96
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh: RINDUNG BULAN NIM: 11150480000122 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR

KENDARAAN MOBIL

Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh:

RINDUNG BULAN

NIM: 11150480000122

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H / 2020 M

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung
Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung
Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung
Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

v

ABSTRAK

RINDUNG BULAN. NIM 11150480000122. Perlindungan

Hukum Konsumen Jasa Parkir Kendaraan Mobil, Studi Putusan

Mahkamah Agung Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017. Strata Satu (S1), Program

Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1441 H / 2020 M. Isi: ix + 70

halaman + 13 halaman lampiran + 4 halaman daftar pustaka.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum

terhadap konsumen jasa parkir dalam kasus perparkiran antara H. Mudji

Waluyo selaku konsumen dengan PT. Nusapala Parkir sebagai pengelola

parkir. Serta mengetahui pertimbangan majelis hakim berdasarkan Putusan

Mahkamah Agung Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017 apakah telah sesuai

dengan ketentuan hukum yang berlaku. Pendekatan penelitian yang

digunakan bersifat yuridis normatif, dengan bahan hukum primer yang terdiri

dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Peraturan Daerah Kota Bekasi

Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Parkir Serta

Terminal dan pendekatan kasus (case approach) dalam Putusan Nomor 458

K/Pdt.Sus-BPSK/2017.

Hasil penelitian menunjukan bahwa PT Nusapala Parkir sebagai

pengelola parkir (Pemohon Kasasi/Tergugat) melawan H. Mudji Waluyo

sebagai pemilik kendaraan mobil (Termohon Kasasi/Penggugat) sesuai

putusan Mahkamah Agung beserta yurisprudensi terdahulu, bahwa pengelola

parkir wajib bertanggung jawab apabila terjadi kerusakan kendaraan mobil

dan kehilangan barang di dalam area parkir milik pengelola parkir.

Kata Kunci : Konsumen, Jasa Parkir, Perlindungan Hukum.

Pembimbing Skripsi : Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.

Elviza Fauzia S.H., M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1978 Sampai Tahun 2017

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah S.W.T, yang telah memberikan rahmat,

nikmat serta karunia yang tak terhingga. Solawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya hingga akhir zaman. Dengan mengucap Alhamdulillahi Robbil

„alamin peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perlindungan

Hukum Konsumen Jasa Parkir Kendaraan Mobil, Studi Putusan Mahkamah

Agung Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017.”

Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan

bimbingan, arahan, dukungan dan serta bantuan dari berbagai pihak, sehingga

dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi, M.A., Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi Ilmu

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H. dan Elviza Fauzia, S.H., M.H.

Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan

pikiran serta kesabaran dalam memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan

saran-saran kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia yang telah membantu dalam menyediakan

fasilitas yang memadai untuk peneliti mengadakan studi kepustakaan guna

menyelesaikan skripsi ini.

5. Ketua Pengadilan Negeri Bekasi yang telah mengizinkan peneliti

mendapatkan salinan putusan perkara.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

vii

6. Teman-teman Kelas C angkatan 2015 dan KKN Kalimaya 2018 teman satu

tim pengabdian masyarakat.

7. Pihak-pihak lainnya terutama kedua orang tua dan saudara kandung peneliti

yang memberi kontribusi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

Demikian ucapan terimakasih ini, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat

memberi manfaat bagi kalangan akademis, masyarakat, dan pembaca kalangan

umumnya. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2019

Rindung Bulan

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………….......................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………....……..ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……………………..iii

LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………..………iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 6

D. Metode Penelitian ...................................................................................... 7

E. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 9

BAB II TINJAUAN UMUM KETENTUAN HUKUM PERLINDUNGAN

KONSUMEN DI INDONESIA ......................................................... 11

A. Kajian Teori Perlindungan Konsumen .................................................... 11

1. Teori Perlindungan Hukum ................................................................ 11

2. Teori Pertanggungjawaban ................................................................. 12

B. Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen ................................. 15

C. Tanggung Jawab Hukum ......................................................................... 24

D. Klausula Baku ......................................................................................... 28

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ...................................................... 29

BAB III PENGATURAN KONSUMEN PERPARKIRAN KENDARAAN

MOBIL DI KOTA BEKASI JAWA BARAT .................................. 32

A. Tinjauan Umum Perparkiran ................................................................... 32

B. Hubungan Hukum Antara Pihak Pengelola Parkir Dengan Konsumen

Jasa Parkir ............................................................................................... 39

C. Aturan Perparkiran Kendaraan Di Kota Bekasi ...................................... 43

BAB IV PENYELESAIAN KASUS KONSUMEN KENDARAAN MOBIL

DI INDONESIA .................................................................................. 47

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

ix

BAB IV PENYELESAIAN KASUS KONSUMEN KENDARAAN MOBIL

DI INDONESIA .................................................................................. 47

A. Posisi Kasus ............................................................................................ 47

B. Bentuk Perlindungan Hukum Konsumen Jasa Parkir Terhadap Kerusakan

Kendaraan Terkait Adanya Pengalihan Tanggung Jawab ....................... 53

C. Pertimbangan Majelis Hakim Berdasarkan Putusan Nomor 458

K/Pdt.Sus-BPSK/2017 ............................................................................ 59

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 68

A. Kesimpulan ............................................................................................. 68

B. Rekomendasi ........................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71

LAMPIRAN

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang akan selalu berhubungan serta

saling membutuhkan satu sama lain. Hubungan horizontal tersebut terjadi

antara satu manusia dengan manusia lainnya. Sejalan dengan kebutuhan

manusia, perkembangan dan pembangunan ekonomi semakin signifikan. Hal

ini membuat kebutuhan ekonomi di suatu daerah meningkat. Jika kita lihat

kebutuhan ini terbagi menjadi dua yakni kebutuhan primer dan kebutuhan

sekunder. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan sekunder

masyarakat, sebab transportasi menjadi sarana yang sangat penting bagi roda

perekonomian serta menjadi salah satu aspek kehidupan yang terpengaruh

dengan perkembangan zaman.

Transportasi dapat artikan sebagai kegiatan mengangkut dan

memindahkan muatan (barang dan orang/manusia) dari satu tempat (tempat

asal) ketempat lainnya atau tempat tujuan.1 Dengan hal ini, alat transportasi

yang kita gunakan tidak terlepas dari parkir. Bagi beberapa masyarakat yang

memiliki kendaraan pribadi baik mobil maupun motor, pasti pernah

menggunakan sarana parkir. Dalam ilmu ekonomi, jasa atau layanan menjadi

aktivitas ekonomi yang melibatkan interaksi dengan konsumen maupun

barang milik namun tidak memindahkan kepemilikan. Penetapan lokasi parkir

untuk umum diperhatikan dengan beberapa aspek, yakni rencana umum tata

ruang daerah, kelestarian dan keselamatan lingkungan.

Dewasa ini jasa parkir menjadi salah satu jenis usaha yang kerap

menguntungkan dan dibutuhkan banyak orang. Hal ini menjadi lazim bagi

masyarakat sebab dilihat dari transportasi yang semakin hari menjadi sangat

berkembang untuk mendorong suatu perusahaan maupun lembaga membuat

bisnis lahan parkir. Dengan adanya fasilitas jasa parkir masyarakat kerap

1 Sakti Adji Adisasmit, Perencanaan Infrastruktur Transportasi Wilayah, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2012), h. 7

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

2

mempercayakan keamanan kendaraan pribadinya kepada pengelola parkir

untuk dijaga. Akan tetapi dalam kejadian di lapangan ditemukan bahwa

konsumen sering kali merasa dirugikan oleh pelaku usaha parkir jika

kendaraan yang dititipkan rusak atau bahkan hilang. Dalam kasus seperti ini,

pengelola parkir sering kali merujuk pada klausula baku dalam perjanjian

parkir yakni pengalihan tanggung jawab yang menyatakan bahwa dirinya

tidak bertanggung jawab atas terjadinya kerusakan atau kehilangan kendaraan

yang di parkir ditempat tersebut. Namun dalam Pasal 18 butir (1) huruf a dan

butir (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen menyatakan:

“Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang

ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau

mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau

perjanjian apabila menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku

usaha”.

Jika kita lihat, konsumen sering kali memiliki kedudukan yang lebih

lemah dibanding dengan pelaku usaha. Oleh sebab itu diperlukan

perlindungan hukum bagi konsumen agar dapat melindungi haknya.

Berdasarkan Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen. Konsumen mempunyai sejumlah hak hukum yang perlu mendapat

perlindungan dalam pemenuhannya. Hak-hak tersebut selayaknya mendapat

pemahaman dan penghargaan dari semua pihak dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara.2 Dengan kata lain, konsumen sebagai pemakai jasa harus

diutamakan keamanan dan kenyamanannya.

Para pelaku usaha sering menggunakan cara untuk mengikat suatu

perjanjian tertentu biasanya mempersiapkan sebuah konsep draft perjanjian

yang akan berlaku bagi para pihak. Konsep tersebut tersusun sedemikian rupa

hingga saat penandatanganan perjanjian pelaku usaha hanya merinci beberapa

2 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: PT Cipta

Aditya Bakti, 2010), h. 2

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

3

hal yang sifatnya subjektif, contohnya seperti pencantuman kata-kata: “segala

kehilangan atau kerusakan atas kendaraan yang di parkir berikut barang-

barangnya bukan merupakan tanggung jawab pengelola parkir.” Perjanjian

seperti ini pada pokoknya hanya menuangkan hak-hak yang ada pada pihak

yang berkedudukan lebih kuat sedangkan pihak lainnya mau tidak mau

menerima keadaan itu. Tidak adanya perlindungan yang seimbangan tentu

menyebabkan konsumen berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Kerugian-kerugian yang dialami oleh konsumen tersebut dapat timbul sebagai

akibat dari adanya hubungan hukum perjanjian antara produsen dan

konsumen, maupun akibat dari adanya perbuatan melanggar hukum yang

dilakukan oleh produsen.3 Penggunaan perjanjian baku itu diperbolehkan oleh

hukum, jika tidak melanggar ketentuan Undang-Undang Perlindungan

Konsumen. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen, memberikan perlindungan hukum bagi para

konsumen terhadap pemberlakuan perjanjian baku.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen (selanjutnya disebut “UUPK”) salah satunya dibuat untuk

memberi perlindungan kepada konsumen yang menggunakan jasa parkir yang

saat ini masih sering mencantumkan klausula baku atau perjanjian baku pada

karcis parkir yang melanggar pasal 18 UUPK dalam hal ketentuan klausula

baku. Penggunaan klausula baku yang tertera pada karcis parkir membuat

posisi antara pengelola parkir dengan konsumen menjadi berat sebelah.

Terkait dengan pengelolaan parkir, salah satu kasus yang akan peneliti

teliti yakni kasus gugatan oleh H. Mudji Waluyo (Penggugat/Termohon

Kasasi) terhadap PT Nusapala Parkir (Tergugat/ Pemohon Kasasi) selaku

pihak pengelola parkir. H. Mudji Waluyo yang memarkirkan mobil di dalam

area parkir yang dikelola oleh PT Nusapala Parkir mengalami kerugian yakni

pencurian dan kerusakan kaca mobil yang dibobol. Namun pihak pengelola

parkir merasa bahwa kehilangan barang yang ada di dalam mobil bukan

3 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 1

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

4

merupakan suatu tanggung jawab pengelola untuk menjaganya sebab

konsumen tidak menitipkan atau memberitahu tentang adanya barang-barang

didalam mobil dan pihak pengelola parkir merasa tidak adil apabila adanya

kehilangan barang yang ada didalam mobil yang notabene barang tersebut

tidak dititipkan pada petugas lalu menjadi tanggung jawab pengelola parkir.

Dari uraian tersebut maka pihak pengelola parkir merasa yang menjadi

tanggung jawabnya yakni hanya menjaga keutuhan mobil tetapi tidak

termasuk barang-barang yang ada didalamnya.

Pada dasarnya, tujuan dibuatnya perjanjian baku yaitu untuk

memberikan kemudahan bagi para pihak yang bersangkutan. Oleh sebab itu,

bertolak dan tujuan tersebut, Mariam Darus Badrulzaman lalu mendefinisikan

perjanjian baku sebagai perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan

dalam bentuk formulir. Sutan Remi Sjahdeini mengartikan penjanjian baku

sebagai perjanjian yang hampir seluruh klausul-klausulnya dibakukan oleh

pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang

untuk merundingkan atau meminta perubahan.4

Pittlo menggolongkan perjanjian baku sebagai perjanjian paksa (dwang

contract).5 Bila kita sesuaikan dengan kasus diatas, pengelola parkir dirasa

memaksakan konsumen untuk menerima aturan yang dibuat secara sepihak

tetapi konsumen mengalami kerugian berupa pecahnya kaca mobil serta

barang-barang pribadi konsumen raib ditempat yang seharusnya konsumen

merasa mobilnya aman dijaga oleh petugas parkir. Dengan kata lain pelaku

usaha dapat dikatakan mengalihkan tanggung jawabnya terhadap konsumen

yang telah mempercayakan kendaraannya ditempat parkir yang dikelola oleh

PT. Nusapala Parkir selaku pengelola area.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dan menuangkan dalam bentuk skripsi dengan judul

4 Nizla Rohaya. “Pelarangan Penggunaan Klausula Baku Yang Mengandung Klausula

Eksonerasi Dalam Perlindungan Kosumen.” Dalam Jurnal Hukum Replik, Volume 6 Nomor 1,

Maret. (2018), h. 24

5 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 117

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

5

“Perlindungan Hukum Konsumen Jasa Parkir Kendaraan Mobil, Studi

Putusan Mahkamah Agung Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017.“

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan

sebelumnya, maka identifikasi masalah yang muncul dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Adanya ketidakseimbangan hak dan kewajiban antara pihak

pengelola parkir dan konsumen.

b. Pengelola parkir menganggap kehilangan barang yang ada didalam

mobil bukan merupakan tanggung jawab dari pengelola parkir.

c. Rusaknya kendaraan pribadi konsumen dan hilangnya barang

didalam mobil.

d. Konsumen sebagai pengguna jasa perparkiran tidak mengetahui apa

saja hak dan kewajibannya.

2. Batasan Masalah

Untuk lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian ini,

maka perlu adanya pembatasan masalah agar dalam praktek penelitian

dan penyusunan secara ilmiah tidak terlalu luas dan dapat dipahami

dengan mudah. Oleh sebab itu, studi ini dibatasi hanya meneliti bentuk

perlindungan hukum konsumen parkir terhadap kehilangan dan

kerusakan kendaraan serta apa tinjauan dari majelis hakim dalam

memberi putusan yang dalam hal ini peneliti melakukan penelitian

kepada PT Nusapala Parkir dalam analisis putusan sangketa konsumen

jasa parkir Putusan Mahkamah Agung Nomor 458 K/Pdt.Sus-

BPSK/2017.

3. Perumusan Masalah

Untuk mempertegas perumusan masalah tentang perparkiran terkait

pengalihan tanggung jawab pelaku usaha kepada konsumen serta

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

6

pertanggungjawabannya, maka dibuat pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

a. Bagaimana bentuk perlindungan hukum konsumen jasa parkir terkait

adanya pengalihan tanggung jawab?

b. Bagaimana pertimbangan majelis hakim berdasarkan Putusan

Mahkamah Agung Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok penelitian yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

dilakukannya penelitian ini yakni:

a. Untuk memahami perlindungan hukum konsumen jasa parkir terhadap

adanya pengalihan tanggung jawab.

b. Untuk memahami pertimbangan hakim dalam kasus sangketa konsumen

jasa parkir dengan pengelola parkir berdasarkan Putusan Nomor 458

K/Pdt.Sus-BPSK/2017 yang disesuaikan dengan Undang-Undang

Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 dan Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penulisan ini diharapkan mampu memberi manfaat

bagi peneliti lain atau masyarakat luas mengenai pengetahuan ilmu

hukum dalam bidang Hukum Bisnis yang mengarah pada Hukum

Perlindungan Konsumen khususnya terhadap hak-hak konsumen saat

menggunakan jasa perparkiran.

b. Manfaat Praktis

Bagi peneliti dapat menerapkan ilmu-ilmu yang didapat dari teori

lalu direalisasikan dalam praktik lapangan. Serta dapat memberi

sumbangan pemikiran bagi para penegak hukum akibat dari

permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian baku yang

dilakukan oleh jasa perparkiran.

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

7

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini dibutuhkan data yang akurat, yang berasal

dari studi dokumentasi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada

dalam skripsi ini. Oleh sebab itu metode penelitian yang digunakan peneliti

dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini akan menggunakan metode penelitian hukum

yuridis normatif sebab masalah yang akan diteliti tersebut berhubungan

erat dengan law in books. Penelitian hukum normatif ialah metode

penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau

data sekunder.6

2. Pendekatan Masalah

Dalam pendekatan penelitian ini, peneliti menggunakan metode

penelitian normatif. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini ialah: Pendekatan perundang-undangan (statute approach) yang mana

perundang-undangan yang akan digunakan dalam penelaahan penelitian

ini adalah:

a. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

b. Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

c. Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 17 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan dan Retribusi Parkir Serta Terminal

d. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

3. Sumber Data

Maka yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam tiga jenis:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoratif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer sendiri

6 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan

Singkat), (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 13-14

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

8

terdiri dari perundang-undangan. Selain peraturan perundang-

undangan, yang termasuk dalam hukum primer yaitu catatan-

catatan resmi maupun risalah dalam pembuatan peraturan

perundang-undangan serta putusan hakim.7 Dalam penelitian ini

peraturan perundang-undangan yang digunakan yaitu Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 17 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan dan Retribusi Parkir Serta Terminal, Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, dan Putusan Mahkamah Agung

Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan semua publikasi mengenai

hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi seperti

buku-buku teks, kamus-kamus hukum, dan jurnal-jurnal hukum.

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa

rancangan perundang-undangan, skripsi, jurnal hukum, artikel ilmiah

hukum, dan media elektronik.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan non hukum, yakni berupa

literatur yang berasal dari non hukum yang mempunyai relevansi

dengan topik penelitian berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI), kamus hukum, majalah, koran, dan internet.8

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang

diteliti oleh peneliti, penelitian ini dikaitkan dengan jenis penelitian

hukum yang bersifat kualitatif. Maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan

(library research) yakni upaya untuk memperoleh data atau upaya

7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, Cet.III, 2007), h.141

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,….., h.143

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

9

mencari dari penelesuran literatur kepustakaan, peraturan perundang-

undangan, artikel dan jurnal hukum yang berkaitan dengan perlindungan

konsumen agar dapat dipakai untuk menjawab suatu pertanyaan atau

untuk memecah suatu masalah dalam penelitian ini. Untuk studi

dokumen dalam penelitian ini mengkaji informasi tertulis mengenai

hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, namun boleh diketahui

oleh pihak tertentu. Dalam hal ini peneliti mengkaji dan menganalisa

Putusan Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017.

5. Analisis Bahan Hukum

Penelitian ini akan dikaji menggunakan analisis kualitatif. Analisis

kualitatif artinya dianalisis menggunakan data-data yang telah ada.

Metode analisis data secara kualitatif yakni suatu kegiatan yang

dilakukan oleh peneliti untuk menentukan isi atau makna aturan hukum

yang dijadikan rujukan dalam menyajikan permasalahan hukum yang

menjadi objek kajian.9 Data yang sudah ada akan diolah dan dianalisis

secara deduktif, yang selanjutnya dikaitkan dengan norma-norma hukum,

doktrin-doktrin hukum, dan teori ilmu hukum yang ada.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh peneliti dalam

skripsi ini berdasarkan kaidah-kaidah dan teknik penulisan yang

terdapat dalam buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tahun 2017”.

E. Sistematika Pembahasan

Untuk menuangkan hasil penelitian kedalam bentuk penulisan yang

baik dan benar, sistematis dan teratur, maka skripsi ini dirancang dengan

sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu:

BAB I Dalam bab ini menjelaskan Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Pembatasan, dan Perumusan Masalah,

9Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011), h. 107

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

10

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan

Sistematika Pembahasan.

BAB II Bab ini akan menguraikan landasan konseptual, tinjauan

pustaka yang mengaju pada hukum perlindungan konsumen

serta tinjauan (review) kajian terdahulu.

BAB III Dalam bab ini akan membahas mengenai pengaturan

konsumen perparkiran di Kota Bekasi berdasarkan Peraturan

Daerah (PERDA)

BAB IV Dalam bab ini akan menjelaskan mengenai posisi kasus

konsumen kendaraan mobil terhadap PT Nusapala Parkir,

bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen parkir serta

analisis pertimbangan hakim dalam Putusan Mahkamah Agung

Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017.

BAB V Dalam bab ini merupakan bab jawaban dari perumusan

masalah yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian.

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

11

BAB II

TINJAUAN UMUM KETENTUAN HUKUM PERLINDUNGAN

KONSUMEN DI INDONESIA

A. Kajian Teori Perlindungan Konsumen

1. Teori Perlindungan Hukum

Hal terpenting dalam unsur suatu negara hukum ialah perlindungan

hukum. Hal ini dianggap penting sebab pembentukan suatu negara akan

dibentuk pula hukum yang mengatur tiap warga negaranya. Suatu negara

akan terjadi suatu hubungan timbal balik antara warga negaranya sendiri.

Dalam hal tersebut akan melahirkan suatu hak dan kewajiban satu sama

lain. Perlindungan hukum akan menjadi hak tiap warga negaranya akan

tetapi disisi lain dapat dirasakan juga bahwa perlindungan hukum

merupakan kewajiban bagi negara itu sendiri, oleh sebab itu negara wajib

memberikan perlindungan hukum kepada warga negaranya. Setelah

mengetahui pentingnya perlindungan hukum, selanjutnya perlu dipahami

tentang pengertian perlindungan hukum itu sendiri.

Dalam buku Soerjono Soekanto, Perlindungan hukum adalah

segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan

rasa aman kepada saksi dan atau korban, yang dapat diwujudkan dalam

bentuk seperti melalui restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan

bantuan hukum.1

Dalam kaitannya dengan perlindungan hukum bagi rakyat, Philipus

M.Hadjon membedakan dua macam sarana perlindungan hukum, yaitu:

1) Sarana Perlindungan Hukum Preventif. Pada perlindungan hukum

preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan untuk

mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan

pemerintah mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah

mencegah terjadinya sengketa.

1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 133

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

12

2) Sarana Perlindungan Hukum Represif. Perlindungan hukum yang

represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Penanganan

perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Pengadilan

Administrasi di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum

ini. Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap

tindak pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia,

pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia

mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari

negara hukum.2

Merujuk pada pandangan yang dipaparkan oleh para pakar di atas,

bahwa perlindungan hukum yang diberikan kepada subyek hukum dalam

bentuk perangkat aturan hukum dan cara-cara tertentu baik yang bersifat

preventif maupun yang bersifat represif. Hal ini merupakan representasi

dari fungsi hukum itu sendiri agar memberikan suatu kepastian, keadilan,

ketertiban, dan kedamaian.

2. Teori Pertanggungjawaban

Terdapat dua istilah yang merujuk pada pertanggungjawaban

dalam kamus hukum, yakni liability dan responsibility. Liability

merupakan istilah hukum yang luas yang menunjuk hampir semua

karakter risiko atau tanggung jawab, yang pasti, yang bergantung atau

yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara aktual

atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi

yang menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.

Responsibility berarti hal yang dapat dipertanggungjawabkan atas suatu

kewajiban, dan termasuk putusan, keterampilan, kemampuan dan

kecakapan meliputi juga kewajiban bertanggung jawab atas undang-

undang yang dilaksanakan. Dalam pengertian dan penggunaan praktis,

istilah liability menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu

2 Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina

Ilmu, 1987), h. 20

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

13

tanggung gugat akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum,

sedangkan istilah responsibility menunjuk pada pertanggungjawaban

politik.3

Namun secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum

dapat dibedakan sebagai berikut:4

1) Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan

Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability

atau liability based on fault) adalah prinsip yang cukup umum

berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata, khususnya pasal 1365, 1366, dan 1367,

prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan bahwa

seseorang baru dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara

hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya.

Pasal 1365 KUH Perdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang

perbuatan melawan hukum, mengharuskan terpenuhinya empat unsur

pokok, yaitu:

a. adanya perbuatan;

b. adanya unsur kesalahan;

c. adanya kerugian yang diderita;

d. adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

2) Prinsip Praduga Untuk Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab

(presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan ia

tidak bersalah. Dalam prinsip pembuktian terbalik, seseorang

dianggap bersalah sampai yang bersangkutan dapat membuktikan

sebaliknya, hal ini tentu bertentangan dengan asas hukum praduga

tidak bersalah yang lazim dikenal dalam hukum tetapi jika

3 Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006) h.

335-337

4 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2006), h. 73-79

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

14

diterapkan dalam kasus konsumen akan tampak asas ini cukup

relevan karena yang berkewajiban untuk membuktikan kesalahan itu

ada di pelaku usaha.5

3) Prinsip Praduga Untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab

Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip praduga

untuk tidak selalu bertanggung jawab (presumption of nonliability

principle), hanya dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang

sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secara common

sense dapat dibenarkan.6

4) Prinsip Tanggung Jawab Mutlak

Dalam prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) memberi

pengertian bahwa tergugat selalu bertanggung jawab tanpa melihat

ada atau tidaknya kesalahan atau tidak melihat siapa yang bersalah,

tanggung jawab yang memandang “kesalahan” sebagai sesuatu yang

tidak relevan untuk dipermasalahkan apakah hakekatnya ada atau

tidak ada. Akan tetapi hal ini tidak selamanya diterapkan secara

mutlak sebab dalam tanggung jawab mutlak sekalipun masih tetap

ada pengecualian yang membebaskan tergugat dari tanggung

jawabnya. Pengecualian yang dimaksud antara lain ialah keadaan

force majeure (kekuatan yang lebih besar), yakni suatu kondisi

terpaksa yang terjadi karena keadaan alam dan tidak mungkin untuk

dihindari.7

5) Prinsip Tanggung Jawab Dengan Pembatasan

Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability

principle) sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan

5 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Sinar Grafika,

2014), h. 95

6 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2006), h. 62

7 Endang Saifullah Wiradipraja, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Udara

Indonesia, (Bandung: Eresco, 1991), h. 33

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

15

sebagai klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang

dibuatnya. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen

bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam Undang-

Undang Perlindungan Konsumen yang baru, seharusnya pelaku

usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausula yang

merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung

jawabnya. Jika ada pembatasan, mutlak harus berdasarkan pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku.8

B. Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen

1. Pengertian Konsumen

Pengertian Konsumen menurut Pasal 1 angka 2 UUPK ialah setiap

orang pemakai barang dan/ atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk

hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Pengertian konsumen dapat dibagi menjadi tiga bagian yakni:

1) Konsumen dalam arti umum, yaitu pemakai, pengguna, atau jasa

pemanfaat barang dan/atau jasa untuk tujuan tertentu;

2) Konsumen antara, yaitu pemakai, pengguna, dan/atau jasa untuk

diproduksi (produsen) menjadi barang dan/atau jasa lain;

3) Konsumen akhir, yakitu pemakai, pengguna dan/atau jasa konsumen

untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga atau rumah

tangganya dan tidak untuk diperdagangkan kembali.

Menurut Az. Nasution dalam bukunya yang berjudul Hukum

Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, menegaskan beberapa batasan

tentang konsumen, yakni: a. Konsumen adalah setiap orang yang

mendapatkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan tertentu; b. Konsumen

antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/jasa untuk

digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa lain atau untuk

diperdagangkan (tujuan komersial); c. Konsumen akhir adalah setiap orang

8 Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2004), h. 98

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

16

alami yang mendapat dan menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan

memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan atau rumah tangga dan

tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).9

2. Hukum Perlindungan Konsumen dan Hukum Perikatan

a. Hukum Perlindungan Konsumen

Hukum Perlindungan Konsumen secara umum bertujuan

memberikan perlindungan bagi konsumen baik dalam bidang hukum

privat maupun bidang hukum publik sesuai dengan Undang-Undang

Perlindungan Konsumen. Hukum perlindungan konsumen adalah

keseluruhan asas –asas dan kaidah yang mengatur dan melindungi

konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan

penggunaan produk konsumen antara penyedia dan penggunaanya

daam bermasyarakat.10

Dr. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa:

“Hukum konsumen adalah : keseluruhan asas- asas dan kaidah -

kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan dan

penggunaan produk barang dan/atau jasa, antara penyedia dan

penggunaannya, dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan batasan

berikutnya adalah batasan hukum perlindungan konsumen, sebagai

bagian khusus dari hukum konsumen, dan dengan penggambaran

masalah yang terlah diberikan dimuka, adalah “keseluruhan asas- asas

dan kaidah – kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam

hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk konsumen

antara penyedia dan penggunaannya, dalam kehidupan

bermasyarakat.”

Pada umumnya, hukum umum yang berlaku dapat pula

merupakan hukum konsumen, sedangkan bagian - bagian tertentunya

yang mengandung sifat - sifat membatasi, mengatur pada syarat -

9 AZ Nasution, Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pada Seluruh Barang dan Jasa

Ditinjau Dari Pasal Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, (Makalah, 14 Januari 2001), h. 6

10

Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen: Problematika Kedudukan dan Kekuatan

Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), (Universitas Brawijaya: Press, 2011),

h. 42

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

17

syarat tertentu perilaku kegiatan usaha dan melindungi kepentingan

konsumen, merupakan hukum perlindungan konsumen.

Purba dalam menguraikan konsep hubungan pelaku usaha dan

konsumen mengemukakan bahwa kunci pokok perlindungan hukum

bagi konsumen adalah bahwa konsumen dan pelaku usaha saling

membutuhkan. Produksi tidak ada artinya kalau tidak ada yang

mengkonsumsinya dan produk yang dikonsumsi secara aman dan

memuaskan, pada gilirannya akan merupakan promosi gratis bagi

pelaku usaha.11

Pendapat lain mengenai hukum konsumen oleh Az. Nasution

yakni bahwa hukum konsumen yang memuat asas - asas atau kaidah

- kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang

melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen

diartikan sebgai keseluruhan asas - asas dan kaidah - kaidah hukum

yang mengatur hubungan dan masalah antara berbagai pihak satu

sama lain berkaitan dengan barang dan/atau jasa konsumen di dalam

pergaulan hidup.12

b. Hukum Perikatan

Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang

atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang berkewajiban untuk

memenuhi tuntutan itu. Sedangkan perjanjian adalah suatu peristiwa

di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang

itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.13

Subekti menyatakan perikatan adalah suatu perhubungan

hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihakyang

11

Barkatullah Abdul Haim, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Transaksi E-Commerce

Lintas Negara di Indonesia, (FH UII: Press, 2009), h. 27

12 Barkatullah Abdul Haim, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Transaksi E-Commerce

Lintas Negara di Indonesia,……, h. 13

13 Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT Intermasa, 1990), h. 22

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

18

satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak

yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.

Perikatan dilahirkan baik karena perjanjian maupun karena

undang-undang (Pasal 1233 KUH Perdata). Sumber terpenting dari

perikatan ialah perjanjian, terutama perjanjian obligatoir yang diatur

lebih lanjut di dalam Bab Ke II Buku Ke III KUH Perdata, tentang

perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau perjanjian.

Semua tindakan baik perikatan yang terjadi karena undang-undang

maupun perjanjian merupakan fakta hukum. Fakta hukum adalah

kejadian-kejadian, perbuatan/tindakan, atau keadaan yang

menimbulkan, beralihnya, berubahnya, atau berakhirnya suatu hak.

Singkatnya fakta hukum adalah fakta yang menimbulkan akibat

hukum. Fakta ini dapat berupa perbuatan/tindakan, juga dapat berupa

fakta lainnya, seperti fakta hukum apa adanya ( blote rechtsfeiten),

misalnya kelahiran, kematian, kedewasaan atau keadaan belum

dewasa, hubungan kekerabatan, ataupun lemahnya waktu atau

daluarsa.14

Fungsi perjanjian dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi yuridis

dan fungsi ekonomis. Fungsi yuridis adalah fungsi yang memberikan

kepastian hukum bagi para pihak. Sedangkan fungsi ekonomis

adalah menggerakkan (hak milik) sumber daya dari nilai penggunaan

dari nilai yang lebih rendah menjadi nilai yang lebih tinggi.15

3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

a. Asas Perlindungan Konsumen

Upaya perlindungan konsumen khususnya di Indonesia

didasarkan pada sejumlah asas yang telah diyakini dapat

memberikan arahan dalam implementasinya di tingkat praktis.

14

Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian Dan Penerapannya Di Bidang

Kenotariatan, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2011), h. 1

15

Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia. (Jakarta: Sinar Grafika,

2003), h. 25

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

19

Dengan adanya asas-asas yang jelas diharapkan hukum perlindungan

konsumen memiliki dasar pijakan yang kuat.16

Adapun asas - asas perlindungan konsumen sebagaimana

dituangkan dalam Pasal 2 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen :

a) Asas Manfaat, dimaksudkan untuk segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberi

manfaat sebesar – besarnya bagi kepentingan konsumen dan

pelaku usaha secara keseluruhan;

b) Asas Keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat

Indonesia diwujudkan secara maksimal serta memberi

kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk

memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara

adil.

c) Asas Keseimbangan, dimaksudkan untuk memberi

keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha,

dan pemerintah dalam arti materil maupun spiritual;

d) Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen, dimaksudkan

agar memberi jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada

konsumen dalam penggunaan barang dan/atau jasa yang.

e) Asas Kepastian Hukum, dimaksudkan agar baik pelaku usaha

maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan

dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara

menjamin kepastian hukum.

b. Tujuan Perlindungan Konsumen

Selain memaparkan tentang asas perlindungan konsumen,

Pasal 3 UUPK juga menjelaskan tentang tujuan dari Perlindungan

Konsumen, yakni :

16

Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta: Visimedia, 2008). h. 17

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

20

a) Meningkatkan kesadaran, kemampuan serta kemandirian

konsumen untuk melindungi diri;

b) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari akses negatif pemakaian barang

dan/atau jasa;

c) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang

mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan

informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

e) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha;

f) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

4. Hak dan Kewajiban Konsumen

a. Hak Konsumen

Hak secara harfiah ialah suatu hal yang boleh didapatkan dan

juga tidak boleh didapatkan. Hal ini dimaknai bahwa hak memiliki

sifat kebolehan yang tidak harus didapatkan oleh seseorang. Hukum

perlindungan konsumen di dalam ketentuannya mengatur bahwa

konsumen memiliki hak-hak tertentu yang diatur di dalam

perundang-undangan yang berlaku. Kunci pokok perlindungan

hukum bagi konsumen adalah bahwa konsumen dan pelaku usaha

saling membutuhkan.17

UUPK sebagai landasan upaya hukum

perlindungan konsumen memberikan pengaturan mengenai hak

konsumen yang tertera pada Pasal 4 UUPK. Namun ada empat hak

17

M. Nur Rasyid, “Perlindungan Hukum Bagi Hak Konsumen dan Tanggung Jawab

Pelaku Usaha Dalam Perjanjian Transaksi Elektronik”, Syiah Kuala Law Journal, Volume 1

Nomor 3, Desember (2017), h. 36

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

21

dasar konsumen secara umum yang dapat dipaparkan terlebih

dahulu:

(a) the right to safe products; ( hak mendapatkan produk yang

aman )

(b) the right to be informed about products; ( hak mendapatkan

informasi tentang produk yang digunakan )

(c) the right to definite choices is selecting products; ( hak

memilih barang dengan jelas dan terliti )

(d) the right to be heard regarding consumer; ( hak untuk

didengar)18

Hak-hak konsumen menurut Pasal 4 UUPK adalah:

(a) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan atau jasa;

(b) Hak untuk memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan

barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan

kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

(c) Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan atau jasa;

(d) Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang / jasa;

(e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya

penyelesaian dan atau jasa yang digunakan;

(f) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan

konsumen;

(g) Hak untuk diperlukan atau dilayani secara benar dan jujur serta

tidak diskriminasi;

b. Kewajiban Konsumen

Selanjutnya, Pasal 5 UUPK juga menyebutkan mengenai

kewajiban konsumen sebagai berikut :

18

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 16

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

22

(a) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi

keamanan dan keselamatan;

(b) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang

dan/atau jasa;

(c) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

(d) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

c. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Pelaku usaha merupakan mereka yang bergerak dalam bidang

usaha atau ekonomi.19

Dalam Pasal 1 UUPK, pelaku usaha diartikan

sebagai orang atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum

maupun bukan berbadan hukum yang didirikan dan berkedudukan

atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian.

Hak – hak pelaku usaha menurut Pasal 6 UUPK, yaitu:

(a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan

kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau

jasa yang diperdagangkan.

(b) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan

konsumen yang beritikad tidak baik.

(c) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen.

(d) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara

hukum bahwa kerugian konsumen tidak berakibat oleh barang

dan atau jasa yang diperdagangkan.

(e) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya akan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi.

19

A.Z. Nasution, Konsumen dan Hukum, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 5

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

23

Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai kondisi

dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan,

menunjukkan bahwa pelaku usaha tidak dapat menuntut lebih

banyak jika kondisi barang dan/atau jasa yang diberikannya kepada

konsumen tidak atau kurang memadai menurut harga yang berlaku

pada umumnya atas barang dan/atau jasa yang sama.20

Dalam

praktek yang biasa terjadi, suatu barang dan/atau jasa yang

kualitasnya lebih rendah daripada barang yang serupa, maka para

pihak menyepakati harga yang lebih murah. Dengan demikian yang

dipentingkan dalam hal ini ialah harga yang wajar.21

Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak hanya

mengatur hak pelaku usaha saja, tetapi juga mengatur mengenai

kewajiban pelaku usaha. Terdapat dalam Pasal 7 UUPK kewajiban

pelaku usaha, yaitu:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif;

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang

dan/atau jasa yang berlaku;

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,

dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi

jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang

diperdagangkan;

20

www.hukumonline.com/ diakses pada tanggal 10 Januari 2020

21

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Rajawali

Pers, 2010), h. 51

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

24

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas

kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila

barang dan/atau jasa yang diterima atau yang dimanfaatkan

tidak sesuai dengan perjanjian.

Dalam UUPK tampak bahwa itikad baik lebih ditekankan pada

pelaku usaha, karena meliputi semua tahapan dalam melakukan

kegiatan usahanya, sehingga dapat diartikan bahwa kewajiban

pelaku usaha untuk beritikad baik dimulai sejak barang

dirancang/diproduksi sampai pada tahap purna penjualan, sebaliknya

konsumen hanya diwajibkan beriktikad baik dalam melakukan

transaksi pembelian barang dan/atau jasa.22

Hal ini tentu saja

disebabkan kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen

dimulai sejak barang dirancang/diproduksi oleh produsen (pelaku

usaha). Kondisi yang demikian, seringkali menciptakan peluang bagi

konsumen untuk menggunakan hak menuntutnya kepada pelaku

usaha sehingga pelaku usaha terkadang dapat mengalami kerugian.

Atau dapat pula dengan cara bagi konsumen kemungkinan untuk

merugikan produsen pada saat melakukan transaksi dengan

produsen.

C. Tanggung Jawab Hukum

1. Pengertian Tanggung Jawab Hukum

Dalam kamus hukum, tanggung jawab adalah suatu keseharusan

bagi seseorang untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan

kepadanya.23

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

tanggung jawab memiliki arti keadaan wajib menanggung segala

22

Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo,Op. Cit, h. 54

23

Andi Hamzah, Kamus Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h. 26

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

25

sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan,

diperkirakan, dan sebagainya).

Menurut hukum, tanggung jawab ialah suatu akibat atas

konsekuensi kebebasan seseorang tentang perbuatannya yang berkaitan

dengan etika atau moral dalam melakukan suatu perbuatan.24

Tanggung jawab hukum terjadi sebab adanya kewajiban yang tidak

dipenuhi oleh salah satu pihak yang melakukan perjanjian, hal tersebut

juga membuat pihak yang lain mengalami kerugian akibat haknya tidak

dapat dipenuhi oleh salah satu pihak tersebut.

Titik Triwulan berpendapat bahwa pertanggungjawaban harus

mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum

bagi seorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang

melahirkan kewajiban hukum.25

Semua peningkatan dan pertumbuhan

pribadi mucul berkat adanya sebuah kesadaran sederhana. Kesadaran itu

adalah bahwasanya kita secara pribadi bertanggung jawab atas segala hal

dalam hidup kita, orang lain untuk memberi pertanggungjawabannya tak

sepeduli bagaimana kondisi di luar kendali kita.

2. Tanggung Jawab Hukum Menurut Hukum Perdata

Dalam hukum perdata, dasar pertanggungjawaban dibagi menjadi

dua macam, yaitu kesalahan dan risiko. Dengan demikian dikenal dengan

pertanggungjawaban atas dasar kesalahan (lilability without based on

fault) dan pertanggungjawaban tanpa kesalahan yang dikenal (lilability

without fault) yang dikenal dengan tanggung jawab risiko atau tanggung

jawab mutlak (strick liabiliy).26

Prinsip dasar pertanggung jawaban atas

dasar kesalahan mengandung arti bahwa seseorang harus bertanggung

jawab karena ia melakukan kesalahan karena merugikan orang lain.

24

Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 45

25 Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, (Jakarta: Prestasi

Pustaka, 2010), h. 48

26 Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum Bagi Pasien,…., h. 49

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

26

Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko artinya konsumen penggugat

tidak diwajibkan lagi melainkan produsen tergugat langsung bertanggung

jawab sebagai risiko usahanya.

Tanggung jawab hukum dalam hukum perdata berupa tanggung

jawab seseorang terhadap perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan

melawan hukum memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan

dengan perbuatan pidana. Perbuatan melawan hukum tidak hanya

mencakup perbuatan yang bertentangan dengan undang-undang pidana

saja, akan tetapi jika perbuatan tersebut bertentangan dengan undang-

undang lainnya dan bahkan dengan ketentuan-ketentuan hukum yang

tidak tertulis. Ketentuan perundang-undangan dari perbuatan melawan

hukum bertujuan untuk melindungi dan memberikan ganti rugi kepada

pihak yang dirugikan.27

KUH Perdata melahirkan tanggung jawab hukum perdata

berdasarkan wanprestasti, diawali dengan adanya perjanjian yang

melahirkan hak dan kewajiban. Apabila dalam hubungan hukum

berdasarkan perjanjian tersebut, pihak yang melanggar kewajiban

(debitur) tidak melaksanakan atau melanggar kewajiban yang dibebankan

kepadanya maka ia dapat dinyatakan lalai (wanprestasi) dan atas dasar itu

ia dapat dimintakan pertanggungjawaban hukum berdasarkan

wanprestasi. Sementara tanggungjawab hukum perdata berdasarkan

perbuatan melawan hukum didasarkan adanya hubugan hukum, hak dan

kewajiban yang bersumber pada hukum.

3. Bentuk – Bentuk Tanggung Jawab Pelaku Usaha

Bentuk-bentuk tanggung jawab pelaku usaha dalam Undang-

undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, antara

lain :

a) Contractual Liability, atau tanggung jawab kontraktual, yaitu

tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian atau kontrak dari

pelaku usaha baik barang maupun jasa atas kerugian yang dialami

27

Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,

2001), h. 12

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

27

konsumen akibat mengonsumsi barang yang dihasilkan atau

memanfaatkan jasa yang diberikan. Artinya dalam kontraktul ini

terdapat suatu perjanjian atau kontrak langsung antara pelaku usaha

dengan konsumen.

b) Product liability adalah tanggung jawab secara hukum dari orang

atau badan hukum yang menghasilkan produk (producer,

manufacture) atau orang maupun badan hukum yang menjual atau

mendistribusikan produk.28

Dalam product liability, konsumen

menuntut ganti kerugian hanya diharuskan menunjukkan bahwa

produk tersebut cacat pada waktu diserahkan oleh produsen dan telah

menyebabkan kerugian pada konsumen. Umumnya cacat produk

yang dialami konsumen, tanggung jawab pelaku usaha terletak pada

cacatnya produk berakibat pada orang lain maupun produk lain.

Dalam hal ini, product liability mengenal adanya tanggung jawab

mutlak (strict liability).29

c) Criminal liability, yaitu pertanggungjawaban pidana dari pelaku

usaha sebagai hubungan antara pelaku usaha dengan negara. Dalam

hal pembuktian, yang dipakai adalah pembuktian terbalik seperti

yang diatur dalam Pasal 22 UUPK, yang menyatakan bahwa

pembuktian terhadap ada atau tidaknya unsur kesalahan dalam kasus

pidana, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 UUPK, yaitu

kerusakan, pencemaran dan/atau kerugian yang dialami konsumen

merupakan beban dan tanggung jawab pelaku usaha, tanpa menutup

kemungkinan dalam melakukan pembuktian. Maka kedudukan

tanggung jawab perlu diperhatikan, sebab mempersoalkan

kepentingan konsumen harus disertai pula analisis mengenai siapa

28

Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen,

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h. 65

29 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2010), h. 11

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

28

yang semestinya dibebani tanggung jawab dan sampai batas mana

pertanggung jawaban itu dibebankan kepadanya.

D. Klausula Baku

1. Pengertian Klausula Baku

Pengertian klausula Baku menurut UUPK yaitu setiap aturan atau

ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan

terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam

suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi

oleh konsumen.

Menurut Munir Fuady, perjanjian baku (Klausula Baku) adalah

suatu perjanjian tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam

perjanjian tersebut, bahkan sering kali sudah tercetak dalam bentuk

formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak dan pihak lain tidak

mempunyai kesempatan untuk mengubah klausula-klausula yang

terdapat dalam perjanjian tersebut.30

Tujuan dibuatnya perjanjian baku atau klausula baku yaitu untuk

memberikan kemudahan bagi para pihak yang bersangkutan. Secara

konkrit, kontrak baku yang berkembang dalam praktik hukum kontrak

mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut:

1) Proses pembuatannya secara sepihak oleh pihak yang mempunyai

kedudukan atau posisi tawar-menawar yang lebih kuat dari pada

pihak lainnya;

2) Pihak yang kedudukan atau posisi tawar-menawarnya lebih lemah,

tidak dilibatkan sama sekali dalam menentukan substansi kontrak;

3) Pihak yang kedudukan atau posisi tawar-menawarnya lebih lemah,

menyepakati atau menyetujui substansi kontrak secara terpaksa

karena didorong oleh kebutuhan;

4) Kontrak dibuat dalam bentuk tertulis, formatnya tertentu dan massal

(jumlahnya banyak).

30

Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Cet. 2, (Bandung:

PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 76

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

29

2. Jenis Perjanjian dengan Klausula Baku

Dari gejala-gejala perjanjian baku yang terdapat di masyarakat,

perjanjian ini dibedakan dalam empat jenis, yaitu:31

(a) Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan

oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak

yang kuat disini ialah pihak kreditor yang lazimnya mempunyai

posisi (ekonomi) kuat dibandingkan pihak debitor.

(b) Perjanjian baku timbal balik adalah perjanjian baku yang isinya

ditentukan oleh kedua pihak, misalnya perjanjian baku yang

pihakpihaknya terdiri dari pihak majikan (kreditor) dan pihak

lainnya buruh (debitor). Kedua pihak lazimnya terikat dalam

organisasi, misalnya pada perjanjian buruh kolektif.

(c) Perjanjian baku yang ditetapkan Pemerintah, ialah perjanjian baku

yang isinya ditentukan Pemerintah terhadap perbuatan-perbuatan

hukum tertentu, misalnya perjanjian-perjanjian yang mempunyai

objek hak-hak atas tanah. Dalam bidang agraria, lihatlah misalnya

akta-akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

(d) Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan Notaris atau

advokat adalah perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula

sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota

masyarakat yang minta bantuan Notaris atau Advokat yang

bersangkutan. Didalam perpustakaan Belanda, jenis keempat ini

disebut contract model.

E. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti melakukan penelusuran terhadap

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya:

1. Skripsi ini ditulis oleh Cahyani Purnamasari mahasiswa Ilmu Hukum

Institut Agama Islam Negeri Surakarta pada tahun 2019.32

Dalam skripsi

31

Mariam Darus, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari Sudut Perjanjian Baku

(Standar), (Bandung: Bina Cipta, 1986), h.8

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

30

ini peneliti membahas mengenai bagaimana bentuk pengelolaan parkir di

Kota Solo Grand Mall dengan menggunakan teori hukum islam yakni

akad wadiah, sedangkan Peneliti memfokuskan pada bentuk

permasalahan pengelola jasa parkir yakni PT Nusapala Parkir serta

Peneliti mengkaji berdasarkan Putusan Nomor 458 K/Pdt.Sus-

BPSK/2017. Persamaan skripsi ini dengan peneliti yakni membahas

mengenai pengalihan tanggung jawab yang dilakukan oleh pengelola

parkir terhadap konsumen.

2. Skripsi yang ditulis Oleh Masyita Mustika Sariyani mahasiswa Ilmu

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun

2018.33

Dalam skripsi ini membahas mengenai bagaimana mekanisme

penyelesaian sangketa konsumen perparkiran sedangkan peneliti

membahas mengenai bentuk permasalahan pengelola jasa parkir yakni

PT Nusapala Parkir berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor

458/K/Pdt.Sus-BPSK/2017). Persamaan skripsi ini dengan peneliti yakni

membahas konsumen terkait dengan pengelola parkir yang dianggap

mengalihkan tanggung jawab.

3. Buku yang ditulis oleh Janus Sidabalok.34

Tahun 2010. Buku ini

menjelaskan tentang hukum perlindungan konsumen yang didalamnya

membahas tentang peraturan-peraturan tentang perlindungan konsumen.

Sebagian dari ini buku tersebut digunakan sebagai bahan/landasan yang

dilakukan oleh peneliti dalam skripsi ini. Namun yang akan diteliti oleh

peneliti memiliki perbedaan pada buku ini, yakni peneliti lebih

memfokuskan pada bentuk permasalahan pengelola jasa parkir yakni PT

32

Cahyani Purnamasari, Pencantuman Klausula Baku Pada Karcis Parkir Kendaraan

Perspektif Teori Akad Wadiah (Studi Kasus Di Tempat Parkir Solo Grand Mall Kota Surakarta),

Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2019.

33

Masyita Mustika Sariyani, Penyelesaian Sangketa Konsumen Jasa Parkir Kendaraan

Bermotor (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 2157 K/Pdt/2010), Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

34

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Jakarta: Citra Aditya,

2010)

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

31

Nusapala parkir yang akan dikaji berdasarkan Putusan Nomor 458

K/Pdt.Sus-BPSK/2017.

4. Jurnal yang ditulis Oleh Indah Parmitasari dari Fakultas Hukum UPN

“Veteran” Jakarta.35

Dalam jurnal ini peneliti membahas mengenai

hubungan hukum apa yang terjadi antara pengelola parkir dengan

konsumen pemilik kendaraan dan bagaimana tanggung jawab pengelola

parkir terhadap kehilangan kendaraan bermotor. Sedangkan peneliti

membahas mengenai bentuk permasalahan pengelola jasa parkir yakni

PT Nusapala Parkir terhadap konsumen pemilik kendaraan dengan

merujuk pada Putusan Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017. Persamaan

jurnal diatas dengan skripsi peneliti yakni tanggung jawab pengelola

parkir terhadap konsumen yang diatur sesuai Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

35

Indah Parmitasari, Hubungan Hukum Antara Pemilik Kendaraan Dengan Pengelola

Parkir. Jurnal ini ditulis oleh Indah Parmitasari Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jakarta.

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

32

BAB III

PENGATURAN KONSUMEN PERPARKIRAN KENDARAAN MOBIL DI

KOTA BEKASI JAWA BARAT

A. Tinjauan Umum Perparkiran

1. Definisi Parkir

Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, parkir merupakan keadaan dimana suatu

kendaraan dalam keadaan tidak bergerak yang sifatnya sementara karena

ditinggalkan oleh pengemudinya. Pengemudi tentunya menginginkan

kendaraan yang ditinggalkan berada dalam kondisi yang aman, agar

kendaraan yang ditinggalkan berada dalam keadaan yang sama sebelum

pengemudi pergi meninggalkan kendaraan dengan setelah pengemudi

kembali menjemput kendaraannya.

Pada dewasa ini, parkir telah menjadi masalah yang cukup rumit

seiring dengan perkembangan zaman dengan meningkatnya alat

transportasi sesuai kebutuhan masyarakat. Parkir telah menjadi salah satu

hal yang krusial dalam lalu lintas jalan, terutama di kota-kota besar.1

Oleh sebab itu beberapa pihak mengadakan jasa penitipan kendaraan

yaitu fasilitas parkir. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan

sebagai tempat pemberhentian kendaraan yang tidak bersifat sementara

untuk melakukan kegiatan pada suatu kurun waktu.2 Pada dasarnya

pengadaan fasilitas tersebut untuk mengamankan kondisi barang (dalam

hal ini kendaraan) yang dititipkan oleh pengemudi, dimana pengadaan

fasilitas tersebut dibalas jasanya oleh pengemudi dalam bentuk

pembayaran (tarif) atas jasa penitipan kendaraan. Pengelola parkir berhak

1 David M.L.Tobing, Parkir + Perlindungan Hukum Konsumen, Cetakan Pertama, (Jakarta:

Timpani Publishing, 2007), h. 1

2 http://dishub.jabarprov.go.id/artikel/view/407.html Diakses pada tanggal 22 September

2019

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

33

untuk memungut biaya atas jasa penitipan kendaraan yang diadakannya,

oleh sebab itu pengelola parkir seharusnya memegang amanah dan

tanggung jawab atas jasa yang diadakannya, karena pengemudi telah

mempercayakan barang yang dititipkannya serta membayarkan jasa

untuk barang yang dititipkannya.

Adapun pengelola parkir bukan perusahaan asuransi, melainkan

perusahaan jasa yang mengelola lahan perparkiran di suatu area properti,

dengan cara bekerjasama dengan pemilik lahan area tersebut, sebagian

besar vendor mengelola parkir di suatu pusat perbelanjaan, perkantoran

ataupun gedung atau pelataran parkir. Perusahaan ini dibayar atas dasar

jumlah transaksi yang dilakukan ataupun berdasarkan persentase

pendapatan yang diperoleh yang berkisar sampai 5%. Pada awalnya

pengelolaan parkir di pinggir jalan dilakukan oleh Pemerintah Daerah

melalui Perusahaan Daerah, kemudian mulai berkembang pelataran dan

gedung parkir yang juga dikelola oleh pemerintah daerah.

2. Hak dan Kewajiban Para Pihak

a. Hak dan kewajiban Pihak yang Menyewakan

Hak-hak:

(1) Mengelola tempat yang telah ditetapkan;

(2) Mendapatkan perlindungan keamanan dari Pemerintah Daerah

dari kegiatan parkir ilegal atau tidak resmi; dan

(3) Menerima harga sewa yang telah ditentukan.

Kewajiban:

(1) Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa (Pasal

1550 ayat (1) KUH Perdata)

(2) Memelihara barang yang disewakan sedemikian rupa, sehingga

dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan (Pasal 1550

ayat (2) KUH Perdata);

(3) Memberikan hak kepada penyewa untuk menikmati barang yang

disewakan (Pasal 1550 ayat (3) KUH Perdata);

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

34

(4) Melakukan pembetulan pada waktu yang sama (Pasal 1551

KUH Perdata);

b. Hak dan Kewajiban Pihak Penyewa

Hak-hak:

(1) Memperoleh bukti pembayaran;

(2) Menerima barang yang disewakan dalam keadaan baik;

(3) Mendapat jaminan keamanan;

(4) Mendapat ganti rugi atas terjadinya kehilangan dan/atau

kerusakan yang dialami.

Kewajiban:

(1) Memakai barang sewa sebagai seorang kepala rumah tangga

yang baik, artinya berkewajiban memakai barang sewa itu

seakan-akan barang itu kepunyaannya sendiri;

(2) Membayar harga sewa pada waktu yang telah ditentukan (Pasal

1560 KUH Perdata).

3. Tanggung Jawab Pengelola Jasa Parkir

Menurut Herlin Boediono, keseimbangan merupakan salah satu

tujuan yang hendak dicapai dalam suatu perjanjian yang mana kriterianya

adalah tercapainya keadaan yang seimbang antara kepentingan sendiri

dan kepentingan terkait dari pihak lawan.3 Dalam kasus ini, keadaan

seimbang yang dimaksud adalah tanggung jawab yang diberikan oleh

pihak pengelola parkir terhadap konsumen perparkiran yang membayar

harga sewa yang telah ditentukan oleh pihak pengelola parkir. Sesuai

dalam pasal 4 UUPK yang menyatakan bahwa konsumen berhak atas

kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa.

Pada umumnya, tujuan dari tanggung jawab adalah untuk

meningkatkan keamanan produk, menekan tingkat kecelakaan karena

3 Herlin Boediono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia: Hukum

Perjanjian Berdasarkan Asas-Asas Wiganti Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000),

h. 310

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

35

produk cacat dan menyediakan sarana ganti rugi bagi produk cacat

tersebut dan korban akibat penggunaan produk cacat tersebut.4

Perjanjian perpakiran yang diwujudkan dalam bentuk karcis parkir

merupakan perjanjian baku yang ditentukan secara sepihak oleh pihak

pengelola parkir, dimana dalam karcis parkir tersebut dicantumkan

klausula baku yang menguntungkan pihak pengelola parkir, seperti

misalnya biaya parkir, besarnya pertambahan biaya parkir untuk

pertambahan setiap jam, dan denda atas kehilangan karcis parkir.5

Klausula baku pengalihan tanggung jawab di dalam karcis parkir

tersebut mencerminkan bahwa pengelola parkir dapat berlindung

terhadap klausula baku tersebut apabila terjadi kehilangan atau kerusakan

terhadap kendaraan maupun barang-barang milik konsumen yang ada di

dalam kendaraan saat diparkir di lokasi parkir yang dikelola pengelola

parkir. Adanya klausula baku tersebut hanya memberikan perlindungan

kepada pengelola parkir, dan tidak memberikan perlindungan hukum

kepada konsumen apabila kendaraan maupun barang-barang yang ada di

dalam kendaraan miliknya hilang atau rusak selama di parkir. Di lain sisi,

pengelola parkir akan melakukan pembelaan bahwa kehilangan tersebut

bukanlah tanggung jawabnya karena telah memasang tulisan di karcis

atau lokasi parkir yang pada intinya berbunyi “Segala kehilangan atau

kerugian adalah tanggung jawab pemilik, dan bukan tanggung jawab

pengelola parkir.” sehingga pemilik kendaraan dianggap telah

mengetahui dan menyetujui segala konsekuensi atas diparkirkannya

kendaraan miliknya di tempat parkir tersebut.

Untuk membuktikan apakah pengelola parkir harus

bertanggungjawab atau tidak terhadap kehilangan kendaraan yang

4 Az. Nasution, Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum Pada

Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 175

5 Dikara, Tesis: Penerapan Klausula Eksonerasi Dalam Karcis Parkir Pada Perusahaan

Secure Parking Di Jakarta, (Jakarta: Program Magister Kenotariatan Universitas Indonesia, 2006),

h. 41

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

36

diparkir, perlu adanya analisis dan mengkaji terlebih dahulu tentang

wanprestasi, sebab kedua pihak yaitu pengelola parkir dan pengguna jasa

parkir terikat perjanjian parkir yang merupakan perjanjian penitipan

barang (kendaraan).

Wanprestasi ialah salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian

tidak memenuhi kewajiban/prestasi yang telah diperjanjikan. Jika debitur

tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan keseluruhan tersebut dapat

dipersalahkan kepadanya, maka dikatakan bahwa debitur wanprestasi.6

Menurut Munir Fuady, wanprestasi adalah tidak dilaksanakannya

prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan oleh

kontrak terhadap pihak-pihak tertentu yang disebutkan dalam kontrak,

yang merupakan pembelokan pelaksanaan kontrak, sehingga

menimbulkan kerugian yang disebabkan oleh salah satu atau para pihak.7

Dari beberapa pengertian, unsur-unsur wanprestasi yakni :

1) Tidak Memenuhi Kewajiban Yang Ditentukan Dalam Perjanjian

Kewajiban (prestasi) pengelola parkir dalam perjanjian parkir yang

merupakan perjanjian penitipan barang adalah merawat dan

memelihara kendaraan yang diparkir atau dititipkan kepadanya, dan

mengembalikan kendaraan yang sama yang telah diterimanya kepada

pengguna jasa parkir. Prestasi pengguna jasa adalah membayar upah

jasa parkir kepada pengelola parkir. Dalam masalah ini, pengelola

parkir tidak menjalankan kewajibanya yaitu menjaga, memelihara

kendaraan yang diparkir dengan aman serta tidak dapat menyerahkan

kembali kendaraan milik pengguna jasa parkir. Oleh karena itu

pengelola parkir memenuhi unsur wanprestasi yang pertama, yaitu

tidak memenuhi kewajiban yang diperjanjikan.

2) Ada Kerugian

6 J. Satrio, Hukum Perikatan: Perikatan Pada Umumnya, (Bandung: Alumni, 1993), h. 122

7 Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001), h. 87

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

37

Undang-Undang menyebut rugi maka yang dimaksud adalah

kerugian nyata yang dapat diduga atau diperkirakan pada saat

perikatan itu diadakan, yang timbul sebagai akibat ingkar janji.

Jumlahnya ditentukan dengan suatu perbandingan di antara keadaan

kekayaan sesudah terjadinya ingkar janji dan keadaan kekayaan

seandainya tidak terjadi ingkar janji.8 Yang dimaksud kerugian yang

dapat dimintakan penggantian itu, tidak hanya berupa biaya-biaya

yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan (kosten), atau kerugian

yang sungguh-sungguh menimpa harta benda si berpiutang

(schaden), tetapi juga yang berupa kehilangan keuntungan

(interessen), yaitu keuntungan yang akan didapat seandainya si

berhutang tidak lalai (winstderving).9

3) Ada Kesalahan

Dalam kasus ini, kesalahan pengelola parkir disebabkan oleh

kelalaiannya yang tidak memeriksa dan mengamankan kendaraan

yang diparkir, serta tidak mencocokan nomor polisi kendaraan yang

ada di dalam karcis parkir dengan nomor polisi kendaraan yang

tercantum di kendaraan, sehingga mengakibatkan kendaraan tersebut

hilang dicuri dan keluar area parkir dengan mudah tanpa dicegah

oleh pihak pengelola parkir. Oleh sebab itu, pengelola parkir

memenuhi unsur wanprestasi dalam masalah ini. Kesalahan yang

timbul sesuai dengan salah satu unsur yang diatas.

4) Ada Hubungan Sebab Akibat Kerugian dan Kesalahan

Hubungan sebab akibat antara kesalahan dengan kerugian yakni dari

adanya kesalahan yang dilakukan oleh salah satu pihak

menimbulkan kerugian yang dialami oleh pihak yang lainnya.

8 Mariam Darus, Badrulzaman, et.al, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2001), h. 21

9 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata Cetakan Ketiga Satu, (Jakarta: Intermasa, 2003), h.

148

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

38

Hubungan sebab akibat merupakan kaitan antara kerugian seseorang

dengan perbuatan dari orang lain.10

Klausula baku diperbolehkan digunakan dalam setiap perjanjian

dalam dunia bisnis, hal ini bertujuan untuk mempermudah dan

menghemat waktu dalam transaksi bisnis. Pencantuman klausula baku

memang diperbolehkan, akan tetapi ada ketentuan di dalam Pasal 18 ayat

(1), (2) dan (3) UUPK mengatur mengenai pencantuman klausula baku

dalam dokumen perjanjian.

Berdasarkan Hukum Perdata, perjanjian jasa parkir dapat dilihat

sebagai perjanjian sewa menyewa dan juga dapat dilihat sebagai

perjanjian penitipan barang. Dalam hubungan sewa menyewa, penyewa

berkewajiban menyerahkan barang yang disewakan kepada penyewa.

Pengertian sewa menyewa ialah suatu perjanjian, dengan mana pihak

yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang

lainnya kenikmatan suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan

dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan

itu disanggupi pembayarannya. Dapat disimpulkan bahwa kewajiban dari

pengelola itu yakni menyerahkan barang sewaan pada penyewa,

memelihara barang sewaan dan untuk memberikan kenyamanan dalam

penggunaan barang sewaan bagi penyewa selama masa sewa. Jika

perjanjian parkir dianggap sebagai perjanjian sewa menyewa maka si

pemilik kendaraan yang menyewa lahan parkir tidak serta merta

menguasai lahan yang disewa selama jangka waktu sewa, dalam arti

setelah memarkirkan kendaraan si penyewa langsung meninggalkan

lahan parkir sehingga tidak dapat menguasai atau memelihara lahan

parkir dan konstruksi sewa menyewa ini adalah sewa menyewa tidak

murni sehingga apabila terjadi kehilangan atau kerugian atas kendaraan

di lahan yang disewa, maka penyewa masih mempunyai hak untuk

menuntut ganti rugi kepada pihak yang menyewakan lahan karena

10

Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek (Buku Keempat), (Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2002), h. 254

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

39

walaupun lahan parkir telah disewakan kepada konsumen, namun

penguasaan lahan parkir tetap pada pihak yang menyewakan (pengelola

parkir).

B. Hubungan Hukum Antara Pihak Pengelola Parkir Dengan Konsumen

Jasa Parkir

Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian merupakan

suatu perbuatan dengan satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap

satu orang atau lebih. Dalam buku Subekti juga menyatakan, perjanjian

merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau

dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.11

Dalam hukum perjanjian dikenal 5 (lima) asas penting, yaitu:12

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak dapat dikutip dari ketentuan Pasal 1338 ayat

(1) KUH Perdata yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara

sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Asas kebebasan berkontrak adalah asas yang memberikan kebebasan

kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian,

mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian

berikut pelaksanaan dan persyaratannya serta menentukan bentuk

perjanjian, baik secara tertulis atau lisan.

b. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH

Perdata. Dalam pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya

perjanjian adalah adanya kesepakatan kedua belah pihak. Asas

konsensualisme merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada

umumnya tidak diadakan secara formal, tetapi cukup dengan adanya

11

Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT Intermasa, 2001), h. 1

12 Salim, H.S, Hukum Kontrak : Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2006), h. 9-13

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

40

kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan merupakan persesuaian

antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.

c. Asas Kepastian Hukum ( Pacta Sunt Servanda )

Asas pacta sunt servanda atau asas kepastian hukum ini berhubungan

dengan akibat perjanjian. Menurut asas ini, hakim ataupun pihak ketiga

harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,

sebagaimana layaknya sebuah undang- undang. Mereka tidak boleh

melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para

pihak. Asas pacta sunt servanda dapat dianalisis dalam Pasal 1338 ayat

(1) KUH Perdata yang berbunyi: “Perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang.”

d. Asas Itikad Baik (goede trouw)

Asas itikad baik dapat dikutip dari Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata

yang berbunyi “perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas

itikad baik merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan

debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan

atau keyakinan yang teguh atau kemauan baik dari para pihak.

e. Asas Kepribadian (Personalitas)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang

yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk

kepentingan perseorangan saja. Hal ini terlihat dalam Pasal 1315 KUH

Perdata yang berbunyi: “Pada umumnya seseorang tidak dapat

mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Serta

Pasal 1340 KUH Perdata yang berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku

antara pihak yang membuatnya.” Kedua pasal tersebut berarti bahwa

seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk dirinya sendiri dan

bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi para

pihak yang membuatnya. Pengecualian terhadap asas kepribadian itu

diatur dalam Pasal 1317 KUH Perdata yang mengkonstruksikan bahwa

seseorang dapat mengadakan perjanjian untuk kepentingan pihak ketiga

dengan suatu syarat yang ditentukan dan Pasal 1318 yang memungkinkan

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

41

dibuatnya perjanjian untuk kepentingan ahli warisnya dan orang- orang

yang memperoleh hak dari padanya.

Menurut Mr. Dr.L.J van Apeldoorn, hubungan hukum adalah hubungan

– hubungan yang timbul dari pergaulan masyarakat manusia (hubungan yang

timbul dari perkawinan, keturunan, kerabat darah, ketetanggaan, tempat

kediaman, kebangsaan, dari perkara-perkara lainnya), dan hal-hal tersebut

dilakukannya dengan menentukan batas kekuasaan-kekuasaan dan kewajiban-

kewajiban tiap-tiap orang terhap mereka dengan siapa ia berhubungan. Tiap-

tiap hubungan hukum, mempunyai dua segi yaitu pada satu pihak ia

merupakan hak, dan pada pihak lain ia merupakan kewajiban.13

Berdasarkan pengertian yang telah diterangkan, maka dapat dikatakan

bahwa perjanjian ialah suatu hubungan hukum dan lapangan hukum antara

dua pihak atau lebih yang telah bersepakat untuk melakukan suatu hal yang

bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dan para pihak yang telah

menyepakati tersebut memiliki hak dan kewajiban masing – masing serta

wajib melaksanakan syarat – syarat yang telah ditentukan.

Hubungan hukum antara pengelola parkir dengan konsumen pemilik

kendaraan merupakan perjanjian penitipan barang sebab memenuhi unsur

dalam ketentuan Pasal 1694 KUH Perdata. Hubungan hukum sebagaimana

dimaksud terlihat pada tanda masuk parkir yang merupakan bukti adanya

hubungan hukum antara kedua belah pihak. Pengelola parkir menerima

barang yaitu kendaraan dari konsumen, kemudian pengelola parkir akan

menyimpan dan mengembalikan kendaraan tersebut dalam keadaan seperti

semula. Pada umumnya pengelola jasa perparkiran menggabungkan tanda

masuk parkir dengan tanda biaya parkir yang merupakan tanda bukti

pembayaran dimuka atas pemakaian petak parkir pada tempat parkir di luar

badan jalan sebagai bidang usaha yang dikelola oleh pemilik secara

profesional (karcis parkir).

13

Mr.Dr.L.J. vn Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT.Pradnya Paramita, 1993),

h. 41

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

42

Perjanjian penitipan merupakan perjanjian riil maka perjanjian baru

terjadi pada saat konsumen menerima karcis parkir dan menyerahkan

kendaraannya kepada pengelola parkir di areal parkir milik pengelola.

Perjanjian parkir menjadi perjanjian penitipan barang dengan sukarela, sebab

kedua pihak yaitu pengelola parkir dengan konsumen sepakat bertimbal balik,

yakni konsumen sepakat menitipkan barang (kendaraan) miliknya untuk di

parkir di areal parkir milik pengelola parkir dan membayar biaya penitipan

atau tarif parkir. Begitu juga dengan pengelola parkir sepakat menerima

kendaraan milik konsumen untuk di parkirkan di areal parkir yang

dikelolanya.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 1706 KUH Perdata maka pengelola

parkir wajib untuk merawat, memelihara kendaraan konsumen parkir seperti

memelihara kendaraannya sendiri. Selain itu, pengelola parkir berkewajiban

untuk mengembalikan kendaraan tersebut dalam keadaan yang sama dengan

saat kendaraan itu diserahkan kepada pengelola parkir untuk diparkir

(dititipkan).

Putusan Mahkamah Agung yang menjadi yurisprudensi dalam kasus

perparkiran yakni Putusan Mahkamah Agung Nomor 124 PK/PDT/2007 yang

diajukan oleh PT Securindo Packatama Indonesia (SPI) pengelola Secure

Parking. PT SPI meminta Peninjauan Kembali (PK) atas putusan kasasi yang

memenangkan konsumennya, Anny R Gultom untuk dibebaskan dari

kewajiban membayar ganti rugi.14

Dengan putusan tersebut maka pengelola

parkir tidak dapat lagi berlindung dengan klausul baku pengalihan tanggung

jawab yang berbunyi “segala kehilangan bukan tanggung jawab pengelola

parkir”. Peninjauan Kembali (PK) ini otomatis menguatkan tiga putusan di

bawahnya yakni putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, putusan

Pengadilan Tinggi Jakarta serta Putusan Mahkamah Agung. Didalam putusan

tersebut Mahkamah Agung mengharuskan pengelola parkir memberi ganti

rugi kendaraan bermotor yang hilang di areal parkir yang dikelolanya.

14

http://news.detik.com/berita/1407260/ma-kehilangan-kendaraan-saat-parkir-wajib-

diganti-pengelola Diakses pada tanggal 25 September 2019

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

43

Dalam perjanjian parkir, objek (prestasi) dari perjanjian ini adalah

pengelola parkir sebagai pihak penerima parkir prestasinya ialah menerima

kendaraan yang diparkirkan di area parkir yang dikelolanya dan wajib

menjaga keamanan dan merawat kendaraan yang diparkir di area parkir yang

dikelolanya serta wajib menyerahkan kembali kendaraan yang diparkir

dengan keadaan semula kepada pemilik kendaraan (konsumen). Sedangkan

prestasi dari konsumen adalah menyerahkan kendaraan yang akan diparkirkan

di area parkir yang dikelola oleh pengelola parkir dan wajib membayar biaya

parkir sesuai tarif yang telah ditentukan oleh pengelola parkir. Prestasi dalam

perjanjian penitipan parkir tersebut merupakan hak dan kewajiban dari

masing-masing pihak, yaitu hak pengelola parkir merupakan kewajiban dari

pemilik kendaraan atau konsumen, sedangkan hak konsumen merupakan

kewajiban bagi pengelola parkir.

C. Aturan Perparkiran Kendaraan Di Kota Bekasi

Tempat parkir kendaraan motor maupun mobil menjadi kebutuhan bagi

pemilik kendaraan, sebab parkir harus mendapat perhatian yang serius

terutama mengenai pengaturannya.15

Pada dasarnya perparkiran kendaraan di

Kota Bekasi telah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 17

Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Parkir Serta Terminal.

Dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi, tercantum dalam Pasal 2

yakni Perparkiran diselenggarakan berdasarkan asas - asas:

a) Kepastian Hukum;

b) Transparan;

c) Akuntabel;

d) Seimbang;

e) Keamanan dan Kenyamanan.

Menurut Ahmad Yani, daerah provinsi, kabupaten/kota diberi peluang

dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan

jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang

15

https://www.researchgate.net/ diakses pada tanggal 17 Januari 2020

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

44

telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat.16

Pertumbuhan dan

perkembangan Kota Bekasi seiring dengan tumbuhnya aktivitas atau kegiatan

sosial dan ekonomi pada masyarakat, aktivitas tersebut didukung juga dengan

jumlah kendaraan bermotor yang makin meningkat. Pertumbuhan jumlah

kendaraan bermotor berimplikasi dengan meningkatnya kebutuhan tempat

parkir umum. Meningkatnya kebutuhan tempat parkir mengakibatkan

masuknya badan pengelola parkir, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh

pengelola swasta. Sesuai dengan Pasal 18 Perda Bekasi, khusus untuk

penyelenggara parkir di luar ruang milik jalan yang dimiliki swasta wajib

membayar pajak parkir sesuai ketentuan yang berlaku.

Pada dasarnya sesuai dengan ketentuan umum parkir di Kota Bekasi,

penyelenggara parkir berkewajiban dan bertanggung jawab dalam

mengawasi, menjamin, keamanan dan menertibkan lalu lintas sebagai akibat

kegiatan masuk dan keluar kendaraan ke dan dari fasilitas parkir dengan

menempatkan sarana parkir dan/atau menempatkan petugas parkir. Termasuk

dalam menyediakan karcis atau stiker langganan atau hasil cetakan elektronik

atau komputer sebagai bukti pembayaran penggunaan satuan ruang parkir

kepada pengguna jasa parkir. Dalam mengawasi, menjamin keamanan dan

menertibkan lalu lintas, penyelenggara parkir dapat berkerjasama dengan

pihak ketiga sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

memberikan tanda bukti atas pembayaran tarif parkir; mengganti kerugian

kehilangan dan kerusakan kendaraan yang diparkir sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Jenis kebutuhan parkir tentu ada berbagai macam, maka perlu

diterapkan aturan mengenai perparkiran sesuai Peraturan Daerah (Perda) di

setiap kota. Aturan parkir ini dilakukan agar mendorong penggunaan sumber

daya parkir secara efisien dan digunakan sebagai alat untuk membatasi

kendaraan ke suatu kawasan, sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan

kinerja lalu lintas di kawasan tersebut.

16

Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 55

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

45

Dalam jenis kebutuhan perparkiran kendaraan, dapat dibagi dalam

beberapa kategori yang bersifat tetap dan tidak tetap, yang tertera sebagai

berikut:17

Tabel 1.1 Jenis Kebutuhan Parkir

No Kegiatan Parkir yang Tetap Kegiatan Parkir yang

Bersifat Sementara

1 Pusat Perdagangan Bioskop

2 Pusat Perkantoran Tempat Pertunjukan

3 Pasar Tempat Pertandingan Olahraga

4 Sekolah Rumah Ibadah

5 Tempat Rekreasi

6 Hotel dan Tempat Penginapan

7 Rumah Sakit

Dengan adanya berbagai jenis kebutuhan parkir, maka tentu diterapkan

asuransi dalam perparkiran. Asuransi parkir sangat dibutuhkan sebab adanya

resiko kehilangan atau kerusakan atas kendaraan di lokasi pelataran parkir,

serta resiko kecelakaan yang dialami oleh konsumen pengguna jasa parkir.

Asuransi Parkir adalah produk asuransi yang memberikan jaminan atas

kerugian pengguna jasa parkir akibat kehilangan dan kerusakan kendaraan

pada saat parkir ditempat parkir yang diselenggarakan Pemerintah Daerah

atau Badan Usaha. Badan Usaha yang mengelola parkir wajib bekerjasama

dengan pihak asuransi sesuai Perda Bekasi Pasal 11 yang menyatakan: Badan

usaha yang akan mengelola fasilitas parkir harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. syarat administrasi antara lain:

1. memiliki akte pendirian Perusahaan (yang didalamnya tercantum

manajemen SDM);

2. memiliki struktur organisasi;

3. memiliki SIUP, NPWP, TDP, PKP;

17

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: 272/HK.105/DRJD/96 tentang

Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir.

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

46

4. bekerjasama dengan pihak asuransi

b. syarat operasional antara lain:

1. memiliki kantor cabang/perwakilan di Daerah;

2. memiliki kemampuan/dukungan penyediaan peralatan fasilitas

operasional penunjang parkir;

3. memiliki jumlah dan kualitas SDM yang sesuai;

4. memiliki dan menguasai sistem teknologi perparkiran yang dapat

diintegrasikan dengan sistem informasi manajemen parkir terpadu.

Apabila diperhatikan tentang jumlah ganti kerugian yang diberikan

kepada tertanggung, maka secara garis besar asuransi dapat dibagi dua yaitu,

asuransi kerugian dan asuransi sejumlah uang. Perbedaan antara asuransi

kerugian dengan asuransi sejumlah uang ini terutama didasarkan pada

besarnya ganti kerugian yang diberikan kepada pihak tertanggung manakala

terjadi peristiwa yang menjadi syarat pembayaran terhadap tertanggung.

Oleh karena kerugian yang mungkin dialami oleh konsumen dapat

berupa kerugian materi maupun kerugian yang berupa kematian atau cacatnya

tubuh konsumen, maka konsumen pun dapat tunduk pada kedua jenis asuransi

tersebut, sehingga untuk menemukan bentuk asuransi yang paling tepat untuk

melindungi konsumen, perlu untuk mengemukakan kedua jenis asuransi

tersebut.18

18

Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia,

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), h.143

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

47

BAB IV

PENYELESAIAN KASUS KONSUMEN KENDARAAN MOBIL

DI INDONESIA

A. Posisi Kasus

Pada tanggal 30 September 2016, Arbitrase Badan Penyelesaian

Sangketa Konsumen (BPSK) memutus tentang gugatan konsumen jasa

parkir terhadap pengelola parkir yang Tergugatnya atas nama PT.

Nusapala Parkir dalam hal ini diwakili oleh Tito Agung Prastowo selaku

Manajer dari PT. Nusapala Parkir. Kasus ini berawal dari H. Mudji

Waluyo selaku konsumen pengguna jasa parkir menggugat PT. Nusapala

Parkir atas kerusakan kendaraan mobil dan kehilangan barang didalam

mobil yang kendaraannya di parkir di lahan yang dikelola oleh PT.

Nusapala Parkir. Nusapala Parkir adalah salah satu unit bisnis dari

NUSAPALA GROUP yang bergerak di bidang pengelolaan lahan parkir

dan telah berdiri sejak 7 Agustus 2009.1 Pengelolaan lahan parkir memiliki

skala dan kompleksitas dimana membutuhkan operator parkir yang handal

baik dalam set-up maupun operasional sehingga diperoleh pengelolaan

secara keseluruhan yang efektif dan efisien.

Pada sangketa parkir, Penggugat melawan Tergugat yang dalam hal ini

pengelola parkir mengalihkan tanggung jawabnya terhadap kerusakan

kendaraan dan kehilangan barang di parkiran Rumah Sakit Hermina

Bekasi. Lalu kasus ini dibawa ke Badan Penyelesaian Sangketa Konsumen

Kota Bekasi perkara Nomor 05/A/BPSK-BKS/IX/2016 tertanggal 30

September 2016, dengan amar putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan PENGGUGAT sebagian

2. Menyatakan TERGUGAT selaku pengelola perparkiran telah tidak

melakukan kewajiban hukumnya dengan melanggar ketentuan Pasal

1http://www.nusapalagroup.com/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=5

1&Itemid=67 diakses pada Tanggal 10 November 2019

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

48

1365, 1366, 1367 KUH Perdata dan Pasal 4 huruf a, Pasal 18 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, maka dengan ini dilarang keras mencantumkan klausula

baku dalam menjalankan usahanya

3. Menghukum TERGUGAT untuk membayar kerugian materiil yang

diderita PENGGUGAT akibat pencurian di area parkir yang dikelola

oleh TERGUGAT sebesar Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah)

secara tunai didepan majelis BPSK Kota Bekasi.

Keberatan dengan hasil putusan Arbitrase BPSK Kota Bekasi, lalu

Tergugat mengajukan permohonan pembatalan Putusan Nomor Nomor

05/A/BPSK-BKS/IX/2016 dikarenakan:

1. Bahwa Penggugat hanya dapat membuktikan kaca mobil Penggugat

pecah dan biaya penggantiannya sebesar Rp1.083.496,00 (satu juta

delapan puluh tiga ribu empat ratus sembilan puluh enam rupiah). Dan

atas kerugian ini pihak Tergugat bersedia mengganti sejumlah

Rp1.083.496,00 (satu juta delapan puluh tiga ribu empat ratus

sembilan puluh enam rupiah);

2. Bahwa Majelis mengambil dasar ganti rugi sebesar Rp20.000.000,00

(dua puluh juta rupiah) melihat sebagaimana terurai dalam bukti P3,

namun telah diketahui oleh umum untuk melakukan pelaporan polisi

tidak membutuhkan biaya apabila ada biaya yang harus dikeluarkan ke

Polisi itu sudah merupakan tindak pidana korupsi, maka menurut

hemat kami uang sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah)

tersebut hanya akal-akalan si Penggugat untuk mencari keuntungan

dari peristiwa ini;

3. Bahwa telah pernah diajukan ke muka persidangan di Pengadilan

Negeri Jakarta Pusat dalam perkara Nomor 33/Pdt.G/2004/PN Jkt.Pst,

sebagaimana kami kutip dari buku yang ditulis oleh David

M.L.Tobing, S.H., M.Kn., yang berjudul Parkir Dan Perlindungan

Hukum konsumen, yang pertimbangan hukum putusan tersebut

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

49

menyebutkan: “Hakim menilai bahwa tanggung jawab Tergugat selaku

pengelola parkir terbatas pada hal pergantian pecahnya kaca mobil

sedangkan kehilangan barang-barang yang ada di dalam mobil tidak

merupakan tanggung jawab Tergugat karena Penggugat tidak pernah

menitipkan barang-barang yang ada di dalam mobil. Dalam hal

kehilangan barang-barang yang ada di dalam mobil adalah menjadi

tanggung jawab pemilik barang, Karena pada saat memarkirkan

mobilnya, Tergugat tidak menitipkan atau melaporkan kepada petugas

parkir tentang adanya barang-barang dalam mobil, juga tidak adil

apabila adanya kehilangan barang yang ada dalam mobil (yang nota

bene barang-barang tersebut tidak di titipkan pada petugas), lalu

menjadi tanggung jawab pengelola parkir.”

Maka berdasarkan penjelasan di atas, yang menjadi tanggung

jawab pengelola parkir adalah menjaga keutuhan mobil, tidak termasuk

barang-barang yang ada di dalamnya sebagaimana yang telah kami

jelaskan di atas. Bahwa dari penjelasan kami di atas kami menganggap

putusan tersebut di ambil dari hasil tipu muslihat yang di lakukan oleh

salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa sesuai dengan Pasal 70 huruf

c Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif

Penyelasaian Sengketa.

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Pemohon

Keberatan mohon agar Pengadilan Negeri Bekasi memberikan putusannya

dengan menerima permohonan banding dan menyatakan atau merubah

Putusan Arbitrase Nomor 05/A/BPSK-BKS/IX/2016, sesuai dengan bukti-

bukti riil atau kerugian materiil yang diderita oleh Penggugat sebesar

Rp1.083.496,00 (satu juta delapan puluh tiga ribu empat ratus sembilan

puluh enam rupiah).

Pada permohonan banding, Pengadilan Negeri Bekasi telah

memberikan Putusan Nomor 547/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN Bks tanggal 22

Desember 2016 lalu menyatakan permohonan Tergugat/Pemohon

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

50

Keberatan alias PT Nusapala Parkir tidak dapat diterima dan menghukum

Tergugat/Pemohon Keberatan untuk membayar ongkos perkara sejumlah

Rp 326.000,00 (tiga ratus enam puluh dua ribu rupiah). Pertimbangan

Judex Facti/Majelis Hakim dalam putusannya menyatakan bahwa Tito

Agung Prastowo yang mengatasnamakan sebagai Manajer PT Nusapala

Parkir sebagai Pihak Pemohon Keberatan dalam perkara a quo tidak

mempunyai kualitas sebagai pemohon dengan alasan dalam

permohonannya tersebut tidak secara spesifik menjelaskan kedudukannya,

apakah sebagai Penggugat atau Pembantah atau sebagai Pemohon, dan

yang berhak untuk mewakili di persidangan Pengadilan adalah Direktur

PT Nusapala Parkir atau orang telah telah mendapat Surat Kuasa Khusus

dari Direktur PT Nusapala Parkir, sebagaimana yang dilakukan PT

Nusapala Parkir sebagai pihak Tergugat pada saat digugat di BPSK Kota

Bekasi. Hakim juga menyatakan bahwa pembatalan yang diajukan PT

Nusapala Parkir tidak memenuhi syarat pembatalan.

Berdasarkan putusan judex facti tersebut, maka Tergugat/Pemohon

Keberatan kemudian mengajukan permohonan Kasasi ke Mahkamah

Agung. Dalam memori kasasi Tergugat/Pemohon Kasasi mendalilkan

bahwa judex facti telah lalai memenuhi syarat – syarat yang diwajibkan

oleh peraturan perundang – undangan dalam hal ini Pasal 4 ayat (2)

Undang – Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

untuk membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala

hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana,

cepat, dan biaya ringan.

Selain itu menurut Tergugat/Pemohon Kasasi, judex facti diambil dari

hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam

pemeriksaan sangketa. Bahwa hal tersebut jelas terlihat sebagai tipu

muslihat yang dilakukan oleh Penggugat/Termohon Kasasi dengan

menambahkan sendiri Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor

3416/Pdt/1985 yang hanya berbunyi “perparkiran merupakan perjanjian

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

51

penitipan barang”. Menurut Tergugat/Pemohon Kasasi, bahwa hilangnya

kendaraan milik konsumen dalam lingkungan parkir milik pelaku usaha

parkir jelas berbeda dengan hilangnya barang berharga yang disimpan oleh

konsumen dalam kendaraan yang dititipkan kepada pelaku usaha parkir

sebab “barang” yang dititipkan oleh konsumen kepada pelaku usaha parkir

sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 3416/Pdt/1985 adalah

kendaraan, tidak termasuk barang apapun yang berada didalam kendaraan

yang jelas – jelas tidak diketahui oleh pelaku usaha parkir dan tidak

diberitahukan oleh konsumen itu sendiri sehingga tidak termasuk dalam

obyek perjanjian penitipan barang.

Pertimbangan judex facti menurut Tergugat/Pemohon Kasasi juga

telah keliru dalam mengartikan rambu himbauan terhadap pengguna jasa

parkir yang salah satunya berbunyi “segala kehilangan dan kerusakan

barang – barang di dalam kendaraan menjadi tanggung jawab pemilik

kendaraan, tidak ada penggantian dalam bentuk apapun”. Bahwa menurut

Tergugat/Pemohon Kasasi himbauan tersebut bukanlah merupakan

klausula baku seperti yang disampaikan dalam pertimbangan Judex

Facti/Majelis Arbitrase BPSK Kota Bekasi, sebab Tergugat/Pemohon

Kasasi dalam hal ini PT Nusapala Parkir merupakan perusahaan yang

bergerak dalam usaha jasa perparkiran, yang meliputi pengelolaan

perparkiran kendaraan. Dimana dalam usaha pengelolaan perparkiran

kendaraan yang menjadi obyek dari usaha tersebut adalah kendaraan yang

diparkir dalam lingkungan parkir milik Tergugat/Pemohon Kasasi

sehingga sangat keliru apabila menganggap barang yang terdapat di dalam

kendaraan yang diparkir dalam lingkungan parkir Pemohon Kasasi

menjadi tanggung jawab Pemohon Kasasi.

Tergugat/Pemohon Kasasi menyatakan bahwa barang – barang di

dalam kendaraan adalah menjadi tanggung jawab pemilik kendaraan,

Tergugat/Pemohon Kasasi tidak bertanggung jawab terhadap barang –

barang yang disimpan di dalam kendaraan oleh pemilik kendaraan dan hal

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

52

tersebut bukanlah klausula baku, melainkan Tergugat/Pemohon Kasasi

akan sangat bertanggung jawab apabila terjadi kehilangan dan atau

kerusakan kendaraan konsumen yang sesuai dengan kerugian materiil

yang diderita Termohon Kasasi/Penggugat dengan memberikan ganti rugi

biaya perbaikan kendaraan sesuai dengan kwitansi perbaikan kendaraan

yang telah diberikan oleh Termohon Kasasi/Penggugat sejumlah Rp.

1.083.496 (satu juta delapan puluh tiga ribu empat ratus sembilan puluh

enam rupiah). Maka dengan ini gugatan sebesar Rp. 20.000.000 (dua

puluh juta rupiah) tidaklah mendasar menurut Tergugat/ Pemohon Kasasi.

Oleh karena adanya tipu muslihat yang dilakukan oleh Termohon

Kasasi/Penggugat tersebut telah mendorong judex facti/Majelis Arbitrase

BPSK yang mengadili, dan memberikan putusan dalam Putusan Badan

Penyelesaian Sangketa Konsumen Kota Bekasi Nomor 05/A/BPSK-

BKS/IX/2016 tanggal 30 September 2016 untuk memutuskan bahwa

kehilangan barang berharga yang disimpan dalam kendaraan pengguna

jasa perparkiran (Termohon) dan dititipkan kepada pelaku usaha parkir

(Pemohon) turut menjadi tanggung jawab pelaku usaha parkir dalam hal

ini Pemohon meminta sepatutnya putusan tersebut dibatalkan.

Kontra memori kasasi telah diajukan oleh PT. Nusapala Parkir

tanggal 22 Februari 2017. Majelis Hakim dalam Perkara Nomor 458

K/Pdt.Sus-BPSK/2017 menyatakan bahwa dengan pertimbangan Judex

Facti dalam hal ini Pengadilan Negeri Bekasi tidak salah dalam

menerapkan hukum, dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 98 Undang Undang Perseroan Terbatas

juncto Pasal 12 dan 20 Akta Pendirian PT Nusapala Parkir pihak yang

berhak mewakili Pemohon adalah Direksi.

b. Bahwa sesuai dengan Akta Pendirian PT Nusapala Parkir, ternyata

Tuan Tito Agung Praswoto adalah Manajer bukan Direksi PT

Nusapala Parkir.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

53

c. Bahwa karena itu telah benar sebagaimana dipertimbangkan oleh

Judex Facti bahwa Pemohon Kasasi tidak memiliki kualitas untuk

mengajukan permohonan a quo.

B. Bentuk Perlindungan Hukum Konsumen Jasa Parkir Terhadap

Kerusakan Kendaraan Terkait Adanya Pengalihan Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan bentuk dari suatu akibat hukum yang

timbul akibat adanya kerugian yang tampak, dilakukan oleh salah satu pihak.

Sehingga dari bentuk tanggung jawab tersebut akan tampak suatu hak dan

kewajiban untuk kedua belah pihak. Drs. O. P. Simorangkir mendefinisikan

tanggung jawab sebagai kewajiban menanggung atau memikul segala –

galanya yang menjadi tugas, dengan segala akibat dari tindakan yang baik

maupun yang buruk. Dalam hal tindakan atau perbuatan yang baik, maka

tanggung jawab berarti menjalankan kewajiban atau perbuatan – perbuatan itu

dengan baik. Dalam hal ini tindakan atau perbuatan yang buruk maka

tanggung jawab berarti wajib memikul akibat tindakan atau perbuatan yang

buruk itu.2

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tanggung jawab berarti

seseorang tidak boleh menghindar bila dimintai penjelasan tentang perbuatan

dan harus bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan jika terbukti

bersalah dengan segala akibat dari tindakan yang baik maupun yang buruk.

Pada dasarnya tujuan dari tanggung jawab tersebut untuk meningkatkan

keamanan produk, menekan tingkat kecelakaan produk cacat, dan

menyediakan sarana ganti rugi bagi produk cacat tersebut dan korban akibat

penggunaan produk cacat tersebut.3 UUPK menjadi sandaran hukum untuk

memenuhi hak dan kewajiban kedua belah pihak, dengan adanya UUPK,

kemudian melahirkan bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha terhadap

konsumen berupa tanggung jawab kontraktual dan tanggung jawab produk.

2 O.P. Simorangkir, Etika Bisnis Jabatan dan Perbankan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h.

150

3 Az. Nasution, Konsumen dan Hukum:Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada

Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 175

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

54

Pertanggungjawaban kontraktual (contractual liability) merupakan

tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian atau kontrak dari pelaku usaha,

baik berupa barang maupun jasa atas kerugian yang dialami konsumen akibat

mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang

diberikan. Artinya dalam kontraktual tersebut terdapat suatu perjanjian atau

kontrak langsung antara pelaku usaha dengan konsumen. Dengan demikian,

dalam contractual liability tersebut terdapat suatu perjanjian atau kontrak

antara pelaku usaha dengan konsumen. Perjanjian atau kontrak antara pelaku

usaha dengan konsumen biasanya selalu menggunakan perjanjian atau

kontrak yang berbentuk standar atau baku. Dengan demikian dalam hukum

perjanjian, perjanjian atau kontrak tersebut dinamakan perjanjian standar atau

perjanjian baku.

Sedangkan tanggung jawab produk (product liability) menurut Agnes

M. Toar adalah tanggung jawab para produsen untuk produk yang di bawanya

ke dalam peredaran yang dapat menimbulkan atau menyebabkan kerugian

sebab cacat yang telah melekat pada produk tersebut. Produk tidak hanya

menyangkut barang, tetapi produk juga meliputi jasa. Hal ini tercermin dalam

Undang – Undang Perlindungan Konsumen yang mengakui adanya

pertanggungjawaban produk. Tanggung jawab produk dapat bersifat

kontraktual atau bersadarkan undang – undang, tetapi penekanannya ada pada

yang berdasarkan undang – undang. Jadi tanggung jawab tersebut

berdasarkan perbuatan melawan hukum (toritious liability). Dalam hal ini,

product liability mengenal adanya tanggung jawab mutlak (strict liability).4

Product liability akan digunakan oleh konsumen untuk memperoleh ganti

rugi secara langsung dari produsen atau pelaku usaha sekalipun konsumen

tidak memiliki kontraktual dengan pelaku usaha tersebut.

Berdasarkan beberapa bacaan yang tersedia di Yayasan Lembaga

Konsumen Indonesia (YLKI) yang telah peneliti lihat, kasus – kasus

mengenai kehilangan atau kerusakan kendaraan pada area parkir selalu di

4 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2010), h. 11

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

55

dasari dengan gugatan perbuatan melawan hukum. Dalam gugatan tersebut,

penggugat yang harus membuktikan bahwa kesalahan ada pada pihak

pengelola parkir. Dengan demikian, pelaku usaha bertanggungjawab

berdasarkan perbuatan melawan hukum.

Dasar gugatan tanggung jawab produk dapat dilandaskan pada tiga

teori, yaitu pelanggaran jaminan (breach of warranty), kelalaian (negligence),

serta tanggung jawab mutlak (strict product liability). Dalam tanggung jawab

produk, kerugian yang diderita baik oleh pemakai produk yang cacat maupun

bukan pemakai yang turut menjadi korban merupakan tanggung jawab

pembuat produk.5 Pihak yang dapat dimintakan pertanggungjawaban dalam

tanggung jawab produk adalah siapa saja yang terlibat dalam rantai distribusi

suatu produk, termasuk juga pihak yang merakit ataupun memasang suatu

produk. Seseorang yang membetulkan suatu produk juga dapat dimintakan

pertanggungjawaban.

Disisi lain adanya tanda bukti penitipan yang dibuat oleh PT. Nusapala

Parkir kepada konsumen yang tertera dalam bentuk karcis parkir, berkaitan

dengan tanggung jawab kontraktual yang berarti tanggung jawab perdata atas

perjanjian/kontrak dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen

akibat mengkonsumsi barang yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang

diberikannya. Tanggung jawab kontraktual yang terdapat pada perjanjian

penitipan oleh PT. Nusapala Parkir bahwa adanya klausula baku atau

pengalihan tanggung jawab dalam menjalankan usahanya, bahwa PT.

Nusapala Parkir beranggapan kehilangan barang yang ada di dalam mobil

konsumen bukan merupakan tanggung jawab pengelola, sebab konsumen

tidak menitipkan secara pribadi barang tersebut kepada petugas parkir. Hal ini

tentu telah bertentangan dengan Pasal 18 huruf (a) Undang – Undang Nomor

8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen.

Pertanggungjawaban yang harus dilaksanakan pada kasus PT. Nusapala

Parkir terletak pada dua poin. Poin pertama ialah penggantian kaca yang

5 Az. Nasution, Konsumen dan Hukum:Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada

Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h. 174

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

56

pecah terhadap mobil tersebut, dan poin kedua terletak pada hilangnya barang

yang ada di dalam mobil akibat dari pecahnya kaca mobil. Sebab peneliti

berpendapat bahwa isi yang ada didalam mobil sudah menjadi satu kesatuan

dengan mobil tersebut. Hal ini berkesinambungan, jika pengelola parkir

memiliki manajemen yang baik dalam menjalankan usahanya di bidang

perparkiran, maka tingkat pengawasan dan pengelolaan parkir dapat

meminimalisir dampak yang dapat merugikan konsumen jasa parkir maupun

pengelola parkir terhadap usahanya.

PT. Nusapala Parkir selaku pengelola parkir dianggap lalai dalam

menjalankan usahanya dikuatkan oleh bukti – bukti sebagaimana dalam

rekaman CCTV dimana pencuri melakukan aksinya membutuhkan waktu satu

jam untuk merusak kaca mobil dan mengambil barang yang ada didalam

mobil tersebut. Dan terlebih – lebih dinyatakan bahwa Nomor Polisi (Nopol)

kendaraan tersebut ternyata tidak terdaftar. Bahwa berdasarkan bukti tersebut

makan dengan jelas konsumen mengalami kerugian materiil yang harus

dipertanggungjawabkan oleh PT. Nusapala Parkir yang dianggap telah

melanggar UUPK Pasal 18 ayat (1) dan Pasal 4 huruf a, Pasal 1365, 1366,

1367 KUH Perdata.

Dalam hukum perdata, dikenal adanya asas kebebasan berkontrak.

Sesuai dengan asas ini maka pihak dalam perjanjian bebas menentukan isi

dari kontrak sehingga dalam perjanjian sewa menyewa dapat diberi batasan –

batasan. Batasan ini dibuat bukan untuk mengekang penggunaan manfaat dari

barang yang disewa tersebut, melainkan dapat mencengah dampak – dampak

dari dilanggarnya batasan – batasan yang telah dibuat. Dengan begitu parkir

bisa saja diperjanjikan bahwa sewa tempat tersebut hanya untuk mobil.

Penyewa harus menaatinya sebab menjadi salah satu kewajiban utama

penyewa yakni memakai barang yang disewa sesuai dengan tujuannya

menurut perjanjian sewanya.6

6 Subekti, Aneka Perjanjian, cet. 3, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995), h. 43

Page 66: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

57

Jika mengacu pada asas kebebasan berkontrak, pada dasarnya segala

perjanjian dapat dibuat dan diselenggarakan oleh setiap orang, dalam hal ini

hanya orang yang cakap hukum dan badan hukum. Namun perlu diperhatikan

bahwa meskipun terdapat asas kebebasan berkontrak, adapun syarat agar

perjanjian itu dikatakan sah, dimana syarat sahnya perjanjian sebagaimana

diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Untuk mengetahui keabsahan dari

klausula baku yang berisi pengalihan tanggung jawab pada perjanjian jasa

parkir PT. Nusapala Parkir, maka akan dianalisis berdasarkan ketentuan

hukum perjanjian yang merujuk pada Pasal 1320 KUH Perdata.

Poin pertama, sepakat kedua belah pihak yang mengikatkan dirinya.

Dalam perjanjian jasa parkir, bentuk kesepakatan antara pengelola jasa parkir

dengan konsumen terjadi ketika konsumen membayar perjanjian parkir

kepada petugas parkir dan kemudian petugas parkir memberikan perjanjian

parkir (karcis) sebagai bukti pembayaran. Peneliti berpendapat demikian

sebab bentuk dokumen dalam perjanjian parkir tidak diperlukan tanda tangan

oleh konsumen untuk tercapainya kata sepakat dengan pihak pengelola jasa

parkir. Dengan demikian, ketika konsumen menerima perjanjian parkir yang

diberikan oleh petugas parkir, maka konsumen akan terikat dengan ketentuan

yang tercantum dalam perjanjian parkir apabila konsumen membayar

sejumlah uang kepada pengelola jasa parkir dengan tujuan konsumen dapat

menggunakan layanan jasa parkir.

Poin kedua, kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Dalam

perjanjian jasa parkir pada umumnya pihak konsumen disini tidak dibatasi

telah atau belum cakap dalam melakukan perbuatan hukum. Hal ini terlihat

dari penyelenggaraan parkir dimana setiap orang, baik yang telah atau belum

cakap hukum diperbolehkan parkir oleh pihak pengelola jasa parkir apabila

ingin memarkirkan kendaraannya dengan menggunakan jasa layanan parkir.

Namun, apabila dilihat dalam kasus ini para pihak yang ada dalam perjanjian

yaitu H. Mudji Waluyo sebagai konsumen telah cakap untuk melakukan

perjanjian.

Page 67: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

58

Poin ketiga, suatu hal tertentu. Dalam perjanjian jasa parkir terdapat

suatu objek yang diperjanjikan oleh kedua belah pihak yang kemudian akan

menimbulkan hak dan kewajiban dari masing – masing pihak. Dalam

perjanjian jasa parkir, PT. Nusapala Parkir selaku pihak pengelola jasa parkir

yang secara tidak langsung menyatakan bahwa perjanjian yang digunakan

adalah perjanjian sewa lahan, maka objek perjanjian dalam perjanjian ini

adalah lahan yang digunakan untuk parkir konsumen.

Poin keempat, suatu sebab yang halal. Para pihak dalam membuat

perjanjian tidak diperbolehkan membuat klausula yang dilarang oleh undang

– undang atau bertentangan dengan kesusilaan bahkan bertentangan dengan

ketertiban umum, sesuai dengan Pasal 1337 KUH Perdata. Berdasarkan pasal

tersebut suatu perjanjian dikatakan terlarang jika isi dalam perjanjian

mengandung prestasi atau kewajiban pada salah satu pihak yang melanggar

undang – undang, kesusilaan, maupun ketertiban umum. Menurut peneliti,

perjanjian parkir yang dibuat oleh PT. Nusapala Parkir tidak sesuai dengan

pasal 1320 ayat (4) KUH Perdata. Sebab dalam perjanjian parkir tersebut

tercantum klausula yang bertentangan dengan ketentuan undang – undang.

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk

pertanggungjawaban pengelola parkir terhadap kehilangan barang dan

kerusakan kendaraan mobil konsumen terkait adanya klausula baku

pengalihan tanggung jawab adalah pengelola parkir wajib bertanggungjawab

memberi ganti rugi kepada konsumen yang kendaraannya rusak di area parkir

yang dikelola oleh PT. Nusapala Parkir sebab PT. Nusapala Parkir terbukti

melakukan perbuatan melawan hukum dalam perjanjian parkir yang

merupakan perjanjian penitipan barang, yaitu kurangnya kehati-hatian dan

kelalaian telah menyebabkan kendaraan milik konsumen rusak sehingga

pengelola parkir tidak dapat memenuhi prestasinya untuk menyerahkan

kembali kendaraan yang di parkir kepada konsumen dalam keadaan seperti

semula. Ganti rugi yang wajib diberikan oleh PT. Nusapala Parkir selaku

pengelola parkir berupa biaya ganti rugi penggantian ongkos perkara yang

dijatuhkan kepada pihak yang kalah dalam persidangan, mengganti rugi kaca

Page 68: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

59

mobil yang pecah dan barang yang hilang di dalam mobil konsumen akibat

dari pecahnya kaca mobil di area parkir yang dikelola PT. Nusapala Parkir

Oleh sebab itu, sebaiknya pelaku usaha perparkiran memastikan untuk

mengasuransikan jasa yang diberikan terlebih dahulu sebelum memutuskan

untuk berhubungan dengan konsumen. Berupaya sebaik mungkin untuk

meminimalkan segala resiko adalah kata kunci pertanggungjawaban pelaku

usaha perparkiran kepada konsumen. Selain tanggung jawab kepada

konsumen, pelaku usaha perparkiran juga bertanggung jawab untuk

mengikuti standar yang berlaku dalam jasa perparkiran dan/atau terhadap

penerapan peraturan pemerintah sebagai patokan melakukan upaya yang

terbaik dan menjaga mutu penyelenggaraan jasanya.

C. Pertimbangan Majelis Hakim Berdasarkan Putusan Nomor 458

K/Pdt.Sus-BPSK/2017

Kedudukan Mahkamah Agung merupakan badan peradilan tertinggi di

Indonesia. Tugas Mahkamah Agung dalam menyelesaikan perkara bukan

sebagai pengadilan ulang, melainkan sebagai pengadilan tingkat Kasasi dan

pengadilan tingkat Peninjauan Kembali.7

Putusan Mahkamah Agung Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017 merupakan

putusan perkara atas:

1. PT. NUSAPALA PARKIR, diwakili oleh Iwan Kurniawan sebagai

Direkturnya, berkedudukan di Gedung Nuansa Commercial Estate, Jalan

TB. Simatupang Kav. 17, Jakarta Timur 13830, dalam hal ini

memberikan kuasa kepada Tito Agung Prastowo, Karyawan Pada PT.

Nusapala Parkir, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 4 Januari

2017. Pemohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan.

2. H. MUDJI WALUYO, bertempat tinggal di Jalan Jatisari 4 DU 11,

Nomor 8 RT 003/014, Jakasampurna Bekasi Barat, Kota Bekasi, dalam

hal ini memberikan kuasa kepada Suhardi, S.H., Advokat, beralamat di

7 Chandra Gita Dewi, Penyelesaian Sangketa Pelanggaran Merek, (Yogyakarta:

Deepublish, 2019), h. 103

Page 69: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

60

Komplek Ruko Bekasi Mas Blok C Nomor 11, Marga Jaya, Bekasi

Selatan, Kota Bekasi, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 17

Februari 2017. Termohon Kasasi dahulu Termohon Keberatan.

Sebelum kasus konsumen parkir diajukan ke Mahkamah Agung,

Penggugat/Termohon Kasasi telah mengajukan ke Badan Penyelesaian

Sangketa Konsumen (BPSK) di Kota Bekasi untuk mencari titik tengah. Akan

tetapi Tergugat tidak terima hasil dari putusan BPSK, maka Tergugat yakni PT.

Nusapala Parkir mengajukan permohonan banding ke Pengadilan Negeri

Bekasi dalam Putusan Nomor 547/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN Bks pada tanggal

22 Desember 2016 disebabkan bahwa PT. Nusapala Parkir tidak merasa

melakukan kelalaian atau kesemberonoannya seperti yang dituduhkan oleh

Penggugat. Pada permohonan banding, Pengadilan Negeri Bekasi telah

menetapkan bahwa permohonan Tergugat/Pemohon Keberatan alias PT

Nusapala Parkir tidak dapat diterima dan menghukum Tergugat/Pemohon

Keberatan untuk membayar ongkos perkara sejumlah Rp 326.000,00 (tiga ratus

enam puluh dua ribu rupiah). Pertimbangan Judex Facti/Majelis Hakim dalam

putusannya menyatakan bahwa Tito Agung Prastowo yang mengatasnamakan

sebagai Manajer PT Nusapala Parkir sebagai Pihak Pemohon Keberatan dalam

perkara a quo tidak mempunyai kualitas sebagai pemohon dengan alasan dalam

permohonannya tersebut tidak disebutkan secara spesifik menjelaskan

kedudukannya sebagai apa. Apakah sebagai Penggugat atau Pembantah atau

sebagai Pemohon. Hakim mengatakan yang berhak untuk mewakili di

persidangan Pengadilan adalah Direktur PT. Nusapala Parkir atau orang telah

mendapat Surat Kuasa Khusus dari Direktur PT Nusapala Parkir, sebagaimana

yang dilakukan PT Nusapala Parkir sebagai pihak Tergugat pada saat digugat

di BPSK Kota Bekasi. Hakim juga menyatakan bahwa pembatalan yang

diajukan PT Nusapala Parkir tidak memenuhi syarat pembatalan.

Berdasarkan putusan judex facti, Tergugat/Pemohon Keberatan kemudian

mengajukan permohonan Kasasi ke Mahkamah Agung. Apabila Tergugat atau

Penggugat keberatan terhadap putusan tersebut, ia dapat mengajukan kasasi ke

Page 70: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

61

Mahkamah Agung sebab dalam Pasal 20 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman berbunyi:

Mahkamah Agung berwenang:

1. Mengadili pada tingkat Kasasi terhadap Putusan yang diberikan pada

tingkat terakhir oleh pengadilan yang berada dibawah Mahkamah Agung

kecuali undang-undang menyatakan yang lain;

2. Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang; dan

3. Kewenangan lainnya yang diberikan Undang-Undang.

Dalam memori kasasi Tergugat/Pemohon Kasasi mendalilkan bahwa judex

facti telah lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan

perundang-undangan dalam hal ini Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman untuk membantu pencari keadilan

dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat

tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Kontra memori kasasi telah diajukan oleh PT. Nusapala Parkir tanggal 22

Februari 2017. Majelis Hakim dalam Perkara Nomor 458 K/Pdt.Sus-

BPSK/2017 menyatakan bahwa dengan pertimbangan Judex Facti dalam hal

ini Pengadilan Negeri Bekasi tidak salah dalam menerapkan hukum, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 98 Undang Undang Perseroan Terbatas

juncto Pasal 12 dan 20 Akta Pendirian PT Nusapala Parkir pihak yang

berhak mewakili Pemohon adalah Direksi.

2. Bahwa sesuai dengan Akta Pendirian PT Nusapala Parkir, ternyata Tuan

Tito Agung Praswoto adalah Manajer bukan Direksi PT Nusapala Parkir.

3. Bahwa karena itu telah benar sebagaimana dipertimbangkan oleh Judex

Facti bahwa Pemohon Kasasi tidak memiliki kualitas untuk mengajukan

permohonan a quo.

Pertimbangan hakim dalam menilai bahwa PT. Nusapala Parkir tidak

memiliki kualitas sebagai pemohon diperkuat dalam Pasal 98 Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang berbunyi:

Pasal 98

Page 71: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

62

(1) Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan

(2) Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang

berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali

ditentukan lain dalam anggaran dasar.

(3) Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan

lain dalam undang-undang ini, anggaran dasar, atau keputusan RUPS.

(4) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh

bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau anggaran

dasar Perseroan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka permohonan kasasi yang diajukan

oleh Pemohon kasasi: PT. NUSAPALA PARKIR tersebut harus ditolak dengan

perbaikan amar putusan 05/A/BPSK-BKS/IX/2016 tanggal 30 September 2016

yang menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bekasi 547/Pdt.Sus-

BPSK/2016/PN Bks.

Kerugian yang dialami oleh konsumen pengguna jasa parkir akibat dari

kelalaian pengawasan oleh pengelola parkir tentu membuat konsumen meminta

pertanggungjawaban. Kerugian tersebut diartikan sebagai berkurangnya harta

kekayaan pihak yang satu, yang disebabkan oleh perbuatan (melakukan atau

membiarkan) yang melanggar norma oleh pihak lain.8 Oleh sebab itu pengelola

parkir memiliki kewajiban dalam mempertanggungjawabkan kelalaian yang

ditimbulkan.

Pada prinsip tanggung jawab, berdasarkan unsur-unsur kesalahan yang

menyatakan seseorang baru dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum

jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Hal ini sesuai tuntutan yang

diberikan Hakim kepada PT. Nusapala Parkir dalam Kasasi yakni Pasal 1365

KUH Perdata, yang lazim dikenal dengan pasal perbuatan melawan hukum.

Dimana tertera dalam pasal ini ada 4 (empat) unsur pokok yang harus dipenuhi

yaitu:

8 J.H. Nieuwenhuis, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, terjemahan oleh Djasadin Saragih,

(Surabaya, Universitas Airlangga, 2005), h. 57

Page 72: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

63

1) Adanya perbuatan;

2) Adanya unsur kesalahan;

3) Adanya kerugian yang diderita;

4) Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

Pada kasus ini maka PT. Nusapala Parkir memenuhi unsur-unsur yang

diatas, sebab adanya perbuatan yang dilakukan pengelola parkir yakni PT.

Nusapala Parkir telah terbukti melakukan perbuatan yang merugikan orang

lain. Dengan tidak memenuhi perjanjian perparkiran maka terjadilah kelalaian

berupa kerusakan dan kehilangan barang konsumen jasa parkir. Ditambah

dengan pengelola merasa tidak bertanggungjawab atas kehilangan barang milik

konsumen karena merasa konsumen tidak menitipkan barang tersebut secara

pribadi kepada petugas parkir, dengan ini pengelola tidak menjaga hak dan

keamanan dan kenyamanan konsumennya. Dan adanya unsur sebab akibat

antara kesalahan dan kerugian disini dapat dijelaskan bahwa akibat timbul dari

kesalahan pihak pengelola parkir, maka konsumen pengguna jasa perparkiran

telah dirugikan dalam rusak dan hilang nya barang yang ada didalam mobil.

Antara pengelola parkir dan konsumen pengguna jasa parkir pada dasarnya

memiliki kedudukan yang sama dalam mendapatkan hak dan kewajibannya.

Hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara pihak yang menitipkan barang dan

pihak yang menerima titipan diatur dalam ketentuan – ketentuan tentang

penitipan barang (bewaargeving), sebagaimana diatur dalam Pasal 1694 KUH

Perdata.9 Dengan kata lain bahwa definisi penitipan dalam Pasal 1694 KUH

Perdata apabila seseorang menerima suatu barang dari orang lain, dengan

syarat ia akan menyimpannya dan mengembalikan seperti wujud asalnya (in

natura). Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa terdapat dua pihak, yaitu

pihak pertama sebagai pihak yang menitipkan barang dan pihak kedua sebagai

pihak yang menerima barang titipan.

Selain adanya sanksi perdata dalam UUPK maupun KUH Perdata, alasan

yang memperkuat pada pertanggungjawaban pengelola parkir tercantum dalam

9 R. Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2003), h.

106

Page 73: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

64

Putusan Mahkamah Agung Nomor 124 PK/PDT/2007 sebagai yurisprudensi

kasus perparkiran. Dengan Putusan Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah

Agung Nomor 124/PK/PDT/2007 yang menyatakan bahwa Keputusan yang

bersifat final dan mengikat ini memerintahkan pengelola parkir untuk

mengganti semua bentuk kehilangan di lahan parkir, termasuk di dalamnya

kendaraan, helm, isi dalam mobil dan segala sesuatu yang hilang karena

lemahnya keamanan di lahan parkir. Penggantian kerugian ini pun sesuai

dengan nilai barang yang hilang atau rusak. Terlebih lagi Putusan tersebut

menegaskan larangan bagi pelaku usaha untuk mencantumkan klausul baku

pada karcis parkir, jika mencantumkan klausul baku pelaku usaha tetap tidak

bisa melepaskan tanggung jawabnya. Sehingga dapat dinyatakan bahwa

pengelola wajib untuk mengganti kerugian jika terjadi kerusakan maupun

kehilangan pada kendaraan yang diparkirkan. Keputusan tersebut telah

ditetapkan dengan Putusan PK Mahkamah Agung Nomor 124/PK/PDT/2007

yang membuat PT. Securindo Packatama (Secure Parking) selaku penanggung

jawab harus merubah bentuk isi dari ketentuan umum yang tertera pada karcis

parkir.

Dengan adanya Putusan Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah Agung

Nomor 124/PK/PDT/2007 membantu hak konsumen yang lemah. Dimana

putusan tersebut mewajibkan pelaku usaha untuk membuat ketentuan umum

dengan memperhatikan hubungan hak dan kewajiban masing-masing pihak

secara seimbang. Apabila pelaku usaha tidak melaksanakannya, maka dapat

dinyatakan dalam putusan tersebut sebaiknya pelaku usaha menghapus isi dari

ketentuan umum yang tertera pada karcis parkir.

Penjelasan terhadap asumsi yang negatif dari masyarakat terhadap

ketentuan umum yang tertera pada karcis parkir, tidak sesuai dengan syarat

pembuatan ketentuan umum yang di atur dalam aturan hukum Pasal 1320 KUH

Perdata, Pasal 18 UUPK, dan Putusan PK Mahkamah Agung Nomor

124/PK/PDT/2007. Menjelaskan bahwa sesungguhnya adanya ketentuan

umum yang terdapat pada karcis parkir memiliki tujuan sebagai berikut :

Page 74: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

65

1. Membuat konsumen tidak berlaku ceroboh dan menyepelekan fungsi dari

karcis parkir.

2. Membuat perikatan yang dilakukan secara sepihak demi mengindari para

pelaku pelanggar hukum di area perparkiran.

3. Sebagai tanda bukti pemilik kendaraan yang memarkirkan dan berhak

mengadu jika terjadinya kelalaian yang dilakukan oleh penyedia jasa

layanan parkir.

Pernyataan mengenai pengalihan tanggung jawab atau pengalihan resiko

tersebut tidak sesuai dengan Pasal 1694 KUH Perdata, dimana pelaku usaha

harus mengembalikan bentuk barang yang dititipkan dalam keadaan semula.

Pada Pasal 1365 KUH Perdata menyatakan bahwa setiap orang yang membawa

kerugian harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akan tetapi di dalam

pelaksanaannya ketentuan umum tersebut tidak sesuai dari isi Pasal 1694 KUH

Perdata mengenai perjanjian penitipan barang, Pasal 4, 5, 6, dan 7 UUPK

mengenai hak dan kewajiban konsumen, serta Putusan Peninjauan Kembali

Mahkamah Agung Nomor 124/PK/PDT/2007 yang memberatkan posisi pelaku

usaha yang selalu memberatkan hak dari pada konsumen. Ketiga aturan

tersebut kini menjadi acuan perlindungan hukum konsumen yang merasa

diberatkan oleh pelaku usaha atas keputusan pelaku usaha yang besifat mutlak.

Hakim sebagai pemutus yuridis melakukan kegiatan pokoknya dalam

memeriksa maupun mengadili sengketa, oleh sebab itu usaha memberikan

putusan yang memenuhi rasa keadilan bagi konsumen dalam hal perlindungan

konsumen jasa parkir tersebut sudah memenuhi rasa keadilan bagi kalangan

masyarakat yang telah didasari pada pencarian akan keadilan yang substansial.

Perintah untuk menegakkan keadilan sendiri tertera dalam Al-Qur‟an Surat An-

Nisaa ayat 58:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

Page 75: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

66

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang

sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha

Mendengar lagi Maha Melihat.”

Melihat dari berbagai aspek sudut padang, posisi konsumen pada

praktik perlindungan konsumen seringkali memiliki kedudukan yang tidak

seimbang dengan pelaku usaha dalam mempertahankan hak-haknya. Maka dari

itu, hakim dalam mengambil keputusan kepada para pihak yang sedang

bersengketa tetap mempunyai kedaulatan dalam mempertimbangkan suatu

permasalahan hukum konkret yang tidak terlepas dari peraturan perundang-

undangan yang berlaku di Indonesia agar dapat mencapai tujuan hukum yakni

rasa kepastian hukum, keadilan serta kemanfaatan dalam putusan yang diambil.

Pertimbangan hakim pada putusan perkara ini, peneliti menilai jika

keadilan diutamakan dalam pertimbangan hakim untuk memutuskan putusan

ini. Seperti yang diketahui, jika tujuan dari hukum itu sendiri ada tiga yakni

kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Kemudian pertimbangan dari Majelis

Hakim Mahkamah Agung mengenai hukuman ganti rugi yang harus dibayar

oleh pihak pengelola parkir menurut peneliti juga telah cukup untuk memenuhi

rasa keadilan bagi konsumen. Sebab jumlah nilai ganti kerugian yang telah

diputuskan oleh Majelis Hakim Mahkamah Agung telah sesuai dengan tuntutan

gugatan ganti rugi oleh pihak Penggugat pada BPSK yang akhirnya oleh

Majelis Hakim Mahkamah Agung Terggugat yakni pengelola parkir wajib

mengganti biaya ganti kerugian karena kelalaian pihak pengelola parkir

seharga dengan barang yang hilang.

Keputusan dari Mahkamah Agung pada sangketa parkir dengan Nomor

Putusan 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017 menurut analisis peneliti dengan berbagai

teori perlindungan hukum konsumen maupun dalam teori pertanggungjawaban

sudah termasuk dalam putusan akhir yang bersifat menghukum pihak yang

melakukan kelalaian. Pihak yang lalai yakni PT. Nusapala Parkir selaku

pengelola parkir, yang mana pihak pengelola parkir telah terbukti melakukan

Page 76: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

67

perbuatan melawan hukum dan diwajibkan ganti rugi kepada konsumen

pengguna jasa parkir tersebut.

Pertimbangan hakim dalam kasus ini, hakim telah memutuskan putusan

hukumnya mengikuti yurisprudensi yang ada mengenai kasus sangketa

konsumen parkir melalui pertimbangannya pada suatu pertanggungjawaban

oleh pihak pengelola parkir kepada konsumen jasa parkir yang mengalami

kerugian yakni kerusakan mobil dan kehilangan barang berharga.

Sesuai dengan Undang-Undang dan ketentuan yang berlaku, maka

menurut peneliti analisis kasus putusan Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017 atas

kasus konsumen H. Mudji Waluyo dengan pengelola parkir yakni PT.

Nusapala Parkir yang menjadi objek pada penelitian kali ini telah memenuhi

ketentuan yang berlaku dan dapat dijadikan landasan atau acuan untuk

kedepannya jika terjadi sangketa antara konsumen dengan pengelola parkir

dikemudian hari dapat menjadi pelajaran agar tidak ada lagi masalah hukum

yang serupa.

Page 77: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab diatas maka peneliti menarik

beberapa kesimpulan yakni sebagai berikut:

1. Pengelola parkir bertanggungjawab memberi ganti rugi kepada konsumen

yang kendaraannya rusak di area parkir yang dikelola oleh PT. Nusapala

Parkir selaku pengelola parkir. Sebab pengelola parkir terbukti perbuatan

melawan hukum dalam perjanjian parkir yang merupakan perjanjian

penitipan barang, dengan kurang kehati – hatiannya serta kelalaian telah

menyebabkan kendaraan milik konsumen rusak, sehingga pengelola

parkir tidak dapat memenuhi prestasinya untuk menyerahkan kembali

kendaraan yang diparkir kepada konsumen seperti semula sebagai

pemilik kendaraan tersebut. Pemberian ganti rugi berupa biaya, rugi dan

bunga. Perintah untuk mengganti rugi ini selain dikuatkan dengan aturan

UUPK dan KUH Perdata, dikuatkan pula dalam yurisprudensi putusan

hakim yang telah in kracht tentang permasalahan parkir ini, diantaranya

Putusan Kasasi Mahkamah Agung Nomor 124/PK/PDT/2007 antara PT

Securindo Packatama Indonesia selaku pengelola Secure Parking dengan

Anny R. Gultom sebagai konsumen jasa parkir.

2. Putusan perkara antara H. Mudji Waluyo selaku konsumen jasa parkir

dengan pengelola parkir yakni PT. Nusapala Parkir menurut peneliti telah

sesuai undang – undang, yurisprudensi, dan peraturan yang berlaku. Hal

ini telah dikuatkan dengan adanya hubungan hukum antara pengelola

parkir dengan konsumen jasa parkir bahwa hubungan hukum antara

keduanya merupakan perjanjian penitipan barang sebab memenuhi unsur

dalam ketentuan Pasal 1694 KUH Perdata. Hubungan hukum

sebagaimana dimaksud terlihat pada tanda masuk parkir yang merupakan

bukti adanya hubungan hukum antara kedua belah pihak. Pengelola parkir

menerima barang yaitu kendaraan dari konsumen, kemudian pengelola

Page 78: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

69

parkir akan menyimpan dan mengembalikan kendaraan tersebut dalam

keadaan seperti semula. Dalam pemeriksaan suatu perkara diperlukan

adanya pembuktian, dimana hasil dari pembuktian tersebut akan

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memutus perkara. Maka

secara hukum, pembuktian yang telah diberikan oleh H. Mudji Waluyo

berdasarkan kwitansi – kwitansinya dapat menjadi bukti bahwa PT.

Nusapala Parkir dianggap telah melanggar ketentuan Pasal 1365, 1366,

1367 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata dan Pasal 4 huruf a, Pasal

18 ayat (1) Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen serta dikuatkan dengan Yurisprudensi terdahulu dalam

putusan 124/PK/PDT/2007 yang menyatakan bahwa pengelola parkir

wajib mengganti rugi kerusakan atau kehilangan kendaraan yang timbul

dari kurangnya pengawasan manajemen pengelola parkir pada lahan

usahanya.

B. Rekomendasi

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan peneliti dalam penelitian terkait

pengalihan tanggung jawab terhadap konsumen jasa parkir maka diperlukan

beberapa revisi terkait pertanggungjawaban pelaku usaha terhadap konsumen

yakni:

1. Pelaku usaha perparkiran sebaiknya menghapus pencantuman klausula

baku atau pengalihan tanggung jawab pada karcis parkir yang dapat

merugikan kedua belah pihak baik dari sisi konsumen maupun pengelola

parkir. Dengan adanya perlindungan hukum kepada konsumen dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 diharapkan mampu memperkuat

adanya argumen yang menyatakan bahwa pengelola parkir tidak

bertanggung jawab atas kehilangan kendaraan maupun barang didalam

area parkir.

2. Konsumen sebagai pengguna jasa parkir dituntut untuk memahami hak

dan kewajibannya sebelum memanfaatkan barang dan/atau jasa, sebab

konsumen sebagai pengguna jasa parkir turut berperan aktif melakukan

Page 79: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

70

kontrol terhadap pelanggaran yang terjadi dengan cara melaporkan

tindakan yang dianggap merugikan kepada dinas terkait.

Page 80: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

71

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku – Buku:

Al-Qur‟an Al Karim

Abdul Halim, Barkatullah, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Transaksi E-

Commerce Lintas Negara di Indonesia, FH UII: Press, 2009.

Adji Adisasmit, Sakti, Perencenaan Infrastruktur Transportasi Wilayah,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Sinar Grafika, 2011.

Apeldoorn L.J. Van, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Pradnya Paramita,

1993.

Badrulzaman, Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001.

Boediono, Herlin, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia: Hukum

Perjanjian Berdasarkan Asas-Asas Wiganti Indonesia, Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti, 2000.

Djojodirdjo Moegni, Perbuatan Melawan Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita,

1979.

Fuady, Munir, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2003.

_____, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek (Buku Keempat), Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2002.

Hamzah, Andi, Kamus Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005.

H.S, Salim, Hukum Kontrak : Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta:

Sinar Grafika, 2006.

Kurniawan, Hukum Perlindungan Konsumen: Problematika Kedudukan dan

Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK),

(Universitas Brawijaya: Press, 2011.

Komariah, Edisi Revisi Hukum Perdata, Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang, 2001.

Mariam, Darus Badrulzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat dari

Sudut Perjanjian Baku (Standar), Bandung: Bina Cipta, 1986.

Page 81: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

72

______, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001.

Miru, Ahmadi, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di

Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004.

M.L. Tobing, David, Parkir + Perlindungan Hukum Konsumen, Cetakan Pertama,

Jakarta: Timpani Publishing, 2007.

Mahmud Marzuki, Peter, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, Cet.III, 2007.

______________, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2008.

M. Hadjon, Phillipus, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya: PT.

Bina Ilmu, 1987.

Nasution, Az., Konsumen dan Hukum: Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum

Pada Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,

1995.

Notoatmojo, Soekidjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Raharjo, Satjipto, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Cipta Aditya Bakti, 2000.

R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, cet. Ke-2, Bandung: Binacipta,

1978.

Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

Sidabalok, Janus, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: PT

Cipta Aditya Bakti, 2010.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Suatu

Tinjauan Singkat), Jakarta: Rajawali Pers, 2001.

____, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1984.s

Satrio, J, Hukum Perikatan: Perikatan Pada Umumnya, Bandung: Alumni, 1993.

Subekti, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Cetakan Ketiga Satu, Jakarta: Intermasa,

2003.

________, Hukum Perjanjian, Jakarta: PT Intermasa, 2001.

Sutedi, Adrian, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen,

Bogor: Ghalia Indonesia, 2008.

Page 82: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

73

Salim, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika, 2003.

Susanto, Happy, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, Jakarta: Visimedia, 2008.

Soekanto, Soerjono, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

___________, Efektvitas Hukum dan Penerapan Sanksi, Bandung: CV. Ramadja

Karya, 1988.

Saifullah Wiradipraja, Endang, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum

Udara Indonesia, Bandung: Eresco, 1991.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2006.

Triwulan, Titik dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2010.

Tri Siwi Celina Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar

Grafika, 2014.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Yani, Ahmad, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah,

Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

B. Perundang – Undangan:

Kitab Undang – Undang Hukum Perdata

Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang – Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: 272/HK.105/DRJD/96

tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir

C. Jurnal

Page 83: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

74

Dikara, Tesis: Penerapan Klausula Eksonerasi Dalam Karcis Parkir Pada

Perusahaan Secure Parking Di Jakarta, (Jakarta: Program Magister

Kenotariatan Universitas Indonesia, 2006)

Nizla Rohaya. “Pelarangan Penggunaan Klausula Baku Yang Mengandung

Klausula Eksonerasi Dalam Perlindungan Kosumen.” Dalam Jurnal Hukum

Replik, Volume 6 Nomor 1, Maret. (2018)

Indah Parmitasari, “Hubungan Hukum Antara Pemilik Kendaraan Dengan

Pengelola Parkir”, Jurnal Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jakarta, Vol. 3

Nomor 1 Juni Tahun 2016

M. Nur Rasyid, “Perlindungan Hukum Bagi Hak Konsumen dan Tanggung Jawab

Pelaku Usaha Dalam Perjanjian Transaksi Elektronik”, Syiah Kuala Law

Journal, Volume 1 Nomor 3, Desember (2017)

D. Internet

https://kbbi.web.id/ pada 20 Agustus 2019, Kamus Besar Bahasa Indonsesia

(KBBI) Online, https://kbbi.web.id/kefektifan

http://dishub.jabarprov.go.id/ pada 22 September 2019,

http://dishub.jabarprov.go.id/artikel/view/407.html

http://news.detik.com pada 25 September 2019,

http://news.detik.com/berita/1407260/ma-kehilangan-kendaraan-saat-parkir-

wajib-diganti-pengelola

http://www.nusapalagroup.com/ pada 10 November 2019

http://www.nusapalagroup.com/v2/index.php?option=com_content&view=article

&id=51&Itemid=67

Page 84: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 1 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

P U T U S A NNomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

M A H K A M A H A G U N G

memeriksa perkara perdata khusus sengketa konsumen pada tingkat kasasi

memutus sebagai berikut dalam perkara antara:

PT NUSAPALA PARKIR, diwakili oleh Iwan Kurniawan sebagai

Direkturnya, berkedudukan di Gedung Nuansa Commercial Estate,

Jalan TB. Simatupang Kav. 17, Jakarta Timur 13830, dalam hal ini

memberikan kuasa kepada Tito Agung Prastowo, Karyawan pada PT

Nusapala Parkir, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 4 Januari

2017;

Pemohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan;

L a w a n:

H. MUDJI WALUYO, bertempat tinggal di Jalan Jatisari 4 DU 11,

Nomor 8 RT 003/014, Jakasampurna Bekasi Barat, Kota Bekasi,

dalam hal ini memberikan kuasa kepada Suhardi, S.H., Advokat,

beralamat di Komplek Ruko Bekasi Mas Blok C Nomor 11, Marga

Jaya, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, berdasarkan Surat Kuasa

Khusus tanggal 17 Februari 2017;

Termohon Kasasi dahulu Termohon Keberatan;

Mahkamah Agung tersebut;

Membaca surat-surat yang bersangkutan;

Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata sekarang Pemohon

Kasasi dahulu sebagai Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan terhadap

Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota Bekasi Nomor

05/A/BPSK-BKS/IX/2016, tanggal 30 September 2016, yang amarnya sebagai

berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2. Menyatakan Tergugat selaku pengelola perparkiran telah tidak melakukan

kewajiban hukumnya dengan melanggar Ketentuan Pasal 1365, 1366,

1367 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dan Pasal 4 huruf a, Pasal 18

ayat 1 Undang Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen, maka dengan ini dilarang keras mencantumkan klausula baku

dalam menjalankan usahanya;

3. Menghukum Tergugat untuk membayar kerugian materiil yang diderita

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 85: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 2 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

Penggugat akibat pencurian di dalam area parkir yang dikelola oleh

Tergugat sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) secara tunai

didepan Majelis BPSK Kota Bekasi;

Bahwa, terhadap amar Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen

tersebut, Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan di depan persidangan

Pengadilan Negeri Bekasi yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Tergugat di hukum untuk membayar kerugian materiil yang diderita Penggugat

akibat pencurian di dalam area parkir yang di kelola oleh Tergugat sebesar

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta) secara tunai di depan Majelis BPSK Kota

Bekasi. Apabila Majelis mengatakan kerugian materiil artinya kerugian yang

benar-benar di derita oleh Penggugat oleh karena itu kerugian tersebut harus

dapat dibuktikan dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan kwitansi :

Kwitansi Nomor T110 – 2015015396, tanggal 9 Juli 2015 Sejumlah

Rp348.248,00;

Kwitansi Nomor T110 – 2015016259, tanggal09 Juli 2015 Sejumlah

Rp345.248,00;

Pergantian Kaca Belakang Kiri:

Kwitansi Nota Penjualan 26402, tanggal 13 Juli 2015 Sejumlah

Rp390.000,00;

Total Rp1.083.496,00;

Berdasarkan dari kwitansi-kwitansi tersebut kerugian materiil yang diderita oleh

Penggugat adalah sejumlah Rp1.083.496,00 (satu juta delapan puluh tiga ribu

empat ratus sembilan puluh enam rupiah). Artinya majelis BPSK memutuskan

kerugian materiil sebesar Rp20.000.000,00 tidak mempunyai dasar yang kuat;

2. Majelis menyatakan pengelola perparkiran telah melanggar ketentuan Pasal

1365, 1366, 1367 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dan Pasal 4 huruf a

Pasal 18 ayat 1 Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan

konsumen hal ini sangat bertentangan dengan kejadian yang sebenarnya. Jika

kita melihat Pasal 1365 dan 1366 perbuatan melanggar hukum dan membawa

kerugian terhadap orang lain dapat disebabkan kelalaian atau

kesemberonoannya, Tergugat dalam hal ini PT Nusapala Parkir tidak

melakukan kelalaian atau kesemberonoan seperti yang dituduhkan oleh

Penggugat yang dalam gugatannya poin 8 bahwa proses pengrusakan dan

pengangkatan barang-barang curian tersebut telah dibuktikan sendiri oleh

Termohon II/Tergugat II sebagaimana dalam rekaman CCTV dimana pencuri

butuh waktu satu jam, dan terlebih-lebih dinyatakan bahwa Nopol kendaraan

tersebut tidak terdaftar, semestinya sejak masuk kendaraan kedalam area

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 86: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 3 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

parker setiap Nopol tersebut terdeteksi dengan tidak terbukanya palang pintu

otomatis, dan atau bagi petugas yang bertugas semestinya langsung

melakukan pengecekan setiap Nopol kendaraan terdaftar atau tidak sehingga

tidak membawa kerugian bagi orang lain;

Menurut hemat kami pengelola parkir tidak mempunyai kewenangan/akses/

kewajiban untuk melakukan pengecekan nomor polisi satu persatu apabila di

haruskan mengecek satu per satu akan mebutuhkan waktu yang sangat lama

dan panjang karena pengecekan nomor polisi adanya di Samsat sedangkan

kami pengelola parkir tidak punya kewenangan untuk itu;

3. Bahwa perlu diketahui pengelolaan parkir berdasarkan Putusan Mahkamah

Agung Nomor 3416/Pdt/1985, dimana Majelis Hakim berpendapat, bahwa

perparkiran merupakan perjanjian penitipan barang, sehingga segala

kehilangan dan kerusakan barang-barang di dalam kendaraan yang tidak

pernah dititipkan ke pengola parkir menjadi tanggung jawab pemilik kendaraan,

oleh karena itu tidak ada penggantian dalam bentuk apapun;

4. Bahwa bedasarkan Pasal 164 HIR menyebutkan bahwa alat bukti dalam

perkara perdata terdiri atas:

Bukti surat/tulisan;

Bukti saksi;

Persangkaan;

Sumpah;

Dan berdasarkan Pasal 1866 Kitab Undang Undang Hukum Perdata alat

pembuktian selain yang tertera didalam Pasal 164 HIR ditambah satu lagi dengan

alat bukti berupa pengakuan. Bahwa gugatan yang di ajukan oleh Penggugat

sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) tidak memiliki dasar alat bukti

yang kuat, semuanya berdasakan asumsi dan tidak bisa dibuktikan secara yuridis;

1. Bahwa Penggugat hanya dapat membuktikan kaca mobil Penggugat pecah dan

biaya penggantiannya sebesar Rp1.083.496,00 (satu juta delapan puluh tiga

ribu empat ratus sembilan puluh enam rupiah). Dan atas kerugian ini pihak

Tergugat bersedia mengganti sejumlah Rp1.083.496,00 (satu juta delapan puluh

tiga ribu empat ratus sembilan puluh enam rupiah);

2. Bahwa Majelis mengambil dasar ganti rugi sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh

juta rupiah) melihat sebagaimana terurai dalam bukti P3, namun telah diketahui

oleh umum untuk melakukan pelaporan polisi tidak membutuhkan biaya apabila

ada biaya yang harus dikeluarkan ke Polisi itu sudah merupakan tindak pidana

korupsi, maka menurut hemat kami uang sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh

juta rupiah) tersebut hanya akal-akalan si Penggugat untuk mencari keuntungan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 87: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 4 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

dari peristiwa ini;

3. Bahwa telah pernah diajukan ke muka persidangan di pengadialan negeri

Jakarta pusat dalam perkara Nomor 33/Pdt.G/2004/PN Jkt.Pst, sebagaimana

kami kutip dari buku yang ditulis oleh David M.L.Tobing, S.H., M.Kn., yang

berjudul Parkir Dan Perlindungan Hukum konsumen, yang pertimbangan hukum

putusan tersebut menyebutkan:

“Hakim menilai bahwa tanggung jawab Tergugat selaku pengelola parkir

terbatas pada hal pergantian pecahnya kaca mobil sedangkan kehilangan

barang-barang yang ada di dalam mobil tidak merupakan tanggung jawab

Tergugat karena Penggugat tidak pernah menitipkan barang-barang yang ada di

dalam mobil. Dalam hal kehilangan barang-barang yang ada di dalam mobil

adalah menjadi tanggung jawab pemilik barang, Karena pada saat memarkirkan

mobilnya, Tergugat tidak menitipkan atau melaporkan kepada petugas parkir

tentang adanya barang-barang dalam mobil, juga tidak adil apabila adanya

kehilangan barang yang ada dalam mobil (yang nota bene barang-barang

tersebut tidak di titipkan pada petugas), lalu menjadi tanggung jawab pengelola

parkir”;

Maka berdasarkan penjelasan di atas, yang menjadi tanggung jawab

pengelola parkir adalah menjaga keutuhan mobil, tidak termasuk barang-barang

yang ada di dalamnya sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas;

Bahwa dari penjelasan kami di atas kami menganggap putusan tersebut di

ambil dari hasil tipu muslihat yang di lakukan oleh salah satu pihak dalam

pemeriksaan sengketa sesuai dengan Pasal 70 huruf c Undang Undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelasaian Sengketa;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Pemohon Keberatan

mohon agar Pengadilan Negeri Bekasi memberikan putusannya dengan menerima

permohonan banding dan menyatakan atau merubah Putusan Arbitrase Nomor

05/A/BPSK-BKS/IX/2016, sesuai dengan bukti-bukti riil atau kerugian materiil yang

diderita oleh Penggugat sebesar Rp1.083.496,00 (satu juta delapan puluh tiga ribu

empat ratus sembilan puluh enam rupiah);

Bahwa terhadap keberatan tersebut di atas, Termohon Keberatan

mengajukan eksepsi yang pada pokoknya sebagai berikut:

A.1. Permohonan Keberatan Pemohon Kabur/Tidak Jelas;

Permohonan pembatalan terhadap putusan BPSK ini haruslah dinyatakan

sebagai permohonan yang kabur/tidak jelas dan saling bertentangan satu

sama lain, karena permohonan ini diajukan oleh Nusapala Parking, akan tetapi

dalam permohonannya tersebut tidak secara spesifik menjelaskan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 88: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 5 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

kedudukannya, apakah sebagai Penggugat atau Pembantah atau sebagai

Pemohon, apabila dicermati dari dalil posita Nusapala Parking mencerminkan

kepada sebuah gugatan baru sama sekali tidak mencerminkan dalil-dalil

keberatan, sedangkan perkara yang diajukan sekarang ini adalah

Permohonan Keberatan atas Putusan BPSK sebagaimana dapat dilihat dari

perihal surat dengan tegas menyatakan Permohonan tentang Pembatalan

Arbitrase Putusan Nomor 05/A/BPSK-BKS/IX/2016, bukan sebuah gugatan

baru. Apabila Nusapala Parking tetap menyebut dirinya sebagai Tergugat hal

tersebut tidak dapat dibenarkan karena perkara ini adalah permohonan

Keberatan semestinya Nusapala Parking adalah sebagai Pemohon tidak

dapat menyebut dirinya masih sebagai Tergugat dalam perkara ini sehingga

seolah-olah yang mengajukan perkara ini ke Pengadilan Negeri Bekasi adalah

Mudji Waluyo. Di samping itu dalil posita dan petitum tidak saling mendukung

satu sama lain bahkan saling bertolak belakang sehingga tidak mencerminkan

sebuah Permohonan Keberatan atas Putusan BPSK. Untuk itu permohonan

semacam ini haruslah ditolak untuk seluruhnya;

A.2. Permohonan Pembatalan Yang Diajukan Nusapala Parking Tidak Memenuhi

Syarat Pembatalan;

Bahwa Keberatan Pemohon tidak memenuhi syarat pembatalan dimaksud

dalam Pasal 6 ayat (3) Perma Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengajuan Keberatan terhadap Putusan BPSK, yang berbunyi:

(1)...............;

(2)...............;

(3) Keberatan terhadap putusan arbitrase BPSK dapat diajukan apabila

memenuhl persyaratan pembatalan putusan arbitrase sebagaimana

diatur dalam pasa/ 70 Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbltrase dan Alternatif Penyelesalan Sengketa, yaitu:

a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah

putusan dijatuhkan, diakul palsu atau dinyatakan palsu;

b. Setelah putusan arbltrase BPSK ditemukan dokumen yang berslfat

rnenentukan yang disembunyikan oleh pihak lawan, atau;

c. Putusan diambil dan hasil tipu musilhat yang dilakukan oleh salah satu

plhak dalam pemeriksaan sengketa;

Bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Perma Nomor 1 Tahun 2006

Pasal 6 ayat (3) a quo adalah bersifat imperatif. Bahwa permohonan

keberatan yang diajukan Pemohon sama sekali tidak menunjuk dasar

pembatalan yang dimohonkan sebagaimana yang diatur secara limitatif

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 89: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 6 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

imperatif dalam Perma a quo;

Bahwa, terhadap keberatan tersebut, Pengadilan Negeri Bekasi telah

memberikan Putusan Nomor 547/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN Bks., tanggal 22

Desember 2016 yang amarnya sebagai berikut:

1. Menyatakan permohonan Tergugat/Pemohon Keberatan tidak dapat diterima

(niet ontvankelijk verklaard);

2. Menghukum Tergugat/Pemohon Keberatan untuk membayar ongkos perkara

sejumlah Rp326.000,00 (tiga ratus dua puluh enam ribu rupiah);

Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Negeri Bekasi tersebut telah

diucapkan dengan hadirnya Pemohon Keberatan pada tanggal 22 Desember 2016,

terhadap putusan tersebut, Pemohon Keberatan melalui kuasanya berdasarkan

Surat Kuasa Khusus tanggal 4 Januari 2017, mengajukan permohonan kasasi

pada tanggal 4 Januari 2017, sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi

Nomor 547/Pdt.Sus.BPSK/2016/PN Bks, juncto Nomor 1/Akta.K/2017/PN Bks,

yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Bekasi, permohonan tersebut diikuti

dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bekasi

pada tanggal 16 Januari 2017;

Bahwa memori kasasi telah disampaikan Termohon Keberatan pada

tanggal 14 Februari 2017, kemudian Termohon Keberatan mengajukan kontra

memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bekasi pada

tanggal 22 Februari 2017;

Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta keberatan-

keberatannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan

dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang,

oleh karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;

Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh

Pemohon Kasasi dalam memori kasasinya adalah:

1. Judex Facti Telah Lalai Memenuhi Syarat-Syarat Yang Diwajibkan Oleh

Peraturan Perundang-undangan;

Pertimbangan Judex Facti/Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri

Bekasi Nomor 547/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN Bks, tanggal 22 Desember 2016,

halaman 13, berbunyi sebagai berikut:

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas Tito Agung Prastowo

yang mengatasnamakan sebagai Manager PT Nusapala Parkir sebagai Pihak

Pemohon Keberatan dalam perkara a quo tidak mempunyai kualitas sebagai

pemohon dengan alasan sebagaimana dipertimbangkan di atas;

Menimbang, bahwa yang berhak untuk mewakili di persidangan Pengadilan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 90: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 7 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

adalah Direktur PT Nusapala Parkir atau orang yang telah mendapat Surat

Kuasa Khusus dari Direktur PT Nusapala Parkir sebagaimana yang dilakukan

PT Nusapala Parkir sebagai pihak Tergugat pada saat digugat di BPSK Kota

Bekasi;

Bahwa Pasal 4 ayat (2) Undang Undang Nomor 48 tahun 2009 Tentang

Kekuasaan Kehakiman menyebutkan: “Pengadilan membantu pencari keadilan

dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat

tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan”;

Bahwa Pasal 4 ayat (15) Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor

215/KMA/SK/XII/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pedoman Perilaku Hakim

menyebutkan: “Hakim harus membantu para pihak dan berusaha mengatasi

segala hambatan dan rintangan untuk mewujudkan peradilan yang sederhana,

cepat dan biaya ringan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku”;

Bahwa disebutkan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang Undang Nomor 48 tahun

2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman tersebut di atas Pengadilan membantu

pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan,

dimana Pengadilan yang dimaksud meliputi setiap elemen dalam pengadilan itu

sendiri mulai dari administrasi pendaftaran, kepaniteraan, dan bahkan hakim

dan didukung pula oleh Pasal 4 ayat (15) Keputusan Ketua Mahkamah Agung

RI Nomor 215/KMA/SK/XII/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pedoman

Perilaku Hakim. Namun dalam perkara a quo, Pemohon Kasasi/Pemohon

Keberatan/Tergugat sebagai awam hukum yang tidak menggunakan jasa

bantuan hukum tidak mendapat bantuan dari pengadilan terutama Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Bekasi dalam perkara a quo untuk mendapatkan

penjelasan maupun arahan mengenai kelengkapan administrasi dalam

mengajukan suatu Permohonan Keberatan;

Bahwa di awal persidangan, Judex Facti tidak menanyakan dan meminta legal

standing dan memeriksa kelengkapan berkas administrasi dari para pihak

sehingga Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat beranggapan bahwa

tidak ada masalah dalam legal standing dan kelengkapan berkas administrasi.

Menurut Pemohon Kasasi, Judex Facti dalam persidangan harus meneliti

kembali kelengkapan administrasi berkas perkara termasuk di dalamnya legal

standing para pihak, apabila dilihat oleh Majelis Hakim terdapat kekurangan

dalam hal administrasi maupun berkas perkara, Majelis Hakim harus

memberitahukan dan menyarankan kepada pihak dalam hal ini Pemohon

Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat yang masih kekurangan kelengkapan

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 91: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 8 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

administrasi maupun berkas perkara tersebut untuk memperbaiki atau

menyempurnakan Permohonan Keberatannya sebelum memeriksa pokok

perkara;

Bahwa Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat tidak dapat

mengajukan Permohonan Keberatan yang baru terhadap tidak diterimanya

Permohonan Keberatan Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat

sebelumnya oleh karena apabila Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/

Tergugat mengajukan Permohonan Keberatan yang baru maka telah

melanggar ketentuan jangka waktu maksimal pengajuan keberatan adalah 14

hari sesuai ketentuan Pasal 56 ayat (2) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen dan Pasal 5 ayat (1) PERMA Nomor 1 tahun

2006;

Bahwa Judex Facti mengetahui ketentuan tersebut di atas seharusnya

membantu pencari keadilan dalam hal ini Pemohon Kasasi/Pemohon

Keberatan/Tergugat yang memiliki kekurangan administrasi dalam mengajukan

Permohonan Keberatan dengan memberi arahan untuk menyempurnakan

Permohonan Keberatannya tersebut;

Bahwa telah menjadi kebiasaan Majelis Hakim untuk memeriksa kembali

kelengkapan berkas administrasi perkara namun hal tersebut tidak dilakukan

oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bekasi dalam perkara a quo sehingga

dapat dikatakan bahwa Judex Facti telah lalai memenuhi syarat-syarat yang

diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan dalam hal ini Pasal 4 ayat (2)

Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman untuk

membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan

rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya

ringan dan oleh karena itu Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor

547/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN.Bks, tanggal 22 Desember 2016 sepatutnya

dibatalkan;

2. Judex Facti Diambil Dari Hasil Tipu Muslihat Yang Dilakukan Oleh Salah Satu

Pihak Dalam Pemeriksaan Sengketa;

Bahwa Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat mendasarkan

Permohonan Keberatan pada Pasal 6 ayat (3) Perma Nomor 1 Tahun 2006

tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan Terhadap Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen yang berbunyi sebagai berikut:

Keberatan terhadap putusan arbitrase BPSK dapat diajukan apabila memenuhi

persyaratan pembatalan putusan arbitrase sebagaimana diatur dalam Pasal 70

Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 92: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 9 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

Penyelesaian Sengketa, yaitu:

a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan

dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;

b. Setelah putusan arbitrase BPSK diambil ditemukan dokumen yang bersifat

menentukan yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau

c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak

dalam pemeriksaan sengketa;

Bahwa dalam Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Bekasi

Nomor 05/A/BPSK-BKS/IX/2016, tanggal 30 September 2016 telah nyata

terdapat tipu muslihat yang dilakukan oleh Termohon Kasasi/ Termohon

Keberatan/Penggugat dengan mengajukan dalil sebagaimana tertuang dalam

Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Bekasi Nomor

05/A/BPSK-BKS/IX/2016, tanggal 30 September 2016 halaman 6 Nomor 13

alinea 1 yang bunyinya sebagai berikut:

“Tuntutan tersebut sangat beralasan demi hukum sebagaimana diperkuat

Yurisprudensi tetap MARI Nomor 3416/Pdt/1985 yang kaedahnya berbunyi

bahwa “perparkiran adalah perjanjian penitipan barang. Dengan demikian,

kehilangan kendaraan atau barang berharga lainnya adalah tanggung jawab

sepenuhnya pengelola parkir”;

Bahwa hal tersebut jelas terlihat sebagai tipu muslihat yang dilakukan oleh

Termohon Kasasi/Termohon Keberatan/Penggugat dengan menambahkan

sendiri bunyi Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 3416/Pdt/1985 yang

hanya berbunyi, “perparkiran merupakan perjanjian penitipan barang”;

Bahwa hilangnya kendaraan milik konsumen dalam lingkungan parkir milik

Pelaku Usaha Parkir jelas berbeda dengan hilangnya barang berharga yang

disimpan oleh Konsumen dalam kendaraan yang dititipkan kepada Pelaku

Usaha Parkir karena “barang” yang dititipkan oleh Konsumen kepada Pelaku

Usaha Parkir sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 3416/Pdt/1985

adalah kendaraan, tidak termasuk barang apapun yang berada di dalam

kendaraan yang jelas-jelas tidak diketahui oleh pelaku usaha parkir dan tidak

beritahukan oleh konsumen itu sendiri sehingga tidak termasuk dalam obyek

perjanjian penitipan barang;

Bahwa Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat telah memberikan

himbauan sebagaimana menjadi Pertimbangan Majelis Arbitrase BPSK dalam

Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Bekasi Nomor

05/A/BPSK-BKS/IX/2016, tanggal 30 September 2016 halaman 13 terhadap

pengguna jasa parkir berupa rambu himbauan yang salah satunya berbunyi

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 93: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 10 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

“Segala kehilangan dan kerusakan barang-barang di dalam kendaraan menjadi

tanggung jawab pemilik kendaraan, tidak ada penggantian dalam bentuk

apapun”;

Bahwa himbauan tersebut di atas telah jelas menghilangkan tanggung jawab

Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat sebagai Pelaku Usaha

Perparkiran dan bukanlah merupakan Klausula Baku seperti yang disampaikan

dalam Pertimbangan Judex Facti/Majelis Arbitrase BPSK dalam Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Bekasi Nomor 5/A/BPSK-BKS/IX/2016

tanggal 30 September 2016 karena Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/

Tergugat dalam hal ini PT Nusapala Parkir merupakan Perusahaan yang

bergerak dalam usaha jasa perparkiran yang meliputi pengelolaan perparkiran

kendaraan, penyediaan perlengkapan usaha perparkiran dan konsultasi bidang

parkir dimana dalam usaha jasa pengelolaan perparkiran kendaraan yang

menjadi obyek dari usaha tersebut adalah kendaraan yang diparkir dalam

lingkungan parkir milik Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat

sehingga sangat keliru apabila menganggap barang yang terdapat di dalam

kendaraan yang diparkir dalam lingkungan parkir Pemohon Kasasi menjadi

tanggung jawab Pemohon Kasasi;

Bahwa barang-barang di dalam kendaraan adalah menjadi tanggung jawab

pemilik kendaraan, Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat tidak

bertanggung jawab terhadap barang-barang yang disimpan di dalam kendaraan

oleh pemilik kendaraan dan hal tersebut bukanlah klausula baku, melainkan

Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat akan sangat bertanggung

jawab apabila terjadi kehilangan dan atau kerusakan kendaraan konsumen;

Bahwa Judex Facti/Majelis Arbitrase BPSK dalam amar Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Bekasi Nomor 05/A/BPSK-

BKS/IX/2016, tanggal 30 September 2016 menghukum Pemohon Kasasi/

Pemohon Keberatan/Tergugat untuk membayar kerugian materiil yang diderita

Termohon Kasasi/Termohon Keberatan/Penggugat akibat pencurian di dalam

area parkir yang dikelola oleh Pemohon dahulu sebagai Tergugat sebesar

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) secara tunai di depan Majelis BPSK

Kota Bekasi;

Bahwa Judex Facti sangat tidak berdasar dalam membuat amar putusan

dikarenakan Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat selaku pelaku

usaha perparkiran hanya bertanggung jawab terhadap kendaraan Termohon

Kasasi/Termohon Keberatan/Penggugat, tidak termasuk barang yang berada di

dalam kendaraan, oleh karena hal tersebut seharusnya Pemohon

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 94: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 11 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

Kasasi/Pemohon Keberatan/Tergugat bertanggung jawab hanya terhadap

kerusakan kendaraan Termohon sesuai kerugiaan materiil yang diderita

Termohon Kasasi/Termohon Keberatan/Penggugat dengan memberikan ganti

rugi biaya perbaikan kendaraan sesuai dengan kwitansi perbaikan kendaraan

yang telah diberikan oleh Termohon Kasasi/Termohon Keberatan/Penggugat

(P-2, P-3, P-4) sejumlah Rp1.083.496,00 (satu juta delapan puluh tiga ribu

empat ratus sembilan puluh enam rupiah);

Bahwa oleh karena adanya tipu muslihat yang dilakukan oleh Termohon

Kasasi/Termohon Keberatan/Penggugat tersebut telah mendorong Judex

Facti/Majelis Arbitrase BPSK yang memeriksa, mengadili, dan memberikan

putusan dalam Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Bekasi

Nomor 05/A/BPSK-BKS/IX/2016, tanggal 30 September 2016 untuk

memutuskan bahwa kehilangan barang berharga yang disimpan dalam

kendaraan pengguna jasa perparkiran (Termohon) dan dititipkan kepada pelaku

usaha parkir (Pemohon) turut menjadi tanggung jawab pelaku usaha parkir

dalam hal ini Pemohon maka sudah sepatutnya putusan tersebut dibatalkan;

Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah

Agung berpendapat:

bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah

meneliti secara saksama memori kasasi tanggal 13 Januari 2017 dan kontra

memori kasasi tanggal 22 Februari 2017 dihubungkan dengan pertimbangan Judex

Facti, dalam hal ini Pengadilan Negeri Bekasi tidak salah menerapkan hukum

dengan pertimbangan sebagai berikut:

Bahwa alasan-alasan tersebut berisi pokok perkara yang belum

dipertimbangkan oleh Judex Facti sehingga tidak relevan, karena itu harus ditolak;

Lagi pula putusan Judex Facti tidak salah menerapkan hukum, dengan

pertimbangan sebagai berikut:

a. Bahwa sesuai Ketentuan Pasal 98 Undang Undang Perseroan Terbatas juncto

Pasal 12 dan 20 Akta Pendirian PT Nusapala Parkir pihak yang berhak

mewakili Pemohon adalah Direksi;

b. Bahwa sesuai dengan Akta Pendirian PT Nusapala Parkir, Ternyata Tuan Tito

Agung Praswoto adalah Manajer bukan Direksi PT Nusapala Parkir;

c. Bahwa karena itu telah benar sebagaimana dipertimbangkan oleh Judex Facti

bahwa Pemohon Kasasi tidak memiliki kualitas untuk mengajukan permohonan

a quo;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata

bahwa Putusan Pengadilan Negeri Bekasi Nomor 547/Pdt.Sus-BPSK/2016/PN

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 95: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 12 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

Bks, tanggal 22 Desember 2016, dalam perkara ini tidak bertentangan dengan

hukum dan/atau undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi yang

diajukan oleh Pemohon Kasasi PT NUSAPALA PARKIR tersebut harus ditolak;

Menimbang, bahwa karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/

Pemohon Keberatan ditolak, maka Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan harus

dihukum untuk membayar biaya perkara pada tingkat kasasi ini;

Memperhatikan, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang

Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor 3

Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

M E N G A D I L I:

1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT NUSAPALA PARKIR

tersebut;

2. Menghukum Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan untuk membayar biaya

perkara pada tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima ratus

ribu rupiah);

Demikian diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada hari

Senin, tanggal 15 Mei 2017 oleh Syamsul Ma’arif, S.H., LL.M., Ph.D., Hakim

Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, I

Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H., dan Sudrajad Dimyati, S.H., M.H., Hakim-

Hakim Agung, masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut

diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan

dihadiri oleh Para Hakim Anggota tersebut dan Febry Widjajanto, S.H., M.H.,

Panitera Pengganti tanpa dihadiri oleh Para Pihak.

Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,

Ttd. Ttd.

I Gusti Agung Sumanatha, S.H., M.H. Syamsul Ma’arif, S.H., LL.M., Ph.D.

Ttd.

Sudrajad Dimyati, S.H., M.H.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 96: PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49924...PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN JASA PARKIR KENDARAAN MOBIL Studi Putusan Mahkamah Agung

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Halaman 13 dari 13 hal Put. Nomor 458 K/Pdt.Sus-BPSK/2017

Panitera Pengganti,

Ttd.

Febry Widjajanto, S.H., M.H.

Biaya-biaya:1. M e t e r a i…………….. Rp 6.000,002. R e d a k s i…………….. Rp 5.000,003. Administrasi kasasi……….. Rp489.000,00

Jumlah………………........... Rp500.000,00

Untuk Salinan

MAHKAMAH AGUNG RI

Atas nama Panitera

Panitera Muda Perdata Khusus,

RAHMI MULYATI, SH.,MH

NIP. 195912071985122002

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13