10
PERKEMBANGAN KELOMPOK Teori Perkembangan Kelompok dikemukakan oleh Bennis dan Shepherd pada tahun 1956. Teori ini merupakan pengembangan atau setidaknya dipengaruhi dari apa yang diungkapkan oleh orang-orang sebelumnya, seperti S. Freud, Kurt Lewin (1946), Sullivan (1953), Schutz (1955) dan Carl Rogers. Teori ini berawal dari ketidaksengajaan Kurt Lewin pada tahun 1946 yang menemukan dasar-dasar munculnya kelompok sensitivitas. Dilanjutkan pada tahun 1960-an adanya kelompok pertemuan, dan Carl Rogers melihat adanya manfaat dari kelompok pertemuan ini, yaitu pengembangan diri. Para psikolog biasanya melakukan cara ini untuk melatih pasien menemukan bagaimana dirinya sendiri. Pada tahun 1970-an, bahwa kelompok pertemuan ini juga dapat mempercepat suatu kehancuran akibat dari kepemimpinan kelompok yang merusak. Proses dari transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah adanya adaptasi dan pecapaian tujuan. Didalam pecapaian tujuan ada beberapa elemen seperti tahap pra afiliasi, tahap fungsional, dan yang terakhir yaitu tahap disolusi. Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli seperti Clark (1994) yang mengemukakan Nama : Nurul Mufidah Kelas : KP-5A NIM : H0413032

Perkembangan Kel

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhj

Citation preview

Page 1: Perkembangan Kel

PERKEMBANGAN KELOMPOK

Teori Perkembangan Kelompok dikemukakan oleh Bennis dan Shepherd

pada tahun 1956. Teori ini merupakan pengembangan atau setidaknya dipengaruhi

dari apa yang diungkapkan oleh orang-orang sebelumnya, seperti S. Freud, Kurt

Lewin (1946), Sullivan (1953), Schutz (1955) dan Carl Rogers. Teori ini berawal

dari ketidaksengajaan Kurt Lewin pada tahun 1946 yang menemukan dasar-dasar

munculnya kelompok sensitivitas. Dilanjutkan pada tahun 1960-an adanya

kelompok pertemuan, dan Carl Rogers melihat adanya manfaat dari kelompok

pertemuan ini, yaitu pengembangan diri. Para psikolog biasanya melakukan cara

ini untuk melatih pasien menemukan bagaimana dirinya sendiri. Pada tahun 1970-

an, bahwa kelompok pertemuan ini juga dapat mempercepat suatu kehancuran

akibat dari kepemimpinan kelompok yang merusak.

Proses dari transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang

dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah

adanya adaptasi dan pecapaian tujuan. Didalam pecapaian tujuan ada beberapa

elemen seperti tahap pra afiliasi, tahap fungsional, dan yang terakhir yaitu tahap

disolusi. Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli

seperti Clark (1994) yang mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga

fase, yaitu fase orientasi, fase bekerja serta fase terminasi.

Proses dinamika kelompok dimulai dari individu sebagai pribadi yang masuk

ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal

antar individu yang ada dalam kelompok. Teori proses perkembangan kelompok

menurut Tuckman (1965) pada awalnya anggota kelompok sedikit memiliki

pengalaman bersama – sama dalam suatu kelompok. Tuckman menyatakan bahwa

anggota kelompok harus bekerja sama secara stimultan dan memiliki dan

memiliki hubungan interpersonal dalam menyelesaikan suatu masalah.

Tuckman (1965) mengemukakan lima tahap dalam proses dinamika

kelompok yaitu forming, storming, norming, performing, dan terkahir adjourning.

Tahap proses perkembangan dinamika kelompok diilustrasikan oleh gambar

berikut :

Nama : Nurul Mufidah

Kelas : KP-5A

NIM : H0413032

Page 2: Perkembangan Kel

Gambar 1 Tahapan proses perkembangan dinamika kelompok

a. Forming

Tuckman menggambarkan tahap ini adalah tahap percobaan atau

partisipasi dengan keragu – raguan, karena anggota kelompok mencari

tahu tingkah laku apa yang dapat diterima oleh kelompok dan awal

individu untuk menyesuaikan diri dengan yang lainnya.. Pada saat ini

anggota kelompok masih sangat tergantung oleh pemimpin kelompok.

Tahap ini dicirikan oleh banyak sekali ketidakpastian mengenai maksud,

struktur, kepemimpinan kelompok. Tahap ini akan selesai ketika para

anggota mulai berpikir tentang diri mereka sendiri bahwa mereka juga

termasuk dari suatu kelompok. Karakteristik pada tahap ini adalah

interaksi sementara, wacana kesopanan, perhatian melalui ambiguitas dan

lebih cenderung diam.

b. Storming

Tahap storming dicirikan dengan adanya konflik dalam kelompok,

ketidakpuasan dengan yang lainnya, persaingan antar anggota, dan

ketikdaksetujuan akan prosedur yang ada. Anggota kelompok mengalami

konflik baik dengan sesama anggota kelompok atau pemimpin kelompok.

Page 3: Perkembangan Kel

Berbeda dengan tahap forming pada tahap ini anggota kelompok lebih

cenderung menunjukkan masing – masing pribadinya dan ketegangan

dalam kelompok cenderung meningkat. Didalam tahap ini memiliki

karakteristik terdapat ide-ide yang dikritisi, pembiacara yang diinterupsi,

kurangnya kehadiran anggota, dan permusuhan dalam kelompok.

c. Norming

Norming merupakan massa penenangan setelah konflik Tuckman

mendeskripsikannya sebagai tahap kohesif dimana anggota sudah dapat

menerima keunikan dan perbedaan dalam kelompok. Anggota kelompok

merasa bagian dari kelompok dan menerima norma – norma dalam

kelompok. Walaupun setiap anggota memiliki interpretasi dan persepsi

yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, tetapi penekanannya

adalah pada harmoni. Anggota mengesampingkan konflik yang ada dan

lebih mengembangkan norma – norma dalam kelompok. Dalam tahap ini

mulai terbentuk struktur, peran, dan rasa kebersamaan. Karakteristik

tahap ini adalah persetujuan dalam peranan, pencarian mufakat, dan

peningkatan suportivitas.

d. Performing

Performing merupakan tahapan dimana kelompok berfokus pada

tujuan kelompok. Pada tahap ini anggota kelompok saling bekerja sama

untuk mencapai suatu tujuan yang mereka anut bersama. Menurut

Tuckman, dalam tahap performing struktur interpersonal yang terbentuk

dan berkembang pada tahap – tahap sebelumnya menjadi modal dan

sangat berpengaruh dalam penyelesaian masalah dan tugas untuk

mencapai tujuan tersebut. Masalah interpersonal merupakan bagian dari

masa lalu dan sebagai pembelajaran bersama, seluruh anggota kelompok

menuangkan energinya untuk mencapai tujuan bersama. Tahap ini

memiliki karakteristik fokus terhadap hasil, orientasi tugas yang tinngi,

menekankan pada penampilan dan produktivitas.

e. Adjourning

Page 4: Perkembangan Kel

Tahap adjouning adalah tahap akhir dari proses dinamika

kelompok. Saat kelompok berakhir seringkali anggota kelompok

mengalami kesedihan dan kekhawatiran. Mereka cenderung menraik diri

dan mengurangi partisipasi diri mereka dalam kelompok, sebagai

antisipasi dari isu berakhirnya kelompok. Tahap ini memiliki

karakteristik penghentian tugas, pengurangan ketergantungan,

penyelesaian tugas, penolakan, dan peningkatan emosional.

Menurut Johnson dan Johson, sebenarnya apa yang dikemukakan

Tuckman dengan segala revisinya termasuk dalam group leader yang pasif dan

nondirective dimana pimpinan tidak berusaha mengadakan intervensi dalam

kelompok. Padahal dalam kelompok pada umumnya terdapat koodinator atau

instruktur yang berusaha agar fungsi kelompok tetap produktif. Dalam

mengaplikasikan konklusi Tuckman dalam kelompok, Johnson dan Johson

mengidentifikasikan adanya tujuh tahapan dalam perkembangan kelompok, yaitu :

(1) Defining and Structure Prosedure yaitu apabila kelompok mulai, umumnya

para anggota mulai memusatkan perhatiannya pada hal yang menyangkut dirinya

mengenai hal-hal apakah yang diharapkan dapat  mengenai tujuan kelompok.

Anggota kelompok ingin mengetahui apa yang akan terjadi, apa yang akan

diterimanya, dll. (2) Conforming to Procedures and Getting Acquainted yaitu

pada tahap ini dapat mengenal kelebihan dan kekurangan anggota lain. Para

anggota bergantung pada pimpinan dalam hal pengarahan dan penjelasan tujuan

serta prosedur kelompok. (3) Recognizing Mutually and Building Trust adalah

anggota kelompok yang saling bergantung satu dengan yang lainnya serta

membentuk kepercayaan satu dengan yang lainnya. (4) Rebelling and

Differentiating yaitu dalam tahap ini adanya perbedaan antar anggota yang

menyebabkan perpecahan. Seorang pemimpin dapat memprediksi akan terjadi

pertentangan dan menyikapi hal tersebut dengan bijaksana. (5) committing to the

Group’s Goals and Procedures di tahap ini jiwa pimpinan beralih kearah kita,

norma kelompok menjadi terinternalisasi,dll. (6) Functioning Maturely and

Productivity Dalam hal ini, pemimpin lebih sebagai konsultan dalam kelompok

Page 5: Perkembangan Kel

daripada pengarah. Hubungan para anggota kelompok terus berkembang atau

meningkat dan demikian pula antara pemimpin anggota. Sedangkan yang terakhir

adalah (7) Terminatinating dalam tahap terakhir ini kehidupan kelompok telah

berakhir. Dengan berakhirnya kelompok, para anggota yang ada dikelompok, para

anggota juga meninggalkan kelompok sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Belum ada kesamaan pendapat diantara para pakar tentang tahap-tahap

perkembangan kelompok.berikut adalah pendapat dari beberapa pakar, yaitu:

Menurut Krettner dan Kinicki (1992; 324-235), suatu kelompok timbul dan

berkembang melalui enam tahap:

1. Pada tahap pertama, yaitu orientasi. Para anggota masih meraba-raba

meskipun mereka setuju turut menjadi anggota kelompok itu.

2. Pada tahap kedua, yaitu konflik dan tantangan. Mereka rebut-ribut gempuran

satu sama lain dalam menginginkan berbagai hal, timbul sub kelompok,

oposan, pemberontakan halus, saling beradu pendapat dan saling berjaga–jaga.

3. Pada tahap ketiga, yaitu kelekatan. Konflik dan tantangan reda, akhirnya

mereka menyetujui keputusan-keputusan yang hasilnya dari konflik–konflik

dan mulai membentuk kedamaian dan kerukunan.

4. Pada tahap keempat, yaitu delusi. Delusi adalah suasana setelah melepas

pertikaian dan bentuk kerukunan, pada tahap ini terasa adanya partisipasi para

anggota pada apa yang di inginkan oleh kelompok. Namun, apa yang mereka

rasakan atau menjadi kenyataan pada waktu itu sebenarnya tidak sesuai

dengan kenyataan dan pikiran rasional tidak dapat berjalan.

5. Pada tahap kelima, yaitu disilusi. Disilusi yang artinya menyadari kesalahan

persepsi terhadap kelompoknya yang dikatakan baik, yaitu dengan adanya

harmoni atau kerjasama diantara para anggota yang sebenarnya tidak realistis

itu, mulai timbul konflik–konflik karena dirasakan bahwa kelompok tidak

terbuat seperti yang dicita-citakan semula menurut persetujuan bersama.

6. Pada tahap keenam, yaitu penerimaan. Artinya adalah setelah tahap

sebelumnya dapat dilalui dengan menerima cacian, kritikan, dan lain-lain,

maka kemudian kembali menepati cita-cita kelompok.

Page 6: Perkembangan Kel

Menurut Robbins (1991; 276-277), tahap-tahap perkembangan kelompok yaitu

melalui:

1. Forming, yaitu tahap pembentukan yang sifatnya masih mencari-cari,

misalnya siapa pemimpinnya, apa tujuannya dan bagaimana cara

mencapainnya.

2. Storming ialah beradu pendapat karena perbedaan–perbedaan pandangan.

3. Norming ialah pembentukan aturan yang digunakan sebagai norma perilaku

kelompok dan para anggotanya dalam mencapai tujuan.

4. Performing, dalam tahap ini kelompok melaksanakan norma dan bekerja

untuk mencapai tujuan.

5. Adjourning, yaitu selesainya pencapaian tujuan, kelompok beristirahat bekerja

atau bubar, khususnya kelompok yang tujuannya spesifik dalam waktu yang

terbatas atau sementara.

Northcraft & Neale (1990; 290-291) sama pendapatnya dengan Albanese & Van

Vleet ( 1983; 259), yaitu:

1. Formation (pembentukan), pada tahap awal, yang pada tahap ini semua calon

anggota belum kenal dengan baik mengenai orang-orangnya, tujuannya, dan

tugas-tugannya.

2. Differentiation, adanya perbedaan-perbedaan pendapat sehingga menimbulkan

sub-kelompok dan saling berargumentasi mengenai tujuan, cara mencapainya,

dan siapa pemimpinnya.

3. Intergration, sudah ada kesamaan pandangan, ada norma, ada  kerukunan, dan

persetujuan mengapa mereka bersama-sama dalam kelompok.

4. Maturity (kedewasaan), kematangan sebagai kelompok dalam melaksanakan

kegiatan mencapai tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 7: Perkembangan Kel

Evita E. S., Miranda D.Z., Ade S., Jossy P. M., 2012. MPKTA Buku Ajar 2,

Manusia: Individu, Kelompok, Masyarakat dan Kebudayaan. Depok:

Universitas Indonesia.

Karina, R., 2012. Grup Development.

http://raisakarinfpsi12.web.unair.ac.id/artikel_detail-62545-Umum-GROUP

%20DEVELOPMENT.html. Diakses 17 September 2015 pukul 14.00