Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERJANJIAN ANTARA PRODUSEN
DENGAN DISTRIBUTOR (Studi pada PT. Universal Indofood Product dengan PD. Abadi Jaya)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan
memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
GALFRIDALINE
120200420
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA (BW)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 1 8
ABSTRAK
Galfridaline*
H. Hasim Purba**
Rosnidar Sembiring***
Perjanjian kerjasama distribusi antara PT. Universal Indofood Product
sebagai produsen dan PD. Abadi Jaya sebagai distributor seharusnya adalah
merupakan hubungan hukum yang sejajar, di mana akan timbul hak dan
kewajiban bagi masing masing pihak sebagai akibat hukum dari perjanjian yang
dibuatnya. Permasalahan dalam penulisan skripsi ini yaitu, bentuk kerjasama
antara distributor dengan produsen ditinjau dari perspektif hukum perdata.
Tanggung jawab produsen kepada distributor apabila terjadi kerusakan atau
terdapat cacat tersembunyi dalam pengiriman barang dan upaya penyelesaian
apabila terjadi. Upaya penyelesaian apabila salah satu pihak melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Data yang digunakan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui studi kepustakaan (library reaseacrh) dan studi lapangan
(field reseacrh). Analsis data secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk
uraian secara sistematis pula.
Bentuk Perjanjian antara Distributor dengan Produsen ditinjau dari
Perspektif Hukum Perdata, yaitu Perjanjian tersebut dibuat oleh para pihak secara
tertulis, dengan demikian perjanjian yang dibuat merupakan kehendak para pihak,
khususnya apa saja yang perlu diperjanjikan, juga syarat-syarat apa yang
dikemukakan oleh para pihak selanjutnya para pihak menegosiasikan perjanjian
tertulis atau kontrak tersebut. Tanggungjawab Produsen kepada Distributor
Apabila Terjadi Kerusakan atau terdapat Cacat tersembunyi dalam Pengiriman
Barang dan Upaya penyelesaian apabila terjadi, pihak PT. Universal Indofood
Product melakukan pergantian barang yang rusak/cacat kepada PD. Abadi Jaya
dan pihak PD. Abadi Jaya mengembalikan barang yang rusak/cacat
tersebut.Upaya penyelesaian apabila salah satu pihak melakukan pelanggaran
terhadap kesepakatan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak,
yaitu penyelesaian sengketa diluar pengadilan (Alternative Dispute Resolution),
yaitu: konsiliasi, mediasi, dan arbitrase. Selain itu, penyelesaian sengketa diluar
pengadilan juga dapat dilakukan dengan pendekatan secara kekeluargaan. Apabila
tidak berhasil, maka dapat ditempuh melalui pengadilan
Kata kunci: Distributor, Perjanjian, Produsen
* Mahasiswi
** Dosen Pembimbing I
***Dosen Pembimbing II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai subjek hukum yang hidup secara berkelompok dalam
suatu komunitas tertentu dalam suatu wilayah tertentu disebut masyarakat, dalam
kehidupannya di dasari adanya suatu interaksi satu sama lainnya. Masyarakat
sesuai kodratnya tidak dapat hidup sendiri, tetapi adanya saling berhubungan. 1
berinteraksi semacam itu berasal berarti adanya saling berhubungan. Berinteraksi
semacam itu berarti melibatkan dua pihak dalam arti masing-masing pihak
berkeinginan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan. Hal ini disebabkan
kedua belah pihak menjadi saling terikat karenanya, dengan demikian yang
dilakukan segenap kelompok sudah barang tentu adanya suatu ikatan-ikatan yang
muncul akan memerlukan aturan. Sebab jika tidak ada aturan yang jelas, akan
menimbulkan benturan kepentingan yang dapat mengakibatkan ketidakteraturan
dalam kehidupan berkelompok.
Perbedaan atau ketidaksamaan kepentingan di antara para pihak awal mula
suatu kontrak dibuat. Perumusan hubungan kontraktual tersebut pada umumnya
senantiasa diawali dengan proses negosiasi di antara para pihak. Melalui negosiasi
para pihak berupaya menciptakan bentuk-bentuk kesepakatan untuk saling
mempertemukan sesuatu yang diinginkan (kepentingan) melalui proses tawar
menawar.2
1 Yahman, Karakteristik Wanprestasi Tindak pidana dan Penipuan yang Lahir dari
Hubungan Kontraktual, Kencana, Jakarta, 2014, hal 1 2
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian (asas proporsionalitas dalam kontrak
Komersial), Kencana Prenda Media Group, Jakarta, 2011, hal 1.
2
Perbedaan kepentingan tersebut yang dicoba dipertemukan melalui
kontrak. Melalui kontrak perbedaan tersebut diakomodir dan selanjutnya
dibingkai dengan perangkat hukum sehingga mengikat para pihak. Dalam kontrak
bisnis pertanyaan mengenai sisi kepastian dan keadilan justru akan tercapai
apabila perbedaan yang ada di antara pihak terakodomasi melalui mekanisme
hubungan kontraktual yang bekerja secara proporsional.
Kebebasan berkontrak yang merupakan roh dan napas sebuah kontrak atau
perjanjian, secara implicit memberikan panduan bahwa berkontrak pihak-pihak
diasumsikan mempunyai kedudukan yang seimbang. Dengan demikian
diharapkan akan muncul kontrak yang adil dan seimbang pula bagi para pihak,
namun demikian dalam praktik masih banyak ditemukan model kontrak standar
(kontrak baku) yang cenderung dianggap berat sebelah, tidak seimbang, dan tidak
adil.3
Perjanjian kerjasama distribusi antara produsen dan distributor seharusnya
adalah merupakan hubungan hukum yang sejajar, di mana akan timbul hak dan
kewajiban bagi masing masing pihak sebagai akibat hukum dari perjanjian yang
dibuatnya. Akan tetapi didalam praktek yang terjadi adalah didalam perjanjian
antara produsen dan distributor, pihak produsen berada pada posisi yang lebih
dominan di mana keadaan ini seringkali kurang menguntungkan bagi pihak
produsen diantaranya adalah dalam hal pemutusan perjanjian secara sepihak oleh
produsen pada saat perjanjian belum berakhir ataupun perpanjangan atas
perjanjian distributor yang tidak dilakukan.
3 Ibid, hal 2
3
Di Indonesia distributor bukan merupakan suatu hal yang baru, seiring
dengan perkembangan zaman pelaksanaannya dalam dunia bisnis baik dalam
skala nasional maupun global, banyak memberikan suatu pengaruh terhadap
lembaga distributor dalam menjalankan praktek usahanya. Tidak jarang lembaga
usahanya merupakan distributor, akan tetapi pada kenyataanya pelaksanaanya
lembaga sub-distributor ini melakukan praktek-praktek layaknya pedagang
eceran. Di dalam melakukan perjanjian kerjasama tersebut, produsen dan
distributor perlu membuat perjanjian tertulis antara para pihak sebagai jaminan
dan perlindungan hukum bagi para pihak atas hak dan kewajiban yang timbul dari
perjanjian kerjasama tersebut.
Hubungan kontrak kerjasama PT. Universal Indofood Product dengan
Distributor PD Abadi Jaya melaksanakan pendistribusian makanan berdasarkan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Ketentuan dan
Tata cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan
/atau jasa yang berlaku.
Perjanjian kerjasama antara PT. Universal Indofood Product dengan PD.
Abadi Jaya mengenai makanan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak
dapat mengikat kedua belah pihak sebagaimana mengikatnya undang-undang bagi
para pihak yang melakukan suatu perjanjian, karena telah dibuat memenuhi syarat
sahnya perjanjian sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1320 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata).
4
Tujuan strategis suatu usaha bisnis adalah memperoleh hasil investasi dan
dalam hal tertentu hasil jangka panjang tidak memuaskan, maka kekurangan itu
dikoreksi atau kegiatan itu ditinggalkan untuk usaha lain yang lebih
menguntungkan Perusahaan yang selalu ada dan berada di tengah-tengah
masyarakat dituntut untuk dapat membuat karya ekonomi yang dalam
pelaksanaannya memang berada diluar perusahaan itu sendiri, yaitu para perantara
perusahaan seperti distributor, agen, makelar dan komisioner, yaitu dalam hal
penciptaan pelanggan.4
Menurut Pasal 5 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
11 Tahun 2006 Tentang Ketentuan dan Tata cara Penerbitan Surat Tanda
Pendaftaran Agen atau Distributor Barang dan /atau jasa, pendistribusian produk
dari produsen ke konsumen dapat dilakukan melalui jalur keagenan (melalui agen
atau agen tunggal) dan jalur distributor (melalui distributor atau distributor
tunggal). Perjanjian dalam jalur keagenan berbeda dengan perjanjian jalur
distributor. Agen bertindak sebagai perantara untuk dan atas nama prinsipalnya
(produsen) sedangkan distributor tidak bertindak untuk dan atas nama
prinsipalnya, tetapi bertindak untuk dan atas nama sendiri. Distributor bertugas
untuk memasarkan dan menjual barang-barang prinsipal dalam wilayah tertentu.
4 Nur Salam, Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang
Antara PT. Frisian Flag Indonesia Dengan Distributor Di Kota Medan (PT. Permata Niaga
Sebagai Salah Satu Distributor Di Kota Medan), Tesis MKn, FH Universitas Sumatera Utara
Medan 2012, hal 2-3
5
Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang
lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.5
Dengan adanya perjanjian tercipta perikatan atau hubungan hukum yang
menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat
perjanjian. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk memenuhi perjanjian yang
telah dibuat. Dengan kata lain, para pihak terikat untuk mematuhi kontrak yang
telah dibuat. Dalam hal ini fungsi kontrak sama dengan perundang-undangan,
tetapi hanya berlaku khusus terhadap para pembuatnya saja.6
Hak dan kewajiban tersebut didasarkan pada sebab tertentu yang membuat
terjadinya kesepakatan kedua belah pihak atas semua syarat perjanjian. Hal ini
terikat pada Pasal 1337 KUHPerdata yang menyatakan bahwa : “Suatu sebab
terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan
kesusilaan atau ketertiban umum”. 7Sehingga terdapat keterikatan yang tidak
dapat dilepas karena di dalam melakukan perjanjian dibutuhkan hukum untuk
mengatur jalannya suatu perjanjian dengan baik antara hukum dan perjanjian.
Berdasarkan uraian di atas penulis memilih judul Perjanjian Antara
Produsen dengan Distributor (Studi pada PT. Universal Indofood Product dengan
PD. Abadi Jaya).
5 R. Subekti. Hukum Perjanjian. Intermassa, Jakarta, 2005, hal 1
6 Sanusi Bintang dan Dahlan. Pokok-pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2000, hal 15 7 Akhmadi, Miru dan Pati, Saka, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233
Sampai 1456 BW, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal 275
6
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah bentuk kerjasama antara distributor dengan produsen ditinjau
dari perspektif hukum perdata?
2. Bagaimanakah tanggung jawab produsen kepada distributor apabila terjadi
kerusakan atau terdapat cacat tersembunyi dalam pengiriman barang dan
upaya penyelesaian apabila terjadi?
3. Bagaimanakah upaya penyelesaian apabila salah satu pihak melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk kerjasama antara distributor dengan produsen
ditinjau dari perspektif hukum perdata.
2. Untuk mengetahui tanggung jawab produsen kepada distributor apabila terjadi
kerusakan atau terdapat cacat tersembunyi dalam pengiriman barang dan
upaya penyelesaian apabila terjadi.
3. Untuk mengetahui upaya penyelesaian apabila salah satu pihak melakukan
pelanggaran terhadap kesepakatan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.
7
D. Manfaat Penulisan
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis:
1. Secara teoritis, diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya
hukum perdata mengenai perjanjian antara produsen dengan distributor.
2. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran juridis
terhadap perjanjian antara produsen dengan distributor.
E. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara
khususnya Fakultas Hukum, tidak dapati judul tentang perjanjian antara Produsen
dengan distributor (Studi pada PD. Abadi Jaya dengan PT. Universal Indofood
Product), belum pernah ada yang meneliti sebelumnya. Namun ada beberapa
penelitian sebelumnya yang membahas tentang perjanjian kerjasama, antara lain :
Nanda Nurul Huda (2015), dengan judul penelitian Penyelesaian
Wanprestasi Perjanjian Kerjasama di Bidang Pendistribusian antara PT. Lafarge
Cement Indonesia Dengan Perusahaan Distributor (Studi PT. Lafarge Cement
Indonesia).
1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama di bidang pendistribusian
antara PT. Lafarge Cement Indonesia dengan perusahaan distributor?
2. Bagaimanakah hak dan kewajiban antara PT. Lafarge Cement Indonesia
dengan perusahaan distributor dalam perjanjian kerjasama?
8
3. Bagaimanakah penyelesaian dalam wanprestasi perjanjian kerjasama di
bidang pendistribusian antara PT. Lafarge Cement Indonesia dengan
perusahaan distributor?
Winda Imoyati Manik (2013), Segi-Segi Hukum Perjanjian Dalam Sistem
Pembayaran Dari Pihak Apotek Kepada Distributor Obat Mengenai Pemasokan
Dan Pengeluaran Obat (pada Apotek Umi Farma Jalan Karya Kasih No. 104
Medan Johor), adapun permasalahan dalam penelitian ini bentuk Pelaksanaan
Kerjasama Dalam Sistem Pembayaran Mengenai Pemasokan dan Pengeluaran
Obat dari Pihak Apotek Kepada Distributor Obat. Hak dan Kewajiban Para Pihak
Dalam Perjanjian Kerjasama Mengenai Sistem Pembayaran serta Pemasokan dan
Pengeluaran Obat. Hambatan Para Pihak yang Terjadi Dalam Perjanjian
Mengenai Sistem Pembayaran serta Pemasokan dan Pengeluaran Obat.
Karya Ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah tertulis atau
dipublikasi orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan
mencantumkannya di dalam catatan kaki maupun didalam daftar pustaka. Dengan
demikian, judul beserta pembahasan yang tertuang didalam skripsi ini adalah asli
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun akademis.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan pendekatan
empiris. Metode pendekatan hukum normatif yaitu dengan meneliti bahan
9
kepustakaan atau data sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma
hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum,
kaedah hukum, dan sistematika hukum serta mengkaji ketentuan perundang-
undangan, putusan pengadilan dan bahan hukum lainnya.8 Penelitian normatif
merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan
logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.9
Penelitian hukum empiris yaitu cara prosedur yang dipergunakan untuk
memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu
untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer
dilapangan.10
Metode yuridis empiris dalam penulisan skripsi ini, yaitu dari hasil
pengumpulan dan penemuan data maupun informasi melalui studi pada PD. Abadi
Jaya. Metode penelitian yuridis empiris dilakukan dengan wawancara kepada
Gabriel selaku Manager PD. Abadi Jaya.
2. Sifat penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskriptif , yaitu menggambarkan semua gejala
dan fakta serta menganalisa permasalahan yang ada sehubungan dengan
perlindungan hukum terhadap tertanggung asuransi kendaraan bermotor yang
terikat perjanjian pembiayaan konsumen yang dihubungkan kepada peraturan
yang berlaku.
8 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Jakarta, 2005, hal.36 9 Ibid, hal 57
10 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hal. 112
10
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan
sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data yang
diperlukan dan untuk selanjutnya di analisa sesuai yang diharapkan berkaitan
dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari PD. Abadi
Jaya. Data primer diperoleh dengan wawancara, yaitu cara memperoleh informasi
dengan bertanya langsung pada pihak PD. Abadi Jaya. Sistem wawancara yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, artinya
terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai pedoman tetapi masih
dimungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi pada
saat wawancara dilakukan.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung keterangan atau menunjang
kelengkapan data primer. Data sekunder terdiri dari:
1) Bahan-bahan hukum primer, meliputi: Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa. Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor : 11/M-Dag/Per/3/2006 Tentang Ketentuan
11
Dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen Atau Distributor
Barang dan/atau Jasa.
2) Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan
memahami bahan hukum primer, meliputi: Buku-buku yang membahas
tentang perjanjian kerjasama. Jurnal, artikel, makalah yang membahas
tentang perjanjian kerjasama produsen dengan distributor.
4. Teknik analisa data
Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi dokumen
merupakan data yang dianalisis secara kualitatif, yaitu setelah data terkumpul
kemudian dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis, selanjutnya
dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik
kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang
bersifat khusus.11
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang
menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulis membuat sistematika dengan
membagi pembahasan keseluruhan ke dalam lima bab adapun bagiannya, yaitu :
11
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Cetakan Kelima, Rineka
Cipta, Jakarta, 2006.hal. 87.
12
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penulisan, keaslian penulisan dan
metode penelitian serta sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN HUKUM ANTARA PRODUSEN DENGAN
DISTRIBUTOR
Bab ini berisikan mengenai pengertian produsen dan distributor,
perbedaan antara PT (Perseroan Terbatas) dengan PD (Perusahaan
Dagang), bentuk perjanjian antara produsen dan distributor.
BAB III PD. ABADI JAYA SEBAGAI DISTRIBUTOR DAN PT.
UNIVERSAL INDOFOOD PRODUCT SEBAGAI PRODUSEN
Bab ini berisikan mengenai profil PD. Abadi Jaya dan PT.
Universal Indofood Product, hak dan kewajiban para pihak dalam
perjanjian dan pelaksanaan perjanjian kerjasama.
BAB IV PERJANJIAN ANTARA PRODUSEN DENGAN
DISTRIBUTOR
Bab ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang berisikan
bentuk kerjasama antara distributor dengan produsen ditinjau dari
perspektif hukum perdata. Tanggung jawab produsen kepada
distributor apabila terjadi kerusakan atau terdapat cacat
tersembunyi dalam pengiriman barang dan upaya penyelesaian
apabila terjadi. Upaya penyelesaian apabila salah satu pihak
13
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan perjanjian yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada ini merupakan bab terakhir dari penulisan isi skripsi ini.
Bagian ini, penulis mengemukakan kesimpulan dan saran yang
didapat sewaktu penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal
hingga pada akhirnya.
BAB II
TINJAUAN HUKUM ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR
A. Pengertian Produsen dan Distributor
Produsen dalam ekonomi adalah orang yang menghasilkan barang dan jasa
untuk dijual atau dipasarkan. Orang yang memakai atau memanfaatkan barang
dan jasa hasil produksi untuk memenuhi kebetuhan adalah konsumen.12
Produsen adalah sebuah perusahaan yang memroduksi sebuah barang atau
makanan yang kemudian dipasarkan ke berbagai tempat. Dalam pembuatan
produknya, biasanya suatu perusahaan yang menjadi produsen produk tertentu
selalu memroduksi barang dalam skala yang besar dengan jangkauan pemasaran
yang luas.13
Produsen adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.14
Jadi, dapat disimpulkan bahwa produsen adalah setiap orang
perorangan/badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan
hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah
12
Ekonurzhafar. Pengertian-Produsen/ Wordpress.Com/2010/03/20/ https://diakses
tanggal 11 Maret 2017 13
http://id.gopher.co.id/perbedaan-antara-produsen-distributor-dan-agen/ diakses tanggal
13 Maret 2017 14
http:/ /www.tunardy.com/?s=pengertian%20produsen\http://organisasi.org/diakses
tanggal 13 Maret 2017
15
hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Distributor adalah perusahaan / pihak yang ditunjuk oleh prinsipal untuk
memasarkan dan menjual barang-barang prinsipalnya dalam wilayah tertentu
untuk jangka waktu tertentu, tetapi bukan sebagai kuasa prinsipal. Distributor
tidak bertindak untuk dan atas nama prinsipalnya, tetapi bertindak untuk dan atas
nama sendiri. Distributor membeli sendiri barang-barang dari prinsipalnya dan
kemudian ia menjualnya kepada para pembeli di dalam wilayah yang
diperjanjikan oleh prinsipal dengan distributor tersebut. Segala akibat hukum dari
perbuatannya menjadi tanggung jawab distributor itu sendiri. Dalam dunia bisnis,
perusahaan atau perorangan yang mengangkat atau menunjuk distributor disebut
prinsipal. Pengangkatan atau penunjukan distributor dapat dilakukan oleh
prinsipal pada umumnya tertulis, sekalipun secara lisan tidak ada larangan, tetapi
pada saat ini hubumgan distributor dengan prinsipal biasanya diikat oleh suatu
persetujuan dalam bentuk kontraktuil.15
Distributor adalah perusahaan perdagangan nasional yang bertindak untuk
dan atas namanya sendiri berdasarkan perjanjian yang melakukan pembelian,
penyimpanan, penjualan serta pemasaran barang dan/atau jasa yang
dimiliki/dikuasai.16
15
Felix Oentoeng Soebagijo, Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan
Distribusi, dalam Hukum Ekonomi, Penyunting Soemantoro, U.I. Press, 1996 hal. 243. 16
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 11/M-Dag/Per/3/2006
Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen Atau Distributor
Barang dan/atau Jasa, Pasal 1 angka 5
16
Distributor adalah usaha perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang ditunjuk oleh Produsen
berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) untuk melakukan pembelian,
penyimpanan, penyaluran, dan penjualan Pupuk Bersubsidi dalam partai besar di
wilayah tanggung jawabnya untuk dijual kepada Petani dan/atau Kelompok Tani
melalui Pengecer yang ditunjuknya17
Hubungan antara Prinsipal dan Distributor biasanya dilakukan dengan
Perjanjian Distributor (Distributorship Agreement). Layaknya perjanjian pada
umumnya, Perjanjian Distributor tunduk pada KUHPerdata, khususnya Buku III
tentang Perikatan. Selain mengatur tentang perjanjian bernama (nominaat), Buku
III juga berlaku bagi perjanjian yang tak bernama (innominaat). Perjanjian
nominaat telah diatur tersendiri dalam Buku III BW, misalnya sewa menyewa.
Perjanjian innominaat, karena tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata,
maka perjanjian itu selain mengikuti peraturan umum (lex generalis) tentang
perjanjian dalam Buku III KUHPerdata juga tunduk pada peraturan khusunya (lex
specialis). Peraturan khusus itu biasanya bersifat teknis dan praktis, misalnya
PERMEN RI No. 11/M-DAG/PER/3/2006 yang mengatur tentang Distributor dan
Keagenan.18
17
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor : 21/M-Dag/Per/6/2008 Tentang Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian, Pasal 1 angka 7 18
Dadang Sukandar. perjanjian-distributor-distributorship-agreement_ 550 de 589a
33311ba2dba7d2f, http://www.kompasiana.com/dadangsukandar/diakses tanggal 11 Maret 2017.
17
B. Perbedaan antara PT (Perseroan Terbatas) dengan PD (Perusahaan
Dagang)
1. Perseroan Terbatas (PT)
Istilah perseroan terbatas (PT) yang digunakan dewasa ini, dahulu, dikenal
dengan istilah Naamloze Vennotschop disingkat NV. Bagaimana asal mulanya
digunakan istilah PT. Sebutan tersebut telah menjadi baku di dalam masyarakat
bahkan juga dibakukan di dalam berbagai perundang-undangan misalnya Undang-
undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas dan Undang-undang Nomor
8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk perusahaan persekutuan yang
berbadan hukum. Perseroan terbatas yang dalam bahasa Indonesia berasal dari
terjemahan Naamloze Vennootschap (NV) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Perseroan Terbatas nama aslinya adalah Naamloze Vennootschap (NV)
bagaimana asal mulanya sehingga disebut Perseroan Terbatas (PT), tidak
dapat ditemukan. Naamloze Vennootschap sebenarnya berarti Perseroan
Tanpa Nama yang berarti bahwa perseroan tersebut tidak memakai nama
perseronya, namun diambil nama yang sesuai dengan tujuan dari perseroan
tersebut, disebabkan perseroan terbatas mengeluarkan saham yang dapat
diperjual belikan, sehingga kemungkinan saham persero yang namanya
dipakai dalam perseroan terbatas tersebut tidak lagi menjadi miliknya.19
Perseroan Terbatas, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan
modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
19
H. Man. S. Sastrawijaya dan Rai Mantili, Perseroan Terbatas menurut Tiga Undang-
undang, Alumni, Bandung, 2008, hal 7
18
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.20
Perseroan Terbatas (PT) adalah badan udaha yang bertujuan mencari
keuntungan dan mencapai tujuannya.21
Permodalan sebuah Perseroan Terbatas
terdiri dari saham-saham. jumlah atau besarnya modal ditetapkan dalam anggaran
dasar dan tidak boleh diubah (kecuali dengan mengubah seluruh akta notarisnya).
Jumlah modal tetap disebut modal statuler. PT yang ingin memperbesar modal
dengan tidak mengubah statulernya (tidak mengubah akta notaris) dapat
mengeluarkan obligasi (surat utang). Obligasi adalah tanda bukti pemiliknya telah
memberikan pinjaman sejumlah uang kepada PT penerima obligasi akan
menerima balas jasa dalam bentuk bunga dalam persen yang tetap dan tidak
menanggung resiko seperti pemegang saham dan preferen yang menerima dividen
yang jumlahnya tergantung kecilnya jumlah keuntungan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa PT adalah suatu
badan hukum yang terdapat pemisahan kekayaan antara milik perusahaan dengan
milik pribadi pengusaha, didirikan berdasarkan perjanjian sehingga bukanlah
perusahaan perorangan tetapi suatu persekutuan yang memungkinkan adanya
akumulasi modal dan dibagi ke dalam saham-saham. PT sebagai badan hukum
harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan Undang-Undnag PT serta
20
Undang-Undang Republik Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1
angka 1 21
Wiwidtry Lestari. Pengertian-Badan-Usahaperbedaan-Cv-Pt-Pte-Ltd-Inc-Corp-Mnc-
Tbk-Ud-Sdn- Bhd- Nv-Firma-Koperasi-Yayasan / Wordpress.Com/2015/11/12/https:/Diakses
tanggal 12 Maret 2017
19
peraturan pelaksananya, dan status badan hukum diperoleh karena undang-undang
dan pengesahan dari instansi berwenang.
Sebagai suatu wadah untuk melakukan kegiatan usaha, perseroan terbatas
didukung oleh perangkat organisasi serta tenaga manusia yang
mengendalikannya. Untuk itu dibutuhkan kerangka kerja hukum yang pasti agar
unit usaha ini dapat bekerja dengan produktif dan efisien. Landasan hukum
diperlukan agar kerancuan hukum dapat diatasi, dan terdapat arahan hukum yang
jelas bagi perseroan terbatas dalam melaksanakan kegiatannya.22
Pada awalnya pengaturan Perseroan Terbatas terdapat dalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang sebagaimana diatur mulai Pasal 36 sampai
dengan 56 KUHD. Seperti halnya pengertian perusahaan yang tidak terdapat
rumusannya dalam KUHD, pengertian Perseroan Terbatas pun tidak terdapat
rumusannya sebagaimana ditentukan dalam KUHD. Akan tetapi, dari ketentuan
Pasal 36, 40, 42, dan 45 KUHD dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari
perseroan terbatas adalah sebagai berikut:
a. Adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing pesero
(pemegang saham), dengan tujuan untuk membentuk sejumlah dana sebagai
jaminan bagi semua perikatan perseroan.
b. Adanya persero atau pemegang saham yang tanggung jawabnya terbatas pada
jumlah nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua di dalam
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), merupakan kekuasaan yang tertinggi
22
Norman S. Pakpahan, ”Perseroan Terbatas Sebagai Instrumen Kegiatan Ekonomi”,
Jurnal Hukum Bisnis vol. 2, 1997, hal. 73.
20
dalam organisasi perseroan yang berwenang mengangkat dan memberhentikan
Direksi dan Komisaris, berhak menentukan garis-garis besar kebijaksanaan
menjalankan Perusahaan, menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam
anggaran dasar dan lain-lain.
c. Adapun pengurus (Direksi) dan pengawas (Komisaris) yang merupakan satu
kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan tanggung
jawabnya terbatas pada tugasnya, yang harus sesuai dengan anggaran dasar
atau keputusan RUPS.23
Pengaturan mengenai penggunaan nama PT terdapat dalam PP No. 26
Tahun 1998 tentang Pemakaian Nama Perseroaan Terbatas. Nama PT itu sendiri
menurut Pasal 1 ayat (1) PP No. 26 Tahun 1998 adalah nama diri PT yang
bersangkutan.24
Menurut Pasal 33 PP No. 26 Tahun 1998, pemakaian nama tersebut harus
diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (dalam hal ini melalui
Direktur Perdata Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia) guna mendapatkan persetujuan.
Permohonan persetujuan tersebut dapat diajukan bersama atau lebih dahulu secara
terpisah dari permohonan pengesahan Akta Pendirian atau permohonan akta
Perubahan Anggaran Dasar.
23
R.T. Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan:
Bentuk-Bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-3, Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada, 1995, hal 40. 24
Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang,FH. UII Press, Yogyakarta 2006, hal
35.
21
Pasal 4 ayat (1) PP No. 26 Tahun 1998 menentukan bahwa persetujuan
pemakaian nama perseroan yang diajukan lebih dahulu secara terpisah dari
permohonan pengesahan diajukan dasar pendirian atau permohonan persetujuan
perubahan anggaran dasar tersebut diatas diberikan dalam jangka waktu paling
lama lima belas (lima belas) hari setelah permohonan diterima. Kemudian
didalam ayat 2 ditentukan lagi,bahwa apabila permohonan tersebut diatas
ditolak,maka penolakan tersebut harus diberitahukan kepada pemohon secara
tertulis beserta alas an dalam jangka waktu 15 hari setelah permohonan diterima.
Pengaturan bagaimana suatu permohonan nama perseroan ditolak atau
tidak diterima Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia menurut pasal 5 ayat (1)
PP No. 26 Tahun 1998 apabila nama tersebut :
a. Telah dipakai secara sah oleh perseroan lain atau mirip dengan nama
perseroan lain;
b. Bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan.25
Penjelasan pasal 5 ayat (1) PP No. 26 Tahun 1998 tersebut menambahkan
bahwa termasuk dalam pengertian mirip tersebut adalah kemiripan dalam tulis,
arti atau cara mengucapkannya, misalnya Bhayangkara dengan PT. Bhayangkara,
PT. Sampurna dengan PT. Sampoerna, PT. Bumi Pertiwi dengan PT. Bumi
Pertiwi.
Ketentuan Pasal 1 Angka 2 UUPT Organ Perseroan Terbatas terdiri atas
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris. RUPS
25
Ibid, hal 36-37.
22
dalam Pasal 1 Angka 4 UUPT adalah organ perseroan yang mempunyai
wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam
batas yang ditentukan dalam UUPT dan/atau anggaran dasar. RUPS minimal
dilakukan setahun sekali untuk laporan atas perhitungan laba rugi perusahaan untu
mendapatkan persetujuan pemegang saham, yang terbagi atas RUPS tahunan dan
RUPS luar biasa. Di dalam RUPS biasanya diperlukan kuorum kehadiran sebesar
lebih 50% dan seluruh saham yang telah dikeluarkan dan keputusan rapat minimal
harus disetujui oleh minimal 50% dari jumlah suara sah dari pemegang saham
yang hadir dalam RUPS tersebut. Ketentuan RUPS lebih lanjut termuat dalam
Bab IV, Pasal 75 sampai dengan Pasal 91 UUPT.
Direksi di dalam Pasal 1 angka 5 UUPT adalah organ perseroan yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan (fungsi
manajemen), dan mewakili perseroan untuk segala perbuatan hukum dengan
pihak ketiga (fungsi representasi). Dewan Komisaris sebagaimana yang termuat
dalam Pasal 1 angka 6 UUPT, adalah organ perseroan yang bertugas melakukan
pengawasan sesuai anggaran dasar perseroan. Direksi dan Dewan Komisaris
diangkat oleh RUPS untuk jangka waktu tertentu untuk kemudian dapat diangkat
kembali setelah jabatannya berakhir. Di dalam PT/Publik dikenal pula Komite
23
Audit) dan Komisaris Independen. Ketentuan Direksi dan Dewan Komisaris
diatur dalam BabVII, Pasal 92 sampai dengan Pasal 121.26
2. Perusahaan Dagang
Salah satu cara seseorang melakukan usaha yang sangat sederhana adalah
perusahaan dagang, atau dikenal juga dengan usaha dagang atau perusahaan
perseorangan. Perusahaan dagang ini tidak diatur secara khusus, sehingga sampai
saat ini tidak ada peraturan yang khusus mengatur tata cara pendirian perusahaan
dagang. Perusahaan dagang merupakan kegiatan sese-orang yang melakukan
usaha, seperti membuka toko, restoran (rumah makan), rental komputer, rental
mobil, penjahit, warung kopi, kedai sampah, dan sebagainya.
Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD) merupakan perusahaan
perseorangan yang biasanya dilakukan atau dijalankan oleh satu orang
pengusaha.27
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli,
menyimpan dan menjual kembali barang dagang tanpa memberikan nilai tambah
terhadapnya. Nilai tambah berupa mengolah atau mengubah bentuk atau sifat
barang, sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi.28
Perusahaan
dagang, dalam kegiatan operasionalnya memperoleh pendapatan, namun
pendapatan yang diperoleh berasal dari transaksi jual beli barang. Perusahaan
26
Arif Djohan T, Aspek Hukum Perseroan Terbatas, Harvarindo, Jakarta, 2008, hal. 38-
40 27
Podani Natoras pengertian-perusahaan-dagang-http://belajar ilmu komputer dan
internet.blogspot.co.id/2016/01/pd.html, diakses tanggal 11 Maret 2017. 28
Arti Kelsiana. Pengertian-Perusahaan-Dagang-Jenis-Ciri. Com / 2015/ 08 / http://
www.Html, diakses tanggal 11 Maret 2017.
24
dagang memiliki kegiatan utama dengan memperjualbelikan barang dagangannya
berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi. Selain dari itu, barang
yang diperdagangkan berupa hasil pertanian, perkebunan, hasil hutan, dan barang
hasil industri pengolahan (manufacture).
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) sendiri tidak mengatur
secara khusus mengenai perusahaan perseorangan, akan tetapi dalam praktek
(hukum kebiasaan) diakui sebagai pelaku usaha. Di dalam dunia usaha,
masyarakat telah mengenal dan menerima bentuk perusahaan perseorangan yang
disebut Perusahaan Dagang. Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD)
ini berbeda dengan vennootschap (persekutuan) yang terletak pada jumlah
pengusahanya. Jumlah pengusaha dalam perusahaan perseorangan seperti PD
hanya seorang, sedangkan jumlah pengusaha dalam persekutuan dua orang atau
lebih. Pada Perseroan Terbatas (salah satu contoh persekutuan), jumlah
pengusahanya sama dengan jumlah pemegang saham, yang berarti bahwa
keseluruhan pemegang saham pada PT adalah pengusaha.29
Walaupun KUHD tidak mengatur secara khusus mengenai PD, karena
eksistensinya diakui sebagai bentuk usaha, maka pemerintah berupaya
melegalisasinya dengan cara yang berbeda. Hal ini dapat di lihat dengan
dikeluarkannya keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
23/MPP/KEP/1/1998, tentang Lembaga-lembega Usaha Perdagangan. Pasal 1
29
Podani Natorashttp. Loc.Cit.
25
butir 3 KEP MPP ini disebutkan:“Lembaga perdagangan adalah suatu
instansi/badan yang dapat berbentuk perorangan atau badan usaha…”
Tidak ada persyaratan khusus atau standar yang harus dipenuhi guna
mendirikan Perusahaan Dagang. Hanya dalam praktek pada umumnya pendirian
PD ini dibuat dengan akta notaris . kemudian diikuti dengan permohonan “izin
usaha” kepada kepala Kantor Perdagangan dan permohonan “izin tempat usaha”
kapada Pemerintah Daerah setempat. Perlu diketahui bahwa ada atau tidak ada
akta notaris, PD (usaha dagang) ini tetap dapat didirikan. Keberadaan akta hanya
sebagai alat bukti semata, bukan sebagai syarat bahwa ia adalah badan hukum.
Sudah tentu akta pendirian itu sangat sederhana sebab tidak memerlukan anggaran
dasar. Dengan adanya akta pendirian yang notariil ini, orang berpendapat bahwa
kedudukan hukum perusahaannya lebih kuat. Tetapi sebenarnya akta pendirian
yang notariil ini tidak diharuskan. Akta ini juga tidak perlu didaftarkann kepada
kepaniteraan Pengadilan Negeri dan pula tidak perlu diumumkan dalam
Tambahan Berita Negara Republik Indonesia.
Lazimnya perjanjian tidak terikat kepada suatu bentuk tertentu, dapat
dibuat secara lisan ataupun tulisan yang dapat bersifat sebagai alat bukti apabila
terjadi perselisihan. Untuk beberapa perjanjian tertentu undang-undang
menentukan suatu bentuk tertentu, sehingga apabila bentuk itu tidak dituruti maka
perjanjian itu tidak sah. Dengan demikian bentuk tertulis tidaklah hanya semata-
26
mata merupakan alat pembuktian saja, tetapi merupakan syarat untuk adanya
perjanjian tersebut.30
Ciri-ciri perusahaan dagang yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk produk yang diperjuabelikan
Perusahaan dagang, produk yang diperjual belikan ialah suatu barang yang
berujud (tangible) sehingga bisa diindra. Contohnya yaitu mebel, pesawat
radio, beras dan lain sebagianya. Sedangkan pada perusahaan jasa produk
yang diperjual belikan yaitu jasa dengan karakteristik dari jasa
merupakan tidak berwujud (intangilble).
2. Tidak adanya suatu perubahan bentuk atau sifat dari produk yang
diperdagangkan
Aktivitas utama perusahaan dagang yaitu membeli dan menjual barang dagang
tanpa adanya perubahan atau menambah bentuk dan sifatnya.
3. Akun-akun khusus
Terdapat akun-akun khusus yang diperoleh perusahaan dagang, misalnya pada
akun harga pokok penjualan, persediaan barang dagang, potongan dan retur
penjualan dan sebagainya.
4. Penghitungan laba/rugi
Pola penghitungan laba/rugi perusahaan dagang berbeda dengan suatu
perusahaan jasa, karena terdapat akun-akun khusus. Dalam sebuah perusahaan
jasa, laba diperoleh dengan cara mengurangi pendapatan dengan beban.31
30
Rory Eka Putra Sitepu, Pertanggungjawaban Perusahaan Penyalur Alat Berat
Terhadap Cacat Tersembunyi Produk (Studi Pada : PT. United Tractors Tbk), FH. Universitas
Sumatera Utara Medan 2014, hal 12-13
27
1. Jenis-jenis perusahaan dagang berdasarkan produk yang diperdayakan
a. Perusahaan dagang barang produksi, yaitu suatu perusahaan yang
memperdagangkan produk bahan-bahan baku (raw material) yang sebagai
bahan dasar dalam pembuatan produk atau alat-alat produksi untuk
menghasilkan sebuah produk lain. Seperti kayu gelondongan dan mesin
gergaji.
b. Perusahaan dagang barang jadi, yaitu suatu perusahaan yang
memperdagangkan sebuah produk final atau dalam bentuk akhir yang siap
untuk dipergunakan manusia. Seperti buku,sepatul, televisi dan lain-lain.
2. Jenis-jenis perusahaan dagang berdasarkan macam konsumen yang terlibat
a. Perusahaan Dagang Besar (Wholesaler), yaitu perusahaan yang secara
langsung membeli suatu produk dari pabrik dalam jumlah yang besar.
Perusahaan kemudian menjual barangnya ke sebagian pedagang dengan
sebuah perantara yang volume penjualan yang cukup besar. Contohnya :
Grosir
b. Perusahaan Dagang Perantara (Middleman), yaitu suatu perusahaan yang
membeli barang dalam partai besar untuk dijual kembali ke pengecer
dalam jumlah sedang. Contohnya : subgrosir.
c. Perusahaan Dagang Pengecer (Retailer), yaitu suatu perusahaan yang
langsung berhubungan dengan konsumen. Konsumen bisa membeli secara
eceran atau produk yang ditawarkan. Retailer sering dilihat di lingkungan
31
http://www.gurupendidikan.com/pengertian-ciri-dan-jenis-perusahaan-dagang-beserta-
contohnya-terlengkap/diakses tanggal 11 Maret 2017
28
sekitar. Contohnya: warung, kios dan swalayan.32
Perusahaan yang
membeli barang dagangan dari pemasok dan menjualnya kembali kepada
pelanggan tanpa diproses terlebih dahulu atau tanpa diubah bentuknya.
Bentuk perusahaan dagang, antara lain supermarket, penyalur atau
distributor, retailer, dan pengecer.
C. Bentuk Perjanjian antara Produsen dan Distributor
Suatu perjanjian merupakan suatu hubungan hukum antara dua belah pihak
yang telah sepakat untuk masing-masing memenuhi prestasi yang telah di
perjanjikan. Melihat dari macamnya atau bentuknya perjanjian itu dapat di bagi
kedalam tiga hal yaitu:
1. Menyerahkan sesuatu
Perjanjian untuk menyerahkan sesuatu adalah suatu perbuatan atau prestasi
berupa jual beli, tukar-menukar, penghibahan, sewa-menyewa, dan pinjam
pakai. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1352 KUH Perdata yang dapat di
kategorikan sebagai perjanjian bernama, yaitu perjanjian yang dilahirkan dan
timbul karena undang-undang.
2. Melakukan sesuatu
Pasal 1241 KUHPerdata dijelaskan tentang perjanjian untuk melakukan
sesuatu bahwa jika perjanjian tidak dilaksanakan ( wanprestasi ) maka kreditur
boleh juga di kuasakan supaya dia sendirilah yang mengusahakan
pelaksanaannya atas biaya si debitur.
32
Ibid
29
3. Tidak melakukan sesuatu
Seperti perjanjian untuk tidak mendirikan tambok atau perjanjian untuk tidak
mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan orang lain.33
Perjanjian produsen dan distributor pada dasarnya bersifat konsensualitas.
Bersifat konsensualitas karena perjanjian itu ada atau lahir sejak adanya kata
sepakat antara kedua belah pihak yaitu produsen PT Universal Indofood Product
dan pihak distributor PD. Abadi Jaya mengenai pembuatan suatu perjanjian
distributor dengan produk yang telah ditentukan. Bentuk perjanjian antara
produsen dan distributor dilakukan secara tertulis.
D. Hak dan Kewajiban Produsen dan Distributor
Pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam hukum perjanjian
dijamin oleh undang-undang. Pengaturan tentang hak dan kewajiban kreditur dan
debitur dalam perjanjian mencerminkan sejumlah asas yang menjadi prinsip-
prinsip atau asas-asas perjanjian. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang
seharusnya diterima atau dilaksanakan atas suatu objek yang diperjanjikan. Objek
perjanjian dalam hukum perikatan merupakan sesuatu yang menjadi tujuan para
pihak.
Pelaksanaan hak dan kewajiban dalam hukum perikatan disebut prestasi.
Oleh karena itu, jika dikaitkan dengan perjanjian gadai, maka nasabah dengan
perjanjian bersyarat baku dari Perum Pegadaian berstatus sebagai debitur
33
Subekti, Op. Cit, hal. 36.
30
(mengikatkan diri dalam perjanjian) sedangkan Perum Pegadaian memposisikan
diri sebagai kreditur (pembuat isi perjanjian) yang harus menjadi prestasi dari
debitur sebagai pembuat janji (promise).34
Kewajiban distributor yang bertugas mensuplai atau menyalurkan barang-
barang dagangan produsen kepada konsumen terakhir melalui bantuan pengecer
resminya, larangan mengangkat pengecer diwilayah yang sama, kewajiban untuk
memelihara mutu produk dan menyediakan harga makanan yang ditetapkan,
memberikan bantuan bersama-sama dengan produsen untuk mempromosikan
produk dengan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di mana
produk barang yang akan disalurkan, dan distributor berhak menerima
pembayaran harga sesuai dengan harga eceran tertinggi.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh distributor, yaitu
a. Bersedia memasarkan produk secara maksimal.
b. Memiliki kejujuran dan etikat baik sehingga hubungan bisnis dapat
berkelanjutan.
c. Memiliki kantor pemasaran yang jelas.
d. Menguasai alur distribusi di suatu wilayah setempat.
e. Bersedia memberikan masukan terhadap perusahaan demi kelancaran
distribusi.
Fasilitas yang diterima oleh distributor
a. Mendapatkan Rabat 40% dari harga eceran.
34
Hasil wawancara dengan Gabriel, selaku Manager PD. Abadi Jaya, tanggal 6 Maret
2017
31
b. Mendapatkan bonus penjualan jika melampui target yang telah ditentukan
produsen.
c. Pihak perusahaan cuma akan menunjuk satu distributor disuatu wilayah
setingkat Kabupaten/Kota atau propinsi bila dimungkinkan.
d. Semua order yang masuk ke perusahaan di suatu wilayah distributor akan
dikonfermasikan kepada distributor setempat untuk menindak lanjuti.35
Hak PT Universal Indofood Product, yaitu
1. Berhak untuk menunjuk distributor untuk memasarkan produk makanan yang
diproduksi atau yang akan diproduksi kemudian;
2. Setiap tahun sebelum tanggal 31 Januari berhak menerima rencana pesanan,
apabila sesudah tanggal tersebut tidak ada rencana pesanan maka yang
digunakan adalah seperti pesanan tahun yang telah berlalu;
3. berhak menerima surat pesanan rutin bulanan dalam bulanbulan sesudah bulan
kenaikan harga bulan bonus;
4. berhak menentukan harga ;
5. berhak menerima pembayaran harga selambat-lambatnya 120 (seratus dua
puluh) hari terhitung mulai pengiriman barang;
6. berhak menerima pembayaran apabila ada keterlambatan pembayaran dengan
mengenakan sangsi satu permil per hari dari jumlah yang belum dibayar;
7. berhak menyelesaikan masalah apabila terjadi perselisihan yang tidak dapat
diselesaikan.
35
Ibid
32
8. berhak mengakhiri perjanjian apabila masa berlakunya telah habis.36
Kewajiaban PT Universal Indofood Product
1. Menjamin bebasnya produk dari kerusakan dan cacat produksi serta akan
mengganti produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi serta apabila adanya
cacat produksi didalam produk tersebut tanpa membebankan biaya apapun
pada distributor.
2. Berkewajiban untuk memproduksi makanan dan jenis makanan yang lain yang
telah mendapat izin produksi
3. Berkewajiban untuk mengangkat Distributor sebagai perantara
pendistribusian;
4. Berkewajiban memberikan konfirmasi secara tertulis kepada PD. Abadi Jaya
tentang kesanggupan pemenuhan jumlah pesanan. Selambat-lambatnya
tanggal 25 bulan yang bersangkutan;
5. Berkewajiban untuk mengirim barang ke gudang PD Abadi Jaya selambat-
lambatnya pada tanggal terakhir bulan tersebut, sesuai jenis, jumlah barang,
dan Kantor yang di tuju;
6. Berkewajiban untuk menanggung biaya bersama seandainya biaya pengiriman
ke cabang Distributor di luar Jakarta dan Medan melebihi biaya yang
seharusnya;
7. Berkewajiban untuk mengasuransikan pengiriman makanan pada perusahaan
asuransi dengan polis dan untuk dan atas nama PD. Abadi Jaya
36
Hasil wawancara dengan Gabriel, selaku Manager PD. Abadi Jaya, tanggal 6 Maret
2017
33
8. Berkewajiban untuk menyerahkan makanan dan produk lain dengan harga
yang telah ditentukan;
9. Berkewajiban untuk menentukan harga Netto dari makanan yang dijual dan
ditentukan pula profit yang ditentukan dari harga beli;
10. Bertanggung jawab untuk mengurus dan mendaftarkan (registrasi) produk; -
berkewajiban untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi antara PT
Universal Indofood Product dan PD Abadi Jaya.
Hak PD. Abadi Jaya selaku distributor, yaitu
1. Berhak untuk menerima produksi obat-obatan dan jenis makanan yang lain
yang telah mendapat izin Produksi dari Pemerintah atas nama PT Universal
Indofood Product;
2. Berhak untuk ditunjuk sebagai Distributor;
3. Berhak untuk menerima konfirmasi secara tertulis dari PT Universal Indofood
Product tentang kesanggupan pemenuhan jumlah pesanan. Selambat-
lambatnya tanggal 25 bulan yang bersangkutan;
4. Berhak untuk menerima kiriman barang dari PT Universal Indofood Product
selambat-lambatnya pada tanggal terakhir bulan tersebut, sesuai jenis, jumlah
barang , dan kantor yang dituju;
5. Berhak untuk mengasuransikan pengiriman obat-obatan pada perusahaan
asuransi dengan polis, untuk dan atas nama PD Abadi Jaya
6. Berhak untuk menerima obat-obatan dan produk lain dengan harga yang telah
ditentukan;
34
7. Berhak untuk menentukan harga Netto dari makanan yang dijual dan
ditentukan pula profit yang ditentukan dari harga beli;
8. Bertanggung jawab untuk mengurus dan mendaftarkan (registrasi) produk.37
Kewajiban PD Abadi Jaya sebagai Distributor, yaitu :
1. Wajib memenuhi target penjualan yang telah disepakati antara PT. Universal
Indofood Product dan PD. Abadi Jaya.
2. Wajib mengusahakan dengan segala kemampuanya untuk mempromosikan
dan meningkatkan penjualan Produk makanan PT. Universal Indofood
Product di wilayahnya.
3. Berkewajiban untuk memasarkan produk makanan yang diproduksi oleh PT
Universal Indofood Product
4. Setiap tahun sebelum tanggal 31 Januari berkewajiban memberikan rencana
pesanan, apabila sesudah tanggal tersebut tidak ada rencana pesanan maka
yang digunakan adalah seperti pesanan tahun yang berlalu;
5. Berkewajiban memberi surat pesanan rutin bulanan dalam bulan-bulan
sesudah bulan kenaikan harga ;
6. Berkewajiban untuk ikut menentukan harga makanan;
7. berkewajiban membayar harga obat-obatan selambatlambatnya 120 (seratus
dua puluh) hari terhitung mulai penerimaan barang;
8. Berkewajiban membayar apabila ada keterlambatan pembayaran dengan
mengenakan sangsi satu permil per hari dari jumlah yang belum dibayar; -
37
Ibid
35
9. Berkewajiban menyelesaikan masalah apabila terjadi perselisihan yang tidak
dapat diselesaikan;
10. Wajib menyampaikan laporan mengenai keluhan serta klaim yang di
terimanya dari Konsumen kepada PT. Universal Indofood Product melalui
media elektronik berupa email. Dalam pengaturan hak dan kewajiban tersebut
dijelaskan beberapa prestasi dan kontra prestasi dari para pihak sehubungan
dengan pelaksanaan perjanjian ini.
BAB III
PD. ABADI JAYA SEBAGAI DISTRIBUTOR DAN PT. UNIVERSAL
INDOFOOD PRODUCT SEBAGAI PRODUSEN
A. Profil PD. Abadi Jaya dan PT. Universal Product
1. Profil PD. Abadi Jaya
Empat puluh tujuh tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1970, PD. Abadi
Jaya didirikan oleh Erni Poldi, dimana perusahaan ini bergerak dalam bidang food
supply. Berkiprah selama lebih 47 tahun membuat kami tumbuh menjadi
perusahaan distributor yang diperhitungkan oleh competitor yang bergerak dalam
bidang yang sama.
Berbagai perubahan dan perkembangan zaman membuat kami semakin
kokoh dalam menganalisa dan menghadapi pasar, namun hal ini tak lantas
membuat kami lupa bahwa pencapaian selama ini tak lepas dari kerja keras semua
pihak yang turut berkontribusi mendukung kami selama ini. Kami juga didukung
oleh tenaga kerja professional yang berpengalaman dalam bidangnya. Dengan
berlandaskan hal di atas, maka kami bertujuan untuk menjadi “distributor yang
dapat melayani anda kapan dan dimanaun anda berada”.
Visi dan misi mencerminkan bagaimana cara pandang sebuah perusahaan
dalam menatap masa depan agar dapat menggerakkan potensi-potensi dalam
perusahaan untuk bekerja serius dan fokus dalam mencapai cita-cita bersama.
37
Visi dan misi PD, Abadi Jaya
a. Visi
Menjadi perusahaan distributor yang mampu memberikan tidak hanya
produk yang berkualitas tinggi, namun juga pelayanan yang baik.
b. Misi
1) Menjadi mitra pelanggan yang dapat dipercaya dalam pengadaan
food supply baik dalam skala besar maupun skala kecil.
2) Memberikan suasana kerja yang sehat dan nyaman bagi semua
karyawan guna membantu karyawan dalam mencapai
kesejahteraan.
3) Selalu berupaya dalam meningkatkan teknologi informasi sebagai
alat dalam menghadapi persaingan global.
4) Meningkatkan kerjasama team antar berbagai departemen sebagai
modal utama dalam memberikan pelayanan terbaik untuk
pelanggan.
38
Adapun struktur organisasi PD. Abadi Jaya dapat dilihat dibawah ini
Sumber : PD. Abadi Jaya, 2017
2. Profil PT. Universal Indofood Product
Sejak tahun 1972, Unibis telah menetapkan tiga permata prinsip binis yang
sederhana, nilai harga dan kualitas. Melalui tangan individu yang sangat
berkompeten dilengkapi dengan teknologi modern yang terbaik saat ini, bahan
yang dipilih secara hati-hati dan terbaik yang ditawarkan membuatnya menjadi
sebuah produksi. Hal ini mengakibatkan pembuatan global terkemuka pasar
produk-produk berkualitas. Unibis terus merefleksikan komitmen dari nilai harga
dan kualitas dengan mendirikan fasilits laboratorium dan kontrol kebersihan untuk
mencapai standar tertinggi produk.
BOD
Head HRD Head
Logistic
Operational
Manager
Manager
Head Finance
Accounting
Manager
Head IT
Ka.
Gudang
Admin
Marketing
Supervisor Head
Accounting
Admin
Gudang
Sales
Admin
Accounting
Admin
Keuangan
Bank
Manager
Accountsr
Receivable
Admin
Mandor
Gudang
Mandor
Driver &
Helper
Staff
Gundang
Driver
Helper
39
Produk penelitian dan pusat pengembangan sejalan dengan inovasi
merupakan bagian dari komitmen yang dimungkinkan melalui dukungan terus
menerus dari konsumen sertia Indonesia selama Unibis 35 tahun pelayanan.
Unibis mengutamakan dalam memberikan kembali kepada masyarakat
yang telah mendukung mereka dalam bentuk partisipasi aktif dalam membuat
lingkungan yang lebih baik, sebuah komunitas sosial yang lebih baik dan
akhirnya, negara yang lebih baik.
Visi dan misi PT. Universal Indofood Product
a. Visi
Memimpin pasaran produk-produk konsumsi yang berkualitas
b. Misi
1) Meningkatkan kestabilan penjualan
2) Mempertahankan sistem distribusi dan jaringan yang terbaik.
3) Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh pihak yang terkait.
4) Menjaga kesan baik atas merek-merek produk Unibis.
5) Menjalin hubungan harmonis dengan konsumen baik dalam segi
lingkungan hidup ataupun komunitas sosial pada umumnya.
Adapun struktur organisasi PT. Univeler Indofood Product dapat dilihat
dibawah ini.
40
Sumber : PT. Universal Indofood Product, 2017
B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian
Setiap perjanjian merupakan peristiwa hukum akan melahirkan akibat
hukum yaitu akibat-akibat dalam hal mana diatur dan ditentukan oleh hukum.
Tetapi akibat itu haruslah timbul dari perjanjian yang dibuat oleh para pihak.
Akibat hukum itu adalah lahirnya hak dan kewajiban yang berkaitan langsung
pada para pihak tersebut.
Perjanjian kerjasama produsen dan distributor melahirkan suatu hak dan
kewajiban di antara para pihak sejak terjadinya kesepakatan dan penandatanganan
perjanjian tersebut. Hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian kerjasama
produsen dan distributor tersebut didasarkan kepada kekuatan mengikat dari
perjanjian tersebut yang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya sebagaimana yang disebutkan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata.
Pembuatan perjanjian kerjasama produsen dan distributor tersebut memilik makna
Presiden Direktur
Wakil
Presiden Direktur
Direktur
Personalia
Direktur
Pemasaran
Direktur Produksi Direktur
Keuangan
Manager
Ketenagakerjaan
Staf
Ketenagakerjaan
Manager
Penjualan
Staf
Penjualan
Manajer
Pembukuann
Staf
Pembukuann
Manager
Proses Produksi
Manager OC/R&D
Staf QC Staf QC Staf
Proses
Staf
Packing Staf
PPIC
Staf
Gdg
41
adanya kesepakatan antara kedua belah pihak yang mengikatkan diri dalam
perjanjian tersebut dalam hak dan kewajiban yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh para pihak tersebut. Dalam perjanjian kerjasama produsen dan
distributor pengaturan klausul perjanjian tentang hak dan kewajiban
dimusyawarahkan dan disepakti oleh kedua belah pihak secara seimbang dan
proporsional.
Pada dasarnya asas proporsional merupakan perwujudan dalam dokrin
keadilan dalam melakukan perjanjian atau lazim disebut dengan keadilan
berkontrak. Perjanjian keadilan dalam melakukan perjanjian ditentukan melalui
dua pendekatan, Pertama, pendekatan prosedural, pendekatan ini menitik beratkan
pada persoalan kebebasan membuat perjanjian. Pendekatan kedua adalah
pendekatan substansif yang menekan kandungan atau substansi serta pelaksanaan
perjanjian. Dalam pendekatan substansif perlu diperhatikan adanya kepentingan
yang berbeda.38
C.Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama
Pelaksanaan perjanjian adalah perbuatan merealisasikan atau memenuhi
kewajiban dan memperoleh hak yang telah disepakati oleh pihak-pihak sehingga
tercapai tujuan kedua para belah pihak. Masing-masing pihak melaksanakan
38
Hesti Widyanungnum, Menyusun Kontrak Bisnis Internasional, (PPM, Jakarta, 2001),
hal 42
42
perjanjian dengan sempurna dan iktikad baik sesuai dengan persetujuan yang telah
dicapai.39
Pelaksanaan suatu perjanjian pada dasarnya selalu berupa kewajiban dan
perolehan hak secara timbal balik antara pihak-pihak. Kewajiban diklasifikasikan
menjadi kewajiban pokok dan kewajiban pelengkap. Kewajiban pokok merupakan
esensi perjanjian dan kewajiban pelengkap merupakan penjelas terhadap
kewajiban pokok. Dengan kata lain, kewajiban pokok bersifat fundamental
essensial, sedangkan kewajiban pelengkap bersifat formal prosedural. Pada
kewajiban utama (pokok), jika terjadi pelanggaran atau wanprestasi, dapat
memtuskan (membatalkan). Termasuk kewajiban pokok adalah perbuatan
penyerahan benda atau hak milik atas benda, melakukan pekerjaan tertentu,
pelayanan jasa, pembayaran sejumlah uang harga benda, dan upah pelayanan
jasa.40
Menjalankan dunia usaha, perusahaan mempunyai beberapa strategi dan
sasaran tertentu yang akan dicapai. Strategi perusahaan terdapat pada berbagai
tingkat kegiatan perusahaan, Pada hari ini, tanggal 01 Januari 2016.
Tuan Sukardi Irawan, BSc, bertempat tinggal di Medan, Jalan Taman
Malibu Indah Blok C-8, Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Medan Polonia.
Menurut keterangannya dalam hal ini ia bertindakm sebagai Direktur dengan
demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama Badan
39
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2011, hal 307, 40
Ibid, hal 308
43
Hukum perseroan terbatas “PT.Universal Indofood Products” Berkedudukan di
Medan. Selanjutnya disebut “pihak pertama/ PT.UNIBIS” dan
Ibu Erni Leopoldy,bertempat tinggal di Medean Jalan Asia No.74/120,
Medan. Menurut keterangannya bertindak dalam hal ini dalam jabatannya sebagai
Direktur dengan demikian mewakili Direksi dri dan oleh karena itu untuk dan atas
nama badan hukum perseroan terbatas “PD. Abadi Jaya. berkedudukan di Medan.
Selanjutnya disebut “Pihak Kedua/Distributor”
Kedua belah pihak yang bertindak seperti disebut diatas menerangkan
terlebih dahulu sebagai berikut :
1. “PT. Universal Indofood Products adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang usaha pengolahan,pengembangan pemasaran dn penjualan produk
biscuit dan produk makanan lainnya;
2. Distributor memiliki pengalaman di bidang distribusi dan pemasaran yang
berkaitan dengan penjualan produk, serta kemampuan dan perijinan untuk
melakukan distribusi dan pemasaran didalam suatu wilayah;
3. PT.UNIBIS bersedia untuk menjual produk kepada para konsumen di
wilayah melalui distributor, dan distributor bersedia untuk membeli
produk dari PT.UNIBIS dan menjualnya kembali kepada para konsumen;
Bahwa para pihak ingin melakukan pengaturan usaha melalui kerjasama
berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur
dalam perjanjian ini.
44
Maka oleh karena itu, para pihak telah menyetujui sebagai berikut
Pasal 1
1.1. Pihak pertama menunjuk pihak kedua, dan pihak kedua menerima
penunjukan tersebut yang akan berlaku selama jangka waktu sebagai
distributor untuk melaksanakan distribusi dan penjualan produk di wilayah
tertentu dan untuk maksud perjanjian ini, distributor bertanggung jawab
untuk mendistribusikan produknya di Wilayah Propinsi Sumatera Utara,
dimana distributor tidak dipernolehkan untuk menjual produk yang
dihasilkan oleh competitor pihak pertama.
1.2. Penentuan wilayah merupakan hak tunggal pihak pertama dan oleh karena
itu pihak pertama dapat merubah wilayah kapanpun diperlukan dan dengan
alas an apapun dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak kedua.
1.3. Pihak kedua dalam menjalankan kewajibannya berdasarkan perjanjian ini
tidak dapat dianggap bertindak untuk dan atas nama pihak pertama.
Pasal 2
1.1. Pihak kedua/distributor ditunjuk sebagai distributor ditunjuk sebagai
distributor untuk jangka waktu 32 (tiga puluh dua) bulan lamanya dimulai
sejak tanggal 01 januari 2016 oleh karena itu perjanjian ini akan berakhir
pada tanggal 12 Agustus 2018. Jangka waktu itu dengan sendirinya berakhir
pada akhir jangka waktu, kecuali diperbaharui dan diperpanjang secara
tertulis antara para pihak sebelum berakhirnya perjanjian ini.
45
1.2. Pihak pertama dapat memutuskan untuk memperpanjang,memperbaharui
atau tidak memperbaharui atau tidak memperbaharui jangka waktu
perjanjian atas kebijakannya. Dalam hal pihak pertama memutuskan untuk
memperpanjang dan memperbaharui perjanjian, maka pihak pertama akan
mengirimkan bentuk surat perpanjangan dan pembaharuan dari perjanjian
ini dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum berakhirnya
perjanjian ini untuk ditandatangani oleh distributor.
Pasal 3
3.1. Pihak kedua/distributor hanya dapat mnjual produk dalam wilayah
3.2. Pihak kedua/distributor tidak boleh secara langsung atau melalui agen
menjual produk diluar wilayah dan tidak boleh menjual produk kepada
siapapun yang diketahuinya atau diduganya akan atau bermaksud menjual
produk diluar wilayah.
3.3. Apabila pihak kedua/distributor menerima pesanan, tawaran untuk membeli
atau meminta hal-hal yang berkaitan dengan produk dari luar wilayah atau
dari siapapun yang berada didalam wilayah dan/atau apabila pihak
kedua/distributor harus segera memberitahukan jal tersebut kepada pihak
pertama/secara tertulis.
3.4. Dalam rangka menjaga ketersediaan produk bagi para konsumen dalam
wilayah, pihak kedua/distributor wajib dengan komitmen penuh mencapai
dn menjaga target penjualan selama jangka waktu.
46
Pasal 4
4.1. Pihak pertama akan menjual produk kepada pihak kedua/distributor pada
harga yang akan disusun dan diperbaharui oleh pihak pertama dari waktu ke
waktu, dimana mengenai harga dan margin distributor dibuatkan dalam
daftar tersendiri dari kedua belah pihak.
4.2. Pihak pertama akan memberikan kepada pihak kedua/distributor pedoman
harga jual produk yang akan direkomendasikan dari waktu ke waktu dan
pihak kedua/distributor akan menggunakan usulan harga jual tersebut
sebagai pedoman untuk menentukan harga jual atas produk.
4.3. Pihak pertama dari waktu ke waktu dapat menambah atau mengubah usulan
harga jual dengan memperhitungkan fluktuasi pada unsure biaya dipasar-
pasar local dan domestic dan variasi mata uang, hal-hal mana harus
diberikan oleh pihak pertama kepada pihak kedua/distributor, dengan
memberikan pemberitahuan terlebih dahulu selambatnya 20 (dua puluh) hari
kalender sejak perubahan harga tersebut.
4.4. Pihak kedua berkewajiban melaporkan harga jual (distributor selling out
price) kepada pihak pertama.
Pasal 5
5.1. Pesanan tidak boleh melebihi suatu jumlah maksimum nilai tertentu atas
produk sesuai kesepakatan kedua belah pihak, apabila pesanan yang
diajukan oleh pihak kedua/distributor melebihi jumlah batas maksimum
pesanan atau dalam keadaan lainnya maka pihak pertama atas kebijakannya
47
dapat menolak dan meminta pihak kedua/distributor untuk meyesuaikan
pesanan menurut keinginan pihak pertama.
5.2. Dalam perjanjian ini total penjualn pihak pertama kepada pihak kedua
adalah maksimum sebesar Rp.5.000.000.000,- (lima milyar rupiah), apabila
pihak kedua ingin melakukan pembelian melebihi nilai tersebut maka pihk
kedua dapat memberitahukannya kepada pihak pertama dan pihak kedua
harus terlebih dahulu melunasi tagihan sebelumnya. Dalam hal ini pihak
kedua melakukan pembelian tunai akan mendapatkan discount 1% (satu
persen).
Pasal 6
6.1. Jadwal-jadwal pengiriman atas tiap-tiap pesanan ditentukan berdasarkan
kesepakatan diantara para pihak (tanggal pengiriman). Segala perubahan
atas jadwal pengiriman tersebut hanya dapat berlaku dengan pemberitahuan
tertulis dari pihak pertama kepada pihak kedua/distributor.
6.2. Produk yang dipesan atau diminta untuk dikirimkan kepada pihak
kedua/distributor akan dikirimkan oleh pihak pertama melalui pengangkut
dalam setiap kesempatan pertama dari jadwal yang memungkinkan bagi
pengangkut dan akan diterima oleh pihak kedua/distributor dalam setiap
waktu dari senin hingga sabtu.
6.3. Pihak pertama bertanggung jawab atas pengiriman prosuk sampai ke gudang
pihak kedua, dimana biaya untuk pengiriman tersebut ditanggung atau
dibayar oleh pihak pertama. Apabila ada kerusakan produk yang diterima
48
oleh pihak kedua yang diakibatkan karena kelalaian selama proses
pengiriman maka hal tersebut adalah merupakan tanggung jawab dari
logistik.
Pasal 7
7.1. Pihak pertama akan mengajukan tagihan-tagihannya kepada pihak
kedua/distributor pada saat dikirimkannya semua produk sebagaimana
dirinci dalam pesanan, dan pihak kedua/distributor akan menyelesaikan
pembayaran atas tagihan-tagihan tersebut dalam jangka waktu 30
(tigapuluh) hari kalender sejak tanggal pengiriman (delivery order) yaitu
sebesar jumlah yang ditentukan dalam tagihan-tagihan tersebut.
7.2. Seluruh pembayaran dilakukan pihak kedua/distributor kepada pihak
pertama dalam mata uang rupiah langsung ke dalam rekening pihak pertama
pada bank yang telah disepakati sebagaimana disebutkan dalam tiap-tiap
tagihan-tagihan yang dikirimkan kepada pihak kedua/distributor dari waktu
ke waktu.
7.3. Dalam hal pihak pertama dengan alasan apapun menduga adanya
ketidakpastian dalam kemampuan financial pihak kedua/distributor untuk
melaksanakan kewajiban pembayaran berdasarkan perjanjian ini, maka
pihak pertama mempunyai hak untuk memberitahukan kepada pihak
kedua/distributor mengenai maksudny baik dalam hal :
(I) penundaan distribusi produk oleh pihak kedua/distributor;
(II) mencairkan rekening bank garansi;
49
(III) meminta pihak kedua/distributor untuk mempercepat pemabayarn yang
telah jatuh tempo terhadap semua jumlah terhutang yang dimilikinya kepada
pihak pertama termasuk bunga, atau ;
(IV) memutuskan perjanjian ini.
7.4. Dalam hal menjadi pertimbangan pihak pertama setiap order yang dibuat
oleh pihak kedua/distributor dalam masa periode pembayaran dan dalam
kondisi pihak kedua/distributor telah melebihi jumlah batas pemesanan,
harus dibayar secara tunai.
7.5. Dalam hal pihak kedua/distributor tidak membayar tepat wktu sebagian atau
seluruh pembayaran yang telah jatuh tempo berdasarkan perjanjian ini,maka
pada setiap tanggal jatuh tempo hingga pelunasan pembayaran secara penuh
dilakukan, pihak kedua/distributor harus membayar bunga atas jumlah yang
jatuh tempo tersebut dengan tingkat seku bunga sebesar 0,75% (nol koma
tujuh puluh lima persen) perbulan, dimana bunga mana hanya berlaku untuk
1(satu) bulan lamanya.apabila hingga 1(satu) bulan dari tanggal jatuh tempo
pelunasan pembayaran secara penuh belum juga dilakukan oleh pihak
kedua/distributor, maka pihak pertam berhak dan berkuasa untuk
mencairkan bank garansi yang diatur dalam pasal 11 di bawah ini :
Pasal 8
8.1 Masing-masing pihak menyatakan dan menjamin bahwa :
8.1.1. Ia merupakan badan hukum yang didirikan dan tunduk berdasarkan
hukum negara republik indonesia, yang memiliki wewenang untuk
50
menjalankan usahanya dengan cara sebagaimana usaha tersebut kini
dijalankan dan akan dijalankan berdasarkan perjanjian ini :
8.1.2. Ia memiliki kuasa dan wewenang sepenuhnya untuk
menandatangani, melangsungkan dan melaksanakan perjanjian ini;
8.1.3. Perjanjian ini berisi kewajiban-kewajiban yang sah, dapat
dilangsungkan dan mengikat, serta dapat dilaksanakan terhadapnya
sesuai dengan ketentuan-ketentuannya;
8.1.4. Masing-masing pihak telah dan akan mempertahankan kewenangan
penuh selama jangka waktu perjanjian ini atas semua kewenangan,
perjanjian dan sertifikat yang disyaratkan dan diperlukan untuk
melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam perjanjian ini;
8.1.5. Dengan menandatangani dan melaksanakan perjanjian ini, ia tidak
melanggar segala persyaratan yang berlaku dalam yuridikasi atau
ketentuan-ketentuan dalam perjanjian manapun yang mengikat pihak
tersebut pada tanggal perjanjian ini;
8.1.6. Tidak terdapat klaim, tindakan, tuntutan atau proses hukum
terhadapanya,yang hasilnya dapat secara material memberikan efek
yang merugikan bagi transaksi yang diatur berdasarkan perjanjian
ini.
Pasal 9
Selama jangka waktu perjanjian maka :
51
9.1 Pihak pertama akan berusaha sebaik-baiknya untuk memenuhi pesanan yang
diterima olehnya dari pihak kedua/distributor dari waktu ke waktu.
9.2. Apabila dianggap perlu,pihka pertama dapat memberikan kepada pihak
kedua/distributor selama jangka waktu bantuan sebagai berikut :
a. Saran dan konsultasi yang umum berkenaan dengan pengiklanan dan
promosi produk;
b. Menyediakan bentuk pengiklanan dan promosi pihak pertama,sampel-
sampel dan data-data lain,sebagaiman dirancang atau dibuat oleh pihak
pertama yang dianggap relevan oleh pihak pertama,dengan
memperhatikan hak pihak pertama atas kerahasiaan.
Pihak kedua/distributor setuju untuk menghormati hak milik intelektual
yang dimiliki pihak pertama.
9.3. Pihak pertama dari waktu ke waktu menyerahkan usulan harga jual kepada
pihak kedua/distributor yang terakhir berkaitan dengan produk.
Pasal 10
10.1. Pihak kedua/distributor harus berusaha sebaik-baiknya untuk dan akan
secara berhati-hati dan penuh semangat mengusahakan
distribusi,pemasaran,dan penjualan produk di seluruh wilayah selama
jangka waktu termasuk :
a. secara rutin mengunjungi para konsumen yang ada dan para calon
konsumen untuk maksud tersebut;
b. membentuk tenaga penjualan yang terlatih dan benar;
52
c. menjaga citra dan merek dagang pihak pertama;
d. membuat laporan penjualan dan laporan posisi stock serta laporan
kegiatan kompetitor di pasar secara bulanan dan dikirimkan kepada
pihak pertam secara teratur.
10.2. Pihak kedua/distributor wajib membayar pesanan tepat waktunya sesuai
tanggal jatuh tempo yang tercantum pada faktur.faktur dianggap lunas bila
telah dilakukan pembayaran dengan membukukannya ke rekening pihak
pertama.
10.3. Pihak kedua/distributor hanya akan menjual produk dalam wilayah yang
telah ditentukan dan pihak kedua tidak diperbolehkan melakukan usaha-
usaha atau kegiatan-kegiatan yang bersifat menyaingi produk atau strategi
pemasaran yang dapat merugikan pihak pertama.
10.4. Pihak kedua/distributor wajib memenuhi target penjualan setiap waktu
selama jangka waktu.
10.5. Pihak kedua/distributor harus melaksanakan tindakan-tindakan pencegahan
berkenaan dengan pengamanan produk,termasuk tidak terbatas pada
pemisahan prosuk dari barang-barang atau bahan-bahan lain yang dapat
menimbulkan racun, mengandung bahan-bahan kimia,atau yang dapat
mempengaruhi rasa dan bau produk untuk mencegah adanya kontaminasi
terhadap produk.
10.6. Pihak kedua/distributor harus segera memberitahukan kepada pihak pertama
mengenai seluruh hal penting yang menjadi perhatian pihak
53
kedua/distributor mengenai penjualan produk dalam wilayah, kegiatan para
pesaing dalam wilayah dan segala permintaan atau keluhan-keluhan yang
berkaitan dengan produk yang diterima oleh pihak kedua/distributor dari
para konsumen dan calon konsumennya.
10.7. Pihak kedua/distributor harus menyimpan semau izin,lisensi dan bukti
pendaftaran pada pihak pemerintah yang berwenang yang diperlukan dan
diisyaratkan sehubungan dengan distribusi, promosi dan penjualan produk
dalam wilayah (dan atas permintaan pihak pertama,menyerahkan
fotocopynya kepada pihak pertama) dan memenuhi ketentuan perundang-
undangan dan peraturan berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan usaha dan
penjualan produk dalam wilayah.
10.8. Pihak kedua/distributor harus mengizinkan pihak pertama atau wakilnya
untuk memeriksa setiap outlet, fasilitas penyimpanan dan barang-barang
yang disimpan untuk memudahkan pihak pertama mengecek dipenuhinya
ketentuan-ketentuan perjanjian ini oleh pihak kedua/distributor, harus serta
menyediakan dan memenuhi setiap dan semua permintaan yang wajar dari
pihak pertama sehubungan dengan hal tersebut, termasuk hal berkenaan
dengan dokumentasi pihak kedua/distributor
10.9. Selama jangka waktu pihak kedua/distributor tidak boleh
a. menyerahkan,mengalihkan ataupun dengan cara apapun bermaksud
b. menyerahkan,mengalihkan perjanjian ini atau hak-haknya berdasarkan
perjanjian ini atau setiap bagian dari padanya tanpa persetujuan tertulis
54
terlrbih dahulu dari pihak pertama, persetujuan mana diberikan ataw
kewenangan pihak pertama;
c. menanggung kewajiban apapun atas nama pihak pertama atau dengan
cara apapun menggadaikan atau bermaksud menggadaikan kredit pihak
pertama atau menerima segala pesanan atau membuat kontrak yang
mengikat pihak pertama tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
pihak pertama atas ketentuan-ketentuan kontrak tersebut;
d. mengubah,mempengaruhi,memindahkan,menutup atau mencampuri
pemberian tanda atau plat nama atau tanda-tanda lain mengenai sumber
asal barang-barang yang dapat ditempatkan oleh pihak pertama atas
produk.
e. membuat pernyataan palsu atau secara salah membawa pihak pertama
atau produk dalam kegiatan promosi dan penjualan produk dan tetap
menjaga agar pihak pertama tetap tergantikan atas segala
kerugian,klaim,kewajiban dan biaya yang dapat timbul atau diakibatkan
dari pernyataan tersebut.
f. menjaminkan produk yang ditempatkan dalam tempat penyimpanan
pihak kedua dalam bentuk gadai,fidusia,penyitaan berdasarkan hukum
apapun,kuasa untuk memberikan pembebanan apapun,ataupun jaminan
lain dalam bentuk apapun.
55
Pasal 11
11.1. Sebagai jaminan untuk menjamin pembayaran penuh dan tepat waktu atas
produk yang dipesan oleh pihak kedua/distributor dari pihak pertama maka
pihak kedua/distributor akan memberikan kepada pihak pertama yaitu bnk
garansi dari bank permata.
11.2. Pihak kedua/distributor melalui bank permata menerbitkan bank garansi
untuk kepentingan pihak pertama dengan jumlah yang telah disepakati oleh
para pihak. Pihak kedua/distributor setiap waktu harus menjaga saldo
rekeningnya untuk menjamin pembayaran bank garansi kepada pihak
pertama.
11.3. Dalam hal terjadinya keadaan dimana :
a. Pihak kedua/distributor tidak melakukan pembayaran kepada pihak
pertama pada tanggal jatuh tempo pembayaran.
b. Pihak kedua/distributor terbukti melakukan pelanggaran wilayah yang
walaupun telah diberi peringatan oleh pihak pertama masih juga tetap
dilakukan oleh pihak kedua/distributor.
Maka pihak pertama atas kebijakannya sendiri dapat mencairkan bank
garansi dan mengalihkan jumlah jaminan tersebut untuk melunasi
hutang-hutang pihak kedua.
56
Pasal 12
12.1. Pihak pertama dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada pihak
kedua/distributor dapat segera mengakhiri perjanjian ini dengan alasan
sebagai berikut :
12.1.1. Pihak kedua/distributor tidak dapat melaksanakan setiap kewajiban
dan/atau tanggung jawabnya berdasarkan perjanjian ini ataupun
dengan alasan lain selain daripada force majeure;
12.1.2. Pihak kedua dalam proses kepailitan pembubaran atau proses serupa
lainnya;
12.1.3. Pihak kedua/distributor diambil alih oleh atau digabungkan dengan
pihak ketiga atau sebaliknya melalui perubahan
pengurusan/pengaasan penting, atau usaha terkaitnya dialihkan ke
badan hukum yang berbeda; dan atau
12.1.4. Pihak kedua/distributor melakukan tindak pidana atau terlibat kasus-
kasus yang memiliki efek-efek negative terhadap usaha pihak
kedua/distributor.
12.2. Pengakhiran atau pemutusan perjanjian ini tidak membebaskan masing-
masing pihak dari segala kewajiban kepada pihak lain yang ada pada
tanggal pengakhiran atau pemutusan perjanjian ini, kecuali dilepaskan
secara terulis oleh pihak lain.
12.3. Sejak tanggal pemberitahuan pemutusan perjanjian seperti tersebut diatas
maka :
57
a. Produk yang berada dalam penguasaan pihka kedua/distributor wajib
untuk segera mengembalikan produk tersebut dalam jangka waktu paling
lambat 5 (lima) hari kalender sejak tanggal pemutusan perjanjian ini, dan
para pihak setuju untuk menyelesaikan pembukuan masing-masing pihak
sehubungan dengan produk dan mengenai seluruh proses administrasi
hutang piutang maksimal 15 (limabelas) hari sejak tanggal pengakhiran
perjanjian.
b. Pihak kedua /distributor harus segera menghentikan penggunaan nama
pihak pertama dan setiap semua hak milik intelektual.
c. Pihak kedua/distributor harus segera atas permintaan pihak pertama
mengembalikan sebagaimana mestinya semua bentuk tulisan,
pengiklanan dan bahan promosi, penunjukan serta benda-benda serupa
yang mungkin diserahkan oleh pihak pertama kepada pihak
kedua/distributor dan yang masih dipegang oleh pihak kedua/distributor.
d. Pihak pertama bersedia mengganti klaim dan retur susulan dari pihak
kedua/distributor sampai batas waktu 1(satu) bulan sejak tanggal
pengakhiran perjanjian.
Pasal 13
Selama jangka waktu perjanjian ini dan sesudahnya,tanpa persetujuan
tertulis sebelumnya dari pihak lain,setiap pihak dalam perjanjian ini tidak akan
menyatakan atau mengungkapkan kepada pihak ketiga manapun (kecuali
sebagaimana diwajibkan untuk diungkapkan kepada badan-badan pemerintah oleh
58
hukum atau perintah pemerintah) segala informasi atau hal-hal yang telah
diketahuinya melalui transaksi berdasarkan perjanjian ini,kecuali hal-hal tersebut
telah diberitahukan kepada masyarakat karena akibat-akibat lain selain karena
adanya kelalaian dari pihak tersebut,atau telah dimiliki pihak tersebut dengan cara
lain selain perolehan karena melakukan transaksi berdasarkan perjanjian ini.
Selama jangka waktu perjanjian apabila ada promosi produk yang sudah disetujui
oleh pihak pertama untuk pembayaran biayanya, maka pihak pertama akan
membayar kepada pihak kedua biaya promosi tersebut selambat-lambatnya 30
(tigapuluh) hari sejak dokumen klaim biaya promosi tersebut diterima dan
disetujui oleh pihak pertama.
Pasal 14
Apabila produk yang telah dibeli oleh pihak kedua dari pihak pertama termasuk
dalam produk allowance bad stock maka pihak kedua/distributor diberi hak untuk
mengembalikan produk tersebut sebesar 0,2% (nol koma dua persen) dari
seluruh/total penjualan dengan ketentuan nilai produk yang dikembalikan tersebut
akan dipotongkan langsung pada saat penerbitan invoice.
Pasal 15
15.1. setiap pihak dalam perjanjian ini tidak bertanggung jawab kepada puhak
lain atas kelalaian melaksanakan kewajiban-kewajibannya berikut secara
keseluruhan atau sebagian yang disebabkan oleh terjadinya force majeure,
sepanjang pihak tersebut ikut serta dalam produksi pihak pertama atau pihak
59
kedua/distributor, penyediaan,pengangkutan atau kegiatan penjualan
kembali dan yang mempengaruhi pelaksanaan perjanjian ini.
15.2. tanpa mengindahkan hal-hal tersebut diatas, setiap terjadinya peristiwa force
majeure tidak akan membebaskan pihka yang terpengaruh dari
kewajibannya untuk melakukan pembayaran keuangan atas produk yang
telah dijual dan dikirimkan berikut atau apapun.
15.3. apabila suatu tindakan pemerintah secara mendasar mempengaruhi hak
pihak pertama untuk mengubaj ketentuan-ketentuan harga atau
pengangkutan, maka pihak pertama dapat membatalkan perjanjian ini
dengan mengirimkan dalam jangka waktu 90 (sembilanpuluh) hari
pemberitahuan tertulis kepada pihak kedua/distributor.
Pasal 16
16.1. Segala perselisihan, kontoversi atau perbedaan yang dapat timbul dari atau
sehubungan dengan perjanjian ini slama memungkinkan diselesaikan secara
damai melalui perundingan dan pembicaraan antara para pihak.segala
perselisihan,kontroversi atau perbedaan yang pada akhirnya tidak dapat
diselesaikan dengan kesepakatan damai pada akhirnya diselesaikan secara
hukum dalam hal ini para pihak memilih domisili hukum yang tetap dan
umum di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Medan
BAB IV
PERJANJIAN ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR
A. Bentuk Perjanjian antara Distributor dengan Produsen ditinjau dari
Perspektif Hukum Perdata
Produksi makanan yang telah dihasilkan oleh PT Universal Indofood
Product sebagai produsen perlu untuk dapat dipasarkan dan disalurkan kepada
konsumen. Dalam hal ini PT Universal Indofood Product telah menunjuk PD.
Abadi Jaya sebagai distributor untuk memasarkan produk makanan. Kegiatan
awal dari pemasaran tersebut adalah dengan mengadakan perjanjian
pendistribusian makanan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Terkait dengan perjanjian terdapat syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu
pada Pasal 1320 KUHPerdata, menentukan empat syarat sahnya suatu perjanjian,
yaitu:
1. Kesepakatan
Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu
kontrak. Kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang
paling penting adalah adanya penawaran dan penerimaan atas penawaran
tersebut.
Kedua belah pihak Kesepakatan ini diatur dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH
Perdata, yang dimaksud kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak
antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.Sesuai pernyataannya,
61
karena kehendak itu tidak dapat dilihat / diketahui orang lain. Kesepatan para
pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu kontrak. Kesepakatan
ini dapat terjadi dengan berbagai cara, baik dengan tertulis maupun secara
tidak tertulis. Dikatakan tidak tertulis, bukan lisan karena perjanjian dapat saja
terjadi dengan cara tidak tertulis dan juga tidak lisan, tetapi bahkan hanya
dengan simbol-simbol atau dengan cara lainnya yang tidak secara lisan,
namun yang paling penting adalah adanya penawaran dan penerimaan atas
penawaran tersebut. Cara-cara untuk terjadinya penawaran dan penerimaan
dapat dilakukan secara tegas maupun dengan tidak tegas, yang penting dapat
dipahami atau dimengerti oleh para pihak bahwa telah terjadi penawaran dan
penerimaan.41
2. Kecakapan
Untuk mengadakan kontrak, para pihak harus cakap, namun dapat saja terjadi
bahwa para pihak atau salah satu pihak yang mengdakan kontrak adalah tidak
cakap menurut hukum. Seorang yang dianggap tidak cakap untuk melakukan
kontrak jika orang tersebut.
Kecakapan adalah kemampuan menurut hukum untuk melakukan perbuatan
hukum (perjanjian). Kecakapan ini ditandai dengan dicapainya umur 21 tahun
atau telah menikah (walaupun usianya belum mencapai 21 tahun). Perbuatan
hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang
yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang – orang yang cakap dan
41
Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta, RajaGrafindo
Persada, 2017, hal 14
62
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum, sebagaimana yang
ditentukan oleh undang-undang Bekwaam (cakap) merupakan syarat umum
untuk dapat melakukan perbuatan hukum secara sah, yaitu harus sudah
dewasa, sehat akal pikiran, dan tidak dilarang oleh sesuatu peraturan
perundang-undangan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu.42
Mengenai orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian dapat
ditemukan dalam Pasal 1330 KUH Perdata, yaitu
a. Orang-orang yang belum dewasa
b. Mereka yang berada dibawah pengampuan
c. Wanita yang bersuami. Ketentuan ini dihapus dengan berlakunya Undang-
Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Karena Pasal 31 Undang-
Undang ini menentukan bahwa hak dan kedudukan suami istri adalah
seimbang dan masing-masing berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu adalah barang yang menjadi obyek dalam kontrak. Menurut
Pasal 1333 KUHPerdata, barang yang menjadi obyek suatu kontrak harus
tertentu, setidak-tidaknya harus ditentukan jenisnya. Mengenai hal tertentu,
sebagai syarat ketiga untuk sahnya perjanjian ini menerangkan tentang harus
adanya objek perjanjian yang jelas. Jadi suatu perjanjian tidak bisa dilakukan
tanpa objek yang tertentu.43
42
Ibid, hal 68 43
Ibid
63
Untuk menentukan barang yang menjadi objek perjanjian, dapat
dipergunakan berbagai cara seperti menghitung, menentukan jasa, harus
ditentukan jasa, harus ditentukan apa yang harus dilakukan oleh salah satu
pihak. Untuk menentukan tentang hal tertentu yang berupa tidak berbuat
sesuatu juga harus dijelaskan dalam kontrak seperti janji untuk tidak saling
membuat pagar pembatas antara dua rumah yang bertetangga.
Suatu perjanjian harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling
sedikit ditentukan jenisnya. Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang
tidak tentu, asal saja jumlah itu kemudian dapat ditentukan atau dihitung.
Perjanjian yang obyeknya tidak memenuhi ketentuan Pasal 1333 KUH
Perdata tersebut adalah batal. Bahwa perjanjian tersebut tidak mengandung
obyek yang tidak tertentu, mengingat bahwa syarat itikat baik pada
pelaksanaan kontrak menentukan suatu limit kepada A, di mana A tidak boleh
menunjukkan barang-barang melebihi yang diperlukan untuk memberikan
jaminan yang layak bagi tuntutannya. Yang termasuk dalam suatu hal
tertentu, adalah :
1) Pasal 1332 KUH Perdata dinyatakan, bahwa hanya barang-barang yang
dapat diperdagangkan yang dapat menjadi objek perjanjian.
2) Berdasarkan Pasal 1334 KUH Perdata, dinyatakan, bahwa barang-barang
yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi obyek perjanjian,
kecuali jika dilarang oleh undang-undang secara tegas. Misalnya, menjual
hasil panen tahun depan untuk suatu harga tertentu.
64
4. Suatu sebab yang halal
Kata halal di sini bukan dengan maksud untuk memperlawankan dengan kata
haram dalam hukum Islam, tetapi yang dimaksudkan di sini adalah bahwa isi
perjanjian tersebut tidak dapat bertentangan dengan undang-undang
kesusilaan dan ketertiban umum.44
Dua syarat pertama di atas disebut juga dengan syarat subjektif, (subjek
atau para pihak)sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif,
(objek perjanjian) jika objek dalam perjanjian itu illegal, atau bertentangan
dengan kesusilaan atau ketertiban umum, maka perjanjian tersebut menjadi batal.
Sebagai contohnya, perjanjian untuk membunuh seseorang mempunyai objek
tujuan yang illegal, maka kontrak ini tidak sah. Dalam hal tidak terpenuhinya
unsur pertama (kesepakatan) dan unsur kedua (kecakapan) maka kontrak tersebut
dapat dibatalkan. Sedangkan apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga (suatu hal
tertentu) dan unsur keempat (suatu sebab yang halal) maka kontrak tersebut
adalah batal demi hukum. 45
Perjanjian dapat dibatalkan, yaitu salah satu atau kedua pihak dapat
meminta pembatalan perjanjian yang telah dibuat itu ke pengadilan. Perjanjiannya
sendiri tetap mengikat kedua belah pihak sebelum hakim memutuskan pembatalan
tersebut (sebelum hakim membatalkan). Permintaan atau pengajuan pembatalan
ini dapat dilakukan apabila misalnya salah satu pihak tidak cakap atau salah satu
44
Ahmad Miru, Op.Cit, hal 69 45
Wita Sumarjono C. Setiawan. Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam
Pembuatan Perjanjian Franchise Pizza Hut. Semarang, Tesis. Universitas Diponegoro, 2010, hal
36.
65
pihak dalam memberikan kata sepakatnya tidak sesuai dengan keinginannya
(misalnya diancam, dipaksa, dipengaruhi pihak lain). Sedangkan batal demi
hukum, artinya sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian dan tidak
pernah ada suatu perikatan.
Dari syarat sahnya suatu perjanjian di atas dapat disimpulkan bahwa
Syarat sah perjanjian adalah adanya kesepakatan untuk mengikatkan diri, para
pihak mampu membuat perjanjian, ada hal yang diperjanjikan, dilakukan atas
sebab yang halal.
Perjanjian tersebut dibuat oleh para pihak secara tertulis, dengan demikian
perjanjian yang dibuat merupakan kehendak para pihak, khususnya apa saja yang
perlu diperjanjikan, juga syarat-syarat apa yang dikemukakan oleh para pihak
selanjutnya para pihak menegosiasikan perjanjian tertulis atau kontrak tersebut.
Perjanjian yang dibuat mengacu pada Pasal 1313 KUH Perdata, yang intinya:
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Pengaturan tentang
pendistribusian produk farmasi obat-obatan selain mengacu pada Pasal 1313 KUH
Perdata, juga mengacu pada Pasal 1338 KUH Perdata, sebab apabila ditelaah
lebih mendalam terlihat adanya pengakuan terhadap keberadaan hukum yang
hidup dalam masyarakat karena setiap subjek hukum bebas membuat perjanjan
dengan subjek siapapun dan tentang obyek hukum apapun. Kebebasan yang
66
dimaksud merupakan kebebasan yang mempunyai tanggung jawab untuk
melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.46
Perjanjian antara PT Universal Indofood Product dengan PD Abadi Jaya
dibuat oleh para pihak dan dibuat secara tertulis, dengan demikian bentuk kontrak
dagang yang dibuat adalah kontrak kesepakatan para pihak dan secara yuridis ada
keseimbangan antara para pihak, artinya tidak ada pihak yang kuat atau pihak
yang lemah keduanya mempunyai kedudukan yang sejajar, baik secara yuridis
maupun psikologis, sehingga substansi kontrak serta klausul-klausul yang ada
dalam perjanjian pendistribusian makanan antara PT Universal Indofood Product
dengan PD Abadi Jaya tersebut sesuai dengan kehendak para pihak, selanjutnya
dituangkan tentang apa saja yang diperjanjikan dan hak dan kewajiban masing-
masing pihak.47
Perjanjian kerjasama antara Distributor dengan Produsen mempunyai
tampilan kontrak yang sangat sederhana sekali. Kontrak kerjasama dilakukan
berdasarkan kontrak kerja selama 1(satu) tahun yang ditetapkan pihak Produsen
PT. Universal Indofood Product, adalah berbentuk Surat Perjanjian Jual Beli
(SPJB) tertulis berdasarkan akta dibawah tangan tanpa dihadapan Pejabat
berwewenang (Notaris) sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat
Perjanjian Jual Beli berdasarkan kesepakatan pihak antara Produsen PT. Universal
Indofood Product dengan Distributor PD. Abadi Jaya.
46
Hasil wawancara dengan Gabriel, selaku Manager PD. Abadi Jaya, tanggal 6 Maret
2017 47
Hasil wawancara dengan Gabriel, selaku Manager PD. Abadi Jaya, tanggal 6 Maret
2017
67
Bentuk perjanjian kontrak kerjasama Produsen dengan Distributor
mempunyai format standar, dengan kata lain kontrak baku. Kontrak baku
pengaturannya tidak ada dalam KUHPerdata. Padahal kontrak baku dalam dunia
bisnis saat ini merupakan praktek transaksi sehari-hari yang sering terjadi
dikalangan masyarakat pada umumnya. Mengacu kepada kontrak kerja selama 1
tahun yang akan dibahas dalam sub bab ini, bahwa bentuk kerjasama yang terjalin
selama ini antara Produsen PT. Universal Indofood Product dengan Distributor
PD. Abadi Jaya adalah Jual beli makanan.48
PT. Universal Indofood Product sebagai produsen pengadaan dan
penjualan makanan, menyebutkan bahwa mengacu kepada kontrak distributor
makanan selama 1 tahun dibuat berdasarkan perjanjian tertulis dibawah tangan
berbentuk antara Produsen Universal Indofood Product dengan Distributor
tersebut.
Perjanjian yang dibuat oleh para pihak sangat menguntungkan kedua belah
pihak karena semua keinginan para pihak yang diperjanjikan merupakan
kehendak para pihak yang saling ditaati. Dibandingkan dengan kontrak yang
dibuat oleh salah satu pihak yang disebut dengan kontrak baku maka kontrak yang
dibuat oleh para pihak benar-benar mempunyai keseimbangan kebutuhan yang
dapat memenuhi keseimbangan kepentingan masing-masing pihak. Pada kontrak
baku mempunyai kelemahan-kelamahan tertentu diantaranya lemahnya
kedudukan dari pihak distributor yang harus menerima persyaratan yang dibuat
48
Ibid
68
oleh pihak produsen. Dengan sendirinya persyaratan yang ditawarkan telah
dirumuskan sedemikian rupa yang membebani pihak distributor, hal ini dapat
dilihat dari ketatnya aturan-aturan yang ada bagi distributor yang meliputi
kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan hingga laranganlarangan yang
harus ditaati oleh distributor, sedang haknya sama sekali tidak disebutkan.
B. Tanggungjawab Produsen kepada Distributor Apabila Terjadi
Kerusakan atau terdapat Cacat tersembunyi dalam Pengiriman Barang
dan Upaya penyelesaian apabila terjadi
Pertanggungjawaban dalam KUHPerdata dapat diklasifikasikan dalam tiga
kategori, yaitu pertanggungjawaban karena kasus perbuatan melanggar hukum
sesuai dalam ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata, pertanggungjawaban karena
wanprestasi sesuai Pasal 1243 KUH Perdata, dan penyalahgunaan keadaan
berdasarkan doktrin hukum.
Prinsipnya sebagaimana sebuah kontrak, ada tiga hal yang diatur, yaitu
pertama adalah bagian pendahuluan, bagian isi yang berisi pasal-pasal yang
menjadi kesepakatan serta bagian penutup. Bagian pendahuluan terdiri dari tiga
hal yaitu sub bagian pembukaan yang tercantum judul perjanjian, penyingkatan
perjanjian, dan tanggal perjanjian.
Prinsip tanggung jawab ini menetapkan bahwa suatu tindakan dapat
dihukum atas dasar perilaku berbahaya yang merugikan, tanpa mempersoalkan
ada tidaknya kesengajaan atau kelalaian. Jadi kesalahan tidak menjadi faktor yang
69
menentukan, namun ada pengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk
dibebaskan dari tanggung jawab, misalnya adanya force majure/over macht yang
diatur dalam Pasal 1245 KUH Perdata.
Adanya kewajiban dan tanggung jawab untuk menjalankan kewajiban
tersebut bahwa pihaknya bertanggung jawab melaksanakan perjanjian sesuai
dengan ketentuan yang diperjanjikan. Tanggungjawab produsen kepada
distributor apabila terjadi salah satu pihak melakukan pelanggaran terhadap
kesepakatan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu PT.
Universal Indofood Product mengganti barang yang rusak / catat dan PD. Abadi
Jaya mengembalikan barang yang rusak/cacat.49
Kerusakan karena salah penempatan, atau kelalaian lain dari PD. Abadi
Jaya maka PT. Universal Indofood Product tidak bertanggung jawab dan tidak
dapat dimintakan pengganti atas kerusakan tersebut.50
Dalam hal adanya bencana alam dan kerusuhan dalam lingkup nasional
yang mengakibatkan gagalnya prestasi salah satu pihak, maka pihak lainnya tidak
dapat menuntut adanya ganti kerugian.51
Kerugian yang dimaksud dalam pengertian ini dapat berupa kerugian
materil atau kerugian imateril. Menurut yurispudensi, Pasal 1246-1248 KUHPdt
mengenai ganti kerugian dalam hal terjadi wanprestasi tidak dapat diterapkan
49
Hasil wawancara dengan Gabriel, selaku Manager PD. Abadi Jaya, tanggal 6 Maret
2017 50
Ibid 51
Ibid
70
secara langsung pada perbuatan melawan hukum, tetapi dibuka kemungkinan
penerapan secara analogis.52
Dalam pasal-pasal mengenai ganti kerugian akibat wanprestasi, kerugian
itu meliputi tiga unsur, yaitu biaya, kerugian sesungguhnya, dan keuntungan
diharapkan (bunga). Ukuran penilaian yang dipakai adalah uang. Pada perbuatan
melawan hukum, unsur-unsur kerugian dan ukuran penilaian dengan uang dapat
diterapkan secara analogis. Dengan demikian, penghitungan ganti kerugian pada
perbuatan melawan hukum didasarkan pada kemungkinan adanya tiga unsur
tersebut dan kerugian itu dihitung dengan sejumlah uang.
C. Upaya Penyelesaian Apabila Salah Satu Pihak Melakukan Pelanggaran
Terhadap Kesepakatan Perjanjian Yang Telah Disepakati Oleh Kedua
Belah Pihak
Para pelaku bisnis dalam hubungannya dengan pihak lain senantiasa
mengharapkan agar perjanjian yang mereka buat dapat berjalan sebagaimana yang
diharapkan. Namun demikian dalam perjalanan waktu tidak menutup
kemungkinan terjadi sengketa di antara mereka, meskipun hal ini sebenarnya
sama sekali tidak diharapkan. Sengketa perjanjian pada umumnya muncul sebagai
akibat adanya ketidaseimbangan di antara para pihak. Sengketa atau konflik
muncul sebagai akibat dari beberapa, yaitu:
1. Scare resource, kelengkapan sumber-sumber yang signifikan terhadap
eksistensi partisipasi konflik.
52
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 263
71
2. Ambiguous, kondisi di mana batas-batas (kewenangan atau hak) saling
dilanggar, sehingga satu pihak mengambil keuntungan yang seharusnya juga
menjadi bagian dari keuntungan pihak lain.
3. Intimacy, keterdekatan yang sering kali bermuara pada konflik mendalam jika
perbedaan-perbedaan yang terjadi tidak dikelola dengan matang. Konflik
berbasis intimacy biasanya bersifat lebih mendalam disbanding partisipan
yang tidak memiliki pengalaman “kenal” satu sama lain.
4. We-They Distinvtions, terjadi dalam kondisi di mana orang menciptakan
diskriminasi yang sifatnya berseberangan.53
KUH Perdata diatur mengenai hubungan perikatan antara para sekutu satu
sama lain dan hubungan perikatan antara para sekutu dengan pihak ketiga. Oleh
karena itu perjanjian kerjasama ini juga akan dianalisis berdasarkan kedua hal ini
di atas untuk mengetahui hak dan kewajiban yang timbul dalam perjanjian ini di
antara para pihak dan dalam hubungannya dengan pihak ketiga.
Banyak orang mengidentifikasikan konflik maupun sengketa sama dengan
fenomena kekerasan (violence), sehingga konflik atau sengketa selalu dipandang
sebagai sesuatu yang buruk dan oleh sebab itu, konflik harus ditiadakan atau
setidaknya dicegah. Atas dasar paradigma pikir ini muncul konsep conflict
prevention atau conflict ovoidance.54
Lahirnya konsep conflict prevention
dilatarbelakangi oleh persepsi bahwa konflik itu identitik dengan tindakan
kekerasan seperti perkelahian, peperangan, perusakan dan pembakaran harta dan
53
Agus Yudha Hernoko, Op.Cit, hal 304 54
Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,
Rajawali Press, Jakarta, 2011, hal 4
72
pembunuhan sehingga konflik selalu dipandang sebagai fenomena yang buruk
sehingga timbulnya konflik harus dicegah melalui berbagai langkah dan kebijakan
masyarakat atau pemerintah. Banyak orang terutama pembuat kebijakan di
Indonesia memiliki paradigma pikir seperti ini. Kuatnya paradigm berpikir seperti
itu mungkin juga dilatarbelakangi oleh kenyataan, bahwa konflik-konflik lebih
sering disertai dengan munculnya tindak kekerasan, sehingga banyak orang
menganggap konflik sebagai sesuatu yang buruk.55
Penyelesaian sengketa yang timbul dalam dunia bisnis merupakan masalah
tersendiri karena apabila para pelaku bisnis menghadapi sengketa tertentu, dia
akan berhadapan dengan proses pengadilan yang berlangsung lama dan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit sedangkan dalam dunia bisnis,
penyelesaian sengketa yang dikehendaki adalah yang dapat berlangsung cepat dan
murah. Disamping itu, penyelesaian sengketa dalam dunia bisnis diharapkan
sedapat mungkin tidak merusak hubungan bisnis selanjutnya dengan siapa dia
pernah terlibat suatu sengketa.56
Hal ini tentu sulit ditemukan apabila pihak yang
bersangkutan membawa sengketanya kepengadilan karena proses penyelesaian
sengketa melalui pengadilan (ligitasi) akan berakhir dengan kekalahan salah satu
pihak dan kemenangan pihak lainnya. Disamping itu, secara umum dapat
dikemukan berbagai kritikan terhadap penyelesaian sengketa melalui pengadilan,
yaitu karena hal sebagai berikut :
55
Ibid 56
Ahmad Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2017, hal 111
73
1. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan sangat lambat.
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan yang pada umumnya lambat atau
disebut buang waktu lama diakibatkan oleh proses pemeriksaan yang sangat
formalitas dan sangat teknis. Disamping itu, arus perkara yang semakin deras
mengakibatkan pengdilan dibebani dengan beban yang terlampau banyak.
2. Biaya perkara yang mahal
Biaya perkara dalam proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan
dirasakan sangat mahal, lebih-lebih jika dikaitkan dengan lamanya
penyelesaian sengketa semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan.
Biaya ini akan semakin bertambah jika diperhitungkan biaya pengacara yang
juga tidak sedikit.
3. Pengadilan pada umumnya tidak responsif
Tidak responsive atau tidak tanggapnya pengadilan dapat dilihat dari kurang
tanggapnya pengadilan dalam membela dan melindungi kepentingan umum.
Demikian pula pengadilan dianggap sering berlaku tidak adil, karena hanya
member pelayanan dan kesempatan serta keleluasaan kepada lembaga besar
atau orang kaya. Dengan demikian timbul kritikan yang menyatakan bahwa
menindas orang miskin, tetapi orang berduit mengatur hukum.
4. Putusan pengadilan tidak menyelesaikan masalah
Putusan pengadilanm dianggap tidak menyelesaikan masalah bahkan dianggap
semakin memperumit masalah karena secara objektif putusan pengadilan tidak
mampu memberikan kedamaian dan ketentraman kepada para pihak.
74
5. Kemampuan para hukum yang bersifat generalis
Para hakim dianggap mempunyai kemampuan terbatas, terutama dalam abad
iptek dan globalisasi sekaran karena pengetahuan yang dimiliki hanya di
bidang hukum, sedangkan di luar itu pengetahuannya bersifat umum bahkan
awam. Dengan demikian, sangat mustahil mampu menyelesaikan sengketa
yang mengandung kompleksitas berbagai bidang.57
Berdasarkan berbagai kekurangan penyelesaian sengketa melalui
pengadilan itulah sehingga dalam dunia bisnis pihak yang bersangkutan dapat
lebih memilih menyelesaikan sengketa yang dihadapi di luar pengadilan.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau yang lebih dikenal dengan
Alternative Dispute Resolution (ADR) dapat ditempuh dengan berbagai cara.
ADR tersebut dapat berupa arbitrase, mediasi, konsiliasi, minitrial, summary jury
trial, settle ment conference serta bentuk lainnya.58
Pasal 1 Undang-undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
arbitrase dibedakan dari alternatif penyelesaian karena yang termasuk dalam
alternatif penyelesaian sengketa hanya konsultasi, negoisiasi, mediasi, konsiliasi
dan penilaian ahli.
Segala perselisihan, kontoversi atau perbedaan yang dapat timbul dari atau
sehubungan dengan perjanjian ini selama memungkinkan diselesaikan secara
damai melalui perundingan dan pembicaraan antara para pihak.segala
perselisihan, kontroversi atau perbedaan yang pada akhirnya tidak dapat
57
Ibid, hal 112-113 58
Ibid, hal 113
75
diselesaikan dengan kesepakatan damai pada akhirnya diselesaikan secara hukum
dalam hal ini para pihak memilih domisili hukum yang tetap dan umum di Kantor
Panitera Pengadilan Negeri Medan. 59
Apabila PT Universal Indofood Product melakukan pelanggaran terhadap
Perjanjian ini dalam hal melanggar kontrak maka PD. Abadi Jaya berhak menahan
semua hasil penjualan produk PT Universal Indofood Product. Perjanjian ini
tunduk dan oleh karenanya harus ditafsirkan berdasarkan pada ketentuan hukum
Republik Indonesia. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak yang mungkin
timbul sebagai akibat dari penafsiran dan/atau pelaksanaan Perjanjian ini maka
akan diselesaikan terlebih dahulu diantara para pihak secara musyawarah untuk
mufakat. Jika penyelesaian perselisihan secara musyawarah untuk mufakat
sebagaimana tercantum dalam ayat (3) Pasal ini tidak dapat menyelesaikan
perselisihan yang timbul, Para Pihak sepakat untuk menyelesaikannya melalui
Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dengan menggunakan bahasa
Indonesia selaku bahasa pengantar. Masing-masing Pihak akan menunjuk satu
arbiter dan BANI akan menunjuk satu arbiter untuk bertindak sebagai Ketua
Bentuk-bentuk alternatif penyelesaian sengketa, baik yang disebutkan
dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Umum maupun beberapa varian lainnya sesuai kajian
akademis dan empiris meliputi konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan
59
Hasil wawancara dengan Gabriel, selaku Manager PD. Abadi Jaya, tanggal 6 Maret
2017
76
arbitrase yang secara garis besar dapat dijelaskan lebih lanjut seperti diuraikan
berikut ini.
1) Konsultasi
Konsultasi adalah tindakan yang bersifat personal antara satu pihak yang
disebut “klien” dengan pihak lain yang disebut konsultan, misalnya konsultan
hukum. Pihak klien meminta bantuan berupa saran atau nasihat berkaitan
dengan penyelesaian sengketa yang terjadi, dan konsultan memberikan
pendapatnya sesuai dengan kepentingan atau kebutuhan klien. Dalam hal ini
pihak klien tidak terikat atau berkewajiban untuk memenuhi pendapat
konsultan, melainkan bebas untuk menentukan sendiri keputusan yang akan
diambil untuk kepentingannya, meskipun demikian tidak tertutup
kemungkinannya untuk menggunakan pendapat yang disampaikan pihak
konsultan. Peran konsultan dalam penyelesaian sengketa yang bersangkutan
tidak bersifat dominan, melainkan hanya bertugas memberikan pendapat
(hukum) sesuai permintaan kliennya, sedangkan keputusan mengenai
penyelesaian sengketa sepenuhnya diambil sendiri oleh para pihak.
2) Negosiasi
Terminologi negoasiasi beraasal dari kosa kata Inggris “negotiation” yang
berarti perundingan atau musyawarah dan orang yang melakukan perundingan
disebut negosiator. Negosiasi merupakan suatu proses untuk mencapai
kesepakatan dengan pihak lain. Negosiasi adalah proses komunikasi dua arah
yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak
77
memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun berbeda, tanpa melibatkan
pihak ketiga sebagai penengah. Hasil dari negosiasi adalah penyelesaian
kompromi (compromise solution) yang tidak mengikat secara hukum.
3) Mediasi
Mediasi merupakan penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga
(mediator) sebagai penengah yang netral atau tidak memihak (impartial) yang
turut aktif memberikan bimbingan atau arahan guna mencapai penyelesaian,
namun tidak berfungsi sebagai hakim yang berwenang mengambil keputusan.
Inisiatif dan keputusan penyelesaian sengketa tetap berada di tangan para
pihak yang bersengketa, serta hasil penyelesaiannya bersifat kompromistis.
4) Konsiliasi
Konsiliasi merupakan bentuk penyelesaian sengketa dengan intervensi pihak
ketiga (konsiliator) yang bersifat aktif menyusun dan merumuskan
langkahlangkah penyelesaian, yang selanjutnya ditawarkan kepada pra pihak
yang bersengketa. Apabila para pihak yang bersengketa tidak mampu
merumuskan suatu kesepakatan, maka konsoliator mengajukan usulan
pemecahan atau jalan keluar dari sengketa. Meskipun demikian konsiliator
tidak berwenang membuat putusan, tetapi hanya berwenag membuat
rekomendasi dan pelaksanaannya tergantung dari itikad baik (good will) dari
para pihak yang bersengketa sendiri.
78
5) Arbitrase
Arbitrase merupakan salah satu bentuk adjudikasi privat, dengan melibatkan
pihak ketiga (arbiter) yang diberi kewenangan penuh oleh para pihak untuk
menyelesaikan sengketa, sehingga berwenang mengambil putusan yang
bersifat final dan mengikat. Dalam hal ini para pihak menyetujui untuk
menyerahkan penyelesaian sengketanya kepada pihak ketiga yang netral yang
mereka pilih untuk membuat keputusan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil
simpulan sebagai berikut:
1. Bentuk Perjanjian antara Distributor dengan Produsen ditinjau dari Perspektif
Hukum Perdata, yaitu Perjanjian tersebut dibuat oleh para pihak secara
tertulis, dengan demikian perjanjian yang dibuat merupakan kehendak para
pihak, khususnya apa saja yang perlu diperjanjikan, juga syarat-syarat apa
yang dikemukakan oleh para pihak selanjutnya para pihak menegosiasikan
perjanjian tertulis atau kontrak tersebut.
2. Tanggungjawab Produsen kepada Distributor Apabila Terjadi Kerusakan atau
terdapat Cacat tersembunyi dalam Pengiriman Barang dan Upaya
penyelesaian apabila terjadi, pihak PT. Universal Indofood Product melakukan
pergantian barang yang rusak/cacat kepada PD. Abadi Jaya dan pihak PD.
Abadi Jaya mengembalikan barang yang rusak/cacat tersebut.
3. Upaya penyelesaian apabila salah satu pihak melakukan pelanggaran terhadap
kesepakatan perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu
penyelesaian sengketa diluar pengadilan (Alternative Dispute Resolution),
yaitu: konsiliasi, mediasi, dan arbitrase. Selain itu, penyelesaian sengketa
diluar pengadilan juga dapat dilakukan dengan pendekatan secara
80
kekeluargaan. Apabila tidak berhasil, maka dapat ditempuh melalui
pengadilan
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang diambil dari penelitian ini maka penulis
memberikan saran sebagai beriku
1. Disarankan sebelum melaksanakan perjanjian dimusyawarahkan terlebih
dahulu baru dibuat.
2. Disarankan untuk produsen menggantikan barang yang sesuai dan yang sama
dengan yang sebelumnya.
3. Hendaknya di dalam penyelesaian sengketa diselesaikan secara langsung di
luar pengadilan untuk menghindari sengketa yang berkepanjangan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bintang, Sanusi dan Dahlan.2000. Pokok-pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Hernoko, Agus Yudha.2011 Hukum Perjanjian (asas proporsionalitas dalam
kontrak Komersial), Kencana Prenda Media Group, Jakarta.
Ibrahim, Jhonny.2005. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu
Media Publishing, Jakarta.
Khairandy, Ridwan.2006. Pengantar Hukum Dagang, FH. UII Press, Yogyakarta.
Miru, Akhmadi dan Pati, Saka, 2008. Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal
1233 sampai 1456 BW, Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Miru, Ahmadi, 2017. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, RajaGrafindo
Persada, Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung
________________________.2011 Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Oentoeng Soebagijo, Felix, 1996. Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan
dan Distribusi, dalam Hukum Ekonomi, Penyunting Soemantoro, U.I. Press,
Jakarta.
R. Hadhikusuma, R.T. Sutantya dan Sumantoro, 1995. Pengertian Pokok Hukum
Perusahaan: Bentuk-Bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia, Edisi 1
Cetakan ke-3, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Rahmadi, Takdir, 2011. Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan
Mufakat, Rajawali Press, Jakarta.
Sastrawijaya, H. Man. S. dan Rai Mantili, 2008. Perseroan Terbatas menurut
Tiga Undang-undang, Alumni, Bandung.
Subagyo, P. Joko, 2006. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Cetakan
Kelima, Rineka Cipta, Jakarta.
Subekti, R, 2002. Hukum Perjanjian. Intermassa, Jakarta.
82
T, Arif Djohan, 2008. Aspek Hukum Perseroan Terbatas, Harvarindo, Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 11/M-
Dag/Per/3/2006 Tentang Ketentuan Dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda
Pendaftaran Agen Atau Distributor Barang dan/atau Jasa.
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Peraturan Menteri
Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 21/M-Dag/Per/6/2008 Tentang
Pengadaan Dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.
Jurnal/Artikel/Makalah
Nur Salam, Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang
Antara PT. Frisian Flag Indonesia Dengan Distributor Di Kota Medan (PT.
Permata Niaga Sebagai Salah Satu Distributor Di Kota Medan), Tesis Mkn,
FH Universitas Sumatera Utara Medan 2012.
Pakpahan, Norman S. ”Perseroan Terbatas Sebagai Instrumen Kegiatan
Ekonomi”, Jurnal Hukum Bisnis vol. 2, 1997.
Rory Eka Putra Sitepu, Pertanggungjawaban Perusahaan Penyalur Alat Berat
Terhadap Cacat Tersembunyi Produk (Studi Pada : PT. United Tractors
Tbk), Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2014.
Setiawan, Wita Sumarjono C. Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam
Pembuatan Perjanjian Franchise Pizza Hut. Semarang, Tesis. Universitas
Diponegoro, 2010.
Website
Ekonurzhafar. pengertian-produsen/ wordpress.com/2010/03/20/ https://diakses
tanggal 11 Maret 2017
http://id.gopher.co.id/perbedaan-antara-produsen-distributor-dan-agen/ diakses
tanggal 13 Maret 2017
Tunardy. Pengertian produsen. http://www..com/?s=\http://organisasi.org diakses
tanggal 13 Maret 2017
83
Dadang Sukandar perjanjian –distributor - distributorship-
agreement_550de589a33311ba2dba7d2f, http://www.kompasiana.com/
/diakses tanggal 11 Maret 2017.
Wiwidtry lestari pengertian-badan-usaha perbedaan
https://.wordpress.com/2015/11/12/-cv-pt-pte-ltd-inc-corp-mnc-tbk-ud-sdn-
bhd-nv-firma-koperasi-yayasan/diakses tanggal 12 Maret 2017
Arti Kelsiana http://www..com/2015/08/pengertian-perusahaan-dagang-jenis-
ciri.html, diakses tanggal 11 Maret 2017.
Bitar. pengertian-ciri-dan-jenis-perusahaan-dagang-beserta-contohnya-terlengkap/
http://www.gurupendidikan.com//diakses tanggal 11 Maret 2017
Podani Natoras
pengertian-perusahaan- dagang. http:// belajar ilmu komputer dan internet.
blogspot.co.id/2016/01/-pd.html, diakses tanggal 13 Maret 2017
Wawancara
Hasil wawancara dengan Gabriel, selaku Manager PD. Abadi Jaya, tanggal 6
Maret 2017
84
DAFTAR WAWANCARA
1. Bagaimana bentuk perjanjian yang dibuat antara PT. Universal Indofood
Product dengan PD. Abadi Jaya
Jawab
Perjanjian tersebut dibuat oleh para pihak secara tertulis, dengan demikian
perjanjian yang dibuat merupakan kehendak para pihak, khususnya apa saja
yang perlu diperjanjikan, juga syarat-syarat apa yang dikemukakan oleh para
pihak selanjutnya para pihak menegosiasikan perjanjian tertulis atau kontrak
tersebut. Perjanjian yang dibuat mengacu pada Pasal 1313 KUH Perdata, yang
intinya: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Pengaturan
tentang pendistribusian produk farmasi obat-obatan selain mengacu pada Pasal
1313 KUH Perdata, juga mengacu pada Pasal 1338 KUH Perdata, sebab
apabila ditelaah lebih mendalam terlihat adanya pengakuan terhadap
keberadaan hukum yang hidup dalam masyarakat karena setiap subyek hukum
bebas membuat perjanjan dengan subyek siapapun dan tentang obyek hukum
apapun. Kebebasan yang dimaksud merupakan kebebasan yang mempunyai
tanggung jawab untuk melaksanakan apa yang telah diperjanjikan.
2. Bagaimana karakteristik perjanjian yang dibuat antara PT. Universal Indofood
Product dengan PD. Abadi Jaya
Jawab
Produksi makanan yang telah dihasilkan oleh PT Universal Indofood Product
sebagai produsen perlu untuk dapat dipasarkan dan disalurkan kepada
konsumen. Dalam hal ini PT Universal Indofood Product telah menunjuk PD.
Abadi Jaya sebagai distributor untuk memasarkan produk makanan. Kegiatan
awal dari pemasaran tersebut adalah dengan mengadakan perjanjian
pendistribusian makanan yang dilakukan oleh kedua belah pihak
3. Apa Hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
Jawab
PT. Unilever Indofood Product sebagai produsen wajib memberikan
kemudahan PD. Abadi Jaya dalam pengembangan perusahaan yang
berhubungan dengan penjualan dan pemasaran, PT. Unilever Indofood
Product wajib memberikan informasi produk kepada PD. Abadi Jaya dalam
berbagai media (sesuai budget dan rencana pemasaran perusahaan), baik
produk yang telah diproduksi maupun yang akan diproduksi PT. Unilever
Indofood Product wajib memberikan pelayanan konsultasi penjualan dan
rencana pemasaran kepada PD. Abadi Jaya, PT. Unilever Indofood Product
wajib mencantumkan nama perusahaaan/perorangan dari PT. Unilever
Indofood Product sebagai agen ekslusif PT. Unilever Indofood Product sesuai
peruntukannya, PT. Unilever Indofood Product berhak untuk memeriksa
laporan penjualan dari PD. Abadi Jaya sewaktu-waktu apabila dibutuhkan, PT.
Unilever Indofood Product berhak untuk menagih hasil penjualan PD. Abadi
85
Jaya apabila telah melewati batas waktu setoran yang telah ditentukan, PT.
Unilever Indofood Product tidak akan membuka agen dan tenaga penjualan
baru untuk wilayah yang telah disepakati di atas sebagai wilayah pemasaran
PD. Abadi Jaya.
4. Tanggungjawab PT. Universal Indofood Product kepada PD. Jaya Abadi jika
barang ada yang rusak/cacat
Jawab
Tanggungjawab produsen kepada distributor apabila terjadi salah satu pihak
melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan perjanjian yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak, yaitu PT. Universal Indofood Product mengganti
barang yang rusak / catat dan PD. Abadi Jaya mengembalikan barang yang
rusak/cacat
5. Bagaimana penyelesaian jika terjadi wanprestasi dalam perjanjian kerjasama
distributor PT. Universal Indofood Product dengan PD. Jaya Abadi
Jawab
Segala perselisihan, kontoversi atau perbedaan yang dapat timbul dari atau
sehubungan dengan perjanjian ini selama memungkinkan diselesaikan secara
damai melalui perundingan dan pembicaraan antara para pihak.segala
perselisihan,kontroversi atau perbedaan yang pada akhirnya tidak dapat
diselesaikan dengan kesepakatan damai pada akhirnya diselesaikan secara
hukum dalam hal ini para pihak memilih domisili hukum yang tetap dan
umum di Kantor Panitera Pengadilan Negeri Medan.
Medan, April 2017
Gabriel
Manager PD. Abadi Jaya
86