24
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN UMUM Perkerasan jalan merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari beberapa lapisan konstruksi jalan yang memikul dan menyebarkan beban lalu lintas di atasnya ke tanah dasar. Perkerasan jalan yang saat ini digunakan umumnya ada dua, yaitu: perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Namun, ada juga yang menggunakan kombinasi dari kedua jenis perkerasan tersebut. Perkerasan tersebut dinamakan perkerasan komposit. 2.2 JENIS – JENIS PERKERASAN 2.2.1 Perkerasan Kaku Perkerasan kaku umumnya hanya terdiri dari dua lapis, yaitu: pelat beton dan pondasi bawah (subbase). Namun lapisan beraspal kadang – kadang masih digunakan untuk melapisi permukaan pelat beton (perkerasan komposit). Komponen perkerasan kaku dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut. Gambar 2.1 Komponen Perkerasan Kaku Fungsi lapis pondasi pondasi bawah pada perkerasan kaku:

perkerasan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perkerasan

Citation preview

Page 1: perkerasan

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN UMUM

Perkerasan jalan merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari beberapa

lapisan konstruksi jalan yang memikul dan menyebarkan beban lalu lintas di

atasnya ke tanah dasar. Perkerasan jalan yang saat ini digunakan umumnya ada

dua, yaitu: perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Namun, ada juga yang

menggunakan kombinasi dari kedua jenis perkerasan tersebut. Perkerasan

tersebut dinamakan perkerasan komposit.

2.2 JENIS – JENIS PERKERASAN

2.2.1 Perkerasan Kaku

Perkerasan kaku umumnya hanya terdiri dari dua lapis, yaitu: pelat

beton dan pondasi bawah (subbase). Namun lapisan beraspal kadang –

kadang masih digunakan untuk melapisi permukaan pelat beton (perkerasan

komposit). Komponen perkerasan kaku dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1

berikut.

Gambar 2.1 Komponen Perkerasan Kaku

Fungsi lapis pondasi pondasi bawah pada perkerasan kaku:

Page 2: perkerasan

7

- Mengendalikan pengaruh pemompaan (pumping)

- Mengendalikan aksi pembekuan

- Sebagai lapisan drainase

- Mengendalikan kembang susut tanah dasar

- Memudahkan pelaksanaan, karena dapat juga berfungsi sebagai lantai

kerja

- Mengurangi terjadinya retak pada pelat beton

2.2.2 Perkerasan Lentur

Perkerasan lentur terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu: lapis

permukaan (surface course), lapis pondasi (base course) dan lapis pondasi

bawah (subbase course). Ketebalan ketiga lapisan ini yang menjadi kekuatan

dari perkerasan lentur. Komponen perkerasan lentur dapat ditunjukkan pada

Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Komponen Perkerasan Lentur

1. Lapis permukaan (surface course)

Lapis permukaan berfungsi untuk memberikan keamanan dan

permukaan yang rata. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh lapis

permukaan adalah:

- Mempunyai kekesatan atau ketahanan terhadap gelinciran.

Page 3: perkerasan

8

- Mampu menahan beban kendaraan dan deformasi permanen.

- Dapat mencegah masuknya air ke dalam struktur perkerasan.

Agar lapis permukaan memenuhi syarat diatas, maka campuran

yang digunakan harus memiliki sifat: stabilitas, kelenturan, awet, tahan

terhadap penggelinciran, kedap air, mudah dikerjakan, dan tahan terhadap

kelelahan (fatique). Karakteristik permukaan akan lebih ditentukan

terutama oleh jumlah kendaraan dan kondisi iklim daripada oleh beban

maksimum yang diharapkan bekerja di permukaan perkerasan. Banyak

persyaratan struktural dan fungsional telah diberikan pada lapis

permukaan. Karena banyaknya material aspal yang tersedia untuk

pembangunan jalan dan fleksibilitas dari cara pelaksanaannya, maka

beberapa macam permukaan aspal dapat dibangun. Macan-macam tipe

permukaan bergantung pada beban yang akan bekerja di permukaan

perkerasan dan juga ketersediaan bahan.

Lapis permukaan terbagi menjadi:

- Lapis aus (wearing course)

Merupakan lapisan diatas lapis pondasi.

- Lapis pengikat (binder course)

Merupakan lapisan transisi antara lapis pondasi dan lapis permukaan.

2. Lapis pondasi (base course)

Lapis pondasi digunakan dalam perkerasan lentur untuk

menambah kekuatan perkerasan melalui:

Page 4: perkerasan

9

- Penambahan kekakuan dan ketahanan terhadap kelelahan (fatique)

- Pembentukkan lapisan yang relatif lebih tebal, sehingga beban yang

diterima perkerasan lebih menyebar.

Fungsi lapis pondasi adalah:

- Mendistribusikan tekanan akibat beban-beban lalu lintas agar tanah dasar

tidak mengalami terkanan yang berlebih.

- Sebagai dasar perletakkan lapis permukaan.

Yang menjadi pertimbangan utama dalam perancangan lapis pondasi:

- Ketebalan

- Stabilitas terhadap beban lalu lintas

- Ketahanan terhadap pelapukan

Lapis pondasi harus mempunyai tahanan yang lebih tinggi

terhadap deformasi dibandingkan dengan tanah dasar. Selain itu, lapis

pondasi juga harus tahan terhadap pelapukan, karena lapis pondasi ini

kurang terlindung dibandingkan dengan tanah dasar. Material yang

stabilitasnya dipengaruhi oleh air harus tidak dipakai untuk lapis pondasi.

Lapisan ini dapat menambah kekuatan struktur perkerasan, akan tetapi

kontribusi terhadap perkerasan tidak begitu besar. Lebar lapis pondasi

dibuat melebihi tepi dari lapis aus. hal ini bertujuan untuk meyakinkan

kemungkinan adanya beban yang bekerja di tepi perkerasan yang akan

didukung oleh lapisan dibawahnya. Bahan-bahan lapis pondasi harus

cukup kuat dan awet, sehingga dapat menahan beban-beban yang bekerja

Page 5: perkerasan

10

di bawahnya. Oleh karena itu, sebelum menentukan bahan-bahan untuk

lapis pondasi, maka perlu dilakukan pengujian bahan.

3. Lapis pondasi bawah (subbase course)

Fungsi dari lapis pondasi bawah:

- Sebagai bahan dari struktur perkerasan untuk mendukung dan

menyebarkan beban kendaraan.

- Sebagai efisiensi penggunaan material, agar lapisan-lapisan yang lain

dapat dikurangi tebalnya sehingga lebih hemat biaya.

- Untuk mencegah material tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.

- Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan pembangunan jalan berjalan

dengan lancar.

Lapis pondasi bawah terdiri dari material pilihan, seperti kerikil

alam yang stabil (awet), hanya material ini mungkin tidak sepenuhnya

memenuhi syarat karakteristik seperti yang disyaratkan dalam lapis

pondasi (base). Maksud penggunaan lapis pondasi bawah adalah untuk

membentuk lapisan perkerasan yang relatif cukup tebal, tapi dengan

biaya yang cukup murah. Dengan demikian kualitas lapis pondasi bawah

dapat bervariasi, sejauh persyaratan tebal rancangan terpenuhi.

Umumnya, penentuan persyaratan kepadatan dan kadar air ditentukan

dari hasil-hasil uji laboratorium atau lapangan. Lapis pondasi bawah yang

diletakkan di atas tanah dasar yang lunak, berguna untuk menutup tanah

dasar tersebut agar mempunyai kapasitas dukung yang cukup. Dengan

ini, alat berat dapat bekerja dengan baik saat pelaksanaan.

Page 6: perkerasan

11

Kapasitas dukung perkerasan lentur murni, bergantung pada

karakteristik distribusi beban dari sistem lapisan pembentuknya.

Perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapisan dengan material yang

berkualitas tinggi diletakkan di dekat permukaan. Jadi kekuatan

perkerasan lentur adalah lebih dihasilkan dari kerjasama lapisan yang

tebal dalam menyebarkan beban ke tanah dasar (subgrade) daripada

dihasilkan oleh aksi perlawanan pelat terhadap beban. Perancangan tebal

perkerasan dipengaruhi oleh kekuatan tanah dasar. Jika perkerasan aspal

mempunyai kekakuan tinggi, maka dapat berprilaku seperti perkerasan

kaku dan kelelahan (fatique) pada permukaan perkerasan menjadi faktor

yang menentukan.

Tabel 2.1 Perbandingan Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

No Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Komponen perkerasan terdiri dari pelat

beton yang terletak di tanah atau lapisan

material granuler pondasi bawah

Kebanyakan digunakan untuk jalan kelas

tinggi

Pencampuran adukan beton mudah

dikontrol

Umur rencana dapat mencapai 40 tahun

Lebih tahan terhadap drainase buruk

Biaya awal pembangunan lebih tinggi

Biaya pemeliharaan kecil

Kekuatan perkerasan lebih ditentukan oleh

kekuatan pelat beton

Tebal struktur perkerasan adalah tebal

pelat betonnya

Komponen perkerasan terdiri dari lapis aus,

lapis pondasi dan lapis pondasi bawah

Digunakan untuk semua kelas jalan dan

tingkat volume lalu lintas

Pengontrolan campuran aspal lebih rumit

Umur rencana lebih pendek dari perkerasan

kaku yaitu sekitar 20 tahun

Kurang tahan terhadap drainase buruk

Biaya awal pembangunan lebih murah

Biaya pemeliharaan lebih besar

Kekuatan perkerasan ditentukan oleh kerja

sama setiap komponen lapisan perkerasan

Tebal perkerasan adalah seluruh lapisan

pembentuk perkerasan di tanah dasar

Page 7: perkerasan

12

Campuran aspal yang nantinya akan digunakan dalam perkerasan

jalan terdiri dari aspal, agregat (kasar & halus) dan dapat juga

ditambahkan bahan tambahan yang berfungsi untuk menambah kekuatan

campuran aspal.

Perkerasan lentur terdiri dari lapisan – lapisan yang disusun diatas

tanah dasar. Lapisan – lapisan tersebut yang akan menerima dan

menyalurkan beban ke lapisan yang ada di bawahnya. Pada gambar 2.3

dapat terlihat bahwa beban kendaraan didistribusikan ke perkerasan jalan

melalui bidang kontak roda yang berupa beban merata (P1). Beban

tersebut diterima oleh lapisan permukaan dan didistribusikan menjadi P2

pada lapisan pondasi atas. Lalu P2 didistribusikan lagi ke lapis pondasi

bawah menjadi P3 dan P3 didistribusikan lagi menjadi P4 di lapis tanah

dasar.

Gambar 2.3 Pola Distribusi Beban Roda ke Perkerasan Jalan

Page 8: perkerasan

13

2.3 MATERIAL

2.3.1 Aspal

Pengikat (binder) adalah suatu deskripsi untuk adhesif atau lem yang

digunakan dalam perkerasan aspal. pengikat atau lem cair dapat didefinisikan

sebagai pengikat ter dan aspal. Aspal merupakan material hasil penyaringan

minyak mentah dan merupakan hasil dari industri perminyakan. Aspal

digunakan untuk perekat, berwarna coklat gelap sampai hitam. Jika

dipanaskan pada suhu tertentu maka aspal akan cair sedangkan pada suhu

ruang bentuk aspal akan berbentuk padat. Bahan utama dari aspal adalah

Hydrokarbon (bitumen). Aspal didapat dari hasil destilasi minyak bumi

(aspal buatan), selain itu terdapat pula aspal alam. Sebelum digunakan, maka

aspal perlu menjalani beberapa pengujian yang akan menyatakan bahwa

aspal tersebut layak untuk digunakan. Pengujian tersebut diantaranya:

pemeriksaan titik lembek aspal dan pemeriksaan penetrasi aspal.

2.3.1.1. Jenis – Jenis Aspal

Menurut asal terjadinya, aspal dapat dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu:

- Aspal alam

Merupakan aspal yang diperoleh langsung dari alam. Aspal ini

dapat dibedakan lagi menjadi aspal gunung dan aspal danau.

- Aspal buatan

Merupakan aspal yang dibuat dengan cara memproses residu hasil

destilasi minyak bumi. Residu tersebut dapat dibedakan menjadi:

asphaltic base crude oil, parafin base crude oil dan mixed base

Page 9: perkerasan

14

crude oil. Dari ketiga residu tersebut, asphaltic base crude oil yang

memiliki kadar aspal yang paling besar. Aspal buatan dapat

dibedakan menjadi: aspal minyak (berasal dari penyulingan minyak

bumi) dan ter (berasal dari penyulingan batu bara).

Ada beberapa tipe aspal:

- Semen aspal (Asphalt cement)

Semen aspal pada suhu ruang yaitu sekitar 20°C - 30°C berbentuk

padat . Dalam perkerasan jalan, semen aspal ini merupakan material

semi padat yang digunakan untuk membuat aspal panas (hot mix),

untuk perawatan permukaan perkerasan, lapisan penutup (seal coat)

dan pengisi retakan (crack filling). Macam-macan kualitas sistem

digunakan untuk menspesifikasikan semen aspal dengan

kekerasannya (hardness), kekentalan (viscosity) dan karakteristik

kinerja yang diinginkan. bahan tambah dapat dikombinasikan

dengan aspal semen untuk merubah sifatnya. Pengelompokan

semen aspal dilakukan berdasarkan nilai penetrasi tempratur 25°C

atau berdasarkan kekentalannya. Di Indonesia, semen aspal

biasanya dibedakan atas nilai penetrasinya sbb:

• AC pen 40/50, yaitu semen aspal dengan penetrasi 40 – 50

• AC pen 60/70, yaitu semen aspal dengan penetrasi 60 – 70

• AC pen 80/100, yaitu semen aspal dengan penetrasi 80 – 100

• AC pen 120/150, yaitu semen aspal dengan penetrasi 120 – 150

Page 10: perkerasan

15

• AC pen 200/300, yaitu semen aspal dengan penetrasi 200 – 300

Semen aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah yang

bercuaca panas dengan volume lalu lintas yang tinggi, sedangkan

aspal dengan penetrasi tinggi digunakan di daerah yang bercuaca

dingin dan bervolume lalu lintas rendah.

- Cutback asphalt

Pada pekerjaan jalan yang sederhana akan lebih menguntungkan

jika menggunakan aspal dalam keadaan cair pada suhu yang relative

lebih rendah dibandingkan dengan aspal penetrasi bermutu tinggi.

Aspal cutback merupakan aspal semen yang dicampurkan dengan

minyak yang mudah menguap yang dihasilkan dari destilasi tahap

pertama dalam produksi aspal. Aspal cutback ini dibuat dengan

tujuan untuk menghasilkan aspal cair yang dapat dikerjakan dengan

peralatan tanpa menggunakan suhu yang tinggi. Dengan demikian,

jika aspal ini dihamparkan pada jalan, maka cairan pelarut akan

menguap dan aspal semen akan tertinggal.

Ada beberapa jenis cutback asphalt :

• Aspal cutback tipe ikatan cepat (rapid curing, RC)

Dibuat dengan melarutkan aspal dengan naptha atau semacam

bensin (gasoline). Merupakan suatu aspal dasar yang penetrasinya

sekitar 70 – 110 pada 77°F. Dengan menggunakan aspal dasar yang

Page 11: perkerasan

16

berkonsistensi seperti ini, residu aspal yang tinggal sesudah

terjadinya penguapan akan mempunyai penetrasi sekitar 80 – 120

pada 77°F. Pengontrolan yang cermat pada cairan naptha akan

menjaga titik nyala material di atas 80 °F.

• Aspal cutback tipe ikatan sedang (MC)

Aspal ini dibuat dengan mencairkan aspal dasar yang mempunyai

penetrasi 70 – 250 pada 77°F, dengan larutan semacam minyak

tanah (kerosene). Pada banyak spesifikasi, sesudah dilakukan uji

destilasi, maka material ini harus meninggalkan residu yang

mempunyai penetrasi sekitar 120 – 250. Jadi ada 2 perbedaan

menonjol pada aspal cair RC dan MC, yaitu: aspal cutback RC

mempunyai aspal dasar keras dengan pelarut yang akan menguap

pada suhu rendah dengan menhasilkan material ikatannya cepat.

Aspal cutback MC mempunyai aspal dasar lebih lunak dan kurang

mudah menguap dan akan menghasilkan ikatan dengan kecepatan

lebih rendah dari material RC.

• Aspal cutback tipe ikatan lambat (slow curing, SC)

Aspal jenis ini biasanya tidak disebut “cutback” karena pelarutnya

mendekati seperti minyak bahan baker berat (heavy fuel oil). setiap

tipe tersedia dalam empat macam kekentalan. Kekentalan cairan

umunya bekisar dari grade 70, yang berisi banyak pelarut dan yang

paling cair sampai grade 3000 yang berisi sedikit pelarut dan agak

kental.

Page 12: perkerasan

17

- Aspal emulsi (Asphalt emulsion)

Secara umum emulsi diartikan sebagai sistem dispersi antara dua

bahan zat cair yang tidak saling melarut. Salah satu zat cair itu

terdispersi dalam zat cair yang lain dalam bentuk butir-butir yang

sangat halus. Biasanya emulsi terdiri dari minyak dan air. Kalau

fase dispersi terdiri atas minyak, emulsi disebut minyak dalam air,

dan juga sebaliknya. Agar diperoleh emulsi yang stabil, biasanya

ditambahkan zat pengemulsi seperti sabun dan deterjen lain dalam

jumlah sedikit.

Emulsi aspal pada umumnya terdiri dari tiga unsur dasar yaitu

aspal, air dan bahan emulsi. Namun kadang-kadang emulsi dapat

berupa bahan tambah lain antara lain antistrips, stabiliser, dll.

Adapun keuntungan dalam menggunakan emulsi aspal:

• Dapat digunakan pada agregat yang dingin maupun panas

• Dapat digunakan dengan agregat basah maupun kering

• Menghilangkan resiko kebakaran dan timbulnya bahan beracun

yang mungkin ditemui dalam penggunaan aspal cutback

2.3.1.2. Karakteristik Aspal

Agar aspal dapat digunakan dalam perkerasan, maka harus

dalam keadaan cair. untuk membuat aspal menjadi cair, maka harus

dilakukan:

- Memanaskan

Page 13: perkerasan

18

- Melarutkan dengan larutan minyak yang disebut dengan aspal

cutback (cutback asphalt)

- Mengkombinasikan dengan air yang disebut dengan emulsi aspal

(asphalt emulsion)

Penggunaan aspal dalam perkerasan jalan raya harus

memperhatikan hal-hal berikut:

- Suhu saat aspal mulai menyala. Hal ini terkait dengan batas

pemanasan izin dengan tanpa menimbulkan bahaya kebakaran.

- Suhu pada saat aspal mulai meleleh. Hal ini terkait dengan proses

pencampuran, penghamparan dan pemadatan.

- Penetrasi aspal. Hal ini terkait dengan lokasi penggunaan aspal.

jenis struktur yang ditangani dan kepadatan lalu lintas.

- Kehilangan berat akibat pemanasan. Hal ini terkait dengan

pencegahan kerapuhan aspal.

Kekerasan aspal dinyatakan dengan angka penetrasinya.

semakin besar angka penetrasinya, maka tingkat kekerasannya

makin rendah karena lembak. Sebagai bahan untuk campuran

perkerasan, aspal harus mempunyai kinerja, kekuatan dan keawetan

yang memadai. Oleh karena itu pemilihan jenis aspal harus

meninjau dari segi jenis, sifat dan maksud penggunaan yang terkait

dengan syarat teknis dan kondisi di lapangan.

Page 14: perkerasan

19

Sifat fisik aspal yang diperhitungkan dalam perancangan

pembangunan dan pemeliharaan adalah:

- Daya tahan atau keawetan (durability), yaitu kemampuan aspal

dalam mempertahankan sifat aslinya oleh akibat pengaruh cuaca.

- Adhesi dan kohesi.

Adhesi adalah kemampuan aspal dalam mengikat agregat

campuran, sehingga menghasilkan ikatan yang baik. Kohesi adalah

kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan ikatan aspal dengan

aspal yang melekat pada agregat, sehingga agregat tetap di

tempatnya.

- Peka terhadap temperatur, karena aspal bersifat termoplastik yaitu

aspal akan menjadi keras jika berada pada suhu rendah dan akan

menjadi cair jika berada pada suhu yang tinggi.

Aspal dibutuhkan dalam jumlah tertentu untuk mengikat

partikel-partikel agregat, mengisi rongga antar agregat . Kadar aspal

yang rendah dalam campuran akan mengurangi keawetan,

kelenturan, kekuatan, kekedapan terhadap air dan mengurangi

kemudahan dalam pengerjaan (workability). Akan tetapi bila terlalu

banyak juga akan mengakibatkan stabilitas dan kekakuan campuran

yang rendah.

Page 15: perkerasan

20

2.3.2 Agregat

Agregat merupakan batuan yang menjadi komponen utama dari

lapisan perkerasan jalan. Kekuatan suatu perkerasan jalan ditentukan juga

oleh sifat dan bentuk dari agregat yang menyusunnya. Ada beberapa jenis

batuan, yaitu:

- Batuan sedimen

Merupakan batuan yang terbentuk dari akumulasi sedimen yang terbawa oleh

air atau angin. Umumnya batuan sedimen memiliki struktur yang berlapis-

lapis.

- Batuan metamorf

Merupakan batuan yang terbentuk dari salah satu batuan sedimen atau batuan

igneous yang mengalami tekanan atau pemanasan yang sangat hebat.

- Batuan igneous

Merupakan batuan yang terbentuk melalui pendinginan dan pembekuan dari

lelehan magma yang dimuntahkan ke permukaan bumi.

Agregat yang biasa digunakan pada perkerasan jalan ada yang

diperoleh langsung dari alam maupun dari hasil pengolahan oleh mesin.

Agregat yang digunakan dalam campuran aspal ada 3 macam, yaitu:

- Agregat kasar: merupakan batuan yang tertahan saringan no.8 (diameter 2.36

mm)

- Agregat halus: merupakan batuan yang lolos saringan no.8 (diameter 2.36

mm) dan tertahan saringan no.200 (diameter 0.075 mm)

Page 16: perkerasan

21

- Abu / bahan pengisi (filler): merupakan batuan halus yang lolos saringan

no.200 (diameter 0.075 mm)

Bahan pengisi (filler) yang merupakan material berbutir halus dapat

terdiri dari debu batu, kapur padam, semen portland, maupun bahan-bahan

non plastis lainnya. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain

yang mengganggu. Bahan pengisi ini memiliki fungsi:

• Sebagai pengisi rongga antara partikel agregat yang lebih kasar, sehingga

rongga udara menjadi lebih kecil dan menghasilkan tahanan gesek serta

penguncian antar butiran yang tinggi. Dengan demikian akan meningkatkan

stabilitas campuran.

• Jika ditambahkan ke dalam aspal, bahan pengisi akan menjadi suspensi,

sehingga terbentuk mastik yang besama-sama dengan aspal mengikat partikel

agregat. Dengan penambahan bahan pengisi, aspal menjadi lebih kental dan

campuran agregat aspal menjadi bertambah kekuatannya.

Pada dasarnya terdapat 3 macam agregat , yaitu: batu pecah, kerikil

dan pasir. Batu pecah adalah batu dari batuan dasar (bed rock) atau boulder

yang dipecah secara mekanis. Adapun sifat-sifat yang penting dari agregat

yang dapat mempengaruhi kinerja perkerasan aspal adalah:

- Gradasi dan bentuk butiran

Bentuk butiran yang dimiliki oleh agregat ada bermacam-macam, antara lain:

kubikal, panjang, pipih dan bulat. Gardasi yang baik dan bentuk butiran yang

Page 17: perkerasan

22

bergerigi/tak beraturan, umumnya mempunyai tahanan geser yang tinggi.

Agregat berbentuk bulat tidak cocok untuk perkerasan dengan volume lalu

lintas tinggi atau lalu lintas dengan beban berat, hal ini karena agregat bulat

mudah berdeformasi.

- Kekerasan

Kekerasan agregat diukur dari persen kehilangan material selama dilakukan

uji abrasi (uji Los Angeles Abrasion). Kehilangan maksimum yang diijinkan

adalah 35% untuk lapis permukaan dan 45% untuk lapis pondasi. Uji abrasi

Los Angeles mengukur tahanan agregat kasar terhadap degradasi akibat

abrasi dan tumbukan.

- Keawetan (durability)

Keawetan sama dengan kekerasan dengan ditambahkan syarat bahwa agregat

harus tahan terhadap degradasi akibat perubahan cuaca.

- Tekstur permukaan

Tekstur suatu agregat menentukan kemudahan dalam pengerjaan

(workability) dan keawetan campuran beraspal. Agregat halus akan lebih

mudah diselimuti oleh aspal dan campuran menjadi lebih mudah dikerjakan,

tapi tekstur agregat yang lebih kasar akan membentuk ikatan yang lebih kuat

dengan aspal sehingga akan menambah kekuatan campuran.

- Kebersihan

Suatu agregat dikatakan bersih apabila tidak terdapat material yang dapat

merusak agregat tersebut, misalnya: gumpalan lempung, serpih, mika, dll.

Kebersihan juga mencakup pembersihan debu yang timbul saat pemecahan

agregat.

Page 18: perkerasan

23

- Penyerapan

Penyerapan agregat adalah jumlah air yang diserap oleh agregat ketika

direndam. Agregat yang baik adalah agregat yang angka penyerapannya

kecil. Bila agregat yang penyerapannya besar maka aspal akan banyak diseap

ketika pencampuran dilakukan dan akibatnya aspal yang dijadikan pengikat

menjadi berkurang.

- Adhesi

Adhesi adalah daya tarik menarik agregat terhadap aspal. Aspal harus dapat

malapisi permukaan agregat dan tidak tergradasi oleh akibat adanya air.

- Tahanan gelincir / kekesatan

Tahanan gelincir sangat dipengaruhi oleh tekstur agregat, khususnya agregat

kasar. Kekesatan sebenarnya adalah tahanan agregat terhadap pengikisan

permukaan.

Untuk dapat memulai mix desain maka diperlukan komposisi agregat

baik kasar dan halus. Agar dapat membedakan antara agregat kasar dan

agregat halus, maka perlu dilakukan pemeriksaan gradasi dengan

menggunakan metode Sieve Analysis. Gradasi yang nantinya akan didapatkan

dari hasil Sieve Analysis, yaitu:

- Gradasi seragam

Dikatakan gradasi seragam bila agregat tersebut memiliki ukuran yang

hampir sama. Selain itu jumlah agregat halus yang terkandung sedikit

sehingga terdapat rongga diantara agregat tersebut. Gradasi ini akan mudah

Page 19: perkerasan

24

untuk dimasuki oleh air, sedangkan hasil yang didapat akan memiliki

permeabilitas tinggi dan stabilitas yang kurang.

- Gradasi baik/rapat

Dikatakan gradasi baik bila komposisi antara agregat kasar dan agregat halus

berimbang. Rongga yang terdapat pada agregat-agregat tersebut minim

karena akan terisi oleh agregat halus. Dari gradasi ini akan diperoleh hasil

perkerasan yang memiliki stabilitas yang tinggi dan tahan terhadap

deformasi.

- Gradasi buruk

Yang termasuk di dalam gradasi ini adalah agregat yang tidak memenuhi

kategori diatas. Agregat bergradasi buruk akan menghasilkan lapisan

perkerasan yang mutunya terletak diantara kedua jenis gradasi diatas.

2.3.3 Bahan Tambahan

Bahan tambahan merupakan suatu bahan baik zat kimia maupun zat

lainnya yang ditambahkan kedalam aspal pada perencanaan campuran aspal.

Tujuan diberikan bahan tambahan agar menambah daya lekat aspal terhadap

agregat.

2.4 PAVEMENT DISTRESS

Pavement distress merupakan kerusakan yang terjadi pada lapis perkerasan

lentur akibat kelelehan material yang berpengaruh terhadap penurunan ikatan antara

aspal dengan agregat. Teori perkerasan jalan menyatakan air merupakan salah satu

unsur yang melemahkan daya ikat aspal dengan agregat pada konstruksi perkerasan

Page 20: perkerasan

25

lentur. Genangan akan memberikan kesempatan air menerobos pori permukaan jalan

beraspal yang akan merusak ikatan agregat dengan aspal. Parameter pengaruh air

yang harus dicermati adalah durasi waktu air menggenang di atas permukaan jalan

daripada tingginya genangan. Watmove (2007) menyimpulkan pengaruh

merembesnya air ke dalam pori-pori perkerasan karena drainase jalan yang tidak

berfungsi dengan baik dapat menyebabkan penurunan sebesar 30%-50% modulus

elastik pekerasan jalan. Fakta di lapangan memperlihatkan genangan air di

permukaan jalan lebih disebabkan sistem drainase jalan yang tidak terintegrasi

dengan sistem tata air wilayah.

Gambar 2.4 Kerusakan Akibat Pavement Distress

2.5 TIPE-TIPE KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR

Secara umum, terdapat banyak macam tipe kerusakan pada perkerasan lentur yaitu:

1. Deformasi

Deformasi merupakan perubahan permukaan jalan dari kondisi awalnya.

Deformasi dapat mengakibatkan turunnya kualitas kenyamanan lalu lintas karena

permukaan jalan yang berdeformasi akan kasar dan kekesatan permukaan akan

berkurang akibat genangan air. Terdapat beberapa tipe deformasi pada

Page 21: perkerasan

26

perkerasan lentur: bergelombang (corrugation), alur (rutting), ambles

(depression), sungkur (shoving), mengembang (swell), benjol dan turun (bump

and sags).

Gambar 2.5 Kerusakan Ambles Gambar 2.6 Kerusakan Bergelombang

2. Retak (crack)

Secara teori, retak terjadi bila tegangan tarik yang terjadi melebihi tegangan tarik

maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan lentur tersebut. Retak yang

menjadi salah satu kerusakan perkerasan lentur memiliki berbagai bentuk, yaitu:

retak memanjang, retak melintang, retak diagonal, retak berkelok-kelok, retak

reflektif sambungan, retak blok, retak kulit buaya dan retak slip.

Gambar 2.7 Retak Kulit Buaya Gambar 2.8 Retak Melintang

Page 22: perkerasan

27

Gambar 2.9 Retak Blok Gambar 2.10 Retak Memanjang

3. Kerusakan pada tekstur permukaan

Merupakan tipe kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya material perkerasan

secara berangsur-angsur dari permukaan ke arah bawah. Kerusakan ini tidak

menyebabkan turunnya kualitas perkerasan, tapi hanya berpengaruh terhadap

kenyamanan lalu lintas. Namun, bila kerusakan tidak segera diperbaiki maka

akan berpengaruh terhadap kualitas perkerasan. Tipe-tipe perkerasa ini antara

lain: butiran lepas, kegemukan, agregat licin, terkelupas dan stripping.

Gambar 2.11Tipe Kerusakan Pada Tekstur Permukaan

Page 23: perkerasan

28

4. Lubang

Lubang merupakan lekukan permukaan perkerasan akibat hilangnya lapisan aus

dan material lapis pondasi. Lubang terjadi akibat beban lalu lintas yang

menggerus bagian kecil dari permukaan perkerasan sehingga air dapat masuk.

Pada tipe kerusakan ini, air yang dapat mempercepat terjadinya kerusakan.

Gambar 2.12 Tipe Kerusakan Lubang

5. Tambalan (patch)

Merupakan penutupan bagian permukaan perkerasan yang mengalami perbaikan.

Kerusakan ini dapat terjadi akibat tambalan yang menonjol atau amblas pada

permukaan perkerasan.

Gambar 2.13 Tipe Kerusakan Tambalan

Page 24: perkerasan

29

6. Persilangan jalan rel

Kerusakan ini dapat berupa benjol atau amblas di sekitar rel, sehingga terjadi

perbedaan elevasi antara rel dengan permukaan perkerasan.

7. Kerusakan pada pinggir perkerasan

Kerusakan jenis ini merupakan retak yang terjadi di pertemuan antara permukaan

perkerasan dengan bahu jalan. Menurut AUSTROADS (1987), kerusakan jenis

ini dibedakan menjadi: retak pinggir dan pinggir turun.

Gambar 2.14 Tipe kerusakan Pada Pinggir Perkerasan