DISTRIBUSI DISTRIBUSI PENDAPATANPENDAPATANdandan PEMERATAANPEMERATAAN

Pertumbuhan Ekonomi Regional

Penekanan pertumbuhan ekonomi regional lebih dipusatkan pada pengaruh perbedaan karateristik space terhadap pertumbuhan ekonomi.Faktor yang menjadi perhatian utama dalam teori pertumbuhan ekonomi regional:

· Keuntungan Lokasi· Aglomerasi Migrasi· Arus lalu lintas modal antar wilayah.

Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional dibagi atas 4 kelompok

Pengertian Polarisasi & Pengertian Polarisasi & TRICKLING-DOWNTRICKLING-DOWN

Hirschman :

secara teoritis pertumbuhan ekonomi terjadi tidak seimbang secara geografisAda titik yang Maju Ada titik yang Maju

Ada titik yang Tertinggal

Ada titik yang Tertinggal

Fungsi-fungsi ekonomi berbeda tingkat intensitasnya pada tempat-tempat yang berbeda

Teori Lokasi adalah suatu ilmu yang mengkhususkan analisanya padapenggunaan konsep space dalam analisa sosial-ekonomi. Teori lokasi seringkalidikatakan sebagai pondasi dan bagian yang tidak terpisahkan dalam analisaekonomi regional.

Kondisi Lokasi Kondisi Lokasi IdialIdial

PasarBahan baku

Tenaga Kerja

Lingkungan

lokasi

Permasalahan Permasalahan RegionalRegional Kesenjangan Antara Kesenjangan Antara KAKAwasan wasan TIMTIMur ur

ININdonesia donesia (KATIMIN)(KATIMIN) dengan dengan KAKAwasan wasan BARBARat at ININdonesia donesia (KABARIN)(KABARIN)

Kesenjangan Antara Kesenjangan Antara Luar PulauLuar Pulau JawaJawa dengan dengan PulauPulau Jawa Jawa

Kesenjangan Antara Kesenjangan Antara PusatPusat Industri Industri dengan dengan Bukan PusatBukan Pusat Industri Industri (khususnya di Pulau Jawa) (khususnya di Pulau Jawa)

SHARE PDB BERDASARAKAN KAWASN INDONESIASHARE PDB BERDASARAKAN KAWASN INDONESIA

91.54%91.54%9.89%9.89%

9

NAD

SumutKep. Riau

RiauSumbar

Bengkulu

Lampung

Banten

JambiBabel

Sumsel

Jabar

DKI Jakarta

JatengJatim

BaliNTB

NTT

DI Yogya

Kalbar

Kalteng

Kalsel

Kaltim

Sulut

Gorontalo

Sulteng

SulselSultra

Maluku Utara

Maluku

Papua

4,83%

12,80%

0,91%0,78%

4,41% 18,14%

26,36%

8,14%

12,60%

11,02%

Kluster Industri Indonesia 63% terkonsentrasi di Jawa; 12,6% di SumatraKluster Industri Indonesia 63% terkonsentrasi di

Jawa; 12,6% di Sumatra

Irian Jaya Barat

62,79%

Distribusi Pertumbuhan Distribusi Pertumbuhan Ekonomi 2009Ekonomi 2009

Sebesar 57,80% pertumbuhan ekonomi Indonesia masih Sebesar 57,80% pertumbuhan ekonomi Indonesia masih disumbang oleh Jawa, 23,30% oleh Sumatera, sisanya disumbang oleh Jawa, 23,30% oleh Sumatera, sisanya Kalimantan, Sulawesi, Bali & NT serta Maluku & Papua.Kalimantan, Sulawesi, Bali & NT serta Maluku & Papua. 1010

11

Penyerapan Tenaga Kerja Industri Manufaktur Menurut Pulau: 1976-2004 (%)

Sumber: Diolah dari BPS

(Kawasan Barat Indonesia), yaitu Jawa, Bali dan Sumatra. Ini terlihat dari aktivitas industri manufaktur, pajak-pajak pusat, dana & kredit perbankan

Industri Indonesia terkonsentrasi secara geografis ke Kabarin1

Kontribusi PDB Masing-masing Kontribusi PDB Masing-masing DaerahDaerah

SEBARAN INDUSTRI DALAM KORIDOR MP3EI

Koridor Sumatera

Koridor Sumatera

Koridor K

alimantan

Koridor K

alimantan

Koridor SulawesiKoridor Sulawesi

"Pendorong Industri dan Jasa

Nasional"

"Pendorong Industri dan Jasa

Nasional"

Koridor JawaKoridor Jawa

Koridor Bali Nusa TenggaraKoridor Bali Nusa Tenggara

Koridor PapuaKoridor Papua

1313

POPULASI INDUSTRI POPULASI INDUSTRI JAWA DAN JAWA DAN LUAR JAWA MASIHLUAR JAWA MASIH

Do local fundamental indicators Do local fundamental indicators matter?matter?

Pulau 1976 1999

KBI Sumatra Jawa

95.8 6.7

89.1

92.8 11.7 81.1

KTI Kalimantan Sulawesi Pulau-pulau lain

4.2 1.8 0.9 1.5

7.2 3.8 1.5 1.9

Indonesia 100 100

Distribusi Geografis Penyerapan Tenaga kerja industri (%)

JUMLAH INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR DAN SEDANG, JUMLAH INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR DAN SEDANG, JAWA DAN LUAR JAWAJAWA DAN LUAR JAWA

Lokasi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Jawa   16,901  16,995  24,348  23,067  21,207  20,397 19,529

Luar Jawa   3,784  3,734  5,120  4,931  4,487  4,071 3,816

Jumlah   20,685  20,729  29,468  27 998  25,694  24,468 23,345

KLUSTER INDUSTRI BESAR & SEDANG (IBS) DI KLUSTER INDUSTRI BESAR & SEDANG (IBS) DI JAWA: POLA DUA KUTUB (BIPOLAR PATTERN)JAWA: POLA DUA KUTUB (BIPOLAR PATTERN)Di Jatim, kawasan tengah (Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Malang, Kediri) merupakan growth pole

Penyebab….Penyebab….

Jargon PolitikJargon Politik Kekhawatiran yang berlebihan terhadap Kekhawatiran yang berlebihan terhadap

Negara Kesatuan Republik Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)(NKRI)

Jargon Sistem EkonomiJargon Sistem Ekonomi latah terhadap sitem “tricle down effect” latah terhadap sitem “tricle down effect”

yang sudah pernah berhasil di negara yang sudah pernah berhasil di negara yang sudah majuyang sudah maju

Jargon Strategi EkonomiJargon Strategi Ekonomi Strategi penentuan lokasi-lokasi Strategi penentuan lokasi-lokasi

pertumbuhan disebut National Urban pertumbuhan disebut National Urban Development Strategic (NUDS) Development Strategic (NUDS)

Masalah Utama Masalah Utama Cost Doing Business Cost Doing Business di di IndonesiaIndonesia

Inefisiensi borikrasi tetap menjadi masalah utama iklim Inefisiensi borikrasi tetap menjadi masalah utama iklim investaso di Indonesia, disusul infrastruktur, instabilitas investaso di Indonesia, disusul infrastruktur, instabilitas kebijakan. Berikutnya, korupsi dan akses pembiayaan. kebijakan. Berikutnya, korupsi dan akses pembiayaan. 1818

Tabel: Indikator Kemudahan Melakukan Bisnis di Beberapa NegaraTabel: Indikator Kemudahan Melakukan Bisnis di Beberapa Negara

NegaraJumlah

ProsedurJumlah Hari

Biaya (% income/kap

ita)

Banglades 8 35 91,0

Kamboja 11 94 480,1

China 12 41 14,5

Hongkong 5 11 3,4

India 11 89 49,5

Indonesia 12 151 130,7

Korea Selatan 12 22 17,7

Laos 9 198 18,5

Malaysia 9 30 25,1

Filipina 11 50 19,5

Singapura 7 8 1,2

Sri Langka 8 50 19,5

Taiwan 8 48 6,3

Thailand 8 33 6,7

Vietnam 11 56 28,6

• Porsi portofolio PMA semakin besar; ada ancaman penguasaan sumberdaya ekonomi oleh pihak asing. Hingga 2008 PMA mencapai 82,64% dan PMDN 17,36%.

Komposisi Jumlah Proyek PMA dan PMDN

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

100,00%

PMDN PMA

PMA 68,02% 73,94% 80,36% 82,58% 80,83% 80,84% 84,29% 86,06% 82,64%

PMDN 31,98% 26,06% 19,64% 17,42% 19,17% 19,16% 15,71% 13,94% 17,36%

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: BKPM, diolah

Komposisi PMA dan PMDNKomposisi PMA dan PMDN

2020

PERINGKAT PERINGKAT DAYA SAING INFRASTRUKTUR DAYA SAING INFRASTRUKTUR INDONESIAINDONESIA TERHADAP NEGARA ASIA LAINNYA TERHADAP NEGARA ASIA LAINNYA

• Secara umum, Indonesia hanya lebih baik dari Filipina dan Vietnam untuk daerah Asia Tenggara. Dari kondisi infrastruktur yang ada, sektor jalan, pelabuhan, dan listrik masih memiliki daya saing yang rendah.

2121

  IndonesiaChina Vietnam Thailand Filipina Malaysia Singapore

2009 2010 2011

INFRASTRUKTUR 84 82 82 69 123 47 113 23 2

Jalan 94 84 83 54 123 37 100 18 2

Kereta Api 60 56 52 21 71 63 101 18 7

Pelabuhan 95 96 103 56 111 47 123 15 1

Bandara 68 69 80 72 95 32 115 20 1

Angk. Udara 21 21 20 2 34 16 28 23 17

Ketenagalistrikan 96 97 98 49 109 50 104 38 4

Telephone 79 82 79 55 70 94 103 40 15

Tel. Seluler - 98 82 113 5 70 92 40 15

Sumber: World Economic Forum

Infrastruktur merupakan Tantangan yang harus segera diatasi...Infrastruktur merupakan Tantangan yang harus segera diatasi...

Proporsi investasi Proporsi investasi tidak merata pada tidak merata pada setiap sektor: setiap sektor: primer, sekunder primer, sekunder dan tersier.dan tersier.

Proyek investasi Proyek investasi masih terpusat di masih terpusat di Pulau Jawa.Pulau Jawa.

Ketimpangan Ketimpangan terjadi akibat belum terjadi akibat belum tesedianya tesedianya infrastruktur publik infrastruktur publik yang memadai di yang memadai di setiap setiap sektor/wilayah.sektor/wilayah.

Infrastruktur publik Infrastruktur publik yang didanai yang didanai Pemerintah menjadi Pemerintah menjadi insentif investasi insentif investasi paling penting.paling penting.

Ketimpangan InvestasiKetimpangan Investasi

2222

Ketimpangan Investasi : Penyebaran Nilai PMA Ketimpangan Investasi : Penyebaran Nilai PMA per Provinsiper Provinsi

• Hampir 37% dana PMA terserap di DKI; 19,28% di Banten, Hampir 37% dana PMA terserap di DKI; 19,28% di Banten, Jabar 18,48%; Riau 6,82% dan Kalimantan Selatan 3,04%.Jabar 18,48%; Riau 6,82% dan Kalimantan Selatan 3,04%. 2323

Penyebaran Nilai PMDN Per Penyebaran Nilai PMDN Per ProvinsiProvinsi

2424

PERUBAHAN NILAI

Gambar 1. Perubahan Paradigma dalam Era Otonomi Daerah

PEMBANGUNAN DI DAERAH DAERAH MEMBANGUN

SENTRALISTIK DESENTRALISTIK

TOP DOWN BOTTOM UP

KESERAGAMAN KEBERAGAMAN

BUDAYA PETUNJUK PRAKARSA/INISIATIF

INSTRUKTIF PILIHAN/FASILITATIF

KETERGANTUNGAN KEMANDIRIAN

HIRARKI KETERKAITAN

KESENJANGAN PERIMBANGAN

Otda sudah dimulai sejak 1903Otda sudah dimulai sejak 1903……

Sumber: Jaya & Dick (2001)

Upaya Desentralisasi dan Sentralisasi Upaya Desentralisasi dan Sentralisasi 1990-2000 (lanjutan . . . )1990-2000 (lanjutan . . . )

DAERAH HARUS MAMPU MENJALANKAN RODA PEMERINTAHAN SENDIRI GUNA MENINGKATKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT SERTA DITUNTUT KEMAMPUAN MENGGALI DAN MENGEMBANGKAN POTENSI EKONOMINYA.

UU NO.32 TH 2004

UU NO.33 TH 2004

TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN

ANTAR PUSAT DAN DAERAH

OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PUSAT

DESA

KOTA KABUPATEN

AUTONOMOUS REGION

PROVINSI

PERUBAHAN MENDASARPERUBAHAN MENDASAR– Dati I & II menjadi Propinsi dan Kabupaten/Kota Dati I & II menjadi Propinsi dan Kabupaten/Kota – Pemerintah daerah menjadi Badan Eksekutif Daerah (Kepala Pemerintah daerah menjadi Badan Eksekutif Daerah (Kepala

daerah+Perangkat Daerah Otonom). Implikasinya, keterpisahan daerah+Perangkat Daerah Otonom). Implikasinya, keterpisahan eksekutif & legislatif.eksekutif & legislatif.

– Memperpendek jangkauan asas dekonsentrasi (hanya sampai dengan Memperpendek jangkauan asas dekonsentrasi (hanya sampai dengan Propinsi). Implikasinya:Propinsi). Implikasinya:

Gubernur tetap wakil pusatGubernur tetap wakil pusat Kabupaten & Kota bebas dari intervensi pusatKabupaten & Kota bebas dari intervensi pusat

KERANGKA HUBUNGAN PUSAT-KERANGKA HUBUNGAN PUSAT-DAERAHDAERAH

B eb an A P B N

D E K O N S E N TR A S I

B eb an A P B D

P A D :P a jak D aerah , R etrib u s i

D aerah , H as il B U M D ,d ll. p en erim aan yg sah

D A N A B A G I H A S IL :P B B , P P H

B P H A TB , P K B & B B N -K BB ag i h as il S D A

D A N A A L O K A S I U M U MD A N A A L O K A S I K H U S U S

P IN JA M A N D A E R A H :L N & D N

Jan g ka p en d ek & p an jan g

H U B U N G A N K E U A N G A N P U S A T-D A E R A H

D E S E N TR A L IS A S I

B E B A N P E M E R IN TA HY A N G M E N U G A S K A N

TU G A S P E R B A N TU A N

H U B U N G A N F U N G S IP U S A T-D A E R A H

PENERIMAAN PEMERINTAH PENERIMAAN PEMERINTAH DAERAHDAERAH

 

 PERSENTASE (%)

 

  PAD BAGI HASIL DAU/DAK

Propinsi (Total):      

Tahun 2001 33,9 26,1 22,8

Tahun 2002 39,4 21,4 19,3

Kabupaten/Kota (Total):      

Tahun 2001 6,5 17,6 68,1

Tahun 2002 7,4 16,5 62,2

Ketergantungan terhadap transfer dana dari pusat terus berlanjut

JUMLAH PUNGUTAN & JUMLAH PUNGUTAN & PERATURAN DAERAHPERATURAN DAERAH

NO KETERANGAN PROPINSI KABUPATEN KOTA GRAND TOTAL1 PAJAK 20 109 55 1842 RETRIBUSI 98 712 206 10163 NON PUNGUTAN 62 68 26 1564 SUMBANGAN

PIHAK KE TIGA4 16 3 23

Total 184 905 290 1379% Terhadap Total Koleksi Peraturan

13,34% 65,63% 21,03% 100,00%

PROPINSI KABUPATEN KOTA GRAND TOTAL1 Perda 134 754 251 11392 SK 48 67 20 1353 Kep DPRD 1 0 0 14 Ranperda 1 84 19 104

Total 184 905 290 1379% Terhadap Total Koleksi Peraturan

13,34% 65,63% 21,03% 100,00%

Sumber: KPPOD, http://www.kppod.org/, accessed 16 April 2003

ENTREPRENEUR JELI, INOVATIF, PRO-AKTIF

KOORDINATOR DALAM KEBIJAKAN & STRATEGI

FASILITATOR PERBAIKAN LINGKUNGAN PERILAKU

STIMULATOR PRO-BISNIS

REINVENTING PERAN REINVENTING PERAN PEMDA & DPRDPEMDA & DPRD

Pembagian PendapatanPembagian

Urusan

Pelayanan Masyarakat?

Standar Minimum

Fanatisme Daerah•Putra Daerah (PAD)

•Aset Daerah

Disintegrasi?

Lemahnya Koordinasi antarsektor & daerah

Eksternalitas antar daerah

Kantor Perijinan

• Pelayanan satu atap satu pintu• PROTAP jelas• Besarnya biaya jelas

Upaya – upaya Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menarik dan menumbuhkan investasi swasta

Debirokratisasi Perijinan

Membangun kepercayaan & kepastian berinvestasi

• Pengadaan tanah, tanggung jawab Pemkab dan diper-hitungkan sebagai penyertaan modal

• Memfasilitasi proses perijinan ke Pusat

Jaminan Kepastian Hukum & Keamanan

Setiap rencana investasi Pemkab selalu melibatkan Lembaga Legislatif

dan Muspida

Membantu dalam kegiatan sosialisasi

Pemkab membantu investor dalam melakukan sosialisasi kepada

masyarakat

BAGAIMANA MENGELOLA BAGAIMANA MENGELOLA EKONOMI & BISNIS LOKALEKONOMI & BISNIS LOKAL

SPASIAL

Strategi mengatasimasalah utama

Kecamatan sebagaibasis pengembangan RUTRW

Pengembangan Sentra (kluster)

PENDEKATAN

SEKTORAL PROBLEMSOLVING

SUBSEKTORKUNCI

-Berdasarkanpotensi atau LQ

Skala prioritas Pengangguran Kemiskinan Ketimpangan SDM Kelembagaan

Pengembanganusaha andalan

PENGEMBANGANEKONOMI & BISNIS

LOKAL