123
1 PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar pada hakikatnya merupakan peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia setelah siswa memiliki bahasa pertama yakni bahasa Ibu. Peran aktif guru dalam mengajarkan materi pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar di sekolah dasar, sangat membutuhkan keahlian dan pengalaman. Untuk itu, buku ini disajikan secara teori dan praktik agar guru/calon guru sekolah dasar dapat: a. Menjelaskan hakikat bahasa dan teori Pemerolehan Bahasa. b. Menjelaskan prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dalam kurikulum. c. Memilih dan menerapkan pendekatan, metode, strategi, dan teknik pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar secara kreatif dan inovatif. d. Memilih dan mengembangkan materi ajar Bahasa Indonesia di SD sesuai kurikulum, tingkat perkembangan peserta didik, lingkungan, dan ketersedian sarana. e. Memahamai dan mampu melakukan asesmen pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Pencapaian kompetensi ini dilakukan dengan berbagai aktivitas antara lain melalui kegiatan diskusi, penugasan, pengamatan, dan portopolio. Untuk mengevaluasi ketercapaian tujuan, digunakan tes tertulis, penilaian proses, hasil, portopolio, unjuk kerja, dan simulasi. Kiranya uraian ini dapat membantu memberikan pemahaman sesuai kompetensi.

PERKEMBANGAN BAHASA ANAK SD · 1.Bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar. Untuk itu manusia berpikir tidak hanya dengan otaknya, melainkan dengan menggunakan bahasa

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    PENDAHULUAN

    Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar pada hakikatnyamerupakan peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesiasetelah siswa memiliki bahasa pertama yakni bahasa Ibu. Peran aktif gurudalam mengajarkan materi pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar disekolah dasar, sangat membutuhkan keahlian dan pengalaman. Untuk itu,buku ini disajikan secara teori dan praktik agar guru/calon guru sekolah dasardapat:a. Menjelaskan hakikat bahasa dan teori Pemerolehan Bahasa.b. Menjelaskan prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dalam

    kurikulum.c. Memilih dan menerapkan pendekatan, metode, strategi, dan teknik

    pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar secara kreatif daninovatif.

    d. Memilih dan mengembangkan materi ajar Bahasa Indonesia di SD sesuaikurikulum, tingkat perkembangan peserta didik, lingkungan, danketersedian sarana.

    e. Memahamai dan mampu melakukan asesmen pembelajaran BahasaIndonesia di SD.

    Pencapaian kompetensi ini dilakukan dengan berbagai aktivitas antaralain melalui kegiatan diskusi, penugasan, pengamatan, dan portopolio. Untukmengevaluasi ketercapaian tujuan, digunakan tes tertulis, penilaian proses,hasil, portopolio, unjuk kerja, dan simulasi. Kiranya uraian ini dapatmembantu memberikan pemahaman sesuai kompetensi.

  • 2

    BAB IHAKIKAT BAHASA DAN TEORI

    PEMEROLEHAN BAHASA

    A. Hakikat BahasaBahasa merupakan salah satu aspek yang digunakan untuk

    mengungkapkan pikiran dan perasaan. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari ditunjang oleh penguasaan bahasa dengan menggunakan simbol. Betapapentingnya peranan bahasa bagi perkembangan manusia memberikansumbangan yang besar dalam perkembangan anak menjadi manusiadewasa. Akhadiah dkk (1992/1993) menyatakan bahwa dengan bantuanbahasa, anak dapat tumbuh dari organisme biologis menjadi pribadi didalam kelompok. Pribadi itu berpikir, merasa, bersikap, berbuat, sertamemandang dunia dan kehidupan seta masyarakat di sekitarnya.

    Pada dasarnya bahasa merupakan rangkaian bunyi yangmelambangkan pikiran, perasaan, serta sikap. Dengan demikian, bahasamerupakan sistem lambang yang digunakan sesuai dengan kaidah yangberlaku, di antaranya kaidah pembentukan gabungan kata, klausa, dankalimat. Manusia pun dapat berpikir dan berbicara tentang sesuatu yangabstrak, di samping yang konkret; misalnya seseorang tidak perlumenghadirkan harimau untuk menjelaskan kepada mahasiswa bahwa adaharimau masuk ke kampus mereka. Lambang-lambang bunyi bahasaterbentuk berdasarkan kesepakatan masyarakat pemakai bahasa.Maksudnya tidak ada alasan logis untuk memberi nama sesuatu.Apakah peranan bahasa?1. Bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar.

    Untuk itu manusia berpikir tidak hanya dengan otaknya, melainkandengan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, menyampaikanhasil dan mengendalikan pemikiran atau penalaran, sikap, sertaperasaannya.

    2. Sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan. Melalui bahasanilai-nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi kegenerasi selanjutnya. Dengan bahasa pula ilmu dan teknologidikembangkan.

    3. Bahasa mempunyai peranan yang penting dalam mempersatukananggota masyarakat. Sekelompok pengguna bahasa yang sama akanmerasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya.

  • 3

    Kemampuan berbahasa dan berpikir inilah yang membedakanmanusia dengan binatang, serta yang memungkinkannya untukberkembang. Dengan bahasa manusia dapat berpikir lebih lanjut sertamencapai kemajuan teknologi yang semakin pesat. Penggunaan bahasadalam berpikir, menyimak, berbicara, membaca, dan menulis bukanlahmerupakan kemampuan yang bersifat alamiah, sebagaimana kemampuanhidup dan bernafas. Kemampuan itu tidak dibawa sejak lahir dandikuasai dengan sendirinya, melainkan harus dipelajari, sertadipengaruhi oleh lingkungannya.

    Apakah setiap alat komunikasi dapat disebut bahasa? Apakahpenanda khusus bahasa manusia sebagai alat komunikasi yangmembedakan dengan alat komunikasi yang lain? Perhatikan ilustarsi kasusberikut ini:

    Pada suatu hari dalam perjalanan menumpangi mobilangkot. Dua penumpang yang masih muda belia tertawa, tetapitidak terdengar mereka melakukan interaksi secara verbal. Setelahmencoba memperhatikan apa yang mereka lakukan. Ternyatamereka adalah siswa-siswa tuna rungu sedang asyikberkomunikasi, akan tetapi komunikasi yang dilakukan tidakmenggunakan suara. Mereka menggunakan jari-jari tangan untukberkomunikasi dengan bahasa isyarat.

    Lain halnya dengan kasus, ketika mengikuti kegiatanperkemahan pramuka. Hanya bunyi sempruitan mereka salingberbalasan antara kelompok satu dengan kelompok lain. Demikianpula dengan sandi morse yang hanya menggunakan kode rahasiaatau tanda tertentu yang dipakai dalam berkomunikasi padakegiatan pramuka. Hanya dengan mengerakkan bendera, merekadapat memahami maksud perintah untuk berkumpul di lapangan.Ilustasi yang digambarkan di atas membuktikan bahwa ternyata

    alat komunikasi sangat beragam. Ada yang menggunakan benda-benda,tanda, atau bunyi-bunyian. Bahasa, berupa bunyi-bunyi yang dihasilkanoleh alat ucap manusia adalah juga alat komunikasi. Secara umum,komunikasi dibedakan atas komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bunyi-bunyibahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang merujuk pada bahasatertentu misalnya bahasa Indonesia atau bahasa yang lain. Sedangkankomunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Akan tetapi

  • 4

    menggunakan alat-alat/tanda misalnya dengan gerakan jari tangan,ekspresi wajah, menggunakan benda-benda tertentu.

    Perlu pula diketahui bahwa tidak semua ujaran atau bunyi bahasayang dihasilkan alat ucap manusia dapat dikatakan bahasa, karena ujarandapat dikatakan sebagai bahasa apabila mengandung makna. Perhatikankata [sedih], [rumah], [lari], adalah contoh kata yang mempunyai maknadan dapat disebut bahasa. Lain halnya [isedh], [muhra], merupakan contohbunyi yang tidak bermakna atau bukan bahasa.

    Setiap struktur bunyi ujaran tertentu akan mempunyai arti tertentupula. Kesatuan-kesatuan arus ujaran yang mengandung suatu maknatertentu, mengikuti gelombang ujaran sesuai kaidah, secara bersama-samamembentuk perbendaharaan kata dari suatu masyarakat bahasa yang telahmembentuk relasi antar anggota-anggota masyarakat.Sifat-sifat Bahasa

    Bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki beberapa sifat, Santoso(Paisal, 2009) antara lain: (a). Sistematik, (b). Mana suka, (c). Ujaran, (d).Manusiawi, dan (e). Komunikatif.

    Bahasa dikatakan bersifat sistematik maksudnya bahwa bahasamemiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami olehpemakainya. Bahasa diatur oleh dua sistem yaitu sistem bunyi dan sistemmakna.

    Bahasa dikatakan mana suka maksudnya bahwa bahasa disebutmana suka karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar.Contoh, kata lemari, pintu, batu, halaman, dsb. Kata-kata tersebut tidakada hubungan logis antara bunyi dan makna yang disimbolkannya. Bukanpula atas dasar kriteria dan standar tertentu, akan tetapi unsur-unsurbahasa dipilih secara mana suka. Demikian pula bahasa disebut ujarankarena bentuk dasar bahasa adalah ujaran dan media bahasa adalah bunyi.Bahasa disebut bersifat manusiawi karena bahasa dapat berfungsi selamamanusia memanfaatkannya. Adapun bahasa disebut bersifat komunikatifkarena fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau alatpenghubung antara anggota-anggota masyarakat.

    B. Bahasa Siswa Sekolah Dasar (SD)Bertambahnya usia anak berarti bertambah pula kemampuan

    berbahasanya. Bayi yang baru lahir belum dapat berbuat apa-apa kecualihanya dapat meronta dan menangis jika basah, lapar atau sakit. Ketikausianya tiga minggu, ia mulai tersenyum dan pada usia dua atau tiga bulan

  • 5

    ia mulai mengeluarkan bunyi-bunyi vokal. Kira-kira pada usia enam bulan iamulai memperlihatkan reaksi terhadap rangsangan yang diberikan dan mulaimengucapkan suku-suku kata secara spontan dan tak lama kemudianmeraban. Menjelang usia satu tahun, biasanya ia sudah memahami beberapanama benda dan dapat mengucapkan kata-kata seperti papa, mama, baba dansebagainya. Setelah berumur satu tahun, ia pandai membuat kalimat satu kata.

    Pada usia menjelang dua tahun ia sudah dapat membuat kalimatdua kata. Perkembangannya berlangsung cepat. Demikian pula kosakatanya bertambah dengan pesat, demikian pula kemampuannya dalammembuat kalimat yang lebih panjang. la sering kali mencoba menggunakankata-kata baru, meniru orang dewasa. Pada usia prasekolah ia mulaimenguasai bahasa ibunya sebagaimana bahasa orang dewasa di sekitarnya.

    Masa bayi dan masa prasekolah merupakan waktu yang palingpenting dalam perkembangan seseorang untuk belajar bahasa. Masa itudisebut usia keemasan untuk belajar berbahasa. Karena itu, peranan paraorang tua sangat diperlukan dalam membantu perkembangan tersebutdengan sebaik-baiknya. Jika kesempatan itu terlewati dengan sia-sia,maka hilanglah peluang anak untuk menguasai bahasanya dengan baik.

    Dari uraian di atas jelas bahwa pada saat anak memasuki SekolahDasar (SD), ia telah siap menerima informasi dalam bahasa yangdikuasainya. Oleh karena itu, penggunaan bahasa daerah dibolehkan sebagaibahasa pengantar pada pengajaran di kelas I, II, III sekolah dasar yangterletak di pelosok desa.

    C. Permasalahan Bahasa pada Awal Masa SekolahSekolah merupakan dunia baru bagi anak. Sebagian anak

    menunggunya dengan tidak sabar dan penuh kegembiraan; sebagian lagimenghadapinya dengan rasa cemas serta keraguan. Bagi peserta didik yangtelah melalui pendidikan prasekolah misalnya taman kanak-kanak (TK) atauPendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tentulah mereka lebih siap belajar.Sementara itu, tidak semua anak Indonesia mempunyai kesempatan untukmengenyam pendidikan prasekolah tersebut. Sejauh ini sebagian besarTK/PAUD berada di perkotaan dan pada umumnya anak-anak dari tingkatsosial-ekonomi kelas menengah ke atas yang mampu membayar biayapendidikan. Padahal yang lebih memerlukan pendidikan prasekolah justruanak-anak desa dan anak dari masyarakat yang kurang mendapat rangsanganyang cukup baik secara intelektual maupun emosional. Pengalamanprasekolah memengaruhi kemampuan peserta didik dalam belajar di sekolah.

  • 6

    Berkaitan dengan masa tersebut, ada lima permasalahan yang yangdihadapi guru dalam menghadapi anak pada awal masuk sekolah antaralain:

    1. Memulai bersekolah bagi anak berarti memasuki lingkungan sosialbaru. Anak telah mampu berkomunikasi dengan orang tua atauanggota keluarganya sendiri, namun ia belum mempunyai pengalamandengan teman-teman barunya yang mungkin berasal dari lingkungandan taraf sosial ekonomi yang berbeda.

    2. Ada kalanya anak-anak masih menggunakan bentuk bahasa kanak-kanak yang hanya dipahami oleh orang tuanya. Kata-kata tersebutdalam "bahasa sekolah" berasosiasi dengan kata-kata yangdianggap tabu di rumah. Hal-hal di atas menyulitkan timbulnyakesiapan membaca.

    3. Mungkin pula anak belum dapat mengucapkan beberapa bunyidengan betul.

    4. Anak tidak memahami bahasa guru. Kata-kata yang digunakan olehguru banyak yang masih asing dan kerapkali juga sulit diucapkan,karena kata-kata tersebut tidak pernah digunakan di rumah.

    5. Di rumah atau di tempat bermain anak menggunakan bahasa yangtidak baku/tidak resmi dalam situasi yang bebas dan santai. Beberapapenulis mengemukakan bahwa di dalam sehari anak menggunakansekitar tiga puluh ribu kata dalam situasi tersebut. Sementara itukegiatan di sekolah lebih bersifat formal dengan berbagai keterbatasandan aturan. Tidaklah terlalu mudah mengalihkan anak dari situasibebas, santai, dan tidak resmi kepada situasi terbatas yang resmi.Permasalahan itulah yang harus dihadapi guru SD, terutama di

    kelas-kelas permulaan. Untuk mengatasinya guru harus memilikipengetahuan tentang anak-anak, kesabaran, ketekunan, dan pengabdianyang dilandasi rasa kasih sayang. Guru harus dapat menciptakan situasiyang dapat menumbuhkan kegairahan belajar. Dalam hal ini tidak tepatlahsikap guru yang menuntut anak duduk diam tangan dilipat dan diletakkan diatas meja serta kaki rapat dengan sangat tertib.

    LATIHANUntuk memantapkan pemahaman, kemukakanlah satu contoh

    kesulitan yang dihadapi guru kelas I di daerah masing-masing.Bagaimana mengatasinya?

  • 7

    D. Proses Pemerolehan BahasaWaktu Pemerolehan Bahasa Dimulai

    Kapan sebenarnya anak mulai berbahasa? Atau kapan anak memerolehbahasa pertama (B1). Karena berbahasa mencakup komprehensi maupunproduksi maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa sebelum dia dilahirkan.Melalui saluran intrauterine anak telah terekspos pada bahasa manusiawaktu dia masih janin (Kent dan Miolo 1996: 304). Kata-kata dari ibunya tiaphari dia dengar dan secara biologis kata-kata itu '`masuk" ke janin. Kata-kata ibunya ini rupanya "tertanam" pada janin anak. Itulah salah satusebabnya mengapa di mana pun anak selalu lebih dekat pada ibunyadaripada ayahnya. Seorang anak yang menangis akan berhentimenangisnya bila digendong oleh ibunya. Cara-cara lain juga dipakaiseperti pengukuran detak jantung yang bertambah atau menurun waktusebelum/sesudah diperdengarkan musik atau bunyi-bunyi tertentu.

    Pemerolehan bahasa dimulai sejak bayi masih berada dalamkandungan. Sang ibu bisa mengajak bayi berkomunikasi tentang hal yangpositif. Kontak batin antara ibu dan janin akan tercipta dengan baik bilakondisi psikhis ibu dalam keadaan stabil. Keharmonisan yang terjalin lewatkomunikasi bisa memengaruhi kejiwaan anak. Orang tua bisa mengajak anakbercerita tentang kebesaran Sang Pencipta dan alam ciptaan-Nya;mengenalkannya pada kicau burung, kokok ayam, rintik hujan, desir angin;memperdengarkan Kalam Ilahi atau membacakan kisah-kisah bijak.

    Pemerolehan bahasa meskipun dengan landasan filosofis yangmungkin berbeda-beda, pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandanganbahwa anak di mana pun juga memeroleh bahasa ibunya denganmenggunakan strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasioleh biologi dan neurologi manusia yang sama tetapi juga olehpandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekalidengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Di samping itu, dalam bahasajuga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telahmengetahui kodrat-kodrat yang universal ini. Chomsky mengibaratkananak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol sertakabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bolalampu tertentu menyala. Maksudnya adalah bahasa mana dan wujudnyaseperti apa ditentukan oleh lingkungan sekitarnya.

    Istilah pemerolehan bahasa mengacu pada penguasaan bahasa secaratidak disadari dan tidak terpengaruh oleh pengajaran bahasa tentang sistemkaidah dalam bahasa yang dipelajari. Dengan demikian pemerolehan bahasa

  • 8

    adalah proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secaraverbal. Pemerolehan bahasa biasanya didapatkan dari hasil kontak verbaldengan penutur asli lingkungan bahasa itu. Jika anak memeroleh bahasapertama (B1) atau bahasa ibu secara alamiah secara tidak sadar dilingkungan keluarga pengasuh anak-anak tersebut, maka selanjutnya anakakan mengalami proses pemerolehan bahasa kedua (B2) melaluipembelajaran bahasa. Namun perlu hati-hati dalam penggunaan istilahbahasa ibu karena banyak kasus terjadi di kota besar yang multilingual.Bahasa ibu atau bahasa pertama anak adalah bahasa Indonesia, bukanbahasa yang digunakan oleh orang tua mereka. Jadi lebih tepat jikadigunakan istilah bahasa pertama dan bahasa kedua. Yang dimaksud bahasaibu sebenarnya adalah “bahasa asuh” yang digunakan seorang ibu ketikaberkomunikasi dengan anaknya sejak lahir atau masa paling dini.

    Strategi Pemerolehan Bahasa anak dapat dilakukan dengan:• Peniruan; meniru bahasa yang digunakan oleh ibu, pengasuhnya.• Pengalaman langsung: Setiap pengalaman indrawi yang dialami

    anak, terekam dalam benaknya. Pada tahap awal belajar bahasa,anak mulai membangun pengetahuan tentang kombinasi bunyi-bunyitertentu yang menyertai dan merujuk pada sesuatu yang dia alami.Ingatan ini akan semakin kuat, terutama bila penyebutan akan bendaatau peristiwa tertentu terjadi berulang-ulang. Dengan cara ini anakakan mengingat kata-kata tentang sesuatu sekaligus mengingat pulacara mengucapnya.

    • Mengingat; memainkan peranan penting dalam belajar bahasa anakatau belajar apa pun, karena anak mengingat tentang pengalamanlangsung yang telah dialaminya.

    • Bermain; Dalam kegiatan bermain, anak-anak merasa senangbermain peran yaitu memerankan perilaku orang dewasa atauperilaku orang lain yang ada di sekitarnya.

    • Penyederhanaan; maksudnya adalah bahwa ketika berbicara anak-anak pada awalnya cenderung menyederhanakan model tuturanorang dewasa. Ada beberapa fonem bahkan kata yang dihilangkanpada saat bertutur. Walaupun dalam bertutur, anak-anak hanyamenggunakan satu kata tetapi memiliki cakupan makna yang luas(Tarigan dkk...1998)Bahasa mempunyai tiga komponen utama, yakni, fonologi,

    sintaksis, dan semantik, oleh sebab itu pembahasan juga terbagi menjadi tiga.

  • 9

    Di samping itu, ada bahasan pula mengenai pemerolehan pragmatik, yakni,bagaimana anak memroleh kelayakan dalam berujar.

    1. Pemerolehan dalam Bidang FonologiManusia ketika baru lahir, hanya memiliki sekitar 20% dari otak

    dewasanya. Berbeda dengan binatang yang sudah memiliki sekitar70%. Karena perbedaan inilah maka binatang sudah dapat melakukanbanyak hal segera setelah lahir, sedangkan manusia hanya bisamenangis dan menggerak-gerakkan badannya. Adanya perbedaanproporsi ini sejalan dengan pertumbuhan otak dengan pisiknya.

    Pada umur sekitar 40 hari, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal namun belumjelas. Proses mengeluarkan bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing,yang telah diterjemahkan menjadi dekutan (Dardjowidjojo 2000: 63).Anak mendekutkan bermacam-macam bunyi yang belum jelasidentitasnya.

    Pada sekitar umur 6 bulan, anak mulai mengeluarkan bunyikonsonan dengan vokal yang dalam bahasa Inggris disebutbabbling, yang telah diterjemahkan menjadi celotehan (Dardjowidjojo2000: 63). Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti olehsebuah vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabialhambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/. Dengan demikian,strukturnya adalah CV

    Ciri lain dari celotehan adalah bahwa CV ini kemudian diulangsehingga muncullah struktur seperti berikut:C1, V1, C1, V1, C1, V1, .., papapa mamama bababa ...Celotehan seperti itu akhirnya orang tua kemudian mengaitkan "kata"papa dengan ayah dan mama dengan ibu meskipun apa yang ada dibenak anak tidaklah kita ketahui; tidak mustahil celotehan itu hanyalahsekedar latihan artikulatori belaka (lihat Jakobson 1971; Ingram 1990;Gass dan Selinker 2001). Konsonan dan vokalnya secara gradualberubah sehingga muncullah kata-kata seperti dadi, dida, tita, dita,mama, mami, dsb.

    Anak umur sekitar 1 tahun, kata sudah mulai muncul. PadaEcha (Dardjowidjojo 2000), Seperti kata sepeda dikatakan /da/. Anakcenderung memperhatikan suku akhir dari kata yang diucapkan.Konsonan pada akhir kata sampai dengan umur sekitar 2;0 banyakyang tidak diucapkan sehingga mobil akan diujarkan sebagai /biI/.

  • 10

    Sampai sekitar umur 3;0 anak belum dapat mengucapkan gugus konsonansebagai contoh kata (Eyang) Putri akan disapanya dengan Eyang /ti/.

    Anak mula-mula menguasai bunyi konsonan bilabial dengan vokal/a/, kemudian alveolar dan velar. Pada umur sekitar 2:6 kata Farahmasih diucapkan sebagai /Fa-ah/ atau nenek /nek/. Sekalipun dipaksa untukmengatakannya dengan benar, Echa berkata "Ndak bisa, ”Bunyi /r/. Danbiasanya muncul pada Echa saat dia berumur 4;9.

    Sekalipun demikian, yang perlu dipahami bahwa patokantahun penguasaan kata atau bunyi tertentu sangat relatif. Ukurantidak boleh tahun kalender tetapi harus tahun neurobiologis, artinya,pada tahap perkembangan neurobiologi mana seorang anak dapatmengucapkan bunyi-bunyi tertentu. Karena biasanya Si adik malah telahdapat mengucapkan bunyi /r/ pada umur 3;0. Jadi, yang universal itu bukantahunnya tetapi urutan pemunculan bunyi-bunyi itu.

    2. Pemerolehan dalam Bidang SintaksisKapankah seorang anak dapat mengucapkan satu kata (atau

    bagian kata)? Jika anak sudak dapat mengucapkan satu kata berartisebenarnya bagi anak telah menguasai kalimat penuh, tetapi karena diabelum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambilsatu kata dari seluruh kalimat itu. Sebagai contoh kalimat Reny maududuk, maka dia akan mengatakan /Ni du’/

    Dari segi sintaksisnya, Ujaran Satu Kata sangatlah sederhanakarena memang hanya terdiri dari satu kata saja; bahkan untuk bahasaseperti bahasa Indonesia hanya sebagian saja dari kata itu. Namun darisegi semantiknya, anak yang mengatakan /eka/ untuk boneka bisabermaksud mengatakan:

    a. Ma, itu boneka.b. Ma, ayo lihat bonekal.c. Aku mau beli bonekal.d. Aku mau bermain boneka.e. Aku tidak suka bonekaf. Ini bonekaku, dsbUjaran Satu Kata (USK) yang mempunyai berbagai makna ini

    dinamakan ujaran holofrastik (holophrastic). Di samping ciri ini, USKjuga mempunyai ciri-ciri yang lain. Pada awalnya USK hanya terdiridari CV saja. Bila kata itu CVC maka C yang kedua dilesapkan. Padaperkembangannya kemudian, konsonan akhir ini mulai muncul. Pada

  • 11

    umur 2;0, misalnya, Echa menamakan ikan sebagai /tan/, persis samadengan kata untuk bukan. Demikian seterusnya hingga Ucapan DuaKata, Tiga Kata, dst.

    Bentuk Tata bahasa pada AnakPada bahasa-bahasa seperti bahasa Indonesia, di mana bentuk

    pasif sangat dominan, anak sering mendapat masukan yang berupakalimat pasif dan karenanya membentuk pula pola kalimat pasif jauhlebih awal daripada anak Inggris (Dardjowidjojo 2000: 136).Menjelang umur 4;0 anak sudah mulai memakai kalimat komplek.

    3. Pemerolehan pada Bidang LeksikonSebelum anak dapat mengucapkan kata, dia memakai cara lain

    untuk berkomunikasi: dia memakai tangis dan gestur (gesture,gerakan tangan, kaki, mata, mulut, dsb). Pada mulanya kitakesukaran memberi makna untuk tangis yang kita dengar tetapilama-kelamaan kita tahu pula akan adanya tangis-sakit, tangis-lapar, dan tangis-basah (pipis/eek). Pada awal hidupnya anakmemakai pula gestur seperti senyum dan juluran tangan untukmeminta sesuatu. Dengan cara-cara seperti ini anak sebenarnyamemakai "kalimat" yang protodeklaratif dan protoimperatif (Gleasondan Ratner 1998: 358).

    Penguasaan kataKata-kata apa yang akan diperoleh anak pada awal ujarannya

    ditentukan oleh lingkungannya. Pada anak yang berasal dari golonganmenengah dan terdidik yang tinggal di kota dan cukup mampu untukmembelikan bermacam-macam mainan, buku gambar, dan di rumahnyajuga terdapat alat-alat elektronik, orangtuanya juga mempunyai waktuuntuk membawanya bermain di Mall, bergaul banyak dengan anaknya,maka anak akan memeroleh kata-kata nomina yang lebih sesuai denganapa yang pernah didengar dan dilihatnya. Demikian pula untuk verba jugaakan diperoleh verba seperti perkembangan yang diperoleh sesuailingkungannya.

    E. Perkembangan Bahasa Anak Usia SDPerkembangan bahasa berjalan terus sepanjang hayat, meskipun

    sudah dewasa atau tidak bersekolah lagi. Bayi mulai memeroleh bahasa

  • 12

    ketika berumur kurang dari satu tahun sebelum dapat mengucapkan satu kata.ereka memperhatikan muka orang dewasa dan menanggapinya, meskipuntentu saja belum menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya. Merekajuga dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa. (Eimas LewatGleason, 1985: 2).

    Ketika bayi berumur satu tahun, mulailah mengoceh, bermain denganbunyi seperti halnya ketika bermain dengan jari-jari tangan dan jari kakinya.Kemampuan berbicara anak-anak sedunia mulai pada umur yang hampirsama dan dengan arah yang hampir sama pula. Perkembangan bahasa padapriode ini disebut pralinguistik (Gleason, 1985: 3}

    Selanjutnya, pada saat bayi mulai dapat mengucapkan beberapa kata,perkembangan bahasa mereka juga memiliki ciri universal. Bentuk ucapanyang digunaan hanya satu kata, kata-katanya sederhana yaitu yang mudahdiucapkan dan memiliki arti konkrit. Kata-kata tersebut adalah nama benda,kejadian atau orang yang ada di sekitar anak, misalnya mama, papa, meong,dll. Perkembangan fonologis mulai tampak pada priode umur ini, demikianjuga perkembangan semantik yaitu pengenalan makna oleh anak.

    Kira-kira anak berumur dua tahun, setelah mengetahui kurang lebihlima puluh kata, kebanyakan anak mulai mencapai tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika menapai tahap satu kat dikombinasikandalam ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan atau bentuk lain yangseharusnya digunakan. Di samping itu, ana mulai dapat mengucapkan ,”Ma,mimi” maksudnya “Mama, saya mau minum.” Pada tahap dua kata ini anakmulai mengenal berbagai makna kata tetapi tidak menggunakan bentukbahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinyaperistiwa. Selanjutnya anak mulai dapat membuat kalimat pendek.

    Pada waktu mulai masuk taman kanak-kanak, anak telah memilikisejumlah besar kosa kata. Mereka dapat membuat pertanyaan-pertanyaannegatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Mereka memahamikosa kata lebih banyak. Mereka dapat bergurau, bertengkar dengan temannyadan berbicara dengan orang tua dan guru mereka (Zuhdi dan Budasih,1996:5).

    Selama usia SD, anak diharapkan pada tugas utama mempelajaribahasa tulis. Hal ini hampir tidak mungkin kalau belum menguasai bahasalisan . Perkembangan bahasa anak pada priode usia SD ini meningkat daribahasa lisan ke bahasa tulis. Kemampuan mereka menggunakan bahasaberkembang. Masa usia sekolah dasar disebut juga masa intelektual, karena

  • 13

    keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapatkan pengetahuan danpengalaman. Beberapa sifat khas anak pada usia ini adalah sebagai berikut:1. Keadaan jasmani tumbuh sejalan dengan prestasi sekolah.2. Sikap tunduk kepada peraturan permainan yang tradisional.3. Ada kecendrungan suka memuji diri sendiri.4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu

    menguntungkan.5. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggapnya

    tidak penting.6. Pada masa ini anak menghendaki nilai yang baik tanpa mengingat apakah

    prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.7. Minat kepada kehidupan praktis sehari-hari.8. Realistis dan ingin tahu.9. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal mata pelajaran-

    mata pelajaran khusus.10. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan pengajar atau

    orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya.11. Setelah umur 11 tahun umumnya anak-anak beruaha menyelesaikan

    tugasnya sendiri.Rubin Dorothy dalam Teaching Elementary Language Arts An

    Integrated Approach, yang diadaptasi oleh Aminuddin (1997:3) memaparkanperkembangan anak mulai sejak lahir sampai masuk di kelas awal SD (6 th =72 bulan) sebagai berikut:

    USIA TAHAP KARAKTERISTIK

    0 – 1 th RandomBunyi lisan, babling, misalnya ma-ma-ma,pemerolehan bunyi dalam bentuk kata-katatertentu secara tetap.

    1 – 2 th UnitariMenggunakan kata sebagai kalimat untukmenyampaikan keinginn tertentu, misalnya“makan” untuk “Saya ingin makan.”

    2 – 4 th PerluasanKata-kata pivot, misalnya, main bola, mainkuda. Anak juga mulai menghasilkan kata-katayang dianjurkan dalam kesatuan misalnya“yatadi rimen” untuk “Saya tadi diberipermen.”

    4 – 5 th StrukturalPenguasaan kosa katanya berkembang sesuaibentukan lingkungannya. Anak juga sudahmenguasai struktur kalimat SPO yang seara

  • 14

    umum digunakan untuk menyatakan sesuatuseperti: “Saya makan nasi.” Pada tahap inikadang kala anak menggunakan kalimat yangtidak gramatikal “Pergi jangan dia.”

    5 – 6 th OtomatikAnak dapat menggunakan kalimat untukmaksud tertentu secara otomatis. Anak jugadapat mengoreksi kesaahan tuturannya namunbelum mampu memberi alasannya. Juga anaksudah dapat menginternalisasikan berbagaisistem dan kaidah kebahasaan sesuai denganlingkungannya.

    6 th KreatifAnak mampu menggunakan kata-kata yangpengertiannya abstrak, menyusun konsep,mengemukakan pendapat. Perkembangn bahasaanak terus berkembang sesuai dengan dayakreativitas yang dibentuk oleh kebiasaanmembaca, mendengar, wicara, dan menulisyang dilakukannya dari hari ke hari.

    Dalam perkembangan bahasa seperti di atas, anak menempuhnyamelalui asosiasi: membayangkan hubungan kata dengan objek yang diamati,imitasi: menirukan dan mengulang sendiri penggunaan kata-katasebagaimana tergambar dalam pikirannya. Gejala seperti itu ada yangmenyebut “kegilaan” karena anak suka berbicara sendiri yang sebenarnya takperlu ditanggapi, elaborasi: perluasan penggunaan kata dan struktur kalimatsecara coba-coba, dan pemberian renforcement, perhatian dan tanggapanpositif orang dewasa, misalnya anak disuruh berlatih melafalkan “orang itubaik” bukan “olang itu baik”, apabila bias digendong di halaman rumah.

    Perkembangan bahasa erat hubungannya dengan kemampuanberpikir. Piaget, dan Vygotsky telah mengemukakan teori perkembangankognitif paling konprehensif (Athey lewat Ross dan Roe, 1990: 36). MenurutVygotsky, bahasa merupakan dasar bagi pembentukan konsep dan pikiran;kemampuan berpikir tak mungkin terjadi tanpa menggunakan kata untukmengungkapkan pikiran, dan bahasa diperlukan untuk tiap jenis kegiatanbelajar. Sedang Piaget mengatakan bahwa bahasa itu penting untuk beberapajenis kegiatan belajar tetapi tidak untuk semua kegiatan belajar. Piaget yakinbahwa perkembangan kognitif anak mendahului perkembangan bahasanya.

    Piaget menawarkan empat fase perkembangan kognotif:sensoromotori, praoperasional, operasi konkrit, dan operasi formal.Kebanyakan pembelajaran bahasa terjadi pada akhir fase sensorimotor dan

  • 15

    selama fase praoperasional. Pada fase itu anak memroleh bahasa dengancepat (Bewall dan Straw, lewat Ross dan Roe, 1990: 37) menyimpulkanbahwa ada kesenjangan antara fase perkembangan menurut Piaget tersebutdengan fase perkembangan bahasa. Perbandingan perkembangan kognitifmenurut Piaget dan perkembangan bahasa dapat dilihat pada figure berikut(Ross dan Roe, 1990: 38).

    Pada priode usia sekolah, perkembangan bahasa paling jelas tampakadalah perkembangan semantik dan pragmatik disbanding perkembanganfonologis, morfologis dan sintaksis. Di samping memahami bentuk baru,anak belajar menggunakannya untuk berkomunikasi secara efektif (Obler,1985 lewat Owens 1992: 355). Selain itu, kemampuan metalinguistik(kesadaran yang memungkinkan penggunaan bahasa untuk berpikir tentangbahasa dan menggalakkan refleksi) juga semakin berkembang. Kemampuan

    PERKIRAANUSIA

    FASE PERKEMBANGANKOGNITIF

    FASE PERKEM-BANGANBAHASA

    0 – 2 th Sensorimotor:anak memanipulasiobjek di lingkungannya dan mulaimembentuk konsep.

    Fonologis: Anakbermain denganbunyi bahasa mulaimengoceh sampaimenyebutkan kata-kata sederhana.

    2 – 7 th Praoperasional:Anak memahami pikiran simbolik tetapi belum berpikirlogis

    sintaktik:Anak menunjukkankesadaran gramatis:berbicaramenggunakankalimat.

    7 – 11 th Operasional konkret:anak dapat berpipikir logis

    Semantik: anakdapat membedakankata sebagai simboldan konsep yangterkandung dalamkata.

    11-12/18 th Operasional formal:anak mampu berpikir abstrakdan logis dengan menggunakan pola pikir“kemungkinan”

    memahami dandapat menarikkesimpulan

  • 16

    tersebut tercermin dalam perkembangan kemampuan membaca dan menulis(Owens, 1992: 335).

    Membaca dan menulis memerlukan perubahan pokok dalampenggunaan bahasa. Bahasa baku atau teks menjadi lebih penting dari padabahasa untuk hubungan sosial dan antar pribadi, yakni anak dituntut dapatmenggunakan kata-kata dengan makna yang tepat. Anak Indonesia yangkebanyakan mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua mungkintidak mudah menghadapi hal ini.

    Berikut ini akan diuraikan secara luas tentang perkembangan bahasaanak SD yang meliputi perkembangan: fonologis, morfologis, sintaksis, dansemantik/ kosa kata dan pragmatik serta perkembangan lainnya.

    a. Perkembangan FonologisAnak telah menguasai sejumlah fonem/ bunyi bahasa sebelum masuk

    SD, tetapi masih ada beberapa fonem yang sulit diucapkan dangan tepat.Menurut Woolfolk (1990: 69) sekitar 10% anak umur 8 tahun masihmempunyai masalah dengan bunyi s, z, v. Hasil penelitian Budiasih danZuhdi (1995: 29) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan tiga melakukankesalahan pengucapan f, sy, dank s diucapan p, s, k. Tompkins !991: 13) jugamenyatakan bahwa ada sejumlah bunyi bahasa yang belum diperoleh naksampai menginjak usia kelas awal SD, khususnya bunyi tengah dan akhir,misalnya v, zh, sh, ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak masihmembuat bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster.

    Kaitannya dengan anak Indonesia pun diduga mengalami kesulitandalam pengucapan r, z, v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi kluster misalnya str, pr,pada kata struktur dan pragmati. Di samping itu anak SD bahkan orangdewasa kadang kala ada yang kesulitan mengucapkan bunyi kluster pada katakomplek dan administrasi. Agar hal tersebut tidak terjadi, sejak di SD anakperlu dilatih mengucapkan kata-kata tersebut.

    b. Perkembangan morfologisAfiksasi bahasa Indonesia merupakan salah satu aspek fonologi yang

    kompleks. Hal ini satu kata dapat berubah makna karena proses afiksasinya(prefiks, sufiks, similfiks) berubah-ubah. Misalnya kata satu dapat berubahmenjadi: bersatu, menyatu kesatu, satuan, satukan disatukan, persatuan,kasatuan, kebersatuan, mempersatukn, dst. Zuhdi dan Budiasih (1996: 15)menyatakan bahwa anak-anak mempelajari morfem mula-mula bersifat

  • 17

    hafalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat simpulan secara kasartentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk kaidah.Proses yang rumit ini dimulai pada priode prasekolah dan terus berlangsungsampai pada masa adolosen.

    Berdasarkan kerumitan afiksasi terseut perkembangan morfologisatau kemampuan menggunakan morfem / afiks anak SD dapat diduga sebagaiberikut:1. Anak kelas awal SD telah dapat menggunakan kata berprefiks dan

    bersufiks seperti melempar dan makan.2. Anak kelas menengah SD telah dapat menggunakan kata berimbuhan

    simulfiks/ konfiks sederhana seperti menjauhi, disatukan.3. Anak kelas atas SD telah dapat menggunakan kata berimbuhan konfiks

    yang sudah kompleks misalnya diperdengarkan, memberlakukan dalambahasa lisan atau tulisan. (Khalik, 1997: 4)

    c. Perkembangan SintaksisDilihat dari segi frase, menurut Budiasih dan Zyhdi (1996) bahwa

    frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding dengan frase nominadan frase lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan perbedaan bentukkata kerja yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis, menuliskan,ditulisi dan seterusnya.

    Dari segi pola kalimat lengkap, anak kelas awal cenderungmenggunakan struktur sederhana bila berbiara. Mereka sudah mampumemhami bentuk yang lengkap namun belum dapat memahami bentukkompleks seperti kalimat pasif. (Wood dalam Crown, 1992: 70). MenurutEmingran (1975) siswa kelas atas SD menggunakan struktur yang lebihkompleks dalam menulis dari pada dalam berbicara (Tompkins, 1989: 13).

    Pada umumnya anak SD mengenal pasif dari preposisi “oleh”misalnya “buku itu dibeli oleh Ali”. Dengan emikian kalimat pasif yang tidakdisertai kata “oleh” merea menganggapnya bukan kalimat pasif, misalnya“Saya melempar mangga” (kalimat aktif) menjadi “Mangga sayalempar”(kalimat pasif) bukan “Mangga dilempar oleh saya.”(salah).

    Anak biasanya menggunakan kalimat pasif yang subjeknya dar kataganti/ dapat dibalik secara seimbang. Namun, anak sering mengalamikesulitan dalam mebuat kalimat dan menafsirkan makna kalimat pasif yangdapat dibalik (subjeknya bukan kata ganti). Menjelang umur 8 tahun merekamulai lebih banyak menggunakan kalimat pasif yang tidak dapat dibalik(subjeknya kata ganti). Pada umur 9 tahun, anak mulai banyak menggunakan

  • 18

    bentuk pasif yang subjeknya dari kata ganti. Dan pada umur 11- 13 tahunmerea banyak menggunakan kalimat yang subjeknya dari kata ganti.

    Penggunaan kata penghubung juga meningkat pada usia SD. Anak dibawah umur 11 tahun sering menggunakan kata “dan”pada awal kalimat.Pada umur 11- 14 tahun, penggunaan “dan” pada awal kalimat mulai jarangmuncul.

    Anak sering mengalami kesulitan penggunaan kata penghubung“karena” dalam kalimat seperti “Saya menghadiri pertemuan itu karenadiundang.” Anak SD bingung membedakan kata hubung “karena, dan, lalu”dilihat dari segi urutan waktu kejadiannya. Yakni diundang dahulu baru pergike pertemuan, Oleh karena itu kadang kala ada anak TK yang mengucaukan“Saya sakit karena saya tidak masuk sekolah” padahal maksudnya “Sayatidak masuk sekolah karena sakit” Pemahaman kata penghubung“karena”baru mulai berkembang pada umur 7 tahun. Pemahaman yang benardan konsisten baru terjadi pada umur sekitar 10- 11 tahun.

    d. Perkembangan Semantik1). Perkembangan kosa kataSelama priode usia sekolah dan dewasa ada dua jenis penambahan makna

    kata. Secara horizontal, nak semakin mampu memahami dan dapatmenggunakan suatu kata dengan nuansa makna yang agak berbeda searatepat. Penambahan vertical berupa penambahan jumlah kata yang dapatdipahami dan digunakan dengan tepat. Owens, 1992: 375).

    Menurut Lindfors (1980) perkembangan semantik berlangsungdengan sangat pesat di SD. Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata pertahun (dalam Topkins, 1989: 14) Sedang Barger (1986) menyatakan bahwaantara 2-6 rata-rata anak mempelajari 6-10 kata per hari. Ini berarti bahwarata-rata anak umur 6 tahun mempunyai kata 8000- 14.000. Dan pada usia 9-10 tahun sekitar 5000 kata baru dalam perbendaharaan kosa katanya(Woolfol, 1990:70).

    Menurut kurikulum 94, perbendaharaan kata siswa SD diharapkan lk.6000 kata. Dengan demikian pendapat Berger di atas sangat tinggi. Pendapatyang relatif mendekati harapan Kurikulum 94 adalah hasil temuan penelitianSlegers (1940) bahwa rata-rata anak masuk kelas awal dengan pengetahuanmakna sekitar 2500 kata dan meningkat rata-rata 1000 kata per tahun di kelasawal dan menengah SD dan 2000 kata di kelas atas sehingga perbendaharaankosakata siswa berjumlah 8500 di kelas VI (dalam Harris da Sipay, 1980:449).

  • 19

    Kemampuan anak kelas rendah SD dalam mendefenisikan katameningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual yakni dari definisiberdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial atau maknayang dibentuk bersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis dari definisikata-kata lepas ke kalimat yang menyatakan hubungan kompleks (Owens,1992: 376).

    Pengetahuan kosa kata mempunyai hubungan dengan kemampuankebahasaan secara umum. Anak yang menguasai banyak kosa kata lebihmudah memahami wacana denganbaik. Selama priode usia SD, anak menjadisemakin baik dalam menemukan makna kata berdasarkan konteksnya. Anakusia 5 tahun, mendefinisikan kata secara sempit sedang anak berusia 11 tahunmembentuk definisi dengan menggabungkan makna-makna yang talahdiketahuinya. Dengan demikian definisinya menjadi lebih luas, misalnyakucing ialah binatang yang biasa dipelihara di rumah-rumah penduduk.

    Terakhir perkembangan kosa kata dilihat dari jenis kelamin berbeda.Anak perempuan biasanya memilih kata yang lebih sopan atau lembut danmenghindari kata-kata yang berisi umpatan. Sedang anak laki-laki cenderungmenggunakan kata yang berisi umpatan, seperti bedebah, sialan, dsb.(Bilaanak tersebut kurang didasari pendidikan keagamaan).

    2). Perkembangan Bahasa FiguratifAnak usia SD mengembangkan bahasa figurative yang

    memungkinkan penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figurativemenggunakan kata secara imajinatif, tidak secara literal atau maknasebenarnya untuk menciptakan kesan emosianal, yang termasuk bahasafigurative adalah (a) ungkapan misalnya: kepala dingin, (b) metafora ,misalnya, :Suaranya membelah bumi” , (c) kiasan, misalnya, “Wajahnyaseperti bulan purnama.” (d) pribahasa, misalnya, “Menepuk air di ulang,terpecik muka sendiri.”

    Anak usia kelas awal dan menengah masih mengalami kesulitandalam memahami makna ungkapan. Mereka enderung memakainya secara arisebenarnya (denotative), misalnya ringan tangan diartikan tidak berat tangan.Akan tetapi pada usia kelas 4-6, mereka telah memiliki kemampuanpemahaman dan penggunaan ungkapan secara tepat dalam erkomunikasi.

    Anak prasekolah biasanya menciptakan metafora dan kiasan, namunhal ini tidak berarti mereka dapat menggunakan bahasa figurative. Kreativitasanak keil dalam berbahasa disebabkan oleh keterbatasan penguasaan bahasa,misalnya makna yang lebar seperti topi disebut juga topi. Setelah berumurlebih dari 6 tahun, pengunaan metafora secara spontan dalam percakapan

  • 20

    manjadi berkurang. Penyebabnya adalah (a) anak telah memiliki sejumlahkosa kata dasar, (b) adanya latihan berbahasa sesuai kaiah yang diberikan disekolah membatasi kreativitas.

    Penggunaan metafora dan kiasan menurun pada usia 5-8 tahun,namun pada usia 9 ke atas, anak mulai kembali meningkat penggunaan/memahami metafora dan kiasan seiring dengan perkembangan kemampuankognitif/ psikologisnya. Anak tidak lagi memaknai bahasa figurative searaliteral tetapi konotatif, misalnya: meja hijau adalah bukan meja berwarnahijau tetapi pengadilan.

    Anak usia 6-8 tahun menafsirkan pribahasa secara denotatif / literal,tetapi pada usia 9 tahun ke atas anak secara perlahan-lahan dapat memahamipenggunaan pribahasa secara tepat. Perkembangan ini bervariasi antara anakyang satu dengan yang lainnya bergantung antara lain pada pengalamanbelajarnya, ketersediaan bacaan, lingkingan keluarga, dll.

    Pembelajaran bahasa figuratif lebih mudah dipahami dalam konteksdaripada secara terpisah oleh anak. Makna bahasa figuratif disimpulkan anakdari penggunaan baerulang-ulang dalam konteks yang berbeda. Kejelasanmetaforik yakni hubungan makna denotatif dengan makna konotatifnyamemudahkan penafsiran bagi siswa, misalnya tutup mulut lebih mudahdipahami daripada makan hati.

    e. Perkembangan PragmatikPerkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal

    paling penting dibanding perkembangan aspek bahasa lainnya pada usia SD.Hal ini pada usia prasekolah anak belum dilatih menggunakan bahasa secaraakurat, sistematis, dan menarik.

    Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perludipahami anak (1) kepada siapa berbicara, (2) untuk tujuan apa, (3) dalamkonteks apa, (4) dalam situasi apa, (5) dengan jalur apa, (6) melalui mediaapa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan, 1990:321). Ketujuh faktor penentukomunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi (penggunaan) bahasa yangdikemukakan oleh M.A.K. Halliday: instrumental, regulator,interaksional,personal, imajinatif, heuristik, dan informative.

    Pannel (1975) dalam penelitiannya tentang penggunaan fungsi bahasadi SD kelas awal menemukan bahwa umumnya anak menggunakan fungsiinteraksonal (untuk berkomunikasi) dan jarang menggunakan fungsiheuristic (menggunakan bahasa untuk mencari ilmu pengetahuan saat belajardan berbicara dalam kelompok kecil).

  • 21

    Dilihat dari perkembangan kemampuan bercerita, anak umur 6 tahunsudah dapat bercerita secara sederhana tentang acara televisi/ film yangmereka lihat. Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur dansedikit demi sedikit. Mereka belajar menghubungkan kejadian tetapi bukanyang mengandung hubungan seba akibat. Kata penghubung yang digunakan:dan, lalu.

    Pada usia 7 tahun mulai dapat membuat cerita yang agak padu.Mereka sudah mulai mengemukakan masalah, rencana mengatasi masalahdan penyelesaian masalah tersebut meskipun belum jelas siapa yangmelakukannya.

    Pada umur 8 tahun anak menggunakan penanda awal dan akhir erita,misalnya, “Akhirnya mereka hidup rukun”. Kemampuan membuat alur ceritayang agak jelas baru mulai diperoleh anak pada usia lebih dari 8 tahun. Paaumur terseut barulah mereka dapat mengemukakan pelaku yang mengatasimasalah dalam cerita. Anak-anak mulai dapat menarik perhatian pendengaratau pembaca cerita yang mereka buat. Struktur cerita mereka semakinmenjadi jelas.

    Kaitannya dengan gaya bercerita antara anak laki-laki denganperempuan memiliki perbedaan. Anak perempuan menganggap bahwaperanannya dalam percakapan adalah sebagai fasilitator sehingga merekamenggunakan cara yang tidak langsung dalam meminta persetujuan dan lebihbanyak mendengar, misalnya “Ibu tidak marah kan?”.Sedangkan anak laki-laki menganggap dirinya sebagai pemberi informasi sehingga cenderungmemberitahu.

    Anak laki-laki iasanya kurang berbicara dan lebih banyak berbuatnamun kadangkala bertindak keras dan percakapan digunakannya untukberjuang agar tidak dikuasai oleh anak lain atau kelompok lain, sedangkananak perempuan cenderung banyak bicara dengan pasangan akrabnya, danaling menceritakan rahasianya, masalah pribadinya dikemukakan pada teman,dan temannya biasanya menyetujui dan dapat memahami masalah tersebut(Owens, 1993: 31).

    f. Perkembangan Membaca dan Menulis1). Perkembangan MembacaPada awal anak belajar membaca, sebaiknya orang tua memperkenalkan

    buku cerita kepada anak sedini mungkin. Buku yang digunakan adalah bukubergambar yang berwarna-warni sehingga menarik perhatian anak. Padaawalnya anak hanya memperhatikan gambar yang ada dalam buku, lama-

  • 22

    kelamaan bila orang tua sering membacakan cerita yang ada di sampinggambar tersebut, secara tak langsung mengajarkan kepada anak tentangsusunan ceritanya.

    Dalam fase perkembangan, pramembaca yang terjadi sebelum umur 6th, anak-anak mempelajari perbedan huruf dan angka yang satu denganlainnya lalu dapat mengenal setiap huruf dan angka. Umumnya anak dapatmengenal nama jika ditulis. Biasanya, dengan belajar lewat lingkunganmisalnya tanda-tanda dan nama benda yang dilihatnya.

    Pada fase ke-1, yaitu sampai kira-kira kelas dua, anak memusatkanpada kata lepas dalam cerita sederhana. Supya dapat membaca, anak perlumengetahui sistem tulisan, cara mencapai kelancaran membaca, untuk ituanak harus dapat mengintegrasikan bunyi dan tulisan.

    Pada fase ke-2, kira-kira di kelas 3-4, anak dapat menganalisis katayang tidak diketahuinya meggunakan pola tulisan dan simpulan yangdidasarkan pada konteksnya. Pada fase ke-3, dari kelas 4- kelas 2 SLTPtampaknya anak mengalami perkembangan pesat dalam membaca yaitutekanan membaca tidak lagi pada pengenalan tulisan tetapi pada pemahaman(Owens, 1992: 400)

    2)Perkembangan MenulisTerdapat kesejajaran antara perkembangan kemampuan membaca dan

    menulis. Pada umumnya anak yang baik menulisnya juga baik dalammembaca, demikian pula sebaliknya. Proses menulis dekat denganmenggambar dalam hal keduanya mewakili simbol tertentu. Namun menulisberbeda dengan menggambar, dan hal ini diketahui oleh anak ketika berumursekitar 3 th (Gibson dan Levin, lewat Owens, 1992: 403).

    Anak mulai menggambar lalu menulis cakar ayam barulah membuatbentuk huruf. Mulanya anak sekolah menulis meskipun ia tidak mengetahuinama huruf. Kata yang dikenalnya dengan baik, misalnya namanya sendirimenolong anak belajar bahwa huruf yang berbeda melambangkan bunyi yangberbeda.

    Kesalahan ejaan banyak terjadi di kelas rendah SD yang bersifatfonologis, yakni berupa penghilangan, penggantian, atau penambahan fonem,khususnya bunyi kluster dan penggantian bunyi berdasarkan persamaanfonologis (bawa diganti pawa). Mungkin ada persamaan dalam hal kesalahanejaan dan ucapan anak. Hal ini perlu diteliti.

    Tentu saja menulis tidak hanya melibatkan ejaan. Anak yang barubelajar menulis sering lupa akan kebutuhan pembaca. Anak umur 6 th kurangsekali memperhatikan format, jarak tulisan, ukuran huruf, dan tanda baca.

  • 23

    Apabila salah satu segi diutamakan, segi yang lainnya memburuk. Misalnyaketika anak mulai diajar menulis huruf latin (dari huruf cetak ke huruf latin),ejaan dan struktur kalimat banyak yang salah. Terlepas dari kekurangantersebut cerita yang ditulis anak sering bersifat langsung dan sederhana tapicukup indah.

    Anak kelas rendah SD belum memperhatikan pembaca, masih bersifategosentrik. Kira-kira ketika berada di kelas 3 dan 4 barulah terjadi perubahan.Mereka mulai memperhatikan reaksi pembaca. Mereka mulai merevisi danmenyunting tulisannya (Berlett, lewat Owens, 1992: 406). Hal inidipengaruhi oleh pengetahuan sintaktik yang mereka kuasai. Pada umumnyapada priode usia SD terjadi perkembangan kemampuan menggunakankalimat dengan lengkap baik secara lisan maupun secara tertulis. Terjadi pulapeningkatan penggunaan klausa dan frase yang kompleks serta penggunaankalimat yang bervariasi.

  • 24

    BAB IIMATERI PEMBELAJARAN

    Komponen pembelajaran yang perlu dipersiapkan sebelum mengajarantara lain salah satunya menyusun materi ajar atau materi pembelajaran.Adapun materi pembelajaran mencakup pengetahuan, keterampilan, dansikap atau nilai yang harus dipelajari oleh siswa dalam membantu mencapaikompetensi yang telah ditetapkan..

    Memilih dan menentukan materi pembelajaran untuk selanjutnyadisusun secara sistematis agar seoptimal mugkin membantu siswa dalammencapai kompetensi. Jenis materi pembelajaran mencakup pengetahuan(fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, sikap atau nilai. Masalah-masalah yang timbul berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaranmenyangkut jenis, cakupan, urutan, dan perlakuan terhadap materipembelajaran tersebut. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifikasi dengantepat karena setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi, media,dan cara mengevaluasi yang berbeda-beda. Cakupan atau ruang lingkup sertakedalaman materi perlu diperhatikan agar tidak kurang atau tidak lebih.Materi yang memerlukan hafalan, pemahaman, dan aplikasi perlu dipilihsetepat mungkin agar tidak terjadi kekeliruan dalam mengajarkannya.Demikian pula harus diperhatikan materi mana yang lebih dahulu diajarkan

    A. Pengertian Materi PembelajaranMateri Pembelajaran merupakan pengetahuan, keterampilan, dan

    sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa dalam rangkamencapat kompetensi yang telah ditentukan. Sebagaimana telahdikemukakan bahwa jenis-jenis materi pembelajaran terdiri atas: fakta,konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai. Termasuk materi fakta adalahnama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dansebagainya. Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus,komponen atau bagian suatu objek. Termasuk materi prinsip adalah dalil,rurnus, adagium, postulat, teorema atau hubungan antarkonsep yangmenggambarkan "jika..maka misalnya "Jika logam dipanaskan, maka akanmemuai". Prosedur adalah langkah-langkah secara sistematis atau berurutandalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya, langkah-langkah menuliskarangan, menyusun rencana pembelajaran, dan sebagainya. Sikap atau nilaimerupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang,aktif bertanya, menghargai pendapat teman, dan sebagainya.

  • 25

    Materi pembelajaran harus diajarkan dan dipelajari siswa sebagaisarana pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akandinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkanindikator pencapaian hasil belajar.

    B. Prinsip-Prinsip Penyusunan Materi PembelajaranBeberapa prinsip yang pertu diperhatikan dalam penyusunan materi

    pembelajaran yaitu prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsipretevansi artinya adanya keterkaitan materi pembelajaran dengan pencapaianstandar kompetensi dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkandikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yangdiajarkan harus berupa fakta.

    Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan. Jika kompetensi dasaryang harus dikuasai siswa ada tiga aspek, maka materi yang harus diajarkanjuga harus meliputi tiga aspek. Misalnya, kompetensi dasar yang harusdikuasai siswa adalah membaca permulaan dengan penekanan lafal, intonasi,maka materi yang diajarkan juga harus meliputi teknik membaca dengan lafaldan intonasi yang tepat.

    Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukupmemadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yangdiajarkan. Materi tidak boteh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.Karena, jika terlalu sedikit maka kurang membantu pencapaian kompetensidasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak berdampak pada pemborosan waktudan tenaga untuk mempelajarinya.

    C. Langkah-langkah Pemilihan Materi PembelajaranMateri mana yang akan dipilih hendaknya benar-benar dapat menunjangtercapainya kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan.Adapun langkah-langkah pemilihan materi pembelajaran adalah sebagaiberikut:

    1. Identifikasi Kompetensi DasarDalam menentukan materi pembelajaran, terlebih dahulu perlu

    diidentifikasi kompetensi dasar apa yang harus dipelajari atau dikuasaisiswa. Kompetensi tersebut perlu ditetapkan, karena setiap aspekkompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalamkegiatan pembelajaran. Apakah kompetensi yang akan dicapai termasuk:

    1) kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

  • 26

    sintesis, analisis, dan evaluasi;2) psikomotorik yang meliputi gerak awal, semi rutin, dan rutin;3) sikap (afektif) yang meliputi pemberian respon, apresiasi,

    penilaian, dan internalisasi.

    2. Identifikasi Materi Pembelajaran Berdasarkan pada TingkatPerkembangan Peserta Didik

    Materi pembelajaran hendaknya dipilih yang sesuai dengan tingkatperkembangan peserta didik. Sebagaimana Piaget (Zuchdi, 1996/1997: 6-7) menyatakan ada empat fase perkembangan bahasa anak, yaitusensorimotor, praoperasional, operasional-konkret, dan operasional-formal. Ketika awal usia sekolah merupakan periode berkembangankreativitas kebahasaan yang dapat diberikan berupa sajak, nyanyian, danpermainan kata. Pada periode ini anak sudah dapat menggunakan bahasauntuk berkomunikasi dengan lebih efektif.

    Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak senang menyanyikannyanyian berisikan permainan bunyi. Misalnya beryanyi seperti:.....Kring, kring, kring bunyi sepeda.... dst.

    Untuk materi ajar prosa, anak usia 6 sampai 9 tahun menyukai ceritasederhana dari kehidupan sehari-hari sampai dengan dongeng hewan.Mereka juga menyukai cerita lucu, seperti Pak Raden dalam cerita SiUnyil, Mr. Been dan sebagainya. Pada usia 9-12 tahun anak sudah mulaimenyenangi cerita yang bertemakan pahit-manisnya kehidupan, ceritafantastis, dan petualangan

    3. Pemilihan Bahan Ajar Didasarkan pada LingkunganLingkungan merupakan salah satu syarat yang harus diperhatikan

    dalam pemilihan bahan ajar seperti lingkungan sekolah atau tempattinggal anak. Contoh dalam pembelajaran menulis atau mengarang makatema yang dipilih sebaiknya berkaitan dengan perikehidupan dilingkungan peserta anak atau tema yang pernah terjadi di tempattinggalnya, misalnya memilih tema mengarang tentang "KeindahanPantai Losari” untuk anak yang tinggal di kota Makassar. Jangan untukanak yang tinggal di daerah pegunungan misalnya Enrekang.

    Untuk pengajaran apresiasi puisi, akan lebih efektif jika diawalidengan penyajian puisi yang memiliki suasana lingkungan yang akrabdengan peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar mereka merasa kenal danmudah membacanya. Jika anak sudah mengenal lingkungannya sendiribarulah kita mengenalkan lingkungan orang lain.

  • 27

    4. Pemilihan bahan ajar didasarkan pada ketersediaan saranaSalah satu aspek yang perlu menjadi pertimbangan dalam memilih

    bahan ajar bahasa Indonesia adalah ketersediaan sarana, karena tanpasarana tidaklah mungkin pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsungsecara optimal. Sarana yaitu segala sesuatu yang dapat dipakai untukmencapai tujuan. Sarana disebut juga media.

    Media pembelajaran dibedakan atas media yang komersial,diperjual-belikan dan media buatan sendiri. Media dikelompokkan jugaatas media yang didengar (auditory), yang dilihat (visual), yang didengardan yang dilihat (audio-visual).

    Cakupan Dan Urutan Materi PembelajaranDalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran

    harus diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep,prinsip, prosedur), aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, Penentuancakupan tersebut diperlukan untuk menentukan strategi dan mediapembelajaran yang akan digunakan.

    Selain itu harus juga mernerhatikan keluasan dan kedalamanmaterinya. Keluasan cakupan materi rnenggarnbarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkankedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yangterkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Sebagai contoh,keterampilan membaca dapat diajarkan mulai dari jenjang sekolah dasarsampai Perguruan Tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiapjenjang pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjangpendidikan akan semakin luas cakupan aspek dan semakin detail pula setiapaspek yang dipelajari.

    Kecukupan (cdequacy) atau memadainya cakupan materi juga perludiperhatikan dalam pengertian bahwa memadainya cakupan aspek materi darisuatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaankompetensi dasar yang telah ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajarandimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada siswa pada kemampuanmenulis surat, maka uraian materinya mencakup: (1) penguasaan tentangpengertian surat, bagian-bagian surat, jenis-jenis surat; (2) pengetahuantentang Ejaan yang Disempurnakan; dan (3) penerapan/aplikasi menulissurat.

    Cakupan atau ruang, lingkup materi perlu ditentukan untukmengetahui apakah materi yang akan diajarkan terlalu sedikit, atau telahmemadai sehingga sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. Misalnyadasar pelajaran Bahasa Indonesia: salah satu kemampuan diharapkan dimilikisiswa 'Membuat Surat Dinas". diidentivikasi, ternyata materi pembelajaran

  • 28

    untuk kemampuan membuat surat dinas tersebut jenis prosedur. Jika kitaanalisis, secara garis besar cakupan yang harus dipelajari siswa agar mampumembuat surat dinas meliputi: (1) pembuatan draft atau konsep surat,pengetikan surat, (3) pemberian nomor agenda, pengiriman. Setiap jenis darikeempat materi tersebut dapat diperinci lebih lanjut.

    a. Mengurutkan Materi PembelajaranUrutan penyajian berguna untuk menentukan urutan mempelajari atau

    mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materipembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat akanmenyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Contoh materi dikte (imlak) siswaakan mengalami kesulitan menulis jika materi pengenalan huruf belumdipelajari.

    Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang sertakedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok, yaitu:pendekatan prosedural dan hierarkis.

    1. Pendekatan ProseduralUrutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-

    langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatutugas. Misatnya langkah-langkah menulis surat, langkah-langkah membuatmasakan tertentu, dan sebagainya.

    2. Pendekatan HierarkisUrutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang

    bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materisebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajarimateri berikutnya.

    Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)Perkalian diajarkan setelah dikuasai penjumlahan karena

    perkalian merupakan penjumlahan berulang. Setelah perkalian, barulahdiperkenalkan pembagian.

    b. Penentuan Sumber Materi PembelajaranSumber materi pembelajaran dapat kita gunakan untuk mendapatkan

    mater pembelajaran dari setiap kompetensi dasar, seperti: buku teks, laporanhasil penelitian, jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah),majalah ilmiah, pakar bidang studi/profesional, buku kurikulum, internet,

  • 29

    media audio visual (tv, video, vcd, kaset audio); dan lingkungan (alam,sosial, seni budaya, teknik, industri, dan ekonomi).

  • 30

    BAB IIIPENGEMBANGAN MATERI AJAR

    Pengembangan materi ajar hendaknya dilakukan sebelum prosespembelajaran berlangsung. Sebagai guru bahasa Indonesia yang baik,sebaiknya melakukan pengembangan materi ajar tersebut. Kegiatanpengembangan materi ajar ini dapat dilakukan melalui berbagai cara yangsesuai dengan keadaan, ketersediaan sumber, dan keahlian yang dimiliki olehseorang guru.

    Ada sejumlah cara yang dapat digunakan untuk mengembangkanmateri ajar bahasa Indonesia, secara garis besar digolongkan tiga cara, yaituadopsi, adaptasi, dan menulis sendiri. Pada bagian ini, Saudara dituntutmemiliki kompetensi memahami teori pengembangan materi ajar dalambahasa Indonesia SD. Dalam subunit ini akan diuraikan hal-hal sepertiberikut.

    1. Adopsi materi ajar.2. Adaptasi materi ajar.3. Menulis sendiri materi ajar.Di dalam sebuah kelas, seorang guru melakukan banyak hal sebagai

    bagian dari proses instruksional. Seorang guru seringkali berperan sebagaiseorang motivator, seorang sumber informasi, seorang pemandu aktivitaspembelajaran, dan juga sebagai seorang penguji. Seorang guru adalahseorang pembuat keputusan yang mempengaruhi sekelompok siswa ataupunseorang siswa. Seorang guru biasanya terikat pada sebuah strategi dan harusbergerak ke sana ke mari di dalam kelas atau mengatur keseluruhan kelaspada saat tertentu sampai dia merasakan bahwa murid-muridnya telahmemahami apa yang dipelajari.

    Sebuah ciri yang lasim dari suatu pembelajaran adalah banyak dariproses pembelajaran biasanya dilaksanakan oleh seorang guru terhadapsekelompok siswa, namun sekarang juga lazim dilakukan pada seorangsiswa. Hal ini dimungkinkan dengan adanya atau tersedianya materi ajar. Halini tidaklah berarti keberadaan seorang guru tidak diperlukan dalam sebuahaktivitas pembelajaran. Bahkan peranan seorang guru lebih penting daripadasebelumnya. Seorang guru tetaplah berperan sebagai seorang motivator,konselor, evaluator, dan pembuat keputusan.

    Seorang guru biasanya terlibat dalam tiga tingkatan yang berbeda didalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran. Perbedaan di antara ketiga tingkatan tersebut terletak pada peranan yang dimainkan seorang guru

    22

  • 31

    dalam mengembangkan pembelajaran dan dalam pelaksanaan pembelajaranyang sebenarnya terhadap siswa.

    Pada tahap pertama, ketika seorang guru mendesain danmengembangkan materi ajar yang berdiri sendiri atau materi ajar yang dapatdiberikan secara terpisah, peranan scorang guru dalam proses pembelajarantentulah pasif. Dalam hal ini, peranannya selama proses pembelajaranhanyalah sebagail pemonitor dan pembimbing kemajuan siswa melalui materiajar. Siswa dapat maju sesuai dengan kecepatannya masing-masing melaluipembelajaran, sedangkan guru berperan menyediakan bantuan bagi siswayang membutuhkannya.

    Kecuali untuk pretes dan postes, semua kegiatan pembelajaran jugamelibatkan pengembangan materi ajar. Dalam beberapa hat, termasuk dalampretes dan postes, pe-ngembangan materi ajar juga diperlukan.Pada tahap kedua, saat seorang guru memilih dan mengadaptasi materi ajaryang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memungkinkan bagi seorang gurumenjalankan peranan lebih, dalam proses pembelajaran. Beberapa materi ajarmungkin bisa berdiri sendiri, tetapi apabila tidak, guru harus menyediakanpembelajaran khusus yang sesuai dengan tujuan, tetapi tidak ditemukandalam materi aj ar.

    Apabila guru menggunakan bermacam-macam sumber pembelajaran,dia memainkan sebuah peranan besar dalam mengelola materi ajar. Denganmenyediakan sebuah panduan bagi siswa terhadap materi ajar yang tersedia,seorang guru mungkin bisa meningkatkan ketidaktergantungan dari materiajar dan membebaskannya dari tugas tambahan dalam membimbing bagisiswa yang membutuhkan.

    Pada tahap ketiga, pembelajaran betul-betul bergantung pada seorangguru. Gurulah yang melaksanakan semua proses pembelajaran sesuai dengantujuan yang telah ditentukan. Hal ini umumnya terjadi pada sekolah-sekolahnegeri karena ketersediaan dana untuk pengadaan materi ajar sangatlahterbatas atau substansi materi yang diajarkan selalu berganti dengan cepat.

    Model pclaksanaan pembelajaran dalam setiap proses pembelajaranmerupakan sebuah hal yang penting untuk dipertimbangkan dalampengembangan materi ajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang telahdirencanakan. Apabila pembelajaran didesain sebagai pembelajaran mandiri,maka materi ajar yang dikembangkan haruslah mencakup aktivitaspembelajaran mulai dari tujuan. Dalam hal ini seorang guru tidaklahdiharapkan berperan sebagai aktor dalam pembelajaran.

  • 32

    Apabila seorang guru merencanakan untuk menggabungkan tujuanpembelajaran, maka tujuan pembelajaran guru pun harus menggabungkanmateri ajar dan penyajiannya. Seorang guru dalam hal ini tidaklah diharuskanmengembangkan materi ajar yang baru. Banyaknya materi ajar yangdikembangkan pada jenis pembelajaran ini sangatlah bergantung padaketersediaan waktu, anggaran, dan dukungan dari institusi.

    Apabila seorang guru merencanakan untuk melaksanakanpembelajaran denganmateri ajar seperti diktat, maka dia perlu untuk mengembangkannya sedikitdengan menyediakan materi ajar tambahan.

    Keputusan seorang guru tentang model pelaksanaan pembelajarandalam setiap proses pembelajaran haruslah mempertimbangkan materi ajaryang akan digunakan. Keputusan akan mempengaruhi perkembanganaktivitas pembelajaran, anggaran, dan tenaga pengajar.

    A. Adopsi Materi AjarLangkah pengembangan materi ajar adalah menentukan

    (mengevaluasi) apakah ada materi ajar yang sudah tersedia yang sesuaidengan tujuan pembelajaran. Evaluasi materi ajar ini dimaksudkan untukmengadopsi materi ajar yang cocok yang akan kita pakai dalam prosespembelajaran. Dalam beberapa situasi kita dapat menemukan banyaksekali materi ajar yang tersedia, baik yang bersifat umum maupun yangkhusus. Sebaliknya, sedikit sekali dari materi ajar itu yang sesuai dengantujuan pembelajaran yang akan kita capai.

    Tujuan pembelajaran dapat menjadi acuan dalam memutuskan apakahmateri ajar yang tersedia sesuai dengannya atau apakah materi ajar ituperlu diadaptasi sebelum digunakan. Materi ajar dapat dievaluasi untukmenentukan apakah (1) unsur motivasi cukup terasa dalam materi tersebut,(2) isinya sesuai, (3) urutannya benar, (4) semua informasi yangdibutuhkan tersedia, (5) latihan soal tersedia, (6) mengandung umpanbalik yang memadai, (7) test yang cocok disediakan, (8) arah tindak lanjutdiberikan dengan cukup, (9) panduan diberikan secara memadai.

    Tujuan pembelajaran haruslah digunakan dalam mengevaluasi setiaprujukan (materi ajar) yang dipilih. Dalam kaitan ini, sangat dimungkinkanuntuk menggabungkan beberapa rujukan dalam rangka menghasilkanmateri ajar yang lebih baik. Apabila materi ajar tersebut kekurangan satuatau beberapa hal yang berhubungan dengan aktivitas pembelajaranseperti motivasi, keterampilan prasyarat, dan lain lain, maka materi itu

  • 33

    dapat diadaptasi sehingga bagian yang kurang dapat dipenuhi agar dapatdigunakan oleh siswa. Apabila tidak ada materi yang cocok dari yangtersedia, maka seorang guru diharuskan menulis sendiri materi ajartersebut.

    a. Mengapa perlu mengevaluasi materi ajar?Evaluasi dalam hal ini diperlukan untuk melihat ketepatan dari suatu

    materi ajar dalam menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran.Berdasarkan pada kebutuhan tertentu di tengah-tengah bertumpuknyamateri yang tersedia, maka pastilah ada sejumlah materi ajar itu yangdapat menjadi pilihan terbaik. Evaluasi dalam hat ini berhubungandengan kesesuaian. Tidak ada pilihan yang benar-benar bagus atau benar-benar jelek yang ada hanyalah kadar kecocokan terhadap tujuan yangingin dicapai yang mendasarinya.

    Dalam setiap evaluasi, keputusan akhir yang diambil dianggapsebagai sebuah keputusan terbaik. Hasil dari evaluasi mungkin mengarahpada investasi sejumlah uang pada sebuah mata pelajaran atau sebuahinvestasi yang besar terhadap waktu dalam memproduksi ataumengadaptasi materi ajar.

    b. Bagaimana mengevaluasi materi ajar?Evaluasi materi ajar pada dasarnya merupakan proses mencocokkan,

    mencocokkan kebutuhan terhadap kemungkinan yang tersedia. Apabilaproses mencocokkan ini dilakukan seobjektif mungkin, ada baiknyauntuk melihat kebutuhan dan ketersediaan secara terpisah. Dalam analisisterakhir, pilihan yang mana pun akan dilakukan secara subjektif. Sebagaicontoh, apabila Anda sedang memilih sebuah mobil, Anda mungkin akanmemilih karena Anda suka dengan tampilannya atau karena Anda tahumobil tersebut memiliki kecepatan 100 mph dalam 10 detik. Hal itubergantung pada apa yang kita anggap paling penting. Bahayanya,apabila faktor-faktor subjektif sejak awal turut mempengaruhipengambilan keputusan, maka hal ini dapat menjadikan kita beralih darialternatif-alternatif yang sebetulnya lebih bagus.

    Proses evaluasi materi ajar dapat dibagi menjadi empat langkahpokok, yaitu: (1) menentukan kriteria, (2) analisis subjektif, (3) analisisobjektif, dan (4) mencocokkan. Dua dari empat hal di atas, dilakukanpada saat seorang guru membuat perencanaan pembelajaran.Proses Evaluasi Materi Ajar

  • 34

    Proses evaluasi akan sangat bermanfaat untuk membuat kriteriapemilihan materi dan memudahkan kita membuat perbandingan terhadapsejumlah materi ajar yang ada. Jangan sekali-kali Anda membuat analisissubjektif sebagai sebuah kebutuhan. Anda sebaiknya menjadikan prosesevaluasi sebagai sebuah cara bertanya dan mengembangkan ide-ideberdasarkan kebutuhan. Hal ini juga akan sangat bermanfaat dalammembuat rangking (tingkatan) faktor-faktor yang dipentingkan.Walaupun mungkin akan terjadi konflik.

    Sebagai contoh, sebuah materi ajar (buku) mungkin memenuhikriteria, dalam hal isi dan bahasanya, tetapi materi ajar yang lainnyamungkin lebih unggul dari sisi metodologinya. Bagaimanakah Andamemilihnya? Dalam hal ini, Anda perlu mempertimbangkan yang manayang lebih penting bagi sejumlah orang yang terkait scperti guru-guru,siswa-siswa, dan penyandang dana. Anda juga perlu mempertimbangkanfitur-fitur yang kurang memuaskan yang mana lebih mudah untukdiremedi. Apakah lebih mudah untuk mengadaptasi isi atau metodologi?Anda mungkin merasakan sulit untuk mendapatkan materi alternatif,sementara lebih mudah untuk mengganti latihan-latihan yang adaberdasarkan teks-teks.

    B. Adaptasi Materi Ajar

    Kebanyakan dari materi (buku) ajar yang diproduksi secara komersialdapat di-adaptasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuanyang tidak dibayangkan sebelumnya oleh si penulis. Walaupun demikian,sebelum mengadaptasi buku ajar, haruslah diingat bahwa buku ajar daripenulis dan percetakan yang telah mempunyai reputasi telah ditulis denganhati-hati dan telah sering diujicobakan adalah lebih baik, maka dari itu sangatdisarankan untuk menggunakan buku seperti ini, paling tidak, sebagaimanadisarankan oleh si penulis sebelum Anda berusaha untuk mengadaptasinya.

    Adaptasi materi adalah kemungkinan lain yang dapat dilakukan olehseorang guru dalam rangka pengadaan buku ajar. Adaptasi materi ajar adalahmembuat perubahan terhadap materi yang sudah ada dalam rangkamemperbaikinya atau menjadikannya lebih cocok untuk siswa tertentu.

    Kebanyakan guru bukanlah penulis buku ajar, melainkan penyeliabuku ajar yang baik. Dudley-Evans and St. John (1998:173) menyatakanbahwa seorang penyelia buku ajar dapat: (1) menyeleksi secara baik dari apayang tersedia, (2) kreatif dengan apa yang ada, (3) memodifikasi aktivitas

  • 35

    pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, dan (4) melengkapidengan menyediakan aktivitas tambahan. Buku-buku komersil (yang ditulisoleh orang lain dan dijual di pasaran) biasanya jarang dapat digunakan begitusaja tanpa memerlukan adaptasi yang diperlukan dalam rangkamenjadikannya lebih cocok terhadap konteks tertentu pada saat buku itu akandipakai. Adaptasi semacam ini dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti(1) memodifikasi isi, (2) menambahkan atau mengurangi, (3) menyusunkembali isi, (4) menghilangkan bagian tertentu, (5) memodifikasi tugas, dan(6) mengembangkan tugas yang ada.

    Memodifikasi isi, isi buku ajar mungkin perlu untuk diubah karenatidak cocok dengan siswa yang belajar. Hal ini mungkin karena pertimbanganfaktor-faktor yang berhubungan dengan siswa seperti umur, jenis kelamin,status sosial, pekerjaan, agama, ataupun latar belakang budaya.

    Menambahkan atau mengurangi isi, scbuah buku ajar mungkin terdiriatas terlalu banyak atau terlalu sedikit isinya. Sebagian unit mungkin perludihilangkan atau subunit tertentu dari sebagaian besar isi buku perludihilangkan. Sebagai contoh, sebuah buku aktivitasnya difokuskan padaketerampilan menyimak dan berbicara, namun buku tersebut juga berisiaktivitas-aktivitas keterampilan menulis. Namun, karena keterampilanmenulis tidaklah menjadi bagian materi yang kita inginkan, maka aktivitas-aktivitas keterampilan menulis yang ada pada buku ajar asalnya dapatdihilangkan pada buku yang sudah diadaptasi.

    Menyusun kembali isi, seorang guru dapat memutuskan untukmenyusun kembali silabus dari buku tersebut, dan mengatur unit-unit padaurutan yang dianggapnya lebih cocok. Atau bahkan dalam suatu unit, gurudapat memutuskan untuk tidak mengikuti rangkaian aktivitas-aktivitas padaunit itu, tetapi menyusunnya kembali dengan alasan tertentu.

    Menghilangkan bagian tertentu, dalam suatu teks mungkin adabagian-bagian tertentu yang dapat dihilangkan oleh guru karena dianggapkurang penting. Sebagai contoh, guru dapat menambahkan aktivitas kosakataatau aktivitas tata bahasa pada satu unit, sebagai pengganti yang dihilangkan.

    Memodifikasi tugas, latihan-latihan dan aktivitas-aktivitas mungkinperlu diubah untuk memberikan fokus tambahan. Sebagai contoh, sebuahaktivitas menyimak mungkin hanya difokuskan pada menyimak informasi,jadi perlu diadaptasi sehingga siswa dapat mendengarkan dua atau tiga kaliuntuk tujuan yang berbeda. Atau sebuah aktivitas dapat dikembangkan untukmemberikan kesempatan berlatih lebih personal.

  • 36

    Mengembangkan tugas yang ada, latihan-latihan mungkin terdiri ataslatihan-latihan yang tidak cukup sehingga tugas latihan tambahan perlu untukditambahkan.

    Kemampuan dalam mengadaptasi buku ajar seperti ini merupakansebuah keterampilan penting bagi guru untuk dikembangkan. Melalui prosesadaptasi, guru menjadikan buku tersebut lebih personal, menjadikannyasebuah sumber mengajar yang lebih baik, dan mengkhususkannya bagisekelompok khusus siswa. Lasimnya, proses seperti ini berlangsung secarabertahap sejalan dengan guru semakin paham dengan buku tersebut.

    C. Menulis Materi AjarKemungkinan ketiga yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam

    pengadaan materi (buku) ajar adalah dengan cara menulis sendiri materi ajartersebut. Menurut Tomlinson (1999:2), menulis materi ajar merupakankegiatan dalam rangka seorang guru mengadakan sumber belajar danmenggunakan sumber tersebut untuk memaksimalkan pencapaianpemahamannya. Dengan kata lain, menyediakan informasi tentang dan/ataupengalaman tentang bahasa dengan cara yang dirancang untuk memajukanpembelajaran bahasa. Dalam hal ini, jika seorang guru bahasa itu seorangpengembang materi, dia mungkin menulis buku, menulis cerita, membawamembawa iklan ke dalam kelas, atau menunjukkan contoh-contohpenggunaan bahasa. Apa pun yang disediakan, guru melakukan itu denganmerujuk pada apa yang diketahui tentang bagaimana bahasa dapat secaraefektif dipelajari.

    Membuat sendiri materi ajar tentunya banyak sekali membutuhkanwaktu. Jadi seberapa sering guru melakukan ini akan bergantung padaketersediaan waktu dan kebutuhannya. Tampaknya, menulis sendiri materiajar bukanlah sesuatu pekerjaan yang mudah, apalagi seseorang itu belummempunyai pengalaman sama sekali yang berhubungan dengan penulisanmateir ajar. Padahal memiliki pengetahuan tentang ini merupakan suatu yangdisarankan. Dalam kesempatan ini ada baiknya kita lihat beberapa langkahdalam proses penulisan materi ajar.

    Ilustrasi yang digambarkan tersebut, nampaknya tidak mudah untukditerapkan, khususnya bagi penulis pemula. Usaha untuk itu, mungkin akansangat menyita waktu. Jadi seberapa sering seorang guru melakukan inibergantung pada waktu yang dimiliki dan kebutuhannya. Sebagian gurumenghasilkan sendiri materi ajar mereka dalam bentuk worksheet, handouts,teks, dan lain lain dari waktu ke waktu secara bertahap.

  • 37

  • 38

    BAB IVPRINSIP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

    Pelaksanaan prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia di SDtentunya tidak asing lagi bagi guru sekolah dasar yang sudah terbiasamengajarkan lima mata pelajaran pokok. Ada beberapa prinsip pembelajaranbahasa Indonesia antara lain; prinsip kontekstual, integratif, fungsional, danapresiatif.

    A. Prinsip KontekstualPurnomo (2002:10) mengungkapkan bahwa kontekstual adalah

    pembelajaran yang dilakukan secara konteks, baik konteks linguistik maupunkonteks nonlinguistik. Sementara Depdiknas (2002:5) menjelaskan bahwapembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yangdiajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didikmembuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya denganpengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, dijelaskan pulabahwa pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen untukpembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan,masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.

    1. Konstruktivisme (Constructivism)Dalam teori konstruktivisme dijelaskan bahwa struktur pengetahuan

    dikembangkan oleh otak manusia melalui dua cara, asimilasi dan akomodasi.Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibangun atas dasarpengetahuan yang sudah ada. Sementara itu, akomodasi adalah strukturpengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung danmenyesuaikan hadirnya pengalaman baru. Bagaimana pelaksanaannya dikelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehari-hari adalah dapatdiwujudkan dalam bentuk peserta didik disuruh menulis/mengarang dan ataubercerita di depan kelas.

    2. Menemukan (Inquiry)Komponen inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran

    berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pesertadidik bukan hasil mengingat seperangkat fakta, melainkan dari hasilmenemukan sendiri. Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkahsebagai berikut.

  • 39

    a. Merumuskan masalahb. Mengamati/melakukan observasic. Menganalisis dan menyajikan hasild. Mengkomunikasikan kepada pembaca

    3. Bertanya (Questioning)Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis

    kontekstual. Tujuan bertanya adalah untuk menggali informasi,mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatiankepada aspek yang belum diketahuinya. Kegiatan bertanya dapat diterapkandalam bentuk ketika peserta didik berdiskusi, bekerja dalam kelompok,menemui kesulitan, mengamati sesuatu. Kegiatan bertanya ini dapatdilakukan antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik, pesertadidik dengan guru, peserta didik dengan nara sumber.

    4. Masyarakat Belajar (Learning Community)Ciri kelas berbasis masyarakat belajar adalah pembelajaran dilakukan

    dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama. Kelompok belajar disarankan terdiri atas peserta didik yangkemampuannya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang sudahtahu membimbing yang belum tahu, yang memiliki gagasan segeramenyampaikan usulnya. Kelompok belajar bisa bervariasi, baik jumlahnya,maupun keanggotaannya, bisa juga melibatkan peserta didik di kelas atasnya.

    5. Pemodelan (Modeling)Pemodelan dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan

    model atau contoh yang perlu ditiru. Anda yang merasa kurang mampumembacakan puisi, atau bermain drama, tidak perlu cemas karena guru bukansatu-satunya yang dapat dijadikan model. Anda dapat meminta kepada temansejawat, atau mendatangkan pihak luar, pembaca puisi, atau pemain dramayang sudah terkenal. Dengan demikian Anda pun dapat melaksanakanpembelajaran puisi drama lewat model tadi. Demikian pula pembelajaranmenulis/mengarang kita dapat memberikan contoh-contoh tulisan yang baikyang telah kita pilih.

    6. Refleksi (Reflection)Anda mungkin sudah mendengar istilah “refleksi”, tetapi jangan keliru

    dengan refleksi yang berkaitan dengan dunia “urut” atau “panti pijat”.

  • 40

    Refleksi yang dimaksud di sini adalah cara berpikir tentang apa yang barudipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang baru dilakukan.Refleksi juga merupakan tanggapan terhadap kegiatan yang baru dilakukanatau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, kitamenyediakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi. Kegiatanrefleksi ini diwujudkan dalam bentuk:a. pernyataan langsung tentang semua yang diperolehnya,b. catatan di buku peserta didik,c. kesan dan saran peserta didik tentang pembelajaran yang telahd. berlangsung,e. diskusi; danf. hasil karya.

    7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)Penilaian pembelajaran berbasis kontekstual ini dilakukan dengan

    mengamati peserta didik menggunakan bahasa, baik di dalam kelas maupundi luar kelas. Kemajuan belajar juga dinilai dari proses, bukan semata-matadari hasil. Penilaian bukan hanya oleh guru, melainkan bisa juga dari temanatau orang lain. Asesmen autentik dilaksanakan selama dan sesudah prosespembelajaran berlangsung secara berkesinambungan dan terintegrasi.Asesmen tersebut pun dilaksanakan untuk keterampilan performansi.

    Contoh Penerapan ketujuh komponen pendekatan kontekstualPelaksanaan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas menurut

    konstruktivisme diwujudkan dalam bentuk peserta didik disuruhmenulis/mengarang dan bercerita.

    Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah: (1)merumuskan masalah, (2) melakukan pengamatan, (3) menganalisis hasilpengamatan, dan (4) mengkomunikasikan kepada orang lain.

    Kegiatan bertanya diterapkan pada waktu diskusi, kerja kelompok,menemui kesulitan, dan mengamati sesuatu.

    Prinsip “komponen masyarakat belajar” menghendaki agar kelasdibagi atas beberapa kelompok. Pemodelan dalam pembelajaran dilakukandengan cara memberikan contoh yang harus ditiru oleh peserta didik.Refleksi dilakukan untuk berpikir tentang apa yang baru dilakukan, untukdirenungkan. Penilaian dilakukan dari proses dan hasil belajar.Berdasarkan prinsip integratif pembelajaran bahasa dilakukan secaraterpadu antara beberapa unsure kebahasaan, dan aspek berbahasa.

  • 41

    Tujuan akhir yang hendak dicapai dalam pembelajaran bahasaberdasarkan prinsip komunikatif adalah peserta didik dapat menggunakanbahasa sebagai alat untuk berkomunikasi.

    B. Prinsip IntegratifMaksan (1994: 2) yang mengatakan, bahwa bahasa adalah suatu sistem.

    Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan yanglainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa yaituberkomunikasi.

    Manakah yang dimaksud dengan subsistem dari bahasa itu? TentuAnda masih ingat. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis,dan semantik. Keempat subsistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya,pada saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya menggunakan salah satuunsur tersebut saja. Pada waktu berbicara, kita menggunakan kata. Katadisusun menjadi kalimat. Kalimat diucapkan dengan menggunakan intonasiyang tepat. Dalam kaitan ini, secara tidak sadar, kita telah memadukan unsurfonologi (lafal, intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik(makna kalimat).

    Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa hendaknyatidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran Bahasa Indonesia harussecara terpadu atau terintegratif. Kita mengajarkan kosa kata, bisa dipadukanpada pembelajaran membaca, menulis, atau berbicara. Mengajarkan kalimat,bisa kita padukan dengan menyimak, berbicara, membaca, atau menulis.

    Demikianlah pula pada saat pembelajaran keempat aspek keterampilanberbahasa disajikan, kita tidak hanya mengajarkan berbicara saja, tetapisecara tidak langsung kita pun mengajarkan menyimak. Kegiatan berbicaratidak dapat berlangsung tanpa ada kegiatan menyimak. Begitu pula pada saatpembelajaran menulis atau mengarang berlangsung, akan berpadu pulalahdengan pembelajaran membaca.

    Jadi jelaslah, bahwa pembelajaran bahasa Indonesia tidak dapatdisajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia harusdiajarkan secara terpadu.

    C. Prinsip FungsionalKurikulum 2004 dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa

    Indonesia adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesiadalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prisippembelajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus

  • 42

    dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun dalammemenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2002: 10-11).

    Prinsip fungsional pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalandengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatankomunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas.Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan sumber belajar.Sebaliknya, guru sebagai penerima informasi (Hairuddin, 2000:136). Jadipembelajaran didasarkan pada multisumber. Dengan kata lain, sumber belajarterdiri atas guru, peserta didik, dan lingkungan. Lingkungan terdekat adalahkelas. Lebih tegas lagi Tarigan (dalam Hairuddin, 2000: 136)mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif peran guruadalah sebagai pembelajar dalam proses belajar-mengajar, di sampingsebagai pengorganisasi, pembimbing, dan peneliti.

    Pelaksanaan pembelajaran bahasa di kelas yang fungsional ini adalahmenggunakan teknik bermain peran.

    D. Prinsip ApresiatifApa sebenarnya prinsip apresiatif ini? Prinsip apresiatif lebih

    ditekankan pada pembelajaran sastra. Istilah prinsip apresiatif berasal darikata kerja dalam bahasa Inggris ”appreciati” yang berarti menghargai,menilai, menjadi kata sifat “appresiative” yang berarti senang (Echols danShadely, Hasan, 1993:35). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(Depdikbud, 1988:46) kata “apresiasi” berarti “penghargaan”. Dalam bukuajar ini istilah apresiatif dimaknai yang “menyenangkan”. Jadi prinsipapresiatif berarti prinsip pembelajaran yang menyenangkan.

    Menilik artinya tersebut berarti prinsip ini tidak hanya berlaku bagipembelajaran sastra, tetapi juga bagi pembelajaran aspek yang lain, bahkanuntuk mata pelajaran di luar mata pelajaran bahasa Indonesia. Namun, karenayang menggunakan istilah ini hanya pembelajaran sastra, seperti yangtercantum dalam Kurikulum 2004, apresiasi sastra merupakan salah satukomponen dari standar kompetensi di SD dan MI (madrasah ibtidaiyah) yangdiintegrasikan pada aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca,dan menulis.

  • 43

    BAB VPENDEKATAN, METODE, DAN TEKNIK PEMBELAJARAN

    BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

    A. Hakikat Pembelajaran Bahasa IndonesiaPengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran

    keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Tata bahasa,kosakata, dan sastra disajikan dalam konteks, yaitu dalam kaitannya denganketerampiln tertentu yang sedang diajarkan. Tata bahasa, kosakata, dan sastrasekedar sebagai pendukung (Kurikulum 94:2).

    Keterampilan berbahasa yang perlu ditekankan adalah keterampilanreseptif (membaca-menyimak) dan produktif (menulis-berbicara). Pengajaranbahasa diawali dengan keterampilan reseptif lalu dilanjutkan denganketerampilan produtif. Pada tahap selanjutnya peningkatan keduaketerampilan itu dan tata bahasa serta kosakata menyatu sebagai kegiatanberbahasa yang terpdu. Hal ini antara komponen-komponen itu salingberkaitan dalam penggunaanya.

    Penerapan keterampilan berbahasa (keterampilan membaca, menulis,berbicara, menyimak) pelaksanaannya pada umumnya melalui beberapatahap: persiapan, pelaksanaan, tindak lanjut, dengan kata lain dikenalprabaca/ pramenulis/ pramenyimak/ praberbicara, saatbaca/ saatmenulis,saatmenyimak/ saatberbiara, pascabaca/ pascamenulis/ pascamenyimak/pascaberbicara.

    B. Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran BahasaPendekatan dalam pengajaran bahasa mengacu kepada teori-teori

    tentang hakikat bahasa yang berfungsi sebagai landasan/ prinsip pengajaranbahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi dan tesistentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa, serta fungsidan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakatbahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologi dalam belajarbahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistik. Pendekatan bersifataksiomatik dalam arti bahwa kebenaran teori linguistik dan belajar bahasayang digunakan tak perlu dipersoalkan. Misalnya tesis yang dikemukakanPendekatan Struktural bahwa bahasa terdiri atas kaidah fonologis,morfologis, sintaksis, dan semantik; as