedangkan proses dari dalam misalnya karena perforasi

Peritonitis Ira

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ojopjop

Citation preview

Page 1: Peritonitis Ira

http://nursingbrainriza.blogspot.com/2007/06/peritonitis-pedih-dan-sulit-diobati.html

skip to main | skip to sidebar

Selamat Datang di NurSing RiZa

MOGA AJA BLOG INI ADA MAMFAATNYA BUAT REKAN - REKAN SEJAWAT DAN BAGI YANG LAINNYA.NGAK ADA YANG SEMPURNA JADI JANGAN MARAH KALO ADA YANG NGAK BERKENAN.......

Saturday, June 23, 2007

Peritonitis, pedih dan sulit diobati RACIKAN UTAMA - Edisi Maret 2007 (Vol.6 No.8), oleh andra

--------------------------------------------------------------------------------

Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik

Apa rasanya saat mendapat bisul di ketiak, bokong, dada, atau di dahi? Nyeri, panas, perih, dan malu bercampur aduk rasanya. Makan tak enak, tidur tak nyaman, aktivitas pun tak pelak terganggu. Bayangkan bisul tersebut muncul secara bergerombol di ‘kulit dalam’ perut, yakni peritoneum. Tidak terlalu terlihat dari luar, tapi sungguh sakitnya luar biasa melebihi sekedar bisul kulit biasa, terus-menerus tergesek, nyeri, pedih, dan serba salah, kepala terasa mau pecah. “Itulah peritonitis, penyebab utama akut abdomen yang memerlukan tindakan bedah akibat proses dari abdomen maupun luar abdomen,” tutur Ari Fahrial Syam dari Subbagian Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta. Proses dari luar abdomen misalnya karena suatu trauma, sedangkan proses dari dalam misalnya karena perforasi apendisitis, yang paling sering.

Peritonitis merupakan peradangan membran serosa rongga abdomen dan organ-organ yang terkandung di dalamnya. Peritonitis bisa terjadi karena proses infeksi atau proses steril dalam abdomen melalui perforasi dinding perut, misalnya pada ruptur apendiks atau divertikulum colon. Penyakit ini bisa juga terjadi karena adanya iritasi bahan kimia, misalnya asam lambung dari perforasi ulkus gastrikum atau kandung empedu dari kantong yang pecah atau hepar yang mengalami laserasi. Pada wanita, peritonitis juga terjadi terutama karena terdapat infeksi tuba falopii atau ruptur kista ovarium.

Sejak zaman dahulu, peritonitis yang tidak diobati dapat menjadi sangat fatal. Tahun 1926 prinsip-prinsip dasar penatalaksanaan operasi peritonitis mulai dikerjakan. Hingga kini tindakan operatif merupakan pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah peritonitis. Selain itu, harus dilakukan pula tata

Page 2: Peritonitis Ira

laksana terhadap penyakit yang mendasarinya, pemberian antibiotik, dan terapi suportif untuk mencegah komplikasi sekunder akibat gagal sistem organ.

Pengertian dan pembagian peritonitis

Dalam istilah peritonitis meliputi kumpulan tanda dan gejala, di antaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muskular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemik dengan syok sepsis. Peritoneum bereaksi terhadap stimulus patologik dengan respon inflamasi bervariasi, tergantung penyakit yang mendasarinya.

Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organ viseral), atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infektif (umum) dan abses abdomen (lokal).

Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hati yang kronik. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis hepatis yang mengalami asites akan berakhir menjadi SBP. Penyebab lain yang menyebabkan peritonitis sekunder ialah perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat divertikulitis, volvulus, atau kanker, dan strangulasi kolon asendens.

Penyebab peritonitisArea sumber Penyebab Esofagus KeganasanTraumaIatrogenikSindrom Boerhaave Lambung Perforasi ulkus peptikumKeganasan (mis. Adenokarsinoma, limfoma, tumor stroma gastrointestinal)TraumaIatrogenik Duodenum Perforasi ulkus peptikumTrauma (tumpul dan penetrasi)Iatrogenik Traktus bilier KolesistitisPerforasi batu dari kandung empeduKeganasanKista duktus koledokusTraumaIatrogenik

Page 3: Peritonitis Ira

Pankreas Pankreatitis (mis. Alkohol, obat-obatan, batu empedu)TraumaIatrogenik Kolon asendens Iskemia kolonHernia inkarserataObstruksi loopPenyakit CrohnKeganasanDivertikulum MeckelTrauma Kolon desendens dan apendiks Iskemia kolonDivertikulitisKeganasanKolitis ulseratif dan penyakit CrohnApendisitisVolvulus kolonTraumaIatrogenik Salping uterus dan ovarium Pelvic inflammatory diseaseKeganasanTrauma

Ket. Penyebab iatrogenik umumnya berasal dari trauma saluran cerna bagian atas, termasuk pankreas, saluran empedu, dan kolon. Kadang bisa juga berasal dari trauma endoskopi. Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya peritonitis.

Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi noninfeksi, insiden peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi) seharusnya kurang dari 2%. Operasi untuk penyakit inflamasi (mis. apendisitis, divetikulitis, kolesistitis) tanpa perforasi berisiko kurang dari 10% terjadinya peritonitis sekunder dan abses peritoneal. Risiko ini dapat meningkat hingga lebih dari 50% pada penyakit kolon gangren dan perforasi viseral. Setelah operasi trauma abdomen juga dapat mengakibatkan peritonitis sekunder dan abses. Risiko terjadinya peritonitis sekunder dan abses juga makin tinggi dengan adanya keterlibatan duodenum, pankreas, perforasi kolon, kontaminsai peritoneal, syok perioperatif, dan transfusi yang masif.

Penyebab peritonitis

Sebagaimana disebutkan di atas, bentuk peritonitis yang paling sering ialah Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) dan peritonitis sekunder. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen, namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. Akibat asites akan terjadi kontaminasi hingga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut

Page 4: Peritonitis Ira

atau pembuluh limfe mesenterium, kadang-kadang terjadi pula penyebaran hematogen jika telah terjadi bakteremia. Sekitar 10-30% pasien dengan sirosis dan asites akan mengalami komplikasi seperti ini. Semakin rendah kadar protein cairan asites, semakin tinggi risiko terjadinya peritonitis dan abses. Hal tersebut terjadi karena ikatan opsonisasi yang rendah antarmolekul komponen asites.

Sembilan puluh persen kasus SBP terjadi akibat infeksi monomikroba. Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi ialah bakteri gram negatif, yakni 40% Eschericia coli, 7% Klebsiella pneumoniae, spesies Pseudomonas, Proteus, dan gram negatif lainnya sebesar 20%. Sementara bakteri gram positif, yakni Streptococcus pneumoniae 15%, jenis Streptococcus lain 15%, dan golongan Staphylococcus sebesar 3%. Pada kurang dari 5% kasus juga ditemukan mikroorganisme anaerob dan dari semua kasus, 10% mengandung infeksi campur beberapa mikroorganisme.

Sedangkan peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan oleh perforasi atau nekrosis (infeksi transmural) organ-organ dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal. Spektrum patogen infeksius tergantung penyebab asalnya. Berbeda dengan SBP, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. Pada pasien dengan supresi asam lambung dalam waktu panjang, dapat pula terjadi infeksi gram negatif. Kontaminasi kolon, terutama dari bagian distal, dapat melepaskan ratusan bakteri dan jamur. Umumnya peritonitis akan mengandung polimikroba, mengandung gabungan bakteri aerob dan anaerob yang didominasi organisme gram negatif.

Sebanyak 15% pasien sirosis dengan asites yang sudah mengalami SBP akan mengalami peritonitis sekunder. Tanda dan gejala pasien ini tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan dua jenis peritonitis. Anamnesis yang lengkap, penilaian cairan peritoneal, dan pemeriksaan diagnostik tambahan diperlukan untuk menegakkan diagnosis dan tata laksana yang tepat untuk pasien seperti ini.

Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi SBP atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis tersier timbul lebih sering ada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yang imunokompromais. Meskipun jarang ditemui bentuk infeksi peritoneal tanpa komplikasi, insiden terjadi peritonitis tersier yang membutuhkan IVU akibat infeksi abdomen berat tergolong tinggi di USA, yakni 50-74%. Lebih dari 95% pasien peritonitis didahului dengan asite, dan lebih dari stengah pasien mengalami gejala klinis yang sangat mirip asites. Kebanyakan pasien memiliki riwayat sirosis, dan biasanya tidak diduga akan mengalami peritonitis tersier. Selain peritonitis tersier, peritonitis TB juga merupakan bentuk yang sering terjadi, sebagai salah satu komplikasi penyakit TB.

Selain tiga bentuk di atas, terdapat pula bentuk peritonitis lain, yakni peritonitis steril atau kimiawi. Peritonitis ini dapat terjadi karena iritasi bahan-bahan kimia, misalnya cairan empedu, barium, dan substansi kimia lain atau proses inflamasi transmural dari organ-organ dalam (mis. Penyakit Crohn) tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga abdomen. Tanda dan gejala klinis serta metode diagnostik dan pendekatan ke pasien peritonitis steril tidak berbeda dengan peritonitis infektif lainnya.

Page 5: Peritonitis Ira

Patofisiologi peritonitisPeritonitis menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen (meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat. Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks fibrin.

Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran kuman dengan membentuk kompartemen-kompartemen yang kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen.

Selain jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan pembunuhan bakteri dengan neutrofil. Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis akibat koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakteri gram negatif, terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien peritonitis menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi, sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute physiology and cronic health evaluation) diperoleh mortalitas tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis juga diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome (SIRS) dan multiple organ failure (MOF).

Tanda dan gejala klinisDiagnosis peritonitis biasanya ditegakkan secara klinis dengan adanya nyeri abdomen (akut abdomen) dengan nyeri yang tumpul dan tidak terlalu jelas lokasinya (peritoneum viseral) kemudian lama kelamaan menjadi jelas lokasinya (peritoneum parietal). Pada keadaan peritonitis akibat penyakit tertentu, misalnya perforasi lambung, duodenum, pankreatitis akut yang berat, atau iskemia usus, nyeri abdomennya berlangsung luas di berbagai lokasi.

Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat lainnya, yakni demam tinggi, atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, takikardi, dehidrasi, hingga menjadi hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum di tempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang, biasanya karena mekanisme antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasi yang menyakitkan, atau bisa juga memang tegang karena iritasi peritoneum. Nyeri ini kadang samar dengan nyeri akibat apendisitis yang biasanya di bagian kanan perut, atau kadang samar juga dengan nyeri akibat abses yang terlokalisasi dengan baik. Pada penderita wanita diperlukan pemeriksaan vagina bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatory disease, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan pada keadaan peritonitis yang akut.

Page 6: Peritonitis Ira

Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa saja jadi positif palsu pada penderita dalam keadaan imunosupresi, (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma kranial, ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesik), penderita dengan paraplegia, dan penderita geriatri. Penderita tersebut sering merasakan nyeri yang hebat di perut meskipun tidak terdapat infeksi di perutnya.

Penatalaksanaan komprehensifPenatalaksanaan peritonitis secara kausal ialah eradikasi kuman yang menyebabkan radang di peritoneum. Secara noninvasif dapat dilakukan drainase abses dan endoskopi perkutan, namun yang lebih umum dilakukan ialah laparotomi eksplorasi rongga peritoneum. Rongga ini merupakan membran serosa yang kompleks dan terbesar di tubuh manusia. Bentuknya menyerupai kantong yang meliputi organ-organ dalam perut sehingga membentuk peritoneum parietal di dinding perut anterior dan lateral, diafragma, serta membentuk peritoneum viseral di organ-organ dalam perut dan pelvis bagian inferior sehingga membentuk rongga potensial di antara dua lapisan tersebut, dikenal sebagai rongga peritoneal.

Rongga inilah yang menjadi translokasi bakteri dan tempat terjadinya peritonitis ataupun abses. Untuk menanganinya, sebenarnya bisa dilakukan terapi medikamentosa nonoperatif dengan terapi antibiotik, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi dan metabolik, dan terapi modulasi respon peradangan. Terapi-terapi ini sebenarnya logis dikerjakan, namun perkembangannya tidak terlalu signifikan, apalagi untuk kasus dengan banyak komplikasi, sehingga dibutuhkan terapi lain berupa drainase atau pembedahan.

Akhir-akhir ini drainase dengan panduan CT-scan dan USG merupakan pilihan tindakan nonoperatif yang mulai gencar dilakukan karena tidak terlalu invasif, namun terapi ini lebih bersifat komplementer, bukan kompetitif dibanding laparoskopi, karena seringkali letak luka atau abses tidak terlalu jelas sehingga hasilnya tidak optimal. Sebaliknya, pembedahan memungkinkan lokalisasi peradangan yang jelas, kemudian dilakukan eliminasi kuman dan inokulum peradangan tersebut, hingga rongga perut benar-benar bersih dari kuman.

Komplikasi pembedahan dengan laparotomi eksplorasi memang tidak sedikit. Secara bedah dapat terjadi trauma di peritoneum, fistula enterokutan, kematian di meja operasi, atau peritonitis berulang jika pembersihan kuman tidak adekuat. Namun secara medis, penderita yang mengalami pembedahan laparotomi eksplorasi membutuhkan narkose dan perawatan intensif yang lebih lama. Perawatan inilah yang sering menimbulkan komplikasi, bisa berupa pneumonia akibat pemasangan ventilator, sepsis, hingga kegagalan reanimasi dari status narkose penderita pascaoperasi. Dengan demikian, edukasi untuk menghindari keadaan atau penyakit yang dapat menyebabkan peritonitis mutlak dilakukan, mengingat prosedur diagnostik dan terapinya relatif tidak mudah dikerjakan.

catatan. berhubung tabel penyebab tidak bisa ditampilkan.maka anda di persilahkan untuk mengunjungi situs http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=403.

Page 8: Peritonitis Ira

Hipertensi pada Lansia Hipertensi atau tekanan ...

Participation of Public in eradication of dengue b...

► February (1)

Neuropati perifer: jendela bebas nyeri terhadap ne...

► January (2)

Kurang tidur berkaitan dengan risiko obesitas (0...

Kematian akibat serangan jantung menurun dalam 6 t...

► 2007 (164)

► December (11)

Konsep pemberian nutrisi pasien : Hypocaloric Feed...

Lima cara menghindari C-section (bedah Caesar) (...

Orang-orang ingin mendiagnosis diri sendiri melalu...

Rahasia umur panjang mungkin tersembunyi di dalam ...

Praktek higiene yang baik dapat membantu cegah inf...

Jamur LingZhi Cegah Kanker Payudara Sejak jam...

Bagaimana MUngkin Situs PPNI bisa Expired...... k...

Mengenal Kafein Pada Minuman Bersoda Kafein dike...

Minuman Berkarbonasi dan Kesehatan Tulang Mengk...

Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat JAKAR...

1.000 Perawat Indonesia Dikirim ke Jepang TOKYO...

► November (9)

Vascular Color Doppler 3D Pendeteksi Stroke dan Ga...

Membangun Kemitraan dalam Penempatan Tenaga Keseha...

Safe Staffing dalam Pelayanan Kesehatan menyelamat...

Antisipasi Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kesehatan ...

Page 9: Peritonitis Ira

Peluang Kerja TKKI (Tenaga Kerja Kesehatan Indones...

WASPADAI PEMBERIAN DAN PERESEPAN ANTIBIOTIKA YANG ...

Pankreatitis Akut, Apakah Memerlukan Pemberian Ant...

Kunci Tatalaksana Sepsis GERAI - Edisi Febr...

Infeksi Saluran Kemih Oleh: Retno Wahab Supriyadi...

► October (6)

Kurma Berkhasiat Menambah ASI dan Menangkal Racun ...

Juice Merusak Gigi Bayi Minuman buah yang dikemas...

Prematuritas Prematuritas merupakan penyebab utam...

Perawatan Gigi Selama Hamil Perawatan gigi adala...

Perawatan Payudara Selama Kehamilan. Perawat...

Jika Ibu Gemuk Hamil dr. Dewi Gaduh, SpOG Secara...

► September (7)

MENGINTIP" JABANG BAYI LEWAT USG 4 D Pernahkah A...

Mendeteksi "Sindroma Down" dengan USG 3D..! SEOR...

PERAN USG PADA DETEKSI DINI KELAINAN KONGENITAL ...

Puasa bagi Penderita Diabetes Melitus..! DI bula...

FDA sedang menguji kemungkinan risiko jantung dari...

Sabun antibakteri tidak lebih efektif dibanding sa...

Puasa untuk Penderita Sakit Maag Penyakit maag a...

► August (17)

Surat Edaran Tentang Formaldehid dalam Sediaan Kos...

Ekstasi menyebabkan kerusakan syaraf pada suhu rua...

FDA memperingatkan konsumen menghindari produk red...

Potensi Serum Albumin dari Ikan Gabus Malang, K...

Page 10: Peritonitis Ira

UJIAN PEMERIKSAAN KESIHATAN versi bahasa malaya U...

Meresepkan antibiotik berlebihan pada anak-anak me...

Memberikan ASI pada 1 jam pertama melahirkan dapat...

Penggunaan kalsium dan vitamin D setahun bermanfaa...

► July (9)

► June (27)

► May (35)

► April (11)

► March (9)

► February (7)

► January (16)

Art Picture

undefined:undefined

Send as e-card!

LOgo

Page 11: Peritonitis Ira

my clocks

jakarta

Apple Google MicrosoftCHIPINNA-PPNI

MySpace music partnerships take on Apple iTunes

DM News

, USA

- Apr 05, 2008

- 5 hours ago

This comes on the heels of Apple announcing that its iTunes Store surpassed Wal-Mart to become the number one music retailer in the US. ...

Related Articles »

clipped from Google - 4/2008

Apple gets to the core of music industry's challenge

Telegraph.co.uk

- Apr 05, 2008

- 11 hours ago

But Apple's iTunes can. With 50m customers buying 4bn songs in just five years it is now the biggest retailer of music. Broadband has changed consumers' ...

Related Articles »

clipped from Google - 4/2008

NYC Not Entitled To An Apple, Apple Says

Page 12: Peritonitis Ira

eFluxMedia

- Apr 05, 2008

- 4 hours ago

By Dee Chisamera The ‘apple theory’ is the topic in the latest federal application against the GreenNYC campaign logo. Several newspapers reported that ...

Related Articles »

clipped from Google - 4/2008

Apple's antitrust suit of 2020

Computerworld

, USA

- Apr 04, 2008

- 22 hours ago

Mr. Chief Justice, and may it please the court, we are here to argue that Apple Computer is, in fact, a monopoly that stifles its competitors through ...

clipped from Google - 4/2008

powered by

Video Bar