16
TUGAS AKHIR MATERI UJIAN PERENCANAAN TATA RUANG DAN LINGKUNGAN (Wujud Pola Pemanfaatan Ruang yang Tidak Terkendali Di Kota Manado, Menciptakan Sumber Kemacetan Lalu- Lintas) Dosen: Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc. Dibuat oleh: Agus Budhi Prasetyo NIM. 21080110400001 Mahasiswa MIL Angkatan 27 Tahun 2010 MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

Permasalahan tata ruang Kota Manado

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Permasalahan tata ruang Kota Manado

TUGAS AKHIR

MATERI UJIAN

PERENCANAAN TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

(Wujud Pola Pemanfaatan Ruang yang Tidak Terkendali

Di Kota Manado, Menciptakan Sumber Kemacetan Lalu-Lintas)

Dosen:Prof. Ir. Eko Budihardjo, M.Sc.

Dibuat oleh:Agus Budhi PrasetyoNIM. 21080110400001

Mahasiswa MIL Angkatan 27 Tahun 2010

MAGISTER ILMU LINGKUNGANPROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANGJanuari 2011

Page 2: Permasalahan tata ruang Kota Manado

Wujud Pola Pemanfaatan Ruang yang Tidak Terkendali

Di Kota Manado, Menciptakan Sumber Kemacetan Lalu-Lintas

1. PENDAHULUAN

Dalam satu kawasan perkotaan terdapat wujud struktural dan wujud

pola pemanfaatan ruang yang direncanakan maupun yang tidak atau yang

disebut dengan tata ruang. Dan seharusnya suatu kota dikatakan berkualitas

apabila pembangunannya direncanakan dengan baik dimana wujud struktural

dan pola pemanfaatan ruang telah diatur dengan baik. Rencana ini biasanya

dituangkan dalam satu dokumen, yaitu Rencana Tata Ruang Kota (RTRK).

Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) sebetulnya merupakan alat untuk

mengendalikan pembangunan suatu kota, dimana pengendalian pemanfaatan

ruang diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap

pemanfaatan ruang. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang dibatasi lingkup

pengamatan fungsi kota sebagai tempat pemukiman dan pemusatan beberapa

jasa pelayanan pemerintah, sosial, ekonomi dan distribusinya yang didominasi

kegiatan usahanya bukan pertanian, yang meliputi wilayah daratan, lautan,

beserta wilayah angkasa  yang terkait padanya (Sugandhy, 1999). Karena itu,

tak heran kota semakin hari selalu saja mesti disoroti dan diawasi

perkembangannya, karena wilayah kota adalah wilayah yang bertumbuhnya

sangat cepat. Karena kota adalah pusat kegiatan ekonomi.

Wujud struktural pemanfaatan ruang  ini meliputi hierarki pusat

pelayanan seperti pusat kota, pusat lingkungan, pusat pemerintahan;

prasarana jalan seperti jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal; rancang

bangun kota seperti ketinggian bangunan, jarak antar bangunan, garis langit

(sky line), dan sebagainya.  Sedangkan wujud pola pemanfaatan ruang

diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat kerja, industri

dan pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan perkotaan.

Pemanfaatan ruang merupakan bagian dari suatu sistem penataan ruang,

dimana penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu

kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus

dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat

mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta

Page 3: Permasalahan tata ruang Kota Manado

mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; (ii)

tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan (iii) tidak menyebabkan

terjadinya penurunan kualitas ruang (UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang). Seringkali wujud struktural pemanfaatan ruang telah terencana dan

tertata baik, namun implementasi dalam wujud pola pemanfaatan ruang

seringkali tidak teratur rapih. Seperti yang terjadi pada wujud pola

pemanfaatan ruang kota Manado (tidak terkendali).

Kota Manado kini telah memiliki RTRK, dimana dalam dokumen ini telah

diatur dan ditata wujud struktural dan wujud pola pemanfaatan ruangnya. Ini

dilakukan agar kota Manado menjadi kawasan yang selaras dan seimbang

dalam pengembangan kehidupan manusianya serta seimbang dengan

perkembangan lingkungan. Namun, pada kenyataannya implementasi RTRK di

kota Manado terlihat tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Terutama pada wujud pola pemanfaatan ruang kota. Pengalihan fungsi ruang

terjadi di kota Manado berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan. 

Kondisi pola pemanfaatan ruang di Kota Manado saat ini menjadi sangat

tidak terkendali apalagi pola sebaran tempat kerja (kawasan komersil,

perdagangan dan jasa) dimana kawasan-kawasan ini tersebar sembarangan di

sepanjang jalan primer di kota Manado.

Gambar 1. Kawasan komersil, perdagangan dan jasa banyak terbangun secara berdekatan di sepanjang jalan primer di kota Manado, berpotensi

menyebabkan kemacetan

Seperti yang dapat dilihat di sepanjang jalan primer kota tersebut

dimanfaatkan sebagai lokasi bangunan-bangunan komersil dimana jarak

bangunan komersil satu dengan yang lain sangat berdekatan. Contoh di

sepanjang jalan Sam Ratulangi , terdapat minimarket Fiesta, kompleks

pertokoan Wanea Plaza dan beberapa toko-toko kecil dan toko penjualan ban

mobil. Ditambah lagi pusat kemacetan pasar Pinasungkulan, supermarket

Page 4: Permasalahan tata ruang Kota Manado

“Coco” dan toko-toko kecil sekitarnya serta di simpang tiga Karombasan. Saat

ini seringkali terjadi kemacetan di ruas jalan tersebut.

Gambar 2. Kemacetan di jalan Sam Ratulangi Manado (22/12/2010)

Kasus lain lagi, adanya “Cross circulation” atau sirkulasi silang di

kawasan menuju kompleks pertokoan Bahu Mall, yang menjadi biang

kemacetan. Di pasar Bahu juga menjadi pusat macet kendaraan, kemudian

jalan menuju terminal Malalayang dan sebelum sampai ke terminal tersebut,

ada kompleks pertokoan “strata tittle” Manado Square yang telah dibangun di

sana, yang juga memberikan sumbangan terhadap kemacetan kota Manado.

Apalagi, adanya suatu kegiatan di kawasan ini, akan mengundang banyak

kendaraan yang datang. Selain itu jalur tersebut terdapat rumah sakit,

kampus, dan ada beberapa sekolah dan beberapa lokasi pemukiman.

Sehingga hal tersebut akan memicu terjadinya antrian kendaraan yang

panjang, padahal jalur jalan tersebut, selain jalur kota juga merupakan  jalur

trans-sulawesi.  Artinya jalur akan menjadi jalur yang sangat sibuk.

Antrian-antrian kendaraan di daerah jalur-jalur jalan tersebut, suatu saat

akan menyatu  menjadi kemacetan yang luar biasa di kota Manado. Memang

betul, bahwa semakin berkembangnya suatu kota, tentunya akan menjadi

magnet bagi penduduk daerah lain untuk datang ke kota itu. Akibatnya, kota

akan berkembang cepat baik penduduk dan tentunya pembangunannnya. Dan

tentunya jumlah kendaraan bermotor meningkat.  Namun, kondisi semrawut

sebetulnya tidak mesti terjadi, jika perencanaan pembangunan kota tersebut

dibuat berdasarkan analisis-analisis yang baik. Juga, akan menjadi baik apabila

Page 5: Permasalahan tata ruang Kota Manado

pembangunan fisik di kota tersebut, dirancang dengan baik dan diawasi

pelaksanaannya dengan baik pula.

2. TIDAK ADA PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Perencanaan kota Manado dari para ahli tata kota terdahulu

kelihatannya cenderung meletakkan zona-zona komersil secara tidak

beraturan, tidak memperhitungkan jarak zona yang satu dengan zona lainnya,

tidak memperhitungkan kondisi jaringan jalan. Di perkuat lagi dengan tidak

ketatnya ijin-ijin yang dikeluarkan bagi pengusaha-pengusaha di sepanjang

jalan protokol kota Manado oleh Pemda dalam hal penyediaan arena parkir

bagi setiap pengusaha yang menempati jalan-jalan protokol. Kita dapat

melihat pada jam- jam sibuk sebagian jalan protokol digunakan sebagai arena

parkir kendaraan-kendaraan konsumennya. Suasana ini juga yang

memperparah kemacetan yang terjadi.

Wujud pola pemanfaatan ruang kini terlihat tidak memikirkan kapasitas

jalan serta jarak antara kawasan yang satu dengan yang lain, apalagi tidak

memikirkan sarana perparkiran. Akibatnya, kendaraan-kendaraan yang akan

menuju ke kawasan komersil ini harus diparkir di badan jalan (yang tidak

cukup lebar). Sepertinya tidak ditegaskan mengenai kebutuhan area

perparkiran. Banyak bangunan-bangunan baru yang ada di sepanjang jalan

primer di kota Manado tidak memiliki sarana parkir yang memadai. Seluruh

lahannya dibangun bangunan komersil dan ini bukan hanya pertokoan, tetapi

juga gedung pertemuan (tempat menyelenggarakan pesta, hajatan, dan lain-

lain).

Dalam RTRK tentunya tidak hanya perencanaan  dan pemanfaatan

ruang yang ada didalamnya, tetapi juga pengendalian pemanfaatan ruang.

Yang menjadi masalah di Kota Manado adalah tidak adanya pengendalian pola

pemanfaatan ruang seperti pengendalian penyebaran tempat kerja

(perkatoran, pusat perbelanjaan) dan sebaran lokasi perumahan. Apa yang

direncanakan dalam RTRK menjadi tak berfungsi lagi.  Semua yang

direncanakan dalam RTRK menjadi sia-sia, karena adanya prioritas kemauan

bagi para investor. Memang betul bahwa perekonomian kota akan bergairah

apabila banyak investor yang datang untuk menanamkan modal di kota

Manado. Tetapi perlu diingat bahwa, banyaknya penanam modal saja tidak

akan dapat memakmurkan suatu daerah jika tempat untuk menanamkan

Page 6: Permasalahan tata ruang Kota Manado

modal tak lagi layak dihuni oleh penghuninya. Itu yang mesti dipikirkan dan

menjadi dasar acuan bagi pemerintah kota.

Menurut UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Wewenang

pemerintah kota dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi

pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan

ruang wilayah kota dan kawasan strategis kota; pelaksanaan penataan ruang

wilayah kota; pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis kota; dan kerja

sama penataan ruang antar kota. Sedangkan Wewenang pemerintah kota

dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah kota meliputi perencanaan tata

ruang wilayah kota; pemanfaatan ruang wilayah kota; dan pengendalian

pemanfaatan ruang wilayah kota.

Gambar 3. Banyaknya pusat perbelanjaan yang dibangun (lahan parker di depannya mengurangi bahu jalan) menyebabkan kemacetan di jalan protokol

Kota Manado.

Akibat dari tidak berfungsi baik tugas wewenang dan tanggungjawab

Pemerintah Kota Manado, dapat dilihat secara kasat mata pada kondisi fisik

kota Manado. Salah satu dampaknya adalah antrian kendaraan yang panjang.

Selain macet dan membuat masyarakat tidak nyaman, antrian panjang

kendaraan juga akan menimbulkan polusi udara kota Manado, karena terjadi

peningkatan konsentrasi gas karbon monooksida (CO) di udara dan akan

mengakibatkan kerusakan kualitas udara kota Manado.

3. DAMPAK LINGKUNGAN KOTA YANG “SEMRAWUT” TERHADAP

MANUSIA

Semrawutnya kota Manado, berdampak negatif terhadap penghuninya.

Selain seringkali menghirup udara yang tercemar, juga akan seringkali

mengalami stress di jalan akibat macet dan panasnya udara kota Manado.

Rasanya, tak selalu dan tidak juga umum bahwa kemacetan lalu-lintas adalah

Page 7: Permasalahan tata ruang Kota Manado

pertanda suatu kota sudah maju atau sudah semakin menjadi kosmopolitan.

Malah sebaliknya, kemacetan lalu-lintas itu pertanda kota itu tidak terencana

dengan baik dan akan semakin menuju pada suatu kota yang kacau, tidak

teratur dan menjadi kota mati atau kota yang tidak berkelanjutan.

Tidak hanya kemacetan atau kepadatan lalu-lintas, yang membuat kota

Manado menjadi semrawut. Tetapi juga dengan pola pemanfaatan ruang, yang

cenderung menumpuk di satu sisi dan menjadi padat bangunan. Kawasan-

kawasan tertentu di kota Manado, kini cenderung menuju pada situasi yang

berkondisi  padat bangunan, padat penduduknya dan padat kendaraan. Situasi

ini akan berdampak pada persepsi manusia terhadap lingkungannya. Akibat

dari situasi ini persepsi kepadatan dan kesesakan (crowding) akan menjadi

respon subyektif manusia terhadap ruang yang sesak yang mereka temui. Ini

pulalah yang disebut dengan persepsi lingkungan yang dihasilkan oleh

manusia.

Dari beberapa penelitian yang dilakukan Calhoun (dalam buku Psikologi

Lingkungan, Sarlito Wirawan, 1992) pada hewan (tikus) terutama pada

pengamatan pengaruh kesesakan atau kepadatan terhadap proses reproduksi

dan tingkah laku (terlepas dari pengaruh sosial budaya), bahwa ternyata tikus-

tikus itu menunjukkan tingkah laku aneh (behavioral sink). Keanehan tersebut

nampak pada tikus-tikus betina yang tidak bisa mengandung atau membuat

sarangnya acak-acakan, mati sebelum melahirkan dan tidak bisa menjaga

anak-anaknya sehingga 96% anak tikus mati sebelum disapih. Tikus-tikus

jantan menampakkan keanehan tingkah laku itu dengan tidak bernafsunya

berhubungan kelamin dengan betina, atau berhubungan kelamin dengan

betina di bawah umur atau dengan sesama jantan. Juga timbul tingkah laku

yang agresif yang berlebihan, kanibalisme, menyendiri, hanya mau makan jika

yang lain tidur.

Sejalan dengan hasil-hasil penelitian pada hewan, berbagai

penelitianpun telah dilakukan pada manusia dan manusiapun menunjukkan

tingkah laku yang menyerupai behavioral sink sebagai akibat dari kepadatan

atau kesesakan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Holahan, dia

mencatat beberapa gejala yang manusia. Kepadatan dan kesesakan

memberikan dampak pada penyakit dan patologi sosial, juga pada dampak

pada tingkah laku sosial dan pada hasil usaha dan suasana hati.

Reaksi fisiologik seperti meningkatnya tekanan darah, penyakit fisik

seperti psikosomatik (gangguan pencernaan, gatal-gatal) adalah reaksi yang

Page 8: Permasalahan tata ruang Kota Manado

ditunjukkan manusia. Juga dampak terhadap patologi sosial, seperti 

meningkatnya kejahatan, bunuh diri, penyakit jiwa dan kenakalan remaja.

Dampak kesesakan dan kepadatan terhadap tingkah laku sosial seperti agresi,

menarik diri dari lingkungan sosial, berkurangnya tingkah laku monolog dan

kecenderungan lebih banyak melihat sisi jelek dari orang lain jika terlalu lama

tinggal bersama orang lain di  tempat yang padat atau sesak. Dampak

terhadap hasil  usaha atau prestasi kerja menurun dan suasana hati (mood)

cenderung lebih menurun. Ini semua adalah tingkah laku aneh yang

dipaparkan oleh manusia-manusia yang hidup di suatu kawasan yang sesak

dan padat yang secara keseluruhannya terlihat semrawut.

Dampak dari menurunnya kualitas lingkungan kota tersebut tidak terjadi

jika Pemerintah Kota Manado dapat bertindak tegas dan berpikiran maju ke

depan dalam memproses ijin-ijin lokasi di kota Manado dan aktif mengawasi

pembangunan fisik yang dilakukan di seluruh kota Manado, Pemerintah Kota

Manado tidak menutup mata dengan kenyataan yang sudah jelas diketahui

yaitu rusaknya estetika kota Manado. Pemerintah Kota Manado untuk dapat

lebih menjadikan dokumen-dokumen “guidelines” untuk mengelola kota

Manado seperti RTRK sebagai acuan dari semua kegiatan, agar hasilnya bisa

saling berhubungan dan tidak mubasir (tenaga dan uang). Beberapa hal

tersebut diharapkan dapat menjadikan kota Manado, kota yang bakal banjir

pujian (tulus), bukan kota semrawut yang banjir hujatan, minimal dari

masyarakatnya sendiri.

4. ALTERNATIF KOTA EKOLOGIS UNTUK MENGEMBALIKAN ESTETIKA

LINGKUNGAN KOTA MANADO

Kota yang secara ekologis dikatakan kota yang sehat. Artinya adanya

keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan

kelestarian lingkungan. Pengertian yang lebih luas ialah adanya hubungan

timbal balik antara kehidupan kota dengan lingkungannya. Secara mendasar

kota bisa dipandang fungsinya seperti suatu ekosistem. Ekosistem kota

memiliki keterkaitan sistem yang erat dengan ekosistem alami.

Kota Ekologis dapat diwujudkan dalam bentuk program-program yang

bertujuan untuk mencapai ‘kota hijau’. Program kota hijau merupakan

program yang menyatakan perlunya kualitas hidup yang lebih baik serta

kehidupan yang harmonis dengan lingkungannya bagi masyarakat kota.

Program-program kota hijau diantaranya tidak hanya terbatas untuk

Page 9: Permasalahan tata ruang Kota Manado

mengupayakan penghijauan saja akan tetapi lebih luas untuk membangun

transportasi yang berkelanjutan, memperluas proses daur ulang,

memberdayakan masyarakat, mendukung usaha kecil dan kerjasama sebagai

tanggung jawab sosial, memperluas partisipasi dalam perencanaan untuk

keberlanjutan, menciptakan seni dan perayaan yang bersifat komunal,

memugar tempat tinggal liar.

Keindahan (estetika), adalah satu hasil proses memaknai objek yang

ada di sekitar tempat manusia hidup. Estetika lingkungan adalah hasil dari

persepsi dan sikap manusia terhadap lingkungannya. Estetika lingkungan

merupakan bagian atau komponen yang penting yang menentukan kualitas

tata ruang kota. Menurut Sugandhy (1999) estetika lingkungan itu terwujud

setidaknya dalam bentuk: (1) terjaganya arsitektural bangunan serta

kesesuaian dengan lingkungan sekitar atau bentang alam serta ketinggian

bangunan; (2) terbinanya landscaping dengan adanya pepohonan di setiap

lingkungan perumahan dan kawasan kegiatan sesuai dengan ekosistem

wilayah; (3) lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan kebisingan.

Pohon selain sebagai elemen kota yang bermanfaat menyerap CO2 dan

mengeluarkan O2 dan juga menjaga tata air tanah di kota, melalui fungsi akar-

akar pohon yang menjaga cadangan air tanah di kawasan perkotaan, juga

berfungsi sebagai elemen estetika. Penataan pepohonan di kawasan

perkotaan, dapat memberikan pola landscap kota. Sebagai unsur pembatas,

misalkan pohon pinus menjadi pembatas antara pemukiman dan jalan raya.

Juga sebagai elemen pembatas kawasan satu dengan kawasan lainnya. Dan

secara keseluruhan, apabila setiap rumah atau bangunan memiliki pohon,

maka suasana landscape kota akan terlihat teratur dan sejuk tentunya.

Adanya tanaman di kota selain sebagai pengendali iklim, juga mampu

memberikan nilai estetis dan menambah kualitas lingkungan perkotaan

(Budihardjo, 2009).

Page 10: Permasalahan tata ruang Kota Manado

Gambar 4. Contoh Taman Kota, yang dapat diterapkan di Kota Manado, sehingga mampu menambah kenyamanan dan dapat mengurangi penurunan

kualitas lingkungan akibat kemacetan lalu lintas.

Secara umum, landscape kota Manado belum tertata dengan baik dan

indah. Jumlah pohon yang ditanam masih bisa dihitung dan belum

memberikan arti terhadap bentang alam (landscape) kota Manado. Padahal,

kota Manado memerlukan rekayasa iklim sebab kota ini sangat panas dan

tidak nyaman bagi pejalan kaki dan seringkali panasnya menurunkan stamina

pejalan kami.

Apalagi masyarakat di kota Manado cenderung tidak ingin memiliki

ruang-ruang terbuka yang ditanami pohon. Kalaupun ada pohon, cenderung

ingin ditebangnya agar tidak mengotori halaman rumah. Cenderung ruang

terbukanya ditutup dengan concrete (beton). Akibatnya, suasana di

lingkungan pemukiman menjadi terasa panas dan tidak ada pepohonan yang

me-reduce (mengurangi) cahaya matahari yang masuk ke rumahnya. Dan

yang paling bahaya adalah mulai berkurangnya cadangan air tanah, akibat tak

ada lagi ruang untuk penyerapan air tanah, karena meningkatnya lahan

terbangun (kawasan pertokoan dan komersiil lainnya). Sehingga apabila hujan

datang, air hujan tak terserap ke dalam tanah malah terbuang percuma dan

mengakibatkan banjir di lingkungan perkotaan dan jika kita lihat hampir di

seluruh kota Manado (dataran yang rendah) sudah ketimpa banjir saat hujan

lebat. Banjir tersebut seringkali menambah antrian kendaraan (macet) di

beberapa ruas jalan.

Adanya Taman kota selain memberikan nafas kesejukan juga mampu

menumbuhkan perasaan nyaman. Taman secara sosio-psikologis mampu

meredam kebisingan warga kota akibat kemacetan lalu lintas, yang kemudian

pada gilirannya dapat mengurangi tindak kriminalitas kota (Hadi, 2001).

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan

dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Kebisingan di kota Manado

terjadi di jalan Arnold Mononutu, jalan yang menuju ke pasar Pinasungkulan

pada saat terjadi kemacetan yang panjang dan dalam waktu yang lama.

Kendaraan-kendaraan yang antri selain mengeluarkan asap-asap dari

kendaraannya, juga menghasilkan bunyi secara serentak dan dalam waktu

yang cukup lama. Kondisi ini sangat menganggu lingkungan pemukiman yang

ada di kawasan itu.

Page 11: Permasalahan tata ruang Kota Manado

Belum lagi kebisingan yang dihasilkan oleh kegiatan pasar plus terminal

itu, suara-suara gaduh yang terdengar dari pasar membuat gangguan bising

bagi lingkungan pemukiman di daerah ini. Jika diamati, pembangunan sarana

pelayanan jasa bagi masyarakat di kota Manado, selalu berada dekat

pemukiman penduduk, sehingga efeknya bisingnya saat ini mulai menganggu

kenyamanan masyarakat di lingkungan pemukimannya. Seharusnya,

lingkungan pemukiman jauh dari gangguan kebisingan, sehingga

masyarakatnya merasa memiliki ruang yang nyaman untuk hidup.

Kondisi seperti ini juga dapat diminimalkan jika saja setiap bangunan

komersiil yang dibangun mengacu kepada konsep bangunan ekologis, yaitu

suatu pendekatan desain yang menempatkan arsitektur (termasuk bangunan

dan lingkungannya) sebagai bagian dari ekosistem yang tanggap dan bekerja

sama dengan komponen ekosistem lainnya, baik manusia, iklim, maupun flora

dan fauna.

Upaya menghadirkan ruang-ruang kota yang memiliki bangunan-

bangunan yang serasi, memiliki ruang terbuka hijau yang terbina baik,

memiliki masyarakat yang berbudaya menanam pohon, tidak memiliki

sumber-sumber yang menghasilkan bau dan bising, diharapkan dapat

meningkatkan kualitas ruang kota Manado secara keseluruhan, dan akan

memberikan kenyamanan dan pengalaman visual yang baik dan indah bagi

masyarakat kota Manado.

5. PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Kemacetan yang terjadi Kota Manado akibat adanya pembangunan

kawasan komersiil. Kawasan tersebut dibangun secara tidak beraturan,

tidak memperhitungkan jarak zona yang satu dengan zona lainnya,

tidak memperhitungkan kondisi jaringan jalan. Sehingga untuk mengatasi

akibat tersebut diperlukan pengendalian pemanfaatan ruang agar sesuai

dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado. Pengendalian tersebut

mengandung pengertian dilakukannya pemantauan dan penertiban, serta

pelaksanaan pemberian perijinan.

Pemantauan adalah usaha atau tindakan mengamati, mengawasi, dan

memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan yang

tidak sesuai dengan RTRW. Usaha mengamati, mengawasi, dan memeriksa

perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan tersebut merupakan kewajiban

Page 12: Permasalahan tata ruang Kota Manado

perangkat Pemerintah Daerah sebagai kelanjutan dari temuan pada proses

pelaporan. Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan pelaksanaan hak dan

kewajiban masyarakat untuk berperan serta dalam pemantauan tata ruang.

Penertiban merupakan tindakan pengenaan sanksi atas semua

pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan

RTRW. Bentuk sanksi yang dikenakan adalah sanksi administratif, sanksi

perdata, dan sanksi pidana. Pengenaan sanksi dilakukan berdasarkan

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Sanksi administrasi, dapat berupa tindakan pembatalan ijin dan

pencabutan hak. Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang

berakibat pada terhambatnya pelaksanaan program pemanfaatan ruang.

Sanksi administratif merupakan sanksi yang dikenakan terlebih dahulu

dibandingkan sanksi-sanksi lainnya. Dalam pemantauan pemanfaatan ruang

kemungkinan yang melakukan pelanggaran adalah pemilik persil atau lembaga

pemberi ijin (dalam hal ini diwakili oleh pejabat yang bertanggung jawab).

Sanksi yang dikenakan adalah kepada aparat pemerintah dan masyarakat

(berupa teguran, pencabutan ijin dan penghentian pembangunan).

Sanksi Perdata, dapat berupa tindakan pengenaan denda atau

pengenaan ganti rugi. Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang

yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang atau

badan hukum. Sanksi perdata dapat berupa ganti rugi, pemulihan keadaan

atau perintah dan pelarangan melakukan suatu perbuatan.

Sanksi pidana, dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan.

Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat

terganggunya kepentingan umum. Sanksi pidana dapat berupa

kurungan, denda dan perampasan barang.

SUMBER PUSTAKA

Budihardjo, Eko. 2009. Kota Berkelanjutan. Bandung: Penerbit Alumni.

Hadi, Sudharto P. 2001. Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta: GMU Press.

Sugandhy, Aca. 1999. Penataan Ruang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

Wirawan, Sarlito. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia.