41
PERSALINAN PRETERM

Persalinan Preterm

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pretrm labor

Citation preview

PERSALINAN PRETERM

ILUSTRASI KASUS

◦ Identitas Pasien

◦Nama : Ny. Lasmina

◦Usia : 34 tahun

◦ Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

◦ Agama : Islam

◦ Alamat : Kp. Rawa Doyong kel. Jatinegara, Kec. Cakung, Jakarta Timur

◦No. Rekam medis : 02-21-55-19

◦  

◦Keluhan Utama ( 04/10/2015 )

◦ Keluar darah dari jalan lahir disertai mulas-mulas sejak 8 jam SMRS.

◦ Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengaku hamil 8 bulan. HPHT : 02/02/2015 (usia kehamilan saat ini 34 minggu 2hari), TP : 09/11/2015. Kontrol kehamilan rutin (lebih dari 4 kali) di puskesmas dan bidan. Riwayat USG saat usia kehamilan 3 bulan dan 7 bulan, dikatakan janin dalam keadaan sehat. Pasien mengeluh keluar flek-flek dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS kemudian keluar darah bergumpal-gumpal disertai mulas-mulas sejak 8 jam SMRS. Keluar air-air, keputihan, dan gigi berlubang disangkal. Gerak janin aktif. Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, asma dan alergi disangkal.

◦ Riwayat Penyakit Dahulu

DM (-), Hipertensi (-), asma (-), alergi (-), jantung (-)

 

◦ Riwayat Penyakit Keluarga

DM (-), Hipertensi (-), asma (-), alergi (-), jantung (-)

 

◦ Riwayat Menarche

Usia 13 tahun, teratur, selama 5 hari, ganti pembalut 3x/hari, nyeri menstruasi (-).

Riwayat Menikah

Menikah 2x :

1. Tahun 2001

2. Tahun 2014

 

Riwayat Obstetrik

1. Tahun 2003, laki-laki, aterm, normal, di dukun, BBL tidak tahu, sehat

2. Tahun 2007, laki-laki, aterm, normal, di dukun, BBL tidak tahu, sehat

3. Hamil saat ini

Riwayat KB

KB suntik 3 bulan tahun 2007-2014

 

Keadaan Umum

◦ Kesadaran/mental : compos mentis Keadaan umum: Baik

◦ Tekanan darah : 110/70 Tinggi badan : 155

◦ Nadi : 84x/menit Berat badan : 58kg

◦ Pernapasan : 20x/menit Suhu : 36,5C

Pemeriksaan Fisik

◦ Mata : Konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-)

◦ Leher : pembesaran KGB (-)

◦ Cor/pulmo : BJ1-BJ2 tunggal, murumur (-), gallop (-)

◦ Abdomen : Membuncit sesuai usia kehamilan

◦ Ekstrimitas : Edema (-), CRT < 2 “

 

Status Obstetri

◦ TFU : 29cm, 4/5, kontraksi regular, Djj : 136dpm

 

Status Lokalis

◦ Inspeksi : V/U tenang

◦ Inspekulo : porsio licin, ostium terbuka 3cm, fluksus (+), fluor (-), valsalva (-)

◦ VT : tidak dilakukan

 

◦ USG :

BPD : 86,2

AC : 317

FL : 64

HC : 367

TCD : 44,3

ICA : 19

SDAU : 2,7

TBJ : 2250

Diagnosis

Preterm labor pada G3P2A0Hamil 34-35minggu janin presentasi kepala tunggal hidup

Rencana diagnosa

◦Observasi keadaan umum, RR, HR, BP, Djj janin dan his

◦ Cek DPL, UL, GDS, BT/CT

◦ CTG

Rencana terapi

◦ CTG kategori I tatalaksana konservatif .

◦ Pematangan paru dexametasone iv

◦ Cegah infeksi

◦ Konfirmasi NICU ada tempat

◦ Pemeriksaan Penunjang I ( 04/10/15 )

◦ HEMATOLOGI

◦ Darah Lengkap

◦ Leukosit 22.800/mm3 N : 5 – 10

◦ Hitung Jenis

◦ Neutrofil 90,8 % N : 50 -70

◦ Limfosit 6,7% N : 25 - 40

◦ Monosit 2,2 % N : 2 - 8

◦ Eosinofil 0,0 % N : 2 - 4

◦ Basofil 0,3 % N : 0 – 1

◦ Eritrosit 4,33 juta/µL N : 3,6 – 5,8

◦ Hemoglobin 10,9 g/dL N : 12 -16

◦ Hematokrit 32 % N : 35 - 47

◦ MCV 74,8 fl N : 80 - 100

◦ MCH 25,2 pg N : 26 - 34

◦ MCHC 33,6 % N : 32 - 36

◦ RDW-CV 15,1 % N : 11,5 – 14,5

◦ Trombosit 308.000/mm3 N : 150 - 440

◦ LED 50 mm N : 0 -20

◦ Hemostasis

◦ Masa Perdarahan/BT 2’ menit N : < 6

◦ Masa Pembekuan/CT 6’ menit N : < 11

◦ GDS : 153

URINE

◦ Urin Lengkap

◦ Kimia Urine

◦ Warna urin Kuning N : Kuning

◦ Kejernihan Keruh N : Jernih

◦ Berat jenis urin 1,015 N : 5,5 - 8

◦ pH urin 6 N : -

◦ Protein urin - N : -

◦ Glukosa urin - N : -

◦ Keton urin - N : -

◦ Bilirubin urin - N : -

◦ Urobilinogen urin - N : 0,1 - 1

◦ Nitrit urin - N : -

◦ Darah samar urin - N : -

◦ Leukosit esterase - N : -

◦ Mikroskopis Urine

◦ Leukosit 2 – 3 /lpb N : 3 - 5

◦ Eritrosit - N : 0 - 1

◦ Sel epitel POS + N : +

◦ Silinder granular cast - N : -

◦ Silinder hyaline - N : -

◦ Bakteri - N : -

◦ Kristal - N : -

◦ Dll - N : -

05/10/2015 pukul 01.00 WIB

S : Mules semakin sering, gerak janin aktif

O : KU : baik kesadaran : CM TD : 120/80 RR : 18 HR: 84 T: afebris

Status generalis : dbn

Status obstetric : His : 3x dlm 10’/35” , VT : porsio lunak, tipis, pembukaan 5cm, ketuban +, kepala di Hodge II

A : PK I aktif pada G3P2Hamil 34-35minggu JPKTH

P : Evaluasi kemajuan persalinan tiap 4 jam

 

05/10/2015 pukul 03.40 WIB

S : Ibu ingin meneran, gerak janin aktif

O: KU : baik kesadaran : CM TD : 120/80

RR : 18 HR: 84 T: afebris

Status generalis : dbn

Status obstetric : His : 4x dlm 10’/40” , VT : pembukaan lengkap, UUK anterior, ketuban -, kepala di Hodge III-IV

A: PK II pada G3P2Hamil34-35minggu

P: Asuhan PK II, observasi TV, His, DJJ/5 menit

05/10/2015 pukul 03.50 WIB

◦ Lahir spontan bayi laki-laki, 2200gr, PB 45cm, Apgar Score 8/9, air ketuban jernih, kontraksi baik, rupture perineum grade I dijahit hemostasis.

PEMBAHASAN

DEFINISI PERSALINAN PRETERM◦ yaitu persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20 - <37 minggu dihitung dari

hari pertama haid terakhir. Bayi yang lahir prematur memiliki berat badan lahir rendah dan hubungan antara umur kehamilan dengan berat badan lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intra uterin.

Source : Cunningham et al. 2012. Obstetri Williams.Volume 2. Edisi 23. Jakarta : EGC

EPIDEMIOLOGI◦ sekitar 5% persalinan preterm terjadi pada usia kurang dari 28 minggu (extreme

prematurity), sekitar 15% terjadi pada usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity), sekitar 20% pada usia 32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada usia 34-36 minggu (near term).

◦Diperkirakan terdapat 12.870 persalinan preterm per 1000 kelahiran di seluruh dunia (9,6%). Angka kejadian persalinan prematur di Indonesia pada taun 1983 adalah 18,5% dan pada tahun 1995 menurun menjadi 14,2%. Menurut data terakhir pada tahun 2005 jumlah persalinan prematur di Indonesia adalah 10%

Source : Oxorn, Harry. 2010. Human Labor dan Birth. 1343405.Oxorn_Foote_Human_Labor_and_Birthhttp://

MORBIDITAS◦ Anoksia 12 kali lebih sering terjadi pada bayi – bayi prematur, gangguan respirasi

menyebabkan kematian sebesar 44% pada bayi usia kurang dari 1 bulan. Jika berat bayi kurang dari 1000 gram maka angka kematian naik menjadi 74%. Karena lunaknya tulang tengkorak serta immaturitas, bayi prematur lebih rentan terhadap kompresi kepala. Perdarahan intrakranial lebih sering terjadi pada bayi prematur dibandikan dengan bayi aterm.

Source : Oxorn, Harry. 2010. Human Labor dan Birth. 1343405.Oxorn_Foote_Human_Labor_and_Birthhttp://

ETIOLOGI◦ Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang

merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks, yaitu aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu maupun janin, akibat stress pada ibu ataupun janin, inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi ascenden dari traktus genitourinari atau infeksi sistemik, perdarahan desidua, peregangan uterus patologik, kelainan pada uterus atau serviks. Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan preterm harus dicermati beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kontraksi, menyebabkan persalinan premature.

PATOFISIOLOGIIndikasi Medis dan Obstetris

◦ Preeklampsia, distress janin, kecil masa kehamilan, dan solusio plasenta merupakan indikasi paling umum atas intervensi medis yang mengakibatkan persalinan preterm. Penyebab lain yang kurang umum adalah hipertensi kronik, plasenta previa, perdarahan tanpa sebab yang jelas, diabetes, penyakit ginjal, isoimunisasi RH, dan malformasi kongenital

Source : Cunningham et al. 2012. Obstetri Williams.Volume 2. Edisi 23. Jakarta : EGC

Ketuban Pecah Dini Preterm

◦Didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum persalinan dan sebelum usia kehamilan 37 minggu, ketuban pecah dini prematur dapat disebabkan oleh beragam mekanisme patologis termasuk infeksi intraamnion. Faktor lain yang terlibat adalah indeks massa tubuh yang rendah krang dari 19,8, kurang gizi, dan merokok. Wanita dengan riwayat ketuban pecah dini preterm sebelumnya memiliki resiko yang tinggi terjadinya rekurensi pada kehamilan berikutnya. Namun kebanyakan kasus ketuban pecah preterm terjadi tanpa faktor resiko.

Source : Cunningham et al. 2012. Obstetri Williams.Volume 2. Edisi 23. Jakarta : EGC

Persalinan Kurang Bulan Spontan

◦ Persalinan kurang bulan spontan dikaitkan dengan beberapa hal, yaitu withdrawal progesteron, inisiasi oksitosin, dan aktivitas desidua.

Teori withdrawal progesteron menjelaskan bahwa semakin mendekati proses persalinan,

sumbu adrenal janin menjadi lebih sensitif terhadap adrenokortikotropik sehingga meningkatkan sekeresi kortisol.

Kortisol janin merangsang aktivitas 17-α hidroksidase plasenta sehingga mengurangi sekresi progesteron dan meningkatkan produksi estrogen.

Kondisi ini menyebabkan peningkatan pembentukan prostaglandin yang memicu persalinan preterm (Goldenberg et al, 2008).

Pada kasus persalinan preterm, aktivasi desidua tampaknya muncul pada kauss perdarahan intrauterin atau infeksi intrauteri

Infeksi Intra Uterin

◦ Infeksi intra uterin merupakan salah satu penyebab terjadinya persalinan preterm.  

Ada beberapa jalur yang dapat menyebabkan masuknya bakteri ke dalam uterus:

- Bakteri dapat berasal dari migrasi dari kavum abdomen melalui tubafallopi,

- infeksi dari jarum amnionsintesis yang terkontaminasi, secara hematogen melalui plasenta

- melalui serviks dari vagina

Pada persalinan preterm dengan membran yang utuh bakteri yang paling banyak ditemukan adalah :

- Ureaplasma urealitycum

- Mycoplasma hominis

- Gardnerella vaginalis

- Peptostretococcus

- spesies bakterioides (Franklin, 2000).

Organisme yang sering berhubungan dengan infeksi saluran genital pada wanita tidak hamil Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis, jarang ditemukan dalam uterus sebelum pecah ketuban, sedangkan bakteri yang sangat sering berhubungan dengan korioamnionitis dan infeksi janin setelah pecah ketubah, group B streptococci dan Escherichia coli, hanya ditemukan kadang-kadang.

◦ kebanyakan bakteria yang ditemukan dalam uterus dalam hubungannya dengan persalinan prematur berasal dari vagina. Bakteri dari vagina menyebar secara ascendens pertama kali ke dalam ruang koriodesidua. Pada beberapa wanita, organisme ini melewati membran korioamniotik yang intak ke dalam cairan amnion, dan beberapa fetus akhirnya menjadi terinfeksi.

Invasi bakteri pada rongga koriodesidua, menyebabkan pelepasan endotoksin dan eksotoksin

mengaktivasi desidua dan membran janin untuk menghasilkan sejumlah sitokin, termasuk including tumor necrosis factor, interleukin-1, interleukin-1ß, interleukin-6, interleukin-8,

dan granulocyte colony-stimulating factor

Selanjutnya, cytokines, endotoxins, dan exotoxins merangsang sistesis dan pelepasan prostaglandin dan juga mengawali chemotaxis, infiltrasi, dan aktivasi neutrofil.

Prostaglandin merangsang kontraksi uterus sedangkan metalloprotease menyerang membran korioamnion yang menyebabkan pecah ketuban. Metalloprotease juga

meremodeling kolagen dalam serviks dan melembutkannya (Franklin, 2000).

Perdarahan Desidua (Desidual Hemmorrage/thrombosis)

Perdarahan desidu dapat menyebabkan persalinan preterm. Lesi vaskuler dari plasenta biasanya dihubungkan dengan persalinan preterm dan ketuban pecah dini. Lesi plasenta dilaporkan terjadi pada 34% wanita dengan persalinan preterm. Lesi ini dapat dikarakteristikkan sebagai kegagalan transformasi fisiologis dari arteri spiralis, atherosis, dan trombosis arteri ibu atau janin. Diperkirakan mekanisme yang menghubungkan lesi vaskuler dengan persalinan preterm adalah iskemi uteroplasenta. Meskipun patofisiologinya belum jelas tetapi trombin diduga memegang peranan utama (Rima, 2010).

◦ Beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai ancaman persalinan preterm :

a. Usia kehamilan antara 20 dan 37 minggu atau 140 dan 259 hari.

b. Kontraksi uterus (his) yang teratur yaitu berulang 7-8 kali atau 2-3 kali dalam 10 menit.

c. Merasakan gejala seperti kaku di perut, menyerupai rasa kaku seperti menstruasi, rasa tekanan intrapelvik, nyeri punggung bawah (low back pain).

d. Mengeluarkan lendir bercampu darah pervaginam.

e. Pemeriksaan dalam menunjukkan serviks telah mendatar 50-80%, atau telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm.

f. Selaput amnion sering kali telah pecah.

g. Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina ischiadika (Cunningham, 2012).

Kriteria lain yang diusulkan oleh American Academy of Pediatrics dan The American College of Obstreticians and Gynecologists, adalah sebagai berikut :

a. Kontraksi yang terjadi 4 kali dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60 menit dan perubahan progresif pada serviks.

b. Dilatasi serviks lebih dari 1 cm.

c. Pendataran serviks sebesar 80% atau lebih.

Penatalaksanaan

Manajemen persalinan perterm meliputi (P.O.G.I, 2011):

1. Tirah baring (Bedrest)

2. Hidrasi dan sedasi

3. Pemberian tokolitik

4. Pemberian steroid

5. Pemberian antibiotik

6. Emergency Cerclage

7. Perencanaan persalinan

1. Tirah baring (bedrest)

Kepentingan istirahat rebah disesuaikan dengan kebutuhan ibu, namun secara statistik tidak terbukti dapat mengurangi kejadian kurang bulan secara statistik (P.O.G.I, 2011).

 

2. Hidrasi dan sedasi

Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk mencegah persalinan preterm, karena sering terjadi hipovolemik pada ibu dengan kontraksi premature, walaupun mekanisme biologisnya belum jelas. Preparat morfin dapat digunakan untuk mendapatkan efek sedasi (P.O.G.I, 2011).

3. Pemberian tokolitik

Tokolitik akan menghambat kontraksi myometrium dan dapat menunda persalinan. Berikut adalah alasan pemberian tokolitik pada persalinan preterm (Sarwono, 2010) :

a. Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.

b. Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir surfaktan paru janin.

c. Memberi kesempatan trasnfer intrauterin pada afsilitas yang lebih lengkap.

d. Optimalisasi personel.

Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis :

a. Nifedipin

Nifedipin adalah antagonis kalsium diberikan per oral. Dosis inisial 20 mg, dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai 48 jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi yang dapat terjadi adalah sakit kepala dan hipotensi (P.O.G.I, 2011).

Antagonis kalsium merupakan relaksan otot polos yang menghambat aktivitas uterus dengan mengurangi influks kalsium melalui kanal kalsium yang bergantung pada 19 voltase. Terdapat beberapa kelas antagonis kalsium, namun sebagian besar pengalaman klinis adalah dengan nifedipin.

Nifedipin diabsorbsi cepat di saluran pencernaan setelah pemberial oral ataupun sublingual. Konsentrasi maksimal pada plasma umumnya dicapai setelah 15-90 menit setelah pemberian oral, dengan pemberian sublingual konsentrasi dalam plasma dicapai setelah 5 menit pemberian

Magnesium sulfat

◦ Magnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yang diberikan secara parenteral. Dosis awal 4-6 gr IV diberikan dalam 20 menit, diikuti 1-4 gram per jam tergantung dari produksi urin dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik, berikan kalsium glukonas 1 gram secara IV perlahan-lahan (P.O.G.I, 2011).

Beta2-sympathomimetics

◦ Saat ini sudah banyak ditinggalkan. Preparat yang biasa dipakai adalah ritodrine, terbutaline, salbutamol, isoxsuprine, fenoterol and hexoprenaline. Contoh: Ritodrin (Yutopar) Dosis: 50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. Dimulai dengan 10 tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menit sampai kontraksi uterus hilang. Infus harus dilanjutkan 12 — 48 jam setelah kontraksi hilang. Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan satu tablet (10 mg) setiap 8 jam setelah makan. Nadi ibu, tekanan darah dan denyut jantung janin harus dimonitor selama pengobatan (Hadrians, 2007).

◦ Kontra indikasi pemberian adalah penyakit jantung pada ibu, hipertensi atau hipotensi, hipertiroidi, diabetes dan perdarahan antepartum. Efek samping yang dapat terjadi pada ibu adalah palpitasi, rasa panas pada muka (flushing), mual, sakit kepala, nyeri dada, hipotensi, aritmia kordis, edema paru, hiperglikemi, dan hipoglikemi. Efek samping pada janin antara lain ft.tal takhikardia. Inpoglikemia, hipokalemi, ileus dan hipotensi (Hadrians, 2007).

Progesteron

◦ Progesteron dapat mencegah persalinan preterm. Injeksi alpha-hi.drax-ffirogesterone caproate menurunkan persalinan pretern berulang. Dosis 250 mg (1 mL) im tiap minggu sampai 37 minggu kehamilan atau sampai persalinan. Pemberian dimulai 16-21 minggu kehamilan (P.O.G.I, 2011)

4. Pemberian Steroid

◦ Pemakaian kortikosteroid dapat menurunkan kejadian RDS. kematian neonatal dan perdarahan intraventrikuler.

◦ Dianjurkan pada kehamilan 24 — 34 minggu, namun dapat dipertimbangkan sampai 36 minggu.Kontra indikasi : infeksi sistemik yang berat, (tuberkulosis dan korioamnionitis).

◦ Betametason merupakan obat terpilih, diberikan secara injeksi intramuskuler dengan dosis 12 mg dan diulangi 24 jam kemudian. Efek optimal dapat dicapai dalam 1 - 7 hari pemberian, setelah 7 hari efeknya masih meningkat. Apabila tidak terdapat betametason, dapat diberikan deksametason dengan dosis 2 x 6 mg intramuskuler per hari selama 2 hari (P.O.G.I, 2011).

5. PEMBERIAN ANTIBIOTIK

◦ Pada ibu dengan ancaman persalinan preterm dan terdeteksi adanya vaginosis bakterial, pemberian klindamisin ( 2 x 300 mg sehari selama 7 hari) atau metronidazol ( 2 x 500 mg sehari selama 7 hari). atau eritromisin (2 x 500 mg sehari selama 7 hari) akan bermanfaat bila diberikan pada usia kehamilan minggu (P.O.G.I, 2011).  

6. EMERGENCY CERCLAGE

◦Di negara maju telah dilakukan emergency cerclage pada ibu hamil dengan pembukaan dan pendataran serviks yang nyata tanpa kontraksi. Secara teknik hal ini sulit dilakukan dan berisiko untuk terjadi pecah ketuban (P.O.G.I, 2011).

7. Perencanaan Persalinan

◦ Persalinan preterm harus dipertimbangkan kasus perkasus, dengan mengikutsertakan pendapat orang tuanya. Untuk kehamilan <32 minggu sebaiknya ibu dirujuk ke tempat yang mempunyai fasilitas neonatal intensive care unit (NICU).. Kehamilan 24- 37 minggu diperlakukan sesuai dengan risiko obstetrik lainnya dan disamakan dengan aturan persalinan aterm. Tidak dianjurkan forsep atau episiotomi elektif (P.O.G.I, 2011).

KOMPLIKASIKomplikasi pada ibu :

◦ Pada ibu setelah persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi sehingga menyebabkan sepsis dan lambatnya penyenbuhan luka episiotomy.

Masalah – masalah utama jangka pendek dan jangka panjang pada berat badan bayi sangat rendah

 

Organ atau sistem

  

Masalah jangka pendek Masalah jangka panjang

Paru – paru 

Sindroma distress pernafasan, kebocoran udara, displasia bronkopulmuner, pneumoprematuritas.  

Displasia bronkopulmunore, penyakit jalan nafas reaktif, asma.

Gastrointestinal atau nutrisional

Hiperbilirubinemia, gangguan makan, necritizing enterocolitis  

Gagal tumbuh, sindroma short-bowel, kolestasis

Imunologi Infeksi nosokomial, infeksi perinatal, imunodefisiensi.  

Infeksi respiratory syncitial virus, bronkiolitis.

KOMPLIKASI PADA BAYI

Sistem saraf pusat

Perdarahan intraventrikularm leukomalasia periventrikular, hidrosefalus  

Cerebral palsy, hidrosefalus, atrofi serebral, hambatan neurodevelopmental, gangguan pendengaran

OftalmologiRetinopati prematuritas

 

Kebutaan, ablasio retina, miopia, starbismus

Kardiovaskuler

Hipotensi, paten ductus arteriosus, hipertensi pulmonal

Hipertensi pulmonal, hipertensi saat dewasa

Renal Ketidakseimbangan air dan elektrolit  

Hipertensi saat dewasa

Hematologi Anemia iatrogenik, memerlukan transfusi berulang, anemia prematuritas  

 

Endokrinologi

Hipoglikemia, kadar tiroksin rendah sementara, defisiensi kortisol  

Kelemahan regulasi glukosa, peningkatan resistensi insulin

 

PENCEGAHAN◦ Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang beruhungan dengan

persalinan preterm dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Pencegahan primer

Ditujukan kepada semua wanita, sebelum dan selama kehamilan untuk mencegah dan mengurangi resiko.

a. Pencegahan primer sebelum pembuahan dan selama kehamilan

- Memberikan pendidikan : kepada semua wanita usia reproduksi diberikan pendidikan mengenai faktor – faktor resiko persalinan preterm.

- Mengkonsumsi suplemen nutrisi

- Menghentikan konsumsi rokok

- Melakukan asuhna prenatal.

- Melakukan perawatan periodontal (Rima, 2010).

b. Pencegahan sekunder

Bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi resiko pada wanita yang diketahui memiliki faktor resiko mengalami persalinan preterm. Bentuk pencegahan sekunder antara lain, :

◦Modifikasi aktivitas ibu (tirah baring, pembatasan aktifitas kerja, tidak berhubungan seksual selama kehamilan).

◦ Pemberian sumplemen nutrisi

◦ Peningkatan perawatanbagi wanita yang beresiko

◦ Pemberian progesteron (Rima, 2010).

REFERENSI◦  

◦ Cunningham et al. 2012. Obstetri Williams.Volume 2. Edisi 23. Jakarta : EGC◦ Cubinont, H. 2011. Prevention of PretermLabour: 2011 Update on Tocolysis.Saint-luc University

Hospital : Hindawi Publishing Corporation. Journal of Pregnancy. ◦  ◦ Franklin H. Epstein. 2000. Intrauterine infection and Preterm Delivery. The New ◦ England Journal of Medicine . ◦  ◦ Goldenberg, Robert L. 2008. Epidemiology dan Causes of Preterm Birth.http://www.thelancet-

epidemiology-preterm-birt-pdf.◦  ◦ Kesuma, Hadrians dr. 2007. Obat – Obat Tokolitik dalam Bidang Kebidanan. Departemern

Obstetri dan Ginekologi Universitas Sriwijaya. RSUP Moh. Hoesin Palembang.http://digilib.unsri.ac.id/download/obat%20tokolitik.pdf.

◦  ◦ Louis J. 2010. The Enigma of Spontaneus Preterm Birth. The New England Journal of Medicine.

http://nejm0904308-spontaenus-preterm-birtf-pdf.◦  ◦ Nejad, Vida. 2008. The Association of Bacterial Vaginosis and Preterm Labor. Department of

Obstetrics and Gynaecology, Kerman University of Medical Sciences and Health Services, Kerman, Iran.http://1338 bacterial-vaginosis-nejm pdf.

◦ Novalia, Rima. 2010. Persalian Preterm. Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman. http:// 97539577/Persalinan-Preterm.

 

◦ Oxorn, Harry. 2010. Human Labor dan Birth. 1343405.Oxorn_Foote_Human_Labor_and_Birthhttp://

◦ P.O.G.I. 2011. Panduan Pengelolaan Persalianan Preterm Nasional. Bandung : Himpunan Kedokteran Fetomaternal POGI.

http://kalogisma.com/kepustakaan/pengelolaan%20persalinan%20preterm.pdf

◦ Prasmusinto, Damar dr.. 2010. Prediksi Persalinan Preterm.http://prediksipersalinanpreterm-pdf.

◦ Prawiroharjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi IV. Jakarta : P.T Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.