25
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkecambahan dimulai saat air masuk ke dalam biji (imbibisi) dan berakhir dengan diawali elongasi/perpanjangan sumbu embrionik, biasanya radikula. Perkecambahan diikuti oleh banyak peristiwa yaitu hidrasi protein, perubahan struktur subseluler, respirasi, makromolekul sintesis, dan pemanjangan/elongasi sel. Pada perkecambahan, tumbuhan meneruskan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi saat embrio tidak aktif. Beberapa biji akan segera berkecambah pada lingkungan yang sesuai (Bewley et al., 1994). Ciri-ciri benih bervigor adalah tahan bila disimpan, dapat berkecambah dengan cepat dan seragam, bebas dari penyakit benih, tahan terhadap gangguan mikroorganisme, bibit tumbuh kuat baik pada tanah basah maupun kering, bibit mampu memanfaatkan bahan makanan yang ada di dalam benih dengan maksimal, sehingga tumbbuh jaringan baru, laju pertumbuhan bibit tinggi,

Perkecambahan Benih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan perkecambahan

Citation preview

PENDAHULUANLatar BelakangPerkecambahan dimulai saat air masuk ke dalam biji (imbibisi) dan berakhir dengan diawali elongasi/perpanjangan sumbu embrionik, biasanya radikula. Perkecambahan diikuti oleh banyak peristiwa yaitu hidrasi protein, perubahan struktur subseluler, respirasi, makromolekul sintesis, dan pemanjangan/elongasi sel. Pada perkecambahan, tumbuhan meneruskan pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi saat embrio tidak aktif. Beberapa biji akan segera berkecambah pada lingkungan yang sesuai (Bewley et al., 1994).Ciri-ciri benih bervigor adalah tahan bila disimpan, dapat berkecambah dengan cepat dan seragam, bebas dari penyakit benih, tahan terhadap gangguan mikroorganisme, bibit tumbuh kuat baik pada tanah basah maupun kering, bibit mampu memanfaatkan bahan makanan yang ada di dalam benih dengan maksimal, sehingga tumbbuh jaringan baru, laju pertumbuhan bibit tinggi, dan mampu berproduksi tinggi dalam waktu tertentu (Heydecker, 1972). Pengujian vigor tidak hanya mengukur persentase benih yang layak dalam sampel, selain itu juga mencerminkan kemampuan benih untuk menghasilkan bibit normal dalam waktu kurang dari kondisi pertumbuhan optimum atau merugikan. Benih layak digunakan jika benih tumbuh normal karena kondisi lingkungan seperti suhu yang optimum, kelembaban dan kondisi cahaya sesuai. Benih memiliki kemungkinan untuk melanjutkan pertumbuhan dan menyelesaikan siklus hidup di berbagai kondisi lingkungan. Pada awalnya, benih mengalami perlambatan dalam berkecambah kemudian kehilangan kemampuan untuk berkecambah. Pengujian vigor merupakan praktik penting dalam pengujian kualitas benih.Pengujian vigor digunakan untuk indicator potensi penyimpanan benih (Humandini, 2010).Pengujian daya tumbuh benih merupakan proses yang penting. Hal tersebut dilakukan untuk memberi jaminan kepada petani dan masyarakat untuk mendapatkan benih sesuai dengan Standar Nasional Indonesia(SNI). Benih yang memiliki daya tumbuh yang baik memiliki indeks vigor yang besar. Selain itu, benih yang diuji bertujuan agar mendapatkan benih yang berkualitas tinggi. Benih yang baik akan menguntungkan bagi petani (Lesilolo dkk., 2013).Kualitas benih yang baik memiliki daya tumbuh dan indeks vigor yang tinggi. Indeks vigor merupakan keserampakan benih dalam berkecambah. Indeks vigor yang tinggi dapat diperoleh dengan cara menjaga kondisi lingkungan saat penyimpanan. Perkecambahan dan pertumbuhan embrio merupakan proses penting pada tanaman untuk pertanian dan ekosistem alami (Morla et al., 2011).

TujuanTujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :1. Mengetahui keadaan kecambah yang vigor kuat, lemah, abnormal dan mati dengan berdasarkan metode UKDdP.2. Dapat menentukan daya kecambah benih dan vigor yang meliputi keserempakan tumbuh, kecepatan tumbuh, berat kering normal, dengan berdasarkan metode UKDdP.3. Mengetahui bagaimana kekuatan tumbuh / vigor berdasarkan metode cekaman kekeringan dalam bak pasir.

10

TINJAUAN PUSTAKAPerkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas benih. Perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih yang telah mengalami proses penuaan. Pengertian dari berkecambah itu sendiri adalah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan radikula di embrio. Plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang normal jika faktor lingkungan mendukung (Kuswanto, 1997). Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar dari plumula atau koleptilnya, ketahanan terhadap serangan penyakit dan warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium Test (Kartasapoetra, 1986).Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahannya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa (Sadjad, 1977 dalam Sutopo 2011 : 107). Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu ataupun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum panen. Juga dalam memanfaatkan unsur sinar matahari khususnya selama periode pengisian dan pemasakan buah/biji (Lesilolo dkk., 2013). Dalam Sutopo (2010 : 108), secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang suboptimal. Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologis. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda beda, sedangkan vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama. Vigor dapat dibedakan atas :1. Vigor benih2.Vigor kecambah3.Vigor bibit4.Vigor tanamanPada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain oleh (Sadjad, 1977) :1. Tahan disimpan lama2.Tahan terhadap serangan hama dan penyakit3.Cepat dan tumbuh merata4.Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang suboptimal. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal (Heydecker, 1972 dalam Sutopo 2010 : 109) yaitu :1. Genetis,2.Fisiologis,3.Morfologis,4. Sitologis,5.Mekanis, dan6.Mikroba.Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi. Misal : dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman (Situmorang, 2010).Benih padi yang dikatakan memiliki daya pertumbuhan baik adalah benih dengan viabilitas mencapai 80% ke atas. Benih dengan viabilitas tinggi tentunya memiliki daya vigor benih yang kuat, karena didukung oleh komponen cadangan makanan dalam biji yang cukup untuk menopang pertumbuhan awal dari biji sebelum memperoleh makanan dari dalam tanah. Untuk dapat mengetahui hal hal tentang viabilitas dan daya vigor benih tentunya harus dilakukan dengan sebuah penelitian. Uji viabilitas dan vigor benih diprioritaskan untuk benih benih yang akan dipasarkan untuk dibudidayakan oleh petani, sebab benih yang akan diedarkan kepada konsumen (petani) harus benih yang baik (mutu genetik, fisik, dan fisiologis). Sehingga uji viabilitas dan vigor benih ini dilakukan sebagai tolak ukur mutu benih itu tinggi atau rendah (IPB, 2010). Benih kacang tunggak merupakan salah satu benih yang tidak memerlukan masa dorman dalam perkecambahan. Karakter perkecambahan kacang tunggak bertipe epigeal. Pada perkecembahan tipe ini, selama perkecambahan kotiledon berada di atas tanah dimana kotiledon tetap menyokong nutrisi ke titik tumbuh. Kecepatan berkecambah merupakan aspek penting yang mewakili vigor benih dan nilai indeks vigor yang tinggi menunjukkan vigor yang baik dari benih tersebut. Vigor sebagai indikator kemampuan benih untuk tumbuh menjadi pemberi informasi mengenai kualitas fisiologi biji (Chaturverdi, 1980).

BAHAN DAN METODEBahan dan AlatBahan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :1. Padi (Oryza sativa)2. Kacang nagara (Vigna unguiculata)3. Kertas buram4. Plastik gulaAlatAlat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :1. APB. Berfungsi sebagai bak perkecambahan.2. Gelas Aqua. Berfungsi sebagai tempat yang akan diisi pasir (media perkecambahan).3. Oven. Berfungsi sebagai alat pengering kadar air benih.4. Pinset5. Kamera Prosedur KerjaA. Metode Uji Pada Kertas (PK)1. Membasahi kertas atau tissue seukuran cawan petri secukupnya. 2. Menanamkan benih secara teratur pada substrat, kemudian menutup cawan petri dengan pasangannya. 3. Memasukan ke dalam bak perkecambahan4. Menjaga kelembaban substrat hingga pengujian selesai.B. Metode Uji Antar Kertas (AK)1. Gunakan 5 lembar kertas buram yang telah dibasahi.2. Letakkan benih pada setengah bagian kertas.3. Lipat setengah bagian yang kosong ke bagian yang berisi benih dan pada bagian pinggir sebaiknya dilipat agar benih tidak keluar.4. Menjaga kelembaban substrat hingga pengujian selesai.C. Kecepatan tumbuhSetelah dilakukan pengamatan selama 6 hari, maka dihitung kecepatan tumbuh benih dengan menggunakan rumus :

=( )D. Keserempakan tumbuhSetelah dilakukan pengamatan selama 6 hari, maka dihitung keserempakan tumbuh benih dengan menggunakan rumus :

E. Berat kering normalkecambah yang sudah dioven ditimbang berat keringnya kemudian dihitung kadar air yang terkandung di dalam benih tersebut dengan menggunakan rumus:

HASIL DAN PEMBAHASANHasilBerdasarkan praktikum yang dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda yakni metode uji pada kertas dan metode uji antar kertas diperoleh data yang berbeda pula. Jumlah benih dalam perlakuan media adalah 100 benih padi dan 50 benih kacang nagara yang terbagi ke dalam dua perlakuan. Dengan pembagiannya untuk benih padi adalah 50 benih di media cawan petri dan 50 di media kertas koran (untuk 1 varietas) begitu juga untuk kacang nagara, 25 benih di media cawan petri dan 25 benih di media kertas koran (untuk 1 varietas).Berikut tabel hasil pengamatan uji vigor benih padi dan kacang nagara dalam dua media tumbuh (cawan petri dan kertas koran).Tabel 1. Hasil perkecambahan benih padi pada media cawan petri dan media kertas koran

NoKultivarBerat awal (g)UjiKCTKST (%)

1.Padi 0,195 gPK-96 %

2.Padi AK-98 %

3.Kacang nagara1,270 gPK-88%

4.Kacang nagaraAK-100%

Pembahasan Indeks vigor merupakan indikator untuk mengetahui kecepatan dan keseragaman perkecambahan vigor lebih memberatkan pada kekuatan benih, kemampuan benih untuk menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan (sub optimum) serta bebas dari serangan mikroorganisme benih. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula (Sudjadi, 2006).Pada padi, indeks vigornya lebih baik pada metode dengan menggunakan kertas daripada metode pada media cawan petri. Hal tersebut dapat disebabkan karena pada metode cawan petri air lebih mudah hilang sehingga proses perkecambahan menjadi lambat. Air yang kurang tersebut membuat kerja enzim menjadi lambat. Selain itu, dormansi benih yang berbeda pada setiap benih membuat kecepatan berkecambahnya juga berbeda. Pada faktor lain, indeks vigor benih juga dapat dipengaruhi oleh ukuran benih. Semakin seragam ukuran benih maka proses perkecambahan menjadi serempak.Pada benih kacang nagara, metode dalam cawan petri memiliki kecepatan berkecambah yang lebih baik daripada benih padi. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang berada pada benih seperti kandungan cadangan makanan yang banyak pada benih yang ada pada metode dalam cawan petri. Selain itu, proses pemasakan di dalam benih pada metode dalam cawan petri lebih cepat daripada metode dalam kertas. Pada faktor lain, ukuran benih pada metode dalam cawan petri lebih seragam sehingga proses perkecambahan cenderung terjadi bersamaan.Indeks vigor yang rendah akan menghasilkan benih yang tidak mempunyai kualitas baik. Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Benih yang mempunyai indeks vigor rendah menghasilkan tanaman yang kurang tahan terhadap gangguan lingkungan yang dapat mengancam hasil produksi tanaman tersebut.

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulan 1. Padi memiliki kecepatan perkecambahan yang lebih baik daripada kacang nagara. Padi dan kacang nagara memiliki respon kecepatan dalam berkecambah yang berbeda pada metode dalam kertas dan dalam cawan petri.2. Indeks vigor dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah benih yang berkecambah pada hari per waktu yang berkorespodensi dengan jumlah benih.3. Padi dan kacang nagara memiliki keseragaman bibit yang berbeda sehingga memiliki indeks vigor yang juga berbeda. Metode dalam kertas dan dalam cawan petri dapat menghasilkan pertumbuhan keseragaman benih yang berbeda.

SaranDalam praktikum yang dilakukan adanya kejelasan yang pasti tentang tata cara pelaksanaannya dan waktu pengamatannya, karena selalu adanya perselisihan antara asisten dan praktikan saat ingin melakukan pengamatan sehingga membuat praktikannya tidak jadi mengamati.

DAFTAR PUSTAKABewley, J. Derek and Michael Black. 1994. Seed Physicology of Development and Germination. Plenum Press. New York.

Chaturverdi, G.S., P.K. Aggarwal, and S.K.Sinha. 1980. Growth and yield of determinate and indeterminate cowpeas in dryland agriculture. J. Agric. Sci., Camb.94: 137-144.

Heydecker, W. 1972. In Viability of Seeds. E. H. Roberts ed.Syracuse University Press. USA.

Humandini, A. I. 2010. Pengujian Mutu Benih. UPTD BPSBP: Dinas Pertanian Provinsi DIY. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014.

IPB. 2010. Tinjauan Pustaka Fisiologi Benih Padi dan Viabilitas Benih. Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Kartasapoetra, dkk., 1992. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.

Kuswanto, H., 1997. Analisis Benih. ANDI. Yogyakarta.

Lesilolo, M. K., J. Riry, dan E. A. Matatula. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Jenis Tanaman di Pasaran Kota Ambon. Agrologia 2: 1-9.

Morla, S., C. S.V. Ramachandra Rao, R. Chakrapani. 2011. Factors affecting seed germination and seedling growth of tomato plants cultured in vitro conditions. Journal of Chemical, Biological and Physical Sciences 1: 328-334.

Sadjad, S., Endang M., dan Satriyas I. 1989. Parameter Pengujian Vigor Benih. Grasindo : Jakarta.

Situmorang, T. S. SSi. 2010. Penujian Mutu Benih Laboraturium. http://ditjenbun.deptan.go.id/bbp2tpmed/index.php. Diakses pada tanggal 5 Desember 2014.

Sudjadi. 2006. Fisiologi Proses Perkecambahan Biji. http://www.pusatbiologi.com/2013/10. Diakses tanggal 28 November 2014.

Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih (Edisi Revisi Fakultas Pertanian UNIBRAW). PT Raja Grafindo Persada : Jakarta.