132
PERTANIAN DAN PENGAIRAN

PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

  • Upload
    lecong

  • View
    220

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

PERTANIAN DAN PENGAIRAN

Page 2: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi
Page 3: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

BAB VI PERTANIAN DAN PENGAIRAN

A. PENDAHULUAN

Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) yang dilaksana-kan secara bertahap, dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat serta meletakkan landasan yang kuat untuk pembangunan tahap berikutnya. Titik berat dalam Repelita I sampai dengan Repelita V adalah pembangunan bidang ekonomi dengan sasaran utama untuk mencapai struktur ekonomi yang seimbang di mana terdapat kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan pertanian yang tangguh, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.

Sebelum PJP I dimulai, Indonesia merupakan salah satu negara yang termiskin di dunia. Pada saat itu sebagian besar penduduk yang umumnya berada di perdesaan hidup di bawah garis kemiskinan baik dalam arti tingkat pendapatan maupun dalam arti keadaan gizi. Produksi pertanian dan industri mengalami stagnasi. Tingkat inflasi dan pengangguran sangat tinggi. Jumlah

VI/3

Page 4: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

devisa sangat terbatas, sehingga. tidak mampu mengimpor barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Dalam keadaan ekonomi semacam ini, dimana sektor pertanian merupakan sumber lapangan kerja dan pendapatan sebagian besar masyarakat, peranan pembangunan sektor pertanian sangat strategis, terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan para petani, meningkatkan devisa serta mendorong pertumbuhan industri. Perbaikan taraf hidup hanya mungkin dicapai apabila sektor pertanian dapat digerakkan, sehingga produksi dan produk-tivitasnya meningkat. Sehubungan dengan itu Garis-garis Besar Haluan Negara sejak awal Repelita sampai dengan Repelita V menetapkan bahwa prioritas pembangunan diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian lainnya, dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian baik dari segi nilai tambah maupun penyerapan tenaga kerja.

Dengan makin berkembangnya prasarana fisik di perdesaan, para petani menjadi makin tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, antara lain terhadap perubahan harga pasar. Kebijaksanaan harga pangan dan sarana produksi yang ditempuh sejak Repelita I, yang terus dimantapkan dalam Repelita V, merupakan salah satu kebijaksanaan terpenting dalam rangka mencapai dan memantapkan swasembada pangan selama PJP I. Kebijaksanaan ini telah terbukti dapat mendorong peningkatan produksi dan pendapatan petani serta menjamin daya beli masyarakat. Kebijaksanaan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi perdesaan, karena berkembangnya kelembagaan pertanian dan prasarana fisik di perdesaan.

Selama PJP I sektor pertanian mengalami pertumbuhan rata rata 3,6 persen per tahun. Sumbangan terbesar pembangunan pertanian adalah tercapainya swasembada pangan, khususnya beras

VI/4

Page 5: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

dalam tahun 1984, dan dapat dipertahankan sampai sekarang. Pembangunan pertanian selama Repelita V, di samping upaya untuk mempertahankan swasembada beras, mengupayakan pula peningkatan produksi palawija, hor t ikul tura , per ikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan. Kebijaksanaan pembangunan pertanian tersebut dilaksanakan melalui berbagai program pokok, yaitu program peningkatan produksi pertanian tanaman pangan, program peningkatan produksi perkebunan, program peningkatan produksi peternakan, program peningkatan produksi perikanan, dan program peningkatan produksi kehutanan. Program-program tersebut diarahkan untuk mendukung berkembangnya sektor pertanian yang maju, efisien dan tangguh, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan memenuhi kebutuhan pangan dan bahan baku industri dalam neger i . Pelaksanaan program-program tersebut didukung oleh kebijaksanaan harga dan pengembangan prasarana serta kelembagaan petani, terutama dalam rangka mengembangkan usaha pertanian rakyat. Untuk menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang seimbang, peningkatan produksi kehutanan selalu dikaitkan dengan usaha-usaha pelestarian dalam rangka memenuhi peningkatan permintaan akan hasil-hasil hutan.

Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan efisiensi sektor per tan ian , pembangunan pertanian didukung oleh usaha pengembangan dan penelitian teknologi pertanian. Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi tersebut diarahkan untuk meningkatkan efisiensi sistem produksi pertanian dan mengembangkan teknologi tepat guna baik bagi daerah-daerah yang masih terbelakang maupun bagi komoditi-komoditi yang mempunyai peluang pasar cukup baik. Dalam rangka proses alih teknologi, kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan pertanian makin ditingkatkan, sehingga para petani dan dunia usaha mampu menerapkan teknologi pertanian dengan baik. Pemanfaatan teknologi tersebut dapat meningkatkan efisiensi sistem produksi dan pendapatan masyarakat.

VI/5

Page 6: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Kebijaksanaan dan program-program tersebut di atas telah mendorong peningkatan produksi, pendapatan dan kualitas gizi masyarakat. Produksi hasil-hasil pertanian terpenting selama PJP I umumnya meningkat, kecuali ubi jalar (Tabel VI-1). Produksi padi meningkat dengan rata-rata 4,2 persen setahun, sedangkan jagung 3,2 persen, kedelai 6,1 persen, kacang tanah 3,4 persen, ikan laut 5,6 persen, ikan darat 3,0 persen, daging 6,1 persen, telur 10,4 persen, susu 11,4 persen, karet 2,7 persen, kelapa sawit/minyak 12,5 persen, kelapa/kopra 3,2 persen, kopi 4,5 persen, teh 3,1 persen, kakao 23,9 persen, gula tebu 4,9 persen, kayu bulat 7,1 persen dan kayu olahan 20,5 persen, per tahun. Selama Repelita V produksi hasil-hasil pertanian umumnya meningkat, kecuali produksi ubi jalar, kapas dan kayu bulat. Dalam tahun 1993 produksi hasil-hasil pertanian yang meningkat sangat tinggi adalah susu, kakao dan kapas, yang meningkat di atas 10 persen dibanding produksi tahun sebelumnya. Sedangkan beberapa komoditi yang juga meningkat di atas 5 persen antara lain adalah ikan laut, ikan darat, daging, inti sawit dan gula tebu.

Perkembangan ekspor hasil-hasil pertanian selama PJP I umumnya juga meningkat, kecuali ekspor kulit ternak (Tabel VI-2) yang memang dibutuhkan untuk industri dalam negeri. Ekspor karet meningkat dengan rata-rata 2,3 persen per tahun, sedangkan minyak sawit 9,6 persen, teh 7,6 persen, kopi 6,3 persen, tembakau 8,0 persen, udang segar/awetan 17,2 persen, ikan segar 14,8 persen, jagung 26,4 persen, gaplek/ubi kayu 14,2 persen dan kayu olahan 15,0 persen, per tahun. Selama Repelita V volume ekspor hasil-hasil pertanian umumnya juga meningkat kecuali lada dan kulit ternak. Pada tahun 1993 kenaikan volume ekspor yang sangat tinggi terjadi pada kacang tanah, yakni sebesar 71,4 persen. Selanjutnya kenaikan ekspor yang cukup berarti terjadi pula pada minyak sawit, kopi dan tembakau, yaitu masing-masing meningkat 33,2 persen, 31,9 persen, dan 33,5 persen. Dalam tahun 1993 ekspor karet, lada, udang, kulit ternak dan jagung mengalami penurunan, sebagai akibat makin meningkatnya permintaan di dalam negeri dan persaingan yang makin ketat. Ekspor kayu

VI/6

Page 7: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI - 1PERKEMBANGAN PRODUKSI BEBERAPA HASIL PERTANIAN TERPENTING, 1)

1968, 1988, 1989 - 1993(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam gabah kering giling5) Dalam juta liter6) Dalam ton7) Dalam ribu m3

VI/7

Page 8: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI - 2PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL PERTANIAN TERPENTING, 1)

1968, 1988, 1989 - 1993(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam ribu m3

VII/8

Page 9: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

olahan juga mengalami penurunan sejak diberlakukannya kebijaksanaan pajak ekspor yang tinggi bagi kayu gergajian, yang bertujuan untuk mendukung pengembangan industri pengolahan kayu di dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah produksi hasil-hasil kayu.

Dalam pada itu, pembangunan pengairan selama PJP I diarahkan terutama untuk mendukung pembangunan sektor pertanian, khususnya dalam rangka meningkatkan produksi pangan terutama beras. Hal ini merupakan dukungan terhadap salah satu sasaran pembangunan ekonomi dalam PJP I, yaitu terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat. Dukungan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan utama yang meliputi operasi dan pemeliharaan yang efisien dan mantap, rehabilitasi jaringan irigasi, pembangunan jaringan irigasi baru, serta pengembangan daerah rawa. Pembangunan irigasi tersebut pada gilirannya didukung oleh berbagai upaya penyelamatan hutan, tanah dan air, yang pelaksanaannya dimantapkan dalam pola pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara terpadu.

Dalam Repelita V pengembangan jaringan irigasi terus ditingkatkan, dan pembangunan jaringan irigasi baru, baik yang bersumber dari air permukaan maupun air tanah, lebih banyak diarahkan ke luar Pulau Jawa, yang juga meliputi daerah rawa. Hal ini dilaksanakan selain untuk memantapkan swasembada pangan, mengembangkan daerah di luar Pulau Jawa, dan 'mendukung program transmigrasi, juga untuk . pengembangan persawahan mengingat semakin terbatasnya lahan di Pulau Jawa. Pengembangan daerah rawa, selain untuk persawahan, juga dapat dimanfaatkan untuk lahan perkebunan serta tambak.

Pembangunan pengairan selama PJP I secara keseluruhan telah berhasil mendukung pembangunan pertanian, terutama dalam upaya meningkatkan produksi pangan, sehingga pada tahun 1984 telah dapat dicapai swasembada beras. Pada akhir tahun Repelita V atau 1993/94, secara kumulatif sejak permulaan PJP I, kegiatan

VI/9

Page 10: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang efisien mencapai areal seluas 1.841.017 hektare. Kegiatan rehabilitasi dan perbaikan jaringan irigasi yang mengalami kerusakan baik karena umur teknisnya maupun karena bencana alam, mencapai areal seluas 2.927.309 hektare. Pembangunan jaringan irigasi baru sampai dengan tahun 1993/94 mencakup areal seluas sekitar 1.658.253 hektare, sedangkan daerah rawa yang telah berhasil dikembangkan sampai dengan tahun 1993/94 meliputi areal sekitar 1.164.804 hektare.

B. TANAMAN PANGAN

1. Padi/Beras

Selama PJP I peningkatan produksi padi/beras memegang peranan yang penting bagi perekonomian nasional khususnya dalam upaya memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk. Pemantapan swasembada pangan terutama beras bukan saja dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, melainkan juga untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, termasuk masyarakat yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam hubungan ini kebijaksanaan harga pangan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan pendapatan dan mendorong petani untuk meningkatkan produksi. Kebijaksanaan harga pangan yang diterapkan selama PJP I bersama-sama dengan peningkatan usaha-usaha intensifikasi dan ekstensifikasi telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap produksi beras dan pendapatan petani.

Untuk meningkatkan produktivitas lahan sawah, mutu dan luas cakupan usaha intensifikasi makin ditingkatkan. Mutu intensifikasi ditingkatkan melalui usaha-usaha penyuluhan dan pembinaan kelompok tani, sehingga petani menggunakan benih bersertifikat, menggunakan pupuk secara efisien dan seimbang, mengelola air irigasi secara teratur, mengupayakan penggunaan teknologi pasca

VI/10

Page 11: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

panen untuk mengurangi kehilangan hasil, dan menerapkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pelaksanaan PHT telah meningkatkan kemampuan petani baik dalam memperbaiki ekologi usaha taninya maupun dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman secara alamiah. Kemampuan petani yang makin meningkat menyebabkan serangan hama dan penyakit dapat ditekan sampai ke tingkat minimum.

Usaha perluasan areal tanaman padi dilaksanakan melalui peningkatan intensitas tanam, pencetakan sawah baru, dan pengembangan teknologi pertanian yang cocok untuk lahan tadah hujan. Usaha-usaha tersebut didukung oleh perluasan jaringan pengairan dan pengembangan kelembagaan petani.

Selama PJP I, hasil rata-rata padi per hektare program intensifikasi meningkat sekitar 3,1 persen per tahun sedangkan non intensifikasi naik 0,4 persen per tahun (Tabel VI-3). Hasil rata-rata intensifikasi selama Repelita I sampai dengan Repelita IV meningkat sebesar 3,7 persen per tahun, sedangkan selama Repelita V mengalami rata-rata kenaikan sebesar 0,8 persen per tahun. Dalam tahun 1993 hasil rata-rata padi per hektare program intensifikasi mencapai sekitar 4,72 ton atau tidak mengalami kenaikan bila dibanding dengan hasil rata-rata pada tahun 1992. Hasil rata-rata padi per hektare program intensifikasi khusus menurun dari 4,96 ton pada tahun 1992 menjadi 4,94 ton pada tahun 1993, atau menurun sebesar 0,4 persen. Keadaan ini disebabkan oleh curah hujan yang terlalu tinggi sehingga di beberapa daerah mengalami kebanjiran.

Luas areal panen intensifikasi padi selama PJP I mengalami peningkatan hampir sebesar 7,6 persen per tahun (Tabel VI-3). Kgnaikan tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan luas panen intensifikasi khusus, yaitu naik sebesar 6,2 persen per tahun, sedangkan luas panen intensifikasi umum naik rata-rata 2,8 persen per tahun. Luas areal panen intensifikasi padi dalam Repelita V meningkat 2,8 persen per tahun sedangkan selama Repelita I

VI/11

Page 12: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI - 3PERKEMBANGAN HASIL RATA—RATA DAN LUAS PANEN PADI PROGRAM INTENSIFIKASI, 1)

1968, 1988, 1989 — 1993

1) Angka tahunan2) Dalam gabah kering giling3) Angka diperbaiki4) Angka sementara

VII/12

Page 13: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

sampai dengan Repelita IV naik 8,8 persen per tahun. Dalam tahun 1993 luas areal panen intensifikasi meningkat sekitar 0,7 persen dan luas panen non intensifikasi menurun sekitar 9,3 persen dibanding luas panen tahun sebelumnya. Hasil rata-rata padi per hektare selama PJP I menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, yaitu meningkat sekitar 2,9 persen per tahun (Tabel VI-4). Kenaikan hasil rata-rata per hektare dalam Repelita I sampai dengan Repelita IV adalah 3,3 persen per tahun, sedangkan pada Repelita V naiknya hanya 1,3 persen per tahun. Dalam tahun 1993 laju peningkatan hasil rata-rata padi adalah sekitar 0,7 persen dibandingkan tahun 1992. Selama PJP I luas panen padi secara keseluruhan menunjukkan peningkatan yang sangat berarti, yaitu sebesar 1,2 persen per tahun (Tabel VI-5). Hal ini menggambarkan keberhasilan upaya perluasan areal melalui pencetakan sawah baru.

Dengan meningkatnya hasil rata-rata padi per hektare dan luas panen padi selama PJP I, produksi padi juga mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,1 persen per tahun. Selama Repelita I sampai dengan Repelita IV produksi meningkat dengan rata-rata 4,3 persen per tahun, sedangkan dalam Repelita V naik hanya dengan 3,0 persen per tahun. Laju pertumbuhan produksi padi ini melebihi laju pertumbuhan penduduk, yang berarti swasembada beras tetap dapat dipertahankan. Dalam tahun 1993 produksi padi menunjukkan penurunan sebesar 0,1 persen, yaitu dari 48.240 ribu ton menjadi 48.181 ribu ton (Tabel VI-5). Penghasil padi utama selama PJP I masih tetap Pulau Jawa, namun di luar Jawa meningkat lebih tinggi dari Pulau Jawa yaitu sekitar 4,1 persen per tahun. Peningkatan produksi padi tersebut juga seiring dengan peningkatan penggunaan pupuk yang meningkat rata-rata 14,7 persen per tahun (Tabel VI-6).

2. Palawija dan Hortikultura

Selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama (PJP I) di camping usaha-usaha peningkatan produksi padi, usaha untuk

VI/13

Page 14: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TA BE L VI — 4P E R K E M B A N G A N HASIL R A T A — R A T A PADI PER HA, 1)

1968, 1988, 1989 — 1993(ton per ha) 2)

1) Angka tahunan2) Dalam gabah kering giling3) Angka diperbaiki4) Angka sementara

VI/14

Page 15: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI - 5PERKEMBANGAN LUAS PANEN DAN PRODUKSI PADI, 1 )

1968, 1988, 1989 - 1993

VI/15

Page 16: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 6PERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPIIK PADA PROGRAM TANAMAN PANGAN, I)

1968, 1988, 1989 — 1993(ton rat hare)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

GRAFIK VI - 1PERKEMBANGAN PENGGUNAAN PUPUKPADA PROGRAM TANAMAN PANGAN,

1968, 1988, 1989 - 1993

VI/16

Page 17: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

meningkatkan produksi palawija dan hortikultura dilaksanakan melalui peningkatan usaha intensifikasi dan diversifikasi, dan diprioritask.an pada peningkatan produksi komoditi-komoditi yang mempunyai prospek pemasaran cukup baik. Di samping itu, usaha tersebut dikaitkan juga dengan usaha-usaha konservasi dan pengembangan agrobisnis. Usaha konservasi sangat erat kaitannya dengan pengembangan teknologi untuk daerah-daerah lahan kering melalui pengembangan varietas unggul dan teknik konservasi seperti pembuatan terasering, cekdam dan tanaman lorong. Usaha pengembangan agrobisnis dilaksanakan dengan mendorong investasi swasta melalui penyediaan fasilitas kredit, peningkatan prasarana perhubungan dan pengembangan kawasan-kawasan pembangunan pertanian baru.

Usaha-usaha tersebut di atas telah memberikan dampak yang sangat berarti, terutama terhadap produktivitas dan pendapatan petani. Hasil rata-rata per hektare palawija selama PJP I umumnya menunjukkan peningkatan, jagung meningkat dengan 3,3 persen, ubi kayu 2,0 persen, ubi jalar 1,9 persen, kedele 2,6 persen dan kacang tanah 1,4 persen, per tahun (Tabel VI-7). Selama kurun waktu itu luas panen palawija juga menunjukkan peningkatan, kecuali luas panen ubi jalar, ubi kayu dan jagung. Peningkatan luas panen tertinggi terjadi dalam pertanaman kedele, yaitu meningkat 3,4 persen per tahun dan kacang tanah meningkat 1,9 persen per tahun. Dengan meningkatnya produktivitas per hektare dan lu gs panen palawija, produksi palawija umumnya juga meningkat. Produksi kedele menunjukkan kenaikan yang paling tinggi di antara pertanaman palawija, yaitu meningkat 6,1 persen per tahun. Peningkatan produksi kedele yang cukup tinggi merupakan hal yang penting, karena kedele merupakan komoditi pangan yang mempunyai nilai cukup strategis. Pengembangan produksi kedele diarahkan untuk menekan laju peningkatan impor guna memenuhi kebutuhan di dalam negeri dengan program upaya khusus di berbagai wilayah. Kenaikan produksi kedele diikuti oleh kenaikan produksi jagung, kacang tanah dan ubi kayu, .yaitu masing-masing meningkat sebesar 3,2 persen, 3,4 persen dan 1,8 persen per tahun.

VI/17

Page 18: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Selama Repelita V produksi kedele naik cukup menggembirakan yaitu 6,6 persen sedangkan produksi kacang tanah dan ubi kayu naik 2,0 persen dan 2,4 persen per tahun, jagung juga meningkat walaupun hanya 0,7 persen per tahun. Dalam tahun 1993 hasil rata-rata palawija yang meningkat bila dibanding dengan hasil rata-rata tahun sebelumnya adalah kedele dan ubi kayu, yaitu masing-masing meningkat 3,6 persen dan 0,9 persen. Sebaliknya hasil rata-rata ubi jalar, jagung dan kacang tanah mengalami penurunan, sebagai akibat musim hujan yang panjang pada tahun 1993. Hal ini terjadi mengingat komoditi palawija pada umumnya tidak tahan terhadap curah hujan yang tinggi. Luas panen palawija juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Di antara tanaman palawija luas panen ubi kayu mengalami kenaikan tertinggi, yaitu meningkat 3,7 persen bila dibanding dengan luas panen dalam tahun 1992. Sedangkan luas panen komoditi palawija seperti jagung, kacang tanah, kedele dan ubi jalar mengalami penurunan masing-masing sebesar 19,0 persen, 13,3 persen, 11,8 persen dan 2,6 persen (Tabel VI-7).

Produksi sayuran dan buah-buahan selama PJP I meningkat dengan 6,0 persen dan 4,0 persen per tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya hasil rata-rata sayuran dengan 5,2 persen dan buah-buahan dengan 4,0 persen, per tahun, sedangkan luas panen meningkat dengan 2,0 persen dan 0,2 persen, per tahun. Selama Repelita V hasil rata-rata per hektare •sayuran dan buah-buahan menunjukkan kenaikan, masing-masing meningkat 21,6 persen dan 10,4 persen per tahun. Walau luas panen sayuran dan buah-buahan mengalami penurunan sebesar 3,9 persen dan 7,0 persen per tahun namun produksi sayuran dan buah-buahan menunjukkan peningkatan, masing-masing sebesar 11,6 persenn dan 1,3 persen per tahun. Pertumbuhan produksi hortikultura tersebut sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar terutama di dalam negeri, serta meningkatnya pendapatan dan kesadaran gizi masyarakat (Tabel VI-8).

VI/18

Page 19: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI - 7PERKEMBANGAN PRODUKSI, HASIL RATA-RATA DAN LUAS PANEN 1) BEBERAPA JENIS PALAWIJA,

1968, 1988, 1989 – 1993

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/19

Page 20: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 8PERKEMBANGAN LUAS PANEN, PRODUKSI 1)

DAN HASIL RATA—RATA HORTIKULTURA,1968, 1988, 1989 — 1993

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/20

Page 21: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Hasil rata-rata sayuran per hektare dalam tahun 1993 lebih tinggi dari hasil rata-rata dalam tahun 1992, yaitu mengalami kenaikan sebesar 3,2 persen. Hasil rata-rata buah-buahan dalam tahun yang sama menunjukkan kenaikan cukup tinggi, yaitu 20,2 persen bila dibanding dengan hasil rata-rata dalam tahun sebelumnya. Luas panen sayuran menunjukkan peningkatan sekitar 5,8 persen, sedangkan luas panen buah-buahan mengalami penurunan sebesar 19,6 persen bila dibanding dengan luas panen dalam tahun 1992. Dengan demikian produksi sayuran dalam tahun 1993 meningkat dengan 9,2 persen sedangkan produksi buah-buahan menurun dengan 3,4 persen.

Produksi pertanian tanaman pangan yang meningkat, mempunyai dampak yang positif terhadap peningkatan kesempatan kerja' dan kesempatan berusaha di sektor pertanian, serta peningkatan pendapatan petani, pengentasan kemiskinan di daerah lahan kering dan penyediaan bahan makanan bermutu gizi tinggi.

C. PETERNAKAN

Selama PJP I prioritas pembangunan peternakan adalah pengembangan peternakan rakyat, terutama melalui usaha-usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Pada Repelita V usaha-usaha ter-sebut diarahkan terutama untuk pengembangan peternakan rakyat khususnya ayam, kambing dan domba. Hal ini mengingat bahwa selain sebagian besar dimiliki oleh rakyat, juga kebutuhan daging dan telur dapat dipenuhi dari ternak tersebut. Pengembangan peternakan rakyat dilaksanakan melalui usaha-usaha intensifikasi dan ekstensifikasi yang didukung oleh pengembangan perusahaan pembibitan, penyuluhan dan pengamanan• ternak. Usaha-usaha peternakan rakyat tersebut selain dapat meningkatkan protein hewani masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan petani/ peternak kecil.

VI/21

Page 22: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Usaha meningkatkan produktivitas ternak perah rakyat terutama ditekankan pada peningkatan produksi susu, sehingga impor susu dapat dikurangi. Usaha peningkatan tersebut meliputi upaya perbaikan mutu ternak melalui kawin suntik, penyuluhan peningkatan kualitas makanan ternak, impor bibit ternak, pengamanan ternak dan pengembangan padang penggembalaan ternak. Usaha pengembangan ternak perah ini dilaksanakan secara terpadu dengan usaha pengembangan industri pengolahan susu dan koperasi. Dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem pemasaran dan mengusahakan terjaminnya kualitas susu, sejak tahun 1988 telah dilaksanakan pengembangan pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) persusuan.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan daging dalam negeri yang makin meningkat, selama PJP I populasi ternak diusahakan ditingkatkan. Pada Repelita V usaha meningkatkan produksi ternak dilaksanakan terutama dengan meningkatkan produktivitas ternak rakyat melalui perbaikan genetik ternak dan kawin suntik, penggemukan sapi, peningkatan penyediaan pakan ternak dan pengamanan ternak. Di samping itu dilaksanakan pula beberapa upaya peningkatan penyuluhan tentang perbaikan kualitas makanan ternak, teknologi kawin suntik, penggunaan bibit unggul, dan upaya mendorong usaha swasta di bidang pengolahan makanan ternak serta obat-obatan.

Sebagai hasil dari kebijaksanaan tersebut di atas, sejak tahun 1968 sampai dengan tahun terakhir Repelita V perkembangan populasi berbagai jenis ternak umumnya menunjukkan peningkatan yang cukup besar (Tabel VI-9). Peningkatan tertinggi terjadi pada ayam ras petelur dengan 25,3 persen, ayam pedaging 19,7 persen, ayam buras 6,0 persen dan itik 5,6 persen, per tahun. Dalam kurun waktu yang sama populasi sapi perah dan sapi potong meningkat masing-masing dengan 8,2 persen dan 2,2 persen per tahun atau 45 ribu ekor dan 6.576 ribu ekor pada tahun 1968 menjadi 315 ribu ekor dan 11.356 ribu ekor pada tahun 1993, sedangkan kambing, domba dan babi naik rata-rata dengan 1,9 persen, 2,6 persen dan

VI/22

Page 23: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI - 9PERKEMBANGAN POPULASI TERNAK DAN UNGGAS, 1)

1968, 1988, 1989 - 1993(ribu ekor)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Angka tahun 1980

VI/23

Page 24: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

4,8 persen, per tahun. Selanjutnya selama Repelita V populasi ayam petelur, sapi perah dan sapi potong masing-masing meningkat dengan 7,4 persen, 3,7 persen dan 3,0 persen, per tahun. Populasi kambing, domba dan babi naik dengan 1,7 persen, 2,9 persen dan 5,9 persen, per tahun. Sedangkan populasi ayam pedaging/broiler menunjukkan kenaikan yang tertinggi yaitu dari 227.044 ribu ekor pada'tahun 1988 menjadi 526.960 ribu ekor pada tahun 1993 atau meningkat sebesar 18,4 persen per tahun. Ayam petelur dan ayam buras naik dengan rata-rata 7,4 persen dan 7,3 persen, per tahun.

Dalam tahun 1993 populasi ternak umumnya tetap menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, kecuali populasi kambing dan kuda terdapat penurunan masing-masing sebesar 4,6 persen dan 3,7 persen. Penurunan ini disebabkan karena meningkatnya pemotongan dan masih rendahnya angka kelahiran. Tingkat peningkatan yang terbesar adalah pada populasi ayam buras dan ayam pedaging/broiler yang meningkat masing-masing sebesar 16,5 persen dan 14,8 persen. Meningkatnya kedua populasi tersebut merupakan dampak positif dari pelaksanaan Keppres No. 22 Tahun 1990, yang memungkinkan para pengusaha dan peternak berusaha dalam skala ekonomi optimal. Meningkatnya populasi ternak unggas juga berarti bahwa penyediaan protein hewani semakin meningkat dan merata. Populasi ternak lainnya yang juga menunjukkan kenaikan cukup besar adalah sapi potong, dan sapi perah yang masing-masing meningkat sekitar 1,0 persen bila dibandingkan dengan tahun 1992.

Selama PJP I penyebaran ternak bibit terus ditingkatkan (Tabel VI-10). Penyebaran bibit ternak ini sangat berarti untuk meningkatkan produktivitas ternak rakyat, sehingga pendapatan peternak juga meningkat. Penyebaran ternak yang terbesar adalah ternak kambing/domba yaitu dari 212 ekor pada akhir Repelita I menjadi 21.408 ekor pada tahun terakhir Repelita V meningkat sebesar 36,0 persen per tahun. Kemudian diikuti penyebaran ternak

VI/24

Page 25: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 10P E R K E M B A N G A N PENYEBARAN BIBIT TERNAK, 1)

1973, 1988, 1989 — 1993(ekor)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/25

Page 26: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

sapi, kerbau dan kuda yang meningkat masing-masing 10,7 persen, 19,1 persen dan 19,6 persen, per tahun. Dalam tahun 1993 penyebaran bibit ternak sapi, kerbau dan kambing/domba menurun masing-masing 6,9 persen, 2,2 persen dan 0,6 persen bila dibandingkan dengan tahun 1992. Penurunan tersebut disebabkan karena terbatasnya bibit beberapa jenis ternak tertentu. Walaupun dalam tahun 1993 terjadi penurunan, penyebaran bibit ternak selama Repelita V rata-rata mengalami peningkatan, kecuali ternak babi. dan sapi menurun sebesar 4,4 persen dan 0,8 persen per tahun. Peningkatan penyebaran bibit ternak terbesar adalah bibit ternak kambing/domba, meningkat sebesar 62,2 persen per tahun. Kenaikan yang tinggi ini disebabkan tersediai'iya bibit unggul yang dapat disebarkan ke petani terutama di daerah-daerah relatif miskin.

Dalam Tabel VI-11., terlihat bahwa selama PJP I, produksi daging, telur dan susu menunjukkan peningkatan yang sangat ber-arti, meningkat masing-masing dari 305 ribu ton, 51 ribu ton dan 29 juta liter pada tahun 1968 menjadi 1.328 ribu ton, 593 ribu ton dan 413 juts liter pada tahun 1993, atau meningkat sebesar 6,1 persen, 10,4 persen dan 11,4 persen, per tahun. Selama Repelita V, produksi daging, telur dan susu juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Peningkatan tertinggi terjadi pada produksi susu dan daging, yaitu masing-masing 9,7 persen dan 7,3 persen, per tahun. Dengan meningkatnya produksi susu ini, jumlah impor'susu makin berkurang dan pendapatan peternak juga makin meningkat. Di samping itu meningkatnya konsumsi hasil-hasil ternak berarti konsumsi protein hewani makin meningkat yang akhirnya telah meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan masyarakat, sehingga produktivitas kerja makin meningkat pula. Untuk keperluan konsumsi dalam negeri, produksi telur nasional telah mencukupi, tanpa harus mendatangkan dari negara lain. Sedangkan untuk komoditi daging dan susu masih harus mengimpor dari luar.

VI/26

Page 27: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 11PERKEMBANGAN PRODUKSI DAGING, TELUR DAN SUSU, 1)

1968, 1988, 1989 — 1993(ribs ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam juta liter

VI/27

Page 28: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Selama PJP I, kegiatan penyuluhan peternakan ditingkatkan melalui peningkatan jumlah tenaga-tenaga vaksinator, inseminator, laboratori dan kader peternak. Pada akhir Repelita I jumlah tenaga inseminator dan laboratori masing-masing hanya 26 orang dan 14 orang; pada tahun 1988 masing-masing menjadi 2.695 orang dan 534 orang, dan pada tahun 1993 telah menjadi lagi 4.497 orang dan 957 orang. Dengan demikian dalam Repelita V saja telah meningkat sebesar 11,3 persen dan 12,8 persen, per tahun (Tabel VI-13).

Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1993, volume ekspor hasil ternak, seperti kulit dan tulang/tanduk menurun'. Bahkan selama Repelita V, volume ekspor kulit menunjukkan penurunan yang sangat tajam yakni sebesar 13,9 persen, sedangkan ekspor tulang dan tanduk meningkat 4,5 persen per tahun (Tabel VI-12). Dalam tahun 1993 volume ekspor kulit dan tulang/tanduk menurun masing-masing sebesar 13,0 persen dan 13,1 persen bila dibandingkan dengan tahun 1992. Menurunnya volume ekspor kulit, tulang dan tanduk adalah karena meningkatnya permintaan dalam negeri.

D. PERIKANAN

Selama PJP I pembangunan perikanan diarahkan pada pengembangan perikanan rakyat untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat dan menciptakan kesempatan kerja. Pada Repelita V kebijaksanaan tersebut tetap dilanjutkan dan bahkan makin ditingkatkan. Dalam menempuh kebijaksanaan tersebut, peningkatan produksi perikanan di perairan umum dan perikanan laut pantai merupakan prioritas utama mengingat sebagian besar penduduk berpendapatan rendah mencari nafkah di daerah-daerah perairan tersebut. Upaya pengembangan ini didukung oleh usaha pengembangan teknologi, pengembangan pembibitan ikan dan penyuluhan gizi keluarga.

VI/28

Page 29: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEI. VI — 12PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR HASIL-HASIL TERNAK, 1)

1968,1988, 1989 – 1993

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

TAMIL VI — 13PERKEMBANGAN JUMLAH TENAGA INSEMINATOR DAN VAKSINATOR 1)

1973, 1988, 1989 – 1993(orang)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

Page 30: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

VI/29

Page 31: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Dalam PJP I pembangunan perikanan telah memberikan hasil yang nyata antara lain dengan meningkatnya ekspor dan penerimaan devisa, konsumsi ikan masyarakat, penyerapan tenaga kerja serta meningkatnya pendapatan petani nelayan, kesemuanya itu pada akhirnya menunjang pemerataan pembangunan daerah. Produksi perikanan dari usaha penangkapan dan budi daya selama PJP I menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, dengan peningkatan produksi yang mencapai lebih dari tiga kali lipat, yaitu dari sekitar 1,16 juts ton pada tahun 1968 menjadi sekitar 3,74 juta ton pada tahun 1993. Pertambahan jumlah penduduk dan membaiknya taraf hidup masyarakat menyebabkan kebutuhan konsumsi ikan turut meningkat pula, yaitu dari sekitar 9,96 kg/kapita/tahun menjadi sekitar 17,01 kg/kapita/tahun. Selain dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, hasil perikanan juga diolah dan dipasarkan untuk diekspor dengan permintaan yang cenderung meningkat. Selama PJP I ekspor hasil perikanan Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sekitar 21 kali lipat atau dari 21.652 ton pada tahun 1968 menjadi 465.718 ton pada tahun 1993.

Sejak awal Repelita V upaya untuk meningkatkan produksi perikanan diarahkan antara lain pada terciptanya usaha pertanian yang maju, efisien dan tangguh. Di samping itu pembangunan perikanan ditujukan pula untuk meningkatkan produksi perikanan, baik kuantitas maupun kualitas untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, kebutuhan industri di dalam negeri serta meningkatkan ekspor hasil perikanan, meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan nilai tambah serta meningkatkan pendapatan petani dan nelayan, memperluas lapangan kerja dan membina kelestarian sumber daya perikanan.

Dalam rangka meningkatkan produksi perikanan ditempuh berbagai upaya pengembangan perikanan melalui paket program intensifikasi maupun ekstensifikasi, baik perikanan laut maupun perikanan darat. Program intensifikasi terutama dilakukan melalui pengembangan budi daya air payau, air laut dan pemanfaatan

VI/30

Page 32: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

waduk-waduk irigasi. Usaha intensifikasi ini antara lain didukung dengan pembangunan prasarana perikanan, pengembangan teknologi dan penyediaan sarana produks i . Pembangunan prasarana perikanan meliputi pembangunan saluran tambak, pangkalan pendaratan ikan dan pelabuhan perikanan. Pengembangan teknologi produksi mencakup penyediaan benur unggul dan pakan ikan berkualitas tinggi, perbaikan pengelolaan usaha dan teknik-teknik penangkapan ikan tradisional. Program ekstensifikasi dilakukan sejalan dengan paket kebijaksanaan 6 Mei 1986. Dalam hal ini perusahaan perikanan negara dan swasta nasional bertindak sebagai perusahaan inti. Mereka membina petani tambak udang dengan memberikan bimbingan dalam penerapan teknologi maju dan menyediakan fasilitas pengolahan serta pemasaran basil. Investasi swasta di bidang budi daya tambak dan pengolahan tersebut ditingkatkan dan dikaitkan dengan usaha pengembangan tambak rakyat melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Perusahaan inti baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta bertugas membina tambak rakyat, terutama dalam proses alih teknologi, pemasaran dan sistem pengelolaan tambak. Peningkatan investasi swasta dikaitkan pula dengan usaha memanfaatkan potensi sumber daya laut. Selanjutnya untuk menjaga kelestarian dan melindungi nelayan tradisional, ditetapkan Keppres Nomor 39 Tabun 1980, yang melarang penggunaan kapal trawl di perairan laut pantai utara pulau Jawa, Bali dan pantai timur pulau Sumatera. Selanjutnya untuk mengurangi tekanan terhadap daya dukung lestari sumber daya laut di daerah-daerah padat tangkap seperti pantai utara laut Jawa, selat Malaka, selat Bali dan pantai barat selat Sulawesi, kegiatan para nelayan diarahkan pada pengembangan budi daya tambak dan budi daya laut.

Pemanfaatan sumber daya perikanan di daerah perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) dilaksanakan melalui pengembangan usaha swasta patungan, sehingga terjadi proses alih teknologi dan makin meningkatnya nilai tambah hasil-hasil perikanan. Untuk menunjang usaha pemanfaatan sumber daya

VI/31

Page 33: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

ZEEI, dilakukan rehabilitasi dan pembangunan pelabuhan perikanan samudera, di samping pengembangan sumber daya manusia dan investasi swasta di bidang pengolahan.

Dalam PJP I produksi perikanan umumnya meningkat kecuali produksi perikanan perairan umum. Produksi perikanan laut meningkat dengan rata-rata 5,6 persen per tahun, sedangkan produksi perikanan darat meningkat dengan 3,0 persen per tahun. Usaha budi daya pun meningkat terutama budi daya tambak naik rata-rata dengan 8,9 persen, budi daya sawah 6,8 persen dan budi daya kolam naik 3,5 persen, per tahun (Tabel VI-15).

Selama Repelita V produksi perikanan laut meningkat 5,5 persen per tahun. Dalam tahun 1993 produksi perikanan laut mengalami peningkatan 5,4 persen bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya, yaitu meningkat dari 2.692 ribu ton pada tahun 1992, menjadi 2.837 ribu ton pada tahun 1993. Tingkat kenaikan yang cukup tinggi ini merupakan hasil dari pengembangan investasi swasta dan meningkatnya jumlah perahu/kapal motor nelayan. Selama Repelita V jumlah perahu/kapal motor yang telah dimiliki para nelayan meningkat sebesar 3,2 persen per tahun. Dalam tahun 1993 jumlah perahu/kapal motor tersebut juga menunjukkan peningkatan yaitu sebesar 2,8 persen bila dibanding dengan jumlah perahu/kapal motor dalam tahun sebelumnya, meningkat dari 129.523 buah pada tahun 1992 menjadi 133.200 buah pada tahun 1993 (Tabel VI-14). Jumlah perahu tanpa motor selama Repelita V hanya meningkat sekitar 1,0 persen per tahun. Dalam tahun 1993 jumlah perahu tanpa motor bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya jugs meningkat hanya 0,7 persen; yaitu dari 229.383 buah pada tahun 1992 menjadi 230.900 buah pada tahun 1993. Peningkatan jumlah perahu tanpa motor yang relatif lebih kecil dari peningkatan jumlah perahu/kapal motor menggambarkan bahwa para nelayan cenderung beralih menggunakan perahu/kapal motor. Nelayan yang menggunakan kapal motor dapat melakukan penangkapan ikan di perairan yang lebih jauh, sehingga produktivitas dan pendapatannya dapat lebih meningkat.

VI/32

Page 34: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 14PERKEMBANGAN JUMLAH PERAHU/KAPAL PERIKANAN LAUT, 1)

1968, 1988, 1989 — 1993(buah)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/33

Page 35: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Selama Repelita V produksi perikanan darat juga menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, yaitu rata-rata 5,0 persen per tahun. Dalam tahun 1993 produksi perikanan darat menunjukkan peningkatan sebesar 6,6 persen bila dibanding dengan produksi tahun sebelumnya (Tabel VI-15). Kenaikan produksi perikanan yang cukup tinggi ini merupakan hasil dari budi daya perikanan tambak, kolam dan sawah serta perairan umum, yaitu masing-masing meningkat sebesar 11,0 persen, 4,3 persen, 6,9 persen dan 2,6 persen bila dibanding dengan produksi tahun 1992. Berkembangnya produksi perikanan tersebut didukung oleh usaha-usaha peningkatan dan pengembangan prasarana irigasi dan jalan, kelembagaan petani, teknologi budi daya, balai benih ikan dan balai benih udang.

Hasil-hasil perikanan merupakan ekspor andalan dalam PJP I. Ekspor udang segar/awetan meningkat dengan rata-rata 17,2 persen per tahun, ikan segar meningkat dengan 14,8 persen, katak 2,9 persen, ikan bias 24,4 persen, ubur-ubur 5,7 persen dan lainnya meningkat dengan 14,7 persen, per tahun.

Ekspor hasil-hasil perikanan selama Repelita V mengalarni peningkatan yang sangat berarti, yaitu meningkat sebesar 21,5 persen per tahun. Dalam tahun 1993 ekspor hasil-hasil perikanan meningkat 10,5 persen dibanding tahun sebelumnya. Laju peningkatan ekspor yang tertinggi terjadi pada ubur-ubur, yaitu meningkat sebesar 32,1 persen. Ekspor ikan 'segar dan ikan bias meningkat 2,1 persen dan 9,3 persen. Sedangkan ekspor udang segar/awetan dan katak menunjukkan penurunan sebesar 1,9 persen dan 18,8 persen, karena meningkatnya permintaan di dalam negeri (Tabel VI-16).

E. PERKEBUNAN

Selama PJP I pembangunan perkebunan ditekankan pada peningkatan produksi perkebunan yang diarahkan untuk mendorong ekspor basil perkebunan, meningkatkan kesempatan

VI/34

Page 36: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Tabel VI - 15PI'.RKIIMIIANGAN PRODUKSI PERIKANAN, 1)

1968, 1988, 1989 - 1993(ribu ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

TABEI. VI - 16PI)RKISMIIANGAN VOLI/MI9 I9KSPOR II ASI L- I IASIL PERIKANAN, 1)

1968, 1988, 1989 - 1993(ton)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/35

Page 37: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

kerja dan pendapatan petani yang berpenghasilan rendah, serta memacu perkembangan industri. Usaha peningkatan produksi perkebunan lebih ditekankan pada peningkatan produktivitas perkebunan rakyat melalui usaha rehabilitasi dan intensifikasi. Usaha rehabilitasi dan intensifikasi dilaksanakan melalui pengembangan unit pelayanan pengembangan (UPP) di lokasi perkebunan rakyat. UPP memberikan pelayanan kepada petani melalui pengenalan bibit unggul, teknik-teknik budi daya perkebunan yang lebih baik, dan mengembangkan kelembagaan petani, antara lain koperasi. Untuk menangani pengolahan basil perkebunan, peranan usaha swasta ditingkatkan, didukung dengan penyediaan fasilitas kredit dan pengembangan prasarana perhubungan serta air bersih.

Untuk memacu pertumbuhan produksi perkebunan dan meningkatkan ekspor basil perkebunan, perluasan areal perkebunan dilaksanakan dengan meningkatkan peranan Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta sebagai perusahaan inti melalui pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Peranan perusahaan inti adalah mempercepat pengalihan teknologi, dan meningkatkan penyediaan pusat fasilitas pengolahan serta pemasaran basil, dan dengan demikian mendorong pengembangan perkebunan rakyat sekitarnya. Pola PIR ini dimaksudkan untuk menangani keseluruhan aspek agrobisnis dan mernbentuk satu kesatuan unit ekonomi yang mampu berperan sebagai pusat pertumbuhan wilayah. Selanjutnya pengembangan perkebunan rakyat di lahan yang belum terjangkau oleh pola perusahaan inti rakyat dilakukan dengan cara mendorong usaha swadaya petani. Usaha pengembangan swadaya ini didukung oleh peningkatan penyediaan bibit dan sarana produksi lainnya serta perluasan jangkauan pelayanan UPP.

Pembangunan perkebunan dikaitkan pula dengan pelestarian sumber daya alam di wilayah lahan kritis, antara lain seperti pengendalian erosi dan pemanfaatan lahan-lahan terlantar. Pelaksanaannya diprioritaskan pada daerah-daerah aliran sungai, daerah sekitar waduk dan danau serta daerah rawa. Selain itu,

VI/36

Page 38: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

usaha-usaha pengawasan terhadap unit-unit pengolahan hasil dan usaha pengembangan pengolahan limbah makin ditingkatkan dalam rangka pengendalian tingkat dan laju percemaran lingkungan.

Sebagai hasil dari usaha yang dilaksanakan sejak tahun 1968, luas areal tanaman tahunan perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara masing-masing meningkat dari 3.947 ribu hektare dan 374 ribu hektare pada tahun 1968 menjadi 10.066 ribu hektare dan 837 ribu hektare pada tahun 1993. Selama Repelita V luas areal tanaman tahunan pada perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara masing-masing telah meningkat dari 8.756 ribu hektare dan 823 ribu hektare pada tahun 1988 menjadi 10.066 ribu hektare dan 837 ribu hektare pada tahun 1993, atau kenaikan rata-rata 2,9 persen dan 0,4 persen, per tahun (Tabel VI-18 dan Tabel VI-19).

Peningkatan luas areal perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara yang tinggi ini telah meningkatkan produksi perkebunan, pendapatan petani, kesempatan kerja baru dan usaha swasta untuk pengolahan hasil, di samping meningkatkan ekspor dan devisa negara. Peningkatan pendapatan petani telah mendorong pengentasan penduduk dari kemiskinan. Selain itu, meningkatnya luas areal perkebunan bermanfaat pula bagi usaha-usaha konservasi tanah dan pencegahan erosi. Luas areal tanaman semusim perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara sejak akhir Repelita I juga menunjukkan peningkatan yang berarti, yaitu masing-masing meningkat dari 223 ribu hektare

VI/37

Page 39: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

dan 102 ribu hektare pada tahun 1973, menjadi 486 ribu hektare dan 118 ribu hektare pada tahun 1993. Selama Repelita V luas areal tanaman semusim pada perkebunan rakyat dan perkebunan besar negara masing-masing meningkat dari 491,2 ribu hektare dan 90 ribu hektare pada tahun 1988 menjadi 486 ribu hektare dan 118 ribu hektare pada tahun 1993, atau mengalami kenaikan rata-rata 1;1 persen dan 6,8 persen, per tahun (Tabel VI-18 dan Tabel VI-19).

Page 40: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 17PERKEMBANGAN AREAL TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI,

1978, 1988, 1989 — 1993(hektar)

1). Angka tahunan2). Angka diperbaiki3). Angka sementara4). Mulai tahun 19755). Mulai tahun 19856). Mulai tahun 19867). Mulai tahun 19888). Mulai tahun 1990

VI/38IC

Page 41: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI – 18PERKEMBANGAN LUAS AREAL PERKEBUNAN RAKYAT , 1)

1968, 1988, 1989 – 1993(ha)

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka Sementara

VI/39

Page 42: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI – 19PERKEMBANGAN LUAS AREAL PERKEBUNAN NEGARA 1)

1968, 1988, 1989 – 1993(ha)

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka Sementara

VI/40

Page 43: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Dalam rangka meningkatkan produksi tebu rakyat, usaha yang dilaksanakan antara lain adalah melalui intensifikasi tebu rakyat. Luas areal tebu rakyat intesifikasi menunjukkan peningkatan yang berarti,. yaitu dari 77.632 hektare pada tahun 1978, menjadi 245.259 hektare pada tahun 1993. Selama Repelita V luas areal tebu rakyat intensifikasi telah meningkat rata-rata 2,7 persen per tahun, yaitu dari 214.637 hektare pada tahun 1988 menjadi 245.259 hektare pada tahun 1993. Dalam tahun 1993 luas areal tebu rakyat intensifikasi meningkat sekitar 0,9 persen dibanding dengan tahun 1992 (Tabel VI-17).

Meningkatnya luas areal perkebunan sejak tahun 1968 telah pula meningkatkan produksi perkebunan selama PJP I, seperti digambarkan dalam Tabel VI-1. Peningkatan produksi tertinggi terjadi pada komoditi kakao, yaitu dari 1,2 ribu ton pada tahun 1968, menjadi 239,4 ribu ton pada tahun 1993, diikuti dengan produksi minyak sawit dan inti sawit masing-masing meningkat dari 181 ribu ton dan 35 ribu ton pada tahun 1968, menjadi 3.422 ribu ton dan 602 ribu ton pada tahun 1993. Selama Repelita V produksi perkebunan terpenting, seperti kakao, minyak sawit, inti sawit, tembakau dan gula tebu masing-masing meningkat rata-rata 25,0 persen, 14,0 persen, 11,2 persen, 7,6 persen, dan 5,2 persen per tahun. Sedangkan produksi perkebunan lainnya mengalami peningkatan rata-rata di bawah 5,0 persen per tahun. Produksi perkebunan yang mengalami peningkatan tertinggi pada tahun 1993 adalah kakao, yaitu meningkat 15,5 persen bila dibandingkan dengan tahun 1992. Produksi komoditi .perkebunan lainnya seperti gula tebu meningkat 7,1 persen, dan inti sawit meningkat 7,7 persen, sedangkan produksi perkebunan lainnya meningkat di bawah 5,0 persen.

Produksi perkebunan terpenting pada umumnya terdiri dari produksi perkebunan rakyat. Sejak awal Repelita I produksi perkebunan rakyat menunjukkan peningkatan yang tinggi. Produksi perkebunan rakyat yang mengalami peningkatan tertinggi adalah kapas, yaitu meningkat dari tidak ada sama sekali menjadi 14 ribu

V.I/41

Page 44: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

ton pada tahun 1993, diikuti dengan komoditi kakao dan gula tebu dari 500 ton dan 203 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 174 ribu ton dan 1.669 ribu ton pada tahun 1993. Selama Repelita V produksi hasil-hasil perkebunan rakyat mengalami peningkatan, kecuali kapas. Peningkatan produksi yang tertinggi terjadi pada komoditi kakao, yaitu meningkat sebesar 35,6 persen per tahun. Peningkatan yang cukup tinggi juga terjadi pada produksi tembakau, teh, karet, dan kelapa masing-masing meningkat rata-rata 8,2 persen, 4,7 persen, 4,5 persen, dan 3,0 persen per tahun. Dalam tahun 1993 produksi perkebunan rakyat tetap meningkat, kecuali cengkeh dan lada. Menurunnya produksi cengkeh ini disebabkan oleh beralihnya areal cengkeh ke areal > anaman lainnya, seperti kelapa sawit dan kakao (Tabel VI-20).

Sejak awal Repelita I produksi perkebunan besar swasta mengalami peningkatan yang cukup tinggi, antara lain produksi kakao, minyak sawit, inti sawit, dan gula tebu masing-masing meningkat dari 100 ton, 59 ribu ton, 11 ribu ton, 23 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 28 ribu ton, 1.370 ribu ton, 209 ribu ton; dan 281 ribu ton pada tahun 1993. Selama Repelita V peningkatan produksi yang tertinggi terjadi pada komoditi gula tebu, yaitu meningkat sebesar 28,3 persen per tahun. Peningkatan produksi yang cukup tinggi juga terjadi pada komoditi minyak sawit, inti sawit, dan kakao masing-masing meningkat rata-rata 26,1 persen, 21,0 persen, dan 13,0 persen per tahun. Produksi perkebunan besar swasta lainnya meningkat rata-rata di atas 2,5 persen per tahun. Dalam tahun 1993 produksi gula tebu, minyak sawit, inti sawit, dan kopi masing-masing meningkat sebesar 57,9 persen, 27,2 persen, 21,7 persen, dan 23,2 persen bila dibandingkan dengan tahun 1992 (Tabel VI-21).

Produksi perkebunan besar negara sejak awal Repelita I umumnya mengalami peningkatan yang cukup berarti, yaitu produksi kakao, minyak sawit, inti sawit, dan teh masing-masing meningkat dari 600 ton, 122 ribu ton, 24 ribu ton, dan 28 ribu ton pada tahun 1968 menjadi 38 ribu ton, 2.051 ribu ton, 393 ribu ton,

VI/42

Page 45: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABE L VI - 20PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT, 1)

1968, 1988, 1989 – 1993(ribu ton)

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka Sementara4) Dalam ton

TABEL VI - 21PERKEMBANGAN PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR SWASTA, 1)

1968, 1988, 1989 – 1993(ribu ton)

1) Angka kumulatif2) Angka diperbaiki3) Angka Sementara

VI/43

Page 46: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

dan 95 ribu ton pada tahun 1993. Selama Repelita V Peningkatan produksi tertinggi terjadi pada komoditi gula tebu, yaitu sebesar 11,1 persen per tahun, diikuti dengan produksi kakao, minyak sawit dan inti sawit masing-masing meningkat rata-rata 9,5 persen, 9,1 persen, dan 7,8 persen per tahun. Selanjutnya produksi tembakau, kopi, karet dan teh masing-masing meningkat rata-rata 7,6 persen, 5,3 persen, 1,5 persen dan 1,5 persen per tahun (Tabel VI-22).

Volume ekspor hasil-hasil perkebunan sejak awal Repelita I umumnya mengalami peningkatan yang menggembirakan, terutama untuk komoditi kakao, yaitu dari tidak ada sama sekali Pnenjadi 229 ribu ton pada tahun 1993. Peningkatan volume ekspor tertinggi selanjutnya adalah minyak sawit, teh, tembakau dan kopi masing-masing meningkat dari 152 ribu ton, 20 ribu ton, 8 ribu ton, dan 85 ribu ton menjadi 1.372 ribu ton, 124 ribu ton, 38 ribu ton, dan 329 ribu ton. Selama Repelita V peningkatan tertinggi volume ekspor terjadi pada komoditi kakao, yaitu meningkat rata-rata 30,8 persen per tahun, diikuti dengan volume ekspor minyak sawit dan tembakau masing-masing meningkat rata-rata 11,5 persen dan 9,3 persen per tahun, sedangkan komoditi perkebunan lainnya juga meningkat meskipun rata-rata di bawah 5,0 persen per tahun. Dalam tahun 1993 peningkatan tertinggi volume ekspor hasil-hasil perkebunan terjadi pada komoditi tembakau, yaitu meningkat sebesar 33,5 persen bila dibandingkan dengan tahun 1992, diikuti dengan ekspor minyak sawit, kopi, kakao, dan teh masing-masing meningkat sebesar 33,2 persen, 31,9 persen, 30,1 persen, dan 2,2 persen. Sedangkan ekspor lada dan karet masing-masing turun sebesar 66,8 persen dan 0,4 persen. Penurunan ini disebabkan karena harga lada dan karet di pasar internasional mengalami penurunan, sehingga pemasaran karet dan lada dititik beratkan kepada pasar dalam negeri (Tabel VI-23).

F. KEHUTANAN

Dalam PJP I pembangunan kehutanan telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Hasil tersebut antara lain

VI/44

Page 47: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 22PERKEMBANC.AN PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR NEGARA, 1),

1968, 1988, 1989 — 1993(ribu ton)

1) Angka sementara2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

TABEL VI — 23PERKEMBANGAN VOLUME EKSPOR KOMODITI PERKEBUNAN, 1)

1968, 1988, 1989 — 1993(ribu ton)

VI/45

Page 48: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

1) Angka sementara2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

Page 49: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

diperoleh dari meningkatnya penerimaan devisa negara, meluasnya kesempatan kerja dan berkembangnya industri pengolahan berbagai hasil hutan dan penguasaan pangsa pasar dunia untuk kayu tropika. Meskipun dengan meningkatnya produksi kehutanan, sumber daya hutan sebagai penyangga sistem kehidupan dan pengawetan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya tetap terpelihara.

Dalam Repelita V peningkatan produksi kehutanan diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan industri dalam negeri, peningkatan ekspor kayu olahan dan hasil hutan bukan kayu serta peningkatan manfaat kawasan hutan bagi masyarakat sekitar hutan. Peningkatan produksi kehutanan dilaksanakan melalui pengelolaan kawasan hutan secara efisien dan lestari yang dapat memberikan produktivitas tinggi dan nilai hasil yang semakin tinggi dan beraneka ragam. Dalam hubungan ini pengenaan pajak ekspor hasil-hasil hutan, peningkatan nilai tambah hasil hutan olahan, pemantapan kawasan hutan serta penyempurnaan peraturan sesuai dengan perkembangan pembangunan merupakan kebijakan yang terpenting.

Pengelolaan kawasan hutan yang efisien dan lestari dalam Repelita V selain dilakukan melalui sistem Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI), jugs dikembangkan melalui hutan rakyat dan kegiatan hutan kemasyarakatan. Selain itu upaya penertiban pengusahaan hutan dan rehabilitasi hutan produksi termasuk pelaksanaan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) secara benar terus ditingkatkan.

Sebagai hasil dari berbagai kebijaksanaan tersebut di atas, produksi kayu bulat rimba dan jati yang pada tahun 1968/69 baru sekitar 5,7 juta meter kubik, pada tahun terakhir Repelita IV telah mencapai 28,5 juta meter kubik atau meningkat dengan sekitar 400,0 persen dibanding tahun pertama PJP I. Produksi kayu bulat selama Repelita V secara keseluruhan menurun rata-rata 1,8 persen per tahun. Produksi kayu bulat rimba menurun rata-rata 1,9 persen per tahun, sedangkan produksi kayu bulat jati meningkat

VI/46

Page 50: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

rata-rata 0,6 persen per tahun. Produksi kayu bulat pada tahun 1993/94 adalah 25,1 juta meter kubik, berarti terjadi penurunan sekitar 11,2 persen dibandingkan produksi kayu bulat pada tahun 1992/93 yang sebesar 28,3 juta meter kubik. Produksi kayu bulat rimba dan jati secara lengkap tersaji dalam Tabel VI-24.

Industri kehutanan Indonesia telah berkembang dengan pesat yang ditandai dengan perkembangan industri pengolahan kayu dari industri hulu ke industri hilir, yang memberikan keuntungan meningkatkan nilai tambah dari produksi basil hutan, meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

Dalam tahun 1968/69 industri pengolahan kayu Indonesia hanya memproduksi kayu gergajian sebesar 177 ribu meter kubik. Sampai tahun terakhir Repelita IV industri hutan terus berkembang dengan menghasilkan kayu gergajian, kayu lapis dan pulp yang rnasing-masing produksinya secara berturut-turut adalah 4,3 juta meter kubik, 7,5 juta meter kubik dan 153 ribu meter kubik. Selama Repelita V produksi kayu olahan secara keseluruhan meningkat sebesar 3,7 persen per tahun. Pada tahun 1993/94 produksi kayu olahan mencapai 12,5 juta meter kubik dengan rincian produksi kayu gergajian sebesar 2,2 juta meter kubik, kayu lapis 9,9 juta meter kubik dan pulp 307 ribu meter kubik. Bila dibandingkan dengan produksi kayu olahan tahun 1992/93 terjadi penurunan sekitar 10,4 persen, yaitu dari 3,5 juta meter kubik untuk kayu gergajian, 9,9 juta meter kubik untuk kayu lapis dan 520 ribu meter kubik untuk pulp. Penurunan ini disebabkan karena berkurangnya penyediaan bahan baku dari hutan alam. Tabel perkembangan produksi kayu olahan secara lengkap disajikan pada Tabel VI-25.

Ekspor kayu olahan pada tahun 1968/69 hanya berupa kayu jati olahan sebesar 42 ribu meter kubik dengan nilai US$ 26,8 juta. Dalam tahun 1988/89 volume ekspor meningkat menjadi 10,5 juta meter kubik dengan nilai US$ 3,1 miliar, sedangkan pada tahun

VI/47

Page 51: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 24PRODUKSI SAYU BULAT RIMBA DAN JATI, 1)

1968/69, 1988/89, 1989/90 — 1993/94

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) s.b. = setara dengan kayu bulat

VI/48

Page 52: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL . VI — 25PRODUKSI DAN EKSPOR KAYU OLAHAN 1)

1968/69, 1988/89, 1989/90 — 1993/94

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Tidak termasuk hasil industri kecil

VI/49

Page 53: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

1993/94 volume ekspor telah mencapai 25,5 juta meter kubik dengan nilai Sebesar US$ 6,2 miliar. Selama Repelita V volume ekspor kayu olahan secara keseluruhan meningkat dengan rata-rata sebesar 0,5 persen per tahun. Namun ekspor kayu gergajian selama Repelita V mengalami penurunan sebesar 8,1 persen. Penurunan ini disebabkan karena meningkatnya konsumsi dalam negeri, meningkatnya pajak ekspor kayu gergajian dan berkurarignya produksi kayu olahan. Perkembangan ekspor kayu olahan dan ekspor kayu gergajian ke berbagai negara secara lengkap disajikan pada Tabel VI-26, dan Tabel VI-27.

Ekspor kayu lapis tampak meningkat pada tahun 1988/89 yaitu sebesar 7,3 juta meter kubik dengan nilai US$ 2,4 miliar. Selama Repelita V volume ekspor kayu lapis, secara keseluruhan meningkat dengan rata-rata sebesar 5,9 persen per tahun. Ekspor ini dilakukan ke 14 negara tujuan di Eropa, Asia dan Amerika. Ekspor kayu lapis tahun 1993/94 mencapai 9,6 juts meter kubik. Bila dibandingkan dengan ekspor tahun 1992/93 sebesar 9,8 juta meter kubik, terjadi penurunan sebesar 1,4 persen. Penurunan ini disebabkan karena adanya peningkatan konsumsi kayu lapis dalam negeri, penurunan produksi dan peningkatan industri hilir kehutanan yang lebih meningkatkan nilai tambah. Perkembangan ekspor kayu lapis ke berbagai negara disajikan pada Tabel VI-28.

Komoditi basil hutan bukan kayu terus meningkat peranannya. Ekspor basil hutan bukan kayu telah meningkat sejak tahun 1973/74. Volume ekspor pada tahun 1973/74 baru berjumlah 126,3 ribu ton dengan nilai US$ 17,1 juta, dan pada tahun 1988/89 telah mencapai 174,2 ribu ton senilai US$ 262 juta. Pada tahun pertama Repelita V, ekspor produksi hasil hutan bukan kayu seperti rotan, arang, kayu manis, kopal, damar, tengkawang, jelutung dan basil hutan ikutan lainnya telah mencapai volume 80,9 ribu ton dengan nilai US$ 157,7 juta. Pada tahun 1993/94 produksi hasil hutan bukan kayu yang diekspor sudah mencapai 265,6 ribu ton dengan nilai US$ 370,8 juta, berarti terjadi peningkatan sekitar 34,8 persen dari segi volume dan 131,4 persen

VI/50

Page 54: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI – 26REALISASI EKSPOR HASIL HUTAN BERUPA KAYU 1)

1968/69, 1988/89, 1989/90 – 1993/94

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/51

Page 55: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI – 27EKSPOR KAYU GERGAJIAN KE BEBERAPA NEGARA TUJUAN 1)

1973/74, 1988/89, 1989/90 - 1993/94

1)Angka tahunan2)Angka diperbaiki3)Angka sementara4)Digabung dengan data ekspor ke Amerika Serikat

VI/53

Page 56: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

dari segi nilai ekspornya terhadap tahun 1992/93. Perkembangan ekspor hasil hutan bukan kayu secara lengkap disajikan pada Tabel VI-29.

Perkembangan industri hasil hutan sangat erat kaitannya dengan ketersediaan bahan baku, jumlah pabrik dan kapasitas terpasang yang telah dibangun. Berkurangnya jumlah unit industri dan bertambahnya kapasitas terpasang disebabkan karena beberapa HPH bergabung untuk meningkatkan efisiensi industri kehutanan. Perkembangan industri kehutanan dan kapasitas intake selama Repelita V disajikan pada Tabel VI-30.

Dalam Repelita V, pengusahaan hutan produksi yang dikelola oleh swasta dituntut untuk lebih efisien dan lebih berdaya guna. Sejak dilaksanakan penataan HPH pada tahun 1967, sampai dengan tahun 1992/93 jumlah HPH telah mencapai 580 unit. Pada tahun 1993/94 jumlah HPH menurun menjadi 575 unit, tetapi dari segi luas bertambah dari 61,4 juta hektare tahun 1992/93 menjadi 61,7 juta hektare pada tahun 1993/94 (Tabel VI-31).

Dalam upaya pemenuhan kebutuhan bahan baku yang tidak bisa diatasi oleh produksi hutan alam yang produksinya terbatas, maka pembangunan HTI dan hutan rakyat merupakan suatu alternatif yang sesuai dengan prinsip kelestarian dalam . upaya penyediaan bahan baku. HTI adalah satuan usaha komersial yang secara ekonomis mandiri dengan tujuan menghasilkan bahan baku untuk kebutuhan industri. HTI dilaksanakan di dalam kawasan hutan produksi tetap atau kawasan hutan lainnya yang ditetapkan sebagai hutan produksi dan pada lahan yang tidak produktif. Kegiatan HTI juga dapat dikaitkan dengan upaya pengurangan tekanan terhadap kelestarian hutan oleh peladang berpindah dan perambah hutan melalui kegiatan HTI-Trans. Pengembangan HTI mulai dilakukan sejak tahun 1987/88 dengan membangun 76,4 ribu hektare. Pada tahun 1988/89 telah berhasil dibangun 83,4 ribu hektare HTI atau meningkat 9,9 persen dibanding tahun 1987/88. Sasaran luas pembangunan HTI dalam Repelita V adalah 1,5 juta

VI/54

Page 57: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI - 29EKSPOR HASIL HUTAN BUKAN KAYU 1)

1973/74, 1988/89, 1989/90 – 1993/94

1)Angka tahunan2)Angka diperbaiki3)Angka sementara

VI/55

Page 58: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI-30PERKEMBANGAN INDUSTRI HASIL IIUTAN

BAHAN BAKU DART AREAL HPH,1978179, 1988/89,.1989/90 - 1993/94

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VI/56

Page 59: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI – 31PERKEMBANGAN PENGUSAHAAN HUTAN, 1)

1973174, 1988/89, 1989/90 - 1993/94

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Mulai tahun 1991/92 tidak ada PMA.

VI/57

Page 60: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

hektare. Realisasi pelaksanaan HTI sampai dengan tahun 1993/94 mencapai kurang lebih 1 juta hektare, yang terdiri dari HTI pulp seluas 339 ribu hektare, HTI-Trans seluas 51 ribu hektare dan HTI non pulp seluas 610 ribu hektare. Hasil pembangunan HTI per propinsi selama Repelita V disajikan secara lengkap dalam Tabel VI-32.

Untuk menunjang pengembangan penanaman HTI dan kegiatan penghijauan serta kegiatan reboisasi, telah didirikan pusat-pusat perbenihan dan pusat persemaian modern yang menggunakan teknologi maju. Sampai dengan tahun 1992/93 telah berhasil dibangun 8 lokasi pusat persemaian modern dan pusat perbenihan. Diharapkan dengan adanya pusat perbenihan dan pusat persemaian tersebut, penyediaan bibit dalam jumlah besar dan berkualitas tinggi akan dapat dipenuhi dan akan lebih mendorong pembangunan HTI.

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan secara lestari terus ditingkatkan dalam Repelita V, sehingga manfaat hutan dapat lebih dirasakan oleh masyarakat. Dalam kaitan itu, kegiatan HPH Bina Desa yang mewajibkan pemilik HPH untuk membantu mengembangkan kehidupan desa di sekitarnya terus ditingkatkan. Sampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi 5 aspek, yaitu pembinaan pertanian menetap, peningkatan kehidupan ekonomi dan kehidupan sosial budaya, pengembangan sarana umum dan pelestarian sumber daya hutan dan lingkungan. Total dana yang telah direalisasikan adalah sebesar Rp20,8 miliar. Pengalihan sebagian saham HPH kepada koperasi atau masyarakat diharapkan dapat menciptakan pengelolaan hutan yang lestari. Sampai tahun 1993 telah ada 23 HPH yang telah disetujui pengalihan sahamnya, dan 14 HPH yang sedang dalam proses.

Upaya lain dalam peningkatan peran serta masyarakat adalah kegiatan hutan kemasyarakatan dan pembangunan hutan rakyat.

VI/58

Page 61: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI - 321)

PEIUCEMBANGAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI, 1987/88, 1988/89, 1989/90 - 1993/94

(ha)

1) Angka kumulatif sejak tahun 1987/882) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/59

Page 62: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Selama Repelita V, upaya hutan kemasyarakatan diarahkan kepada kegiatan pemanfaatan ruang tumbuh secara optimal untuk meningkatkan hasil hutan dan juga meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan tanpa mengubah dan mengurangi fungsi hutannya. Kegiatan hutan kemasyarakatan antara lain berbentuk agroforestry, pengembangan perlebahan dan produksi madu, pengembangan produksi sutera alam dan kebun murbei serta industri tradisional benang sutera. Sampai dengan tahun 1993/94, kegiatan agroforestry telah melibatkan 10 ribu kepala keluarga, produksi madu 650 ton, produksi benang sutera 352,9 ton dan luasan kebun murbei 11.362 hektare. Pembangunan hutan rakyat selain ditujukan untuk mendukung persediaan bahan baku industri dan konsumsi kayu secara kontinyu juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat serta menambah luasan kawasan yang berhutan. Sampai dengan tahun 1993/94 leas hutan rakyat mencapai 440.642 hektare.

Untuk menunjang pembangunan kehutanan dalam Repelita V terus dilakukan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan Iptek. Keterampilan dan pengetahuan petugas kehutanan makin ditingkatkan melalui pendidikan formal dan pelatihan yang diselenggarakan di Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) dan Balai Latihan Kehutanan (BLK). Pelatihan kehutanan meliputi bidang pengusahaan hutan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, inventarisasi dan tats guna hutan,'

perlindungan hutan dan pelestarian alam serta administrasi pembangunan kehutanan. Selama Repelita V telah dididik sebanyak 1.072 orang lulusan SKMA dan 41.143 orang dari BLK. Dalam tahun 1993/94 lulusan SKMA berjumlah 335 orang dan BLK 7.392 orang.

Pengembangan Iptek dalam Repelita V telah dilakukan dengan meningkatkan penguasaan, pengembangan dan penyediaan paket-paket ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung pelaksanaan pembangunan kehutanan. Selama Repelita V telah dibangun 5 unit Kampus Terpadu yang selain berfungsi sebagai

VI/60

Page 63: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 33HASIL PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEHUTANAN, 1)

1969/70, 1988/89, 1989/90 — 1993/94(orang)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VI/61

Page 64: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

pusat penelitian, juga sebagai pusat pendidikan dan latihan kehutanan; dikembangkan 3 unit pelaksana teknis dan 1 unit wana riset; serta diterbitkan informasi dan teknologi sebanyak 450 volume/nomor.

Penelitian kehutanan telah menghasilkan paket-paket teknologi kehutanan dan hasil hutan. Paket teknologi yang telah dihasilkan, antara lain meliputi teknologi pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI), sistem silvikultur hutan alam, pengusahaan hasil hutan non kayu, pengembangan hutan kemasyarakatan dan pemanfaatan hasil-hasil hutan.

G. PENGAIRAN

Tujuan utama pembangunan pengairan pada PJP I adalah mendukung pembangunan sektor pertanian, khususnya dalam rangka meningkatkan produksi pangan terutama beras. Selain itu pembangunan pengairan juga ditujukan untuk mendukung program mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan mempercepat pertumbuhan kawasan di luar Pulau Jawa, berupa penunjangan terhadap pembukaan lahan permukiman dan produksi pada program transmigrasi.

Kegiatan pokoknya meliputi operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, khususnya yang dikenal dengan operasi dan pemeliharaan yang efisien atau mantap, rehabilitasi jaringan irigasi, pem-bangunan jaringan irigasi baru, serta pengembangan daerah rawa.

Dalam Repelita V, pengembangan jaringan irigasi telah dilan-

jutkan dan ditingkatkan. Pembangunan jaringan irigasi baru, baik yang bersumber dari air permukaan maupun air tanah, lebih banyak diarahkan ke luar Pulau Jawa, yang juga meliputi daerah rawa. Hal ini dilaksanakan selain untuk memantapkan swasembada pangan, mengembangkan daerah di luar Pulau Jawa dan mendukung program transmigrasi, juga mengingat semakin terbatasnya lahan di Pulau Jawa untuk pengembangan persawahan.

VI/62

Page 65: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Pengembangan daerah rawa, selain untuk persawahan, juga dapat dimanfaatkan untuk lahan perkebunan serta tambak.

Dalam Repelita V, upaya menarik partisipasi masyarakat dalam pembangunan pengairan juga ditingkatkan, khususnya dalam pengelolaan jaringan irigasi teknis. Partisipasi masyarakat ini diwujudkan dalam bentuk Iuran Pelayanan Irigasi (IPAIR), dan pengelolaan langsung jaringan irigasi pada daerah irigasi yang luas arealnya kurang dari 500 hektare. Pelaksanaan IPAIR dan pengelolaan langsung tersebut dilakukan melalui Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Selain itu, upaya pengamanan daerah-daerah permukiman dan produksi yang semula hanya mencakup pengendalian banjir dan pengendalian lahar gunung berapi, telah diperluas dengan program pengamanan daerah pantai dari pengaruh abrasi pantai.

Sejalan dengan meningkatnya pembangunan di bidang pengairan, usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia terus dilakukan melalui kursus, training, dan penyuluhan, baik di bidang teknik maupun manajemen. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut sejalan pula dengan kebijaksanaan perluasan desentralisasi yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Di Bidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah. Dalam PP tersebut, antara lain dinyatakan bahwa secara berangsur-angsur tugas-tugas pembangunan, perbaikan, maupun pengelolaan jaringan irigasi diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

Pembangunan pengairan pada awal Repelita I atau 1969/70 ditekankan pada kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi yang sebagian besar mengalami kerusakan. Dalam tahun tersebut, dilaksanakan rehabilitasi pada areal sekitar 210.330 hektare. Kegiatan pembangunan jaringan irigasi terutama dilaksanakan pada lahan tadah hujan. Kegiatan rehabilitasi dan pembangunan jaringan irigasi selanjutnya ditingkatkan sehingga pada akhir Repelita IV telah mencapai areal seluas 2.570.907 hektare dan 1.311.764

VI/63

Page 66: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

hektare. Kegiatan pengembangan daerah rawa dimulai pada awal Repelita II terutama dikaitkan dengan program transmigrasi. Pada akhir Repelita IV, mulai dilaksanakan kegiatan operasi dan peme-liharaan yang efisien pada jaringan irigasi yang telah dibangun. Sementara itu kegiatan pengamanan daerah permukiman dan produksi juga terus ditingkatkan, dan pada akhir Repelita IV areal yang dapat diamankan mencapai seluas 1.547.451 hektare.

Pembangunan pengairan selama PJP I secara keseluruhan telah mendukung pembangunan pertanian, terutama dalam upaya meningkatkan produksi pangan, sehingga pada tahun 1984 telah dapat dicapai swasembada beras nasional. Pada akhir tahun Repelita V atau 1993/94, secara kumulatif sejak permulaan PJP I, kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi yang efisien telah mencapai areal seluas 1.841.017 hektare. Kegiatan rehabilitasi dan perbaikan jaringan irigasi yang mengalami kerusakan baik karena umur teknisnya maupun karena bencana alam, mencapai areal seluas 2.927.309 hektare. Pembangunan jaringan irigasi baru sampai dengan tahun 1993/94 mencakup areal seluas sekitar 1.658.253 hektare. Daerah rawa yang telah berhasil dikembangkan sampai dengan tahun 1993/94 meliputi areal sekitar 1.164.804 hektare.

Dalam upaya melindungi daerah permukiman dan pusat-pusat produksi dari ancaman banjir dan lahar gunung berapi, telah dilakukan pembangunan prasarana yang antara lain berupa tanggul, sistem drainase, waduk pengendali, dan kantung-kantung lahar. Selain itu, beberapa waduk yang dibangun untuk keperluan irigasi, sekaligus difungsikan untuk pengendali banjir. Selama PJP I upaya-upaya tersebut diharapkan dapat melindungi areal sekitar 1.989.071 hektare. Sedangkan untuk melindungi pantai dari ancaman abrasi, telah dilakukan pengamanan pantai sepanjang 17 kilometer.

Peran serta masyarakat yang sudah dirintis melalui P3A dengan IPAIR yang dimulai tahun 1989/90, dan penyerahan

VI/64

Page 67: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

pengelolaan jaringan irigasi kecil dengan luas areal kurang dari 500 hektare yang dimulai tahun 1990/91, juga dikembangkan dan diperluas. Sampai dengan tahun kelima Repelita V telah dilaksanakan pembentukan dan pembinaan pada P3A sekitar 23.872 kelompok di seluruh propinsi. Penyerahan pengelolaan irigasi kecil kepada P3A telah mencakup areal seluas 110.871 hektare melalui sekitar 1.419 kelompok P3A.

Pembangunan pengairan yang telah dilaksanakan dalam Repelita V telah meningkatkan keandalan pelayanan jaringan irigasi dan memperluas areal beririgasi. Hasilnya telah meningkat-kan produktivitas areal, sehingga mendukung peningkatan pendapatan petani dan memberikan sumbangan pada pertumbuhan perekonomian di daerah, serta secara nasional telah mempertahan-kan swasembada pangan, khususnya beras. Selain itu, pem-bangunan pengairan juga telah meningkatkan perlindungan daerah permukiman dan produksi dari ancaman banjir, lahar, serta abrasi pantai.

Hasil pelaksanaan pembangunan pengairan sampai dengan tahun kelima Repelita V dapat dilihat pada Tabel VI-34, dan secara lebih rinci diuraikan di bawah ini.

1. Program Perbaikan dan Pemeliharaan Jaringan Pengairan

Program perbaikan jaringan pengairan dilaksanakan untuk mengembalikan fungsi jaringan irigasi yang mengalami kerusakan, termasuk kerusakan sebagai akibat bencana alam. Dalam tahun 1993/94, perbaikan jaringan irigasi telah dilaksanakan pada areal seluas 38.276 hektare yang tersebar di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Maluku dan Irian, sehingga secara keseluruhan selama PJP I sampai dengan akhir Repelita V telah dilaksanakan perbaikan jaringan irigasi pada areal sekitar 2.927.309 hektare. Daerah irigasi yang telah diselesaikan perbaikannya pada tahun 1993/94, antara lain adalah Simalungun di Sumatera Utara, Cisadane di

VI/65

Page 68: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

TABEL VI — 34PERKEMBANGAN PELAKSANAAN 1)

PROGRAM—PROGRAM PEMBANGUNAN PENGAIRAN,1969/70, 1988/890989/90 — 1993/94

( Was areal dalam ha )

1) Angka kumulatif sejak Repelita I2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Dalam kilometer

VI/66

Page 69: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Jawa Barat, Warujayeng Turi Tunggorono di Jawa Timur, dan Sadang-Maloso di Sulawesi Selatan.

Dalam upaya untuk menjaga kondisi jaringan pengairan agar dapat berfungsi dengan baik, telah dilaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi serta jaringan rawa. Khusus untuk jaringan irigasi teknis, sejak tahun keempat Repelita IV telah dilaksanakan upaya peningkatan mutu operasi dan pemeliharaan jaringan melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan yang efisien. Upaya tersebut, kecuali dilaksanakan untuk mempertahankan fungsi bangunan dan jaringan pengairan, juga ditujukan untuk meningkatkan efisiensi sistem distribusi air agar mampu menyedia-kan air di petak sawah sesuai dengan kebutuhan, baik dalam arti jumlah maupun ketepatan waktunya.

Pada tahun 1993/94 kegiatan tersebut telah diperluas dengan 306.712 hektare, sehingga secara keseluruhan sampai dengan akhir Repelita V, mencapai luas 1.841.017 hektare yang tersebar di Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

Peran serta masyarakat dilaksanakan melalui P3A dengan pengenaan biaya pengelolaan dalam bentuk IPAIR dan penyerahan pengelolaan jaringan irigasi kecil dengan luas areal kurang dari 500 hektare. Pelaksanaan IPAIR mulai dirintis pada tahun 1989/90 melalui percobaan di 4 (empat) Kabupaten, yaitu Subang (Jawa Barat), Sukoharjo (Jawa Tengah), Nganjuk (Jawa Timur), dan Sidrap (Sulawesi Selatan). Pada tahun 1993/94, pengenaan IPAIR telah diperluas dengan 520.366 hektare, sehingga secara keseluruhan sampai dengan akhir Repelita V telah mencapai 724.826 hektare melalui 5.944 kelompok P3A.

Penyerahan pengelolaan irigasi kecil kepada P3A mulai dilak-sanakan tahun 1990/91, dan pada tahun 1993/94 telah dilakukan

VI/67

Page 70: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

penyerahan jaringan irigasi yang melayani sekitar 54.933 hektare kepada 747 kelompok P3A. Secara keseluruhan sampai dengan akhir Repelita V, penyerahan irigasi kecil mencakup areal seluas 110.871 hektare yang dikelola oleh 1.419 kelompok P3A yang tersebar antara lain pada daerah-daerah irigasi di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

2. Program Pembangunan Jaringan Irigasi

Pembangunan jaringan irigasi dilakukan selain pada daerah baru, pada perluasan dari areal yang ada, juga pada sawah tadah hujan. Mengingat semakin terbatasnya lahan di Pulau Jawa, pem-bangunan jaringan irigasi baru pada umumnya dilaksanakan di luar Jawa sekaligus untuk menunjang program transmigrasi. Selain memanfaatkan air permukaan, pembangunan jaringan irigasi juga memanfaatkan sumber air tanah, terutama pada daerah-daerah yang sulit memperoleh air permukaan.

Dalam tahun 1993/94 telah diselesaikan pembangunan jaringan irigasi, termasuk irigasi air tanah yang mencakup areal seluas 67.913 hektare, sehingga secara keseluruhan selama PJP I sampai dengan akhir Repelita V, telah dibangun jaringan irigasi yang melayani areal seluas 1.658.253 hektare. Lokasi daerah irigasi baru tersebut antara lain adalah di daerah irigasi Jambu Aye, Langkahan, dan Krueng Aceh di Aceh, Bah Bolon di Sumatera Utara, Komering di Sumatera Selatan, Panti Rao dan Batang Tongar di Sumatera Barat, Riam Kanan di Kalimantan Selatan, Langkeme dan Bila di Sulawesi Selatan, Lambunu dan Parigi-Poso di Sulawesi Tengah, Wawotobi I di Sulawesi Tenggara, Mamak, Batujai, dan Pengga di Nusa Tenggara Barat, Lembor dan Mautenda di Nusa Tenggara Timur. Irigasi air tanah tersebar antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur.

VI/68

Page 71: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Untuk menunjang penyediaan air irigasi, pada tahun 1993/94 sedang dilaksanakan pembangunan beberapa waduk, antara lain Mamak, Tiu Kulit, dan Pengga di Nusa Tenggara Barat. Pada daerah-daerah yang sulit air juga telah dibangun waduk kecil (embung), seperti di daerah-daerah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor Timur. Sementara itu pembangunan jaringan irigasi yang sedang dilaksanakan antara lain adalah di daerah irigasi Krueng Susoh dan Baro Raya di Aceh, Batang Anai di Sumatera Barat, Citanduy di Jawa Barat, Luwu dan Bila di Sulawesi Selatan, serta Kairatu dan Way Meten di Maluku.

3. Program Pengembangan Daerah Rawa

Dari 1,9 juta kilometer persegi luas wilayah daratan Indonesia, kurang lebih 38 juta hektare atau 20 persennya berupa lahan rawa. Pengembangan daerah rawa dimaksudkan untuk menyediakan lahan, baik untuk permukiman maupun untuk produksi, guna mendukung program transmigrasi sekaligus juga merupakan upaya mendukung pembangunan daerah. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain meliputi peningkatan dan pembangunan saluran drainase rawa pasang surut dan nonpasang surut untuk pertanian, serta peningkatan dan pembangunan tata saluran tambak. Pengembangan daerah rawa ini telah memberikan dukungan yang nyata terhadap perluasan lapangan kerja, peningkatan produktivitas lahan, dan peningkatan investasi swasta di bidang perkebunan dan perikanan.

Dalam tahun 1993/94 pengernbangan daerah rawa mencakup areal seluas 61.664 hektare, sehingga secara keseluruhan selama PJP I sampai dengan akhir Repelita V telah dikembangkan daerah rawa sekitar 1.164.804 hektare antara lain di' Propinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan Irian Jaya. Pengembangan daerah rawa tersebut antara lain juga ditujukan untuk menunjang program PIR Trans di Riau dan Sumatera Selatan, peningkatan tambak di Aceh

VI/69

Page 72: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

dan Sulawesi Selatan, serta pembangunan tambak di Kalimantan Tengah dan Sulawesi Tenggara.

Selain program-program tersebut di atas, terdapat program penyelamatan hutan, tanah dan air, terutama ditujukan untuk pengamanan daerah permukiman dan areal produktif dari bahaya banjir yang disebabkan meluapnya sungai dan lahar dari gunung berapi, serta untuk mengembangkan sumber-sumber air melalui perbaikan dan pengaturan alur sungai, pembangunan tanggul, serta pembangunan waduk-waduk serba guna. Kegiatan yang dilaksa-nakan pada tahun 1993/94 telah meningkatkan pengamanan daerah permukiman dan produksi seluas 63.750 hektare, antara lain melalui perbaikan sungai-sungai Krueng Aceh dan Krueng Pase di DI Aceh, Bah Bolon dan Ular di Sumatera Utara, Batang Arau di Sumatera Barat, Cimanuk-Cisanggarung, Citarum, dan Citanduy di Jawa Barat, Bengawan Solo di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Brantas di Jawa Timur, serta Jeneberang di Sulawesi Selatan. Upaya tersebut antara lain telah berhasil menanggulangi kerugian akibat bahaya banjir pada beberapa bagian kota Banda Aceh, Medan, Padang, Jakarta, Surabaya, dan Ujung Pandang. Secara keseluruhan luas areal yang telah diamankan selama PJP I sampai dengan tahun kelima Repelita V mencapai seluas 1.989.071 hektare yang tersebar di beberapa daerah yang rawan banjir, termasuk pengamanan pada sejumlah lereng gunung antara lain Gunung Galunggung, Gunung Merapi, Gunung Kelud dan Gunung Semeru. Selain itu, dalam program ini juga dilaksanakan kegiatan penanggulangan kerusakan akibat bencana alam, antara lain di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Selama PJP I sampai dengan akhir Repelita V, sejumlah waduk telah dibangun, baik untuk keperluan irigasi, maupun untuk keperluan lainnya seperti pengendalian banjir dan pembangkit tenaga listrik. Waduk-waduk yang selesai dibangun antara lain Sutami (Karangkates), Selorejo, Lahor dan Wlingi di Jawa Timur, Sempor, Wadas Lintang, Wonogiri , Gondang, Song Putri, dan

VI/70

Page 73: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Kedung Ombo di Jawa Tengah, Riam Kanan di Kalimantan Selatan, Way Rarem di Lampung, Batujai dan Pengga di Lombok, serta Palasari di Bali.

Dalam rangka peningkatan pendayagunaan serta konservasi sumber daya air, dalam tahun 1993/94 telah dilaksanakan pekerjaan persiapan pembangunan beberapa waduk, seperti Batutegi di Lampung, Sermo di DI Yogyakarta, Wonorejo di Jawa Timur, dan Bili-Bili di Sulawesi Selatan.

Selanjutnya untuk meningkatkan pelestarian fungsi ekosistem pantai dan mengendalikan kerusakan lingkungan pantai, sekaligus mengamankan daerah produksi, daerah yang padat pembangunan dan daerah potensial lainnya dari ancaman abrasi pantai dilaksanakan pula kegiatan pembinaan daerah pantai. Prasarana yang dibangun dalam kegiatan ini antara lain adalah berupa pembangunan tembok pengaman, pemecah ombak, dan krib pantai. Kegiatan ini dimulai tahun 1989/90, dan dalam tahun 1993/94 telah diselesaikan pembangunan prasarana yang mengamankan daerah pantai sepanjang sekitar 6 kilometer, antara lain pantai Anyer di Serang, pantai Blencong di Jakarta, pantai Karang Asem, Buleleng, dan Gianyar di Bali, pantai Manado di Sulawesi Utara dan pantai Padang di Sumatera Barat. Secara keseluruhan sampai dengan tahun kelima Repelita V telah dilakukan pengamanan daerah pantai sepanjang sekitar 17 kilometer.

H. PENDIDIKAN, PENYULUHAN DAN PENELITIAN PERTANIAN DAN PENGAIRAN

1. Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian dan Pengairan

Dalam rangka mengembangkan pertanian yang maju, efisien dan tangguh, rnerupakan langkah yang sangat strategis adalah pengembangan keterampilan dan pengetahuan petani. Kemampuan

VI/71

Page 74: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

para petani yang terus meningkat akan mendorong pengelolaan usaha tani secara lebih efektif dan efisien. Selain itu petani akan mampu memanfaatkan kebijaksanaan yang mendukung di bidang ekonomi dan tanggap terhadap situasi pasar.

Keterampilan dan pengetahuan petani ditingkatkan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan pertanian. Dalam hubungan ini jumlah tenaga teknisi dan penyuluh pertanian terus ditingkatkan, sehingga para petugas pertanian dapat meningkatkan jangkauan dan kemampuannya untuk membina para petani.

Selama PJP I jumlah Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) dengan keadaan terakhir 1993 adalah sebanyak 230 unit. Akademi Penyuluhan Pertanian yang didirikan tahun 1992 untuk meningkatkan kualitas penyuluh pertanian telah berjumlah 6 unit, dan untuk mengantisipasi tenaga ahli dibidang perikanan telah didirikan Sekolah Tinggi Perikanan yang menghasilkan lulusan D3 dan D4. Balai Latihan Pegawai Pertanian (BLPP) telah berkembang menjadi 32 unit pada tahun 1993. BLPP berfungsi sebagai tempat pelatihan para petugas/penyuluh pertanian. Jumlah Balai Penyuluh Pertanian (BPP) telah meningkat menjadi 2.258 unit pada tahun 1993. BPP berfungsi sebagai tempat penyuluh melaksanakan latihan bagi para petani. Pada tahun 1993 jumlah penyuluh pertanian tercatat sebanyak 39.860 orang dan jumlah kelompok tani telah meningkat menjadi 265.523 kelompok. Selanjutnya jumlah Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) dan Balai Latihan Kehutanan (BLK) pada saat ini adalah masing-masing sebanyak 5 unit dan 8 unit.

Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta kemampuan dan mutu tenaga pelaksana pembangunan di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, dilaksanakan peningkatan tenaga pelaksana pembangunan, dalam bentuk penyelenggaraan kursus singkat, kursus reguler di bidang teknik, serta peningkatan prasarana dan sarana pendidikan dan latihan. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis serta

VI/72

Page 75: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

manajemen tersebut dilaksanakan dalam bentuk pendidikan formal, kursus, penataran, pelatihan, dan pengaturan, pembinaan peralatan pendidikan, serta pengembangan modul pendidikan dan latihan di bidang pengairan.

Dalam tahun 1993/94 melalui Pusat Pendidikan dan Latihan, baik di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum maupun lembaga-lembaga pendidikan lainnya, telah dilaksanakan pendidikan dan latihan bagi tenaga-tenaga potensial di Direktorat Jenderal Pengairan melalui berbagai jenjang pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri sebanyak 183 orang. Selama lima tahun Repelita V tenaga-tenaga potensial di lingkungan Direktorat Jenderal Pengairan yang telah mengikuti pendidikan baik di luar negeri maupun di dalam negeri telah mencapai 1.026 orang.

2. Penelitian Pertanian dan Pengairan

Selama PJP I kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian, baik dari segi teknis maupun ekonomis diarahkan untuk pengembangan dan penyediaan teknologi yang akan membantu meningkatkan efisiensi sistem produksi. Di samping itu kegiatan penelitian diarahkan juga untuk pengembangan teknologi tepat guna bagi daerah-daerah yang masih terbelakang dan bagi beberapa komoditi yang mempunyai peluang pasar cukup baik.

Program penelitian dan pengembangan pertanian terdiri dari berbagai kegiatan penelitian, meliputi penelitian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan dimana di dalamnya termasuk penelitian sumber daya alam dan bioteknologi.

Penelitian tanaman pangan dilaksanakan untuk meningkatkan varietas unggul padi, palawija dan hortikultura yang berproduktivitas tinggi dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

VI/73

Page 76: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Hasil penelitian ini telah menghasilkan dan melepas beberapa varietas unggul padi seperti Way Seputih, Barumun, Atomita 4, Lematang, Batur, Danau Atas, Poso, Laut Tawar dan Danau Tempe. Kegiatan penelitian telah menghasilkan Rama dan C2 untuk jagung; Lompobatang, Rinjani, Jayawijaya dan Lawu untuk kedele; Merpati dan Parkit untuk kacang hijau; Landak, Badak dan Biawak untuk kacang tanah; Mendut dan Kalasan untuk ubi jalar. Di bidang hortikultura, penelitan tanaman pangan telah menghasilkan teknologi produksi bibit jeruk bebas penyakit, teknologi pembibitan buah-buahan yang dikaitkan dengan penanganan pasca panen dan teknologi pengembangan sayuran prioritas.

Penelitian perkebunan diarahkan untuk mengembangkan klon-klon/varietas unggul. Sampai dengan tahun 1992 telah dihasilkan antara lain, TM12, TM13, TM14, TM15 dan TM16 untuk karet; DR-2 untuk kakao; Kopi Arabica BP 415 A dan B 428 A untuk kopi; PS 77-1381, PS 77-1553, PS 78-2601, PS 78-2262, PS 80-1424 dan PS 80-1649 untuk tebu; GMB-1, 2, 3, 4 dan 5 untuk teh; Petaling 1 dan 2 untuk tembakau Virginia. Selanjutnya penelitian perkebunan telah menghasilkan teknologi pengendalian hama secara biologis seperti pengendalian hama Oryctes, Atona, Hidari dan Sexava sp.* Di samping itu penelitian ini juga telah menghasilkan teknologi pengolahan untuk ekstrasi minyak dari biji teh.

Penelitian peternakan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas unggas dan aneka ternak dan menanggulangi masalah-masalah produksi dan reproduksi ternak. Sampai tahun 1993, telah dihasilkan berbagai teknologi, antara lain sistem pemeliharaan ayam buras secara semi intensif, penggunaan arang aktif dalam ransum itik yang terkontaminasi aflatoksin, penanganan kulit kelinci jenis ' Rex, pemeliharaan jarak beranak optimal, penggunaan susunan ransum yang relatif murah, pemanfaatan sumber daya pakan pada musim kemarau dan pemanfaatan sumber daya ternak pada sistem usaha tani terpadu.

VI/74

Page 77: PERTANIAN DAN PENGAIRAN - Kementerian … · Web viewSampai dengan tahun 1994 terdapat 280 HPH yang telah menetapkan desa binaan sebanyak 471 desa dengan kegiatannya yang meliputi

Dalam upaya meningkatkan teknologi budi daya dan penangkapan serta teknologi pengolahan basil perikanan, penelitian perikanan telah menghasilkan antara lain teknologi budi daya pembenihan udang, bandeng, kakap dan lele lokal, penerapan keramba jaring apung, pengembangan alat tangkap/rumpon dan teknologi pengolahan minyak hati ikan cucut.

Kegiatan penelitian dan perencanaan pengembangan sumber-sumber air di beberapa wilayah sungai serta pengelolaan sumber daya air dimaksudkan untuk menunjang keperluan pertanian, permukiman, industri, dan berbagai keperluan lainnya.

Untuk meningkatkan sistem penataan dan pembinaan teknologi bidang pengairan yang mampu mendukung pemeliharaan dan kelestarian sumber daya air, dilakukan penelitian dan pengembangan pengairan untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang semakin meningkat, air irigasi, air industri, dan air untuk tenaga listrik, serta penanganan limbah industri. Penelitian dilakukan melalui kegiatan: (1) pengembangan teknologi hemat air, daur ulang, pengendalian pencemaran air, pengendalian. gangguan dan bencana alam, teknologi pengairan tepat guna untuk daerah perdesaan; (2) pemantauan dan analisa data untuk kuantitas dan kualitas air dalam usaha menunjang pengembangan dan penyelidikan ketersediaan serta keseimbangan air; (3) penelitian bangunan dan konstruksi pengairan, pengamanan sungai, pantai, dan rawa pasang surut, pengendalian sedimentasi dan erosi serta pencegahan bencana alam akibat banjir; (4) penyusunan dan perumusan standar, pedoman dan petunjuk teknis bidang pengairan; dan (5) pembuatan percontohan pengolahan air limbah di Bandung Selatan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan di Bandung, Bekasi, Yogyakarta, dan Solo.

VI/75