Upload
others
View
26
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
i
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
i
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
i
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Padi (Beras) merupakan salah satu pangan pokok bagi Indonesia.Sejak
Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia
telah mengalami pasang surut.Diawal tahun kemerdekaan, ketidakmampuan
menyediakan beras bagi rakyat Indonesia telah menimbulkan instabilitas
politik.Pada tahun 1984, Indonesia telah mampu mencapai swasembada
beras, tetapi setelah itu penyediaan beras bersumber dari produksi dalam
negeri tidak dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri sehingga penyediaan
beras dari impor menjadi alternatif untuk mengurangi resistensi sosial dan
politik.Namun sejak tahun 2008 sampai saat ini, penyediaan beras telah
kembali mencapai swasembada.Melihat realitas tersebut, beras menjadi
komoditas yang fundamental dan strategis.Untuk itu, pengelolaan perpadian
(perberasan) memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan pemangku
kepentingan lainnya.
Kebutuhan padi (beras) akan terus meningkat seiring dengan proyeksi laju
pertambahan penduduk. Laju pertumbuhan jumlah penduduk masih lebih
tinggi bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan produksi padi nasional, di
sisi lain luas baku lahan sawah dan kualitasnya cenderung menurun akibat
konservasi lahan dan faktor faktor lainnya. Oleh karena itu untuk
mengimbangi kebutuhan akan beras nasional, upaya peningkatan produksi
padi setiap tahunnya harus terus dilakukan. Dalam konteks tersebut
diperlukan berbagai terobosan-terobosan peningkatan produksi.
Menyadari fungsi dan peran penting padi tersebut, maka pemerintah terus
berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi.Pada tahun
ii
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
2016selain difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas
(intensifikasi) juga dirancang kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi).
Dalam Pelaksanaannya diharapkan mengadopsi Teknologi Tanam Jajar
Legowo. Untuk itulah maka diperlukan Petunjuk Teknis Teknologi Tanam
Jajar Legowo Padi.
Buku Petunjuk Teknis Teknologi Tanam Jajar Legowo Padi Tahun 2016
berisi kebijakan, strategi dan langkah aksi bagi pemerintah (pusat, provinsi
dan kabupaten/kota) bersama stakeholders dalam melaksanakan kegiatan
peningkatan produksi padi secara sinergis dan berkesinambungan baik pada
lokasi kegiatan peningkatan provitas (intensifikasi) maupun perluasan areal
tanam (ekstensifikasi) dengan tetap mengadopsi teknologi tanam jajar
legowo, sehingga target produksi yang telah ditetapkan dapat tercapai
seiring dengan upaya mewujudkan swasembada beras yang berkelanjutan.
Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh
pihak yang akan melaksanakan kegiatan penerapan teknologi tanam jajar
legowo baik pada lokasi intensifikasi dan apabila memungkinkan diterapkan
di lokasi ekstensifikasi. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan
dalam pelaksanaan kegiatan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih.
Jakarta, 23 Februari 2016
iii
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. iv
I. PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Tujuan dan Sasaran …………… .............................. 7
C. Pengertian-Pengertian ............................................ 9
II. KERAGAAN, TANTANGAN SERTA PELUANG
PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016............. 19
A. Keragaan Produksi .................................................. 19
B. Sasaran Produksi Padi Tahun 2016 ........................ 20
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi ....... 21
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016 .................................................................... 23
A. Strategi Pencapaian Produksi Padi Tahun 20 .......... 23
B. Upaya Pencapaian Produksi Padi Tahun 2016 ....... 25
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2016 ...................... 30
A. Kriteria Calon Lokasi Kegiatan Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) ................................... 30
B. Kriteria Calon Petani Pelaksana Kegiatan Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) .................. 34
C. Fasilitasi Bantuan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) .................. 36
iv
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI ........ 48
A. Pengorganisasian .................................................... 48
B. Operasionalisasi ..................................................... 50
VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN ......... 53
VII. PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN ................................................................... 55
A. Pengendalian ........................................................... 55
B. Monitoring ............................................................... 56
C. Evaluasi ................................................................... 57
D. Pelaporan ................................................................. 58
PENUTUP ........................................................................ 63
LAMPIRAN ............................................................................. 65
v
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen,
Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2016 .... 66
Lampiran 2. Rekapitulasi Alokasi Kegiatan Budidaya Padi
Tahun 2016 ....................................................... 68
Lampiran 3. Alokasi Kegiatan Budidaya Padi Per Provinsi
dan Kabupaten/Kota Tahun 2016 ...................... 69
Lampiran 4. Daftar Calon Petani dan Lokasi Penerima
Bantuan Pemerintah Tahun 2016 ...................... 82
Lampiran 5. Contoh Surat Keputusan Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) ................................................ 84
Lampiran 6. Rencana Usaha Kelompok (RUK) Bantuan
Pemerintah Tahun 2016 .................................... 87
Lampiran 7. Surat Pernyataan Penerima dan Penggunaan
Bantuan Pemerintah Tahun 2016 ...................... 88
Lampiran 8. Form Isian Hasil Ubinan .................................... 89
Lampiran 9. Jarak Tanam Jajar Legowo ............................... 90
Lampiran 10. Rencana Jadwal Pelaksanaan Teknologi
Tanam Jajar Legowo Tahun 2016 ..................... 98
Lampiran 11. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan ....................... 99
vi
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
Lampiran 12. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan ....................... 100
Lampiran 13. Blangko Laporan Bulanan Provinsi
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan ....................... 101
Lampiran 14. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan ....................... 102
1
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai
pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri
yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri
pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan
Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu
strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada masa
yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber penghasil
devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi
sebagian besar penduduk Indonesia.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya
keadaan “rawan pangan” di masa yang akan datang. Selain itu,
dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan dan
kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi
per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia
membutuhkan tambahan ketersediaan pangan guna
mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup
tinggi.
2
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
Untuk memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri,
telah ditetapkan sasaran produksi padi tahun 2016 sebesar
76,23 juta ton gabah kering giling (GKG). Banyak tantangan
yang harus dihadapi untuk mencapai sasaran produksi tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya peningkatan
produksi yang luar biasa.
Masih terdapatnya senjang hasil di areal yang selama ini sudah
dimanfaatkan serta masih tersedianya areal pertanian dan
lahan potensial yang belum termanfaatkan secara optimal
seperti lahan kering, rawa, lebak, pasang surut, lahan
sementara tidak diusahakan dan lainnya, merupakan peluang
bagi peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi.
Potensi sumberdaya lahan ini harus dirancang dengan baik
pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi dan pendapatan
petani, salah satunya melalui kegiatan peningkatan
produktivitas (intensifikasi) dan peningkatan luas tanam
(ekstensifikasi).
Berbagai upaya peningkatan produksi baik melalui kegiatan
peningkatan produktivitas maupun peningkatan luas tanam,
telah dilaksanakan antara lain melalui Penerapan Pengelolaan
Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Upaya ini telah
terbukti mengungkit pencapaian produksi, namun kedepan akan
dihadapkan dengan berbagai tantangan yang lebih beragam,
oleh karena itu diperlukan penyempurnaan dan atau
3
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
peningkatan kualitas baik pada tatanan perencanaan maupun
operasionalisasi di lapangan.
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) bukan
merupakan paket teknologi, tetapi adalah pendekatan dalam
peningkatan produksi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air,
hara dan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara
menyeluruh dan berkelanjutan. Dalam penerapannya, PTT
bersifat partisipatif, dinamis, spesifik lokasi, terpadu dan sinergis
antar komponen teknologi yang diterapkan.
Dewasa ini telah diperkenalkan berbagai teknologi tanam
budidaya padi, antara lain budidaya sistem tanam benih
langsung (Tabela), sistem tanam tanpa oleh tanah (TOT)
maupun sistem tanam jajar legowo (Jarwo). Salah satu penciri
pendekatan melalui PTT adalah komponen sistem tanam jajar
legowo. Pengenalan dan penggunaan sistem tanam tersebut
disamping dapat mendapatkan pertumbuhan tanaman yang
optimal juga ditujukan untuk meningkatkan hasil dan
pendapatan petani.
Pada umumnya, varietas padi pada kondisi jarak tanam sempit
akan mengalami penurunan kualitas pertumbuhan, seperti
jumlah anakan dan malai yang lebih sedikit, panjang malai yang
lebih pendek, dan tentunya jumlah gabah permalai berkurang
bila dibandingkan pada kondisi jarak tanam yang lebar
(potensial). Fakta dilapangan membuktikan bahwa penampilan
4
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
individu tanaman padi pada jarak tanam yang lebar lebih bagus
dibandingkan dengan jarak tanam yang rapat.
Beberapa kemungkinan yang menyebabkan rendahnya
produktivitas pada jarak tanam rapat antara lain : persaingan
dalam penerimaan cahaya matahari, pengurasan unsur hara
yang intensif, peluang berkembangnya penyakit endemik
sebagai akibat dari kondisi lingkungan mikro yang
menguntungkan perkembangan penyakit, dll.
Dengan teknologi tanam jajar legowo maka pada barisan
tanaman terluar memberikan ruang tumbuh yang lebih longgar
sekaligus sirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari lebih
baik untuk pertanaman. Selain itu upaya penanggulangan
gulma dan pemupukan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Pemahaman terhadap teknologi tanam jajar legowo padi
menjadi penting agar manfaat yang akan diperoleh dari
penerapannya akan lebih optimal.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka pada tahun 2016
upaya peningkatan produksi padi akan diarahkan pada kegiatan
peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan kegiatan perluasan
areal tanam (ekstensifikasi) melalui penerapan teknologi tanam
jajar legowo. Untuk itu, seluruh kegiatan peningkatan
produktivitas (intensifikasi) diwajibkan menerapkan
teknologi tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan
perluasan areal tanam(ekstensifikasi) diharapkan dapat
5
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
menerapkan teknologi tanam jajar legowo tersebut atau
disesuaikan dengan kondisi setempat.Untuk mendukung
penerapan teknologi tanam jajar legowo maka akan difasilitasi
bantuan benih dan alat tanam antara lain caplak kepada
petani/kelompok tani/gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan.
Selain itu juga difasilitasi biaya pembuatan papan nama,
kegiatan ubinan, gerakan tanam dan panen, pembinaan,
bimbingan, pemantauan dan evaluasi.
Melalui upaya ini maka petani/kelompok tani/gapoktan/LMDH
akan mampu mengelola potensi sumberdaya yang tersedia
secara terpadu dalam budidaya padi di lahan usahatani secara
spesifik lokasi, sehingga petani mampu mengembangkan
usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. Namun
demikian, wilayah di luar program (pertanaman swadaya petani)
tetap dilakukan pembinaan, bimbingan, pendampingan dan
pengawalan sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat
meningkat, mengingat sasaran produksi yang telah ditetapkan
meningkat dari tahun sebelumnya.
Dengan berbagai fasilitasi/stimulan yang diberikan pemerintah,
diharapkan pelaksanaan penerapan teknologi tanam jajar
legowo padi pada kegiatan peningkatan produktivitas
(intensifikasi) dan kegiatan perluasan areal tanam
(ekstensifikasi) dapat terlaksana dengan baik dan tepat
sasaran.
6
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi melalui kegiatan
penerapan teknologi tanam jajar legowo padi pada kegiatan
peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan perluasan areal
tanam (ekstensifikasi) dapat tercapai, maka perlu disusun
Petunjuk Teknis sebagai acuan umum bagi semua pihak yang
terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan.
Dengan adanya petunjuk teknis ini, semua pihak terkait akan
berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini
menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi terhadap
pencapaian sasaran produksi padi. Mengingat tingginya
keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan
kemampuan adopsi inovasi teknologi, maka Petunjuk Teknis
ini dilengkapi oleh Dinas Pertanian Provinsi dalam bentuk
Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK), sehingga kegiatan tersebut
dapat dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran, dan selanjutnya
dirinci secara teknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
sesuai dengan kondisi spesifik lokasi agar lebih operasional
sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir.
Apabila terdapat perubahan dan ada yang belum diatur dalam
Petunjuk Teknis ini, selanjutnya akan diatur lebih lanjut.
Mekanisme perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota kepada Kepala Dinas Pertanian
Provinsi dan selanjutnya disampaikan ke Pusat (Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan).
7
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Menyediakan acuan pelaksanaan teknologi tanam jajar
legowo baik pada kegiatan peningkatan produktivitas
(intensifikasi) maupun kegiatan perluasan areal tanam
(ekstensifikasi) padi, bagi Dinas Pertanian Provinsi dan
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dalam rangka
mendukung peningkatan produksi padi tahun 2016.
b. Mendorong dan meningkatkan koordinasi dan
keterpaduan pelaksanaan pengembangan teknologi
tanam jajar legowo padi baik dilokasi kegiatan
peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun pada
lokasi kegiatan perluasan areal tanam (ekstensifikasi)
antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
petani guna mempercepat penerapan teknologi tanam
jajar legowo padi dalam usahataninya baik dilokasi
kegiatan peningkatan produktivitas (intensifikasi) maupun
pada lokasi kegiatan perluasan areal tanam
(ekstensifikasi).
d. Meningkatkan produksi padi dan pendapatan petani.
8
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
2. Sasaran
a. Tersedianya acuan pelaksanaan teknologi tanam jajar
legowo padi baik dilokasi kegiatan peningkatan
produktivitas (intensifikasi) maupun di lokasi kegiatan
perluasan areal tanam (ekstensifikasi), bagi Dinas
Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota,
dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi
tahun 2016.
b. Terkoordinasinya pengembangan teknologi tanam jajar
legowo padi baik dilokasi kegiatan peningkatan
produktivitas (intensifikasi) maupun di lokasi kegiatan
perluasan areal tanam (ekstensifikasi), antara Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan, cq Direktorat Serealia, Dinas
Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap
petani sehingga pelaksanaan penerapan teknologi tanam
jajar legowo padi baik dilokasi kegiatan peningkatan
produktivitas (intensifikasi) maupun di lokasi kegiatan
perluasan areal tanam (ekstensifikasi) dapat berjalan
lebih cepat dan keberlanjutan.
d. Meningkatnya produktivitas padi melalui penerapan
teknologi tanam jajar legowo minimal 1,50 ton/ha GKG.
9
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
C. Pengertian – Pengertian
1. Sistem Tanam Jajar Legowo Padi adalah pola bertanam
padi yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya
dua atau empat) baris tanaman dan satu baris kosong.
Istilah legowo diambil dari bahasa jawa yaitu “lego” yang
berarti luas dan “dowo” yang berarti panjang. Legowo juga
diartikan sebagai cara tanam padi yang memiliki beberapa
barisan dan diselingi satu barisan kosong.
2. Peningkatan produktivitas (intensifikasi) dimaksudkan
peningkatan produktivitas padi yaitu usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan hasil pertanian dengan cara
mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia
(existing). Dalam pelaksanaan intensifikasi pertanian akan
fokus pada upaya penanganan masalah terkait :
pengelolaan tanah, penggunaanbenih bermutu, penanaman,
pemupukan, pemberantasan hama serta penyakit pada
tanaman, pemanenan dan kegiatan selama pasca panen.
3. Perluasan Areal Tanam (PAT) Padi adalah upaya untuk
menambah luas areal pertanaman padi di lahan sawah,
lahan sawah non irigasi, lahan pertanian bukan sawah dan
lahan sementara tidak diusahakan (termasuk lahan sawah
yang terkena bencana).
4. Lahan Sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak
dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk
10
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi
sawah tanpa memandang darimana diperoleh atau status
lahan tersebut.
5. Lahan Sawah Irigasi Teknis adalah lahan sawah yang
mempunyai jaringan irigasi dimana saluran pemberi terpisah
dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air
ke dalah sawah tersebut dapat sepenuhnya diatur dan
diukur dengan mudah. Biasanya lahan sawah irigasi teknis
mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer
dan sekunder serta bangunannya dibangun dan dipelihara
oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU).
6. Lahan Sawah Irigasi Setengah Teknis adalah lahan
sawah yang memperoleh irigasi dari irigasi setengah teknis.
Sama halnya dengan pengairan teknis, namun dalam hal ini
PU hanya menguasai bangunan penyadap untuk dapat
mengatur dan mengukur pemasukan air, sedangkan pada
jaringan selanjutnya tidak diukur dan tidak dikuasi oleh PU.
7. Lahan Sawah Irigasi Sederhana adalah lahan sawah yang
memperoleh pengairan dari irigasi sederhana yang sebagian
jaringannya (bendungan) dibangun oleh PU.
8. Lahan Sawah Irigasi Desa/Non PU adalah lahan sawah
yang memperoleh pengairan dari sistem pengairan yang
dikelola sendiri oleh masyarakat.
11
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
9. Lahan Sawah Tadah Hujan adalah lahan sawah yang
bergantung pada air hujan.
10. Lahan Sawah Pasang Surut adalah lahan sawah yang
pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi
oleh pasang surutnya air laut.
11. Lahan Sawah Lebak adalah lahan sawah yang
pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak (bukan
pasang surut).
12. Polder dan Sawah Lainnya adalah lahan sawah yang
terdapat di delta sungai yang pengairannya dipengaruhi
oleh air sungai tersebut. Sedangkan sawah lainnya antara
lain rembesan-rembesan rawa yang biasanya ditanami
padi.
13. Lahan Pertanian Bukan Sawah adalah semua lahan
pertanian selain lahan sawah. Lahan pertanian bukan
sawah terdiri dari tegal/kebun, ladang/huma, dan lahan
yang sementara tidak diusahakan.
14. Tegal/Kebun adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan
kering) yang ditanami tanaman semusim atau tahunan dan
terpisah dengan halaman sekitar rumah serta
penggunaannya tidak berpindah-pindah.
15. Ladang/Huma adalah lahan pertanian bukan sawah (lahan
kering) yang biasanya ditanami tanaman semusim dan
12
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
penggunaannya hanya semusim atau dua musim,
kemudian akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi
(berpindah-pindah). Kemungkinan lahan ini beberapa tahun
kemudian akan dikerjakan kembali jika sudah subur.
16. Lahan Yang Sementara Tidak Diusahakan adalah lahan
yang biasanya diusahakan tetapi untuk sementara (lebih
dari 1 (satu) tahun tetapi kurang dari atau sama dengan 2
(dua) tahun) tidak diusahakan, termasuk lahan sawah yang
tidak diusahakan selama lebih dari 2 (dua) tahun.
17. Lahan Kering adalah hamparan lahan yang tidak
mempunyai pematang dan sumber airnya berasal dari air
hujan.
18. Lahan Tidur adalah lahan pertanian yang sudah tidak
digunakan selama lebih dari 2 (dua) tahun dan lahan tidur
umumnya merupakan sebuah bagian dari sistem
peladangan berpindah dimana petani membuka hutan,
menanamnya selama beberapa musim tanam, dan
meninggalkannya untuk membuka lahan baru.
19. Lahan Alang-Alang/Padang Penggembalaan adalah
lahan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang
tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut
kebutuhannya dalam waktu singkat. Padang
penggembalaan adalah tempat atau lahan yang ditanami
rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/legume yang
13
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
tahan terhadap injakan ternak) yang digunakan untuk
menggembalakan ternak
20. Lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah sebidang
lahan yang sengaja ditanami dengan tanaman industri,
yaitu tanaman berkayu dengan tipe sejenis untuk mencapai
tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat
dieksploitasi tanpa membebani hutan alami, pertanaman
padi dapat ditanam pada lahan HTI selama tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman pokok.
21. Lahan Perkebunan (Tanaman Belum Menghasilkan,
Replanting) yaitu penggantian suatu macam tanaman
perkebunan, karena sudah tua/tidak produktif dengan
tanaman perkebunan yang sama dan dapat dilakukan
secara selektif maupun menyeluruh.
22. Lahan Kritis merupakan suatu kondisi lahan tidak dapat
lagi mengatur fungsinya sebagai media pengatur tata air
dan unsur produksi pertanian yang baik. Lahan kritis
merupakan lahan yang sudah tidak produktif ditinjau dari
segi pertanian, karena pengelolaan dan penggunaan yang
kurang memperhatikan syarat-syarat pengolahan tanah
maupun kaidah konservasi.
23. Indeks Pertanaman (IP) adalah frekuensi penanaman
pada sebidang lahan pertanian untuk memproduksi bahan
pangan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
14
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
24. Teknologi Hazton adalah adalah cara bertanam padi
dengan menggunakan bibit tua 25 – 30 hari setelah semai
dengan jumlah bibit padat yaitu 20 - 30 batang per lubang
tanam. Komponen yang lain kurang lebih sama dengan
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)
Padi yang direkomendasikan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
25. Desa Pertanian Organik Padi adalah desa yang di
dalamnya telah dikembangkan sehamparan lahan pertanian
organik padi atau lebih yang menerapkan sistem pertanian
organik padi, yang siap disertifikasi oleh Lembaga
Sertifikasi Organik (LSO) yang diakui pemerintah.
26. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)
adalah suatu pendekatan inovatif dalam upaya
meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui
perbaikan sistem/pendekatan dalam perakitan paket
teknologi yang sinergis antar komponen teknologi,
dilakukan secara partisipatif oleh petani serta bersifat
spesifik lokasi. PTT merupakan inovasi baru untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan
produktivitas padi. Teknologi intensifikasi padi bersifat
spesifik lokasi, bergantung pada masalah yang akan diatasi
(demand driven technology). Komponen teknologi PTT
ditentukan bersama-sama petani melalui analisis kebutuhan
teknologi (need assessment). Komponen teknologi
15
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
PTTdasar/compulsoryadalah teknologi yang dianjurkan
untuk diterapkan di semua lokasi. Komponen teknologi PTT
pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan kondisi,
kemauan, dan kemampuan. Komponen teknologi PTT
pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP (Kajian
Kebutuhan dan Peluang) memprioritaskan komponen
teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk
pemecahan masalah utama suatu wilayah, demikian pula
sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
27. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak
memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh
Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat
atau lembaga pemerintah/nonpemerintah. Bentuk Bantuan
Pemerintah meliputi: Pemberian penghargaan; Beasiswa;
Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya; Bantuan
Operasional; Bantuan sarana prasarana; Bantuan
rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan; dan Bantuan
lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah
yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA).
28. Petani, adalah perorangan warga negara Indonesia beserta
keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di
bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture,
penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar
hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri,
pemasaran, dan jasa penunjang.
16
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
29. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun
yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan;
kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber
daya; kesamaan komoditas; dan keakraban untuk
meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota.
Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan
beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama
untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.
30. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana
kerja usahatani dari kelompok tani untuk satu periode
musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan
kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani
sehamparan wilayah kelompok tani yang memuat uraian
kebutuhan saprodi yang meliputi:jenis, volume, harga
satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian
saprodi sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi) dan
pengeluaran lainnya (bantuan alat tanam jajar legowo) dan
lainnya.
31. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian,
Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT),
Pengawas Benih Tanaman (PBT)yang telah mengikuti
pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai pendamping dan
pengawal pelaksanaan kegiatan.
32. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas
adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas
17
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau
petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan
dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna
lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan.
33. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat adalah
kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya
(Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas lainnya sesuai
dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan
pengawalan, pendampingan dan membantu pelaksanaan
pencapaian target tanam (produksi) padi di lapangan.
Dalam pelaksanaannya Babinsa secara berkala hadir di
lokasi kegiatan. Dalam rangka pemberdayaan kelompok
tani, Babinsa bersama penyuluh lapangan melaporkan
pelaksanaan tanam sampai produksi di wilayah masing-
masing.
34. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT
Lingkup Badan Litbang Pertanian gunameningkatkan
pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi
narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi,
melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan
supervisi penerapan teknologi.
18
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
35. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan
penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi
BPTP dan secara berkala hadir di lokasi kegiatan dalam
rangka pemberdayaan kelompok tani sekaligus
memberikan bimbingan kepada kelompok tani dalam
penerapan teknologi.
36. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT(Pengendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan) adalah kegiatan
pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka
pengendalian hama terpadu(PHT).
37. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas
Benih Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh
Pengawas Benih dalam rangka pengawasan mutubenih.
38. Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan
mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan/atau limbah
organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa,
berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan
mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk
meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah
serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
39. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah
dilepas produksi dan peredarannya diawasi.
40. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah benih bina
yang telah disertifikasi.
19
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2016
41. Swadaya adalah semua upaya yang dilakukan petani
dengan sumber pembiayaan yangberasal dari modal petani
sendiri.
42. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA
adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung
jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
43. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut
KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari PA untuk
melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga
yang bersangkutan.
44. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas
beban APBN.
19
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
II. KERAGAAN, TANTANGAN SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016
A. Keragaan Produksi
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
2,48%/tahun, dari 66,47 juta ton GKG pada tahun 2010 menjadi
74,99 juta ton GKG pada tahun 2015 (ARAM II) sedangkan laju
peningkatan produktivitas mencapai rata-rata 1,08%/tahun dan
luas panen meningkat rata-rata 1,37 %/tahun, sebagaimana
terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2010-2015
*) ARAM II BPS
Ha % Ku/Ha % Ton %
2010 13.253.450 50,15 66.469.394
2011 13.203.643 (0,38) 49,8 (0,70) 65.756.904 (1,07)
2012 13.445.524 1,83 51,36 3,13 69.056.126 5,02
2013 13.835.252 2,90 51,52 0,31 71.279.709 3,22
2014 13.797.307 (0,27) 51,35 (0,33) 70.846.465 (0,61)
2015* 14.178.172 2,76 52,89 3,00 74.997.788 5,86
1,37 1,08 2,48
PRODUKSIPRODUKTIVITASLUAS PANENTAHUN
RATA-RATA
20
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
B. Sasaran Produksi Padi Tahun 2016
Sasaran produksi padi tahun 2016 sejumlah 76,23juta ton GKG
atau meningkat 3,79% dibanding sasaran produksi tahun
sebelumnya sebesar 73,44 ton GKG. Sasaran sejumlah tersebut
diperoleh dari sasaran luas tanam 15,02 juta ha, sasaran luas
panen 14,27 juta hadan sasaran produktivitas 53,40 ku/ha.
Apabila dibandingkan dengan pencapaian pada tahun
2015(ARAM II), sasaran produksi tahun 2016 meningkat 1,65%,
sasaran luas panen meningkat 0,63%, produktivitas meningkat
0,96 %,seperti pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2016 Terhadap ARAM II 2015 (BPS)
Sasaran indikatif luas tanam, panen, produktivitas dan produksi
padi tahun 2016 per Provinsi, disajikan pada Lampiran 1.
KOMODITAS URAIANARAM II
2015
SASARAN
2016%
Luas Tanam (jt Ha) 14,69 15,02 2,26
Luas Panen (jt Ha) 14,18 14,27 0,63
Produktivitas (Ku/Ha) 52,89 53,40 0,96
Produksi (jt ton GKG) 74,99 76,23 1,65
PADI
21
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi
Kendala dalam peningkatan produksi tanaman pangan yang
semakin kompleks karena berbagai perubahan dan
perkembangan lingkungan strategis di luar sektor pertanian
berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman pangan.
Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan
produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya permintaan
beras sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, 2).
Terbatasnya ketersediaan beras dunia, dan 3). Kecenderungan
meningkatnya harga pangan.
Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman juga
dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain : 1).
Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global,
2). Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, 3). Belum optimalnya
sistem perbenihan nasional, 4). Terbatasnya akses petani
terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha
tani, 5). Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan
penyuluh, 6). Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke
penggunaan non pertanian, serta 7). Kurang harmonisnya
koordinasi kerja antar sektor terkait pembangunan pertanian.
Disamping itu, pembangunan pertanian selama ini masih
dilaksanakan tersekat-sekat oleh batasan administratif serta
berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang tidak mampu menjadi
22
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
faktor pengungkit untuk pencapaian sasaran pembangunan
pertanian.
Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam
upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat sejumlah
peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan
memberikan kontribusi pada upaya peningkatan produksi.
Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil antara
potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2). Tersedia
teknologi untuk meningkatkan produktivitas, 3). Potensi
sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, pasang surut, lahan kering
(perkebunan, kehutanan) dan lahan sementara tidak diusahakan
masih luas, 4). Pengetahuan/Keterampilan SDM (Petani,
Penyuluh/PPL, Pengendali Organisme Pengganggu
Tumbuhan/POPT, Pengawas Benih Tanaman/PBT, dan Petugas
Pertanian Lainnya) masih dapat dikembangkan, 5). Tersedianya
potensi pengembangan produksi berbagai pangan pilihan selain
beras, 6). Dukungan Pemerintah Daerah dan 7). Ketersediaan
sumber genetik.
23
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2016
Mengingat komoditi serealia khususnya beras merupakan komoditas
pangan strategis yang masih terus mendapatkan perhatian khusus
dari pemerintah maka upaya meningkatkan produksi dan
produktivitas padi terus dilakukan, antara lain dilakukan melalui
program intensifikasi dan ekstensifikasi. Program tersebut dilakukan
melalui penyediaan input, penyediaan teknologi, air, pemasaran hasil
dan lain sebagainya yang memungkinkan untuk lebih menggairahkan
para petani untuk berusahatani lebih optimal, sehingga pada
akhirnya peningkatan produksi dan produktivitas padi dapat dicapai.
A. Strategi Pencapaian Produksi Padi 2016
a.1. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi)
Peningkatan produktivitas padi merupakan usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan produksi padi dengan cara mengoptimalkan
lahan pertanian yang sudah tersedia (existing). Dalam
pelaksanaan kegiatan intensifikasi padi akan difokuskan pada
upaya penanganan masalah terkait: pengelolaan tanah,
penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukan,
pemberantasan hama serta penyakit pada tanaman, pemanenan
dan kegiatan selama pasca panen.
24
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Peningkatan produktivitas padi dilakukan melalui peningkatan
penggunaan benih bermutu dari varietas unggul spesifik lokasi
dan musim dengan produktivitas tinggi termasuk benih padi
hibrida, peningkatan jumlah populasi tanaman dengan sistem
tanam jajar legowo, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik
lokasi serta berimbang, pemakaian pupuk organik serta pupuk
bio-hayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya
lainnya dan disertai dengan peningkatan pengawalan,
pendampingan, pemantauan dan koordinasi. Strategi ini
terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal sudah
sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik
lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya.
a.2. Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi)
Permasalahan substantif yang dihadapi dalam peningkatan
produksi padi adalah berkurangnya luas areal lahan sawah
akibat alih fungsi dari lahan pertanian ke peruntukan di luar
pertanian.
Berdasarkan permasalahan tersebut, dalam upaya peningkatan
produksi padi, maka Kementerian Pertanian melalui APBN TA.
2016 melaksanakan kegiatan perluasan areal tanam
(ekstensifikasi) dan peningkatan indeks pertanaman padi pada
lahan yang masih berpotensi untuk ditingkatkan, antara lain
lahan kering, lahan tadah hujan, lahan hutan, lahan gambut,
25
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
lahan rawa, lahan pasang surut, lahan yang sementara tidak
diusahakan, lahan marginal, dan lahan lainnya.
Guna mendukung kegiatan tersebut, maka pelaksana kegiatan
akan diberikan fasilitasi/bantuan prasarana dan sarana pertanian
yang terdiri dari: benih padi, alat dan mesin pertanian baik pra
panen maupun pasca panen serta infrastruktur air irigasi/jaringan
irigasi sesuai kebutuhan lahan dan didukung oleh potensi
sumber daya alam yang tersedia dilokasi, sebagai stimulan.
B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2016.
Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2016
adalah peningkatan produktivitas padi melalui penerapan
teknologi tanam jajar legowo. Sejalan dengan hal tersebut, maka
pada tahun 2016 upaya peningkatan produksi padi akan
diarahkan pada kegiatan intensifikasi (peningkatan produktivitas)
dan kegiatan ekstensifikasi (perluasan areal tanam). Seluruh
kegiatan intensifikasi diwajibkan menerapkan teknologi
tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan ekstensifikasi
diharapkan dapat menerapkan teknologi tanam jajar legowo atau
disesuaikan dengan kondisi setempat. Rekapitulasi alokasi
kegiatan budidaya padi tahun 2016 disajikan pada Lampiran
2sedangkan rincian per provinsi dan kabupaten/kota disajikan
pada Lampiran 3.
Untuk mendukung penerapan teknologi tanam jajar legowo maka
akan difasilitasi bantuan benih dan alat tanam antara lain caplak
26
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
kepada petani/kelompok tani/gapoktan/LMDH pelaksana
kegiatan serta fasilitasi biaya pembuatan papan nama, dukungan
pembinaan, bimbingan, pemantauan, evaluasi pengelolaan
produksi padi, kegiatan ubinan bersama serta gerakan tanam
dan panen.
Sedangkan di luar fokus utama melalui berbagai upaya dan
dukungan anggaran guna peningkatan produksi dan
produktivitas pada areal tanam seluas 10,5 juta ha. Upaya
penambahan luas tanam tahun 2016 antara lain diperoleh dari
pertambahan luas tanam dari pembangunan waduk antara lain
Waduk Jati Gede, pembangunan bendungan di Kabupaten Aceh
Barat, serta rencana pertambahan luas tanam melalui
pembangunan bendungan baru. Selain itu potensi tambah tanam
juga diperoleh dari pemanfaatan cetak sawah tahun 2015 seluas
31 ribu ha serta pemanfaatan lahan rawa/gambut seluas 2 ribu
ha.Skenario pencapaian sasaran produksi padi tahun 2016
sebagaimana terlihat pada Tabel 3 berikut ini :
27
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Tabel 3. Skenario Pencapaian Produksi Padi Tahun 2016
28
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi di luar
wilayah fokus dilakukan melalui serangkaian pembinaan,
pengawalan, pendampingan dan bimbingan yang terkoordinasi
dan terintegrasi dengan pemanfaatan bantuan benih, benih
bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari sumber-
sumber lain, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36, NPK dan pupuk
organik), alsintan, pemanfaatan cetak sawah tahun 2016,
rehabilitasi jaringan irigasi tahun 2016, dukungan APBD
Provinsi/APBD Kabupaten/Kota, dan swadaya murni petani
melalui KKP-E/KUR, Dukungan Penyuluh/PPL Swadaya dan
lainnya.
Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai
pihak sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa antara
lain: (1). gerakan pengolahan tanah, (2). gerakan tanam dan
panen serentak, (3). gerakan pemupukan berimbang, (4).
gerakan penerapan teknologi, (5). gerakan pengendalian OPT,
(6). gerakan penanganan panen dan pasca panen, dan (7).
gerakan lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD
Provinsi dan APBD Kabupaten/Kotaserta dana masyarakat dan
stakeholder.
Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Aparat (TNI-AD) tetap
harus melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal
tanam di luar program. Pada prinsipnya semua dana yang ada
dan dikelola oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian
29
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Kabupaten/Kota dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk
meningkatkan produksi padi baik di areal program maupun di
luar areal non program.
Pos simpul koordinasi (POSKO) pelaksanaan pengembangan
teknologi tanam jajar legowo padi dapat memanfaatkan Pokja
yang ada di masing-masing daerah antara lain seperti Pokja
UPSUS. Sedangkan mekanisme dan hubungan kerja antar
lembaga dalam rangka UPSUS peningkatan produksi padi dalam
pencapaian swasembada berkelanjutan padi mengacu pada
Permentan 131/Permentan/OT.140/12/2014 tentang Mekanisme
dan Hubungan Kerja antar Lembaga yang Membidangi Pertanian
dalam Mendukung Peningkatan Produksi Pangan Nasional.
30
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2016
Upaya peningkatan produksi padi akan diarahkan pada kegiatan
peningkatan produktivitas (intensifikasi) dan kegiatan perluasan
areal tanam (ekstensifikasi). Seluruh kegiatan peningkatan
produktivitas (intensifikasi) diwajibkan menerapkan teknologi
tanam jajar legowo, sementara untuk kegiatan perluasan areal
tanam (ekstensifikasi) diharapkan dapat menerapkan teknologi
tanam jajar legowo atau disesuaikan dengan kondisi setempat.
A. Kriteria Calon Lokasi Kegiatan Peningkatan Produktivitas
(Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi)
A.1. Kriteria Umum
a. Merupakan daerah yang berpeluang untuk
ditingkatkan produktivitas dan/atau indeks
pertanamannya.
b. Diprioritaskan bukandaerah endemis hama dan
penyakit, bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran
dan sengketa.
c. Diusahakan berada dalam satu hamparan/kawasan
yang strategis dan mudah dijangkau petani atau
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
d. Penetapan lokasi hendaknya memperhatikan
kontribusi peningkatan (incremental) produksi yang
akan dihasilkan dan oleh karena itu Dinas Pertanian
31
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Kabupaten/Kota perlu melakukan identifikasi terhadap
calon lokasi dengan cermat dan berkoordinasi dengan
pihak-pihak terkait agar prasyarat dimaksud dapat
terpenuhi.
e. Lokasi kegiatan diberi papan nama sebagai
tanda/identitas lokasi pelaksanaan kegiatan.
A.2. Kriteria Khusus
A.2.1. Lokasi Peningkatan Provitas (Intensifikasi) Padi.
a. Lokasi dapat berupa persawahan yang
beririgasi, dan/atau sawah tadah hujan,
dan/atau pasang surut dan/atau lebak yang
produktivitasnyamasih dapat ditingkatkan.
b. Lokasi yang belum menerapkan teknologi
tanam jajar legowo 2:1 atau 4:1 secara
sempurna, dengan tetap memperhatikan
kondisi di lapangan.
A.2.2. Lokasi Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi)
Padi.
a. Lokasi kegiatan dimaksudkan untuk
menambah luas areal tanam padi di lahan
sawah (sawah irigasi setengah teknis, sawah
irigasi sederhana, sawah irigasi desa), lahan
32
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
sawah non irigasi (lahan sawah tadah hujan,
lahan sawah lebak, polder dan lahan sawah
lainnya), lahan pertanian bukan sawah
(tegal/kebun, ladang/huma, lahan perkebunan
dan lahan HTI) dan lahan sementara tidak
diusahakan (termasuk lahan sawah yang
terkena bencana serta lahan yang belum
diusahakan/ditinggalkan).
b. Lokasi yang mampu meningkatkan IP minimal
100%.
c. Status lahan tidak dalam sengketa.
d. Lokasi kegiatan memiliki kemiringan lahan <
15%.
e. Luas satu kawasan minimal 150 ha dan dapat
terdiri dari beberapa lokasi hamparan yang
mudah dijangkau alat mesin pertanian atau
disesuaikan dengan kondisi di lapangan (spot
parsial namun terhubung dengan aksesbilitas
yang memadai).
f. Lokasi kegiatan memiliki potensi sumber air
(sungai, waduk, sumur tanah dalam/dangkal
dll) untuk dapat memenuhi kebutuhan air
selama pertanaman padi utamanya pada
musim kemarau.
33
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
A.2.3. Lokasi Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi)
Padi Melalui Peningkiatan IP.
a. Lokasi kegiatan dimaksudkan untuk menambah
luas tanam padi melalui peningkatan indeks
pertanaman di lahan sawah tadah hujan,
dan/atau lahan kering, dan/atau pasang surut
dan/atau lebak,yang masih berpeluang untuk
dapat ditingkatkan indeks pertanamannya.
b. Lokasi bukan lahan baru tetapi sebelumnya
tidak ditanami padi seperti: tegalan, kebun,
ladang, huma, lahan sementara tidak
diusahakan, lahan hutan tanaman industri,
lahan perkebunan (replanting), dan lahan kritis.
c. Lokasi kegiatan dapat berupa pula lahan yang
sebelumnya ditanami selain padi (penggantian
komoditas).
d. Status lahan tidak dalam sengketa.
A.2.4. Lokasi Budidaya Padi dengan Teknologi Hazton.
a. Lokasi dapat pada lahan eksisting dan/atau
lokasi baru (Perluasan Areal Tanam/PAT)
dan/atau Peningkatan Indeks Pertanaman
(PIP).
34
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
b. Lokasi kegiatan dapat berupa persawahan
yang beririgasi, sawah tadah hujan, lahan
kering,pasang surut dan lebak yang
produktivitas dan/atau indeks pertanamannya
masih dapat ditingkatkan.
A.2.5. Lokasi Pengembangan Desa Pertanian Organik
Padi.
a. Lokasi diutamakan pada daerah dimana
pertanian organik padi sudah berkembang
(Kelas Eksportir dan Domestik) dan/atau
daerah pertumbuhan (Kelas Pemula).
b. Lokasi diprioritaskan berada pada lokasi
ekspelaksanaan kegiatan SL-PHT dan/atau;
lokasi eks pelaksanaan kegiatan SRI dan/atau
lokasi eks pelaksanaan kegiatan UPPO.
Format daftar calon petani dan calon lokasi penerima bantuan
pemerintah Tahun 2016, disajikan pada Lampiran 4.
B. Kriteria Calon Petani Pelaksana Kegiatan Peningkatan
Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan Areal Tanam
(Ekstensifikasi).
a. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDHpelaksanan kegiatan
merupakan kelompok yang dinamis, pro aktif dan
bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang
berdekatan dan/atau disesuaikan dengan kondisi di
35
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
lapangan, diusulkan oleh Kepala Desa dan/atau KCD dan/
atau Petugas Lapangan/Penyuluh.
b. Kelompok tani/Petani/Gapoktan/LMDH pelaksanan
kegiatan adalah petani aktif dan mempunyai kepengurusan
yang lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan
Bendahara serta memiliki lahan atau pun
penggarap/penyewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian
kegiatan.
c. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan
ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan
disahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) bagi
Satker Mandiri (TP). Apabila Satker melekat di Provinsi (TP
Provinsi) maka kelompok tani/petani/gapoktan/LMDH
penerima diusulkan oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dan disahkan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA). Contoh format surat keputusan PPK,
disajikan pada Lampiran 5.
d. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan
bersedia melaksanakan kegiatan dengan sebaik-baiknya
dan bersedia menambah sarana produksi dan pendukung
lainnya, bilamana bantuan yang diberikan tidak mencukupi.
Selanjutnya seluruh bantuan yang telah diterima petani
pelaksana kegiatan tidak untuk diperjual belikan.
36
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
e. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksanan kegiatan
diharapkan membuat surat pernyataan bersedia dan
sanggup menggunakan bantuan tersebut sesuai
peruntukannya (contoh usulan RUK disajikan pada
Lampiran 6) dan sanggup mengembalikan bantuan apabila
tidak sesuai peruntukannya sebagaimana disajikan pada
Lampiran 7. Mekanisme pengembalian, sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
f. Kelompok tani/petani/Gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan
memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank
Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang
terdekat. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank
setiap kelompok tani namun dapat pula rekening gabungan
kelompok tani (Gapoktan). Jika menggunakan rekening
gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompok tani agar
diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi.
C. Fasilitasi Bantuan Dalam Pelaksanaan Kegiatan
Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) dan Perluasan
Areal Tanam (Ekstensifikasi).
Bantuan kegiatan ini adalah bantuan pemerintah yang
diberikan kepada Kelompok Masyarakat dalam bentuk uang
atau barang. Dalam operasionalnya mengikuti peraturan
perundangan yang berlaku (antara lain: Peraturan Menteri
37
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Keuangan Nomor: 168/PMK.05/2015 tanggal 3 September
2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada Kementerian dan Lembaga, Peraturan
Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
62/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16 Desember 2015
tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan
Pemerintah lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran
2016, Petunjuk Teknis Pengelolaan Program dan Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2016 Nomor:
13/KPA/SK.310/C/1/2016 tanggal 4 Januari 2016, dan
peraturan-peraturan perundangan lainnya.
C.1. Fasilitasi Secara Umum
Fasilitasi yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan
merupakan stimulan kepada kelompok
tani/petani/gapoktan/LMDH dalam bentuk uang atau
barang.Fasilitasi pemerintah untuk pelaksanaan seluruh
kegiatan berupapembelian benih bermutu (varietas
unggul dan bersertifikat) dengan harga non
subsidi.Tidak dibolehkan memanfaatkan/menggunakan
benih bersubsidi yang disediakan Pemerintah. Jumlah
dan varietas yang akan digunakan disesuaikan dengan
kondisi setempat (spesifik lokasi), serta disetujui
dan/atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh,
38
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan/atau BPTP
setempat.
Sumber benih dapat berasal dari kios benih, penangkar
benih, produsen BUMN/BUMD/Swasta, dan atau dari
sumber lain yang jelas, dll. Selanjutnya kemasan dan
label benih agar disimpan dengan baik untuk
monitoring/pemeriksaan.
Selain itu juga diberikan bantuan dana untuk
pembelian/pengadaan alat tanam antara lain caplak
dengan perbandingan 1 (satu) unit caplak untuk 10 ha
dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Penggunaan danabantuan secara keseluruhan tersebut
dapat disesuaikan dengan kondisi di masing-masing
daerah (spesifik lokasi) dan secara teknis disesuaikan
dengan anjuran teknologi setempat. Untuk itu koordinasi
dan komunikasi dengan BPTP setempat dan atau
dengan instansi terkait lainnya sangat diperlukan agar
bantuan pemerintah tersebut dapat dimanfaatkan
dengan efektif dan efisien oleh penerima bantuan guna
meningkatkan produktivitas dan produksi.
Kebutuhan benih maupun kebutuhan alat tanam antara
lain caplak dituangkan dalam RUK (Rencana Usaha
Kelompok) masing-masing kelompok tani/petani/
gapoktan/LMDH pelaksana kegiatan.
39
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
C.1.1. Fasilitasi untuk Kegiatan Peningkatan
Produktivitas (Intensifikasi)
Fasilitasi yang diberikan untuk pelaksanaan
kegiatan peningkatan produktivitas padi adalah
benih dan alat tanam antara lain caplak.
C.1.2. Fasilitasi untuk Kegiatan Perluasan Areal
Tanam (ekstensifikasi)
Perluasan areal tanam (ekstensifikasi) padi
bertujuan untuk mendorong peningkatan produksi
padi nasional melalui upaya penambahan luas
areal tanam dan atau peningkatan indeks
pertanaman padi.
Terkait dengan kegiatan perluasan areal tanam
padi yang dialokasikan pada lahan kering, apabila
varietas unggul padi gogo bersertifikat tidak
tersedia maka dapat menggunakan benih bermutu
dari padi varietas unggul lainnya yang biasa
ditanam di lahan kering sesuai dengan kebiasaan
petani dan diketahui oleh Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian
Provinsi atau BPTP.
Anggaran untuk alat tanam dapat digunakan untuk
pembelian alat tanam antara lain caplak yang
disesuaikan dengan kondisi spesifik lokasi.
40
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Bantuan lainnya terkait pelaksanaan kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Direktorat Alat Mesin Pertanian, Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
mempersiapkan alat mesin pertanian untuk
mempermudah olah tanah (traktor roda-2 dan
roda-4; Pompa air, Rice transplanter) sesuai
kebutuhan.
Alsintan yang diadakan melalui e-Purchasing
sudah mempunyai SPPT SNI
Pengolahan tanah dilakukan melalui pola
“brigade alsin“ untuk mengoptimalkan
operasionalisasi alsin
2. Direktorat Pasca Panen, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan mempersiapkan bantuan
Combine Harvester dan Power Thresher.
3. Direktorat Irigasi Pertanian, Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian untuk bantuan
prasarana irigasi baik itu irigasi sumur tanah
dalam/dangkal maupun irigasi perpipaan
maupun bangunan konservasi air sesuai
kebutuhan lokasi pertanaman padi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kepala Dinas
yang menangani tanaman pangan, hendaknya
41
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
segera melakukan koordinasi dengan Direktorat
Alat dan Mesin Pertanian Direktorat Jenderal
Prasarana dan Sarana Pertanian, Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman
PangandanDirektorat Irigasi Pertanian, Direktorat
Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dan
Direktorat Perluasan dan Perlindungan Lahan
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian guna mensinergikan program
penyaluran bantuan alat dan mesin pertanian dan
bantuan prasarana irigasi tahun 2016.
Penerima bantuan pelaksana kegiatan tersebut diatas,
dapat menerima lebih dari satu jenis bantuan yang
berbeda, kecuali bantuan alsintan dengan jenis yang
sama yang telah diterima pada tahun 2015.
C.1.3. Fasilitasi untuk Kegiatan Perluasan Areal
Tanam (ekstensifikasi) di luar Point C.1.2.
Terkait dengan kegiatan perluasan areal tanam
(ekstensifikasi) melalui peningkatan indeks
pertanaman padi apabila varietas unggul padi
gogo, rawa, pasang surut bersertifikat tidak
tersedia maka dapat menggunakan benih bermutu
dari padi varietas unggul lainnya yang biasa
42
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
ditanam di lahan kering/rawa/pasang surut sesuai
dengan kebiasaan petani dan diketahui oleh
kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau
Kepala Dinas Pertanian Provinsi atau BPTP.
Penggunaan anggaran untuk alat tanam dapat
digunakan untuk pembelian alat tanam antara lain
caplak dan atau sesuai dengan kondisi spesifik
lokasi.
C.1.3. Fasilitasi untuk Kegiatan Budidaya Padi
Dengan Teknologi Hazton
Fasilitasi pemerintah untuk pelaksanaan kegiatan
budidaya padi dengan teknologi Hazton selain
bantuan benih dan alat tanam antara lain caplak,
juga diberikan bantuan berupa pupuk organik,
pupuk organik cair (POC) lengkap, decomposer
dan agensia hayati. Penggunaan bantuan sarana
produksi tersebut, jenis dan jumlah/dosis, di
tingkat lapangan disesuaikan dengan kondisi di
masing-masing daerah (spesifik lokasi) dan
secara teknis disesuaikan dengan anjuran
teknologi di lokasi masing-masing.
43
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
C.1.5. Fasilitasi untuk Kegiatan Pengembangan Desa
Pertanian Organik Padi
Fasilitasi yang diberikan untuk pelaksanaan
kegiatan pengembangan desa pertanian organik
padi selain benih dan alat tanam antara lain
caplak, juga diberi bantuan berupa pupuk organik,
pestisida nabati, MOL, dan fasilitasi pendukung
pertanian organik. Penggunaan bantuan sarana
produksi seperti benih, pupuk, dan pestisida
nabati (jenis dan jumlah/dosis, dll) disesuaikan
dengan kondisi di masing-masing daerah(spesifik
lokasi).
Demikian pula dengan anggaran untuk fasilitasi
pertanian organik, pemanfaatannya disesuaikan
dengan kondisi di masing-masing daerah(spesifik
lokasi) dan secara teknis disesuaikan dengan
tingkat perkembangan pertanian organik di lokasi
masing-masing. Untuk itu, Dinas Pertanian
Provinsi dan/atau Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan BPTP
setempat dan atau instansi terkait lainnya untuk
terlebih dahulu melakukan Kajian Kebutuhan dan
Peluang (KKP) dalam rangka memanfaatkan
44
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
anggaran fasilitasi pendukung lainnya yang
disediakan tersebut.
Selain fasilitasi yang langsung diberikan ke kelompok
tani/petani/gapoktan/LMDH, juga difasilitasi dengan kegiatan
yang dananya dialokasikan di Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi berupa :
1. Bantuan penyediaan papan nama yang merupakan
identitas lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan.
Papan nama diberikan setiap unit (@ 25 ha) dan atau
disesuikan dengan kondisi di lapangan. Bahan dan ukuran
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (tidak harus
dalam bentuk papan, namun dapat berupa tripleks, plastik
sablon, dan atau lainnya) dan atau disesuaikan dengan
kondisi di masing-masing lokasi. Apabila dipandang perlu
menambah biaya untuk keperluan tersebut, dapat
diupayakan dari swadaya petani/kelompok tani atau dari
sumber-sumber lain yang sah dan diketahui petugas
lapangan dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
2. Bantuan pendampingan dan pengawalan di lapangan
oleh petugas dinas kabupaten/kota termasuk
Penyuluh/PPL, POPT, PBT, Mantri Tani atau Petugas
lainnya sesuai kebutuhan di lapangan serta Aparat
(Babinsa, Camat, Kades atau lainnya). Khusus
pendampingan dan atau pengawalan oleh aparat,
45
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
keterlibatannya (kebutuhan) disesuaikan dengan kebutuhan
di lapangan. Jumlah kunjungan/pendampingan dan atau
pengawalan ke lapangan, disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia. Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Dinas
Pertanian Provinsi dan/atau Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dengan Bakorluh, Bapeluh, Kodim, Korem,
Babinsa dan Aparat Kecamatan sampai Desa.
3. Bantuan pelaksanaan ubinan bersama antara Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota dan Kantor Statistik Kabupaten
yang pelaksanaannya dilakukan oleh Mantri dan KSK, guna
mengetahui tingkat produktivitas yang dicapai. Pada setiap
25 ha dan atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan
difasilitasi 1 unit ubinan yang dilaksanakan oleh Mantri Tani
dan KSK. Selain itu juga difasilitasi untuk pencatatan hasil
ubinan dan pengirimannya ke Pusat. Untuk itu, koordinasi
dan sinergitas antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan
atau Dinas Pertanian Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota/
Provinsi sangat diperlukan. Data ubinan merupakan salah
satu indikator keberhasilan pelaksanaan kegiatan tersebut.
Format hasil ubinan, dikemukakan pada Lampiran 8.
Teknologi budidaya yang akan diterapkan pada lokasi
peningkatan produktivitas maupun lokasi perluasan areal tanam
hendaknya dikomunikasikan dan atau dikonsultasikan dengan
BPTP setempat dan sesuai dengan kondisi di lapangan (spesifik
46
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
lokasi) guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan
sehingga diharapkan dapat menjadi mengungkit peningkatan
produktivitas dan produksi padi. Jarak tanam pada Jajar Legowo,
disajikan pada Lampiran 9.
Selanjutnya agar kegiatan peningkatan produktivitas maupun
lokasi perluasan areal tanam tersebut berkontribusi pada produksi
tahun 2016, maka diharapkan pelaksanaannya sudah
dilaksanakan pada awal tahun 2016 (Akhir MH 2015/2016 sampai
MK II 2016), kecuali secara teknis dan kondisi lapangan tidak
memungkinkan dilaksanakan. Untuk itu, penyaluran/ penyerapan
danabantuan pemerintahdiharapkan dapat terealisasi 100% pada
akhir bulan Agustus 2016.
Guna mendukung pencapain tujuan tersebut di atas, maka
pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah dilakukan
pada tahun-tahun sebelumnya perlu lebih ditingkatkan dengan
melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi perlu
melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta sinergi
kegiatan dengan instansi terkait baik di lingkup Kementerian
Pertanian, TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa)
dan stake holderslainnya.
Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas
Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT,
PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di
47
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta
jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta
petugas Pusat. Pengawalan pengembangan teknologi tanam jajar
legowo padi dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-
masing lokasi yang penugasannya melalui Surat Keputusan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian.
Selanjutnya Pokja UPSUS Padi, Jagung dan Kedelai, atau Posko
lainnya yang mendukung pencapaian sasaran produksi padi, pada
setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih
diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi dengan
berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama
memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan
tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui
segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan agar
tidak menjadi penghambat dalam merealisasikan kegiatan.
48
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
VI. PENGORGANISASIAN DAN
OPERASIONALISASI
A. Pengorganisasian
1. Struktur Organisasi.
Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah
pengelolaan sesuai prinsip pelaksanaan Pemerintah yang
baik (good governance) dan pemerintah yang bersih (clean
goverment), maka pelaksanaan kegiatan pengelolaan
produksi tanaman serealia (Padi) harus memenuhi prinsip-
prinsip:
a. Mentaati ketentuan peraturan dan perundangan;
b. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN);
c. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi
dan demokratisasi;
d. Memenuhi asas akuntabilitas.
Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan pengelolaan
produksi tanaman padi berada pada Dinas Pertanian yang
membidangi tanaman pangan Kabupaten/Kota, sedangkan
tanggung jawab koordinasi pembinaan program berada pada
Dinas Pertanianyang membidangi tanaman pangan Provinsi
atas nama Gubernur. Tanggung jawab atas program dan
49
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
kegiatan berada pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
dengan memberikan fasilitasi program dan kegiatan kepada
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kegiatan koordinasi
pembinaan lintas Kabupaten/Kota difasilitasi oleh Provinsi,
sedangkan kegiatan koordinasi dan pelaksanaan teknis
operasional difasilitasi oleh Kabupaten/Kota. Untuk
kelancaran pelaksanaan kegiatan pengelolaan produksi
tanaman padi maka di tingkat Provinsi dibentuk Tim Pembina
Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Tim
Teknis Kabupaten/Kota.
2. Penanggung Jawab Program.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfasilitasi
koordinasi persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan Bantuan Pemerintah antara lain :
a. Menyusun petunjuk teknis sebagai salah satu acuan
dalam pelaksanaan kegiatan, agar kegiatan berjalan
sesuai dengan yang telah ditetapkan;
b. Menggalang kemitraan dan melaksanakan koordinasi
dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Instansi terkait
serta seluruh pemangku kepentingan, dalam
pelaksanaan, pemantauan/pengendalian dan evaluasi
kegiatan;
c. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran.
50
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
B. Operasionalisasi
Agar pelaksanaan pengelolaan produksi tanaman padi
terkoordinasi dan terpadu mulai dari kelompok
tani/gapoktan/LMDH, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat
pusat maka perlu dibentuk tim pembina tingkat pusat, tim
pembina tingkat provinsi dan tim teknistingkatkabupaten/kota.
1. Tim Pembina Pusat
Dalam rangka peningkatan produksi tanaman padi dibentuk
Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi,
Jagung, dan Kedelai di tingkat Pusat, melalui Surat keputusan
Menteri Pertanian, dengan uraian tugas sebagai berikut:
a. Merencanakan operasional kegiatan peningkatan produksi
padi, jagung dan kedelai dan sarana pendukungnya.
b. Melaksanakan supervisi dan pendampingan Satuan kerja
Perangkat daerah pelaksana program.
c. Menyusun laporan secara periodik setiap bulan atas
pelaksanaan program dan kegiatan peningkatan produksi
padi, jagung dan kedelai, dan sarana pendukungnya.
2. Tim Pembina Provinsi
Tim Pembina Provinsi yang terdiri dari unsur Dinas Pertanian,
Bakorluh Provinsi dan Kodam/Korem ditunjuk dan ditetapkan
51
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
oleh Gubernur atau Kepala Dinas Pertanian yang membidangi
tanaman pangan, dengan tugas :
a. Menyusun petunjuk pelaksanaan yang mengacu pada
petunjuk teknis yang disusun oleh Pusat;
b. Melakukan koordinasi lintas sektoral antara-instansi di
tingkat Provinsi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pelaksanaan;
c. Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota
dalam pemantauan dan pengendalian serta membantu
mengatasi permasalahan di lapangan;
d. Menyusun laporan hasil pemantauan dan pengendalian
serta menyampaikan laporan ke tingkat Pusat.
3. Tim Teknis Kabupaten/Kota
Tim Teknis Kabupaten/Kota yang terdiri dari unsur Dinas
Pertanan, Bakorluh Kabupaten dan Kodim ditunjuk dan
ditetapkan oleh Bupati/Walikota setempat atau Kepala Dinas
Pertanian yang membidangi tanaman pangan, dengan tugas :
a. Menyusun petunjuk secara lebih rinci yang disesuaikan
dengan kondisi di masing-masing daerah dengan mengacu
pada Petunjuk Teknis yang disusun oleh Pusat dan
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang disusun oleh Provinsi
disesuaikan dengan kondisi sosial budaya setempat;
52
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
b. Mengesahkan Rencana Usaha Kelompok (RUK) sesuai
dengan rekomendasi setempat.
c. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon kelompok sasaran;
d. Melakukan bimbingan teknis, pemantauan/pengendalian
dan evaluasi;
e. Membuat laporan hasil pemantauan/pengendalian dan
evaluasi.
Tim pembina tingkat Provinsi dan tim teknis tingkat
Kabupaten/Kota melakukan koordinasi pelaksanaan
Pengembangan Teknologi Tanam Jajar Legowo Padi di Pos
Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat Desa, Kecamatan,
Kabupaten/Kota sampai tingkat Provinsi.
Frekuensi pelaksanaan pembinaan oleh Provinsi dan
Kabupaten/Kota dilakukan sebagai berikut:
1. Pembinaan dilakukan secara periodik mulai dari persiapan
sampai dengan panen secara berjenjang mulai dari Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Desa.
2. Provinsi melakukan pembinaan pelaksanaan pengembangan
teknologi tanam jajar legowo padi di Kabupaten/Kota 2 kali per
musim tanam atau disesuaikan dengan ketersediaan dana
yang ada.
3. Kabupaten/Kota melakukan pembinaan pelaksanaan
pengembangan teknologi tanam jajar legowo Padi di tingkat
53
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
lapangan/kelompok tani pelaksana pengembangan teknologi
tanam jajar legowo Padi 4 kali per musim tanam atau
disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.
54
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
VII. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN
PENDAMPINGAN
Bimbingan/pembinaan dan pendampingandilaksanakan secara
periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang
mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta
Desa seperti terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada
Lampiran 10.
A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan serta
penyusunan laporan secara periodik setiap bulan atas
pelaksanaan program dan kegiatan peningkatan produksi padi di
provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan ketersediaan dana.
B. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan
pengawalan serta penyusunan laporan hasil pemantauan dan
pengendalian atas pelaksanaan kegiatan peningkatan produksi
padidi kabupaten/kota diharapkan minimal 2(dua) kali selama
musim tanam sesuai dengan ketersediaan dana. Laporan
disampaikan ke Pusat.
C. Kabupaten melakukan koordinasi,bimbingan, pematauan dan
pengendalian serta evaluasi, atas pelaksanaan kegiatan
peningkatan produksi padi di tingkat lapangan/kelompok tani
pelaksana pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi
diharapkan minimal 4(empat) kali selama musim tanam
disesuaikan dengan ketersediaan dana.Melakukan
55
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
pendampingan kelompok tani pelaksana pengembangan
teknologi tanam jajar legowo padi dalam menerapkan paket
teknologi spesifik lokasi dan membantu kelancaran distribusi
bantuan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi.
D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan, BB
Padi, Balitsereal, dan Lolit Tungro bersama peneliti BPTP.
E. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti pada areal program
pengembangan teknologi tanam jajar legowo dan areal non
program yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan
ketersediaan dana yang ada di masing-masing BPTP setempat.
Pendampingan dan pengawalan pengembangan teknologi tanam
jajar legowo padiperlu mengedepankan teknologi spesifik lokasi
dan musim yang sinergisitas, yakni teknologi yang
mengutamakan peningkatan produktivitas dan pengurangan
kehilangan hasil serta pendekatan teknologi yang memperhatikan
sub-ekosistem setempat. Untuk itu perlu dipastikan bahwa
teknologi spesifik lokasi yang rekomendasikan dan akan
diterapkan di lapangan dibuat/disusun oleh BPTP setempat.
Disamping melakukan pengawalan dan pendampingan, peneliti/
BPTP dapat melakukan display varietas dan teknologi baru
berdampingan dengan lokasi pengembangan teknologi tanam jajar
legowo padi.
56
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
VIII. PENGENDALIAN, MONITORING,
EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Pengendalian
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Anggaran (KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Proses
pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh
masing-masing instansi. Pengendalian dilaksanakan secara
berjenjang oleh Pusat, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota bersama pihak penyedia sarana
produksi (benih, alat tanam, dan lain-lain).Pengendalian
dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai
dengan panen.Pengendalian meliputi perkembangan
pelaksanaan program dan kegiatan pencapaian produksi padi
tahun 2016.
Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat
pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Inspektorat Daerah,
maupun lembaga atau instansi pengawas lainnya) dan
pengawasan oleh masyarakat, sehingga diperlukan
penyebarluasan informasi kepada pihak yang terkait (penyuluh
pertanian, pengurus kelompok, anggota kelompok, tokoh
masyarakat, organisasi petani, LSM, aparat instansi di daerah,
perangkat pemerintahan mulai dari desa sampai kecamatan,
anggota lembaga legislatif dan lembaga lainnya).
57
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Ada 7 (tujuh) tahapan kritis yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah/Pembina
di Pusat/Provinsi dan Tim Teknis di Kabupaten/Kota;
2. Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok
sasaran dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis di
Kabupaten/Kota;
3. Tahap transfer/penyaluran bantuan pemerintah ke rekening
kelompok (jika transfer uang);
4. Tahap pencairan bantuan pemerintah yang dilakukan oleh
kelompok;
5.Tahap penyediaan dan penyaluran bantuan oleh pihak
penyedia barang/sarana produksi.
6. Tahap kebenaran dan ketepatan pemanfaatan dana bantuan
pemerintah oleh kelompok;
6. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh
kelompok;
7. Tahap evaluasi dan pelaporan pertanggungjawaban output,
outcome dan benefit.
B. Monitoring
Dalam upaya meningkatkan efektivitas pengawalan program dan
kegiatan peningkatan produksi padi tahun 2016, maka dilakukan
pelaksanaan monitoring yang dilaksanakan secara periodik mulai
58
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
dari persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana terlihat dalam
rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 10. Monitoring
meliputi perkembangan pelaksanaan pengembangan teknologi
tanam jajar legowo padi, realisasi tanam dan panen padi oleh
ketua kelompok tani atau petugas lapangan.
1. Perkembangan Penyaluran Bantuan Pemerintah.
2. Realisasi tanam dan panen program pengembangan teknologi
tanam jajar legowo padi.
a. Ketua kelompok tani atau petugas pendamping/lapangan,
mengirimkan data tanggal realisasi tanam dan realisasi
panen beserta luasannya ke pusat.
b. Waktu penyampaian data dilakukan pada saat akan tanam
dan panen.
Data dikirim ke Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520;
Telp. (021) 7806262 ; Faximile (021) 7802930; email.
C. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota setelah seluruh rangkaian kegiatan
pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi selesai
sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada
59
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Lampiran 10. Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk
mengindentifikasi berbagai permasalahan yang timbul maupun
tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dalam pelaksanaan
program dan kegiatan sehingga dapat diketahui tindakan korektif
sedini mungkin.
Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan
berjenjang sesuai dengan tahapan pengembangan usaha
kelompok yang dilakukan dari awal kegiatan sampai dengan
akhir kegiatan. Evaluasi meliputi 1) Komponen kegiatan
pelaksanaan pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi
dan pencapaian produksi padi tahun 2016, 2) Tingkat
pencapaian sasaran areal dan hasil/produksi, 3) Kenaikan
tingkat produktivitas dilokasi pengembangan teknologi tanam
jajar legowo padi (Ubinan), 4) Penerapan komponen teknologi
budidaya padi dan 5). Kegiatan pendukung lainnya.
D. Pelaporan
Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas provinsi,
kabupaten/kota dan kecamatan serta desa/unit pengembangan
teknologi tanam jajar legowo padi secara periodik setiap bulan.
Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari Pemandu
Lapangan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dari Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Provinsi dan dari
60
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan c/q Direktorat Serealia.
Laporan kegiatan meliputi pelaksanaan pengembangan teknologi
tanam jajar legowo padi, hasil/produksi dan produktivitas yang
telah diperoleh, dll sebagaimana terlihat dalam format laporan
(Lampiran 11, 12, 13 dan 14). Laporan akhir memuat hasil
evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung lainnya dll.
Disamping laporan kegiatan, perlu disampaikan pula laporan
program yang antara lain meliputi:
a. Sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi bulanan
1) Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota merencanakan dan
membuat laporan blanko sasaran tanam, panen,
produktivitas dan produksi padi tahun 2016.
2) Laporan sasaran tanam, panen, produktivitas dan
produksi padi tahun 2016 Kabupaten/Kota di laporkan ke
Provinsi
3) Provinsi mengirim laporan sasaran tanam, panen,
produktivitas dan produksi padi tahun 2016 ke Pusat
b. Realisasi tanam, panen, produktivitas dan produksi bulanan
1) Petugas Penyuluh dan Babinsa meminta laporan realisasi
tanam atau panen kepada ketua Kelompok Tani,
selanjutnya dikompilasi dan dilaporkan ke atasan masing-
61
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
masing di Kabupaten. Babinsa ke Dandim c.q. Pasiter di
Kodim dan Dinas Pertanian kabupaten.
2) Kabupaten/Kota mengirimkan laporan blanko realisasi
tanam, panen, produktivitas dan produksi padi bulanan
tahun 2016 ke Provinsi. Kodim ke Korem/Kodam dan
Dinas Pertanian Kabupaten ke Dinas Pertanian Provinsi.
3) Selanjutnya Provinsi mengirimkan laporan blanko realisasi
tanam, panen, produktivitas dan produksi padi bulanan
tahun 2016 ke Pusat. Korem/Kodam ke Aster Kasad c.q.
Paban III/Wanwil dan Dinas Pertanian Provinsi ke Direktur
Jenderal Tanama Pangan c.q. Direktur Serealia.
4) Penyampaian laporan realisasi tanam, panen,
produktivitas dan produksi padi tahun 2016
Kabupaten/Kota di laporkan ke Provinsi dan Pusat setiap
bulannya.
c. Kendala dan permasalahan yang dihadapi ditingkat lapangan
1) Dinas Kabupaten/Kota memberikan laporan kendala dan
permasalahan kegiatan pengelolaan produksi padi di
lapangan antara lain meliputi bagaimana ketersediaan
benih, tanaman yang terkena OPT, banjir maupun
kekeringan
2) Dari laporan Kabupaten/Kota yang disampaikan ke dinas
Provinsi dan akan di laporkan ke Pusat
62
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
3) Laporan kendala dan permasalahan di tingkat lapangan
disampaikan ke Pusat setiap bulan
4) Perkembangan serangan OPT dilakukan bulanan, triwulan
dan tahunan
5) Dari hasil laporan perkembangan tersebut akan dievaluasi
oleh Pusat dan Daerah.
Laporan ke pusat disampaikan ke Direktorat Serealia Jl. AUP
No. 3 Pasar Minggu – Jakarta Selatan 12520; Telp. (021)
7806262 ; Faximile (021) 7802930; email.
Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar
penentuan anggaran Tahun 2016 dan tahun-tahun berikutnya
sebagai penerapan azas reward and punishment.
63
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
IX. PENUTUP
Peningkatan produktivitas padi melalui pengembangan dan
penerapan teknologi tanam jajar legowo padi, merupakan salah satu
terobosan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
lebih besar dalam pencapaian sasaran produksi padi nasional.
pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi akan berhasil
meningkatkan produksi dan pendapatan petani apabila didukung
oleh semua pihak termasuk pemangku kepentingan baik hulu,
onfarm maupun hilir serta terciptanya koordinasi pelaksanaan
pengembangan teknologi tanam jajar legowo padi yang sinkron dan
sinergis pada setiap tingkat pemerintahan mulai dari Pusat, Provinsi,
Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai tingkat Desa.
Untuk itu diperlukan niat tulus dari seluruh stakeholders dan dengan
pola gerakan yang seiring seirama terpadu terkoordinasi terpantau
mulai dari pusat sampai lapangan. Disamping itu, kecepatan
pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah dan
komitmen seluruh pemangku kepentingan sangat diperlukan.
Peran Gubernur dan Bupati/Walikota sangat besar dalam
mendukung setiap kegiatan pembangunan tanaman pangan. Untuk
itu Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan Kepala Dinas
Kabupaten/Kota diharapkan berupaya meyakinkan Gubernur/Bupati/
Walikota untuk memberi perhatian serius terhadap keberhasilan
64
PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO
TAHUN 2O16
kegiatan pembangunan tanaman pangan terutama pelaksanaan
pengembangan teknologi tanam jajar legowo Padi di wilayahnya
untuk meningkatkan produksi padi dan kesejahteraan petani.
Sebagai catatan penting bahwa pelaksanaan pengembangan
teknologi tanam jajar legowo padi diharapkan sebagai pengungkit
untuk mencapai sasaran produktivitas dan produksi padi tahun 2016
serta swasembada beras berkelanjutan.
- o00o -
65
LAMPIRAN
66
Lampiran1
SasaranIndikatifLuasTanam, Panen, ProduktivitasdanProduksiPadiTahun 2016(VERSI RKP)
67
Lanjutan Lampiran1
SasaranIndikatifLuasTanam, Panen, ProduktivitasdanProduksiPadiTahun 2016(VERSI UPSUS)
68
Lampiran 2 RekapitulasiAlokasiKegiatanBudidayaPadiTahun 2016
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
377 1,622,850 153 898,450 153 1,988,000 406 4,509,300 52 40,000 169 4,000 86 49,000
1 ACEH 22 127,000 19 25,000 - - 22 202,000 6 4,000 13 260 5 450
2 SUMATERA UTARA 16 85,000 - - - 300,000 29 385,000 1 1,000 10 200 9 1,000
3 SUMATERA BARAT 17 56,000 - - - 200,000 18 256,000 - - 9 180 - -
4 RIAU 10 28,000 7 13,000 - - 11 41,000 - - 2 40 1 100
5 JAMBI 11 32,250 7 10,000 - - 11 50,000 - - - - - -
6 SUMATERA SELATAN 16 71,000 - - - 300,000 18 507,000 3 2,000 4 80 3 100
7 BENGKULU 10 39,070 - - - - 10 39,070 - - 6 120 4 100
8 LAMPUNG 14 100,000 - - - 338,000 15 438,000 8 4,500 6 120 4 100
9 DKI JAKARTA - - - - - - - - - - - - - -
10 JAWA BARAT 20 235,000 - - - 300,000 21 535,000 8 8,000 12 480 - -
11 JAWA TENGAH 29 109,000 - - - - 29 109,000 3 2,000 13 260 - -
12 DI YOGYAKARTA - - - - - - - - - - - - - -
13 JAWA TIMUR 38 130,500 - - - 400,000 38 530,500 5 3,500 16 500 2 50
14 KALIMANTAN BARAT - - 13 51,500 - - 13 85,500 1 2,000 8 160 14 44,500
15 KALIMANTAN TENGAH 11 49,500 11 34,500 - - 11 84,000 1 1,000 8 160 2 100
16 KALIMANTAN SELATAN 11 39,280 11 55,000 - 50,000 11 195,280 - - - - 1 50
17 KALIMANTAN TIMUR 5 11,900 - - - - 6 11,900 - - - - 1 100
18 SULAWESI UTARA 10 52,000 - - - - 11 52,000 - - 8 160 4 150
19 SULAWESI TENGAH 12 57,900 10 11,100 - - 12 69,000 1 - 4 80 4 100
20 SULAWESI SELATAN 22 80,000 23 120,000 - - 24 365,000 11 9,000 10 300 3 100
21 SULAWESI TENGGARA 12 43,000 12 30,000 - - 12 94,500 - - 5 100 4 100
22 BALI 7 22,000 - - - - 7 22,000 - - 6 160 - -
23 NUSA TENGGARA BARAT 10 35,000 5 10,000 - - 10 62,000 3 2,500 4 140 4 100
24 NUSA TENGGARA TIMUR 21 75,000 21 10,000 - - 21 90,600 - - 6 120 4 1,100
25 MALUKU 8 13,900 - - - - 8 13,900 1 500 - - 3 100
26 PAPUA 8 19,000 1 4,000 - - 8 23,000 - - 2 40 1 100
27 MALUKU UTARA 6 11,100 - - - - 6 11,100 - - 3 60 2 100
28 BANTEN 6 27,000 - - - 100,000 6 127,000 - - 4 80 4 100
29 BANGKA BELITUNG 3 5,000 2 1,000 - - 5 6,000 - - - - - -
30 GORONTALO 5 39,000 5 10,000 - - 6 54,000 - - 2 40 2 100
31 KEP. RIAU - - - - - - - - - - - - - -
32 PAPUA BARAT 9 5,650 - - - - 3 5,650 - - 2 40 4 100
33 SULAWESI BARAT 6 21,000 6 13,350 - - 6 41,500 - - 6 120 1 100
34 KALIMANTAN UTARA 2 2,800 - - - - 1 2,800 - - - - - -
NASIONAL
NO.PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA
PROVITASPAT PADI PADA LAHAN
KERING
PADI HIBRIDAPROVINSI
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
PAT PADI PADA SELAIN
LAHAN KERING
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
69
Lampiran 3
AlokasiKegiatanBudidayaPadiPer ProvinsidanKabupaten/Kota Tahun 2016
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
1 ACEH 22 127,000 19 25,000 - - 22 152,000 6 4,000 13 260 5 450 22 156,710
1 Kab. Aceh Barat 1 6,000 1 1,000 1 7,000 - - 1 20 - - 1 7,020
2 Kab. Aceh Besar 1 11,000 1 1,750 1 12,750 - - - - - - 1 12,750
3 Kab. Aceh Selatan 1 5,000 1 1,000 1 6,000 - - 1 20 - - 1 6,020
4 Kab. Aceh Singkil 1 450 1 300 1 750 - - - - - - 1 750
5 Kab. Aceh Tengah 1 3,000 1 2,000 1 5,000 - - - - - - 1 5,000
6 Kab. Aceh Tenggara 1 6,000 1 1,000 1 7,000 - - 1 20 - - 1 7,020
7 Kab. Aceh Timur 1 15,000 1 2,250 1 17,250 1 500 1 20 1 100 1 17,870
8 Kab. Aceh Utara 1 20,000 1 2,250 1 22,250 1 1,000 1 20 1 100 1 23,370
9 Kab. Bireuen 1 10,000 1 1,750 1 11,750 - - 1 20 1 100 1 11,870
10 Kab. Aceh Pidie 1 12,000 1 1,750 1 13,750 1 500 1 20 - - 1 14,270
11 Kab. Simeuleu 1 2,000 1 1,000 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
12 Kab. Gayo Lues 1 4,000 1 2,000 1 6,000 - - - - - - 1 6,000
13 Kab. Aceh Barat Daya 1 6,000 1 1,000 1 7,000 - - 1 20 1 125 1 7,145
14 Kab. Aceh Jaya 1 5,000 1 1,000 1 6,000 - - 1 20 1 25 1 6,045
15 Kab. Nagan Raya 1 6,000 1 1,000 1 7,000 1 500 1 20 - - 1 7,520
16 Kab. Aceh Tamiang 1 8,000 1 1,250 1 9,250 1 1,000 1 20 - - 1 10,270
17 Kab. Bener Meriah 1 500 1 500 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
18 Kab. Pidie Jaya 1 5,000 1 2,000 1 7,000 1 500 1 20 - - 1 7,520
19 Kota Banda Aceh 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
20 Kota Langsa 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
21 Kota Lhokseumawe 1 500 - - 1 500 - - - - - - 1 500
22 Kota Sibulussalam 1 500 1 200 1 700 - - - - - - 1 700
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
70
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
2 SUMUT 16 85,000 - - - 300,000 16 385,000 1 1,000 10 200 9 1,000 16 387,200
1 Kab. Asahan 1 5,000 - - 1 5,000 - - - - - - 1 5,000
2 Kab. Deli Serdang 1 5,000 - - 1 5,000 - - - - 1 100 1 5,100
3 Kab. Tanah Karo 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 20 - - 1 6,020
4 Kab. Labuhan Batu 1 6,000 - - 1 6,000 - - - - - - 1 6,000
5 Kab. Langkat 1 7,000 - - 1 7,000 1 1,000 - - - - 1 8,000
6 Kab. Mandailing Natal 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 20 1 100 1 6,120
7 Kab. Nias - - - - - - - - - - 1 100 - 100
8 Kab. Simalungun 1 8,000 - - 1 8,000 - - 1 20 1 100 1 8,120
9 Kab. Tapanuli Selatan 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 20 1 100 1 5,120
10 Kab. Tapanuli Tengah 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - 1 100 1 3,100
11 Kab. Tapanuli Utara 1 5,000 - - 1 5,000 - - - - - - 1 5,000
12 Kab. Toba Samosir 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 20 - - 1 6,020
13 Kab. Humbang
Hasundutan
- - - - - - - - 1 20 - - - 20
14 Kab. Serdang Bedagai 1 7,000 - - 1 7,000 - - 1 20 - - 1 7,020
15 Kab. Padang lawas 1 4,000 - - 1 4,000 - - 1 20 1 100 1 4,120
16 Kota Gunung Sitoli - - - - - - - - - - 1 200 - 200
17 Kab. Nias Selatan 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - 1 100 1 3,100
18 Kab Padang Lawas Utara 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
19 Kab. Batu Bara 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 20 - - 1 6,020
3 SUMBAR 17 56,000 - - - 200,000 18 256,000 - - 9 180 - - 17 256,180
1 Kab. Lima Puluh Kota 1 7,000 - - 1 7,000 - - 1 20 - - 1 7,020
2 Kab. Agam 1 8,500 - - 1 8,500 - - 1 20 - - 1 8,520
3 Kab. Padang Pariaman 1 2,500 - - 1 2,500 - - 1 20 - - 1 2,520
4 Kab. Pasaman 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
5 Kab. Pesisir Selatan 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
6 Kab. Sijunjung 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
7 Kab. Solok 1 7,000 - - 1 7,000 - - 1 20 - - 1 7,020
8 Kab. Tanah Datar 1 7,000 - - 1 7,000 - - 1 20 - - 1 7,020
9 Kab. Dharmas Raya 1 2,500 - - 1 2,500 - - 1 20 - - 1 2,520
10 Kab. Solok Selatan 1 3,500 - - 1 3,500 - - 1 20 - - 1 3,520
11 Kab. Pasaman Barat 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
12 Kota Padang Panjang 1 100 - - 1 100 - - - - - - 1 100
13 Kota Padang 1 800 - - 1 800 - - - - - - 1 800
14 Kota Payakumbuh 1 1,500 - - 1 1,500 - - - - - - 1 1,500
15 Kota Sawahlunto 1 500 - - 1 500 - - - - - - 1 500
16 Kota Solok 1 800 - - 1 800 - - - - - - 1 800
17 Kota Pariaman 1 1,800 - - 1 1,800 - - - - - - 1 1,800
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
71
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
4 RIAU 10 28,000 7 13,000 - - 11 41,000 - - 2 40 1 100 10 41,140
1 Kab. Bengkalis 1 2,150 1 1,000 1 3,150 - - 1 20 - - 1 3,170
2 Kab. Indragiri Hilir 1 5,550 1 500 1 6,050 - - - - - - 1 6,050
3 Kab. Indragiri Hulu 1 600 - - 1 600 - - - - - - 1 600
4 Kab. Kampar 1 1,700 1 2,500 1 4,200 - - - - - - 1 4,200
5 Kab. Kuantan Singingi 1 3,700 1 500 1 4,200 - - 1 20 - - 1 4,220
6 Kab. Pelalawan 1 3,200 - - 1 3,200 - - - - - - 1 3,200
7 Kab. Rokan Hilir 1 6,300 - - 1 6,300 - - - - - - 1 6,300
8 Kab. Rokan Hulu 1 1,100 1 6,500 1 7,600 - - - - - - 1 7,600
9 Kab. Siak 1 2,100 - - 1 2,100 - - - - 1 100 1 2,200
10 Kota Dumai - - 1 1,000 1 1,000 - - - - - - - 1,000
11 Kab Meranti 1 1,600 1 1,000 1 2,600 - - - - - - 1 2,600
5 JAMBI 11 32,250 7 10,000 - - 11 42,250 - - - - - - 11 42,250
1 Kab. Batanghari 1 2,000 1 1,000 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
2 Kab. Bungo 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
3 Kab. Kerinci 1 6,250 1 1,650 1 7,900 - - - - - - 1 7,900
4 Kab. Merangin 1 5,000 1 1,000 1 6,000 - - - - - - 1 6,000
5 Kab. Muaro Jambi 1 1,000 1 1,350 1 2,350 - - - - - - 1 2,350
6 Kab. Sarolangun 1 4,000 - - 1 4,000 - - - - - - 1 4,000
7 Kab. Tanjung Jabung
Barat
1 1,000 1 3,000 1 4,000 - - - - - - 1 4,000
8 Kab. Tj. Jabung Timur 1 3,500 1 1,000 1 4,500 - - - - - - 1 4,500
9 Kab. Tebo 1 2,500 1 1,000 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
10 Kota Jambi 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
11 Kota Sungai Penuh 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
72
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
6 SUMSEL 16 71,000 - - - 300,000 17 371,000 3 2,000 4 80 3 100 16 373,180
1 Kab. Lahat 1 3,500 - - 1 3,500 - - 1 20 1 25 1 3,545
2 Kab. Musi Banyuasin 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - - - 1 2,000
3 Kab. Musi Rawas 1 8,500 - - 1 8,500 1 500 1 20 1 50 1 9,070
4 Kab. Muara Enim 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
5 Kab. Ogan Komering Ilir 1 9,500 - - 1 9,500 - - - - - - 1 9,500
6 Kab. Ogan Komering Ulu 1 3,500 - - 1 3,500 - - 1 20 - - 1 3,520
7 Kab. Banyuasin 1 4,000 - - 1 4,000 1 500 - - - - 1 4,500
8 Kab. OKU Timur 1 13,500 - - 1 13,500 1 1,000 1 20 1 25 1 14,545
9 Kab. OKU Selatan 1 8,500 - - 1 8,500 - - - - - - 1 8,500
10 Kab. Ogan Ilir 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - - - 1 2,000
11 Kab. Empat lawang 1 4,500 - - 1 4,500 - - - - - - 1 4,500
12 Kota Palembang 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
13 Kota Pagar Alam 1 1,500 - - 1 1,500 - - - - - - 1 1,500
14 Kota Lubuk Linggau 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
15 Kab Musi Rawas Utara 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
16 Kab. Penukal Abab
Lematang Ilir
1 1,500 - - 1 1,500 - - - - - - 1 1,500
7 BENGKULU 10 39,070 - - - - - 39,070 - - 6 120 4 100 10 39,290
1 Kab. Bengkulu Selatan 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 20 1 25 1 6,045
2 Kab. Bengkulu Utara 1 4,470 - - 1 4,470 - - 1 20 1 25 1 4,515
3 Kab. Rejang Lebong 1 2,500 - - 1 2,500 - - - - - - 1 2,500
4 Kab. Kaur 1 6,000 - - 1 6,000 - - - - - - 1 6,000
5 Kab. Seluma 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 20 1 25 1 6,045
6 Kab. Muko-muko 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 20 - - 1 5,020
7 Kab. Lebong 1 3,500 - - 1 3,500 - - 1 20 - - 1 3,520
8 Kab. Kepahiang 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - - - 1 2,000
9 Kab Bengkulu Tengah 1 2,100 - - 1 2,100 - - 1 20 1 25 1 2,145
10 Kota Bengkulu * 1 1,500 - - 1 1,500 - - - - - - 1 1,500
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
73
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
8 LAMPUNG 14 100,000 - - - 338,000 15 438,000 8 4,500 6 120 4 100 14 442,720
1 Kab. Lampung Barat 1 4,000 - - 1 4,000 - - 1 20 - - 1 4,020
2 Kab. Lampung Selatan 1 10,000 - - 1 10,000 1 500 1 20 - - 1 10,520
3 Kab. Lampung Tengah 1 20,000 - - 1 20,000 1 500 - - - - 1 20,500
4 Kab. Lampung Utara 1 6,000 - - 1 6,000 1 1,000 - - - - 1 7,000
5 Kab. Lampung Timur 1 15,000 - - 1 15,000 1 500 1 20 1 25 1 15,545
6 Kab. Tanggamus 1 7,000 - - 1 7,000 1 500 1 20 1 25 1 7,545
7 Kab. Tulang Bawang 1 7,000 - - 1 7,000 1 500 - - - - 1 7,500
8 Kab. Way Kanan 1 6,000 - - 1 6,000 1 500 - - - - 1 6,500
9 Kab. Pesawaran 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 20 1 25 1 6,045
10 Kab. Mesuji 1 6,500 - - 1 6,500 - - - - 1 25 1 6,525
11 Kab. Pringsewu 1 4,500 - - 1 4,500 - - - - - - 1 4,500
12 Kab. Tulangbawang Barat 1 4,000 - - 1 4,000 - - - - - - 1 4,000
13 Kota Metro 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
14 Kab. Pesisir Barat 1 3,000 - - 1 3,000 1 500 1 20 - - 1 3,520
9 DKI JAKARTA - - - - - - - - - - - - - - - -
1 Kab Adm Kep Seribu - - - - - - - - - - - - - -
2 Kota Adm Jakarta Barat - - - - - - - - - - - - - -
3 Kota Adm Jakarta Pusat - - - - - - - - - - - - - -
4 Kota Adm Jakarta Selatan - - - - - - - - - - - - - -
5 Kota Adm Jakarta Timur - - - - - - - - - - - - - -
6 Kota Adm Jakarta Utara - - - - - - - - - - - - - -
10 JABAR 20 235,000 - - - 300,000 21 535,000 8 8,000 12 480 - - 20 543,480
1 Kab. Bandung 1 12,500 - - 1 12,500 1 1,000 1 60 - - 1 13,560
2 Kab. Bogor 1 6,000 - - 1 6,000 1 1,000 1 40 - - 1 7,040
3 Kab. Ciamis 1 7,000 - - 1 7,000 - - 1 20 - - 1 7,020
4 Kab. Cianjur 1 8,500 - - 1 8,500 1 1,000 1 20 - - 1 9,520
5 Kab. Cirebon 1 20,000 - - 1 20,000 - - - - - - 1 20,000
6 Kab. Garut 1 10,000 - - 1 10,000 - - 1 40 - - 1 10,040
7 Kab. Indramayu 1 50,000 - - 1 50,000 1 1,000 - - - - 1 51,000
8 Kab. Karawang 1 12,500 - - 1 12,500 - - 1 40 - - 1 12,540
9 Kab. Kuningan 1 7,000 - - 1 7,000 - - 1 40 - - 1 7,040
10 Kab. Majalengka 1 20,000 - - 1 20,000 - - - - - - 1 20,000
11 Kab. Purwakarta 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 60 - - 1 5,060
12 Kab. Subang 1 25,000 - - 1 25,000 1 1,000 1 40 - - 1 26,040
13 Kab. Sukabumi 1 12,500 - - 1 12,500 1 500 1 20 - - 1 13,020
14 Kab. Sumedang 1 10,000 - - 1 10,000 1 1,000 1 40 - - 1 11,040
15 Kab. Tasikmalaya 1 12,500 - - 1 12,500 1 1,500 1 60 - - 1 14,060
16 Kota Banjar 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
17 Kab. Bandung Barat 1 7,000 - - 1 7,000 - - - - - - 1 7,000
18 Kota Tasikmalaya 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - - - 1 2,000
19 Kota Sukabumi 1 500 - - 1 500 - - - - - - 1 500
20 Kab. Pangandaran 1 6,000 - - 1 6,000 - - - - - - 1 6,000
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
74
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
11 JATENG 29 109,000 - - - - 29 109,000 3 2,000 13 260 - - 29 111,260
1 Kab. Banjarnegara 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
2 Kab. Banyumas 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
3 Kab. Batang 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
4 Kab. Blora 1 5,000 - - 1 5,000 1 500 1 20 - - 1 5,520
5 Kab. Boyolali 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
6 Kab. Brebes 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 20 - - 1 5,020
7 Kab. Cilacap 1 6,000 - - 1 6,000 - - - - - - 1 6,000
8 Kab. Demak 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 20 - - 1 5,020
9 Kab. Grobogan 1 6,000 - - 1 6,000 - - - - - - 1 6,000
10 Kab. Jepara 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
11 Kab. Karanganyar 1 4,000 - - 1 4,000 - - 1 20 - - 1 4,020
12 Kab. Kebumen 1 5,000 - - 1 5,000 - - - - - - 1 5,000
13 Kab. Kendal 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
14 Kab. Klaten 1 5,000 - - 1 5,000 - - - - - - 1 5,000
15 Kab. Kudus 1 5,000 - - 1 5,000 - - - - - - 1 5,000
16 Kab. Magelang 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
17 Kab. Pati 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 20 - - 1 6,020
18 Kab. Pemalang 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
19 Kab. Purbalingga 1 4,000 - - 1 4,000 - - - - - - 1 4,000
20 Kab. Purworejo 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
21 Kab. Rembang 1 5,000 - - 1 5,000 - - - - - - 1 5,000
22 Kab. Semarang 1 4,000 - - 1 4,000 - - - - - - 1 4,000
23 Kab. Sragen 1 5,000 - - 1 5,000 1 500 1 20 - - 1 5,520
24 Kab. Sukoharjo 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
25 Kab. Tegal 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
26 Kab. Temanggung 1 3,000 - - 1 3,000 1 1,000 1 20 - - 1 4,020
27 Kab. Wonogiri 1 2,000 - - 1 2,000 - - 1 20 - - 1 2,020
28 Kab. Wonosobo 1 2,000 - - 1 2,000 - - 1 20 - - 1 2,020
29 Kota Semarang 1 500 - - 1 500 - - - - - - 1 500
12 DI YOGYAKARTA - - - - - - - - - - - - - - - -
1 Kab. Bantul - - - - - - - - - - - - - -
2 Kab. Gunung Kidul - - - - - - - - - - - - - -
3 Kab. Kulon Progo - - - - - - - - - - - - - -
4 Kab. Sleman - - - - - - - - - - - - - -
5 Kota Yogyakarta - - - - - - - - - - - - - -
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
75
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
13 JATIM 38 130,500 - - - 400,000 38 530,500 5 3,500 16 500 2 50 38 534,550
1 Kab. Bangkalan 1 2,950 - - 1 2,950 - - - - - - 1 2,950
2 Kab. Banyuwangi 1 4,000 - - 1 4,000 - - 1 20 - - 1 4,020
3 Kab. Blitar 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 40 - - 1 6,040
4 Kab. Bojonegoro 1 7,500 - - 1 7,500 1 500 - - - - 1 8,000
5 Kab. Bondowoso 1 7,000 - - 1 7,000 1 500 1 20 - - 1 7,520
6 Kab. Gresik 1 6,000 - - 1 6,000 - - 1 40 - - 1 6,040
7 Kab. Jember 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 40 - - 1 5,040
8 Kab. Jombang 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
9 Kab. Kediri 1 4,500 - - 1 4,500 - - 1 40 - - 1 4,540
10 Kab. Lamongan 1 10,500 - - 1 10,500 - - - - 1 25 1 10,525
11 Kab. Lumajang 1 5,000 - - 1 5,000 1 1,000 1 20 - - 1 6,020
12 Kab. Madiun 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
13 Kab. Magetan 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
14 Kab. Malang 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
15 Kab. Mojokerto 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - 1 25 1 3,525
16 Kab. Nganjuk 1 4,000 - - 1 4,000 - - 1 40 - - 1 4,040
17 Kab. Ngawi 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 40 - - 1 5,040
18 Kab. Pacitan 1 3,500 - - 1 3,500 - - 1 20 - - 1 3,520
19 Kab. Pamekasan 1 3,500 - - 1 3,500 - - 1 40 - - 1 3,540
20 Kab. Pasuruan 1 4,000 - - 1 4,000 - - 1 40 - - 1 4,040
21 Kab. Ponorogo 1 3,500 - - 1 3,500 - - 1 20 - - 1 3,520
22 Kab. Probolinggo 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
23 Kab. Sampang 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
24 Kab. Sidoarjo 1 3,600 - - 1 3,600 - - - - - - 1 3,600
25 Kab. Situbondo 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
26 Kab. Sumenep 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
27 Kab. Trenggalek 1 6,000 - - 1 6,000 1 1,000 - - - - 1 7,000
28 Kab. Tuban 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
29 Kab. Tulungagung 1 5,000 - - 1 5,000 1 500 1 40 - - 1 5,540
30 Kota Blitar 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
31 Kota Kediri 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
32 Kota Malang 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
33 Kota Mojokerto 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
34 Kota Pasuruan 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
35 Kota Probolinggo 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
36 Kota Surabaya 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
37 Kota Batu 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
38 Kota Madiun 1 50 - - 1 50 - - - - - - 1 50
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
76
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
14 KALBAR - - 13 51,500 - - 13 51,500 1 2,000 8 160 14 44,500 - 98,160
1 Kab. Bengkayang - - 1 4,000 1 4,000 - - 1 20 1 3,700 - 7,720
2 Kab. Landak - - 1 10,000 1 10,000 - - 1 20 1 4,100 - 14,120
3 Kab. Kapuas Hulu - - 1 4,000 1 4,000 - - 1 20 1 1,100 - 5,120
4 Kab. Ketapang - - 1 5,000 1 5,000 - - 1 20 1 5,000 - 10,020
5 Kab. Pontianak - - 1 2,500 1 2,500 - - 1 20 1 2,000 - 4,520
6 Kab. Sambas - - 1 5,000 1 5,000 - - 1 20 1 10,000 - 15,020
7 Kab. Sanggau - - 1 5,000 1 5,000 - - 1 20 1 6,000 - 11,020
8 Kab. Sintang - - 1 4,000 1 4,000 - - - - 1 500 - 4,500
9 Kab. Melawi - - 1 4,000 1 4,000 - - - - 1 500 - 4,500
10 Kab. Sekadau - - 1 1,000 1 1,000 - - - - 1 700 - 1,700
11 Kab. Kubu Raya - - 1 5,000 1 5,000 1 2,000 1 20 1 5,800 - 12,820
12 Kab. Kayong Utara - - 1 1,000 1 1,000 - - - - 1 2,000 - 3,000
13 Kota Pontianak - - - - - - - - - - 1 100 - 100
14 Kota Singkawang - - 1 1,000 1 1,000 - - - - 1 3,000 - 4,000
15 KALTENG 11 49,500 11 34,500 - - 11 84,000 1 1,000 8 160 2 100 11 85,260
1 Kab. Barito Selatan 1 4,000 1 3,000 1 7,000 - - 1 20 - - 1 7,020
2 Kab. Barito Utara 1 5,000 1 3,000 1 8,000 - - 1 20 - - 1 8,020
3 Kab. Kapuas 1 5,000 1 5,000 1 10,000 1 1,000 - - - - 1 11,000
4 Kab. Kotawaringin Barat 1 3,000 1 1,000 1 4,000 - - 1 20 1 50 1 4,070
5 Kab. Kotawaringin Timur 1 5,000 1 500 1 5,500 - - - - - - 1 5,500
6 Kab. Katingan 1 3,000 1 5,000 1 8,000 - - 1 20 - - 1 8,020
7 Kab. Seruyan 1 1,000 1 2,000 1 3,000 - - 1 20 1 50 1 3,070
8 Kab. Lamandau 1 5,000 1 3,000 1 8,000 - - 1 20 - - 1 8,020
9 Kab. Pulang Pisau 1 13,000 1 8,000 1 21,000 - - 1 20 - - 1 21,020
10 Kab. Barito Timur 1 5,000 1 3,000 1 8,000 - - 1 20 - - 1 8,020
11 Kab. Gunung Mas 1 500 1 1,000 1 1,500 - - - - - - 1 1,500
16 KALSEL 11 39,280 11 55,000 - 50,000 11 144,280 - - - - 1 50 11 144,330
1 Kab. Banjar 1 5,050 1 5,520 1 10,570 - - - - - - 1 10,570
2 Kab. Barito Kuala 1 3,102 1 5,000 1 8,102 - - - - - - 1 8,102
3 Kab. Hulu Sungai Selatan 1 3,420 1 4,500 1 7,920 - - - - - - 1 7,920
4 Kab. Hulu Sungai Tengah 1 3,434 1 5,000 1 8,434 - - - - - - 1 8,434
5 Kab. Hulu Sungai Utara 1 3,000 1 1,900 1 4,900 - - - - - - 1 4,900
6 Kab. Kota Baru 1 3,200 1 5,000 1 8,200 - - - - - - 1 8,200
7 Kab. Tabalong 1 2,000 1 6,500 1 8,500 - - - - - - 1 8,500
8 Kab. Tanah Laut 1 3,700 1 6,580 1 10,280 - - - - 1 50 1 10,330
9 Kab. Tapin 1 7,800 1 6,000 1 13,800 - - - - - - 1 13,800
10 Kab. Balangan 1 3,325 1 4,000 1 7,325 - - - - - - 1 7,325
11 Kab. Tanah Bumbu 1 1,249 1 5,000 1 6,249 - - - - - - 1 6,249
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
77
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
17 KALTIM 5 11,900 - - - - 6 11,900 - - - - 1 100 5 12,000
1 Kab. Berau 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - - - 1 2,000
2 Kab. Kutai Timur 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - - - 1 2,000
3 Kab. Pasir 1 2,500 - - 1 2,500 - - - - - - 1 2,500
4 Kab. Penajem Paser Utr 1 1,900 - - 1 1,900 - - - - 1 100 1 2,000
5 Kab. Kutai Kertanegera 1 3,500 - - 1 3,500 - - - - - - 1 3,500
18 SULUT 10 52,000 - - - - 11 52,000 - - 8 160 4 150 10 52,310
1 Kab. Bolaang Mangondow 1 20,500 - - 1 20,500 - - 1 20 1 50 1 20,570
2 Kab. Minahasa 1 7,500 - - 1 7,500 - - 1 20 - - 1 7,520
3 Kab. Kep. Talaud 1 500 - - 1 500 - - - - - - 1 500
4 Kab. Minahasa Selatan 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 20 1 50 1 5,070
5 Kota Tomohon 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
6 Kab. Minahasa Utara 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 20 - - 1 5,020
7 Kab. Minahasa Tenggara 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
8 Kab. Bolmong Utara 1 4,500 - - 1 4,500 - - 1 20 1 25 1 4,545
9 Kab. Bolmang Selatan 1 2,000 - - 1 2,000 - - 1 20 - - 1 2,020
10 Kab. Bolmang Timur 1 2,000 - - 1 2,000 - - 1 20 1 25 1 2,045
11 Kota Kotamobagu - 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - - 1,000
19 SULTENG 12 57,900 10 11,100 - - 12 69,000 - - 4 80 4 100 12 69,180
1 Kab. Banggai 1 6,000 1 350 1 6,350 - - 1 20 1 25 1 6,395
2 Kab. Buol 1 3,000 1 1,000 1 4,000 - - 1 20 - - 1 4,020
3 Kab. Toli-Toli 1 8,000 1 750 1 8,750 - - - - - - 1 8,750
4 Kab. Donggala 1 8,000 - - 1 8,000 - - - - 1 25 1 8,025
5 Kab. Morowali 1 3,500 1 500 1 4,000 - - - - - - 1 4,000
6 Kab. Poso 1 6,500 1 2,000 1 8,500 - - 1 20 1 25 1 8,545
7 Kab. Parigi Moutong 1 10,000 1 750 1 10,750 - - - - 1 25 1 10,775
8 Kab. Tojo Una-Una 1 1,000 1 1,150 1 2,150 - - 1 20 - - 1 2,170
9 Kab. Banggai Kepulauan 1 400 1 100 1 500 - - - - - - 1 500
10 Kab. Sigi 1 8,000 1 2,000 1 10,000 - - - - - - 1 10,000
11 Kota Palu 1 500 - - 1 500 - - - - - - 1 500
12 Kab. Morowali Utara 1 3,000 1 2,500 1 5,500 - - - - - - 1 5,500
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
78
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
20 SULSEL 22 80,000 21 120,000 - - 22 200,000 11 9,000 10 300 3 100 22 209,400
1 Kab. Bantaeng 1 1,500 1 6,500 1 8,000 1 500 - - - - 1 8,500
2 Kab. Barru 1 2,000 1 6,500 1 8,500 1 500 1 40 - - 1 9,040
3 Kab. Bone 1 6,000 1 7,000 1 13,000 1 1,000 1 40 1 50 1 14,090
4 Kab. Bulukumba 1 5,000 1 5,500 1 10,500 1 500 1 20 - - 1 11,020
5 Kab. Enrekang 1 1,000 1 5,500 1 6,500 - - - - - - 1 6,500
6 Kab. Gowa 1 6,000 1 5,000 1 11,000 1 1,000 1 20 - - 1 12,020
7 Kab. Jeneponto 1 2,000 1 5,500 1 7,500 - - - - - - 1 7,500
8 Kab. Luwu 1 4,000 1 5,500 1 9,500 - - 1 20 - - 1 9,520
9 Kab. Luwu Utara 1 5,000 1 5,000 1 10,000 - - - - - - 1 10,000
10 Kab. Maros 1 5,000 1 6,500 1 11,500 - - - - 1 25 1 11,525
11 Kab. Pangkep 1 3,000 1 5,000 1 8,000 1 1,000 1 40 1 25 1 9,065
12 Kab. Pinrang 1 5,000 1 7,000 1 12,000 1 1,000 1 40 - - 1 13,040
13 Kab. Kep. Selayar 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
14 Kab. Sidenreng Rappang 1 5,000 1 7,500 1 12,500 1 1,000 - - - - 1 13,500
15 Kab. Sinjai 1 4,000 1 5,000 1 9,000 1 500 1 20 - - 1 9,520
16 Kab. Soppeng 1 5,000 1 5,000 1 10,000 1 1,000 - - - - 1 11,000
17 Kab. Takalar 1 5,000 1 5,000 1 10,000 - - - - - - 1 10,000
18 Kab. Tana Toraja 1 1,500 1 4,500 1 6,000 - - - - - - 1 6,000
19 Kab. Wajo 1 5,000 1 7,500 1 12,500 1 1,000 - - - - 1 13,500
20 Kota Palopo 1 1,500 1 4,500 1 6,000 - - - - - - 1 6,000
21 Kab. Luwu Timur 1 5,000 1 5,000 1 10,000 - - 1 20 - - 1 10,020
22 Kab. Toraja Utara 1 1,500 1 5,500 1 7,000 - - 1 40 - - 1 7,040
21 SULTRA 12 43,000 12 30,000 - - 12 73,000 - - 5 100 4 100 12 73,200
1 Kab. Buton 1 1,050 1 1,250 1 2,300 - - - - - - 1 2,300
2 Kab. Konawe 1 17,250 1 5,750 1 23,000 - - 1 20 1 25 1 23,045
3 Kab. Kolaka 1 5,150 1 4,150 1 9,300 - - 1 20 1 25 1 9,345
4 Kab. Muna 1 500 1 600 1 1,100 - - - - - - 1 1,100
5 Kab. Konawe Selatan 1 6,750 1 5,600 1 12,350 - - - - 1 25 1 12,375
6 Kab. Bombana 1 3,650 1 2,350 1 6,000 - - 1 20 - - 1 6,020
7 Kab. Kolaka Utara 1 910 1 1,090 1 2,000 - - 1 20 - - 1 2,020
8 Kab. Konawe Utara 1 1,360 1 1,640 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
9 Kota Bau-Bau 1 700 1 800 1 1,500 - - - - - - 1 1,500
10 Kota Kendari 1 250 1 250 1 500 - - - - - - 1 500
11 Kab. Muna Barat 1 430 1 520 1 950 - - - - - - 1 950
12 Kab. Kolaka Timur 1 5,000 1 6,000 1 11,000 - - 1 20 1 25 1 11,045
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
79
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
22 BALI 7 22,000 - - - - 7 22,000 - - 6 160 - - 7 22,160
1 Kab. Badung 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
2 Kab. Bangli 1 1,000 - - 1 1,000 - - 1 20 - - 1 1,020
3 Kab. Buleleng 1 7,000 - - 1 7,000 - - 1 40 - - 1 7,040
4 Kab. Jembrana 1 3,000 - - 1 3,000 - - 1 20 - - 1 3,020
5 Kab. Karangasem 1 1,500 - - 1 1,500 - - - - - - 1 1,500
6 Kab. Klungkung 1 1,500 - - 1 1,500 - - 1 20 - - 1 1,520
7 Kab. Tabanan 1 5,000 - - 1 5,000 - - 1 40 - - 1 5,040
23 NTB 10 35,000 5 10,000 - - 10 45,000 3 2,500 4 140 4 100 10 47,740
1 Kab. Bima 1 6,000 1 750 1 6,750 - - 1 40 - - 1 6,790
2 Kab. Dompu 1 4,000 1 2,000 1 6,000 1 500 1 20 1 25 1 6,545
3 Kab. Lombok Barat 1 2,000 - - 1 2,000 1 1,000 1 40 1 25 1 3,065
4 Kab. Lombok Tengah 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - - - 1 2,000
5 Kab. Lombok Timur 1 10,000 1 2,500 1 12,500 1 1,000 1 40 - - 1 13,540
6 Kab. Sumbawa 1 6,000 1 2,750 1 8,750 - - - - - - 1 8,750
7 Kota Bima 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
8 Kab. Sumbawa Barat 1 2,000 1 2,000 1 4,000 - - - - 1 25 1 4,025
9 Kab. Lombok Utara 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - 1 25 1 1,025
10 Kota Mataram 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
24 NTT 21 75,000 21 10,000 - - 21 85,000 - - 6 120 4 1,100 21 86,220
1 Kab. Belu 1 3,000 1 850 1 3,850 - - - - - - 1 3,850
2 Kab. Ende 1 4,000 1 500 1 4,500 - - 1 20 - - 1 4,520
3 Kab. Flores Timur 1 3,000 1 700 1 3,700 - - - - - - 1 3,700
4 Kab. Kupang 1 3,000 1 300 1 3,300 - - - - - - 1 3,300
5 Kab. Lembata 1 2,000 1 750 1 2,750 - - - - - - 1 2,750
6 Kab. Manggarai 1 5,000 1 750 1 5,750 - - - - - - 1 5,750
7 Kab. Ngada 1 4,500 1 750 1 5,250 - - 1 20 1 275 1 5,545
8 Kab. Sikka 1 4,000 1 300 1 4,300 - - 1 20 - - 1 4,320
9 Kab. Sumba Barat 1 4,000 1 200 1 4,200 - - 1 20 1 25 1 4,245
10 Kab. Sumba Timur 1 4,000 1 800 1 4,800 - - - - - - 1 4,800
11 Kab. Timor Tengah
Selatan
1 2,500 1 200 1 2,700 - - - - - - 1 2,700
12 Kab. Timor Tengah Utara 1 2,000 1 500 1 2,500 - - - - - - 1 2,500
13 Kab. Rote-Ndao 1 5,000 1 300 1 5,300 - - - - - - 1 5,300
14 Kab. Manggarai Barat 1 7,500 1 750 1 8,250 - - 1 20 1 525 1 8,795
15 Kab. Alor 1 1,500 1 200 1 1,700 - - - - - - 1 1,700
16 Kab. Nagekeo 1 4,500 1 750 1 5,250 - - 1 20 1 275 1 5,545
17 Kab. Sumba Tengah 1 2,000 1 300 1 2,300 - - - - - - 1 2,300
18 Kab. Sumba Barat Daya 1 5,500 1 200 1 5,700 - - - - - - 1 5,700
19 Kab. Manggarai Timur 1 5,000 1 500 1 5,500 - - - - - - 1 5,500
20 Kab. Sabu Raijua 1 1,000 1 200 1 1,200 - - - - - - 1 1,200
21 Kab. Malaka 1 2,000 1 200 1 2,200 - - - - - - 1 2,200
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
80
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
25 MALUKU 8 13,900 - - - - 8 13,900 1 500 - - 3 100 8 14,500
1 Kab. MTB 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - - - 1 2,000
2 Kab. Maluku Tengah 1 1,975 - - 1 1,975 - - - - 1 25 1 2,000
3 Kab. Maluku Tenggara 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
4 Kab. Pulau Buru 1 3,950 - - 1 3,950 1 500 - - 1 50 1 4,500
5 Kab. Kepulauan Aru 1 250 - - 1 250 - - - - - - 1 250
6 Kab. Seram Bag Barat 1 1,250 - - 1 1,250 - - - - - - 1 1,250
7 Kab. Seram Bag Timur 1 1,475 - - 1 1,475 - - - - 1 25 1 1,500
8 Kab. Buru Selatan 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - - - 1 2,000
26 PAPUA 8 19,000 1 4,000 - - 8 23,000 - - 2 40 1 100 8 23,140
1 Kab. Jayapura 1 700 - - 1 700 - - - - - - 1 700
2 Kab. Jayawijaya - - - - - - - - 1 20 - - - 20
3 Kab. Merauke 1 15,500 1 4,000 1 19,500 - - 1 20 1 100 1 19,620
4 Kab. Mimika 1 200 - - 1 200 - - - - - - 1 200
5 Kab. Nabire 1 1,600 - - 1 1,600 - - - - - - 1 1,600
6 Kota Jayapura 1 500 - - 1 500 - - - - - - 1 500
7 Kab. Sarmi 1 100 - - 1 100 - - - - - - 1 100
8 Kab. Keerom 1 200 - - 1 200 - - - - - - 1 200
9 Kab. Waropen 1 200 - - 1 200 - - - - - - 1 200
27 MALUT 6 11,100 - - - - 6 11,100 - - 3 60 2 100 6 11,260
1 Kab. Halmahera Tengah 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
2 Kab. Halmahera Barat 1 1,500 - - 1 1,500 - - - - - - 1 1,500
3 Kab. Halmahera Timur 1 5,425 - - 1 5,425 - - 1 20 1 75 1 5,520
4 Kab. Halmahera Selatan 1 2,000 - - 1 2,000 - - 1 20 - - 1 2,020
5 Kab. Halmahera Utara 1 975 - - 1 975 - - 1 20 1 25 1 1,020
6 Kab. Pulau Morotai 1 200 - - 1 200 - - - - - - 1 200
28 BANTEN 6 27,000 - - - 100,000 6 127,000 - - 4 80 4 100 6 127,180
1 Kab. Lebak 1 8,000 - - 1 8,000 - - 1 20 1 25 1 8,045
2 Kab. Pandeglang 1 8,000 - - 1 8,000 - - 1 20 1 25 1 8,045
3 Kab. Serang 1 7,000 - - 1 7,000 - - 1 20 1 25 1 7,045
4 Kab. Tangerang 1 2,000 - - 1 2,000 - - - - 1 25 1 2,025
5 Kota Cilegon 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
6 Kota Serang 1 1,000 - - 1 1,000 - - 1 20 - - 1 1,020
29 BABEL 3 5,000 2 1,000 - - 5 6,000 - - - - - - 3 6,000
1 Kab. Bangka - - 1 500 1 500 - - - - - - - 500
2 Kab. Belitung - - 1 500 1 500 - - - - - - - 500
3 Kab. Bangka Selatan 1 3,000 - - 1 3,000 - - - - - - 1 3,000
4 Kab. Blitung Timur 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
5 Kab. Bangka Barat 1 1,000 - - 1 1,000 - - - - - - 1 1,000
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
81
(Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha) (Kab) (Ha)
30 GORONTALO 5 39,000 5 10,000 - - 6 49,000 - - 2 40 2 100 5 49,140
1 Kab. Boalemo 1 6,370 1 1,750 1 8,120 - - - - - - 1 8,120
2 Kab. Gorontalo 1 13,775 1 2,000 1 15,775 - - - - 1 50 1 15,825
3 Kab. Pohuwato 1 6,800 1 1,850 1 8,650 - - - - 1 50 1 8,700
4 Kab. Bone Bolango 1 2,975 1 2,250 1 5,225 - - 1 20 - - 1 5,245
5 Kab. Gorontalo utara 1 7,800 1 2,150 1 9,950 - - 1 20 - - 1 9,970
6 Kota Gorontalo - 1,280 - - 1 1,280 - - - - - - - 1,280
31 KEPRI - - - - - - - - - - - - - - - -
1 Kab. Natuna - - - - - - - - - - - - - -
2 Kab. Bintan - - - - - - - - - - - - - -
3 Kab. Karimun - - - - - - - - - - - - - -
4 Kab. Lingga - - - - - - - - - - - - - -
5 Kab. Kep. Anambas - - - - - - - - - - - - - -
6 Kota Batam - - - - - - - - - - - - - -
7 Kota Tanjung Pinang - - - - - - - - - - - - - -
8 Kab Dumai - - - - - - - - - - - - - -
32 PAPUA BARAT 9 5,650 - - - - 3 5,650 - - 2 40 4 100 9 5,790
1 Kab. Sorong 1 2,025 - - 1 2,025 - - 1 20 1 25 1 2,070
2 Kab. Manokwari 1 2,475 - - 1 2,475 - - 1 20 1 25 1 2,520
3 Kab. Fak-Fak 1 100 - - - 100 - - - - - - 1 100
4 Kab. Raja Ampat 1 150 - - - 150 - - - - - - 1 150
5 Kab. Teluk Bintuni 1 225 - - - 225 - - - - 1 25 1 250
6 Kab. Teluk Wondama 1 50 - - - 50 - - - - - - 1 50
7 Kab. Kaimana 1 50 - - - 50 - - - - - - 1 50
8 Kab. Sorong Selatan 1 50 - - - 50 - - - - - - 1 50
9 Kab. Manokwari Selatan 1 525 - - 1 525 - - - - 1 25 1 550
33 SULBAR 6 21,000 6 13,350 - - 6 34,350 - - 6 120 1 100 6 34,570
1 Kab. Mamuju 1 5,000 1 2,500 1 7,500 - - 1 20 - - 1 7,520
2 Kab. Majene 1 1,000 1 1,000 1 2,000 - - 1 20 - - 1 2,020
3 Kab. Mamasa 1 2,000 1 3,350 1 5,350 - - 1 20 - - 1 5,370
4 Kab. Mamuju Utara 1 2,500 1 2,000 1 4,500 - - 1 20 - - 1 4,520
5 Kab. Polewali Mandar 1 6,000 1 2,000 1 8,000 - - 1 20 - - 1 8,020
6 Kab. Mamuju Tengah 1 4,500 1 2,500 1 7,000 - - 1 20 1 100 1 7,120
34 KALTARA 2 2,800 - - - - 2 2,800 - - - - - - 2 2,800
1 Kab. Bulungan 1 2,500 - - 1 2,500 - - - - - - 1 2,500
2 Kab. Tana Tidung 1 300 - - 1 300 - - - - - - 1 300
PENGEMBANGAN
DESA PERTANIAN
ORGANIK UNTUK
PADI
PENGEMBANGAN PADI
DENGAN TEKNOLOGI
BUDIDAYA HAZTON
PADI INBRIDA
TOTAL PADI INBRIDA PADI HIBRIDA
TOTAL PADI
PROVITAS
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
SELAIN LAHAN KERING
PADI INBRIDA
PERLUASAN PADA
LAHAN KERING
PROVINSI &
KABUPATEN/KOTANO.
GERAKAN TANAM PADI DENGAN PENERAPAN JAJAR LEGOWO
82
Lampiran 4
Kegiatan : Peningkatan Produktivitas Padi Inbrida, Peningkatan Produktivitas Padi Hibrida,
Perluasan Padi Inbrida, Teknologi Hazton, Desa Pertanian Organik Padi *)
Nama Poktan / Gapoktan :
Jumlah Anggota Kelompok :
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Komoditi :
1
2
3
4
5
dst
Keterangan :
DAFTAR CALON PETANI DAN LOKASI
PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016
No. Nama Petani Luas Areal (ha) Kebutuhan Benih (kg) Varietas Jadwal Tanam
KCD/Penyuluh
Nama …………. Nama ………….
*) Pilih salah satu
Jumlah
Mengetahui Ketua Kelompoktani
83
Lanjutan Lampiran 4
Kegiatan : Peningkatan Produktivitas Padi Inbrida, Peningkatan Produktivitas Padi Hibrida,
Perluasan Padi Inbrida, Teknologi Hazton, Desa Pertanian Organik Padi *)
Komoditi :
Desa Program
Ya = "1" Subround 1 Subround 2 Subround 3
ada = "1" ada = "1" ada = "1"
Tidak = " " Tidak = " " Tidak = " "
Prop Kab Kec Desa nm_Prop nm_Kab nm_Kec nm_Desa Desa_Prog Komoditi Jml_Ketan p_sr1 p_sr2 p_sr3 lt_sr1 lt_sr2 lt_sr3
Diusulkan/Ditetapkan, Tgl…. Bln…. Tahun 2016
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten ………………………….
Nama
NIP
DATA CALON PETANI CALON DAN CALON LOKASI ( CP /CL )
PELAKSANA KEGIATAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016
(sesuai fomat field BPS)
Rencana Luas Tanam (Ha)
Jenis Komoditi
Jumlah
Kelompok
Tani Subround 1 Subround 2 Subround 3Tidak = " "
Identitas Desa
Perkiraan Panen
PENGISIAN KOLOM " JENIS KOMODITI "
padi_peningkatan produktivitas inbrida atau hibridapadi_pat lahan kering
padi_teknologi haztonpadi_desa pertanian organiK
PENGISIAN KOLOM " DESA PROGRAM "
* secara otomatis yang masuk ke dalam CPCL adalahdesa program, jadi bisa di isi dengan "1" semuanya
84
Lampiran 5
SURAT KEPUTUSAN PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)
NOMOR : .............................................2016
TENTANG PENETAPAN KELOMPOK TANI PENERIMA DANA BANTUAN
PEMERINTAHTAHUN ANGGARAN 2016 KEGIATAN ………………………………………………………)*
Menimbang : a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus
diupayakan melalui peningkatan produksi untuk
menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
b. Bahwa peningkatan produksi padi tahun 2016 difokuskan pada peningkatan produktivitas dan
perluasan areal tanam (PAT), melalui penerapan jajar
legowo. c. Bahwa pelaksanaan kegiatan ...... *) gunapeningkatan
produksi, produktivitas dan pendapatan petani perlu ditetapkan kelompok tani penerima
BantuanPemerintahtahun 2016.
d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c perlu ditetapkan Kelompok tani Penerima Bantuan
Pemerintah Tahun Anggaran 2016. Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor .............. Tahun .............
tentang ................; 2. Surat Keputusan .......... Nomor .............. Tahun
............. tentang ................;
3. Peraturan Daerah Provinsi Nomor .............. Tahun ............. tentang ................;
4. dst .......
Memperhatikan : 1. DIPA Dinas Pertanian Provinsi .... Nomor .............. Tanggal ............. Bulan ................ Tahun ............
2. PetunjukTeknis TeknologiTanamJajarLegowo Tahun 2016.
Contoh
85
3. dst .......
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERTAMA : Penetapan Kelompok tani penerima bantuan
PemerintahKegiatan …….. *) tahun anggaran 2016
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :...............................
Pada Tanggal : ................................ Oleh : Pejabat Pembuat Komitmen
.......................................... NIP. .....................................
Disahkan di : ..............................
Pada Tanggal : ............................
Oleh: Kuasa Pengguna Anggaran
..........................................
NIP. .....................................
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta 2. Bupati / Walikota di .............................
3. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/Provinsi di ..............
4. dst.
*)disesuaikandengankegiatandalam POK.
86
Lanjutan Lampiran 5
Desa Kecamatan
1
2
3
dst…
*) Disesuaikan kegiatan
Ditetapkan,Tgl….Bln….Tahun 2016
Oleh Pejabat Pembuat Komitmen
Nama
NIP
Disahkan Oleh; Kuasa Pengguna Anggaran
Nama
NIP
Jumlah
Lampiran Surat Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen
Penetapan Kelompoktani Penerima Bantuan Bantuan Pemerintah Pada Kegiatan………..*) Tahun 2016
No Nama Kelompok Tani/
GapoktanNama Ketua
AlamatNomor Rekening
Jumlah
(Rp.)
Alamat Bank
Cabang, Unit
87
Lampiran 6 Lampiran 6
Kegiatan : Peningkatan Produktivitas Padi Inbrida, Peningkatan Produktivitas Padi Hibrida,
Perluasan Padi Inbrida, Teknologi Hazton, Desa Pertanian Organik Padi *)
Nama Kelompok Tani :
Alamat Kelompok Tani :
Luas Lahan :
Jumlah Anggota Kelompok :
Rincian Kebutuhan Kel. :
Komoditi :
Varietas :
1
2
3
dst…
*) Pilih salah satu …………………,……………….
Jumlah
Rencana Usaha Kelompok (RUK)
Bantuan Pemerintah Tahun 2016
No. Uraian Kebutuhan Jenis Volume (Kg) Harga Satuan(Rp) Jumlah (Rp)
Mengetahui,
Penyuluh / Petugas Pertanian
Nama NIP
Bendahara Kelompok,
Nama NIP
Ketua Kelompok,
Nama NIP
Anggota Kelompok,
Nama NIP
Anggota Kelompok,
Nama NIP
88
Lampiran 7
SURAT PERNYATAAN
PENERIMA DAN PENGGUNAAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah nama :……………………. ..
SelakuKetua Kelompok Tani …………………… Desa…………………. Kecamatan
...............………………… Kabupaten………………… dengan ini menyatakan
bahwabantuanpemerintahberupa ……………, akan kami gunakan:
a. Untukpelaksanaanbudidayapadipadakegiatan………………….
b. Bersedia dansanggupuntukmelaksanakanpenanaman,
pemeliharaansampaipanen di areal yang
mendapatkanbantuanpemerintahdansanggupmengembalikandanapabilatidaks
esuaiperuntukannya.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.
…………………… 2016 Mengetahui, Ketua Kel.Tani/Gapoktan PetugasLapangan Materai 6.000 ttd dan cap/stempel ttd dan cap/stempel
(………………………) (……………………….)
89
Lampiran 8
:
:
Desa Kecamatan Nama NIP
Nama……………………………
Tanggal
Ubinan
Petugas UbinanHasil Ubinan
(Ku/Ha GKG)Varietas
……………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ………
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
FORM ISIAN
HASIL UBINAN KEGIATAN ……………………………………………….
Komoditas
No Nama PetaniNama
KelompokTani
Alamat Jumlah
Ubinan
(Unit)
Kabupten
91
Lampiran 9
JARAK TANAM JAJAR LEGOWO
Legowo 2:1 (20cm – 40cm) x 10cm
a. Orientasi pertanaman
b. Populasi tanamanPopulasi tanaman dalam 1,2 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1,2 m2 = 40 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,2 m2 x 40 rumpun = 333.333 rumpun
c. Ukuran UbinanUkuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,4 m x 2,5 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 25 rumpun = 200 rumpun
d. Konversi hasil ubinan ke hektarApabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha
40 cm25 cm25 cm
10 c
m
1 m
1,2 cm
92
Legowo 2:1 (25cm – 50cm) x 12,5cm
a. Orientasi pertanaman
b. Populasi tanamanPopulasi tanaman dalam 1,5 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,5 m2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,5 m2 x 32 rumpun = 213.333 rumpun
c. Ukuran UbinanUkuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 16 rumpun = 128 rumpun
d. Konversi hasil ubinan ke hektarApabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha
50 cm25 cm25 cm
12
,5 c
m
1 m
1,5 cm
93
Legowo 2:1 (30cm – 60cm) x 15cm
a. Orientasi pertanaman
b. Populasi tanamanPopulasi tanaman dalam 1,8 m x 1,2 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 2,16 m2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/2,16 m2 x 32 rumpun = 148.148 rumpun
c. Ukuran UbinanUkuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,7 m x 2,4 m = 6,48 m2 atau 6 rumpun x 16 rumpun = 96 rumpun
d. Konversi hasil ubinan ke hektarApabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah10.000/6,48 m2 x 3 kg = 4.630 kg GKP/ha
60 cm30 cm30 cm
15
cm
1,2
m
1,8 cm
94
Legowo 4:1 penuh (20cm – 40cm) x 10cm
a. Orientasi pertanaman
b. Populasi tanamanPopulasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1 m2 = 40 rumpun atau 1 ha = 10.000/1 m2 x 40 rumpun = 400.000 rumpun
c. Ukuran UbinanUkuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 12 rumpun x 20 rumpun = 240 rumpun
d. Konversi hasil ubinan ke hektarApabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha
60 cm
20 cm
1 m
1 m
20 cm
10
cm
95
Legowo 4:1 penuh (25cm – 50cm) x 12,5cm
a. Orientasi pertanaman
b. Populasi tanamanPopulasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,25 m2 = 32 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m2 x 32 rumpun = 256.000 rumpun
c. Ukuran UbinanUkuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m2 atau 8 rumpun x 20 rumpun = 160 rumpun
d. Konversi hasil ubinan ke hektarApabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah10.000/6,25 m2 x 3 kg = 4.800 kg GKP/ha
75 cm
25 cm
1 m
1,25 m
25 cm
12
,5 c
m
96
Legowo 4:1 Kosong (20cm – 40cm) x (10cm – 20cm)
a. Orientasi pertanaman
b. Populasi tanamanPopulasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 6 x 100/20 rumpun atau 1 m2 = 30 rumpunatau 1 ha = 10.000/1 m2 x 30 rumpun = 300.000 rumpun
c. Ukuran UbinanUkuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 18 rumpun x 200/20 = 180 rumpun
d. Konversi hasil ubinan ke hektarApabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha
40 cm20 cm
1 m
1 m
10
cm
1 m
97
Legowo 4:1 Kosong (25cm – 50cm) x (12,5cm – 25cm)
a. Orientasi pertanaman
b. Populasi tanamanPopulasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 6 x 100/25 rumpun atau 1,25 m2 = 24 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m2 x 24 rumpun = 192.000 rumpun
c. Ukuran UbinanUkuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,5 m x 2 m = 5 m2 atau 12 rumpun x 200/25 = 96 rumpun
d. Konversi hasil ubinan ke hektarApabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah10.000/5 m2 x 3 kg = 6.000 kg GKP/ha
50 cm25 cm
1 m
1,25 m
12
,5 c
m
1,25 m
98
Lampiran 10
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEP OKT NOP DES
1 Penyusunan Juklak dan Petunjuk Lainnya
2 Pembentukan Tim Teknis
3 Sosialisasi
4 Finalisasi CP/CL
5 Penyusunan dan Pengiriman RUK,
Rekening Poktan/Gapoktan ke Kabupaten/
Kota, Provinsi, dan Pusat
6 Proses Administrasi Keuangan
7 Penyerapan dan Penyaluran Dana
Bantuan Pemerintah ke Rekening Kelompok
8 Pengadaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah
9 Pelaksanaan
1. Tanam
2. Pemeliharaan
3. Panen
10 Pembinaan
11 Monitoring
12 Evaluasi
13 Pelaporan
RENCANA JADWAL PELAKSANAAN TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016
NO KEGIATANBULAN
99
Lampiran 11
Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (10) (11)
1 A 2 50 2 45 90,00 30 75,00 225 5
2 B 4 100 4 95 95,00 80 81,25 650 5
3
4 dst
Jumlah 6 150 6 140 93,33 110 79,55 875 10
Nama……………………………
NIP……………………………
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
…………………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ………
Petugas Penyuluhan Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
Realisasi Tanam Realisasi PanenDilaksanakan
MH 15/16
(Ha)
Keterangan (Ha) (%)
Luas
(Ha)
No
Jumlah Luas
Areal
(Ha)
KECAMATAN :
Jumlah
(Unit)
BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN
REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN ………………………………….
TAHUN 2016
BULAN :
100
Lampiran 11 Lampiran 8
Lampiran 12
Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
1 1 1 2 50 50 50 100.00 50 80.00 80 0
2 dst
1 2 50 50 50 100.00 50 80.00 80 0
KABUPATEN :
BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN
REALISASI KEGIATAN …………………………………………………………
TAHUN 2016
BULAN :
No Kecamatan
Jumlah Luas
Areal
(Ha)
Nama……………………………
NIP……………………………
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Jumlah
…………………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ………
Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota /
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
Realisasi Tanam Realisasi PanenDilaksanakan
MH 15/16
(Ha)
Keterangan (Ha) (%)
Luas
(Ha)
101
Lampiran 13
Lampiran 13
Kecamatan Desa Poktan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 A 4 8 8 200 200 195 97,50 100 75,00 750 5
2 B 5 9 10 250 250 245 98,00 150 80,00 1200 5
3
4
5 dst
9 17 18 450 450 440 97,78 250 78,00 1950 10
BLANGKO LAPORAN BULANAN PROVINSI
REALISASI KEGIATAN ………………………………….
TAHUN 2016
PROVINSI :
(Ha) (%)Luas
(Ha)
BULAN :
No Kabupaten
Jumlah Luas
Areal
(Ha)
Nama……………………………
NIP……………………………
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Jumlah
…………………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ………
Tim Teknis Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Pertanian Provinsi
SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
Realisasi Tanam Realisasi PanenDilaksanakan
MH 15/16
(Ha)
Keterangan
102
Lampiran 14
UnitLuas Area
(Ha)
(1) (2) (3) (4) (7) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
1 A 4 8 200 200 195 97,50 Mar,Apr, 100 75,00 750 70,00 70,00
2 B 5 9 250 250 245 98,00 Apr, Jun 150 80,00 1200 73,00 70,00
3
4
5 dst
9 17 450 450 440 97,78 250 78,00 1950 71,50 70,00Jumlah
……………., tgl,…………, bulan,………….., tahun ………
Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupten
Nama……………………………
NIP……………………………
Realisasi Panen
Provitas
sebelum
(ku/Ha)
Tidak
Dilaksana
kan (Ha)
KetLuas
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
Bulan
Tanam
Provitas
diluar
program
pada MT yang
sama (ku/Ha)
No Kab/Kec
Target SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
Realisasi Tanam
Unit (Ha) (%)
BLANGKO LAPORAN AKHIR PROVINSI/KABUPATEN
REALISASI KEGIATAN……………………………………………………….
TAHUN 2016PROV/KAB :
BULAN :