Upload
azlandaru
View
17
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
.............
Citation preview
BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA
E. Jenis-jenis Kebutuhan dan Pemenuhannya
Sebagai makhluk psiko-fisik manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik dan
psikologis, dan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, manusia mempunyai
kebutuhan individu (yang juga dikenal sebagai kebutuhan pribadi) dan kebutuhan sosial
kemasyarakatan. Dengan demikian, maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena
ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih
sempurna dalam kehidupannya. Kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan
dengan kebutuhan fisik, karena pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Kebutuhan
itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam
pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan untuk mencapai
tujuan tertentu (Sumadi, 1971: 70; 1982: 137)
Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan primer dan
kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau
organik dan umunya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli. Contoh
kebutuhan primer itu antara lain adalah : makan, minum, bernapas, dan kehangatan tubuh.
Pada tingkat remaja dan dewasa kebutuhan primer ini dapat bertambah, yaitu kebutuhan
seksual. Sedangkan kebutuhan sukender umumnya merupakan kebutuhan yang di dorong
oleh motif yang dipelajari, seperti misalnya kebutuhan untuk mengejar pengetahuan,
kebutuhan untuk mengikuti pola hidup masyarakat. Cole dan Bruce (1959) (Oxendine, 1984 :
227) membedakan kebutuhan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan fisiologis dan
kebutuhan psikologis. Pengelompokan ini sejalan dengan yang dikemukan oleh Murray
(1938) (Oxendine, 1984 : 227) yang diajukan dengan istilah yang berbeda, yaitu kebutuhan
viscerogenic dan kebutuhan psychogenic.
Freud mengemukan bahwa sikap dan perilaku manusia didorong oleh faktor seksual
(dorongan seksual) dengan yang teorinya yang terkenal sebagai teori libido seksual.
Pandangan Freud tentang konsep diri juga dikaitkan dengan teori libido seksual ini. Namun
Freud menjadi terkenal sehubungan dengan pandangannya yang pada pokoknya menyatakan
bahwa dalam perkembangan manusia terjadi pertentangan antara kebutuhan insting pribadi
dan tuntutan masyarakat. Dalam pendekatannya terhadap pembentukan kepribadian, Freud
1
mengemukakan perlunya penyelesaian pertentangan tersebut dengan pendekatan analisis
psikologik, sehingga oleh karenanya teori Freud itu terkenal dengan teori psikoanalisis.
Menurut teori Freud struktur kepribadian seseorang berunsurkan tiga komponen
utama, yaitu: id, ego, dan superego. Teori psikoanalisis Freud diawali mengemukakan asumsi
bahwa dorongan utama yang pada hakikatnya berada id, senantisa akan muncul pada setiap
perilaku. Id dikenal sebagai isnting pribadi dan merupakan dorongan asli yang dibawa sejak
lahir. Id merupakan sumber kekuatan insting pribadi yang berkerja atas prinsip kenikmatan
yang pada proses berikutnya akan memunculkan kebutuhan dan keinginan. Ego adalah
komponen pribadi yang mewakili kenyataan (realita), berfungsi menghambat munculnya
dorongan asli (id) secara bebas dalam berbagai bentuk.
Erik Erickson (dalam Buss, 1978: 392-393) dalam menyelesaikan pertentangan antara
dorongan pribadi dan tuntutan sosial mengajukan pandangan yang sekaligus merupakan
revisi bagi teori Freud. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan pertentangan itu
yang dikemukakan Erickson lebih bersifat sosial dan berorientasi kepada ego.
Cari Rogers (1902) (dalam Buss, 1978: 395) juga mengemukakan pendekatan tentang
perkembangan pribadi individu. Dinyatakan bahwa sesorang individu pada hakikatnya
mencoba mengekspersikan kemampuan, potensi, dan bakatnya untuk mencapai tingkat
perkembangan pribadi yang sempurna atau mapan. Roger menyatakan dalam teorinya bahwa
manusia memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasi diri.
1. Mengapa Manusia Berperilaku?
Untuk menjawab pertanyaan ini digunakan dua perdekatan, yaitu pendekatan
organismik (internal) dan pendekatan lingkungan (eksternal). pembicaraan tentang motif dan
atau motivasi merupakan bagian yang akan ditinjau secara khusus dalam bagian ini, yang
berarti uraian bagian ini menitikberatkan bahwa motif itu merupakan faktor pendorong
manusia bertingkah laku.
Eksperimen-eksperimen psikologi cenderung untuk memilih pendekatan sistem
dalam menerangkan tingkah laku dari isi dorongan, di mana dorongan diartikan sebagai
kekuatan/dorongan biologis dalam arti luas, seperti lapar, haus, dan dorongan seksual. Bagi
guru atau pendidikan perlu melihat motivasi yang tidak semata-mata berasal dari
faktor/dorongan biologis.
Bebereapa psikolog, seperti Carl Rogers (1951), Artthus W.Combs dan Snygg (1959)
meyakini bahwa motif dasar adalah manusia adalah “need for adequacy”(kebutuhan
kecukupan), yang mereka artikan sebagai suatu “great driving, striving, force in each of us by
2
which we are continually seeking to make ourselves ever more adequate to cope with
life”(besar mengemudi, berjuang, berlaku di masing-masing dari kita dengan mana kita terus
berusaha untuk membuat diri kita malam lebih memadai untuk menghadapi kehidupan),
(Lindgren, 1980: 36). Kebutuhan akan keyakinan diri ini diekspresikan melalui dua bentuk
perilaku, yaitu kebutuhan mempertahankan diri (maintenance) dan mengembangkan diri
(enchancement). Sejak lahir hingga meninggal, kebutuhan manusia untuk mempertahankan
dirinya agar tetap hidup merupakan kebutuhan dasar.
Lebih dari apa yang dialami oleh binatang, manusia mampu mengantisipasi kejadian-
kejadian masa depan, tidak hanya terbatas untuk mempertahankan dirinya pada saat
sekaramg, tetapi juga bermaksud ,mengubah diri dan lingkungannya agar pengembangan
dirinya menjadi lebih baik di waktu-waktu yang akan dating.
Kebutuhan psikologis muncul dalam kehidupan manusia, seperti apa yang dialami
setiap hari secara emosional, yaitu: senang, puas, susah, lega, kecewa, dan semacamnya.
Oleh karena itu, dalam kehidupan manusia ini juga berkembang kebutuhan-kebutuhan
normatif, yaitu kebutuhan yang ditentukan dan sesuai dengan harapan-harapan pihak lain dan
yang diterima oleh dirinya, sekarang maupun yang akan datang.
2. Kebutuhan Dasar Manusia
Pada bayi atau pada kehidupan manusia kecil, perilakunya didominasi oleh
kebutuhan-kebutuhan biologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan diri. kebutuhan ini
disebut deficiency need artinya kebutuhan untuk pertumbuhan dan memnag diperlukan untuk
tetap hidup (survival). Berkembangnya kebutuhan ini terjadi karena pengaruh faktor
lingkungan dan faktor belajar; seperti kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memiliki
(yang ditandai berkembangnya “aku” manusia kecil), kebutuhan harga diri, kebutuhan akan
kebebasan, kebutuhan utnuk berhasil, dan munculnya kebutuhan untuk bersaing dengan yang
lain. Kebutuhan-kebutuhan tersebut oleh Henry A. Murry (Lindgren, 1980: 40) dinyatakan
sebagi need for affliation atau lazim di singkat n’Aff dan need for achievement sebagai
n’Ach, n’Aff ini oleh Carl Rogers dan Abraham H. Maslow (1954) dikenal sebagai self
actualizing need.
Kebutuhan-kebutuhan sebelumnya adalah kebutuhan untuk memiliki, baik pemilikan
itu berkaitan dengan lingkungan manusia maupun yang berkaitan dengan kebendaan. Dalam
tingkat perkembangan tertentu seorang individu berupaya memiliki teman sejawat, mendapat
kasih sayang, dan memiliki benda-benda yang disenanginya.
3
Remaja sebagai individu atau manusia pada umunya juga mempunyai kebutuahan
dasar tersebut. secara lengkap kebutuhan dasar seorang individu dapat digambarkan sebagai
berikut (Lindgren, 1980: 42).
Karakteristik
Kebutuhan yang terkait langsung dengan pengembangan diri yang relatif kompleks,
abstrak, dan bersifat sosial. Kebutuhan yang terkait dengan pertahanan diri, khususnya
pemeliharaan dan pertahanan diri, bersifat individual.
Deskripsi
1. Kebutuhan jasmaniah, termasuk keamanan dan pertahanan diri.
2. Kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang.
3. Kebutuhan untuk memiliki
4. Kebutuhan aktualisasi diri
keempat macam kebutuhan tersebut bersifat hierarki, dari kebutuhan yang bertingkat
rendah, yaitu kebutuhan jasmaniah, sampai dengan kebutuhan yang bertingkat tinngi, yaitu
kebutuhan a ktualisasi diri.
hierarki kebutuhan di atas sejalan dengan teori kebutuhan yang di kemukan Maslow
(Lefton, 1982: 171), yaitu :
1. Kebutuhan aktualisasi
2. Kebutuhan kognitif
3. Kebutuhan penghargaan
4. Kebutuhan cinta kasih
5. Kebutuhan keamanan
6. Kebutuhan jasmaniah (fisiologis)
1
2
3
4
5
6
4
Menurut Lewis dan Lewis (1993) kegiatan atau manusia itu di dorong oleh berbagai
kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan jasmaniah,
b. Kebutuhan psikologis,
c. Kebutuhan ekonomi,
d. Kebutuhan sosial.
e. Kebutuhan politik,
f. Kebutuhan penghargaan, dan
g. Kebutuhan aktualisasi diri.
F. Kebutuhan Remaja, Masalah, dan Konsekuensinya
Masa Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Hall (dalam Liebert dan kawan-kawan, 1974: 478) memandang bahwa masa remaja ini
sebagai masa “strom and stress”. Ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah
yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati dirinya (identitasnya) kebutuhan
aktualisasi diri. Beberapa jenis kebutuhan remaja dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok kebutuhan, yaitu :
a) Kebutuhan organik, yaitu makan, minum, bernapas, seks;
b) Kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari
pihak lain, dikenal dengan n’Aff;
c) Kebutuhan berprestasi atau need of achievement (yang dikenal dengan n’Ach). yang
berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus
menunjukkan kemampuan psikofisis; dan
d) Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.
Dalam kehidupan dunia modern, manusia tidak saja hanya brpikir tentang kebutuhan
pokok, mereka telah lebih maju. Pemikirannya telah bercakrawala luas, oleh karena itu
kebutuhan pokoknya juga sudah berkembang. Dalam menghadapi masalah dan
perkembangan sosial psikologis, menjadi manusia berprestasi telah merupakan kebutuhan
sosial yang membimbingnya untuk berhasil dan lebih lanjut untuk menjadi orang yang
berprestasi dan berhasil.
Masalah dan Konsekuensinya
5
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-
kebutuhannya dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Upaya untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjdi sikap dan
perilaku dewasa, tidak semuanya dapat dengan mudah di capai baik oleh remaja laki-laki
maupun perempuan. Pada masa ini remaja menghadapi tugas-tugas dalam perubahan sikap
dan perilaku yang besar, sedangkan di lain pihak harapan ditumpulkan pada remaja muda
untuk dapat meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
2) Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-perubahan
fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya, Hal ini disebabkan
pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi.
3) Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan remaja untuk
memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perlaku yang menentang norma.
Pandangannya terhadap sebaya lain jenis kelamin dapat menimbulkan kesulitan dalam
pergaulan.
4) Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan
kemandirian, dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan,
kebanyakan akan menghadapi berbagi masalah, terutama masalah penyesuaian emosional,
seperti perilaku yang over acting, “lancang”, dan semacamnya.
5) Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial
ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis
perkerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuian sosial merupakan salah satu yang sangat sulit
dihadapi oleh remaja.
6) Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat merupakan masalah
tersendiri bagi remaja; sedang di pihak remaja merasa memilki nilai dan norma
kehidupannya yang dirasa lebih sesuai.
Usaha-Usaha Pemenuhan Kebutuhan Remaja dan Implikasinya dalam
Penyelenggaraan Pendidikan
Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini
harus dipenuhi, karena hal ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupannya
agar tetap tegar (survival). Tidak berbeda dengan pemenuhan kebutuhan serupa di masa
perkembangan sebelumnya, kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, terutama
ekonomi keluarga. Menghadapi kebutuhan ini latihan kebersihan, hidup teratur dan sehat
sangat perlu ditanamkan oleh orang tua, sekolah, dan lingkungan masyarakat kepada anak-
6
anak dan para remaja. Realisasi hal ini di sekolah adalah pendidikan kesehatan, pendidikan
jasmani, dan pentingnya usaha kesehatan sekolah (UKS).
Khusus kebutuhan seksual, yang hal ini juga merupakan kebutuhan fisik remaja,
usaha pemenuhannya harus mendapat perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu.
Sekalipun kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik, namun hal ini
menyangkut faktor lain untuk diperhatikan dalam pemenuhannya. Pemenuahan kebutuhan
dan dorongan seksual pada remaja, dimana pada saat itu ia (mereka) telah menyadari akan
adanya norma agama, sosial, dan hukum, maka banyak dilakukan secara diam-diam aktivitas
onani atau masturbasi.
Pendidikan seksual di sekolah dan terutama di dalam keluarga harus mendapat
perhatian. Progam bimbingan keluarga, dan bimbingan perkawinan dapat dilakukan secara
periodik oleh setiap organisasi ibu-ibu dan organisasi wanita pada umumnya.
Untuk mengembangkan kemampuan hidup bermasyarakat dan mengenalkan berbagai
norma sosial, amat penting dikembangkan kelompok-kelompok remaja untuk berbagai
urusan, seperti kelompok olah raga, kelompok seni dan musik, kelompok koperasi, kelompok
belajar, dan semacamnya, Pada kesempatan sekolah menyelenggarakan acara-acara tertentu
seperti malam pertemuan, atau perpisahan sekolah, ada baiknya anak-anak ditugasi untuk
ikut mengurus atau dimasukkan sebagai panitia penyelenggara.
G. Rangkuman
Manusia senantiasa mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pemantangan fungsi-fungsi fisik
yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu.
Perkembagan merupakan proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu
sebagai kematangan dan interaksi dengan lingkungannya.
Proses pertumbuhan ditandai olah perubahan menuju ke kesemprunaan struktur dan
bentuk tubuh secara ideal. Proses pertumbuhan pada saatnya akan mencapai tingkat
kematangan dan dengan demikian akan berpengaruh terhadap perkembangan sosio-
psikologis, seperti kemampuan berpikir, kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi,
dan kemampuan mengendalikan emosi.
Hukum pertumbuhan antara lain adalah hokum Cepphalocoudal yang artinya
pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki dan hukum Proximodistal yang artinya
pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi.
7
Masa remaja adalah masa yang khusus, penuh gejolak karena pada pertumbuhan fisik
terjadi ketidak seimbangan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan berpikir, bahasa,
emosi, dan sosial anak.
Makna remaja banyak diartikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, baik pihak
hukum, ahli psikologi, maupun pandangan masyarakat yang mengaitkan dengan sistem
budayanya. Secara umum anak dikatakan mencapai masa remaja ditandai oleh kematangan
fungsi seksual (pada wanita setiap bulan mengeluarkan sel telur dari indung telurnya dan
bagi pria setiap kali mimpi/mengeluarkan air mani) dan munculnya tanda-tanda kelamin
sekunder.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Perilaku manusia disebabkan oleh dorongan-dorongan atau motif. Motif inilah yang
mendorong individu sehingga muincul berbagai kebutuhan misalnya kebutuhan untuk
mempertahankan diri dan kebutuhan untuk mengembangkan diri. Kebutuhan untuk
berafilisasi dengan sesama dan kebutuhan untuk berprestasi merupakan kebutuhan-kebutuhan
dasar manusia setelah mencapai jenjang remaja. Hal ini sejalan dengan pendapat Rogers dan
Erickson
Semua proses pertumbuhan dan perkembangan akan berjalan dengan irama dan ritme
yang teratur, sehingga dapat diidentifikasi menurut dan mengikuti hukum-hukum
pertumbuhan dan perkembangan yang dapat di percaya (maton).
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor nutrisi yang
telah terasa pengaruhnya sejak bayi belum lahir dan sesudah lahir, faktor perawatan yang
menyangkut perawatan fisik maupun psikis seperti kasih sayang dan cinta kasih.
Kebutuhan dibedakan atas kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Menurut
Freud, dorongan yang paling menentukan munculnya kebutuhan adalah dorongan seksual,
sehingga setiap dorongan untuk bertingkah laku senantiasa ada kaitanya dengan upaya untuk
mencapai kenimatan atau kepuasan seksual. Menurut Erikson dorongan primer itu pada
dasarnya berkaitan dengan kepentingan bersosialisasi pandangan Erickson ini sejalan dengan
pandangan Rogers. Kebutuhan normatif adalah sejenis kebutuhan yang berkaitan dengan
kebutuhan mengembangkan diri yang disesuaikan dengan kondisi kehidupan sekarang dan
masa depan.
8
B. Saran
Kami sadar bahwa penulisan makalah ini masih banyak terdapat adanya kesalahan
maupun kekurangan baik dalam penjelasan ataupun penulisannya serta dalam mengambil
bahan kepustakaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari
para pendengar demi memperbaiki segala kesalahan kami dan kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini, sehingga penulisan makalah selanjutnya akan lebih baik dari apa yang
kami tulis saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bawani, Iman. Pangantar Ilmu Jiwa Perkembangan. Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1985
Biehler, R.F. Psychology Appleid to Teaching, Bostn : Houghton Mifflin Company, 1982
Crow, L.D & Crow, A.C. Educational Psychology. American Book Company, 1958.
Gleitman, Henry. Psychology. New York : W.W. Norton & Co, 1986.
Gunarsa, Singgih D. Dasar dab Teori Perkembangan Anak. Jakarta : PT BPK Gunug Mulia,
1991
Gunarsa, Singgih D, & Ny, Singgih D.G. Psikologi Remaja. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia
1991.
havighurt, R.J. disadur oleh Moh. Kasiram. human Development and Education. Surabaya :
Sinar Wijaya, 1085.
Hurlock E.B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
(Alih bahasa Istiwidayanti dan kawan-kawan). Jakarta ; PT Gelora Aksara Pratama,
1990.
Jersild, A.T. The Psychology of Adolescence. New York : The Macmillan Company. 1957.
9