Upload
lamnhu
View
222
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
1
PERTUMBUHAN PRODUKTIVITAS PADI DAN KONTRIBUSINYA
TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
PROPINSI JAWA TIMUR
(GROWTH OF RICE PRODUCTIVITY AND ITS CONTRIBUTION
ON PRODUCT DOMESTIC REGIONAL BRUTO
OF EAST JAVA PROVINCE)
Oleh:
Syamsul Hadi dan Achmad Budisusetyo)*
*) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengetahui tingkat produktivitas pertanian
tanaman pangan padi di Jawa Timur selama sepuluh tahun terakhir (2) faktor-faktor
penyebabnya, (3) kontribusi sektor pertanian khususnya tanaman pangan di Jawa Timur
terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Jatim. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan evaluasi Summatif. Pelaksanaan
penelitian ini berlokasi di beberapa kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang ditentukan
dengan cara purposive sampling atau multistage sampling, meliputi Kabupaten Jember,
Banyuwangi, Lumajang, Bondowoso, Pasuruan, Malang dan Tuban. Polulasi dalam
penelitian ini terdiri atas petani, kelompok tani, kepala desa, tokoh masyarakat, PPL, Mantri
Tani, P3A/HIPPA, organisasi non pemerintah dan stake holders lainnya ditentukan secara
purposive sampling dan convenience sampling. Alat analisis regresi yang digunakan adalah
regresi non linier eksponensiil untuk mengetahui produktivitas, fungsi Coob-Douglass untuk
mengetahui faktor yang berpengaruh dan cara matematis untuk mengetahui konstribusi
tanaman pangan terhadap PDRB.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pertumbuhan produktivitas padi di Jawa Timur
cenderung mengalami fluktuasi dengan kondisi cukup mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu : Keterbatasan modal yang dimiliki, tingkat keterampilan,
pendidikan dan penerapan teknologi relatif rendah, harga-harga input semakin mahal,
penggunaan pupuk dan pestisida melebihi anjuran (tidak efisien), serangan penyakit yang luar
biasa (eksplosif), kinerja PPL kurang baik, tata guna air kurang efektif serta pengelolaan hama
terpadu kurang sinbergis antar stake holders. Sementara itu. pertumbuhan tanaman pangan
dan kontribusinya terhadap PDRB Jawa Timur maupun PDB Nasional periode tahun 2000
sampai dengan tahun 2006 secara absolut terus mengalami kenaikan dengan laju
pertumbuhan cenderung meningkat kecuali menurun drastis pada tahun 2006, namun
kontribusinya secara relatif terus mengalami penurunan secara perlahan sampai dengan tahun
2005 dan menurun drastis pada tahun 2006. Pada periode yang sama kontribusi sektor lainnya
(industri pengolahan, kontribusi, perhotelan, dan restouran) meningkat secara signifikan
dengan laju pertumbuhan di atas sektor pertanian.
Keywords: Produktivitas padi, produk domistic regional bruto (PDRB), dan kelembagaan
pertanian.
ABSTRACT
The aim of this study to know: (1) level of rice crop productivity in East java province
in 10 years latest, (2) the factors that influenced them, and (3) contribution of agriculture
sector especially the crop in East Java on PDRB of East Java. The method that use in this
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
2
study was survey method need sumative evaluation and purposive randomly sampling
(multistage sumpling). This study was conducted in many region in East Java Province
consist of: Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Pasuruan, Malang, and Tuban. Regression
analysis was use in this study was exponential non linier regression to know productivity.
Whereas Cobb-Douglass funtion to know the factors that influenced and matematical to
know the contribution of crop on PDRB. Population vareable of study consist of farmer,
farmer crop, chief of village, key person, Extension Field Agriculture (PPL), Manteri Tani,
P3A or HPPA, NGO, and other stakeholder was samplied by a purposive and convienience
sampling.
Study result showed that the growth of rice productivity in East Java trend to
fluctuated and its condition was bad. That is due to some factors that were a limitation of
modal that owned, level of skill, education and technology applied was relatively low, a price
of input was increased (expensive) fertilizer aoolied were overdosage (not efficient), the
disease attack and pesticide was axplosive, PPL-work was low, water-use was not effective
and integrated pest management was not sinergy among stake-holders. The growth of crop
sector and its contribution on PDRB of East Java and National Bruto increase by increasing uf
its growth, but decrease in late of 2006. White its contribution was relatively accrease until
2005 and drastically decrease in 2006.
Keywords: Productivity of rice, product domistic regional bruto (PDRB), and infrastrukcture
of farmer.
PENDAHULUAN
Setelah menghadapi krisis tahun 1998 – 1999, pada saat ini sector pertanian telah
berada pada fase percepatan pertumbuhan walaupun sempat mengalami pertumbuhan negatif
0.16%. Salah satu tantangan ke depan adalah bagaimana mempertahankan momentum
pertumbuhan tersebut. Di balik berbagai keberhasilan yang telah dicapai pembangunan
pertanian ke depan masih dihadapkan kepada masalah – masalah kesejahteraan petani,
kemiskinan, pengangguran, ancaman terhadap ketahanan pangan, infrastruktur pertanian yang
kurang mendapatkan perhatian, nilai produk relatif rendah (bulky), investasi yang relative
rendah, akses pasar yang masih lemah dan lain sebagainya.
Sektor pertanian telah dan terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional
melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan
dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyedian lapangan kerja dan peningkatan
pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sector pertanian juga memiliki kontribusi
yang tidak langsung berupa efek pengganda (multiplieffect), yaitu keterkaitan input – ouput
antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relative besar sehingga
sector pertanian layak dijadikan sebagai sector andalan dalam pembangunan ekonomi
nasional, oleh karena itu sangatlah tepat bila salah satu agenda pembangunan ekonomi dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah Revitalisasi Pertanian.
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
3
Manajemen Pembangunan pertanian merupakan tugas dan kewenangan pemerintah
pusat, propinsi dan daerah. Penjabaran program pembangunan pertanian dirumuskan sesuai
dengan kewenangan pemerintah baik pusat maupun daerah dengan memperhatikan program –
program sector lainnya yang dapat mendorong pembangunan sector pertanian. Manajemen
dimaksud adalah merupakan penguatan bagi upaya pengentasan kemiskinan, mengurangi
angka pengangguran dan mengurangi tingkat kerawanan pangan yang saat ini terindikasikan
adanya ketidaktahanan pangan bagi sebagian besar penduduk akibat daya beli masyarakat
relatif melemah, produktifitas produksi bahan pangan cenderung merosot dan buruknya
manajemen usahatani khususnya produktivitas padi.
Ketahanan pangan beras sebagai bahan makanan pokok bangsa Indonesia terutama di
Propinsi Jawa Timur adalah mensyaratkan ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh
penduduk dan kemampuan setiap rumah tangga memperoleh pangan yang cukup dari hari ke
hari. Ketersediaan pangan beras yang cukup di tingkat wilayah belum menjamin kecukupan
pangan di tingkat rumah tangga. Oleh sebab itu kelancaran distribusi pangan sampai wilayah
permukiman serta daya jangkau fisik dan ekonomi rumah tangga terhadap pangan beras
merupakan dua hal yang sama pentingnya. Bagi sekitar 65,6 persen penduduk Jawa Timur
dari seluruh jumlah penduduk (37.478.737 jiwa) pada tahun 2006 yang bermukim di
pedesaan, sebagian besar kebutuhan pangan beras dipenuhi dari produksi setempat. Gangguan
terhadap proses produksi dan kelancaran distribusi produksi akan berpotensi memicu
kekurangan pangan. Kalaupun kekurangan pangan dapat dipenuhi dari daerah lain, belum
tentu masyarakat mampu menjangkaunya mengingat kegagalan produksi berdampak pada
penurunan pendapatan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan tentang
produktivitas padi di Jawa Timur berikut dampak sosial ekonominya sebagai berikut :
a. Seberapa besar tingkat produktivitas padi tanaman pangan di Jawa Timur dalam upaya
meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani dalam sepuluh tahun terakhir
dan apa saja faktor penyebabnya ?
b. Seberapa besar kontribusi sektor pertanian khususnya tanaman pangan di Jawa Timur
terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB)?
Adapun secara terperinci tujuan penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tingkat produktivitas pertanian tanaman pangan padi di Jawa Timur
dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani selama sepuluh
tahun terakhir dan faktor-faktor penyebabnya.
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
4
b. Untuk melihat kontribusi sektor pertanian khususnya tanaman pangan di Jawa Timur
terhadap pembentukan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Jatim.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dan evaluasi
Summatif (Singarimbun, 1987) atau action research (Formatif) (Nazir, 1985). Dipilihnya
metode ini atas dasar pertimbangan bahwa obyek penelitian adalah sebuah kebijakan
pemerintah di bidang pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan beras yang sedang dan
telah berlangsung. Hasil kajian ini ingin mengungkap bahwa sejauh mana tingkat
produktivitas padi selama beberapa tahun terakhir ini beserta beberapa faktor penyebabnya
dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani dan penguatan ketahanan pangan
dengan mencari reward untuk mempebaiki atau menemukan kebijakan dimasa yang akan
datang.
Adapun lokasi penelitian ini telah dilaksanakan di beberapa kabupaten di Propinsi Jawa
Timur. Penetapan lokasi penelitian ini ditentukan dengan cara purposive sampling atau
multistage sampling atas pertimbangan bahwa di daerah itu menjadi sentra produksi tanaman
padi bahkan menjadi produk unggulan, namun tingkat produktivitas relatif rendah atau lebih
rendah daripada rata-rata Propinsi Jawa Timur. Kabupaten sampel tersebut merupakan daerah
basis (memiliki nilai Location Quotients (LQ) lebih dari 1) dengan maksud selain dapat
memenuhi kebutuhan lokal, juga dapat men-supply daerah lain. Adapun Kabupaten yang
dimaksud melaiputi Kabupaten Jember, Banyuwangi, Lumajang, Bondowoso, Pasuruan,
Malang dan Tuban. Selanjutnya ditentukan wilayah kecamatan sampel yang merupakan
sentra produksi padi namun tingkat produktivitasnya relatif rendah. Demikian pula di
kecamatan sampel ditentukan satu desa sampel yang memiliki karakteristik komoditi padi
yang sama dengan tingkatan daerah di atasnya.
Jenis polulasi dalam penelitian ini terdiri atas beberapa macam, yaitu : petani,
kelompok tani, kepala desa, tokoh masyarakat, PPL, Mantri Tani, P3A/HIPPA, organisasi non
pemerintah dan stake holders lainnya ditentukan secara purposive sampling dan convenience
sampling dengan jumlah dan jenis sampel sesuai sesuai yang dibutuhkan (Wuisman, 1991).
Khusus sampel petani maka setiap desa minimal 20 orang secara simpel random sampling
atau insidental sampling atau quota sampling, sedangkan jumlah untuk jenis sampel lainnya
ditentukan secara purposive sampling dengan jatah seimbang. Adapun berdasarkan
sumbernya bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan gabungan beberapa teknik yang saling melengkapi
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
5
yang meliputi Rapid Rural Apprasial (RRA), Focus Group Discussion (FGD), Indept
Interview dan Survey. Sedangkan untuk data sekunder diambil dari instansi yang terkait
dengan penelitian ini.
Guna menjawab Pertumbuhan Produktivitas tanaman padi alat analisis regresi non
linier eksponensiil dan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas tanaman padi, maka dianalisis dengan Fungsi Cobb-Douglass. Sementara itu
untuk melihat kontribusi produksi tanaman pangan terhadap pembentukan Produk Domestik
Regional Brutto (PDRB) Jatim dan PDB Nasional, maka dianalisis dengan cara matematis
(persentase).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tingkat Produktivitas Padi
Usaha di bidang pertanian adalah merupakan usaha yang penuh dengan ketidakpastian
(uncertainty) dan penuh dengan resiko (risk). Usaha pertanian sangat tergantung kepada alam
seperti iklim yang berlaku, cuaca, agroklimat dan faktor alam lainnya seperti bencana alam.
Selain itu usaha di bidang pertanian sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh lahan (tingkat
kesuburan tanah), modal, manajemen dan teknologi yang diterapkan, permintaan pasar (selera
dan kebutuhan pokok masyarakat) serta kebijakan pemerintah (publik). Pengaruh tidak
langsung juga dapat mempengaruhi terhadap output yang dihasilkan yaitu diantaranya
persepsi petani dan daya estimasi terhadap harga produk serta tradisi lokal dan tingkat
pendidikan dan keterampilan petani.
Secara umum luas tanam, luas panen, produksi dan produktivitas pertanian tanaman
pangan padi di Jawa timur menunjukkan fluktuasi yang mencapai pada titik cukup
mengkuatirkan. Jawa Timur yang selama beberapa dekade tahun terkahir selalu menjadi
lumbung (stok) pangan beras nasional bersama-sama dengan Propinsi Nusa Tenggara Barat
telah melakukan berbagai upaya-upaya strategis minimal untuk mempertahakan predikat
nasional tersebut melalui berbagai program-program yang langsung menyentuh pada
persoalan utama dengan diawali oleh sebuah kajian-kajian.
Stokc beras dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan secara signifikan
yaitu rata-rata 40%, padahal kebutuhan untuk konsumsi selalu mengalami peningkatan dan
produksi beras relatif stabil. Kondisi ini menujukkan bahwa luas tanam dan produktivitas padi
mengalami penurunan sampai mencapai 4.72 ton/ha pada tahun 2006 dari 4.88 ton/ha pada
tahun 2002. Walaupun di sisi lain luas tanam dan produksinya meningkat pada tahun yang
sama yaitu masing-masing 556.680.7 ha dan 2.625.092.8 ton. Lahirnya Inpres No. 2 Tahun
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
6
2005 tentang kebijakan perberasan berikut penyempurnaannya ternyata belum menjamin
terhadap tersedianya stok pangan beras nasional dan daerah. Adapun tujuan kebijakan
perberasaan tersebut adalah meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan ketahanan
pangan dan pengembangan ekonomi pedesaan. Perumusan Inpres ini melalui proses yang
cukup panjang dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stake holders) dari kalangan
pemerintahan, BUMN, wakil petani, dan wakil dari pelaku agribisnis perberasan. Secara
teknis konsep mengenai Inpres ini telah di bahas di Dewan Ketahanan Pangan dan di Kantor
Menko Bidang Perekonomian. Secara politis, Inpres mengenai kebijakan perberasan ini telah
diputuskan di dalam sidang Kabinet Indonesia Bersatu.
Namun Walaupun demikian menurut data statistik diketahui bahwa pada tahun 2005
Indonesia telah mengimpor beras sebanyak 122 juta ton dan hanya mengekspor beras
sebanyak 84 juta ton atau dengan kata lain bahwa neraca perdagangan beras mencapai – 38
juta ton. Dengan kata lain bahwa ancaman terhadap kerawanan pangan nasional cukup besar
dalam posisi laju pertumbuhan penduduk semakin meningkat dan tidak disertai dengan
kampanye terhadap pentingnya diversifiaksi pangan kepada masyarakat untuk menghindari
gizi buruk.
Diduga banyak faktor yang menyebabkan semakin turunnya tingkat produktivitas
padi di Jawa Timur. Dengan mengambil sampel lokasi Kabupaten sampel, maka dapat
diungkap bahwa beberapa faktor yang diduga kuat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas
padi antara lain harga-harga sarana produksi mahal walaupun pernah disertai harga output
tinggi, terbatasnya modal usaha sehingga akses modal yang dilakukan bukan hanya tujuan
memperkuat modal usahatani, tetapi juga untuk maksud konsumsi. Lemahnya daya beli
masyarakat terhadap kebutuhan pokok dan sarana produksi akibat inflasi tidak terkendali
mendorong kurang intensifnya tanaman padi yang diusahakan dan pada gilirannya akan
mengakibatkan rendahnya produksi dan produktivitas yang dihasilkan.
Pada dasarnya petani sangat terbuka terhadap inovasi teknologi serta mampu
memproduksi padi sesuai permintaan, hanya saja mereka butuh kepastian atau jaminan
pembelian. Pada tahun 2008, jumlah penduduk Jatim diperkirakan akan menjadi sekitar 36,7
juta jiwa dan tahun 2010 menjadi sekitar 38 juta jiwa. Tetapi, luas areal pertanian setiap tahun
semakin menyempit, dan sekarang areal sawah sekitar 1,2 juta hektar, lahan kering 3,3 juta
hektar, dan lahan lainnya 64.744 hektar. Penyusutan lahan pertanian antara lain karena
adanya alih fungsi lahan sekitar 5.000 hingga 10.000 hektar akibat menurunnya produktivitas
pertanian. Menyangkut pengembangan sektor tanaman pangan khususnya beras, diperlukan
terobosan untuk mempertemukan kepentingan dari berbagai unsur masyarakat.
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
7
Saat ini terdapat kendala dalam peningkatan peran sektor pertanian, khususnya
tanaman pangan padi. Yakni kultur tanam petani sudah terbentuk dan penanganan panen serta
pascapanen cukup sulit diarahkan pada suatu pola produksi sesuai dengan permintaan pasar.
Selain itu, sektor keuangan dan distribusi belum menunjang peningkatan daya saing produk
tanaman pangan dan hortikultura. Ironisnya lagi, harga jual produk kompetitor lebih murah
dengan kualitas lebih baik dan bisa memenuhi keinginan konsumen. Oleh karena itu,
pemerintah propinsi tetap memprioritaskan alokasi anggaran pembangunan untuk sektor
pertanian karena sektor ini masih sangat signifikan peranannya bagi perekonomian Jatim.
Selain itu, sebagian besar masyarakat Jatim mata pencarian hidupnya juga banyak
berkecimpung di sektor pertanian yang banyak memberikan peluang kerja.
Berdasarkan Inpres No 2 tahun 2005 di atas, Pemerintah propinsi Jawa Timur
berupaya agar ketersediaan pangan padi dapat selalu memenuhi kebutuhan penduduk yang
sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
perdesaan. Berbagai cara yang dilakukan untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut dengan
mengoptimalkan sumberdaya lokal yang dipadukan dengan inovasi teknologi pertanian.
Proses pengelolaan usahatani padi di Jawa Timur cukup bervariatif di beberapa daerah
sehingga hal ini juga akan berimplikasi pada output yang dihasilkan. Untuk mengetahui
perkembangan kondisi produksi dan produktivitas padi di Jawa Timur selama lima tahun
terkahir dan estimasi lima tahun ke depan, maka berikut ini disajikan data pada tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Jawa Timur Selama
2002 – 2011
Tahun Luas Panen (hektar) Produksi (Kw) Produktivitas (Kw/Ha)
2002 53218,7 2698749 50,71
2003 53978,5 2899780 53,72
2004 53697 2863212 53,32
2005 54087,6 2822310 52,18
2006 46076,4 2392202 51,92
2007 47959 2528081 52,71
2008 45262 2336794 51,63
2009 42517 2184400 51,38
2010 39994 2053389 51,34
2011 39080 1992581 50,99
Sumber : Data Sekunder Diolah Tahun 2007
Tabel 1 di atas tampak bahwa selama lima tahun terakhir ada tren kecenderungan luas
panen, produksi dan produktivitas padi di Jawa Timur menurun secara pelan-pelan.
Dikuatirkan lima tahun ke depan bila diproyeksikan dengan tren eksponensial maka
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
8
produktivitas padi akan menurun drastis walaupun pada tahun 2007 sempat mengalami
peningkatan cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain karena sering
terjadi konvensi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan industri ataupun permukiman. Atau
ada kecenderungan petani mengalihkan usahataninya dari padi kepada tanaman palawija yang
dinilai secara ekonomis lebih menguntungkan terutama pada musim hujan II dan musim
Kemarau. Fenomena tersebut dapat digambarkan dari hasil uji regresi non linier eksponensial
secara metematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Ŷ = 1.678X4.73
Artinya semakin luas lahan yang dipanen sebesar 1%, maka produktivitas padi akan semakin
meningkat sebesar 4.73% pada taraf nyata 5% dan sebaliknya. Akan tetapi fenomena yang
terjadi secara empiris justru luas panen padi semakin menurun sehingga tingkat
produktivitasnya juga cenderung semakin rendah. Secara lebih jelas mengenai perkembangan
produktivitas padi di jawa Timur selama periode 2002 – 2011 tampak pada Gambar 1.
Produktivitas Padi
50,5
51
51,5
52
52,5
53
53,5
54
2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012
Produktivitas Padi
Gambar 1. Pertumbuhan Produktivitas Padi Jawa Timur Periode 2002 – 2011
Naik turunnya tingkat produksi dan produktivitas padi di Jawa Timur selain
dipengaruhi oleh faktor ekstern lingkungan petani, juga sangat dipengaruhi oleh faktor intern.
Kepemilikan modal, tingkat pengetahuan, pengalaman, tingkat petani, teknologi yang
diterapkan, kinerja petugas pertanian lapangan, harga input, harga ouput, hama & penyakit
dan pengairan (pemeliharaan) merupakan diantara faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas padi. Oleh karena itu guna mengetahui determinasi faktor-faktor tersebut, maka
dilakukan identifikasi data primer di lapangan melalui berbagai teknik pengumpulan data.
Lokasi sampel ditentukan secara purposive sampling berdasarkan rata-rata jumlah luas panen
tertinggi namun produktivitasnya lebih rendah daripada rata-rata Jawa Timur sebagaimana
yang tampak pada Tabel 2.
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
9
Tabel 2. Luas Panen Produktivitas dan Produksi Per Sub Round Komoditas Padi dan Palawija
Tahun 2006 di Jawa Timur
No.
Kabupaten/Kota
Komoditas Padi
Januari – Desember 2006
Luas Panen
( Ha )
Produktivitas
( Ku/Ha )
Produksi
( Ton )
1 Pacitan 30185 40.78 123083
2 Ponorogo 54807 62.64 343320
3 Trenggalek 23752 49.12 116673
4 Tulungagung 40678 54.41 221337
5 Blitar 48361 54.26 262390
6 Kediri 56767 55.58 315512
7 Malang 67911 54.10 367424
8 Lumajang 62713 48.52 304270
9 Jember 139453 51.33 715879
10 Banyuwangi 109379 56.77 620973
11 Bondowoso 52216 47.10 245929
12 Situbondo 35202 52.69 185473
13 Probolinggo 52124 46.16 240603
14 Pasuruan 72546 57.77 419083
15 Sidoarjo 28500 55.08 156974
16 Mojokerto 44623 57.86 258167
17 Jombang 61689 53.04 327209
18 Nganjuk 69393 53.44 370851
19 Madiun 59486 55.29 328897
20 Magetan 38993 55.05 214666
21 Ngawi 102903 54.85 564403
22 Bojonegoro 109593 55.96 613161
23 Tuban 73104 53.06 387864
24 Lamongan 127758 55.43 708142
25 Gresik 53550 56.48 302435
26 Bangkalan 41140 44.60 183497
27 Sampang 31148 49.38 153818
28 Pamekasan 21744 38.90 84585
29 Sumenep 24695 51.81 127937
30 Kota Kediri 1574 47.41 7462
31 Kota Blitar 1871 54.30 10160
32 Kota Malang 2279 45.41 10350
33 Kota Probolinggo 2208 47.87 10569
34 Kota Pasuruan 2739 55.40 15175
35 Kota Mojokerto 889 53.27 4736
36 Kota Madiun 2470 46.51 11489
37 Kota Surabaya 1448 50.55 7319
38 Kota Batu 1012 50.71 5132
JUMLAH 1750903 53.380 9346947
Rata-rata 46076.39
51.91816
245972.3
Sumber : Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur, Tahun 2006
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
10
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat produktivitas padi di Jawa Timur
relatif rendah dan cenderung menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Contoh
kasus misalnya kondisi luas panen padi paling tinggi di Jawa Timur terjadi di Kabupaten
Jember yaitu seluas 139.453 ha, namun tingkat produktivitasnya (51.33 Ku/ha) lebih rendah
daripada rata-rata propinsi (51.92 Ku/ha). Banyak faktor intern dan ekstern yang berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya produktivitas padi di Jawa Timur dan untuk menggambarkan
kondisi tersebut maka Kabupaten Jember ditentukan sebagai sampel.
Pada tahun 2006 luas tanam padi di Kabupaten Jember mencapai 143.207 ha dengan
luas panen 139.453 ha dan merupakan tanaman padi terluas di Jawa Timur. Adapun produksi
dan produktivitasnya masing-masing sebanyak 715.879 ton dan 5.13 ton/ha dan tergolong
lebih rendah daripada rata-rata propinsi. Bahkan peringkat pertama diduduki Kabupaten
Jombang dengan capaian 6.63 ton/ha walaupun luas panen jauh lebih sempit daripada
Kabupaten Jember. Namun demikian luas panen, produksi dan produktivitas di Kabupaten
Jember pada tahun tersebut pada dasarnya dalam kondisi menurun dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Apabila dibandingkan antara luas tanam dan luas panen mengandung makna
bahwa telah terjadi kegagalan panen yang luar biasa. Beberapa penyebabnya antara lain
adanya serangan hama dan penyakit yang terkadang bersifat eksplosif. Tikus, Keong mas dan
kekeringan adalah diantara faktor penyebab munculnya perbedaan antara luas tanam dan luas
panen serta semakin turunnya tingkat produktivitas padi.
Sementara itu, keterbatasan modal, minimnya pengetahuan dan manajemen petani
padi juga sangat mempengaruhi terhadap produktivitas. Motivasi petani dalam berusahatani
padi sebenarnya cukup kuat, akan tetapi tidak didorong oleh iklim usaha yang kondusif bagi
perkembangan usaha tersebut. Dicabutnya subsidi pupuk oleh pemerintah memaksa petani
untuk survive dan exist dalam melangsungkan kegiatannya secara turun menurun tanpa diberi
nilai tambah atas penguatan dirinya. Penetapan harga dasar gabah kering sawah dan kiring
giling secara empiris tidak menjadikan petani lebih sejahtera. Sebab sejatinya kebijakan
pemerintah tidak disertai oleh kebutuhan petani secara hakiki.
Walaupun pemerintah menaikkan tarif harga dasar gabah, namun proteksi pasar belum
dijalankan secara serius sehingga petani seolah berjalan tanpa induk dan seringkali menjadi
korban permainan spekulan (medlemen). Jargon-jargon yang pada era Orde Baru cukup
efektif dalam upaya peningkatan kesejahteran petani, pada era ini tidak muncul lagi.
Stimulan-stimulan yang pernah diterapkan pemerintah orde baru untuk memotivasi petani
guna lebih meningkatkan usahataninya, pada era reformasi ini hampir tidak ditemukan lagi
oleh masyarakat petani. Guna mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
11
produktivitas padi di Kabupaten Jawa Timur, maka telah dilakukan analisis Fungsi Cobb-
Douglass dengan hasil sebagaimana yang disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Produktivitas Padi
Jawa Timur
Variabel Independent
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients t
Sig.
B Std.
Error Beta
(Constant) -9.117 12.128 -.752 .486
x_1 (Modal) -.020 .110 -.035 -.178 .865
x_2 (Ketrampilan) -.057 .055 -.077 -1.041 .345
x_3 (Pendidikan) .001 .054 .002 .023 .983
x_4 (Teknologi) .046 .069 .058 .659 .539
x_5 (Harga input) -.437 .551 -.084 -.793 .464
x_6 (Pengalaman) .001 .046 .001 .019 .986
x_7 (Harga Output) 2.565 1.499 .117 1.711* .148
x_8 (Pupuk Urea) -.054 .410 -.108 -.130 .901
x_9 (Pupuk ZA) .002 .055 .019 .034 .974
x_10 (Pupuk KCl) .001 .013 .012 .082 .938
x_11 (Pupuk TSP) .093 .050 1.040 1.855* .123
x_12 (Pupuk NPK) .088 .056 .507 1.589* .173
x_13 (Pestisida) -.007 .005 -.103 -1.437* .210
x_14 (Hama Penyakit) -.022 .077 -.023 -.283 .789
x_15 (Kinerja PPL) .018 .090 .022 .201 .849
x_16 (Pengairan) .014 .478 .028 .029 .978
x_17 (P.Hama
Terpadu) .077 .079 .075 .975 .374
Keterangan :
F Hitung 28.738 F tabel (5%) 2.98 *) Signifikan pada taraf nyata 5%
R Square 0.99 R Adjusted 0.955
T tabel (5%) 1.33
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa secara simultan bahwa seluruh variabel bebas
dalam model berpengaruh nyata terhadap tinggi rendahnya produktivitas padi di Jawa Timur.
Hal ini ditunjukkan bahwa nilai F hitung (28.738) lebih besar daripada F tabel (2.98) pada
taraf nyata 5%. Determinasi terhadap beberapa faktor tersebut cukup tinggi yaitu mencapai R
Adjusted 0.955, artinya sebesar 95.5% produktivitas padi Jawa Timur dipengaruhi oleh 17
variabel bebas, sedangkan selebihnya dipengaruhi faktor lain di luar model. Sementara itu
secara parsial menunjukkan tingkat signifikansi yang berbeda pada setiap variabel bebas hasil
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
12
uji t melalui penggunaan analisis fungsi Cobb Douglass pada taraf nyata 5% sebagaimana
uraian sebagai berikut.
Modal sebenarnya sangat menentukan terhadap tingkat keberhasilan usahatani padi
dengan konsep bahwa semakin banyak modal yang dikuasi petani maka ada kecenderungan
petani akan menggunakan dana tersebut untuk mengalokasikan input sebanyak-banyaknya
dengan sebuah keyakinan bahwa hasil produksi akan selalu meningkat seiring dengan
meningkatnya kebutuhan keluarga. Ternyata dengan memaksimumkan penggunaan input dan
tidak memperhatikan tingkat efesiensinya maka justru yang dilami adalah hasil produksi dan
produktivitas semakin menurun. Karena dengan kondisi sudah tidak efisien tersebut dan tetap
dilakukan penggunaan input maka dapat terjadi The Law of Deminishing Return.
Demikian pula faktor skill manajemen atau keterampilan yang dimiliki petani pada
kasus ini menyebabkan fenomena sebaliknya atau bertentangan dengan teori. Semakin kuat
keterampilan yang dimiliki petani, maka produktivitas padi akan semakin menurun dengan
asumsi vareabel lain dalam model tidak berubah. Hal ini juga dapat terjadi karena disebabkan
oleh terbatasnya jumlah sampel dan tanda koefisien regresi tersebut akan dapat berubah
menjadi positif (sejalan dengan teori) apabila jumlah sampelnya bertambah lebih banyak.
Tingkat keterampilan dimaksud diukur dengan menghitung berapa kali petani pernah
mengikuti kegiatan penyuluhan yang pernah dilaksanakan. Ternyata petani sampel menjawab
sebagain tidak pernah mengikuti dan sebagian lainnya pernah mengikuti dengan frekuensi 1 –
4 kali selama dua tahun terakhir.
Begitu pula faktor tingkat pendidikan petani, pengalaman dan teknologi yang
diterapkan berpengaruh positif terhadap tingkat produktivitas padi walaupun belum
signifikan. Faktor harga output berpengaruh positif terhadap produktivitas padi secara
signifikan pada taraf nayat 5%. Fenomena ini secara empiris sesuai dengan teoritis karena
semakin tinggi harga output, maka petani semakin terdorong untuk mengelola usahataninya
secara lebih intensif agar dapat memaksimalkan produksi. Selanjutnya harga input
berpengaruh negatif pada produktivitas padi yang juga dapat dijelaskan bahwa semakin mahal
harga-harga input maka ada kecenderungan jumlah produksi dan produktivitas akan semaki
menurun. Kondisi ini dapat terjadi karena tingginya harga input per satuan dapat berimplikasi
terhadap pengurangan jumlah (volume) input terhadap per satuan luas lahan garapan. Bahkan
dalam kondisi tertentu volume tersebut dapat lebih rendah daripada anjuran, kecuali petani
dengan mudah mengakses modal dari lembaga keuangan ataupun kepada perorangan.
Walaupun non signifikan, penggunaan pupuk urea oleh petani padi dapat berpengaruh
negatif kepada tingkat produktivitas padi. Artinya semakin banyak petani menggunakan
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
13
jumlah pupuk urea, maka produktivtas padi justru menurun atau terjadi decreshing return to
scale. Hal ini dapat dijustifikasi bahwa penggunaan input pupuk urea sudah tidak efisien lagi
secara teknis karena berada pada daerah irrasional (daerah III) dimana elastisitas produksinya
lebih kecil daripada nol. Sehingga apabilla ditambah terus, maka justru terjadi penurunan
produktivitasnya karena tanah sudah dalam kondisi jenuh. Selain itu penggunaan pupuk ZA,
KCl, TSP dan NPK berpengaruh positif terhadap produktivitas padi, namun ZA dan KCL non
signifikan. Keempat jenis pupuk tersebut berada dalam daerah II (rasional) karena
penggunaanya sudah efisien sehingga penambahan input pupuk tersebut maka tingkat
produktivitas padi tidak akan naik kembali dan apabila dilakukan penambahan kembali maka
justru akan menurunkan produktivitasnya. Hal ini disebabkan karena elastisitas produksinya
berada antara 0 – 1 atau sudah tergolong efisien secara teknik. Adapun penggunaan pestisida
atau obat-obatan sudah melampui ambang batas maksimal hal ini ditunjukkan karena
elastisitas produksinya bertanda negatif atau dengan kata lain penggunaan input tersebut
sudah tidak efisien secara teknis terlebih secara ekonomis. Demikian pula kinerja PPL masih
kurang berpengaruh nyata terhadap tingkat produktivitas padi. Menurut penilaian beberapa
pihak bahwa selama beberapa tahun terkahir ini kinerja PPL di lapangan tampak semakin
merosot. Petani merasa kesulitan pada saat berhadapan dengan persoalan usahataninya dan
merasa bingung kepada siapa untuk berkonsultasi.
Faktor serangan hama penyakit secara eksposif di daerah sampel penelitian juga dapat
berpengaruh negatif bagi tinggi rendahnya tingkat produktivitas padi. Semakin banyak
serangan hama penyakit maka akan terjadi penurunan produktivitas dan sebaliknya. Adapun
serangan hama padi di daerah sampel antara lain keong mas, tikus, ulat daun dan batang.
Selain itu, pengelolaan hama terpadu juga masih belum signifikan berpengaruh terhadap
produktivitas padi. Hal ini disebabkan karena sistem dan pola pengelolaan masih jauh dari
harapan sehingga berlangsung kurang efektif.
Jaringan irigasi sangat menentukan tingkat keberhasilan usahatani padi karena
semakin baik kondisi jaringan irigasi maka ketersediaan air bagi kebutuhan tanaman akan
semakin baik terutama juga apabila ditunjang oleh sistem tata guna air. Hasil uji regresi
menunjukkan bahwa semakin banyak biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memperoleh
air, maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi akan semakin baik yang pada
gilirannya tingkat produksi dan produktivitas padi juga akan semakin tinggi. Artinya pada
Musim Hujan II ketersediaan air di sawah relatif berkurang sehingga perlu dilakukan tata
guna air oleh petugas pengairan melalui koordiansi HIPPA yang sementara ini masih belum
bekerja dengan baik bahkan secara kelembagaan digolongkan stagnan. Kondisi ini diperburuk
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
14
oleh moral petugas pengairan di lapangan dengan indikasi bahwa semakin banyak petani
memberikan ongkos, maka lahan petani tersebut menjadi prioritas untuk segera diairi.
Kontribusi Sektor Pertanian Khususnya Tanaman Pangan di Jawa Timur Terhadap
Produk Domestik Regional Brutto Jatim
Perkembangan sektor pertanian dan khususnya sub sektor tanaman pangan dan
hortikultura di Jawa Timur memiliki fenomena sedikit berbeda dalam kontribusinya terhadap
PDRB Jawa Timur ataupun PDB Nasional. Secara absolut selama periode 2000 – 2006
pertumbuhan sektor pertanian secara umum dan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tetapi secara relatif ada kecenderungan
mengalami penurunan secara non signifikan, sedangkan pada sektor lainnya mengalami
peningkatan terutama pada sektor perdagangan, hotel & restoran, Pengangkutan dan
komunikasi serta listrik, gas dan air minum. Artinya ketiga sektor lainnya tersebut memiliki
laju pertumbuhan lebih tinggi daripada sektor pertanian walaupun kontribusinya terhadap
PDRB Jawa Timur maupun PDB Nasional masih tampak dominan. Hal ini karena wilayah
Propinsi Jawa Timur masih menjadi daerah agraris dengan jumlah penduduk terbanyak
bekerja di sektor pertanian. Mengenai kondisi pertumbuhan dan kontribusi sektor pertanian di
Jawa Timur tampak pada Tabel 4.
Tabel 4. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Pertanian, sub sektor Tanaman pangan &
Hortikultura Terhadap PDRB Jawa Timur dan PDB Nasional selama Periode 2000 –
2006
Sumber : BPS Jawa Timur Diolah 2007
Ada kekuatiran dari banyak pihak atas kondisi pertanian di Jawa Timur dengan
pertumbuhan semakin berkurang dari tahun ke tahun kecuali bidang perdagangan produk-
produk pertanian. Jawa Timur sebagai salah satu lumbung pangan nasional selama ini beserta
PDRB ADH BERLAKU (Juta Rp) 2000 2001 2002 2003 2004 2.005 2.006
Pertanian 56.883.380,29 64.528.197,57 71.760.258,34 78.246.841,74 85.082.526,85 87.771.134,69 91.185.431,83
Laju Pertumbuhan (%) 0,00% 13,44% 11,21% 9,04% 8,74% 3,16% 3,89%
Kontribusi Terhadap PDRB Jatim 28,04% 27,55% 26,83% 26,00% 24,89% 21,76% 19,38%
Kontribusi Terhadap PDB Nasional 4,09% 3,83% 3,85% 3,82% 3,69% 3,22% 2,73%
Sub Sk. Tan Pangan dan Hortikultura 23.934.215,36 27.109.378,70 29.964.543,39 32.205.732,22 34.530.694,73 37.603.927 39.371.311
Laju Pertumbuhan (%) 0,00% 13,27% 10,53% 7,48% 7,22% 6,89% 6,47%
Kontribusi Terhadap PDRB Jatim 11,80% 11,58% 11,20% 10,70% 10,10% 9,32% 8,37%
Kontribusi Terhadap PDB Nasional 1,72% 1,61% 1,61% 1,57% 1,50% 1,38% 1,18%
Lainnya 145.946.682,72 169.664.517,09 195.701.522,65 222.745.258,44 256.683.396,23 315.618.865 379.444.568
Laju Pertumbuhan (%) 0,00% 16,25% 15,35% 13,82% 15,24% 22,96% 20,22%
Kontribusi Terhadap PDRB Jatim 71,96% 72,45% 73,17% 74,00% 75,11% 78,24% 80,62%
Kontribusi Terhadap PDB Nasional 10,50% 10,07% 10,50% 10,89% 11,15% 11,56% 11,37%
PDRB Jatim 202.830.063,01 234.192.714,67 267.461.780,99 300.992.100,18 341.765.923,07 403.390.000 470.630.000
PDB Nasional 1.389.785.050 1.684.280.500 1.863.274.700 2.045.853.500 2.303.031.500 2.729.708.000 3.338.200.000
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
15
Nusa Tenggara Barat dan Jawa Barat posisinya akan terancam bergeser menjadi daerah
pengimpor bahan pangan baik dari propinsi lain maupun luar negeri. Seiring dengan
penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB tersebut, maka hal ini berdampak pada
penurunan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur secara umum dari 5.84% pada tahun 2005
menjadi 5.80% pada tahun 2006 sebagaiman dapat dijelaskan secara terinci pada Gambar 2.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Kontr. Pertanian Thd PDRB
Jatim
Kontr. Petanian Thd PDB
Nasional
Kontr. Sk Holtikultura & Tan.
Pangan Thd PDRB Jatim
Kontr. Sk Holtikultura & Tan.
Pangan Thd PDB Nasional
Kontr. Prod Lain Thd PDRB
Jatim
Kontr Prod Lain Thd PDB
Nasional
Gambar 2. Pertumbuhan Sektor Pertanaian , Sub sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
terhadap PDRB Jatim dan PDB Nasional Selama 2000 – 2006
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pertumbuhan produktivitas padi di Jawa Timur cenderung mengalami fluktuasi dengan
kondisi cukup mengkuatirkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
Keterbatasan modal yang dimiliki, tingkat keterampilan, pendidikan dan penerapan
teknologi relatif rendah, harga-harga input semakin mahal, penggunaan pupuk dan
pestisida melebihi anjuran (tidak efisien), serangan penyakit yang luar biasa (eksplosif),
kinerja PPL kurang baik, tata guna air kurang efektif serta pengelolaan hama terpadu
kurang sinbergis antar stake holders.
2. Pertumbuhan sektor pertanian khususnya tanaman pangan dan kontribusinya terhadap
PDRB Jawa Timur maupun PDB Nasional periode tahun 2000 sampai dengan tahun
2006 secara absolut terus mengalami kenaikan dengan laju pertumbuhan cenderung
meningkat kecuali menurun drastis pada tahun 2006, namun kontribusinya secara relatif
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
16
terus mengalami penurunan secara perlahan sampai dengan tahun 2005 dan menurun
drastis pada tahun 2006. Pada periode yang sama kontribusi sektor lainnya meningkat
secara signifikan dengan laju pertumbuhan di atas sektor pertanian. Adapun sektor lain
dimaksud antara lain sektor industri Pengolahan, konstruksi, perdagangan, perhotelan
dan restauran.
Saran-Saran
Dalam usaha untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan khususnya komoditas
padi di Jawa Timur dapat diberikan rekomendasi atau saran-saran sebagai berikut :
1. Pemberian subsidi terhadap pupuk dan obat-obatan pertanian.
2. Pengawasan terhadap kinerja PPL dilapangan.
3. Sosialisasi penggunaan teknologi tepat guna dalam penanganan pasca panen.
4. Revitalisasi dan Restrukturisasi Kelembagaan Pangan.
5. Revitalisasi terhadap lahan marginal dalam upaya ekstensifikasi produksi pangan
beras khususnya padi ladang.
6. Revitalisasi dan Restrukturisasi lembaga keuangan yang mendukung sektor pertanian.
7. Proteksi pasar terhadap pemberlakuan harga dasar gabah maupun komoditas pertanian
lainnya atas permainan para lembaga pemasaran yang terlibat.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Jatim, 2006. Jatim Dalam Angka. Kerjasama Antara BPS Propinsi Jatim dengan
BAPPEMAS Jawa Timur. Surabaya.
Draper, N. dan Smith, H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Gujarati, D.N., 1995. Basic Econometrics. McGraw-Hill International Editions. New York.
Hidayat, H., 1987. Diktat Kuliah Metode Penelitian Sosial. Faperta-Unibraw. Malang.
Mellor, W.J., 1986. The Economic of Agricultural Development. Ballord Estate Bombay.
Nazir, 1985. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Parel et al, 1973. Sampling Design and Procedures, The agricultural Development Council. New
York.
Singarimbun dan Sofian Effendi, 1987. Metode Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta.
Sumarto, Y., 1988. Analisa Regresi, Korelasi dan Terapan. Universitas Brawijaya Malang.
Malang.
Surakhmad, W., 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan Teknik. Penerbit
TARSITO. Bandung.
Teken, 1973. Metode Penelitian Di Bidang Ilmu Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
AGRITROP Fakultas Pertanian UMJ
17
Whitney, F.L. and J. Milholland. 1933. A Four year Continuation Study of A Teachers College
Class. Jour. Educ. Res. 1933. Pp. 193-199. Dalam Nazir, 1985. Metode Penelitian.
Ghalia Indonesia. Jakarta.
-=emhis=-