86
PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: ANWAR FAUZI NIM: 11140480000051 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/ 2018 M

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR

DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

ANWAR FAUZI

NIM: 11140480000051

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/ 2018 M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

ii

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

iii

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata-1 (S1) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 Mei 2018

Anwar Fauzi

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

v

ABSTRAK

ANWAR FAUZI. NIM 11140480000051. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M. x + 68 Halaman + 3 Halaman Daftar Pustaka + 5 Halaman Lampiran Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan pemboncengan reputasi (passing off) yang masih belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, melihat seperti apa perlindungan hukum yang diberikan oleh Direktorat Jenderal KI kepada pendaftar pertama merek, terutama tehadap merek terkenal seperti GS Yuasa, INK, dan TOYOTA, serta menjelaskan dampak akibat hukum terhadap pelaku usaha yang melakukan perbuatan passing off.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yuridis-normatif dengan penelitian yang dilakukan mengacu pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan dan keputusan pengadilan. Jenis penelitian yang penulis lakukan menggunakan kualitatif yang dimana penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis pada putusan kasasi tersebut. Sumber data yang diperoleh melalui wawancara Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dan library research.

Hasil penelitian menunjukan tidak adanya pengaturan mengenai tindakan-tindakan apa saja yang disebut sebagai persaingan curang yang terdapat dalam penjelasan Pasal 21, serta belum memadainya kriteria merek terkenal dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis mengakibatkan munculnya masalah passing off terhadap merek terkenal. Bangsa Indonesia tunduk kepada instrumen internasional seperti (The Paris Convention for the Protection of Industrial Property/ Konvensi Paris) dan (Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, Including Trade in Counterfeit Good/TRIPs). Akan tetapi ketentuan ini memberikan kebebasan kepada setiap negara anggota untuk menetapkan dan mengatur keterkenalan suatu merek di negaranya masing-masing. Oleh sebab itu, penentuan keterkenalan suatu merek pada akhirnya tetap diserahkan kepada Majelis Hakim. Dasar hukum passing off maupun kriteria merek terkenal dirasa sangat diperlukan saat ini mengingat perkembangan dunia usaha dan juga era globalisasi yang sudah maju pada zaman modern ini.

Kata Kunci : Passing Off, Merek Terkenal, Putusan Pengadilan

Pembimbing : 1. Dra. Ipah Farihah, M.H

2. Hidayatulloh, M.H.

Daftar Pustaka : 1980 sampai 2014

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

vi

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بســــــــــــــــــم هللا الرSegala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

rahmat-Nya, sehingga oleh karenanya Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR

DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA”. Adapun

maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menemukan beberapa

hambatan, namun berkat bantuan, dukungan serta motivasi dari berbagai pihak,

akhirnya Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Pada

kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat saya ingin

mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta beserta Para Wakil Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H., ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum., sekertaris Program Studi

Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Hidayatulloh, M.H. dan Dra. Ipah Farihah., M.H. Dosen pembimbing yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing Peneliti dengan

penuh kesabaran, ketelitian, dan tidak henti-hentinya memberikan

masukan, saran maupun kritik serta motivasi yang membangun demi

kebaikan serta terselesaikannya skripsi ini.

4. Kasubdit. Pelayanan Hukum dan Fasilitasi Komisi Banding Merek,

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementrian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia yang telah menjelaskan mengenai

kasus maupun berbagi ilmu pengetahuan mengenai bidang merek agar

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

vii

5. Seluruh pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan; bagian Tata

Usaha Fakultas Syariah dan Hukum

6. Pihak-pihak terkait terutama kedua orang tua peneliti tercinta Ayahanda

dan Ibunda yang senantiasa dengan penuh kesabaran, kasih sayang yang

tidak henti-hentinya memberikan semangat, doa, saran, dan dukungan

moril, maupun materil sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini.

Semoga Allah S.W.T membalas semua kebaikan Bapak dan Ibu serta

teman-teman semua dengan berlipat ganda. Peneliti berharap semoga skripsi ini

bermanfaat dan dapat dijadikan rujukan penyusunan skripsi selanjutnya.

Jakarta, 24 Mei 2018

Peneliti

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .............................................. iii

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7

D. Metode Penelitian ....................................................................... 8

E. Sistematika Penelitian ................................................................. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG MEREK DAN PASSING

OFF

A. Konsep Umum Merek ................................................................. 13

1. Pengertian Merek ................................................................. 13

2. Jenis dan Fungsi Merek ....................................................... 15

3. Persyaratan Merek ............................................................... 17

4. Pendaftaran Merek di Direktorat Jenderal KI ...................... 20

5. Penghapusan dan Pembatalan Merek .................................. 25

B. Konsep Passing Off Dalam Hukum Merek di Indonesia ............ 26

1. Pengertian Passing Off ........................................................ 26

2. Passing Off Menurut Undang-Undang Merek di Indonesia 30

C. Kajian Teoritis ............................................................................ 31

1. Teori Perlindungan Hukum .................................................. 31

2. Teori Kepastian Hukum ........................................................ 34

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

ix

D. Review (Tinjauan Ulang) Hasil Studi Terdahulu ....................... 35

BAB III DATA PENELITIAN TENTANG YURISPRUDENSI

PASSING OFF

A. Pelanggaran Merek di Indonesia.......................................... 38

B. Yurisprudensi Tentang Perbuatan Passing Off .................... 40

1. Sengketa Merek GS Yuasa dan GS Garuda Sakti Pada

Putusan M.A.R.I Nomor 55 K/Pdt.Sus-HKI/2015 ......... 40

2. Sengketa Merek Toyota dan Toyoko Pada Putusan

M.A.R.I Nomor 03 K/Pdt.Sus-HKI/2012 ....................... 44

BAB IV ANALISIS PERBUATAN PASSIG OFF TERHADAP HAK

ATAS MEREK DAN AKIBAT HUKUMNYA

A. Analisis Kasus Perbuatan Passing Off di Indonesia ................. 47

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perbuatan Passing Off .... 58

C. Akibat Hukum Dari Perbuatan Passing Off ............................. 62

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 66

B. Rekomendasi ............................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69

LAMPIRAN

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang sangat pesat, juga

mendorong globalisasi Hak Kekayaan Intelektual. Suatu barang atau jasa

yang hari ini diproduksi di satu negara, di saat berikutnya telah dapat

dihadirkan di negara lain. Kehadiran barang atau jasa yang dalam proses

produksinya telah menggunakan Hak Kekayaan Intelektual, dengan demikian

juga telah menghadirkan Hak Kekayaan Intelektual, pada saat yang sama

ketika barang atau jasa yang bersangkutan dipasarkan. Kebutuhan untuk

melindungi Hak Kekayaan Intelektual dengan demikian juga tumbuh

bersamaan dengan kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa sebagai

komoditi dagang. Kebutuhan untuk melindungi barang atau jasa dari

kemungkinan pemalsuan atau dari persaingan yang tidak wajar (curang), juga

berarti kebutuhan untuk melindungi Hak Kekayaan Intelektual yang

digunakan pada atau memproduksi barang atau jasa tadi, Hak Kekayaan

Intelektual tersebut tidak terkecuali mereka.1

Merek merupakan ruang lingkup dari pada Hak Kekayaan Intelektual

yang merupakan suatu hak kebendaan yang sah dan diakui oleh hukum atas

benda tidak berwujud berupa kekayaan/kreasi intelektual, yang dapat berupa

diantaranya hak merek, seperti hak kebendaan lainnya Hak Kekayaan

Intelektual dapat beralih atau dialihkan dan dapat dipertahankan

kepemilikannya oleh siapapun. Atas dasar ketentuan aturan-aturan serta

ketentuan Undang-Undang yang ada. Suatu merek yang menjadi merek

terkenal menjadi andalan pengusaha dalam memenangkan persaingan usaha

yang semakin ketat. Fakta itu merek-merek terkenal menjadi incaran tindakan

passing off bagi pihak-pihak yang beritikad tidak baik.

1 Budi Agus Riswandi dan Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.82.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

2

Perlindungan terhadap merek terkenal, baik terdaftar maupun tidak

terdaftar, di Indonesia dapat diperoleh juga melalui hukum perdata. Ketentuan

yang melindungi merek terkenal, terdaftar ataupun tidak terdaftar, adalah

pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) atau Burgelijk

Wetboek (BW) tentang perbuatan melanggar hukum. Sebenarnya pasal ini

tidak ditujukan secara khusus untuk melindungi merek, tetapi ditujukan

secara umum pada semua aktifitas bisnis yang menimbulkan kerugian bagi

pihak lain.

Merek sangat penting dalam dunia periklanan dan pemasaran karena

publik sering mengaitkan suatu image, kualitas atau reputasi dan jasa dengan

merek tertentu. Sebuah merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga

secara komersial. Passing off melindungi pemilik merek reputasi dan pihak-

pihak yang akan membonceng keberhasilan mereka, sehingga para

pembonceng tidak dapat lagi menggunakan merek, kemasan atau indikasi lain

yang bisa mendorong konsumen yakin bahwa produk yang dijual mereka

dibuat oleh orang lain.2

Pemboncengan reputasi pada merek atau biasa dikenal dengan sebutan

Passing Off pada sistem Common Law. Dalam passing off terkait erat dengan

apa yang dimaksud dengan kata reputasi yaitu sebagai sesuatu yang melekat

dalam merek dan selain itu kata goodwill sering juga diartikan “itikad baik”.

Reputasi atau goodwill dalam dunia bisnis dipandang sebagai kunci sukses

atau kegagalan dari sebuah perusahaan sehingga reputasi atau goodwill

sangatlah penting bagi produsen karena dapat meyakinkan pihak konsumen

untuk membeli produknya.3

Definisi umum dari doktrin passing off adalah: a common-law tort to

enforce unregistered trademark. Menurut definisi tersebut, maka ada dua

unsur dari passing off, yaitu:

2 Endang Purwaningsih, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Lisensi, (Bandung: Mandar

Maju, 2012), h.112. 3 Tim Lindsey, dkk. Suatu Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT. Alumni,

2013), h.152.

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

3

1. Passing off merupakan tort (yang sering kali disandingkan dengan

perbuatan melawan hukum pada Pasal 1365 BW).

2. Passing off merupakan upaya hukum yang dilakukan pemilik merek

yang belum didaftarkan untuk melindungi mereknya dari digunakan

oleh pihak lain.

Pengertian passing off menurut Black’s Law Dictionary yaitu:4

“The act or an instance of falsely representing one’s own product as that of another in an attempt to deceive potential buyers. Passing off is actionable in tort under the law of unfair competition. It may also be actionable as trademark infringement”.

Berdasarkan Black’s Law Dictionary, bahwa passing off adalah

tindakan atau suatu hal palsu yang menampilkan produknya sendiri seperti

produk orang lain dalam upaya menipu pembeli potensial. Passing off

ditindaklanjuti dalam perbuatan melawan hukum berdasarkan hukum

persaingan curang. Ini juga dapat ditindaklanjuti sebagai pelanggaran hak

merek.

Sebagai pengguna meskipun mereka secara langsung dapat

membedakan merek terkenal dengan merek terkenal palsu tetapi mereka

menghiraukan demi menunjang gaya hidup, keadaan seperti inilah yang perlu

diperhatikan pemerintah agar pemegang merek terkenal/investor mendapat

jaminan perlindungan hukum terhadap berkembangnya merek-merek terkenal

palsu dalam skala besar. Mereka harus memiliki daya pembeda yang cukup

(capable of distinguishing), artinya memiliki kekuatan untuk membedakan

barang atau jasa suatu perusahaan lainnya. Agar mempunyai daya pembeda,

merek itu harus dapat memberikan penentuan pada barang atau jasa yang

bersangkutan.5 Dalam Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis berbunyi:

4 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, (St. Paul,Minn: West

Publishing Co, 2004), h.1115. 5 Tomi Utomo Suro, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), h.209.

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

4

“Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara

kepada pemilik Merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk

jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau

memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya”.

Dimaksudkan untuk melindungi pemilikan atas merek, investasi, dan

nama baik (goodwill) dalam suatu merek, dan untuk melindungi konsumen

dari kebingungan menyangkut asal usul suatu barang atau jasa. Namun masih

banyak perilaku masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap merek,

menunjukan bahwa masih rendahnya pemahaman terhadap norma-norma

hukum yang berlaku khususnya yang tercantum dalam Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Merek dan Indikasi Geografis atau yang lebih

kita kenal dengan kesadaran hukum6.

Permasalahan sengketa merek semakin beragam tersebut juga terjadi

terkait dengan adanya perbuatan-perbuatan pelaku usaha yang berbuat curang

dalam melakukan persaingan usaha. Seperti merek yang sudah terdaftar lebih

dahulu di Dirjen KI sebagai Daftar Umum Merek yang ternyata ditemukan

adanya kesamaan dalam merek berupa kata dan pengucapan suara yang jelas

sama dengan pendaftar merek lain.

Ada salah satu contoh kasus passing off yang dialami oleh perusahaan

aki GS Yuasa Corporation yang berasal dari Jepang. Perusahaan tersebut

telah terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dari tahun 1974,

diperpanjang terus-menerus sampai tahun 2014 dengan datar nomor

IDM000027599 termasuk dalam kelas 9. Bahwa pihak GS Yuasa Corporation

mengetahui adanya pesaing yang pelafalan merek nya hampir serupa yaitu

“GS Garuda Sakti” milik Yudi Tanto yang telah disetujui pendaftarannya

oleh Direktorat Jenderal KI pada tahun 2008 di Indonesia. Dari kasus tersebut

terlihat persamaan pada pokoknya yaitu terlihat dalam penggunaan merek GS

Garuda Sakti, terdiri dari huruf GS yang dominan, bahkan sangat identik

dengan merek milik GS Yuasa. Dan merek GS milik Penggugat dengan

6 Jaya Sopyansyah, dan Durachman Yusuf, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual,

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h.182.

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

5

Tergugat, sama-sama didaftarkan pada barang kelas 9 khususnya pada jenis

barang accu. Selain itu, memiliki kesamaan dalam kata GS yang merupakan

pokok merek, sedangkan kata Garuda Sakti merupakan keterangan yang

menjelaskan kata GS. Hal ini didukung dengan tampilan kata GS pada merek

Tergugat yang lebih besar, dibandingkan dengan tampilan kata Garuda Sakti.

Dengan demikian tampilan kata GS pada merek Tergugat I sangat dominan.

Bahwa apabila merujuk dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Tentang Merek bahwa telah dijelaskan ketika telah ditemukan persamaan

pada pokoknya dan/atau keseluruhannya dengan merek milik orang lain yang

telah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa sejenis maka

Direktorat Jenderal KI harus menolaknya, akan tetapi ketika melihat fakta

kasus yang sudah terjadi Direktorat Jenderal KI tetap menerima pendaftaran

merek yang diidentifikasi memiliki persamaan merek.

Menurut peneliti perlindungan hukum bagi pemegang merek terdaftar

merupakan suatu hal yang krusial dalam kekayaan intelektual, karena masih

banyak pihak-pihak yang berani melakukan tindakan passing off yang sudah

sangat jelas merugikan bagi pihak pemegang merek terdaftar. Dengan adanya

ketidakpastian perlindungan hukum pemilik merek terdaftar dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis maka

peneliti tertarik mengangkat tema ini yang akan lebih lanjut dituangkan dalam

sebuah skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Pemilik Merek

Terdaftar Dari Perbuatan Passing Off Dan Akibat Hukumnya

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang disampaikan terdapat beberapa

persoalan yang berkaitan dengan perlindungan hukum pemilik merek

terdaftar dari perbuatan passing off dan akibat hukumnya.

Dari latar belakang berfikir tersebut terdapat berbagai masalah

yang muncul yaitu:

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

6

a. Ketentuan dan pengaturan mengenai kepemilikan merek terdaftar

di Indonesia.

b. Tata cara memperoleh perlindungan hukum bagi pemilik merek

terdaftar terhadap perbuatan pemboncengan reputasi (passing off).

c. Perlindungan konsumen akibat pelanggaran merek yang

merugikan.

d. Unsur itikad tidak baik dalam melakukan pendaftaran merek.

e. Ketegasan sistem pendafaran merek serta masa perlindungan

merek.

2. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan skripsi ini,

peneliti membatasi masalah yang akan dibahas sehingga pembahasannya

lebih jelas dan terarah sesuai yang diharapkan peneliti. Di sini peneliti

hanya akan membahas masalah yakni perlindungan hukum pendaftar

pertama merek terhadap praktik passing off di Indonesia. Kegunaan dari

pada batasan masalah yang saya timbulkan ini ada untuk membatasi

pembahasan materi saya agar lebih terarah dan fokus sehingga tidak

terjadi kesalahpahaman serta pemecahan konsentrasi pembahasan

nantinya.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan

di atas, maka peneliti merumuskan masalah utama adalah:

Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik merek terdaftar

dari perbuatan passing off dan akibat hukumnya?

Selanjutnya pertanyaan riset dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut

a. Bagaimana pengaturan passing off dalam hukum merek di

Indonesia?

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

7

b. Bagaimana perlindungan hukum bagi pendaftar pertama merek

terhadap praktik passing off ?

c. Bagaimana akibat hukum dari adanya perbuatan passing off

terhadap merek terdaftar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan terhadap hal berikut:

a. Untuk mengetahui pengaturan dan ketentuan passing off dalam sistem

hukum di Indonesia

b. Untuk mengetahui cara memperoleh perlindungan hukum terhadap

perbuatan passing off

c. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap perbuatan passing off

terhadap hak atas merek.

2. Manfaat Penelitian

Selain tujuan-tujuan tersebut diatas, skripsi ini juga diharapkan dapat

bermanfaat untuk berbagai hal diantaranya :

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini, ialah:

1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dalam

perkembangan ilmu hukum khususnya pada bidang Hak

Kekayaan Intelektual terkait tindakan passing off merek.

2) Diharapkan dapat memberikan dan menambah refrensi penulisan

Hak Kekayaan Intelektual khususnya mengenai perbuatan passing

off merek serta menjadi masukan daripada penulisan selanjutnya

dalam penulisan karya ilmiah pada masa yang akan datang.

3) Dapat menerapkan ilmu-ilmu yang selama ini ditempuh dalam

bangku perkuliahan dalam menganalisis maupun penerapannya

secara langsung dilapangan.

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

8

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini, ialah:

1) Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada

lembaga atau instansi terkait dalam upaya permohonan dan

pendaftaran merek.

2) Diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam

menganalisis permasalahan perlindungan hukum merek dan

dalam memberikan kebijakan-kebijakan dan konsekuensi hukum

yang berkaitan dengan penegakan hukum dalam memberantas

tindak kecurangan dalam perbuatan passing off di Indonesia,

sehingga dapat tercipta nya persaingan usaha dalam praktek bisnis

yang seadil-adilnya.

3) Diharapkan dapat turut serta menginpirasi para masyarakat dan

mahasiswa.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, metode penelitian yang akan digunakan oleh

penelitian ini adalah:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh penulis menggunakan metode

penelitian yuridis-normatif, yaitu penelitian yang dilakukan mengacu

pada norma hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan

dan keputusan pengadilan serta norma-norma yang berlaku di masyarakat

atau juga yang menyangkut kebiasaan yang berlaku di masyarakat.7

2. Jenis Penelitian

Mengenai jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Jenis

penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang

7 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.105.

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

9

bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan

makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.8

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus

penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga

bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian

dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

Jenis penelitian ini secara lebih spesifik menggunakan jenis

penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode deskriptif ini

dimaksud untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas, dan dapat

memberikan data seteliti mungkin tentang objek yang diteliti.9

3. Sumber Data dan Bahan Hukum

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data

primer dan sekunder. Data primer dapat diperoleh dari sumber pertama,

yakni perturan perundang-undangan, wawancara dengan pihak yang

terlibat secara langsung dan buku refrensi yang relevan dengan penelitian

peneliti dan sesuai dengan bahan hukum yang dapat dibagi menjadi:10

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif yang artinya memiliki otoritas. Bahan-bahan hukum

primer meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau

risalah dalam pembuatan perundang-undangan atau putusan-putusan

hukum. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum utama.

Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini adalah: Undang-

Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Tentang Merek, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis, Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha

8 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h.43.

10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2011), h.141.

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

10

Tidak Sehat, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang dapat

memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang

diharapkan mendukung penulisan ini. Bahan hukum sekunder terdiri

dari buku-buku yang berkaitan dengan Hak Kekayaan Intelektual

terkait hak merek, hukum bisnis, jurnal-jurnal, media cetak dan

media elektronik.11

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yaitu berupa literature yang berasal dari

non hukum yang mempunyai relevansi dengan topik penelitian dan

juga dapat membantu memberikan penjelasan terhadap bahan hukum

primer dan sekunder sebelumnya. Bahan hukum tersier terdiri dari

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus hukum, majalah,

koran, internet, dan lainnya.12

4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini, peneliti mempergunakan metode pengumpulan data

melalui studi dokumen/kepustakaan (library research), yaitu dengan

mencari dan menganalisis peraturan perundang-undangan serta sumber

bacaan seperti buku-buku yang berkaitan dengan merek dan

perlindungan hukum hak atas merek, doktrin, surat kabar, artikel, kamus,

dan juga berita yang peneliti peroleh dari internet. Tujuan dan kegunaan

studi kepustakaan pada dasarnya untuk menunjukan jalan pemecah

permasalahan penelitian, maka peneliti akan lebih siap dengan

pengetahuan yang lebih dalam dan lengkap.

11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.15. 12 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum... h. 143.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

11

5. Analisis Data

Bahan hukum seperti aturan perundang-undangan, penelitian

studi kepustakaan, dan artikel-artikel lainnya dihubungkan agar bahan

hukum tersebut tersusun secara runtut, sistematis sehingga akan

memudahkan peneliti dalam melakukan analisis.13 Setelah data tersebut

dihasilkan, selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dengan cara

kualitatif yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif

analisis, dimana data tersebut tidak menampilkan angka-angka sebagai

penelitiannya melainkan dihasilkan dalam bentuk pembahasan dengan

uraian kalimat-kalimat dan dipaparkan dalam bentuk tulisan.

Hasil dari analisis data ini akan diolah secara deduktif yaitu cara

berfikir yang menarik suatu kesimpulan dari suatu pertanyaan yang

bersifat umum menjadi suatu pertanyaan yang bersifat khusus yang mana

dari kesimpulan dapat diajukan beberapa saran terhadap permasalahan.

E. Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun berdasarkan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” terbitan tahun 2017

dengan sistematika yang terbagi dalam lima bab. Untuk menjelaskan isi

skripsi secara menyeluruh ke dalam penulisan yang sistematis dan terstruktur

maka skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari

beberapa sub bab, yaitu:

BAB I, pada bagian bab ini menguraikan mengenai alasan dalam

pemilihan judul, diuraikan juga mengenai Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Pembatasan, dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

Manfaat Penelitian, , Metode Penelitian, Rancangan Sistematika Penulisan.

13 Mukti Fajar Nur Dewata dan Yulianto Ahmad, “Dualisme Penelitian Hukum Normatif

dan Empiris”… h.180.

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

12

BAB II, dalam bab ini akan menguraikan tentang kerangka konseptual

dan selanjutnya akan dilanjutkan dengan teori-teori yang mendukung

permasalahan skripsi ini. Dalam teori ini peneliti akan membahas ketentuan

umum mengenai pengaturan merek di Indonesia, yang menguraikan teori

mengenai konsep umum tentang merek , pengertian merek, jenis merek,

fungsi merek. Diuraikan juga mengenai pendaftaran merek serta mekanisme

persyaratan merek, penghapusan dan pembatalan merek di Direktorat

Jenderal Kekayaan Intelektual. Selanjutnya akan dibahas pula mengenai

konsep passing off dalam hukum merek di Indonesia, dan terdapat penjelasan

mengenai kajian teoritis yaitu teori perlindungan hukum dan teori kepastian

hukum, serta terdapat tinjauan review kajian terdahulu.

BAB III, dalam bab ini akan memaparkan tentang data penelitian yang

berisikan yurisprudensi passing off yang di dalamnya akan menjelaskan

beberapa putusan mengenai sengketa merek terhadap perbuatan passing off di

Indonesia.

BAB IV, bab ini merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu berisi

analisis kasus perbuatan passing off di Indonesia, faktor-faktor penyebab

terjadinya perbuatan passing off, dan akibat hukum dari perbuatan passing off

BAB V, bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi, berisi

tentang kesimpulan dan rekomendasi peneliti yang didapatkan berdasarkan

pemaparan pada bab-bab sebelumnya.

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA TENTANG MEREK DAN PASSING OFF

A. Konsep Umum Merek

1. Pengertian Merek

Pengertian merek perlu mendapat uraian dan penjelasan lebih jelas

dan terperinci untuk menghindari kesimpangsiuran dari arti yang

sebenarnya yang dapat menimbulkan salah pengertian, permasalahannya,

karena banyak bentuk kreasi yang berkaitan dengan ciptaan suatu barang

dan jasa tertentu masing-masing mempunyai ciri yang spesifik dan

menyerupai dengan yang lain.

Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang 15 Tahun 2001 tentang Merek,

diberikan suatu definisi tentang merek yaitu; tanda yang berupa gambar,

nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam

kegiatan perdagangan barang atau jasa. Adapun, dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis terbaru

memberikan suatu definisi adalah tanda yang dapat ditampilkan secara

grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna,

dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram,

atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan

barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam

kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa. Perbedaannya yaitu pada UU

Merek yang baru telah memperluas merek yang akan didaftarkan. Di

antaranya penambahan merek 3 dimensi, merek suara, dan merek

hologram.

Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa batasan atau definisi merek

dikalangan pakar hukum, meliputi:

a. Menurut Todung Mulya Lubis, menjelaskan “merek adalah tanda

pada dirinya terkandung daya pembeda yang cukup (capable of

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

14

distringuisshing) dengan barang-barang sejenis, kalau tidak ada

daya pembeda maka tidak mungkin disebut merek”.1

b. Pendapat R. Soekardono, definisi merek adalah suatu tanda (ciri atau tengger) dengan nama dipribadikan sebuah barang tertentu, dimana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitasnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.2

c. Muhammad Djumhana dan R. Djubaidillah, memberikan rumusan bahwa Merek yaitu dengan mana dipribadikanlah suatu barang tertentu, untuk menunjukan asal barang, dan jaminan kualitasnya sehingga bisa dibandingkan dengan barang-barang sejenis yang dibuat, dan diperdagangkan oleh orang atau perusahaan lain.3

d. Iur Soeryatin, merumuskan merek dari meninjau aspek fungsinya yaitu, suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya. Oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi merek tadi mempunyai: tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya.4

e. Pendapat H.M.N Purwo Sutjipto, memberikan definisi “merek

adalah suatu tanda dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan,

sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis”.5

Beberapa pengertian di atas menunjukan bahwa pada mulanya merek

hanya diakui untuk barang. Merek jasa baru diakui Konvensi Paris (Paris

Conventin) pada perubahan di Lisabon tahun 1958. Di Inggris merek jasa

baru bisa didaftarkan, dan mempunyai konsekuensi yang sama dengan

1 Todung Mulya Lubis, Perselisihan Hak Atas Merek di Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2000), h.5.

2 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Dian Rakyat, 1983), h.149. 3 Djumhana dan Djubaidillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di

Indonesia), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h.121. 4 Suryatin, Hukum Dagang I dan II, (Jakarta: Prad Paramita, 1980), h.84. 5 H.M.N Purwo Sutjipto, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang, (Jakarta: Djambatan,

1984), h.82.

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

15

merek barang, setelah adanya undang-undang hasil revisi pada tahun 1958.

Di Inggris merek jasa baru bisa didaftarkan, dan mempunyai konsekuensi

yang sama dengan merek barang, setelah adanya undang-undang hasil

revisi pada tahun 1984 atas UU Trademarks 1938. Di Indonesia sendiri

merek jasa baru dicantumkan pada Undang-Undang Merek Tahun 1992.

Berdasarkan pendapat-pendapat sarjana tersebut, maupun dari

peraturan merek itu sendiri, secara umum dapat diambil suatu kesimpulan

bahwa yang diartikan dengan perkataan merek adalah suatu tanda (sign)

untuk membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan

atau diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau badan hukum

dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang

lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya

dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.6

2. Jenis dan Fungsi Merek

Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis telah mengatur tentang jenis-jenis merek, yaitu:

a. Merek dagang, dalam Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2001 Tentang Merek dan Indikasi Geografis adalah merek

yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang

atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan dengan barang sejenis lainnya. Hal ini berarti merek

dagang maupun merek barang adalah sama saja mengandung

pengertian yang sama yaitu merek barang. Contoh merek dagang

antara lain: Samsung, Panasonic, Miyako, LG, dan lain-lain;

b. Merek jasa, dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016 Tentang Merek dan ndikasi Geografis adalah merek

yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang

atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

6 OK., Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.345.

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

16

membedakan dengan jasa-jasa lainnya. Contoh merek jasa antara

lain: POS Indonesia, JNE, TIKI, dan lain-lain.

Selain jenis merek di atas, adapun jenis merek kolektif pada Pasal 1

Ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau

jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri, umum, dan mutu

barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh

beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk

membedakan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Di samping jenis merek sebagaimana tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek, terdapat beberapa jenis

merek yang dimaksudkan untuk membedakan dari jenis barang sejenis

milik orang lain menurut R.M. Suryodiningrat, yaitu:7

a. Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja, misalnya: Good Year, Dunlop, sebagai mere kaki, ban mobil, dan ban sepeda

b. Merek lukisan adalah merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak pernah atau setidak-tidaknya jarang sekali dipergunakan;

c. Merek kombinasi kata dan lukisan, banyak sekali dipergunakan.

Sedangkan menurut Soeryatin telah mengklasifikasikan beberapa jenis

merek, yaitu:8

a. Merek Lukisan (beel mark); b. Merek Kata (word mark); c. Merek Bentuk (form mark); d. Merek Bunyi (klank mark); e. Merek Judul (little mark).

Fungsi utama dari sebuah merek agar konsumen dapat memilih suatu

produk (baik itu barang dan/atau jasa) yang dimiliki oleh perusahaan

sehingga dapat dibedakan dari produk perusahaan lain yang serupa atau

mirip yang dimiliki oleh pesaingnya. Karena bagi pengguna barang

7 OK., Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)… h.346. 8 Tim Lindsey, dkk. Suatu Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT. Alumni,

2013), h.134.

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

17

dan/atau jasa meskipun mereka secara langsung dapat membedakan merek

terkenal dengan merek terkenal palsu tetapi mereka menghiraukannya

demi menunjang gaya hidup, keadaan seperti inilah yang perlu

diperhatikan pemerintah agar pemegang merek terkenal/investor mendapat

jaminan perlindungan hukum terhadap berkembangnya merek-merek

terkenal palsu dalam skala besar.

Untuk memenuhi fungsinya, merek digunakan dalam kegiatan

perdagangan barang dan/atau jasa. Fungsi merek adalah sebagai berikut:9

a. Tanda pengenal untuk membedakan produk perusahaan yang satu

dengan produk perusahaan yang lain (Produk Identity). Fungsi ini

juga menghubungkan barang atau jasa dengan produsennya sebagai

jaminan reputasi hasil usahanya ketika diperdagangkan.

b. Sarana Promosi dagang (means of trade promotion). Promosi

tersebut dilakukan melalui iklan produsen atau pengusaha yang

memperdagangkan barang atau jasa. Merek merupakan salah satu

good will untuk menarik konsumen merupakan simbol pengusaha

untuk memperluas pasar produk atau barang dagangannya.

c. Jaminan atas mutu barang atau jasa (quality guarantee). Hal ini

tidak hanya menguntungkan produsen pemilik merek, melainkan

juga perlindungan jaminan mutu barang atau jasa bagi konsumen.

d. Penunjukan asal barang atau jasa yang dihasilkan (source of

origin). Merek merupakan tanda pengenal asal barang atau jasa

yang menghubungakan barang atau jasa dengan produsen, atau

antara barang atau jasa dengan daerah/negara asalnya.

3. Persyaratan Merek

Terdapat syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau

badan hukum ketika ingin mendaftarkan merek tersebut harus memliki

9 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya

Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h.84.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

18

daya pembedaan yang cukup.10 Jika suatu barang atau hasil produksi suatu

perusahaan tidak mempunyai kekuatan pembedaan dianggap sebagai tidak

cukup mempunyai kekuatan pembedaan dan karenanya bukan merupakan

merek.

Merek juga harus didaftarkan dengan itikad baik. Jika seseorang

mencoba mendaftarkan sebuah merek yang disadarinya sebagai merek

milik orang lain atau serupa dengan milik orang lain, merek tersebut tidak

dapat didaftarkan. Persyaratan itikad baik juga berarti bahwa untuk dapat

didaftarkan, sebuah merek harus digunakan atau dimaksudkan untuk

digunakan dalam perdagangan barang dan atau jasa.11

Terdapat ketentuan merek yang tidak dapat didaftarkan yang telah

diatur dalam Pasal 20 huruf (a) sampai (f) Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Bahwa merek tidak

dapat didaftarkan apabila mengandung salah satu unsur dibawah ini:

a. Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-

undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, dan

ketertiban umum;

b. Sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang

dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya;

c. Memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang asal,

kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang dan/atau

jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau merupakan nama

varietas tanaman yang dilindungi untuk barang dan/atau jasa yang

sejenis;

d. Memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas, manfaat,

khasiat dari barang dan/atau jasa yang diproduksi;

e. Tidak memiliki daya pembeda;

f. Merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.

10 OK., Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)…h.348. 11 Tim Lindsey, dkk. Suatu Pengantar Hak Kekayaan Intelektual…h.141.

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

19

Dengan menambah beberapa unsur terkait persyaratan merek yang

tidak dapat di daftarkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis, bahwa Dirjen KI (Kekayaan

Intelektual) lebih memperketat terkait syarat suatu merek yang tidak dapat

didaftarkan, agar seseorang atau badan hukum dapat mendaftarkan merek

nya dengan itikad baik dan lebih menjamin produk yang ingin didaftarkan

sesuai dengan penjelasan kualitas maupun manfaat dari produk tersebut

agar konsumen tidak dirugikan.

Dalam Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis Permohonan ditolak jika merek

tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan:

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh

pihak lain untuk barang dan/ataujasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis;

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak

sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu; atau

d. Indikasi Geografis terdaftar.

Dalam Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis, permohonan ditolak jika merek

tersebut:

a. Merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama orang

terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki orang lain,

kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak;

b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama,

bendera, lambang atau simbol atau emblem suatu negara, atau

lembaga nasional maupun internasional, kecuali atas persetujuan

tertulis dari pihak yang berwenang; atau

c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel

resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah,

kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

20

4. Pendaftaran Merek di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

Pendaftaran merek bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan

perlindungan hukum terhadap hak atas merek. Bahwa hak atas merek baru

bisa diperoleh jika merek tersebut telah didaftarkan terlebih dahulu di

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dibawah naungan Kementrian

Hukum dan Hak Asasi Manusia. Maka bersifat wajib hukumnya bagi

pemilik merek yang ingin mendapatkan perlindungan hukum dari

pemerintah dan bertujuan untuk meminimalisir maraknya perbuatan

passing off di Indonesia.

Secara Internasional menurut pendapat Soegondo Soemodiredjo yang

dikutip oleh OK. Saidin, bahwa ada 4 sistem pendaftaran merek, yaitu:12

a. Pendaftaran merek tanpa pemeriksaan merek terlebih dahulu. Menurut sistem ini merek dapat didaftarkan asal syarat-syarat permohonannya telah dipenuhi seperti pembayaran biaya permohonan, pemeriksaan, dan pendaftaran. Negara yang menganut sistem ini adalah Perancis, Belgia, Luxemberg, dan Rumania.

b. Pendaftaran dengan pemeriksaan merek terlebih dahulu. Hanya merek yang memenuhi syarat dan tidak mempunyai persamaan pada keseluruhan atau pada pokoknya dengan merek yang telah didaftarkan sebelumnya. Negara yang membangun sistem ini adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Indonesia.

c. Pendaftaran dengan pengumuman sementara. Sebelum merek tersebut didaftarkan, akan diumumkan terlebih dahulu untuk memberi kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan-keberatan tentang pendaftaran merek tersebut. Sistem ini dianut oleh negara Spanyol, Columbia, Mexico, Brazil, dan Amerika.

d. Pendaftaran merek dengan pemberitahuan terlebih dahulu tentang adanya merek-merek terdaftar lain yang ada persamaannya. Negara yang menganut sistem ini adalah Swiss dan Australia.

Dalam kepustakaan dikenal dua macam sistem pendaftaran merek,

yaitu sistem konstitutif (first to file principle) dan sistem deklaratif (first to

use principle). Dalam sistem konstitutif, hak atas merek diperoleh melalui

pendaftaran, artinya hak eksklusif atas suatu merek diberikan karena

12 OK., Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)…h.362.

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

21

adanya pendaftaran (required by registration). Dengan ungkapan lain,

pada sistem konstitutif pendaftaran merek merupakan hal yang mutak

dilakukan. Merek yang tidak terdaftar, otomatis tidak akan mendapat

perlindungan hukum.13

Namun, di dalam sistem deklaratif, pendaftaran merek tidak

merupakan keharusan, jadi tidak ada wajib daftar merek. Pendaftaran

hanya untuk pembuktian, bahwa pendaftaran merek adalah pemakai

pertama dari merek yang bersangkutan. Pendaftaran itu bukanlah

menerbitkan hak, melainkan hanya, memberikan dugaan atau presumsition

iuris yaitu bahwa pihak yang mereknya terdaftar itu adalah pihak yang

berhak atas merek tersebut dan sebagai pemakai pertama dari merek yang

didaftarkan.14

Indonesia menganut sistem konstitutif dalam sistem pendaftaran

mereknya, sehingga yang berhak atas suatu merek adalah pihak yang telah

mendaftarkan mereknya. Pendaftaran itu menciptakan suatu hak atas

merek tersebut, pihak yang mendaftarkan ialah satu-satunya yang berhak

atas suatu merek dan pihak ketiga harus menghormati haknya pendaftar

sebagai hak mutlak.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis, merek dapat didaftarkan melalui 2 (dua) cara yaitu

melalui elektronik atau nonelektronik. Jika mendaftarkan melalui

elektronik maka dilakukan melalui laman resmi Direktorat Jenderal

Kekayaan Intelektual, dan apabila pendaftaran dilakukan melalui

noneleltronik maka pendaftaran harus dilakukan melalui Menteri

Permohonan pendaftaran merek harus diajukan dalam Bahasa Indonesia

dengan formulir rangkap 2 (dua) kepada Menteri, oleh pemohon atau

kuasa, dengan melampirkan bukti pembayaran biaya pendaftaran merek.

13 Rahmadi Usman, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi

Hukumnya di Indonesia, (Jakarta: PT. Alumni, 2006), h.331. 14 Djumhana dan Djubaidillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di

Indonesia), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h.225.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

22

Dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 67

Tahun 2016 Tentang Pendaftaran Merek, bahwa dalam surat permohonan

harus dicantumkan sebagai berikut:

a. Tanggal, bulan, tahun Permohonan;

b. Nama lengkap, kewarganegaraan dan alamat pemohon;

c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan merek

diajukan melalui kuasa;

d. Warna-warna apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya

menggunakan unsur-unsur warna;

e. Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali

dalam hal permohonan diajukan dengan Hak Prioritas.

f. Label merek

g. Kelas barang dan/atau kelas jasa serta uraian jenis barang dan/atau

jenis jasa.

Adapun permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas. Secara

umum hak prioritas ialah hak yang diberikan kepada pendaftar Hak

Kekayaan Intelektual, dimana tanggal penerimaan dianggap sama dengan

tanggal penerimaan pertama di negara asal. Dianggap sama berarti

bukanlah dalam pengertian yang sebenarnya, namun berupa pengakuan

saja. Sebagaimana dijelaskan juga hak prioritas dalam Pasal 1 Ayat (17)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis, yaitu:

“Hak Prioritas adalah hak Pemohon untuk mengajukan Permohonan yang berasal dari negara yang tergabung dalam Konvensi Paris tentang Pelindungan Kekayaan Industri (Paris Convention for the Protection of Industrial Property) atau Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade Organization) untuk memperoleh pengakuan bahwa Tanggal Penerimaan di negara anal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian internasional dimaksud”

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

23

Permohonan pendaftaran merek dengan hak prioritas ini diatur dalam

Pasal 9 dan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis, yaitu:

a. Diajukan dalam waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak

tanggal penerimaan permohonan pendaftaran Merek yang

pertama kali diterima dinegara lain, yang merupakan anggota

dalam Paris Convention dor the Protection of Industrial Property

atau anggota Agreement Establishing the World Trade

Organization

b. Dilengkapi dengan bukti tentang penerimaan permohonan

pendaftaran merek yang pertama kali yang menimbulkan hak

prioritas tersebut.

c. Apabila terjadi ketidaklengkapan persyaratan pendaftaran merek,

maka jangka waktu pemenuhan kekurangan persyaratan tersebut

paling lama (tiga) bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu

pengajuan permohonan dengan menggunakan hak prioritas.

Bagi pemilik merek yang bertempat tinggal di luar negeri tidak boleh

mengajukan permohonan pendaftaran merek secara langsung sebagaimana

yang diatur dalam Pasal 5 Ayat (3) Undang-Undang No. 20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Undang-Undang ini mewajibkan

pemilik merek untuk mengajukan permohonan melalui kuasanya.

Pemohon tidak boleh menggunakan kuasa asing melainkan wajib

menggunakan kuasa yang berasal dari Indonesia. Selain itu juga undang-

undang merek mewajibkan pemohon memilih domisili di tempat tinggal

kuasanya di Indonesia. Peneliti akan menjelaskan mengenai perbandingan alur pendaftaran

merek dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek di

bandingkan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis, sebagai berikut:

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

24

Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Undang-Undang No. 20 Tahun 2016

Permohonan Merek

Permohonan Merek

Pemeriksaan Administratif

Pemeriksaan Administratif

Pemeriksaan Substantif

Pengumuman

Tanggapan Keberatan

Pengumuman Sanggahan

Sanggahan Pemeriksaan Substantif

Pemeriksaan Kembali

Tanggapan

Sertifikasi Sertifikasi

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

25

5. Penghapusan dan Pembatalan Merek

Penghapusan dan pembatalan pendaftaran merek diatur dalam Pasal

72 sampai dengan 79 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis, bahwa merek terdaftar dapat dihapuskan

karena empat kemungkinan yaitu:

a. Atas prakasa Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual;

b. Atas permohonan dari pemilik merek yang bersangkutan;

c. Atas putusan Pengadilan berdasarkan gugatan penghapusan;

d. Tidak diperpanjang jangka waktu pendaftaran mereknya;

e. Merek yang masih terikat dengan perjanjian lisesnsi dan

dihapuskan dengan disetujui oleh penerima lisensi tersebut.

Penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa Direktorat Jenderal KI

tercantum pada Pasal 61 ayat 2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Tentang Merek dapat dilakukan apabila:

a. Merek terdaftar tidak digunakan selama (tiga) tahun berturut-turut

dalam perdagangan barang dan/atau jasa sejak tanggal

pendaftaran atau pemakaian terakhir, kecuali apabila ada alasan

yang dapat diterima oleh Direktorat Jenderal KI, yaitu: larangan

impor, larangan yang berkaitan dengan izin bagi peredaran barang

yang menggunakan merek yang bersangkutan atas keputusan dari

pihak yang berwenang yang bersifat sementara atau larangan

serupa lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

b. Merek digunakan untuk barang dan/atau jasa yang tidak sesuai

dengan jenis barang dan/atau jasa yang dimohonkan

pendaftarannya, termasuk pemakaian merek yang tidak sesuai

dengan merek yang didaftarkan.

Untuk penghapusan pendaftaran merek di dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, telah

menambahkan mengenai penghapusan pendaftaran merek atas prakarsa

Menteri dalam Pasal 72 ayat 7 UU Merek dan Indikasi Geografis Tahun

2016, meliputi:

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

26

a. Memiliki persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhannya

dengan Indikasi Geografis;

b. Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-

undangan, moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum;

atau

c. Memiliki kesamaan pada keseluruhannya dengan ekspresi budaya

tradisional, warisan budaya takbenda, atau nama atau logo yang

sudah merupakan tradisi turun temurun.

Pada Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

Tentang Merek dan Indikasi Geografis, gugatan pembatalan pendaftaran

merek hanya dapat diajukan dalam jangka waktu 5 tahun sejak tanggal

pendaftaran merek. Gugatan pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu

apabila merek yang bersangkutan bertentangan dengan moralitas agama,

kesusilaan, atau ketertiban umum.

B. Konsep Passing Off Dalam Hukum Merek di Indonesia

1. Pengertian Passing Off dan Dasar Hukumnya

Passing off diartikan adalah tindakan yang mencoba meraih

keuntungan melalui jalan pintas dengan segala cara dan dalih melanggar

etika bisnis, norma kesusilaan maupun hukum. Tindakan ini dapat terjadi

dengan meniru atau memiripkan kepada merek kepemilikan pihak lain

yang telah memiliki reputasi baik dan cara meniru reputasi (good will) ini

dapat terjadi pada bidang merek, paten, desain industry maupun bidang

hak cipta. Passing Off dapat juga diartikan sebuah istilah untuk menyebut

suatu perbuatan yang tidak fair dalm bisnis (unfair competition), dimana

seseorang memanfaatkan ketenaran merek terdaftar pihak lain untuk

keuntungan pribadi.15

15 OK., Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights)…h.312

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

27

Pengertian passing off menurut Black’s Law Dictionary yaitu:16

“The act or an instance of falsely representing one’s own product as that of another in an attempt to deceive potential buyers. Passing off is actionable in tort under the law of unfair competition. It may also be actionable as trademark infringement”. (Terjemahannya: tindakan atau suatu hal palsu yang menampilkan produknya sendiri seperti produk orang lain dalam upaya menipu pembeli potensial. Passing off ditindaklanjuti dalam perbuatan melawan hukum berdasarkan hukum persaingan curang. Ini juga dapat ditindaklanjuti sebagai pelanggaran hak merek).

Muhammad Djumhana dan Djubaedillah memberikan definisi mengenai passing off yaitu tindakan yang mencoba meraih keuntungan melalui jalan pintas dengan segala cara dan dalih dengan melanggar etika bisnis, norma kesusilaan maupun hukum. Tindakan ini bisa terjadi dengan mendompleng dengan secara meniru atau memirip-miripkan kepada kepunyaan orang lain yang telah memiliki reputasi baik. Cara mendompleng reputasi ini bisa terjadi pada bidang merek, paten, desain industri maupun hak cipta.17

Ketentuan mengenai passing off dalam Undang-Undang Merek di

Indonesia tidak diatur secara khusus, akan tetapi terkait perlindungan

hukum terhadap praktik passing off adalah termasuk mengenai reputasi

nama baik (good will). Dengan demikian diperlukan penjelasan lebih

lanjut mengenai perlindungan hukum terhadap pemilik merek terdaftar

dari perbuatan passing off yang dapat dijelaskan melalui KUHPer, KUHP,

dan Agreement on Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights

Including Trade Counterfeid Goods (TRIPs). Dari semua sumber hukum

yang telah disebutkan diatas bahwa sebenarnya belum terdapat pasal

tertentu yang menjelaskan secara spesifik mengenai passing off, namun

pada hakikatnya ketentuan passing off dapat dilihat dari sisi dasar hukum

dan merujuk pada berbagai pasal yang berkaitan dengan passing off, yaitu:

a. Pasal 15 ayat (1) TRIPs berbunyi:

16 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, (St. Paul,Minn: West

Publishing Co, 2004), h.1115.

17 Djumhana dan Djubaidillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia)…h.265.

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

28

Any sign, or combination of sign, capable distinguishing the goods or services of one undertalking, shall be capable of constituting a trademark. Such signs in particular words including personal names, letters, numerals, figurative elements and combination of colors as well as any combination of such signs shall be eligible for registration as trademarks. Where signs are not inherently capable of distinguishing the relevant goods or services, members may require as a condition of registration that sign be visually perceptible; (Terjemahannya: tiap apapun atau kombinasi apapun dari tanda, yang dapat membedakan barang atau jasa satu perusahaan dari perusahaan lain, dapat menjadi merek dagang. Tanda-tanda tersebut khususnya kata-kata termasuk nama pribadi, huruf-huruf, angka-angka, elemen-elemen figurative dan kombinasi dari warna seperti juga halnya dengan kombinasi dari tanda-tanda tersebut dapat disetujui untuk mendaftarkan sebagai merek dagang. Dimana tanda-tanda tidak secara langsung dapat membedakan barang atau jasa yang relevan, para anggota dapat membuat hal yang dapat didaftarkan bergantung pada pembedaan yang didapat melalui penggunaan. Para anggota dapat meminta sebagai suatu kondisi pendaftaran bahwa tanda-tanda dapat dilihat dengan jelas).

b. Pasal 16 ayat (1) TRIPs, berbunyi:

The owner of a registered trademark shall have the exclusive rights to prevent all third parties not having the owner’s consent from us-ing in the course of trade identical or similar signs for goods or services which are identical or similar to those in respect of which the trademark is registered where such use would result in a likehood of confusion shall be presumed. The right described above shall not prejudice any existing prior rights, not shall the affect the possibility of members making rights available on the basic of use. (Terjemahannya: pemilik suatu merek dagang terdaftar memiliki hak ekslusif untuk mencegah pihak ketiga yang tidak memperoleh izin dari pemilik atas penggunaan dalam perdagangan tanda-tanda yang sama atau identik untuk barang atau jasa yang identik atau serupa dengan yang sehubungan dengan merek dagang yang didaftarkan dimana penggunaan tersebut dapat mengakibatkan suatu kesesatan atas keserupaannya. Dalam hal penggunaan atas suatu tanda yang identik untuk barang atau jasa yang identik, suatu kesesatan atas keserupaann harus dianggap ada. Hak-hak yang dielaskan di atas tidak boleh merugikan hak-hak yang telah ada, atau mempengaruhi kemungkinan dari para anggota agar hak-hak menjadi dapat digunakan atas dasar penggunaan).

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

29

Berdasarkan Pasal 15 dan Pasal 16 dalam perjanjian TRIPs tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia selaku Negara anggota,

diwajibkan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap merek dari

perbuatan passing off sebagai konsekuensi dan keikutsertaan dalam

instrument internasional sebagaimana kedua pasal tersebut. Namun pada

hakikatnya dalam perjanjian TRIPs tidak terdapat penjelasan secara khusus

mengenai passing off, namun pada Negara-negara yang menganut

common law system, passing off berkembang sebagai bentuk praktik

persaingan curang dalam usaha perdagangan atau perniagaan, seperti Pasal

10 bis paris convention lebih mengenal persaingan curang adalah setiap

perbuatan persaingan yang bertentangan dengan kejujuran dan kepatutan

dalam praktiknya dibidang perindustrian perdagangan.18

Secara umum lahirnya peraturan dalam bidang perlindungan

konsumen ini merupakan suatu bentuk upaya pemerintah untuk menjaga

iklim usaha yang sehat dan upaya terciptanya keseimbangan kedudukan

antara pelaku usaha dan para konsumen. Terkait dengan perlindungan

konsumen, maka pelanggaran terhadap hak merek dapat memberikan

dampak yang cukup fatal bagi konsumen, hal ini disebabkan karena merek

memiliki keterkaitan dengan kebutuhan konsumen.

Lebih lanjut, Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen menetapkan bahwa Hak konsumen adalah:

“Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.

Pada Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

mendefinisikan bahwa:

“Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha

dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan atau

18 Suyud Margono dan Amir Pamungkas, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum

Bisnis, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h.160.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

30

jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau

menghambat persaingan usaha”

2. Passing Off Menurut Undang-Undang Merek di Indonesia

Dalam pengaturan hukum merek di Indonesia tidak mengenal adanya

passing off karena passing off lebih dikenal di negara-negara penganut

Common Law sebagai bagian dari hukum persaingan curang. Passing Off

sering diartikan sebagai pemboncengan reputasi pada merek terkenal atau

hakim biasanya mengartikan passing off sebagai penyerupaan atau

peniruan sebuah merek.

Perbuatan passing off sebenarnya memenuhi kriteria Pasal 21 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis, karena di dalam Pasal tersebut juga menegaskan adanya

tindakan untuk mengecoh atau menyesatkan konsumen yang didasari oleh

persaingan curang. Perbuatan itu dilandasi dengan itikad buruk untuk

mengelabui konsumen, sehingga konsumen dirugikan. Atas dasar itu

ketentuan Pasal tersebut sebenarnya memungkinkan untuk dipergunakan

sebagai alasan hak untuk mengajukan gugatan apabila terjadi perbuatan

passing off

Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis tersebut merupakan

persyaratan yang wajib dipenuhi agar suatu tanda bisa didaftar sebagai

merek. Khusus mengenai persyaratan bahwa suatu merek harus memiliki

daya pembeda, maka jika dikaitkan dengan perbuatan passing off hal itu

sangat signifikan. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa perbuatan

passing off umumnya menggunakan merek yang tidak memiliki daya

pembeda dengan merek yang telah ada, sehingga hal itu merupakan suatu

pelanggaran.

Ketentuan selanjutnya yaitu dalam Pasal 21 ayat (1) dan (2) Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Merek tersebut merupakan

persyaratan yang juga harus dipenuhi. Ketentuan mengenai bahwa suatu

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

31

merek tidak boleh mengandung persamaan pada pokoknya atau

keseluruhannya dengan merek terdaftar juga memiliki hubungan yang erat

dengan perbuatan passing off. Pada umumnya perbuatan passing off

dilandasi dengan itikad buruk untuk menggunakan merek yang

mengandung persamaan pada pokoknya atau persamaan pada

keseluruhannya dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan sendiri

bagi pelaku usaha tersebut yang dapat mengakibatkan kerugian bagi

pemilik hak atas merek, konsumen, serta membuat persaingan usaha tidak

sehat.

C. Kajian Teoritis

1. Teori Perlindungan Hukum

Menurut Fitzgerald sebagaimana dikutip oleh Satjipto Raharjo awal

mula dari munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori

hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato,

Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic). Menurut aliran

hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang

bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh

dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral

adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan

manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.19

Fitzgerald menjelaskan teori pelindungan hukum Salmond bahwa

hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai

kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,

perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan

cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum

adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum

memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang

perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan

19 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h.53.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

32

yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala

peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya

merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan

prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan

dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.20

Menurut Satijipto Raharjo, mengemukakan rumusannya bahwa

perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi

manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan

kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

oleh hukum. Hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan

yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif

dan antisipatif. Hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum

kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan

sosial.21

Perlindungan hukum dalam bidang merek di Indonesia pertama kali

diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 Tentang Merek

Dagang dan Merek Perniagaan. Selanjutnya diubah dengan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek. Selanjutnya dalam rangka

penyesuaian terhadap ketentuan Trade Related Aspect of Intellectual

Property Rights Including Trade in Counterfeid Goods (TRIPs) dilakukan

penyempurnaan ketentuan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 melalui

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 Tentang Perubahan UU Merek,

yang dimuat dalam Lembaran Negara (LN) No. 31/1997 dan Memori

Penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara (TLN) No.

3681/1997 serta dinyatakan berlaku efektif tanggal 7 Mei 1997, namun

pengaturan merek berikut penyempurnaan aturannya sangat tidak praktis.

Selanjutnya untuk penyempurnaan dan kepraktisannya dibuatlah Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek. Adapun pertimbangannya

20 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum…h.54. 21 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum…h.55.

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

33

adalah sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah

diratifikasi oleh Indonesia, maka dirasakan peranan merek sangat penting

untuk menjaga persaingan usaha yang sehat. Untuk melengkapi

pengaturan merek yang lebih memadai, maka diterbitkan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 dengan menambah 6 (enam) unsur-unsur baru agar

pengaturan merek dapat lebih seimbang.

Phillipus M. Hadjon, juga merumuskan bahwa perlindungan hukum

bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan

represif. Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah

terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-

hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi, dan perlindungan

yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa,

termasuk penangananya di lembaga peradilan.22

Perlindungan hukum meliputi dua hal, yakni:

a. Perlindungan hukum preventif, yakni bentuk perlindungan hukum

di mana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan

keberatan atau pendapat sebelum suatu keputusan pemerintah

mendapat bentuk yang definitif,

b. Perlindungan hukum represif, yakni bentuk perlindungan hukum

di mana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa.23 Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk

perlindungan yang mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan.

Tujuannya adalah meminimalisasi peluang terjadinya pelanggaran merek

dagang. Langkah ini difokuskan pada pengawasan pemakaian merek,

perlindungan terhadap hak ekslusif pemegang hak atas merek dagang

terkenal asing, dan anjuran-anjuran kepada pemilik merek untuk

mendaftarkan mereknya agar hak nya terlindungi. Sedangkan perlindungan

22 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT.

Bina Ilmu, 1987), h.29. 23 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009), h.41.

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

34

hukum represif adalah perlindungan yang dilakukan untuk menyelesaikan

atau menanggulangi suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi, yaitu

berupa pelanggaran hak atas merek. Tentunya dengan demikian peranan

lebih besar berada pada lembaga peradilan dan aparat penegak hukum

lainnya seperti kepolisian, Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS), dan

kejaksaan untuk melakukan penindakan terhadap pelanggaran merek.24

Perlindungan hukum juga dapat menimbulkan pertanyaan yang

kemudian meragukan keberadaan hukum. Hukum harus memberikan

perlindungan terhadap semua pihak sesuai dengan status hukumnya karena

setiap orang memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum. Aparat

penegak hukum wajib menegakkan hukum dan dengan berfungsinya

aturan hukum, maka secara tidak langsung pula hukum akan memberikan

perlindungan pada tiap hubungan hukum atau segala aspek dalam

kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum. Mengenai perlindungan hukum terhadap hak atas merek, bahwa suatu

merek dapat memperoleh suatu perlindungan hukum oleh pemerintah jika

suatu merek tersebut telah didaftarkan terlebih dahulu di Dirjen KI

sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016

tentang Merek dan Indikasi Geografis, menjelaskan mengenai syarat dan

tata cara permohonan pendaftaran merek.

2. Teori Kepastian Hukum

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, ketentuan atau

ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adil. Pasti sebagai

pedoman kelakuan dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang

suatu tatanan yang dinilai wajar. Hanya karena bersifat adil dan

dilaksanakan dengan pasti hukum dapat menjalankan fungsinya. Kepastian

24 Jisia Mamahit, “Perlindungan Hukum Merek Dalam Perdagangan Barang dan Jasa”

Jurnal Lex Privatum. Vol.I No.3 (diakses pada, 13 Februari 2018 pukul 20:25 WIB)

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

35

hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif,

bukan sosiologi.25

Keharusan akan adanya peraturan dalam masyarakat merupakan syarat

pokok untuk adanya kepastian hukum sehingga peraturan merupakan

kategori tersendiri yang tidak bersumber kepada ideal maupun kenyataan.

Yang menjadi sasarannya bukanlah untuk menemukan ide-ide, juga bukan

tuntutan praktis sehari-hari, melainkan tuntutan agar peraturannya ada.26

Menurut Utrecht yang dikutip oleh Zainuddin Ali, bahwa kepastian

hukum mengandung dua pengertian, yaitu pertama adanya aturan yang

bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh

atau tidak boleh dilakukan, dan kedua, berupa keamanan hukum bagi

individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang

bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh

dibebankan atau dilakukan oleh Negara terhadap individu.27

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Pertama, skripsi berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Pendaftar

Pertama Merek Dalam Tindakan Passing Off yang disusun oleh Safira

Maharani, Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum dari Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2016, dalam penulisan

ini terfokus terhadap bagaimana perlindungan hukum terhadap pendaftar

pertama merek dalam tindakan passing off yaitu PT. White House Ceramic

Indonesia vs White Horse Ceramic CO, LTD. Taiwan. Yang dimana

keduanya dinilai memiliki kesamaan nama, logo dan produk dan hampir tidak

memliki daya pembeda dari kedua merek tersebut. Berbeda dengan skripsi

yang peneliti susun, dimana lebih memfokuskan bagaimana cara mekanisme

perlindungan hukum merek yang sudah termasuk klasifikasi merek terkenal

25 Insan Budi Maulana, Bianglala HAKI (Hak Kekayaan Intelektual), (Jakarta: Hecca Publishing, 2012), h.33. 26 Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 16. 27 Zainudin Ali, Filsafat Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.24.

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

36

sekaligus sudah terdaftar lebih dahulu, menghadapi upaya pemboncengan

reputasi (passing off) yang berusaha memperoleh perlindungan dengan cara

mendaftarkan ke Dirjen KI. Serta peneliti akan menjelaskan bagaimana

konsep passing off di Indonesia yang masih sering terjadi dan meneliti

korelasi Jurisprudensi hakim mengenai berbagai kasus passing off dengan

peraturan-peraturan yang ada

Kedua, buku karangan Prof. Tim Lindsey dkk. berjudul “Suatu

Pengantar Hak Kekayaan Intelektual” diterbitkan oleh PT. Alumni tahun

2013. Dalam buku ini terfokus dengan penegakan hukum terkait

perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, bahwa dalam buku ini memiliki

substansi terkait semua unsur Hak Kekayaan Intelektual yaitu berupa hak

cipta dan hak kekayaan industry berupa paten, merek, desain industri dan

desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang, dan indikasi geografis.

Berbeda dengan berbagai buku pada umumnya mengenai Hak Kekayaan

Intelektual, buku ini menekankan political will atau tekad bersama dari

masyarakat pengguna Hak Kekayaan Intelektual terhadap penegakan hukum

dalam perlindungan Hak kekayaan Intelektual, terdapat pembahasan

mengenai definisi merek, jangka waktu perlindungan merek, dan merek

terkenal.

Ketiga, Jurnal Rechtvinding Vol. 5 No. 01 April 2016 yang ditulis oleh

Edy Santoso mengenai “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek

Dagang Terkenal Melalui Peran Kepabeanan Sebagai Upaya Menjaga

Keamanan dan Kedaulatan Negara”. Jurnal ini terfokus terhadap

perlindungan merek dagang, peran Kepabeanan sebagai upaya menjaga

keamanan perdistribusian merek yang dirasa belum optimal nya peran

kebabeanan tersebut, dan bentuk-bentuk pelanggaran merek dagang,

Sedangkan skripsi yang disusun oleh peneliti, lebih terfokus mengenai

perlindungan hukum terhadap merek terkenal yang sudah terdaftar terlebih

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

37

dahulu terhadap tindakan passing off, karena belum optimalnya pengawasan

Dirjen KI dalam praktik passing off yang masih sering terjadi.28

28 Eddy Santoso, “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek Dagang Terkenal

Melalui Peran Kepabeanan Sebagai Upaya Menjaga Keamanan dan Kedaulatan Negara” diakses dari http://rechtsvinding.bphn.go.id diakses pada 7 November 2017 pukul 16:20

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

38

BAB III

DATA PENELITIAN TENTANG YURISPRUDENSI PASSING OFF

A. Pelanggaran Merek di Indonesia

Pelanggaran merek seringkali dilakukan karena terkait dengan fungsi

merek sebagai identitas suatu produk atau jasa yang telah mempunyai

reputasi dan juga terkait dengan fungsi merek sebagai jaminan terhadap

kualitas barang. Hal ini dikarenakan dalam merek melekat keuntungan

ekonomis, terutama merek terkenal. Merek terkenal sering menjadi objek

pelanggaran karena terkait dengan reputasi yang dimiliki oleh merek terkenal

tersebut.

Ada beberapa faktor atau alasan yang menyebabkan pihak-pihak

tertentu melakukan pelanggaran merek milik orang lain menurut Adi Supanto

selaku Kasubdit Pelayanan Hukum dan Komisi Banding Merek, diantaranya:

1. Memperoleh keuntungan secara cepat dan pasti oleh karena merek

yang dipakai atau ditiru itu biasanya merek-merek yang laris di

pasaran

2. Tidak mau menanggung resiko rugi dalam hal harus membuat suatu

merek baru menjadi terkenal karena biaya iklan dan promosi

biasanya sangat besar

3. Selisih keuntungan yang diperoleh dari menjual barang dengan

merek palsu itu jauh lebih besar jika dibandingkan dengan

keuntungan yang diperoleh jika menjual barang yang asli, karena

pemalsu tidak perlu membayar biaya riset sendiri dan

pengembangannya, biaya iklan dan promosi serta pajak, sehingga

bisa memberikan potongan harga yang lebih besar kepada pedagang.

Selanjutnya, menurut Adi Supanto (Kasubdit Pelayanan Hukum dan

Komisi Banding Merek) menjelaskan mengenai persamaan merek pada

pokoknya, yaitu kemiripan yang disebabkan oleh adanya unsur yang dominan

antara merek yang satu dengan merek yang lain sehingga menimbulkan kesan

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

39

bahwa adanya persamaan, baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara

penulisan, atau kombinasi antara unsur, maupun persamaan bunyi ucapan,

yang terdapat dalam merek tersebut, sesuai dengan penjelasan yang tercantum

dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis.

Ada 3 (tiga) bentuk pelanggaran merek yang perlu diketahui yaitu:1

1. Pembajakan merek (Trademark Piracy);

2. Pemalsuan merek (Counterfeiting mark);

3. Peniruan label dan kemasan suatu produk (Imitations of Labels and

Packaging).

Pembajakan merek terjadi ketika suatu merek biasanya merek terkenal

asing, yang belum terdaftar kemudian didaftarkan oleh pihak yang tidak

berhak. Akibatnya permohonan pendaftaran pemilik merek yang asli ditolak

oleh kantor merek setempat karena dianggap serupa dengan merek yang

sudah terdaftar sebelumnya.

Pelanggaran merek selanjutnya adalah pemalsuan merek. Pemalsuan

merek dapat terjadi ketika suatu produk palsu atau produk dengan kualitas

lebih rendah ditempeli dengan merek terkenal. Pemalsuan merek dapat

dikatakan sebagai kejahatan ekonomi, karena para pemalsu merek tidak

hanya menipu dan merugikan konsumen dengan produk palsunya namun juga

merusak reputasi dari pengusaha aslinya.

Pelanggaran merek yang mirip dengan pemalsuan merek adalah

peniruan label dan kemasan produk. Bedanya, pada pemalsuan merek label

atau kemasan produk yang digunakan adalah tiruan dari yang aslinya,

sedangkan pada peniruan, label yang digunakan adalah miliknya sendiri

dengan menggunakan namanya sendiri. Pelaku peniruan ini termasuk pesaing

yang melakukan perbuatan curang.

Pada prinsipnya, ketika terdapat unsur persamaan identik atau mirip

maka peniruan ini memiliki unsur yang sama dengan unsur perbuatan

1 Tim Lindsey, dkk. Suatu Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung: PT. Alumni, 2013), h.178.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

40

membonceng reputasi (Passing Off). Karena adanya persamaan identik dan

persamaan yang mirip tersebut dapat menyebabkan kebingungan (likehood of

confusion) dan juga mengarahkan masyarakat atau konsumen kepada

penggambaran yang keliru (misspresentation).

B. Yurisprudensi Tentang Perbuatan Passing Off

Berikut contoh kasus perbuatan terindikasi passing off di Indonesia, yaitu:

1. Sengketa Merek GS Yuasa dan GS Garuda Sakti Pada Putusan M.A.R.I

Nomor 55 K/Pdt.Sus-HKI/2015.

a. Duduk Perkara

Kasus ini bermula pada merek sejenis aki (accu) PT. GS Yuasa

Corporation selaku pemegang merek aki “GS” dan variasinya. Merek

GS milik Penggugat/Pemohon Kasasi salah satu produsen terbaik di

dunia dalam produk aki maupun sepeda motor. Merek GS pertama kali

digunakan di Jepang pada tahun 1913 yang terdaftar pada No.0058670-

2 untuk melindungi barang kelas 9. Di Indonesia terdaftar pada

Direktorat Merek cq. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dalam

No.63999 tanggal 21 Juli 1958, lalu di perpanjang terus-menerus yaitu

dalam No.IDM000027599 tanggal 24 Oktober 2014, dan Penggugat

mendaftarkan merek GS dengan huruf dan logo yang baru pada tahun

1987 dan diperbaharui terus-menerus sampai berakhir pada tahun 2018

pada No. IDM000205167.

PT. GS Yuasa Corporation yang berkedudukan di Jepang, adalah

pemilik merek aki GS untuk jenis barang kelas 9 yaitu berupa produk

segala macam aki kering, aki basah, sel aki. Kata “GS” selain

digunakan oleh Penggugat/Pemohon Kasasi sebagai merek, juga

merupakan bagian dari nama badan hukum Penggugat/Pemohon Kasasi

yaitu GS Yuasa Corporation. Merek GS milik penggugat telah terdaftar

di negara asalnya, Jepang, maupun di berbagai negara di dunia.

Terjadinya kasus ini berawal dari pihak GS Yuasa Corporation

selaku pemilik merek aki GS yang telah diperbaharui masa

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

41

perlindungan merek dagangnya pada barang kelas 9 pada tahun 1958

terus-menerus di perpanjang di bawah Nomor 103873, 187327, 340407

dan IDM000027599 berlaku sampai 24 Oktober 2014. Akan tetapi,

pihak Penggugat mengetahui dalam Daftar Umum Merek yang

diterbitkan oleh turut Tergugat/Termohon Kasasi atas nama Yudhi

Tanto telah terdaftar merek GS Garuda Sakti dalam daftar

No.000174207, 000174208, 000174209, 000174210 tanggal 25

Agustus 2008 untuk melindungi barang kelas 9.

Berdasarkan hal tersebut, pihak Penggugat/Pemohon Kasasi GS

Yuasa Corporation beranggapan bahwa merek GS Garuda Sakti

memliki persamaan pada pokoknya maupun keseluruhannya dengan

merek-merek dagang aki GS milik Penggugat/Pemohon Kasasi, dimana

persamaan tersebut terdiri dari persamaan susunan huruf/kata, bunyi

pengucapan, persamaan perlindungan jenis barang nya, varian warna

yang mirip dari produk tersebut. Bahwa kata “GS” bukan hanya

merupakan merek dagang Penggugat/Pemohon Kasasi namun juga

merupakan bagian dari nama badan hukum Penggugat/Pemohon Kasasi

yang di khawatirkan akan menyesatkan masyarakat terkait sebuah

merek yang memiliki persamaan pada pokoknya dan dengan jelas

membonceng reputasi (passing off) serta keterkenalan merek GS milik

Penggugat/Pemohon Kasasi, sehingga dapat menimbulkan terjadi nya

praktik persaingan curang.

Melihat alasan Penggugat diatas, Penggugat mengajukan gugatan

melalui pengadilan maka telah ditetapkan putusan PN. Niaga Nomor

13/Pdt.Sus-Merek/HKI/2012 yang menyatakan mengabulkan eksepsi

yang diajukan oleh pihak Tergugat. Terhadap amar putusan tersebut,

Penggugat merasa keberatan atas putusan yang diatuhkan oleh tingkat

Judex Facti tersebut. Akhirnya melalui kuasa hukumnya pihak

Penggugat mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung

dengan harapan agar merek aki GS milik Penggugat dapat

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

42

memenangkan dalam sengketa tersebut sehingga dapat memperoleh hak

ekslusif terhadap merek tersebut.

b. Putusan Hukum

Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 13/Pdt.Sus-

Merek/HKI/2012 menyebutkan bahwa gugatan Penggugat ditolak

seluruhnya dan menerima eksepsi Tergugat untuk seluruhnya serta

menghukum Penggugat membayar biaya perkara sebesar

Rp.17.000.000 (Tujuh Belas Juta) sehingga Penggugat merasa tidak

puas, lalu mengajukan Kasasi yang amar putusannya dalam Putusan

Mahkamah Agung RI Nomor 709 K/Pdt.Sus-HKI/2012 berbunyi telah

menolak permohonan kasasi Penggugat untuk seluruhnya dan

membebankan biaya perkara.

Pertimbangan hakim menolak gugatan Penggugat/Permohon

Kasasi selaku pemilik merek GS, yaitu menimbang dalam hal putusan

Pengadilan Niaga ternyata judex facti tidak salah menerapkan hukum

dan telah memberi pertimbangan yang cukup benar, karena gugatan

Penggugat/Pemohon Kasasi tidak memuat alamat yang sebenarnya dari

Tergugat/Termohon Kasasi. Menimbang, bahwa berdasarkan

pertimbangan diatas, lagi pula ternyata bahwa putusan judex facti dalam

perkara ini tidak bertentangan dengan Undang-Undang, maka

permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi: GS Yuasa

Corporation tersebut harus ditolak. Menimbang, bahwa oleh karena

permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi ditolak, maka dibebankan

biaya perkara sebesar Rp.5.000.000 (lima juta).

Terdapat beberapa fakta yang muncul dalam putusan kasasi

tersebut dan perlu untuk diteliti kembali, diantaranya Majelis Hakim

tidak memperdulikan keterkenalan merek aki GS milik

Penggugat/Pemohon Kasasi, persamaan merek pada pokoknya dan/atau

keseluruhan dapat dilihat dengan jelas antara merek aki GS Yuasa milik

Penggugat/Pemohon Kasasi dengan merek aki GS Garuda Sakti milik

Tergugat/Termohon Kasasi. Namun Majelis Hakim seolah-olah enggan

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

43

menafsirkan hukum lebih jelas terkait kriteria-kriteria merek terkenal

yang wajib dilindungi sesuai diamanatkan dalam Undang-Undang

Merek dan perjanjian-perjanjian internasional yang telah diratifikasi

oleh Indonesia, sehingga judex juris hanya menguatkan hasil amar

putusan dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang telah menolak

gugatan Penggugat seluruhnya.

Selanjutnya, Penggugat mengajukan kembali gugatan terhadap

Tergugat pemilik merek GS Garuda Sakti di tahun 2014 yang

menghasilkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor

24/Pdt.Sus-Merek/HKI/2014 yang amar putusannya dalam eksepsi yang

diajukan oleh pihak Tergugat dan Turut Tergugat telah ditolak

seluruhnya oleh Majelis Hakim dan dalam pokok perkarapun

dinyatakan bahwa menolak gugatan Penggugat untuk seluruhya.

Terhadap amar putusan tersebut Penggugat merasa masih

keberatan dan sangat dirugikan terhadap amar putusan Pengadilan

Niaga Jakarta Pusat, putusan yang dirasa merugikan bagi pihak

Penggugat selaku pemegang merek terkenal “GS” dan akhirnya melalui

kuasa hukum pihak Penggugat/Pemohon Kasasi melakukan pengajuan

kasasi ke Mahkamah Agung dengan menggugat Tergugat/Termohon

Kasasi dengan maksud menjelaskan atas ketidakpuasan terhadap

Putusan Pengadilan Negeri sebelumnya.

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 55 K/Pdt.Sus-HKI/2015

menyatakan mengabulkan gugatan Penggugat/Pemohon Kasasi

sebagian dan menyatakan Tergugat/Termohon Kasasi mempunyai

persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal milik Penggugat

dengan barang sejenis dan terdaftar lebih dahulu.

Amar putusan tersebut diputuskan berdasarkan pertimbangan

Majelis Hakim bahwa telah dapat dibuktikan adanya persamaan pada

pokoknya antara merek Penggugat GS Yuasa dengan merek Tergugat

GS Garuda Sakti, kedua merek diproduksi dalam jenis barang yang

sama yaitu sama-sama produk Aki, oleh karena itu termasuk dalam

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

44

kelas 9. Unsur dominan pada merek GS Garuda Sakti yang hampir

menyerupai merek Penggugat GS Yuasa, maka perbuatannya tersebut

dapat menimbulkan kebingungan dan dapat mengelabui serta

mengacaukan opini dan visual khalayak ramai. Bahwa perusahaan GS

milik Penggugat termasuk sudah kategori merek terkenal dan memiliki

karyawan puluhan ribu di Indonesia dan mendatangkan devisa bagi

negara. Bahwa Majelis Hakim berdasarkan ketentuan Pasal 68 Jo. Pasal

4 Jo. Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b Jo. Pasal 6 ayat (3) huruf a Undang-

undang nomor 15 tahun 2001 tentang merek dan telah mempedomani

Putusan Mahkamah Agung Nomor 20 PK/Pdt.Sus/2007, maka hal

tersebut gugatan Penggugat harus dikabulkan, serta membatalkan

semua jenis merek milik Tergugat yang didaftarkan dalam Daftar

Umum Merek, membebankan biaya perkara Rp.6.000.000 (enam juta).

2. Sengketa Merek Toyota dan Toyoko Pada Putusan M.A.R.I Nomor 03

K/Pdt.Sus-HKI/2012.

a. Duduk Perkara

Terjadinya kasus ini berawal dari PT. Toyota Jidosha Kabushiki

Kaisha (Toyota Motor Corporation) yang berkedudukan di Jepang,

adalah pemilik merek “Toyota” untuk jenis barang kelas 12 yaitu

berupa “produk kendaraan bermotor maupun tidak bermotor untuk

bergerak di darat, udara, air dan bagian-bagiannya serta perlengkapan-

perlengkapannya”. Toyota Jidosha Kabushiki Kaisha selaku pemilik

merek dagang “Toyota” milik penggugat telah terdaftar di berbagai

negara antara lain Eropa, Amerika, dan Asia, yang berarti

mengindikasikan bahwa merek tersebut merupakan jenis merek

terkenal. Toyota Jidosha Kabushiki Kaisha sudah terdaftar pada

Direktorat Merek cq. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, yaitu

dalam No.302.190 tanggal 3 Maret 1993 dan diperbaharui terus

menerus hingga 12 April 2004 dan diperbaharui kembali masa

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

45

pendaftarannya hingga 2014 dengan No.IDM000003376 untuk

melindungi barang kelas 12.

Akan tetapi, Toyota Jidosha Kabushiki Kaisha melihat laman berita

resmi merek tahun 2011 dan melihat pasar otomotif di masyarakat

ternyata menemukan merek yang hampir mirip yaitu merek dagang

Toyoko oleh Tjong Lie Jun selaku Tergugat I yang telah didaftarkan ke

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual suatu merek dagang pada 14

Februari 2011 dibawah No.IDM000293454. Atas indikasi tersebut

bahwa Toyota Jidosha Kabushiki Kaisha melihat adanya tindakan

passing off (pemboncengan reputasi) secara diam-diam yang dilakukan

oleh pihak Tjong Lie Jun selaku pemilik merek dagang Toyoko, karena

dinilai adanya persamaan pada pokoknya dari frasa kata, kelas barang,

dan jenis barang, serta dari bunyi pengucapan kata maupun suara yang

identik dengan merek Penggugat.

Berdasarkan alasan diatas, pihak Penggugat selaku pemilik merek

Toyota merasa keberatan atas tindakan pemboncengan reputasi yang

dilakukan oleh Tergugat merek Toyoko dengan memasarkan jenis

barang suku cadang yang memiliki persamaan pada pokoknya dan/atau

keseluruhan sehingga dapat mengelabui konsumen. Melalui kuasa

hukumnya telah mengajukan gugatan pembatalan merek terdaftar atas

pendaftaran merek Toyoko No.IDM000293454 untuk jenis barang kelas

12 berupa produk kendaraan bermotor dan tidak bermotor beserta alat-

alat/sparepartnya.

b. Putusan Hukum

Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

No: 03/ K/Pdt.Sus-HKI/2012 yang amar putusannya mengabulkan

Penggugat untuk seluruhnya dan menyatakan bahwa Penggugat adalah

pemegang khusus di Indonesia, dan menyatakan bahwa adanya

persamaan pada pokoknya pada merek “Toyoko” milik Tergugat I

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

46

sehingga pendaftaran merek dengan Nomor IDM000293454 harus

dibatalkan.

Pertimbangan Majelis Hakim dalam memutus perkara ini sudah

sangat jelas bahwa tidak dapat dipungkiri bahwa merek Toyota adalah

merek terkenal (well known mark) yang dapat dilihat dari pengetahuan

umum masyarakat mengenai merek tersebut, adanya reputasi terkenal

yang diperoleh dengan promosi yang gencar, dan investasi di beberapa

negara terkait merek tersebut.

Pertimbangan hukum yang dinyatakan Majelis Hakim bahwa benar

merek Toyota telah terdaftar dalam Daftar Umum Merek sejak tahun

1993 dan terdaftar terlebih dahulu jika dibandingkan dengan merek

Toyoko milik Tergugat. Menimbang, bahwa merek Toyota telah

melakukan promosi yang gencar dan besar-besaran dengan adanya

bukti brosur dari produk barang merek Toyota, sehingga pengetahuan

umum di masyarakat mengenai barang merek Toyota sangat dikenal

baik terkait kualitasnya. Merek Penggugat telah terdaftar di beberapa

Negara sehingga dengan didaftarkannya merek Toyota milik Penggugat

di beberapa negara dapatlah dipandang bahwa Penggugat telah

melakukan investasi di beberapa negara tersebut. Menimbang, bahwa

merek Toyota milik Penggugat adalah dapat dikategorikan sebagai

merek terkenal Internasional dan merek Tergugat mempunyai

persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhan dengan kelas barang

dan jenis yang sama yaitu kelas 12. Maka telah dibebankan biaya

kepada pihak Tergugat sebesar Rp.7.000.000 (tujuh juta).

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

47

BAB IV

ANALISIS PERBUATAN PASSING OFF TERHADAP HAK ATAS

MEREK DAN AKIBAT HUKUMNYA

A. Analisis Kasus Perbuatan Passing Off

Berikut adalah analisis kasus perbuatan passing off yaitu:

1. Analisis Peneliti Terhadap Putusan M.A.R.I Nomor 55 K/Pdt.Sus-

HKI/2015 (GS Yuasa vs GS Garuda Sakti)

Berdasarkan pada penjelasan duduk perkara pada bab sebelumnya,

peneliti berpendapat bahwa pada putusan yang dijatuhkan oleh judex

facti di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dirasa

belum tepat. Karena seharusnya Majelis Hakim dalam pemeriksaan dan

pertimbangan hukum harus melihat fakta-fakta hukum berdasarkan bukti

yang dimiliki oleh pihak Penggugat/Pemohon Kasasi.

Menurut peneliti Majelis Hakim tidak tepat dalam

menginterpretasikan hukum dalam putusan Mahkamah Agung RI

Nomor 709 K/Pdt.Sus-HKI/2012 berbunyi telah menolak permohonan

kasasi Penggugat untuk seluruhnya dan membebankan biaya perkara

kepada Penggugat. Sangat disayangkan, bahwa penafsiran hakim terkait

memutuskan tersebut dirasa kurang jelas, karena hakim tidak

memahami kriteria-kriteria merek terkenal yang sudah seharusnya

dilindungi sesuai dengan peraturan perundang-undangan maupun

perjanjian Internasional. Melihat putusan tersebutlah tercermin

bagaimana praktik passing off (pemboncengan reputasi) sangat sulit

dikendalikan ataupun dihilangkan di Indonesia.

Sengketa merek aki GS Yuasa melawan GS Garuda Sakti tidak

berhenti sampai situ saja. Memasuki tahun 2014 GS Garuda Sakti

mencoba kembali menggugat pihak GS Garuda Sakti sebagai Tergugat,

agar hak ekslusif terhadap mere kaki GS milik Penggugat dapat

memperoleh perlindungan yang pasti. Pada tingkat pertama, Majelis

Hakim telah menetapkan amar putusan sebagai berikut dalam putusan

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

48

Nomor 24/Pdt.Sus/Merek/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst pada judex facti (dalam

hal ini Pengadilan Negeri disebut judex facti), Majelis Hakim dalam

Eksepsi bahwa telah menolak eksepsi Tergugat dan Turut Tergugat

seluruhnya, namun dalam pokok perkara menyatakan bahwa menolak

gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan menghukum Penggugat untuk

membayar biaya perkara.

Melihat amar putusan dalam judex facti tersebut bahwa Majelis

Hakim dalam pertimbangannya sangatlah mengesampingkan aturan-

aturan yang ada sebagaimana fakta-fakta yang terlampir dan telah keliru

menerapkan Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 Undang Nomor 15 Tahun 2001

Tentang Merek dan juga di dalam perjanjian Internasional yang telah

diratifikasi.

Selanjutnya mengenai merek terkenal, Pasal 16 ayat (2) Perjanjian

TRIPs memperluas perlindungan yang diatur dalam Pasal 6 bis Konvensi

Paris bagi merek terkenal. Bunyi lengkap ketentuan Pasal 16 ayat (2)

Perjanjian TRIPs sebagai berikut:

Article 6 bis of the Paris Convention (1967) shall apply, mutatis

mutandis, to services. In determining whether a trademark is well-known,

memers shall take account of the knowledge in the member concerned

which has been obtained as a result of the promotion of the trademark.

Pasal ini menetapkan kewajiban bagi badan berwenang negara-

negara anggota untuk memperhatikan faktor-faktor tertentu antara lain

pada saat mengevaluasi suatu merek adalah merek terkenal atau tidak,

negara anggota harus memperhatikan beberapa unsur yaitu:

a. Pengetahuan mengenai merek itu dalam sektor yang relevan

bagi masyarakat

b. Dan pengetahuan di negara anggota yang bersangkutan yang

telah diperoleh sebagai hasil promosi dari merek yang

bersangkutan.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

49

Pasal 16 ayat (3) Perjanjian TRIPs juga mengatur bentuk

perlindungan bagi pemilik merek terkenal yang diperluas hingga

menjangkau merek-merek terkenal yang tidak terdaftar.

Bahwa merek Penggugat “GS” telah mendaftarkan merek nya di

Indonesia pada tahun 1958 pada No.63999 yang diperpanjang terus-

menerus hingga tahun 2014, dan memohonkan pendaftaran merek

dengan mengubah bentuk dan logo yang baru pada tahun 1987

diperpanjang terus-menerus sampai tahun 2018 dengan

No.IDM000205167 pada barang kelas 09.

Berikut ini apabila merek GS milik Penggugat disandingkan

dengan merek GS Garuda Sakti milik Tergugat yang didaftarkan ke

Direktorat Jenderal KI, terbukti terdapat persamaan pada pokoknya

dan/atau keseluruhan pada kedua merek tersebut yaitu berikut:1

No. Merek Penggugat Merek Tergugat Tanggapan

1.

Terdaftar di bawah Daftar Nomor IDM000000456. Dimohonkan pendaftarannya tanggal 11 Februari 2003.

Terdaftar di bawah Daftar Nomor IDM000000455.

Terdaftar di bawah Daftar Nomor IDM000174208. Dimohonkan pendaftarannya tanggal 17 Januari 2007.

Tergugat

memintakan

pendaftaran

mereknya 4 tahun

setelah merek

Penggugat

dimohonkan

pendaftarannya.

1 https://dgip.go.id//pdki, Diakses pada tanggal 22 April 2018, Pukul 19.45.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

50

Dimohonkan pendaftarannya tanggal 11 Februari 2003.

2.

Terdaftar di bawah Daftar Nomor IDM000000458. Dimohonkan pendaftarannya tanggal 11 Februari 2003.

Terdaftar di bawah Daftar Nomor IDM000174209. Dimohonkan pendaftarannya tanggal 17 Januari 2007.

3.

Terdaftar di bawah Daftar Nomor IDM000163184. Dimohonkan pendaftarannya tanggal 27 September 2006.

Terdaftar di bawah Daftar Nomor IDM000174207. Dimohonkan pendaftarannya tanggal 17 Januari 2007.

Tergugat

memintakan

pendaftaran

mereknya 4 bulan

setelah merek

Penggugat

dimohonkan

pendaftarannya.

Berdasarkan penjelasan diatas sudah jelas terbukti bahwa merek

Tergugat memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek GS milik

Penggugat, khususnya karena merek milik Penggugat telah terlebih

dahulu terdaftar di Indonesia setidaknya-tidaknya dari 45 tahun dan 16

tahun terlebih dahulu dari saat Tergugat mengajukan permohonan

pendaftaran pertamanya untuk GS Garuda Sakti. Unsur dominan dan

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

51

menonjol dari merek Tergugat adalah GS walaupun Tergugat

menambahkan variasi kata GS dengan kata Garuda Sakti , akan tetapi

konsumen akan tetap melihat dan menyebut produk Tergugat sebagai aki

GS.

Bukan hanya dari bentuk huruf (font), cara penempatan dari huruf

GS yang ditiru oleh Tergugat, namun pihak Tergugat menjiplak dari

bentuk kemasan produk dari pihak Penggugat yaitu pemilik GS, bisa

dilihat seperti berikut:2

Kemasan produk/barang milik

Penggugat

Kemasan produk/barang milik

Tergugat

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan pada

pokoknya dari bentuk produk/kemasan dari GS dengan GS Garuda Sakti,

terlihat dari variannya terdapat persamaan kata “Premium”, penempatan

kata GS yang sangat dominan menyerupai merek GS milik

Penggugat/Pemohon Kasasi, serta warna yang dipilih sama-sama biru

dan menurut peneliti sangat diyakinkan bahwa merek GS Garuda Sakti

terindikasi atau berpotensi melakukan tindakan passing off.

Sudah sangat jelas menunjukan adanya upaya Tergugat selaku

pemilik merek aki GS Garuda Sakti untuk memboceng keterkenalan

merek aki GS milik Penggugat, agar dapat mengelabui konsumen

sehingga akan mengira bahwa merek aki GS Garuda Sakti memiliki

hubungan dengan merek aki GS. Dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang

2 https://dgip.go.id//pdki, Diakses pada tanggal 22 April 2018, Pukul 23.20.

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

52

Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek menjelaskan bahwa permohonan

harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila merek tersebut

mengandung unsur:

a. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu

untuk barang dan/atau jasa yang sejenis.

b. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain untuk barang

dan/atau sejenis.

c. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

dengan indikasi geografisnya yang sudah dikenal.

Ada sedikit penambahan muatan materi mengenai persyaratan

permohonan yang ditolak oleh Direktorat Jenderal KI yaitu dalam Pasal

21 huruf (c) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis, berbunyi:

“Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa tidak

sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu”.

Melihat bunyi Pasal tersebut mengartikan adanya penambahan

muatan materi merek terkenal, sehingga diperluas tidak hanya terhadap

barang dan atau jasa sejenis, melainkan juga untuk barang dan atau jasa

tidak sejenis. Sementara untuk mengukur keterkenalan suatu merek

dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat

mengenai merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan. Disamping

itu, diperhatikan pula reputasi merek terkenal yang diperoleh karena

promosi yang gencar dan besar-besaran, investasi di berbagai negara di

dunia yang dilakukan oleh pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran

merek tersebut di beberapa negara.

Menurut peneliti, merek GS Garuda Sakti milik Tergugat telah

terindikasi melakukan perbuatan passing off karena sudah sesuai dengan

unsur-unsur passing off, diantaranya ialah:

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

53

a. Reputasi. Pelaku tindakan passing off sering menggunakan

persamaan pada pokoknya terhadap merek terkenal sehingga merek

tersebut data mudah diterima di masyarakat. Pemilik GS Garuda

Sakti-pun melakukan hal serupa, ia mencoba melakukan tindakan

passing off terhadap merek terkenal yaitu GS milik Penggugat yang

sudah teridentifikasi keterkenalannya di berbagai Negara dengan

promosi besar-besaran, sehingga dengan melakukan perbuatan

passing off merek GS Garuda Sakti dapat mudah diterima oleh

konsumen dan/atau masyarakat.

b. Dapat mengelabui konsumen (Misspresentation). Dengan adanya

persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhan, konsumen akan

merasa bahwa merek dari aki GS Garuda Sakti yang beredar di

pasaran adalah bagian dari produk aki GS milik Penggugat karena

memiliki persamaan pada susunan kata, huruf, dan warna dari

semua varian yang sangat identik dengan merek GS milik

Penggugat. Sehingga dengan minimnya daya pembeda dari produk

GS Garuda Sakti tersebut maka konsumen dapat terkecoh, khilaf

atau tertipu dengan merek tersebut.

c. Kerugian (Damage). Dengan adanya perbuatan passing off tersebut

maka dipastikan timbulnya kerugian materil maupun kerugian

imaterial yang dialami oleh pihak Penggugat yaitu merek aki GS.

Karena sengketa ini pun memakan waktu yang lama hingga

mencapai kepastian hukum yang tepat dan sangat dirasakan terkait

besaran kerugiannya yang ditanggung.

Pada putusan Mahkamah Agung Nomor 55 K/Pdt.Sus-HKI/2015,

bahwa Majelis Hakim selaku judex juris (dalam hal ini Majelis Hakim

Mahkamah Agung disebut judex juris) dalam pertimbangannya

berpendapat bahwa putusan yang dijatuhkan oleh judex facti telah salah

menerapkan hukum dan membatalkan putusan Nomor

24/Pdt.Sus/Merek/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst dengan segala pertimbangan

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

54

bahwa merek GS milik Penggugat/Pemohon Kasasi adalah pemegang

tunggal merek GS yang harus dilindungi keterkenalan mereknya dari

segala macam praktik pemboncengan reputasi (passing off).

Kasus passing off yang terjadi di Indonesia terbilang cukup

banyak. Namun karena tidak ada undang-undang yang mengatur khusus

mengenai persaingan curang, maka Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual hanya menangani kasus passing off yang juga terindikasi

pelanggaran merek. Istilah passing off atau pemboncengan reputasi

sendiri memang tidak terlalu dikenal di Indonesia, tetapi bukan berarti

perbuatan passing off tidak diatur dalam peraturan yang ada di Indonesia

hanya saja aturan-aturan mengenai perbuatan tersebut tidak diatur secara

jelas dan khusus.3

Di Indonesia sendiri terkait passing off itu termasuk perbuatan

melawan hukum dan/atau pelanggaran merek, perwujudannya tersirat

dalam Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 76, dan Pasal 90 Undang-Undang

Nomor 15 Tahun 2001, akan tetapi sangat disayangkan meskipun

Undang-Undang Merek telah diperbaharui yaitu Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis namun muatan

materi passing off dan penjelasan merek terkenal belum dimasukan

secara jelas mengenai definisi dan pengaturannya.

Sudah sepatutnya diperhatikan secara meneliti bagaimana

penentuan kriteria suatu merek terkenal, jangka waktu perlindungan

hukum yang dijaminkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual,

merek yang jelas memiliki persamaan merek pada pokoknya dan/atau

keseluruhannya, lampiran filling date, klasifikasi kelas merek, karena

dari semua hal tersebut dapat berdampak terhadap putusan hakim yang

memeriksa dan mengadili suatu perkara, sehingga dapat menyebabkan

putusan tersebut tidak memiliki interpretasi yang jelas terkait merek yang

memiliki persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhan.

3 Adi Supanto, Kasubdit Pelayanan Hukum dan Fasilitasi Komisi Banding Merek,

Interview Pribadi, Jakarta Selatan, 2 April 2018.

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

55

Hemat peneliti berpendapat bahwa putusan kasasi Nomor 55

K/Pdt.Sus-HKI/2015 yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim dirasa sudah

tepat karena sudah cukup alasan dan pertimbangannya untuk

membatalkan merek GS Garuda Sakti milik Tergugat/Termohon Kasasi

yang dirasa telah melakukan adanya perbuatan passing off yang mencoba

untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, dan telah

melakukan mengecoh atau mengelabui konsumen yang berfikir bahwa

produk aki GS Garuda Sakti merupakan bagian dari merek aki GS milik

Penggugat/Pemohon Kasasi sehingga sangat merugikan pemilik merek

terdaftar karena akibat yang ditimbulkannya dapat menyesatkan

konsumen lalu mereka beralih ke merek yang palsu dan merusak dari

reputasi merek itu sendiri.

Akan tetapi seharusnya Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

lebih teliti kembali dalam menerima pendaftaran merek yang memang

teridentifikasi persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhannya, serta

sangat diperlukan muatan materi pemboncengan reputasi (passing off) di

dalam konstitusi untuk lebih memproteksi terhadap merek terkenal yang

sudah didaftarkan maupun belum didaftarkan sehingga dapat dijaminkan

perlindungannya oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.

2. Analisis Peneliti Terhadap Putusan M.A.R.I Nomor 03 K/Pdt.Sus-

HKI/2012. (TOYOTA dan TOYOKO)

Berdasarkan penjelasan yang diuraikan pada Bab sebelumnya,

maka menurut peneliti terkait Putusan No. 03 K/Pdt.Sus-

HKI/2012/PN.Niaga sudah cukup tepat, melihat pertimbangan Majelis

Hakim berupa bukti mengenai merek TOYOTA milik Penggugat adalah

merek terkenal (well known mark). Bahwa untuk dapat dikategorikan

suatu merek adalah merek sudah terkenal, tercantum dalam penjelasan

Pasal 6 ayat (1) huruf (b) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

Tentang Merek, menyebutkan hal-hal sebagai berikut:

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

56

a. Pengetahuan umum masyarakat mengenal merek dibidang usaha

yang bersangkutan;

b. Reputasi merek terkenal yang diperoleh karena promosi yang

gencar dan besar-besaran;

c. Investasi di beberapa Negara di dunia yang dilakukan oleh

pemilikya;

d. Bukti pendaftaran merek tersebut di beberapa Negara.

Kejelasan tersebut terlihat kembali dengan terlampirnya data-data

pembuktian yang diajukan oleh pihak Penggugat yaitu merek TOYOTA,

tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat pada umumnya pasti

mengetahui merek dagang TOYOTA yang dipasarkan dalam industri

otomotif maupun suku cadang. Promosi yang gencar dan besar-besaran

telah dilakukan demi menunjang kesuksesan merek dagang TOYOTA

dimata konsumen.

Investasi di beberapa negara-pun sudah dilakukan oleh pihak

Penggugat yang berdasarkan bukti pendaftaran merek di negara asalnya

Jepang dan di seluruh dunia termasuk Indonesia. Berikut apabila merek

TOYOTA milik Penggugat disandingkan dengan merek TOYOKO yang

didaftarkan oleh Tergugat, terbukti terdapat persamaan pada pokoknya

atau keseluruhan pada kedua merek tersebut yang mengacu pada

perbuatan passing off yaitu sebagai berikut:4

No. Merek Penggugat Merek Tergugat Tanggapan

1.

Terdaftar di bawah Daftar Nomor 302190 tanggal 3 Maret 1993, yang diperpanjang dibawah daftar No.IDM000003376 tanggal

Terdaftar di bawah Daftar Nomor IDM000293454. Pada tanggal 14 Februari 2011.

Tergugat

melakukan

pendaftaran 3

tahun

sebelum

berakhirnya

4 https://dgip.go.id//pdki, Diakses pada tanggal 25 April 2018, Pukul 07.25.

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

57

3 Maret Maret 2003, sampai saat ini.

masa berlaku

merek

Penggugat.

Bahwa apabila melihat merek TOYOKO yang dimiliki oleh

Tergugat, menurut peneliti mempunyai persamaan pada pokoknya,

maksud pada persamaan pada pokoknya yaitu kemiripan yang

disebabkan oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang

satu dengan yang lain yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan

baik mengenai bentuk cara penempatan, cara penulisan atau kombinasi

antara unsur-unsur atau persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam

merek tersebut yaitu merek TOYOKO karena memiliki persamaan pada

pokoknya mengenai ucapan kata, maupun suara yang terbilang sama dan

hanya huruf akhiran huruf “TA” dengan “KO”, serta sama-sama

melindungi barang kelas 12 sejenis yaitu mengenai suku cadang.

Tindakan ini berakibat kerugian yang dialami oleh pihak lain,

mengecoh, dan menyesatkan konsumen/mengacaukan publik berkenaan

dengan sifat dan asal usul barang. Adanya persamaan pada pokoknya

dan/atau keseluruhannya didasarkan pada itikad tidak baik untuk

mendompleng atau membonceng keterkenalan merek (passing off)

sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu yang

cepat tanpa mengeluarkan biaya untuk melakukan promosi. Jadi,

penilaian ada tidaknya unsur itikad tidak baik sangat perlu

memperhatikan unsur persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya

yang terdapat dalam merek tersebut.5

5 Adi Supanto, Kasubdit Pelayanan Hukum dan Fasilitasi Komisi Banding Merek,

Interview Pribadi, Jakarta Selatan, 2 April 2018.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

58

Selanjutnya, singkat peneliti berpendapat bahwa interpretasi hakim

dalam memutuskan perkara ini sudah tepat, karena merek TOYOKO

memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya

dengan mengelabui konsumen melalui pemboncengan reputasi (passing

off) terhadap merek TOYOTA. Majelis Hakim mengacu pada bukti-bukti

yang dilampirkan oleh Penggugat dan juga mengacu pada Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek dalam memutus perkara.

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perbuatan Passing Off

Merek dagang memenuhi berbagai sasaran dalam dunia perdagangan,

antara lain merek meyakinkan konsumen untuk cepat dan mudah

mengidentifikasi barang-barang yang mereka inginkan untuk cepat dan

mudah mengidentifikasi barang-barang yang mereka inginkan untuk dibeli.

Kemudahan mengidentifikasi barang-barang yang diinginkan akan

menghemat waktu dan uang serta akan menciptakan suatu persaingan pasar

bebas. Ada beberapa argumentasi yang menyatakan bahwa merek dagang

adalah inti utama dalam suatu kompetisi untuk meyakinkan konsumen. Merek

membedakan produksi yang saling bersaing dan mendrong produsen untuk

meningkatkan kualitas dan memperoleh keuntungan karena reputasi yang

baik.

Kekuatan suatu merek untuk menarik sebanyak mungkin konsumen

dapat melalui media elektronik ataupun non-elektronik, salah satunya adalah

iklan. Iklan dilakukan melalui saluran TV (televisi), radio, media cetak, dan

billboard. Begitu besarnya kekuatan suatu merek melalui promosi iklan

tersebut membawa dampak lain, yaitu adanya keinginan yang dilakukan oleh

produsen lain untuk memalsu dan meniru merek terkenal itu. Peneliti akan

menjabarkan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

pelanggaran merek yaitu passing off, sebagai berikut:

1. Tidak adanya pedoman mutlak mengenai apa yang disebut sebagai

merek terkenal

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan oleh Kasubdit

Pelayanan Hukum dan Fasilitasi Komisi Banding Merek pada

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

59

Direktorat Jenderal KI, selama ini Dirjen KI tidak pernah menolak

pendaftaran merek pihak lain, selama merek yang didaftarkan itu tidak

sama dengan yang telah ada sebelumnya. Mereka tidak pernah melihat

dari merek-merek terkenal lokal maupun merek terkenal asing yang

belum terdaftar di Indonesia. Selama merek itu belum terdaftar di

Daftar Umum merek, maka mereka akan menerimanya dan baru jika

pada saat publikasi dilakukan ternyata ada pihak-pihak yang

mengajukan keberatan, maka mereka akan memprosesnya. Akan tetapi,

jika tidak ada pihak yang mengajukan keberatan, maka merek tersebut

akan terdaftar dalam Daftar Umum Merek walaupun merek tersebut

ternyata merupakan merek terkenal.

Dahulu pihak Dirjen KI pernah memiliki daftar merek terkenal

namun daftar tersebut saat ini sudah tidak dipergunakan lagi, karena

tidak pernah diperbaharui. Pihak Dirjen KI menyatakan bahwa mereka

belum bisa mengeluarkan batasan-batasan apa yang disebut merek

terkenal itu karena belum ada Peraturan Menteri juga yang

mengaturnya sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 21 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis.

Hal itulah yang menurut peneliti menyebabkan banyaknya pelaku

usaha pesaing yang dengan sengaja mendaftarkan merek terkenal lokal

maupun asing yang belum terdaftar, bahkan merek yang sudah terdaftar

saja masih banyak pelaku usaha yang memberanikan untuk

mendaftarkan mereknya. Hal tersebut sangat jelas akan menguntungkan

pihak pelaku usaha baru yang melakukan pemboncengan reputasi

(passing off) merek terkenal tersebut, tetapi akan sangat merugikan

pihak yang memiliki merek terkenal tersebut.

2. Aparatur Penegak Hukum yang lemah

Penegakan hukum yang baik akan membawa perlindungan merek

yang baik. Karena, bagaimanapun perlindungan merek adalah untuk

melindungi masyarakat dari kebohongan/penipuan, untuk membantu

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

60

persaingan yang jujur, dan memberikan jaminan kepada masyarakat

bisnis suatu reputasi yang menguntungkan. Di samping itu,

perlindungan merek yang baik menjadi lebih penting jika ekonomi

tumbuh berdasarkan persaingan di pasar. Hal ini baru dapat terwujud

apabila aparatur penegak hukum kuat. Sebaliknya, apabila aparatur

penegak hukum lemah, maka pemalsuan dan pembajakan merek

menjadi lebih meluas.

Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia,

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

Hukum Acara Pidana, untuk melakukan penyidikan tindak pidana

dibidang merek. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dari Direktorat

Jenderal KI tersebut diberikan wewenang sebagaimana yang tercantum

pada Pasal 99 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis, berbunyi:

a. Pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan

dengan tindak pidana dibidang Merek;

b. Pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak

pidana di bidang merek;

c. Permintaan keterangan dan barang bukti dari orang sehubungan

dengan tindak pidana di bidang merek;

d. Penggeledahan dan pemeriksaan di tempat yang diduga terdapat

barang bukti, pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain yang

berkenaan dengan tindak pidana di bidang merek;

e. Penyitaan terhadap bahan dan barang hasil pelanggaran yang

dapat dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang

merek;

f. Permintaan keterangan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tindak pidana di bidang Merek

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

61

g. Permintaan bantuan kepada instansi terkait untuk melakukan

penangkapan, penahanan, penetapan daftar pencarian orang, dan

pencegahan terhadap pelaku tindak pidana di bidang merek;

h. Penghentian penyidikan jika terdapat cukup bukti adanya tindak

pidana di bidang merek.

Menurut Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan

Indikasi Geografis, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang

ditunjuk dari Direktorat Jenderal KI, memberitahukan dimulainya

penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kejelasan ketentuan mengenai penyidikan ini sangat penting bagi

aparat penyidik dalam melaksanakan tugas nya. Untuk itu perlu sebuah

penegasan bahwa sekalipun Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di

lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya

meliputi pembinaan di bidang merek, diberi wewenang khusus sebagai

penyidik, tetapi hal itu tidak meniadakan fungsi Penyidik Pejabat

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai penyidik utama. Dalam

melaksanakan tugasnya, penyidik PPNS berada dibawah kordinasi dan

pengawasan Penyidik Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Namun fakta yang terjadi bahwa penegakan hukum merek masih sangat

lemah, seperti tidak berdaya, dengan masih banyaknya pemalsuan

merek atas indikasi passing off dan perdagangan barang-barang

bermerek palsu. Akibat pemalsuan merek, kerugian yang diderita

Indonesia mencapai US $ 70-80 juta per tahun. Menurut data yang ada

yang ada, hanya sekitar 12% perangkat yang dijual di Indonesia asli,

selebihnya merupakan barang bajakan6

3. Pihak pelaku usaha saingan yang tidak mau mengeluarkan biaya

promosi mereknya

6https://economy.okezone.com/read/2016/06/09/320/1410336/akibat-pembajakan-

kerugian-negara. Diakses pada tanggal 24 April 2018, Pukul 12.20.

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

62

Selain kelemahan-kelemahan dari segi hukumnya, ada satu faktor

yang juga dapat menyebabkan terjadinya pemboncengan merek yang

berakibat pada persaingan curang, yaitu pesaing usaha yang tidak mau

mengalami kerugian. Seperti yang kita ketahui, untuk membangun

sebuah merek menjadi merek yang terkenal di seluruh dunia bukanlah

hal yang mudah. Seperti contoh kasus yang peneliti jabarkan pada Bab

III, yaitu merek aki GS Yuasa dengan GS Garuda Sakti, merek helm

INK dengan INX, serta merek TOYOTA dengan TOYOKO.

Untuk menjadikan suatu merek itu menjadi yang dikenal oleh

khalayak ramai, pemilik merek harus malakukan publikasi besar-

besaran dan terus-menerus hingga akhirnya merek tersebut dapat

dikenal oleh masyarakat luas. Dengan melakukan pengiklanan secara

terus-menerus itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena

itulah, pihak pesaing usaha sering melakukan pemboncengan reputasi

terhadap merek terkenal.

Dengan pemboncengan reputasi merek tersebut pesaing usaha

tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang besar untuk melakukan iklan

terhadap produknya, karena masyarakat akan mengira itu adalah produk

yang sama atau memiliki hubugan yang sama dengan merek yang sudah

dikenal lebih dahulu.

C. Akibat Hukum Dari Perbuatan Passing Off

Pengertian akibat hukum teah dirumuskan oleh R. Soeroso yaitu akibat

hukum ialah suatu tindakan yang dilakukan untuk memperoleh suatu akibat

yang dikehendaki oleh si pelaku dan diatur oleh hukum. Tindakan ini disebut

tindakan hukum. Jadi dengan lain perkataan, akibat hukum adalah akibat dari

suatu tindakan hukum. Contoh membuat wasiat, penyataan berhenti

menyewa.7

7 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h.131-132.

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

63

Jika dikaitkan pada konsep passing off terutama pada Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, dapat

disimpulkan bahwa di dalam Undang-undang ini dapat melahirkan atau

menimbulkan suatu hak dan kewajiban bagi si pemilik merek yang dimana

pemilik hak merek tersebut mempunyai hak untuk memonopoli perdagangan

dengan menggunakan mereknya tersebut. Jika mereknya tersebut

disalahgunakan oleh orang atau pihak yang tidak bertanggung jawab maka ia

mempunyai hak untuk melakukan penghapusan dan pembatalan merek yang

digunakan oleh orang tersebut dan ia juga berhak mengajukan gugatan ganti

rugi karena ia merasa haknya sudah dilanggar yang mengakibatkan pangsa

pasarnya menurun atau terganggu yang diakibatkan beredarnya merek yang

sama (merek palsu), atau merek yang dimiripkan dari pihak lain dengan

membonceng ketenaran mereknya. Dan ia juga mempunyai suatu kewajiban

jika mereknya tersebut inigin mendapatkan perlindungan hukum melalui

Undang-undang yang berlaku maka ia harus mendaftarkan merek tersebut

terlebih dahulu ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.8

Dalam kasus telah terjadi passing off maka timbul suatu peristiwa

hukum yang dimana telah terjadi pelanggaran terhadap hak merek yang

dimiliki oleh pemilik merek terdaftar yang menimbulkan suatu akibat adanya

gugatan pembatalan atas hak merek yang tidak memiliki hak dalam

penggunannya dan hal ini menunjukan bahwa produsen yang telah memenuhi

kewajibannya selaku pemilik merek maka ia harus diberikan hak berupa

perlindungan terhadap mereknya tersebut yang sesuai prinsip yang dianut

oleh Indonesia yaitu first to file principles yang mengandung arti bahwa

merek yang diberikan perlindungan hukum adalah merek yang telah terdaftar.

Selain itu pula, pemboncengan reputasi tersebut mengandung pula adanya

unsur perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum. Perbuatan

yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum tersebut karena jika

8 Adi Supanto, Kasubdit Pelayanan Hukum dan Fasilitasi Komisi Banding Merek,

Interview Pribadi, Jakarta Selatan, 2 April 2018.

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

64

perbuatan tersebut tidak memiliki itikad baik dapat diajukan tuntutan secara

hukum karena telah melanggar dari perundang-undangan berlaku

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi

Geografis tidak mengatur secara tegas bahwa terhadap merek harus

didaftarkan, namun pada Undang-undang tersebut hanya mengatur prosedur

pendaftarannya. Apabila sudah dilakukan pendaftaran merek maka

pemiliknya akan mendapatkan hak atas merek. Akibat hukum yang

didapatkan setelah pendaftaran merek berdasarkan Pasal 35 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis adalah

mendapatkan perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun

sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat

diperpanjang. Apabila suatu merek telah didaftarkan oleh pemiliknya, maka

secara otomatis produsen pemilik merek terdaftar mempunyai hak dalam

mengajukan gugatan ganti rugi maupun gugatan pembatalan merek yang

melakukan passing off maka hal ini didukung pula dengan ketentuan pidana

yang diajukan gugatannya oleh pemegang merek terdaftar dan pemerintah

selaku pihak penerima pendaftaran merek.

Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

telah menetapkan ketentuan pidana dalam Pasal 100 ayat (1), (2) dan (3) bagi

pemilik merek yang melakukan passing off merek terkenal terdaftar terdapat

persamaan pada keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa sejenis yang

diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun dan/atau dendan paling banyak Rp. 2.000.000.000,00

(dua miliar rupiah). Sedangkan bagi pemilik merek yang melakukan passing

off merek terkenal terdaftar terdapat persamaan pada pokoknya untuk barang

dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling

banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah). Namun jika pelaku usaha

tersebut melanggara ketentuan ayat (1) dan (2) serta menimbulkan gangguan

kesehatan, gangguan lingkungan hidup, dan/atau mengakibatkan kematian

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

65

manusia, maka dapat dikenakan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)

tahun, serta denda paling banyak Tp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Namun pada Pasal diatas jarang para pemilik merek yang menjadi

korban passing off untuk melaporkan tindakan tersebut ke Kepolisian karena

akan menyita banyak waktu biaya yang relative tidak sedikit dibandingkan

langsung ke Pengadilan Niaga.

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pokok permasalahan dan pembahasan pada bab-bab

sebelumnya, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlindungan hukum terhadap merek terdaftar dari perbuatan passing off

belum diatur secara jelas di dalam perundang-undangan merek di

Indonesia secara spesifik, akan tetapi terdapat beberapa peraturan

perundangan-undangan yang ketermuatannya mengatur mengenai

passing off dilihat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis, pada Pasal 20, 21, dan untuk mengajukan

gugatan dapat dilihat dalam Pasal 83, serta dapat dilihat dalam UU

Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The

World Trade Organization. Perbuatan passing off dapat juga

dikategorikan persaingan curang, namun tidak bisa dikategorikan

persaingan usaha tidak sehat yang tercantum dalam UU Nomor 5 Tahun

1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat. Passing off juga termasuk kategori perbuatan melawan hukum

sehingga dapat menggunakan Pasal 1365 KUHPerdata.

2. Undang-Undang merek di Indonesia dalam beberapa ketentuan pasalnya

telah melindungi hak atas merek terhadap tindakan passing off. Prinsip

itikad baik yang terkandung dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-Undang

Merek mempunyai pengertian bahwa pemohon yang mendaftar

mereknya harus dilandasi kejujuran, itikad baik, dan tanpa ada niat

apapun untuk membonceng, meniru, dan menjiplak ketenaran merek

pihak lain. Jadi prinsip itikad baik dapat melindungi hak atas merek

terhadap tindakan passing off karena terkandung unsur

misrepresentation. Selain itu, perlindungan hukum terhadap merek dapat

diperoleh ketika didaftarkan sesuai prinsip first to file, akan tetapi merek

GS Yuasa, dan TOYOTA adalah bukti nyata terkait maraknya passing off

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

67

yang tidak bisa dicegah dengan hanya bergantung pada prinsip first to

file, mekipun ketiga merek tersebut sudah didaftarkan.

3. Akibat hukum bagi pelaku tindakan passing off dapat berupa ganti

kerugian sesuai kerugian dari tindakan passing off baik kerugian materil

maupun immateril, penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan

penggunaan Merek tersebut (penghapusan merek), dan dapat

dipindanakan sesuai dalam Pasal 100 Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

B. Rekomendasi

Berdasarkan permasalahan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti, bahwa layak untuk direkomendasikan sebagai berikut:

1. Karena melihat perkembangan zaman dalam dunia usaha dan kebutuhan,

maka layak untuk direkomendasikan bila pengaturan passing off bisa

dimasukan kedalam muatan materi Undang-Undang Merek saat ini.

Mengingat bahwa passing off dapat membuat persaingan curang,

sehingga tidak adanya kepastian hukum yang dimiliki oleh pemilik

merek terdaftar.

2. Sudah saatnya membentuk aturan khusus mengenai ketentuan merek

terkenal berikut juga mengenai passing off yang berlaku di Indonesia

sebagaimana telah banyak merek-merek terkenal masuk ke pasar

Indonesia. Sebab itu, direkomendasikan untuk menambahkan muatan

materi passing off ke dalam beberapa Pasal pada Undang-Undang Merek

saat ini, agar terciptanya kepastian hukum mengenai perlindungan merek

yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.

3. Majelis Hakim yang memeriksa sengketa merek juga perlu hati-hati

dalam memberikan pertimbangan hukumnya. Hakim harus dapat

menggali hukum dari peristiwa hukum yang terjadi. Kekosongan hukum

tidak boleh menjadi alasan untuk memberikan pertimbangan yang tidak

adil. Hakim harus mengadopsi peraturan-peraturan yang terkait hingga

peraturan Internasional dimana bangsa kita terikat. Hal ini semata-mata

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

68

untuk menghindari precedent buruk atas perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual di mata dunia Internasional. Perlindungan kekayaan

intelektual yang tidak baik tentu akan dapat membawa dampak yang

kurang baik juga bagi bangsa dan negara kita khususnya dalam

perkembangan sektor ekonomi saat ini masih membutuhkan investasi

dari pada investor luar negeri.

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

69

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

A. Garner, Bryan, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, St. Paul,Minn: West Publishing Co, 2004.

Arrasjid, Chainur , Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Budi, Maulana Insan, Bianglala HAKI (Hak Kekayaan Intelektual), (Jakarta: Hecca Publishing, 2012.

Djumhana, Muhammad dan R. Djubaedillah Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia), Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

Lindsey, Tim, dkk. Suatu Pengantar Hak Kekayaan Intelektual, Bandung: PT. Alumni, 2013.

Lubis, Todung Mulya, Perselisihan Hak Atas Merek di Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 2000.

Hadjon, Philipus M, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987.

Margono, Suyud, dan Amir Pamungkas, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2011.

Mertokusumo, Sudikno, Penemuan Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009.

Miru, Ahmadi, Hukum Merek Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang Merek, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Nur Dewata, Mukti Fajar, dan Yulianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Purwaningsih, Endang, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Lisensi, Bandung: Mandar Maju, 2012.

Soekardono, R., Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat, 1983.

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

70

Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000.

Riswandi, Budi Agus dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Saidin, OK., Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Jakarta: Rajawali Press, 2011.

__________, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1983.

Soeroso, R., Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Sopyansyah, Jaya, dan Durachman Yusuf, Etika Bisnis dan Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Suryatin, Hukum Dagang I dan II, (Jakarta: Prad Paramita, 1980), h.84. Sutjipto, H.M.N, Purwo, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang, Jakarta:

Djambatan, 1984.

Tomi Utomo Suro, Hak Kekayaan Intelektual di Era Global, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Usman, Rahmadi, Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia, Jakarta: PT. Alumni, 2006.

BAHAN ONLINE

Edy Santoso, “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Merek Dagang Terkenal Melalui Peran Kepabeanan Sebagai Upaya Menjaga Keamanan dan Kedaulatan Negara”, Jurnal Rechtsvinding, Vol. 5 No. 1, April 2016.

https://pakarkomunikasi.com/jenis-metode-penelitian-kualitatif diakses pada 5 November 2017.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15211/gugatan-pembatalan-dan-penghapusan-merek-delifrance diakses pada 7 November 2017

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

71

https://economy.okezone.com/read/2016/06/09/320/1410336/akibat-pembajakan-kerugian-negara. Diakses pada tanggal 24 April 2018, Pukul 12.20.

https://dgip.go.id//pdki, Diakses pada tanggal 22 April 2018, Pukul 19.45. Jisia Mamahit, “Perlindungan Hukum Merek Dalam Perdagangan Barang dan Jasa” Jurnal Lex Privatum. Vol.I No.3 (diakses pada, 13 Februari 2018 pukul 20:25 WIB)

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 67 Tahun 2016 Tentang

Pendaftaran Merek. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

UU Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization.

Keputusan Presiden No. 15 Tahun 1997 Tentang Pengesahan Konvensi Paris dan

WIPO

PERJANJIAN INTERNASIONAL

Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights, Including Trade in Counterfeid Goods/TRIPs.

Paris Convention and Berne Convention

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu
Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu
Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu
Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

HASIL WAWANCARA

Nama : Anwar Fauzi

Kasubdit Pelayanan Hukum dan Fasilitasi Komisi Banding Merek, Direktorat

Jenderal Kekayaan Intelektual

Jakarta Selatan, 2 April 2018

1. Apa tugas dan wewenang Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual mengenai

merek?

Melakukan perumusan kebijakan di bidang perlindungan hukum

kekayaan Intelektual, penyelesaian permohonan pendaftaran, penyidikan,

penyelesaian sengketa, pelaksanaan pemantauan, evaluasi, pelaporan di

bidang perlindungan hukum kekayaan intelektual dan lain-lan.

2. Apa pengertian persamaan merek pada pokoknya dan persamaan merek pada

keseluruhannya menurut Bapak/Ibu? Dan apakah pihak Direktorat Jenderal

KI pernah menerima suatu merek dari kedua persamaan tersebut?

Persamaan merek pada pokoknya adalah kemiripan yang disebabkan

oleh adanya unsur-unsur yang menonjol antara merek yang satu dan merek

yang lain, yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan baik mengenai

bentuk, cara penempatan, cara penulisan dan kombinasi antara unsur-unsur

ataupun persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam merek-merek tersebut.

Namun, dalam hal ini kami menegaskan pihak Direktorat Jenderal KI tidak

pernah menerima suatu merek yang memiliki persamaan pada pokoknya dan

atau keseluruhannya.

3. Bagaimana kriteria merek terkenal menurut bapak/ibu?

Dalam Pasal 21 telah disebutkan beberapa kategori merek terkenal dan

tambahan dari saya untuk memasukan ketentuan merek tersebut menjadi

merek terkenal tentu harus terdaftar di beberapa Negara serta dibuktikan juga

dengan promosi gencar-gencaran untuk memperluas pangsa pasar dan

terdapatnya pengetahuan masyarakat atas merek tersebut. Dan menurut saya

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

sih masih kurangnya pengaturan secara spesifik mengenai merek terkenal di

Indonesia sehingga atas kasus merek terkenal beberapa hakim dapat

melakukan interpretasi hukum.

4. Apakah merek GS Yuasa, INK, dan TOYOTA merupakan merek terkenal?

Melihat fakta-fakta hukum dan alasan-alasan hukum dalam amar

putusan dari masing-masing kasus diatas, telah terbukti bahwa ketiga merek

tersebut merupakan merek terkenal.

5. Apakah diperbolehkan mendaftarkan merek pada klasifikasi kelas barang

yang sama?

Persamaan klasifikasi kelas barang bukanlah yang menjadi persoalan

karena yang harus diperhatikan yakni jenis barangnya, maksudnya ialah

ketika kelas barang dan/atau jasa sama dan jenis barang atau uraian barang

atau deskripsi klasifikasi barang dan/atau jasa berbeda maka merek tersebut

dapat diterima, contoh satu perusahaan mendaftarkan merek dagangnya

kedalam kelas 25 dengan jenis dompet sedangkan satu perusahaan lain

mendaftarkan jenis baju yang juga termasuk pada kelas barang 25, maka

kedua merek tersebut dapat diterima.

6. Bagaimana pemahaman Bapak/Ibu mengenai passing off dalam konteks

merek?

Passing off hanya berlaku untuk merek terkenal dan lebih dikenal di

negara yang menganut common law dan hal tersebut juga dekat kaitannya

dengan persaingan tidak sehat.

7. Bagaimana pendapat ibu/bapak terhadap suatu merek jasa atau barang yang

bukan termasuk merek terkenal tetapi tetap mengajukan terdapatnya tindakan

passing off?

Tentu saja dalam hal passing off pada merek perlu dipahami hanya

berlaku untuk merek terkenal saja dan harus telah mempunyai reputasi tinggi

dan pihak yang merasa dirugikan harus dapat membuktikan reputasi

mereknya.

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI …€¦ · PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK TERDAFTAR DARI PERBUATAN PASSING OFF DAN AKIBAT HUKUMNYA. Program Studi Ilmu

8. Perlukah penambahan materi pada Undang-Undang Merek saat ini dengan

mengadopsi aturan common law yakni tindakan passing off?

Saya rasa tidak perlu, karena kita sudah menganut prinsip first to file.

9. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal KI dalam

menimalisir praktik passing off yang masih sering terjadi?

Kami tegaskan kembali bahwa Dirjen KI sudah memfasilitasi dengan

pendaftaran merek sehingga dapat memperoleh perlindungan hukum yang

kami jaminkan. Namun terkait kasus yang terjadi itu kembali ke masing-

masing pihak yang bersangkutan.

10. Bagaimana tolak ukur yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal KI terkait

suatu merek yang didaftarkan dengan itikad tidak baik?

Dengan adanya persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhan yang

mengarah kepada pelanggaran merek dengan merek pesaing yang sudah

terdaftar lebih dahulu, hal tersebut merupakan pendaftaran dengan niat itikad

tidak baik.

11. Bagaimana motif atau alasan pertimbangan Direktorat Jenderal KI dalam

menerima pendaftaran merek ?

Kami menerima pendaftaran merek jika merek tersebut dapat

memenuhi syarat administratif dan pemeriksaan substantif dalam Direktorat

Merek ini.