Upload
ngobao
View
235
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
i
PENELITIAN
PPPPPersepsi, Preferensi Dan Persepsi, Preferensi Dan Persepsi, Preferensi Dan Persepsi, Preferensi Dan Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyerilaku Masyerilaku Masyerilaku Masyerilaku MasyarararararakatakatakatakatakatDan Lembaga PDan Lembaga PDan Lembaga PDan Lembaga PDan Lembaga Penenenenenyyyyyedia Jedia Jedia Jedia Jedia Jasaasaasaasaasa
TTTTTerhadap Perhadap Perhadap Perhadap Perhadap Pembaembaembaembaembayyyyyarararararan Non an Non an Non an Non an Non TTTTTunaiunaiunaiunaiunai
Kerjasama AntaraBank Indonesia cq. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran
DenganFakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oktober 2006
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
i i
TIM PENELITITIM PENELITITIM PENELITITIM PENELITITIM PENELITI
Penanggung Jawab : Sri Hartoyo
( Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB )
Ketua : Noer Azam Achsani
Anggota Tim Ahli IPB :
1 . Rina Oktaviani
2 . Hari Wijayanto
3 . Sumedi
4 . Triana Anggraeni
5 . Heti Mulyati
6 . Samsul Hidayat Pasaribu
7 . Dyah Rukmitasari
Anggota Tim Ahli PPSK-Bank Indonesia :
1 . Hotbin Sigalingging
2 . Suarpika Bimantoro
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
iii
Kata PKata PKata PKata PKata Pengantarengantarengantarengantarengantar
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan kesehatan kepada semua tim peneliti sehingga laporan
penelitian ini dapat diselesaikan. Laporan ini berjudul ”Persepsi, Preferensi dan Perilaku
Masyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai”
Era globalisasi dan informasi yang didukung oleh pesatnya teknologi berpengaruh
sangat signifikan terhadap sistem pembayaran non tunai. Perkembangan teknologi
informasi yang demikian pesat memungkinkan munculnya berbagai instrumen
pembayaran yang inovatif, aman, efisien dan mudah digunakan oleh masyarakat. Trend
pembayaran non tunai akan meningkat pesat di masa depan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan antisipatif oleh Bank Indonesia melalui penelitian yang komprehensif
mengenai aspek-aspek yang berkenaan dengan sistem pembayaran non tunai. Penelitian
yang dilakukan ini merupakan langkah awal untuk membentuk sistem pembayaran
non tunai yang efektif, efisien dan aman dengan memotret persepsi, preferensi, dan
perilaku masyarakat dan lembaga penyedia jasa.
Secara sistematis, laporan akhir ini terdiri dari 8 (delapan) bab yaitu Bab I tentang
pendahuluan yang menerangkan latar belakang dan tujuan, Bab II tentang studi litera-
ture, Bab III menjelaskan metodologi yang digunakan dalam penelitian, Bab IV menerangkan
gambaran dari masyarakat, Bab V menjelaskan gambaran dari dunia usaha, Bab VI
menjelaskan gambaran dari perbankan, Bab VII menjelaskan potensi pengembangan
instrumen non tunai dan Bab VIII adalah kesimpulan, saran dan implikasi kebijakan.
Pada kesempatan ini, Tim Penyusun menyampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada Bapak Edi Siswanto selaku Direktur pada Direktorat Akunting dan Sistem
Pembayaran (DASP), Bank Indonesia beserta jajarannya: Ibu Dyah K Mukhijani, Bapak
Ahmad Hidayat, Bapak A Donanto H Wibowo, Bapak Himawan Kusprianto dan serta
semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dan dukungan dalam kegiatan penelitian ini.
Seluruh tim peneliti sangat menikmati suasana penelitian yang menyenangkan
serta diskusi-diskusi konstruktif yang terjadi selama jalannya penelitian. Untuk itu, sekali
lagi kami mengucapkan apresiasi yang setinggi-tingginya.
Sebagai suatu penelitian yang relatif masih baru di Indonesia, tentu saja masih
belum bisa menjawab segala permasalahan yang ada. Oleh karena itu tim peneliti
mengharapkan masukan-masukan, yang tentunya akan sangat berguna bagi penelitian
lanjutan pada masa-masa mendatang. Akhirnya, semoga laporan ini dapat dijadikan
panduan dalam memperbaiki sistem pembayaran di Indonesia menuju lesh cash society.
Bogor, Oktober 2006
Tim Penyusun
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
iv
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Executive Summary
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan instrumen pembayaran non tunai di Indonesia pada beberapa tahun
terakhir ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini diindikasikan dengan
semakin banyaknya pusat-pusat perdagangan dan berbagai jenis perusahaan yang
menerima pembayaran non tunai. Beberapa instrumen pembayaran non tunai yang
berkembang dewasa ini, selain warkat atau cek yang umumnya sudah diketahui, di
antaranya adalah kartu kredit, kartu debet, ATM, kartu prabayar, kartu klub serta e-
banking.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor perbankan masih mendominasi industri jasa
pembayaran non tunai ini. Namun demikian perusahaan-perusahaan non bank juga
sudah mulai berkembang seperti switching company, IT company dan Telco company.
Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai peran yang cukup signifikan, khususnya
pada pelayanan pembayaran dana antar nasabah antar bank yang biasanya dilakukan
melalui transfer elektronik, sistem kliring maupun melalui sistem Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Selain itu, perkembangan sistem pembayaran non tunai di luar negeri yang
semakin mengarah pada less cash society juga turut memberikan andil dalam perubahan
perilaku gaya hidup dan transaksi ekonomi para pelaku ekonomi khususnya di beberapa
kota besar di Indonesia.
Perkembangan sistem pembayaran non tunai di tanah air sebagaimana telah
diungkapkan di atas, secara teoritis maupun secara empiris tidak terlepas dari
perkembangan kegiatan perekonomian yang menghendaki efektivitas dan efisiensi
yang tinggi serta kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan
teknologi informasi yang pesat memungkinkan munculnya berbagai instrumen
pembayaran yang inovatif, aman, efisien dan mudah digunakan oleh masyarakat. Selain
itu, konvergensi antar berbagai industri seperti perbankan, telekomunikasi dan
transportasi memungkinkan adanya keterkaitan antara ketiga industri tersebut.
Berdasarkan perkembangan ekonomi dan teknologi informasi yang cukup pesat
serta perkembangan sistem pembayaran non tunai di berbagai kawasan, sudah
selayaknya Bank Indonesia (BI) mengembangkan instrumen-instrumen non tunai di
tanah air. Di samping untuk memperbanyak alternatif instumen pembayaran yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat luas, pengembangan sistem pembayaran non tunai juga
sejalan dengan tugas Bank Indonesia untuk menyediakan instrumen pembayaran yang
efisien, cepat, tepat dan aman sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 23
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
v
Tahun 1999 yang diubah menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun 2004.
Keberhasilan pengembangan sistem pembayaran non tunai tidak bisa dilepaskan
dari kesiapan masyarakat baik masyarakat umum (sebagai pengguna), dunia usaha
(sebagai penerima sistem pembayaran) maupun perbankan untuk menerima sistem
pembayaran yang relatif masih baru tersebut. Oleh karenanya, diperlukan suatu
penelitian untuk menggali informasi tentang kesiapan masyarakat serta potensi
pengembangan instrumen pembayaran non tunai sesuai dengan karakteristik
masyarakat dan karakteristik wilayah di seluruh Indonesia.
Informasi yang dikumpulkan tidak hanya mencakup aspek ekonomi, tetapi juga
aspek sosial kemasyarakatan. Informasi-informasi demikian akan sangat berguna untuk
membantu penyusunan grand design kebijakan pengembangan sistem pembayaran
non tunai yang cocok dikembangkan di Indonesia di masa-masa mendatang.
Tujuan
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui persepsi, preferensi dan
perikalu masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai sebagai basis untuk
membangun peta potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai per wilayah
di Indonesia. Secara rinci, tujuan-tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi karakteristik dan perilaku dari masyarakat umum pengguna
transaksi non tunai dan pengusaha.
2) Menjelaskan persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap sistem
pembayaran non tunai beserta kendala-kendala yang dihadapi.
3) Menganalisis faktor-faktor pembentuk dan penentu preferensi dan perilaku
masyarakat umum dan pengusaha terhadap produk instrumen pembayaran non
tunai.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberi masukan kepada Bank Indonesia
dalam rangka menyusun grand design upaya peningkatan penggunaan sistem
pembayaran non tunai. Disamping itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan informasi yang komprehensif mengenai potensi di tiap-tiap wilayah yang
bermanfaat bagi pelaku industri atau penyedia jasa sistem pembayaran non tunai dalam
melakukan perluasan kegiatannya.
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Kerangka analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 yang juga
sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian persepsi, preferensi,
dan perilaku masyarakat terhadap instrumen pembayaran non tunai di Indonesia. Secara
umum, penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu :
1. Tahap Pertama, survei pertama ditujukan kepada penggalian informasi tentang
pola persepsi, preferensi, dan perilaku pengguna jasa instrumen pembayaran non
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
vi
tunai (masyarakat dan potential marchants). Dari tahapan kegiatan ini akan
diperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah
pola umum potensi pengembangan per wilayah observasi.
2. Tahap Kedua, survei kedua dilakukan untuk klarifikasi pola umum yang dihasilkan
dari survei tahap pertama (untuk sebagian wilayah yang telah disurvei serta
beberapa wilayah baru). Hasil survei tahap kedua selanjutnya akan digunakan
sebagai dasar untuk menyusun “model potensi” pengembangan instrumen
pembayaran non tunai. Model akan dikembangkan dengan cara mencari
hubungan antara variabel potensi yang diperoleh dari data primer dengan
variabel-variabel sosial ekonomi yang disarikan dari data sekunder.
3. Tahap Ketiga, berdasarkan model potensi tersebut dilakukan pemetaan per wilayah
ke dalam berbagai tipologi, misalnya: “tinggi”, “sedang”, dan “rendah”.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. dan alur kegiatan
disajikan pada Gambar 2
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
vii
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
viii
Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan adalah data primer dengan didukung beberapa data
sekunder yang diperlukan dalam penyusunan laporan hasil penelitian. Data primer
yang diperoleh melalui survei lapang dibagi ke dalam dua tahap sebagai berikut:
1. Survei tahap pertama dilakukan untuk melihat/memotret persepsi, preferensi dan
perilaku masyarakat umum dan pengusaha terhadap penggunaan instrumen
pembayaran non tunai.
2. Survei tahap kedua akan dilakukan untuk mengklarifikasi sekaligus untuk menguji
model yang dikembangkan dari hasil survei tahap pertama. Survei akan mencakup
sebagian wilayah yang telah disurvei ditambah beberapa wilayah baru yang belum
disurvei pada tahap pertama.
Secara rinci, data yang dikumpulkan meliputi:
1. Data primer diperoleh wawancara dengan para pelaku ekonomi yang dipilih
berdasarkan metodologi purposive sampling/quota sampling. Wawancara yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai perilaku, persepsi, dan preferensi masyarakat dan pengusaha
terhadap penggunaan instumen pembayaran non tunai.
2. Data sekunder (mencakup data-data potensi ekonomi dan keuangan nasional
dan daerah) yang diperoleh dari Bank Indonesia serta berbagai dinas/instansi
teknis, perbankan nasional, Badan Pusat Statistik, Pemda, dan lembaga lain dalam
rangka identifikasi potensi dari sisi kegiatan ekonomi.
Penentuan Sampel dan Responden
Metode penentuan sampel/responden dilakukan berdasarkan purposive sampling/
quota sampling. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner kepada responden survei yaitu masyarakat umum dan pengusaha. Responden
masyarakat umum dibagi menjadi 3 (tiga) kategori:
1. Nasabah bank yang menggunakan kartu non tunai (60% dari total responden
masyarakat umum)
2. Nasabah bank yang tidak menggunakan kartu non tunai (30% dari total
responden masyarakat umum)
3. Non nasabah (10% dari total responden masyarakat umum)
Jumlah responden non-nasabah ditentukan lebih kecil dari dua tipe responden
lainnya yaitu sebesar 10%. Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin mengetahui
persepsi, preferensi dan perilaku masyakat terhadap instrumen pembayaran non tunai,
pemilihan responden tersebut didasari pertimbangan untuk menghindari bias ke bawah.
Lokasi Survei
Idealnya penelitian memiliki cakupan area yang cukup beragam dengan pemilihan
sampel didasarkan atas beberapa karakteristik wilayah yang meliputi wilayah perkotaan,
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
ix
pedesaan, daerah perbatasan serta daerah pariwisata. Dasar pemilihan wilayah tersebut
adalah untuk menangkap/memotret pola persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat
terhadap instrumen pembayaran non tunai di tiap karakteristik wilayah tadi.
Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan biaya, penelitian lebih difokuskan
pada wilayah-wilayah yang secara ekonomi relatif maju, khususnya daerah-daerah
perkotaan (kota besar dan menengah) serta daerah-daerah pariwisata. Untuk setiap
lokasi survei dipilih 2 (dua) kota yaitu ibukota propinsi dan satu kabupaten dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi cukup baik. Untuk survei tahap pertama ini wilayah
penelitian meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat (Bandung, Sumedang), Sumatera Utara
(Medan, Tebing Tinggi), Lampung (Bandar Lampung, Lampung Selatan), Bali (Denpasar,
Badung). Untuk tahap kedua penelitian meliputi wilayah DKI Jakarta, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Riau, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara
Implikasinya adalah bahwa yang dihasilkan dari penelitian ini tidak bisa
digeneralisasi untuk seluruh wilayah Indonesia, tetapi lebih kepada wilayah perkotaan.
Meskipun demikian, dari hasil survey yang dilakukan, selanjutnya akan dibangun model
untuk melihat potensi pengembangan sistem pembayaran non di seluruh wilayah In-
donesia.
III. HASIL PENELITIAN
Beberapa temuan utama penelitian ini bisa disarikan hasil penelitian berikut:
Masyarakat Umum
1) Sebagian besar responden (68 persen) sudah pernah memanfaatkan sistem
pembayaran non tunai, dan hanya sebagian kecil saja (32 persen) yang belum
pernah memanfaatkannya. Mereka yang belum memanfaatkan instrumen non
tunai sebagian besar karena belum perlu, belum mengerti prosedurnya atau
karena lokasi tempat tinggal yang masih terlayani dengan baik. Selain itu, alasan
lain yang mengemuka adalah adanya ketakutan bahwa hidup akan menjadi lebih
boros.
2) Pengalaman masyarakat dalam menggunakan instrumen non tunai bisa dikatakan
baik. Meskipun demikian ada sebagian kecil responden (21 persen) pernah
mengalami pengalaman yang buruk, diantaranya mesin ATM rusak,
ketidakakuratan transaksi atau penggunaan kartu kredit oleh orang lain.
3) Untuk memperluas penggunaan instrumen non tunai, media yang paling baik
digunakan adalah jalur teman/keluarga dan televisi. Jalur lain melalui koran, ra-
dio, maupun majalah juga bisa digunakan tetapi dampaknya relatif lebih kecil.
4) Aspek-aspek yang dipandang sangat penting oleh masyarakat adalah keamanan,
aksesibilitas dan kecepatan pelayanan. Oleh karenanya, untuk mengembangkan
sistem pembayaran non tunai di masa depan, Bank Indonesia harus memberikan
perhatian utama pada aspek-aspek tersebut.
5) Untuk pengembangan kartu prabayar, secara umum masyarakat (71 persen)
bersedia menerima instrumen tersebut, dengan mayoritas menginginkan kartu
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
x
prabayar multi fungsi. Beberapa fungsi penggunaan yang sangat diminati adalah
untuk pom bensin, super market, pembayaran tol dan layanan rumah sakit.
6) Secara umum, masyarakat pengguna instrumen non tunai didominasi oleh
responden dengan ciri-ciri (i) orang yang terbuka terhadap informasi dan
memandang instrumen non tunai sebagai satu prestise tersendiri, (ii) orang yang
memandang dirinya sebagai pelopor/panutan bagi orang lain serta (iii) orang-
orang yang memang menyukai model pembayaran non tunai.
Dunia Usaha
1) Dari keseluruhan responden dunia usaha yang disurvey (74 persen diantaranya
berbadan hukum), sebagian besar diantaranya (75 persen) belum memiliki masalah
cash handling. Temuan ini sejalan dengan kenyataan bahwa sejauh ini sebagian
besar omset mereka (82 persen) masih didominasi oleh transaksi tunai. Masalah
cash handling hanya dijumpai pada 25 persen persen perusahaan, dengan prob-
lem utama adanya selisih transaksi, masalah uang palsu serta masalah uang logam
(receh) dan kembalian.
2) Meskipun belum belum menghadapi masalah cash handling, animo dunia usaha
untuk menerima instrumen pembayaran non tunai sangat besar. Hal ini terbukti
dari kecilnya (27 persen) penolakan responden terhadap instrumen non tunai.
Penolakan mereka pun sebenarnya bukan karena tidak mau, tetapi lebih karena
ketidaktahuan serta ketiadaan infrastruktur. Dari hasil wawancara juga ditemukan
bahwa hampir semua responden dunia usaha akan bersedia menerima instrumen
pembayaran non tunai jika pemerintah (Bank Indonesia) memang akan
menerapkannya secara lebih luas.
3) Secara umum dunia usaha juga tidak banyak menghadapi pengalaman buruk
berkenaan dengan instrumen non tunai. Hanya 20 persen responden yang punya
pengalaman buruk, khususnya cek/BG kosong, jaringan rusak, penyalahgunaan
kartu kredit serta buruknya layanan bank dalam melayani klaim tagihan.
4) Diantara semua instrumen pembayaran non tunai, kartu debet adalah instrumen
yang paling disukai oleh dunia usaha. Hal ini terkait dengan kecilnya risiko yang
harus ditanggung. Bahkan beberapa responden menggolongkan pembayaran
dengan kartu debet sebagai pembayaran tunai, karena uangnya dipindahbukunan
dalam waktu yang singkat dengan proses yang otomatis.
5) Terkait dengan kartu prabayar, mayoritas dunia usaha dengan senang hati
menerima instrumen pembayaran ini. Hanya sebagian kecil saja yang belum
bersedia menerimanya karena alasan tidak tahu, belum perlu atau masih sangsi
akan kegunaannya. Untuk itu, sosialisasi lebih luas sangat diperlukan agar
masyarakat dan dunia usaha lebih paham akan hal ini. Selain kartu debet, kartu
lain yang disukai oleh dunia usaha secara berturut-turut adalah transfer bank,
cek, kartu kredit, BG, kartu belanja dan pembayaran via internet.
6) Terkait dengan biaya transaksi, mayoritas responden keberatan dengan
pengenaan biaya tersebut.
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xi
Hanya 31 persen responden yang menjawab bersedia membayar biaya transaksi.
Perbankan
1) Tingginya animo masyarakat dan dunia usaha dalam menggunakan instrumen
pembayaran non tunai ternyata juga dilihat oleh dunia perbankan. Hal ini
diindikasikan oleh kenyataan bahwa mayoritas perbankan menganggap bahwa
pertumbuhan penggunaan ATM, Kartu Debet maupun Kartu Kredit sangat tinggi.
Selain itu faktor pendorong lain yang dianggap penting adalah peningkatan trend
di masyarakat dalam menggunakan instrumen non tunai.
2) Sebaliknya, hambatan yang paling dirasakan dunia perbankan dalam
mengembangkan instrumen non tunai adalah tingginya biaya investasi. Hambatan
lainnya yang juga banyak diungkapkan adalah rendahnya permintaan dari
masyarakat. Hal ini tentu saja bertentangan dengan kenyataan yang ada di
masyarakat maupun dunia usaha. Untuk itu, diperlukan satu sosialisasi khusus
untuk menghubungkan keinginan masyarakat dengan dunia perbankan.
3) Dalam usaha untuk melakukan penetrasi seluruh instrumen non tunai, secara
umum dunia usaha memandang faktor keamanan, biaya dan akurasi sebagai aspek
yang sangat penting untuk diperhatikan.
Peta Potensi Pengembangan
Untuk melihat potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai, penelitian
ini menyusun peta potensi pengembangan yang mencakup seluruh kabupaten/kota di
seluruh wilayah Indonesia. Pengembangan peta potensi ini dirdasarkan pada faktor-
faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan masyarakat dalam menggunakan
instrumen pembayaran non tunai. Hasil analisis sebagaimana telah dikemukakan
sebelumnya, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi keputusan seseorang untuk menggunakan instrumen pembayaran non
tunai diantaranya: status responden (sebagai nasabah bank), status kredit (sebagai
pengguna kredit), tingkat pendidikan, jumlah tabungan serta jumlah pengeluaran.
Sebagai proxy terhadap faktor-faktor dominan tersebut, dipilih indikator-
indikator makro yang sesuai dan bisa menggambarkan kondisi masing-masing daerah
terkait dengan faktor-faktor dominan. Indikator-indikator terpilih dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Jumlah kantor bank yang berkaitan erat dengan variabel ”status nasabah”. Jumlah
bank dalam hal ini menggambarkan mudah/sulitnya masyarakat untuk
emmperoleh akses pelayanan perbankan. Semakin banyak kantor bank yang
tersedia, akan semakin mudah bagi masyarakat untuk menjadi nasabah bank dan
sekaligus meningkatkan potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai.
2) Total kredit yang berkaitan erat dengan variabel ”nasabah kredit” dan berkorelasi
dengan minat masyarakat untuk memperoleh kredit. Semakin tinggi kredit di
suatu kabupaten/kota, maka semakin tinggi pula potensi pengembangan sistem
pembayaran non tunai.
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xii
3) Dana pihak ketiga (DPK) yang dalam hal ini merupakan proxy langsung bagi
variabel jumlah tabungan masyarakat. Semakin tinggi tabungan masyarakat,
semakin tinggi pula potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai.
Peta potensi pengembangan akan dibuat berdasarkan variabel asal (DPK, jumlah
bank, dan kredit) serta jumlah penduduk pada tiap-tiap kabupaten/kota di seluruh
wilayah Indonesia. Tinggi rendahnya potensi pada satu kabupaten/kota akan sangat
tergantung pada skor tiap-tiap variabel untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.
Kriteria pemberian skor didasarkan pada kuartil (Q1, Q2 dan Q3) serta sebaran nor-
mal.
Khusus untuk wilayah-wilayah tertentu yang datanya tidak tersedia (karena proses
pemekaran misalnya), maka ia tidak akan disertakan ke dalam proses skoring.
Dari hasil skoring selanjutnya bisa diperoleh empat peta potensi pengembangan
sistem pembayaran non tunai yang bisa dilihat pada Lampiran 1 – Lampiran 4. Dari
gambar-gambar tersebut terdapat empat warna yang menunjukkan potensi
pengembangan sistem pembayaran non tunai pada masing-masing kabupaten/kota.
Warna-warna yang ada masing-masing menunjukkan:
1) Kuning adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi tinggi
2) Merah adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi menengah atas
3) Biru adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi menengah bawah
4) Hijau adalah kabupaten/kota dengan potensi rendah.
Dengan demikian jika pengembangan sistem pembayaran non tunai akan
dilakukan secara bertahap, maka fokus pengembangan bisa dimulai dari daerah-daerah
yang ditandai dengan warna kuning, dan selanjutnya diikuti oleh daerah-daerah yang
ditandai warna merah. Untuk daerah-daerah yang ditandai dengan warna biru dan
hijau, pengembangan bisa dilakukan belakangan mengingat potensinya tidak terlalu
besar. Keberhasilan penerapan sistem pembayaran non tunai di daerah-daerah yang
berwarna kuning dan merah yang disertai dengan sosialisasi yang memadai, diharapkan
akan mempermudah proses pengembangan di daerah yang berwarna biru dan hijau.
Secara umum dapat dikatakan bahwa potensi terbesar bagi pengembangan sistem
pembayaran non tunai berada di Pulau Jawa-Bali, sebagian Sumatera, sebagian
Kalimantan serta sebagian Sulawesi. Beberapa daerah di wilayah Papua juga memiliki
potensi yang lumayan bagus, meskipun belum sebagus daerah-daerah sebagaimana
disebutkan di atas. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.
Selain itu dengan mempertimbangkan disparitas ekonomi antar wilayah, maka
akan disusun pula peta potensi yang berbeda untuk: (1) Wilayah Jawa-Bali, (2) Wilayah
Sumatra dan (3) Wilayah lainnya di Indonesia. Untuk Jawa-Bali, potensi tertinggi ada
di Jawa Barat serta sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Untuk Sumatera,
kawasan pantai timur secara umum memiliki potensi lebih tinggi dibanding pantai
barat. Sedangkan untuk wilayah lainnya, potensi tinggi tersebar di sebagian
Kalimantan, Sulawesi, Papua serta Nusa Tenggara Barat.
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xiii
Peta potensi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
IMPLIKASI KEBIJAKAN
Dari hasil-hasil temuan survey sebagaimana telah terdahulu, ada beberapa
rekomendasi kebijakan yang bisa disampaikan:
1) Potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai ternyata cukup besar,
khususnya di perkotaan dengan ciri-ciri ekonomi dan perbankan yang cukup maju.
Hal ini bisa dilihat dari antusiasme masyarakat, baik masyarakat umum sebagai
pengguna, dunia usaha sebagai penerima instrumen pembayaran maupun dunia
perbankan. Potensi ternyata tidak hanya pada para nasabah perbankan, tetapi
juga masyarakat umum non nasabah.
2) Besarnya potensi pengembangan tidak hanya berkaitan erat dengan faktor
ekonomi dan keuangan semata, tetapi juga faktor-faktor lain seperti demografi
dan sosial budaya. Oleh karenanya, dalam pengembangan ke depan, seyogyanya
memperhatikan hal-hal yang menjadi concern masyarakat luas.
3) Untuk lebih mempercepat pengembangan sistem pembayaran non tunai, sangat
penting untuk dilakukan sosialisasi secara luas dengan menggunakan saluran atau
media yang efektif seperti jalur kerabat/teman dan TV.
4) Menyadari bahwa potensi pengembangan tiap-tiap daerah tidak merata, maka
sangat perlu untuk melakukannya secara bertahap, dengan memperhatikan peta
potensi pengembangan tiap-tiap wilayah yang direkomendasikan oleh tim peneliti.
5) Semakin meningkatnya penggunaan instrumen pembayaran non tunai tentunya
akan membawa dampak ke kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indone-
sia. Salah satu issue urgen yang harus segera diperhatikan adalah ”perlu tidaknya
redefinisi jumlah uang beredar M1 dan M2”. Selain itu, penting juga untuk melihat
dampak penggunaan instrumen non tunai terhadap variabel makro-moneter
lainnya. Untuk itu, tim peneliti merekomendasikan pelaksanaan penelitian lanjutan
yang secara khusus menelaah hal-hal krusial tersebut.
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xiv
Daftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar IsiDaftar Isi
Hal.
TIM PENELITI .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
EXECUTIVE SUMMARY ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 11.1. Latar Belakang ........................................................................................... 11.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 21.3. Tujuan ......................................................................................................... 21.4. Manfaat ...................................................................................................... 31.5. Batasan Penelitian ..................................................................................... 3
BAB II STUDI LITERATUR ................................................................................... 42.1.Persepsi, Preferensi dan Perilaku .............................................................. 4
2.1.1. Faktor Lingkungan ........................................................................... 52.1.2. Faktor Perbedaan Individu dan Faktor Psikologis .......................... 52.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen
Pembayaran Non Tunai ...................................................................... 62.2.Jenis-jenis Instrumen Pembayaran Non Tunai .......................................... 7
2.2.1. Instrumen Pembayaran Non Tunai Berbasis Warkat ...................... 82.2.2. Intrumen Pembayaran Non Tunai Berbasis Kartu
dan Berbasis Elektronik........................................................................ 82.2.3. Sistem Pembayaran Antar Bank di Indonesia dan
Peran Bank Indonesia ...................................................................... 92.3. Pengalaman Negara Lain .........................................................................10
2.3.1 Amerika Serikat................................................................................112.3.2 Austria ..............................................................................................122.3.3 Belgia ................................................................................................132.3.4. Finlandia dan Belanda .....................................................................16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................................. 173.1. Kerangka Analisis .....................................................................................173.2. Metode Pengumpulan Data ....................................................................20
3.2.1. Jenis dan Sumber Data ....................................................................203.2.2. Metode Penentuan Sampel dan Responden..................................203.2.3. Lokasi Survei ....................................................................................21
3.3. Metode Analisis Data ...............................................................................213.3.1. Analisis Deskripsi ..............................................................................213.3.2. Biplot ................................................................................................213.3.3. Logit ..................................................................................................223.3.4. Importance Performance Analysis ..................................................233.3.5. Analisis Potensi ................................................................................25
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xv
BAB IV Masyarakat Umum ............................................................................. 264.1. Karakteristik Masyarakat Umum.............................................................264.2. Persepsi dan Perilaku Terhadap Instrumen Non Tunai .........................294.3. Preferensi Masyarakat terhadap Instrumen Pembayaran Non Tunai .364.4. Analisis Psikografis ...................................................................................484.5. Harapan ke Depan ....................................................................................50
Box : Studi Kasus Kota Manado...............................................................52
BAB V Dunia Usaha......................................................................................... 635.1. Karakteristik Responden Perusahaan .....................................................635.2. Persepsi dan Perilaku Dunia Usaha terhadap Instrumen Non Tunai ....675.3. Preferensi Dunia Usaha terhadap Instrumen Non Tunai .......................715.4. Harapan ke Depan ....................................................................................75
BAB VI Perbankan ............................................................................................ 776.1. Penggunaan Instrumen Pembayaran Non Tunai Saat Ini ......................776.2. Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai Secara Umum ......86
BAB VII Potensi Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai ... 89
7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat untuk
Menggunakan Fasilitas Transaksi Non Tunai ..........................................89
7.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Untuk
Menggunakan Fasilitas Transaksi Non Tunai Secara Luas .....................91
7.3. Potensi Pengembangan Sistem Pembayaran Non Tunai........................93
BAB VIII Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan ....................................... 101
8.1. Kesimpulan .............................................................................................101
8.2. Implikasi Kebijakan .................................................................................103
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 105
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xvi
Hal.
Tabel 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunakan Instrumen
Pembayaran Non Tunai Masyarakat Amerika Serikat .............................. 12
Tabel 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan dan Penggunakan
Instrumen Pembayaran Non Tunai Masyarakat Austria ........................... 13
Tabel 2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan, Penggunaan dan
Tipe Pengguna Instrumen Kartu Debit Masyarakat Belgia ...................... 14
Tabel 2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan, Penggunaan
dan Tipe Pengguna Instrumen Kartu Kredit Masyarakat Belgia ............. 15
Tabel 2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan, Penggunaan
dan Tipe Pengguna Instrumen Kartu e-purse Masyarakat Belgia ........... 15
Tabel 2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilikan dan Penggunakan
Instrumen Pembayaran Non Tunai Masyarakat Finlandia dan Belanda.. 16
Tabel 4.1. Frekuensi Transaksi Non Tunai menurut Jenis Transaksi .......................... 34
Tabel 4.2. Penilaian terhadap Beberapa Aspek Instrumen Non Tunai ...................... 36
Tabel 4.3. Urutan Kepentingan terhadap Aspek yang Dinilai .................................. 37
Tabel 4.4. Kelemahan Instrumen Non Tunai berdasarkan Kelompok
Responden .................................................................................................... 43
Tabel 5.1. Komposisi Omset Tunai dan Non Tunai Rata-rata Per Bulan
Berdasarkan Bidang Usaha (dalam persen) ............................................... 63
Tabel 5.2. Keberadaan Masalah Cash Handling Berdasarkan Jenis Usaha ............... 65
Tabel 5.3. Proporsi Biaya Cash Handling Berdasarkan Jenis Usaha .......................... 67
Tabel 5.4. Perilaku Responden Terhadap Instrumen Pembayaran Non Tunai
Berdasarkan Jenis Usaha ............................................................................. 67
Tabel 5.5. Kesediaan Pengusaha Terhadap Instrumen Prabayar ............................... 69
Tabel 5.6. Urutan berdasarkan Keamanan Transaksi ................................................. 71
Tabel 5.7. Urutan berdasarkan Kemudahan Mencairkan .......................................... 72
Tabel 5.8. Urutan berdasarkan Kemudahan Operasional ......................................... 72
Daftar TabelDaftar TabelDaftar TabelDaftar TabelDaftar Tabel
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xvii
Tabel 5.9. Urutan berdasarkan Ketepatan Nilai Transaksi ......................................... 73
Tabel 5.10. Urutan berdasarkan Biaya Operasional ..................................................... 73
Tabel 5.11. Urutan berdasarkan Volume Transaksi ...................................................... 74
Tabel 5.12. Urutan berdasarkan Paling Disukai ............................................................ 74
Tabel 5.13 Ringkasan Urutan Preferensi Pengusaha Terhadap Instrumen
Pembayaran Non Tunai ............................................................................... 75
Tabel 6.1. Jumlah Bank menurut Instrumen yang Digunakan pada Setiap
Simpanan ...................................................................................................... 77
Tabel 6.2 Komposisi Persentase Transaksi Kartu ATM Berdasarkan Survey ............ 78
Tabel 6.3. Komposisi Persentase Transaksi Kartu Debit Berdasarkan Survey .......... 79
Tabel 6.4. Komposisi Persentase Transaksi Kartu ATM, Kartu Debet dan
Kartu ATM+Debet Menggunakan Proxy ................................................. 79
Tabel 6.5. Sebaran Wilayah dan Jenis Denominasi Penarikan Uang Tunai
Melalui ATM ................................................................................................. 80
Tabel 6.6. Bank Menurut Jaringan ATM yang Digunakan......................................... 80
Tabel 6.7. Variasi Penggunaan Jaringan Operasional ATM ....................................... 81
Tabel 6.8. Faktor Pendorong Pengembangan Produk ATM + Kartu Debet ............. 81
Tabel 6.9. Faktor Penghambat Pengembangan Produk ATM dan Kartu
Debet ............................................................................................................ 82
Tabel 6.10. Persentase Jumlah Bank Menurut Penggunaan Kartu Kredit.................. 82
Tabel 6.11. Faktor Pendorong Pengembangan Produk Kartu Kredit ......................... 82
Tabel 6.12. Faktor Penghambat Pengembangan Produk Kartu Kredit ...................... 83
Tabel 6.13 Faktor yang Menyebabkan Bank Belum Memiliki Kartu Prabayar ......... 84
Tabel 6.14. Persentase Bank yang Memiliki Rencana Mengembangkan
Kartu Prabayar ............................................................................................. 84
Tabel 6.15. Jenis Perusahaan/Merchant yang Layak Diajak Kerjasama dalam
Pengembangan Kartu Prabayar ................................................................. 85
Tabel 6.16. Kendala yang Dihadapi dalam Pengembangan Kartu Prabayar .............. 85
Tabel 6.17 Kendala dalam Penetrasi Seluruh Instrumen Pembayaran Non
Tunai Secara Umum ..................................................................................... 86
Tabel 6.18 Kendala yang Ditemui dalam Pengembangan Instrumen Non
Tunai ............................................................................................................. 87
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xviii
Tabel 6.19 Kota yang Berpotensi Tinggi untuk Pengembangan Instrumen
Non Tunai .................................................................................................... 87
Tabel 6.20 Jenis Instrumen Non Tunai yang Akan Dikembangkan ............................ 88
Tabel 6.21 Teknis Penjelasan Hak dan Kewajiban Nasabah untuk Produk
Pembayaran Non Tunai .............................................................................. 88
Tabel 7.1. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Masyarakat Dalam Menggunakan Transaksi Non Tunai ........................... 91
Tabel 7.2. Hasil Analisis Regresi Logistik Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Keinginan Masyarakat untuk
Menggunakan Transaksi Non Tunai ........................................................... 93
Tabel 7.3. Kriteria Pemberian Skor pada Tiap-Tiap Variabel ...................................... 95
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xix
Daftar GambarDaftar GambarDaftar GambarDaftar GambarDaftar Gambar
Hal.
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Preferensi, Persepsi, dan
Perilaku Masyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa Terhadap
Instrumen Pembayaran Non Tunai .......................................................18
Gambar 3.2. Alur Kegiatan Pemetaan Potensi Pengembangan Instrumen
Pembayaran Non Tunai di Indonesia ................................................... 19
Gambar 3.2. Diagram Tingkat Kepentingan dan Tingkat Pekerja .........................24
Gambar 4.1. Sebaran Responden menurut Jenis Kelamin ...................................... 26
Gambar 4.2. Latar Belakang Pendidikan Responden ...............................................26
Gambar 4.3. Distribusi Usia Responden .....................................................................26
Gambar 4.4. Pekerjaan Responden .............................................................................27
Gambar 4.5. Penghasilan Responden .........................................................................27
Gambar 4.6. Pengeluaran Responden Setiap Bulan .................................................28
Gambar 4.7. Jumlah Saving Responden.....................................................................28
Gambar 4.8. Distribusi Responden menurut Status Nasabah ................................28
Gambar 4.9. Distribusi Responden menurut Penggunaan Instrumen
Pembayaran Non Tunai ..........................................................................29
Gambar 4.10. Distribusi Responden menurut Jumlah Bank dimana
Responden menjadi Nasabah ................................................................29
Gambar 4.11 Produk Perbankan yang Dimanfaatkan ..............................................30
Gambar 4.12. Alasan Tidak Menggunakan Transaksi Non Tunai .............................30
Gambar 4.13 Pengenalan Responden terhadap Produk Instrumen
Pembayaran Non Tunai ..........................................................................31
Gambar 4.14 Persentase Responden yang mengalami Pengalaman Buruk
pada Pemanfaatan .................................................................................32
Gambar 4.15 Pengalaman Buruk yang Pernah Dialami ............................................ 32
Gambar 4.16. Responden yang Mengalami Pengalaman Buruk pada
Pemanfaatan Instrumen Pembayaran Non Tunai menurut
kelompok responden .............................................................................33
Gambar 4.17. Sumber Informasi tentang Instrumen Pembayaran Non
Tunai .........................................................................................................33
Gambar 4.18. Penggunaan Instrumen Pembayaran Non Tunai untuk
Pembayaran Tagihan Bulanan ..............................................................35
Gambar 4.19. Motivasi Utama Menggunakan Instrumen Non Tunai .....................35
Gambar 4.20 Persepsi terhadap Pengenaan Biaya pada Transaksi
Non Tunai .................................................................................................36
Gambar 4.21. Perpaduan antara Performance dan Persepsi Responden
terhadap Tingkat Kepentingan Beberapa Aspek
dalam Pengembangan Instrumen Non Tunai ....................................38
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
xx
Gambar 4.22. Kesediaan Responden untuk Memanfaatkan Instrumen Non
Tunai Jika Sistem ini Dikembangkan secara Luas .............................. 39
Gambar 4.23. Kesediaan Responden untuk Memanfaatkan Kartu Prabayar ........ 40
Gambar 4.24. Alasan Bersedia Menerima Instrumen Non Tunai (Prabayar) .......... 40
Gambar 4.25. Pembayaran Fungsi Kartu Multi Fungsi yang diinginkan ................ 41
Gambar 4.26. Pembayaran Fungsi Kartu Multi Fungsi yang Diinginkan
menurut Kelompok Responden ...........................................................42
Gambar 4.27. Alasan Responden Memilih Kartu Multifungsi ..................................42
Gambar 4.28. Kelemahan Instrumen Non Tunai Saat Ini ..........................................43
Gambar 4.29 Kelebihan Instrumen Non Tunai ...........................................................46
Gambar 4.30 Hasil Analisis Biplot ................................................................................49
Gambar 4.31. Harapan Sistem Pembayaran Non Tunai ke Depan ...........................50
Gambar 5.1. Posisi Responden dalam Perusahaan ................................................... 63
Gambar 5.2. Status Hukum Perusahaan ....................................................................63
Gambar 5.3. Komposisi Responden menurut Jenis Usaha ...................................... 64
Gambar 5.4. Komposisi Omset Tunai dan Non Tunia dari Total Omset ................ 64
Gambar 5.5. Keberadaan Masalah Cash Handling dari Total Responden ............65
Gambar 5.6. Identifikasi Beberapa Masalah Cash Handling ...................................66
Gambar 5.7. Alasan Tidak Menerima Pembayaran Non Tunai ............................... 68
Gambar 5.8. Jumlah Responden yang Pengalaman Buruk Transaksi
Non Tunai .................................................................................................68
Gambar 5.9. Pembebanan Biaya Sistem Transaksi Non Tunai ................................70
Gambar 5.10. Bentuk Biaya Jasa Sistem Pembayaran Prabayar Multifungsi ......... 70
Gambar 5.11. Jumlah Responden Berdasarkan Persentase Fee Dikehendaki ... 70
Gambar 5.12. Instrumen Pembayaran dalam Penyediaan Barang dan Jasa ...........71
Gambar 5.13 Lima Jenis Harapan Terbesar Responden Pada sistem
Pembayaran Non Tunai Di Masa Depan (dalam persen) ..................75
Gambar 5.14. Rencana Pengembangan Non Tunai Di Masa Depan ........................ 76
Gambar 7.1. Peta Potensi Pengembangan Indonesia Sistem Pembayaran
Non Tunai Tanpa Klasifikasi Wilayah dengan Metode Kuartil ........ 97
Gambar 7.2. Peta Potensi Pengembangan Indonesia Sistem Pembayaran
Non Tunai Tanpa Klasifikasi Wilayah dengan Metode Standard
Deviasi ......................................................................................................98
Gambar 7.3. Peta Potensi Pengembangan Indonesia Sistem Pembayaran
Non Tunai dengan Memperhitungkan Klasifikasi Wilayah
Jawa-Bali, Sumatera dan Wilayah Lainnya (Metode Kuartil) .......... 99
Gambar 7.4. Peta Potensi Pengembangan Indonesia Sistem Pembayaran
Non Tunai dengan Memperhitungkan Klasifikasi Wilayah
Jawa-Bali, Sumatera dan Wilayah Lainnya (Metode Standard
Deviasi) ...................................................................................................100
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
11111
Bab IPendahuluan
1.1. Latar Belakang
Penggunaan instrumen pembayaran non tunai di Indonesia pada beberapa tahun
terakhir ini menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini diindikasikan dengan
semakin banyaknya pusat-pusat perdagangan dan berbagai jenis perusahaan yang
menerima pembayaran non tunai. Beberapa instrumen pembayaran non tunai yang
berkembang dewasa ini, selain warkat atau cek yang umumnya sudah diketahui, di
antaranya adalah kartu kredit, kartu debet, ATM, kartu prabayar, kartu klub serta e-
banking.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor perbankan masih mendominasi industri jasa
pembayaran non tunai ini. Namun demikian perusahaan-perusahaan non bank juga
sudah mulai berkembang seperti switching company, IT company dan Telco company.
Selain itu, Bank Indonesia juga mempunyai peran yang cukup signifikan, khususnya
pada pelayanan pembayaran dana antar nasabah antar bank yang biasanya dilakukan
melalui transfer elektronik, sistem kliring maupun melalui sistem Bank Indonesia Real
Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Selain itu, perkembangan sistem pembayaran non tunai di luar negeri yang
semakin mengarah pada less cash society juga turut memberikan andil dalam perubahan
perilaku gaya hidup dan transaksi ekonomi para pelaku ekonomi khususnya di beberapa
kota besar di Indonesia.
Perkembangan sistem pembayaran non tunai di tanah air sebagaimana telah
diungkapkan di atas, secara teoritis maupun secara empiris tidak terlepas dari
perkembangan kegiatan perekonomian yang menghendaki efektivitas dan efisiensi
yang tinggi serta kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan
teknologi informasi yang demikian pesat memungkinkan munculnya berbagai
instrumen pembayaran yang inovatif, aman, efisien dan mudah digunakan oleh
masyarakat. Selain itu, konvergensi antar berbagai industri seperti perbankan,
telekomunikasi dan transportasi memungkinkan adanya keterkaitan antara ketiga
industri tersebut.
Berdasarkan perkembangan ekonomi dan teknologi informasi yang cukup pesat
serta perkembangan sistem pembayaran non tunai di berbagai kawasan, sudah
selayaknya Bank Indonesia (BI) mengembangkan instrumen-instrumen non tunai di
tanah air. Di samping untuk menyediakan instrumen pembayaran yang efisien, cepat,
tepat dan aman, hal ini juga akan memperbanyak alternatif instumen pembayaran
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 yang diubah
menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun 2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dengan demikian, BI memang
memiliki tanggung jawab agar masyarakat luas dapat memperoleh jasa sistem
pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan aman.
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
22222
Untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia
berwenang melaksanakan, memberi persetujuan dan perizinan atas penyelenggaraan
jasa sistem pembayaran seperti sistem transfer dana baik yang bersifat real time, sistem
kliring maupun sistem pembayaran lainnya —misalnya sistem pembayaran berbasis
kartu (Bank Indonesia, 2005). Dalam rangka mewujudkan suatu sistem pembayaran
yang efisien, cepat, aman dan handal, BI seyogyanya melakukan pengembangan sistem
yang sesuai dengan acuan yang ditetapkan yaitu Blue Print Sistem Pembayaran Nasional
secara berkesinambungan.
Keberhasilan pengembangan sistem pembayaran non tunai tidak bisa dilepaskan
dari kesiapan masyarakat baik masyarakat umum (sebagai pengguna), dunia usaha
(sebagai penerima sistem pembayaran) maupun perbankan untuk menerima sistem
pembayaran yang relatif masih baru tersebut. Oleh karenanya, diperlukan suatu
penelitian untuk menggali informasi tentang kesiapan masyarakat serta potensi
pengembangan instrumen pembayaran non tunai sesuai dengan karakteristik
masyarakat dan karakteristik wilayah di seluruh Indonesia.
Informasi yang dikumpulkan tidak hanya mencakup aspek ekonomi, tetapi juga
aspek sosial kemasyarakatan. Informasi-informasi demikian akan sangat berguna untuk
membantu penyusunan grand design kebijakan pengembangan sistem pembayaran
non tunai yang cocok dikembangkan di Indonesia di masa-masa mendatang.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan utama menyangkut pengembangan sistem pembayaran non tunai
di Indonesia adalah belum terpetakannya peta potensi penggunaan sistem pembayaran
non tunai. Oleh karena itu, dalam kerangka upaya untuk mendorong penggunaan
instrumen non tunai yang mengarah pada less cash society terdapat beberapa tantangan
yang masih perlu dikaji lebih lanjut melalui suatu penelitian yang mendalam.
Kajian tersebut dapat mencakup persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat,
kesiapan instrumen maupun institusi pembayaran non tunai dan yang terutama adalah
kesiapan perangkat hukum sehingga instrumen pembayaran non tunai dapat dipercaya
oleh masyarakat.
1.3. Tujuan
Secara umum penelitian ini ditujukan untuk mengetahui persepsi, preferensi dan
perikalu masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai sebagai basis untuk
membangun peta potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai per wilayah
di Indonesia. Secara rinci, tujuan-tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi karakteristik dan perilaku dari masyarakat umum pengguna
transaksi non tunai dan pengusaha.
2) Menjelaskan persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap sistem
pembayaran non tunai beserta kendala-kendala yang dihadapi.
3) Menganalisis faktor-faktor pembentuk dan penentu preferensi dan perilaku
masyarakat umum dan pengusaha terhadap produk instrumen pembayaran non tunai.
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
33333
1.4. Manfaat
Hasil penelitian ini akan digunakan Bank Indonesia dalam rangka menyusun grand
design upaya peningkatan penggunaan sistem pembayaran non tunai. Disamping itu,
hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif
mengenai potensi di tiap-tiap karakteristik wilayah sehingga diharapkan pula akan
bermanfaat bagi pelaku industri atau penyedia jasa sistem pembayaran non tunai dalam
melakukan perluasan kegiatannya.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini dirancang dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan dan
diharapkan bermanfaat sebagaimana dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Agar lebih
fokus pada tujuan-tujuan tersebut, maka diperlukan pembatasan penelitian. Secara
khusus penelitian ini hanya membahas sisi persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat
dan lembaga penyedia jasa terhadap sistem pembayaran non tunai. Masyarakat dalam
penelitian ini dibagi pada dua kelompok, yaitu masyarakat umum dan pengusaha,
sedangkan lembaga penyedia jasa yang dimaksud adalah perbankan. Analisis tersebut
akan dilanjutkan untuk mendapatkan peta potensi penggunaan instrumen pembayaran
non tunai di Indonesia.
4
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Bab IIBab IIBab IIBab IIBab IIStudi LiteraturStudi LiteraturStudi LiteraturStudi LiteraturStudi Literatur
2.1 Persepsi, Preferensi dan Perilaku
Secara umum, persepsi dan preferensi akan menentukan perilaku seseorang dalam
mengkonsumsi barang dan jasa. Persepsi dapat diartikan sebagai respon yang bersifat
spontan dan instingtif terhadap sebuah pernyataan atau pertanyaan mengenai suatu
hal. Sementara itu, preferensi diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh
seseorang terhadap suatu produk barang atau jasa yang dikonsumsi. Kotler (2002)
berpendapat bahwa preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari
berbagai pilihan produk dan/atau jasa yang ada. Dengan demikian teori preferensi
dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen, misalnya bila
seseorang ingin mengkonsumsi atau menggunakan sebuah produk atau jasa dengan
sumberdaya terbatas maka ia harus memilih alternatif sehingga nilai guna atau utilitas
yang diperoleh mencapai optimal.
Preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan
nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat pada suatu produk atau jasa. Atribut
yang ditampilkan pada suatu produk atau jasa dapat menimbulkan daya tarik pertama
yang dapat mempengaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk dan jasa
menggambarkan sikap konsumen terhadap produk atau jasa tersebut, sekaligus dapat
mencerminkan perilaku konsumen dalam menggunakan atau mengkonsumsi suatu
produk atau jasa.
Atribut produk dalam pandangan Engle et al. (1994) adalah karakteristik suatu
produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan dimana
atribut tersebut tergantung pada jenis produk dan tujuannya. Produsen perlu
mengetahui sikap yang mendukung atau tidak mendukung produk mereka dan
mengetahui alasan sikap ini, terutama pada atribut yang dinginkan konsumen seperti
tipe ciri: berupa ukuran, karakteristik suatu produk (rasa, harga, warna) dan ciri manfaat
seperti kesehatan. Sementara itu, menurut Kotler (2002) yang dimaksud dengan atribut
adalah ciri mutu dan model produk, penampilan, pilihan gaya, merek, pengemasan
dan jenis produk.
Berdasarkan persepsi dan preferensi di atas, maka seorang konsumen akan
menentukan perilakunya. Perilaku dalam pandangan Engel et al. (1994) adalah tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk
dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Lebih lanjut, Engel et al. (1994) mengemukakan beberapa faktor penentu yang
mempengaruhi variasi dalam perilaku konsumen dan faktor-faktor penentu tersebut
dapat di bagi menjadi tiga kategori:
a. Faktor Lingkungan. Perilaku konsumen di dalam lingkungan yang kompleks akan
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti: (1) budaya, (2) kelas sosial, (3)
pengaruh pribadi.
5
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
b. Perbedaan Individu. Faktor internal ini juga dapat menggerakkan dan
mempengaruhi perilaku melalui: (1) sumberdaya konsumen, (2) motivasi dan
keterlibatan, (3) pengetahuan, (4) sikap, dan (5) kepribadian, gaya hidup dan
demografi.
c. Proses Psikologis. Faktor ketiga ini adalah proses pengolahan informasi,
pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku.
2.1.1. Faktor Lingkungan
Budaya adalah sekumpulan nilai, persepsi, preferensi serta perilaku keluarga dan
lembaga-lembaga penting lainnya. Budaya menentukan keinginan dan perilaku yang
paling mendasar. Sementara itu, kelas sosial adalah pembagian didalam masyarakat
yang terdiri atas individu yang berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama, atau
kelompok-kelompok yang relatif homogen dalam suatu masyarakat secara hierarki
(Kotler, 2002). Kelas sosial yang berbeda cenderung memunculkan perilaku konsumsi
yang berbeda.
Di lain pihak, pengaruh pribadi dapat didefinisikan sebagai tekanan yang
dirasakan untuk menyesuaikan dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang
lain. Seseorang yang berhubungan erat atau dekat dengan konsumen akan menjadi
kelompok acuan dan pemimpin opininya. Lebih lanjut, kelompok acuan terdiri dari
kelompok-kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap sikap ataupun perilaku seseorang seperti keluarga, organisasi formal dan
lainnya. Pemimpin opini adalah orang yang dapat dipercaya, memberi pengaruh dan
sebagai sumber informasi mengenai pembelian dan pemakaian produk. Para pemimpin
opini dapat menjadi pemimpin dalam pembelian suatu produk, sehingga produsen
dapat mengarahkan pesan kepada para pemimpin opini ini agar dapat diteruskan
kepada konsumen yang lain.
2.1.2. Faktor Perbedaan Individu dan Faktor Psikologis
Dalam studinya, Engel et al. (1994) menyatakan bahwa perbedaan yang paling
penting pada individu adalah sumberdaya. Konsumen menilai tiga sumberdaya utama
yang mereka gunakan dalam proses pertukaran dan melalui proses ini penjual
memberikan barang dan jasanya. Ketiga sumberbaya tersebut adalah (1) sumberdaya
ekonomi atau pendapatan dan kekayaan, (2) sumberdaya temporal atau waktu, dan
(3) sumberdaya kognitif atau kapasitas konsumen untuk mengolah informasi. Umumnya
konsumen mempunyai keterbatasan pada setiap sumberdaya, sehingga dalam
pengalokasiannya dilakukan dengan cermat.
Lebih lanjut, penelitian mereka menunjukkan bahwa motivasi dan keterlibatan
merupakan variabel utama dalam membedakan pribadi seseorang. Kebutuhan
didefinisikan sebagai perbedaan yang disadari antara keadaan ideal dengan keadaan
yang sebenarnya sehingga dapat mengaktifkan perilaku. Keterlibatan mengacu pada
tingkat relevansi yang disadari dalam tindakan pembelian. Bila keterlibatan tinggi,
ada motivasi lebih kuat untuk memperoleh dan mengolah informasi serta kemungkinan
6
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
yang jauh lebih besar dari pemecahan kebutuhan yang diinginkan.
Faktor lain dalam perbedaan individu adalah pengetahuan yang dapat
didefinisikan sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen
dibagi menjadi tiga, yaitu: (i) pengetahuan produk mencakup atribut produk dan
kepercayaannya, (ii) pengetahuan membeli yaitu dimana dan kapan membeli, dan (iii)
pengatahuan pemakaian (dari ingatan konsumen dan iklan). Ingatan diorganisasikan
dalam bentuk jaringan asosiatif, yang terdiri dari serangkaian nodus (menggambarkan
asosiasi atau hubungan diantara nodus). Dalam hal ini merek berfungsi sebagai nodus
sentral yang melibatkan pengetahuan produk.
Disamping itu, sikap yang dapat didefinisikan sebagai keseluruhan evaluasi yang
dilakukan konsumen juga menjadi pembeda individu. Sikap ini dilakukan konsumen
berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses belajar baik dari pengalaman
maupun dari yang lain. Intensitas, dukungan, dan kepercayaannya adalah aspek penting
dari sikap. Masing-masing aspek ini akan bergantung pada kualitas pengalaman
konsumen sebelumnya dengan objek sikap.
Terakhir, kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari
seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan tahan lama
terhadap lingkuangannya. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-
ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, ketaatan dan yang lainnya. Kepribadian dapat
menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. Jelas
kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan terdapat korelasi yang
kuat atara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk.
Pengolahan informasi yaitu cara-cara informasi ditransformasikan, dirinci,
disimpan, didapatkan kembali dan digunakan dapat dikategorikan sebagai faktor
psikologis. Aspek-aspek tersebut dipengaruhi oleh dua jenis penentu utama, yaitu
pribadi dan stimulus. Penentu pribadi adalah karakteristik individual seperti motivasi,
sikap, adaptasi dan rentang perhatian. Efek dari pengaruh pribadi adalah membuat
perhatian sangat selektif, sedangkan faktor stimulus adalah karakteristik dari stimulus
itu sendiri.
2.1.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Instrumen
Pembayaran Non Tunai
Penggunaan instrumen pembayaran non tunai menunjukkan perkembangan yang
cepat. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari tuntutan terhadap pelayanan transaksi
yang lebih aman, cepat, dan efisien. Ada sebuah kecenderungan baik di Indonesia
maupun di luar negeri, bahwa instrumen pembayaran non tunai dengan basis warkat
atau kertas semakin berkurang, sementara instrumen pembayaran non tunai berbasis
kartu dan elektronik semakin meningkat (Bank Indonesia, 2005). Oleh karena itu, tidak
mengherankan jika studi-studi tentang sistem pembayaran non tunai ini mulai
mendapat perhatian dari peneliti-peneliti di dalam dan luar negeri.
Beberapa penelitian tentang faktor-faktor penentu penggunaan instrumen
pembayaran non tunai (terutama debit card, credit card, dan e-purse), terutama
7
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
terutama di negara-negara maju telah dilakukan oleh Every, et al. (1986), Duca dan
Whitesell (1995), Kennickell dan Kwast (1997), Stavins (2001), Hayashi dan Klee (2003),
Klee (2005) untuk kasus Amerika Serikat, Mooslechner, et al. (2002) di Austria, Virén
(1994) untuk kasus Findlandia, Jonker (2005) untuk kasus Belanda, dan Loix, et al. (2005)
untuk kasus Belgia.
Berdasrkan hasil penelitian tersebut, beberapa kategori yang dapat digunakan
sebagai alat untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat
dalam menggunakan instrumen-instrumen pembayaran non tunai, yaitu (Loix, et al,
2005) :
(a) Sosial-Demografi, yang terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, besar
keluarga, pekerjaan;
(b) Finansial, dengan menggunakan variabel penghasilan per bulan responden
setelah dikurangi pajak;
(c) Teknologi, frekuensi penggunaan telepon bergerak, komputer pribadi, internet,
PDA, dan penggunaan pelayanan bank melalui telepon bergerak
(d) Sisi-Penawaran, termasuk di dalamnya daerah tempat tinggal, daerah tempat
bekerja, jumlah terminal POS (Point Off Sale) dan jumlah ATM baik di daerah
tempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempat
tinggal maupun di tempat bekerja, nilai tengah pendapatan perkapita di daerah
tempat tinggal maupun tempat bekerja, kepadatan penduduk di daerah tempat
tinggal maupun di tempat bekerja.
Pengaruh dari faktor-faktor di dalam keempat kategori di atas akan bervariasi
berdasarkan jenis instrumen pembayaran non tunai, misalnya pada debit cards, cerdit
cards, electronic purses, dan retailer cards. Secara umum, jika jumlah perempuan lebih
besar dari laki-laki maka faktor jenis kelamin akan berpengaruh positif terhadap
penggunaan instrumen pembayaran non tunai. Umur akan berpengaruh negatif,
sehingga semakin tua seseorang maka perilaku penggunaan instrumen pembayaran
non tunai akan semakin berkurang. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif,
demikian juga dengan faktor pekerjaan yang juga mempunyai pengaruh yang positif.
Pendapatan, secara teoritis akan berpengaruh positif terhadap kepemilikan dan
penggunaan instrumen pembayaran non tunai demikian juga dengan penggunaan
teknologi baik jumlah maupun frekuensinya mempunyai pengaruh yang positif
terhadap penggunaan instrumen non tunai. Sementara itu, daerah perkotaan dan
besarnya daerah mempunyai pengaruh yang positif terhadap kepemilikan dan
penggunaan instrumen pembayaran non tunai.
2.2. Jenis-jenis Instrumen Pembayaran Non Tunai
Secara umum, instrumen pembayaran non tunai dapat dibagi ke dalam tiga
kategori berdasarkan fisik alat yang digunakan, yaitu: (1) instrumen-instrumen berbasis
warkat/kertas atau paper based instruments, (2) instrumen-instrumen berbasis kartu
atau card based instruments, (3) instrumen-instrumen berbasis elektronik atau elec-
8
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
tronic based instruments. Ketiga kategori tersebut berikut jenis-jenis instrumennya
dijelaskan secara detil pada sub bab berikut ini.
2.2.1. Instrumen Pembayaran Non Tunai Berbasis Warkat
Instrumen-intrumen berbasis warkat ini, umumnya sudah lama dipergunakan
dalam praktek perbankan. Beberapa instrumen yang masuk dalam kategori ini adalah
cek, bilyet giro, nota debet dan nota kredit.
a. Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang
tertentu.
b. Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
rekening pemegang yang disebutkan namanya.
c. Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain
untuk bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut.
d. Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank
lain untuk bank atau nasabah yang menerima warkat tersebut.
e. Wesel Bank untuk Transfer, wesel yang diterbitkan oleh bank khusus untuk sarana
transfer.
f. Surat Bukti Penerimaan Transfer adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar
kota yang dapat ditagih kepada bank penerima dana transfer melalui kliring lokal.
2.2.2. Intrumen Pembayaran Non Tunai Berbasis Kartu dan Berbasis
Elektronik
Beberapa jenis kartu pembayaran, baik yang bersifat kredit seperti kartu kredit
dan private-label cards (misalnya: kartu pasar swalayan) maupun yang bersifat debit,
seperti debit cards dan ATM (automated teller machine) telah banyak dikenal oleh
masyarakat Indonesia. Di samping itu, ada juga kartu yang biasa disebut smart card
atau chip card, sejenis kartu yang dananya telah tersimpan dalam chip elektronik. Jenis
kartu ini contohnya adalah kartu telepon prabayar.
a. Kartu Kredit merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga
pembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan
sebagai alat pembayaran. Namun demikian, penggunaan alat ini terbatas pada
tempat-tempat yang telah mengikat perjanjian dengan bank atau lembaga
pembiayaan penerbit kartu tersebut, seperti: supermarket, hotel, restoran, dan
took-toko tertentu. Dengan demikian, paling tidak ada tiga pihak yang terkait
dengan setiap transaksi melalui instrumen kartu kredit ini, yaitu: bank atau
lembaga pembiayaan yang menerbitkan kartu tersebut, merchant atau pedagang
dimana pembelian produk atau jasa dilakukan, dan pemegang kartu atau pihak
yang membeli.
b. Kartu ATM merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yang transaksinya
dilakukan melalui mesin ATM. Beberapa transaksi non tunai yang biasa digunakan
9
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
melalui kartu ini adalah pembayaran rekening listrik, telepon, air bersih, pembelian
pulsa hand phone, dan melakukan transfer dana.
c. Kartu Debet merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yang
pembayarannya dilakukan dengan pendebetan langsung ke rekening nasabah di
bank penerbit kartu tersebut. Pada beberapa bank penerbit, terdapat kombinasi
antara fungsi kartu debet sekaligus fungsi kartu sebagai kartu ATM untuk lebih
memudahkan nasabah bank tersebut.
d. Electronic banking merupakan instrumen transaksi non tunai melalui perangkat
elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam ini biasa juga
disebut sebagai internet banking dan/atau phone banking. Untuk menggunakan
fasilitas ini bank menyediakan password, ataupun ID bagi pelanggannya.
Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi pembayaran ataupun
transfer.
2.2.3. Sistem Pembayaran Antar Bank di Indonesia dan Peran Bank In-
donesia
Secara umum, ada empat hal yang menjadi peran bank sentral dalam sistem
pembayaran (Sheppard, 1996), yaitu:
(a) Pemakai sistem pembayaran: bank sentral mempunyai transaksi-transaksi yang
harus dilaksanakan, seperti setelmen dari operasi pasar terbuka, transaksi devisa,
pembayaran tagihan, gaji, pensiun dan sebagainya;
(b) Anggota sistem pembayaran: bank sentral perlu membayar dan menerima
pembayaran atas nama nasabahnya sendiri, seperti bank umum, pemerintah, dan
lembaga keuangan internasional;
(c) Penyedia sistem pembayaran: bank sentral menyediakan fasilitas dan
menyelenggarakan sistem pembayaran;
(d) Pelindung kepentingan umum: sebagai regulator, pengawas anggota sistem
pembayaran, administrasi dan perencana, dan arbitrase dalam hal terjadi
perselisihan.
Bank Indonesia, sebagai bank sentral di Indonesia memiliki peran yang signifikan
dalam pengembangan sistem pembayaran sebagaimana yang diamanatkan oleh UU
No. 23 Tahun 1999 bahwa salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Dengan demikian, Bank Indonesia berwenang untuk
menetapkan kebijakan, mengatur, melaksanakan, dan memberi persetujuan, perizinan,
dan pengawasan atas penyelenggaraan sistem pembayaran. Disamping itu, Bank In-
donesia juga berperan sebagai pengguna dan sebagai anggota sistem pembayaran itu
sendiri.
Bank Indonesia dalam mengembangkan dan membangun cetak biru sistem
pembayaran Indonesia di masa sekarang dan yang akan datang tidak lepas dari prinsip-
prinsip yang telah dikembangkan oleh Committe on Payment and Settlement Systems
(CPSS) yang meliputi 10 kriteria, seperti: (1) memiliki landasan yang kuat, (2) mempunyai
10
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
aturan dan prosedur yang memungkinkan peserta memahami risiko keuangan yang
mungkin dihadapi, (3) memiliki prosedur yang jelas untuk manajemen risiko, (4)
menjamin agar setelmen dapat dilakukan pada hari yang sama minimal pada akhir
hari, (5) memiliki multilateral netting, (6) aset yang digunakan sebaiknya berada di
bank sentral, (7) menjamin tingkat keamanan dan kepercayaan operasional yang tinggi,
(8) menyediakan alat yang praktis untuk pemakainya dan efisien, (9) memiliki tujuan
dan kriteria yang transparan untuk peserta, dan (10) pengaturan dari sistem harus
efektif, akuntabel, dan transparan (CPSS, 2000).
Selama ini fokus perhatian Bank Indonesia terdapat pada sistem pembayaran antar
bank yaitu: sistem antar bank untuk transaksi ritel dan sistem antar bank untuk
pembayaran bernilai besar. Sebagian besar pembayaran ritel dilaksanakan oleh bank
umum dengan menggunakan berbagai instrumen seperti: cek, bilyet giro, nota kredit,
dan bank draft. Sementara itu, pembayaran yang bernilai besar dan atau mendesak
dapat diselesaikan dengan sistem BI-RTGS yang telah beroperasi sejak tahun 2000.
Penyelesaian transaksi dengan menggunakan cek dan warkat non tunai lainnya
dapat dilakukan melalui lembaga kliring yang penyelenggaranya Bank Indonesia atau
oleh bank umum yang memperoleh izin penyelenggaraan kliring dari Bank Indonesia.
Karena transaksi kliring bersifat multilateral, maka metode penyelesaiannya dilakukan
secara net. Dilihat dari waktu penyelesaian akhir transaksi, maka sistem kliring dilakukan
pada akhir hari terjadinya transaksi. Sistem kliring ini dapat dibagi menjadi (a) sistem
kliring manual, (b) sistem kliring otomasi, (c) sistem kliring semiotomasi, dan (d) sistem
kliring elektronik.
Sementara itu, sistem BI-RTGS adalah proses setelmen pembayaran yang dilakukan
per transaksi dan bersifat real time, ketika rekening bank peserta dapat didebet atau
dikredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan
pembayaran. Tujuan dikembangkannya sistem ini adalah:
(a) menyediakan sarana transfer dana antar bank yang lebih cepat, efisien, andal,
dan aman kepada bank dan nasabahnya;
(b) kepastian setelmen dapat diperoleh dengan segera;
(c) menyediakan infromasi rekening bank secara real time dan menyeluruh;
(d) meningkatkan disiplin dan profesionalisme bank dalam mengelola likuiditasnya;
(e) mengurangi risiko-risiko setlement.
2.3. Pengalaman Negara Lain
Penelitian-penelitian tentang perilaku masyarakat terhadap instrumen
pembayaran non tunai di luar negeri terutama di negara-negara maju sudah dimulai
sejak pertengahan dekade 80-an. Dari penelitian di beberapa negara seperti Amerika
Serikat, Austria, Belanda, Finlandia, dan Belgia dapat disimpulkan bahwa secara
umum, aspek-aspek sosial-demografi, finansial, teknologi, dan penawaran,
menentukan perilaku seseorang dalam menggunakan sistem pembayan non tunai.
Beberapa penelitian tersebut akan dibahas secara komprehensif dalam sub bab berikut
ini.
11
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
2.3.1. Amerika Serikat
Penelitian tentang perilaku masyarakat terhadap instrumen pembayaran non
tunai di Amerika Serikat sudah berkembang sejak tahun 1980-an. Dari perkembangan
sejumlah penelitian yang dilakukan untuk melihat perilaku masyarkat Amerika Serikat
dapat disarikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan instrumen
non tunai seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Kennickell dan Kwast (1997) dengan menggunakan data Survey of Consumer Fi-
nances (SCF) tahun 1995, menghasilkan faktor umur yang mempengaruhi secara negatif
dan signifikan perilaku penggunaan debit card oleh rumah tangga di Amerika Serikat.
Sementara itu, tingkat pendidikan dan pendapatan juga berpengaruh secara signifikan
dan positif. Dengan menggunakan data yang sama Klee (2005) juga mengindikasikan
hasil yang mirip, tetapi dalam model estimasinya menggunakan variabel pekerjaan
(self-employed) yang ternyata tidak signifikan.
Dengan menggunakan data SCF tahun 1998 Klee (2005) melakukan analisis yang
hasilnya relatif sama dengan hasil estimasi dengan menggunakan data sebelumnya
(1995). Perbedaannya terletak pada variabel pekerjaan (self-employed) dan variabel
pensiun yang keduanya signifikan dan berpengaruh negatif. Model yang sedikit
berbeda tetapi dengan data yang sama juga telah dianalisis oleh Stavins (2001). Namun
dari hasil estimasinya diketahui bahwa ternyata variabel pendapatan tidak signifikan
dalam menentukan penggunaan kartu debit. Hal ini juga bertolak belakang dengan
hasil estimasi Hayashi dan Klee (2003) yang juga menggunakan data SCF tahun 1998
dan diperbandingkan dengan data SCF tahun 2001. Selain itu, dalam model mereka
dimasukkan variabel teknologi yang ternyata signifikan dan berpengaruh positif.
12
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Di lain pihak, Every, et al. (1986) meneliti perilaku penggunaan credit card dengan
menggunakan data SCF tahun 1984. Hasil penelitian mereka mengindikasikan bahwa
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, karakteristik daerah kota berpengaruh positif. Di
lain pihak, Klee (2005) menggunakan data SCF tahun 1995, menghasilkan variabel jenis
kelamin (lebih besar perempuan), umur (lebih 55), pendidikan (SMA, kuliah), dan
pendapatan yang berpengaruh signifikan dan positif. Sementara besar keluarga
berpengaruh signifikan dan negatif, sedangkan pekerjaan (self-employed) tidak
berpengaruh signifikan. Kecuali variabel jenis kelamin dan umur, hasil-hasil tersebut
konsisten dengan penggunaan data SCF tahun 1998 dan 2001. Hasil-hasil ini agak
berbeda dengan penelitian Stavins (2001) yang mengindikasikan umur dan pekerjaan
berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan kartu kredit di Amerika Serikat.
2.3.2. Austria
Di Austria, penelitian tentang perilaku kepemilikan dan penggunaan instrumen
pembayaran non tunai, khususnya kartu kredit, kartu debit, dan e-purse telah dilakukan
oleh Mooslechner, et al. (2002). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Penggunaan Kartu Debit Penggunaan Kartu Kredit Jenis Variabel Sifat
Pengaruh Tingkat
Signifikansi Sifat
Pengaruh Tingkat
Signifikansi
Every, . (1986)
Pendidikan +
Pekerjaan +
Pendapatan +
Karakteristik daeah +
Stavins (2001)
Umur +
Pekerjaan +
Klee (2005)
Jenis kelamin + Signifikan
Umur + Signifikan
Pendidikan + Signifikan
Pendapatan + Signifikan
Besarnya keluarga - Signifikan
Pekerjaan (self employed)
- Tidak signifikan
Kennickell dan Kwast (1997)
Umur - signifikan
Pendidikan + signifikan
Pendapatan + signifikan
Stavins (2001)
Pendapatan + tidak signifikan
Hayashi dan Klee (2003)
Pendapatan + signifikan
Teknologi + signifikan
Klee (2005)
Self employed - signifikan
Pensiun - signifikan
Tabel 2.1.Faktor-Faktor
YangMempengaruhi
PenggunaanInstrumen
Pembayaran NonTunai Masyarakat
Amerika Serikat
13
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin ternyata
tidak signifikan mempengaruhi perilaku penggunaan kartu debit dan e-purse, tetapi
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kartu kredit. Lebih lanjut, umur
berpengaruh signifikan dan negatif terhadap ketiga instrumen non tunai tersebut,
namun pendidikan berpengaruh signifikan dan positif. Sementara itu, pekerjaan
(mempunyai pekerjaan) ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap kepemilikan
atau penggunaan e-purse, namun signifikan dan positif terhadap kartu debit dan kredit.
Hasil penelitian tersebut juga menemukan bahwa variabel pendapatan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan kartu debit dan e-purse, namun
signifikan dan positif terhadap kartu kredit. Dalam model estimasinya, mereka juga
memasukkan variabel ukuran daerah kabupaten yang ternyata signifikan dan positif
terhadap kartu debit dan kredit, tetapi tidak signifikan mempengaruhi e-purse.
3.3.3. Belgia
Loix, et al. (2005) juga telah melakukan penelitian perilaku penggunaan instrumen
kartu debit, kartu kredit, dan e-purse di Belgia. Mereka menggunakan data survey
tahun 2004. Untuk perilaku penggunaan kartu debit, mereka menggunakan dua
alternatif model untuk kepemilikan, pengguna, dan tipe pengguna. Hasil penelitian
bisa dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.2.Faktor-Faktor
YangMempengaruhiPemilikan danPenggunakan
InstrumenPembayaran
Non TunaiMasyarakat
Austria
14
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Untuk model kepemilikan, dalam Model I, mereka memasukkan variabel teknologi
1 (pengguna telepon selular dan internet) sedangkan di Model II mereka menggunakan
variabel teknologi 2 (ketakutan pada teknologi). Di Model I, variabel teknologi 1
berpengaruh signifikan dan positif sedangkan di Model II, variabel teknologi 2 juga
signifikan tapi negatif. Selain itu, variabel yang signifikan dalam Model I adalah
pekerjaan (positif) dan pelajar (negatif), sementara di Model II hanya variabel
pendapatan.
Untuk model pengguna, dalam Model I dihasilkan variabel jenis kelamin
(perempuan lebih banyak), pendidikan, pendapatan, dan teknologi 1 yang signifikan
dan positif mempengaruhi penggunaan kartu debit, sementara variabel umur
berpengaruh signifikan dan negatif. Hasil pada Model I ini konsisten dengan hasil pada
Model II. Perbedaannya hanya pada penggunaan teknologi 2 yang signifikan dan
negatif. Namun dalam kedua model ini, variabel besar keluarga berpengaruh signifikan
tetapi tidak konsisten antar kategori.
Tabel 2.3.Faktor-faktor
YangMempengaruhi
Pemilikan,Penggunaan
dan TipePenggunaInstrumen
Kartu DebitMasyarakat
Belgia
15
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Tabel 2.4.Faktor-Faktor
YangMempengaruhi
Pemilikan,Penggunaandan dan Tipe
PenggunaInstrumen
Kartu KreditMasyarakat
Belgia
Berbeda dengan hasil-hasil model pengguna, pada model tipe pengguna, dalam
Model I dan II ukuran keluarga signifikan dan positif, namun pekerjaan signifikan tetapi
tidak konsisten, sedangkan variabel pelajar signifikan dan negatif. Sementara itu,
variabel-variabel lainnya konsisten dengan hasil-hasil pada model pengguna. Studi
tersebut juga melakukan pembagian model yang sama untuk diterapkan pada perilaku
penggunaan kartu kredit. Faktor yang berpengaruh dalam pemilikan, penggunaan
dan tipe pengguna kartu kredit dapat dilihat pada Tabel 2.4
Untuk model kepemilikan, dalam Model I yang signifikan adalah variabel
pendidikan (positif), pekerjaan (tidak konsisten), pendapatan (positif), dan teknologi 1
(positif), demikian juga dalam Model II, kecuali variabel teknologi 2 (negatif).
Untuk model pengguna, baik Model I atau II variabel yang signifikan adalah
pendidikan (positif), pekerjaan (tidak konsisten), pelajar (negatif), pendapatan (positif),
ditambah variabel teknologi 1 (positif) untuk Model I dan variabel teknologi 2 (negatif)
untuk Model II. Hasil-hasil pada model pengguna ini sama dengan hasil-hasil pada model
tipe pengguna.
Tabel 2.5.Faktor-Faktor
YangMempengaruhi
Pemilikan,Penggunaan
dan TipePenggunaInstrumen
Kartu e-purseMasyarakat
Belgia
16
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Hasil penelitian menyangkut perilaku terhadap e-purse dengan pembagian model
yang sama dapat dilihat pada Tabel 2.5. Untuk ketiga model (kepemilikan, pengguna,
dan tipe pengguna) dan dibagi lagi berdasarkan Model I (teknologi 1) dan II (teknologi
2), ternyata mengahasilkan kesimpulan yang sama. Variabel-variabel yang signifikan
adalah umur (negatif), pendidikan (positif), teknologi 1 (positif) pada model I atau
teknologi 2 (negatif) pada Model II.
3.3.4. Finlandia dan Belanda
Hasil penelitian tentang perilaku masyarakat dalam penggunaan instrumen non
tunai di Finlandia dan Belanda dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Virén (1994), dalam penelitiannya tentang perilaku penggunaan intrumen kartu
debit dan kartu kredit di Finlandia, hanya menghasilkan variabel jenis kelamin
(perempuan lebih sedikit) yang berpengaruh negatif. Sementara itu, Jonker (2005)
melakukan penelitian untuk kasus Belanda, menyimpulkan bahwa variabel jenis kelamin
(perempuan lebih banyak) yang berpengaruh signifikan dan positif terhadap kartu
debit, tetapi berpengaruh negatif terhadap kartu kredit dan e-purse. Sementara itu,
variabel pendidikan hanya berpengaruh signifikan dan positif terhadap kartu debit
dan e-purse. Lebih lanjut, pendapatan berpengaruh signifikan dan positif terhadap
ketiga instrumen non tunai di atas, sedangkan variabel daerah (kota utama) justru
berpengaruh negatif pada kartu debit dan tidak berpengaruh pada instrumen non
tunai lainnya. Terakhir adalah variabel umur berpengaruh negatif pada kartu kredit
dan tidak berpengaruh pada kartu debit, serta signifikan tapi tidak konsisten untuk e-
purse.
Tabel 2.6.Faktor-
Faktor YangMempengaruhi
Pemilikandan
PenggunakanInstrumen
PembayaranNon Tunai
MasyarakatFinlandia
dan Belanda
17
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Bab IIIBab IIIBab IIIBab IIIBab IIIMetodologi PenelitianMetodologi PenelitianMetodologi PenelitianMetodologi PenelitianMetodologi Penelitian
3.1. Kerangka Analisis
Kerangka analisis untuk studi ini dapat dijelaskan dengan Gambar 1 dan
Gambar 2, yang juga sekaligus menerangkan tahapan dan cakupan kegiatan penelitian
persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat terhadap instrumen pembayaran non
tunai di Indonesia. Secara umum, penelitian ini terdiri atas 3 (tiga) tahapan kegiatan,
yaitu :
1. Tahap Pertama, survei pertama ditujukan kepada penggalian informasi tentang
pola persepsi, preferensi, dan perilaku pengguna jasa instrumen pembayaran non
tunai (masyarakat dan potential marchants). Dari tahapan kegiatan ini akan
diperoleh informasi-informasi yang dapat digunakan untuk membentuk sebuah
pola umum potensi pengembangan per wilayah observasi.
2. Tahap Kedua, survei kedua dilakukan untuk klarifikasi pola umum yang dihasilkan
dari survei tahap pertama (untuk sebagian wilayah yang telah disurvei serta
beberapa wilayah baru). Hasil survei tahap kedua selanjutnya akan digunakan
sebagai dasar untuk menyusun “model potensi” pengembangan instrumen
pembayaran non tunai. Model akan dikembangkan dengan cara mencari
hubungan antara variabel potensi yang diperoleh dari data primer dengan
variabel-variabel sosial ekonomi yang disarikan dari data sekunder.
3. Tahap Ketiga, berdasarkan model potensi tersebut dilakukan pemetaan per wilayah
ke dalam berbagai tipologi, misalnya: “tinggi”, “sedang”, dan “rendah”.
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. dan alur kegiatan
disajikan pada Gambar 3.2
18
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
19
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
20
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
3.2. Metode Pengumpulan Data
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang diperlukan adalah data primer dengan didukung beberapa data
sekunder yang diperlukan dalam penyusunan laporan hasil penelitian. Data primer
yang diperoleh melalui survei lapang dibagi ke dalam dua tahap sebagai berikut:
1. Survei tahap pertama dilakukan untuk melihat/memotret persepsi, preferensi dan
perilaku masyarakat umum dan pengusaha terhadap penggunaan instrumen
pembayaran non tunai.
2. Survei tahap kedua akan dilakukan untuk mengklarifikasi sekaligus untuk menguji
model yang dikembangkan dari hasil survei tahap pertama. Survei akan mencakup
sebagian wilayah yang telah disurvei ditambah beberapa wilayah baru yang belum
disurvei pada tahap pertama.
Survei mengumpulkan data primer maupun data sekunder. Secara rinci, data
yang dikumpulkan meliputi:
(1) Data primer diperoleh wawancara dengan para pelaku ekonomi yang dipilih
berdasarkan metodologi purposive sampling/quota sampling. Wawancara yang
dilakukan dengan menggunakan kuesioner dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai perilaku, persepsi, dan preferensi masyarakat dan pengusaha
terhadap penggunaan instumen pembayaran non tunai.
(2) Data sekunder (mencakup data-data potensi ekonomi dan keuangan nasional
dan daerah) yang diperoleh dari Bank Indonesia serta berbagai dinas/instansi
teknis, perbankan nasional, Badan Pusat Statistik, Pemda, dan lembaga lain dalam
rangka identifikasi potensi dari sisi kegiatan ekonomi.
3.2.2. Metode Penentuan Sampel dan Responden
Metode penentuan sampel/responden dilakukan berdasarkan purposive sampling/
quota sampling. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner kepada responden survei yaitu masyarakat umum dan pengusaha. Responden
masyarakat umum dibagi menjadi 3 (tiga) kategori:
1. Nasabah bank yang menggunakan kartu non tunai (60% dari total responden
masyarakat umum)
2. Nasabah bank yang tidak menggunakan kartu non tunai (30% dari total
responden masyarakat umum)
3. Non nasabah (10% dari total responden masyarakat umum)
Jumlah responden non-nasabah ditentukan lebih kecil dari dua tipe responden
lainnya yaitu sebesar 10%. Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin mengetahui
persepsi, preferensi dan perilaku masyakat terhadap instrumen pembayaran non tunai,
pemilihan responden tersebut didasari pertimbangan untuk menghindari bias ke bawah.
Responden pengusaha yang disurvei mewakili berbagai industri, yaitu :
n Swalayan : 20% dari total responden pengusaha
21
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
n Toko non swalayan : 25% dari total responden pengusaha
n Lembaga keuangan non bank : 5% dari total responden pengusaha
n Telekomunikasi : 5% dari total responden pengusaha
n Industri dan retail : 20% dari total responden pengusaha
n Transportasi : 5% dari total responden pengusaha
n Rumah sakit/apotik : 5% dari total responden pengusaha
n Restoran : 5% dari total responden pengusaha
n Travel biro : 5% dari total responden pengusaha
n SPBU (Pom Bensin) : 5% dari total responden pengusaha
n Jalan Tol (Khusus DKI)
3.2.3. Lokasi Survei
Idealnya penelitian memiliki cakupan area yang cukup beragam dengan pemilihan
sampel didasarkan atas beberapa karakteristik wilayah yang meliputi wilayah perkotaan,
pedesaan, daerah perbatasan serta daerah pariwisata. Dasar pemilihan wilayah tersebut
adalah untuk menangkap/memotret pola persepsi, preferensi, dan perilaku masyarakat
terhadap instrumen pembayaran non tunai di tiap karakteristik wilayah tadi.
Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan biaya, penelitian lebih difokuskan
pada wilayah-wilayah yang secara ekonomi relatif maju, khususnya daerah-daerah
perkotaan (kota besar dan menengah) serta daerah-daerah pariwisata. Untuk setiap
lokasi survei dipilih 2 kota yaitu ibukota propinsi dan satu kabupaten dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi cukup baik. Untuk survei tahap pertama ini wilayah penelitian
meliputi DKI Jakarta, Jawa Barat (Bandung, Sumedang), Sumatera Utara (Medan, Tebing
Tinggi), Lampung (Bandar Lampung, Lampung Selatan), Bali (Denpasar, Badung). Untuk
tahap kedua penelitian meliputi wilayah DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tenggara, Riau, dan Kalimantan Timur.
3.3. Metode Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh dari hasil-hasil survei diolah dengan
menggunakan metode statistik dan matematik yang sesuai dengan karakteristik dari
penelitian dan dapat dipertanggungjawabkan akurasinya secara ilmiah. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian sesuai dengan
tujuannya masing-masing dalam kerangka menjawab permasalahan dan tujuan-tujuan
penelitian sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
3.3.1. Analisis Statistika Deskriptif
Metode ini merupakan metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan
data yang telah dikumpulkan. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode ini
sehingga dapat diperoleh gambaran karakteristik responden, serta persepsi, preferensi
dan perilaku responden terhadap instrumen pembayaran non tunai. Data disajikan
dalam bentuk tabulasi, charts dan diagram.
3.3.2. Biplot
Teknik ini merupakan teknik statistik dimensi ganda yang dapat disajikan secara
22
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
visual dengan menyajikannya secara simultan segugus objek pengamatan dan peubah
dalam suatu grafik pada suatu bidang datar sehingga ciri-ciri peubah dan objek
pengamatan serta posisi relatif antara objek pengamatan dengan peubah dapat
dianalisis. Jadi dengan biplot dapat ditunjukkan hubungan antara peubah, kemiripan
relatif antar objek pengamatan, serta posisi relatif antara objek pengamatan dengan
peubah.
Ciri-ciri peubah dan obyek pengamatan serta posisi relatif antara obyek
pengamatan dengan peubah dapat dianalisis. Analisis biplot didasarkan pada
penguraian nilai singular (PNS, singular value decomposition). Misalkan suatu matriks
data X (dengan ukuran n x p) memiliki n pengamatan dan p peubah yang dikoreksi
terhadap nilai rata-ratanya dan berpangkat r, diformulasikan sebagai berikut :
X = U L A’
matriks U dan A berukuran (n x r) dan (p x r) sehingga U’U = A’A = Ir (matriks
identitas berdimensi r). Sedangkan L merupakan matriks diagonal berukuran (r x r)
dengan unsur-unsur diagonalnya adalah akar kuadrat dari akar ciri-akar ciri X’X atau
XX’ sehingga:
Unsur-unsur diagonal matriks L ini disebut nilai singular dari matriks X. Kolom-
kolom matriks A adalah vektor ciri dari X’X atau XX’ yang berpadanan dengan akar
ciri
3.3.3. Logit
Metode logit digunakan sebagai basis untuk membangun model potensi
penggunaan instrumen pembayaran non tunai pada wilayah yang disurvei berdasarkan
karakteristik-karakteristik wilayahnya. Analisis regresi logistik merupakan suatu
pendekatan ekonometrik yang memodelkan peubah respon yang bersifat kualitatif.
Peubah respon tersebut bersifat binner (bernilai 1 atau 0).
Bentuk model regresi logistik adalah :
Dimana x1 sampai dengan x
k adalah peubah penjelas ke-1 sampai dengan ke-k.
Untuk memperoleh fungsi yang linear, g(x) ditransformasikan menjadi :
Bentuk transformasi tersebut dikenal dengan nama transformasi logit (logit trans-
formation). Nilai harapan Y pada nilai x tertentu, E(Y/x) pada regresi logistik berkisar
antara 0 dan 1. Pendugaan parameter regresi pada model regresi logistik menggunakan
λ
23
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
metode kemungkinan maksimum (maximum likelihood method) dan pengujian
terhadap parameter regresi logit menggunakan uji rasio kemungkinan (likelihood ra-
tio test).
3.3.4. Importance Performance Analysis
Setiap organisasi / perusahaan harus mengelola suatu sistem pelayanan untuk
menciptakan kepuasan konsumen. Pihak manajemen harus mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi kepuasan konsumen dan apakah harapannya telah
terpenuhi. Menurut Kotler (2002), mutu pelayanan dipengaruhi oleh lima dimensi yaitu
reliability, responsiveness, assurance, empathy dan tangible. Hal tersebut dapat
diketahui dengan metode Importance-Performance Analysis (IPA).
Metode IPA dapat mengetahui sejauh mana tingkat kesesuaian, dilihat dari tingkat
kinerja/pelaksanaan dan harapan/kepentingan pelanggan terhadap mutu pelayanan .
Tingkat kesesuaian dapat dilihat dari tingkat kinerja (kepentingan) dan harapan
(kepentingan) pelanggan terhadap mutu pelayanan hotel dengan menggunakan
analisis tingkat kepentingan dan kinerja atau IPA (Supranto, 2001). Rumus IPA tersebut
adalah :
dimana :
Tki = Tingkat kesesuaian pelanggan
Xi = Skor penilaian kinerja hotel
Yi = Skor penilaian harapan pelanggan
Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/pelaksanaan dengan
skor kepentingan. Diagram Kartesius sangat diperlukan dalam penjabaran unsur-unsur
tingkat kesesuaian kepentingan dan kinerja atau kepuasan pelanggan atas bagan yang
terdiri dari empat bagian dan dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus
pada titik-tik (X,Y).
Rumus untuk menentukan setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
adalah :
Keterangan :
Xi = Skor rataan tingkat kinerja
Yi = Skor rataan tingkat harapan/kepentingan
N = Jumlah responden
24
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Rumus yang digunakan untuk menjabarkan diagram Kartesius adalah :
Keterangan :
X1 = Rataan skor tingkat kinerja seluruh atribut
Y1
= Rataan skor tingkat kepentingan atau harapan seluruh atribut
K = Banyaknya atribut yang mempengaruhi kepuasan pelanggan
Kuadran dibagi menjadi empat yaitu kuadran A, B, C, dan D sebagaimana bisa
dilihat pada diagram berikut.
Perusahaan dapat mengetahui peringkat jasa menurut kepentingan pelanggan
dan kinerja perusahaan, serta mengidentifikasi tindakan apa yang perlu dilakukan
manajemen perusahaan melalui penjabaran keseluruhan atribut mutu pelayanan ke
dalam diagram Kartesius dengan cara berikut :
1. Kuadran A
Wilayah yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat
kepentingan tinggi atau di atas nilai rataan, tetapi memiliki tingkat kinerja dinilai
rendah. Atribut-atribut mutu pelayanan yang termasuk dalam kuadran ini,
kinerjanya harus ditingkatkan oleh pihak perusahaan dengan cara senantiasa
melakukan perbaikan terus-menerus.
2. Kuadran B
Wilayah yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat
kepentingan dan kinerja tinggi. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini
Gambar 3.4.Diagram tingkat
kepentingandan tingkat
kinerja
25
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
dapat dipertahankan dan harus terus dikelola dengan baik, karena keberadaannya
memiliki keunggulan dalam pandangan pelanggan.
3. Kuadran C
Wilayah yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat
kepentingan dan kinerja rendah. Atribut-atribut mutu pelayanan yang termasuk
dalam kuadran ini dirasakan tidak terlalu penting oleh pelanggan dan pihak
perusahaan hanya melaksanakannya secara biasa, sehingga pihak perusahaan
merasa belum terlalu perlu mengalokasikan biaya dan investasi untuk
memperbaiki kinerjanya (prioritas rendah). Atribut-atribut mutu pelayanan yang
termasuk ke dalam kuadran ini tetap perlu diwaspadai, dicermati dan dikontrol,
karena tingkat kepentingan pelanggan dapat berubah seiring dengan
meningkatnya kebutuhan.
4. Kuadran D
Wilayah yang menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat
kepentingan rendah, tetapi pelaksanaannya tinggi. Atribut-atribut mutu
pelayanan yang termasuk dalam kuadran ini, dalam pelaksanaannya dirasakan
terlalu berlebihan oleh pelanggan. Dalam hal ini terdapat dua langkah yang dapat
dilakukan perusahaan yaitu (1) mengurangi dan mengalokasikan biaya dan
investasi ke atribut-atribut mutu pelayanan yang membutuhkan perbaikan, atau
(2) tetap mempertahankan kinerja atribut yang termasuk dalam kuadran ini,
karena perusahaan memiliki keunggulan bersaing.
3.3.5. Analisis Potensi
Analisis potensi pengembangan instrumen pembayaran non tunai dilakukan
dengan melakukan skor terhadap variabel-variabel yang mengindikasikan potensi
terhadap pengembangan instrumen pembayaran non tunai. Variabel-variabel yang
mengindikasikan potensi suatu daerah diperoleh dari hasil analisis logistik, yaitu
variabel-variabel yang secara nyata mempengaruhi minat masyarakat untuk
menggunakan intrumen pembayaran non tunai. Variabel-variabel ini bersifat individu
(melekat pada karakter individu) sehingga perlu di cari variabel yang bersesuaian,
misalnya pendapatan masyarakat disepadankan dengan PDRB perkapita, keterbukaan
informasi pada individu disepadankan dengan aksesibilitas informasi di daerah tersebut
dan seterusnya.
26
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Bab IVMasyarakat Umum
4.1. Karakteristik Masyarakat Umum
Karakteristik responden dilihat berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
utama, penghasilan, pengeluaran dan saving. Berdasarkan jenis kelamin, 61% responden
berjenis kelamin laki-laki dan sisanya (39%) adalah perempuan. Sebaran responden
menurut jenis kelamin dan kelompok responden disajikan pada Gambar 4.1.
Latar belakang pendidikan responden sebagian besar adalah lulusan S1 (47%),
lulusan SLTA sebanyak 24%, diploma 14%.dan sisanya adalah lulusan S2/23 sebanyak
10% dan lulusan di bawah SLTP sebanyak 4%. Gambar 4.2. di bawah ini menyajikan
sebaran respoden menurut latar belakang pendidikan. Hasil ini menunjukkan bahwa
sebagian besar responden merupakan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan
yang baik. Jika menggunakan batas SLTA, maka responden yang memiliki pendidikan
di atas SLTA mencapai 95 persen, dan yang minimal sarjana terdapat 58 persen dari
responden (Gambar 4.2).
Dari aspek usia, sebagian besar responden berada pada usia produktif, antara
30-45 tahun, yaitu sebesar 45 persen, sementara untuk usia yang relatif muda, dibawah
30 tahun sebesar 35 persen, dan yang memiliki usia diatas 45 tahun sebesar 20 persen
(Gambar 4.3).
27
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Karakteristik lainnya dilihat dari pekerjaan responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 45% responden adalah pegawai swasta, PNS /pegawai BUMN
28%, pengusaha 12%, buruh 5%, pensiunan 1% dan lainnya sebesar 9%. Sebaran
responden menurut pekerjaan terlihat pada Gambar 4.4. Dengan demikian sebesar 73
persen responden adalah karyawan baik Pegawai Negeri maupun swasta.
Berdasarkan karakteristik penghasilan menunjukkan bahwa repsonden yang
berpenghasilan 1-2 juta rupiah lebih banyak dibandingkan dengan yang lainnya yaitu
sebesar 47%. Responden dengan kategori penghasilan tertinggi (> Rp 10 juta) hanya
1%. Banyaknya responden yang berpenghasilan Rp 1-2 juta menunjukkan bahwa
sebagian besar responden adalah pegawai swasta atau BUMN yang rata-rata
berpenghasilan pada kisaran tersebut. Penghasilan responden tersebut disajikan pada
Gambar 4.5. berikut .
Karakteristik lainnya dilihat dari pengeluaran rumah tangga setiap bulannya.
Pengeluaran rumah tangga paling besar persentasenya pada kisaran 1-2 juta rupiah
sebanyak 57%, yang merupakan kelompok responden yang paling dominan.
Pengeluaran responden antara 1-2 juta rupiah dapat dimasukan ke dalam kategori
masyarakat kelas menengah. Komposisi responden dengan pengeluaran yang semakin
besar semakin sedikit jumlahnya. Responden dengan pengeluaran antara 5 – 10 juta
hanya 2 persen, dan responden yang memiliki pengeluaran per bulan di atas 10 juta di
bawah 1 persen. Gambar 4.6. menyajikan pengeluaran responden setiap bulannya.
28
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Karakteristik lain yang dilihat dari penelitian ini adalah saving (tabungan) yang
dilakukan responden setiap bulannya. Saving yang dilakukan 66% responden setiap
bulannya adalah kurang dari 1 juta rupiah, dan 25 persen untuk responden yang
menabung antara 1-2 juta per bulan. Responden yang menabung di atas 5 juta hanya
sekitar 2%. Gambaran responden yang melakukan saving kurang dari 1 juta rupiah
setiap bulannya menunjukkan bahwa kemampuan responden dalam pembentukan
modal masih rendah. Gambar 4.7. berikut menyajikan gambaran saving yang dilakukan
responden.
Sebagian besar responden (83,97%) menyatakan alasan saving adalah untuk jaga-
jaga. Sisanya sebanyak 6,27% adalah untuk spekulasi/investasi dan 5,23% adalah untuk
alasan lainnya seperti menabung untuk pendidikan anak, naik haji dan sebagainya.
Responden masyarakat umum dibagi menjadi dua kelompok yaitu responden yang
menjadi nasabah dan non nasabah bank. Sebesar 90 persen dari responden merupakan
nasabah bank, dan sisanya 10 persen (Gambar 4.8).
29
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Selanjutnya responden yang menjadi nasabah bank dibagi lagi menjadi dua
kelompok yaitu nasabah pengguna instrumen non tunai dan nasabah bukan pengguna
instrumen non tunai. Responden nasabah pengguna instrumen non tunai dipilih sebesar
71 persen, responden nasabah bukan pengguna instrumen non tunai 29 persen, dan
sisanya non nasabah sebesar 10 persen yang dapat dipastikan tidak menggunakan
instrumen pembayaran non tunai. Responden yang tidak menjadi nasabah bank pada
umumnya disebabkan karena belum mengetahui prosedur di perbankan, adanya
pengalaman buruk dengan bank dan image bank yang menggunakan sistem bunga
(Gambar 4.9).
4.2. Persepsi Dan Perilaku terhadap Instrumen Non Tunai
Dari uraian di atas terdapat 90 persen responden yang menjadi nasabah bank.
Gambar 4.10 menunjukkan sebaran responden berdasarkan jumlah bank, tempat
menjadi nasabah. Nampak bahwa paling banyak responden menjadi nasabah di satu
bank atau dua bank. Sebagian kecil memiliki rekening (sebagai nasabah) di tiga bank
atau lebih. Alasan utama responden yang memiliki beberapa rekening di bank yang
berbeda adalah kemudahan transaksi dan faktor keamanan.
Perbankan sebagai lembaga intermediasi memiliki peranan yang signifikan dalam
meningkatkan sistem pembayaran di masyarakat. Jenis produk bank yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah tabungan. Produk tabungan manfaatkan hampir
oleh semua responden (99,32%) karena mudah diambil apabila ada keperluan
mendadak dan fasilitasnya cukup beragam seperti adanya ATM atau untuk keperluan
30
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
lainnya (belanja). Hal ini didukung oleh adanya beberapa ketentuan bank yang
mensyaratkan nasabah harus melengkapi tabungannya dengan ATM. Sedangkan
produk perbankan lainnya berupa kredit, deposito dan giro masing-masing sebesar
16,44 persen, 10,75 persen, dan 5,07 persen. Secara lebih rinci, sebaran jenis produk
bank yang dimanfaatkan dengan kelompok responden dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disampaikan di atas sebesar 71 persen
responden yang menjadi nasabah bank memanfaatkan transaksi non tunai. Alasan
responden tidak menggunakan transkasi non tunai berdasarkan hasil survey
dikelompokkan menjadi enam kategori yaitu 1) Merasa belum perlu, 2) Menambah
beban biaya, 3) Lebih senang memakai tunai, 4) Tidak mengetahui dan mengerti
prosedurnya, 5) Fasilitas masih terbatas dan 6) Lainnya. Responden yang tidak pernah
menggunakan transaksi non tunai ini berasal dari kategori responden kelompok kedua
(nasabah yang memiliki tetapi tidak menggunakan non tunai) dan ketiga (non nasabah).
Gambar 4.12. menyajikan alasan responden tidak menggunakan transaksi non tunai
Berdasarkan gambar tersebut, jumlah responden yang tidak pernah bertransaksi
non tunai karena disebabkan merasa belum perlu sebesar 62 orang atau 9,52 persen.
Responden sebesar 59 orang (9,06%) mengemukakan bahwa penggunaan instrumen
non tunai akan menambah beban biaya. Hal tersebut disebabkan penghasilan masih
rendah, biaya administrasi dan bunga yang cukup tinggi, dianggap menjadi beban
utang dan menjadi boros. Ada juga responden yang mengemukakan alasan bahwa
31
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
sampai saat ini lebih senang memakai tunai yaitu sebesar 43 orang (6,61%).
Pemakaian tunai ini menurut responden dapat digunakan untuk transaksi yang
nilainya kecil serta mudah untuk menghitungnya. Alasan lain yang dikemukakan oleh
27 orang respoden (4,15%) adalah tidak mengetahui dan mengerti prosedurnya.
Responden merasa takut salah, malu, tidak mau repot, dan takut dibodohi. Fasilitas
terbatas instrumen non tunai merupakan alasan lainnya yang dikemukakan oleh 23
orang responden (3,53%). Hal tersebut disebabkan instrumen non tunai belum
menyebar ke seluruh wilayah terutama di kabupaten yang masih jauh tempatnya dan
daerah pemekaran. Alasan lainnya yang dikemukakan adalah dipandang beresiko
tinggi, tidak memiliki kartu non tunai, adanya pengalaman buruk dan kecewa.
Gambar 4.13. menunjukkan tingkat pengenalan responden terhadap instrumen
pembayaran non tunai. Pembahasan ini penting untuk melihat seberapa jauh responden
telah mengenal jenis-jenis instrumen pembayaran non tunai. Penyajian tingkat
pengenalan dibedakan menjadi dua, yaitu top of mind, yang menunjukkan instrumen
non tunai yang paling dikenal, yaitu instrumen non tunai yang disebutkan pertama
kali ketika wawancara. Selanjutnya adalah instrumen yang diketahui oleh responden
setelah memperoleh petunjuk (dituntun) oleh enumerator.
Instrumen pembayaran non tunai yang menjadi top of mind bagi responden relatif
terbatas, yang terpopuler adalah: kartu ATM, kartu kredit, dan cek, bilyet giro, dan
kartu debet. Setelah memperoleh tuntunan dari enumerator, produk yang paling
banyak dikenal oleh responden adalah: ATM, Kartu Kredit, Cek, kartu Debet, transfer
bank, dan SMS banking.
Penelitian ini menggali informasi tentang pengalaman buruk yang pernah dialami
responden selama menggunakan instrumen non tunai. Responden pengguna instrumen
non tunai sebanyak 65 persen menyatakan tidak pernah mengalami pengalaman buruk,
21 persen menyatakan pernah dan sisanya tidak menjawab (Gambar 4.14).
32
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Gambar 4.15. berikut menyajikan pengalaman buruk yang pernah dialami oleh
21 persen responden selama menggunakan instrumen non tunai. Berdasarkan gambar
tersebut, urutan pengalaman buruk yang pernah dialami adalah pelayanan yang tidak
memuaskan, transaski tidak akurat, mesin sering rusak dan lainnya. Pengalaman ini
dirasakan oleh sebagian besar responden yang termasuk kategori 1 (nasabah yang
memiliki dan sering menggunakan instrumen non tunai).
Pelayanan yang tidak memuaskan merupakan pengalaman buruk yang banyak
dirasakan oleh 55 orang responden (8,45%). Pelayanan dari pihak penerbit yang tidak
memuaskan menurut responden adalah seringkali terdebet dua kali tanpa diketahui
oleh pemiliknya, proses transasksi seringkali lambat bahkan ada yang tidak sampai,
adanya debt collector, terkadang tidak dapat digunakan di negara lain, kartu non tunai
(ATM) tertelan dalam mesin, ketidakpedulian bank terhadap klaim nasabah, transparansi
informasi kepada nasabah seperti batas penggunaan kartu, magnet ATM habis/rusak,
dan salah nomor rekening yang diberikan. Pengalaman buruk lainnya adalah seringkali
proses transaksi tidak akurat sehingga tagihan tidak sesuai dan salah transfer data.
Pengalaman buruk tersebut dialami oleh 44 orang responden (6,76%). Jaringan atau
mesin non tunai yang sering rusak merupakan pengalaman buruk yang sering dialami
oleh 33 orang responden (5,07%). Pengalaman lainnya yang dikemukakan oleh 3,23
persen responden adalah biaya transaksi tinggi, menjadi sangat boros sehingga tidak
mampu membayar dan dikejar oleh debt collector.
Jika digali lebih jauh terhadap responden yang pernah memanfaatkan transaksi
non tunai terhadap pengalaman buruk, sebagian besar berasal dari kelompok nasabah
bank yang sekarang tidak lagi menggunakan transaksi non tunai. Sekitar 60 persen
dari kelompok ini menyatakan pernah mengalami pengalaman buruk terhadap transaksi
33
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
non tunai dalam berbagai bentuk seperti dijelaskan di atas (Gambar 4.16).
Hal lain yang ingin diketahui dari responden adalah sumber informasi tentang
pembayaran non tunai. Responden memperoleh sumber informasi tentang transaksi
non tunai paling besar persentasenya (64%) berasal dari keluarga, kemudian televisi
39.5%, koran 27%. Masyarakat tidak banyak mendapatkan informasi dari radio (4.5%),
internet (6.9%) dan majalah (15.8%). Media yang efektif dalam menyampaikan
informasi adalah secara lisan melalui teman atau keluarga. Apabila ada salah satu
anggota keluarga yang menggunakan instrumen non tunai maka akan mengajak ke
anggota keluarga lainnya dan menerangkan kelebihan transaksi non tunai.
Media yang kurang efektif dalam menyampaikan informasi transaski non tunai
adalah radio. Pihak perbankan belum banyak memanfaatkan radio dalam
mensosialisaikan berbagai instrumen non tunai. Selain itu, internet pun belum
memberikan pengaruh yang signifikan dalam informasi instrumen non tunai. Meskipun
pihak perbankan sudah membuat web dan menginformasikan berbagai hal tetapi
masyarakat jarang membukanya. Hal ini menunjukkan responden masih termasuk
kelompok tradisional dimana informasi dari mulut ke mulut merupakan sumber
informasi utama dan dominan pada masyarakat (Gambar 4.17).
34
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Tabel 4.1.
Frekuensi
Transaksi Non
Tunai menurut
Jenis Transaksi
Pemanfaatan pembayaran non tunai dapat dilakukan untuk transfer, pembayaran
belanja, pembayaran listrik, telepon, PAM, pembelian voucher HP, pembayaran kartu
kredit, pembayaran angsuran pinjaman, keperluan usaha /bisnis dan transaksi melalui
internet. Tabel 4.1. menyajikan frekuensi transaksi non tunai menurut jenis transaksi
Dari Tabel 4.1. nampak bahwa jenis traksaksi yang paling banyak dilakukan oleh
responden setidaknya sebulan sekali dengan instrumen non tunai adalah transfer dan
belanja. Selain itu, pembelian voucher handphone yang diduga bahwa responden
menggunakan instrumen non tunai ternyata berdasarkan hasil penelitian sebanyak
79,58% responden tidak pernah menggunakan instrumen non tunai. Responden
biasanya membeli langsung di counter-counter terdekat. Frekuensi transaksi non tunai
melalui internet tidak banyak yang menggunakannya, hanya 1,84% responden yang
pernah menggunakannya. Jika dilihat berdasarkan frekwensi penggunaan instrumen
non tunai, paling banyak adalah 1-3 kali per bulan terutama untuk transfer, belanja,
dan pembelian voucher telpon. Sementara yang menggunakan seminggu sekali atau
lebih berksiar 9 persen responden terutama untuk transfer dan belanja.
Gambar 4.18 menunjukkan penggunaan instrumen non tunai untuk pembayaran
tagihan bulanan seperti rekening listrik, telpon, PAM, pembayaran kartu kredit dan
sebagainya. terlihat bahwa sebagian besar responden membayar tagihan listrik, telepon
dan PAM tidak menggunakan instrumen non tunai. Hanya 11,96 persen responden
membayar listrik dengan instrumen non tunai. Demikian juga untuk pembayaran
rekening telpon, air dan angsuran pinjaman masing-masing sebesar 15.67%, 5.99%
dan 9,52% yang menggunakan instrumen pembayaran non tunai. Penggunaan
instrumen pembayaran non tunai yang relatif tinggi adalah untuk pembayaran tagihan
kartu kredit. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan instrumen non tunai yang
dominan masih terbatas pada pembayaran belanja dan transaksi keuangan dengan
perbankan, belum mencakup jenis-jenis pembayaran yang lebih luas lagi.
35
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Unsur lain yang dinilai dalam perilaku adalah motivasi responden dalam
menggunakan instrumen non tunai. Motivasi merupakan proses psikologis yang
mendasar dan merupakan salah satu unsur yang dapat menjelaskan perilaku seseorang.
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti bergerak atau menggerakkan.
Luthans (1989) mendefinisikan motivasi sebagai suatu proses yang dimulai dari
kebutuhan psikologis sehingga mendorong perilaku seseorang dalam mencapai tujuan
tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian, motivasi utama responden dalam penggunaan
instrumen non tunai adalah keamanan (41,9%). Motivasi lainnya adalah kemudahan
(25%), kecepatan transaksi (7,8%), dan efisiensi (7,1%). Responden termotivasi karena
keamanan dalam menggunakan instrumen non tunai. Dalam hal ini, responden tidak
perlu membawa uang tunai dalam jumlah yang besar apabila bepergian sehingga merasa
aman terhindar dari kejahatan. Selain itu, dengan menggunakan instrumen non tunai,
masyarakat lebih mudah dalam melakukan transaksi seperti transfer, pembayaran di
supermarket, dan pembayaran lainnya. Gambar 4.19. menyajikan gambaran persentase
dari motivasi utama responden menggunakan instrumen non tunai.
36
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Transaksi dengan sistem pembayaran non tunai pada umumnya dikenakan biaya
penerbitan dan pemeliharaan kartu maupun biaya yang dibebankan pada setiap kali
transaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68,4 persen responden
menyatakan bahwa transaksi non tunai dikenai biaya, ada sekitar 31,6 persen responden
yang menyatakan tidak dikenakan biaya transaksi. Persepsi terhadap besarnya biaya
transaksi ditunjukkan pada Gambar 4.20.
Sebagian besar responden (51%) menyatakan bahwa biaya yang dikenakan pada
pembayaran dengan instrumen non tunai dipandang sesuai (wajar) dengan pelayanan
dan kemudahan yang diperoleh dengan sistem pembayaran non tunai tersebut. Sebayak
20 persen responden lainnya menilaia pengenaan biaya yang dilakukan selama ini tidak
sesuai (dipandan terlalu mahal), 29 persen lainnya tidak memberikan jawaban.
4.3. Preferensi Masyarakat terhadap Instrumen Pembayaran Non Tunai
Aspek-aspek yang dinilai penting oleh masyarakat terkait dengan pelayanan dan
jaminan kepada masyarakat untuk melakukan transaksi secara non tunai, antara lain
terkait dengan aspek keamanan transaksi, akurasi transaksi, kecepatan transaksi,
kemudahan, aksesibilitas, biaya transaksi, kenyamanan, efisiensi dan layanan khusus.
Tabel 4.2. berikut menyajikan penilaian masyarakat terhadap aspek-aspek yang dinilai
tersebut berdasarkan pengalaman dan penilaian responden berkaitan dengan transaksi
non tunai. Berdasarkan hasil analisis nampak bahwa hampir semua aspek yang
dimintakan pendapat dari responden dinilai oleh sebagian besar responden berada
pada tingkat tinggi dan sangat tinggi. Hanya beberapa aspek seperti biaya transaksi
dan layanan khusus yang dinilai sedang atau rendah oleh sebagian besar responden.
37
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Meskipun beberapa aspek kunci seperti keamanan, akurasi transaksi, kecepatan,
kemudahan, dan efisiensi dinilai sudah tinggi dan sangat tinggi oleh sebagian besar
responden namun masih ada juga sebagian responden yang menganggap bahwa
jaminan terhadap aspek-aspek tersebut masih rendah atau bahkan sangat rendah.
Misalnya untuk aspek keamanan terdapat 6.4 persen responden yang menilai masih
rendah atau sangat rendah. Demikian juga aspek akurasi ada 4.4 persen yang
menyatakan rendah atau sangat rendah. Jika responden yang menjawab “sedang”
dikategorikan kelompok yang masih ragu-ragu terhadap sistem pelayanan transaksi
non tunai dari berbagai aspek tadi, maka lebih banyak lagi responden yang belum
sepenuhnya yakin terhadap keamanan, akurasi, dan lain-lain pada penggunaan transaksi
non tunai.
Hal ini menjadi tantangan pada pengembangan sistem pembayaran non tunai
untuk mampu memenuhi tuntutan masyarakat dan jaminan keamanan terhadap
transaksi tersebut. Dengan demikian pengembangan sistem pembayaran non tunai
harus memperhatikan hal-hal tersebut. Untuk membuat skala prioritas, aspek mana
yang dinilai masyarakat berdasarkan urutan kepentingannya, dapat dilihat pada Tabel
4.3. yang menunjukkan persepsi terhadap tingkat kepentingan aspek-aspek instrumen
non tunai menurut responden.
Hasil analisis menunjukkan bahwa urutan pertama kepentingan dalam
pembayaran non tunai adalah keamanan transaksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
dalam sistem pembayaran non tunai, keamanan merupakan unsur utama yang
diinginkan responden seperti terhindar dari kejahatan, aman dari gangguan hacker
dan sebagainya. Urutan kepentingan kedua yang dinilai responden adalah aspek
kemudahan/aksesibilitas. Responden menginginkan bahwa sistem pembayaran non
tunai harus lebih mudah dan dapat diakses di berbagai tempat sehingga terjadi efisiensi
dan efektifitas. Kecepatan transaksi merupakan aspek yang menurut responden tingkat
kepentingannya berada pada urutan ketiga. Transaksi tidak perlu menunggu waktu
38
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
yang lama dan pihak yang menerima pun merasa puas.
Urutan keempat tingkat kepentingan dalam pembayaran non tunai adalah
efisiensi. Melalui sistem pembayaran non tunai, maka seseorang cukup membawa
instrumen non tunai baik yang berbasis kartu maupun elektronik sehingga tidak repot
membawa uang tunai. Urutan kelima dari aspek yang dinilai oleh responden adalah
akurasi transaksi. Akurasi transaksi merupakan hal penting yang harus diperhatikan
sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Sistem pembayaran non tunai dinilai
oleh responden harus dapat memberikan kenyamanan dalam bertransaksi dengan
urutan kepentingannya berada pada posisi keenam. Menurut responden, biaya
transaksi berada pada urutan kepentingan ketujuh, artinya biaya transaksi dinilai
tidak terlalu penting dalam sistem pembayaran non tunai. Urutan terakhir tingkat
kepentingan menurut responden adalah layanan khusus. Hal ini menunjukkan bahwa
layanan khusus yang ada dalam instrumen non tunai tidak terlalu dipentingkan oleh
responden.
Jika digabungkan hasil analisis antara pendapat responden terhadap performance
dan presepsi terhadap tingkat kepentingan aspek-aspek dalam pengembangan sistem
pembayaran non tunai dapat disajikan dalam matriks dua dimensi sebagai mana
ditunjukkan pada Gambar 4.21. Dari hasil analisis ini dapat dikatakan bahwa sistem
pembayaran non tunai yang ada saat ini sudah relatif baik sesuai dengan harapan
masyarakat. Hal ini ditunjukkan tingkat performance sudah relatif tinggi terutama
untuk aspek-aspek yang dinilai penting oleh responden seperti keamanan, aksesibilitas
dan kecepatan. Beberapa aspek yang lain memiliki performance baik meskipun menurut
responden menduduki tingkat kepentingan yang relatif rendah seperti kenyamanan
dan efisiensi. Aspek yang memiliki performance relatif rendah adalah biaya dan layanan
sehingga perlu ditingkatkan, meskipun dari skala prioritas kepentingannya relatif rendah
dibandingkan aspek lainnya.
Berdasarkan hasil pengolahan data, menunjukkan bahwa aspek-aspek yang dinilai
berada pada kuadran A (prioritas utama) dan Kuadran B (pertahankan prestasi).
Kuadran A
Atribut-atribut yang berada di kuadran A menunjukkan atribut-atribut mutu
39
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
pelayanan yang memiliki tingkat kepentingan tinggi atau di atas nilai rataan, tetapi
memiliki tingkat kinerja dinilai rendah. Atribut-atribut ini perlu mendapatkan perhatian
yang khusus atau diprioritaskan karena keberadaan faktor-faktor ini dinilai sangat
penting bagi pelanggan, tetapi pihak perbankan belum dapat melaksanakannya sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan, sehingga tingkat kinerjanya masih belum
memuaskan. Aspek-aspek yang berada di kuadran A adalah kenyamanan efisiensi,
akurasi dan biaya.
Kuadran B
Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang perlu dipertahankan
atau ditingkatkan, karena tingkat kinerja yang telah dilaksanakan umumnya telah
sesuai dengan tingkat kepentingan atau harapan pelanggan. Aspek-aspek yang berada
dalam kuadran B adalah keamanan, aksesibilitas, dan kecepatan.
Kuadran C
Kuadran ini menunjukkan atribut-atribut mutu pelayanan yang memiliki tingkat
kepentingan dan kinerja rendah. Atribut-atribut mutu pelayanan yang termasuk dalam
kuadran ini dirasakan tidak terlalu penting oleh pelanggan dan pihak perusahaan hanya
melaksanakannya secara biasa, sehingga pihak perusahaan belum terlalu perlu
mengalokasikan biaya dan investasi untuk memperbaiki kinerjanya (prioritas rendah).
Kuadran ini hampir sama halnya dengan kuadran A, hanya saja atribut-atribut pada
kuadran A tingkat kepentingannya tinggi, sehingga perlu diprioritaskan kinerjanya.
Sedangkan tingkat kepentingan pelanggan di kuadran C adalah rendah, sehingga
prioritasnya juga rendah. Oleh karena itu, walaupun kinerjanya ditingkatkan, tidak
akan meningkatkan kepuasan pelanggan secara maksimal dan merupakan suatu
ketidakefektifan biaya. Karena lebih baik anggaran yang tersedia digunakan untuk
meningkatkan pelayanan pada atribut-atribut yang berada di kuadran A (prioritas
utama). Aspek yang termasuk dalam kuadran ini hanya aspek pelayanan.
Tahap berikutnya adalah seberapa besar responden yang berpotensi
memanfaatkan instrumen pembayaran non tunai jika sistem ini dikembangkan secara
luas dan jenis instrumen seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat. Gambar 4.22
menunjukkan bahwa sebagaian besar responden (71%) bersedia menggunakan
instrumen non tunai jika akan dikembangkan secara luas.
40
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Berdasarkan kelompok responden, porsi terbesar responden yang mau
memanfaatkan kartu pra bayar berasal dari kelompok yang saat ini memanfaatkan
instrumen non tunai yaitu 81,31 persen. Responden nasabah bank yang tidak
memanfaatkan instrumen non tunai tetapi mau memanfaatkan kartu pra bayar juga
cukup besar yaitu 69,5 persen. Pada kelompok non nasabah porsi yang mau
memanfaatkan instrumen non tunai sebesar 51.6 persen. Hasil ini dapat dipahami,
bahwa kemauan terbesar berasal dari kelompok yang saat ini sudah memanfaatkan
instrumen non tunai karena seudah lebih mengenal dan memiliki pengalaman. Pada
kelompok nasabah bank tunai dan non nasabah merupakan pasar potensial yang dapat
di garap. Namun demikian ada sekitar 18,7 persen dari kelompok yang saat ini telah
memanfaatkan instrumen non tunai tidak ingin menggunakan kartu pra bayar. Hal ini
diduga berkaitan dengan ketidak puasan terhadap pelayanan dan sistem yang ada
saat ini dan pengalaman buruk yang pernah dialami dalam menggunakan instrumen
pembayaran non tunai (Gambar 4.23).
Alasan kesediaan memanfaatkan instrumen non tunai (kartu prabayar) ditanyakan
pada 364 orang responden ketika dilakukan survey tahap kedua. Sebagian besar
responden (54,12%) menyatakan bersedia memanfaatkan kartu prabayar. Alasan
responden bersedia memanfaatkan kartu prabayar digambarkan berdasarkan
urutannya pada Gambar 4.24 :
41
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Alasan tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1 . Memberi kemudahan dan kenyamanan
Alasan ini dikemukakan oleh 197 orang responden (54,12%). Aspek-aspek yang
termasuk ke dalam kelompok ini berdasarkan responden adalah praktis, efisien,
tidak perlu bawa uang tunai, aslakan bisa digunakan untu ktransaksi dengan nilai
nominal rendah, tidak menyulitkan, mudah, fleksibel, nyaman, dan cepat.
2 . Lebih aman
Sistem pembayaran non tunai berbasis kartu lebih aman dan tidak merasa
khawatir. Namun demikian, sistem keamanan harus ditingkatkan agar identitas
pengguna tidak dapat digunakan untuk orang lain,misalnya melalui kode chip.
Responden sebanyak 46 orang (10,44%) menyatakan hal tersebut sebagai alasan
menerima kartu prabayar
3 . Pengeluaran dapat terkontrol
Responden sebanyak 12,64 persen menyatakan bahwa apabila ada kartu prabayar,
maka pengeluaran dapat terkontrol karena pengguna harus membayar deposit
terlebih dahulu. Hal ini berbeda dengan kartu kredit yang selama ini digunakan
cenderung meneyebabkan konsumtif.
4 . Lainnya
Alasan lainnya yang dikemukakan adalah senang dengan produk baru yang
sedang trend, menandaan negara Indonesia maju, prestise, dan banyak
memberikan manfaat.
Pada umumnya responden menginginkan adanya kartu multifungsi sebesar 64,5%
dari total responden. Kartu tersebut diharapkan dapat dijadikan alat pembayaran untuk
berbagai fungsi seperti pembayaran di apotik/rumah sakit, restoran, supermarket, pom
bensin, kereta api, bus umum dan jalan tol. Gambar 4.25. berikut menyajikan grafik
secara detail persentase dari kartu multifungsi yang diinginkan oleh masyarakat. Fungsi
pembayaran yang diinginkan antara lain pom bensin, sarana transportasi umum, rumah
sakit, super market dan tol.
42
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Jika dikaji lebih jauh dari responden yang mau memanfaatkan kartu pra bayar
menurut kelompok responden, nampaknya sebagian besar responden dari semua
kelompok menginginkan jenis kartu pra bayar yang multi fungsi (Gambar 4.26). Sebesar
85,37 persen responden nasabah bank yang telah menggunakan instrumen non tunai
menginginkan kartu pra bayar yang multi fungsi. Demikian juga untuk responden
nasabah bank yang belum menggunakan instrumen non tunai dan non nasabah,
masing-masing sebesar 86,2 persen dan 87,5 persen menginginkan kartu pra bayar
bersifat multi fungsi.
Responden yang menginginkan kartu prabayar bersifat multifungsi (multiple card)
menyatakan alasannya adalah praktis, mudah, dapat digunakan dimana saja / fleksibel
dan pengeluaran terkontrol. Gambar 4.27. menyajikan alasan responden memilih kartu
yang bersifat multifungsi.
Sedangkan alasan sebagian besar responden (66,67%) menggunakan kartu
prabayar bersifat tunggal dikarenakan agar tujuan penggunaan lebih jelas. Hal ini
dimaksudkan agar setiap pengguna kartu memiliki kartu berdasarkan tujuan utama
sehingga tidak boros dan pengeluaran terkontrol lebih baik.
Responden yang menyatakan tidak bersedia menerima kartu prabayar disebabkan
oleh alasan berikut :
1. Takut lebih boros
2. Belum terlalu perlu
43
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
3. Lebih menyukai pembayaran non tunai
4. Lainnya adalah jumlahnya terbatas, belum teruji, takut tidak aman, dan tidak
berminat
Informasi lain yang digali dari penelitian ini adalah kelemahan dan kelebihan
interumen non tunai. Kelemahan instrumen non tunai yang dapat diidentifikasi darai
hasil survey dikelompokkan menjadi tujuh kelompok yaitu 1) Fasilitas masih terbatas,
2) Jaringan sering rusak/offline, 3) biaya yang dikeluarkan mahal, 4) Pelayanan bank
kurang memuaskan, 5) Menjadi lebih boros/konsumtif, 6) Keamanan masih kurang
terjamin dan 7) Lain-lain. Responden yang menjawab lebih dari satu jawaban untuk
kelompok tersebut sebanyak 18,13 persen dan 8,7 persen tidak menjawab pertanyaan
(blank). Kelemahan instrument non tunai banyak dikemukakan oleh kelompok nasabah
yang memiliki dan sering menggunakan instrumen non tunai (> 50%). Kelemahan
tersebut dinyatakan sebagai akibat dari pengalaman yang dirasakan responden selama
ini. Table 4.4. berikut menyajikan secara rinci persentase dari ketiga kelompok responden
Gambaran kelemahan instrumen non tunai yang dirasakan oleh responden selama
ini disajikan berdasarkan urutan terbesar pada Gambar 4.28.
44
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Berdasarkan gambar tersebut, kelemahan instrumen non tunai berdasarkan urutan
adalah:
1 . Fasilitas instrumen non tunai yang masih terbatas
Responden menjawab kelemahan ini sebesar 128 orang atau 19,66 persen dari
jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan
ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori
nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 72,66 persen.
Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang
menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 21,88 persen, dan sisanya
adalah non nasabah 5,47 persen.
Responden merasakan selama ini fasilitas yang ada hanya terbatas di pusat kota
dan belum banyak yang menjangkau daerah pedesaan (rural). Selain itu, fasilitas
tersebut juga hanya terbtas di tempat-tempat tertentu seperti supermarket.
Fasilitas tersebut belum ada di pasar tradisional, toko kecil atau pelayanan publik
lainnya. Responden menyatakan juga bahwa tempat ATM masih kurang strategis
dan kurang nyaman. Fasilitas instrumen yang kurang banyak seringkali
menyebabkan terjadi antrian panjang sehingga memerlukan waktu yang lebih
lama. Fasilitas terbatas lainnya yang dirasakan adalah jumlah transfer/penggunaan
yang masih terbatas, maksimum lima juta rupiah per hari. Responden juga
menyatakan bahwa instrumen non tunai saat ini belum banyak membantu
kebutuhan hidup secara optimal.
2 . Jaringan instrumen non tunai yang sering rusak/offline
Responden menjawab kelemahan ini sebesar 120 orang atau 18,43 persen dari
jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan
ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori
nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 82,50 persen.
Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang
menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 15,00 persen, dan sisanya
adalah non nasabah 2,50 persen.
Kelemahan jaringan yang sering rusak atau offline menyebabkan transaksi
terhambat. Responden pernah mengalami kegagalan transaksi karena mesin tiba-
tiba macet (offline) padahal tidak membawa uang tunai. Responden juga
menyatakan bahwa transfer antar bank terkadang offline dan prosesnya lama.
3 . Biaya yang dikeluarkan responden mahal
Responden menjawab kelemahan ini sebesar 102 orang atau 15,67 persen dari
jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan
ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori
nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 62,75 persen.
Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang
menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 29,41 persen, dan sisanya
45
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
adalah non nasabah 7,84 persen.
Biaya instrumen non tunai dirasakan mahal oleh responden, terutama biaya
adminsitrasi dan bunga yang dikenakan lebih tinggi. Pihak perbankan juga
mengenakan potongan biaya yang tidak tentu dan tidak diberitahukan kepada
nasabah terlebih dahulu. Biaya yang dikenakan kepada pemegang instrumen non
tunai berbeda-beda tergantung pada bank dan jenis instrumen non tunai yang
dipakai.
4 . Pelayanan bank kurang memuaskan
Responden menjawab kelemahan ini sebesar 101 orang atau 15,51 persen dari
jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan
ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori
nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 72,28 persen.
Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang
menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 21,78 persen, dan sisanya
adalah non nasabah 5,94 persen.
Responden menyatakan bahwa pelayanan perbankan dirasakan kurang
memuaskan. Berdasarkan hasil survey, pelayanan kurang memuaskan yang dapat
diidentifikasi yaitu :
n Tidak ada info jumlah dana dari bank
n Tidak bisa digunakan untuk transaskis kecil
n Transaksi kurang akurat
n Proses lambat
n Terdebet dua kali
n Operasionalnya rumit
n Adanya debt collector yang tidak ramah
n Kurangnya sosialisasi penggunaan instrumen non tunai terutama di
daerah kabupaten
n Kurang toleran dalam tenggang pembayaran
Hal-hal tersebut apabila responden melakukan klaim terhadap bank, seringkali
tidak menjadi perhatian dan tidak ada klarifikasi yang jelas.
5 . Menjadi lebih boros / konsumtif
Responden merasakan bahwa edngan adanya instrumen non tunai, terutama kartu
kredit, menyebabkan lebih konsumtif. Responden tertarik dengan produk yang
dapat dibeli oleh instrumen non tunai sehingga lebih boros dan tidak mampu
mengontrol pengeluaran. Responden menjawab kelemahan ini sebesar 77 orang
atau 11,83 persen dari jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori
nasabah, maka alasan ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang
termasuk ke dalam kategori nasabah yang sering menggunakan instrumen non
tunai sebesar 53,25 persen. Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non
46
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
tunai tetapi jarang menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 36,36
persen, dan sisanya adalah non nasabah 10,39 persen.
6 . Keamanan masih kurang terjamin
Keamanan instrumen non tunai saat ini masih kurang terjamin seperti cek kosong,
billing misterius, kesalahan PIN, dan kartu sering digunakan orang lain Responden
menjawab kelemahan ini sebesar 66 orang atau 10,14 persen dari jumlah
responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah, maka alasan ini
dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke dalam kategori
nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar 50,00 persen.
Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang
menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 40,91 persen, dan sisanya
adalah non nasabah 9,09 persen.
7 . Lain-lain
Kelemahan lainnya yang tidak termsauk ke dalam enam kelompok di atas adalah
hanya untuk kalangan tertentu, tergantung pada teknologi yang relatif mahal,
operator yang tidak terampil mengoperasikan mesin non tunai, tidak mengetahui
dan tidak respek. Responden menjawab kelemahan ini sebesar 54 orang atau 8,29
persen dari jumlah responden. Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah,
maka alasan ini dikemukakan oleh sebagian besar responden yang termasuk ke
dalam kategori nasabah yang sering menggunakan instrumen non tunai sebesar
35,19 persen. Nasabah dengan kategori memiliki instrumen non tunai tetapi jarang
menggunakannya menyatakan alasan tersebut sebesar 40,74 persen, dan sisanya
adalah non nasabah 24,07 persen.
Kelebihan instrumen non tunai yang diperoleh dari hasil survey dikelompokkan
menjadi lima kelompok berdasarkan urutan terbesar yaitu 1) praktis dan mudah, 2)
Aman, 3) Cepat, 4) Nyaman dan helpfull, dan 5) kelebihan lainnya. Gambar 4.29.
menyajikan kelebihan instrumen non tunai selama ini
47
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Kelebihan instrumen non tunai tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1 . Praktis dan Mudah
Sebagian besar responden (513 orang atau 78,80 persen) menyatakan bahwa
dengan menggunakan instrumen non tunai lebih praktis dan mudah. Kelebihan
di urutan pertama ini juga mengandung kelebihan lainnya yaitu efisien, ringan,
mudah diakses, fleksibel, ATM buka 24 jam dan kadang-kadang ada fasilitas
tambahan. Dalam hal ini responden tidak perlu membawa uang tunai yang lebih
banyak dan kartu dapat dimasukkan ke dalam dompet sehingga lebih praktis.
Mesin ATM yang mudah diakses dan buka selama 24 jam memberikan kemudahan
kepada responden apabila ingin mengambil uang dalam kondisi mendesak.
Responden juga merasa senang karena adanya pelayanan khusus seperti potongan
harga di toko tertentu atau hadiah lainnya.
Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang
menyatakan kelebihan ini, maka kategori responden pertama 66,08 persen
mengemukakan kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 27,49 persen menyatakan
kelebihan tersebut, dan sisanya adalah non nasabah 6 persen.
2 . Lebih aman
Responden yang menyatakan bahwa kelebihan instrumen non tunai lebih aman
daripada tunai sebanyak 268 orang atau 41,17 persen. Responden yang
menggunakan instrumen non tunai tidak merasakan cemas dan aman dari
kejahatan seperti perampokan maupun pencurian. Selain itu, instrumen yang
dimiliki jenis kartu menggunakan sistem keamanan dengan Personal Identity
Number (PIN) dan tanda tangan. Hal tersebut dapat mengurangi risiko terjadinya
pembobolan uang.
Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang
menyatakan kelebihan ini, maka kategori responden pertama 67,54 persen
mengemukakan kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 23,88 persen menyatakan
kelebihan tersebut, dan sisanya adalah non nasabah (0,09) persen.
3 . Cepat
Responden yang menyatakan bahwa kelebihan instrumen non tunai lebih cepat
daripada tunai sebanyak 196 orang atau 30,11 persen. Kecepatan instrumen
non tunai diidentifikasi apabila responden mentransfer uang, membayar
sejumlah barang terutama di supermarket, pembelian pulsa telepon dan
pembayaran lainnya yang biasanya tersedia dalam layanan instrumen non tunai
berupa kartu.
Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang
menyatakan kelebihan ini, maka kategori responden pertama 72,45 persen
mengemukakan kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 26,53 persen menyatakan
kelebihan tersebut, dan sisanya adalah non nasabah (2,76) persen.
48
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
4 . Nyaman dan helpfull
Responden menyatakan bahwa dengan menggunakan instrumen non tunai akan
lebih nyaman dan membantu dalam transaksi sebanyak 71 orang atau 10,91 persen.
Kenyamanan ini terjadi karena responden merasa aman apabila ingin membeli
produk berharga mahal. Selain itu, instrumen non tunai banyak membantu apabila
harus membeli produk yang mendesak sementara tidak memiliki uang tunai yang
cukup.
Apabila dibagi ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang
menyatakan kelebihan ini, maka kategori responden pertama 72,45 persen
mengemukakan kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 26,53 persen menyatakan
kelebihan tersebut, dan sisanya adalah non nasabah (2,76) persen.
5 . Lainnya
Responden yang menyatakan selain keempat hal di atas sebanyak 63 orang atau
9,68 persen. Pernyataan responden yang termasuk ke dalam kelebihan ini adalah
biaya transaksi murah, bunga rendah, lebih prestise dan akurat. Apabila dibagi
ke dalam tiga kategori nasabah dari jumlah responden yang menyatakan
kelebihan ini, maka kategori responden pertama 72,45 persen mengemukakan
kelebihan ini. Kategori nasabah kedua 26,53 persen menyatakan kelebihan
tersebut, dan sisanya adalah non nasabah (2,76) persen.
4.4. Analisis Psikografis
Secara teoritis, setiap manusia memiliki persepsi tentang sosok dirinya sendiri,
dalam posisi relatif dengan orang lain di sekitarnya. Interaksi sosial bertolak salah
satunya dari bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya. Dari konsep ini, maka
perilaku responden sistem pembayaran non tunai, juga didasarkan atas bagaimana
responden mempersepsikan dirinya dalam hal perbankan, perolehan informasi dan
lain-lain.
Sosok diri responden diperoleh dengan memilih sikap terhadap serangkaian
pernyataan yang diberikan. Setiap pernyataan memiliki 5 level jawaban, yaitu 1 untuk
“sangat tidak setuju”, 2 untuk “tidak setuju”, 3 untuk “antara setuju dan tidak”, 4
untuk “setuju”, dan 5 untuk “sangat setuju”. Langkah selanjutnya dari pernyataan-
pernyataan tersebut dikelompokkan ke dalam 5 karakter yang menunjukkan
kecenderungan sikap responden, yaitu : Y1 : Tipe orang yang agresif, suka mencoba
hal-hal baru; Y2 : Tipe orang yang terbuka terhadap informasi dan memandang
pembayaran non tunai sebagai prestise tersendiri, Y3 = Tipe orang yang menyukai
sistem pembayaran non tunai, Y4 = Tipe orang yang hati-hati, lamban menerima
perubahan, Y5 = Tipe orang yang memandang dirinya pelopor dan panutan bagi or-
ang di sekitarnya.
Dari lima kelompok karakter responden ini kemudian dikaitkan kelompok
responden yang didasarkan pada perilaku penggunaan sistem pembayaran non tunai
sehingga dapat digambarkan ciri dari masing-masing kelompok responden tersebut.
49
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Gambar 4.21. menunjukkan hasil analisis biplot yang menginformasikan posisi tiga
kelompok responden dan lima karakter individual.
Dari Gambar 4.30 nampak bahwa secara umum responden yang menggunakan
instrumen pembayaran non tunai relatif dekat dengan responden yang berciri Y1 yaitu
tipe orang yang agresif, suka mencoba hal-hal baru, Y2, yaitu tipe orang yang terbuka
terhadap informasi dan memandang pembayaran non tunai sebagai prestise tersendiri,
Y3 yaitu tipe orang yang menyukai sistem pembayaran non tunai , dan Y5 yaitu tipe
orang yang memandang dirinya pelopor dan panutan bagi orang di sekitarnya. Dari
tipologi kelompok responden ini nampaknya responden yang menggunakan
pembayaran non tunai adalah kelompok masyarakat yang energik, memiliki akses yang
baik terhadap sumber informasi, dan ingin mencoba jika ada hal-hal yang baru.
Sementara itu untuk nasabah bank yang tidak memanfaatkan pembayaran non
tunai dan responden non nasabah pada umumnya memiliki tipe yang cenderung
konvensional, lambat untuk berubah atau cenderung nyaman dengan kondisi yang
ada. Hal yang relatif sama untuk kelompok responden non nasabah bank, hanya saja
pada kelompok ini ada ciri lain yang nampak yaitu Y4, tipe orang yang hati-hati dan
lamban menerima perubahan.
Secara spesifik pada beberapa kota memiliki fenomena yang berbeda antar kota
atau kelompok kabupaten. Secara garis besar berdasarkan penciri tipologi responden
dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah wilayah-wilayah
50
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
yang tipe respondennya berbeda antara nasabah bank dan bukan nasabah bank, tetapi
antara pengguna instrumen non tunai dengan nasabah yang tidak menggunakan
instrumen non tunai tidak berbeda nyata. Daerah yang masuk kategori ini antara lain:
Manado, Makasar, Medan, Kendari, dan Denpasar yang diwarnai dengan tipe Y1, Y2,
Y3, dan Y5.
Kelompok kedua adalah daerah yang memiliki ciri responden pengguna instrumen
pembayaran non tunai memiliki ciri berbeda dengan nasabah yang tidak menggunakan
instrumen non tunai dan non nasabah. Dengan kata lain, nasabah bank yang tidak
menggunakan instrumen non tunai memiliki ciri tipe masyarakat yang sama dengan
non nasabah (Y4). Daerah-daerah ini antara lain: DKI Jakarta, Bandung, Pekanbaru,
Bandar Lampung, kabupaten di Kalimantan dan Sulawesi, Kabupatan di Sumatera dan
kabupaten di Jawa-Bali.
Jika ditelaah lebih rinci lagi, terdapat beberapa kota/daerah yang benar-benar
memiliki tipe bersesuaian misalnya: masyarakat di Medan pengguna instumen non tunai
maupun yang tidak (nasabah) dan Kendari pengguna non tunai memiliki ciri yang mirip
yaitu dominan dekat dengan ciri Y2 dan Y5. Hal yang sama misalnya Makasar non
nasabah dan Bandar Lampung yang tidak menggunakan instrumen non tunai maupun
non nasabah memiliki ciri yang dominan dengan Y4. Kelompok kota/kabupaten yang
memiliki ciri relatif sama sebagaimana ditunjukkan oleh lingkaran pada gambar.
4.5. Harapan ke Depan
Harapan ke depan dalam rangka sistem pembayaran non tunai berdasarkan
hasil survey disajikan pada Gambar 4.31 :
Berdasarkan gambar di atas, harapan tersebut diurutkan sebagai berikut :
1 . Penggunaan diperluas
Penggunaan sistem pembayaran non tunai diharapkan lebih luas dan menyebar
ke seluruh wilayah. Hal tersebut dapat dilakukan secara bertahap dimulai dari
ibukota provinsi kemudian ke wilayah kota dan kabupaten. Dalam hal ini selain
jangkauan diperluas juga fasilitas instrumen non tunai lebih diperbanyak
51
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
fasilitasnya. Fasilitas tersebut tidak hanya disediakan di pertokoan besar saja tetapi
sebaiknya di tempat umum yang bersifat layanan publik.
2 . Peningkatan pelayanan
Pelayanan dan kepuasan pelanggan merupakan aspek yang signifikan dalam
rangka mempertahankan keberlanjutan industri jasa. Meskipun demikian tidaklah
mudah untuk mewujudkan kepuasan pelanggan secara menyeluruh. Pada
prinsipnya, terdapat tiga kunci dalam memberikan pelayanan yang unggul
terhadap pelanggan. Pertama, kemampuan memahami kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Kedua, pengembangan database yang lebih akurat daripada pesaing.
Ketiga, pemanfaatan informasi-informasi yang diperoleh dari riset pasar dalam
suatu kerangka strategis.
Responden menyatakan bahwa apabila diberlakkan sistem pembayaran non
tunai secara luas, maka pihak penerbit harus memberikan pelayanan optimal.
Aspek peningakatan pelayanan berdasarkan hasil survey adalah penggunaan
lebih mudah, adanya perlindungan konsumen, akurat, cepat, adanya pelayanan
khusus, efektif, tenologi yang digunakan lebih modern, produk diakui secar
internasional, transparansi dan jaminan terhadap nasabah, aturan yang jelas,
variasi non tunai, fisik kartu harus kokoh, peningkatan ketermapilan operator,
dan inovatif.
3 . Penurunan biaya
Biaya yang diharapkan responden ke depan lebih murah dengan bunga yang
tinggi. Responden menyatakan bahwa apabila diberlakukan sistem pembayaran
non tunai secara luas, maka pihak penerbit harus mengenakan biaya minimum
yang tidak memberatkan para pengguna.
4 . Peningkatan keamanan
Responden menyatakan bahwa apabila diberlakukan sistem pembayaran non
tunai secara luas, maka pihak penerbit harus meningkatkan sistem keamanannya
lebih baik. Dalam hal ini, sistem non tunai diharapkan tidak terjadi kejahatan
yang merugikan pengguna
5 . Sosialisasi dan dukungan infrastruktur
Responden menyatakan bahwa apabila diberlakukan sistem pembayaran non
tunai secara luas, maka harus dilakukan sosialisasi yang intensif terhadap
masyarakat. Sosialisasi ini memberikan informasi yang komprehensif tentang
sistem pembayaran non tunai di Indonesia. Sosialisasi sangat penting dilakuakn
karena saat ini sebagian masyrakat masih belum memahami pembayaran non
tunai dengan baik sehingga sering terjadi kesalahpahaman. Selain itu,
dukungan infrastruktur yang memadai akan memperlancar sistem pembayaran
non tunai.
52
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
6 . Lain-lain
Harapan lainnya yang dikemukakan oleh responden adalah :
n Kerjasama dengan semua pihak yang terkait dalam pembangunan sistem
pembayaran non tunai
n Tidak menjadikan masyarakat lebih boros/konsumtif sehingga perlu ada
pendidikan dan sosialisasi bahwa sistem pembayaran non tunai bukan untuk
menjadikan budaya lebih konsumtif.
n Lebih banyak yang berbasis syariah
n Sistem pembayaran non tunai segera diimplementasikan.
Box. Studi Kasus Kota Manado
Dalam studi kasus yang diulas lebih mendalam diambil kasus daerah Manado,
dengan alasan terdapat fenomena spesifik masyarakat Manado dalam menggunakan
instrumen non tunai, terutama kartu kredit. Hal spesifik antara lain berkaitan dengan
alasan penggunaan kartu pembayaran non tunai, yang cenderung didasarkan pada
alasan emosional, yaitu karena menyukai penggunaan kartu kredit. Alasan dibalik
menyukai adalah adanya persepsi penggunaan kartu kredit merupakan gaya hidup
modern dan dipandang lebih bonafid. Hal ini berbeda dengan daerah-daerah lain,
dimana alasan utama adalah faktor ekonomi dan kebutuhan dukungan transaksi dengan
instrumen non tunai. Kedua fenomena yang berbeda ini membawa konsekuensi pada
perilaku pasar yang berbeda.
Manado terletak pulau Sulawesi Utara pada posisi geografis 124°40' - 124°50' BT
dan 1°30'-1°40' LU. Motto kota ini adalah Si Tou Timou Tumou Tou, yaitu sebuah filsafat
hidup masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi. Arti dari motto
tersebut adalah : “Manusia hidup untuk memajukan orang lain.” Kata Manado sendiri
berasal dari bahasa daerah Minahasa yaitu Mana rou atau Mana dou yang dalam bahasa
Indonesia berarti “di jauh”.
Penduduk di kota Manado terdiri dari berbagai latar belakang etnik maupun
agama. Mayoritas penduduk berasal dari suku Minahasa dan mayoritas penduduk adalah
agama Kristen. Kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan
dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia
Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai karakteristik responden,
persepsi, preferensi dan perilaku masyarakan dalam menggunakan instrumen non
tunai.
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan utama,
penghasilan rata-rata per bulan, saving rata-rata per bulan dan pengeluaran
rumah tangga per bulan. Responden yang diambil dari kota Manado sebanyak
42 orang. Gambar 1 menyajikan karakteristik responden bedasarkan jenis
kelamin.
53
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Gambar 1. Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan jenis kelamin, responden sebanyak 57 persen adalah berjenis kelamin
perempuan, sedangkan sisanya adalah berjenis kelamin laki-laki (43%).
Karakteristik kedua yang dilihat adalah usia respoden. Responden yang berusia
lebih dari 45 tahun sebesar 50 persen, berusia 30 - 45 tahun sebanyak 36 persen
sedangkan sisanya berusia kurang dari 30 tahun (14%). Gambar 2 berikut
menggambarkan distribusi responden berdasarkan pengelompokkan usia.
Gambar 2. Distribusi Usia Respoden
Usia yang berumur lebih dari 45 tahun menunjukkan persentase yang cukup besar
(50%) dibandingkan dengan usia lainnya Hal tersebut menunjukkan bahwa
responden memiliki tingkat perekonomian yang sudah mapan sehingga banyak
menggunakan produk perbankan.
Responden yang berlatar belakang pendidikan S1 menunjukkan persentase pal-
ing besar dibandingkan responden lainnya yaitu 40 persen. Selanjutnya responden
yang berlatar belakang pendidikan SMA sebesar 39persen menunjukkan kondisi
yang cukup signifikan dalam perkembangan instrumen non tunai di Manado.
Responden yang berlatar belakang pendidikan SMA sudah menjadi nasabah bank
dan memiliki instrument non tunai yang dibiayai oleh orang tuanya. Sedangkan
responden yang berlatar belakang pendidikan S2/3 hanya 18 persen. Gambar 3.
menunjukkan latar belakang pendidikan respoden
Gambar 3. Latar Belakang Pendidikan
54
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan bahwa sebanyak 41 persen
responden adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau bekerja di BUMN. Hal ini tidak
jauh berbeda dengan persentase responden yang bekerja di swasta yaitu sebesar
38 persen. Persentase kelompok responden sebesar 17 persen adalah bekerja di
perusahaan jasa, perdagangan, pertanian, dan buruh/pekerja. Sedangkan
responden yang sudah pensiun sebesar 5 persen. Responden yang bekerja sebagai
PNS atau bekerja di BUMN dan pegawai swasta merupakan pekerjaan yang
mendominasi di Manado. Hal ini menunjukkan bahwa PNS dan pegawai swasta
merupakan pasar potensial untuk mengembangkan instrumen non tunai di masa
depan. Gambar 4. menyajikan gambaran persentase pekerjaan responden di
Manado.
Gambar 4. Pekerjaan Responden
Penghasilan rata-rata per bulan dari responden menunjukkan bahwa persentase
terbesar pada kisaran Rp 1 – 2 juta. Penghasilan rata-rata per bulan sebesar Rp 2
– 3 juta sebanyak 26 persen responden. Gambar 5. berikut menunjukkan
gambaran kelompok penghasilan rata-rata responden per bulan.
Gambar 5. Penghasilan Rata-Rata per Bulan
Karakteristik lain yang diidentifikasi adalah saving rata-rata yang dilakukan
responden setiap bulannya. Hasil survey menunjukkan bahwa responden sebagian
besar (65%) menabung setiap bulannya sebesar kurang dari satu juta rupiah.
Namun demikian, 31 persen responden menabung rata-rata Rp 1 – 2 juta setiap
55
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
bulannya. Responden yang menabung sebanyak Rp 2 – 3 juta dan Rp 5 – 10 juta
setiap bulannya hanya dua persen. Alasan menabung yang dikemukakan oleh
responden menyebutkan untuk jaga-jaga di kemudian hari. Gambar 6. menyajikan
gambaran saving responden rata-rata setiap bulannya.
Gambar 6. Saving Rata-rata per Bulan
2 . Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dalam Menggunakan
Instrumen Non Tunai
Gambaran identifikasi persepsi, preferensi dan perilaku diawali dengan
mengetahui distribusi responden berdasarkan status nasabah. Hasil survey
menunjukkan bahwa sebagian besar responden (90%) adalah nasabah bank dan
sisanya (10%) tidak menjadi nasabah bank. Responden yang menjadi nasabah
hanya di satu bank sebesar 32 persen dan di tiga bank sebesar 18 persen. Hampir
sebagian besar responden (50%) menjadi nasabah pada dua perbankan. Gambar
7 menunjukkan persentase jumlah responden yang menjadi nasabah bank.
Gambar 7. Distribusi responden menurut jumlah bank sebagai nasabah
Hal lainnya yang diidentifikasi adalah jenis produk perbankan yang dimanfaatkan
oleh responden. Gambar 8. menunjukkan pemanfaatan produk perbankan oleh
responden di Manado.
56
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Gambar 8. Pemanfaatan Produk Perbankan
Berdasarkan gambar tersebut, diperoleh gambaran bahwa tabungan merupakan
produk perbankan yang banyak dimanfaatkan oleh 90,5 persen responden.
Tabungan merupakan produk utama yang banyak diterbitkan oleh perbankan
dengan berbagai diversifikasi. Saat ini banyak produk tabungan yang ditawarkan
kepada konsumen dengan persyaratan dan prosedur yang mudah. Selain itu pihak
perbankan menawarkan sejumlah hadiah yang menarik sehingga dapat menarik
konsumen untuk menyimpan uang dalam bentuk tabungan. Hal lainnya yang
ditawarkan perbankan apabila konsumen memilih produk tabungan adalah
jaringan ATM yang tersebar di seluruh wilayah. Persentase Produk lainnya yang
cukup banyak digunakan oleh 31 persen responden adalah kredit. Saat ini
perbankan banyak menawarkan kredit untuk memudahkan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kredit rumah, mobil, dan sebagainya.
Produk perbankan berupa deposito dan giro tidak banyak diminati oleh responden.
Persentase responden yang memanfaatkan deposito sebesar 23,8 persen
sedangkan giro hanya dimanfaatkan oleh 4,8 persen responden.
Para responden yang berada di Manado sebagian besar yaitu 83 persen pernah
melakukan transaski non tunai, seperti melakukan transfer, pemanfaatan jaringan
ATM atau membeli barang. Masyarakat Manado lebih terbuka dan cenderung
mengikuti trend dibandingkan dengan masyarakat lainnya di Sulawesi. Hal ini
menyebabkan berbagai diversifikasi produk yang pertama kali diperkenalkan oleh
perbankan langsung diminati oleh masyarakat Manado dan sekitarnya.
Persepsi dilihat adalah mengetahui instrumen non tunai yang paling dikenal
responden, instrumen yang diketahui setelah dituntun oleh pewawancara dan
instrumen non tunai yang diketahui kemudian. Berdasarkan hasil survey
menunjukkan bahwa instrumen non tunai yang pertama kali terbersit dalam
pikiran responden (top of mind) adalah kartu ATM. Responden yang menyatakan
bahwa kartu ATM adalah instrumen non tunai yang paling dikenal sebesar 52,4
persen. Kartu ATM merupakan instrumen pelengkap dari tabungan yang memiliki
fungsi beragam seperti pengambilan uang, transfer, pembayaran pulsa, dan
tagihan rutin. Kartu kredit merupakan instrumen non tunai yang terpikir pertama
57
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
kali oleh 42,9 persen responden. Selain itu, cek merupakan instrumen non tunai
yang langsung disebutkan pertama kalli oleh 4,8 persen responden. Gambar 9
berikut menyajikan gambaran instrumen non tunai yang paling dikenal oleh
responden selama ini.
Gambar 9. Instrumen Non Tunai yang Paling Dikenal
Selanjutnya, repsonden mengetahui instrumen non tunai setelah top of mind
dan adanya tuntunan dari pewawancara adalah kartu debet dan kartu belanja.
Kartu debet merupakan kartu yang diperkenalkan oleh perbankan setelah kartu
kredit. Selain itu, instrumen non tunai lainnya yang diketahui oleh responden
setelah dituntun adalah kartu belanja. Kartu tersebut banyak diterbitkan oleh
supermarket atau swalayan yang berada di Manado dengan berbagai penawaran
menarik seperti potongan harga untuk produk-produk tertentu dan sistem point.
Gambar 10 menunjukkan instrumen non tunai kedua yang dikenal responden
setelah dituntun. Selanjutnya responden mengetahui instrumen non tunai kedua
setelah dituntun adalah transfer bank (Gambar 11.)
Gambar 10. Instrumen non tunai yang dikenal responden setelah dituntun
58
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Gambar 11. Instrumen non tunai yang diketahui setelah dituntun (kedua)
Identifikasi lainnya yang terkait dengan persepsi adalah sumber informasi tentang
instrumen pembayaran non tunai menurut responden di Manado. Gambar 12
berikut menyajikan sumber informasi instrumen pembayaran non tunai yang
mempengaruhi responden dalam menggunakan instrumen tersebut.
Gambar 12. Sumber informasi instrumen pembayaran non tunai
Berdasarkan Gambar 12, hampir sebagian besar responden (88,1%) memperoleh
informasi tentang instrumen non tunai dari teman, keluarga atau saudara. Bentuk
komunikasi yang terjadi antara perbankan dengan konsumen bersifat tidak
langsung dan informal. Kepuasan pelayanan dan dalam menggunakan instrumen
noin tunai diceritaka kepada orang lain melalui pengalaman yang dirasakan. Selain
itu peranan Televisi, koran dan majalah cukup signifikan dalam menginformasikan
instrumen non tunai misalnya melalui iklan di media elektronik (TV) maupun
media massa (koran dan majelah) yang banyak dilakukan oleh pihak perbankan.
Responden sebanyak 90 persen di Manado menyatakan bersedia untuk
menggunakan instrumen non tunai yang bersifat prabayar. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa responden menginginkan adanya pengurangan uang
tunai yang dirasakan terdapat beberapa kelemahan. Alasan responden yang
59
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
bersedia menggunakan instrumen non tunai antara lain untuk mengurangi
pengeluaran karena pemakaian lebih terkontrol, dapat membantu dan
mempermudah kelancaran dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, supaya tidak
terbiasa dengan utang, praktis, dan aman. Sedangkan responden yang tidak
bersedia menggunakan instrumen non tunai mengemukakan alasan antara lain
Terlalu banyak biaya pengeluaran keluarga dan adanya anggapan yang sulit untuk
kalangan menengah ke bawah karena harus ada uang yang cukup untuk membeli
kartu tersebut
Berdasarkan hasl survey, 89 persen menginginkan instrumen non tunai yang
bersifat multifungsi dan sisanya (11%) menginginkan kartu yang berfungsi
tunggal. Gambar 13 berikut menunjukkan persentase kegunaan instrumen non
tunai yang diinginkan oleh responden.
Gambar 13. Kegunaan Instrumen No Tunai yang Diinginkan
Alasan yang dikemukakan oleh responden yang menginginkan kartu bersifat
multifungsi antara lain lebih mudah untuk dibawa (praktis), dapat digunakan
untuk keperluan apa pun tanpa membawa kartu yang lebih banyak, efisien dan
mudah dikontrol. Sedangkan responden yang menginginkan kartu berfungsi
tunggal menyatakan supaya dapat mengetahui dengan jelas pembayaran apa
yang dilakukan. Gambar 14 menunjukkan jenis transaksi non tunai yang diinginkan
oleh responden
Gambar 14. Jenis Transaksi Non Tunai yang Diinginkan
60
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Sebagian besar responden menginginkan kartu prabayar yang bersifat multifungsi
untuk pembayaran di super market, rumah sakit dan apotik, pom bensin dan bus
umum. Selain itu diharapkan kartu tersebut dapat digunakan untuk pembayaran
di jalan tol dan kereta api.
Motivasi responden yang memilih transaksi non tunai adalah karena faktor
keamanan (45,2%) dan kemudahan (28,6%). Instrumen non tunai dirasakan
lebih aman oleh responden. Dalam hal ini , apabila membawa uang banyak
tidak ada perasaan was-was yang ber lebihan. Selain i tu responden
merasakan tidak memerlukan tempat yang banyak untuk menyimpan uang.
Gambar 15 menunjukkan motivas i responden dalam menggunakan
instrumen non tunai
Gambar 15. Motivasi Responden dalam Menggunakan Instrumen Non Tunai
Pengalaman buruk selama menggunakan instrumen non tunai dialami oleh
responden sebanyak 46 persen, sedangkan sisanya 54 persen tidak pernah
mengalami perngalaman buruk selama menggunakan instrumen tersebut.
Pengalaman buruk yang dirasakan oleh responden selama ini adalah seringkali
kartu atau mesin transaksi mengalami kerusakan jaringan, saldo ATM tidak cocok
dengan saldo buku, cek kosong, terdebt lebih dari satu kali dan kesalahan
mentransfer.
Keunggulan suatu produk jasa tergantung dari keunikan dan mutu yang
diperlihatkan oleh jasa tersebut serta kesesuaian antara harapan dengan keinginan
pelanggan. Penilaian terbanyak terhadap pembayaran non tunai yang
menunjukkan kondisi sangat baik (skor 5) saat ini adalah kenyamanan. Selanjutnya
respoden mneyatakan bahwa keamanan, akurasi transaksi dan kemudahan
menunjukkan kondisi yang bagus. Aspek lainnya yang dinilai cukup oleh
responden adalah kecepatan transaksi, biaya transaksi dan efisiensi. Sedangkan
layanan khusus dari instrumen non tunai dinilai masih kurang oleh responden.
Gambar 16 berikut menyajikan penilaian terbanyak terhadap pembayaran non
tunai (skor 1-5)
61
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Gambar 16 . Penilaian Terbanyak terhadap Pembayaran Non Tunai (Skor 1-5)
Harapan responden terhadap instrumen non tunai dinilai dari aspek keamanan,
akurasi transaksi, kecepatan transaksi, kemudahan, biaya transaksi, kenyamanan,
efisiensi, dan layanan khusus. Frekuensi responden yang memberikan nilai paling tinggi
(skor 5) berdasarkan harapan yang diinginkan dari aspek-aspek tersebut disajikan pada
Gambar 17.
Gambar 17. Frekuensi responden yang memberikan nilai paling tinggi
Berdasarkan Gambar 17, responden sebanyak 23,8 persen menyatakan bahwa
aspek kemanan merupakan aspek yang dinilai penting dalam sistem pembayaran non
tunai. Selain itu, urutan kedua yang dinilai penting oleh responden dalam instrumen
non tunai adalah kemudahan (19,4%). Aspek kecepatan transaksi dan kenyamanan
dinilai oleh 11,9 persen responden juga penting dalam instrumen non tunai. Responden
sebesar 12,5 persen menyatakan bahwa akurasi dan biaya transaksi juga dinilai penting.
Sedangkan efisiensi dan layanan khusus merupakan aspek yang menurut 4,8 persen
responden tidak terlalu dipertimbangkan.
Harapan lainnya yang diinginkan oleh responden berdasarkan hasil survey adalah :
- Biaya administrasi dihilangkan dengan bunga yang lebih rendah
- Lebih teliti dalam hal perhitungan transaksi misalnya kejelasan penggunaan
62
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
dari beberapa hal yang ditawarkan oleh instrumen non tunai.
- Meningkatkan keamanan
- Adanya sosialisasi yang lebih luas
- Dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat
- Berlaku di semua tempat terutama yang bersifat pelayanan publik
- Pelayanan yang lebih baik dan mudah
- Jaringan mesin lebih diperbanyakKeakuratan dalam bertransaksi
- Infrastruktur di daerah yang harus dipersiapkan dengan baik
6363636363
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Bab VBab VBab VBab VBab VDunia UsahaDunia UsahaDunia UsahaDunia UsahaDunia Usaha
5.1. Karakteristik Responden
Sebelum dilakukan analisis lebih lanjut terhadap persepsi dan perilaku dari dunia
usaha terhadap instrumen non tunai, ada baiknya kita analisis terlebih dahulu
karakteristik responden yang menjadi objek observasi kita dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini, fokus observasi adalah responden yang mempunyai tanggung jawab
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Mereka dapat dibagi dalam empat kategori,
yaitu: pemilik, direktur, manajer, dan pengambil keputusan lainnya. Sebagaimana
dijelaskan dalam Gambar 5.1, dari 318 perusahaan yang diobservasi, 140 responden
atau 43% adalah pemilik perusahaan itu sendiri, 91 (29%) sebagai manajer, 18 (6%)
bertindak sebagai direktur, sedangkan siasnya yaitu: 69 (22%) adalah pengambil
keputusan lainnya.
Lebih lanjut, dari seluruh observasi diketahui bahwa 74% atau 235 responden
adalah perusahaan yang berbadan hukum sedangkan 26% atau 83 responden
merupakan usaha yang tidak berbadan hukum (Gambar 5.2). Di lain pihak, jenis usaha
yang paling banyak menjadi observasi adalah toko non swalayan (73 usaha atau 23%)
disusul oleh toko swalayan (52 usaha atau 16%) dan yang paling sedikit adalah jenis
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
6464646464
usaha transportasi (17 usaha atau 5%). Secara lengkap komposisi jenis usaha yang
diobservasi dapat dijelaskan dalam Gambar 5.3.
Dari hasil observasi, diketahui bahwa sebagian besar omset yang diterima oleh
perusahaan yang diobservasi adalah dalam bentuk tunai. Dalam sebulan, sekitar 82%
dari total omset seluruh usaha adalah tunai, sedangkan sisanya 18% dalam bentuk
non tunai (Gambar 5.4). Hal ini mengindikasikan bahwa penerimaan dunia usaha
terhadap instrumen non tunai cukup besar.
Komposisi omset non tunai dua terbesar dari bidang usaha adalah asuransi/
keuangan (35%) dan biro jasa (22%) sedangkan yang dua terkecil terdapat pada bidang
usaha transportasi (4%) dan pom bensin (10%). Di lain pihak, dari bidang usaha toko
swalayan diperoleh komposisi omset dalam non tunai hanya 15% dan toko non swalayan
sebesar 20%.
6565656565
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Jika dianalisis lebih lanjut, diketahui bahwa 238 (75%) dari total responden
mengaku tidak bermasalah dengan pengelolaan uang tunai, sementara 80 (25%)
mengaku mempunyai masalah (Gambar 5.5). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa
sebenarnya masalah cash handling dianggap belum terlalu urgent oleh dunia usaha.
Jenis usaha yang mempunyai masalah cash handling sebagaimana dijelaskan dalam
Tabel 5.2, terdapat pada jenis usaha toko swalayan (18 responden) dan toko non
swalayan (16 responden). Di lain pihak, jenis usaha dengan masalah cash handling
terkecil adalah restoran/rumah makan ( 1 responden).
Jika dianalisis lebih lanjut, dari 80 responden yang menyatakan ada masalah dalam
cash handling, sekitar 36 responden menyatakan ditemukannya masalah uang palsu
sebagai alasan pertama ataupun alasan berikutnya. Responden dalam hal ini bisa
menjawab lebih dari satu alasan. Masalah kesalahan hitung disebut oleh 21 responden,
masalah lama menghitung (11 responden), kurang/tidak aman dan merepotkan
(masing-masing disebut oleh 8 responden) serta lainnya menyatakan masalah
penyediaan stok uang tunai dan kembalian (Gambar 5.6).
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
6666666666
Keberadaan masalah cash handling mengindikasikan dibutuhkannya biaya khusus
untuk mengurusi uang tunai ini. Beberapa jenis biaya yang timbul dari masalah ini
adalah biaya upah (sumber daya manusia/SDM), operasional, asuransi, keamanan, dan
lain-lain. Tabel 5.3 dapat menjelaskan seberapa besar rata-rata biaya yang dibutuhkan
dalam mengurusi uang tunai pada jenis usaha yang diobservasi. Biaya cash handling
total rata-rata seluruh responden berdasarkan jenis usaha yang terbesar terdapat pada
jenis usaha pom bensin dan transportasi yang masing-masing Rp. 199 juta dan Rp. 117
juta per bulan. Namun demikian, jika dianalisis proporsinya terhadap omset rata-rata
per bulan maka proporsi biaya cash handling tertinggi terdapat pada jenis usaha
transportasi (21,61%) dan rumah sakit/ apotik (17,44%). Biaya cash handling pada
sebagian besar perusahaan tidak terpisah sendiri tapi bergabung dengan biaya
operasional lainnya seperti pembayaran gaji satpam dihitung sebagai gaji bulanan.
Umumnya, biaya cash handling di perusahaan tidak terlalu besar hanya sekitar 0,5 – 1
persen dari omset penjualan per bulan. Biaya cash handling tersebut lebih rendah
dibandingkan dengan biaya merchant discount rate (MDR) yang harus dibayarkan oleh
perusahaan setiap bulannya yang menjadi merchant dari salah satu bank. Nilai MDR
umumnya berkisar antara 1,5 – 3 persen per bulan. Hal tersebut memberikan implikasi
bahwa apabila BI akan mengembangkan pembayaran non tunai di masa depan, maka
yang dipertimbangkan untuk sosialisasi bukan berdasarkan cash handling. Hal yang
menjadi fokus perhatian dalam sosialisasi adalah minat konsumen terhadap pembayaran
non tunai tinggi. Tabel 5.3. menyajikan proporsi biaya cash handling berdasarkan jenis
usaha.
6767676767
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
5.2. Persepsi dan Perilaku Terhadap Instrumen Non Tunai
Salah satu yang menarik dari hasil observasi kita dalam penelitian ini adalah
penerimaan dunia usaha secara keseluruhan terhadap intrumen non tunai dan tunai
sangat berimbang. Hasil penelitian yang ditujukan kepada para pengusaha
menunjukkan bahwa sebanyak 49,7% (158 responden) menerima pembayaran non
tunai dan sisanya (50,3%) atau 160 responden tidak menerima pembayaran non tunai.
Dari 158 responden yang menerima pembayaran non tunai, dalam Tabel 5.4 dapat
dijelaskan bahwa 64 responden diantaranya berasal dari jenis usaha toko swalayan
dan non swalayan yang masing-masing 32 responden. Namun demikian, penolakan
terbanyak juga berasal dari toko non swalayan (41 responden).
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
6868686868
Para pengusaha menyatakan beberapa alasan untuk tidak menerima
pembayaran non tunai. Sebesar 47% (76 dari 160 responden) menyatakan belum perlu
melakukan transaksi non tunai, 16% menyatakan lainnya seperti belum ada infrastruktur
yang memadai, 8% responden belum tahu prosedurnya, alasan khawatir merepotkan
dinyatakan oleh 6% responden. Lebih lanjut, 4% menyatakan alasan biaya operasional
yang tinggi sisanya menyatakan bahwa non tunai kurang aman dan tidak efisien dengan
persentase masing-masing 3%, serta sisanya 6% dengan alasan lainnya. Gambar 5.7.
berikut menyajikan persentase dari alasan yang dikemukakan oleh responden terhadap
instrumen non tunai.
Selama ini, perbankan nasional masih menjadi mitra dunia usaha yang paling
dominan dalam mendukung penggunaan intrumen non tunai. Tingginya penerimaan
dunia usaha terhadap instrumen pembayaran non tunai saat ini juga didukung oleh
sedikitnya pengalaman buruk yang dialami oleh pengusaha dalam memanfaatkan
instrumen non tunai. Berdasarkan hasil penelitian, responden pengusaha sebanyak
80% dari 158 responden atau 94 responden yang menerima pembayaran non tunai
menyatakan tidak pernah mengalami pengalaman buruk dalam melakukan transaksi
dengan instrumen non tunai dan sisanya (20%) atau 64 responden pernah mengalami
pengalaman buruk (Gambar 5.8).
6969696969
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Pengalaman buruk yang dialami oleh responden antara lain salah satu atau
beberapa hal berikut:
• dana terbatas, cek/BG kosong (disebut oleh 20 responden),
• keterlambatan approval/lama transaksi (disebut oleh 19 responden),
• kerusakan jaringan (disebut oleh 15 responden),
• transaksi tidak akurat (disebut oleh 9 responden),
• pemalsuan/pembobolan/penipuan (disebut oleh 6 responden)
• pelayanan buruk/merepotkan, salah transfer, ada biaya tambahan.
Dalam rangka untuk lebih mengefisienkan instrumen pembayaran non tunai,
muncul suatu ide untuk menggunakan instrumen non tunai berbasis kartu yang sifatnya
prabayar dan mulifungsi. Ketika hal ini ditanyakan kepada seluruh responden
pengusaha, sebanyak 73% atau 231 responden menyatakan bersedia untuk menerima
instrumen pembayaran non tunai ini sebagkan 27% atau 87 responden menyatakan
tidak bersedia. Sebagian besar pengusaha menilai sistem dengan instrumen ini mungkin
akan lebih efisien dan memudahkan konsumen serta proses bisnis yang mereka lakukan.
Selain itu juga, instrumen non tunai dapat mengurangi biaya cash handling.
Di lain pihak, responden pengusaha yang tidak bersedia menerima sistem tersebut
disebabkan oleh beberapa macam alasan, antara lain adalah: merasa belum perlu
(disebut oleh 33 responden), merasa pasar belum potensial (disebut oleh 16 responden),
merepotkan (disebut oleh 14 responden).
Meskipun tingkat penerimaan terhadap instrumen prabayar tersebut tinggi,
namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pembebanan biaya (charge) terhadap
instrumen non tunai seperti ini tidak disetujui oleh 52% (165 responden). Di lain pihak
31% (98 responden) menyatakan setuju dan sisanya 17% (55 responden) tidak
menyatakan pendapat (Gambar 5.9).
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
7070707070
Selanjutnya, responden yang setuju dengan adanya biaya pembebanan (charge)
dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu reponden yang menyatakan setuju dengan
fixed cost dan persentase dari nilai transaksi. Respoden sebanyak 40% atau 58
menyatakan setuju jika pembebanan berdasarkan nilai fixed cost dan sisanya (60%)
atau 58 responden menginginkan berdasarkan persentase dari nilai transaksi yang
dilakukan.
Bila dikaji lebih lanjut, responden pada umumnya menginginkan fee untuk
instrumen non tunai adalah 1% dan 2% (Gambar 5.11). Jumlah responden yang
menghendaki fee sebesar 1% adalah 44 sedangkan yang menginkan feenya sebesar
2% ada 21 responden (Gambar 5.11).
7171717171
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Pengadaaan barang dan jasa dalam perusahaan dibayar dalam bentuk tunai,
non tunai dan gabungan keduanya. Berdasarkan hasil penelitian, responden sebanyak
43% membayar pengadaan tersebut dengan tunai dan 22% dibayar non tunai melalui
cek atau transfer ke pihak pemasok barang. Pembayaran gabungan sebagian besar
dilakukan oleh responden (35%). Dalam hal ini, biasanya pembayaran non tunai
dilakukan apabila harganya tinggi dan jumlahnya banyak, sedangkan pembayaran tunai
dilakukan apabila harganya rendah dan jumlahnya sedikit. Persentase intrumen
pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam menyediakan produknya baik
barang maupun jasa disajikan pada Gambar 5.12.
5.3. Preferensi Dunia Usaha terhadap Instrumen Non Tunai
Setelah melakukan analisis terhadap persepsi dan perilaku, sub bab berikut akan
menganalisis preferensi pengusaha terhadap instrumen non tunai yang ada saat ini.
Dalam analisis ini, responden diberi kesempatan untuk mengurutkan beberapa
instrumen yang ada berdasarkan keamanan transaksi, kemudahan mencairkan,
kemudahan operasional, ketepatan nilai transaksi, biaya operasional, volume transaksi
dan paling disukai. Hasil analisis menunjukkan bahwa kartu debet merupakan instrumen
non tunai yang paling disukai dan menduduki peringkat pertama dalam ketujuh hal
tersebut sementara kartu kredit menduduki peringkat kedua berdasarkan ketujuh
kriteria tersebut.
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
7272727272
Instrumen non tunai yang dipilih pada urutan pertama oleh responden pengusaha
karena keamanan transaksinya adalah kartu debet. Urutan kedua yang dipilih adalah
kartu kredit, dan urutan ketiga adalah transfer bank. Urutan pilihan keempat dalam
menggunakan instrumen non tunai adalah cek, kemudian bilyet giro, urutan keenam
adalah kartu belanja. Urutan terakhir yang dipilih responden berdasarkan keamanan
transaksi adalah transaksi melalui internet. Hal ini disebabkan karena transaksi melalui
internet dirasakan belum aman dan sering terjadi penipuan yang sampai saat ini belum
ada perangkat hukum yang mengaturnya. Tabel 5.6. menyajikan secara rinci urutan
pilihan responden terhadap instrumen non tunai berdasarkan keamanan transaksi.
Hal lain yang dinilai oleh responden adalah kemudahan mencairkan. Sebagaimana
dijelaskan dalam Tabel 5.7. yang menyajikan urutan instrumen non tunai yang dipilih
berdasarkan kemudahan mencairkan, urutan pertama menurut responden berdasakan
aspek ini adalah kartu debet dan kemudian kartu kredit. Selanjutnya, urutan ketiga
menurut responden adalah transfer bank yang disusul oleh penggunaan cek. Sementara
itu, bilyet giro, kartu belanja dan transaksi melalui internet menempati urutan pilihan
kelima, keenam dan ketujuh berdasarkan kemudahan mencairka menurut responden.
Aspek berikutnya adalah kemudahan operasional. Aspek ini juga menempatkan
pilihan responden terhadap kartu debet pada urutan pertaman yang kemudian diikuti
oleh kartu kredit. Urutan ketiga berdasarkan kemudahan operasional adalah transfer
bank dan keempat adalah cek. Urutan kelima, keenam dan ketujuh masih sama seperti
bahasan sebelumnya yaitu ditempati oleh bilyet giro, kartu belanja dan transaksi melalui
internet. Tabel 5.8 berikut menyajikan urutan berdasarkan kemudahan operasional
menurut responden terhadap instrumen non tunai yang ada.
7373737373
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Ketepatan nilai transaksi merupakan aspek penting yang harus diketahui dalam
menggunakan instrumen non tunai. Menurut responden, urutan pertama instrumen
non tunai adalah kartu debet. Instrumen berikunya yang menjadi pilihan responden
adalah kartu kredit, yang kemudian diikuti oleh transfer bank. Cek menurut responden
berada pada urutan keempat ketepatan nilai transaksinya, kemudian bilyet giro pada
urutan kelima. Urutan keenam dan ketujuh ditempati oleh kartu belanja dan tansaksi
melalui internet. Tabel 5.9 berikut menyajikan urutan berdasarkan ketepatan nlai
transaksi instrumen non tunai.
Lebih lanjut, urutan pertama intrumen non tunai berdasarkan biaya operasional
adalah kartu debet dan urutan keduanya juga ditempati kartu kredit. Pada aspek biaya
operasional, cek menempati urutan ketiga yang kemudian disusul transfer bank pada
urutan keempat. Seperti pada aspek yang dinilai sebelumnya, bilyet giro, kartu belanja
dan transaksi melalui internet menempati urutan kelima, keenam dan terakhir. Tabel
5.10. berikut menyajikan urutan berdasarkan biaya operasional.
Penggunaan kartu debet merupakan penggunaan instrumen non tunai yang
menempati urutan pertama berdasarkan aspek volume transaksi menurut responden.
Urutan kedua adalah kartu kredit dan urutan ketiga adalah cek. Urutan keempat
berdasarkan volume transaksi adalah transfer bank. Urutan kelima, keenam dan
terakhir berdasarkan biaya aspek operasional ini adalah bilyet giro, kartu belanja
dan transaksi melalui internet. Tabel 5.11. berikut menyajikan urutan berdasarkan
volume transaksi.
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
7474747474
Berdasarkan aspek-aspek di atas, maka instrumen non tunai yang paling disukai
oleh responden adalah kartu debet. Selanjutnya, urutan kedua menurut responden
adalah kartu kredit yang kemudian diikuti transfer bank pada urutan ketiga. Cek
akhirnya menjadi instrumen non tunai yang menempati urutan keempat yang paling
disukai responden. Kemudian pada urutan kelima, keenam dan ketujuh masih ditempati
oleh instrumen non tunai berupa bilyet giro, kartu belanja dan transaksi melalui internet.
Tabel 5.12 berikut menyajikan urutan berdasarkan instrumen yan paling disukai.
Jika preferensi pengusaha dirangkum seluruhnya berdasarkan kriteria-kriteria
sebagaimana yang dijelaskan dalam Tabel 5.6 sampai 5.12 maka dapat diringkas urutan
preferensi pengusaha terhadap penggunaan instrumen pembayaran non tunai yang
ada saat ini. Dari Tabel 5.13 diperoleh kesimpulan bahwa, penggunaan kartu debit
merupakan pilihan utama dari para responden.
7575757575
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
5.4. Harapan Ke Depan
Di masa yang akan datang, para pengusaha berharap agar sistem pembayaran
non tunai ini lebih berkembang. Secara spesifik beberapa harapan-harapan dari para
responden pengusaha terhadap instrumen pembayaran non tunai di masa yang akan
datang dapat dijelaskan pada Gambar 5.13 sedangkan rencana ke depan dari para
pengusaha dapat dirangkum dalam Gambar 5.14.
Dari Gambar 5.13 dapat dijelaskan bahwa harapan terbesar dari responden adalah
sistem pembayaran non tunai yang lebih mudah/praktis (disebut 81 responden)
sedangkan terkecil dari harapan lima terbesar adalah lebih luas jaringannya (disebut
25 responden). Selanjutnya, ketika ditanyakan ada tidaknya rencana pengembangan
non tunai dari setiap responden, maka 158 responden menyatakan ada rencana, 42
menyebutkan ada tapi mengukuti perkembangan sistem yang ada, dan 96 menyatakan
tidak/belum ada rencana.
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
7676767676
7777777777
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Bab VIPerbankan
Informasi dari perbankan —yang pada umumnya merupakan lembaga penyedia
fasilitas/penerbit instrumen pembayaran non tunai— diperlukan dalam rangkaian
persiapan penyusunan grand design pengembangan instrumen pembayaran non tunai
di Indonesia. Bab berikut menyajikan informasi yang disarikan dari pengumpulan data
primer melalui kuesioner. Pembahasan bab ini terbagi menjadi dua yaitu: (1)
pembahasan setiap tipe produk pembayaran non tunai baik kartu ATM dan kartu de-
bet, kartu kredit maupun kartu prabayar, serta (2) pembahasan instrumen pembayaran
non tunai secara umum.
6.1. Penggunaan Instrumen Pembayaran Non Tunai Saat Ini
Dalam studi ini bank yang menjadi responden berjumlah 113. Simpanan pihak
ketiga yang umumnya diterima bank berupa giro (diterima oleh seluruh bank
responden), tabungan (91.15% bank) dan deposito (99.12%). Sebagian bank (4.42%)
juga menerima produk simpanan lainnya seperti Flexible Deposit, NCD, Obligasi, Pre-
mium Statement, dan Sertifikat Deposito.
Untuk melaksanakan aktivitas transaksinya, bank memberikan kemudahan berupa
fasilitas pembayaran non tunai yang dapat digunakan untuk setiap jenis simpanan
yang berbeda seperti yang digambarkan pada Tabel 6.1. Untuk setiap jenis simpanan,
intrumen pembayaran yang disediakan perbankan umumnya lebih dari satu jenis. Tabel
6.1 juga menunjukkan bahwa giro dan tabungan memiliki fleksibilitas dalam
pemanfaatan instrumen pembayaran non tunai dibandingkan dengan deposito yang
memiliki karakteristik adanya jangka waktu tertentu baik dalam penyimpanan dan
penarikan.
Tabel 6.1. juga menunjukkan hingga saat ini terdapat 67 bank yang menerbitkan
kartu ATM (automated teller machine) bagi nasabah pemilik tabungan dan 31 bank
memberikan fasilitas kartu debet untuk jenis simpanan yang sama. Tidak semua bank
penyedia kartu ATM/Debit bagi nasabah tabungan menyediakan fasilitas yang sama
bagi nasabah simpanan giro. Bank yang menyediakan kartu ATM bagi nasabah giro
sebanyak 43 dengan 22 bank untuk kartu debet.
7878787878
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Kartu ATM dan Kartu Debet
Kartu ATM dan kartu Debet dapat digunakan oleh nasabah untuk penarikan uang
tunai baik melalui mesin ATM ataupun merchant-merchant yang menyediakan fasilitas
tersebut. Sebagai instrumen pembayaran non tunai, kartu ATM dan kartu Debet dapat
digunakan oleh nasabah untuk berbagai transaksi seperti dalam pembayaran tagihan rutin,
belanja di merchant, pembayaran tagihan kartu kredit dan lain-lain. Untuk setiap transaksi
non tunai yang dilakukan, bank dapat membedakan menjadi intrabank (pemindahbukuan)
maupun interbank (antarbank-transaksi dengan bank lain). Tabel 6.2., 6.3. dan 6.4.
memberikan gambaran komposisi rata-rata bulanan antara penarikan tunai dan transaksi
non tunai selama tahun 2005. Tabel 6.2. dan 6.3. merupakan data yang diperoleh dari survey
dan untuk melengkapi kekurangan data tersebut, data yang ditampilkan pada Tabel 6.4.
merupakan proxy dari transaksi yang sama yang diperoleh dari Laporan Perbankan.
Dari responden bank yang disurvei, sebanyak 69 bank menerbitkan kartu ATM
sedangkan yang menerbitkan kartu ATM + Debet sebanyak 31 bank. Hasil survei untuk
penggunaan kartu ATM yang dirangkum pada Tabel 6.2. menunjukkan bahwa
persentase rata-rata transaksi tunai melalui mesin ATM selama tahun 2005 sebesar
85,30% dan sisanya untuk transaksi non tunai (14,70%). Hal ini mengindikasikan bahwa
volume transaksi tunai melalui penarikan dari ATM masih lebih besar dibanding
transaksi non tunai. Komposisi penarikan tunai dan transaksi non tunai melalui kartu
ATM yang diterbitkan bank swasta besar seperti BCA, Danamon dan Lippo relatif sama.
Sedangkan untuk bank besar milik pemerintah seperti Mandiri dan BRI, penarikan tunai
melalui ATM masih relatif lebih besar dibanding transaksi non tunai. Untuk transaksi
non tunai kartu ATM, transaksi intrabank relatif lebih besar dibanding antar bank.
Berdasarkan hasil survey untuk penggunaan kartu Debet menunjukkan bahwa
persentase rata-rata transaksi tunai selama tahun 2005 sebesar 48,52% dan transaksi
non tunai 51,48% (Tabel 6.3.). Namun apabila dilihat lebih rinci pada Tabel tersebut,
tampak perbedaan yang signifikan antara transaksi tunai dan non tunai. Bank Danamon
dan Mandiri memiliki komposisi transaksi tunai yang relatif besar dengan nilai lebih
dari 90%. Hal ini diduga karena kartu yang diterbitkan bank tersebut memiliki dua
fungsi sebagai ATM dan Kartu Debet sehingga penarikan tunai masih mendominasi
7979797979
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
transaksi nasabah. Kartu Debet yang yang diterbitkan Bank Lippo menunjukkan bahwa
komposisi transaksi non tunai sebesar 100%. Hal ini diduga karena definisi yang
diterapkan oleh bank tersebut bahwa penggunaan kartu debet adalah untuk transaksi
non tunai sehingga nilai komposisinya mencapai 100%.
Tabel 6.4. merupakan proxy dari transaksi yang menggunakan kartu ATM , Kartu
Debet dan Kartu ATM+Debet yang diperoleh dari Laporan Perbankan. Walaupun data
pada tabel tersebut menunjukkan nilai yang relatif berbeda dengan data survey, tetapi
tren yang ditunjukkan antara nilai proxy dan data survey relatif sama. Transaksi tunai
dari Bank Mandiri dan BRI relatif lebih besar dibandingkan transaksi non tunai. Untuk
Bank BCA, Danamon dan Lippo, transaksi non tunai relatif lebih besar dibanding
transaksi tunai. Namun demikian, untuk perbankan secara umum transaksi non tunai
memiliki persentase yang relatif lebih besar dibanding transaksi tunai dengan nilai
masing-masing 61,17% dan 38,83%.
8080808080
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Penarikan uang tunai melalui ATM secara rata-rata bulanan tahun 2005
menunjukkan bahwa denominasi uang yang banyak digunakan adalah Rp 50.000. Untuk
beberapa kota seperti Semarang dan kota lainnya (yang tidak termasuk dalam 6 kota)
denominasi Rp 20.000 masih banyak digunakan. Tabel 6.5. memberikan gambaran
sebaran wilayah serta jenis denominasi uang yang ditarik melalui ATM.
Dalam melayani nasabah pengguna ATM, bank memerlukan suatu sistem jaringan
yang dapat dimanfaatkan untuk operasionalisasi ATM baik menggunakan jaringan milik
sendiri, bergabung dengan jaringan ATM bank lain maupun bergabung dengan jaringan
ATM switching company seperti ALTO, Link, ATM Bersama, Prima, Cakra, Cirrus dan
Plus.
Jaringan yang paling banyak digunakan untuk operasional ATM adalah dengan
bergabung bersama jaringan ATM switching company. Bank yang menggunakan
jaringan ATM milik sendiri sebanyak 42 bank, yang bergabung dengan jaringan ATM
bank lain sebanyak 10 bank dan bergabung dengan Swiching Company sebanyak 63
bank. Tabel 6.6. mengindikasikan bahwa bank dapat menggunakan lebih dari satu
jaringan ATM guna memperluas jaringan pelayanan kepada nasabahnya.
Tabel 6.7. menunjukkan secara rinci kombinasi penggunaan jaringan ATM. Bank
yang menggunakan satu jenis jaringan sebanyak 28 bank dengan rincian 22 bank
bergabung bersama jaringan ATM switching company, 4 bank yang menggunakan
jaringan milik sendiri dan 2 (dua) bank bergabung dengan jaringan ATM bank lain.
Bank yang menggunakan dua jenis jaringan sebanyak 36 bank dengan rincian bank
yang menggunakan jaringan milik sendiri dan bergabung bersama jaringan ATM switch-
8181818181
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
ing company sebanyak 33 bank; bergabung dengan jaringan ATM bank lain dan switch-
ing company sebanyak 3 (tiga) bank. Bank yang menggunakan ketiga jenis jaringan
sebanyak 5 (lima) bank.
Berkembangnya produk kartu ATM dan kartu Debet tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mendukungnya. Salah satu faktor utama dalam mendorong
berkembangnya jenis kartu tersebut adalah tingginya pertumbuhan pasar. Tabel 6.8.
memberikan gambaran lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mendorong
berkembangnya produk kartu ATM + kartu Debet.
Biaya investasi yang mahal menjadi faktor utama yang menghambat
pengembangan instrumen pembayaran tersebut bagi bank yang belum memiliki
produk kartu ATM dan kartu Debet. Tabel 6.9. memberikan gambaran lebih rinci faktor-
faktor yang menghambat berkembangnya produk ATM dan kartu Debet. Anehnya,
rendahnya permintaan dianggap sebagai salah satu penghambat utama oleh bank-
bank yang belum memiliki produk ATM dan Kartu Debet. Padahal alasan yang sama
diidentifikasi menjadi faktor pendorong yang utama. Dengan demikian, ada salah
persepsi diantara bank-bank yang sampai sekarang belum juga mengembangkan produk
ATM dan Kartu Debet.
8282828282
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Kartu Kredit
Berbeda dengan penerbitan kartu ATM yang dimiliki oleh sekitar 69 bank, hasil
survey menunjukkan bahwa instrumen pembayaran non tunai lainnya berupa kartu
kredit diterbitkan hanya oleh 14 bank. Salah satu fungsi penggunaan kartu kredit adalah
untuk penarikan tunai (cash advance) dimana persentase cash advance umumnya kurang
dari 15%.
Salah satu faktor yang menempati prioritas utama dalam mendorong
berkembangnya jenis kartu tersebut adalah tingginya pertumbuhan pasar. Faktor
pendorong lainnya dalam pengembangan produk kartu kredit secara berurutan adalah
peningkatan trend penggunaan kartu kredit, tingginya keuntungan yang diperoleh,
serta kemudahan pengembangan teknologi APMK. Tabel berikut memberikan gambaran
lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mendorong berkembangnya kartu kredit.
8383838383
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Jumlah bank yang menerbitkan kartu kredit relatif terbatas mengindikasikan
adanya faktor yang dianggap menghambat perkembangan kartu ini. Bagi bank yang
belum memiliki produk kartu kredit, biaya investasi yang mahal menjadi faktor utama
yang menghambat pengembangan instrumen pembayaran tersebut. Tabel 6.12.
memberikan gambaran lebih rinci mengenai faktor-faktor yang menghambat
berkembangnya produk kartu kredit.
Faktor lain yang dianggap perbankan menempati posisi kedua dalam menghambat
pengembangan kartu kredit (selain yang dicantumkan pada Tabel 6.12.) dapat dipilah
menjadi beberapa kendala yaitu 1) belum menjadi prioritas usaha, 2) pasar yang relatif
terbatas, 3) teknologi, dan 4) aspek syariah yang belum memungkinkan menerbitkan
kartu ini.
Namun demikian, biaya investasi yang dirasakan tinggi oleh 69,70% bank tidak
membuat bank menjadi pasif dalam upaya mengembangkan produk kartu kredit,
ditandai dengan masih adanya bank (20,20%) yang memiliki rencana untuk
mengembangkan produk tersebut.
Kartu Prabayar
Instrumen pembayaran non tunai yang masih relatif baru dan belum banyak
dimiliki perbankan adalah kartu prabayar. Survey menunjukkan ada 2 (dua) bank yang
memiliki kartu tersebut. Namun demikian, kartu prabayar tersebut berbeda dengan
definisi kartu prabayar yang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia, kartu prabayar adalah suatu kartu yang nilai uangnya
tersimpan di kartu tersebut dan dapat digunakan untuk bertransaksi secara offline
(tanpa berhubungan langsung dengan rekening bank). Jika ditinjau dari segi definisi
kartu prabayar menurut Bank Indonesia, belum ada satu pun bank yang memiliki kartu
prabayar.
Adapun beberapa faktor utama yang menyebabkan bank belum memiliki kartu
prabayar diantaranya yaitu biaya investasi yang tinggi dan belum tingginya
permintaan. Biaya investasi yang tinggi menempati peringkat pertama mengapa
perbankan belum memiliki produk ini (dijawab oleh 51.33% bank). Tidak ada permintaan
atau peluang pasar yang kurang serta belum kurangnya informasi juga merupakan
faktor yang menyebabkan belum dimilikinya produk kartu prabayar (masing-masing
32.74% dan 25.66%). Dengan demikian, sosialisasi kepada perbankan dan masyarakat
luas tampaknya perlu dilakukan untuk memperluas pemahaman mengenai produk ini.
8484848484
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Tabel berikut memberikan gambaran mengapa perbankan belum memiliki produk kartu
prabayar.
Terkait rencana pengembangan ke depan, sebagian besar bank (51.33%) memiliki
rencana untuk mengembangkan kartu prabayar. Jangka waktu pengembangan produk
ini bervariasi dari mulai kurang dari 3 tahun hingga lebih dari 5 tahun, dengan sebagian
besar bank memilih jangka waktu pengembangan antara 3-5 tahun.
Sebagian besar bank memilih mekanisme pengembangan melalui penggabungan
dengan jaringan infrastruktur yang sudah ada (kartu Debet atau kartu ATM). Hal ini
didasarkan pada pertimbangan untuk meningkatkan efisiensi biaya serta memperluas
jaringan dan pelayanan bagi nasabahnya. Produk yang akan dikembangkan lebih
bersifat multi purpose. Kartu ini lebih banyak dipilih karena sifatnya yang lebih
fleksibel bagi nasabah serta dapat mengurangi biaya pencetakan kartu. Tabel 6.14.
menunjukkan persentase bank yang memiliki rencana mengembangkan kartu
prabayar.
Terkait dengan rencana pengembangan Kartu Prabayar Multipurpose, hasil survei
menunjukkan bahwa super market merupakan jenis perusahaan yang mendapatkan
prioritas utama dalam bekerjasama bersama perbankan dalam pengembangan kartu
prabayar. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa supermarket menyediakan
kebutuhan sehari-hari (consumer goods) dan industri ritel yang semakin berkembang
seiring dengan pola hidup masyarakat dewasa ini yang semakin konsumtif. Jenis
perusahaan yang menempati skala prioritas selanjutnya adalah pom bensin,
penyelenggara jalan tol dan perusahaan transportasi. Tabel 6.15. menyajikan jenis
perusahaan/Merchant yang layak diajak kerjasama dalam pengembangan kartu
prabayar.
8585858585
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Rencana pengembangan kartu prabayar menghadapi kendala-kendala tertentu.
Kendala yang dihadapi perbankan dalam mengembangkan kartu prabayar relatif sama
dengan pengembangan instrumen pembayaran kartu lainnya yaitu biaya investasi yang
cukup tinggi. Secara lebih lengkap kendala-kendala yang dirasakan perbankan sehingga
belum merencanakan pengembangan kartu prabayar adalah sebagai berikut:
1) adalah biaya investasi yang mahal
2) market size yang kecil atau belum ada informasi yang jelas mengenai potensi/
peluang pasar sehingga diperlukan suatu studi khusus
3) teknologi, jaringan, perangkat atau sistem yang belum mendukung, serta
4) belum menjadi prioritas usaha.
Peralatan Pendukung
Dalam operasionalisasi APMK acquirer diperlukan baik sebagai financial maupun
technical acquirer. Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 7 (tujuh) bank yang
bertindak sebagai acquirer dan juga memiliki mesin EDC (Electronic Data Capturing).
Tujuh bank tersebut diantaranya adalah Bank Lippo, Bank Danamon, Bank Permata,
Bank BPD Kalsel, Bank BCA, Citibank dan Amex). Sebagian besar mesin EDC dioperasikan
di Jakarta (48,05%) sedangkan sisanya tersebar di kota-kota lainnya dengan persentase
setiap kota kurang dari 10%. Mesin EDC sebagian besar (55%) ditempatkan di industri
ritel dan toko swalayan, selanjutnya di posisi kedua adalah biro jasa (21,18%) dan sisanya
tersebar pada merchant lainnya seperti restoran, toko non swalayan, perusahaan
transportasi, asuransi, pom bensin, dan perusahaan lainnya.
Setiap transaksi Kartu Kredit dan Kartu Debet bank lain yang dilakukan melalui
mesin EDC yang dimiliki oleh acquirer bank akan dibebankan fee. Pembebanan fee ini
akan berbeda tergantung pada jenis fee, pihak yang dibebankan serta besaran fee
yang ditentukan oleh acquirer bank.
8686868686
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Untuk penggunaan Kartu Kredit bank lain jenis fee yang dibebankan oleh acquirer
bank selain Citibank dan Amex umumnya berupa Merchant Discount Rate (MDR)
dengan pihak yang dibebankan adalah merchant dan besarnya fee bervariasi antara
2% - 2,7%. Citibank menerapkan interchange fee dengan pihak yang dibebankan adalah
bank pemilik terminal dan besarnya fee 1,6%. Amex menerapkan EDC Sharing fee
dengan pihak yang dibebankan adalah acquiring bank dan besarnya fee 5%.
Untuk penggunaan Kartu Debet bank lain, jenis fee yang dibebankan oleh acquirer
bank umumnya berupa Merchant Discount Rate (MDR) dengan pihak yang dibebankan
adalah merchant dan besarnya fee bervariasi antara 1,3%-2,7%.
Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa beberapa alasan mengapa bank tidak
memiliki mesin EDC sendiri, diantaranya karena tidak memiliki produk APMK,
menggunakan fasilitas pihak penyedia jasa mesin EDC bank lain atau non bank (masing-
masing dijawab secara berurutan oleh 10, 9, dan 6 bank)
6.2. Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai Secara Umum
Berdasarkan sudut pandang perbankan, penggunaan instrumen pembayaran non
tunai di masa depan baik paper based, card based maupun electronic based di Indone-
sia akan berkembang. Namun demikian, dalam proses pengembangan tersebut
perbankan dihadapkan pada berbagai kendala.
Pembahasan secara rinci mengenai kendala dan potensi pengembangan instrumen
non tunai secara umum yang didasarkan pada hasil survei dibahas secara terpisah
dibawah ini.
Kendala Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai
Kendala terbesar dalam penetrasi seluruh instrumen pembayaran non tunai secara
umum baik paper based, card based maupun electronic based adalah keamanan dan
biaya (dengan nilai skor yang tinggi dan relatif sama). Tabel 6.17. menggambarkan
kendala yang dihadapi perbankan secara umum dalam penetrasi seluruh instrumen
non tunai.
8787878787
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan DuniaUsaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Sedangkan kendala terbesar dalam pengembangan seluruh instrumen
pembayaran non tunai baik paper based, card based maupun electronic based secara
umum adalah biaya, disusul kemudian oleh pengembangan teknologi dan penerimaan
pasar.
Visi Pengembangan Instrumen Pembayaran Non Tunai
Sebagian besar bank (80.53%) optimis bahwa penggunaan instrumen non tunai
di Indonesia akan berkembang. Akan tetapi, setiap wilayah memiliki potensi
pengembangan APMK yang berbeda-beda. Secara lebih rinci kota-kota mana saja yang
memiliki potensi tinggi dalam pengembangan alat pembayaran non tunai disajikan
pada Tabel 6.19.
Dari delapan kota utama yang ditanyakan, perbankan memandang DKI Jakarta
sebagai prioritas utama dalam pengembangan alat pembayaran non tunai. Hal ini bisa
dimengerti karena DKI Jakarta adalah pusat pemerintahan, pusat bisnis dan
perdagangan sehingga tentu saja akan menjadi kota yang paling potensial bagi
pengembangan alat pembayaran tersebut. Kota besar lainnya yang juga berpotensi
adalah Surabaya, Bandung dan Medan. Sementara kota-kota lainnya seperti Batam,
Semarang, Makasar, dan Balikpapan walaupun merupakan kota-kota besar dinilai belum
terlalu potensial bagi pengembangan alat pembayaran non tunai.
8888888888
Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat danDunia Usaha terhadap Sistem Pembayaran Non Tunai
Terkait dengan rencana pengembangan ke depan, survei menunjukkan bahwa
42.48 persen bank mempunyai rencana pengembangan instrumen non tunai selain
yang ada saat ini. Jenis instrumen yang akan dikembangkan menurut skala prioritas
adalah card based, kemudian electronic based dan pulsa/mobile payment.
Berdasrkan analisis terdahulu ditemukan bahwa sosialisasi penting untuk
mendukung pengembangan sistem pembayaran non tunai ke depan. Sosialisasi dalam
hal ini berperan dalam perluasan dan pengembangan alat pembayaran non tunai serta
mendukung pemasaran produk tersebut.
Dalam menjelaskan kepada nasabah tentang produk, hak dan kewajiban nasabah
akan produk pembayaran non tunai, perbankan memilih melakukannya secara langsung
ataupun tertulis kepada nasabah (77 bank) serta melalui media cetak/elektronik (49
bank). Hal ini sejalan dengan temuan dari hasil survey ke masyarakat umum yang
memandang keluarga, kolega maupun teman serta media televisi sebagai media yang
paling banyak mempengaruhi keputusan mereka dalam memanfaatkan istrumen
pembayaran non tunai. Tabel 6.21. menunjukkan teknik penjelasan hak dan kewajiban
nasabah untuk produk pembayaran non tunai.
8 98 98 98 98 9
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Bab VIIBab VIIBab VIIBab VIIBab VIIPotensi PengembanganPotensi PengembanganPotensi PengembanganPotensi PengembanganPotensi Pengembangan
Instrumen PInstrumen PInstrumen PInstrumen PInstrumen Pembaembaembaembaembayyyyyarararararan Non an Non an Non an Non an Non TTTTTunaiunaiunaiunaiunai
Bahasan preferensi masyarakat dan potensi pengembangan instrumen
pembayaran non tunai mengacu pada kondisi riil saat ini dan ekspektasi kedepan.
Analisis ini dilengkapi dengan analisis kondisi psikografis masyarakat dan diakhiri
dengan analisis mengenai potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai
termasuk segmentasi pasar dan produk-produk yang diminati, yang merupakan sintesa
dari semua analis yang dilakukan.
Persepsi dan preferensi masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai
dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis, sosial, dan ekonomi yang melekat pada
masyarakat. Demikian juga keputusan masyarakat untuk menggunakan atau tidak
menggunakan fasilitas pembayaran non tunai dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Pada bab ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat
untuk menggunakan atau tidak menggunakan fasilitas pembayaran non tunai, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menggunakan
pembayaran non tunai jika sistem pembayaran non tunai dikembangkan secara lebih
luas lagi.
Analisis preferensi dilakukan dengan model ekonometrika yaitu menggunakan
model logit. Pemilihan variabel didasarkan pada kerangka konseptual dan juga
pengalaman empiris, yang diduga mempengaruhi perilaku masyarakat dalam keputusan
untuk menggunakan fasilitas pembayaran non tunai. Secara garis besar variabel yang
digunakan meliputi variabel demografi, sosial, ekonomi, serta kondisi psikologis
masyarakat. Taraf nyata yang digunakan pada analisis ini adalah sebesar 90 persen (a
= 10%). Hal ini berarti toleransi terhadap potensi terjadinya penyimpangan dari hasil
dugaan sebesar 10 persen. Untuk model dengan menggunakan data cross section,
keputusan penggunaan taraf nyata 10 persen cukup baik.
7.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat untuk Menggunakan
Fasilitas Transaksi Non Tunai
Analisis dilakukan terhadap responden masyarakat umum dengan jumlah
responden sebesar 650, dimana 440 orang merupakan responden yang memanfaatkan
pembayaran non tunai dan 210 orang tidak memanfaatkan instrumen pembayaran
non tunai. Hasil analisis regresi logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
masyarakat untuk menggunakan fasilitas transaksi non tunai menunjukkan bahwa
model yang dibangun cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai percent concor-
dant yang cukup tinggi sebesar 82,2 persen. Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan transaksi non tunai pada taraf nyata
90 persen adalah: status nasabah, pemanfaatan produk perbankan, usia, tingkat
9 09 09 09 09 0
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
pendidikan, pekerjaan, pengeluaran rumahtangga, kemampuan menabung, dan tipe
masyarakat yang ditunjukkan dengan kondisi psikografis responden.
Status nasabah bank memiliki pengaruh positif terhadap pemanfaatan instrumen
non tunai. Hal ini dapat dipahami karena pemilik instrumen non tunai (kartu kredit,
cek, kartu debet, dll) dipersyaratkan memiliki rekening di bank dimaksud, sehingga
bagi yang tidak menjadi nasabah bank peluang menggunakan instrumen non tunai
menjadi sangat kecil.
Untuk variabel jenis produk yang diadopsi, kelompok masyarakat yang
memanfaatkan produk pembiayaan (kredit) memiliki peluang menggunakan
pembayaran non tunai lebih besar dibandingkan dengan nasabah bank yang
memanfaatkan produk tabungan. Artinya masyarakat yang berkeinginan meminjam
lebih berpotensi menggunakan fasilitas pembayaran non tunai. Namun pada sisi lain,
kemampuan menabung yang diindikasikan dengan jumlah tabungan per bulan juga
berpengaruh positif terhadap peluang pemanfaatan pembayaran non tunai, yang
berarti bahwa potensi pemanfaatan pembayaran non tunai lebih tinggi pada kelompok
masyarakat yang berpenghasilan tinggi (mampu menabung lebih tinggi). Hal ini sejalan
dengan keragaan pemanfaatan pembayaran non tunai dimana salah satu yang dominan
adalah kartu kredit dan kartu debet.
Faktor usia responden mempengaruhi peluang penggunaan instrumen non tunai,
dimana kelompok responden yang masih muda (dibawah 30 tahun) memiliki peluang
adopsi lebih tinggi. Usia muda cenderung lebih mudah menerima perubahan dan
produk-produk baru sehingga keinginan mencoba sangat tinggi. Namun perlu
diwaspadahi bahwa segmen pasar kelompok muda (di bawah 30 tahun) umumnya
adalah masyarakat yang baru memasuki dunia kerja sehingga karier dan penghasilan
belum mapan. Dengan demikian potensi pasar secara finansial relatif kecil. Selain faktor
usia, faktor pendidikan juga memiliki pengaruh nyata, dimana kelompok yang
berpendidikan tinggi relatif memiliki peluang penggunaan instrumen non tunai lebih
tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang berpendidikan rendah. Secara lengkap
hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan
transaksi non tunai disajikan pada Tabel 7.1.
Faktor ekonomi yang diindikasikan dengan jumlah tabungan dan pengeluaran
memiliki pengaruh yang nyata positif. Dengan kata lain kelompok masyarakat yang
memiliki pendapatan relatif tinggi (menengah ke atas) merupakan pasar yang lebih
potensial dalam pengembangan instrumen non tuna. Kelompok masyarakat ini
umumnya memang telah memerlukan instrumen pembayaran non karena alasan
ekonomi dan transaksi finansial yang diperlukan sudah relatif lebih tinggi. Tipologi
masyarakat yang memiliki potensi adopsi adalah masyarakat yang memang menyukai
jenis pembayaran non tunai.
9 19 19 19 19 1
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Jika ditarik benang merah, kelompok masyarakat yang memiliki peluang
penggunaan tinggi terhadap pembayaran non tunai adalah masyarakat golongan
menengah ke atas, dimana memiliki tingkat pendapatan dan kemampuan menabung
yang relatif tinggi. Variabel yang memiliki dampak paling besar berdasarkan nilai odd
ratio adalah variabel tipologi masyarakat yang menyukai pembayaran non tunai (odds
ratio=7.67), status sebagai nasabah bank (odds ratio=7.13) dan jenis produk bank yang
dimanfaatkan (odds ratio = 7.38), dan masyarakat yang memanfaatkan produk
pembiayaan (odds ratio=2.25). Artinya kelompok masyarakat yang bercirikan seperti
di atas memiliki peluang adopsi yang jauh lebih tinggi dibandingkan yang lainnya.
7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Untuk
Menggunakan Fasilitas Transaksi Non Tunai Secara Luas
Analisis serupa dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
minat masyarakat untuk memanfaatkan pembayaran non tunai jika sistem ini dibangun
dan diterapkan secara lebih luas. Analisis dilakukan pada populasi yang sama yaitu
650 responden, dimana sebanyak 490 responden menyatakan minatnya untuk
memanfaatkan pembayaran non tunai dan 160 orang responden menyatakan tidak
ingin memanfaatkan. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa model yang
9 29 29 29 29 2
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
dibangun cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai percent concordant yang cukup
tinggi sebesar 74.5 persen. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan
memanfaatkan pembayaran non tunai relatif sama dengan analisis pertama, hanya
terdapat variabel tambahan yaitu pengalaman buruk yang dialami selama
menggunakan instrumen non tunai dan motivasi dalam menabung.
Pada taraf nyata 90 persen (± = 10%) persen, variabel yang nyata mempengaruhi
penggunaan fasilitas pembayaran non tunai adalah: tipologi masyarakat yang terbuka
dan masyarakat yang menyukai pembayaran non tunai, motivasi dalam dalam
menabung, yaitu motivasi keamanan dalam menggunakan instrumen non tunai, dan
pengalaman buruk yang pernah dialami dengan transaksi non tunai. Secara lengkap
hasil analisis logistik terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat yang mau
menggunakan instrumen non tunai disajikan pada Tabel 7.2.
Faktor motivasi menggunakan pembayaran non tunai menjadi penting di sini,
dimana minat kelompok yang memiliki motivasi keamanan lebih tinggi dalam
menggunakan pembayaran non tunai. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana
faktor-faktor yang dipandang penting dalam pelayanan pembayaran non tunai salah
satunya adalah keamanan transaksi.
Menarik untuk dicermati, bahwa masyarakat yang pernah mengalami pengalaman
buruk dalam transaksi non tunai dalam berbagai bentuk misalnya tagihan salah,
transaksi ganda, atau penipuan dan pembobolan, justru berminat untuk menggunakan
jika sistem pembayaran non tunai diterapkan lebih luas. Hal ini disebabkan adanya
harapan dan ekspektasi responden jika sistem ini diterapkan lebih luas lagi tentu akan
diimbangi dengan sistem yang lebih baik sehingga kasus-kasus pengalaman buruk yang
pernah dialami tidak akan terulang lagi.
9 39 39 39 39 3
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Variabel lainnya memiliki kecenderungan fenomena yang sama dengan analisis
sebelumnya yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk
menggunakan pembayaran non tunai, yang meliputi tipe orang yang memang menyukai
pembayaran non tunai. Dari sekian variabel yang berpengaruh secara signifikan,
variabel yang dominan dilihat dari indikator nilai odds ratio adalah alasan keamaman
dalam penggunaan pembayaran non tunai (odds ratio=3.07), dan tipologi orang yang
menyukai pembayaran non tunai (odds ratio= 2.06).
7.3. Potensi Pengembangan Sistem Pembayaran Non Tunai
Dari keragaan responden, hasil analisis logit, dan analisis biplot nampak bahwa
potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai cukup potensial direspon
masyarakat. Jika dilihat hasil analisis logit segmen pasar saat pemanfaatan pembayaran
non tunai adalah kelompok masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi, berpendapatan
tinggi, dan jika dilihat dari jenis pekerjaan PNS/BUMN/Swasta. Lebih jauh jika dilihat
dari ciri lebih jauh segmen masyarakat yang saat ini memanfaatkan pembayaran non
9 49 49 49 49 4
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
tunai adalah kelompok masyarakat yang terbuka terhadap informasi, merupakan
nasabah bank terutama yang memanfaatkan jasa pembiayaan (debetur). Dari kondisi
psikografis masyarakat yang memanfaatkan pembayaran non tunai saat ini dicirikan
oleh masyarakat yang agresif, menyukai pembayaran non tunai dan masyarakat yang
cenderung sebagai pelopor.
Dari hasil tersebut dapat ditentukan strategi pengembangan baik kelompok
sasaran, media promosi, maupun jenis produk yang potensial. Kelompok sasaran yang
saat ini banyak memanfaatkan dari sintesa segemen pasar tadi adalah masyarakat kota
kelompok menengah ke atas. Untuk kelompok masyarakat ini informasi secara lisan
dari kolega, teman maupun keluarga masih menjadi media promosi yang cukup efektif.
Hal ini juga sesuai dengan deskripsi sumber informasi lisan merupakan sumber informasi
yang paling banyak diakses oleh responden.
Produk pembayaran non tunai yang saat ini paling dikenal adalah kartu kredit,
katu ATM dan kartu debet. Sehingga pengembangan ke depan ketiga jenis kartu ini
dapat dikembangkan dengan relatif mudah karena memang sudah dikenal dan
digunakan masyarakat secara luas. Inovasi-inovasi baru hendaknya dilakukan dengan
mengembangkan fungsi-fungsi ketiga jenis kartu pembayaran non tunai tersebut.
Pengembangan ke depan perlu memperhatikan aspek-aspek yang dipandang
penting bagi pengguna fasilitas pembayaran non tunai, yang antara lain adalah faktor
keamanan, aksesibilitas, ketepatan transaksi. Faktor keamanan menempati posisi sangat
penting karena disamping menjadi faktor utama yang diperhatikan pengguna, juga
menjadi tujuan masyarakat dalam menggunakan pembayaran non tunai. Untuk
kelompok pengusaha, disamping faktor keamanan, kecepatan dan ketepatan transaksi
juga aspek biaya penyelenggaraan yang dibebankan kepada pengusaha.
Pengembangan sistem pembayaran non tunai secara lebih luas ke depan cukup
potensial diminati oleh masyarakat. Kelompok peminat relatif sama dengan pengguna
saat ini, namun sebagian besar mengharapkan jenis kartu yang multifungsi, dengan
tetap memperhatikan aspek-aspek penting yang disampaikan di atas, termasuk biaya
penyelenggaraan. Jenis kartu yang relatif mudah lebih mudah disosialisasikan adalah
dengan menggabungkan fungsi-fungsi kartu pembayaran non tunai yang saat ini
banyak dikenal dan digunakan masyarakat, yaitu kartu kredit, debet dan ATM.
Untuk melihat potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai, penelitian
ini mencoba menyusun peta potensi pengembangan yang mencakup seluruh kabutaten/
kota di seluruh wilayah Indonesia. Pengembangan peta potensi ini dirdasarkan pada
faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi keputusan masyarakat dalam
menggunakan instrumen pembayaran non tunai. Hasil analisis sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi keputusan seseorang untuk menggunakan instrumen pembayaran non
tunai diantaranya: status responden (sebagai nasabah bank), status kredit (sebagai
pengguna kredit), tingkat pendidikan, jumlah tabungan serta jumlah pengeluaran.
Sebagai proxy terhadap faktor-faktor dominan tersebut, dipilih indikator-
indikator makro yang sesuai dan bisa menggambarkan kondisi masing-masing daerah
9 59 59 59 59 5
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
terkait dengan faktor-faktor dominan. Indikator-indikator terpilih dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Jumlah kantor bank yang berkaitan erat dengan variabel ”status nasabah”. Jumlah
bank dalam hal ini menggambarkan mudah/sulitnya masyarakat untuk
emmperoleh akses pelayanan perbankan. Semakin banyak kantor bank yang
tersedia, akan semakin mudah bagi masyarakat untuk menjadi nasabah bank dan
sekaligus meningkatkan potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai..
2) Total kredit yang berkaitan erat dengan variabel ”nasabah kredit” dan berkorelasi
dengan minat masyarakat untuk memperoleh kredit. Semakin tinggi kredit di
suatu kabupaten/kota, maka sekamin tinggi pula potensi pengembangan sistem
pembayaran non tunai.
3) Dana pihak ketiga (DPK) yang dalam hal ini merupakan proxy langsung bagi
variabel jumlah tabungan masyarakat. Semakin tinggi tabungan masyarakat,
semakin tinggi pula potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai.
4) Produk domestik regional brutto (PDRB). Sebagaimana kita ketahui bersama,
penghitungan PDRB bisa dilakukan salah satunya dengan melalui pendekatan
pengeluaran. Dengan demikian, PDRB berkorelasi sangat erat dan sekaligus bisa
mewakili variabel pengeluaran. PDRB sekaligus juga bisa menjadi proxy
pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin tinggi
pendapatan mereka yang selanjutnya akan meningkatkan PDRB. Oleh karenanya,
semakin tinggi PDRB akan semakin tinggi pula potensi pengembangan sistem
pembayaran non tunai di suatu kabupaten/kota.
Selain keempat variabel tersebut, akan dimasukkan pula variabel jumlah penduduk
karena diyakini bahwa semakin banyak jumlah penduduk pada satu wilayah, maka
potensi pasar bagi pengembangan sistem pembayaran non tunai juga semakin besar.
Peta potensi pengembangan akan dibuat berdasarkan variabel asal (DPK, jumlah
bank, kredit dan PDRB) serta jumlah penduduk pada tiap-tiap kabupaten/kota di seluruh
wilayah Indonesia. Tinggi/rendahnya potensi pada satu kabupaten/kota akan sangat
tergantung pada skor tiap-tiap variabel untuk kabupaten/kota yang bersangkutan.
Kriteria pemberian skor didasarkan pada kuartil (Q1, Q2 dan Q3) serta sebaran nor-
mal, dan bisa disarikan sebagaimana tersaji pada Tabel 7.3.
Catatan:
- Q1, Q2 dan Q3 masing-masing adlaah kuartil ke-2, kuartil ke-2 dan kuartil ke-3.
- m dan s masing-masing adalah rata-rata dan simpangan baku
9 69 69 69 69 6
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Khusus untuk wilayah-wilayah tertentu yang datanya tidak tersedia (karena proses
pemekaran misalnya), maka ia tidak akan disertakan ke dalam proses skoring.
Dari hasil skoring sebagaimana telah dijelaskan diatas, diperoleh empat peta
potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai yang bisa dilihat pada Gambar
7.1 – Gambar 7.2. Dari gambar-gambar tersebut tampak ada empat warna yang
menunjukkan potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai pada masing-
masing kabupaten/kota. Warna-warna yang ada masing-masing menunjukkan:
1) Kuning adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi tinggi
2) Merah adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi menengah atas
3) Biru adalah kabupaten/kota yang memiliki potensi menengah bawah
4) Hijau adalah kabupaten/kota dengan potensi rendah.
Dengan demikian jika pengembangan sistem pembayaran non tunai akan
dilakukan secara bertahap, maka fokus pengembangan bisa dimulai dari daerah-daerah
yang ditandai dengan warna kuning, dan selanjutnya diikuti oleh daerah-daerah yang
ditandai warna merah. Untuk daerah-daerah yang ditandai dengan warna biru dan
hijau, pengembangan bisa dilakukan belakangan mengingat potensinya tidak terlalu
besar. Keberhasilan penerapan sistem pembayaran non tunai di daerah-daerah yang
berwarna kuning dan merah yang disertai dengan sisialisai yang memadai, diharapkan
akan mempermudah proses pengembangan di daerah yang berwarna biru dan hijau.
Secara umum dapat dikatakan bahwa potensi terbesar bagi pengembangan sistem
pembayaran non tunai berada di Pulau Jawa-Bali, sebagian Sumatera, sebagian
Kalimantan serta sebagian Sulawesi. Beberapa daerah di wilayah Papua juga memiliki
potensi yang lumayan bagus, meskipun belum sebagus daerah-daerah sebagaimana
disebutkan diatas.
Selain itu dengan mempertimbangkan disparitas ekonomi antar wilayah, maka akan
disusun pula peta potensi yang berbeda untuk: (1) Wilayah Jawa-Bali, (2) Wilayah Sumatra
dan (3) Wilayah lainnya di Indonesia. Untuk Jawa-Bali, potensi tertinggi ada di Jawa
Barat serta sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Untuk Sumatera, kawasan pantai
timur secara umum memiliki potensi lebih tinggi dibanding pantai barat. Sedangkan
untuk wilayah lainnya, potensi tinggi tersebar di sebagian Kalimantan, Sulawesi, Papua
serta Nusa Tenggara Barat. Peta potensi selengkapnya dengan mempertimbangkan
disparitas antar wilayah dapat dilihat pada Gambar 7.1. – 7.4.
9 79 79 79 79 7
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
9 89 89 89 89 8
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
9 99 99 99 99 9
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
100100100100100
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
101101101101101
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Bab VIIIBab VIIIBab VIIIBab VIIIBab VIIIKesimpulan danKesimpulan danKesimpulan danKesimpulan danKesimpulan dan
Implikasi KebijakanImplikasi KebijakanImplikasi KebijakanImplikasi KebijakanImplikasi Kebijakan
8.1. Kesimpulan
Di satu sisi, perkembangan ekonomi di dalam negeri serta kecenderungan di luar
negeri yang semakin mengarah pada less cash society berdampak pada penggunaan
instrumen pembayaran non tunai di Indonesia pada beberapa tahun terakhir ini
menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal ini diindikasikan dengan semakin
banyaknya pusat-pusat perdagangan dan berbagai jenis perusahaan yang menerima
pembayaran non tunai.
Di lain fihak, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang No. 3 Tahun
2004, salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Oleh karenanya, sudah sewajarnya bila Bank Indonesia (selaku pemegang
otoritas moneter di tanah air) mengembangkan sistem pembayaran non tunai secara
lebih luas di masa-masa mendatang.
Keberhasilan pengenalan sistem pembayaran non tunai tidak bisa dilepaskan dari
kesiapan masyarakat untuk menerima sistem pembayaran non tunai yang relatif masih
baru tersebut. Masyarakat, dalam hal ini tidak hanya mencakup masyarakat umum
(pengguna), tetapi juga dunia usaha (penerima sistem pembayaran) maupun perbankan
dan dunia usaha secara umum.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi, preferensi dan perilaku masyarakat
terhadap sistem pembayaran non tunai, khususnya untuk masyarakat di perkotaan
dan di daerah-daerah yang sudah relatif maju. Penelitian dilakukan dengan melibatkan
3 komponen utama yang terlibat dalam sistem pembayaran non tunai, yaitu masyarakat
umum, dunia usaha serta dunia perbankan. Beberapa temuan utama penelitian ini
bisa disarikan sebagai berikut
Masyarakat Umum
1) Sebagian besar responden (68 persen) sudah pernah memanfaatkan sistem
pembayaran non tunai, dan hanya sebagian kecil saja (32 persen) yang belum
pernah memanfaatkannya. Mereka yang belum memanfaatkan instrumen non
tunai sebagian besar karena belum perlu, belum mengerti prosedurnya atau
karena lokasi tempat tinggal yang masih terlayani dengan baik. Selain itu, alasan
lain yang mengemuka adalah adanya ketakutan bahwa hidup akan menjadi lebih
boros.
2) Pengalaman masyarakat dalam menggunakan instrumen non tunai bisa dikatakan
baik. Meskipun demikian ada sebagian kecil responden (21 persen) pernah
mengalami pengalaman yang buruk, diantaranya mesin ATM rusak,
ketidakakuratan transaksi atau penggunaan kartu kredit oleh orang lain.
3) Untuk memperluas penggunaan instrumen non tunai, media yang paling baik
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
102102102102102
digunakan adalah jalur teman/keluarga dan televisi. Jalur lain melalui koran, ra-
dio, TV maupun majalah juga bisa digunakan tetapi dampaknya relatif lebih kecil.
4) Aspek-aspek yang dipandang sangat penting oleh masyarakat adalah keamanan,
aksesibilitas dan kecepatan pelayanan. Oleh karenanya, untuk mengembangkan
sistem pembayaran non tunia di masa depan, Bank Indonesia harus memberikan
perhatian utama pada aspek-aspek tersebut.
5) Untuk pengembangan kartu prabayar, secara umum masyarakat (71 persen)
bersedia menerima instrumen tersebut, dengan mayoritas menginginkan kartu
prabayar multi fungsi. Beberapa fungsi penggunaan yang sangat diminati adalah
untuk pom bensin, super market, pembayaran tol dan layanan rumah sakit.
6) Secara umum, masyarakat pengguna instrumen non tunai didominasi oleh
responden dengan ciri-ciri (i) orang yang terbuka terhadap informasi dan
memandang instrumen non tunai sebagai satu prestise tersendiri, (ii) orang yang
memandang dirinya sebagai pelopor/panutan bagi orang lain serta (iii) orang-
orang yang memang menyukai model pembayaran non tunai.
Dunia Usaha
1) Dari keseluruhan responden dunia usaha yang disurvey (74 persen diantaranya
berbadan hukum), sebagian besar diantaranya (75 persen) belum memiliki masalah
cash handling. Temuan ini sejalan dengan kenyataan bahwa sejauh ini sebagian
besar omset mereka (82 persen) masih didominasi oleh transaksi tunai. Masalah
cash handling hanya dijumpai pada 25 persen persen perusahaan, dengan prob-
lem utama adanya selisih transaksi, masalah uang palsu serta masalah uang logam
(receh) dan kembalian.
2) Meskipun belum belum menghadapi masalah cash handling, animo dunia usaha
untuk menerima instrumen pembayaran non tunai sangat besar. Hal ini terbukti
dari kecilnya (27 persen) penolakan responden terhadap instrumen non tunai.
Penolakan mereka pun sebenarnya bukan karena tidak mau, tetapi lebih karena
ketidaktahuan serta ketiadaan infrastruktur. Dari hasil wawancara juga ditemukan
bahwa hampir semua responden dunia usaha akan bersedia menerima instrumen
pembayaran non tunai jika pemerintah (Bank Indonesia) memang akan
menerapkannya secara lebih luas.
3) Secara umum dunia usaha juga tidak banyak menghadapi pengalaman buruk
berkenaan dengan instrumen non tunai. Hanya 20 persen responden yang punya
pengalaman buruk, khususnya cek/BG kosong, jaringan rusak, penyalahgunaan
kartu kredit serta buruknya layanan bank dalam melayani klaim tagihan.
4) Diantara semua instrumen pembayaran non tunai, kartu debet adalah instrumen
yang paling disukai oleh dunia usaha. Hal ini terkait dengan kecilnya risiko yang
harus ditanggung. Bahkan beberapa responden menggolongkan pembayaran
dengan kartu debet sebagai pembayaran tunai, karena uangnya dipindahbukunan
dalam waktu yang singkat dengan proses yang otomatis.
5) Terkait dengan kartu prabayar, mayoritas dunia usaha dengan senang hati
103103103103103
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
menerima instrumen pembayaran ini. Hanya sebagian kecil saja yang belum
bersedia menerimanya karena alasan tidak tahu, belum perlu atau masih sangsi
akan kegunaannya. Untuk itu, sosialisasi lebih luas sangat diperlukan agar
masyarakat dan dunia usaha lebih paham akan hal ini.Selain kartu debet, kartu
lain yang disukai oleh dunia usaha secara berturut-turut adalah transfer bank,
cek, kartu kredit, BG, kartu belanja dan pembayaran via internet.
6) Terkait dengan biaya transaksi, mayoritas responden keberatan dengan engenaan
biaya tersebut. Hanya 31 persen responden yang menjawab bersedia membayar
biaya transaksi.
Perbankan
1) Tingginya animo masyarakat dan dunia usaha dalam menggunakan instrumen
pembayaran non tunai ternyata juga dilihat oleh dunia perbankan. Hal ini
diindikasikan oleh kenyataan bahwa mayoritas perbankan menganggap bahwa
pertumbuhan penggunaan ATM, Kartu Debet maupun Kartu Kredit sangat tinggi.
Selain itu faktor pendorong lain yang dianggap penting adalah peningkatan trend
di masyarakat dalam menggunakan instrumen non tunai.
2) Sebaliknya, hambatan yang paling dirasakan dunia perbankan dalam
mengembangkan instrumen non tunai adalah tingginya biaya investasi. Hambatan
lainnya yang juga banyak diungkapkan adalah rendahnya permintaan dari
masyarakat. Hal ini tentu saja bertentangan dengan kenyataan yang ada di
masyarakat maupun dunia usaha. Untuk itu, diperlukan satu sosialisasi khusus
untuk emnghubungkan keinginan masyarakat dengan dunia perbankan.
3) Dalam usaha untuk melakukan penetrasi seluruh instrumen non tunai, secara
umum dunia usaha memandang faktor keamanan, biaya dan akurasi sebagai aspek
yang sangat penting untuk diperhatikan.
8.2. Implikasi Kebijakan
Dari hasil-hasil temuan survey sebagaimana telah disampaikan pada bab-bab
sebelumnya dan telah pula disarikan pada sub bab terdahulu, ada beberapa rekomendasi
kebijakan yang bisa disampaikan:
1) Potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai ternyata cukup besar,
khususnya di perkotaan dengan ciri-ciri ekonomi dan perbankan yang cukup maju.
Hal ini bisa dilihat dari antusiasme masyarakat, baik masyarakat umum sebagai
pengguna, dunia usaha sebagai penerima instrumen embayaran amupun dunia
perbankan. Potensi ternyata tidak hanya pada para nasabah perbankan, tetapi
juga masyarakat umum non nasabah.
2) Besarnya potensi pengembangan tidak hanya berkaitan erat dengan faktor
ekonomi dan keuangan semata, tetapi juga faktor-faktor lain seperti demografi
dan sosial budaya. Oleh karenanya, dalam pengembangan ke depan seyogyanya
memperhatikan hal-hal yang menjadi concern masyarakat luas.
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
104104104104104
3) Untuk lebih mempercepat pengembangan sistem pembayaran non tunai, sangat
penting untuk dilakukan sosialisasi secara luas dengan menggunakan saluran atau
media yang efektif seperti jalur kerabat/teman dan TV.
4) Menyadari bahwa potensi pengembangan tiap-tiap daerah tidak merata, maka
snagat perlu untuk melakukannya secara bertahap, dengan memperhatikan peta
potensi pengembangan tiap-tiap wilayah yang direkomendasikan oleh tim peneliti.
5) Semakin meningkatnya penggunaan instrumen pembayaran non tunai tentunya
akan membawa dampak ke kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indone-
sia. Salah satu issue urgen yang harus segera diperhatikan adalah ”perlu tidaknya
redefinisi jumlah uang beredar M1 dan M2”. Selain itu, penting juga untuk melihat
dampak penggunaan instrumen non tunai terhadap variabel makro-moneter
lainnya. Untuk itu, tim peneliti merekomendasikan pelaksanaan penelitian lanjutan
yang secara khusus menelaah hal-hal krusial tersebut.
105105105105105
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
Daftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar PustakaDaftar Pustaka
Avery, R. B., Elliehausen, G. E., Kennickell, A. B. dan P. A. Spindt (1986), The use of
cash and transaction accounts by American families, Federal Reserve Bulle-
tin, Vol. 72, February, p. 87-108.
Bank Indonesia (2005), Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia Tahun 2005,
Bank Indonesia.
Duca, J. V. dan W. C. Whitesell (1995), Credit cards and money demand: a cross-
sectional study, Journal of Money, Credit,and Banking, Vol. 27, No. 2, May,
p. 604-623.
Engel, James F et al. (1994). Perilaku Konsumen. Jilid 1. Edisi keenam.
Binarupaaksara, jakarta.
Hayashi, F. dan E. Klee (2003), Technology adoption and consumer payments:
evidence from survey data, Review of Network Economics, Vol. 2, No. 2, June,
p. 175-190.
Hosmer, D.W. & S. Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley &
Sons, Inc. New York.
Jonker, N. (2005), Payment products as perceived by consumers - a public survey,
mimeo, De Nederlandsche Bank, May.
Kennickell, A. B. dan M. L. Kwast (1997), Who uses electronic banking? Results
from the 1995 Survey of Consumer Finances, paper prepared for presenta-
tion at the Annual Meetings of the Western Economic Association, Seattle,
Washington, July.
Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Prenhallindo, Jakarta.
Klee, E. (2005), Families’ use of payment instruments during a decade of change
in the U.S. payment system, mimeo, Board of Governors of the Federal Re-
serve System, February.
Persepsi, Preferensi Dan Perilaku Masyarakat DanLembaga Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai
106106106106106
Levy, P S. and S Lemeshow. 1999. Sampling of Population, Methods and Applica-
tion. 3rd. John Wiley & Sons,Inc. New York.
Loix, E., R. Pepermans, dan L. Van Hove (2005), Who’s afraid of the cashless soci-
ety? Belgian survey evidence, Vrije Universiteit Brussels, Belgium.
Mooslechner, P., Stix, H. dan K. Wagner (2002), The payment habits of Austrian
households - Results of a study on the use of payment cards and the struc-
ture of payment transactions in 2000, Focus on Austria (Oesterreichische
Nationalbank), No. 1, p. 89-117.
Stavins, J. (2001), Effect of consumer characteristics on the use of payment instru-
ments, New England Economic Review (Federal Reserve Bank of Boston),
No. 3, p. 19-31.
Subari, Sri M.T. dan Ascarya (2003), Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia,
Pusat Pendidikan dan Studi Kebangsentralan (PPSK), Bank Indonesia.
Virén, M. (1994), Demand for different payment media in Finland, Bank of Fin-
land Bulletin, Vol. 68, No. 2, February, p. 12-16.
Westland, Chr. J. (2002), Preference ordering cash, near cash and electronic cash,
Journal of Organizational Computing and Electronic Commerce, Vol. 12, No.
3, p. 223-242