25
PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP PEREDARAN PRODUK-PRODUK KOSMETIK MEREK PALSU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 (STUDI DI KOTA MEDAN) J U R N A L Disusun Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : MAYA NETA MARTA 150200179 Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Perdata BW Penulis : Maya Neta Marta Dosen Pembimbing I : Dr. Dedi Harianto, S.H, M.Hum Dosen Pembimbing II : Syamsul Rizal, S.H, M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP

PEREDARAN PRODUK-PRODUK KOSMETIK MEREK PALSU MENURUT

UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 (STUDI DI KOTA MEDAN)

J U R N A L

Disusun Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

MAYA NETA MARTA

150200179

Departemen Hukum Keperdataan

Program Kekhususan Perdata BW

Penulis : Maya Neta Marta

Dosen Pembimbing I : Dr. Dedi Harianto, S.H, M.Hum

Dosen Pembimbing II : Syamsul Rizal, S.H, M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …
Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

i

ABSTRAK

Maya Neta Marta*

Dedi Harianto**

Syamsul Rizal***

Merek adalah tanda yang dapat digunakan untuk membedakan antara barang

dengan jasa yang satu dengan yang lain, sehingga konsumen dapat membedakan

tiap-tiap merek, khususnya untuk barang dan jasa yang sejenis. Seiring dengan

kemajuan zaman dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, semakin

banyak ditemukan berbagai pelanggaran merek yang dilakukan oleh pihak-pihak

yang tidak memiliki hak, sehingga menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi

para pemilik merek terdaftar. Permasalahan dalam skripsi ini membahas tentang

peredaran kosmetik dengan merek palsu sebagai salah satu bentuk pelanggaran

merek, serta upaya perlindungan hukum yang disediakan oleh pemerintah dalam

rangka melindungi hak dari pemilik merek kosmetik terdaftar.

Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti. Bahan pustaka yang dapat dijadikan sumber dari

penelitian didapatkan dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel, jurnal,

dan media elektronik. Studi kasus skripsi ini dilakukan di Kota Medan. Penelitian

dilaksanakan guna melengkapi penyelesaian skripsi ini.

Hasil penelitian ini ialah banyaknya peredaran kosmetik merek palsu yang terjadi

di Kota Medan, di antaranya merek Kosmetik Nature Republic serta merek kosmetik

NYX yang dipalsukan. Terdapat beberapa perbedaan antara kosmetik merek Nature

Republic Asli dengan palsu dan perbedaan kosmetik merek Nature Republic asli

dengan palsu yaitu perbedaan ukuran dan kemasan, perbedaan stiker dan logo

kemasan, perbedaan tekstur serta perbedaan aroma. Perbedaan kosmetik merek NYX

asli dengan merek kosmetik NYX Palsu juga terletak pada kemasan, tekstur, serta

aroma. Upaya perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah dalam rangka

melindungi pemilik merek terdaftar ialah dengan membentuk lembaga-lembaga

untuk memberikan perlindungan hukum kepada pemilik merek serta pemberian

sanksi.

Kata Kunci :Merek, Perlindungan Hukum, Produk Palsu.

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I

***Dosen Pembimbing II

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

ii

ABSTRACT

Maya Neta Marta* Dedi Harianto** Syamsul Rizal***

Trademark is a sign that can be used to differentiate between goods and services with one another, so consumers can distinguish each brand, especially for similar goods and services. Along with the progress of the times and the development of Science and Technology, more and more found a variety of trademark violations committed by parties who do not have rights, resulting in significant losses for registered trademark owners. The problem in this research discusses the circulation of counterfeit cosmetics as a form of trademark infringement, as well as legal protection measures provided by the government in order to protect the rights of registered cosmetic brand owners. The research used juridical normative method which was research that

conducted by examining library materials related to the problem under research. Library

materials that can be used as a source of research is obtained from legislation, books,

articles, journals, and electronic media. This case of the research was conducted in Medan

City.

The result of the research shows that the circulation of fake brand cosmetics

that occur in Medan, including the Nature Republic Cosmetics brand and the forged NYX

cosmetic brand. There are several differences between the original Nature Republic brand

cosmetics with fake and the differences in the original Nature Republic brand cosmetics

with fake namely the difference in size and packaging, differences in packaging stickers

and logos, differences in texture and differences in aroma.. Legal protection efforts

provided by the government in order to protect registered trademark owners is to establish

institutions to provide legal protection to brand owners and provide sanctions.

Keywords: Brand, Legal Protection, Counterfeit Products.

*Student of the Faculty of Law, University of Sumatera Utara **

Supervisor I ***

Supervisor II

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merek dagang di Indonesia semakin hari semakin banyak

macamnya. Teknologi menjadi salah satu fasilitas yang menguntungkan

karena dapat menyiarkan suatu merek. Masyarakat dapat mencari

informasi melalui internet, radio, televisi, maupun surat kabar terkait

dengan keunggulan produk dari suatu merek.

Merek adalah tanda yang dapat digunakan untuk membedakan

antara barang atau jasa yang satu dengan yang lain, sehingga konsumen

akan dapat membedakan masing-masing merek, khususnya untuk barang /

jasa yang sejenis.1Fungsi merek amatlah penting bagi pemilik merek itu

sendiri dan juga bagi para konsumen yang menggunakan barang atau jasa

merek tersebut. Maka dari itu perlu adanya usaha untuk memberikan

perlindungan. Dengan perlindungan tersebut maka pemilik merek

terlindungi mereknya dan konsumen tidak dirugikan karena ada pihak-

pihak yang tidak berhak menggunakannya. Disamping itu merek dapat

diartikan sebagai tanda pengenal yang membedakan milik seseorang

dengan milik orang lain.2

Keterkenalan suatu merek yang diciptakan oleh suatu perusahaan

mendorong produsen lain untuk menirunya. Saat ini, seringkali terjadi

masalah pemalsuan merek sehingga masalah pemalsuan merek bukanlah

menjadi suatu hal yang tabu di kalangan masyarakat. Masalah ini bukan

hanya menjadi persoalan di dalam negeri saja, melainkan menjadi

persoalan di dunia Internasional, terlebih lagi saat ini dunia perdagangan

sudah semakin canggih, didukung dengan kemajuan di bidang komunikasi,

yaitu dengan cara promosi, baik melalui media cetak maupun media

elektronik. Dengan cara demikian maka suatu produk dengan merek

tertentu sudah dapat melintasi batas-batas negara dengan cepat sehingga

wilayah pemasaran produk-produk bermerek menjadi semakin luas.

Sebagai contoh, telah ditemukannya peredaran produk kosmetik

merek Nature Republic palsu. Hal ini terbukti dengan adanya berita yang

beredar, seperti yang baru saja terjadi di tanggal 24 Januari 2019 lalu,

“Awas, Nature Republic Palsu dan Ilegal Serbu Pasar”. Peredaran Nature

Republic Palsu sudah menyebar di beberapa kota besar di Indonesia,

seperti Jakarta, Bogor, Depok, Surabaya, Tangerang, Bali, Makassar,

Medan, dan beberapa kota lainnya.3

Kondisi ini tentu sangat merugikan para pemilik kosmetik merek

terkenal. Secara Materi,para pemilik kosmetik merek terkenal seperti

1Insan Budi Maulana, Ridwan Khairandy, Nurjihad, Kapita Selekta Hak Kekayaan

Intelektual, (Yogyakarta: Pusat Studi Hukum UII, 2000), hal.89 2Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khusunya Hukum Paten dan Merek,

(Jakarta: Akademika Pressindo, 1990), hal. .44 3https://www.beritasatu.com/ekonomi/534493/awas-nature-republic-palsu-dan-ilegal-

serbu-psar, Berita Satu, diakses pada Rabu, 6 Maret 2019

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

2

Nature Republic, Revlon, NYX, Vaseline, Etude telah mengalami

kerugian dengan total ratusan juta rupiah akibat adanya peredaran produk

kosmetik merek palsu. Selain itu, para pemilik juga kehilangan

kepercayaan dari masyarakat. Masyarakat yang tidak bisa membedakan

produk kosmetik asli dengan produk kosmetik palsu akan langsung tergiur

membeli produk kosmetik dengan merek terkenal, tanpa memastikan

terlebih dahulu apakah produk kosmetik yang akan dibeli merupakan

produk kosmetik asli atau palsu. Produk kosmetik palsu pasti memiliki

kualitas jauh di bawah standar yang dimiliki produk kosmetik merek asli.

Melalui uraian di atas, maka muncullah ketertarikan untuk

melakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap

Peredaran Produk-Produk Kosmetik Palsu Menurut Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek (Studi di Kota Medan)”

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan

yang ingin dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana pengaturan Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Merek

terkait dengan Produk Kosmetik Merek Palsu Menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016?

2. Apakah bentuk pelanggaran merek yang terjadi di Kota Medan?

3. Apakah perlindungan hukum yang disediakan oleh pemerintah dalam

rangka melindungi hak merek terhadap suatu produk kosmetik yang

telah dipalsukan?

II. Metode Penelitian

Agar mendapat hasil yang lebih maksimal, maka dilakukan

penelitian hukum dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum

normatif, yaitu penelitian hukum mengenai norma-norma serta

ketentuan-ketentuan hukum yang telah ada atau telah berlaku baik

secara tertulis maupun tidak tertulis, yang didasarkan pada bahan

hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan

yang berkaitan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek. Sifat penelitian ini adalah deskriptif yaitu “penelitian yang

berusaha memberikan dengan sistematis dan cermat mengenai fakta-

fakta aktual dengan sifat populasi tertentu

B. Sumber Data

Penelitian inimenggunakan data sekunder yang sumber data

penelitian diperoleh dari sumber yang sudah ada seperti media

perantara atau secara tidak langsung. Data sekunder dalam penelitian

ini meliputi :

a. Bahan Hukum Primer yang terdiri dari , yaitu bahan-bahan hukum

yang mengikat dan disahkan oleh pihak yang berwenang yaitu

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2016 Tentang

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

3

Pendaftaran Merek, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen, dan peraturan lainnya yang

berhubungan dengan penelitian ini

b. Bahan Hukum Sekunder yang terdiri dari buku-buku karangan para

sarjana, makalah, surat kabar, harian elektronik, dan lain

sebagainya.

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang membantu

memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder seperti kamus dan Internet. Selain itu, penelitian

ini juga didukung dengan wawancara kepada narasumber.

C. Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif,

yaitu dengan menentukan keterkaitan antara bagian dan keseluruhan

data yang telah dikumpulkan melalui proses yang sistematis untuk

menghasilkan klasifikasi atau tipologi.Analisis data dimulai dari tahap

pengumpulan data sampai tahap penulisan laporan

III. HASIL PENELITIAN

PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK

TERHADAP PEREDARAN PRODUK-PRODUK KOSMETIK

MEREK PALSU MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20

TAHUN 2016 (STUDI DI KOTA MEDAN)

A. Pengaturan Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Merek Terkait

Dengan Peredaran Produk-Produk Kosmetik Merek Palsu Menurut

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

1. Kajian Merek MenurutUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Di Indonesia, Merek diatur di dalam Undang-undang Nomor 20

Tahun 2016. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

menyebutkan pengertian tentang merek, yakni:“suatu tanda yang dapat

ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf,

angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga)

dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur

tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh

orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau

jasa”4.

Merek sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Merek meliputi

merek dagang dan merek jasa. Walaupun dalam undang-undang ini

digunakan istilah merek dagang dan merek jasa, sebenarnya yang

dimaksudkan dengan merek dagang adalah merek barang karena

merek yang digunakan pada barang dan digunakan sebagai lawan dari

merek jasa.

4Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

4

Pendaftaran merek merupakan keharusan agar dapat memperoleh

hak atas merek. Tanpa pendaftaran merek, pemilik merek tidak akan

mendapatkan perlindungan hukum dari negara atas hak merek.

Ketentuan yang terkait dengan syarat pendaftaran merek dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 diatur dalam bab tentang

permohonan pendaftaran merek. Ketentuan tersebut menyederhanakan

syarat permohonan pendaftaran merek yang ada pada Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001. Dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2016 disebutkan bahwa “tanggal penerimaan permohonan diberikan

apabila permohonan tersebut memenuhi persyaratan menimum yang

berupa formulir permohonan yang telah diisi lengkap dengan label merek

dan bukti pembayaran biaya permohonan”. Ketentuan ini berbeda dengan

ketentuan yang ada pada Undang-Undang sebelumnya, yaitu Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001, yang juga mencantumkan surat

pernyataan dan surat kuasa sebagai syarat minimum pendaftaran. Dengan

kata lain, kekurangan dokumen surat pernyataan dan surat kuasa tidak

akan mengubah tanggal penerimaan permohonan5.

Dalam mengajukan permohonan pendaftaran merek, pemilik

merek yang ingin mendaftarkan merek nya harus melampirkan dokumen-

dokumen berikutyaitu, Bukti pembayaran biaya permohonan, Label merek

sebanyak 3 (tiga) lembar, dengan ukuran paling kecil 2 x 2 cm (dua kali

dua sentimenter) dan paling besar 9 x 9 cm (sembilan kali sembilan

sentimenter), Surat pernyataan kepemilikan merek, Surat kuasa, jika

permohonan diajukan melalui Kuasa, Bukti prioritas, jika menggunakan

Hak Prioritas dan terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.

Secara umum, merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan

yang diajukan oleh pemohon yang beritikad tidak baik.Pemohon yang

beritikad tidak baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara

layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru, atau

menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang

berakibat kerugian pada pihak lain itu atau menimbulkan kondisi

persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek

dan Indikasi Geografis, proses permohonan pendaftaran merek dari sejak

tanggal penerimaan hingga tanggal pendaftaran memakan waktu sekitar 7

(tujuh) hingga 9 (sembilan) bulan.Namun, pada prakteknya Direktorat

Jendral Hak Kekayaan Intelektual (DJKI) merasa kesulitan untuk

memenuhi jangka waktu tersebut. Hal ini disebabkan oleh tingginya

volume permohonan yang masuk yang tidak sesuai dengan tenaga

pemeriksa yang dimiliki oleh Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual

(DJKI). Pada prakteknya, Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual

memerlukan waktu sekitar 18 (delapan belas) hingga 24 (dua puluh empat)

5Agung Indriyanto, dkk, Aspek Hukum Pendaftaran Merek, (Jakarta: Rajawali Pers,

2017), hal. 24

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

5

bulan untuk memproses satu permohonan sampai terbitnya Sertifikat

Merek

Untuk penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa pemilik merek

undang-undang tidak menentukan persyaratannya. Berdasarkan ketentuan

yang terdapat di dalam Pasal 72 ayat (2), permohonan penghapusan

berdasarkan prakarsa pemilik merek dapat diajukan oleh pemilik merek atau

melalui kuasa nya, baik untuk sebagian maupun seluruh jenis barang dan/atau

jasa. Namun, apabila merek tersebut masih terikat perjanjian lisensi, maka

penghapusan merek hanya dapat dilakukan jika telah mendapat persetujuan

secara tertulis oleh penerima lisensi, seperti yang tercantum di dalam Pasal 72

ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016. Tetapi, jika dalam perjanjian

lisensi ada suatu klausula yang secara tegas menyampingkan adanya

persetujuan tersebut maka persetujuan semacam itu tidak perlu dimintakan

untuk melengkapi persyaratan penghapusan pendafataran merek tersebut.Di

samping itu, pemerintah juga mengenakan biaya untuk pencatatan

penghapusan pendaftaran merek tersebut, dan ini akan ditetapkan dengan

keputusan menteri.

2. Kajian Pengaturan Perlindungan Hukum

Negara Indonesia adalah negara hukum, sesuai dengan yang tercantum

di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 1 ayat

(3) yang dirumuskan dalam amamdemen ketiga, sehingga pada hakikatnya

seluruh sendi kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara harus

berdasarkan pada norma-norma hukum. Artinya, hukum harus dijadikan

panglima dalam penyelesaian masalah-masalah yang berkenaan dengan

individu, masyarakat, dan negara.

Ditinjau dari jenis nya, perlindungan hukum terhadap pemegang hak

merek terdaftar terbagi menjadi 2 jenis, yaitu 6:

a. Perlindungan hukum preventif

Perlindungan hukum preventif merupakan perlindungan yang diberikan

sebelum terjadi tindak pidana atau pelanggaran hukum terhadap merek,

atau perlindungan hukum yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa. Di dalam perlindungan preventif, rakyat diberi kesempatan

untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum

keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif.

b. Perlindungan hukum represif

Perlindungan hukum represif merupakan jenis perlindungan hukum yang

diberikan kepada pemilik merek jika sudah terjadi pelanggaran terhadap

merek terdaftar, atau perlindungan hukum yang bertujuan untuk

menyelesaikan sengketa termasuk di dalamnya adalah penanganan

perlindungan hukum bagi rakyat oleh peradilan umum dan peradilan

administrasi di Indonesia.

Contoh Perlindungan Represif terhadap Merek Terdaftar/Sah yaitu dalam

perkara pelanggaran Merek Sepeda Motor Honda milik PT AHM (Astra

6Ronna Novi Yosia , Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual Khususnya

Merek Di Indonesia, Jurnal Hukum,Vol. 2, No. 8, 2016, hal. 152

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

6

Honda Motor) yang dilakukan oleh PT. Tossa Motor. Perkara tersebut

dimenangkan oleh PT. AHM karena sebagai pemilik merek yang sah. PT.

Tossa Motor dikenakan sanksi yaitu dilarang memproduksi sepeda motor

yang pada pokoknya menyerupai merek Honda. Pelanggaran yang

dilakukan PT. Tossa Motor adalah memproduksi sepeda motor dengan

merek Tossa Supra X dan Tossa Karisma yang pada pokoknya melanggar

merek sepeda motor Honda yaitu Honda Supra X dan Honda Karisma7

Pada masa Kolonialisme Belanda, peraturan merek yang berlakuadalah

Reglement Industrieële Eigendom (Reglemen tentang Hak Milik

Perindustrian) tahun 1912, Nomor 545 yang mulai berlaku sejak tahun .1913

Pengaturan tentang Hak Milik Perindustrian ini mengikuti pada umumnya

peraturan tentang Merek dan hak milik industri yang berlaku di Nederland.

Pada masa sebelum berlakunya Persetujuan TRIPs (Trade Related

Aspects of Intellectual Property Rights), Undang-Undang Merek yang berlaku

di Indonesia ialah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 Tentang Merek

Perusahaan dan Merek Perniagaan (selanjutnya disebut UUM 1961) yang

diundangkan pada tanggal 11 Oktober 1961 dan mulai berlaku tanggal 11

November 1961. Undang-undang ini menggantikan peraturan tentang merek

yang sebelumnya berlaku, Reglement Industrieële Eigendom (Reglemen

tentang Hak Milik Perindustrian) tahun 1912.

Adanya UUM 1961, Reglement Industrieële Eigendom tahun 1912

tidak berlaku lagi. Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUM 1961

adalah sejalan dan dapat dikatakan merupakan pengalihan dari Reglement

Industrieële Eigendom tahun 1912.8 Pertimbangan lahirnya UUM 1961 adalah

untuk melindungi masyarakat dari tiruan barang yang memakai Merek yang

sudah dikenal sebagai Merek barang-barang yang bermutu baik.9

UUM 1961 bertahan selama kurang lebih 31 tahun. Selanjutnya,

dengan berbagai pertimbangan undang-undang ini pun akhirnya harus dicabut

dan kemudian digantikan oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992

Tentang Merek (selanjutnya disebut UUM 1992) yang diundangkan dalam

Lembaran Negara RI Tahun 1992 No. 81 dan penjelasannya dimuat dalam

Tambahan Lembaran Negara No. 3490. Undang-undang ini dibuat pada

tanggal 28 Agustus 1992, kemudian berlaku sejak tanggal 1 April 199310

.

Setelah Indonesia menjadi anggota WTO (World Trade Organization)

melalui ratifikasi Agreement Establishing of WTO dengan Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1994, Indonesia secara sah ikut dalam persetujuan TRIPs.

Akibatnya, Indonesia harus melaksanakan kewajiban untuk menyesuaikan

peraturan perundang-undangan termasuk Merek dengan persetujuan

internasional tersebut. Akhirnya, diterbitkan lah Undang-Undang Republik

7Enny Mirfa, Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar, Jurnal Hukum, Vol. 2,

No. 1, 2016, hal. 75 8Sudargo Gautama, Op. cit, hal. 2

9Rachmadi Usman, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia, (Bandung : Alumni, 2003), hal. 306 10

OK Saidin, Op.Cit, hal. 303

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

7

Indonesia Nomor 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek.11

Setelah berlaku selama 4 tahun, UUM 1997 akhirnya digantikan oleh

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

(selanjutnya disebut UUM 2001). Perubahan ini selain dimaksudkan untuk

mengantisipasi perkembangan teknologi, juga dimaksudkan untuk

menampung beberapa aspek atau ketentuan dalam perjanjian TRIPs yang

belum ditampung dalam dalam UUM 1997.12

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 pada akhirnya juga harus

diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 mulai

diberlakukan sejak tanggal 25 November 2016.

3. Pengaturan Perlindungan Hukum Yang Diberikan Kepada Pemilik

Merek Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Pemberian perlindungan terhadap hak atas merek, hanya diberikan

kepada pemilik merek yang mereknya sudah terdaftar di Direktorat Jenderal

Hak Kekayaan Intelektual.

Merek yang dilindungi terdiri atas tanda berupa gambar, logo, nama,

kata, huruf, angka susunan warna dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3

(tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur

tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang

atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.13

Peran merek dalam dunia perdagangan cukup penting sebab merek

terkenal akan mempengaruhi keberhasilan suatu usaha terutama dalam

pemasaran. Dalam dunia perdagangan sering kali terjadi pelanggaran

terhadap merek terkenal. Pelanggaran merek terjadi karena adanya pihak

yang tidak mempunyai hak menggunakan merek terkenal untuk

kepentingannya. Untuk itulah perlunya diberikan perlindungan hukum

terhadap merek terdaftar kepada pemegang Hak Merek terdaftar guna

mencegah terjadinya pelanggaran merek dan menindak lanjuti pelanggaran

merek yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak memiliki hak atas suatu

merek terdaftar.

Perlindungan hukum akan terjadi ketika adanya pelanggaran merek

atas suatu merek yang sudah didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak

Kekayaan Intelektual (DJKI). Dalam hal ini, seseorang yang melakukan

pelanggaran merek dianggap telah melakukan praktek persaingan curang,

sebab pihak yang telah melakukan pelanggaran merek telah mengedarkan

produk dengan menggunakan merek yang telah dipalsukan.

Pemakaian merek tanpa hak olehpihak lain pada dasarnya dapat

digugat secara hokum perdata berdasarkan perbuatan melanggar hokum

seperti yang tercantum di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

11

Damos Dumoli Agusman, Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori dan Praktik

di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2010) , hal. 97 12

Rachmadi Usman, Op. cit, hal. 314 13

Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

8

(KUHPerdata) yaitu “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa

kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut

Dalam Undang-UndangNomor 20 Tahun 2016 Pasal 83 ayat (3)

Tentang Merek dan Indikasi Geografis, “pemilik merek terdaftar dapat

mengajukan gugatan nya atas pihak yang telah melakukan pelanggaran merek.

Gugatan tersebut dapat diajukan ke Pengadilan Niaga dengan mengajukan

permohonan Penetapan Sementara serta bukti-bukti kuat sebagai pemegang

hak dan bukti adanya pelanggaran merek”. Dalam hal ini, Pengadilan Niaga

telah melakukan perlindungan hukum dengan cara memproses dan membuat

putusan atas gugatan yang diajukan pemilik merek terdaftar terkait dengan

pelanggaran merek yang dilakukan pihak lain.

Perlindungan hukum lainnya yang diberikan pemerintah ialah dengan

memberikan sanksi pidana kepada pihak-pihak yang secara tanpa hak

menggunakan merek orang lain atau dengan kata lain melakukan

pelanggaran merek seperti yang tercantum di dalam pasal 100 Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016. Sanksi pidana yang akan dikenakan kepada

para pelaku pelanggaran merek ialah pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan atau dikenakan denda paling banyak sebesar Rp2.000.000.000

(Dua Miliar Rupiah). Jika terbukti terjadi pelanggaran merek, selain

memberikan sanksi pidana kepada para pelaku pelanggaran merek, Hakim

juga akan memerintahkan pihak yang melakukan pelanggaran merek untuk

menghentikan kegiatan perdagangan barang dan atau jasa yang

menggunakan merek terdaftar tersebut.

Berlakunya Undang-Undang Merek di Indonesia, hal-hal yang

berkaitan dengan pendomplengan, pemalsuan, pencatutan merupakan musuh

besar bagi perkembangan industri sebuah perusahaan. Pengturan merek ini

dimaksudkan untuk memberikan perlindungan secara efektif untuk

mencegah segala bentuk pelanggaran yang berupa penjiplakan, penggunaan

nama yang sama, pencatutan nama, atau domain nama atas suatu merek14

.

Undang-undang merek menetapkan tujuan, untuk mendorong kelancaran dan

peningkatan perdagangan barang dan jasa merek dengan mempromosikan

merek nya tersebut kepada khalayak ramai agar dapat dinikmati karena

merek merupakan karya atas olah pikir manusia yang dituangkan ke dalam

bentuk inmaterial15

Jangka waktu perlindungan hukum terhadap merek sifatnya terbatas.

Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis menyebutkan bahwa “Merek terdaftar mendapat

perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal

penerimaan”. Terhadap merek terkenal, mekanisme perlindungan hukumnya

tidak selalu melalui inisiatif dari pemilik merek untuk mendaftakan, tetapi

juga dapat diperoleh melalui penolakan Direktorat Jendral Hak Kekayaan

14

Rachmadi Usman, Op. Cit, hal. 45 15

HidayatiNur, Perlindungan Hukum Bagi Merek yang Terdaftar, Ragam Jurnal

Pengembangan Humanivora, Vol. 11, No. 3, 2011, hal. 180

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

9

Intelektual (DJKI) terhadap permintaan pendaftaran merek yang mempunyai

persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terkenal

Jangka waktu perlindungan merek terdaftar dapat diperpanjang. Untuk

mendapat perpanjangan jangka waktu perlindungan merek, terlebih dahulu

harus mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu merek terdaftar.

Permohonan perpanjangan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia

oleh pemilik merek terdaftar atau kuasa nya dalam jangka waktu 6 (enam)

bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi Merek terdaftar

tersebut16

. Permohonan perpanjangan juga dapat diajukan dalam jangka

waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah berakhirnya jangka waktu

perlindungan merek terdaftar dengan dikenai biaya dan denda sebesar biaya

perpanjangan17

.

B. Bentuk-bentuk Pelanggaran Hak Merek Yang Terjadi Di Kota

Medan

1. Pengertian Pelanggaran Merek Menurut Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016

Arti pelanggaran merek (trademark infringement)menurut Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

dapat diinterpretasikan menjadi 4 (empat) macam, yaitu :

1. Perbuatan pelanggaran merek yang dilakukan secara sengaja dan tanpa

hak dengan menggunakan merek yang sama

2. Perbuatan pelanggaran merek yang dilakukan secara sengaja dan tanpa

hak dengan menggunakan merek yang serupa

3. Perbuatan pelanggaran merek yang dilakukan karena kelalaiannya

4. Perbuatan pelanggaran merek karena menggunakan tanda yang

dilindungi berdasarkan indikasi geografis atau indikasi asal yang

dilakukan secara sengaja dan tanpa hak sehingga menyesatkan

masyarakat mengenai asal barang atau jasa.

Pada dasarnya, untuk memahami apakah perbuatan itu merupakan

suatu pelanggaran, harus dipenuhi unsur-unsur penting berikut ini :18

1. Larangan Undang-undang

Perbuatan yang dilakukan oleh seorang pengguna Hak Kekayaan

Intelektual dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-

undang.

2. Izin (Lisensi)

Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual dilakukan tanpa persetujuan

(lisensi) dari pemilik atau pemegang hak terdaftar.

3. Pembatasan Undang-Undang

Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual melampaui batas ketentuan

yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.

4. Jangka Waktu

16

Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis 17

Pasal 35 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis 18

Abdul Kadir Muhammad, Op. cit, hal. 144

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

10

Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual dilakukan dalam jangka waktu

perlindungan yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang atau

perjanjian tertulis atau lisensi.

2. Bentuk-bentuk Pelanggaran Merek

Di era perdagangan dan persaingan usaha saat ini, banyak sekali terjadi

pelanggaran-pelanggaran merek yang dilakukan oleh para pelaku usaha demi

meraup keuntungan yang besar. Hal ini tentu sangat menimbulkan kerugian

terhadap para pemilik merek terdaftar yang merek miliknya digunakan secara

tanpa hak oleh pihak lain.

Pada prinsipnya seusai prinsip hukum merek, pelanggaran merek dapat

dikategorikan menjadi 6, yaitu :19

a. Pelanggaran “Counterfeitting that use of mark that is substantially

indistinguishsble-required for treble damages and criminal

prosecution”

Teori pemalsuan (counterfeiting) muncul dalam kasus

pengiklanan untuk menjual (advertising), pengemasan ulang

(repackaigng), perbaikan dan pengkondisian ulang (repair and

reconditioning). Contoh kasusnya ialah seseorang membuat iklan

untuk menjual mobil bekasnya Ferrari Daytona Spyder 1972. Ferrari

menggugat penjual mobil tersebut karena telah menginklankan

penjualan mobil bekasnya dengan kemasan dagang dan mereknya

tersebut tanpa izin.

b. Pelanggaran “Dilution that lessening of that capacity of a famous

mark to identify and distinguish goods or serbices regardless of

competition or likelihood of confusion”.

Penggunaan merek secara tanpa hak untuk barang atau jasa yang

sejenis misalnya seperti Charles Jourdan yang digunakan untuk produk

tas dan dompet, padahal seharusnya merek Charles Jourdan merupakan

suatu merek yang diciptakan untuk produk jam tangan.

c. Pendaftaran dan penggunaan merek terkenal di Internet

(Cybersquatting)

Cybersquatting merupakan salah satu bentuk kasus pendaftaran

merek terkenal oleh pihak lain secara tidak sah di internet dengan

maksud untuk menjualnya dengan harga yang tinggi kepada pemilik

merek yang sebenarnya.

Contohnya ialah dengan penggunaan nama terkenal orang lain

sebagai Internet Domain Name oleh pihak lain secara tanpa hak seperti

celinedion.com, atau madonna.com

d. Penggunaan karakter dalam pemasaran (Character Merchandising)

Penggunaan karakter dalam pemasaran sebagai merek atau

langsung dipakai dalam produk adalah suatu bentuk pelanggaran.

Penggunaan reputasi berbagai karakter fiksi untuk memberikan nama

dan menambah popularitas suatu produk, padahal produk tersebut tidak

memiliki kaitan langsung dengan karakter tersebut, berpotensi

19

Rahmi Jened, Op. cit, hal. 311

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

11

melanggar hak pihak-pihak yang menciptakan karakter tersebut. Hal ini

mengingat kemungkinan hilangnya peluang pemegang hak cipta atas

berbagai karakter tersebut untuk memasarkan karakter fiksinya dalam

berbagai produk seperti mainan, kaos, dan lain-lain

e. Pelanggaran Likelihood of confusion

Pelanggaran persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek yang sudah terkenal menjadi isu yang sangat banyak

terjadi, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Di luar

negeri, hal ini dikenal dengan istilah Likelihood of confusion.

Pelanggaran ini menimbulkan kebingungan bagi konsumen mengingat

kemiripan merek yang ada pada produk tersebut. Penerapan prinsip

likelihood of confusion adalah merupakan standar hukum yang

digunakan untuk menentukan apakah ada atau tidak pelanggaran merek

dagang pada pemohon merek baru atau bahkan yang sudah terdaftar di

suatu negara.

Di Indonesia sendiri, terdapat contoh kasus pengelabuan merek

dagang “Gudang Garam” vs “Gudang Baru”. Perusahaan rokok Gudang

Garam melakukan gugatan pembatalan merek Gudang Baru yang telah

memiliki Sertifikat Merek IMD0000322226 tertanggal 21 Maret 2005

dan Sertifikat Merek Nomor IDM000042757 tertanggal 14 juli 2005

untuk jenis barang di kelas 34 dari Daftar Umum Merek DJKI.

Untuk membatalkan merek Gudang Baru, gugatan pun dilayangkan ke

PN Surabaya dan setelah bertarung selama 4 (empat0 bulan lamanya,

majelis PN Surabaya mengabulkan permohonan Gudang Garam.

Alasan kuat bahwa Gudang Garam adalah merek terkenal dan merek

Gudang Baru dan lukisan mempunyai persmaaan pada pokoknya

dengan merek Gudang Garam milik Penggugat. Sebagai bukti bahwa

Gudang Garam merupakan merek terdaftar adalah berdasarkan data,

merek rokok Gudang Garam saat ini sudah diekspor ke beberapa negara

di antaranya Malaysia, Arab Saudi dan sejumlah negara di Timur

Tengah, Jepang, Belanda, dan Swiss.

Pelanggaran ini sangat bertentangan dengan teori The exchange for

Secrecy Rationale yang tanpa sah (legal right) pelaku pelanggaran

melakukan peniruan terhadap merek yang diciptakan oleh pemilik

f. Pelanggaran “Passing Off”

Passing Off adalah bentuk perbuatan melawan hukum dalam

sistem Common Law yang dapat digunakan untuk menegakkan hak

merek yang tidak maupun yang sudah didaftarkan. Perbuatan melawan

hukum yang terkait Passing Offini bertujuan untuk memberikan

perlindungan terhadap reputasi atau “Good will” sebuah merek dari

sebuah merek yang sangat mirip dan tidak mewakili merek asli yang

dapat merusak reputasi atau “good will” merek yang legal. Hukum

pencegahan terhadap pelanggaran Passing Off adalah upaya untuk

mencegah pemilik hak dari upaya orang yang meniru dan memiliki

merek yang legal, sehingga menghindari upaya orang untuk mengambil

keuntungan dari merek tersebut.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

12

Di Indonesia sering dikenal istilah pemboncengan merek atau

pemboncengan reputasi dimana perbuatan yang mencoba meraih

keuntungan dengan cara membonceng reputasi sehingga dapat

menyebabkan tipu muslihat atau penyesatan. Sebagai contoh kasus

merek Aqua yang sudah sangat terkenal di Indonesia sehingga menarik

minat orang lain untuk melakukan pelanggaran Passing Off dengan

mendaftarkan merek-merek yang memiliki kemiripan seperti merek

Club Aqua, Aquaria, dan Aqualiva. Khusus terkait kasus kemiripan

merek Aqua dengan merek Aqualiva, Mahkamah Agung melalui

putusannya dalam perkara No. 014/K/N/HaKI/2003 menyatakan bahwa

pembuat merek Aqualiva mempunyai itikad tidak baik dengan

mendompleng ketenaran nama Aqua. Dalam hal ini, merek Aqualiva

melakukan pemberian nama dengan mendompleng ketenaran nama

Aqua. Kasus ini merupakan contoh konkrit kasus pelanggaran Passing

Off yang melakukan persaingan dagang tidak sehat.20

3. Contoh Kasus Pelanggaran Yang Terjadi Di Kota Medan

a. Kasus Peredaran Kosmetik Merek Nature Republic di Indonesia

Nature Republic merupakan salah satu merek asal Korea Selatan

yang sedang populer. Nature Republic didirikan sekitar pada bulan Maret

tahun 2009. Kepopuleran kosmetik merek Nature Republic di tengah

masyarakat membuat banyaknya produk palsu Nature Republic yang

beredar di pasaran. Beredarnya Aloe Vera Soothing Gel palsu membuat

banyak masyarkat terkecoh dan langsung membeli produk nya, tanpa

memastikan terlebih dahulu apakah produk nature republic tersebut benar-

benar produk asli. Peredaran Nature Republic Palsu ini sudah menyebar ke

seluruh daerah di Indonesia, termasuk di Kota Medan. Penjualan produk-

produk Nature Republic palsu ini terdapat di toko-toko kecil di dalam

maupun di luar Mall. Ada juga yang menjual nya melalui Online Shop atau

toko online.

Nature Republic Palsu tentunya akan menimbulkan efek samping bagi

para penggunanya. Efek samping tersebut diantaranya ialah21 :

1) Kulit menjadi perih, terasa cekit-cekit pada saat gel aloe vera meresap

ke kulit.

2) Wajah menjadi terasa panas seperti terbakar.

3) Muncul beruntusan atau jerawat setelah 1-2 kali pemakaian.

4) Jika sebelum memakai Nature Republic sudah memiliki jerawat, maka

setelah memakai produk Nature Republic palsu akan membuat jerawat

semakin meradang dan parah.

5) Dapat menyebabkan kulit mengelupas, kering dan kusam karena

kandungan alkohol yang terlalu tinggi atau bahan kimia lain.

20

Edy Santoso, Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek Dagang Terkenal

Melalui Peran Kepabeanan Sebagai Upaya Menjaga Keamanan dan Kedaulatan Negara, Jurnal

Hukum, Vol.5 No. 1, 2016, hal. 126 21

https://klinikkecantikan.co.id/layanan-kecantikan/review-produk/efek-samping-nature-

republic-aloe-vera-palsu, Siwi Trisanti, diakses pada hari Selasa, 19 Maret 2019

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

13

6) Membuat wajah seperti merasa tertarik, kencang, dan sedikit perih

pada saat dipegang/disentuh.

Kandungan dalam kosmetik Nature Republic palsu diduga banyak

mengandung bahan kimia, padahal produk Nature Republic Aloe Vera

Soothing Gel 92% asli banyak mengandung bahan-bahan organik. Hal ini

yang menyebabkan adanya efek samping yang dapat membahayakan

kesehatan.

Dalam hal ini, penjual Nature Republic Aloe Vera Soothing Gel 92%

palsu dianggap sudah melakukan pelanggaran merek karena telah

melakukan pemalsuan merek produksi secara tanpa hak kepada pemegang

hak merek terdaftar. Penjual produk merek Nature Republic Aloe Vera

Soothing Gel 92% palsu telah melanggar ketentuan dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

Pasal 20.

b. Kasus Peredaran Kosmetik Merek NYX Palsu di Kota Medan

NYX merupakan salah satu produk kosmetik yang sangat populer dan

digemari oleh kalangan para wanita pecinta kosmetik. NYX merupakan

salah satu brand (merek) yang dilahirkan oleh PT. L'Oréal. NYX adalah

sebuah perusahaan kosmetik yang pusat nya berada di Los Angeles,

Amerika Serikat. Pendiri dari NYX ini ialah Toni Ko, seorang pebisnis

wanita asal Amerika Serikat yang memiliki darah Korea, yang bercita-cita

ingin memiliki usaha di bidang kosmetik

Maraknya peredaran kosmetik palsu di pasaran membuat

masyarakat harus lebih berhati-hati lagi dalam memilih dan membeli

kosmetik. Merek NYX Kosmetik juga tak luput dari pemalsuan merek.

Banyak sekali beredar lipcream (pewarna bibir yang memiliki tekstur seperti

krim) palsu yang menggunakan NYX sebagai merek nya. Selain lipcream,

eyebrow (pensil alis) NYX palsu juga turut beredar di pasaran.

Sama halnya dengan Nature Republic palsu, peredaran Kosmetik

NYX palsu juga terdapat di toko-toko kosmetik kecil baik di dalam maupun

di luar mall. Banyak juga yang menjualnya dengan melalui online shop atau

tokoonline.

Kosmetik palsu yang tidak jelas bahan dasarnya dan diragukan

keamanan pemakaian produknya, pasti akan menimbulkan efek samping

jika dilakukan pemakaian secara rutin. Begitu pula dengan NYX Soft Matte

Lip Cream palsu. Berikut efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian

NYX Soft Matte Lip Cream palsu :

1) Kulit bibir akan mengelupas

2) Bibir akan merah-merah dan terasa gatal

3) Bibir menjadi bengkak

4) Kulit bibir akan terasa seperti bersisik

Agar tidak terjadi efek samping yang membahayakan, maka

gunakanlah NYX Soft Matte Lip Cream yamg original atau asli, karena

Soft Matte Lip Cream NYX asli menggunakan bahan-bahan yang aman

untuk bibir dan menggunakan ekstrak buah-buahan. Selain itu, Soft Matte

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

14

Lip Cream NYX asli sudah memiliki izin edar yang dikeluarkan oleh

BPOM Indonesia (Badan Pengawas Obat dan Makanan), sehingga

keamanan dari produk ini sudah teruji dan tidak perlu diragukan. Soft

Matte Lip Cream NYX dan produk NYX asli hanya dijual di official store

atau toko resmi NYX.

C. Perlindungan Hukum Yang Disediakan Oleh Pemerintah Dalam

Rangka Melindungi Hak Merek Terhadap Suatu Produk Kosmetik

Yang Telah Dipalsukan

Pemerintah memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan hukum

kepada pemilik merek yang telah mendaftarkan merek nya, sesuai dengan

ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016. Namun, untuk

menjalankan kewajiban tersebut pemerintah tidak dapat melakukan nya sendiri.

Untuk itu, pemerintah membentuk lembaga-lembaga guna melaksanakan

kewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap merek yang telah

didaftarkan. Lembaga-lembaga tersebut ialah :

a. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual adalah sebuah unsur

pelaksana Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang mempunyai

tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang

kekayaan Intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

dan Intelektual mempunyai fungsi 22

:

1) Perumusan kebijakan di bidang perlindungan hukum kekayaan

intelektual, penyelesaian permohonan pendaftaran kekayaan

intelektual, penyidikan, penyelesaian sengketa dan pengaduan

pelanggaran kekayaan intelektual, kerja sama, promosi kekayaan

intelektual, serta teknologi informasi di bidang kekayaan intelektual;

2) Pelaksanaan kebijakan di bidang perlindungan hukum kekayaan

intelektual, penyelesaian permohonan pendaftaran kekayaan

intelektual, penyidikan, penyelesaian sengketa dan pengaduan

pelanggaran kekayaan intelektual, kerja sama, promosi kekayaan

intelektual, serta teknologi informasi di bidang kekayaan intelektual;

3) Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang perlindungan

hukum kekayaan intelektual, penyelesaian permohonan pendaftaran

kekayaan intelektual, penyidikan, penyelesaian sengketa dan

pengaduan pelanggaran kekayaan intelektual, kerja sama, promosi

kekayaan intelektual, serta teknologi informasi di bidang kekayaan

intelektual;

22

https://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Kekayaan_Intelektual, Wikipedia,

diakses pada hari Sabtu 23 Maret 2019

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

15

4) Pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang

perlindungan hukum kekayaan intelektual, penyelesaian permohonan

pendaftaran kekayaan intelektual, penyidikan, penyelesaian sengketa

dan pengaduan pelanggaran kekayaan intelektual, kerja sama, promosi

kekayaan intelektual, serta teknologi informasi di bidang kekayaan

intelektual;

5) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

b. Komisi Banding Merek

Komisi Banding Merek adalah badan khusus independen yang

berada di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hukum.23

Komisi Banding Merek diatur dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis. Dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban , Komisi Banding

Merrek diatur lebih terperinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7

Tahun 2005.Adapun tugas-tugas dan fungsi dari Komisi Banding Merek

ialah :24

1) Menerima, memeriksa, dan memutus permohonan banding

terhadap penolakan permintaan pendaftaran merek berdasarrkan

alasan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 20 dan/atau Pasal

21 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis.

2) Komisi banding merek berhak memberikan rekomendasi kepada

Menteri untuk melakukan penghapusan terhadap merek terdaftar

yang melanggar ideologi negara, peraturan perundang-undangan,

moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum.

3) Menerima, memaksa, dan memutus permohonan banding atas

keberatan terhadap penolakan permohonan perpanjangan

pendaftaran merek.

4) Menerima, memeriksa, dan memutus permohonan banding

terhadap keputusan penolakan Indikasi Geografis yang memiliki

persamaan pada keseluruhannya dengan Indikasi Geografis yang

sudah terdaftar.

5) Menyelenggarakan fungsi pengadministrasian, pemeriksaan,

pengkajian, dan penilaian, serta pemberian keputusan terhadap

permohonan banding.

c. Pengadilan Niaga sebagai Lembaga Peradilan Yang Berwenang

Untuk Menyelesaikan Sengketa Merek

23

Pasal 1 ayat (23) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis 24

http://www.dgip.go.id/komisi-banding-merek-2018,Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual, diakses pada hari Sabtu, 23 Maret 2019

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

16

Lembaga peradilan merupakan suatu alat kelengkapan negara yang

bertugas untuk menegakkan hukum di Indonesia. Menurut R. Subekti,

lembaga peradilan merupakan lembaga yang melakukan proses

peradilan, yaitu memeriksa dan memutuskan sengketa-sengketa

hukum dan pelanggaran-pelanggaran hukum atau undang-undang25

.

Pengadilan Niaga adalah suatu Pengadilan khusus yang berada

dalam lingkungan peradilan umum, yang dibentuk dan bertugas menerima,

memeriksa dan memutus serta menyelesaikan permohonan pernyataan

pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang serta perkara lain

dibidang perniagaan.

Untuk pertama kalinya Pengadilan Niaga dibentuk pada

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan selanjutnya berdasarkan Keputusan

Presiden R.I. No. 97 Tahun 1999 dibentuk 4 (empat) Pengadilan Niaga,

yaitu Pengadilan Niaga Medan, Pengadilan Niaga Ujung Pandang

(Makasar), Pengadilan Niaga Semarang, dan Pengadilan Niaga Surabaya.

Khusus wilayah hukum Pengadilan Niaga Medan meliputi wilayah

Propinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi dan

Propinsi Nanggro Aceh Darusallam.

Pembentukan Pengadilan Niaga mula – mula hanya memeriksa dan

mengadili perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

Utang, sedangkan kewenangan terhadap perkara perniagaan akan lainnya

akan ditentukan dengan peraturan perundang - undangan. Perkara -

perkara tersebut antara lain adalah perkara – perkara dibidang Hak

Kekayaan Intelektual (HKI).

Pasal 83 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis menyebutkan bahwa pemilik merek dapat

mengajukan gugatan terhadap pihak yang telah melakukan pelanggaran

merek ke Pengadilan Niaga.

Adapun tata cara gugatan pada pengadilan Niaga ialah :26

1) Gugatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3), Pasal 68,

Pasal 74, dan Pasal 76 diajukan kepada ketua Pengadilan Niaga dalam

wilayah hukum tempat tinggal atau domisili tergugat.

2) Dalam hal salah satu pihak bertempat tinggal di luar wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia, gugatan tersebut diajukan kepada Ketua

Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

3) Panitera mendaftarkan gugatan pada tanggal gugatan yang

bersangkutan diajukan dan kepada penggugat diberikan tanda terima

25

Adi Sulitiyono, Sistem Peradilan di Indonesia Teori dan Praktik (Jakarta : Kencana

Prenada, 2002), hal. 2 26

Pasal 85 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

17

tertulis yang ditandatangani panitera dengan tanggal yang sama dengan

tanggal pendaftaran gugatan.

4) Panitera menyampaikan gugatan kepada ketua Pengadilan Niaga

dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari terhitung sejak gugatan

didaftarkan.

5) Dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal

gugatan disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ketua

Pengadilan Niaga mempelajari gugatan dan menunjuk majelis hakim

untuk menetapkan hari sidang.

6) Pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita paling lama 7 (tujuh)

hari setelah gugatan didaftarkan.

7) Sidang pemeriksaan sampai dengan putusan atas gugatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) harus diselesaikan paling lama 90 (sembilan

puluh) hari setelah perkara diterima oleh majelis yang memeriksa

perkara tersebut dan dapat diperpanjang paling lama 30 (tiga puluh)

hari atas persetujuan Ketua Mahkamah Agung.

8) Putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

memuat secara lengkap pertimbangan hukum yang mendasari putusan

tersebut harus diucapkan dalam sidang terbuka untuk

umum.www.hukumonline.com/pusatdata

9) Isi putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (8)

wajib disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14

(empat belas) hari setelah putusan atas gugatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diucapkan.

d. Kepolisian Republik Indonesia

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) adalah Kepolisian Nasional

di Indonesia. Kepolisian Republik Indonesia bertanggung jawab

langsung di bawah presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian

di seluruh wilayah Indonesia yaitu memelihara keamanan dan

ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan

perlidungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat27

.

Dalam melakukan penyidikan terhadap tindak pidana pelanggaran

merek, Kepolisian Republik Indonesia memiliki kewenangan untuk

membantu pejabat penyidik pegawai negeri sipil (dalam hal ini ialah

DJKI) untuk melakukan penyidikan terhadap suatu perbuatan yang

diduga merupakan tindak pidana pelanggaran merek.28

Bersama

dengan DJKI, Polri memiliki kewenangan untuk menangkap pihak-

pihak yang diduga telah melakukan tindak pidana pelanggaran merek.

Tindakan Polri melakukan penangkapan terhadap pihak-pihak yang

telah terbukti melakukan pelanggaran merek merupakan langkah awal

27

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia, Wikipedia,

diakses pada hari Rabu, 24 April 2019 28

Pasal 99 ayat (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

18

untuk pemberian sanksi pidana kepada pihak yang telah terbukti

melakukan pelanggaran merek, sebelum jatuhnya putusan pengadilan

atas tindakan pelanggaran merek tersebut.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Peraturan hukum dan perundang-undangan Indonesia telah

memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang atau

pemilik merek terdaftar khususnya pemilik merek kosmetik

dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Pemilik merek yang

sudah mendaftarkan mereknya secara otomatis akan mendapatkan

perlindungan hukum yaitu salah satunya dengan menolak

pendaftaran merek yang dilakukan oleh pihak lain yang merek

nya memiliki persamaan secara keseluruhan maupun persamaan

pada pokoknya seperti yang tercantum di dalam Pasal 21 Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis.

2. Bentuk-bentuk pelanggaran merek ada berbagai macam, misalnya

pemalsuan merek, pendaftaran dan penggunaan merek terkenal di

internet, penggunaan karakter dalam pemasaran, dan lain

sebagainya. Pelanggaran merek pada kosmetik yang paling

banyak ditemukan di Kota Medan saat ini ialah pemalsuan merek,

salah satunya pemalsuan merek kosmetik terkenal yang dilakukan

oleh pihak-pihak yang tidak memiliki hak. Para pelaku pemalsuan

merek menggunakan logo kemasan merek yang asli, bahkan

kemasan yang dibuat sangat mirip sehingga membuat para

konsumen terkecoh untuk membedakan produk merek kosmetik

merek asli dengan merek palsu.

3. Perindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah memiliki

keuntungan bagi pemilik merek dan konsumen. Adanya

pengaturan hukum yang dibuat oleh pemerintah dapat

mengurangi resiko terjadinya pelanggaran merek. Pemilik merek

juga akan mendapat perlindungan jika suatu waktu terjadi

pelanggaran merek yang dilakukan oleh pihak lain terhadap

merek yang sudah didaftarkan. Bagi konsumen, dengan adanya

perlindungan hukum dapat memudahkan konsumen untuk

mengenal mutu produk sebab produk yang merek nya terdaftar

pasti terjamin kualitas produknya. Perlindungan hukum yang

disediakan pemerintah ialah dengan membentuk lembaga-

lembaga yang dapat memberikan perlindungan seperti DJKI,

Komisi Banding Merek, dan Polri. Pemerintah akan memberikan

sanksi pidana ataupun perdata kepada para pelaku pelanggaran

merek jika terbukti melakukan pelanggaran merek.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

19

B. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat

diberikan dalam hal ini ialah :

1. Perlunya sosialisasi mengenai Hak Kekayaan Intelektual dalam

implementasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis kepada semua kalangan terkait,

khususnya kepada pengusahakosmetik. Diharapkan dengan adanya

sosialisasi yang efektif, pengetahuan akan sistem Hak Kekayaan

Intelektual khusunya Tentang Merek dapat diketahui seluruh

lapisan masyarakat, khusunya para pelaku usaha baik di bidang

barang maupun di bidang jasa, untuk meminimalisir tindakan

pelanggaran merek.

2. Perlunya sosialisasi yang dilakukan oleh pemilik merek terdaftar,

khususnya pemilik merek kosmetik terkenal. Sosialisasi yang

dilakukan agar pelaku usaha di bidang kosmetik tidak

mempergunakan merek kosmetik milik pihak lain yang sudah

terdaftar secara sah di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual. Sosialisasi ini dapat memperkecil kemungkinan para

pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan pemalsuan

merek sebab sudah dilakukannya sosialisasi oleh pemilik merek

yang sah dan terdaftar.

3. Lembaga-lembaga yang dibentuk pemerintah untuk memberikan

perlindungan hukum dengan cara melakukan pengawasan terhadap

peredaran produk-produk kosmetik dan melakukan penindakan

hukum apabila terjadi pelanggaran merek kosmetik yang dilakukan

oleh pelaku usaha di bidang kosmetik yang tidak bertanggung

jawab.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

20

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adisumarto, Harsono, 1990, Hak Milik Intelektual Khusunya Hukum Paten dan

Merek, Jakarta: Akademika Pressindo

Agusman, Dumoli Damos, 2010, Hukum Perjanjian Internasional: Kajian Teori

dan Praktik di Indonesia, Bandung: Refika Aditama

Gautama, Sudargo, 1987, Hukum Merek Indonesia,Bandung: Alumni

Indriyanto, Agung, dkk. 2017, Aspek Hukum Pendaftaran Merek. Jakarta:

Rajawali Pers

Jened, Rahmi, 2015, Hukum Merek Trademark Law, Jakarta: Prenada Media

Group

Muhammad, K. Abdul, 2001, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,

Bandung: Citra Aditya

Saidin, OK. 1995, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: PT Grafindo

Persada

Sulitiyono, Adi, 2002,Sistem Peradilan di Indonesia Teori dan Praktik, Jakarta :

Kencana Prenada

Usman, Rachmadi, 2003, Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual: Perlindungan

dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, Bandung : Alumni

B. Jurnal

Khoironi, Iffan Alif, 2013, Implementasi Pendaftaran Merek Sebagai Bentuk

Perlindungan Hukum Pada Home Industry Egroll, Vol. 2, No. 2

Mamahit, Jisia, 2013, Perlindungan Hukum Atas Merek dalam Perdagangan

Barang dan Jasa, Lex Privatum , Vol. 1, No.31

Nugroho, Rifky Ardian, dkk, 2016, Perlindungan Hukum Pemegang Hak Merek

Dagang Terkenal Asing (Well Known Mark) Dari Tindakan Passing Off

(Studi Sengketa GS Atas Nama GS Yuasa Corporation), Jurnal Hukum,

Vol. 5, No.3

Nur, Hidayati, 2011,Perlindungan Hukum Bagi Merek yang Terdaftar, Ragam

Jurnal Pengembangan Humanivora, Vol. 11, No. 3

Santoso, Edy, 2016, Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek Dagang

Terkenal Melalui Peran Kepabeanan Sebagai Upaya Menjaga

Keamanan dan Kedaulatan Negara, Jurnal Hukum, Vol. 5 ,No. 1

Yosia , Ronna Novi, 2016, Perlindungan Hukum Atas Hak Kekayaan Intelektual

Khususnya Merek Di Indonesia, Jurnal Hukum, Vol. 2, No. 8

C. Kamus

Dendy, Sugono,dkk, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama

D. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 67

Tahun 2016 Tentang Pendaftaran Merek

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA PEMILIK MEREK TERHADAP …

21

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

KitabUndang-UndangHukumPerdata

E. Internet

https://www.beritasatu.com/ekonomi/534493/awas-nature-republic-palsu-dan

ilegal-serbu-psar, Berita Satu, diakses pada Rabu, 6 Maret 2019

https://www.hki.co.id/merek.html, Hak Kekayaan Intelektual, diakses pada hari

Rabu, 20 Maret 2019

https://id.wikipedia.org/wiki/Direktorat_Jenderal_Kekayaan_Intelektual,

Wikipedia, diakses pada hari Sabtu 23 Maret 2019

http://www.dgip.go.id/komisi-banding-merek-2018, Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual, diakses pada hari Sabtu, 23 Maret 2019

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepolisian_Negara_Republik_Indonesia, Wikipedia,

diakses pada hari Rabu, 24 April 2019