30
PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP PRAPERADILAN DI INDONESIA DALAM MENCAPAI KEADILAN SUBSTANTIF By: Winarsih, Khamidatul Fatkhiyah, Mustafa Kemal Ramadan 1 Faculty of Law, Semarang State University. Abstract The existence of pretrial an effort to fulfill the human rights in the criminal justice system, which can be violated during the investigation or prosecution. However recently emerged the case of arbitrariness investigators to the person until be appointed as a suspect, which could not put forward to the pretrial. This reseach aims to examine the role of law enforcement authorities to achieve substantive justice. Second: Describe the perspective of law enforcement authorities regarding pretrial. Third: Assessing the impact of pretrial to the realization of substantive justice. Results of this research are: First: The role of law enforcement authorities embodiment of procedural fairness in accordance with the Criminal Procedure Code and the Law on Advocates. But in fact, the implementation of substantive justice can not be realized properly. Second: law enforcement authorities interpret the pretrial as stated in the Code of Criminal Procedure and aim to realize human rights. Third: the effect of pretrial existance which realize substantive justice has not been influenced by it, pretrial still focuses on fulfillment of procedural fairness because pretrial just examine mere formality in the investigation and prosecution. Keywords: Law Enforcement, Pretrial, Justice Substantive Abstrak Keberadaan praperadilan merupakan upaya pemenuhan hak asasi manusia dalam sistem peradilan pidana, yang mungkin dilanggar pada saat penyidikan atau penuntutan. Akan tetapi selama ini muncul kasus kesewenang-wenangan penyidik hingga seseorang ditetapkan sebagai tersangka, yang tidak dapat diajukan kedalam praperadilan. Penelitian ini bertujuan mengkaji peran aparat penegak hukum dalam mencapai keadilan substantif. Kedua: Mendeskripsikan perspektif aparat penegak hukum mengenai praperadilan. Ketiga: Mengkaji pengaruh praperadilan terhadap perwujudan keadilan substantif. Hasil dari penelitian ini adalah: Pertama: aparat penegak hukum berperan dalam perwujudan keadilan yang bersifat prosedural sesuai dengan KUHAP dan UU Advokat. Sedangkan keadilan substantif implementasinya belum dapat diwujudkan dengan baik. Kedua: aparat penegak hukum memaknai praperadilan sebagaimana tercantum di dalam KUHAP dan merupakan sarana mewujudkan hak asasi manusia. Ketiga: pengaruh keberadaan praperadilan terhadap perwujudan keadilan substantif selama ini belum berpengaruh dengan baik, praperadilan masih sebatas fokus terhadap pemenuhan 1 Mahasiswa Ilmu Hukum di Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Email korespondensi: [email protected]

PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP

PRAPERADILAN DI INDONESIA DALAM MENCAPAI

KEADILAN SUBSTANTIF

By:

Winarsih, Khamidatul Fatkhiyah, Mustafa Kemal Ramadan1

Faculty of Law, Semarang State University.

Abstract

The existence of pretrial an effort to fulfill the human rights in the criminal justice

system, which can be violated during the investigation or prosecution. However

recently emerged the case of arbitrariness investigators to the person until be

appointed as a suspect, which could not put forward to the pretrial. This reseach

aims to examine the role of law enforcement authorities to achieve substantive

justice. Second: Describe the perspective of law enforcement authorities regarding

pretrial. Third: Assessing the impact of pretrial to the realization of substantive

justice. Results of this research are: First: The role of law enforcement authorities

embodiment of procedural fairness in accordance with the Criminal Procedure

Code and the Law on Advocates. But in fact, the implementation of substantive

justice can not be realized properly. Second: law enforcement authorities interpret

the pretrial as stated in the Code of Criminal Procedure and aim to realize human

rights. Third: the effect of pretrial existance which realize substantive justice has

not been influenced by it, pretrial still focuses on fulfillment of procedural fairness

because pretrial just examine mere formality in the investigation and prosecution.

Keywords: Law Enforcement, Pretrial, Justice Substantive

Abstrak

Keberadaan praperadilan merupakan upaya pemenuhan hak asasi manusia dalam

sistem peradilan pidana, yang mungkin dilanggar pada saat penyidikan atau

penuntutan. Akan tetapi selama ini muncul kasus kesewenang-wenangan penyidik

hingga seseorang ditetapkan sebagai tersangka, yang tidak dapat diajukan kedalam

praperadilan. Penelitian ini bertujuan mengkaji peran aparat penegak hukum dalam

mencapai keadilan substantif. Kedua: Mendeskripsikan perspektif aparat penegak

hukum mengenai praperadilan. Ketiga: Mengkaji pengaruh praperadilan terhadap

perwujudan keadilan substantif. Hasil dari penelitian ini adalah: Pertama: aparat

penegak hukum berperan dalam perwujudan keadilan yang bersifat prosedural

sesuai dengan KUHAP dan UU Advokat. Sedangkan keadilan substantif

implementasinya belum dapat diwujudkan dengan baik. Kedua: aparat penegak

hukum memaknai praperadilan sebagaimana tercantum di dalam KUHAP dan

merupakan sarana mewujudkan hak asasi manusia. Ketiga: pengaruh keberadaan

praperadilan terhadap perwujudan keadilan substantif selama ini belum

berpengaruh dengan baik, praperadilan masih sebatas fokus terhadap pemenuhan

1 Mahasiswa Ilmu Hukum di Fakultas Hukum, Universitas Negeri Semarang. Email

korespondensi: [email protected]

Page 2: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

2

keadilan yang bersifat prosedural sebab praperadilan hanya memeriksa sebatas

formalitas dalam penyidikan dan penuntutan.

Kata Kunci: Aparat Penegak Hukum, Praperadilan, Keadilan Substantif

A. PENDAHULUAN

Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa

keadilan bagi para pencari keadilan dengan menghindarkan tindakan dari para

penegak hukum yang semena-mena terhadap penegakkan hukum agar

tindakannya betul-betul berdasarkan hukum yang berlaku dan tidak

berdasarkan kewenangan semata. Lembaga praperadilan itu sendiri menurut

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) berwenang untuk

memeriksa dan memutus sah atau tidaknya penangkapan, penahanan,

penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan serta ganti rugi dan atau

rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya diberhentikan pada tingkat

penyidikan atau penuntutan.

Keberadaan Lembaga Praperadilan idealnya dapat melindungi hak asasi

manusia yang dilanggar oleh aparat penegak hukum. Melalui lembaga ini juga

pencari keadilan dapat membawa oknum aparat penegak hukum tersebut untuk

dimintai pertanggungjawabannya dalam bentuk ganti kerugian dan rehabilitasi

atas dugaan kesewenang-wenangan dalam menggunakan kekuasaaanya. Hak

asasi yang dilanggar tersebut pada prinsipnya tidak terbatas pada proses hukum

yang bersifat prosedural sebagaimana yang tercantum didalam KUHAP saja

namun juga pelanggaran terhadap hak untuk bebas dari segala bentuk

penyiksaan dan kekerasan bentuk lain dalam proses penyidikan atau dalam

menjalani proses hukum, sebab selama ini banyak terjadi kasus pelanggaran

pada proses penyidikan dan penuntutan.

Hal diatas terbukti dari penelitian yang telah dilakukan Agus Raharjo2

pada tahun 2013 yang menyimpulkan bahwa dalam proses penyidikan polisi

sering melakukan kekerasan pada tersangka. Bentuk kekerasan yang dilakukan

oleh penyidik tersebut meliputi kekerasan fisik dimana seorang polisi

2 Agus Rahardjo. Profesionalisme dalam Penegakkan Hukum (Purwokerto: Univesitas Jendral

Soedirman) hlm 4.

Page 3: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

3

menggunakan kekuatan yang lebih dari yang dibutuhkan untuk melakukan

penangkapan atau penggeledahan resmi, kedua penyiksaan secara psikologis

dimana penyidik kepolisisan secara lisan menyerang, mengolok-olok,

mempermalukan secara terbuka hingga tersangka seolah-olah menjadi orang

yang terhina dan tak berdaya serta ketiga adalah penyiksaan hukum berupa

pelanggaran terhadap hak-hak konstitusional seseorang serta bentuk kekerasan

lain yang tidak memanusiakan manusia.

Hal tersebut saat itu luput dari cakupan praperadilan di Indonesia padahal

bentuk kekerasan tersebut merupakan pelanggaran terhadap HAM dan bentuk

pencideraan terhadap keadilan masyarakat. Jika hal itu dibiarkan secara terus

menerus tanpa adanya pengawasan dan cakupan hukum yang mengawasi

secara jelas maka keadilan yang bersifat substantif tidak akan pernah terwujud.

Hal ini membutuhkan keberanian dan terobosan baru untuk mengungkap dan

menegakkan hukum secara progresif demi mencapai keadilan substantif bagi

tersangka atau terdakwa. Disamping hal itu berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Sujiono pemeriksaaan terhadap praperadilan sejauh ini tidak

ada yang diputus untuk dikabulkan, hakim pada umumnya menyatakan dalam

amar putusanya menolak atau menggugurkan permintaan praperadilan dari

para pihak.

Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini terdapat tiga rumusan

masalah yaitu: Pertama, bagaimana peran aparat penegak hukum dalam

mencapai keadilan substantif?. Kedua, bagaimana perspektif atau pandangan

aparat penegak hukum mengenai praperadilan di Indonesia? Ketiga, adakah

pengaruh keberadaan praperadilan terhadap perwujudan keadilan yang bersifat

substantif bagi tersangka atau terdakwa dalam menjalani proses hukum?.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang akan digunakan yaitu

aparat penegak hukum. Aparat penegak hukum mencakup pengertian

mengenai intuisi penegak hukum. Dalam arti sempit, aparat penegak hukum

yang terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi,

penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap

aparat terkait mencakup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atau

perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan,

Page 4: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

4

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan

pemberian sanksi, serta upaya pemasyarakatan kembali (resosialisasi)

terpidana3.

Selain itu terdapat istilah keadilan substantif yang didefinisikan sebagai

keadilan yang didasarkan pada nilai-nilai yang lahir dari sumber-sumber

hukum yang responsif sesuai hati nurani4. Bersarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa keadilan substantif merupakan merupakan sumber dari

keadilan yang bersifat prosedural. Keadilan substantif lebih menekankan

kepada nilai atau norma yang hidup di masyarakat dan keadilan yang bersifat

asasi yang seharusnya dapat diwujudkan oleh keadilan yang bersifat

prosedural. Keadilan substantif tidak selalu berpijak pada undang-undang atau

peraturan hukum positif yang mengaturnya tetapi berdasar pada keadilan yang

seyogyanya.

B. PEMBAHASAN

1. Peran Aparat Penegak Hukum Dalam Mencapai Keadilan Substantif

Keadilan merupakan sebuah hal yang diharapkan dan didambakan

dalam sebuah penengakkan hukum di Indonesia. Oleh karenanya dalam

penyelenggaraan proses peradilan setiap norma, aturan dan perundang-

undangan harus mengandung nilai-nilai keadilan sehingga tujuan dari

proses peradilan dapat dicapai dan memberikan nilai keadilan serta

kemanfaatan bagi pencari keadilan.

Proses peradilan tersebut berkaitan erat dengan aparat penegak hukum

yang menjadi tonggak awal dari penegakkan hukum. Aparat penegak

hukum mencakup pengertian mengenai intuisi penegak hukum. Dalam arti

sempit, aparat penegak hukum yang terlibat dalam proses tegaknya hukum

itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim, dan petugas

sipir pemasyarakatan. Setiap aparat terkait mencakup pula pihak-pihak yang

bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan

3 Jimmly Asshiddqie. Penegakkan Hukum. (Makalah, 2010) hlm. 3

4 Bambang Sutiyoso, Mencari Format Ideal Keadilan Putusan dalam Peradilan. (Yogyakarta:

Universitas Islam Indonesia, 2010), hlm 11.

Page 5: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

5

pelaporan atau pengaduan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,

pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi, serta upaya

pemasyarakatan kembali (resosialisasi) terpidana5.

Permasalahan yang muncul adalah aparat penegak hukum tersebut

dalam menjalani tugas dan wewenangnya tidak selamanya sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan ataupun standar operasional yang berlaku

seperti kasus penangkapan atau penahanan yang terkadang tidak disertai

dengan surat perintah penangkapan atau penahanan. Untuk mencegah

terjadinya kesewenang-wenangan tersebut maka dibentuklah lembaga

praperadilan yang berfungsi sebagai pengontrol yang memberikan

kesempatan bagi pihak tersangka ataupun terdakwa yang mencari keadilan

dan mempertahankan hak asasinya.

Lembaga praperadilan itu sendiri lahir dari inspirasi yang bersumber

dari adanya hak Habeas Corpus dalam sistem peradilan Anglo-Saxon, yang

memberikan jaminan fundamental terhadap HAM khususnya hak

kemerdekaan, Habeas Corpus Act memberikan hak kepada seseorang untuk

melalui suatu surat perintah pengadilan menuntut pejabat yang melakukan

penahanan atas dirinya. Hal itu untuk menjamin bahwa perampasan atau

pembatasan kemerdekaan terhadap seorang tersangka atau terdakwa itu

benar-benar telah memenuhi ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku

maupun jaminan HAM6.

Didalam KUHAP itu sendiri tidak ada definisi yang pasti mengenai

praperadilan, namun praperadilan mempunyai kemiripan dengan rechter

commisaris atau hakim komisaris. Menurut KUHAP tidak ada ketentuan

dimana hakim praperadilan melakukan pemeriksaan dan memimpinya.

Hakim praperadilan tidak melaksanakan pemeriksaan pendahuluan dan ia

tidak pula menentukan apakah suatu perkara cukup alasan ataukah tidak

untuk diteruskan ke pemeriksaan sidang pengadilan. Praperadilan di

Indonesia itu sendiri berfungsi sebagai kontrol bagi penegak hukum7.

5 Jimmly Asshiddqie, Op. Cit hlm. 3

6 Loebby Loqman, Pra-peradilan di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm 54 7 Andi Hamzah. Hukum Acara Pidana di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2012) hlm 189.

Page 6: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

6

Praperadilan tersebut erat kaitanya dengan hak asasi manusia yang

melekat keadilan yang bersifat substantif. Mengenai peran dari aparat

penegak hukum itu sendiri, berdasarkan hasil wawancara8 dengan Bapak

Bambang Supriyadi, S.H selaku advokat di Semarang menyatakan bahwa:

Advokat memberikan bantuan hukum kepada setiap orang

yang membutuhkan bantuan hukum baik secara cuma-cuma

ataupun secara berbayar sesuai dengan kentuan UU Advokat.

Bantuan hukum tersebut diberikan dalam kasus apapun

termasuk di dalamnya kasus praperadilan. Jika orang tersebut

tidak mampu secara ekonomi maka advokat mempunyai

kewajiban untuk memberikan hukum secara prodeo tentu saja

hal tersebut harus disertai dengan surat keterangan tidak

mampu dari kelurahan.

Hal di atas merupakan salah satu bentuk perwujudan pemenuhan

akses terhadap keadilan yang sama antara masyarakat yang mampu dan

tidak mampu secara ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal

22 ayat (1) UU No 18 Tahun 2003 tentang Advokat yang menyatakan bahwa

“Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada

pencari keadilan yang tidak mampu”.

Ketentuan tersebut mewajibkan seorang advokat untuk memberikan

akses terhadap keadilan yang sama bagi setiap orang. Hal tersebut

merupakan salah satu bentuk perwujudan asas equality before the law yang

dianut oleh Indonesia. Pembelaan yang diberikan oleh advokat tersebut

tentunya pembelaan hukum yang bersifat prosedural untuk mewujudkan

hukum yang bersifat prosedural pula dengan memperhatikan keadilan yang

bersifat substantif jika terdapat dasar hukumnya pembelaanya. Berdasarkan

hal tersebut maka advokat memiliki peran memberikan pembelan terhadap

seorang terdakwa baik mampu maupun tidak mampu secara ekonomi. Hal

tersebut sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam undang-undang

advokat.

Mengenai definisi dari keadilan substantif itu sendiri tidak ada

peraturan atau undang-undang yang menyebutkan secara jelas sehingga hal

8 Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 1 September 2015 pukul 01.00 WIB di Kantor Hukum

Bambang Supriyadi, S.H dan Rekan

Page 7: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

7

tersebut menimbulkan multitafsir dari setiap responden yang menilai

keadilan substantif dari berbagi pengertian, namun Bambang Sutiyoso

mendefinisikan bahwa keadilan substantif adalah keadilan yang didasarkan

pada nilai-nilai yang lahir dari sumber-sumber hukum yang responsif sesuai

hati nurani9 dan dapat disimpulkan bahwa keadialan substantif merupakan

merupakan sumber dari keadilan yang bersifat prosedural. Keadilan

substantif lebih menekankan kepada nilai atau norma yang hidup

dimasyarakat dan keadilan yang bersifat asasi yang seharusnya dapat

diwujudkan oleh keadilan yang bersifat prosedural. Keadilan substantif

tidak selalu berpijak pada undang-undang atau peraturan hukum positif

yang mengaturnya tetapi berdasar pada keadilan yang seyogyanya.

Pada tataran pelaksaanya keadilan substantif dapat diwujudkan

dengan cara merealisasikanya menjadi hukum tertulis agar mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat, sehingga keadilan substantif dapat lahir

dari keadilan prosedural. Hal tersebut mengingat negara Indonesia

merupakan negara hukum yang menganut sistem civil law yang

berimplikasi pada aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di

Kejaksaan Negeri Semarang itu sendiri perwujudan keadilan substantif

menurut Bapak Dadang Suryawan selaku jaksa penuntut umum menuturkan

bahwa10:

Pada dasarnya jaksa dalam melakukan penuntutan dan

dalam membuat dakwaan sesuai dengan KUHAP.

Kejaksaan tidak ada upaya khusus yang dilakukan untuk

mewujudkan keadilan substantif.

Berdasarkan petikan wawancara di atas maka jaksa dalam melakukan

tugas dan wewenangnya sesuai dengan aturan yang berlaku, baik aturan

tersebut mengandung keadilan substantif maupun bertentangan dengan

keadilan subtantif. Hal tersebut wajar terjadi sebab jika seorang jaksa

melakukan atau tidak melakukan penuntutan atas dasar nilai keadilan yang

9 Bambang Sutiyoso, Op. Cit hlm. 11.

10 Responden merupakan salah satu jaksa di Kejaksaan Negeri Semarang dan wawancara

dilaksanakan pada Selasa, 24 November 2015 pukul 11.00 WIB.

Page 8: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

8

tidak dituangkan dalam perundang-undangan justru dapat dipersalahkan

secara hukum. Hal tersebut merupakan implikasi dari sistem civil law yang

dianut oleh hukum di Indonesia.

Secara lebih lanjut menurut Prof.Dr. Mahfud MD sebagaimana dikutip

dalam Anwar11 menilai bahwa menegakkan nilai-nilai keadilan lebih utama

daripada sekadar menjalankan berbagai prosedur formal perundang-

undangan yang acapkali dikaitkan dengan penegakan hukum. Selain itu

definisi hukum seringkali disempitkan kepada prosedur yang tertuang dalam

suatu ketentuan atau peraturan perundang-undangan. Padahal rasa keadilan

tidak hanya tegak bila penegak hukum hanya menindak berlandaskan pasal

dalam UU secara kaku dan tidak mengenali nilai keadilan yang substantif.

Berdasarkan hal tersebut maka menggali nilai-nilai keadilan substantif

dalam menegakkan sebuah hukum menjadi hal yang sangat penting sebab

undang-undang merupakan suatu aturan yang bersifat statis sedangkan

manusia merupakan objek yang bersifat dinamis. Selain itu peraturan yang

bersifat tertulis terkadang telah tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat

sehingga terkadang dalam penerapanya aturan tersebut menciderai rasa

keadilan masyarakat.

Secara lebih lanjut implementasi dan pandangan terhadap praperadilan

di Indonesia menurut Bapak Heri Soemanto S.H12 menyatakan bahwa:

Pada dasarnya hakim memutus sebuah perkara berdasarkan fakta

dipersidangan dan alat bukti yang ada sesuai dengan ketentuan

KUHAP dan yang terpenting dapat dipertanggungjawabkan. Hal

tersebut berlaku dalam semua kasus termasuk dalam kasus

praperadilan.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat dianalisa bahwa hakim dalam

memberikan putusan berdasar pada ketentuan perundang-undangan dalam hal

ini adalah KUHAP. Jika dipahami secara lebih lanjut maka keadilan yang

dilahirkan dari sebuah putusan harus memenuhi keadilan yang bersifat

prosedural, meskipun terkadang keadilan prosedural tidak mengandung dan

11 Anwar. Problematika Mewujudkan Keadilan Substantif Dalam Penegakkan Hukum di

Indonesia (Puskasi FH Universitas Widyagama Malang, 2010) hlm 5

12 Responden merupakan hakim di Pengadilan Negeri Semarang dan wawancara dilakukan pada

tanggal Rabu, 16 Desember 2015

Page 9: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

9

tidak sesuai dengan keadilan substantif. Hal tersebut dikarenakan seorang

hakim dalam memberikan putusan harus sesuai dengan undang-undang dan

berdasar pada hukum yang bersifat tertulis sehingga dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum. Padahal tidak selamanya undang-

undang itu sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

Untuk mewujudkan kedilan substantif itu sendiri, diperlukan

kemampuan menafsirkan ketentuan hukum dari seorang hakim. Menurut

Bagir Manan sebagaimana dikutip dalam Anwar13 ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam melakukan menafsirkan yang harus diperhatikan

oleh hakim, yaitu:

1. Dalam hal kata atau kata-kata dan susunan kaidah sudah jelas, hakim

wajib menerapkan undang-undang menurut bunyi dan susunan kaidah

kecuali didapati hal-hal seperti inkonsistensi, pertentangan, atau

ketentuan tidak dapat menjangkau peristiwa hukum yang sedang

diadili, atau dapat menimbulkan ketidakadilan, bertentangan dengan

tujuan hukum, atau bertentangan dengan ketertiban umum,

bertentangan dengan keyakinan yang hidup dalam masyarakat,

kesusilaan, atau kepentingan umum yang lebih besar.

2. Wajib memerhatikan maksud dan tujuan pembentukan undang-undang,

kecuali maksud dan tujuan sudah usang, terlalu sempit sehingga perlu

ada penafsiran yang lebih longgar.

3. Penafsiran semata-mata dilakukan demi memberi kepuasaan kepada

pencari keadilan. Kepentingan masyarakat diperhatikan selama tidak

bertentangan dengan kepentingan pencari keadilan.

4. Penafsiran semata-mata dilakukan dalam rangka aktualisasi penerapan

undang-undang, bukan untuk mengubah undang-undang.

5. Mengingkat hakim hanya memutus menurut hukum, maka penafsiran

harus mengikuti metode penafsiran menurut hukum dan memerhatikan

asas-asas hukum umum, ketertiban hukum, kemaslahatan hukum dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

13 Anwar, Op. Cit, hlm 8

Page 10: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

10

6. Dalam penafsiran, hakim dapat mempergunakan ajaran hukum

sepanjang ajaran tersebut relevan dengan persoalan hukum yang akan

diselesaikan dan tidak merugikan pencari keadilan.

7. Penafsiran harus bersifat progresif, yaitu berorientasi ke masa depan

(future oriented), tidak menarik mundur keadaan hukum di masa lalu

yang bertentangan dengan keadaan yang hidup dan perkembangan

hukum

Berdasarkan uraian tersebut maka hakim dalam memberikan putusan

dianjurkan untuk memahami maksud dan tujuan pembentukan undang-

undang, kecuali maksud dan tujuan sudah usang, terlalu sempit sehingga

perlu ada penafsiran yang lebih luas dan perlu melakukan penafsiran hukum.

Penafsiran tersebut bertujuan untuk melahirkan keadilan substantif yang

mungkin terkadung dalam keadilan prosedural dalam memutus sebuah

perkara.

Secara lebih lanjut sebuah putusan dapat saja dikatakan memenuhi

keadilan prosedural jika telah memenuhi unsur dari sebuah pasal atau

penegakkanya sesuai dengan ketentuan undang-undang, akan tetapi putusan

tersebut belum tentu memenuhi aspek keadilan yang bersifat substantif

seperti kasus nenek Minah. Secara prosedural putusan tersebut telah sesuai

dengan KUHP dan KUHAP akan tetapi banyak protes dan kritik yang

dilayangkan oleh masyarakat dan akademisi sebab putusan tersebut dinilai

tidak adil dan tidak memenuhi aspek keadilan substantif.

Di satu sisi hakim dalam memutus sebuah perkara harus sesuai dengan

sistem dan aturan yang berlaku sehingga terkesan kaku. Hal tersebut sesuai

dengan hasil wawancara dari Bapak Heri Soemanto S.H selaku Hakim di

Pengadilan Negeri Semarang pada hari Rabu, 16 Desember 2015 yang

menyatakan bahwa:

“Dalam memberikan putusan semuanya sesuai dengan

KUHAP sebab semuanya tergantung kepada sistem yang

berlaku”.

Berdasarkan hal tersebut maka hakim akan sangat sulit untuk menggali

keadilan yang bersifat substantif jika keadilan substantif tersebut tidak ditulis

dalam bentuk perundang-undangan. Hal tersebut tentunya bertujuan untuk

Page 11: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

11

membatasi kesewenang-wenangan hakim dalam memberikan putusan, akan

tetapi di sisi lain hakim tidak diberikan kebebasan untuk memberikan sebuah

putusan yang tidak ada dasar hukumnya, sekalipun didalamnya terdapat nilai-

nilai keadilan substantif seperti contohnya kesewenang-wenangan yang

kemungkinan terjadi ketika seorang ditetapkan sebagai tersangka baik terjadi

dalam bentuk kekerasan fisik maupun kekerasan secara verbal yang tidak bisa

dijadikan objek praperadilan.

Akan tetapi hal tersebut sebelum adanya putusan Mahkamah

Konstitusi, pasca putusan tersebut penetapan tersangka termasuk didalamnya

kemungkinan kesewenang-wenangan penyidik yang terjadi hingga proses

ditetapkanya sebagai tersangka dapat dijadikan objek praperadilan. Hal

tersebut secara otomatis dapat menjadi dasar hukum bagi hakim dalam

memeriksa dan memberikan putusan.

Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa penetapan tersangka

merupakan bagian dari penyidikan yang merupakan perampasan terhadap hak

asasi manusia dan sudah seharusnya dilindungi oleh pranata hukum. Hal

tersebut semata-mata untuk melindungi seorang dari tindakan sewenang-

wenang penyidik yang kemungkinan besar terjadi ketika seorang ditetapkan

sebagai tersangka, yang dalam prosesnya terdapat kemungkinan ada

kekeliruan, maka tidak ada pranata lain selain pranata praperadilan yang

dapat memeriksa dan memutusnya14.

Berdasarkan hal tersebut maka praperadilan merupakan alat kontrol

bagi aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas dan wewenangnya.

Sekalipun lembaga praperadilan adalah alat kontrol bagi penegak hukum

khususnya penyidik dan penuntut umum. Tetapi dalam praktek dialami

bahwa putusan hakim dalam perkara praperadilan adalah putusan yang

bersifat deklaratoir, yaitu menyatakan bahwa penghentian penuntutan oleh

kejaksaan atau penuntut umum adalah tidak sah dan memerintahkan

kejaksaan untuk meneruskan penuntutan15. Kehadiran lembaga praperadilan

14 Lihat pertimbangan Majelis Hakim Konstitusi dalam Putusan No 21/PUU-XII/2014.

15 Otto Cornelis Kaligis. Korupsi sebagai Tindakan Kriminal yang Harus diberantas Karakter

dan Praktek Hukum Indonesia (Jurnal Equality, 2006) hlm 157

Page 12: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

12

menjadi titik balik yang memberikan semangat baru, khususnya mengenai

jaminan hak-hak tersangka, karena bersifat transparan (transparancy) dan

akuntabilitas publik (public accountability) yang merupakan syarat-syarat

tegaknya sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak serta menjunjung

HAM.

Aspek perwujudan pemenuhan HAM yang terkandung dalam

praperadilan itu sendiri perlu diapresiasi dan didukung dengan penegakkan

hukum yang baik. Sebab jika substansi hukum tidak didukung dengan law

enforcement yang baik maka tujuan dari hukum itu sendiri akan sulit untuk

dicapai. Tujuan dari penegakkan hukum itu sendiri salah satunya adalah

untuk memberikan keadilan bagi pencarinya. Aspek keadilan tersebut dapat

berbentuk keadilan yang bersifat prosedural dan keadilan yang bersifat

substantif.

Mengenai implementasi dalam penegakan hukum yang berjalan selama

ini di Indonesia sendiri terkesan kuat masih berorientasi dalam bentuk

keadilan prosedural yang sangat menekankan pada aspek regularitas dan

penerapan formalitas legal semata. Sejalan dengan itu rekayasa hukum

menjadi fenomena yang cukup kuat dalam hampir setiap penegakan hukum

di negeri ini. Keadilan substantif sebagai sumber keadilan prosedural masih

bersifat konsep parsial dan belum menjangkau seutuhnya ide-ide dan realitas

yang seharusnya menjadi bagian intrinsik dari konsep dan penegakan

keadilan16.

Semestinya antara keadilan prosedural dan keadilan substantif tidak

dilihat secara dikotomi, tetapi ibarat dua sisi mata uang yang saling terkait

erat satu sama lain. Oleh karena itu dalam keadaan normal, mestinya keadilan

prosedural dan substantif harus dapat disinergikan dan diakomodir secara

proporsional. Meskipun demikian dalam batas-batas tertentu, sangat mungkin

keduanya saling berbenturan satu sama lain dan tidak dapat

dikompromikan17.

16 Abdul Ala dalam Bambang Sutiyoso, Op. Cit. hlm 1

17 Ibid hlm 15

Page 13: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

13

Berdasarkan uraian dan analisis hasil penelitian di atas maka advokat,

jaksa dan hakim menengakkan hukum sesuai dengan keadilan yang bersifat

prosedural sesuai dengan apa yang telah tercantum dalam KUHAP dan UU

Advokat serta peraturan yang bersifat tertulis. Keadilan substantif sulit untuk

diwujudkan jika tidak didukung oleh sebuah aturan perundang-undangan

sebagai dasar yang dijadikan oleh aparat penegak untuk melakukan

pembelaan atau memeriksa dan memutus sebuah perkara.

2. Perspektif atau Pandangan Aparat Penegak Hukum mengenai

Praperadilan di Indonesia

Praperadilan menjadi salah satu cara bagi tersangka atau terdakwa

untuk membela Hak Asasi Manusianya dari kesewenang-wenangan aparat

penegak hukum. Akan tetapi pada dasarnya praperadilan tidak hanya dapat

diajukan oleh tersangka atau terdakwanya saja, tetapi juga bisa diajukan oleh

penyidik ataupun penuntut umum. Ketentuan tersebut tentunya memberikan

sebuah kebebasan bagi siapa saja yang ingin mempertahankan dan

mewujudkan keadilan.

Dalam sistem peradilan pidana di Indonesia itu sendiri praperadilan

diatur dalam KUHAP yakni Pasal 77 yang menyebutkan bahwa praperadilan

menjadi kewenangan dari Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus

tentang:

1. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan

atau penghentian penyidikan.

2. Ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara

pidananya diberhentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

Secara lebih lanjut ketentuan tersebut diperinci kembali dalam Pasal (79,

80, 81)18 yang mencakup tugas praperadilan meliputi tiga hal pokok yaitu:

1. Permintaan pemeriksaan tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan

atau penahanan diajukan oleh tersangka, keluarga atau kuasanya

kepada ketua pengadilan negeri dengan menyebutkan alasannya.

18 Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) beserta dengan penjelasanya.

Page 14: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

14

2. Permintaan untuk memeriksa sah atau tidaknya suatu penghentian

penyidikan atau penuntutan dapat diajukan oleh penyidik atau penuntut

umum atau pihak ketiga yang berkepentingan kepada Ketua Pengadilan

Negeri dengan menyebutkan alasannya.

3. Permintaan ganti kerugian dan atau rehabilitasi akibat tidak sahnya

penangkapan atau penahanan atau akibat sahnya penghentian

penyidikan atau penuntutan diajukan oleh tersangka atau pihak ketiga

yang berkepentingan kepada ketua Pengadilan Negeri dengan

menyebut alasannya.

Jika ditinjau dari ketentuan praperadilan yang terdapat dalam KUHAP

tersebut maka sikap kesewenang-wenangan yang terjadi dalam penyidikan

dan berbagai macam pelanggaran yang terjadi dalam proses penyidikan

hingga penetapan tersangka tidak termasuk dalam wewenang praperadilan

sehingga hakimpun tidak dapat memeriksa dan memberikan putusan terhadap

hal tersebut karena objek yang dipraperadilankan tidak masuk dalam ruang

lingkup praperadilan.

Akan tetapi ruang lingkup mengenai praparadilan saat ini diperluas

yakni dengan adanya putusan Mahkamah Konstistusi Nomor 21/PUU-

XI/2014 yang menyatakan bahwa penetapan tersangka, penggeledahan dan

penyitaan masuk dalam ranah praperadilan. Hal tersebut diputuskan oleh

Mahkamah Konstitusi dengan tujuan untuk memberikan perlindungan

terhadap Hak Asasi Manusia. Mahkamah Konstitusi menilai bahwa

praperadilan yang terdapat dalam Pasal 77 KUHAP tersebut bertentangan

dengan hak asasi manusia sepanjang tidak dimaknai juga dalam hal penetapan

tersangka dan penggeledahan dan penyitaan. Hal tersebutlah yang menjadi

fokus penelitian dalam penelitian ini.

Hal tersebut merupakan pandangan yang positif terhadap praperadilan

dari Mahkamah Konstitusi. Secara lebih lanjut perspektif aparat penegak

hukum mengenai praperadilan berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak

Bambang Supriyadi, S.H selaku advokat menyatakan bahwa:

Korban salah tangkap, atau korban kesewenang-wenangan dari

aparat penegak hukum harus mencari keadilan. Salah satunya

adalah melalui praperadilan, karena praperadilan merupakan alat

Page 15: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

15

bagi pemohon praperadilan untuk memperjuangkan haknya yang

dilanggar.

Berdasarkan petikan wawancara tersebut maka praperadilan

memberikan sebuah kesempatan dan kebebasan bagi siapa saja yang merasa

dilanggar dalam menjalani proses peradilan. Praperadilan dapat digunakan

sebagai koreksi terhadap kinerja dari aparat penegak hukum dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya sehingga tersangka atau terdakwa

diberikan kedudukan atau kesempatan yang sama untuk memberikan

pembelaan.

Sifat dan atau fungsi praperadilan yang khas, spesifik dan karakteristik

tersebut akan dapat menjembatani pada usaha pencegahan tindakan upaya

paksa sebelum seorang diputus oleh pengadilan, pencegahan tindakan yang

merampas hak kemerdekaan setiap warga negara, pencegahan atas tindakan

yang melanggar hak-hak asasi tersangka atau terdakwa, agar segala

sesuatunya berjalan dan berlangsung sesuai dengan hukum serta perundang-

undangan yang berlaku dan sesuai dengan aturan main19.

Hal tersebut diatas mempunyai kesamaan perspektif pandangan dengan

Bapak Heri Soemanto S.H selaku Hakim di Pengadilan Negeri Semarang

yang menyatakan bahwa:

Pada dasarnya praperadilan merupakan koreksi bagi penyidik dan

penuntut umum dalam menjalankan tugas dan wewenangnya sebab

semua prosedur dalam penuntutan dan penyidikan harus sesuai

dengan KUHAP.

Dari pemaknaan hakim dan advokat tersebut maka pada dasarnya

praperadilan merupakan alat kontrol bagi penuntut umum dan penyidik dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya, sebab tidak jarang terjadi kasus

kesewenang-wenangan atau kesalahan yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum dalam menjalankan tugasnya. Jika dianalisa secara lebih lanjut maka

19 I Gede Yuliartha. Lembaga Praperadilan dalam Perspektif Kini dan Mendatang dalam

Hubunganya dengan Hak Asasi Manusia. (Tesis: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Semarang, 2009) hlm 79.

Page 16: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

16

praperadilan ini merupakan perwujudan dari asas perlindungan hak asasi

manusia yang telah tertuang dalam KUHAP yaitu beberapa asas antara lain20:

1. Perlakuan yang sama terhadap semua orang di muka hukum dengan

tidak mengadakan pembedaan perlakuan terhadap siapapun (equality

before the law).

2. Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan hanya

dilakukan berdasarkan perintah tertulis oleh pejabat yang diberikan

wewenang oleh undang-undang dilakukan dengan cara yang diatur

dengan undang-undang.

3. Setiap orang yang disangka, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan

dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai

adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan

memperoleh kekuatan hukum tetap.

4. Kepada seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun diadili tanpa

alasan yang berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan

mengenai orangnya ataupun hukum yang diterapkan wajib diberi ganti

kerugian atau rehabilitasi sejak tingkat penyidikan dan para pejabat

penegak hukum yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya

menyebabkan asas hukum tersebut dilanggar, dituntut, dipidana dan

atau dikenakan hukuman administrasi.

5. Peradilan harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan

serta bebas, jujur dan tidak memihak dan diterapkan secara konsekuen

dalam seluruh tingkat peradilan.

6. Setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan

memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk

melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.

7. Kepada seorang tersangka sejak saat dilakukan penangkapan dan atau

penahanan selalu wajib diberitahu dakwaan dan dasar hukum apa yang

didakwakan kepadanya, juga wajib diberitahu haknya itu termasuk hak

untuk menghubungi dan minta bantuan penasihat hukum.

20 Ibid hlm 84-85

Page 17: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

17

8. Pengadilan memeriksa perkara pidana dengan hadirnya terdakwa

9. Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum kecuali

dalam hal yang diatur dalam undang-undang.

10. Pengawasan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara pidana

dilakukan oleh Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

Dari uraian di atas maka pada dasarnya praperadilan merupakan salah

satu cara atau sarana yang diberikan oleh undang-undang kepada tesangka

atau terdakwa dalam mempertahankan haknya yang tertuang dalam asas

hukum acara pidana. Dari keberadaan praperadilan tersebut diharapkan dapat

melindungi hak asasi terdakwa atau tersangka yang notabenenya merupakan

pihak yang lemah dalam proses penyidikan atau penuntutan.

Sedangkan menurut pandangan Bapak Dadang Suryawan selaku Jaksa

di Kejaksaan Negeri Semarang menyatakan bahwa:

Praperadilan pada dasarnya bagus, akan tetapi ada beberapa aturan

yang melemahkan praperadilan itu sendiri, seperti ketentuan Pasal

82 ayat 1 huruf (d) KUHAP yang menyatakan praperadilan itu

gugur jika pokok perkaranya telah disidangkan.

Dari petikan wawancara tersebut maka jaksa menanggapi terdapat

sebuah kelemahan dalam praperadilan itu sendiri yakni adanya ketentuan

praperadilan gugur jika pokok perkaranya telah dipersidangkan. Hal tersebut

merupakan salah satu ketentuan dalam beracara di praperadilan sebagaimana

tercantum dalam KUHAP. Ketentuan tersebut memberikan celah bagi

penyidik atau penuntut umum untuk mempercepat proses penyidikan atau

penuntutan agar pokok perkaranya dapat segera disidangkan.

Selain itu menurut Bapak Dadang Suryawan sebagai jaksa menilai

bahwa jika aturan hukumnya tidak diganti maka keadilan substantif sulit

untuk diwujudkan sebab terdapat bebarapa kasus praperadilan yang

menciderai rasa keadilan seperti kasus Budi Gunawan21 yang mana secara

substansi perkara kasus Budi Gunawan dapat dituntut secara hukum, akan

21 Kasus Budi Gunawan merupakan kasus yang menarik perhatian publik, yakni dengan

dikabulkanya permohonan praperadilan oleh Hakim Sarpin. Pada saat itu penetapan tersangka tidak

dapat dijadikan sebagai objek praperadilan, akan tetapi hakim Sarpin memberikan putusan

penetapan tersangka terhadap Budi Gunawan tidak sah secara hukum sehingga mengakibatkan

proses hukum terhadapnya tidak bisa dilanjutkan.

Page 18: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

18

tetapi kasus tersebut gugur di praperadilan. Selain itu terdapat kasus

pemakaian narkoba yang dilakukan oleh anak Gubernur disalah satu provinsi

yang mana terdapat barang bukti dalam kasus tersebut, akan tetapi diajukan

ke praperadilan dan akhirnya pemohon dalam hal ini tersangka menang

sehingga kasus tersebut tidak bisa diteruskan. Secara substansi kasus tersebut

terbukti dan bisa dituntut secara hukum akan tetapi karena sedikit kesalahan

yang dilakukan oleh penyidik sehingga kasus tersebut tidak bisa dilanjutkan

penyidikanya. Hal tersebut tentu dapat melukai rasa keadilan substantif22.

Berdasarkan uraian hasil wawancara tersebut maka pada praperadilan

disatu sisi dinilai dapat melukai keadilan substantif jika hakim tidak

melakukan penafsiran hukum dan tidak menilai keadilan dari segi substantif.

Oleh sebab itu peraturan mengenai praperadilan membutuhkan pemahaman

yang komperehensif agar dapat diterapkan dan melahirkan keadilan

substantif.

Pemaknaan praperadilan secara lebih lanjut lagi menurut Bapak Heri

Soemanto S.H selaku Hakim di Pengadilan Negeri Semarang memaknai

bahwa:

Pada dasarnya praperadilan merupakan apa yang tercantum dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Dari kutipan wawancara maka Bapak Heri Soemanto S.H tersebut maka

makna praperadilan merujuk pada ketentuan KUHAP. Hal tersebut wajar

sebab hakim pada dasarnya memaknai segala sesuatu berdasarkan undang-

undang dan menjalankanya berdasarkan undang-undang pula akan tetapi hal

yang terpenting adalah kehadiran lembaga praperadilan menjadi hal yang

penting dalam penegakkan hak asasi manusia yang didalamnya terkandung

keadilan yang bersifat substantif.

Jika kita merujuk kepada KUHAP itu sendiri secara lebih lanjut maka

acara praperadilan mencakup tiga hal sebagaimana tercantum dalam Pasal 79-

81 KUHAP23. Hal tersebut merupakan substansi yang terkandung dalam

22 Hasil wawancara dengan Bapak Dadang Suryawan selaku Jaksa di Kejaksaan Negeri

Semarang pada Selasa, 24 November 2015 pukul 11.00.

23 Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) beserta dengan penjelasanya.

Page 19: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

19

praperadilan, lebih lanjut lagi ditentukan beberapa hal yang harus dilakukan

secara prosedural dalam acar praperadilan yakni sebagai berikut:

1. Dalam waktu tiga hari setelah diterimanya permintaan, hakim yang

ditunjuk menetapkan hari sidang.

2. Dalam memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya

penangkapan atau penahanan, sah atau tidaknya penghentian

penyidikan atau penuntutan, permintaan ganti rugi dan atau

rehabilitasi akibat tidak sahnya penangkapan atau penuntutan dan ada

benda yang disita yang tidak termasuk alat pembuktian, hakim

mendengar keterangan baik tersangka atau pemohon maupun dari

pejabat yang berwenang.

3. Pemeriksaan tersebut dilakukan secara cepat dan selambat-lambatnya

tujuh hari hakim harus sudah menjatuhkan putusan.

4. Dalam hal perkara sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri

sedangkan pemeriksaan mengenai permintaan kepada praperadilan

belum selesai, maka permintaan tersebut gugur.

5. Putusan praperadilan pada tingkat penyidikan tidak menutup

kemungkinan untuk mengadakan pemeriksaan praperadilan lagi pada

tingkat pemeriksaan oleh penuntut umum, jika untuk itu diajukan

permintaan baru.

6. Putusan hakim dalam acara pemeriksaan praperadilan mengenai hal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal (79), Pasal (80) dan Pasal (81),

harus memuat dengan jelas dasar dan alasannya.

7. Isi putusan selain memuat ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

butir 6 juga memuat hal sebagai berikut:

a. Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penangkapan atau

penahanan tidak sah, maka penyidik atau jaksa penuntut umum

pada tingkat pemeriksaan masing-masing harus segera

membebaskan tersangka.

b. Dalam hal putusan menetapkan bahwa sesuatu penghentian

penyidikan atau penuntutan tidak sah, penyidikan atau

penuntutan terhadap tersangka wajib dilanjutkan.

Page 20: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

20

c. Dalam hal putusan menetapkan bahwa suatu penangkapan atau

penahanan tidak sah, maka dalam putusan dicantumkan jumlah

besarnya ganti kerugian dan rehabilitasi yang diberikan,

sedangkan dalam hal suatu penghentian penyidikan atau

penuntutan adalah sah dan tersangkanya tidak ditahan, maka

dalam putusan dicantumkan rehabilitasinya.

d. Dalam hal putusan menetapkan bahwa benda yang disita ada yang

tidak termasuk alat pembuktian, maka dalam putusan

dicantumkan bahwa benda tersebut harus segera dikembalikan

kepada tersangka atau dan siapa benda itu disita.

Pasal dan ketentuan di atas menjelaskan ruang lingkup dan tata cara

dalam praperadilan yang menjelaskan kewajiban seorang hakim dalam

memimpin sidang di pengadilan. Aturan tersebut telah merinci secara detail

dari proses masuknya perkara sampai dengan putusan.

Cakupan praperadilan tersebut merupakan ketentuan sebelum adanya

putusan MK dan kasus praperadilan yang diajukan oleh Budi Gunawan.

Dalam pandangan aparat penegak hukum, kasus Budi Gunawan merupakan

suatu hal yang menarik dalam ranah praperadilan sebab pasca putusan

tersebut ruang lingkup praperadilan menjadi diperluas. Hakim Sarpin

mengabulkan permohonan dan memberikan putusan bahwa penetapan

tersangka menjadi salah satu objek dari praperadilan sehingga Budi Gunawan

lepas dari proses hukum yang menjeratnya.

Kasus di atas tentu saja mengundang perhatian publik apalagi Budi

Gunawan ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Hal tersebut

mengundang banyak penilaian baik pro maupun kontra dari berbagai pihak.

Menurut Bapak Bambang Supriyadi, S.H advokat itu sendiri menyatakan

bahwa:

Kasus hakim Sarpin merupakan kasus yang melanggar

ketentuan undang-undang dan merusak substansi praperadilan

di Indonesia

Berdasar hal tersebut Bapak Bambang Supriyadi, S.H selaku Advokat

di Semarang berpendapat bahwa putusan hakim Sarpin yang mengabulkan

permohonan praperadilan Budi Gunawan merupakan suatu terobosan hukum

Page 21: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

21

yang membawa dampak negatif bagi penegakkan hukum di Indonesia dan

melukai perasaan keadilan masyarakat sebab penetapan tersangka pada saat

itu belum di atur dalam KUHAP Indonesia sebagai objek yang bisa di

praperadilankan, selain itu menurut Bapak Bambang Supriyadi, S.H akan

terjadi penumpukan perkara di Pengadilan Negeri sebab banyak tersangka

yang akan mengajukan praperadilan atas sah atau tidaknya penetapan status

tersangka pada yang bersangkutan.

Terlepas dari hal tersebut saat ini Mahkamah Konstitusi telah

memperluas cakupan Pasal 77 KUHAP dengan memaknai penetapan

tersangka, penggeledahan dan penyitaan sehingga saat ini penetapan

tersangka menjadi objek yang bisa untuk dipraperadilankan. Mahkamah

Konstitusi mempunyai penilaian bahwa sejak seseorang ditetapkan sebagai

tersangka maka hak asasi manusianya secara otomatis telah dibatasi, dan

untuk mengatasi kesewenang-wenangan penyidik dalam melakukan proses

penyidikan.

Hal di atas tentu mendapatkan respon pro dan kontra dalam masyarakat,

sebab perluasan objek praperadilan tersebut dapat dimaknai lain oleh masing-

masing orang. Sejalan dengan hal tersebut yang menjadi titik penting adalah

praperadilan dapat digunakan sebagai alat untuk pemenuhan hak asasi dalam

peneggakan sistem peradilan pidana dari tingkat penyidikan, penetapan

tersangka hingga penuntutan.

Sedangkan jika ditinjau dari segi pelaksanaanya itu sendiri praperadilan

tidak selamanya berjalan sesuai dengan harapan, tujuan dan aturanya.

Menurut Bapak Bambang Supriyadi, S.H selaku advokat menyatakan bahwa:

Praperadilan mengalami beberapa kedala salah satunya adalah

sikap keberanian dari tersangka atau terdakwa itu sendiri untuk

mengajukan praperadilan. Sebab biasanya seorang tersangka

dapat ditetapkan sebagai tersangka berdasarkan dua alat bukti

yang cukup, dari hal tersebut mereka menjadi pesimis untuk

mengajukan praperadilan, meskipun adanya indikasi

kesewenang-wenangan aparat penegak hukum dalam

melakukan penyidikan.

Dari hasil wawancara tersebut maka dari pihak tersangka atau terdakwa

tidak semuanya berani untuk mengajukan praperadilan sebab secara personal

Page 22: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

22

terkadang seseorang ditetapkan sebagai tersangka atau terdakwa berdasarkan

dua alat bukti, oleh sebab itu seorang terkadang pasrah dan takut kalah

meskipun penasihat hukum menilai kasus tersebut bisa menang. Oleh sebab

itu tersangka atau terdakwa lebih memilih untuk tidak mengajukan

praperadilan, apalagi yang dihadapi adalah aparat penegak hukum yang

notabenya memiliki pengetahuan dan kewenangan dalam penegakkan hukum

terhadap kasus yang bersangkutan.

Hal tersebut merupakan permasalahan yang timbul dari tersangka atau

terdakwanya sendiri, berbeda dengan kejaksaan. Implementasi dalam

mewujudkan keadilan substantif pada Kejaksaan itu sendiri menurut Bapak

Dadang Suryawan mengalami permasalahan yakni:

Perwujudan keadilan substantif di Kejaksaan itu sendiri

sangat sulit. Hal tersebut dikarenakan Kejaksaan berada

dalam garis struktural. Jika keadilan susbtantif tidak

dibingkai oleh aturan yang bersifat tertulis maka susah untuk

diwujudkan.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat dianalisis keadilan

substantif di tingkat Kejaksaan sulit untuk diwujudkan sebab dalam

melaksanakan tugas dan wewenangnya jaksa dituntut untuk selalu

menjalankan undang-undang sesuai dengan apa yang tertulis. Jika seorang

jaksa bertindak di luar dari apa yang tertulis didalam undang-undang hal

tersebut justru dapat dipersalahkan secara prosedural, meskipun di dalamnya

terdapat keadilan yang bersifat substantif.

Hal di atas merupakan pertentangan antara perwujudan keadilan

prosedural dan keadilan yang substantif. Contoh lain adalah Kasus Nenek

Minah24 secara prosedural kasus tersebut dapat dituntut secara hukum, akan

tetapi secara keadilan substantif kasus tersebut tidak pantas untuk diadakan

penuntutan sebab bertentangan dengan keadilan substantif25.

24 Kasus Nenek Minah merupakan kasus yang menarik perhatian publik sebab terdakwa yang

telah berusia lanjut dikenakan pidana penjara dengan pasal pencurian (362 KUHP). Nenek Minah

terbukti melakukan pencurian 3 buah kakao di Purwoketo. Putusan hakim tersebut menimbulkan

kontroversi sebab dinilai kurang mencerminkan rasa keadilan substantif. Lihat Putusan No

247/Pid.B/2009/PN.PWT

25 Hasil wawancara dengan responden Bapak Dadang Suryawan pada Selasa, 24 November 2015

pukul 11.00 di Kejaksaan Negeri Semarang

Page 23: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

23

Di tingkat persidangan itu sendiri menurut Bapak Heri Soemanto S.H

selaku Hakim di Pengadilan Negeri Semarang mengungkapkan:

Hambatan dalam memutus perkara praperadilan terkadang adalah

terdapat tekanan dari salah satu pihak. Akan tetapi hakim tetap

memberikan putusan berdasarkan rule of law dan bukti di

persidangan.

Berdasarkan hal tersebut maka ditingkat persidangan praperadilan,

hakim mengalami hambatan dalam memberikan putusan yakni adanya

intervensi atau terdapat tekanan dari salah satu pihak, terlebih hal tersebut

menyangkut dengan kinerja dari aparat penegak hukum dan terkait dengan

dapat atau tidaknya pokok perkara tersebut dilanjutkan ke tingkat persidangan

sehingga praperadilan merupakan suatu hal yang amat penting dan

menentukan dilanjutkan atau dihentikanya proses hukum.

Berdasarkan uraian hasil wawancara dan uraian di atas maka sejauh ini

aparat penegak hukum memaknai praperadilan sebagaimana yang tercantum

di dalam KUHAP dan memandang praperadilan merupakan alat atau sarana

untuk mewujudkan hak asasi manusia jika terjadi tindakan sewenang-wenang

yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya. Praperadilan merupakan koreksi dari kinerja aparat penegak

hukum, meskipun dalam implementasinya terdapat beberapa kendala dalam

pelaksanaanya.

3. Pengaruh Keberadaan Praperadilan terhadap Perwujudan Keadilan

yang Bersifat Substantif bagi Tersangka atau Terdakwa dalam

menjalani Proses Hukum

Keberadaan lembaga praperadilan merupakan salah satu bentuk

perwujudan due process of law yang diharapkan dapat memberikan keadilan

bagi terdakwa atau tersangka dalam menjalani proses hukum. Praperadilan

juga merupakan perwujudan dari asas equality before the law untuk

menghidari dilanggarnya hak asasi manusia yang mungkin dilakukan oleh

penyidik dan penuntut umum pada saat menjalankan tugasnya. Praperadilan

tersebut juga merupakan bentuk sinkronisasi dari sistem akusator

(accusatoir) yang dianut oleh KUHAP yakni tersangka atau terdakwa

Page 24: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

24

diposisikan sebagai subjek manusia yang mempunyai harkat, martabat dan

kedudukan yang sama di dalam hukum

Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Yuliartha26 yang menyatakan

bahwa lembaga praperadilan maksud dan tujuan yang hendak ditegakkan dan

dilindungi, dalam proses praperadilan yakni tegaknya hukum dan

perlindungan hak asasi tersangka dalam tingkat pemeriksaan penyidikan dan

penuntutan. Diadakannya suatu lembaga yang dinamakan Praperadilan

seperti yang diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 83 Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) adalah untuk kepentingan

pengawasan terhadap perlindungan hak-hak tersangka dalam pemeriksaan

pendahuluan.

Tujuan dan maksud tersebut pada dasarnya untuk memberikan

pemenuhan hak asasi manusia, akan tetapi dalam pelaksanaanya terdapat

beberapa kendala seperti yang telah diuraikan di atas. Selain itu terdapat

beberapa aturan dalam KUHAP yang melemahkan praperadilan itu sendiri

yakni Pasal 82 ayat (1) huruf (d) yang berbunyi “dalam hal suatu perkara

sudah mulai diperiksa oleh pengadilan negeri, sedangkan pemeriksaan

mengenai permintaan kepada praperadilan belum selesai, maka permintaan

tersebut gugur”.

Dari ketentuan tersebut maka pada dasarnya terdapat sebuah celah

untuk menggugurkan kasus yang dipraperadilankan yakni dengan cara

mempercepat perkara agar bisa segera disidangkan, sebab jika pokok perkara

yang dimintakan praperadilan disidangkan maka permintaan praperadilan

tersebut telah gugur. Hal ini memberikan kesempatan kepada penyidik dan

atau penuntut umum untuk mempercepat persidangan terhadap pokok

perkara.

Hal tersebut sejalan dengan hasil dari penelitian Siswanto27 menyatakan

bahwa terdapat hambatan dalam kelemahan dalam praperadilan itu sendiri

yakni persepsi mengenai pihak ketiga yang berkepentingan, dan secara umum

26 I Gede Yuliartha, Op. Cit. hlm 86.

27 Siswanto. Tinjauan Terhadap Praperadilan sebagai Upaya Perlidungan Hak dan Kedudukan

Tersangka dalam Penegakkan Hukum. (Skripsi: Fakultas Hukum Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang) hlm 4.

Page 25: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

25

kesadaran tersangka untuk meminta perlindungan atas haknya melalui

praperadilan masih rendah. Di satu sisi adanya ketentuan praperadilan harus

diputus paling lama tujuh hari dan adanya ketentuan praperadilan gugur jika

perkara pokoknya mulai diperiksa di persidangan. Hal ini tentunya akan

menimbulkan permasalahan dalam hal pembuktian, dan tentunya termohon

dapat saja segera melimpahkan perkara tersebut ke persidangan.

Namun terlepas dari hal tersebut hakim dalam memberikan putusan

dituntut untuk independen dan bebas dari pengaruh pihak yang

berkepentingan. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Heri Soemanto S.H

selaku hakim di Pengadilan Negeri Semarang menyatakan bahwa:

Pada dasarnya hakim dalam memberikan putusan selalu

berdasarkan KUHAP termasuk didalamnya putusan

praperadilan.

Dari hasil wawancara tersebut maka dapat dianalisis bahwa putusan

terhadap kasus praperadilan diputus berdasarkan prosedur yang terdapat

dalam KUHAP. Hal tersebut mengandung arti bahwa praperadilan yang

diajukan kedalam Pengadilan Negeri diputus berdasarkan keadilan yang

bersifat prosedural yang tertuang dalam KUHAP. Jika kita melihat pada latar

belakang maka kasus penyalahgunaan yang terjadi pada saat menjalani proses

penyidikan untuk menetapkan tersangka atau terdakwa tidak dapat dijadikan

sebagai objek praperadilan.

Akibatnya, penegakan hukum menjadi kurang atau bahkan tidak

mampu menyelesaikan inti persoalan sebenarnya. Suara orang atau

masyarakat yang tertindas sebagai subjek yang sangat memerlukan keadilan

hampir terabaikan sama sekali. Orang yang selama ini mengalami

ketidakadilan, atau bahkan masyarakat secara keseluruhan kian jauh dari

sentuhan dan rasa keadilan. Bahkan, sering terjadi, atas nama keadilan, para

pencari keadilan menjadi korban penegakan hukum formal. Realitas ini

menjadikan penegakan keadilan berwajah ambivalen yang jauh dari nilai-

nilai keadilan hakiki dan terkadang justru menyodok rasa keadilan itu

sendiri28.

28Abdul Ala dalam Bambang Sutiyoso, Op.Cit. hlm 2.

Page 26: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

26

Merujuk dari pernyataan tersebut maka jika keadilan substantif ingin

diwujudkan maka harus dibalut dengan peraturan perundang-undangan.

Selain dari pada itu maka tujuan pemenuhan hak asasi manusia yang ingin

diwujudkan oleh praperadilan harus didukung oleh peraturan yang bersifat

tertulis. Hal tersebut bertujuan untuk melahirkan dan mewujudkan keadilan

substantif melalui keadilan prosedural.

Akan tetapi sekarang ini muncul putusan Mahkamah Konstitusi yang

memperluas objek praperadilan yakni dengan memperluas makna Pasal 77

KUHAP dengan memasukan penetapan tersangka, penggeledahan dan

penyitaan masuk kedalam objek praperadilan. Mahkamah Konstitusi

berpendapat bahwa hak asasi manusia merupakan asas yang harus dijunjung

tinggi dalam proses peradilan pidana terutama bagi lembaga penegak hukum.

Perwujudan hak yang sama tersebut diwujudkan dengan memberikan posisi

yang seimbang berdasarkan kaidah hukum yang berlaku, khususnya bagi

tersangka atau terdakwa dalam mempertahankan haknya secara seimbang.

Oleh sebab itu menurut Mahkamah Kontitusi Negera Republik Indonesia

berkewajiban memberikan perlindungan, penegakkan dan pemenuhan

terhadap HAM.

Berdasarkan pertimbangan Mahkamah Konstitusi tersebut maka

diharapkan dengan perluasan objek praperadilan maka keadilan substantif

yang merupakan instrumen hak asasi manusia dapat diwujudkan. Secara lebih

lanjut lagi jika dianalisis maka pada dasarnya putusan tersebut merupakan

bentuk perwujudan dari sistem akuastor (accusatoir) yang dianut oleh

KUHAP yakni bermakna tersangka atau terdakwa diposisikan sebagai subjek

manusia yang mempunyai harkat, martabat dan kedudukan yang sama di

dalam hukum. Implikasi dari hal tersebut adalah KUHAP juga harus

memberikan mekanisme kontrol terhadap kemungkinan tindakan sewenang-

wenang yang dilakukan oleh penyidik atau penuntut umum melalui pranata

praperadilan. Hal tersebut juga merupakan salah satu bentuk upaya untuk

mewujudkan asas equality before the law yang dianut oleh Indonesia.

Dalam pertimbanganya Mahkamah Konstitusi juga berpendapat dalam

perjalananya lembaga praperadilan tidak dapat berfungsi secara maksimal

Page 27: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

27

karena tidak mampu menjawab permasalahan yang ada dalam proses

ajudikasi. Fungsi pengawasan praperadilan hanya bersifat post facto sehingga

tidak sampai kepada penyidikan dan pengujianya bersifat formal yang

mengedepankan unsur objektif sedangkan unsur subjektif tidak dapat diawasi

oleh pengadilan. Hal tersebutlah yang menurut Mahkamah Konstitusi

menyebabkan praperadilan terjebak kepada hal-hal yang bersifat formal dan

sebatas pada masalah administrasi sehingga jauh dari hakikat keberadaan

pranata praperadilan.

Secara lebih lanjut Ketua Mahkamah Konstitusi Arief Hidayat

menyatakan bahwa dalam proses penyidikan dan penuntutan terdapat

kemungkinan penyalahgunaan wewenang yang perlu mendapatkan perhatian

agar aparat penegak hukum lebih berhati-hati dalam menjalankan tugas dan

wewenangnya. Seluruh penetapan seseorang menjadi tersangka tanpa

mengikuti due process of law merupakan penyalahgunaan wewenang29.

Berdasarkan hasil wawancara dan ulasan pembahasan di atas maka

keberadaan lembaga praperadilan yang selama ini bertujuan untuk

mewujudkan pemenuhan hak asasi manusia yang didalamnya terdapat

keadilan yang bersifat substantif belum sepenuhnya dapat terwujud. Hal

tersebut dikarenakan praperadilan hanya memeriksa sebatas formalitas dalam

penyidikan dan penuntutan, akan tetapi belum dapat menyentuh permasahan

yang bersifat subjektif seperti kemungkinan upaya paksa yang dilakukan oleh

penyidik untuk mendapatkan alat bukti dan barang bukti dalam sebuah tindak

pidana, padahal hal tersebut yang selama ini menjadi fenomena tak jarang

yang muncul dalam proses penyidikan.

Akan tetapi dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi maka

diharapkan keberadaan lembaga praperadilan dapat memberikan keadilan

yang bersifat substantif terhadap tersangka atau terdakwa dalam menjalani

proses hukum. Setelah diterbitkanya keputusan Mahkamah Konstitusi

tersebut maka bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh penyidik selama

29 Arief Hidayat, MK: Penetapan Tersangka Masuk Lingkup Praperadilan diakses dari

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=10796 pada 19 Desember

2015

Page 28: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

28

melakukan penyidikan dapat diajukan sebagai objek praperadilan dan dapat

diperiksa serta diputus oleh hakim.

C. PENUTUPAN

Berdasar data penelitian yang diperoleh dan analisis dari tim peneliti, maka

terdapat beberapa simpulan yaitu: Pertama, peran aparat penegak hukum

dalam mencapai keadilan substantif adalah dengan menengakkan hukum

sesuai dengan keadilan yang bersifat prosedural sesuai dengan apa yang telah

tercantum dalam KUHAP dan UU Advokat serta peraturan yang bersifat

tertulis. Melalui penegakkan hukum secara prosedural yang baik diharapkan

keadilan substantif dapat terwujud. Pada tataran implementasinya, selama ini

keadilan substantif belum dapat diwujudkan dengan baik dan harus didukung

oleh sebuah aturan perundang-undangan sebagai dasar yang dijadikan oleh

aparat penegak untuk melakukan pembelaan atau memeriksa dan memutus

sebuah perkara.

Kedua, perspektif atau pandangan aparat penegak hukum mengenai

praperadilan di Indonesia yakni aparat penegak hukum memaknai praperadilan

sebagaimana yang tercantum di dalam KUHAP dan memandang praperadilan

merupakan alat atau sarana untuk mewujudkan hak asasi manusia jika terjadi

tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya. Praperadilan merupakan koreksi dari

kinerja aparat penegak hukum, meskipun dalam implementasinya terdapat

beberapa kendala dalam pelaksanaanya.

Ketiga, pengaruh keberadaan praperadilan terhadap perwujudan keadilan

yang bersifat substantif bagi tersangka atau terdakwa dalam menjalani proses

hukum selama ini belum berpengaruh dengan baik, praperadilan masih sebatas

fokus terhadap pemenuhan keadilan yang bersifat prosedural sebab

praperadilan hanya memeriksa sebatas formalitas dalam penyidikan dan

penuntutan, akan tetapi belum dapat menyentuh permasahan yang bersifat

subjektif seperti kemungkinan upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik

untuk mendapatkan alat bukti dan barang bukti dalam sebuah tindak pidana,

padahal hal tersebut yang selama ini menjadi fenomena tak jarang yang muncul

Page 29: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

29

dalam proses penyidikan. Akan tetapi pasca adanya putusan Mahkamah

Konstitusi diharapkan praperadilan mampu mewujudkan keadilan yang

bersifat substantif.

Berdasarkan simpulan tersebut maka tim peneliti memberikan saran yakni:

Pertama, keadilan substantif seyogyanya dapat diwujudkan melalui substansi

hukum dan struktur hukum. Oleh sebab itu peraturan hukum yang didukung

oleh penegakkan hukum merupakan hal yang perlu mendapat perhatian dari

pemerintah untuk mewujudkan keadilan substantif. Kedua, setelah

diterbitkanya Putusan Mahkamah Konstitusi No 21/PUU-XII/2014 maka

diharapkan dapat diterapkan dengan baik oleh aparat penegak hukum dan

bebas dari campur tangan atau kepentingan para pihak. Sehingga diharapkan

keadilan susbtantif dapat lebih diwujudkan dalam pranata praperadilan.

Page 30: PERSPEKTIF DAN PERAN APARAT PENEGAK HUKUM TERHADAP ...lexscientia.ukm.unnes.ac.id/wp-content/uploads/... · Lembaga Praperadilan seyogyanya bertujuan untuk memberikan rasa keadilan

30

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. 2010. Problematika Mewujudkan Keadilan Substantif Dalam Penegakkan

Hukum di Indonesia. Puskasi FH Universitas Widyagama Malang

Hamzah, Andi. 2012. Hukum Acara Pidana di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Kaligis, Otto Cornelis. 2006. Korupsi sebagai Tindakan Kriminal yang Harus

diberantas Karakter dan Praktek Hukum Indonesia. Jurnal Equality.

Loqman, Loebby. 1982. Pra-peradilan di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Raharjo, Agus. 2013. Profesionalisme dalam Penegakkan Hukum. Purwokerto:

Univesitas Jendral Soedirman

Siswanto, Dwi Dedi. 2008. Tinjauan Terhadap Praperadilan sebagai Upaya

Perlidungan Hak dan Kedudukan Tersangka dalam Penegakkan Hukum.

Skripsi: Fakultas Hukum Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Sujiono. 2013. Implementasi Lembaga Praperadilan untuk Perlindungan Hukum

Hak-Hak Tersangka (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Tenggarong).

Malang: Universitas Brawijaya

Sutiyoso, Bambang. 2010. Mencari Format Ideal Keadilan Putusan dalam

Peradilan. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Yuliartha, I Gede. 2009. Lembaga Praperadilan dalam Perspektif Kini dan

Mendatang dalam Hubunganya dengan Hak Asasi Manusia. Tesis: Fakultas

Hukum Universitas Diponegoro Semarang.

http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?page=web.Berita&id=10796

diakses pada 19 Desember 2015

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014.

Kamus Hukum