24

Click here to load reader

Perubahan Iklim Global

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bambambambambambambambasdf

Citation preview

Perubahan Iklim Global

Perubahan iklim global merupakan malapetaka yang akan datang! Kita telah mengetahui sebabnya - yaitu manusia yang terus menerus menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi.Kita sudah mengetahui sebagian dari akibat pemanasan global ini - yaitu mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang badai besar. Kita juga telah mengetahui siapa yang akan terkena dampak paling besar - Negara pesisir pantai, Negara kepulauan, dan daerah Negara yang kurang berkembang seperti Asia Tenggara.Pengertian perubahan iklimYang dimaksud dengan perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial).Disamping itu harus dipahami bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh kegiatan manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan pemakaian bahan bakar fosil dan alih-guna lahan. Jadi perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor alami, seperti tambahan aerosol dari letusan gunung berapi, tidak diperhitungkan dalam pengertian perubahan iklim. Dengan demikian fenomena alam yang menimbulkan kondisi iklim ekstrem seperti siklon yang dapat terjadi di dalam suatu tahun (inter annual) dan El-Nino serta La-Nina yang dapat terjadi di dalam sepuluh tahun (inter decadal) tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan iklim global.Kegiatan manusia yang dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Gas-gas inilah yang selanjutnya menentukan peningkatan suhu udara, karena sifatnya yang seperti kaca, yaitu dapat meneruskan radiasi gelombang-pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan radiasi gelombang-panjang yang bersifat panas seperti terlihat pada Gambar 1. Akibatnya atmosfer bumi makin memanas dengan laju yang setara dengan laju perubahan konsentrasi GRK.

Pertumbuhan emisi dan konsentrasi gas rumahkacaMenurut IPCC (2001) dalam dekade terakhir ini pertumbuhan CO2 adalah sebesar 2900 juta ton/tahun, sementara pada dekade sebelumnya adalah sebesar 1400 juta ton/tahun. Sedang CH4 justru mengalami penurunan dari 37 juta ton/tahun pada dekade terdahulu menjadi 22 juta ton/tahun pada dekade terakhir. Demikian pula halnya dengan N2O meskipun kecil juga mengalami penurunan dari 3,9 menjadi 3,8 juta ton/tahun. Sementara itu tingkat emisi CO2, CH4, dan N2O di Indonesia pada tahun 1994 berturut-turut adalah 952.199, 4.286, dan 61 Gg.Uap air (H2O) pun sebenarnya merupakan GRK yang dapat dirasakan pengaruhnya ketika menjelang turun hujan. Udara terasa panas karena radiasi gelombang-panjang tertahan uap air atau mendung yang menggantung di atmosfer. Namun demikian karena keberadaan (life time) H2O sangat singkat (2-3 hari), maka uap air bukanlah GRK yang efektif. Sementara itu untuk CO2, CH4, dan N2O keberadaannya di atmosfer berturut-turut adalah 100, 15, dan 115 tahun.Peningkatan suhu bumiDalam 100 tahun terakhir suhu bumi terlihat mulai ditentukan oleh peningkatan CO2 di atmosfer. Pada zaman praindustri (sebelum tahun 1850) konsentrasi CO2 masih sekitar 290 ppm, sedang pada tahun 1990 konsentrasinya telah meningkat menjadi 353 ppm. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 oC telah dicatat. Dengan pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun 2100 konsentrasi CO2 akan meningkat dua kali lipat dibanding zaman industri, yaitu sekitar 580 ppm. Dalam kondisi demikian berbagai model sirkulasi global memperkirakan peningkatan suhu bumi antara 1,7-4,5 oC (Gambar 2). Peningkatan yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga akan menimbulkan berbagai perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi vegetasi alami dan keanekaragaman hayati, produktivitas tanaman, distribusi hama dan penyakit tanaman dan manusia.Perubahan pola dan distribusi hujanPola dan distribusi curah hujan terjadi dengan kecenderungan bahwa daerah kering akan menjadi makin kering dan daerah basah menjadi makin basah. Konsekuensi-nya adalah bahwa kelestarian sumberdaya air juga akan terganggu. Di Indonesia dikenal 3 macam pola distribusi hujan, yaitu pola monsun (monsoonal), ekuatorial dan lokal. Pertama, daerah yang sangat dipengaruhi oleh monsun memiliki pola hujan dengan satu pucak (unimodal). Ciri dari pola ini adalah adanya musim hujan dan kemarau yang tajam dan masing-masing berlangsung selama kurang lebih 6 bulan, yaitu Oktober - Maret sebagai musim hujan dan April September sebagai musim kemarau. Kedua, daerah yang dekat dengan ekuator dipengaruhi oleh sistem ekuator dengan pola hujan yang memiliki dua puncak (bimodal), yaitu pada bulan Maret dan Oktober saat matahari berada di dekat ekuator. Ketiga, daerah dengan pola hujan lokal, dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal dengan puncak yang terbalik dibandingkan dengan pola hujan monsun yang disebutkan di atas. Perubahan iklim (khususnya suhu dan curah hujan) tidak hanya menyebabkan perubahan volume defisit atau surplus air, tetapi juga periode daerah itu mengalami surplus atau defisit. Dalam suatu studi hidrologi daerah aliran sungai (DAS) di daerah ekuatorial seperti Sulawesi, perubahan iklim (dengan konsentrasi CO2 atmosfer 2 kali lipat dibanding konsentrasi pada zaman pra-industri yang hanya 280 ppm) akan menyebabkan DAS tersebut tidak mengalami defisit sementara surplusnya meningkat dua kali lipat. Sedang DAS di daerah monsun seperti Jawa, surplus air hanya sekitar 30% dengan periode defisit yang lebih pendek dibanding jika iklim tidak berubah (Murdiyarso, 1994).Dampak perubahan iklimSektor pertanian akan terpengaruh melalui penurunan produktivitas pangan yang disebabkan oleh peningkatan sterilitas serealia, penurunan areal yang dapat diirigasi dan penurunan efektivitas penyerapan hara serta penyebaran hama dan penyakit. Di beberapa tempat di negara maju (lintang tinggi) peningkatan konsentrasi CO2 akan meningkatkan produktivitas karena asimilasi meningkat, tetapi di daerah tropis yang sebagian besar negara berkembang, peningkatan asimilasi tersebut tidak signifikan dibanding respirasi yang juga meningkat. Secara keseluruhan jika adaptasi tidak dilakukan, dunia akan mengalami penurunan produksi pangan hingga 7 persen. Namun dengan adaptasi yang tingkatnya lanjut, artinya biayanya tinggi, produksi pangan dapat distabilkan. Dengan kata lain stabilisasi produksi pangan pada iklim yang berubah akan memakan biaya yang sangat tinggi, misalnya dengan meningkatkan sarana irigasi, pemberian input (bibit, pupuk, insektisida/pestisida) tambahan. Di Indonesia dengan skenario konsentrasi CO2 dua kali lipat dari saat ini produksi padi akan meningkat hingga 2,3 persen jika irigasi dapat dipertahankan. Tetapi jika sistem irigasi tidak mengalami perbaikan produksi padi akan mengalami penurunan hingga 4,4 persen (Matthews et al., 1995).Suhu yang lebih hangat akan menyebabkan pergeseran spesies vegetasi dan ekosistem. Daerah pegunungan akan kehilangan banyak spesies vegetasi aslinya dan digantikan oleh spesies vegetasi dataran rendah. Bersamaan dengan itu kondisi sumberdaya air yang berasal dari pegunungan juga akan mengalami gangguan. Selanjutnya stabilitas tanah di daerah pegunungan juga terganggu dan sulit mempertahankan keberadaan vegetasi aslinya. Dampak ini tidak begitu nyata di daerah lintang rendah atau daerah berelevasi rendah. Jika kebakaran hutan makin sering dijumpai di Indonesia, agak sulit menghubungkan antara kejadian tersebut dengan perubahan iklim, sebab sebagian besar (kalau tidak seluruhnya) kejadian kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia yang berkaitan dengan pembukaan lahan.Bahwa kejadiannya bersamaan dengan kejadian El-Nino karena fenomena ini memberikan kondisi cuaca yang kering yang mempermudah terjadinya kebakaran. Namun seperti diuraikan di atas El-Nino adalah fenomena alam yang terkait dengan peristiwa iklim ekstrem dalam variabilitas iklim, bukan perubahan iklim dalam arti seperti yang diuraikan di atas.Meningkatnya jumlah penduduk memberikan tekanan pada penyediaan air, terutama pada daerah perkotaan. Saat ini sudah banyak penduduk perkotaan yang mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama mereka yang berpendapatan dan berpendidikan atau berketerampilan rendah. Dampak perubahan iklim yang menyebabkan perubahan suhu dan curah hujan akan memberikan pengaruh terhadap ketersediaan air dari limpasan permukaan, air tanah dan bentuk reservoir lainnya. Pada tahun 2080 akan terdapat 2 hingga 3,5 milyar orang akan mengalami kekurangan air. Pada beberapa daerah aliran sungai (DAS) penting di Indonesia ketersediaan air permukaan diperkirakan akan meningkat karena meningkatnya suplus dan menurunnya defisit. Di DAS Citarum, Jawa Barat peningkatan tersebut mencapai 32%, di DAS Brantas Jawa Timur 34%, dan di DAS Saadang, Sulawesi Selatan 132% (Murdiyarso, 1994).Sebagai konsekuensinya kejadian banjir akan meningkat karena menurunnya daya tampung sungai akibat peningkatan limpasan permukaan dan menurunnya daya tampung sungai dan waduk akibat peningkatan erosi dan sedimentasi.Secara global catatan bencana banjir menunjukkan peningkatan yang signifikan selama 40 tahun terakhir dengan kerugian ekonomis ditaksir sekitar US$ 300 milyar pada dekade terakhir dibanding hanya US$ 50 milyar pada dekade tahun 1960-an. Kawasan pesisir merupakan daerah yang paling rentan dari akibat kenaikan muka-laut. Dalam 100 tahun terakhir, mukalaut telah naik antara 10-25 cm. Meskipun kenyataannya sangat sulit mengukur perubahan muka-laut, tetapi perubahan tersebut dapat dihubungkan dengan peningkatan suhu yang selama ini terjadi. Dalam 100 tahun perubahan suhu telah meningkatkan pemuaian volume air laut dan meningkatkan ketinggiannya. Demikian juga penambahan volume air laut juga terjadi akibat melelehnya gletser dan es di kedua kutub bumi. Dari berbagai skenario, peningkatan tersebut berkisar antara 13 hingga 94 cm dalam 100 tahun mendatang. Dengan panjang pantainya yang lebih dari 80.000 km, di mana lebih dari 50 persen diantaranya merupakan pantai landai, Indonesia cukup rentan terhadap kenaikan muka-laut seperti negara-negara yang berpantai landai seperti Bangladesh.Kenaikan muka laut hingga 1,5 m dapat berpengaruh terhadap 17 juta penduduk Bangladesh. Tetapi hanya dengan kenaikan 1 m dampak sosial-ekonomi terhadap pertanian pantai di beberapa kabupaten di Jawa Barat bagian utara sudah sangat besar (Parry et al., 1992).Transmisi beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim.Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor-faktor iklim, khususnya suhu dan kelembaban. Penyakit yang tersebar melalui vektor (vector-borne diseases,VBDs) seperti malaria, demam berdarah (dengeue) dan kaki gajah (schistosomiosis) perlu diwaspadai karena transmisi penyakit seperti ini akan makin meningkat dengan perubahan iklim.Di banyak negara tropis penyakit ini merupakanpenyebab kematian utama. IPCC (1998) memperkirakan bahwa dengan makin lebarnya selang suhu di mana vektor dan parasit penyakit dapat hidup telah menyebabkan peningkatan jumlah kasus malaria di Asia hingga 27 persen, demam berdarah hingga 47 persen dan kaki gajah hingga 17 persen. Di Indonesia daerah-daerah baru yang menjadi semakin hangat juga memberi kesempatan penyebaran vektor dan parasitnya. Penjangkitan VBD bahkan terjadi lagi di daerah-daerah lama yang selama ini sudah dinyatakan bebas. Hal ini disebabkan karena penggunaan bahan kimia dalam jangka panjang telah menimbulkan daya tahan vektor. Disamping itu predator bagi vektor tersebut juga ikut terbasmi. F. Perubahan Iklim GlobalPerubahan iklim global adalah perubahan unsur-unsur iklim dalam jangka waktu yang lama, yaitu antara 50 dan 100 tahun karena pengaruh kegiatan manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca.1. Terjadinya Pemanasan GlobalPemanasan global(global warming) adalah proses terjadinya proses kenaikan atau peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi karena meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca (greenhouse effect). Sementara itu, fungsi dari gas-gas rumah kaca adalah menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat. Efek rumah kaca terjadi karena adanya pencemaran udara di atmosfer, antara lain oleh gas CO2,metana,N2O, dan CFC.a. Karbon Dioksida (CO2)Karbon Dioksida merupakan gas paling dominan yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Karbon Dioksida ini berasal dari pembakaran berbagai jenis bahan di berbagai tempat. Adapun penggunaan bahan bakar fosil dan pembakaran hutan dalam skala besar merupakan penyebab utama terjadinya peningkatan konsentrasi CO2 di atmosferb. Chloro Fluro Carbone (CFC)Pemakain Chloro Fluro Carbone (CFC) memberikan kontribusi yang besar dalam pemanasan global karena dapat merusak lapisan ozon. Saat ini CFC banyak digunakan oleh masyarakat, antara lain untuk AC (Air Conditioner), kulkas, pembuatan busa,dan untuk bahan dorong dalam penyembur (aerosol). Misalnya pada kaleng semprot pengharum ruangan, penyemprot rambut, atau parfum. c. MetanaMenurut penelitian konsentrasi metana di atmosfer akan meningkat dengan kecepatan 0,25-1,5% per tahun. Metana ini dihasilkan oleh sumber yang hidup termasuk bakteri yang menghasilkan metana dengan pencernaan anaerob, seperti di dalam tanah , lumpur, ladang padi, dan pembakaran biomass yang tidak sempurna.d. Dinitrogen Oksida(N2O)Dinitrogen Oksida merupakan gas buang yang dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar minyak dan gas serta meningkatnya penggunaan pupuk nitrogen.1. Terjadinya El Nino dan La NinaEl Nino adalah suatu kondisi penyimpangan suhu permukaan laut di kawasan ekuator Samudra Pasifik bagian tengah dan timur dengan kenaikan suhu di atas 1 C dari rata-rata kurun waktu waktu tertentu, misalnya sebulan. Umumnya El Nino terjadi pada akhir tahun atau awal tahun berikutnya serta makin naik sekitar bulan mei hingga beberapa bulan dan berlangsung selam satu tahun. Oleh karena itu, gejala El Nino akan mengubah sistem peredaran udara global dalam arah timur-barat sehingga terjadi pergeseran arus udara.Sebaliknya, Jika kondisi suhu permukaan laut turun sehingga menjadi lebih dingin dari keaadan normal maka disebut La Nina.Terjadinya El Nino tersebut berhubungan dengan kegagalan angin pasat di daerah ekuator mendorong air yang panas dari garis pantai Amerika Selatan ke Samudra Pasifik. Tanpa adanya angin pasat ini, arus panas akan kembali ke garis pantai Amerika Selatan dan membawa hujan yang deras ke daerah pada kondisi normal sedang mengalami musim kering.2. Dampak Pemanasan GlobalPemanasan Global merupakan permasalahn dunia yang dirasakan oleh semua negara di dunia, baik negara miskin, negara yang sedang berkembang, maupun negara-negara maju. Pemanasan global ditunjukkan dengan adanya kenaikan suhu permukaan laut dapat menyebabkan terjadinya bencana bumi.Secara umum, akibat yang ditimbulkan oleh adanya pemanasan global ada dua, yaitu terjadinya perubahan iklim global dan naiknya permukaan laut.a. Terjadinya Perubahan Iklim GlobalPerubaahan iklim global akan menimbulkan akibat antara lain sebagai berikut.1.) Di beberapa daerah tropis akan terjadi banjir, sedangkan di daerah lainnya akan mengalami kekeringan sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas pertanian.2.) Menyebabkan turunnya produktivitas lahan pertanian di daerah beriklil sedang jika musim panas belangsung lama dan kering.3.) Daerah kering akan mendaparkan curah hujan yang lebih banyak karena adanya pergeseran iklim ke utara. Akibatnya produktivitas lahan akan meningkat.4.) Kekeringan yang terjadi di daerah tropis maupun daerah beriklim sedang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan.b. Naiknya Permukaan LautPemanasan global menyebabkan terjadinya kenaikan suhu global yang mengakibatkan cairnya lapisan es di kutub sehingga permukaan laut makin naik.Dengan mengetahui akibat yang ditimbulkan dari pemanasan global, maka sudah saatnya setipa negara berupaya untuk mengurangi kecepatan emisi dari gas-gas yang dapat menyebabkan terjadinya dampak pemanasan global, terutama CO2 dan CFC.Perubahan iklim global merupakan malapetaka yang akan datang! Kita telah mengetahui sebabnya - yaitu manusia yang terus menerus menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi.Kita sudah mengetahui sebagian dari akibat pemanasan global ini - yaitu mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral bleaching dan gelombang badai besar. Kita juga telah mengetahui siapa yang akan terkena dampak paling besar - Negara pesisir pantai, Negara kepulauan, dan daerah Negara yang kurang berkembang seperti Asia Tenggara.Selama bertahun-tahun kita telah terus menerus melepaskan karbondioksida ke atmosfir dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batubara, gas bumi dan minyak bumi. Hal ini telah menyebabkan meningkatnya selimut alami dunia, yang menuju kearah meningkatnya suhu iklim dunia, dan perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi juga mematikan. Greenpeace percaya bahwa hanya dengan langkah pengurangan emisi gas rumah kaca yang sistematis dan radikal dapat mencegah perubahan iklim yang dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah kepada ekosistem dunia dan penduduk yang tinggal didalamnya.Sebagai sebuah organisasi global berskala internasional, Greenpeace memusatkan perhatian kepada mempengaruhi kedua pihak yaitu masyarakat dan para pemegang keputusan atas bahaya dibalik penambangan dan penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil. Sebagai organisasi regional, Greenpeace Asia Tenggara memusatkan perhatian sebagai saksi langsung atas akibat dari perubahan iklim global, dan meningkatkan kesadaran publik tentang masalah yang sedang berlangsung. Greenpeace SEA juga berusaha mengupayakan perubahan kebijakan penggunaan energi di Asia Tenggara di masa depan - yaitu beranjak dari ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil kearah sumber-sumber energi yang terbarukan, bersih dan berkelanjutan.Taktik Kampanye Iklim dan Energi adalah mengkonfrontasi tantangan yang dimiliki industri berbahan bakar yang berasal dari fosil - terutama, pembangkit listrik pembakar-batubara dan penghasil energi berbasis-nuklir - sementara, di waktu yang sama menyuarakan dan mendorong solusi atas ketergantungan penggunaan bahan bakar yang berasal dari fosil. Sebagai contoh, GreenpeaceSEA mempromosikan kebijakan dan proyek yang dapat menghasilkan energi murah berasal dari angin dan energi matahari, dan advokasi terhadap efisiensi energi alternatif.

A. Definisi Perubahan Iklim GlobalSebelum kita membahas tentang perubahan iklim global itu sendiri, marilah kita membahas tentang apa sesungguhnya perubahan iklim global sendiri. Perubahan iklim adalah perubahan suhu, tekanan udara, angin, curah hujan, kelembapan, ataupun unsur iklim yang mempunyai kecenderungan naik atau turun secara nyata. Karena dampaknya meluas ke seluruh dunia, maka disebut perubahan iklim global.Perubahan tersebut saat ini berlangsung drastis. Faktor-faktor berupa gejala alam yang menyebabkan gangguan terhadap iklim global dunia antara lain gejala meningkatnya suhu udara di bumi yang disebut efek rumah kaca yang diakibatkan oleh pemanasan global. Selain itu, juga disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil yang merupakan salah satu masalah terbesar. Perubahan iklim menyebabkan dampak-dampak negatif. Mengenai efek rumah kaca, pemanasan global, dan dampak negatif dari perubahan iklim global akan dibahas selanjutnya.B. Pemanasan Global Sebagai Penyebab Perubahan Iklim GlobalSalah satu penyebab perubahan iklim global adalah pemanasan global. Pemanasan global (global warming) adalah peningkatan suhu atmosfer, lautan, dan daratan Bumi secara global. Lebih lengkapnya, pemanasan globalmerupakan satufenomena pemerangkapan gas yang dikenali sebagai efek rumah kacayang mana kumpulan gas inimenghalang dan memerangkap atmosfer yang bebas keluar ke angkasa. Biasanya, fenomena pemanasan global dapat dirasakan lebih jelas di kawasan kutub utara dan selatan, kawasan pembangunan perindustrian, dan banyak lagi tempat di dunia.Selama seratus tahun ini, suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18C(1.33 0.32F). Intergovernmental Panel on Climate Change(IPCC) memberi kesimpulan sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasigas-gas rumah kacaakibat aktivitas manusiamelaluiefek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negaraG8. Namun, masih ada beberapailmuwanyang tidak setuju dengan kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.Model iklim yang dijadikan acuan oleh proyek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4C(2.0 hingga 11.5F)antara tahun 1990 dan 2100.Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa depan, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan terus berlanjut lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.Ini mencerminkan besarnyakapasitas kalorlautan.Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,serta perubahan jumlah dan polapresipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, wilayah tropis yang suhunya kian memanas, meningkatnya badai, kelangkaan air, munculnya berbagai penyakit seperti stroke dan serangan jantung, memperlambat jalannya sirkulasi air laut, dan punahnya berbagai jenis hewan.Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih ada perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasiProtokol Kyoto yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.Penyebab-penyebab pemanasan global ialah aktivitas perindustrian yang menggunakan bahan bakar fosil seperti gas alam dan batu bara, polusi angkutan yang disebabkan kendaraan bermotor, pembakaran hutan, aktivitas pertanian yang menggunakan pupuk kimia dan pestisida berlebihan, kotoran hewan ternak yang melepaskan banyak gas metana ke angkasa, asap dan debu hasil letusan gunung berapi, penggunaan AC dan alat-alat kurang ramah lingkungan lainnya, dan sebagainya yang menghasilkan gas-gas buang. Karbon dioksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, klorofluorokarbon, gas metana, karbon monoksida, dan gas-gas lainnya dibuang ke udara ketika proses pembakaran berlangsung. Bahkan, gas klorofluorokarbon juga dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon.C. Efek Rumah KacaSecara sederhana, efek rumah kaca yang istilahnya pertama kali diusulkan olehJoseph Fourierpada1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutamaplanetatau satelit), dalam hal ini Bumi yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya. Efek rumah kaca secara lebih rinci didefinisikan sebagai terjadinya peningkatan suhu udara di muka bumi akibat semakin banyaknya gas pencemar di udara. Sebenarnya, bukan hanya Bumi yang mengalami efek rumah kaca, melainkan juga Mars, Venus, bahkan satelit alami Saturnus, Titan. Namun, saat ini yang dibahas adalah efek rumah kaca yang ada di Bumi. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Yang terakhir disebut diterima oleh semua dan yang pertama disebut diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gaskarbon dioksida(CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2ini disebabkan oleh kenaikan pembakaranbahan bakar minyak,batu baradan bahan bakar organik lain yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Matahari adalah sumber dari segala energi di bumi. Energi cahaya matahari dirubah menjadi energi yang dapat menghangatkan ketika mencapai permukaan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas matahari dan memantulkan kembali sisanya. Berikut ini persentase energi yang masuk ke Bumi: 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diserap permukaan bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumiSebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, CO2, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Selain gas-gas tersebut, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana danklorofluorokarbon(CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca.Gas-gas ini menyerap dan memantulkannya kembali ke permukaan bumi, sehingga panas dari gelombang radiasi tersebut tersimpan di permukaan bumi yang menyebabkan meningkatnya suhu rata-rata tahunan bumi.Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh seluruh penghuni bumi. Karena tanpa adanya efek rumah kaca, suhu permukaan bumi akan sangat dingin. Suhu rata-rata planet bumi sudah meningkat sekitar 33C menjadi 15C dari suhu awal yang -18C. Jika tidak ada efek rumah kaca ini maka permukaan bumi akan tertutup oleh lapisan es, namun jika berlebihan maka akan menyebabkan pemanasan global. Ada tiga faktor utama tingginya emisi gas rumah kaca, yakni kerusakan hutan dan lahan, penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan dan pembuangan limbah. Ini harus dikendalikan agar emisi gas rumah kaca bisa diturunkan. Bicara mengenai gas rumah kaca sendiri, gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia. Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1-5C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatanpemanasan globalantara 1,5-4,5C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkansuhupermukaan bumi menjadi meningkat.Efek rumah kaca mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Contoh-contoh gas rumah kaca ialah uap air, karbon dioksida, metana, nitrogen oksida, hidrofluorokarbon, klorofluorokarbon, bahkan yang lebih parah yaitu metan dan nitrogen triflorida.D. Efek Umpan BalikEfek umpan balik masih memiliki hubungan dengan efek rumah kaca. Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).Umpan balik ini hanya dapat dibalikkan secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.Efek-efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan radiasi infra merah balik ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC keempat. Efek umpan balik lainnya adalahhilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersama dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.E.Variasi Matahari dan Pengaruhnya Terhadap Perubahan IklimVariasi Matahariadalah perubahan jumlah energi radiasi yang dipancarkan olehMatahari. Terdapat beberapa komponen periodik yang memengaruhi variasi ini, yang terutama adalahsiklus Matahari11-tahunan (atau siklus bintik hitam Matahari), selain fluktuasi-fluktuasi lainnya yang tidak periodik. Aktivitas Matahari diukur dengan menggunakan satelit selama beberapa dekade terakhir setelah pada waktu sebelumnya pengukuran dilakukan melalui variabel-variabel'proksi'. Para ilmuwan iklim tertarik untuk mengetahui apakah variasi Matahari berpengaruh terhadap Bumi. Salah satunya, dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.Variasi dalamtotal solar irradiance(TSI) sebelumnya tidak dapat diukur atau dideteksi hingga era penggunaan satelit, walaupun sebagian kecil panjang gelombangultravioletbervariasi beberapa persen. Output total Matahari yang telah diukur (selama 3 kali periode siklus bintik hitam 11-tahunan) menunjukkan variasi sekitar 0,1%atau sekitar 1,3 W/m2dari maksimum ke minimum selama siklus bintik hitam 11-tahunan. Jumlahradiasi Matahariyang diterima permukaan luaratmosferBumi sedikit bervariasi dari nilai rata-rata 1366wattper meter persegi (W/m2). Fenomena variasi Matahari yang dikombinasikan dengan aktivitasgunung berapimungkin telah memberikan beberapa efekperubahan iklim, sebagai contoh selama periode Maunder Minimum. Sebuah studi tahun 2006 yang dilakukan sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman, dan Swiss serta review dari beberapa literatur, yang dipublikasikan dalamNature, menyatakan bahwa tidak terdapat peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari sejak 1970, dan bahwa perubahan output Matahari selama 400 tahun terakhir kecil kemungkinannya berperan dalam pemanasan global. . Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat keterangannya/kecerahanya selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk dijadikan penyebab terjadinya pemanasan global. Perlu ditekankan, laporan tersebut juga menyatakan, Selain tingkat terangnya Matahari, hal-hal lain yang dapat memengaruhi iklim seperti radiasi sinar kosmik atau sinar ultraviolet Matahari tidak dapat dikesampingkan, kata penulis tersebut. Akan tetapi, pengaruh-pengaruh lain ini belum dapat dibuktikan, tambah mereka, karena model-model fisik untuk efek-efek ini masih belum sempurna dikembangkan. Sedangkan sebuah penelitian oleh Lockwood dan Frhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.F. Ketidakstabilan IklimPerkiraan para ilmuwan mengenai ketidakstabilan iklim adalah selama pemanasan global terjadi, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Lautan pun makin luas. Es yang terapung di perairan Utara jumlahnya akan lebih menyusut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuwan masih ragu apakah kelembabantersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi dikarenakan uap air adalah gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efekinsulasi pada atmosfer. Namun, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1% untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya, beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim lagi.G.Sejarah Perubahan Iklim BumiPerubahan iklim bumi ternyata mempunyai sejarahnya sendiri, seiring dengan usia Bumi yang kita tinggali ini. Umur Bumi kita ini sudah mencapai ratusan juta tahun. Hal ini diukur berdasarkandating,yaitu cara menghitung umur bumi menggunakan paruh waktu yang terdapat pada unsur-unsur radioaktif sepertikarbon, uranium, radondan lain-lain. Para peneliti bumi atau lebih dikenal dengan sebutan earth scientistmengungkap sejarah-sejarah bumi dari mulai pembentukan, perubahan roman atau morfologi bumi, serta sejarah iklim yang terjadi di bumi. Pembahasan kali ini akan mengungkap bagaimana sejarah perubahan iklim dari zaman purba hingga sekarang, apakah iklim bumi stabil?Berdasarkan data dari NASA yang memberikan fakta perubahan gas karbon dioksida dari 650.000 tahun yang lalu, data ini diambil dari endapan inti es (ice cores) dari beberapa tempat di belahan bumi. Inti es tersebut di analisa kandungan CO2 serta mengkorelasikan umur inti es tersebut. Berikut grafik perubahan iklim bumi tersebut yang dihitung hingga Juli 2013.

Dari grafik diatas iklim bumi memang tidak stabil. Data tersebut menunjukan dari 650.000 sampai 50.000 tahun yang lalu iklim bumi memiliki perubahan yang stabil, akan tetapi semenjak tahun 1950 yaitu tepatnya pada saat revolusi industri, kadar CO2 meningkat sangat drastis. Penggunaan energi fosil merupakan penyebab utama dari pemanasan global. Sementara penyebab perubahan iklim darii 650.000 - 50.000 tahun yang lalu adalah pergerakan tektonik lempeng yang menyebabkan perubahan roman muka bumi sehingga efeknya akan terjadi perubahan iklim seperti yang kita rasakan saat ini. Hal ini memberikan asumsi bahwa bumi memang memiliki siklus perubahan iklim, namun peradaban manusia-lah yang mempercepat bahkan memperburuk siklus tersebut seperti saat ini.Bukti dari perubahan iklim yang signifikan dapat kita rasakan atau lihat di sekeliling kita. Musim berganti dengan tidak jelas, tidak beraturan, secara bertahap naiknya permukaan air laut yang terus bertambah dari tahun ke tahun, berkurangnya ketebalan es di kutub utara maupun selatan, dan masih banyak lagi. Hal ini memungkinkan akan tenggelamnya beberapa daratan di muka bumi. Bagaimana peradaban manusia yang akan datang? Apakah ini yang disebut revolusi kehidupan?H. Model IklimPara ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model komputer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model ini memprediksikan penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat. Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 C hingga 6.4 C (2.0 F hingga 11.5 F) antara tahun 1990 dan 2100. Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim. Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia, akan tetapi mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini. Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.I. Dampak Perubahan Iklim Global Bagi Kehidupan ManusiaDampak pemanasan global dan perubahan iklim telah merambah sekitar kita. Curah hujan tidak beraturan dan jika turun dalam volume yang sangat besar, diselingi dengan tiupan angin kencang menerpa bagian terbesar wilayah Indonesia selama tiga bulan terakhir ini. Fenomena tersebut memicu terjadinya bencana lingkungan seperti banjir di sepanjang DAS Bengawan Solo, Pantura Jawa dan beberapa daerah langgananbanjir di Jakarta. Banjir dan tanah longsor memang juga dipicu oleh menurunnya daya dukung lingkungan karena penggundulan hutan, alih fungsi lahan dan berkurangnya kapasitas sungai karena sedimentasi dan penumpukan sampah. Perubahan iklim memang telah kita rasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Disamping fenomena diatas, musim kemarau selalu datang dengan panas sangat menyengat yang memicu terjadinya kekeringan.Dampak perubahan iklim bukan hanya menimpa Indonesia tetapi hampir seluruh warga bumi. Kyoto, kota tempat para pemimpin dunia pada tahun 1997 sepakat untuk mengurangi emisi CO2, tidak luput dari pengaruh perubahan iklim global. Pertengahan Maret yang normalnya sudah mulai musim semi, namun musim dingin dengan temperatur 2OC terasa menusuk tulang dan di beberapa sudut kota diwarnai dengan percikan salju. Peluncuran film dokumenter berjudulAn Inconvenient Truth (Kebenaran yang Tidak Menyenangkan) yang menyabet 3 hadiah Oscar menandai keprihatinan terhadap perubahan iklim global. Di Eropa, Belanda juga masih mengalami percikan salju di bulan Februari dengan suhu dibawah nol derajat. Suatu kondisi iklim yang tidak biasanya terjadi. Menurut laporan Panel antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim, peningkatan temperatur yang berkisar antara 1 sampai 3 derajat celcius akan menimpa seluruh kawasan benua di bumi ini. Sedangkan skenario rendah dari kenaikan rata-rata permukaan air laut berkisar antara 18 sampai dengan 38 cm.Perubahan cuaca dan iklim dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (seperti Aedes aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstrem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (climate change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang/kebakaran hutan) dan DBD (kaitan dengan musim hujan tidak menentu).Pemanasan global sebagai akibat adanya Efek Rumah Kaca (ERK) yang diikuti oleh perubahan iklim akan menyebabkan perubahan-perubahan kondisi alam. Sejumlah bukti yang memperlihatkan adanya pemanasan global dalam kurun waktu 50 tahun terakhir disebabkan oleh ulah tangan manusia.Lihat saja, disepanjang tahun 2002 terjadi banyak kejadian alam yang ekstrem (Gntheroth, 2002 dalam Rachmawan, 2006), yaitu munculnya badaiEl Ninodi wilayah pasifik dan suhu si seputar garis katulistiwa meningkat 1 Celcius. Di Australia selatan panjang wilayah kebakaran hutan mencapai 3200 km. Di Cina pada bulan April terjadi badai salju terparah sejak 40 tahun terakhir dan banjir besar terjadi pada bulan Juni dengan ratusan korban jiwa. Bulan Agustus, terjadi banjir di wilayah timur India dan kekeringan parah di wilayah barat. Di Siberia mengalami suhu hangat yang tidak biasa di bulan Mei. Sementara di Moskow mengalami bulan Januari terhangat sejak 1904; suhu melonjak tiba-tiba dari minus 30 Celsius menjadi plus 3,5 Celsius. Di wilayah Eropa kejadian ekstrem terjadi pada bulan Januari di Yunani, Turki, Mallorca dan Italia dimana bentuk curah hujan salju yang sangat tinggi. Di Afrika, sepanjang Juli hingga Agustus, kelaparan akibat kekeringan melanda Zimbabwe, Malawi, Zambia, Mozambik, Lesotho, Swaziland, Kenya (dimana curah hujan berkurang hingga 50%), dan Ethiopia. Situasi buruk ini juga terjadi di benua Amerika. Di bulan April kekeringan melanda wilayah timur AS. Bulan Juli kekeringan melanda 40% wilayah AS hingga 45 kebakaran hutan tercatat di Quebec hingga asapnya sampai ke New York yang berjarak sekitar 700 km. Pada bulan Agustus di Kanada tercatat kekeringan terparah sejak dimulainya pencatatan kondisi cuaca 130 tahun yang lalu. Kondisi yang paling parah sebagai akibat pemanasan global adalah benua Asia. Diprediksikan bahwa setiap kenaikan suhu udara 2 Celsius akan menurunkan produksi pertanian antara lain di Cina dan Bangladesh sebanyak 30% pada tahun 2050. Kelangkaan air meningkat seiring dengan menurunnya lapisan es pegunungan Himalaya. Salah satu dampak yang paling banyak terjadi di Asia sebagai akibat pemanasan global adalah peningkatan permukaan air laut.Kembali ke Indonesia. Dampak pemanasan global yang paling terasa bagi negara berkembang seperti Indonesia adalah pada sektor pertanian. Dengan adanya pemanasan global akan mengakibatkan perubahan iklim dan kondisi cuaca yang tidak menentu (anomali cuaca). Dampaknya adalah petani sering terkecoh oleh cuaca. Pola tanam yang dilakukan oleh petani yang biasanya dilakukan berdasarkan musim (musiman) seringkali meleset. Sebagai contoh di bulan Oktober sampai Desember sudah terjadi hujan satu sampai dua hari dianggap sudah masuk musim hujan. Padahal sampai Januari hujan tidak turun, akibatnya padi yang sudah ditanam mati kekurangan air. Kegagalan panen terjadi, petani rugi dan harga beras naik. Di kawasan Asia Tenggara, tercatat kenaikan temperatur pada kisaran 0,4-1 derajatcelcius.Diperkirakan kenaikan temperatur di wilayah Asia Tenggara untuk janga menengah di tahun-tahun mendatang (2046-2065), akan terjadi pada rentang 1,5-2 derajatcelcius.Curah hujan diperkirakan akan meningkat di negara seperti Indonesia dan Papua Nugini. Sedangkan di negara-negara seperti Thailand, Laos, Myanmar, Kamboja dan Vietnam curah hujan diperkirakan akan menurun sebesar 10-20 persen di bulan Maret-Mei. Secara keseluruhan, curah hujan tahunan diperkirakan akan meningkat, kecuali di bagian Barat Daya Indonesia. Kelembaban tanah akan meningkat hingga 1 mm di bagian Barat Daya dari kawasan ini (Papua Nugini), dan penurunan sekitar 0,6 mm di bagian barat region ini, yaitu di negara-negara Laos, Vietnam, Kamboja, Thailand, Malaysia, sebagian Indonesia,dan sebagian Myanmar.kawasan pesisir pantai di seluruh Asia Tenggara akan mengalami kenaikan muka air laut 10-15 persenlebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kenaikan muka air laut global.Kenaikan muka air laut di tahun 2050 akan mencapai hingga 50 cm dan 100 cm di tahun 2090, dimana kota-kota besar di Asia Tenggara seperti Jakarta, Bangkok, Ho Chi Minh, Manila dan Yangon akan terkena dampak yang paling besar.J. Cara Menanggulangi Dampak Perubahan Iklim GlobalPerubahan iklim global saat ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan di Bumi yang kita tinggali. Terutama dampak negatifnya, malah jauh lebih besar dan saat ini makin terasa saja bagi kehidupan manusia. Hal ini menyadarkan kita untuk selalu menjaga lingkungan kita untuk menanggulangi dampak perubahan iklim global. Berikut ini berbagai cara untuk menanggulangi dampak perubahan iklim global demi kehidupan masa kini dan masa depan:a. Melakukan penanaman pohon sebanyak mungkin, terutama di daerah hutan yang telah gundul. Hal ini dikarenakan daun-daun pada pohon menyerap karbon dioksida untuk fotosintesis.b. Menanam bakau di pesisir pantai untuk mencegah terjadinya abrasi.c. Revitalisasi terumbu karang di laut yang sudah dirusak oleh aktivitas penambangan, termasuk yang terjadi di Bangka Belitung.d. Membangun sistem peringatan dini, khususnya di pemukiman yang sangat rawan terhadap dampak buruk perubahan iklim.e. Menghemat listrik, seperti mematikan lampu jika siang hari dan mematikan peralatan listrik jika tidak diperlukan, terutama pada malam hari dimana beban puncak konsumsi listrik terjadi pada pukul 18.00-21.00.f. Mencegah penebangan liar dan menerapkan sistem tebang pilih (pohon yang boleh ditebang harus memiliki diameter 60 ke atas).g. Membuat sengkedan di daerah lereng pegunungan yang digunakan sebagai lahan pertanian untuk mencegah hanyutnya humus karena erosi.h. Mengolah limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.i. Menggunakan bahan-bahan dan barang-barang yang ramah lingkungan, seperti menggunakan kantong pengganti kantong plastik untuk berbelanja dan menggunakan lemari es yang tidak melepaskan CFC.j. Menerapkan prinsip 4R, yaitu Reuse (memakai kembali barang-barang yang tak terpakai untuk keperluan lain), reduce (mengurangi pemakaian barang dan menggunakannya saat perlu saja), recycle (mendaur ulang barang yang tak terpakai menjadi barang yang bermanfaat), dan replace (mengganti barang yang tidak ramah lingkungan dengan barang yang ramah lingkungan).k. Melakukan remediasi (membersihkan permukaan tanah dari berbagai macam polutan dengan bantuan bakteri dan jamur).l. Mengurang penggunaan pestisida dan pupuk buatan.m. Kurangi penggunaan energi fosil pada kendaraan pribadi, gunakan transportasi umum karena cukup mengurangi pembakaran karbon dibanding memakai kendaraan pribadi.n. Biasakan berjalan kaki atau bersepeda dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Jika terpaksa menggunakan kendaraan, gunakan kendaraan umum. Hal ini masih mempunyai hubungan dengan poin m tadi.o. Mengganti bola lampu dengan jenis TL yang hemat energi.p. Memanfaatkan cahaya matahari (dengan genteng kaca, glass box, konstruksi jendela) sebagai salah satu sumber penerangan dalam rumah.q. Di kantor atau di rumah yang dilengkapi dengan alat pendingin udara sebaiknya disetel dengan suhu udara minimal 25 derajat.r. Mengembangkan energi baru seperti pembangkit tenaga surya, nuklir, dan angin, namun sayangnya biaya instalasinya masih mahal, bahkan untuk nuklir masih kontroversial karena alasan keselamatan dan limbah.s. Penetralan limbah industri dengan membuat instalasi pengolahan limbah.t. Memotivasi diri sendiri dan masyarakan untuk berperan menyelamatkan Bumi.