Upload
hanri-pakpahan
View
13
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
perkerasan
Citation preview
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN UMUM
Perkerasan jalan merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari beberapa
lapisan konstruksi jalan yang memikul dan menyebarkan beban lalu lintas di
atasnya ke tanah dasar. Perkerasan jalan yang saat ini digunakan umumnya ada
dua, yaitu: perkerasan kaku dan perkerasan lentur. Namun, ada juga yang
menggunakan kombinasi dari kedua jenis perkerasan tersebut. Perkerasan
tersebut dinamakan perkerasan komposit.
2.2 JENIS – JENIS PERKERASAN
2.2.1 Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku umumnya hanya terdiri dari dua lapis, yaitu: pelat
beton dan pondasi bawah (subbase). Namun lapisan beraspal kadang –
kadang masih digunakan untuk melapisi permukaan pelat beton (perkerasan
komposit). Komponen perkerasan kaku dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1
berikut.
Gambar 2.1 Komponen Perkerasan Kaku
Fungsi lapis pondasi pondasi bawah pada perkerasan kaku:
7
- Mengendalikan pengaruh pemompaan (pumping)
- Mengendalikan aksi pembekuan
- Sebagai lapisan drainase
- Mengendalikan kembang susut tanah dasar
- Memudahkan pelaksanaan, karena dapat juga berfungsi sebagai lantai
kerja
- Mengurangi terjadinya retak pada pelat beton
2.2.2 Perkerasan Lentur
Perkerasan lentur terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu: lapis
permukaan (surface course), lapis pondasi (base course) dan lapis pondasi
bawah (subbase course). Ketebalan ketiga lapisan ini yang menjadi kekuatan
dari perkerasan lentur. Komponen perkerasan lentur dapat ditunjukkan pada
Gambar 2.2 berikut.
Gambar 2.2 Komponen Perkerasan Lentur
1. Lapis permukaan (surface course)
Lapis permukaan berfungsi untuk memberikan keamanan dan
permukaan yang rata. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh lapis
permukaan adalah:
- Mempunyai kekesatan atau ketahanan terhadap gelinciran.
8
- Mampu menahan beban kendaraan dan deformasi permanen.
- Dapat mencegah masuknya air ke dalam struktur perkerasan.
Agar lapis permukaan memenuhi syarat diatas, maka campuran
yang digunakan harus memiliki sifat: stabilitas, kelenturan, awet, tahan
terhadap penggelinciran, kedap air, mudah dikerjakan, dan tahan terhadap
kelelahan (fatique). Karakteristik permukaan akan lebih ditentukan
terutama oleh jumlah kendaraan dan kondisi iklim daripada oleh beban
maksimum yang diharapkan bekerja di permukaan perkerasan. Banyak
persyaratan struktural dan fungsional telah diberikan pada lapis
permukaan. Karena banyaknya material aspal yang tersedia untuk
pembangunan jalan dan fleksibilitas dari cara pelaksanaannya, maka
beberapa macam permukaan aspal dapat dibangun. Macan-macam tipe
permukaan bergantung pada beban yang akan bekerja di permukaan
perkerasan dan juga ketersediaan bahan.
Lapis permukaan terbagi menjadi:
- Lapis aus (wearing course)
Merupakan lapisan diatas lapis pondasi.
- Lapis pengikat (binder course)
Merupakan lapisan transisi antara lapis pondasi dan lapis permukaan.
2. Lapis pondasi (base course)
Lapis pondasi digunakan dalam perkerasan lentur untuk
menambah kekuatan perkerasan melalui:
9
- Penambahan kekakuan dan ketahanan terhadap kelelahan (fatique)
- Pembentukkan lapisan yang relatif lebih tebal, sehingga beban yang
diterima perkerasan lebih menyebar.
Fungsi lapis pondasi adalah:
- Mendistribusikan tekanan akibat beban-beban lalu lintas agar tanah dasar
tidak mengalami terkanan yang berlebih.
- Sebagai dasar perletakkan lapis permukaan.
Yang menjadi pertimbangan utama dalam perancangan lapis pondasi:
- Ketebalan
- Stabilitas terhadap beban lalu lintas
- Ketahanan terhadap pelapukan
Lapis pondasi harus mempunyai tahanan yang lebih tinggi
terhadap deformasi dibandingkan dengan tanah dasar. Selain itu, lapis
pondasi juga harus tahan terhadap pelapukan, karena lapis pondasi ini
kurang terlindung dibandingkan dengan tanah dasar. Material yang
stabilitasnya dipengaruhi oleh air harus tidak dipakai untuk lapis pondasi.
Lapisan ini dapat menambah kekuatan struktur perkerasan, akan tetapi
kontribusi terhadap perkerasan tidak begitu besar. Lebar lapis pondasi
dibuat melebihi tepi dari lapis aus. hal ini bertujuan untuk meyakinkan
kemungkinan adanya beban yang bekerja di tepi perkerasan yang akan
didukung oleh lapisan dibawahnya. Bahan-bahan lapis pondasi harus
cukup kuat dan awet, sehingga dapat menahan beban-beban yang bekerja
10
di bawahnya. Oleh karena itu, sebelum menentukan bahan-bahan untuk
lapis pondasi, maka perlu dilakukan pengujian bahan.
3. Lapis pondasi bawah (subbase course)
Fungsi dari lapis pondasi bawah:
- Sebagai bahan dari struktur perkerasan untuk mendukung dan
menyebarkan beban kendaraan.
- Sebagai efisiensi penggunaan material, agar lapisan-lapisan yang lain
dapat dikurangi tebalnya sehingga lebih hemat biaya.
- Untuk mencegah material tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
- Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan pembangunan jalan berjalan
dengan lancar.
Lapis pondasi bawah terdiri dari material pilihan, seperti kerikil
alam yang stabil (awet), hanya material ini mungkin tidak sepenuhnya
memenuhi syarat karakteristik seperti yang disyaratkan dalam lapis
pondasi (base). Maksud penggunaan lapis pondasi bawah adalah untuk
membentuk lapisan perkerasan yang relatif cukup tebal, tapi dengan
biaya yang cukup murah. Dengan demikian kualitas lapis pondasi bawah
dapat bervariasi, sejauh persyaratan tebal rancangan terpenuhi.
Umumnya, penentuan persyaratan kepadatan dan kadar air ditentukan
dari hasil-hasil uji laboratorium atau lapangan. Lapis pondasi bawah yang
diletakkan di atas tanah dasar yang lunak, berguna untuk menutup tanah
dasar tersebut agar mempunyai kapasitas dukung yang cukup. Dengan
ini, alat berat dapat bekerja dengan baik saat pelaksanaan.
11
Kapasitas dukung perkerasan lentur murni, bergantung pada
karakteristik distribusi beban dari sistem lapisan pembentuknya.
Perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapisan dengan material yang
berkualitas tinggi diletakkan di dekat permukaan. Jadi kekuatan
perkerasan lentur adalah lebih dihasilkan dari kerjasama lapisan yang
tebal dalam menyebarkan beban ke tanah dasar (subgrade) daripada
dihasilkan oleh aksi perlawanan pelat terhadap beban. Perancangan tebal
perkerasan dipengaruhi oleh kekuatan tanah dasar. Jika perkerasan aspal
mempunyai kekakuan tinggi, maka dapat berprilaku seperti perkerasan
kaku dan kelelahan (fatique) pada permukaan perkerasan menjadi faktor
yang menentukan.
Tabel 2.1 Perbandingan Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur
No Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Komponen perkerasan terdiri dari pelat
beton yang terletak di tanah atau lapisan
material granuler pondasi bawah
Kebanyakan digunakan untuk jalan kelas
tinggi
Pencampuran adukan beton mudah
dikontrol
Umur rencana dapat mencapai 40 tahun
Lebih tahan terhadap drainase buruk
Biaya awal pembangunan lebih tinggi
Biaya pemeliharaan kecil
Kekuatan perkerasan lebih ditentukan oleh
kekuatan pelat beton
Tebal struktur perkerasan adalah tebal
pelat betonnya
Komponen perkerasan terdiri dari lapis aus,
lapis pondasi dan lapis pondasi bawah
Digunakan untuk semua kelas jalan dan
tingkat volume lalu lintas
Pengontrolan campuran aspal lebih rumit
Umur rencana lebih pendek dari perkerasan
kaku yaitu sekitar 20 tahun
Kurang tahan terhadap drainase buruk
Biaya awal pembangunan lebih murah
Biaya pemeliharaan lebih besar
Kekuatan perkerasan ditentukan oleh kerja
sama setiap komponen lapisan perkerasan
Tebal perkerasan adalah seluruh lapisan
pembentuk perkerasan di tanah dasar
12
Campuran aspal yang nantinya akan digunakan dalam perkerasan
jalan terdiri dari aspal, agregat (kasar & halus) dan dapat juga
ditambahkan bahan tambahan yang berfungsi untuk menambah kekuatan
campuran aspal.
Perkerasan lentur terdiri dari lapisan – lapisan yang disusun diatas
tanah dasar. Lapisan – lapisan tersebut yang akan menerima dan
menyalurkan beban ke lapisan yang ada di bawahnya. Pada gambar 2.3
dapat terlihat bahwa beban kendaraan didistribusikan ke perkerasan jalan
melalui bidang kontak roda yang berupa beban merata (P1). Beban
tersebut diterima oleh lapisan permukaan dan didistribusikan menjadi P2
pada lapisan pondasi atas. Lalu P2 didistribusikan lagi ke lapis pondasi
bawah menjadi P3 dan P3 didistribusikan lagi menjadi P4 di lapis tanah
dasar.
Gambar 2.3 Pola Distribusi Beban Roda ke Perkerasan Jalan
13
2.3 MATERIAL
2.3.1 Aspal
Pengikat (binder) adalah suatu deskripsi untuk adhesif atau lem yang
digunakan dalam perkerasan aspal. pengikat atau lem cair dapat didefinisikan
sebagai pengikat ter dan aspal. Aspal merupakan material hasil penyaringan
minyak mentah dan merupakan hasil dari industri perminyakan. Aspal
digunakan untuk perekat, berwarna coklat gelap sampai hitam. Jika
dipanaskan pada suhu tertentu maka aspal akan cair sedangkan pada suhu
ruang bentuk aspal akan berbentuk padat. Bahan utama dari aspal adalah
Hydrokarbon (bitumen). Aspal didapat dari hasil destilasi minyak bumi
(aspal buatan), selain itu terdapat pula aspal alam. Sebelum digunakan, maka
aspal perlu menjalani beberapa pengujian yang akan menyatakan bahwa
aspal tersebut layak untuk digunakan. Pengujian tersebut diantaranya:
pemeriksaan titik lembek aspal dan pemeriksaan penetrasi aspal.
2.3.1.1. Jenis – Jenis Aspal
Menurut asal terjadinya, aspal dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
- Aspal alam
Merupakan aspal yang diperoleh langsung dari alam. Aspal ini
dapat dibedakan lagi menjadi aspal gunung dan aspal danau.
- Aspal buatan
Merupakan aspal yang dibuat dengan cara memproses residu hasil
destilasi minyak bumi. Residu tersebut dapat dibedakan menjadi:
asphaltic base crude oil, parafin base crude oil dan mixed base
14
crude oil. Dari ketiga residu tersebut, asphaltic base crude oil yang
memiliki kadar aspal yang paling besar. Aspal buatan dapat
dibedakan menjadi: aspal minyak (berasal dari penyulingan minyak
bumi) dan ter (berasal dari penyulingan batu bara).
Ada beberapa tipe aspal:
- Semen aspal (Asphalt cement)
Semen aspal pada suhu ruang yaitu sekitar 20°C - 30°C berbentuk
padat . Dalam perkerasan jalan, semen aspal ini merupakan material
semi padat yang digunakan untuk membuat aspal panas (hot mix),
untuk perawatan permukaan perkerasan, lapisan penutup (seal coat)
dan pengisi retakan (crack filling). Macam-macan kualitas sistem
digunakan untuk menspesifikasikan semen aspal dengan
kekerasannya (hardness), kekentalan (viscosity) dan karakteristik
kinerja yang diinginkan. bahan tambah dapat dikombinasikan
dengan aspal semen untuk merubah sifatnya. Pengelompokan
semen aspal dilakukan berdasarkan nilai penetrasi tempratur 25°C
atau berdasarkan kekentalannya. Di Indonesia, semen aspal
biasanya dibedakan atas nilai penetrasinya sbb:
• AC pen 40/50, yaitu semen aspal dengan penetrasi 40 – 50
• AC pen 60/70, yaitu semen aspal dengan penetrasi 60 – 70
• AC pen 80/100, yaitu semen aspal dengan penetrasi 80 – 100
• AC pen 120/150, yaitu semen aspal dengan penetrasi 120 – 150
15
• AC pen 200/300, yaitu semen aspal dengan penetrasi 200 – 300
Semen aspal dengan penetrasi rendah digunakan di daerah yang
bercuaca panas dengan volume lalu lintas yang tinggi, sedangkan
aspal dengan penetrasi tinggi digunakan di daerah yang bercuaca
dingin dan bervolume lalu lintas rendah.
- Cutback asphalt
Pada pekerjaan jalan yang sederhana akan lebih menguntungkan
jika menggunakan aspal dalam keadaan cair pada suhu yang relative
lebih rendah dibandingkan dengan aspal penetrasi bermutu tinggi.
Aspal cutback merupakan aspal semen yang dicampurkan dengan
minyak yang mudah menguap yang dihasilkan dari destilasi tahap
pertama dalam produksi aspal. Aspal cutback ini dibuat dengan
tujuan untuk menghasilkan aspal cair yang dapat dikerjakan dengan
peralatan tanpa menggunakan suhu yang tinggi. Dengan demikian,
jika aspal ini dihamparkan pada jalan, maka cairan pelarut akan
menguap dan aspal semen akan tertinggal.
Ada beberapa jenis cutback asphalt :
• Aspal cutback tipe ikatan cepat (rapid curing, RC)
Dibuat dengan melarutkan aspal dengan naptha atau semacam
bensin (gasoline). Merupakan suatu aspal dasar yang penetrasinya
sekitar 70 – 110 pada 77°F. Dengan menggunakan aspal dasar yang
16
berkonsistensi seperti ini, residu aspal yang tinggal sesudah
terjadinya penguapan akan mempunyai penetrasi sekitar 80 – 120
pada 77°F. Pengontrolan yang cermat pada cairan naptha akan
menjaga titik nyala material di atas 80 °F.
• Aspal cutback tipe ikatan sedang (MC)
Aspal ini dibuat dengan mencairkan aspal dasar yang mempunyai
penetrasi 70 – 250 pada 77°F, dengan larutan semacam minyak
tanah (kerosene). Pada banyak spesifikasi, sesudah dilakukan uji
destilasi, maka material ini harus meninggalkan residu yang
mempunyai penetrasi sekitar 120 – 250. Jadi ada 2 perbedaan
menonjol pada aspal cair RC dan MC, yaitu: aspal cutback RC
mempunyai aspal dasar keras dengan pelarut yang akan menguap
pada suhu rendah dengan menhasilkan material ikatannya cepat.
Aspal cutback MC mempunyai aspal dasar lebih lunak dan kurang
mudah menguap dan akan menghasilkan ikatan dengan kecepatan
lebih rendah dari material RC.
• Aspal cutback tipe ikatan lambat (slow curing, SC)
Aspal jenis ini biasanya tidak disebut “cutback” karena pelarutnya
mendekati seperti minyak bahan baker berat (heavy fuel oil). setiap
tipe tersedia dalam empat macam kekentalan. Kekentalan cairan
umunya bekisar dari grade 70, yang berisi banyak pelarut dan yang
paling cair sampai grade 3000 yang berisi sedikit pelarut dan agak
kental.
17
- Aspal emulsi (Asphalt emulsion)
Secara umum emulsi diartikan sebagai sistem dispersi antara dua
bahan zat cair yang tidak saling melarut. Salah satu zat cair itu
terdispersi dalam zat cair yang lain dalam bentuk butir-butir yang
sangat halus. Biasanya emulsi terdiri dari minyak dan air. Kalau
fase dispersi terdiri atas minyak, emulsi disebut minyak dalam air,
dan juga sebaliknya. Agar diperoleh emulsi yang stabil, biasanya
ditambahkan zat pengemulsi seperti sabun dan deterjen lain dalam
jumlah sedikit.
Emulsi aspal pada umumnya terdiri dari tiga unsur dasar yaitu
aspal, air dan bahan emulsi. Namun kadang-kadang emulsi dapat
berupa bahan tambah lain antara lain antistrips, stabiliser, dll.
Adapun keuntungan dalam menggunakan emulsi aspal:
• Dapat digunakan pada agregat yang dingin maupun panas
• Dapat digunakan dengan agregat basah maupun kering
• Menghilangkan resiko kebakaran dan timbulnya bahan beracun
yang mungkin ditemui dalam penggunaan aspal cutback
2.3.1.2. Karakteristik Aspal
Agar aspal dapat digunakan dalam perkerasan, maka harus
dalam keadaan cair. untuk membuat aspal menjadi cair, maka harus
dilakukan:
- Memanaskan
18
- Melarutkan dengan larutan minyak yang disebut dengan aspal
cutback (cutback asphalt)
- Mengkombinasikan dengan air yang disebut dengan emulsi aspal
(asphalt emulsion)
Penggunaan aspal dalam perkerasan jalan raya harus
memperhatikan hal-hal berikut:
- Suhu saat aspal mulai menyala. Hal ini terkait dengan batas
pemanasan izin dengan tanpa menimbulkan bahaya kebakaran.
- Suhu pada saat aspal mulai meleleh. Hal ini terkait dengan proses
pencampuran, penghamparan dan pemadatan.
- Penetrasi aspal. Hal ini terkait dengan lokasi penggunaan aspal.
jenis struktur yang ditangani dan kepadatan lalu lintas.
- Kehilangan berat akibat pemanasan. Hal ini terkait dengan
pencegahan kerapuhan aspal.
Kekerasan aspal dinyatakan dengan angka penetrasinya.
semakin besar angka penetrasinya, maka tingkat kekerasannya
makin rendah karena lembak. Sebagai bahan untuk campuran
perkerasan, aspal harus mempunyai kinerja, kekuatan dan keawetan
yang memadai. Oleh karena itu pemilihan jenis aspal harus
meninjau dari segi jenis, sifat dan maksud penggunaan yang terkait
dengan syarat teknis dan kondisi di lapangan.
19
Sifat fisik aspal yang diperhitungkan dalam perancangan
pembangunan dan pemeliharaan adalah:
- Daya tahan atau keawetan (durability), yaitu kemampuan aspal
dalam mempertahankan sifat aslinya oleh akibat pengaruh cuaca.
- Adhesi dan kohesi.
Adhesi adalah kemampuan aspal dalam mengikat agregat
campuran, sehingga menghasilkan ikatan yang baik. Kohesi adalah
kemampuan aspal untuk tetap mempertahankan ikatan aspal dengan
aspal yang melekat pada agregat, sehingga agregat tetap di
tempatnya.
- Peka terhadap temperatur, karena aspal bersifat termoplastik yaitu
aspal akan menjadi keras jika berada pada suhu rendah dan akan
menjadi cair jika berada pada suhu yang tinggi.
Aspal dibutuhkan dalam jumlah tertentu untuk mengikat
partikel-partikel agregat, mengisi rongga antar agregat . Kadar aspal
yang rendah dalam campuran akan mengurangi keawetan,
kelenturan, kekuatan, kekedapan terhadap air dan mengurangi
kemudahan dalam pengerjaan (workability). Akan tetapi bila terlalu
banyak juga akan mengakibatkan stabilitas dan kekakuan campuran
yang rendah.
20
2.3.2 Agregat
Agregat merupakan batuan yang menjadi komponen utama dari
lapisan perkerasan jalan. Kekuatan suatu perkerasan jalan ditentukan juga
oleh sifat dan bentuk dari agregat yang menyusunnya. Ada beberapa jenis
batuan, yaitu:
- Batuan sedimen
Merupakan batuan yang terbentuk dari akumulasi sedimen yang terbawa oleh
air atau angin. Umumnya batuan sedimen memiliki struktur yang berlapis-
lapis.
- Batuan metamorf
Merupakan batuan yang terbentuk dari salah satu batuan sedimen atau batuan
igneous yang mengalami tekanan atau pemanasan yang sangat hebat.
- Batuan igneous
Merupakan batuan yang terbentuk melalui pendinginan dan pembekuan dari
lelehan magma yang dimuntahkan ke permukaan bumi.
Agregat yang biasa digunakan pada perkerasan jalan ada yang
diperoleh langsung dari alam maupun dari hasil pengolahan oleh mesin.
Agregat yang digunakan dalam campuran aspal ada 3 macam, yaitu:
- Agregat kasar: merupakan batuan yang tertahan saringan no.8 (diameter 2.36
mm)
- Agregat halus: merupakan batuan yang lolos saringan no.8 (diameter 2.36
mm) dan tertahan saringan no.200 (diameter 0.075 mm)
21
- Abu / bahan pengisi (filler): merupakan batuan halus yang lolos saringan
no.200 (diameter 0.075 mm)
Bahan pengisi (filler) yang merupakan material berbutir halus dapat
terdiri dari debu batu, kapur padam, semen portland, maupun bahan-bahan
non plastis lainnya. Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain
yang mengganggu. Bahan pengisi ini memiliki fungsi:
• Sebagai pengisi rongga antara partikel agregat yang lebih kasar, sehingga
rongga udara menjadi lebih kecil dan menghasilkan tahanan gesek serta
penguncian antar butiran yang tinggi. Dengan demikian akan meningkatkan
stabilitas campuran.
• Jika ditambahkan ke dalam aspal, bahan pengisi akan menjadi suspensi,
sehingga terbentuk mastik yang besama-sama dengan aspal mengikat partikel
agregat. Dengan penambahan bahan pengisi, aspal menjadi lebih kental dan
campuran agregat aspal menjadi bertambah kekuatannya.
Pada dasarnya terdapat 3 macam agregat , yaitu: batu pecah, kerikil
dan pasir. Batu pecah adalah batu dari batuan dasar (bed rock) atau boulder
yang dipecah secara mekanis. Adapun sifat-sifat yang penting dari agregat
yang dapat mempengaruhi kinerja perkerasan aspal adalah:
- Gradasi dan bentuk butiran
Bentuk butiran yang dimiliki oleh agregat ada bermacam-macam, antara lain:
kubikal, panjang, pipih dan bulat. Gardasi yang baik dan bentuk butiran yang
22
bergerigi/tak beraturan, umumnya mempunyai tahanan geser yang tinggi.
Agregat berbentuk bulat tidak cocok untuk perkerasan dengan volume lalu
lintas tinggi atau lalu lintas dengan beban berat, hal ini karena agregat bulat
mudah berdeformasi.
- Kekerasan
Kekerasan agregat diukur dari persen kehilangan material selama dilakukan
uji abrasi (uji Los Angeles Abrasion). Kehilangan maksimum yang diijinkan
adalah 35% untuk lapis permukaan dan 45% untuk lapis pondasi. Uji abrasi
Los Angeles mengukur tahanan agregat kasar terhadap degradasi akibat
abrasi dan tumbukan.
- Keawetan (durability)
Keawetan sama dengan kekerasan dengan ditambahkan syarat bahwa agregat
harus tahan terhadap degradasi akibat perubahan cuaca.
- Tekstur permukaan
Tekstur suatu agregat menentukan kemudahan dalam pengerjaan
(workability) dan keawetan campuran beraspal. Agregat halus akan lebih
mudah diselimuti oleh aspal dan campuran menjadi lebih mudah dikerjakan,
tapi tekstur agregat yang lebih kasar akan membentuk ikatan yang lebih kuat
dengan aspal sehingga akan menambah kekuatan campuran.
- Kebersihan
Suatu agregat dikatakan bersih apabila tidak terdapat material yang dapat
merusak agregat tersebut, misalnya: gumpalan lempung, serpih, mika, dll.
Kebersihan juga mencakup pembersihan debu yang timbul saat pemecahan
agregat.
23
- Penyerapan
Penyerapan agregat adalah jumlah air yang diserap oleh agregat ketika
direndam. Agregat yang baik adalah agregat yang angka penyerapannya
kecil. Bila agregat yang penyerapannya besar maka aspal akan banyak diseap
ketika pencampuran dilakukan dan akibatnya aspal yang dijadikan pengikat
menjadi berkurang.
- Adhesi
Adhesi adalah daya tarik menarik agregat terhadap aspal. Aspal harus dapat
malapisi permukaan agregat dan tidak tergradasi oleh akibat adanya air.
- Tahanan gelincir / kekesatan
Tahanan gelincir sangat dipengaruhi oleh tekstur agregat, khususnya agregat
kasar. Kekesatan sebenarnya adalah tahanan agregat terhadap pengikisan
permukaan.
Untuk dapat memulai mix desain maka diperlukan komposisi agregat
baik kasar dan halus. Agar dapat membedakan antara agregat kasar dan
agregat halus, maka perlu dilakukan pemeriksaan gradasi dengan
menggunakan metode Sieve Analysis. Gradasi yang nantinya akan didapatkan
dari hasil Sieve Analysis, yaitu:
- Gradasi seragam
Dikatakan gradasi seragam bila agregat tersebut memiliki ukuran yang
hampir sama. Selain itu jumlah agregat halus yang terkandung sedikit
sehingga terdapat rongga diantara agregat tersebut. Gradasi ini akan mudah
24
untuk dimasuki oleh air, sedangkan hasil yang didapat akan memiliki
permeabilitas tinggi dan stabilitas yang kurang.
- Gradasi baik/rapat
Dikatakan gradasi baik bila komposisi antara agregat kasar dan agregat halus
berimbang. Rongga yang terdapat pada agregat-agregat tersebut minim
karena akan terisi oleh agregat halus. Dari gradasi ini akan diperoleh hasil
perkerasan yang memiliki stabilitas yang tinggi dan tahan terhadap
deformasi.
- Gradasi buruk
Yang termasuk di dalam gradasi ini adalah agregat yang tidak memenuhi
kategori diatas. Agregat bergradasi buruk akan menghasilkan lapisan
perkerasan yang mutunya terletak diantara kedua jenis gradasi diatas.
2.3.3 Bahan Tambahan
Bahan tambahan merupakan suatu bahan baik zat kimia maupun zat
lainnya yang ditambahkan kedalam aspal pada perencanaan campuran aspal.
Tujuan diberikan bahan tambahan agar menambah daya lekat aspal terhadap
agregat.
2.4 PAVEMENT DISTRESS
Pavement distress merupakan kerusakan yang terjadi pada lapis perkerasan
lentur akibat kelelehan material yang berpengaruh terhadap penurunan ikatan antara
aspal dengan agregat. Teori perkerasan jalan menyatakan air merupakan salah satu
unsur yang melemahkan daya ikat aspal dengan agregat pada konstruksi perkerasan
25
lentur. Genangan akan memberikan kesempatan air menerobos pori permukaan jalan
beraspal yang akan merusak ikatan agregat dengan aspal. Parameter pengaruh air
yang harus dicermati adalah durasi waktu air menggenang di atas permukaan jalan
daripada tingginya genangan. Watmove (2007) menyimpulkan pengaruh
merembesnya air ke dalam pori-pori perkerasan karena drainase jalan yang tidak
berfungsi dengan baik dapat menyebabkan penurunan sebesar 30%-50% modulus
elastik pekerasan jalan. Fakta di lapangan memperlihatkan genangan air di
permukaan jalan lebih disebabkan sistem drainase jalan yang tidak terintegrasi
dengan sistem tata air wilayah.
Gambar 2.4 Kerusakan Akibat Pavement Distress
2.5 TIPE-TIPE KERUSAKAN PADA PERKERASAN LENTUR
Secara umum, terdapat banyak macam tipe kerusakan pada perkerasan lentur yaitu:
1. Deformasi
Deformasi merupakan perubahan permukaan jalan dari kondisi awalnya.
Deformasi dapat mengakibatkan turunnya kualitas kenyamanan lalu lintas karena
permukaan jalan yang berdeformasi akan kasar dan kekesatan permukaan akan
berkurang akibat genangan air. Terdapat beberapa tipe deformasi pada
26
perkerasan lentur: bergelombang (corrugation), alur (rutting), ambles
(depression), sungkur (shoving), mengembang (swell), benjol dan turun (bump
and sags).
Gambar 2.5 Kerusakan Ambles Gambar 2.6 Kerusakan Bergelombang
2. Retak (crack)
Secara teori, retak terjadi bila tegangan tarik yang terjadi melebihi tegangan tarik
maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan lentur tersebut. Retak yang
menjadi salah satu kerusakan perkerasan lentur memiliki berbagai bentuk, yaitu:
retak memanjang, retak melintang, retak diagonal, retak berkelok-kelok, retak
reflektif sambungan, retak blok, retak kulit buaya dan retak slip.
Gambar 2.7 Retak Kulit Buaya Gambar 2.8 Retak Melintang
27
Gambar 2.9 Retak Blok Gambar 2.10 Retak Memanjang
3. Kerusakan pada tekstur permukaan
Merupakan tipe kerusakan yang disebabkan oleh hilangnya material perkerasan
secara berangsur-angsur dari permukaan ke arah bawah. Kerusakan ini tidak
menyebabkan turunnya kualitas perkerasan, tapi hanya berpengaruh terhadap
kenyamanan lalu lintas. Namun, bila kerusakan tidak segera diperbaiki maka
akan berpengaruh terhadap kualitas perkerasan. Tipe-tipe perkerasa ini antara
lain: butiran lepas, kegemukan, agregat licin, terkelupas dan stripping.
Gambar 2.11Tipe Kerusakan Pada Tekstur Permukaan
28
4. Lubang
Lubang merupakan lekukan permukaan perkerasan akibat hilangnya lapisan aus
dan material lapis pondasi. Lubang terjadi akibat beban lalu lintas yang
menggerus bagian kecil dari permukaan perkerasan sehingga air dapat masuk.
Pada tipe kerusakan ini, air yang dapat mempercepat terjadinya kerusakan.
Gambar 2.12 Tipe Kerusakan Lubang
5. Tambalan (patch)
Merupakan penutupan bagian permukaan perkerasan yang mengalami perbaikan.
Kerusakan ini dapat terjadi akibat tambalan yang menonjol atau amblas pada
permukaan perkerasan.
Gambar 2.13 Tipe Kerusakan Tambalan
29
6. Persilangan jalan rel
Kerusakan ini dapat berupa benjol atau amblas di sekitar rel, sehingga terjadi
perbedaan elevasi antara rel dengan permukaan perkerasan.
7. Kerusakan pada pinggir perkerasan
Kerusakan jenis ini merupakan retak yang terjadi di pertemuan antara permukaan
perkerasan dengan bahu jalan. Menurut AUSTROADS (1987), kerusakan jenis
ini dibedakan menjadi: retak pinggir dan pinggir turun.
Gambar 2.14 Tipe kerusakan Pada Pinggir Perkerasan