10
Perkembangan Undang-Undang Dasar Secara formal pengaturan sistem politik indonesia tentu saja mendasarkan diri pada konstitusi tertulis.Ada tiga konstitusi tertulis yang pernah berlaku yaitu UUD 1945UUD !"SUUDS 195#.UUD1945 merupakan konstitusi tertulis pertama tertulis dan masih berlaku sekarang ini.konstitusi ini di susun dan digunakan 1$ Agustus 1945sehari setelah proklamasi kemerdekaan indonesia. konstitusi ini dapat disebutkan salah satu konstitusi terpendek di dunia karena hanya terdiri dari %& pasal. Ada beberapa alasan mengap konstitusi ini disusun secara ringkas. 'enurut para penyusun konstitusi itu sendiriringkasnya UUD 1945 dimaksudkan agar ia tetap bertahan mengikuti perkembangan (aman. )leksibelitasnya ini dimungkinkan karena yang di atur hanyalah masalah*masalah pokok saja sementara aturan* aturan operasional ditetapkan melalui undang*undang biasa dan peraturan lain yang lebih rendah tingkatannya yang lebih mudah untuk dicabut dan diubah. meskipun demikian tidaklah terlepas kemungkinan bah+a singkatnya UUD*1945 disebabkan oleh terbatasnya +aktu yang digunakan untuk menyusun UUD tersebut,4-. Adakalanya suatu undang*undang dasar dibatalkan dan diganti dengan undang*undang dasar yang baru.hal semacam ini terjadi kalau dianggap bah+a undang*undang dasar yang ada tidak lagi memenuhi harapan dan aspirasi rakyat. 'isalnya sesudah perancis dalam tahun 194 di bebaskan dari pendudukan tentera jermandi anggap perlu untuk mengadakan undang*undang dasar baru yang mencerminkan lahirnya negara perancis baru yaitu republik perancis ke*/diba+ah pimpinan presiden De0aulle. edua pergantian Undang*undang dasar menunjukkan pada di tinggalkannya masa lampau dandimulainya halaman konstitusionil yang baru. Di negara* negara komunis pergantian Undang*undang dasar mencerminkan tercapainya tahap tertentu dalam perjuangan untuk mencapai masyarakat komunis. Di indonesia kita telah melalui empat tahap perkembangan undang* undang dasar,5- yaitu2

Perkembangan Undang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

da

Citation preview

Perkembangan Undang-Undang Dasar

Secara formal pengaturan sistem politik indonesia tentu saja mendasarkan diri pada konstitusi tertulis.Ada tiga konstitusi tertulis yang pernah berlaku yaitu UUD 1945,UUD RIS,UUDS 1950.UUD1945 merupakan konstitusi tertulis pertama tertulis dan masih berlaku sekarang ini.konstitusi ini di susun dan digunakan 18 Agustus 1945,sehari setelah proklamasi kemerdekaan indonesia. konstitusi ini dapat disebutkan salah satu konstitusi terpendek di dunia karena hanya terdiri dari 37 pasal. Ada beberapa alasan mengapa konstitusi ini disusun secara ringkas. Menurut para penyusun konstitusi itu sendiri, ringkasnya UUD 1945 dimaksudkan agar ia tetap bertahan, mengikuti perkembangan zaman. Fleksibelitasnya ini dimungkinkan karena yang di atur hanyalah masalah-masalah pokok saja, sementara aturan-aturan operasional ditetapkan melalui undang-undang biasa dan peraturan lain yang lebih rendah tingkatannya, yang lebih mudah untuk dicabut dan diubah. meskipun demikian tidaklah terlepas kemungkinan bahwa singkatnya UUD-1945 disebabkan oleh terbatasnya waktu yang digunakan untuk menyusun UUD tersebut[4].Adakalanya suatu undang-undang dasar dibatalkan dan diganti dengan undang-undang dasar yang baru.hal semacam ini terjadi kalau dianggap bahwa undang-undang dasar yang ada tidak lagi memenuhi harapan dan aspirasi rakyat. Misalnya, sesudah perancis dalam tahun 1946 di bebaskan dari pendudukan tentera jerman,di anggap perlu untuk mengadakan undang-undang dasar baru yang mencerminkan lahirnya negara perancis baru, yaitu republik perancis ke-V,dibawah pimpinan presiden DeGaulle. Kedua pergantian Undang-undang dasar menunjukkan pada di tinggalkannya masa lampau dandimulainya halaman konstitusionil yang baru. Di negara-negara komunis pergantian Undang-undang dasar mencerminkan tercapainya tahap tertentu dalam perjuangan untuk mencapai masyarakat komunis.Di indonesia kita telah melalui empat tahap perkembangan undang-undang dasar[5] , yaitu:1. Pada tahun 1945(Undang-Undang Dasar Republik indonesia yang de facto hanya berlaku di jawa,madura dan sumatra. Dalam kurun waktu 1945, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Parlementer yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan penyimpangan UUD 1945.

2. Tahun 1949 (Undang-undang dasar Republik Indonesia Serikat yang de facto berlaku di seluruh indonesia,kecuali irian barat).

3. Tahun 1950(Undang-undang dasar indonesia, negara kesatuan, yang de facto berlaku di seluruh indonesia,kecuali irian barat).Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD 1945 baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 waktu itu. Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya : Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR / DPR dan MA serta Wakil Ketua DPa menjadi Menteri Negara. MPRS menetapkan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).4. Tahun 1959(Undang-Undang Dasar Republik indonesia 1945 dengan demokrasi terpimpim,di susul demokrasi pancasila,Undang-undang dasr ini di mulai 1963 berlaku di seluruh indonesia,termasuk irian barat)[6].Setiap pergantian Undang-undang dasar mencerminkan anggapan bahwa perubahan konstitusional yang dihadapi bersipat fundamental,sehingga mengadakan perubahan pada Undang-undang dasar yang berlaku di anggap tidak memadai.Akan tetapi apabila di tinjau dari sudut pertimbangan demokrasi sejarah republik indonesia,dapatlah dibagi dalam tiga tahap:

1. Masa 1945-1959 sebagai republik Indonesia ke I(demokrasi parlementer)yang di dasari tiga Undang-undang dasar berturut-turut yaitu 1945,1949,dan 1950.2. Masa 1959-1965 sebagai republik Indonesia ke II (demokrasi terpimpin) yang didasari Undang-undang dasar 1945. 3. Masa 1965 sampai sekarang sebagai republik Indonesia ke III (demokrasi pancasila) yang di dasri Undang-undang dasar 1945. Pentahapan terakhir ini kiranya lebih sesuai dengan kenyataan bahwa stuktur politik dan ideologi indonesia pada ke III tahap tersebut di atas berbeda secara fundamental[7].Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil AmandemenSebelum adanya amandemen terhadap UUD 1945, dikenal dengan Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara, namun tujuh kunci pokok tersebut mengalami suatu perubahan. Oleh karena itu sebagai Studi Komparatif sistem pemerintahan Negara menurut UUD 1945 mengalami perubahan.a. Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum (Rechtstaat). Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtstaat), mengandung arti bahwa negara, termasuk didalamnya pemerintahan dan lembaga - lembaga negara lainnya dalam melaksanakan tindakan apapun.b. Sistem KonstitusiPemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan - ketentuan konstitusi dan juga oleh ketentuan-ketentuan hukum lain merupakan produk konstitusional.c. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi disamping MPR dan DPR.Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, Presiden penyelenggara pemerintahan tertinggi disamping MPR dan DPR, karena Presiden dipilih langsung oleh rakyat. UUD 1945 pasal 6 A ayat 1, jadi menurut UUD 1945 ini Preiden tidak lagi merupakan mandataris MPR, melainkan dipilih oleh rakyat.d. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.e. Menteri Negara ialah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada DPR. Presiden dalam melaksanakan tugas dibantu oleh menteri-menteri negara, pasal 17 ayat 1 (hasil amandemen).f. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas, meskipun Kepala negara tidak bertanggung jawab kepada DPR, ia bukan "Diktator" artinya kekuasaan tidak terbatas, disini Presiden adalah sudah tidak lagi merupakan mandataris MPR, namun demikian ia tidak dapat membubarkan DPR atau MPR.g. Negara Indonesia adalah negara hukum, negara hukum berdasarkan Pancasila bukan berdasarkan kekuasaan.C. Ciri-ciri Undang-undang dasar[8] Setiap Undang-undang dasar memuat ketentuan-ketentuan sebagai berikut :1. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif dan yudikatif, dalam negara federal dan pemerintah negara bagian, prosedur penyelesaian masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu badan pemerintah dan sebagainya.2. Hak-hak asasi manusia (Biasanya di sebut Bill of rights kalau berbentuk naskah tersendiri).3. Prosedur mengubah Undang-undang dasar.4. Ada kalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang dasar[9].Ciri-ciri UUD1945:1. Mengatur tentang sistem ketatanegaraan2. Mengatur tentang lembaga negara :a. Legislatif (pembuat)b. Eksekutif (Pelaksana)c. Yudikatif (Pengawas)3. Mengatur hak dan kewajiban negara terhadap warga negara.4. Mengatur hak dan kewajiban warga negara terhadap negara.5. Adanya perlindungan Hak Asasi Manusia.6. Mengatur tentang lambang negara.7. Mengatur tentang perubahan UUD 1945 itu sendiri.

Latar Belakang, Dasar Pemikiran & Tujuan Perubahan

A. Latar Belakang, Dasar Pemikiran Dan Tujuan Perubahan UUD 1945

1. Latar Belakang Dan Dasar Pemikiran

Pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan presiden setelah terjadi gelombang unjuk rasa besar-besaran, yang dimotori oleh mahasiswa, pemuda, dan berbagai komponen bangsa lainnya, di Jakarta dan di daerah-daerah. Berhentinya Presiden Soeharto di tengah krisis ekonomi dan moneter yang sangat memberatkan kehidupan masyarakat Indonesia menjadi awal dimulainya era reformasi di tanah air.

Era reformasi memberikan harapan besar bagi terjadinya perubahan menuju penyelenggaraan negara yang lebih demokratis, transparan, dan memiliki akuntabilitas tinggi serta terwujudnya good governance dan adanya kebebasan berpendapat. Semuanya itu diharapkan makin mendekatkan bangsa pada pencapaian tujuan nasional sebagaimana terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk itu gerakan reformasi diharapkan mampu mendorong perubahan mental bangsa Indonesia, baik pemimpin maupun rakyat sehingga mampu menjadi bangsa yang menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, tanggung jawab, persamaan, serta persaudaraan.

Pada awal era reformasi, berkembang dan populer di masyarakat banyaknya tuntutan reformasi yang didesakkan oleh berbagai komponen bangsa, termasuk mahasiswa dan pemuda. Tuntutan, itu antara lain, sebagai berikut.1. Amendemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.2. Penghapusan doktrin dwifungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).3. Penegakan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah (otonomi daerah).5. Mewujudkan kebebasan pers.6. Mewujudkan kehidupan demokrasi.Tuntutan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang digulirkan oleh berbagai kalangan masyarakat dan kekuatan sosial politik didasarkan pada pandangan bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM. Selain itu di dalamnya terdapat pa-sal-pasal yang menimbulkan multitafsir dan membuka peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan KKN yang menimbulkan kemerosotan kehidupan nasional di berbagai bidang kehidupan.

Tuntutan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada era reformasi tersebut merupakan suatu langkah terobosan yang mendasar karena pada era sebelumnya tidak dikehendaki adanya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sikap politik pemerintah pada waktu itu kemudian diperkukuh dengan dasar hukum Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum, yang berisi kehendak untuk tidak melakukan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Apabila muncul juga kehendak mengubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, terlebih dahulu harus dilakukan referendum dengan persyaratan yang sangat ketat sehingga kecil kemungkinannya untuk berhasil sebelum usul perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diajukan ke sidang MPR untuk dibahas dan diputus.

Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu menjadi kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Selanjutnya, tuntutan itu diwujudkan secara komprehensif, bertahap, dan sistematis dalam empat kali perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada empat sidang MPR sejak tahun 1999 sampai dengan 2002.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilakukan oleh MPR sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 37 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal-pasal tersebut menyatakan bahwa MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar dan untuk mengubah Undang-Undang Dasar, sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota MPR harus hadir. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan oleh MPR, selain merupakan perwujudan tuntutan reformasi, juga sejalan dengan pidato Ir. Soekarno, Ketua Panitia Penyusun Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Pada kesempatan itu ia menyatakan antara lain, bahwa ini adalah sekedar Undang-Undang Dasar Sementara, Undang-Undang Dasar Kilat, bahwa barangkali boleh dikatakan pula, inilah revolutiegrondwet. Nanti kita membuat Undang-Undang Dasar yang lebih sempurna dan lengkap.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan MPR merupakan upaya penyempurnaan aturan dasar guna lebih memantapkan usaha pencapaian cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Selain itu, perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memenuhi sila keempat Pancasila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang penerapannya berlangsung di dalam sistem perwakilan atau permusyawaratan. Orang-orang yang duduk di dalam merupakan hasil pemilihan umum. Hal itu selaras dengan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai pemilihan presiden dan wakil presiden serta anggota lembaga perwakilan yang dipilih oleh rakyat.

Perubahan yang dilakukan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan, yaitu Perubahan Pertama, Perubahan Kedua, Perubahan Ketiga, dan Perubahan Keempat, harus dipahami bahwa perubahan tersebut merupakan satu rangkaian dan satu sistem kesatuan.Perubahan dilakukan secara bertahap karena mendahulukan pasal-pasal yang disepakati oleh semua fraksi MPR, kemudian dilanjutkan dengan perubahan terhadap pasal-pasal yang lebih sulit memperoleh kesepakatan.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pertama kali dilakukan pada Sidang Umum MPR tahun 1999 yang menghasilkan Perubahan Pertama. Setelah itu, dilanjutkan dengan Perubahan Kedua pada Sidang Tahunan MPR tahun 2000, Perubahan Ketiga pada Sidang Tahunan MPR tahun 2001, dan Perubahan Keempat pada Sidang Tahunan MPR tahun 2002.

Dasar pemikiran yang melatarbelakangi dilakukannya perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain, sebagai berikut.1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal itu berakibat pada tidak terjadinya saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) pada institusi-institusi ketatanegaraan. Penyerahan kekuasaan tertinggi kepada MPR merupakan kunci yang menyebabkan kekuasaan pemerintahan negara seakan-akan tidak memiliki hubungan dengan rakyat.2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif (presiden). Sistem yang dianut oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dominan eksekutif (executive heavy,) yakni kekuasaan dominan berada di tangan presiden. Pada diri presiden terpusat kekuasaan menjalankan pemerintahan (chief executive) yang dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif (antara lain memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi) dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasaan membentuk undang-undang. Hal itu tertulis jelas dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Presiden ialah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah Majelis. Dua cabang kekuasaan negara yang seharusnya dipisahkan dan dijalankan oleh lembaga negara yang berbeda tetapi nyatanya berada di satu tangan (Presiden) yang menyebabkan tidak bekerjanya prinsip saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) dan berpotensi mendorong lahirnya kekuasaan yang otoriter.3. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu luwes sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu tafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum diubah) yang berbunyi Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Rumusan pasal itu dapat ditafsirkan lebih dari satu, yakni tafsir pertama bahwa presiden dan wakil presiden dapat dipilih berkali-kali dan tafsir kedua adalah bahwa presiden dan wakil presiden hanya boleh memangku jabatan maksimal dua kali dan sesudah itu tidak boleh dipilih kembali. Contoh lain adalah Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (sebelum diubah) yang berbunyi Presiden ialah orang Indonesia asli. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak memberikan penjelasan dan memberikan arti apakah yang dimaksud dengan orang Indonesia asli. Akibatnya rumusan itu membuka tafsiran beragam, antara lain, orang Indonesia asli adalah warga negara Indonesia yang lahir di Indonesia atau warga negara Indonesia yang orang tuanya adalah orang Indonesia. 4. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terlalu banyak memberikan kewenangan kepada kekuasaan Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan bahwa Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal penting sesuai dengan kehendaknya dalam undang-undang. Hal itu menyebabkan pengaturan mengenai MPR, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), HAM, dan pemerintah daerah disusun oleh kekuasaan Presiden dalam bentuk pengajuan rancangan undang-undang ke DPR.5. Rumusan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat, penghormatan hak asasi manusia (HAM), dan otonomi daerah. Hal itu membuka peluang bagi berkembangnya praktik penyelenggaraan negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, antara lain, sebagai berikut.a. Tidak adanya saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) antarlembaga negara dan kekuasaan terpusat pada Presiden.b. Infrastruktur politik yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi masyarakat, kurang mempunyai kebebasan berekspresi sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.c. Pemilihan umum (pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses dan tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.d. Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tidak tercapai, justru yang berkembang adalah sistem monopoli, oligopoli, dan monopsoni.2. Tujuan Perubahan UUD 1945

Tujuan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk:1. menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara dalam mencapai tujuan nasional yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila; 2. menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat serta memperluas partisipasi rakyat agar sesuai dengan perkembangan pa-ham demokrasi;3. menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan hak asasi manusia agar sesuai dengan perkembangan paham hak asasi manusia dan peradaban umat manusia yang sekaligus merupakan syarat bagi suatu negara hukum dicita-citakan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;4. menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan negara secara demokratis dan modern, antara lain melalui pembagian kekuasaan yang lebih tegas, sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and balances) yang lebih ketat dan transparan, dan pembentukan lembaga-lembaga negara yang baru untuk mengakomodasi perkembangan kebutuhan bangsa dan tantangan zaman;5. menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan konstitusional dan kewajiban negara mewujudkan kesejahteraan sosial, mencerdaskan kehidupan bangsa, menegakkan etika, moral, dan solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan dalam perjuangan mewujudkan negara sejahtera;6. melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan negara bagi eksistensi negara dan perjuangan negara mewujudkan demokrasi, seperti pengaturan wilayah negara dan pemilihan umum;7. menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan bernegara dan berbangsa sesuai dengan perkembangan aspirasi, kebutuhan, serta kepentingan bangsa dan negara Indonesia dewasa ini sekaligus mengakomodasi kecenderungannya untuk kurun waktu yang akan datang.