Upload
nurul-arsy-m
View
31
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PETUNJUK PRAKTIKUM PEMERIKSAAN SPERMA
BLOK LIFE CYCLE
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER UNSOED
Pengumpulan bahan
1. Sediaan semen diambil setelah abstinensia minimal 48 jam sampai maksimal 7
hari dengan cara masturbasi
2. Sediaan semen idealnya dikeluarkan dalam kamar yang tenang dalam
laboratorium. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka sediaan harus dikirim
ke laboratorium dalam waktu maksimal 1 jam sejak dikeluarkan
3. Sediaan semen dimasukkan ke dalam botol/gelas kaca bermulut lebar, yang
ditulisi identitas penderita, tanggal pengumpulan dan lamanya abstinensia
4. Sediaan semen dikirim ke laboratorium pada suhu 20-400C
Alat dan bahan
1. Alat :
- mikroskop
- pipet tetes
- gelas/tabung ukur kaca
- objek glass
- cover glass
- pipet leukosit
- bilik hitung Neubauer Improved (NI)
2. Bahan :
- semen
- NaCl fisiologis
- aquadest
- Larutan fikasasi etanol 95% : eter ( 1: 1)
- Cat Giemsa
Pemeriksaan bahan
A. Pemeriksaan makroskopis
1. Warna
Normal : berwarna putih kelabu homogen, kadangkala didapatkan butiran seperti
jeli yang tidak mencair.
Abnormal : Jernih menandakan jumlah sperma sangat sedikit
Merah kecoklatan adanya sel darah merah
Kuning pada penderita ikterus atau minum vitamin
2. Bau
Normal : bau khas seperti bunga akasia
Abnoramal : bau busuk infeksi
3. Likuefaksi (mencairnya semen)
Sediaan diamati pada suhu kamar dan dicatat waktu pencairan
Normal : mencair dalam 60 menit, rata-rata ± 15 menit
4. Volume
Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca
Normal : > 2 ml
5. Konsistensi
Cara :
- Sampel diambil dengan pipet atau ujung jarum, kemudian biarkan
menetes
- Amati benang yang terbentuk dan sisa ampel di ujung pipet/jarum
Normal : benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung pipet/jarum
hanya sedikit
6. pH
Cara :
- Teteskan sampel pada kertas pH meter
- Bacalah hasilnya setelah 30 detik dengan membandingkan dengan kertas
standar
Normal : pH 7,2 – 7,8
Abnormal : pH > 7,8 infeksi
pH < 7 pada semen azoospermia, perlu dipikirkan kemungkinan
disgenesis vas deferens, vesika seminal, atau epididimis
B. Pemeriksaan mikroskopis
1. Pemeriksaan estimasi jumlah sperma
Cara :
- Teteskan 1 tetes sampel ke objek glass, kemudian tutup dengan cover
glass
- Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa
objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal.
Pemeriksaan dilakukan pada beberapa lapang pandang, pada suhu kamar
- Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan dengan 106
- Jumlah rata-rata sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar
pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer Improved
- Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma
Jumlah sperma / lapang pandang (400x) Pengenceran
< 15 1 : 5
15 – 40 1 : 10
40 – 200 1 : 20
> 200 1 : 50
2. Motilitas sperma
Cara :
- Teteskan 1 tetes (10 – 15 mikroliter) sampel ke objek glass, kemudian
tutup dengan cover glass
- Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa
objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal
- Pemeriksaan dilakukan dalam 4 -6 lapang pandang pada 200 sperma,
pada suhu kamar (180 – 240 C)
- Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang kepala sperma
atau setengah kali panjang ekor sperma atau ± 25 μm/detik.
- Dilihat gerakan sperma dan diklasifikasikan sebagai berikut :
(a) jika sperma bergerak cepat dan lurus ke muka
(b) jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus
(c) jika tidak bergerak maju
(d) jika sperma tidak bergerak
- Lakukan pemeriksaan ulangan dengan tetesan sperma kedua
3. Morfologi sperma
Cara :
- Teteskan 1 tetes (10 – 15 mikroliter) sampel ke salah satu ujung objek
glass
- Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel seperti terlihat pada
gambar
- Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi dengan etanol 95% :
eter (1 : 1), biarkan sediaan kering
- Kemudian cat dengan Giemsa selama 30 menit, bilas dengan air bersih,
keringkan dan preparat siap diperiksa
- Periksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa
objektif, 10 x lensa okuler), kondensor diturunkan dan cahaya minimal
- Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma meliputi kepala, leher
dan ekor, kemudian hasil yang didapat dibuat persentase
Sperma Normal abnormalkepala leher ekor
12 ...dst200
Gambar 1. Sperma normal :
Gambar 2. Sperma abnormal
Neck
4. Pemeriksaan elemen bukan sperma
Cara :
- Dilakukan penghitungan sel selain sperma seperti leukosit, sel epitel
gepeng dan sel lain yang ditemukan. Pengitungan dilakukan dalam 100
sperma ditemukan berapa sel lain selain sperma
- Penghitungan :
C = N x S C : jumlah sel dalam juta / ml 100 N : jumlah sel yang dihitung dalam 100 sperma
S : jumlah sperma dalam juta / ml
5. Pemeriksaan hitung jumlah sperma
Cara :
- Siapkan hemositometer (pipet leukosit dan Bilik hitung NI)
- Pasang bilik hitung NI dibawah miroskop dengan pembesaran 100x atau
400x, cari kotak hitung seperti terlihat dalam gambar.
Gambar 3. Kotak dalam bilik hitung NI
- Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak sedang
yang masing-masing didalamnya terbagi lagi menjadi 16 kotak kecil
- Hisap semen sampai angka 0,5, kemudian hisap pengencer aquadest/NaCl
fisiologis sampai angka 11 digunakan pengenceran 1 : 20.
(Pengenceran lain dapat digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran
berdasarkan estimasi jumlah sperma)
- Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma yang
ditemukan :
jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 hitung 25 kotak
jumlah sperma dalam 1 kotak sedang 10-40 hitung 10 kotak
jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 hitung 5 kotak
- Buatlah rata-rata jumlah sperma
- Selanjutnya hitunglah jumlah sperma dan faktor koreksinya dengan aturan
seperti tertera dalam tabel 2
Tabel 2. Jumlah penghitungan kotak dan faktor koreksi jumlah sperma
Pengenceran Jumlah kotak sedang yang dihitung
25 10 5
Faktor koreksi
1 : 10 10 4 2
1 : 20 5 2 1
1 : 50 2 0,8 0,4
Contoh :
Rata-rata ditemukan 50 sperma yang dihitung dalam 5 kotak sedang dengan
pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah :
= 50/1 x 106 = 50 juta / ml
Rata-rata ditemukan 20 sperma yang dihitung dalam 10 kotak sedang dengan
pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah :
= 20/4 x 106 = 5 juta / ml
.
REFERENSI :
1. WHO Laboratory Manual for the examination of human semen and sperm-cervical mucus interaction. 4th ed.. Cambridge University Press. 1999
2. Penuntun laboratorium WHO untuk pemeriksaan semen manusia dan interaksi semen-getah servik. Edisi 1. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1988
Lampiran 1. Interpretasi Hasil
Interpretasi hasil analisis sperma saat ini didasarkan atas 3 parameter pokok, yaitu :
1. Jumlah spermatozoa / ml
3. % motilitas spermatozoa yang bergerak baik (kriteria a)
4. % morfologi spermatozoa normal
Interpretasi Hasil Jml sperma % motil % morfo
Normozoospermia ≥ 20 ≥ 50 ≥ 50
Oligozoospermia < 20 ≥ 50 ≥ 50
Ekstrim Oligozoospermia < 5 ≥ 50 ≥ 50
Astenozoospermia ≥ 20 < 50 ≥ 50
Teratozoospermia ≥ 20 ≥ 50 < 50
Oligoastenozoospermia < 20 < 50 ≥ 50
Oligoastenoteratozoospermia < 20 < 50 < 50
Oligoteratozoospermia < 20 ≥ 50 < 50
Astenoteratozoospermia ≥ 20 < 50 < 50
Polizoospermia ≥ 250 ≥ 50 ≥ 50
Azoospermia Bila tidak dijumpai spermatozoa dari pemeriksaan sediment sentrifugasi sperma yang lebih dari 1 kali
Nekroozoospermia Bila semua spermatozoa tidak ada yang hidup, dinyatakan dalam pengecatan vital
Kriptozoospermia Bila ditemukan spermatozoa yang tersembunyi yaitu bila ditemukan dalam sediment sentrifugasi sperma
Aspermia Bila tidak ada semen /sperma yang keluar, meskipun pasien telah merasa mengeluarkan ejakulat