Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI UPZ DAN NON UPZ TINGKAT MASJID TERHADAP BAZNAS
KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Faishal Robbani
NIM. 11150860000045
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020
i
PERSEPSI UPZ DAN NON UPZ TINGKAT MASJID TERHADAP BAZNAS
KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
Faishal Robbani
NIM. 11150860000045
Di bawah Bimbingan
Prof. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si.
NIP. 198110132008011006
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 9 April 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Faishal Robbani
NIM : 11150860000045
Program Studi : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid Terhadap Baznas
Kota Tangerang Selatan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 April 2019
1. Ahmad Tirbizi Soni Wicaksono, S.E, M.E (............................................)
NIP. 19900713219031013 Penguji I
2. Nurul Ichsan, M.A (..............................................)
NIP. 197311282005011004 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis Tanggal 9 Juli Tahun 2020 telah diadakan Ujian Skripsi atas
mahasiswa:
1. Nama : Faishal Robbani
2. NIM : 11150860000045
3. Program Studi : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid Terhadap Baznas
Kota Tangerang Selatan
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Juli 2020
1. Dwi Nur’aini Ihsan, SE., MM (.......................................)
NIP. 197710212014112001 Ketua
2. ............................................... (.......................................)
NIP. ....................................... Sekretaris
3. Ir. M. Nadratuzaman Hosen, MS., M.Sc., Ph.D
NIP. 196106241985121001 Penguji Ahli
4. Prof. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si. (.......................................)
NIP. 198110132008011006 Pembimbing
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Faishal Robbani
NIM : 11150860000045
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakn karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 25 Juli 2020
Yang Menyatakan
(Faishal Robbani)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Faishal Robbani
2. Nama Panggilan : Faishal
3. Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Januari 1997
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Alamat : JL Tanjung, Kelurahan Ciracas, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur
7. Telepon : 087721976880
8. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
A. Formal
Tahun 2015 – 2020 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2009 – 2014 : Pondok Modern Darussalam Gontor
Tahun 2003 – 2008 : SDN Jatipadang 01
B. Non Formal
Tahun 2016 – 2020 : Kahfi BBC Motivator School
III. PENGALAMAN ORGANISASI DAN LEMBAGA
1. Ketua New Putra Remaja Football Club (2010-2011)
2. Ketua Bagian Pengajaran Organisasi Pelajar Pondok Modern (2013-2014)
vi
3. Anggota Departemen Eksternal HMJ Ekonomi Syariah UIN Jakarta (2015-
2016)
4. Ketua Departemen Eksternal HMJ Ekonomi Syariah UIN Jakarta (2016-2017)
5. Ketua Pelaksana Olimpiade Kahfi (2018)
6. Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan HMJ Ekonomi Syariah UIN
Jakarta (2018- 2019)
7. Anggota Departemen Penelitian dan Pengembangan HMI Komisariat Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta (2018- 2019)
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Guru Genius di Yatim Mandiri Jakarta (2015 – 2017)
2. Enumerator Quick Count Pemilu Walikota, Daerah dan Presiden Jakarta dan
Tangerang Selatan (2017)
3. Surveyor Pemilu DPD Tangerang Kota dan Tangerang selatan (2017)
4. Mitra Gojek Driver (2017 – 2018)
5. Guru Ekstrakulikuler (2017 – Sekarang)
6. Asian Paragames (2018)
7. Freelancer Event Organizer (2018 – Sekarang)
8. Operator BKB PAUD Sekar Tanjung (2019-2020)
9. Customer Service Humanity Contributor ACT (2020)
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Eka Putra Syarif Hidayat
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Mei 1967
vii
3. Pekerjaan Ayah : PNS – Dosen
4. Ibu : Susy Daryanti
5. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 September 1968
6. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
7. Alamat : JL Tanjung, Kelurahan Ciracas, Kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur
10. Anak ke : 3 dari 5 bersaudara
viii
ABSTRACT
This study aims to determine the perception of UPZ and Non-UPZ Mosque Level
towards BAZNAS South Tangerang City. The object of this research is mosques in
South Tangerang City. The factors studied are transparency, accountability and the
socialization of the BAZNAS program. The research method used is a quantitative
approach with logistic regression analysis techniques. The sample of this study is the
mosques of South Tangerang City with the criteria of a mosque that has a large
potential of zakat totaling 30 mosques obtained from the calculation using the Slovin
formula. The instrument used in this study was a questionnaire.
The results of this study indicate that the perception of UPZ and Non-UPZ
Mosque Level towards BAZNAS South Tangerang City is influenced by several
problems. These problems can be categorized, namely lack of public trust due to lack
of transparency and accountability of the government or agency that deals with zakat
funds, then the lack of public understanding of UPZ due to the lack of socialization to
educate the public. Resolving the problem of trust is by increasing transparency and
accountability. Resolving the problem of low understanding of the community by
increasing socialization activities organized by the government or BAZNAS to educate
ordinary people towards UPZ. Overall test variables show that all three models have
significant results. This means that there is an influence between transparency,
accountability and the socialization of the BAZNAS program to the establishment of
the mosque-level UPZ in South Tangerang City. Factors that determine the formation
of UPZ Mosque in South Tangerang City
Keywords: UPZ, Transparency, Accountability, Socialization of the BAZNAS Program
ix
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat
Masjid terhadap BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Objek dari penelitian ini adalah
masjid-masjid di Kota Tangerang Selatan. Adapun faktor-faktor yang diteliti yaitu
transparansi, akuntabilitas dan sosialisasi program BAZNAS. Metode penelitian yang
digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis regresi logistik.
Sampel penelitian ini adalah masjid-masjid Kota Tangerang Selatan dengan kriteria
masjid yang memiliki potensi zakat besar yang berjumlah 30 Masjid yang diperoleh
dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus slovin. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah angket.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi UPZ dan Non UPZ
Tingkat Masjid terhadap BAZNAS Kota Tangerang Selatan dipengaruhi oleh beberapa
permasalahan. Permasalahan tersebut dapat dikategorikan yaitu kurangnya
kepercayaan masyarakat karena kurangnya transparansi dan akuntabilitas pemerintah
atau badan yang mengurusi dana zakat, kemudian rendahnya pemahaman masyarakat
terhadap UPZ karena kurangnya sosialisasi untuk mengedukasi masyarakat.
Penyelesaian masalah kepercayaan yaitu dengan meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas. Penyelesaian masalah rendahnya pemahaman masyarakat dengan
meningkatkan kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah atau
BAZNAS untuk mengedukasi masyarakat awam terhadap UPZ. Uji variabel secara
keseluruhan menunjukkan ketiga model memperoleh hasil yang signifikan. Artinya
terdapat pengaruh antara transparansi, akuntabilitas dan sosialisasi program BAZNAS
terhadap pembentukan UPZ tingkat masjid di Kota Tangerang Selatan. Faktor yang
menentukan pembentukan UPZ Masjid di Kota Tangerang Selatan.
Kata Kunci : UPZ, Transparansi, Akuntabilitas, Sosialisasi Program BAZNAS
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, hidayah dan inayah-Nya yang dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat
Masjid terhadap BAZNAS Kota Tangerang Selatan”. Shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Ide penulisan skripsi ini berawal dari ketertarikan peneliti untuk mengkaji
tentang pengelolaan zakat di Kota Tangerang Selatan. Setelah dilakukan bebepa riset,
ternyata terdapat problematika dalam pengelolaan zakat itu sendiri. Problem tersebut
yaitu masih banyak masjid di Kota Tangerang Selatan yang belum terdaftar menjadi
UPZ sehingga pengelolaan zakat di beberapa masjid tidak dapat terkontrol dengan
baik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan pengeolaan zakat di
Kota Tangerang Selatan ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dan
terwujud tanpa adanya bimbingan, bantuan, dan support dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta jajarannya.
2. Ibu Dr. Erika Amelia, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, MM selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
xi
4. Bapak Prof. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi
yang secara langsung telah meluangkan waktunya untuk memberikan wawasan,
bimbingan, serta kritik dan saran kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ekonomi Syariah yang telah banyak
memberikan wawasan pengetahuan, pembinaan sikap, dan keterampilan selama
penulis mengikuti perkuliahan. Serta seluruh staf dan civitas akademika Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua Orang Tua penulis, Ayah tercinta Eka Putra Syarif Hidayat dan Umi tercinta
Susy Daryanti, yang selalu memberikan dorongan dan dukungan, semangat baik
berupa moril maupun materil dan doa kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu
memberikan kesehatan dan kebahagiaan, serta kemuliaan kepada ayah dan umi.
7. Pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan Pak Tarjuni yang bersedia
memberikan izin penelitian dan informasi kepada penulis dengan sangat baik.
8. Bagi semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini semoga bantuan dan kebaikan
yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Aamiin yaa Robbal Alamin.
Penulis menyadari keterbatasan dan kemampuan dalam penyusunan skripsi ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dengan harapan agar skripsi ini lebih berkualitas dan bermanfaat
umumnya bagi yang membacanya, serta khususnya bagi penulis sendiri.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 25 Juli 2020
Penulis,
(Faishal Robbani)
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ................................................................................................ x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 17
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 17
1. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 17
2. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................................. 19
1. Persepsi ........................................................................................................ 19
2. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) ...................................................................... 21
3. Transparansi ................................................................................................. 24
4. Akuntabilitas ................................................................................................ 27
5. Sosialisasi Program BAZNAS ..................................................................... 31
xiii
B. Hubungan Antara Variabel ............................................................................... 39
C. Penelitian Terdahulu ......................................................................................... 41
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 52
E. Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 54
B. Populasi Penelitian............................................................................................ 55
C. Sampel Penelitian ............................................................................................. 55
D. Teknik Sampling ............................................................................................... 56
E. Metode Pengumpulan Data............................................................................... 59
F. Indikator Pengukur Variabel............................................................................. 60
G. Metode Analisis Data ....................................................................................... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ................................................................ 66
1. Uji Validitas Data ........................................................................................ 66
2. Uji Reliabilitas Data ..................................................................................... 69
B. Analisis Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid terhadap BAZNAS Kota
Tangerang Selatan ............................................................................................ 81
C. Alternatif Penyelesaian Problem Pembentukan UPZ Masjid Di Kota Tangerang
Selatan............................................................................................................... 90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 92
B. Saran ................................................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 94
LAMPIRAN –LAMPIRAN ....................................................................................... 98
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Potensi dan Realisasi Dana Zakat oleh BAZNAS Tahun 2018 ............... 8
Tabel 1.2 : Data potensi pengumpulan zakat fitrah Kota Tangerang Selatan Tahun
2019 berdasarkan penduduk beragama Islam ......................................... 10
Tabel 1.3 : Data sebaran beberapa masjid di Kota Tangerang Selatan Tahun 2019
beserta perolehan zakat maalnya ............................................................. 11
Tabel 3.1 : Jumlah Sampel Masjid UPZ dan Belum UPZ Berdasarkan Kecamatan di
Kota Tangerang Selatan .......................................................................... 59
Tabel 3.2 : Data Masjid UPZ dan Belum UPZ Yang Memiliki Potensi Zakat Besar …
.................................................................................................................................... 60
Tabel 4.1 : Hasil Uji Validitas Variabel Transparansi ............................................... 67
Tabel 4.2 : Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabilitas .............................................. 68
Tabel 4.3 : Hasil Uji Validitas Variabel Sosialisasi Program BAZNAS ................... 69
Tabel 4.4 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tranparansi ............................................. 70
Tabel 4.5 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Akuntabilitas .......................................... 70
Tabel 4.6 : Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sosialisasi Program BAZNAS ............... 71
Tabel 4.7 : Jumlah Pengamatan ................................................................................. 72
Tabel 4.8 : Kategori Variabel Dependen.................................................................... 72
Tabel 4.9 : Uji Wald ................................................................................................... 73
Tabel 4.10 : Nilai -2LL yang Hanya Terdiri dari Konstanta...................................... 75
Tabel 4.11 : Nilai -2LL yang Terdiri dari Konstanta dan Variabel Bebas ................. 76
Tabel 4.12 : Koefisien Determinan ............................................................................ 77
Tabel 4.13 : Menguji Kelayakan Model .................................................................... 78
Tabel 4.14 : Matriks Klasifikasi ................................................................................. 79
Tabel 4.15 : Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ..................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Zakat merupakan ibadah yang berdimensi ganda, baik vertikal maupun
horizontal karena zakat disamping bersifat ta’abbudi (merupakan ibadah kepada Allah
SWT), juga bersifat ijtimaiyyah (sosial masyarakat) (Fakhruddin, 2008). Zakat juga
memiliki posisi yang penting dan strategis bagi pembangunan umat Islam. Zakat
memberikan landasan bagi tumbuh dan berkembangnya kekuatan sosial ekonomi umat.
Kandungan zakat ini mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, bukan saja nilai
ibadah, moral dan spiritual melainkan juga nilai-nilai ekonomi (Abidin, 2014). Untuk
mencapai tujuan tersebut dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat
harus dikelola dengan manajemen yang baik sesuai dengan syariah Islam.
Dalam praktiknya, zakat dikelola oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
Kemudian ada juga Lembaga Amil Zakat (LAZ). LAZ adalah lembaga yang dibentuk
masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat. Selanjutnya dalam menghimpun zakat ada juga Unit Pengumpul
Zakat (UPZ). UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk
membantu pengumpulan zakat. Hal ini telah diatur dalam UU No.23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, kemudian juga diatur dalam PP No.14 Tahun 2014 tentang
2
Pengelolaan Zakat dan juga diatur dalam Peraturan BAZNAS No.2 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Tata Kerja Unit Pengumpul Zakat (PERBAZNAS, 2016).
Namun seiring telah berjalannya operasional BAZNAS yang sudah banyak aktif
sampai di tingkat kabupaten serta Lembaga Amil Zakat yang didirikan oleh
cnorganisasi masyarakat keagamaan dan telah mendapat izin resmi dari pemerintah
maka secara hukum Islam, pengelolaan zakat harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang ada. Untuk itu diperlukan pemahaman Pengelola Zakat sebagaimana dalam UU
No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan PP No 14 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat(UU No 23 Tahun
2011).
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh
BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat. Hasil pengumpulan zakat oleh UPZ
wajib disetorkan ke BAZNAS, BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota. UPZ
yang dibentuk oleh BAZNAS terdapat pada Lembaga negara, Kementerian/Lembaga
pemerintah non kementerian, Badan usaha milik negara, Perusahaan swasta
nasional/asing, Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Kantor-kantor
perwakilan negara asing/lembaga asing dan Masjid Negara (PERBAZNAS, 2016).
UPZ yang dibentuk oleh BAZNAS Provinsi terdapat pada Kantor Instansi
vertikal, Kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah/Lembaga Daerah Provinsi, Badan
Usaha Milik Daerah Provinsi, Perusahaan swasta skala provinsi, Perguruan tinggi dan
Masjid raya. UPZ yang dibentuk oleh BAZNAS Kabupaten/Kota terdapat pada Kantor
Satuan Kerja Perangkat Daerah/Lembaga Daerah kabupaten/kota, Kantor Instansi
3
vertikal tingkat kabupaten/kota, Badan Usaha Milik Daerah kabupaten/kota,
Perusahaan skala kabupeten/kota, Masjid, mushalla, langgar, surau,
Sekolah/Madrasah, Kecamatan atau nama-nama lainnya (PERBAZNAS, 2016).
Penelitian lain juga dilakukan oleh Qazwini (2018) dengan judul penelitian
“Studi Tata Kerja UPZ Masjid Dan Musola Dalam Pengelolaan Dan Pendistribusian
Zakat Di Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya”. Hasil dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pengelolaan dan pendistribusian zakat UPZ masjid dan mushola
Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan Pertama, Kegiatan UPZ Masjid dan Musola bersifat Temporer,
Kedua, Kegiatan UPZ Masjid dan Musola tidak banyak berubah dari tata kerja Panitia
Amil Zakat Masjid dan Musola, Ketiga, Tidak ada aktifitas pengembangan zakat
sehari-hari, Keempat, Tidak ada rapat koordinasi internal pengurus UPZ Masjid dan
Musola, Kelima, UPZ Masjid dan Musola tidak ada melakukan pelaporan kegiatan
zakat kepada BAZNAS Kota Palangka Raya, Keenam, UPZ Masjid dan Musola belum
memiliki database mustahik zakat yang akurat, Ketujuh, UPZ Masjid dan Musola
belum melaksanakan profesi amil sepenuhnya dan hanya berperan sebagai panitia amil
zakat, Kedelapan, Sumber daya manusia yang tidak memadai, Kesembilan, Minimnya
Kualitas SDM UPZ Masjid dan Musola yang profesional di bidang zakat, dan
Kesepuluh, Kantor Sekretariat UPZ Masjid dan Musola yang tidak sistematis.
Kelemahan tersebut disebabkan beberapa kendala dan problem. Kendala dan
Problem UPZ Masjid dan Musola di Kota Palangka Raya dalam melaksanakan
kegiatan zakat. Pertama, Kegiatan pengumpulan zakat pada 3 UPZ Masjid di Palangka
4
Raya, berjalan tanpa arahan dan bimbingan BAZNAS Kota Palngka Raya, kedua, 3
UPZ Masjid yang dibentuk sejak 2014 -2018 belum diberikan Buku Panduan dan Tata
Kerja Pengumpulan Zakat di lingkungan Masjid dan Musola, ketiga, UPZ Masjid dan
Musola dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan zakat belum maksimal, karena
disebabkan kekurangan tenaga pengurus zakat yang aktif, Keempat, UPZ Masjid dan
Musola di Kota Palangka Raya belum melaksanakan standarisasi pengelolaan zakat di
lingkungan Masjid dan Musola.
Dalam hal ini peneliti memberikan saran yaitu BAZNAS Kota Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan kualitas kerja UPZ Masjid dan Musola di Kota Palangka
Raya perlu melakukan beberapa hal, antara lain : Pertama, Melaksanakan program
bimbingan pengelolaan zakat pada UPZ Masjid dan Musola, kedua, Membuat
pedoman kerja UPZ Masjid dan Musola; dan ketiga, Membuat Standar Operasional
Prosedur (SOP) UPZ Masjid dan Musola dalam hal pengumpulan dan pemungutan
zakat di Kota Palangka Raya. Ketiga, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Masjid dan Musola
Kota Palangka Raya, dalam rangka melaksanakan tugas dan membantu BAZNAS Kota
Palangka Raya melakukan optimalisasi pengumpulan zakat perlu lebih menyerap
fungsi Masjid dan Musola sebagai sarana edukasi masyarakat muslim dalam
memahami zakat.
Kemudian penelitian lain juga dilakukan oleh Soraya (2015) dengan judul
penelitian “Efektivitas Sanksi Bagi Pengelola Zakat Ilegal Menurut Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat”. Hasil dari penelitian tersebut
pertama, Penerapan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
5
Zakat di Kelurahan Jatijajar sampai saat ini belum ada disebabkan kurangnya
sosialisasi mengenai undang-undang tersebut sehingga masih marak pengelola zakat
ilegal sehingga Undang-Undang ini belum sepenuhnya bisa diterapkan di Kelurahan
Jatijajar. Kedua, Efektivitas sanksi bagi pengelola zakat ilegal di Kelurahan Jatijajar
belum efektif hal ini disebabkan karena belum diterapkannya Undang-undang Nomor
23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat sehingga ketentuan sanksi bagi pengelola
zakat ilegal pun belum bisa terlaksana.
Dalam hal ini peneliti memberikan saran. Pertama, pihak BAZNAS dalam
mengahadapi undang-undang ini sudah baik, dan akan lebih baik lagi jika BAZNAS
juga turut meminta kejelasan tentang PP kepada pemerintah, agar Undang-undang
zakat yang baru ini bisa diterapkan dengan baik dan tidak setengah-setengah. Kedua,
Pemerintah harus bertindak tegas mengenai pengelola zakat ilegal sehingga penegakan
hukum berjalan dengan sebagaimana mestinya yang telah diatur dalam UU Nomor 23
Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
Kemudian penelitian lain juga dilakukan oleh Sa’adah (2016) dengan judul
penelitian “Efektivitas Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Dalam Meningkatkan Jumlah
Zakat, Infak dan Sedekah Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Mustahik Di
Tulung Agung”. Penelitian ini menunjukkan beberapa hasil.
Pertama, UPZ sangat efektif membantu BAZNAS dalam meningkatkan
perolehan jumlah zakat, infak, dan sedekah. Terbukti hampir tiap tahun, perolehan
jumlah ZIS meningkat, Untuk perolehan peningkatan jumlah zakat mal/ profesi setiap
tahun mengalami peningkatan. Untuk zakat fitrah ada penurunan sedikit dari tahun
6
2008, 2012 dan 2013. Sedangkan untuk infak/ sedekah mengalami peningkatan dan
penurunan yang fluktuatif, akan tetapi lebih kepada peningkatan jumlah infak/ sedekah.
Kedua, Mustahik dari infak dan sedekah tersebut mengalami peningkatan
kesejahteraan baik ekonomi maupun kesejahteraan hidup. Untuk mustahik zakat dapat
membantu mereka dalam kebutuhan konsumtifnya, sedangkan infak/ sedekah dapat
membantu kebutuhan konusmtif, sosial bahkan untuk kegiatan usaha produktif yang
dapat memberikan efek peningkatan ekonomi mereka, serta bantuan bedah rumah,
yang dapat membantu keluarga yang mendapatkan bantuan tersebut, lebih sejahtera
hidupnya. Meskipun ada peningkatan tetapi peningkatan tersebut tidak signifikan
dengan penyaluran Infak/ Sedekah yang diperuntukan untuk usaha produktif, dimana
usaha produktif hanya 10 % dari penyaluran yang lainnya hal ini karena sudah
kebijakan dari pihak BAZNAS dan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP).
Ketiga, Walaupun tidak semua UPZ mempunyai kendala, akan tetapi kendala
yang dialami oleh setiap UPZ hampir sama, yakni kurangnya kesadaran dalam
berzakat, infak dan sedekah, kurangnya pengetahuan tentang agama khususnya zakat,
kemudian menganggap bahwa zakat, terutama zakat profesi di keluarkan hanya 1 tahun
sekali, masih mempunyai anggapan bahwa mereka adalah gharim dan gharim tidak
wajib mengeluarkan zakat, infak dan sedekah. Adapun upaya-upaya dalam mengatasi
kendala tersebut menurut masing- masing UPZ dan BAZNAS khususnya tetap
mensosialisasikan untuk pembayaran zakat, infak dan sedekah agar lebih banyak
7
masyarakat sadar untuk membayar zakat, infak dan sedekah. Dan ikut membantu
mensejahterakan masyarakat/ mustahik, khususnya di Tulungagung.
Potensi zakat di Indonesia terbilang sangat besar. Instrumen zakat memiliki
potensi yang luar biasa untuk mengatasi kemiskinan bangsa dan mensejahterakan
masyarakat. Amanah UUD 1945 memajukan kesejahteraan umum merupakan salah
satu kewajiban Pemerintah. Zakat sebagai sumber dana potensial umat Islam perlu
dikelola secara profesional untuk membantu program Pemerintah dalam melaksanakan
kewajiban memajukan kesejahteraan umum. Sejahtera adalah aman, sentosa, dan
makmur. Sehingga arti kesejahteraan itu meliputi keamanan, keselamatan dan
kemakmuran (Poerwadarimta, 1996). Namun berdasarkan data BAZNAS, realisasi
zakat yang terkelola masih jauh dari potensinya.
Pada bulan mei tahun 2019, potensi zakat mencapai Rp 233,8 triliun. Dari potensi
yang sangat besar tersebut, baru 3,5 persen atau sekitar Rp 8 triliun yang bisa dikelola.
Sebelumnya pada tahun 2018, berdasarkan dokumen statistic BAZNAS juga terjadi
kesenjangan cukup besar antara potensi zakat dan realisasinya, hal ini ditunjukkan
dengan persentase tidak sampai mencapai 50% disetiap instansi pusat, provinsi maupun
di daerah kota dan kabupaten (BAZNAS).
8
Tabel 1.1
Potensi dan Realisasi Dana Zakat oleh BAZNAS Tahun 2018
Instansi Potensi Realisasi Persentase
Rp Rp %
BAZNAS 286 triliun 92 triliun 32,17%
BAZNAS provinsi 65 triliun 31,7 triliun 48,77%
BAZNAS Kab/Kota 6 triliun 2,5 triliun 41,66%
Zakat dapat menanggulangi problem kemiskinan karena dipungut dari muslim
yang kaya, kemudian digunakan oleh muslim yang fakir (Laela, 2014). Kemungkinan
yang menyebabkan tingginya perbedaan antara potensi dengan realisasi ada dua, jika
bukan karena potensi zakat yang belum tergali, mungkin karena banyaknya zakat yang
terkumpul dari masyarakat namun belum dilaporkan sesuai standar. Husni (2011)
menjelaskan bahwa kecilnya dana zakat yang berhasil terkumpul secara nasional
menunjukkan kepercayaan muzakki yang rendah terhadap lembaga zakat yang ada dan
belum maksimalnya pengelolaan zakat di lembaga zakat tersebut.
Agar kesadaran dan kepercayaan masyarakat dalam berzakat ini menjadi
semakin tumbuh subur, dapat diwujudkan melalui kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ)
dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang akuntabel, transparan dan
profesional. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Darmawati, Mukti, Wahyuddin (2011)
bahwa fungsi lembaga zakat adalah seperti lembaga keuangan, harus dikelola dengan
prinsip-prinsip keuangan dan professional serta dibutuhkan manajemen zakat, infak
dan sedekah yang baik. Lembaga pengelola zakat memiliki karakter yang berbeda
9
dengan lembaga keuangan atau perusahaan, karena zakat yang terkumpul tidak boleh
dianggap sebagai aset oleh lembaga pengelolanya sehingga bebas digunakan semaunya
lembaga dan amil zakat bukan pemilik dana zakat, melainkan hanya penerima amanah.
Ia menambahkan bahwa lembaga zakat wajib menaati ketentuan syariah dalam
pengumpulan dan penyaluran zakat serta mengikuti aturan perundang- undangan
negara. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahawa, walaupun
lembaga zakat berbeda karakternya dengan lembaga keuangan, namun lembaga zakat
tetap harus memperhatikan prinsip- prinsipnya sebagai sebuah lembaga yang
mengelola dana masyarakat agar menjadi Lembaga Amil Zakat yang akuntabel,
transparan dan profesional.
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan dari BAZNAS Kota Tangerang
Selatan bahwa Potensi Pengumpulan Zakat Fitrah Tahun 2019 berdasarkan penduduk
beragama Islam di Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 43.593.35.000. Jumlah dana
ini merupakan perkiraan yang diketahui berdasarkan jumlah penduduk beragama Islam
di Kota Tangerang Selatan (BAZNAS Kota Tangerang Selatan, 2019).
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dalam penghimpunan zakat di masjid, belum
semua menjadi lembaga Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Jika melihat peraturan
pengumpulan zakat, maka tidak sesuai dengan aturan yang dibuat oleh pemerintah pada
tahun 2011 tentang pembentukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan
Keputusan Presiden. Di setiap daerah ditetapkan membentuk Badan Amil Zakat
Provinsi, Badan Amil Zakat Kabupaten/Kota.
10
Tabel 1.2 Matrik Peta Data Potensi Pengumpulan Zakat Fitrah Kota Tangerang
Selatan Tahun 2019 Berdasarkan Penduduk Beragama Islam
Kecamatan Beragama
Islam
Jumlah
Masjid
Jumlah
UPZ
Nominal
Zakat Potensi Zakat
Ciputat
Timur 164.534 60 12 35.000 5.128.690.000
Ciputat 211.581 97 29 35.000 7.405.335.000
Setu 56.161 42 14 35.000 1.965.635.000
Pamulang 271.364 128 35 35.000 9.497.740.000
Serpong
Utara 148.259 42 17 35.000 5.189.065.000
Serpong 110.069 61 23 35.000 3.852.415.000
Pondok
Aren 301.553 116 27 35.000 10.554.355.000
Jumlah 1.245.521 546 157 35.000 43.593.235.000
Sumber: BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Dana zakat ini dikumpulkan melalui UPZ Masjid yang ada di Kota Tangerang
Selatan. Namun yang menjadi problematika adalah diantara 546 masjid yang ada di
Kota Tangerang Selatan, hanya 157 masjid yang sudah menjadi UPZ atau 29% dari
total keseluruhan masjid yang ada di Kota Tangerang Selatan (BAZNAS Kota
Tangerang Selatan, 2019).
Pada tahun 2019 dilakukan survei oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan ke
beberapa masjid yang ada di Kota Tangerang Selatan. Beberapa masjid tidak hanya
menerima dan menyalurkan zakat fitrah, akan tetapi juga menerima zakat maal. Yang
memprihatinkan ada diantara masjid-masjid tersebut belum membentuk Unit
Pengumpulan Zakat (UPZ) Masjid di Kota Tangerang Selatan.
11
Tabel 1.3 Menunjukkan sebaran beberapa Masjid di Kota Tangerang Selatan
Tahun 2019 beserta perolehan zakat maalnya
No Nama Masjid Alamat Jumlah
Zakat Mal
1. Masjid Raya Bintaro
Jaya
Jl. Maleo Raya, Bintaro Sektor
IX, Tangerang Selatan 160.675.000,00
2. Masjid Jami’
Istiqomah
Jl. W R Supratman, Cemp, Putih,
Ciputat Timur, Kota Tangsel 71.785.000,00
3. Masjid Bintaro Jaya
Jl. Bintaro Utama, Bintaro Jaya
Sektor 1 Pesangrahan. 142.550.000,00
4 Masjid Nurul Islam Buaran Serpong 8.750.000,00
5 Masjid Jami’
Assyuhada
Jurang Mangu Timur/Pondok
Aren 13.750.000,00
6 Masjid Jami’ Al-
Barokah Babakan /Setu 6.200.000,00
7 Masjid Baitul Ula Cirendeu/Ciputat Timur 8.700,000,00
8 Masjid Jami’ Al-
Mu’Minun Bambu Apus/Pamulang 9.750.000,00
9 Masjid Jami’ Al-
Ihsan Sawah/Ciputat 7.725.000,00
10 Masjid Jami’ Furqon Pondok Benda , Pamulang 25.650.000,00
Sumber: BAZNAS, 2019
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 untuk memberi penguatan yang
signifikan kepada BAZNAS yaitu ditetapkan sebagai satu-satunya lembaga yang
berwenang dalam pengelolaan zakat nasional. Kegiatannya merupakan tugas
pemerintah sehingga berhak mendapatkan pembiayaan APBN dan ditambah dengan
hak amil. Serta berhak membentuk organisasi pendukung yaitu BAZNAS Provinsi dan
12
kabupaten/kota serta UPZ di setiap intansi pemerintahan hingga tingkat kelurahan
(Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011).
Peraturan Baznas Nomor 2 Tahun 2016 juga menjelaskan bahwa Baznas
kabupaten/kota membentuk UPZ Baznas kabupaten/kota pada institusi masjid,
mushalla, langgar atau nama lainnya (PERBAZNAS, 2016). Melihat dari ketentuan di
atas, seharusnya pengelolaan zakat maal yang ada di masjid semestinya membentuk
Unit Pengumpul Zakat sesuai dengan peraturan Perundang-undangan Zakat.
Temuan yang ada bahwa pada pengelolaan zakat maal di masjid secara
Perundang-Undangan belum memenuhi ketentuan yang ditetapkan pemerintah dan
BAZNAS yaitu dalam mengumpulkan, mendistribusikan dan pengelolaanya belum
membentuk Unit Pengumpul Zakat. Padahal ketentuan dalam perundangan-undangan
bahwa peranan Zakat Maal yang ada di masjid seharusnya di bentuk Unit Pengumpul
Zakat (UPZ) yang fungsinya mengumpulkan dan menyetorkan kepada BAZNAS
setempat (BAZNAS Provinsi Banten, 2005).
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 juga dijelaskan pada pasal 38
bahwa setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan
pengumpulan, pendistribusian atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang
berwenang. Dijelaskan juga pada pasal 41 bahwa setiap orang yang dengan sengaja
dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) (UU Nomor 23 Tahun 2011).
Ini menunjukkan bahwa dalam pengumpulan zakat tidak dilakukan dengan bebas
13
namun ada peraturan dan ketentuan yang harus dipatuhi setiap orang yang ingin
mengumpulkan zakat.
Undang-Undang diatas dimaksudkan untuk memastikan transparansi dan
akuntabilitas dalam pelaporan serta pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan
zakat. Pada zaman Nabi para pengelola zakat di tunjuk langsung oleh Nabi sendiri.
Para pengelola tersebut diberi bimbingan secara khusus dan ancaman bagi yang
melakukan pelanggaran. Sedangkan pada zaman sekarang ini telah diatur oleh
pemerintah yang secara sistematis. Maka dari itu semua keputusan yang dibuat oleh
pemerintah harus dipatuhi oleh seluruh lapisan masysarakat. Undang- undang No. 23
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat telah disahkan oleh pemerintah, maka secara
mutlak undang-undang tersebut harus dipatuhi.
Jika pengelolaan zakat dilakukan dengan baik, maka akan menumbuhkan rasa
keparcayaan masyarakat sehingga meningkatkan minat masyarakat dalam membayar
zakat. Untuk membangun sebuah kepercayaan diperlukan tujuh core values, yaitu
sebagai berikut (Wibowo, 2006):
1. Transparansi
Kerahasiaan dan kurangnya transparansi dalam menjalankan sesuatu akan
mengganggu trust building. Oleh karena itu diperlukan keterbukaan antara kedua
belah pihak agar keduanya dapat saling percaya antara satu sama lain.
2. Kompeten
Kompeten adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau peran
dalam membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada
14
pengalaman dan pembelajaran. Kompeten sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas di bidang pekerjaan tertentu.
3. Kejujuran
Kejujuran merupakan elemen terpenting dalam mendapatkan sebuah
kepercayaan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kecurangan yang bersifat
merugikan yang lain. Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan
yang ada. Dengan kata lain jujur adalah berkata atau memberikan suatu informasi
yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam penerapannya, secara hukum tingkat
kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang
dibicarakan dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi.
4. Integritas
Integritas adalah keselarasan antara niat, pikiran, perkataan dan perbuatan.
Dalam prosesnya, berjanji akan melaksanakan tugas secara bersih, transparan, dan
profesional dalam arti akan mengerahkan segala kemampuan dan sumber daya
secara optimal untuk memberikan hasil kerja terbaik. Orang yang berintegritas
tinggi mempunyai sikap yang tulus, jujur, berperilaku konsisten serta berpegang
teguh pada prinsip kebenaran untuk menjalankan apa yang dikatakan secara
bertanggung jawab.
5. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang
untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah dikerjakan kepada
lingkungannya atau orang lain. Akuntabilitas sekiranya dapat diukur dengan
15
pertanyaan-pertanyaan tentang seberapa besar motivasi menyelesaikan pekerjaan
dan seberapa besar usaha (daya pikir) untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan
tersebut.
6. Sosialisasi/ Sharing
Sosialisasi/Sharing merupakan elemen penting dalam membangun
kepercayaan karena mempunyai manfaat nilai psikologis yakni membantu
membangun hubungan yang lebih baik antara satu sama lain. Termasuk didalamnya
sharing informasi, keterampilan, pengalaman dan keahlian.
7. Penghargaan
Untuk mendorong sebuah kepercayaan maka harus terdapat respek saling
menghargai antara satu sama lain.
Berdasarkan teori diatas maka peneliti memilih Transparansi, Akuntabiltas dan
Sosialisasi Program BAZNAS sebagai variabel dari persepsi UPZ dan Non UPZ
Tingkat Masjid terhadap BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
Peneliti memilih transparansi karena Manajemen suatu organisasi pengelola
zakat yang baik dapat diukur dan dirumuskan dengan tiga kata kunci yang dinamakan
Good Organization Governance, yaitu Amanah, Profesional dan Transparan
(Sholahuddin, 2006). Kerahasiaan dan kurangnya transparansi dalam menjalankan
sesuatu akan mengganggu trust building. Oleh karena itu diperlukan keterbukaan
antara kedua belah pihak agar keduanya dapat saling percaya antara satu sama lain
(Wibowo, 2006).
16
Yang kedua yaitu akuntabilitas karena pengelolaan zakat juga harus memiliki
asas yaitu Syariat Islam, Amanah, Kemanfaatan, Keadilan, Kepastian hukum,
Terintegrasi dan Akuntabilitas (UU Nomor 23 Tahun 2011). Akuntabilitas juga
merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk
mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah dikerjakan kepada lingkungannya atau
orang lain. Akuntabilitas sekiranya dapat diukur dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
seberapa besar motivasi menyelesaikan pekerjaan dan seberapa besar usaha (daya
pikir) untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut (Wibowo, 2006).
Ketiga sosialisasi karena sosialisasi merupakan elemen penting dalam
membangun kepercayaan karena mempunyai manfaat nilai psikologis yakni membantu
membangun hubungan yang lebih baik antara satu sama lain. Termasuk didalamnya
sharing informasi, keterampilan, pengalaman dan keahlian (Wibowo, 2006). Selain itu
dalam mengelola zakat, BAZNAS juga perlu melakukan sosialisasi terkait program
UPZ kepada masyarakat Kota Tangerang Selatan agar masyarakat dapat memahami
aturan dalam pengelolaan zakat sehigga pengelolaan zakat terlaksana dengan baik
(BAZNAS Kota Tangerang Selatan).
Berdasarkan uraian-uraian diatas, dijelaskan bahwa ada hal yang tidak sesuai
antara data UPZ Masjid di Kota Tangerang Selatan dengan UU Nomor 23 Tahun 2011.
Hal ini menjadi menarik untuk penulis meneliti tentang faktor yang menentukan
pembentukan UPZ Masjid di Kota Tangerang Selatan secara optimal. Sehingga penulis
mengambil judul “Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid terhadap BAZNAS
Kota Tangerang Selatan”.
17
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka untuk mempermudah
pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid Terhadap Baznas Kota
Tangerang Selatan?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi DKM Masjid dalam membentuk UPZ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid Terhadap Baznas
Kota Tangerang Selatan.
2) Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang yang mempengaruhi DKM Masjid
dalam membentuk UPZ.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Kegiatan Ilmiah/Manfaat Teoritis
1) Bagi Peneliti
Sebagai masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
materi yang diteliti, yaitu tentang persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid
Terhadap Baznas Kota Tangerang Selatan.
2) Bagi Mahasiswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
18
di dalam penelitian lanjutan tentang persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat
Masjid dan faktor yang mempengaruhi pembentukan UPZ.
b. Kegiatan Terapan/Manfaat Praktis
1) Bagi BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pengurus atau amil
zakat khususnya BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam mengetahui
persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid Terhadap Baznas Kota Tangerang
Selatan.
2) Bagi Praktisi dan Pihak Lain Yang Terkait
Hasil penelitian ini dapat menunjukkan persepsi UPZ dan Non UPZ
Tingkat Masjid Terhadap Baznas Kota Tangerang Selatan
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Persepsi
a. Definisi Persepsi
Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses
untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Setiap
individu mempunyai kecenderungan dalam melihat objek yang sama dengan cara
yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya
adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandang (Darma, Siregar dan Rokan,
2017).
Persepsi merupakan proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan
pola stimulus dalam lingkungan. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena
adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat
komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi
makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Rusli, 2013).
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Dahlan (2017) pemahaman atau persepsi bisa salah, bisa benar, bisa
sempit, bisa luas dan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan
proses terjadinya persepsi itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang, yaitu:
20
a. Faktor sosial
b. Faktor lingkungan
c. Faktor pendidikan
d. Faktor media informasi
e. Faktor regulasi
Sedangkan menurut Dahlan (2017) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan
b. Latar belakang
c. Pengalaman
d. Kepercayaan
c. Proses Persepsi
Rusli (2013) menjelaskan bahwa proses persepsi yaitu:
1) Seleksi, yaitu proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar,
intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2) Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti
bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian dan
kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk
mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi
informasi yang kompleks menjadi sederhana.
21
3) Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam berntuk tingkah laku
sebagai reaksi.
2. Unit Pengumpul Zakat (UPZ)
a. Pengertian UPZ
Unit Pengumpul Zakat (UPZ) sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan
BAZNAS (PERBAZNAS) No 02 tahun 2016 adalah satuan organisasi yang
dibentuk BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota untuk
membantu mengumpulkan zakat. Sementara UPZ Masjid adalah institusi di bawah
naungan BAZNAS yang dapat melakukan pemungutan zakat di daerah sekitar
masjid dan dapat mengajukan untuk melakukan pendistribusian secara mandiri.
UPZ Masjid selain dapat melakukan pemungutan zakat, juga dapat membuka gerai
atau menerima pembayaran infaq, sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya
(DSKL) (PERBAZNAS, 2016).
b. Dasar Hukum UPZ
Awal pembentukan undang-undang pengelolaan zakat yaitu dengan terbitnya
undang-undang No 38 tahun 1999 yang konsep RUU-nya adalah prakarsa Menteri
Agama saat itu H.A. Malik Fadjar. Kemudian undang- undang No 38 tahun 1999
diubah dan diganti dengan undang-undang tentang pengelolaan zakat No 23 tahun
2011. Pembaharuan undang-undang pengelolaan zakat merupakan sebuah terobosan
politik untuk memperbaiki sistem koordinasi antar-organisasi pengelola zakat yang
belum berjalan secara efektif, baik secara vertikal, horizontal maupun diagonal.
22
Setelah terbitnya UU No 23 tahun 2011 kemudian terbit Peraturan Pemerintah (PP)
No 14 tahun 2014 dan Intsruksi Presiden (Inpres) No 3 tahun 2014. PP No 14/2014
mengatur agar BAZNAS memiliki anggota tertinggi yang ditunjuk Presiden. Di sisi
lain, Inpres No 3/2014 mewajibkan seluruh Kementerian, perusahan BUMN dan
seluruh lembaga pemerintahan untuk membayar dan mengumpulkan zakatnya
melalui BAZNAS. Kemudian Keputusan Menteri Agama (KMA) No 333/2015
telah menyusun klasifikasi untuk Lembaga Amil Zakat (LAZ) resmi (Kementerian
Agama RI).
Dalam PP No 14/2014 di pasal 46 mengatur tentang Unit Pengumpul Zakat
(UPZ) namun belum diperinci secara jelas, oleh karena itu BAZNAS mengeluarkan
aturan PERBAZNAS No 02 Tahun 2016 yang secara spesifik mengatur tentang
pembentukan dan cara kerja UPZ. Peraturan-peraturan diatas dibentuk sebagai
landasan untuk meningkatkan perkembangan zakat Di Indonesia dan konstribusi
zakat terhadap perkembangan ekonomi Nasional (PUSKAS BAZNAS, 2017).
c. Tata cara pembentukan UPZ Masjid
UPZ Masjid adalah lembaga pengelola dana zakat yang legal atau diakui
fungsi dan keberadaannya oleh Negara. Berikut adalah tata cara pembentukan
UPZ Masjid (PERBAZNAS, 2016):
1) Mengajukan surat tertulis kepada BAZNAS Kabupateb/Kota untuk membentuk
UPZ dengan melampirkan persyaratan administratif yang terdiri dari:
a) Susunan calon pengurus dan penasehat UPZ
23
b) Surat Keterangan tertulis dari institusi yang bersangkutan (Masjid) bahwa
calon pengurus dan penasehat UPZ merupakan anggota atau jamaah dari
institusi yang bersangkutan.
2) BAZNAS Kabupaten/Kota memberikan jawaban tertulis atas usulan
pembentukan UPZ dari pimpinan institusi paling lambat 5 hari kerja setelah surat
usulan diterima.
3) BAZNAS Kabupaten/Kota melakukan verifikasi administratif atas pengajuan
pembentukan UPZ.
4) Dalam hal persyaratan administratif telah terpenuhi, BAZNAS Kabupaten/Kota
menetapkan keputusan pembentukan UPZ dengan lampiran keputusan
pengangkatan pengurus dan penasehat UPZ.
5) Keputusan pembentukan UPZ ditetapkan dan disahkan oleh ketua BAZNAS
sesuai dengan tingkatannya.
d. Fungsi UPZ
Tugas dan fungsi UPZ bertanggung jawab melaksanakan dan membantu
kegiatan BAZNAS dari segi pengumpulan, pendataan muzakki, pendataan mustahik
zakat, dan selanjutnya dilaporkan kepada BAZNAS. Fungsi UPZ juga sebagai
berikut (PERBAZNAS, 2016):
1) Melakukan sosialisasi dan edukasi zakat pada masing-masing institusi yang
menaungi UPZ
2) Pengumpulan zakat pada masing-masing institusi yang menaungi UPZ
3) Pendataan dan layanan muzakki masing-masing institusi yang menaungi UPZ
24
4) Penyerahan nomor pokok wajib zakat (NPWZ) dan Bukti Setor Zakat (BSZ)
yang diterbitkan oleh BAZNAS Kabupaten/Kota kepada muzakki di institusi
masing-masing.
5) Penyusunan RKAT UPZ untuk program pengumpulan dan tugas pembantuan
pendistribusian dan pendayagunaan zakat BAZNAS
6) Penyusunan laporan kegiatan pengumpulan dan tugas pembantuan
pendistribusian dan pendayagunaan zakat BAZNAS.
Masalah kepercayaan dan profesionalitas menjadi prasyarat penting lembaga-
lembaga zakat saat ini dan ke depan. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap LAZ dibutuhkan tata kelola organisasi yang baik, yaitu terciptanya
transparansi dan akuntabilitas LAZ (Jahar, 2010).
Kusmiati, (2015) mengungkapkan, bahwa ”Sebuah institusi dikatakan sehat
ketika pengelolaan yang terjadi transparan, akuntabel, birokratif namun tidak kaku,
memegang standar baku mutu dan mempunyai kejelasan dalam target dan sasaran
mutu yang ingin dicapai.”
3. Transparansi
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan yakni
informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksaannya serta hasil-hasil yang
dicapai (Fatmawati, Hasanah dan Nurdin, 2016). Transparansi dibangun atas dasar
kebebasan memperoleh informasi dan menjadi kontrol publik terhadap organisasi
25
pengelola zakat sehingga transparansi dikaitkan dengan tingkat akses bagi masyarakat
untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin (Mardiasmo, 2002).
Proses transparansi menurut Smith (2004) yakni:
1. Standard procedural requirements (persyaratan standar prosedur), hal ini dikatakan
bahwa proses pembuatan peraturan harus melibatkan partisipasi dan memperhatikan
kebutuhan publik.
2. Consultation processes (Proses Konsultasi), yakni adanya dialog atau komunikasi
antara BAZNAS dan DKM Masjid.
3. Appeal rights (Permohonan ijin), merupakan pelindung utama dalam proses
pengaturan, standar yang tidak berbelit dan transparan untuk menghindari praktik
penyelewengan dana zakat.
Transparansi dalam pengelolaan zakat akan menciptakan kontrol yang baik
antara dua pihak yaitu lembaga dan stakeholders, karena tidak hanya melibatkan pihak
intern organisasi (lembaga zakat) saja tetapi lebih kepada pihak extern yaitu muzakki
atau masyarakat secara luas (Assagaf, 2016).
6 prinsip transparansi yakni (Rahmawati, 2014):
1. Adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses.
2. Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan.
3. Adanya laporan berkala mengenai pendayagunaan sumber daya pengembangan
proyek.
4. Adanya laporan tahunan.
5. Adanya pedoman dalam penyebaran informasi.
26
Mengacu panduan tersebut maka indikator yang digunakan untuk mengukur
transparansi yakni sebagai berikut (Rahmawati, 2014):
1. Adanya media informasi untuk mempublikasikan kegiatan yang dilakukan oleh
pengelola zakat.
2. Adanya laporan berkala mengenai pengelolaan dana zakat.
3. Adanya laporan tahunan yang dipublikasikan kepada publik.
4. Adanya kriteria informasi yang dipublikasikan kepada publik.
Demi menjamin serta mewujudkan pelaksanaan pengelolaan zakat yang baik dan
terkendali sebagai amanah agama, harus ada unsur pertimbangan dan unsur
pengawasan pada BAZNAS dan LAZ, serta ada sanksi hukum terhadap pengelola yang
bertindak menyalahi aturan yang berlaku. Demikian pula BAZNAS diharuskan
memberikan laporan tahunan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dan Daerah
sesuai dengan tingkatannya. Badan Amil Zakat Nasional dalam rangka pengumpulan
harta zakat, muzaki dapat melakukan perhitungan sendiri atas kewajiban zakatnya. Dan
adapun dalam hal keadaan muzaki tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya,
maka dalam ketentuan ini muzaki dapat meminta bantuan kepada Badan Amil Zakat
Nasional dalam perihal perhitungan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Badan
Amil Zakat juga memiliki tugas pokok, yaitu pendistribusian serta pendayagunaan
harta zakat (UU No 23 Tahun 2011).
Harta zakat yang diserahkan muzaki kepada Badan Amil Zakat Nasional wajib
didistribusikan kepada mustahik zakat sesuai dengan ketentuan Syariat Islam. Dalam
hal ini berdasarkan Undang-Undang pengelolaan zakat No. 23 Tahun 2011 pada pasal
27
26 dijelakan bahwa, pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas
dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Adapun dalam
hal pelaporan BAZNAS melakukan tugasnya berdasarkan kapasitas dan tingkatannya,
seperti halnya BAZNAS kabupaten kota wajib menyerahkan laporan kepada BAZNAS
provinsi dan pemerintah daerah secara berkala. Adapun BAZNAS provinsi wajib
menyerahkan laporan pengelolaan zakat kepada BAZNAS dan pemerintah daerah
secara berkala. Dan kemudian laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui
media cetak atau media elektronik (UU No 23 Tahun 2011).
4. Akuntabilitas
Peran pengelolaan zakat yang berkecimpung dalam bentuk kepercayaan
masyarakat haruslah memiliki asas dan pondasi yang kuat, sehingga dengan demikian
segala sesuatu yang berbau negatif akan terhindar dan akan lebih memberikan
kemudahan bagi petugas pengelola dalam berinteraksi kedalam kehidupan masyarakat
sekitar. Adapun pengelolaan zakat harus memiliki asas sebagai berikut (Peran
pengelolaan zakat yang berkecimpung dalam bentuk kepercayaan masyarakat haruslah
memiliki asas dan pondasi yang kuat, sehingga dengan demikian segala sesuatu yang
berbau negatif akan terhindar dan akan lebih memberikan kemudahan bagi petugas
pengelola dalam berinteraksi kedalam kehidupan masyarakat sekitar. Adapun
pengelolaan zakat harus memiliki asas sebagai berikut (UU No 23 Tahun 2011):
1. Syariat Islam
2. Amanah
3. Kemanfaatan
28
4. Keadilan
5. Kepastian hukum
6. Terintegrasi
7. Akuntabilitas
Menurut Gray (2008) akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyiapkan laporan
(tidak selalu berarti laporan keuangan) atau catatan atas semua tindakan yang
didalamnya ada tanggungjawab.
Akuntabilitas juga dapat dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah
(agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajika, melaporkan dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada
pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawabannya tersebut (Mardiasmo, 2002).
Akuntabilitas dapat dipahami sebagai pertanggungjawaban agen (pengemban
amanah) pada prinsipal (pemberi amanah) melalui sebuah media pertanggungjawaban
secara berkala ataupun insidental untuk melaporkan kinerjanya dalam mengemban
amanah yang diberi sehingga kinerja tersebut dapat dimintai pertanggung jawaban oleh
principal (Riyanti, 2011). Akuntabilitas menjelaskan peran dan tanggungjawab, serta
mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen serta
pemegang saham (Sutedi, 2011).
Akuntabilitas dianggap penting terlebih pada organisasi nirlaba karena organisasi
nirlaba lebih banyak melibatkan kepentingan stakeholder, dimana pengelolan harus
memiliki tanggungjawab dan mereka harus menunjukkan bahwa mereka adalah pihak
29
yang dapat dipercaya. Akuntabilitas mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber
daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik (Nordiawan, 2009).
Akuntabilitas dalam organisasi pengelola zakat dapat diwujudkan dalam
pencatatan dalam setiap aktivitas pengelolaan dana zakat seperti menghadirkan bukti
transaksi dan menghadirkan saksi ketika proses pencatatan. Menurut Adh-Dharir
(2005) mencatat dan menghadirkan saksi merupakan pembuktian kepercayaan,
kepatuhan, serta menciptakan keadilan dalam penetapan hak dan menghilangkan
ketidak percayaan diantara manusia serta menyiapkan informasi yang akurat, cepat dan
otentik.
Empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi yakni (Mardiasmo, 2002):
1) Akuntabilitas hukum dan kejujuran
Akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan lain yang berlaku. Sedangkan, akuntabilitas kejujuran terkait
dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan. Kedua hal ini mengindikasikan
bahwa suatu organisasi harus mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan
bersikap jujur serta menjalankan pekerjaannya secara amanah.
2) Akuntabilitas proses
Akuntabilitas proses terkait dengan prosedur yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan sudah cukup baik, baik dari segi sistem informasi akuntansi,
sistem informasi manajemen maupun prosedur administrasi.
30
3) Akuntabilitas program
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai atau tidak dan apakah telah mempertimbangkan alternatif
program yang memberikan hasil optimal dengan biaya yang minimal. Hal ini terkait
dengan program yang akan dilaksanakan, strategis apa yang harus ditempuh dan
bagaimana hasil dari program yang dilaksanakan.
4) Akuntabilitas kebijakan
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban suatu organisasi
kepada pemerintah dan masyarakat luas. Dalam akuntabilitasa kebijakan diharapkan
suatu organisasi mampu menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk
tanggungjawab kepada pemerintah ataupun publik.
Mengacu penjelasan diatas, maka indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur akuntabilitas adalah sebagai berikut (Mardiasmo, 2002) :
1) Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
a. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan serta perundang-undangan yang
berlaku.
b. Pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan SOP untuk menghindari
penyalahgunaan jabatan maupun penyelewengan dana zakat.
2) Akuntabilitas Proses
a. Adanya prosedur untuk melaksanakan kegiatan yang dilakukan.
b. Adanya sistem untuk menunjang kegiatan yang dilakukan.
31
3) Akuntabilitas Program
a. Pelaksanaan program sesuai dengan tujuan.
b. Adanya strategi untuk melaksanakan setiap program.
4) Akuntabilitas Kebijakan
a. Adanya pertanggungjawaban pengelolaan dana zakat kepada
pemerintah mupun masyarakat.
b. Adanya partisipasi karyawan untuk pengambilan keputusan.
5. Sosialisasi Program BAZNAS
a. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses seorang individu belajar berintegrasi dengan
sesamanya dalam suatu masyarakat menurut sistem nilai, norma, dan adat-
istiadat yang mengatur masyarakat yang bersangkutan (Suyono, 1985).
Menurut Suharto (1991), sosialisasi atau proses memasyarakat adalah proses
orang-orang yang menyesuaikan diri terhadap norma-norma sosial yang berlaku,
dengan tujuan supaya orang yang bersangkutan dapat diterima menjadi anggota
suatu masyarakat.
Sedangkan menurut Ihrom (2004) sosialisasi adalah proses belajar yang
dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan
norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok
masyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah suatu proses belajar serta
mengenal norma dan nilai-nilai sehingga terjadi pembentukan sikap untuk
32
berprilaku sesuai dengan tuntunan atau perilaku masyarakatnya.
Sosialialisasi sangat penting dalam sebuah perkembangan pengetahuan di
masyarakat, sebab dengan adanya sosialisasi menambah wawasan masyarakat akan
suatu hal yang penting. Seperti halnya pengetahuan masyarakat akan pengelolaan
dari zakat di BAZNAS Kota Tangerang Selatan, jika tidak ada sosialisasi dari pihak
BAZNAS tentunya lapisan masyarakat tidak mengetahui apa saja dan bagaimana
wujud dari bentuk dari pengelolaan zakat. Padahal pengaruhnya sangat besar jika
pengelolaan dilakukan secara optimal bahkan bisa mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan, kebodohan dan kelatarbelakangan (Sahri, 2006).
b. Tahap Sosialisasi
Sosialisasi dialami oleh individu sebagai mahluk sosial sepanjang
kehidupannya sejak ia dilahirkan sampai meninggal dunia. Sosialisasi dibedakan
menjadi 2 tahap, yaitu (Ihrom, 1999):
a) Sosialisasi Primer, sebagai sosialisasi yang pertama dijalani individu semasa
kecil, melalui bagaimana ia menjadi anggota masyarakat. Dalam tahap ini proses
sosialisasi primer membentuk kepribadian anak kedalam dunia umum, dan
keluargalah yang berperan sebagai agen sosialisasi.
b) Sosialisasi Sekunder, didefinisikan sebagai proses berikutnya yang
memperkenalkan ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya; dalam
tahap ini proses sosialisasi mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme
(dunia yang lebih khusus); dan dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah
lembaga pendidikan, grup, lembaga pekerjaan dan lingkungan dari keluarga.
33
Dalam hal zakat, maka sosialisasi yang dilakukan oleh BAZNAS Kota
Tangerang Selatan masuk pada tahapan sosialisasi sekunder.
c. Tipe Sosialisasi
Ada dua tipe sosialisasi, kedua tipe sosialisasi tersebut adalah sebagai berikut
(Maryati, 2006):
1) Formal
Sosialisasi yang dilakukan melalui lembaga-lembaga berwenang menurut
ketentuan negara atau melalui lembaga-lembaga yang dibentuk menurut undang-
undang dan peraturan pemerintah yang berlaku.
2) Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang
bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub, dan
kelompok- kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Dalam hal ini, maka tipe sosialisasi yang dilakukan oleh BAZNAS Kota
Tangerag Selatan adalah sosialisasi formal.
d. Pola Sosialisasi
Pola sosialisasi menurut Sunarto (1993) dibagi dalam dua pola, yaitu:
sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif (repressive
socialization) menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Ciri lain
dari sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman
dan imbalan. Sosialisasi partisipatoris (participatory socialization) merupakan pola
di mana anak diberi imbalan ketika berprilaku baik. Selain itu, hukuman dan
34
imbalan bersifat simbolik. Dalam hal ini pola sosialisasi yang dilakukan BAZNAS
Kota Tangerang Selatan adalah pola sosialisasi represif karena didalamnya terdapat
beberapa peraturan dan hukuman bagi pelanggar peraturan.
e. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi menurut Soekanto (1993) adalah proses dimana seseorang
mempelajari atau dididik untuk mengetahui dan memahami norma-norma serta
nilai-nilai yang berlaku. Dalam pengertian tersebut kita dapat melihat bahwa
seseorang mempelajari atau mengalami proses belajar. Individu tersebut mengalami
proses penyesuaian diri individu ke dalam kehidupan sosial.
f. Program BAZNAS
Untuk mencapai visi dan misi dalam menjalankan program kerja serta
evaluasi tentang apa yang telah dilakukan sebelumnya, maka BAZNAS Kota
Tangerang Selatan secara periodik melakukan Rapar Kerja (RAKER) setiap satu
kali dalam satu tahun. Dalam RAKER ini BAZNAS Kota Tangerang Selatan
membicarakan hal-hal penting terkait (Tarjuni, 2019):
1. Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan bersama
Dewan Pertimbangan dan Dewan Pengawas meliputi program pengumpulan,
pendistribusian, dan pemberdayaan zakat. Program- program tersebut akan
dijelaskan secara rinci:
35
a) Program Pengumpulan
Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar
zakat melalui amil, BAZNAS Kota Tangerang Selatan merencanakan
(Sartono, 2019):
1) Pendataan terhadap muzakki.
2) Merencanakan sosialisasi secara terus menerus, baik langsung maupun
tidak langsung.
3) Merencanakan membuka rekening atas nama BAZNAS Kota Tangerang
Selatan melalui bank-bank syariah yang ada di Kota Tangerang Selatan,
yaitu BSM, BNI Syariah, Mega Syariah, BJB, dan BTN Syariah.
4) Merencanakan layanan jemput zakat.
b) Program Pendistribusian dan Pemberdayaan
Dalam upaya mensejahterakan masyarakat yang membutuhkan bantuan
zakat, BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat kepada mustahik. Adapun program yang direncanakan
oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan di bidang pendistribusian dan
pendayagunaan zakat kepada mustahik sebagai berikut (Syaibani, 2019):
1) Bidang Pendidikan
2) Bidang Ekonomi
3) Bidang Kesehatan
4) Bidang Agama
5) Bidang Kemanusiaan
36
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan
program yang telah direncanakan sebelumnya dalam RAKER. Adapun program
yang dilaksanakan sebagai berikut (Sartono, 2019):
a) Program Pengumpulan
Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar
zakat melalui amil, maka BAZNAS Kota Tangerang Selatan melaksanakan:
1) Pelaksanaan yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam
mendata muzakki yaitu dengan mendatangi para pengusaha, seperti pemilik
hotel, pemilik restoran, direktur rumah sakit dan menerangkan kepada
muzakki tentang pentingnya membayar zakat.
2) Dalam pelaksanaannya sosialisasi ini dilakukan secara terus menerus
kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), ketua pengurus masjid se-
Kota Tangerang Selatan, BUMD, dan instansi-instansi yang ada di Kota
Tangerang Selatan. Pelakasanaan sosialisasi yang dilakukan BAZNAS
Kota Tangerang Selatan secara langsung, yaitu melalui event kampanye
zakat. Dalam event kampanye zakat BAZNAS Kota Tangerang Selatan
mengadakan seminar dengan mendatangkan pembicara yang memahami
zakat atau dari pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan sendiri yang
mengisi seminar, yang mana dalam seminar tesebut dijelaskan tentang
hukum zakat, pentingnya membayar zakat, dan kadar harta yang wajib
dizakati. Sedangkan sosialisasi yang dilakukan secara tidak langsung, yaitu
37
melalui media cetak berupa brosur, media sosial berupa facebook,
instagram, twitter, dan melalui media online berupa website. Dari
sosialisasi yang dilakukan, sedikit demi sedikit BAZNAS Kota Tangerang
Selatan sudah menunjukkan keberhasilannya dengan dibuktikan
terbentuknya UPZ yang telah diterbitkan SK Pembentukkan UPZ, yaitu:
a. 50 UPZ Satuan Kerja Perangkat Daerah
b. 183 UPZ Masjid dari 546 Masjid se-Kota Tangerang Selatan
c. 1 UPZ Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
3) Dalam pelaksanaannya muzakki dapat juga membayarkan langsung
zakatnya ke kantor BAZNAS Kota Tangerang Selatan atau bisa transfer
melalui rekening yang telah disediakan oleh BAZNAS Kota Tangerang
Selatan, yaitu BSM: 7041308383. BNI Syariah: 5550777095, Mega
Syariah: 2005234632, BJB: 0007882718100, dan BTN Syariah:
7102098169.
4) Pelaksanaan melalui layanan jemput zakat, BAZNAS Kota Tangerang
Selatan dapat mengambil zakat dari muzakki yang ingin membayar zakat
dan sudah menelpon pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan untuk
mengambil dana zakatnya.
b) Program pendistribusian dan pemberdayaan
Setelah melakukan pengumpulan, BAZNAS Kota Tangerang Selatan
melaksanakan pendistribusian dan pendayagunaan zakat kepada para
38
mustahik melalui program-program yang telah direncakan sebelumnya,
sebagai berikut:
1) Bidang Pendidikan
2) Bidang Ekonomi
3) Bidang Ekonomi
4) Bidang Agama
5) Bidang Kemanusiaan
3. Pengawasan dan Evaluasi
Dalam pelaksanaan kegiatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Dewan
Pengawas melakukan pengawasan terhadap kegiatan BAZNAS Kota Tangerang
Selatan, mulai dari pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi penyelewengan dalam menjalankan tugas para
penurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Sedangkan evaluasi dilakukan oleh
ketua BAZNAS Kota Tangerang Selatan bersama para anggotanya dengan
membicarakan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Tujuan dari program berjalan dengan baik.
b. Penerima bantuan adalah mustahik atau tepat sasaran.
c. Pembinaan kepada mustahik tidak dilaksanakan secara terus menerus, karena
kurangnya SDM.
d. Memperbaiki sinergi dalam melaksanakan kegiatan yang bersangkutan
dengan tata kelola dan pendistribusian zakat dibidang ekonomi umat.
e. Laporan keuangan.
39
B. Hubungan Antara Variabel
Menurut CUI-ITB (2004) Transparansi dan akuntabilitas secara konsep saling
berhubungan. Tanpa transparansi tidak akan ada akuntabilitas, tanpa akuntabilitas
transparansi tidak berarti. Transparansi bertujuan untuk menjelaskan bagaimana
pertanggungjawaban hendak dilaksanakan, metode apa yang dipakai untuk
melaksanakan tugas, bagaimana realitas pelaksanaannya dan apa dampaknya.
Transparansi yang tidak diikuti dengan akuntabilitas tidak menjamin pelaksanaan
kebijakan publik manjadi efektif dan efisien.
Menurut Rahmanurrasjid (2008), akuntabilitas dan transparansi merupakan dua
kriteria pokok yang selalu ada dalam good governance. Akuntabilitas sebagai salah satu
prinsip good governance dewasa ini boleh dikatakan sebagai harga mati yang harus
dilakukan pemerintah . Akuntabilitas atau tanggunggugat lembaga eksekutif selain
disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan paradigma good governance dan
perkembangan demokratisasi juga karena kesadaran kritis masyarakat yang sudah mulai
tumbuh subur.
Menurut Taliziduhu Ndraha (2003) Akuntabilitas sangat terkait dengan
transparansi, dapat dikatakan tidak ada akuntabilitas tanpa adanya transparansi.
Dari beberapa hubungan tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa dengan adanya
transparansi dan akuntabilitas dapat meningkatkan kualitas laporan BAZNAS yang
signifikan. Dan dengan adanya kualitas laporan BAZNAS yang transparan dan
akuntabilitas diharapkan dapat tersedia informasi yang lebih baik untuk menentukan
keputusan pembentukan UPZ tingkat masjid di Kota Tangerang Selatan.
40
Selanjutnya transparansi dan akuntabilitas memiliki kaitan erat dengan sosialisasi.
Menurut Sutaryo (2004) sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana
memperkenalkan sebuah sistem pada seseorang dan bagaimana orang tersebut
menentukan tanggapan serta reaksinya. Menurut Maclever (1961) sosialisasi adalah
proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan
untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial.
Transparansi dan akuntabilitas merupakan unsur penting dalam sosialisasi.
BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang
pengelolaan zakat. Maka sosialisasi yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangerang
Selatan harus transparan dan akuntabel agar informasi yang disampaikan benar, akurat
dan lengkap.
Ketiga variabel tersebut sangat berkaitan sehingga mempengaruhi variabel (Y)
yaitu pembentukan UPZ Masjid di Kota Tangerang Selatan. Dalam hal ini peneliti akan
menjelaskan pengaruh transparansi, akuntabilitas dan sosialisasi program baznas
terhadap pembentukan UPZ di Kota Tangerang Selatan.
41
C. Penelitian Terdahulu
1 Judul Studi Tata Kerja UPZ Masjid Dan Musola Dalam
Pengelolaan Dan Pendistribusian Zakat Di Kecamatan
Pahandut Kota Palangka Raya.
Identitas Ahmad Qazwini, Program Magister Hukum Keluarga,
Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya, 2018.
Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan, pendekatan
kualitatif deskriptif dengan subjek penelitian sebanyak
10 responden. Teknik pengumpulan data dengan langkah
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Pengabsahan
data yang digunakan yaitu teknik triangulasi sumber.
Analisis data dengan tahapan teknik collection,
reduction, display, dan conclution.
Isi dan Kesimpulan Hasil Penelitian : 1). Unit Pengumpul Zakat Masjid Kota
Palangka Raya belum sepenuhnya mampu melaksanakan
Tata Kerja terkait pengumpulan zakat secara baik dan
sitematis. Kelemahan 3 (tiga) Unit Pengumpul Zakat
Masjid di Kota Palangka Raya dapat dilihat dari sudut
pandang berikut, yaitu : Kegiatan zakat pada Unit
Pengumpul Zakat Masjid bersifat temporer dan
tradisional, Unit Pengumpul Zakat Masjid tidak
42
melaksanakan profesi amil profesional dan hanya
berperan sebagai panitia amil zakat, sumber daya
manusia yang tidak memadai, kualitas Sumber Daya
Manusia yang tidak profesional di bidang zakat, dan
tidak adanya Kantor Sekretariat. 2). Pengamatan peneliti
terkait problem dan kendala Unit Pengumpul Zakat
Masjid di Kota Palangka Raya antara lain, yaitu :
Kegiatan pengumpulan zakat pada 3 Unit Pengumpul
Zakat Masjid di Palangka Raya berjalan tanpa bimbingan
BAZNAS, 3 Unit Pengumpul Zakat Masjid yang
dibentuk sejak 2014 -2018 belum memiliki Panduan Tata
Kerja Pengumpul Zakat, Unit Pengumpul Zakat Masjid
dalam melaksanakan tugas kurang maksimal, tenaga
pengurus zakat aktif yang minim, Standarisasi
pengelolaan zakat yang tidak dilaksanakan Unit
Pengumpul Zakat Masjid, dan Pengurus BAZNAS Kota
Palangka Raya yang didominasi oleh kalangan Pegawai
Negeri Sipil.
Pembeda Perbedaan penelitian ini dan penulis berada pada metode
penelitian. Penelitian ini menggunankan pendekatan
kualitatif sedangkan penulis mengunakan pendekatan
43
kuantitatif. Kemudian juga pada fokus penelitiannya.
Penelitian ini fokus kepada studi tata kerja UPZ,
sementara penulis fokus pada Persepsi UPZ dan Non
UPZ Tingkat Masjid terhadap BAZNAS Kota Tangerang
Selatan.
2 Judul Efektivitas Sanksi Bagi Pengelola Zakat Ilegal Menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat.
Identitas Rena Soraya, Program Studi Hukum Keluarga Islam,
Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Sumber data utama (primer) adalah pihak BAZNAS,
LAZ, tokoh agama dan beberapa pengelola zakat yang
terjadi di masyarakat setempat. Sumber data kedua
(sekunder) adalah Al-Qur’an, Hadist, buku-buku ilmiah,
literatur- literatur fikih serta sumber lainnya yang
mendukung dalam penulisan ini.
Isi dan Kesimpulan Skripsi ini membahas efektivitas sanksi bagi pengelola
zakat ilegal sebagaimana telah diatur dalam undang-
undang tentang pengelolaan zakat, setiap orang dilarang
44
dengan sengaja bertindak selaku amil zakat, melakukan
pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin
pejabat berwenang. Skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana penerapan undang-undang No.
23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat di Kelurahan
Jatijajar Depok, dan mengetahui efektivitas sanksi bagi
pengelola zakat ilegal di Kelurahan Jatijajar.
Pembeda Perbedaan penelitian ini dan penulis berada pada metode
penelitian. Penelitian ini menggunankan pendekatan
kualitatif sedangkan penulis mengunakan pendekatan
kuantitatif. Kemudian juga pada fokus penelitiannya.
Penelitian ini fokus kepada efektifitas sanksi terhadap
pengelola zakat ilegal, sementara penulis fokus pada
Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid terhadap
BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
3 Judul Efektivitas Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Dalam
Meningkatkan Jumlah Zakat, Infak Dan Sedekah
Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Mustahik
Di Tulungagung.
45
Identitas Rofi’atus Sa’adah, Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri
Tulungagung, 2016.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Sumber data dalam penelitian ini berupa dokumen-
dokumen menegenai Unit Pengumpul Zakat pada
BAZNAS terutama zakat, infak dan sedekah, data
mustahik yang mendapatkan zakat, infak dan sedekah
dari BAZNAS.
Isi dan Kesimpulan Pertama, UPZ sangat efektif membantu BAZNAS dalam
meningkatkan perolehan jumlah zakat, infak, dan
sedekah. Terbukti hampir tiap tahun, perolehan jumlah
ZIS meningkat, Untuk perolehan peningkatan jumlah
zakat mal/ profesi setiap tahun mengalami peningkatan.
Untuk zakat fitrah ada penurunan sedikit dari tahun 2008,
2012 dan 2013. Sedangkan untuk infak/ sedekah
mengalami peningkatan dan penurunan yang fluktuatif,
akan tetapi lebih kepada peningkatan jumlah infak/
sedekah. Kedua, Mustahik dari infak dan sedekah
tersebut mengalami peningkatan kesejahteraan baik
46
ekonomi maupun kesejahteraan hidup. Untuk mustahik
zakat dapat membantu mereka dalam kebutuhan
konsumtifnya, sedangkan infak/ sedekah dapat
membantu kebutuhan konusmtif, sosial bahkan untuk
kegiatan usaha produktif yang dapat memberikan efek
peningkatan ekonomi mereka, serta bantuan bedah
rumah, yang dapat membantu keluarga yang
mendapatkan bantuan tersebut, lebih sejahtera hidupnya.
Meskipun ada peningkatan tetapi peningkatan tersebut
tidak signifikan dengan penyaluran Infak/ Sedekah yang
diperuntukan untuk usaha produktif, dimana usaha
produktif hanya 10 % dari penyaluran yang lainnya hal
ini karena sudah kebijakan dari pihak BAZNAS dan
sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Ketiga, Walaupun tidak semua UPZ mempunyai
kendala, akan tetapi kendala yang dialami oleh setiap
UPZ hampir sama, yakni kurangnya kesadaran dalam
berzakat, infak dan sedekah, kurangnya pengetahuan
tentang agama khususnya zakat, kemudian menganggap
bahwa zakat, terutama zakat profesi di keluarkan hanya
1 tahun sekali, masih mempunyai anggapan bahwa
47
mereka adalah gharim dan gharim tidak wajib
mengeluarkan zakat, infak dan sedekah. Adapun upaya-
upaya dalam mengatasi kendala tersebut menurut
masing- masing UPZ dan BAZNAS khususnya tetap
mensosialisasikan untuk pembayaran zakat, infak dan
sedekah agar lebih banyak masyarakat sadar untuk
membayar zakat, infak dan sedekah. Dan ikut membantu
mensejahterakan masyarakat/ mustahik, khususnya di
Tulungagung.
Pembeda Perbedaan penelitian ini dan penulis berada pada metode
penelitian. Penelitian ini menggunankan pendekatan
kualitatif sedangkan penulis mengunakan pendekatan
kuantitatif. Kemudian juga pada fokus penelitiannya.
Penelitian ini fokus kepada efektifitas UPZ dalam
meningkatkan kesejahteraan ekonomi mustahik,
sementara penulis fokus pada Persepsi UPZ dan Non
UPZ Tingkat Masjid terhadap BAZNAS Kota Tangerang
Selatan.
4 Judul Peran Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Dalam Rangka
Mengoptimalkan Pengumpulan Zakat Di Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Rejang Lebong.
48
Identitas Aisyah Dwi Zulkarnain, Program Studi Perbankan
Syariah, Jurusan Syariah Dan Ekonomi Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Curup, Bengkulu,
2017.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara atau melihat dokumen-dokumen milik
BAZNAS Kabupaten Rejang Lebong.
Isi dan Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peran UPZ yaitu
: Pertama, menghimpun dana zakat dari muzakki. Kedua,
mendata mustahik di wilayah kerja masing-masing UPZ dan
data tersebut diserahkan kepada pihak BAZNAS yang
selanjutnya oleh pihak BAZNAS di proses untuk
mengkategorikan mustahik yang berhak menerima bantuan
konsumtif dan bantuan produktif. Sedangkan strategi yang
dilakukan BAZNAS Kabupaten Rejang Lebong dalam
meningkatkan kinerja UPZ yaitu Pertama, Memberikan
Pendampingan dan Pembinaan yang Intensif kepada
pengelola UPZ. Kedua, Memberikan Motivasi dan Metode
Penggalangan Dana yang tepat. Ketiga, Menetapkan amil atau
pengelola UPZ. Keempat, Memperbaiki organisasi UPZ.
Kelima, menetapkan jam kerja pengelola UPZ.
49
Pembeda Perbedaan penelitian ini dan penulis berada pada metode
penelitian. Penelitian ini menggunankan pendekatan
kualitatif sedangkan penulis mengunakan pendekatan
kuantitatif. Kemudian juga pada fokus penelitiannya.
Penelitian ini fokus kepada peran Unit Pengumpul Zakat,
sementara penulis fokus pada Persepsi UPZ dan Non
UPZ Tingkat Masjid terhadap BAZNAS Kota Tangerang
Selatan.
5 Judul Pengaruh Kepercayaan, Religiusitas Dan Pendapatan
Terhadap Rendahnya Minat Masyarakat Muslim
Berzakat Melalui Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Identitas Sheila Aulia Eka Larasati, Program Studi Ekonomi
Islam, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, Universitas
Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, 2017.
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh masyarakat muslim Desa Sisumut dan
teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel
adalah teknik Convinience Sampling. Sehingga sampel
yang digunakan ada sebanyak 99 responden. Jenis data
50
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder.
Isi dan Kesimpulan Pertama, Berdasarkan hasil Uji t terkait pengaruh
kepercayaan terhadap minat zakat masyarakat pada
Baznas Labusel diketahui bahwa kepercayaan
berpengaruh signifikan terhadap minat zakat masyarakat.
Kedua, Berdasarkan hasil Uji t terkait pengaruh
religiusitas terhadap minat zakat masyarakat pada
Baznas Labusel diketahui bahwa religiusitas
berpengaruh signifikan terhadap minat zakat masyarakat.
Ketiga, Berdasarkan hasil Uji t terkait pengaruh
pendapatan terhadap minat zakat masyarakat pada
Baznas Labusel diketahui bahwa pendapatan
berpengaruh signifikan terhadap minat zakat masyarakat.
Keempat, Berdasarkan hasil uji F yang dilakukan
diketahui bahwa Kepercayaan, Religiusitas dan
Pendapatan secara bersama-sama atau simultan
berpengaruh signifikan terhadap Minat Zakat. Hasil ini
dapat dilihat dari tabel Anova dimana nilai probabilitas
(Sig) sebesar 0,000. Karena nilai Sig < 0,05 (0,000 <
0,05), maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha
51
diterima, kesimpulannya signifikan artinya bahwa
Kepercayaan, Religiusitas dan Pendapatan berpengaruh
signifikan terhadap Minat Zakat.
Pembeda Perbedaan penelitian ini dan penulis berada pada sampel
penelitian. Penelitian ini menggunakan convinience
Sampling sementara penulis menggunakan cluster
sampling. Kemudian juga pada fokus penelitiannya.
Penelitian ini fokus kepada pengaruh Kepercayaan,
Religiusitas Dan Pendapatan Terhadap Rendahnya
Minat Masyarakat Muslim Berzakat sementara penulis
fokus pada Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid
terhadap BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
52
D. Kerangka Pemikiran
Persepsi UPZ dan Non UPZ
Tingkat Masjid terhadap
BAZNAS Kota Tangerang
Selatan.
Pembentukan UPZ
Masjid
Transparansi (X1)
Akuntabilitas (X2)
Sosialisasi Program BAZNAS (X3)
(X3)
Uji Regresi Logistik
Pembentukan UPZ = + 1X1 + 2X2 + 3X3 +4X4 + e
Uji Hipotesis :
- Uji Overall Model Fit (Simultan)
- Uji Wald (Parsial)
- Nagelkerke R Square (Koefisien
Determinas)
- Uji Goodness of Fit (Uji Kelayakan
Model Regresi)
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
53
E. Hipotesis Penelitian
Kuncoro (2009) mendefinisikan hipotesis sebagai suatu penjelasan sementara
tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.
Berdasarkan teori di atas terdapat beberapa dugaan sementara dalam penelitian ini,
yaitu antara lain:
1. Terdapat pengaruh antara transparansi terhadap keputusan membentuk UPZ tingkat
masjid di Kota Tangerang Selatan.
2. Terdapat pengaruh antara akuntabilitas terhadap keputusan membentuk UPZ tingkat
masjid di Kota Tangerang Selatan.
3. Terdapat pengaruh antara sosialisasi program BAZNAS terhadap keputusan
membentuk UPZ tingkat masjid di Kota Tangerang Selatan.
4. Terdapat pengaruh antara transparansi, akuntabilitas dan sosialisasi program
BAZNAS terhadap keputusan membentuk UPZ tingkat masjid di Kota Tangerang
Selatan.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dilaksanakan di Badan Amil Zakat Nasional serta
beberapa wilayah Kota Tangerang Selatan untuk mengetahui pengaruh transparansi,
akuntabilitas dan sosialisasi pogram BAZNAS terhadap pembentukan UPZ masjid di
Kota Tangerang Selatan secara optimal. Penelitian ini termasuk jenis penelitian
lapangan (Field research) yakni dengan pengamatan langsung terhadap objek yang
diteliti guna mendapatkan data yang relevan. Serta menggunakan metode analisis
regresi logistik.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil studi pada BAZNAS Kota
Tangerang Selatan serta masjid-masjid di Wilayah Kota Tangerang Selatan yang belum
ataupun sudah menjadi UPZ masjid.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode
kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan terhadap filsafat positivisme,
digunakan dalam meneliti terhadap sampel dan populasi penelitian, teknik
pengambilan sampel umumnya dilakukan dengan acak atau random sampling,
sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara memanfaatkan instrumen
penelitian yang dipakai (Sugiyono, 2017).
55
B. Populasi Penelitian
Populasi adalah sebuah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,
benda-benda, dan ukuran lain dari objek yang menjadi perhatian (Suharyadi dan
Purwanto, 2015). Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah Masjid-masjid
yang tersebar di 7 kecamatan di Kota Tangerang Selatan dengan kriteria memiliki
potensi zakat terbesar yaitu sebanyak 40 Masjid.
C. Sampel Penelitian
Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian.
Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Penentuan sampel dilakukan
dengan mempertimbangkan homogenitas atau heterogenitas populasi serta besaran
populasi sehingga sampel yang ditetapkan dapat mewakili populasi. (Suharyadi dan
Purwanto, 2015)
Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus dari Slovin (Suyatno, 2013)
sebagai berikut:
n = N
1 + N.e 2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Margin kesalahan ( 0,01, 0,02, 0,03, 0,04, 0,05, 0,10, dsb ).
Dalam pengambilan data sampel ini, maka hasil yang diperoleh melalui
perhitungan dengan margin kesalahan sebesar 0,10 adalah sebagai berikut:
56
n = N
1 + N.e 2
n = 40
1 + 40 (0,10)2
n = 40
1,4
n = 28
Berdasarkan hasil tersebut maka jumlah minimum masjid yang akan
dijadikan sampel adalah 28. Namun dalam penelitian ini sampel yang ingin peneliti
gunakan adalah 30 masjid. Dari 30 masjid ini akan dibagi menjadi dua bagian yaitu
15 masjid yang telah menjadi UPZ dan 15 masjid yang belum menjadi UPZ.
D. Teknik Sampling
Teknik atau pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Simple Random Sampling. Simple Random Sampling merupakan teknik pengambilan
sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling (Margono, 2010). Peneliti
menggunakan teknik ini disebabkan karena sampel diambil dari populasi masjid di
Kota Tangerang Selatan yang memiliki potensi zakat terbesar.
57
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Masjid UPZ dan Belum UPZ Berdasarkan Kecamatan
di Kota Tangerang Selatan
Kecamatan Sampel Masjid Masjid
UPZ
Masjid
Belum
UPZ
Ciputat Timur 5 3 3
Ciputat 5 2 2
Setu 4 2 2
Pamulang 4 2 2
Serpong Utara 4 2 2
Serpong 4 2 2
Pondok Aren 4 2 2
Jumlah 30 15 15
Adapun kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel masjid dalam
penelitian ini adalah masjid dengan jumlah potensi zakat terbesar di setiap kecamatan.
Masjid-masjid tersebut ditunjukkan pada tabel 3.2.
58
Tabel 3.2 Data Masjid UPZ dan Belum UPZ Yang Memiliki Potensi Zakat
Terbesar
KECAMATAN MASJID UPZ MASJID BELUM UPZ
Ciputat Timur
Masjid Jami' At-Tajriah Masjid Al-Muhajirun
Masjid Jami' As-Sa'adah Masjid Baitul Mukhlisin
Masjid Jami' Al-Falah Masjid Baiturrahim
Ciputat Masjid Jami’ Al-Hidayah
Masjid Nurul Yaqin
Masjid Nurul Iman Masjid Al-Amanah
Setu Masjid Jami Al-Barokah
Masjid Bahrul Ulum
Masjid Nurul Ihsan Masjid Al-Bayan
Pamulang Masjid Jami' Al-Mukarromah
Masjid Al-Muhajirin
Masjid Jami' Al-Hikmah Masjid Jabal Nur
Serpong Utara Masjid Al-Ihsan
Masjid As-Salam
Masjid Jami' Al-Kautsar Masjid At-Taqwa
Serpong Masjid Jami' At-Taubah
Masjid Darussalam
Masjid Jami' Nurul Iman Masjid Rabbani
Pondok Aren Masjid Jami' Al Hidayah
Masjid As-Shaff
Masjid Jami’ Muhyiddin Masjid Al-Istiqomah
59
E. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden yang merupakan
hasil jawaban responden pada kuesioner penelitian (Sugiyono, 2017). Dalam
penelitian ini yang hal yang dilakukan untuk mendapatkan data primer yaitu dengan
cara observasi, metode angket, dan wawancara.
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2017). Data
sekunder dalam penelitian ini dikumpulkan dari literatur, jurnal, dan sumber-sumber
lain yang mendukung penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini tidak
diperoleh secara langsung oleh peneliti, melainkan melalui media perantara dengan
menggunakan riset pustaka.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument dalam
bentuk angket/kuesioner kepada responden yang terdiri dari DKM Masjid di Kota
Tangerang Selatan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala penilaian,
untuk memperoleh data mengenai Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid
terhadap BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan faktor yang mempengaruhi
pembentukan UPZ Masjid di Kota Tangerang Selatan.
Skala penilaian yang digunakan adalah skala likert yang dikemukakan oleh
Resist likerst dikutip oleh wirawan yang memiliki lima kategori pilihan jawaban
60
yaitu: (5) sangat setuju, (4) setuju, (3) netral, (2) tidak setuju, (1) sangat tidak setuju.
Kategori pertanyaan positif diberi bobot nilai 5 (lima) sampai dengan nilai 1 (satu),
sedangkan kategori pertanyaan negatif diberi bobot nilai sebaliknya, yaitu 1 (satu)
sampai dengan 5 (lima) (Wirawan, 2012).
F. Indikator Pengukur Variabel
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa indikator untuk mengukur
variabel transparansi, akuntabilitas dan sosialisasi program BAZNAS.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel transparansi dalam penelitian
ini antara lain:
1. BAZNAS memaparkan laporan pengelolaan zakat kepada masyarakat
2. Laporan pengelolan zakat BAZNAS diterbitkan secara periodik.
3. BAZNAS mencantumkan kebijakan secara tertulis
4. BAZNAS memberikan informasi yang adil dan merata mengenai pengelolaan dana
zakat
5. BAZNAS menyajikan laporan keuangan secara lengkap, yaitu meliputi laporan
posisi keuangan, laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan arus kas,
laporan dana termanfaatkan, dan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK).
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel akuntabilitas dalam
penelitian ini antara lain:
1. BAZNAS menjalankan pengelolaan zakat dengan baik dan benar sesuai aturan dan
ketentuan pengelolaan zakat.
2. BAZNAS menyaluran zakat dengan melihat kebutuhan mustahik
61
3. BAZNAS mengungkapkan segala informasi terkait aktivitas dan kinerja finansial
kepada DKM Masjid
4. Laporan pertanggungjawaban BAZNAS mudah dipahami, diakses dan bersifat
terbuka bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
5. Laporan pertanggungjawaban BAZNAS menunjukkan pencapaian hasil-hasil
program dan kegiatan secara efektif.
Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel sosialisasi program
BAZNAS dalam penelitian ini antara lain:
1. DKM masjid mengetahui program UPZ Masjid
2. BAZNAS melakukan sosialisasi program UPZ Masjid secara merata
3. BAZNAS melakukan sosialisasi tentang UPZ Masjid dengan padat dan jelas
4. BAZNAS mempunyai program-program zakat yang variatif, tepat guna, dan tepat
sasaran
5. Program-program yang dilakukan oleh BAZNAS mampu meningkatkan
kesejahteraan mustahik
G. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
logistik (logistic regression). Alasan menggunakan alat analisis regresi (logistic
regression) adalah karena variabel dependen bersifat dummy (menerima atau tidak
menerima pembentukan UPZ). Regresi logistik adalah regresi yang di gunakan untuk
menguji apakah probabilitas terjadinya variable dependen dapat diprediksi oleh varibel
62
independen. Pada teknik analisi regresi logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas
dan uji asumsi klasik pada varibel bebasnya (Ghozali, 2011).
Analisis regresi logistik di gunakan untuk menguji apakah variabel-variabel
transparansi, akuntabilitas dan program BAZNAS berpengaruh terhadap pembentukan
UPZ Masjid. Model regresi yang di kembangkan dalam penelitian ini sebagai berikut:
D_Keputusani = α + β₁ Akuntabilitasi + β₂ Transparansii + β₃ Sosialisasi Program
BAZNASi + εi
Keterangan:
Keputusan : Variabel dummy, 1 jika membentuk UPZ, 0 jika tidak
membentuk UPZ
α : Konstanta
β₁ Akuntabilitas : Variabel x1
β₂ Transparansi : Variabel x2
β₃ Program : Variabel x3
ε : Koefisien error
Langkah-langkah dalam pengujian regresi logistik adalah sebagai berikut
(Ghozali, 2011):
a. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau
tidak dengan data. Hipotesis untuk menilai metode fit adalah:
Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H1 : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
63
Dari hipotesis ini, agar model fit dengan data maka harus diterima. Statistik
yang digunakan berdasarkan Likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Adanya
pengurangan nilai anatara nilai awal -2LogL dengan nilai -2LogL pada langkah
berikutnya menunjukan mengambarkan data input. Adanya pengurangan nilai antar
nilai awal -2LogL dengan nilai - 2LogL. Pada langkah berikutnya menunjukan
bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Penemuan likelihood (-2LogL)
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2011).
b. Koefisien Determinan (Naglkerke R Square)
Nagelkerke R Square merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar variabel independen mampu menjelaskan dan mempengaruhi
variabel dependen. Nilai Nagelkerke R Square bervariasi antara 1 (satu) sampai
dengan 0 (nol). Jika nilai semakin mendekati 1 maka model dianggap semakin
goodness of fit, sementara jika semakin mendekati 0 maka model dianggap tidak
goodness of fit (Ghozali, 2011).
c. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and lemeshow’s Goodness of Fit Test
menjadi hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak
ada perbedaan dengan data sehingga model data dikatakan fit). Adapun hasilnya
(Ghozali, 2011):
64
1) Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan
atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model
tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.
2) Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test lebih besar dari
0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima
karena cocok dengan data observasinya.
d. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan masjid membentuk UPZ. Tabel klasifikasi berfungsi
untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Tabel
ini merupakan tabel kontingensi 2×2 yang seharusnya terjadi atau disebut juga
frekuensi harapan berdasarkan data empiris variabel dependen. Pada kolom
merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen, sedangkan pada baris
menunjukkan nilai observasi sesungguhnya pada variabel dependen. Pada model
yang sempurna semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan
peramalan 100%. Jika model logistik mempunyai homokedastisitas, maka
persentase yang benar akan sasma untuk kedua baris (Ghozali, 2016).
65
e. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian dengan model regresi logistik digunakan dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen.
Kriteria pengujian:
1) Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 90% atau taraf signifikan 10% (α =
0,1).
2) Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada signifikan ρ-value.
a) Jika taraf signifikan > 0,1 ditolak
b) Jika taraf signifikan < 0,1 diterima
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder
yang diperoleh dari responden penelitian dan pihak lembaga, yang berupa hasil dari
kuesioner/angket yang disebarkan, serta wawancara dengan pengurus BAZNAS.
Populasi objek atau sasaran penelitian ini adalah Masjid- masjid di Kota Tangerang
Selatan. Pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling berdasarkan
kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan.
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi logistik
(logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai variabel independen (transparansi, akuntabilitas dan sosialisasi program
BAZNAS) terhadap variabel dependen yaitu pembentukan UPZ. Analisis data dan
pengujian terhadap masing-masing hipotesis dalam penelitian menggunakan SPSS
Statistics versi 20.
1. Uji Validitas Data
Sebuah instrumen penelitian dikatakan valid apabila dapat mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud (Suharsimi Arikunto, 2010).
67
Dalam penelitian ini perhitungan validitas variabel penelitian dianalisis
dengan menggunakan program SPSS versi 20. Adapun dasar keputusan dalam uji
validitas ini adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai rhitung < dari nilai rtabel, maka variabel pernyataan tersebut tidak valid.
b. Jika nilai rhitung > dari nilai rtabel, maka variabel pernyataan tersebut valid.
Dalam penelitian ini, nilai r tabel pada uji validitas n = 15 dengan taraf
kesalahan 0,05 % yang menunjukkan sebesar 0,514. Dengan demikian, variabel
yang nilainya kurang dari 0,514 dinyatakan tidak valid.
Berikut merupakan penjabaran hasil uji validitas dalam penelitian ini sebagai
berikut, yaitu:
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Variabel Transparansi
Pearson
Correlation
Sig.
(2-tailed)
N
Validitas
Item_1 0,709 0,003 15 Valid
Item_2 0,680 0,005 15 Valid
Item_3 0,418 0,121 15 Tidak Valid
Item_4 0,906 0,000 15 Valid
Item_5 0,806 0,000 15 Valid
Item_6 0,046 0,869 15 Tidak Valid
Item_7 0,183 0,514 15 Tidak Valid
Item_8 0,537 0.039 15 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel 4.1 tersebut terlihat bahwa ada 5
butir pernyataan yang valid dibuktikan dengan melihat nilai rhitung > rtabel (pada
68
kolom pearson correlation), sedangkan 3 butir pernyataan lainnya tidak valid, yang
terlihat dari nilai rhitung < rtabel. Adapun butir pernyataan yang tidak valid antara lain:
Item_3, Item_6, Item_7.
Tabel 4.2
Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabilitas
Pearson
Correlation
Sig.
(2-tailed)
N
Validitas
Item_1 0,806 0.000 15 Valid
Item_2 0,534 0.040 15 Valid
Item_3 0,183 0,514 15 Tidak Valid
Item_4 0,582 0.023 15 Valid
Item_5 0,827 0.000 15 Valid
Item_6 0,476 0,073 15 Tidak Valid
Item_7 0,827 0.000 15 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel 4.2 tersebut terlihat bahwa ada 5
butir pernyataan yang valid dibuktikan dengan melihat nilai rhitung > rtabel (pada
kolom pearson correlation), sedangkan 2 butir pernyataan lainnya tidak valid, yang
terlihat dari nilai rhitung < rtabel. Adapun butir pernyataan yang tidak valid antara lain:
Item_3, Item_6
69
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Variabel Sosialisasi Program BAZNAS
Pearson
Correlation
Sig.
(2-tailed)
N
Validitas
Item_1 0,595 0.019 15 Valid
Item_2 0,724 0.002 15 Valid
Item_3 0,488 0,065 15 Tidak Valid
Item_4 0,869 0.000 15 Valid
Item_5 0,810 0.000 15 Valid
Item_6 0,010 0,971 15 Tidak Valid
Item_7 0,481 0,069 15 Tidak Valid
Item_8 0,827 0.000 15 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel 4.3 tersebut terlihat bahwa ada 5
butir pernyataan yang valid dibuktikan dengan melihat nilai rhitung > rtabel (pada
kolom pearson correlation), sedangkan 3 butir pernyataan lainnya tidak valid, yang
terlihat dari nilai rhitung < rtabel. Adapun butir pernyataan yang tidak valid antara lain:
Item_3, Item_6, Item_7.
2. Uji Reliabilitas Data
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketepatan suatu instrumen (alat
ukur) di dalam mengukur gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.
Hasil pengukuran yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi akan mampu
memberikan hasil yang terpercaya. Tinggi rendahnya reliabilitas sebuah instrumen
penelitian ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas.
70
Untuk menguji reliabilitas dilihat dari nilai cronbach alpha coefficient > dari
0,6, semakin besar nilai alpha yang dihasilkan artinya butir-butir kuesioner semakin
reliable.
Berikut merupakan penjabaran hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini
sebagai berikut, yaitu:
Tabel 4.4
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Tranparansi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,793 5 Sumber: output spss versi 20.
Berdasarkan tabel 4.4 yang merupakan hasil output dari uji reliabilitas
variabel transparansi, diperoleh nilai cronbach’s alpha sebesar 0,793 > dari 0,6.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan tentang variabel
transparansi dalam kuesioner ini adalah reliable, karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha yang lebih besar dari 0,6.
Tabel 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Akuntabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,709 5
Sumber: output spss versi 20
71
Berdasarkan tabel 4.5 yang merupakan hasil output dari uji reliabilitas
variabel karakteristik wirausaha, diperoleh nilai cronbach’s alpha sebesar 0,709 >
dari 0,6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan tentang variabel
akuntabilitas dalam kuesioner ini adalah reliable, karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha yang lebih besar dari 0,6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sosialisasi Program BAZNAS
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,823 5
Sumber: output spss versi 20
Berdasarkan tabel 4.6 yang merupakan hasil output dari uji reliabilitas
variabel pelatihan dan pendampingan, diperoleh nilai cronbach’s alpha sebesar
0,823 > dari 0,6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan tentang
variabel sosialisasi program BAZNAS dalam kuesioner ini adalah reliable, karena
mempunyai nilai cronbach’s alpha yang lebih besar dari 0,6.
72
Tabel 4.7
Jumlah Pengamatan
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 30 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 30 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 30 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
Sumber: output spss versi 20
Tabel 4.8
Kategori Variabel Dependen
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak Membentuk UPZ 0
Membentuk UPZ 1
Sumber: output spss versi 20
Tabel 4.7 menginformasikan tentang jumlah DKM yang dianalisis dalam
penelitian ini. Ada sebanyak 30 DKM yang dianalisis, ditunjukkan pada baris
included in analysis dan pada baris missing cases = 0, artinya adalah dalam
penelitian ini tidak ada mustahik yang terlewatkan (missing).
Sedangkan pada tabel 4.8 menunjukkan kategori variabel dependen. Pada
tabel tersebut memberikan informasi tentang kode variabel yaitu 0 untuk “NON
UPZ” dan 1 untuk “MEMBENTUK UPZ”.
73
Variabel dependen dalam penelitian ini bersifat dikotomi (non UPZ dan
membentuk UPZ), maka pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan
menggunakan uji regresi logistik.
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat
dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2005):
a. Uji Wald
Pada Uji Wald, pengujian hipotesis akan dilakukan secara individual atau
secara parsial. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara memasukkan satu
persatu variabel etos kerja, karakteristik wirausaha, modal zakat, pelatihan dan
pendampingan. Pengujian ini untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji wald terdapat pada
tabel 4.9.
Tabel 4.9
Uji Wald
Sumber: output spss versi 20
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Transparansi 100,503 7,585E+11 ,000 1 ,000 4,447E+043 ,000
Akuntabilitas 114,678 33779,077 ,000 1 ,000 6,368E+049 ,000
Sosialisasi_Progr
am_BAZNAS -156,402 43771,832 ,000 1 ,000 ,000 ,000
Constant 1,189 1,184 1,009 1 ,315 3,284
a. Variable(s) entered on step 1: Transparansi, Akuntabilitas, Sosialisasi_Program_BAZNAS.
74
Berdasarkan tabel 4.9 hasil pengujian secara individual atau parsial sebagai
berikut:
1) Transparansi (X1)
Diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi 0,000 lebih kecil
dari nilai alpha yaitu 0,05 (Nilai sig. 0,000 < 0,05). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima (Terima H1), maka variabel
transparansi berpengaruh secara individual/parsial terhadap pembentukan UPZ.
Semakin besar tingkat transparansi, semakin mempengaruhi pembentukan UPZ
Masjid.
2) Akuntabilitas
Diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi 0,000
lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05 (Nilai sig. 0,000 < 0,05). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima (Terima H1), maka variabel
akuntabilitas berpengaruh secara individual/parsial terhadap pembentukan UPZ.
Semakin besar tingkat akuntabilitas, semakin mempengaruhi pembentukan UPZ
Masjid.
3) Sosialisasi Program BAZNAS
Diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi 0,000 lebih kecil
dari nilai alpha yaitu 0,05 (Nilai sig. 0,015 < 0,05). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima (Terima H1), maka variabel
sosialisasi program BAZNAS berpengaruh secara individual atau parsial terhadap
75
pembentukan UPZ. Semakin besar sosialisasi program BAZNAS, semakin
mempengaruhi pembentukan UPZ Masjid.
b. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji Overall Model Fit atau uji keseluruhan model ini bertujuan untuk
menguji variabel independen di dalam regresi logistik secara serentak atau
simultan mempengaruhi variabel dependen. Uji Overall Model Fit ini dihitung
dari perbedaan nilai -2LL antara model dengan hanya terdiri dari konstanta dan
model yang diestimasi terdiri dari konstanta dan variabel independen Uji -2LL
mengikuti distribusi chi square dengan derajat kebebasan (degree of freedom)
akan ditampilkan pada tabel 4.10:
Tabel 4.10
Nilai -2LL yang Hanya Terdiri dari Konstanta
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0 1 41,589 ,000
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 41,589
c. Estimation terminated at iteration number 1 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Sumber: output spss versi 20
76
Tabel 4.11
Perbandingan Nilai -2LL
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 29,479 14 0,009
Block 29,479 14 0,009
Model 29,479 14 0,009
Sumber: output spss versi 20
Tabel 4.11 merupakan perbandingan antara nilai -2Log likelihood yang
terdiri dari konstanta saja dengan nilai -2 Log likelihood yang terdiri dari
konstanta dan variabel bebas, perbandingan tersebut mengikuti sebaran Chi
square dengan nilai sebesar 29,479 dan df yaitu 14. Berdasarkan tabel tersebut
diperoleh nilai signifikansi model sebesar 0,009. Karena nilai ini lebih kecil dari
alpha 5% (Nilai Sig. yaitu 0,009 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel
transparansi, akuntabilitas dan sosialisasi program BAZNAS secara simultan
berpengaruh terhadap pembentukan UPZ.
c. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas
variabel dependen. Koefisien determinan pada regresi logistic dapat dilihat pada
Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat dilihat pada tabel 4.12.
77
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 12,110a ,626 ,834
Sumber: output spss versi 20
Besarnya nilai koefisien determinan pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square, yaitu sebesar 0,834. Dengan
demikian nilai variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel
independen adalah sebesar 83,4%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 16,6%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian ini.
d. Menguji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit)
Pengujian regresi logistik juga akan diuji terhadap ketepatan antara
prediksi model regresi logistik dengan data hasil observasi yang dinyatakan
dalam uji kelayakan model (goodness of fit). Pengujian ini diperlukan untuk
memastikan tidak adanya kelemahan atas kesimpulan dari model yang diperoleh.
Model regresi logistik yang baik adalah apabila tidak terjadi perbedaan antara
data hasil observasi dengan data yang diperoleh dari hasil prediksi.
Untuk melihat apakah data empiris sesuai dengan model sehingga model
dapat dikatakan fit, kecocokan atau kelayakan model regresi secara keseluruhan
dalam hal ini digunakan uji Hosmer and Lemeshow’s test dengan kriteria sebagai
78
berikut:
1) Jika nilai Hosmer and Lemeshow ≤ 0,05 artinya ada perbedaan signifikan
antara model dengan observasinya sehingga goodness fit tidak baik, karena
model tidak dapat memprediksikan nilai observasinya.
2) Jika nilai Hosmer and Lemeshow > 0,05 artinya model mampu
memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya.
Uji Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit dapat ditunjukkan pada tabel
4.13 berikut ini:
Tabel 4.13
Menguji Kelayakan Model
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 2,439 7 ,932
Pada tabel 4.13 menunjukkan nilai Chi-square sebesar 2,439 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,932. Berdasarkan hasil tersebut, nilai signifikansi sebesar
0,932 lebih besar dari nilai alpha yaitu 0,05 (Nilai Sig. 0,932 > 0,05), maka dapat
disimpulkan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
e. Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi
untuk memprediksi kemungkinan membentuk UPZ. Matriks klasifikasi disajikan
pada tabel 4.14 yaitu:
79
Tabel 4.14
Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
Y Percentage
Correct
NON UPZ MEMBENTUK
UPZ
Step 1 Y
NON UPZ 14 1 93,3
MEMBENTUK UPZ 1 14 93,3
Overall Percentage 93,3
a. The cut value is ,500
Sumber: output spss versi 20
Berdasarkan tabel 4.14 jumlah sampel yang tidak membentuk UPZ
sebanyak 14 + 1 = 15 orang, Sedangkan yang membentuk UPZ yaitu sebanyak 1
+ 14 = 15 orang. Nilai overall percentage sebesar 93,3% yang berarti ketepatan
model penelitian ini adalah sebesar 93,3%.
f. Hasil Uji Regresi Logistik
Model regresi logistik yang terbentuk disajikan pada tabel 4.15 sebagai
berikut:
80
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Sumber: output spss versi 20
Berdasarkan tabel 4.15 dari hasil uji regresi logistik, maka persamaan
regresi yang didapat adalah sebagai berikut:
Keterangan:
TRANS : Transparansi
AKUN : Akuntabilitas
SPB : Sosialisasi Program BAZNAS
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa angka
transparansi yaitu 100,503 Semakin besar angka transparansi, maka semakin
mempengaruhi pembentukan UPZ Masjid. Kemudian angka akuntabilitas yaitu
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a
Transparansi 100,503 7,585E+11 ,000 1 ,000 4,447E+043 ,000
Akuntabilitas 114,678 33779,077 ,000 1 ,000 6,368E+049 ,000
Sosialisasi_Progr
am_BAZNAS -156,402 43771,832 ,000 1 ,000 ,000 ,000
Constant 1,189 1,184 1,009 1 ,315 3,284
a. Variable(s) entered on step 1: Transparansi, Akuntabilitas, Sosialisasi_Program_BAZNAS.
Pembentukan UPZ = 1,189 + 100,503 TRANS + 114,678 AKUN – 156,402 SPB + e
+ 0,000 MODAL + 0,556 PP + e
81
114,678. Semakin besar angka akuntabilitas, maka semakin mempengaruhi
pembentukan UPZ Masjid. Kemudian angka sosialisasi yaitu –156,402. Semakin
besar angka sosialisasi, maka semakin mempengaruhi pembentukan UPZ Masjid.
B. Analisis Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid terhadap BAZNAS Kota
Tangerang Selatan
Dunia zakat memiliki potensi untuk dikembangkan secara ekonomi. Pada satu
dekade terakhir, zakat mengalami perkembangan yang pesat jika dilihat dari
pertumbuhannya. Potensi zakat di Indonesia pada tahun 2011 yang mencapai 217
trilliun rupiah merupakan jumlah yang sangat besar yang dapat menjadi solusi finansial
dalam mengatasi permasalahan kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia (Lubis,
Anggraini, dan Rulian, 2014). Akan tetapi jumlah zakat yang berhasil dihimpun oleh
BAZNAS se-Indonesia pada tahun 2011 adalah 39 miliar rupiah dari 217 triliun rupiah
(baznas.or.id).
Adanya kesenjangan yang cukup besar antara potensi zakat yang ada dengan
besarnya zakat yang berhasil dihimpun dan didistribusikan mengundang banyak
pertanyaan, mengingat banyaknya jumlah Organisasi Pengelola Zakat dan besarnya
perhatian pemerintah dalam menangani persoalan zakat. Rendahnya rasio
penghimpunan zakat di indonesia disebabkan oleh beberapa faktor.
Pemerintah belum menerapkan sistem akreditasi dan standar akuntansi publik
untuk LAZ sehingga belum ada standar yang pasti bagi setiap LAZ dalam melaporkan
kinerjanya secara keseluruhan di samping laporan keuangannya sehingga tingkat
transparansi LAZ masih lemah (Jahar, 2010).
82
Hasil survei yang dilakukan PIRAC pada tahun 2007 menyebutkan bahwa terjadi
penurunan penyaluran zakat oleh muzakki kepada BAZ dan LAZ dari 9% dan 1,5%
pada tahun 2004 menjadi 6% dan 1,2% pada tahun 2007. Salah satu faktor
penyebabnya adalah menurunnya kepercayaan masyarakat kepada pengelola zakat,
baik BAZ maupun LAZ (PIRAC, 2007).
Pendapat di atas semakin diperkuat oleh survei nasional yang diselenggarakan
oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Survei tersebut
menunjukkan bahwa 97% masyarakat menginginkan LAZ bekerja secara akuntabel
dan transparan, 90% meminta adanya kemudahan akses untuk melakukan pengawasan
terhadap dana yang dikelola, 90% menuntut pempublikasian laporan keuangan di
media massa. Selanjutnya, 88% masyarakat merasa perlunya pendataan donatur. Selain
itu, 75% masyarakat tidak ingin menyalurkan zakat ke lembaga zakat yang kurang
dikenal akuntabilitasnya. Bahkan sebesar 63% masyarakat ingin mengetahui ke mana
dana zakat diserahkan (demustaine.blogdetik.com).
Faktor yang mempengaruhi keinginan membayar zakat yaitu akuntabilitas.
Akuntabiltas harus diutamakan dalam mengelola zakat karena dapat meningkatkan
kepercayaan muzakki untuk membayar zakat pada Baitul Mal. Faktor lain yang
mempengaruhi keinginan muzakki membayar zakat di Baitul Mal adalah transparansi.
Salah satu sebab transparansi menjadi faktor yang penting dalam pengelolaam zakat
adalah dengan adanya tranparansi maka muzakki mengetahui realisasi pengelolaan
zakat yang mereka setor ke Baitul Mal (Nurhasanah, 2018).
83
Pengaruh akuntabilitas terhadap tingkat kepercayaan muzakki dapat dilihat dari
bagaimana seorang muzakki akan berkesinambungan dalam membayar zakatnya
langsung kepada mustahiq. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tasnian (2008)
ditentukan bahwa akuntabilitas administrasi zakat memiliki pengaruh terhadap tingkat
kepercayaan muzakki dalam keinginan membayar zakat pada lembaga zakat.
Faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan muzakki selanjutnya adalah
transparansi. Pentingnya transparansi dalam menyelenggarakan dana zakat sangat
mempengaruhi tingkat kepercayaan muzakki terhadap lembaga zakat. Transparansi
juga telah menjadi tuntutan masyarakat sehingga merupakan kepedulian masyarakat
terhadap lembaga yang mengelola dana umat. Transparansi pengelolaan dan zakat
berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan muzakki (Hoirot, 2013).
Hermawan (2010) melakukan penelitian tentang Akuntansi zakat dan upaya
peningkatan transparansi dan akuntabilitas lembaga amil zakat menjelaskan bahwa ada
pengaruh positif variabel akuntansi zakat terhadap variabel transparansi dan
akuntabilitas lembaga amil zakat.
Pembentukan UPZ khususnya UPZ Masjid di Kota Tangerang Selatan
merupakan inisiatif pemerintah untuk menertibkan pengelolaan dana zakat. Oleh
karenanya diterbitkan aturan-aturan sebagai landasan pelaksanaan, namun inisiatif
untuk pembentukan UPZ Masjid tersebut kurang berjalan optimal, dan juga sosialisasi
yang kurang merata dan belum mendapatkan ouput yang baik. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa problem yang muncul di tengah-tengah masyarakat.
84
Kendala pertama yaitu masalah persepsi masyarakat, diantara sebagian persepsi
yang muncul adalah (Pak Tarjuni, 2019):
1. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah (BAZNAS) atau
lembaga amil zakat.
2. Sebagian pengurus takmir memiliki pandangan bahwa aktivitas pengumpulan dana
ZIS yang dilaksanakan akan dikontrol dan diambil alih oleh pemerintah.
3. Para takmir masjid berkeinginan kuat untuk mengelola dananya sendiri tanpa ada
intervensi dari pihak manapun termasuk pemerintah.
Sebagian masyarakat juga berpandangan bahwa zakat yang disalurkan melalui
amil dianggap tidak tampak karena disalurkan di tempat yang berbeda sehingga timbul
kehawatiran di hati masyarakat (muzakki) tentang penggunaan dana zakatnya. Oleh
sebab itu masyarakat (muzakki) cenderung menyalurkan zakatnya secara langsung (Pak
Sartono, 2019).
Salah satu takmir masjid juga mengemukakan bahwa dengan dibentuknya UPZ
akan berpotensi menimbulkan problem sosial antar pengurus masjid, karena akan
terjadi tarik ulur untuk mendapatkan muzakki yang lebih banyak. Karena satu desa
terdapat banyak masjid dan banyak jamaah yang tidak tetap, hal tersebut dianggap akan
menjadi masalah baru (Pak Sartono, 2019).
Selanjutnya yang menjadi problem dasar dari pembentukan UPZ Masjid ini
adalah kurangnya informasi yang di dapatkan sebagian masyarakat dan kurangnya
pengetahuan tentang fungsi Baznas maupun fungsi UPZ Masjid, bahkan masih ada
sebagian masyarakat yang tidak mengenal Baznas terutama masyarakat yang
85
dikategorikan “awam” sehingga sebagian diantara mereka menyalurkan zakatnya
secara langsung kepada mustahik, baik itu kepada fakir, miskin, maupun keluarga
terdekatnya (Pak Tarjuni, 2019).
Selain hal tersebut yang menjadi juga menjadi problem utama adalah kurangnya
sosialisasi dan edukasi, sedangkan masyarakat yang masih ”awam” harus diberikan
edukasi dan pengajaran tentang pentingnya zakat diserahkan kepada amil, dalam hal
ini Baznas atau UPZ supaya zakat dapat disalurkan secara merata (Pak Tarjuni, 2019).
Jadi berdasarkan pengamatan penulis di lapangan terdapat temuan beberapa
problem pembentukan UPZ Masjid, yaitu:
1. Masalah pemahaman masyarakat yang belum sepenuhnya mengetahui keberadaan,
fungsi dan tata kerja baik Baznas maupun UPZ.
2. Masalah persepsi yaitu kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
atau badan yang mengurusi dana zakat.
3. Kurangnya sosialisasi untuk mengedukasi masyarakat, khususnya masyarakat yang
dikategorikan “awam”.
Terbentuknya Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Masjid di Kota Tangerang Selatan
khususnya di dianggap penting karena diharapkan bisa menjadi lokomotif
pemberdayaan ekonomi umat melalui instumen zakat. Namun misi baik tersebut dalam
perjalanannya mengahadapi berbagai tantangan dan persoalan, sehingga hal ini
diperlukan analisa mendalam untuk memahaminya.
Urgensi pelembagaan zakat juga diharapkan untuk mengatasi masalah klasik
yang tak pernah memudar yaitu kemiskinan. Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah
86
berkata ”seandainya kemiskinan berwujud seorang manusia, niscaya akau akan
membunuhnya”. Ucapan khalifah keempat tersebut mengandung makna bahwa ia
mendeklarasikan tegas perang terhadap kemiskinan. Islam menyediakan seperangkat
ajaran yang komprehensif untuk memecahkan masalah kemiskinan, diantaranya
melalui lembaga amil zakat, infak, dan shodaqoh (Muhammad, 2017).
Zakat memang penting untuk dilembagakan agar pengelolaan zakat dapat
terkontrol dengan baik oleh pemerintah, adapun alasan yang mendasari agar zakat
dikelola oleh amil dan diawasi oleh pemerintah adalah sebagai berikut (Shihab, 1994):
1. Jaminan terlaksananya syariat zakat (bukankah ada saja beberapa orang yang
berusaha menghindar bila tidak diawasi oleh penguasa).
2. Pemerataan (karena dengan keterlibatan satu tangan, diharapkan seseorang tidak
akan memperoleh dua kali dari dua sumber, dan diharapkan pula semua mustahik
akan memperoleh bagiannya).
3. Memelihara rasa malu para mustahik, karena mereka tidak perlu berhadapan
langsung dengan para muzakki, dan mereka tidak harus pula datang meminta.
4. Sektor asnaf yang harus menerima zakat tidak terbatas pada individu, tetapi juga
untuk kemaslahatan umum, dan wilayah ini hanya bisa ditangan oleh pemerintah.
Oleh karenanya persyaratan untuk menjadi amil bukan hanya harus seorang
muslim, melainkan juga seorang yang terpercaya (persyaratan ini disepakati oleh para
ulama), kemudian mampu mengetahui hukum-hukum menyangkut zakat, dan mampu
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan padanya (Shihab, 1994).
87
Diantara beberapa problem yang muncul dalam pembentukan UPZ Masjid di
Kota Tangerang Selatan dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Minimnya Kepercayaan Terhadap Pemerintah atau Lembaga Amil Zakat
Salah satu yang menjadi persoalan adalah kurangnya kepercayaan umat
kepada pemerintah maupun kepada lembaga pengelola zakat. Keberadaan lembaga-
lembaga filantropis Islam kurang mendapatkan legitimasi di hati masyarakat, karena
kehadiran lembaga-lembaga tersebut belum mampu menjawab keraguan
masyarakat terhadap akuntabilitas dan kejelasan dana sosial yang sudah
dikumpulkan. Masyarakat masih merasa nyaman menyalurkan zakat untuk
pembangunan masjid, musholla atau langsung kepada mustahik (Anwarudin, 2012).
Tidak jarang pula ada tudingan bahwa lembaga-lembaga filantropis ini lebih
menjalankan praktik bisnis dari sekadar mengusung misi sosial dan kemanusiaan.
Terlebih lagi dana dana yang dihimpun dari masyarakat ini disimpan di bank yang
tidak menutup kemungkinan terjadi pengembangan dana yang bisa digunakan untuk
kepentingan bisnis. Anggapan-anggapan tersebut tidak bisa dihentikan, yang bisa
dilakukan sebagai amil adalah menepis anggapan tersebut dengan menampilkan
laporan akuntabilitas dan transparansi yang jelas kepada masyarakat (Anwarudin,
2012).
Asas kejujuran dan transparansi harus benar-benar dijunjung tinggi oleh para
pengemban amanah dana zakat agar kepercayaan masyarakat tidak rapuh. Pada
masa Rasulullah Saw masalah pengelolaan zakat, walaupun dalam bentuk yang
sederhana namun pengelolaan zakat ketika itu dapat dikategorikan baik dan berhasil.
88
Hal tersebut disebabkan faktor SDM yang memadai baik secara dhohir
(kemampuan) maupun secara batin (jujur, amanah, transparan dan akuntabel)
(Fakhruddin, 2008).
Sebagaimana dibuktikan dalam hadits :
Artinya: Dari Abu Humaid As-Saidi ra. Rasulullah Saw menunjuk seseorang yang
dipanggil Al-Luthabiyyah dani suku Sulaim. Ketika ia kembali (dari tugas
mengumpulkan zakat) Nabi Saw memeriksa dan menghitung hasil pengumpulan
zakat bersamanya. (HR Bukhari).
Petikan hadits tersebut mengisyaratkan bahwa Rasulullah Saw sebagai kepala
Negara berperan dalam proses pengawasan dan pemeriksaan dalam tata kelola zakat
yang dikumpulkan oleh amil. Memang kapasitas kesucian hati amil saat ini tidak
bisa dibandingkan dengan masa Rasulullah Saw akan tetapi paling tidak Hal tersebut
memberikan pelajaran betapa pentingnya controlling (pengawasan) untuk
menciptakan transparansi sehingga lembaga amil mendapatkan kepercayaan penuh
dari masyarakat.
2. Minimnya Pemahaman Masyarakat Terhadap Lembaga Pengelola Zakat
Yang menjadi masalah berikutnya adalah sebagian masyarakat kurang
teredukasi secara baik dan merata tentang keberadaan dan fungsi lembaga pengelola
zakat baik yang berada di bawah naungan pemerintah seperti BAZNAS, dan UPZ
atau pengelola zakat swasta. Masalah pemahaman ini sebenarnya dapat
dikategorikan kepada dua hal. Pertama, sebagian masyarakat yang memahami
tentang adanya lembaga amil zakat akan tetapi tidak mempercayakan zakatnya
89
kepada lembaga tersebut karena faktor sebagaimana dijelasakan diatas. Kedua,
sebagian masyarakat yang memang secara lahiriah benar-benar belum memahami
eksistensi dan fungsi dari lembaga amil zakat. Pada bagian kedua ini yang juga perlu
dilakukan analisa mendalam.
Perlu disadari bahwa upaya meningkatkan kualitas umat Islam melalui
dakwah dan edukasi merupakan tugas yang amat penting dan strategis untuk
dilaksanakan. Dengan mengedepankan kualitas, diharapkan umat Islam dapat
memainkan peran sosial keagamaan dan kenegaraaan khususnya di dalam bersinergi
untuk mengentaskan masalah kemiskinan.
Selain itu yang juga perlu disadari bahwa shalat dan zakat adalah satu kesatuan
yang tidak terpisahkan, banyak ayat al-qur’an yang menyebutkan keduanya saling
berdampingan, sehingga aplikasinyapun sangat erat dengan kemakmuran masjid
dan masyarakat. Ayat yang selalu menyertakan shalat dengan zakat mengisyaratkan
betapa eratnya keberadaan masjid dengan pengelolaan zakat. Keberhasilan zakat
yang dikelola masjid merupakan ukuran bagi kemakmuran masjid itu sendiri. Oleh
karena itu menjadi penting jika tiap masjid dibentuk satu organisasi yang disebut
Unit Pengumpul Zakat Masjid (UPZ-Masjid). UPZ Masjid ini adalah transformasi
dari UPZ mitra BAZNAS yang disinergikan dengan masjid. (Kementrian Agama
RI).
Salah satu faktor yang menjadi penyebab tidak maksimalnya pemberdayaan
zakat dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:
90
a. Rendahnya frekuensi penyuluhan tentang zakat.
Rendahnya frekuensi penyuluhan mengakibatkan kurang meratanya
pemahaman tentang keberadaan lembaga zakat.
b. Belum adanya data muzakki dan mustahik secara akurat.
Dengan belum adanya data muzakki dan mustahik yang akurat dapat
berakibat belum efektifnya pengumpulan dan pendayagunaan zakat.
Jika mengamati hal tersebut maka problem terkait pembentukan UPZ Masjid
ini tidak sepenuhnya kemunculannya bersumber dari masyarakat, melainkan juga
bersumber dari pemerintah atau lembaga pengelola zakat. Sehingga anggaran
operasional untuk merealisasikan program sosialisasi dan edukasi harus
mendapatkan perhatian khusus.
C. Alternatif Penyelesaian Problem Pembentukan UPZ Masjid Di Kota Tangerang
Selatan
Sebagaimana paparan diatas berdasarkan hasil pengamatan dan penggalian data
di lapangan, penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang muncul
diantaranya meliputi:
1. Masalah pemahaman masyarakat yang belum sepenuhnya mengetahui keberadaan,
fungsi dan tata kerja baik BAZNAS maupun UPZ.
2. Masalah persepsi yaitu kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
atau badan yang mengurusi dana zakat.
3. Kurangnya sosialisasi untuk mengedukasi masyarakat, khususnya masyarakat yang
dikategorikan “awam”.
91
Tentu adanya problem-problem tersebut tidak boleh diabaikan begitu saja
melainkan harus dicarikan solusi penyelesaiannya. Maka dengan ini penulis
mengajukan beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk menembus dinding problem
tersebut.
a. Penyelesaian Masalah Persepsi Ketidakpercayaan Pada Pemerintah/Lembaga Zakat
Masalah ini dapat diselesaikan dengan memegang teguh asas transparansi dan
akuntabilitas lembaga zakat. Secara teknis implementasinya, BAZNAS selaku
induk dari UPZ Masjid menyalurkan program-programnya di wilayah yang masih
kental tradisi klasiknya dan wilayah yang paling minim kepercayaannya kepada
BAZNAS kemudian para muzakki yang menunaikan zakatnya diundang pada
program penyaluran tersebut. Sehingga atas dasar itu secara perlahan persepsi
ketidakpercayaan masyarakat akan memudar dengan sendirinya.
b. Penyelesaian Masalah Minimnya Pemahaman Masyarakat
Masalah ini murni penyelsaiannya ada di tangan pemerintah. Tidak adacara
lain selain pemerintah berani mengambil terobosan untuk mengoptimalkan
sosialisasi dan edukasi. Sehingga pihak Baznas dapat mengedukasi pemahaman
masyarakat yang masih lemah, dan dapat mengadakan program-program
pemberdayaan dan pembinaan para calon amil zakat.
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Persepsi UPZ dan Non UPZ Tingkat Masjid terhadap BAZNAS Kota Tangerang
Selatan.dipengaruhi oleh beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut dapat
dikategorikan yaitu, masalah persepsi kurangnya kepercayaan masyarakat karena
kurangnya transparansi dan akuntabilitas terhadap pemerintah atau badan yang
mengurusi dana zakat, kemudian kurangnya sosialisasi untuk mengedukasi
masyarakat serta masalah rendahnya pemahaman masyarakat terhadap UPZ.
2. Penyelesaian masalah persepsi yaitu dengan meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas. Penyelesaian masalah kurangnya sosialisasi dan rendahnya
pemahaman masyarakat dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau BAZNAS untuk mengedukasi masyarakat
awam terhadap UPZ.
3. Transparansi, Akuntabilitas dan Sosialiasi Program BAZNAS berpengaruh secara
signifikan dalam mempengaruhi pembentukan UPZ Tingkat Masjid di Kota
Tangerang Selatan.
B. SARAN
1. Pemerintah atau BAZNAS hendaknya mematangkan persoalan-persoalan teknis
yang berkaitan dengan kebutuhan Baznas itu sendiri maupun kebutuhan masyarakat
seperti laporan yang transparan dan akuntabel.
93
2. Harus menelaah dan memahami permasalahan yang ada di masyarakat secara
mendalam.
3. Mencarikan alternatif penyelesaian yang tidak menganggu kenyamanan hati
masyarakat dengan mengadakan rapat atau musyawarah dengan pihak berkaitan,
karena tradisi penyaluran zakat termasuk persoalan yang sensitif.
94
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abidin, Hamid. (2014). Reinterpretasi Pendayagunaan Zakat. Jakarta: Piramedia.
Adh-dharir, S.M. (2005). Transaksi dan etika bisnis dalam Islam. Jakarta: Visi Insani
Publishing.
Anwarudin, Aan. (2012). Menjadi Amil Mengapa Tidak? Satu-Satunya Petugas Yang
Diabadikan Dalam Al-Qur’an. Surabaya: Dinar Media.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fakhruddin. (2008). Fiqih Dan Menejemen Zakat di Indonesia. Malang: UIN-Malang
Press.
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 17.
Cet. 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 23.
Edisi Delapan. Cet. 8. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ihrom. (2004). Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kuncoro, M. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
MacIver, Robert M. (1961). The Web of Government. New York: The Macmillan
Company.
Mardiasmo. (2002). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Margono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Maryati, Kun. (2006). Sosiologi. Jilid 3. Jakarta: Penerbit ESIS.
Noordiawan, D. (2009). Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat Press.
Poerwadarimta, W.J.S. (1996). Pengertian Kesejahteraan Manusia. Bandung: Mizan.
Sahri, Muhammad. (2006). Mekanisme Zakat & Permodalan Masyarakat Miskin.
Malang: Bahtera Press.
Sholahuddin. (2006). Ekonomi Islam. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
95
Soekanto, Soerjono. (1993). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suharto. (1991). Tanya Jawab Sosiologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suharyadi dan Purwanto S.K. (2015). Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan
Modern. Jakarta: Salemba Empat.
Sunarto, Kamanto. (1993). Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Sutaryo. (2004). Dasar-Dasar Sosialisasi. Jakarta: Rajawali Press.
Sutedi, A. (2011). Good Corporate Governnce. Jakarta: Sinar Grafika.
Suyono, Ariyono. (1985). Kamus Antropologi. Jakarta: Akademi Persindo.
Taliziduhu, Ndraha. (2003). Kybernologi (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta: Rineka
Cipta.
Wibowo. (2006). Manajemen Perubahan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Wirawan. (2012). Evaluasi ; Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi. Contoh
Aplikasi Evaluasi Program: Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan, Kurikulum,
Perpustakaan, dan Buku Teks. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Jurnal:
Assagaf, Muhammad Ashari. (2016). Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi
Pengelolaan Zakat Terhadap Minat Muzakki Membayar Zakat. Skripsi UIN
Alauddin Makassar.
CUI-ITB. (2004). Keterkaitan Akuntabilitas dan Transparansi Dalam Pencapaian Good
Governance. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 15, No. 1.
Darmawati Dwita, Mukti M. Arifin, Wahyudin. (2011). Kinerja Lembaga Amil
Zakat/LAZ dalam Perspektif Keuangan dan Customer (Studi Kasus di Kabupaten
96
Banyumas). Journal Proceding, Vol 1, No. 1. Universitas Jendral Soedirman,
Purwokerto.
Divisi Publikasi dan Jaringan PUSKAS BAZNAS. (2017). Outlook Zakat Indonesia
2017. Puskas Baznas.
Fatmawati, E., Hasanah., Nurdin. (2016). Analisis implementasi prinsip transparansi
dalam pengelolaan zakat di BAZ Bandung. Prosiding Keuangan dan Perbankan
Syariah. ISSN 2460-6561. Universitas Islam Bandung.
Gustina. (2008). Manajemen dan Akuntabilitas Institusi Pengelola Zakat : Suatu
Tinjauan Teoritis. Jumal Akuntansi & Manajemen, Vol 3, No.1. Juni 2008 ISSN
1858-3687. Jurusan Ilmu Pemerintahan. Lampung.
Hermawan, S. (2010). Akuntansi Zakat dan Upaya Transparansi dan Akuntabilitas
Lembaga Amil Zakat. Jurnal ekonomi. Vol 1. No. 2. Fakultas Ekonomi.
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo . Hal 34-42.
Hoirot, A. F. (2013). Pengaruh transparansi pengelolaan dana zakat terhadap tingkat
kepercayaan muzzaki (studi kasus pada lembaga amil zakat (laz) dhompet
dhuafa, Ciputat. Skripsi. Ciputat: Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang.
Husni, Shabri. (2011). Pengukuran Kinerja Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil
Zakat di Provinsi Sumatra Barat. Tesis Universitas Indonesia. Depok.
Jahar, Asep Saepudin. (2010), Masa Depan Filantropi Islam Indonesia Kajian
Lembaga-lembaga Zakat dan Wakaf.. Annual Conference on Islamic Studies
(ACIS) ke-10, Banjarmasin.
Kusmiati, Mia. (2015). Membangun Kesehatan Organisasi Institusi Pendidikan
Dokter: sebuah Transformasi menuju Akuntabilitas Sosial, MIMBAR. Jurnal
Sosial dan Pembangunan. Vol. 31, No. 1, Juni, pp. 123-134.
Laela, S. F. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi
Pengelola Zakat. Tazkia Islamic Finance and Business Review, Vol 5, No. 2.
Bogor.
97
Lubis D, Anggraini L, dan Rulian N.A. (2014), Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Muzaki dalam Memilih Organisasi Pengelola Zakat, IQTISHODA Jurnal
Ekonomi Islam Republika, Republika Kamis, 24 April 2014.
Nurhasanah, Siti. (2018). Akuntabilitas Laporan Keuangan Lembaga Amil Zakat
Dalam Memaksimalkan Potensi Zakat. Jurnal Ilmu Akuntansi. Volume 11 (2),
2018: 327 – 348 P-ISSN: 1979-858X; E-ISSN: 2461-1190 DOI:
10.15408/akt.v11i2.8826
Rahmanurrasjid, Amin. (2008). Akuntabilitas Dan Transparansi Dalam Pertanggung
Jawaban Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik Di
Daerah. Tesis Universitas Diponegoro. Semarang.
Rahmawati, E.N. (2014). Hubungan Penerapan Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas
Dengan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) (Studi Kasus Desa Candi Mas,
Kecamatan Abung Selatan, Lampung Utara). Skripsi Universitas Lampung.
Lampung
Riyanti, Y.R. Gugus I. (2011). Akuntabilitas pada lembaga amil zakat, infaq dan
shadaqah (Studi kasus pada yayasan dana social Al-Falah (YSDF) Malang).
Jurnal Ekonomi & keuangan Islam, Volume 1, No. 2. Juli 169-180. Universitas
Brawijaya. Malang.
Smith, Rex Deighton. (2004). Regulatory Transparency in OECD Countries :
Overview, Trends a,d Challenges. Journal of Public Administration. Australian.
Peraturan:
Peraturan BAZNAS No.2 Tahun 2016
Undang-Undang No.23 Tahun 2011
Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2014
98
LAMPIRAN - LAMPIRAN
99
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian
KUESIONER
A. Deskripsi Responden
1. Nama Lengkap :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Tempat, Tanggal Lahir :
6. Nomor Telepon :
7. Nama Masjid :
B. Pernyataan Mengenai Variabel Penelitian
Bapak/Ibu dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas
pernyataan-pernyataan berikut dengan memilih jawaban yang paling sesuai dengan
kehendak pribadi masing-masing pada kolom yang tersedia dibawah ini dengan
tanda centang (√) pada salah satu alternatif jawaban.
Keterangan pilihan jawaban pada pertnyaan variabel (Y):
0 : Jika belum menjadi UPZ
1 : Jika sudah menjadi UPZ
Keterangan pilihan jawaban pada pertnyaan variabel (X1,X2,X3):
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
100
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
1. Variabel Keputusan Membentuk UPZ Masjid (Y)
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
0 1
1 Masjid telah terdaftar UPZ
2. Variabel Transparansi (X1)
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S N TS STS
1 BAZNAS memaparkan laporan pengelolaan zakat
kepada masyarakat
2 Laporan pengelolan zakat BAZNAS diterbitkan
secara periodik.
3 BAZNAS mencantumkan kebijakan secara tertulis
4 BAZNAS memberikan informasi yang adil dan
merata mengenai pengelolaan dana zakat
5
BAZNAS menyajikan laporan keuangan secara
lengkap, yaitu meliputi laporan posisi keuangan,
laporan sumber dan penggunaan dana zakat, laporan
arus kas, laporan dana termanfaatkan, dan Catatan
Atas Laporan Keuangan (CALK)
101
3. Variabel Akuntabilitas (X2)
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S N TS STS
1 BAZNAS menjalankan pengelolaan zakat dengan
baik dan benar.
2 BAZNAS menyaluran zakat dengan melihat kebutuhan mustahik
3
BAZNAS mengungkapkan segala informasi
terkait aktivitas dan kinerja finansial kepada DKM
Masjid
4
Laporan pertanggungjawaban BAZNAS mudah
dipahami, diakses dan bersifat terbuka bagi pihak-
pihak yang berkepentingan.
5
Laporan pertanggungjawaban BAZNAS
menunjukkan pencapaian hasil-hasil program dan
kegiatan secara efektif.
4. Variabel Sosialisasi Program BAZNAS (X3)
No. Pernyataan Pilihan Jawaban
SS S N TS STS
1 Saya mengetahui program UPZ Masjid
2 BAZNAS melakukan sosialisasi program UPZ
Masjid secara merata
3 BAZNAS melakukan sosialisasi tentang UPZ Masjid dengan padat dan jelas
102
4 BAZNAS mempunyai program-program zakat yang
variatif, tepat guna, dan tepat sasaran
5 Program-program yang dilakukan oleh BAZNAS
mampu meningkatkan kesejahteraan mustahik
103
Lampiran 2 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Transparansi (X1)
No Transparansi (X1) Jumlah
1 5 5 5 5 4 24
2 5 5 5 5 4 24
3 5 4 4 5 5 23
4 5 5 5 5 5 25
5 4 4 5 5 4 22
6 5 5 5 5 5 25
7 5 5 5 5 4 24
8 5 4 4 5 5 23
9 5 5 4 5 5 24
10 4 4 5 5 4 22
11 5 5 5 5 5 25
12 4 4 4 4 4 20
13 5 5 5 5 4 24
14 5 5 5 5 5 25
15 4 4 4 5 4 21
16 5 5 5 5 5 25
17 4 4 4 5 4 21
18 5 5 5 5 5 25
19 4 4 5 5 5 23
20 5 5 5 5 5 25
21 5 4 4 5 5 23
22 4 4 5 5 4 22
23 5 5 5 5 5 25
24 4 4 5 5 4 22
25 5 5 4 5 4 23
104
26 5 5 4 5 5 24
27 5 4 5 5 4 23
28 4 4 4 4 4 20
29 5 5 5 5 5 25
30 5 5 5 5 4 24
105
Lampiran 3 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Akuntabilitas (X2)
No Akuntabilitas (X2) Jumlah
1 5 5 5 5 5 25
2 5 5 5 5 4 24
3 5 5 4 5 4 23
4 5 5 5 4 5 24
5 5 5 4 4 5 23
6 5 5 5 5 5 25
7 5 5 5 5 5 25
8 5 5 4 4 4 22
9 5 5 5 4 4 23
10 5 5 4 5 5 24
11 5 5 5 5 5 25
12 4 4 4 4 4 20
13 5 5 4 4 5 23
14 5 5 5 5 5 25
15 5 5 4 4 4 22
16 5 5 5 5 5 25
17 5 5 4 5 4 23
18 5 5 5 4 5 24
19 5 5 4 5 5 24
20 5 5 5 5 5 25
21 5 5 4 5 4 23
22 5 5 4 5 5 24
23 5 5 5 5 5 25
24 5 5 4 4 4 22
25 5 5 5 5 4 24
106
26 5 5 5 5 4 24
27 5 5 4 5 5 24
28 4 4 4 4 4 20
29 5 5 5 5 5 25
30 5 5 5 5 5 25
107
Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian Variabel Sosialisai Program BAZNAS
(X3)
No Sosialisai Program BAZNAS (X3) Jumlah
1 5 5 5 5 5 25
2 5 5 4 4 5 23
3 5 5 4 5 5 24
4 5 5 5 5 5 25
5 5 5 4 5 5 24
6 5 5 5 5 5 25
7 4 4 4 5 4 21
8 5 5 5 4 5 24
9 4 4 5 5 4 22
10 5 5 4 5 5 24
11 5 5 5 5 5 25
12 5 4 4 4 4 21
13 5 5 5 5 5 25
14 5 5 4 5 5 24
15 5 4 5 5 4 23
16 4 5 5 5 4 23
17 4 4 4 5 4 21
18 5 5 4 5 5 24
19 5 4 5 5 4 23
20 5 5 5 5 5 25
21 5 4 4 5 4 22
22 4 4 5 5 4 22
23 5 5 4 5 5 24
24 3 4 4 4 4 19
108
25 5 4 4 5 4 22
26 4 5 5 5 5 24
27 3 4 4 5 4 20
28 3 4 4 4 4 19
29 4 5 5 5 5 24
30 4 4 5 5 4 22
109