Upload
patria-ingat-tk-padu
View
117
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Perkembangan Konsumsi dan Impor Gula di Indonesia Periode 1994-2004
a. Perkembangan Konsumsi Gula di Indonesia Periode tahun 1994-2004
Gula pasir sebagai hasil industri olahan pertanian merupakan salah satu dari
sembilan bahan pangan pokok masyarakat Indonesia, sehingga tidak mengherankan
bila di dapur masyarakat Indonesia harus ada si kristal manis ini. Tingkat konsumsi
gula pasir di Indonesia masih relatif rendah yaitu masih di bawah rata-rata konsumsi
gula pasir dunia sebesar 20,3 kg/kapita/tahun.
Tabel Perkembangan Konsumsi Gula Nasional tahun 1994-2004
no Tahun
Konsumsi Gula
(ton/tahun)
jumlah penduduk
(jiwa)
konsumsi perkapita
(kg/kapita/tahun)
1 1994 918.856 186.827.792 4,92
2 1995 1.075.815 189.009.278 5,69
3 1996 1.128.836 190.037.566 5,94
4 1997 1.443.513 193.728.800 7,45
5 1998 1.933.606 195.627.002 9,88
6 1999 2.246.416 198.356.827 11,32
7 2000 2.401.037 201.536.098 11,92
8 2001 2.497.190 203.647.927 12,26
9 2002 2.547.174 206.637.078 12,32
10 2003 2.570.734 211.826.908 12,14
11 2004 2.810.423 217.563.967 12,91
sumber : Pengaruh Harga Gula Impor, Harga Gula Domestik, dan Produksi Gula Domestik
terhadap Permintaan Gula Impor di Indonesia (Achmad Zaini)
Melihat pada tabel Perkembangan Konsusmsi Gula Nasional, perkembangan
konsumsi gula perkapita nasional selama 10 tahun tersebut mengalami peningkatan
tiap tahunnya, namun tetap saja data perkembangan konsumsi perkapitanya masih
rendah dengan nilai rata-ratanya 9,70 kg/kapita/tahun (nilai standarnya 20,3
kg/kapita/tahun).peningkatan konsumsi perkapita menunjukkan konsumsi gula
nasional juga mengalami peningkatan. Melihat pada grafik Perkembangan Konsumsi
Gula Nasional menunjukkan konsumsi gula oleh penduduk Indonesia cenderung
mengalami peningkatan (dalam skala satuan juta ton/tahun).
19941995
19961997
19981999
20002001
20022003
20040
2
4
6
8
10
12
14
Grafik Perkembangan Konsumsi Gula Nasional Perkapita
konsumsi perkapita (kg/kapita/tahun)
Tahun
Nila
i Kon
susm
si Pe
r-ka
pita
sumber : hasil pengolahan pada tabel Perkembangan Konsumsi Gula
Perkapita Nasional
periode 1994-2004
Peningkatan konsumsi gula nasional tertinggi terjadi pada pertengahan tahun
90-an yaitu pada tahun 1996-1997-1997 dengan peningkatan rata-rata sebesar 26%.
Menurut Pola Pangan Harapan (PPH), konsumsi gula pasir mencapai 6,7 persen dari
total konsumsi kalori, sementara pada saat ini baru 3 persen. Dengan begitu masih
terdapat potensi kenaikan konsumsi yang cukup besar (Dachliani, Diesy Meireni.
2006).
Salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam peningkatan konsumsi gula
nasional adalah pertambahan jumlah penduduk indonesia yang sangat pesat. Adapun
data jumlah penduduk Indonesia dan perkembangan jumlah penduduk indonesia dapat
dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel Perkembangan Penduduk Dan Konsumsi Gula Indonesia Periode 1994-
2004
no TahunKonsumsi Gula
(ton/tahun) jumlah penduduk (jiwa)1 1994 918.856 186.827.7922 1995 1.075.815 189.009.278
3 1996 1.128.836 190.037.5664 1997 1.443.513 193.728.8005 1998 1.933.606 195.627.0026 1999 2.246.416 198.356.8277 2000 2.401.037 201.536.0988 2001 2.497.190 203.647.9279 2002 2.547.174 206.637.078
10 2003 2.570.734 211.826.90811 2004 2.810.423 217.563.967
sumber : Pengaruh Harga Gula Impor, Harga Gula Domestik, dan Produksi Gula Domestik
terhadap Permintaan Gula Impor di Indonesia (Achmad Zaini)
19941995
19961997
19981999
20002001
20022003
2004170,000,000175,000,000180,000,000185,000,000190,000,000195,000,000200,000,000205,000,000210,000,000215,000,000220,000,000
Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Indonesia
jumlah penduduk (jiwa)
Tahun
jum
lah
pend
uduk
sumber : pengolahan pada tabel Perkembangan Jumlah Penduduk
Nasional periode 1994-
2004
19941995
19961997
19981999
20002001
20022003
20040
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Grafik Perkembangan Konsumsi Gula Nasional
Konsumsi Gula (ton/tahun)
Tahun
Nila
i kon
sum
susi
gula
sumber : pengolahan pada tabel Perkembangan Konsumsi Gula
Nasional periode 1994-
2004
Mengingat gula merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat indonesia
(termasuk 10 besar kebutuhan pokok) maka tidak mengherankan bila konsumsi gula
nasional akan meningkat dengan seiringnya pertambahan jumlah penduduk. konsumsi
gula nasioanal tidak hanya merujuk pada konsumsi untuk tingkat rumah tangga
(tingkata permintaan inidividu) tapi juga merujuk pada skala industri, sehingga
kecenderungan konsumsi gula semakin meningkat tiap tahunnya.
Konsumsi Gula Skala Rumah Tangga (Skala Individu)
Perkembangan konsumsi langsung gula pasir per kapita oleh rumah
tangga periode 1987-1999 dapat dilihat pada Tabel Perkembangan Konsumsi
Gula Pasir Secara Langsung per Kapita menurut Lokasi di Indonesia tahun
1987-1996 (sebagai studi kasus). Dari tabel tersebut terlihat bahwa konsumsi
gula pasir per kapita di wilayah perkotaan dan pedesaan dalam periode 1987-
1996 cenderung meningkat. Laju peningkatan konsumsi langsung gula pasir
perkapita di wilayah pedesaan dalam periode 1987-1996 cenderung lebih
tinggi bila dibandingkan dengan laju peningkatan konsumsi langsung gula
pasir di wilayah perkotaan. Hal ini diduga sebagai akibat terjadinya
peningkatan pendapatan masyarakat dan pergeseran preferensi konsumen yang
semakin menyukai gula pasir dari pada bahan substitusinya di pedesaan.
Sedangkan dalam periode 1996-1999, konsumsi langsung perkapita gula pasir
mengalami penurunan. Hal ini lebih disebabkan oleh terjadinya peningkatan
harga gula dalam periode tersebut (Dachliani, Diesy Meireni. 2006).
Konsumsi Gula Skala Industri
Perkembangan konsumsi gula pasir oleh industri berkembang cepat
seiring perkembangan sektor industri makanan dan minuman di Indonesia.
Industri makanan dan minuman adalah sektor industri yang paling banyak
mengkonsumsi gula pasir. Gula merupakan salah satu input penting dalam
industri ini karena sesuai fungsinya yaitu sebagai bahan pemanis, bahan
pengawet dan pemberi cita rasa yang khas. (Henri Fitriadi et al, 2001:327)
Dalam periode 1980-1997 perkembangan konsumsi gula pasir oleh industri
makanan dan minuman skala besar dan sedang dapat dilihat Pada Tabel
Perkembangan Konsumsi Gula Pasir Oleh Industri Makanan Dan Minuman
Skala Besar Dan Sedang Dari Tahun 1990-1997(sebagai studi kasus).
Dalam periode tersebut terlihat bahwa secara agregat permintaan gula
pasir cenderung meningkat. Peningkatan konsumsi gula pasir lebih banyak
dipengaruhi oleh peningkatan jumlah perusahaan yang berada pada industri
tersebut. Perkembangan daya serap gula pasir dalam periode 1980-1985
kecenderungan perusahaan mengkonsumsi gula pasir semakin menurun
kemudian meningkat dalam periode 1985-1997. Penurunan daya serap dalam
periode tersebut diduga disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu
1. perusahaan masih memiliki stok gula pasir sehingga mengurangi
permintaannya akan gula pasir sebagai bahan baku
2. jumlah perusahaan yang bertambah dalam periode tersebut jauh lebih
besar dibandingkan tambahan permintaan akan gula pasir yang diminta
oleh perusahaan tersebut secara agregat, sebagai akibat perusahaan yang
baru berdiri pada periode tersebut masih beroperasi dalam skala usaha
yang kecil, sehingga jumlah permintaan gula pasir oleh perusahaan yang
baru berdiri tersebut juga masih relatif kecil dan atau
3. hadirnya bahan pemanis non gula pasir sebagai bahan substitusi gula pasir.
(Dachliani, Diesy Meireni. 2006).
Perkembangan yang terjadi dalam kelompok industri makanan dan
minuman tidak saja menyangkut peningkatan kuantitas produksi namun juga
menyangkut makin beragamnya produk yang dihasilkan masing-masing
perusahaan. Hal ini berimplikasi pada semakin meningkatnya permintaan akan
bahan baku pemanis baik gula pasir maupun bahan pemanis non gula pasir.
Ada empat faktor penentu yang mempengaruhi fungsi permintaan individual
(merujuk pada tingkata konsumsi komoditas gula) terhadap komoditi gula. Empat
faktor tersebut adalah : (Dachliani, Diesy Meireni. 2006).
a. Harga barang itu sendiri
Sesuai dengan hukum permintaan, jumlah barang yang diminta beruba secara
berlawanan dengan perubahan harga. Cara lain untuk mengekspresikan prinsip ini
adalah kurva permintaan itu mempunyai nilai kemiringan negatif. Perubahan
harga secara nominal menyebabkan pergerakan sepanjang fungsi permintaan
tertentu, dan pergerakan tersebut ditunjukkan oleh perubahan jumlah yang diminta
secara berlawanan. Jadi, perubahan harga barang itu sendiri mengakibatkan
berubahnya jumlah yang diminta (quantity demanded), kurva permintaan tidak
berubah
b. Penghasilan (dalam arti uang) konsumen
Faktor ini merupakan faktor penentu yang penting dalam permintaan suatu
barang. Pada umumnya semakin besar penghasilan semakin besar pula
permintaan, artinya semakin besar penghasilan semakin jauh dan semakin
kekanan letak kurva permintaan. Jadi perubahan penghasilan konsumen
mengakibatkan pergeseran permintaan (shift in demand) kanan letak kurva
permintaan. Jadi perubahan penghasilan konsumen mengakibatkan pergeseran
permintaan (shift in demand).
Dalam hal ini peningkatan penghasilan masyarakat akan meningkatkan daya
beli masyarakat terhadap barang konsumsi termasuk diantaranya gula.
Konsumsi gula Indonesia yang masih lebih rendah dari rata-rata konsumsi gula
dunia masih berpotensi untuk terus meningkat seiring peningkatan pendapatan
perkapita. Dalam hal ini pergeseran kurva permintaan gula ke arah kanan akan
terjadi.
c. Selera (taste).
Selera atau pola preferensi konsumen pada umumnya berubah dari
waktu ke waktu. Naiknya intensitas keinginan seseorang terhadap suatu barang
tertentu pada umumnya berakibat naiknya jumlah permintaan terhadap barang
tersebut. Begitu pula sebaliknya, turunnya selera konsumen terhadap suatu
barang akan berakibat turunnya jumlah permintaan.
Dalam kaitannya dengan gula, perubahan selera konsumen dalam
mengkonsumsi gula juga terjadi. Belakangan ini ada kecenderungan untuk
mengurangi konsumsi gula pasir yang berdasarkan pada alasan kesehatan.
Banyak bermunculan pemanis lain seperti gula jagung dan pemanis sintetik
meskipun dalam jumlah yang masih relatif kecil.
d. Harga barang-barang lain yang ada kaitannya dalam penggunaan
Barang-barang konsumen pada umumnya mempunyai kaitan
penggunaan antara satu dengan yang lain. Kaitan penggunaan antar kedua
barang konsumsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
saling mengganti (substitute relation dan saling melengkapi (complementarity
relation). Dua barang dikatakan mempunyai hubungan yang saling mengganti
adalah apabila naiknya harga salah satu barang mengakibatkan naiknya
permintaan terhadap barang yang lain. Sedangkan untuk hubungan yang saling
melengkapi adalah apabila naiknya harga salah satu barang mengakibatkan
turunnya permintaan terhadap barang yang lain. Dalam kaitan dengan gula,
sebagai barang substitusi atau pengganti adalah gula jagung dan pemanis
sintetik, sementara sebagai barang komplementer atau pelengkap diantaranya
adalah teh dan kopi.
Keempat faktor tersebut di atas yaitu harga, penghasilan, selera dan harga
barang-barang yang berkaitan secara bersama-sama menentukan tingkat permintaan
dan jumlah barang yang diminta untuk setiap barang bagi masingmasing individu.
Sedangkan permintaan pasar merupakan penjumlahan dari permintaan masing-masing
individu yang terlibat di pasar. Dalam kaitan dengan pasar gula, faktor penentu
besarnya permintaan pasar adalah harga gula itu sendiri, pendapatan masyarakat,
selera dan harga barang subtitusi maupun komplementernya, seperti harga gula
jagung, gula merah,pemanis sintetik, harga teh maupun kopi.
b. Perkembangan Impor Gula oleh Indonesia Periode tahun 1994-2004
Perkembangan jumlah penduduk Indonesia yang terus mengalami peningkatan
juga berpengaruh pada peningkatan permintaan terhadap bahan pangan, terutama pada
bahan pangan pokok salah satunya gula. dengan adanya peningkatan konsumsi gula
nasional berarti hal ini merupakan peluang yang besar dalam bidang industri gula dan
perkebunan tebu. Kondisi ini dapat dikatakan peluang yang besar bila permintaan
yang besar tersebut dapat dipenuhi oleh produsen dalam negeri yang berarti
produksinya memenuhi kebutuhan dalam negeri. Namun, kasus ini dapat menjadi
berita buruk bila produksi dalam negeri tidak memenuhi kebutuhan gula dalam negeri.
adapun data produksi gula dalam negeri dapat dilihat pada Tabel Perkembangan
Konsumsi Dan Produksi Gula Nasional Periode Tahun 1994-2004 di bawah ini.
Tabel Perkembangan Konsumsi Dan Produksi Gula Nasional Periode
Tahun 1994-2004
no TahunProduksi gula
(ton/ha)Konsumsi Gula
(ton/tahun) Produksi - Konsumsi1 1994 723.872 918.856 -194.9842 1995 857.039 1.075.815 -218.776
3 1996 1.000.012 1.128.836 -128.8244 1997 1.023.292 1.443.513 -420.2215 1998 1.047.128 1.933.606 -886.4786 1999 1.071.519 2.246.416 -1.174.8977 2000 1.198.773 2.401.037 -1.202.2648 2001 1.226.926 2.497.190 -1.270.2649 2002 1.288.249 2.547.174 -1.258.925
10 2003 1.352.457 2.570.734 -1.218.27711 2004 1.467.886 2.810.423 -1.342.537
sumber : Pengaruh Harga Gula Impor, Harga Gula Domestik, dan Produksi Gula Domestik
terhadap Permintaan Gula Impor di Indonesia (Achmad Zaini)
Dari tabel di atas, dapat dianalisa bahwa selama tahun 1994 hingga tahun 2004
Indonesia mengalami defisit gula yang merupakan akibat dimana konsumsi nasional
lebih besar daripada tingkat produksi gula. Melihat pada Grafik Disparitas Produksi-
Konsumsi Gula tahun 1994-2004, dapat diketahui jumlah gula yang tidak dapat
dipenuhi oleh produksi dalam negeri semakin hari-semakin semakin besar. Hal ini
dikarenakan pertambahan jumlah penduduk Indonesia tidak seimbang dengan
produksi gula dalam negeri sehingga terjadi gap negatif antara produksi dan konsumsi
gula nasional.
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Produksi - konsumsi
-19498
4
-21877
6
-12882
4
-42022
1
-88647
8
-11748
97
-12022
64
-12702
64
-12589
25
-12182
77
-13425
37
-1,500,000
-1,300,000
-1,100,000
-900,000
-700,000
-500,000
-300,000
-100,000
Grafik Disparitas Produksi Gula - Konsumsi Gula tahun 1994-2004
jum
lah
defis
it
sumber : pengolahan pada tabel Perkembangan Konsumsi dan produksi Gula Nasional periode
1994 - 2004
Untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri yang belum bisa dipenuhi oleh
produksi gula dalam negeri, akhirnya pemerintah menjalankan solusi instan yaitu
dengan mengimpor gula dari negara tetangga. untuk mengetahui nilai impor gula yang
dilakukan indonesia dalam tahun 1994-2004 dapat dilihat pada Tabel Produksi,
Konsumsi, dan Import gula Nasional Tahun 1994-2004 di bawah ini.
Tabel Produksi, Konsumsi, Dan Import Gula Nasional Tahun 1994-2004
no Tahun Produksi gula (ton/ha) Konsumsi Gula (ton/tahun) Impor Gula (ton/ha)1 1994 723.872 918.856 194.9842 1995 857.039 1.075.815 218.7763 1996 1.000.012 1.128.836 128.8244 1997 1.023.292 1.443.513 120.2265 1998 1.047.128 1.933.606 1.096.4786 1999 1.071.519 2.246.416 1.174.8977 2000 1.198.773 2.401.037 1.202.2648 2001 1.226.926 2.497.190 1.230.2649 2002 1.288.249 2.547.174 1.258.925
10 2003 1.352.457 2.570.734 1.218.27711 2004 1.467.886 2.810.423 1.342.537
sumber : Pengaruh Harga Gula Impor, Harga Gula Domestik, dan Produksi Gula Domestik
terhadap Permintaan Gula Impor di Indonesia (Achmad Zaini)
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Produksi gula (ton/ha) 723872 857039 1000012 1023292 1047128 1071519 1198773 1226926 1288249 1352457 1467886
Konsumsi Gula (ton/tahun)
918856 1075815 1128836 1443513 1933606 2246416 2401037 2497190 2547174 2570734 2810423
Impor Gula (ton/ha) 194984 218776 128824 120226 1096478 1174897 1202264 1230264 1258925 1218277 1342537
250,000
750,000
1,250,000
1,750,000
2,250,000
2,750,000
Grafik Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Gula Periode 1994-2004
nila
i dat
a (ju
mla
h)
Melihat pada Grafik Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Gula
Periode 1994-2004 dapat diketahui nilai import gula indonesia setiap tahunnya
menglamai peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang berimbas
pada peningkatan kebutuhan konsumsi gula. Untuk setiap perkembangan impor gula
yang dilakukan Indonesia cenderung fluktuatif dimana dalam perkembangan setiap
tahunnya terkadang mengalami penurunan dan juga terkadang (dominan) mengalami
kenaikan. untuk perkembangan nilai impor dipengaruhi oleh produksi dalam negeri
dan tingkat kebutuhan gula dalam negeri. Perkembangan import yang paling ekstrim
terjadi pada perlaihan tahun 1997 hingga 1998, dimana nilai import mencapai 812%
( melihat pada grafik Presentase Perkembangan Impor Gula).
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
presentase nilai impor
NaN 0.12202026832970
9
-0.41116027352177
6
-0.06674222194622
12
8.12014040224244
0.07151899080510
51
0.02329310569352
04
0.02328939400996
79
0.02329662576487
65
-0.03228786464642
45
0.10199650818327
9
-0.51.53.55.57.5
Presentase Perkembangan Impor Gula
Pe
rse
nta
se
Sumber: hasil pengolahan pada tabel Perkembangan Konsumsi, Produksi, dan
Impor Gula Nasional periode 1994- 2004
Untuk mengetahui hubungan import terhadap produksi dan konsumsi gula nasional
dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel Hubungan Perkembangan Impor dan Produksi terhadap Perkembangan
Konsumsi Gula Nasional 1ndonesia tahun 1994-2004
no tahun Import terhadap Konsumsi (%) Produksi terhadap Konsumsi (%)1 1994 21% 79%2 1995 20% 80%3 1996 11% 89%4 1997 8% 71%5 1998 57% 54%6 1999 52% 48%7 2000 50% 50%8 2001 49% 49%9 2002 49% 51%
10 2003 47% 53%11 2004 48% 52%
sumber : Pengaruh Harga Gula Impor, Harga Gula Domestik, dan Produksi Gula Domestik
terhadap Permintaan Gula Impor di Indonesia (Achmad Zaini)
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Import terhadap Konsumsi (%)
0.212203000252488
0.203358384108792
0.1141210946
4971
0.0832870919763106
0.567063817551249
0.523009540530338
0.500726977551783
0.492659349108398
0.494243816873131
0.473902395191412
0.477699264487944
Produksi terhadap Konsumsi (%)
0.787796999747512
0.796641615891208
0.8858789053
5029
0.708890048097939
0.541541555001381
0.476990459469662
0.499273022448217
0.4913226466
5484
0.505756183126869
0.526097604808588
0.522300735512056
5%25%45%65%85%
Grafik perkembangan Import dan Produksi terhadap Konsumsi Gula Nasional
Pre
se
ntase
Sumber: hasil pengolahan pada tabel Tabel Hubungan Perkembangan Impor dan
Produksi terhadap Perkembangan Konsumsi Gula Nasional 1ndonesia tahun 1994-2004
Kesimpulan (babq)
Dari perolehan data yang diperoleh baik data konsumsi gula selama 10 tahun yaitu
mulai tahun 1994-2004, data perkembangan penduduk dan data impor yang dilakukan
Pemerintah untuk usaha mencukupi kebutuhan konsumsi gula dalam negeri, dapat
disimpulkan bahwa dengan meningkatnya jumlah penduduk akan mempengaruhi tingkat
konsumsi gula dalam negeri jikan hal ini tidak dibarengi dengan prosduksi yang juga
berkembang selaras dengan konsumsi yang dibutuhkan maka akan meninmbulkan masalah
baik itu kekurangan ataupun kelebihan produk.
Dalam hal ini kasus yang terjadi di Indonesia adalah terjadinya peningkatan jumlah
penduduk sehingga konsumsi gula juga meningkat seiring dengan peningkatan konsumen
dalam kondisi dalam negeri produksi yang dimiliki kurang mencukupi untuk pemenuhan
kebutuhan konsumsi penduduk maka kebijakan pemerintah adalah pelaksanaan import dari
luar negeri untuk pemenuhan kebutuuhan yang kurang tersebut.
daftar pustaka:
Zaini, Achmad.2008. PENGARUH HARGA GULA IMPOR, HARGA GULA DOMESTIK DAN PRODUKSI GULA DOMESTIK TERHADAP PERMINTAAN GULA IMPOR DI INDONESIA. https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com /2012/03/jurnal-vol-5-no-2-zaini.pdf. (online). diakses pada Sabtu, 6 November 2012
Dachliani, Diesy Meireni. 2006. PERMINTAAN IMPOR GULA INDONESIA TAHUN 1980 – 2003. http://eprints.undip.ac.id/17077/1/Diesy_Meireni_Dachliani.pdf. (online). diakses pada Sabtu, 6 November 2012
Indraningsih, Kurnia Suci, et al. 2012. PERSPEKTIF PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA DI INDONESIA. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/%287%29% 20soca%20kurnia%20suci-husni%20malianpengemb%20industri%20 gula%281%29.pdf. (online). diakses pada Sabtu, 6 November 2012