Upload
barumendaftar
View
12
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah blok 13
Citation preview
Faktor Gangguan Tingkah Laku pada Anak
Gladys Dharmawan
102012301
E9
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana 2013/2014
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat
Pendahuluan
Kepribadian pada masa awal kanak-kanak, inilah masa dimana usaha-usaha sosialisasi benar-benar
dilakukan. Masa ini dilakukan pada anak yang berusia 2-5 tahun. Pada masa ini, anak mulai menyadari
individualitasnya, dan dia dihadapkan dengan masalah kekuasaan dan disiplin. Pada awal masa kanak-
kanak dia sudah mulai memperlihatkan bahwa dia sudah tidak begitu bergantung lagi seperti pada masa
sebelumnya, sebaliknya dia memperlihatkan sikap otonominya dalam hal gerak, bisa mengurusi dirinya
sendiri dalam kebutuhan-kebutuhan yang sederhana, dan perkembangan tingkah laku social.1
Selama masa ini keluarga merupakan lingkungan tempat anak itu mengembangkan keterampilan-
keterampilan social dan mulai belajar mengontrol tingkah lakunya yang sesuai dengan norma-norma yang
ditetapkan baginya. Persetujuan dan celaan orang tua menjadi pedoman utama untuk bertingkah laku,
dan cara orang tua memakai norma-norma tersebut merupakan salah satu faktor yang menetukan
perkembangan kepribadian.1
Pembahasan
Beberapa faktor penyebab dari tingkah laku abnormal kemudian yang dapat dianggap berasal dari
awal masa kanak-kanak adalah hubungan orang tua-anak, kekuasaan dan disiplin, pembiasaan kebersihan,
perkembangan seksual, agresi dan permusuhan, hubungan dengan saudara-saudara kandung, frustasi yang
ekstrem, dan pengalaman traumatis lain.1
Hubungan orang tua-anak
Tingkah laku yang ekstrem antara orang tua dan anak dapat menjadi sumber gangguan emosional
dan tingkah laku abnormal. Penyimpangan-penyimpangan. Dari hubungan orang tua anak yang sangat
penting adalah penolakan, perlindungan yang berlebihan, pertentangan dalam perkawinan atau keluarga
retak.1
Penolakan
Karena anak itu tergantung pada orang tuanya dalam hal menilai dirinya sendiri dan dunia luar,
maka setiap penolakan dari orang tua akan menimbulkan reaksi negative dari pihak anak. Perlakuan yang
kejam dan ekstrem serta berlangsung lama merupakan sumber dari perasaan tidak aman dan
ketidakmampuan menyesuaikan diri pada masa-masa yang akan datang. Penolakan orang tua dapat
dilakukan dengan berbagai cara: penolakan secara terbuka( terang-terangan), atau secara halus dan tidak
disadari. Mungkin juga penolakan menjadi satu tingkah laku yang tetap dari orang tua, atau tidak tetap
yang diperlihatkan oleh salah satu orang tua atau kedua orang tua. Penolakan itu mungkin diungkapkan
dengan cara: mengingkari atau menghalang-halangi, mengomel, mengkritik, atau tetap mempertahankan
norma-norma yang tidak mungkin dicapai oleh anak, pilih kasih diantara saudara-saudara kandung atau
mengabaikannya.1
Reaksi anak terhadap penolaha itu sendiri tergantung tidak hanya pada kenyataan bahwa ia di tolak
tetapi juga pada cara dan tingkah pengungkapannya dan tentu saja pada temperamen anak itu sendiri. Dia
mungkin memnerima penolakan itu atau memberontak, menarik diri, atau menyerang. Tingkah laku
abnormal yang muncul dari penolakan orang tua berkisar dari simtom-simtom psikologis yang ringan
sampai pada gangguan-gangguan kepribadian yang berat.1
Perlindungan yang berlebihan
Apabila orang tua secara sadar atau tidak sadar mencegah anak menyembangkan otonomi yang
normal dalam interaksinya dengan lingkungan, maka dapat dikatakan orang tua terlalu melindungi anak.
Ini mungkin terungkap dalam bentuk kasih saying yang berlebihan dengan cara memanjakan anak, atau
mengontrol anak dengan bersikap dingin(kaku) atau menguasainya. Orang tua yang terlalu melindungi
anak dan bersikap tunduk pada semua tuntutan anak itu, atau juga selalu memaksa nilai-nilai, ambisi-
ambisi, dan keinginan mereka sendiri kepada anak itu. Seringkali perlindungan yang berlebihan juga
disebabkan kecemasan orang tua karena perasaan yang tidak adekuat, kesulitan dalam memahami anak,
kematian anak-anak lain, atau karena anak menderita penyakit yang berat. Atau juga perlindungan yang
berlebihan itu juga digunakan oleh orang tua sebagai mekanisme untuk menutupi perasaan bersalah yang
muncul dari penolakan anak yang tidak disadari. Perlindungan yang berlebihan mengganggu usaha anak
untuk menguji kemampuannya dalam menghadapi tekanan-tekanan dari lingkungan yang menyebabkan
dia kurang siap menghadapi kenyataan-kenyataan hidup di luar rumah dan keluarga. Anak yang terlalu
dilindungi akan menjadi anak yang terlalu menurut atau bahkan menuntut, cemas dan rasa tidak aman.1
Perlindungan berlebihan yang berlangsung lama akan menyebabkan emosi yang tidak stabil dan
tidak matang. Anak yang terlalu dilindungi sering sekali menggunakan hubungan-hubungan manusia
untuk kepentingan dirinya sendiri dan dengan demikian dia kurang siap menikah dan menjadi orang tua.1
Pertentangan dalam perkawinan dan keluarga retak
Hal yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak adalah peranan orang tua dalam
memberikan lingkungan yang penuh dengan kasih sayang, kesempatan untuk mengalami kekuasaan dan
disiplin dengan cara yang dapat diterima, sistem nilai dan identifikasi yang sehat mengenai laki-laki dan
perempuan. Bukti selalu memperlihatkan bahwa perkembangan kepribadian anak terjadi dengan baik
apabila ayah dan ibu ada di rumah. Dalam kondisi ini anak akan (1) mencapai kemampuan menyesuaikan
diri yang matang dan sehat dimana dia menerima norma-norma masyarakat tanpa dikuasai oleh norma-
norma itu, (2) berhubungan hangat dengan orang lain tanpa terlalu bergantung pada mereka, (3)
memperoleh kekuasaan dalam bekerja dan bermain, (4) belajar memuaskan dorongan-dorongannya dalam
cara yang dapat diterima. Melalui hubungan yang memuaskan dengan kedua orang tua dirumah, dia dapat
mencapai kehangatan dan martabat pribadinya sendiri.2
Pertentangan dalam perkawinan yang menyebabkan terjadinya perpisahan dan perceraian mungkin
sekali merupakan kondisi yang merusak dan menghambat, serta mengancam pertuumbuhan kepribadian
yang sehat. Permusuhan dan kekacauan emosi yang dihadapi anak dalam kondisi perkawinan orang tua
yang demikian menyebabkan anak merasa sulit dan kadang-kadang anak tidak mungkin mengembangkan
hubungan antar pribadi yang normal. Dia dibuat merasa cemas dan tidak aman, dan dengan demikian
menjadi dasar bagi gangguan kepribadian dan tingkah laku.2
Tetapi pertentangan dalam perkawinan bukan satu-satunya faktor yang mengacaukan struktur
keluarga. Keadaan-keadaan yang tidak dapat dikuasai individu mungkin menghambat perkembangan
yang sehat, antara lain adalah kematian salah satu orang tua, atau kedua-duanya lama tidak ada dirumah
karena tugas atau pekerjaan. Luasnya kerusakan yang menimpa anak akan tergantung pada kemampuan
anak itu menyesuaikan diri sebelum kedua orang tuanya mengalami keretakan perkawinan atau kedua
orang tua yang tidak ada dirumah dan pada hubungan-hubungan lain yang diperolehnya didalam atau
diluar rumah.2
Kekuasaan dan disiplin
Kemampuan untuk menyesuaikan diri secara adekuat terhadapt situasi-situais kenyataan dalam
kebudayaan kita menuntut agar anak belajar menerima kekuasaan. Pada usia 2 atau 3 tahun, anak sering
sekali menjadi keras kepala terhadap saran dan keinginan orang lain yang masuk akal. Penolakan
terhadapat kekuasaan orang tua atau orang dewasa merupakan tanda tonomi yang sedang tumbuh. Ini
adalah usah anak untuk menonjolkan dirinya dan membuat supaya dunia menyesuaikan diri dengan
keinginannya. Selain itu, dia tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyatakan keinginan-
keinginannya itu secara verbal. Penolakan untuk berbuat hanya merupakan suatu pertahanan diri terhadap
berbagai tuntutan masyarakat yang tidak begitu dipahaminya.2
Cara bagaimana kekuasaan orang tua itu diterima tergantung pada hubungan anak pada ayah dan
ibunya. Berbagai kekecewaan yang pertama kali dialami itu adalah akibat dari pembatasan-pembatasan
yang dikenakan kepadanya oleh karena berbagai faktor kenyataan (misalnya kadang-kadang perlu
menunda pemberian makanan dan kepuasan). Ketika pertumbuhannya berlangsung terus berkat
bimbingan orang tua, dia belajar dari pengalaman bahwa ia mengungkapkan kesulitannya dengan lebih
rasional dari pada hanya dengan tingkah laku yang menolak saja. Sedikit demi sedikit dia tidak akan
menggunakan cara yang negatif lagi. Disamping itu,dia mulai belajar bahwa sumber kekecewaannya
adalah dirinya sendiriyang sangat egosentrik dan hanya peka terhadap kebutuhan dan keinginannya
sendiri yang bertentangan atau tidak sesuai dengan keinginan orang tuanya. Dia mulai menyadari bahwa
kebutuhan fisiknya tidak harus semua dipenuhi oleh orang tuanya. Kesadaran ini merupakan hubungan
kekuasaan yang pertama dan awal sosialisasi anak, dan dengan proses tersebut sedikit demi sedikit dia
dapat memahami norma-norma masyarakat.2
Apabila orang tua menetapkan norma-norma yang sesuai dengan kematangan anak dan
mengendalikan anak menurut norma-norma tersebut secara teges dan ramah, biasanya anak akan
menerima tuntutan masyarakat yang dikenakan kepadanya. Tetapi sebaliknya, bila ornag tua mengenakan
norma yang tidak dapat dipenuhi anak atau dipaksakan secara semena-mena atau secara dogmatis, maka
anak akan mengadakan respon dengan memberontak atau juga menjadi orang yang sangat penurut.
Apabila anak sama sekali tidak diberikan norma atau diberikan secara paksa dan tidak konsisten, maka
anak akan menjadi bingung dan dia tidak dapat mengembangkan kemampuannya yang adekuat untuk
menangani frustasi, dan akhirnya dia tidak dapat menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan-tuntutan untuk
menjadi orang yang matang.2
Pembiasaan akan kebersihan
Fase yang khusus dan sangat penting dalam proses sosialisasi anak adalah perkembangan dalam
mengendalikan buang air besar dan kecil. Usaha-usaha untuk mengenakan norma pengendalian
kebersihan pada anak sebelum dia siap untuk pembiasaan itu secara fisik atau emosional sering kali
menjadi penyebab awal perasaan tidak adekuat dan takut. Stres yang terjadi terus menerus dari segi
tingkah laku ini dapat menimbulkan masalah-masalah kepribadian pada masa yang akan dating. Para
psikoanalis sangat menitikberatkan segi ini dalam hubungan orang tua-anak dan berpendapat bahwa sifat-
sifat seperti kenakalan, keras kepala, dan dorongan yang terpaksa untuk memperhatikan kebersihan dan
kerapian adalah akibat dari pembiasaan akan kebersihan yang tidak memuaskan. Usaha-usah untuk
membiasakan anak dalam kebersihan yang memuaskan sering merupakan hubungan kekuasaan antara
orang tua yang sangat menentukan perkembangan anak kemudian. Ibu yang selalu menekankan
pembiasaan akan kebersihan sering kali mencerminkan kecemasan ibu sendiri akan kebersihan atau
perasaan yang tidak adekuat dalam menjalankan perannya sebagai ibu.2
Perkembangan seksual
Pada masa ini anak telah bergerak menuju diferensiasi kepribadian yang lebih lanjut. Dia telah
menjadi aktif dan sangat imajinatif. Pengetahuannya bahwa seseorang adalah terpisah dari orang lain,
bahwa seseorang memiliki tubuhnya sendiri, bahwa seseorang dapat memandang dirinya sendiri terlepas
dari lingkungannya, atau dia adalah seseorang yang memiliki hak-haknya sendiri merupakan prestasi
besar bagi anak yang sedang tumbuh.2
Sejalan dengan perkembangan ini, pengetahuan anak tentang seks mulai dari kesadaran dan
penyelidikannya dari tubuhnya sendiri. Perkembangan selanjutnya terjadi ketika dia menyadari perbedaan
anatomis antara jenis kelamin. Reaksi-reaksi orang tua terhadap pengalaman belajar ini akan menentukan
sikap dasar anak terhadap seks. Pendekatan yang sehat dari orang tua meliputi kesediaannya untuk
menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan anak dengan segera, terus terang, objektif dan sesuai
dengan taraf pemahaman anak. Jadi, orang tua harus memberikan kesempatan bagi anak untuk
mengintegrasikan pengetahuannya tentang seks sebagai bagian yang wajar daari seluruh pengalaman
belajarnya. Reaksi-reaksi orang tua yang menimbulkan perasaan malu, bersalah, dan melihat seks itu
sebagai suatu yang kotor atau sebagai sesuatu yang tabu pada anak dapat menimbulkan kesulitan-
kesulitan dalam menerima fungsi seks dalam hidup. Orang tua yang terlalu sering membelai-belai anak
mulai akan merangsang daerah erotic pada tubuh, dan dengan demikian mengondisikan anak bagi bentuk
kepuasan ini. Sebaliknya, orang tua yang terlalu lama tidak memperlihatkan kasih sayang mungkin dapat
menyebabkan anak merangsang dirinya sendiri untuk mencari kepuasan.2
Selama awal masa kanak-kanak, ikatan emosional antara anak dengan orang tua yang tidak sejenis
mungkin sangat kuat. Ikatan ini yang digambarkan oleh Freud sebagai hubungan Oedipus terjadi bukan
hanya hubungan anak dengan orang tua yang sejenis tapi juga rasa iri dan bersaing dengan orang tua
yang sejenis. Apabila hubungan yang kuat ini ada, maka akan menimbulkan kesulitan bagi perkembangan
emosional pada masa yang akan datang. Hubungan seksual yang dilakukan oleh orang tua yang dilihat
anak mungkin membawa pengaruh traumatis pada diri anak karena dia dapat menafsirkan keadaan
tersebut sebagai suati bentuk agresivitas dan bukan kasih sayang. Kadang-kadang terjadi anak yang
melihat orang tuanya tanpa pakaian akan menyebabkan kesulitan emosional pada anak.2
Sikap terhadap seks yang ditanamkan pada masa kanak-kanak meletakkan dasar bagi berbagai
bidang penting kepribadian orang dewasa, misalnya hubungan dengan lawan jenis, kapasitas untuk saling
mencintai dan menyayangi, dan kapasitas untuk memegang peran yang memadai dalam hidup sebagai
pria atau wanita. Sikap-sikap yang salah memberikan berbagai kesulitan kepribadian pada masa yang
akan datang.2
Agresi dan permusuhan
Ketika anak berkembang dan belajar menguasai tata susunan otot rangka tubuhnya, dia menemukan
kapasitasnya untuk mengadakan respons terhadap lingkungan dengan tindakan agresif. Perasaan
bermusuhan yang disebabkan oleh frustasi, penghinaan, atau ancaman dapat menyebabkan anak
memperlihatkan kemampuannya untuk menyerang secara langsung dan terbuka. Akibat dari ungkapan
agresinya itu, reaksinya sendiri terhadap pengalaman itu dan reaksi dari orang lain merupakan pengaruh
yang sangat penting dalam proses menguji dan belajar ini, dan akhirnya dalam seluruh perkembangan
kepribadian. Perasaan bermusuhan yang dialami secara berulang-ulang dan diungkapkan dengan agresi
turut menentukan pola-pola mengendalian diri yang akan dibawa kedalam kehidupan dewasa. Anak-anak
harus dibimbing agar memahami bahwa permusuhan itu wajar dan dapat diterima, tetapi perwujudan
perasaan itu dalam bentuk agresi harus dikendalikan. Tentu saja, tingkat pengendalian impuls-impuls
agresif itu harus dihubungkan dengan tingkat usia anak, dan juga dengan situasi yang menimbulkan.
Misalnya, agresi dapat diterima dalam tingkah laku anak yang berusia 3 tahun daripada yang berusia 7
tahun.2
Bila reaksi orang tua terhadap agresi ini terlalu ekstrem, maka bisa menimbulkan kesulitan dalam
penyesuaian diri. Jadi, anak yang dibuat cemas dan merasa bersalah terhadap semua perasaan bermusuhan
dan setiap ungkapannya dalam bentuk agresi mungkin menyebabkan pola-pola mengendaliannya yang
tidak sehat. Perasaan-perasaan bersalah dan ketakutannya terhadap agresi atau hukuman balasan
mungkin akan menyebabkan anak mengekang perasaannya dan sangat takut. Tetapi, pengendalian yang
terlalu ketat oleh orang tua juga dapat menyebabkan anak memberontak. Sebaliknya, pola lain juga
mungkin terjadi apabila orang tua sama sekali gagal dalam mengendalikan ungkapan agresif anak.
Dengan demikian, mereka mungkin memupuk tingkah laku agresifnya sebagai cara menyesuaikan diri.
Kesulitan-kesulitan dalam usaha mengendalikan agresi merupakan penyebab utama simtom-simtom yang
melumpuhkan. Banyak ahli berpendapat bahwa agresi merupakan sumber yang sangat penting dalam
menimbulkan perasaan bersalah. Lagi pula agresi dapat menjadi dasar bagi lingkaran setan dengan
urutannya demikian: frustasi-agresi-perasaan bersalah-kecemasan-frustasi yang lebih berat.2
Hubungan dengan saudara-saudara kandung
Meskipun hubungan anak yang sangat penting adalah dengan orang tuanya, namun interaksi antar
saudaranya juga memainkan peranan yang penting dalam pengembangan kepribadian. Masalah utama
dalam penyesuaian diri yang dialami oleh anak adalah cinta kasih orang tua harus dibagi. Pembagian
seperti itu dapat menimbulkan perasaan iri dan bermusuhan yang diketahui anak itu dan selanjutnya dapat
mengancam perasaan amannya. Penyesuaian diri anak dengan masalah saudara kandung ditentukan oleh
jumlah anak didalam keluarga, urutan kelahiran anak itu sendiri, usia dan jenis kelamin anak, dan
perbedaan fisik, intelektual, atau emosional yang dapat membangkitkan perasaan rendah diri atau
perasaan lebih unggul. Peran yang dimainkan anak dalam susunan keluarga juga menentukan pola
penyesuaian diri dalam kehidupan sosial yang akan datang.2
Frustasi yang ekstrem dan pengalaman traumatis
Ada pendapat yang mengemukakan bahwa tingkah laku abnormal yang disebabkan oleh satu
pengalaman traumatis saja. Pandangan ini terlalu sederhana dan mengabaikan pengaruh-pengaruh lain,
misalnya film dari TV. Namun, penyelidikan mengenai sejarah kasus yang banyak jumlahnya
menunjukkan dampak dari setiap pengalaman traumatis pada perkembangan seorang anak selalu
dipengaru perkembangan sampai pada saat itu. Trauma psikologis tentu saja akan mempengaruhi
perkembangan kepribadian; makin drastic pengalaman itu, makin kuat juga pengaruhnya dalam
menyebabkan ketidakmampuan menyesuaikan diri. Tetapi, akibat ini pun tergantung padainterpretasi
anak itu terhadap pengalaman traumatis yang berdasarkan perasaan batinnya. Kematian salah satu orang
tua, misalnya, menjadi lebih kritis apabila kematian itu terjadi pada waktu anak sedang mengalami
permusuhan yang hebat dengan orang tuanya yang meninggal itu. Secara tidak sadar dia berpendapat
bahwa dialah yang menyebabkan kematian itu.2
Pengalaman traumatis umum yang penting dalam perkembangan ketidakmampuan menyesuaikan
diri secara emosional adalah kematian orang tua atau saudara kandung, kecelakaan atau penyakit yang
berat, berpisah dengan orang tua secara mendadak atau lama, frustasi yang berat atau berkepanjangan,
dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar biologis. Teori psikoanalitik juga memperhatikan secara khusus
pengaruh pengalaman seksual yang traumatis sebagai penyebab tingkah laku abnormal.2
Kepribadian pada akhir masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak biasanya dimulai pada usia 5
atau 6 tahun dan tepat pada waktu anak mulai sekolah. Ini adalah masa yang ditandai dengan perubahan
fisik yang kuat dan munculnya kemampuan intelektual yang sangat penting. Pada akhir masa kanak-
kanak, anak memperluas lingkungan kegiatan sosialnya diluar kalangan keluarga.2
Pada masa ini anak mengalami bersaing. Kegagalan dan penolakan sangat berarti baginya. Dengan
bertambahnya perhatian terhadap tingkah laku etis dan moral, maka anak didorong oleh perasaan akan
kewajiban dan prestasi. Minatnya beraneka ragam dan pada masa ini bakat-bakatnya yang laten dapat
ditemukan. Anak sering hidup dalam dunia khayalan, tetapi dia sering menguji khayalannya ini dengan
bekerja dan bermain. Dia meniru hidup orang dewasa dengan tujuan supaya dia dapat mengungkapkan
dan memahami peran orang dewasa dalam masyarakat. Bidang-bidang penyesuaian diri yang kritis dibagi
menjadi 3 kategori: perkembangan fisik, penyesuaian diri disekolah, dan sosialisasi.2
Pemeriksaan fisik
Rintangan, cacat, atau kelainan fisik yang mencolok dalam pertumbuhan dapat menyebabkan
masalah penyesuaian diri yang berat bagi anak pada masa kini. Kekurangan-kekurangan ini tidak
menguntungkan anak dalam berpartisipasi secara normal dengan kelompok, terutama pada tahap
perkembangan ini pemahaman dan dukungan dari keluarga makin berkurang ketika dia bergerak menuju
masyarakat. Anak-anak terkenal kejam karena mereka cenderung memanfaatkan kekurangan-kekurangan
fisik dari anak-anak lain. Oleh karena itu, kapasitas anak untuk menyesuaikan diri terhadap masalah ini
sangat bergantung pada berasaan aman yang diperolehnya dari dalam lingkungan keluarga.2
Tetapi rintangan, cacat, dan masalah-masalah pertumbuhan itu tidak dengan sendirinya
menyebabkan ketidakmampuan menyesuaikan diri secara emosional. Ketidakmampuan menyesuaikan
diri ini muncul dari sikap anak dan penilaiannya terhadapa gambaran tubuhnya yang keduanya sangat
dipengaruhi oleh reaksi orang-orang lain di lingkungannya. Salah satu penyesuaian diri yang sangat
umum terhadap cacat fisik ini ialah kompensasi yang dapat diungkapkan dengan mengembangkan secara
berlebih-lebihan kemampuan khusus, mengembangkan sikap keberanian yang dibuat-buat, atau mungkin
lari pada kenakalan atau tingkah laku lain yang menyimpang.2
Penyesuaian diri di Sekolah
Pergi kesekolah berarti berpisah dengan orang tua, tubnduk pada sejumlah norma yang duitetapkan
oleh kelompok yang bukan keluarga, dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok, yang
semuanya mungkin sebagai sumber stress bagi anak. Penangan tuntutan-tuntutan itu oleh orang tua dan
guru dapat membuat pengalaman disekolah menjadi pengalamn yang sehat dan positif atau juga akan
menjadi rintangan bagi perkembangan kepribadian anak. Pengalaman-pengalaman biasa yang penuh
resiko bagi perkembangan anak yang sehat di lingkungan sekolah adalah tekanan-tekanan yang sangat
berat untuk mengatasi resistensi terhadap perpisahan dari rumah, meletakkan ukuran-ukuran prestasi yang
melampaui kemampuannya, kebiasaan mengertak anak untuk mengikuti tingkah laku model, kritik dan
omelan mengenai penampilan tingkah laku sosialnya, dan perlindungan orang tua secara berlebihan yang
mengatasi otonomi anak yang sedang tumbuh.2
Beberapa masalah penyesuaian diri disekolah merupakan akibat dari situasi sekolah saja. Tetapi
lain halnya dengan masalah-masalah penyesuaian diri yang dasarnya telah diletakakan pada masa
prasekolah dan dipercepat oleh stress dari lungkungan sekolah. Masalah yang patut diperhatikan adalah
ketidakmampuan dalam berhitung dan membaca. Ini kadang-kadang merupakan perkembangan dan
ungkapan simtomatik dari gangguan kepribadian yang mendasar. Dalam kasus-kasus lain, kegagalan-
kegagalan disekolah dapat menyebabkan gangguan kepribadian karena tekanan pada anak makin
meningkat selama masa sekolah.2
Sosialisasi
Ketika anak memasuki tahap terakhir masa kanak-kanak biasanya dia mulai bergabung dengan
kelompok dan dan dia menemukan tempatnya sendiri diantara teman-teman sebayanya. Melalui proses
sosialisasi ini, dia mulai membedakan peran laki –laki dan wanita, menguji kemampuan-kemampuannya
sendiri dalam hubungannya dengan kemampuan dari kawan-kawannya dan mempelajari beberapa
kemampuan social dasar. Apa saja yang menggangu proses tersebut dapat menimbulkan stress dan
gangguan kepribadian. Misalnya, tuntutan yang terlalu berat bagi anak untuk melaksanakan pekerjaan
sehari-hari dirumah, tugas pekerjaan rumah yang diberikan disekolah yang membutuhkan waktu lama,
dan tugas-tugas yang lain yang membatasi tingkah laku kelompoknya bisa sangat menggangu
perkembangan sosialnya, dan menimbulkan perasaan dendam yang berlangsung lama dalam dirinya.
Kondisi-kondisi lain yang dapat merusak perkembangan anak adalah bila anak dikekang dan tingkah
lakunya dibatasi sedemikian rupa agar anak turut serta dalam kegiatan-kegiatan yang lebih
menyenangkan orang tua dari pada dirinya sendiri.2
Anak yang memasuki masa kehidupan ini dengan perasaan malu, terkekang, atau tidak adekuat,
mengalami masala-masalah sulit dalam penyesuaian diri sama seperti anak yang terlalu dimanjakan dan
menjadi egosentrik. Pengalaman-pengalaman kelompok yang berhasil dan memuaskan dapat
menghilangkan perasaan malu dan terkekang dalam diri anak dan juga dapat menekan sifat yang terlalu
banyak menuntut dan egosentrik. Tetapi, semua pengalaman kelompok anak tidak dapat direncanakan
atau diawasi, serta sering kali masalah yang dibawanya kedalam kelompok menjadi lebih parah karena
diolok-olok, dikucilkan, dan dipermainkan oleh kawan-kawannya.2
Dalam seluruh perkembangan anak selama masa kanak-kanak, Thorpe mengemukakan beberapa
kondisi yang membantu menjaga kestabilan emosi dalam kehidupan selanjutnya sebagai berikut.
1. Fasilitas material yang memadai
2. Kehidupan rumah tangga yang aman
3. Kesempatan untuk mengungkapkan diri
4. Perlindungan terhadap tegangan emosi yang tinggi
5. Kesempatan untuk hidup social
Ketika anak memasuki masa praremaja, dia mengalami suatu perubahan yang jelas dalam minat
sosialnya dan kesadaran akan jenis kelamin. Pembentukan gang-gang sudah menjadi cirri khas dari
kelompok ini. Loyalitas terhadap gang lebih kuat daripada terhadap orang tua dan saudaranya.
Kemampuan social anak diuji, tetapi banyak anak menjadi malu ketika mereka mulai sadar akan
munculnya masa remaja dan tuntutan sosialnya.1
Faktor perasaan
Depresi berat
Konsep adalah depresi pada anak menjadi perdebatan. Banyak yang telah menbantah bahwakarena
depresi memiliki komponen yang penuh dengan rasa keputusasaan dan ketidakberdayaan mengenai masa
depan, individu dapat menjadi depresi hanya setelah mencapai kemampuan untuk membahas bersama
pemikiran hipotesis tentang masa depan. Karena kemampuan ini berkembang selama remaja, kepercayaan
yang lebih besar yang telah ada, adalah bahwa depresi tidak dapat berkembang sampai dikemudian.
Namun, peneliti sekarang telah banyak menunjukkan, dengan menggunakan wawancara terstruktur dan
skala psikologik lain, bahwa anak prapubertas memberikan gambaran gangguan suasana hati, anhedonia,
dan gejala vegetative yang berkaitan dengan depresi. Meskipun beberapa pakar masih membantah bahwa
anak menunjukkan berbagai nilai dan kepentingan terhadap pertanyaan mengenai suasana hati dengan
demikian menimbulkan sejumlah respon positif palsu, pertanyaan ini telah cukup diterima dengan baik
bahwa anak prapubertas dan remaja menderita gangguan suasana hati sama dengan gangguan yang
menimpa orang dewasa.3
Epidemiologi
Prevalensi gangguan depresif pada masa anak diperkirakan 0,15-2%. Pada populasi yang memiliki
masalah klinis telah diperkirakan sampai 10-20%. Prevalensi depresi berat pada anak prapubertas adalah
sekitar 1,8% dan pada remaja, 3,5-5%. Anak perempuan dilaporkan memiliki gejala-gejala depresif lebih
bermakna daripada anak laki-laki.3
Etiologi
Meskipun penyebab depresi belum ditegakkan, terdapat cukup bukti adanya dasar genetic pada
gangguan depresif berat. Penelitian anak kembar menunjukkan indeks 76% untuk depresi pada kembar
monozigotyang dibesarkan bersama dan 67% untuk anak kembar monozigot yang dibesarkan berpisah,
dibandingkan dengan 19% untuk anak kembar dizigot yang dibesarkan bersama. Banyak penelitian telah
menunjukkan peningkatan angka depresi (3-6 kali lebih besar) pada sanak keluarga tingkat pertama
penderita yang menderita gangguan afektif berat. Dalam upaya untuk menilai secara tepat apakah hal ini
diwariskan secara genetic, para peneliti telah memfokuskan pada amin biogenic dan neurotransmitter.
Karena tingkat asam 3-methoksihidroksifenilglikol dan asam 5-hidroksiindoleasetat urin rendah pada
penderita depresi, kadar fungsional nor epinefrin dan serotonin rendah diduga sebagai penanda genetic
penting. Pandangan ini diperkuat oleh adanya respon terapeutik terhadap anti depresan yang menghalangi
ambilan kembali presinaptik. Teori kognitif telah mengkaitkan perkembangan depresi dengan rasa putus
asa dan ketidakberdayaan akibat kehilangan yang sebenarnya atau persepsi kehilangan perasaan oleh
individu.teori belajar telah mendalilkan bahwa depresi itu dipelajari dari lingkungan karena tidak ada
penguat yang layak.3
Manifestasi klinik
Gejala depresif bervariasi sesuai tingkat usia dan perkembangan. Depresi anak usia sekolah datang
dengan berbagai gejala. Ekspresi wajah sedih, mudah meneteskan air mata, iritabilitas, menarik diri dari
minat yang biasanya dapat menyenangkan,dan gejala vegetative yang melibatkan gangguan makan dan
tidur adalah lazim, setengah dari anak yang depresi juga datang dengan keadaan yang cemas yang jelas
dan 20-30% mengalami gangguan perilaku. Anak yang pada usia 9 tahun menderita depresi terbukti
menderita banyak gejala depresif pada usia 11-13 tahun. Penelitian lain menunjukkan, bahwa dalam 2
tahun dari depresi pertama, 40% anak yang telah menderita gangguan depresi berat mengalami relaps.3
Prognosis
1. Kelompok gejala depresif mengalami retardasi psikomotor dan tanda psikotik suasana hati –
harmonis,
2. Riwayat penyakit bipolar keluarga atau penyakit afektif lain
3. Induksi hipomania dengan obat antidepresi
Diagnosis
Wawancara terstruktur atau angket dan metode biologi yang mengukur disfungsi fisiologis dan
neuroendokrin. Inventaris depresi anak, skala depresi anak, dan skala nilai diri depresi, dan pusat
penelitian epidemiologi skala depresi untuk anak. Semua sudah terbukti berguna dalah mendiagnosis
depresi pada anak dan remaja. Tidak ada uji biologis spesifik untuk depresi. Pada depresi berat, beberapa
anak terbukti hiposekresi hormone pertumbuhan dalam respon terhadap hipoglikemia akibat insulin.
Beberapa laporan mengatakan bahwa anak prapubertas yang depresi menghasilkan hormone pertumbuhan
yang lebih tinggi, dan capai puncak selama tidur. Uji supresi deksametason (decadron) ini cocok untuk
mendiagnosis orang dewasa yang mengalami depresi. Setengah dari anak depresi menunjukkan DST
negative. Penelitian terbaru mengatakan orang yang negative palsu adalah lebih mungkin relaps namun
juga ada yang lebih mungkin berespon terhadap farmakoterapi. Laporan elektroensefalografi pada anak
dan remaja tidak meyakinkan.3
Pengobatan
Depresi berat pada anak dan remaja ditangani dengan obat antidepresan dan berbagai terapi
psikologis, anti depresan trisiklik (imipramin [tofranil]), desipramin (tapi dapat menyebabkan kematian
mendadak [norpramin]) memiliki kemungkinan dalam manfaatnya memperbaiki gejala. Obat-obat ini
pada anak dan remaja harus diikuti dengan penetuan kadar obat darah yang memadai; anak yang diobati
pada kadar subterapeutik kurang berespon daripada yang diberikan obat dalam kisaran terapi. Baru-baru
ini telah dikembangkan penyekat (blocker) ambilan kembali serotonin (trazodon [desyrel], fluoksetin
[Prozac]) yang manjur dengan efek samping yang lebih kecil.3
Penanganan non farmakologis, meliputi psikoterapi, terindikasi dan penting bagi anak yang memiliki
gangguan ganda; gangguan kecemasan; dan gangguan perilaku yang seringkali berdampingan dengan
depresi. Terapi bermain dan berbagai terapi percakapan adalah penting dalam perbaikan gejala akibat
diagnosis ini bersama dengan gangguan suasana hati.3
Faktor perilaku
Gangguan perilaku menetang
Adalah pola tingkah laku berulang yang negative, melawan, dan tidak taat. Terdiri atas pola
menetap sikap tidak kooperatif. Anak dengan gangguan perilaku menetaang bersifat keras kepala, sulit
diatur, dan tidak patuh, tanpa menjadi agresif secara fisik atau benar-benar mengganggu orang lain.
Banyak anak yang belum sekolah atau anak awal masa remaja kadangkala menunjukkan tingkah laku
yang melawan, tetapi gangguan perilaku menetang baru didiagnosa jika perilaku itu menetap selama 6
bulan atau lebih dan bersifat cukup serius hingga menggangu fungsi social dan akademik anak.
Seringkali, anak mengalami gangguan ini pada usia 8 tahun.4
Gangguan ini didiagnosis pada sekitar 5% populasi dan terjadi seimbang antara laki-laki dan
perempuan. Sebagian ahli percaya bahwa gen, temperamen, dan kondisi social yang buruk saling
mempengaruhi untuk menimbulkan gangguan sikap yang menentang. dua puluh lima persen individu
yang mengalami gangguan ini terus berkembang menjadi gangguan tingkah laku, dan 10% didiagnosis
dengan gangguan kepribadian antisocial ketika dewasa.4
Penyebab gangguan menentang
Penyebab gangguan perilaku menetang ini tidak diketahui secara jelas. Kombinasi faktor genetic
dan lingkungan tampaknya berkontribusi dalam terjadinya gangguan ini, yaitu antara lain:4
1. Watak alami anak
2. Keterbatasan atau hambatan perkembangan kemampuan anak untuk mengolah pikiran dan
perasaan
3. Kurangnya pengawasan
4. Terlalu disiplin atau adanya aturan yang tidak konsisten
5. Adanya kekerasan pada anak atau ditelantarkan
6. Adannya ketidakseimbangan pada zat kimia tertentu diotak, misalnya serotonin
Gejala klinis
Perilaku yang khas pada anak-anak dengan gangguan perilaku menentang antara lain:4
1. Berdebat dengan orang dewasa
2. Mudah dan sering sekali hilang kesabaran
3. Aktif dalam menentang aturan atau perintah
4. Dengan sengaja mengganggu orang lain
5. Menyalahkan orang lain untuk kesalahan sendiri
6. Mudah kesal dan marah
Anak-anak ini tidak mengetahui perbedaan antara yang benar dan yang salah, serta merasa bersalah
jika mereka melakukan sesuatu yang benar-benar salah.4
Diagnosis
Gangguan perilaku menentang didiagnosa setidaknya mempunyai 4 kriteria dari manual diagnostic
dan statistic gangguan mental (DSM) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association dan
gangguan tersebut berlangsung sekurang-kurangnya enam bulan, yaitu berupa:4
1. Sering hilang kesabaran
2. Sering berdebat dan membantah orang tua
3. Sering kali secara aktif menentang atau menolak untuk memenuhi permintaan orang tua atau
mengikuti aturan
4. Sering kali dengan sengaja menggangu orang lain
5. Sering menyalahkan orang lain atas berbagai kesalahan ataupun kelakuan yang buruk yang
diperbuat sendiri
6. Sering kali mudah tersinggung atau mudah kesal akibat orang lain
7. Sering marah dan kesal
8. Sering dengki ataupun dendam
Selain itu diagnosa gangguan perilaku menetang juga harus meliputi:4
1. Perilaku anak yang menimbulkan masalah yang signifikan ditempat kerja, sekolah atau rumah
2. Gangguan terjadi tersendiri, bukan sebagai bagian dari masalah kesehatan mental lainnya, seperti
depresi atau gangguan bipolar
3. Tidak memenuhi criteria diagnostic gangguan tingkah laku atau gangguan kepribadian antisocial
jika orang yang terkena berusi lebih dari 18 tahun
Pengobatan
Gangguan perilaku menentang paling baik diatasi dengan teknik pengendalian tingkah laku oleh
orang tua atau guru, yang meliputi pendisiplinan anak secara konsisten dan mendukung perilaku yang
diharapkan.4
Dari waktu ke waktu, anak yang mengalami depresi seringkali salah didiagnosis dengan gangguan
perilaku menentang. Kesalah ini paling sering terjadi karena adanya iritabilitas pada anak sebagai gejala
utama depresi, sehingga anak mudah menjadi marah. Oleh karena itu, anak-anak yang didiagnosa
mengalami gangguan perilaku menetang harus dipantau dengan seksama apakah memiliki tanda-tanda
depresi, misalnya sulit tidur atau tidak nafsu makan.4
Gangguan hiperaktivitas deficit perhatian
Ganguan ini ditandai dengan kemampuan yang lemah untuk menyelesaikan tugas, aktivitas motorik
berlebihan, dan impulsivitas. Anak-anak ini gelisah, sulit duduk manis disekolah, mudah bingung, sulit
menunggu giliran, menjawab pertanyaan sekenanya, kesulitan dalam mengikuti instruksi dan
berkonsentrasi, cepat berganti-ganti dari suatu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan yang lain,
berbicara dengan sangat keras, menganggu anak yang lain, tidak mendengar apa yang sedang dikatakan,
sering kehilangan barang, mengganggu anak lain dan sering terlibat dalam kegiatan berbahaya secara
fisik tanpa memepertimbangkan akibat yang mungkin terjadi. Sulit untuk membedakan dengan seksama
antara GHDP dan gangguan tingkah laku di satu pihak, dan antara GHDP dan ketidakmampuan belajar, di
pihak lain. Kegelisahan, ketidakpedulian, kebingungan, dan kekurangwaspadaan, secara umum terlihap
pada anak yang mengalami gangguan tingkah laku. Pada beberapa studi, dari segi perhatian atau
kebingungan, anak yang mengalami ketidakmampuan belajar tidak dapat dibedakan dari anak dengan
GHDP. Perilaku hiperaktif sering terbukti tidak dapat dipisahkan dari perilaku agresif dan antisocial.5
Etiologi
Mekanisme dopaminergik, noradrenergic dan serotonergik telah diterima sebagai dalil, namun tidak
dibuat model kesatuan biologik. Dilihat dari segi kognitif, tingkat dan tipe gerakan, serta respon terhadap
hadiah, anak dengan GHDP berbeda dari anak normal. Faktor-faktor genetic telah juga dirumuskan
sebagai penyumbang utama pada perkembangan GHDP. Meskipun banyak sekali pengamatan mengenai
sebab-sebab GHDP, penyebabnya masih kurang dimengerti.5
Epidemiologi
Beberapa penelitian membedakan GHDP dari gangguan tingkah laku maupun kecemasan karena
pada gangguan yang pertama banyak sekali terjadi pada laki-laki dan terutama pada gangguan pelemakan
kognitif, yang berbeda dengan gangguan yang lain. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan angka
prevalensi 1,5-4%. Laporan peneliti Kanada prevalensi keseluruhan 9,0% pada anak laki-laki, 3,3% dan
anak perempuan. Sindrom ini 4-6 kali lebih mungkin terjadi pada anak laki-laki dari pada wanita. Kurang
lebih dari setengah kasus ini dimulai sebelum usia 4 tahun. Berbagai gangguan yang memepengaruhi
penyakit ini adalah: gangguan sistem saraf sentral dan neurologis, gangguan perkembangan,
penyalahgunaan alcohol, gangguan tingkah laku, dan gangguan kepribadian antisocial.5
Manisfestasi klinis
Diperoleh gambaran perilaku bermasalah pada situasi-situasi dan lingkungan spesifik. Riwayat
agresi dan ketakutan, kurangnya hubungan dengan teman sebaya, kesulitan akademik, masalah-masalah
perilaku disekolah, dan reaksi pada wewenang yang membatasi luasnya masalah dan memberikan
informasi yang berguna tentang adanya gangguan tingkah laku, gangguan kecemasan, dan kemunduran
belajar yang terjadi secara bersamaan. Riwayat ini harus mencakup kejadian-kejadian kelahiran dan
persalinan, gambaran watak anak, contoh reaksi pemisahan awal dan kecemasan karena perpisahan,
gambaran perilaku anak antara umur 18-30 bulan ketika anak secara psikologis berpisah dari pengasuh
primernya, serta tingkat aktivitas anak antara usia 2 dan 5 tahun. GHDP terkait dengan masalah –masalah
neurologis, dan beberapa orang tua nak hiperaktif melaporkan masalah-masalah selama kehamilan dan
persalinan, juga selama masa bayi. Banyak orang tua yang melaporkan watak pemarah berlebihan dan
selalu membantah selama tahun prasekolah, dan memberikan kesan gangguan tingkah laku.5
Identifikasi awal beberapa anak dengan masalah ini biasanya terjadi ketika mereka masuk taman
kanak-kanak atau sekolah dasar. Mereka dilaporkan sering tidak dapat dikendalikan, tidak bisa tenang,
mengganggu tempat dan kegiatan anak-anak lain, riuh dan masa bodoh dan tidak mengindahkan intruksi.
Mereka sering memancing kemarahan anak-anak lain dan jarang mau belajar dari kesalahannya.Banyak
anak hiperaktif yang dapat menekan perilaku khas pada keadaan terstruktur.5
Pengobatan
Obat-onat perangsang seharusnya digunakan hanya sebagai bagian dari rencana pengobatan terus-
menerus terapi perilaku dan psikososial yang melibatkan anak, orang tua, dan sekolah. Pendekatan ini
dianggap paling berguna. Anak harus memiliki kebiasaan sehari-hari yang teratur, dimana mereka
diharapkan mematuhi dengan tepat dan karenanya mereka dihargai dengan pujian. Aturan harus
sederhana, jelas dan sesedikit mungkin jumlahnya dan harus disertai dengan batas-batas yang tegas,
dilaksanakan dengan adil dan simpatik dengan pembatasan dan hukuman untuk pelanggar hukum.
Perangsangan berlebihan dan kelelahan harus dihindari. Harus ada waktu relaksasi setelah bermain,
terutama setelah aktivitas fisik yang berat. Masa sebelum waktu tidur harus tenang, hindari program TV
yang mendebarkan hati dan kasar serta permainan yang mengacaukan.2
Penggunaan teknik persyaratan yang lebih resmi dengan memberikan anak penghargaan berupa
bintang atau kenang-kenangan untuk perilaku yang mungkin membaik sering membantu.2
Sangat pentik komunikasi akrab antara dokter dan personel sekolah. Beberapa mungkin
memerlukan kelas khusus dengan ada persyaratan. Terapi perilaku lebih memberikan hasil yang baik dari
pada farmakoterapi untuk agresi dan kekacauan fisik pada anak dengan GHDP. Keputusan obat harus
dikonsultasikan dengan personel sekolah juga dengan orang tua.2
Metilfenidat (Ritalin), dekstroamfetamin (Dexedrine), magnesium pemolin ( cylert), dan berbagai
antidepresan trisiklik adalah manjur dalam mengurangi aktivitas yang berlebihan, meningkatkan jangka
waktu perhatian, memperbaiki interaksi antara anak dan ibu dan antara anak dan anggota keluarga lain.
Meskipun dengan obat stimulant ada peningkatan jangka pendek, ada sedikit bukti bahwa stimulant
memperbaiki retensi, perolehan informasi, atau pengendalian amarah. Ada bukti yang tipis bahwa
stimulant secara bermakna dapat meningkatkan kinerja akademik.2
Metilfenidat merupakan perangsang yang paling sering digunakan; obat ini manjur pada 75-80%
penderita apabila diberikan dalam dosis natara 0,3-1,0 mg/kg. umumnya mempunyai pengaruh selama 2-4
jam, walaupun bentuk yang larut perlahan-lahan, tersedia hanya pada tablet 20 mg, namun sangat
bertahan lama. Penelititan kadar plasma menunjukkan bahwa dosis 0,3 mg/kg membantu memperbaiki
perhatian, sedangkan untuk perbaikan masalah perilaku memerlukan 0,7 mg/kg. metilfenidat biasanya
harus diberikan selama paling tidak 2-3 minggu sehingga dapat lebih sempurna proses pengobatannya.2
Dektoamfetamin berguna 70-75% penderita. Dosis optimalnya berkisar dari 0,2-0,5 mg/kg. obat ini
memiliki waktu paruh lebih lama dari metifenidat, meskipun efek terapeutik preparat amfetamin
dilaporkan tidak lebih lama dari 4 jam. Dekstroamfetamin maupun metilfenidat harus diminum sekitar
20-30 menit sebelum makan untuk menghindari deaktivasinya. Obat ini tidak seharusnya diminum setelah
jam 16.00 untuk menghindari insomnia.2
Magnesium pemolin efektif pada 65-70% anak. Pengaruhnya lebih lambat, dan perlu 2-3 minggu
untuk mengevaluasi kemanjuran obat secara penuh. Dosis awal yang diberikan adalah 18,75 mg dan
ditingkatkan sampai setengah tablet perminggu bila diperlukan (maks 112,5mg/24 jam). Sekitar 1-2%
anak yang diobati dengan obat ini menunjukkan perubahan pada fungsi hati, karenanya diperlukan
penelitian prapengobatan dan pemantauan fungsi hati.2
Klonidin (catapres), suatu agonist delta adrenegik, khusus sebagai antihipertensif, terbukti berguna
untuk mengobati gejala GHDP tapi dapat menimbulkan hipotensi.2
Antidepresan trisiklik manjur pada 60-70% anak. Bila digunakan untuk hiperaktivitas, tidak perlu
menentukan kadar darah penderita. Oleh karena kemungkinan adanya efek samping, obat ini seharusnya
tidak digunakan secara dini.2
Obat stimulant dapat menyebabkan komplikasi seperti bertambahnya kegelisahan dan kegugupan.
Efek samping jangka pendek meliputi anoreksia, nyeri perut bagian atas, dan sulit tidur. Efek samping
stimulant jangka panjang dapat meliputi peningkatan frekuensi jantung dan supresi pertumbuhan.2
Beberapa penelitiaan menyatakan anak yang tidak mengalami kecemasan dengan tingkat
konsentrasi yang paling buruk berespons paling baik terhadap farmakoterapi.2
Prognosis
Meskipun hiperaktivitas mungkin berlangsung singkat, gejala lain GHDP dapat menetap pada
kehidupan berikutnya. Beberapa penelitian yang tidak dipublikasikan menunjukkan bahwa gejala-gejala
GHDP yang lain dapat berlanjut sampai masa remaja dan dewasa dan akan terkait dengan alkoholisme,
sosiopati, dan hysteria orang dewasa. Penelitian lain dengan tegas menunjukkan bahwa anak hiperaktif
kelak saat dewasa menjadi baik jika mereka berhasil dalam pekerjaan. Dan ada kemungkinan bahwa
gejala prediktif yang paling konsisten dari kondisi psikopatologis dikemudian hari adalah adanya agresi
pada masa anak. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa adanya anak dengan GHDP yang diobati
dengan banyak terapi (misalnya; pengobatan, psikoterapi, konseling orang tua) kurang datang dengan
kenakalan pada masa remaja.2
Faktor kognitif
Retardasi mental
Mengarah pada keterbatasan beberapa fungsi utama. Kelainan ini di tandai dengan fungsi
intelektual yang sangat dibawah rata-rata dan secara bersamaan disertai dengan keterbatasan yang
berhubungan dengan dua atau lebi area penerapan kemampuan adaptasi berikut ini: komunikasi, merawat
diri sendiri, tinggal dirumah, ketrampilan social , penggunaan sarana umum, mengarahkan diri sendiri,
kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, santai, dan bekerja. Retardasi mental bermanifestasi sebelum
berusia 18 tahun.4
Klasifikasi retardasi mental berdasarkan tingkat IQ, retardasi mental ringgan (55-69), sedang (40-
54), berat (25-49), dan sangat berat (dibawah 25). Baru-baru ini American Association on Mental
Retardation merekomendasikan klasifikasi retardasi mental ringan bila IQ lebih dari 50 dan retardasi
mental berat bila IQ kurang dari 50.5
Etiologi
Kemungkinan menentukan etiologi tergantung pada beratnya retardasi. Hanya kira-kira 50% kasus
RM ringan yang etiologinya dapat diketahui, sebaliknya 80% kasus retardasi berat atau sangat berat
etiologinya tidak diketahui. Kelainan kromosom adalah penyebab yang paling sering terindentifikasi,
dengan penyebab utama adalah sindrom down dan sindrom X fragil. Penyebab RM lain adalah cedera
perinatal, sindrom genetika lain, cedera postnatal, sindrom alcohol fetus, infeksi intrauterine, dan kelainan
metabolisme bawaan.5
Masalah yang berkaitan
Pada anak dengan suatu sindrom yang spesifik, masalah yang timbul akan berhubungan dengan
sindrom tersebut. Secara umum, anak dengan RM memiliki resiko tinggi terhadap terjadinya deficit
pendengaran atau penglihatan. Kelainan ini muncul pada 25% anak dengan RM ringan dan lebih dari
50% anak dengan RM berat atau sangat berat. Pada populasi ini dijumpai peningkatan frekuensi kejang
dan masalah perilaku mulai dari hiperaktivitas sampai mencederai diri sendiri.5
Intervensi
Rita Xicks-Nelson dan Allen Israel (1991) mengemukakan tiga macam intervensi yang dapat
dilakukan terhadap anak RM , yakni penempatan di lembaga, perawatan, dan pendidikan.5
Terapi obat
Penggunaan terapi obat untuk orang-orang yang menderita retardasi mental tidak menyembuhkan
retardasi atau memperbaiki abilitas-abilitas intelektual. Sama seperti dengan gangguan-gangguan lain,
obat digunakan untuk tujuan mereduksikan kondisi-kondisi psikopatologiknya. Contoh dari kondisi yang
mungkin bertambah baik karena penggunaan obat adalah tingkah laku disruptif, simtom-simtom psikotik,
dan masalah yang menyangkut perhatian. Beberapa survey yang dilakukan terhadap orang-orang yang
ditempatkan dilembaga karena retardasi mental menunjukkan bahwa 40-50 % menerima obat-obat
psikotropik. Obat antikonvulsan yang digunakan secara rutin untuk menekan serangan kejang-kejang ini
banyak digunakan oleh pasien retardasi mental. Meskipun tidak selalu ada bukti serangan kejang-kejang.
Obat-obat stimulant juga digunakan untuk anak –anak dengan adanya RM yang menunjukkan adanya
masalah terhadap perhatian, tapi masih membutuhkan bukti yang jelas. Obat stimulant tidak berguna bagi
anak RM yang berat, tetapi sangat tepat dan efektif untuk beberapa anak hiperaktif yang mengalami RM
yang ringan sampai sedang.5
Gangguan ADD
Penderita ADD mengalami sejumlah perubahan dramatis pada otak. Biasanya bayi yang dilahirkan
oleh wanita yang mengalami gangguan stress pasca trauma selama kehamilan, seperti juga ibunya, akan
mempunyai konsentrasi hormone kortisol yang rendah, yang sebagian menjadi alasan mengapa anak-anak
seperti ini cenderung mengalami gejala ADD.5
Daftar pustaka
1. Semiun Y. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius; 20062. Townsend MC. Diagnose Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Ed 3. Jakarta: EGC; 20033. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Ed 1. Jakarta: EKG; 20004. Videbeck SL. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EKG; 20085. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2004