31
Ir. SATYA WIDYA YUDHA, M.Sc, Ph.D (Cand.) PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA MENGARUNGI TANTANGAN, MENYIASATI KESEMPATAN Rakernas KLHK Gedung Manggala Wanabakti 2 Agustus 2017 Wakil Ketua Komisi VII & Ketua Kaukus Ekonomi Hijau Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

Ir. SATYA WIDYA YUDHA, M.Sc, Ph.D (Cand.)

PERUBAHAN IKLIM &

NDC INDONESIAMENGARUNGI TANTANGAN,

MENYIASATI KESEMPATAN

Rakernas KLHK

Gedung Manggala Wanabakti

2 Agustus 2017

Wakil Ketua Komisi VII & Ketua Kaukus Ekonomi Hijau

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Page 2: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

AGENDA

BACKGROUND1. Pemanasan global sebagai krisis nyata

2. Perubahan iklim: implikasi sosial-ekologis bagi Indonesia

3. Pengamatan dan proyeksi perubahan suhu dan curah hujan di Indonesia

WHERE DO WE STAND?1. Perbandingan emisi karbon Indonesia dengan negara lain

2. Proporsi emisi gas rumah kaca Indonesia

3. Grafik emisi karbon Indonesia, 1960–2013

HOW DO WE MOVE FORWARD?1. NDC: menerjemahkan target menjadi aksi

2. Mencermati kembali amanat perundang-undangan

3. Membenahi indikator NDC agar implementatif di segala lapisan masyarakat

4. Mendorong maju EBT dalam bauran energi nasional

5. Performa EBT nasional (MW)

6. Mendorong EBTKE: tidak hanya sebatas biaya per kWh

7. Kontradiksi tata kelola dan komitmen ketenagalistrikan

8. Rekor global di pasar EBT global: kesempatan bagi Indonesia

9. Komparasi dan kolaborasi: lessons learned dari pengalaman global

10. Mendukung implementasi Circular Economy sebagai pendukung NDC

11. Kapitalisasi potensi pasar yang positif

12. Pendanaan hijau

13. Dukungan dan pengawasan legislatif: menekankan inisiatif anggaran dan langkah-langkah hijau

14. GEC sebagai garis depan untuk kolaborasi dan promosi legislasi hijau

Page 3: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

BACKGROUND

Sumber: United States Global Change Research Program

Pemanasan global sebagai krisis nyata

• Korelasi positif antara pengeluaran emisi CO2 dan pemanasan global.

• Suhu dunia terpanas sepanjang 11.000 tahun terakhir.

• Implikasi sosial, ekonomi, dan ekologis yang masif jika tak ada perubahan

dan komitmen global untuk pembalikan krisis.

• Sebagai negara kepulauan yang rawan bencana, Indonesia memiliki tingkat

kerentanan terhadap perubahan iklim yang sangat besar.

Page 4: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

BACKGROUNDPerubahan iklim: implikasi sosial-ekologis bagi Indonesia

Sea Level Rise

Ocean Warming

Increased Temperature

Increased Rainfall

Increased Evaporation

Increased Tropical Storms

Disappearing Small Islands

Salt Water Intrusion

Decline in Fisheries Harvest

Loss of Biodiversity

Increased Fire Risk

Increased Disease Risk, Range

Floods and Land Slides

Changes in Planting Season

Drought, Food Security

Transport Vulnerability

Food and Water Scarcity

Climate Change Effects Impacts on Indonesia

Page 5: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

BACKGROUNDPengamatan dan proyeksi perubahan suhu dan curah hujan di Indonesia

Sumber: WWF 2007

4. Curah hujan pada musim hujan dan kering berubah; di

Indonesia bagian selatan, curah hujan saat musim hujan

meningkat sedangkan di Indonesia bagian utara, curah

hujan saat musim kering berkurang.

Dampak perubahan suhu & curah hujan yang teramati (Hulme & Sheard 1999; Boer

& Faqih 2004)1. Rata-rata suhu meningkat sekitar 0,3°C per tahun.

2. Rata-rata curah hujan berkurang 2–3% per tahun.

3. Pola curah hujan berubah; di Indonesia bagian selatan, curah hujan per tahun menurun

sedangkan di bagian utara meningkat.

Dampak perubahan suhu & curah hujan yang

diproyeksikan (Hulme & Sheard 1999; Boer & Faqih

2004; Naylor dkk. 2007)1. Peningkatan suhu meningkat dari 0,2°C per dekade menjadi

0,3°C per dekade.

2. Rata-rata curah hujan per tahun meningkat di sebagian

besar pulau di Indonesia, kecuali di Indonesia bagian

selatan yang diproyeksikan berkurang hingga 15%.3. Perubahan curah hujan pada musim-musim tertentu; hingga 2080, curah hujan di sebagian pulau

Sumatera dan Kalimantan akan meningkat 10–30% pada bulan-bulan Desember–Februari, dan

curah hujan di Jakarta akan berkurang 5–15% pada bulan-bulan Juni–Agustus.

4. Musim hujan akan telat tiba 30 hari, curah hujan meningkat 10% di akhir tahun panen (April–Juni)

dan berkurang 75% saat musim kering (Juli–September).

Page 6: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

WHERE DO WE STAND?Perbandingan emisi karbon Indonesia dengan negara lain

Indonesia adalah pencemar GRK ke-6 terbesar di dunia dan

berkontribusi 4,5% pada total emisi GRK dunia (IEA 2015).

Page 7: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

WHERE DO WE STAND?Perbandingan emisi karbon Indonesia dengan negara lain

Indonesia adalah negara dengan intensitas emisi GRK terbesar di

dunia (juta ton CO2e per US$1 juta PDB).

Page 8: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

WHERE DO WE STAND?Grafik emisi karbon Indonesia, 1960–2013

Tahun 1960 emisi CO2 Indonesia sebesar 21.404 kt, hingga tahun 2012 telah

meningkat 2.801% menjadi 599.539 kt CO2, kemudian berkurang 20% (120,175 kt

CO2) menjadi 479.364 kt CO2 pada tahun 2013.

Sumber: World Bank

Page 9: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

WHERE DO WE STAND?Proporsi emisi gas rumah kaca Indonesia

42%

29%

22%

7%

Proporsi emisi sektor energi

Power Generation

Transportation

Industry

Housing

Energi (±34%), 453.2

Limbah (±6,6%), 88

IPPU (±2,7%), 36

Pertanian (±8,3%),

110.5

Kehutanan (±48,5%),

647

Kontribusi emisi GRK per

sektor pada tahun 2010

(juta ton CO2e)

TOTAL: 1.334 juta ton CO2e

Page 10: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?

Sektor

Tingkat Emisi GRK 2010

(Juta Ton CO2e)

Tingkat Emisi GRK 2030(Juta Ton CO2e)

Penurunan Emisi GRK Rerata Pertum-buhan

Tahunan BAU

(2010–2030)

Rerata Pertum-buhan 2000–2012*

Juta Ton CO2e % dari total BAU

BAU CM1 CM2 CM1 CM2 CM1 CM2

1 Energi453,2

(33,97%)

1.669 (58,17%

)

1.355(66,61%

)

1.271(71,12%

)314 398 11% 14% 6,7% 4,5%

2 Limbah88

(6,59%)

296 (10,31%

)

285(14,01%

)

270(15,10%

)11 26 0,38% 1% 6,3% 4%

3 IPPU36

(2,69%)69,6

(2,42%)66,85

(3,28%)66,35

(3,71%)2,75 3,25 0,10% 0,11% 3,4% 0,1%

4 Pertanian110,5

(8,28%)119,66(4,17%)

110,39(5,42%)

115,86(6,48%)

9 4 0,32% 0,13% 0,4% 1,3%

5Kehutanan

**647

(48,50%)

714(24,88%

)

217(10,66%

)

64(3,58%)

497 650 17,2% 23% 0,5% 2,7%

TOTAL 1.334 2.869 2.034 1.787 834 1.081 29% 38% 3,9% 3,2%CM1 = Counter Measure 1 (kondisi skenario tanpa persyaratan mitigasi—unconditional)CM2 = Counter Measure 2 (kondisi skenario dengan persyaratan mitigasi—conditional)

-29% (UNCONDITIONAL)-41% (CONDITIONAL)

NDC INDONESIA 2030

* Termasuk fugitive** Termasuk kebakaran gambut

NDC: menerjemahkan target menjadi aksi

Page 11: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Mencermati kembali amanat perundang-undangan

1. UU Energi No. 30/2007• Pasal 20 ayat (2): “Penyediaan energi oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah

diutamakan di daerah yang belum berkembang, daerah terpencil, dan daerah perdesaan

dengan menggunakan sumber energi setempat, khususnya sumber energi terbarukan”.

• Pasal 30 ayat (3): “Pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian tentang energi baru dan

terbarukan dibiayai dari pendapatan negara yang berasal dari energi tak terbarukan”.

➢ Dana Ketahanan Energi perlu diaktifkan kembali sebagai wujud konkret dari Pasal 30

ayat (3) UU Energi dan payung hukumnya segera ditetapkan.

2. Kebijakan Energi Nasional (KEN), PP No. 79/2014• Pasal 6a: “Sumber Daya Energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor semata tetapi

sebagai modal pembangunan nasional”.

• Pasal 11 ayat (2): Prioritas pengembangan Energi nasional:

a. memaksimalkan penggunaan Energi Terbarukan dengan memperhatikan tingkat

keekonomian;

b. meminimalkan penggunaan minyak bumi;

c. mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi dan Energi Baru; dan

d. menggunakan batubara sebagai andalan pasokan Energi nasional.

• Pasal 11 ayat (3): energi nuklir sebagai “pilihan terakhir dengan memperhatikan faktor

keselamatan secara ketat”.

➢ KEN harus direvisi sehingga energi nuklir diamanatkan sebagai viable option dan

bukan last option.

➢ Perlu sinkronisasi antara Pasal 11 ayat (3) poin a, c, dan d (EBT >< batubara) agar

tidak kontradiktif dengan target penurunan emisi.

Page 12: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Membenahi indikator NDC agar implementatif di segala lapisan masyarakat

1. NDC Sektor Energi• “Penggunaan energi baru terbarukan pada pembangkit listrik”.

➢ Bagaimana dengan pengembangan EBTKE di sektor household (e.g. panel

surya -> feed in tariff), UMKM, daerah terpencil/terluar yang masih off-grid?

• “Penambahan Stasiun pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG)”.

➢ Bagaimana dengan roadmap konversi BBM ke BBG?

➢ Pertimbangan: mewajibkan teknologi dual-fuel pada industri otomotif.

1. NDC Sektor Pertanian• “Pemanfaatan limbah ternak untuk biogas mencapai 0,06% dari populasi ternak pada

tahun 2030”.

➢ Bagaimana proses diseminasi informasi dan teknologi reaktor biogas?

➢ Seberapa besar kontribusi biogas di 0,06% populasi ternak untuk penurunan

emisi?

2. NDC Sektor Limbah• “Peningkatan persentase pemanfaatan sampah melalui pengomposan dan 3R (kertas)”.

➢ Bagaimana skema pelibatan masyarakat?

➢ Industri daur ulang plastik mempekerjakan 300.000 orang, belum termasuk

ratusan ribu pemulung; 134 perusahaan anggota ADUPI mampu mendaur

ulang 400.000 ton plastik setiap tahun untuk mengisi kebutuhan domestik

maupun ekspor.

Page 13: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Membenahi indikator NDC agar implementatif di segala lapisan masyarakat

3. NDC Sektor Limbah (cont’d)• “Pengelolaan limbah cair domestik” melalui pembangunan septic tank dengan sludge

recovery, septic tank komunal, biodigester.

➢ Bagaimana target implementasinya, berapa banyak unit?

➢ Bagaimana skema pelibatan masyarakat?

• “Pengelolaan limbah cair industri” untuk industri pulp and paper dan pengolahan sawit.

➢ Bagaimana dengan UMKM, home industry, dan masyarakat lokal?

4. NDC Sektor IPPU (Industrial Processes and Product Use)• “Proses industri dan penggunaan produk di industri besar” untuk industri semen,

amonia, smelter, besi dan baja.

➢ Apakah betul skenario mitigasi IPPU hanya bisa diimplementasikan untuk

industri besar?

Indikator dan aksi mitigasi NDC masih terlihat terlalu fokus pada

skala makro dan industri besar.

Faktanya, secara demografis:• 58,35% angkatan kerja adalah pekerja informal, berjumlah 72,67 juta orang.

• ± 97% dari seluruh tenaga kerja nasional bekerja di UMKM, yang memberikan

kontribusi kepada PDB sebesar 57–60%.

• Apabila dibenahi UMKM dan pekerja informal dapat berperan aktif dalam aksi mitigasi.

Page 14: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Mendorong maju EBT dalam bauran energi nasional

Energy Mix 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050

Total Energy 215 290 380 480 593 740 850 980

Oil 39% 32% 25% 22% 22% 21% 21% 20%

Gas 22% 22% 22% 23% 24% 24% 24% 24%

Coal 29% 29% 30% 30% 29% 27% 26% 25%

Total Renewable Energy 10% 17% 23% 25% 26% 28% 29% 31%

Energy Mix Up To 2050

Indonesia diproyeksikan memiliki potensi EBT >443 GW: air 75 GW, panas bumi 29 GW,

matahari 207 GW, angin (kecepatan 4–6m/detik) 60,6 GW, bioenergi >102 GW, energi

samudera 17,9 GW (KESDM 2017).

Page 15: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Mendorong maju EBT dalam bauran energi nasional

Kendala EBT1. Harga EBT belum kompetitif dengan harga energi fosil yang masih disubsidi.

2. Penguasaan teknologi yang rendah sehingga nilai impornya tinggi.

3. Keterbatasan dana untuk penelitian, pengembangan, maupun investasi dalam pemanfaatan

EBT.

4. Infrastruktur yang kurang memadai (rata-rata biaya investasi yang dibutuhkan mencapai

US$2 juta–US$5 juta per megawatt).

Final Report of the Task Force for Accelerating the Development of New and

Renewable Energy and Energy Conservation (2016)1. Tariff: expensive NRE power plants are unaffordable for the National Electricity Company

(PT PLN);

2. Licensing: licensing processes are unduly lengthy and complex, especially for geothermal

projects which are generally located in forested areas;

3. Data: there is a lack of data and information on NRE;

4. Regulations: there are underdeveloped regulations and standards specific to NRE

investment;

5. Electricity Trading Regulation (PJBL): no PJBL standard for renewable energy;

6. Financial institutions funding: lack of capacity and interest of local financial institutions in

financing renewable energy projects.

Page 16: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Performa EBT nasional (MW)

Sektor 2012 2013 2014 2015 2016

Hidro 4.146 5.166 5.230 5.261 5.321

Angin 1 1 1 1 7

Surya 4 9 9 9 80

Bioenergi 1.910 1.593 1.736 1.742 1.742

Panas bumi 1.336 1.344 1.404 1.439 1.534

Total 7.397 8.112 8.379 8.452 8.682

• Pada tahun 2016, Indonesia peringkat 3 sedunia dalam penambahan kapasitas panas bumi

(+95 MW), di atas Italia dan di bawah Turki dan Kenya.

• Panas bumi: sejak 1974 pengembangannya hanya mencapai 1643 MW dari potensi 29 GW

(5%).

• Pada tahun 2015, diperkirakan lebih dari 600 pembangkit mikrohidro menghasilkan listrik

untuk wilayah pedalaman off-grid di Indonesia.

• Angin: dari 160 titik potensi energi angin (WhyPGen), investor nasional dan asing baru

berminat membangun PLTB di 12 titik; investasi PLTB masih sama mahal dengan PLTS

yang mana di kisaran 30 sen/kWh -> 1 tower dengan kapasitas 2,5 MW butuh modal

US$1,5–1,7 juta per MW.

Page 17: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Mendorong EBTKE: tidak hanya sebatas biaya per kWh

International Institute for Sustainable Development: “Financial Supports for Coal

and Renewables in Indonesia” (2017).

• Walaupun secara biaya per kWh masih lebih mahal, energi fosil seperti batubara

memiliki eksternalitas negatif yang besar.

• Pada tahun 2014, produsen batubara mendapatkan subsidi (didefinisikan secara luas

sebagai “kontribusi finansial oleh pemerintah yang menguntungkan penerimanya”)

sebesar Rp12,4 triliun (US$946 juta) -> lebih dari 5 kali lipat subsidi untuk EBT dari

tahun 2010–2015.

Page 18: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Kontradiksi tata kelola dan komitmen ketenagalistrikan

Komitmen

internasional

memandatkan

pengembangan EBT

dalam bauran energi

sebagai syarat mutlak

penurunan emisi.

Pasal 9f KEN: target

EBT dalam bauran

energi dituliskan

dengan syarat

“sepanjang

keekonomiannya

terpenuhi”.

Kurangnya insentif

dari pemerintah dan

tidak menariknya

skema jual-beli listrik

untuk pengembangan

EBT menyebabkan

nilai komersialitas

rendah.

—Poempida Hidayatullah,

CEO PT Viron Energy,

Majalah Gatra 18–24 Mei 2017

“Jika hanya mengandalkan harga beli PLN saat ini, saya

rasa komersialitas tidak akan pernah tercapai”.

Page 19: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Kontradiksi tata kelola dan komitmen ketenagalistrikan

Menata ulang mandat PLN dalam skema ketenagalistrikan nasional guna

mencapai ketahanan energi nasional1. Negara perlu menyediakan infrastruktur pada daerah-daerah terpencil dan terluar yang

secara keekonomian kurang menarik.

2. Meninjau kembali posisi PLN yang tunduk kepada UU BUMN.

3. Diperlukan penyedia listrik yang khusus menjalankan Public Service Obligation yang juga

didukung oleh swasta.

4. PSO di sektor kelistrikan perlu ditaruh dalam kerangka RUEN untuk aksi nasional, serta

NDC untuk komitmen internasional dalam rangka mendorong maju sektor EBTKE.

i. Penetapan tarif listrik secara progresif;

ii. Penerapan mekanisme feed in tariff dalam penetapan harga jual Energi Terbarukan;

dan

iii. Penyempurnaan Pengelolaan Energi panas bumi melalui pembagian risiko antara

pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dan pengembang.

Target dan Tantangan Kelistrikan1. Target Rasio Elektrifikasi mencapai 99,7% pada 2025.

2. Target Rasio Elektrifikasi untuk 6 provinsi Indonesia Timur (Nusa Tenggara Barat, Nusa

Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat): ± 90% di tahun 2020

(RUPTL 2017–2026).

3. Di kawasan Asia Tenggara, Rasio Elektrifikasi Indonesia paling rendah (86,7%).

4. Tarif listrik per kWh masih tidak ekonomis.

Page 20: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Rekor global di pasar EBT global: kesempatan bagi Indonesia

• Tahun 2016, 161 GW kapasitas baru EBT dipasang di seluruh dunia, meningkat 10% dari

tahun 2015.

• Total kapasitas EBT tahun 2016 meningkat 17% menjadi 921 GW tanpa hidro, dan

meningkat 8,7% menjadi 2.017 GW jika termasuk hidro.

• 161 GW ini memakan biaya US$242 miliar, investasi menurun 23% dari tahun 2015.

• Di akhir tahun 2016, lebih dari 24% total listrik dunia dihasilkan oleh EBT.

“The economic case for renewables as the backbone of our global energy system is

increasingly clear and proven. Offering ever greater bang-for-buck, renewables are quite

simply the cheapest way to generate energy in an ever-growing number of countries.”

—Christiana Figueres, former UN climate chief

Sumber: Guardian 2017

Page 21: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Komparasi dan kolaborasi: lessons learned dari pengalaman global

Negara-negara yang akhir-akhir ini mengadakan tender untuk kontrak layanan

energi bersih (AQA 2017): komparasi harga $/MWh

Sumber: AQA 2017

Setelah bertahun-tahun konvensi, pertukaran, dan komitmen antarnegara

dalam kerangka PBB:• Pada akhir tahun 2015 terdapat 146 negara yang sudah memiliki kebijakan EBTKE.

• Pada akhir tahun 2015 juga terdapat 173 negara yang memiliki target EBTKE pada tingkat

nasional maupun daerah (REN21 2016).

➢ Kekurangan kebijakan int’l: kurangnya pendekatan supply chain management.

Page 22: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Mendukung implementasi Circular Economy sebagai pendukung NDC

Mengkaji dan mendorong Circular Economy berbasis Reuse, Refurbish,

Remanufacture, Recycle (zero waste) sebagai pengganti Linear Economy

berbasis Take, Make, Dispose (wasteful)• Menginisiasi RUU Circular Economy agar menjadi payung hukum serta mengikat lintas K/L.

➢ Points of concern: insentif, penciptaan pasar, penegakan hukum, keselarasan

dengan indikator SDG nomor 9 (build resilient infrastructure, promote inclusive

and sustainable industrialization and foster innovation).

➢ Konsep Circular Economy adalah in-line dengan NDC: dalam kondisi circular

economy yang ideal, segala aktivitas ditopang oleh energi bersih.

• Mendukung peran swasta dalam upaya pendauran ulang dan diseminasi teknologi pro-

lingkungan.

• Meningkatkan kerja sama internasional untuk saling tukar dukungan, komitmen, ide dan

praktik terbaik (best practices).

➢ Preseden: Memorandum Saling Pengertian Antara Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia dan Kementerian Infrastruktur dan

Lingkungan Hidup Kerajaan Belanda mengenai Kerjasama di Bidang Perubahan

Iklim, Pengelolaan Sampah, dan Circular Economy (23 November 2016).

• Perbandingan internasional: tahun 2015, Uni Eropa menerapkan Circular Economy Package

yang mendanai upaya implementasi serta mengeluarkan regulasi tentang sampah yang

memberikan insentif untuk program daur ulang.

Page 23: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Kapitalisasi potensi pasar yang positif

Indonesia berada pada tingkat ke-7 dari 50 negara dalam 2015 Top

Markets Study. Pada tahun 2016 pasar teknologi lingkungan kita dinilai

sebesar US$6,3 miliar (International Trade Association, 2016).

Page 24: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Pendanaan hijau: transparansi dan akuntabilitas setiap bantuan

Tujuan dan periode

Jumlah yang dibutuhkan

Triliun rupiah Miliar US$

Estimated resource envelope for emission

reduction effort (per 2014) 37,8 3,7

Dana Hijau yang tersedia Dikelola oleh Tipe

Global Environment Facility (GEF) UNFCCC

Multilateral

Adaptation Fund UN

Green Climate Fund (GCF) UNFCCC

Clean Technology Fund (CTF) The World Bank

Strategic Climate Fund (SCF) The World Bank

Pilot Programme for Climate Resilience (PPCR) The World Bank

Forest Investment Programme The World Bank

NAMAs UK and Germany Bilateral

ICCTFBappenas Multi-donors National

Channel

Page 25: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Pendanaan hijau: TLFF sebagai contoh yang menjanjikan

“Current pledged capitalisation of $11.4 million and $4.85 million in technical assistance

support. One of the smaller actors in Indonesian climate finance…

Operationalization much slower than expected: as a result, while the ICCTF was

supposed to help strengthen coordination and coherence across international support for

climate action in Indonesia, as yet very little international funding to support

Indonesia to respond to climate change has been channelled through the Fund.

The success of the ICCTF depends on both international donors and national institutions

working through the Fund.”

— Overseas Development Institute (ODI), 2014

TROPICAL LANDSCAPES

FINANCE FACILITY

The Indonesian Parliament

welcomes and supports private

financing initiatives such as the

TLFF in order to achieve

Indonesia’s Funds for the Future,

urgently needed to achieve its NDC.

Obstacles in State-

Administered Multi

Donors Channel

Page 26: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Dukungan dan pengawasan legislatif: menekankan inisiatif anggaran dan

langkah-langkah hijau

LULUCFLegal Reform, Peatland and Forest Governance, OneMap, Moratorium, Information Systems Licensing,Peatland water canal• Maintain and enhance forest carbon stocks throughconservation, sustainable forest management and / orrehabilitation and restoration of degraded forest land;and• Provide benefits to increasing environmentalservices, biodiversity, and the welfare of localcommunities / indigenous peoples.

POWER• Enhancing energy security & mitigating CO2emissions: to secure strategic reserve, to improveefficiency in energy production & use, to increasereliance on non fossil fuels and to sustain the domesticsupply of oil/gas (slower growth in fossil fuel-demandin oil/gas imports and in emissions).• Proposed energy technology use, diffusion anddeployment, increasing clean energy technologies.• High Efficiency Power Generation: Clean CoalTechnology, CHP Technology, etc.• Energy Efficiency in Industrial sector & Equipments.

TRANSPORTATION• The Adoption of European emission standards (Euro 4 on 2021 and Euro 5 on 2025) • Switching Modes of Transport • Low Sulfur Fuel and Low Emission Vehicle Policy (case study) - Diesel Fuel quality improvement:low sulfur (Beijing, Kunming, Guangzo, Shanghai, Hong Kong, India, Brazil) - Use of alternative Fuel: Non – Oil (New Delhi) - Tightening New Vehicle Emission Standards (Several cities in China, India and Santiago) - Adoption of high taxes for high- emission passenger vehicles (New Delhi, India) - Scrapping Policy: Switching to Euro 4 car (Beijing)

HOUSE SUPPORT1. Budget Support• Green Budget Initiative• Increasing Budget for adaptation and mitigation program and other Environment Function (currently at 1%); • Inclusion of green infrastructure indicator into macroeconomic framework in preparation of State Budget; • Fiscal Transfer; • Fiscal Support2. Legislation Support• Climate Change Law • Renewable Energy (Electricity) Law• Circular Economy Law

Page 27: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?Kaukus Ekonomi Hijau/Green Economy Caucus sebagai garis depan untuk

kolaborasi dan promosi legislasi hijau

RATIFICATION OF PARIS AGREEMENT

IN RECORD TIME

OVERSEEING THE IMPLEMENTATION

OF NDC ACROSS THE MINISTRIES

CAPACITY BUILDING FOR

PARLIAMENTARY SUPPORT

REDD+ Workshop with UNORCID: Capacity

Building for Legislative Staff Members (4 batches)

INITIATIVES & UNDERTAKINGS

COP 21:Parliamentary Forum at Pavilion Indonesia;SSE Leaders Luncheon on Climate Change;

Parliamentary Meeting with Nordic States

Bali Clean Energy Forum 2016

Dialogue Series: Paris Agreement and the

Way Forward for Indonesia

National Waste Day

Innovative Finance Forum: Sustaining

Indonesia’s Tropical Landscape

Climate Asia Report Launch

Climate Parliament Gathering, Shanghai, China

GLOBE 1st Climate Change Summit, London

GEC terdiri dari anggota DPR RI dari 3 komisi (Komisi VII, Komisi XI, dan Komisi I)

dan 5 fraksi (Golkar, PDIP, Gerindra, HANURA and PAN).

Page 28: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?GEC: inisiatif dan pencapaian

Pada tanggal 21 Februari 2014, GEC menandatangani MoU dengan

GLOBE International.

Anggota GEC, Dewi Coryati dan Mercy Barends,

memaparkan saat sesi tanya jawab di DPR RI.

GEC bersama Andrew Mitchell (Global Canopy

Programme), Pavan Sukhdev (GIST Advisory), dan Setya

Novanto (Ketua Fraksi Golkar).

Anggota GEC, Aryo Djojohadikusumo dan Satya Widya

Yudha di Parliamentary Forum, Pavilion Indonesia, COP 21.

Page 29: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

HOW DO WE MOVE FORWARD?

GEC di pembukaan Tropical

Landscapes Finance Facility

(TLFF) bersama pimpinan

badan-badan PBB, pemerintah,

parlemen, dan aktor sektoral

utama.

Pimpinan Komisi VII dan Ketua GEC meratifikasi Paris Agreement bersama pimpinan berbagai

kementerian dalam sidang terbuka di DPR RI.

GEC: inisiatif dan pencapaian

Page 30: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

WWW.SATYAYUDHA.COMFOLLOW ME ON TWITTER: @SATYAWIDYAYUDHA

THANK YOU

Page 31: PERUBAHAN IKLIM & NDC INDONESIA

BACKUP SLIDEProyeksi kebutuhan dana untuk pengembangan EBT hingga 2030