16
PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014

PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014

Citation preview

Page 1: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN

PENINGKATAN PEMERATAAN

Direktorat Penanggulangan Kemiskinan29 Januari 2014

Page 2: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014

• Sejak tahun 2010, penurunan kemiskinan melambat, secara absolut menurun sekitar 1 juta penduduk miskin per tahun. Tingkat kemiskinan pada bulan September 2013 sebesar 11,47% (target APBN 2013 sebesar 9,5%-10,5%). Kenaikan tingkat kemiskinan ini karena kenaikan BBM pada bulan Juni 2013.

• Target APBN 2014 sebesar 9,5%-10,5% (Revisi RPJMN 2009-2014: 8,0%-10,0%). 22

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 41334 41518 20140

5

10

15

20

25

30

35

40

45

36.15 35.1039.30

37.1734.96

32.5331.02 30.02 29.13 28.07 28.55

16.66 15.9717.75 16.58

15.42 14.15 13.3312.49 11.96 11.37

11.47

8,0-10,0

Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk Miskin Target Tingkat Kemiskinan Series4

10,5-11,5

11,5-12,512,5-13,5

9,5 - 10,5

Page 3: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

KEMISKINAN KRONIS DAN KERENTANAN TERUS BERLANJUT

Series10%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Mobilitas dalam 3 tahun (2008-2010) Jumlah RTM

Keluar dari miskin, namun tetap rentan 1.5 juta

Keluar dari sangat miskin, namun tetap miskin 2.1 juta

Keluar dari kondisi sangat miskin, tapi jatuh lagi 0.9 juta

Senantiasa dalam kemiskinan kronis 1.5 juta

RTM 6.0 juta

• 4.5 juta RTM (75%) tidak pernah keluar dari kerentanan selama 3 tahun

• 1.5 juta (25%) tidak pernah membaik tingkat kemiskinan

Rumah Tangga Miskin (10%, PPLS 2011)

Page 4: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Permasalahan dalam Upaya Penanggulangan Kemiskinan dan Peningkatan Pemerataan

• Naik turunnya harga bahan pokok yang menyebabkan kondisi ekonomi makro tidak stabil

Stabilitas Kondisi Makro

• Social exclusion (marjinalisasi), seperti kepada penduduk: disable, lansia, berpenyakit kronis, non-ktp, dan kelompok rentan lainnya

• Pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan masih tumpang tindih dan akses pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan yang masih rendah (tidak inklusif)

• Pengangguran yang masih tinggi dan rendahnya akses perlindungan tenaga kerja• Kapasitas usaha mikro untuk mengembangkan usaha masih rendah

Afirmative Program PK

• Struktur, mekanisme, dan prosedur kelembagaan yang terdesentralisasi tidak semuanya memberikan prioritas terhadap penanggulangan kemiskinan

• Peran dan kapasitas TKPKD di beberapa daerah belum optimal;Kelembagaan

• Laju pertumbuhan penduduk yang sulit dikendalikan, dimana rata-rata masyarakat miskin justru memiliki banyak anakDemografi

Page 5: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

ISU KESENJANGAN BERDASARKAN ANGKA GINI RATIO

5

Page 6: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Berdasarkan beberapa asumsi terkait gini ratio: Pendekatan gini ratio diukur menggunakan

angka pengeluaran rumah tangga, bukan pendapatan

Under-reporting Sampel data survei rumah tangga (SUSENAS)

kurang mewakili golongan pendapatan tinggi

Apabila angka-angka ini dikoreksi justru pengeluaran orang kaya ≠ pendapatan (karena ada saving +investment) sehingga gini ratio akan semakin tinggi

Page 7: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

TREND PENINGKATAN KETIMPANGAN (RASIO GINI) DI INDONESIA

GINI RATIO

INCOME DISTRIBUTION

GINI RATIO, URBAN-RURAL

Berdasarkan penggolongan dari world bank, apabila kelompok 40% penduduk berpendapatan rendah menerima 12-17% dari seluruh pendapatan maka tingkat ketimpangan pendapatan tergolong sedang.

Di tahun 2012, kelompok 20% terkaya menikmati 49% pendapatan nasional, sementara 40% penduduk termiskin menikmati 17% pendapatan nasional.

Distribusi pendapatan kelompok penduduk terkaya meningkat lebih cepat dibandingkan peningkatan pada kelompok penduduk termiskin.

Di perkotaan ketimpangan cenderung lebih tinggi daripada di perdesaan

Page 8: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.50

GINI RATIO PER PROVINSI TAHUN 2013

Rata-rata Gini Ratio seluruh provinsi relatif tinggi, Gini Ratio tertinggi di Indonesia bagian Timur

Indonesia = 0.413

Page 9: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Kebijakan Ekonomi Makro

Kebijakan Ekonomi Makro

Kebijakan Sektoral

Kebijakan Sektoral

Kurang stabilnya kondisi ekonomi

makro Penyerapan tenaga kerja yang belum

optimal

Implementasi kebijakan subsidi yg

belum optimalKurangnya peran

pemerintah dalam perdagangan

pangan (Bulog)

Akses perbankan

Akses perbankan

1. Pendidikan2. Kesehatan3. Fasilitas dasar

Akses Pelayanan

Dasar

Akses Pelayanan

Dasar

AsetAset

1. Bangunan/rumah

2. Lahan budidaya3. Infrastruktur

ekonomi

Proses Pembangu

nan

Golongan menengah ke atas

1. Akses kredit usaha

Opportunity RTM untuk terlibat dalam

proses pembangunan

rendah

PENYEBAB KESENJANGAN1. Keterbatasan RTM untuk terlibat dalam proses pembangunan

(baik dari sisi kebijakan maupun aksesnya)

Kebijakan tata usaha niaga yang

tidak berpihak pada usaha kecil

Opportunity RTM untuk meningkatkan

penghidupannya rendah

Page 10: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

PENYEBAB KESENJANGAN2. Tidak meratanya pembangunan dikarenakan pertumbuhan ekonomi

hanya terjadi pada sektor ekonomi tertentu

Perkembangan ekonomi yang mengarah ke sektor industri dan jasa melebihi pertumbuhan di sektor pertanian

Trend Produksi, Penjualan Dalam Negeri,

dan Luar Negeri Komoditas Batubara

Kenaikan harga internasional komoditas batubara mendorong peningkatan produksi dalam negeri. Sektor pertambangan bersifat padat modal dan padat skilled labor, sehingga keuntungan dari kondisi ini lebih banyak dinikmati oleh golongan menengah ke atas.

Penelitian dari SEADI menginvestigasi sejauh mana peningkatan harga komoditas ekspor perkebunan dan pertambangan berkontribusi pd peningkatan ketidaksetaraan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa memang meningkatkan ketidaksetaraan, namun dengan besaran hanya 1/4 dari peningkatan koefisien Gini periode 2009‐2011, khususnya didorong oleh sektor pertambangan

Trend Volume Ekspor Komoditas Crude Palm Oil

Page 11: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

PENYEBAB KESENJANGAN 3. Pertimbangan dari pengusaha terkait ketenagakerjaan

Pertimbangan dari pengusaha terkait ketenagakerjaan (Yusuf et al, 2013) Peningkatan UMR yang berdampak pada

pemutusan tenaga kerja Kekuatan serikat buruh terkait dengan

permintaan gaji yang lebih tinggi dari pasar

Page 12: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

ALTERNATIF KEBIJAKAN

Page 13: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Alternatif Kebijakan untuk Mendorong Perubahan Ketidakmerataan Pendapatan (1)

Penyebab

• Pertumbuhan sektor pertambangan, industri dan jasa lebih banyak dinikmati oleh golongan tertentu (skilled labor)

• Kurang tepatnya subsidi dalam produksi pertanian dan pendapatan petani selalu rendah sehingga kesejahteraan petani rendah

• Gap antara produksi dan konsumsi karena permasalahan sistem logistik

Alternatif Kebijakan

• Memprioritaskan peningkatan anggaran sektor pertanian khususnya untuk meningkatkan : a) produktivitas, b) stabilitas harga, dan c) pengalihan subsidi yang lebih tepat sasaran untuk meningkatkan kesejahteraan petani

• Peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat miskin melalui optimalisasi pusat pelatihan kerja di semua sektor (pusat dan daerah) dititikberatkan terhadap pendampingan (penyuluh) bukan pelatihan

• Mengupayakan kebijakan penekanan harga bahan pangan sehingga akan dengan mudah mengurangi pengeluaran dari masyarakat miskin Mengupayakan sistem tata niaga dan logistik, mengontrol pelaku usaha sehingga tidak terjadi praktek monopoli, monopsoni dan kartel

Page 14: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Alternatif Kebijakan untuk Mendorong Perubahan Ketidakmerataan Pendapatan (2)

Penyebab• Peningkatan pemutusan

tenaga kerja (terkait dengan UMR)

• Rendahnya pendidikan dan keterampilan sehingga terjadi peningkatan tenaga kerja informal

• Struktur upah pekerja (Dit. Naker)

Alternatif Kebijakan

• Peningkatan dan pengoptimalan akses pendidikan (formal dan informal) dan kesehatan

• Mendorong peran swasta dan masyarakat untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja

• Perbaikan penyusunan regulasi upah agar tidak berdasar desakan serikat pekerja

• Meningkatkan produktivitas pekerja miskin baik di sektor formal maupun informal

Page 15: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Alternatif Kebijakan untuk Mendorong Perubahan Ketidakmerataan Pendapatan (3)

Penyebab

• Ketimpangan pemilikan, penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

• Rendahnya akses pelayanan dasar masyarakat miskin (isu kesenjangan antar wilayah dari segi infrastruktur, SDM, dll)

Alternatif Kebijakan

• Kebijakan Reforma Agraria untuk menjamin kepastian akses terhadap lahan produksi dan lahan perumahan

• Peningkatan akses pelayanan dasar bagi masyarakat miskin

Page 16: PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

Terima Kasih