14
VOLUME 21 No. 2 Juni 2009 Halaman 174 - 187 I PERTUMBUHAN PENDUDUK BESUKI: KAJIAN DEMOGRAFI HISTORIS Nawiyanto* ABSTRACT In demographic terms, Besuki residency was a dktinctiveregion cornpard with the rest ofJava. " It is arguedthat demographic growth taking place in the region was linkedprimarily to rnigtation, rather than births and deaths. Drawing upon diverse historid materials, this article discusses the role of migration and natural facton of births and deaths, in populatingthe region of Besuki by comparingit with Java. In elaborating the arguments, this article specifically looks at factom and conditions that affected each component and its contributionto the demographic process in the region. Key Wordo: penduduk, angka kelahiran, angka kematian, m i m i PENGANTAR Jawa dikenal luas sebagai salah satu pulau dengan penduduk terpadat di dunia. Karakte- ristik ini rnerupakan hasil proses demografis jangka panjang, terutarna sejak abad ke-19. Meskipun besaran perturnbuhan rnasih rnen- jadi bahan perdebatan, tarnpaknya ada kese- pakatan bahwa perturnbuhan penduduk Jawa terutarna terkait dengan faktor-faktor alarniah: rnenurunnya angka kernatian dan rneningkat- nyaJkonstannya angka kelahiran (Brernan, 1 96311 971 ; Nitisastro, 1970; Peper, 197011 975; Boomgaard, 1989). Peranan rnigrasi dalarn proses tersebut relatif marginal. Tulisan ini mengkaji perturnbuhanpenduduk pada tingkat lokal dengan fokus Karesidenan Besuki pada periode 1870-1 970. Berbagaikajian terdahulu rnernang rnenyebut adanya rnigrasi penduduk ke wilayah Besuki (Tennekes, 1963; Arifin, 1989,2006; Handayani, 2006). Narnun derni- kian, belurn ada upaya sisternatis untuk rnen- jawab persoalan seberapa pentingkah sebe- narnya peranan rnigrasi dalarn perturnbuhan penduduk Besuki dibandingkan dengan kelahirandan kernatian? Faktor-faktor apakah yang rnernpengaruhi kontribusi rnasing- masing terhadap perturnbuhanpenduduk wila- yah ini dan mengapa dernikian? Diargurnen- tasikan bahwa tidak seperti kecenderungan yang berlaku pada lingkup Jawa, perturnbuhan peduduk Besuki yang cepat merupakan hasil rnigrasi, daripadafaktor kelahiran dan kemati- an. Dalam rnengelaborasi argurnentasi ini, perturnbuhan penduduk Besuki akan dikaji secara kornparatif dengan kecenderungan umurn yang berlaku dalarn lingkup Jawa. JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN Tidak rnudah untuk rnengelaborasi per- turnbuhan penduduk Jawa kolonial secara akurat, terrnasuk untuk daerah Besuki. Surnber-surnber sejarah yang rnernuat data kependudukan di rnasa lalu sangat tidak lengkap. Meskipun Jawa mernpunyai data yang lebih baik dibandingkan dengan pulau- pulau lain, keadaandata demografisdi berbagai lokalitas di Jawa juga bervariasi. Keterandalan data statistik kependudukan abad ke-19 juga rnasih sering diragukan. Nitisastro (1 970), rnisalnya, rnenyatakan cacat data karena di- *Sf Pengajar Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Jember, Jawa Timur

Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

VOLUME 21 No. 2 Juni 2009 Halaman 174 - 187 I PERTUMBUHAN PENDUDUK BESUKI:

KAJIAN DEMOGRAFI HISTORIS Nawiyanto*

ABSTRACT

In demographic terms, Besuki residency was a dktinctive region cornpard with the rest ofJava. " It is argued that demographic growth taking place in the region was linked primarily to rnigtation, rather than births and deaths. Drawing upon diverse historid materials, this article discusses the role of migration and natural facton of births and deaths, in populating the region of Besuki by comparing it with Java. In elaborating the arguments, this article specifically looks at factom and conditions that affected each component and its contribution to the demographic process in the region.

Key Wordo: penduduk, angka kelahiran, angka kematian, m i m i

PENGANTAR Jawa dikenal luas sebagai salah satu pulau

dengan penduduk terpadat di dunia. Karakte- ristik ini rnerupakan hasil proses demografis jangka panjang, terutarna sejak abad ke-19. Meskipun besaran perturnbuhan rnasih rnen- jadi bahan perdebatan, tarnpaknya ada kese- pakatan bahwa perturnbuhan penduduk Jawa terutarna terkait dengan faktor-faktor alarniah: rnenurunnya angka kernatian dan rneningkat- nyaJkonstannya angka kelahiran (Brernan, 1 96311 971 ; Nitisastro, 1970; Peper, 197011 975; Boomgaard, 1989). Peranan rnigrasi dalarn proses tersebut relatif marginal. Tulisan ini mengkaji perturnbuhan penduduk pada tingkat lokal dengan fokus Karesidenan Besuki pada periode 1870-1 970. Berbagai kajian terdahulu rnernang rnenyebut adanya rnigrasi penduduk ke wilayah Besuki (Tennekes, 1963; Arifin, 1989,2006; Handayani, 2006). Narnun derni- kian, belurn ada upaya sisternatis untuk rnen- jawab persoalan seberapa pentingkah sebe- narnya peranan rnigrasi dalarn perturnbuhan penduduk Besuki dibandingkan dengan kelahiran dan kernatian? Faktor-faktor apakah

yang rnernpengaruhi kontribusi rnasing- masing terhadap perturnbuhan penduduk wila- yah ini dan mengapa dernikian? Diargurnen- tasikan bahwa tidak seperti kecenderungan yang berlaku pada lingkup Jawa, perturnbuhan peduduk Besuki yang cepat merupakan hasil rnigrasi, daripada faktor kelahiran dan kemati- an. Dalam rnengelaborasi argurnentasi ini, perturnbuhan penduduk Besuki akan dikaji secara kornparatif dengan kecenderungan umurn yang berlaku dalarn lingkup Jawa.

JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN Tidak rnudah untuk rnengelaborasi per-

turnbuhan penduduk Jawa kolonial secara akurat, terrnasuk untuk daerah Besuki. Surnber-surnber sejarah yang rnernuat data kependudukan di rnasa lalu sangat tidak lengkap. Meskipun Jawa mernpunyai data yang lebih baik dibandingkan dengan pulau- pulau lain, keadaan data demografis di berbagai lokalitas di Jawa juga bervariasi. Keterandalan data statistik kependudukan abad ke-19 juga rnasih sering diragukan. Nitisastro (1 970), rnisalnya, rnenyatakan cacat data karena di-

* S f Pengajar Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Jember, Jawa Timur

Page 2: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

Nawiyanto - Pertumbuhan Penduduk Besuki: KalJan fbmugmfl Mstms

hasilkan berdasarkan perkiraan kasar dan yang =pat dalam era pramdem (DM dkk., dikumpulkan para pejabat lokal tanpa teknik 2002:61). Sejumlah komksi dgpat saja mng- yang layak sehingga berakibat laporan terlalu hasilkan tingkatan persentam yang lerbih kecil, rendah. Peper (1 97582-85) menggarisbawahi tetapi perghitungan yang hati-hati aecara kon- berbagai faktor penyebab cacat tersebut seperti sisten menunjukkan bahwa laju psrtumbuhan kurangnya minat pemerintah, perangkat penduduk di Jawa rnasih lebih bewardbanding organisasi dan teknis yang jauh dari memadai. tempat-tempat lain di dunia (Baomgaard, 1981 :

Terlepas dari berbagai kelemahan yang 2).Akan tetapi, antandlayah Jawa besaran per- ada, dapat diduga batiwa penduduk Besuki tumbuhan agaknya tidakiah seragam. Grafik 2

'hlngga 1870 masih relatif kecil sebagaimana menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan tBtemukan di wilayah Pasuruan (Elson, 1984: penduduk per tahun dl Besuki jauh lebih ttnggi :%2). Grafik 1 menyajikan jumlah penduduk dibanding Jawa dalam periode 1880-1961,

- '#esuki pada periode 1 870-1 971. Jawa sering kecuali untuk periode 1870-1 880 dan 1 860- %wnjadi ilustrasi kasus pertumbuhan pcduduk 197t sebagai konsekuensi instablfk politik.

G M k Penduduk Karesidenan Besuki 1870 - 1971

1880 l89U lPOO 1W 1!W 1930 1940 IPS0 I%l 1971

Pcdwle

LaJu Pertumbuhan Penduduk Karesidenan bsuki 1870 - 1971

c Untuk 18701930, P. B o o m g ~ arrdkJ . Goossen, Changing E m m y in /n&m&, W. 11: Ryxdatkm 17951942 (Amsterdam: Royd Tmpkat. tnstihrte, IWl), hal. 110.137: untuk 19&-1!%1, Pterre van der

ap: A Reeonstru-n of PoputatEen Patterns in Indo- 1-1Wlm, Asdm SkMUtPs Re-, 1. 498499; untuk 1971, Smsm Panduduk 1971, Set& 5.N0.1: P~nduduk Diperln(ii Akmunrt bupatenKotamedya. Angka Sementam (Djakarta: Bim Pusat Statistik, 1972), hal. I , 64.

Page 3: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

Humaniora, Vol. 21, No. 2 Juni 2009: 174-187

Satu karakter menonjol yang muncul dalam perbandingan adalah dari tahun 1880 hingga 1930 terdapat perbedaan besar dalam rata-rata pertumbuhan penduduk. Kecuali dalam periode 1890-1 900, Besuki mengalami besaran pertumbuhan tahunan lebih dari 3 persen, jauh lebih tinggi dibanding Jawa secara keseluruhan (kurang dari 2 persen). Di Banyu-

lwangi bahkan dalam periode 1920-1930 men- capai 7,5 persen (Hortsmann dan Rutz, 1980:99). Walaupun untuk periode 1930-1 940, 1940-1 950,1950-1 961 rata-rata pertumbuhan penduduk tahunan di Besuki lebih rendah dibanding periode sebelumnya, persentasenya tetap lebih besar dibanding Jawa.

Karakter menonjol lainnya adalah laju pertumbuhan penduduk di Besuki dengan Jawa memperlihatkan kecenderungan berbeda. Di

1990:96-126), tekanan sosial ekonomis me- maksa penduduk mengadopsi pembatasan kelahiran. Hal ini tampak dalam fakta bahwa : selama 1930-an jumlah kelahiran di Besuki turun secara signinkan, mungkin yang te- 1 rendah sejak 1880-an. Turunnya laju pertum- buhan sebagian karena arus keluar pekerja perkebunan ke Eropa.

Laju pertumbuhan tahunan penduduk di Besuki serta Jawa secara umum terus me- nurun dalam 1940-an. Pertama kali dalam kurun lebih dari seabad, Besuki mencatat laju pertumbuhan kurang dari 1,9 persen. Van der Eng bahkan memperkirakan laju pertumbuhan negatif 0,60 persen pada 194411 945. Di Jawa penurunan secara umum terkait dengan dampak buruk pendudukan Jepang dan perang revolusi, seperti merosotnya standar kehidup-

seperti diindikasikan dengan perluasan pro- nialisme Belanda, mereka kembali dan pada duksi produksi tanaman pangan (Nawiyanto, 1950-an kondisi kehidupan Besuki membaik. 2000:179-181; Boomgaard dan van Zanden, Pertumbuhan penduduk Besuki 1950-an naik

Page 4: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

Nawiyanto - Pertumbuhn Penduduk Besuki: Wien D e m g a B H M s

Namun, pada d&de lQ6-

.rendat, dibmding Java swam umum yang kaurn nwigaJami sedikit pen-. Takanan kwlit- (d.), 1WCk154-157).

krasal dari Jember and

11 : Pspuktim 7lwds 119&1943 (Amstem. Royal TmplcaI hal. 161-179.

Page 5: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

Humaniora, Vd. 21, No. 2 Juni 2009: 174- t87

ANGKA KEMATIAN Tabel 1 memperlihatkam bahwa antara

1880 dan 1940 Jawa mengalami pnurunan laju kematian secara umum. Kalkulasi untuk periode 1820-1 880 memberikan hasH serupa (Boomgaard, 1987:49-50). Kecenderungan penurunan berlangsung juga di Besuki. Ke- kecualian untuk keduanya adalah periode epidemi utama 1880-1 884 dan 191 5-1 91 9. Ab- normalitas pertama berupa kematian yang tinggi disebabkan epidemi demam, sedangkan yang kedua terkait dengan pandemi influenza yang melanda khususnya Jawa Tengah dan Jawa Tiur (Gardiner and Mayling, 1987:72). Hal ini membenarkan observasi umum bahwa dalam masyarakat berpenghasilan rendah naik-turun laju kematian terutama disebabkan oleh epidemi (Mellor, 1966:53).

Terdapat perbedaan pandangan tentang kematian dan kaitannya dengan pertumbuhan penduduk di Jawa. Sejumlah pengamat me- nyatakan bahwa stabilitas politik, Pax Neer- landica, menciptakan kondisi yang perlu bagi pertumbuhan penduduk, dengan menyingkir- kan faktor pencegah ala MaWus, kelaparan, dan ketidakamanan (Wertheim, 1950:4; Reid, 1987:43; Elson, 199425-26). Di samping itu, beberapa pengamat mengaitkan pertumbuhan penduduk dengan langkah-langkah kolonial dalam mengurangi kematian melalui sistem medis Barat dan pencegahan bencana ke- laparan (Wertheim, 1956:92; Timmer, 1961 : 88). Namun demikiin, beberapa pihak meragu- kan efektivitas intervensi pemerintah dalam soal medis dalam menekan angka kematian. Bahkan di Batavia abad ke-I 9 tempat kehadir- an orang Eropa secara kuat, Abeyasekere (1 987:197) menyatakan bahwa dampak ber- bagai langkah tersebut terbatas. Demikian pula, Nitisastro (1 970:42) menegaskan bahwa dalam abad ke-19 praktis tidak ada perbaikan signifikan dalam kondisi kesehatan penduduk lndonesia di Jawa.

Seperti umumnya di Jawa, di Besuki sta- bilitas politik juga ikut mendptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan penduduk. Kontras dengan periode sebelumnya, serang-

kaian peperangan telah menyebabkan depo- pulasi wilayah ini. Pertumbuhan penduduk Besuki yang cepat sejak 1870 jelas berlang- sung dalam periode politik yang stabil. Akan tetapi, faktor ini tidak dapat menjeCaskan me- ngapa laju pertumbuhan di Besuki jauh IeHh pesat dibandingkan Jawa secara umum. Proses ini tampaknya juga tidak dapat semata- mata dikaitkan dengan proses pengenalan sistem medis Barat sejak abad ke-19 seperti vaksinasi, fasilitas dan tenaga kesehatan (von Roemer, 1 921 : 1 95-228; Flu, 1929:213-217).

Namun tidak terdapat cukup bukti bahwa sistem medis kolonial di Besuki kbih sukses dalam mengurangi angka kematian dibanding- kan Jawa secara umum. Sering dilaparkan bahwa kondisi kesehatan wilayah Besuki rrrasih tidak memuaskan baik pada masa kolonjal maupun kemerdekaan (Penders, 1977:80; Memori, 1978:cxvii, Kementerian Penerangan, 1953587). Di Besuki penyebaran sistem medis Barat menghadapi berbagai masalah. Di Bondowoso serta Jember, penduduk pribumi termasuk elit pedesaan dilaporkan sedikit me- naruh kepercayaan kepada sistem medis Barat. Di Panarukan orang-orang Indonesia pergi ke rumah sakit untuk pengobatan hanya lewat paksaan. Bahkan di antara orang-orang pribumi di Banyuwangi, rumah sakit sering diidenfikkan dengan rumah tahanan (Onder- zoek, 1909:81). Tidak rnengejutkan, pada 1929 Residen Neys melaporkan bahwa salah satu rumah sakit di Ebsuki ditutup karena kurang pasien (Memori, 1978: aoci-cxxii). Rasio orang yang divaksinasi terhadap jumlah total penduduk di Besuki juga masih di bawah rata- rata angka untuk Jawa Timur (Kementerian Penerangan, 1953:595-597).

Faktor utama yang menyebabkan rendah- nya angka kematian di BesuM agaknya adalah standar kesejahteraan material yang lebih tinggi. Besuki adalah contoh yang serhg di- sebut sebagai daerah yang tmmikrnati prbaik- an kemakmuran dalam Sistem Tanam Paksa (Elson 1988:57). Pada masa berikutnya, sebuah laporan 1893 meiukiskan penduduk

Page 6: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

Indonesia di daarah hsuki

bwikutnya berdasar dua indibb. Perkma, konsurnsi w i n g di Besuki jakh l4bih tinggidi Besuki dibandingkan den* rata-rata Jawa secara umum. Angka resmi 1915 menyebut-

di Besuki atau 17 persen ef;ari Wl termk. Angka ini marupakan yang tertinggi di antara -semua karesidenan Jawa (JaarboekI, 1824: 273-274). Pada 1948 jumtah sapi dan kerbau yang dipotong adalah 66,600 sapi dan 33,100 kerbau atau 13 persen dan 8 persen dad total temak. Di Madura sebagai a k h saw tempat konsumsi daging tertinggi, sapi dan kerbau p n g dipotong hanya 36,700 ekor dan 250 atau sekitar 9 pimen dand 2 petsgn total bmak (Wbm, 1982 154-155).

dalah 250 kilogram, meleldhi Jaw yaw

pwhndingan angka untuk Ehmki Jawa iadalah 244 kilogram dan 175 (&Qomgaard dan Van Eanden, 1990:11&121).

- h tara 1 950-1 954 rata-rata produksi beras

patkan uang tunai bagi kqmrlm lain.

Ungginya biamnya 1987:3; Prestan dan Maine@, 1891:3-5; T i r , 1Q61:111-112).

dan kondii kesebafap, WkJpun tr'qkat b matian $i Besllkl, #an Jaw bsbshda, tiamgak- nya perbedaan y;ngl scfa ff&k b*b*niflkan Warns tahun-tahun mml. 8enm karbkte- ristik semacam hi, pertumbuhan p@nduduk 6esuki yewlg =pat magih dwflkam apabila tingkat kelahiran dl Besuki jauh lebih b r dibndlng Jawa p d a urn--

kan pada pengalman p e W SbWn Tanam Paksa . (1 830-1 %TO), Elson (I 9W:iEE)I) jugs

nya, te- m rungan ini tampaknya bg&nbngern derlgan

Page 7: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

argumen terdahulu yang menekankan standar kehidupan material yang lebih baik di antara pmduduk Besuki. Ada pandangan bahwa kesejahteraan yang meningkat menjadi pen- jelas tingkat kelahiran yang lebih tinggi dan perkawinan lebih awal, yang pada ujungnya menghasilkan periode reproduksi yang lebih panjang bagi kaum wanita untuk mempunyai anak (Dick, Houben, Lindblad, and Thee, 2002:62). Penjelasan yang lebih meyakinkan terhadap tingkat kelahiran yang lebih rendah di Besuki adalah status wilayah ini sebagai daerah tujuan migrasi yang didominasi laki-laki. Karakteristik ini membawa konsekuensi bagi

Besuki berupa jumlah penduduk wanita yang lebih kecil dibandingkan Jawa umumnya. Hal ini diindikasikan oleh rasio seks (jumlah laki- laki per 100 wanita) penduduk Besuki seperti tampak dalam Grafik 3. Rasio seks penduduk Besuki secara umum lebih tinggi dibanding Jawa, dengan perbedaan paling menonjol terjadi pada periode 1905-1930. Bahkan, antara 1920 dan 1930 Besuki secara propor- sional mempunyai penduduk laki-laki lebih besar daripada penduduk perempuan, sebuah fenomena yang tidak pernah terjadi dalam penduduk Jawa pada umumnya.

Graflk 3 Raslo Seks Penduduk Besuki dan Jawa, 1880-1971

Sumber: P. Boorngaard and A.J. Gooszen, Changing Economy in Indonesia, Vol. 11: Population Trends 1795- 1942 (Amsterdam: Royal Tropical Institute. 1991). p. 192; untuk 1961, diolah dari Sensus Penduduk 1961 (Djakarta: Biro Pusat Statistik, 1962), hal. 5, 8; untuk 1971 diolah dari Sensus Penduduk 1971, Serle B.No. 1: Penduduk Dipering Menurut Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya (Angka Sernentara) (Djakarta: Biro Pusat Statistik, 1972)

Grafik 4 memperlihatkan jumlah migran saat tidak ada pekerjaan di lahan pertanian laki-laki lebih besar dibanding perempuan. Hal mereka. Pada saat-saat seperti ini mereka ini sebagian terkait dengan fakta bahwa se- mencari peke rjaan temporer sebagai pekerja jumlah migran berstatus belum kawin. Di perkebunan di Besuki dengan meninggalkan samping itu, cukup jamak pula bahwa migran keluarga dan tentunya tidak menambah angka yang datang ke Besuki, terutarna dari Sume- kelahiran di tempat tujuan migrasi (Onderzoek, nep dan Pamekasan, adalah orang-orang 1911 :Bijlage 2:21; Memori 1978:mi). sudah menikah yang secara musiman pergi

Page 8: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis
Page 9: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

yal laju pertumbuhan penduduk lebih 1 dibanding Jawa. Sekalipun wilayah ini

mempunyai tingkat kematian yang lebih rendah, tidak mungkin ada perbedaan besar dalam laju pertumbuhan penduduk alamiah akhir (net natural growth] antara Besuki dan Java. Faktanya, bahkan selama tahun-tahun normal saat tidak terjadi epidemi, laju per- tumbuhan alamiah akhir di Jawa melebihi Besuki. Dengan pertimbangan ini, jelaslah bahwa pertumbuhan alamiah tidak dapat menjelaskan laju pertumbuhan penduduk Besuki yang pesat. Penjelasan kunci oleh karenanya pastilah terletak pada faktor migrasi.

Besuki lama dikenal sebagai daerah tujuan migrasi. Wilayah ini merupakan salah satu karesidenan Jawa dengan penduduk migran tertinggi (Boomgaard, 1989: 177). Mereka meliputi baik migran permanen maupun musiman. Kategori pertama mencakup orang- orang yang mencari peke rjaan sementara tanpa tujuan menetap. Sebagian besar di antaranya datang dari Madura, mencari ke j a selama beberapa bulan sebagai pekeja di sektor pertanian dan kembali ke tempat asal saat hari raya (Kuntowijoyo, 1980:85). Kategori kedua mencakup mereka yang pindah mencari tempat tinggal baru. Migrasi musiman sering membuka jalan bagi migrasi permanen. Elson memperkirakan bahwa pada abad ke-19 ada sek i r 800-900 migran Madura per tahun yang tidak kembali lagi ke Pulau Madura (Elson, 1994: 12). Diperkirakan fenornena semacam ini terus berlanjut pada abad ke-20, bahkan cenderung meningkat. Resident Neys pada 1929 masih melaporkan arus masuk migran dari Madura ke Besuki (Memori, 1978: ood).

Sampai akhir abad ke-19 sebagian besar migran berasal dari adura. Kecenderungan ini dapat dijelaskan dari perspektif faktortarik (pull factors) maupun faktor dorong (push factors). Ada dua faktor utama yang rnendarong migran Madura. Pertama, miskinnya sumber daya alam untuk menopang kehidupan di Madura karena lahannya yang gersang dan tandus dengan penduduk yang relatif padat. Pulau

Madura sebagian bemr tersusun oleh deposit kapur sehingga sangat sedikit area cocok untuk pertanian (Colijn, 191 1 :43-44). Alasan kedua adalah wajib militer dan layanan keja yang berlebihan yang dibebankan para penguasa Madura (Kuntowijoyo, 1980: 11 7-1 18; De Jonge, 1988:74-75). Dengan kata lain, migrasi orang Madura berfungsi baik sebagai sarana melari- kan diri dari para penguasa yang opresif dan ekspolitatif, serta altematif untuk memperbaiki standar kehidupan material.

Wilayah Oesuki menarik orang Madura untuk datang karena adanya ikatan tradisional terutama antara Bondowoso dan Sumenep. Hubungan erat terbangun sejak abad ke-19 sesudah Bupati Bondowoso mngambil me- nantu seorang pangeran Madura, yang datang dengan membawa para pengikutnya (Winar- sih, 1995:262). Telah ada pula sejumlah migran Madura yang menjadi perintis migrasi sejak era awal Majapahit (Slametmuljana, 1976:51; Kartodirdjo dkk., 1975:260), yang rnembentuk ikatan historis Madura dengan pojok timur Jawa. Selama beberapa abad migran perintis diikuti oleh para kerabat dan tetangga (Elson, 1994: 12). Faktor tarik lainnya berupa perkem- bangan pertanian ekspor baik perkebunan maupun pertanian rakyat, yang menciptankan banyak kesempatan ke j a (De Oewnomiche Toestand, 1 893: 1078; McDonald, 1 980:86-87; De Jonge, 1988:23-24). Wilayah Besuki juga memberi imigran peluang untuk mempunyai lahan pertanian dan pemukimam. Hingga 1930-an Besuki masih dilaporkan mempunyai banyak cadangan hutan dan lahan yang belum diolah van Gelderen, 1961 :127; Boomgaard and Gooszen, 1991 53).

Faktor penting lainnya adalah perkem- bangan jaringan transportasi di Besuki. Meski- pun perbaikan fasiliis angkubn bukanlah satu- satunya faktor, tidak disangsikan bahwa peningkatan a m migrasi mrupakan salah satu pengaruhnya. Perkembangan sarana angkutan tidak hanya membuat mobititas geografi lebih mudah, tetapi juga menekan biaya transportasi secara signifikan. Kedmnya mendorong lebih banyak orang khuslrsnya dari kalangan miskin untuk mencari peluang-

Page 10: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

Nawiyanto - Pertumbuheu, Penduduk Bmdd: K@an DmqpM Histotis

peluang ekonomi di daerah lain. Migrad orang dalam proses pertumbuhsn demgrafis Jawa dari kantong-kantong padat penduduk di Besuki. Migrasi tenrtama domlnan di Jember Jawa Tengah dan Timur ke Besuki dipermudah dan Banyuwangi iempat bertangsungnya dengan pembangumn jaringan kecreta api yang perluasan p r o d w pwtanian baik unhdc pasar menghubungkan Jember dan Banyuwangi, luar negeri maupun dornestik. Persentase yang di buka pada awal abad ke-20 (Ds pendwluk migm dl. Besuki jauh WiR tinggi Emigratie, 1903: 1 549; Kartodirdjo dkk., 1975: dibandingl Jawa m, batdam YPUZ~ t 1 7; Kutoyo, 1 W71f 978:29). Atus rt'rigrrm Jawa brtlnggF d-an h dad 25 persen. juga dirangsang lebih jauh dengm adanya Di B & h misalnya persentase penduduk psrluasan penanaman tembakau di lahan migran hanya 12 p e m darijumlah psnduduk sarwah. Orang Jawa dipandang lebih ber- keseluruhan. Bahkm di Priangan, tempat pengalaman dengan tipe ekologi sawah berlangsungnya pertumbuhan penduduk dlbanding orang Madura yang lebih kental cepat, persentasenya, hanya 3 qertgan tipe ekologi tegalan (Kuntowijoyo, (Pelzer, 1948:259; Wk8.telIhg 4 41980:302-304; Geertz, 1963:28-37). Pere- Secara relatif, Besuki merupakan tujuan W a n pekerja tidak lagi secara eksklusif migrasi terpenting di Sawa kobnfal sdama Qiarahkan pada oran-orang Nladursl, tetapi juga periode kji (Kartodirdjo dkk., 1975: 11 7; Hugo,

-orang Jawa misalnya dari Kediri, Madiun, 1980: 1 060). dan Yogyakarta. an, arus rnig 5 dan 6 mempsrlihatkan bahwa (Memri, 1931 -1 934:33). 0 peranan migrasi sangat penting

Graiik 5 Migran dl KaFeridenan Besuki, 1930 (x 1000)

Page 11: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

NumenkwrP, Vd. 21, No. 2 Junl2089: 174-787

Grafik 6 Perrenbs@ Migmn terhadap Total Penduduk, 1930

Cabtan : Migran mengacu pada migran antar-daerah, y%ng dideRnWkan sebagai pemukim yang thggal datam satu kabupaten saat sensus tetapi tahir di luar kabupaten bersangkutan.

Sumber : Diolah dari W k ~ I l i n g 1930, Vol. 3: lnheemsche BevdWng van Oogt Java (Batinria: Landsd~lkkefij, 1934), Subsidiary Table 3, p. 34; Untuk Jawa dan I n d d , P. Baolrrgaard and AJ. Gowmn, Ghat@@ Economy in I m i a , Vol. 11: Population Trends 17951942 (Amsterdam: Royal T ' l Institute, 1991), hal. 181-182.

Selama 1940-an signifikansi relatii migrasi rnerosot akibat runtuhnya perkebunan. Besuki kehilangan salah satu faktor tarik utamanya untuk dijadikan tujuan migrasi. Kekacauan politik yang muncul sehubungan dengan perang kemerdekaan menghambat arus imigrasi. Wilayah Besuki sering diwarnai ketegangan dan insiden militer antara Belanda dan laskar-laskar Indonesia (Hadi Soewito, 1994:364-407). Daripada mendatangkan imigran, tampaknya kekacauan politik justru mendorong migrasi keluar. Pada 1950-an imigran agaknya kembali mengalir ke Besuki seiring dengan kebangkitan kembali sektor pertanian komersial sampai berlangsungnya nasionalisasi perkebunan asing te jadi pada akhir 1950-an. Akan tetapi pentingnya imigrasi dalam menyumbang pertumbuhan penduduk di Besuki agaknya mulai merosot.

SIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpul-

kan bahwa secara demografis Besuki meng- alami pertumbuhan yang pesat sejak sekitar 1870. Dalam sebagian besar periode kajian (1 870-1 970), pertumbuhan penduduk tahunan wilayah ini lebih besar dibandingkan dengan kecenderungan yang berlaku di Jawa secara makro. Laju pertumbuhan yang pesat terjadi terutama antara 1900 dan 1930, yang dalam sejarah Indonesia kolonial dikenal sebagai periode politik etis. Diuntungkan oleh standar kehidupan material yang lebih baik dan tingkat kematian anak yang lebih rendah sebagai efek arus migrasi dewasa, wilayah Besuki menik- mati angka kematian yang lebih rendah. Ketiga aspek ini, namun demikian, dikontraproduksi oleh migrasi dominan laki-laki dan rasio seks yang lebih tinggi menghasilkan proporsi wanita

Page 12: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

rendeh dibanding Jawa pada umknya. Meskipun faMot keiahiran dan iw33nurunnya angka kernatian mePlyumbarg pada pertum- buhan penduduk, kadua fakb6ll &WA W j&s terlalu kedl untuk mmbuat laju pertumbuhan penduduk Beswki bettkeda haw dm men-

tions in SocialC Madid and D e q a p h i c . S i ~ : O x f d U n i v e r P l t y ~ h a l . 189

ikvolkinp op Jaw cu1 k h w a , Vd. 5k van de Uitkomsten dkr C;ewesrarl~

Page 13: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

Humniora, Vd. 21, No. 2 duni 2009: 1tiClBJ

Dick, Howard, V i i J.H. Houben, J. Thomas Undblad and Thee Kian We. 2002. The Ermergsnce of A National €conomy:An Ecommk H ~ ~ I ~ , 1800-2000. Crows Nest: ASAA In Asmdabn with Allen & Unwin and University Hawcu"i Prcsss.

E h RE. 1984.Jmnea h n t s d the GkmiaI Sugar 1'n&istry: Impact and Change in an EasJmw R d & q 1830-1940. Singapore: Oxford Univenity Pnss, 1984.

. 1 988. "Kerniskinan dan Ksnwlunwan Kaum I)8tanipadaMasaTmPi&sadiklin#9"dalam Anne Booth, William J. O'Malley and Anna \haeMemarm (eds.), Sejwah Ekonomi lndoneok. Jakam LP3ES.

1994. YiUageJava under the Ci&aion System 1830-1870. Sydmvy: Allen and Unwin.

Flu, K. 1929. "Medical Science" dalam L.M.R van Rutten (ed.), Science in the Netherlands East Indies. Amsterdam: De Bussy.

Gardiner, Peter and Mayling Oey. 1987. "Morbidity and Mortality in Java 1880- 1940: The Mdence of the Colonial reports" dalam N o m G. Owen (4.). D e 0 t n c r n d D i n e c x r e i n S o h e a s t ~ : ~ ~ i n SoCMI, Medical and D e ~ a p h i c History. &gapom: Oxford U M l t y Press, hd. 70-90.

Geenz, Clifford. 1963. Agricuhwal I d W : Tha Process o f ~ i c a I ~ i n ~ . ~ ~ of California Press.

Gmum, H. 2000. A Remogruphk History afthe Mmesian Archipelago, 1880- 1942. Sillgapore: [SEAS.

kdayani, Sri Ana. 2006. "Perkemberlgan Katadan Arus ~ P ~ L < e ~ S e b u a h ~ ~ " dalam KGpeduduh, 8, l , hal. 1 1-20.

Hibbs, Hemy H. 1987. Infhnt MortaEtty: ks R s h to Social and Industrial Conditions. New York: Garland PuMihing.

Hortsmann, K. dan W. Rutr, 1980. The Pbpulation D i s t r i i onJavo 1 9 7 1 : A M a p o f ~ Lkwcy by Sub-Districts cmd IU Analysis. Td<yo: ImtWte of Dewloping E c d e s .

Hugo, Gmrne J. 1980. "Population Movements in Indonesia dwingthe Glonid Mn, in J.J. Fox (d.), In8ancsia. TheMQkirrgcifACdcm.Canbeara: Rgsearrh School of Pacific Studies, The Ausbdlan Natiod univesity.

Huitema, H. 1982. Animal in the T w : Its Economic I m p r t u ~ ~ e and fbe&&es. A m i s d m Deptment ofAgicularral RerPeranh.

Kartodirdjo, Savtano. Marwati D and Nugroho Nomwwm, Indone81b. Vol. 2 : J a m &no. Jakamc Pendidikan dan Keb&yzm.

Kartodirdjo, SrMono. Marrvati Dpmed Pods- and N@ Nobotla9nto. 1975. %jaroh NashaI I ~ V d . 5 : J r m a n ~ N o s i o n a l Q n W A&hir HbrdicrM.Jakarta: Dtqxmmm P m

Kebudayaan Kementerian Peneman, 1 953. RgPublik Indonesia:

Propkwi~T imur .S1paba ja .D~

York: CdumMa Univenity. Kutoyo, S. (4.). 197711 978. Sejurd I(ebortgkitanNasSoncd

Daerahjawa T i m u r . m Depammen Pendidilean dan Kebulyaan.

Maddison, Angus. 1989. "Dutch Income in and from Indonesia, 1 700- 1938 dalam Angus Madison and G6 Prince (d.), Economic Growth in Indonesia. Dordrecht: Foris Pubtbtions.

McDonald, P. 1980. 'An Historical Perspective to Population Growth in lndotmh" 1*:Tlie-ldJPCulttss school of Mi studies, The U-, hal. 8 1 -94.

Mellor, J.W. 1966. The Economics of Agricultural D e m w t . I k C d l Universiry Press

Mulkan, Abdul Munir. '1000. ltkrrnMumiDohrmMa~yaakat htani. Yogydkarta: Bsntang.

Nawipto,S.2000."The~ofBesukiinthe 19305 Depressionn dalam f%mr komgwd dan Ian Brown (eds), Weathering the Storm: The Economies of Southeo;Ft Asia in the 1930s Depression. Si-: I S M , hat. 1 60- 1 76.

2005. The Risi~gSunina~neselUcaGanury: Change and the lmpoa ofJapanese Occupatron on AgriwEcurd EcyxKMly a f k u k i Resw 1 942- 1 945. Y-: Galang Press.

Nitisastro, Widjojo 1970. P o p u I ~ T r o d in Indone&. Ithaca. C d l University Press, 1970.

Owen, Norman G. 1987. T i a History of Health in SorffheasLAsiaWdalamNomranG.OwPrr(ed.),DkQth and Disease in Ssutheoat Asia: Exp/or- in Soda/, Medical and D e w Hi-. Si- Word Univenity Press, hal. 3-30.

Pelzer, K.J. 1948. Pioneer Settlement in the Asiatic Tropics: S t ~ i n k r n d U t i t ~ a n d k g i a r l t u r o l ~ in Southeastern Asia. New York: American Q % n p ~ S a u a t y .

, C.M. (d.). 1977. I* stdwwf- on Cihialism and Naciodism, 1830-1 942. St. Luck 'J-or-•

Pep, Bram. 197011975. kmmbuhan hndudukJawa. Jakarta: Bhratara.

Page 14: Pertumbuhan Penduduk Besuki: Kajian Demografis Historis

ambuhan Penduduk BsmH: Kehn CbnmgM HIstorPs

Preston. Samuel H. dan Michael R H a i m 199 1. Fat11 Years: Child Mortality in lute Nineteenth-Century America. Princeton: Princeton Univmi i Press.

Reid, Anthony. 1987. "Low Population Growdr and Its Causes in Pre-Colonial Southeast Asia", Dalam Norman G. Owen (ed.), Death and Disease in Southeast Asic Explorations in Social, Medicd and Demographic History. Singapore: Oxford U n h i t y Press, hat. 33-47.

Reksohadiprodjo, Iso. dan Soedarsono Hadisapoetro, 1 986. "Perubahan Kepadatan Penduduk dan Penghasilan Bahan Makanan (Padi) di Jawa dan Maduta", Dalam Sajogyo and William L Cdlier (eds), Budidaycr Padi dijawa. Jakarta. ~ r a m d i a and Yayasan Obor Indonesia.

Slametmuljana. 1976. A Story of Majupahit. Singapore: Singapore U n i i i t y Press.

Soewito, Irna H.N. Hadi. 1994. Ro&yatjwa Timur Mem- pertahankan Kemerdekaan, Vd. 2 Jakarta: Gtamedii

Team Psmindjau, 1969. Laporan Tocrm knindjau DJRD. - C.R Propnsi Djawa Timur ke Kblimantun Barn 1969. Surabaya: Wmtatht D.RRD. - G.R Ropinsi Djpwa Timu:

'12rtnd<eJ, J. 1963. "De W k i q p p d d i q der f b s k h k Besoeki in 1930". Tijdschrift van het KbninWijke

N e d e m whkdig GenootsdKlp, 80 (I 963) hat. 309123.

Tim Cidesindo, 1999. Meqguntig L@ran Seproh.Jakarm PuStakaCM<jslndo.

Timmer, Maarten. 196 1. ChiM Mortality and Population Ressure in the D.l.jogjakarta,jm, Indonesia: A Social- Medical Study. Rotterdam: BFonder.

Van der Eng, Pierre. 2002. "Bridging a Gap: A Recormmdon of Population Patterns in Indonesia, 1930-6 1 ", Asian Studies Review 26,4 (2002). hat. 487-509.

Van GeMeren, J. 196 1. "The Economics of the Tropical Colony", Dalam W.F. Wertheim dkk., (eds.). Indonesian Economics: The Conapt of Dualism in The0ryandrtrlicy.-FbptTropical Insthte.

Von Raemer, L.S.A.M. 192 1 . Historical Sketches: An l n t r o d ~ to the Fourth thpss #the Far Eastern AssocMtion of Tiopid Medicines. Batavla: Jawsche Boekhandelen-j.

Wwtbim. W.F. 1950. E@cts of Western Gviiimtion on Indonesian Societ)t New York: Institute of Pacific Relations.

Wertheim, W.F. 1956. Indonesian Society in Tmnsition: A Studj ofW Chge. B a n d w W. van hem.