Upload
almufida
View
289
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jhj
Citation preview
PERKEMBANGAN KELOMPOK
Teori Perkembangan Kelompok dikemukakan oleh Bennis dan Shepherd
pada tahun 1956. Teori ini merupakan pengembangan atau setidaknya dipengaruhi
dari apa yang diungkapkan oleh orang-orang sebelumnya, seperti S. Freud, Kurt
Lewin (1946), Sullivan (1953), Schutz (1955) dan Carl Rogers. Teori ini berawal
dari ketidaksengajaan Kurt Lewin pada tahun 1946 yang menemukan dasar-dasar
munculnya kelompok sensitivitas. Dilanjutkan pada tahun 1960-an adanya
kelompok pertemuan, dan Carl Rogers melihat adanya manfaat dari kelompok
pertemuan ini, yaitu pengembangan diri. Para psikolog biasanya melakukan cara
ini untuk melatih pasien menemukan bagaimana dirinya sendiri. Pada tahun 1970-
an, bahwa kelompok pertemuan ini juga dapat mempercepat suatu kehancuran
akibat dari kepemimpinan kelompok yang merusak.
Proses dari transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang
dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah
adanya adaptasi dan pecapaian tujuan. Didalam pecapaian tujuan ada beberapa
elemen seperti tahap pra afiliasi, tahap fungsional, dan yang terakhir yaitu tahap
disolusi. Perkembangan kelompok sebenarnya banyak dikemukakan oleh para ahli
seperti Clark (1994) yang mengemukakan perkembangan kelompok ke dalam tiga
fase, yaitu fase orientasi, fase bekerja serta fase terminasi.
Proses dinamika kelompok dimulai dari individu sebagai pribadi yang masuk
ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal
antar individu yang ada dalam kelompok. Teori proses perkembangan kelompok
menurut Tuckman (1965) pada awalnya anggota kelompok sedikit memiliki
pengalaman bersama – sama dalam suatu kelompok. Tuckman menyatakan bahwa
anggota kelompok harus bekerja sama secara stimultan dan memiliki dan
memiliki hubungan interpersonal dalam menyelesaikan suatu masalah.
Tuckman (1965) mengemukakan lima tahap dalam proses dinamika
kelompok yaitu forming, storming, norming, performing, dan terkahir adjourning.
Tahap proses perkembangan dinamika kelompok diilustrasikan oleh gambar
berikut :
Nama : Nurul Mufidah
Kelas : KP-5A
NIM : H0413032
Gambar 1 Tahapan proses perkembangan dinamika kelompok
a. Forming
Tuckman menggambarkan tahap ini adalah tahap percobaan atau
partisipasi dengan keragu – raguan, karena anggota kelompok mencari
tahu tingkah laku apa yang dapat diterima oleh kelompok dan awal
individu untuk menyesuaikan diri dengan yang lainnya.. Pada saat ini
anggota kelompok masih sangat tergantung oleh pemimpin kelompok.
Tahap ini dicirikan oleh banyak sekali ketidakpastian mengenai maksud,
struktur, kepemimpinan kelompok. Tahap ini akan selesai ketika para
anggota mulai berpikir tentang diri mereka sendiri bahwa mereka juga
termasuk dari suatu kelompok. Karakteristik pada tahap ini adalah
interaksi sementara, wacana kesopanan, perhatian melalui ambiguitas dan
lebih cenderung diam.
b. Storming
Tahap storming dicirikan dengan adanya konflik dalam kelompok,
ketidakpuasan dengan yang lainnya, persaingan antar anggota, dan
ketikdaksetujuan akan prosedur yang ada. Anggota kelompok mengalami
konflik baik dengan sesama anggota kelompok atau pemimpin kelompok.
Berbeda dengan tahap forming pada tahap ini anggota kelompok lebih
cenderung menunjukkan masing – masing pribadinya dan ketegangan
dalam kelompok cenderung meningkat. Didalam tahap ini memiliki
karakteristik terdapat ide-ide yang dikritisi, pembiacara yang diinterupsi,
kurangnya kehadiran anggota, dan permusuhan dalam kelompok.
c. Norming
Norming merupakan massa penenangan setelah konflik Tuckman
mendeskripsikannya sebagai tahap kohesif dimana anggota sudah dapat
menerima keunikan dan perbedaan dalam kelompok. Anggota kelompok
merasa bagian dari kelompok dan menerima norma – norma dalam
kelompok. Walaupun setiap anggota memiliki interpretasi dan persepsi
yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, tetapi penekanannya
adalah pada harmoni. Anggota mengesampingkan konflik yang ada dan
lebih mengembangkan norma – norma dalam kelompok. Dalam tahap ini
mulai terbentuk struktur, peran, dan rasa kebersamaan. Karakteristik
tahap ini adalah persetujuan dalam peranan, pencarian mufakat, dan
peningkatan suportivitas.
d. Performing
Performing merupakan tahapan dimana kelompok berfokus pada
tujuan kelompok. Pada tahap ini anggota kelompok saling bekerja sama
untuk mencapai suatu tujuan yang mereka anut bersama. Menurut
Tuckman, dalam tahap performing struktur interpersonal yang terbentuk
dan berkembang pada tahap – tahap sebelumnya menjadi modal dan
sangat berpengaruh dalam penyelesaian masalah dan tugas untuk
mencapai tujuan tersebut. Masalah interpersonal merupakan bagian dari
masa lalu dan sebagai pembelajaran bersama, seluruh anggota kelompok
menuangkan energinya untuk mencapai tujuan bersama. Tahap ini
memiliki karakteristik fokus terhadap hasil, orientasi tugas yang tinngi,
menekankan pada penampilan dan produktivitas.
e. Adjourning
Tahap adjouning adalah tahap akhir dari proses dinamika
kelompok. Saat kelompok berakhir seringkali anggota kelompok
mengalami kesedihan dan kekhawatiran. Mereka cenderung menraik diri
dan mengurangi partisipasi diri mereka dalam kelompok, sebagai
antisipasi dari isu berakhirnya kelompok. Tahap ini memiliki
karakteristik penghentian tugas, pengurangan ketergantungan,
penyelesaian tugas, penolakan, dan peningkatan emosional.
Menurut Johnson dan Johson, sebenarnya apa yang dikemukakan
Tuckman dengan segala revisinya termasuk dalam group leader yang pasif dan
nondirective dimana pimpinan tidak berusaha mengadakan intervensi dalam
kelompok. Padahal dalam kelompok pada umumnya terdapat koodinator atau
instruktur yang berusaha agar fungsi kelompok tetap produktif. Dalam
mengaplikasikan konklusi Tuckman dalam kelompok, Johnson dan Johson
mengidentifikasikan adanya tujuh tahapan dalam perkembangan kelompok, yaitu :
(1) Defining and Structure Prosedure yaitu apabila kelompok mulai, umumnya
para anggota mulai memusatkan perhatiannya pada hal yang menyangkut dirinya
mengenai hal-hal apakah yang diharapkan dapat mengenai tujuan kelompok.
Anggota kelompok ingin mengetahui apa yang akan terjadi, apa yang akan
diterimanya, dll. (2) Conforming to Procedures and Getting Acquainted yaitu
pada tahap ini dapat mengenal kelebihan dan kekurangan anggota lain. Para
anggota bergantung pada pimpinan dalam hal pengarahan dan penjelasan tujuan
serta prosedur kelompok. (3) Recognizing Mutually and Building Trust adalah
anggota kelompok yang saling bergantung satu dengan yang lainnya serta
membentuk kepercayaan satu dengan yang lainnya. (4) Rebelling and
Differentiating yaitu dalam tahap ini adanya perbedaan antar anggota yang
menyebabkan perpecahan. Seorang pemimpin dapat memprediksi akan terjadi
pertentangan dan menyikapi hal tersebut dengan bijaksana. (5) committing to the
Group’s Goals and Procedures di tahap ini jiwa pimpinan beralih kearah kita,
norma kelompok menjadi terinternalisasi,dll. (6) Functioning Maturely and
Productivity Dalam hal ini, pemimpin lebih sebagai konsultan dalam kelompok
daripada pengarah. Hubungan para anggota kelompok terus berkembang atau
meningkat dan demikian pula antara pemimpin anggota. Sedangkan yang terakhir
adalah (7) Terminatinating dalam tahap terakhir ini kehidupan kelompok telah
berakhir. Dengan berakhirnya kelompok, para anggota yang ada dikelompok, para
anggota juga meninggalkan kelompok sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Belum ada kesamaan pendapat diantara para pakar tentang tahap-tahap
perkembangan kelompok.berikut adalah pendapat dari beberapa pakar, yaitu:
Menurut Krettner dan Kinicki (1992; 324-235), suatu kelompok timbul dan
berkembang melalui enam tahap:
1. Pada tahap pertama, yaitu orientasi. Para anggota masih meraba-raba
meskipun mereka setuju turut menjadi anggota kelompok itu.
2. Pada tahap kedua, yaitu konflik dan tantangan. Mereka rebut-ribut gempuran
satu sama lain dalam menginginkan berbagai hal, timbul sub kelompok,
oposan, pemberontakan halus, saling beradu pendapat dan saling berjaga–jaga.
3. Pada tahap ketiga, yaitu kelekatan. Konflik dan tantangan reda, akhirnya
mereka menyetujui keputusan-keputusan yang hasilnya dari konflik–konflik
dan mulai membentuk kedamaian dan kerukunan.
4. Pada tahap keempat, yaitu delusi. Delusi adalah suasana setelah melepas
pertikaian dan bentuk kerukunan, pada tahap ini terasa adanya partisipasi para
anggota pada apa yang di inginkan oleh kelompok. Namun, apa yang mereka
rasakan atau menjadi kenyataan pada waktu itu sebenarnya tidak sesuai
dengan kenyataan dan pikiran rasional tidak dapat berjalan.
5. Pada tahap kelima, yaitu disilusi. Disilusi yang artinya menyadari kesalahan
persepsi terhadap kelompoknya yang dikatakan baik, yaitu dengan adanya
harmoni atau kerjasama diantara para anggota yang sebenarnya tidak realistis
itu, mulai timbul konflik–konflik karena dirasakan bahwa kelompok tidak
terbuat seperti yang dicita-citakan semula menurut persetujuan bersama.
6. Pada tahap keenam, yaitu penerimaan. Artinya adalah setelah tahap
sebelumnya dapat dilalui dengan menerima cacian, kritikan, dan lain-lain,
maka kemudian kembali menepati cita-cita kelompok.
Menurut Robbins (1991; 276-277), tahap-tahap perkembangan kelompok yaitu
melalui:
1. Forming, yaitu tahap pembentukan yang sifatnya masih mencari-cari,
misalnya siapa pemimpinnya, apa tujuannya dan bagaimana cara
mencapainnya.
2. Storming ialah beradu pendapat karena perbedaan–perbedaan pandangan.
3. Norming ialah pembentukan aturan yang digunakan sebagai norma perilaku
kelompok dan para anggotanya dalam mencapai tujuan.
4. Performing, dalam tahap ini kelompok melaksanakan norma dan bekerja
untuk mencapai tujuan.
5. Adjourning, yaitu selesainya pencapaian tujuan, kelompok beristirahat bekerja
atau bubar, khususnya kelompok yang tujuannya spesifik dalam waktu yang
terbatas atau sementara.
Northcraft & Neale (1990; 290-291) sama pendapatnya dengan Albanese & Van
Vleet ( 1983; 259), yaitu:
1. Formation (pembentukan), pada tahap awal, yang pada tahap ini semua calon
anggota belum kenal dengan baik mengenai orang-orangnya, tujuannya, dan
tugas-tugannya.
2. Differentiation, adanya perbedaan-perbedaan pendapat sehingga menimbulkan
sub-kelompok dan saling berargumentasi mengenai tujuan, cara mencapainya,
dan siapa pemimpinnya.
3. Intergration, sudah ada kesamaan pandangan, ada norma, ada kerukunan, dan
persetujuan mengapa mereka bersama-sama dalam kelompok.
4. Maturity (kedewasaan), kematangan sebagai kelompok dalam melaksanakan
kegiatan mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Evita E. S., Miranda D.Z., Ade S., Jossy P. M., 2012. MPKTA Buku Ajar 2,
Manusia: Individu, Kelompok, Masyarakat dan Kebudayaan. Depok:
Universitas Indonesia.
Karina, R., 2012. Grup Development.
http://raisakarinfpsi12.web.unair.ac.id/artikel_detail-62545-Umum-GROUP
%20DEVELOPMENT.html. Diakses 17 September 2015 pukul 14.00