Upload
ngotuyen
View
248
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI
KETERSEDIAAN AIR
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Sarjana Sains
Oleh Khoirul Anam
NIM M0404042
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
Oleh Khoirul Anam
NIM M0404042
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tanda Tangan Pembimbing I Widya Mudyantini MSi
NIP19730505 199903 2 001
Pembimbing II Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt
NIP 19800510 200501 2 002
Surakarta
Mengetahui Ketua Jurusan Biologi
Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001
ii
PENGESAHAN
SKRIPSI
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
Oleh Khoirul Anam NIM M0404042
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 26 Januari 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Surakarta
Penguji I
Widya Mudyantini MSi NIP 19730505 199903 2 001
Penguji III
Solichatun MSi NIP 19710221 199702 2 001
Penguji II
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt NIP 19800510 200501 2 002
Penguji IV
Dr Edwi Mahajoeno MSi NIP 19601025 199702 1 001
Mengesahkan
Dekan FMIPA
Prof Drs Sutarno MSc PhD NIP 19600809 1986121 001
Ketua Jurusan Biologi
Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu perguruan tinggi serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau danatau dicabut
Surakarta
Khoirul Anam NIM M0404042
iv
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
KHOIRUL ANAM
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air
v
GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY
KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science
Sebelas Maret University Surakarta
ABSTRACT
The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa
This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments
The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability
vi
MOTTO
ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo
(QSAl Anrsquoam [6] 162)
ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)
ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo
(Al-Insyirah [94] 5-6)
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya
Kakak-kakakku
Almamaters
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat
bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi
Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi
Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
ix
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
Oleh Khoirul Anam
NIM M0404042
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tanda Tangan Pembimbing I Widya Mudyantini MSi
NIP19730505 199903 2 001
Pembimbing II Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt
NIP 19800510 200501 2 002
Surakarta
Mengetahui Ketua Jurusan Biologi
Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001
ii
PENGESAHAN
SKRIPSI
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
Oleh Khoirul Anam NIM M0404042
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 26 Januari 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Surakarta
Penguji I
Widya Mudyantini MSi NIP 19730505 199903 2 001
Penguji III
Solichatun MSi NIP 19710221 199702 2 001
Penguji II
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt NIP 19800510 200501 2 002
Penguji IV
Dr Edwi Mahajoeno MSi NIP 19601025 199702 1 001
Mengesahkan
Dekan FMIPA
Prof Drs Sutarno MSc PhD NIP 19600809 1986121 001
Ketua Jurusan Biologi
Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu perguruan tinggi serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau danatau dicabut
Surakarta
Khoirul Anam NIM M0404042
iv
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
KHOIRUL ANAM
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air
v
GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY
KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science
Sebelas Maret University Surakarta
ABSTRACT
The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa
This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments
The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability
vi
MOTTO
ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo
(QSAl Anrsquoam [6] 162)
ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)
ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo
(Al-Insyirah [94] 5-6)
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya
Kakak-kakakku
Almamaters
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat
bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi
Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi
Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
ix
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
PENGESAHAN
SKRIPSI
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
Oleh Khoirul Anam NIM M0404042
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 26 Januari 2010
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Surakarta
Penguji I
Widya Mudyantini MSi NIP 19730505 199903 2 001
Penguji III
Solichatun MSi NIP 19710221 199702 2 001
Penguji II
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt NIP 19800510 200501 2 002
Penguji IV
Dr Edwi Mahajoeno MSi NIP 19601025 199702 1 001
Mengesahkan
Dekan FMIPA
Prof Drs Sutarno MSc PhD NIP 19600809 1986121 001
Ketua Jurusan Biologi
Dra Endang Anggarwulan MSi NIP 19500320 197803 2 001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu perguruan tinggi serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau danatau dicabut
Surakarta
Khoirul Anam NIM M0404042
iv
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
KHOIRUL ANAM
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air
v
GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY
KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science
Sebelas Maret University Surakarta
ABSTRACT
The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa
This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments
The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability
vi
MOTTO
ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo
(QSAl Anrsquoam [6] 162)
ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)
ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo
(Al-Insyirah [94] 5-6)
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya
Kakak-kakakku
Almamaters
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat
bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi
Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi
Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
ix
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
di suatu perguruan tinggi serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka
Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau danatau dicabut
Surakarta
Khoirul Anam NIM M0404042
iv
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
KHOIRUL ANAM
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air
v
GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY
KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science
Sebelas Maret University Surakarta
ABSTRACT
The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa
This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments
The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability
vi
MOTTO
ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo
(QSAl Anrsquoam [6] 162)
ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)
ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo
(Al-Insyirah [94] 5-6)
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya
Kakak-kakakku
Almamaters
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat
bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi
Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi
Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
ix
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN URSOLIC ACID RUMPUT MUTIARA (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) PADA VARIASI KETERSEDIAAN AIR
KHOIRUL ANAM
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
Penelitian ini dilakukan di Green house Fakultas Pertanian dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS Surakarta pada bulan Mei sampai Desember 2008 Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan faktor tunggal masing-masing lima ulangan Kondisi cekaman air dilakukan dengan memberikan ketersediaan air yang berbeda pada media tanam dalam empat taraf yaitu 40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (kontrol) Perlakuan diberikan pada tanaman selama 8 minggu Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tanaman yang meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman serta kandungan ursolic acid tanaman
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT pada taraf uji 5 untuk mengetahui beda nyata antar perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ketersediaan air memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun berat basah dan berat kering tetapi perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan ursolic acid pada tanaman Perlakuan ketersediaan air yang paling rendah (40 KL) memberikan hasil yang rendah pada parameter pertumbuhan dan kadar ursolic acid Pada kondisi cekaman kekeringan ( 40 KL) kadar ursolic acid menunjukkan hasil yang paling rendah sedangkan kondisi kelebihan air (100 KL) memberikan hasil kadar ursolic acid tertinggi Kata kunci pertumbuhan rumput mutiara ursolic acid ketersediaan air
v
GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY
KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science
Sebelas Maret University Surakarta
ABSTRACT
The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa
This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments
The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability
vi
MOTTO
ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo
(QSAl Anrsquoam [6] 162)
ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)
ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo
(Al-Insyirah [94] 5-6)
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya
Kakak-kakakku
Almamaters
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat
bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi
Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi
Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
ix
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
GROWTH AND URSOLIC ACID CONTENT OF Hedyotis corymbosa (L) Lamk IN VARIOUS WATER AVAILABILITY
KHOIRUL ANAM Department of Biology Faculty of Mathematics and Natural Science
Sebelas Maret University Surakarta
ABSTRACT
The aims of this research were to study the effect of different water availability on the growth and ursolic acid content in Hedyotis corymbosa
This research were carried out in the Greenhouse of Agriculture Faculty and FMIPA UNS Center Laboratory Surakarta on May until December 2008 The experiment were done with experiment method in randomized completely design with one treatment and 5 replicates The drought condition was indicated with water availability of media on 4 level that was 40 60 80 and 100 field capacity (control) Parameter in this research were amount of leaf fresh weight dry weight and ursolic acid content in plant Data collected were analyzed by Analysis of Varian (ANAVA) then continued with DMRT at level test 5 to know real different among the treatments
The result of the research indicated that the treatment of water availability give the real influence to amount of leaf fresh weight and dry weight but it does not have an effect to content of ursolic acid The lower of water availability had impacted on the lower of growth parameters and the lower of ursolic acid content The drought condition (40 field capacity) had been resulted the lowest ursolic acid content The waterlogged condition (100 field capacity) had been resulted the highest ursolic acid content Keywords growth Hedyotis corymbosa ursolic acid water availability
vi
MOTTO
ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo
(QSAl Anrsquoam [6] 162)
ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)
ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo
(Al-Insyirah [94] 5-6)
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya
Kakak-kakakku
Almamaters
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat
bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi
Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi
Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
ix
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
MOTTO
ldquoKatakanlah Sesungguhnya shalatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam ldquo
(QSAl Anrsquoam [6] 162)
ldquohellipBoleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahuirdquo (QS Al-Baqarah [2] 216)
ldquoKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahanrdquo
(Al-Insyirah [94] 5-6)
vii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya
Kakak-kakakku
Almamaters
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat
bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi
Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi
Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
ix
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk
Bapak dan Ibu tercinta atas dorsquoa dan dukungannya
Kakak-kakakku
Almamaters
viii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat
bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi
Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi
Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
ix
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat karunia dan hidayah-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang
berjudul ldquoPertumbuhan dan Kandungan Ursolic Acid Rumput Mutiara (Hedyotis
corymbosa (L) Lamk) pada Variasi Ketersediaan Airrdquo Penyusunan skripsi ini
merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada
jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Dalam melakukan penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat
bermanfaat Oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
Prof Drs Sutarno MSc PhD selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
penelitian untuk keperluan skripsi
Dra Endang Anggarwulan MSi selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penelitian untuk keperluan skripsi
Widya Mudyantini MSi selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
ix
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Rita Rakhmawati SFarm MSi Apt selaku dosen pembimbing II yang
telah memberikan bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya
penyusunan skripsi
Solichatun MSi selaku dosen penelaah I yang telah memberikan bimbingan
dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Drs Edwi Mahajoeno MSi selaku dosen penelaah II yang telah memberikan
bimbingan dan petunjuknya selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi
Kepala dan staf Laboratorium Pusat Sub Laboratorium Biologi Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu penulis untuk
melakukan penelitian di laboratorium
Pengelola Greenhouse Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian
Teman-teman Biologi UNS angkatan 2004 Tri Mur Anita Agus Ani Ajeng
David Usman dll Terima kasih atas kebersamaannya
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu hingga terselesaikannya skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam melakukan penelitian dan penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu masukan yang berupa saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca akan sangat membantu Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak terkait
Surakarta Februari 2010
Penyusun
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABCRACT vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A Latar Belakang Masalah 1
B Perumusan Masalah 3
C Tujuan Penelitian 3
D Manfaat Penelitian 3
BAB II LANDASAN TEORI 4
A Tinjauan Pustaka 4
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) 4
2 Ursolic Acid 7
3 Pertumbuhan 14
4 Ketersediaan Air 15
5 Kromatografi Lapis Tipis 17
6 Spektrofotometer 19
B Kerangka Pemikiran 21
C Hipotesis 22
xi
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
BAB III METODE PENELITIAN 23
A Waktu dan Tempat Penelitian 23
B Alat dan Bahan 23
C Rancangan Penelitian 24
D Cara Kerja 25
E Analisis Data 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28
A Pertumbuhan 28
1 Jumlah Daun 29
2 Berat Basah 33
3 Berat Kering 35
B Senyawa Ursolic Acid 37
1 Deteksi senyawa ursolic acid 37
2 Kadar senyawa ursolic acid 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45
A Kesimpulan 45
B Saran 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 54
RIWAYAT HIDUP PENULIS 62
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 29 Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 33 Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 35 Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama
2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 40
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Rumput mutiara 5 Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid 9 Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid 12 Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid 13 Gambar 5 Skema kerangka pemikiran 21 Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 30 Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 31 Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 34 Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda 36 Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan
senyawa standar ursolic acid sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard 39
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 41 Gambar 12 Skema biosintesis ABA 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 55 Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 56 Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 57 Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar senyawa ursolic acid
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda 58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri 59 Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda 60
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah
Pada saat ini dorongan kembali ke alam semakin menguasai masyarakat
Pengobatan secara sintetis dirasakan terlalu mahal dengan efek samping yang cukup
serius Di samping itu krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 telah menyebabkan harga obat-obatan meningkat dengan pesat sehingga
tidak terjangkau oleh masyarakat (Yuliani 2001) Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern Hal ini disebabkan
karena obat tradisional memiliki efek samping relatif lebih sedikit daripada obat
modern (Sari 2006) Pemakaian obat tradisional yang meningkat menuntut
pengembangan obat tradisional yang semakin nyata baik yang menyangkut aspek
kesehatan potensi ekonomi maupun kesejahteraan masyarakat (Yuliani 2001)
Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity country dikenal sebagai
gudang tanaman obat Dari sekitar 30000 spesies tanaman di Indonesia sekitar
9600 spesies telah diketahui berkhasiat obat Dari jumlah tersebut tercatat 283
spesies merupakan tanaman obat penting bagi industri obat tradisional (Kusuma dan
Zaky 2005 Sukandar 2006) Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan
menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
menanggulangi masalah kesehatan Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat
berdasarkan pada pengalaman dan ketrampilan secara turun-temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Sari 2006) Keuntungan penggunaan obat
tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk
1
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan rumah sendiri
murah dan dapat diramu sendiri (Zein 2005)
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat adalah rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk) Rumput mutiara merupakan tanaman yang
mudah kita jumpai tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan pekarangan rumah
dan pinggir selokan (Ipteknet 2005) Rumput mutiara mengandung senyawa ursolic
acid sebagai salah satu metabolit sekundernya Senyawa ini memiliki beberapa efek
farmakologis yaitu anti-tumor (Yamaguchi et al 2008) anti-inflamasi (Baricevic et
al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-hiperlipidemik dan anti-mikrobia
(Pendleton 2009) Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari rumput mutiara yaitu
ursolic acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor subcutan
Rumput mutiara sering digunakan sebagai obat tradisional antara lain untuk
mengatasi berbagai macam penyakit kanker seperti kanker leher rahim lambung
payudara rektum nasofaring fibrosarkoma dan limfosarkoma (Ipteknet 2005)
Namun demikian tanaman ini belum dibudidayakan secara massal Bahkan tanaman
ini seringkali terabaikan dan dianggap sebagai gulma akibatnya jumlahnya semakin
berkurang karena dibabat saat membersihkan pekarangan Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian-penelitian untuk mengkaji pertumbuhan tanaman ini mengingat
potensinya cukup besar sebagai tanaman obat
Kajian pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara belum banyak
diteliti Pertumbuhan dan kandungan metabolit sekunder suatu tanaman akan
mengalami peningkatan pada kondisi tanaman mengalami stress atau cekaman
2
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Faktor lingkungan vital yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman antara lain ketersediaan air
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kadar ursolic acid
tanaman rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air Diharapkan
perlakuan yang optimal dapat diaplikasikan di lapangan untuk meningkatkan
produktifitas dan kandungan metabolit sekundernya
B Perumusan Masalah
1 Bagaimanakah pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
2 Bagaimanakah kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi
ketersediaan air
C Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1 Mengkaji pertumbuhan rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan air
2 Mengetahui kadar ursolic acid rumput mutiara pada berbagai variasi ketersediaan
air
D Manfaat Penelitian
1 Secara umum diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah serta pengetahuan
tentang budidaya rumput mutiara
2 Diharapkan dapat memberikan informasi tentang pengaruh berbagai variasi
ketersediaan air terhadap pertumbuhan dan kadar ursolic acid rumput mutiara
sehingga nantinya dapat diaplikasikan untuk meningkatkan metabolit
sekundernya
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
BAB II
LANDASAN TEORI
A Tinjauan Pustaka
1 Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
a Klasifikasi Rumput Mutiara
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Rubiales
Famili Rubiaceae
Genus Hedyotis
Spesies Hedyotis corymbosa (L) Lamk
(Hutchinson 1959)
b Deskripsi
Tanaman H corymbosa berasal dari Afrika tropis termasuk
Madagaskar dan India Rumput mutiara termasuk dalam famili tumbuhan
Rubiacea Di Indonesia tanaman ini sering disebut dengan rumput siku-siku
Rumput ini tumbuh subur di tanah yang lembab di kebun-kebun kosong yang
basah halaman rumah pinggir jalan dan selokan Habitus tanaman ini berupa
herba tahunan dengan tinggi 15-50 cm dan mempunyai banyak percabangan
Batang berwarna hijau kemerahan tegak lunak berbuku-buku dan bersegi
empat Daun berupa daun tunggal berwarna hijau letak daun berhadapan
bersilang bangun daun memanjang hingga lanset ujung dan pangkal daun
4
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
runcing panjang daun 2-5 cm dan lebar plusmn 1 cm ibu tulang daun menonjol
tangkai daun pendek plusmn 1 mm Bunga keluar dari ketiak daun bentuknya seperti
payung berwarna putih berupa bunga majemuk dengan 2-5 bunga ibu tangkai
bunga keras seperti kawat panjangnya 5-10 mm kelopak berwarna hijau
kemerahan Buah termasuk buah kotak berbentuk bulat berwarna coklat Biji
bulat berwarna coklat Sistem perakaran berupa akar tunggang berwarna putih
kotor (Ipteknet 2005 PIER 2006 Sudewo 2004) Rumput mutiara dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1 Rumput mutiara (Crusson 2007)
Rumput mutiara dapat diperbanyak dengan biji atau dengan metode
vegetatif Waktu berbunga Januari-Desember Tanaman ini hidup subur pada
tanah lembab yang cukup mendapat sinar matahari dan air Di Jawa tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1-800 m dpl dapat sampai daerah dengan
ketinggian 1425 m dpl (Ipteknet 2005 Kusuma dan Zaky 2005)
5
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Sinonim H corymbosa yaitu Oldenlandia corymbosa L Nama
daerahnya adalah
bull Rumput siku-siku bunga telur belungkas daun mutiara rumput mutiara
(Jakarta) Katepan urek-urek polo (Jawa) Pengka (Makasar)
bull Shui xian cao (China)
bull Old world diamond-flower (Inggris) (Ipteknet 2005)
c Kegunaan dan Kandungan Kimia
Rumput mutiara memiliki efek farmakologis seperti anti-malaria
(Mishra et al 2009) menghilangkan panas diuretik anti-radang
menyembuhkan bisul (anticarbuncular) menghilangkan toksin serta
melancarkan peredaran darah Di Cina rumput mutiara dinamakan shui xian
cao dan diduga mempunyai khasiat yang sama dengan rumput lidah ular
(Hedyotis diffusa Willd) Tanaman ini memiliki kemampuan untuk melawan
beberapa penyakit seperti radang amandel (tonsilis) bronkhitis gondongan
(mumps) pneumonia radang usus buntu (acute simple appendicitis) sumbatan
saluran sperma (epididymic statis) hepatitis radang panggul malaria infeksi
saluran kemih bisul borok kanker lymphosarcoma kanker lambung kanker
leher rahim kanker payudara kanker rectum fibrosarcoma dan kanker
nasopharynx (Dalimartha 1998 Ipteknet 2005 Sudewo 2004)
Hsu (1998) telah meneliti tiga senyawa dari H corymbosa yaitu ursolic
acid oleanolic acid dan geniposidic acid Hasilnya ursolic acid dan oleanolic
acid dapat menghambat pertumbuhan sel hep-2B dan pembesaran tumor
subcutan Penelitian Lin et al (2002) menunjukkan adanya efek anti inflamasi
6
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
dari ekstrak tanaman H corymbosa Sadasivan et al (2006) telah meneliti
ekstrak metanol seluruh bagian tanaman H corymbosa Hasilnya ekstrak
metanol tanaman tersebut memproduksi efek hepatoprotektif yang signifikan
sehingga tanaman tersebut dapat digunakan sebagai agen hepatoprotektif
Penelitian dari Lin et al (2004) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dari
ekstrak H corymbosa dalam melawan radikal bebas
Rumput mutiara mempunyai kandungan kimia antara lain hetriacontane
stigmasterol ursolic acid oleanolic acid beta-sitosterol sitosterol-D-
glucoside p-coumaric acid flavonoid glycoside dan baihuasheshecaosu
(kemungkinan analog coumarin) geniposide 6α-hydroxygeniposide
deacetylasperuloside 10-O-benzoylscandoside methyl ester 10-O-p-
hydroxybenzoylscandoside methyl ester (+)-lynoresinol-3α-O-β-
glucopyranoside dan rutin Selain itu juga mengandung enam iridoid yaitu
asperuloside scandoside methyl ester (6β-hydroxygeniposide) asperulosidic
acid geniposidic acid scandoside dan deacetylasperulosidic acid (Ipteknet
2005 Noiarsa et al 2007 Shuzo et al 1981 Sudewo 2004)
2 Ursolic Acid
Ursolic acid juga dikenal dengan nama (3 beta)-3-hydroxyurs-12-en-28-
oic acid urson prunol micromerol dan malol termasuk dalam golongan
senyawa triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian
besar dalam tanaman herba dan tanaman buah Senyawa ini dan senyawa
sekerabatnya terutama terdapat dalam lapisan lilin pada daun dan buah dan
mungkin mereka berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan
7
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
serangan mikroba (Harborne 1987 Murata et al 2008 Pendleton 2009) Pada
umumnya senyawa yang tergolong triterpenoid pentasiklik terdiri dari 30 rangka
karbon yang membentuk 5 cincin yang masing-masing beranggotakan enam
karbon (Patocka 2003) Senyawa ini memiliki rumus kimia C30H48O3 (Pendleton
2009) Panjang gelombang maksimal (λmaks) dari ursolic acid adalah 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972)
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualena Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard
(anhidrisa asetat-H2SO4 pekat) yang dengan kebanyakan triterpena memberikan
warna hijau-biru (Harborne 1987)
8
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
2CH CSCoA2
O
2CH CSCoA2
OAsetil-CoA
Thiolase
CH CCH -C-S-CoA2 2
OAsetoasetil-CoA
2CH CSCoA2
OHMG CoA sintase
CH -C-CH -C-S-CoA3 2
CH -COOH2
OH O3-hidroksi-3-metil-glutaril-CoA (HMG-CoA)
2NADPH+2H +
2NADPH +
CH -C-CH -CH -OH3 2 2
CH -COOH2
OH
Asam mevalonat (MVA)
ATP
ADP
MVA kinase
ll
ll
ll
ll
ll
ATP
ADP
MVAP kinase
CH -C-CH -CH -O3 2 2 P
OOH ll
PO
llO
OH
OOCH -COOH2
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
C-CH -CH -O2 2CH3
CH2
CO2H O2
MVA-PP-dekarboksilase
P
O
O
O
O llll
P OH
Oisopentenil-PP (IPP)
C=CH2-CH2--O P
O
OO
O P OH
llll
O
CH3
CH2
IPP-isomerase isomerisasi
dimetilalil-PP (DMAPP)
Skema biosintesis terpenoid dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998)
9
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
CH OPP2
isopentenil-PP
C5
CH OPP2
dimetilalil-PP
C10
geranil-PP monoterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
farnesil-PP seskuiterpen
CH OPP2
(IPP)
CH OPP2
geranilgeranil-PP diterpen
2x
CH OPP2
skualen triterpen
C20
C15
C30
CH OPP2
Gambar 2 Skema biosintesis terpenoid (Taiz dan Zeiger 1998) (lanjutan)
Terpenoid disintesis dari metabolisme primer yaitu dari respirasi Pada
respirasi molekul glukosa akan diubah menjadi piruvat kemudian diubah lagi
menjadi asetil-CoA Tiga molekul asetil-CoA bergabung menjadi asam mevalonat
yang merupakan jalur pembentukan terpenoid Dua tahap kondensasi dan
dikatalisis oleh enzim thiolase dan hidroksi-metil-glutaril-CoA sintase
10
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
menghasilkan 3-hidroksi-3-metilglutaril-CoA (HMG-CoA) kemudian oleh HMG-
CoA reduktase diubah menjadi asam mevalonat (MVA) (Croteau et al 2000 Taiz
dan Zeiger 1998)
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan
asam-5-fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP
kinase membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger
1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl
transferase membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat Dua molekul
farnesilpirofosfat berpasangan membentuk skualena Skualena merupakan
prekursor dari pembentukan triterpen dan steroid (Ngan 2005)
Skualen kemudian diubah menjadi skualen oksida (23-epoxide squalene)
Skualen oksida mengalami siklisasi membentuk dammarenyl cation dan lupenyl
cation Pada lupenyl cation terjadi pergeseran ikatan membentuk oleanyl cation
Ursolic acid merupakan derivat dari α-amyrin Pembentukan α-amyrin melibatkan
perpindahan metil pada Oleanyl cation kemudian pengubahan taraxasteryl cation
yang terbentuk dengan migrasi 3 hidrida dan hilangnya 1 proton Kemudian α-
amyrin akan diubah menjadi ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
11
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Skema biosintesis ursolic acid dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3 Skema biosintesis ursolic acid (Ngan 2005 Dewick 2009)
12
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Me
Me
MeMe
Me
Me
HO
H
COOH
H
Me
Tanaman obat yang mengandung ursolic acid telah digunakan sebagai
obat tradisional sebelum diketahui senyawa yang bertanggung jawab memberikan
pengaruh Penelitian terbaru menemukan bahwa senyawa ini memiliki beberapa
efek farmakologis diantaranya anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al
2008) anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-
mikrobia anti-hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009) Ursolic acid
dilaporkan juga memiliki efek sebagai anti-HIV (Min et al 1999) dan pengatur
kekebalan tubuh (Raphael dan Kuttan 2003) Struktur kimia ursolic acid dapat
dilihat pada Gambar 4
Gambar 4 Struktur kimia ursolic acid (Harborne 1987)
Ursolic acid dilaporkan dapat menghambat pertumbuhan sel kanker
lambung (Es-Saady et al 1994) kanker kulit (Huang et al 1994) kanker prostat
(Kassi et al 2007) dan kanker hati (Tian et al 2006) Li et al (2002) telah
meneliti pengaruh ursolic acid dan oleanolic acid terhadap sel kanker usus besar
pada manusia Hasilnya ursolic acid dan oleanolic acid memiliki aktifitas
antitumor yang signifikan dengan menghambat terjadinya proliferasi dari sel
kanker
13
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
3 Pertumbuhan
Pertumbuhan berarti pertambahan dalam volume bobot dan jumlah sel
Semua ciri pertumbuhan dapat diukur ada dua pengukuran yang lazim digunakan
untuk mengukur pertumbuhan yaitu volume dan massa Pertambahan volume
(ukuran) sering ditentukan dengan cara mengukur perbesaran yaitu tinggi batang
luas daun dan panjang akar Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang
sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang
diterapkan Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
parameter yang sensitif terhadap pengaruh lingkungan Daun juga merupakan
parameter yang bisa diamati karena daun juga sensitif terhadap perubahan
lingkungan Peranan akar sama pentingnya dengan tajuk karena menyediakan hara
dan air yang diperlukan tumbuhan tumbuhan yang berada dalam kekurangan air
akan membentuk akar lebih banyak (Salisbury dan Ross 1995 Sitompul dan
Guritno 1995)
Pertambahan massa sering ditentukan dengan memanen seluruh tanaman
atau bagian tanaman yang diinginkan kemudian ditimbang ini disebut sebagai
massa segar Kandungan air yang beragam maka orang lebih tertarik dengan
mengukur berat kering tanaman ini disebut massa kering Massa kering lazim
diperoleh dengan mengeringkan bahan tumbuhan selama 24 hingga 48 jam pada
suhu 70o sampai 80oC (Salisbury dan Ross 1995)
14
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
4 Ketersediaan Air
Air adalah komponen utama tanaman yang merupakan 70-90 dari berat
segar kebanyakan spesies tanaman tak berkayu Sebagian besar air dikandung dalam
isi sel (85-90 ) yang merupakan media yang baik untuk banyak reaksi biokimia
(Fitter dan Hay 1998)
Selama siklus tanaman dari perkecambahan sampai panen selalu
membutuhkan air Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari
air Fungsi air bagi tanaman adalah
1 Merupakan unsur penting dari protoplasma terutama pada jaringan
meristematik
2 Sebagai pelarut dalam proses fotosintesis dan proses hidrolitik
3 Bagian yang esensial dalam menstabilkan turgor sel tanaman
4 Pengatur suhu bagi tanaman karena air mempunyai kemampuan menyerap
panas yang baik
5 Transport bagi garam-garam gas dan material lainnya dalam tubuh tanaman
(Jumin 1992)
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
lingkungan tumbuhan (Polunin 1990) Kandungan air yang ideal bagi
pertumbuhan tanaman adalah apabila tanah tersebut berada dalam keadaan
kapasitas lapang yaitu kandungan maksimal air dalam tanah setelah kelebihan air
meninggalkan tanah karena gravitasi (Ashari 1995) Kisaran kadar air tanah yang
tersedia secara optimum berada pada kapasitas lapang dan titik layu permanen
kondisi ini berada pada 50 sampai 70 air tersedia (Jumin 1992)
15
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Cekaman air dapat terjadi karena kekurangan atau kelebihan air di
lingkungan tanaman Kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan karena permintaan air
yang berlebihan oleh daun (evapotranspirasi melebihi laju absorpsi air oleh akar
tanaman) (Harjadi dan Yahya 1988)
Menurut Fitter dan Hay (1998) sel tanaman yang kehilangan air dan berada
pada tekanan turgor yang lebih rendah daripada nilai maksimal disebut menderita
stres air Cekaman air menunjukkan kandungan air sel telah turun di bawah nilai
optimum dan menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel
penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan
1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pada
daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada
akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan Fisher 1992)
Pengaruh turgor sel ini erat hubungannya dengan perbesaran dan perbanyakan sel
tanaman perkembangan daun pembentukan dan perkembangan bunga serta
gerakan berbagai bagian tanaman lainnya Kondisi kekurangan air juga akan
mengakibatkan berkurangnya luas daun diiringi oleh mengecilnya ukuran sel serta
bertambah rapatnya sistem pembuluh dan stomata (Harjadi dan Yahya 1988)
Tanaman memproduksi berbagai komponen organik yang tidak secara
langsung berfungsi pada pertumbuhan dan perkembangan Substansi ini dikenal
sebagai metabolit sekunder atau produk alami Metabolit sekunder mempunyai
fungsi sebagai zat pertahanan diri (Taiz dan Zeiger 1998)
16
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Cekaman air pada umumnya berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas
metabolisme sekunder Dengan meningkatnya metabolit sekunder maka mutu
khasiat obat tanaman dapat ditingkatkan Penelitian tentang pengaruh cekaman air
terhadap mutu simplisia tempuyung (Sonchus arvensis L) menunjukkan adanya
peningkatan kadar metabolit sekunder seperti flavonoid dan unsur K serta Na
(Rahardjo dan Darwati 2000) Cekaman air pada tanaman pegagan (Centella
asiatica L) juga meningkatkan kadar metabolit sekunder seperti asam asiatik
asam asiatikosit dan asam madekasik (Rahardjo dkk 1999)
5 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan distribusi
komponen dalam fase diam dan fase gerak Sebagai fase diam atau adsorbennya
berupa lapisan tipis alumina atau silika gel yang menempel pada permukaan
lempengan kaca atau plastik sedang sebagai fase gerak cair adalah eluen yang
digunakan untuk membawa zat yang dianalisa bergerak melalui fase diam padat
Fase diam harus mempunyai sifat tidak larut dalam fase gerak maupun dalam
komponen sampel (Sastrohamidjojo 1991)
Proses pemisahan KLT dilakukan dengan mencelupkan plat ke dalam
bejana yang berisi suatu larutan eluen Dinding dari bejana tersebut dilapisi kertas
saring sehingga atmosfer dalam bejana menjadi jenuh oleh fase pelarut Sampel
yang telah diteteskan pada tepi bawah plat akan dibawa oleh pelarut menuju
bagian atas plat Pada proses ini komponen-komponen kimia dalam sampel akan
terpisah berdasarkan kecepatannya berinteraksi dengan pelarut (Khopkar 1990)
17
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Pemisahan dengan fase gerak yang sesuai untuk pengembangan tergantung
dari sifat senyawa yang akan dipisahkan Senyawa yang polaritasnya besar akan
lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang lebih polar sedangkan
senyawa kurang polar akan lebih cepat terelusi dengan menggunakan pelarut yang
kurang polar (Khopkar1990)
Pada plat KLT siap pakai biasanya terdapat indikator fluoresensi sekitar
1 Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar tampak jika
disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain biasanya sinar ultraviolet (UV)
(Padmawinata 1991) Sehingga deteksi paling sederhana untuk KLT adalah jika
senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada plusmn 254 nm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi
UV gelombang pendek danatau gelombang panjang (365 nm) Terjadinya
penyerapan di daerah UV akan menunjukkan bercak gelap dengan latar belakang
yang bersinar Jika dengan kedua cara senyawa tidak dapat dideteksi maka
digunakan pereaksi tertentu (Padmawinata dan Soediro 1985)
Jarak antar noda dengan noda yang lain biasanya dibedakan oleh istilah
harga Rf (Retardation factor) dan didefinisikan sebagai berikut
awaltitikdaripelarutditempuhyangJarakawaltitikdarisenyawaditempuhyangJarak
Rf =
Harga-harga Rf untuk semua senyawa-senyawa yang dianalisis dibandingkan
dengan harga-harga Rf senyawa murni Kromatografi lapis tipis sangat penting
untuk kualitatif senyawa organik dalam jumlah kecil yaitu untuk menentukan
jumlah komponen dan identifikasi komponen tersebut (Sastrohamidjojo 1991)
18
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
6 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmittan atau absorbans
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang (Underwood 1992)
Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer Spektrometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu Fotometer
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan direfleksikan dan diemisikan sebagai fungsi panjang
gelombang (Vogel 1994)
Prinsip dasar dari spektrofotometer UV-vis adalah penyerapan sinar tampak
atau ultraviolet oleh suatu molekul yang dapat menyebabkan terjadinya eksitasi
molekul tersebut dari tingkat energi dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Hendayana
dkk 1994) Panjang gelombang cahaya UV dan tampak jauh lebih pendek
daripada panjang gelombang radiasi inframerah Satuan yang digunakan untuk
memerikan panjang gelombang ini adalah nanometer (1 nm = 10-7 cm) Spektrum
tampak terentang dari sekitar 400 nm (ungu) sampai 750 (merah) sedangkan
spektrum ultraviolet terentang dari 100-400 nm (Fessenden dan Fessenden 1986)
Panjang gelombang absorpsi biasanya dilaporkan sebagai λmax yakni
panjang gelombang pada titik tertinggi kurva Absorpsi energi direkam sebagai
absorbans Absorbans pada suatu panjang gelombang tertentu didefinisikan
sebagai
IIo
A log=
19
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
dengan ketentuan A = absorbans Io = intensitas berkas cahaya rujukan I =
intensitas berkas cahaya contoh Absorbans suatu senyawa pada suatu panjang
gelombang tertentu bertambah dengan banyaknya molekul yang mengalami
transisi Oleh karena itu absorbans bergantung pada struktur elektronik senyawa
dan juga kepekatan contoh dan panjang sel contoh (Fessenden dan Fessenden
1986)
Terdapat dua jenis spektrofotometer UV-vis yaitu spektrofotometer sorot
tunggal (single beam) dan sorot ganda (double beam) Spektrofotometer sorot
tunggal mempunyai satu alur cahaya yang lewat dari sumber cahaya melalui
sistem monokromator dan kuvet kemudian sampai detektor Spektrofotometer
sorot ganda mempunyai dua alur cahaya keduanya berasal dari sumber yang
sama satu alur untuk larutan sampel dan satu untuk larutan blanko (standar)
(Haven et al 1995) Keuntungan dalam menggunakan spektrofotometer sorot
ganda adalah pengukuran senyawa pembanding dapat dilakukan secara seksama
dan otomatis menghemat waktu meningkatkan ketepatan dan kepekaan alat
namun alat ini lebih mahal daripada spektrofotometer sorot tunggal (Munson
1991)
20
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
B Kerangka Pemikiran
Tumbuhan rumput mutiara ( Hedyotis corymbosa (L) Lamk) merupakan
tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat Pertumbuhan dan kandungan
metabolit sekunder tanaman akan mengalami peningkatan pada kondisi cekaman
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor yang penting dalam pertumbuhan
tanaman dan dapat mempengaruhi produksi metabolik sekundernya
Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 5
maserasi menggunakan metanol 24 jam 3 kali
Gambar 5 Skema kerangka pemikiran
Pengamatan pertumbuhan Tanaman segar
Berat basah
Berat kering
Jumlah daun simplisia kering
Analisis fitokimia dengan KLT dan
penetapan kadar ursolic acid
dengan Spektrofotometer UV-vis
serbuk
ekstrak metanol
Rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L) Lamk)
Perlakuan ketersediaan air selama 3 bulan
21
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
C Hipotesis
1 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
pertumbuhan rumput mutiara
2 Adanya variasi ketersediaan air pada konsentrasi optimal dapat meningkatkan
kadar ursolic acid rumput mutiara
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
BAB III
METODE PENELITIAN
A Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dimulai bulan Mei-Desember
2008 Tempat dilakukannya penelitian adalah di Green House Fakultas Pertanian
UNS dan Sublab Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS
B Alat dan Bahan
a Alat
Peralatan yang digunakan selama persemaian benih dan penanaman adalah
polibag sekop timbangan ember gelas ukur dan hand sprayer Peralatan yang
digunakan untuk penyarian yaitu alat-alat gelas cawan porselin kertas saring alat
timbang dan blender Peralatan yang digunakan untuk melakukan KLT yaitu
bejana kromatografi pipa kapiler oven alat penyemprot bercak lampu UV254 dan
UV366 dan Spektrofotometer UV-vis
b Bahan
Biji rumput mutiara (H corymbosa (L) Lamk) yang berumur seragam
Media yang digunakan pada persemaian benih adalah tanah pupuk kandang
dengan perbandingan 2 1 sedangkan media yang digunakan pada penanaman
adalah tanah pupuk kandang pasir dengan perbandingan 1 1 1 Bahan penyari
yang digunakan yaitu metanol Bahan yang diperlukan untuk melakukan
kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu fase diam digunakan silika gel GF254 (E
Merck) dan fase gerak yang digunakan yaitu etil asetat dan petroleum eter dengan
perbandingan tertentu Penampak bercak yang digunakan serium (IV) sulfat dan
23
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Liebermann-Burchard serta ursolic acid standar sebagai senyawa pembanding
Pelarut yang digunakan dalam spektrofotometri adalah asam sulfat
C Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
perlakuan dengan 5 ulangan Perlakuan ketersediaan air (A) adalah sebagai berikut
A100 = kontrol (100 kapasitas lapang)
A80 = 80 kapasitas lapang
A60 = 60 kapasitas lapang
A40 = 40 kapasitas lapang
D Cara Kerja
1 Persiapan
Persemaian benih dilakukan pada bak plastik berlubang Media yang
digunakan adalah kombinasi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 1
Pada media dibuat lekukan sedalam 1-15 cm kemudian biji dimasukkan
kedalamnya dan ditutup dengan media Penyiraman dilakukan 2 kali setiap hari
Setelah benih tumbuh kira-kira 4-5 cm kemudian dipindahkan dalam polibag
dengan media seperti saat persemaian benih Tanaman ditumbuhkan dalam
polibag selama 2 minggu
2 Penentuan kapasitas lapang
Campuran media tanam yang telah dikeringanginkan ditimbang seberat 1
kg dalam polibag yang telah dilubangi bagian bawahnya Kemudian disiram
dengan air sampai air berhenti menetes dari lubang bawah polibag sehingga dapat
24
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
diketahui volume air yang digunakan untuk menyiram dan kapasitas lapangnya
Kapasitas lapang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut
KL= (Berat tanah + polibag + air) - (Berat tanah + polibag) (Patoni 2000)
3 Perlakuan
Tanaman diberi perlakuan dengan berbagai variasi ketersediaan air yaitu
100 80 60 dan 40 kapasitas lapang dengan pemberian air yang dilakukan setiap
2 hari sekali
4 Pemeliharaan
Lama waktu pemeliharan selama 2 bulan di Green House Fakultas Pertanian
5 Pengamatan Pertumbuhan
Parameter yang diamati meliputi
a Jumlah daun
Jumlah daun yang muncul diamati setiap 1 minggu sekali sampai panen
b Berat basah
Berat basah tanaman ditimbang setelah tanaman diberi perlakuan ketersediaan
air yang berbeda selama 2 bulan
c Berat kering
Tanaman dikeringkan dengan cara dioven pada suhu 60 ordmC sampai kering
kemudian baru ditimbang
6 Ekstraksi
Tanaman rumput mutiara yang telah diberi perlakuan dikeringkan dengan
menggunakan oven menjadi simplisia kering selanjutnya diserbuk dengan blender
kemudian diayak dengan ayakan ukuran tertentu sehingga menghasilkan serbuk
25
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
kering kemudian dimaserasi dengan metanol dan didiamkan selama 24 jam
Maserasi dilakukan tiga kali Hasil maserasi kemudian disaring menggunakan
kertas saring dan dikeringanginkan hingga diperoleh ekstrak metanol
7 Kromatografi lapis tipis
Masing-masing ekstrak ditotolkan pada lempeng KLT yang sama dengan
ursolic acid standar sebagai pembanding Kemudian dielusi dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (41 vv) (Srinivasan et al 2008) Untuk mendeteksi
keberadaan senyawa organik digunakan pereaksi serium (IV) sulfat sedangkan
untuk mendeteksi adanya senyawa ursolic acid digunakan pereaksi lieberman-
burchard (LB)
8 Penetapan kadar ursolic acid
Digunakan metode spektrofotometer UV-vis dengan langkah-langkah
sebagai berikut
a Pembuatan kurva baku larutan standar ursolic acid
Ursolic acid standar sebanyak 10 mg dilarutkan dalam 50 mL asam sulfat
kemudian dibuat seri kadar tertentu Kurva baku dibuat dengan mengukur
absorbansi dari masing-masing larutan dengan panjang gelombang 310 nm
(Muravrsquoev et al 1972) Berdasarkan data kadar larutan standar sebagai sumbu
x dan nilai absorbansinya sebagai sumbu y selanjutnya dicari persamaan garis
regresi linier yang secara umum diformulasikan sebagai y = bx + a
b Penetapan kadar ursolic acid sampel
Diambil 5 mg sampel ekstrak metanol kemudian dilarutkan dengan 10 mL
asam sulfat kemudian dibuat seri kadar tertentu Absorbansi dari masing-
26
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
masing larutan sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-vis
pada panjang gelombang 310 nm Replikasi dilakukan sebanyak lima kali
9 Penghitungan kadar
Kadar ursolic acid dari sampel dihitung dengan memasukkan nilai
absorbansi sampel ke dalam persamaan y = bx + a yang diperoleh dari kurva
baku Kemudian hasil kadar ursolic acid dikonversi ke dalam satuan mgg berat
kering dengan menggunakan rumus
BVS
Rtimes
=
dengan ketentuan R= kadar ursolic acid (mgg) S= kadar ursolic acid sampel
hasil spektrofotometri (mgL) dan B= berat serbuk (g) (Hary 1998)
E Analisis Data
Data kuantitatif yang berupa jumlah daun berat basah dan berat kering
tanaman serta kadar ursolic acid dianalisis dengan Anava jika ada beda nyata antar
perlakuan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf uji 5
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisikan sebagai kenaikan dalam bahan tanaman adalah
proses total yang mengubah bahan-bahan mentah tersebut secara kimia dan
menambahkannya pada tanaman (Goldsworthy dan Fisher 1992) Sitompul dan
Guritno (1995) menyatakan pertumbuhan adalah proses dalam kehidupan tanaman
yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan menentukan hasil
tanaman
Tiga peristiwa yang merupakan bagian dari proses pertumbuhan dan
perkembangan ialah (1) pembelahan sel yaitu satu sel dewasa membelah menjadi dua
sel yang terpisah (2) pembesaran sel yaitu salah satu atau kedua sel anak membesar
volumenya (3) diferensiasi sel yaitu sel yang sudah mencapai volume akhirnya
menjadi terspesialisasi Pembelahan sel tidak menyebabkan pertambahan ukuran
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan pertumbuhan
Pertumbuhan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan merupakan hasil dari
pertambahan ukuran bagian-bagian sel yang dihasilkan oleh pertambahan sel
(Sitompul dan Guritno 1995) Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian
ini meliputi jumlah daun berat basah dan berat kering tanaman
28
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
1 Jumlah daun
Daun merupakan salah satu parameter yang bisa diamati karena daun
sensitif terhadap perubahan lingkungan Daun mempunyai peran yang sangat
penting dalam pertumbuhan suatu tanaman karena daun merupakan organ
fotosintesis Secara umum daun merupakan tempat sintesis karbohidrat bagi
tanaman Oleh karena itu pengamatan daun sangat diperlukan selain sebagai
indikator pertumbuhan juga sebagai data penunjang untuk menjelaskan proses
pertumbuhan yang terjadi (Sitompul dan Guritno 1995)
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 kapasitas lapang (KL) berpengaruh nyata terhadap jumlah
daun tanaman rumput mutiara Data rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara
dengan ketersediaan air yang berbeda selama 2 bulan tersaji pada Tabel 1 berikut
ini
Tabel 1 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Pada Gambar 6 terlihat bahwa jumlah daun yang paling banyak terdapat
pada perlakuan ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40 KL Dengan
demikian dapat diketahui bahwa ketersediaan air 100 KL lebih optimal dalam
meningkatkan jumlah daun bila dibandingkan dengan ketersediaan 40 60 dan 80
KL
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata jumlah daun (helai) 1804a 278b 3076b 4092c
29
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 6
Gambar 6 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Jumlah daun yang paling banyak terdapat pada ketersediaan air 100 KL
yaitu 4092 helai Pada kondisi air berlimpah umumnya fotosintat digunakan untuk
pertumbuhan organ-organ yang aktif dalam fotosintesis
Jumlah daun yang paling sedikit terdapat pada ketersediaan air 40 KL
yaitu 1804 helai Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketersediaan air dalam tanah
sehingga menyebabkan tanaman kekurangan air dan mengganggu pertumbuhan
tanaman Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis terutama karena
pengaruh turgiditas sel penjaga stomata Jika kekurangan air maka turgiditas sel
penjaga akan menurun hal ini menyebabkan stomata menutup (Lakitan 1995)
1804
278 3076
4092
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
40 60 80 100
ketersediaan air ()
jum
lah
daun
(hel
ai)
30
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
0 1 2 3 4 5 6 7 8
minggu ke-
jum
lah
daun
(he
lai)
100 (KL)
80 (KL)
60 (KL)
40 (KL)
Grafik rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7 Rata-rata jumlah daun tanaman rumput mutiara setiap minggu selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Gambar 7 menunjukkan penambahan jumlah daun pada tiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah daun tanaman rumput
mutiara tiap minggu dari minggu pertama hingga akhir perlakuan Cekaman air
berpengaruh dalam menurunkan potensial air dalam sel tanaman Penurunan
potensial air mempengaruhi perubahan konsentrasi hormon tanaman khususnya
hormon ABA (absisic acid) Pada kondisi kekurangan air kandungan ABA pada
daun akan mengalami peningkatan sebelum stomata mulai menutup Penimbunan
ABA merangsang aliran ion K+ yang menyebabkan air keluar dari sel penutup
sehingga tekanan turgor menurun dan terjadi penutupan stomata Penutupan
stomata ini akan menghambat serapan CO2 yang dibutuhkan untuk sintesis
karbohidrat Penutupan stomata di sisi lain juga menguntungkan karena dapat
menurunkan laju transpirasi sehingga kehilangan air dari tanaman dapat berkurang
31
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Pertumbuhan tanaman terkait dengan perbanyakan dan perbesaran sel
Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang mendorong pembentangan dan
perpanjangan sel (cell enlargement) Auksin diangkut dari sel ke sel secara polar
selalu terjadi pada batang terutama dalam arah basipetal Angkutan auksin ini
memerlukan energi dan angkutannya akan dihalangi apabila sintesis ATP
mengalami hambatan atau tidak ada oksigen (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Pada kondisi kekurangan air laju fotosintesis akan terhambat sehingga sintesis ATP
akan terhambat Terhambatnya sintesis ATP ini akan menghalangi distribusi auksin
sehingga proses pembentangan dan pemanjangan sel akan terhambat
Penghambatan pembentangan dan pemanjangan sel ini akan menghambat
pertumbuhan tanaman
Berkurangnya jumlah daun pada tanaman juga dapat terjadi karena
pengaruh dari pembelahan sel (Abdalla dan El-Khoshiban 2007) Sitokinin
merupakan hormon pertumbuhan yang merangsang terjadinya pembelahan sel
Pada umumnya kadar sitokinin akan berkurang saat terjadi cekaman air
(Pospisilova et al 2000 Schmulling 2004) Kadar sitokinin yang rendah dapat
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel sehingga jumlah daun akan berkurang
Nautiyal et al (1994) menyebutkan bahwa jumlah daun dari tiga spesies tanaman
Eucalyptus hibrida (E camaldulensis x E teriticornis) Casuarina equisetifolia dan
Melia azedarach menurun dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan
Penelitian dari Greitner et al (1994) menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
daun pada tanaman Populus tremuloides akibat adanya cekaman kekeringan
32
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
2 Berat basah
Biomassa (berat) tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan
untuk menggambarkan dan mempelajari pertumbuhan tanaman Ini didasarkan pada
kenyataan bahwa taksiran berat tanaman relatif mudah diukur dan merupakan
integrasi dari hampir semua peristiwa yang dialami tanaman sebelumnya (Sitompul
dan Guritno 1995) Berat basah tanaman menunjukkan aktivitas metabolisme
tanaman dan nilai berat basah ini dipengaruhi oleh kadar air jaringan unsur hara
dan hasil metabolisme Pertambahan berat sering ditentukan dengan cara memanen
seluruh tumbuhan atau bagian yang diinginkan dan menimbangnya cepat-cepat
sebelum air terlalu banyak menguap dari bahan tersebut ini disebut sebagai massa
segar (Salisbury dan Ross 1995) Tabel 2 menunjukkan rata-rata berat basah
tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 2 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat basah (g) 125a 376b 447b 634c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan air memberikan
hasil yang berbeda nyata terhadap berat basah tanaman Nilai rata-rata berat basah
tanaman terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah pada 40
KL Hasil penelitian ini dapat dianalogikan bahwa tingkat ketersediaan air yang
semakin rendah akan menghasilkan berat basah tanaman yang semakin rendah dan
sebaliknya semakin tinggi tingkat ketersediaan air maka berat basah tanaman
semakin tinggi
33
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Berat basah yang terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air 40
KL yaitu sebesar 125 g Hal ini disebabkan kurangnya ketersediaan air dalam
tanah sehingga menyebabkan tumbuhan kekurangan air sehingga mengganggu
metabolisme tanaman Wilkinson (1994) menyebutkan bahwa kekurangan air
langsung mempengaruhi pertumbuhan vegetatif tanaman Proses ini pada tanaman
ditentukan oleh tegangan turgor Hilangnya tegangan turgiditas dapat menghentikan
pertumbuhan sel (penggandaan dan perbesaran) yang akibatnya pertumbuhan
tanaman terhambat Grafik rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2
bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 8
Gambar 8 Rata-rata berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kekurangan air akan mengakibatkan metabolisme sel terganggu termasuk
proses fotosintesis Fotosintesis akan terhambat jika air yang merupakan bahan
utama hanya tersedia dalam jumlah sedikit sehingga hasil fotosintesis juga akan
berkurang Fotosintat yang dihasilkan akan terhambat pula dalam peredarannya ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat menurunkan berat tanaman (Harjadi dan
634
447
376
125
0
1
2
3
4
5
6
7
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t bas
ah (g
)
34
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Yahya 1988) Penelitian Fazeli et al (2006) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan menurunkan berat basah dan berat kering tanaman wijen (Sesamum
indicum)
3 Berat kering
Menurut Lakitan (1995) berat kering tanaman mencerminkan akumulasi
senyawa organik yang berhasil disintesis oleh tanaman dari senyawa anorganik
terutama air dan CO2 Berat kering tanaman merupakan hasil dari pengeringan berat
basah tanaman untuk menghilangkan kandungan air dalam tanaman tetapi berat
basah tanaman tidak selalu menentukan berat kering tanaman Di bawah ini
disajikan tabel hasil rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan
dengan ketersediaan air yang berbeda
Tabel 3 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata berat kering (g) 026a 119b 159b 229c
Ket angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh nyata terhadap berat kering tanaman rumput
mutiara Berat kering terbesar terdapat pada ketersediaan air 100 KL dan terendah
pada ketersediaan 40 KL
Berat kering tanaman terendah terdapat pada perlakuan ketersediaan air
40 KL yaitu sebesar 026 g (Gambar 9) Kekurangan air yang parah dapat
menyebabkan terjadinya penutupan stomata sehingga mengurangi pengambilan
CO2 akibatnya pertumbuhan terhambat dan berat kering berkurang (Gardner et al
35
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
1991) Fitter dan Hay (1998) juga menegaskan bahwa air memberi pengaruh
terhadap berat kering Hal ini berkaitan dengan proses fotosintesis Sebagian besar
berat kering tanaman merupakan hasil fotosintesis Gambar 9 menunjukkan rata-
rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air
yang berbeda
Gambar 9 Rata-rata berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan
ketersediaan air yang berbeda
Pada kondisi kekurangan air konsentrasi hormon ABA dalam tanaman akan
meningkat Peningkatan konsentrasi hormon ABA ini akan merangsang penutupan
stomata sehingga akan mengurangi pengambilan CO2 untuk keperluan fotosintesis
akibatnya laju fotosintesis akan menurun Menurut Gardner et al (1991)
berkurangnya laju fotosintesis akibat cekaman air juga terjadi karena daun yang
terbentuk pada kondisi ini mengalami hambatan perbesaran sel sehingga
mengakibatkan daun berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada kondisi normal Hal ini berarti menurunkan penyerapan cahaya
sehingga kemampuan fotosintesis akan menurun Laju fotosintesis yang menurun
akan mengurangi sintesis struktur tubuh dan cadangan makanan sehingga
229
159
119
026
0
05
1
15
2
25
40 60 80 100
ketersediaan air ()
bera
t ker
ing
(g)
36
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
menurunkan berat kering Sangwan et al (1994) melaporkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman Cymbopogon nardus dan C pendulus menurunkan
tinggi daun panjang daun berat kering dan luas area daun Penelitian Solichatun
dkk (2005) menyatakan bahwa ketersediaan air yang rendah akan menurunkan
berat kering tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum)
B Senyawa Ursolic acid
Senyawa ursolic acid merupakan salah satu senyawa kimia yang terkandung
dalam tanaman rumput mutiara Senyawa ini termasuk dalam golongan senyawa
triterpenoid pentasiklik yang secara alami dapat ditemukan pada sebagian besar
dalam tanaman herba dan tanaman berbuah (Pendleton 2009) Senyawa ini memiliki
efek farmakologis sebagai anti-tumor (Hah et al 1992 Yamaguchi et al 2008)
anti-inflamasi (Baricevic et al 2001) hepatoprotektif anti-bisul anti-mikrobia anti-
hiperlipidemik dan anti-virus (Pendleton 2009)
1 Deteksi senyawa ursolic acid
Tahap pertama untuk mendapatkan senyawa dari suatu sampel atau material
adalah dengan cara ekstraksi Sebelum diekstraksi tanaman yang telah dipanen
dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60deg C hingga kering kemudian
diblender sehingga didapatkan serbuk kering Ekstraksi merupakan proses
pemindahan atau penarikan masa zat aktif di dalam sel cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif
sehingga zat aktif akan melarut Metode dasar ekstraksi yang digunakan antara lain
ekstraksi menggunakan pelarut organik seperti maserasi perkolasi dan sokletasi
37
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
dan ekstraksi menggunakan air seperti infusa decocta dan stem destilasi (Silva et
al 1998)
Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana Istilah maceration berasal dari
bahasa latin macerase yang berarti melunakkan Serbuk simplisia dengan derajat halus
yang dikehendaki dapat direndam dalam cairan penyari hingga melunakkan susunan
sel dan zat-zat yang mudah larut dalam cairan penyari akan ditarik keluar sel (Ansel
1989) Menurut Hamzah dan Lajis (1998) metanol dapat digunakan untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid sehingga penelitian ini menggunakan metanol untuk
mengekstrak senyawa ursolic acid Serbuk simplisia kering dimaserasi dengan metanol
selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengadukan Proses pengadukan bertujuan
agar cairan penyari dapat menembus dinding sel sehingga dapat menyari senyawa-
senyawa yang ada di dalamnya Proses penyarian tersebut dilakukan tiga kali kemudian
disaring sehingga didapatkan sari dan residu Sari yang didapatkan dikeringanginkan
sehingga didapatkan ekstrak kental metanol
Ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dimonitor adanya senyawa ursolic
acid Deteksi adanya senyawa tersebut digunakan metode KLT dengan fase gerak
petroleum eter etil asetat (4 1 vv) (Srinivasan et al 2008) serta senyawa ursolic
acid standar sebagai pembanding Selain itu juga dilakukan deteksi semprot dengan
menggunakan serium (IV) sulfat dan Liebermann-Burchard (LB) Pereaksi warna
serium (IV) sulfat digunakan untuk mengetahui keberadaan senyawa organik secara
umum bila terdapat senyawa organik maka akan terjadi perubahan warna bercak
Pereaksi warna LB digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa triterpenoid bila
38
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
terdapat senyawa triterpenoid maka bercak akan berwarna hijau sampai biru
(Harborne 1987)
Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dapat dilihat pada Gambar
10
A B C
D E
Gambar 10 Kromatogram ekstrak metanol tanaman rumput mutiara dengan senyawa ursolic acid standar sebagai pembanding dengan deteksi (A) sinar tampak (B) UV254 (C) UV366 (D) serium (IV) sulfat dan (E) liebermann burchard Fase diam silika gel GF254 Fase gerak petroleum eter etil asetat (4 1 vv)
Pada Gambar 10 deteksi kromatogram dengan UV254 memperlihatkan
terjadinya peredaman yang ditandai dengan adanya beberapa bercak gelap Bercak-
bercak gelap tersebut menunjukkan adanya suatu senyawa Deteksi dengan sinar
UV366 memperlihatkan adanya 3 buah bercak yang berpendar yaitu 1 buah
1
Rf
0
035
065
041
013
0
1
Rf
39
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
berwarna kemerahan (Rf 065) dan 2 buah berwarna ungu (Rf 013 dan 041) Hal
ini menunjukkan bahwa senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap terkonjugasi
yang panjang sehingga dapat berpendar pada penyinaran UV gelombang panjang
Deteksi dengan UV254 dan UV366 tidak menunjukkan adanya bercak senyawa
ursolic acid hal ini dikarenakan struktur kimia senyawa tersebut tidak mamiliki
ikatan rangkap terkonjugasi
Kromatogram yang disemprot dengan pereaksi warna LB memberikan
bercak berwarna kebiruan dengan harga Rf 035 pada senyawa ursolic acid standar
dan masing-masing sampel ekstrak tanaman pada Rf yang sama yaitu 035 (Gambar
10) Hal ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol tanaman rumput mutiara
mengandung senyawa ursolic acid
2 Kadar senyawa ursolic acid
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan dengan ketersediaan air
40 60 80 dan 100 KL berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa ursolic
acid dalam tanaman rumput mutiara Hasil rata-rata kadar senyawa ursolic acid
dalam tanaman rumput mutiara setelah diberi ketersediaan air yang berbeda selama
2 bulan dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Kadar senyawa ursolic acid terbesar terdapat pada ketersediaan air 100
KL dan terendah pada ketersediaan air 40 KL Kadar senyawa ursolic acid
Perlakuan Ketersediaan air ()
40 60 80 100
Rata-rata kadar ursolic acid (mg) 3796 4330 4845 7534
40
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
terendah terdapat pada ketersediaan air 40 KL yaitu 3796 mgg berat kering
(Gambar 10) Hal ini terjadi karena pada kondisi tersebut tanaman mengalami
kekurangan air Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena
turgiditas sel penjaga stomata akan menurun Hal ini menyebabkan stomata
menutup (Lakitan 1995) Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat
kekurangan air pada daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang
sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesis (Goldsworthy dan
Fisher 1995) Grafik rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 10
Gambar 11 Rata-rata kadar senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Berkurangnya laju fotosintesis akan mengakibatkan menurunnya hasil
fotosintesis yang pada akhirnya akan mengurangi pembentukan senyawa ursolic
acid Senyawa ursolic acid disintesis melalui proses glikolis dimana molekul
glukosa yang merupakan hasil dari fotosintesis akan diubah menjadi piruvat dan
akan diubah lagi menjadi asetil-CoA
3796
4330
4845
7534
0
10
20
30
40
50
60
70
80
40 60 80 100
ketersediaan air ()
kada
r ur
solic
aci
d (
mg)
41
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Glikolisis merupakan tahap awal dari metabolisme karbon proses respirasi
yang merupakan rangkaian reaksi pengubahan gula heksosa (biasanya glukosa)
menjadi asam piruvat Secara garis besar glikolisis terdiri atas 2 bagian
a Serangkaian reaksi pengubahanpengkonversian beberapa bentuk glukosa dan
fruktosa dari cadangan karbohidrat menjadi fruktosa-16-bifosfat
b Fruktosa-16-bifosfat (FBP) selanjutnya dikonversi menjadi piruvat
(Anggarwulan dan Solichatun 2001)
Selanjutnya piruvat yang dihasilkan dari proses glikolisis akan diubah menjadi
asetil-CoA melalui proses dekarboksilasi oksidatif Asetil-CoA akan diubah
menjadi asam mevalonat yang merupakan prekursor dalam pembentukan senyawa
ursolic acid jika bahan baku pembentukan asam mevalonat yaitu glukosa
berkurang maka akan menghambat pembentukan senyawa ursolic acid
Selain itu pada kondisi cekaman air terjadi peningkatan konsentrasi hormon
ABA pada daun dan buah ABA merupakan seskuiterpen dengan 15-C yang
disintesis dalam kloroplas dan plastida lain melalui jalur mevalonat Reaksi awal
dalam sintesis ABA identik dengan isoprenoid seperti giberellin sterol dan
karotenoid Sejumlah kecil ABA dalam kloroplas timbul dari perombakan
karotenoid xantofil yang disebut violaxantin yang dalam metabolismenya akan
berubah menjadi ABA (Anggarwulan dan Solichatun 2001)
42
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Skema biosintesis ABA dapat dilihat pada Gambar 12
Gambar 12 Skema biosintesis ABA (Taiz dan Zeiger 1996 Davies 1995 Dewick 2009)
ABA dan ursolic acid dibentuk dari jalur yang sama yaitu asam mevalonat
Fosforilasi dari asam mevalonat oleh MVA kinase akan menghasilkan asam-5-
fosfat mevalonat (MVAP) kemudian fosforilasi tahap dua oleh MVAP kinase
membentuk asam-5-difosfat mevalonat (MVAPP) MVAPP mengalami
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil difosfat (IPP) yang merupakan senyawa
Ursolic acid
Lupenyl cation
Oleanyl cation
Geranil-PP
Asam mevalonat (MVA)
Asam 5 PP-mevalonat (MVA-PP)
Dimetilalil-PP (DMAPP)
Isopentenil-PP (IPP)
Farnesil-PP (seskuiterpen)
Dammarenyl cation
Skualen Oksidoskualen
Taraxasteryl cation
α-amyrin
Xanthoxin
karotenoid
ABA
Violaxanthin
43
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
prekursor pada pembentukan berbagai senyawa terpenoid IPP dan isomernya
dimetil alil difosfat (DMAPP) membentuk terpenoid yang bergabung bersama
membentuk molekul yang lebih besar (Croteau et al 2000 Taiz dan Zeiger 1998)
Kombinasi dari IPP dan DMAPP dikatalisis oleh enzim geranyl transferase
membentuk geranilpirofosfat dan farnesylpirofosfat (Ngan 2005)
Farnesylpirofosfat merupakan prekursor dari pembentukan seskuiterpen (ABA)
dua molekul farnesylpirofosfat yang bergabung akan membentuk skualena yang
merupakan prekursor dari pembentukan triterpen (ursolic acid) Pada kondisi
kekurangan air terjadi akumulasi ABA pada tanaman Kemungkinan asam
mevalonat digunakan untuk mensintesis ABA sehingga produksi ursolic acid
terhambat
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A Kesimpulan
1 Variasi ketersediaan air berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan
pertumbuhan tanaman rumput mutiara Semakin tinggi ketersediaan air
pertumbuhan semakin meningkat
2 Variasi ketersediaan air berpengaruh tidak nyata terhadap kadar senyawa
ursolic acid pada tanaman rumput mutiara Kadar tertinggi diperoleh pada
ketersediaan air 100 KL yaitu 7534 mgg berat kering
B Saran
1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai ketersediaan air pada
konsentrasi di bawah 40 KL (kekeringan) dan di atas 100 KL (tergenang)
serta frekuensi penyiraman yang dilakukan setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan kandungan senyawa ursolic acid tanaman rumput mutiara
pada kondisi yang lebih tercekam
2 Perlu dikaji faktor lain selain ketersediaan air seperti intensitas cahaya
matahari atau kombinasi keduanya terhadap pertumbuhan dan kandungan
senyawa ursolic acid pada tanaman rumput mutiara
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
DAFTAR PUSTAKA
Abdalla MM and El-Khoshiban NH 2007 The Influence of Water Stress on
Growth Relative Water Content Photosynthetic Pigments Some Metabolic and Hormonal Contents of two Triticium aestivum Cultivars Journal of Applied Sciences Research 3(12) 2062-2074
Anggarwulan E dan Solichatun 2001 Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam UNS Surakarta Ansel HC 1989 Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim Edisi keempat UI Press Jakarta Ashari S 1995 Hortikultura Aspek Budidaya UI Pres Jakarta Baricevic D S Sosa R D Loggia A Tubaro B Simonovska A Krasna and A
Zupancic 2001 Topical Anti-inflammatory Activity of Salvia officinalis L Leaves the Relevance of Ursolic Acid Journal of Ethnopharmacology 75 (2-3) 125-132
Croteau R TM Katchan and NG Lewis 2000 Natural Products (Secondary
Metabolites) In B Buchanan W Gruissem B Jones (eds) Biochemistry and Molecular Biology of Plants 1250-1268
Crusson C 2007 Oldenlandia corymbosa L httpplantes-rizieres-
guyaneciradfrdicotyledonesrubiaceaeoldenlandia_corymbosa [29 Oktober 2008]
Dalimartha S 1998 Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker Penebar
Swadaya Jakarta Davies PJ 1995 Plant Hormones Physiology Biochemistry and molecular biology
Kluwer Academic Publisher London
46
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Dewick PM 2009 Medicinal Natural Products A Biosynthetic Approach 3rd Edition John Wiley amp Sons United Kingdom
Es-Saady D A Najid A Simon Y Denizot AJ Chulia and C Delage 1994
Effects of Ursolic Acid and its Analogues on Soybean 15-1ipoxygenase Activity and the Proliferation Rate of a Human Gastric Tumour Cell Line Mediators of Inflammation 3 181-184
Fazeli F M Ghorbanli and V Niknam 2006 Effect of Drought on Water Relations
Growth and Solute Accumulation in Two Sesame Cultivars Pakistan Journal of Biological Sciences 9 (9) 1829-1835
Fessenden RJ dan JS Fessenden 1986 Kimia Organik Jilid 2 Edisi ketiga
Penerbit Erlangga Jakarta Fitter A H dan R K M Hay 1998 Fisiologi Lingkungan Tanaman (diterjemahkan
oleh Sri Andani dan E D Purbayanti) Gadjah Mada University Press Yogyakarta
Gardner FP RB Pearce dan GL Mitchell 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya
Universitas Indonesia Press Jakarta Goldsworthy P R dan N M Fisher 1992 Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik
(diterjemahkan oleh Tohari) Gadjah Mada University Press Yogyakarta Greitner CS EJ Pell and WE Winner 1994 Analysis of Aspen Foliage Exposed
to Multiple stresses Ozone Nitrogen Deficiency and Drought New Phytol 127 579-589
Hah JC TY Rhew ES Choe HY Chung and KY Park 1992 Antitumor Effect
of Ursolic Acid Against Inbred Hepatoma CBAJ Mouse Journal of Korean Cancer Association 24 (6) 790-794
Hamzah AS and MN Lajis 1998 Chemical Constituens of Hedyotis herbacea
ASEAN Review of Biodiversity and Environmental Conservation (ARBEC) II 1-6
47
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Harborne JB 1987 Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan (diterjemahkan oleh K Padmawinata dan I Soediro) Penerbit ITB Bandung
Harjadi SS dan S Yahya 1988 Fisiologi Stres Lingkungan PAU Bioteknologi
IPB Bogor Hary 1998 Pengaruh Glukosa terhadap kandungan Vitamin C pada Kalus Kubis
Merah ( Brassica oleracea L Var Capitata) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Haven MC GA Tetrault Jr Schenken Jr and JR Schenken 1995 Laboratory
Instrumentation fourth edition John Willey and Sons Hendayana S A Kadarrahman AA Sumarna dan A Supriyatna 1994 Kimia
Analitik Instrumen Edisi ke-1 IKIP Semarang Semarang Hsu HY 1998 Tumor Inhibition by Several Components Extracted from Hedyotis
corymbosa and Hedyotis diffusa Cancer Detection and Prevention 22 (Supplement 1)
Huang MT CT Ho ZY Wang T Ferraro YR Lou K Stauber W Ma C
Georgiadis JD Laskin and AH Conney 1994 Inhibition of Skin Tumorigenesis by Rosemary and its Constituents Carnosol and Ursolic Acid Cancer Res 54 701-708
Hutchinson 1959 The Families of Flowering Plants The Clarendon Press Oxford Ipteknet 2005 Rumput Mutiara httpwwwipteknetidind [20 Februari 2008] Jumin H B 1992 Ekologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologis Rajawali
Jakarta Kassi E Papoutsi Z Pratsinis H Aligiannis N Manoussakis M and Moutsatsou
P 2007 Ursolic Acid a Naturally Occuring Triterpenoid Demonstrated
48
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Anticancer Activity on Human Prostate Cancer Cell Journal of cancer research and clinical oncology 133 (7) 493-500
Khopkar SM 1990 Konsep Dasar Kimia Analitik UI Press Jakarta Kusuma FR dan BM Zaky 2005 Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat Agromedia
Pustaka Jakarta Lakitan B 1995 Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan PT Raja Grafindo Persada
Jakarta Li J Guo WJ and Yang QY 2002 Effects of Ursolic Acid and Oleanolic Acid on
Human Colon Carcinoma Cell Line HCT15 World J Gastroenterol 8(3) 493-495
Lin CC Ng LT JJ Yang and Y Hsu 2002 Anti-inflammatory and
Hepatoprotective Activity of Peh-hue-juwa-chi-cao in Male Rat Am J Chin Med 30 (2-3) 225-234
Lin CC Ng LT and JJ Yang 2004 Antioxidant Activity of Extracts of Peh-hue-
juwa-chi-cao in a Cell Free System Am J Chin Med 32 (3) 339-349 Min BS Jung HJ Lee JS Kim YH Bok SH Ma CM Nakamura N Hattori
M and Bae K 1999 Inhibitory Effect of Triterpenes from Crataegus pinatifida on HIV-I protease Planta Med 65 374-375
Mishra K Dash AP Swain BK and Dey N 2009 Anti-malarial Activities of
Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa Extracts and Their Combination with Curcumin Malar J 8 26
Munson JW 1991 Analisis Farmasi Metode Modern Airlangga University Press
Surabaya Murata J J Roepke H Gordon and V De Luca 2008 The Leaf Epidermome of
Catharanthus roseus Reveals Its Biochemical Specialization Plant Cell 20 (3) 524ndash542
49
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Muravrsquoev IA VV Shatilo and VF Semenchenko 1972 A Spectrophotometric Method for The Quantitative Determination of Ursolic Acid Pyatigorsk Pharmaceutical Institute 6 738-740
Nautiyal S HK Badola M Pal and DS Negi 1994 Plant Responses to Water
Stress Changes in Growth Dry Matter Production Stomatal Frequency and Leaf Anatomy Biologia Plantarum 36 (1) 91-97
Ngan DH 2005 Bioactivities and Chemical Constituents of a Vietnamese
Medicinal Plant Jasminum Subtriplinerve Blume (Che Vang) Thesis Department of Chemistry and Life Science Roskilde University Denmark
Noiarsa P S Ruchirawat H Otsuka and T Kanchanapoom 2007 Chemical
Constituents from Oldenlandia corymbosa L of Thai Origin Journal of Natural Medicines
Padmawinata K dan I Soediro 1985 Analisis Obat secara Kromatografi dan
Mikroskopi Penerbit ITB Bandung Terjemahan Drug Analysis by Chromatography and Microscopy Stahl E 1973 Michigan
Padmawinata K 1991 Pengantar Kromatografi Edisi kedua Penerbit ITB
Bandung Terjemahan Introduction to Chromatography Gritter RJ JM Bobbit AE Schwarting 1985 Holden Day Inc USA
Patocka J 2003 Biologically Active Pentacyclic Triterpenes and Their Current
Medicine Signification Journal of Applied Biomedicine 1 7-12 Patoni 2000 Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Pertumbuhan Hasil dan
Kandungan Vitamin C Buah Tanaman Tomat (Lycopersicum eskulentum Mill) Skripsi Fakultas Biologi UGM Yogyakarta
Pendleton J 2009 Ursolic Acid Excitement in Allergy Inflamation and Cancer
Management httpherbal-propertiessuite101comarticlecfmursolic_acid [29 Oktober 2009]
PIER 2006 Oldenlandia corymbosa L Rubiaceae httpwwwhearorg [21
Februari 2008]
50
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Polunin N 1990 Pengantar Geografi Tumbuhan dan Beberapa Ilmu Serumpun
(diterjemahkan oleh Gembong Tjitrosoepomo) Gadjah Mada university Press Yogyakarta
Pospisilova J H Synkova and J Rulcova 2000 Cytokinins and Water Stress
Biologia Plantarum 43 (3) 321-328 Rahardjo M dan I Darwati 2000 Pengaruh Cekaman Air terhadap Produk dan
Mutu Simplisia Tempuyung (Shoncus arvensis L) J Litri 6 (3)73-78 Rahardjo M S M Rosita R Fathan dan Sudiarto 1999 Pengaruh Cekaman Air
terhadap Mutu Simplisia Pegagan (Centella asiatica L) J Litri 5 (2)92-96
Raphael TJ and Kuttan G 2003 Effect of Naturally Occurring Triterpenoids
Glycyrrhizic Acid Ursolic Acid Oleanolic Acid and Nomilin on the Immune System Phytomedicine 10 483-489
Sadasivan S PG Latha JM Sasikumar S Rajashekaran and VJ Shine 2006
Hepatoprotective Studies on Hedyotis corymbosa (L) Lam J Ethnopharmacol 106 (2) 245-249
Salisbury FB and CW Ross 1995 Fisiologi Tumbuhan Jilid II Biokimia
Tumbuhan Terjemahan Lukman DR dan Sumaryono edisi IV Penerbit ITB Bandung
Sangwan NS AH Abad Faroqi and RS Sangwan 1994 Effect of Drought Stress
on Growth and Essential Oil Metabolism in Lemongrasses New Phytol 128 173-179
Sari KLOR 2006 Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat dan
Keamanannya Majalah Ilmu Kefarmasian III (1) 1-7 Sastrohamidjojo H 1991 Kromatografi Penerbit Liberty Yogyakarta
51
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Schmuumllling T 2004 Cytokinin Encyclopedia of Biological Chemistry (Eds
Lennarz W Lane MD) Academic Press ShuzoT Y Masae M Kyoko N Yukie and S Kiyoshi 1981 Studies on the Herb
Medical Materials Used for Some Tumors II On the Constituen of Hedyotis corymbosa Lam Journal of the Phermaceutical Society of Japan 101 (7) 657-659
Silva GL Lee I-S and Kinghorn AD 1998 Special problems with the extraction of
plants In Cannell RJP (ed) Methods in biotechnology 4 Natural products isolation Humana Press Totowa New Jersey USA 343-363
Sitompul SM dan B Guritno 1995 Analisis Pertumbuhan Tanaman Gadjah Mada
University Press Yogyakarta Solichatun E Anggarwulan dan W Mudyantini 2005 Pengaruh Ketersediaan Air
terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Bahan Aktif Saponin Tanaman Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn) Biofarmasi 3 (2) 47-51
Srinivasan GV C Ranjith and KK Vijayan 2008 Identification of Chemical
Compounds from The Leaves of Leea indica Acta Pharm 58 207-214 Sudewo B 2004 Tanaman obat Populer Penggempur Aneka Penyakit Agromedia
Pustaka Jakarta Sukandar EY 2006 Tren dan Paradigma Dunia Farmasi Industri-Klinik-
Teknologi-Kesehatan httpwwwitbacid [20 Februari 2008] Taiz L and E Zieger 1998 Plant Physiology Sinaver Associates Inc USA Tian Z G Lin RX Zheng F Huang MS Yang and PG Xiao 2006 Anti-
hepatoma Activity and Mechanism of Ursolic Acid and its Derivatives Isolated from Araliad decaisneana World J Gastroenterol 12(6) 874-879
Underwood AL 1992 Analisis Kimia Kuantitatif Penerbit Erlangga Jakarta
52
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Vogel 1994 Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Penerbit ECG California Wilkinson RE 1994 Plant Environment Interactions Marcel Dekker Inc New
York Yamaguchi H T Noshita Y Kidachi H Umetsu M Hayashi k Komiyama S
Funayama and K Ryoyama 2008 Isolation of Ursolic Acid from Apple Peels and its Specifics Efficacy as a Potent Antitumor agent Journal of Health Science 54 (6) 654-660
Yuliani S 2001 Prospek Pengembangan Obat Tradisional Menjadi Obat
Fitofarmaka Jurnal Litbang Pertanian 20 (3) 100-105 Zein U 2005 Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan httplibraryusuacid [20 februari 2008]
53
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Lampiran 1 Data pertumbuhan dan kadar senyawa ursolic acid tanaman
rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Perlakuan Ulangan Jumlah daun (helai)
Berat basah (g)
Berat kering (g)
Kadar ursolic acid (mgg berat
kering)
A (100)
1 412 6686 2406 52546 2 472 7285 2687 47675 3 454 6896 2175 51291 4 386 5537 2624 110257 5 322 5299 1547 114907
Rata-rata 4092 63406 22878 753352
A (80)
1 328 5182 2115 35735 2 304 4178 1426 35989 3 296 3984 1274 25573 4 316 5145 1972 72486 5 294 3875 1164 72486
Rata-rata 3076 44728 15902 484538
A(60)
1 296 3848 1175 28030 2 276 3343 0914 34688 3 268 3387 0897 41018 4 232 3178 0869 88776 5 318 5045 2100 24002
Rata-rata 278 37602 119110 433028
A (40)
1 176 1280 0249 42163 2 184 1393 0256 19325 3 178 1134 0262 31110 4 170 1180 0223 28841 5 194 1270 0283 68369
Rata-rata 1804 12514 02546 379616
54
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Lampiran 2 Uji ANAVA dan DMRT terhadap jumlah daun tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
jumlah daun
5 1804000 909945 406940 1691015 1916985 17000 194005 2780000 3218695 1439444 2380346 3179654 23200 318005 3076000 1431084 640000 2898308 3253692 29400 328005 4092000 5937339 2655259 3354782 4829218 32200 47200
20 2938000 8958360 2003150 2518736 3357264 17000 47200
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
jumlah daun
3655 3 16 035
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
jumlah daun
1330840 3 44361333 36596 00019395200 16 12122001524792 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
jumlah daun
Duncana
5 18040005 27800005 30760005 4092000
1000 198 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
55
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Lampiran 3 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat basah tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat basah
5 125140 100119 044775 112709 137571 1134 13935 376020 760051 339905 281647 470393 3178 50455 447280 639925 286183 367823 526737 3875 51825 634060 873265 390536 525630 742490 5299 7285
20 395625 1967796 440012 303529 487721 1134 7285
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat basah
5113 3 16 011
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat basah
66533 3 22178 50410 0007039 16 440
73572 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat basah
Duncana
5 1251405 3760205 4472805 634060
1000 109 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
56
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Lampiran 4 Uji ANAVA dan DMRT terhadap berat kering tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
berat kering
5 25460 021755 009729 22759 28161 223 2835 119100 522825 233815 54183 184017 869 21005 159020 427135 191021 105984 212056 1164 21155 228780 460400 205897 171614 285946 1547 2687
20 133090 842220 188326 93673 172507 223 2687
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
berat kering
3030 3 16 060
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
berat kering
10804 3 3601 21558 0002673 16 167
13477 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
berat kering
Duncana
5 254605 1191005 1590205 228780
1000 142 1000
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1 2 3Subset for alpha = 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
57
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Lampiran 5 Uji ANAVA dan DMRT terhadap kadar ursolic acid tanaman rumput mutiara selama 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
Oneway
Descriptives
kadar ursolic acid
5 3796160 18839549 8425302 1456921 6135399 19325 683695 4330280 26234645 11732490 1072819 7587741 24002 887765 4845380 22336984 9989403 2071877 7618883 25573 724865 7533520 34088185 15244700 3300913 11766127 47675 114907
20 5126335 28055203 6273334 3813311 6439359 19325 114907
A(40)A(60)A(80)A(100)Total
N Mean Std Deviation Std Error Lower Bound Upper Bound
95 Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
kadar ursolic acid
1913 3 16 168
LeveneStatistic df1 df2 Sig
ANOVA
kadar ursolic acid
4138272 3 1379424 2040 14910816521 16 67603314954794 19
Between GroupsWithin GroupsTotal
Sum ofSquares df Mean Square F Sig
Post Hoc Tests Homogeneous Subsets
kadar ursolic acid
Duncana
5 37961605 43302805 48453805 7533520
051
perlakuanA(40)A(60)A(80)A(100)Sig
N 1
Subsetfor alpha= 05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
Uses Harmonic Mean Sample Size = 5000a
58
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Lampiran 6 Hasil Spektofotometri File Name URSOLIC2 Created 0957 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 7 Std Conc Abs 1 00000 0000 2 0004000 0165 3 0008000 0368 4 001200 0442 5 001600 0500 6 002000 0613 7 002400 0790 File Name khoiruls Created 1132 010609 Data Modified Wavelength 3100 Slit Width 20 Multi-Point Working Curve Conc = k1 A + k0 k1 = 00329 k0 = -000154 Chi-Square 007530 Number of Points 20 ID Conc Abs 1 000648 0244 2 000359 0155 3 000508 0201 4 000488 0192 5 000987 0347 6 000446 0177
7 000504 0200 8 000578 0222 9 00105 0368 10 000405 0163 11 000504 0200 12 000508 0201 13 000411 0166 14 000914 0324 15 000914 0324 16 000777 0283 17 000714 0264 18 000762 0278 19 00137 0506 20 00157 0554
59
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
Lampiran 7 Gambar tanaman rumput mutiara setelah 2 bulan dengan ketersediaan air yang berbeda
60
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
61
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama lengkap Khoirul Anam
Tempat dan tanggal lahir Surakarta 22 januari 1986
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Status pernikahan Belum menikah
Alamat Jl Hordenasan I No 53 Baluwarti Pasar Kliwon
Surakarta
Pendidikan Formal Tingkat
Pendidikan Nama Tahun mulai Tahun
selesai SD
SLTP SLTA
SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta SMP Negeri 6 Surakarta SMA Negeri 2 Surakarta
1991 1997 2000
1997 2000 2003
Pendidikan Non Formal
Nama PelatihanKursus Instansi Penyelenggara Tahun Kursus Komputer Lembaga Pendidikan
Solocom 2004
Beasiswa yang Pernah Diperoleh
Nama Beasiswa Instansi Pemberi Tahun Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik UNS 2006-2007
2007-2008 Pengalaman Organisasi
Organisasi Jabatan Tahun Himabio Staff Bidang Internal
Dept Hubungan Masyarakat 2006
Surakarta 31 Januari 2010
Khoirul Anam
62