PETISI

Embed Size (px)

Citation preview

Contoh Tugas Petisi

Identitas terletak di kanan atas, dengan font times new roman(TNR) 12pt , spasi 1,15ptJudul tulisan bebas, baik menggambarkan isi, atau hal unik didalam tulisan, font TNR 14pt, bold, spasi 1,15pt. Nama : Windy PratiwiFakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikGugus/No Absen: 12/077

Tulisan/isi dengan font times new roman(TNR) 12pt , spasi 1,15pt. Rata kiri-kanan. HAPUS PERPRES 51 TAHUN 2014, TOLAK REKLAMASI TELUK BENOA

Kepada Yth. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono Presiden Republik IndonesiaDengan hormat,Melalui petisi ini, kami selaku mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa Pemerintahan Mahasiswa (BEM PM ) Universitas Udayana menyatakan sikap penolakan terhadap lahirnya Perpres No. 51 Tahun 2014. Terbitnya Perspres tersebut pada akhir Mei tahun ini telah menghapus pasal-pasal di dalam Perpres No. 45 Tahun 2011 Pasal 55 ayat 5. Penghapusan pasal lama dalam perpres yang baru diterbitkan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah menyetujui adanya Reklamasi di Teluk Benoa. Selaku mahasiswa sekaligus masyarakat Bali yang peduli terhadap keberlangsungan ekosistem dan lingkungan di Bali, kami mengharapkan pemerintah bisa menghapus keberadaan Perpres No.51 Tahun 2014 tersebut.Hal ini didasarkan pada,1. TELUK BENOA ADALAH KAWASAN KONSERVASI, TIDAK UNTUK DI REKLAMASI : DAMPAKNYA TERHADAP EKOLOGIHal ini berdasarkan kajian pakar Hidrologi dari Universitas Udayana, I Nyoman Sunarta, reklamasi Teluk Benoa tentu akan menimbulkan bencana ekologis. Alasannya jika reklamasi tetap dilaksanakan, maka akan terjadi perubahan arus air laut di sekitar perairan tersebut. Dampak paling nyata yang dapat dirasakan adalah semakin memperparah terjadinya abrasi di sejumlah pantai di sekitar Teluk Benoa.Indonesia Maritime Institute (IMI) menegaskan, reklamasi di Teluk Benoa berpotensi merusak ekosistem terumbu karang yang selain sebagai penopang kehidupan jutaan biota laut, juga menjadi andalan wisata bahari di Pulau Bali, jika reklamasi dilakukan maka tentu sedimentasi yang ditimbulkan akan mematikan terumbu karang dan biota lainnya. Teluk Benoa dikelilingi oleh daratan Tanjung Benoa dan Pulau Serangan, kemudian bila latar belakang reklamasi yang diutarakan untuk menjaga Bali dari bahaya tsunami atau gelombang pasang, tentunya tidak beralasan karena yang akan lebih dahulu dihantam oleh tsunami (bila benar terjadi) adalah dua pulau tersebut yaitu daratan Tanjung Benoa dan Pulau Serangan. Selain itu, kawasan Teluk Benoa juga merupakan Green Nature Garden, yang berarti bahwa mangrove hanya dapat tumbuh di kawasan tersebut.

2. BALI TIDAK LAGI MENJADI PARIWISATA BUDAYA SEUTUHNYAPada hakekatnya, Bali tidak memerlukan wisata artifisial atau buatan, tetapi yang lebih penting yakni pengembangan pariwisata budaya yang tentunya menjadi roh pariwisata yang ada di Bali. Bali memang tidak boleh menutup mata terhadap kemajuan yang dialami pariwisata negara-negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Namun Pemerintah tidak seharusnya hanya menyerahkan kepada investor dalam perencanaan pengembangan pariwisata sehingga harus menempatkan investasinya di wilayah yang merugikan baik dari segi aspek lingkungan, budaya, sosial dan ekonomi bagi kelangsungan Bali ke depan. Pembangunan di Bali harus senantiasa berlandaskan konsep Tri Hita Karana sehingga mampu menjaga keharmonisan jangka panjang yang mampu dirasakan oleh generasi penerus Bali nantinya. Pengembangan pariwisata diharapkan dapat lahir langsung dari inisiatif Desa Pakraman maupun krama banjar melalui pengembangan desa wisata melalui dukungan penuh dari pihak pemerintah sehingga manfaatnya dapat menyentuh masyarakat secara langsung. Karena wisatawan datang ke Bali adalah untuk mencari otentisitas (keaslian) dari kebudayaan Bali itu sendiri.

3. REKLAMASI TIDAK UNTUK MENSEJAHTERAKAN RAKYATDalam era globalisasi ini, daerah manapun di dunia ini tidak akan pernah luput dari pembangunan, baik itu pembangunan infrastruktur negara maupun pembangunan di berbagai sektor kehidupan, namun yang menjadi catatan penting dalam perencanaan dan realisasi percepatan pembangunan ini hendaknya dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian adat dan istiadat yang ada di Bali. Pemerataan pembangunan di Bali adalah salah satu indikator untuk memberikan kontribusi dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan baru dan peningkatan pendapatan asli daerah di daerahnya masing-masing. Jangan sampai percepatan pembangunan hanya berfokus pada beberapa tempat khususnya Bali Selatan yang pada akhirnya akan semakin menambah kesenjangan antar masyarakat khususnya dari aspek ekonomi. Pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan harus dikedepankan sebagai embrio pembangunan ekonomi berkelanjutan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945.

4. REKLAMASI BUKAN SOLUSI TERHADAP PERMASALAHAN ALIH FUNGSI LAHAN DAN KEPADATAN PENDUDUKPemberian subsidi mutlak harus diberikan oleh pemerintah kepada para petani agar mampu mengolah lahannya untuk budidaya pertanian, bukan mengalihfungsikan lahannya pada bisnis yang dinilai lebih menguntungkan. Baik dalam bentuk peringanan pajak (PBB), subsidi harga gabah maupun menyangkut modal usaha tani untuk pembelian sarana produksi dan alat/mesin pertanian demi meningkatkan gairah dalam mengembangkan usaha tani serta memperoleh produktivitas yang lebih tinggi lagi. Petani sudah saatnya memiliki harapan yang membanggakan dalam aktivitasnya sebagai petani karena pada kenyataannya saat ini menunjukan bahwa profesi tani memang benar-benar mulai dikesampingkan oleh generasi muda. Tentu yang kita harapkan bersama yakni perkembangan pertumbuhan pariwisata yang sejajar (tanpa saling mengorbankan) dengan perkembangan pertanian dalam kawasan subak yang ada di Bali. Karena pada dasarnya, kedua hal tersebut dapat menjadi suatu simbiosis mutualisme dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali tanpa mengusik sedikitpun nilai-nilai Budaya yang terkandung di dalamnya.

Landasan Petisi Penolakan atas penerbitan Perpres No. 51 Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. PASAL 55 AYAT (5) PERPRES NO. 45 TAHUN 20112. PASAL 2 AYAT (3) PERPRES NO. 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL.3. PERDA RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI (RTRWP) BALI NO. 16 TAHUN 2009 SOAL SEMPADAN PANTAI UNTUK LAUT DIATUR 100 METER.

Demikian petisi ini kami ajukan, sebagai upaya terhadap pemerhati keselamatan lingkungan di Bali. Secara umum, kami BEM PM Universitas Udayana menginginkan adanya pembuatan kebijakan yang memerhatikan banyak aspek dan faktor. Pembuatan kebijakan yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan, yang tentunya tidak menimbulkan banyak efek negatif bagi kemaslahatan hidup masyarakat Bali. Kami yang bertanda tangan di bawah ini mewakili masyarakat, mahasiswa, dan pemerhati lingkungan yang mengajukan PETISI:HAPUS PERPRES 51 TAHUN 2014, TOLAK REKLAMASI TELUK BENOA.