63
PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP KERUGIAN YANG DIDERITA OLEH KONSUMEN JASA HUKUM (KLIEN) DALAM PEMBERIAN JASA HUKUM (Skripsi) Oleh: GIBRAN MOHAMMAD FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018

PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP KERUGIAN

YANG DIDERITA OLEH KONSUMEN JASA HUKUM (KLIEN) DALAM

PEMBERIAN JASA HUKUM

(Skripsi)

Oleh:

GIBRAN MOHAMMAD

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2018

Page 2: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

ABSTRAK

PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP KERUGIAN

YANG DIDERITA OLEH KONSUMEN JASA HUKUM (KLIEN) DALAM

PEMBERIAN JASA HUKUM

Oleh:

Gibran Mohammad

Profesi advokat merupakan profesi terhormat dan disebut dengan istilah officium nobile. Kemuliaan profesi ini berusaha dijaga sedemikian rupa oleh organisasi-organisasi profesi advokat. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Jasa hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Biasanya dalam praktek, advokat menjalankan tugasnya dengan bersekutu dengan advokat lain dalam sebuah firma hukum guna melaksanakan kepentingannya menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan ikatan perjanjian jasa hukum dan perjanjian kuasa. Namun ketika klien merasa tidak puas atau merasa menderita kerugian yang disebabkan oleh pemberian jasa hukum dari firma hukum, firma hukum dapat dijatuhi sanksi, baik sanksi hukum maupun sanksi etik. Berdasarkan hal tersebut maka isu hukum yang akan saya teliti dalam penulisan ini adalah bagaimana hubungan hukum dalam pemberian jasa hukum dan bagaimana tanggung jawab firma hukum terhadap kerugian klien. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif, dengan tipe penelitian deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan yaitu pendekatan yuridis normatif. Bahan hukum (data) hasil pengolahan untuk penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis secara kualitatif, yaitu menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara teratur, logis, dan efektif. Hasil penelitian ini yaitu hubungan hukum dalam pemberian jasa hukum terlahir melalui dua perikatan, yakni perjanjian jasa hukum dan perjanjian kuasa, adapun tanggung jawab firma hukum terhadap kerugian klien mencakup wanprestasi dan perbuatan melawan hukum, serta sanksi etik yang dilandaskan Kode Etik Advokat. Perjanjian yang disepakati oleh firma dan klien dapat menimbulkan sengketa apabila di kemudian hari klien merasa dirugikan.

Kata Kunci : Firma Hukum, Jasa Hukum, Klien.

Page 3: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP KERUGIAN

YANG DIDERITA OLEH KONSUMEN JASA HUKUM (KLIEN) DALAM

PEMBERIAN JASA HUKUM

Oleh

Gibran Mohammad

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

pada

Bagian Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 4: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan
Page 5: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan
Page 6: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan
Page 7: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada era Orde Baru dan merupakan

anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Budiman

Sanjaya, S.H., M.Si. dan Ibu dr. Endriana Svieta Lubis, Sp.Ok.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Al Ikhlas kemudian

melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 11 Jakarta hingga tahun 2007, Sekolah

Menengah Pertama Negeri 80 Jakarta hingga tahun 2010, Sekolah Menengah Atas

Negeri 26 Jakarta hingga tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui seleksi penerimaan

SBMPTN.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan

kemahasiswaan, seperti sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Lampung (BEM FH Unila). Sebelum bergabung dalam BEM

FH Unila, penulis bersama Havez Annamir dan Edius Pratama melahirkan sebuah

klub dialektika mingguan dan menyebutnya sebagai Lentera Merah. Penulis

pernah mengikuti Karya Latih Bantuan Hukum Lembaga Bantuan Hukum

Bandarlampung (KALABAHU LBH Bandarlampung), penulis juga aktif dalam

kegiatan penelitian sebagai asisten peneliti pada Pusat Kajian Kebijakan Publik

dan Hak Asasi Manusia (PKKP-HAM Fakultas Hukum Unila). Pada tahun 2015,

Page 8: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

penulis menjadi delegasi dari Fakultas Hukum Universitas Lampung dalam

Simposium Hukum Nasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia (SHN

FHUI). Penulis juga pernah menulis jurnal internasional dengan judul Education

as a Primary Tool of Human Rights Enforcement and National Development pada

Juni 2017 dalam International Conference on Law, Economics, and Education.

Page 9: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

MOTO

“Hidup sungguh sangat sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya.”

(Pramoedya Ananta Toer dalam buku Rumah Kaca)

“Ijazah adalah bukti bahwa seseorang pernah sekolah, bukan bukti bahwa ia

pernah berpikir.”

(Rocky Gerung)

Page 10: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati

kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Kedua orang tuaku, Ibu dr. Endriana Svieta Lubis, Sp.Ok. dan Bapak Budiman

Sanjaya, S.H., M.Si., yang telah mencintaiku dan merangkul segala

kekuranganku. Jika aku diberi kesempatan lahir kembali, aku akan tetap memilih

terlahir dari rahim yang sama.

Page 11: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

SANWACANA

Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Pertanggungjawaban Firma Hukum terhadap

Kerugian yang Diderita oleh Konsumen Jasa Hukum (Klien) dalam

Pemberian Jasa Hukum” diajukan guna memenuhi gelar Sarjana Hukum pada

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penyelesaian penelitian ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Hamzah, S.H, M.H., selaku Pembimbing I. Penulis ucapkan terima

kasih atas segala kebaikan serta kebijaksanaan beliau dalam memberikan

bimbingan penelitian ini. Belum pernah penulis temui seorang dosen yang

dapat memahami psikologi mahasiswa seperti beliau;

2. Bapak Depri Liber Sonata, S.H., M.H., selaku Pembimbing II. Sesungguhnya

beliau adalah salah satu dosen Hukum Perdata paling paripurna yang pernah

penulis temui;

Page 12: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

3. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Pembahas I yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

Sesungguhnya kekaguman penulis kepada beliau akan terus tumbuh;

4. Ibu Diane Eka Rusmawati, S.H., M.H. selaku Pembahas II yang telah

memberikan saran penyusunan skripsi, kritik, serta arahan yang membangun

terhadap skripsi ini;

5. Bapak Dr. Hieronymus Soerja Tisnanta, S.H., M.H. yang telah penulis anggap

sebagai ayah ideologis, penulis ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya dan

setulus-tulusnya kepada beliau. Sungguh beliau merupakan manusia

paripurna;

6. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik, yang telah

penulis anggap seperti ibu akademis, penulis ucapkan terima kasih atas segala

kebaikan beliau;

7. Abang Chandra Muliawan, S.H., M.H., seorang penegak hukum dan pembela

HAM LBH Bandarlampung yang akan selalu menjadi guru bagi penulis

sampai kapanpun, bahkan hingga kata “kapan” hilang dari peradaban, penulis

mengucapkan terima kasih dan memohon maaf sebesar-besarnya karena

penulis telah terlampau sering mencuri ilmu beliau;

8. Seluruh Dosen dan Karyawan/Karyawati Fakultas Hukum Universitas

Lampung, dan Bagian Hukum Keperdataan. Terkhusus Ibu Yanti yang telah

melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rumit administratif dengan sabar dan

tekun;

9. Adindaku Amarylis Puan Nabila Sanjaya, teruslah mencintaiku seperti engkau

mencintai darah dan dagingmu sendiri;

Page 13: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

10. Sasqia Avila dan Bunda Lila, penulis mengucapkan terima kasih atas segala

dukungan moral yang telah mereka berikan dan telah bersedia untuk tetap

setia berada di sisi penulis hingga hari ini;

11. Seluruh jajaran presidium Upil Sapto 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu;

12. Adam Bagaskara, S.Sos., terima kasih, bruv, karena telah mengenalkanku

pada Jean-Paul Sartre kala itu;

13. Hari Putra Pamungkas, Dennis Eka Pratama, M. Arief Koenang, Firmandes

Sisko, Roberto Pandiangan, Ade OKY, Reza Torio Tamba, Faishal Baqir, Dea

Zulfikar, serta semua teman-teman angkatan 2013 seperjuangan yang telah

setia dan berbaik hati kepada penulis namun penulis lupa menuliskannya,

sesungguhnya ucapan ini hanya tinta hitam di atas kertas dan tidak berarti apa-

apa dibandingkan dengan segala kebaikan teman-teman;

14. Fadhlan Syaiful Ghazi, Aziz Al Khairi, Angga Putra Bayu Nugroho, Adli

Rafdi Hafiz, Fernandus Immanuel, Jeki Leonar Andika Tampubolon, Zulfa

Aulia STG, Bida, Mpok Nopah, Bang Andi, Ncang Rama, dan Ncang Rian,

penulis ingin mengucapkan terima kasih karena telah banyak sekali membantu

melancarkan keperluan dan mobilitas penulis serta selalu mengingatkan

penulis bahwa skripsi adalah sebuah tugas yang harus dituntaskan dengan

matang.

15. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Hukum Unila. Bagaimanapun juga,

penulis banyak mendapatkan pelajaran berharga dari himpunan ini. Yakin

usaha sampai;

Page 14: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

16. Seluruh jajaran Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung Periode 2015/2016, terima kasih telah mempercayakan amanah

kepada penulis selama satu periode penuh sebagai Kepala Dinas Kajian dan

Penelitian;

17. Keluarga Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Hak Asasi Manusia (PKKP-

HAM) FH Unila, terutama Bapak Dr. HS. Tisnanta SH., M.H., Bapak Dr. FX.

Sumarja, S.H., M.H., Bapak Fathoni S.H., M.H., dan rekan-rekan lainnya,

terima kasih untuk segala ilmu dan kebersamaan beberapa tahun ini;

18. Pramoedya Ananta Toer dan Jean-Paul Sartre. Terima kasih telah membuka

mata hatiku melalui Tetralogi Buru-mu, Pram. Juga, terima kasih, Sartre,

karena telah menyadarkanku bahwa kebebasan adalah kutukan.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam

mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandarlampung, 5 Oktober 2018

Penulis

Gibran Mohammad

Page 15: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak i

Sampul Dalam iii

Halaman Persetujuan iv

Halaman Pengesahan v

Halaman Pernyataan vi

Riwayat Hidup vii

Moto ix

Halaman Persembahan x

Sanwacana Xi

Daftar Isi Xv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Permasalahan ......................................................................................... 3

C. Ruang Lingkup ........................................................................................ 4

1. Ruang Lingkup Keilmuan................................................................ 4

2. Ruang Lingkup Pembahasan .......................................................... 4

D. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

E. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 5

1. Kegunaan Teoritis ............................................................................ 5

2. Kegunaan Praktis ............................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Jasa Hukum dan Perjanjian Kuasa ........................................... 6

1. Profesi Advokat sebagai Pemberi Jasa Hukum ................................... 6

2. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Jasa Hukum .............................. 9

3. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Kuasa Khusus ........................... 10

B. Perbuatan Melawan Hukum ...................................................................... 18

1. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum .............................................. 18

2. Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum ........................................... 22

3. Unsur Kesalahan dan Kelalaian dalam Perbuatan Melawan Hukum.. 23

C. Firma ......................................................................................................... 25

1. Pengertian Firma ................................................................................. 25

2. Proses Pendirian Firma ....................................................................... 27

3. Firma sebagai Subjek Hukum ............................................................. 29

D. Hukum Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata ................................... 31

Page 16: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

1. Hukum Pembuktian secara Umum...................................................... 31

2. Beban Pembuktian Perkara Perdata .................................................... 31

E. Kerangka Pikir .......................................................................................... 32

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 35

B. Tipe Penelitian .......................................................................................... 36

C. Pendekatan Masalah .................................................................................. 36

D. Sumber Data dan Jenis Data ..................................................................... 37

E. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 39

F. Metode Pengolahan Data .......................................................................... 39

G. Analisis Data ............................................................................................. 39

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hubungan Hukum dalam Pemberian Jasa Hukum.................................... 41

1. Perjanjian Jasa Hukum ....................................................................... 41

1.1 Para Pihak (Firma Hukum dan Klien) .......................................... 42

1.2 Prestasi dan Wanprestasi Perjanjian Jasa Hukum ........................ 44

2. Perjanjian Kuasa ................................................................................ 47

2.1 Sifat Pemberian Kuasa ................................................................. 47

2.2 Terjadinya Pemberian Kuasa ....................................................... 49

2.3 Kewajiban Penerima dan Pemberi Kuasa .................................... 50

2.4 Berakhirnya Pemberian Kuasa ..................................................... 52

B. Tanggung Jawab Firma Hukum terhadap Kerugian Klien ....................... 54

1. Kedudukan Advokat dalam Firma Hukum ........................................ 54

2. Tanggung Jawab Firma Hukum atas Wanprestasi dalam Perjanjian

Jasa Hukum ........................................................................................ 61

2.1 Hak Imunitas Advokat ................................................................ 63

2.2 Sanksi Undang-Undang yang dapat Disamakan dengan Sanksi

Etik sebagai Pertanggungjawaban Firma Hukum ....................... 65

3. Malpraktek serta Korelasinya dengan Perbuatan Melawan Hukum .. 67

3.1 Breach of Contract ....................................................................... 68

3.2 Law of Tort ................................................................................... 68

3.3 Negligence .................................................................................... 71

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 78

B. Saran .......................................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi advokat dalam terminologi Latin disebut dengan Officium Nobile, yang

bermakna profesi terhormat. Penyematan istilah tersebut bukan sekadar kiasan

delusional, karena sebagai public defender dalam konteks penegakan hukum dan

keadilan, kemuliaan profesi ini berusaha dijaga sedemikian rupa oleh organisasi-

organisasi profesi advokat. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa

hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan.1 Jasa hukum adalah jasa yang

diberikan Advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum,

menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan

hukum lain untuk kepentingan hukum klien.2

Klien adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima jasa hukum

dari Advokat.3 Hal tersebut senada dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen yang menerjemahkan konsumen sebagai setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan, sehingga klien dapat dikatakan sebagai konsumen.

1 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

2 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

3 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

Page 18: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

2

Hubungan hukum antara klien sebagai penerima jasa (konsumen) dan pengacara

sebagai pemberi jasa diikat dengan sebuah kontrak yakni perjanjian jasa hukum

yang berisi hak dan kewajiban kedua belah pihak. Lingkup kegiatan bantuan

hukum meliputi pembelaan, perwakilan, baik di luar maupun di dalam pengadilan,

pendidikan, penelitian dan penyebaran gagasan.4 Apabila di kemudian hari

pengacara mengakibatkan kerugian bagi klien baik karena tidak melaksanakan

atau lalai dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana ditentukan dalam kontrak,

klien dapat menuntut pengacaranya.

Melalui jasa hukum yang diberikan, Advokat menjalankan tugas profesinya demi

tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk kepentingan masyarakat pencari

keadilan, termasuk usaha memberdayakan masyarakat dalam menyadari hak-hak

fundamental mereka di depan hukum. Advokat dalam menjalankan tugas

profesinya diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

(UU Advokat). Advokat organisasi profesi yang memiliki kode etik dengan

membebankan kewajiban dan sekaligus memberikan perlindungan hukum kepada

setiap anggotanya dalam menjalankan profesinya. Selain itu, kode etik profesi

advokat ini terlahir untuk melindungi masyarakat dari perilaku yang tidak patut

dari advokat, seperti pergeseran ideologi dalam praktik penegakan hukum yang

dilakukan advokat dari Officium Nobile menuju ke komersialisasi layanan bantuan

dan jasa hukum.

4

Bambang Sugono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia,

Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm. 8.

Page 19: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

3

Pergeseran ini menyebabkan perubahan perilaku advokat dalam menjalankan

profesinya, bukan hanya faktor intern dari advokat sendiri yang menyebabkan

perilaku kriminogen muncul, melainkan faktor ekstern yang turut menentukan.5

Perilaku advokat akan mempengaruhi kinerjanya dalam melakukan pemberian

jasa hukum, artinya advokat yang menjadikan kliennya lahan komersial maupun

perilaku sejenis, dapat dikenakan sanksi etik, dan bahkan sanksi hukum. Sanksi

tersebut merupakan konsekuensi logis sejak hukum berlaku, karena hukum

mengatur peranan dari para subjek hukum yang berupa hak dan kewajiban.6

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti, mengkaji, dan

menganalisis perlindungan hukum terhadap konsumen dalam perjanjian jasa

hukum dan selanjutnya dituangkan dalam skripsi yang berjudul

“Pertanggungjawaban Firma Hukum terhadap Kerugian yang Diderita oleh

Konsumen Jasa Hukum (Klien) dalam Pemberian Jasa Hukum”.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini ada beberapa

masalah yang dirumuskan dan dicari penyelesaiannya secara ilmiah. Beberapa

masalah tersebut sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan hukum dalam pemberian jasa hukum?

2. Bagaimanakah tanggung jawab firma hukum terhadap kerugian klien?

5 journal.umy.ac.id/index.php/jmh/article/view/1186, diakses pada 12 Februari 2018

pukul 20:00 WIB.

6 Wahyu Sasongko, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit Universitas Lampung,

Bandarlampung, 2011, hlm. 53.

Page 20: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

4

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah pertanggungjawaban firma

hukum terhadap kerugian yang diderita oleh konsumen jasa hukum (klien) dalam

pemberian jasa hukum yang mana termasuk dalam bidang ilmu hukum

keperdataan (ekonomi), khususnya hukum perlindungan konsumen.

1. Ruang Lingkup Keilmuan

Ruang lingkup kajian materi penelitian ini adalah pertanggungjawaban firma

hukum terhadap kerugian yang diderita oleh konsumen jasa hukum (klien) dalam

pemberian jasa hukum yang mana termasuk dalam bidang ilmu hukum

keperdataan (ekonomi), khususnya hukum perlindungan konsumen.

2. Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah mengkaji bagaimana

pertanggungjawaban firma hukum terhadap kerugian yang diderita oleh konsumen

jasa hukum (klien) dalam pemberian jasa hukum dengan pokok bahasan dalam

penelitian ini antara lain:

a. Hubungan hukum dalam pemberian jasa hukum.

b. Tanggung jawab firma hukum terhadap kerugian klien.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitan ini meliputi:

1. Memperoleh analisis lengkap, rinci, dan sistematis mengenai hubungan hukum

dalam pemberian jasa hukum.

2. Memperoleh analisis lengkap, rinci, dan sistematis mengenai tanggung jawab

firma hukum terhadap kerugian klien.

Page 21: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

5

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini mencakup

kegunaan teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan dasar

pengembangan pengetahuan, khususnya ilmu di bidang hukum ekonomi

khususnya mengenai hukum perlindungan konsumen.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan penelitian ini secara praktis adalah:

a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan penambah pengetahuan hukum

bagi penulis mengenai ilmu bidang hukum ekonomi khususnya hukum

perlindungan konsumen.

b. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak khususnya bagi mahasiswa Bagian

Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang

membutuhkan referensi untuk digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan

berkaitan dengan permasalahan hukum dengan pokok bahasan hukum

perlindungan konsumen khususnya mengenai pertanggungjawaban firma

hukum terhadap kerugian yang diderita oleh konsumen jasa hukum (klien)

dalam pemberian jasa hukum.

c. Sebagai salah satu syarat akademik bagi penulis untuk menyelesaikan studi

pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Page 22: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Jasa Hukum dan Perjanjian Kuasa

1. Profesi Advokat sebagai Pemberi Jasa Hukum

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan

dengan tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.7 Advokat dalam

negara hukum merupakan sebuah profesi di bidang hukum, di Indonesia, advokat

sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Advokat adalah pihak yang

terlibat dalam hukum sebagai profesi untuk membela dan mendampingi dan

konsultan bagi mereka yang membutuhkan.

Profesi pada hakekatnya adalah pekerjaan tetap yang berwujud karya pelayanan

yang dijalankan dengan penguasaan dan penerapan pengetahuan di bidang ilmu

tertentu yang pengembangannya dihayati sebagai panggilan hidup dan

pelaksanaannya terikat pada nilai-nilai tertentu yang dilandasi semangat

pengabdian terhadap sesama manusia demi kepentingan umum serta berakar pada

penghormatan dan upaya menjunjung tinggi martabat manusia.8 Peraturan tentang

profesi advokat di Indonesia, dikenal dengan nama Reglement of de Rechtterlijke

organisatie en het Belaid der Justitie in Indonesia (S. 1847 No. 23 yo S. 1848 No.

7 Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

8 Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hlm. 8.

Page 23: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

7

57). Peraturan tersebut dengan segala perubahan dan penambahannya, antara lain

menyebutkan advokat adalah Procereur.

Profesi advokat merupakan jabatan yang mulia, keberadaannya sudah cukup lama

di Indonesia. Pemberian nama jabatan yang mulia diberikan karena aspek

kepercayaan dari pemeberi kuasa atau klien yang dijalankannya untuk

mempertahankan dan memperjuangkan hak-haknyadi forum yang telah

ditentukan. Advokat sebagaimana resmi profesi dalam sistem peradilan kira-kira

pertama ditemukan dalam ketentuan susunan kehakiman dan kebijaksanaan

mengadili.

Penegakan hukum merupakan rangkaian proses penjabaran nilai, ide, dan cita

untuk menjadi sebuah tujuan hukum yakni keadilan dan kebenaran. Nilai-nilai

yang terkandung didalamnya haruslah diwujudkan menjadi realitas yang nyata.

Eksistensi hukum menjadi nyata jika nilai-nilai moral yang terkandung dalam

hukum dapat diimplementasikan dengan baik.9 Indonesia adalah negara hukum

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai negara hukum,

kekuasaan tertinggi lembaga peradilan berada pada Mahkamah Agung Republik

Indonesia dan Mahkamah Konstitusi yang bebas dari segala campur tanga

pengaruh dari luar, oleh karena itu diperlukan adanya profesi advokat yang bebas,

mandiri, dan bertanggung jawab pula untuk terselenggaranya suatu peradilan yang

jujur, adil, dan memiliki kepastian hukum bagi semua pencari keadilan.

Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab dalam

menegakkan hukum telah dijamin dalam Undang-Undang Republik Indonesia

9 Satjipto Raharjo, Penegakan Hukum di Indonesia: Suatu Tinjauan Sosiologis, Genta

Publishing Yogyakarta, 2009, hlm. vii.

Page 24: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

8

Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Pasal 1 ayat (1) pada bagian ketentuan

umum undang-undangn tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud advokat

adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar

pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang

ini. Adapun yang dimaksud dengan bantuan hukum berdasarkan Pasa 1 ayat (2)

adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum,

bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan

melakukan tindakan hukum lain untuk kepetingan hukum kita.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat dan Kode Etik Advokat

telah mengatur hubungan antara advokat dengan klien dan hubungan advokat

dengan teman sejawat. Adapun hubungan antara advokat dengan klien diatur

dalam Pasal 4 kode etik advokat yaitu:

a. Advokat dalam perkara-perkara perdata harus mengutamakan penyelesaian

dengan jalan damai

b. Advokat tidak dibenarkan memberikan keterangan yang dapat menyesatkan

klien perkara yang sedang diurusnya

c. Advokat tdak dibenarkan menjamin kepada kliennya bahwa perkara yang

ditangani akan menang

d. Dalam menetukan besarnya honorarium, advokat wajib mempertimbangkan

kemampuan klien

e. Advokat tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak

perlu

f. Advokat harus menolak perkara yang menurut pertimbangannya tidak ada

dasar hukumnya

Page 25: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

9

g. Advokat wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan

oleh klien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah

berakhirnya hubungan antara advokat dengan klien.

Di samping hubungan advokat dengan klien, diatur pula hubungan antara advokat

dengan teman sejawat, yang diatur dalam Pasal 5 kode etik profesi advokat, yaitu:

a. Hubungan antara teman sejawat advokat harus dilandasi sikap saling

menghormati, saling menghargai, dan saling mempercayai

b. Advokat jika membicarakan teman sejawat atau jika berpapasan satu sama lain

dalam sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak

sopan baik secara lisan maupun tertulis

c. Keberatan-keberatan terhadapa tindakan teman sejawat yang dianggap

bertentangan dengan kode etik advokat harus diajukan kepada Dewan

Kehormatan untuk diperiksa dan tdak dibenarkan untuk disiarkan melalui

media massa atau cara lain

d. Advokat tidak diperkenankan menarik atau merebut seorang klien dari teman

sejawat

e. Apabila klien hendak mengganti advokat, maka advokat yang baru hanya

dapat menerima perkara itu setelah menerima bukti pencabutan pemberian

kuasa advokat semula dan berkewajiban mengingatkan klien untuk memenuhi

kewajibannya apabila masih ada, terhadap advokat semula.

2. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Jasa Hukum

Hubungan hukum dalam konteks perikatan dimaksudkan untuk membedakan

Perikatan sebagai yang dimaksud oleh pembuat undang-undang dengan hubungan

Page 26: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

10

yang timbul dalam lapangan moral dan kebiasaan, yang memang juga

menimbukan adanya kewajiban (kewajiban moral atau sosial) untuk dipenuhi,

tetapi tidak dapat dipaksakan pemenuhannya melalui sarana bantuan hukum. Jadi

di sana memang ada timbul semacam perikatan, tetapi lain dengan kata yang kita

maksud. Sanksi pelanggarannya didasarkan atas ―rasa penyesalan‖ atau

―pengucilan dari pergaulan sosial‖.

Pada perikatan (hukum), kalau debitur tidak memenuhi kewajibannya secara

sukarela – dengan baik dan sebagaimana mestinya – maka kreditur dapat meminta

bantuan hukum agar ada tekanan kepada debitur supaya ia memenuhi

kewajibannya, sekalipun seringkali bukan merupakan executie riil.10

Kontrak

sebagai wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain

menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil.11

3. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Kuasa Khusus

Kepercayaan merupakan hal pokok yang menjadi dasar hubungan klien-

pengacara. Klien mempercayakan masalah hukumnya kepada pengacara, agar

pengacara dapat mewakili mereka mengurus segala kepentingan hukum guna

memenuhi rasa keadilan bagi mereka (klien).

Hubungan kepercayaan klien ini diwujudkan dalam beberapa hal yang harus

dipenuhi oleh klien terhadap pengacaranya dalam menyelesaikan suatu kasus.

Pertama, pemberian surat kuasa, dimana surat kuasa ini sebagai dasar bagi

pengacara untuk bertindak mewakili kepentingan hukum kliennya dalam

10

J. Satrio, Hukum Perikatan: Perikatan pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1999, hlm.

13. 11

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam Kontrak

Komersial, Kencana, Jakarta 2011, hlm. 47.

Page 27: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

11

berhubungan dengan pihak ketiga. Surat kuasa ini menjabarkan batasan-batasan

yang dapat dilakukan seorang pengacara. Kedua, klien berkewajiban memberikan

segala informasi yang benar, yang berhubungan dengan permasalahan hukum

yang dihadapi kepada pengacaranya agar pengacaranya dapat mengurus masalah

tersebut secara maksimal sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki

oleh pengacara.

Ketiga adalah kewajiban bagi klien untuk membayar honorarium kepada

pengacara yang telah melaksanakan tugasnya. Namun dalam hal tertentu

adakalanya seorang pengacara tidak membebankan biaya apapun kepada kliennya

bila kliennya itu berasal dari golongan masyarakat yang tidak mampu dan

memerlukan bantuan hukum. Kesadaran untuk menolong masyarakat tidak

mampu inilah yang membuat profesi pengacara merupakan profesi yang mulia di

mata masyarakat (officium nobile).

Hubungan antara klien dengan pengacaranya biasanya dituangkan dalam bentuk

suatu kontrak. Kontrak ini menjelaskan hak dan kewajiban kedua belah pihak

serta lingkup kerja yang harus dilakukan oleh pengacara. Didalam Kontrak

tersebut juga bisa diatur mengenai penyelesaian sengketa yang mungkin timbul di

kemudian hari antara klien dengan pengacaranya, tentang uang jasa dan kerugian

yang mungkin ditanggung oleh klien.

Klien dapat menuntut pengacaranya apabila dikemudian hari pengacara tersebut

tidak melaksanakan atau lalai dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana

Page 28: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

12

ditentukan dalam kontrak sehingga akhirnya mengakibatkan kerugian bagi klien.

Begitu juga sebaliknya (ps.1365 dan 1366 KUH Perdata).12

Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan

kekuasaan (wewenang) kepada seorang lain yang menerimanya, untuk atas

namanya menyelenggarakan suatu urusan (Pasal 1792 KUH Perdata).13

Orang

yang telah diberikan kuasa (ia dinamakan ―juru kuasa‖ atau ―kuasa‖ saja)

melakukan perbuatan hukum atas nama orang yang memberikan kuasa atau juga

dikatakan bahwa ia mewakili si pemberi kuasa.14

Kuasa diwajibkan selama ia beum dibebaskan, melakukan kuasanya, dan ia

menanggung segala biaya, kerugian, dan bunga yang sekiranya dapat timbul

karena tidak dilaksanakannya kuasa tersebut. Begitu pula ia diwajibkan

menyelesaikan urusan yang sudah mulai dikerjakannya pada waktu si pemberi

kuasa meninggal, jika dengan tidak segera menyelesaikannya dapat timbul suatu

kerugian.15

Subjek dalam perjanjian pemberian kuasa adalah pemberi kuasa dan penerima

kuasa. Yang menjadi pokok perjanjian pemberian kuasa adalah dapat satu atau

lebih perbuatan hukum dalam hukum harta kekayaan.16

Surat kuasa khusus adalah pemberian kuasa yang dilakukan hanya untuk satu

kepentingan tertentu atau lebih (pasal 1975 KUH Perdata). Dalam surat kuasa

12

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1834/perjanjian-jasa-pengacara-terhadap-

klien-, diakses pada tanggal 12 Februari 2018, pukul 15:48. 13

R Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hlm. 140. 14

Ibid, hlm. 141. 15

Ibid, hlm. 146. 16

Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika,

Jakarta, 2004, hlm. 85.

Page 29: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

13

khusus, di dalamnya dijelaskan tindakan-tindakan apa saja yang boleh dilakukan

oleh penerima kuasa. Jadi, karena ada tindakan-tindakan yang dirinci dalam surat

kuasa tersebut, maka surat kuasa tersebut menjadi surat kuasa khusus.

Surat kuasa khusus tidak dapat dipindahkan ke pihak lain karena merupakan salah

satu hak yang dapat dimasukkan dalam pemberian kuasa, yaitu hak substitusi,

sebagaimana diatur dalam pasal 1803 KUH Perdata. Hak substitusi tersebut

memberikan hak bagi penerima kuasa untuk mensubstitusikan kewenangannya

sebagai penerima kuasa kepada orang lain untuk bertindak sebagai penggantinya.

Jadi, kata-kata ―Kuasa ini diberikan tanpa hak untuk memindahkannya kepada

pihak lain, baik sebagian maupun seluruhnya‖ bukan menunjukkan bahwa surat

kuasa tersebut tidak dapat ditarik kembali, namun menunjukkan bahwa penerima

kuasa tidak boleh menunjuk orang lain untuk menggantikannya melaksanakan

kuasa tersebut.

Pasal 1796 KUH Perdata menyatakan bahwa pemberian kuasa yang dirumuskan

dengan kata-kata umum, hanya meliputi perbuatan-perbuatan pengurusan. Pasal

ini selanjutnya menjelaskan bahwa untuk memindahtangankan benda-benda, atau

sesuatu perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik,

diperlukan pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas. Surat kuasa umum

hanya boleh berlaku untuk perbuatan-perbuatan pengurusan saja. Sedangkan,

untuk memindahtangankan benda-benda, atau sesuatu perbuatan lain yang hanya

boleh dilakukan oleh pemilik, tidak diperkenankan pemberian kuasa dengan surat

kuasa umum, melainkan harus dengan surat kuasa khusus.

Page 30: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

14

Perjanjian pemberian kuasa atau lastgeving diatur dalam pasal 1792 sampai

dengan pasal 1819 KUH Perdata. Pasal 1792 KUH Perdata, berbunyi :

Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan

kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya

menyelenggarakan suatu urusan.

Dalam perjanjian pemberian kuasa, salah satu hal penting yang harus diperhatikan

adalah sifat pemberian kuasa. Pasal 1793 KUH Perdata, menyatakan bahwa kuasa

dapat diberikan dan diterima dalam suatu akta umum, dalam suatu tulisan di

bawah tangan, bahkan dalam sepucuk surat ataupun dengan lisan. Penerimaan

suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari pelaksanaan

kuasa itu oleh si kuasa.

Dengan demikian, sebagaimana tersebut dalam ketentuan pasal tersebut,

pemberian kuasa dapat terjadi dengan cara lisan atau dengan tertulis, dalam

bentuk surat, akta bawah tangan, maupun akta otentik (akta notaris).

Pasal 1794 KUH Perdata mengatur bahwa pemberian kuasa terjadi dengan cuma-

cuma, kecuali jika diperjanjikan sebaliknya. Jika dalam hal yang terakhir,

upahnya tidak ditentukan dengan tegas, si kuasa tidak boleh meminta upah yang

lebih daripada yang ditentukan dalam pasal 411 untuk wali. Sehingga menurut

ketentuan pasal 1794 KUH Perdata tersebut, perjanjian pemberian kuasa

(lastgeving) dapat terjadi dengan cuma-cuma tanpa imbalan upah, ataupan dengan

imbalan upah. Apabila pemberian kuasa tersebut dilakukan dengan imbalan upah,

maka besaran upah tersebut dapat ditetapkan dalam perjanjian yang disepakati

Page 31: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

15

oleh pemberi kuasa (lastgever) dengan penerima kuasa (lasthebber) atau

berdasarkan ketentuan undang-undang.

Pada asasnya perjanjian pemberian kuasa terjadi, pada saat seseorang (lastgever)

menyuruh orang lain (lasthebber) untuk melakukan perbuatan hukum guna

kepentingan dirinya. Dalam hal demikian, terdapat pengecualian, pemberian kuasa

tidak dapat dilakukan, terutama berkaitan dengan hal-hal yang sangat pribadi,

misalkan membuat surat wasiat (testamen) atau waris dan dalam hal hukum

keluarga, seperti tugas sebagai suami istri.

Pemberian kuasa ditinjau dari persoalan yang dapat diberi kuasa (dikuasakan),

dapat terjadi dalam dua hal, yaitu :

Pemberian kuasa khusus, maksudnya dalam bidang tertentu saja. Dala hal ini

penerima kuasa tidak boleh bertindak melebihi wewenang yang telah diberikan.

Pemberian kuasa umum, maksudnya dalam segala macam kepentingan atau

perbuatan pengurusan.

Sedangkan pemberian kuasa berkaitan dengan pemindah-tanganan benda-benda,

penjaminan (menghipotikkan) benda tetap, pembuatan perjanjian perdamaian, dan

perbuatan yang sifatnya dilakukan oleh pemilik sendiri, bentuk pemberian kuasa

harus secara tegas dan dibuat secara tertulis. Demikian itu sebagaimana

ditegaskan dalam ketentuan pasal 1796 KUH Perdata, yang berbunyi :

Pemberian kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata umum, hanya meliputi

perbuatan-perbuatan pengurusan. Untuk memindah-tangankan benda-benda atau

untuk meletakkan hipotik di atasnya, atau lagi untuk membuat suatu perdamaian,

Page 32: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

16

ataupun sesuatu perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik,

diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata yang tegas.

Perjanjian pemberian kuasa dapat terjadi dalam dua kemungkinan, yaitu :

Perwakilan secara langsung. Penerima kuasa dalam bertindak memberitahukan

kepada pihak ketiga bahwa ia berbuat atas suruhan orang lain.

Perwakilan secara tidak langsung. Penerima kuasa tidak memberitahukan kepda

pihak ketiga bahwa ia disuruh pemberi kuasa, tetapi ia bertindak keluar terhadap

pihak ketiga, seolah-olah untuk kepentingannya sendiri.

Dua bentuk perjanjian pemberian kuasa dapat berupa perjanjian kuasa dalam arti

sempit, yaitu perjanjian pemberian kuasa sebagaimana dimaksud dalam pasal

1792 KUH Perdata, dan perjanjian pemberian kuasa dalam arti luas, yaitu

termasuk juga meliputi tindakan yang sifatnya mewakili kepentingan orang lain,

seperti tindakan orang tua atau wali terhadap anak, tindakan guru terhadap murid,

tindakan suami terhadap istri, dan lain-lain.

Lahirnya perjanjian pemberian kuasa tersebut dapat terjadi karena, pertama,

perjanjian, yaitu yang terjadi karena kesepakatan pihak pemberi kuasa dengan

penerima kuasa, dan kedua, undang-undang, yaitu karena adanya faktor

pengertian pemberian kuasa dalam arti luas seperti dimaksud di atas.

Teori penguasaan atau voltmacht adalah suatu pemberian kuasa yang merupakan

sumber kekuasaan untuk mewakili kepentingan orang lain dalam melakukan

perbuatan-perbuatan hukum.

Page 33: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

17

Kewajiban pemberi kuasa diatur dalam pasal 1807 sampai dengan pasal 1811

KUH Perdata, yang pada garis besarnya adalah wajib memenuhi perikatan yang

dibuat oleh penerima kuasa, kecuali di luar tugas yang diberikannya,

mengembalikan uang muka dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penerima

kuasa dan membayar upah penerima kuasa, meskipun tugas penerima kuasa

tersebut tidak berhasil, memberikan ganti rugi terhadap kerugian yang diderita

penerima kuasa sewaktu menjalankan kuasa, kecuali hal-hal yang merupakan

kelalaian atau kekurang hati-hatian, membayar bunga atas uang muka yang

dikeluarkan penerima kuasa terhitung mulai hari dikeluarkannya uang muka

tersebut.

Pasal 1813 KUH Perdata, menyatakan bahwa pemberian kuasa berakhir dengan

ditariknya kembali kuasanya si kuasa, dengan pemberitahuan penghentian

kuasanya oleh si kuasa, dengan meninggalnya, pengampuannya, atau pailitnya si

pemberi kuasa maupun si kuasa, dengan pernikahannya si perempuan yang

memberikan atau menerima kuasa.

Menurut ketentuan pasal 1813 KUH Perdata tersebut, perjanjian pemberian kuasa

akan berakhir apabila :

1. Ditarik kembali kuasa tersebut oleh pemberi kuasa.

2. Penerima kuasa atau pemberi kuasa meninggal dunia.

3. Pemberi kuasa atau penerima kuasa berada di bawah pengampuan (curatele).

4. Pemberi kuasa atau penerima kuasa pailit.17

17

Marhainis Abdulhay, Hukum Perdata Material, Pradnya Paramita, Jakarta, 1984, hlm. 74

Page 34: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

18

B. Perbuatan Melawan Hukum

1. Pengertian Perbuatan Melawan Hukum

Istilah perbuatan melawan hukum berasal dari Bahasa Belanda disebut dengan

istilah onrechmatige daad atau dalam bahasa Inggris disebut tort. Kata tort

berkembang sedemikian rupa sehingga berarti kesalahan perdata yang bukan dari

wanprestasi kontrak. Kata tort berasal dari bahasa Latin orquer atau tortus, dalam

bahasa Prancis, seperti kata wrong dalam Bahasa Inggris yang berasal dari Bahasa

Prancis (wrung) yang berarti kesalahan atau kerugian (injury).

Penafsiran Perbuatan Melawan Hukum dalam arti sempit adalah bahwa kita baru

mengatakan ada onrechtmatige daad, kalau:

- Ada pelanggaran terhadap hak subjektif seseorang;

- Tindakan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku.18

Namun ada beberapa keberatan terhadap pendapat yang sempit (Perbuatan

Melawan Hukum dalam arti sempit). Pendapat yang sempit ternyata telah

menimbulkan banyak ketidakpuasan di antara para sarjana maupun para pencari

keadilan, karena dianggap sebagai sebab dari jatuhnya keputusan-keputusan yang

tidak patut/adil.19

Salah satu keputusan yang oleh para sarjana sering dikemukakan sebagai contoh

adalah Keputusan H.R. 24 November 1905, yang dikenal dengan nama Keputusan

Prospectus (Prospectus Arrest). Duduk perkaranya kurang lebih adalah sebagai

berikut: seseorang telah mengemukakan keadaansuatu Perseroan Terbatas dalam

suatu prospektus, yang diedarkan kepada masyarakat, tidak sesuai dengan

18

J. Satrio, Hukum Perikatan: Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang Bagian

Pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm. 149. 19

Ibid., hlm. 152.

Page 35: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

19

keadaan yang sebenarnya, yaitu dengan melebih-lebihkan, dengan maksud

mengundang publik untuk turut serta dengan membeli andilnya.

Ada yang termakan tulisan tersebut, lalu membeli saham perseroan itu dan

kemudian menderita rugi. Si pembeli menuntut ganti rugi dari orang yang

memberikan keterangan yang tidak benar itu, tetapi oleh H.R. ditolak, dengan

alasan antara lain, bahwa memang benar dipandang dari sudut moral ada

kewajiban pada orang untuk berhati-hati dalam memberikan advis-advis finansial,

namun kelalaian yang demikian bukanlah merupakan pelanggaran kewajiban

hukum dan oleh karena itu orang yang memberikann advis finansial tak dapat

dituntut ganti rugi berdasarkan tindakan melawan hukum.20

R. Wirjono Projodikoro mengartikan kata onrechtmatige daad sebagai perbuatan

melanggar hukum. Menurutnya perkataan ―perbuatan‖ dalam rangkaian kata-kata

―perbuatan melanggar hukum‖ dapat diartikan positif melainkan juga negatif,

yaitu meliputi juga hal yang orang dengan berdiam diri saja dapat dikatakan

melanggar hukum karena menurut hukum seharusnya orang itu bertindak.

Perbuatan negatif yang dimaksudkan bersifat ―aktif‖ yaitu orang yang diam saja,

baru dapat dikatakan melakukan perbuatan hukum, kalau ia sadar, bahwa ia

dengan diam saja adalah melanggar hukum. Maka yang bergerak bukan tubuhnya

seseorang itu, melainkan pikiran dan perasaannya. Jadi unsur bergerak dari

pengertian ―perbuatan‖ kini pun ada. Perkataan ―melanggar‖ dalam rangkaian

kata-kata ―perbuatan melanggar hukum‖ yang dimaksud bersifat aktif, maka

menurut beliau perkataan yang paling tepat untuk menerjemahkan

20

Ibid., hlm. 153-154.

Page 36: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

20

onrechtmatigedaad ialah perbuatan melanggar hukum karena istilah perbuatan

melanggar hukum menurut Wirjono Prodjodikoro ditujukan kepada hukum yang

pada umumnya berlaku di Indonesia dan yang sebagian terbesar merupakan

hukum adat.21

Pada prinsipnya, tujuan dibentuknya sistem hukum yang kemudian dikenal

dengan perbutan melawan hukum tersebut adalah untuk dapat tercapai sperti apa

yang disebut oleh pribahasa latin, yaitu (juris praecepta sunt haec honeste vivere,

alterum non leadere, suum cuque tribune) artinya semboyan hukum adalah hidup

secara jujur, tidak merugikan orang lain dan memberikan orang lain haknya.

Sebelum tahun 1919 yang dimaksud perbuatan melawan hukum adalah perbuatan

yang melanggar peraturan tertulis. Namun sejak tahun 1919 berdasar Arrest HR

31 Januari 1919 dalam perkara Cohen melawan Lindenbaum, maka yang

dimaksud perbuatan melawan hukum adalah perbuatan yang melanggar hak orang

lain, hukum tertulis dan hukum tidak tertulis, kewajiban hukum serta kepatutan

dan kesusilaan yang diterima di masyarakat.22

Perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad) diatur dalam Buku III Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata. Rumusan perbuatan melawan hukum terdapat

pada Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu tiap perbuatan

melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan

orang yang karena kesalahannya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian

tersebut.

21

Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melanggar Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2000,

hlm. 1. 22

https://ninyasminelisasih.com/2012/05/31/perbuatan_melawan_hukum/#_ftnref2, diakses

pada tanggal 9 Februari 2018 pukul 01:11 WIB.

Page 37: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

21

Berdasarkan pengertian perbuatan melawan hukum Pasal 1365 maka dalam

melakukan gugatan perbuatan melawan hukum harus dipenuhi unsur-unsur

sebagai berikut:

a. Adanya suatu perbuatan,yaitu Suatu perbuatan melawan hukum diawali oleh

perbuatan si pelakunya.

b. Perbuatan yang melanggar Hukum, yaitu suatu perbuatan yang melanggar hak

subyektif orang lain atau yang bertentangan dengan kewajiban hukum dari si

pembuat sendiri yang telah diatur dalam undang-undang.

c. Ada kesalahan, bisa karena kesengajaan atau karena kealpaan. Kesengajaan

maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal pasti tahu konsekuensi dari

perbuatannya itu akan merugikan orang lain. Kealpaan berarti ada perbuatan

mengabaikan sesuatu yang mestinya dilakukan, atau tidak berhati-hati atau

teliti sehingga menimbulkan kerugian bagi orang lain23

Namun demikian

adakalanya suatu keadaan tertentu dapat meniadakan unsur kesalahan,

misalnya dalam hal keadaan memaksa (overmacht) atau si pelaku tidak sehat

pikirannya (gila).

d. Ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan, maksudnya, ada

hubungan sebab akibat antara perbuatan yang dilakukan dengan akibat yang

muncul.

e. Ada kerugian, kerugian berupa materil/imateril.

Menurut Munir Faudy, perbuatan melawan hukum adalah sebagai suatu

kumpulan dari prinsip-prinsip hukum yang bertujuan untuk mengontrol atau

mengatur perilaku bahaya, untuk memberikan tanggung jawab atas suatu

23

Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, Citra Adiyta Bakti,

Bandung, 2010, hlm. 3.

Page 38: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

22

kerugian yang terbit dari interaksi sosial, dan untuk menyediakan ganti rugi

terhadap korban dengan suatu gugatan yang tepat.24

2. Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum

Perbuatan Melawan Hukum atau onrechtmatige daad diatur dalam Pasal 1365

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek (BW), dalam

Buku III BW, yang berbunyi, ―Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa

kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya

menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.‖ Selanjutnya, sesuai

dengan ketentuan dalam pasal 1365 BW, bahwa suatu Perbuatan Melawan

Hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Adanya suatu perbuatan;

2. Perbuatan tersebut melawan hukum;

3. Adanya kesalahan dari pihak pelaku;

4. Adanya kerugian bagi korban; dan

5. Adanya hubungan kausal antara perbuatan-perbuatan dengan kerugian.

Perbuatan yang dapat dikualifikasikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum

menurut Rosa Agustina diperlukan 4 syarat, yakni:

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain

3. Bertentangan dengan kesusilaan

4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

24

Ibid.

Page 39: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

23

Mencermati perluasan dari unsur ―melanggar hukum‖ dari Pasal 1365 BW

tersebut di atas, dalam praktek, Pasal 1365 BW sering disebut sebagai pasal

―keranjang sampah‖.25

3. Unsur Kesalahan dan Kelalaian dalam Perbuatan Melawan Hukum

Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, undang-undang, dan

yurisprudensi mensyaratkan agar pada pelaku PMH harus mengandung unsur

kesalahan (schuldelement) dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Karena itu,

tanggung jawab tanpa kesalahan (strict liability) tidak termasuk tanggung jawab

berdasarkan kepada pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jika

dalam hal tertentu diberlakukan tanggung jawab tanpa kesalahan yang dimaksud,

hal tersebut tidaklah didasari atas pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata, tetapi didasarkan pada undang-undang lain.

Salah satu syarat untuk dapat menuntut ganti rugi berdasarkan onrechtmatige

daad seperti Pasal 1365 adalah adanya unsur ―salah/schuld‖, yang perlu diingat

adalah bahwa unsur salah di sini – dalam Pasal 1365 – adalah unsur yang harus

ada kaitannya dengan tuntutan ganti rugi, bukan dalam rangka untuk menetapkan

adanya tindakan melawan hukum.

Unsur ―kesalahan/schuld‖ di sini adalah sesuatu yang tercela, yang berkaitan

dengan perilaku dan akibat perilaku si pelaku, yaitu kerugian, perilaku, dan

kerugian mana dapat dipertanggungjawabkan kepadanya; jadi perilaku dan akibat

perilaku yang onrechtmatig itu harus dapat dipersalahkan kepada si pelaku. Ini

sengaja dikemukakan, karena kata ―schuld‖ dalam Bahasa Belanda mempunyai

25

Op. Cit., Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, hlm. 117.

Page 40: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

24

berbagai arti, seperti antara lain sebagai lawan dari ―kesengajaan/opzet‖. Dalam

hukum pidana, apakah orang yang melakukan tindak pidana melakukannya

dengan sengaja (ada opzet) atau karena kelalaian (schuld), mempunyai akibat

yang lain, tetapi dalam Hukum Perdata, sepanjang mengenai besarnya ganti rugi

(sebagai akibat tindakan yang melawan hukum) tidak ada pengaruhnya.26

Oleh karena pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mensyaratkan

adanya unsur kesalahan (schuld) dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka

perlu diketahui bagaimana cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan

dianggap oleh hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum jika memenuhi unsur-unsur sebagai

berikut:

a. adanya unsur kesengajaan;

b. adanya unsur kelalaian (negligence, culpa); dan

c. tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf (rechtvaardigingsgrond),

seperti keadaan overmacht, membela diri, tidak waras, dan lain-lain.

Kata ―kesalahan‖ dalam arti sempit – yang biasa juga disebut ―kelalaian‖ –

berkaitan erat dengan masalah perbuatan yang ―dapat dihindari‖ dan ―seharusnya

berbuat lain‖; ada atau tidaknya unsur ―kelalaian‖ berpengaruh besar dalam

permasalahan onrechtmatige daad. Mengenai apakah orang itu ―bisa berbuat lain‖

berkaitan erat dengan sifat onrechtmatig dari perbuatannya. Kalau yang

bersangkutan tak dapat berbuat lain – dengan perkataan lain menghadapi

overmacht – maka si pelaku tidak dapat dikatakan melakukan onrechtmatige

26

J. Satrio, Hukum Perikatan: Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang Bagian

Pertama, Op. Cit., hlm. 238-239.

Page 41: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

25

daad, sekalipun perbuatannya memenuhi salah satu atau lebih unsur-unsur formal

onrechtmatige daad dalam rumusan yang luas.

Sesudah diketahui bahwa si pelaku bisa berbuat lain, maka selanjutnya masih

harus dipertanyakan apakah ia ―seharusnya‖ berbuat lain? Di sini

permasalahannya sudah lain, di sini yang dipertanyakan apakah perbuatan seperti

itu bisa dipersalahkan kepada dan kaenanya dipertanggungjawabkan kepada si

pelaku? Masalah ―seharusnya berbuat lain‖ juga mempunyai kaitan dengan

masalah ―apakah ia tahu atau seharusnya tahu‖bahwa perbuatannya onrechtmatig

dan menimbulkan akibat yang merugikan orang lain.27

C. Firma

1. Pengertian Firma

Persekutuan firma merupakan salah satu organisasi bisnis, dimana dilakukan

perjanjian antara dua orang atau lebih untuk melakukan kerjasama dengantujuan

memperoleh keuntungan bersama. Pendirian firma harus resmi, artinya harus

dibuat di depan Notaris dan terdaftar di pengadilan. Oleh karena itu pendirian

firma lebih sulit dibandingkan dengan perusahaan perorangan. Setiap anggota

firma harus menyerahkan seluruh atau sebagian kekayaannya kepada perusahaan

dan harus tercantum dalam akte pendirian organisasi, dibuat di hadapan notaris,

didaftarkan di Pengadilan, diumumkan di Berita Negara. Organisasi firma

memperoleh keuntungan, maka akan dibagi berdasarkan berbandingan yang telah

disetujui bersama oleh anggota firma, sedangkan apabila terjadi kerugian, maka

27

Ibid., hlm. 240-241.

Page 42: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

26

seluruh anggota firma harus menanggung secara bersama-sama, dan bilamana

perlu dengan seluruh kekayaan pribadinya.

Pada firma, kepribadian para sekutu yang bersifat kekeluargaan sangat

diutamakan. Hal ini dapat dimaklumi karena sekutu dalam persekutuan firma

adalah anggota keluarg ataupun teman sejwat, yang bekerja sama secara aktif

menalankan perusahaan mencari keuntungan bersama dengan tanggung jawab

bersama secara pribadi.28

Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD),

Persekutuan Firma adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu

perusahaan dengan memakai nama bersama.

Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan perdata, maka dasar

hukum persekutuan firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 KUHD

dan pasal-pasal lainnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang

terkait. Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa persekutuan firma harus

didirikan dengan akta otentik tanpa adanya kemungkinan untuk disangkalkan

kepada pihak keiga bila akta itu tidak ada.

Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan setelah akta pendirian dibuat,

maa harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri dimana firma tersebut

berkedudukan dan kemudian akta pendirian tersebut harus diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia.29

28

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,

2010, hlm. 89. 29

Adi Samadani, Dasar-dasar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013, hlm. 46.

Page 43: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

27

2. Proses Pendirian Firma

Firma adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan

dengan nama bersama (pasal 16 KUHD). Adapun persekutuan perdata adalah

perjanjian dengan nama dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk menyetorkan

sesuatu kepada persekutuan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat atau

keuntungan (pasal 1618 KUHPerdata) berdasarkan definisi tersebut, dapat

dinyatakan bahwa persekutuan itu disebut firma apabila mengandung unsur-unsur

pokok berikut ini:

a. Persekutuan perdata (pasal 1618 KUH Perdata);

b. Menjalankan perusahaan (pasal 16 KUHD);

c. Dengan nama bersama atau firma (pasal 16 KUHD);

d. Tanggung jawab sekutu bersifat pribadi untuk keseluruhan (pasal 18

KUHD).30

Firma (Fa) artinya nama bersama. Penggunaan nama bersama untuk nama

perusahaan dapat dilakukan dengan cara berikut ini:

a. Menggunakan nama seseorang sekutu, misalnya Fa Haji Tawi;

b. Menggunakan nama seseorang sekutu dengan tambahan yang menunjukan

anggota keluarganya, misalnya Fa Ibrahim Aboud and Bros;

c. Menggunakan nama bidang usaha perusahaan, misalnya Fa ayam buras;

d. Menggunakan himpunan nama sekutu secara singkat, misalnya Fa Astra

(sengkatan Ali, Sumarni, Tontowi, Rafi‘ah, dan Astaman);

e. Menggunakan nama lain, misalnya Fa Sumber Jaya.31

30

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Op. Cit., hlm. 88 31

Ibid.

Page 44: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

28

Berdasarkan Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Persekutuan Firma

adalah persekutuan yang diadakan untuk menjalankan suatu perusahaan dengan

memakai nama bersama. Menurut pendapat lain, Persekutuan Firma adalah setiap

perusahaan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah nama

bersama atau firma sebagai nama yang dipakai untuk bergabung bersama-sama.

Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan perdata, maka dasar

hukum persekutan firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 35 Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan pasal-pasal lainnya dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yang terkait.

Dalam Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa persekutuan firma harus didirikan

dengan akta otentik tanpa adanya kemungkinan untuk disangkalkan kepada pihak

ketiga bila akta itu tidak ada. Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan

setelah akta pendirian dibuat, maka harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan

Negeri dimana firma tersebut berkedudukan dan kemudian akta pendirian tersebut

harus diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Selama akta

pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga menganggap

firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam usaha,

didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu berwenang

menandatangani berbagai surat untuk firma ini sebagaimana dimaksud di dalam

Pasal 29 KUHD.32

Sekutu yang ditunjuk atau diberi kuasa untuk menjalankan tugas pengurus harus

ditentukan dalam akta tersendiri dan didaftarkan di kepaniteraan pengadilan

32

Jimmy Hasoloan, Pengantar Ilmu Ekonomi, Deepublish, Yogyakarta, 2010, hlm. 33.

Page 45: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

29

negeri setempat serta diumumkan dalam tambahan berita Negara. Hal ini penting

supaya pihak ketiga dapat mengetahui siapa yang menjadi pengurus yang

berhubungan dengannya.

Dalam anggaran dasar atau akta penempatan pengurus ditentukan juga bahwa

pengurus berhak bertindak atas nama firma (pasal 17 KUHD). Jika tidak ada

ketentuan, setiap sekutu dapat mewakili firma yang mengikat juga para sekutu

lain sepanjang mengenai perbuatan bagi kepentingan firma (pasal 18 KUHD).

Akan tetapi, kekuasaan tertinggi dalam firma ada di tangan semua sekutu. Mereka

memutuskan segala masalah dengan musyawarah berdasarkan ketentuan yang

ditetapkan dalam anggaran dasar firma.33

3. Firma sebagai Subjek Hukum

Hukum menurut Mochtar Kusumaatmadja jika diartikan dalam artinya yang luas

maka hukum itu tidak saja merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah

yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat melainkan meliputi

lembaga-lembaga (institutions) dan proses-proses, (processes) yang mewujudkan

berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataaan.

Di mana ada masyarakat, di sana ada hukum, kata Cicero. Karena itu menurut

Sudiman Kartohadiprodjo suatu unsur pokok dalam hukum ialah bahwa hukum

itu adalah sesuatu yang berkenaan dengan manusia.34

Subjek hukum merupakan salah satu pengertian pokok dan bentuk dasar yang

dipelajari oleh teori hukum, karena itu pertanyaan apa subjek hukum juga

33

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Op. Cit., hlm. 90-91. 34

Chidir Ali, Badan Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 1999, hlm 1.

Page 46: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

30

merupakan persoalan teori hukum yaitu teori dari hukum positif, artinya teori

yang hanya dapat diuraikan bertalian dengan hukum positif.35

Subjek hukum adalah hanya orang, yaitu manusia (person), maka dari itu

manusia adalah subjek hukum, namun ketentuan demikian itu belumlah

memenuhi tuntutan batasan definisi yang lengkap dan tepat. Karena sebagaimana

dimaklumi, bahwa gejala-gejala dari hal yang sehari-hari disebut subjek hukum

menurut kenyataannya dalam masyarakat ialah tidak hanya terbatas pada orang

saja, tetapi juga ada hal lain yaitu yang disebut badan hukum (rechtspersoon).36

Firma, dalam hal ini, tidak dapat dikatakan sebagai Badan Hukum, namun firma

(partnership) adalah suatu usaha bersama antara dua orang atau lebih yang

dimaksudkan untuk menjalankan suatu usaha di bawah suatu nama bersama.

Perusahaan firma ini di awal penyebutan namanya sering disingkat dengan ―Fa‖.37

Meskipun bukan Badan Hukum, namun para partner dalam Firma memiliki sistem

tanggung jawab tersendiri. Terhadap setiap tindakan yang dilakukan untuk dan

atas nama firma, maka yang bertaggung jawab secara hukum adalah para persero

itu secara renteng untuk seluruh utang (jointly and severally) dari firma tersebut

tanpa melihat siapakah di antara persero tersebut yang secara riil melakuka

tindakan tersebut. Ini adalah wajar mengingat suatu firma bukanlah suatu badan

hukum, sehingga tidak ada kekayaan yang khusus disisihkan untuk berbisnis,

35

Ibid, hlm. 5. 36

Ibid, hlm. 6-7. 37

Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 42-43.

Page 47: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

31

tetapi harta yang dipergunakan untuk berbisnis adalah harta pribadi para persero

tersebut.38

D. Hukum Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata

1. Hukum Pembuktian secara Umum

Hukum pembuktian (law of evidence) dalam berperkara merupakan bagian yang

sangat kompleks dalam proses litigasi. Keadaan kompleksitasnya makin rumit,

karena pembuktian berkaitan dengan kemampuan merekonstruksi kejadian atau

peristiwa masa lalu (past event) sebagai suatu kebenaran (truth). Meskipun

kebenaran yang dicari dan diwujudkan dalam proses peradilan perdata, bukan

kebenaran yang bersifat absolut (ultimate truth), tetapi bersifat kebenaran relative

atau bahkan cukup bersifat kemungkinan (probable), namun untuk mencari

kebenaran yang demikian pun, tetap menghadapi kesulitan.39

2. Beban Pembuktian Perkara Perdata

Salah satu bagian penting dalam sistem hukum pembuktian perkara perdata adalah

beban pembuktian (bewijstlast/burden of proof). Kepada pihak mana dipikulkan

beban pembuktian apabila timbul suatu perkara, keliru memikulkan beban

pembuktian dapat menimbulkan kesewenangan terhadap pihak yang dibebani, dan

memberi keuntungan gratis kepada pihak yang lain. Untuk menghindari kesalahan

pembebanan pembuktian yang tidak proporsional, perlu dipahami prinsip dan

praktik yang berkenaan dengan penerapannya.

38

Ibid, hlm. 43-44. 39

John J. Cound, cs. Civil Procedure: Cases and Material, West Publishing, St. Paul Minn,

1985, hlm. 867.

Page 48: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

32

Berbicara mengenai beban pembuktian, menyangkut langsung dengan masalah

pembagian beban pembuktian. Masalah apa saja yang dibebankan pembuktiannya

kepada penggugat, dan bagian mana yang menjadi beban tergugat. Supaya tidak

terjadi praktik pembebanan yang merugikan salah satu pihak, harus dipedomani

dua prinsip berikut.40

a. Tidak bersikap berat sebelah; dan

b. Menegakkan risiko alokasi pembebanan.

E. Kerangka Pikir

Keterangan:

Hubungan hukum antara konsumen jasa hukum (klien) dengan pelaku usaha jasa

hukum (firma) melahirkan hak dan kewajiban. Ada dua hubungan hukum yang

mengikat konsumen jasa hukum dengan pelaku usaha jasa hukum dalam

40

Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,

Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 518.

Pelaku Usaha Jasa

Hukum

Konsumen Jasa Hukum

Kewajiban Hak

Sengketa

PMH/Wanprestasi Malpraktek

PN Sanksi Etik

Page 49: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

33

pemberian jasa hukum. Pertama, perjanjian jasa hukum yang disepakati oleh

firma hukum dan klien. Kedua, perjanjian kuasa yang diberikan oleh klien kepada

advokat dari firma hukum terkait yang ditunjuk sebagai kuasa.

Hubungan hak dan kewajiban tersebut dapat terjadi sengketa, yang merupakan

salah satu fokus penelitian ini. Penyelesaian sengketa antara firma hukum dengan

klien dapat diselesaikan melalui pengadilan dengan delik Perbuatan Melawan

Hukum atau Wanprestasi maupun di luar pengadilan dengan sanksi etik.

Page 50: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

34

III. METODE PENELITIAN

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisisnya. Untuk itu diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta

hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas

permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.41

Penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan, megembangkan, atau

menguji kebenaran suatu pengetahuan. Menemukan berarti berusaha memperoleh

sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan. Mengembangkan berarti

memperluas dan menggali lebih dalam sesuatu yang sudah ada. Menguji

kebenaran dilakukan jika apa yang sudah ada masih atau menjadi diragu-ragukan

kebenarannya.42

Menurut Soerjono Soekanto penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan

dengan analisa, dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Analisa

dapat dilakukan secara metodologis berarti berdasarkan suatu sistem, sedangkan

konsisten berarti berdasarkan tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu

41

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997,

hlm. 39. 42

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Salatiga, 1982,

hlm. 15.

Page 51: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

35

kerangka tertentu.43

Tujuan dari penelitian diantaranya mendapatkan pengetahuan

tentang suatu gejala, sehingga dapat merumuskan masalah dan dapat merumuskan

hipotesa, untuk menggambarkan secara lengkap karakteristik suatu keadaan dari

perilaku, memperoleh data mengenai hubungan gejala dengan gejala lainnya dan

dapat menguji hipotesa yang berhubungan dengan sebuah akibat.44

Penelitian merupakan suatu sarana ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, sehingga metodologi penelitian yang diterapkan harus senantiasa

disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. Hal ini tidaklah

selalu metodologi penelitian yang digunakan berbagai ilmu pengetahuan

mempunyai identitas masing-masing, sehingga pasti akan ada berbagai perbedaan

identitas masing-masing, sehingga pasti akan ada berbagai perbedaan. Atas dasar

hal-hal tersebut di atas, metodologi penelitian hukum juga memiliki ciri-ciri

tertentu.45

Berdasarkan segi fokus kajiannya, penelitian hukum dapat dibedakan

menjadi tiga tipe yaitu penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif-

empiris atau normatif-terapan, dan penelitian hukum empiris.46

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah

penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum

yang menggunakan studi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum.

Pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah

43 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2010,

hlm. 42. 44

Ibid., hlm. 9. 45

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, Rajawali, Jakarta, 2006, hlm. 1. 46

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2004, hlm. 52.

Page 52: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

36

yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap

orang.47Penelitian ini mengkaji isi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.

410/PDT.G/2013/PN.JKT SEL. dengan bahan-bahan pustaka dan perundang-

undangan yang berlaku yang berkaitan dengan perlindungan terhadap konsumen.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian hukum deskriptif

bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi)

lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat

tertentu, atau mengenai gejala yuridis yang ada, atau peristiwa hukum tertentu

yang terjadi dalam masyarakat.48 Penelitian ini diharapkan mampu untuk

memberikan informasi secara lengkap dan jelas mengenai perlindungan terhadap

para konsumen yang kehilangan kendaraan khususnya sepeda motor di area

perparkiran dan juga mengenai mencantuman klausula baku yang dilarang oleh

Undang-Undang.

C. Pendekatan Masalah

Dalam membahas dan memecahkan masalah-masalah dalam penelitian ini penulis

menggunakan jenis metode pendekatan kasus (case approach) dengan tipe studi

normatif yudisial49 yang mengkaji isi putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

No. 410/PDT.G/2013/PN.JKT SEL. Metode pendekatan kasus ini dilakukan

dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitan dengan isu yang di

47

Ibid. 48

Ibid, hlm. 50. 49

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT.Citra

Aditya Bakti, hlm. 149

Page 53: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

37

hadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang tetap.50 Pendekatan kasus

dalam penelitian normatif bertujuan untuk mempelajari norma-norma atau kaidah

hukum dalam praktek hukum. Dalam menggunakan prendekatan kasus, yang

perlu dipahami oleh peneliti adalah ratio decidendi, yaitu alasan hukum yang

digunakan hakim untuk sampai kepada putusannya.51

D. Sumber Data dan Jenis Data

Berdasarkan permasalahan dan pendekatan masalah yang digunakan maka

penelitian ini menggunakan sumber data kepustakaan. Sedangkan jenis datanya

adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui bahan pustaka dengan cara

mengumpulkan diri berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti. Data sekunder terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat

secara umum atau bagi para pihak berkepentingan seperti Putusan Majelis

Hakim dan Peraturan Perundang-Undangan yang berhubungan dengen

penelitian ini, antara lain:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata)

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

4. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 410/PDT.G/2013/PN.JKT

SEL.

50

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 93. 51

Ibid., Hlm 119.

Page 54: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

38

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu badan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer yaitu berupa literatur hukum berupa literatur-

literatur mengenai penelitian ini, meliputi buku-buku hukum, hasil karya dari

kalangan hukum, dan lainnya yang berupa penelusuran internet, jurnal surat

kabar, dan makalah.52

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi,

petunjuk maupun penjelasan tentang bahan primer dan bahan hukum

sekunder. antara lain berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Hukum,

media massa serta pencarian melalui website.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal

dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam

penelitian hukum normatif. Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data

sekunder yaitu melakukan serangkaian kegiatan studi dokumentasi dengan cara

membaca dan mengutip literatur-literatur, mengkaji peraturan perundangan-

undangan yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.53

b. Studi Dokumen

52

Sri Mamudji, dkk., Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, UI Press, Jakarta, 2006, hlm.

12. 53

Ibid., hlm. 81-83.

Page 55: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

39

Studi dokumen yaitu berupa pengkajian informasi tertulis mengenai hukum

yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi boleh diketahui oleh pihak

tertentu. Studi dokumen dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji putusan

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 410/PDT.G/2013/PN.JKT SEL.

Setelah melakukan pengumpulan data, selanjutnya pengolahan data yang

diperoleh digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti.

F. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara:

a. Pemeriksaan data yaitu proses meneliti kembali data yang diperoleh dari

berbagai kepustakaan yang ada, menelaah isi putusan. Hal tersebut dilakukan

untuk mengetahui apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah

benar, dan sudah sesuai dengan masalah.

b. Rekonstruksi Data yaitu menyusun ulang data secara manual, berurutan, logis,

sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.

c. Sistematika Data yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika

bahasan berdasarkan urutan masalah.54

G. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu menafsirkan data dan hasilnya

diuraikan dalam bentuk kalimat secara teratur, runtun, logis, efektif, sehingga

memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis kemudian ditarik

54

Ibid., hlm. 126.

Page 56: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

40

kesimpulan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai jawaban dari

permasalahan yang dibahas.55

55

Ibid., hlm. 127.

Page 57: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

78

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hubungan hukum antara firma hukum dengan klien dalam pemberian jasa

hukum memiliki dua cabang, pertama, hubungan hukum yang lahir dari

perjanjian jasa hukum antara firma hukum dengan klien, dan yang kedua

adalah hubungan hukum antara advokat yang ditunjuk oleh firma hukum

sebagai penerima kuasa dengan klien sebagai pemberi kuasa.

Kedua hubungan hukum tersebut memiliki relasi yang terpisah namun tetap

berkesinambungan, dalam hal ini jika terjadi wanprestasi di kemudian hari.

Seperti dalam gugatan yang dilayangkan oleh Sumatra Partners LLC

(Putusan No. 410/PDT.G/2013/PN. JKT SEL.) kepada Firma Hukum

ABNR, yang mana para para pengurus firma dijadikan Tergugat sementara

para advokat yang menerima kuasa dijadikan Turut Tergugat.

2. Tanggung jawab firma hukum terhadap kerugian yang diderita klien, dalam

konteks keperdataan, dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu wanprestasi dan

perbuatan melawan hukum. Namun apabila dikerucutkan dengan melihat

perjanjian sebagai kausa dari kerugian yang diderita klien, maka

penyebabnya hanyalah wanprestasi. Adapun malpraktek advokat bukan

merupakan tanggung jawab firma, karena sanksi etik dibebankan kepada

Page 58: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

79

advokat secara pribadi. Meski demikian, advokat memiliki hak imunitas

dengan batasan-batasan tertentu seperti yang telah diatur oleh peraturan

perundang-undangan terkait.

B. Saran

Berdasarkan permasalahan yang telah teliti oleh penulis dalam penelitian ini,

maka penulis mencoba memberikan saran berkaitan dengan pertanggungjawaban

firma hukum terhadap kerugian yang diderita oleh konsumen jasa hukum (klien)

dalam pemberian jasa hukum. Adapun saran dari penulis, yaitu:

1. Firma Hukum

Perjanjian yang disepakati oleh firma hukum sebagai pemberi jasa hukum dan

konsumen jasa hukum (klien) sebagai penerima jasa hukum meliputi

perjanjian jasa hukum dan perjanjian pemberian kuasa, pemisahan ini

membuat persoalan menjadi semakin kompleks apabila di kemudian hari

klien merasa dirugikan. Namun perlu diingat bahwa advokat memiliki hak

imunitas dalam menjalankan pekerjaannya, tentu dengan batasan-batasan

yang telah diatur di dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang

Advokat dan diperluas dengan Putusan MK Nomor 26/PUU-XI/2013.

2. Konsumen Jasa Hukum (Klien)

Ketelitian konsumen jasa hukum (klien) dalam memilih firma hukum untuk

dijadikan kuasa hukum benar-benar diperlukan, diharapkan bahwa ketelitian

itu dapat menjamin klien untuk mendapatkan advis hukum yang memuaskan

keperluannya, namun hal ini perlu dilakukan guna mengantisipasi langkah-

langkah hukum yang akan dilakukan di kemudian hari. Namun apabila klien

Page 59: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

80

telah merasa dirugikan oleh firma hukum, jangan ragu untuk melaporkannya

pada Dewan Kehormatan dan/atau melayangkan gugatan wanprestasi atau

perbuatan melawan hukum ke pengadilan negeri.

Page 60: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abdulhay, Marhainis. 1984. Hukum Perdata Material. Jakarta: Pradnya Paramita.

Agustina, Rosa. 2003. Perbuatan Melawan Hukum. Jakarta: Pasca Sarjana FH

Universitas Indonesia.

Ali, Chidir. 1999. Badan Hukum, Bandung: Penerbit Alumni.

Badrulzaman, Miriam Darus. 1996. KUH Perdata Buku III: Hukum Perikatan dengan

Penjelasan, Bandung: Penerbit Alumni.

Cound, John J. cs. 1985. Civil Procedure: Cases and Material. St. Paul Minn:

West Publishing.

Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era

Global, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

………, 2010. Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer. Bandung:

PT. Citra Adiyta Bakti.

Harahap, Yahya. 2008. Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika.

Hasoloan, Jimmy. 2010. Pengantar Ilmu Ekonomi, Yogyakarta: Deepublish.

Hernoko, Agus Yudha. 2011. Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas dalam

Kontrak Komersial. Jakarta: Kencana.

H.S. Salim. 2004. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak.

Jakarta: Sinar Grafika.

Kansil, C.S.T. dan Christine S.T. Kansil. 2003. Pokok-Pokok Etika Profesi

Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.

Lubis, K Suhrawardi. 1994. Etika Profesi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Page 61: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

Mamudji, Sri, dkk. 2006. Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: UI Press.

Marzuki, Peter Mahmud. 2010. Penelitian hukum. Jakarta: Kencana.

Muhammad, Abdulkadir. 1997. Etika Profesi Hukum. Bandung: Citra Aditya

Bakti.

…………..., 2010. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.

..................., 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Pannett, Alan. 1997. Law of Torts (8th Edition). London: Pitman Publishing.

Prodjodikoro, Wirjono. 2000. Perbuatan Melanggar Hukum. Bandung: Mandar

Maju.

Raharjo, Satjipto. 2009. Penegakan Hukum di Indonesia: Suatu Tinjauan

Sosiologis. Yogyakarta: Genta Publishing.

Samadani, Adi. 2013. Dasar-dasar Hukum Bisnis. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Sasongko, Wahyu. 2013. Pengantar Ilmu Hukum. Universitas Lampung:

Lampung.

Satrio, J. 1993. Hukum Perikatan: Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang Bagian

Pertama. Bandung:Citra Aditya Bakti.

..........., 1999. Hukum Perikatan: Perikatan pada Umumnya. Bandung: Alumni.

Shidarta. 2003. Hukum Perlindungan Kosumen. Grasindo: Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2010. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Indonesia.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1982. Metode Penelitian Hukum. Salatiga: Ghalia

Indonesia.

............, 2006. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta:

Rajawali.

Subekti, R. 1992. Aneka Perjanjian. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sunggono, Bambang dan Aries Harianto. 2001. Bantuan Hukum dan Hak Asasi

Manusia. Bandung: Mandar Maju.

.........., 1997. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 62: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

Susanto, Budi. 1992. Nilai-Nilai Etis dan Kekuasaan Utopis. Yogyakarta:

Kanisius.

Wahyuningdyah, Kingkin. 2007. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Melalui Larangan Pencantuman Klausula Baku, Fiat Justisia Jurnal Ilmu

Hukum Vol. 1 No.2.

Widyadharma, Ignatius Ridwan. 1996. Etika Profesi Hukum, Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Wright, Richard W. 1985. Causation in Tort Law. California: California Law

Review.

B. Peraturan Perundang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No. 410/PDT.G/2013/PN.JKT SEL.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat

C. Lain-lain

http://bhp.co.id/2016/11/01/pengacara-antara-firma-dan-persekutuan-perdata/

https://wisuda.unud.ac.id/pdf/1116051198-3-Bab%202.pdf

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1834/perjanjian-jasa-pengacara-

terhadap-klien-

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol17824/kantor-advokat-antara-firma-

dan-persekutuan-perdata-

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a5cd64c0dbd8/batasan-hak-imunitas-

advokat--begini-pandangan-ahli

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4336/seputar-profesi-pengacara-

(pengertian-senior-lawyer,-associate,-dan-junior-lawyer)

journal.umy.ac.id/index.php/jmh/article/view/1186

Page 63: PERTANGGUNGJAWABAN FIRMA HUKUM TERHADAP …digilib.unila.ac.id/47265/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · menjadi penasihat hukum bagi konsumen jasa hukum yang disebut klien berdasarkan

The American Heritage Dictionary of the English Language 3rd

Edition. 1992.

Boston: Houghton Mifflin.